· web viewpelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun memberikan kesempatan...

68
PERANAN WANITA, ANAK DAN REMAJA, DAN PEMUDA

Upload: others

Post on 22-Jan-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERANAN WANITA, ANAK DAN REMAJA,DAN PEMUDA

BAB XIX

PERANAN WANITA, ANAK DAN REMAJA,DAN PEMUDA

A. PENDAHULUAN

Peningkatan kualitas wanita, anak dan remaja, dan pemuda merupakan bagian penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Peningkatan peranan wanita dalam Repelita VI ditujukan untuk meningkatkan kedudukan, peranan, kemampuan, kemandirian, dan ketahanan mental dan spiritual wanita sebagai bagian tak terpisahkan dari upaya peningkatan kualitas SDM. Peranan wanita baik sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembangunan ditingkatkan kualitasnya sehingga makin dapat memenuhi hak dan kewajibannya untuk meningkatkan peran gandanya sebagai pembina keluarga, pencari nafkah dan pelaku pembangunan, serta didukung oleh iklim sosial budaya yang mendorong kemajuan wanita.

XIX/3

Pembinaan anak dan remaja ditujukan untuk membentuk manusia Indonesia berkualitas yaitu yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, tangguh, sehat, cerdas, patriotik, berdisiplin, kreatif, produktif, dan profesional.

Pembinaan dan pengembangan pemuda diarahkan pada upaya persiapan generasi muda menjadi kader bangsa yang tangguh dan ulet dalam menghadapi tantangan pembangunan serta bertanggung jawab terhadap masa depan kehidupan bangsa dan negara. Pembangunan pemuda ditujukan untuk mewujudkan pemuda sebagai generasi pewaris nilai-nilai luhur budaya dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, serta insan pembangunan yang memiliki serta percaya akan kemampuan dan kekuatan sendiri.

Dalam dua tahun pertama Repelita VI upaya peningkatan peranan wanita makin meluas antara lain dengan bertambahnya cakupan satuan penggerak pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK) yang hingga tahun 1995/96 telah mencapai seluruh desa dan kelurahan. Pembinaan bagi ibu dan anggota keluarganya melalui kelompok bina keluarga balita (BKB) juga meningkat. Sementara itu, usaha swadaya wanita desa (USWD) juga dikembangkan sebagai bagian dari pembangunan kesejahteraan social dan pada tahun 1995/96 telah tersebar di 23 propinsi.

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, terus diupayakan agar penduduk wanita yang buta aksara makin menurun jumlahnya. Upaya tersebut XIX/4

antara lain dilakukan melalui kegiatan Kejar Paket A yang pada tahun kedua Repelita VI telah menjangkau sekitar 1,74 juta orang dengan sebagian besar pesertanya adalah wanita. Dalam upaya memperluas kesempatan kerja bagi wanita dilakukan penyuluhan dan pelatihan dalam bentuk kelompok usaha bersama (KUB) antara lain melalui kegiatan pembinaan dan peningkatan pendapatan petani

nelayan kecil (P4K). Sejak dimulainya pada tahun 1988 sampai dengan tahun 1995/96 kegiatan P4K telah berkembang menjadi lebih dari 17 ribu kelompok petani-nelayan kecil (KPK) wanita. Dalam dua tahun pertama Repelita VI telah dilakukan pula berbagai pelatihan bagi wanita di berbagai bidang pembangunan.

Peningkatan kualitas anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa dilaksanakan antara lain melalui program-program pening-katan pendidikan terutama wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, dan kesehatan dan gizi. Sehubungan dengan itu, pada tahun 1995/96 telah dilaksanakan kegiatan pemberian makanan tambahan bagi anak sekolah (PMT-AS) untuk sekitar 38,7 ribu anak di 460 SD/MI di desa-desa miskin. Pada tahun kedua Repelita VI (1995/96) telah ter-catat berbagai kemajuan penting yaitu meningkatnya angka partisipasi kasar murid SD termasuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan SLTP ter-masuk Madrasah Tsanawiyah (MTs) masing-masing 111,9 persen dan 60,8 persen; menurunnya angka kematian bayi menjadi sekitar 55 per seribu kelahiran; dan menurunnya persentase penderita kurang energi protein (KEP) pada anak balita menjadi sekitar 39 persen.

Dalam rangka mewujudkan pemuda sebagai generasi pewaris dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, pada tahun 1995/96 dilaksanakan pembinaan pendidikan di luar sekolah bagi lebih dari 3 juta orang; pembinaan tenaga kebudayaan bagi sebanyak 445 orang; pelatihan keterampilan bagi 75 pemuda Timor Timur; serta penempatan 3.150 orang sarjana penggerak pembangunan perdesaan (SP3) dan 1.137 orang tenaga kerja mandiri profesional (TKMP) di seluruh propinsi.

XIX/5

B. PERANAN WANITA

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran peningkatan peranan wanita dalam Repelita VI diarahkan pada meningkatnya taraf pendidikan wanita, antara lain ditunjukkan oleh makin menurunnya jumlah penduduk wanita yang menderita tiga buta (buta aksara Latin dan angka, buta bahasa Indonesia, dan buta pengetahuan dasar); meningkatnya kualitas SDM wanita melalui pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan iptek; meningkatnya derajat kesehatan wanita termasuk keluarganya sehingga memungkin-

kan wanita berperan aktif dalam kegiatan pembangunan; mening -

katnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja wanita dan makin sempurna dan mantapnya perlindungan tenaga kerja wanita, termasuk hak dan jaminan sosialnya; meningkatnya peran ganda wanita dalam pembinaan keluarga dan peransertanya yang aktif di masyarakat secara serasi dan seimbang; berkembangnya iklim sosial budaya yang lebih mendukung upaya mempertinggi harkat dan martabat wanita; dan makin mantapnya organisasi wanita dan makin aktif peranannya dalam pembangunan.

Untuk mewujudkan sasaran tersebut di atas, dirumuskan bebe-rapa kebijaksanaan, yaitu: meningkatkan kualitas wanita sebagai sumber daya pembangunan; meningkatkan kualitas dan perlindungan tenaga kerja wanita; meningkatkan peran ganda wanita dalam keluar-ga dan masyarakat; mengembangkan iklim sosial budaya yang mendukung kemajuan wanita; serta membina kelembagaan dan or-ganisasi wanita.

Berbagai kebijaksanaan tersebut dituangkan dalam program peningkatan peranan wanita yang kegiatan-kegiatannya dilaksanakan

XIX/6

secara terpadu dengan program pembangunan bidang lainnya dan didukung oleh peranserta masyarakat.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tabun Kedua Repelita VI

Kegiatan peranan wanita dalam tahun kedua Repelita VI (1995/96) merupakan kelanjutan, peningkatan, dan perluasan pelaksanaan kegiatan peranan wanita pada tahun-tahun sebelumnya yang meliputi: a) peningkatan kualitas wanita sebagai sumber daya pembangunan; b) peningkatan kualitas dan perlindungan tenaga kerja wanita; c) peningkatan peran ganda wanita dalam keluarga dan masyarakat; d) pengembangan iklim sosial budaya yang mendukung kemajuan wanita; dan e) pembinaan kelembagaan dan organisasi wanita.

a. Peningkatan Kualitas Wanita sebagai Sumber Daya Pembangunan

Kualitas wanita sebagai sumber daya pembangunan ditingkatkan antara lain melalui pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah; peningkatan derajat kesehatan dan gizi; serta peningkatan kesejahteraan keluarga.

