nusantip.files.wordpress.com · web viewpersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak...

79
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertugas menyelenggarakan proses pendidikan dan proses belajar mengajar dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan sekolah. Kepala sekolah diharapkan menjadi pemimpin dari inovator di sekolah. Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah adalah signifikan bagi keberhasilan sekolah. Kepala sekolah perlu memiliki kemampuan untuk memberdayakan seluruh sumber daya manusia yang ada untuk mencapai tujuan sekolah. Khusus berkaitan dengan guru kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk meningkatkan kinerja guru, melalui pemberdayaan sumber daya manusia (guru). 1 Lebih lanjut dinyatakan bahwa agar fungsi

Upload: others

Post on 29-Aug-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertugas menyelenggarakan proses

pendidikan dan proses belajar mengajar dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tugas untuk

memimpin sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan

sekolah. Kepala sekolah diharapkan menjadi pemimpin dari inovator di sekolah. Oleh

sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah adalah signifikan bagi keberhasilan

sekolah. Kepala sekolah perlu memiliki kemampuan untuk memberdayakan seluruh

sumber daya manusia yang ada untuk mencapai tujuan sekolah. Khusus berkaitan

dengan guru kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk meningkatkan kinerja

guru, melalui pemberdayaan sumber daya manusia (guru).

1Lebih lanjut dinyatakan bahwa agar fungsi kepemimpinan kepala sekolah

berhasil memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sesuai

dengan situasi, diperlukan seorang kepala sekolah yang memiliki kemampuan

profesional yaitu: kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, pelatihan dan pengetahuan

profesional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan. Kepala sekolah perlu

memiliki kemampuan dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar yang

kondusif, sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan

siswa dapat belajar dengan tenang. Di samping itu kepala sekolah dituntut untuk dapat

bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini guru. Kepala sekolah mampu

Page 2: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

mengelola dan memberdayakan guru-guru agar terus meningkatkan kemampuan

kerjanya. Dengan peningkatan kemampuan atas segala potensi yang dimilikinya itu,

maka dipastikan guru-guru yang juga merupakan mitra kerja kepala sekolah dalam

berbagai bidang kegiatan pendidikan dapat berupaya menampilkan sikap positif

terhadap pekerjaannya dan meningkatkan kinerjanya.

Kepemimpinan kepala sekolah sebaiknya menghindari terciptanya pola

hubungan dengan guru yang hanya mengandalkan kekuasaan, dan sebaliknya perlu

mengedepankan kerja sama fungsional. Ia juga harus menghindarkan diri dari one man

show, sebaliknya harus menekankan pada kerja sama kesejawatan; menghindari

terciptanya suasana kerja yang serba menakutkan, dan sebaliknya perlu menciptakan

keadaan yang membuat semua guru percaya diri.

Kepemimpinan kepala sekolah yang terlalu berorientasi pada tugas pengadaan

sarana dan prasarana dan kurang memperhatikan guru dalam melakukan tindakan,

dapat menyebabkan guru sering melalaikan tugas sebagai pengajar dan pembentuk

nilai moral. Hal tersebut dapat menumbuhkan sikap yang negatif dari seorang guru

terhadap pekerjaannya di sekolah, sehingga pada akhirnya berimplikasi terhadap

keberhasilan prestasi siswa di sekolah. Kepala sekolah juga dituntut untuk

mengamalkan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating and

controlling, sebab ini akan memberikan kontribusi bagi peningkatan kinerja guru .

Fungsi-fungsi manajemen ini akan berjalan secara sinergis dengan peran kepala

sekolah sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader, inovator dan

motivator.

Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor penting untuk mendapatkan hasil

Page 3: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

kerja yang optimal. Menurut Siagiaan (2003: 297) kepuasan kerja dapat memacu

prestasi kerja (kinerja) yang lebih baik. Oleh karena itu ketika seseorang merasakan

kepuasan dalam bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimal mungkin dengan

segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya.

Dengan demikian produktivitas dan hasil kerja pegawai akan meningkat secara

optimal. Oleh karena itu seyogyanya kepala sekolah berusaha untuk memahami para

guru dan mengupayakan agar guru memperoleh kepuasan dalam menjalankan

tugasnya. Persepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada

tingkat kepuasan kerja guru di sekolah.

Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi oleh iklim organisasi. Hal ini

didasarkan pada asumsi bahwa para guru bekerja selain untuk mengharapkan imbalan

baik material maupun non material mereka juga menginginkan iklim yang sesuai

dengan harapan mereka seperti terdapat keterbukaan dalam organisasi, terdapat

perhatian, dukungan, dan penghargaan. Penciptaan iklim yang berorientasi pada

prestasi dan mementingkan pekerja dapat memperlancar pencapaian hasil yang

diinginkan.

Pada kenyataannya kerja yang menjernihkan, suasana lingkungan kerja yang

tidak kondusif seperti teman yang tidak saling mendukung, kebijakan pimpinan yang

kurang mendukung serta siswa yang tingkah lakunya menjengkelkan. Di lain pihak ada

dari mereka yang menurun semangatnya dalam mengajar, merasa bosan, jenuh dengan

pekerjaan. Menunjukkan iklim organisasi yang kurang berpihak pada kinerja guru.

Kinerja sekolah ditentukan oleh suasana atau iklim lingkungan kerja pada sekolah

tersebut. Di negara-negara maju, riset tentang iklim kerja di sekolah (school working

Page 4: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

environment atau school climate) telah berkembang dengan mapan dan memberikan

sumbangan yang cukup signifikan bagi pembentukan sekolah-sekolah yang efektif.

Ditegaskan bahwa jika guru merasakan suasana kerja yang kondusif di sekolahnya,

maka dapat diharapkan siswanya akan mencapai prestasi akademik yang memuaskan.

Iklim yang menyenangkan bagi para pegawai/guru adalah apabila mereka melakukan

sesuatu yang bermanfaat dan menimbulkan perasaan berharga, mendapatkan tanggung

jawab dan kesempatan untuk berhasil, didengarkan dan diperlukan sebagai orang yang

bernilai (Davis dan Newstrom, 2001: 24). Kekondusifan iklim kerja suatu sekolah

mempengaruhi sikap dan tindakan seluruh komunitas sekolah tersebut, khususnya pada

pencapaian prestasi akademik siswa.

Iklim yang kondusif dapat mendorong dan mempertahankan motivasi para

pegawai. Dengan demikian iklim organisasi harus diciptakan sedemikian rupa sehingga

pegawai merasa nyaman dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Iklim organisasi

yang kondusif akan mendorong pegawai untuk lebih berprestasi secara optimal sesuai

dengan minat dan kemampuannya

Di lain pihak kepuasan kerja dipengaruhi juga oleh hal lain yang bisa

dilakukan untuk meningkatkan kepuasan kerja adalah memberikan insentif,

memberikan motivasi, meningkatkan kemampuan, gaya kepemimpinan yang baik.

Sementara kepuasan kerja guru dapat ditingkatkan apabila insentif diberikan tepat

waktunya, dan pihak manajemen sekolah bisa mengetahui apa yang diharapkan dan

kapan bisa harapan-harapan diakui terhadap hasil kerjanya. Pemberian insentif

tehadap guru adalah sebagai pendorong yang dapat memotivasi guru untuk lebih

bekerja keras secara efektif. Insentif terkait erat dengan kinerja guru. Terdapat timbal

Page 5: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

balik dua arah antara pemberian insentif dengan kinerja. Insentif diberikan karena

adanya kinerja yang baik dan diberikan untuk lebih meningkatkan kinerja lagi dimasa

mendatang.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul penelitian ini

"Kontribusi Persepsi Guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Organisasi,

dan Pemberian Insentif terhadap Kepuasan Kerja Guru di SD Negeri di Kecamatan

Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi masalah yang akan

diteliti yaitu:

1. Kualitas pendidikan belum sesuai yang diharapkan.

2. Kepala sekolah dalam melaksanakan tugas kepemimpinan belum sepenuhnya

efektif.

3. Iklim organisasi sekolah belum kondusif.

4. Pemberian insentif guru masih kurang.

5. Rendahnya tingkat kepuasan kerja guru.

6. Alat peraga pembelajaran belum mencukupi.

7. Partisipasi orang tua dan masyarakat terhadap pengembangan sekolah belum

optimal.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih mengarah dan

Page 6: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

terfokus, maka penulis batasi pada persoalan Kontribusi Persepsi guru tentang

kepemimpinan kepala sekolah, Iklim organisasi dan pemberian insentif terhadap

kepuasan kerja guru di SD Negeri di Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten

Kendal.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Adakah kontribusi Persepsi guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, iklim

organisasi sekolah dan pemebrian insentif secara bersama-sama terhadap

kepuasan kerja guru di SD Negeri di Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten

Kendal?

2. Adakah kontribusi Persepsi guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap

kepuasan kerja guru di SD Negeri di Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten

Kendal?

3. Adakah kontribusi iklim organisasi sekolah terhadap kepuasan kerja guru di SD

Negeri di Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal?

4. Adakah kontribusi pemberian insentif terhadap kepuasan kerja guru di SD Negeri

di Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal?

E. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan

penelitian adalah ingin mengetahui:

Page 7: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

1. Kontribusi Persepsi guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap

kepuasan kerja guru di SD Negeri di Kecamatan Kaliwungu Selatan

Kabupaten Kendal.

2. Kontribusi iklim organisasi sekolah terhadap kepuasan kerja guru di SD

Negeri di Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal.

