nurulhidayat10.files.wordpress.com · web viewpamekasan dalam kacamata pendidikan nasional. 24...
TRANSCRIPT
PAMEKASAN DALAM KACAMATA PENDIDIKAN NASIONAL24 Oktober 2016 by sahabatmenulis
0
Oleh: SAMSUL AR[1]
“Bangsa yang tidak memperhatikan pendidikan akan ketinggalan dalam kehidupan global yang penuh persaingan dan kerjasama. Bangsa-bangsa yang maju karena pendidikannya yang membebaskan dan mengembangkan daya kreativitas akan
menempatkan bangsa tersebut sebagai bangsa yang menang dalam persaingan bebas. (HAR Tilaar 2003)”
Pamekasan dalam lintang geografi; sebuah analisa
Kota pendidikan disematkan pada kota Pamekasan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, M. Nuh, pada tanggal 24 Desember tahun 2010 silam. Menarik jika menelisik lebih jauh jumlah perguruan tinggi di kabupaten pamekasan yang mana perguruan tinggi sebagai cermin sarana peningkatan kualitas manusia dalam berbagai disiplin ilmu. Secara kuatitas, jumlah perguruan tinggi di kota Pamekasan kurang lebih sekitar 10 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Misal, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), Univesitas Islam Madura (UIM), Universitas Madura (UNIRA), Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Khairat (STAI), AKBID Haifa Husada Pamekasan, Akper, STIEBA, STIU Al-Mujtama’, STAIMU Panyeppen, dan beberapa perguruan tinggi yang baru berdiri atau dalam proses pendirian.[2] Data tersebut sebagai bukti bahwa kota pendidikan sangat layak untuk disematkan pada kabupaten pamekasan.
Secara Geografi pamekasan terletak pada wilayah ideal di antara empat kabupaten yang ada di Madura. Terdapat 13 kecamatan, 11 kelurahan, 178 desa, 1.021 RW, dan 2.554 RT[3]. Pada tahun 2009 jumlah penduduk di kabupaten Pemekasan sebanyak 835.101 jiwa dengan rincian laki-laki sebanyak 405.345 jiwa dan perempuan sebanyak 429.756 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 207.448 KK.[4] Jumlah penduduk tersebut jika dibandingkan dengan jumlah lembaga pendidikan baik negari maupun swasta yang
ada di kabupaten pamekasan sebagai adalah sebagai berikut: Jumlah lembaga pendidikan mulai dari tingkat TK sampai dengan Sekolah menengah atas sebanyak 1.987 lembaga, 207.381 peserta didik, dan 25.624 Guru. Dengan demikian peserta didik yang telah mengenyam pendidikan pada tahun 2009 sekitar 24% dari total penduduk yang ada di kabupaten Pamekasan. Bagitu juga dengan penduduk yang berprofesi sebagai guru yang sangat banyak. Tentunya, salah satu syarat untuk menjadi seorang guru harus memiliki kualifikasi akademik minimal sudah mencapai strata satu (S1) sebanyak 3 % dari total penduduk di kabupaten pamekasan.[5] Lebih jauh lagi jika melihat jumlah pondok pesantren di kabupaten Pamekasan sebanyak 513.[6] Contoh. Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar, Pondok Pesantren Bata-Bata, Pondok Pesantren Panyeppen, Pondok pesantren al-Mujtama’ Plakpak, Pondok Pesantren Madukawan, dan beberapa pondok pesantren lainnya yang ikut mewarnai dan mentasbihkan kota pamekasan sebagai kota pendidikan di Madura.
Selain kota pendidikan, pamekasan juga memiliki laqab, (panggilan) yang lain seperti kota batik, kota gerbang salam, kedua sebutan ini telah mewarnai kota pemekasan sebagai kota yang memproduksi bati tulis dan ingin menjalankan Perda syariah sesuai dengan tuntunan agama islam.
Tidak heran jika, Pamekasan menjadi tujuan belajar bagi siswa atau mahasiswa yang ingin menimba ilmu dan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Tentunya, tujuan baik ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 adalah dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan ini, pendidikan merupakan kewajiban bagi seluruh umat manusia, termasuk manusia indonesia untuk mencari ilmu setinggi-tingginya guna memperbiki diri dan memberantas kebodohan. Karena hanya dengan pendidikan hidup dan kehidupan ini bisa dipertahankan dan bisa dilanjutkan.
KONSEP PENDIDIKAN NASIONAL
Kata pendidikan berasal dari kata didik, yang berarti menjadikan orang lebih baik. hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam undang-undang nomer 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa tujuan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, Sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan dalam bahasa inggris dikenal dengan education yang memiliki makna pendidikan. Dalam Undang-Undang 1945 menyebutkan bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk mengenyam pendidikan minimal 9 tahun atau minimal MTs dan yang sederajarat. Lebih lanjut semua biaya dalam selama belajar 9 tahun ini adalah gratis dalam artian bahwa negara menanggung semua biasa pendidikan baik dari buku, gaji guru, gedung, meja, dan semua yang berkaitan dengan lembaga pendidikan belajar 9 tahun merupakan tanngung jawab pemerintah pusat dan daerah dengan mengalokasikan dana sebasar 20% dari anggaran belanja (UU nomer 20 tahun 2003 tentang sisdiknas).
Tindak heran jika pemerintah melalui kementrian pendidikan yang sekarang dipisah menjadi kementrian pendidikan tinggi dan kementrian pendidik dasar dan menengah mengeluar Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) bagi lembaga pendidikan dasar dan
menengah. Dana tersebut idealnya digunakan semaksimal mungkin untuk kemajuan pendidikan nasional, khususnya di kota pemekasan.
Maka, dengan adanya dana dari pemerintah, idealnya pendidik dan tenaga kependidikan semaksimal mungkin untuk turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tujuan mencetak generasi muda yang bisa bersaing dengan dunai luar yang berlandaskan iman dan takwa serta cinta Negara Kesatuan Repulik Indonesia.
Namun realitasnya adalah tidak sedikit lembaga pendidikan yang masih mengadakan pendidikan konvensional (pendidikan apa adanya dan ada apanya) yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Ironisnya, Dana Operasional Sekolah (BOS) digunakan untuk mempekaya diri sendiri, keluarga, dan teman sekitar bahkan disinyalir peng-mark up-an data peserta didik hanya untuk mendapatkan dana operasional sekolah yang banyak.[7] Jika demikian, cita-cita bangsa untuk memberantas kebodohan, memberikan pelayanan pendidikan gratis 9 tahun berubah menjadi ajang memperkaya diri dan mengangkat status sosial dengan memiliki mobil mewah.Naudzubillah. Implikasi dari ajang memperkaya diri adalah lembaga-lembaga pendidikan berlomba-lomba memberikan pelayanan pendidikan gratis dengan jalan yang berbeda-beda hanya untuk menarik minat peserta didik untuk melanjutkan sekolah ke lembaga tertentu. Misal, dangan memberikan baju gratis, spatu gratis, dan lain. lembaga pendidikan bukan berlomba-lomba memberikan kualitas pendidikan yang baik tetapi berlomba mendapatkan siswa yang banyak.
Idealnya, penyelenggaraan pendidikan harus susuai dengan konsep pendidikan nasional yaitu:
1. Guru yang ideal
Menarik jika mengacu pada pernyataan Malik Fajar yang menyebutkan bahwa “sekarang ini dunia pendidikan kita masih kekurangan guru, kalau tenaga pengajar banyak, tetapi tenaga guru masih sangat langka, ukuran kualitas perguruan tinggi bukan hanya dilihat dari berapa banyak gelar doctor, tetapi berapa banyak guru di dalamnya”.[8] Dalam kontek keguruan, tidak sedikit guru yang mengajar tanpa dibarengi dengan tanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa. Padahal guru merupakan role model yang segala tindak-tanduknya akan ditiru oleh peserta didik. Padahal pengajaran dan pembelajaran harus bertumpu pada peserta didik yang menekankan pada learing to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together yang merupakan empar pilar UNESCO yang dipelopori oleh guru. [9]Bagitu juga dengan guru/asatidz yang ada di pondok pesantren dimana selama 24 jam mereka bergaul dengan santri dengan penuh ikhlas mendidik dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Mereka menjadi model bagi para santri untuk dinilai, diikuti segala tindak-tanduknya.
Untuk menjadi guru yang baik, menurut Hay/McBer minimal memilik tiga hal, pertama kemampuan mengajar, mengatur iklim kelas, dan professional.[10] Kemampuan mengajar merupakan kemampuan dasar seorang guru dalam mentransfer pengertahuan (transfer of knowledge) kepada peserta didik sehingga peserta didik memiliki wawasan luas. Sedangkan mengatur iklim kelas kemampuan guru dalam mengondisikan kelas supaya berjalan efektif dan efesien dengan menggunakan berbagai metode yang variatif.
Bagitu juga dengan guru profesional, minimal memiliki kualifikasi pendidikan S1 dan menguasai materi yang akan diajarkan.
2. Idealitas murid dalam kelas
Idealnya, dalam 1 kelas minimal terdapat 20-32 peserta didik untuk SD dan yang sederajar, SMP 20 sampai 32 peserta didik, dan untuk SMA 20 sampai 32.[11]Namun realitasnya, lembaga pendidikan khususnya pendidikan islam berlomba-lomba mencari murid untuk memenuhi standart minimal dan standart minimum. Diperparah lagi dengan kondisi dilapangan dimana umat islam berlomba-lomba mendirikan lembaga pendidikan dengan dalih ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan mudah pula ditemukan dilapangan lembaga pendidikan yang berdampingan. Misal, SDN berdampingan dengan MI, SMP berdampingan dengan MTs dan begitu juga seterusnya sehingga pengelola lembaga berlomba-lomba untuk mendapatkan siswa yang banyak.
Akibatnya, efektifitas proses belajar mengajar akan tergangu dan tujuan pendidikan nasional yang dicapai juga akan terganggu bagitu juga dengan kualitas lulusannya juga kurang begitu optimal. Karena orientasi dari lembaga pendidikan bukanlah mencerdaskan kehidupan bangsa tetapi bagaimana mendapatkan calon peserta didik sebanyak-banyaknya. Idealnya, jika terdapat lembaga pendidikan dasar di suatu wilayah, maka pendidikan tersebut dirawat, didukung dan dijaga baik dari kualitas maupun kuantitas peserta didik.
3. Lingkangan ideal
Lingkungan merupakan salah satu fakor pendukung yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Islam memiliki konsep tentang perkembangan peserta didik bergantung pada kedua orang tuanya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori “ Setiap manusia yang dilahirkan kedunia dalam keadaan fitra, kedua orang tua lah yang dapat membina apakah anak itu mau jadikan orang yahudi, nasroni, atau majusi”[12] Bagitu juga dengan Jonh Lock (1631-1704) dengan konsep tabula rasa yang menyatakan bahwa setiap anak yang baru lahir seperti kertas putih, apakah mau ditulis dengan tinta hitam merah, biru, hijau dan lain.[13]
Lingkungan yang baik dapat melahirkan generasi yang baik. Lingkungan pendidikan yang baik adalah lingkungan yang dapat memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk berkarya, berkreasi sesuai dengan bakat dan minat. Sekolah harus memberikan rasa aman, nyaman, dan damai bagi peserta didik karena sekolah merupakan rumah kedua bagi peserta didik.[14]
Pamekasan dalam Kacamata Pendidikan Nasional.
Tentunya, ditasbikannya kota Pamekasan sebagai kota pendidikan bukanlah hal yang mudah. Jika menelisik sejarah pesertren di Madura, maka pesantren Jan Tampes II yang dirikan pada tahun 1062 terdapat di kota Pamekasan. Peserta ini merupakan pesantren tertua yang terdata oleh kementrian agama pada tahun 1984/1985. Bahkan menurut Mastuhu, Jan Tampes I lebih dahulu berdiri dan lebih tua.[15]. Maka Pamekasan sebagai kota pendidikan, minimal mempertahankan pendidikan khususnya lembaga pendidikan
yang ada di pondok pesantren. karena pondok pesantren merupakan cermin pendidikan ideal, unik dan sesuai dengan kearifan lokal, khususnya masyarakat Madura. Karena orang Madura kental dengan keislamannya.[16]Realitasny pesantren menjadi tujuan utama bagi masyarakat Madura dalam menimba ilmu. maka masyarakat Madura mayorita mengenyam pendidikan di pondok pesantren.
Keberadaan pesantren di Madura, khusus di pemekasan dengan berbagai macam lembaga pendidikan yang dikelola telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, menjadikan bangsa yang mandiri. Bahkan pesantren tidak hanya sebagai wadah mendalami ilmu agama (Tafaqqoh fiddin), tetapi ikut serta mempertahankan negara kesatuan republik indonesia.
Kesimpulan
Motto pemekasan “madu ganda mangesti tunggul” yang memiliki arti Madura harum ikut serta mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia telah dilakukan oleh Pamekasan yaitu dengan pendidikan. Pendidikan merupakan bagian dari kehidupan dalam mempertahankan keberlangsungan hidup dan kehidupan umat manusia, semakin baik pendidikan seseorang maka semakin baik kehidupan seseorang, semakin baik pula wawasannya. Untuk itu mempertahankan kota pemekasan menjadi kota pendidikan merupakan keharus dan kewajiban, karena pendidikan merupakan jembatan meraiah kesuksesan baik di dunia maupun diakhirat.
[1] Penulis bisa dikunjungi di. lensakita.com/satu.dutadamai.id/jalandamai.id. atau blog dan tweeter @sahabatmenulis.wordpress.com. Penulis juga sebagai peneliti, kontributor dan PK III di STIBA,
[2] Pada tahun 2009, perguruan tinggi di Pemekasan berjumlah 7 kampus. Ensiklopisi Pamekasan, Alam,Masyarakat, dan Budaya. (Pamekasan, 2010), hlm. 26. Data tersebut merupakan data sementara, dan setiap tahun terus berkembang sesuai dengan kebutuhan.
[3] Ensiklopisi Pamekasan, Alam,Masyarakat, dan Budaya. (Pamekasan, 2010), hlm. 19.
[4] Ibid. 23.
