rnandanuraini.files.wordpress.com · web vieworganisasi makalah ini disusun sebagai berikut. bagian...

17
DAMPAK TRANSFER PUBLIK BERPUTAR DAN TABUNGAN KREDIT ASOSIASI (ROSCA): KASUS RUMAH TANGGA DI INDONESIA ABSTRAK Transfer publik dalam bentuk bantuan keuangan kepada rumah tangga miskin memiliki dampak positif pada rumah tangga penerima. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh rumah tangga penerima, tetapi juga oleh rumah tangga di dekatnya. Pengaruh transfer publik modal sosial yang tercermin dalam partisipasi masyarakat sejauh ini tidak mendapat dukungan empiris yang cukup. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak dari transfer publik (bantuan langsung tunai, BLT) pada partisipasi rumah tangga dalam kegiatan masyarakat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah publikasi Indonesia Survei Kehidupan Keluarga (IFLS), yang memiliki informasi lengkap tentang kegiatan anggota rumah tangga di dalam Rotating Tabungan dan Asosiasi Kredit (ROSCA), koperasi, dan kegiatan pelayanan masyarakat dalam rangka pengembangan desa. Hasil penelitian menunjukkan rumah tangga yang menerima transfer publik (BLT) yang lebih aktif dalam ROSCA. Korelasi positif antara BLT dan ROSCA (arisan) kegiatan masih dapat dibuktikan meskipun ada kasus kebocoran bantuan tunai. PENDAHULUAN Salah satu fitur yang memiliki peran penting dalam pembangunan adalah modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat. Banyak peneliti telah menyadari pentingnya modal sosial dalam pembentukan masyarakat madani (Fukuyama, 2000). Adanya modal sosial juga penting tidak hanya untuk mendukung efektivitas pemerintahan, tetapi juga telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan dan indikator ekonomi lainnya (Keefer dan Knack, 2005). Beberapa peneliti juga secara empiris meneliti dampak modal sosial terhadap kinerja pembangunan ekonomi. Studi empiris tentang dampak sosial dari transfer publik sejauh sering menghadapi masalah estimasi serius. Pertama, definisi modal sosial yang cukup luas yang membuatnya sulit untuk mendapatkan indikator umum cukup untuk mewakili konsep modal sosial. Salah satu indikator yang digunakan adalah aktivitas individu atau rumah tangga dalam kegiatan masyarakat. Dalam masyarakat dengan intensitas berbagai kegiatan sosial, jenis kegiatan sosial yang dilakukan akan bervariasi dan harus unik antara masyarakat. Kedua, keputusan anggota rumah tangga untuk terlibat dalam kegiatan sosial juga didasarkan pada faktor-faktor yang sulit untuk mengukur secara empiris. Kegiatan sosial lebih banyak dipengaruhi oleh kesadaran individu dari tanggung jawab menjaga kemampuan keamanan dan kenyamanan lingkungan. Tidak ada sanksi hukum yang mengikat orang untuk terlibat dalam kegiatan sosial. Rumah tangga dengan tingkat tinggi kesadaran sosial akan aktif terlibat dalam kegiatan

Upload: others

Post on 17-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: rnandanuraini.files.wordpress.com · Web viewOrganisasi makalah ini disusun sebagai berikut. Bagian kedua menjelaskan beberapa literatur dan mentransfer publik program yang relevan

DAMPAK TRANSFER PUBLIK BERPUTAR DAN TABUNGAN KREDIT ASOSIASI (ROSCA): KASUS RUMAH TANGGA DI INDONESIA

ABSTRAKTransfer publik dalam bentuk bantuan keuangan kepada rumah tangga miskin memiliki dampak positif pada rumah tangga penerima. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh rumah tangga penerima, tetapi juga oleh rumah tangga di dekatnya. Pengaruh transfer publik modal sosial yang tercermin dalam partisipasi masyarakat sejauh ini tidak mendapat dukungan empiris yang cukup. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak dari transfer publik (bantuan langsung tunai, BLT) pada partisipasi rumah tangga dalam kegiatan masyarakat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah publikasi Indonesia Survei Kehidupan Keluarga (IFLS), yang memiliki informasi lengkap tentang kegiatan anggota rumah tangga di dalam Rotating Tabungan dan Asosiasi Kredit (ROSCA), koperasi, dan kegiatan pelayanan masyarakat dalam rangka pengembangan desa. Hasil penelitian menunjukkan rumah tangga yang menerima transfer publik (BLT) yang lebih aktif dalam ROSCA. Korelasi positif antara BLT dan ROSCA (arisan) kegiatan masih dapat dibuktikan meskipun ada kasus kebocoran bantuan tunai.

PENDAHULUANSalah satu fitur yang memiliki peran penting dalam pembangunan adalah modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat. Banyak peneliti telah menyadari pentingnya modal sosial dalam pembentukan masyarakat madani (Fukuyama, 2000). Adanya modal sosial juga penting tidak hanya untuk mendukung efektivitas pemerintahan, tetapi juga telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan dan indikator ekonomi lainnya (Keefer dan Knack, 2005). Beberapa peneliti juga secara empiris meneliti dampak modal sosial terhadap kinerja pembangunan ekonomi.