3. Kontribusi pemberian insentif terhadap kepuasan kerja guru di SD Negeri di

Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Dalam kajian penelitian dapat bermanfaat di bidang keilmuan yaitu ilmu perilaku

organisasi dan manajemen. Kajian ini merupakan sumbangan pada materi

Persepsi guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, iklim organisasi,

pemberian insentif dan kepuasan kerja tentang ada tidaknya korelasi dan

kontribusi di antara keempat variabel tersebut.

b. Kajian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai wacana akademik bagi dunia

pendidikan dalam kerangka meningkatkan mutu dan profesionalitas guru.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Sekolah

Dasar diutamakan bagi pimpinan (kepala sekolah) sebagai bahan evaluasi

kinerjanya.

b. Masukan bagi guru-guru sebagai bahan untuk mengevaluasi kinerjanya baik

sebagai individu maupun sebagai kelompok sehingga secara bersama-sama

Page 8: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

dapat merencanakan langkah yang konkrit untuk meningkatkan kinerja di masa-

masa selanjutnya.

c. Adanya hasil penelitian dimana Persepsi guru tentang Kepemimpinan Kepala

Sekolah, iklim organisasi dan pemberian insentif berpengaruh terhadap

kepuasan kerja, dapat dilakukan dengan memperbaiki kualitas Persepsi guru

tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, iklim organisasi dan meningkatkan

insentif guru.

d. Hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi masyarakat sebagai pelanggan dan

pengguna sekolah, sebagai masukan agar lebih berperan aktif dalam

pengembangan program sekolah.

Page 9: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kepuasan Kerja Guru

Kepuasan kerja menurut Davis dan Newstrom (2001: 105) adalah cara seorang

pekerja merasakan pekerjaannya. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Milton

dalam Burhanuddin, Ali dan Maisyaroh (2002:162) bahwa kepuasan kerja adalah

sesuatu yang menyenangkan atau pernyataan emosional yang positif, dihasilkan dari

penilaian pengalaman kerja seseorang. Artinya apabila seseorang merasa puas

terhadap pekerjaannya, maka ia akan memiliki sikap positif dan menyenangi

pekerjaannya. Kepuasan kerja juga dikemukakan oleh Mathis dan Jackson (2001: 98)

yaitu keadaan emosi yang positif dari mengevaluasi pengalaman kerja seseorang.

Ketidakpuasan kerja akan muncul saat harapan-harapan ini tidak dipenuhi.

Some theorists view job satisfaction as being the positive emotional reactions and attitudes an individual has towards their job. Others have viewed it as a bi-dimensional construct consisting of ‘‘intrinsic’’ and ‘‘extrinsic’’ satisfaction dimensions,or alternatively of ‘‘satisfaction/lack of satisfaction’’ and ‘‘dissatisfaction/lack of dissatisfaction’’ dimensions.More recently, debate has arisen as to whether job satisfaction is a global concept or is composed of facets of

9satisfaction with various aspects of an individual’s job. recent studyhas suggested that the most important determinants of job satisfaction are whether an employee finds their job interesting, has good relationships with their managers and colleagues, has a high income, is allowed to work independently, and has clearly defined career advancement opportunities. Measures of job satisfaction tend to fall into two broad types: single item global measures and composite measures of satisfaction with various job components. (www.bmjjournal.com “The relationship between job satisfaction and health”.April 2005)

Kepuasan kerja guru ditunjukkan oleh sikapnya dalam bekerja/mengajar. Jika

Page 10: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

guru puas akan keadaan yang mempengaruhi dia maka dia akan bekerja dengan

baik/mengajar dengan baik. Tetapi jika guru kurang puas maka dia akan mengajar

sesuai kehendaknya. Kepuasan kerja merupakan salah satu sikap kerja guru yang perlu

diciptakan di sekolah, agar guru dapat bekerja dengan moral yang tinggi, disiplin,

semangat, berdedikasi dan menghayati profesinya. Gum yang merasa puas terhadap

lembaganya akan berdampak pada kelancaran kegiatan belajar mengajar di sekolah

dan peningkatan kualitas pelayanan kepada para siswa. Dengan kata lain dengan

mencapai tingkat kepuasan kerja tertentu maka diharapkan kinerja sebagai seorang

guru baik.

Penelitian tentang kepuasan kerja yang sangat besar sumbangannya adalah

penelitian Herzberg. Teori ini dikenal dengan "model dua faktor" yaitu faktor

motivasional dan faktor higiene/pemeliharaan (Burhanuddin, Ali, Maisyaroh,

2002:166). Jika faktor higiene dipenuhi tidak dapat memotivasi pekerja namun dapat

meminimalkan ketidakpuasan. Jika faktor higiene tidak terpenuhi, sesesorang tidak

akan merasa puas. Faktor higiene meliputi company policy andadministration

(kebijakan organisasi); supervision (supervisi), salary (gaji/kesejahteraan),

interpersonal relations (hubungan antar pribadi) dan working condition (kondisi kerja),

possibility of growth (peluang untuk tumbuh), personal life (efek kerja terhadap

kehidupan pribadi) dan status. Faktor-faktor motivasional dapat menciptakan kepuasan

kerja dengan memenuhi kebutuhan-kebuUihan pekerja, meliputi achievement

(prestasi), recognition (pengakuan), work itself (kerja itu sendiri) responsibility

(tanggung jawab), dan advancement (kenaikan pangkat). Berkenaan dengan kepuasan

kerja guru yaitu keterlibatan guru dalam pembuatan keputusan di sekolah, pengakuan

Page 11: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

yang dirasakan guru, harapan guru , hubungan antar personel yang terjadi di dalam

lingkungan kerja, dan otoritas yang diterima guru (De Roche dalam Burhanudin,

Imron dan Maisyaroh, 2002:165). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan

kepuasan kerja guru adalah pernyataan sikap guru yang positif maupun negatif,

didasarkan oleh cara pandang (persepsi) guru yang bersangkutan terhadap

pekerjaannya sebagai pengajar dan pelaksana pendidikan di sekolah, adapun indikator

kepuasan kerja dalam penelitian ini adalah: pengakuan/penghargaan, kenaikan

pangkat/promosi, supervisi, gaji/kesejahteraan, kerja itu sendiri, dan hubungan

personal/rekan sekerja.

2. Persepsi guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah

Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat komplek

karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu

sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sekolah bersifat unik karena

sekolah memiliki karakter tersendiri, dimana terjadi proses belajar mengajar, tempat

terselenggaranya pembudayaan kehidupan manusia. Karena sifatnya yang kompleks

dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang

tinggi.

Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah bukan hanya memiliki peran kuat

dalam mengkoordinasikan melainkan juga menggerakkan dan menyerasikan semua

sumber daya pendidikan yang tersedia di sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah

merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan visi,

misi, tujuan dan sasaran sekolahnya. Kepala sekolah dikatakan berhasil apabila

Page 12: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik,

serta mampu melaksanakan perannya dalam memimpin sekolah.

Kepemimpinan biasanya didefinisikan oleh para ahli menurut pandangan

pribadi mereka, serta aspek-aspek fenomena dari kepentingan yang paling baik bagi

pakar yang bersangkutan. Yukl (2005: 8) mendefinisikan kepemimpinan sebagai

proses yang mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang

perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk

memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Definisi

tersebut mencakup upaya yang tidak hanya untuk mempengaruhi dan memfasilitasi

pekerjaan kelompok atau organisasi yang sekarang tetapi definisi ini dapat juga

digunakan untuk memastikan bahwa semuanya dipersiapkan untuk memenuhi

tantangan masa depan.

Mulyasa (2003: 107) mengemukakan kepemimpinan adalah kegiatan untuk

mempengaruhi orang-orang yang diarahkan dalam pencapaian tujuan organisasi. Tye

(Boloz and Forter, 1980) mengungkapkan bahwa “leadership is compused of four

dimensions: (1) goal attainment of the school; (2) human processes with in school;

(3) the socio-political context within which the school operates; (4) self-

understanding”. Kepemimpinan disusun oleh empat dimensi yaitu: (1) pencapaian

tujuan sekolah; (2) proses humanisasi di sekolah; (3) kontek social politik dalam

penyelneggaraan sekolah; (4) pemahaman diri. Kepemimpinan adalah kesanggupan

atau teknik untuk membuat sekelompok orang bawahan dalam organisasi formal atau

para pengikut atau simpatisan dalam organisasai informal mengikuti atau mentaati

segala apa yang dikehendaki, membuat bawahan antusias dan mengikuti pemimpin

Page 13: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

serta rela berkorban untuknya (Purwanto, 2007: 26)

Berdasarkan uraian tentang definisi kepemimpinan di atas, terlihat bahwa unsur

kunci kepemimpinan adalah pengaruh yang dimiliki seseorang dan pada gilirannya

akibat pengaruh itu bagi orang yang hendak dipengaruhi. Peranan penting dalam

kepemimpinan adalah upaya seseorang yang memainkan peran sebagai pemimpin

guna mempengaruhi orang lain dalam organisasi/lembaga tertentu untuk mencapai

tujuan.

Kepemimpinan kepala sekolah dalam konteks penelitian ini adalah kemampuan

kepala sekolah dalam mendorong, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan

para guru untuk bekerja, berperan serta guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Peran pemimpin di sekolah (kepala sekolah) sangat penting karena merupakan motor

penggerak bagi sumber daya sekolah terutama guru dan karyawan. Wood (Daniel,

2008) menjelaskan kepala sekolah memiliki lima peran kunci kepemimpinan yaitu:

(1) culture builder; (2) instructional leader; (3) facilitator of mentors; (4) recruiter

new teacher; (5) advocate for new teacher. Peran pertama pembangun budaya; kedua

pemimpin pengajaran; ketiga fasilitator; keempat perekrut guru baru; kelima

menyokong guru-guru baru. Besarnya peran kepemimpinan kepala sekolah dalam

proses mencapai tujuan pendidikan, maka dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya

kegiatan sekolah sebagian ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh

kepala sekolah. Burhanuddin, Ali dan Maisyaroh (2002: 135) menyebutkan fungsi

kepemimpinan kepala sekolah yaitu: (a) membantu guru memahami, memilih, dan

merumuskan tujuan pendidikan yang akan dicapai; (b) menggerakkan guru-guru,

karyawan, siswa, dan anggota masyarakat untuk menyukseskan program-program

Page 14: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

pendidikan di sekolah; (c) menciptakan sekolah sebagai suatu lingkungan kerja yang

harmonis, sehat, dinamis, dan nyaman, sehingga segenap anggota dapat bekerja

dengan penuh produktivitas dan memperoleh kepuasan kerja yang tinggi. Fungsi

pemimpin selalu terkait dengan: (1) tugas-tugas yang diberikan dan dilaksanakan

bawahan; (2) baik tidaknya jalinan hubungan kepala sekolah dengan bawahan.

Apabila kedua hal tersebut dapat ditangani dengan baik, maka keberhasilan tujuan

sekolah dapat diharapkan.