[5]Jumlah tersebut belum termasuk profesi lain dengan keahlian masing-masing yang mensyaratkan untuk memiliki gelar minimal D-IV. Misal, dokter, perawat, ustadz, dosen, dan pegawai kantor. Tentunya semua pegawai sudah mengenyam pendidikan minimal D-IV dan atau S1.
[6] Walau tidak menyebutkan data secara rinci, minimal data di atas menunjukkan bahwa pemekasan sebagai kota pendidikan harus mendapat aprisiasi dari berbagai pihak dengan meningkatkan sumberdaya manusia agar lebih produktif. Ensiklopisi Pamekasan, Alam,Masyarakat, dan Budaya. (Pamekasan, 2010), hlm. 26-27. Tetapi data yang diposkan di linkhttp://moslemwiki.com/Pesantren_di_Kota_Pamekasan hanya berjumlah 278 pesantren.
[7] Analisis sementara, untuk data yang lebih lengkap dapat diteliti lebih jauh tentang penyelewangan wawanang. https://nusantaranews.wordpress.com/2009/07/02/5-fakta-fakta-penyelewangan-dana-bos-ironi-sekolah-gratis/ diakses pada hari selasa tanggal 11-2016
https://sahabatmenulis.wordpress.com/2016/10/24/pamekasan-dalam-kacamata-pendidikan-nasional/(data-diakses-08-12-2016)
24 Oktober 2016 by sahabatmenulis oleh: Samsul AR
Nurullah blogerJumat, 20 Mei 2011
PAMEKASAN (PENGEMBANGAN WILAYAH)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah merupakan suatu daerah dimana terdapat hubungan-hubungan antara faktor-faktor
alamiah dan makhluk hidup yang menciptakan suatu yang khas pada daerah tersebut. Manusia
sebagai unsur dari wilayah mempunyai sifat yang selalu ingin memenuhi kebutuhannya dengan
memberdayakan faktor-faktor alam di sekitarnya. Untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak
terbatas manusia melakukan pengembangan terhadap wilayah yang mereka tempati. Pada
hakekatnya pengembangan (development) merupakan upaya untuk memberi nilai tambah dari apa
yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas hidup. Dalam melakukan pengembangan wilayah,
manusia harus memperhatikan sumber daya yang ada pada wilayah tersebut baik SDA maupun
SDM-nya. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut akan terbayangkan suatu bentuk pengembangan
yang sesuai pada suatu wilayah, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Dalam melakukan
pengembangan suatu wilayah terdapat lima aspek yang harus dipegang, aspek tersebut yaitu aspek
ruang, aspek fisik, aspek sosial budaya, aspek sosial ekonomi, dan aspek sosial politik.
Kabupaten Pamekasan memiliki potensi sumberdaya alam yang masih baik di sektor
pertanian, perikanan, peternakan, perindustrian, perdagangan dan jasa.sektor-sektor tersebut
sangat penting fungsinya karena merupakan modal dasar untuk kelangsungan pengembangan
wilayah, terutama dalam era otornomi daerah seperti saat ini. Dalam rangaka otonomi dareah maka
sumber daya yang ada harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya, tidak boleh dieksploitasi secara
berlebih, dan harus dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama.
Dalam rangka menunjang otonomi daerah lebih jauh, diperlukan perencanaan pengembangan
wilayah, yang didahului oleh proses identifikasi potensi-potensi yang dapat dikembangkan dan
dikelola untuk menunjang kemakmuran daearah. Potensi-potensi tersebut, dapat teridentifikasi
pada lima aspek yang berfungsi sebagai pilar pengembangan wilayah di daerah tersebut seperti,
aspek ruang, aspek fisik geologis, aspek sosio ekonomi, aspek sosio budaya, dan aspek sosio politik.
Melalui makalah ini, penulis berusaha mengidentifikasi segala potensi yang terkandung dalam
lima aspek pengembangan wilayah yang ada di Kabupaten Pamekasan, sehingga diharapkan
pengembangan wilayah Kabupaten Pamekasan kedepan, dapat disesuiakan dengan potensi-potensi
yang dimiliki.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah, dijabarkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Aspek pengembangan wilayah apa saja yang terdapat di Kabupaten Pamekasan?
2. Bagaimana Pengembangan wilayah Kabupaten Pamekasan?
3. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi, serta solusi yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah
Kabupaten Pamekasan dalam upaya pengembangan daerah?
1.3 Tujuan Pembahasan
Berdasarkan Rumusan masalah di atas, dijabarkan Tujuan pembahasan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Aspek pengembangan wilayah apa saja yang terdapat di Kabupaten Pamekasan
2. Untuk mengetahui Pengembangan wilayah Kabupaten Pamekasan
3. Untuk mengetahui Masalah-masalah apa saja yang dihadapi, serta solusi yang perlu dilakukan oleh
pemerintah daerah Kabupaten Pamekasan dalam upaya pengembangan daerah
BAB II
ASPEK PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN PAMEKASAN
2.1. Lima Aspek Pengembangan Wilayah
Kabupaten Pamekasan, terletak di Pulau Madura yang merupakan bagian dari Provinsi
Jawa Timur dengan posisi geografis antara 6o51' – 7o13' LS dan 113o19'-113o58' BT. Batas-batas
daerahnya meliputi Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Sumenep di sebelah timur, Selat Madura
di sebelah selatan, serta Kabupaten Sampang di sebelah barat.
Peta Kabupaten Pamekasan
Sebagaimana daerah lain di Indonasia, Kabupaten Pamekasan juga berupaya
mengembangkan daerahnya agar kesejahteraan rakyat dapat tercapai. Dalam upaya pengembangan
daerah, terdapat lima pilar pengembangan wilayah yang perlu dikaji. Lima aspek pengembangan
wilayah beserta segala potensi yang dimiliki oleh kabupaten Pamekasan, akan dibahas pada poin
berikut:
2.1.1. Aspek ruang
Aspek ruang merupakan salah satu pilar pengembangan wilayah, sebab aspek ruang
memiliki dua factor utama yang dapat dijadikan dasar dalam kegiatan perencanaan tata ruang
wilayah. Dua factor aspek ruang tersebut adalah, tata guna lahan dan keterjangkauan antar wilayah
pada suatu daerah. Di bawah ini, akan dijelaskan mengenai aspek ruang yang terdapat di wilayah
Kabupaten Pamekasan.
2.1.1.1. Tata Guna Lahan
Pola penggunaan lahan di Kabupaten Pamekasan, sebagian besar dipengaruhi oleh
kondisi topografi daerahnya yang bergelombang, dimana penggunaan lahan untuk permukiman,
pusat layanan pemerintah, dan perdagangan, cenderung memusat di bagian selatan sepanjang jalan
utama, mulai dari wilayah Kecamatan pamekasan, Proppo, Larangan, Pademawu, dan Galis. Pola
penggunaan lahan lainnya sebagai wilayah lahan usaha yaitu berupa sawah, tegalan hutan produksi
dan tambak/penggaraman, dimana untuk lokasi tambak/penggaraman sesuai dengan kondisi ruang
yang ada di Kecamatan Tlanakan, Pademawu, dan Galis dengan luas lahan ± 2.095 Ha. Di wilayah
bagian barat dominan penggunaan lahannya untuk tegalan, sedangkan di wilayah kabupaten
pamekasan bagian tengah (Kecamatan Palengaan, Pegantenan, Pakong, dan Kadur) permukiman
penduduk menyebar secara sporadic ke wilayah-wilayah yang dekat dengan lahan usaha mereka. Di
bagian utara permukiman penduduk tidak berbeda dengan di bagian tengah hanya saja, di sepanjang
jalan utama daerah pessir perkembangannya lebih pesat. Wilayah bagian timur merupakan daerah
dataran tinggi dengan kondisi lahannya banyak yang kritis, sehingga pemanfaatan lahannya kurang
maksimal. Berikut ini disajikan table penggunaan lahan wilayah Kabupaten pamekasan:
No Penggunaan TanahLuas Lahan yang
Digunakan (Ha)
1. Pemukiman/Perkampungan 11.524,10
2. Kuburan 268,90
3. Jasa Perdagangan 26,30
4. Industri Pertanian 92,40
5. Tambang 9,00
6. Sawah/Pertanian
Irigasi 1.386,00
Semi Irigasi 5.213,03
Tadah Hujan 8.569,00
7. Tegalan 32.966,34
8. Hutan Sejenis 1.158,00
9. Tambak Garam 2.096,50
10. Tanah Tandus/Rusak 15.920,43
Jumlah 79.230,00
Sumber: BPS Kabupaten Pamekasan
Berdasarkan data penggunaan lahan Kabupaten Pamekasan pada tebel di atas, terlihat
bahwa penggunaan lahan tegalan menempati posisi tertinggi bahkan lebih besar dari pada
penggunaan lahan untuk pertanian, dengan nilai penggunaan lahan sebesar 32.966,34 Ha. Hal ini
dikarenakan kondisi lahan abupaten Pamekasan yang sebagian besar berupa lahan kritis yang kurang
cocok bagi pertumbuhan tanaman pertanian. Namun, berkat usaha gigih para petani pamekasan,
lahan pertanian yang minim ini dapat menghsilkan komoditi yang berkualitas dan memberiakan
tambahan penghasilan daerah yang cukup besar.
2.1.1.2. Keterjangkauan Wilayah
Dalam mengkaji keterjangkauan wilayah sangat ditentukan oleh sarana dan prasarana
seperti jalan dan alat transportasi yang terdapat di daerah tersebut. Sarana jalan di Kabupaten
Pamekasan mengalami perkembangan dari tahun-ketahun, hal ini dapat dilihat pada table berikut:
Perkembangan kondisi jalan di Kabupaten Pamekasan
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pamekasan
Kabupaten Pamekasan termasuk wilayah yang mempunyai perkembangan yang cukup pesat
terutama dalam 5 tahun terakhir ini, mengingat kedudukan dan peranannya dalam lingkup regional
Pulau Madura. Ditinjau dari aspek geografisnya, lokasi kabupaten pamekasan ini cukup strategis dan
menguntungkan karena terletak di tengah-tengah Pulau Madura dan sebagai transit dari kota
surabaya-Kabupaten Sumenep. Selain itu Kabupaten Pamekasan mempunyai akses yang cukup baik
ke wilayah-wilayah lain karena dilewati oleh jalan propinsi, tertuma Kabupaten Sumenep. Hal
tersebut sangat menunjang perkembangan wilayah Kabupaten Pamekasan terutama untuk
pengembangan perekonomian.
Di wilayah Pamekasan terdapat satu terminal induk yang terletak di Kecamatan Tlanakan.
Sedangkan untuk stasiun di Kabupaten Pamekasan terdapat di Kota Pamekasan, yang merupakan
stsiun peninggalan Belanda, dan sekarang sudah tidak berfungsi lagi, karena di Madura sudah tidak
memakai transportasi kereta Api. Kondsi jalan utama di Pamekasan, jika dibandingkan dengan kota-
kota lain di Jawa Timur, relative sepi karena Kabupaten Pamekasan terletak hampir di ujung Pulau
Madura yang jauh dari Surabaya sebagai ibu kota propinsi. Selain itu, di Pulau Madura, tidak
terdapat kawasan industry besar seperti di Surabaya, gresik dan sidoarjo, sehimgga jalan utama
kabupaten pamekasan tidak dilewati oleh kendaraan besar seperti truc container.
Kondisi jalan yang menghubungkan antar kecamatan dan desa di Kabupaten Pamekasan
sudah cukup baik, meskipun ada beberapa desa yang masih sulit di jangkau karena fasilitas jalannya
rusak atau keberadaan desa tersebut terpencil di sekitar lereng bukit yang terjal. Untuk
menghubungkan antar wilayah di Kabupaten pamekasan, terdapat sarana transportasi diantaranya
adalah, becak, ojek, lyn, delman, angkutan pedesaan, dan mobil bison.
2.1.2. Aspek Fisik Geologis
Aspek fisik dan geologis suatu wilayah, sangat berpengaruh terhadap pola keruangan
serta pengembangan perekonomian wilayah tersebut. Oleh sebab itu, aspek fisik dan geologis
dijadikan salah satu dasar pertimbangan dalam sebuah perencanaan tata ruang wilayah dan
pembangunan daerah. Factor-aktor yang perlu dikaji dalam aspek fisik dan geologis suatu
wilayah adalah, topografi, struktur geologis, jenis tanah, iklim, serta kondisi hidrologi daerah
tersebut. Gambaran aspek fisik dan geoogis wilayah Kabupaten Pamekasan adalah sebagai berikut:
2.1.2.1. Topografi
Secara umum Kabupaten Pamekasan yang memiliki luas wilayah ± 792,30 Km2,
merupakan daerah dataran rendah pada bagian selatan dan utara, serta dataran tinggi pada bagian
tengah. Di bagian utara mencakup Kecamatan Batumarmar dengan ketinggian 0 – 100 meter dan
sebagian mencapai ketinggian 250 meter di atas permukaan laut. Pada bagian selatan wilayahnya
relatif lebih datar, yang meliputi Kecamatan Tlanakan, Pademawu, dan Pamekasan, dengan
ketinggian ± 50 meter di atas permukaan laut, kecuali di bagian barat daya yang meliputi wilayah
Kecamatan Proppo sebagian wilayah Kecamatan Tlanakan ketinggiannya mencapai 250 meter di atas
permukaan laut. Pada wilayah bagian tengah, merupakan perbukitan atau dataran tinggi dengan
ketinggian hingga 477 meter di atas permukaan laut. Pembagian luas wilayah Kabupaten Pamekasan
berdasarkan ketinggian dan kelerengan disajikan ada table berikut:
LUAS DAERAH MENURUT KETINGGIAN
NOKETINGGIAN TEMPAT
L U A S
Ha %
1.
2.
3.
0 - 100 M
101 - 500 M
501 - 1000 M
39.608
39.622
-
49.99
50.01
-
JUMLAH 79.230 100.00
LUAS DAERAH MENURUT KELERENGAN
Ditinjau dari
topografinya, wilayah
Kabupaten Pamekasan
terdiri atas tiga macam
yaitu, wilayah datar/rata,
berglombang/perbukitan,
dan daerah pantai.