Studi empiris tentang dampak sosial dari transfer publik sejauh sering menghadapi masalah estimasi serius. Pertama, definisi modal sosial yang cukup luas yang membuatnya sulit untuk mendapatkan indikator umum cukup untuk mewakili konsep modal sosial. Salah satu indikator yang digunakan adalah aktivitas individu atau rumah tangga dalam kegiatan masyarakat. Dalam masyarakat dengan intensitas berbagai kegiatan sosial, jenis kegiatan sosial yang dilakukan akan bervariasi dan harus unik antara masyarakat. Kedua, keputusan anggota rumah tangga untuk terlibat dalam kegiatan sosial juga didasarkan pada faktor-faktor yang sulit untuk mengukur secara empiris. Kegiatan sosial lebih banyak dipengaruhi oleh kesadaran individu dari tanggung jawab menjaga kemampuan keamanan dan kenyamanan lingkungan. Tidak ada sanksi hukum yang mengikat orang untuk terlibat dalam kegiatan sosial. Rumah tangga dengan tingkat tinggi kesadaran sosial akan aktif terlibat dalam kegiatan masyarakat. Sebaliknya, rumah tangga relatif egois cenderung menghindari kegiatan sosial.

Masalah estimasi dapat diatasi jika ada data mikro-rumah tangga yang tersedia yang cukup kaya informasi tentang keterlibatan anggota rumah tangga dalam berbagai kegiatan masyarakat. Selain itu, data rumah tangga juga memiliki struktur panel yang diperlukan untuk menerapkan metode yang relevan untuk mengontrol heterogenitas teramati. The data mikro dengan struktur panel yang memiliki informasi yang cukup tentang kegiatan sosial lengkap tersedia sekarang dalam publikasi Indonesia Survei Kehidupan Keluarga (IFLS). Ketersediaan tingkat rumah tangga data mikro memungkinkan penelitian ini dilakukan dengan dua kontribusi penting. Pertama, penelitian ini dapat menganalisis dampak sosial dari transfer publik dengan menggunakan beberapa indikator partisipasi masyarakat yang lebih spesifik. Kedua, makalah ini menggunakan metodologi yang tepat untuk mengontrol karakteristik rumah tangga yang tidak diamati tetapi sangat berkorelasi dengan partisipasi masyarakat dan program pemerintah. Sebagai gambaran, rumah tangga egois cenderung tidak aktif dalam kegiatan masyarakat. Rumah tangga ini juga akan menerima bantuan tanpa merasa bersalah bahwa transfer pemerintah yang mereka terima, tidak harus tepat. Tanpa mengontrol heterogenitas yang tidak teramati, koefisien regresi estimasi antara variabel program dan berbagai indikator partisipasi masyarakat akan berpotensi bias.

Beberapa temuan penting yang diperoleh dari studi ini. Tanpa faktor pengendali rumah tangga tidak teramati tingkat, ada indikasi bahwa BLT memiliki hubungan negatif dengan beberapa jenis kegiatan masyarakat seperti Rotating Tabungan dan Asosiasi Kredit (ROSCA). Ketika heterogenitas teramati

Page 2: rnandanuraini.files.wordpress.com · Web viewOrganisasi makalah ini disusun sebagai berikut. Bagian kedua menjelaskan beberapa literatur dan mentransfer publik program yang relevan

dikendalikan (dengan perbedaan Pertama), maka ada bukti kuat bahwa rumah tangga yang berpenghasilan BLT relatif lebih aktif dalam kegiatan ROSCA. Dengan kata lain ada hubungan positif antara transfer publik dan partisipasi anggota rumah tangga dalam kegiatan sosial. Peran transfer publik dalam bentuk BLT pada ROSCA dan kegiatan koperasi masih cukup signifikan meskipun ada indikasi dari BLT kebocoran di masyarakat setempat. Kebocoran di BLT tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap kegiatan partisipasi masyarakat. Dalam tes lain model empiris, kami tidak menemukan bukti signifikan bahwa BLT kebocoran di masyarakat (desa) akan menyebabkan kenaikan probabilitas rumah tangga mendapatkan tindak pidana.

Organisasi makalah ini disusun sebagai berikut. Bagian kedua menjelaskan beberapa literatur dan mentransfer publik program yang relevan di Indonesia. Ketiga akan membahas isu-isu metodologis. Menggambarkan keempat data rumah tangga sampel di Indonesia, yang digunakan dalam IFLS. Bagian terakhir membahas hasil umum yang diperoleh dan ditutup dengan kesimpulan dan rekomendasi.

TRANSFER PUBLIK DAN MODAL SOSIAL DALAM SASTRA SEBELUMNYA

Modal Sosial dan Pembangunan Ekonomi Pentingnya modal sosial sebagai penentu pembangunan ekonomi telah lama dibahas oleh beberapa ahli. Secara konseptual, modal sosial sering dikaitkan dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat, saling percaya (trust) dan partisipasi individu atau rumah tangga dalam suatu kegiatan atau organisasi sosial. Ponthieux (2004) mengkaji konsep modal sosial dari pekerjaan struktur sosial Coleman, partisipasi dalam organisasi Putnam sesuai dengan konsep kepercayaan oleh Fukuyama.

Dalam studi empiris, para ahli juga telah memperkenalkan konsep perhitungan yang berkaitan dengan modal sosial mulai dari rumah tangga ke tingkat masyarakat (Stone, 2001). Beberapa peneliti lain seperti Hjoullund dan Svendsen (2000) secara khusus memperkenalkan metode perhitungan indeks modal sosial menggunakan pendekatan analisis faktor. Dalam hal ini peneliti mendefinisikan konsep modal sosial dalam dimensi kepercayaan (trust), kerjasama (cooperation) dan jejaring sosial (jaringan). Secara umum, dimensi modal sosial dirangkum dalam dua indikator utama, yaitu indikator kepercayaan dan indikator organisasi sukarela. Dalam aspek kolaborasi kelompok, peneliti menggunakan konsep modal sosial sebagai jumlah keanggotaan di organisasi masyarakat. Keterkaitan antara modal sosial dan pertumbuhan ekonomi secara agregat dianalisis oleh Garcia et al. (2006). Dengan menggunakan data time series pada tahun 1970 dan 2001 untuk 23 negara OECD, mereka menemukan hubungan positif yang signifikan antara modal sosial dan pertumbuhan ekonomi. Modal sosial memiliki kontribusi sekitar 7 sampai 10 persen pada pertumbuhan ekonomi dari negara-negara sampel. Temuan ini menekankan pentingnya kontribusi modal sosial dalam pertumbuhan ekonomi di samping faktor penjelas lainnya.

