bappenas.go.id · web viewdampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di...

209
KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN PENANGGULANGAN BENCANA, KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA SEJAHTERA

Upload: others

Post on 09-Jan-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DANPENANGGULANGAN BENCANA, KEPENDUDUKAN

DAN KELUARGA SEJAHTERA

Page 2: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk
Page 3: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

BAB XIX

KESEHATAN, KESEJAHTERAAN SOSIAL DANPENANGGULANGAN BENCANA, KEPENDUDUKAN

DAN KELUARGA SEJAHTERA

A. PENDAHULUAN

Dalam Repelita VI, sesuai dengan amanat dan semangat GBHN 1993, pembangunan kesehatan, kesejahteraan sosial dan penanggulangan bencana, serta kependudukan dan keluarga sejahtera diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat serta kualitas sumber daya manusia agar menjadi kekuatan pembangunan bangsa yang efektif dan bermutu.

Dalam Repelita VI pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan sumber daya manusia, berupaya untuk meningkatkan kualitas dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan dan gizi, mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi, mendorong peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam pembangunan kesehatan, dan meningkatkan kesadaran

XIX/3

Page 4: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

masyarakat untuk hidup sehat dan bersih serta peduli terhadap lingkungannya. Pembangunan kependudukan dan keluarga sejahtera mengupayakan untuk meningkatkan kualitas penduduk dan mewujudkan kehidupan keluarga yang berlandaskan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa serta menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masyarakat akan pentingnya norma keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Dengan pembangunan kesejahteraan sosial diupayakan meningkatkan kesadaran, kesetiakawanan dan tanggung jawab sosial di masyarakat dalam menghadapi masalah sosial termasuk penanggulangan bencana, serta menumbuhkan iklim yang mendorong peran serta masyarakat dalam pelayanan sosial.

Dibidang kesehatan hasil pembangunan dapat dilihat antara lain dari menurunnya angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu melahirkan (AKI), dan angka kematian kasar (AKK), serta meningkatnya angka harapan hidup waktu lahir (AHH). Angka kematian bayi (AKB) menurun dari 58 per seribu kelahiran hidup pada tahun 1993 menjadi 52 per seribu kelahiran hidup pada tahun 1997, yang berarti telah mendekati sasaran Repelita VI yaitu 50 per seribu kelahiran hidup. Angka kematian ibu melahirkan (AKI) menurun dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1993 menjadi 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1994. Data AKI tahun 1997 belum tersedia, namun diperkirakan masih diatas sasaran Repelita VI yaitu 225 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian kasar (AKK) menurun dari 7,9 per seribu penduduk pada tahun 1993 menjadi 7,5 per seribu penduduk pada tahun 1997, yang berarti telah mencapai sasaran Repelita VI. Sejalan dengan itu, angka harapan hidup waktu lahir (AHH) meningkat dari 62,7 tahun pada tahun 1993 menjadi 64,2 tahun pada tahun 1997, dan mendekati sasaran Repelita VI yaitu 64,6 tahun.

Page 5: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/4

Page 6: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Untuk meningkatkan derajat kesehatan telah dilanjutkan dan ditingkatkan kegiatan pencegahan penyakit, pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi, dan pemerataan sarana pelayanan kesehatan dasar. Dalam rangka pencegahan penyakit telah dilaksanakan gerakan vaksinasi polio secara besar-besaran melalui pekan imunisasi nasional (PIN) yang dilaksanakan selama tiga tahun berturut-turut (1995/96 - 1997/98). Program ini telah mencakup Iebih dari 23 juta anak balita per tahun, dan merupakan upaya membebaskan penduduk Indonesia dari penyakit polio pada tahun 2000. Imunisasi dasar BCG, DPT, Polio, dan Campak, telah dilanjutkan dan juga ditingkatkan. Setiap tahunnya telah mencakup rata-rata sekitar 4,6 juta bayi dan 4,2 juta anak yang berarti telah mencapai 91 persen dari jumlah bayi dan anak. Berarti telah melampaui sasaran Repelita VI, yaitu sebesar 80 persen.

Kegiatan penanggulangan berbagai penyakit menular seperti penyakit malaria, tuberkulosa paru (TB-paru) dan penyakit diare, dalam empat tahun Repelita VI telah meningkat. Upaya penanggulangan penyakit malaria yang mencakup sekitar 4 juta orang per tahun, telah berhasil menurunkan angka kesakitan penyakit malaria di Jawa-Bali dari 0,2 per seribu penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per seribu penduduk pada tahun 1996/97. Berarti telah mencapai sasaran Repelita VI. Dalam penanggulangan penyakit TB paru, telah dilaksanakan peme-riksaaan bakteriologis terhadap sekitar 3,6 juta sediaan (specimen) dahak dan pengobatan terhadap 322,5 ribu penderita. Dengan upaya pemberantasan penyakit diare, angka kematian akibat penyakit diare (Case Fatality Rate) telah menurun dari sekitar 2,4 persen menjadi 0,2 persen, yang berarti telah melampaui sasaran Repelita VI yaitu 0,3 persen.

XIX/5

Page 7: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Melalui program perbaikan gizi, setiap tahun telah dilaksanakan pemberian vitamin A dosis tinggi terhadap 13,2 juta anak balita, pemberian kapsul yodium terhadap 10,9 juta penduduk, dan pemberian tablet besi terhadap 2,8 juta ibu hamil yang mempunyai resiko tinggi di desa tertinggal. Selain itu, dilaksanakan penyuluhan gizi masyarakat perdesaan di seluruh posyandu yang berjumlah sekitar 257 ribu posyandu.

Program perbaikan gizi tersebut telah berhasil menurunkan prevalensi kurang energi protein (KEP) total pada anak balita laki-laki dari 45,5 persen pada tahun 1992 menjadi 39,0 persen pada tahun 1995, sedangkan pada balita perempuan dari 37,8 persen menjadi 33,3 persen. Berarti telah mendekati sasaran Repelita VI yaitu 30,0 persen. Prevalensi kurang vitamin A (KVA) anak balita pada tahun 1993 adalah sebesar 0,3 persen. Angka KVA pada tahun 1997 belum tersedia, namun diperkirakan telah mendekati sasaran Repelita VI yaitu 0,1 persen. Angka prevalensi tersebut telah berada di bawah batasan yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 0,5 persen, sehingga KVA dianggap tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil menurun dari 63,5 persen pada tahun 1992 menjadi 51,0 persen pada tahun 1995, prevalensi pada balita menurun dari 55,5 persen menjadi 40,5 persen, mendekati sasaran Repelita VI yaitu sebesar 40,0 persen. Prevalensi gangguan akibat kurang yodium (GAKY) yang pada tahun 1992 adalah sebesar 27,7 persen, diharapkan turun menjadi 18 persen pada akhir Repelita VI.

Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat secara lebih meluas dan merata sejak PJP I telah

XIX/6

Page 8: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

dibangun jaringan puskesmas dan rumah sakit. Pada tahun 1997/98 telah tercatat 7.106 puskesmas dan 1.890 rumah sakit yang tersebar secara merata di seluruh tanah air.

Peningkatan jumlah sarana pelayanan kesehatan tersebut didukung pula oleh penyediaan tenaga kesehatan dalam jumlah dan penyebaran yang makin merata, terutama dokter, dokter gigi, tenaga paramedis, dan bidan. Dalam Repelita VI telah ditempatkan sekitar 12,1 ribu orang dokter dan 3,4 ribu dokter gigi. Di samping itu, secara keseluruhan telah ditempatkan sekitar 62 ribu bidan di desa yang tersebar di hampir semua desa. Peranan tenaga kesehatan cukup berarti dalam upaya pelayanan kesehatan keluarga; seperti pelayanan kontrasepsi dengan metoda efektif selama lima tahun terakhir meningkat cakupannya dari 52 persen pada tahun 1993/94 menjadi 70,4 persen pada tahun 1997/98. Demikian pula dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, cakupan pelayanan antenatal meningkat dari 55 persen menjadi 70 persen dari jumlah ibu hamil. Pertolongan persalinan oleh tenaga kese-hatan terutama oleh bidan juga meningkat dari 42 persen menjadi 51 persen jumlah persalinan. Pada akhir Repelita VI, sasaran cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah sebesar 55 persen. Dengan demikian capaian tersebut telah mendekati sasaran Repelita VI.

Pembangunan kesehatan tidak dapat lepas dari pelayanan keluarga berencana. Salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah peserta keluarga berencana (KB) adalah kegiatan pemberian bantuan Tabungan Keluarga Sejahtera (Takesra) dan Kredit Usaha Keluarga Sejahtera (Kukesra). Secara nasional, sampai dengan Desember 1997 dana Takesra telah disalurkan kepada 11,5 juta keluarga yang tergabung dalam 504,5 ribu kelompok usaha. Upaya

XIX/7

Page 9: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

tersebut selain telah berhasil meningkatkan motivasi berusaha keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1, juga telah meningkatkan jumlah peserta KB. Sampai dengan tahun 1997/98 secara keseluruhan jumlah peserta KB aktif telah mencapai sekitar 26,8 juta pasangan usia subur (PUS) atau lebih tinggi dari sasaran yang telah ditentukan dalam Repelita VI yaitu 26,2 juta PUS.

Seiring dengan pembangunan kesehatan, pembangunan di bidang kesejahteraan sosial terus ditingkatkan. Dalam empat tahun Repelita VI telah dilaksanakan kegiatan penyantunan sosial terhadap 963,6 ribu anak terlantar dan 189 ribu lanjut usia yang tidak mampu; pelayanan rehabilitasi sosial bagi 216,6 ribu orang penyandang cacat; pembinaan dan pemberian bantuan modal usaha bagi 211,0 ribu kepala keluarga (KK) miskin di luar desa-desa IDT; dan pembinaan terhadap 26,9 ribu KK masyarakat terasing. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya pelayanan sosial telah dilakukan pembinaan bagi 34,2 ribu orang pekerja sosial masyarakat (PSM); pemberian bantuan paket sarana usaha bagi 12 ribu karang taruna; dan peningkatan kemampuan organisasi sosial (orsos) melalui pelatihan manajemen dan pekerjaan sosial serta pemberian bantuan pengembangan organisasi dan pelayanan sosial bagi 3,3 ribu orsos.

Dalam rangka penanggulangan bencana berbagai upaya telah dilaksanakan dalam menghadapi kejadian bencana alam seperti banjir, tanah longsor, angin ribut, gempa bumi, kekeringan dan kebakaran. Untuk membantu para korban bencana alam tersebut, telah diberikan berbagai bantuan baik pada saat terjadi maupun setelah terjadinya. bencana. Bantuan pada saat terjadinya bencana diberikan dalam bentuk pelayanan gawat

Page 10: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/8

Page 11: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

darurat berupa pertolongan pertama pada saat awal terjadinya bencana, pengobatan dan perawatan kesehatan baik disekitar lokasi kejadian, di puskesmas-puskesmas terdekat maupun di rumah-rumah sakit bagi korban yang memerlukan perawatan khusus dokter ahli, serta pengungsian dan penampungan korban bencana di tempat yang lebih aman dengan didukung penyediaan dapur umum. Bantuan yang diberikan setelah terjadinya bencana adalah berupa bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi sarana umum dan rumah yang rusak akibat bencana.

Pelaksariaan program pembangunan kependudukan yang didukung oleh berbagai program pembangunan lainnya secara ter -padu, telah berhasil menurunkan laju pertumbuhan penduduk men -jadi 1,54 persen pada tahun keempat Repelita VI dari 1,66 persen pada tahun 1993/94. Penurunan laju pertumbuhan penduduk ini juga diikuti oleh angka kelahiran kasar sebesar 22,9 per 1.000 penduduk.

B. KESEHATAN

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Dalam GBHN 1993, pembangunan kesehatan diarahkan untuk makin meningkatkan kualitas dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat guna meningkatkan derajat kesehatan dan gizi masyarakat. Pelayanan kesehatan dikembangkan dengan terus mendorong peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha. Kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan bersih berorientasi kepada kepedulian lingkungan terus dibina sehingga tumbuh dan berkembang menjadi sikap dan budaya bangsa. Semua

XIX/9

Page 12: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

itu perlu didukung oleh sumber daya kesehatan yang cukup memadai dan andal, termasuk perkembangan dan peningkatan industri farmasi.

Sasaran pembangunan kesehatan dalam Repelita VI adalah meningkatnya derajat kesehatan melalui peningkatan kualitas dan pelayanan kesehatan yang makin menjangkau seluruh lapisan ma-syarakat. Dalam rangka itu, sasaran yang akan dicapai adalah me -ningkatnya angka harapan hidup waktu lahir menjadi sekitar 64,6 tahun, menurunnya angka kematian kasar menjadi sekitar 7,5 per 1.000 penduduk, menurunnya angka kematian bayi menjadi 50 per 1.000 kelahiran hidup, dan menurunnya angka kematian ibu mela-hirkan menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup.

Sasaran keadaan gizi masyarakat pada akhir Repelita VI adalah menurunnya prevalensi empat masalah gizi kurang, yaitu gangguan akibat kurang yodium menjadi 18 persen; anemia gizi besi pada ibu hamil menjadi 40 persen, balita menjadi 40 persen dan tenaga kerja wanita menjadi 20 persen; kurang energi protein menjadi 30 persen; dan kurang vitamin A pada anak balita menjadi 0,1 persen.

Dalam rangka mencapai sasaran tersebut di atas, pokok kebi -jaksanaan pembangunan kesehatan dalam Repelita VI yang ter -penting adalah meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan; meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan untuk penduduk miskin dan desa tertinggal; meningkatkan status gizi masyarakat; meningkatkan upaya pelayanan kesehatan pada tenaga kerja; meningkatkan penyuluhan kesehatan masyarakat; mengembangkan peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mendukung pelayanan kesehatan dan gizi yang bermutu; me-

XIX/10

Page 13: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

ningkatkan peran serta masyarakat dan organisasi profesi; meningkatkan mobilisasi dana masyarakat untuk pembiayaan kesehatan; meningkatkan manajemen upaya kesehatan; serta mengoptimasikan penyediaan, pengelolaan, dan pendayagunaan tenaga kesehatan.

Berdasarkan sasaran dan kebijaksanaan tersebut di atas disusun tujuh program pokok yang meliputi: (1) penyuluhan kese -hatan masyarakat; (2) pelayanan kesehatan masyarakat; (3) pela-yanan kesehatan rujukan dan rumah sakit; (4) pencegahan dan pem-berantasan penyakit; (5) perbaikan gizi; (6) pengawasan obat dan makanan; dan (7) pembinaan pengobatan tradisional. Program-program di atas didukung oleh beberapa program penunjang, yang dilaksanakan secara terkoordinasi dengan program Pembangunan bidang lainnya serta mengikutsertakan masyarakat dan dunia usaha. Beberapa program penunjang tersebut antara lain mencakup program penyediaan dan pengelolaan air bersih, penyehatan lingkungan permukiman, pendidikan dan pelatihan kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, dan pengembangan informasi kesehatan.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan sampai dengan Tahun Keempat Repelita VI

Pembangunan kesehatan pada Repelita VI merupakan ke-lanjutan, perluasan dan peningkatan pelaksanaan program dari Repelita-Repelita sebelumnya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keadaan kesehatan dan gizi masyarakat melalui upaya pemerataan sarana pelayanan kesehatan dasar dan rumah sakit. Pencapaian tujuan ini didukung oleh peningkatan jumlah dan jenis tenaga kesehatan, peningkatan mutu pelayanan kesehatan,

XIX/11

Page 14: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

serta peningkatan peran serta masyarakat, dunia usaha dan organisasi profesi. Upaya tersebut dicapai melalui program pokok dan program penunjang sebagai berikut.

a. Program Pokok

1) Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Program ini bertujuan meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Kegiatan pokok dari program ini adalah penyebarluasan informasi kesehatan, pengembangan dan pembinaan penyelenggara penyuluhan, serta pengembangan potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan.

Penyebarluasan informasi kesehatan dilaksanakan melalui sarana media cetak, elektronik dan media tradisional. Dalam kurun waktu tahun 1993/94 sampai dengan tahun 1997/98 telah dilakukan penyebaran informasi kesehatan melalui radio sebanyak 497,5 ribu kali, yaitu 192,1 ribu kali pada tahun 1993/94 dan 305,5 ribu kali selama empat tahun Repelita VI; melalui televisi sekitar 4,6 ribu kali, yaitu 0,9 ribu kali pada tahun 1993/94 dan 3,7 ribu kali selama empat tahun Repelita VI; dan melalui media cetak sebanyak 9,8 juta lembar, yaitu 1,8 juta lembar pada tahun 1993/94 dan 8 juta lembar selama empat tahun Repelita VI. Penyebarluasan informasi PIN (Pekan Imunisasi Nasional) merupakan kegiatan penyuluhan kesehatan yang paling menonjol selama Repelita VI. Keberhasilan PIN ini adalah berkat bantuan dan kerjasama yang erat dari berbagai sektor pemerintah, organisasi internasional, dan organisasi

Page 15: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/12

Page 16: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

masyarakat seperti PKK, Dharma Wanita, Dharma Pertiwi, perusahaan swasta dan badan usaha milik negara (BUMN). Kegiatan tersebut didukung oleh pemanfaatan berbagai media dan jalur kampanye, serta pendekatan kelompok dan individu secara intensif. Kegiatan PIN dilaksanakan secara serentak mulai dari tingkat pusat, propinsi, kabupaten dan kecamatan sampai di desa -desa di seluruh Indonesia.

Untuk kegiatan penyuluhan telah dilaksanakan berbagai pendidikan dan pelatihan bagi petugas kesehatan di tingkat propinsi, kabupaten, dan kecamatan. Dalam lima tahun terakhir (1993/94 - 1997/98) pendidikan dan pelatihan dilaksanakan bagi sekitar 12 ribu orang petugas, yaitu sebanyak 1,7 ribu orang pada tahun 1993/94 dan 10,3 ribu orang selama empat tahun Repelita VI. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran petugas kesehatan, pasien dan keluarganya telah dilaksanakan penyuluhan kesehatan masyarakat di rumah sakit (PKMRS) sebanyak 2.650 kali, terdiri dari 338 kali pada tahun 1993/94 dan 2.312 kali selama empat tahun Repelita VI. Selanjutnya, dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS,, peran serta aktif lembaga swadaya masyarakat (LSM) terus ditingkatkan diseluruh propinsi, terutama di daerah rawan penyakit HIV/AIDS seperti propinsi DKI Jakarta, Riau, Bali dan Irian Jaya. Selain itu, untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat, telah dikembangkan kegiatan inovatif yang memadukan konsep pendekatan kepada pemimpin, pemasaran sosial dan pemberdayaan di bidang kesehatan. Inovasi ini dikenal dengan strategi peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (SP2HBS). Dalam upaya memacu peningkatan sikap dan perilaku serta pola hidup sehat bagi diri pribadi, keluarga dan masyarakat, pada tahun 1994 telah dicanangkan Gerakan Jumat Bersih.

XIX/13

Page 17: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Pengembangan potensi swadaya masyarakat dalam pembangunan kesehatan, antara lain diupayakan melalui pem- binaan dan pengembangan posyandu, pondok bersalin desa (polindes), pos obat desa, pengembangan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM), peningkatan.peran serta LSM, dan peningkatan upaya kesehatan kerja. Kegiatan pembinaan dan pengembangan posyandu mencakup sekitar 257 ribu. Pondok ber -salin desa sebagai pusat kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak mulai dikembangkan, jumlahnya sekitar 20,8 ribu. Pos obat desa sebagai sarana terdekat untuk penyediaan obat bagi masyarakat desa juga mulai dikembangkan, jumlahnya sekitar 15,8 ribu pos. Pengembangan dan pemasyarakatan JPKM dalam berbagai bentuk terus dilanjutkan. Pada tahun 1997/98 sekitar 20 persen desa telah melaksanakan kegiatan dana sehat sebagai salah satu bentuk JPKM. Selain itu, telah dilaksanakan pula pembinaan generasi muda dan peningkatan peranan wanita dalam pembangunan kesehatan. Saka Bakti Husada Pramuka telah terbentuk diseluruh Dati 11 dan bermanfaat dalam penggerakkan masyarakat di bidang kesehatan.

2) Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Program ini merupakan suatu program pelayanan kesehatan dasar terpadu, ditujukan untuk lebih memperluas cakupan dan sekaligus meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar serta menumbuhkembangkan sikap dan kemandirian dalam pemeliharaan kesehatan di lingkungan keluarga dan masyarakat. Pendekatan pelayanan kesehatan dasar lebih bersifat pencegahan dan peningkatan kesehatan yang diselenggarakan secara serasi dengan kegiatan pengobatan dan pemulihan. Program ini dilaksanakan secara terpadu melalui puskesmas dan jaringannya yaitu puskesmas perawatan, puskesmas keliling, puskesmas

Page 18: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/14

Page 19: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

pembantu, dan polindes dengan bidan di desa. Kegiatan pokok dari program ini antara lain mencakup peningkatan sarana pelayanan kesehatan, pelayanan kesehatan keluarga, kesehatan sekolah dan remaja, kesehatan kerja, penyembuhan dan pemulihan, kesehatan olah raga, kesehatan matra, pelayanan laboratorium dan penyuluhan kesehatan masyarakat serta pembinaan peranserta masyarakat.

Pengadaan dan peningkatan sarana fisik pelayanan, ketena-gaan dan obat, dilaksanakan terutama melalui Inpres bantuan sarana kesehaian (Inpres Kesehatan). Peningkatan sarana fisik pelayanan kesehatan dasar antara lain berupa pembangunan puskesmas, puskesmas pembantu dan rumah dokter. Pada tahun 1993/94 telah tersedia sebanyak 6.954 puskesmas, 19.977 puskesmas pembantu, dan 3.564 buah rumah dokter (Tabel XIX-1). Sampai dengan tahun keempat Repelita VI (1997/98) jumlah tersebut meningkat menjadi 7.106 puskesmas, 22.085 puskesmas pembantu dan 4.524 rumah dokter. Untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, berbagai jenis sarana pelayanan tersebut dilengkapi dengan peralatan medis. Selain itu, dalam upaya meningkatkan mobilitas pelayanan kesehatan dasar, pada tahun 1993/94 telah tersedia 6.024 buah puskesmas keliling, selanjutnya meningkat menjadi 7.647 buah pada tahun 1997/98. Pada tahun 1998/99, peningkatan sarana pelayanan kesehatan akan dilanjutkan, terutama pembangunan puskesmas pembantu, rumah dokter dan paramedis, serta pengadaan puskesmas keliling. Sarana pelayanan kesehatan dasar yang mengalami kerusakan karena berbagai sebab, telah diadakan perbaikan, yaitu sampai dengan tahun 1997/98 bagi sekitar 17,6 ribu gedung puskesmas dan 26,2 ribu gedung puskesmas pembantu.

XIX/15

Page 20: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Tersedianya tenaga kesehatan yang cukup merupakan unsur penting untuk meningkatkan pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan. Percepatan penempatan tenaga khususnya tenaga dokter, dokter gigi dan bidan telah dilakukan dengan pola pegawai tidak tetap (PTT). Dengan pola penempatan ini, penyebaran tenaga bagi daerah terpencil dapat dipercepat. Bagi tenaga PTT tersebut diberikan tunjangan khusus sesuai dengan tingkat keterpencilannya. Dalam kurun waktu tahun 1993/94 sampai dengan tahun 1997/98 telah ditempatkan sebanyak 13,7 ribu dokter, yaitu 1,7 ribu dokter pada tahun 1993/94 dan 12 ribu dokter selama empat tahun Repelita VI, dan sebanyak 3,8 ribu dokter gigi yaitu 0,3 ribu dokter gigi pada tahun 1993/94 dan 3,5 ribu dokter gigi selama empat tahun Repelita VI (Tabel XIX-2). Di samping itu, secara ke- seluruhan sampai dengan tahun 1997/98 telah pula ditempatkan sekitar 62 ribu bidan di desa. Untuk mendukung kegiatan bidan di desa diberikan bantuan alat transpor, biaya pemondokan, biaya operasional, peralatan medis dan non medis. Pada tahun 1998/99 direncanakan akan ditempatkan sekitar 26,5 ribu tenaga kesehatan yang terdiri dari tenaga dokter, dokter gigi, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya.

Upaya pelayanan kesehatan keluarga diarahkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kontrasepsi, pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dibawah lima tahun (balita), anak prasekolah, pelayanan kesehatan usia sekolah serta remaja, dan pelayanan kesehatan lanjut usia (lansia).

Pelayanan kontrasepsi dengan metoda efektif selama lima tahun terakhir meningkat cakupannya dari 52 persen pada tahun 1993/94 menjadi 70,4 persen pada tahun 1997/98, yang berarti telah melampaui sasaran Repelita VI yaitu sebesar 70 persen.

Page 21: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/16

Page 22: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Demikian pula dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, cakupan pelayanan antenatal meningkat dari 55 persen menjadi 70 persen dari jumlah ibu hamil. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terutama oleh bidan juga meningkat dari 42 persen menjadi 51 persen jumlah persalinan. Angka ini telah mendekati angka sasaran Repelita VI yaitu sebesar 55 persen. Dalam pelayanan kesehatan ibu, selain tenaga bidan, peranan dukun bayi juga cukup penting dalam meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan ibu melahirkan. Dukun bayi yang dibina berjumlah sekitar 109 ribu orang. Pelayanan anak pra -sekolah telah mencakup sekitar 71 persen dari sasaran. Pelayanan kesehatan anak sekolah dan remaja diselenggarakan melalui wadah usaha kesehatan sekolah (UKS), meliputi penjaringan kesehatan anak sekolah, pelayanan kesehatan bagi anak luar biasa (anak berkelainan) dan pelayanan kesehatan bagi remaja. Penjaringan kesehatan anak sekolah telah mencakup 134,2 ribu sekolah dasar, sedangkan pelayanan kesehatan bagi anak luar biasa telah dilaksanakan di 1.349 puskesmas. Pelayanan kesehatan terhadap remaja dilaksanakan melalui penyuluhan dan konseling kesehatan melalui puskesmas. Kegiatan tersebut telah dilaksanakan oleh sekitar 70 persen dari jumlah puskesmas. Pelayanan kesehatan lanjut usia dilakukan oleh 1.349 Puskesmas atau sekitar 20 persen dari jumlah Puskesmas. Sedangkan sasaran Repelita VI yaitu sebesar 50 persen dari jumlah puskesmas.

Untuk memperluas jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan mata telah dilaksanakan pelayanan kesehatan mata melalui puskesmas. Kegiatannya antara lain mencakup pemeriksaan kesehatan mata bagi anak sekolah, operasi katarak yang dilaksanakan oleh Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKKM) dan rumah sakit bekerja sama dengan Puskesmas. Jumlah puskesmas

XIX/17

Page 23: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

yang telah melaksanakan pencegahan kebutaan katarak adalah sebanyak 360 puskesmas.

3) Program Kesehatan Rujukan dan Rumah Sakit

Program ini bertujuan untuk meningkatkan mutu, cakupan, dan efisiensi pelayanan kesehatan di rumah sakit serta memantapkan sistem rujukan antara puskesmas dengan rumah sakit kabupaten, rumah sakit propinsi dan rumah sakit di tingkat pusat Upayanya ditempuh melalui peningkatan dan pengembangan manajemen rumah sakit, terutama dalam bidang sumber daya tenaga dan pembiayaan menuju kemandirian rumah sakit dengan tetap memperhatikan fungsi sosial rumah sakit. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilaksanakan berbagai kegiatan antara lain meliputi: pemerataan persebaran dan penambahan tenaga dokter ahli; penyediaan bantuan obat-obatan; penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan rumah sakit; pembangunan dan rehabilitasi rumah sakit; penggantian, perbaikan dan penyediaan peralatan medis; pendidikan dan pelatihan tenaga, serta pelayanan rujukan dokter ahli dari rumah sakit ke puskesmas yang dikenal sebagai rumah sakit proaktif.

Jumlah dan mutu pelayanan rumah sakit terus ditingkatkan. Sampai dengan tahun 1997/98 jumlah rumah sakit seluruhnya tercatat sebanyak 1.890 buah terdiri dari 868 buah rumah sakit umum (RSU) dan 1.022 buah rumah sakit khusus (RSK), dengan jumlah tempat tidur masing masing sekitar 102,7 ribu dan 32,2 ribu buah (Tabel XIX-3).

Dalam rangka peningkatan dan periuasan pelayanan rumah sakit kepada masyarakat, sejumlah rumah sakit kabupaten telah di -

xtwta

Page 24: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/18

Page 25: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

tingkatkan dari kelas D menjadi kelas C. Dalam Repelita VI telah ditingkatkan 64 rumah sakit kelas D menjadi rumah sakit kelas C. Sejalan dengan peningkatan kelas rumah sakit, pengadaan dokter umum dan dokter spesialis termasuk peralatan medis dan non medis makin ditingkatkan jurnlahnya. Untuk memenuhi kebutuhan dokter ahli di berbagai rumah sakit yang telah ditingkatkan menjadi kelas C, ditempatkan 1.293 tenaga dokter ahli dari empat keahlian dasar (ahli bedah, ahli anak, ahli penyakit dalam, serta ahli kebidanan dan kandungan). Sedangkan untuk mempercepat penempatan para dokter ahli di rumah sakit kabupaten, terutama di daerah-daerah terpencil, sejak awal Repelita VI prioritas pemberian beasiswa pendidikan dokter ahli diberikan kepada dokter yang ditempatkan atau akan ditempatkan di kabupaten. Agar para dokter ahli tersebut dapat menjalankan masa baktinya di rumah sakit kabupaten secara optimal, disediakan berbagai paket peralatan sesuai kebutuhan, yaitu sebanyak 549 paket ernpat keahlian dasar, 275 paket tiga keahlian penunjang (anestesi, radiologi, patologi klinik), dan 713 paket untuk dokter spesialis lainnya. Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit, secara bertahap telah dilakukan pula penggantian atau penambahan peralatan yang meliputi 4,7 ribu unit peralatan medik, 7,7 ribu unit peralatan non medik, dan 264 unit kendaraan operasional/ ambulans. Pada tahun 1998/99 akan disediakan peralatan medik dan non medik bagi 250 rumah sakit.

Upaya lainnya dalam rangka peningkatan pelayanan rumah sakit, juga telah dilaksanakan pembangunan baru RS yaitu RS Lhokseumawe dan RS Tapak Tuan (D.l. Aceh), RS Dumai (Riau), RS Sekayu (Sumatera Selatan), RS Liwa (Lampung), dan penyelesaian fisik RS Bengkulu. Pada tahun 1998/99 direncanakan untuk melanjutkan pembangunan RS Liun Kendage (Sulawesi

XIX/19

Page 26: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Utara) dan RS Hasan Sadikin (Jawa Barat). Selain itu, telah dilakukan rehabilitasi/renovasi terhadap 254 rumah sakit. Untuk mewujudkan kemandirian rumah sakit, secara bertahap rumah sakit pemerintah yang dinilai mampu mulai dikembangkan menjadi unit swadana. Diharapkan dengan pengembangan unit swadana ini dimungkinkan terjadinya subsidi silang kepada rumah sakit yang lemah, sedangkan rumah sakit yang telah mandiri dapat meningkatkan mutu pelayanannya, dan juga memungkinkan adanya subsidi silang antara penderita yang mampu kepada yang tidak mampu. Jumlah rumah sakit swadana telah mencapai 48 unit terdiri dari 12 RSU vertikal, I RS Mata vertikal, dan 35 RSU Pemda.

Sebagai bagian upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit, maka untuk semua jenis rumah sakit pemerintah pusat dan daerah disediakan anggaran untuk biaya operasional, pemeliharaan, dan rehabilitasi rumah sakit (OPRS). Biaya tersebut dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan operasional dan pemeliharaan yang selama ini disediakan dari biaya rutin. Dengan adanya anggaran tersebut maka diharapkan mutu pelayanan RS pemerintah semakin meningkat.

4) Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Program pencegahan dan pemberantasan penyakit bertujuan untuk mencegah berjangkitnya penyakit, menurunkan angka kematian dan angka kesakitan serta mengurangi akibat buruk penyakit, baik yang menular maupun tidak menular. Sasaran prioritas pemberantasan penyakit menular adalah bayi, anak balita dan ibu, serta kelompok usia kerja. Selanjutnya, untuk penyakit tidak menular prioritas diberikan pada kegiatan penyuluhan kesehatan dan peningkatan , peranserta masyarakat termasuk

Page 27: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/20

Page 28: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat dan dunia usaha. Pencegahan dan pemberantasan penyakit dilaksanakan secara terpadu melalui upaya pelayanan kesehatan masyarakat, kesehatan rujukan dan rumah sakit, serta upaya lain yang dilakukan oleh masyarakat dan dunia usaha.

Selama Repelita VI kegiatan pemberantasan penyakit menular meliputi pemberantasan penyakit malaria, demam berdarah dengue (DBD), tuberkulosa paru (TB-Paru), infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), kegiatan imunisasi dan penanggulangan HIV/AIDS.

Pemberantasan penyakit malaria dilaksanakan melalui pemberantasan vektor berupa penyemprotan rumah penduduk dan lingkungannya dengan menggunakan insektisida, serta pengobatan terhadap penderita. Penyakit ini masih merupakan penyakit menular yang perlu ditingkatkan pemberantasannya terutama pada daerah-daerah yang masih dianggap rawan, seperti daerah-daerah transmigrasi, daerah perbatasan dan permukiman baru di luar pulau Jawa-Bali. Jumlah rumah yang disemprot secara keseluruhan dari tahun 1993/94 sampai dengan tahun 1997/98 telah mencapai sekitar 5,9 juta rumah, yaitu 1,5 juta rumah pada tahun 1993/94 dan 4,4 juta rumah selama empat tahun Repelita V1. Penemuan dan pengobatan bagi tersangka penderita telah dilaksanakan terhadap sekitar 19,9 juta orang, yaitu 6,3 juta orang pada tahun 1993/94 dan 13,6 juta orang selama empat tahun Repelita VI (Tabel XIX-4). Dampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk pada tahun 1996/97. Hal ini berarti telah mencapai sasaran akhir Repelita VI yaitu 0,1 per

XIX/21

Page 29: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

1.000 penduduk. Pada tahun 1998/99 direncanakan akan dilaksanakan pengobatan bagi 4 juta penderita malaria.

Pemberantasan penyakit diare dititik-beratkan pada upaya pencarian dan pengobatan penderita diare sedini mungkin. Dalam lima tahun terakhir, secara keseluruhan jumlah penderita diare yang diobati mencakup sekitar 14,8 juta orang, yaitu 4,1 juta orang pada tahun 1993/94 dan 10,7 juta orang selama empat tahun Repelita VI (tabel XIX-4). Kegiatan penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan penting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit diare. Kegiatan ini dilaksanakan terutama melalui puskesmas dan jaringannya. Materi penyuluhan meliputi upaya pencegahan seperti membiasakan minum air yang telah dimasak, cara menggunakan oralit, cara membuat larutan gula garam, serta cara memelihara lingkungan yang sehat. Dampak epidemiologi dari upaya pemberantasan penyakit diare terlihat dari menurunnya angka kematian akibat diare (Case Fatality Rate) yang dilaporkan, yaitu dari sekitar 2,4 persen pada tahun 1993/94 menjadi 0,2 persen pada tahun 1996/97, telah melampaui sasaran Repelita VI yaitu 0,3 persen. Pada tahun 1998/99 direncanakan akan dilaksanakan pengobatan bagi 5,3 juta penderita diare.

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti merupakan penyakit menular yang makin meluas penyebarannya. Hal ini sejalan dengan meningkatnya arus transportasi antar wilayah serta makin padatnya jumlah penduduk di suatu kawasan. Selain itu, meluasnya penyebaran penyakit ini juga disebabkan oleh kebersihan lingkungan yang belum memadai dan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang cara penularan penyakit ini. Daerah yang terjangkit penyakit ini telah meluas ke 27 propinsi dan mencakup 211 Dati 11. Upaya

Page 30: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/22

Page 31: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

penanggulangannya dilakukan antara lain adalah melalui abatisasi dan penyemprotan masal di tempat-tempat pembiakan nyamuk Aedes Aegypti. Selain itu, dilaksanakan pula pengasapan (fogging) pada rumah-rumah yang diduga menjadi sarang nyamuk tersebut. Dalam lima tahun terakhir, kegiatan abatisasi masal telah dilaksanakan terhadap sekitar 14,9 juta rumah, yaitu 2,9 juta rumah pada tahun 1993/94 dan 12 juta rumah selama empat tahun Repelita VI; dan pengasapan terhadap sekitar 19 juta rumah, yaitu 2,6 juta rumah pada tahun 1993/94 dan 16,4 juta rumah selama empat tahun Repelita VI ( Tabel XIX -4). Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi yaitu sekitar 23,2 per 100.000 penduduk pada tahun 1996/97, sehingga perlu dilakukan pemantauan dan pengobatan penderita secara dini. Selain itu peran serta masyarakat perlu terus ditingkatkan dalam bentuk pemberantasan sarang nyamuk dengan cara menguras, mengubur dan menutup sarang nyamuk. Upaya ini juga didukung oleh kegiatan pemberantasan penyakit menular secara terpadu dan efektif melalui berbagai sarana pelayanan kesehatan yang ada.

Penyakit tuberkulosa paru (TB-Paru), merupakan salah satu penyakit menular yang banyak diderita oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Upaya pemberantasan penyakit ini terutama dilaksanakan melalui puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan, didukung oleh partisipasi masyarakat. Upaya pem-berantasan TB-Paru di puskesmas diintegrasikan dengan sarana pelayanan kesehatan lainnya seperti balai pengobatan penyakit paru (BP4) dan rumah sakit. Kerjasama dengan perkumpulan pemberantasan tuberkulosa Indonesia (PPTI) terus ditingkatkan dalam upaya memperluas jangkauan pelayanan. Dalam Repelita VI telah dilaksanakan upaya penyempurnaan dalam penanggulangan penyakit ini, meliputi penggunaan panduan obat jangka pendek (6

XIX/23

Page 32: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

bulan) dan pengawasan langsung menelan obat (Directly Observed Treatment Short-course = DOTS) kepada setiap penderita TB yang baru. Dalam lima tahun terakhir, secara keseluruhan telah dilaksanakan pemeriksaan bakteriologis terhadap sekitar 3,6 juta sediaan, yaitu 972 ribu sediaan pada tahun 1993/94 dan 2,6 juta sediaan selama empat tahun Repelita VI; dan pengobatan terhadap 322,5 ribu penderita yaitu 68,0 ribu penderita pada tahun 1993/94 dan 254,5 ribu penderita selama empat tahun Repelita VI (Tabel XIX-4). Pada tahun 1998/99 direncanakan akan dilaksanakan pengobatan bagi 245,6 ribu penderita TB-Paru.

Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit menular penting lainnya yang perlu ditanggulangi. Penyakit ini merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian bagi bayi dan anak. Pemberantasan penyakit ISPA yang meliputi penemuan dan pengobatan penderita, dilaksanakan di puskesmas dan jaringannya, serta dengan rujukan ke rumah sakit untuk penanganan kasus yang berat. Dalam kurun waktu lima tahun kegiatan pemberantasan penyakit tersebut telah dilaksanakan di seluruh propinsi dengan jumlah penderita yang ditemukan dan diobati mencakup sekitar 10,9 juta orang, yaitu 5,7 juta orang pada tahun 1993/94 dan 5,2 juta orang selama empat tahun Repelita VI.

Kegiatan imunisasi terus ditingkatkan dalam upaya mencegah secara dini berjangkitnya berbagai penyakit menular. Kegiatan imunisasi yang menonjol dalam Repelita VI adalah imunisasi polio, yang dilaksanakan secara besar-besaran melalui pekan imunisasi nasional (PIN), dimana semua anak balita diberikan imunisasi polio secara serentak. PIN ini telah dilaksanakan tiga tahun berturut-turut, mulai tahun 1995/96 sampai dengan tahun 1997/98 mencakup lebih dari 23 juta anak bali ta per tahun.

Page 33: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/24

Page 34: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Kegiatan ini dilaksanakan dalam upaya membebaskan Indonesia dari penyakit polio pada tahun 2000. Selama lima tahun terakhir, kegiatan imunisasi dasar BCG, DPT, Polio, dan Campak, setiap tahunnya telah mencakup rata-rata sekitar 4,6 juta bayi dan 4,2 juta anak. Cakupan imunisasi dasar tersebut telah mencapai 91 persen dari sasaran; melampaui sasaran Universal Child Immunization (UCI) yang telah ditetapkan oleh konferensi tingkat tinggi anak sedunia (World Summit for Children) dan sasaran Repelita VI, yaitu sebesar 80,0 persen. Sejalan dengan anjuran World Health Assembly (WHA), kegiatan imunisasi hepatitis B bagi bayi baru lahir terus dikembangkan di seluruh propinsi, sasarannya mencakup sekitar 4,4 juta bayi. Pada tahun 1998/99. akan dilaksanakan imunisasi BCG, DPT, DT, TT, Campak, Polio, dan Hepatitis B dengan sasaran 4,6 juta bayi, 4,1 juta ibu hamil, dan 25,8 juta anak.

