· web viewbahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya...

170
LAMPIRAN PIDATO PERTANGGUNGJAWABAN PRESIDEN/MANDATARIS MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DI DEPAN SIDANG UMUM MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 1 MARET 1988 REPUBLIK INDONESIA

Upload: others

Post on 05-Jan-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

LAMPIRANPIDATO PERTANGGUNGJAWABAN

PRESIDEN/MANDATARISMAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

DI DEPAN SIDANG UMUMMAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA1 MARET 1988

REPUBLIK INDONESIA

Page 2:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,
Page 3:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

DAFTAR I S I :

Hal.

Bab I.U m u m 7Bab II.Pengelolaan Sumber Alam dan Lingkungan Hidup 91

Bab III.Pengembangan Dunia Usaha 129

Bab IV.Keuangan Negara, Perkembangan Moneter danLembaga-Lembaga Keuangan 173

Bab V.Neraca Pembayaran dan Perdagangan Luar Negeri 277

Bab VI.Pertanian dan Pengairan 347Bab VII.Pangan dan Perbaikan Gizi 405

Bab VIII.I n d u s t r i 449

Bab IX.Pertambangan dan Energi 495Bab X.Perhubungan dan Pariwisata 557Bab XI.Koperasi dan Perdagangan Dalam Negeri 627

Bab XII.Tenaga Kerja, Kesempatan Kerja dan Transmigrasi 719

Bab XIII.Perumahan Rakyat dan Pemukiman 787

Bab XIV.Pembangunan Daerah, Desa dan Kota 803

Bab XV.A g a m a 843

Bab XVI.Pendidikan, Generasi Muda, Kebudayaan Nasionaldan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa 869

Bab XVII.Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Penelitian danStatistik 921

Bab XVIII.Kesehatan, Kesejahteraan Sosial dan PerananWanita 969

Bab XIX.Kependudukan dan Keluarga Berencana 1.029

Bab XX.H u k u m 1.071

Bab XXI.Penerangan, Pers dan Komunikasi Sosial 1.103

Bab XXII.Aparatur Pemerintah 1.127

3

Page 4:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,
Page 5:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

UMUM

Page 6:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,
Page 7:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

BAB I

U M U M

Laporan ini merupakan lampiran Pidato Pertanggungjawaban Presiden/Mandataris Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) di depan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia pada tanggal 1 Maret 1988. Dalam laporan ini diuraikan hasil-hasil atau perkembangan pelaksanaan pemba-ngunan nasional selama 5 tahun masa jabatan Presiden/Manda-taris MPR, yaitu mulai dari tahun anggaran 1983/84 sampai dengan tahun anggaran 1987/88, yakni kurun waktu yang mencakup tahun terakhir pelaksanaan Repelita III dan 4 tahun pertama pelaksanaan Repelita IV.

Seperti telah diamanatkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, bangsa Indonesia bertekad untuk mempercepat tercapai-nya sasaran pembangunan jangka panjang dan dalam Repelita IV diusahakan terciptanya kerangka landasan bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang terus, untuk kemudian dimantapkan landasan tersebut dalam Repelita V, sehingga dalam Repelita VI bangsa Indonesia sudah benar-benar dapat tinggal landas menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Selanjutnya digariskan pula bahwa dalam Repelita IV tetap dilanjutkan kebijaksanaan pembangunan yang berlandaskan pada Trilogi Pembangunan, yaitu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Dengan pedoman seperti yang digariskan tersebut, pelaksanaan pembangunan diarahkan untuk mencapai sasaran ganda, yaitu meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat yang makin merata dan adil, serta untuk meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya.

Repelita IV telah disusun dengan berpedoman pada arah yang digariskan GBHN tersebut dan didasarkan atas hasil-hasil

7

Page 8:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

yang dicapai sampai saat itu serta perkiraan perkembangan ke-adaan 5 tahun ke depan. Amanat GBHN tersebut merupakan tugas yang berat mengingat bahwa sejak tahun keempat Repelita III (1982/83) sudah terlihat tanda-tanda melemahnya sumber utama dana pembangunan, yaitu minyak bumi. Dalam batas-batas kemam-puan perkiraan yang ada, gejala ini sudah diperhitungkan dalam penyusunan Repelita IV.

Kurun waktu 5 tahun antara tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1987/88 mencatat berbagai tantangan dan hambatan dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Tantangan dan hambatan yang terbesar terutama berasal dari luar, sebagai akibat dari mem-buruknya situasi perekonomian dunia. Dalam periode ini per-ekonomian dan perdagangan dunia masih tetap dibayangi oleh suasana resesi yang berkelanjutan yang mulai terasa sejak tahun 1980, serta diwarnai oleh ketidakpastian dan kerawanan yang meningkat. Kebangkitan pertumbuhan ekonomi di beberapa negara maju yang mulai terlihat dalam tahun 1983 ternyata tidak berlangsung lama dan tidak cukup kuat untuk melepaskan perekonomian dunia dari kelesuan. Pertumbuhan ekonomi yang kurang memadai di negara-negara maju tersebut diiringi oleh situasi pengangguran yang tak kunjung membaik, makin menyu-burkan tumbuhnya sentimen proteksionisme di antara mereka. Perdagangan dunia terhambat perkembangannya dan khususnya permintaan akan komoditi primer, termasuk minyak bumi, terus merosot. Karena komoditi primer masih merupakan bagian ter-besar dari komoditi ekspor negara-negara berkembang, peneri-maan ekspor mereka merosot dan selanjutnya menimbulkan ber-bagai permasalahan yang menyangkut neraca pembayaran dan ke-giatan pembangunan di negara-negara tersebut.

Di bidang moneter, perkembangan yang terjadi selama pe-riode ini juga tidak menggembirakan. Nilai tukar antara mata-uang-matauang utama di dunia, khususnya antara dollar A.S. dengan Yen dan DM serta dengan berbagai matauang negara Eropa lainnya, menunjukkan gejolak yang tajam dan arah perkembangan yang tidak menentu. Perkembangan tingkat bunga juga menunjuk-kan ketidakpastian dan secara umum tingkat bunga riil masih bertahan di atas tingkat normalnya di masa lampau. Keadaan moneter ini, ditambah dengan situasi pasaran ekspor yang kurang menguntungkan tersebut di atas, telah menimbulkan beban yang sangat berat bagi perekonomian dari kebanyakan ne-gara berkembang. Beberapa negara berkembang di Amerika Latin, Asia dan Afrika mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban hutang mereka, sehingga terpaksa harus melakukan penundaan pembayaran hutangnya di samping harus mengurangi kegiatan-ke-

8

Page 9:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

giatan pembangunan mereka. Masalah hutang negara berkembang telah menjadi salah satu masalah dunia yang paling mendesak dewasa ini.

Masalah-masalah internasional tersebut memerlukan peme-cahan secara internasional pula, terutama berupa koordinasi kebijaksanaan di antara negara-negara maju. Namun penyelesaian yang mendasar bagi masalah-masalah dunia tersebut sampai saat ini belum juga nampak.

Dalam situasi dunia yang tidak menguntungkan seperti di-uraikan di atas, usaha-usaha pembangunan nasional yang dilak-sanakan dalam waktu itu diarahkan untuk menjamin kelangsungan pembangunan dalam situasi dan realita baru tersebut dan se-kaligus untuk menyiapkan landasan yang lebih luas dan kokoh untuk memacu laju pembangunan di waktu mendatang. Dalam rangka itu selama 5 tahun terakhir berbagai langkah kebijaksanaan yang sangat mendasar sifatnya telah diambil di dalam negeri. Langkah-langkah tersebut meliputi antara lain: (i) devaluasi, (ii) penjadwalan kembali beberapa proyek besar, (iii) deregulasi perbankan, (iv) pembaharuan sistem perpajakan, (v) penajaman prioritas pembangunan, (vi) pengendalian pinjaman luar negeri pemerintah yang bersyarat setengah lunak dan (vii) paket-paket deregulasi dan debirokratisasi antara lain di bidang perdagangan, perhubungan, industri, pariwisata dan penanaman modal.

Langkah-langkah tersebut merupakan rangkaian tindakan yang terpadu dan mempunyai perspektif jangka panjang serta merupakan upaya terobosan untuk mempertahankan momentum serta melanjutkan gerak pembangunan. Adapun sasaran-sasaran pokok yang hendak dicapai antara lain adalah: meningkatkan mobili-sasi dana pembangunan dari sumber dalam negeri, mengamankan dan menyehatkan posisi neraca pembayaran, memacu ekspor non-migas melalui peningkatan daya saing serta merangsang pena-naman modal di dalam negeri. Langkah-langkah ini dilaporkan secara lebih terperinci dalam bagian-bagian tersendiri dari Bab ini.

Secara umum langkah-langkah tersebut beserta kebijaksa-naan-kebijaksanaan pembangunan lainnya telah berhasil membawa bangsa Indonesia melewati masa-masa sulit dengan selamat dan bahkan telah mampu menciptakan landasan yang mantap bagi ke-langsungan serta peningkatan laju pembangunan di tahun-tahun mendatang. Selama 5 tahun terakhir telah dicapai hasil-hasil

9

Page 10:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

nyata di berbagai bidang, meskipun beberapa masalah pembangun-an masih belum terselesaikan dengan tuntas dan tetap memer-lukan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengatasinya.

Hasil-hasil pembangunan tersebut dilaporkan secara garis besar berikut ini, dan selanjutnya secara lebih terinci di-kemukakan dalam uraian mengenai masing-masing sektor dalam bagian-bagian Bab yang bersangkutan.

Laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah 4,2% dalam tahun 1983, 6,0% dalam tahun 1984, 2,3% dalam tahun 1985 dan 3,2% dalam tahun 1986, yaitu rata-rata 3,9% per tahun untuk periode 1983-1986. Untuk 3 tahun pertama pelak-sanaan Repelita IV, yaitu selama tahun 1984-1986, laju per-tumbuhan rata-rata yang dicapai adalah 3,8% per tahun. Laju pertumbuhan ini masih di bawah sasaran Repelita IV sebesar 5% per tahun, namun masih di atas laju pertumbuhan penduduk se-besar sekitar 2,1% setahun. Sebagai perbandingan, laju per-tumbuhan rata-rata per tahun selama periode 1983-1986 bagi seluruh negara berkembang adalah 3,3%, sedangkan, bagi kelom-pok negara-negara berkembang pengekspor minyak adalah -0,1%.

Secara sektoral, pertanian mengalami kemajuan yang pesat dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 3,6% per tahun se-lama 1984-1986, sedangkan sektor industri dan sektor listrik, gas dan air minum menunjukkan laju pertumbuhan rata-rata per tahun yang tinggi yaitu masing-masing sebesar 10,9% dan 6,5% selama periode yang sama. Pertumbuhan rata-rata per tahun bagi sektor-sektor lain adalah l,5% untuk sektor pertambangan dan penggalian, -0,7% untuk sektor bangunan, 4,6% untuk sektor pengangkutan dan komunikasi dan 3,5% untuk sektor-sektor perdagangan, lembaga keuangan dan jasa lainnya.

Salah satu hasil pembangunan yang sangat penting, me-nyangkut upaya untuk menciptakan kerangka landasan bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang di masa menda-tang. Berbagai indikator menunjukkan secara jelas bahwa ke-rangka landasan untuk tumbuh dan berkembang ke arah masyara-kat adil dan makmur yang ingin diwujudkan dalam Repelita IV sudah menampakkan bentuknya secara makin nyata, baik di bidang ekonomi, politik, sosial budaya maupun hankam.

Di bidang ekonomi, struktur ekonomi telah berkembang me-nuju ke arah keseimbangan yang lebih baik antara sektor in-dustri dan pertanian. Apabila dalam tahun 1969, tahun dimu-lainya Repelita I, sumbangan sektor industri dalam Produk

10

Page 11:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Domestik Bruto (PDB) adalah 9,2%, maka dalam tahun 1982 men-capai 12,9% dan dalam tahun 1986, 14,4%. Dalam waktu yang sama sumbangan sektor pertanian dalam PDB menurun dari 49,3% menjadi 26,3%, dan kemudian menjadi 25,8%. Perubahan struk-tural tersebut juga diiringi oleh peningkatan kualitatif dari peranan masing-masing sektor.

Perkembangan sektor industri menuju ke arah industri yang makin maju terlihat dari makin beranekaragam dan makin kompleksnya barang-barang industri yang dihasilkan. Basis in-dustri di Indonesia telah menjadi semakin luas dan semakin kokoh. Di samping itu, terutama selama beberapa tahun ter-akhir, berbagai hasil industri dalam negeri telah berhasil menerobos pasar luar negeri. Hal ini menunjukkan bahwa hasil produksi Indonesia makin mampu bersaing dengan produk-produk sejenis, baik dari segi harga maupun mutu di dunia interna-sional. Ekspor hasil-hasil industri telah berkembang, baik dalam jumlah maupun ragamnya, dan nilainya telah meningkat dengan sangat pesat dari US$ 2.390 juta dalam tahun 1982 men-jadi US$ 6.635 juta dalam tahun 1987 (angka sementara), atau meningkat dengan 178%.

Sehubungan dengan itu pada tanggal 1 Agustus sampai dengan 14 September 1985, dalam rangka memperingati 40 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia telah diselenggarakan Pameran Produksi Indonesia (PPI) di Jakarta. Tujuan pameran ini, se-lain sebagai arena promosi hasil-hasil produksi dalam negeri, terutama untuk membangkitkan kesadaran dan kebanggaan masya-rakat akan kemampuan bangsa, meningkatkan rasa menghargai hasil karya sendiri, dan sekaligus untuk mengukur kemajuan-kemajuan di berbagai bidang pembangunan yang telah dicapai selama 40 tahun merdeka. Keberhasilan PPI telah ikut makin meningkatkan kepercayaan diri bangsa Indonesia dalam upaya pembangunannya.

Sektor pertanian juga telah mengalami peningkatan kuali-tatif menuju ke arah sektor pertanian yang makin tangguh. Pe-nurunan peranan sektor pertanian dalam PDB justru diiringi dengan meningkatnya produksi berbagai hasil pertanian seperti bahan makanan, hasil perkebunan, peternakan dan perikanan, sebagai akibat dari peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam kegiatan-kegiatan ini. Demikian pula perlu dicatat bahwa dalam masa yang penuh ketidakpastian dan gejolak yang telah menimbulkan berbagai hambatan dan permasalahan bagi sektor-sektor tertentu di dalam negeri, sektor pertanian telah mampu tumbuh dengan mantap dengan laju rata-rata 3,6%

11

Page 12:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

per tahun selama periode tahun 1984-1986.

Perkembangan ke arah struktur perekonomian yang lebih seimbang juga terlihat dari segi sumber pembiayaan pembangun-an yang menunjukkan semakin berkurangnya ketergantungan ke-pada minyak dan gas bumi. Di bidang keuangan negara, peneri-maan dalam negeri di luar migas meningkat dari Rp. 4,2 trilyun (atau 34,2% dari seluruh penerimaan dalam negeri) da-lam tahun 1982/83, menjadi Rp. 10,3 trilyun (atau 59,9% dari seluruh penerimaan dalam negeri) dalam APBN tahun 1987/88. Di bidang perbankan, deposito berjangka yang merupakan pula sum-ber dana pembangunan telah meningkat dari Rp. 2,41 trilyun pada akhir Maret 1983 menjadi Rp. 15,32 trilyun pada akhir Desember 1987, atau kenaikan sebesar 535,7%. Di bidang pene-rimaan ekspor juga telah terjadi perubahan struktural yang mendasar. Apabila dalam tahun 1982/83 79% dari penerimaan ekspor berasal dari migas dan hanya 21,0% berasal dari nonmi-gas, maka dalam tahun 1987/88 keadaannya berbalik, yaitu 48,6% berasal dari migas dan 51,4% berasal dari nonmigas. Perkembangan-perkembangan ini telah makin memantapkan struk-tur pembiayaan yang berasal dari dalam negeri.

Di samping struktur ekonomi yang makin seimbang, indi-kator lain yang menunjukkan meningkatnya kemampuan perekono-mian Indonesia untuk memacu pembangunannya di masa mendatang adalah makin berkembangnya sarana dan prasarana yang ada di dalam negeri. Meskipun selama 5 tahun terakhir keadaan dana pembangunan terbatas, pembangunan sarana dan prasarana tetap mendapatkan prioritas utama. Jaringan sarana dan prasarana di dalam negeri telah meningkat dengan pesat. Antara tahun 1982/83 dan 1987/88, panjang jalan dalam kondisi mantap me-ningkat dari sekitar 12 ribu km menjadi sekitar 24 ribu km, kapasitas dermaga pelabuhan meningkat menjadi lebih dari dua kali lipat yakni dari 81 ribu m2 menjadi 179 ribu m2, dan jumlah landasan udara bertambah dari 86 buah menjadi 111 buah. Sementara itu dalam periods yang sama Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa telah meningkatkan jumlah hu-bungan telepon otomat antar kota dari 105 kota menjadi 113 kota dan sambungan langsung internasional dari 80 negara men-jadi 110 negara. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir prasarana listrik juga sangat meningkat dengan diselesaikannya pemba-ngunan pembangkit-pembangkit listrik baru dengan kapasitas 3.063 MW, baik untuk daerah perkotaan maupun pedesaan. Dalam kurun waktu yang sama program listrik pedesaan makin meluas dan menjangkau 9.286 desa baru dan memberikan penerangan lis-trik bagi lebih dari 2,5 juta keluarga pedesaan.

12

Page 13:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Dalam pada itu unsur kebutuhan pokok masyarakat juga se-makin tersedia dan terjangkau oleh rakyat banyak. Dalam tahun 1984 Indonesia berhasil mencapai swasembada beras dan sampai sekarang keadaan tersebut tetap dapat dipertahankan. Penye-dia8n sandang juga meningkat dengan sangat pesat. Dalam tahun 1969/70 produksi tekstil adalah 449,8 juta meter (atau 3,9 m per kapita), kemudian meningkat menjadi 1.708,9 juta meter (atau 11,0 m per kapita) dalam tahun 1982/83 dan kemudian menjadi 2.761,5 juta meter (atau 16,3 m per kapita) dalam tahun 1986/87. Kebutuhan pokok lain adalah papan. Pengadaan perumahan rakyat telah meningkat pesat, baik melalui pem-bangunan yang dilakukan oleh masyarakat sendiri maupun mela-lui program perumahan rakyat. Selama periode 1983/84 - 1987/ 88 (sampai dengan Desember 1987), telah berhasil dibangun dan disalurkan kepada masyarakat melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bank Tabungan Negara sebanyak 260.184 rumah, baik yang dibangun oleh Perum Perumnas maupun oleh para pembangun rumah (developer) swasta. Di samping itu, telah dilaksanakan pula berbagai upaya untuk perbaikan kampung dan lingkungan peru-mahan kota dan desa serta peningkatan swadaya masyarakat di bidang perumahan dan lingkungan.

Pendidikan juga telah mencapai kemajuan yang pesat se-kali, sehingga dalam tahun 1984 untuk pertama kalinya wajib belajar bagi anak-anak kelompok umur sekolah dasar sudah da-pat dilaksanakan. Sementara itu, di bidang kesehatan, pemba-ngunan pusat-pusat pelayanan kesehatan telah makin menjangkau rakyat di berbagai pelosok tanah air. Dalam tahun 1968 rasio dokter terhadap penduduk adalah 1:22.000, dalam tahun 1982/83 menjadi 1:9.700 dan pada tahun 1987/88 menjadi 1:7.500. Seba-gai akibat dari peningkatan derajat kesehatan serta perbaikan gizi masyarakat, angka kematian bayi turun dari 90,3 per 1000 kelahiran hidup (pada akhir Repelita III) menjadi dibawah 70,0 per 1000 kelahiran hidup pada akhir tahun 1987. Sementa-ra itu, harapan hidup rata-rata orang Indonesia meningkat dari 53 tahun pada akhir Repelita II menjadi 56 tahun pada akhir Repelita III dan mencapai 59 tahun pada tahun 1987.

Di bidang politik, diterimanya Pancasila sebagai satu-satunya asas oleh semua orpol dan ormas merupakan langkah maju yang sangat mendasar dalam upaya untuk makin memantapkan dan melestarikan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 se-bagai landasan bernegara. Pendidikan P4 menjangkau lapisan masyarakat yang makin luas. Pemilikan umum yang keempat se-lama masa Orde Baru telah dilaksanakan dengan aman, tertib dan lancer pada bulan April 1987, dan, ini mencerminkan se-

13

Page 14:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

makin mantapnya mekanisme demokrasi Pancasila. Perkembangan-perkembangan ini, beserta perkembangan-perkembangan positif lainnya, menunjukkan makin terwujudnya kerangka landasan di bidang politik.

Di bidang sosial-budaya, terasa bahwa kehidupan ber-masyarakat yang penuh keseimbangan, keserasian dan keselaras-an sesuai dengan Pancasila telah makin membudaya dan menjadi kepribadian bangsa. Hal ini terbukti antara lain dengan makin mantapnya kerukunan sosial di tanah air antar umat beragama, antar golongan masyarakat dan antar kelompok suku bangsa.

Di bidang hankam, semakin terasa terwujudnya wawasan pertahanan-keamanan yang didasarkan pada kekuatan rakyat se-mesta dengan inti kekuatan ABRI yang telah mampu mengamalkan dwi fungsinya dengan sebaik-baiknya.

Dalam pada itu, stabilitas ekonomi selama 5 tahun ter-akhir, secara keseluruhan berlangsung mantap. Laju inflasi rata-rata per tahun selama periode 1983/84 sampai dengan 1986/87 adalah 7,7%, sedangkan untuk tahun 1987/88 sampai dengan Desember 1987 (April 1987 sampai dengan Desember 1987) adalah 7,4%. Laju inflasi tertinggi selama periode ini adalah untuk tahun anggaran 1983/84 yaitu sebesar 12,6% dan yang terendah adalah untuk tahun 1984/85 yaitu sebesar 3,6%. Laju inflasi yang relatif tinggi dalam tahun 1983/84 terutama di-sebabkan oleh pengaruh kenaikan harga BBM pada bulan Januari 1983 dan devaluasi rupiah pada akhir Maret 1983. Di samping itu, kenaikan harga barang ekspor seperti minyak sawit di pasar dunia, juga mempunyai sumbangan terhadap kenaikan indeks harga konsumen pada tahun tersebut.

Secara umum, inflasi di dalam negeri telah berhasil di-kendalikan dengan baik. Apabila laju inflasi rata-rata per tahun di Indonesia selama tahun 1983 - 1987 adalah 8,5%, maka untuk seluruh negara berkembang angka tersebut adalah 35,1%, sedang untuk negara-negara berkembang pengekspor minyak ada-lah 20,9%. Laju inflasi rata-rata per tahun di negara-negara ASEAN selama periode yang mama adalah Malaysia 2,1%, Thailand 2,4%, Singapura 0,8%, Filipina 17,5% dan Brunei 1,8% (untuk periode 1985-1987).

Aspek lain dari stabilitas ekonomi yang penting adalah posisi neraca pembayaran. Situasi neraca pembayaran terkait erat dengan kemantapan kepercayaan masyarakat terhadap kurs rupiah. Perkembangan dari situasi neraca pembayaran di Indo-

14

Page 15:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

nesia diuraikan lebih lanjut dalam Bab mengenai neraca pem-bayaran. Yang perlu dikemukakan di sini adalah bahwa selama 5 tahun terakhir, Indonesia mengalami goncangan-goncangan berat di bidang ini. Namun berkat ketahanan ekonomi nasional yang makin mantap serta berkat tindakan-tindakan pengamanan yang telah diambil di bidang ini, goncangan-goncangan tersebut bisa diatasi dan dilewati dengan selamat.

Sumber pokok dari goncangan itu adalah merosotnya harga minyak di pasar dunia, yang sudah mulai terlihat sejak tahun 1981. Pada pertengahan tahun 1982, dalam rangka mempertahan-kan harga, OPEC mengenakan kuota produksi kepada para anggo-tanya sehingga mengakibatkan menciutnya volume ekspor dari negara-negara tersebut. Volume ekspor Indonesia turun dari rata-rata 1,05 juta barrel per hari sebelum pengenaan kuota, menjadi 0,88 juta barrel per hari setelah kuota. Perkembangan ini mempunyai akibat langsung berupa penurunan penerimaan devisa. Ternyata tindakan OPEC ini belum mampu menghentikan kecenderungan merosotnya harga minyak. Pasar minyak bumi tetap lemah sehingga pada awal tahun 1983 OPEC terpaksa harus menurunkan harga patokannya dari sekitar US$ 34 per barrel menjadi US$ 29 per barrel. Ini merupakan pukulan kedua bagi negara-negara anggota OPEC dalam jangka waktu hanya beberapa bulan setelah penurunan volume ekspor, dan memperberat dampak negatif terhadap penerimaan devisa mereka. Di dalam negeri, keadaan ini selanjutnya memaksa diambil tindakan pengamanan antara lain berupa devaluasi rupiah sebesar 27,8% pada akhir Maret 1983 dan penjadwalan kembali proyek-proyek besar yang banyak menggunakan devisa.

Dalam pada itu, situasi pasar minyak dunia terus menun-jukkan kecenderungan melemah, meskipun dari waktu ke waktu diselingi oleh bulan-bulan yang nampaknya memberikan harapan akan tercapainya kestabilan. Harga minyak cenderung terus me-nurun. Goncangan yang terberat terjadi dalam tahun 1986, se-waktu harga minyak Indonesia merosot tajam dari sekitar US$ 25 per barrel pada awal tahun menjadi sekitar US$ 9 per barrel delapan bulan kemudian. Keadaan inilah yang memaksa diambil-nya tindakan darurat berupa devaluasi rupiah sebesar 31,0% pada bulan September 1986. Tujuan utama dari langkah tersebut adalah untuk menyelamatkan neraca pembayaran dan menjamin ke-langsungan pembangunan. Dalam tahun 1987 harga minyak membaik dan relatif stabil berkat dilaksanakannya kesepakatan OPEC untuk mempertahankan harga patokan US$18 per barrel melalui pengendalian produksi di antara para anggotanya. Beberapa bulan menjelang akhir tahun 1987 terlihat kembali gejala me-

15

Page 16:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

lemahnya harga minyak meskipun tidak terlalu mengkhawatirkan dibandingkan dengan skala perkembangannya dalam tahun 1986. Prospek perkembangan harga minyak nampaknya masih akan tetap mengandung ketidakpastian dan selalu memerlukan kewaspadaan yang tinggi.

