hendrartyratnas.files.wordpress.com  · web vieweverett m. rogers adalah salah satu dari tim...

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era sekarang ini ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang sangat pesat di segala bidang, termasuk di bidang pendidikan. Pada kenyataan yang ada pada dunia pendidikan kita saat ini ternyata sering dijumpai bahwa banyak kemajuan IPTEK yang seharusnya dapat digunakan untuk menunjang kemajuan pendidikan tetapi sering tidak dipakai atau tidak di implementasikan oleh para pelaku pendidikan, khususnya oleh para guru sebagai pelaku utama maju tidaknya dunia pendidikan di tanah air. Hal tersebut terjadi karena beberapa sebab, antara lain karena kemajuan-kemajuan atau inovasi-inovasi yang ada tidak dikomunikasikan dengan baik sehingga inovasi-inovasi yang ada tidak dapat di adopsi atau diterima dan dikembangkan untuk kemajuan pendidikan. Dengan melihat kenyataan-kenyataan diatas maka sangat pentingnya pemahaman yang utuh dan upaya-upaya menyadari tentang arti pentingnya mengkomunikasikan inovasi-inovasi bidang pendidikan kepada seluruh guru dan pihak terkait dengan pendidikan sehingga seluruh inovasi-inovasi tersebut dapat cepat diterima atau di adopsi oleh seluruh pelaku yang terlibat dalam pendidikan di Indonesia, sehingga pendidikan di negara kita dapat terus maju dan berkembang. Dalam sejarah Amerika Serikat, teori difusi inovasi telah ada sejak tahun 1950an. Dalam konteks sejarah yang dimaksud, pemerintah Amerika Serikat melakukan riset untuk 1

Upload: others

Post on 21-Sep-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era sekarang ini ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang sangat

pesat di segala bidang, termasuk di bidang pendidikan. Pada kenyataan yang ada pada

dunia pendidikan kita saat ini ternyata sering dijumpai bahwa banyak kemajuan IPTEK

yang seharusnya dapat digunakan untuk menunjang kemajuan pendidikan tetapi sering

tidak dipakai atau tidak di implementasikan oleh para pelaku pendidikan, khususnya oleh

para guru sebagai pelaku utama maju tidaknya dunia pendidikan di tanah air. Hal tersebut

terjadi karena beberapa sebab, antara lain karena kemajuan-kemajuan atau inovasi-inovasi

yang ada tidak dikomunikasikan dengan baik sehingga inovasi-inovasi yang ada tidak

dapat di adopsi atau diterima dan dikembangkan untuk kemajuan pendidikan.

Dengan melihat kenyataan-kenyataan diatas maka sangat pentingnya pemahaman

yang utuh dan upaya-upaya menyadari tentang arti pentingnya mengkomunikasikan

inovasi-inovasi bidang pendidikan kepada seluruh guru dan pihak terkait dengan

pendidikan sehingga seluruh inovasi-inovasi tersebut dapat cepat diterima atau di adopsi

oleh seluruh pelaku yang terlibat dalam pendidikan di Indonesia, sehingga pendidikan di

negara kita dapat terus maju dan berkembang.

Dalam sejarah Amerika Serikat, teori difusi inovasi telah ada sejak tahun 1950an.

Dalam konteks sejarah yang dimaksud, pemerintah Amerika Serikat melakukan riset untuk

mengetahui bagaimana dan mengapa sebagian petani di sana mengadopsi teknik-teknik

baru dalam pertanian dan sebagian lainnya tidak. Everett M. Rogers adalah salah satu dari

tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi

ditujukan untuk memahami difusi dari teknik-teknik pertanian tapi pada perkembangan

selanjutnya teori difusi ini digunakan pada bidang-bidang lainnya secara lebih universal,

termasuk dalam bidang pendidikan.

Dalam dunia pendidikan perencanaan merupakan yang mutlak perlu dilakukan

untuk suksesnya suatu difusi (proses komunikasi), adopsi, implementasi dan institusi

inovasi pendidikan. Perencanaan merupakan proses yang berkesinambungan yang

berupa kegiatan-kegiatan diagnosa, pengumpulan data, analisa data, perumusan masalah,

perumusan kebutuhan, peminjaman dan pemilikan sumber, penentuan faktor penunjang

dan penghambat, alternatif pemecahan masalah inovasi, pengumpulan keputusan,

pembuatan jadwal kegiatan, monitoring, balikan, dan evaluasi dalam bidang pendidikan.

1

Page 2: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan dalam proses difusi dan perencanaan inovasi yaitu sebagai berikut;

1. Pengertian Proses Difusi dan Perencanaan Inovasi

2. Tujuan Difusi Inovasi

3. Unsur-unsur dan Proses Difusi Inovasi

4. Peranan Guru dalam Difusi Inovasi di dunia pendidikan

5. Hambatan-hambatan dalam Proses Difusi Inovasi

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran tentang

peranan atau arti pentingnya komunikasi dalam menyampaikan suatu inovasi atau ide-ide

baru dari seseorang atau unit tertentu yang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman

dalam menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada seseorang atau unit-unit lain

yang belum memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang inovasi tersebut (potensial

adopter) sehingga suatu inovasi dapat diterima dan di implementasikan oleh seseorang

atau unit-unit lain.

2

Page 3: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Difusi dan Perencanaan Inovasi

Difusi

Difusi ialah suatu proses komunikasi inovasi antara warga masyarakat (anggota

sistem sosial) dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu.

