· web viewsampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan...

76
PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

Upload: others

Post on 03-Dec-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

Page 2:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954
Page 3:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

BAB X

PERHUBUNGAN DAN PARIWISATA

A. PENDAHULUAN

Pelaksanaan pembangunan perhubungan selama tahun ketiga pelaksanaan Repelita V semakin ditingkatkan sehingga dapat memperluas jangkauan pelayanan dan meningkatkan mutu pelayanan perhubungan. Langkah dan kebijaksanaan yang dilaksanakan di-arahkan untuk dapat lebih memperlancar arus manusia, barang dan jasa serta informasi dari manapun jugs ke seluruh penjuru Tanah Air. Kelancaran arus perhubungan tersebut akan memper-cepat pencapaian sasaran-sasaran pembangunan, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, mempercepat tercapainya per-wujudan Wawasan Nusantara, dan makin meningkatkan ketahanan nasional bangsa kita.

Selama tiga tahun terakhir ini peningkatan kemampuan perhubungan, baik perhubungan darat, perhubungan laut, maupun perhubungan udara dan telekomunikasi, dilaksanakan secara terpadu dengan memperhatikan usaha-usaha pengembangan potensi yang dapat mendorong peningkatan peran serta masyarakat di masing-masing subsektor. Dalam kaitan ini juga semakin di- utamakan peningkatan pelayanan perhubungan ke dan dari daerah pedesaan, daerah dan pulau terpencil, daerah transmigrasi dan daerah perbatasan. Peningkatan pelayanan ke daerah-darah tersebut bertujuan mendorong pemerataan pembangunan ke seluruh wilayah Tanah Air. Dalam kurun waktu tersebut efisiensi dalam

X/3

Page 4:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

pengelolaan usaha perhubungan juga makin ditingkatkan, ter-masuk peningkatan efisiensi badan-badan usaha milik negara.

Demikian pula halnya dengan pembangunan kepariwisataan. Pembangunan kepariwisataan semakin ditingkatkan dengan me-ngembangkan dan mendayagunakan sumber daya dan potensi ke-pariwisataan nasional menjadi kegiatan ekonomi yang dapat di-andalkan bagi pembangunan.

Hasil-hasil pelaksanaan pembangunan di sektor perhubung-an dan pariwisata sampai dengan tahun ketiga Repelita V serta kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditempuh selama itu secara rinci disajikan dalam uraian di bawah ini.

B. PELAKSANAAN PBMBANGUNAN

1. Perhubungan Darat

a. Jalan

Selama tiga tahun pertama Repelita V dilakukan pem-bangunan jalan dengan mengutamakan jaringan jalan di pusat-pusat produksi serta jalan-jalan yang menghubungkan daerah produksi dan daerah pemasarannya. Di samping itu juga dilaku-kan pembangunan jalan untuk membuka daerah terpencil dan untuk mendukung pengembangan pemukiman, termasuk pemukiman transmi-grasi. Peningkatan dan pembangunan jaringan jalan selama tiga tahun pelaksanaan Repelita V telah dilakukan di seluruh Tanah Air dengan tujuan mendorong perkembangan kegiatan pembangunan di daerah-daerah. Dalam tiga tahun ini telah pula ditingkatkan upaya pemeliharaan berkala dan pemeliharaan rutin jaringan jalan di masing-masing propinsi. Dengan upaya itu diharapkan jaringan-jaringan jalan tetap berada dalam kondisi yang mampu mendukung semua kegiatan pengangkutan dan pelaksanaan pem-bangunan di propinsi-propinsi. Penekanan pada program pemeli-haraan tersebut sebagai salah satu prioritas sangat diperlukan mengingat penurunan usia teknis yang dialami oleh beberapa ruas jalan panting yang telah dibangun dalam Repelita-repelita terdahulu. Dalam mendukung sasaran tersebut penyediaan ang-garan pembangunan tahun 1991/92, telah pula ditingkatkan dengan 64,95% dibandingkan dengan tahun 1990/91.

Hasil-hasilnya pun secara kumulatip selama tiga tahun pelaksanaan Repelita V meningkat cukup besar, yaitu program

X/4

Page 5:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

rehabilitasi dan pemeliharaan jalan mencapai 125.151 km untuk jalan dan 63.633 m untuk jembatan, program peningkatan jalan mencapai 23.833 km dan jembatan 4.027 m, program penggantian jembatan mencapai 42.566 in, program pembangunan jalan baru mencapai 1.043 km dan pembangunan jembatan mencapai 3.201 m. Tabel X-1 menunjukkan perkembangan yang telah dicapai di dalam pelaksanaan program-program di bidang jalan sejak akhir Repe-lita IV hingga tahun 1991/92.

Kegiatan pemeliharaan jalan dan jembatan tahun 1991/92 mencakup 40.636 km jalan dan 27.627 m jembatan. Pelaksanaan pemeliharaan jembatan menunjukkan kenaikan sebesar 65,3% di-bandingkan tahun 1990/91. Pada tahun yang sama pelaksanaan program peningkatan jalan dan jembatan mencakup 9.414 km jalan dan 2.056 m jembatan atau meningkat masing-masing sebesar 8,9% dan 84,5% dibandingkan dengan tahun 1990/91. Selanjutnya penggantian jembatan berjumlah 17.754 m atau meningkat sebesar 8,5% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan pelaksa-naan program pembangunan baru jalan mencakup 468 km atau naik sebesar 37,6% dibandingkan dengan tahun 1990/91. Di samping itu dilakukan juga pembangunan baru jembatan sepanjang 234 m dan jalan tol sepanjang 18 km. Sementara itu pelaksanaan pe-ningkatan jalan dan jembatan kabupaten dan lokal tahun 1991/92 mencakup 8.111 km beserta jembatannya sepanjang 18.035 m, yang merupakan kenaikan masing-masing sebesar 2,1% dan 13,3% di-bandingkan tahun 1990/91.

Tabel X-2 menggambarkan perkembangan panjang dan kondisi jalan sampai dengan tahun ketiga Repelita V. Dari total 50.050 km panjang jalan arteri dan jalan kolektor yang ada pada tahun 1991/92, sepanjang 41,893 km (83,7%) di antaranya merupakan jalan kategori mantap, sedangkan 8.157 km (16,3%) lainnya sudah termasuk kategori tidak mantap; yang termasuk kategori jalan kritis tidak ada lagi.

Dalam tahun 1991/92 juga dilanjutkan dan ditingkatkan pembangunan jalan yang pelaksanaannya dimaksudkan untuk mem-buka daerah-daerah terisolir, terutama yang terdapat di wilayah Timur Indonesia: Pembangunan jalan Jayapura-Wamena di propinsi Irian Jaya telah mencapai sepanjang 188,8 km. Bagian yang telah di perkeras adalah sepanjang 68,5 km yaitu pada ruas antara Senggi-Wamena. Kegiatan tersebut akan segera mem -buka lahan produktip untuk kegiatan perkebunan rakyat dan me-nerobos isolasi daerah Wamena sebagai pusat pertumbuhan potensial. Ruas-ruas jalan baru lainnya yang juga dilanjutkan dan dimulai pelaksanaannya adalah Samarinda-Bontang-Sangata di Kalimantan.

X/5

Page 6:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

TABEL X - 1

REALISASI PROGRAM-PROGRAMDI BIDANG JALAN DAN JEMBATAN,

1988/89 - 1991/92

Repelita V

Janis Program Satuan 1988/89 1989/90 1990/91 1991/92

1. Rehabilitasi dan PemeliharaanJalan dan Jembatan (volumepekerjaan)- Jalan km 29.573 43.418 41.097 40.636- Jembatan m 16.857 19.300 16.706 27.627

2. Peningkatan Jalan dan Jembatan

km 3.424 5.778 8.6411)

9.414- Jalan- Jembatan m - 857 1.114 2.056

3. Penggantian Jembatan m 11.820 8.460 16.352 17.754

4. Pembangunan Baru- Jalan km 165 235 340 468- Jembatan m 823 840 2.127 234- Jalan Tol km 68 56 119 18

5. Peningkatan Jalan Kabupaten/Lokal- Jalan km 6.016 7.942 8.111- Jembatan m 9.752 15.925 18.035

1) Angka diperbaiki

X/6

Page 7:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

TABEL X - . 2

PANJANG DAN KONDISI JALAN ARTERIDAN JALAN KOLEKTOR,

1988/89 - 1991/92

Repelita V

Jenis Program Satuan 1988/89 1989/90 1990/91 1991/92

1. Mantap km 27.480 35.081 35.188 41.8932. Tidak Mantap km 17.072 8.882 13.462 8.1573. Kritis km 1.440 6.087 1.400 -

Jumlah km 45.992 50.050 50.050 50.050

GRAFIK X - 1PERKEMBANGAN PANJANG DAN KONDISI JALAN ARTERI

DAN JALAN KOLEKTOR,1988/89 - 1991/92

X/7

Page 8:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

Program pemeliharaan berkala dan program peningkatan di-utamakan pula untuk ruas-ruas jalan di wilayah dan kawasan yang mengalami perkembangan kegiatan. ekonomi yang sangat cepat, seperti daerah kawasan industri, daerah pelabuhan kontainer dan pergudangan. Hasil yang dicapai adalah sepanjang 5.833 km.

Pelaksanaan peningkatan jalan-jalan produksi yang stra-tegis, seperti jalan-jalan yang menunjang pengembangan Per-kebunan Inti Rakyat (PIR) dan perkebunan kelapa sawit, pada tahun 1991/92 juga terus dilanjutkan. Hasil yang dicapai pada tahun 1991/92 adalah sepanjang 75 km, terdapat di propinsi Jambi dan Bengkulu. Jalan sepanjang 257 km yang menghubungkan wilayah pemukiman transmigrasi dengan wilayah-wilayah yang lain juga termasuk jalan-jalan yang ditingkatkan dalam rangka membuka daerah-daerah potensial.