Kemerosotan peranan minyak bumi sebagai sumber devisa utama ini ternyata bukan tanpa hikmah bagi bangsa Indonesia. Keadaan ini telah makin membulatkan tekad untuk memacu per-kembangan sumber-sumber devisa lain, khususnya ekspor komo-diti di luar migas serta pariwisata. Tekad ini tertuang dalam rangkaian kebijaksanaan untuk menggalakkan ekspor nonmigas dan pariwisata melalui tindakan-tindakan devaluasi, deregu-lasi dan debirokratisasi di berbagai bidang, khususnya di bidang-bidang yang menyangkut perdagangan luar negeri, arus barang dan penanaman modal. Langkah-langkah kebijaksanaan tersebut menunjukkan hasil-hasil yang sangat menggembirakan. Ekspor nonmigas telah meningkat dengan sangat pesat. Apabila dalam tahun 1982/83 penerimaan ekspor nonmigas Indonesia ada-lah sebesar US$ 3.928 juta, maka tahun 1987/88 diperkirakan mencapai US$ 9.054 juta, atau meningkat menjadi 2,3 kali lipat dalam kurun waktu 5 tahun. Pada tahun 1982/83 penerimaan ekspor nonmigas menyumbang 21,0% terhadap penerimaan ekspor total, sedang ekspor migas mencakup sisanya yakni sebesar 79,0%. Pada tahun 1987/88 sumbangan ekspor nonmigas dalam pe-nerimaan ekspor total Indonesia adalah 51,4%, sedang ekspor migas hanya 48,6%. Dalam tahun 1987/88 penerimaan ekspor non-migas untuk pertama kalinya melampaui penerimaan dari ekspor migas dan kecenderungan ini akan berlangsung terus di tahun-tahun mendatang. Penerimaan dari pariwisata juga menunjukkan perkembangan serupa, yaitu meningkat dari US$ 314,0 juta dalam tahun 1982/83 menjadi US$ 842,0 juta dalam tahun 1987/ 88, atau meningkat menjadi hampir 2,7 kali.

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir perekonomian Indone-sia mengalami masa peralihan yang pesat dari ketergantungan terhadap minyak bumi ke struktur ekonomi yang lebih mantap dan seimbang. Di bidang stabilitas ekonomi, masa peralihan ini ditandai oleh berbagai gangguan terhadap kepercayaan ma-syarakat terhadap rupiah, terutama dalam bentuk tindakan-tin-dakan spekulasi devisa yang dilakukan oleh sementara pihak di masyarakat. Gejala spekulasi ini sudah mulai terlihat sejak sekitar tahun 1982 pada waktu tanda-tanda kemerosotan peneri-maan migas menjadi jelas. Namun gejala tersebut pada dasarnya masih bersifat laten. Beberapa waktu kemudian lonjakan-lon-jakan pembelian devisa terjadi, meskipun semuanya dapat dire-

16

Page 17:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

dakan pada waktunya. Gejala spekulasi tersebut terjadi antara lain selama beberapa bulan menjelang Maret 1983, bulan Sep-tember - Oktober 1984, selama bulan-bulan awal tahun 1986, selama bulan Desember 1986 sampai Januari 1987 serta dalam bulan-bulan April sampai Juni 1987. Namun gejala tersebut berhasil dikendalikan melalui berbagai langkah-langkah peng-amanan, di antaranya yang paling efektif dalam mematahkan spekulasi adalah tindakan pengetatan sementara terhadap li-kuiditas perbankan yang dilakukan pada bulan Juni 1987 ter-utama dengan memindahkan sementara dana deposito BUNN ke Bank Indonesia untuk ditanamkan dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sejak itu gejala spekulatif sudah sangat menyurut dan keadaan moneter makin mantap. Hal ini terutama disebabkan oleh makin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk tidak mudah terpancing oleh berbagai isyu dan makin, yakinnya para pemilik uang akan tekad serta kemampuan negara untuk meng-atasi masalah spekulasi, di samping juga karena adanya per-baikan-perbaikan yang nyata dalam iklim investasi di dalam negeri. Perkembangan lain yang makin memantapkan lagi keper-cayaan masyarakat terhadap rupiah adalah melonjaknya peneri-maan ekspor nonmigas akhir-akhir ini serta meningkatnya ca-dangan devisa. Pada akhir tahun 1982/83 cadangan devisa ber-jumlah US$ 3.074 juta yang hanya cukup untuk membiayai 2,3 bulan impor. Pada akhir tahun 1987/88 cadangan devisa diper-kirakan meningkat menjadi US$ 6.200 juta yang cukup untuk membiayai 6,6 bulan impor.

Di bidang keuangan negara, tantangan utama adalah mero-sotnya sumber penerimaan dalam negeri yang sangat penting, yaitu penerimaan dari minyak bumi dan gas alam. Dalam mengha-dapi tantangan tersebut serangkaian langkah pembaharuan yang mendasar telah diambil sejak periode menjelang pelaksanaan Repelita IV. Langkah-langkah pembaharuan ini serta berbagai langkah penyempurnaan pelaksanaannya sekaligus juga diarahkan untuk menunjang penciptaan landasan yang makin mantap untuk tahap pembangunan selanjutnya.

Di bidang penerimaan negara langkah pembaharuan tersebut berupa pemberlakuan Undang-undang Nomor 6, 7 dan 8 tahun 1983 serta Undang-undang Nomor 12 dan 13 tahun 1985 yang bertujuan untuk mengembangkan sistem perpajakan yang baru. Usaha ter-sebut secara mendasar ditujukan untuk dapat mengatasi berbagai kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada sistem yang lama. Salah satu sasaran utama dari Undang-undang ini, serta berba-gai langkah penyempurnaan pelaksanaannya, adalah meningkatkan keikutsertaan masyarakat luas dalam pembiayaan pembangunan.

17

Page 18:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Sebagai hasil dari rangkaian kebijaksanaan yang diambil tersebut maka realisasi penerimaan nonmigas dalam negeri sa-ngat meningkat. Antara tahun 1983/84 dan 1986/87, sewaktu penerimaan dari migas turun dari Rp. 9.520,2 milyar menjadi Rp. 6.337,6 milyar, penerimaan dalam negeri dari sumber nonmigas telah meningkat dua kali lipat dari Rp. 4.912,5 milyar menjadi Rp. 9.803,0 milyar.

Di bidang pengeluaran rutin, kebijaksanaan diarahkan pada pencapaian berbagai sasaran, yang meliputi antara lain penurunan secara bertahap berbagai macam subsidi, perluasan kegiatan usaha golongan ekonomi lemah serta perluasan kesem-patan kerja dan peningkatan tabungan pemerintah. Dalam reali-sasinya, subsidi BBM yang pada tahun 1982/83 masih mencapai jumlah sebesar Rp 961,5 milyar dalam tahun-tahun berikutnya terus menurun. Bahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, ser-ta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982, 1983 dan 1984, disertai dengan adanya penurunan biaya impor minyak mentahnya, maka hasil penjualan BBM di dalam negeri telah dapat memberikan sumbangan pada realisasi penerimaan dalam negeri sebesar Rp. 1.010,0 milyar. Dalam rangka memper-tajam prioritas di bidang pengeluaran negara, maka pengeluar-an yang dimaksudkan untuk mengamankan serta memelihara ha-sil-hasil pembangunan tetap mendapat prioritas yang tinggi, sesuai dengan sasaran Repelita IV di bidang pengeluaran rutin. Guna mencapai sasaran peningkatan kegiatan golongan ekonomi lemah, perluasan kesempatan kerja dan sekaligus me-ningkatkan pemerataan telah dilaksanakan Keppres Nomor 29 Tahun 1984 yang memprioritaskan pembelian barang dan jasa dari hasil produksi dalam negeri terutama hasil produksi golongan ekonomi lemah.

Di lain pihak, realisasi pengeluaran rutin dalam bentuk pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri telah meng-alami peningkatan yang besar dari Rp. 1.204,7 milyar pada tahun 1982/83 menjadi Rp. 5.058,1 milyar pada tahun 1986/87. Pada tahun 1987/88 realisasi semester I adalah sebesar Rp. 2.823,6 milyar atau 41,7% dari jumlah APBN dari pos pe-ngeluaran ini untuk seluruh tahun 1987/88. Peningkatan yang besar ini disebabkan oleh jatuh temponya sejumlah hutang luar negeri serta oleh adanya pergeseran yang cukup berarti dalam nilai tukar beberapa matauang utama dunia dalam waktu yang relatif pendek, terutama sejak akhir tahun 1985. Selain itu, pelaksanaan kebijaksanaan ini dilandasi oleh tekad untuk tetap melaksanakan setiap kewajiban pembayaran kembali menu-

18

Page 19:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

rut jadwal yang disepakati semula dalam rangka mempertahankan tingkat kepercayaan yang telah cukup tinggi dari negara kreditor kepada Indonesia.

Dengan berbagai langkah tersebut, maka realisasi penge-luaran rutin yang pada tahun 1982/83 baru mencapai Rp. 6.996,3 milyar, pada APBN tahun 1987/88 telah mencapai Rp. 15.026,5 milyar, atau suatu peningkatan sebesar rata-rata 16,5% se-tahun selama periode ini. Dalam pada itu realisasi pengeluar-an rutin di luar pembayaran bunga dan cicilan hutang luar ne-geri telah meningkat hanya sebesar rata-rata 7,4% setahun dalam periode yang sama. Hal itu merupakan hasil dari berba-gai langkah yang telah ditempuh untuk menurunkan subsidi BBM dan subsidi pangan. Di lain pihak, komponen pengeluaran rutin dalam bentuk pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri antara tahun 1983/84 dan 1987/88 telah meningkat sebesar rata-rata 41,2% setahun. Karena perkembangan di bidang pemba-yaran bunga dan cicilan hutang luar negeri dalam periode ini, maka sasaran pengeluaran rutin yang menyangkut peningkatan tabungan pemerintah belum mencapai hasil yang memadai, meski-pun berbagai sasaran penting yang menyangkut penghematan penggunaan sumber-sumber di dalam negeri telah berhasil de-ngan baik. Demikian pula perkembangan penerimaan dalam negeri di luar migas terus membaik.

Dana pembangunan yang terdiri dari tabungan Pemerintah dan dana bantuan luar negeri sejak tahun 1982/83 sampai dengan 1985/86 terus meningkat. Jumlah dana pembangunan sejak tahun 1982/83 sampai dengan tahun 1985186 berturut-turut adalah sebesar Rp. 7.362,0 milyar pada tahun 1982/83, sebesar Rp. 9.903,3 milyar pada tahun 1983/84, sebesar Rp. 9.954,5 milyar pada tahun 1983/84, dan sebesar Rp. 10.873,9 milyar pada tahun 1985/86. Pada tahun anggaran 1986/87 jumlah dana pembangunan adalah sebesar Rp. 8.333,5 milyar atau menurun dibandingkan dengan dana pembangunan pada tiga tahun sebelumnya. Penurunan tabungan Pemerintah tersebut disebabkan merosotnya harga minyak mentah dalam tahun 1986 seperti yang disebutkan di depan. Dana pembangunan tersebut dipergunakan untuk membiayai pengeluaran pembangunan yang mencakup pengeluaran bagi proyek-proyek pembangunan di berbagai sektor pembangunan, antara lain sektor pendidikan, pertambangan dan energi, perhubungan dan pariwisata, pembangunan daerah, desa dan kota serta sektor pertanian dan pengairan dan lain-lainnya. Dalam rangka peningkatan efisiensi pengeluaran pembangunan telah ditempuh langkah untuk menghapuskan sistem SIAP

19

Page 20:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

sejak tahun anggaran 1986/87 di samping langkah-langkah untuk lebih mempertajam prioritas pembangunan.

Selama periode 1983/84 - 1987/88, pelaksanaan kebijaksa-naan moneter, terkait dan diserasikan dengan pelaksanaan kebi-jaksanaan di bidang keuangan negara. Upaya penyesuaian di bidang moneter untuk menghadapi kecenderungan menurunnya pe-ranan sumber-sumber pembiayaan pembangunan dari sektor migas telah ditempuh melalui serangkaian langkah-langkah deregulasi sejak Juni 1983. Langkah-langkah ini, yang meliputi pengha-pusan sistem pagu kredit, pembatasan pemberian kredit likui-ditas Bank Indonesia serta kebebasan yang lebih luas dalam penentuan tingkat suku bunga, kesemuanya diarahkan untuk me-ningkatkan kemampuan perbankan serta lembaga-lembaga keuangan bukan bank untuk secara mandiri menggalakkan mobilisasi ta-bungan masyarakat serta menyalurkannya ke berbagai kegiatan yang menunjang upaya penciptaan landasan yang lebih kokoh untuk tahap pembangunan selanjutnya. Bersamaan dengan pembe-rian kebebasan yang lebih besar kepada lembaga-lembaga ke-uangan, telah pula ditempuh berbagai kebijaksanaan pembaharu-an sarana moneter dalam rangka mempertahankan kestabilan mo-neter melalui pengendalian secara tidak langsung. Hal ini di-wujudkan antara lain melalui penerbitan SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan SBPU (Surat Berharga Pasar Uang) serta lang-kah-langkah penyempurnaan pemanfaatannya dalam rangka pelak-sanaan sarana operasi pasar terbuka.

Berdasarkan langkah-langkah tersebut, terus dimantapkan kestabilan moneter melalui pengendalian jumlah uang beredar. Pada akhir triwulan III tahun 1987/88 jumlah uang beredar mencapai Rp. 12.242 milyar dibandingkan dengan jumlah sebesar Rp. 7.380 milyar pada akhir tahun 1982/83 serta Rp. 8.988 milyar pada akhir tahun 1984/85. Meskipun dalam periode ini telah dua kali dilaksanakan devaluasi, yaitu Maret 1983 dan September 1986, kebijaksanaan moneter telah berhasil mencip-takan kestabilan harga-harga, sehingga laju inflasi pada umumnya dipertahankan di bawah 10% per tahun, kecuali pada tahun 1983/84.

Perkembangan usaha pasar modal juga menunjukkan kemajuan yang menggembirakan. Perkembangan tersebut makin mantap an-tara lain dengan dikeluarkannya Paket 24 Desember 1987, dibu-kanya bursa paralel (over-the-counter), serta dengan lebih menyederhanakan peraturan guna menampung kebutuhan dana bagi perusahaan baru, sedang dan menengah lewat pasar modal.

20

Page 21:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Peningkatan kegiatan perbankan tercermin pada terus me-ningkatnya dana perbankan serta jumlah penyaluran kredit per-bankan yang masing-masing telah mencapai Rp. 29.006,7 milyar dan Rp. 32.984 milyar pada akhir triwulan III tahun 1987/88 dibandingkan Rp.10.190,7 milyar dan Rp.13.705 milyar pada akhir tahun 1982/83.

Langkah-langkah serta perkembangan di sektor keuangan ini telah menunjang upaya penciptaan landasan yang makin mantap bagi pembangunan selanjutnya dengan menciptakan suasa-na dan sarana penunjangan keuangan yang diperlukan untuk makin memperkokoh dan meningkatkan peranan dunia usaha dalam melak-sanakan pembangunan nasional.

Seperti telah disinggung di muka, selama kurun waktu 1983/84 - 1987/88 perekonomian Indonesia telah mengalami gon-cangan-goncangan yang terberat yang pernah dialami selama 2 dasawarsa ini. Sumber goncangan tersebut pada dasarnya ber-sifat ekstern, yaitu terutama berupa kemerosotan harga minyak yang sangat besar dan apresiasi kurs matauang asing utama se-perti Yen, DM dan sebagainya yang kedua-duanya terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Sektor yang paling awal merasakan akibatnya adalah penerimaan negara, penerimaan devisa dan pembayaran hutang luar negeri. Turunnya harga komoditi ekspor Indonesia, khususnya minyak bumi, telah mempengaruhi posisi neraca pembayaran, menurunkan persediaan dana devisa untuk pembangunan serta menimbulkan gangguan-gangguan terhadap sta-bilitas ekonomi dalam negeri.

Telah diuraikan pula sebelumnya, bahwa dalam menghadapi tantangan ini dan demi kelanjutan pembangunan, serangkaian langkah kebijaksanaan yang bersifat mendasar telah diambil. Di antara langkah-langkah tersebut yang berkaitan dengan ne-raca pembayaran adalah sebagai berikut.

Pada bulan Maret 1983 rupiah didevaluasi sebesar 27,8% terhadap dollar Amerika Serikat. Tujuan utamanya adalah untuk mengamankan neraca pembayaran dari dampak kemerosotan peneri-maan minyak yang berkelanjutan serta untuk meningkatkan daya saing ekspor Indonesia di pasaran internasional. Selanjutnya dalam bulan Mei berikutnya diambil langkah penjadwalan kem-bali sejumlah proyek besar yang dibiayai dengan pinjaman luar negeri dengan komponen impor yang tinggi guna menghemat pe-ngeluaran devisa pada neraca pembayaran. Pada tahun 1985 di-keluarkan Instruksi Presiden No. 4 yang menyangkut langkah-langkah penyempurnaan tatalaksana ekspor dan impor barang,

21

Page 22:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

pelayaran antarpulau, biaya angkutan laut, pengurusan barang dan dokumen, keagenan umum perusahaan pelayaran dan tatalak-sana operasional pelabuhan yang kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dalam produksi dan lalu-lintas barang-barang ekspor dan impor di luar minyak dan gas bumi.

Selanjutnya Paket Kebijaksanaan 6 Mei 1986 merupakan pangkal tolak serangkaian kebijaksanaan deregulasi di bidang perdagangan luar negeri dalam rangka mempercepat laju pertum-buhan ekspor di luar minyak dan gas bumi, khususnya barang-barang industri, serta mendorong penanaman modal dan meng- giatkan kembali perekonomian. Kebijaksanaan tersebut menetap- kan bahan kepada produsen eksportir yang mengekspor seluruh hasil produksinya diberikan kebebasan untuk mengimpor bahan baku dan bahan penolong tanpa dikenakan pengaturan tataniaga dan bea masuk, sedangkan bagi produsen eksportir yang hanya mengekspor sebagian dari hasil produksinya dan produsen eksportir lainnya juga berlaku kebebasan dari tataniaga impor disertai dengan fasilitas pengembalian bea masuk apabila bahan baku sejenis dengan harga yang bersaing tidak dapat disediakan oleh pasaran dalam negeri.

Seperti disebutkan di muka, dengan jatuhnya harga minyak pada bulan September 1986 rupiah didevaluasi sebesar 31,0% untuk mengamankan neraca pembayaran, mempertahankan kelang-sungan pembangunan serta untuk menunjang upaya peningkatan ekspor.

Selanjutnya, sebagai tindak lanjut kebijaksanaan dere-gulasi dan devaluasi, dalam bulan Oktober 1986, Januari 1987, Juni 1987 dan Desember 1987 telah diambil langkah-langkah yang pada dasarnya ditujukan untuk menunjang peningkatan efi-siensi dalam produksi dan pemasaran, menurunkan biaya pro-duksi sehingga dapat menaikkan daya saing barang-barang pro-duksi dalam negeri serta untuk makin merangsang penanaman modal. Melalui Paket Kebijaksanaan 25 Oktober 1986 sejumlah barang yang termasuk dalam 165 nomor CCCN tidak diatur lagi tataniaganya, sedangkan sistem pemberian perlindungan makin dialihkan dari pengaturan nontarif ke penggunaan tarif (bea masuk). Di samping itu terhadap 153 jenis komoditi diberikan pembebasan atau keringanan bea masuk. Pembebasan pengaturan tataniaga impor kemudian diperluas lagi bagi 103 jenis barang kelompok industri kecil dan industri baja melalui Paket Kebi-jaksanaan 15 Januari 1987. Selanjutnya dalam Paket Kebijaksa-naan Desember 1987 diberikan fasilitas yang lebih besar bagi

22

Page 23:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

berbagai bidang usaha dan sektor guna meningkatkan penghasil-an devisa dari ekspor dan pariwisata serta kegiatan penanaman modal dalam bentuk keringanan perpajakan, keringanan bea masuk serta penyederhanaan prosedur administrasi.

Langkah-langkah untuk menunjang diversifikasi ekspor terus dikembangkan selama masa 1983/84 - 1987/88 dengan me-ningkatkan ekspor dalam bentuk barang jadi, antara lain mela-lui kebijaksanaan pelarangan ekspor kayu bulat pada tahun 1985 dan ekspor rotan serta kulit dalam bentuk bahan mentah dalam tahun 1986. Dalam rangka perluasan pasaran, berbagai tindakan telah pula diambil untuk mendorong perdagangan dengan negara-negara Eropa Timur serta Republik Rakyat Cina.

Dalam pada itu, kebijaksanaan pinjaman luar negeri tetap berpedoman pada prinsip bahwa pinjaman tersebut harus meme-nuhi persyaratan bahwa penggunaannya sesuai dengan rencana pembangunan, tidak mempunyai ikatan politik, tidak mengaki-batkan ketergantungan yang terus menerus pada luar negeri, sedang pelunasannya tidak membebani neraca pembayaran di masa mendatang. Untuk lebih menjamin tercapainya tujuan kebijaksa-naan tersebut telah dikeluarkan Inpres No. 8 Tahun 1984 guna lebih mengendalikan pinjaman luar negeri. Di samping itu, untuk memperlancar pelaksanaan proyek-proyek pembangunan dan sekaligus mempercepat penggunaan dana dari luar negeri telah dibentuk Team Pendayagunaan Pelaksanaan Proyek-Proyek Pem-bangunan yang menggunakan Dana Luar Negeri (TP4DLN).

Di bidang penanaman modal telah diambil serangkaian ke-bijaksanaan yang ditujukan untuk menciptakan iklim usaha yang lebih menarik. Kemudahan yang diberikan pada perusahaan-per-usahaan dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) meliputi ke-ringanan dalam persyaratan, perizinan, perpajakan serta bea masuk. Khusus bagi perusahaan-perusahaan Non PMA/PMDN yang bergerak di bidang ekspor melalui Paket Kebijaksanaan 24 De-sember 1987 diberikan fasilitas pembebasan bea masuk dan PPN bagi impor mesin dan peralatan pabrik lainnya. Selanjutnya kebijaksanaan tersebut juga membuka kesempatan bagi perusaha-an dagang acing untuk beroperasi di Indonesia, khusus untuk ekspor.

Dengan latar belakang gejolak-gejolak perekonomian dunia serta rangkaian kebijaksanaan yang ditempuh selama masa 1983/84 - 1987/88, perkembangan neraca pembayaran menunjuk-kan gambaran sebagai berikut.

23

Page 24:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Nilai ekspor secara keseluruhan mengalami penurunan se-besar rata-rata 1,2% dari US$ 18.672 juta dalam tahun 1982/83 menjadi US$ 17.601 juta dalam tahun 1987/88. Penurunan ter-sebut terjadi karena nilai ekspor minyak bumi merosot dengan lebih dari 50% dari US$ 12.283 juta dalam tahun 1982/83 men-jadi US$ 6.063 juta dalam tahun 1987/88 atau turun dengan rata-rata 13,2% per tahun. Kemerosotan tersebut disebabkan oleh merosotnya harga rata-rata ekspor minyak bumi dari US$ 34,56 per barrel menjadi US$ 16,84 barrel dalam periode yang sama. Sebaliknya, nilai ekspor di luar minyak dan gas bumi dalam masa 1983/84 - 1987/88 mengalami peningkatan yang pesat sebesar rata-rata 18,2% setiap tahunnya, sehingga peranannya dalam nilai ekspor keseluruhan meningkat dari 21,0% dalam tahun 1982/83 menjadi 51,4% dalam tahun 1987/88.

Dalam periode yang sama, nilai impor (f.o.b.) rata-rata menurun dengan 7,4% per tahun dan nilai impor di luar sektor minyak dan gas bumi menurun dengan rata-rata 6,4%, sedangkan nilai impor sektor minyak dan gas bumi sejak tahun 1982/83 terus mengalami kemunduran sampai dengan tahun 1986/87 dan baru kemudian naik dengan 8,6% pada tahun 1987/88.

Di antara tahun 1982/83 dan 1987/88, pengeluaran devisa netto untuk jasa-jasa mengalami penurunan sebesar rata-rata 1,4% per tahun, yang didalamnya tercakup peningkatan penge-luaran untuk jasa-jasa di luar minyak dan gas bumi sebesar rata-rata 0,4% serta penurunan sebesar rata-rata 3,9% untuk jasa-jasa sektor minyak, dan gas bumi.

Defisit transaksi berjalan dalam tahun 1982/83 mencapai tingkat yang sangat tinggi akibat besarnya pengeluaran devisa untuk impor dan kecilnya penerimaan devisa dari ekspor sebagai akibat dari lemahnya pasaran komoditi primer di luar negeri. Defisit tersebut kemudian menurun sampai dengan tahun 1985/86, namun kembali meningkat menjadi US$ 4.051 juta pada tahun 1986/87 untuk selanjutnya dalam tahun 1987/88 menurun menjadi US$ 1.685 juta.

Perkembangan defisit transaksi berjalan tersebut diser-tai oleh perkembangan lalu lintas modal yang menunjukkan gam-baran seperti berikut. Pinjaman Pemerintah menurun dari US$ 5.011 juta dalam tahun 1982/83 menjadi US$ 4.Q60 juta dalam tahun 1987/88, diantaranya pinjaman proyek menurun dari US$ 3.400 juta menjadi US$ 3.190 juta, pinjaman tunai dari US$ 1.590 juta menjadi US$ 200 juta, sedangkan bantuan program meningkat dari US$ 21 juta menjadi US$ 670 juta. Meningkatnya

24

Page 25:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

bantuan program tersebut disebabkan mulai direalisasikannya bantuan program di luar bantuan pangan yang dikaitkan dengan kebijaksanaan khusus dalam rangka mendorong ekspor nonmigas.

Pelunasan pinjaman pokok Pemerintah meningkat dengan pesat dari US$ 926 juta dalam tahun 1982/83 menjadi US$ 2.692 juta dalam tahun 1987/88. Kenaikan tersebut terutama disebab-kan oleh dua faktor: semakin besarnya jumlah hutang yang tenggang waktu pelunasannya mulai habis dan meningkatnya nilai Yen terhadap dollar Amerika Serikat terutama sejak tahun 1985.