Penyakit menular seksual (PMS) masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian dalam penanggulangannya. Penyakit HIV/AIDS sebagai salah satu PMS, yang pertama kali ditemukan pada tahun 1987 menunjukkan kecenderungan meningkat dan meluas pe-nyebarannya. Terdapat kaitan yang erat antara peningkatan penyakit HIV/AIDS dengan meningkatnya penyebaran penyakit TB-Paru, karena menurunnya sistem kekebalan tubuh. Sampai dengan bulan November 1997 secara keseluruhan tercatat 152 orang penderita AIDS dan 450 orang terinfeksi HIV. Penanggulangan AIDS kegiatannya diintegrasikan dengan pemberantasan PMS, meliputi sero survai AIDS dan sifilis, dan pemeriksaan (skrining) donor darah. Kegiatan lainnya berupa penyuluhan tentang pencegahan HIV/AIDS melalui berbagai media massa. Selama kurun waktu lima tahun terakhir, telah

XIX/25

Page 35: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

dilaksanakan sero survai HIV/AIDS dan sifilis yang mencakup sekitar 432 ribu sediaan, yaitu 122 ribu sediaan pada tahun 1993/94 dan 310 ribu sediaan selama empat tahun Repelita VI.

Pemberantasan penyakit menular lainnya seperti penyakit kaki gajah (filariasis), demam keong (schistosomiasis), gila anjing (rabies), pes, kusta, patek (frambusia) terus dilanjutkan. Pemberantasan penyakit kaki gajah dilaksanakan melalui pengobatan masal terhadap sekitar 677,8 ribu penderita, yaitu 191,0 ribu penderita pada tahun 1993/94 dan 486,8 ribu penderita selama empat tahun Repelita VI; dan survai darah sebanyak 225,1 ribu sediaan yaitu 2,4 ribu sediaan pada tahun 1993/94 dan 227,7 ribu sediaan selama empat tahun Repelita VI. Selain itu, dilaksanakan pula kegiatan penyuluhan, penyediaan sarana air bersih dan jamban serta pemberantasan fokus-fokus keong penular. Kegiatan penanggulangan rabies dilaksanakan melalui vaksinasi hewan sekitar 1,9 juta ekor, yaitu 0,6 juta ekor pada tahun 1993/94 dan 1,3 juta ekor selama empat tahun Repelita VI; dan vaksinasi pada manusia sekitar 31 ribu orang, yaitu 6 ribu orang pada tahun 1993/94 dan 25 ribu orang selama empat tahun Repelita VI. Pemberantasan penyakit rabies dilaksanakan secara lintas sektoral.

5) Program Perbaikan Gizi

Program ini bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan yang berdampak pada keadaan gizi masyarakat, dan diarahkan untuk peningkatan hidup sehat, intelektualitas, produktivitas, dan prestasi kerja serta penurunan angka gizi salah. Kegiatan utama program ini adalah : (1) penyuluhan gizi masyarakat; (2) usaha perbaikan gizi keluarga; (3) upaya perbaikan

Page 36: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/26

Page 37: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

gizi institusi; (4) fortifikasi pangan; dan (5) peningkatan penerapan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.

Kegiatan penyuluhan gizi masyarakat bertujuan untuk memasyarakatkan pengetahuan gizi secara luas, guna menanarnkan sikap dan perilaku yang mendukung kebiasaan hidup sehat dengan makanan yang bermutu gizi seimbang. Untuk melaksanakan penyuluhan gizi antara lain telah disusun pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Pedoman ini merupakan pegangan bagi petugas kesehatan dan petugas sektor terkait lainnya serta masyarakat luas tentang perilaku konsumsi makanan yang sesuai dengan kaidah umum gizi. Dalam rangka menyebarluaskan informasi tentang PUGS kepada masyarakat, dalam lima tahun terakhir telah dilaksanakan pelatihan mengenai PUGS bagi 4.691 orang, yaitu 52 orang pada tahun 1993/94 dan 4.639 orang selama empat tahun Repelita VI; dan pelatihan tentang peningkatan penggunaan air susu ibu (ASI) secara eksklusif terhadap 793 orang petugas yaitu 268 orang pada tahun 1993/94 dan 525 orang selama empat tahun Repelita VI. Penyuluhan gizi yang dilaksanakan lewat posyandu terus meningkat, sejalan dengan pertumbuhan posyandu di desa-desa di seluruh tanah air sebanyak 257 ribu posyandu. Penyuluhan gizi tersebut dilakukan oleh para kader dibawah bimbingan petugas kesehatan dan petugas sektor lainnya seperti petugas pertanian, BKKBN, agama, pamong desa dan penggerak PKK. Selain di posyandu, penyuluhan gizi juga dilaksanakan di luar posyandu dengan menggunakan pendekatan kelompok antara lain melalui kelompok pengajian, arisan, kelompok wanita tani, PKK dan kelompok pendengar, pembaca dan pemirsa. Selain itu, untuk mendukung kegiatan penyuluhan gizi telah dilaksanakan pengadaan dan distribusi materi penyuluhan gizi berupa media cetak dan media elektronik. Pesan-pesan gizi yang diinformasikan melalui

XIX/27

Page 38: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TVRI secara keseluruhan telah dilakukan sebanyak 197 kali tayangan, yaitu 35 kali pada tahun 1993/94 dan 162 kali tayangan selama empat tahun Repelita VI, dan melalui media RRI sebanyak 10.150 kali siaran dalam bentuk drama seri dan kuis, yaitu 46 kali pada tahun 1993/94 dan 10.104 kali selama empat tahun Repelita VI. Selain itu juga dilaksanakan melalui pameran pembangunan dan hari-hari besar seperti Hari Kesehatan Nasional, Hari Pangan Sedunia, dan Hari Gizi Nasional.

Kegiatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) bertujuan untuk memacu upaya masyarakat agar mampu memenuhi kebutuhan gizinya, melalui pemanfaatan aneka ragam pangan sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga dan lingkungan masyarakat setempat. Kegiatan pokok UPGK adalah (a) penyuluhan gizi masyarakat perdesaan; (b) pelayanan gizi di posyandu; dan (c) peningkatan pemanfaatan lahan pekarangan. Kegiatan tersebut diprioritaskan untuk menanggulangi 4 masalah gizi-kurang yaitu gangguan akibat kurang yodium (GAKY), anemia gizi besi (AGB), kurang vitamin A (KVA) dan kurang energi protein (KEP).

Sasaran UPGK terutama ditujukan kepada kelompok masyarakat yang rawan gizi yaitu wanita pranikah, ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita. Prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil menurun dari 63,5 persen pada tahun 1992 menjadi 50,9 persen pada tahun 1995, prevalensi pada balita menurun dari 55,5 persen menjadi 40,5 persen. Dibandingkan dengan sasaran Repelita VI sebesar 40,0 persen, target tersebut optimis dapat tercapai. Prevalensi GAKY pada tahun 1992 adalah sebesar 27,7 persen dan diharapkan menurun menjadi 18 persen pada akhir Repelita V1. Pada tahun 1995 telah dilakukan studi pemetaan GAKY di lima

Page 39: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/28

Page 40: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

propinsi, hasilnya menunjukkan angka prevalensi di Jabar sebesar 4,5 persen, NTT sebesar 38,6 persen, Irja sebesar 12,2 persen, Yogyakarta sebesar 6,1 persen, dan Maluku sebesar 33,3 persen. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa prevalensi di beberapa propinsi telah berada dibawah sasaran Repelita VI. Prevalensi kurang vitamin A (KVA) pada balita pada tahun 1993 adalah sebesar 0,3 persen. Angka KVA pada tahun 1997 belum tersedia, namun diperkirakan telah mendekati sasaran Repelita VI yaitu 0,1 persen. Angka prevalensi tersebut sudah dianggap sebagai bukan masalah kesehatan masyarakat, karena sudah dibawah .batasan yang ditetapkan oleh .Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 0,5 persen. Prevalensi kurang energi protein (KEP) total pada balita laki-laki menurun dari 45,5 persen pada tahun 1992 menjadi 39,0 persen pada tahun 1995, sedangkan pada balita perempuan menurun dari 37,8 persen menjadi 33,3 persen. Hal ini berarti telah mendekati sasaran Repelita VI yaitu 30,0 persen.

Kegiatan di posyandu lainnya antara lain adalah pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak, pemberian paket pelayanan gizi, pemberian makanan tambahan dan pemantauan dini terhadap perkembangan kehamilan. Selama lima tahun terakhir dari tahun 1993/94 sampai dengan tahun 1997/98, rata-rata setiap tahunnya telah diberikan vitamin A dosis tinggi bagi 13,2 juta anak balita, pemberian kapsul yodium bagi 10,9 juta wanita usia subur dan pemberian tablet besi bagi 2,8 juta ibu hamil yang mempunyai risiko tinggi di desa tertinggal. Selain itu telah dilaksanakan pula kegiatan pemasaran sosial untuk meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber zat besi. Pada tahun 1998/99 direncanakan akan diberikan Vitamin A dosis tinggi bagi 11,3 juta anak balita, tablet besi bagi 5,7 juta ibu hamil, dan kapsul yodium bagi 12,9 juta penduduk di daerah endemik.

XIX/29

Page 41: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Peningkatan pemanfaatan Iahan pekarangan melalui program diversifikasi pangan dan gizi dari sektor pertanian merupakan salah satu upaya mengatasi masalah gizi KEP pada anak balita, yaitu dengan cara pemberian makanan tambahan. Kegiatan ini diupayakan menjadi tanggung jawab keluarga dan masyarakat setempat dengan bimbingan dan dukungan teknis dari petugas lintas sektor terkait seperti petugas gizi puskesmas, penyuluh pertanian lapangan (PPL), dan pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Kegiatan pemberian makanan tambahan kepada anak balita ini, juga dilaksanakan di posyandu sebagai alat penyuluhan gizi kepada masyarakat.

Usaha perbaikan gizi institusi (UPGI) berupaya untuk meningkatkan keadaan gizi kelompok masyarakat tertentu yang berada di suatu lembaga atau institusi seperti sekolah, pusat-pusat pelatihan olah raga, rumah sakit, pabrik, perusahaan, lembaga pemasyarakatan, dan panti perawatan. Perhatian diberikan terutama kepada lembaga pendidikan, khususnya SD termasuk pesantren di daerah miskin, dan panti-panti sosial. Kegiatan UPGI antara lain meliputi pelatihan tenaga penyelenggaraan makanan, bimbingan, dan pengawasan. Kegiatan ini dilaksanakan bersama antara tenaga kesehatan, ketenagakerjaan, pendidikan dan pengurus serta penyelenggara lembaga yang bersangkutan. Selama empat tahun Repelita VI telah dilakukan kegiatan pelatihan bagi petugas 1.373 petugas pengelola gizi perusahaan, 460 petugas panti sosial, dan 551 petugas pesantren.

Kegiatan lainnya yang berkaitan dengan usaha perbaikan gizi institusi adalah pemberian makanan tambahan kepada anak sekolah yang mulai tahun 1996/97 dikembangkan menjadi program nasional pemberian makanan tambahan anak sekolah (PMT-AS).

Page 42: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/30

Page 43: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Pada tahun 1997/98, sasaran pelaksanaan PMT-AS telah mencakup 7,2 juta murid pada 49,5 ribu SD/MI yang terletak di desa-desa IDT di seluruh Indonesia. Dana yang disediakan dalam program ini digunakan untuk pengadaan bahan makanan yang harus merupakan hasil produksi setempat, peralatan masak, obat cacing, buku juklak dan juknis, bahan-bahan penyuluhan, dan biaya pelatihan bagi para pengelola/petugas PMT-AS. Pola pemberian makanan tambahan ini adalah rnemberikan makanan jajanan 3 (tiga) kali seminggu selama 108 hari dalam satu tahun belajar efektif. Selanjutnya untuk meningkatkan efektivitas pemberian makanan jajanan, diberikan pula obat cacing dua kali setahun masing-masing satu tablet dan penyuluhan secara aktif kepada anak didik mengenai kebersihan diri dan lingkungan. Pelaksanaan program ini berhasil meningkatkan kehadiran siswa (menurunkan absensi) sehingga diharapkan meningkatkan prestasi belajar murid.

Kegiatan fortifikasi bahan pangan merupakan salah satu kegiatan UPGI lainnya, terutama untuk meningkatkan mutu gizi bahan makanan dengan memperkaya kandungan zat gizi melalui penambahan zat gizi tertentu untuk menanggulangi masalah gizi masyarakat. Kegiatannya antara lain adalah melakukan fortifikasi zat besi pada mie instant dan jamu sehat wanita, dan rintisan fortifikasi vitamin A pada mie instant. Sedangkan dalam upaya pemasyarakatan pentingnya garam beryodium, telah dilaksanakan lebih intensif kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), peningkatan pengawasan produksi dan distribusi, dan penindakan pada produsen yang melanggar.

Kegiatan utama lainnya dari program perbaikan gizi adalah upaya peningkatan penerapan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) yang bertujuan antara lain untuk memberikan isyarat dini

XIX/31

Page 44: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

tentang kemungkinan timbulnya kekurangan pangan yang terjadi di suatu wilayah atau daerah tertentu, menyediakan informasi tentang perkembangan penyediaan beranekaragam konsumsi pangan serta keadaan gizi masyarakat yang berguna bagi perencanaan, pengelolaan dan evaluasi program penganekaragaman pangan dan gizi daerah, dan peningkatan kemampuan daerah dalam memecahkan masalah pangan dan gizi berdasarkan keadaaan setempat. Kegiatan SKPG meliputi pemantauan keadaan pangan dan gizi di wilayah tertentu di tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa, mengembangkan jringan informasi pangan dan gizi di tingkat propinsi dan nasional, pengukuran Tinggi Badan Anak Baru Sekolah (TBABS), dan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Kegiatan pemantauan keadaan pangan dan gizi meliputi seluruh propinsi, sedangkan pengukuran TBABS telah dilakukan di 22 ribu SD pada tahun 1994/95 dan akan diulang pada 4 tahun mendatang untuk melihat pertambahan tinggi badan anak sebagai salah satu dampak dari perbaikan gizi.

6) Program Pengawasan Obat dan Makanan

Program ini bertujuan untuk: (1) tersedianya obat dan alat kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat yang didukung oleh industri farmasi; (2) terlindungnya masyarakat dari penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang tidak memenuhi ketentuan standar dan persyaratan kesehatan lainnya; (3) terlindungnya masyarakat dari bahaya penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat, narkotik, dan zat adiktif, serta bahan berbahaya lainnya; dan (4) meningkatnya penggunaan obat tradisional yang terbukti bermanfaat untuk pelayanan kesehatan sejalan dengan program pengembangan pengobatan tradisional.

Page 45: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/32

Page 46: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Dalam rangka menyediakan obat yang merata, bermutu dan terjamin khasiatnya serta terjangkau harganya, pemakaian obat generik berlogo secara bertahap terus ditingkatkan terutama untuk memenuhi kebutuhan program pemerintah maupun sektor swasta. Penggunaan obat generik secara nasional dari tahun ke tahun mengalami peningkatan cukup bermakna. Pada tahun 1993/94 nilai penjualan obat generik adalah sebesar Rp 213,6 milyar dan pada tahun 1997/98 rneningkat menjadi sebesar Rp 377,6 milyar atau mengalami peningkatan sekitar 76,8 persen. Di sektor swasta, cakupan penjualan obat generik juga berkembang dari 31,5 persen pada tahun 1993/94 menjadi 55,1 persen pada tahun 1997/98. Sedangkan nilai ekspor obat selama lima tahun terakhir, telah mencapai US$ 207,6 juta, yaitu US$ 25,8 juta pada tahun 1993/94 dan US$ 181,8 juta selama ernpat tahun Replita VI. Kebutuhan obat didukung oleh industri farmasi dalam negeri, yang antara lain telah memproduksi bahan baku obat di dalarn negeri dengan terus meningkat. Sampai dengan tahun 1997/98 produksinya telah mencapai nilai produksi Rp 265,9 milyar. Namun demikian, industri farmasi di Indonesia rnasih menghadapi masalah, yaitu sebagian besar bahan bakunya (sekitar 90 persen) masih tergantung impor. Keadaan ini menyebabkan kritisnya ketersediaan obat di dalam negeri pada saat laporan ini disusun, sebagai dampak krisis moneter.

Untuk menunjang pengelolaan obat sektor pemerintah dan untuk pendistribusian obat di daerah, sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah tersedia gudang farmasi kabupaten (GFK) sebanyak 308 unit, dari 297 GFK pada tahun 1993/94.

Untuk melindungi masyarakat dari penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang tidak memenuhi

XIX/33

Page 47: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

ketentuan standar dan persyaratan kesehatan lainnya, telah diupayakan pengendalian mutu produk secara ketat dan menyeluruh. Upaya tersebut meliputi; pertama, persyaratan bahwa setiap produk obat yang beredar harus memenuhi cara-cara pembuatan obat yang baik (CPOB); kedua, penilaian produk sebelum dan sesudah beredar; ketiga, penetapan standar mutu; keempat, pengujian laboratorium dan kelima, dengan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi. Selama empat tahun Repelita VI, telah dilakukan penilaian registrasi data teknis terhadap sekitar 5,4 ribu jenis obat, 16,1 ribu jenis makanan, 9,5 ribu jenis alat kosmetika, alat kesehatan dan peralatan kesehatan rumah tangga, dan 5,5 ribu jenis obat tradisional.

Untuk melindungi mayarakat dari bahaya penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat, narkotik, dan zat adiktif, serta bahan berbahaya lainnya, telah dilakukan pengujian laboratorium terhadap bahan tersebut sehingga masyarakat terhindar dari produk yang membahayakan kesehatan. Pengujian tersebut selama empat tahun Repelita VI telah dilakukan terhadap 290 ribu sampel obat, makanan dan minuman, kosmetika dan alat kesehatan, dan obat tradisional, serta penyidikan obat dan makanan sebanyak 1,5 ribu kasus.

7) Program Pembinaan Pengobatan Tradisional

Program ini bertujuan untuk menggali dan meningkatkan pendayagunaan obat dan cara pengobatan tradisional baik secara tersendiri atau terpadu dalam pelayanan kesehatan paripurna, dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Page 48: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/34

Page 49: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Peningkatan pendayagunaan obat tradisional untuk kesehatan diupayakan melalui penggalian, penelitian, pengujian serta penemuan obat-obatan termasuk budidaya obat tradisional yang secara medis dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu dibentuk sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (P3T). Sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah terbentuk 7 (tujuh) sentra P3T di propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Melalui sentra tersebut dilakukan penyiapan sarana dan prasarana serta pendataannya, pembinaan petugas terlatih, dan penelitian potensi pengobatan tradisional untuk dapat digunakan di pelayanan kesehatan formal.

Untuk meningkatkan pembinaan pengobatan tradisional, telah dilaksanakan pembinaan pengobatan tradisional bagi 5,3 ribu orang. Kepada tenaga pengobat tradisional tersebut secara bertahap diupayakan pembinaan langsung antara lain melalui serangkaian sarasehan, sehingga diharapkan efek negatif dan praktek yang membahayakan kesehatan dapat dihindari.

b. Program Penunjang

1) Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengamanan kualitas air bagi berbagai kebutuhan dan kehidupan penduduk, baik yang berada di perdesaan maupun di perkotaan. Kegiatan pokok dari program ini meliputi pembakuan dan pengaturan kualitas air, pengawasan kualitas air, perbaikan kualitas air, dan pembinaan pemakai air.

XIX/35

Page 50: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Dalam Repelita VI, penyediaan air bersih perdesaan mendapat perhatian yang lebih besar. Dalam rangka itu diupayakan peningkatan peranserta masyarakat dalam pencarian sumber air bersih, perencanaan dan pembangunan sarana serta pemanfaatan dan pemeliharaannya. Selama empat tahun Repelita VI secara keseluruhan pengawasan kualitas air telah mencakup sekitar 154,8 ribu sarana dan pengambilan serta pemeriksaan sampel air sebanyak 127,3 ribu sampel. Untuk menunjang pengawasan dan pemeriksaan kualitas air, telah disusun profil penyediaan dan pengelolaan air bersih (PAB) pada 2,7 ribu desa yang merupakan data dasar atau gambaran mengenai keadaan sanitasi sarana dan kualitas air. Selain itu juga telah dilaksanakan perbaikan kualitas air di 7,0 ribu desa. Kelompok pemakai air (Pokmair) yang telah terbentuk dan terbina adalah sebanyak 2,4 ribu kelompok. Pembentukan Pokmair merupakan upaya untuk menyediakan wadah bagi masyarakat agar berperanserta aktif dalam pembangunan, pemanfaatan, pemeliharaan dan pengembangan sarana penyediaan air bersih.

