clcuinjkt.files.wordpress.com · web viewpada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan...

36
TURUT SERTA/DELNEMING/AL-ISTIRAK FI AL-JARIMAH STUDY COMPARATIVE “HUKUM ISLAM, KUHP INDONESIA” HASIL KAJIAN RUTINITAS CLC KAMIS, 09 NOVEMBER 2017 DI BESEMENT FSH UIN JAKARTA TEMA “DELNEMING DALAM PERSPEKTIF PERBANDINGAN” BERSAMA AHMAD TIO HANDINI

Upload: others

Post on 03-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

TURUT SERTA/DELNEMING/AL-ISTIRAK FI AL-JARIMAH

STUDY COMPARATIVE

“HUKUM ISLAM, KUHP INDONESIA”

HASIL KAJIAN RUTINITAS CLC KAMIS, 09 NOVEMBER 2017

DI BESEMENT FSH UIN JAKARTA

TEMA

“DELNEMING DALAM PERSPEKTIF PERBANDINGAN”

BERSAMA AHMAD TIO HANDINI

Page 2: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

CLC PROFILE

Kamis, 9 November 2017

CLC.UINJKT- Ahmad Tio Handini, depan sebelah kanan menjelaskan beberapa ketentuan terkait penyertaan dalam KUHP Indonesia pada kajian rutinitas CLC yang bertemakan “Delneming dalam Perspektif Perbandingan” di besement FSH, Sore hari kamis kemaren (9/11).

Jumat, 27 Oktober 2017

CLC.UINJKT- Kajian Responsif “3 Tahun Kinerja Pemerintahan Jokowi-JK” bersama presiden dema-FSH, ketua sema-FSH, presiden HMPS-HES, Presiden HMPS-PMH, presiden HMPS-HPI, Presiden HMPS-HTN, Presiden HMPS-IH, Presiden HMPS IH dan Legal Consultan CLC di besement FSH UIN Jakarta (27/10)

Kamis, 26 Oktober 2017

CLC.UINJKT- Kajian Rutinitas CLC bersama Yusri Wahyuni (depan) tentang “dasar peniadaan tindak pidana” study comparative dengan hukum islam terkait asbababul ibahah dan asbabu raf’il

KAJIAN (RUTINITAS, RESPONSIF & BEDAH

Page 3: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

ibahah sebagai sebab peniadaan pidana dalam islam. di besement FSH UIN Jakarta, kamis.(26/10)

Kamis, 19 Oktober 2017

CLC.UINJKT- Legal Cousultan CLC,Adeb Davega Prasna,SH (depan sebelah kiri) memberikan penjelasan terkait Perpu ormas dan UU ormas pada acara bedah Undang-Undang yang bertemakan “Perpu No.02 Tahun 2017

Vs UU No. 17 Tahun 2013 Ormas”-study comparative di besement FSH UIN Jakarta (19/10).

https://clcuinjkt.wordpress.com/2017/09/26/kajian-responsib-menyingkap-tabir-dibalik-pengepungan-lbh-jakarta/

https://clcuinjkt.wordpress.com/2017/10/21/perppu-ormas-dalam-pandangan-uu-ormas/

https://clcuinjkt.wordpress.com/2017/10/09/pengantar-hukum-pidana/

https://clcuinjkt.wordpress.com/2017/10/14/menilai-adanya-dolus-atau-culpa/

http://wp.me/p9a7ck-g

https://clcuinjkt.wordpress.com/2017/09/15/yuk-konsultasikan-pertanyaanmu/

https://clcuinjkt.wordpress.com/2017/09/12/antara-peradilan-dan-pengadilan/

https://clcuinjkt.wordpress.com/2017/09/16/bagaimana-hukum-merokok-di-kampus/

https://clcuinjkt.wordpress.com/2017/09/30/mangkir-dalam-proses-penyidikan/

KARYA/TULISAN

KONSULTASI HUKUM

Page 4: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

BAB I

PEMBAHASAN I

“TURUT SERTA DALAM KUHP INDONESIA”

A. Pengertian deelneming atau keturutsertaan (penyertaan)

Penyertaan adalalah perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh lebih dari satu

orang yang saling terkait dan secara sadar menegetahuai apa yang dilakukan,tetapi ada juga

yang dikarenakan unsur paksaan. Penyertaan di atur dalam pasal 55 dan pasal 56 KUHp yang

berarti bahwa ada dua orang atau lebih yang melakukan suatu tindak pidana atau dengan

perkataan ada dua orang atau lebih mengambil bagian untuk mewujudkan suatu tindak pidana

dapat di sebutkan bahwa seseorang tersebut turut serta dalam hubungannya dengan orang

lain1

Prof.Satochid Kartanegara mengartikan Deelneming apabila dalam satu delik tersangkut

beberapa orang atau lebih dari satu orang. Menurut doktrin, Deelneming menurut sifatnya

terdiri atas : 2

a. Deelneming yang berdiri sendiri,yakni pertanggung jawaban dari setiap peserta

dihargai sendiri-sendiri

b. Deelneming yang tidak berdiri sendiri,yakni pertanggungjawaban dari peserta

yang satu digantunggkan dari perbuatan peserta yang lain.

B. Deelneming ( penyertaan ) di atur dalam pasal 55 dan 56 KUHP

Pasal 55 KUHP berbunyi 3 :

1) “Dihukum sebai pelaku-pelaku dari suatu tindak pidana yaitu:

1) Mereka yang melakukan, menyuruh melakukan atau turut melakukan.

2) Mereka yang dengan pemberian-pemberian, janji-janji, dengan

menyalahgunakan kekuasaan atau keterpandangan, dengan kekerasan,

ancaman atau dengan menimbulkan kesalahpahaman atau dengan

1Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia, Refika Aditama Bandung 2011, hlm 174

2 Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah bagian satu, Balai Lektur Mahasiswa , hlm. 497 - 498

3 Moeljatno, Kitab Undang Undang Hukum Pidana Jakarta: Bumi Aksara, 2003, ketentuan pasal 55 dan 56

Page 5: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

memberikan kesempatan, sarana-sarana atau keterangan-keterangan, dengan

sengaja telah menggerakan orang lain untuk melakuakn tindak pidana yang

bersangkutan

2) Mengenai mereka yang disebutkan terakhir ini yang dapat dipertanggungjawabkan

kepada mereka itu hanyalah tindakan-tindakan yang dengan sengaja telah mereka

gerakkan untuk dilakukan oleh orang lain, berikut akibat-akibatnya.