Pemasukan modal lain netto berjumlah US$ 1.795 juta dalam tahun 1982/83 dan US$ 1.179 juta dalam tahun 1987/88, diantaranya investasi langsung meningkat dari US$ 599 juta menjadi US$ 638 juta.

Cadangan devisa yang mengalami penurunan sebesar US$ 3.280 dalam tahun 1982/83, meningkat sampai dengan tahun 1985/86, kemudian menurun sebesar US$ 738 juta dalam tahun berikutnya dan diperkirakan naik dengan US$ 1.097 juta dalam tahun 1987/88. Dengan demikian maka jumlah cadangan devisa meningkat dari US$ 3.074 juta dalam tahun 1982/83 diperkirakan mencapai US$ 6.200 juta pada akhir tahun 1987/88. Apabila jumlah cadangan devisa dalam tahun 1982/83 hanya cukup untuk membiayai impor (c & f) sebanyak 2,3 bulan, maka jumlah cadangan devisa pada akhir tahun 1987 dapat membiayai impor sebanyak 6,6 bulan.

Selanjutnya, perkembangan masing-masing sektor pemba-ngunan dalam kurun waktu 1983784 - 1987/88 (hingga Desember 1987) dikemukakan dalam uraian berikut ini.

Di sektor pertanian dan pengairan kegiatan pembangunan ditujukan untuk memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan ekspor, sekaligus juga ditujukan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas kesempatan kerja serta menunjang program transmigrasi. Pembangunan sektor ini dilaksanakan secara serasi, terpadu dan merata, dengan tetap memelihara kemampuan sumber alam dan kelestarian lingkungan hidup, antara lain melalui usaha intensifikasi, ekstensifi-kasi, diversifikasi dan rehabilitasi.

Dalam rangka meningkatkan produksi hasil-hasil pertani-an, dilaksanakan usaha intensifikasi, khususnya dengan me-

25

Page 26:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

ningkatkan mutu intensifikasi. Intensifikasi ini didukung oleh kegiatan penelitian untuk pengembangan teknologi produk-si dan peningkatan efisiensi penggunaan sarana produksi se-perti benih unggul, pupuk, pestisida serta peningkatan ke-giatan penyuluhan, pengadaan kredit dan perlindungan tanaman dan pengamanan ternak serta ikan.

Ekstensifikasi dilaksanakan dengan membuka areal per-tanian baru dalam rangka meningkatkan produktivitas sumber lahan dan air, dengan didukung oleh pembangunan prasarana pengairan yang dikaitkan dengan program transmigrasi dan pembangunan daerah serta peningkatan peranan swasta. Dalam rangka usaha ekstensifikasi ini telah berhasil ditingkatkan partisipasi swasta dan telah dapat ditingkatkan pula luas areal pertanian baru untuk tanaman pangan, perkebunan, peri-kanan dan peternakan.

Usaha diversifikasi diarahkan untuk meningkatkan produk-tivitas sumber lahan dan air, kesempatan kerja dan pendapatan petani yang dilakukan baik di lahan irigasi maupun di lahan kering. Diversifikasi dilaksanakan terutama melalui anjuran penanaman palawija, hortikultura dan komoditi lainnya dalam suatu sistem usaha tani secara terpadu, dan di daerah lahan kritis upaya ini sekaligus juga dikaitkan dengan program penghijauan.

Dalam rangka menunjang peningkatan produksi pertanian, dilaksanakan pula penanganan pascapanen melalui pengembangan teknologi pascapanen, pengelolaan dan pemasaran hasil, serta penetapan harga dasar secara tepat sehingga pendapatan petani dapat meningkat. Usaha tersebut didukung oleh kegiatan pene-litian yang diarahkan untuk mengatasi masalah-masalah pra-panen, panen dan pascapanen serta keterkaitan pengembangan komoditi dengan sistem usaha tani. Demikian pula kegiatan pe-nyuluhan terus ditingkatkan dengan sasaran utama untuk me-ningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam menge-lola usaha tani.

Dengan berbagai kebijaksanaan tersebut di atas, produksi hasil pertanian terus meningkat. Produksi beras meningkat se-besar 3,6% per tahun selama periode 1983-1987, sehingga swa-sembada beras berhasil dicapai dan dipertahankan. Dalam pe-riode yang sama produksi pertanian yang mencapai peningkatan di atas 10% per tahun adalah jagung, kedele, telur, susu, minyak sawit, inti sawit, cengkeh, tembakau, dan coklat. Hasil-hasil produksi pertanian lainnya meningkat di atas 4%

26

Page 27:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

per tahun, kecuali ubi kayu dan ubi jalar yaitu masing-masing 2,4% dan 2,6%. Bila dibandingkan dengan sasaran pertumbuhan program tanaman pangan secara keseluruhan sebesar 3% per tahun, peternakan 2,1%, perkebunan 3,7%, dan perikanan 2,4% maka dapat dikatakan hasil yang dicapai sampai tahun 1987 telah memenuhi sasaran.

Peningkatan produksi tersebut telah mendorong peningkat-an ekspor hasil-hasil pertanian, terutama minyak sawit, udang, kulit ternak, jagung, kacang tanah dan gaplek. Sejalan dengan peningkatan produksi tersebut, jumlah penanam modal swasta juga telah meningkat. Sejak dikeluarkannya Paket Kebijaksanaan 6 Mei 1986 jumlah penanam modal swasta di bidang perkebunan yang telah disetujui meningkat dari 5 buah perusahaan pada tahun 1985 menjadi 43 buah pada tahun 1987, yang meliputi areal seluas 244.800 ha. Demikian pula sejak dikeluarkannya Inpres No. 1 Tahun 1986 tentang PIR TRANS, penanaman modal swasta di bidang perkebunan yang telah disetujui juga semakin meningkat dan meliputi rencana areal seluas 308.650 ha, yang terdiri dari kebun inti 84.730 ha dan plasma 223.920 ha. Dari segi kesempatan kerja, proyek-proyek perkebunan sampai dengan tahun 1987 telah melibatkan lebih dari 1,25 juta kepala ke-luarga.

Pembangunan pertanian tersebut di atas telah didukung oleh pembangunan pengairan. Di samping melanjutkan pembangunan irigasi baru, kebijaksanaan utama untuk subsektor pengairan lebih ditekankan pada usaha eksploitasi dan pemeliharaan serta rehabilitasi. Sampai dengan tahun 1987 jumlah jaringan irigasi yang dipelihara adalah seluas 4,3 juta ha. Rehabilitasi jaringan utama telah mencapai seluas 396.607 ha. Sedangkan pembangunan jaringan irigasi baru telah menambah lahan pertanian beririgasi seluas 254.511 ha. Program pengembangan daerah rawa sampai dengan tahun 1987 telah menambah areal pertanian di daerah rawa pasang surut dan non pasang surut seluas 275.242 ha. Sedangkan program penyelamatan hutan, tanah dan air telah mencapai areal seluas 372.740 ha.

Dalam pada itu pembangunan kehutanan diarahkan untuk me-ngembangkan persediaan bahan baku kayu dan hasil hutan lainnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan untuk ekspor. Di samping itu diusahakan pula agar ekspor hasil hutan dalam bentuk bahan jai makin ditingkatkan dan ekspor dalam bentuk bahan mentah makin dikurangi.

Dalam usaha meningkatkan hasilguna dan dayaguna peman-

27

Page 28:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

faatan hutan, pembinaan terhadap para pemegang Hak Pengusaha-an Hutan (HPH) selama 5 tahun terakhir makin disempurnakan dan pengawasan makin diperketat. Dengan ditempuhnya langkah itu diharapkan mereka benar-benar makin mampu meningkatkan produktivitasnya dan makin sungguh-sungguh memenuhi kewa-jibannya. Dalam rangka pembinaan pelestarian alam perhatian terhadap kelestarian fungsi hutan juga makin ditingkatkan.

Dengan adanya kebijaksanaan untuk membatasi ekspor kayu bulat, maka industri perkayuan dalam negeri berkembang dengan cepat. Pada tahun 1984, jumlah produksi kayu bulat yang di-olah di dalam negeri mencapai 94,0% dari seluruh produksi kayu bulat. Sejak tahun 1985 seluruh produksi kayu bulat telah diolah di dalam negeri.

Selama tahun 1982/83 sampai dengan tahun 1987/88 produk-si kayu bulat mengalami perkembangan kenaikan dan penurunan. Berturut-turut pada tahun 1982/83, tahun 1983/84 dan tahun 1984/85 produksi kayu bulat masing-masing berjumlah 23,14 juta m3, 24,18 juta m3 dan 27,72 juta m3. Dalam tahun 1985/86 produksi tersebut turun menjadi 24,28 juta m3. Kemudian dalam tahun 1986/87 produksi kayu bulat meningkat menjadi 27,40 juta m3. Sedangkan dalam tahun 1987/88 produksi kayu bulat berjumlah 25,26 juta m3. Penurunan produksi kayu bulat yang cukup besar pada tahun 1985/86 disebabkan oleh karena telah dilaksanakannya kebijaksanaan pembatasan ekspor kayu bulat. Namun sejak tahun 1986/87 produksi kayu bulat meningkat kem-bali karena industri kayu dalam negeri, terutama industri kayu lapis, terus berkembang dengan pesat.

Kebijaksanaan untuk membatasi ekspor kayu bulat juga berhasil meningkatkan ekspor kayu olahan. Selama 5 tahun ter-akhir ekspor kayu olahan rata-rata meningkat hampir 22% per tahun. Ekspor hasil hutan bukan kayu, yaitu: damar, rotan, arang, gondorukem, tengkawang, kopal, dan minyak kayu putih mempunyai potensi cukup besar sebagai sumber devisa dan me-nunjukkan perkembangan yang cukup baik.

Dalam rangka menjaga keseimbangan dan kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup, selama 5 tahun terakhir antara lain dilaksanakan pemetaan kawasan hutan dan pemetaan penggu-naan tanah. Selama itu, sampai dengan tahun 1987/88, telah dilaksanakan pemetaan kawasan hutan melalui penafsiran citra satelit berskala 1 : 250.000 seluas 21 juta ha. Di samping itu juga telah dilaksanakan pemetaan melalui pemotretan udara dengan berbagai skala seluas 27,03 juta ha.

28

Page 29:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Pemetaan penggunaan tanah yang telah dilaksanakan selama tahun-tahun itu meliputi pemetaan kemampuan tanah pedusunan seluas 33,65 juta ha dan pemetaan penggunaan tanah perkotaan seluas 1,18 juta ha.

Di samping pemetaan, dalam rangka menjaga keseimbangan dan kelestarian sumber alam dan lingkungan hidup juga dilak-sanakan program penyelamatan hutan, tanah dan air. Dalam pro-gram itu tercakup kegiatan-kegiatan penghijauan dan konservasi tanah serta reboisasi, yang dilaksanakan secara terpadu dalam satuan daerah aliran sungai (DAS), meliputi 36 DAS ter-penting yang tersebar di 23 propinsi.

Karena peranserta masyarakat merupakan unsur penting dalam upaya rehabilitasi lahan kritis maka dalam kegiatan tersebut kegiatan-kegiatan swadaya masyarakat di daerah pede-saan juga makin didorong. Kegiatan lainnya dari program ini adalah perbaikan, pengamanan dan pengembangan wilayah sungai serta penanggulangan bencana alam, dilaksanakan di 36 DAS terpenting yang tersebar di 26 propinsi. Kegiatan ini mempu-nyai sasaran mengamankan kawasan seluas 0,50 juta ha. Dari sasaran itu selama 4 tahun pertama Repelita IV telah tercakup kawasan seluas 0,31 juta ha.

Kegiatan lain dari program penyelamatan hutan, tanah dan air adalah usaha untuk melindungi plasma nutfah dan ca-dangan biologis untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di masa yang akan datang. Untuk itu selama 5 tahun terakhir telah di-laksanakan pembangunan kawasan konservasi sumber alam. Pelak-sanaan pembangunan kawasan konservasi sumber alam sejak se-belum Repelita I sampai dengan tahun 1982/83 meliputi 323 unit kawasan konservasi dengan luas 16,60 juta ha. Pembangunan kawasan konservasi sumber alam selama tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1987/88 telah menghasilkan 25 unit kawasan kon-servasi dengan luas 0,81 juta ha. Secara kumulatif sampai dengan tahun 1987/88 telah dibangun 348 unit kawasan konser-vasi sumber alam seluas 17,41 juta ha.

Dalam usaha pengembangan realisasi pembangunan yang ber-wawasan lingkungan, sejak lama telah dikembangkan kebijaksa-naan tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Melalui pelaksanaan AMDAL diharapkan dapat dihindarkan adanya dampak negatif dari berbagai kegiatan terhadap keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Pelaksanaan AMDAL merupakan pene- rapan dari Undang-undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

29

Page 30:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Dalam usaha mengembangkan sistem tatalaksana dan pem-bangunan berwawasan lingkungan, antara lain telah disusun perangkat peraturan tentang pengelolaan berbagai segi ling-kungan hidup yang disertai dengan pengembangan dan penyempur-naan kemampuan kelembagaannya. Usaha tersebut mencakup pe-ngembangan kriteria dan konsep peraturan tentang baku mutu lingkungan hidup, baku mutu air dan baku mutu udara serta pembangunan jaringan lembaga yang menangani masalah lingkung-an hidup, dilengkapi dengan sarana yang diperlukan dan usaha peningkatan kemampuannya.

Di bidang meteorologi dan geofisika selama 5 tahun ter-akhir telah dilanjutkan pembangunan stasiun-stasiun baru serta penggantian dan penambahan peralatan baru. Pada tahun 1982/83 terdapat 107 buah stasiun meteorologi, stasiun klima-tologi dan iklim masing-masing 88 buah dan 212 buah, stasiun penguapan 141 buah, stasiun pengamatan hujan 3.435 buah dan stasiun geofisika 23 buah. Pada tahun 1987/88 jumlah stasiun meteorologi telah meningkat menjadi 112 buah, stasiun klima-tologi dan iklim masing-masing menjadi 104 buah dan 326 buah, stasiun penguapan menjadi 157 buah, stasiun pengamatan hujan menjadi 4.609 buah dan stasiun geofisika menjadi 28 buah.

Di bidang pangan langkah-langkah yang diambil ditujukan untuk memantapkan swasembada pangan dan sekaligus memperbaiki mutu makanan, khususnya dengan memperbesar penyediaan protein nabati dan hewani, memperbaiki taraf hidup petani, memperluas kesempatan kerja dan menjamin penyediaan pangan untuk masya-rakat pada tingkat harga yang layak, baik bagi petani produ-sen maupun bagi konsumen. Untuk menjamin agar harga beras te-tap berada dalam jangkauan daya beli para konsumen di seluruh tanah air, maka kebijaksanaan penetapan harga batas tertinggi beras tetap dilaksanakan. Namun dalam rangka lebih memerata-kan penyediaan beras antar daerah, harga batas tertinggi ter-sebut ditinjau serta disesuaikan secara berkala selama periode 1983/84 - 1987/88, terutama untuk daerah-daerah defisit, de-ngan maksud agar selalu terjadi aliran arus beras dari daerah surplus ke daerah defisit.

Dalam rangka mengamankan pelaksanaan kebijaksanaan harga batas tertinggi beras, kegiatan-kegiatan penyaluran, baik ke pada golongan anggaran (pegawai negeri dan anggota ABRI), PN/PNP maupun ke pasaran umum tetap dilaksanakan selama pe-riode 1983/84 - 1987/88. Selama periode 5 tahun tersebut jumlah beras yang disalurkan setiap tahunnya kepada golongan anggaran, berturut-turut sebesar 1.373 ribu ton, 1.368 ribu

30

Page 31:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

ton, 1.413 ribu ton, 1.494 ribu ton dan 1.121 ribu ton. Pada tahun sebelumnya, yakni tahun 1982/83 jumlah beras yang disa-lurkan kepada golongan anggaran tersebut mencapai 1.230 ribu ton. Sedangkan jumlah penyaluran ke pasaran umum setiap tahun-nya dalam periode tersebut berturut-turut berjumlah 399 ribu ton, 69 ribu ton, 277 ribu ton, 195 ribu ton dan 288 ribu ton (sampai dengan Desember 1987). Sebelumnya, dalam tahun 1982/ 83 jumlah penyaluran ke pasaran umum berjumlah 1.529 ribu ton. Berkurangnya penyaluran beras ke pasaran umum dalam pe-riode tersebut mencerminkan gambaran keadaan bahwa beras yang tersedia di pasar bebas telah makin mencukupi dengan harga yang wajar yang berada di bawah harga batas tertinggi.

Dalam rangka merangsang gairah untuk berproduksi serta melindungi para petani produsen beras dari penerimaan harga yang tidak wajar, selama periode 1983/84 - 1987/88 seperti pada tahun-tahun sebelumnya harga dasar gabah secara berkala ditingkatkan. Selama periode tersebut harga dasar Gabah Kering Giling telah meningkat rata-rata sebesar 7,2% setiap tahun-nya. Sejak tahun 1986/87 harga dasar gabah dirinci menjadi 4 jenis tingkat harga pembelian di KUD yaitu, Gabah Kering Giling, Gabah Kering Lumbung, Gabah Kering Desa dan Gabah Kering Panen, dengan tujuan untuk memperluas jangkauan peng-adaan sehingga semakin banyak petani yang dapat ikut serta dalam pola pengadaan pangan nasional. Sebagaimana berlaku pada harga dasar gabah, maka harga dasar jagung, kedelai dan kacang hijau selama periode 1983/84 - 1987/88 juga telah di-tingkatkan.

Pembelian gabah dan beras dalam negeri yang dilaksanakan atas dasar kebijaksanaan harga dasar selama periode 5 tahun terakhir tersebut setiap tahunnya berturut-turut berjumlah 1.210,7 ribu ton, 2.382,1 ribu ton, 1.946,6 ribu ton, 1.636,9 ribu ton dan 1.358,5 ribu ton, sedangkan sebelumnya, yakni dalam tahun 1982/83 jumlahnya adalah 1.933,4 ribu ton.

Penyediaan sarana penyangga beras selama periode 1983/84 - 1987/88 berjalan cukup lancar dan sejak tercapainya swasem-bada beras tahun 1984 penyediaan beras seluruhnya berasal dari pembelian dalam negeri. Berkat adanya sarana penyangga dalam jumlah yang memadai, berbagai permasalahan pangan yang timbul, baik di tempat-tempat yang karena sesuatu hal meng-alami penurunan/kegagalan produksi maupun di tempat-tempat yang tertimpa suatu bencana, dapat teratasi dengan cepat. Jumlah sarana penyangga dalam tahun-tahun 1983/84 sampai dengan 1986/87 dan dalam tahun 1987/88 (sampai dengan bulan

3 1

Page 32:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Desember 1987) berturut-turut sebesar 2.325,3 ribu ton, 2.566.,8 ribu ton, 1.946,6 ribu ton, 1.678,1 ribu ton dan 1.450,7 ribu ton. Sedangkan dalam tahun 1982/83 jumlah sarana penyangga yang tersedia berjumlah 2.441,1 ribu ton.

Untuk menunjang kebijaksanaan pengadaan sarana penyangga pangan, dalam periode 1983/84 - 1987/88 telah dibangun seba-nyak 412 unit gudang gabah/beras di seluruh tanah air dengan kapasitas sebesar 1.479,8 ribu ton, sehingga sampai dengan bulan Desember 1987 jumlah gudang yang tersedia berjumlah 840 unit dengan kapasitas sebesar 2.790,3 ribu ton. Sedangkan sampai dengan tahun 1982/83 jumlah gudang yang ada baru men-capai 428 unit dengan kapasitas sebesar 1.310,5 ribu ton.

Dalam rangka menunjang usaha penganekaragaman pola kon-sumsi pangan rakyat dan untuk mengurangi ketergantungan pada beras, maka seperti pada tahun-tahun sebelumnya selama perio-de 1983/84 - 1987/88 dilakukan pengadaan gandum melalui impor untuk diolah di dalam negeri menjadi tepung terigu. Perkem-bangan jumlah penyaluran gandum, berturut-turut sebesar 1.648 ribu ton, 1.337 ribu ton, 1.412 ribu ton, 1.388 ribu ton dan diperkirakan 1.497 ribu ton. Adapun sebelumnya, dalam tahun 1982/83 disalurkan sebesar 1.656 ribu ton gandum.

Kebijaksanaan di bidang pangan, tidaklah berdiri sen-diri, tetapi dikaitkan dengan sasaran yang lebih mendasar lagi yaitu upaya perbaikan gizi masyarakat. Program perbaikan gizi bersifat lintas sektoral dan secara khusus ditujukan untuk menanggulangi Kurang Kalori Protein (KKP), Kurang Vita-min A, Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI), dan Anemia Gizi Besi. Kegiatannya terutama dalam bentuk penyuluhan gizi, Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), dan fortifikasi bahan pangan seperti iodisasi garam dan penambahan vitamin A dalam bumbu penyedap. Untuk mencegah timbulnya masalah kekurangan gizi yang gawat karena suatu krisis pangan, dilaksanakan pengem-bangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) sebagai suatu sistem informasi dini keadaan pangan penduduk di tingkat desa.

Kegiatan UPGK yang ditujukan untuk menanggulangi masalah gizi tersebut, dilaksanakan dalam bentuk penimbangan anak balita (dalam rangka pencegahan KKP), pemberian vitamin A pada anak balita dan tablet zat besi kepada ibu hamil serta ibu menyusui, pemberian oralit untuk penanggulangan diare, dan pemberian makanan tambahan. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan di tingkat desa, sejak tahun

32

Page 33:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

1985/86 kegiatan-kegiatan tersebut sejauh mungkin diintegra-sikan dengan kegiatan-kegiatan imunisasi, pelayanan Kesejah-teraan Ibu dan Anak (KIA) dan pelayanan KB di suatu pos pela-yanan terpadu atau Posyandu. Kegiatan UPGK yang lain adalah penyuluhan gizi bagi masyarakat umum dan peningkatan peman-faatan tanaman pekarangan. Sampai dengan tahun 1987/88, UPGK telah menjangkau lebih dari 52 ribu desa yang terdiri sekitar 43.500 desa binaan (lama) dan 9.160 desa baru. Jumlah ter-sebut termasuk desa binaan yang dilaksanakan oleh swadaya masyarakat dengan Pos-pos Penimbangan/Taman-taman Gizinya. Mulai tahun 1985/86, peranan swadaya masyarakat makin mening-kat, sehingga jumlah desa yang terjangkau juga makin bertam-bah. Dengan demikian jumlah anak balita yang dicakup juga terus bertambah dari sekitar 7,6 juta anak balita pada tahun 1982/83 menjadi sekitar 16,1 juta anak balita pada tahun 1987/88.

Sampai dengan tahun 1987/88, sebanyak 16 juta anak bali-ta, di 52 ribu desa UPGK, telah mendapat vitamin A dosis tinggi. Dalam periode 1984/85 - 1987/88 jumlah anak balita di desa baru yang mendapat kapsul vitamin A berkisar antara 0,86 juta dan 2,40 juta anak balita setiap tahunnya. Dengan demi-kian dalam periode itu secara keseluruhan setiap tahunnya rata-rata lebih dari 1,3 juta anak balita telah terlindung dari kemungkinan buta karena kekurangan vitamin A.

Sasaran pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi lebih banyak diutamakan pada ibu hamil dan ibu menyusui dari golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah karena erat kaitannya dengan upaya menurunkan angka kematian bayi. Ke-giatannya berupa penyuluhan gizi, pemanfaatan tanaman peka-rangan dan pemberian tablet besi, melalui paket UPGK dan Pus-kesmas. Selama periode 1983/84 - 1987/88, setiap tahunnya lebih dari 450 ribu ibu hamil telah mendapat tablet besi.

Upaya penanggulangan GAKI jangka pendek masih tergantung pada penyuntikan lipiodol (larutan zat iodium dalam minyak), dan dalam jangka panjang melalui peningkatan konsumsi garam beriodium. Dalam periode tahun 1983/84 - 1987/88, setiap tahunnya telah diberikan suntikan kepada sekitar 0,9 juta penduduk.

Kerawanan pangan sebagai akibat bencana kekeringan, ben-cana alam dan sebagainya masih mungkin dapat terjadi meskipun swasembada pangan telah tercapai. Oleh karena itu, sejak Re-pelita III telah dirintis suatu sistem informasi dini keadaan

33

Page 34:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

pangan dan pola konsumsi penduduk di tingkat desa, yang di-sebut Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). Sistem ini dilaksanakan melalui berbagai upaya, yaitu (1) Sistem Isyarat Dini dan Intervensi (SIDI) yang mulai dikembangkan pada tahun 1983/84 di 5 propinsi, kemungkinan ditingkatkan menjadi 10 propinsi pada tahun 1987/88; (2) pemantauan status gizi lewat sekolah dan kecamatan, masing-masing di 3 propinsi pada tahun 1986/87 dan 1987/88; dan (3) integrasi gizi dalam Susenas di 27 propinsi pada tahun-tahun 1985/86 dan 1986/87.

Dalam rangka mendorong peningkatan konsumsi vitamin A pada makanan rakyat, khususnya anak-anak balita, pada tahun 1984/85 dan 1985/86 telah dilakukan uji coba fortifikasi vitamin A ke dalam suatu bumbu penyedap dan hasilnya cukup positif untuk dikembangkan lebih lanjut. Sementara itu pro-duksi dan pemasaran garam yang mendapat fortifikasi iodium untuk menanggulangi GAKI terus ditingkatkan. Sedang fortifi-kasi zat besi untuk menanggulangi anemia gizi besi, yang masih dalam tahap uji coba laboratorium yang dimulai pada tahun 1984/85 terus dilanjutkan.

Dalam pada itu pembangunan di sektor industri, seperti yang ditetapkan dalam GBHN, diarahkan untuk menunjang ter-capainya sasaran agar perekonomian Indonesia berkembang ke arah struktur ekonomi yang semakin kokoh dan seimbang antara pertanian dan industri. Dalam rangka itu kegiatan pembangunan industri diselaraskan dengan usaha-usaha memperluas kesempat-an kerja, memeratakan kesempatan berusaha, meningkatkan eks-por, menghemat devisa, menunjang pembangunan daerah dan sektor ekonomi lainnya dengan memanfaatkan seoptimal mungkin sumber alam dan energi serta sumber daya manusia.