Program pendidikan sekolah telah berhasil meningkatkan jumlah murid wanita yang mengikuti pendidikan di semua jenjang pendidikan. Dengan adanya program wajib belajar pendidikan dasar enam tahun dalam PJP I dan Sembilan tahun dalam PJP II maka seluruh penduduk wanita dan pria memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti pendidikan dasar. Pada tahun 1995/96 jumlah murid wanita dan pria di tingkat SD, tidak termasuk murid MI, mengalami penurunan dibanding jumlahnya pada tahun 1994/95, yaitu menurun

XIX/7

sekitar 172 ribu untuk murid wanita dan 60,9 ribu untuk murid pria. Penurunan jumlah murid SD tersebut sejalan dengan penurunan jumlah penduduk usia SD. Hal ini kemungkinan merupakan salah satu petunjuk keberhasilan program KB. Sementara itu, pada tahun 1995/96 jumlah murid wanita untuk tingkat SLTP tidak termasuk MTs dan SLTA tidak termasuk MA masing-masing adalah 3,2 juta orang dan 1,9 juta orang. Jumlah ini meningkat bila dibandingkan dengan jumlah murid wanita di tingkat pendidikan yang sama pada tahun 1994/95, yaitu masing-masing 2,9 juta orang dan 1,8 juta orang (Tabel XIX-1). Selanjutnya, untuk memberantas tiga buta dilaksanakan pendidikan luar sekolah antara lain melalui kelompok belajar (Kejar) Paket A yang sebagian besar pesertanya adalah wanita. Pada tahun 1995/96 telah dilatih sekitar 1,74 juta orang, atau meningkat sekitar 9 persen dari tahun sebelumnya, yaitu 1,60 juta orang. Berdasarkan data survei sosial ekonomi nasional (SUSENAS) pada tahun 1995 persentase penduduk wanita umur 10 tahun ke atas yang buta huruf adalah 18,6 persen, sedangkan pada tahun 1994 adalah 17,2 persen. Hal ini disebabkan karena pengambilan sampel pada tahun 1995 lebih banyak mencakup daerah perdesaan dan terpencil dibanding tahun sebelumnya.

Perbaikan derajat kesehatan dan gizi wanita dilakukan melalui penyuluhan dan pelayanan kesehatan dan gizi bagi ibu hamil dan menyusui. Untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta menurunkan angka kematian ibu melahirkan dilakukan kegiatan pelayanan kesehatan dasar, penempatan bidan di desa, dan pembinaan XIX/8

serta pelatihan dukun bayi. Pelayanan kesehatan dasar secara teratur diselenggarakan di puskesmas dan posyandu dan dikelola oleh masyarakat, terutama kelompok pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK). Pada tahun 1995/96 jumlah posyandu adalah 263.769 buah, atau bertambah sebanyak 13.507 buah dari jumlah posyandu pada tahun 1994/95.

Peran bidan di desa terus ditingkatkan untuk mempercepat upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi dan anak di daerah perdesaan. Pada tahun kedua Repelita VI (1995/96) telah ditempatkan sebanyak 8.155 bidan di desa, sehingga secara keseluruh-an sejak tahun 1989/90 sampai dengan tahun 1995/96 telah ditempat-kan sekitar 49 ribu bidan, atau mencakup sekitar 90 persen dari selu-ruh kebutuhan bidan di desa. Selain tenaga bidan, peranan dukun bayi juga cukup penting untuk memperluas cakupan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan melahirkan. Pada tahun 1995/96, telah dibina dukun bayi sebanyak 109 ribu orang, sedangkan dukun bayi yang dilatih mencakup 6.292 orang atau meningkat lebih dari 4.800 orang dibandingkan dengan jumlah dukun bayi yang dilatih pada tahun 1994/95.

Di bidang kependudukan dan keluarga sejahtera, wanita telah sejak lama berpartisipasi sebagai motivator KB. Sampai dengan tahun 1995/96 jumlah motivator KB telah mencapai lebih dari 36,8 ribu orang, atau bertambah lebih dari 4,4 ribu orang dibandingkan dengan tahun 1994/95. Petugas KB bersama-sama dengan bidan di desa memiliki peran penting dalam kegiatan pelayanan KB. Dalam tahun 1995/96 sebanyak 5,5 juta pasangan usia subur (PUS) berhasil diajak menjadi peserta KB baru, atau meningkat sekitar 21,4 persen dari tahun 1994/95. Di samping itu, kegiatan pembinaan akseptor KB untuk tetap ber-KB (peserta KB aktif) terus dilakukan dan hingga tahun 1995/96 telah mencakup 24,2 juta PUS, bertambah sekitar 1,4 juta PUS dari tahun sebelumnya.

b. Peningkatan Kualitas dan Perlindungan Tenaga Kerja Wanita

Peningkatan kualitas tenaga kerja wanita (nakerwan) dan perlindungan bagi nakerwan dan keluarganya dilaksanakan melalui

XIX/9

berbagai kegiatan pelatihan untuk meningkatkan keahlian, keterampilan, dan etos kerja produktif, serta kegiatan perlindungan terhadap hak-hak tenaga kerja wanita. Sasaran utama kegiatan-kegiatan tersebut adalah wanita dari keluarga berpenghasilan rendah. Sama dengan tahun sebelumnya, pada tahun 1995/96 dilaksanakan pelatihan keterampitan praktis berusaha bagi 4.500 orang wanita di daerah perdesaan sebagai upaya memperluas kesempatan kerja wanita. Di samping itu, pada tahun 1995/96 diberikan bantuan modal usaha kepada 225 kelompok. Dengan demikian selama dua tahun pelaksanaan Repelita VI telah dilatih 9.000 orang wanita serta diberikan bantuan modal kepada 450 kelompok. Kegiatan lain adalah penyuluhan dan pelatihan bagi kelompok usaha bersama (KUB) yang meliputi kegiatan usaha pertanian, perdagangan, dan industri kecil dan rumah tangga melalui kegiatan pembinaan dan peningkatan pendapatan petaninelayan kecil (P4K). Kegiatan ini diselenggarakan bagi kelompok petani-nelayan kecil (KPK) yang sebagian besar adalah KPK wanita. Sejak dimulainya pada tahun 1988 sampai dengan tahun 1995/96, kegiatan P4K telah mencakup lebih dari 17 ribu KPK wanita, meningkat sekitar 1,7 ribu kelompok dibandingkan tahun 1994/95. Untuk menunjang kegiatan tersebut, pada tahun 1995/96 telah dilatih sekitar 5 ribu orang pelatih dari tingkat desa hingga tingkat kabupaten.

Peranan wanita dalam upaya penanggulangan kemiskinan melalui program inpres desa tertinggal (IDT) juga meningkat. Hal ini antara lain ditandai oleh banyaknya wanita yang berp. eranaktif dalam XIX/l0

berbagai usaha ekonomi yang dilakukan melalui kelompok masyarakat (pokmas). Di beberapa daerah banyak pokmas yang beranggotakan hanya wanita. Pada tahun 1995/96 telah terbentuk sekitar 106,9 ribu pokmas yang mencakup sekitar 14 juta orang. Selanjutnya, untuk menunjang pelaksanaan program IDT telah dipersiapkan Sarjana Pen-damping purna waktu (SP2W). Pada tahun 1995/96 jumlah SP2W

adalah 4.292 orang, sekitar sepertiga dari jumlah tersebut adalah wanita.

Beberapa kegiatan baru yang dilaksanakan pada tahun 1995/96 adalah pelatihan di bidang perkoperasian dan bidang pos dan telekomunikasi, Di bidang perkoperasian, pada tahun 1995/96 dilaksanakan pembinaan bagi 2.960 orang pengelola dan anggota koperasi wanita di 27 propinsi. Di bidang pos dan telekomunikasi, pada tahun 1995/96 dilaksanakan pelatihan untuk mempersiapkan wiraswastawati bidang pos dan telekomunikasi di empat kota besar, yaitu Medan, Surabaya, Banjarmasin, dan Ujung Pandang.