Sedangkan ketentuan pidana seperti yang telah diatur didalam Pasal 56 KUHP adalah

sebagai berikut:

“Dihukum sebagai pembantu-pembantu didalam suatu kejahatan, yaitu :

1. Mereka yang dengan sengaja telah memberikan bantuan dalam melakukan kejahatan

tersebut.

2. Mereka yang dengan sengaja telah memberikan kesempatan, sarana-saran atau

keterangan-keterangan untuk melakukan kejahatan tersebut.”

C. Bentuk-bentuk DEELNEMING

Bentuk-bentuk deelneming atau keturutsertaan yang ada menurut ketentuan-ketentuan

pidana dalam pasal-pasal 55 dan 56 KUHP itu adalah:

1. Pleger atau Orang yang melakukan

2. Doen plegen atau menyuruh melakukan atau yang didalam doktrin juga sering

disebut sebagai middellijk daderschap;

3. Medeplegenatau turut melakukan ataupun yang didalam doktrin juga sering disebut

sebagai mededaderschap

4. Uitlokkingatau menggerakkan orang lain

5. Medeplichtigheidatau pembantu

1. Pleger atau Orang yang melakukan

Orang yang memenuhi semua unsur delik sebagaimana di rumuskan oleh undang-

undang,baik unsur subjektif maupun objektif,Umumnya pelaku dapat diketahui dari

jenis delik yakni delik formil dan delik materil.

Page 6: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

2. Doen plegenatau menyuruh melakukan

Di dalam ilmu hukum pidana, orang yang menyuruh orang lain melakukan suatu

tindak pidana itu biasanya disebut sebagai orang middellijk dader atau seorang

mettelbare tater, yang artinya seorang pelaku tidak langsung. Ia disebut pelaku tidak

langsung karena ia memang secara tidak langsung melakukan sendiri tindak pidana,

malinkan dengan perantara orang lain.

Menurut ketentuan pidana di dalam pasal 55 KUHP, seorang middelijke dader atau

seorang pelaku tidak langsung itu dapat dijatuhi hukuman yang sama beratnya

dengan hukuman yang dapat dijatuhkan kepada pelakunya sendiri, dan dalam hal

ini yaitu hukuman yang dapat dijatuhkan kepada pelaku materialnya itu sendiri.

Oleh karena dalam bentuk deelneming doen plegen ini selalu terdapat seorang

middelijke dader, maka bentuk deelneming ini juga sering disebut sebagai suatu

middelijke daderschap.

Untuk adanya suatu doen plegen seperti yang dimaksudkan di dalam pasal 55 ayat 1

angka 1 KUHP itu, orang yang disuruh melakukan itu haruslah memenuhi beberapa

syarat tertentu yaitu:

1) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu adalah

seseorang yang ontoerekeningvatbaar seperti yang dimaksudkan didalam

pasal 44 KUHP

2) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana mempunyai

suatu dwaling atau suatu kesalahpahaman mengenai salah satu unsur dari

tindak pidana yang bersangkutan

3) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindakpidana itu sama sekali

tidak mempunyai unsur schuld, baik dolus maupun culpa, ataupun apabila

orang tersebut tidak memenuhi unsur opzet seperti yang tela disyaratkan

oleh undang-undang bagi tindak pidana tersebut

4) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu memenuhi

unsur oogmerk, padahal unsur tersebut telah disyaratkan didalam rumusan

undang-undang mengenai tindak pidana tersebut diatas

5) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu telah

melakukannya dibawah pengaruh suatu overmacht atau dibawah pengaruh

Page 7: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

suatu keadaan yang memaksa, dan terhadap paksaan mana orang tersebut

tidak mampu memberikan suatu perlawanan

6) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana dengan itikad

baik telah melaksanakan suatu perintah jabatan, padahal perintah jabatan

tersebut diberikan oleh seorang atasan yang tidak berwenang memberikan

perintah semacam itu

7) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu tidak

mempunyai suatu hoedanigheid atau suatu sifat tertentu, seperti yang telah

disyaratkan oleh undang-undang, yakni sebagai suatu sifat yang harus

dimiliki oleh pelakunya sendiri.

Untuk adanya suatu doen plegen itu adalah tidak perlu, bahwa orang yang

telah menyuruh melakukan itu harus secara tegas memberikan perintahnya kepada

orang yang telah disuruhnya melakukan sesuatu

Untuk adanya suatu doen plegen itu adalah juga tidak perlu, bahwa suruhan

untuk melakukan suatu tindak pidana itu harus diberikan secara langsung untuk

middelijke dader kepada orang materieele dader. Melainkan ia dapat juga diberikan

dengan perantaraan orang lain.

3. Medeplegenatau turut melakukan

Medeplegen disamping merupakan suatu bentuk deelneming, maka ia juga

merupakan suatu bentuk daderschap. Apabila seseorang itu melakukan suatu tindak

pidana, maka biasanya ia disebut sebagai seorang dader atau seorang pelaku.

Apabila beberapa orang yang secara bersama-sama melakukan suatu tindak pidana,

maka setiap peserra didalam tindak pidana itu dipandang sebagai seorang

mededader dari peserta atau peserta lainnya.

Misalnya tiga orang secara bersama-sama telah melakukan pelanggaran dengan

bersepeda secara berjejer diatas jalan umum, yang oleh pembentuk undang-undang

telah dinyatakan sebagai suatu perbuatan yang terlarang dan diancam dengan

hukuman.