Komunikasi dalam definisi ini ditekankan dalam arti terjadinya saling tukar menukar

informasi (hubungan timbal balik) antar beberapa individu baik secara memusat

(konvergen) maupun memencar (divergen) yang berlangsung secara spontan. Dengan

adanya komunikasi ini diharapkan akan terjadi kesamaan pendapat antar warga

masyarakat sekolah tentang inovasi. (Sa’ud, 2008:28)

Inovasi

Secara umum, sebgaimana diungkapkan (Sa’ud, 2008: 29) bahwa inovasi ialah

suatu ide, praktek atau objek, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu yang baru

bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil invensi atau diskoveri yang

diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau memecahkan masalah tertentu. Dan Rogers

menyatakan bahwa inovasi adalah “an idea, practice, or object perceived as new by the

individual.” (suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap atau dirasa baru oleh

individu).

Perencanaan Inovasi

Perencanaan ialah suatu persiapan dan pengambilan keputusan untuk berbuat

secara sistematik yaitu merupakan serangkaian keaktifan berkelanjutan dan saling

melengkapi untuk mencapai suatu tujuan. Perencanaan merupakan proses yang

berkesinambungan yang berupa kegiatan-kegiatan diagnosa, pengumpulan data, analisa

data, perumusan masalah, perumusan kebutuhan, peninjauan dan pemilihan sumber,

penentuan faktor penunjang dan penghambat, alternatif pemecahan masalah (inovasi),

pengambilan keputusan, pembuatan jadwal kegiatan, monitoring, balikan dan evaluasi.

Penyusunan perencanaan disesuaikan dengan keperluan. Perencanaan untuk

inovasi yang akan menjangkau wilayah nasional akan berbeda dengan perencanaan untuk

inovasi yang akan diimplementasikan pada suatu lembaga pendidikan tertentu atau suatu

sekolah.

3

Page 4: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

Pada makalah ini kami akan membatasi pembicaraan perencanaan inovasi yang

lebih tepat jika digunakan untuk menerapkan inovasi pada suatu lembaga pendidikan

tertentu atau pada suatu sekolah. Karena suatu lembaga pendidikan atau sekolah tentu

berkaitan atau merupakan bagian dari suatu sistem sosial sehingga terdapat hubungan

antara sekolah atau lembaga pendidikan dengan lingkungannya.

Faktor dominan pada suatu lembaga pendidikan adalah faktor manusianya. Faktor

yang dominan pada suatu sekolah adalah guru dan siswa. Interaksi guru dan siswa

merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap proses inovasi pendidikan. Sekolah

berada dalam suatu lingkungan sistem sosial atau merupakan bagian dari sistem sosial.

Oleh karena itu perubahan yang terjadi pada suatu sekolah akan mempengaruhi dan

mungkin juga dipengaruhi oleh lingkungannya.

Ada tiga macam hubungan antara suatu sistem dengan lingkungannya yang dapat

menyebabkan terjadinya perubahan pada sistem yaitu reaktif, proaktif dan interaktif.

Sebenarnya ada juga hubungan antara sistem dengan lingkungannya yang disebut

hubungan inaktif atau beku, artinya dalam hubungan itu tidak terdapat arus tenaga

penggerak antara sistem dengan lingkungannya sehingga sistem itu dapat tumbuh dan

berkembang. Dalam hubungan yang inaktif tidak mendorong adanya perubahan karena

hubungan tenaga sumber yang terdapat di lingkungan terputus dengan sistem yang ada.

Jadi hubungan antara sistem dengan lingkungannya yang menyebabkan terjadinya suatu

perubahan ada tiga:

(1) Hubungan reaktif artinya sistem secara berkelanjutan mengadakan respon

terhadap kekuatan atau tekanan dari luar misalnya masalah politik, ekonomi,

sosial, pendidikan, kebudayaan dan sebagainya.

(2) Hubungan proaktif artinya sistem memegang peranan sebagai pengambil inisiatif

untuk mengadakan perubahan atau inovasi dan secara aktif untuk berusaha

mencari sumber dari lingkungannya (eksternal)

(3) Hubungan interaktif artinya pertumbuhan dan perkembangan atau perubahan

suatu sistem sebagai hasil adanya hubungan interaksi antara sistem dengan

lingkungannya. Baik sistem dan lingkungannya saling memegang peranan dalam

proses terjadinya perubahan atau inovasi.

Dari ketiga macam hubungan antara sistem dengan lingkungannya tersebut, yang

sesuai dengan perencanaan inovasi ialah hubungan proaktif dan interaktif. Jika terjadi

hubungan reaktif antara sekolah atau lembaga pendidikan dengan lingkungannya berarti

pimpinan lembaga atau kepala sekolah selalu memberikan reaksi terhadap tantangan dari

4

Page 5: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

lingkungannya. Karena datangnya tantangan dapat secara tiba-tiba dan mendesak maka

kepala sekolah dalam memberikan keputusan juga secara mendadak tanpa ada

perencanaan yang mantap. Sehingga perubahan yang terjadi tidak dapat berlangsung

secara efektif terarah pada suatu tujuan tertentu.

Hubungan proaktif dan interaktif antara sekolah dengan lingkungannya, artinya

dalam usaha mengadakan perubahan atau inovasi dapat terjadi saling mengontrol antara

sekolah dengan lingkungan (masyarakat). Pimpinan sekolah dan guru dapat bekerja sama

dengan orang tua murid (saling berinteraksi) untuk mengadakan perubahan (inovasi) guna

mengefektifkan proses belajar siswa. Dengan demikian maka segala sumber yang ada di

lingkungan dapat didaya-gunakan untuk mensukseskan proses inovasi.