2) Program Penyehatan Lingkungan Permukiman

Program ini bertujuan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang lebih sehat agar dapat melindungi masyarakat dari segala kemungkinan kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan atau bahaya terhadap kesehatan. Kegiatannya meliputi penetapan kriteria, standar, dan persayaratan kesehatan dan pengembangan peraturan perundangan kesehatan lingkungan; pengawasan dan pemeliharaan kualitas lingkungan; penyuluhan kesehatan lingkungan; pendidikan dan pelatihan tenaga.

Page 51: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/36

Page 52: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Dalarn ernpat tahun Repelita V1 penyuluhan kesehatan lingkungan telah dilaksanakan di 11,2 ribu desa, terutama di desa tertinggal, daerah kurnuh perkotaan, daerah endemis penyakit menular, daerah transmigrasi, masyarakat terasing, daerah nelayan, dan desa pengrajin rnakanan. Kegiatan penyuluhan ini ditekankan pada rnasalah-rnasalah kebersihan lingkungan terutama masalah ke-sehatan rumah, pencemaran pada makanan dan minuman, limbah, dan sebagainya. Selain itu, selama empat tahun Repelita VI telah dilaksanakan pengawasan dan pemeliharaan kualitas lingkungan yang mencakup sekitar 83,0 ribu sarana. Sarana yang dimaksud antara lain meliputi tempat pengelolaan makanan, pengelolaan pestisida, tempat pembuangan sampah, sarana angkutan umum dan kawasan industri.

Kegiatan lainnya dalam Repelita VI adalah pemantauan, pemaparan dan pengendalian pencemaran di sekitar 2.460 lokasi dengan jumlah sampel yang diperiksa oleh balai teknik kesehatan lingkungan (BTKL) sebanyak 8,6 ribu sampel, serta pe-nanggulangan kasus kejadian luar biasa. Untuk membangun kemampuan sumber daya manusia telah dilaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan lingkungan di tingkat puskesmas, kabupaten dan propinsi.

3) Program Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan

Program ini bertujuan untuk menyediakan tenaga kesehatan dalam jumlah, jenis dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan program kesehatan. Program ini terdiri atas dua komponen yaitu pendidikan kedinasan dan pelatihan tenaga kesehatan. Program ini terdiri atas dua komponen yaitu pendidikan kedinasan dan pelatihan tenaga kesehatan.

XIX/37

Page 53: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Kegiatan pokok pendidikan kedinasan antara lain meliputi penyelenggaraan pendidikan kedinasan bidang kesehatan di berba- gai jenis dan jenjang pendidikan, peningkatan kesempatan belajar (karya siswa), dan peningkatan mutu pendidikan kedinasan. Pada tahun 1993/94 institusi pendidikan kesehatan. berjumlah 489 institusi. Pada tahun 1997/98 jumlah tersebut meningkat menjadi sebanyak 726 institusi. Sejalan dengan perkembangan jumlah institusi pendidikan tersebut, maka jumlah lulusan pendidikan kesehatan juga meningkat. Pada tahun 1993/94 jumlah lulusan adalah 32,9 ribu orang dan tahun 1997/98 meningkat menjadi 38,6 ribu orang terdiri dari tenaga paramedis perawatan dan paramedis non perawatan. Sementara itu, guna meningkatkan mutu pendidikan kedinasan selama empat tahun Repelita VI telah dilaksanakan peningkatan kualitas tenaga pendidik, termasuk guru bidan dan instruktur klinis, melalui pendidikan dan pelatihan program AKTA III dan IV bagi 1.454 orang, dan pendalaman bidang studi bagi 6.798 orang. Pada tahun 1998/99 direncanakan akan dilaksanakan pendidikan program D-3 bagi 6.393 orang, pendidikan bidan 3.000 orang, pendidikan S-1 371 orang, pendidikan S-2 272 orang, serta pendidikan AKTA III dan IV sebanyak 217 orang. Selain itu juga akan dilaksanakan pendidikan calon dokter spesialis sebanyak 1.100 orang.

Kegiatan pokok pelatihan tenaga kesehatan antara lain meli-puti pengembangan institusi pendidikan dan pelatihan (diklat), dan pengembangan sumber daya tenaga kesehatan. Dalam rangka pengembangan institusi diklat selama empat tahun Repelita VI telah dilaksanakan pelembagaan 9 (sembilan) unit diklat di rumah sakit dan pengembangan 45 unit laboratorium kelas dan lapangan. Untuk meningkatkan sumber daya tenaga kesehatan telah dilaksanakan berbagai pelatihan struktural, teknis fungsional dan

Page 54: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/38

Page 55: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

pelatihan manajemen bagi 159,7 ribu orang. Pada tahun 1998/99 akan dilaksanakan pelatihan teknis bagi 2.700 orang dan pelatihan fungsional bagi 900 orang.

4) Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Program ini bertujuan untuk menunjang pembangunan kese-hatan secara optimal khususnya yang menyangkut perluasan jang-kauan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, serta pengem-bangan ilmu kedokteran bagi kepentingan masyarakat banyak. Melalui program ini diupayakan untuk memantapkan dan mengembangkan kernampuan institusional penelitian dan pengem-bangan kesehatan serta meningkatkan sistem informasi kesehatan termasuk sistem informasi Iptek kesehatan dan kedokteran.

Secara keseluruhan kegiatan penelitian dalam empat tahun Repelita VI berjumlah sebanyak 229 penelitian, yang meliputi penelitian di bidang pelayanan kesehatan, penyakit menular, ekologi kesehatan, farmasi, gizi dan penyakit tidak menular. Sedangkan untuk menunjang penyebaran informasi hasil penelitian kepada rnasyarakat luas, telah dilakukan kegiatan penyebarluasan informasi penelitian rnelalui buku ilmiah, anotasi bidang kesehatan dan abstrak penelitian. Selain itu, untuk meningkatkan jaringan kerjasama penelitian antar instansi di bidang kesehatan, telah dilaksanakan kerjasama ilmiah baik tingkat nasional maupun internasional, dengan melengkapi jaringan iptek kesehatan dengan jaringan iptek Dewan Riset Nasional (DRN) serta publikasi hasil -hasil penelitian.

XIX/39

Page 56: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

5) Program Pengembangan Informasi Kesehatan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan, mengembangkan dan memantapkan sistern informasi kesehatan sehingga mampu memberikan data dan informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan untuk proses pengambilan keputusan di berbagai tingkat adminitrasi. Melalui program ini disebarluaskan data dan informasi untuk meningkatkan peranserta masyarakat dalam upaya kesehatan dan rnenolong dirinya sendiri di bidang kesehatan.

Kegiatan pokok program ini antara lain adalah: (1) meningkatkan dan memantapkan organisasi dan tata kerja unit pengelola data dan informasi; (2) meningkatkan dan memantapkan pengumpulan, pengolahan, analisis, penyajian dan penyimpanan data dan informasi; (3) meningkatkan sumber daya tenaga pengelola data dan informasi; (4) meningkatkan pembinaan kelestarian sistem informasi kesehatan; dan (5) meningkatkan dan memperluas otomatisasi sistem informasi kesehatan di pusat dan daerah.

Untuk memantapkan sistem informasi kesehatan terutama pada tingkat propinsi, dalam Repelita VI ditingkatkan kemampuan manajemen bidang kesehatan dan penguasaan wilayah. Kegiatan tersebut selama empat tahun Repelita VI antara lain meliputi penyusunan profil kesehatan sebanyak 7,0 ribu eksemplar, informasi tenaga kesehatan 10,0 ribu eksemplar, informasi ringkas kesehatan 5,0 ribu eksemplar dan pengembangan jaringan informasi di 27 propinsi. Selain itu dilaksanakan pula kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data berupa 27 profil kesehatan propinsi dan 306 profil kesehatan kabupaten. Untuk mendapatkan data yang lengkap dan berkualitas dilakukan

Page 57: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/40

XIX140

Page 58: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

pemutakhiran data, yang dilakukan secara bertahap setiap tahunnya.

C. KESEJAHTERAAN SOSIAL

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan kesejahteraan sosial dalam Repelita VI adalah terlayani dan terehabilitasinya 230 ribu orang penyandang cacat; terlayaninya 225 ribu lanjut usia; terbinanya 202,3 ribu KK fakir miskin; 48,3 ribu KK masyarakat terasing, 450 ribu orang anak terlantar, 23 ribu karang taruna, 4.100 organisasi sosial, dan 62 ribu tenaga kesejahteraan sosial. Disamping itu, diupayakan terlayani dan terehabilitasinya 15 ribu anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika serta 31 ribu orang tunasosial. Sasaran lainnya adalah meningkatnya jumlah dan kualitas tempat-tempat penitipan anak dan balita bagi para ibu yang bekerja. Sasaran lainnya adalah meningkatnya nilai-nilai kepeloporan, keperintisan dan kepahlawanan juga rnerupakan sasaran yang diupayakan.

Untuk mencapai sasaran pernbangunan kesejahteraan sosial dalam Repelita Vl tersebut, ditempuh berbagai kebijaksanaan antara lain meningkatkan pelayanan dan rehahilitasi sosial penyandang cacat, meningkatkan pembinaan kesejahteraan sosial lanjut usia, meningkatkan pembinaan fakir miskin, meningkatkan pembinaan kesejahteraan sosial masyarakat terasing, meningkatkan pembinaan kesejahteraan anak terlantar, meningkatkan pembinaan karang taruna, meningkatkan peranan organisasi sosial, meningkatkan pelayanan dan rehabilitasi sosial anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika serta tunasosial, dan

XIX/41

Page 59: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

meningkatkan penyuluhan dan bimbingan sosial, serta meningkatkan upaya penanggulangan bencana.

Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan untuk mencapai berbagai sasaran di atas, disusun program pembangunan ke-sejahteraan sosial yang terdiri atas program pokok dan program pe -nunjang yang dilaksanakan oleh Pemerintah maupun masyarakat. Program pokok meliputi program pembinaan kesejahteraan sosial, program pelayanan dan rehabilitasi sosial, dan progam peningkatan partisipasi sosial masyarakat. Adapun program penunjang meliputi program pembinaan generasi muda, program penelitian dan pengembangan sosial dan program pendidikan dan pelatihan sosial.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan sampai dengan Tahun Keempat Repelita VI

Pernbangunan kesejahteraan sosial dalam Repelita VI berupaya untuk meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan sosial, serta meningkatkan kesadaran, kesetiakawanan dan tanggung jawab sosial masyarakat untuk turut mengatasi masalah -masalah sosial melalui penyelenggaraan pelayanan sosial. Pembangunan kesejahteraan sosial diselenggarakan sebagai salah satu upaya mewujudkan keadilan sosial yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

a. Program Pokok

1) Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial

Program ini bertujuan untuk meningkatkan taraf ke- sejahteraan sosial masyarakat, khususnya penyandang masalah

Page 60: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/42

Page 61: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

sosial, dan mewujudkan kondisi sosial masyarakat yang dinamis untuk mendukung berkembangnya kesetiakawanan dan tanggung jawab sosial masyarakat. Kegiatan-kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam program ini meliputi: a) pembinaan kesejahteraan sosial masyarakat terasing; b) pembinaan kesejahteraan sosial fakir miskin; c) pembinaan nilai-nilai kepeloporan, keperintisan, dan kepahlawanan; d) pembinaan kesejahteraan sosial lanjut usia; dan e) pembinaan kesejahteraan sosial anak yang terlantar.

4) Pembinaan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Terasing

Kegiatan pembinaan kesejahteraan sosial masyarakat terasing antara lain meliputi kegiatan penyuluhan dan bimbingan sosial, pe -nataan dan pembangunan permukiman yang dilengkapi dengan penyediaan lahan, jaminan hidup, pemberian bimbingan keterampilan seperti pertanian dan peternakan termasuk pemberian bermacam bibit. Kegiatan tersebut merupakan upaya yang penting untuk meningkatkan harkat dan martabat serta taraf kehidupan masyarakat terasing agar setara dengan masyarakat di desa-desa sekitarnya. Pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan melibatkan berbagai sektor pembangunan lainnya antara lain sektor kesehatan, pendidikan, agama, transmigrasi dan pemerintah daerah, serta melibatkan organisasi sosial (orsos), lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan organisasi keagamaan.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir dari tahun 1993/94 sampai dengan tahun 1997/98, kegiatan pembinaan kesejahteraan sosial masyarakat terasing telah dilakukan bagi 32,2 ribu KK, yaitu sebanyak 5,3 ribu KK pada tahun 1993/94 dan 26,9 ribu KK selama

XIX/43

Page 62: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

empat tahun Repelita VI (Tabel XIX-5). Pembinaan masyarakat terasing yang dilakukan selama empat tahun Repelita VI tersebut mencapai 76,2 persen dari sasaran yang ditetapkan pada tahun keempat Repelita V1. Agar arah pembinaan masyarakat terasing sesuai dengan aspirasi dan tingkat perkembangan mereka, mulai tahun ketiga Repelita VI (1996/97) pembinaan masyarakat terasing dilakukan atas dasar studi sosial budaya dan lingkungan masyarakat terasing yang baru ditemukan di 18 propinsi sebagai dasar penentuan arah dan tahapan pembinaan pada tahun-tahun berikutnya. Studi ini dilakukan bersama-sama dengan 18 universitas daerah dan didukung oleh para ahli antropologi dan sosiologi. Disamping itu agar pembinaan masyarakat terasing lebih berhasilguna, para petugas lapangan yang ditempatkan di lokasi permukiman masyarakat terasing diberikan pula pelatihan teknik-teknik bimbingan sosial dan pendampingan bagi masyarakat terasing. Pada tahun 1998/99 pembinaan kesejahteraan sosial masyarakat terasing direncanakan akan dilakukan bagi 12,3 ribu KK yang tersebar di 18 propinsi.

Dalam Repelita VI masyarakat terasing yang berhasil dibina di beberapa lokasi pembinaan seperti di permukiman Mauwa Propinsi Irian Jaya telah berhasil mengembangkan usaha produksi pertanian sayur-sayuran, peternakan sapi perah dan usaha kerajinan anyam-anyaman seperti tas noken yang hasilnya sudah dipasarkan. Permukiman Pelaik I Propinsi Sulawesi Selatan dengan bekerja sama dengan swasta telah berhasil mengembangkan produksi kelapa sawit, sedangkan permukiman Labondua Propinsi Sulawesi Tenggara telah berhasil meningkatkan produksi perikanan.

Page 63: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/44

Page 64: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

b) Pembinaan Kesejahteraan Sosial Fakir Miskin

Kegiatan pernbinaan kesejahteraan sosial fakir miskin antara lain meliputi kegiatan penyuluhan sosial, bimbingan sosial dan motivasi, dan pelatihan keterampilan sesuai dengan bantuan yang diberikan. Kegiatan tersebut dilakukan melalui kelompok yang terdiri dari 10 kepala keluarga (KK). Di dalam kelompok tersebut, mereka dibimbing oleh tenaga pendamping agar memiliki kemampuan bekerjasama, membahas rencana kerja, dan membagi tugas dalam melaksanakan kegiatan usaha. Bantuan jenis usaha yang diberikan antara lain meliputi usaha peternakan seperti kambing atau sapi, industri rumah tangga seperti pembuatan batu bata, pembuatan kerupuk, pembuatan gula dan minyak kelapa, tenun dan sulam, dan penangkapan ikan.

Pembinaan kesejahteraan sosial fakir miskin terutama dilaku-kan pada kantong-kantong kemiskinan diluar desa yang telah dibina melalui program Inpres Desa Tertinggal (IDT). Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, jumlah keluarga miskin yang telah dibina bersama masyarakat melalui program ini adalah sekitar 211,0 ribu KK yang tersebar di sekitar 4,0 ribu desa di luar desa IDT, terdiri dari 21,6 ribu KK pada tahun 1993/94 dan lebih dari 189,4 ribu KK selama empat tahun Repelita VI (Tabel XIX-6). Pembinaan bagi keluarga miskin yang dilakukan selama empat tahun Repelita VI telah inelampaui sasaran yang ditetapkan pada tahun keempat Repelita V1. Untuk mendukung pelaksanaan program IDT, mulai tahun 1994/95 setiap tahunnya dilakukan pembinaan bagi 718 orang petugas sosial kecamatan (PSK) yang ditempatkan di desa-desa miskin dengan penanganan khusus sebagai pendamping purna waktu bagi kelompok masyarakat (pokmas) yang memperoleh bantuan program IDT. Pada tahun 1998/99 pembinaan

XIX/45

Page 65: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

kesejahteraan sosial fakir miskin direncanakan akan dilakukan bagi 32,5 ribu KK yang tersebar di 439 desa.

c) Pembinaan Nilai-nilai Kepeloporan, Keperintisan dan Kepahlawanan

Kegiatan pembinaan nilai-nilai kepeloporan, keperintisan dan kepahlawanan antara lain meliputi kegiatan pembangunan dan pe-mugaran Taman Makam Pahlawan, Makam Pahlawan Nasional, Makam Perintis Kemerdekaan dan upaya-upaya penanaman dan penyebarluasan nilai-nilai perjuangan para pahlawan, serta bantuan sosial kepada keluarga para pahlawan nasional dan pejuang keperintisan yang kurang mampu. Kegiatan tersebut dilakukan se -bagai penghargaan dan terima kasih atas jasa, pengorbanan dan perjuangan para pahlawan yang telah diberikan kepada nusa, bangsa dan negara.

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, telah dilakukan pe-mugaran 205 Taman Makam Pahlawan yang tersebar di 27 pro-pinsi, 16 buah Makam Pahlawan Nasional dan 382 Makam Perintis Kemerdekaan. Pada tahun 1993/94, sebanyak 46 Taman Makam Pahlawan, 4 makam Pahlawan Nasional, dan 108 makam perintis kemerdekaan telah dipugar, serta sebanyak 46 rumah perintis kemerdekaan telah dibantu untuk diperbaiki. Selama ernpat tahun Repelita VI telah dilakukan pemugaran 159 Taman Makam Pahlawan, 12 makam Pahlawan Nasional, dan 274 rnakam Perintis Kemerdekaan, serta bantuan perbaikan rumah bagi 866 orang perintis kemerdekaan dan keluarganya. Disamping itu, dilakukan pula seminar dan sarasehan mengenai nilai-nilai kepahlawanan, kepeloporan, dan keperintisan bagi para pelajar SLTA, organisasi pemuda dan mahasiswa dalam rangka memperingati hari-hari

Page 66: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/46

Page 67: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

besar. Pada tahun 1998/99 direncanakan akan dilaksanakan per -baikan dan pemugaran Taman Makam Pahlawan sebanyak 22 buah makam Pahlawan Nasional dan pemberian bantuan perbaikan rumah bagi 86 orang perintis kemerdekaan dan keluarganya.

d) Pembinaan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia

Kegiatan pembinaan kesejahteraan sosial lanjut usia antara lain meliputi kegiatan pelayanan sosial seperti bimbingan mental dan sosial, pemberian jaminan hidup, pelayanan kesehatan, kegiatan kegamaan, dan rekreasi. Bagi lanjut usia yang masih potensial untuk berusaha dan berkarya diberikan pula bimbingan keterampilan dan bantuan modal usaha. Kegiatan pelayanan sosial tersebut dilakukan baik di dalam panti maupun luar panti sosial. Perhatian khusus diberikan bagi para lanjut usia yang terlantar dan tidak mampu.

Pemberian bantuan dan santunan bagi lanjut usia yang tidak mampu dalam lima tahun terakhir telah diberikan bagi 229,1 ribu orang lanjut usia, terdiri dari 40,1 ribu orang pada tahun 1993/94 dan 189 ribu orang selama empat tahun Repelita VI (Tabel XIX-7). Pembinaan bagi lanjut usia tidak mampu yang dilakukan selama empat tahun Repelita VI telah melampaui sasaran yang ditetapkan pada tahun keempat Repelita VI. Untuk meningkatkan peranserta masyarakat dalam memberikan perhatian pada para lanjut usia yang tidak mampu, pada tanggal 29 Mei 1996 telah dicanangkan Hari Lanjut Usia Nasional. Pada tahun 1998/99 direncanakan akan diberikan bantuan dan santunan bagi 41,8 ribu orang lanjut usia yang tidak mampu.

XIX/47

Page 68: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

e) Pembinaan Kesejahteraan Sosial Anak yang Terlantar

Kegiatan pembinaan kesejahteraan sosial bagi anak terlantar antara lain mencakup kegiatan asuhan, pendidikan, bimbingan sosial dan keagamaan, serta pelatihan keterampilan yang dilengkapi dengan pemberian bantuan modal usaha dan pemberian kesempatan untuk mengikuti praktek belajar kerja di perusahaan-perusahaan. Dari hasil pendataan jumlah anak terlantar, pada tahun 1995 tercatat sekitar 2,4 juta anak dan pada tahun 1996 turun menjadi 2,2 juta anak. Penurunan tersebut diantaranya disebabkan oleh meningkatnya peran serta masyarakat dalam pelaksanaan program ini.