Studi kepemimpinan yang terdiri dari berbagai macam pendekatan pada

hakikatnya merupakan usaha untuk menjawab atau memberikan pemecahan persoalan

tentang kemungkinan seseorang menjadi pemimpin yang baik dan mampu

memajukan organisasi yang dipimpinnya, seperti dijelaskan dalam jurnal:

“…The research evidence suggests that strong instructional leaders greatly can impact teaching and learning. There also is increasing recognition that instructional coaches can play an effective role in improving classroom-level practices. A natural way for school leaders to take on the role of instructional leader is to serve as a “chief” coach for teachers by designing and supporting strong classroomlevel instructional coaching. As explored in the previous issue brief, it is important to carefully select capable coaches and provide them with appropriate training. But no element of an instructional coaching program is more important than its design and fit with the particular needs of each school, its faculty, and its students. Engaging in the processes outlined previously—determining goals and needs, selecting a coaching approach that meets these needs, and sustaining the program with time and support—will help ensure that a coaching program improves classroom instruction and, ultimately, student learning. It also builds a principal’s instructional leadership capacity by helping the principal understand the needs of students and teachers and the best strategies to meet these needs…”

(www.centerforcsri.org The center for comprehensive school reform and improvement, “Principal as Instructional Leader”. September 2007)

Menurut Mulyasa (2003: 108), untuk memahami kepemimpinan, dapat dikaji

dari tiga pendekatan utama yaitu pendekatan sifat, pendekatan perilaku dan

pendekatan situasional. Berikut uraian ketiga macam pendekatan tersebut:

Page 15: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

a. Pendekatan sifat (the trait approach)

Pendekatan ini dimulai dengan mengadakan perumusan teori kepemimpinan

melalui identifikasi sifat-sifat seorang pemimpin yang berhasil dalam melaksanakan

kepemimpinannnya. Menurut pendekatan sifat, seseorang menjadi pemimpin karena

sifat-sifatnya yang dibawa sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih. Seperti

dikatakan oleh Thierauf dalam Purwanto (2007: 31): "The hereditary approach

states that leaders are bom and note made- that leaders do not acquire the ability to

lead, but inherit it" yang artinya pemimpin adalah dilahirkan bukan dibuat bahwa

pemimpin tidak dapat memperoleh kemampuan untuk memimpin, tetapi

mewarisinya.

Tead dalam Mulyasa (2003:109) menjelaskan, seorang pemimpin memiliki

sifat-sifat bawaan yang membedakannya dari yang bukan pemimpin. Adapun

beberapa syarat yang harus dimiliki pemimpin yaitu: (1) kekuatan fisik dan susunan

syaraf; (2) penghayatan terhadap arah dan tujuan; (3) antusiasme; (4)

keramahtamahan; (5) integritas; (6) keahlian teknis; (7) kemampuan mengambil

keputusan; (8) intelegensi; (9) keterampilan memimpin; (10) kepercayaan.

Pendekatan sifat tidak mampu menjawab berbagai pertanyaan di sekitar

kepemimpinan. Ketidakmampuan pendekatan ini dalam menjawab pertanyaan

seputar kepemimpinan tersebut menyebabkan banyak kritikan. Salah satunya adalah

dari hasil penelitian Hersey dan Blanchard (Soekarto, 2006: 39), ternyata tidak

berhasil ditemukan satu atau sejumlah sifat yang dapat dipergunakan sebagai ukuran

untuk membedakan pemimpin dan bukan pemimpin.

b. Pendekatan perilaku (the behavior approach)

Page 16: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

Pendekatan ini memfokuskan dan mengidentifikasi perilaku yang khas dari

pemimpin dalam kegiatannya mempengaruhi orang lain. Berkaitan dengan

pendekatan perilaku, Universitas negeri Ohio (Ohio State University)

mengemukakan adanya dua macam perilaku kepemimpinan yaitu initiating structure

(pemrakarsa struktur tugas) dan consideration (perhatian kepada bawahan).

Keefektifan seorang pemimpin terlihat dari dua jenis perilaku dalam

menyelenggarakan tugas-tugas kepemimpinannya. Pertama ialah sampai sejauh mana

seorang pimpinan memberikan penekanan pada peranannya selaku pemrakarsa

struktur tugas yang akan dilaksanakan oleh para bawahannya. Kedua, sampai sejauh

mana dan dalam bentuk apa seorang pimpinan memberikan perhatian kepada

bawahan. Dalam studi ini yang dimaksud dengan pemrakarsa struktur ialah sampai

sejauh mana seorang pimpinan mendefinisikan dan menyusun struktur peranannya

dan peranan bawahannya dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Menurut Purwanto (2007: 36) perilaku kepemimpinan pemrakarsa struktur

tugas dan konsiderasi memiliki ciri-ciri yaitu: (1) mengutamakan tujuan tercapainya

organisasi; (2) mementingkan produksi yang tinggi; (3). mengutamakan penyelesaian

tugas menurut jadwal yang telah ditetapkan; (4) lebih banyak melakukan

pengarahan; (5) melaksanakan tugas dengan melalui prosedur kerja yang ketat; (6)

melakukan pengawasan yang ketat; (7) penilaian terhadap bawahan semata-mata

berdasarkan hasil kerja.

Perilaku kepemimpinan konsiderasi (perhatian kepada bawahan) yaitu: (1)

memperhatikan kebutuhan bawahan; (2) berusaha menciptakan suasana saling

Page 17: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

percaya; (3) berusaha menciptakan suasana saling menghargai; (4) simpati

terhadap perasaan bawahan; (5) memiliki sikap bersahabat; (6) menumbuhkan

peran serta bawahan dalam pembuatan keputusan dan kegiatan lain; (7)

mengutamakan pengarahan diri, disiplin diri, dan pengontrolan diri. Antara kedua

perilaku kepemimpinan tersebut tidak saling bergantung. Artinya pelaksanaan dari

perilaku kepemimpinan yang satu tidak mempengaruhi perilaku yang lain. Antara

perilaku kepemimpinan pemrakarsa struktur tugas dan konsiderasi dapat

dilaksanakan secara bersama-sama. Dengan demikian seorang pemimpin dapat

menganut kepemimpinan struktur tugas sekaligus kepemimpinan konsiderasi.

“…The model of authentic leadership introduced triumvirate that includes self-identity, leader-identity, and spiritual identity systems. The self-identity system encompasses the intrapersonal self defined by internal dispositions, abilities, and dynamics. The leader identity system reflects the interpersonal self as defined by the leader’s relationships with others. It serves as the bridge between the individual and the collective self or social identity and is associated with group membership and group process (Tajfel & Turner, 1986). Both the self- and the leader identity systems are embedded in the spiritual identity system. The model assumes that authentic leaders are motivated to sustain multiple identities in harmony and congruent with one another. Brewer (2003) posited that balance or the optimal self can be achieved by adjusting individual self-construals to be more consistent with the group prototype by developing a stable leader identity system or by shifting social identification to a group that is more congruent with the self-identity system. Finally, the spiritual identity system functions as a superordinate configuration of behaviors based on transcendent behaviors and values…”

(www.ldi-intl.com ”Authentic Leadership: A Self, Leader, and Spiritual Identity Perspective”. International Journal of Leadership Studies, Vol. 3 Iss. 1, 2007, pp. 68-97)

Prinsip kepemimpinan menurut hasil Universitas Michigan pada prinsipnya

sama dengan hasil penelitian Universitas Ohio, yaitu adanya kecenderungan perilaku

Page 18: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

pemimpin yang berorientasi pada bawahan dan orientasi produksi (Sondang, 2003:

124). Beberapa perwujudan perilaku pimpinan dengan orientasi bawahan adalah:

penekanan pada hubungan atasan bawahan, perhatian pribadi pimpinan pada

pemuasan kebutuhan para bawahannya, menerima perbedaan-perbedaan kepribadian,

kemampuan dan perilaku yang terdapat dalam diri bawahan tersebut. Sedangkan

perilaku pimpinan dengan orientasi produksi adalah: cenderung menekankan segi-

segi teknis dari pekerjaan yang harus dilakukan oleh para bawahan dan kurang pada

segi manusianya, pertimbangan utama diletakkan pada terselenggaranya tugas, baik

oleh orang per orang dalam satuan kerja tertentu maupun oleh kelompok-kelompok

kerja yang terdapat dalam organisasi, menempatkan pencapaian tujuan dan

penyelesaian tugas di atas pertimbangan-pertimbangan yang menyangkut unsur

manusia dalam organisasi.

c. Pendekatan situasional (situasional approach)

Pendekatan situasional hampir sama dengan pendekatan perilaku, keduanya

menyoroti perilaku kepemimpinan dalam situasi tertentu. Dalam hal ini

kepemimpinan lebih merupakan fungsi situasi daripada sebagai kualitas pribadi dan

merupakan suatu kualitas yang timbul karena interaksi orang-orang dalam situasi

tertentu (Mulyasa, 2003: 112). Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi

didasarkan atas asumsi bahwa keberhasilan kepemimpinan suatu organisasi atau

lembaga tidak hanya bergantung pada atau dipengaruhi oleh perilaku dan ciri-ciri

pemimpin saja namun masih hams disesuaikan dengan tuntutan situasi

kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan

faktor waktu dan ruang (Sondang, 2003: 128).

Page 19: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

Pendekatan kepemimpinan situasional dikembangkan oleh Hersey dan

Blanchard berdasarkan teori-teori kepemimpinan sebelumnya. Tiap organisasi

memiliki ciri-ciri khusus dan unik sehingga masalah yang dihadapi berbeda,

situasinya berbeda, dan harus dihadapi dengan perilaku kepemimpinan yang berbeda

sesuai situasi organisasi tersebut.

Teori ini merupakan pengembangan dari model kepemimpinan tiga dimensi,

yang didasarkan pada hubungan antara tiga faktor, yaitu perilaku tugas (task

behavior), perilaku hubungan (relationship behavior) dan kematangan (maturity).

Perilaku tugas merupakan pemberian petunjuk oleh pemimpin terhadap anak buah

meliputi penjelasan tertentu, apa yang harus dikerjakan, bilamana dan bagaimana

mengerjakannya, serta mengawasi mereka secara ketat. Perilaku hubungan

merupakan ajakan yang disampaikan oleh pemimpin melalui komunikasi dua arah

yang meliputi mendengar dan melibatkan anak buah dalam pemecahan masalah.