Agar kerjasama dan usaha pendayagunaan sumber yang ada di lingkungan dapat

tepat terarah pada sasaran inovasi pendidikan, maka perlu perencanaan yang cermat dan

mantap. Elemen-elemen pokok dalam proses perencanaan ialah :

(1) merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus inovasi pendidikan yang akan

dilaksanakan, dengan rumusan yang jelas.

(2) mengidentifikasi masalah

(3) menentukan kebutuhan

(4) mengidentifikasi sumber (penunjang) dan penghambat

(5) menentukan alternatif kegiatan berdasarkan faktor penunjang (sumber) yang ada

serta mempertimbangkan adanya hambatan yang mungkin timbul baik dari dalam

sistem (sekolah) maupun dari luar sistem (mayarakat)

(6) menentukan alternatif pemecahan masalah

(7) menentukan alternatif cara pendayagunaan sumber yang ada

(8) menentukan kriteria untuk memilih alternatif pemecahan masalah

(9) menentukan alternatif pengambilan keputusan

(10)menentukan kriteria untuk menilai hasil inovasi pendidikan berdasarkan tujuan

umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan.

Agar penyusunan perencanaan inovasi pendidikan memperhatikan berbagai

elemen pokok perencanaan tersebut, perlu digunakan suatu model perencanaan inovasi

pendidikan. Salah satu model perencanaan inovasi pendidikan yang mendasar pada

hubungan proaktif dan interaktif antara sistem dengan lingkungannya, rupanya lebih tepat

digunakan untuk merencanakan inovasi pendidikan pada suatu sekolah atau lembaga

pendidikan tertentu dan timbulnya ide inovasi dari sekolah (internal). Untuk memperjelas

5

Page 6: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

pengertian model perencanaan inovasi pendidikan proaktif atau interaktif ditunjukan

dengan bagan berikut;

MODEL PERENCANAAN INOVASI PENDIDIKANPROAKTIF/INTERAKTIF (MOPIPPI)

6

Ide Inovasi

Diagnosa (Kesadaran adanya kesenjangan Penampilan)

Implementasi dan monitoring

Perumusan Masalah

Tujuan Pemecahan Masalah

Menentukan sumber dan penghambat

Menentukan alternatif Pemecahan masalah

Memilih alternatif paling tepat

Keputusan Menerima (menolak) inovasi

Evaluasi

Hubungan dengan lingkungan

HUBUNGAN

DENGAN

LINGKUNGAN

HUBUNGAN

DENGAN

LINGKUNGAN

Hubungan dengan lingkungan

Page 7: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

Model perencanaan inovasi pendidikaan proaktif atau interaktif (MOPIPPI) ini

berdasarkan asumsi bahwa inovasi dapat dimulai berdasarkan ide atau inisiatif yang

muncul dari dalam sistem (sekolah) itu sendiri serta sekolah dapat menerapkan

inovasi secara mandiri. MOPIPPI lebih menekankan pada pola urutan pemikiran

secara rasional sebagai pembimbing untuk membuat perencanaan inovasi pendidikan

pada suatu sekolah. Jika seorang guru atau kepala sekolah akan mengadakan

perubahan atau inovasi di sekolahnya, maka pola urutan pemikiran yang perlu

dikerjakan agar inovasi dapat sukses dengan mengikuti pola atau urutan pemikiran

sesuai MOPIPPI.

Ciri utama MOPIPPI (Model Perencanaan Inovasi Pendidikan Proaktif atau

Interaktif):

1.      Terbuka, artinya sekolah atau lembaga pendidikan merupakan sistem yang

terbuka yang mau menerima input (masukan) baik dari dalam sistem itu sendiri

(guru atau kepala sekolah) maupun dari luar sistem (eksternal).

2.      Fleksibel artinya dalam proses perencanaan bebas untuk bergerak dari tahap satu

ke tahap berikutnya dengan menyesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada.

Dalam bagan no. 8 – 4 fleksibilitas model ini ditunjukkan dengan adanya garis-

garis patah serta adanya anak panah yang mengarah kesegenap tahap yang ada.

3.      Keseluruhan artinya dalam perencanaan ini perencana harus berfikir secara

menyeluruh memperhatikan berbagai aspek atau komponen diarahkan pada

suksesnya inovasi pendidikan yang akan dicapai. Hubungan, artinya dalam

perencanaan ini perencana harus selalu memperhatikan hubungan antar anggota

sistem maupun hubungan dengan luar anggota sistem (masyarakat).

Dengan adanya hubungan yang baik antar komponen tersebut, maka

diharapkan pendayagunaan sumber serta pencegahan faktor penghambat dapat

dilaksanakan dengan lancar. Akhirnya inovasi pendidikan yang direncanakan

dapat sukses.

Menjadi tujuan bersama berkenaan difusi dan perencanaan inovasi, kita dapat

memahami berbagai konsep teori tentang difusi inovasi serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya dalam pendidikan. Secara lebih khusus kita dapat ; (1)

Mengidentifikasi unsur dan ciri inovasi pendidikan; (2) Menganalisis adopsi dan

proses pengembangan inovasi pendidikan; dan (3) Menganalisis konstribusi inovasi

pendidikan di Indonesia;

7

Page 8: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

B. Tujuan Difusi Inovasi

Tujuan utama difusi inovsi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem

sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal,

organisasi dan atau sub sistem. Selain itu tujuan dari inovasi adalah untuk mencapai

kesetimbangan dinamis dalam sistem sosial.

