· web viewdalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang...

95
BAB 17 PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

Upload: others

Post on 10-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

BAB

PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

Page 2:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

17

Page 3:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan
Page 4:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

BAB 17

PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN

A. UMUM

I. PENDAHULUAN

Kota adalah suatu wilayah geografis tempat bermukim sejumlah penduduk dengan tingkat kepadatan yang relatif tinggi, dengan kegiatan utamanya di sektor nonpertanian. Masyarakat kota, selain terdiri atas penduduk asli daerah tersebut juga pendatang dan merupakan suatu masyarakat yang heterogen, tidak hanya dalam hal mata pencaharian, tetapi juga dalam hal agama, adat, dan kebudayaannya. Kota dapat merupakan satu unit adminis-tratif yang mempunyai organisasi pemerintahan sendiri, seperti pemerintah daerah tingkat I (dati I), dalam hal ini khusus untuk Jakarta, kotamadya yang berstatus daerah tingkat II (dati II) seba-gai ibukota propinsi, dan kotamadya daerah tingkat II lainnya, tetapi dapat pula merupakan bagian dari unit administrasi lain dalam wilayah kabupaten/daerah tingkat II, seperti kota adminis-tratif, kotamadya administratif, kota kecamatan sebagai ibukota kabupaten, dan kota kecamatan.

443

Page 5:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

Berdasarkan ukuran jumlah penduduk, kota diklasifikasikan sebagai megapolitan dengan jumlah penduduk di atas 5 juta, kota raya atau metropolitan dengan jumlah penduduk 1 sampai dengan 5 juta; kota besar dengan. jumlah penduduk 500.000 sampai dengan 1 juta; kota sedang dengan jumlah penduduk 100.000 sampai dengan 500.000; dan kota kecil dengan jumlah penduduk 20.000 sampai dengan 100.000. Kota-kota tersebut dapat mempunyai jangkauan pelayanan atau keterkaitan skala internasional, nasional, wilayah (melayani satu propinsi atau lebih) atau lokal (melayani beberapa kabupaten atau bagian dari sate kabupaten).

Suatu kawasan atau wilayah yang berciri kota dapat melebihi satu wilayah administrasi dan mempunyai satu kota atau lebih sebagai pusatnya, disebut sebagai daerah perkotaan. Kota atau daerah perkotaan dapat membentuk satu sistem karena saling keterkaitannya, baik secara fisik maupun secara sosial ekonomi. Untuk kepentingan perumusan kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan, kota atau daerah perkotaan dibagi atas empat kelompok perkotaan berdasarkan peranan dan fungsi pelayanannya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Keempat kelompok tersebut adalah kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan nasional, kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan wilayah, kota atau daerah perkotaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan lokal, dan kota atau daerah perkotaan lainnya yang mempunyai fungsi khusus dalam menunjang sektor ekonomi tertentu.

Pusat kegiatan nasional adalah daerah perkotaan atau kota yang mempunyai wilayah pelayanan skala nasional, di samping merupakan pintu gerbang bagi keluar masuknya arus barang dan jasa, juga merupakan simpul perdagangan dunia internasional. Daerah tersebut merupakan pusat pelayanan jasa, produksi, dan distribusi serta merupakan simpul transportasi untuk pencapaian beberapa pusat kawasan atau propinsi. Kota metropolitan dan kota besar biasanya termasuk dalam kelompok ini karena kelengkapan sarana dan prasarana yang telah dimilikinya. Adapun pusat

444

Page 6:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

kegiatan wilayah adalah daerah perkotaan atau kota yang mempunyai wilayah pelayanan yang mencakup beberapa kawasan atau kabupaten, merupakan pusat pelayanan jasa, produksi dan distribusi, serta simpul transportasi untuk dan dari kawasan atau kabupaten. Kelompok ini biasanya meliputi kota besar dan kota sedang. Kelompok ketiga adalah pusat kegiatan lokal, yaitu daerah perkotaan atau kota yang mempunyai wilayah pelayanan beberapa kawasan dalam kabupaten dan umumnya merupakan kota sedang atau kota kecil. Kelompok yang keempat adalah daerah perkotaan atau kota yang mempunyai fungsi pelayanan khusus dalam menunjang pengembangan sektor strategis, menunjang pengem-bangan wilayah baru atau penyebaran kegiatan ekonomi dan berfungsi pula sebagai daerah penyangga aglomerasi pertumbuhan pusat kegiatan yang sudah ada. Tujuan pengelompokan tersebut adalah untuk dapat merumuskan kebijaksanaan yang lebih terarah dan sesuai dengan setiap kelompok tersebut.

Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1979 (UU No. 5/79) tentang Pemerintahan Desa disebutkan bahwa desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat, termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berbeda dengan kota, desa mempunyai tingkat kepadatan yang tidak terlalu tinggi dan biasanya kegiatan utamanya adalah di sektor pertanian. Masyarakat desa pada umumnya merupakan masyarakat homogen dalam hal agama, adat, kebudayaan, dan juga dalam mata pencahariannya. Se lanjutnya , sekelompok desa yang memiliki keterkaitan fungsional yang erat, baik secara sosial maupun ekonomi, akan membentuk suatu kawasan atau daerah perdesaan. Pada umumnya desa ini adalah dari kelompok atau tipe desa yang sama dan mempunyai sebuah pusat antardesa.

Desa yang terdapat di Indonesia beragam kondisi, karakteris -tik sosial ekonomi, dan tingkat perkembangannya. Berdasarkan

445

Page 7:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

tingkat perkembangannya, diukur antara lain dari tingkat pendapatan, peran serta masyarakat dalam pembangunan, tingkat kesehatan dan tingkat pendidikan masyarakatnya. Oleh sebab itu, dikenal desa swadaya, desa swakarya, dan desa swasembada baik yang masih berada pada tingkat mula, tingkat madya, maupun yang sudah tingkat lanjut. Berdasarkan potensi dominan yang diolah dan dikembangkan menjadi sumber penghasilan dan lapangan usaha masyarakatnya, desa dapat digolongkan sebagai desa nelayan, desa persawahan, desa perladangan, desa peternakan, desa perkebunan, desa kerajinan atau industri kecil, desa industri sedang dan besar, desa perdagangan, dan sebagainya. Berdasarkan lokasinya, desa dapat dibedakan antara desa yang masih terpencil, terisolasi, desa kepulauan, dan desa yang dekat atau mudah aksesnya ke kota. Hal itu mempengaruhi karakteristik desa dan tingkat perkembangannya.

Untuk perumusan kebijaksanaan pembangunan, desa dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yakni desa cepat berkem-bang, desa potensial berkembang, dan desa tertinggal. Tujuan pengelompokan desa ini adalah untuk dapat merumuskan kebijaksa-naan pembangunan yang lebih terarah dan sesuai dengan setiap kelompok desa tersebut. Desa cepat berkembang . kebanyakan adalah desa yang dekat dengan atau mempunyai akses yang mudah ke kota. Biasanya kegiatan ekonomi masyarakatnya sudah mulai menunjukkan adanya diversifikasi dan tidak semata-mata ber -gantung pada sektor primer atau agraris saja. Masyarakatnya juga sudah mulai menunjukkan perubahan dalam adat dan kebudayaan-nya serta sudah mulai berorientasi pada ekonomi pasar. Kebanyak -an desa cepat berkembang telah mencapai desa swasembada.

Kelompok desa yang kedua adalah kelompok desa potensial berkembang, yaitu desa yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dan pada umumnya kegiatan utama masyarakatnya adalah di sektor primer, yaitu pertanian atau pertambangan. Pada kelompok desa ini diversifikasi kegiatan masih terbatas dan masyarakatnya masih menunjukkan ciri homogen dalam hal adat dan kebudayaannya. Tingkat kegiatan ekonomi pada umumnya

446

Page 8:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

masih subsisten walaupun ada yang sudah menunjukkan gejala berorientasi pasar. Lokasi desa tersebut relatif jauh dari kota atau aksesnya ke kota tidak terlalu mudah. Tingkat perkembangan desa kelompok ini kebanyakan adalah swakarya walaupun ada desa yang telah mencapai tingkat perkembangan swasembada atau masih swadaya.

Kelompok desa yang ketiga adalah desa yang mempunyai masalah khusus atau keterbatasan tertentu, seperti keterbatasan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan aksesibilitas terbatas ke pusat-pusat permukiman lainnya. Hal tersebut telah menyebab -kan terjadinya kemiskinan di desa itu serta kondisinya relatif tertinggal dari desa lainnya dalam mengikuti dan memanfaatkan hasil pembangunan nasional dan daerah. Kelompok desa ini disebut sebagai kelompok desa tertinggal. Kelompok ini akan didorong secara khusus untuk mencapai tingkat perkembangan yang lebih tinggi.

Pembangunan perkotaan dan perdesaan perlu dilakukan secara terpadu, dengan meningkatkan peran serta, pengembangan prakarsa dan swadaya gotong-royong masyarakatnya. Sesuai dengan amanat Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993, pembangunan dilaksanakan oleh masyarakat dan Pemerintah. Dalam hal ini masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan Pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang. Selanjutnya, sebagai perwujudan Wawasan Nusantara, pembangunan perkotaan dan perdesaan d ise lenggarakan dengan memperhatikan tingkat pengembangan dan penyerasian laju pertumbuhan antara daerah perkotaan dan daerah perdesaan.

Sejak Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama (Repelita I) sampai dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima (Repelita V), perkembangan dan dinamika kota terasa makin menonjol. Peran perkotaan menjadi semakin penting sebagai pusat kegiatan dan sekaligus pendorong pembangunan daerah dan nasional, pusat modernisasi dan inovasi teknologi, pusat kegiatan

447

Page 9:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

sosial budaya, pendidikan dan kesenian, dan pintu keterkaitan dengan dunia luar dan wilayah lainnya. Peranan perdesaan dalam pembangunan nasional telah pula terlihat jelas. Hasil pembangunan di perdesaan yang sebagian besar masih didominasi oleh sektor pertanian telah mampu mengubah status bangsa Indonesia dari pengimpor beras terbesar di dunia menjadi suatu bangsa yang berhasil mencapai swasembada pangan sejak tahun 1984.

Dalam pelaksanaan pembangunan nasional dan daerah, perko-taan dan perdesaan saling melengkapi dan membentuk satu sistem yang saling terkait. Keterkaitan antara perdesaan dan perkotaan terlihat dalam penyediaan bahan pokok, fasilitas dan pelayanan dasar, penyediaan bahan baku, serta bahan setengah jadi dan sumber daya manusia untuk industri dan kegiatan ekonomi lainnya. Hubungan timbal balik yang saling menguntungkan ini merupakan dasar bagi pertumbuhan yang serasi antara desa dan kota.

Dengan memperhatikan karakteristik kota dan desa, setiap pelaksanaan pembangunan di daerah perkotaan dan perdesaan akan berbeda sesuai dengan ciri dan permasalahan yang ada. Keragaman ini membutuhkan cara pengelolaan pembangunan yang lebih terkoordinasi dan lebih terpadu berdasarkan karakteristiknya. Kedua hal ini akan menjadi ciri yang penting dalam pelaksanaan pembangunan di perkotaan dan perdesaan. Keserasian dan keterpaduan dalam pembangunan sektor di daerah perkotaan dan perdesaan diperlukan untuk menjamin efektivitas usaha pencapaian sasaran pembangunan.

Pada awal Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I) orientasi pembangunan masih bertumpu pada usaha pencapaian sasaran sektoral. Kota dan desa dianggap belum menunjukkan gejala yang memerlukan penanganan secara khusus. Sejalan dengan keberhasilan pembangunan sektoral, dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun Keempat (Repelita IV) mulai terlihat gejala yang menuntut perhatian pada dimensi ruang dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, khususnya daerah perkotaan dan perdesaan.