Adapun kematangan adalah kemampuan dan kemauan anak buah dalam

mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya.

Menurut teori ini kepemimpinan akan efektif jika disesuaikan dengan tingkat

kematangan anak buah. Makin matang anak buah, pemimpin harus mengurangi

perilaku tugas dan menambah perilaku hubungan. Apabila anak buah bergerak

mencapai rata-rata tingkat kematangan, pemimpin harus mengurangi perilaku tugas

dan perilaku hubungan. Selanjutnya, pada saat anak buah mencapai tingkat

kematangan penuh dan sudah dapat mandiri, pemimpin sudah dapat mendelegasikan

wewenang kepada anak buah.

Gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan dalam keempat tingkat

Page 20: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

kematangan anak buah dan kombinasi yang tepat antara perilaku tugas dan perilaku

hubungan adalah yaitu: gaya mendikte (telling), gaya menjual (selling), gaya

melibatkan diri (participating), gaya mendelegasikan (delegating)

Mantja (2005: 54) secara lebih ringkas menyatakan bahwa melalui perilaku

kepemimpinan kepala sekolah yang mengacu pada perilaku yang berorientasi pada

tugas dan perilaku yang berorientasi pada bawahan, akan membentuk sikap yang

berkaitan dengan bagaimana para guru berperilaku dalam melaksanakan pekerjaannya

sehari-hari. Tindakan dan gaya kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi motivasi

memimpin guru dalam menyelenggarakan peran kepemimpinan secara efektif. “ A

principal’s style and actions have great influence over teacher leaders’ motivation for

performing teacher leadership roles effectively (Birky, Shelton and Headly, 2006).

Penelitian Keller (Birky, Shelton and Headly, 2006) menunjukkan bahwa gaya

kepamimpinan kepala sekolah berdampak pada kesuksesan siswa dan sekolah. Kepala

sekolah yang lebih berfungsi sebagai manajer dari pada pemimpin pengajaran memiliki

sekolah-sekolah yang kurang sukses dari pada yang bekerja secara dekat dengan guru-

guru dalam menjalankan tugasnya. Adapun beberapa bentuk tindakan yang dapat

dilakukan oleh kepala sekolah seperti yang dinyatakan oleh Syafarudin (2002:67)

memberikan otonomi dalam pembelajaran, pengembangan kemampuan serta

meningkatkan penghargaan terhadap pekerjaan guru.

Kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinannya, sebagaimana

kepemimpinan pada umumnya mengacu pada dua dimensi yaitu berorientasi pada

tugas (task oriented), agar tugas-tugas yang diberikan pada bawahan bisa dilaksanakan

dengan sebaik-baiknya. Di samping berorientasi pada tugas, kepala sekolah juga harus

Page 21: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

menjaga hubungan kemanusiaan dengan bawahannya (berorientasi pada bawahan),

agar mereka tetap merasa senang dalam melaksanakan tugasnya. Namun derajat

perilaku tersebut bervariasi, sehingga ada kepala sekolah yang memiliki perilaku

berorientasi tugas dan perilaku berorientasi pada bawahan yang keduanya tinggi, tetapi

ada pula yang keduanya rendah dan ada pula yang rendah pada satu perilaku dan tinggi

pada perilaku lainnya. Karena itu berbagai perilaku kepemimpinan kepala sekolah akan

dipersepsi oleh guru sebagai bawahannya dan selanjutnya akan membentuk sikap atau

perasaan yang berkaitan dengan bagaimana mereka berperilaku dalam bekerja sehari-

hari.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kepemimpinan kepala sekolah

adalah kemampuan kepala sekolah dalam mendorong, membimbing, mengarahkan,

dan menggerakkan para guru untuk bekerja, berperan serta guna mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Dimensi kepemimpinan kepala sekolah yang akan dikaji mengacu

pada pendekatan perilaku kepemimpinan yang mengacu pada:

1. Orientasi pada tugas, dengan indikator: menciptakan struktur tugas dan

menekankan pada produktivitas.

2. Orientasi pada bawahan dengan indikator memperhatikan kebutuhan bawahan,

toleransi dan kebebasan, dan menyatukan bawahan.

3. Iklim Organisasi

Organisasi adalah suatu wadah bagi para pegawai berinteraksi clan bekerja

satu sama lain dalam mencapai tujuan organisasi. Kochler dalam Muhammad (2005:

23) organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha

Page 22: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya Duncan dalam

Wahjosumidjo (2005: 59) mengemukakan pengertian organisasi sebagai suatu

kebersamaan dan interaksi serta saling ketergantungan individu-individu yang bekerja

ke arah tujuan yang bersifat umum dan hubungan kerjasamanya telah diatur sesuai

dengan struktur yang telah ditentukan.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka dapat diperoleh keterangan

sebagai berikut. Pertama, organisasi dipandang sebagai kelompok orang yang bekerja

sama dengan tujuan yang sama Kedua, organisasi dibentuk untuk menyelesaikan jenis

fungsi dan aktivitas khusus untuk efisiensi tujuan. Ketiga, organisasi tersusun atas

bagian-bagian dan hubungan-hubungan.

Sub sistem yang paling penting dalam suatu organisasi adalah subsistem

manusia karena menurut Muhammad (2005: 39) manusia sebagai anggota organisasi

adalah merupakan inti organisasi. Faktor manusia dalam organisasi harus mendapat

perhatian dan tidak dapat diabaikan. Hal ini disebabkan berhasil atau tidaknya

organisasi itu mencapai tujuan dan mempertahankan eksistensinya lebih banyak

ditentukan oleh faktor manusianya. Oleh sebab itu dalam melaksanakan aktivitasnya,

manusia yang bekerja pada organisasi tersebut perlu disubstitusi dengan berbagai

stimulus dan fasilitas yang dapat meningkatkan motivasi dan gairah kerjanya.

Iklim yang kondusif dapat mendorong dan mempertahankan motivasi para

pegawai. Dengan demikian iklim organisasi harus diciptakan sedemikian rupa

sehingga pegawai merasa nyaman dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Iklim

organisasi yang kondusif akan mendorong pegawai untuk lebih berprestasi secara

optimal sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Page 23: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

Owens dalam Burhanuddin, Ali dan Maisyaroh (2002: 91), mengatakan bahwa

iklim organisasi menunjukan pada: to perceptions of persons in the organization that

reflect those norms, assumptions, and beliefs. Hal yang sama diungkapkan oleh Hoy

dan Miskel (1991: 221) bahwa iklim organisasi adalah : "perceptions of the general

work environtment of the school'. Sedangkan Gilmer dalam (Hoy dan Miskel, 1991:

221) menyatakan: "those characteristics that distinguish the organization from other

organizations and that influence the behaviour of people in the organization".

Rousseau (1990) mengungkapkan iklim organisasi adalah: “the descriptive beliefs and

perceptions indviduals hold of the organization”. Iklim organisasi adalah gambaran

kepercayaan-kepercayaan dan persepsi-persepsi yang dipegang individu tentang

organisasi. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut menunjukkan bahwa iklim

organisasi selalu berhubungan dengan (1) persepsi para anggota organisasi yang

bersangkutan. Dalam hal ini adalah sikap dan perasaan yang ditampilkan oleh pegawai

terhadap sifat-sifat atau karakteristik yang ada dalam organisasi; (2) hasil interaksi

seluruh komponen dalam organisasi, dan oleh karena itu mempengaruhi perilaku

individu-individu dalam organisasi.

Organizational climate is a set of values, often taken for granted, that help people in an organization understand which actions are considered acceptable and which are considered unacceptable. Often there values are communicated through stories and other symbolic means (Moorhead and Griffin, 1989). Organization climate is developed by the organization. It reflects the struggle, both internal and external, the type of people who compose the organization, the work process, the means of communication and the exercise of authority within the individual organization. (www.calcutta.edu.org. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology, “…Goal Setting Tendencies, Work Motivation and Organizational Climate as Perceived by the Employees…” January 2006, Vol. 32, No.1, 61-65)

Litwin dan Stringer (dalam Muhammad, 2005: 83) memberikan dimensi iklim

Page 24: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

oganisasi sebagai berikut: (1) rasa tanggung jawab; (2) standar atau harapan tentang

kualitas pekerjaan; (3) ganjaran atau reward; (4) rasa persaudaraan; dan (5) semangat

tim. Di sisi lain Davis dan Newstrom (1996:24) menyebutkan beberapa unsur khas

yang membentuk iklim yang menyenangkan adalah: (1) Kualitas kepemimpinan; (2)

Kadar kepercayaan; (3) Komunikasi, ke atas dan ke bawah; (4) Perasaan melakukan

pekerjaan yang bermanfaat; (5) Tanggung jawab; (6) Imbalan yang adil; (7) Tekanan

pekerjaan yang nalar; (8) Kesempatan; (9) Pengendalian; struktur, dan birokrasi yang

nalar; (10) Keterlibatan pegawai, keikutsertaan.

Unsur-unsur iklim organisasi yang dikemukakakan oleh Litwin dan Stringer,

Davis dan Nestrom, dan Campbell merupakan unsur-unsur iklim organisasi yang

positif, yang menyenangkan. Iklim yang menyenangkan bagi para pegawai (Davis dan

Newstrom, 2005: 24) adalah apabila mereka melakukan sesuatu yangbermanfaat dan

menimbulkan perasaan berharga, mendapatkan tanggung jawab dan kesempatan untuk

berhasil, didengarkan dan diperlukan sebagai orang yang bernilai. Adanya iklim yang

positif, yang menyenangkan dapat membawa pengaruh positif pada kinerja seseorang.

Iklim yang berorientasi pada manusia akan menghasilkan kinerja dan kepuasan kerja

yang lebih tinggi. Para pegawai merasa bahwa organisasi benar-benar memperhatikan

kebutuhan dan masalah mereka, bila mana iklim bermanfaat bagi kebutuhan individu

(misalnya, memperhatikan kepentingan pekerja dan berorientasi prestasi), maka dapat

mengharapkan tingkah laku ke arah tujuan yang tinggi. Sebaliknya, bilamana iklim

yang timbul bertentangan dengan tujuan, kebutuhan dan motivasi pribadi, prestasi

maupun kepuasan dapat berkurang.