C. Unsur-unsur dalam Proses Difusi Inovasi

Proses difusi inovasi melibatkan empat unsur utama, meliputi ;

a) inovasi c) kurun waktu tertentu

b) saluran komunikasi; d) sistem sosial.

a) Inovasi

Inovasi ini dapat berupa gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh

seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan

individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah

inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama

sekali.

b) Saluran Komunikasi

Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan berbagi informasi satu

sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama. Seperti telah diungkapkan

sebelumnya bahwa difusi dapat dipandang sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana

informasi yang dipertukarkannya adalah ide baru (inovasi). Dengan demikian, esensi dari

proses difusi adalah pertukaran informasi dimana seorang individu mengkomunikasikan

suatu ide baru ke seseorang atau beberapa orang lain.

Menurut Rogers, ada empat unsur dari proses komunikasi ini, meliputi:

1)   inovasi itu sendiri;

2) seorang individu atau satu unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan atau

pengalaman dalam menggunakan inovasi;

3) orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan

pengalaman dalam menggunakan inovasi; dan

4)   saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah upaya

mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu yang telah

mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut

8

Page 9: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

(innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan

pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter melalui saluran komunikasi tertentu).

Sementara itu, saluran komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu:

1)   Saluran media massa (mass media channel).

Media massa dapat berupa radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan

media massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu

sumber.

2)  Saluran antar pribadi (interpersonal channel).

Saluran antar pribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua

atau lebih individu.

c) Kurun Waktu Tertentu

Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses difusi. Dimensi waktu,

dalam proses difusi, berpengaruh dalam hal:

1)   proses keputusan inovasi, yaitu tahapan proses sejak seseorang menerima

informasi pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi;

2)   keinovativan individu atau unit adopsi lain, yaitu kategori relatif tipe adopter

(adopter awal atau akhir); dan

3)   rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak jumlah anggota suatu

sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu tertentu.

d) Sistem Sosial

Sangat penting untuk diingat bahwa proses difusi terjadi dalam suatu sistem sosial.

Sistem sosial adalah satu set unit yang saling berhubungan yang tergabung dalam suatu

upaya pemecahan masalah bersama untuk mencapai suatu tujuan. Anggota dari suatu

sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem.

Proses difusi dalam kaitannya dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial,

norma sosial, peran pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan

konsekuensi inovasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Adopsi Inovasi

Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa tujuan utama proses difusi adalah agar

diadopsinya suatu inovasi. Namun demikian, seperti terlihat dalam model proses

keputusan inovasi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi

9

Page 10: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

tersebut. Berikut ini adalah penjelasan dari beberapa faktor yang mempengaruhi proses

keputusan inovasi.

Karakteristik Inovasi

Menurut Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi meliputi:

1) keunggulan relatif (relative advantage),

2) kompatibilitas (compatibility),

3) kerumitan (complexity),

4) kemampuan diuji cobakan (trialability) dan

5) kemampuan diamati (observability).

Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik atau

unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti

segi ekonomi, prestise sosial, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar

keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat

diadopsi.

Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan

nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai

contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang

berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan

inovasi yang sesuai (compatible).

Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk

dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat

dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin

mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi

dapat diadopsi.

Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-

coba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya

umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi

sebaiknya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.

Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat

oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar

kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan

bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk

10

Page 11: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka

semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.

Saluran Komunikasi

Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama (mutual

understanding) antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan (dalam

hal ini adalah ide baru) melalui saluran komunikasi tertentu. Dengan demikian

diadopsinya suatu ide baru (inovasi) dipengaruhi oleh: 1) partisipan komunikasi dan 2)

saluran komunikasi.

Dari sisi partisipan komunikasi, Rogers mengungkapkan bahwa derajat kesamaan

atribut (seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan lain-lain) antara individu yang

berinteraksi (partisipan) berpengaruh terhadap proses difusi. Semakin besar derajat

kesamaan atribut partisipan komunikasi (homophily), semakin efektif komunikasi terjadi.

Begitu pula sebaliknya. Semakin besar derajat perbedaan atribut partisipan (heterophily),

semakin tidak efektif komunikasi terjadi. Oleh karenanya, dalam proses difusi inovasi,

penting sekali untuk memahami betul karakteristik adopter potensialnya untuk

memperkecil “heterophily”.

Sementara itu, saluran komunikasi juga perlu diperhatikan. Dalam tahap-tahap

tertentu dari proses pengambilan keputusan inovasi, suatu jenis saluran komunikasi

tertentu memainkan peranan lebih penting dibandingkan dengan jenis saluran komunikasi

lain.

Karakteristik Sistem Sosial

Difusi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial. Dalam suatu sistem sosial terdapat

struktur sosial, individu atau kelompok individu dan norma-norma tertentu. Berkaitan

dengan hal ini, Rogers (1983) menyebutkan adanya empat faktor yang mempengaruhi

proses keputusan inovasi. Keempat faktor tersebut adalah: 1) struktur sosial (social

structure); 2) norma sistem (system norms); 3) pemimpin opini (opinion leaders); dan 4)

agen perubah (change agent).

Struktur sosial adalah susunan suatu unit sistem yang memiliki pola tertentu.

Struktur ini memberikan suatu keteraturan dan stabilitas prilaku setiap individu (unit)

dalam suatu sistem sosial tertentu. Struktur sosial juga menunjukan hubungan antar

anggota dari sistem sosial. Hal ini dapat dicontohkan seperti terlihat pada struktur

oranisasi suatu perusahaan atau struktur sosial masyarakat suku tertentu. Struktur sosial

11

Page 12: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

dapat memfasilitasi atau menghambat difusi inovasi dalam suatu sistem. Katz (1961)

seperti dikutip oleh Rogers menyatakan bahwa sangatlah bodoh mendifusikan suatu

inovasi tanpa mengetahui struktur sosial dari adopter potensialnya, sama halnya dengan

meneliti sirkulasi darah tanpa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang struktur

pembuluh nadi dan arteri. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers dan Kincaid (1981) di

Korea menunjukan bahwa adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh karakteristik individu itu

sendiri dan juga sistem sosial dimana individu tersebut berada.