Program penggantian jembatan pada tahun 1991/92 lebih ditingkatkan. Beberapa jembatan dengan bentang panjang telah mulai dibangun atau diperbaiki, seperti jembatan Musi II dan jembatan Ampera di Sumatera Selatan; jembatan Sei Katingan, jembatan Sei Mentaya dan jembatan Sei Seruyam di Kalimantan Tengah; dan jembatan Teluk Melano, jembatan Semuntai, jembatan Kertiyasa di Kalimantan carat. Pada tahun ketiga Repelita V telah disediakan bahan material jembatan rangka baja sebanyak 46.000 ton dan komponen jembatan beton pracetak sepanjang 185 m yang dihasilkan oleh unit-unit produksi beton pracetak yang berlokasi di Beureuneun di Aceh, Buntu di Jawa Tengah, Bengkulu di Bengkulu dan Poso di Sulawesi Tengah. Peran serta dunia usaha dan swasta dalam pembangunan jalan tol mulai tampak hasilnya, yaitu dengan telah dioperasikannya penambahan jalur ruas jalan Jakarta-Cikampek sepanjang 18 km dan jalan Layang Tot Cawang-Tanjung Priok sepanjang 7 km. Pembangunan jalan tol yang juga akan dibangun oleh dunia usaha dan swasta lainnya adalah ruas jalan Tanggerang-Merak. Dalam rangka peningkatan jalan nasional dan propinsi, juga telah diadakan penambahan peralatan utama jalan sebanyak 160 unit.

b. Angkutan Jalan Raya

Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan angkutan jalan raya yang lancar telah mendorong pertumbuhan yang pesat dalam jumlah sarana angkutan. Jasa angkutan jalan raya, yang me-liputi angkutan penumpang dan muatan dalam kota, antar kota, dan antar daerah, telah dapat dibina dan dikembangkan serta ditingkatkan efisiensinya. Pada tahun ketiga Repelita V sarana

X/8

Page 9:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

angkutan jalan raya yang terdiri dari bis, truk, mobil pe-numpang dan sepeda motor berjumlah 12.122.649 buah, atau me-ningkat sebesar 2,96% dibandingkan tahun 1990/91. Perusahaan angkutan jalan raya, khususnya angkutan barang dan penumpang, semakin bersaing dalam memberikan pelayanan angkutan yang makin bermutu di seluruh pelosok Tanah Air. Dengan kondisi tersebut, kegiatan jasa angkutan telah berkembang semakin efisien dan dapat menyediakan jasa pelayanan yang semakin beraneka ragam bagi masyarakat.

Dalam rangka mendukung pertumbuhan tersebut, maka pelak-sanaan pembangunan di bidang fasilitas lalu lintas dan angkutan jalan raya dalam tahun ketiga Repelita V diarahkan pada peningkatan penyelenggaraan dan pengawasan ketertiban lalu lintas serta penjagaan keselamatan dan kelancaran angkutan jalan raya. Kegiatan yang dilakukan adalah meningkatkan pem-bangunan fasilitas terminal penumpang dan barang, rambu lalu lintas, lampu lalu lintas persimpangan, tanda permukaan jalan, serta pagar pengaman jalan dan pengadaan peralatan keselamat -an lalu lintas lainnya di berbagai lokasi. Hasil-hasil pelak -sanaan pembangunan selama tiga tahun Repelita V di bidang ini adalah pengadaan alat pengujian kendaraan bermotor sebanyak 9 unit, rambu lalu lintas 17.741 buah dan lampu lalu lintas persimpangan sebanyak 38 unit. Pada tahun ketiga Repelita V telah dilaksanakan penyediaan alat pengujian kendaraan se-banyak 1 unit, rambu lalu lintas 7.878 unit, lampu lalu lintas persimpangan 6 unit, tanda permukaan jalan 8.660 meter, dan pusat pengujian kendaraan bermotor sebanyak 10 unit. Perkem-bangan pembangunan fasilitas keselamatan angkutan jalan raya secara rinci dapat dilihat pada Tabel X-3.

Sementara itu pertumbuhan angkutan penumpang umum di wilayah perkotaan juga meningkat dengan pesat. Di wilayah Jabotabek, misalnya, pada tahun 1991/92 penumpang angkutan umum mencapai 4 juta orang per hari. Di wilayah kota-kota besar lainnya rata-rata telah pula mencapai di atas 1 juta orang per hari. Upaya menambah sarana angkutan untuk masyara-kat juga ditingkatkan dengan mengikutsertakan partisipasi masyarakat melalui baik koperasi angkutan maupun perusahaan-perusahaan angkutan swasta lainnya. Pada tahun itu dilakukan pula peningkatan pengendalian arus lalu lintas dalam kota (traffic management) dan pembangunan fasilitas terminal barang dan fasilitas penumpang yang terpadu dengan pengembangan wilayah perkotaan. Dua badan usaha milik negara, yaitu Perum PPD dan Perum DAMRI, tetap ditugaskan membantu penyediaan angkutan umum di wilayah perkotaan dan efisiensinya telah

X/9

Page 10:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

TABEL X - 3

PERKEBANGAN PEMBANGUNAN FASILITAS KESELAMATANANGKUTAN JALAN RAYA,

1988/89 - 1991/92

Repelita V

Jenis Fasilitas Satuan 1988/89 1989/90 1990/91 1991/92

1. Alat Pengujian Kendaraan unit 52 57 60 612. Rambu Lalu Lintas buah 130.378 134.694 140.241 148.119

3. Lampu Lintas Persimpangan unit 174 188 206 2124. Tanda Permukaan Jalan meter 208.610 208.610 214.060 222.720

5. Pagar Pengaman Jalan buah 8.206 8.206 11.454 16.550

6. Pusat Pengujian KendaraanBermotor unit 1 (L) 3+1(L) 6+1(L)

2)16

7. Alat Komunikasi buah 50 50 50 50

8. Mesin Pengetok Plat Uji buah 3 3 3 3

9. Tempat Tunggu Bis Kota buah 36 36 36

1) Angka kumulatif2) (L) Lanjutan

X/10

Page 11:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

ditingkatkan. Kedua badan usaha milik negara tersebut pada tahun 1991/92 mengoperasikan 2.689 buah bis di 11 kota.

Para pengendara sepeda motor di seluruh Indonesia semakin merasakan manfaat penggunaan topi helm bagi keselamatan ber-lalu lintas. Di jalan-jalan tol Para pengendara mobil juga telah diwajibkan memakai sabuk pengaman. Dalam Undang-undang tentang Perhubungan yang telah disahkan Dewan Perwakilan Rakyat hal ini telah pula dijadikan ketetapan untuk dilaksa-nakan lebih lanjut. Di samping itu, untuk mendukung program pendidikan nasional, sejak tanggal 5 Oktober 1991 di DKI Jakarta Perum PPD telah mengoperasikan 12 bis sekolah yang khusus melayani angkutan untuk pelajar dan mahasiswa.

Adapun rincian pertumbuhan tiap jenis sarana angkutan jalan raya dari akhir Repelita IV sampai dengan tahun ketiga Repelita V dapat dilihat pada Tabel X-4.

TABEL X - 4

PERKEMBANGAN JUMLAH ARMADA ANGKUTAN JALAN RAYA, 1988/89 - 1991/92 1

Repelita V

Jenis Armada 1988/89 1989/90 1990/91 1991/92

B i s (buah) 371.562 412.433 438.127 446.562

Truk (buah) 1.124.174 1.247.833 1.306.481 1.338.352

Mobilpenumpang (buah) 1.320.638 1.465.908 1.641.316 1.700.779

Sepedamotor (buah) 6.857.872 7.612.237 8.387.162 8.636.956

1) Angka kumulatif

X/11

Page 12:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

GRAF

Page 13:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

GRAFIK X – 2PERKEMBANGAN JUMLAH ARMADA ANGKUTAN JALAN RAYA

1988/89 – 1991/92

Page 14:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

c. Angkutan Kereta Api

Pembangunan perkeretaapian dalam tiga tahun pelaksanaan Repelita V ditujukan untuk makin meningkatkan daya angkut dan mutu pelayanannya bagi masyarakat. Dalam hubungan ini telah dilanjutkan kegiatan rehabilitasi dan peningkatan prasarana dan penambahan sarana angkutan kereta api. Hasil pelaksanaan pembangunan prasarana kereta api selama tiga tahun pelaksanaan Repelita V mencakup: rehabilitasi dan peningkatan jalan kereta api sepanjang 908,26 km, peningkatan peralatan persinyalan sebanyak 26 unit, peningkatan bangunan operasional kereta api di 23 lokasi, dan rehabilitasi jembatan baja sebanyak 98 buah. Adapun hasil pelaksanaan peningkatan sarana dari tahun 1989/90 sampai dengan tahun 1991/92 antara lain adalah rehabilitasi lok sebanyak 66 unit, rehabilitasi kereta penumpang 279 unit, rehabilitasi gerbong barang 2.446 unit dan pengadaan lok diesel sebanyak 29 buah. Di samping itu, untuk mendukung peningkatan permintaan jasa angkutan, dalam tiga tahun ter-akhir ini dilakukan pula pengadaan baru (penambahan) sarana angkutan berupa gerbong, barang, hasil produksi dalam negeri, sebanyak 265 buah. Selanjutnya juga dilakukan peningkatan ke-selamatan lalu lintas angkutan melalui pemasangan perangkat sinyal semi elektronik di 6 stasiun, perangkat sinyal elektrik di 8 stasiun, perangkat sinyal mekanik di 12 stasiun serta penyelesaian pemasangan pintu perlintasan listrik sebanyak 130 buah. Dengan terselesaikannya pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut kondisi prasarana angkutan kereta api menjadi makin baik sehingga, dengan didukung oleh pelaksanaan operasi yang makin efisien kapasitas angkut kereta api makin meningkat. Peningkatan kapasitas dan kegiatan operasional yang semakin efisien telah memungkinkan diubahnya status perusahaan kereta api dari Perusahaan Jawatan (PERJAN) menjadi Perusaha an Umum (PERUM).

Sampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954 km. Kondisi ini mencakup 93,54% dari jaringan lintas raya yang panjangnya 4.227 km. Dari jumlah tersebut sepanjang 3.500 km, atau 82,8% dari panjang jaringan lintas raya, dapat dilalui kereta api dengan kecepatan 67 km/jam dengan tekanan gandar lebih dari 13 ton. Pada tahun 1990/91 kondisi tersebut meningkat menjadi 3.737 km sehingga pada tahun itu 88,4% dari jaringan lintas raya dapat dilalui dengan kecepatan rata-rata 67 km/jam dengan tekanan gandar lebih dari 13 ton. Pembangunan jalan kereta api ini pelaksanaannya tersebar di propinsi Sumatera Utara,

X/13

Page 15:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan DKI Jakarta.

