web vieworganisasi, dan struktur dari ... ini disimpulkan bahwa penggunaan media animasi dalam model...

37
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relefan 1. Kajian Teori a. Keaktifan Belajar Kimia a.1. Hakikat Keaktifan Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat bekerja, giat berusaha, mampu bereaksi dan beraksi, sedangkan arti kata keaktifan adalah kesibukan atau kegiatan. (Fajri dan Senja, 2004: 36). Dalam mengkategorikan keaktifan, dapat ditinjau dari dua hal yaitu keaktifan dapat digolongkan menjadi keaktifan jasmani maupun rohani. Keaktifan jasmani maupun rohani melliputi (1) keaktifan indra yaitu pendengaran, penglihatan, peraba dan lain-lain; (2) keaktifan akal; serta (3) keaktifan ingatan. Keaktifan juga termasuk dalam sumber pembelajaran yang merupakan 7

Upload: phamque

Post on 13-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relefan

1. Kajian Teori

a. Keaktifan Belajar Kimia

a.1. Hakikat Keaktifan

Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat bekerja, giat

berusaha, mampu bereaksi dan beraksi, sedangkan arti kata keaktifan

adalah kesibukan atau kegiatan. (Fajri dan Senja, 2004: 36). Dalam

mengkategorikan keaktifan, dapat ditinjau dari dua hal yaitu keaktifan

dapat digolongkan menjadi keaktifan jasmani maupun rohani. Keaktifan

jasmani maupun rohani melliputi (1) keaktifan indra yaitu pendengaran,

penglihatan, peraba dan lain-lain; (2) keaktifan akal; serta (3) keaktifan

ingatan. Keaktifan juga termasuk dalam sumber pembelajaran yang

merupakan kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain

(Mulyasa.,2008:158).

a.2. Hakikat Belajar

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan

perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungannya (Sumiati &

Asra., 2007:38). Belajar menunjuk pada apa yang dilakukan seseorang

sebagai subyek yang menerima pelajaran (peserta didik).

7

8

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan pada diri seseorang, meliputi pengetahuannya, pemahamannya,

sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan

kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dam lain-lain,

aspek yang ada pada individu. (Sudjana., 2009:28). Jadi belajar

merupakan proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya

latihan khusus. Artinya seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat

melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya, atau dengan

kata lain ada perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Belajar

merupakan perubahan yang secara relative berlangsung lama pada perilaku

yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Belajar merupakan salah

satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia.

Belajar membantu manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan.

a.3. Keaktifan Belajar Kimia

Keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat atau sibuk.Kata

keaktifan juga bisa berarti dengan kegiatan dan kesibukan. Yang dimaksud

dengan keaktifan disini adalah bahwa pada waktu guru mengajar harus

mengusahakan agar peseta didik aktif  jasmani maupun rohani. Keaktifan

jasmani dan rohani itu meliputi:(1) Keaktifan panca indera, (2) Keaktifan

akal,(3) Keaktifan ingatan, (4) Keaktifan emosi.

Dalam penelitian ini keaktifan peserta didik yang dimaksud oleh

peneliti, antara lain :(1) Merespon motivasi yang diberikan oleh guru.

(2). Membaca atau memahami masalah yang terdapat dalam lembar kerja

9

peserta didik (LKS) . (3)  Menyelesaikan masalah atau menemukan

jawaban dan cara untuk menjawab.(4)  Mengemukakan pendapat.

(5)   Berdiskusi / bertanya antar peserta didik maupun guru.

(6)   Mempresentasikan hasil kerja kelompok. (7)    Merangkum materi

yang telah didiskusikan.

Dari keterangan di atas keaktifan belajar kimia diharapkan siswa

dapat aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh

peneliti.

b. Hasil Belajar Kimia

b.1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku individu secara

keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

(Surya 2003:25). Jadi hasil belajar atau sering disebut prestasi belajar

adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan atau diciptakan

secara individu atau kelompok. Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya

proses pembelajaran perlu dilakukan penilaian atau evaluasi, sehingga

hasil belajar dapat diukur. Penilaian juga sebagai dasar untuk umpan balik

(feed back) dari proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Dalam Permendiknas No. 20 tahun 2007 disebutkan bahwa

penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk

mengukur kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan

10

penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses

pembelajaran.

Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik dan terprogram

dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis atau lisan,

pengamatan kinerja pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas

proyek dan atau produk, portopolio dan penilaian diri, Penilaian hasil

belajar oleh pendidik disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan

tingkat perkembangan peserta didik. Penilaian hasil belajar pada dasarnya

adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan

kriteria tertentu. (Sudjana., 2009:111).

Setiap individu yang belajar tentu akan berusaha agar mendapatkan

hasil yang memuaskan. Keberhasilan seorang siswa dalam pembelajaran

dikatakan tuntas atau berhasil ketika dapat mencapai minimal sama dengan

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Hasil yang

diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar.

Menurut Kingsley dalam Sudjana (2009:45) membagi tiga macam

hasil belajar, yaitu a) ketrampilan dan kebiasaan b) pengetahuan dan

pengertian; c) sikap dan cita-cita. Dimana masing-masing golonngan dapat

diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah, Nilai hasil

belajar biasanya dinyatakan dengan angka, huruf atau kalimat yang

menceritakan hasil yang sidah dicapai oleh setiap peserta didik pada

perioda tertentu.

11

b.2. Hasil Belajar Kimia

Hasil belajar Kimia juga merupakan perubahan perilaku individu

secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik. Jadi hasil belajar atau sering disebut prestasi belajar adalah

hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan atau diciptakan secara

individu atau kelompok. Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya proses

pembelajaran perlu dilakukan penilaian atau evaluasi, sehingga hasil

belajar dapat diukur.

Setiap individu yang belajar tentu akan berusaha agar mendapatkan

hasil yang memuaskan. Keberhasilan seorang siswa dalam pembelajaran

dikatakan tuntas atau berhasil ketika dapat mencapai minimal sama dengan

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Dalam

penelitian ini berupa rata-rata nilai tugas dan nilai ulangan harian dengan

pencapaian KKM sebesar 75. Selain itu hasil belajar Kimia juga

diwujudkan dengan adanya pencapaian tingkat ketuntasan belajar secara

kalsikal sebesar 85% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai > 75.

c. Materi Redok

c.1 Perkembangan Konsep Oksidasi Reduksi.

1.Konsep Redoks ditinjau dari penggabungan dan pelepasan oksigen

1. Reaksi oksidasi adalah reaksi penggabungan dengan oksigen.

contoh:

1. Reaksi perkaratan besi: 4Fe(s) + 3O2(g)→ 2Fe2O3(s)

2. Reaksi pembakaran : CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)

12

2. Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan oksigen dari suatu zat,

contoh ;

1. Reaksi pengolahan timah oleh bijih timah:

2SnO + C → 2Sn + CO2

2. Reaksi pengolahan besi dari bijihnya

Fe2O3 + 3CO → 2Fe + 3CO2

2.Konsep Reaksi Redoks ditinjau dari penerimaan dan pelepasan elektron

1. Reaksi oksidasi adalah reksai pelepasan elektron: Cu → Cu2+ + 2e

2. Reaksi reduksi adalah reaksi penerimaan elektron: O2 + 2e → 2O2-

Bila kedua reaksi dijumlahkan akan menjadi reaksi redoks

Cu → Cu2+ + 2e

1/2O2 + 2e → O2-

---------------------------------

Cu + 1/2 O2 → Cu2+ + O2-

CuO

. c.2. Bilangan oksidasi unsur dalam senyawa atau Ion

Bilangan oksidasi didefinisikan sebagai muatan yang dimilki suatu atom

bila atom tersebut menyerahkan elektron pada atom yang lebih bersifat

elektronegatif. Bila dua atom berikatan, maka yang kelektronegatifannya

lebih besar memiliki bilangan oksidasi ppositif, sedangkan atom yang

kelektronegatifannya lebih besar memiliki bilangaan oksidasi negatif.

