· web viewperkembangan rata-rata harga eceran minyak goreng di medan, jakarta dan surabaya,...

80
KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

Upload: others

Post on 15-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

Page 2:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April
Page 3:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

BAB XI

KOPERASI DAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI

A. KOPERASI

1. Pendahuluan

Sebagai salah satu lembaga ekonomi masyarakat, koperasi diharapkan mampu menjadi wadah ekonomi utama bagi golongan ekonomi lemah terutama di pedesaan. Sehubungan dengan itu ke-bijaksanaan pembangunan koperasi ditujukan agar koperasi dapat tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat serta dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat golongan ekonomi lemah.

Sesuai dengan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1988, kebijaksanaan pembangunan perkoperasian terus dilakukan agar kualitas koperasi lebih meningkat. Kebijaksanaan pem-bangunan perkoperasian tersebut ditempuh melalui pembinaan dan pengembangan koperasi baik di bidang kelembagaan maupun di bidang usaha koperasi.

Agar koperasi mampu tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat luas, upaya untuk meningkatkan kesadaran berkope-rasi dan memasyarakatkan koperasi terus dilaksanakan. Upaya-upaya tersebut dilaksanakan antara lain dengan penerangan dan penyuluhan perkoperasian kepada masyarakat.

Page 4:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

Untuk memperkuat kelembagaan koperasi dan agar koperasi

XI/3

Page 5:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

yang sudah tumbuh di masyarakat makin meningkat kemampuannya, terus dilakukan pendidikan dan pelatihan bagi para manajer/ karyawan, pengurus, dan badan pemeriksa. Selanjutnya, untuk lebih meningkatkan kemampuan para pembina koperasi di lapang-an, mulai tahun 1989/90 dilakukan ndidikan bagi para Petugas Konsultasi Koperasi Lapangan (PKKL).

Bersamaan dengan pembinaan dan pengembangan kelembagaan KUD/Koperasi, dilanjutkan pula pembinaan dan pengembangan usaha KUD/Koperasi. Upaya yang ditempuh adalah meningkatkan mutu manajemen usaha koperasi antara lain melalui peningkatan keterampilan usaha, pelatihan bagi para manajer/pengelola usaha serta magang bagi manajer/pengelola usaha dari KUD yang kurang maju ke KUD yang sudah maju/mandiri. Selanjutnya, dalam rangka mendukung kelancaran usaha KUD, disediakan pula fasilitas perkreditan bagi KUD/Koperasi.

Berikut ini diuraikan kebijaksanaan pembangunan koperasi yang telah digariskan dan langkah-langkah yang ditempuh untuk melaksanakannya.

2. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Sesuai dengan amanat GBHN tersebut, kebijaksanaan dan langkah-langkah yang ditempuh dalam pembangunan koperasi selama dua tahun pertama Repelita V merupakan kelanjutan dari kebijaksanaan dan langkah-langkah yang diambil dalam Repelita-repelita sebelumnya.

Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan untuk memasyara-katkan dan menumbuhkan koperasi, terus dilakukan kegiatan-ke-giatan penerangan dan penyuluhan perkoperasian. Penerangan dan penyuluhan ini dilaksanakan baik secara tidak langsung melaluimedia massa maupun secara langsung melalui penerangan dan pe-nyuluhan kepada masyarakat luas. Upaya-upaya untuk lebih mem-perluas dan meningkatkan usaha penerangan dan penyuluhan ko-perasi, dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan kader ko-perasi bagi para juru penerang dan kelompok tani.

Kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan kelembagaan ko-perasi dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan bagi para manajer/karyawan koperasi, pengurus, badan pemeriksa serta kader koperasi. Melalui pendidikan dan pelatihan ini diharap-kan lembaga koperasi akan mempunyai kelengkapan personilkoperasi dengan kemampuan yang lebih baik sehingga pada gi-lirannya akan makin mampu mengelola organisasi koperasi dengan

XI/4

Page 6:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

lebih baik. Dengan demikian, koperasi diharapkan akan makin mampu pula menangani usaha-usaha yang dibutuhkan para anggo-tanya untuk lebih meningkatkan kesejahteraan mereka.

Selanjutnya, untuk lebih mengintensifkan pembinaan dan pengembangan koperasi di lapangan, dilakukan pula pendidikan dan pelatihan bagi para PKKL. Para PKKL tersebut, dibekali dengan pengetahuan untuk membina KUD/Koperasi dalam rangka peningkatan pengelolaan organisasi dan usaha koperasi. Dengan adanya PKKL upaya-upaya pembinaan dan pengembangan koperasi di lapangan dapat dilayani secara langsung oleh para PKKL.

Sejalan dengan upaya untuk memperkuat mutu pengelolaan organisasi koperasi, dilanjutkan pula pelaksanaan kegiatan magang bagi para manajer/pengelola usaha. Dengan dilaksanakan-nya kegiatan magang, diharapkan para manajer/pengelola usaha dapat mencontoh secara langsung keberhasilan koperasi lainnya. Kepada para manajer/pengelola usaha koperasi antara lain di-berikan pelatihan dalam penyusunan kelayakan usaha. Dengan kegiatan pelatihan penyusunan studi kelayakan, diharapkan para manajer/pengelola usaha koperasi akan mampu untuk menyusun kelayakan usaha yang efektif dan efisien dan memenuhi syarat-syarat yang diperlukan untuk memperoleh kredit dari perbankan.

Selain kredit-kredit umum dari perbankan termasuk di dalamnya Kredit Usaha Kecil (KUK), untuk mendukung kelancaran usaha koperasi tersedia pula kredit-kredit khusus dari per-bankan seperti: Kredit Usaha Tani (KUT), kredit kepada KUD, dan kredit kepada anggota koperasi primer termasuk kredit produksi Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Selain itu untuk mendukung usaha anggota koperasi tersebut tersedia pula kredit yang bukan berasal dari dana perbankan yaitu Kredit Candak Kulak (KCK).

Dengan dilaksanakannya pembinaan dan pengembangan kope- rasi secara terpadu baik dari segi kelembagaan maupun usaha, diharapkan koperasi akan makin tumbuh menjadi lembaga ekonomi yang mandiri. Untuk menentukan kemandirian KUD/Koperasi, pada akhir Repelita IV telah ditetapkan kriteria KUD Mandiri. Kri-teria-kriteria tersebut, dari segi kelembagaan antara lain mencakup: jumlah anggota penuh paling sedikit 25% dari jumlah penduduk dewasa yang memenuhi persyaratan keanggotaan KUD di wilayah kerjanya; paling sedikit dalam tiga tahun buku ber- turut-turut Rapat Anggota Tahunan (RAT) dilaksanakan tepat pada waktunya; anggota pengurus dan badan pemeriksa masing-

Page 7:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

XI/5

Page 8:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

masing sebanyak-banyaknya 5 orang dan 3 orang serta semuanya berasal dari anggota KUD.

Sedangkan dari segi kemandirian usaha, ditetapkan kri-teria pelayanan kepada anggota paling sedikit 60% dari seluruh volume usaha, modal sendiri paling sedikit Rp 25 juta, tole-ransi deviasi antara realisasi usaha dan rencana usaha KUD sebesar-besarnya 20%, tidak mempunyai tunggakan, dan volume usaha rata-rata Rp 250 ribu per anggota per tahun. Dengan adanya kriteria tersebut diharapkan koperasi-koperasi yang belum maju akan berusaha mengejar ketinggalannya dengan men-coba memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan. Sampai dengan akhir Repelita V diusahakan agar paling sedikit 2.000 KUD sudah dapat memenuhi kriteria KUD Mandiri.

Dalam rangka mengintensifkan usaha pengembangan koperasi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.1232/KMK.013/ 1989 tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha Golongan Ekonomi Lemah dan Koperasi melalui BUMN yang diberlakukan sejak tahun buku 1989, telah ditetapkan kebijaksanaan agar BUMN setiap tahun menyisihkan 1-5 persen dari sisa labanya setelah pajak dengan jumlah maksimum sebesar Rp 500 juta, untuk membantu pengusaha golongan ekonomi lemah termasuk koperasi. Bantuan ini dapat berupa upaya untuk meningkatkan modal kerja, kete-rampilan produksi, kemampuan pemasaran dan akses memperoleh kredit perbankan.

Di samping itu Pemerintah juga mendorong perusahaan swasta agar memberi kesempatan kepada koperasi untuk memiliki saham perusahaan swasta, terutama koperasi karyawan perusaha- an swasta yang bersangkutan, koperasi primer termasuk KUD yang berlokasi di sekitar perusahaan serta koperasi yang mempunyai keterkaitan produksi dan distribusi dengan perusahaan swasta yang bersangkutan. Pelaksanaan pemilikan saham perusahaan swasta oleh koperasi ini dilakukan secara bertahap sehingga pada akhirnya 25% dari saham perusahaan tersebut akan dimiliki oleh koperasi. Dengan pemilikan sebesar 25% dari saham suatu perusahaan, koperasi yang bersangkutan tidak perlu harus ikut serta dalam manajemen perusahaan yang bersangkutan. Dalam dunia usaha dewasa ini manajemen perusahaan, terlebih-lebih yang sudah "go public", perlu berada dalam tangan para manajer profesional.