Topografi, sangat
NO KLASIFIKASI KELERENGANL U A S
Ha %
1.
2.
3.
4.
0 - 2 %.
2 - 15 %
15 - 25 % dan 25 – 40 %
> 40 %
23.263
36.690
16.431
2.742
29,4
46,3
20,8
3,5
JUMLAH 79.230 100.00
berperanlam menentukan potensi pengembangan lahan atau ruang pada suatu wilayah, dimana
klasifikasi kelerengan di Kabupaten Pamekasan terbagi atas:
Kelerengan 0 - 2% meliputi wilayah seluas 23.263 Ha atau 29,4% dari luas wilayah Kabupaten
Pamekasan secara keseluruhan, kecuali daerah genangan air. Pada wilayah ini sangat berpotensi
untuk pertanian tanaman semusim.
Kelerengan 2 - 15% meliputi wilayah seluas 36.690 Ha atau 46,3% dari luas wilayah Kabupaten
Pamekasan secara keseluruhan. Wilayah ini berpotensi sebagai lahan pertanian dengan tetap
mempertahankan usaha pengawetan tanah dan air.
Kelerengan 15 - 25% dan 25 - 40% meliputi wilayah seluas 16.431 Ha atau 20,8% dari luas wilayah
Kabupaten Pamekasan secara keseluruhan. Wilayah ini berpotensi sebagai kawasan budidaya
tanaman keras/tanaman tahunan, karena wilayah tersebut mudah terkena erosi.
Kelerengan > 40% meliputi wilayah seluas 2.742 Ha atau 3,5% dari luas wilayah Kabupaten Pamekasan
secara keseluru. Wilayah ini berpotensi sebagai daerah hutan, yang dapat berfungsi sebagai
perlindungan hidrologis serta menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan hidup.
2.1.2.2. Struktur Geologis
Struktur Geologi yang dimiliki oleh wilayah Kabupaten Pamekasan terdiri atas Holosen
Alluvium, Pliosen Limestone Facies, Miosen Sendimentary Facies, Cleiston Clay Sedementary. Di
bawah ini disajikan data klasifikasi luas wilayah Kabupaten Pamekasan, berdasrkan struktur
batuan/geologinya.
LUAS WILAYAH KABUPATEN PAMEKASAN BERDASARKAN STRUKTUR BATUAN/GEOLOGI
NO KALA PEMBENTUKAN BATUAN PEMBENTUKLUAS
HA %
1.
2.
3.
4.
Holosen
Pilosen
Miosen
Cleiston
Alluvium
Limastone Facies
Sedimentary Facies
Clay sedimentary
17.689
23.411
33.768
4.362
22,33
29,55
42,62
5,50
JUMLAH 79.230 100,00
Dari data di atas, terlihat bahwa lapisan batuan sedimen mendominasi hamper separuh
luas wilayah Kabupaten Pamekasan, ini menandakan bahwa sebagian besar lapisan tanah di
Pamekasan telah mengalami erosi dan sedimentasi, dimana pada peristiwa erosi dan sedimentasi,
biasaynya disertai pembalikan horizon tanah, sehingga dengan struktur yang demikian bisa
dikatakan tanahnya berumur muda dan kurang cocok untu pertanian. Hal ini diperparah oleh
kondiosi struktur batuan induk Madura secara keseluruhan yang terbentuk oleh batuan gamping
atau kapur yang bersifat basa dan kurang baik bagi pertmbuhan tanaman. Namun pada kenyataanya
tanah di Pamekasan tergolong subur karena masih terdapat batuan pembentuk alluvium yang cukup
banyak, dimana batuan tersebut kaya akan mineral dan unsur hara yang diperlukan bagi
pertumbuhan tanaman.
2.1.2.3. Jenis Tanah
Jenis tanah berhubungan denagan kepekaan terhadap erosi, dimana tanah di
Pamekasan dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan kepekaannya terhadap erosi. Klasifikasi
jenis tanah tersebut adalah:
Sementara berdasarkan luasan wialahnya, jenis tanah di Kabupaten Pamekasan
dklasifikasikan sebagai berikut:
LUAS DAERAH BERDASARKAN KLASIFIKASI TEKSTUR TANAH
NO. KLASIFIKASI TEKSTUR TANAHLUAS
HA %
1. Alluvial Hidromor 4.538 5,73
Kelas Jenis tanah Tingkat kepekaan
IAlluvial, tanah Glei, Planosal, hidromorf kelabu,
latorik air tanahTidak peka
II Latosol Kurang peka
III Brown forest soil, Noncolcic brown, mediteran Agak peka
IV Andosol, Loterik, Grumosol, Potsol, Podsolik Peka
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Alluvial Kelabu Kuningan
Asosiasi Kelabu dan Planosol Coklat Kelabu
Komplek Brown Forent Soil Litosol dan Mediteran
Grumosol Kelabu
Komplek Grumosol Kelabu dan Litosol
Mediteran Merah dan Litosol
Komplek Mediteran Grumosol
6.707
3.200
17.942
1.267
3.662
18.517
23.397
8,47
4,00
22,66
1,61
4,62
32,37
29,54
JUMLAH 79.230 100,00
Dari data pada table diatas terlihat bahwa jenis tanah di wilayah Kabupaten Pamekasan
didominasi oleh grumosol, ynag kepekaan terhadap erosinya tinggi. Selain grumosol, Kabupaten
Pamekasan memiliki karakteristik dan kandungan tanah yang terdiri dari tanah aluvial. Tanah ini
berkembang dari bahan induk yang berupa endapan liat (cetay) dan endapan liat yang bercampur
pasir. Ciri yang paling menonjol adalah tanahnya berlapis-lapis dengan tingkat kesuburan yang relatif
tinggi. Kandungan tanah lainnya adalah tanah litosol yang berbahan induk berupa batu kapur, batu
pasir, campuran batu endapan tuf, batuan vulakan dan campuran batu kapur. Tanah ini belum
mengalami perkembangan, sehingga dianggap sebagai tanah yang paling muda. Kandungan lainnya
adalah tanah regosol dan tanah mediteran.
2.1.2.4. Iklim
Menurut kalsifikasi iklim oleh Koppen Kabupaten Pamekasan tergolong iklim Aw yaitu,
iklim tropis, basah dan kering curah hujan yang jelas, sekurang-kurangnya satu bulan < 60 mm (2,4
inch). Sedangkan menurut klasifikasi iklim menurut Oldeman, yang didasarkan atas bulan basah dan
bulan kering untuk membantu usaha pertanian terutama padi, Kabupaten Pamekasan tergolong
iklim D yang berarti, secara umum tergolong daerah kering. Berikut ini disajikan data curah hujan
Kabupaten Pamekasan:
Jumlah Curah Hujan Maksimal dan Hari Hujan Serta Rata-rata Curah Hujan Per Bulan Tahun 2007
BulanCurah Hujan Maksimal
(mm)Hari Hujan
Rata-rata
Curah Hujan
1 Januari 398 65 210
2 Pebruari 793 185 300
3 Maret 668 192 271
4 April 583 154 198
5 Mei 286 57 151
6 Juni 442 69 182
7 Juli 273 32 132
8 Agustus 33 6 30
9 September - - -
10 Oktober 424 21 241
11 Nopember 372 73 159
12 Desember 810 208 241
Jumlah 5.082 1.062 2.115
Sumber Dinas Pengairan Kabupaten Pamekasan
Jenis Musim dan temperature rata-rata
Jenis Musim o Penghujan
o Kemarau
: Oktober - April
: April - Oktober
Temperatur Rata-Rata Maximum
Minimum
: 300 C
: 280 C
Iklim menyangkut curah hujan dalam kaitannya dengan erosi. Curah hujan di Kabupaten
Pamekasan rata-rata termasuk dalam kelas I yaitu dibawah 13,6 mm/hari. Untuk lebih jelasnya lihat
tabel berikut:
Kelas Intensitas Hujan Klasifikasi
I < 13,6 mm/hari Sangat rendah
II 13,6 - 20,7 mm/hari Rendah
III 20,7 – 27,7 mm/hari Sedang
IV 27,7 – 34,8 mm/hari Tinggi
V > 34,8 mm/hari Sangat tinggi
2.1.2.5. Kondisi hidrologi
Melihat dari kondisi curah hujan rata-rata Wilayah kabupaten Pamekasan yang
tergolong sangat rendah, maka dapat dipastikan sebagian besar wialayah Pamekasan mengalami
defisit air. Table di bawah ini, menggambarkan jumlah sungai dan mata air yang terdapat di wilayah
Kabupaten Pamekasan.
Jumlah Sungai Di Kabupaten Pamekasan
No. Kecamatan Jumlah Sungai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Tlanakan
Pademawu
Galis
Larangan
Pamekasan
Proppo
Palengaan
Pegantenan
Kadur
Pakong
Waru
Batumarmar
Pasean
6
13
4
20
2
5
4
2
1
1
2
8
1
Total 69
Sumber Data : Dinas Pengairan Kabupaten Pamekasan
Jumlah Sumber / Mata Air Di Kabupaten Pamekasan
No. KecamatanSumber/Mata Air
Jumlah Areal (Ha)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Tlanakan
Pademawu
Galis
Larangan
Pamekasan
Proppo
Palengaan
Pegantenan
Kadur
Pakong
Waru
Batumarmar
Pasean
1
1
-
3
1
-
2
6
1
18
2
1
4
2
6
-
281
5
-
10
260
10
1.257
105
15
138
Total 40 2.089
Sumber Data : Dinas Pengairan Kabupaten Pamekasan
Dari data pada table tersebut diketahui bahwa, jumlah sungai terbanyak dimiliki oleh
Kecamatan larangan, dengan jumlah sungai sebnyak 20 buah. Namun meskipun memiiki banyak
sungai Kecamatan larangan hanya memilki tiga mata air, hal ini dikarenakan letak Kecamatan
larangan yang dekat dengan laut, sehingga sebagian besar air tanah di daerah ini terasa asin dan
tidak layak untuk dikonsumsi akibat intrusi air laut. Berbeda dengan Kecamatan pakong yang
memiliki jumlah sungai sedikit, tetapi mata airnya melimpah bahkan menduduki peringkat terbanyak
se-Kabupaten Pamekasan, hal ini dikarenakan pakong terletak di daerah perbukitan yang jauh dari
laut dan di wilayah ini masih terdapat banyak daerah resapan air dengan vegetasi yang rimbun. Lain
halnya dengan Kecamatan pamekasan selain jumlah sungainya sedikit, jumlah mata airnya juga
sedikit, hal ini dipengaruhi oleh kondisi geologis kecamatan pamekasan yang sebagian besar
tersusun oleh lempung yang sulit untuk menyerap air, kondisi tersebut diperparah oleh
berkurangnya daerah resapan air akibat semakin padatnya daerah permukiman.
2..1.3. Aspek Sosio-Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pamekasan, sangat dipengaruhi oleh 3 sektor utama,
yaitu pertanian, jasa, dan perdagangan. Pada tahun 2001 pertumbuhan ekonominya mencapai 1,59
% yang disumbangkan oleh sektor pertanian (52,48 %), jasa (19,147 %), dan perdagangan (9,35 %).:
Berikut ini data mengenai perekonomian Kabupaten Pamekasan.
a. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ), Pendapatan Perkapita, Pertumbuhan
Ekonomi
b.
Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan IHK
C.Jumlah
dan
Prosentase Penduduk Miskin Menurut Kecamatan Tahun
NO. U R A I A N SATUAN 2006 2007 2008
1. PDRB ADHB Juta Rp. 2.962.126,26 3.332.240,11 3.609.214,24
2. PDRB ADHK Th. 2000 Juta Rp. 1.694.484,13 1.775.107,44 1.869.012,51
3.Pendapatan Perkapita
ADHBRupiah 3.262.750,60 3.615.911,64 3.852.036,72
4. Pendapatan Perkapita Rupiah 1.866.456,27 1.926.221,23 1.994.757,40
NO. U R A I A N SATUAN 2006 2007 2008
1.
Pertumbuhan
Ekonomi
Atas Dasar Harga
Konstan
Tahun 2000
Prosen 4,52 4,76 4,44
2. Inflasi Prosen 9,74 7,39 7,38
3.Indeks Harga
Konsumen (IHK)%
2007
Berdasarkan data pada table diatas, terlihat bahwa pendapatan per kapita Kabupaten
Pamekasan pada tahun 2007 lebih tinggi dibanding tahun 2006. Pada tahun 2006 pendapatan per
kapita mencapai Rp.3.262.750,60 sedang tahun 2007 meningkat menjadi Rp.3.615.911,64.
prosentase kenaikan pendapatan per kapita tahun 2007 ternyata juga lebih besar dibanding
prosentase pertumbuhan penduduknya serta laju inflasi tahun 2007. Selain itu perkembangan angka
pendapatan per kapita sejak tahun 2000 hingga 2007 juga lebih tinggi dibanding perkembangan
indeks implicit serta laju pertumbuhan penduduk pada periode tahun yang sama. Artinya secara
makro, pertumbuhan ekonomi masih diimbangi dengan pengendalian harga barang dan jasa serta
laju pertumbuhan penduduk.
2.1.3. Aspek Sosial Budaya
Kabupaten Pamekasan memiliki jumlah penduduk sebanyak 795.801 jiwa, yang terdiri dari jumlah
penduduk laki-laki sebesar 393.306 jiwa, dan penduduk perempuan sebanyak 402.495 jiwa
dengan kepadatan wilyah sebesar 1004 jiwa/km2 (data Pamekasan dalam angka tahun 2007).