Upaya peningkatan kualitas nakerwan di sektor informal melalui kegiatan terpadu bagi para pedagang kecil wanita di pasar tradisional yang dimulai sejak tahun 1993/94, dilanjutkan dan ditingkatkan di semua propinsi di Indonesia. Selain itu, pada tahun 1995/96 dilakukan kegiatan temu usaha di bidang pemasaran dengan melibatkan 1.150 orang pedagang kecil wanita di 51 Daerah Tingkat II di 17 propinsi. Pada tahun yang sama juga dilatih 1.780 orang tenaga pelatih dan kader wanita di 21 propinsi yang akan memberikan bimbingan dan pembinaan bagi nakerwan di sektor informal, sedangkan pada tahun 1994/95 telah dilatih sebanyak 1.580 orang.

Dalam rangka meningkatkan perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja, pengupahan, pengembangan karier, kesejahteraan tenaga kerja wanita, dan jaminan sosial bagi tenaga kerja wanita dan keluarganya, pada tahun 1995/96 dilanjutkan kegiatan pemantauan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai upah minimum dan jam kerja maksimum, dan kesehatan kerja di sektor informal, serta penetapan 28 upah

minimum regional (UMR) di 27 propinsi dan Otorita Pulau Batam.

XIX/11

c. Peningkatan Peran Ganda Wanita dalam Keluarga dan Masyarakat

Peningkatan peranan wanita dalam keluarga dan masyarakat dimaksudkan untuk menciptakan kemitrasejajaran pria dan wanita dalam kehidupan berkeluarga maupun bermasyarakat. Peran wanita dalam keluarga ditingkatkan antara lain melalui penyuluhan dan bimbingan keterampilan untuk meningkatkan pendapatan keluarga, dan pembinaan tumbuh kembang anak balita. Sementara itu, peran wanita dalam masyarakat dilakukan melalui peningkatan berbagai aktivitas wanita di berbagai sektor pembangunan.

Upaya peningkatan pendapatan wanita dari keluarga miskin di daerah perdesaan dilakukan antara lain melalui kegiatan bimbingan dan bantuan berusaha sendiri dalam bentuk usaha swadaya wanita desa (USWD) sebagai bagian dari pembangunan kesejahteraan sosial. Pada tahun 1995/96 diberikan bimbingan keterampilan usaha bagi 535 orang wanita di 23 propinsi. Selain itu juga dilakukan kegiatan bimbingan keterampilan kerja bagi 1.119 wanita usia 15-29 tahun di daerah rawan sosial ekonomi untuk mencegah masalah sosial ekonomi dari wanita muda.

Di bidang pertanian, dilanjutkan kegiatan diversifikasi pangan dan gizi melalui pemanfaatan pekarangan rumah dalarn bentuk penyebarluasan paket teknologi pekarangan berupa bibit, benih (sayuran, buah-buahan, ikan dan ternak unggas), dan sarana produksi di 27 propinsi. Pada tahun 1995/96 telah diberikan bantuan paket serupa bagi sekitar 25 ribu wanita tani di 559 desa, sedangkan pada tahun 1994/95 telah diberikan bantuan bagi sekitar 77 ribu wanita tani di 2.108 desa. Dengan demikian dalam dud tahun Repelita VI telah diberikan bantuan kepada sekitar 102 ribu wanita tani di 2.667 desa.

XIX/12

Upaya peningkatan peranan ibu dan anggota keluarga dalam membina pertumbuhan dan perkembangan anak balita dilakukan antara lain melalui kegiatan kelompok bina keluarga balita (BKB). Sebagai kelanjutan kegiatan tahun sebelumnya, pada tahun 1995/96 dilakukan pendidikan dan pelatihan bagi 420 orang kader BKB di 14 propinsi. Di samping itu, kegiatan posyandu terus ditingkatkan mela -lui kegiatan imunisasi bagi ibu hamil, usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK), dan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi bagi anak balita dan pentingnya air susu ibu (ASI) bagi pertumbuhan dan perkembangan anak balita.

Upaya peningkatan peranserta wanita dalam masyarakat dilaku-kan melalui berbagai aktivitas wanita untuk mendukung pembangunan di daerahnya. Kegiatan tersebut dilaksanakan antara lain melalui wadah PKK, KB, dan posyandu. Melalui gerakan PKK, wanita ber-peran aktif dalam membina kesejahteraan keluarganya, sedangkan dalam kegiatan posyandu, wanita terlibat secara aktif dalam pembe-rian pelayanan kesehatan, imunisasi, dan perbaikan gizi keluarga. Di bidang keluarga berencana (KB), peran wanita adalah sebagai peserta dan motivator KB.

d. Pengembangan Iklim Sosial Budaya yang Mendukung Kemajuan Wanita

Peningkatan partisipasi wanita dalam pembangunan dapat berha-sil bila pengertian akan makna kemitrasejajaran pria dan wanita dapat dipahami dan diterima oleh masyarakat secara keseluruhan serta didukung oleh iklim sosial budaya yang mendorong kemajuan wanita. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai kegiatan yang mencakup penataan hukum dan perundang-undangan dan kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) mengenai jender.

XIX/13

Sebagaimana halnya tahun 1994/95, pada tahun 1995/96 dilanjutkan upaya penataan hukum dan perundang-undangan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan kesadaran tentang hak dan kewajiban wanita dengan memasyarakatkan undang-undang dan peraturan yang melindungi hak-hak wanita dan kewajibannya dalam aspek-aspek perkawinan, perceraian, serta tata cara kerja bagi pekerja wanita, seperti jam kerja malam dan pemutusan hubungan kerja karena menikah, hamil, dan melahirkan.

Untuk mendukung upaya tersebut di atas, pada tahun 1995/96 dilakukan kegiatan KIE melalui media massa dalam bentuk pelatihan produksi paket siaran wanita dalam pembangunan bagi 20 orang wanita, dan pembuatan 6 judul paket siaran wanita dalam pembangunan yang disiarkan melalui RRI dan TVRI. Di samping itu, juga dilakukan pelatihan operasi penerangan bagi 210 orang motivator wanita perdesaan dan wanita kelompencapir di propinsi Sumatera Barat, Lampung, dan Sulawesi Selatan.

Selanjutnya, untuk menyebarluaskan informasi mengenai statistik wanita dan pria di Indonesia, pada bulan Agustus 1995 dipublikasikan buku "Wanita dan Pria di Indonesia" dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Buku ini juga disebarluaskan bagi para peserta Konperensi Dunia. IV tentang Wanita pada bulan September 1995 di Beijing, China. Di samping itu, pada awal tahun 1996 dipublikasikan buku Indikator Sosial Wanita Indonesia 1994 yang berisi tentang indikator inti wanita, indikator pendidikan dan kemampuan mem-baca/menulis, dan indikator kesehatan wanita.

Dalam upaya memasyarakatkan konsep kemitrasejajaran pria dan wanita, pada tanggal 22 Desember 1995 dicanangkan "Gerakan Nasional Memantapkan Kemitrasejajaran antara Pria dan Wanita". Gerakan tersebut dimaksudkan agar kaum pria terus memberikan

XIX/14

dukungan dan dorongan bagi kemajuan kaum wanita sehingga mereka dapat melaksanakan dan menikmati pembangunan secara bersama.

e. Pembinaan Kelembagaan dan Organisasi Wanita

Seperti kegiatan tahun lalu, pembinaan kelembagaan dan organisasi wanita dilakukan untuk memantapkan fungsinya dalam ber-partisipasi dalam pembangunan. Pembinaan ini antara lain mencakup pembinaan kelompok PKK, pusat studi wanita (PSW) dan pembinaan tim pengelola program peranan wanita (P2W). Di samping itu, terus dilanjutkan kegiatan-kegiatan yang mendukung perencanaan pem-bangunan yang berwawasan jender , dan partisipasi wanita dalam berbagai kegiatan internasional.