3. Hasil-hasil Yang Dicapai

Hasil-hasil pelaksanaan kebijaksanaan pembinaan dan pe-

XI/6

Page 9:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

ngembangan koperasi tersebut di atas, sejak akhir Repelita IV sampai dengan tahun kedua Repelita V menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Beberapa hasil pelaksanaan pembina an dan pengembangan koperasi itu dijabarkan dalam uraian ber-ikut ini.

a. Pembinaan Kelembagaan Koperasi

Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ber-koperasi dan menumbuhkan semangat kewirakoperasian maka ke-giatan penerangan dan penyuluhan perkoperasian makin digiatkan dengan didukung oleh peningkatan pendidikan dan pelatihan kader koperasi antara lain dari koperasi wanita, koperasi pe-muda dan kelompok tani. Untuk memperkuat lembaga koperasi yang sudah berdiri, terus ditingkatkan pula pendidikan dan pelatih- an koperasi bagi para manajer, petugas teknis usaha, pengurus dan badan pemeriksa. Tabel XI-1 memperlihatkan perkembangan jumlah pengurus, manajer, karyawan dan kader koperasi yang memperoleh pendidikan dan pelatihan perkoperasian dari 1988/89 sampai 1990/91.

Pada tahun 1990/91 jumlah manajer/karyawan yang dididik dan dilatih mencapai 4.864 orang, yang berarti 59,4% lebih tinggi dibanding tahun 1989/90 atau 81,9% lebih tinggi dibanding tahun 1988/89. Demikian pula, jumlah pengurus, badan pemeriksa dan kader koperasi yang dididik pada tahun 1990/91 masing-masing juga meningkat 162,3%, 81,1% dan 195,8% dibanding tahun 1989/90.

Selain itu untuk memperkuat pembinaan koperasi di lapang-an, pada tahun 1989/90 mulai dilakukan pendidikan dan pelatih- an bagi para Petugas Konsultasi Koperasi Lapangan (PKKL) se-banyak 1.583 orang. Untuk lebih meningkatkan mutu PKKL pada tahun 1990/91 sebanyak 396 orang PKKL dididik dan dilatih lebih intensif, dan bagi yang berhasil dalam pendidikan dan pelatihan tersebut diberi sertifikat sebagai PKKL terdidik/ terlatih. Dalam tahun-tahun mendatang, secara bertahap PKKL yang lain juga akan mengikuti pendidikan dan pelatihan inten-sif yang serupa.

Jumlah koperasi di seluruh Indonesia sampai dengan tahun 1990 sudah mencapai 36.502 buah dan 8.334 buah di antaranya adalah KUD. Jumlah koperasi tahun 1990 tersebut merupakan pe-ningkatan sebesar 1,1% jika dibandingkan dengan jumlah kope-rasi pada tahun sebelumnya atau hampir 10,7% lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah koperasi tahun 1988 (Tabel XI-2).

XI/7

Page 10:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 1

JUMLAH PENGURUS, MANAJER, KARYAWANDAN KADER KOPERASI YANG MEMPEROLEH PENDIDIKAN PERKOPERASIAN,

1988/89 - 1990/91(orang)

Repelita V

Jenis Pendidikan 1988/89 1989/90 1990/91 1)

1. Manajer/Karyawan 2.674 3.052 4.864

- Manajer 1.997 2.345 1.149

- Juru Buku 2)

- Petugas Teknis Usaha 677 707 3.715

2. Pengurus 1.293 1.062 2.786

3. Badan Pemeriksa 392 813 1.472

4. Kader Koperasi 3) 2.790 3.000 8.873

5. PKKL 4) 1.583 396

Jumlah 7.149 9.510 18.391

1) Angka sementara2) Tidak diadakan karena jumlahnya dipandang telah memadai 3) Termasuk kader koperasi dari lingkungan masyarakat 4) Dimulai tahun 1989/90

XI/8

Page 11:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 2

JUMLAH KOPERASI SELURUH INDONESIA, 1)1988 - 1990

Repelita V

U r a i an 1988 1989 2) 1990 3)

Koperasi Non KUD

KUD

25.451

7.873

27.871

8.276

28.168

8.334

Jumlah 33.324 36.147 36.502

1) Mencakup Primer,2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

Pusat, Gabungan dan Induk

Sementara itu, anggota koperasi pada tahun 1990 berjumlah 29.134 orang atau meningkat sebesar 13,8% jika dibanding jumlah anggota tahun 1989 atau 16,3% lebih tinggi dibanding jumlah anggota tahun 1988 (Tabel XI-3).

Peningkatan jumlah dan anggota koperasi tersebut juga diikuti oleh peningkatan jumlah koperasi yang menyelenggara- kan Rapat Anggota Tahunan (RAT). Pada tahun 1990 jumlah kope-rasi yang menyelenggarakan RAT tercatat 21.187 buah. Jumlah ini meningkat 2,9% dibanding tahun 1989 atau 8,1% lebih tinggi dibanding tahun 1988 (Tabel XI-4).

Selanjutnya, pada tahun 1990 sudah terdapat 6.516 kope- rasi yang memiliki manajer atau 17,9% dari jumlah koperasi pada tahun yang sama. Jumlah manajer ini merupakan peningkat- an sebesar hampir 1% dibanding jumlah manajer tahun 1989 (Tabel XI-5). Perkembangan penyelenggaraan RAT serta jumlah

Page 12:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

XI/9

Page 13:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 3

JUMLAH ANGGOTA KOPERASI PRIMER,1988 - 1990(ribu orang)

RepelitaV

U r a i a n 1988 1989 1990 1)

Anggota Koperasi Non KUD 7.562 7.698 10.779

Anggota KoperasiUnit Desa (KUD) 17.494 17.903 18.355

Jumlah 25.056 25.601 29.134

1) Angka sementara

TABEL XI - 4

PENYELENGGARAAN RAPAT ANGGOTA TAHUNAN,1988 - 1990

Repelita V

U r a i a n 1988 1989 1990 1)

Seluruh Koperasi (buah) 33.324 36.147 3) 36.502

Jumlah Koperasi yangmenyelenggarakan 19.598 20.578 21.187RAT (buah)

Persentase Koperasiyang menyelenggarakan 58,8 56,9 3) 58,0RAT (%) ²)

1) Angka sementara2) Realisasi RAT tahun bersangkutan dibagi dengan jumlah Koperasi/KUD tahun bersangkutan 3) Angka diperbaiki

XI/10

Page 14:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 5

KUD DAN KOPERASI NON KUD YANG TELAH MEMPUNYAI MANAJER, 1988 - 1990

RepelitaV

U r a i a n 1988 1989 1990 1)

Koperasi Non KUD:

- Jumlah KoperasiNon KUD 25.451 26.915 28.168

- Jumlah Manajer 1.200 1.397 1.447

- Persentase (%)2) 4,7 5,2 5,1

K U D:

- Jumlah KUD 7.873 8.091 8.334

- Jumlah Manajer 5.090 5.068 3) 5.069

- Persentase (%)2) 64,7 62,6 60,8

1) Angka sementara 2) Jumlah manajer tahun bersangkutan dibagi jumlah koperasi

tahun yang bersangkutan. 3) Jumlah manajer menurun karena adanya penarikan manajer

PNS ke Departemen Koperasi.

XI/11

Page 15:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

manajer yang dimiliki koperasi tersebut di atas, menunjukkan adanya peningkatan mutu pengelolaan organisasi koperasi.

b. Pengembangan Usaha Koperasi

(1) Permodalan dan Perkreditan

Permodalan koperasi terdiri dari simpanan anggota dan kredit-kredit yang diperoleh dari perbankan. Pada tahun 1990 jumlah simpanan anggota koperasi adalah sebesar Rp 469,3 miliar, atau 9,4% lebih rendah dibanding jumlah simpanan tahun sebelumnya. Sedangkan modal usaha koperasi pada tahun yang sama mencapai Rp 458,4 miliar, 63,1% lebih rendah diban-ding tahun 1989 (Tabel XI-6). Penurunan modal usaha tersebut pada tahun 1990 antara lain diakibatkan oleh menurunnya jum-lah simpanan anggota dan nilai kredit yang dijamin oleh Per-usahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi (Perum PKK) (Tabel XI-7). Penurunan jumlah kredit yang dijamin oleh Perum PKK ini terjadi karena makin ketatnya kriteria yang digunakan dalam pemilihan KUD yang dapat memperoleh jaminan dari Perum PKK.

Sebagai akibat dari penurunan jumlah modal usaha, tampak bahwa kemampuan usaha dalam beberapa bidang usaha koperasi juga menurun. Hal ini terlihat dari perkembangan nilai usaha secara keseluruhan pada tahun 1990, yaitu 49,8% lebih rendah dibanding tahun sebelumnya (Tabel XI-6).

Walaupun jumlah kredit yang dijamin Perum PKK terlihat menurun, jumlah Kredit Candak Kulak (KCK) yang beredar di kalangan masyarakat berpendapatan rendah nampak meningkat. Sampai dengan tahun 1990, nilai KCK yang beredar di kalangan masyarakat telah mencapai sebesar Rp 258,4 miliar. Jumlah nasabah yang dilayani dalam kurun waktu yang sama sekitar 17 juta orang~yang berasal dari 5,9 ribu koperasi. Daerah-daerah yang mempunyai nilai peredaran kredit yang tinggi antara lain adalah Propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, DI Yogyakarta dan Sumatera Barat (Tabel XI-9).