Iklim organisasi dalam penelitian ini adalah karakteristik sekolah sebagai

Page 25: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

suatu organisasi yang dipersepsi para guru dan sekaligus mempengaruhi perilakunya.

Adapun indikator iklim organisasi mengacu pada:

a. Struktur organisasi,

b. Pemberian tanggung jawab,

c. Kebijakan dan praktek manajemen yang mendukung,

d. Keterlibatan/keikutsertaan guru dalam organisasi, dan

e. Komitmen daiam mengemban tugas.

4. Pemberian Insentif

a. Pengertian dan Jenis Insentif

Insentif merupakan suatu usaha dari sekolah untuk memberikan tambahan

diluar upah biasa untuk mendorong guru agar bekerja lebih giat lagi dan

bersemangat guna meningkatkan kinerja kerja mereka. Adapun pengertian insentif

adalah merupakan suatu bentuk motivasi yang dinyatakan dalam bentuk uang

(Husnan, 2003:161).

Insentif adalah penghargaan atau ganjaran yang diberikan untuk

memotivasi para pekerja agar produktivitas kerjanya tinggi, sifatnya tidak tepat

atau sewaktu-waktu. Oleh karena itu insentif sebagai bagian dari keuntungan,

terutama sekali di berikan pada pekerja yang bekerja secara baik atau berprestasi,

misalnya dalam bentuk pemberian bonus dan dapat pula diberikan dalam bentuk

barang (Nawawi, 2003: 317).

Insentif adalah balas jasa yang dibayarikan kepada tenaga kerja tertentu

yang prestasinya di atas prestasi standar (Hasibuan, 2002:133). Sedangkan

pengertian insentif menurut buku Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis dan manajemen

Page 26: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

yang disusun oleh Lumbatoruan (2002: 270) adalah sistem imbalan yang

direncanakan untuk memberikan motivasi kepada tenaga kerja agar meningkatkan

prestasi dan efisiensi. Sehingga hasil karya mereka diatas standar yang telah

ditentukan.

Dari pengertian-pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

insentif merupakan suatu perangsang atau pendorong yang dapat menimbulkan

semangat atau gairah kinerja seseorang guna meningkatkan prestasi kerja.

Ranupanjodo dan Husnan (2003: 185) mengklasifikasikan jenis-jenis insentif

yang diberikan pada karyawan adalah sebagai berikut:

1) Uang, seseorang ingin bekerja karena ingin memperoleh uang, dengan uang

seseorang dapat memuaskan kebutuhannya, bagi kebanyakan karyawan uang

dapat merupakan daya rangsang yang sangat kuat.

2) Keamanan, merupakan sebuah kebutuhan manusia yang fundamental bagi

sebagian tenaga kerja kadang-kadang pekerjaan yang aman lebih penting dari

pada uang atau upah. Keamanan yang dimaksud dalam hal ini adalah

kecemasan tarhadap kemungkinan diberhentikan meskipun pada dasarnya

upah yang diberikan rendah tetapi karena pekerjaan itu menjamin kontiunitas

maka hal ini menjadi minat utama seseorang untuk bekerja.

3) Persahabatan, manusia bekerja memerlukan manusia lainnya, adanya

persahabatan akan akan menyatuakan mereka secara kelompok yang bekerja

sama dan saling memiliki.

4) pengakuan yang adil, merupakan salah satu kebutuhan sosial yang dapat

diperoleh dari hubungan antara atasan dan bawahan atau sesame mereka.

Page 27: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

Perlakuan yang adil ini dimaksudkan tidak pandang bulu dalam pemberian

tugas, insentif dan penghargaanserta lainnya yang dapat mengganggu

kosentrasi guru dalam bekerja.

5) Otonomi, merupakan salah satu bentuk insentif dalam memenuhi egoistik guru

untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam batas-batas tertentu akan

meningkatkan kreatifitas dan spontanitas.

6) Prestasi, pemberian kesempatan pada guru untuk berprestasi merupakan salah

satu kebutuhan egoistik dalam hubungan dengan pemberian insentif. Kepala

sekolah harus menghargai hasil pekerjaan mereka dan memberikan

kesempatan untuk melakukan suatu tujuan organisasi sekolah. Seseorang yang

merasa bahwa pekerjaannya tidak penting sering tidak semangat dan sering

mengeluh didalam melaksanakan pekerjaannya.

Menurut Manulang (2006: 4), pada dasarnya bentuk insentif dapat digolongkan

menjadi dua bagian yaitu:

a. Insentif Finansial

1) Bonus, adalah uang yang diberikan sebagai balas jasa yang diberikan

secara ikatan dimasa datang dan diberikan kepada guru yang berhak

menerimanya.

2) Komisi, adalah jenis komisi yang diberikan kepada guru yang berprestasi.

b. Insentif non finasial

1) Pembelian pujian secara lisan maupun tertulis

2) Pemberian promosi jabatan

Page 28: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

3) Ucapan terima kasih secra rormal maupun tidak formal

4) Pemberian perlengkapan khusus pada ruang kerja

5) Pemberian penghargaan

Tujuan pemberian kompensasi (balas jasa) menurut Handoko (2005: 150-

158) adalah:

1) Memperoleh personalia yang berkualitas. Kompensasi perlu ditetapkan cukup

tinggi agar menarik para pelamar, karena organisasi-organisasi bersaing dalam

pasar tenaga kerja, tingkat pengupahan harus sesuai dengan kondisi suplai dan

permintaan tenaga kerja. Terkadang tingkat gaji yang relative tinggi

diperlukan untuk menarik para pelamar yang cakap dan sudah bekerja di

berbagai organisasi lain.

2) Mempertahankan para pekerja yang ada sekarang. Bila tingkat kompensasi

tidak kompetitif, niscaya banyak tenaga guru yang baik akan keluar. Untuk

mencegah perputaran guru, pengupahan harus dijaga agar tetap kompetitif

dengan sekolah lain.

3) Menjamin keadilan. Administrasi pengupahan dan penggajian sekolah untuk

memenuhi prinsip keadilan. Keadilan dan konsisten internal dan eksternal

sangat penting diperhatikan dalam tingkat kompensasi.

4) Kepuasan kerja. Denga balas jasa guru akan dapat memenuhi kebutuhan-

kebutuhan fisik, status, social dan egoistiknya, sehingga ia memperoleh

kepuasan kerja dari jabatannya itu.

5) Motivasi. Jika balas jasa yang di berikan cukup besar, kepala sekolah akan

mudah memotivasi bawahannya.

Page 29: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

6) Disiplin. Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin guru

semakin baik. Mereka akan menyadari serta mentaati peraturan-peraturan

yang berlaku.

Tujuan pemberian balas jasa ini hendaknya memberikan kepuasan kepada

semua pihak, guru dapat memnuhi kebutuhannya, kepala sekolah mendapatkan

hasil yang baik, peraturan pemerintah harus ditati, dan masyarakat mendapatkan

hasil yang baik, tamatan yang membanggakan.

Dari tujuan-tujuan tersebut kita lihat bahwa insetif sangat penting didalam

memotivasi guru agar mau mengajar dengan baik dan sungguh-sungguh. motivasi

tersebut untuk menggerakkan kearah pencapaian tujuan tertentu. Motivasi sebagai

energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri.seperi diungkapkan jurnal

berikut:

“…Their theory of job characteristics focuses on facilitating high internal work motivation, which bears considerable relation to autonomous motivation, although the theory does not distinguish introjected forms of internal motivation from identified, integrated, and intrinsic forms, so it does not have the means for examining negative consequences that are associated with the introjected type of internal motivation. The authors proposed that the means for increasing internal work motivation is to design jobs so they will (1) provide variety, involve completion of a whole, and have a positive impact on the lives of others; (2) afford considerable freedom and discretion to the employee (what action theorists refer to as decision latitude); and (3) provide meaningful performance feedback. The authors further explain that individual differences in the strength of growth needs moderate the degree to which these job characteristics have a positive impact on job performance…” (www.interscience.wiley.com Journal of Organizational Behavior.”Self-determination theory and work motivation” 26, 331–362.2005)

Untuk memahami pengertian motivasi dalam pemberian insentif maka

penulis akan mengemukakan beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli

manajemen sebagai berikut: Bahwa motivasi adalah suatu kekuatan penggerak

Page 30: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

bagi pekerja.

B. Penelitian Terdahulu

Data kepustakaan menunjukkan bahwa sudah cukup banyak hasil penelitian

terdahulu yang temanya relevan dengan kepemimpinan kepala sekolah, iklim

organisasi, kepuasan kerja maupun motivasi kerja di sekolah antara lain: Penelitian

Rifatun (2007) tentang Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan pemberian

insentif terhadap kinerja guru SD Se Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, menunjukkan

ada pengaruh antara kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap

kinerja guru SD.

Via Wuviani (2005) dalam tesisnya yang berjudul "Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Kualifikasi, Motivasi Kerja Guru dan Kepemimpinan Kepala Sekolah

terhadap Kinerja Guru SMA Negeri di Kota Bandung'"'. Hasil penelitian menunjukkan

besarnya pengarah kualifikasi terhadap kinerja guru sebesar 37,30%, pengarah

motivasi kerja guru terhadap kinerjanya sebesar 45,20%, pengarah kepemimpinan

kepala sekolah terhadap kinerja guru sebesar 51,80%, dan pengarah kualifikasi,

motivasi kerja guru dan kepemimpinan kepala sekolah secara bersama-sama terhadap

kinerja guru sebesar 67%, sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Hai ini

mengindikasikan adanya faktor-faktor iain di iuar kualifikasi, motivasi kerja guru dan

kepemimpinan kepala sekolah yang mempengaruhi kinerja guru.

Penelitian yang dilakukan oleh Rejekiningsih (2001) tentang hubungan antara

perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru

SMU di Kabupaten Tegal, disampaikan bahwa terdapat hubungan yang positif

Page 31: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan Motivasi kerja secara

bersama-sama dengan kepuasan kerja guru SMU di Kabupaten Tegal.