Sementara itu waktu putar rata-rata sarana gerbong telah dapat diturunkan dari 6 hari pada tahun 1988/89 menjadi 5,5 hari dalam tahun 1989/90 dan tahun 1990/91. Perkembangan produksi jasa angkutan kereta api sejak tahun 1988/89 sampai dengan tahun ketiga Repelita V, serta perkembangan peningkatan fasilitas prasarana dan sarananya selama itu, dapat dilihat dalam Tabel X-5 serta Tabel X-6.

d. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

Pembangunan prasarana dan sarana angkutan sungai, danau dan penyeberangan bertujuan meningkatkan kelancaran arus barang dan penumpang. Sejak tahun pertama Repelita V pembukaan lintasan-lintasan baru telah dilakukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan pulau-pulau lain di Wilayah Timur Indonesia. Jasa angkutan ini juga telah semakin berkembang menjadi salah satu sarana utama yang dapat membuka hubungan daerah-daerah pedalaman dan daerah-daerah terpencil dengan daerah-daerah lain. Pelaksanaan pembangunan angkutan sungai, danau dan penyeberangan dalam Repelita V makin dapat ditingkatkan se-hingga, baik sebagai sarana. angkutan yang berdiri sendiri maupun sebagai bagian dari angkutan jalan raya dan kereta api, angkutan sungai, danau dan penyeberangan makin besar layanan-nya bagi masyarakat.

Selama dua tahun pelaksanaan Repelita V (1989/90-1990/91) telah dilakukan penambahan sarana angkutan berupa pembangunan 16 buah kapal penyeberangan, 1 buah kapal danau, dan 1 buah kapal sungai. Di samping itu telah dibangun 10 dermaga penye-berangan, 6 dermaga sungai dan 3 buah terminal sungai. Se-lanjutnya untuk meningkatkan keselamatan pelayaran telah di-bangun 1.390 buah rambu sungai dan 8 buah rambu laut. Juga dilakukan pengerukan Lumpur sungai, yaitu di Anjir Serapat (Kalimantan Selatan) dan Anjir Kelampan (Kalimantan Tengah), sebanyak 101.419 m3. Sementara itu telah dilakukan pula rehabilitasi terhadap 31 kapal penyeberangan, 24 dermaga pe-nyeberangan antara lain di Poka (Maluku), Balohan (Aceh), Meulaboh (Aceh), Sape (Nusa Tenggara Barat), Bira (Sulawesi Selatan), Bolok (Nusa Tenggara Timur), Torobulu-Tampo (Sula-wesi Tenggara), Ujung (Jawa Timur), Jangkar (Jawa Timur), Kamal (Madura), 35 I-lir Palembang (Sumatera Selatan), Lembar (Lombok); 7 dermaga sungai, yaitu S. Mahakam (Kalimantan Tengah), Tembilahan (Riau), S. Mentaya (Sampit), S. Kahayan (Kalimantan Tengah), Mandumai (Kalimantan Tengah), Banjaraya

X/14

Page 16:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

TABEL X – 5

PERKEMBANGAN PRODUKSI JASA ANGKUTAN KERETA API,1988/89 – 1991/92

1) Angka diperbaiki, setelah dilakukan penelitian ulang.

X/15

Page 17:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

TABEL X - 6

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN REHABILITASI DAN PENGADAAN FASILITAS PERKERETA-APIAN ,

1988/89 - 1991/92 (buah)

Repelita V

1988/89 1989/90 1990/91 1991/92

Rehabi- Peng- Rehabi- Peng- Rehabi Peng- Rehabi- Peng-Janis Armada litasi adaan litasi adaan litasi adaan litasi adaan

1. Lok Uap 120 - 120 - 120 - 120 -

2. Lok Diesel 1.438 358 1.455 373 1.492 373 2)1.504 387

3. Lok Listrik 71 - 71 - 71 - 71 -

4. Kereta Rel Lis-trik/Kereta RelDiesel 528 208 528 208 528 208 528 208

5. Kereta Penumpang 2.523 831 2.580 831 2.694 831 2.802 831

6. Gerbong Barang 21.535 1.696 22.166 1.961 23.602 1.961 23.981 1.961

X/16

Page 18:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

1) Angka kumulatif2) Angka diperbaiki

Page 19:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

(Kalimantan Selatan), Kuala Kapuas (Kalimantan Tengah) dan 7 dermaga danau, antara lain di Ajibata, Tigaras, Tigaraja, Haranggaol dan Pangunguran (Sumatera Utara).Selanjutnya dalam tahun 1991/92 dilakukan pula penambahan sarana angkutan pe-nyeberangan berupa pembangunan 10 buah kapal penyeberangan untuk lintas-lintas: Lewoleba-Waiwerang (NTT), Atapupu-Kala-bahi (NTT), Batulicin-Kotabaru (Kalimantan Selatan), Mamuju-Balikpapan (Sulawesi Selatan/Kalimantan Timur), Pagimana-Gorontalo (Sulawesi Utara), Tual-Flat (Maluku), Negerilima-Namlea (Maluku), Ternate Bitung (Maluku-Sulawesi Utara), Biak-Serui (Irian Jaya) dan Serui-Nabire (Irian Jaya). Di samping itu telah pula selesai dilaksanakan rehabilitasi dan peningkatan dermaga penyeberangan di 1 lokasi, yaitu di Pamatata (Sulawesi Selatan); dermaga sungai di 6 lokasi, yaitu di Jambi dan Kuala Tungkal (Jambi), Tembilahan (Riau), Meng-gala (Lampung), Pangkalan Bun,(Kalimantan Tengah) dan Negara (Kalimantan Selatan); serta pembangunan dermaga penyeberangan di 5 lokasi yaitu di Sidangole (Maluku), Bau-Bau (Sulawesi Tenggara), Meulaboh (Aceh), Tomok (Sumatera Utara) dan Teluk Bungus (Sumatera Barat); pembangunan dermaga sungai di 3 lokasi yaitu di S. Ketahun (Bengkulu), S. Pangkoh (Kaliman-tan Tengah) dan Sei Kunjang (Kalimantan Timur) dan pembangunan dermaga danau di 3 lokasi yaitu di Sibandang (Sumatera Utara), Danau Saguling (Jawa Barat) dan Danau Ayapo (IrianJaya).

Jumlah penumpang dan barang yang dapat diangkut melalui angkutan penyeberangan dalam tahun 1988/89 terdiri dari 41.560 ribu orang, 10.741 ribu ton barang dan 3.067 ribu buah kendaraan. Selama tiga tahun pelaksanaan Repelita V jumlah penumpang, barang dan kendaraan yang diangkut meningkat, masing-masing dari 42.058 ribu penumpang, 10.920 ribu ton barang dan 3.169 ribu buah kendaraan pada tahun 1989/90, men-jadi 46.067 ribu penumpang, 11.953 ribu ton barang dan 3.433 ribu buah kendaraan pada tahun 1990/91, dan menjadi 46.637 ribu penumpang, 12.903 ribu ton barang dan 5.055 ribu buah kendaraan pada tahun 1991/92, atau masing-masing telah me-ningkat dengan rata-rata 3,91, 6,3% dan 19,6% per tahun. Dalam tahun 1991/92 jumlah yang diangkut masing-masing meningkat sebesar 1,23%, 7,94% dan 47,2% dibanding dengan tahun 1990/91. Hasil-hasil pembangunan tersebut di atas menunjuk-kan, peranan angkutan sungai, danau dan penyeberangan dalam mendukung kelancaran angkutan ke seluruh daerah. Perkembangan jasa angkutan sungai, danau dan penyeberangan dari akhir Repelita IV sampai dengan tahun kedua Repelita V dapat dilihat dalam Tabel X-7.

X/17

Page 20:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

TABEL X - 7

PERKEMBANGAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN,1988/89 - 1991/92

Repelita VJanisAngkutan Satuan 1988/89 1989/90 1990/91 1991/92

Angkutanpenumpang ribu orang 41.560 42.058 46.067 46.637

Angkutanbarang ribu ton 10.741 10.920 11.953 12.903

Angkutankendaraan ribu bush 3.067 3.169 3.433 5.055

2. Perhubungan Laut

Langkah dan kebijaksanaan pembangunan perhubungan laut selama tiga tahun pelaksanaan Repelita V adalah meningkatkan kapasitas prasarana dan sarananya dan meningkatkan jasa pe-layanannya baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Kegi-atan pembangunan yang telah dilaksanakan meliputi peningkatan fasilitas pelabuhan, fasilitas keselamatan pelayaran dan pengembangan armada pelayaran. Manfaat dari basil pembangunan subsektor perhubungan laut antara lain dapat dilihat dari makin lancarnya mobilitas manusia dan makin meningkatnya daya saing komoditi ekspor yang dihasilkan di dalam negeri. Pela-yaran Nusantara makin mampu meningkatkan pelayanannya. Pro-duktivitas angkutan Pelayaran Lokal makin meningkat setiap tahunnya. Demikian pula halnya dengan jasa-jasa pelayaran yang lain yang juga makin dapat meningkatkan dukungannya dalam memperlancar angkutan perdagangan antar pulau. Adapun hasil-basil pembangunan yang telah dicapai selama tiga tahun pelak-sanaan Repelita V di bidang Perhubungan Laut adalah sebagai berikut.

X/18

Page 21:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

a. Bidang Pelayaran

Sejak dilaksanakannya Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1988 kegiatan investasi baru dalam rangka meningkatkan efi-siensi di bidang pelayaran telah pula terlaksana. Diberikan-nya peluang yang sama kepada perusahaan-perusahaan pelayaran baik dalam negeri maupun pelayaran asing dalam menyelenggara-kan angkutan laut telah pula menjadi tantangan bagi armada pelayaran dalam negeri untuk meningkatkan efisiensi operasio-nalnya. Dalam tiga tahun pelaksanaan Repelita V pelayaran Nusantara, pelayaran lokal, pelayaran rakyat, pelayaran perin-tis dan pelayaran khusus terus mengalami peningkatan. Adapun perkembangan yang dicapai oleh masing-masing jenis pelayaran adalah sebagai di bawah ini.