(2) Pengadaan dan Penyaluran Pangan

Keikutsertaan KUD dalam pelaksanaan pengadaan pangan di-maksudkan untuk mendukung pengamanan harga dasar gabah di tingkat petani. Pada tahun pengadaan 1990/91, sebanyak 2.124 buah KUD mengikuti pelaksanaan pengadaan pangan dengan jumlah pembelian sebesar 1 juta ton setara beras (Tabel XI-10). Dari

XI/12

Page 16:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 6

SIMPANAN ANGGOTA, MODAL DAN NILAI USAHA KOPERASI,1988 - 1990

(miliar rupiah)

Repelita V

U r a i a n 1988 1989 1990 1)

Jumlah Simpanan 518,0 518,0 469,2

Jumlah Modal Usaha 926,0 1.242,9 458,4

Jumlah Nilai Usaha 2.031,6 3.284,1 1.649,4

1) Angka sementara

TABEL XI - 7

JUMLAH KUD/NON KUD DAN JUMLAH KREDIT, YANG DIJAMIN OLEH PERUM PKK ¹)

1988/89 - 1990/91

Repelita V

U r a i a n 1988/89 1989/90 1990/91 2)

KUD/Non KUDPenerima kredit 3.942 3.906 4.610(buah)

Jaminan 106,1 96 81,1(miliar rupiah)

Nilai kredit 84,9 124,5 98,3(miliar rupiah)

1) Perum PKK: Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi 2) Angka sementera

XI/13

Page 17:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April
Page 18:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 8

PELAKSANAAN KREDIT CANDAK KULAK, 1) 1988 - 1990

Repelita V

U r a i a n 1988 1989 1990 2)

Jumlah KoperasiPelaksana(KUD dan Non KUD) 5.981 5.981 5.979

Jumlah Nasabah(orang) 16.793.404 17.524.810 17.090.755

Jumlah Kredit(juta rupiah) 244.320,6 253.374,8 258.427,1

1) Angka kumulatif sejak Nopember 1976 2) Angka sementara

total pengadaan tersebut, sebanyak 91% di antaranya disalur-kan ke BULOG dan sisanya disalurkan ke pasaran umum melalui PUSKUD. KUD yang menjual gabah/beras ke pasaran umum melalui PUSKUD pada tahun 1990/91 berjumlah 1.499 buah dengan jumlah penjualan sebesar 98,5 ribu ton setara beras (Tabel XI-11).

Pelaksanaan pengadaan pangan melalui KUD tersebut didu-kung pula dengan penyediaan kredit pengadaan pangan. Pada tahun 1990/91 disediakan pagu kredit pengadaan pangan sebesar Rp 92,1 miliar bagi sejumlah 2.853 KUD. Namun demikian, ka-rena hanya 2.287 KUD yang melaksanakan perjanjian kredit maka dari pagu kredit tersebut hanya senilai Rp 79,1 miliar atau 85,8% yang dapat terrealisasikan pada tahun tersebut (Tabel XI-12).

XI/14

Page 19:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 9PENYEBARAN KREDIT CANDAK KULAK MENURUT DAERAH TINGKAT I, 1)

SAMPAI DENGAN MARET 1991

1) Angka kumulatif sejak Nopember 1976

XI/15

Page 20:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 10

PELAKSANAAN PENGADAAN PANGAN (GABAH/BERAS) OLEH KUD

1988/89 - 1990/91

Repelita V

U r a i a n 1988/89 1989/90 1990/91 1)

KUD Pelaksanaan (buah) 2.022 2.341 2.124

Jumlah PembelianSetara Beras ²)

(ton) 1.096.026 2.166.620 1.009.913

1) Angka sementara2) Dari data yang ada tidak dapat dibedakan antara

pelaksanaan oleh KUD secara murni dan dilaksanakan dengan kerja sama dengan pengusaha bukan KUD.

TABEL XI - 11

PENJUALAN GABAH/BERAS OLEH KUDKEPALA BULOG DAN DI PASARAN UMUM (LEWAT PUSKUD),

1988/89 - 1990/91

Repelita V

U r a i a n 1988/89 1989/90 1990/91 1)

Bulog(Stock Nasional)

2.022 2.120 1.822- K U D (buah)- Setara Beras (ton) 956.616 2.023.951 1.001.374

PUSKUD (Pasaran Umum)

- K U D (buah)

1.511 1.676 1.499- Setara Beras (ton) 109.866 123.626 98.539

1) Angka sementara

XI/16

Page 21:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

(3) Penyaluran Sarana Produksi dan Pemasaran Hasil Per- kebunan Rakyat

Dalam rangka memenuhi kebutuhan petani akan sarana pro-duksi, KUD juga melaksanakan pengadaan serta penyaluran pupuk bagi para petani anggota KUD. Pada tahun 1990/91 sebanyak 2.696 KUD mengikuti program pengadaan dan penyaluran pupuk. Jumlah KUD tersebut 3,4% lebih tinggi dibanding jumlah KUD tahun sebelumnya. Jumlah pupuk yang berhasil disalurkan pada tahun 1990/91 mencapai 4,3 juta ton, 3,4% lebih rendah diban-ding penyaluran pupuk pada tahun sebelumnya (Tabel XI-13).

Di samping itu, KUD juga melakukan usaha pemasaran kopra dan cengkeh yang masing-masing dimulai sejak akhir Repelita I dan akhir Repelita II. Jumlah koperasi yang bergerak di bidang usaha pemasaran kopra pada tahun 1990 menurun 5,8% dibanding tahun 1989. Sebaliknya volume pembelian dan penjualan kopra oleh KUD pada tahun tersebut masing-masing meningkat 8,4% dan 10,4%. Dalam pada itu nilai pembelian dan penjualan kopra pada tahun 1990 masing-masing menurun sebesar 36,7% dan 34,7% di-banding tahun 1989. Penurunan nilai pembelian dan penjualan kopra ini disebabkan oleh menurunnya harga kopra di pasaran umum.

Dalam bidang pemasaran cengkeh, walaupun jumlah KUD yang melaksanakan pemasaran cengkeh meningkat, jumlah pembelian dan penjualan cengkeh selama tahun 1989 - 1990 menurun (Tabel XI-16). Penurunan ini tampaknya disebabkan oleh keku-rangpastian keadaan pasaran cengkeh sebelum diterbitkannya peraturan tata niaga cengkeh yang baru. Pemasaran cengkeh sebelum peraturan tata niaga cengkeh yang baru dilakukan oleh KUD dan dilelang melalui PUSKUD. Cengkeh hasil pembelian yang tidak habis dilelang, dibeli oleh PT Kerta Niaga untuk disim-pan sebagai cadangan penyangga. Cadangan penyangga yang ber-hasil dihimpun selama tahun 1988 sampai dengan bulan Desem- ber 1990 adalah sebesar 12.671 ton.

Keputusan Menteri Perdagangan No. 306/KP/XII/1990 tentang Pelaksanaan Tata Niaga Cengkeh Hasil Produksi Dalam Negeri yang diberlakukan sejak 1 Januari 1991, mengatur hal-hal yang berkenaan dengan pembelian, sarana penyangga, penjualan dan stabilisasi harga cengkeh. Kegiatan-kegiatan itu dilaksanakan oleh Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC). Dalam me-laksanakan pembelian cengkeh, BPPC dapat bekerja sama dengan KUD atau membeli langsung dari petani.

XI/17

Page 22:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 12

PELAKSANAAN KREDIT PENGADAAN PANGAN MELALUI KUD,1988/89 - 1990/91

1) Angka sementara

TABEL XI – 13

PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK OLEH KUD,1988/89 – 1990/91

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

XI/18

Page 23:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 14

PENGADAAN DAN PENYALURAN PESTISIDA OLEH KUD,1988/89 - 1990/91

TABEL XI - 15

USAHA KOPERASI DALAM BIDANG PERKOPRAAN,1988 – 1990

1) Angka sementara

XI/19

Page 24:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 16

USAHA KUD DALAM PEMASARAN CENGKEH,1988 - 1990

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

Pembelian cengkeh dari petani di 14 (empat belas) pro-pinsi, yaitu Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogya-karta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Utara, Tengah dan Selatan serta Maluku dilakukan oleh KUD. Kemudian, KUD menjual hasil pembelian cengkeh tersebut kepada BPPC.

Pembelian cengkeh dari petani di 13 (tiga belas) propinsi lainnya dilakukan langsung oleh BPPC. Cengkeh hasil pembelian dari KUD dan cengkeh hasil pembelian langsung oleh BPPC sen-diri dijual kepada Pabrik Rokok Kretek (PRK) atau digunakan untuk sarana penyangga dan stabilisasi harga cengkeh di ting-kat petani.

Di bidang produksi tebu, KUD juga menyalurkan kredit dalam rangka program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Jumlah KUD yang menyalurkan kredit pada tahun 1990/91 meningkat men-

XI/20

Page 25:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

jadi 666 KUD dengan realisasi kredit mencapai Rp 165,5 miliar. Realisasi kredit ini menin$kat sebesar 44,21 dibanding reali-sasi kredit tahun 1989/90 (Tabel XI-17).