Penelitian yang dilakukan oleh Murzaenni (2003) tentang peranan persepsi

guru mengenai kepemimpinan kepala sekolah dan iklim kerja terhadap kinerja guru

SMU swasta di Kota Tegal, disimpulkan bahwa terdapat peranan positif signifikan

antara peranan persepsi guru mengenai kreteria kepemimpinan kepala sekolah dan

iklim kerja secara bersama- sama terhadap kinerja guru SMU swasta di Kota Tegal.

Dalam jurnal dijelaskan juga tentang Studi kepemimpinan yang terdiri dari

berbagai macam pendekatan pada hakikatnya merupakan usaha untuk menjawab atau

memberikan pemecahan persoalan tentang kemungkinan seseorang menjadi pemimpin

yang baik dan mampu memajukan organisasi yang dipimpinnya, seperti:

“…The research evidence suggests that strong instructional leaders greatly can impact teaching and learning. There also is increasing recognition that instructional coaches can play an effective role in improving classroom-level practices. A natural way for school leaders to take on the role of instructional leader is to serve as a “chief” coach for teachers by designing and supporting strong classroomlevel instructional coaching. As explored in the previous issue brief, it is important to carefully select capable coaches and provide them with appropriate training. But no element of an instructional coaching program is more important than its design and fit with the particular needs of each school, its faculty, and its students. Engaging in the processes outlined previously—determining goals and needs, selecting a coaching approach that meets these needs, and sustaining the program with time and support—will help ensure that a coaching program improves classroom instruction and, ultimately, student learning. It also builds a principal’s instructional leadership capacity by helping the principal understand the needs of students and teachers and the best strategies to meet these needs…”

(www.centerforcsri.org The center for comprehensive school reform and improvement, “Principal as Instructional Leader”. September 2007)

Menindaklanjuti penelitian-penelitian tersebut, peneliti akan mengungkap

seberapa besar kontribusi Persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, iklim

Page 32: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

organisasi dan pemberianinsentif terhadap kepuasan kerja guru SD Negeri di

Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal.

C. Kerangka Pikir

1. Kontribusi Persepsi guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Organisasi

dan pemberian insentif terhadap kepuasan kerja guru

Kepala sekolah dan guru merupakan komponen-komponen yang

berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dalam organisasi

sekolah, hubungan kepala sekolah dan guru merupakan hubungan antara atasan

atau pemimpin dengan bawahan. Untuk itu guna tercapainya mutu pendidikan

yang optimal diperlukan kerja sama yang sinergis antara kepala sekolah dan guru.

Dalam organisasi sekolah, kepala sekolah dituntut menampilkan suatu

kepemimpinan yang berorientasi terhadap tugas dan juga berorientasi terhadap

bawahan. Iklim organisasi yang kondusif, para guru menampilkan sikap positif

terhadap pekerjaan, dan kepuasan kerja terpenuhi dengan baik pada akhirnya akan

menampilkan seorang guru yang mampu bekerja secara profesional (memiliki

kinerja yang baik). Oleh karena itu diduga ada hubungan atau korelasi positif

antara kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi, pemberian insentif dan

kepuasan kerja.

2. Kontribusi persepsi guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap

Kepuasan Kerja Guru

Kepemimpinan kepala sekolah yang dimaksud adalah kemampuan kepala

sekolah dalam mendorong, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan para

Page 33: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

guru untuk bekerja berperan serta guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberdayakan

komponen-komponen yang ada di sekolah, dalam hal ini guru. Guru merupakan

salah satu komponen sekolah yang memegang peranan penting dalam menentukan

mutu pendidikan sekolah. Oleh karena itu guru dituntut bekerja secara profesional

sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Kepala sekolah sebagai seorang yang diberi tugas untuk memimpin

sekolah, bertanggung jawab atas tercapainya tujuan, peran, dan mutu pendidikan di

sekolah. Dengan demikian agar tujuan sekolah dapat tercapai, maka kepala sekolah

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dituntut memiliki kapasitas yang

memadai sebagai seorang pemimpin. Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam

meningkatkan kepuasan kerja guru sangatlah besar. Mengingat dengan

kepemimpinan yang baik, kepala sekolah diharapkan mampu mempengaruhi dan

menggerakkan para guru guna meningkatkan kepuasan kerja guru .

3. Kontribusi Iklim Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Guru

Iklim merupakan karakteristik sekolah sebagai suatu organisasi yang

dipersepsi para guru dan sekaligus mempengaruhi perilakunya. Adapun sifat atau

karakteristik yang terdapat pada suatu organisasi seperti kepemimpinan, kebijakan

dan praktek manajemen yang mendukung, struktur tugas, komitmen organisasi

yang terjadi di dalam organisasi tersebut. Iklim yang kondusif biasanya

dihubungkan dengan sikap kerja yang positif. Sebaliknya iklim yang otoriter dan

sentralisasi pengambilan keputusan, sementara tingkah laku pegawai ditentukan

oleh sebagian besar oleh peraturan dan posedur standar bukan saja akan menjurus

Page 34: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

pada produktivitas yang rendah tetapi juga menghasilkan sedikit sekali kepuasan

dan sikap negatif terhadap organisasi (Burhanuddin, Ali dan Maisyaroh, 2002:

102). Davis dan Newstrom (2001: 24) menyebutnya dengan iklim yang

menyenangkan, para pegawai yang merasa bahwa iklim organisasi menyenangkan

bila mereka dapat melakukan sesuatu yang bermanfaat dan menimbulkan perasaan

berharga, mendapatkan tanggung jawab dan kesempatan untuk berhasil. Oleh

karena itu iklim yang kondusif, yang menekankan pada pencapaian tujuan

organisasi dan memberi kesempatan kerja sama dan partisipasi pegawai dalam

pencapaian tujuan organisasi perlu diciptakan. Dengan terciptanya iklim yang

kondusif mempengaruhi kepuasan kerja guru.

4. Kontribusi pemberian insentif terhadap kepuasan kerja guru

Adanya pemberian insentif merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan motivasi kerja guru. Motivasi kerja merupakan dorongan yang

timbul dalam diri seseorang/guru karena memperoleh pemenuhan kebutuhan yang

diinginkan sehingga guru mau melakukan serangkaian kegiatan yang berkaitan

dengan pekerjaannya. Kepuasan kerja guru adalah pernyataan sikap guru yang

positif maupun negatif, didasarkan oleh cara pandang (persepsi) guru yang

bersangkutan terhadap pekerjaannya sebagai pengajar dan pelaksana pendidikan di

sekolah. Pada dasarnya kepuasan kerja guru tumbuh pada diri guru berdasarkan

pada sejauh mana guru menerima dan melaksanakan kerja sesuai dengan yang

diharapkan. Kepala sekolah hendaknya dapat membina kepuasan kerja guru.

Kepuasan kerja guru ditunjukkan oleh sikapnya dalam bekerja/mengajar. Jika guru

puas akan keadaan yang mempengaruhi dia maka dia akan bekerja dengan

Page 35: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

baik/mengajar dengan baik. Bila guru merasakan kepuasan dalam pekerjaannya,

maka berpengaruh terhadap kinerja guru. Motivasi kerja mempengaruhi tingkat

kepuasan kerja seorang guru.

Desain korelasional persepsi guru tentang kepemimpinan Kepala sekolah

(XI), Iklim organisasi (X2), dan pemberian insentif (X3) terhadap Kepuasan kerja

guru (Y)

Gambar 2.1

Keterangan:

rl : Besaran kontribusi pesepsi guru tentang kepemimpinan Kepala sekolah

(XI) terhadap Kepuasan kerja guru (Y)

r2 : Besaran kontribusi Iklim organisasi (X2) terhadap Kepuasan kerja guru

(Y)

r3 : Besaran kontribusi Pemberian insentif (X3) terhadap Kepuasan kerja

guru (Y)

Page 36: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

rl23 : Besaran kontribusi kepemimpinan Kepala sekolah (XI), Iklim organisasi

(X2), dan pemberian insentif (X3) terhadap Kepuasan kerja guru (Y).

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, identifikasi masalah dan tujuan

penelitian dapat dikemukakan anggapan sementara secara umum sebagai berikut.

"Ada kontribusi persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi

dan pemberian insentif terhadap kepuasan kerja di SD Negeri di Kecamatan

Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal". Adapun rumusan hipotesis secara khusus

sebagai berikut:

1. Ada kontribusi persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, iklim

organisasi dan pemberian insentif terhadap kepuasan kerja guru di SD Negeri di

Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal.

2. Ada kontribusi persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah terhadap

kepuasan kerja guru di SD Negeri di Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten

Kendal.

3. Ada kontribusi iklim organisasi terhadap kepuasan kerja guru di SD Negeri di

Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal.

4. Ada kontribusi pemberian insentif terhadap kepuasan kerja guru di SD Negeri di

Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal.

Page 37: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian korelasional non experimental. Penelitian ini

yang berusaha mencari hubungan antara variabel-variabel penelitian, yaitu hubungan

persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah (X1), dengan kepuasan kerja guru

(Y), iklim organisasi (X2) dengan kepuasan kerja guru (Y), pemberian insentif (X3)

dengan kepuasan kerja guru (Y) dan hubungan antara persepsi guru tentang

kepemimpinan kepala sekolah (X1), iklim organisasi (X2), pemberian insentif (X3)

secara bersama-sama dengan kepuasan kerja guru (Y) di SD Negeri di Kecamatan

Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal.

2. Desain Penelitian

39Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan dengan

desain ex post facto dalam penelitian korelasional (correlation design). Penelitian

dengan metode ex post facto merupakan pencarian empirik yang sistematik dimana

peneliti tidak dapat mengontrol langsung variabel bebas (X) karena peristiwanya telah

terjadi. Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak dituntut memberikan perlakuan terhadap

variabel bebasnya, melainkan mengkaji fakta-fakta yang telah terjadi/pernah dilakukan

oleh subyek penelitian, kemudian mengukur efek variabel bebas tersebut terhadap

variabel terikat tertentu (Sudjana dan Ibrahim, 2001: 57).