Kegiatan wanita di daerah perdesaan diselenggarakan melalui kelompok pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK). Pada tahun 1995/96 kelompok PKK telah mencakup seluruh desa dan kelurahan yang ada di Indonesia. Sementara itu, jumlah organisasi wanita di tingkat nasional terus meningkat. Sampai dengan tahun 1995/96 tercatat sebanyak 72 organisasi wanita yang tergabung dalam Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Pusat studi wanita (PSW) di perguruan tinggi merupakan mitra pemerintah dalam merumuskan program P2W serta berperan aktif dalam memecahkan masalah-masalah wanita dalam pembangunan di daerahnya. Jumlah PSW terus meningkat, dan pada tahun 1995/96 tercatat sebanyak 69 PSW yang tersebar di seluruh perguruan tinggi di Indonesia.

Sebagai kelanjutan kegiatan tahun lalu, pada tahun 1995/96 dilakukan pula pembinaan kelembagaan P2W di tingkat pusat dan daerah antara lain melalui pembentukan tim pengelola P2W tingkat

XIX/15

propinsi dan tingkat kabupaten berdasarkan Inpres Nomor 15 Tahun 1995 tentang Peningkatan Peranan Wanita dalam Pembangunan di Daerah. Sebagai bagian dari kegiatan pemantauan dan evaluasi program peningkatan peranan wanita, pada tahun 1995/96 dilakukan lokakarya yang bertujuan untuk memberikan kesamaan persepsi bagi perencana tingkat pusat dan daerah, agar dalam merencanakan dan melaporkan kegiatan pembangunan hendaknya menggunakan data-data statistik yang dibedakan menurut jender. Kesepakatan yang dihasilkan dalam lokakarya tersebut dituangkan dalam bentuk Strategi Operasional Implementasi Rencana Aksi Statistik Jender. Selanjutnya, untuk mendukung perencanaan pembangunan yang berwawasan jender, pada tahun 1995/96 telah disusun pedoman pelatihan "Perencanaan yang Berwawasan Jender" bagi para perencana di Departemen Dalam Negeri. Di samping itu, pada tahun yang sama dilakukan pelatihan "Teknik Analisis Jender" bagi 60 orang perencana, 130 orang pelatih, dan 120 orang penyuluh pertanian dibawah binaan Departemen Pertanian.

Dalam rangka kerjasama internasional mengenai wanita, Indonesia telah berpartisipasi aktif dalam Konperensi Dunia IV tentang Wanita tahun 1995 di Beijing, Cina, yang terbagi dalam 3 tahap konferensi yaitu: NGO Forum on Women; Fourth NAM Conference on Women in Development; dan Fourth World .Conference on Women. Konperensi tersebut diikuti oleh 189 negara. Konperensi tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan yang dituangkan dalam sebuah deklarasi beserta kerangka tindaknya, yang disebut

XIX/16

Beijing Declaration and Platform for Action. Dalam konperensi tersebut disepakati untuk menindaklanjuti 12 bidang kritis dan penting yang berkaitan dengan upaya-upaya untuk memajukan peran dan kedudukan wanita dalam keluarga dan masyarakat, yang terdiri atas: (1) wanita dan kemiskinan; (2) pendidikan dan pelatihan wanita; (3) wanita dan kesehatan; (4) kekerasan terhadap wanita; (5) wanita dan konflik

TABEL XIX – 1PERKEMBANGAN INDIKATOR KEMAJUAN WANITA TERHADAP PRIA

1993/94, 1994/95 – 1995/96

1) Angka proyeksi

XIX/17

bersenjata; (6) wanita dan ekonomi; (7) wanita dalam kekuasaan dan pengambilan keputusan; (8) mekanisme upaya memajukan wanita; (9) hak azasi wanita; (10) wanita dan media massa; (11) wanita dan lingkungan hidup; serta (12) anak perempuan. Selanjutnya, untuk menjabarkan 12 kesepakatan tersebut, pada awal tahun 1996 diseleng-garakan "Semiloka Nasional Pemantapan Kemitrasejajaran Pria dan Wanita Dalam Rangka Pelaksanakan Konperensi Dunia IV tentang Wanita" di Jakarta.

C. PEMBINAAN ANAK DAN REMAJA

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran pembinaan anak dan remaja dalam Repelita VI adalah meningkatnya anak yang mempunyai status gizi dan kesehatan yang baik; meningkatnya jumlah anak dan remaja yang mengikuti pendidikan dasar sembilan tahun; meningkatnya minat baca dan belajar di kalangan anak dan remaja; terpelihara dan terbinanya anak yang kurang beruntung dan terlantar; menurunnya tingkat kenakalan remaja dan terhindarnya anak dan remaja dari bahaya penyalahgunaan obat terlarang, zat adiktif, dan narkotika; dan meningkatnya kesadaran dan peran orang tua dalam mendidik dan membina anak dan remaja, terutama dalam keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan budi pekerti luhur.

Kebijaksanaan pembinaan anak dan remaja untuk mencapai sasaran tersebut adalah: meningkatkan status gizi dan kesehatan; meningkatkan pendidikan; menumbuhkan wawasan iptek; menumbuh-kan dan meningkatkan idealisme dan patriotisme; meningkatkan kemampuanmenyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungan; meningkatkan peran keluarga dan masyarakat dalam pembinaan anak

XIX/18.

dan remaja; serta meningkatkan pembinaan dan perlindungan hukum anak dan remaja.

Pencapaian sasaran dan pelaksanaan kebijaksanaan pembinaan anak dan remaja dilaksanakan melalui program pembinaan anak dan remaja yang bersifat lintas bidang dan sektor, dan didukung oleh peranserta keluarga dan masyarakat.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tabun Kedua Repelita VI

Sejak Repelita VI perhatian khusus terhadap upaya pembinaan anak dan remaja dilaksanakan melalui program pembinaan anak dan remaja pada sub sektor peranan wanita, anak dan remaja, dan program pokok di sektor kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial, serta program penunjang di berbagai sektor Pembangunan lainnya. Kegiatan pembinaan anak dan remaja pada tahun kedua Repelita VI merupakan kelanjutan dan perluasan kegiatan tahun sebelumnya, yang pada garis besarnya adalah sebagai berikut.

a. Peningkatan Status Gizi dan Kesehatan

Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan anak dan remaja dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Upaya tersebut dilaksanakan di posyandu dan sekolah serta didukung oleh partisipasi masyarakat.

Upaya peningkatan status gizi yang diutamakan bagi bayi dan anak balita antara lain meliputi

XIX/19

pemantauan pertumbuhan anak balita, peningkatan penggunaan air susu ibu (ASI), dan pembinaan kebiasaan makanan sehat dan bergizi sejak usia dini. Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui penyuluhan dan pelayanan gizi di posyandu.

Pada tahun 1995/96 jumlah posyandu yang melaksanakan penyuluhan gizi sekitar 263,8 ribu posyandu, meningkat dari tahun 1994/95 yaitu sekitar 250,3 ribu posyandu. Dalam rangka peningkatan status gizi dan penurunan angka putus sekolah terutama bagi anak SD/MI di perdesaan, pada tahun 1994/95 dilaksanakan perintisan kegiatan pemberian makanan tambahan bagi anak sekolah (PMT-AS) kepada sekitar 42,3 ribu anak di 891 SD/MI di desa-desa miskin, dan diselenggarakan bersama dengan orang tua murid dan masyarakat setempat. Pada tahun 1995/96 kegiatan PMT-AS mencakup sekitar 38,7 ribu anak di 460 SD/MI. Dengan demikian selama dua tahun Repelita VI kegiatan PMT-AS telah mencakup 81,0 ribu anak di 1.351 SD/MI.