Dalam pelaksanaan pembangunan industri selama 5 tahun terakhir langkah-langkah strategis telah diambil dan diarah-kan kepada usaha-usaha pendalaman struktur dan keterkaitan industri, peningkatan ekspor hasil industri, pengembangan industri kecil, pengembangan industri permesinan dan elektro-nika, peningkatan kemampuan rancang bangun dan rekayasa industri serta peningkatan kemampuan tenaga industrial. Kese-luruhan langkah ini merupakan Pola Pengembangan Industri Na-sional yang selanjutnya merupakan bagian integral dalam rang-ka usaha penciptaan kerangka landasan bagi tahap pembangunan selanjutnya. Di samping itu, telah diambil pula langkah-lang-kah kebijaksanaan operasional lainnya antara lain Kebijak-sanaan 15 Januari 1987 di bidang industri tekstil dan baja, Kebijaksanaan Pebruari 1987 di bidang industri kendaraan bar-

34

Page 35:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

motor dan industri mesin, serta Kebijaksanaan Penyederhanaan Perizinan bulan Juni 1987.

Meskipun keadaan perekonomian dunia masih belum menun-jukkan perkembangan yang menggembirakan dari tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1987/88, namun sektor industri dalam kurun waktu tersebut telah mampu memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap laju pertumbuhan ekonomi nasional. Atas dasar harga konstan tahun 1983 laju pertumbuhan industri non-migas dari tahun 1982 sampai dengan tahun 1986 mencapai se-kitar 4,6% per tahun, yang berarti cukup besar bila diban-dingkan dengan laju pertumbuhan produk domestik bruto dalam kurun waktu yang sama. Kenaikan produksi hasil industri se-lama 5 tahun terakhir, pada umumnya bersumber dari kenaikan nilai produksi pada kelompok industri dasar, aneka industri dan industri kecil serta semakin bertambahnya jenis produk yang dihasilkan.

Di dalam kelompok industri mesin dan logam dasar, jenis produk yang cukup menonjol perkembangannya antara lain besi spons, baja slab, baja lembaran canai panas (HRC), boiler, mesin dan peralatan pabrik kopi dan karet. Di samping itu telah dihasilkan produk-produk baru seperti pelat timah, komputer mikro, gerbong penumpang, traktor besar dan terutama industri komponen kendaraan bermotor seperti mesin disel, mesin bensin, sistem rem, batang poros, gardan, kopling, sis-tem pengubah kecepatan dan sistem kemudi.

Kelompok industri kimia dasar juga mengalami peningkatan cukup besar. Jenis industri dalam cabang industri agrokimia yang mengalami peningkatan produksi yang cukup besar adalah pupuk urea, pupuk ZA, pupuk TSP dan amonia. Pada cabang in-dustri selulosa dan karet, produk-produk yang perkembangannya menonjol adalah kertas dan ban kendaraan bermotor. Dalam cabang industri kimia organik, peningkatan produksi terlihat pada industri bahan kimia tekstil, sintetik resin dan indus-tri pembuatan kalsium sitrat dan asam sitrat, sedangkan dalam cabang industri kimia anorganik perkembangan yang paling me-nonjol terlihat pada industri-industri semen portland, asam sulfat, zat asam, zat asam arang dan lain-lain.

Kelompok aneka industri mengalami peningkatan yang sangat pesat. Industri-industri yang mengalami peningkatan cukup besar dalam kelompok ini meliputi industri minyak goreng, rokok kretek, tekstil, pakaian jadi, benang tenun, serat staple, sabun mandi, detergen, tapal gigi, korek api,

35

Page 36:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

pipa (dan fitting) PVC, accu, TV berwarna dan baterai kering. Sejalan dengan meningkatnya pembangunan perumahan, jenis-jenis industri pada cabang industri bahan bangunan dan umum mengalami peningkatan yang besar, seperti kayu lapis, kayu gergajian, kayu olahan (termasuk meubel), asbes semen, genteng semen dan tiang listrik beton.

Dalam cabang industri kecil, sampai dengan tahun 1986 telah dibina sebanyak 3.313 sentra, meliputi 908 sentra in-dustri kecil pangan, 719 sentra industri kecil kerajinan dan umum, 669 sentra industri kecil sandang dan kulit, 605 sentra industri kecil kimia dan bahan bangunan serta 412 sentra in-dustri kecil logam, sedangkan jumlah unit usaha yang tercakup adalah sebanyak 1.717.941 unit.

Hal yang perlu dicatat dari perkembangan industri nasio-nal adalah semakin meningkatnya peranan ekspor hasil industri terhadap ekspor nonmigas dalam 3 tahun terakhir ini. Bila pada tahun 1983 peranan nilai ekspor hasil industri terhadap ekspor nonmigas baru mencapai di bawah 65% dan terhadap ekspor keseluruhan mencapai 15,2%, maka untuk tahun 1987 peranannya meningkat menjadi sekitar 77%. Sementara itu dalam tahun 1986 tercatat sebanyak 285 komoditi industri yang dapat memasuki pasaran internasional meskipun sebagian komoditi masih memi-liki nilai ekspor yang cukup rendah. Prospek peningkatan ekspor hasil industri di masa mendatang cukup cerah.

Selanjutnya, pembangunan sektor pertambangan dan energi mencakup kegiatan-kegiatan inventarisasi dan pemetaan, eks-plorasi dan eksploitasi sumber mineral dan energi, meningkat-kan penelitian/pengembangan teknologi pertambangan, pemanfa-atan teknologi tepatguna dan keterampilan tenaga kerja, serta meningkatkan upaya penyediaan bahan baku untuk industri dalam negeri.

Usaha pengembangan tambang-tambang swasta nasional dan pertambangan rakyat terus ditingkatkan, dengan sasaran antara lain untuk memperluas kesempatan kerja dan menyediakan bahan bangunan serta bahan baku untuk industri dalam negeri. Seja-lan dengan tingkat pengembangan kegiatan usaha pertambangan swasta nasional dan pertambangan rakyat, telah mulai dirintis pula usaha pembentukan koperasi pertambangan. Dalam pada itu pengolahan bahan tambang di dalam negeri terus ditingkatkan, di samping ditingkatkan pula mutu hasil tambang untuk mencu-kupi penyediaan bahan baku industri dan keperluan dalam ne-geri.

36

Page 37:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Dalam suasana pasaran hasil pertambangan yang pada umum-nya suram, ternyata batubara, emas dan perak merupakan penge-cualian, oleh karena produksi maupun ekspornya terus mening-kat. Pemakaian batubara untuk pembangkit tenaga listrik dan industri semen dalam negeri memberikan peluang yang baik bagi peningkatan produksi. Apabila pada tahun terakhir Repelita III (1983/84) produksi batubara adalah sebesar 614,7 juta ton, pada tahun 1986/87 menjadi 2.349,9 juta ton, yang ber-arti peningkatan sebesar 181,7%. Pada tahun 1987/88 (sampai dengan bulan Desember 1987) produksi batubara tercatat se-besar 2.698,5 juta ton.

Dalam dua tahun terakhir terlihat meningkatnya minat swasta terhadap komoditi emas dan telah tercatat 103 kontrak karya dalam bentuk usaha patungan yang melibatkan 75 perusa-haan swasta nasional dan 38 perusahaan asing. Pada tahun 1986/87, produksi mencapai 619,6 kilogram atau mengalami ke-naikan sebesar 101,2% dari tahun sebelumnya, sedangkan pada tahun 1987/88 produksi sampai dengan bulan Desember tercatat 710,6 kilogram, yang berarti kenaikan sebesar 14,7%.

Kegiatan pemetaan dan penelitian geologi dan vulkanologi serta inventarisasi dan eksplorasi sumber mineral terus dilanjutkan dan ditingkatkan. Sementara itu mulai dirintis pula penelitian dan pengembangan potensi sumber daya wilayah lautan.

Produksi minyak bumi dikembangkan guna memenuhi kebutuh-an dalam negeri dan menjamin kelangsungan ekspor minyak men-tah. Pengolahan minyak bumi di dalam negeri terus ditingkat-kan guna memenuhi kebutuhan terhadap bahan bakar minyak, se-dangkan pemanfaatan gas alam sebagai sumber energi dalam ne-geri terus dikembangkan sejalan dengan kebijaksanaan energi nasional. Demikian pula pembangunan pabrik LNG terus diper-luas di samping proyek-proyek petrokimia. Dalam usaha pening-katan pelayanan penyediaan bahan bakar minyak di dalam nege-ri, telah ditingkatkan pengadaan sarana distribusi dan suplai di berbagai daerah di Indonesia.

Sejalan dengan usaha pembangunan di bidang produksi di sektor pertambangan, telah dilaksanakan usaha peningkatan ke-mampuan aparatur pelaksanaan dan pengawasan serta pengembang-an sarana penunjang, antara lain berupa pendidikan dan latih-an serta kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu serta untuk mendapatkan dan mengalihkan teknologi. Pengembangan dan pemanfaatan energi didasarkan

37

Page 38:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

pada kebijaksanaan energi yang menyeluruh serta terpadu dengan memperhitungkan peningkatan kebutuhan, baik untuk ekspor mau-pun untuk pemakaian dalam negeri serta kemampuan penyediaan energi secara strategis dalam jangka panjang. Sesuai dengan arah tersebut, maka pembangunan energi dilaksanakan dengan meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan sumber-sumber energi nonminyak, baik yang sudah banyak dimanfaatkan, seperti gas bumi, batubara, tenaga air dan biomasa, maupun sumber energi yang belum banyak digunakan, seperti panas bumi, gambut, tenaga surya dan biogas.

Pelaksanaan kebijaksanaan di bidang energi diarahkan agar tercapai keselarasan antara pemanfaatan dan penyediaan energi, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang dengan tetap memperhatikan kebijaksanaan lingkungan hidup, dalam rangka tetap menjaga kelestarian alam. Secara umum pelaksanaan pengembangan dan pemanfaatan energi mencakup usaha-usaha yang dapat dikelompokkan dalam pola upaya intensifikasi, di-versifikasi, konservasi dan indeksasi energi.

Dalam kegiatan intensifikasi, survai dan eksplorasi di samping dilaksanakan terhadap sumber-sumber minyak, juga telah dilaksanakan terhadap sumber energi nonminyak. Dengan hasil survai dan eksplorasi sumber energi nonminyak, antara lain telah dapat ditetapkan potensi-potensi tenaga air dan panas bumi di beberapa lokasi yang dapat dimanfaatkan untuk sumber energi pembangkit tenaga listrik.

Sementara itu dengan usaha diversifikasi, telah dapat ditekan persentase penggunaan minyak bumi dalam penggunaan energi keseluruhan di dalam negeri. Apabila pada tahun 1982 79,30% dari seluruh energi yang digunakan berasal dari minyak bumi, maka pada tahun 1986 angka tersebut telah menurun men-jadi 67,36%. Penurunan peranan minyak bumi ini diimbangi dengan kenaikan peranan energi nonminyak, seperti batubara, gas bumi, panas bumi dan tenaga air.

Selanjutnya kegiatan konservasi energi dilakukan dengan memberikan penyuluhan dan pengawasan tentang penggunaan energi secara tepat dan rasional, pada gedung kantor pemerintah, industri serta rumah tangga sehingga tidak terjadi pemborosan penggunaan energi. Dalam pada itu kegiatan indeksasi masih dalam tahap penelitian.

Sementara itu pembangunan tenaga listrik ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik di daerah perko-

38

Page 39:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

taan maupun pedesaan, serta untuk mendorong kegiatan ekonomi khususnya industri. Sesuai dengan arah pembangunan tersebut, maka telah disusun suatu perencanaan yang terpadu untuk pem-bangunan tenaga listrik, yang meliputi pembangkitan, jaringan transmisi, jaringan distribusi, berikut peralatan-peralatan kontrolnya. Perencanaan pembangunan tenaga listrik tersebut juga diselaraskan dengan kebijaksanaan lain seperti kebijak-sanaan energi dan pengembangan wilayah, serta kebijaksanaan pembangunan sektor lain. Dengan demikian, pembangunan tenaga listrik diharapkan dapat mendukung pembangunan sektor lain, antara lain sektor industri, perhubungan, pariwisata, trans-migrasi dari pendidikan. Dengan dilaksanakannya kebijaksanaan serta perencanaan tersebut di atas, maka selama 5 tahun ter-akhir ini telah dapat ditingkatkan sarana produksi dan penya-luran tenaga listrik.

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, sampai dengan bulan Desember 1987, sejumlah pembangkit tenaga listrik dengan ka-pasitas sebesar 3.101,67 MW telah dapat diselesaikan pem-bangunannya, baik untuk daerah perkotaan maupun pedesaan. Selain itu juga telah dapat diselesaikan pembangunan jaringan transmisi sepanjang 4.102,67 kms dan 62 buah gardu induk dengan kapasitas 6.539,90 MVA. Selanjutnya telah diselesaikan jaringan distribusi yang terdiri dari jaringan tegangan me-nengah 28.842,43 kms, jaringan tegangan rendah 30.120,73 kms dan sebanyak 27.691 buah gardu distribusi dengan kapasitas 2.034,34 MVA. Sementara itu dalam program listrik pedesaan telah dapat disediakan lagi aliran listrik bagi 9.266 desa yang mencakup 2.580.876 pelanggan baru.

Sementara itu, bidang pengusahaan tenaga listrik juga telah mengalami peningkatan. Produksi tenaga listrik yang pada tahun 1983/84 adalah sebesar 13.391.832 MWh telah me-ningkat menjadi 19.448.877 MWh pada tahun 1986/87, atau rata-rata meningkat dengan 9,78% per tahun. Dalam tahun 1987/88 sampai dengan Desember 1987 produksi tenaga listrik adalah sebesar 16.575.109 MWh.

Penjualan tenaga listrik juga telah mengalami peningkat-an. Jika pada tahun 1983/84 penjualan tenaga listrik adalah sebesar 10.022.294 MWh, maka pada tahun 1986/87 telah men-capai 14.785.954 MWh, yang berarti meningkat rata-rata 10,21% per tahun. Dalam tahun 1987/88 (sampai dengan akhir Desember 1987) penjualan tenaga listrik mencapai 12.451.646 MWh.

Sementara itu daya tersambung telah meningkat dari

39

Page 40:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

6.126.669 kVA pada tahun 1983/84 menjadi 9.282.076 kVA pada tahun 1986/87 atau mengalami peningkatan rata-rata 10,94% per tahun, sedangkan pada akhir Desember 1987 telah mencapai 10.302.507 kVA.

Jumlah pelanggan dalam 5 tahun terakhir juga telah meng-alami peningkatan setiap tahunnya. Apabila pada tahun 1983/84 tercatat 4.406.077 konsumen, maka pada tahun 1986/87 mencapai 6.965.580 konsumen atau meningkat rata-rata 12,13% per tahun, dan pada akhir Desember 1987 jumlah pelanggan meningkat lagi menjadi 7.915.464 konsumen.

Dalam pada itu salah satu sektor penting yang mempunyai kaitan luas dengan sektor-sektor lain adalah sektor perhu-bungan. Pelaksanaan pembangunan di sektor perhubungan sejak tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1987/88 telah dapat mening-katkan kapasitas prasarana dan sarana perhubungan sehingga mampu memperluas jangkauan pelayanan perhubungan ke seluruh wilayah Nusantara dan telah pula mendorong laju pertumbuhan pembangunan di segenap kehidupan masyarakat. Upaya peningkat-an efisiensi dan efektivitas penyediaan jasa perhubungan juga dilaksanakan melalui penyempurnaan peraturan, kelembagaan dan pengelolaan jasa perhubungan dan diusahakan untuk meningkat-kan keandalan dan mutu pelayanan sesuai dengan kebutuhan ma-syarakat. Namun, di beberapa kegiatan masih terdapat berbagai kendala dan hambatan dalam penyediaan jasa perhubungan yang belum sepenuhnya dapat diatasi, baik dalam penyediaan jasa perhubungan yang lebih memadai maupun di bidang pengelolaan jasa tersebut secara efektif, aman dan lancar.

Di bidang perhubungan darat dilanjutkan peningkatan dan pembangunan jalan sebagai suatu kesatuan sistem jaringan jalan dengan memperhatikan peranan dan fungsi pelayanan ja-ringan jalan tersebut bagi pengembangan daerah yang semakin merata. Melalui usaha tersebut telah dapat ditingkatkan jumlah jalan arteri dan jalan kolektor dalam kondisi mantap dari sepanjang 12.392 km pada tahun 1982/83 menjadi 24.193 km pada tahun 1987/88 atau peningkatan sebesar 95,2%.

Di samping itu, untuk makin memperluas pelayanan per-hubungan darat dilakukan rehabilitasi dan peningkatan jalan kereta api, pemasangan pintu perlintasan, penambahan dan per-luasan fasilitas pertelekomunikasian, rehabilitasi serta pe-nambahan kereta penumpang dan gerbong barang yang sebagian besar dirakit di dalam negeri.

40

Page 41:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Bersamaan dengan itu, telah pula diperluas peningkatan dan pembangunan dermaga dan terminal angkutan sungai, danau dan penyeberangan sehingga dapat membuka hubungan dengan dae-rah yang belum dilayani jenis angkutan lain terutama di daerah terpencil. Hasil yang telah dicapai dari tahun 1982/83 sampai dengan tahun 1987/88 berupa pembangunan serta rehabilitasi terminal/dermaga penyeberangan sebanyak 31 buah dan dermaga sungai 14 buah.

Untuk memperlancar arus bongkar muat barang dan mening-katkan pengembangan perhubungan laut telah dilakukan penyem-purnaan peraturan dan pengelolaan di bidang angkutan laut, melalui pembentukan Perusahaan Umum Pelabuhan agar dapat ter-capai efisiensi dan efektivitas pelayanan angkutan laut yang terpadu, dengan biaya yang rendah. Selain itu dalam upaya me-nurunkan biaya ekonomi tinggi telah dikeluarkan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 1985 tentang Kebijaksanaan Kelancaran Arus Barang Untuk Menunjang Kegiatan Ekonomi. Di bidang sara-na angkutan laut terus dilakukan peremajaan armada angkutan laut secara bertahap dengan membatasi operasi kapal berusia tua yang digantikan dengan pembangunan Armada Nusantara dalam negeri tipe Caraka Jaya dengan ukuran 1.000 DWT, 2.250 DWT dan 3.000 DWT. Di samping itu, juga telah dibangun dan diope-rasikan 6 buah kapal penumpang dengan kapasitas keseluruhan 16.568 DWT, daya angkut keseluruhan sebanyak 8.500 penumpang dan telah dapat menghubungkan 30 pelabuhan di 20 propinsi. Perluasan dan penambahan fasilitas-fasilitas pelabuhan dan keselamatan pelayaran terus dilakukan agar dapat menunjang kelancaran pelaksanaan operasional angkutan laut. Hasil-hasil yang dicapai di bidang ini berupa peningkatan kapasitas der-maga pelabuhan dari 80.915 m2 pada tahun 1982/83 menjadi 179.136 m2 pada tahun 1987/88 atau peningkatan sebesar 121,4%.

Peningkatan pelayanan jasa angkutan udara untuk angkutan komersial, angkutan haji, angkutan transmigrasi dan angkutan perintis secara teratur telah dilakukan dengan rehabilitasi prasarana dan sarana penerbangan, peningkatan frekuensi pe-nerbangan, peningkatan kemampuan landasan udara serta pening-katan peralatan keselamatan penerbangan dan peremajaan armada penerbangan dengan pesawat produksi dalam negeri. Hasil-hasil yang dicapai selama 5 tahun sampai dengan tahun 1987/88 ada-lah peningkatan kapasitas landasan udara untuk seluruh jenis pesawat dari 86 buah menjadi 111 buah atau peningkatan se-besar 29,1%.

41

Page 42:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Pelayanan Pos dan Giro makin ditingkatkan serta pemba-ngunan kantor pos dan giro diperluas ke daerah terpencil ter-utama di ibukota-ibukota Kecamatan sehingga dapat meningkat-kan pelayanan yang makin luas termasuk daerah-daerah transmi-grasi dan daerah-daerah terpencil. Apabila pada tahun 1982 dari 3.473 kecamatan di Indonesia telah dapat dilayani pos dan giro sebanyak 3.168 kecamatan (91,22%), maka pada tahun 1987 dari 3.541 kecamatan di Indonesia telah dapat dilayani pos dan giro sebanyak 3.471 kecamatan (98,02%).

Di bidang telekomunikasi pelaksanaan pembangunan meli-puti perluasan jasa telekomunikasi, telegrap/telex dan sarana transmisi untuk hubungan telekomunikasi lokal, interlokal maupun internasional melalui perluasan jaringan transmisi darat, pemanfaatan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) dan Sistem Komunikasi Satelit. Selain itu juga dilakukan perluas-an jaringan pelayanan ke daerah-daerah terpencil dan pelayan-an untuk masyarakat umum di daerah perkotaan melalui penam-bahan jumlah telepon umum. Hasil yang telah dicapai selama 5 tahun sampai dengan tahun 1987/88 adalah peningkatan kapasi-tas telepon terpasang dari 644.842 saluran sambungan yang terdiri dari 553.653 saluran sambungan sentral otomat, 79.009 saluran sambungan sentral manual dan 12.180 saluran sambungan telex/telegrap, menjadi 1.084.715 saluran sambungan yang ter-diri dari 944.335 saluran sambungan sentral otomat/digital, 122.580 saluran sambungan sentral manual dan 17.800 saluran sambungan telex/telegrap, atau peningkatan sebesar 68,2%.

Salah satu kegiatan pembangunan di samping ekspor nonmi-gas, yang diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pene-rimaan devisa negara adalah sektor pariwisata. Berbagai usaha pembangunan pariwisata telah dilaksanakan sejak tahun 1983/84 yang meliputi pengadaan, perluasan dan penyempurnaan obyek-obyek wisata, penataan dan pembinaan kelembagaan industri jasa pariwisata serta pemantapan promosi pariwisata dengan peningkatan kerjasama kelembagaan, serta perluasan jenis dan pasar pariwisata. Untuk itu telah pula diperluas dan diting-katkan kegiatan promosi pariwisata, pembinaan industri pari-wisata dan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan penerbangan agar dapat meningkatkan arus wisatawan dari luar negeri dan wisatawan dalam negeri, serta pemberian kemudahan izin ting-gal dan keimigrasian lainnya. Kecuali itu telah dilaksanakan pula peningkatan fasilitas pada beberapa daerah tujuan wisata antara lain di Sumatera Utara, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kali-mantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi

42

Page 43:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Selain itu telah dilakukan pula studi pada beberapa daerah seperti Riau, bagian barat Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara dan Maluku.

Bersamaan dengan kegiatan-kegiatan pembangunan lainnya, koperasi terus dikembangkan dan diperkuat dalam rangka menum-buhkan dan memperkuat demokrasi ekonomi sebagai salah satu landasan bagi terciptanya masyarakat yang berkeadilan sosial.

Sasaran pembinaan koperasi adalah meningkatkan kemampuan koperasi agar tumbuh menjadi lembaga ekonomi yang kuat dan tangguh sehingga dapat menjadi wadah untuk membina kemampuan usaha golongan ekonomi lemah; meningkatkan peranan dan usaha koperasi di berbagai sektor, seperti pertanian, perindustri-an, kelistrikan desa, perdagangan, perkreditan, angkutan dan jasa-jasa lainnya; mendorong serta mengembangkan kerjasama antara selama koperasi dan antara koperasi dengan badan usaha swasta serta dengan badan usaha milik negara. Pelaksanaannya terutama dilakukan melalui Program Pembinaan Kelembagaan Ko-perasi dan Program Pembinaan Usaha Koperasi.

Upaya pembinaan koperasi di bidang kelembagaan, selama 5 tahun terakhir, secara kuantitatif menunjukkan hasil yang berarti. Meskipun demikian disadari pula bahwa dari segi kua-litatif peranannya masih perlu terus ditingkatkan dan diman-tapkan. Koperasi yang pada akhir tahun 1982 berjumlah 23.325 buah, pada tahun 1987 meningkat menjadi 30.870 buah. Dalam jumlah koperasi tersebut di atas termasuk pula Koperasi Unit Desa (KUD). KUD yang pada tahun 1982 berjumlah 5.911 buah, pada tahun 1983 telah meningkat menjadi 6.373 buah. Dalam tahun-tahun 1984, 1985, 1986 dan 1987 berturut-turut mening-kat menjadi 6.629, 6.979, 7.350 dan 7.394 buah. Sekitar 950 buah dari jumlah tersebut dapat dikatakan telah mantap. Upaya pemantapan KUD melalui pembinaan kelembagaan terus ditingkat-kan.

Jumlah anggota koperasi juga semakin meningkat. Anggota koperasi yang pada tahun 1982 berjumlah 12.766.000 orang pada tahun 1987 meningkat menjadi 25.527.000 orang. Angka keanggo-taan koperasi tersebut di atas mencakup pula keanggotaan KUD, yang berkembang dari 9.352.000 orang pada tahun 1982 menjadi 16.674.000 orang pada tahun 1987.

Di samping pertumbuhan jumlah anggota, terdapat pula perkembangan perlengkapan organisasinya. Koperasi yang telah

43

Page 44:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

mengadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) pada tahun 1982 ber-jumlah 11.796 buah dan pada tahun 1987 meningkat menjadi 16.459 buah.

Untuk pengelolaan usahanya, koperasi memerlukan manajer yang mempunyai kemampuan dan keterampilan yang memadai. Pada tahun 1982 tercatat 4.754 orang manajer yang bekerja di ling-kungan. KUD dan 880 orang di lingkungan koperasi bukan KUD. Selanjutnya pada tahun 1987 tercatat 5.704 orang manajer yang bekerja di lingkungan KUD dan 886 orang manajer yang bekerja di lingkungan bukan KUD.

Sementara itu hasil pembinaan koperasi dalam bidang usa-hanya tercermin dari perkembangan jumlah simpanannya, modal usahanya dan nilai usahanya. Simpanan anggota koperasi dalam tahun 1982 berjumlah Rp. 103,1 milyar dan dalam tahun 1987 simpanan anggota meningkat menjadi Rp. 435,7 milyar. Pening-katan simpanan anggota yang sangat tinggi dalam tahun 1986 dan 1987, disebabkan oleh karena dimasukkannya upah (fee) KUD dari usaha pengadaan pangan, pemasaran palawija, pemasaran cengkeh dan lain-lain ke dalam simpanan anggota dalam rangka mendorong peningkatan kemandirian koperasi.