No. KecamatanJumlah Penduduk (jiwa) Prosentase
Penduduk Miskin (%)Total Miskin
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Tlanakan
Pademawu
Galis
Larangan
Pamekasan
Proppo
Palengaan
Pegantenan
Kadur
Pakong
Waru
Batumarmar
Pasean
56.573
71.965
28.770
50.229
85.378
76.257
87.242
64.609
47.008
33.442
66.165
69.602
55.561
32.204
28.642
9.030
21.408
24.101
57.005
31.582
37.759
21.347
14.171
39.638
35.897
24.869
54,06
39,80
31,39
42,62
28,23
74,75
36,20
58,44
45,41
42,37
59,91
51,57
44,76
Jumlah 795.801 377.653 47,46
Mayoritas penduduk yang tinggal di Kabupaten Pamekasan adalah suku Madura serta sisanya adalah
suku Jawa, dan masyarakat keturunan asing seperti, Cina, Arab, dan India. Agama yang dianut oleh
Penduduk Pamekasan, antara lain adalah Islam senyak 765.565 orang, Protestan sebanyak1.482
orang, katolik sebanyak 1.285 orang, Hindu sebanyak 28 orang, Budha sebanyak322 orang, dan
agama lain sebesar 49 orang.
Masyarakat Pamekasan, sebagaimana masyarakat Madura pada umumnya, merupakan pemeluk
agama Islam yang taat. Kehidupan mereka selalu diwarnai dengan keadaan yang serba religius.
Kondisi ini ditunjukkan dengan banyaknya tempat-tempat ibadah dan pendidikan agama Islam.
Sekalipun demikian, penduduk Pamekasan yang mayoritas pemeluk agama Islam, tetapi di
Pamekasan juga ada Gereja, Wihara dan Pura dalam arti pemeluk agama lain cukup leluasa untuk
menunaikan ibadahnya. Keadaan ini memberi dampak yang positif terhadap kehidupan keagamaan
karena mereka saling hormat-menghormati dan menghargai satu dengan lainnya.
Selain di bidang keagamaan, social budaya masyarakat Pamekasan Nampak dari aneka
kesenian daearh yang mereka miliki. Seni budaya Madura yang berkembang di wilayah kabupaten
Pamekasan diantaranya adalah:
Kesenian yang terdapat di Kabupaten Pamekasan
NO. KESENIAN JENIS
1.Seni Tari Tari Topeng Getak, Tari Ronding/Baris/Kencak, Tari Macan
Macanan dan Tari Kreasi
2. Seni Suara Macopat, Samman, Pojian, Danggak, Hadrah dan Samroh
3.Seni Musik Karawitan, Orkes Melayu, Orkes Gambus, Thuk-Thuk/Daul,
Ngok-Ngok, Band dan Marcing Band
4. Seni Bela Diri Pencak Silat, Karate dan Tenaga Dalam
Sumber Data : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pamekasan
Ditinjau dari segi kesehatan, masyarakat Pamkasan sudah cukup memproleh layanan
kesehatan, hal ini ditunjukkan dalam data tabel berikut:
Jumlah Fasilitas Kesehatan menurut Kecamatan Tahun 2007
No Kecamatan RSUD RS. RS. Puskes- Puskes- Puskemas Pos Polin
Khusus Swasta masmas
PembantuKeliling yandu des
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Tlanakan
Pademawu
Galis
Larangan
Pamekasan
Proppo
Palengaan
Pegantenan
Pakong
Kadur
Waru
Pasean
Batumarmar
Dinkesda
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
2
1
2
2
2
1
2
1
1
2
1
1
-
4
4
2
2
6
6
5
4
2
4
2
3
4
-
3
3
2
2
3
2
1
2
1
2
3
2
2
2
63
85
32
57
93
62
68
58
41
36
51
41
66
-
14
17
8
14
5
22
10
12
11
9
14
11
12
-
Jumlah 1 - 1 20 48 30 753 159
Sumber Data : Dinas Kesehatan Kab. Pamekasan
Jumlah Dokter dan Paramedis per Kecamatan Tahun 2007
NO KECAMATAND O K T E R PAMAMEDIS
UMUM GIGI SPESIALIS PERAWAT BIDAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Tlanakan
Pademawu
Galis
Larangan
Pamekasan
Proppo
Palengaan
Pegantenan
Pakong
Kadur
4
3
1
3
2
1
2
2
2
1
1
2
1
1
2
1
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
9
9
5
11
13
9
7
8
6
6
20
22
11
17
18
28
17
17
13
11
11.
12.
13.
14.
Waru
Pasean
Batumarmar
Dinkesda
4
2
2
3
1
1
1
-
-
-
-
-
14
10
14
6
16
13
14
5
Jumlah 32 12 - 127 222
Sumber Data : Dinas Kesehatan Kab. Pamekasan
Jumlah Kamar, Tempat Tidur dan Rawat Inap di Kecamatan Tahun 2007
NO PUSKESMAS KAMAR TEMPAT TIDUR RAWAT INAP
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Tlanakan
Pademawu
Galis
Larangan
Pamekasan
Proppo
Palengaan
Pegantenan
Pakong
Kadur
Waru
Pasean
Batumarmar
6
-
1
4
-
-
3
-
-
-
3
4
2
13
-
5
7
-
10
6
8
-
-
17
10
10
2
-
1
2
-
-
1
1
1
-
2
1
1
Sumber Data : Dinas Kesehatan Kab. Pamekasan
Berdasarkan data pelayanan kesehatan pada table di atas, pelayanan kesehatan di kabupaten
Pamekasan sudah cukup baik, meskipun masih ada beberapa kecamatan di wilayah Kabupaten
Pamekasan yang sarana pelanan kesehatannya kurang memadai, baik dari segi kuantitas maupun
kualitas. Biasanya untuk penanganan kasus operasi besar yang melibatkan beberapa dokter ahli,
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pamekasan, tidak sanggup menangan, sehingga pasien terpaksa
dirujuk ke rumah sakit swasta maupun negeri di kota Surabaya yang fasilitasnya kesehatannya lebih
memadai.
Kondisi social Budaya Pamekasan yang menyangkut tingkah laku atau perbuatan dalam
kehidupan sehari-hari lebih diengaruhi oleh factor pendidikan, berikut ini disajikan gambaran kondisi
pendidikan yang terdapat di kabupaten Pamekasan.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
NO TINGKAT PENDIDIKAN SATUANTAHUN 2007
LAKI-LAKI PEREMPUAN
1
2
3
4
5
6
7
Tidak Tamat SD
S D
S M P
S M A / SMK
D.1 + D2
D.3
S.1, S2, S3
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
Orang
77.145
127.721
47.126
31.524
3.254
1.937
5.115
117.392
117.342
34.156
20.570
2.229
834
2.812
JUMLAH 287.822 295.335
Sumber Data : Dinas Pendidikan Kabupaten Pamekasan
Rasio Jumlah Guru dan Murid
NO. NAMA SEKOLAHJUMLAH
GURU
JUMLAH
MURID
RASIO GURU
DAN MURID
1. T K 870 8.627 1 : 10
2. SD / MI 4.974 78.312 1 : 16
3. SMTP / Sederajat 2.061 18.699 1 : 09
4. SMTA / Sederajat 1.033 11.940 1 : 12
5. S L B 16 55 1 : 03
JUMLAH 8.954 117.633 1; 13
Sumber Data : Dinas Pendidikan Kabupaten Pamekasan
JUMLAH PENDUDUK BUTA AKSARA
No. KecamatanJumlah Penduduk (jiwa) Prosentase
Penduduk Buta
AksaraTotal Buta Aksara
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Tlanakan
Pademawu
Galis
Larangan
Pamekasan
Proppo
Palengaan
Pegantenan
Kadur
Pakong
Waru
Batumarmar
Pasean
59.573
71.965
28.770
50.229
85.378
76.257
87.242
64.609
47.008
33.442
66.165
69.602
55.561
744
1.387
20
880
-
416
1.625
600
2.009
2.199
1.594
1.430
1.786
1,25
1,93
0,07
1,75
-
0,55
1,86
0,93
4,27
6,58
2,41
2,05
3,21
Total 795.801 14.690 1,85
Sumber Data : Dinas Pendidikan Kabupaten Pamekasan
Table data pendidikan kabupaten pamekasan tersebut, menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan masayarakat Pamekasan, terutama yang tinggal di daearah pedesaan masih relative
rendah, hal ini dipengaruhi oleh adanya pandangan terhadap bahwa pendidikan tidak menjamin
seseorang menjadi sukses dan kaya.Hal ini berpengaruh terhadap pola tingkah laku mereka dalam
kehidupan bermasyarakat, dimana budaya kekerasan seperti carok masih kerap digunakan oleh
masyarakat pedesaan, terutama jika mereka merasa tersinggung karena harga dirinya dilecehkan.
2.1.4. Aspek Sosio Politik
Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu kabupaten di wilayah Propinsi Jawa Timur, yang
terletak di Pulau Madura. Secara administratif wilayahKabupaten Pamekasan yang seluas 79.230 Ha,
terbagi menjadi 13 kecamatan yang meliputi 189 desa/kelurahan.. Kabupaten Pamekasan dipimpin
oleh seorang Bupati, dimana Bupati dipilih secara langsung oleh masyarakat Kabupaten Pamekasan.
Kabupaten Pamekasan memiliki tiga lembaga yang saling bekerja sama dalam pemerintahan yaitu
lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Namun, dalam kebijakan pengembangan wilayah
Kabupaten Pamekasan, lembaga legislatif dan eksekutif sangat lebih berpengaruh daripada lembaga
yudikatif.
Setelah masa pemerintahan orde lama lengser, dunia politik di Pamekasan cenderung
dipengaruhi oleh para ulama dan pesantren yang sebagian besar berhalauan Nahdlatul Ulana (NU),
hal ini berdampak pada kondisi politik di Kabupaten Pamekasan yang didominasi oleh organisasi
atau partai politik yang berlandaskan islam NU. Kenyataan ini dapat dilihat dari komposisi lembaga
legislatif dan legeslatif di Kabupaten Pamekasan yang lebih didominasi oleh wakil rakyat dari parpol
islam NU seperti PKB dan PPP.
BAB III
PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN PAMEKASAN
Menyongsong era otonomi daerah, pemerintah Kabupaten Pamekasan, telah berupaya
melakukan pengembangan wilayah guna mencapai kemakmuran serta kesejahteraan
masyarakatnya. Upaya pengembangan wilayah yang dilakukan didasarkan pada lima aspek/pilar
pengembangan wilayah yang ada di Kabupaten Pamekasan, kemudian di tentukan potensi-potensi
apa yang cocok untuk dikembangkan pada masing-masing wilaytah Kabupaten Pamekasan. Dalam
rangka pemgembangan potensi daerah tersebut, Pemerintah daerah Kabupaten Pamekasan,
membagi wilayah pengembangan kedalam tiga Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) menurut letak
dan potensi wilayah tersebut. Tiga SWP yang terdapat di Kabupaten Pamekasan diantaranya adalah,
SWP bagian selatan meliputi, Kecamatan Pamekasan sebagai Pusat pengembangannya, Kecamatan
Pademawu, Tlanakan, Galis, Proppo, dan Larangan, SWP bagian tengah meliputi, kecamatan pakong
sebagai pusat pengembangannya, Kecamatan Kadur, Pegantenan, dan Palengaan, serta SWP bagian
utara meliputi, Kecamatan Waru sebagai pusat pengembangannya, Kecamatan Pasean, dan
Batumarmar.
3.1. Pengembangan Wilayah Kabupaten Pamekasan
Satuan wilayah pengembangan yang terdapat di kabupaten Pamekasan, dikembangkan
berdasarkan potensi daerahnya masing-masing yaitu, SWP bagian selatan dikhususkan bagi
pengembangan daerah pertanian, perkebunan, daerah permukiman, daerah wisata alam dan
budaya, dan perikanan, SWP bagian tengah dikhususkan bagi pengembangan daerah pertanian,
agrowisata, permukiman, dan pertambangan, SWP bagian utara dikhususkan bagi pengembangan
daerah pertambangan, permukiman, dan perikanan. Secara garis besar pengembangan potensi
wilayah yang terdapat di Kabupaten pamekasan, digambarkan dalam penjelasan berikut;
3.1.1. Pengembangan Potensi Pertambangan
Berdasarkan kondisi geologisnya, kabupaten Pamekasan dapat dikatakan memiliki
sumberdaya alam dalam bentuk bahan tambang yang tak ternilai. Potensi bahan tambang yang
terdapat di Kabupaten Pamekasan diantaranya adalah; Minyak bumi, pasir kuarsa, Batu gamping,
lempung sedimen, Oker (limonit), gipsum dan fosfat. Selama ini, sector pertambangan yang telah
dikembangkan di Wilayah Kabupaten pamekasan hanya terbatas pada bahan tambang golongan C
seperti, bata kapur galian, batu gung, phospat,pasir kuarsa, dan kerikil. Kawasan pertambangan
tersebut tersebar hampir di seluruh kecamatan. Lokasi tambang yang paling menonjol yaitu di desa
Angsanah, Akkor dan Rekkerek Kecamatan Palengaan serta daerah pertambangan batu bata kapur di
Desa Blumbungan dan Pakong. Berikut ini, doisajikan data mengenai perkembangan sector
pertambangan di Kabupaten pamekasan;
a. Produksi Hasil Tambang Golongan C
NO. U R A I A N SATUAN 2004 2005 2006 2007 2008
1. Sirtu m3 - 6.931 229.000 229.000 229.000
2. Pasir Kuarsa m3 - 2.470 88.00 88.00 88.00
3. Batu Bata Merah Biji - 330.250 330.250 330.250 330.250
4. Batu Bata Putih Biji - 350.000 350.000 350.000 350.000
5. Phospat m3 - 2.220 2.220 2.220 2.220
6. Batu Kapur m3 - 613.000 281.000 281.000 281.000
7. Tanah Urug m3 - 113.000 113.000 113.000 113.000
8. Genteng m3 - 6.000 6.000 6.000 6.000
9. Batu Gunung m3 - 56.000 281.000 281.000 281.000
Keterangan : -) data Tersebut berdasarkan data sementara, Karena pendataan masih dalam
proses.
b. Luas Areal Tambang Golongan C
NO. U R A I A N SATUAN 2004 2005 2006 2007 2008
1. Sirtu m3 - 0.157 0.155 0.155 0.155
2. Pasir Kuarsa m3 - 92.456 92.456 92.456 92.456
3. Batu Bata Merah Biji - 37.00 39.00 39.00 39.00
4. Batu Bata Putih Biji - 193.00 129.70 129.70 129.70
5. Phospat m3 - 39.00 39.00 39.00 39.00
6. Batu Kapur m3 - 175.510 194.056 194.056 194.056
7. Tanah Urug m3 - 210.00 129.70 129.70 129.70
8. Genteng m3 - - - - -
9. Batu Gunung m3 - 0.155 0.155 0.155 0.155
Keterangan : -) data Tersebut berdasarkan data sementara, Karena pendataan masih dalam proses.