448

Page 10:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

Kondisi yang kurang mendukung di daerah perdesaan telah mendorong perpindahan masyarakat desa ke kota. Keterbatasan lapangan pekerjaan dan keterbatasan lahan usaha serta sarana dan prasarana pelayanan dasar di perdesaan mengakibatkan terjadinya migrasi ke kota-kota. Hal ini membawa dampak, baik bagi daerah perkotaannya sendiri maupun bagi daerah perdesaan. Penyediaan sarana dan prasarana di perkotaan selalu terlambat mencukupi kebutuhan yang meningkat pesat dengan adanya migrasi penduduk tersebut. Keterbatasan lapangan kerja di daerah perkotaan menye-babkan pengangguran tenaga kerja produktif dan meningkatnya sektor informal. Kesenjangan tingkat kehidupan masyarakat perdesaan dan perkotaan, serta antargolongan di perkotaan, seperti yang terlihat dari perbedaan tingkat upah, ketersediaan dan akses terhadap pelayanan dasar, dan ketersediaan dalam jumlah dan jenis lapangan kerja masih belum terselesaikan. Ketiga hal tersebut telah turut mengakibatkan rendahnya produktivitas dan terjadinya kemiskinan di daerah perkotaan dan di daerah perdesaan.

Sebagai bagian dari pembangunan daerah, pembangunan perkotaan dan perdesaan memerlukan perhatian yang lebih besar dan khusus. Permasalahan yang timbul baik di perkotaan dan perdesaan adalah saling terkait, dan makin sulit untuk ditangani berdasarkan sektor-sektor secara tersendiri. Perkotaan dan perdesaan merupakan suatu kesatuan yang memerlukan penge-lolaan pembangunan secara terpadu dan terkait. Hal ini menuntut adanya penyempurnaan dalam penyelenggaraan pembangunan sektoral dengan memperhatikan keterkaitan antara kota dan desa. Keterkaitan sosial dan ekonomi antara perkotaan dan perdesaan merupakan landasan dalam perumusan kebijaksanaan pembangunan perkotaan dan perdesaan dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II). Selanjutnya, kebijaksanaan pembangunan perkotaan dan perdesaan dalam bab ini akan mencakup pokok kebijaksanaan yang penting, yang akan dijabarkan secara lebih terinci dalam bentuk program-program yang dilaksanakan oleh tiap-tiap sektor, yang terurai dalam bab sektor yang bersangkutan, secara terpadu dan terkait sate dengan yang lainnya.

449

Page 11:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

II. PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN DALAM PJP I

Pembangunan dalam PJP I telah menghasilkan berbagai hal yang menggembirakan dan merupakan modal bagi pembangunan selanjutnya.

Laju pertumbuhan penduduk telah menurun secara berangsur, yaitu menjadi 1,97 persen dalam dasawarsa 1980-1990. Sebaliknya, penduduk perkotaan dalam dasawarsa tersebut telah meningkat dengan laju rata-rata 5,5 persen per tahun. Ini merupakan salah satu angka laju pertumbuhan penduduk perkotaan yang tertinggi di dunia. Jumlah penduduk perkotaan telah meningkat dari 32,8 juta jiwa pada tahun 1980 menjadi 55,9 juta pada tahun 1990, dan pada akhir Repelita V mencapai 64,4 juta jiwa. Dalam kurun waktu yang sama, jumlah penduduk daerah perdesaan bertambah dengan laju pertumbuhan rata-rata 0,8 persen per tahun. Jumlah penduduk perdesaan meningkat dari 114,5 juta pada tahun 1980 menjadi 123,9 juta jiwa pada tahun 1990 dan mencapai 124,8 juta jiwa pada akhir Repelita V.

Berkat usaha pembangunan yang berlangsung selama ini, kesejahteraan masyarakat telah meningkat. Hal ini terlihat dalam bidang kesehatan dan pendidikan, yang telah meningkatkan indeks mutu hidup yaitu angka gabungan dari angka kematian bayi, usia harapan hidup, dan tingkat melek huruf, baik di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan. Penduduk perkotaan yang hidup di bawah garis kemiskinan menurun dari 38,8 persen dari seluruh jumlah 450

Page 12:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

penduduk perkotaan pada tahun 1976 menjadi 16,8 persen dalam tahun 1990. Penduduk miskin di daerah perdesaan pada waktu yang sama berkurang jauh lebih cepat daripada di daerah perkotaan, yaitu dari 40,4 persen dari seluruh jumlah penduduk perdesaan menjadi 14,3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pengentasan masyarakat dari kemiskinan di perkotaan dan di perdesaan telah menunjukkan hasil yang menggembirakan walaupun penurunan jumlah penduduk miskin di perkotaan ber-

Page 13:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

langsung dengan tingkat kecepatan yang lebih lambat dibandingkan dengan daerah perdesaan.

Berbagai kegiatan sektor ekonomi dalam kurun waktu 1975-1990 telah menunjukkan perubahan yang berarti dan perekonomian nasional bergeser ke arah struktur ekonomi yang bertumpu pada sektor industri dan jasa; umumnya sektor tersebut berlokasi di daerah perkotaan. Dalam kurun waktu tersebut pangsa industri secara nasional meningkat dari 9,6 persen menjadi 19,1 persen. Seiring dengan meningkatnya pangsa sektor industri, pangsa sektor jasa secara nasional juga menunjukkan peningkatan dari 50,5 persen menjadi 54,8 persen. Sementara itu, kontribusi sektor pertanian terhadap ekonomi nasional, yang umumnya dihasilkan di daerah perdesaan, mengalami penurunan, yaitu dari 40 persen menjadi 26,1 persen.

Dalam PJP I dari seluruh angkatan kerja, yaitu penduduk yang berusia 10 tahun ke atas, proporsi terbesar masih terdapat di perdesaan. Dalam kurun waktu 1982-1991, jumlah angkatan kerja di perdesaan menunjukkan kenaikan sebesar 2 persen rata-rata per tahun, walaupun dilihat dari proporsinya terhadap jumlah total penduduk mengalami penurunan. Kualitas angkatan kerja berdasarkan tingkat pendidikan di perdesaan telah menunjukkan perbaikan. Jumlah angkatan kerja yang berpendidikan dasar dan menengah meningkat dari sekitar 16,8 juta orang pada tahun 1982 menjadi 31,1 juta orang pada tahun 1991. Angkatan kerja berpendidikan tinggi telah bertambah dari sekitar 123.000 orang menjadi sekitar 366.000. Angkatan kerja perkotaan untuk periode waktu 1982-1991 telah tumbuh dengan rata-rata 10 persen per tahun. Jumlah angkatan kerja berpendidikan dasar dan menengah meningkat dari sekitar 7 juta menjadi 14,7 juta orang, sedangkan angkatan kerja yang berpendidikan tinggi telah meningkat dari sekitar 388.000 menjadi 1,2 juta orang. Peningkatan kualitas angkatan kerja ini tidak terlepas dari program pendidikan dan keterampilan yang telah dilakukan.

451

Page 14:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

Investasi pemerintah dalam berbagai sektor ekonomi di perko-taan dan perdesaan telah semakin meningkat dari tahun ke tahun dan memberikan hasil yang menggembirakan. Tingkat pelayanan kota makin dapat dirasakan oleh hampir semua lapisan masyarakat, terutama oleh penduduk berpenghasilan menengah dan rendah, serta penduduk miskin di perkotaan. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan penyediaan prasarana dasar dan permukiman di perkotaan, antara lain melalui program perbaikan kampung dan fasilitas kredit pemilikan rumah, KPR-BTN. Program perbaikan kampung secara nasional telah memberikan manfaat kepada lebih kurang 15 juta jiwa dalam bentuk perbaikan lingkungan tempat tinggal, dan fasilitas KPR-BTN telah mencakup pembangunan sekitar 875.700 unit perumahan yang tersebar di berbagai kota.

Sebagian besar penduduk perkotaan telah menikmati pelayanan air bersih, yaitu sekitar 65 persen dari total penduduk perkotaan pada akhir Repelita IV meningkat menjadi sekitar 70 persen pada akhir Repelita V. Jumlah kota yang sudah terlayani dalam pengelo-laan persampahan sampai dengan akhir Repelita V mencapai sebanyak 492 kota, sedangkan untuk pelayanan air limbah dan drainase masing-masing mencapai 337 kota dan 242 kota.

Demikian pula pemenuhan kebutuhan dasar penduduk perdesaan telah meningkat. Cakupan pelayanan sarana air bersih di perdesaan telah meningkat dari sekitar 30,5 persen penduduk desa pada akhir Repelita IV menjadi 55 persen pada akhir Repelita V. Jumlah desa yang telah memperoleh pelayanan listrik bertambah dari 2.244 desa pada tahun 1978 menjadi 25.803 desa pada tahun 1992. Program pemugaran perumahan telah pula dilakukan di daerah perdesaan, yang pada tahun 1972 dilaksanakan di 900 desa mencakup 32.746 rumah, dan terus berkembang menjadi 20.000 desa mencakup 240.000 rumah pada tahun 1992. Di samping itu, fasilitas lainnya telah pula dikembangkan, meliputi berbagai prasarana perekonomian berupa los pasar desa, tempat pelelangan ikan, gudang/lumbung desa, prasarana dan sarana irigasi

452

Page 15:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

perdesaan, serta prasarana dan sarana penyehatan lingkungan, sekolah dasar dan puskesmas/puskesmas pembantu.

Pembangunan prasarana kesehatan dan pendidikan dasar tersebar merata di seluruh daerah, baik perkotaan maupun perdesaan. Jumlah puskesmas pada akhir Repelita I adalah 2.343 buah untuk melayani seluruh kecamatan. Pada tahun 1992/93 jumlah puskesmas meningkat menjadi 6.277 buah, ditambah pula dengan puskesmas pembantu yang berjumlah 18.946 buah tersebar di desa-desa. Jumlah bangunan SD pada tahun 1972 adalah sebesar 65.950 buah dan meningkat menjadi 148.457 buah pada tahun 1992.

Dalam PJP I perhatian yang makin besar diberikan terhadap pengelolaan lingkungan dan konsep pembangunan berwawasan lingkungan demi pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini dicerminkan dengan dilaksanakannya berbagai program untuk pelestarian lingkungan seperti perlindungan sumber daya kelautan, kehutanan, pengelolaan wilayah konservasi dan program kali bersih, program pengembangan energi alternatif demi pelestarian lingkungan seperti energi surya, angin, biomasa dan biogas. Kesadaran lingkungan ini telah berkembang disertai dengan meningkatnya pelibatan masyarakat khususnya dalam pemeliharaan kebersihan dan kelestarian lingkungan.

Dalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan yang dapat digunakan untuk acuan lokasi pembangunan. Konsolidasi tanah telah dilaksanakan di beberapa kota dan telah pula diujicobakan di beberapa daerah perdesaan.

Dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi rakyat di perdesaan, telah dibentuk koperasi unit desa (KUD) pada masing-masing kecamatan yang dibina oleh badan pembimbing dan pelindung KUD. Menjelang akhir Repelita V rata-rata terdapat 2-3

453

Page 16:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

KUD per kecamatan. Untuk mendukung kegiatan ekonomi rakyat di perdesaan telah dibentuk pula lembaga penyalur kredit yang hingga akhir Repelita V telah banyak tersedia dan menjangkau hampir seluruh desa di tanah air. Untuk memberikan akses terhadap perkreditan dan modal usaha yang lebih baik kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perdesaan, di beberapa propinsi telah pula dikembangkan lembaga keuangan/perkreditan desa seperti kredit usaha rakyat kecil (KURK), badan kredit kecamatan (BKK), lembaga perkreditan kecamatan (LPK), lembaga perkreditan desa (LPD), lumbung pitih nagari (LPN), disamping badan kredit desa, bank perkreditan rakyat, dan penyebaran cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI) di tingkat perdesaan.