Menurut Prof. Lamintang, hakim tidak perlu menyebutkan secara tegas bentuk-

bentuk keturutsertaan yang telah dilakukan oleh seorang tertuduh, oleh karena

pencantuman dari peristiwa yang sebenarnya telah terjadi itu sendiri sebenarnya

Page 8: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

telah menunjukkan bentuk ketrutsertaan yang dilakukan oleh masing-masing

peserta didalam suatu tindak pidana yang telah mereka lakukan.4

Menurut van Hamel, suatu medeplegen itu hanya dapat dianggap sebagai ada, yaitu

apabila tindakan tiap-tiap peserta didalam suatu tindak pidana dapat dianggap

sebagai telah menghasilkan suatu dadrschap secara sempurna.

Menurut Prof. Van Hattum, perbuatan medepelegen didalam pasal 55 KUHP itu

haruslah diartikan sebagai suatu opzettelijk medeplegen atau suatu kesengajaan

untuk turut melakukan suatu tindak pidana yang dilakukan oleh orang lain.

Ini berarti bahwa suatu kesengajaan untuk turut melakukan suatu culpoos delict itu

dapat dihukum dan sebaliknya suatu ketidaksengajaan turut melakukan sesuatu

opzetettelijk atau suatu culpos delict itu menjadi tidak dapat dihukum.

Ini berarti bahwa menurut Prof. Van Hattum opzet seorang medeplegen itu harus

ditujukan kepada :

a. Maksud untuk bekerjasama dengan orang lain dalam melakukan suatu tindak

pidana dan

b. Dipenuhinya semua unsur dari tindak pidana tersebut yang diliputi oleh unsur

opzet yang harus dipenuhi oleh pelakunya sendiri, yakni sesuai dengan yang

disyaratkan dalam rumusan tindak pidana yang bersangkutan.

Menurut Prof. Legemeijer, baik orang yang mempunyai opzet untuk membunuh

koraban, maupun orang yang turut melakukan dengan maksud semata-mata

menganiaya koraban itu kedua-duanya harus dipersalahkan telah turut melakukan

suatu penganiayaan berat yang menyebabkan matinya oranglain.

Sebagai alasan telah dikemukakannya bahwa bentuk-bentuk daderschap yang

disebutkan dalam pasal 55 KUHP itu harus ditafsirkan sedemikian rupa, sehingga

bentuk-bentuk daderschap tersebut harus disamakan dengan plegen.

Menurut Prof. Van Hattum, untuk adanya suatu medeplegen itu tidak diperlkan

adanya suatu kesamaan opzet pada masing-masing peserta kejahatan.

Perbedaan medeplegen dengan medeplichtigheid disebutkan dalam Memorie van

toechlichting : “Yang membedakan seorang yang turut melakukan dari seorang yang

membantu melakukan itu adalah, bahwa orang yang disebutkan pertama itu secara 4 Drs. P.A.F.Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, 1997, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 615-633

Page 9: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

langsung telah ikut mengambil bagian dalam pelaksanaan suatu tindak pidana yang

telah diancam dengan suatu hukuman oleh undang-undang, atau telah secara

langsung turut melakukan suatu perbuatan atau turut melakukan perbuatan untuk

menyelesaikan tindak pidana yang bersangkutan; sedang orang yang disebutkan

terakhir itu hanyalah memberikan bantuan untuk melakukan perbuatan”.

Kedua bentuk ini mempunyai akibat yang berbeda-beda, yaitu dihubungkan dengan

jenis delik yang dapat menjadi objek dari kedua bentuk deelneming tersebut. Pada

medeplegen yang dapat dihukum adalah turut melakukan baik kejahatan maupun

pelanggaran, sedang pada medeplichtigheid itu yang dapat dihukum hanyalah

membantumelakukan kejahatan saja. Oleh karena menurut pasal 60 KUHP itu,

perbuatan membantu melakukan pelanggaran dinyatakan sebagai suatu perbuatan

yang tidak dapat dihukum.

Dewasa ini sudah tidak lagi menjadi persoalan, apakah orang yang tidak mempunyai

suatu “persoonlijke hoedanigheid” atau suatu “sifat pribadi” itu dapat turut

melakukan suatu Kwaliteitsdelict atau tidak, oleh karena menurut paham yang

terbaru, seseorang yang tidak mempunyai kualitas tertentu yang oleh undang-undang

telah disyaratkan harus dimiliki oleh pelakunya itu, dapat saja turut melakukan apa

yang disebut kwaliteits delicten, hanya saja dengan satu syarat, yaitu bahwa mereka

itu mengetahui bahwa rekan pesertanya didalam melakukan suatu kwaliteitsdelict itu

memiliki kualitas seperti itu.

Bagi suatu medeplegen, seperti halnya dengan suatu poging, diperlukan adanya

suatu begin van uitvoering atau suatu permulaan pelaksanaan, walaupun undang-

undang sendiri telah mensyaratkan hal tersebut secara tegas.

4. Uitlokkingatau menggerakkan orang lain

Uitlokking atau mereka yang menggerakkan untuk melakukan suatu tindakan

dengan daya – upaya tertentu, adalah bentuk penyertaan penggerakkan yang

inisiatif berada pada penggerak. Dengan perkataan lain, suatu tindak pidana tidak

akan terjadi bila inisiatif tidak ada pada penggerak. Karenanya penggerak harus

dianggap sebagai petindak dan harus dipidana sepadan dengan pelaku yang secara

fisik menggerakkan. Tidak menjadi persoalan apakah pelaku yang digerakkan itu

Page 10: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

sudah atau belum mempunyai kesediaan tertentu sebelumnya untuk melakukan

tindak pidana.5

Syarat – syarat dalam bentuk penyertaan penggerak:

1. Kesengajaan penggerak ditujukan agar suatu tindakan tertentu dilakukan oleh

pelaku yang digerakkan.

Tujuan penggerakan itu adalah terwujudnya suatu tindak pidana tertentu. Ini

berarti apabila yang dilakukan oleh pelaku yang digerakkan adalah tindak

pidana lain, maka penggerak bukan merupakan petindak. Harus ada hubungan

kausal antara kesengajaan dengan tindak pidana yang terjadi.

Menurut undang – undang secara harafiah tidak ada pengaruh dari

kesengajaan yang ada pada penggerak, selama orang yang digerakkan tidak

melakukan tindakan yang digerakkan atau selama tindakannya hanya sampai

pada persiapan-pelaksanaan. Kesengajaan penggerak mempunyai pengaruh

melalui pasal 163 bis hanya dalam hal tindakan yang digerakkan merupakan

kejahatan. Bilamana tindakan yang digerakkan itu adalah pelanggaran, maka

penggerak tidak dapat dipidana.