(1) Pelayaran Dalam Negeri

(a) Pelayaran Nusantara

Penyederhanaan peraturan dan kebijaksanaan di bidang angkutan laut dalam tiga tahun terakhir ini telah berhasil meningkatkan jumlah kapal dan kapasitas yang dimiliki armada pelayaran Nusantara. Muatan yang diangkut selama tiga tahun pelaksanaan Repelita V juga terus meningkat. Peningkatan jumlah kapal rata-rata adalah 8,4% per tahun, sedangkan ka-pasitas ruang kapal meningkat rata-rata 25,6% per tahun. Di samping itu juga terjadi kenaikan jumlah muatan rata-rata 4,5% per tahun. Persaingan sehat terjadi antara perusahaan pelayaran dengan telah dibukanya 127 pelabuhan untuk ekspor langsung keluar negeri. Kebijaksanaan ini berhasil menurunkan biaya angkutan dan menghilangkan biaya transit dipelabuhan, sehingga dapat meningkatkan daya saing harga komoditi ekspor di pasaran dunia. Di samping itu kebijaksanaan ini telah pula memacu perusahaan-perusahaan pelayaran nasional untuk mening-katkan effisiensi mereka. Dalam tahun 1991/92 terjadi penam-bahan armada pelayaran nasional dengan 33 kapal, sehingga kapasitas armada pelayaran Nusantara pada tahun ini mencapai 843.651 dwt.

Dalam menghadapi peningkatan permintaan akan angkutan penumpang antar pulau atau antar propinsi, sejak awal tahun 1992 dalam pelayaran Nusantara telah dioperasikan 2 buah kapal tambahan sehingga dewasa ini dalam pelayaran Nusantara se-luruhnya telah dioperasikan 10 buah kapal penumpang. Pengope-rasian 10 kapal penumpang tersebut sangat dirasakan manfaat-nya oleh masyarakat dan mendorong pertumbuhan kegiatan sosial

X/19

Page 22:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

dan ekonomi masyarakat khususnya di wilayah Timur Indonesia. Dalam tahun 1991/92 telah diprioritaskan penyediaan 6 buah kapal baru yang sepenuhnya beroperasi di wilayah Timur Indo-nesia. Sedang sisanya merupakan penghubung angkutan penumpang antara wilayah Barat dan wilayah Timur Indonesia. Penambahan kapal masih akan terus dilanjutkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan akan angkutan penumpang yang naik rata-rata 25,4 % per tahun sejak tahun pertama Repelita V. Saat ini sedang di-bangun 5 buah kapal yang diharapkan pembangunannya dapat di-selesaikan sebelum akhir tahun 1995. Rincian perkembangan armada pelayaran Nusantara selama tahun 1988/89 sampai dengan tahun 1991/92 dapat dilihat dalam Tabel X-8.

(b) Pelayaran Lokal

Peranan pelayaran lokal juga mengalami peningkatan, khususnya pada tahun ketiga Repelita V. Dalam memenuhi per-tumbuhan permintaan angkutan laut antar pulau maka pada tahun 1991/92 dilakukan penambahan jumlah kapal sebanyak 22 buah sehingga terdapat peningkatan kapasitas ruang kapal sebesar 13,9% dari tahun sebelumnya. Pada tahun pertama dan kedua pelaksanaan Repelita V baik jumlah kapal yang beroperasi maupun kapasitasnya masih sama. Muatan yang diangkut rata-rata meningkat 6,6% per tahun dalam kurun waktu 3 tahun pe-laksanaan Repelita V. Produktivitas jenis pelayaran ini pun meningkat dari 23,9 ton/dwt/tahun pada tahun 1989/90 menjadi 24,1 ton/dwt/tahun pada tahun. 1990/91. Pada tahun 1991/92 produktivitasnya turun menjadi 21,8 ton/dwt/tahun karena adanya penambahan kapal baru sebanyak 22 buah seperti diurai-kan sebelumnya. Penambahan kapal baru tersebut meningkatkan kapasitas ruang muat armada lokal dari sebesar 158.385 dwt pada tahun 1990/91 menjadi 180.385 dwt pada tahun ketiga Repelita V, sedangkan muatan yang diangkut hanya meningkat dari 3.820.000 ton menjadi 3.939.015 ton. Perkembangan armada pelayaran lokal dari tahun 1988/89 sampai dengan tahun 1991/92 dapat dilihat dalam Tabel X-9.

(c) Pelayaran Rakyat

Walaupun terjadi persaingan antara pelayaran rakyat dan pelayaran lokal dalam menyediakan angkutan laut antar pulau, terutama untuk angkutan dari dan menuju lokasi-lokasi ter-pencil, selama kurun waktu tiga tahun pertama Repelita V masih terjadi peningkatan dalam volume muatan angkutan pelayaran rakyat. Pada tahun ketiga Repelita V dalam armada pelayaran rakyat jumlah kapal meningkat sebesar 6,8% dan kapasitas ruang

X/20

Page 23:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

TABEL X – 8

ARMADA PELAYARAN NUSANTARA,1988/89 – 1991/92

X/21

Page 24:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

TABEL x - 9ARMADA PELAYARAN LOKAL

1988/89 - 1991/92

Repelita V

U r a i a n Satuan 1988/89 1989/90 1990/91 1991/92

1. Kapal unit 1.018 1.097 1.097 1.119

2. Kapasitas 151.896 158.385 158.385 180.385

3. Muatan ton 3.265.700 3.784.438 3.820.000 3.939.015

4. Produktivitas ton/dwt/ 21,5 23,9 24,1 21,8tahun

X/22

Page 25:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

muat meningkat 5% dibandingkan tahun sebelumnya. Muatan yang diangkut dari tahun pertama sampai dengan tahun ketiga meng-alami kenaikan rata-rata 2,5% per tahun. Jumlah kapal yang beroperasi pada tahun ketiga Repelita V adalah 3.974 buah dengan kapasitas 209.191 dwt dan muatan yang diangkut adalah 3.174.000 ton. Dengan demikian produktivitas armada pelayaran rakyat pada tahun 1991/92 mencapai 15,2 ton/dwt/tahun. Penge-lolaan dan pembinaan armada pelayaran rakyat melalui koperasi semakin ditingkatkan pula, sehingga dapat meningkatkan pro-duktifitas dan efisiensi armada yang ada. Sebagian besar bentuk usaha bersifat tradisional dan jenis kapal yang di-gunakan armada pelayaran ini merupakan hasil kegiatan padat karya. Bentuk kerja yang sifatnya tradisional dan jenis kapal yang digunakan dalam pelayaran ini menyebabkan banyak tenaga kerja yang dapat terserap balk sebagai operasional di kapal maupun sebagai pekerja digalangan kapal rakyat. Berkat per-kembangan pelayaran rakyat industri kecil sebagai pembuat dan pemelihara kapalpun berkembang. Rincian perkembangan armada pelayaran rakyat dari tahun 1988/89 sampai dengan tahun 1991/92 dapat dilihat dalam Tabel X-10.

(d) Pelayaran Perintis

Kegiatan Armada Pelayaran Perintis semakin berhasil meningkatkan hubungan daerah-daerah terpencil dan terisolir dengan daerah-daerah yang lain. Dalam pengelolaannya penetapan rute yang dilayari pelayaran perintis disesuaikan dengan ke-butuhan pengembangan daerah yang bersangkutan. Para pengusaha kapal kecilpun diikutsertakan menyediakan kapalnya menjadi bagian dari pelaksanaan Proyek Armada Pelayaran Perintis. Dalam tiga tahun pelaksanaan Repelita V dalam rangka menye-diakan angkutan laut keperintisan yang, berkesinambungan pe-nyusunan rute terus disempurnakan dan penambahan armada kapal terus ditingkatkan. Apabila pada tahun terakhir Repelita IV dan tahun pertama Repelita V hanya tersedia 16 kapal, maka pada tahun 1990/91 dan tahun 1991/92 jumlah kapal yang ter-sedia telah meningkat menjadi 26 buah. Dengan penambahan jumlah kapal tersebut trayek pelayaran telah bertambah, se-

hingga pelabuhan yang disinggahi meningkat dari 154 pelabuhan perintis pada tahun 1988/89 menjadi 193 pelabuhan perintis pads tahun 1991/92. Pada tahun itu jumlah barang yang diangkut meningkat menjadi sebesar 127,1% jumlah pada tahun kedua, dan meningkat menjadi lebih dari tiga kali lipat dibanding dengan pada akhir Repelita IV. Perkembangan itu menunjukkan keber-hasilan armada perintis yang semakin dapat menembus isolasi

X/23

Page 26:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

TABEL X -10

ARMADA PELAYARAN RAKYAT,1988/89 - 1991/92

Repelita V

U r a i a n Satuan 1988/89 1989/90 1990/91 1991/92

1. Kapal unit 3.740 3.721 3.721 3.974

2. Kapasitas 199.384 199.234 199.234 209.191

3. Muatan ton 2.950.500 2.901.037 3.000.000 3.174.000

4. Produktivitas ton/dwt/ 14,8 14,6 15,0 15,2tahun

X/24

Page 27:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

daerah-daerah terpencil dan mendorong peningkatan perdagang-annya dengan daerah-daerah lain. Perkembangan armada pelayar-an perintis dari tahun 1988/89 sampai dengan tahun 1991/92 dapat dilihat dalam Tabel X-11.

(e) Pelayaran Khusus

Pelayaran khusus terus mengalami peningkatan dalam kurun waktu tiga tahun Repelita V baik ditinjau dari volume muatan-nya, jumlah kapalnya maupun kapasitas ruang muatnya. Perkem-bangan tersebut didorong terutama oleh meningkatnya kegiatan-kegiatan explorasi pertambangan dan angkutan bahan baku in-dustri yang menggunakan armada khusus. Kapal Armada Pelayaran Khusus yang beroperasi pada tahun 1991/92 berjumlah 3.605 buah, meningkat sebesar 12,9% dibandingkan tahun 1990/91.

Jumlah muatan yang cukup besar terjadi pada tahun 1989/90, seluruhnya sebesar 165,4 juta ton, atau meningkat menjadi hampir 4 kali dibanding tahun 1988/89. Pada tahun ke-dua dan ketiga Repelita V jumlah muatan juga meningkat masing-masing sebesar 3,5% dan 8% dibandingkan tahun-tahun sebelum-nya. Dengan demikian dengan kenaikan jumlah armada rata-rata 7,2% per tahun dalam tiga tahun pertama Repelita V terjadi kenaikan muatan rata-rata 64,1% per tahun. Rincian perkem-bangan angkutan pelayaran khusus dari tahun 1988/89 sampai dengan tahun 1991/92 dapat dilihat dalam Tabel X-12.