Upaya peningkatan derajat kesehatan anak dan remaja dilaksanakan melalui kegiatan pelayanan kesehatan anak usia sekolah baik di dalam maupun di luar sekolah. Di lingkungan sekolah kegiat-an tersebut diselenggarakan melalui kegiatan usaha kesekatan sekolah (UKS) yang meliputi penjaringan masalah kesehatan, pemeriksaan kesehatan dan pencegahan penyakit berupa imunisasi. Pada tahun 1995/96 kegiatan UKS telah mencakup lebih dari 117,5 ribu sekolah, sedangkan pada tahun 1994/95 mencakup 25,0 ribu sekolah. Dalam rangka meningkatkan kesehatan anak balita diselenggarakan pekan imunisasi nasional (PIN) berupa pemberian imunisasi polio secara nasional. Pada tahun 1995/96 PIN dilaksanakan dua kali, masing-masing sebanyak 22,1 ribu balita pada bulan September dan 23,1 ribu balita pada bulan Oktober.

Berbagai upaya tersebut diatas telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi yang antara lain ditunjukkan oleh menurunnya angka kematian bayi dan kurang energi protein (KEP). Angka kematian bayi diperkirakan menurun menjadi sekitar 55 per seribu kelahiran pada tahun 1995. Penderita kurang energi protein

XIX/20

(KEP) pada anak balita juga mengalami penurunan dari sebesar 40 persen pada tahun 1994/95 menjadi 39 persen pada tahun 1995/96.

b. Peningkatan Pendidikan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas anak dan remaja yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti, maju, cerdas, kreatif, berdisiplin, serta sehat jasmani dan rohani. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan anak dan remaja dilakukan berbagai upaya seperti program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, dan pendidikan agama dan budi pekerti luhur.

Pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun memberikan kesempatan anak dan remaja untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik. Hal tersebut akan meningkatkan parti-sipasi, pendidikan tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Pada tahun 1995/96 angka partisipasi kasar (APK) tingkat SD termasuk MI mencapai 111,9 persen, atau meningkat dibanding-kan angka pada tahun 1994/95 yaitu 110,8 persen. Selanjutnya, APK tingkat SLTP termasuk MTs juga menunjukkan peningkatan dari 56,2 persen pada tahun 1994795 menjadi 60,8 persen pada tahun 1995/96.

Dalam rangka meningkatkan pendidikan agama dan budi pekerti luhur, pada tahun 1995/96 diselenggarakan kegiatan penyuluhan keagamaan dan pesantren kilat remaja SLTP di 20 kota, serta pengembangan model pembinaan anak dan remaja untuk menunjang program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun di 4 propinsi di pulau Jawa. Sedangkan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 1994/95 antara lain adalah penyuluhan keagamaan bagi para pelajar, pengadaan buku bacaan keagamaan, dan bantuan pelaksanaan pesantren kilat pada beberapa sekolah.

XIX/21

c. Penumbuhan Wawasan Iptek

Penumbuhan wawasan iptek anak dan remaja dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman, kesadaran, pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan iptek sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya. Hal ini dilaksanakan dengan memberikan kesempatan bermain bersama yang menumbuhkan daya cipta bagi balita; menumbuhkan minat baca, menulis, berhitung, seni, budaya, daya cipta, analisis, prakarsa dan kreasi bagi anak usia sekolah; dan meningkatkan dan membudayakan minat baca dan belajar bagi remaja.

Dalam rangka menumbuhkan minat terhadap seni, budaya, daya cipta, analisis, prakarsa dan kreasi, pada tahun 1995/96 diselenggara-kan berbagai kegiatan antara lain lomba musikalisasi puisi, temu seniman/sastrawan, serta penyebarluasan cerita fiksi ilmiah bergambar bagi anak usia sekolah. Pada tahun sebelumnya, yakni tahun 1994/95 telah didirikan Pusat Peragaan Ilmu dan Teknologi di Taman Mini Indonesia Indah. Selanjutnya, dalam upaya menumbuhkan daya cipta bagi balita, pada tahun 1995/96 telah diberikan alat permainan eduka-tif (APE) dan pedoman belajar pendidikan pra sekolah bagi 200 lembaga pendidikan pra sekolah di Jawa dan Bali. Dalam rangka menumbuhkan minat baca dan belajar bagi remaja dilanjutkan dan dikembangkan taman bacaan dan perpustakaan keliling di perdesaan di seluruh propinsi.

d. Penumbuhan dan Peningkatan Idealisme dan Patriotisme

Upaya menumbuhkan dan meningkatkan idealisme dan patriotis-me anak remaja dilakukan dengan menanamkan rasa cinta tanah air, disiplin dan kemandirian sejak anak usia sekolah.

XIX/22

Untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan kegiatan kepramu-kaan bagi anak dan remaja berupa penyelenggaraan kepanduan, pela-tihan instruktur/pembina pramuka, serta bantuan pengadaan peralatan kepramukaan. Sebagaimana tahun sebelumnya, pada tahun 1995/96 telah dilaksanakan kegiatan wisata remaja melalui penyusunan dan penyebaran buku pedoman Wisata Remaja sebanyak 5 ribu paket di 27 propinsi. Kegiatan Forum Dialog Anak pada tahun 1995/96 dilak-sanakan bersama dengan tokoh dan pejuang RI, bersamaan dengan peringatan Hari Anak Nasional tahun 1995.

e. Peningkatan Kemampuan Menyesuaikan Diri dengan Masyarakat dan Lingkungan

Peningkatan kemampuan anak remaja dalam menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya dimaksudkan untuk mem-budayakan hidup bermasyarakat sedini mungkin. Kegiatan yang dila-kukan antara lain adalah berupa kelompok bermain bagi balita dengan mengutamakan permainan tradisional yang bercirikan budaya Indo-nesia. Selain itu, ditumbuhkan kesadaran hidup bermasyarakat anak usia sekolah, dan ditingkatkan kepekaan remaja terhadap ling-kungannya.

Salah satu kegiatan pembinaan anak dan remaja untuk menjamin kelangsungan proses tumbuh kembang anak balita dalam rangka meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri adalah pengembangan tempat penitipan anak (TPA) dan kelompok bermain. Pada tahun 1995/96 telah dilaksanakan pelatihan bagi 30 orang petugas TPA dan 30 orang petugas kelompok bermain; pemberian 5 unit bantuan per-alatan bagi TPA 'dan kelompok bermain; serta penyusunan dan penye-barluasan profil panti sosial TPA dan kelompok bermain. Secara keseluruhan dalam dua tahun Repelita IV telah dilaksanakan pelatihan

XIX/23

bagi 150 orang petugas TPA dan 150 orang petugas kelompok bermain.

Seperti tahun sebelumnya, pada tahun 1995/96 dilanjutkan kegiatan pembinaan remaja untuk meningkatkan kesadaran lingkungan melalui wisata remaja cinta lingkungan di lingkungan OSIS. Selain itu, telah dilaksanakan pula jambore kependudukan dan lingkungan yang diikuti oleh wakil dari organisasi kepramukaan seluruh propinsi Indonesia agar mereka memahami tentang norma keluarga kecil bahagia serta pelestarian lingkungan hidup.

f. Peningkatan Peranan Keluarga dan Masyarakat

Peningkatan peran keluarga dan masyarakat terutama ditujukan kepada orang tua dan keluarga yang didukung oleh lingkungan masyarakat dan lembaga pendidikan. Upaya tersebut dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga; serta mendorong partisipasi masyarakat.