Dalam kurun waktu lima tahun, telah diberikan pelayanan bagi 1,08 juta orang anak terlantar, yaitu sebanyak 118,9 ribu orang pada tahun 1993/94 dan 963,6 ribu orang selama empat tahun Repelita V1 (Tabel XIX-7). Pelayanan sosial yang diberikan bagi anak terlantar selama empat tahun Repelita VI telah jauh melampaui sasaran yang ditetapkan pada tahun keempat Repelita V1. Peningkatan jangkauan pelayanan sosial bagi anak yang terlantar merupakan cerminan dari semakin besarnya kesetiakawanan dan tanggung jawab sosial masyarakat untuk turut menyelenggarakan pelayanan sosial bagi masyarakat yang kurang beruntung. Hal ini didukung oleh Gerakan Nasional Orang Tua Asuh yang dicanangkan pada tanggal 20 Desember 1995. Sampai dengan tahun 1997/98 telah disalurkan bantuan bagi lebih dari 800 ribu anak. Pada tahun 1998/99 pelayanan sosial bagi anak terlantar direncanakan akan diberikan bagi 245,4 ribu orang anak terlantar.

Page 69: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/48

Page 70: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Di samping itu dalam rangka meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan sosial bagi anak terlantar dalam Repelita VI telah dilakukan pula rehabilitasi dan penyempurnaan 182 panti sosial anak terlantar baik milik pemerintah maupun masyarakat, serta pelatihan bagi para petugas pelayanan panti masyarakat.

2) Program Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

Program ini bertujuan untuk mengembalikan dan meningkat -kan kemampuan warga masyarakat, baik perseorangan, keluarga maupun kelompok penyandang masalah kesejahteraan sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dan dapat menempuh kehidupan sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya. Sasaran program ini meliputi para penyandang cacat, anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika, dan tuna -sosial. Penanganan permasalahan dilaksanakan berdasarkan pendekatan yang berbasis masyarakat dan diprioritaskan untuk para penyandang masalah yang kurang mampu.

Kegiatan-kegiatan yang diberikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial para penyandang cacat adalah bimbingan sosial dan rnotivasi, rehabilitasi fisik, mental dan sosial, serta pelatihan keterarnpilan sesuai dengan bakat dan kemampuannya yang diikuti dengan pemberian bantuan modal usaha serta kesernpatan praktek belajar. Di samping itu diberikan pula bantuan penyelenggaraan asrama bagi murid-murid sekolah dasar luar biasa (SDLB). Berbagai kegiatan tersebut dilakukan didalam dan diluar panti-panti rehabilitasi sosial penyandang cacat yang didahului oleh santunan awal di luar panti rnelalui Unit Rehabilitasi Sosial Keliling (URSK) dan pelatihan di Loka Bina Karya (LBK).

XIX/49

Page 71: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat dalam kurun waktu lima tahun terakhir, telah diberikan bagi 261,3 ribu orang penyandang cacat, terdiri dari 44,7 ribu orang pada tahun 1993/94 dan 216,6 ribu orang selama empat tahun Repelita VI (Tabel XIX-8). Pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat yang dilakukan selama empat tahun Repelita VI telah melampaui sasaran yang ditetapkan pada tahun keempat Repelita VI. Untuk mendukung proses rehabilitasi sosial bagi para penyandang cacat, pada periode yang sama telah dilakukan rehabilitasi dan penyempurnaan 17 panti dalam rangka upaya menciptakan panti percontohan dan pengadaan 55 unit mobil sosial keliling (URSK). Disamping itu untuk meningkatkan mutu dan profesionalisme pelayanan sosial dilakukan pelatihan pembuatan kaki dan tangan palsu bagi petugas pelayanan panti rehabilitasi cacat tubuh di RC Dr.Soeharso, Surakarta, pelatihan keterampilan pijat shiatsu bagi instruktur panti rehabilitasi cacat netra, dan pemantapan kemampuan penggunaan Bahasa Isyarat Bahasa Indonesia bagi petugas rehabilitasi rungu wicara.

Khusus untuk penyantunan tuna netra yang dilakukan di panti, sampai dengan tahun 1997/98 telah diberikan mesin tik Braille sebanyak 98 buah. Di samping itu melalui Balai Penerbitan Braille Indonesia (BPBI) Bandung telah pula di produksi buku-buku bacaan dan pembuatan kaset rekaman ilmu pengetahuan umum dan kesenian yang telah dimanfaatkan oleh panti cacat netra di berbagai daerah. Mulai tahun 1995/96 telah dirintis penciptaan lapangan kerja bagi penyandang cacat netra, khususnya yang dibina pada Panti Sosial Bina Netra "Tan Miyat" Jakarta, yaitu sebagai tenaga operator telepon dibeberapa perusahaan. Sampai dengan tahun keempat Repelita VI, beberapa pengusaha telah ikut pula membantu kelancaran penyaluran para penyandang cacat di

XIX/50

Page 72: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

perusahaan-perusahaan sesuai dengan jenis kecacatan dan atau keterampilannya. Pada tahun 1998/99 pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat direncanakan akan diberikan bagi 89,6 ribu orang.

Kegiatan yang diberikan dalam rangka pelayanan dan reha-bilitasi sosial bagi anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika meliputi bimbingan dan rehabilitasi sosial, pelatihan keterampilan dan pemberian bantuan modal usaha. Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan sosial, sejak tahun 1994/95 diberikan pula penyuluhan tentang bahaya dan pencegahan penyakit HIV/AIDS. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, telah dilakukan pembinaan bagi 14,1 ribu orang anak nakal dan korban narkotika, terdiri dari 2,4 ribu orang pada tahun 1993/94 dan 11,7 ribu orang selama empat tahun Repelita VI. Pelayanan dan rehabilitasi bagi anak nakal dan korban narkotika yang dilakukan selama empat tahun Repelita VI telah melampaui sasaran tahun keempat Repelita VI. Di samping itu agar mutu pelayanan bagi mereka meningkat, dilakukan pula upaya untuk merehabilitasi dan menyempurnakan lebih dari 12 panti sebagai panti model. Pada tahun 1998/99 direncanakan akan dilaksanakan rehabilitasi sosial bagi sebanyak 2,1 ribu orang anak nakal dan korban narkotika.

Sementara itu bagi para tunasosial, yaitu gelandangan dan pengemis, tunasusila dan bekas narapidana, kegiatan yang diberikan meliputi bimbingan dan rehabilitasi sosial, pelatihan keterampilan dan pemberian bantuan modal usaha. Mengingat mereka adalah salah satu kelompok masyarakat yang rentan terhadap tertularnya penyakit HIV/AIDS, penyuluhan tentang bahaya dan penularan serta cara-cara pencegahan dan penanggulangan penyakit HIV/AIDS juga diberikan kepada

XIX/51

Page 73: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

mereka. Dalam kurun waktu Iima tahun terakhir, telah direhabilitasi dan diresosialisasi sebanyak lebih dari 28,3 ribu orang tunasosial yang terdiri dari lebih dari 7,8 ribu orang tuna susila, 11,4 ribu orang gelandangan dan pengemis, dan 9,1 ribu orang bekas narapidana. Pada tahun 1993/94 jumlah tunasosial yang telah direhabilitasi dan diresosialisasi adalah 2,5 ribu orang, dan selama empat tahun Repelita VI berjumlah 21,5 ribu orang atau mendekati sasaran tahun keempat Repelita VI yaitu sebanyak 21,8 ribu orang. Pada tahun 1998/99 rehabilitasi dan resosialisasi bagi tunasosial direncanakan akan diberikan bagi 5,6 ribu orang, yang berarti sasaran Repelita VI telah terlampaui.

3) Program Peningkatan Partisipasi Sosial Masyarakat

Program ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengembang-kan peranserta masyarakat dalam menyelenggarakan pembangunan kesejahteraan sosial secara melembaga dan terorganiasi. Sasaran kegiatan penyuluhan dan bimbingan sosial adalah seluruh golongan masyarakat, terutama masyarakat di wilayah yang rawan terhadap permasalahan sosial seperti di kawasan permukiman kumuh, serta kawasan yang angka kriminalitas dan prostitusinya tinggi.

Kegiatan pokok dalam program ini meliputi penyuluhan dan bimbingan sosial pada masyarakat, pembinaan organisasi sosial, dan pembinaan tenaga kesejahteraan sosial. Kegiatan yang dilakukan diarahkan pada upaya untuk meningkatkan kepedulian dan kepekaan masyarakat terhadap permasalahan sosial, rneningkatkan mutu pelayanan sosial secara profesional, dan mendorong golongan mampu untuk ikut berperan dalam pernbangunan kesejahteraan sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat yang kurang beruntung.

Page 74: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/52

Page 75: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Agar iklim dan suasana yang mendukung bagi peningkatan peran serta masyarakat dalam menghadapi permasalahan sosial, da -lam kurun waktu lima tahun terakhir, telah dilakukan penyuluhan dan bimbingan sosial di lebih dari 31,3 ribu desa/kelurahan yang tersebar di seluruh propinsi yang dilakukan oleh Organisasi Sosial (Orsos), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), tokoh masyarakat, pemuda dan wanita, pemimpin formal dan informal dengan memanfaatkan berbagai media massa. Pada tahun 1993/94 penyuluhan sosial dilakukan di 6,9 ribu desa dan selama empat tahun Repelita Vl dilakukan di 24,4 ribu desa. Pada tahun 1998/99 penyuluhan sosial direncanakan akan dilakukan di 5,6 ribu desa. Dalam periode yang sarna (1993/94 - 1997/98), jumlah orsos yang dibina adalah 4,1 ribu orsos, yaitu sebanyak 0,8 ribu orsos pada tahun 1993/94 dan sebanyak 3,3 ribu orsos selama empat tahun Repelita VI. Pembinaan orsos selama empat tahun Repelita VI telah melampaui sasaran yang ditetapkan pada tahun keempat Repelita VI yaitu sebanyak 3,1 ribu orsos. Kegiatan pembinaan orsos dilakukan antara lain melalui pelatihan kemampuan manajerial dan pemberian pelayanan sosial yang profesional, dan pemberian bantuan organisasi dan pelayanan. Untuk meningkatkan kemampuan pelayanan sosial yang dilakukan oleh orsos, dilaksanakan pula forum konsultasi antara orsos lemah dan orsos kuat, dan antara orsos lemah dengan warga mampu. Sementara itu melalui pengembangan sistem informasi orsos pada tahun 1997 tercatat 5,8 ribu orsos yang bergerak di bidang pembangunan ke -sejahteraan sosial. Pada tahun 1998/99 pembinaan orsos direncanakan akan dilakukan bagi 685 orsos.

Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat yang diandalkan untuk membantu pelayanan sosial bagi masyarakat haik di tingkat desa atau kelurahan adalah pekerja sosial masyarakat (PSM) dan

XIX/53

Page 76: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

relawan sosial yang umumnya berasal dari golongan masyarakat mampu. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, telah dilakukan pelatihan bagi PSM yang baru sebanyak 46,9 ribu orang, terdiri dari 12,7 ribu orang pada tahun 1993/94 dan 34,2 ribu orang selama empat tahun Repelita VI (Tabel XIX-9). Disamping itu, dilakukan pula upaya untuk meningkatkan kemampuan PSM yang telah berada di masyarakat melalui forum komunikasi PSM dan relawan sosial. Pada tahun 1998/99 pelatihan bagi PSM baru direncanakan akan dilakukan bagi 5,3 ribu orang.

Untuk lebih memantapkan peran masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan kesejahteraan sosial, sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah diupayakan pencanangan berbagai gerakan kesetiakawanan sosial. Pencanangan gerakan ini berfungsi untuk mengurangi berbagai gejala kesenjangan sosial. Antara lain adalah Gerakan Nasional Kesetiakawanan Sosial Nasional, Gerakan Nasional Pelestarian dan Pengamalan Nilai-nilai Kepahlawanan, Gerakan Nasional Orang Tua Asuh, Bulan Bhakti Karang Taruna dan Gerakan Nasional Perlindungan Anak.

b. Program Penunjang

1) Program Pembinaan Generasi Muda

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan me-lembaganya karang taruna sebagai organisasi kepemudaan di tingkat desa/kelurahan yang dapat berperan aktif dalam mencegah dan mengatasi permasalahan sosial dikalangan generasi muda, seperti masalah kenakalan remaja, penyalahgunaan narkotika atau obat adiktif lainnya. Disamping itu karang taruna juga diharapkan dapat berperan serta dalam menegakkan ketertiban dan keamanan

Page 77: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/54

Page 78: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

lingkungan. Kegiatan yang dilakukan dititikberatkan pada peningkatan mutu organisasi antara Iain melalui pelatihan keterampilan berorganisasi dan berusaha seperti pertanian dan industri kecil yang disertai dengan pemberian bantuan paket Sarana Usaha Karang Taruna.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen dan berusaha sebagai bekal untuk rnenciptakan lapangan kerja, selama lima tahun terakhir, telah diberikan bantuan paket Sarana Usaha Karang Taruna dan pelatihan kepada lebih dari 14,9 ribu karang taruna di seluruh Indonesia, yang terdiri dari 2,9 ribu karang taruna pada tahun 1993/94 dan 12 ribu karang taruna selama empat tahun Repelita VI atau sebesar 64,5 persen dari sasaran tahun keempat Repelita VI (Tabel XIX-10). Pelatihan keterampilan berusaha yang telah diberikan antara lain adalah pembudidayaan udang windu di Jepara, pelatihan pertanian di Balai Pertanian Ciawi, kerajinan kayu di Jepara dan di Ubud dan pelatihan peternakan dan pertanian ter -padu di Tapos. Dengan pembinaan karang taruna ini telah berkembang usaha-usaha karang taruna di beberapa daerah dalam bidang industri kecil seperti, kerajinan rotan, kulit, kayu, makanan jajanan; hidang jasa seperti bengkel dan peralatan elektronik rumah tangga; tambak udang windu; dan pertanian. Pada tahun 1998/99 direncanakan akan dilakukan pelatihan peningkatan kemampuan berorganisasi bagi 3,1 ribu karang taruna dan pemberian bantuan modal kerja untuk rneningkatkan produktivitas pemuda bagi 1,1 ribu karang taruna.

2) Program Penelitian dan Pengembangan Sosial

Program ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efek-tifitas pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial, serta

XIX/55

Page 79: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

menunjang perumusan kebijaksanaan dan meningkatkan kualitas perencanaan program pembangunan kesejahteraan sosial. Agar ke-bijaksanaan dan sistem pelayanan sosial benar-benar sesuai dengan keadaan dan perkembangan masalah sosial yang ada, maka peneli -tian yang dilaksanakan diarahkan untuk langsung menunjang pelak-sanaan kegiatan program pembangunan kesejahteraan sosial.

Dalam empat tahun Repelita VI telah dilaksanakan penelitian, uji coba dan pengkajian sebanyak 24 judul antara lain penelitian pelayanan lanjut usia berbasis keluarga; efektivitas deteksi dini kecacatan di desa-desa oleh unit rehabilitasi sosial keliling (URSK); efektivitas pembinaan masyarakat terasing; penanganan kemiskinan di daerah perkotaan; pengembangan metode dan teknis penyuluhan dan bimbingan sosial masyarakat; uji coba dari pola penanganan masalah kesejahteraan sosial; dan pengkajian pola konsentrasi proyek-proyek pembangunan bidang kesejahteraan sosial. Pada tahun 1998/99 direncanakan akan dilaksanakan 4 judul penelitian.

3) Program Pendidikan dan Pelatihan Sosial

Program ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan kemampuan, keahlian dan keterampilan tenaga kesejahteraan sosial baik pegawai Pemerintah maupun masyarakat sebagai pelaksana pembangunan kesejahteraan sosial, melalui pemberian kesempatan belajar untuk pendidikan gelar seperti S-1, S-2 dan S-3, dan pela -tihan non gelar seperti D-1 bidang psikologi, pelatihan administrasi dan profesi pekerjaan sosial.

Selama empat tahun Repelita VI telah dilaksanakan pendidikan S-2 di dalam negeri bagi 65 orang dalam bidang ilmu

Page 80: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/56

Page 81: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

kesejahteraan sosial dan sosiologi pembangunan, pendidikan S-3 bagi 4 orang pegawai baik dari Pusat maupun Daerah, dan pendidikan D-1 psikologi bagi 120 orang pegawai dalam rangka meningkatkan profesionalitas petugas panti. Untuk meningkatkan kemampuan profesionalitas tenaga kesejahteraan sosial, diselenggarakan pelatihan fungsional bagi 820 orang pegawai, pelatihan teknis bagi 9.820 orang pegawai dan pendidikan dan pelatihan Tenaga Kerja Sosial Masyarakat (TKSM) sebanyak 7.140 orang.

D. PENANGGULANGAN BENCANA

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran penanggulangan bencana pada akhir Repelita VI adalah meningkatnya kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menanggulangi bencana dan musibah lainnya. Selain itu, penguasaan teknologi penanggulangan bencana yang didukung oleh peralatan yang andal, serta jumlah dan mutu tenaga pelaksana akan meningkat pula. Dalam Repelita VI pemetaan daerah rawan bencana dilanjutkan dan informasi mengenai kerawanan suatu daerah dimanfaatkan secara optimal untuk penyusuran rencana umum tata ruang pada setiap tingkat pemerintahan. Di samping itu, terus diupayakan adanya koordinasi yang makin meningkat dan mantap dalam menanggulangi bencana melalui penyusunan sistem dan satuan perlindungan masyarakat (linmas) serta mekanisme penanggulangan bencana secara nasional yang menyeluruh dan terpadu. Selanjutnya pada Repelita VI dapat terwujud satuan-satuan linmas di tingkat kecamatan dan ruang data pusat pengendalian operasional penanggulangan bencana di tingkat pusat. Undang -

XIX/57

Page 82: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

undang linmas diharapkan telah dapat diundangkan pada akhir Repelita VI.

Dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam Repelita VI, kebijaksanaan penanggulangan bencana adalah sebagai berikut Dalam upaya penanggulangan bencana, prioritas tinggi diberikan kepada peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat dan jajaran pemerintah daerah setempat, khususnya di daerah rawan bencana dalam menghadapi terjadinya bencana. Kemampuan dan penguasaan teknologi untuk mendeteksi bencana ditingkatkan melalui penyediaan sarana, prasarana serta peningkatan kualitas dan jumlah tenaga. Hal ini juga didukung dengan pengembangan sistern informasi bencana sehingga dapat meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menanggulangi bencana. Dalam upaya pencarian, penyelamatan dan pemberian pengobatan serta perawatan korban, kemampuan petugas dan masyarakat ditingkatkan baik dalarn kecepatan maupun ketepatan waktu penyelamatan dengan dukungan peralatan yang memadai.

Berdasarkan sasaran dan kebijaksanaan tersebut di atas, maka upaya penanggulangan bencana dilaksanakan secara lintas bidang dan lintas sektor melalui satu program yaitu program penanggu -langan bencana yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan sampai dengan Tahun Keempat Repelita VI

Program penanggulangan bencana bertujuan untuk: a) meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana, serta meningkatkan kemampuan masyarakat

Page 83: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/58

Page 84: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

dalam menanggulangi akibat bencana, sehingga mengurangi jumlah korban serta kerugian materi; b) memberikan bantuan guna me-ringankan beban masyarakat, khususnya mereka yang tidak mampu, yang diberikan dalam bentuk bantuan bahan makanan, obat-obatan dan bahan bangunan rumah untuk memperbaiki rumah mereka yang rusak atau hancur akibat bencana; dan c) menolong dan menyelamatkan para korban bencana melalui bantuan darurat dan memulihkan kembali fungsi sosial perorangan, keluarga dan masyarakat korban bencana untuk hidup secara normal.

Kegiatan pokok program penanggulangan bencana meliputi antara lain kesiapsiagaan menghadapi bencana, tanggap darurat ter -hadap kejadian bencana, serta rehabilitasi dan rekonstruksi akibat bencana, yang pelaksanaannya melibatkan berbagai instansi terkait seperti Departernen Sosial, Dalam Negeri, Kesehatan, Pekerjaan Umum, Perhubungan, ABRI, dan Pernerintah Daerah, dibawah koordinasi Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (Bakornas PB).

Upaya meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana dilakukan melalui penelitian dan pemetaan daerah rawan bencana, penyuluhan, pendidikan dan pelatihan bagi petugas maupun masyarakat, dan pengembangan sistem informasi penanggulangan bencana.