Sejalan dengan peningkatan usaha pemerintah dalam menum-buhkan ketersediaan sumber pembiayaan pembangunan dan kegiatan masyarakat, partisipasi masyarakat dalam pembangunan telah pula meningkat. Hal ini ditunjukkan, antara lain, dengan perkembangan jumlah dana swadaya masyarakat dalam pembangunan, dalam kaitannya dengan inpres desa, yaitu dari Rp 50,1 miliar rata-rata per tahun (43 persen dari bantuan pemerintah berupa inpres desa) dalam Repelita IV, meningkat menjadi Rp 119 miliar rata-rata per tahun (55 persen dari bantuan pemerintah berupa inpres desa) dalam Repelita V.

Dalam PJP I, pola pendekatan pembangunan yang melibatkan partisipasi dan menumbuhkan inisiatif masyarakat dikembangkan lebih jauh dengan pembentukan lembaga sosial desa (LSD) di tingkat desa, dan unit daerah kerja pembangunan (UDKP) di tingkat kecamatan yang bertujuan untuk membangkitkan dan membina prakarsa masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa. Pada tahun 1980 fungsi LSD dikembangkan dengan memasukkan unsur ketahanan masyarakat sehingga menjadi lembaga ketahanan masyarakat desa (LKMD) sebagai lembaga masyarakat yang membantu pemerintahan desa dalam merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan pembangunan di desa. Di samping itu, sejak tahun 1981 telah dilembagakan

454

Page 17:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

mekanisme perencanaan dari bawah yang dimulai dari musyawarah pembangunan desa di tingkat desa, diskusi UDKP dan rapat koordinasi pembangunan tingkat II.

Sampai akhir Repelita V, 66,2 persen LKMD sudah berfungsi secara aktif. Pelaksanaan program kesejahteraan keluarga (PKK) sampai dengan akhir Repelita V telah memberikan hasil yang menggembirakan, terutama dengan meningkatnya keterampilan dan pengetahuan masyarakat, khususnya wanita. Sementara itu, telah disebarkan pula sejumlah besar tenaga kerja sukarela terdidik (TKST) dan terbentuk kader pembangunan desa (KPD) di seluruh desa, kader konservasi alam dan kelompok pelestari sumber daya alam (KPSA) di beberapa desa yang berfungsi sebagai penggerak, pembina, dan pembimbing masyarakat dalam menumbuhkan dan mengembangkan prakarsa dan keswadayaan masyarakat desa. Di samping itu, dalam dasawarsa 1970-an lahir pula berbagai macam lembaga swadaya masyarakat yang ikut membantu pelaksanaan program pengembangan masyarakat, yang di dalamnya terdapat pekerja sukarela yang langsung berhubungan dengan kelompok masyarakat yang membutuhkan (kelompok sasaran).

Partisipasi masyarakat dan dunia usaha, terutama di daerah perkotaan, sudah makin meningkat, khususnya dalam penyediaan sarana dan prasarana umum seperti angkutan umum, pembangunan jalan, penyediaan air minum, pengelolaan lingkungan, termasuk sampah dan penyediaan perumahan. Khusus untuk pembangunan di bidang angkutan umum, pembangunan jalan dan penyediaan perumahan untuk masyarakat berpendapatan menengah ke atas, sektor swasta makin tangguh dan mampu berpartisipasi dengan dukungan kemampuan keuangan dan manajemen yang mantap. Sektor swasta juga telah mulai memperlihatkan perannya dalam pembangunan di bidang-bidang tersebut untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

455

Page 18:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

Pembangunan selama ini telah mampu meningkatkan jumlah desa maju, yang ditunjukkan oleh makin banyaknya desa swasembada. Sampai akhir Repelita V dari sejumlah 63.920 desa di seluruh Indonesia hanya 2 persen yang masih berstatus desa swadaya, 21 persen desa swakarsa dan 77 persen desa telah termasuk dalam kategori desa swasembada. Selain itu, dari kegiatan program transmigrasi, pemukiman penduduk di daerah baru telah pula menghasilkan jumlah desa baru yang berubah status dari desa transmigrasi menjadi desa definitif. Demikian juga, sebagian desa-desa yang berada di dalam dan di sekitar hutan telah dikembangkan melalui kegiatan bina desa hutan.

Pelaksanaan program pembangunan prasarana kota terpadu (P3KT) di setiap propinsi sangat bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan aparat, baik pusat maupun daerah. Forum koordinasi antarsektor untuk pembangunan perkotaan juga telah terbentuk di pusat dan di daerah. Hingga akhir Repelita V, pembangunan perkotaan dengan pendekatan secara terpadu ini telah dilaksanakan di 19 propins i , dan 8 propinsi lainnya masih dalam tahap persiapan, yaitu Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Timor Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.

Dalam Repelita V untuk daerah perdesaan, pendekatan keter-paduan dilaksanakan melalui program pengembangan kawasan terpadu (PKT) dalam rangka pengentasan kemiskinan yang telah mencapai 7.900 desa di 1.420 kecamatan. Dalam rangka perbaikan lingkungan permukiman di daerah perdesaan, telah dilaksanakan program pembangunan perumahan lingkungan desa terpadu (P2LDT) yang telah mengadakan perbaikan/pemugaran rumah tidak layak huni sekitar 240.000 rumah di sekitar 20.000 desa, serta penyediaan dan rehabilitasi prasarana dan sarana pelayanan primer. Melalui P2LDT telah berhasil pula dilakukan pembinaan sosial kemasyarakatan terhadap keluarga binaan, penanganan permukiman nelayan dan pengembangan konsep pembangunan perdesaan dengan pendekatan keterpaduan.

456

Page 19:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

III. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG PEMBANGUNAN

Selama PJP I perkembangan perkotaan sangat pesat antara lain didorong oleh perkembangan yang cepat di bidang industri dan perdagangan, sehingga terjadi arus urbanisasi yang cukup pesat. Daerah perdesaan juga telah berkembang meskipun tidak secepat wilayah perkotaan. Pembangunan perkotaan dan perdesaan dalam PJP II perlu mendapat perhatian yang lebih besar lagi, sehingga berjalan lebih serasi dan saling menunjang. Untuk itu perlu dikenali berbagai tantangan yang akan dihadapi, di samping berbagai kendala dan peluang yang mempengaruhinya.

1. Tantangan

Walaupun jumlah penduduk miskin di Indonesia telah berku-rang dari sekitar 60 persen dari seluruh penduduk pada tahun 1970 menjadi 15 persen pada tahun 1990, jumlah penduduk miskin secara absolut masih amat besar, yaitu diperkirakan sebesar 27,2 juta orang. Hal ini merupakan masalah pokok yang pertama dalam pembangunan perkotaan dan perdesaan. Penyebab kemiskinan penduduk, baik di kota maupun di desa, adalah rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan serta tingkat kesehatan yang menyebabkan rendahnya kemampuan untuk berusaha atau untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak. Penyebab lainnya adalah kurangnya sarana dan prasarana perhubungan yang menghubungkan suatu kawasan miskin dengan kawasan yang lebih maju sehingga membatasi peluang kawasan miskin tersebut untuk berkembang. Untuk beberapa wilayah tertentu, tidak tersedianya sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan, telah pula mengakibatkan kemiskinan. Dengan demikian tantangan yang dihadapi adalah menanggulangi masalah kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan.

Masalah pokok yang kedua adalah sejalan dengan laju pembangunan yang makin pesat, tuntutan akan peningkatan

457

Page 20:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

kualitas dan kuantitas sumber daya manusia sebagai pelaku utama dalam kegiatan ekonomi makin tinggi. Keterbatasan akan sumber daya manusia yang berkualitas ini berakibat pada rendahnya produktivitas dan rendahnya kesempatan masyarakat daerah perkotaan dan daerah perdesaan untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan, di samping terbatasnya kesempatan dan kemampuan untuk meningkatkan diversifikasi kegiatan perekonomian, khususnya di daerah perdesaan. Sasaran pertumbuhan ekonomi selama Repelita VI, yaitu rata-rata 6,2 persen per tahun, perlu didukung oleh peningkatan kemampuan sumber daya manusia di perkotaan dan di perdesaan. Tantangan yang dihadapi adalah mempersiapkan masyarakat perkotaan dan perdesaan dengan keterampilan dan penguasaan teknologi agar mampu berperan serta secara aktif dalam pembangunan.

Masalah pokok ketiga adalah keterbatasan sumber daya alam, khususnya air dan tanah. Di satu pihak, dengan makin meningkatnya laju pembangunan, sumber daya alam akan makin banyak dibutuhkan. Di pihak lain, pemanfaatannya perlu dilakukan secara berhati-hati dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan. Lahan perkotaan yang makin terbatas akan menyebabkan pembangunan yang melebihi daya dukungnya atau mengakibatkan pemanfaatan lahan pertanian di pinggiran kota. Pemanfaatan sumber daya air, terutama di daerah perkotaan telah mencapai tingkat yang mendekati batas ketersediaannya dan daerah tangkapan airnya sebagian besar telah mengalami degradasi. Limbah, pencemaran air dan tanah merupakan akibat pembangunan yang selanjutnya berdampak negatif bagi pembangunan yang berkelanjutan.

Khusus untuk daerah perdesaan, keterbatasan pengetahuan masyarakat perdesaan dan aparat pemerintah dalam mengarahkan kegiatan pembangunan di perdesaan, dan keterbatasan lahan usaha, yang antara lain disebabkan adanya perubahan penggunaan tanah, mengakibatkan terjadinya perambahan hutan dan perusakan kawas-an lindung. Hal itu juga menyebabkan terjadinya pengusahaan

458

Page 21:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

lahan-lahan miring yang tidak diikuti dengan usaha konservasi lingkungan yang memadai sehingga menimbulkan erosi tanah dan menciptakan lahan kritis. Masalah yang lebih besar lagi adalah perusakan lingkungan hidup yang langsung dirasakan masyarakat perdesaan karena kurangnya pemahaman masyarakat, khususnya pengusaha swasta di sektor pertambangan, perindustrian, kehutan-an dan perikanan tentang pelestarian fungsi lingkungan hidup. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi adalah mengatur penggunaan dan penguasaan tanah, memantapkan kelestarian lingkungan hidup, dan menegakkan hukum bagi pengelolaan sumber daya alam secara bertanggung jawab demi pembangunan yang berkelanjutan di perkotaan dan perdesaan.

Masalah pokok keempat yang perlu diatasi dalam PJP II adalah adanya ketimpangan antarwilayah, antarkota, dan antara desa dan kota serta antargolongan dalam kota dalam tingkat gaji/upah, ketersediaan sarana dan prasarana dasar yang terjangkau, ketersediaan lapangan pekerjaan, ketersediaan bahan-bahan pokok dengan harga yang wajar, nilai tukar barang dan jasa antara desa dan kota, dan sebagainya. Di samping itu, terdapat pula ketimpangan dalam ketersediaan sumber daya alam dan sumber daya manusia, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, yang mengakibatkan tidak meratanya produktivitas wilayah dan selanjutnya makin meningkatkan arus urbanisasi dan belum tuntasnya penyelesaian masalah kemiskinan. Menjadi tantangan pula untuk menyerasikan pembangunan dan menyerasikan perbandingan nilai tukar barang dan jasa di perkotaan dan perdesaan.