Untuk menentukan bilangan oksidasi (biloks), perhatikan beberapa

ketentuan sebagai berikut:

13

1. Atom dalam atom bebas memiliki bilangan oksidasi nol.

Contoh; Bilangan oksdiasi atom-atom Na, Fe, Cl2, O2=0

2. Ion mono arom memiliki bilangan oksidasi sama muatannya,

Contoh bilangan oksidasi Na+=+1, Fe2+=+2, Cl-=-1

3. Atom H dalam senyawa atau ion memiliki bilangan oksidasi +1, kecuali

dalam hidrida (NaH, KH) biloks H=-1

4. Atom O dalam senyawa atau ion memiliki bilangan oksidasi -2, kecuali

dalam peroksida (H2O2, Na2O2) biloks O=-1.

5. Atom logam dalam senyawa atau ion memiliki bilangan oksidasi positif

sesui dengan muatan logammya:

1. Glolangan IA dalam senyawanya Biloknya =+1

2. Golongan IIA dalam senyawanya Biloknya=+2

6. Jumlah bilangan oksidasi seluruh atom dalam senyawa = 0

Contoh: H2SO4; 2H+S+4O=0

2 (+1) + S + 4(-2)=0 maka biloks S=+6

7. Jumlah bilangan oksidasi seluruh atom dalam ion = muatannya

Contoh: S2O32-; 2S+3O=-2

2S + 3(-2) =-2 maka biloks S= +2

8. Bilangan oksidasi flourin (F) dalam senyawanya =-1

Contoh; bilangan oksidasi F dalam NaF, HF, ClF3=-1

9. Bilangan oksidasi golongan VII A (golongan halogen) dalam

senyawanya yang tidak mengandung O selalu =-1, sedangkan yang

mengandung O bilangan oksidasi halogennya bermuatan positif

14

Contoh : KCl : K + Cl =0

(+1) + Cl=0 maka biloks Cl=-1

KClO3 ; K + Cl + 3 O =0

(+1) + Cl + 3 (-2) =0

Cl=+5

c.3. Reaksi oksidasi reduksi (Konsep Redoks ke 3)

Konsep reaksi redoks ditinjau dari peningkatan dan penurunan

bilangan oksidasi.

1). Oksidasi adalah reaksi yang terjadi peningkatan bilangan

oksidasi. Unsur

2). Reduksi adalah reaksi yang terjadi penurunan bilangan oksidasi.

Contoh: a. 2H2S + SO2 → 3S + 2H2O

+1 -2 +4 -2 0 +1 -2 reaksi oksidasi

reaksi reduksi

H2S disebut Reduktor karena mengalami reaksi oksidasi

SO2 disebut Oksidator karena mengalami reaksi reduksi.

b. Reaksi disproporsionasi

Cl2 + 2KOH → KCl + KClO + H2O

0 +1-2+1 +1-1 +1+1-2 +1-2

Reaksi reduksi Reaksi oksidasi

Cl2 dapat bersifat oksidator dan reduktor karena mengalami

reaksi reduksi dan reaksi oksidasi. Reaksi seperti ini disebut

reaksi auto redoks atau reaksi disproporsionasi.

15

c.4. Tata nama senyawa menurut IUPAC

Untuk senyawa-senyawa yang tersusun dari ion-ion, cukup

menyebutkan rumus kation kemudian nama anionnya (tanpa

menyebutkan jumlah ion-ion)

Kation Anion Nama SenyawaNa+ (Natrium)Ca2+ (Kalsium)Al3+ (Aluminium)Fe2+ (Besi II)Fe3+ (Besi III)

S2- (Sulfida)NO3

- (Nitrat)SO4

2- (Sulfat)Cl- (Clorida)Cl- (Clorida

Na2S (Natrium sulfida)Ca(NO3)2 Kalsium NitratAl2(SO4)3 Aluminium SulfatFeCl2 Besi II CloridaFeCl3 Besi III Clorida

Untuk senyawa kovalen disebutkan nama atom yang biloksnya

positif kemudian atom yang biloknya negatif dan diakhiri –ida (atom

dengan bilok positif lebih dari satu disertakan biloknya.