Kegiatan tanggap darurat terhadap kejadian bencana adalah untuk meningkatkan kemampuan penanggulangan ketika terjadi bencana yang dilakukan melalui: pertama, peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan pembinaan fungsi satuan tugas pelaksana dalam pengelolaan dan koordinasi bantuan darurat; kedua, penye -diaan sarana dan prasarana untuk melakukan pencarian,

XIX/59

Page 85: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

penyelamatan, dan pelayanan kesehatan serta pelayanan sosial ter -hadap korban bencana; dan ketiga peningkatan kemampuan ma-syarakat dan petugas dalam mengkonsolidasi diri segera sesudah terjadi bencana melalui penyediaan sarana dan prasarana darurat agar akibat bencana tidak meluas dan berkepanjangan.

Rehabilitasi dan rekonstruksi akibat bencana merupakan upaya untuk mernperbaiki dan membangun kembali sarana dan prasarana di lokasi bencana agar segera berfungsi kembali, dan memulihkan tata kehidupan dan penghidupan serta kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana berdasarkan azas kemandirian. Upaya ini dilakukan melalui beberapa kegiatan. Pertama, kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi antara lain meliputi peningkatan pelayanan sosial terhadap korban bencana melalui pemberian bantuan dan rehabilitasi permukiman serta sarana umum lainnya seperti tempat ibadah, gedung sekolah, pasar dan air bersih. Kedua, kepada para korban diberikan bimbingan dan penyuluhan untuk mempercepat pemulihan kehidupan dan penghidupan mereka didukung dengan pemberian bantuan sarana usaha. Ketiga, per -baikan sarana dan prasarana dasar serta dalam keadaan tertentu pemindahan permukiman secara darurat maupun pemindahan penduduk secara permanen ke tempat atau daerah yang lebih aman baik secara lokal maupun melalui transmigrasi.

Kejadian bencana alam yang terjadi dalam Repelita Vl antara lain adalah bencana alam banjir, tanah longsor, angin ribut, gempa bumi, kekeringan dan kebakaran terutama kebakaran hutan. Untuk membantu para korban bencana alam tersebut, telah diberikan ber -bagai bantuan baik pada saat terjadi maupun setelah terjadinya ben -cana. Bantuan pada saat terjadinya bencana diberikan dalam bentuk pelayanan gawat darurat berupa pertolongan pertama pada

Page 86: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/60

Page 87: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

saat awal terjadinya bencana, pengobatan dan perawatan kesehatan baik disekitar lokasi kejadian, di puskesmas-puskesmas terdekat maupun di rumah-rumah sakit bagi korban yang memerlukan perawatan khusus dokter ahli, serta pengungsian dan penampungan korban bencana di tempat yang lebih aman dengan didukung penyediaan dapur umum. Bantuan yang diberikan setelah terjadinya bencana adalah berupa bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi sarana umum dan rumah yang rusak akibat bencana.

Dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ben-cana alam geologis dilakukan kegiatan pemetaan, identifikasi, dan penyelidikan daerah-daerah rawan bencana. Sampai dengan tahun 1997/98 pemetaan geologi gunung api skala 1:100.000 telah menyelesaikan 49 lembar peta. Sementara itu pemetaan daerah ba -haya gunung api skala 1:50.000 telah mencapai 95 lembar. Pemetaan topografi puncak gunung api skala 1:5.000 telah disele -saikan sebanyak 11 lembar, pemetaan aliran lahar skala 1:50.000 sebanyak 2 lokasi dan pemetaan zona resiko bahaya gunung api skala 1:50.000 sebanyak 16 lembar. Disamping itu, pemeriksaan gempa bumi telah diselesaikan pada 11 lokasi dan pemeriksaan longsor pada 90 lokasi.

Kegiatan perbaikan dan pengendalian alur sungai pada bebe-rapa ruas sungai yang dinilai kritis, dalam kurun waktu lima tahun, telah dilaksanakan dengan pembangunan prasarana pada ruas sungai sepanjang 331 km, antara lain berupa tanggul, perbaikan alur, perkuatan tebing, dan saluran banjir. Kegiatan tersebut ditujukan untuk meningkatkan keamanan terhadap bencana banjir di kota-kota Banda Aceh, Medan, Bengkulu, Kotip Metro, Manado, dan Dilli. Sedangkan untuk mengendalikan daya rusak banjir lahar akibat letusan gunung berapi telah dibangun pengendali dan

Page 88: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/61

Page 89: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

kantung lahar sebanyak 50 unit sebagai pengamanan akibat banjir lahar terhadap desa, kota dan areal produktif lainnya.

Dalam rangka menunjang dan meningkatkan keselamatan penerbangan yang memenuhi persyaratan penerbangan, kondisi dan jumlah peralatan navigasi, telekomunikasi dan kelistrikan juga ditingkatkan. Selama empat tahun Repelita VI telah terpasang alat bantu navigasi penerbangan terutama untuk bandar udara kecil di kawasan timur Indonesia, alat bantu penjejak arah dan jarak pesa -wat, alat bantu pendaratan pesawat, serta alat untuk memberikan informasi penerbangan bagi penumpang di terminal terutama untuk bandar udara di kawasan timur Indonesia. Sementara itu, di bidang keselamatan pelayaran telah dibangun 29 unit menara suar, 268 unit rambu suar, 7 kapal navigasi, dan 47,3 meter kubik pengerukan alur pelayaran.

Upaya rnendayagunakan dan menyiapkan tenaga pertahanan sipil (hansip) dan satuan perlindungan masyarakat (linmas) dalam penanggulangan bencana terus dilanjutkan. Guna memelihara kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana, selama lima tahun, telah dilatih sebanyak 1.020 orang instruktur penanggulangan bencana, dan 4.520 orang satuan tugas sosial penanggulangan bencana (SATGASOS - PB).

Untuk meningkatkan keberhasilan pelaksanaan operasi Search and Rescue (SAR), secara bertahap Badan SAR Nasional selaku koordinator pelaksanaan operasi SAR telah dilengkapi dengan peralatan SAR, seperti rubber boat, life jacket dan extricator, sarana komunikasi berupa Local User Terminal (LUT), SAR Operation Information Management System (SAROIMS). Di samping itu, kemampuan sumber daya manusia di bidang SAR

Page 90: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/62

Page 91: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

terus ditingkatkan rnelalui pendidikan dan pelatihan Tim Rescue serta pemantapan koordinasi dengan instansi terkait dan kerjasama dengan negara tetangga yaitu Malaysia, Singapura, Philipina, Papua Nugini dan Australia. Sarana tindak awal SAR telah bertambah dalam Repelita VI yaitu 5 unit helikopter dan 3 unit rescue boat yang masing-masing ditempatkan di Jakarta, Tanjung Pinang dan Denpasar.

E. KEPENDUDUKAN

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 1,51 persen pada akhir Repelita VI dengan jumlah pen-duduk sekitar 204,4 juta orang, terdiri atas sekitar 101,9 juta orang laki-laki dan 102,5 orang perempuan. Keadaan ini dapat dicapai apabila angka kelahiran kasar dan angka kematian kasar dapat ditu-runkan menjadi masing-masing 22,6 dan 7,5 per seribu penduduk. Sasaran akhir Repelita VI lainnya yang diupayakan pencapaiannya adalah penurunan angka kematian bayi menjadi sekitar 50 kematian per seribu kelahiran hidup dan peningkatan angka harapan hidup menjadi sekitar 64,6 tahun.

Berbagai kebijaksanaan kependudukan selama Repelita VI telah ditetapkan dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan kependudukan terdiri dari: peningkatan kualitas penduduk; pengen-dalian pertumbuhan dan kuantitas penduduk; pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk; penyempurnaan sistem informasi kependudukan; dan pendayagunaan dan kesejahteraan penduduk usia lanjut.

XIX/63

Page 92: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Upaya pencapaian berbagai sasaran dan kebijaksanaan kepen-dudukan tersebut di atas dilaksanakan dalam satu program yaitu program kependudukan dengan didukung oleh berbagai program pembangunan Iainnya.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan sampai dengan Tahun Keempat Repelita VI

Pelaksanaan program kependudukan dengan didukung oleh berbagai program pembangunan lainnya secara terpadu telah berha -sil menurunkan laju pertumbuhan penduduk menjadi 1,54 persen pada akhir tahun 1997, dari 1,66 persen pada akhir Repelita V. Penurunan laju pertumbuhan penduduk ini juga diikuti oleh penu-runan angka kematian kasar dan angka kelahiran kasar. Sementara itu, kualitas penduduk juga terus menunjukkan peningkatan yang ditandai oleh makin menurunnya angka kematian baik angka kema-tian kasar maupun angka kematian bayi serta diikuti pula oleh makin meningkatnya angka harapan hidup penduduk. Berbagai kegiatan kependudukan seperti transmigrasi dan persebaran tenaga kerja antar daerah terus dilakukan guna mendukung upaya penyeimbangan persebaran penduduk antara Pulau Jawa dengan daerah di luar Pulau Jawa dan antara daerah yang padat dan yang jarang penduduk. Kegiatan ini sekaligus juga merupakan upaya pembangunan daerah, bagi daerah penerima. Pengembangan sistem informasi kependudukan juga terus ditingkatkan secara lintas sektor dan makin terpadu.

Pada tahun 1998/99 direncanakan akan dilaksanakan kegiatan pengembangan sistim informasi kependudukan, kajian-kajian mencakup aspek mortalitas, fertilitas, mobilitas dan persebaran penduduk, pengembangan dan uji coba indikator keseimbangan

XIX/64

Page 93: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta analisis data Supas 1995.

a. Peningkatan Kualitas Penduduk

Peningkatan dan pengembangan kualitas penduduk dilaksana-kan secara lintas bidang, sektor dan program. Upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas penduduk meliputi antara lain peningkatan kualitas keagamaan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial-budaya, mental spiritual, dan berbagai peningkatan usaha kesejahteraan lainnya.

Berbagai upaya tersebut di atas telah berhasil menurunkan angka kematian kasar dan angka kernatian bayi masing-masing menjadi 7,5 per seribu penduduk dan 52 per seribu kelahiran hidup pada tahun 1997, dari 7,9 per seribu penduduk dan 58 per seribu kelahiran hidup pada akhir Repelita V. Penurunan angka kematian tersebut selanjutnya diikuti oleh makin meningkatnya angka harapan hidup penduduk dari 62,7 pada akhir Repelita V menjadi 64,2 pada tahun 1997. Berbagai kegiatan pembangunan lainnya yang mendukung upaya peningkatan kualitas penduduk secara rinci telah dijelaskan pada laporan di berbagai program pembangunan yang terkait dengan program kependudukan.

b. Pengendalian Pertumbuhan dan Kuantitas Penduduk

Pengendalian pertumbuhan dan kuantitas penduduk dalam pelaksanaannya dilakukan secara lintas bidang, sektor, dan program serta terpadu. Pengendalian kuantitas penduduk mencakup beberapa tahap kegiatan antara lain: perencanaan, pemantauan

XIX/65

Page 94: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

pelaksanaan, dan penilaian dampak kebijaksanaan. Kegiatan tersebut didukung oleh pengembangan tehnis analisa data, terutama bagi peneliti dari berbagai Pusat Studi Kependudukan (PSK) dan penyusunan profil penduduk propinsi dan nasional yang dimulai sejak awal Repelita VI. Dalam Repelita V diselesaikan penyusunan profil kependudukan yang lebih dikenal dengan nama Neraca Kependudukan dan Lingkungan Hidup Daerah (NKLD), dan untuk itu telah dilatih seluruh perencana Bappeda Tingkat I di seluruh Indonesia. Sejak tahun 1994/95 hingga tahun 1997/98 seluruh peneliti pada PSK telah dilatih mengenai penyusunan profil penduduk Daerah Tingkat I. Pada tahun 1998/99 kegiatan ini akan dilanjutkan ke Daerah Tingkat 11.

Pendidikan kependudukan sejak awal Repelita IV telah dikembangkan melalui jalur sekolah, dan sejak awal Repelita VI dilanjutkan melalui jalur keluarga. Pada tahun 1997/98 pendidikan kependudukan melalui jalur sekolah telah diintegrasikan ke dalam pokok-pokok bahasan pada mata pelajaran: Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Sedangkan pendidikan kependudukan melalui jalur keluarga dilakukan melalui berbagai kegiatan pertemuan, forum diskusi, sarasehan atau paguyuban yang telah ada di masyarakat utamanya di daerah perdesaan.

Sementara itu, laju pertumbuhan penduduk juga me- nunjukkan kecenderungan yang terus menurun. Jika pada akhir Repelita V laju pertumbuhan penduduk adalah 1,66 persen, maka pada tahun 1997 diperkirakan telah mencapai 1,54 persen. Meskipun laju pertumbuhan penduduk menurun, secara kuantitatif jumlah penduduk meningkat dan telah mencapai 201,4 juta orang

Page 95: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/66

Page 96: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

pada tahun 1997 yang terdiri dari 100,4 juta orang laki-Iaki dan 101,0 juta orang perempuan. Jumlah penduduk tersebut jika dibandingkan dengan jumlah pada akhir Repelita V telah bertambah sekitar 12,3 juta orang. Pelaksanaan program keluarga berencana yang didukung oleh berbagai program pembangunan lainnya yang terkait dengan program kependudukan telah berhasil menurunkan angka kelahiran kasar dari 24,5 per seribu penduduk pada akhir Repelita V menjadi 22,9 pada tahun 1997; serta menurunkan angka kelahiran total dari 2,87 rnenjadi 2,65 per wanita dalarn periode yang sama.

c. Pengarahan Persebaran dan Mobilitas Penduduk

Upaya pengarahan persebaran dan mobilitas penduduk meliputi kegiatan-kegiatan: penyebaran penduduk melalui transmigrasi dan angkatan kerja antar daerah (AKAD); pengembangan wilayah pembangunan dan kutub-kutub pertumbuhan; gerakan Bangga Suka Desa; dan pembangunan ekonomi perdesaan melalui Tabungan Keluarga Sejahtera (Takesra) dan Kredit Usalia Keluarga Sejahtera (Kukesra). Berbagai kegiatan pembangunan tersebut dilaksanakan oleh sektor dan program pem-bangunan yang terkait dengan program kependudukan, dan telah dijelaskan secara rinci dalam berbagai Bab menurut sektornya.

Selanjutnya dalam rangka program ini telah diupayakan pengembangan indikator keseimbangan penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan; pengembangan daerah penyangga daerah perkotaan; pengembangan daerah penyangga pusat-pusat pertumbuhan wilayah; dan analisa mobilitas penduduk.

XIX/67

Page 97: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Sebagai kelanjutan dari kegiatan yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya, pada tahun 1997/98 telah diujicoba indikator keseimbangan penduduk di Iima propinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, Riau, Bali, dan Kalimantan Timur dengan tujuan untuk mengetahui keseimbangan penduduk dengan kerangka pemba-ngunan yang seimbang antara daerah perdesaan dan perkotaan.

Untuk meningkatkan pembangunan daerah penyangga daerah perkotaan melalui pemberdayaan penduduk perdesaan, sejak awal Repelita VI telah dilakukan Gerakan Bangga Suka Desa di 20 desa di Pulau Jawa. Gerakan ini bertujuan untuk mendukung pember-dayaan ekonomi dan motivasi berusaha masyarakat perdesaan, yang diharapkan dapat menurunkan arus urbanisasi dari daerah perdesaan ke perkotaan. Sementara itu, sejak tahun 1996 upaya pengembangan daerah penyangga pusat-pusat pertumbuhan wilayah telah diujicoba di propinsi Lampung sebagai daerah penyangga bagi DKI Jakarta dan propinsi-propinsi lainnya di Pulau Jawa. Pada tahun 1998/99 akan dikembangkan pula daerah penyangga di propinsi-propinsi Sumatera Utara, Jawa Timur, Sula -wesi Selatan, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur.

Di samping itu berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas analisa data mobilitas penduduk terus dilakukan antara lain melalui kegiatan pelatihan analisa data mobilitas penduduk bagi peneliti PSK dan staf Bappeda sebanyak 90 orang. Sebagai kelanjutan kegiatan pada tahun sebelumnya, pada tahun 1997/98 telah dilak -sanakan analisa mobilitas penduduk di 14 propinsi dan di tingkat nasional dengan menggunakan data hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995. Dengan demikian sampai dengan tahun 1997/98 analisa ini telah mencakup 27 propinsi dan nasional.

Page 98: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/68

Page 99: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

d. Penyempurnaan Sistem Informasi Kependudukan

Kegiatan penyempurnaaan Sistem Informasi Kependudukan terus dilakukan dan merupakan kelanjutan dari tahun-tahun sebe -lumnya. Upaya yang dilakukan telah menghasilkan rumusan Sistem Informasi Kependudukan dan Keluarga (SIDUGA) yang akan dimulai pelaksanaannya pada tahun 1998/99 oleh sekitar 20 instansi terkait di tingkat pusat dan propinsi. SIDUGA merupakan sistem terpadu dari sub-sub sistem Informasi Kependudukan dan Keluarga yang ada pada Sistem Informasi Manajemen (SIM) instansi terkait. Untuk mendukung pelaksanaannya, maka telah dilakukan pelatihan tenaga pengelolajaringan SIDUGA bagi sekitar 300 orang.

Untuk mendukung tertibnya administrasi kependudukan, saat ini sedang disiapkan Rencana Undang-Undang mengenai Administrasi Kependudukan dan Rencana Peraturan Pemerintah mengenai Pencatatan dan Pendaftaran Penduduk. Untuk itu, sejak awal Repelita VI telah dilatih sekitar 600 orang aparat pemerintah daerah.

e. Pendayagunaan dan Kesejahteraan Penduduk Usia Lanjut

Kegiatan pendayagunaan dan kesejahteraan penduduk usia lanjut ditujukan untuk meningkatkan dayaguna dan kesejahteraan penduduk usia lanjut baik yang masih produktif maupun yang sudah secara fisik tidak produktif lagi. Bagi yang masih produktif, diupayakan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan dan keahliannya; sedangkan bagi yang secara fisik sudah tidak produktif lagi, disediakan fasilitas dan sarana pelayanan, antara lain berupa pernberian santunan oleh Departemen Sosial bagi mereka yang tinggal di dalam dan di luar panti lanjut usia.

XIX/69

Page 100: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Dalam rangka meningkatkan kualitas penduduk usia lanjut, diupayakan tiga langkah strategis, yaitu: 1) upaya persiapan mema -suki usia lanjut; 2) upaya pelibatan lansia dalam kegiatan produktif, dan 3) upaya pelayanan dan perawatan kepada penduduk usia lanjut.

Jumlah penduduk usia lanjut terus meningkat dari tahun ke tahun, seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup. Pada akhir Repelita VI ini, diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut akan mencapai 14,2 juta orang.

F. KELUARGA SEJAHTERA

1. Sasaran, Kebijaksanaan, dan Program Repelita VI

Sasaran pembangunan keluarga sejahtera pada Repelita VI adalah : (a) menurunkan angka kelahiran total atau Total Fertility Rate (TFR) menjadi 2,60 per wanita; (b) meningkatnya kepedulian dan peran serta masyarakat dalam rangka mewujudkan sikap dan perilaku kemandirian; (c) terwujudnya tatanan gerakan keluarga berencana (KB) secara menyeluruh sebagai landasan pembangunan selanjutnya; dan (e) meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Dalam rangka mencapai sasaran tersebut, ditetapkan kebijak-sanaan pembangunan keluarga sejahtera meliputi: pengembangan ketahanan dan peningkatan kualitas keluarga, dengan mengadakan pembinaan dan bimbingan khususnya kepada keluarga yang mem-punyai anak balita, keluarga yang mempunyai anak dan remaja, ke -luarga muda, dan keluarga lansia; peningkatan kelembagaan

Page 101: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/70

Page 102: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

gerakan KB, dengan menumbuhkembangkan lembaga-lembaga ma-syarakat yang rnendukung gerakan keluarga berencana; dan pengembangan kerjasama internasional program KB, dengan mengadakan pelatihan bagi pengelola program KB terutama bagi negara-negara berkembang.

Upaya mendukung kebijaksanaan dalam pencapaian sasaran pembangunan keluarga sejahtera tersebut dilaksanakan melalui satu program pokok, yaitu Program Keluarga Berencana, yang dilakukan secara terpadu dengan berbagai sektor pembangunan lainnya.

2. Pelaksanaan dan Hasil Pembangunan sampai dengan Tahun Keempat Repelita VI

Sejalan dengan perkembangan program keluarga berencana maka visi pembangunan KB pada tahun keempat pelaksanaan Repelita VI masih tetap di dasarkan kepada pembudayaan norma keluarga kecil bahagia sejahtera. Program ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat terhadap pendewasaan usia perkawinan, penurunan angka kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a) komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE); b) pelayanan keluarga berencana; c) pembangunan keluarga sejahtera; d) pemantapan pelembagaan program, e) pendidikan dan pelatihan, serta f) pelaporan dan penelitian.