2. Kendala

Kendala yang dihadapi dalam pembangunan perkotaan dan perdesaan meliputi keterbatasan kemampuan untuk menyediakan sarana dan prasarana dalam jumlah yang mencukupi dan yang ter -jangkau masyarakat. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan dana dan penguasaan teknologi. Kendala lainnya adalah keterbatasan

459

Page 22:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

sumber daya manusia yang dapat mengelola pelaksanaan pembangunan yang meliputi keterbatasan jumlah, kemampuan serta pemahaman khususnya tentang keterkaitan pembangunan desa dan kota, serta pembangunan yang berwawasan lingkungan; keterbatasan struktur lembaga pemerintahan untuk mengelola pembangunan perkotaan dan perdesaan; serta keterbatasan skala ekonomi daerah perdesaan karena terbatasnya sumber daya.

3. Peluang

Tiga hal yang merupakan peluang utama bagi pembangunan perkotaan dan perdesaan dalam PJP II, disamping hasil yang telah dicapai dalam PJP I adalah lokasi geografis Indonesia yang strate-gic, berkedudukan di khatulistiwa dan terletak pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra serta adanya keanekaragaman sumber daya alam yang masih dapat dimanfaatkan dan sumber daya manusia dalam jumlah yang besar dan merupakan potensi untuk dimanfaatkan.

Indonesia terletak dalam jalur perdagangan dari Eropa dan Asia ke Australia dan mempunyai akses yang baik ke Eropa, Amerika Utara dan. Amerika Selatan, serta ke Australia. Peluang ini sangat penting bagi pembangunan daerah perkotaan sebagai pusat kegiatan industri dan perdagangan dan bagi daerah perdesaan sebagai pusat produksi barang primer dan pusat pengolahan awal dari hasil tersebut.

Potensi sumber alam Indonesia meliputi bahan pertambangan, keanekaragaman hayati, keindahan alam dan lahan yang subur, disamping sumber alam kelautan yang masih perlu dikembangkan. Selain itu, potensi sumber daya manusia Indonesia tidak terbatas pada jumlahnya saja, tetapi juga kekayaan budaya, dengan berbagai ragam adat, tradisi dan kesenian. Hal ini, selain merupakan potensi untuk kepariwisataan, juga sebagai sumber inspirasi dan pemacu semangat dalam pengelolaan dan pelaksanaan pembangunan. Pembangunan sumber daya manusia dalam PJP I

460

Page 23:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

telah menghasilkan peningkatan kualitas angkatan kerja yang memperbesar peluang bagi keberhasilan pembangunan perkotaan dan perdesaan. Selain itu, berbagai hasil pembangunan selama PJP I, seperti yang telah diuraikan di atas, merupakan modal bagi pembangunan yang lebih meningkat dalam PJP II.

IV. ARAHAN, SASARAN, DAN KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN

1. Arahan GBHN 1993

GBHN 1993 memberikan pengarahan tentang pembangunan perkotaan dan perdesaan sebagai berikut.

Pembangunan perkotaan ditingkatkan dan diselenggarakan secara berencana dan terpadu dengan memperhatikan rencana umum tata ruang, pertumbuhan penduduk, lingkungan permukiman, lingkungan usaha dan lingkungan kerja, serta kegiatan ekonomi dan kegiatan sosial lainnya agar terwujud pengelolaan perkotaan yang efisien dan tercipta lingkungan yang sehat, rapi, aman, dan nyaman. Perhatian khusus perlu diberikan pada peningkatan sarana dan prasarana umum yang layak. Keserasian hubungan masyarakat perkotaan dan perdesaan serta antarmasyarakat kota terus diupayakan agar terwujud keserasian kehidupan masyarakat dalam segala aspek kehidupannya.

Pembangunan desa dan masyarakat perdesaan terus didorong melalui peningkatan koordinasi dan peningkatan pembangunan sektoral, pengembangan kemampuan sumber daya manusia, pemanfaatan sumber daya alam dan penumbuhan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat sehingga mempercepat peningkatan perkembangan desa swadaya dan desa swakarya menuju desa swasembada. Kemampuan masyarakat desa untuk berproduksi dan memasarkan hasil produksinya perlu didukung dan ditingkatkan melalui penataan kelembagaan dan

461

Page 24:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

perluasan serta diversifikasi usaha agar makin mampu mengarahkan dan memanfaatkan dana dan daya bagi peningkatan pendapatan dan taraf hidupnya. Pembangunan berbagai sarana dan prasarana perekonomian termasuk koperasi dan lembaga keuangan ditingkatkan agar mampu berperanserta dalam pengembangan ekonomi rakyat serta makin meningkatkan swadaya masyarakat perdesaan dalam pembangunan.

2. Sasaran

a. Sasaran PJP II

Sasaran pembangunan perkotaan dan perdesaan dalam PJP II adalah terwujudnya keserasian dan keseimbangan pembangunan perkotaan dan perdesaan, antara desa dan kota, antardesa dan antarkota dalam rangka pembangunan yang merata, berkeadilan dan berkelanjutan.

b. Sasaran Repelita VI

Dalam mencapai sasaran umum pembangunan perkotaan dan perdesaan dalam PJP TI, sasaran pembangunan perkotaan dan perdesaan dalam Repelita VI adalah meningkatnya secara makin serasi dan seimbang peranan daerah perkotaan dan perdesaan dalam pembangunan nasional dan pembangunan daerah, dengan meningkatnya otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab; mantapnya keterkaitan, baik fisik maupun sosial ekonomi, antara daerah perkotaan dan perdesaan; tercapainya keseimbangan pertumbuhan pembangunan antarwilayah, kawasan, desa dan kota; serta mantapnya lembaga perekonomian di perkotaan dan perdesaan dalam menciptakan struktur perekonomian yang lebih kukuh. Seiring dengan itu, sasaran lainnya adalah meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan; meningkatnya taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat termasuk semakin berkurangnya jumlah penduduk miskin dan desa tertinggal baik di perkotaan maupun di perdesaan;

462

Page 25:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

serta meningkatnya mutu lingkungan hidup -- baik lingkungan fisik, sosial maupun ekonomi -- di wilayah perkotaan dan perdesaan sehingga mendukung pembangunan berkelanjutan.

3. Kebijaksanaan

Dalam upaya mencapai sasaran pembangunan perkotaan dan perdesaan akan dikembangkan berbagai kebijaksanaan dengan menyelenggarakan pembangunan secara terpadu dengan menciptakan keterkaitan sosial ekonomi yang serasi dan seimbang antara desa dan kota sehingga mampu memperkecil ketimpangan-ketimpangan antardesa, antarkota, antara desa dan kota, dan antargolongan masyarakat di kota; meningkatkan pelaksanaan desentralisasi dan pengembangan otonomi daerah melalui pemantapan kelembagaan dan kemampuan pendanaan pemerintah daerah; serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia di daerah perkotaan dan perdesaan, khususnya bagi penduduk miskin, melalui peningkatan akses dalam memperoleh pelayanan sosial ekonomi dan melalui peningkatan pendidikan dan keterampilan, sehingga mampu meningkatkan nilai tambah atas hasil produksinya, dan dalam memasuki pasar tenaga kerja. Kebijaksanaan lainnya adalah meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam yang lebih efisien melalui penyusunan rencana tata ruang kota dan kawasan yang berkualitas yang dijabarkan ke dalam rencana tata guna tanah dan air beserta prosedur pelaksanaannya, menanamkan kesadaran lingkungan hidup yang lebih tinggi pada seluruh lapisan masyarakat dan dunia usaha; serta meningkatkan kemitraan dengan melibatkan masyarakat dan swasta pengusaha sehingga mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan pembangunan di perkotaan dan perdesaan.

463

Page 26:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

B. PEMBANGUNAN PERKOTAAN

I. PENGANTAR

Selama PJP I banyak kemajuan yang telah dicapai dalam pembangunan perkotaan, yang ditandai dengan makin meningkatnya kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat di perkotaan. Namun, bersamaan dengan kemajuan tersebut masih pula dihadapi berbagai permasalahan, terutama dalam mempersiapkan seluruh masyarakat Indonesia menuju era tinggal landas dalam PJP II, khususnya Repelita VI.

Masalah yang harus segera mendapat perhatian adalah kemiskinan di perkotaan, keterbatasan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dan alam, penurunan kualitas lingkungan kota, serta kesenjangan tingkat pelayanan antarkota, antara kota dan desa, serta antardesa. Dengan demikian, tantangan utama dalam pembangunan perkotaan adalah menyelesaikan masalah kemiskinan, mempersiapkan masyarakat kota agar mampu berperan serta aktif dalam pembangunan, memelihara lingkungan perkotaan yang sehat, mengatur pengelolaan lahan dan memanfaatkan sumber daya alam secara efisien, serta menyerasikan pembangunan perkotaan dan pembangunan perdesaan.

Dalam upaya pembangunan perkotaan dihadapi berbagai kendala, terutama di antaranya adalah keterbatasan sumber daya alam, seperti sumber air dan lahan perkotaan yang makin terbatas, keterbatasan kemampuan sumber daya manusia dan sumber dana untuk menyediakan sarana dan prasarana yang mencukupi dan terjangkau masyarakat serta keterbatasan struktur lembaga pemerintahan untuk mengelola perkotaan.

Di sisi lain, ada berbagai peluang yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan dalam pembangunan perkotaan sebagai hasil pembangunan dalam PJP I, yaitu ketersediaan tenaga kerja yang terampil yang makin banyak dan makin baik kualitasnya, ketersediaan prasarana pendukung kegiatan ekonomi, serta perangkat organisasi dan potensi masyarakat/dunia usaha yang makin berkembang.

464

Page 27:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

II. SASARAN DAN KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN

1. Sasaran

a. Sasaran PJP II

Sasaran pembangunan perkotaan pada akhir PJP II meliputi terwujudnya keserasian dan keseimbangan pembangunan antara desa-kota, antardesa dan antarkota; terwujudnya masyarakat kota yang sejahtera secara merata; teratasinya masalah kemiskinan di perkotaan; dan terwujudnya lingkungan perkotaan yang sehat serta lestari.

Selama PJP II berbagai kebijaksanaan dan program pembangunan perkotaan diarahkan untuk mewujudkan perekonomian kota yang mantap disertai dengan tingkat produktivitas kota yang tinggi, ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang memadai, yaitu tenaga kerja terampil, didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana ekonomi kota, serta ditunjang oleh pola hubungan usaha yang saling menguntungkan antara sektor informal, pengusaha kecil, menengah, dan besar.

b. Sasaran Repelita VI

Dalam Repelita VI berbagai sasaran tersebut diupayakan untuk dicapai secara bertahap, yang kemajuannya ditandai dengan terselenggaranya pengelolaan pembangunan perkotaan yang lebih efektif dan efisien dalam pemanfaatan sumber daya alamnya, mengacu pada rencana tata ruang kota yang berkualitas, termasuk pengelolaan administrasi pertanahan yang lebih tertib dan adil, dan ditunjang oleh kelembagaan pemerintah yang makin siap melaksanakan otonomi daerah; makin mantapnya kemitraan pemerintah daerah dengan masyarakat dan dunia usaha dalam pelaksanaan pembangunan perkotaan, baik melalui organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya maupun pengusaha

465

Page 28:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

perseorangan; meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan oleh meningkatnya pendapatan per kapita dan kualitas hidup penduduk yang makin merata; berkurangnya jumlah penduduk miskin di perkotaan; serta meningkatnya kualitas fisik lingkungan di perkotaan sesuai dengan baku mutu lingkungan.