Rumus Kimia

Nama Nama AlternatifBerdasarkan Biloks

NON2ONO2

N2O3

HClOHClO2

HClO3

HClO4

Nitrogen monoksidaDinitrogen monoksidaNitrogen dioksidaDinitrogen trioksidaAsam hipo kloritAsam kloritAsam kloratAsam Perklorat

Nitrogen (II) OksidaNitrogen (I) OksidaNitrogen (IV) OksidaNitrogen (III) OksidaAsam Klorat (I)Asam Klorat (III) Asam Klorat (V)Asam Klorat (VII)

c.5. Aplikasi redoks dalam memecahkan masalah lingkungan.

Reaksi redoks banyak diterapkan untuk berbagai keperluan

dainataranya;

1. Pemanfaatan reaksi redoks berbagai keperluan

1. Pembakaran

Reaksi pembakaran pada dasarnya adalah reaksi antara zat

dengan oksidator biasanya oksigen. Reaksi pembakaran

16

banyak digunakan untuk berbagai untuk keperluan baik rumah

tangga, industri dan transportasi.

2. Pengolahan logam dari bijihnya

Sebagian besar logam diperoleh dengan cara mereduksi

bijihnya,misalnya pengolahan besi dari bijihnya.

Fe2O3 + 3CO → 2Fe + 3CO2

3. Proses pemutihan

Pemutihan serat tekstil, kain, benang dan lain-lain dilakukan

dengan mengoksidasi oksidator, misalnya senyawa klor.

4. Pelapisan logam dengan logam lain.

Pelapisan logam dengan logam lain dilakukan dengan cara

elektrolisis yang juga merupakan reaksi redoks. Logam yang

dilapisi dipasang di katoda sehingga akan terlapisi.

5. Pengawetan bahan makanan.

Bahan makanan yang rusak karena oksidasi dapat ditambahkan

zat anti oksidan, misalnya BHA dan BHT ubtuk mencegah

oksidasi pada minyak bumi.

2. Pemanfaatan reaksi redoks untuk prngolahan air limbah

Air limbah diolah melalui tiga tahap, yaitu

1. Tahap Primer

Tahap Primer dilakukan dengan penyaringan dan pengemdapan.

Penyaringan dan pengendapan dilakukan untuk memisahkan

sampah yang tidak larut dalam air.

17

2. Tahap Sekunder

Tahap sekunder dengan oksidasi dengan pemanfaatan lumpur

aktif dengan maksud menurunkan BOD. Lumpur aktif adalah

lumpur yang kaya dengan bakteri aerob yang berfungsi untuk

memisahkan sampah organik. Proses lumpur aktif dilakukan

dalam bak tempat oksidasi limbah organik. Ke dalam bak aerobik

ditambahkan oksigen (aerasi) dengan cara memancarkan air ke

udara atau memompakan udara ke dalam air. Penguraian limbah

organikdengan proses lumpur aktif berlangsung lebih cepat dar

pada proses secara alami. Senyawa-senyawa organik dalam

limbah dioksidasi oleh bakteri dalam lumpur aktif menjadi CO2,

H2O, NO3-, SO4

2- dan HPO42-.

3. Tahap Tersier

Setelah limbah organik dioksidasi dan dilakukan pengendapan,

tahap tersier dilakukan untuk menghilangkan limbah beracun dan

bakteri. Pada tahap ini akan diperoleh air bersih yang aman bagi

lingkungan.

d. Media Power Point

d.1. Hakekat Media

Kata “media” berasal dari kata latin, merupakan jamak dari kata

“medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau

pengentar. Akan tetapi sekarang kata tersebut digunakan, baik untuk dalam

bentuk jamak maupun mufrad. Kemudian telah banyak pakar dan juga

18

organisasi yang memberikan batasan mengenai pengert ian media.

Beberapa diantaranya mengemukakan bahwa media adalah sebagai berikut:

(1) Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan

pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru (Schram, 1977); (2)

Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk

teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969); (3) Alat untuk memberikan

perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar (Briggs,1970); (4)

Segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran

pesan (AECT, 1977); (5) Berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa

yang dapat merangsang siswa untuk belajar (Gagne,1970);(6) Segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa untuk belajar

(Miarso, 1989).

d.2. Hakekat Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam

pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana

pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa).

Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu

bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar kepada siswa. Jika

program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu

akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru.

