astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · web viewdalam uu republik indonesia no. 23 tahun 1999...

29
PENGARUH GDP PERKAPITA DAN EKSPOR TERHADAP INFLASI TUGAS STATISTIK Oleh LUTFIYANTO NIM : 130231100036 PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Upload: others

Post on 14-Sep-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · Web viewDalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan

PENGARUH GDP PERKAPITA DAN EKSPOR TERHADAP

INFLASI

TUGAS STATISTIK

Oleh

LUTFIYANTO

NIM : 130231100036

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

BANGKALAN 2014

Page 2: astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · Web viewDalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Dalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia,

dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan pembangunan

nasional guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, pelaksanaan

pembangunan ekonomi diarahkan kepada terwujudnya perekonomian nasional

yang berpihak pada ekonomi kerakyatan, merata, mandiri, andal, berkeadilan, dan

mampu bersaing di kancah perekonomian internasional.(Bank Indonesia, Undang-

Undang terkait BI).

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika

jumlah produksi barang dan jasanya meningkat, adanya pertumbuhan ekonomi

merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu negara.

Salah satu tolak ukur pemerintah untuk mengetahui tingkat pertumbuhan

ekonomi (tingkat kesejahteraan) masyarakat adalah pemerintah melihat tingkat

pendapatan per kapita(GDP per kapita) masyarakat. Dimana semakin tinggi

tingkat pendapatan masyarakat maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan

masyrakat,dan sebaliknya jika semakin rendah tingkat pendapatan masyarakat

maka semakin rendah pula tingkat kesejahteraan masyarakat,namun ketika

pendapatan masyarakat semakin tinggi maka tingkat kebutuhan juga akan semakin

tinggi dan harga pasar juga akan tinggi pula hingga secara lambat laun akan

berakibat inflasi

Dimana inflasi adalah naiknya suatu barang secara serentak dan berlangsung

secara terus menerus.

Page 3: astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · Web viewDalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan

BAB II

LANDASAN TEORI

3.1 pengertian Inflasi

Kenaikan harga barang dapat bersifat sementara atau berlangsung terus-

menerus. Ketika kenaikan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama dan

terjadi hampir pada seluruh barang dan jasa maka gejala ini disebut inflasi.

Dengan demikian, inflasi (inflation) adalah kenaikan harga barang-barang yang

bersifat umum dan terus-menerus. Lawan dari inflasi adalah deflasi (deflation),

yaitu kondisi di mana tingkat harga mengalami penurunan terus-menerus.

3.2 pengertian Ekspor

Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan

sistem pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah

disetujui oleh pihak eksportir dan importir. Proses ekspor pada umumnya adalah

tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk

memasukannya ke negara lain.

3.3 pengertian GDP perkapita

merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara.

Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu

negara dengan jumlah penduduk negara tersebut.

A. Hubungan ekspor dan tingkat inflasi

Hubungan ekspor dengan tingkat inflasi sangat signifikan.inflasi merupakan

keadaan menurunnya nilai tukar mata uang secara terus-menerus. Inflasi dapat

terjadi karena tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi, kelebihan liquiditas pasar

yang memicu spekulasi, dan distribusi barang yang tidak lancar.

Pengaruh ekspor terhadap inflasi

Inflasi dipengruhi oleh keadaan ekonomi negeri dan dunia, adanya defisit

anggaran belanja serta kenaikan tarif impor barang luar negeri turut memengaruhi

tingkat inflasi. Dalam bidang perekonomian, inflasi tidak tidak selamanya

Page 4: astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · Web viewDalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan

membawa dampak yang buruk. Adanya inflasi yang terkendali merupakan

dorongan dalam meningkatkan kegiatan perekonomian.

Tingkat inflasi disuatu negara akan berpengaruh pada nilai tukar mata uang

negara yang bersangkutan. Inflasi biasanya ditandai dengan kenaikan harga. Jika

tingkat inflasi masih ringan dan terkendali, dapat meningkatkan pendapatan dan

tingkat investasi masyarakat.

Dalam keadaan ekspor barang, inflasi berdampak pada biaya produksi

barang, inflasi dapat menyulitkan para eksportir dan negara dalam menentukan

kebijakan perekonomian bagi masyarakat. Jumlah penjualan barang ekspor akan

menurun karena kurangnya daya saing yang berakibat kerugian, selain itu,

anggaran devisa negara akan berkurang karena tingkat ekspor barang yang

menurun.