Norma adalah suatu pola perilaku yang dapat diterima oleh semua anggota sistem

sosial yang berfungsi sebagai panduan atau standar bagi semua anggota sistem sosial.

Sistem norma juga dapat menjadi faktor penghambat untuk menerima suatu ide baru. Hal

ini sangat berhubungan dengan derajat kesesuaian (compatibility) inovasi dengan nilai

atau kepercayaan masyarakat dalam suatu sistem sosial. Jadi, derajat ketidak sesuaian

suatu inovasi dengan kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut oleh individu (sekelompok

masyarakat) dalam suatu sistem sosial berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi

tersebut.

“Opinion Leaders” dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh, yaitu orang-

orang tertentu yang mampu mempengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu

sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat menjadi pendukung

inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka) berperan sebagai model dimana

perilakunya (baik mendukung atau menentang) diikuti oleh para pengikutnya. Jadi, jelas

disini bahwa orang berpengaruh (opinion leaders) memainkan peran dalam proses

keputusan inovasi.

Agen perubah adalah bentuk lain dari orang berpengaruh. Mereka sama-sama

orang yang mampu mempengaruhi sikap orang lain untuk menerima suatu inovasi. Tapi,

agen perubah lebih bersifat formal yang ditugaskan oleh suatu agen tertentu untuk

mempengaruhi kliennya. Agen perubah adalah orang-orang professional yang telah

mendapatkan pendidikan dan pelatihan tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Dengan

demikian, kemampuan dan keterampilan agen perubah berperan besar terhadap diterima

atau ditolaknya inovasi tertentu. Sebagai contoh, lemahnya pengetahuan tentang

karakteristik struktur sosial, norma dan orang kunci dalam suatu sistem sosial (misal:

suatu institusi pendidikan), memungkinkan ditolaknya suatu inovasi walaupun secara

ilmiah inovasi tersebut terbukti lebih unggul dibandingkan dengan apa yang sedang

berjalan saat itu.

12

Page 13: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan

argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori

tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat

adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi.

Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup;

(1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion),

(2) jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions),

(3) saluran komunikasi (communication channels),

(4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan

(5) peran agen perubah (change agents).

Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup:

1.  Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit

pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan

atau manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi

2.   Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan

lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik

3.   Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil

keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau

penolakan sebuah inovasi.

4.   Tahapan Implementasi (Implementation), ketika seorang individu atau unit pengambil

keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.

5.  Tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit pengambil

keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan

inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.

Secara ringkas proses adopsi inovasi dapat digambarkan sebagai berikut ;

   Tahap 1             Tahap 2          Tahap 3            Tahap 4            Tahap 5   Kesadaran -----> Minat ------> Evaluasi -------> Mencoba ------->Adopsi

Proses Adopsi inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan

untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat

berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses

pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih

13

Page 14: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

lambat dalam menerima inovasi dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem

sosial.

Kategori AdopterAnggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok adopter

(penerima inovasi) sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan dalam menerima

inovasi). Salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan rujuakan adalah pengelompokan

berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1961). Gambaran tentang

pengelompokan adopter dapat dilihat sebagai berikut:

1.  Innovators: Sekitar individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirinya: petualang,

berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi

2.  Early Adopters (Perintis/Pelopor): yang menjadi para perintis dalam penerimaan

inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di

dalam tinggi

3.  Early Majority (Pengikut Dini): yang menjadi peran pengikut awal. Cirinya: penuh

pertimbangan, interaksi internal tinggi.

4.  Late Majority (Pengikut Akhir): yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan

inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan sosial,

terlalu hati-hati.

5.   Laggards (Kelompok Tradisional): terakhir adalah kaum tradisional. Cirinya:

tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders, sumberdaya terbatas.

Dengan pengetahuan tentang kategorisasi adopter ini dapatlah kemudian disusun

strategi difusi inovasi yang mengacu pada kelima kategori adopter, sehingga dapat

diperoleh hasil yang optimal, sesuai dengan kondisi dan keadaan masing-masing

kelompok adopter. Hal ini penting untuk menghindari pemborosan sumberdaya hanya

karena strategi difusi yang tidak tepat. Strategi untuk menghadapi adopter awal misalnya,

haruslah berbeda dengan strategi bagi mayoritas akhir, mengingat gambaran ciri-ciri

mereka masing-masing (Rogers, 1983).

Pada awalnya, bahkan dalam beberapa perkembangan berikutnya, teori Difusi

Inovasi senantiasa dikaitkan dengan proses pembangunan masyarakat. Inovasi merupakan

awal untuk terjadinya perubahan sosial dan perubahan sosial pada dasarnya merupakan

inti dari pembangunan masyarakat. Rogers dan Shoemaker (1971) menjelaskan bahwa

proses difusi merupakan bagian dari proses perubahan sosial. Perubahan sosial adalah

proses dimana perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Perubahan sosial

14

Page 15: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

terjadi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu: 1) Penemuan (invention), (2) difusi (diffusion, dan

(3) konsekuensi (consequences).

Penemuan adalah proses dimana ide atau gagasan baru diciptakan atau

dikembangkan. Difusi adalah proses dimana ide atau gagasan baru dikomunikasikan

kepada anggota sistem sosial, sedangkan konsekuensi adalah suatu perubahan dalam

sistem sosial sebagai hasil dari adopsi atau penolakan inovasi.