TABEL XI - 17

REALISASI KREDIT PRODUKSI TEBU RAKYAT INTENSIFIKASIOLEH KOPERASI UNIT DESA,

1988/89 - 1990/91

1) Angka sementara

(4) Usaha Perikanan dan Peternakan Rakyat

Jumlah koperasi yang menangani usaha perikanan rakyat pada tahun 1990 sama dengan pada tahun sebelumnya yaitu se-banyak 726 buah. Walaupun jumlah koperasinya sama, jumlah anggotanya pada tahun itu meningkat sangat tajam menjadi se-kitar 779 ribu orang atau meningkat sebesar 357,7% dibanding jumlah anggota tahun 1989. Dalam pada itu nilai usahanya pada tahun tersebut juga meningkat, walaupun tidak sebesar pening-katan anggotanya, yaitu sebesar 26,1% dibanding tahun 1989 atau 58,9% lebih tinggi dibanding tahun 1988 (Tabel XI-18). Peningkatan jumlah anggota koperasi perikanan rakyat ini me-nunjukkan makin meningkatnya kesadaran para petani ikan dan nelayan akan pentingnya menjadi anggota koperasi.

Sementara itu, jumlah koperasi yang bekerja di bidang peternakan pada tahun 1990 tercatat sebanyak 568 buah atau 11,4% lebih banyak dibanding tahun sebelumnya. Jumlah anggota

XI/21

Page 26:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 18

USAHA KOPERASI PERIKANAN RAKYAT,1988 - 1990

Repelita V

U r a i a n 1988 1989 1990 1)

Koperasi (buah) 677 726 726

Jumlah Anggota (orang) 154.122 170.194 779.060

Nilai Usaha(juta rupiah)

88.801,0 111.978,0 141.092,0

1) Angka sementara

TABEL XI - 19

USAHA KOPERASI DI BIDANG PEIERNAKAN, ¹)1988 - 1990

Repelita V

U r a i a n 1988 1989 1990 2)

Koperasi (buah) 499 510 568

Jumlah Anggota (orang) 53.855 55.042 55.977

Nilai Usaha(juta rupiah)

102.500,0 104.759,0 105.659,0

1) Tidak termasuk koperasi susu 2) Angka sementara

XI/22

Page 27:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

dan nilai usaha pada tahun 1990 itu juga meningkat masing-masing 1,7% dan hampir 1% (Tabel XI-19). Selanjutnya, per-kembangan koperasi susu dapat dilihat dalam Tabel XI-20.

(5) Usaha Kerajinan Rakyat/Industri Kecil

Dari angka sementara pada tahun 1990 tampak bahwa jumlah koperasi, anggota dan nilai usaha koperasi kerajinan rakyat pada tahun tersebut masing-masing menurun sebesar 64,1%, 61,1% dan 86,1% (Tabel XI-21). Penurunan tersebut diduga disebabkan oleh adanya penggabungan di antara koperasi-koperasi kerajinan rakyat yang kurang berhasil perkembangan nilai usahanya.

Nilai usaha koperasi industri kecil logam dan tambang pada tahun 1990 mencapai sebesar Rp 874,7 miliar, naik dengan sekitar 6,5 kali lipat nilai usaha tahun 1989. Peningkatan nilai usaha yang sangat besar itu terjadi walaupun jumlah koperasi dan anggotanya tampaknya menurun. Peningkatan nilai usaha yang sangat tajam ini disebabkan oleh adanya usaha baru di bidang pertambangan emas (Tabel XI-22).

Sementara itu, jumlah koperasi batik dan garment pada tahun 1990 bertambah menjadi 371 buah atau naik 89,3% diban-ding tahun sebelumnya, sedangkan jumlah anggota dan nilai usahanya menurun masing-masing sebesar 7,4% dan 41,3% (Tabel XI-23).

Perkembangan jumlah koperasi produksi tahu tempe pada tahun 1990 tampak menurun 40,8% dibanding tahun sebelumnya. Namun demikian jumlah anggota, permodalan dan jumlah kedele yang disalurkan koperasi masing-masing meningkat 1,6%, 143,1% dan 3,5% dibanding tahun sebelumnya (Tabel XI-24).

(6) Penyaluran Barang Kebutuhan Pokok

Dalam rangka memenuhi kebutuhan para anggota koperasi serta masyarakat sekitarnya akan bahan pokok, koperasi juga menyalurkan bahan kebutuhan pokok seperti gula pasir dan tepung terigu. Penyaluran gula pasir dan tepung terigu pada tahun 1990 masing-masing meningkat 17,3% dan 9,3% dibanding tahun 1989 (Tabel XI-25).

(7) Usaha Pemasaran Jasa Angkutan dan Kelistrikan

Kegiatan usaha koperasi di bidang pemasaran jasa yang meliputi jasa angkutan darat/sungai, angkutan laut dan listrik

XI/23

Page 28:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 20

USAHA KOPERASI SUSU/KUD UNIT SUSU,1988 – 1990

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Rata-rata produksi per ekor per hari

TABEL XI - 21

USAHA KOPERASI KERAJINAN RAKYAT,1988 - 1990

Repelita V

Uraian 1988 1989 1990 1)

Koperasi (buah) 1.253 1.379 495

Anggota (orang) 290.817 296.633 115.404

Nilai Usaha (juta rupiah) 411.790 421.025 58.364

1) Angka sementara

XI/24

Page 29:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 22

USAHA KOPERASI INDUSTRI LOGAM DAN TAMBANG, 1) 1988 - 1990

Repelita V

U r a i a n 1988 1989 1990 2)

Koperasi (buah) 338 345 73Anggota (orang) 21.857 23.295 7.054

Nilai Usaha(juta rupiah)

112.835,5 116.075,5 874.741,6

1) Industri Logam berupa Pandai besi, dan Tambang berupa barang galian seperti: Batu Gamping, Kapur, Pasir, Batu Kali dan Emas

2) Angka sementara

TABEL XI - 23

USAHA KOPERASI DI BIDANG BATIK DAN GARMENT,1988 - 1990

Repelita V

Uraian 1988 1989 1990 1)

Koperasi/KUD (buah) 192 196 371

Anggota (orang) 68.114 69.750 64.554

Nilai Usaha(juta rupiah) 117.629,2 120.157,0 70.523,0

1) Angka sementara

XI/25

Page 30:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI – 24

KOPERASI PRODUKSI TAHU TEMPE, 1988 - 1990

U r a i a n 1988

Repelita V

1989 1) 1990 2)

Koperasi (buah) 71 71 42Anggota (orang) 32.758 33.085 33.628Permodalan(juta rupiah)

80.417,6 81.623,0 198.410,1

Jumlah Kedeleyang disalurkan (ton)

131.118,5 186.180,0 192.709,0

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

TABEL XI - 25

PENYALURAN GULA PASIR 1)DAN TEPUNG TERIGU, ²)

1988 - 1990(ton)

1) Dilaksanakan oleh KUD2) Dilaksanakan oleh Puskud3) Angka di perbaiki4) Angka sementara

XI/26

Page 31:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

pedesaan selama dua tahun pertama Repelita V juga menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada tahun 1990 jumlah koperasi ang-kutan darat/sungai meningkat sebesar 31,3%, jumlah anggotanya meningkat sebesar 48,9%, dan jumlah armadanya meningkat se- besar 32,6% dibanding tahun sebelumnya (Tabel XI-26). Semen-tara itu pada tahun yang sama, koperasi angkutan laut mening- kat 5,5% dan jumlah armadanya meningkat 11,8% (Tabel XI-27).

Demikian pula halnya jumlah koperasi yang melayani pema-saran jasa listrik pedesaan. Jumlah koperasi ini pada tahun 1990 meningkat 35,5% dibanding tahun 1989, jumlah pelanggan- nya meningkat 27,1% dan jumlah desa yang dilayaninya meningkat 20,5% (Tabel XI-28). Peningkatan pemasaran jasa listrik ini sungguh sangat menggembirakan.

c. Hasil-hasil Kegiatan Penunjang

Untuk menunjang pembinaan dan pengembangan koperasi, terus ditingkatkan kegiatan penunjang seperti penelitian dan pengembangan perkoperasian. Beberapa penelitian yang dimak-sudkan untuk menilai kembali dan menyempurnakan kebijaksanaan pembangunan perkoperasian pada tahun 1990/91 meliputi: Pengem-bangan Sistem Informasi Manajemen untuk menunjang Kebijaksa- naan Pengembangan Perkoperasian, Pola Pembinaan oleh Kantor Wilayah/Kantor Departemen Koperasi atas Keragaan koperasi untuk menuju Kemandirian, Mobilisasi Dana Masyarakat melalui Koperasi, Lembaga Keuangan Koperasi, Penyertaan Saham oleh Koperasi pada BUMN dan Swasta, Kelayakan Ekonomi Pengembangan Pola Pemukiman Produktif oleh Koperasi dan Penjajagan Kelem-bagaan dan Usaha Tambang Emas melalui Koperasi.

Salah satu hasil lainnya dari pelaksanaan kegiatan pem-binaan kelembagaan dan pengembangan usaha koperasi secara terpadu adalah makin bertambahnya jumlah KUD Mandiri. Sampai dengan tahun 1990 sebanyak 1.429 KUD telah berhasil memenuhi kriteria KUD Mandiri. Jumlah KUD Mandiri sampai dengan tahun 1990 tersebut merupakan 71,5% dari target minimal KUD Mandiri Repelita V sebanyak 2.000 KUD atau hampir 35,7% dari target maksimal KUD Mandiri sebesar 4.000 KUD. Jumlah KUD Mandiri sampai dengan tahun 1990 tersebut 17,4% lebih tinggi dari target kumulatif sejak tahun 1989/90. Pencapaian KUD Mandiri ini berarti bahwa KUD dapat diharapkan tumbuh menjAdi lembaga ekonomi yang mandiri di tengah-tengah masyarakat golongan ekonomi lemah di daerah pedesaan.