19

Adapun tujuan penggunaan media pembelajaran adalah: (1) Agar

proses belajar mengajar yang sedang berlangsung dapat berjalan dengan

tepat dan berdaya guna. (2) Untuk mempermudah bagi guru / pendidik

dalam menyampaikan informasi materi kepada anak didik, (3) Untuk

mempermudah bagi anak didik dalam menyerap atau menerima materi yang

disampaikan oleh guru. (4) Untuk dapat mendorong keinginan anak didik

untuk mengetahui lebih banyak dan mendalam tentang materi atau pesan

yang disampaikan oleh guru. (5) Untuk menghindari salah pengertian atau

salah paham antara anak didik yang satu dengan yang lain terhadap materi

yang disampaikan oleh guru.

Menurut anonimos (2007, tanpa halaman) manfaat medi

pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) Media pembelajaran dapat menarik

dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pengajaran yang

disajikan. (2) Media pembelajaran dapat menmgatasi perbedaan pengalaman

belajar anak didik berdasarkan latar belakang sosial ekonomi. (3) Media

pembelajaran dapat membantu anak didik dalam memberikan pengalaman

belajar yang sulit diperoleh dengan cara lain. (4) Media pembelajaran dapat

membantu perkembangan pikiran anak didik secara teratur tentang hal yang

mereka alami dalam kegiatan belajar mengajar mereka, misalnya

menyaksikan pemutaran film tentang suatu kejadian atau peristiwa

rangkaian dan urutan kejadian yang mereka saksikan dan pemutaran film

tadi akan dapat mereka pelajari secara teratur dan berkesinambungan. (5)

Media pembelajaran dapat menumbuhkan kemampuan anak didik untuk

20

berusaha mempelajari sendiri berdasarkan pengalaman dan kenyataan. (6)

Media pembelajaran dapat mengurangi adanya verbalisme.

Jenis-jenis media pembelajaran, menurut Direktorat Tenaga

Kependidikan Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga

Kependidikan Departemen Pendidkan Nasional (2008:8-9) banyak cara

diungkapkan untuk mengidentifikasi media serta mengklasifikasikan

karakteristik fisik, sifat. kompleksitas, ataupun klasifikasi menurut control

pada pemakai. Namun demikian, secara umum media bercirikan tiga unsure

pokok, yaitu suara, visual, dan gerak. Menurut Rudy Brets dalam Direktorat

Jendral Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen

Pendidkan Nasional (2008:8-9), ada 7 (tujuh) klasifikasi media yaitu:(1)

Media audio visual gerak seperti film suara, pita video, film televise. (2)

Media audio visual diam, seperti film rangkai suara, dsb. (3) Audio semi

gerak seperti tulisan jauh bersuara. (4) Media visual bergerak,seperti vilm

bisu. (5) Media visual diam, seperti halaman cetak, foto, microphone, slide

bisu. (6) Media audio, seperti radio, telepon, pita audio. (7) Media cetak

seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.

d.3. Media Power Point

Power Point adalah salah satu Soft ware yang dirancang khusus

untuk mampu menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah

dalam pembuatan, mudah dalam penggunaan dan relatif murah, karena tidak

membutuhkan bahan baku selain alat untuk penyimpanan data (data

storage). Power Point dapat digunakan melaui beberapa t ipe penggunaan :

21

(1) Personal Presentation, pada umumnya Power Point digunakan untuk

presentasi dalam Classical learning. Seperti kuliah, training, seminar,

workshop, dll. Pada penyajian ini Power point sebagai alat bantu bagi

instruktur / guru untuk presentasi menyampaikan materi dengan bantuan

media Power Point. Dalam hal ini kontrol pembelajaran terletak pada guru

atau instruktur. (2) Stand Alone: pada penyajian ini, Power Point dapat

dirancang khusus untuk pembelajaran individu yang bersifat interaktif,

meskipun kadar interaktifnya tidak terlalu tinggi namun Power Point

mampu menampilkan feed back yang sudah deprogram. (3) Web Based:

pada pola ini Power Point dapat diformat menjadi file web (html) sehingga

program yang muncul berupa browser yang dapat menampilkan internet.