2. Daya upaya untuk menggerakkan adalah tertentu sebagaimana dirumuskan

dalam undang-undang.

Daya-upaya untuk menggerakkan adalah tertentu sebagaimana dirumuskan

dalam undang-undang yaitu suatu pemberian, suatu perjanjian,

penyalahgunaan kekuasaan, kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan

pemberian kesempatan, sarana atau keterangan.

a) Pemberian dan perjanjian, dirumuskan tanpa memberikan suatu

pembatasan. Pengertiannya menjadi luas yaitu dapat berbentuk uang

atau benda, bahkan di luar bentuk uang atau benda seperti misalnya

jabatan, kedudukan atau lebih luas lagi yaitu suatu janji yang akan

membantu si tergerak baik secara material maupun secara moril untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan dan lain sebagainya.

b) Penyalahgunaan kekuasaan, bukan saja terbatas pada kekuasaan yang

ada padanya karena jabatan, tetapi juga meliputi kekuasaan yang

dimiliki oleh penggerak secara langsung terhadap si tergerak, seperti

hubungan kekeluargaan, pekerjaan, pendidikan, kepercayaan, dan

5 E.Y. Kanter, S.H., dan S.R. Sianturi, S.H., Asas – Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Storia Grafika, Jakarta, 2002. hlm 350-359

Page 11: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

sebagainya. Ini harus dibedakan dengan perintah jabatan yang

termaksud pada pasal 52 KUHP. jika pada perintah jabatan perbuatan

tersebut termasuk wewenang dari penguasa, maka pada

penyalahgunaan kekuasaan tidak dipersyaratkan bahwa perintah itu

termasuk tindakan yang benar-benar diharuskan dalam rangka

kekuasaan yang disalahgunakan itu.

c) Penyalahgunaan martabat, merupakan suatu kekhususan di Indonesia

yang ditambah dalam KUHP yang di dalam W.v.S tidak ada.

Contohnya adalah kepala suku yang dipatuhi karena disegani.

d) Kekerasan, di sini harus sedemikian ringan sehingga tidak merupakan

suatu alasan untuk meniadakan unsur kesalahan/kesengajaan dari si

tergerak (pasal 48 daya paksa) yang mengakibatkan tidak dipidananya

si tergerak. Batas yang tegas antara kekerasan yang dimaksud di pasal

48 dan menurut pasal 55 agak sukar ditentukan, karena undang –

undang juga tidak menentukan. Perbatasan ini lebih diserahkan kepada

penafsiran, yang sedemikian ringan sehingga menurut perhitungan

layak, si tergerak mampu mengelak atau menolak untuk melakukan

tindak pidana yang digerakkan. Misal, seorang wanita mendorong-

dorong pacarnya untuk memukul bekas tunangannya yang pernah

menyakiti hatinya.

e) Ancaman, tidak terbatas pada ancaman kekerasan seperti di atas, tetapi

meluas juga sampai pada ancaman penghinaan, ancaman pembukaan

rahasia pribadi, ancaman akan memecat atau menyisihkan dari suatu

pergaulan, ancaman akan mengurangi hak/kewenangan tertentu, dan

lain sebagainya.

f) Penyesatan, ada juga yang menyebutnya tipu-daya, tetapi agar tidak

disamakan dengan penipuan dan kejahatan tipu-daya maka lebih baik

disebut penyesatan. Yang dimaksud penyesatan ialah agar supaya

seseorang tergerak hatinya untuk cenderung melakukan suatu tindakan

sebagaimana yang digerakkan oleh penggerak. Unsur kesengajaan

harus ada pada orang yang digerakkan. Contohnya A bilang pada B

bahwa C telah menjelekkan nama B, yang sesungguhnya tidak benar,

karenanya B jadi marah dan memukul C. Akibat dari penyesatan

adalah untuk menimbulkan ketegangan dalam hati orang lain yang

Page 12: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

dapat berupa iri hati, pembangkitan dendam terpendam, kebencian,

amarah dan sebagainya sehingga ia cenderung untuk melakukan suatu

tindakan tetapi dalam batas-batas bahwa ia sesungguhnya masih dapat

mengendalikan diri sendiri.

g) Pemberian kesempatan, sarana atau ketenangan, adalah merupakan

cara untuk menggerakkan seseorang yang ketentuannya baru ditambah

tahun 1925 dalam KUHP. Dalam pasal 56 ke-2 yang berbunyi

”mereka yang sengaja memberikan kesempatan, saran, atau

keterangan untuk melakukan kejahatan”, kadang agak sulit dibedakan

dengan pasal 55.Contoh: A memberi kesempatan (sarana/keterangan)

kepada B, kemudian B melakukan suatu tindak pidana, maka

sehubungan dengan pasal 55 dan 56 tersebut perbedaannya terletak

pada: Jika pada A, keinginan atau kehendak untuk melakukan suatu

tindak pidana tertentu sudah ada sejak pertama kali, sedangkan pada B

baru ada setelah ia digerakkan dengan pemberian kesempatan

(sarana/keterangan) dan lalu b melakukan tindak pidana, maka kita

berbicara mengenai bentuk penyertaan penggerak (pasal 55). Dalam

hal ini A adalah penggerak dan B yang digerakkan. Tetapi jika pada B

sejak semula sudah ada kehendak untuk melakukan suatu tindak

pidana tertentu dan ia minta kesempatan dan sebagainya dari A, di

mana A sengaja memberikannya dan diketahui bahwa kesempatan itu

diperlukan oleh B untuk melakukan suatu pidana tertentu, maka kita

berbicara mengenai bentuk penyertaan pembantuan (pasal 56). Dalam

hal ini A adalah pembantu dan B petindak/pelaku.