Selanjutnya tahun yang akan datang yaitu tahun terakhir Repelita VI, direncanakan untuk menambah peserta KB baru

XIX/71

Page 103: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

sebanyak 4,8 juta pasangan usia subur (PUS), dan membina 27,1 juta PUS untuk terus menerus menggunakan alat/obat kontrasepsi sesuai dengan pilihan mereka masing-masing.

a. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)

Pelayanan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi dimaksudkan untuk mendorong terjadinya proses perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap penerimaan KB dan KS sebagai bagian dari kehidupannya dalam upaya mewujudkan norma keluar-ga kecil, bahagia, dan sejahtera secara mandiri. Pelaksanaan kegiat -an ini di dukung oleh peran serta lembaga swadaya dan organisasi masyarakat (LSOM).

Hampir separuh anggaran yang ada dalam program KB setiap tahunnya dipergunakan untuk kegiatan KIE, yaitu berupa pengadaan sarana dan peralatan serta untuk kegiatan operasional KIE. Pada tahun 1993/94 telah diadakan 322 buah materi KIE dan 187 buah mobil unit penerangan. Selama empat tahun Repelita VI, yaitu sampai dengan tahun 1997/98, setiap propinsi telah mempunyai rumah produksi (Media Production Center), setiap Dati II telah dilengkapi mobil unit penerangan, dan hampir seluruh kecamatan telah mempunyai sarana audio visual (AVA).

Beberapa kegiatan KIE antara lain adalah: 1) pengembangan KIE pelayanan KB melalui Development Broadcasting Unit (DBU); 2) pengembangan strategi dan intervensi KIE sasaran khusus; 3) pengembangan KIE multi media; 4) pengembangan KIE pelayanan Takesra dan Kukesra melalui pendekatan pemasaran sosial; 5) pengembangan KIE KB dan KS melalui drama; 6)

Page 104: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/72

Page 105: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

penataan jaringan KIE lini lapangan; dan 7) kemitraan pengelolaan KIE.

Sejak awal Repelita VI, rnateri KIE telah dikembangkan se -suai dengan kebutuhan dan karakteristik khalayak di lapangan. Isi pesan tersebut antara lain; I) Keluarga Berencana diarahkan pada kemandirian dalam penggunanaari alat/obat kontrasepsi; 2) keluarga diupayakan pada peningkatan kesadaran, sikap dan perilaku hidup sehat, pembinaan kebahagiaan keluarga, pemeliharaan kesehatan pada saat kehamilan, melahirkan dan menyusui; 3) peningkatan kesadaran keluarga tentang HIV/AIDS; serta 4) kewirausahaan khususnya dengan program Takesra dan Kukesra.

Kegiatan KIE telah dapat meningkatkan pengetahuan serta perilaku masyarakat dalam berkeluarga berencana. Survei Demo-grafi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1994 menunjukkan bahwa masyarakat yang telah mengetahui semua metode kontra-sepsi meningkat dari 94,6 persen menjadi 96,1 persen dibanding hasil penelitin SDKI tahun 1991. Begitu pula untuk rasio jumlah peserta KB aktif dengan jumlah pasangan usia subur yang ada, dalam kurun waktu yang sama meningkat dari 48 persen menjadi 55 persen. Sedangkan SDKI tahun 1997 masih dalam pelaksanaan di lapangan.

b. Pelayanan Keluarga Berencana

Pada tahun 1997/98 arah pelayanan KB lebih menekankan kepada aspek kualitas pelayanan. Untuk itu dalam beberapa tahun terakhir telah dilaksanakan penyiapan kelengkapan sarana dan prasarana termasuk pelatihan pelayanan kontrasepsi bagi dokter

XIX/73

Page 106: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

dan bidan, termasuk bidan di desa. Kegiatan yang dilaksanakan lebih ditekankan kepada segi pemerataan termasuk untuk wilayah terpencil. Untuk wilayah terpencil kegiatan pelayanan KB dilaksanakan dengan bantuan dokter terbang (Kalimantan Timur dan Irian Jaya) sedangkan untuk daerah kepulauan dilaksanakan dengan bantuan klinik terapung seperti di kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Maluku dan Irian Jaya. Kegiatan penerangan pada umumnya dipadukan dengan kegiatan pelayanan KB melalui Tim KB Keliling (TKBK). Kegiatan TKBK ini adalah kegiatan terpadu antara Departemen Kesehatan dan BKKBN. Selanjutnya TKBK dimaksudkan pula untuk meningkatkan pemakaian kontra -sepsi yang lebih efektif seperti IUD, suntikan, dan implant sehingga dapat mempercepat penurunan TFR.

Dalam lima tahun terakhir (1993/94 - 1997/98) masyarakat yang berhasil diajak menjadi peserta KB baru berjumlah 24,5 juta PUS, yaitu sebanyak 4,2 juta PUS pada tahun 1993/94 dan 20,3 juta PUS selama empat tahun Repelita VI (Tabel XIX-11). Diharapkan pada tahun 1997/98 sasaran peserta KB baru sebanyak 4,8 juta PUS akan tercapai. Dari jumlah tersebut, pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi efektif (IUD, suntikan, dan implant) dalam penanggulangan kehamilan adalah sebanyak 70,4 persen (Tabel XIX-12).

Peserta KB yang menggunakan alat kontrasepsi secara terus menerus disebut sebagai peserta KB aktif. Jumlah peserta KB aktif sampai dengan lima tahun terakhir (1993/94 - 1997/98) adalah sebesar 26,8 juta PUS, dan telah mencapai sasaran yang ditetapkan yaitu sebesar 26,2 juta PUS (Tabel XIX-13). Dari seluruh peserta KB aktif tersebut 65,3 persen diantaranya menggunakan alat kontrasepsi efektif, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel XIX-14.

Page 107: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/74

Page 108: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Dalam rangka memantapkan dan mempercepat penerimaaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) di masyarakat, telah diberikan penghargaan KB Iestari kepada peserta KB yang telah menggunakan alat kontrasepsinya secara kerkesinambungan minimal selama 10 tahun dan 16 tahun. Upaya peningkatan pembi-naan peserta KB ditempuh pula melalui pemberian beasiswa bagi anak peserta KB lestari yang berbakat yang sedang bersekolah di tingkat lanjutan atas. Sampai saat ini telah disalurkan bantuan dana bea siswa kepada 84,2 ribu anak yang tersebar diseluruh pelosok tanah air.

c. Pembangunan Keluarga Sejahtera

Pembangunan keluarga sejahtera bertujuan untuk meningkat -kan kualitas keluarga sesuai dengan tahapan keluarga sejahtera. Prioritas utama pembangunan keluarga sejahtera dalam Repelita VI terutama diperuntukkan bagi keluarga-keluarga yang masih berada dalam tahapan Pra-sejahtera dan Sejahtera-I. Pokok-pokok kegiatan yang dilaksanakan antara lain: a) bina keluarga balita (BKB), b) bina keluarga lansia, c) seleksi penerima beasiswa Supersemar khususnya untuk anak-anak peserta KB lestari, d) usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS), e) Takesra dan Kukesra.

Jumlah anggota UPPKS pada tahun 1997/98 adalah sebanyak 9,1 juta orang lebih. Pada awalnya kegiatan UPPKS bertujuan untuk memantapkan penerimaan masyarakat dalam ber-KB. Dengan demikian semula bantuan modal UPPKS lebih ditekankan kepada peserta KB. Namun dalam perkembangannya, pelaksanaan UPPKS lebih diperluas untuk seluruh masyarakat dalam rangka pengentasan kemiskinan sedangkan modal untuk

XIX/75

Page 109: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

kegiatan tersebut berasal dari sebagian keuntungan dari BUMN. Jumlah anggota kelompok UPPKS yang memiliki usaha produktif perorangan adalah sebanyak 5,5 juta orang. Dari jumlah tersebut, 1,5 juta orang bergerak di bidang perdagangan, 2,3 juta orang di bidang pertanian, 977 ribu orang di bidang industri kecil/rumah tangga, dan 723 ribu orang bergerak di bidang usaha jasa.

Dalam upaya pengentasan kemiskinan kegiatan penting yang dilaksanakan oleh program KB adalah Takesra dan Kukesra. Kegiatan ini lebih ditujukan kepada anggota keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1. Pemberian Takesra telah mencakup sebanyak 11,5 juta keluarga yang tergabung dalam 504,5 ribu kelompok usaha. Sedangkan dana yang telah disalurkan sampai dengan Desemberl997 adalah sebesar 94,9 persen dari total dana sebesar Rp.22,9 milyar, dan realisasi penyerapan dana Kukesra adalah sebesar Rp. 302,5 rnilyar yaitu sebesar 82,9 persen dari total dana yang disediakan pada saat itu.

d. Pemantapan Pelembagaan Program

Pemantapan pelernbagaan program KB dilaksanakan melalui pembinaan dan peningkatan institusi masyarakat. Usaha ini dimak-sudkan untuk meningkatkan kualitas peran serta masyarakat, sehingga secara bertahap peran serta masyarakat dalam pengelolaan KB semakin besar.

Lem

baga swadaya masyarakat yang selama ini telah banyak membantu dalam gerakan keluarga berencana adalah Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD) untuk tingkat Desa, Sub-PPKBD un -tuk tingkat RW, dan kelompok peserta KB untuk tingkat RT. Jum lah PPKBD dan SubPPKBD dan kelompok peserta KB terus

Page 110: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/76

Page 111: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

mengalami perkembangan. Pada tahun 1996/97 telah terbentuk 671,2 ribu kelornpok KB, dan pada tahun 1997/98 meningkat men-jadi 771,4 ribu kelompok. Upaya pemantapan kelembagaan juga dilaksanakan melalui peningkatan kerjasama dengan pemukapemuka agama, tokoh-tokoh masyarakat, dan lembaga sosial dan organisasi masyarakat (LSOM).

SDKI tahun 1991 menunjukkan bahwa masyarakat yang telah berhasil melaksanakan KB secara mandiri (termasuk didalamnya mandiri parsial yaitu yang alat kontrasepsinya masih disubsidi oleh pemerintah sedangkan untuk biaya jasa pelayanan mereka telah mampu membayar kepada petugas medis swasta) sebanyak 22 persen, meningkat menjadi 28 persen hasil SDKI 1994.

e. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan bagi pengelola program yang berke-sinambungan merupakan upaya untuk peningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam rangka mendukung perkembangan gerakan keluarga berencana dan keluarga sejahtera dibutuhkan jumlah dan kualitas tenaga lapangan yang memadai. Untuk itu dalam beberapa tahun terkhir pendidikan dan pelatihan lebih diarahkan kepada petugasdilapangan.

Pada tahun 1997/98, telah diadakan pelatihan teknis pelayanan KB dan KS bagi 7.896 orang dokter, 11.732 orang bidan, 28.750 orang Pengawas Petugas Lapangan KB (PPLKB)/ Petugas Lapangan KB (PLKB)/Penyuluh KB (PKB), 312.598 orang PPKBD/Sub-PPKBD/Kader, dan 23.968 orang tenaga lainnya. Sedangkan pendidikan lanjutan untuk tenaga pelaksana pembangunan KS telah diberikan kepada 1.646 orang, yang

XIX/77

Page 112: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

meliputi 1.616 orang peserta pendidikan jangka panjang dalam negeri, dan 30 orang peserta pendidikan jangka panjang luar negeri. Selanjutnya pada tahun 1998/99 direncanakan akan melatih 8 orang di setiap desa non IDT. Latihan tersebut untuk mendukung kegiatan Takesra dan Kukesra, yaitu berupa pelatihan penggunaan peralatan tepat guna, dan magang di perusahaan-perusahaan di sekitar pemukiman mereka.

f. Pelaporan dan Penelitian

Sistem pencatatan dan pelaporan memegang peranan penting agar tersedia data secara teratur, benar, dan tepat waktu. Untuk itu dikembangkan substansi baru, yaitu Pembangunan Keluarga Sejahtera melalui Gerakan KB, yang mencakup lebih banyak program dan kegiatan, maka bidang pencatatan dan pelaporan mengalami penyesuaian sehingga dapat memonitor perkembangan GRKS, GKKS, dan GEKS. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada awal tahun ketiga Repelita VI ini telah dilakukan penelaahan untuk penyesuaian Sub Sistem Pelaporan Gerakan Keluarga Berencana Nasional dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, yang mencakup pula sub sistem pendataan keluarga.

Kegiatan penelitian diarahkan untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan pembangunan keluarga berencana dan keluarga sejahtera melalui penyediaan informasi dan data yang diperlukan. Pelaksanaan penelitian di bidang biomedis seperti pengembangan alat kontrasepsi dilakukan secara terus-menerus agar penggunaan alat kontrasepsi tersebut aman serta efektif bagi pengguna. Dalam Repelita VI, telah diteliti dan dipasarkan secara luas obat suntik KB bulanan (Cyclofem) dan susuk KB satu batang (Implanon). Untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan KB telah diupayakan

Page 113: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/78

Page 114: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

pengembangan indikator kualitas pelayanan kontrasepsi, studi analisis situasi pelaksanaan pelayanan KB, serta studi dinamika norplant.

Selain itu, penelitian di bidang kependudukan dan keluarga berencana diarahkan untuk mengetahui berbagai aspek ekonomi, sosial budaya, psikologis dan demografis yang berkaitan dengan keberhasilan dan dampak gerakan KB. Pada saat ini sedang dise -lenggarakan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia yang dimulai bulan Oktober 1997. Survey tersebut akan menghasilkan aspek-aspek mengenai fertilitas, pernakaian kontrasepsi, mortalitas, serta pengetahuan wanita Indonesia tentang AIDS. Selanjutnya, penelitian di bidang Keluarga Sejahtera telah dilaksanakan berkaitan dengan situasi dan kebutuhan penyelenggaraan Takesra/Kukesra. Penelitian analisis ini akan mengidentifikasikan kesiapan penyelenggaraan Takesra dan Kukesra.

G. PENUTUP

Dalam Repelita VI, pembangunan di bidang kesehatan, kesejahteraan sosial, serta kependudukan dan keluarga sejahtera telah mencapai kemajuan dalam upaya yang berkesinambungan untuk mewujudkan penduduk, keluarga dan masyarakat Indonesia yang sejahtera lahir maupun batin.

Selama empat tahun Repelita VI, pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu melahirkan (AKI) dan angka kematian kasar (AKK), serta meningkatkan angka harapan hidup waktu lahir (AHH).

XIX/79

Page 115: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Sejalan dengan itu, keadaan gizi masyarakat juga meningkat yang ditunjukkan dengan menurunnya prevalensi kurang energi protein (KEP), gangguan akibat kurang yodium (GAKY), dan kurang vitamin A (KVA).

Di bidang kesejahteraan sosial, kegiatan penyantunan sosial bagi anak terlantar dan lanjut usia, pembinaan fakir miskin, rehabilitasi sosial penyandang cacat, anak nakal, dan korban narkotika, serta pembinaan organisasi sosial telah melampaui sasaran yang ditetapkan pada tahun keempat Repelita VI. Pembangunan keluarga sejahtera telah meningkatkan pendapatan keluarga melalui tabungan keluarga sejahtera (Takesra) dan penyediaan kredit usaha keluarga sejahtera (Kukesra) sebagai modal usaha yang diberikan kepada keluarga Pra Sejahtera dan keluarga Sejahtera 1. Di bidang kependudukan dan keluarga berencana, jumlah peserta KB menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah peserta KB tersebut diikuti dengan penurunan laju pertumbuhan penduduk sehingga mendekati sasaran akhir Repelita V1.

Memasuki pembangunan tahap selanjutnya yang akan makin dititikberatkan pada pembangunan kualitas sumber daya manusia, pembangunan kesehatan, kesejahteraan sosial, serta kependudukan dan keluarga sejahtera disamping bidang pendidikan sangatlah strategis sifatnya. Dalam rangka itu masih dihadapi banyak tantangan. Antara lain tingginya angka kematian ibu melahirkan (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) yang merupakan masalah utama yang harus dihadapi.

Selain itu, gejolak ekonomi dan keuangan yang terjadi akhir -akhir ini telah menurunkan daya beli masyarakat sehingga

XIX/80

Page 116: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

menyebabkan menurunnya kemampuan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena biayanya makin tinggi.

Dalam tahap pembangunan selanjutnya, berbagai masalah tersebut memerlukan perhatian dan penanganan yang sungguh-sungguh agar tidak berpengaruh negatif pada perkembangan derajat kesehatan masyarakat dan agar tidak memperlemah produktivitas dan kualitas sumber daya manusia dalam memasuki abad ke-21.

XIX/81

Page 117: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX - 1PERKEMBANGAN JUMLAH PEMBANGUNAN PUSKESMAS ¹)

1992/93,1993/94, 1994/95 - 1997/98

Akhir Repelita VIRepelita

No. Jenis Kegiatan Satuan

1992/93 1993/94 1994/95 1995/96 1996/97 1997/98 ²)

1. Pembangunan Puskesmas unit 6.588 6.954 6.984 7.014 7.056 7.106 2 Pembangunan Puskesmas

Pembantugedun

g18.816 19.977 20.477 20.977 21.435 22.085

3. Pembangunan Rumah Dokter rumah 3.264 3.564 3.794 4.024 4.224 4.524

4. Perbalkan Puskesmas gedung

13.038 14.613 15.781 16.211 17.027 17.607

S Perbaikan Puskesmas Pemiamu gedung

15.639 18.539 21.470 23.030 24.512 26.187

6. Pengadaan Puskesmas Keliligg unit 5.285 6.024 6.552 6.912 7.272 7.647

1) Angka kumulatif sejak Repelita I2) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

XIX/82

Page 118: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

GRAFIK XIX - 1PERKEMBANGAN JUMLAH PEMBANGUNAN PUSKESMAS

1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98

(ribu unlt)

Page 119: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

1992/93 1993/94 1994/95 1995/96 1996/97 1997/98

Akhir R e p e l i t a VI Pelita V

Pembangunan Pemb. Puskesmas PembangunanPuskesmas Pembantu Rumah Dokter

Perbaikan Perbaikan Puskes-Puskesmas mas Pembantu

XIX/83

Page 120: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX - 1.APERKEMBANGAN JUMLAH PEMBANGUNAN PUSKESMAS ¹)

1968, 1973/74, 1978/79,1983/84, 1988/89

Akhir Akhir Akhir AkhirRepelita I Repelita

IIRepelita III Repelita

IVNo. Jenis Kegiatan Satuan

1968 1973/74 1978/79 1983/84 1988/89

1. Pembangunan Puskesmas unit 1.227 2.343 4.353 5.353 5.642

2. Pembangunan Puskesmas Pembantu

gedung

6.636 13.636 17.413

3. Pembangunan Rumah Dokter rumah

338 1.270 1.841

4. Perbaikan Puskesmas gedung

5 2.500 4.351

5. Perbaikan Puskesmas Pembantu gedung

208 3.000 5.723

Page 121: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

6. Pengadaan Puskesmas Keliling unit 604 2.479 3.521

XIX/84

Page 122: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX - 2PELAKSANAAN PENEMPATAN BEBERAPA

JENIS TENAGA KESEHATAN ¹)1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98

Akhir Repelita VIRepelita V

No. Jenis Tenaga 1992/93 1993/94 1994/95 1995/96 1996/97 1997/98 ²)

1. Dokter 2.604 1.700 3.316 2.703 2.994 3.0372. Dokter Gigi 520 336 896 606 875 1.0543. Perawat Kesehatan 9.655 4.490 12.241 11.564 17.576 10.7394. Paramedis Non Perawat

dan1.904 3.803 1.531 1.415 3.150 2.349

Tenaga akademis bidangkesehatan

Jumlah 16.050 10.934 20.054 17.151 24.994 17.535

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

XIX/85

Page 123: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX - 2.A PELAKSANAAN PENEMPATAN BEBERAPA ¹)

JENIS TENAGA KESEHATAN1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89

Akhir Akhir Akhir Akhir

No. Jenis Tenaga 1968Repelita I1973/74

Repelita II1978/79

Repelita III1983/84

Repelita IV 1988/89

1. Dokter 5.000 6.221 10.456 17.647 24.070

2. Dokter Gigi - - - 749

3. Perawat Kesehatan 7.630 16.059 31.061 44.651 77.935

4. Paramedis Non Perawat danPekarya Kesehatan

2.085 24.248 35.577 47.836 67.762

5. Tenaga akademis bidangkesehatan

1.182 2.269 3.215 5.184 8.752

Page 124: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

Jumlah 15.897 48.797 80.309 115.318 179.268

1) Angka Kumulatif

XIX/87

Page 125: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX-3PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS) DAN TEMPAT TIDUR (TT) 1)