Dalam rangka meningkatkan peran keluarga dalam pembinaan anak dan remaja diberikan pengetahuan dan keterampilan kepada para ibu tentang mendidik dan mengasuh anak balita antara lain melalui pembentukan bina keluarga balita (BKB). Pada tahun 1995/96 tercatat sekitar 3,7 juta peserta BKB yang tersebar di seluruh Indonesia, meningkat bila dibandingkan tahun 1994/95 yang mencakup 3,4 juta peserta. Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan tersebut diharapkan para ibu mampu

XIX/24

mendidik dan mengasuh anak balitanya sejak dini agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia seutuhnya.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) antara lain membantu pemerintah dalam pembuatan alat pantau tumbuh kembang anak

balita. Alat tersebut dipergunakan oleh setiap keluarga yang mempunyai balita untuk memantau perkembangan dan pertumbuhan balitanya setiap saat. Selain itu, Forum Komunikasi Pembinaan dan Pengembangan Anak Indonesia (FK-PPAI) sebagai organisasi kemasyarakatan turut berperanserta dalam meningkatkan pembinaan dan pengembangan anak Indonesia. Pada akhir tahun 1995/96 telah dilaksanakan Musyawarah Nasional II dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pembinaan dan pengembangan anak dan remaja.

g. Pembinaan dan Perlindungan Hukum Anak dan Remaja

Upaya meningkatkan kesejahteraan anak dan remaja selain dilakukan melalui pendidikan dan pembinaan juga melalui peningkat-an perlindungan hukum bagi anak dan remaja. Perlindungan anak dan remaja antara lain adalah perlindungan terhadap anak yang terpaksa bekerja dan perlindungan terhadap bentuk diskriminasi dan hukuman.

Perlindungan bagi anak yang terpaksa bekerja, khususnya perlin-dungan dan pengawasan terhadap hal yang membahayakan keselama-tan dan masa depan anak terus ditingkatkan. Berdasarkan hasil SUSENAS persentase anak usia 10-14 tahun yang terpaksa bekerja telah menurun dari 9,2 persen pada tahun 1994 menjadi 3,2 persen pada tahun 1995. Anak-anak yang terpaksa bekerja pada umumnya adalah pekerja keluarga yang disebabkan karena rendahnya kemam-puan ekonomi keluarga. Upaya perlindungan 'terns ditingkatkan melalui pengawasan dan penerapan norma kerja, antara lain berupa pembatasan jam kerja tidak lebih dari 4 jam sehari; tidak memper-kerjakan pada malam hari; dan pemberian waktu dan kesempatan untuk mengikuti pendidikan; dan pemberian upah sesuai dengan UMR setempat. Pada tahun 1995/96 telah dilaksanakan pelatihan pengelo-

XIX/25

laan bagi 139 pengawas ketenagakerjaan untuk menangani anak yang terpaksa bekerja. Pada tahun sebelumnya, yaitu tahun 1994/95 telah diadakan pendataan jumlah tenaga kerja anak.

Upaya perlindungan hukum dan hak anak antara lain dilaksanakan melalui peningkatan peran pemerintah dan masyarakat dalam memasyarakatkan Keputusan Presiden Nomor 36 tahun 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak Anak, dan melakukan kajian dan penyempurnaan hukum tentang anak. Pemasyarakatan dan penyempurnaan hukum anak dilakukan antara lain melalui Temu Karya Penjabaran Konvensi PBB dan Hukum Nasional; penyusunan dan penyebarluasan Panduan Penyuluhan Hukum Tentang Anak; serta kajian penyempurnaan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Perlindungan terhadap Anak yang Terpaksa Bekerja dan Wajib Belajar. Di samping itu disusun pula Rancangan Undang-Undang tentang Tata Cara Penyelenggaraan Sidang Peradilan untuk Anak.

D. PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN

PEMUDA 1. Sasaran, Kebijaksanaan,

dan Program Repelita VI

Sasaran pembinaan dan pengembangan pemuda dalam Repelita VI adalah meningkatnya pengetahuan dan keterampilan pemuda serta kemampuannya XIX/26

untuk memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai iptek; meningkatnya partisipasi pemuda dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berlandaskan Pancasila; meningkatnya rasa kesetiakawanan sosial, serta kepedulian pada lingkungan sosial dan lingkungan hidup; meningkatnya kualitas pemuda sebagai pewaris nilai-nilai luhiir budaya bangsa yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; dan meningkatnya

kualitas kepemimpinan pemuda sebagai kader penerus cita-cita per-juangan bangsa.

Berdasarkan sasaran pembangunan tersebut, kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan pemuda adalah: meningkatkan per-luasan kesempatan bagi pemuda untuk memperoleh pendidikan dan pelatihan; meningkatkan peranserta pemuda dalam pembangunan di bidang sosial, politik, ekonomi, budaya, dan pertahanan keamanan; meningkatkan. kepeloporan dan kepemimpinan pemuda dalam pem-bangunan; dan meningkatkan kelembagaan dan organisasi kepemu-daan.

Berbagai kebijaksanaan di atas dilaksanakan melalui program pembinaan dan pengembangan pemuda yang bersifat lintas bidang dan lintas sektor.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan Tabun Kedua Repelita VI

Kegiatan program pembinaan dan pengembangan pemuda dalam tahun kedua Repelita VI (1995/96) merupakan kelanjutan dan pengembangan pelaksanaan program dari tahun-tahun sebelumnya yang terdiri dari: a) peningkatan kesempatan memperoleh pendidikan; b) peningkatan peranserta pemuda dalam pembangunan; c) peningkat-an kepeloporan dan kepemimpinan pemuda dalam pembangunan; dan d) peningkatan kelembagaan dan organisasi kepemudaan.

a. Peningkatan Kesempatan Memperoleh Pendidikan

Meningkatnya kesempatan bagi pemuda untuk memperoleh pen-didikan merupakan perwujudan usaha pemerintah dalam meningkat-kan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pemuda untuk

XIX/27

memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai iptek. Upaya meningkatkan kesempatan memperoleh pendidikan melalui jalur seko lah dapat terlihat hasilnya dari meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) SLTA maupun APK Perguruan Tinggi (PT). APK SLTA termasuk Madrasah Aliyah pada tahun 1995/96 adalah sekitar 35,9 persen, meningkat dari sekitar 34,1 persen pada tahun 1994/95. Di samping itu, APK Perguruan Tinggi termasuk Perguruan Tinggi Agama meningkat dari sekitar 11,0 persen pada tahun 1994/95 menjadi sekitar 11,6 persen pada tahun 1995/96.

Upaya meningkatkan kualitas pemuda melalui jalur luar sekolah terlihat dari makin banyaknya jumlah pemuda yang mengikuti berbagai kegiatan seperti kelompok belajar masyarakat; sarjana peng-gerak pemliangunan di pedesaan (SP3); pelatihan kepemimpinan; pembinaan kelompok kerja produktif; pembinaan tenaga kebudayaan; pembinaan olahraga; dan pembinaan ketenagakerjaan. Pada tahun 1995/96 jumlah peserta berbagai kegiatan tersebut telah mencapai lebih dari 3,1 juta orang, atau meningkat dari 2,9 juta orang pada tahun 1994/95.