Dalam kasus tersebut di atas, apakah B sebagai tergerak atau sebagai

petindak (pelaku) ancaman pidananya adalah sama, yaitu dipidana

(sama) sebagai petindak (dader), tetapi bagi A tidak demikian, karena

dalam hal bentuk penyertaan penggerakan ia dipidana sebagai

petindak, tetapi dalam hal bentuk penyertaan pembantuan ia dipidana

sebagai pembantu – petindak yang ancaman pidana maksimumnya

dikurangi dengan sepertiganya.

Page 13: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

3. Adanya orang yang digerakkan, dan telah melakukan suatu tindakan karena

daya-upaya tersebut. Dalam penyertaan pergerakan harus selalu ada orang

yang digerakkan baik langsung maupun tidak langsung. Hubungan antara

penggerak dengan orang lain itu tidak harus selalu langsung. Misalnya begini,

A menggerakkan B dan kemudian pada waktu dan tempat yang terpisah B

bersama – sama C melakukan tindakan yang dikehendaki oleh A. Dalam hal

ini A tetap dipertanggungjawabkan sebagai penggerak dari B maupun C. C

dianggap telah turut tergerak melakukan tindakan tersebut karena daya upaya

A.

4. pelaku yang digerakkan harus telah melakukan tindak pidana yang

digerakkan atau percobaan untuk tindak pidana tersebut.

Hubungan kausal antara daya-upaya yang digunakan dan tindak pidana yang

dilakukan harus ada. Artinya justru si tergerak itu tergerak hatinya untuk

melakukan tindak pidana adalah karena daya – upaya dari penggerak. Tindak

pidana yang dikehendaki oleh penggerak harus benar – benar terjadi.

Seandainya tindakan tergerak hanya sampai pada suatu tingkat percobaan

yang dapat dihukum saja dari tindak pidana yang dikehendaki penggerak,

maka penggerak sudah dapat dipidana menurut pasal 55 ayat (2).

5. Medeplichtigheidatau pembantu

Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 56 KUHP, pembantuan ada 2 (dua)

jenis, yaitu :

Pembantuan pada saat kejahatan dilakukan. Cara bagaimana pembantuannya

tidak disebutkan dalam KUHP. Pembantuan pada saat kejahatan dilakukan ini

mirip dengan turut serta (medeplegen), namun perbedaannya terletak pada :

a. Pada pembantuan perbuatannya hanya bersifat membantu atau

menunjang, sedang pada turut serta merupakan perbuatan pelaksanaan.

b. Pada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa

diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan

sendiri, sedangkan dalam turut serta, orang yang turut serta sengaja

Page 14: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

melakukan tindak pidana, dengan cara bekerja sama dan mempunyai

tujuan sendiri.

c. Pembantuan dalam pelanggaran tidak dipidana (Pasal 60 KUHP),

sedangkan turut serta dalam pelanggaran tetap dipidana.

d. Maksimum pidana pembantu adalah maksimum pidana yang

bersangkutan dikurangi 1/3 (sepertiga), sedangkan turut serta dipidana

sama.

Pembantuan sebelum kejahatan dilakukan, yang dilakukan dengan cara

memberi kesempatan, sarana atau keterangan. Pembantuan dalam rumusan ini

mirip dengan penganjuran (uitlokking). Perbedaannya pada niat atau

kehendak, pada pembantuan kehendak jahat pembuat materiel sudah ada sejak

semula atau tidak ditimbulkan oleh pembantu, sedangkan dalam penganjuran,

kehendak melakukan kejahatan pada pembuat materiel ditimbulkan oleh si

penganjur.

Berbeda dengan pertanggungjawaban pembuat yang semuanya

dipidana sama dengan pelaku, pembantu dipidana lebih ringan dari pada

pembuatnya, yaitu dikurangi sepertiga dari ancaman maksimal pidana yang

dilakukan (Pasal 57 ayat (1) KUHP). Jika kejahatan diancam dengan pidana

mati atau pidana seumur hidup, pembantu dipidana penjara maksimal 15

tahun. Namun ada beberapa catatan pengecualian :

1) Pembantu dipidana sama berat dengan pembuat, yaitu pada kasus

tindak pidana :

Membantu merampas kemerdekaan (Pasal 333 ayat (4)

KUHP) dengan cara memberi tempat untuk perampasan

kemerdekaan,

Membantu menggelapkan uang atau surat oleh pejabat (Pasal

415 KUHP),

Meniadakan surat-surat penting (Pasal 417 KUHP).

Page 15: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

2) Pembantu dipidana lebih berat dari pada pembuat, yaitu dalam hal

melakukan tindak pidana :

Membantu menyembunyikan barang titipan hakim (Pasal 231

ayat (3) KUHP).

Dokter yang membantu menggugurkan kandungan (Pasal 349

KUHP)

Perlu diketahui bahwa disamping bentuk keturutsertaan diatas itu, KUHP kita masih

mengenal 2 bentuk keturutsertaan lainnya, masing-masing:

a. Samenspanning atau permufakatan jahat sebagaimana yang telah diatur dalam

pasal 88 KUHP dan

b. Deelneming aan eene vereniging die tot oogmerk heft het plegen van

misdrijven atau keturutsertaan dalam suatu kumpulan yang bertujuan

melakukan kejahatan-kejahatan sebagaimana yang telah diatur dalam pasal

169 KUHP.

Page 16: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

BAB III

PEMBAHASAN II

“PENYERTAAN DALAM HUKUM PIDANA ISLAM”

A. Pengertian penyertaan

Secara etimologis turut serta dalam bahasa arab adalah al-isytirak. Dalam hukum

pidana islam, istilah ini disebut al-istiyrak fi al-jarimah (delik penyertaan).Secara

terminologis turut serta berbuat jarimah adalah melakukan tindak pidana secara

bersama-sama baik melaui kesepakatan atau kebetulan, menghasut, menyuruh orang,

memberikan bantuan atau keluasan dengan berbagai bentuk.

تنفيذها في منهم كل فيساهم متعددون أفراد يرتكبها وقد واحد فرد الجريمة يرتكب قد

تنفيذها على غيره مع يتعاون أو

Artinya: suatu jarimah kadang-kadng dilakukan oleh individu sendiri, kadang-kadang

dilakukan oleh beberapa orang yang masing-masing individu mendapat bagian dalam

melaksanakan jarimah tersebut atau saling membantu satu dengan yang lainnya demi

terlaksananya jarimah tersebut.