(2) Pelayaran Luar Negeri

Pelayaran Samudera yang menyediakan jasa angkutan laut internasional mengalami persaingan yang semakin tajam. Hal tersebut antara lain disebabkan masih terdapatnya adanya proteksi terhadap perusahaan pelayaran di beberapa negara lain. Pelaksanaan Inpres Nomor 4 Tahun 1985 yang memberikan izin operasi angkutan niaga asing di wilayah perairan Indone-sia juga menyebabkan pelayaran samudera nasional makin meng-hadapi persaingan dari perusahaan pelayaran samudera dari negara lain. Dalam usaha meningkatkan efisiensi pengelolaan perusahaan salah satu langkah yang telah dilakukan adalah me-ngurangi jumlah kapal sesuai dengan kebutuhan.

Pengurangan jumlah armada ini telah menyebabkan mening-katnya produktivitas armada. Pada tahun 1989/90 produktivitas armada mencapai 49,2 ton/dwt/tahun dan pada tahun 1990/91 me-ningkat menjadi 61,8 ton/dwt/tahun yang berarti terjadi ke -naikan 25,6%. Tetapi pada bulan Januari 1992 produktivitasnya

X/25

Page 28:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

TABEL X - 11

ARMADA PELAYARAN PERINTIS,1988/89 - 1991/92

Repelita V

U r a i a n Satuan 1988/89 1989/90 1990/91 1991/92

1. Kapal buah 16 16 26 26

2. Trayek buah 16 18 28 28

3. Pelabuhan buah 154 154 176 193

4. Frekuensi Penyinggahan kali/th 20 21 21 21

5. Penumpang orang 181.128 214.070 225.000 224.623

6. Muatan ton 26.714 35.742 36.500 82.880

X/26

Page 29:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

TABEL X - 12

ANGKUTAN PELAYARAN KHUSUS,1988/89 - 1991/92

Repelita V

U r a i a n Satuan 1988/89 1989/90 1990/91 1991/92

1. Kapal bush 2.999 2.993 3.263 3.685

2. Kapasitas dwt 2.970.000 1.503.689 1.960.230 1.964.367

brt- 615.540 685.289 752.026

hp 562.000 586.214 837.030 979.220

3. Muatan ton 58.853.000 165.424.274 171.248.224 184.987.073

X/27

Page 30:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

menurun menjadi 52,4 ton/dwt/tahun. Perkembangan angkutan pelayaran samudera dari tahun 1988/89 sampai dengan tahun 1991/92 dapat dilihat dalam Tabel X-13.

b. Fasilitas Pelabuhan dan Pengerukan

Pelaksanaan rehabilitasi, perluasan dan pembangunan pe-labuhan sebagai pendukung utama angkutan laut dalam Repe -lita V terus ditingkatkan dan pelaksanaannya semakin menyebar ke seluruh Tanah Air. Dalam tahun 1991/92 telah dibangun tam-bahan fasilitas pelabuhan, di antaranya dermaga seluas 26.460 m2, tersebar di pelabuhan-pelabuhan Sabang dan Lhok-seumawe (DI Aceh), Sibolga (Sumatera Utara), Sarasan, Tarempa, Tambelan, Tanjung Batu, Batuenam dan Pekanbaru (Riau), Siuban (Sumatera Barat), Nipah Panjang (Jambi), Malakoni (Bengkulu), Tulang Bawang (Lampung), Batang (Jawa Tengah), Benoa (Bali), Kumai (Kalimantan Tengah), .Batulicin (Kalimantan Selatan), Sangkurilang (Kalimantan Timur), Gorontalo dan Bitung (Sula-wesi Utara), Ampana dan Kolonedale (Sulawesi Tengah), Paotere, Bulukumba, Tuju Tuju dan Bonerete (Sulawesi Selatan), Lembar dan Bima (Nusa Tenggara Barat), Baranusa, Marpokot, Ippi, Saba dan Maumere (Nusa Tenggara Timur), Oekusi (Timor Timur), Ternate, Ambon dan Tual (Maluku), Saonek, Babo, Inawatan, Sorong, Manokwari, Biak, Fak-Fak dan Bade (Irian Jaya); gudang 12.990 m2 di pelabuhan-pelabuhan Lhokseumawe (DI Aceh) dan Belawan (Sumatera Utara) serta lapangan penumpukan seluas 11.500 m2, tersebar di pelabuhan-pelabuhan Lhokseumawe (DI Aceh), Semarang (Jawa Tengah) dan Pangkalan Bun (Kaliman-tan Tengah). Selain itu untuk mempertahankan kondisi beberapa pelabuhan pada tahun itu jugs dilakukan rehabilitasi fasili-tas pelabuhan, yang meliputi dermaga di pelabuhan-pelabuhan Tello, Teluk Dalam dan Lahewa (Sumatera Utara), Toboali (Suma-tera Selatan), Kuala Kapuas (Kalimantan Tengah), Parigi (Sula-wesi Selatan), Tenau (Nusa Tenggara Timur) dan Pamako (Irian Jaya) yang seluruhnya meliputi 7.382 m2; gudang seluas 10.540 m2 di pelabuhan-pelabuhan Tapak Tuan (DI Aceh), Ujung Pandang (Sulawesi Selatan), Labuhan Uki (Sulawesi Utara) dan Ternate (Maluku) serta lapangan penumpukan seluas 29.000 m2, tersebar di pelabuhan-pelabuhan Tahuna (Sulawesi Utara), Belawan (Sumatera Utara), Ujung Pandang (Sulawesi Selatan) dan Ambon (Maluku). Dengan demikian hasil yang dicapai selama tiga tahun pertama Repelita V secara kumulatif adalah pembangunan dermaga seluas 83.420 m2, gudang 18.390 m2 dan 96.294 m2 lapangan penumpukan. Dibandingkan dengan pada tahun 1988/89 kapasitas dermaga, gudang dan lapangan penumpukan pada akhir tahun 1991/92 masing-masing 22%, 16,9% dan 42,5% lebih besar.

X/28

Page 31:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

TABEL X = 13

ANGKUTAN PELAYARAN SAMUDRA,1988/89 - 1991/92

Repelita V

URAIAN SATUAN 1988/89 1989/90 1990/91 1991/92

1. Kapal Buah 35 35 28 27

2. Kapasitas Dwt 446.980 446.980 354.297 347.399

3. Muatan ton 17.877.500 21.983.080 21.917.362 18.200.0001)

1) Angka sementara data sampai dengan akhir Januari 1992

X/29

Page 32:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

Perkembangan pembangunan fasilitas pelabuhan dari tahun ter-akhir Repelita IV sampai dengan tahun ketiga Repelita V dapat dilihat dalam Tabel X-14.

Untuk memelihara kedalaman pelabuhan dan alur pelayaran, pada tahun 1991/92 telah dilakukan pengerukan lumpur di pe-labuhan-pelabuhan Belawan (Sumatera Utara), Palembang (Suma-tera Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat), Banjarmasin (Ka-limantan Selatan) dan Samarinda (Kalimantan Timur) yang se-luruhnya meliputi sebanyak 21,8 juta m3, yang berarti terdapat kenaikan sebesar 39,1% dibanding tahun 1990/91.

c. Keselamatan Pelayaran

Di bidang keselamatan pelayaran juga dilakukan rehabili-tasi dan penambahan fasilitas keselamatan pelayaran. Di samping itu kemampuan personil untuk mencegah dan menanggu-langi kecelakaan di laut juga ditingkatkan. Dalam bidang ke-selamatan pelayaran pada tahun 1991/92 dibangun fasilitas berupa: menara suar sebanyak 4 unit, rambu suar 76 unit, pe-lampung suar 18 unit dan kapal inspeksi sebanyak 15 unit. Pembangunan fasilitas keselamatan pelayaran ini akan terus dilanjutkan dalam rangka makin mencukupi kebutuhan akan alat navigasi sesuai dengan keperluan.

3. Perhubungan Udara

Dalam Repelita V prioritas pembangunan dalam perhubungan udara adalah meningkatkan pengembangan dan mutu jasa angkutan udara dengan tujuan agar pelayanan angkutan udara dapat men-jangkau seluruh Wilayah Tanah Air. Peningkatan kapasitas fasilitas bandar udara dalam Repelita V dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan rehabilitasi, peningkatan dan pembangun-an prasarana angkutan udara dan peningkatan penyediaan fa-silitas penerbangan lainnya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh selama tiga tahun Repelita V dapat diuraikan sebagai di bawah ini,

a. Angkutan Udara

Dalam pelaksanaan Repelita V langkah yang ditempuh adalah mengusahakan semakin meningkatkan mutu dan efisiensi pengope-rasian sarana dan prasarana perhubungan udara dan meningkat-kan pelayanan penerbangan dalam negeri dan luar negeri. Per-usahaan-perusahaan penerbangan milik pemerintah, yaitu PT Garuda Indonesia Airways dan PT Merpati Nusantara Airlines,

X/30

Page 33:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

TABEL X - 14

PFNAMBAHAN FASILITAS PELABUHAN, 1) 1988/89 - 1991/92 '

Repelita V

U r a i a n Satuan 1988/89 1989/90 1990/91 1991/92

1. Kade/Dermaga:

- Rehabilitasi m2 116.159 130.150 139.814 147.196- Pembangunan m2 379.284 424.204 436.244 462.704

2. Penahan Gelombang:

- Rehabilitasi m 17.514 17.514 17.514 17.514- Pembangunan m 26.198 26.298 26.298 26.298

3. G u d a n g :

- Rehabilitasi m2 182.532 182.532 183.132 193.672- Pembangunan m2 108.738 108.738 114.138 127.128

4. Lapangan Penumpukan:

- Rehabilitasi m2 5.646 6.796 9.196 38.196m2 226.567 285.353 311.361 322.861

1) Angka kumulatif

X/31

Page 34:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

dengan pola usahanya yang terpadu telah dapat meningkatkan pelayanannya. Perusahaan-perusahaan penerbangan swasta nasio-nal juga semakin meningkat keandalannya, antara lain karena telah mampu dan diizinkan untuk melakukan penambahan dan pe-remajaan armada, termasuk penggunaan pesawat bermesin jet. Jalur penerbangan yang dilayani oleh perusahaan penerbangan swasta makin menyebar baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Perusahaan penerbangan asing yang terbang ke Indone-sia pun telah bertambah jumlahnya dari 13 perusahaan pener-bangan pada akhir Repelita IV menjadi 16 perusahaan pada tahun 1991/92. Peningkatan efisiensi pengoperasian pener-bangan dalam negeri telah terjadi baik dalam penerbangan ber-jadwal dan mampu dalam penerbangan tak berjadwal. (Penerbang-an tak berjadwal meliputi penerbangan charter, taksi udara dan penerbangan survai udara). Di samping itu telah meningkat pula jumlah satuan armada angkutan perintis dan haji udara. Dengan adanya peningkatan-peningkatan itu kemampuan angkut angkutan udara dalam negeri telah meningkat dari 6.934.388 orang pada tahun terakhir Repelita IV menjadi 7.831.198 orang pada tahun ketiga Repelita V. Peningkatan yang terjadi juga mencakup jumlah ataupun berat barang yang diangkut.

Dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita IV, pada tahun pertama Repelita V dalam angkutan udara dalam negeri terjadi peningkatan dalam kilometer pesawat sebesar 1,07%, jumlah penumpang yang diangkut sebesar 5,39%, barang yang diangkut sebesar 1,26% dan jam terbang sebesar 6,44%. Se-lanjutnya di bandingkan dengan tahun terakhir Repelita IV ter-

sebut, pada tahun ketiga Repelita V terjadi kenaikan dalam kilometer pesawat sebesar 9,22%, dalam jumlah penumpang yang diangkut sebesar 12,93%, dalam barang yang diangkut sebesar 28,15% dan jam terbang 0,65%. Perkembangan angkutan udara dalam negeri selama 1988/89-1991/92 dapat dilihat pada Tabel X-15.

Angkutan udara luar negeri juga mengalami pertumbuhan yang cukup besar. Selama tiga tahun pertama pelaksanaan Repe -lita V jumlah Km. pesawat, jumlah penumpang yang diangkut, jumlah barang dan jumlah jam terbang telah meningkat masing-masing sebesar rata-rata 4,0%, 9,2%, 10,6% dan 6,1% per tahun. Sementara itu pada tahun 1991/92 jumlah Km pesawat meningkat 12,8%, jumlah penumpang yang diangkut naik 47,0%, jumlah barang yang diangkut meningkat 46,5% dan jumlah jam terbang naik 13,0% jika dibandingkan dengan tahun 1990/91. Perkem-bangan angkutan udara luar negeri selama 1988/89-1991/92 dapat dilihat pada Tabel X-16.

X/32

Page 35:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

TABEL X - 15

ANGKUTAN UDARA DALAM NEGERI,1988/89 - 1991/92

Repelita V

U r a i a n Satuan 1988/89 1989/90 1) 1990/91 2) 1991/92

1. Km Pesawat ribuan 101.385 102.465 106.754 110.733

2. Penumpang diangkut orang 6.934.388 7.307.955 7.704.167 7.831.198

3. Barang ton 77.196 76.227 96.435 98.924

4. Jam Terbang jam 242.921 258.555 250.072 244.493

5. Ton-Km Tersedia ribuan 888.874 932.279 1.045.650 1.092.539

6. Ton-Km Produksi ribuan 507.894 537.144 593.571 634.732

7. Faktor Muatan 3) persen 57 5.8 57 58

1) Angka diperbaiki

3) Angka sementara Ton-Km Produksi

4) Faktor Muatan = Ton-Km Tersedia

X/33

Page 36:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

TABEL X - 16

ANGKUTAN UDARA LUAR NEGRI,1988/89 - 1991/92

Repelita V

U r a i a n Satuan 1988/89 1989/90 1990/91 1991/92 1)

1. Km Pesawat ribuan 46.302 47.259 45.895 51.800

2. Penumpang diangkut orang 1.889.283 1.911.433 1.521.979 2.238.442

3. Barang ton 65.014 71.812 53.676 78.683

4. Jam Terbang jam 61.103 70.923 63.396 71.651

5. Ton-Km Tersedia ribuan 2.376.403 2.252.621 2.299.417 2.335.660

6. Ton-Km Produksi ribuan 1.224.632 1.147.369 1.172.542 1.255.164

7. Faktor muatan 2) persen 52 51 51 54

1) Angka sementaraTon-Km Produksi

2) Faktor Wagtail =Ton-Km Tersedia

X/34

Page 37:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

b. Prasarana Perhubungan Udara

Pembangunan prasarana perhubungan udara selama tiga tahun pertama Repelita V meliputi peningkatan kemampuan pelayanan dan pembangunan bandar-bandar udara. Hasil yang dicapai sampai dengan tahun 1991/92 adalah tersedianya 56 bandar udara besar di seluruh Tanah Air. Di antara ke 56 bandar udara tersebut 18 bandar udara di antaranya, yaitu Dumai (Dumai),Pinangsori (Sibolga), Jalaludin (Gorontalo), Japura (Rengat), Dabo (P. Singkep), Wai Oti (Maumere), Mau Hau (Waingapu), Brangbiji (Sumbawa Besar), Salahuddin (Bima), Babullah (Ternate), Juwata (Tarakan), Iskandar (Pangkalan Bun), Satartacik (Ruteng), Budiarto (Curug), Wamena (Jayawijaya), Rendani (Manokwari), Nabire (Paniai) dan Temindung (Samarinda) dapat melayani pesawat sejenis F-27/CN-235; 18 bandar udara, yaitu Komoro (Dili), Buluh Tumbang (Tanjung Pandan), Pangkal Pinang (Pulau Bangka), Wolter Monginsidi (Kendari), Mutiara (Palu), Sela-parang (Ampenan), Branti (Bandar Lampung), Sepinggan (Balik-papan), Tjilik Riwut (Palangkaraya), Supadio (Pontianak), Ahmad Yani (Semarang), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Thaha (Jambi), Timika (Fak-Fak), Mopah (Merauke), Jefman (Sorong), Padang Kemiling (Bengkulu) dan Kijang (Tanjung Pinang) mampu menampung operasi pesawat sejenis F-28; 11 bandar, yaitu Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Tabing (Padang), Hang Nadim (Batam), Simpangtiga (Pakanbaru), Eltari (Kupang), Pattimura (Ambon), Sjamsuddin Noor (Banjarma-sin), Adi Sumarmo (Solo), Sentani (Jayapuza), Adi Sutjipto (Yogyakarta) dan Blang Bintang (Banda Aceh) bisa melayani pesawat sejenis DC-9/B-737, 3 bandar udara yaitu Dr. Sam Ratu-langi (Menado), Hasanuddin (Ujung Pandang) dan Baucau (Baucau) dapat di darati pesawat sejenis A-300/DC-10; dan 6 bandar, yaitu Polonia (Medan), Ir. H. Juanda (Surabaya), Frans Kaisie-po (Biak), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Soekarno-Hatta (Jakarta) dan Ngurah Rai (Denpasar) mampu melayani pesawat udara sejenis B-747.

Pada tahun 1991/92, selain peningkatan kapasitas landas-an, jugs dilakukan kegiatan rehabilitasi dan pemeliharaan fasilitas yang ada. perpanjangan landasan telah dilakukan di bandar udara Blang Bintang (Banda Aceh), bandar udara Supadio (Pontianak) dan bandar udara Hang Nadim (P. Batam). Sementara itu beberapa kegiatan lainnya yang sedang dalam penyelesaian adalah peningkatan dan perpanjangan landasan Bandar-bandar udara Ngurah Rai (Denpasar), Sepinggan (Balikpapan), Sultan Thaha (Jambi) dan Adi Sutjipto (Yogyakarta). Untuk mendukung

X/35

Page 38:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

penerbangan perintis telah dilakukan pemantapan dan perpan -jangan landasan antara lain di Dabo Singkep (Riau), Long Apung (Kalimantan Timur), Ketapang (Kalimantan Barat), Komodo dan Satartacik (Nusa Tenggara Timur).

Kegiatan penting lainnya yang selama tiga tahun pertama Repelita. V setiap tahun juga dilaksanakan peningkatannya adalah penambahan fasilitas keselamatan penerbangan dalam bentuk penambahan peralatan navigasi. Hasil yang dicapai dari tahun 1989/90 sampai dengan tahun 1991/92 adalah: pemasangan peralatan navigasi penunjuk arah pada pendaratan pesawat udara (Non Directional Beacon dan Doppler Very High Frequency Omni-directional Radio Range). di 35 bandar udara yaitu di bandar-bandar udara Blang Bintang dan Tjut Nyak Dhien (Aceh), Pangkal Pinang dan Sultan Mahmud Badaruddin II (Sumatera Selatan), Padang Kemiling (Bengkulu), Gunung Sitoli (Sumatera Utara), Rokot (Sumatera Barat), Husein Sastranegara ;(Jawa Barat), Ahmad Yani dan Adi Sumarmo (Jawa Tengah), Selaparang, Sala-huddin dan Barangbiji (Nusa Tenggara Barat), Mau Hau, Eltari dan Larantuka (Nusa Tenggara Timur), Oekusi (Timor Timur), Pattimura, Babullah dan Amahai (Maluku), Iskandar dan Haji Asan (Kalimantan Tengah), Juwata, Temindung dan Long Apung (Kalimantan Timur), Stagen dan Sjamsuddin Noor (Kalimantan Selatan), Sentani, Waghete dan Kaimana (Irian Jaya); peralat-

an pembantu pengukur jarak (Distance Measuring Equipment) di 20 Bandar udara yaitu di bandar-bandar udara Blang Bintang (Aceh), Simpangtiga dan Ki jang (Riau) , Pangkal Pinang (Suma-tera Selatan), Branti (Lampung), Soekarno-Hatta, Budiarto, Penggung dan Husein Sastranegara (Jawa Barat), Tunggul Wulung dan Ahmad Yani (Jawa Tengah), Tjilik Riwut (Kalimantan Tengah), Sjamsudin Noor (Kalimantan Selatan), Hasanuddin (Sulawesi Selatan), Dr. Sam Ratulangi (Sulawesi Utara), Pattimura (Maluku), Eltari dan Wai Oti (Nusa Tenggara Timur), Frans Kaisiepo dan Sentani (Irian Jaya); peralatan pembantu pendaratan (Instrument Landing System) di 9 bandar udara yaitu di .bandar-bandar udara Simpangtiga (Riau), Sultan Mahmud Ba-daruddin II (Sumatera Selatan), Husein Sastranegara (Jawa Barat), Mutiara (Sulawesi Tengah), Adi Sutjipto (Yogyakarta), Hasanuddin (Sulawesi Selatan), Dr. Sam Ratulangi (Sulawesi Utara), Pattimura (Ambon), Frans Kaisiepo dan Sentani (Irian Jaya); penambahan peralatan radar di 14 bandar udara yaitu di bandar-bandar udara Blang Bintang (Aceh), Sultan Mahmud Baddaruddin II (Sumatera Selatan), Simpangtiga (Riau), Tabing (Sumatera Barat), Ahmad Yani dan Adi Sumarmo (Jawa Tengah), Adi Sutjipto (Yogyakarta), Sepinggan (Kalimantan Timur), Wolter Monginsidi (Sulawesi Tenggara), Hasanuddin (Sulawesi