2. Kebijaksanaan

Untuk mewujudkan amanat GBHN 1993 serta mencapai berbagai sasaran di atas, kebijaksanaan pembangunan perkotaan dalam Repelita VI meliputi mengembangkan dan memantapkan sistem perkotaan; meningkatkan kemampuan dan produktivitas kota; meningkatkan kemampuan sumber daya manusia; memantapkan kelembagaan dan kemampuan keuangan perkotaan; melembagakan pengelolaan pembangunan yang terencana dan terpadu; memantapkan perangkat peraturan pendukung pembangunan perkotaan; serta meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan sosial ekonomi perkotaan.

a. Mengembangkan dan Memantapkan Sistem Perkotaan

Pengembangan sistem perkotaan diarahkan untuk memantapkan fungsi kota dan keterkaitannya secara fungsional dan spasial agar dapat berfungsi optimal dalam penyediaan pelayanan sosial-ekonomi dalam kota dan untuk kawasan di sekitarnya. Untuk itu, daerah perkotaan atau kota dibedakan berdasarkan peranan dan fungsi pelayanannya, yakni daerah perkotaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal dan kota-kota atau daerah perkotaan yang mempunyai 466

Page 29:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

fungsi khusus dalam menunjang pengembangan sektor strategis dan pengembangan wilayah baru. Hal ini ditetapkan untuk menunjang pencapaian efisiensi pembangunan dalam upaya meningkatkan daya dukung kota, penyebaran konsentrasi kegiatan ekonomi, dan pengendalian urbanisasi. Agar langkah kebijaksanaan pengembangan sistem kota dapat diwujudkan dan

Page 30:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

dengan mempertimbangkan efisiensi pendanaan, ditentukan kota-kota strategis yang menjadi prioritas untuk ditangani dalam Repelita VI. Kota strategis yang menjadi prioritas tersebut diberikan dalam Tabel 17-1.

Kebijaksanaan pengembangan sistem kota meliputi upaya menyelenggarakan pembangunan perkotaan dengan mempertim-bangkan peranan dan fungsi kota serta keterkaitannya dalam menunjang kawasan yang mempunyai potensi ekonomi tinggi dalam sektor strategis; mendukung penyebaran kegiatan ekonomi sekaligus sebagai penyangga aglomerasi pertumbuhan ekonomi di kawasan perkotaan yang sudah berkembang cepat; menunjang pengembangan wilayah baru, dan memantapkan stabilitas dan pertahanan keamanan; serta mengarahkan pengembangan kota dengan pemberian insentif yang menarik, penyederhanaan prosedur investasi, dan peningkatan pelayanan prasarana pendukung ekonomi kota.

b. Meningkatkan Kemampuan dan Produktivitas Kota

Peningkatan kemampuan dan produktivitas kota diselenggara-kan guna menjamin pelaksanaan fungsinya sebagai pusat kegiatan ekonomi secara lebih efektif dan efisien, dan sekaligus meningkatkan daya dukung perkotaan dalam menghadapi arus urbanisasi yang makin besar.

Kebijaksanaan pembangunan perkotaan dalam upaya peningkatan kemampuan dan produktivitas kota selama Repelita VI adalah mengembangkan kemampuan pemerintah daerah di kota, terutama kota besar dan metropolitan, untuk melaksanakan investasi pembangunan secara mandiri; meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembangunan prasarana dan sarana perkotaan yang terjangkau oleh masyarakat, khususnya masyarakat berpendapatan rendah; merangsang perkembangan ,

investasi di sektor ekonomi yang merupakan sektor andalan melalui pembentukan sentra produksi serta penyediaan sarana dan

467

Page 31:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

TABEL 17-1KOTA-KOTA STRATEGIS DALAM PJP II

KHUSUSNYA REPELITA VI

Jumlah Penduduk 1) Pertumbuhan Penduduk

Kota Strategic 2)Akhir

Repelita VAkhir

Repelita VIAkhirPJP II Repelita VI

1993/94 1998/99 2018/2019 1980-1990 1993/94-1998/99(jiwa) (jiwa) (jiwa) (%) (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

A. METROPOLITAN 3)1 Jakarta 15.524.000 20.000.000 33.000.000 5,80 5,202 Surabaya 3.987.000 4.987.000 9.882.000 4,80 4,803 Bandung 3.791.000 4.657.000 9.724.000 4,60 4,204 Medan 2.557.000. 3.141.000 5.146.000 4,80 4,205 Semarang 1.401.000 1.608.000 2.534.000 2,80 2,808 Yogyakarta 1.310.000 1.481.000 1.846.000 7,80 2,207 Palembang 1.287.000 1.529.000 2.708.000 3,90 3,508 Malang 1.254.000 1.563.000 2.904.000 5,00 4,509 Tegal 1.191.000 1.520.000 2.815.000 8,80 5,00

10 Ujungpandang 1.164.000 1.423.000 '2.897.000 4,10 4,1011 Surakarta 1.091.000 1.302.000 2.239.000 3,90 3,80

B. BESAR 4)1 Cirebon 985.000 1.142.000 2.023.000 2,60 3,002 Kediri 770.000 948.000 1.709.000 5,60 4,203 Banjarmasin 834.000 764.000 1.379.000 3,90 3,804 Pekalongan 828.000 782.000 1.527.000 5,10 4,505 Padang 575.000 728.000 1.473.000 5,00 4,806 Bdr. Lampung 548.000 651.000 1.119.000 4,30 3,50

C. SEDANG 5)1 Denpasar 497.000 714.000 1.489.000 8,50 7,502 Pontianak 485.000 593.000 1.262.000 4,10 4,103 Kudus 461.000 617.000 1.170.000 7,90 6,004 Pekanbaru 429.000 574.000 1.198.000 6,40 8,005 Tasikmalaya 425.000 505.000 895.000 4,10 3,506 Samarinda 418.000 567.000 1.366.000 8,30 6,30

7 Manado 407.000 495.000 938.000 3,60 4,008 Pasuruan/

Probolinggo 399.000 481.000 853.000 4,00 3,809 Jambi 385.000 518.000 1.077.000 6,90 8,00

10 Madiun 385.000 437.000 682.000 2,70 2,6011 Purwokerto 375.000 478.000 951.000 6,00 5,0012 Balikpapan 357.000 435.000s 858.000 4,00 4,00

13 Mataram 350.000 415.000 785.000 3,60 3,50

468

Page 32:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

(1) (2)(3) (4)

(5) (6)

14 Serang 326.000 432.000 946.000 6,80 5,8015 Jember 309.000 349.000 529.000 2,70 2,5016 Garut 293.000 340.000 579.000 3,20 3,0017 Pematang Siantar 285.000 330.000 541.000 3,40 3,0018 Kisaran/Tg Balai 265.000 354.000 640.000 8,50 6,00

19 Ambon 252.000 327.000 683.000 6,20 5,4019 Cilacap 227.000 259.000 407.000 2,90 2,6020 Bengkulu 218.000 335.000 755.000 16,30 9,0021 Klaten 211.000 245.000 413.000 4,90 3,0022 Karawang 210.000 282.000 647.000 7,10 6,0023 Palu 204.000 286.000 702.000 8,70 7,0024 Banda Aceh 179.000 240.000 501.000 7,10 6,0025 Kupang 162.000 202.000 415.000 4,90 4,5026 Jayapura 150.000 190.000 397.000 4,80 4,8027 Batam 147.000 259.000 754.000 16,40 12,0028 Pangkal Pinang 138.000 160.000 283.000 3,80 3,0029 Lhokseumawe 134.000 180.000 394.000 9,80 6,0030 Kendari 130.000 190.000 486.000 9,10 8,0031 Sukabumi 126.000 140.000 240.000 0,90 2,0032 Magelang 125.000 132.000 161.000 -0,02 1,0033 Situbondo 124.000 149.000 257.000 8,40 3,8034 Palangkaraya 123.000 164.000 359.000 6,80 5,8035 Kotabumi 117.000 153.000 319.000 9,00 5,5036 Purwakarta 108.000 127.000 218.000 4,50 3,2037 Gorontalo 108.000 138.000 261.000 4,00 4,0038 Tembilahan 100.000 128.000 267.000 5,10 5,00

D. KECIL 6)1 Sorong 98.000 131.000 315.000 9,10 6,002 Dumai 93.000 113.000 205.000 4,30 3,803 Pare-Pare 93.000 108.000 205.000 3,00 3,00

4 Singkawang 88.000 107.000 223.000 3,00 4,005 Tarakan 87.000 105.000 209.000 2,30 4,006 Singaraja 85.000 103.000 178.000 3,30 4,007 Ternate 81.000 106.000 222.000 10,90 5,508 Bukittinggi 80.000 95.000 189.000 2,60 3,509 Sibolga 77.000 90.000 170.000 1,90 3,00

10 Watanpone 77.000 96.000 192.000 5,60 4,5011 Bojonegoro 72.000 84.000 144.000 1,10 3,0012 Baturaja 63.000 80.000 159.000 7,40 5,0013 Palopo 63.000 73.000 124.000 3,20 3,0014 Raba-Bima 61.000 75.000 143.000 2,50 4,5015 Endo 57.000 71.000 132.000 6,10 4,5016 Sumbawa Besar 56.000 70.000 132.000 5,50 4,5017 Lubuk Linggau 55.000 69.000 128.000 6,10 4,50

469

Page 33:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

18 Sampit 54.000 78.000 182.000 10,00 7,0019 Dili 52.000 87.000 153.000 8) 5,00

20 Kotabaru 50.000 59.000 107.000 9,80 3,50

21 Rantau Prapat 48.000 58.000 110.000 5,20 4,00

22 Biak 44.000 54.000 131.000 4,20 4,50

23 Maumere 42.000 51.000 69.000 8,20 4,00

24 Manokwari 39.000 47.000 89.000 3,20 4,0025 Ubud 29.000 40.000 97.000 11,20 7,00

28 Tual 27.000 30.000 41.000 14,90 2,00

27 Buntok 21.000 28.000 80.000 7,40 8,00

28 Muaratewe 20.000 25.000 50.000 8) 5,00

E. KOTA-DESA 7)1 Wamena 17.000 28.000 82.000 10,80 8,00

2 Rantepao 15.000 18.000 35.000 2,00 3,50

3 Saumlaki 8.000 8.000 18.000 14,90 5,00

4 Bandaneira 4.000 5.000 17.000 14,80 8,00

Catatan :

1) Pada akhir Repelita VI penduduk kota-kota strategis diperkirakan berjumlah 63,3 juta jiwa atau sekitar 77 persen dari seluruh penduduk perkotaan, yaitu sekitar 82,4 juta jiwa; sedangkan pada akhir PJP II penduduk kota-kota strategis mencapai 114,3 juta jiwa atau sekitar 79 person dari seluruh penduduk perkotaan, yaitu sekitar 143,8 juta jiwa. Jumlah penduduk kota-kota strategis disesuaikan dengan definisi kota pada butir 2).

2) Kota didefinisikan sebagal satu kota dan atau daerah perkotaan, yaitu kawasan yang berciri kota dan mempunyai satu kota atau lebih sebagai pusatnya; jumlah penduduk kota-kota strategis didefinisikan sebagai jumlah penduduk daerah pekotaan, kecuali untuk kota-kota sebagal berikut: Balikpapan, Ambon, Batam, Lhokseumawe, Sukabumi, Magelang, Situbondo, Palangkaraya, Purwakarta, Gorontalo, Tembilahan, Sorong, Pare-Pare, Ternate, Bukittinggi, Sibolga, Watanpone, Bojonegoro, Baturaja, Palopo, Raba-Bima, Ende, Sumbawa Besar, Lubuk Linggau, Sampit, Dill, Kotabaru, Rantau Prap Biak, Maumere, Manokwari, Ubud, Tual, Buntok, Muaratewe, Wamena, Rantepao, Sauml dan Bandaneira.