B. Bentuk-bentuk penyertaan

Hanafi membagi kerjasama dalam berbuat jarimah dalam empat kemungkinan:

a) Pelaku melakukan jarimah bersama-sama orang lain (mengambil bagiannya

dalam melaksanakan jarimah. Artinya secara kebetulan melakukan bersama-

sama) / (التوافق)

b) Pelaku mengadakan kesepakatan dengan orang lain untuk melakukan jarimah/

.(التمالؤ)

c) Pelaku menghasut/menyuruh orang lain untuk melakukan jarimah.

d) Orang yang memberi bantuan atau kesepakatan jarimah dengan berbagai cara

tanpa turut serata melakukannya.

C. Macam-macam turut serta

Page 17: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

Dalam hukum pidana islam, para fuqaha membedakan penyertaan ini dalam

dua bagian, yaitu: turut berbuat langsung (isytirak-mubasyir), orang yang

melakukannya disebut syarik mubasyir dan turut berbuat tidak langsung (isytirak

ghairul mubasyir/isytirak bit tasabbubi), orang yang melakukannya disebut syarik

mutasabbib.

Perbedaan antara kedua orang tersebut ialah kalau orang pertama menjadi kawan

nyata dalam pelaksanaan tindak pidana, sedang orang kedua menjadi sebab adanya

tindak pidana, baik karena janji-janji atau menyuruh, menghasut, atau memberi

bantuan tetapi tidak ikut secara nyata dalam melaksanakannya.

1. Turut berbuat langsung/ المباشر األشتراك

Yang dimaksud dengan turut berbuat langsung adalah orang secara langsung

terikat atau turut serta dalam melakukan tindak kejahatan.

Menurut abdul qadir audah, turut berbuat langsung adalah:

الجناة : تعدد حالة في يوجد اإلشتراك من النوع هذا أن األصل المبشرين اشتركالمادى الجريمة ركن يبشرون اللذين

Artinya: turut berbuat langsung pada dasarnya baru terjadi apabila orang yang

mmelakukan jarimah dengan nyata lebih dari seseorang atau berbilangnya

jumlah pelaku.

Para fuqaha mengadakan pemisahan apakah kerjasama dalam mewujudkan

tindak pidana terjadi secara kebetulan (tawafuq), atau memang sudah

direncanakan bersama-sama sebelumnya (tamalu). Para fuqaha juga

membedakan masalah tanggung jawab yang ditimbulkan akibat dari tawafuq

yakni hanya terbatas pada perbuatannya saja (masing-masing) sedangkan pada

tamalu bertanggung jawab terhadap atas perbuatannya keseluruhan atau pada

hasil yang ditimbulkannya. Berbeda dengan abu hanifah, menurutnya tidak

ada perbedaan pertanggung jawab antara keduanya (hanafi,1967:140)

Tawafuq bermakna niat orang-orang yang turut serta dalam tindak pidana

adalah untuk melakukannya tanpa ada kesepakatan sebelumnya diantara

mereka (kebetulan). dengan kata lain masing-masing pelaku berbuat karena

dorongan pribadinya dan pikirannya yang timbul seketika itu. Oleh karenanya

Page 18: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

pertanggung jawaban pidananya dibebankan terhadap masing-masing

perbuatan si pelaku. Hal ini sesuai dengan kaidah :

التوافق حالة في فقط فعله نتيجته عن شريك كل يسأل

“Setiap orang yang turut serta berbuat jarimah dalam keadaan tawafuq dituntut

berdasarkan perbuatannya masing-masing”

Dalam kasus Tamalu, peserta sama-sama menginginkan terjadinya suatu

jarimah dan bersepakat untuk melaksanakannya. Namun, dalam pelaksanaan

jarimah, masing-masing peserta melakukan fungsinya sendiri-sendiri.

Ulama' berbeda pendapat dalam mendefinisikan tamallu6. Ulama hanafiyah,

ulama syafiiyah dan ulama hanabilah berdasarkan pendapat yang lebih rajih

menurut mereka, bahwa tamalu adalah kesamaan keinginan para pelaku dalam

suatu tindakan meskipun tidak didahului dengan adanya kesepakatan diantara

mereka sebelumnya. Jadi menurut merka at-tamalu memiliki makna lebih luas,

mencakup pengeroyokan yang berarti tidak ada kesepkatan/perencanaan

sebelumnya dan memcakup perkomplotan atau konspirasi yang berarti

sebelumnya telah ada kesepakatan.

Sementar itu ulama malikiyah mengatakan, at-tamallu adalah bersepakat dan

berkomplot yaitu ada dua orang atau lebih yang bermaksud untuk membunuh

seseorang dan memukulinya. Menurut ulama malikiyah, orang-orang yang

yang terlibat dalam suatu aksi pembunuhan yang sebelumnya tidak ada

kesepakatan dan perkomplotan diantara merka, maka mereka semua tetap

dihukum bunuh jika mereka memang ikut memukul secara sengaja Dan

aniaya, dan korban mati di tempat itu juga. Sementara pukulan yang mereka

lakukan tidak bisa terbedakan antara satu dengan yang lainnya atau bisa

terbedakan akan tetapi tidak diketahui mana pukulan yang mematikan dan

yang membunuh.

Berdasarkan kesepakatan para imam madzhab empat, secara syara’ wajib

menghukum qishas sekelompok orang karena membunuh satu orang. Hal ini

dalam rangka saddud dzaraa’i (menutup celah-celah yang bisa berpotensi

dijadikan sebagai pintu masuk kepada sesuatu yang terlarang). Karena jika

6 Wahbah suhaili, fiqih islakmwaadillatuhu, hlm.564

Page 19: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

mereka tidak diqishas semuanya, tentunya itu akan berdampak pada

pelaksanaan hukum qishas tidak bisa dilakukan. Sebab jika demikian, tindakan

pembunhan dengan cara dilakukan secara bersama-sama akan dijadikan trik

dan rekayasa untuk terhindar dari jeratan hukuman qishas. Disamping itu,

banyak kasus pembunuhan yang terjadi dilakukan secara bersama-sama oleh

sekolompok orang, karena biasanya suatu kasus pembunuhan tidak terjadi

kecuali dilakukan dengan cara bekerjasama oleh sekelompok orang.