1992/93,1993/94, 1994/95 – 1997/98

XIX/87

Page 126: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

GRAFIK XIX - 2PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS)

1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98

XIX/88

Page 127: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX – 3.APERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS) DAN TEMPAT TIDUR (TT)

1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89

XIX/89

Page 128: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TAB EL XI X- 4PERKEMBANGAN USANA PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR ¹)

1992/93,1993/94, 1994/95 - 1997/98(ribuan)

1) Angka tahunan2) Angka sementara sampai dengan Desember 19973) Mulai tahun 1994/95 diintegrasikan dengan kegiatan Puskesmas 4) Mulaitahun 1996/97 diintegrasikan dengan kegitan rumah sakit5) Mulai tahun1990/91diintegrasikan dengan kegiatan Rumah Sakit

XIX/90

Page 129: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX - 4.APERKEMBANGAN USAHA PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR ¹)

1969/70,1973/74,1978/79,1983/84,1988/89(ribuan)

1)Angka kumulalif lima tahunan untuk kolom yang bertuliskan Akhir Repelita 2)Angka tahunen

Page 130: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/91

Page 131: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk
Page 132: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX –5PEMBINAAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT TERASING MENURUT DAERAH TINGKAT I1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98

(Kepala.Keluarga)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 19972) Mulai tahun 1993/94 Pemda tidak mengusulkan pembinaan masyarakat terasing3) Merupakan kegiatan perintisan kerja sama dengan Pemda setempat4) Mulai tahun 1995/96 Pemda setempat mengusulkan pembinaan baru masyarakat terasing

XIX/92

Page 133: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX - 5APEMBINAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT TERASING

MENURUT DAERAH TINGKAT I 1)1968,1973/74, 1975/79,1983/84,

(kepala kelaarga)1988/89

No. Daerah Tingkat I/ 1968Akhir

Repelita IAkhir

Repelita IIAkhirRepelita

III

AkhirRepelita

IVPropinsi (1973/74) (1978(79)

(1983/84) (1988/89)

I. Jawa Barat 155 145 1002. D.I. Aceh - 700 753. Sumatera Utara 425 454. Sumatera Barat 150 225 655 2005. Riau 400 225 835 4656. Jambi 700 620 757. Sumatera Selaten 95 540 558. Bengkulu - - 235 1759. Kalimantan Barat 400 900 585 465

10. Kalimantan Tengah - 275 685 19011. Kalimantan Selatan 220 825 685 9212. Kalimantan Timur 600 225 605 34513. Sulawesi Utara - - 460 5014. Sulawesi Tengah 415 990 53615. Sulawesi Selatan 600 525 870 31016. Sulawesi Tenggara - 225 475 30017. Maluku 150 550 920 50018. Nusa Tenggara Barat - - 515 25019. Nusa Tenggara Timur 150 795 37520. Irian Jaya - - 1.255 2.715

Jumlah 7.035 8.628 12.995 7.3181) Angka kumulatif lima tahunan untuk kolom yang bertuliskan Akhir Repelita

XIX/93

Page 134: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX – 6PENYANTUNAN DAN PENGENTASAN

FAKIR MISKIN MENURUT DAERAH TINGKAT I1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98

(desa dan kepala keluarga)

1) Angka diperbaiaki2) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

XIX/94

Page 135: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX – 6APENYANTUNAN DAN PENGENTASAN

FAKIR MISKIN MENURUT DAERAH TINGKAT I1968,1973/74, 1978/79, 1983/84,1988/89

(desa dan kepala keluarga)

1) Angka kumulatif lima tahunan untuk kolom yang bertuliskan Akhir Repelita

XIX/95

Page 136: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX – 7PELAKSANAAN PENYANTUNAN KEPADA

PARA LANJUT USIA DAN ANAK TERLANTAR MENURUT DAERAH TINGKAT I1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98

(orang)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

XIX/96

Page 137: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX –7.APELAKSANAAN PENYANTUNAN KEPADA

PARA LANJUT USIA DAN ANAK TERLANTAR MENURUT DAERAH TINGKAT I ¹)1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89

(orang)

1) Angka kumulatif lima tahunan untuk kolom yang bertuliskan Akhir Repelita

XIX/97

Page 138: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk
Page 139: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX – 8PELAKSANAAN PENYANTUNAN DAN

PENGENTASAN PARA CACAT MENURUT DAERAH TINGKAT I1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98

(orang)

Akhir Repelita Vl

Daerah Tingkat I/ Repelita VNo. Propinsi 1992/93 1993/94 1994/95 1995/96 1996197 1997/98 ¹)

1. DKI Jakarta 965 1.504 1.565 1.310 1.160 2.1102. Jawa Barat 1.921 3.100 2.820 3.045 2.900 4.7003. Jawa Tengah 2.585 4.107 2.895 3.443 3.600 5.8754. D.I. Yogyakarta 890 1.263 1.240 1.345 1.335 2.4955. Jawa Timur 2.185 3.810 3.100 3.230 2.695 4.4406. D.I. Aceh 1.050 1.785 1.870 1.915 1.835 3.1257. Sumatera Utara 1.705 2.144 2.460 2.435 2.550 4.2508. Sumatera Barat 1.155 1.920 1.985 1.914 2.060 3.2609. Riau 505 1.075 1.120 1.250 1.195 2.20010. Jambi 490 910 957 1.162 1.265 2.29011. SumateraSelatan 1.545 2.570 1.980 2.200 2.205 4.10912. Bengkulu 730 1.753 1.460 1.490 1.465 2.38513. Lampung 975 1.180 1.485 1.330 1.685 2.65514. Kalimantan Barat 845 995 1.280 1.385 1.770 2.87015. Kalimantan Tengah 565 1.525 1.035 1.590 2.019 3.08016. Kalimantan Selatan 835 1.228 1.415 1.125 1.698 3.47517. Kalimantan Timur 710 1.190 1.645 1.168 995 1.89518. Sulawesi Utara 760 905 1.090 1.420 1.035 2.11519. Sulawesi Tengah 610 2.540 1.205 1.942 1.350 232520. Sulawesi Selatan 1.450 990 2.735 1.245 2602 4.655

21, Sulawesi Tenggara 710 1.215 1.230 1.085 1.445 2.32022. Maluku 990 880 1.055 865 1.217 2.32523. Bali 865 1.607 854 1.548 1.295 2.21524. Nusa Tenggara Barat 1.121 1.400 1.545 1.848 1.530 2.49525. Nusa Tenggara Timur 840 1.005 1.860 1.065 1.533 3.33526. Irian Jaya 565 1.015 1.460 1.500 1.220 232027. Timor Timur 475 1.085 1.200 1.170 920 1.707

Jumlah 28.042 44.701 43.946 45.025 46.579 81.0261) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

XIX/98

Page 140: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX – 8A

PELAKSANAAN PENYANTUNAN DAN

PENGENTASAN PARA CACAT MENURUT DAERAH TINGKAT I 1)

1968,1973/74,1978/79,(orang)

1983/84,1 988/89

No.Daerah Tingkat I/

Propinsi 1968

AkhirRepelita I1973/74

AkhirRepelita II1978/79

AkhirRepelita III1983/84

AkhirRepelita IV1988/89

1. DKI Jakarta 1.210 3.100 3.310 11.005 12.1302. Jawa Barat 735 1.990 2.150 8.265 9.8793. Jawa Tengah 1.300 3.400 3.650 15.220 14.7084. D.I. Yogyakarta 525 1.540 1.650 2.720 2.4095. Jawa Timur 830 2.100 2.550 7.920 7.3196. D.I. Aceh 210 450 600 3.310 1.9807. Sumatera Utara 620 1.800 2.000 6.930 5.5348. Sumatera Barat 120 350 340 5.965 3.7029. Riau 120 325 400 2200 1.654

10. Jambi 120 225 300 2.105 1.42211. Sumatera Selatan 520 1.400 1.500 9.530 5.88612. Bengkulu 210 580 600 1.855 1.37413. Lampung 220 650 850 2.615 2.06914. Kalimantan Barat 120 350 400 1.720 1.29315. Katimantan Tengah 80 180 200 1.730 1.43416. Kalimantan Selatan 520 1.400 1.450 4.645 3.77417. Kalimantan Timur 80 200 200 2.110 1.05018. Sulawesi Utara 420 1.200 1.250 3.545 3.76919. Sulawesi Tengah 220 700 800 6.095 4.30520. Sulawesi Selatan 420 1.100 1.250 12.590 6.91321. Sulawesi Tenggara 120 300 400 1.525 1.30922. Maluku 120 300 450 3.490 3.15423. Bali 430 1.100 1.200 3.930 3.16924. Nusa Tenggara Barat 420 1.300 1.400 3.865 3.70025. Nusa Tenggara Timur 310 960 1.000 3.525 3.14026. Irian Jaya - - 1.100 1.84627. Timor Timur 315

Jumlah 10.000 27.000 29.900 129.510 109.237

1) Angka kumulatif lima tahunan untuk kolom yang bertuliskan Akhir Repelita

XIX/99

Page 141: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX – 9PEMBINAAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT (PSM)

MENURUT DAERAH TINGKAT I1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98

(orang)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

XIX/100

Page 142: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX – 9.APEMBINAAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT (PSM)

MENURUT DAERAH TINGKAT I ¹)1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89

(orang)

1) Angka kumulatif lima tahunan untuk kolom yang bertuliskan Akhir Repelita

XIX/101

Page 143: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX – 10.ABANTUAN PAKET SARANA

USAHA KARANG TARUNA MENURUT DAERAH TINGKAT I1989/90, 1990/91, 1991/92, 1992/93, 1993/94

(Karang Taruna)

1) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

XIX/102

Page 144: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX - 10.ABANTUAN PAKET SARANA

USAHA KARANG TARUNA MENURUT DAERAH TINGKAT I ¹)1989/90,1990/91,1991192,1992/93, 1993/94

(Karang Taruna)Repelita V

No. Daerah Tingkat I/Propinsi 1989190 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94

1. DKI Jakarta 42 50 47 55 262. Jawa Barat 199 230 245 270 3313. Jawa Tengah 200 240 240 251 3314. D.I. Yogyakarta 54 56 50 40 365. Jawa Timur 200 240 265 270 3416. D.I. Aceh 140 165 215 166 1717. Sumatera Utara 145 180 226 150 2028. Sumatera Barat 118 118 125 115 1519. Riau 55 50 90 100 71

10. Jambi 50 51 75 71 5611. Sumatera Selatan 80 86 130 160 12512. Bengkulu 49 50 75 115 10013. Lampung 50 56 100 75 8114. Kalimantan Barat 50 57 85 65 5615. Kalimantan Tengah 50 44 70 116 12116. Kalimantan Selatan 75 75 106 79 5617. Kalimantan Timur 50 52 70 70 5618. Sulawesi Utara 49 52 70 70 6619. Sulawesi Tengah 49 45 70 110 10620. Sulawesi Selatan 60 61 130 60 5321. Sulawesi Tenggara 50 48 70 75 9122. Maluku 50 58 75 40 4323. Bali 50 57 76 60 5224. Nusa Tenggara Barat 50 52 75 75 9925. Nusa Tenggara Timur 60 56 75 50 4626. lrian Jaya 50 50 75 80 6727. Timor Timur 50 46 70 65 51

Jumlah 2.125 2.325 3.000 2.853 2.9851) Kegiatan baru dimulai tahun 1989/90

Page 145: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/103

Page 146: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk
Page 147: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

T A B E L X I X - 1 1P E N C A P A I A N H A S I L S A S A R A N P E S E R T A K B B A R U

1 9 9 2 / 9 3 , 1 9 9 3 / 9 4 , 1 9 9 4 / 9 5 - 1 9 9 7 / 9 8(ribu orang)

Akhir RepelitaVlRepelita

No. Wilayah 1992/93 1993/94 1994/95 1995/96 1996/97 1997/98 ¹)

1. Jawa - BaliSasaran Repelita 2.761,1 2.755,9 2.693,4 2.698,0 2.839,7 2.912,7Pencapaian 2.463,5 2.320,9 2.531,3 3.367,9 3.540,7 2.673,6Persemese 89,2% 94,2% 94,0% 124,8% 124,7% 91,8%

2. Luar lawa - Bali I

Sasaran Repelita 1.260,1 1.283,8 1.173,8 1.199,0 1.344,6 1.362,1Pencapaian 1.433,7 1.420,4 1.509,8 1.586,4 1.624,0 1.242,8Persentase 113,8% 110,6% 128,6% 132,3 % 120,8% 91,2%

3. Luar lawa – Bali II

Sasaran Repelita 420,9 437,6 528,8 600,0 554,0 555,5Pcncapaian 468,9 474,6 527,4 589,9 619,0 427,6Persentase 111,4% 108,5% 99,7% 98,3% 111,7% 77,0%

4. Indonesia

Sasaran Repelita 4.442,1 4.477,3 4.396,0 4.497,0 4.738,3 4.830,3Pencapaian 4366,1 4.215,9 4.568.5 5.544,2 5.783,7 4.344,0Persentase 98,3% 942% 103,9% 123,3% 122,1% 89,9%

1) Angka sementara sampai dengan bulan Novemher 1997

XIX/104

Page 148: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX – 11.APENCAPAIAN HASIL SASARAN PESERTA KB BARU

1969/70, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89(ribu orang)

XIX/105

Page 149: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX - 12JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA BARU

MENURUT METODE KONTRASEPSI1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98

(ribu orang)

No.Metode

Kontmsepsi 1992193

AkhirRepelita V

1993/94

Repelita V I

1994/95 1995196 1996q/ 1997/98 ¹)

1. P i l 1.382.3 1.249,0 1,334,1 1.408,8 1.532,8 1.162.731,7% 29,6 % 29,2% 25,4% 26,5% 26,8%

2. I U D 675,5 660,1 642,5 779,7 801,3 543,215,5% 15,7% 14,1% 14,1% 13,9% 12,5%

3. Kondom 83,7 70,2 71,1 69,8 71,5 44,5

1,9% 1,7% 1,6% 1,2% 12% 1,0%

4. Suntikan 1.804,3 1.776,6 1.919,9 2.603,7 2.683,6 2.144,0

41,3% 42,1% 42,0% 47,0% 46,4% 49,4%

5 Lain - lain 126,0 118,2 115,8 110,4 103,2 81,6

2,9% 2,8% 2,5% 2,0% 1,8% 1,9%

6 Implant 294,3 341,8 485,1 571,8 591,3 368,0

6,7% 8,1% 10,6% 10,3% 10,2% 8,5%

Jumlah 4.366,1 4,215,9 4.568,5 5.544,2 5.783,7 4.344,0

100,O% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

1) Angka sementara sampai dengan bulan November 1997

XIX/106

Page 150: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

xIw107

TABEL XIX - 12.AJUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA BARU

MENURUT METODE KONTRASEPSI1969/70,1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89

(ribu orang)

AkhirRepelita I

AkhirRepelita

II

AkhirRepelita

III

AkhirRepelita

IVNo. Metode Kontrasepsi 1969170 1973/74 1978/79 1983/84 1988/89

1 P i 1 14,6 875,1 1.524,5 2.316,2 1.962,427,5% 63,1% 68,8% 44,2% 36,5%

2 I U D 29,0 293,2 405,7 1.424,5

1.152,954,6% 21,1% 18,3% 27,2% 21,4%

3 Kondom - ¹) _ ¹) 176,9 169,5 160,48,0% 3,2% 3,0%

4 Suntikan - 67,5 1.226,0

1.791,03,0% 23,4% 33,3%

5 Lain - lain 9,5 218,2 41,2 110,0 121,117,9% 15,7% 1,9% 2,1% 2,3%

6 Implant 187,53,5%

Jumlah 53,1

1.386,5 2.215,8 5.246,2 5.375,3 100,0 % 100,0 % 100,0 % 100,0 % 100,0 %

1) Digabungkan dengan

Page 151: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/107

Page 152: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

T A B E L X I X - 13PENC APAIAN HASIL SASAR AN PE SERTA KB AKTIF

1992/93,1993/ 94 ,1994 /95- 1997/98

Akhir Repelita VI

Repelita VVNo. Wilayah 1992/93 1993/94 1994/95 1995/96 1996/97 1997/98 ¹)

1. Jawa - BaliSasaran Repelita 13.882,3 14.179,2 14.578,3 14.889,2 16.629.1 16.998,1Pencapaian 13.834,9 14.371,0 15.066,9 15.674,4 16.330,9 17.284,1Persentase 99,7% 101,4% 103,4% 105,3% 98,2% 101,7%

2. Luar Jawa – Bali I

Sasaran Repelita 5.356,0 5.560,2 5.660,0 5.417,0 6.457,4 6.626,4Pcncapaian 5.381,4 5.075,7 5.467,4 6.040,1 6.465,1 6.707,8Persentase 100,5% 91,3% 96,6% 111,5% 100,1% 101,2%

3. Luar Jawa - Bali II

Sasaran Repelita 1.629,1 1.720,6 2.261,7 2.370,6 2551,4 2.623,8Pencapaian 2.162,4 2.039,4 2.298,4 2.488,8 2.710,8 2.765,3Persentase 132,7% 118,5% 101,6% 105,0% 106,2% 105,4%

4. Indonesia

Sasaran Repelita 20.867,4 21.460,0 22.500,0 22.676,8 25.637,9 26.248,3Pencapaian 21.378,7 21.486,1 22.832,7 21.203,3 25506,8 26.757,2Persentase 102,5% 100,1% 101,5% 106,7% 99,5% 101,9%

1) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

XIX/108

Page 153: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX – 13.APENCAPAIAN HASIL SASARAN PESERTA KB AKTIF

1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89 (ribu orang)

1) Sasaran belum dalam bentuk peserta KB aktif

XIX/109

Page 154: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX - 14JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA AKTIF

MENURUT METODE KONTRASEPSI1992/93,1993/94, 1994/95 - 1997/98

(ribu orang)

Akhir Repelita VI

No.Metode

Kontrasepsi 1992/93Repelita

V1993/94

1994/95 1995/96 1996/97

1997/98 ¹)

1. Pil 6.929,4 7.160,1 7.173,6 7.255,3

7.493,334,1% 32,3% 31,4

%29,6% 28,4% 28,0

%2. I U D

5.296,8 5.135,7 5.069,9 5.330,9

5.433,8 5.543,32A,8% 23,9% 22,2

%22,0% 21,3% 20,7

%3. Kondom 435,2 383,7 364,

0354,7 343,5 331,

32,0% 1,8% 1,6% 1,5% 1,3% 1,2%

4. Suntikan 5.745,7

6.283,7 7.056,5 7.860,0 8.634,5

9.330,726,9% 29,2% 30,9

%32,5% 33,9% 34,9

%5. Lain - lain

1.197,6 1.211,0 1.354,6 1.365,9 1.417.2

1.465,45,6% 5,6% 5,9% 5,6% 5,6% 5,5%

6. Implant 1.420,2

1.542,6 1.827,6

2.118,2 2.422.5 2.593,26,6% 7,2% 8,0

%8,8% 9,5% 9,7%

Jumlah 21.378,7

21.486,1 22.832,7 24.203,3 25506,8

26.757,2

100,0% 100,0%

100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

1) Angka sementara sampai dengan Desember 1997

XIX/110

Page 155: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

TABEL XIX - 14.AJUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA AKTIF

MENURUT METODE KONTRASEPSI1968,1973/74,1978/79,1983/84,1988/89

(ribu orang)AkhirRepelita I

AkhirRepelita II

AkhirRepelita III

AkhirRepelita IV

No. Metode Kontrasepsi 1968 1973/74 1978/79 1983/84 1988/89

1 Pil 865,9 3.569,6 7.983,2 9.463,5 51,5% 64,4% 55,4% 50,4%

2 IUD 766,2 1.494,2 3.898,8 4.199,145,6% 27,0% 27,0% 22,4%

3 Kondom 48,5 306,8 708,8 718,62,9% 5,5% 4,9% 3,8%

4 Suntikan 58,3 1.387,6 3.225,3 1,1 % 9,6% 17,2%

5 Lain-lain 112,6 444,1 728,7

- 2,0% 3,1% 3,9%

6 Implant 4 33,4

2,3%

Jumlah 1.680,6 5.541,5 14.422,5 18.768,6

100,0 % 100,0% 100,0 % 100,0%

Page 156: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk

XIX/111

XIX/) I 1

Page 157: bappenas.go.id · Web viewDampak dari kegiatan ini adalah menurunnya angka kesakitan malaria di Jawa - Bali dari 0,2 per 1.000 penduduk pada tahun 1993/94 menjadi 0,1 per 1.000 penduduk