Hal ini ditunjang dengan adanya fasillitas dari Power Point untuk

mempublish hasil pekerjaan yang dibuat sendiri menjadi web. Selain itu

beberapa pengembang multimedia telah membuat software-software yang

dapat mengubah file Power Point menjadi file exe atau swf. Sehingga

dengan ekstensi tersebut program presentasi dapat aman dari penjiblakan

dan manipulasi karena tidak dapat dimodifikasi dan ukuran file yang lebih

kecil.

e. Pendekatan Pembelajaran Saintifik

Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi

langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode

ilmiah.Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan

terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of

22

inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito: 1989).

Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan

kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja diperolehnya

sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting

adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh siswa

(Zamroni: 2000; Semiawan: 1998).

Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai

muara akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh

karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses.

Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah

model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke

dalam sistem penyajian materi secara terpadu (Beyer: 1991). Model ini

menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer

pengetahuan, siswa dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan

secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator

yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar siswa.

Dalam model ini siswa diajak untuk melakukan proses pencarian

pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas

proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam

melakukan penyelidikan ilmiah (Nur: 1998), dengan demikian siswa

diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep,

dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses

pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam

23

memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri

fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan (Semiawan: 1992).

Di dalam model ini juga tercakup penemuan makna (meanings),

organisasi, dan struktur dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap

siswa belajar bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian.

Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains menekankan pada

kemampuan siswa dalam menemukan sendiri (discover) pengetahuan yang

didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan

generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya

keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston: 1988). Dengan demikian

siswa lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif

dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih

berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran.

Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi

membangun kompetensi dasar hidup siswa melalui pengembangan

keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi

pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains pada hakikatnya

adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu

kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap

individu dalam mengembangkan diri (Chain and Evans: 1990).

Sesuai dengan karakteristik KIMIA sebagai bagian dari natural

science, pembelajaran KIMIA harus merefleksikan kompetensi sikap

ilmiah, berfikir ilmiah, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan

24

pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati, menanya,

mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

1. Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat

dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-

hari. Proses mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari

informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak.

2. Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun

pengetahuan siswa dalam bentuk konsep, prisnsip, prosedur, hukum

dan terori, hingga berpikir metakognitif. Tujuannnya agar siswa

memiliki kemapuan berpikir tingkat tinggi (critical thingking skill)

secara kritis, logis, dan sistematis. Proses menanya dilakukan melalui

kegiatan diksusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik

diskusi kelompok memberi ruang kebebasan mengemukakan

ide/gagasan dengan bahasa sendiri, termasuk dengan menggunakan

bahasa daerah.

3. Kegiatan mencoba bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan

siswa untuk memperkuat pemahaman konsep dan prinsip/prosedur

dengan mengumpulkan data, mengembangkan kreatifitas, dan

keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan,

merancang, dan melaksanakan eksperimen, serta memperoleh,

menyajikan, dan mengolah data. Pemanfaatan sumber belajar

termasuk mesin komputasi dan otomasi sangat disarankan dalam

kegiatan ini.

25

4. Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan

berpikir dan bersikap ilmiah. Data yang diperoleh dibuat klasifikasi,

diolah, dan ditemukan hubungan-hubungan yang spesifik. Kegiatan

dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam

kegiatan tertentu sehingga siswa melakukan aktifitas antara lain

menganalisis data, mengelompokan, membuat kategori,

menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi dengan

memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. Hasil kegiatan

mencoba dan mengasosiasi memungkinkan siswa berpikir kritis

tingkat tinggi (higher order thinking skills) hingga berpikir

metakognitif.

5. Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan

hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa,

diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu

mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya,

serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat laporan, dan/ atau

unjuk karya.

Tantangan baru dinamika kehidupan yang makin kompleks menuntut

aktifitas pembelajaran bukan sekedar mengulang fakta dan fenomena

keseharian yang dapat diduga melainkan mampu menjangkau pada situasi

baru yang tak terduga.Dengan dukungan kemajuan teknologi dan seni,

pembelajaran diharapkan mendorong kemampuan berpikir siswa hingga

situasi baru yang tak terduga.