Dalam penelitian ini yang dicari adalah besaran kontribusi variabel bebas

Page 38: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah (X1), iklim organisasi (X2),

pemberian insentif (X3) terhadap variabel terikat yaitu kepuasan kerja guru (Y).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Se kecamatan Kaliwungu selatan

kabupaten Kendal dan dilaksanakan selama 4 bulan mulai bulan Februari sampai juni

2009. Subjek penelitian ini adalah guru –guru yang berada di wilayah UPTD Dinas

Dikpora Kecamatan Kaliwungu Selatan kabupaten Kendal, peneliti memilih wilayah

tersebut sebagai tempat penelitian didasarkan pada pertimbangan kemudahan,

keterbatasan waktu dan tenaga dalam menyelesaikan tesis ini.disamping itu, peneliti

tertarik dengan dinamika dan tingkat kompetensi guru – guru dalam mencapai prestasi

akademik dan ni akademik untuk anak didiknya.

C. Populasi, Sampel dan sampling

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2007: 55), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga benda-benda alam

yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang

dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik, sifat yang dimiliki objek/subjek

itu. Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan

subjek penelitian dimana individu yang akan dikenai perilaku atau dapat

Page 39: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

dikatakan sebagai keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti. Populasi

penelitian ini adalah semua guru di SD Negeri di Kecamatan Kaliwungu Selatan

Kabupaten Kendal. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 180 guru.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007: 56). Rumus

menentukan jumlah sample. Dari perhitungan dengan tabel

krecjie dengan tingkat signifikansi 5% dapat diperoleh sampel

penelitian sebanyak 120 responden.dari populasi sebanyak

180. Pengambilan sampel dalam penelitian ini didasarkan pada

pertimbangan bahwa adanya keterbatasan untuk mempelajari

semua populasi.

3. Teknik Sampling

Menurut Sugiyono, teknik sampling merupakan teknik

pengambilan sampel, sedangkan sampel adalah sebagian dari

jumlah dan karanteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,

2006: 128). Agar diperoleh sampel yang representatif, teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

proporsional random sampling (random sampling).

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

metode angket. Pertimbangan digunakannya metode tersebut,

Page 40: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

karena keterbatasan waktu peneliti dan luasnya wilayah penelitian.

Menurut Arikunto (2001: 135) angket adalah kumpulan dari

pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang (dalam

hal ini disebut responden), dan cara menjawab juga dilakukan

dengan tertulis. Angket yang digunakan adalah angket tertutup,

yaitu angket yang menghendaki jawaban pendek, dan tertentu yang

telah disedakan oleh peneliti dengan cara memberikan tanda

centang (V) pada alternatif jawaban yang dipilih. Alternatif jawaban

yang akan diperoleh dalam hal ini adalah berkenaan dengan

persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah, iklim

organisasi, pemberian insentif dan kepuasan kerja.

E. Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk

diamati (Sugiyono, 2000: 2). Sedangkan Arikunto (2001: 97)

mengatakan "variabel adalah obyek penelitian atau yang menjadi

titik perhatian suatu penelitian". Variabel dalam penelitian ini terdiri

atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas terdiri atas

persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah (XI), iklim

organisasi (X2), pemberian insentif (X3), dan sebagai variabel terikat

(Y) dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja guru. Adapun definisi

operasional untuk masing-masing variabel yang diungkap dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 41: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

1. Persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah adalah

pandangan atau pendapat guru tentang kemampuan kepala

sekolah dalam mendorong, membimbing, mengarahkan, dan

menggerakkan para guru untuk bekerja, berperan serta guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun dua dimensi

kepemimpinan kepala sekolah yang akan dikaji mengacu pada: (1)

orientasi pada tugas, dengan indikator: menciptakan struktur

tugas dan menekankan pada produktivitas; (2) orientasi pada

bawahan dengan indikator: memperhatikan kebutuhan, bawahan,

toleransi dan kebebasan, dan menyatukan bawahan.

2. Iklim organisasi, merupakan karakteristik sekolah sebagai suatu

organisasi yang dipersepsi para guru dan sekaligus mempengaruhi

perilakunya. Adapun indikator iklim organisasi adalah: struktur

organisasi, pemberian tanggung jawab, kebijakan dan praktek

manajemen yang mendukung, keterlibatan/ keikutsertaan guru

dalam organisasi, dan komitmen dalam mengemban tugas.

3. Pemberian insentif adalah pemberian penghargaan atau ganjaran

yang diberikan untuk memotivasi para pekerja agar produktivitas

kerjanya tinggi, sifatnya tidak tepat atau sewaktu-waktu. Indikator

pemberian insentif dalam penelitian ini meliputi gaji yang sesuai,

imbalan yang sepadan dengan kinerja, pemenuhan untuk

berpartisipasi, penempatan yang sesuai dengan keahlian,

pemenuhan fasilitas kerja yang aman, pemenuhan untuk

Page 42: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

meningkatkan karier dan terciptanya persaingan yang sehat.

4. Kepuasan kerja guru

Kepuasan kerja guru adalah pernyataan sikap guru yang positif

maupun negatif, didasarkan oleh cara pandang (persepsi) guru

yang bersangkutan terhadap pekerjaannya sebagai pengajar dan

pelaksana pendidikan di sekolah, adapun indikator kepuasan kerja

dalam penelitian ini adalah: pengakuan/penghargaan, kenaikan

pangkat/promosi, supervisi, gaji/kesejahteraan, kerja itu sendiri,

hubungan personal/ rekan sekerja.

F. Instrumen Penelitian

1. Jenis Instrumen

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada

empat buah, yaitu instrumen untuk variabel persepsi guru

tentang kepemimpinan kepala sekolah, variabel iklim organisasi

sekolah, pemberian insentif dan kepuasan kerja. Instrumen

tersebut berupa angket yang disusun sesuai dengan variabel-

variabel tersebut. Untuk memperoleh data, pembuatan instrumen

terlebih dahulu dilakukan inventarisasi indikator dari masing-

masing variabel. Aspek-aspek yang akan diungkap melalui

instrumen kuesioner ini merupakan aspek-aspek yang berkaitan

dengan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah,

iklim organisasi, pemberian insentif dan kepuasan guru.

Page 43: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

Alternatif jawaban butir soal dapat diukur dengan skala Likert

yang disesuaikan dan diberi alternatif jawaban dengan pembobotan

sebagai berikut:

a. Alternatif jawaban variabel persepsi guru tentang

kepemimpinan kepala sekolah dan pemberian insentif

pembobotannya adalah 1 = tidak pernah, 2 = pernah, 3 =

sering 4 = selalu.

b. Alternatif jawaban variabel iklim organisasi dan kepuasan

kerja pembobotannya adalah 1 = tidak setuju, 2 = kurang

setuju, 3= setuju, 4 = sangat setuju.

2. Uji coba instrumen

a) Validitas

Instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan

data dalam penelitian ini sebelumnya akan diuji coba.

Pelaksanaan uji coba akan dikenakan pada sumber data yang

bukan termasuk anggota pada sampel yang telah terpilih. Uji

coba dimaksudkan untuk mendapatkan instrumen yang valid

dan reliabel, dan dalam penelitian ini akan dilakukan uji coba

khususnya uji validitas dan reliabilitas. Hasil uji coba tersebut

diolah dengan menggunakan bantuan SPSS 15.

Uji validitas instrumen perlu dilakukan peneliti untuk

memperoleh instrumen yang valid. Hal ini sesuai dengan

makna validitas yang dikemukakan Arikunto (2001: 158)

Page 44: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

bahwa validitas adalah "suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen". Di

dalam penelitian ini uji validitas menggunakan validitas

konstruk. Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksikan

tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berdasarkan

teori tertentu. Uji validitas dilakukan terhadap responden di

luar sampel penelitian yang mempunyai sifat dan ciri yang

sama dengan responden yang akan menjadi sampel

penelitian. Pelaksanaan uji coba dilakukan terhadap 30 guru

diluar popilasi dalam penelitian ini. Dalam rangka

mendapatkan data yang akurat dan kredibel, pada penelitian

ini dilaksanakan uji coba alat pengumpul data. Empat alat ukur

yang dipergunakan oleh peneliti masing-masing, yaitu alat

ukur kepuasan kerja guru, alat ukur persepsi guru tentang

kepemimpinan kepala sekolah, alat ukur iklim organisasi

sekolah dan pemberian insentif dan Hasil uji coba tersebut

akan diolah dengan menggunakan bantuan SPSS 15.

Validitas instrumen diuji dengan menggunakan korelasi

skor butir dengan skor total" Product Moment (Pearson) ".

Analisis dilakukan terhadap semua butir instrumen dari

masing-masing variabel yaitu variabel persepsi guru tentang

kepemimpinan kepala sekolah, iklim organisasi, pemberian

insentif dan kepuasan kerja. Kriteria pengujiannya dilakukan

Page 45: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

dengan cara membandingkan r hitung dengan r tabel pada

taraf a = 0,05. Jika hasil perhitungan ternyata r hitung > r

tabel maka butir instrumen dianggap valid, sebaliknya jika r

hitung < r tabel maka dianggap tidak valid (invalid), maka

instrumen tidak dapat digunakan dalam penelitian.

b) Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk suatu pengertian bahwa suatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai

alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik

(Arikunto, 2001: 168). Instrumen yang baik tidak akan

mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban

tertentu. Instrumen yang reliabel apabila dipergunakan dalam

penelitian akan diperoleh data yang dapat dipercaya. Suatu

alat ukur dikatakan dapat dipercaya, apabila alat ukur tersebut

baik dan mantap, artinya alat ukur tersebut walaupun

beberapa kali dipergunakan untuk mengumpulkan data

hasilnya tetap sama.

Koefisien reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk

melihat konsistensi jawaban butir-butir pernyataan yang

diberikan oleh responden Adapun alat analisisnya

menggunakan metode belah dua (split half) dengan

mengkoreiasikan total skor ganjil lawan total skor genap,

Page 46: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

selanjutnya dihitung reliabilitasnya menggunakan rumus

"Alpha Cronhach ".

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Regresi Linear Sederhana

Untuk pengujian hipotesisi yang pertama dan kedua

menggunakan regresi linear sederhana. Regresi linier sederhana

didasarkan pada hubungan fungsional maupun kausal satu

variabel independen dengan satu variabel dependen. Persamaan

umum regresi linear sederhana adalah (Sugiyono, 2007: 255):

Y = a + bx

Dimana:

Y = Kepuasan kerja guru

X = Persepsi guru tentang Kepemimpianan Kepala Sekolah,

iklim organisasi dan pemberian insentif

a = Kostanta

b = Koefisien regresi

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Untuk menjawab hipotesis penelitian digunakan teknik

multiple regesi dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2007:

275).