Sejak tahun 1960-an, teori difusi inovasi berkembang lebih jauh di mana fokus

kajian tidak hanya dikaitkan dengan proses perubahan sosial dalam pengertian sempit.

Topik studi atau penelitian difusi inovasi mulai dikaitkan dengan berbagai fenomena

kontemporer yang berkembang di masyarakat. Berbagai perpektif pun menjadi dasar

dalam pengkajian proses difusi inovasi,seperti perspektif ekonomi, perspektif ’market and

infrastructure’ (Brown, 1981). Salah satu definisi difusi inovasi dalam taraf perkembangan

ini antara lain dikemukakan Parker (1974), yang mendefinisikan difusi sebagai suatu

proses yang berperan memberi nilai tambah pada fungsi produksi atau proses ekonomi.

Dia juga menyebutkan bahwa difusi merupakan suatu tahapan dalam proses perubahan

teknik (technical change). Menurutnya difusi merupakan suatu tahapan dimana

keuntungan dari suatu inovasi berlaku umum. Dari inovator, inovasi diteruskan melalui

pengguna lain hingga akhirnya menjadi hal yang biasa dan diterima sebagai bagian dari

kegiatan produktif.

Berkaitan dengan proses difusi inovasi tersebut National Center for the

Dissemination of Disability Research (NCDDR), 1996, menyebutkan ada 4 (empat)

dimensi pemanfaatan pengetahuan (knowledge utilization), yaitu

1.    Dimensi Sumber (SOURCE) diseminasi, yaitu insitusi, organisasi, atau individu yang

bertanggunggung jawab dalam menciptakan pengetahuan dan produk baru.

2.   Dimensi Isi (CONTENT) yang didiseminasikan, yaitu pengetahuan dan produk baru

dimaksud yang juga termasuk bahan dan informasi pendukung lainnya.

3.   Dimensi Media (MEDIUM) Diseminasi, yaitu cara-cara bagaimana pengetahuan atau

produk tersebut dikemas dan disalurkan.

4.   Dimensi Pengguna (USER), yaitu pengguna dari pengetahuan dan produk dimaksud.

Kecepatan difusi inovasi berhubungan dengan status sosial masyarakat pengguna,

namun ditemukan lapisan atas lebih cepat menerima suatu inovasi. Sedangkan pemuka

atau elit desa sangat berperan untuk mempercepat proses penerimaan inovasi dalam suatu

masyarakat desa. Hal ini sesuai dengan temuan Chambers (1988) di India, ternyata petani

15

Page 16: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

kaya lebih cepat mengadopsi teknologi karena memiliki modal untuk menerima inovasi

yang disampaikan.

E. Peranan Guru dalam Difusi Inovasi di dunia pendidikan

Inovasi dalam bidang pendidikan, banyak usaha dilakukan untuk kegiatan yang

sifatnya pembaruan atau inovasi pendidikan. Inovasi yang terjadi dalam bidang pendidikan

tersebut, antara lain dalam hal manajemen pendidikan, metodologi pengajaran, media,

sumber belajar, pelatihan guru, implementasi kurikulum, dsb.

Dalam hal implementasi inovasi di sekolah, maka guru merupakan faktor terpenting

yang harus melaksanakan inovasi dengan memperhatikan hal-hal berikut :

a.   Inovasi harus berlangsung di sekolah guna memperoleh hasil yang terbaik dalam

mendidik siswa

b.    Ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah adalah guru

c.   Oleh karena itu guru harus mampu menjadi seorang yang inovatif guna menemukan

strategi atau metode yang efektif untuk mendidik

d.   Inovasi yang dilakukan guru pada intinya berada dalam tatanan pembelajaran yang

dilakukan di kelas

e.   Kunci utama yang harus dipegang guru adalah bahwa setiap proses atau produk

inovatif yang dilakukan dan dihasilkannya harus mengacu kepada kepentingan siswa.

Proses keputusan inovasi di tingkat sekolah berawal dari pengetahuan atau

kesadaran para personil di sekolah atau guru tentang kebutuhan akan sebuah inovasi yang

akan membantu memecahkan persoalan yang mereka hadapi sampai dengan pengadopsian

suatu inovasi.

Untuk mencapai hal tersebut diatas ada tiga tahap yang harus dilalui yaitu :

1)    Tahap Akuisisi Informasi :

Para guru memperoleh dan memahami Informasi tentang suatu inovasi, umpamanya

tentang metodologi pengajaran, media pembelajaran yang baru dari berbagai sumber

(buku, jurnal, koran, dll).

2)    Tahap Evaluasi Informasi :

Orang mengevalusi informasi tentang inovasi, dengan berbagai pertimbangan apakah

sesuai atau tidak dalam memenuhi kebutuhan.

3)    Tahap Adopsi :

Yaitu proses keputusan apakah akan melaksanakan atau menolak suatu inovasi.

16

Page 17: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

Peranan guru sebagai agen perubahan

Peranan guru sebagai agen perubahan dapat diidentifikasi sebagai berikut ;

(a)   menumbuhkan kebutuhan dalam diri klien, (b)   membangun hubungan pertukaran

informasi, (c)   mendiagnosa masalah klien, (d)   menumbuhkan niat berubah pada klien,

(e)   menerjemahkan niat klien ke dalam tindakan, (f)    menstabilkan adopsi dan

mencegah diskontinu adopsi dan (g)  mencapai hubungan terminal dengan klien (yaitu

ketika klien berubah menjadi agen perubahan).

Kesuksesan guru sebagai agen perubahan tergantung pada beberapa faktor,

diantaranya; a)  upayanya menghubungi klien, b) orientasinya yang lebih kepada klien,

bukan pada agensi perubahan, c) tingkat kesesuaian inovasi dengan kebutuhan klien, d)

empatinya kepada klien, e) homofilitasnya dengan klien, f)  kredibilitasnya di mata klien,

g) tingkat kesejalanannya dengan pemimpin opini dan h) kemampuan klien mengevaluasi

inovasi.