Modal usaha, selain dapat diperoleh dari simpanan anggo-ta, diperoleh juga dari kredit Bank Pemerintah. Pinjaman ter-sebut diperoleh koperasi dengan jaminan yang diberikan oleh Perusahaan Umum Pengembangan Keuangan Koperasi (Perum PKK). Jaminan kredit yang dikeluarkan oleh Perum tersebut pada tahun 1982/83 berjumlah Rp. 127,7 milyar dan pada tahun 1987/ 88 berjumlah Rp. 109,6 milyar.

Nilai kredit yang diperoleh dengan jaminan Perum PKK dalam tahun 1982/83 berjumlah Rp. 270,9 milyar dan dalam tahun 1987/88 berjumlah Rp. 129,1 milyar. Sementara itu, guna membantu KUD dalam rangka pengadaan beras untuk sarana pe-nyangga, disediakan pagu kredit bagi KUD pada setiap tahunnya serendah-rendahnya Rp. 46,9 milyar dan setinggi-tingginya Rp. 75,7 milyar.

Sejalan dengan perkembangan modal usahanya yang bersumber dari simpanan anggota dan kredit yang diperoleh dari Bank Pemerintah, nilai usaha koperasi dari tahun 1982 sampai dengan tahun 1987 dapat digambarkan sebagai berikut. Nilai usaha koperasi secara keseluruhan dalam tahun 1982 berjumlah Rp. 2.322,1 milyar dan dalam tahun 1987 nilai usaha koperasi secara keseluruhan mencapai Rp. 2.218,0 milyar.

44

Page 45:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Dalam pada itu di bidang perdagangan dalam negeri selama periode 1983/84 sampai dengan 1987/88, pelaksanaan pembangun-an telah meningkatkan dayaguna dan hasilguna pemasaran ter-utama yang menyangkut kelancaran pengadaan/penyaluran bahan/ barang, telah menurunkan biaya pemasaran, serta makin meman-tapkan pengendalian harga berbagai bahan kebutuhan pokok dan bahan penting pada tingkat harga yang terjangkau oleh masya-rakat banyak serta tersedia dalam jumlah yang cukup memadai.

Penyediaan sarana perdagangan yang semakin meningkat juga telah membantu memperbaiki arus distribusi barang menjadi lebih lancar terutama ke daerah perbatasan, daerah trans-migrasi dan daerah terpencil. Di samping itu, langkah-langkah penyederhanaan peraturan di bidang perdagangan selain mening-katkan tertib usaha dan tertib niaga juga telah membuka ke-sempatan berusaha dan kesempatan kerja secara lebih luas.

Salah satu langkah yang mendasar di bidang ini adalah dikeluarkannya Inpres No. 4 Tahun 1985 mengenai kelancaran arus barang ekspor, impor dan antar pulau. Kebijaksanaan ini telah dapat menghilangkan sumber-sumber biaya tinggi di pela-buhan dan mempersingkat mata rantai pengurusan dokumen barang di dalam negeri, sehingga dapat menghemat waktu dan menurun-kan biaya bagi barang-barang yang akan diekspor.

Sementara itu, penyederhanaan pemberian SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dilaksanakan sejak tahun 1984, yaitu dengan memberlakukan SIUP tersebut selama 5 tahun bagi pedagang besar dan selama masa berusaha bagi pedagang kecil yang ber-laku di seluruh Indonesia. Kebijaksanaan ini telah semakin meningkatkan gairah berusaha di kalangan pedagang, terlihat dari semakin banyaknya SIUP yang dikeluarkan, yaitu dari 778.556 buah dalam tahun 1983 meningkat menjadi 1.060.576 pada akhir tahun 1987.

Dalam rangka tertib usaha yang menuntut keterbukaan dunia usaha untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk pembinaan dan pengembangan usaha nasional, sejak pertengahan tahun 1985 telah mulai dilaksanakan Undang-undang No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. Dalam rangka itu, sejak 1 Juli 1985 sampai dengan Nopember 1987 telah terdaftar 393.341 perusahaan.

Kepada para pedagang kecil golongan ekonomi lemah juga terus dilakukan pembinaan melalui penyelenggaraan penataran dan pemberian konsultasi serta pemberian pelayanan sistem in-

45

Page 46:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

formasi pasar yang terpadu, baik aspek harga maupun nonharga. Usaha ini ditujukan terutama untuk meningkatkan kemampuan teknis pedagang dan meningkatkan peranserta golongan ekonomi lemah. Dalam kaitan ini, maka selama tahun 1983/84 sampai 1987/88 telah berhasil ditatar sebanyak 9.625 orang pedagang dan telah diberikan konsultasi kepada 10.920 orang pedagang yang tersebar di 27 propinsi.

Dalam usaha meningkatkan perluasan pemasaran dan pema-kaian hasil produksi dalam negeri, telah dilaksanakan kegiat-an promosi melalui pengadaan pameran tetap dan pameran keli-ling, baik di tingkat nasional maupun di tingkat propinsi.

Perkembangan perdagangan dalam negeri selama 5 tahun terakhir ditandai oleh makin meluasnya penyebaran barang-barang ke wilayah Indonesia dengan harga yang relatif stabil. Sementara itu, saran dan prasarana usaha perdagangan juga makin meluas. Dengan makin meningkatnya kelancaran arus barang di dalam negeri diharapkan makin dapat didorong dan diperlancar kegiatan pembangunan serta kegiatan ekspor non-migas dari daerah-daerah.

Dalam pada itu, melalui kebijaksanaan Inpres Pasar/Per-tokoan sebagai lokasi tempat usaha di seluruh Indonesia telah dibangun/dipugar pasar Inpres dan pusat pertokoan/perbelanja-an dengan dana kredit yang makin merata dan dengan sewa se-rendah mungkin sehingga meningkatkan peranserta golongan eko-nomi lemah dalam kegiatan perdagangan.

Harga untuk barang-barang kebutuhan pokok dan barang penting selama periode 5 tahun terakhir cukup terkendali. Ke-adaan ini mencerminkan semakin baiknya penyaluran barang ke seluruh tanah air, yang pada gilirannya dapat memperlancar pelaksanaan pembangunan.

Dalam pada itu pembangunan di bidang pengembangan dunia usaha ditujukan untuk memberikan kesempatan dan peluang yang makin luas kepada dunia usaha agar makin berperan secara aktif dalam pembangunan. Dalam rangka mencapai maksud tersebut se-cara terus menerus diusahakan agar iklim ekonomi dan iklim politik makin dapat membantu meningkatkan gairah berusaha.

Langkah-langkah kebijaksanaan yang telah ditempuh selama 5 tahun terakhir, terutama dalam rangka menciptakan iklim ekonomi yang sehat dan dapat meningkatkan gairah berusaha, sebagaimana telah disinggung dalam bagian uraian sebelumnya,

46

Page 47:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

antara lain meliputi kebijaksanaan perpajakan dan moneter, kebijaksanaan mengenai pengelolaan pengeluaran dan pemasukan bahan dan barang di pelabuhan, kebijaksanaan 6 Mei 1986 be-serta kebijaksanaan-kebijaksanaan tindak lanjutnya dan kebi-jaksanaan 24 Desember 1987.

Di samping kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut di atas, dalam bidang penanaman modal antara lain telah dilaksanakan langkah-langkah penyederhanaan prosedur perizinan, penyempur-naan Daftar Skala Prioritas (DSP) serta peningkatan promosi penanaman modal.

Langkah-langkah penyederhanaan perizinan di bidang pe-nanaman modal terutama bertujuan untuk mempermudah para calon penanam modal dalam memperoleh persetujuan untuk menanamkan modalnya. Sedangkan penyempurnaan DSP dimaksudkan agar dapat lebih memberikan informasi yang semakin luas kepada para calon penanam modal, baik dalam negeri maupun asing mengenai peluang-peluang penanaman modal yang terbuka di berbagai sektor.

Promosi penanaman modal asing telah dilakukan dengan me-ngadakan pendekatan langsung dan dialog dengan para calon pe-nanam modal. Sedangkan untuk kegiatan promosi di dalam ne-geri, BKPM bekerjasama dengan KADIN telah menyelenggarakan "Safari Investment Tour" ke beberapa daerah di Indonesia.

Sebagai hasil dari langkah-langkah kebijaksanaan ter-sebut, arus penanaman modal di Indonesia memperlihatkan ke-cenderungan yang menggembirakan. Proyek-proyek baru PMDN yang disetujui dalam tahun 1982/83 adalah 226 proyek dengan nilai investasi sebesar Rp. 1.723,6 milyar. Sedangkan perluasan proyek PMDN yang disetujui dalam tahun tersebut berjumlah 110 proyek dan nilai investasinya sebesar Rp. 1.598,7 milyar. Dalam tahun 1987/88, telah disetujui 419 buah proyek baru PMDN dengan nilai investasi sebesar Rp. 5.854,9 milyar. Dengan demikian jumlah proyek PMDN yang disetujui meningkat 85,4% dan nilainya meningkat 239,7% dibandingkan dengan jumlah proyek dan nilai investasi PMDN yang disetujui dalam tahun 1982/83. Sedangkan perluasan proyek PMDN pada tahun 1987/88 mencapai 122 buah proyek dengan nilai investasi se-besar Rp. 1.953,7 milyar. Bila dibandingkan dengan tahun 1982/83 telah terjadi peningkatan perluasan proyek sebesar 10,9% dan peningkatan nilai perluasan sebesar 22,2%.

Sejak tahun 1982/83 sampai dengan tahun 1985/86, inves-

47

Page 48:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

tasi PMA cenderung turun, tetapi pada tahun 1986/87 mulai me-ningkat lagi. Pada tahun 1982/83 telah disetujui 42 proyek PMA dengan. nilai investasi sebesar US$ 2.328,4 juta, dan telah disetujui pula perluasan proyek PMA sebanyak 24 proyek dengan investasi US$ 567,8 juta. Pada tahun 1985/86 jumlah proyek yang disetujui naik dengan satu proyek menjadi 43 buah tetapi nilai investasinya turun menjadi US$ 625,3 juta. Se-dangkan jumlah perluasan proyek PMA dalam tahun tersebut ada-lah sebanyak 31 proyek dan nilainya turun menjadi US$ 229,8 juta. Pada tahun 1987/88 jumlah proyek dan nilai investasi PMA yang disetujui, baik untuk proyek baru maupun untuk perluasan tampak meningkat. Pada tahun 1987/88 tersebut, sampai bulan Desember 1987, proyek baru PMA yang disetujui berjumlah 51 proyek dan investasinya mencapai US$ 757,5 juta; dan perluasan proyeknya berjumlah 52 proyek dan nilainya men-capai US$ 402,6 juta.

Dalam rangka pembinaan, pengawasan dan pengelolaan BUMN sampai dengan tahun keempat Repelita IV, telah diambil ber-bagai kebijaksanaan antara lain sebagai berikut :

1. Meningkatkan monitoring dengan menyelenggarakan pengawasan atas pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan.

2. Bekerjasama dengan berbagai lembaga pendidikan meningkat kan keterampilan para pengelola BUMN dengan melaksanakan pendidikan/seminar, terutama dalam bidang manajemen.

3. Memperketat penggunaan dana Penyertaan Modal Pemerintah untuk pembiayaan investasi BUNN.

4. Meningkatkan efisiensi BUMN, antara lain dengan mendorong sikap menghemat, mengarahkan investasi agar lebih efektif dan mengusahakan peningkatan pengawasan oleh para anggota Dewan Pengawas/Dewan Komisaris BUMN.

Perkembangan BUMN selama 5 tahun terakhir secara keselu-ruhan menunjukkan peningkatan. Aktiva BUMN dalam tahun 1982 mencapai Rp. 53.062 milyar, dan kemudian meningkat dengan 165,8% menjadi Rp. 141.032 milyar pada tahun 1987. Tingkat penjualan BUMN pada tahun 1982 mencapai Rp. 14.756 milyar. Pada tahun 1987 tingkat penjualannya meningkat dengan 132,9% menjadi Rp. 34.370 milyar. Sedangkan laba yang diperoleh pada tahun 1982 mencapai Rp. 1.201 milyar; pada tahun 1987 laba yang berhasil dihimpun oleh BUMN meningkat dengan 231,6% se- hingga menjadi Rp. 3.982 milyar.

48

Page 49:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Pajak perseroan total atau seluruh pajak yang dipungut dari perseroan swasta dan perseroan milik negara pada tahun 1982/83 berjumlah Rp. 1.706,5 milyar. Pada tahun 1987/88 jumlah seluruh pajak perseroan meningkat menjadi Rp. 3.351,9 milyar. Sumbangan yang berasal dari penerimaan bukan pajak pada tahun 1982/83 berjumlah Rp. 435,6 milyar dan pada tahun 1987/88 sumbangan tersebut meningkat menjadi Rp. 1.049,3 milyar.

Pada tahun 1982/83 pajak perseroan/penghasilan BUMN yang dipungut dari perseroan milik negara berjumlah Rp. 343,8 milyar yakni 20,1% dari seluruh pajak perseroan yang berhasil dipungut dalam tahun tersebut. Pada tahun 1987/88 jumlah pajak perseroan/penghasilan BUMN meningkat menjadi Rp. 956,6 milyar atau 28,5% dari seluruh pajak perseroan pada tahun tersebut. Sumbangan BUMN berupa dividen/dana pembangunan semesta/laba bagian pemerintah pada tahun 1982/83 berjumlah Rp. 153,4 milyar, atau 35,2% dari seluruh penerimaan bukan pajak dalam tahun tersebut. Pada tahun 1987/88 besarnya sumbangan tersebut meningkat menjadi Rp. 530,0 milyar atau 50,5% dari seluruh penerimaan bukan pajak dalam tahun 1987/88.

Sementara itu dalam rangka pengembangan golongan ekonomi lemah, masalah yang dihadapi adalah kurangnya permodalan yang dapat mereka kuasai, rendahnya kualitas produk, terbatasnya pemasaran barang-barang yang mereka hasilkan dan kurang maju-nya kemampuan manajemen mereka. Pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah telah dilaksanakan dengan menyediakan bantuan dalam bidang permodalan dengan jalan meningkatkan pelayanan dan kemudahan di bidang perkreditan, meningkatkan keahlian dan kemampuan serta membantu dalam memperluas pemasaran.

Penyediaan kredit bagi para pengusaha golongan ekonomi lemah tersebut telah dilaksanakan dalam bentuk Kredit Candak Kulak, Kredit Mini, Kredit Midi, KIK, KMKP dan Kredit Umum Pedesaan atau Kupedes. Kredit Mini dan Kredit Midi sejak tahun 1984 diusahakan dialihkan ke Kupedes.

Nilai KIK dan KMKP yang disetujui pada tahun 1982/83 masing-masing berjumlah Rp. 723 milyar dan Rp. 1.547 milyar. Sedangkan nasabahnya masing-masing berjumlah 213.000 orang dan 1.468.000 orang. Pada tahun 1987/88, nilai KIK dan KMKP yang disetujui masing-masing meningkat menjadi Rp. 1.265 milyar dan Rp. 3.720 milyar dan jumlah nasabahnya masingmasing menjadi 294.000 orang dan 2.228.000 orang.

49

Page 50:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Nilai Kupedes yang diberikan pada tahun 1984 mencapai Rp. 110,7 milyar dan nasabahnya berjumlah 641.000 orang. Pada tahun 1987, nilai Kupedes yang diberikan meningkat menjadi Rp. 412,2 milyar dan nasabahnya berjumlah 1.321.000 orang.

Dalam rangka usaha-usaha pembangunan yang diuraikan di atas, maka masalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja meru-pakan salah satu masalah pembangunan sosial ekonomi yang se-makin mendesak dan semakin menuntut penanganan segera. Ang-katan kerja di Indonesia bertambah dengan cepat dengan laju di atas laju pertumbuhan penduduk dan tidak semuanya dapat diserap oleh lapangan kerja yang tersedia. Langkanya kesem-patan kerja yang tersedia tersebut di samping mempengaruhi proses produksi barang dan jasa, juga mengakibatkan masalah lain, seperti belum layaknya syarat-syarat kerja dan perlin-dungan tenaga kerja serta berbagai masalah sosial.

Untuk mengatasi masalah tersebut, kebijaksanaan perluas-an dan pemerataan kerja serta peningkatan mutu dan perlin-dungan tenaga kerja merupakan kebijaksanaan pokok di bidang ini yang sifatnya menyeluruh di semua sektor. Langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut dilaksanakan melalui program pembangunan yang bersifat umum, sektoral, daerah dan khusus.

Kebijaksanaan yang bersifat umum mencakup berbagai kebi-jaksanaan di bidang ekonomi keuangan yang ditujukan untuk me-ningkatkan pertumbuhan ekonomi yang bersifat padat karya. Ke-bijaksanaan yang bersifat sektoral diarahkan agar masing-ma-sing sektor dapat meningkatkan produksi, mutu barang dan jasa yang dihasilkan secara padat karya. Kebijaksanaan yang ber-sifat daerah diarahkan agar daerah-daerah yang langka pendu-duknya tetapi luas tanahnya dapat mendatangkan tambahan te-naga kerja dari daerah yang padat penduduk. Sedangkan kebi-jaksanaan khusus diarahkan kepada perluasan lapangan kerja bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.

Melalui program-program tersebut di atas, selama 5 tahun terakhir yang meliputi kurun waktu 1983/84 sampai dengan Desember 1987 telah dilaksanakan berbagai kegiatan pembangun-an dalam rangka pemecahan masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja.

Program Pembangunan Desa dilaksanakan melalui kegiatan Proyek Padat Karya Gaya Baru (PPKGB). PPKGB telah dilaksana-kan di 5.079 lokasi di kecamatan-kecamatan dengan mengerahkan

50

Page 51:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

tenaga kerja sebanyak 1.129.001 orang per hari. Hasil fisik yang dicapai antara lain berupa jalan desa, saluran pengairan tersier, pembuatan sawah baru, penghijauan, dan lain-lain. Hasil kegiatan PPKGB selama 5 tahun tersebut, telah turut me-nunjang ketahanan ekonomi pedesaan.

Melalui Proyek Pembangunan Daerah Tingkat II yang di-kenal sebagai program Inpres Kabupaten, dimanfaatkan bahan dan tenaga kerja di sekitar proyek sebanyak mungkin. Diper-kirakan kesempatan kerja yang tercipta sebanyak 2.618.098 orang dalam seratus hari kerja selama 5 tahun.

Program reboisasi dan penghijauan yang merupakan salah satu usaha untuk memperluas kesempatan kerja diarahkan untuk konservasi lahan agar dapat mengendalikan banjir dan erosi. Pelaksanaan reboisasi dan penghijauan masing-masing telah mencapai seluas 321.987 ha dan 1.089.387 ha, dengan kesempat-an kerja yang tercipta masing-masing sebanyak 51.874,5 orang dan 60.995,4 orang dalam seratus hari kerja selama 5 tahun.

Kebijaksanaan menyebarkan dan memanfaatkan sumberdaya manusia dilaksanakan melalui Proyek Pengerahan Tenaga Kerja Sukarela. Pengerahan TKS-BUTSI mencapai jumlah 14.422 orang. Sejak tahun 1985/86 diadakan penangguhan sementara kegiatan TKS-BUTSI, dan kegiatan lebih diutamakan pada pembinaan untuk berusaha mandiri.

Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdi-an masyarakat, dilaksanakan dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN). Selama kurun waktu 1983/84 sampai dengan 1986/87, ma-hasiswa yang telah melaksanakan KKN berjumlah 110.017 orang. Mulai tahun 1987/88, kegiatan KKN terus dilaksanakan tetapi tidak lagi dikoordinir oleh Departemen Pendidikan dan Kebuda-yaan, dan telah dilaksanakan oleh masing-masing perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta.

Dalam pada itu, sistem informasi pasar kerja terus di-kembangkan dan disempurnakan guna meningkatkan mobilitas kerja yang mencakup informasi lowongan dan pencari kerja. Selama periode 1983/84-1987/88 jumlah tenaga kerja yang men-daftar mencari pekerjaan telah tercatat sebanyak 4.285.588 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 419.250 orang berhasil ditempatkan, dan 2.134.157 orang diperkirakan telah mendapat-kan lapangan pekerjaan atas usaha sendiri.

Untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja di suatu daerah

51

Page 52:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

dilaksanakan penyaluran melalui mekanisme Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) dan Antar Kerja Lokal (AKL). Untuk memenuhi permintaan tenaga kerja di luar negeri, penyaluran dilaksana-kan melalui mekanisme Antar Kerja Antar Negara (AKAN). Selama 5 tahun terakhir penyaluran tenaga kerja melalui AKAD dan AKAN, masing-masing berjumlah 55.967 orang dan 232.288 orang.

Dalam rangka perluasan kesempatan kerja bagi tenaga kerja Indonesia, dilaksanakan pembatasan bagi warga negara asing pendatang. Jumlah jenis jabatan yang dibatasi sampai dengan tahun 1987/88 telah mencapai sebanyak 4.494 orang di 25 lapangan usaha.

Dalam rangka pembinaan potensi sumberdaya manusia, pe-ningkatan latihan lebih diarahkan untuk mempersiapkan tenaga kerja baru usia muda yang akan masuk dalam dunia kerja. Mela-lui latihan, di balai-balai latihan kerja ditanamkan sikap mental yang positif terhadap setiap jenis pekerjaan. Selama 5 tahun terakhir tenaga kerja yang telah dilatih di berbagai Balai Latihan Kerja (BLK) berjumlah 392.056 orang.

Lembaga latihan swasta diikutsertakan dalam penyelengga-raan latihan. Dalam rangka pembinaan terhadap lembaga latihan swasta selama 5 tahun terakhir telah ditatar sebanyak 2.480 orang instruktur lembaga latihan swasta, 2.025 pengelola latihan swasta, 1.050 instruktur pondok pesantren, 420 para santri dan 280 orang di bidang perhotelan.

Dalam bidang perlindungan tenaga kerja dilaksanakan ke-giatan-kegiatan pengawasan norma kerja, keselamatan dan kese-hatan kerja yang meliputi perlindungan norma umum dan norma-norma fisik tenaga kerja. Sasaran pengawasan secara khusus ditujukan kepada sarana hubungan industrial Pancasila seperti Perjanjian/ Kesepakatan Kerja Bersama (PKB/KKB), Peraturan Perusahaan (PP), pengupahan, dan Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK).

Usaha penyebarluasan higiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes) di perusahaan-perusahaan dilakukan melalui kerjasama dengan perguruan tinggi dan sampai dengan akhir Desember 1987 telah menghasilkan 30 dokter hiperkes (pasca-sarjana) dan 97 teknisi lulusan program D3 hiperkes. Dalam rangka pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja telah ter-bentuk Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pusat (DK3P) di tingkat nasional dan 19 DK3D di tingkat propinsi, yang ber-anggotakan unsur-unsur Tripartit, yaitu yang berasal dari

52

Page 53:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

instansi pemerintah, pengusaha dan pekerja. Pada tingkat per-usahaan telah terbentuk 1.657 panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3) yang anggotanya terdiri dari unsur-unsur Bipartit (pengusaha dan pekerja).

Usaha meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan ke-luarganya serta kebijaksanaan upah minimum terus dikembang-kan. Sasaran utama kebijaksanaan upah diprioritaskan pada sektor-sektor yang memberi imbalan upah di bawah tingkat kela-yakan upah minimum. Selama kurun waktu 1983/84 - 1987/88 telah dihasilkan sebanyak 13 upah minimum regional, 21 upah minimum sektoral regional, dan 242 upah minimum subsektoral regional. Dengan demikian sampai pada tahun 1987/88 secara kumulatif perkembangan upah minimum telah mencapai 24 upah minimum regional, 66 upah minimum sektor regional, dan 533 upah minimum sub sektor regional.

Asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK) menunjukkan kecen-derungan meningkat, baik dari segi jumlah peserta, iuran dan santunannya, maupun dari segi pelayanan dan sarana-sarana fi-siknya. Jumlah peserta ASTEK bertambah sebanyak 10.503 per-usahaan dengan tenaga kerja sebanyak 1.543.635 orang, sehing-ga peserta program ASTEK sampai pada tahun 1987 seluruhnya berjumlah 18.448 perusahaan dan 2.996.972 tenaga kerja. Se-mentara itu jumlah kasus Asuransi Kecelakaan kerja, Tabungan Hari Tua (THT) dan Asuransi Kematian dalam kurun waktu yang sama telah mencapai 167.820 kasus dengan pembayaran jaminan lebih dari Rp.35 milyar.

Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) yang telah meng-ganti bentuk organisasi dan nama dari federasi menjadi uni-taris diharapkan akan lebih tanggap terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan pembangunan nasional. Jumlah basis Serikat Buruh Lapangan Pekerjaan (SBLP) yang kini disebut se-bagai unit kerja Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) sampai dengan bulan Desember 1987 menjadi 8.596 unit kerja. Pembentukan dan pembinaan lembaga kerja sama (LKS) Tripartit telah menghasilkan 3 buah LKS-Tripartit Daerah Tingkat I, dan 29 buah Tripartit Daerah Tingkat II. Sehingga sampai pada akhir tahun 1987 lembaga Tripartit telah mempunyai 26 LKS-Tripartit Daerah Tingkat I dan 130 LKS-Tripartit Daerah Ting-kat II. Peranan dan fungsi lembaga Tripartit sangat berman-faat sebagai wadah konsultasi, komunikasi dan musyawarah ber-sama. Sedangkan lembaga Bipartit di tingkat perusahaan, mes-kipun belum mempunyai dasar hukum yang kuat namun selama 5 tahun telah bertambah sebanyak 848 buah di 848 perusahaaan.

53

Page 54:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Dengan demikian sampai pada tahun 1987 secara kumulatif jumlah lembaga Bipartit telah mencapai 2.130 buah di 2.130 perusahaan.