3.1.2. Pengembangan Kawasan Budidaya
Kawasan Budidaya merupkan kawasan yang kondisi fisik dan potensi sumber daya
alamnya dapat dan perlu dimanfaatkan untuk kepentingan produksi dalam rangka memenuhi
kebutuhan manusia dan pembangaunan. Secara umum kawaan budidaya dibedakan menjadi
kawasan budidaya tanaman musiman dan kawasan budidaya tanaman tahunan, dimana untuk
kawasan budidaya tanaman musiman meliputi areal sawah/pertanian, dan perkebunan.
Pengembangan kawasan budidaya tanaman tahunan yang sangat potensial di Kabupaten
PAmekasan Dalah, Kecamatan Pasean, Palengaan, dan Pegantenan, dimana untuk daerah Palengaan
tanaman tahunan yang potensial adalah tanaman konservasi seperti akasia dan jati. Untuk
pengembangan budidaya tanaman semusi wilayah yang memiliki potensi adalah Kecamatan
Pademawu, dan Proppo, karena areal wilayahnya paling luas dibandingkan dengan kecamatan yang
lainnya. Berikut ini dijelaskan mengenai pengembangan tanaman musiman yang terdapat di
Kabupaten pamekasan;
a. Pengembangan Potensi Pertanian
Kabupaten Pamekasan memiliki potensi di bidang pertanian. Luas areal Pertanian Kabupaten
Pamekasan keseluruhnya mencapai 74.467,167 Ha yang terdiri luas tegalan 62.013,769 Ha, sawah
irigrasi 6.649,5 Ha dan sawah tadah hujan 5.803,898 Ha. Pola penyebaran kawasan pertanian sawah
dan tegalan cenderung mengikuti pola system DAS yang ada. Areal persawahan, paling banyak
terdapat di Kecamatan Pademawu, Proppo, Pegantenan dan Palengaan, sedangkan kawasan tegalan
banyak terdapat di kecamatan Pamekasan, Pademawu dan Proppo. Secara umum pertanian di
Pamekasan dibagi menjadi dua sektor yaitu;
1. Sector pertanian tanaman pangan
Sector pertanian tanaman pangan cukup potensial untuk dikembangkan terutama pada
komoditas padi dan jagung, karena komoditas ini terdapat di.hampir semua kecamatan yang ada di.
Kabupaten Pamekasan. Sedangkan untuk jenis komoditi lainnya seperti kacang-kacangan ketela
pohon hanya kecamatan tertentu saja yang menghasilkan.
2.Sector pertanian holtikultura
Sector pertanian holtikultura yang potensial; dikembangkan di wilayah Kabupaten
pamekasan adalah tanaman buah-buahan mengingat kondisi fisik wlayah yang kurang cocok bagi
pengembangan tanaman sayur, kecuali di daerah tertentu yang sangat terbatas luasannya. Jenis
komoditas yang sudah cukup dikenal sampai ke luar daerah adalah mangga, dimana kkomoditas ini
terdapat di Kecamatan Galis, Proppo, Pegantenan, Batumarmar, Pasean, dan Waru. Selain itu, ada
komodotas durian yang kualitasnya tergolong bagus, yaitu di Kecamatan pegantenan, serta
komoditas jeruk di Kecamatan Larangan, namun produktivitasnya sedikit dan belum sampai ke luar
daerah, sehingga perlu upaya pengembangan lebih lanjut.
Tabel Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura yang dikembangkan di Kabupaten Pamekasan
NO. U R A I A N SATUAN 2004 2005 2006 2007 2008
1. Padi (GKG) Ton 104,456.80 105,379.00 105,379.10 105,379.10 105,379.10
2. Jagung Ton 91,431.60 97,848.00 97,848.00 97,848.00 97,848.00
3. Ubi Kayu Ton 47,696.70 64,213.80 64,212.80 64,212.80 64,212.80
4. Ubi Jalar Ton 1,288.70 1,341.20 1,341.20 1,341.20 1,341.20
5. Kedele Ton 858.20 911.40 911.40 911.40 911.40
6.Kacang
TanahTon 1,046.70 1,521.50 1,521.50 1,521.50 1,521.50
7.Kacang
HijauTon 2,569.80 2,713.20 2,713.20 2,713.20 2,713.20
8. Sorghum Ton 30.80 7.50 7.50 7.50 7.50
9.Sayur-
sayuranTon 12,096.90 24,304.30 24,304.30 24,304.30 24,304.30
10.Buah-
buahanTon 7,828.90 16,445.80 16,445.80 16,445.80 16,445.80
Sumber data : Dinas Pertanian
b. Pengembangan Potensi Perkebunan
Potensi perkebunan di Kabupaten Pamekasan yang paling menonjol yaitu tembakau,
dimana hampir seluruh wilayah di Tanami tembakau dan harga jualnya juga cukup tinggi. Kualitas
tembakau yang paling bagus terdapat di Kecamatan Pakong tepatnya di desa Cenlecen.
Komoditi perkebunan lain yang potensial untuk dikembangkan di wilayah kabupaten
pamekasan adalah kelapa, cabe jamu, siwalan, dan jambu mete. Hal ini dikarenakan kualitas
produksi yang cukup diterima oleh pasar.
3.1.3. Penngembangan Potensi Sumber Daya Kelautan
Posisi Kabupaten Pamekasdan yang berbatasan dengan laut di ssebelah utara dan
selatannya, membuat Kabupaten ini kaya akan sumbr daya laut. Sumber daya kelautan yang telah
dikembangkan di daerah Pamekasan diantaranya adalah, perikanan, rumput laut, dan
penggaraman/tambak garam.
Beberapa kawasan penghasil ikan di Kabupaten Pamekasan terdiri dari perikanan laut
yang meliputi perairan Laut Jawa di sepanjang pantai utara yaitu Kecamatan Batu Marmar dan
Pasean, serta Selat Madura di sepanjang pantai selatan meliputi wilayah Kecamatan Tlanakan, dan
Pademawu. Perikanan budidaya yakni tambak dan kolam yang terdiri dari tambak ikan bandeng dan
udang berada di Kecamatan Galis dan Pademawu. Sedangkan penggaraman atau untuk
menghasilkan garam dengan memanfaatkan musim kemarau atau lahannya bergantian dengan
tambak budidaya yang berada di Kecamatan Tlanakan, Pademawu dan Galis.
3.1.4. Pengembangan Potensi Peternakan
Sektor peternakan yang paling menonjol di Kabupaten Pamekasan adalah sapi potong
yang mana jenis sapi merupakan ras Madura. Dari segi pemasaran khususnya sapi potong sudah
merambah hingga ke seluruh pulau Jawa. Sampai saat ini sistem ternak sapi dilakukan secara
individu yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Pamekasan, sapi Madura ini selain untuk
konsumsi dagingnya juga dibuat sebagai hewan pacu (kerapan sapi). Untuk ternak yang lain: ayam,
kambing, dan domba kesediannya juga cukup.
Beberapa komoditas perternakan yang memberikan prospek pengembangan yang
cukup cerah di masa mendatang seperti sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, ayam, itik dan entok.
Sedangkan untuk jenis komoditas lain yang juga dikembangkan adalah ulat sutra di kecamatan Kadur
hanya konsumsi lokal.
3.1.5. Pengembangan Potensi Pariwisata
Kabupaten Pamekasan memiliki potensi Wisata yang mempesona dan mampu menarik
wisatawan baik domestik maupun mancanegara untuk berkunjung. Obyek-obyek wisata yang dimiliki
Kabupaten Pamekasan selain Wisata Alam, Budaya, Bahari, kerajinan dan belanja. Obyek wisata
merupakan aset yang sangat potensial dengan keragaman corak budaya masyarakat untuk
dikembangkan menjadi sumber pendapatan daerah. Selain itu, keragaman corak budaya masyarakat
juga perlu dipelihara karena merupakan salah satu daya tarik wisata di Kabupaten Pamekasan.
Potensi wisata yang dimiliki oleh kabupaten Pamekasan, diantaranya adalah;
Jenis Wisata Obyek Wisata Keterangan
Wisata Pantai
Pantai Talang Siring 10 Km kearah Timur dari Kota Pamekasan
Pantai JumiangMudah dijangkau kendaraan roda dua dan 4
dengan jarak 15 Km dari pusat kota
Pantai Batu Kerbuy
Terletak di Kecamatan Pasean dengan luas 5 Ha
dengan keindahan alam pantainya yang menarik.
Nama Batu Kerbuy diambil dari sebuah batu yang
berbentuk seperti kerbau yang terletak 8 Km dari
pantai
Wisata Alam Api tak Kunjung Padam
Biasa disebut dengan Jangka, terletak di Desa
Larangan Tokol Kecamatan Tlanakan yang
berjarak 4 Km dari pusat kota dengan prasarana
jalan yangcukup baik. Juga telah tersedia kios dan
warung souvenir.
Wisata Ziarah
Makam Keramat
Pasarean Batuampar
Makam para ulama yang memiliki Karomatullah
yang besar setara dengan para Waliyulloh atau
Wali Songo. Terletak di Desa Pangbatok
Kecamatan Proppo sekitar 15 Km dari pusat kota.
Vihara Alokitesvara
Berada di Kampung Candi Desa Monto'
Kecamatan Galis (14 Km dari Kota Pamekasan),
berdekatan dengan Pantai Talangsiring. Vihara
terbesar kedua di Pulau Jawa. Salah satu
keunikannya, yaitu di dalam komplek terdapat
Musholla, Gereja dan Pura yang melambangkan
kerukunan beragama
Wisata Budaya Kerapan Sapi
Tradisi budaya masyarakat Madura yang biasanya
digelar sehabis panen raya sebagai wujud rasa
gembira atas keberhasilan yang diraih.
Wisata
PenunjangMonumen Are' Lancor
Terletak di jantung Kota Pamekasan di depan
Masjid Agung Asyuhada' dan dikelilingi jalan yang
berbentuk melingkar lafadz Allah.Merupakan
monumen perjuangan kepahlawanan Rakyat
Madura dalam mempertahankan kedaulatan dan
kemerdekaan Indonesia
3.1.6. Pengembangan Sarana Transportasi
Transportasi termasuk faktor utama dalam pengembangan wilayah karena merupakan
sarana prasarana bagi pergerakan baik orang maupun barang, terutama seperti wilayah Kabupaten
Pamekasan yang mempunya wilayah yang cukup luas. Dengan adanya sistem transportasi yang baik
maka akan akses menuju wilayah yang terisolir menjadi mudah dan lanacar. Selain tiu transportasi
sangat mempengaruhi pengembangan perekonomian wilayah yang bersangkutan dan pemerataan
perekonomian wilayah.
Pengembangan transportasi yang mempunyai potensi untuk dikembangkan adalah pengembangan
jalan raya yang meliputi pembangunan jalan-jalan baru ataupun peningktan kondisi jalan di wilayah
desa, dimana diharapkan dengan adanya jalan baru akan memacu perkembangan di wilayah desa
yang terpusat di satu lokasi saja. Selain itu juga pengembangan jalan tembus atau jalan alternatif
antar kecamatan untuk membuka akses antar wilayah kecamatan, yaitu dengan peningkatan kondisi
jalan alternatif yang sudah ada atau dengan mencari jalur alternatif baru, sepeti adanya rencana
Ring Road Lemper-Kanginan. Transportasi tersenut dikembangkan untuk jalur-jalur strategis
misalnya, untuk jalur pengangkutan komoditi sektor pertanian ataupun perkebunan menuju pasar
daerah.
Transportasi lainnya yang mempunyai prospek bagus untuk dikembangkan adalah
transportasi laut, berupa dermaga kecil yang berfungsi untuk asndaran perahu nelayan atau tempat
berlabuhnya kapal yang mengangkut barang ke luar Madura, seperti di Desa Tanjung Kecamatan
Galis yang merupakan tempat berlabuhnya kapal dengan jalur Pamekasan- Probolinggo.
3.2. Arah Pengembangan Wilayah Pamekasan
Dari gambaran mengenai kondisi penggunaan lahan di Kabupaten Pamekasan yang
dipengaruhi oleh kondisi topografi wialyahnya yang bergelombang, dimana penggunaan lahan untuk
permukiman, pusat layanan pemerintah, dan perdagangan, cenderung memusat di bagian selatan
sepanjang jalan utama, mulai dari wilayah Kecamatan pamekasan, Proppo, Larangan, Pademawu,
dan Galis, dapat disimpulkan bahwa arah pengembangan wilayah Kabupaten Pamekasan cenderung
mengarah ke selatan memusat sepanjang jalan utama, mulai dari wilayah Kecamatan Pamekasan,
Proppo, Larangan, Pademawu, dan Galis, yang menghubungkan Kabupaten Pameksan dengan
Kabupaten Sampang dan Sumenep. Arah pengembangan wilayah Kabupaten Pamekasan, yang
mengarah ke selatan tersebut ditandai dengan dipindahnya pusat-pusat layanan umum seperti
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), dan terminal umum, serta beberapa kantor instansi pemerintah,
dari pusat kota kearah selatan khususnya di Kecamatan Pameksan bagian selatan, dan Kecamatan
Tlanakan.
BAB IV
PERMASALAHAN DALAM PENGEMBANGAN DAERAH dan SOLUSINYA
4.1. Permasalahan yang dihadapi, dalam upaya pengembangan daerah Kabupaten Pamekasan
Setiap daerah yang menginginkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya dapat tercapai,
pasti melakukan upaya pembangunan melalui pengembangan daerah baik dalam bentuk
penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), maupun pengembangan di bindang
perekonomian dan bidang-bidang lain yang dapat dikembangkan. Dalam upaya pembangunan dan
pengembangan daerah, strategi yang digunakan harus mengacu pada potensi dan karakteristik
pengembangan daerah masing-masing. Setiap daerah pasti memiliki permasalahan, terkait dengan
upaya pengembangan daerahnya. Permasalahan yang dihadapi oleh setiap daerah berbeda-beda,
tergantung karakteristik dan potensi pengembangan masing-masing daerah.