Selanjutnya, hubungan agen perubahan secara positif tergantung pada lebih

tingginya klien dalam hal : (a) status sosial, (b) partispasi sosial, (c) pendidikan dan

(d) kekosmopolitannya.

Mengenai sistem difusi sentralistik dipadu dengan sistem difusi desentralistik dan

penerapan kedua sistem tersebut disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam sistem difusi

sentralistik, difusi dilakukan oleh pemerintah dan ahli; sementara itu, dalam sistem difusi

desentralistik, inovasi datang dari ekpserimentasi lokal yang sering dilakukan oleh

pengguna itu sendiri dan atas dasar saling tukar informasi untuk mencapai suatu

pemahaman bersama. Difusi lewat network horizontal dilakukan unit lokal dengan tingkat

kemungkin reinvensi yang tinggi.

F. Hambatan-hambatan dalam Proses Difusi Inovasi

Dalam implementasinya kita sering mendapati beberapa hambatan yang berkaitan

dengan inovasi. Pengalaman menunjukkan bahwa hampir setiap individu atau organisasi

memiliki semacam mekanisme penerimaan dan penolakan terhadap perubahan. Segera

setelah ada pihak yang berupaya mengadakan sebuah perubahan, penolakan atau hambatan

akan sering ditemui. Penolakan ini mungkin ditunjukkan secara terbuka dan aktif atau

secara tersembunyi dan pasif. Alasan mengapa ada orang yang ingin menolak perubahan

walaupun kenyataannya praktek yang ada sudah kurang relevan, membosankan, sehingga

dibutuhkan sebuah inovasi. Fenomena ini sering disebut sebagai penolakan terhadap

perubahan. Banyak upaya telah dilakukan untuk menggambarkan, mengkategorisasikan

17

Page 18: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

dan menjelaskan fenomena penolakan ini. Ada empat macam kategori hambatan dalam

konteks inovasi. Keempat kategori tersebut diantaranya; a) hambatan psikologis; b)

hambatan praktis; c) hambatan kekuasaan dan nilai.

a) Hambatan psikologis

Hambatan-hambatan ini ditemukan bila kondisi psikologis individu menjadi faktor

penolakan. Hambatan psikologis telah dan masih merupakan kerangka kunci untuk

memahami apa yang terjadi bila orang dan sistem melakukan penolakan terhadap upaya

perubahan. Sebagai gambaran jenis hambatan ini dengan memilih satu faktor sebagai suatu

contoh yaitu dimensi kepercayaan atau keamanan versus ketidakpercayaan atau

ketidakamanan karena faktor ini sebagai unsur inovasi yang sangat penting. Faktor-faktor

psikologis lainnya yang dapat mengakibatkan penolakan terhadap inovasi adalah: rasa enggan

karena merasa sudah cukup dengan keadaan yang ada, tidak mau repot, atau ketidaktahuan

tentang masalah.

Kita dapat berasumsi bahwa di dalam suatu sistem sosial, organisasi atau kelompok

akan ada orang yang pengalaman masa lalunya tidak positif. Menurut para ahli psikologi

perkembangan, ini akan mempengaruhi kemampuan dan keberaniannya untuk menghadapi

perubahan dalam pekerjaannya. Jika sebuah inovasi berimplikasi berkurangnya kontrol

(misalnya diperkenalkannya model pimpinan tim atau kemandirian masing-masing bagian),

maka pemimpin itu biasanya akan memandang perubahan itu sebagai negatif dan

mengancam. Perubahan itu dirasakannya sebagai kemerosotan, bukan perbaikan.

b) Hambatan praktis

Hambatan praktis adalah faktor-faktor penolakan yang lebih bersifat fisik. Untuk

memberikan contoh tentang hambatan praktis, faktor-faktor diantaranya waktu, sumber daya

dan sistem. Ini adalah faktor-faktor yang sering ditunjukkan untuk mencegah atau

memperlambat perubahan. Program pusat-pusat pelatihan guru sangat menekankan aspek-

aspek bidang ini. Ini mungkin mengindikasikan adanya perhatian khusus pada keahlian

praktis dan metode-metode yang mempunyai kegunaan praktis yang langsung. Oleh karena

itu, inovasi dalam bidang ini dapat menimbulkan penolakan yang terkait dengan praktis.

Artinya, semakin praktis sifat suatu bidang, akan semakin mudah orang meminta penjelasan

tentang penolakan praktis. Di pihak lain, dapat diasumsikan bahwa hambatan praktis yang

sesungguhnya itu telah dialami oleh banyak orang dalam kegiatan mengajar sehari-hari, yang

menghambat perkembangan dan pembaruan praktek. Tidak cukupnya sumber daya ekonomi,

teknis dan material sering disebutkan.

18

Page 19: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

Dalam hal mengimplementasikan perubahan, faktor waktu sering kurang

diperhitungkan. Segala sesuatu memerlukan waktu. Oleh karena itu, sangat penting untuk

mengalokasikan banyak waktu bila kita membuat perencanaan inovasi. Pengalaman

menunjukkan bahwa masalah yang tidak diharapkan, yang mungkin tidak dapat diperkirakan

pada tahap perencanaan, kemungkinan akan terjadi.