Penelitian tentang modal sosial di Indonesia pada dasarnya juga telah dilakukan dari awal dekade 2000. Miguel et al. (2002) menggunakan data SUPAS, PODES dan SUSENAS menguji dampak industrialisasi pada modal sosial di Indonesia antara tahun 1985 dan 1997. Hasil penelitian ini menemukan distrik yang mengalami industrialisasi memiliki indikator modal sosial yang relatif tinggi. Sementara itu, kabupaten yang terletak di dekatnya distrik industri sebenarnya telah menurun dalam indikator modal sosial yang diamati dengan jumlah migrasi keluar dan partisipasi yang relatif sedikit orang di pertemuan masyarakat. Penelitian lain yang berhubungan dengan modal sosial di Indonesia dilakukan dengan Grootaert (1999) menggunakan data survei Lembaga Tingkat Lokal di tiga provinsi: Jambi, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Timur. Data yang digunakan terdiri dari unit analisis multi-level dari tingkat rumah tangga dan masyarakat kabupaten. Beberapa indikator modal sosial yang digunakan adalah kepadatan keanggotaan, indeks heterogenitas, kehadiran pertemuan dan indeks pengambilan keputusan. Studi ini menemukan bahwa rumah tangga dengan modal sosial yang lebih tinggi menikmati belanja lebih tinggi, memiliki lebih banyak aset, memiliki lebih banyak tabungan dan memiliki akses yang lebih tinggi untuk kredit. Peneliti juga menemukan efek mekanisme modal sosial pada kesejahteraan melalui tiga jalur, yaitu (1) untuk berbagi informasi di antara anggota kegiatan kelompok, (2) mengurangi perilaku oportunistik, dan (3) meningkatkan proses pengambilan keputusan kelompok. Studi modal sosial sejauh terkait dengan isu mengukur dan

Page 3: rnandanuraini.files.wordpress.com · Web viewOrganisasi makalah ini disusun sebagai berikut. Bagian kedua menjelaskan beberapa literatur dan mentransfer publik program yang relevan

menghitung dampak dari modal sosial pada indikator kesejahteraan dan kemiskinan. Hasil penelitian memperkuat hipotesis bahwa sebagian besar indikator modal sosial memiliki dampak positif pada kesejahteraan rumah tangga dan perekonomian secara umum. Sejalan dengan jumlah program pemerintah di banyak negara berkembang, studi efek tidak langsung dari transfer publik mulai meningkat.

Impact Evaluation of Public Transfers

Evaluasi Dampak transfer publik dalam bentuk tunai telah dipelajari, termasuk dampak dari kesalahan dalam target penerima manfaat. Stoffler (2012) melakukan simulasi untuk menguji efek dari transfer tunai pada konsumsi dan produksi rumah tangga pertanian menggunakan data rumah tangga dari Taiwan. Beberapa hasil simulasi menunjukkan bahwa transfer memiliki dampak positif pada peningkatan konsumsi dan produksi. Efek positif juga dirasakan oleh rumah tangga bukan penerima (non-target) dan rumah tangga penerima, meskipun tidak rumah tangga miskin (kebocoran). Sehubungan dengan menargetkan kesalahan, Weiss (2004) mengidentifikasi bahwa fenomena umum di negara-negara berkembang, termasuk negara-negara yang telah lama mengadakan program pengentasan kemiskinan seperti India dan Republik Rakyat Cina (RRC). Kehadiran kebocoran dan menyamar juga ditemukan di negara-negara yang relatif baru dalam pelaksanaan program pengalihan publik, seperti Indonesia dan Thailand. Umumnya, penelitian menyimpulkan bahwa meskipun ada kebocoran, program pengentasan kemiskinan masih memiliki dampak positif.

Coady dkk. (2004) melakukan peninjauan menargetkan program di beberapa negara berkembang. Beberapa metode penargetan dibahas secara rinci dan dilakukan untuk mengukur kinerja menargetkan indeksasi di beberapa negara (termasuk Indonesia). Evaluasi dilakukan tidak hanya untuk program tetapi juga mencakup transfer program subsidi dan program penciptaan lapangan kerja. Evaluasi dampak program bantuan langsung tunai (BLT) yang dilakukan pada tahun 2005 dan 2006 secara komprehensif dilakukan oleh Bazzi et al (2012). Meskipun BLT secara eksplisit diberikan untuk mengantisipasi dampak kenaikan harga minyak dunia, beberapa indikator kesejahteraan lainnya seperti pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja juga dievaluasi. Memberikan bantuan tunai sampai batas tertentu memiliki efek positif pada indikator kesejahteraan yang diuji. Dampak transfer publik tidak hanya dievaluasi pada indikator kesejahteraan seperti pengeluaran konsumsi rumah tangga, kesehatan dan pendidikan. Beberapa peneliti juga meneliti dampak dari transfer publik tidak langsung pada penyediaan modal sosial. Attanasio et al. (2008) dengan pendekatan eksperimental, menemukan bukti bahwa tingkat kerjasama yang orang mendapatkan program yang relatif lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak mendapatkan program. Sementara Ressler (2008) dengan pendekatan kualitatif, menemukan bukti bahwa kehadiran transfer publik memperkuat jaringan sosial yang ada. Peneliti menemukan bukti setelah melakukan wawancara dengan beberapa rumah tangga perkotaan dan pedesaan di Kenya. Angelucci dan De Giorgi (2009) menemukan bahwa transfer publik meningkatkan konsumsi rumah tangga non-penerima sebesar 10 persen. Kenaikan terjadi melalui peningkatan pinjaman, transfer pribadi antara kerabat dan keluarga serta melalui pengurangan tabungan. Studi sebelumnya sejauh menemukan bukti bahwa program pengentasan kemiskinan yang diwujudkan dalam bentuk tunai (cash transfer) memiliki efek positif pada rumah tangga penerima. Efek positif ini juga dapat dirasakan oleh rumah tangga bukan penerima. Pengaruh positif dari kehadiran program pengalihan publik pada kesejahteraan tidak hanya dalam bentuk peningkatan kadar penerima kesejahteraan rumah tangga, tetapi juga penguatan modal sosial dalam bentuk ditunjukkan oleh partisipasi tinggi dalam kegiatan formal dan informal.