Inflasi dapat menguntungkan bagi produsen apabila pendapatan lebih tinggi

dari pada produksi barang. Akan tetapi jika sebaliknya, produsen akan

menghentikan produksinya jika tidak sanggup mengikuti laju inflasi yang terjadi,

akibatnya kegiatan barang akan lesu bahkan menurun drastis. Untuk mengatasi

laju inflasi yang tidak terkendali, bank sentral wajib mengeluarkan kebijakan

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Bank sentral akan mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik

dan mengandalkan peredaran mata uang dengan suku bunga agar kegiatan ekspor

dapat terus berlangsung. Dengan demikian kesejahteraan masyarakat akan

meningkat.

pemerintah Indonesia juga menempatkan ekspor sebagai salah satu

lokomotif pertumbuhan ekonomi Indonesia.Data dari Statistik Indonesia

menyebutkan bahwa ekspor barang dan jasa penyumbang kedua terbesar bagi

pertumbuhan ekonomi setelah konsumsi privat dengan sumbangan antara 8%-

15% untuk periode 2004-2007.

Setiap tahun pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekspor dalam

mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Untuk tahun

2007, untuk mencapaitarget pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3%, pemerintah

Page 5: astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · Web viewDalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan

mentargetkan pertumbuhan ekspor non-migas sebesar 13,1%. Pada tahun 2008,

dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4%, pemerintah mentargetkan

pertumbuhan ekspor sebesar 11,2%. Agar target ekspor tersebut dapat dievaluasi

dan sekaligus untuk merumuskan upayaupaya antisipasi, identifikasi faktor-faktor

yang mempengaruhi ekspor Indonesia merupakan upaya strategis. Faktor tersebut

secara garis besar dapat dibagi menjadi faktor domestik dan faktor pasar

internasional.

Faktor domestik antara lain mencakup kapasitas produksi, harga di pasar

domestik, dan berbagai kebijakan domestik. Di sisi lain, faktor yang bersumber

dari pasar internasional antara lain mencakup harga di pasar internasional, nilai

tukar, dan sisi permintaan dari negara importir produk Indonesia. Sisi permintaan

negara importir antara lain

kondisi pertumbuhan ekonomi, produk pesaing, serta kebijakan terkait di negara

importir.

Estimasi Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Indonesia

Ekspor komoditas pertanian merupakan salah satu sumber ekspor non

migas. Selama beberapa tahun terakhir ekspor menunjukkan kinerja yang cukup

baik. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai potensi yang besar dalam

upaya meningkatkan kinerja di sektor tersebut. Pendorong ekspor komoditas

pertanian disisi penawaran (supply) lebih pada upaya peningkatan efisiensi

industri, seperti harga BBM, harga bahan baku, kapasitas produksi serta harga dari

komoditas disektor pertanian.

B. GDP perkapita dan Inflasi

Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di

suatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan

nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan

perkapita juga merefleksikan PDB per kapita.

Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan

tingkat pembangunan sebuah negara; semakin besar pendapatan perkapitanya,

semakin makmur negara tersebut.

Page 6: astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · Web viewDalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan

Pendapatan Perkapita Indonesia 2010. Menurut sumber berita dari website

“KOMPAS.com” tertanggal Senin, 7 Februari 2011, mnenyebutkan bahwa

Pendapatan per kapita Indonesia atas dasar harga berlaku pada 2010 tercatat

mencapai Rp 27 juta atau setara dengan 3.004,9 dollar AS. Angka ini naik sekitar

13 persen bila dibandingkan pada 2009 lalu yang mencapai Rp 23,9 juta atau

setara 2.349,6 dollar AS.“Itu, angka nominal PDB sebesar Rp 6.244,9 triliun

dibagi dengan jumlah penduduk pada 2010 yang sebesar 237,6 juta hasilnya

adalah Rp 27 juta per kapita pendapatan per tahun,” kata Kepala BPS Rusman

Heriawan, Senin (7/2/2011).

Inflasi merupakan salah satu penyakit ekonomi di setiap negara. Semua

negara baik negara maju maupun berkembang pasti mengalami apa yang disebut

inflasi, hanya besarannya saja yang berbeda. inflasi (inflation) adalah kenaikan

harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Lawan dari inflasi

adalah deflasi (deflation), yaitu kondisi di mana tingkat harga mengalami

penurunan terus-menerus.

Jenis-jenis inflasi bisa kita bedakan berdasarkan tingkat keparahannya,

penyebabnya dan berdasarkan asal terjadinya.