3) Metropolitan : jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa.4) Besar : jumlah penduduk 500.000 sampai 1 juta jiwa5) Sedang : jumlah penduduk 100.000 sampai 500.000 jiwa 8) Kecil : jumlah penduduk 20.000 sampai 100.000 jiwa7) Kota-Dena : jumlah penduduk kurang dari 20.000 jiwa8) Tidak ada data

470

Page 34:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

prasarana angkutan guna peningkatan aksesibilitas antara desa dan kota; serta memanfaatkan ruang dan potensi kota secara efisien melalui kegiatan penataan kota dan penataan bangunan.

c. Meningkatkan Kemampuan Sumber Daya Manusia

Kebijaksanaan peningkatan kemampuan sumber daya manusia diarahkan untuk menciptakan kondisi masyarakat perkotaan yang sejahtera dan sekaligus mengurangi penduduk miskin di perkotaan, menyiapkan masyarakat kota agar mampu berperan aktif dalam menyelenggarakan pembangunan perkotaan, serta menyediakan tenaga kerja terampil yang mampu memasuki pasar kerja di perkotaan.

Kebijaksanaan peningkatan sumber daya manusia ditempuh dengan memantapkan pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan dan pendidikan, terutama pendidikan kejuruan dan keterampilan; mengembangkan penyuluhan yang efektif khususnya untuk meningkatkan kesadaran, kedisiplinan serta partisipasi masyarakat dalam pembangunan kota; serta meningkatkan kualitas aparat pemerintah daerah melalui pelatihan sejalan dengan pengembangan jabatan dan kebutuhan Pemerintah yang bersangkutan.

d. Memantapkan Kelembagaan dan Kemampuan Keuangan Perkotaan

Pembangunan perkotaan dilaksanakan berlandaskan asas desentralisasi dan pengembangan otonomi daerah. Penyerahan urusan dan tanggung jawab pengelolaan pembangunan perkotaan dilakukan dengan memperjelas tugas tiap-tiap tingkat pemerintahan, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah tingkat I dan pemerintah daerah tingkat II, disertai dengan penyempurnaan struktur pemerintahan kota, peningkatan kemampuan aparatnya, juga diikuti dengan peningkatan kemampuan keuangan pemerintahan kota.

471

Page 35:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

Pemantapan kapasitas keuangan pemerintah kota dititikberat-kan pada peningkatan pendapatan, efisiensi penggunaannya serta pengerahan dana masyarakat dan dunia usaha, serta bantuan dan pinjaman daerah. Mekanisme bantuan dan pinjaman daerah diselenggarakan dengan pemberian kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah daerah dalam pengelolaannya, termasuk penin-jauan kembali sumber-sumber keuangan daerah yang selama ini belum dikelola daerah.

Kebijaksanaan pembangunan perkotaan dalam upaya pengembangan kelembagaan dan keuangan pemerintahan kota adalah menyempurnakan kelembagaan pemerintahan kota melalui peningkatan efisiensi dan efektivitas kelembagaan kota disesuaikan dengan kondisi dan tipologi daerahnya, perbaikan struktur organi-sasi pemerintahan kota, pemenuhan kelengkapan unit fungsional, dan peningkatan kemampuan aparatnya; memantapkan kapasitas keuangan pemerintahan kota, terutama dengan penekanan pada peningkatan pendapatan kota dan efisiensi penggunaannya, penggunaan dana masyarakat dan dunia usaha dan pinjaman daerah; serta menyempurnakan mekanisme hubungan keuangan pemerintah pusat dan daerah, terutama mekanisme pinjaman daerah dan bantuan dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan pemerintah kota/daerah dan badan usaha milik daerah.

e. Melembagakan Pengelolaan Pembangunan yang Terencana dan Terpadu

Pembangunan perkotaan dilakukan secara terencana dan terpadu dengan memperhatikan asas keterbukaan dalam pengambilan keputusan sesuai dengan hak dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Pembangunan perkotaan dilakukan melalui dua jalur secara serempak yaitu pendekatan secara terpadu antarsektor dan pendekatan sektoral. Pelaksanaan pembangunan perkotaan dimulai dengan penyusunan rencana investasi atau program pembangunan perkotaan jangka menengah, yang

472

Page 36:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

merupakan penjabaran dari rencana tata ruang kota, dan menggambarkan perkiraan kebutuhan akan prasarana kota, baik kebutuhan dasar maupun kebutuhan pengembangan ekonomi kota dan wilayah belakangnya.

Kebijaksanaan pengelolaan pembangunan perkotaan meliputi upaya menyelenggarakan pembangunan perkotaan secara terpadu antarsektor bagi kota yang mempunyai peranan penting dalam per-tumbuhan ekonomi nasional, kota dengan permasalahan khusus, kota dengan tingkat urbanisasi tinggi, kota baru, serta kota yang besar dan berkembang pesat; menyelenggarakan pembangunan perkotaan secara sektoral untuk kota atau bagian kota yang tidak terlalu rumit permasalahannya dan perlu dipacu pemenuhan kebutuhan dasar penduduknya terutama golongan berpenghasilan rendah; memantapkan dan melembagakan penyusunan program pembangunan perkotaan jangka menengah dalam kerangka meka-nisme perencanaan pembangunan kota; serta mengembangkan dan melembagakan fungsi koordinasi di semua tingkatan pemerintahan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan perkotaan, serta pembiayaannya.

f. Memantapkan Perangkat Peraturan Pendukung Pembangunan Perkotaan

Meningkatnya peranan perkotaan dalam ruang wilayah nasional menuntut pelaksanaan pembangunan yang tanggap terhadap peningkatan dan perkembangan kebutuhan masyarakat perkotaan. Untuk itu, peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan pembangunan perkotaan dilengkapi dan dimantapkan sesuai dengan kondisi dan tipologi daerahnya guna memperlancar pelaksanaan pembangunan, memeratakan hasil-hasilnya, dan mengendalikan dampak negatif pembangunan.

473

Page 37:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

g. Meningkatkan Kualitas Lingkungan Fisik dan Sosial Ekonomi Perkotaan

Pembangunan perkotaan diselenggarakan untuk mewujudkan lingkungan fisik dan sosial ekonomi perkotaan yang berkualitas dan terpelihara serta mampu mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Lingkungan fisik perkotaan dikembangkan dan diatur dengan penataan aspek hukum dan penataan aspek fisik penggunaan tanah guna menjamin tersedianya tanah yang diperlukan bagi pembangunan, memberikan kepastian hukum, mewujudkan keadilan penguasaan tanah bagi masyarakat, dan menunjang terwujudnya kelestarian lingkungan hidup.

Dalam rangka mewujudkan kondisi tersebut, ditempuh kebijaksanaan menetapkan dan menerapkan baku mutu lingkungan, menetapkan dan memasyarakatkan peraturan pengendalian pencemaran lingkungan di daerah perkotaan, dan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memelihara lingkungannya; melembagakan pembangunan perkotaan yang mengacu pada rencana tata ruang kota yang berkualitas dan operasional; mengendalikan peruntukan tanah yang sesuai dengan daya dukung lingkungan melalui tertib administrasi pertanahan; serta memantapkan keamanan dan kesejahteraan lingkungan di perkotaan melalui penanganan kesenjangan dan konflik sosial serta kriminalitas.

III. PROGRAM PEMBANGUNAN

Untuk melaksanakan kebijaksanaan tersebut dikembangkan program pembangunan perkotaan dalam Repelita VI sebagai berikut.

1. Program Pemantapan Fungsi Kota

Untuk menjamin penyebaran kegiatan ekonomi, pengendalian urbanisasi dan efisiensi pembangunan prasarana perkotaan, kota perlu dikembangkan sesuai dengan fungsi dan strukturnya dalam sistem kota. Program pemantapan fungsi kota ini dilaksanakan

474

Page 38:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

melalui (a) pengidentifikasian dan pemantapan sistem kota-kota nasional yang dijabarkan dari tata ruang nasional; (b) penataan kota untuk kota besar dan padat yang mempunyai fungsi menunjang kegiatan ekonomi nasional/wilayah (industri, pertanian, dsb.); (c) penataan kota menengah atau pun kota lainnya sekitar pusat kawasan cepat berkembang untuk berfungsi sebagai kota penyangga; serta (d) pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat kota bagi kota-kota di luar kawasan cepat berkembang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan daerah setempat.

2. Program Pembangunan Prasarana dan Sarana Kota

Untuk meningkatkan kemampuan dan produktivitas kota dilakukan pembangunan prasarana dan sarana kota, baik prasarana dan sarana dasar maupun pendukung ekonomi perkotaan. Pembangunan prasarana dan sarana kota dilakukan secara terpadu sesuai dengan tata ruang kota. Dalam hal ini termasuk peningkatan pengelolaan pemanfaatan prasarana kota terutama dalam hal pengoperasian dan pemeliharaannya. Program ini meliputi (a) peningkatan penyediaan jaringan listrik dan telekomunikasi, terutama untuk kawasan khusus, seperti kawasan industri dan kawasan cepat berkembang; (b) pengembangan prasarana dan sarana transportasi kota yang ditujukan untuk meningkatkan tingkat pelayanan kota dalam hal penyediaan aksesibilitas di dalam kota, kelancaran, keamanan dan kenyamanan pemakai jalan di dalam kota dengan tarif terjangkau; (c) peningkatan pelayanan air bersih kepada masyarakat kota dan kawasan industri; (d) pembangunan prasarana penyehatan lingkungan permukiman, seperti jaringan pematusan, pengolahan limbah, dan persampahan; serta (e) pengembangan dan perbaikan fasilitas perumahan termasuk pengembangan kawasan perumahan berskala besar dan pembangunan kota baru.

Untuk melengkapi kegiatan di atas, program pengembangan prasarana dan sarana dasar di pusat kegiatan nasional secara khusus diarahkan pada usaha peningkatan pengelolaan sistem transportasi

475

Page 39:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

dan pengembangan sistem angkutan umum multimoda yang terpadu untuk memperlancar arus lalu lintas penumpang dan barang di dalam kota. Khusus untuk kawasan Jabotabek (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi) dan beberapa kota metropolitan lainnya, pengembangan sarana angkutan umum massal diprioritaskan. Prioritas diberikan juga kepada penyiapan kawasan industri dan pusat permukiman berupa penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Dalam seluruh kegiatan pembangunan sarana dan prasarana kota, peran serta seluruh masyarakat, khususnya dunia usaha didorong dan ditingkatkan dengan tetap memperhatikan, meningkatkan dan memberi kemudahan bagi pengusaha kecil dan menengah.

3. Program Pengembangan Ekonomi Perkotaan

Untuk merangsang perkembangan investasi di sektor ekonomi andalan dan mengembangkan kegiatan perekonomian diperkotaan, dilaksanakan program pengembangan ekonomi perkotaan, yang meliputi (a) pemantapan ketersediaan fasilitas pasar, sentra produksi dan fasilitas perdagangan lainnya termasuk kemudahan prosedur dan perizinan bagi kegiatan usaha masyarakat di perkotaan; (b) pemantapan lembaga perekonomian sekaligus peningkatan kemudahan pencapaian fasilitas keuangan guna menunjang kegiatan usaha masyarakat; (c) pembinaan pengusaha skala menengah, kecil, dan tradisional termasuk koperasi disertai dengan pemantapan pola hubungan perdagangan yang saling menunjang; dan (d) perluasan kesempatan kerja terutama bagi tenaga kerja setempat.

4. Program Pendidikan, Pelatihan, dan Penyuluhan

Untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan pembangunan perkotaan, maka dilaksanakan program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan yang meliputi (a) pendidikan formal kejuruan dan ketrampilan bagi aparat pemerintahan kota dalam pengelolaan pembangunan dan keuangan perkotaan; (b) pelatihan peningkatan kemampuan aparat pemerintahan kota sesuai dengan

476

Page 40:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

pengembangan jabatan dan kebutuhan pemerintah yang bersangkut-an; dan (c) penyuluhan yang terencana dalam meningkatkan ke-disiplinan serta mengembangkan kehidupan perkotaan yang lebih tertib dan sadar hukum.

5. Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat

Untuk menyiapkan masyarakat kota agar mampu berperan aktif dalam penyelenggaraan pembangunan perkotaan, dilaksana-kan program peningkatan peran serta masyarakat yang meliputi (a) peningkatan keterampilan dan pengetahuan masyarakat berpeng-hasilan rendah sehingga dapat memasuki pasar tenaga kerja dan atau berwiraswasta; (b) penyuluhan yang efektif dalam mengerah-kan partisipasi masyarakat; dan (c) pengembangan sistem kelembagaan yang memberikan iklim keterbukaan di dalam pembangunan perkotaan.

6. Program Pemantapan Keuangan Perkotaan

Untuk meningkatkan pendapatan pemerintah kota dan efisiensi penggunaannya diselenggarakan program pemantapan keuangan perkotaan yang meliputi (a) penyempurnaan dan perbaikan sistem bantuan kepada pemerintah kota berdasarkan kebutuhan pem-bangunan di perkotaan dan potensi sumber dana lokal serta kemampuannya untuk meminjam; (b) peningkatan pendapatan kota untuk kepentingan pembangunan perkotaan; (c) penyempurnaan dan penyederhanaan mekanisme pinjaman untuk pembiayaan pembangunan; dan (d) mobilisasi tabungan masyarakat setempat dan dunia usaha.

7. Program Kelembagaan Pemerintahan Kota

Untuk mendorong pelaksanaan pembangunan perkotaan secara mandiri oleh pemerintah kota, diselenggarakan program pemantapan kelembagaan pemerintahan kota, yaitu (a) penyempurnaan fungsi dan struktur kelembagaan pemerintahan,

477

Page 41:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

serta pemantapan tugas dan tanggung jawab aparat pemerintah daerah dalam pengelolaan pembangunan perkotaan; (b) peningkatan kemampuan aparat pemerintah daerah dalam pembangunan perkotaan yang dikaitkan dengan peningkatan kemampuan pengelolaan/manajemen perkotaan, penjenjangan karier dan pengembangan struktur organisasi pemerintah daerah; (c) penyiapan kelembagaan bagi terselenggaranya kerja sama dengan masyarakat dan dunia usaha; (d) pemantapan kerja sama dan koordinasi antar tingkatan pemerintahan untuk menangani pembangunan kawasan di kota-kota metropolitan, di kota besar yang mencakup beberapa wilayah administratif, dan di kawasan permukiman baru; dan (e) pemantapan sistem informasi kota guna mendukung efektivitas dan efisiensi perencanaan pembangunan perkotaan.

8. Program Penataan Ruang, Pertanahan, dan Lingkungan Perkotaan

Untuk memelihara lingkungan perkotaan dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan, dilaksanakan program penataan ruang, pertanahan dan lingkungan perkotaan yang meliputi (a) penyusunan dan pengendalian pemanfaatan rencana tata ruang kota; (b) peningkatan/pengembangan pengelolaan administrasi pertanahan, pemantapan tertib administrasi, tertib hukum, tertib penggunaan serta tertib pemeliharaan tanah di wilayah perkotaan, terutama bagi kepentingan pembangunan perkotaan; (c) peremajaan kawasan kumuh dan penanganan kawasan kritis; (d) pembinaan sektor informal dan pengusaha kecil untuk membuka kesempatan lapangan pekerjaan dalam upaya pengentasan masyarakat dari kemiskinan di perkotaan; (e) peningkatan konservasi kawasan budaya dan bernilai historis serta penyediaan fasilitas sosial budaya guna memelihara kelestarian budaya daerah dan meningkatkan pariwisata nasional; dan (f) pemantapan luasan ruang terbuka hijau.

478

Page 42:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

C. PEMBANGUNAN PERDESAAN

I. PENGANTAR

Pembangunan selama PJP I telah berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat, termasuk di perdesaan. Namun, dalam Repelita VI dan PJP II pembangunan perdesaan harus dilanjutkan dan ditingkatkan karena, meskipun telah dicapai banyak kemajuan, masyarakat di perdesaan pada umumnya masih tertinggal dibandingkan dengan masyarakat di perkotaan. Tantangan pokok yang dihadapi dalam pembangunan perdesaan dalam PJP II, khususnya Repelita VI adalah mengatasi masalah kemiskinan di perdesaan; meningkatkan kualitas sumber daya manusia; memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan bertanggung jawab untuk meningkatkan produksi bahan pangan dan bahan baku industri; dan mengembangkan hubungan perdesaan dan perkotaan yang saling menunjang serta saling menguntungkan.

Dalam menjawab tantangan tersebut, ada beberapa kendala yang dihadapi, antara lain keterbatasan kemampuan pemerintah desa untuk menyediakan sarana dan prasarana perdesaan secara memadai; keterbatasan sumber daya manusia di perdesaan untuk melaksanakan pembangunan dalam tempo yang lebih cepat; keterbatasan kemampuan kelembagaan perdesaan; dan keterbatasan skala ekonomi perdesaan.

Di samping berbagai kendala tersebut, ada peluang yang dapat dikembangkan dalam pembangunan perdesaan, antara lain hasil pembangunan selama PJP I; potensi sumber daya alam yang belum dikembangkan; kualitas sumber daya manusia yang telah mulai membaik; masih kuatnya budaya gotong-royong di kalangan masyarakat perdesaan; meningkatnya mobilitas dan informasi yang menjangkau masyarakat perdesaan.

479

Page 43:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

II. SASARAN DAN KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN

1. Sasaran

a. Sasaran PJP II

Sasaran pokok pembangunan perdesaan dalam PJP II adalah terciptanya kondisi ekonomi rakyat di perdesaan yang kukuh, mampu tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan; tercapainya keterkaitan perekonomian di perdesaan dan perkotaan; terwujudnya masyarakat perdesaan yang sejahtera; dan teratasinya masalah kemiskinan di perdesaan.

b. Sasaran Repelita VI

Sasaran pembangunan perdesaan dalam PJP II di atas, diupayakan pencapaiannya secara bertahap dimulai dengan Repelita VI. Dalam Repelita VI akan dilaksanakan percepatan pembangunan perdesaan, yang tercermin dari sasaran meningkatnya kualitas sumber daya manusia di daerah perdesaan dilihat dari tingkat kesejahteraan, tingkat pendidikan dan keterampilan masyarakat yang dapat mendorong prakarsa dan swadaya masyarakat perdesaan; terciptanya struktur perekonomian yang lebih kukuh, tercermin dari peningkatan diversifikasi usaha yang menghasilkan berbagai komoditas unggulan setempat serta didukung oleh sarana dan prasarana perekonomian di perdesaan yang lebih mantap; makin berkembangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat perdesaan akan pembangunan yang berwawasan lingkungan serta upaya pelestarian lingkungan; makin berfungsinya lembaga pemerintahan desa dan lembaga kemasyarakatan desa untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan pembangunan perdesaan; makin terjaminnya kepastian hukum bagi masyarakat perdesaan mengenai penguasaan dan pengusahaan tanah yang sesuai dengan hukum serta tradisi dan adat-istiadat setempat; serta berkurangnya jumlah penduduk miskin di perdesaan dan jumlah desa tertinggal.

480

Page 44:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

2. Kebijaksanaan

Untuk mewujudkan amanat GBHN 1993 serta mencapai berbagai sasaran di atas, dikembangkan kebijaksanaan pemba-ngunan perdesaan dalam Repelita VI dengan meningkatkan kualitas tenaga kerja di perdesaan; meningkatkan kemampuan produksi masyarakat; mengembangkan prasarana dan sarana di perdesaan; melembagakan pendekatan pengembangan wilayah/kawasan terpadu; serta memperkuat lembaga pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan desa.

a. Meningkatkan Kualitas Tenaga Kerja di Perdesaan

Kebijaksanaan peningkatan pendidikan dan keterampilan tenaga kerja diarahkan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia perdesaan agar dapat berperan akt i f dalam pembangunan, mampu memanfaatkan peluang usaha dalam skala ekonomi yang lebih besar, mampu mengembangkan hasil produksi, pengolahan basil produksi dan usaha pemasarannya, siap untuk memasuki pasar kerja, terutama di perkotaan, yang selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan.

Langkah kebijaksanaan peningkatan kualitas tenaga kerja di perdesaan adalah meningkatkan fasilitas pelayanan pendidikan dasar, menengah dan kejuruan, sesuai dengan potensi dan kebutuhan masyarakat dan perekonomian setempat; mengembang-kan pendidikan dan pelatihan keterampilan untuk menganekaragam-kan dan mengolah hasil produksi sesuai dengan standar dan kebutuhan pasar; meningkatkan kemampuan berorganisas i masyarakat perdesaan dalam suatu wadah kelembagaan yang bersifat kooperatif; melaksanakan pembimbingan dan penyuluhan yang efektif melalui kelompok usaha masyarakat perdesaan; serta meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat perdesaan.

481

Page 45:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

b. Meningkatkan Kemampuan Produksi Masyarakat

Kebijaksanaan meningkatkan kemampuan produksi masyarakat diarahkan untuk mewujudkan struktur ekonomi perdesaan yang lebih kukuh, berlandaskan sektor pertanian yang mantap dalam mempertahankan swasembada pangan, meningkatkan keragaman dan ketersediaan pangan, dan mendukung perkembangan industri di perdesaan.

Langkah yang dilakukan dalam kebijaksanaan meningkatkan kemampuan produksi masyarakat adalah mengembangkan dan menerapkan teknologi tepat guna untuk dapat meningkatkan kapasitas, kualitas, dan nilai tambah produksi; meningkatkan fasilitas permodalan dan akses masyarakat terhadap modal, dengan mengembangkan koperasi serta lembaga ekonomi dan keuangan lainnya; serta memperluas sarana produksi pertanian, pengolahan hasil pertanian dan sarana pemasarannya.

c. Mengembangkan Prasarana dan Sarana di Perdesaan

Kebijaksanaan ini diarahkan untuk menciptakan keterkaitan fungsional antardesa serta antara desa dan kota, membuka keterisolasian desa, mempercepat perkembangan kegiatan sosial dan ekonomi perdesaan, serta untuk lebih memenuhi kebutuhan dasar masyarakat perdesaan akan prasarana dan sarana dasar. Agar upaya tersebut dapat dilakukan secara terpadu maka penjabarannya dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang kabupaten.

Langkah kebijaksanaan yang akan ditempuh antara lain adalah meningkatkan sarana dan prasarana perhubungan di perdesaan dan memperluas jaringan pelayanannya, terutama perhubungan perin-tis; memperluas pelayanan listrik di perdesaan; mengembangkan sentra produksi dan pemasaran industri pertanian, industri kehutan-an dan industri rakyat lainnya; meningkatkan dan memeratakan ketersediaan fasilitas sosial bagi kesehatan, pendidikan, dan sarana

482

Page 46:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

penyehatan lingkungan; serta mengembangkan jaringan irigasi perdesaan.

d. Melembagakan Pendekatan Pengembangan Wilayah/ Kawasan Terpadu

Kebijaksanaan ini diarahkan agar penyelenggaraan pembangun-an perdesaan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi masyara-kat di setiap desa melalui pendekatan pengembangan wilayah/ kawasan secara terpadu. Dengan pendekatan ini, pengembangan suatu kawasan perdesaan ditangani secara lintas sektoral. Penyelenggaraan pembangunan desa sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah daerah tingkat II ke bawah dengan melibatkan secara aktif masyarakat setempat sejak proses perencanaan hingga pelaksanaan dan pengendaliannya. Di samping pendekatan secara lintas sektoral, pelaksanaan pembangunan secara terpadu dilakukan di desa yang menjadi pusat pengembangan antardesa. Agar upaya tersebut dapat dilakukan secara efektif perlu dilakukan pengenalan desa yang mempunyai potensi untuk mendorong pengembangan wilayah. Dalam hal ini perlu dilakukan pengenalan desa-desa pusat pelayanan sesuai dengan arahan tata ruang tingkat II. Dengan pendekatan ini, keterkaitan antardesa akan menjadi semakin erat.