Usaha pembangunan di bidang ketenagakerjaan didukung pula oleh upaya di bidang perbaikan penyebaran penduduk antar daerah yang dilaksanakan melalui program transmigrasi. Usaha pembangunan di bidang transmigrasi diarahkan untuk turut me-mecahkan persoalan ketidakseimbangan perkembangan antar dae-rah, terutama ketidakseimbangan perkembangan yang diakibatkan oleh penyebaran penduduk dan tenaga kerja yang tidak merata. Sehubungan dengan itu kebijaksanaan transmigrasi ditujukan untuk mengurangi tekanan kependudukan di daerah-daerah yang padat penduduknya serta memindahkannya ke pemukiman baru di daerah-daerah yang memerlukan tambahan tenaga kerja, khusus-nya dalam rangka perluasan dan pengembangan daerah produksi dan pertanian baru. Pelaksanaan transmigrasi juga dimaksudkan untuk menata kembali penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah guna memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyara-kat, terutama para petani yang tidak memiliki tanah atau me-miliki tanah amat sempit, termasuk petani-petani yang berpin-dah-pindah.

Hasil-hasil yang dicapai melalui kegiatan transmigrasi selama periode 1983/84 sampai dengan 1987/88 dapat dilihat dari 2 segi. Pertama, kuantitas pelaksanaan penyiapan pemu-kiman di daerah baru dan jumlah transmigran yang dipindahkan atau ditempatkan. Kedua, tingkat perkembangan usaha para pe-tani transmigran khususnya produktivitas di bidang usaha per-tanian.

Selama periode 5 tahun terakhir, transmigran yang berha-sil dipindahkan dan ditempatkan di daerah pemukiman baru di luar Jawa dan Bali berjumlah 637.943 kepala keluarga dengan rincian 251.755 kepala keluarga berasal dari transmigran umum dan 386.188 kepala keluarga berasal dari transmigran swakarsa.

Dalam rangka penempatan petani transmigran tersebut di atas dilakukan persiapan-persiapan di daerah penerima, dian-taranya pembukaan lahan, pembangunan jalan, pengkaplingan, pembangunan rumah dan fasilitas lainnya. Pembangunan jalan baru selama periode 1983/84 sampai dengan 1987/88 mencapai 22.589 km. Bersamaan dengan pembangunan jalan baru dibangun pula jembatan baru yang panjangnya mencapai 42.950 m. Di samping itu, telah dilaksanakan pula perbaikan dan pemeliha-

54

Page 55:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

raan jalan-jalan di daerah transmigrasi. Dalam hubungan ini, selama 5 tahun terakhir telah dipelihara sepanjang 4.596 km jalan dan 21.941 m jembatan.

Luas lahan yang dibuka, luas lahan yang dikapling dan jumlah rumah yang dibangun selama 5 tahun pembangunan adalah sebagai berikut. Pembukaan lahan pekarangan dan lahan usaha masing-masing seluas 55.722 ha dan 227.838 ha, pengkaplingan lahan pekarangan dan lahan usaha berturut-turut adalah seluas 53.635,75 ha dan 254.506,75 ha, sedangkan jumlah rumah yang dibangun sebanyak 219.798 unit. Perincian setiap tahun pada ketiga kegiatan di atas menunjukkan keadaan yang semakin me-nurun.

Menurunnya pelaksanaan kegiatan fisik sebagaimana yang digambarkan di atas selain disebabkan oleh faktor nonteknis, juga oleh pelaksanaan pekerjaan yang lebih menekankan pada mutu dari hasil pekerjaan. Usaha untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan dilakukan dengan berbagai cara, antara lain pemi-lihan dan penataan lokasi yang lebih teliti, penyiapan lahan yang lebih hati-hati, perbaikan jalan dan jembatan, perbaikan saluran drainase, pemberian pupuk kapur, sertifikasi lahan dan konservasi. Usaha peningkatan kualitas dilanjutkan sampai tahap pembinaan melalui kegiatan-kegiatan seperti pemenuhan sarana produksi pertanian, perpanjangan jaminan hidup, bantu-an biaya perawatan kesehatan, penyuluhan dan latihan yang lebih intensif, penerangan cara-cara pengolahan hasil, pe-ngembangan koperasi serta kerja sama dengan pihak swasta.

Selama periode 5 tahun terakhir jumlah transmigran yang dibina berturut-turut 372.883 kepala keluarga, 443.401 kepala keluarga, 536.989 kepala keluarga, 478.101 kepala keluarga, dan 486.974 kepala keluarga masing-masing pada tahun 1983/84, 1984/85, 1985/86, 1986/87, dan 1987/88. Jumlah transmigran yang dibina ini sesuai dengan jumlah transmigran yang ditem-patkan.

Dibandingkan dengan tingkat perkembangan pada tahun 1982/83 maka produktivitas usaha pertanian di daerah transmi-grasi selama 5 tahun terakhir secara keseluruhan menunjukkan perbaikan. Kalau pada tahun 1982/83 produksi padi per ha ada-lah 1,18 ton maka pada periode 5 tahun berikutnya td1ah me-ningkat menjadi 1,43 ton sampai 1,74 ton. Produksi palawija, umpamanya kacang-kacangan meningkat dari 0,57 ton per ha men-jadi 0,69 ton per ha sampai 0,95 ton per ha selama 5 tahun berikutnya.

55

Page 56:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Luas areal tanaman keras di daerah transmigrasi selama 5 tahun terakhir menunjukkan angka yang semakin meningkat. Luas tanaman kelapa berkembang dari sekitar 1.200 ha dalam tahun 1983/84 menjadi lebih dari 40.600 ha pada tahun 1987/88. Sedangkan luas tanaman cengkeh meningkat dari sekitar 3.600 ha pada tahun 1983/84 menjadi lebih dari 21.200 ha pada tahun 1987/88. Jumlah populasi ternak tampak belum mantap karena berbagai faktor terutama faktor lingkungan yang kurang men-dukung perkembangan peternakan di daerah transmigrasi.

Pemukiman baru transmigran yang telah berhasil dikem-bangkan merupakan basis bagi pengembangan di masa depan, baik untuk lebih meningkatkan pengembangan pemukiman dan pening-katan mutu kehidupan para transmigran maupun dalam mendorong pembangunan daerah secara meluas dan merata. Peningkatan mutu penyelenggaraan transmigrasi tersebut sekaligus juga diharap-kan mempunyai dampak positif dalam meningkatkan arus transmi-grasi swakarsa.

Dengan terpenuhinya kebutuhan rakyat akan pangan serta sandang, sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka kebutuhan akan papan memperoleh prioritas yang semakin tinggi. Dalam hubungan ini pembangunan perumahan dan pemukiman terus di-tingkatkan, khususnya perumahan dengan harga yang dapat di-jangkau oleh golongan masyarakat berpenghasilan rendah, an-tara lain dengan mendorong kegiatan usaha swasta, koperasi dan masyarakat pada umumnya untuk membangun perumahan dan me-ngembangkan lingkungan pemukimannya.

Sebagaimana halnya dalam tahun-tahun sebelumnya, kegiat-an pembangunan bidang perumahan dan pemukiman dalam masa 5 tahun terakhir (1983/84 - 1987/88) meliputi kegiatan pemba-ngunan perumahan sederhana, rumah inti dan rumah susun, pe-rintisan pengembangan rumah sewa, perbaikan lingkungan peru-mahan kota, peremajaan kota, dan pemugaran perumahan dan lingkungan desa. Sejalan dengan itu dilaksanakan pula kegiat-an-kegiatan penyediaan air bersih, penanganan masalah sampah, pembangunan/perbaikan saluran-saluran, penataan bangunan, dan penyuluhan-penyuluhan untuk mendorong prakarsa dan usaha swa-daya masyarakat sendiri untuk membangun/memperbaiki perumahan dan lingkungannya.

Salah satu kebijaksanaan pokok yang telah dan sedang di-laksanakan menyangkut pembangunan perkotaan dan atau prasa-rana kota, termasuk pembangunan perumahan dan pemukiman yang perencanaan dan pelaksanaannya dilakukan secara lebih terpadu

56

Page 57:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

antara instansi-instansi yang berkaitan, baik di tingkat Pusat maupun Daerah bersama masyarakat.

Di bidang perumahan, dalam periode 1983/84 - 1987/88 secara kumulatif telah dilaksanakan perbaikan kampung yang mencakup areal seluas 20.122 ha yang tersebar di sekitar 300 kota di berbagai propinsi yang memberi manfaat langsung kepada lebih dari 6 juta penduduk.

Dalam jangka waktu yang sama (sampai dengan Desember 1987) telah berhasil pula dibangun dan disalurkan kepada ma-syarakat melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bank Tabungan Negara sebanyak 260.184 rumah, baik yang dibangun oleh Perum Perumnas maupun oleh para pembangun rumah (developer) swasta. Demikian pula telah berhasil dibangun sebanyak 3.650 unit rumah sewa, khusus bagi mereka yang berpenghasilan tidak tetap seperti buruh lepas dan musiman, pedagang kecil dan 5.900 unit rumah yang dibangun oleh para pembangun swasta yang disalurkan kepada masyarakat berpenghasilan menengah oleh P.T. Papan Sejahtera. Dengan demikian jumlah rumah yang dibangun selama 5 tahun terakhir ini mencapai sebanyak 269.734 buah. Dalam hal penanganan perumahan desa, telah berhasil di-pugar rumah-rumah pada kurang lebih 5.886 desa yang tersebar di seluruh propinsi, kecuali DKI Jakarta.

Di bidang penyediaan air bersih, selama jangka waktu yang lama kapasitas produksi air bersih kota melalui perpipa-an telah bertambah dengan kurang lebih 14.363 liter per detik yang tersebar di berbagai kota besar sampai kota kecil, ter-masuk sejumlah ibukota kecamatan (IKK). Ini berarti bahwa jumlah kapasitas produksi air bersih terpasang untuk daerah perkotaan secara kumulatif, telah meningkat dari 33.034 liter per detik pada tahun 1982/83 menjadi 47.757 liter per detik pada tahun 1987/88, atau meningkat sekitar 43% dalam jangka waktu 5 tahun. Mengenai pemanfaatannya, sampai dengan tahun 1987/88 jumlah penduduk kota yang telah dapat terlayani kebu-tuhan air bersihnya melalui perpipaan meningkat dari kurang lebih 13 juta orang pada tahun 1982 menjadi sekitar 19 juta orang pada tahun 1987, atau kurang lebih 42% dari seluruh penduduk daerah perkotaan.

Di bidang penyehatan lingkungan pemukiman, dalam jangka waktu yang sama sekitar 52 kota berhasil dibina dalam hal pe-ngelolaan masalah sampah dan kurang lebih 74 kota telah ber-

57

Page 58:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

hasil ditangani pembangunan dan perbaikan saluran-saluran air hujan dan limbahnya.

Bersamaan dengan kegiatan sektor-sektor pembangunan yang telah diuraikan di atas maka untuk lebih memeratakan pemba-ngunan serta hasil-hasilnya, pembangunan di daerah-daerah didorong antara lain dengan memberikan Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I. Dengan dana bantuan ini masing-masing daerah (propinsi) didorong untuk membangun daerahnya dan menyusun sendiri rencana pembangunannya sesuai dengan kondisi alam-nya serta aspirasi masyarakatnya.

Besarnya program bantuan ini terus ditingkatkan setiap tahun sejak program ini dimulai pada tahun 1974/75, yang waktu itu berjumlah Rp. 43.950 juta. Pada tahun terakhir Re-pelita III (1983/1984) jumlah bantuan mencapai Rp. 253,0 milyar, kemudian meningkat terus, sehingga pada tahun keempat Repelita IV (1987/1988) menjadi Rp. 280,0 milyar. Selama 5 tahun terakhir bantuan tersebut berjumlah Rp. 1.364,0 milyar.

Besarnya perbedaan bantuan antara propinsi diusahakan sekecil mungkin. Untuk tahun 1983/1984 ada 5 propinsi yaitu Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, masing-masing mendapat bantuan sebe-sar Rp. 11,0 milyar, sedang 22 Propinsi lainnya mendapat ban-tuan masing-masing sebesar Rp. 9,0 milyar.

Pada tahun keempat Repelita IV (1987/88) 5 Propinsi tersebut masing-masing mendapat Rp. 12,0 milyar sedang 22 propinsi lainnya masing-masing mendapat Rp. 10,0 milyar.

Dana tersebut telah dipergunakan untuk membiayai berba-gai proyek pembangunan yang ditentukan oleh pemerintah daerah sendiri. Selama 5 tahun terakhir dengan dana tersebut telah diadakan penunjangan rata-rata pertahun 8.585,7 km jalan, 8.382,5 m jembatan, 342 bendungan, 8.867,8 km saluran iri-gasi, 1258 buah bangunan bagi 2133 bangunan pelengkap, yang telah menambah seluas areal 238.993 ha. Selain itu rata-rata setiap tahunnya telah pula dipelihara lebih kurang 89.917 buah bangunan air, 4.412,4 km tanggul banjir, 24.770,6 km saluran pembuang, yang menunjang berfungsinya lebih kurang 3.556.800 ha sawah.

Sementara itu Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II ditujukan untuk lebih memeratakan pembangunan, khususnya di Daerah Tingkat II, melalui penciptaan lapangan kerja nyata

58

Page 59:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

di daerah-daerah. Oleh sebab itu program bantuan ini didasar-kan atas bantuan per kapita. Program ini dimulai pada tahun 1970/71 dengan bantuan per kapita sebesar Rp. 50,0. Mengingat pentingnya arti program ini, khususnya yang menyangkut per-luasan lapangan kerja, maka besarnya bantuan setiap tahun di-naikkan, sehingga untuk tahun 1982/83 besarnya menjadi Rp. 1.150 per kapita. Besarnya seluruh bantuan untuk tahun 1983/84 adalah Rp. 197.167,0 juta. Pada tahun 1987/88 besarnya bantuan per kapita naik menjadi Rp. 1.350 per kapita, sehing-ga jumlah bantuan keseluruhannya adalah Rp. 226 milyar.

Selama tahun 1983/84 - 1987/88, jumlah bantuan tersebut mencapai Rp. 1.061.791,0 juta. Sedang banyaknya proyek yang dibiayai adalah 18.246 buah, yang meliputi proyek-proyek pengairan, jalan, jembatan, bangunan, dan sebagainya, serta telah tercipta lapangan kerja bagi 2,5 juta orang.

Untuk lebih mendorong pembangunan di pedesaan telah di-susun Program Bantuan Pembangunan Desa yang memberikan dana pembangunan bagi setiap desa. Program ini dimulai sejak tahun pertama Repelita I (1969/70) dengan bantuan sebesar Rp. 100 ribu per desa. Dalam masa Repelita selanjutnya besarnya ban-tuan ini terus ditingkatkan, sehingga pada tahun 1983/84, tahun akhir Repelita III, menjadi sebesar Rp. 1.250.000,- per desa. Seluruh bantuan desa untuk tahun itu adalah sebesar Rp. 91.611,0 juta. Untuk tahun 1987/88 bantuan tersebut di-tingkatkan menjadi Rp. 1.350.000 per desa, hingga seluruhnya berjumlah Rp. 98.863,0 juta. Selama 5 tahun terakhir (1983/84 - 1987/88) bantuan tersebut berjumlah Rp. 480.787,0 juta.

Dana bantuan pembangunan desa merupakan dana perangsang untuk menarik masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan de-sanya. Nilai kegiatan yang terhimpun dari swadaya masyarakat rata-rata sekitar 50% dari dana tersebut di atas. Selama li-ma tahun terakhir jumlah tersebut diperkirakan sebesar Rp. 256.688,0 juta. Dengan demikian nilai seluruh kegiatan pembangunan pedesaan selama 5 tahun, termasuk bantuan dari Pemerintah Daerah, berjumlah lebih kurang Rp. 739.022,0 juta.

Pembangunan di bidang agraria ditujukan untuk mewujudkan catur tertib pertanahan bagi tertibnya pembangunan dan keles-tarian lingkungan. Untuk itu telah dilaksanakan pemetaan penggunaan tanah dan pemetaan kemampuan tanah. Selama tahun 1983/84 - 1987/88 telah dilaksanakan pemetaan penggunaan tanah daerah pedesaan seluas 336.494 km2, dan daerah perkota-an sejumlah 1.273 kota sedang pemetaan kemampuan tanah seluas

59

Page 60:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

11.756 km2. Bersamaan dengan itu dilakukan pula pemetaan penggunaan tanah untuk daerah transmigrasi seluas 12.421 km2.

Dalam pada itu, selama 5 tahun terakhir, pembangunan Daerah Timor Timur telah berjalan cukup lancar, sedang dana yang disediakan setiap tahunnya juga meningkat. Pada tahun 1983/84 dana pembangunan untuk Timor Timur sebesar Rp.41.963,3 juta. Dana tersebut berasal, baik dari dana yang disediakan melalui berbagai departemen/lembaga maupun melalui berbagai Program Inpres. Selama lima tahun terakhir (1983/84 - 1987/88) dana tersebut berjumlah Rp. 217.785,0 juta.

Dengan bertambah lancarnya pelaksanaan pembangunan di daerah Timor Timur dapat diharapkan bahwa dalam waktu dekat daerah tersebut dapat mengejar ketinggalannya, sehingga dapat sejajar dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia.

Bersamaan dengan langkah maju usaha pembangunan tersebut di atas, dilakukan pula berbagai kegiatan pembangunan di bidang agama. Pembangunan di bidang agama mempunyai kedudukan dan peran penting dalam usaha menciptakan landasan spiritual yang kokoh bagi pembangunan nasional. Selama 5 tahun terakhir berbagai kegiatan telah dilanjutkan dan banyak hasil yang telah dicapai.

Kalau pada tahun 1982/83 tercatat 537.893 buah tempat peribadatan berbagai agama, yang terdiri dari 482.799 mesjid; 24.172 gereja Protestan; 10.174 gereja Katolik; 18.768 pura Hindu (termasuk pura keluarga) dan 1.980 wihara Budha, maka dalam tahun 1987/88 jumlah tempat peribadatan tersebut telah meningkat menjadi 603.327 buah, terdiri dari 527.604 mesjid; 26.566 gereja Protestan; 12.361 gereja Katolik; 34.244 pura Hindu dan 2.552 wihara Budha.

Dalam kurun waktu 1983/84 - 1987/88 jumlah tempat per-ibadatan berbagai agama yang telah memperoleh bantuan pem-bangunan/ rehabilitasi adalah 15.961 buah, yang terdiri dari 12.390 mesjid, 1.176 gereja Protestan, 1.184 gereja Katolik; 959 pura Hindu dan 252 wihara Budha. Demikian pula, dalam kurun waktu 1983/84 - 1987/88 telah dibangun sejumlah 1.575 buah Balai Nikah pada tingkat Kecamatan di seluruh Dati I dan II, serta telah dilaksanakan pula pembangunan sejumlah 57 Balai Sidang Pengadilan Agama (44 buah Tingkat Pertama dan 13 buah Tingkat Banding), di samping perluasan 83 Balai Sidang Pengadilan Agama (76 buah Tingkat Pertama dan 7 buah Tingkat Banding).

60

Page 61:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Selanjutnya telah dilaksanakan penyediaan dan penyebaran sejumlah 5.902.595 buah kitab suci berbagai agama, yang ter-diri dari 4.457.000 buah kitab suci Al Qur'an; 545.584 buah Injil Protestan; 484.050 buah Injil Katolik; 335.461 buah kitab suci Hindu dan 80.500 buah kitab suci Budha.

Kegiatan penerangan dan bimbingan hidup beragama yang telah dilaksanakan mencakup penyuluhan agama terhadap 4.603 kelompok masyarakat berbagai agama, yang terdiri dari masya-rakat Islam 2.689 kelompok; Kristen Protestan 960 kelompok; Katolik 652 kelompok, serta Hindu dan Budha 302 kelompok, di-samping penyediaan brosur penerangan agama sejumlah 3.017.897 eksemplar, yaitu bagi umat Islam 2.566.000 eksemplar; umat Kristen Protestan 227.500 eksemplar; umat Katolik 91.080 eksemplar dan 133.317 eksemplar bagi umat Hindu dan Budha serta penyediaan paket dakwah (bimbingan agama) sejumlah 118.578 perangkat, yaitu paket dakwah bagi umat Islam 86.644 perangkat; umat Kristen Protestan 13.744 perangkat dan umat Katolik 18.190 perangkat.

Dalam rangka pembinaan kerukunan hidup beragama telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan musyawarah di lingkungan in-tern masing-masing umat beragama sebanyak 54 kali dengan 3.940 peserta; musyawarah antarumat beragama 31 kali dengan jumlah peserta 2.040 orang; penyediaan buku-buku pedoman kerukunan antarumat beragama sebanyak 76.600 buah; dan pelaksanaan pekan orientasi, sarasehan dan dialog antarumat beragama sebanyak 3 kali tiap tahun dengan seluruhnya 1.240 peserta.

Bimbingan pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) di kalangan umat beragama telah diselenggarakan berupa penataran bagi 360 orang tenaga pembina tingkat pusat dan 7.605 orang tenaga pembina tingkat daerah, di samping penyediaan buku-buku Pedoman P4 dan Juklak sebanyak 33.700 buah.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan ibadah haji, telah dilaksanakan pembangunan/rehabilitasi dan perluasan asrama-asrama haji di 10 kota dan diselenggarakan pula penataran pe-tugas haji serta penyediaan brosur dan buku pedoman haji.

Untuk meningkatkan mutu perguruan agama telah dilaksana-kan rehabilitasi dan perluasan sebanyak 865 ruang kelas bagi Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN); disediakan 17.549.235 buah buku dan dilaksanakan penataran 7.568 orang guru MIN. Melalui Inpres Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar (Inpres SD) telah

61

Page 62:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

direhabilitasi 63.734 Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS).

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan agama di Seko-lah Dasar (SD) telah ditatar sejumlah 4.080 guru SD serta di-sediakan 7.762.680 eksemplar buku pelajaran agama dan 49.600 perangkat alat peraga.

Peningkatan mutu Madrasah Tsanawiyah telah dilaksanakan melalui perluasan/rehabilitasi sebanyak 1.228 ruang kelas MTsN, penyediaan 6.241.840 buah buku pelajaran dan pedoman guru serta penataran bagi 8.280 orang guru.

Sementara itu dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan agama pada perguruan umum tingkat menengah pertama terutama SMP telah disediakan 3.369.500 buah buku pelajaran agama dan pedoman guru serta diselenggarakan penataran bagi 1.440 guru agama.

Untuk membantu meningkatkan pendidikan pada pondok pe-santren telah disediakan buku bagi 1.570 perpustakaan pondok pesantren; latihan keterampilan bagi 940 tenaga pembina pon-dok pesantren; bantuan pembangunan bengkel kerja dan rehabi-litasi gedung bagi 258 pondok pesantren serta penyediaan alat keterampilan bagi 278 pondok pesantren.

Dalam rangka peningkatan Madrasah Aliyah telah dilaksa-nakan perluasan/rehabilitasi sebanyak 527 ruang kelas pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN), penyediaan buku pelajaran dan pedoman guru sebanyak 1.622.002 serta penataran bagi 10.500 orang guru.

Sementara itu telah dilaksanakan perluasan/rehabilitasi sebanyak 211 ruang kelas PGAN, penyediaan buku pelajaran dan pedoman guru sebanyak 1.534.048 eksemplar serta penataran se-banyak 8.159 orang guru.

Sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan agama pada perguruan umum tingkat menengah atas terutama SMA, telah di-sediakan pula sekitar 1.652.150 buku pelajaran agama dan pe-nataran bagi 540 guru-guru agama.

Untuk meningkatkan mutu perguruan tinggi agama telah dilanjutkan pembangunan berbagai fasilitas perkuliahan ter-diri dari ruang kuliah seluas 42.767 m2; disediakan buku ilmiah dan perpustakaan sejumlah 168.100 buah; dilaksanakan

62

Page 63:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

penelitian mengenai berbagai masalah keagamaan dan kemasya-rakatan sebanyak 110 judul serta diselenggarakan program dok-tor/pascasarjana yang diikuti oleh 396 orang.

Untuk mendukung perumusan kebijaksanaan dan penyusunan program di bidang agama telah dilaksanakan kegiatan peneliti-an dan pengembangan agama sebanyak 88 judul penelitian tentang berbagai permasalahan agama, di samping serangkaian pertemuan ilmiah, seminar dan diskusi-diskusi ilmiah.

Selanjutnya telah dilaksanakan berbagai kegiatan pembi-naan generasi muda melalui pendekatan keagamaan antara lain: penataran tenaga pembina tingkat pusat 220 orang dan tingkat daerah 4.730 orang; latihan keterampilan/kewiraswastaan seba-nyak 4.038 orang; darmabakti kemasyarakatan yang diikuti oleh 1.850 orang peserta; bantuan apresiasi pemuda bagi 456 kelom-pok pemuda; bantuan paket pembinaan sebanyak 1.679 perangkat dan bantuan pagelaran di RRI-TVRI serta berbagai kegiatan pem-binaan keagamaan bagi berbagai kelompok remaja yang selaras dengan sifat-sifat generasi muda.

Dalam rangka meningkatkan peranan wanita telah dilaksa-nakan penataran motivasi keluarga bahagia sejahtera sejumlah 2.086 orang di tingkat pusat dan propinsi, 116 orang di ting-kat Kodya/Kabupaten dan 59.900 orang di tingkat Kecamatan dan desa, di samping 250 santri putri pada pondok pesantren dan 180 petugas BP4 serta telah disediakan pula buku pedoman penyuluhan Undang-undang Perkawinan dan buku pedoman motivasi agama sejumlah 92.400 buah.

Sebagai bagian dari kegiatan pembangunan dalam kurun wak-tu 1983/84 - 1987/88 yang diuraikan di atas, maka pembangunan pendidikan merupakan unsur pembangunan nasional yang sangat penting karena melalui pendidikan dihasilkan manusia-manusia pembangunan yang mampu, terampil dan berdedikasi tinggi. Titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu dan perluasan pendidikan dasar dalam rangka mewujudkan dan memantapkan pelaksanaan wajib belajar serta meningkatkan per-luasan kesempatan belajar pada tingkat pendidikan menengah. Hasil-hasil pelaksanaan program-program pembangunan di bidang pendidikan selama lima tahun terakhir, dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut.