Y = a + bl X2 + b2X2 + b3X3

Dimana:

Page 47: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

Y = Kepuasan kerja guru

X1 = persepsi guru tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah

X2 = iklim organisasi

X3 = pemberian insentif

a = Kostanta

b = Koefisien regresi

3. Uji ketepatan parameter praduga ( uji t )

Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan

variasi variabel terikat (Kuncoro, 2007: 81). Dalam penelitian ini

Uji t statistik digunakan untuk menguji apakah variabel persepsi

guru tentang kepemimpinan kepala sekolah (X1) iklim organisasi

(X2) dan pemberian insentif (X3) berpengaruh terhadap variabel

dependen Kepuasan kerja guru (Y). Pengujian ini dilakukan

dengan asumsi bahwa variabel-variabel lain adalah nol. Langkah-

langkahnya sebagai berikut.

a. Menentukan Hipotesis

1) Ho : =0 : Tidak ada kontribusi yang signifikan antara

variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

2) Ha : =0: Ada kontribusi yang signifikan antara variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y).

b. Menentukan batas derajat signifikan

Page 48: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

Batas derajat signifikansi yang digunakan adalah 5%.

c. Menentukan kriteria pengujian

1) H0 diterima apabila -ttabel thit ttabel

2) H0 ditolak apabila thit > ttabel atau t < - ttabel

d. Perhitungan nilai t dengan rumus sebagai berikut.

Sbbt

b = koefisien regresiSb = standar error

4. Uji ketepatan model (uji F)

Uji F adalah untuk menguji ketepatan model regresi (Setiaji;

2006: 31). Menurut Kuncoro (2007: 82) Uji F Statistik digunakan

untuk mengetahui apakah variabel bebas yang dimasukkan

dalam model mempunyai kontribusi secara bersama-sama

terhadap vatiabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebas

yaitu persepsi guru tentang kepemimpinan kepala sekolah (X1)

iklim organisasi (X2) dan pemberian insentif (X3) secara simultan

berpengaruh terhadap variabel dependen kepuasan kerja guru

(Y).

Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut.

a. Menentukan Ho dan H1 (Hipotesis Nihil dan Hipotesis

alternatif).

b. Menentukan level of signifikan (misalnya a = 5 %).

c. Kriteria uji-F, dengan melihat hasil print out komputer,

jika hasil Fhitung lebih besar dari 4, maka model dalam

Page 49: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

analisis sudah tepat (fit) (Setiaji, 2006: 22).

d. Apabila Fhitung > 4 maka Ho ditolak, berarti signifikan.

Sebaliknya, apabila Fhitung < 4 maka Ho diterima yang

berarti tidak signifikan.

Rumus Uji F yang digunakan seperti yang dikemukakan oleh

Setiaji (2006: 31) sebagai berikut.

knRllkR

Freg

/2

2

dimana k = konstanta.

Jika F hitung sudah lebih besar dari 4, maka model di atas

sudah tepat (fit) (Setiaji; 2006: 32).

5. Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Kuncoro (2007: 84) koefisien determinasi pada

intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel terikat. Untuk menentukan

besarnya sumbangan prediktor terhadap kriterium atau peran

variabel bebas terhadap variable terikat. R2 adalah perbandingan

antara variasi dependen (terikat) yang dijelaskan oleh variasi

independen (bebas). Semua variabel di luar model diwadahi

dalam E, jika variabel dalam model hanya menjelaskan 0,2 maka

berarti sebesar 0,8 ditentukan oleh variabel diluar model.

Semakin besar ukuran sampel maka nilai R2 cenderung makin

kecil (Setiaji, 2006: 28).

Rumus R2 :

Page 50: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

2

22

YY

YYR

6. Sumbangan Prediktor

Sumbangan prediktor digunakan untuk mengetahui

berapa sumbangan (peran) masing-masing variabel bebas. Ada

dua jenis sumbangan, yaitu sumbangan efektif dan sumbangan

relatif. Jumlah sumbangan efektif untuk semua variabel sama

dengan koefisien determinasi, sedangkan jumlah sumbangan

relatif untuk semua variabel bebasnya sama dengan 1 atau 100%

(Budiyono, 2004: 293). Sumbangan efektif disajikan dengan SE,

dan sumbangan relatif disajikan SR, terhadap terjadinya regresi

linear disajikan dalam bentuk formula sebagai berikut.

SE (X)% = βx1..n ∙ ryx1…n

SR (X)% =

2

%RXSE

Keterangan:

βx1..n = standar koefisien beta;

ryx1…n = koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktor;

R2 = nilai R square.

7. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Variabel pengganggu e dari suatu regresi disyaratkan

berdistribusi normal. Hal ini untuk memenuhi asumsi zero

mean. Jika variabel e berdistribusi normal, maka variabel yang

Page 51: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

diteliti Y juga berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas

e, dapat digunakan formula Jarqu Berra (JB test) sebag ai

berikut (Gujarati, 2006:136).

243

6

22 ksnJB

Keterangan:S = skewness (kemencengan);K = kurtosis (keruncingan).

b. Uji Linieritas

Uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah

masing-masing variabel yang dijadikan prediktor mempunyai

hubungan yang linier atau tidak terhadap variabel terikatnya.

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis

varians/ANOVA. Pada analisis ini dihitung harga F berdasarkan

harga tabel. Jika harga F hitung lebih besar daripada harga

tabel, berarti linieritasnya signifikan, begitu sebaliknya jika

harga F hitung lebih kecil daripada harga F tabel maka

liniaritasnya tidak signifikan. Kriteria keputusan liniaritas juga

didasarkan atas signifikasi ( hitung), apabila hitung lebih

kecil dari taraf signifikasi yang ditentukan yaitu 5 %, berarti

linieritasnya signifikan. Untuk menghitung harga F dan

dapat dugunakan paket program SPSS 15 for windows.

c. Heteroskedastisitas

Heteroskedasitas adalah kondisi dimana sebaran atau

varian faktor gangguan (disturbance) tidak konstan sepanjang

Page 52: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

observasi. Jika harga X makin besar maka sebaran Y makin

lebar atau makin sempit. Menurut Hanke dan Ritsch dalam

Mudrajad (2007: 96) Heterokedastisitas muncul apabila

kesalahan atau residu dari model yang diamati tidak memiliki

varian yang konstan dari satu observasi ke observasi lain.

Permasalahan heteroskedastisitas menyebabkan bias pada

variasi dari standar error, hal ini akan mengakibatkan uji t

yaitu b/seb, menjadi bias (tidak dapat dipercaya), sehingga

penaksiran regresi tidak dapat dipakai untuk mengambil

keputusan.

d. Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah korelasi linier yang perfect

(100 %) atau eksak di antara variabel penjelas yang

dimasukkan ke dalam model (Setiaji, 2006: 39). Jika di antara

variabel penjelas ada yang memiliki korelasi tinggi maka hal

ini mengindikasikan adanya problem multikolinieritas. Dalam

uji multikolinieritas melalui print out komputer, terlihat

adanya hasil collinierity diagnosis dan coefficient correlation.

Apabila nilai koefisien korelasi variabel bebas mendekati

angka 1, menunjukkan adanya multikolinieritas. Demikian

juga nilai toleransi mendekati nol. Atau nilai inflasi variance

(VIF) cenderung besar/mendekati 10 (Setiaji, 2006: 75-76).

Page 53: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Birky, Shelton and Headly. 2006. An Administrator ‘s Challenge: Encouraging teachers to be leaders. NASSP Bulletin, Vol. 90 p. 87. National Association of Secondary School Principals.

Boloz, Sigmund and Forter Carl. 1980. A Guide to Effective Leadership for The Reservation Administrator. Journal of Amirican Indian Education, Vol 19 p. 1. Diambil dari: http//jaie.asu.edu/v 19/V19S2res.html

Burhanuddin, Imron, Ali, Maisyaroh. 200. Manajemen Pendidikan. Wacana, Proses dan Aplikasinya di Sekolah. Malang : Universits

Page 54: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

Negeri Malang.

Davis, Keith & Newstrom, John W. 2001. Perilaku dalam Organisasi. Penerjemah Agus Dhanna, Edisi kedua. Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Daniel, Yvette. 2008. Principal Leadrship in New Teacher Induction: Becominmg Agent of Change. International Journal of Education Policy & Leadership, Vol 3 p. 3

Hoy and Miskel. 1991. Educational Administration. Theory, Research and Practice.

Mantja, Willem. 2005. Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pendidikan. Kumpulan Karya Tulis Terpublikasi. Malang : Wineka Media.

Mathis, Robert L. Dan Jackson, John H. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat.

Muhammad, Ami. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa, E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwanto, M. Ngalim. 2007. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Rifatun. 2007. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru SD Se Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Tesis: UMS

Rousseau. 1990. Assessing Organizational Climite and Culture. The Journal of School Leadership, p.2. Diambil dari: http://cnx.org/content/m13465/latest

Siagiaan, Sondang P. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Siagiaan, Sondang P. 2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana dan Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfebeta.

Sutarto Wijono. 2007. Motivasi kerja. Salatiga: Widya Sari

Page 55: nusantip.files.wordpress.com · Web viewPersepsi guru tehadap kepemimpinan kepala sekolah berdampak pada tingkat kepuasan kerja guru di sekolah. Kepuasan kerja guru juga dipengaruhi

Syafaruddin. 2005. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Konsep, Startegi dan Aplikasinya. Jakarta: Grasindo.

Wahjosumidjo. 2005. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Weiner, B (1990). History of motiational research. Journal of Educational Psychologyp.616. Diambil dari http: //pareonline.net/getvn.asp?v=5&n=11

Wuviani, Via. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru (Studi tentang Pengaruh Kualifikasi, Motivasi Kerja Guru dan Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru SMAN di Kota Bandung. Tesis. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Yukl, Gary. 2005. Kepemimpinan dalam Organisasi. Alih Bahasa Budi Suprianto. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.