XI/27

Page 32:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 26

USAHA KOPERASI ANGKUTAN DARAT/SUNGAI,1988 - 1990

1) Angka sementara

TABEL XI - 27

USAHA KOPERASI ANGKUTAN LAUT,1988 – 1990

1) Angka sementara

XI/28

Page 33:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 28

PARTISIPASI KOPERASI DALAMPEMASARAN JASA LISTRIK PEDESAAN, ¹)

1988 - 1990

Repelita V

U r a i an 1988 1989 2) 1990 3)

Jumlah Koperasi/KUD(buah)

966 1.136 1.539

Jumlah Pelanggan yangdilayani (rumah)

2.042.471 2.478.819 3.151.869

Jumlah Desa 6.593 8.108 9.774

1) Swadaya dan kerja sama dengan PLN 2) Angka diperbaiki 3) Angka sementara

B. PERDAGANGAN DALAM NEGERI

1. Pendahuluan

Dalam rangka mewujudkan sistem tata niaga dan distribusi nasional yang efisien dan efektif, Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1988 menetapkan bahwa peningkatan efisi- ensi perdagangan harus dilakukan melalui kebijaksanaan yang terpadu dan saling mendukung dengan kebijaksanaan di bidang lainnya. Selanjutnya GBHN mengarahkan agar pembangunan di bi-dang perdagangan meliputi peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri dan luar negeri, sehingga lebih memperlancar arus barang dan jasa, mendorong pembentukan harga yang layak dalam iklim persaingan yang sehat, menunjang usaha peningkat- an efisiensi produksi, mengembangkan ekspor, memperluas la-pangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan dan meme-ratakan pendapatan rakyat, serta memantapkan stabilitas eko-nomi.

XI/29

Page 34:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

Berkenaan dengan arah kebijaksanaan pembangunan terse- but, sasaran pembangunan subsektor perdagangan dalam negeri meliputi: (a) semakin mantapnya pasar dalam negeri yang di-tandai oleh semakin lancarnya arus barang dan jasa dan sema-kin stabilnya harga-harga pada tingkat yang terjangkau rakyat banyak; (b) semakin tertibnya usaha niaga sehingga tercipta iklim berusaha dan kepastian berusaha yang semakin mantap serta terlindunginya kepentingan konsumen; (c) semakin meluas dan berfungsinya sarana dan prasarana penunjang perdagangan; (d) semakin mampunya lembaga-lembaga perdagangan dan pema-saran; (e) semakin meningkatnya transparansi pasar; dan (f) semakin meluasnya penggunaan barang hasil produksi dalam ne-geri, serta meningkatnya daya saing terhadap barang-barang impor.

2. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Dalam rangka menunjang upaya terwujudnya sistem tata niaga dan distribusi nasional yang efisien dan efektif, telah dilakukan langkah-langkah kebijaksanaan deregulasi dan debi-rokratisasi di bidang perdagangan, meliputi Inpres No. 4 Ta-hun 1985, Keppres No. 6 Tahun 1988, dan serangkaian Paket Ke-bijaksanaan, yaitu: 25 Oktober 1986, 24 Desember 1987, 21 No-pember 1988 dan 29 Januari 1990. Berbagai langkah kebijaksa-naan tersebut secara berkesinambungan mengusahakan terwujud-nya sistem pemasaran yang efisien dan efektif. Usaha tersebut meliputi: (a) pemantapan penyaluran dan harga barang, khusus-nya barang-barang pokok dan penting; (b) peningkatan prasara- na dan sarana perdagangan; (c) peningkatan peranan pedagang nasional dan pedagang golongan ekonomi lemah; dan (d) perluas-an pasaran barang-barang produksi dalam negeri. Kebijaksanaan dan langkah-langkah tersebut dapat diikuti dari uraian di ba-wah ini.

a. Menjaga Kemantapan Penyaluran dan Harga Barang

Sebagaimana kebijaksanaan yang dijalankan dalam periode sebelumnya, kebijaksanaan pengadaaan dan penyaluran barang dan jasa dalam tahun kedua Repelita V diarahkan pada pelancar-an usaha memenuhi kebutuhan rakyat banyak dan memantapkan stabilitas harga. Selanjutnya untuk lebih meningkatkan efisi-ensi dan efektifitas sistem penyaluran barang, terutama untuk barang pokok dan penting, secara terus menerus dijalankan berbagai kebijaksanaan dan tindakan, antara lain:

(1) Memantapkan sistem pengadaaan dan penyaluran pupuk ber-subsidi dari tingkat produsen ke tingkat petani/pemakai.

XI/30

Page 35:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

Di dalam pelaksanaan distribusi pupuk bersubsidi ini peranan KUD makin ditingkatkan;

(2) Menjamin kelangsungan dan kelancaran penyaluran serta kemantapan harga besi baja;

(3) Mengendalikan harga semen melalui penetapan alokasi pe-masukan per pabrik per daerah setiap bulan, penetapan Harga Pedoman Setempat (HPS) di tingkat ibu kota propin-si, dan penetapan bahi.a minimal ada dua merek yang beredar di satu daerah;

(4) Mengupayakan mantapnya harga garam yang layak di tingkat petani melalui penetapan harga pembelian garam dari pe-tani;

(5) Mengupayakan mantapnya harga minyak goreng untuk menja- min agar harga minyak goreng selalu berada pada tingkat yang layak baik ditinjau dari sudut kepentingan produsen maupun dari sudut kepentingan rakyat pembeli;

(6) Menyempurnakan tata niaga susu agar terjamin perkembang- an produksi susu dalam negeri dan pendapatan para peter-nak susu tanpa mengabaikan kepentingan industri pengolah- an susu, antara lain melalui: (a) Penetapan secara periodik rasio antara susu impor dan susu produksi dalam negeri yang digunakan oleh industri pengolahan susu; dan (b) Penetapan harga penjualan susu produksi dalam negeri;

(7) Menyempurnakan tata niaga cengkeh melalui Keputusan Menteri Perdagangan No. 306/KP/XII/1990, yang antara lain menetapkan: (a) Pembelian cengkeh dari petani dila-kukan oleh KUD; (b) Badan Penyangga dan Pemasaran Ceng- keh (BPPC) sebagai pelaksana tata niaga cengkeh untuk melakukan kegiatan pembelian, penyangga dan penjualan cengkeh dengan tujuan menjaga stabilitas harga cengkeh di tingkat petani;

(8) Menetapkan harga beberapa komoditi penting, seperti gula pasir dan kertas koran.

b. Menyempurnakan Prasarana Perdagangan

Dalam rangka memantapkan pola tata niaga dan distribusi nasional, dalam tahun kedua Repelita V dilanjutkan langkah-langkah penyempurnaan prasarana penunjang perdagangan, baik yang berupa prasarana fisik maupun yang berupa prasarana ke-lembagaan. Dalam penyempurnaan prasarana fisik perdagangan

XI/31

Page 36:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

masih dilanjutkan langkah-langkah seperti: (a) Meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan sarana pasar/pertokoan/perbelanja-an; (b) Meningkatkan koordinasi penyediaan sarana angkutan dan pergudangan; dan (c) Melanjutkan pelaksanaan pembangunan pasar percontohan di daerah terpencil, perbatasan dan trans-migrasi.

Sehubungan dengan usaha pengembangan kelembagaan perda-gangan, maka dalam rangka menciptakan tertib usaha niaga dan perlidungan konsumen semakin ditingkatkan pelaksanaan Undang-undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (WDP) dan Undang-undang No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal. Selanjutnya untuk menciptakan pasar yang transparan semakin ditingkatkan pengembangan lembaga penyedia dan penyebar in-formasi pasar. Untuk itu kemampuan Pusat Informasi dan Anali- sa Pasar (PIAP) Departemen Perdagangan di Jakarta untuk me-laksanakan fungsinya makin ditingkatkan, dan kegiatan-kegiat-an informasi pasar di daerah-daerah makin dikembangkan.

c. Meningkatkan Peranan Pedagang Nasional dan Pedagang Golongan Ekonomi Lemah

Dalam rangka usaha meningkatkan peranan pedagang nasio-nal, terutama pedagang golongan ekonomi lemah, kebijaksanaan yang ditempuh antara lain:

(1) Memantapkan pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 36 Ta- hun 1977 tentang kewajiban bagi perusahaan asing di luar negeri yang ingin memasarkan produksinya ke pasaran In-donesia untuk menunjuk perusahaan nasional sebagai agen/ distributor;

(2) Meningkatkan kemampuan dan peranan pengecer pupuk dan pestisida untuk melaksanakan fungsinya dalam sistem da- lam pengadaan dan penyaluran nasional;

(3) Meningkatkan kemampuan dan peranan pedagang golongan ekonomi lemah dalam kegiatan-kegiatan pemasaran melalui: (a) Pemantapan pelaksanaan Keppres No. 29 Tahun 1984 yang menyangkut pembinaan golongan ekonomi lemah; (b) Peningkatan pelaksanaan Paket Kebijaksanaan 29 Januari 1990, di mana antara lain ditetapkan bahwa 20% dari kre-dit yang disalurkan oleh setiap bank disediakan bagi Kredit Usaha Kecil; dan (c) Peningkatan penyelenggaraan pelatihan dan penyuluhan bagi para pengecer dan penyalur kecil.