Murid pendidikan dasar (Sekolah Dasar Negeri, S.D. Swasta dan Madrasah Ibtidaiyah) pada tahun ajaran 1987/88 berjumlah sekitar 30.960 ribu orang yang berarti 121,01% dari jumlah

63

Page 64:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

penduduk kelompok usia 7-12 tahun. Untuk pendidikan menengah, jumlah siswa SMTP secara keseluruhan (SMP dan SMTP Kejuruan dan Teknologi) pada tahun ajaran 1987/88 adalah 6.687 ribu siswa, yang berarti daya tampung SMTP terhadap kelompok usia sekolah yang bersangkutan (angka partisipasi) mencapai 58%, atau meningkat 16,6% selama 5 tahun terakhir ini. Demikian pula daya tampung berbagai SMTA meningkat menjadi 3.655 ribu pada tahun 1987/88, yang berarti perbandingan murid SMTA de-ngan penduduk kelompok usia 16-18 tahun (angka partisipasi) mencapai 34%. Selanjutnya jumlah mahasiswa pada tahun 1987/88 meningkat menjadi 1.638,7 ribu orang, yang berarti apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk kelompok usia 19-24 tahun (angka partisipasi) mencapai 8,5%.

Usaha perluasan dan pemerataan belajar pada SD dilakukan melalui Instruksi Presiden tentang Bantuan Pembangunan Seko-lah Dasar (Inpres SD). Sejak tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1987/88 telah dan sedang dibangun 22.144 unit gedung SD baru (masing-masing 3 ruang kelas), pembangunan tambahan 49.745 ruang kelas baru pada SD yang sudah ada serta rehabilitasi 105.115 gedung sekolah (SD Negeri, SD Swasta dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta) serta bantuan penunjang penyelenggaraan pendidikan untuk seluruh SD (157.500 sekolah). Selanjutnya telah dibangun pula sekitar 200 ribu rumah dinas kepala se-kolah/perumahan guru dan rumah penjaga sekolah.

Dalam rangka usaha peningkatan mutu pendidikan SD telah ditatar sebanyak 777.418 tenaga guru kelas/bidang studi ter-masuk guru Pendidikan Moral Pancasila, pengadaan buku pela-jaran pokok SD sekitar 106.188.020 buku, 119,2 juta buku ba-caan, penyediaan alat peraga (IPA, IPS, Matematika dan Bahasa Indonesia) sebanyak 457.296 perangkat, serta alat keterampil-an, kesenian dan olahraga sebanyak 524.013 perangkat. Pemba-ngunan gedung SMP mencapai jumlah 1.535 gedung baru (dengan rata-rata masing-masing 6 ruang kelas) di samping pembangunan 11.680 tambahan ruang kelas baru pada SMP yang ada serta re-habilitasi 1.006 gedung. Dalam rangka peningkatan mutu SMP, telah diadakan usaha-usaha peningkatan sarana belajar dan mengajar yaitu pembangunan 849 ruang laboratorium IPA, 1.040 ruang keterampilan, 928 ruang perpustakaan, pengadaan alat kesenian dan olahraga 9.706 perangkat, alat pelajaran matema-tika 4.970 perangkat, 1.189 perangkat ilmu-ilmu sosial (IPS), 12.517 perangkat alat praktek IPA, 3.802 perangkat alat kete-rampilan, pengembangan sekitar 150 ST dan SKK yang disertai dengan pengadaan peralatan praktek sebanyak 759 perangkat. Demikian pula sudah diangkat dan ditempatkan sejumlah 120.775

64

Page 65:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

guru baru SMP dan SMA.

Dalam rangka mempercepat perluasan kesempatan belajar pada SMA, sejak tahun 1983/84 sampai dengan 1987/88 telah dibangun 357 buah SMA (rata-rata dengan 9 ruang kelas) serta 4.247 ruang kelas tambahan dan 266 gedung telah direhabili-tasi.

Selanjutnya, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan telah dibangun 222 ruang laboratorium IPA, 191 ruang perpus-takaan dan 202 ruang keterampilan pada SMA yang masih memer-lukannya. Demikian pula telah disediakan sekitar 8.500 perang-kat peralatan laboratorium IPA, alat peraga matematika dan alat kesenian serta olahraga.

Sementara itu secara terpadu telah dilakukan penataran tenaga kependidikan SMP/SMA 127.923 guru/kepala sekolah, pe-ngadaan buku pelajaran pokok SMP/SMA 33.944.148 buku dan buku perpustakaan SMP/SMA 5.333.938 buku.

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan daya tam-pung di berbagai Sekolah Menengah Tingkat Atas Kejuruan, te-lah dilakukan kegiatan pengembangan terhadap 8 buah STM Pem-bangunan (4 tahun) dan 9 Balai Latihan Pendidikan Teknik (BLPT), 145 STM (3 tahun), 23 SMT Pertanian, 7 SMT Khusus (Grafika, Perkapalan dan Penerbangan), 277 SMEA dan 115 ber-bagai Sekolah Kejuruan lainnya serta pengembangan 205 SPG/SGO/ SGPLB. Di samping itu telah dilaksanakan pula penataran tenaga kependidikan sebanyak 27.398 orang serta penempatan/pengang-katan guru sebanyak 918 orang untuk SPG dan SGPLB.

Pembinaan pendidikan tinggi selain memperluas daya tam-pung juga ditujukan untuk meningkatkan mutu, efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan tinggi secara keseluruh-an. Selama 5 tahun terakhir, antara lain telah dilaksanakan pembangunan ruang kuliah/kantor seluas 707.710 m2, ruang la-boratorium 148.955 m2, ruang perpustakaan 95.699 m2, rehabi-litasi gedung seluas 61.148 m2, serta pengembangan/perluasan kampus bagi 11 universitas/institut termasuk pembangunan ta-hap pertama kampus Universitas Indonesia di Depok.

Selain itu dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, antara lain telah dilaksanakan pula pengadaan buku perpusta-kaan sebanyak 263.797 buku, pengadaan/penerbitan 43.376 buku, pengadaan peralatan laboratorium sebanyak 5.606 perangkat, penataran 83.341 orang dosen, pendidikan Pascasarjana/Doktor

65

Page 66:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

13.107 orang, pengadaan tenaga kependidikan 195.734 orang, program pendidikan diploma non-kependidikan/politeknik 71.040 orang, Kuliah Kerja Nyata, dan beasiswa kepada 25.869 maha-siswa.

Dalam rangka pembinaan terhadap Perguruan Tinggi Swasta, telah dilakukan usaha-usaha antara lain memantapkan pengem-bangan dan pembinaan Perguruan Tinggi Swasta melalui penatar-an, penilaian kembali terhadap status, pemberian bantuan pra-sarana dan saran secara selektif serta bantuan yang bersifat pemerataan.

Hasil yang telah dicapai di bidang pendidikan masyarakat sejak tahun 1983/84 sampai dengan 1987/88 dalam menunjang pem-berantasan buta huruf serta latihan keterampilan bagi masya-rakat pedesaan dan pemuda putus sekolah, antara lain pengada-an buku Paket A beserta buku pedoman telah mencapai sebanyak 165.885.792 eksemplar sedangkan pembinaan olahraga masyara-kat telah melibatkan 48.005.222 orang dan 4.808 orang olah-ragawan berbakat.

Di bidang Kebudayaan Nasional dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berbagai hasil telah dicapai selama 5 ta-hun terakhir antara lain melanjutkan pemugaran Candi Muara Jambi, Candi Muara Takus, Candi Prambanan dan Kraton Ratu Boko, Candi Sewu, Kraton Banten, bekas peninggalan Kerajaan Mojopahit di Trowulan, pemugaran Monumen Nasional, Purna Pu-gar Candi Borobudur, dan bantuan kepada 95 buah museum daerah/ swasta. Selain itu telah disusun pula Kamus Besar Bahasa Indo-nesia, Buku Tata Bahasa tahap I dan II, beberapa Kamus Bahasa Daerah, Kamus Istilah serta Daftar Istilah.

Dalam segenap usaha pembangunan tersebut di atas, peran-an ilmu pengetahuan dan teknologi sangat menentukan. Upaya pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi disesuaikan dengan prioritas pembangunan dan diarahkan pada pemilihan teknologi tepat yang dapat meningkatkan kemampuan dan produktivitas nasional, nilai tambah, pertumbuhan ekono-mi, perluasan lapangan kerja, pemerataan pembangunan dan ha-sil-hasilnya serta penggunaan hasil produksi dalam negeri.

Melalui Program-program Utama Nasional dalam bidang ri-set dan teknologi dalam kurun waktu 1983/84 - 1987/88 telah dilanjutkan penelitian-penelitian berdasarkan pengelompokan penelitian sebagai berikut:

66

Page 67:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

a. Penelitian dalam bidang Kebutuhan Dasar Manusia

b. Penelitian dalam bidang Sumberdaya Alam dan Energi

c. Penelitian dalam bidang Industrialisasi

d. Penelitian dalam bidang Pertahanan dan Keamanan

e. Penelitian dalam bidang Sosial-Ekonomi, Falsafah, Budaya, Hukum dan Perundang-undangan.

Berbagai kegiatan penunjang utama dalam pembangunan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi mencakup peningkatan jumlah maupun mutu para peneliti dan teknisi ilmiah dan pengadaan sarana dan prasarana riset dan teknologi seperti pembangunan berbagai laboratorium serta peningkatan kemampuan sistem informasi ilmiah dalam kegiatan popularisasi ilmu pe-ngetahuan, riset dan teknologi bagi masyarakat luas terutama kaum remaja.

Penambahan jumlah dan peningkatan kualitas peneliti/ ilmuwan telah diusahakan dengan memanfaatkan lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian, baik di dalam maupun di luar negeri bagi jenjang pendidikan sarjana maupun pascasarjana.

Dalam rangka meningkatkan fasilitas dan prasarana pene-litian telah dilanjutkan pembangunan berbagai laboratorium dengan teknologi yang canggih dan mutakhir di kompleks labo-ratorium PUSPIPTEK (Serpong). Laboratorium yang telah berope-rasi antara lain ialah Laboratorium Uji Konstruksi (LUK), La-boratorium Kalibrasi, Instrumentasi dan Metrologi (KIM), La-boratorium Sumber Daya Energi (LSDE) dan Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy. Juga telah dikembangkan laboratorium Oseano-logi di Ancol/ Jakarta dan Ambon/Maluku, laboratorium Mikro-biologi dan laboratorium Kartografi di Cibinong/Jawa Barat.

Dalam rangka penyebarluasan informasi ilmiah dan tekno-logi, telah dimanfaatkan berbagai media, di samping buletin ilmiah yang terbit secara khusus. Melalui televisi dan radio, dan juga melalui publikasi dalam berbagai surat kabar dan ma-jalah, telah dibahas perkembangan ilmu dan teknologi secara popular. Sesuai dengan kemajuan dalam bidang komunikasi elek-tronika saat ini sedang dikembangkan suatu pusat videotek ilmiah di Jakarta.

Selain itu dalam rangka peningkatan mutu ilmu pengetahuan

67

Page 68:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

dan teknologi serta pemasyarakatannya, telah diadakan berbagai pengenalan jasa ilmiah di dalam dan di luar negeri, seperti di Expo Tsukuba (Jepang) dan ASEAN COST di Kuala Lumpur serta Pameran Kedirgantaraan di Jakarta. Khusus yang diperagakan ialah hasil-hasil penelitian yang mempunyai dampak bagi pe-ningkatan barang-barang yang sudah diproduksi di Indonesia.

Selanjutnya sampai dengan tahun keempat Repelita IV, melalui penelitian tanaman pangan telah dihasilkan 61 varitas padi unggul, yang sebagian daripadanya merupakan hasil persi-langan varitas Indonesia. Juga telah dihasilkan 6 varitas unggul kedele, 2 varitas kacang hijau, satu varitas kacang gude, 2 varitas unggul ubi kayu dan 5 varitas ubi jalar. Pe-nelitian hortikultura telah menghasilkan berbagai varitas unggul sayuran, seperti 3 varitas tomat, 2 varitas kentang, satu varitas unggul kubis, 4 varitas unggul bawang merah, 2 varitas unggul bayam, 3 varitas unggul petsai dan 2 varitas unggul bawang putih. Dalam bidang tanaman industri, pemuliaan tanaman telah menghasilkan 4 varitas baru kelapa dan 3 vari-tas kelapa hibrida yang tahan terhadap penyakit gugur buah. Demikian pula telah dilepas beberapa varitas unggul kapas de-ngan mutu serat yang baik.

Di bidang penelitian kesehatan telah dilakukan Survai Kesehatan Rumah Tangga Nasional yang memungkinkan pengadaan prakiraan kecenderungan peningkatan derajat kesehatan masya-rakat serta masalah-masalah kesehatan. Dalam penelitian pe-mukiman telah diteliti kualitas perumahan yang baik dan ter-jangkau oleh golongan masyarakat berpenghasilan rendah, yang mencakup penelitian bahan, bentuk, tata ruang, konstruksi serta konsolidasi tanah di samping perundang-undangannya.

Selama 5 tahun terakhir dalam bidang sumber mineral telah dilakukan pengkajian teknologi penambangan yang mencakup efisiensi, optimasi dan keselamatan kerja penambangan, pengolahan, pemurnian dan pemanfaatan, penanggulangan dampak lingkungan, serta pengumpulan dan penyajian data pemakai ko-moditi mineral. Di samping itu telah dilakukan pula kegiatan survai dan pemetaan sumber alam yang mencakup pengembangan usaha pemetaan (laser, agro-ekologi, geologi, hidro-geologi, dan kemampuan tanah serta data, tentang situasi sumber alam dan kondisi lingkungan berbagai lahan di Indonesia.

Berbagai kegiatan telah dilaksanakan untuk meneliti ma-salah-masalah kedirgantaraan, sistem komunikasi dan satelit teledifusi serta pendataan fisika terestrial, di samping juga

68

Page 69:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

telah diadakan penelitian yang menunjang inventarisasi dan evaluasi sumber alam serta pembangunan industri dan teknologi dirgantara. Di bidang industri penerbangan telah dilakukan uji kelelahan terhadap pesawat terbang CN-235 untuk membukti-kan kemampuan lama dengan FAR-25 dengan kemampuan normal 60 ribu jam penerbangan tanpa reparasi mahal, identifikasi titik lemah pada struktur primernya secara sempurna serta berbagai usaha menyusun prosedur perawatan dan inspeksi di Indonesia.

Selanjutnya telah dimulai pula pembangunan laboratorium hidrodinamika di Surabaya untuk menunjang industri maritim dalam bidang pengujian rancang kapal dan alat apung lainnya, rancang bangunan lepas pantai serta riset dalam bidang mari-tim lainnya.

Di bidang industri transportasi darat produksi dalam ne-geri telah dihasilkan sebanyak 1.500 unit gerbong, seperti gerbong batubara, gerbong tangki, gerbong barang untuk angkut-an pupuk serta kereta penumpang, dan sejalan dengan itu telah ditingkatkan pula penelitian kemampuannya.

Selama 5 tahun terakhir dalam bidang energi telah dite-liti penyediaan energi yang terbarukan dalam jangka panjang dan energi nonmigas seperti sumber panas bumi, gelombang laut, perbedaan suhu lapisan-lapisan air laut, mikrohidro, energi surya, energi gambut dan lain-lain.

Selanjutnya dalam bidang pertahanan dan keamanan telah diadakan penelitian dan pengkajian terpusat, yang mencakup perangkat keras dan masalah-masalah perwilayahan, seperti pembuatan prototipe dan uji coba rantai tank, sistem persen-jataan, pengawasan wilayah, jalur logistik, serta kemampuan wilayah.

Di bidang sosial-ekonomi telah pula dilakukan berbagai penelitian yang dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang perkembangan masyarakat, baik dalam jangka pendek, sedang maupun dalam jangka panjang. Kegiatan Peneli-tian di bidang sosial-budaya antara lain mencakup penelitian terhadap dinamika masyarakat untuk memperoleh gambaran ten-tang dinamika yang berkaitan dengan aspek-aspek sosial, eko-nomi, politik dan kependudukan serta peranan wanita. Di bi-dang falsafah telah dilakukan penelitian mengenai dimensi sosial manusia Indonesia seutuhnya, serta dasar-dasar, ideo-logi, falsafah dan nilai-nilai sistem dalam perekonomian Pan-casila. Sedangkan di bidang hukum telah dilakukan penelitian

69

Page 70:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

mengenai hukum tentang kelautan, hukum perhubungan udara, hukum pertanahan, hukum industri dan perdagangan, dan juga telah diteliti sebagian perangkat hukum adat dan lembaga-lembaga hukum adat di berbagai propinsi di Indonesia.

Erat berkaitan dengan kegiatan penelitian, selama kurun waktu 1982/83 hingga tahun 1987/88, berbagai kegiatan pemba-ngunan perstatistikan telah dilaksanakan. Kegiatan utama di bidang penyempurnaan dan pengembangan statistik antara lain berupa kegiatan Sensus Pertanian 1983, Sensus Ekonomi 1986, persiapan Sensus Penduduk 1990, Survai Penduduk Antar Sensus 1985, persiapan Survai Biaya Hidup 1989, dan Survai Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan setiap tahunnya dengan modul yang berbeda. Demikian pula upaya penyempurnaan dalam bidang statistik makro diwujudkan dalam bentuk penyu-sunan produk domestik bruto triwulanan, neraca sosial ekonomi Indonesia 1980, penelitian tabungan masyarakat serta studi neraca arus dana. Kecuali itu, pengembangan mutu survai sek-toral melalui kegiatan peningkatan data statistik dan perbaik-an statistik pertanian terus dilanjutkan. Sementara itu, sa-rana dan prasarana penunjang bagi pengembangan perstatistikan terus ditingkatkan melalui pembangunan gedung-gedung, penye-diaan komputer serta sarana-sarana lain, di samping juga pe-ningkatan keterampilan para petugas statistik.

Sejalan dengan pelbagai kegiatan pembangunan yang telah diuraikan terdahulu, dalam kurun waktu 1983/84 - 1987/88 telah dilaksanakan berbagai upaya di bidang kesehatan yang pada da-sarnya merupakan dukungan bagi upaya pengembangan sumberdaya manusia. Upaya-upaya tersebut diarahkan untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan perilaku individu serta masyarakat, serta mengurangi angka kematian, kesakitan dan fertilitas.

Dalam rangka melaksanakan upaya tersebut pembangunan kesehatan dikembangkan atas dasar Sistem Kesehatan Nasional, diselenggarakan melalui 5 karya kesehatan yang disebut Panca Karya Husada, yang terdiri atas :

(1) Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan;

(2) Pengembangan tenaga kesehatan;

(3) Pengendalian, pengadaan dan pengawasan obat, makanan dan bahan berbahaya bagi kesehatan;

(4) Perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan lingkungan;

70

Page 71:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

(5) Peningkatan dan pemantapan manajemen dan peraturan perundang-undangan (hukum).

Salah satu hasil nyata dari kegiatan pembangunan di bi-dang kesehatan adalah adanya perbaikan tingkat kesehatan rak-yat yang dicerminkan oleh adanya penurunan angka kematian bayi dan anak balita serta peningkatan harapan hidup rata-rata penduduk. Beberapa indikasi awal menunjukkan bahwa angka kematian bayi menurun dari 90,3 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1983/84 menjadi di bawah 70,0 per 1.000 kela-hiran hidup pada akhir tahun 1987. Pada kurun waktu yang sa-ma, angka kematian balita, diperkirakan menurun dari 17,8 per 1.000 menjadi 14,0 per 1.000 anak balita. Sedang untuk harap-an hidup diperkirakan meningkat dari 56 tahun pada akhir Re-pelita III menjadi 59 tahun pada tahun 1987.

Dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih tinggi maka melalui Puskesmas dan dengan peranserta masyarakat pelayanan kesehatan diarahkan untuk peningkatan, pemerataan serta perluasan jangkauan pelayanan kesehatan. Apabila jumlah Puskesmas pada tahun 1982/83 adalah 5.153 buah, maka sampai dengan tahun 1987/88, tahun keempat Repe-lita IV, jumlah tersebut telah bertambah lagi sebanyak 572 buah.

Dalam pada itu, tetap diupayakan pula penambahan jumlah Puskesmas Pembantu. Pada tahun 1982/83 terdapat 12.342 gedung Puskesmas Pembantu dan 1.979 Puskesmas Keliling. Dalam 5 tahun terakhir (1983/84-1987/88) telah dibangun lagi sebanyak 5.035 Puskesmas Pembantu. Sedang penambahan Puskesmas Keli-ling yang dilaksanakan sampai dengan tahun ketiga Repelita IV (1986/87) adalah sebanyak 1.805 buah. Untuk tahun 1987/88 tidak diadakan penambahan Puskesmas Keliling karena jumlahnya dianggap sudah memadai dan perhatian lebih diberikan pada segi pemeliharaan dan perbaikannya.

Untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan bagi Puskesmas dan Rumah Sakit Dati II, dalam tahun 1987/88 harga satuan bantuan per kapita dinaikkan dari Rp. 325/penduduk pada tahun 1986/87 menjadi Rp. 400/penduduk, dengan tetap mengikuti pula pertam-bahan jumlah penduduk itu sendiri. Selain itu, telah diadakan perbaikan penyusunan daftar keperluan, pengadaan dan distri-busi serta penyimpanannya.

Sementara itu, telah ditempuh berbagai langkah untuk memenuhi kebutuhan tenaga dokter dan paramedis. Dari 5.725

71

Page 72:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Puskesmas yang ada dalam tahun 1987/88, sekitar 85 % telah dipimpin oleh seorang dokter. Untuk Puskesmas-Puskesmas yang belum dipimpin oleh dokter, terus diupayakan mempercepat pe-nempatan dan pemindahan dokter dan tenaga paramedis, baik me-lalui Inpres maupun nonInpres.

Upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit (RS) lebih ditekankan pada perbaikan mutu dan fungsi pelayanan, dan tidak lagi pada pembangunan fisik seperti halnya dalam Repelita III. Untuk itu kebijaksanaan lebih diarahkan pada penambahan dan peningkatan mutu tenaga dan paramedis, tambah-an bantuan obat dan biaya operasional, serta memperbaiki ma-najemen RS dengan latihan dan pendidikan tambahan bagi para pengelolanya. Dalam tahun 1987/88, pembangunan RS masih meru-pakan kelanjutan pembangunan 3 RS Umum dan 4 RS Khusus yang telah dimulai sejak awal Repelita IV, sedang rehabilitasi fisik prasarana dan peralatan RS tetap dilanjutkan, bahkan untuk tahun 1987/88 jumlahnya mencapai 35 RS. Sejalan dengan upaya peningkatan kelas RS dari D dan C maka jumlah dan Jenis bidang dokter ahli yang ditempatkan di RS kelas C juga terus ditingkatkan. Dalam tahun 1987/88 telah ditempatkan 12 dokter dalam 4 bidang keahlian pokok dan 10 dokter dengan keahlian penunjang yaitu anestesi, radiologi dan THT.

Selama 5 tahun terakhir jumlah keseluruhan RS dan tempat tidur bertambah, meskipun tidak ada pembangunan baru RS Umum dan RS Khusus dalam tahun 1986/87 dan 1987/88. Dalam tahun 1982/83 jumlah RS adalah 1.237 buah dengan tempat tidur 101.029 buah. Dalam tahun 1987/88 telah meningkat menjadi 1.431 RS dan 111.056 tempat tidur. Tambahan 194 RS baru dan 10.027 tempat tidur selama 5 tahun tersebut sebagian terbe-sar, yaitu 193 RS dan 6.988 tempat tidur, terjadi pada RS Swasta. Hal ini menunjukkan semakin pentingnya peranan swasta di bidang kesehatan. Untuk membantu peningkatan pelayanan pada RS Swasta, dalam Repelita IV setiap tahunnya sejumlah 70-90 RS Swasta di daerah-daerah terpencil memperoleh bantuan berupa obat-obatan, peralatan dan ambulans.

Program Pemberantasan Penyakit Menular ditujukan untuk pencegah timbulnya penyakit, serta menurunkan angka kesakit-an, kematian dan akibat buruk dari penyakit menular.

Dalam tahun 1987/88 pemberantasan penyakit menular pada dasarnya merupakan kelanjutan dan peningkatan upaya dalam tahun-tahun sebelumnya, dengan memprioritaskan pemberantasan penyakit diare, dan penyakit malaria. Usaha-usaha pemberantas-

72

Page 73:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

an penyakit malaria dari tahun 1983/84 sampai dengan 1987/88, dilakukan melalui pengumpulan dan pemeriksaan hampir 35 juta sediaan darah. Selain itu dilakukan pula penyemprotan rumah dengan racun serangga kurang lebih 9,5 juta rumah serta peng-obatan terhadap 35,6 juta penduduk. Sementara itu Indek Para-sit Tahunan (Annual Parasite Index/API) di Jawa-Bali telah menurun dari 1,24 per seribu pada tahun 1983 menjadi 0,46 per seribu pada tahun 1985.

Sampai dengan tahun 1987/88, telah dikembangkan sebanyak 3.329 Puskesmas menjadi Puskesmas yang menyelenggarakan P4D (Program Pengembangan Pemberantasan Penyakit Diare). Sejalan dengan itu telah dilakukan kegiatan penyebarluasan oralit dan pengetahuan tentang campuran larutan gula dan garam melalui desa-desa binaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).

Sementara itu intensifikasi penanggulangan diare/muntaber telah memberikan dampak terhadap penurunan angka kematiannya, yaitu dari 2,3 % pada tahun 1983/84 menjadi 2,06 pada tahun 1985/86, dan 1,2 % pada tahun 1986/87.

Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal diperlukan upaya penyediaan sarana air bersih yang cukup dan memadai ba-gi semua golongan masyarakat. Oleh karena itu melalui Inpres Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan telah dilaksanakan pem-bangunan sarana air bersih pedesaan.

Dalam 5 tahun terakhir (1983/84 - 1987/88) pembangunan sumur gali (SG) terus ditingkatkan, yaitu berturut-turut 10 ribu dalam tahun 1983/84, 12,5 ribu dalam tahun 1984/85, 17 ribu dalam tahun 1985/86 dan 17.052 sumur dalam tahun 1986/87. Bantuan pembangunan sumur gali paling banyak dibu-tuhkan oleh rakyat karena sederhana dan efektif sebagai sa-rana penyediaan air bersih. Dalam tahun 1987/88 perhatian lebih banyak ditujukan pada upaya meningkatkan motivasi ma-syarakat untuk berperan aktif dalam pemeliharaan sarana-sara-na air bersih.