Salah satu masalah yang dihadapi dalam transfer umum adalah kesalahan dalam bentuk kebocoran dan menyamar. Kesalahan tentu akan menyebabkan pencapaian target program efektivitas tidak optimal. Bagaimana pengaruh menargetkan kesalahan pada modal sosial di masyarakat? Penelitian tentang topik ini masih relatif jarang. Satu studi menggunakan data mikro rumah tangga di Indonesia

Page 4: rnandanuraini.files.wordpress.com · Web viewOrganisasi makalah ini disusun sebagai berikut. Bagian kedua menjelaskan beberapa literatur dan mentransfer publik program yang relevan

yang dilakukan oleh Cameron dan Shah (2011). Dengan menggunakan IFLS dan SUSENAS data, peneliti menyatakan bahwa kesalahan penargetan, terutama kehadiran kebocoran, akan mengakibatkan peningkatan kejahatan. Selain itu, mereka juga menemukan hubungan negatif antara penargetan kesalahan dan partisipasi masyarakat. Masalah utama dari metode estimasi dilakukan dengan Cameron dan Shah (2011) tidak mengendalikan karakteristik rumah tangga yang tidak diamati tetapi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hubungan antara modal sosial dan perpindahan masyarakat. Masalahnya dapat diatasi jika ada data panel rumah tangga yang berisi informasi tentang perilaku rumah tangga yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dan status transfer publik.

Berputar Tabungan dan Asosiasi Kredit (ROSCA)

Indikator modal sosial yang penting yang digunakan dalam penelitian ini berputar Tabungan dan Asosiasi Kredit (ROSCA) atau dikenal sebagai "Arisan". Sebagai salah satu bentuk kegiatan yang ditemui di beberapa negara berkembang (termasuk Indonesia), kegiatan arisan telah lama menjadi perhatian para ahli untuk meneliti determinan dan implikasi dari kegiatan ini. Sejauh ini ada tiga studi yang telah dilakukan mengenai ROSCA di Indonesia. Penelitian awal yang dilakukan oleh Geertz (1962) mengakibatkan survei lapangan investigasi di wilayah Jawa Timur Mei 1953 sampai September 1954. Menurut penelitian, diperoleh informasi bahwa partisipasi seseorang dalam kegiatan gathering tidak termotivasi oleh uang yang akan diterima tetapi karena keinginan untuk menciptakan harmoni dalam masyarakat.Meskipun penelitian telah dilakukan di beberapa tempat, teka-teki arisan tidak dapat diidentifikasi sepenuhnya. Dengan menggunakan hasil beberapa penelitian sebelumnya, Ambec dan Treich (2003) mengusulkan teori alternatif terkait dengan ROSCA. Teori ini dibangun dengan menggunakan model tekanan sosial. Ambec dan Treich (2003) berhipotesis bahwa partisipasi individu dalam ROSCA karena motif untuk menghindari kewajiban sosial untuk berbagi pendapatan.

Individu Misalkan saya dengan tingkat pendapatan y menghadapi keputusan untuk berpartisipasi dalam sejumlah m uang dalam arisan. Hal ini diasumsikan bahwa ada kepuasan sosial jika individu mengikuti arisan. Jika utilitas individu dinyatakan sebagai u, maka titik optimal dicapai karena membayar sejumlah m individu akan dicapai hanya dan hanya jika (.):

Ui-(yi-mi)+

mana adalah kepuasan sosial atau sanksi sosial yang ada di masyarakat. Dengan asumsi bahwa utilitas u (.) Adalah fungsi meningkat dan cekung, maka individu dengan tingkat pendapatan terendah tidak akan mencapai optimal untuk menghabiskan uang m. Untuk individu dengan tingkat pendapatan rendah, koefisien adalah nol

Seiring dengan meningkatnya pendapatan, individu akan menerima gratifikasi sosial jika ia memberikan kontribusi m. Perlu dicatat bahwa akan ada tingkat pendapatan y mana individu akan berada di posisi yang sama (peduli) antara memberi m uang atau tidak. Secara matematis, posisi ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

METODOLOGIModel estimasi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengikuti model yang digunakan oleh Cameron dan Shah (2011) dengan beberapa modifikasi. Variabel Partisipasi Masyarakat (ROSCA) dijelaskan oleh variabel penjelas seperti tingkat variabel pendapatan rumah tangga, konsumsi dan kebijakan.