XI/32

Page 37:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

d. Memperluas Pasaran Barang-barang Produksi Dalam Ne- geri

Dalam rangka memperluas pemasaran produksi dalam negeri dalam tahun kedua Repelita V ditempuh langkah-langkah kebi-jaksanaan sebagai berikut:

(1) Memantapkan pelaksanaan Keppres No. 29 Tahun 1984 yang berkaitan dengan penggunaan hasil produksi dalam negeri baik dalam rangka pelaksanaan proyek-proyek pembangunan ataupun untuk keperluan rutin Departemen/Lembaga menca- kup: (a) Pemborongan/pembelian barang; (b) Pengadaan ja- sa, baik jasa kontraktor, jasa konsultan maupun jasa-ja- sa lainnya; dan (c) Pemanfaatan produsen/kontraktor/ konsultan nasional dalam pemborongan/pembelian barang dan jasa untuk pelaksanaan proyek dengan bantuan luar negeri;

(2) Memperluas pelaksanaan pameran dagang, yang bertujuan untuk: (a) membantu mempromosikan hasil produksi dalam negeri; dan (b) merangsang peranan produsen kecil golo-ngan ekonomi lemah untuk meningkatkan produksinya;

(3) Meningkatkan penyebarluasan informasi pasar, dalam rangka memperlancar arus barang dan jasa sehingga dapat mem- bantu terciptanya harga yang layak dan stabil.

3. Hasil-hasil Pelaksanaan

Hasil-hasil pelaksanaan kebijaksanaan dan program pemba-ngunan di bidang perdagangan dalam negeri dalam tahun 1990/91 dapat dipaparkan sebagai di bawah ini.

a. Menjaga Kemantapan Penyaluran dan Harga Barang

Walaupun terjadi gejolak harga untuk barang-barang ter-tentu dalam tahun 1990/91, pada umumnya harga-harga dapat di-kendalikan serta masih berada pada tingkat yang wajar. Kecua- li untuk daerah-daerah tertentu yang masih menghadapi masalah sarana dan prasarana transportasi, disparitas harga antar daerah pun masih dalam batas yang wajar.

Dalam Tabel XI-29 dapat dilihat perkembangan penyaluran pupuk Urea dan TSP, sedang dalam Tabel XI-30 sampai dengan Tabel XI-35 disajikan perkembangan harga beberapa komoditi tertentu di kota-kota Jakarta, Medan dan Surabaya selama ta- hun-tahun 1988/89 - 1990/91.

XI/33

Page 38:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

Tabel XI-29 menunjukkan perkembangan realisasi penya- luran pupuk Urea dan TSP selama tahun-tahun 1988/89 - 1990/91. Jumlah penyaluran pupuk Urea pada tahun 1989/90 mencapai 2.982 ribu ton, kemudian pada tahun 1990/91, meningkat menja- di 3.116,2 ribu ton atau meningkat sebesar 4,5%. Sedang jum- lah penyaluran TSP pada tahun 1989/90 mencapai 1.307,1 ribu ton, kemudian pada tahun 1990/91 menurun menjadi 1.249,6 ribu ton atau menurun sebesar 4,4%. Menurunnya jumlah penyaluran TSP disebabkan oleh ditingkatkannya efisiensi dosis pemakaian jenis pupuk tersebut. Pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi, termasuk jenis pupuk Urea dan TSP, selama dua tahun pertama Repelita V didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 60/Kp/IV/89 tanggal 1 April 1989. Da-lam SK itu antara lain ditetapkan bahwa: (a) Pengadaan pupuk bersubsidi sampai Lini III hanya dilakukan oleh PT Pusri; (b) Penyaluran dari Lini III sampai Lini IV dilakukan oleh KUD; dan (c) Penjualan eceran pupuk dari Lini IV ke petani dilakukan oleh KUD atau pengecer yang ditunjuk oleh KUD.

Perkembangan rata-rata harga eceran besi beton selama tahun-tahun 1988/89 - 1990/91 di Jakarta dapat dilihat pada Tabel XI-30. Dalam tahun 1990/91 walaupun terjadi peningkatan harga besi beton dibanding dengan tahun sebelumnya, dari ta-bel tersebut tampak bahwa kenaikan itu masih dalam batas yang wajar. Selanjutnya, dalam usaha menjamin kelancaran pengadaan dan kemantapan harga besi baja, dalam tahun 1990/91 kedudukan PT Krakatau Steel sebagai pusat pengadaan besi baja masih di-teruskan.

Tabel XI-31 menunjukkan perkembangan harga eceran semen selama tahun-tahun 1988/89 - 1990/91 di Medan, Jakarta dan Surabaya. Sebagaimana tampak dari tabel tersebut pada kuartal kedua tahun 1990/91 terjadi gejolak harga yang relatif tinggi seperti terlihat dari melebarnya perbedaan- antara harga te-rendah dan harga tertinggi eceran semeri pada tahun itu. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa gejolak itu segera dapat di-atasi.

Dalam tahun 1990/91 pada umumnya harga eceran minyak go-reng stabil, walaupun masih terjadi perbedaan yang agak besar antara harga terendah dengan harga tertinggi di beberapa tem-pat. Dalam tahun 1988/89 perbedaan harga minyak goreng ter-tinggi dengan terendah di Medan, Jakarta dan Surabaya masing-masing adalah 20%, 0,4% dan 7,8%, sedang dalam tahun 1990/91 perbedaan tersebut masing-masing sebesar 3,3%, 0% dan 13,5%.

XI/34

Page 39:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 29

REALISASI PENYALURAN PUPUK,1988/89 - 1990/91

(ribu ton)

Keterangan:MT1 : Musim Tanam April s/d SeptemberMT2 : Musim Tanam Oktober s/d Maret

TABEL XI - 30

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN BESI BETON DI JAKARTA,1988/89 - 1990/91

(Rp/kg)

XI/35

Page 40:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 31

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN SEMENDI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,

1988/89 - 1990/91(Rp/karung)

Repelita V

Bulan 1988/89 1989/90 1990/91

MEDAN

April 3.700 4.250 5.200

Juli 3.700 4.200 5.600

Oktober 4.075 4.280 5.400

Januari 4.160 4.400 5.400

JAKARTA

April 3.725 4.229 5.000

Juli 3.725 4.300 6.000

Oktober 3.858 4.438 5.500

Januari 4.150 4.600 5.200

SURABAYA

April 3.750 4.221 5.000

Juli 3.567 4.275 7.000

Oktober 4.208 5.233 6.450

Januari 4.217 4.743 5.750

Page 41:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

XI/36

Page 42:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

Perkembangan rata-rata harga eceran minyak goreng dari tahun 1988/89 sampai dengan tahun 1990/91 dapat dilihat dalam Tabel XI-32.

Harga eceran gula pasir dari tahun 1988/89 sampai dengan 1990/91 di Medan, Jakarta dan Surabaya cenderung meningkat seperti tampak dalam Tabel XI-33. Namun demikian, gejolak harga secara relatif makin berkurang. Apabila dalam tahun 1989/90 perbedaan harga terendah dengan harga tertinggi di Medan, Jakarta dan Surabaya masing-masing adalah 14%, 14% dan 13%, maka dalam tahun 1990/91 perbedaan tersebut masing-ma-sing hanya 7,1%, 9,2% dan 7,2%. Dalam rangka memantapkan har- ga gula pasir, selama tahun-tahun 1988/89 - 1990/91 telah dilakukan beberapa kali penyesuaian harga jual af-pabrik yaitu: (1) Tang al 1 Juni 1988 sebesar Rp 64.061/kuintal; (2) Tanggal 1 Agustus 1989 sebesar Rp 74.300/kuintal; dan (3) Tanggal 1 April 1990 sebesar Rp 81.259/kuintal.

Tabel XI-34 menunjukkan perkembangan harga rata-rata eceran minyak tanah selama tahun-tahun 1988/89 - 1990/91 di Medan, Jakarta dan Surabaya. Dalam tahun 1990/91, karena adanya penyesuaian kebijaksanaan harga, telah terjadi kenaik- an harga minyak tanah dibanding tahun sebelumnya. Untuk Sura-baya kenaikan harga minyak tanah tersebut telah terjadi sejak bulan April 1990, sehingga harga stabil sepanjang tahun.

Dalam tahun 1990/91 walaupun terjadi kenaikan dan gejo- lak harga tekstil kasar dibanding dengan tahun sebelumnya, namun kenaikan dan gejolak harga tersebut masih dalam batas yang wajar. Hal ini tampak dari perkembangan rata-rata harga eceran tekstil kasar yang tercantum dalam Tabel XI-35. Dalam tahun 1990/91 perbedaan antara harga terendah dan harga ter-tinggi di Medan, Jakarta dan Surabaya masing-masing 14,3%, 0,8% dan 8%, sedang dalam tahun 1989/90 perbedaan tersebut masing-masing hanya 0%, 3,8% dan 5,2%.