Permasalahn yang dihadapi dalam upaya pengembangan wilayah kabupaten Pamekasan,
diantaranya adalah;
- Bidang Pendidikan: masalahnya meliputi rendahnya tingkat pendidikan di daerah pedesaan, sarana
dan prasarana yang kurang.
- Bidang Ekonomi: penadapatan daerah dan masyarakat Kabupaten Pamekasan masih rendah, lemahnya
dukungan pemerintah daerah terhadap sektor pertanian, perkebunan, pertambangan,
perindustrian, dan pariwisata, sehingga usaha dan perekonomian masyarakat yang menggantungkan
diri pada sektor-sektor tersebut kurang berkembang secara optimal.
- Bidang Kesehatan: masalahnya yaitu kurang meratanya fasilitas kesehatan dan tenaga medis, sehingga
masyarakat yang tinggal di desa merasa kesulitan untuk mandapatkan layanan kesehatan, serata
rendahnya tingkat kesadaran dan gaya hidup sehat, khususnya dikalangan masyarakat pedesaan.
- Bidang Ketenagakerjaan: masalahnya yaitu Kebutuhan tenaga kerja yang masih harus banyak
disupport dari daerah lain, serta kurangnya keterampilan masyarakat yang mengakibatkan
banyaknya pengangguran
- Bidang Birokrasi: Belum melembaganya nilai-nilai demokratis dan terbatasnya administrasi publik,
belum mantapnya otonomi daerah, serta terbatasnya jangkauan masyarakat memperoleh informasi
dan komunikasi
- Bidang Keamanan: meliputi lemahnya kesadaran hukum masyarakat, lemahnya kesadaran masyarakat
terhadap hak dan kewajiban, tingginya tingkat kriminalitas.
- Bidang Perencanaan Tata Ruang Wilayah: Topografi wilayah Kabupaten Pamekasan yang
bergelombang, serta struktur geologisnya yang sebagian besar tersusun atas batuan gamping yang
mudah longsor akibat erosi, khususnya yang terdapat di daerah perbukitan, menyebabkan
pemerintah daerah merasa kesulitan untuk mengembangkan tata ruang wilayah di daearah
tersebut, sehingga seringkali Pemerintah kurang matang dalam malkukan perencanaan tata ruang
wilayah tersebut.
4.2. Solusi yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pamekasan
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Kabupaten Pamekasan, dalam upaya
pemngembangan daerahnya, maka solusi dan upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh pemerintah
untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah;
- Bidang pendidikan: melengakpi sarana prasarana pendidikan yang kurang, serta melkukan pemerataan
pendidikan di seluruh wilayah Kabupaten Pamekasan.
- Bidang ekonomi: memberikan perhatian dan dukungan yang penuh kepada sektor-sektor
perekonomian yang terdapat di wilayah kabupaten Pameksan, seperti misalnya pada sektor
pertanian dengan cara ningkatkan produktifitas petani dengan pemberian bibit unggul dan sosialisasi
penggunaan tekhnologi pertanian, serta mempermudah penjualan hasil tani dengan cara
memperbaiki sarana jalan dan transportasi. Pada sektor pertambangan misalnya dengan cara,
memberi penyuluhan tentang tata cara penambangan yang sesuai dengan prosedur, serta
memperkenalkan hasil tambang daerah kepada daerah lain agar hasil tambang dapat dipasarkan
tidak hanya secara lokal juga setidaknya secara nasional. Dengan adanya perbaikan pada sektor-
sektor perekonomian tersebut, diharapkan pendapatan masyarakat dan daerah akan meningkat.
- Bidang Kesehatan: memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, baik dari segi
pemerataan fasilitas kesehatan maupun dari segi pelayanan dan kualitas tenaga medisnya.
- Bidang Ketenagakerjaan: memberdayakan tenaga kerja lokal, meningkatkan keterampilan masyarat
pmelalui pelatihan-pelatihan keterampilan dan wirausaha.
- Bidang Birokrasi: memperbaiki kualitas layanan umum, seperti pembuatan Kartu TandaPenduduk
(KTP), serta surat-surat penting lain, serta meningkatkan layanan informasi dan komunikasi bagi
masyarakat.
- Bidang Keamanan: meningkatkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnyamenghargai hak dan
kewajiban orang lain, agar tercipta kehidupan yang aman, tenteram, dan sejahtera, memperbaiki
kualitas layanan aparat penegak hukum.
- Bidang Perencanaan Tata Ruang Wilayah: menentukan daerah-daerah yang dapat dikembangkan
menjadi wilayah permukiman, dan mencegah masyarakat untuk bermukim di daerah rawan
bencana, dengan cara memperketat pengawasan terhadap Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu daerah yang terletak di Propinsi Jawa Timur,
yang memiliki potensi pengembangan yang cukup banyak. Untuk mencapai kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakatnya, Pemerintah daerah kabupaten Pamekasan berupaya melakukan
pembangunan dan pengembangan daerah yang didasarkan atas potensi pengembagan yang
terdapat di wilayah tersebut.
Dalam rangka pemgembangan potensi daerah, Pemerintah Kabupaten Pamekasan, membagi
wilayah pengembangan kedalam tiga Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) menurut letak dan
potensi wilayah tersebut. Tiga SWP yang terdapat di Kabupaten Pamekasan diantaranya adalah, SWP
bagian selatan meliputi, Kecamatan Pamekasan sebagai Pusat pengembangannya, kecamatan
pademawu, Tlanakan, Galis, Proppo, dan Larangan, SWP bagian tengah meliputi, kecamatan pakong
sebagai pusat pengembangannya, kecamatan Kadur, Pegantenan, dan Palengaan, serta SWP bagian
utara meliputi, Kecamatan Waru sebagai pusat pengembangannya, kecamatan Pasean, dan
Batumarmar.
Berdasarkan potensi dan keterjangkauan wilayahnya, maka arah pengembangan wilayah Kabupaten
Pamekasan cenderung mengarah ke selatan memusat sepanjang jalan utama, mulai dari wilayah
Kecamatan Pamekasan, Proppo, Larangan, Pademawu, dan Galis, yang menghubungkan Kabupaten
Pameksan dengan Kabupaten Sampang dan Sumenep.
Setiap upaya pembangunan dan pengembangan daerah, pasti mengalami
permasalahan-permasalahan. Permasalahan pengembangan wilayah yang dihadapi oleh Kabupaten
Pamekasan, diantaranya adalah; tidak meratanya fasilitas pendidikan dan kesehatan, buruknya
kualitas pendidikan dan tenaga medis, rendahnya pendapatan masyarakat dan daerah, rendahnya
kualitas layanan birokrasi, perencanaan tata ruang wilayah yang kurang matang dll. Secara garis
besar hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pamekasan, untuk mengatasi masalah
pengembangan wilayah tersebut adalah berupaya meningkatkan kualitas layanan umum terutama di
bidang kesehatan dan birokrasi, mkemberikan perhatiandan dukungan terhadap sektor-sektor
perekonomian yang sedang berkembang, serta melakukan identifikasi dan evaluasi terhadap
perencanaan tata ruang wilayah yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsih, Ance, K. 2004. pengaruh iklim terhadap tanah dan tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.
Helambang, Sudarno. 2004. Dasar-Dasar Geomorfologi. Malang: UM, FMIPA.
Jayadinata,T.J. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah. Bandung: ITB.
Kab Pamekasan Wikipedia, (online), (http,/www.id.wikipedia.org/wiki/Kab. Pamekasan, Diakses 21 maret 2009).
Masudi. 2006. Kabupaten Pamekasan Dalam Angka Pamekasan Regency in Figures 2005/2006. Pamekasan.
BPS Pamekasan.
Pertanian.(Online),(http;/WWW.Departemen Penagiran Kabupaten Pamekasan. go.id/ludm/jatim/lam,
diakses 20 maret 2009).
Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Pamekasan 2000, Laporan fakta dan Analisa
Bapeda (Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Pamekasan)
Sensus pertanian 2003, Hasil Pendaftaran Rumah Tangga Kabupaten Pamekasan.2003. Pamekasan: BPS
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Pamekasan).
Sumarmi. 2007. Geografi Pengembangan Wilayah. Malang: UM Press.
Diposkan oleh Nurullah ge08 di 08.57 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:Poskan Komentar
Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
PengikutArsip Blog
▼ 2011 (7)o ▼ Mei (6) PAMEKASAN (PENGEMBANGAN WILAYAH) DESKRIPSI TUGAS PMPG DESKRIPSI TUGAS PMPG DESKRIPSI TUGAS PMPG DESKRIPSI TUGAS PMPG DESKRIPSI TUGAS PMPG o ► Januari (1)
Mengenai Saya
Nurullah ge08" yang pazti-pzti aja "
Lihat profil lengkapkuTemplate Perjalanan. Diberdayakan oleh Blogger.
http://nurullahgeo08.blogspot.co.id/2011/05/pamekasan-pengembangan-wilayah.html
Posted on May 1, 2012ANALISIS BIROKRASI WEBER: KAJIAN ADMINISTRASI PUBLIK
1. Pengantar TulisanPemikiran Max Weber tentang birokrasi, oleh Jay M Shafritz (1978) diklasifikan sebagai pemikiran Old Administration Paradigm (Paradigma Administrasi Klasik). Hal ini disandarkan pada ciri khas paradigma Administrasi Klasik, yang menekankan pada aspek birokrasi di dalam analisis-analisis administrasi negara hingga tahun 1970-an. Selain itu, analisis birokrasi yang dikemukakannya sangat mempengaruhi pemikiran-pemikiran birokrasi selanjutnya.Di dalam analisis birokrasinya, Weber mempergunakan pendekatan “ideal type”. Tipe ideal merupakan konstruksi abstrak yang membantu kita memahami kehi dupan sosial. Weber berpendapat adalah tidak memung kinkan bagi kita memahami setiap gejala kehidupan yang ada secara keseluruhan. Adapun yang mampu kita lakukan hanyalah memahami sebagian dari gejala tersebut. Satu hal yang amat penting ialah memahami mengapa birokrasi itu bisa diterapkan dalam kondisi organisasi tertentu, dan apa yang membedakan kondisi tersebut dengan kondisi organisasi lainnya. Dengan demikian tipe ideal memberi kan penjelasan kepada kita bahwa kita mengabstraksikan aspek-aspek yang amat penting dan krusial yang membe dakan antara kondisi organisasi tertentu dengan lainnya. Dengan cara semacam ini kita menciptakan tipe ideal tersebut (Thoha, 2004)
2. Max Weber : Sebuah BiografiMax Weber, yang dipandang sebagai “Father’s of Modern Sociology”, lahir di tahun 1864 di Erfurt (daerah Thueringen) Jerman. Ia adalah anak pertama dari delapan bersaudara. Ketika masih kanak-kanak, Weber menderita sakit infeksi pada kulit otak, yang lalu menyebabkan ia sering
kesemutan dan mungkin salah satu penyebab gangguan jiwa yang sering dideritanya di kemudian hari.Tahun 1893, Weber menikah dengan Mariane Schnitger, seorang sepupu jauh, yang terkenal sebagai pejuang emansipasi wanita. Tahun 1898 bagi Weber dikenal sebagai “tahun perjalanan ke neraka”, ia menderita gangguan syaraf, yang tidak pernah akan sembuh. Tahun 1904, ia menjadi salah seorang penerbit majalah Arsip untuk ilmu sosial dan sosial politik. Di sanalah terbit “Tesis Max Weber”, yang merupakan kumpulan tulisan yang terbit sekitar tahun 1905 dan kemudian terkenal dengan judul “Etika Protestan dan Jiwa Kapitalisme” (Die Protestantische Ethik). Salah satu pernyataan Weber tentang keilmuan, yang dijadikan dasar oleh para pengikutnya, adalah : “ Ilmu pengetahuan tidak dapat menunjukkan apa yang “harus” kita kerjakan, ia hanya dapat menerangkan syarat-syarat dan konsekuensi tindakan kita”.Tahun 1920 Eropa terserang wabah panas. Weber, yang ketika itu menjadi profesor di Muenchen, menjadi salah satu korbannya. Ia meninggal 14 Juni 1920, pada usia 56 tahun. Sang isteri, Mariane Weber menulis: Kira-kira tengah malam Weber menghembuskan napas terakhir. Saat itu kilat dan guntur menggelegar…”.