Page 5: rnandanuraini.files.wordpress.com · Web viewOrganisasi makalah ini disusun sebagai berikut. Bagian kedua menjelaskan beberapa literatur dan mentransfer publik program yang relevan

mana ROSCA adalah anggota dari partisipasi rumah tangga dalam kegiatan ghatering sosial; X adalah vektor dari karakteristik rumah tangga; INS adalah karakteristik vektor lembaga; BLT adalah variabel kebijakan; adalah karakteristik rumah tangga variabel tidak diamati; adalah variabel yang mewakili karakteristik kabupaten dan e adalah istilah kesalahan acak.

Masalah utama dalam estimasi model (5) adalah adanya faktor teramati yang mempengaruhi partisipasi masyarakat serta menargetkan BLT. Sebagai gambaran, rumah tangga yang secara sosial tidak aktif cenderung tidak aktif dalam kegiatan masyarakat dan karenanya melarikan diri dari divisi transfer publik. Mengabaikan efek heterogenitas teramati pada tingkat rumah tangga akan menyebabkan bias dalam koefisien terkait dengan penargetan BLT dan BLT. Jika kita mengasumsikan bahwa un-diamati karakter saatnya invarian, maka penggunaan teknik Perbedaan Pertama (FD) dapat mengisolasi dampak dari variabel tetap ini. Proses differencing akan menghasilkan persamaan berikut:

Penggunaan FD akan mengisolasi efek dari faktor-tingkat rumah tangga yang invariants waktu. Variabel rumah tangga tingkat diwakili oleh variabel pendapatan rumah tangga dan mengakuisisi Status rumah tangga atau tidak memperoleh BLT. Sementara itu lembaga desa fasilitas desa seperti keberadaan kantor terminal, pasar, sekolah dan pos. Variabel utama adalah BLT yang mencakup persentase variabel kebocoran dan menyamar. Lembaga variasi mungkin tidak hanya terbatas pada tingkat pedesaan. Kondisi tertentu di kabupaten atau kota / kabupaten dapat sangat mempengaruhi hasil estimasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, teknik estimasi yang digunakan Fixed Effect (FE) tingkat kota / kabupaten. Model ini diperkirakan akan singkat sebagai berikut:

Mengikuti Cameron dan Shah (2011), perhitungan kebocoran dan menyamar dilakukan pada desa tingkat. Menurut definisi, kebocoran dihitung berdasarkan porsi rumah tangga tidak miskin yang mendapatkan BLT di desa. Sementara itu, menyamar dihitung berdasarkan porsi rumah tangga miskin yang tidak menerima BLT di desa. Penentuan rumah tangga miskin berdasarkan kriteria pengeluaran rata-rata per bulan di tingkat Rp175.000, -. Rumah tangga dengan pengeluaran di bawah Rp.175 ribu per kapita per bulan dikategorikan sebagai rumah tangga miskin. Dengan transfer data Status rumah tangga penerima publik (BLT = 1, lainnya = 0) maka perhitungan kebocoran dan menyamar setiap desa dapat dihitung. Sebagai perbandingan, perhitungan kebocoran dan menyamar dalam penelitian ini juga akan mengikuti garis batas kemiskinan (PL) yang dikeluarkan oleh Pemerintah (Biro Pusat Statistik, 2008). SUSENAS berdasarkan, BPS menetapkan garis kemiskinan untuk tahun 2007 adalah Rp166.697, - per kapita per bulan. Sebuah tinjauan lebih lengkap dari data penelitian yang digunakan dapat dipertimbangkan dalam sesi berikutnya.

DESCRIPTION OF DATA

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah publikasi IFLS survei gelombang 3 (tahun 2000) dan IFLS gelombang 4 (2007). Dalam IFLS-4 telah tersedia khusus angket tentang program pemerintah termasuk bantuan langsung tunai (BLT). Sebanyak 12,979 rumah tangga yang disurvei, hampir 25 persen rumah tangga yang mengaku mendapatkan BLT. Dengan menggunakan pengeluaran batas kapita bulan Rp175.000 per, - untuk kategori rumah tangga miskin, maka sekitar 7 persen dari rumah tangga termasuk dalam rumah tangga miskin. Dari 2.901 rumah tangga yang mendapatkan BLT, sebanyak 2.436 rumah tangga tidak termasuk rumah tangga miskin (sekitar 18,76 persen dari total rumah tangga). Sementara ada sekitar

Page 6: rnandanuraini.files.wordpress.com · Web viewOrganisasi makalah ini disusun sebagai berikut. Bagian kedua menjelaskan beberapa literatur dan mentransfer publik program yang relevan

449 rumah tangga miskin tidak mendapat BLT (sekitar 3,4 persen dari total rumah tangga). Hal ini menunjukkan bahwa kasus kebocoran lebih dominan dibandingkan dengan kasus menyamar.

Setiap data rumah tangga yang terkait dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Data yang digunakan pada dasarnya terdiri dari dua unit analisis: tingkat rumah tangga dan tingkat masyarakat (desa). Sebuah tingkat rumah tangga terdiri dari data tentang status memperoleh BLT (ya atau tidak), tingkat pendapatan, usia kepala rumah tangga, kepala rumah tangga jenis kelamin dan status perkawinan (menikah atau tidak). Data partisipasi rumah tangga dalam kegiatan sosial dihitung berdasarkan jumlah anggota rumah tangga yang terlibat dalam kegiatan seperti partisipasi masyarakat gathering, pertemuan masyarakat, kegiatan koperasi, pelayanan masyarakat dan kegiatan dalam rangka meningkatkan desa. Di tingkat desa, karakter desa diwakili oleh variabel yang menunjukkan adanya infrastruktur pedesaan seperti terminal, artikel, warung telekomunikasi, dan kantor pos. Salah satu variabel penjelas yang penting dalam penelitian ini adalah kebocoran (kebocoran) dan menyamar. Kebocoran dihitung berdasarkan porsi non-miskin rumah tangga yang berpenghasilan BLT. Sementara menyamar adalah bagian dari rumah tangga miskin yang tidak mendapatkan BLT. Kedua indeks utama dihitung di tingkat desa.