Para sahabat cepat tanggap dalam mengantisipasi permasalahan seperti ini,

sehingga mereka mengeluarkan fatwa menyeluruh terhadap semua anggota

komplotan pembunuhan. Pertama kali kasus ini terjadi pada masa

kekholifahan umar ibnu khattab yaitu ada seorang suami meninggalkan

istrinya di kota shan'a bersama dengan seorang anak dari istrinya yang lain.

Lalu si istri memiliki pria idaman lain dan melakukan hal yang tidak baik.

Perbuatan itu pun diketahui oleh si anak tersebut.

Si istri itu kemudian berkata kepada pria idaman lainnya itu "anak ini telah

mengetahui perbuatan kita, karena itu bunuhlah ia" namun, si laki-lakki itu

menolak hingga menyebabkan si istri ngambek dan tudak mau lagi

berhubungan dengan si laki-laki itu, sehingga si laki-laki itu pun akhirnya

memenuhi permintaan si istri untuk membunuh anak tersebut itu. Lalu ia pun

melakukan pembunuhan terhadap anak itu bersama-sama dengan seorang laki-

laki lain, si istri sendiri dan pembantunya dengan cara memutilasi si anak dan

menceburkannya ke dalam sumur kemudian kejadian itu pun terungkap dan

tersebar luas.

Setelah kejadian itu, amir yaman menangkap laki-laki itu dan ia pun mengakui

perbuatannya, kemudian para pelaku yang lain pun ikut mengakui perbuatan

mereka. Amir yaman kemudian mengirim sepucuk surat kepada umar ibn

khattab, lalu umar ibnu khattab mengirim surat balasan yang berisikan supaya

mereka semua dihukum bunuh (qishas), umar ibnu khattab pun berkata, "demi

allah, seandainya penduduk shan'a ikut bersama-sama membunuh anak itu,

sungguh aku pasti akan menghukum bunuh mereka semua".7

7 Wahbah suhaili, fiqih islam waadillatuhu, ju VII, hlm. 561

Page 20: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

Cukup jelas kiranya bahwa dalam kasus at-tamalu pertanggung jawaban

peserta tidak tergantung pada perbuatan masing-masing melainkan pada hasil

keseluruhan perbuatan. Meskipun perbuatan yg mereka lakukan berbeda,

namun niat dan tujuan mereka sama. sebagaimana dalam kaidah :

التمالؤ حالة في شريك فعل كل عن شريك كل يسأل

“Setiap orang yang turut serta berbuat jarimah dalam keadaan tamalu’ dituntut

dari hasil keseluruhan perbuatan yang turut serta berbuat jarimah.”

Ulama hanafiyah tidak membedkan antara kondisi tawauq atau tamaalu’ bagi

mereka yang terpenting untuk dijadikan patokan adalah tindakan yang

dilakukan oleh masing-masing dari mereka itu mengenai sasaran dan tindakan

yang dialkukan oleh masing-masing itu adalah mematikan, dalam arti tindakan

yang dilakukan oleh salah satu saja diantara mereka sebenarnya sudah bisa

membunuh dan mematikan. Hal ini berdasarkan pernyataan ulama hanafiyah

dalam kasus pembunuhan sengaja,

“disyaatkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh masing-masing dari orang

yang terlibat adalah tindakan pembunuhan secara langsung, seperti masing-

masing dari mereka melukai korban dengan luka yang memiliki membunuh

(dalam artian, perlukaan yang dilakukan oleh salah satu saja diantara mereka

sebenarnya sudah bisa membunuh)”8

2. Turut berbuat Tidak langsung

Menurut abdul qadir audah, keturut sertaan tidak langsung adalah :,

"Setiap orang yang bersepakat dengan orang lain untuk melakukan suatu

perbuatan yang dapat dijatuhi hukuman atasnya, orang yang menghasut

(menggerakkan orang lain/membantu dalam perbuatan tersebut dengan

disyaratkan adanya kesengajaan dalam kebersepakatan, penghasutan dan

pemberian bantuan tersebut"

8 Ibid, hlm. 562

Page 21: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

Yang dimaksud turut berbuat tidak langsung di sini ialah setiap orang yang

mengadakan perjanjian dengan orang lain untuk melakukan suatu tindakan

kejahatan atau menyuruh (membujuk) orang lain atau memberikan bantuan

dalam perbuatan tersebut dengan disertai kesengajaan dalam kesepakatan

dalam istilah fiqih jinayah disebut isytirak bit tasabbubi dan pelakunya disebut

mutasabbib.

Mutasabbib adalah pihak yang melakukan suatu tindakan yang biasanya bisa

mengakibatkan kerusakan atau kebinasaan sesuatu. Tindakan itu sendiri

sebenarnya bukan yang secara langsung memunculkan kebinasaan tersebut

akan tetapi melalui perantara sesuatu yang lain yaitu tindakan orang lain yang

melakukannya dengan keinginan sendiri.

Apabila tindakan pihak mutasabbib dianggap sebagai tindakan yang

melanggar dan melampui batas, maka hanya dirinya saja yang bertanggung

jawab. Hal ini berdasarkan kaidah "mutasabbib tidaj dituntut bertanggung

jawab kecuali jika ia melakukan tindakan yang melanggar" atau berdasarkan

kaidah "suatu tindakan disandarkan/dinisbahkan kepada mutasabbib apabila

tidak ada perantara yang menengahi" yaitu ketika tidak dimungkinkan untuk

menuntut pertanggung jawaban dari pelaku langsung karena pelaku langsung

adalah orang yang tidak mungkin diminta pertanggung jawaban/pelaku

langsungnya tidak ada/tidak diketahui atau tindakan mutasabbib lebih kuat

efek dan dominan dari tindakan pelaku langsung.

Kesimpulannya, pihak mutasabbib adalah yang harus bertanggung jawab

apabila tindakannya yang menjadi sebab itu lebih dominan dari pada tindakan

pelaku langsung.