X/36

Page 39:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

Selatan), Dr. Sam Ratulangi (Sulawesi Utara), Ippi dan Mau Hau (Nusa Tenggara Timur), Pattimura (Maluku) dan penambahan sumber daya listrik PLN di 11 bandar udara yaitu di bandar-bandar udara Blang Bintang (Aceh), Simpangtiga (Riau), Buluh Tumbang dan Sultan Mahmud Badaruddin II (Sumatera Selatan), Tabing (Sumatera Barat), Adi Sumarmo dan Tunggul Wulung (Jawa Tengah), Salahuddin (Nusa Tenggara Timur), Pattimura (Maluku), Haji Asan (Kalimantan Tengah), Sepinggan (Kalimantan Timur). Selain itu juga telah dilakukan rehabilitasi peralatan tele-komunikasi, navigasi, listrik dan peralatan pemadam kebakaran di 55 bandar udara yaitu di bandar-bandar udara Blang Bintang dan Tjut Nyak Dhien (Aceh), Pangkal Pinang dan Sultan Mahmud Badaruddin II (Sumatera Selatan), Padang Kemiling (Bengkulu), Gunung Sitoli (Sumatera Utara), Rokot dan Tabing (Sumatera Barat), Simpangtiga, Dabo, Kijang dan Japura (Riau), Sultan Thaha (Jambi), Branti (Lampung), Husein Sastranegara, Budiarto dan Soekarno-Hatta (Jawa Barat), Ahmad Yani, Tunggul Wulung dan Adi Sumarmo (Jawa Tengah), Adi Sutjipto (Yogyakarta), Ir. H. Juanda (Jawa Timur), Selaparang, Salahuddin dan Barang biji (Nusa Tenggara Barat), Mau Hau, Wai Oti, Waikabubak, Eltari dan Larantuka (Nusa Tenggara Timur), Oekusi dan Komoro (Timor Timur), Pattimura, Osman Sadik, Babullah dan Amahai (Maluku), Iskandar dan Haji Asan (Kalimantan Tengah), Kalima-rau, Juwata, Temindung dan Long Apung (Kalimantan Timur), Stagen dan Sjamsudin Noor (Kalimantan Selatan), Supadio (Ka-limantan Barat), Mutiara (Sulawesi Tengah), Jalaludin dan Dr. Sam Ratulangi (Sulawesi Utara), Pong Tiku (Sulawesi Se-latan), Sentani, Waghete, Nabire, Wamena, Sorong, dan Kaimana (Irian Jaya).

c. Sarana Perhubungan Udara

Selama tiga tahun pertama Repelita V kapasitas armada udara meningkat dari 779 pesawat pada tahun 1990/91 menjadi 810 pesawat pada tahun 1991/92. Dari jumlah tersebut sebanyak 223 pesawat dioperasikan untuk penerbangan berjadwal dan 587 pesawat dioperasikan untuk penerbangan tidak berjadwal. Pesawat-pesawat tersebut terdiri dari 232 pesawat berkapasitas di atas 10 ton, 388 pesawat berkapasitas di bawah 10 ton dan 190 pesawat helikopter. Bertambahnya jumlah pesawat yang di-operasikan untuk penerbangan berjadwal, dari 193 pada tahun 1990/91 menjadi 223 pada tahun 1991/92, antara lain disebab-kan oleh masuknya PT Dirgantara Air Services menjadi perusa-haan penerbangan berjadwal.

Kebijaksanaan pemerintah mengizinkan pengoperasian pe-sawat bermesin jet oleh perusahaan penerbangan swasta, baik

X/37

Page 40:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

untuk penerbangan dalam negeri maupun untuk penerbangan luar negeri (regional/lintas batas), telah membentuk iklim per-saingan yang lebih sehat antara perusahaan penerbangan milik pemerintah dan perusahaan penerbangan milik swasta.

Dalam usaha meningkatkan dukungan untuk kegiatan perusa-haan-perusahaan penerbangan di Tanah Air pada tahun 1991 telah dapat diselesaikan fasilitas perawatan pesawat udara milik PT Merpati Nusantara Airlines di Surabaya dan fasilitas perawatan pesawat udara milik PT Garuda Indonesia Airways di Cengkareng Jakarta.

4. Meteorologi dan Geofisika

Manfaat kecepatan dan ketepatan informasi yang dihasil-kan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) semakin dira-

sakan oleh masyarakat. Kemampuan badan tersebut untuk melak-sanakan pengamatan gejala-gejala meteorologi dan geofisika dan untuk menangani pengolahan data dengan memanfaatkan ke-majuan dan perkembangan teknologi juga semakin meningkat. Selanjutnya hasil-hasil analisa dan informasi tentang sifat -sifat cuaca, iklim, gempa bumi dan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer, termasuk di dalamnya tingkat polusi udara yang dihasilkan, selama tiga tahun pertama Repelita V semakin dapat diandalkan. Hasil-hasil analisa dan informasi yang disajikan sangat menunjang pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang memerlu-kannya, seperti kegiatan-kegiatan dalam penerbangan pelayaran dan pertanian. Di samping itu informasi yang disediakan me-ngenai gejala-gejala bencana alam dapat memberikan peringatan dini mengenai akan datangnya bencana.

Sampai dengan tahun ketiga Repelita V secara bertahap dilakukan rehabilitasi dan pemeliharaan serta peningkatan berbagai macam stasiun secara terus menerus. Dengan dilaksa-nakannya kegiatan-kegiatan tersebut hasil-hasil pembangunan yang dicapai sampai dengan tahun 1991/92 telah meliputi 113 buah Stasiun Meteorologi, 28 buah Stasiun Geofisika, 16 buah Stasiun Klimatologi, 94 buah Pos Pengamatan Pertanian Khusus (SMPK), 335 buah Pos Pengamatan Iklim, 5.038 buah Pos Pengamatan Hujan dan 173 buah Pos Pengamatan Penguapan. Dari 113 buah stasiun meteorologi tersebut 55 buah stasiun di antaranya beroperasi 24 jam sehari sehingga keandalan pelayanannya semakin meningkat.

Selain hal-hal yang disebutkan di atas pada tahun ang-garan 1991/92 telah dibangun 1 Pos Pengamatan Polusi Udara di

X/38

Page 41:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

Pekanbaru (Riau), 1 Pos Pengamatan Petir di Kotabumi (Lam -pung), dan 1 Stasiun Meteorologi di Ruteng (Nusa Tenggara Timur).

5. Pos dan Giro

Pelaksanaan pembangunan pos dan giro sampai dengan tahun ketiga Repelita V telah berhasil mewujudkan suatu jaringan pelayanan pos dan giro yang dapat menjangkau seluruh pelosok Tanah Air. Pelayanan ke daerah-daerah transmigrasi, daerah-daerah pemukiman baru dan daerah-daerah terpencilpun juga semakin meningkat. Di setiap Ibukota Kecamatan dilakukan pe-ningkatan atau pembangunan Kantor Pos Pembantu dan Kantor Pos Tambahan. Selain itu untuk memperluas pelayanan pos dan giro ke daerah-daerah telah dilakukan pula penyediaan pengadaan Pos Keliling. Sedang peningkatan pelayanan pos bagi kota-kota besar, selain dilaksanakan dengan membangun Kantor Pos Besar, Sentral Giro dan Kantor Kepala Daerah Pos, juga dilakukan dengan meningkatkan pelayanan expres pos, birofax, wesel elektronik, surat elektronik dan cek pos wisata.

Sampai akhir tahun ketiga Repelita V, jumlah Kantor Pos dan Giro adalah 3.612 buah, terdiri dari 328 buah Kantor Pos Besar dan Klas I, 694 buah Kantor Pos Tambahan dan 2.416 buah Kantor Pos Pembantu, 9 Sentral Giro dan 165 loket ekstensi. Di samping itu, untuk menjangkau daerah terpencil, pelayanan pos dan giro telah dilengkapi pula dengan 410 Pos Keliling Kota dan 2.621 Pos Keliling Desa. Di antara hasil-hasil pem-bangunan pos dan giro sejak Repelita I sampai akhir tahun ketiga Repelita V, dewasa ini telah terdapat 1.688 buah gedung Kantor Pos-Kantor Pos Pembantu dan Kantor Pos Tambahan serta 40 buah Kantor Pos Besar dan K1as I.

Dengan hasil pembangunan tersebut sampai dengan tahun 1991 maka pada tahun 1991/92 sebanyak 3.644 kecamatan yang ada telah dapat dilayani dengan berbagai fasilitas pos, yaitu 324 kecamatan oleh Kantor Pos dan Kantor Pos Besar, 260 ke-camatan oleh Kantor Pos Tambahan, 2.213 kecamatan oleh Kantor Pos Pembantu, 40 kecamatan oleh Pos Keliling Kota, 52 keca-matan oleh Pos Keliling Desa dan 755 kecamatan oleh Rumah Pos; yang terakhir ini sebutan untuk tempat kegiatan pos di kantor-kantor kecamatan. Sedangkan untuk penduduk di sebanyak 871 lokasi daerah transmigrasi: di 235 lokasi dilayani oleh Kantor Pos Pembantu, 229 lokasi oleh Pos Keliling Desa, 406 lokasi oleh Rumah Pos dan 1 lokasi oleh Agen Pos Desa. Pada tanggal 10 Oktober 1991 diperkenalkan pula pelayanan surat

X/39

Page 42:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

elektronik yang memanfaatkan komunikasi Satelit yang pada akhir tahun 1991 telah dapat melayani 7 kota. Di samping itu sejak tahun 1990/91 telah tersedia pula pelayanan expres pos keluar negeri yang telah dapat sampai di tujuan dalam waktu 3 hari. Pelayanan jasa Pos dan Giro untuk masyarakat di wilayah Jabotabek ditingkatkan lagi dengan diresmikannya penggunaan Gedung Pos Ibukota (GPI) pada tanggal 9 Januari 1992. Gedung Pos Ibukota ini dilengkapi dengan peralatan Mekanisasi dan Otomatisasi berteknologi tinggi yang memung-kinkan pengolahan jasa pos yang dapat dilaksanakan lebih cepat dan lebih akurat. Hasil-hasil pembangunan Kantor Pos dan Sarana Penunjang sampai dengan tahun ketiga Repelita V dapat dilihat pada Tabel X-17.