Yang kedua, masalah pada bidang keahlian dan sumber daya ekonomi. Dalam

perencanaan dan implementasi inovasi, tingkat pengetahuan dan jumlah dana yang tersedia

harus dipertimbangkan. Ini berlaku terutama jika sesuatu yang sangat berbeda dari praktek di

masa lalu akan dilaksanakan, dengan kata lain jika ada perbedaan yang besar antara yang

lama dengan yang baru. Dalam kasus seperti ini, tambahan sumber daya dalam bentuk

keahlian dan keuangan dibutuhkan. Pengalaman telah menunjukkan bahwa dana sangat

dibutuhkan, khususnya pada awal dan selama masa penyebarluasan gagasan inovasi. Ini

mungkin terkait dengan kenyataan bahwa bantuan dari luar, peralatan baru, realokasi, buku

teks dll. diperlukan selama fase awal. Sumber dana yang dialokasikan untuk perubahan sering

kali tidak disediakan dari anggaran tahunan. Media informasi dan tindak lanjutnya sering

dibutuhkan selama fase penyebarluasan gagasan inovasi.

Dalam kaitan ini penting untuk dikemukakan bahwa dana saja tidak cukup untuk

melakukan perbaikan dalam praktek. Sumber daya keahlian seperti pengetahuan dan

keterampilan orang-orang yang dilibatkan dalam upaya inovasi ini merupakan faktor yang

sama pentingnya. Dengan kata lain, jarang sekali kita dapat memilih antara satu jenis sumber

atau jenis sumber lainnya, melainkan kita memerlukan semua jenis sumber itu. Jelaslah

bahwa kurangnya sumber tertentu dapat dengan mudah menjadi hambatan.

c) Hambatan kekuasaan dan nilai

Bila dijelaskan secara singkat, hambatan nilai melibatkan kenyataan bahwa suatu

inovasi mungkin selaras dengan nilai-nilai, norma-norma dan tradisi-tradisi yang dianut

orang-orang tertentu, tetapi mungkin bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut sejumlah

orang lain. Jika inovasi berlawanan dengan nilai-nilai sebagian peserta, maka bentrokan nilai

akan terjadi dan penolakan terhadap inovasi pun muncul. Apakah kita berbicara tentang

penolakan terhadap perubahan atau terhadap nilai-nilai dan pendapat yang berbeda, dalam

banyak kasus itu tergantung pada definisi yang kita gunakan. Pengalaman ini dapat dijelaskan

dengan kenyataan bahwa sering kali orang dapat setuju mengenai sumber daya yang

dipergunakan. Kadang-kadang hal ini terjadi tanpa memandang nilai-nilai. Dengan demikian

kesepakatan atau ketidaksepakatan di permukaan mudah terjadi dalam kaitannya dengan

aliansi. Sering kali aliansi itu terbukti sangat penting bagi implementasi inovasi.

19

Page 20: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dengan memperhatikan pembahasan di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa

proses keputusan inovasi merupakan bagian dari difusi dan perencanaan inovasi yaitu

proses seseorang mulai dari tahu tentang inovasi sampai dengan mengambil keputusan

apakah menerima atau menolak inovasi tersebut.

2. Proses difusi suatu inovasi memerlukan waktu, cepat atau lambatnya proses difusi

inovasi sangat dipengaruhi oleh antara lain; tipe-tipe hubungan antara inovator dengan

potensial adopternya, karakter atau sifat-sifat inovasi itu sendiri dan lain lain.

3. Di dalam dunia pendidikan, guru memiliki peranan yang sangat besar dalam proses

difusi inovasi, berhasil atau tidak suatu inovasi diterapkan di lembaga pendidikan

sangat tergantung dari kemampuan dan kemauan guru dalam menerima dan

mendifusikan inovasi kepada klien atau peserta didik atau siswanya.

B. Saran

Mengingat betapa pentingnya inovasi di dalam pendidikan untuk mewujudkan

pendidikan yang bermutu maka penulis menyarankan supaya pihak pihak terkait yang

bertanggungjawab dalam dunia pendidikan di tanah air selalu terus secara aktif

menciptakan inovasi-inovasi baru di dunia pendidikan, mensosialisasikan dan

menerapkanya demi kemajuan pendidikan di tanah air. Selain itu berkaitan difusi dan

perencanaan inovasi perlu dipahami secara menyeluruh oleh anggota masyarakat agar

tercapai apa yang diinginkan untuk kemajuan bersama baik di lingkungan sosial

masyarakat maupun jenjang pendidikan.

20

Page 21: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

DAFTAR PUSTAKA

Sa’ud, Udin Saefuddin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

http://juraiddin.files.wordpress.com/2013/05/difusi-dan-perencanaan-inovasi.docx.

http://annisampuuy.blogspot.com/2013/01/perencanaan-inovasi-pendidikan.html

http://murniathie99.wordpress.com/2013/05/04/inovasi-pendidikan/

http://www.teknologipendidikan.net/2008/09/16/difusi-inovasi-just-theory/

21

Page 22: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke khadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini.

Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Makalah Difusi

dan Perencanaan inovasi disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Inovasi

Pendidikan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu masukan dan saran dari semua pihak yang sifatnya konstruktif

membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini.

Kendari , Oktober 2013

PenyusunKelompok II

22

Page 23: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

TUGAS KELOMPOK IIMATA KULIAH : INOVASI PENDIDIKAN

[DIFUSI DAN PERENCANAAN INOVASI]

OLEH:

ANDI MARIANI RAMLAN (G2 I1 12 011)

ELFIYANTI SERMATAN (G2 I1 12 012)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2013

23

Page 24: hendrartyratnas.files.wordpress.com  · Web viewEverett M. Rogers adalah salah satu dari tim eksplorasi ini. Berawal dari sejarah tersebut, meskipun pada awalnya teori difusi ditujukan

24