26

Agar pembelajaran terus menerus membangkitkan kreativitas dan

keingintahuan siswa, kegiatan pembelajaran kompetensi dilakukan dengan

langkah sebagai berikut

1. Menyajikan atau mengajak siswa mengamati fakta atau fenomena baik

secara langsung dan/ atau rekonstruksi sehingga siswa mencari

informasi, membaca, melihat, mendengar, atau menyimak

fakta/fenomena tersebut

2. Memfasilitasi diskusi dan Tanya jawab dalam menemukan konsep,

prinsip, hukum,dan teori

3. Mendorong siswa aktif mencoba melaui kegiatan eksperimen

4. Memaksimalkan pemanfaatan tekonologi dalam mengolah data,

mengembangkan penalaran dan memprediksi fenomena

5. Memberi kebebasan dan tantangan kreativitas dalam

mengomunikasikan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang

dimiliki melalui presentasi dan/atau unjuk karya dengan aplikasi pada

situasi baru yang terduga sampai tak terduga.

2. Hasil Penelitian Yang Relefan

2.1. Desi11 Dosen FKIP Universitas Sriwijaya e-mail:[email protected]

“Peningkatan Multimedia Dalam Pembelajaran Kimia SMA Negeri 10

Palembang. Keaktifan siswa dalam belajar dapat dillihat dari

keikutsertaannya dalam melaksakan tugas belajarnya. Keaktifan siswa dalam

belajar dapat berwujud perilaku-perilaku yang muncul dalam proses

27

pembelajaran, seperti perhatian terhadap ulasan materi pelajaran, respon

terhadap suatu masalah dalam pembelajaran, dan kedisiplinam dalam

mengikuti pembelajaran. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada

peningkatan keaktifan siswa melalui penggunaan multimedia dalam

pembelajaran kimia. Hal ini dapat dilihat dari persentase keaktifan siswa yang

meningkat dari 58,59% pada pertemuan pertama menjadi 72,51% pada

pertemuan kedua.

2.2.Harsidi Side, 2009, “Penggunaan Media Animasi dalam Model

Pembelajaran Langsung Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII3 SMP

Negeri 13 Makassar”, Skripsi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar. Aktivitas siswa seperti

mendengarkan penjelasan guru, bertanya, menjawab atau menanggapi

pertanyaan, menulis materi penting, bekerja sama dalam kelompok, membaca

buku paket atau materi, mengalami peningkatan persentase dari setiap siklus .

Dari hasil penellitian ini disimpulkan bahwa penggunaan media animasi

dalam model pembelajaran langsung meningkatkan hasil belajar siswa kelas

VIII3 SMP Negeri 13 Makassar, dari nilai rata-rata 70,32 menjadi 76,34.

B. Kerangka Berfikir

Berikut adalah gambaran singkat penelitian tindakan kelas

peningkatan keaktifan dan hasil belajar kimia materi redoks melalui

pendekatan pembelajaran saintifik berbantuan media power point,

28

GURU SISWA

KONVENSIONAL PASIF

Hasil Belajar Rendah

Gambar 2.1.Kerangka Berpikir

C. Hipotesis Tindakan

KONDISIAWAL

KONDISI

Diduga melalui pendeakatan pembelajaran saintifik dapat meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Materi Redoks pada peserta didk kelas X MIPA 2 semester 2 SMAN 1 Kedungwuni tahun 2013/2014

TINDAKAN PENDEKATANPEMBELEJARA

N SAINTIFIK

SIKLUS 1 Pendekatan Pembelajaran Sainttifik 3 Kelompok Besar Terdiri dari 5 atau 6 siswa

SIKLUS 2 Pendekatan PembelajaranSaintifik Kelompok Kecil Terdiri dari 4 atau 5 siswa

29

Berdasarkan kerangka pikir dan tinjauan pustaka diatas dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut.

1. Melalui pendekatan pembelajaran saintifik berbantuan media power point

dapat meningkatkan keaktifan belajar kimia materi redoks pada peserta didk

kelas X MIPA 2 SMA Negeri 1 Kedungwuni semester 2 tahun 2013/2014.

2. Melalui pendekatan pembelajaran saintifik berbantuan media power point

dapat meningkatkan prestasi belajar kimia materi redoks pada siswa kelas X

MIPA 2 SMA Negeri 1 Kedungwuni semester 2 tahun 2013/2014.