1.Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya

o Inflasi rendah. Inflasi dikatakan rendah jika kenaikan harga

berjalan sangat lambat dengan persentase kecil, yaitu di bawah

10% setahun.

o Inflasi sedang. Suatu negara dikatakan mengalami inflasi sedang,

jika persentase laju inflasinya sebesar 10% – 30% setahun.

o Inflasi tinggi. Inflasi dikatakan tinggi jika laju inflasinya berkisar

30% – 100% setahun.

o Hiperinflasi. Hiperinflasi dapat terjadi jika laju inflasinya di atas

100% setahun. Apabila suatu negara mengalami hiperinflasi, maka

masyarakat tidak lagi memiliki kepercayaan terhadap uang, mereka

lebih memilih menukarkannya dengan barang tertentu.

Page 7: astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · Web viewDalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan

2 Inflasi Berdasarkan Penyebabnya

Inflasi dapat pula dibedakan berdasarkan penyebabnya, yaitu:

o Demand-pull inflation

o Cost-push inflation

3 Inflasi Berdasarkan Asalnya

Berdasarkan asalnya inflasi dibedakan menjadi berikut ini.

o Inflasi karena defisit APBN. Inflasi jenis ini terjadi sebagai akibat

adanya pertumbuhan jumlah uang yang beredar melebihi

permintaan akan uang.

o Imported inflation. Imported inflation yaitu inflasi yang terjadi di

suatu negara, misalnya beberapa barang di luar negeri yang

menjadi faktor produksi di suatu negara, harganya meningkat,

maka kenaikan harga tersebut mengakibatkan meningkatnya harga

barang di negara tersebut.

D. Penyebab Inflasi

Penyebab terjadinya inflasi secara umum bisa dibedakan menjadi dua, yaitu:

Demand-pullinflation

Bertambahnya ermintaan terhadap barang dan jasa menyebabkan

bertambahnya permintaan faktor-faktor produksi. Meningkatnya

permintaan terhadap produksi menyebabkan harga faktor produksi

meningkat. Jadi, inflasi terjadi karena kenaikan dalam permintaan total

sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full

employment. Inflasi yang ditimbulkan oleh permintaan total yang

berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga dikenal

dengan istilah demand pull inflation.

Cost-pushinflation

Inflasi ini terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga

Page 8: astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · Web viewDalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan

mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut

naik.

C. Hubungan GDP perkapita dengan infalsi

Hubungan diantara GDP perkapita dan inflasi signifikan, dimana ketika

GDP perkapita masyarakat meningkat maka tingkat kebutuhan masyarakat akan

semakin meningkat dengan perlahan-lahan semakin tingginya tingkat kebutuhan

dan pendapatan perkapita masyarakat akan berdampak pada terjadinya inflasi.

Page 9: astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · Web viewDalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Data

Subyek Penelitian

Subyek penelitian, yaitu semua individu yang dikenai generalisasi dari

sampel-sampel yang diambil dalam suatu penelitian. Dari batasan di atas maka

populasi penelitian adalah nilai tukar Rupiah.

Obyek Penelitian

Obyek penelitian yang akan diteliti ialah variable-variabel yang bersifat

independent yang mempengaruhi nilai tukar Rupiah, yaitu :

1. GDP perkapita

2. impor

3. inflasi

Populasi Dan Sampel Penelitian

Populasi adalah yang diminati dalam penelitian, atau kelompok yang akan

dikenakan atau diterapi hasil dari penelitiannya. Sedang sampel adalah bagian dari

populasi yang mewakili pupulasinya. Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder diperoleh data worldbank yang meliputi data GDP perkapita,

ekspor dan inflasi mulai tahun 1970 sampai tahun 2012.

Metode Analisa Data

Dalam penelitian ini menggunakan model Regresi Linier Berganda,

melalui metode ini peneliti berusaha menemukan bentuk atau pola hubungan

antara variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independent. Persamaan

garis regresi dalam penelitian adalah :

Keterangan : Y = α+β1+β2+β3+µ

Harga Statistik sebagai penaksir parameter = constanta +GDP perkapita +ekspor

+ inflasi + resid.

Dalam melaksanakan analisis regresi linier berganda perlu dilakukan terlebih

dahulu pengujian 5 asumsi klasik yang dianggap penting, yaitu zero mean of error

Page 10: astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · Web viewDalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan

disturbance, tidak terdapat multikoliniaritas antar variabel bebas, tidak terjadi

heterokedastisitas, dan tidak terjadi autokorelasi. Dan tidak adanya hubungan

antara u dan variabel bebas.

a. Uji Statistik t

Langkah – langkah Uji t adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Hipotesis

H0 : β1 = 0 : suatu varibel independen tidak berpengaruh secara parsial

terhadap variabel dependen.