Kebutuhan kertas koran di dalam negeri mulai tahun ter-akhir Repelita IV seluruhnya sudah rapat dipenuhi dari pro-duksi dalam negeri. Dalam rangka menjaga stabilitas harga dan penyaluran kertas koran dalam negeri, selama ini ditempuh ke-bijaksanaan penetapan harga jual kertas koran. Sejak tanggal 18 Oktober 1988 harga jual af-pabrik kertas koran adalah se-besar Rp 1.050/kg, sedang harga jual di muka gudang penerbit sebesar Rp 1.080/kg. Kemudian pada 28 Maret 1991 harga jual af-pabrik dinaikkan menjadi Rp 1.300/kg. Selama tahun-tahun 1988/89 - 1990/91 perkembangan harga kertas koran pada umumnya

XI/37

Page 43:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 32PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1988/89 - 1990/91

(Rp/botol)

Repelita V

Kota/Bulan 1988/891989/90 1990/91

MEDAN

April 606,25 700,00 750,00

Juli 625,00 750,00 750,00

Oktober 625,00 700,00 750,00

Januari 685,00 625,00 775,00

JAKARTA

April 797,23 888,89 893,97

Juli 950,00 888,90 893,97

Oktober 872,22 888,90 893,97

Januari 888,89 892,95 893,97

SURABAYA

April 731,86 790,17 716,15

Juli 834,92 805,50 631,00

Oktober 765,58 771,20 631,00

Januari 791,97 747,10 631,00

XI/38

Page 44:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 33PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN GULA PASIR

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1988/89 - 1990/91

(Rp/kg)

Repelita V

Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91

MEDAN

April 755,00 837,50 1.050,00

Juli 806,30 875,00 1.125,00

Oktober 800,00 950,00 1.125,00

Januari 800,00 955,00 1.075,00

JAKARTA

April 742,31 880,56 986,81

Juli 800,00 900,00 1.077,78

Oktober 800,00 981,11 1.077,78

Januari 804,44 1.001,11 1.077,78

SURABAYA

April 692,59 814,03 979,40

Juli 750,00 828,92 979,40

Oktober 752,48 901,25 1.050,32

Januari 751,68 921,24 1.050,32

X/39

Page 45:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 34PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK TANAH

DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,1988/89 - 1990/91

(Rp/botol)

Repelita V

Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91

MEDAN

April 190,00 190,00 190,00

Juli 190,00 190,00 250,00

Oktober 190,00 190,00 250,00

Januari 190,00 190,00 250,00

JAKARTA

April 225,00 225,00 225,00

Juli 225,00 225,00 250,00

Oktober 225,00 225,00 250,00

Januari 225,00 225,00 250,00

SURABAYA

April 200,00 202,14 250,00

Juli 200,00 203,12 250,00

Oktober 200,00 207,50 250,00

Januari 200,00 203,12 250,00

XI/40

Page 46:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

TABEL XI - 35

PERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN TEKSTIL KASARDI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA,

1989/90 - 1990/91(Rp/meter)

Repelita V

Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91

MEDAN

Apri1 1.350,00 1.650,00 1.750,00

Juli 1.500,00 1.650,00 1.750,00

Oktober 1.650,00 1.650,00 1.750,00

Januari 1.650,00 1.650,00 2.000,00

JAKARTA

April 826,92 1.571,80 1.631,25

Juli 1.562,50 1.631,25 1.643,75

Oktober 1.562,50 1.631,25 1.643,75

Januari 1.562,50 1.631,25 1.631,75

SURABAYA

April 1.316,67 1.632,12 1.717,06

Juli 1.329,13 1.651,76 1.854,28

Oktober 1.322,70 1.671,33 1.854,28

Januari 1.338,88 1.717,06 1.854,28

XI/41

Page 47:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

stabil, walaupun di beberapa tempat harganya lebih tinggi da- ri harga jual yang ditetapkan.

Dalam tahun 1990/91 penyaluran kertas koran di dalam ne- geri mencapai 162,3 ribu ton atas naik sebesar 9% jika diban-ding dengan penyaluran pada tahun 1989/90 yang berjumlah 148,9 ribu ton.

Dalam usaha menjamin keseimbangan antara pemasaran bahan baku susu produksi dalam negeri dan pengembangan Industri Pengolahan Susu (IPS), selama ini ditempuh kebijaksanaan ter-padu, antara lain:

(1) Mewajibkan kepada semua IPS maupun non IPS, agar memi- liki Busep (bukti serap) susu yang diterbitkan oleh ko- perasi, yaitu bukti bahwa perusahaan yang bersangkutan telah mengadakan pembelian susu atau bahan baku susu

yang diproduksi oleh petani melalui koperasi. Busep yang telah dimiliki oleh IPS maupun non IPS tersebut dapat diajukan sebagai bukti untuk menetapkan perhitungan be-sarnya impor bahan baku susu yang akan diizinkan. Peng-adaan susu impor hanya dilakukan untuk memenuhi kebutuh- an bahan baku IPS bila terjadi kekurangan pasokan susu dalam negeri dan pengadaan tersebut ditetapkan berdasar- kan suatu rasio impor susu tertentu;

(2) Menetapkan rasio impor susu secara periodik yang berlaku untuk satu atau dua semester. Dalam semester II tahun 1989 rasio impor susu ditetapkan 1:0,7. Pada bulan Fe-bruari 1990 rasio tersebut diubah menjadi 1:0,5, untuk kemudian, pada bulan Januari 1991, diubah lagi menjadi 1:1. Dengan demikian sejak bulan Januari 1991 untuk se- tiap pembelian susu murni dalam negeri sebanyak 1 (satu) ton akan diizinkan impor sebanyak 1 (satu) ton setara susu murni;

(3) Menyesuaikan harga penjualan susu produksi dalam negeri secara periodik hingga harga yang berlaku tetap mengun-tungkan para petani susu. Pada tahun 1988 harga jual su- su berkisar antara Rp 390-400/kg, pada tahun 1989 di-naikkan menjadi antara Rp 425-440/kg, kemudian pada ta- hun 1990 dinaikkan lagi menjadi antara Rp 470-540/kg.

Kebijaksanaan tersebut telah ikut berperan mendorong pe-ningkatan produksi dan penyerapan susu dalam negeri. Penye-rapan susu oleh IPS meningkat dari 166,6 juta liter pada

XI/42

Page 48:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

tahun 1989/90 mejadi 191,6 juta liter pada tahun 1990/91, atau naik sekitar 150.

b. Penyempurnaan Prasarana Perdagangan

(1) Penyempurnaan prasarana fisik

Dalam rangka mendorong pertumbuhan sektor perdagangan, memperluas kesempatan berusaha dan mengembangkan perekono- mian daerah, maka pengadaan prasarana fisik perdagangan terus ditingkatkan. Pembangunan prasarana fisik tersebut antara lain, sebagaimana dikemukakan terdahulu, dilaksanakan dalam wujud: (a) Peningkatan penyediaan dan pemanfaatan sarana pa-sar/pertokoan/perbelanjaan; (b) Peningkatan koordinasi pe-nyediaan sarana angkutan dan pergudangan; dan (c) Pelaksanaan program pembangunan pasar percontohan di daerah-daerah perba-tasan, terpencil dan transmigrasi.

Khusus untuk pasar percontohan sampai dengan tahun 1989/90 telah dibangun sebanyak 75 buah pasar, tersebar di propinsi-propinsi Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Irian Jaya dan Timor Timur. Dalam tahun 1990/91 telah dibangun 13 buah pasar percontohan baru di propinsipropinsi Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Kali-mantan Selatan, Sulawesi Utara dan Maluku, sehingga jumlah pasar percontohan yang dibangun sebagai keseluruhan menjadi 88 buah pasar.

(2) Penyempurnaan Prasarana Kelembagaan

Dalam rangka usaha penyempurnaan prasarana kelembagaan, telah dilakukan penyempurnaan operasional tertib usaha niaga. Kegiatan yang dilakukan meliputi: (a) Melaksanakan inventari-sasi dan identifikasi peraturan perundang-undangan yang men-jadi dasar operasional pelaksanaan tertib niaga dan perlin-dungan konsumen; (b) Memantau perkembangan tertib niaga dan pelaksanaan perlindungan konsumen terhadap kemungkinan keti- dak wajaran keadaan barang-barang yang diatur tata niaganya dan atau diterapkan pengawasan mutunya; (c) Mendorong tumbuh dan berkembangnya lembaga konsumen serta mengembangkan kerja sama antara lembaga-lembaga konsumen yang telah ada; (d) Me-nyebarkan informasi dan melaksanakan penyuluhan tertib niaga dan perlindungan konsumen; dan (e) Memantapkan pola dan meka-nisme kerja tertib niaga dan perlindungan konsumen di pusat dan daerah.

XI/43

Page 49:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

(a) Pelaksanaan Undang-undang Metrologi Legal

Selama ini berbagai usaha telah dilakukan dalam rangka meningkatkan efektifitas pelaksanaan di bidang kemetrologian, khususnya yang menyangkut perlindungan bagi konsumen. Sebagai pelaksanaan Undang-undang No. 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, terus digiatkan pelaksanaan uji petik dalam rangka menjaga kebenaran serta ketertiban pengukuran dan legitimasi pemakaian alat ukur, alat timbang, alat takar dan perlengkap-an yang dipergunakan dalam kegiatan perdagangan.