ESTIMASI HASIL

Dampak Transfer Publik ROSCA

Page 7: rnandanuraini.files.wordpress.com · Web viewOrganisasi makalah ini disusun sebagai berikut. Bagian kedua menjelaskan beberapa literatur dan mentransfer publik program yang relevan

Tabel 2 menyajikan hasil dari model estimasi partisipasi masyarakat (Arisan) sehubungan dengan status sebagai rumah tangga BLT. Ada empat hasil estimasi kolom. Kolom pertama (1) dan kedua (2) menyajikan hasil estimasi OLS sedangkan kolom ketiga (3) dan kolom keempat (4) menyajikan hasil estimasi dari tingkat rumah tangga Perbedaan Pertama. Unit analisis adalah rumah tangga. Variabel dependen dalam tabel ini adalah jumlah anggota rumah tangga yang mengikuti arisan selama 12 bulan terakhir. Sedangkan variabel independen kepentingan utama adalah variabel dummy yang menunjukkan status BLT rumah tangga (ya = 1) atau tidak menerima BLT (tidak ada = 0).

Perkiraan kolom pertama (1) didasarkan pada data IFLS-4 (2007), yang meliputi data tentang partisipasi dalam kegiatan arisan, serta status dari jumlah karakter penting BLT rumah tangga. Hasil estimasi pada kolom pertama menunjukkan bahwa rumah tangga BLT cenderung aktif berpartisipasi dalam arisan tersebut. Semua variabel yang mewakili karakteristik rumah tangga memiliki hubungan yang signifikan dengan ROSCA (arisan) aktivitas. Arisan akan diikuti oleh banyak rumah tangga dengan kepala rumah tangga usia semakin tua. Arisan ini juga lebih banyak diikuti jika kepala rumah tangga adalah perempuan. Tingkat pendidikan kepala rumah tangga juga memiliki hubungan sistematis yang positif dengan aktivitas arisan, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar jumlah anggota rumah tangga yang bergabung arisan. Jumlah anggota rumah tangga yang lebih besar

Page 8: rnandanuraini.files.wordpress.com · Web viewOrganisasi makalah ini disusun sebagai berikut. Bagian kedua menjelaskan beberapa literatur dan mentransfer publik program yang relevan

tentu akan meningkatkan kemungkinan anggota rumah tangga yang terlibat dalam kegiatan pengumpulan. Hal ini didukung oleh hasil empiris review. Selanjutnya, tingkat pendapatan rumah tangga dikaitkan dengan tingkat yang lebih tinggi dari partisipasi dalam arisan yang lebih tinggi juga. Semua faktor yang diuji dalam kolom (1) Tabel 2 adalah karakteristik yang diamati dari tingkat rumah tangga. Sebagai bentuk kegiatan sosial, kegiatan arisan juga akan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di tingkat masyarakat. Untuk mengontrol efek dari faktor-faktor lain dalam komunitas yang bersangkutan, maka re-estimasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan Fixed Effect tingkat (FE) desa dengan hasil seperti yang disajikan dalam kolom (2). Pengendalian faktor penyebab tingkat masyarakat koefisien skala (besar) regresi pada hampir semua variabel bebas dalam kolom (1) dikoreksi. Namun, dalam hal tingkat signifikansi, hampir tidak ada perubahan yang signifikan. Kesimpulan yang diperoleh sementara juga tetap, bahwa program BLT berhubungan negatif dengan jumlah anggota rumah tangga yang bergabung ke arisan.

Seperti telah diulas sebelumnya, yang mengontrol variabel yang diamati saja mungkin tidak cukup karena keputusan rumah tangga untuk berpartisipasi dalam mengumpulkan lebih ditentukan oleh variabel yang tidak dapat diamati seperti sikap sosial, motivasi dan kebiasaan anggota rumah tangga menurut kebiasaan tertentu yang mendasari. Untuk mengisolasi efek dari faktor teramati pada kolom ke tiga (3) Tabel 2 melakukan model estimasi menggunakan perbedaan variabel (diferensiasi) antara IFLS Data pada tahun 2007 dengan data IFLS pada tahun 2000. Semua variabel penelitian kegiatan arisan seperti karakteristik rumah tangga, termasuk usia, jenis kelamin, status perkawinan dan pendidikan kepala rumah tangga diukur dalam hal perbedaan (perbedaan Pertama). Variabel BLT tetap seperti yang dinyatakan sebelumnya dalam bentuk (dummy) karena pada tahun 2000 program ini belum diimplementasikan. Diferensiasi pada variabel program akan menghasilkan nilai yang sama. Model estimasi menggunakan pertemuan pendekatan Perbedaan Pertama (FD) dapat dipertimbangkan dalam kolom (3) dan kolom (4) pada Tabel 2. Berbeda dengan hasil sebelumnya, koefisien pada variabel BLT positif dan signifikan terhadap tingkat 1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga BLT lebih aktif terlibat dalam arisan. Jumlah anggota rumah tangga yang mengikuti arisan signifikan berkorelasi positif dengan status penerimaan BLT. Dengan kata lain, anggota rumah tangga lebih BLT terlibat dalam kegiatan arisan. Pendekatan FD jelas menghasilkan perkiraan yang berbeda dengan perkiraan sebelumnya (OLS). Temuan ini menegaskan bahwa keterlibatan yang menentukan anggota rumah tangga dalam kegiatan partisipasi publik (arisan) lebih disumbang oleh faktor teramati.