Ha : β1 ≠ 0 : suatu varibel independen berpengaruh secara parsial terhadap

variabel dependen.

2. Menghitung nilai thitung

t= 𝛽1se

(𝛽1)

3. Mencari nilai kritis dari ttabel dengan mengetahui nilai df (degree of freedom)

yaitu (n-k).

4. Menentukan taraf nyata (signifikansi level), yaitu α = 0,05

5. Keputusan menolak atau menerima H0 adalah sebagai berikut :

Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Uji Zero Mean of Error Disturbance

Uji Zero Mean of Error Disturbance mempunyai tujuan untuk mengetahui

bahwa nilai rata-rata µ= 0

Uji Multikolinearitas

Mutikolinearitas adalah keadaan suatu variabel-variabel independent

dalam persamaan regresi mempunyai korelasi (hubungan) yang erat satu dengan

sama lain. Jika terdapat multikolineritas sempurna akan berakibat koefisien

regresi tidak dapat ditentukan, serta standar deviasi akan menjadi tidak terhingga

meskipun terhingga memiliki standar deviasi yang besar. Hal ini mengakibatkan

populasi dari koefisien tidak dapat diinterpretasikan secara tepat. Untuk

Page 11: astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · Web viewDalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan

mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dengan

melihat probability t statistik. Jika ada yang signifikan dan nilai R squared tinggi

maka merupakan gejala terkena hetero selanjutnya harus menganalisis matrik

korelasi antar variabel bebas. Jika silang antar variabel bebas terdapat nilai lebih

dari 0,8 maka terindikasi multikolinearitas.

Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas biasa ditemukan pada data Cross-sectional yaitu

pengamatan yang dilakukan pada individu yang berbeda pada saat yang sama. Uji

heterokedastisitas yang dipergunakan adalah menggunakan teknik uji white 1.

Yaitu dengan menggunakan variabel bebas yang asli, variabel bebas yang

dikuadratakan dan variabel interaksi yakni perkalian antar variabel bebas.

Kemudian dari hasil regresi uji white perlu dilihat probability chi squared jika

signifikan maka teridentifiaksi heterokedasitas.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah menguji hubungan yang terjadi di antar anggota-

anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu.

Untuk mendeteksi autokorelasi terjadi adalah dengan serial correlation LM test.

Jika probability chi square berada di bawah 0,1 atau resid(-1) atau resid (-2)

berada di bawah 0,1 maka terindikasi autokorelasi.

Uji Tidak Ada Hubungan Antara µ dan Variabel Bebas

untuk menguji bahwa tidak ada hubungan antara u dengan variabel bebas.

Karena antara u dengan variabel bebas tidak boleh terjadi hubungan. Tes ini

dilakukan dengan meregresikan u dengan semua variabel bebas dan jika nilai

probability = 1, maka bisa dipastikan bahwa tidak terjadi hubungan antara u

dengan variabel bebas.

Page 12: astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · Web viewDalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Analisis Hasil Regresi

Dari tabel di atas , maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 80.01922 + 6.24E-13 + (-4.81E-05X2)Berdasarkan persamaan regresi

di atas, nilai konstanta = 80.01922 dan variabel independen: tingkat GDP

perkapita (X1) memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan, sebesar + 6.24E-

13. Dalam artian setiap GDP perkapita naik sebesar 1 persen maka Inflasi akan

naik sebesar + 6.24E-13 satuan. Hal ini sudah sesuai dengan teori dimana ketika

GDP perkapita naik maka nilai inflasi juga akan naik. Variabel impor (X2)

memiliki pengaruh negatif namun positif dan tidak signifikan, sebesar 4.81E-05.

Dengan demikian setiap impor naik sebesar 1 persen maka inflasi akan turun

sebesar 4.81E-05. satuan. Hal ini juga sesuai dengan teori yakni ketika impor

naik maka inflasi akan tinggi dan ketika GDP perkapita naik maka inflasi akan

naik pula. Constanta = 80.01922, Dengan kata lain, jika tidak terjadi perubahan

pada, GDP perkapita dan ekspor maka nilai inflasi akan naik sebesar 80.01922.

Page 13: astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · Web viewDalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan

B. Uji t

Hipotesis untuk menguji pengaruh variabel independen (X1), (X2), secara

parsial terhadap variabel dependen yaitu (Y) dapat dirumuskan:

1. H0: b1 = 0, maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

tidak ada, berarti koefisien variabel independen tidak signifikan.