Langkah-langkah kebijaksanaan yang akan ditempuh antara lain adalah melaksanakan pembangunan secara terpadu, khususnya dalam penanganan masalah kemiskinan; dan mengembangkan serta melembagakan fungsi koordinasi pada tingkat perdesaan, ke-camatan dan pemerintah tingkat II dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan perdesaan.

e. Memperkuat Lembaga Pemerintahan dan Lembaga Kemasyarakatan Desa

Kebijaksanaan ini diarahkan agar pembangunan perdesaan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga kewenangan dan tanggung jawab pemerintah desa dalam pengelolaan pembangunan

483

Page 47:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

menjadi makin tinggi. Selain itu, kebijaksanaan ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran lembaga kemasyarakatan desa seperti LKMD, KPD, dan PKK, kader konservasi alam, dan KPSA sehingga masyarakat dapat lebih berpartisipasi aktif dalam pembangunan.

Langkah yang ditempuh dalam kebijaksanaan di atas adalah meningkatkan kemampuan aparat pemerintah desa dalam pengelolaan dan administrasi pembangunan; menyempurnakan struktur pemerintahan desa sesuai dengan tingkat perkembangan desa yang bersangkutan; meningkatkan kemampuan pemerintah desa dalam menggali sumber-sumber keuangan desa; menyediakan prasarana dan sarana pemerintahan desa; mengembangkan sistem informasi yang mendukung kegiatan perencanaan pembangunan desa; serta mengembangkan dan memantapkan kemampuan dan fungsi lembaga kemasyarakatan desa dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat perdesaan.

III. PROGRAM PEMBANGUNAN

Dalam Repelita VI dikembangkan program pembangunan perdesaan sebagai berikut.

1. Program Pengembangan Pendidikan dan Keterampilan Masyarakat

Program pengembangan pendidikan dan keterampilan masyarakat meliputi (a) pelaksanaan program wajib belajar Sembilan tahun, dan pemberatasan buta huruf melalui pelaksanaan kelompok belajar paket A dan B; (b) pengembangan keterampilan masyarakat sehingga mampu memasuki pasar kerja yang ada di desa maupun di kota; (c) penyediaan tenaga penyuluh/pembimbing lapangan baik dari unsur pemerintah maupun nonpemerintah dalam bidang produksi, pengolahan dan pemasaran barang dan jasa, seperti pertanian, kehutanan, pertambangan, industri kecil,

484

Page 48:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

perdagangan, pariwisata dan sebagainya; (d) pengembangan program pendidikan dan keterampilan bagi pengembangan usaha ekonomi setempat yang berorientasi pasar; dan (e) penyuluhan bagi masyarakat perdesaan dalam rangka peningkatan keserasian lingkungan hidup di desa. Dalam program ini perhatian khusus diberikan kepada anak usia didik dan remaja serta pemuda putus sekolah, terutama di desa-desa tertinggal.

2. Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat

Program peningkatan kesehatan masyarakat meliputi: (a) peningkatan gizi masyarakat melalui program penganekaragaman pangan dan penyuluhan cara hidup sehat; (b) peningkatan upaya kebersihan lingkungan; dan (c) peningkatan aktivitas pos pelayanan terpadu (posyandu) yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat desa. Dalam program ini perhatian khusus diberikan kepada kesehatan ibu hamil serta anak balita terutama di desa-desa tertinggal.

3. Program Peningkatan Teknologi Perdesaan

Program peningkatan teknologi perdesaan meliputi: (a) pengembangan dan penerapan teknologi yang dapat memacu tumbuhnya agroindustri di perdesaan; (b) pengembangan dan pemutakhiran pola usaha tani secara terpadu; dan (c) pengem-bangan dan penggunaan teknologi lingkungan, khususnya dalam penyediaan air bersih, sanitasi, dan lingkungan permukiman.

4. Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat

Program ini bertujuan mendukung peningkatan peran serta masyarakat perdesaan termasuk pemuda dan wanita, dalam berbagai kegiatan pembangunan melalui kegiatan-kegiatan penyu-luhan, penerangan, dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangun-an di perdesaan, serta kegiatan peningkatan keterampilan masyara-kat berpenghasilan rendah di perdesaan. Selain itu, program ini

485

Page 49:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

juga dilakukan melalui kegiatan kelembagaan di perdesaan antara lain LKMD, PKK, karang taruna, pramuka, dan koperasi.

5. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Perdesaan

Program pembangunan prasarana dan sarana perdesaan meliputi: (a) pengembangan prasarana dan sarana perhubungan yang meliputi jalan dan jembatan, sarana angkutan, dermaga, serta pengembangan listrik perdesaan serta pos, dan secara bertahap telekomunikasi antara perdesaan dan pusat antardesa, dan antara desa dengan kota terdekat; (b) peningkatan pelayanan air bersih perdesaan; dan (c) peningkatan prasarana dan sarana kesehatan dan pendidikan pusat antar desa.

6. Program Pemantapan Kelembagaan Perdesaan

Program pemantapan kelembagaan perdesaan meliputi (a) peningkatan kemampuan aparatur pemerintah desa dalam mengelo-la pembangunan disertai dengan perbaikan prasarana dan sarana pemerintahan desa; (b) pemantapan fungsi dan peran LKMD; (c) peningkatan program PKK sebagai salah satu wadah kegiatan wanita dalam pembangunan; (d) pemantapan fungsi dan peran KPD, kader konservasi alam, dan KPSA untuk membimbing dan mengorganisasi masyarakat; (e) peningkatan kegiatan pramuka dan karang taruna untuk mempersiapkan para remaja serta merangsang dan memacu pemuda untuk berperan dalam pembangunan; (f) pemantapan sistem dan mekanisme UDKP sebagai sarana koor-dinasi pembangunan desa pada tingkat kecamatan; dan (g) peningkatan lembaga pelayanan sosial lainnya bagi masyarakat perdesaan, terutama yang menyangkut penyelesaian kepastian hukum bagi masyarakat perdesaan mengenai penguasaan dan pengusahaan tanah.

Sementara itu pemantapan lembaga ekonomi perdesaan, antara lain, dilakukan melalui (a) peningkatan kapasitas dan jangkauan

486

Page 50:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

pelayanan KUD dalam pemberian kredit dan pemasaran hasil produksi; (b) pembinaan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan kelompok usaha masyarakat agar berpotensi menjadi lembaga perkoperasian yang lebih andal; (c) penyempurnaan mekanisme penyaluran kredit untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat perdesaan terhadap sumber pendanaan; (d) bantuan khusus pengembangan kegiatan ekonomi rakyat; (e) peningkatan prosedur dan mekanisme peran serta dunia usaha dalam pembangunan ekonomi perdesaan; dan (f) pemantapan struktur penguasaan tanah atau "land reform" dan penyertifikatan tanah pertanian sehingga dapat dipergunakan untuk meningkatkan kepastian usaha dan kegiatan usaha masyarakat.

Di samping program pembangunan tersebut di atas, program-program berikut ini akan dilaksanakan berdasarkan tingkat perkembangan desa. Untuk desa cepat berkembang, program-program yang akan dilaksanakan secara khusus diarahkan untuk (a) pengembangan pelayanan lembaga keuangan perdesaan khususnya untuk usaha kecil; (b) penyediaan program pendidikan dan keterampilan bagi pengembangan usaha ekonomi setempat yang berorientasi pasar; (c) penyediaan informasi pasar dan informasi umum lainnya bagi masyarakat untuk memasuki lapangan kerja di sektor nonpertanian; dan (d) pengembangan sistem bapak angkat.

Program pembangunan untuk desa potensial berkembang secara khusus diarahkan untuk: (a) penyediaan lembaga perkreditan rakyat; (b) penyediaan program pendidikan dan keterampilan bagi pengembangan usaha ekonomi setempat yang berorientasi pasar; (c) penyediaan informasi pasar dan informasi umum lainnya bagi masyarakat untuk memasuki lapangan kerja di sektor nonpertanian; dan (d) penyediaan program pendidikan dan keterampilan yang merangsang diversifikasi kegiatan usaha.

Bagi desa tertinggal, termasuk desa tertinggal di kawasan kota, perhatian khusus diberikan melalui program (a) pengembangan sumber daya manusia khususnya untuk perluasan

487

Page 51:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

wawasan dan keterampilan; (b) peningkatan kesehatan masyarakat; (c) pengenalan teknologi tepat guna dalam kegiatan usaha masyarakat; (d) pemantapan lembaga perdesaan seperti KUD, lembaga kredit desa, dan fungsi lembaga pemerintahan serta lembaga kemasyarakatan; (e) pengembangan prasarana dasar dan prasarana ekonomi terutama transportasi; dan (1) bantuan khusus untuk mengembangkan kegiatan ekonomi rakyat.

VI. RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN DALAM REPELITA VI

Program-program pembangunan tersebut di atas dilaksanakan baik oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat. Dalam program-program tersebut, program dalam bidang perkotaan khususnya untuk penataan kota dan bangunan, yang akan dibiayai dengan anggaran pembangunan selama Repelita VI (1994/95 - 1998/99) adalah sebesar Rp299.090,0 juta. Di samping itu ada sejumlah program pembangunan perkotaan yang akan dibiayai oleh sektorsektor lainnya, seperti Pembangunan Daerah, Perumahan dan Permukiman, Transportasi, Lingkungan Hidup dan Tata Ruang. Rencana anggaran pembangunan perkotaan untuk tahun pertama dan selama Repelita VI menurut sektor, sub sektor dan program dalam sistem APBN dapat dilihat dalam Tabel 17-2.

Sedangkan program-program dalam bidang perdesaan akan dilaksanakan dalam Sektor Pembangunan Daerah dan Transmigrasi, seperti program pembangunan desa, melalui Bantuan 488

Page 52:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

Pembangunan Desa, dan program pembangunan desa tertinggal, melalui Bantuan Pembangunan Desa Tertinggal. Di samping itu, program-program bidang perdesaan juga akan dilaksanakan melalui program penyediaan dan perbaikan perumahan, program penyediaan dan pengelolaan air bersih dan program penyehatan lingkungan permukiman dalam Sektor Perumahan dan Permukiman; program pembinaan dan pengembangan produktivitas dan kesempatan kerja dalam Sektor Tenaga Kerja; program

Page 53:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

pembinaan dan pengelolaan lingkungan hidup, program inven-tarisasi dan evaluasi sumber daya darat, dan program penataan ruang dalam Sektor Lingkungan Hidup dan Tata Ruang, dan berbagai program di sektor pertanian, industri, energi serta sektor-sektor lain, yang kegiatannya akan memajukan kesejahteraan masyarakat perdesaan.

489

Page 54:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan

Tabel 17—2

RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERDESAANTahun Anggaran 1994/95 dan Repelita VI (1994/95 — 1998/99)

(dalam juta rupiah)

No.Kode Sektor/Sub Sektor/Program 1994/95 1994/95 — 1998/99

14 SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

142 Sub Sektor Penataan Kota dan Bangunan

14.2.01 Program Penataan Kota 33.225,0 217.560,014.2.02 Program Penataan Bangunan 14.397,0 81.530,0

Page 55:  · Web viewDalam hal penataan ruang dan pengelolaan pertanahan telah tersusun rencana tata ruang untuk beberapa propinsi, kabupaten, kotamadya dan kawasan lainnya di daerah perkotaan