3. Max Weber: Karya TulisnyaMax Weber dikenal dengan metode “pengertian”nya (Method of Understanding) dan teori Ideal Typus. Ideal Typus adala suatu konstruksi dalam fikiran seorang peneliti yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa gejala-gejala dalam masyarakat.Pemikiran Max Weber sangat berperan dalam dunia keilmuan, seperti: sosiologi, politik dsb. Beberapa karya tulisannya, yaitu:
(1). The History of Trading Companies during the Middle Ages (1889)(2). Economy and Society (1920)(3). Gesammelte Aufsätze zur Religionssoziologie (Collected essay on Sociology of Relegion) Vo. 1 -3 (1921)(4). Collected essay on Sociology and Social Problems (1924)(5). From Max Weber: Essay in Sociology(6). The Theory of Social and Economic Organization
4. Birokrasi: Sebuah Paparan Pemikiran WeberDasar filsafat politik Weber dan kontruksi birokrasi idealnya dapat ditemukan dalam karyanya Politic as a Vocation yang dibacakan dalam pidatonya di Universitas Munich pada tahun 1918. Dimulai dengan konsep tentang “negara” (state), dimana Weber lebih melihat negara dari sisi sarana (alat) yang dimilikinya. Weber menyatakan the state is a human society that (successfully) claims the monopoly of the legitimate use of pliysical force within a given territory (Gerth and Mills, 1958:78). Negara adalah sebuah masyarakat manusia yang dibenarkan memonopoli penggunaan kekuatan memaksa secara fisik di dalam suatu wilayah tertentu.Menurut Weber, negara tidak dapat didefinisikan dalam pengertian atau dari sisi “tujuan”-nya, tetapi harus lebih dilihat dari sisi sarana yang dimilikinya. Sarana utama dari negara adalah dibenarkannya dan dimonopolinya penggunaan kekuatan memaksa secara fisik. Konsekwensinya, negara akan mencerminkan dibenarkannya dominasi manusia terhadap manusia. Negara dapat saja mendelegasikan penggunaan kekuatannya untuk memaksa. karena itu, negara akan tetap menjadi sumber utama bagi dibenarkannya penggunaan kekerasan. Karyanya yang cukup menghebohkan (impact full) dunia tersebut adalah kitabnya yang berjudul The Theory Of Social And Economic Organization. Karya tersebut dipandang cukup menghebohkan karena dari kitab ini muncul beragam reaksi dan gagasan yang berkaitan dengan birokrasi, baik yang pro maupun yang kontra.Usaha Weber untuk mempopulerkan birokrasi dilatar-belakangi oleh merajalelanya era patrimoni, dimana tidak ada hubungan impersonal dalam organisasi. Semua keputusan organisasi diputuskan oleh patron sebagai pemilik organisasi. Saat itu belum ada sistem pengawasan yang dapat diandalkan. Sebagian konsep birokrasi yang dikemukakan Weber dapat dijumpai dalam pemikiran Jerman, yaitu Cameralism (paham Kameralis) (Jackson, 2005)
Weber menyajikan secara detail tentang organisasi birokrasi yang ideal dalam karyanya berjudul “Birokrasi”. Diterbitkan pada tahun 1922. Weber percaya bahwa salah satu karakteristik utama masyarakat industri adalah dorongan utnuk merasionalisasikan proses sosial dan ekonomi.
Rasionalisasi yang dimaksud adalah… the calculated matching means and ends to achieve social and economic objectives with the greates possible efficiency (pemaduan sarana dan tujuan untuk mencapai tujuan sosial dan ekonomi seefisien mungkin (Islamy, 2003). Karena itu jenis birokrasi seperti ini ia namakan sebagai birokrasi “tipe ideal” atau “model organisasi yang rasional”.Dalam studinya, Max Weber (1946) membuat 10 kreteria birokrasi yang selalu ada dalam berbagai industri. Kreteria inilah yang dijadikan dasar oleh Weber di dalam menyusun konsep tipe ideal sebuah birokrasi modern. Adapun kreteria tersebut adalah:
Table 1. Weber’s criteria of bureaucracy
Dalam kajian yang dihimpun oleh Jay M Shafritz, and Albert C. Hyde (1978), pemikiran birokrasi Weber dibagi dalam dua bagian, yaitu:
Pertama, Karakteristik Birokrasi.1. Otoritas legal à pembagian kerja, spesialisasi2. Hierarki3. Abstract code4. Impersonal5. Competency, career and promotion6. Discipline
Secara rinci, ciri-ciri birokrasi dan cara terlaksananya adalah sebagai berikut:
1. Adanya ketentuan tegas dan resmi mengenai kewenangan yang didasarkan pada peraturan-peraturan umum, yaitu ketentuan-
ketentuan hukum dan administrasi. (a) Kegiatan sehari-hari untuk kepentingan birokrasi dibagi secara tegas sebagai tugas yang resmi, (b) Wewenang untuk memberi perintah atas dasar tugas resmi tersebut di atas, diberikan secara langsung dan terdapat pembatasan-pembatasan oleh peraturan-peraturan mengenai cara-cara yang bersifat paksaan, fisik, keagamaan atau sebaliknya, yang boleh dipergunakan oleh petugas, (c) Peraturan-peraturan yang sistematis disusun untuk kelangsungan pemenuhan tugas-tugas tersebut dan pelaksanaan hak-hak; hanya orang-orang yang memenuhi persyaratan umum saja yang dapat dipekerjakan.
2. Perinsip pertingkatan (hierarchy) dan derajat wewenang merupakan sistem yang tegas perihal hubungan atasan dengan bawahan (super and subordination) dimana terdapat pengawasan terhadap bawahan oleh atasannya. Hal ini memungkinkan pula adanya suatu jalan bagi warga masyarakat untuk meminta supaya keputusan-keputusan lembaga-lembaga rendahan ditinjau kembali oleh lembaga-lembaga yang lebih tinggi.
3. Ketatalaksanaan suatu birokrasi yang modern didasarkan pada dokumen-dokumen tertulis (files), disusun dan dipelihara aslinya ataupun salinannya. Untuk keperluan ini harus ada tata usaha yang menyelenggarakan secara khusus.
4. Pelaksanaan birokrasi dalam bidang-bidang tertentu memerlukan latihan dan keahlian khusus.
5. Bila birokrasi telah berkembang dengan penuh, maka kegiatan-kegiatannya meminta kemampuan bekerja yang maksimal dari pelaksana-pelaksananya, terlepas dari kenyataan bahwa waktu bekerja pada organisasi tersebut secara tegas dibatasi.
6. Pelaksanaan birokrasi didasarkan pada ketentuan-ketentuan umum yang bersifat langsung atau kurang langgeng, sempurna atau kurang sempurna, kesemuanya dapat dipelajari. Pengetahuan akan peraturan-peraturan memerlukan cara yang khusus. Meliputi hukum, ketatalaksanaan administrasi dan perusahaan.
Dari prinsip di atas, tampak birokrasi Weber merupakan sebuah tipe administrasi dimana administrasi tersebut diatur menurut prinsip-prinsip impersonal, aturan-aturan tertulis, dan sebuah jenjang jabatan-jabatan. Dalam birokrasi dengan jelas dibedakan antara masalah jabatan dari
masalah pribadi, dan posisi-posisi jabatan didasarkan atas kualifikasi formal yang impersonal.
Tugas utama pegawai birokrasi sipil adalah menangani administrasi yang tidak memihak (impartial administration). Ia kurang menaruh perhatian pada nilai -nilai, tujuan atau konsekwensi yang timbul. Dalam kenyataannya, seperti digambarkan Weber, aparat birokrasi sipil adalah mereka yang secara ideal sedikit sekali memiliki kesamaan dengan politisi. Barangkali Weber-lah yang menegaskan pembenaran secara klasik memisahkan sisi kebijakan dengan administrasi (perumusan dengan pelaksanakan kebijakan), atau perlunya pemisahan (dikotomi) antara politik, dan administrasi publik. Kedua, Posisi Pejabat,
1. Karier pejabat ditentukan oleh suatu konsepsi abstrak tentang kewajiban; penyelesaian tugas-tugas resmi secara baik merupakan tujuan dan bukan merupakan suatu sarana untuk memperoleh keuntungan meteiil pribadi dengan melakukan sewa menyewa atau lainnya;
2. Pejabat memperoleh kedudukannya melalui penunjukkan dari atasan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya;
3. Kedudukan dibatasi oleh suatu waktu yang telah ditentukan;4. Untuk jerih payah berbentuk suatu gaji tetap yang dibayarkan secara
teratur;5. Adanya kesediaann”kerier” yang memungkinkannya untuk naik
dalam hirarki otoritas.Menurut Weber tipe ideal birokrasi yang rasional itu dilakukan dalam cara-cara sebagai berikut:
1. Individu pejabat secara personal bebas, akan tetapi dibatasi oleh jabatannya manakala ia menjalankan tugas-tugas atau kepentingan individual dalam jabatannya. Pejabat tidak bebas menggunakan jabatannya untuk keperluan dan kepentingan pribadinya ter masuk. keluarganya.
2. Jabatan-jabatan itu disusun dalam tingkatan hierarki dari atas ke bawah dan ke samping. Konsekuensinya ada jabatan atasan dan
bawahan, dan ada pula yang menyandang kekuasaan lebih besar dan ada yang lebih kecil.
3. Tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hierarki itu secara spesifik berbeda satu sama lainnya.
4. Setiap pejabat mempunyai kontrak jabatan yang harus dijalankan. Uraian tugas(job description) masing masing pejabat merupakan domain yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang harus dijalankan sesuai dengan kontrak.
5. Setiap pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi profe sionalitasnya, idealnya hal tersebut dilakukan melalui ujian yang kompetitif.
6. Setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak untuk menerima pensiun sesuai dengan tingkatan hierarki jabatan yang disandangnya. Setiap pejabat bisa memutuskan untuk keluar dari pekelaannya dan jabat annya sesuai dengan keinginannya dan kontraknya bisa diakhiri dalam keadaan tertentu.
7. Terdapat struktur pengembangan karier yang jelas dengan promosi berdasarkan senioritas dan merit sesuai dengan pertimbangan yang objektif.
8. Setiap pejabat sama sekali tidak dibenarkan menja lankan jabatannya danresources instansinya untuk kepentingan pribadi dan keluarganya.
9. Setiap pejabat berada di bawah pengendalian dan peng awasan suatu sistem yang dijalankan secara disiplin. (Weber, 1978 dan Albrow, 1970)
Butir-butir tipe ideal tersebut tidak semuanya bisa diterapkan dalam kondisi tertentu oleh suatu jenis peme rintahan tertentu. Seperti persyaratan tentang pengangkatan pejabat dalam jabatan tertentu berdasarkan kualifikasi profesionalitas cocok untuk kondisi birokrasi tertentu tetapi banyak sekarang tidak bisa diterapkan. Karma banyak pula negara yang mengangkat pejabat berdasarkan kriteria subjektivitas, apalagi ada yang didasarkan atas intervensi politik dari kekuatan partai politik tertentu.
Weber yakin bahwa meningkatnya birokratisasi merupakan hal yang tidak dapat dielakkan. Birokratisasi merupakan konsekwensi dari asumsi
dasarnya tentang hakekat dari kekuasaan birokrasi. Asumsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kekuasaan administratif didasarkan pada hukum. Proses administrasi sangat bersifat legalistik. Kewenangan untuk memberikan perintah dan menyebarkan perintah, didistribusikan dalam kerangka yang mantap dan dibatasi secara ketat sesuai dengan aturan dan peraturan yang telah ditentukan secara pasti. Kemampuan memperhitungkan aturan-aturan ini menjamin konsekwensi-konsekwensi yang timbul dapat diperhitungkan pula;
2. Birokrasi (negara dan swasta) disusun berdasarkan adanya hierarkhi. Birokrasi dibagi ke dalam beberapa jenjang (level). Masing-masing level dikelompokkan atau disusun sesuai dengan kewenangan legalnya;
3. Birokrasi yang paling efektif berpuncak pada seorang pimpinan (monokratik). Keputusan yang dibuat atas dasar “collegial” merupakan suatu pemborosan tenaga, mendorong tumbuhnya konflik dan friksi. Sebagai konsekwensinya, keputusan yang bersifat kolegial tersebut memecah belah atau mempersulit pertanggungjawabannya.
4. Aturan-aturan umum manajemen dapat dipelajari. Administrasi negara merupakan suatu bidang pengetahuan yang khusus. Aturan atau prinsip prinsip dari manajemen negara harus dibuat secara detail dan lengkap, dan diperlukan guna mengelola organisasi negara (kantor) secara baik;
5. Penerapan aturan-aturan harus dilaksanakan secara obyektif dan tanpa pandang bulu (impartial) siapa orangnya. Birokrasi dapat menjadi lebihdehumanized maupun bisa menjadi lebih humanized. Birokrasi bisa didekte kemampuan profesional (kecakapan) dapat dirubah atau digerakkan kembali terlepas dari simpati pribadi, perasaan senang, kebaikan atau belas kasihan. Keputusan adminisratif yang baik dibuat secara rasional dan bukan berdasarkan kepada emosional.
6. Sekali dibentuk (diciptakan), birokrasi akan memiliki sifat permanen (tetap). Birokrasi merupakan sebuah lembaga sosial yang sangat sulit untuk dirusak atau dihancurkan. Tidak ada saluran bagi
terjadinya revolusi yang berasal dari dalaml dan sebuah birokrasi yang telah matang dalam berbagai hal tetap sulit untuk dimasuki kekuatan-kekuatan yang berasal dari luar.
7. Meskipun kekuasaan birokrasi mencakup keseluruhan, masing-masing birokrat akan tetap berada dalam posisinya dan tidak dapat melarikan diri. Kewajiban birokrat ditetapkan secara legal (melalui kewenangan legal) yang diletakkan pada kedudukan yang khusus sesuai yang ia tempati. Ia tidak dapat mempengaruhi atau menolak jalan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya dalam birokrasi sejak pertama kali tujuannya telah dirumuskan oleh kewenangan yang lebih tinggi;
8. Semakin masyarakat berkembang lebih maju, maka ketergantungannya kepada birokrasi yang permanen akan semakin besar. Birokrasi secara sosial sangat diperlukan, tanpa ada fungsi dan kecakapan khusus, serta utamanya fungsi-fungsi koordinatif, maka kekacauan akan terlahirkan. Karena itu birokrasi merupakan kekuasaan yang berkembang sangat tinggi di tangan manusia.
9. Birokrat memiliki disiplin yang tinggi. Ketepatan dan kebiasaan mematuhi terhadap aturan dan kewenangan legal, merupakan tanggungjawab yang paling penting bagi birokrasi yang telah matang dapat dibuat untuk dilaksanakan bagi setiap kelompok atau setiap orang, termasuk lawan-lawan yang berhasil mengendalikan birokrasi itu sendiri. Sebagai konsekwensi kemungkinan merebut kekuasaan hanya datang dari atas. Hal ini sering disebut sebagai kelemahan utama dari birokrasi yaitu berada di puncak organisasi;
10. Setiap birokrasi menjaga kerahasiaan tentang pengetahuan (dokumen informasi) dan kehendak -kehendaknya. Seperti birokrasi yang matang kecenderungan yang melekat di dalamnya yaitu usaha untuk meningkatkan kerahasiaannya. Dalam prakteknya, hal ini sangat nyata mempengaruhi para birokrat. Baik parlemen yang dipilih melalui pemilu maupun kerajaan monarkhi yang absolut, keduanya memiliki kesamaan yaitu tergantung pada informasi yang diberikan oleh birokrat, dan sebagai konsekwensinya mereka kurang begitu berkuasa/berpengaruh terhadap orang-orang yang memiliki pengetahuan (informasi) yang lebih banyak ini. Dalam konteks ini, pandangan bahwa “politik lebih unggul” (politic as a master), dalam
kenyataannya justru lebih berada di bawah pengaruh kekuatan birokrasi (Simmons and Dvorin, 1977:192-194).