Pada tahun 1995/96 sebanyak 75 pemuda asal Timor Timur, terdiri dari 58 pria dan 17 wanita telah lulus pelatihan keterampilan di balai latihan kerja (BLK) Ambon dan telah ditempatkan di lima peru-sahaan industri kayu di propinsi Maluku. Materi pelatihan meliputi instalasi penerangan listrik, pertukangan kayu dari las. Di samping itu, pada tahun yang sama telah dilaksanakan pelatihan keterampilan bagi pemuda karang taruna di bidang

XIX/28

peternakan dan pertanian di Tapos; pelatihan pertanian di Balai Pelatihan Pertanian di Ciawi; pembudidayaan udang windu di Jepara; pelatihan kerajinan kayu di Ubud; serta pengembangan kerajinan rotan dan kulit di Sidoarjo. Selain itu telah dilaksanakan pula pelatihan dan pemberian bantuan

modal kepada 2.945 karang taruna. Pada tahun 1994/95 pelatihan yang dilakukan mencakup 2.890 karang taruna.

b. Peningkatan Peran Serta Pemuda dalam Pembangunan

Peningkatan peran serta pernuda dalam pembangunan merupakan perwujudan dari proses pembinaan pemuda sebagai kader bangsa dan pewaris nilai-nilai luhur budaya bangsa yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME. Proses pembinaan tersebut antara lain berupa peningkatan peran serta pemuda dalam pembangunan sosial dan politik; penumbuhan semangat kewiraswastaan; pemantapan budaya belajar; pemantapan perilaku keagamaan; pengembangan minat seni dan budaya; dan peningkatan prestasi pemuda di bidang olahraga.

Peningkatan kepedulian pemuda dalam pembangunan sosial dapat dilihat melalui kegiatan-kegiatan pemuda di bidang kesehatan dan keluarga berencana (KB). Seperti halnya tahun 1994/95, pada tahun 1995/96 kegiatan pemuda di bidang kesehatan meliputi: pelatihan kader bidang kesehatan; penyebarluasan informasi melalui pengem-bangan media komunikasi kesehatan generasi muda; pengembangan forum komunikasi kesehatan; dan pengembangan teknologi tepat guna di bidang kesehatan. Kegiatan pelatihan pengkaderan bidang kesehatan pada tahun 1995/96 terdiri dari: pelatihan Santri Husada di 5 propinsi dengan jumlah peserta 150 santri; pelatihan unit kesehatan bagi Karang Taruna di 20 Dati II di 10 propinsi dengan peserta sebanyak 600 orang Taruna Husada; pelatihan kesehatan bagi maha-siswa di 5 propinsi dengan peserta sebanyak 150 orang mahasiswa; dan pelatihan motivator pemuda dalam penanggulangan narkotik dan obat terlarang (narkoba) di 27 propinsi dengan melibatkan sebanyak 810 orang pemuda. Sementara itu, pada tahun 1995/96 juga dilakukan kegiatan penyebarluasan informasi melalui pengembangan media komunikasi kesehatan generasi muda antara lain melalui penerbitan

XIX/29

88,2 ribu eksemplar Warta Generasi Muda Sehat, dan 6 ribu buku saku informasi kesehatan. Dalam upaya untuk lebih meningkatkan peran aktif pemuda di bidang kesehatan diselenggarakan forum komunikasi lintas sektor dan organisasi masyarakat. Kegiatan ini merupakan kegiatan baru yang melibatkan sebanyak 160 orang. Sementara itu, pada tahun 1995/96 kegiatan pengembangan teknologi tepat guna di bidang penyediaan air bersih telah diselenggarakan di 20 kecamatan di 10 propinsi, dan melibatkan sekitar 400 orang pemuda.

Untuk meningkatkan partisipasi pemuda dalam pembangunan keluarga berencana (KB) antara lain dibentuk satuan karya pramuda keluarga berencana (Saka Kencana) yang merupakan wadah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan praktis dan bakti masyarakat dalam bidang .KB dan pembangunan keluarga sejahtera. Pada tahun 1995/96 dilaksanakan lomba cerdas tangkas Saka Kencana dengan jumlah peserta sebanyak 243 orang. Di samping itu, pada tahun 1995/96-dilaksanakan lomba penyuluhan pembangunan keluarga sejahtera (LPPKS), yang dimulai sejak tahun 1986/87, dengan jumlah peserta sekitar 3 ribu pemuda.

Upaya untuk meningkatkan peran serta pemuda dalam pemahaman kehidupan berpolitik terlihat dari meningkatnya jumlah peserta dalam pendidikan politik bagi kader di seluruh propinsi. Pada tahun 1995/96 jumlah pesertanya telah mencapai 3.585 orang, meningkat sekitar 12,0 persen jika XIX/30

dibandingkan dengan jumlah yang dilatih pada tahun 1994/95 yaitu 3.200 orang. Di samping itu, seperti tahun-tahun sebelumnya, dilaksanakan pula penataran P-4 bagi organisasi pemuda, murid SLTA dan mahasiswa baru di Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta.

Peran pemuda di bidang ekonomi diarahkan untuk meningkatkan jiwa dan semangat kewiraswastaan pemuda. Pada tahun 1995/96

dilaksanakan pembinaan dan pelatihan keterampilan pengelolaan koperasi pemuda bagi pengelola koperasi pondok pesantren di 27 propinsi dengan jumlah peserta sebanyak 1.650 pemuda. Upaya lain dilakukan melalui pelatihan keterampilan di bidang pertanian, perika-nan, dan peternakan bagi 66 orang anggota karang taruna dari 10 propinsi di Cinagara dan Tapos. Kegiatan lainnya adalah pelatihan bagi pemuda motivator di bidang perdagangan, konsultasi, magang, dan temu usaha dengan pengusaha yang diselenggarakan di seluruh propinsi.

Peningkatan partisipasi pemuda dalam pembangunan transmigrasi terlihat dengan meningkatnya jumlah kelompok usaha bersama (KUB) dari 45 KUB pada tahun 1994/95 menjadi 60 KUB pada tahun 1995/96. Jenis usaha KUB meliputi pertukangan kayu; pembuatan tahu, tempe, kecap, selai nanas, keripik singkong dan pisang, batu bata, genteng; ternak ayam buras; dan perikanan. Pada tahun yang sama juga dilaksanakan bimbingan keterampilan industri dan usaha rumah tangga bagi 360 orang pemuda transmigrasi di 7 propinsi (Riau, Irian Jaya, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sumatera Barat, dan Timor Timur). Selanjutnya, pada tahun 1995/96 telah dilaksanakan pelatihan bagi pemuda di bidang pekerjaan umum (PU) di 2 propinsi yaitu Sulawesi Tenggara dan Nusa Tenggara Barat, dengan jumlah peserta masing-masing 20 orang.

Pada tahun 1995/96 kegiatan pemuda di bidang keagamaan dilakukan melalui kegiatan pesantren bagi para santri selama bulan Ramadhan; pelatihan rohaniawan muda; pelatihan tenaga pembina rohani pemuda; pelatihan tenaga pembina rohani karang taruna; dan sarasehan agamawan muda antaragama sebanyak 540 orang, atau meningkat 38,0 persen dari tahun 1994/95 yaitu sebanyak 390 orang. Di samping itu, pada tahun 1995/96 telah diberikan bantuan berupa

XIX/31

1.200 eksemplar buku materi dakwah dan 600 buku keagamaan kepada berbagai organisasi kepemudaan.

Upaya untuk mengembangkan minat seni dan budaya tercermin melalui banyaknya kegiatan pentas dan pameran seni budaya di seluruh daerah. Dalam tahun 1995/96 kegiatan seni budaya pemuda telah dilaksanakan sebanyak 518 kali. Selain itu, pada tahun 1995/96 dilaksanakan pembinaan tenaga kebudayaan yang diikuti oleh 445 orang pemuda. Selanjutnya, juga disumbangkan berbagai buku panduan mengenai pembahasan dan pengembangan nilai-nilai seni dan budaya bagi pemuda di seluruh tanah air.