Usia kepala rumah tangga memiliki hubungan negatif dengan aktivitas pengumpulan. Tingkat pendidikan kepala rumah tangga juga merupakan penentu kegiatan arisan, tetapi signifikan hanya pada tingkat pendidikan menengah sekolah (SMP atau setara). Karakteristik rumah tangga yang juga penting dalam menentukan jumlah anggota rumah tangga yang bergabung arisan adalah sejumlah besar anggota tingkat rumah tangga dan pendapatan rumah tangga. Baik secara positif terkait dengan kegiatan ROSCA. Estimasi dalam kolom (3) ditentukan oleh karakteristik internal rumah tangga baik yang diamati atau tidak. Untuk mengendalikan faktor-faktor lain di luar karakter rumah tangga atau di tingkat masyarakat dalam kolom (4) dilakukan teknik estimasi sama dengan kehadiran tambahan Pengaruh tingkat desa tetap. Penggunaan skala tingkat desa FE mengoreksi koefisien dari beberapa variabel penting. Namun, tingkat signifikansi dari koefisien tersebut tidak berubah. Hasil ini menunjukkan bahwa faktor eksternal di tingkat masyarakat juga memiliki peran penting dalam menentukan aktivitas kegiatan partisipasi publik.

Dampak Kesalahan Sasaran transfer Publik ROSCA

Hasil penelitian sebelumnya menemukan hasil bahwa di antara beberapa jenis kegiatan partisipasi publik diuji, hanya dua kegiatan yang memiliki hubungan positif yang signifikan dengan BLT: arisan dan kegiatan koperasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendapatan tambahan dalam bentuk transfer publik yang digunakan oleh anggota rumah tangga untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial

Page 9: rnandanuraini.files.wordpress.com · Web viewOrganisasi makalah ini disusun sebagai berikut. Bagian kedua menjelaskan beberapa literatur dan mentransfer publik program yang relevan

yang harus dilakukan dengan aliran dana. Sementara itu kegiatan partisipasi sosial yang hanya membutuhkan kehadiran seorang individu, tidak banyak terpengaruh oleh adanya bantuan langsung tunai. Untuk lebih menguji hubungan antara transfer publik untuk partisipasi masyarakat, model diperkirakan melakukan hal yang sama tetapi dengan pengaturan yang sedikit berbeda. Program pengalihan publik tidak hanya dilihat dari sisi status BLT rumah tangga, tetapi juga pada setiap kebocoran dan menyamar dari program ini. Seperti telah disebutkan, bahwa kebocoran dihitung berdasarkan rasio rumah tangga yang tidak BLT miskin untuk semua rumah tangga di sebuah desa. Menyamar yang dihitung berdasarkan rasio rumah tangga miskin tetapi non BLT rumah tangga di desa-desa.

Kebocoran dan menyamar adalah indikasi kehadiran mistargetting bantuan tunai. Apa dampak transfer publik menargetkan kesalahan ini pada partisipasi masyarakat? Tabel 3 menyajikan hasil estimasi. Tabel 3 dasarnya ulangan Tabel 2 dengan dua variabel tambahan: kebocoran dan menyamar. Hasil uji OLS menunjukkan hubungan negatif antara kebocoran BLT dengan kegiatan arisan. Namun, hasil ini cenderung bias karena faktor teramati tidak mengontrol di tingkat rumah tangga. Setelah faktor-faktor ini dikendalikan, dapat menemukan bukti bahwa hal itu menyebabkan jumlah kebocoran BLT dari anggota rumah tangga yang bergabung arisan. Tidak hanya itu, fenomena menyamar juga menghasilkan kesimpulan yang sama, bahwa ada hubungan positif antara jumlah aktivitas dengan arisan rumah tangga miskin yang belum terjangkau oleh BLT. Ini Hasil relatif konsisten meskipun dilakukan kontrol tambahan di tingkat masyarakat (kabupaten). Temuan ini sangat menarik untuk dicatat, mengingat dampak dari pemberian masyarakat dalam bentuk tunai (BLT) akan meningkatkan keterlibatan anggota rumah tangga untuk menghadiri arisan meskipun kebocoran bantuan tunai.

Page 10: rnandanuraini.files.wordpress.com · Web viewOrganisasi makalah ini disusun sebagai berikut. Bagian kedua menjelaskan beberapa literatur dan mentransfer publik program yang relevan

PEMBAHASANSebagaimana dibahas dalam bagian sebelumnya, pada umumnya, penelitian ini mendukung temuan bahwa ada hubungan positif antara transfer publik dan kegiatan sosial. Dengan pendekatan eksperimental, Attanasio et al. (2008) menemukan hubungan yang signifikan antara transfer publik dan kegiatan sosial. Hasil wawancara Ressler (2008) dengan masyarakat Kenya juga menemukan bukti yang memperkuat transfer publik jaringan sosial yang ada. Hasil penelitian terbaru menggunakan data mikro rumah tangga juga menghasilkan kesimpulan umum tentang hal yang sama. Dalam kasus beberapa negara Afrika, Babajanian (2012) menemukan bahwa transfer publik berhubungan positif dengan perilaku individu dalam kegiatan sosial. Temuan yang sama juga dilaporkan oleh Hidrobo et al (2012) dalam kasus negara-negara Amerika Latin. Bukti empiris menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara penerima transfer publik untuk partisipasi masyarakat.Penelitian ini secara khusus menguji efek dari transfer publik dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT) untuk beberapa kegiatan arisan seperti partisipasi masyarakat, pertemuan masyarakat, dan kegiatan koperasi lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah tangga BLT lebih aktif dalam mengikuti arisan (arisan). Hubungan antara BLT dan arisan adalah temuan baru meskipun telah ada penelitian arisan pada perilaku di Indonesia menggunakan data IFLS. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini menggunakan pendekatan yang konsisten untuk mengisolasi seluruh pertemuan penentu baik diamati atau tidak. Vanadharajan (2004) menggunakan data cross-section IFLS-2 (1997), sedangkan Lasagni dan Lollo (2011) menggunakan IFLS-3 (2000) dan IFLS-4 (2007). Kedua penelitian tentang arisan di Indonesia tidak mengantisipasi kemungkinan bahwa efek dari faktor teramati berpotensi menghasilkan estimator bias.