Ada beberapa kecenderungan yang muncul jika memperhatikan konsep Weber tentang Birokrasi, yaitu:
1. The management style is authoritarian, and there is a high degree of control.
2. There is little communication, and the management is usually an univocal, top-down one.
3. Individuals search for stability, have limited scope for initiative, and are oriented towards obeying orders.
4. The decision-making process is repetitive and centralized.5. There is reluctance to start innovative processes.6. There are high degrees of conformity.7. These beliefs are highly reluctant to change. (Enrique, 1999)
Birokrasi idealnya Weber bergerak di atas gelombang sejarah paham determinisme yang akhirnya mendominasi kehidupan kemasyarakatan. Ini merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan seperti halnya munculnya massa proletariat yang menjadi kekuatan akhir dalam teori Marxis. Namun demikian, antara Weber dan Marx memandang birokrasi dari latar belakang asumsi yang berbeda. Bagi Marx dominasi birokrasi yang tidak dapat dihindarkan tersebut berasal dari revolusi kaum proletar di sejumlah negara di mana kekuasaan birokrasi harus tetap yang utama guna mematangkan dan mencegah gerakan yang menghalangi terjadinya revolusi tersebut. Hanya ketika revolusi kaum proletar telah berhasil dalam skala global, birokrasi sebagai alat negara akan leyap atau tidak diperlukan lagi.
Weber yakin bahwa birokrasi rasional akan semakin penting karena birokrasi tipe ini mempunyai ciri-ciri kecermatan, kontinuitas, disiplin ketat, dapat diandalkan dan merupakan bentuk organisasi yang paling memuaskan dari segi teknis. Dalam perkembangan berikutnya, birokrasi telah tumbuh menjadi figur utama yang menjadi penentu kekuasaan di dalam seluruh kehidupan masyarakat. Apakah dalam masyarakat kapitalis atau sosialis, masyarakat demokrasi atau pun autoritarian. Bagi Weber, persoalannya hanyalah pada masalah waktu. Di Perancis dan Jerman –
Negara Eropa, proses birokratisasi telah berkembang mantap dan telah membuat seluruh perusahaan menyebar ke berbagai negara. Ciri-ciri kehidupan birokratis yang makin meningkat tersebut mencakup sentralisasi pembuatan keputusan, penekanan secara luar biasa pada kepatuhan terhadap kewenangan legal, pengembangan “code” (aturan) legal yang sederhana tetapi lengkap dan peraturan untuk mengatur setiap bidang kehidupan dalam negara.Weber memandang kapitalisme hanya sebagai pasangan atau pengimbang terhadap kekuasaan birokrasi, secara filosofis, kapitalisme atau kaum ahli kapitalis telah menyumbangkan apa yang disebut “kepentingan publik” yang diartikan sebagai kehidupan masyarakat yang baik/sejahtera, melalui berbagai produksi barang-barang yang efisien, dan dalam kenyataan hal-hal ini secara sama berlaku terhadap para birokrat. Perusahaan-perusahaan kapitalis itu sendiri diorganisir secara hirarkhis, menekankan disiplin terhadap para pegawainya, menekankan penjagaan kerahasiaan terhadap data yang dimiliki baik kepada pesaingnya maupun kepada negara.
Memahami upaya Max Weber dalam menciptakan model tipe ideal birokrasi perlu kiranya kita menghargai logika pendekatan yang dipergunakan dan pemikiran barn yang dikemukakannya mencerminkan keadaan semasa ia hidup (Dowding, 1995). Tipe ideal merupakan konstruksi abstrak yang membantu kita memahami kehi dupan sosial. Weber berpendapat adalah tidak memung kinkan bagi kita memahami setiap gejala kehidupan yang ada secara keseluruhan. Adapun yang mampu kita lakukan hanyalah memahami sebagian dari gejala tersebut. Satu hal yang amat penting ialah memahami mengapa birokrasi itu bisa diterapkan dalam kondisi organisasi tertentu, dan apa yang membedakan kondisi tersebut dengan kondisi organisasi lainnya. Dengan demikian tipe ideal memberi kan penjelasan kepada kita bahwa kita mengabstraksikan aspek-aspek yang amat penting dan krusial yang membe dakan antara kondisi organisasi tertentu dengan lainnya. Dengan cars semacam ini kita menciptakan tipe ideal tersebut.
Dari konsep birokrasi secara keseluruhan. Akan tetapi suatu tipe ideal itu hanyalah sebuah konstruksi yang bisa Menjawab suatu masalah tertentu
pads kondisi waktu dan tempat tertentu. Menurut Weber tipe ideal itu bisa dipergunakan untuk membandingkan birokrasi antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lain di dunia ini. Perbedaan antara kejadian nyata dengan tipe ideal itu lah justru yang amat penting untuk dikaji dan diteliti. Jika suatu birokrasi tidak bisa berfungsi dalam tipe ideal orga nisasi tertentu, maka kita bisa menarik suatu penjelasan mengapa hal tersebut bisa terjadi dan apa faktor-faktor yang membedakannya. Menurut Weber tipe ideal birokrasi itu ingin menjelaskan bahwa suatu birokrasi atau admi nistrasi itu mempunyai suatu bentuk yang pasti di mans semua fungsi dijalankan dalam cara-cara yang rasional. Istilah rasional dengan segala aspek pemahamannya merupakan kunci dari konsep tipe ideal birokrasi Weberian. 5. Birokrasi Weber: Sebuah AnalisisDalam keseluruhannya, karya Weber mendorong tumbuhnya paham pesimisme. Sedikit sekali memberikan alternatif dari hak-hak bagi manusia untuk melakukan pilihan. Berbagai tragedi kemanusiaan akibat dari ajaran ini, merupakan sesuatu yang berharga dimana manusia dalam masyarakat yang modern harus memberikan perhatian guna menghindari terjadinya berbagai kekacauan. Teknik-teknik demokrasi seperti referendum, pemilu, dan lembaga perwakilan adalah teknik-teknik yang dipergunakan untuk mengurangi jalur-jalur berlanjutnya dominasi birokrasi (phenomena birokratik). Seperti diamati Daniel Bell: “Bagi Weber …. sebuah nilai etik dan gaya hidup, mulai menguasai kehidupan seluruh masyarakat” (Bell, 1973). Di dalamnya mencakup paham universal tentang kesesuaian (conformity), ketidakmemihakkan (impersonality), dan perhitungan secara rasional (rational calculation), dimaksudkan untuk mencapai tujuan akhir manusia yaitu efisiensi, ketepatan (preciseness) dan kepatuhan (obidience).Berkenaan dengan pemikiran Weber tersebut, konsep birokrasi dapat pula dijumpai dalam administrasi publik, sebagaimana dikemukakan Stewart and Clarke (1987),yang mengasumsikan beberapa kreteria dasar birokrasi dalam kegiatan administrasi publik, antara lain:
1. The tasks and activities that are carried out in a public agency are solely aimed at usefully serving the citizens.
2. The organization will be judged according to the quality of the service given with the resources available.
3. The service offered will be a shared value provided that it is shared by all members of the organization.
4. A high quality service is sought.5. Quality in service requires a real approach to the citizen.
Konsep di atas, oleh Enrique (1999) ditambah pula dengan beberapa kreteria, antara lain:
1. The citizens have a primary role in the scale of shared values.2. There is frequent contact with the citizens.3. The problems that arise in public service are thoroughly analyzed.4. Prompt service is sought by all members of a section or department
of public administration.5. The way citizens are treated is usually governed by previous rules.
Untuk dapat dipraktekan dalam birokrasi modern, khususnya dengan berkembangnya paradigma new public service, Enrique (1999) mengemukakan beberapa syarat yang dapat dipergunakan di dalam mengembangkan birokrasi, yaitu:
1. Making a diagnosis of the present culture2. Explaining the need for modifications3. Defining the values desired4. Involving management5. Making collaborators aware of this new need6. Changing the symbols7. Replacing the training programmes, in such a way that employees
learn the values desired at present8. Periodically revising the values
Meier (2006) dalam review studinya mengemukakan beberapa konsep yang dipergunakan studi administrasi publik di dalam mempelajari birokrasi, antara lain (gambar 1)
Meningkatnya kekuasaan birokrasi yang tidak dapat ditawar dalam keseluruhan negara modern, rupaya membenarkan tesis seperti ini. Dalam memahami birokrasi, Mochtar Mas’oed (2008) membagi dulu wilayah kerja birokrasi dalam tiga model negara, yaitu: (1) Aktivis, (2) Liberal, (3) Res-Publica. Dimana masing-masing model tersebut, dapat dipahami dari karakteristik masyarakat sebagai berikut:
Negara “aktivis”
Negara
“Liberal”
Negara
“Res-Public
a”
Masyarakat industrial, komersial aktif Masyarakat cerdas dan antusias berpartisipasi
dalam lembaga swadaya Masyarakat “multi faceted”, mayoritas
homogeny tidak mungkin terbentuk Pemerintah proteksi kepentingan
nasional Tidak perlu intervensi pemerintah
Utamakan perimbangan dalam masyarakat demi stabiltas sosial
Kepemimpinan presidensial
kuat danenlightened Pemerintah jamin kebebasan
individual Kekuatan pertahanan lindungi kepentingan
nasional Mencegah tirani diktator dan mayaritas melalui: Demokratis perwakilan
Check &balance cabang-cabang pemerintahan
Kebebasan bicara dan pers Negara dan agama terpisah
Pembangunan nasionalis dan proteksionis
Dari model di atas dapat dipahami tujuan birokrasi tersebut. Dimana Mas’oed memaparkannya dengan model sebagai berirkut (gambar 2)
Sedangkan Syafuan (2008) mengungkapkan penyusunan arah reformasi birokrasi Indonesia, perlu memperhitungkan terjadinya perubahan lingkungan kerja dan kecenderungan dinamika sosial ekonomi masyarakat internasional, Adapun model reformasi birokrasi di Indonesia, dengan meminjam tulisan Syafuan (2008) Model Reformasi Birokrasi Indonesia, digambarkan sebagai berikut (gambar 3)
6. PenutupMenurut David Beentham (1975), Weber memperhi tungkan tiga elemen pokok dalam konsep birokrasinya. Tiga elemen itu antara lain: pertama, birokrasi dipandang sebagai instrumen teknis (technical instrument). Kedua, birokrasi dipandang sebagai kekuatan yang independen dalam masyarakat, sepanjang birokrasi mempunyai kecenderungan yang melekat (inherent tendency) pads penerapan fungsi sebagai instrumen teknis tersebut. Ketiga, pengembangan dari sikap ini karena pars birokrat tidak mampu memisahkan perilaku mereka dari ke pentingannya sebagai suatu kelompok masyarakat yang partikular. Dengan demikian birokrasi bisa keluar dari fungsinya yang tepat karena anggotanya cenderung datang dari klas sosial yang partikular tersebut.
Bahan PenulisanAdler, Paul S; Borys, Bryan, 1996, Two types of bureaucracy: Enabling and coercive,Administrative Science Quarterly; Mar; 41, 1; ABI/INFORM Global, pg. 61Giddens, Anthony., Kapitalisme dan Teori Sosial Modern: Suatu Analisis Karya Tulis Max Weber, UI Press, Jakarta, 1985Bingham, Richard D, 1978., Innovation, Bureaucracy, and Public Policy: A Study of Innovation Adoption by Local Government, The Western Political Quarterly, Vol. 31, No. 2. (Jun), pp. 178-205.
Enrique Claver, Juan Llopis, Jose¬ L. Gasco¬, Hipo¬lito Molina, and Francisco J. Conca, 1999, Public administration From bureaucratic culture to citizen-oriented culture, The International Journal of Public Sector Management, Vol. 12 No. 5, pp. 455-464.Jackson, Michael, 2005., The eighteenth century antecedents of bureaucracy, the Cameralists, Management Decision, Vol. 43 No. 10, pp. 1293-1303Scott, Frank E., 2006, Rethinking Governance and Bureaucracy: Down with the King?, Public Administration Review; Jan/Feb; 66, 1; ABI/INFORM Research, pg. 153Meier, Kenneth J; Laurence J O’Toole Jr, 2006, Political Control versus Bureaucratic Values: Reframing the Debate, Public Administration Review;Mar/Apr; 66, 2; ABI/INFORM Global, pg. 177Lely Indah Mindarti.,2007, Revolusi Administrasi Publik: Aneka Pendekatan dan Teori Dasar, Bayu Media, Malang,Miftah Thoha, Birokrasi Politik di Indonesia, Rajawali Press, Jakarta, 2003Mas’oed, Mohtar, 2008, Birokrasi Mendukung ”Pemerintahan untuk Rakyat”?: Catatan mengenai peran negara dalam pembangunan ekonomi, The 15th INFID Conference & The 3rd General Assembly, International NGO Forum on Indonesian Development, Jakarta, October 27-30Paul-Heinz Koesters, Tokoh-tokoh Ekonomi Mengubah Dunia, Gramedia, Jakarta, 1988Shafritz, Jay M and Albert C. Hyde.1978, Classic of Public Administration, Cole Publishing Company Pasific Grove, CaliforniaSoekanto, Soerjono., Sosiologi: Suatu Pengantar, RajaGrafindo Persada, Jakarta1995Syafuan (2008) http://www.bpkp.go.id/unit/Sultra/reformasi.pdfZauhar, Soesilo, 2008, Birokrasi, Birokratisasi dan Post Bureaucracy,http://publik.brawijaya.ac.id/simple/us/jurnal/pdffile/Susilo%20Zauhar-birokrasi%20.pdf
http://irwannoor.lecture.ub.ac.id/2012/05/birokrasi-weber/