2. H1: b1 ≠ 0, maka ada pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen, sehingga koefisien variabel independen signifikan.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel GDP perkapita

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap inflasi dengan nilai signifikan

sebesar 0.5283 Sedangkan variabel inflasi mempunyai pengaruh yang tidak

signifikan terhadap nilai tukar Rupiah dengan nilai signifikan sebesar

0.4271Untuk variabel pendapatan nasional juga berpengaruh signifikan terhadap

nilai tukar Rupiah dengan tingkat signifikan sebesar 0,0000.

C. Uji Zero Mean of Error Disturbance

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata µ = 0 atau jika

mendekati 0 maka bisa di asumsikan sebagai 0.

Page 14: astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · Web viewDalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan

D. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melakukan regresi antara

variabel tergantung dengan variabel bebas kemudian melihat pada probability t

statistik. Jika probability t statistik bernilai signifikan hal itu merupakan indikasi

terkena multikolinearitas. Dan juga apabila R-squared tinggi hal itu juga

merupakan indikasi terkena multikol maka harus dilakukan uji korelasi. Dari hasil

uji korelasi dapat dilihat apabila hasil dari variabel yang saling bersilang terdapat

nilai yang tinggi yakni nilai yang lebih dari 0,8 maka positif terkena

multikolinearitas. Namun dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai matrik

korelasi rendah maka dapat diartiakan tidak terjadi multikolinearitas.

Page 15: astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · Web viewDalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan

E. Uji heterokodesitas

Uji heterokedasitas dapat dilakukan dengan meregresikan variabel

tergantung dengan variabel bebas kemudian melakukan uji white. Uji white bisa

dilakukan dengan 3 cara yang pertama Uji white dilakukan dengan meregresikan

residual kuadrat sebagai variabel dependen dengan variabel independen ditambah

dengan kuadrat variabel independen, kemudian ditambahkan lagi dengan

perkalian dua variabel independen. Cara kedua adalah dengan menambahkan

variabel resid sedangkan cara yang ketiga adalah dengan meregresikan residual

kuadrat sebagai variabel dependen dengan variabel hat dan variabel hat kuadrat.

Adapun dalam regresi ini dengan melakukan uji white 1 melalui residual test dan

heterokedasticity test dengan white sistem dari hasil tersebut didapatkan

probability dari obs*R-squared apabila berada di bawah 0,1 maka terkena

heterokedasticity.

Page 16: astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · Web viewDalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan

F. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan dengan meregresikan variabel tergantung dan

variabel bebas kemudian uji dengan serial correlation LM test. Dari hasil tes

tersebut maka diperoleh probability obs*R-squared bernilai signifikan maka hal

tersebut menunjukkan bahwa adanya autokorelasi. Cara mengobati yang pertama

adalah dengan menggunakan log jika dengan log(L) belum bisa disembuhkan

dilanjut dengan menggunakan difference method. (D) Dan dengan menggunakan

difference method gejala autokorelasi bisa terobati karena nilai probabiliti dari

obs*R-squared sudah tidak signifikan lagi.

Page 17: astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · Web viewDalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan

G. Uji Tidak Ada Hubungan antara µ dengan Variabel Bebas

Uji tidak ada hubungan antara µ dengan variabel bebas dapat dilakukan

dengan meregresikan µ dengan variabel bebas dan jika nilai probabilitas bernilai 1

pada semua variabel maka dapat dipastikan bahwa tidak ada hubungan antara µ

dengan variabel bebas.

Page 18: astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · Web viewDalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. GDP perkapita adalah salah satu cara pemerintah untuk mengukur

tingkat kesejahteraan pemerintah, GDP perkapita berpengaruh positif

terhadap inflasi dimana ketika pendapatan masyarakat meningkat secara

bertahap seiring dengan kebutuhan masyarakat akan berdampak pada

inflasi.

2. Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dimana ekspor tersebut

sebagai tingkat pertumbuhan ekonomi, ekspor berpengaruh negatif dengan

inflasi dimana ketika ekspor meningkat maka inflasi akan menurun,

namun ketika ekspor menurun inflasi meningkat dimana lebih besar biaya

produksi ( ekspor ), sebab tidak ada daya saing dari perusahaan lain.

Page 19: astrisilfianingsih.files.wordpress.com  · Web viewDalam UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan pelaksanaan

DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi, Pendidikan Nasional versus Kemiskinan dalam Esei-esei

Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1999.

J. Sadik,th.2013.Pengantar Ekonomi Makro.Bangkalan. UTM - diakses tanggal

12 Desember 2014.

Mankiw, N Gregory, 2006. Makroekonomi, Jakarta: Erlangga

Mankiw, N Gregory, 2008. Pengantar Ekonomi Makro, Jakarta