Sementara itu produksi jasa pos seperti surat pos, paket pos dan wesel pos juga meningkat terus. Perkembangan Produksi Jasa Pos dan Giro dari 1988-1991 dapat terlihat pada Tabel X-18.

6. Telekomunikasi

Pada akhir tahun ketiga Repelita V kapasitas sentral te-lepon telah meningkat mencapai 1.636.903 satuan sambungan. Dengan adanya peningkatan tersebut, kepadatan telepon mening-kat dari 0,62 per 100 penduduk pada tahun pertama Repelita V menjadi 0,84 per 100 penduduk pada tahun ketiga Repelita V. Tahun ketiga pelaksanaan Repelita V ditandai oleh berhasilnya dilaksanakan otomatisasi Sentral Telepon Ibukota Daerah Tingkat II di seluruh Indonesia yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 23 Desember 1991 di Palangka Raya. Se-mentara itu sejumlah 236 kota telah dapat menggunakan Sambung-an Langsung Jarak Jauh (SLJJ). Sedangkan untuk yang lain telah disediakan fasilitas Sambungan Telepon Jarak Jauh (STJJ). Telepon umum yang beroperasi pada tahun ketiga Repe-lita V berjumlah 26.974 buah, terdiri dari 23.279 buah Tele-pon Umum Coin (TUC) dan 3.695 buah Telepon Umum Kartu (TUK).

Fasilitas hubungan percakapan langsung internasional juga berhasil ditingkatkan. Apabila pada tahun pertama Repelita V hubungan percakapan langsung internasional barn dapat dilaku-kan dari 58 kota di Tanah Air ke 147 negara tujuan, maka pada tahun ketiga Repelita V meningkat sehingga, dapat dilakukan hubungan dari 27 ibukota propinsi dan 88 ibukota kabupaten dan kotamadya ke 190 negara.

Pada tahun 1991/92 juga telah beroperasi Sambungan Telepon Kendaraan Bermotor (STKB) sebanyak 6.300 satuan sambungan,

X/40

Page 43:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

TABEL X – 17

PEMBANGUNAN KANTOR POS DAN SARANA PENUNJANG,1988/89 – 1991/92

1) Angka kumulatif2) Kp = Kantor Pos

Kptb = Kantor Pos TambahanKpp = Kantor Pos Pembantu

3) Kpb/I = Kantor Pos Besar/Klas I4) L = LanjutanX/41

Page 44:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

TABEL X-18

PFRKEMBANGAN PRODUKSI JASA POS DAN GIRO,1988 - 1991

Repelita V

U r a i a n Satuan 1988 1989 1990 1991

1. Surat Pos juta buah 493.734 368.667 448.279 579.340

2. Paket Pos juta buah 1.239 1.012 1.357 1.449

3. Wesel Pos Rp.miliar 432.755 488.440 553.980 639.215

4. Giro dan Cekpos Rp.miliar 4.446.000 5.702.920 7.967.110 8.856.619

5. Tabungan Rp.miliar 136.197 275.400 273.000 308.662

6. Iuran Televisi Rp.miliar 53.570 67.490 70.250 20.760 1)

1) Mulai 1 April 1991 pemungutan iuran Televisi dialihkan ke swasta.

X/42

Page 45:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

STKB celluler sebanyak 15.000 satuan sambungan dan STKB Nasional sebanyak 31.000 satuan sambungan. Sementara itu Warung Telekomunikasi (Wartel) yang pada tahun pertama Repe-lita V berjumlah 174 buah telah meningkat pesat menjadi 845 buah pada akhir tahun ketiga Repelita V, Wartel ini sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Dengan adanya Wartel masyarakat luas dapat melakukan hubungan telepon, telex dan facsimile ke kota lain di dalam negeri dan ke luar negeri. Dalam tahun 1988 di enam kota mulai beroperasi Sistem Radio Paging dengan 12.014 langganan dan pada akhir tahun ketiga Repelita V sistem tersebut telah beroperasi dengan sebanyak 59.727 langganan yang tersebar di 24 kota.

Di bidang frekuensi radio, sampai akhir tahun ketiga Repelita V telah berhasil dibangun 1 buah Stasiun Monitoring Tetap di Medan, 3 buah Stasiun Pencari Arah di Jakarta, 45 buah Stasiun Bergerak di 25 kota, dan dilaksanakan peng-gunaan Sistem Komputerisasi Manajemen Frekuensi Radio.

Program pembangunan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) yang menghubungkan Indonesia dengan negara-negara lain dewasa ini telah selesai, antara lain dengan Singapura, Malaysia, Australia dan negara-negara Eropa. Pada tanggal 30 April 1991 telah pula diresmikan Sistem Komunikasi Serat Optik (SKSO) Jakarta-Surabaya yang menghubungkan beberapa kota di jalur Selatan pulau Jawa, yaitu kota-kota Jakarta, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Tasikmalaya, Purwokerto, Gombong, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Nganjuk, Kertosono, Jombang dan Surabaya. Perkembangan kapasitas telekomunikasi sampai dengan tahun ketiga Repelita V dapat dilihat pada Tabel X-19.

7. Pariwisata

Sesuai dengan amanat Garis-garis Besar Haluan Negara, langkah-langkah yang terarah dan terpadu dalam pembangunan kepariwisataan selama Repelita V telah dilaksanakan dalam bentuk kegiatan pengembangan obyek-obyek wisata serta kegiat -an promosi dan pemasarannya, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam ke-pariwisataan semakin meningkat dan berkembang pula; antara lain dalam bentuk pembangunan sarana pendidikan dan latihan kepariwisataan, kelompok-kelompok seni budaya, industri ke-rajinan dan usaha-usaha lainnya.

Melalui pelaksanaan serangkaian kebijaksanaan telah di-tingkatkan pembinaan dan pengembangan kepariwisataan, seperti

X/43

Page 46:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

TABE L X - 19KAPASITAS TELEPON DAN TELEKS/TELEGRAP DI INDONESIA,

1988/89 - 1991/92 1J(satuan sambungan)

Repelita V

U r a i a n 1988/89 1989/90 1990/91 1991/92

1. Sentral Otomat 873.913 1.003.685 1.270.0102)

1.592.870

. STDI I 3) 258.696 427.796 603.874 874.234

. STDI II - 500

. STDI III 52.000

. Type lain 615.217 575.8894)

666.1362)

666.136

2. Sentral Tangan denganbaterai sentral (BS) 42.778 42.778 35.520 14.971

3. Sentral Tangan denganbaterai lokal (BL) 78.452 78.452 65.963 29.062

4. Teleks 17.300 17.700 20.850 29.477

1) Angka kumulatif2) Angka diperbaiki3) STDI - Sentral Telepon Digital Indonesia4) Sebagian sentral tipe lain digantikan dengan STDI

GRAFIK X - 3PERKEMBANGAN KAPASITAS TELEPON DAN TELEKS/TELEGRAP

DI INDONESIA,1988/89 1991/92

X/44X/44

Page 47:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

menggencarkan promosi pariwisata, menyiapkan dan meningkatkan mutu pelayanan dan mutu produk wisata, mengembangkan kawasan-kawasan pariwisata dan produk-produk baru, terutama di wilayah Timur Indonesia, meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang kepariwisataan dan melaksanakan Kampanye Nasional yang berkesinambungan.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Tabun Kunjungan Indo-nesia 1991 telah berhasil diselenggarakan berbagai peristiwa pariwisata internasional di Bandung, Bali, Jakarta, Surakarta, Yogyakarta, Bandaneira dan pedalaman Kalimantan Tengah. Di samping itu diselenggarakan pula kegiatan-kegiatan nasional di semua propinsi di seluruh Indonesia yang cukup bermutu dan yang telah mendorong pembangunan daerah dalam memperkenalkan alam, nilai dan budaya bangsa. Keterpaduan pembangunan kepa-riwisataan secara menyeluruh dengan sektor-sektor pembangunan lainnya semakin meningkat. Di daerah-daerah juga meningkat usaha-usaha kepariwisataan oleh rakyat seperti pembangunan tempat akomodasi, pengembangan industri cindera mata dan pem-bangunan dan pengembangan fasilitas penunjang lainnya.

Keberhasilan juga tampak dengan semakin meningkatnya jumlah arus kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) yang datang di Indonesia. Pada akhir Repelita IV kunjungan Wisman berjumlah sebanyak 1.301.049 orang, sampai tahun ketiga Repe-lita V jumlah tersebut telah mencapai 2.569.870 orang, me-ningkat sebesar 97,5% dibandingkan tahun terakhir Repelita IV. Dibandingkan tahun 1990/91 kunjungan Wisman pada tahun 1991/92 telah meningkat sebesar 18%. Perkembangan kunjungan Wisman setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel X-20.

Penerimaan devisa dari Subsektor Pariwisata meningkat pula, yaitu dari US$.1.284,5 juta pada tahun 1989/90 menjadi US$.2,518,1 juta pada tahun 1991/92, atau meningkat sebesar 96% selama tiga tahun. Dengan peningkatan ini maka pariwisata termasuk dalam kelompok enam besar komoditi penghasil devisa, di samping minyak, gas, kayu, tekstil dan karet. Pada tahun 1991 jumlah hotel berbintang juga meningkat sehingga mencapai 467 buah dengan 42.117 kamar, atau meningkat sebesar 33,9% dibandingkan tahun 1989. Pengembangan kawasan-kawasan pariwi-sata barupun telah dimulai, antara lain di Manado, Padang, Lombok, Biak, Belitung, Baturaden, Bintan, Goa Makasar dan Krakatau Lampung.

X/45

Page 48:  · Web viewSampai dengan tahun 1988/89 panjang jalur kereta api yang berada dalam keadaan baik dan sedang mencapai 3.601 km. Pada tahun 1989/90 jalur ini meningkat menjadi 3.954

TABEL X - 20

PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA,1988/89 - 1991/92

(orang)

T a h u n Wisatawan dari Mancanegara

1988/89(Akhir Repelita IV)

1.301.049

1989/90(Tahun Pertama Repelita V)

1.625.965

1990/91(Tahun Kedua Repelita V)

2.177.160

1991/92(Tahun Ketiga Repelita V) 2.569.870

Untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha-usaha tersebut di atas selanjutnya, pada tanggal 27 September 1990 telah pula disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Rancangan Undang-undang Pariwisata menjadi Undang-undang No.9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan.

X/46