Kegiatan pemuda dalam pertahanan keamanan diarahkan untuk meningkatkan ketahanan nasional dan wawasan kebanggaan. Pada tahun 1995/96 telah dilaksanakan kegiatan penataran kewaspadaan nasional (Tarpadnas) bagi 306 orang pemuda. Di samping itu, pada tahun yang sama dilaksanakan pelatihan- kader Bela -negara, yang dimulai sejak tahun 1984 bagi sebanyak 1.510 orang, atau meningkat 10,0 persen dari tahun 1994/95.

Pembinaan dan pengembangan olahraga merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang diarahkan pada peningkatan kesehatan jasmani, mental dan rokhani masyarakat, dan ditujukan untuk pembentukan watak kepribadian, disiplin dan sportivitas yang tinggi, serta peningkatan prestasi yang dapat membangkitkan kebanggaan nasional. Pada tahun

XIX/32

1995/96 telah dilaksanakan pendidikan dan pembinaan bagi para pelajar dan pemuda di seluruh propinsi dengan jumlah peserta sebanyak 5.270 orang. Sementara itu prestasi pemuda di bidang olah raga telah menunjukkan hasil yang membanggakan, seperti angkat besi, bulu tangkis, catur, dan tinju melalui pertandingan-pertandingan yang diselenggarakan di tingkat internasional. Di tingkat nasional telah diselenggarakan

berbagai pertandingan olah raga seperti pekan olahraga mahasiswa nasional (POMNAS) dan kejuaraan olahraga antar perguruan tinggi. Di tingkat kecamatan, peran serta pemuda dalam rangka memajukan olah raga ditunjukkan dengan ikut sertanya organisasi pemuda seperti KNPI dan organisasi pemuda lainnya.

Pada tahun 1995/96 juga dibangun fasilitas olah raga di 10 perguruan tinggi, yaitu di Institut Teknologi Bandung (Jawa Barat), Universitas Diponegoro dan Universitas Sebelas Maret (Jawa Tengah), Universitas Gajah Mada (DI Yogyakarta), Universitas Air -langga (Jawa Timur), Universitas Sumatera Utara (Sumatera Utara), Universitas Tanjungpura (Kalimantan Barat), Universitas Hasanudin (Sulawesi Selatan), Universitas Halu Oleo (Sulawesi Tenggara), dan Universitas Cenderawasih (Irian Jaya). Di samping itu, berbagai kegiatan mahasiswa yang dilaksanakan di perguruan tinggi antara lain berupa: kemah kerja bakti bekerja sama dengan ABRI; pergelaran seni mahasiswa tingkat nasional di Jakarta; MTQ tingkat nasional di Palangkaraya; pengembangan kegiatan mahasiswa pencinta alam (Mapala) di Banjarmasin; dan pelatihan nasional tim olahraga maha-siswa kepekan olahraga mahasiswa tingkat Asia dan ke Universiade.

c. Peningkatan Kepeloporan dan Kepemimpinan Pemuda dalam Pembangunan

Peningkatan jiwa kepeloporan dan kepemimpinan pemuda dalam pembangunan diarahkan untuk meningkatkan peran aktif mereka dalam berbagai kegiatan pembangunan. Kegiatan yang dilakukan antara lain melalui pendidikan dan pelatihan tenaga pembina pemuda; penempatan tenaga sarjana penggerak pembangunan pedesaan (SP-3); penugasan tenaga kerja pemuda mandiri profesional (TKPMP); kegiatan napak tilas; dan pertukaran pemuda antar propinsi dan bangsa. Pada tahun 1995/96 telah dikerahkan sebanyak 3.150 orang

XIX/33

SP-3 dari berbagai disiplin ilmu di berbagai propinsi, atau meningkat dari sebanyak 850 orang pada tahun 1994/95. Di samping itu, pada tahun 1995/96 juga ditempatkan sebanyak 1.137 orang TKPMP di berbagai unit usaha ekonomi produktif antara lain di koperasi unit desa (KUD), atau meningkat dari sebanyak 1.094 orang pada tahun 1994/95. Dalam rangka menunjang pelaksanaan program IDT, pada tahun 1995/96 telah dipersiapkan Sarjana Pendamping Purna Waktu (SP2W) sebanyak 4.294 orang, sedangkan pada tahun 1994/95 se-banyak 3.942 orang. Periempatan pemuda pelopor tersebut diharapkan akan mampu mendorong motivasi masyarakat dalam mengembang-kan usaha-usaha pertanian, perikanan, peternakan, dan usaha ekono-mi produktif lainnya.

Selanjutnya, sebagai upaya meningkatkan rasa cinta tanah air serta semangat persatuan dan persaudaraan telah dilaksanakan kegiatan pertukaran pemuda antar propinsi. Jumlah pemuda yang mengikuti kegiatan ini menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, yaitu dari 1.500 orang pada tahun 1994/95 menjadi 1.550 orang pada tahun 1995/96. Sementara itu dalam rangka meningkatkan wawasan internasional, pada tahun 1995/96 telah dilaksanakan pertukaran pemuda antar negara yang diikuti oleh 132 orang. Kegiatan lainnya adalah napak tilas jejak pahlawan melalui penelusuran tempat-tempat bersejarah dalam perjuangan bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan semangat juang pemuda. Pada tahun 1995/96 kegiatan ini diikuti oleh 2.075 orang pemuda dari 27 propinsi.

d. Peningkatan Kelembagaan dan Organisasi Kepemudaan

Melalui peningkatan kelembagaan dan organisasi kepemudaan diharapkan peranserta pemuda akan semakin menonjol dalam berbagai kegiatan pembangunan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan antara-

XIX/34

lain adalah pemantapan fungsi koordinasi antar organisasi pemuda dan peningkatan manajemen organisasi kepemudaan termasuk bantuan sarana organisasi.

Seperti halnya kegiatan tahun 1994/95, pada tahun 1995/96 melalui KNPI telah diselenggarakan berbagai pelatihan kepemimpinan organisasi pemuda dengan jumlah peserta sebanyak 744 orang pemuda. Selain itu, telah diberikan bantuan kepada organisasi kema-syarakatan pemuda (OKP) bagi 945 OKP di seluruh propinsi. Kegiat -an lainnya adalah pelatihan keorganisasian bagi tenaga pembina pemuda, pimpinan organisasi pemuda, dan fasilitator pembina pemuda. Di samping itu, telah pula dilaksanakan pelatihan dan pembinaan anggota dan pengurus Karang Taruna, studi karya bakti karang taruna, pembinaan forum komunikasi karang taruna (FKKT), dan pemberian bantuan sarana organisasi.

Dalam tahun 1995/96 kegiatan kepramukaan dilaksanakan melalui berbagai pelatihan instruktur pembina kepramukaan, pelatih lanjutan, penyegar andalan, mahir dasar, dan mahir lanjutan bagi sebanyak 3.900 orang. Selain itu, telah pula dilakukan pelatihan bagi pramuka di bidang perumahan dan permukiman.

Dalam rangka peningkatan wawasan kelembagaan dan organisasi kepemudaan, pada tahun 1995/96 disebarkan sekitar 21 ribu eksem-plar buku pedoman kepemudaan, atau meningkat dari sekitar 4 ribu eksemplar pada tahun 1994/95.

Selanjutnya, untuk mengembangkan sistem informasi pemuda, pada tahun 1995/96 telah disusun indikator inti pemuda, dan indikator sektoral pemuda. Di samping itu, pada tahun yang sama telah diba-ngun pusat sistem informasi manajemen pemuda dan olahraga (PUSIMPORA).

XIX/35