Untuk mendukung pelaksanaan undang-undang di bidang ke-metrologian tersebut telah ditempuh beberapa langkah kebijak-sanaan, yaitu: (1) Dalam tahun 1988 dikeluarkan Keputusan Bersama antara Menteri Perdagangan dan Menteri Pertambangan dan Energi yang memberlakukan ketentuan untuk peneraan alat-alat ukur dan perlengkapan yang dipergunakan dalam usaha ke-tenaga listrikan dan dalam operasi pertambangan minyak dan gas bumi; (2) Dalam Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1989 tentang Standar Nasional untuk Satuan Ukur, antara lain dite-tapkan bahwa standar-standar untuk ukuran terdiri dari 5 (lima) tingkatan mulai dari Standar Nasional sampai dengan Standar Kerja, yang penetapan susunannya dilakukan oleh Dewan Standardisasi Nasional; dan (3) Dalam Keppres No. 7 Tahun 1989 tentang Dewan Standardisasi Nasional, antara lain ditetapkan mengenai kedudukan, tugas pokok, fungsi dan tata kerja dewan tersebut.

Sebagai pelaksanaan kebijaksanaan di bidang kemetrologi- an itu, seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, dalam tahun 1990/91 pembinaan kemetrologian dilakukan melalui kegiatan tera dan tera ulang peralatan UTTP (ukuran, takaran, timbang- an dan peralatannya) serta penyuluhan melalui media cetak dan media elektronik. Selanjutnya, untuk menunjang kegiatan ter-sebut dilakukan pula pendidikan dan pelatihan keterampilan dalam bidang kemetrologian. Dalam hubungan ini pada tahun 1989/90 telah dilatih sebanyak 167 orang, kemudian pada tahun 1990/91 dilatih lagi sebanyak 160 orang.

(b) Pelaksanaan Undang-undang Wajib Daftar Perusahaan

Sebagai pelaksanaan Undang-undang No. 3 Tahun 1982 ten-tang Wajib Daftar Perusahaan (WDP), sampai dengan tahun 1989/90 telah terdaftar sekitar 619.200 perusahaan, terdiri dari 54.700 PT (Perseroan Terbatas), 6.700 Koperasi, 75.000 CV, 474.700 perusahaan perorangan, 2.000 Firma dan

XI/44

Page 50:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

6.100 badan usaha lainnya. Dalam tahun 1990/91 angka tersebut meningkat menjadi 724.848 perusahaan, terdiri dari 71.337 PT, 7.798 Koperasi, 90.782 CV, 546.150 perusahaan perorangan, 2.110 Firma dan 6.671 badan usaha lainnya.

Jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah perusahaan yang seharusnya terkena WDP, yaitu sebesar 2.000.000 perusa-haan, maka pendaftaran sampai dengan tahun 1990/91 baru men-capai sekitar 36,2%. Untuk mempercepat upaya pendaftaran tersebut, telah dilakukan berbagai kegiatan, antara lain pe-nyuluhan melalui berbagai mass media, persyaratan WDP dalam prakualifikasi pembelian barang/jasa pemerintah, serta kerja sama dengan dunia perbankan untuk mensyaratkan permintaan kredit/perpanjangan kredit dengan WDP.

(c) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

Dalam rangka menciptakan iklim yang dapat mendorong pe-ningkatan peranan dunia usaha dalam pembangunan dan mencipta-kan serta menjaga terpeliharanya kepastian bagi para pengusa-ha, telah diupayakan penyederhanaan pemberian SIUP. Pada ta- hun 1984 ditetapkan bahwa SIUP yang diterbitkan berlaku di seluruh Indonesia dan berlaku selama perusahaan masih menja-lankan usahanya, kecuali bagi perusahaan besar. Kemudian me-lalui keputusan Menteri Perdagangan No. 372/Kp/XI/88 kebijak-sanaan tersebut disederhanakan lagi, di mana ditetapkan SIUP yang diterbitkan: (1) Berlaku di seluruh wilayah Indonesia; (2) Dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan perdagangan dalam negeri dan ekspor; dan (3) Masa berlakunya tidak terba-tas, baik bagi perusahaan kecil, perusahaan. menengah maupun perusahaan besar.

Semenjak dijalankannya kebijaksanaan penyederhanaan per-izinan tersebut pada tahun 1984, sampai dengan tahun 1989/90 jumlah perusahaan yang telah memiliki SIUP adalah sekitar 1.227 ribu perusahaan. Pada tahun 1990/91 jumlah tersebut me-ningkat menjadi 1.277 ribu perusahaan. Berdasarkan besarnya skala usaha perusahaan jumlah tersebut masing-masing terdiri dari 61 ribu perusahaan besar, 322 ribu perusahaan menengah dan 894 ribu perusahaan kecil.

c. Meningkatkan Peranan Pedagang Nasional dan Pedagang Golongan Ekonomi Lemah

Seperti halnya pada tahun-tahun sebelumnya dalam tahun 1990/91 dalam rangka meningkatkan peranan pedagang nasional

XI/45

Page 51:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

dan pedagang golongan ekonomi lemah, berbagai program pembi-naan, termasuk penyuluhan, dilanjutkan pelaksanaannya. Pelak-sanaan penyuluhan terutama ditujukan untuk meningkatkan ke-mampuan pedagang golongan ekonomi lemah melalui peningkatan pengetahuan dalam manajemen usaha, pengembangan jiwa kewira-usahaan dan peningkatan keterampilan berusaha. Selanjutnya, untuk lebih mendorong perkembangan pedagang golongan ekonomi lemah serta meningkatkan daya guna pelaksanaan program pe-nyuluhan yang telah ditetapkan, dalam tahun 1990/91 telah di-lakukan: (1) Penataran bagi pelatih sebanyak 60 orang (dalam tahun 1989/90 sebanyak 110 orang); dan (2) Pengembangan pusat pembinaan dan pelayanan bagi pedagang golongan ekonomi lemah, yang sampai dengan tahun 1990/91 telah dilaksanakan di 12 propinsi yang tersebar di 33 kabupaten. Perkembangan hasil penyelenggaraan penataran bagi para pedagang penyalur dan pengecer selama tahun-tahun 1988/89 - 1990/91 dapat dilihat pada Tabel III-18. Dari tabel tersebut tampak adanya peningkatan penataran, yaitu apabila dalam tahun 1989/90 ditatar hanya sebanyak 120 orang, dalam tahun 1990/91 jumlah tersebut meningkat menjadi 450 orang.

Di samping itu, sebagai salah satu usaha dalam rangka pengembangan skala usaha para pedagang, kebijaksanaan penye-diaan fasilitas perkreditan dengan suku bunga yang rendah, seperti KUK dan Kupedes, dalam tahun 1990/91 masih diteruskan.

Sebagai hasil pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1977, sampai dengan tahun 1989/90 jumlah perusahaan na-sional yang telah menjadi agen atau distributor perusahaan asing mencapai 5.910 perusahaan, dan dalam tahun 1990/91 jumlah tersebut meningkat menjadi 7.109 perusahaan.

d. Memperluas Pasaran Barang-barang Produksi Dalam Ne- geri

Dalam rangka memperluas pasaran barang produksi dalam negeri, dalam tahun 1990/91 pelaksanaan promosi barang-barang hasil produksi dalam negeri ditingkatkan. Di samping itu, pe-laksanaan Keppres No. 29 Tahun 1984 dimantapkan, terutama yang menyangkut ketentuan mengenai kewajiban menggunakan produksi dalam negeri bagi setiap Departemen/Lembaga yang melakukan pemborongan/pembelian barang untuk kebutuhan sen-diri ataupun dalam rangka pelaksanaan proyek pembangunan.

Demikian pula, sebagai upaya untuk meningkatkan keperca-yaan konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri

XI/46

Page 52:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

dan meningkatkan daya saing barang-barang tersebut, dalam ta-hun 1990/91 kegiatan pengawasan terhadap mutu produksi dalam negeri ditingkatkan. Sebagaimana diketahui, meluasnya pasaran barang-barang hasil produksi dalam negeri di samping disebab-kan oleh adanya peningkatan mutu juga disebabkan oleh adanya peningkatan dalam efisiensi produksi dan pemasaran.

Dalam rangka promosi pemasaran barang-barang hasil pro-duksi dalam negeri, selama dua tahun pertama Repelita V juga dilaksanakan penyelenggaraan pameran dagang, baik di ibu kota propinsi maupun di ibu kota kabupaten/kotamadya. Kegiat- an tersebut telah memberikan manfaat, antara lain: (1) Semakin dikenalnya hasil produk hasil dalam negeri; (2) Terjadinya kontak dagang dan transaksi, baik secara langsung maupun pada tahap penyampaian pesanan atau perjanjian jual beli; (3) Ter-jadinya kontak dengan lembaga niaga lainnya; dan (4) Adanya kesadaran dan dorongan untuk pengembangan dan penyempurnaan produksi barang-barang dalam negeri.

Dalam tahun 1989/90 telah diselenggarakan pameran dagang di 27 propinsi di 234 kabupaten/kotamadya. Sedangkan dalam tahun 1990/91 kegiatan tersebut diselenggarakan di 278 kabu-paten/kotamadya.

Page 53:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April

XI/47

Page 54:  · Web viewPERKEMBANGAN RATA-RATA HARGA ECERAN MINYAK GORENG DI MEDAN, JAKARTA DAN SURABAYA, 1988/89 - 1990/91 (Rp/botol) Repelita V Kota/Bulan 1988/89 1989/90 1990/91 MEDAN April