Menurut jumhur selain ulama hanafiyah, dalam kasus pembunuhan pelaku

langsung dan pelaku tidak langsung dapat bersama-sama dijatuhkan hukuman.

Dalam kasus paksaan untuk melakukan pembunuhan, baik pihak yang

memaksa maupun yang dipaksa kedua-duanya sama-sama diqishas karena

pihak yang dipaksa pada faktanya adalh pihak yang menjalankan pembunuhan

secara langsung sedangkan pihak yang memaksa adalah pihak yang menjadi

penyebabnya (mutsabbib).

Page 22: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

Dalam kasus pembunuhan lain, dimana teradapat pelaku yang berjumlah dua

orang, salah satunya memegangi korban dan yang satunya yang melakukan

pembunuhan terhadap korban. Ulama malikiyah memiliki pendapat yang

berbeda dengan pendapat ulama madzhab yang lain, yaitu kedua-duanya

sama-sama dikisas karena pelaku yang bertugas memegangi korban adalah

sbagai mutasabbib dan rekannya yang bertugas membunuh adalah sebagai

pelaku langsung.

Pendapat demikian selaras dengan pendapatnya an-nasa'i, imam malik dan abi

laila. Mereka berpendapat bahwa terhadap orang yang memegangi korban

dalam kasus pembunuhan juga dikenai hukuman qishas, sebab dia dianggap

sebagai mubasyir (pelaku) pembunuhan juga menurut mereka pembunuhan

tersebut tidak mungkin terjadi secara sempurna tanpa keterlibatan orang yang

memegangi korban.

Hal ini bertolak belakang dengan hadis yang dikutip oleh syaukani yang

diriwayatkan oleh al-dar qutni :

قال وسلم عليه الله صلى النبي عن عنه الله رضي هريرة ابي : عن

امسك الذي ويحبس قتل الذي يقتل األخر وقتله الرجل الرجل امسك اذا

“Jika ada seseorang yang menahan orang dan ada orang lain yang

membunuhnya, maka orang yang membunuh hendaknya dibunuh dan orang

yang menahan hendaknya dikurung”

dalil tersebut menurut asy-syaukani menunjukkan bahwa qishas hanya

dikenakan bagi orang yang membunuhnya saja sedangkan bagi orang yang memegang

hukumannya adalah kurungan.

Ada tiga unsur turut berbuat tidak langsung, yaitu: (1) perbuatan yang dapat

dihukum, (2) niat dari orang yang turut berbuat agar dengan sikapnya suatu perbuatan

yang dimaksud kan dapat terjadi, (3) car mewujudkan perbuatan tersebut, misalnya

dengan mengadakan kesepakatan, membujuk atau dengan membantu.

Turut berbuat tidak langsung bisa terjadi dengan jalan adanya kesepakatan,

adanya menghasut atau membujuk dan adanya pemberi bantuan. Kalau kalau orang

Page 23: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

yang menghasut ini adalah orang tua terhadap anaknya, atau guru terhdap muridnya

maka hal itu dinaggap sebagai paksaaan.

Pada dasarnya menurut syariat islam hukuman-hukuman yang telah ditentukan

jumlahnya yakni dalam tindak pidana hudud dan qishas dijatuhkan atas perbuatan

langsung, bukan atas perbuatan tidak langsung. Berdasarkan aturan tersebut maka

siapa yang turut berbuat dalam tindak pidana hudud atau qisahas, tidak dijatuhi

hukuman yang telah ditentukan jumlahnya, bagaimanapun bentuk turut berbuatnya

itu, melainkan dijatuhi hukuman ta’zir.

Alasan pengkhususan aturan tersebut untuk tindak podana hudud dan qisash

ialah karena pada umumnya hukuman yang telah ditentukan jumlahnya itu sangat

berattidak berbuat langsungnya peserta merupakan syubhat yang bisa menghindarkan

hadd. Juga karena pembuat langsung pada umumnya lebih berbahaya dari pda

pembuat tidak langsung.

Pada tindak pidana ta’ir tidak ada pembedaan hukuman antara pembuat

langsung dengan pembuat tidak langsung sebab keduanya diancam dengan pidana

yang sama yaitu ta’zir. Dalam hal ini hakim memilki kebebasan dalam menentukan

besar kecilnya hukuman ta’zir, sehingga tidak perlu diadakan pemisahan antara

hukuman bagi pembuat langsung dan pembuat tidak langsung dalam jenis tindak

pidana ini.

TABEL PENYERTAAN DALAM HUKUM PIDANA ISLAM 9

Hukum

pidana islam

Jenis penyertaan Jenis tindak pidana

Turut berbuat

langsung:

Turut serta

Menyuruh

Turut berbuat tidak

langsung:

Membujuk

Membantu

9 Topo santoso, menggagas hukum pidana islam, asy syaamil, bandung, 2001, hal. 157

Page 24: clcuinjkt.files.wordpress.com · Web viewPada pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa diisyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan atau berkepentingan sendiri,

Ancaman

hukuman

Sama dengan pelaku

(hudud atau qisas)

Tidak sama dengan

pelaku (ta’zir )

Tindak pidana hudud

dan qisas

Ancaman

hukuman

Sama dengan pelaku (pidana ta’zir) hakim

mempunyai kewenangan untuk memutuskan

berat ringannya.

Tindak pidana ta’zir

PENYERTAAN DALAM HUKUM POSITIF

Hukum positif Jenis penyertaan Jenis tindak pidana

-Turut serta-menyuruh-Membujuk

Membantu

Ancaman pidanaSama dengan

pelaku

Lebih ringan

(dikurangi sepertiga)Kejahatan

Anacaman pidanaSama dengan

pelakuTidak dipidana Pelanggaran

Daftar Pustaka

- Topo Santoso, SH, MH, menggagas hukum pidana islam, asysyaamil, bandung,2001.

- Prof. Dr.Wahbah Az-Suhaili, fiqih islam waadillatuhu, darul fikri, Damaskus, 2007.

- Ahmad Farid Zamani, tindak pidana penyertaan pembunuhan parspektif hukum islam

(analisis putusan MA No.959 k/Pid/2012),2014

- Digilib.uinsby.ac.id