Teoritis, faktor penentu juga dapat berasal dari arisan faktor teramati seperti tidak adanya sanksi sosial (Ambec & Treich, 2003) serta sifat dari rumah tangga yang cenderung individualistik (keluarga egois) atau cenderung untuk bersosialisasi dengan orang-orang di sekitar . Sifat rumah tangga dapat mempengaruhi keputusan untuk menghadiri pertemuan sosial juga berkorelasi dengan status rumah tangga dalam memperoleh transfer publik. Untuk mengisolasi pengaruh faktor tidak diamati penelitian ini menggunakan pendekatan Perbedaan Pertama (FD) dengan kombinasi Fixed Effect (FE) di tingkat masyarakat. Hasil pengujian secara konsisten menunjukkan bahwa BLT yang positif terkait dengan kegiatan arisan. Beberapa penjelasan dapat diusulkan untuk mengurai hubungan BLT dan arisan. Pertama, menurut temuan Geertz (1962), arisan dilakukan untuk memperkuat kerukunan antar anggota masyarakat. Hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Hosain et al (2012) menemukan bahwa BLT beberapa anggota masyarakat yang tidak pasti menyebabkan kecemburuan sosial dapat mengganggu keharmonisan masyarakat setempat. Namun, gesekan sosial itu hanya bersifat sementara dan mungkin konflik vertikal antara sebagian besar warga yang tidak menerima BLT dengan pemerintah setempat. Gesekan sosial tidak menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam kejahatan sebagai temuan Cameron dan Shah (2012). Untuk memperbaiki harmoni di antara anggota masyarakat, pertemuan itu dapat digunakan sebagai salah satu sarana memperkuat ikatan sosial terganggu. Bukti empiris menunjukkan bahwa intensitas pertemuan sosial tetap tinggi meskipun kasus target keliru BLT. Kedua, sebagai hipotesis dalam model tekanan sosial dan Treich Ambec (2003), arisan dapat digunakan oleh individu untuk mengantisipasi tekanan sosial "kewajiban sosial" untuk berbagi pendapatan (bagi hasil). Rumah tangga BLT memperoleh menggunakan arisan sebagai media untuk berbagi dengan sesama warga tanpa harus kehilangan uang, tapi harus rela menunda konsumsi menghabiskan sebagian besar waktu ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar di masa depan.

KESIMPULANBerdasarkan perhitungan dari model perkiraan dampak sosial dari transfer publik dapat menemukan bahwa ada indikasi bahwa rumah tangga BLT lebih aktif terlibat dalam kegiatan sosial. Temuan korelasi positif antara BLT dengan arisan seharusnya tidak terlalu mengejutkan mengingat bahwa dua kegiatan yang lebih terkait dengan arus kas. Sementara kegiatan partisipasi publik lainnya seperti

Page 11: rnandanuraini.files.wordpress.com · Web viewOrganisasi makalah ini disusun sebagai berikut. Bagian kedua menjelaskan beberapa literatur dan mentransfer publik program yang relevan

pertemuan masyarakat dan proyek pelayanan memerlukan kehadiran fisik agar tidak terpengaruh oleh adanya transfer tunai.

Hal penting lain yang harus disorot dalam temuan dari penelitian ini adalah efek dari BLT pada kegiatan arisan tetap signifikan bahkan dalam kasus kebocoran bantuan tunai. Terlepas dari status rumah tangga miskin atau tidak miskin, transfer publik dalam bentuk injeksi keuangan sampai batas tertentu telah mengintensifkan efek kegiatan sosial seperti arisan. Bantuan tunai kebocoran telah menjadi fakta. Namun demikian, kasus kebocoran tidak selalu melemahkan solidaritas sosial terbentuk. Kebocoran dan BLT kasus menyamar tidak ada hubungannya dengan kejahatan. Aksi dalam bentuk gangguan anti-sosial mungkin kriminalitas lebih relevan terkait dengan masalah ketimpangan sosial ekonomi yang lebih spesifik. Kegiatan ROSCA dapat digunakan sebagai media untuk memperkuat hubungan masyarakat atau obligasi yang terganggu oleh kehadiran cemburu karena penyediaan transfer publik yang dapat dianggap sebagai tidak adil atau kesalahan dalam pemberian target transfer.

Hasil penelitian ini memiliki implikasi kebijakan yang signifikan. Modal sosial yang dimiliki oleh publik tidak diragukan lagi merupakan elemen penting dalam perkembangan masyarakat. Modal sosial juga berperan sangat penting dalam keberhasilan program pemerintah. Ikatan sosial yang kuat dapat mengurangi turbulensi yang disebabkan oleh pengalihan administrasi kesalahan sasaran. Sebaliknya, program pemerintah dalam bentuk transfer masyarakat juga terbukti memiliki dampak positif pada penguatan modal sosial, salah satunya dalam bentuk kegiatan arisan.