Dengan terus dilangsungkannya program penyediaan air bersih, maka cakupan penduduk pedesaan yang memperoleh air bersih sampai dengan tahun 1987/88 diperkirakan mencapai 40 % lebih, atau kenaikan sekitar 8 % lebih bila dibandingkan de-ngan keadaan pada akhir Repelita III.

73

Page 74:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Program penyehatan lingkungan pemukiman dilaksanakan melalui upaya-upaya penyehatan perumahan, pembangunan jamban keluarga (JAGA) dan sarana pembuangan air limbah (SPAL). Pem-bangunannya terutama dilaksanakan pula melalui Inpres Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan.

Dalam periode 1983/84-1987/88 jumlah JAGA yang dibangun setiap tahun adalah sekitar 15 ribu buah, dibandingkan dengan hampir 150 ribu buah rata-rata JAGA yang dibangun setiap tahun dalam tahun-tahun sebelumnya yaitu selama Repelita III. Semen-tara itu, jumlah SPAL yang dibangun dalam periode yang sama berjumlah setiap tahunnya hampir 16 ribu buah, sedang dalam tahun-tahun sebelumnya jumlah SPAL yang dibangun rata-rata berjumlah kurang lebih 6 ribu buah setiap tahunnya.

Program penyuluhan kesehatan dilaksanakan melalui Puskes-mas dan RS, melalui peningkatan peranserta dan swadaya masya-rakat, serta melalui peningkatan kemampuan edukatif petugas kesehatan dan sektor lain. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan dititikberatkan pada penyuluhan kesehatan yang men-dukung program KB, hygiene, kesehatan lingkungan, imunisasi, pemberantasan penyakit menular dan pencegahan penyalahgunaan narkotika dan obat (narkoba).

Adapun pesan-pesan penyuluhan kesehatan yang ditonjolkan adalah tentang gizi (termasuk ASI), imunisasi, penanggulangan diare dan keluarga berencana. Keempat pesan pokok penyuluhan tersebut terutama ditampilkan dalam rangka mendukung upaya penurunan angka kematian bayi dan balita.

Pelaksanaan program penyuluhan kesehatan masyarakat da-lam tahun 1987/88 meliputi kegiatan penyebarluasan informasi kesehatan melalui radio sebanyak lebih dari 3.482 kali, mela-lui televisi 95 kali, pameran 327 kali dan pemutaran film 358 kali. Untuk mendukung kegiatan ini juga disediakan poster si-mulasi, buku pedoman dan "billboard". Di samping itu, dilak-sanakan pula latihan bagi petugas kesehatan khususnya penyuluh kesehatan di 11 propinsi, 187 Dati II dan 2.957 Puskesmas.

Upaya untuk memenuhi kebutuhan obat diutamakan pada obat produksi dalam negeri, khususnya untuk obat esensial dan ba-han bakunya. Beberapa bahan baku obat esensial dalam Repelita IV telah dapat dihasilkan di dalam negeri. Demikian pula kapsul kosong untuk obat jadi telah dapat dihasilkan di dalam negeri dengan kapasitas sekitar 3,0 milyar kapsul per tahun. Untuk memperlancar distribusi obat, maka pembangunan gudang

74

Page 75:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

penyimpanan obat dan perbekalan kesehatan yang dibangun pada Repelita III telah dilanjutkan. Gudang obat dan perbekalan kesehatan yang telah dibangun sampai dengan tahun 1987/88 se-cara keseluruhan berjumlah 180 buah. Gudang tersebut dibangun di tingkat Kabupaten/Kotamadya yang sekaligus dilengkapi de-ngan tenaga pengelola. Demikian pula jumlah apotik dalam Re-pelita IV terus, bertambah. Dalam tahun-tahun 1983/84-1987/88 jumlah apotik bertambah sebanyak 524 buah. Dengan demikian jumlah apotik seluruhnya sampai dengan tahun 1987/88 telah mencapai 2.163 buah.

Program Pendidikan, Latihan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan ditujukan untuk menyediakan tenaga kesehatan yang bermutu serta memadai dan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan, baik dalam jumlah maupun jenis keahliannya. Sejak tahun 1983/84 sampai dengan 1987/88, telah dihasilkan 6.770 tenaga dokter atau rata-rata sekitar 1.350 dokter setiap ta-hunnya. Pada akhir Repelita III jumlah dokter keseluruhannya tercatat 17.647 tenaga dan meningkat menjadi 22.770 tenaga pada tahun 1987/88. Sementara itu dalam Repelita IV jumlah paramedis telah meningkat lebih cepat, yaitu setiap tahunnya bertambah rata-rata sekitar 4.277 orang perawat kesehatan (perawat dan bidan) dan sekitar 4.986 orang tenaga paramedis nonperawat dan pekarya kesehatan. Pada akhir Repelita III jumlah seluruh perawat kesehatan (termasuk bidan) adalah 44.651 orang, dan pada tahun 1987/88 menjadi 61.386 orang. Di samping itu telah dihasilkan Pula rata-rata 702 tenaga akade-mis bidang kesehatan lainnya per tahun. Ditinjau dari rasio tenaga kesehatan dan penduduk, dengan jumlah penduduk sebesar 171,6 juta pada tahun 1987, maka rasio dokter terhadap pendu-duk serta rasio perawat kesehatan terhadap penduduk, masing-masing adalah 1:7.500 dan 1:2.800. Sedang pada akhir Repeli-ta III (1983/84) rasio tersebut masing-masing sebesar 1:9.100 dan 1:3.600.

Dalam pada itu pembangunan bidang kesejahteraan sosial selama jangka waktu 1983/84-1987/88 pada dasarnya merupakan kelanjutan, peningkatan, dan perluasan berbagai kegiatan yang berfungsi pelayanan sosial, khususnya terhadap masyarakat yang kehidupannya kurang beruntung, seperti para penyandang cacat, fakir miskin, gelandangan dan pengemis, anak terlantar dan putus sekolah, lanjut usia, korban penyalahgunaan narko-tika, korban bencana alam, bekas narapidana dan anggota ma-syarakat yang hidupnya terasing dan terpencil. Di samping itu pembangunan di bidang ini meliputi juga usaha-usaha pembinaan terhadap keluarga-keluarga pahlawan dan perintis kemerdekaan

75

Page 76:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

yang tidak mampu, pembangunan/perbaikan taman-taman makam pahlawan, pembinaan terhadap generasi muda dan peningkatan peranan wanita dalam pembangunan.

Melalui Program Pembinaan Kesejahteraan Sosial, dalam kurun waktu 1983/84 - 1987/88 telah berhasil dibina, dipugar dan dikembangkan perumahan sejahtera di pedesaan sebanyak 5.126 dean yang mencakup 76.890 KK. Di samping itu melalui program ini telah dilakukan pembinaan dan pembentukan 81.633 Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) di samping lebih dari 390 ribu tenaga PSM yang tumbuh dari masyarakat sendiri; pembi-naan dan pemukiman kembali terhadap lebih dari 8.600 KK ma-syarakat terasing; pembinaan terhadap 6.600 organisasi sosial yang bergerak dalam usaha kesejahteraan sosial serta pemba-ngunan dan perbaikan terhadap 152 taman makam pahlawan.

Melalui Program Bantuan Penyantunan dan Pengentasan So-sial, selama 5 tahun terakhir telah berhasil dibantu dan di-bina sekitar 226.700 anak terlantar, dan 182.350 orang lanjut usia yang tidak mampu, lebih dari 94.250 para penyandang cacat, baik di dalam maupun di luar panti, di samping pembi-naan dan penumbuhan 183 Loka Bina Karya (LBK); penyantunan dan pengentasan terhadap 21.350 gelandangan/pengemis; pem-bangunan 9 buah LIPOSOS (Lingkungan Pondok Sosial) serta pem-binaan terhadap 5.400 orang tuna sosial, 3.505 orang bekas narapidana dan lebih dari 6.800 anak nakal dan korban penya-lahgunaan narkotika. Selain itu telah pula berhasil disantun dan dibina sekitar 16.830 KK fakir miskin, khususnya yang tinggal di daerah-daerah rawan sosial-ekonomi serta telah diberikan bantuan dan rehabilitasi terhadap 22.132 KK korban bencana alam.

Dalam periode yang sama, melalui Program Pembinaan Generasi Muda, telah berhasil ditumbuhkan dan dibina se-kitar 64.413 Karang Taruna yang tersebar hampir di setiap dean di seluruh wilayah tanah air dan dilakukan pembinaan terhadap kurang lebih 8.500 remaja yang memiliki permasalahan sosial.

Melalui Program Peranan Wanita, telah dapat dibina wa-nita miskin atau wanita bina swadaya sebanyak 12.540 orang dan dilaksanakan pembinaan kepemimpinan wanita di daerah pe-desaan sebanyak kurang lebih 3.000 orang.

Salah satu potensi pembangunan yang sangat penting anta-

76

Page 77:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

ra lain ialah partisipasi wanita dalam pembangunan. Untuk itu, kebijaksanaan dan usaha-usaha untuk meningkatkan peranan wanita terutama diarahkan pada peningkatan koordinasi dan ke-terpaduan partisipasi wanita yang relevan di berbagai bidang. Dalam rangka itu, berbagai kegiatan diarahkan pada peningkat-an keterampilan dan perluasan pengetahuan wanita, seperti me-wujudkan keluarga sehat dan sejahtera melalui Pembinaan Kese-jahteraan Keluarga (PKK) dan Program Pembinaan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) secara terpadu. Kedua program ini mencakup berbagai jenis kegiatan, antara lain pe-nyuluhan UU-Perkawinan, pemasyarakatan P-4 di kalangan wanita pedesaan, pemberantasan 3 buta (buta aksara Latin, buta Baha-sa Indonesia dan buta pendidikan dasar) di kalangan wanita, penyuluhan usaha tani, penyelenggaraan taman gizi, pembinaan lingkungan hidup sehat, pemasyarakatan program PKK, peningkat-an kesempatan berusaha, bimbingan keagamaan, dan peningkatan pengetahuan umum wanita melalui berbagai media tentang peranan wanita dalam pembangunan.

Sampai dengan akhir tahun 1987 telah terbentuk satuan-satuan Penggerak PKK di 27 propinsi yang mencakup 296 kabu-paten/kotamadya, 28 kota administratif, 3.526 kecamatan dan 66.174 desa dengan kader PICK mencapai jumlah 1.139.700 orang dan kader khusus berjumlah 1.270.200 orang. Melalui Program Pembinaan Wanita menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS) di 5.464 desa dari 2.718 kecamatan, telah dikembangkan lebih dari 330.000 Kelompok (wanita) Usaha Bersama (KUB) sebagai usaha untuk meningkatkan pendapatan keluarga di daerah pede-saan. Di samping itu, melalui program ini dilaksanakan pula peningkatan produktivitas tenaga kerja wanita di 82 perusa-haan industri (22 propinsi), pengembangan 656 koperasi wanita dengan jumlah anggota sebanyak 122.456 orang dan berhasil mengumpulkan Rp. 2,7 milyar lebih, serta dilanjutkannya pem-binaan mental balita, yang menjangkau 252 desa percobaan di 18 propinsi yang diselaraskan dengan kegiatan pengembangan 199.000 Posyandu di 45.500 desa.

Sementara itu berbagai kegiatan kerjasama internasional terus dikembangkan, khusus dalam rangka kerjasama ASEAN me-lalui Asean Women's Programme (AWP) sebagai wadah kerjasama regional antar wanita negara-negara ASEAN.

Peningkatan kesejahteraan rakyat seiring dengan laju pembangunan menghendaki dilaksanakannya penanganan khusus terhadap masalah-masalah kependudukan. Upaya pembangunan di

77

Page 78:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

bidang ini diarahkan pada beberapa sasaran utama yang meli-puti penurunan tingkat pertumbuhan penduduk melalui penurunan tingkat kelahiran, penurunan tingkat kematian terutama kema-tian bayi dan anak, penyerasian persebaran penduduk dan pe-ningkatan kualitas penduduk. Hasil-hasil yang dicapai di bi-dang ini secara keseluruhan amat membesarkan hati. Tingkat kelahiran kasar yang pada tahun 1971 sebesar 44 bayi per se-ribu penduduk diusahakan untuk diturunkan menjadi 31,0 pada akhir Repelita IV. Namun pada tahun 1987 angka kelahiran ka-sar tersebut telah dapat diturunkan menjadi 29,2 bayi per seribu penduduk. Sementara itu, angka kematian kasar telah turun menjadi 8,3 orang per seribu penduduk. Penurunan ting-kat kematian ini merupakan dampak dari peningkatan derajat kesehatan dan mutu gizi melalui usaha mendekatkan pelayanan kepada rakyat.

Sebagai akibat penurunan tingkat kelahiran dan kematian tersebut angka pertumbuhan penduduk juga telah turun dari rata-rata 2,3% per tahun dalam kurun waktu 1971 - 1980 men-jadi 2,1% dalam kurun waktu 1980 - 1985. Laju pertumbuhan penduduk ini diperkirakan akan terus menurun.

Di samping pencapaian sasaran demografis tersebut, telah pula dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan umur perkawinan pertama yang telah memberikan hasil kenaikan umur perkawinan pertama dari 20,1 pada tahun 1980 menjadi 21,2 pada tahun 1985.

Pengamatan atas masalah-masalah kependudukan dilaksana-kan melalui peningkatan kemampuan pusat studi kependudukan. Sekitar 20 orang peneliti kependudukan telah menyelesaikan jenjang pendidikan yang lebih tinggi di bidang kependudukan di dalam negeri sedangkan jumlah yang dikirim ke luar negeri mencapai 54 orang. Di samping itu, kepada 30 pusat studi ke-pendudukan yang tersebar di berbagai universitas telah pula diberikan bantuan komputer mikro serta bahan bacaan.

Penurunan tingkat kelahiran antara lain disebabkan oleh keberhasilan program keluarga berencana (KB). Selama 5 tahun terakhir ini telah terdapat kenaikan jumlah kesertaan dalam program KB dari 11,2 juta pada tahun 1982/83 menjadi 16,7 juta pada tahun 1986/87. Sementara itu, jumlah pasangan usia subur yang menjadi peserta KB pada bulan Desember 1987 terca-tat sebanyak 17,9 juta.

78

Page 79:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Keberhasilan program keluarga berencana tersebut ditun-jang oleh berbagai usaha. Peningkatan kesadaran dan sikap penduduk terutama generasi muda terhadap masalah kependudukan dan keluarga berencana dilakukan dengan memberikan pendidikan kependudukan dan KB baik melalui jalur sekolah maupun jalur luar sekolah terutama melalui organisasi pemuda dan pramuka. Selama 5 tahun terakhir ini diberikan latihan kepada tidak kurang dari 100 ribu orang generasi muda. Peningkatan kuali-tas pelayanan KB dilakukan dengan memberikan latihan kepada 197,7 ribu tenaga program KB, menambah jumlah pelayanan me-lalui klinik KB sebanyak 8.831 buah dan 954 rumah sakit, me-nambah jumlah tenaga klinik menjadi 28,7 ribu orang serta meningkatkan peranan kelompok sukarela (Pembina KB Desa dan Sub-Pembina KB Desa) sebagai penyalur alat kontrasepsi pil dan kondom. Untuk daerah-daerah yang terpencil pelayanan dilakukan melalui Tim KB Keliling yang sekaligus memperluas jangkauan wilayah program. Penerangan dan motivasi KB diarah-kan kepada peningkatan peranserta para ulama maupun generasi muda. Dengan demikian generasi muda pada masanya nanti tidak hanya mau berkeluarga berencana tetapi juga slap menjadi pe-ngelola program KB.

Prasarana program KB juga makin ditingkatkan selama 5 tahun terakhir ini, antara lain melalui pembangunan sebelas kantor propinsi yang dilengkapi dengan gudang alat kontra-sepsi serta tempat latihan dan asramanya. Dalam rangka swa-sembada alat kontrasepsi, pada tahun 1987 telah diselesaikan pembangunan pabrik kondom yang selanjutnya akan diperluas dengan produksi alat-alat media lainnya.

Untuk memantapkan kesertaan dalam program KB serta meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, program KB juga telah dipadukan dengan program-program lain. Peningkatan pendapatan peserta KB dilakukan dengan memberikan bantuan modal kepada 22,8 kelompok, sedangkan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dilakukan melalui pelayanan terpadu dengan program kesehatan serta peningkatan program bina keluarga dan balita.

Sejalan dengan pembangunan di berbagai bidang lainnya telah dilanjutkan pula pembangunan di bidang hukum. Dalam 5 tahun terakhir (1983/84 - 1987/88) keseluruhan Rancangan Undang-undang yang telah disahkan menjadi Undang-undang ber-jumlah 44 buah; Rancangan Peraturan Pemerintah yang telah di-sahkan menjadi Peraturan Pemerintah mencapai 193 buah; Kepu-

79

Page 80:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

tusan Presiden berjumlah 312 buah dan Instruksi Presiden 46 buah.

Jumlah penelitian hukum yang telah dilaksanakan mencapai 62 buah, pertemuan ilmiah sejumlah 27 kali, 66 judul pengka-jian dalam berbagai segi dan bidang hukum, 39 Naskah Akademis Peraturan Perundang-undangan serta penulisan karya ilmiah sebanyak 12 judul.

Pembangunan prasarana fisik pengadilan yang telah dilak-sanakan meliputi pembangunan 20 gedung Pengadilan Negeri, rehabilitasi/perluasan 242 gedung Pengadilan Negeri dan 36 gedung Pengadilan Tinggi, di samping kelanjutan secara berta-hap pembangunan gedung Mahkamah Agung, serta pembangunan 83 buah Tempat Sidang, sebagai sarana pelaksanaan tugas hakim keliling khususnya di kota-kota kecil.

Sementara itu Mahkamah Agung telah melaksanakan pembinaan kemampuan teknis yustisial untuk para hakim peradilan umum, hakim peradilan militer dan hakim peradilan agama, serta te-lah pula mulai melaksanakan komputerisasi pengolahan yuris-prudensi melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga peradilan lainnya.

Selanjutnya, sebagai persiapan untuk menyongsong pemben-tukan Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara telah dilaksanakan penataran tenaga personil 55 orang hakim dan 86 orang Panitera/Panitera Pengganti.

Sementara itu telah ditingkatkan pula upaya pengendalian dan pemantapan profesionalisme aparat penuntut umum dengan melaksanakan eksaminasi perkara, yaitu pengujian berupa pene-litian/penelaahan dan pemeriksaan di semua tingkat penanganan perkara yang telah diselesaikan oleh para jaksa.

Produktivitas penyelesaian perkara telah dapat dimantap-kan, baik pada Kejaksaan Agung maupun Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri.

Selanjutnya telah pula ditingkatkan pengawasan dan pe-ngamatan terhadap orang asing dan lalulintas orang ke dan dari luar negeri, terutama arus imigran gelap untuk menjamin terciptanya stabilitas nasional. Sebagai tindak lanjut terha-dap pendataan orang asing, telah dilakukan kerjasama antara aparat imigrasi dan aparat penegak hukum lainnya dalam rang-ka pengawasan orang asing.

80

Page 81:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Sementara itu dalam tahun 1983/84 - 1987/88 telah diba-ngun antara lain 26 gedung kantor Kejaksaan Negeri/Cabang Ke-jaksaan Negeri serta direhabilitasi/perluas sebanyak 358 ge-dung Kejaksaan Tinggi/Kejaksaan Negeri. Telah pula dibangun sebanyak 17 gedung kantor Imigrasi; rehabilitasi 20 gedung kantor Imigrasi; pembangunan 23 pos Imigrasi serta pembangun-an 4 bah Asrama Karantina Imigrasi.

Dalam rangka menunjang sistem pemasyarakatan telah di-usahakan pemenuhan kebutuhan jumlah dan peningkatan mutu te-naga pemasyarakatan antara lain melalui berbagai penataran di bidang pemasyarakatan.

Sementara itu telah makin dikembangkan bimbingan kerja-sama melalui "unit produksi" untuk usaha-usaha kerajinan, perbengkelan dan pertanian. Dengan kerjasama antara berbagai instansi, pada lembaga-lembaga pemasyarakatan tertentu telah dikembangkan pula berbagai jenis bengkel kerja khusus misal-nya percetakan, pertenunan, penyelupan, pembuatan sepatu ku-lit, pengelasan dan pertukangan kayu.

Dalam rangka pembinaan bimbingan kemasyarakatan dan pe-ngentasan anak, khususnya bagi mereka yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan/Lembaga Pemasyarakatan Anak Negara, telah ditingkatkan berbagai pendidikan dan keterampilan pada 16 Lembaga Pemasyarakatan Anak Negara/Lembaga Pemasyarakatan Pemuda.

Sebagai upaya peningkatan keamanan dan ketertiban pada Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara telah ditem-patkan tenaga perbantuan sebanyak 200 orang purnawirawan ABRI.

Sebagai penunjang pembinaan pemasyarakatan, dalam 5 ta-hun terakhir (1983/84 - 1987/88) telah lebih ditingkatkan prasarana fisik meliputi pembangunan baru dan/atau pembangun-an kembali 8 gedung Lembaga Pemasyarakatan; pembangunan 8 Ru-mah Tahanan Negara; pembangunan 7 buah Balai BISPA serta re-habilitasi/perluasan Lembaga Pemasyarakatan sebanyak 93 buah dan rehabilitasi Rumah Tahanan Negara 109 buah.

Dalam rangka meningkatkan administrasi pelayanan jasa hukum telah diselesaikan penyusunan administrasi dan dokumen-tasi kewarganegaraan, pewarganegaraan, dwikewarganegaraan, badan hukum, dan pendaftaran merek. serta tata informasi oktroi, permohonan oktroi di luar negeri, grasi dan surat bukti kewarganegaraan Republik Indonesia. Di samping itu

81

Page 82:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

telah pula ditingkatkan kemudahan bagi orang asing yang masuk dan keluar Indonesia, terutama melalui pelabuhan udara inter-nasional.

Sejak tahun 1983/84 sampai dengan 1987/88 telah dilaksa-nakan antara lain berbagai penataran tenaga teknis hukum, ha-kim, juru sita, keimigrasian, pemasyarakatan sebanyak 15.917 orang di lingkungan Kehakiman dan 2.209 orang di lingkungan Kejaksaan.

Penyuluhan hukum telah dilanjutkan antara lain melalui ceramah dan temu wicara dengan organisasi masyarakat, wanita, mahasiswa dan seniman; pameran dan fragmen/sandiwara di tele-visi serta siaran radio dan publikasi dalam media cetak lain-nya; kegiatan Hakim Masuk Desa sebagai bentuk penyuluhan hukum oleh hakim yang sekaligus bertugas mengadakan persidangan di tempat-tempat sidang yang terpencil dan kegiatan Jaksa Masuk Desa sebagai usaha memberikan pengertian kepada masyarakat pe-desaan akan hak dan kewajiban sebagai warganegara. Dalam tahun 1983/84 - 1987/88 kegiatan Jaksa Masuk Desa telah dilaksana-kan di 25.273 desa dan diberikan penerangan hukum terhadap 299 unit kerja pada berbagai instansi pemerintah, 306 organi-sasi massa, 56 organisasi wanita dan 16 kelompok usahawan.

Di samping kegiatan Jaksa Masuk Desa dilaksanakan pula kegiatan. Jaksa Masuk Laut yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan penampilan para aparat penegak hukum di laut yang melaksanakan tugas pengamanan dan penegakan hukum di perairan Indonesia.

Dalam rangka pemerataan kesempatan memperoleh keadilan dan perlindungan hukum, kepada masyarakat terutama untuk go-longan pencari keadilan yang kurang mampu, telah disediakan bantuan hukum yang telah dimanfaatkan melalui Pengadilan Ne-geri di 26 Propinsi, di samping konsultasi hukum yang dilaku-kan oleh 25 Fakultas Hukum Negeri/Swasta untuk kasus pidana dan/atau perdata.

Dalam upaya untuk makin menggairahkan partisipasi masya-rakat dalam pembangunan, peranan penerangan, pers dan komuni-kasi sosial memegang peranan yang sangat penting. Usaha pem-bangunan di bidang penerangan dan komunikasi sosial ditujukan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat mengenai makna dan tujuan pembangunan nasional yang sedang dilakukan serta menampung umpan balik berupa aspirasi positif yang terdapat

82

Page 83:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

di dalam masyarakat demi kesadaran berpartisipasi dalam pemba-ngunan nasional.

Untuk itu usaha penerangan dan komunikasi sosial diarah-kan kepada peningkatan pemerataan informasi sampai ke desa-desa melalui media informasi seperti radio, televisi, film, pers, penerbitan, pameran, media tradisional dan penerangan tatap muka, maupun pertunjukan tradisional yang kumulatif.

Mengingat fungsinya yang sangat penting sebagai forum informasi dan komunikasi sosial antara Pemerintah dan masya-rakat dan antarkalangan masyarakat sendiri, maka dalam kurun waktu antara tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1987/88 telah dibangun/direhabilitasi sebanyak 275 buah Pusat Penerangan Masyarakat (Puspenmas) di tingkat Kabupaten/Kotamadya, diban-dingkan dengan 240 buah di tahun 1982/83.

Guna meningkatkan arus informasi ke pedesaan, khususnya daerah terpencil, maka selain Puspenmas, di tingkat Kabupa-ten/Kotamadya dibangun pula secara selektif sejumlah balai Penerangan di beberapa daerah perbatasan dan transmigrasi. Di samping itu dilanjutkan pula program Koran Masuk Desa (KMD) serta Surat Kabar Untuk Desa (SKUD), sehingga bila pada akhir Repelita III baru mencapai 12.480.000 eksemplar, maka dalam tahun 1987/88 telah mencapai 58.325.000 eksemplar. Demikian pula dalam penempatan Televisi Umum di desa-desa yang telah terjangkau oleh siaran TVRI, yang dalam tahun 1982/83 TV Umum baru berjumlah 29.866 buah, maka dalam tahun 1987/88 telah berjumlah 54.318 buah.

Kecuali itu telah ditingkatkan dan diperluas pula jang-kauan siaran radio dan televisi untuk penyampaian informasi secara cepat. Terutama jangkauan pancaran televisi mengalami perluasan wilayah dari 495.600 km2 dalam tahun 1982/83 menjadi 600.500 km2 dalam tahun 1987/88, suatu peningkatan jangkauan khalayak dari 95,5 juta orang menjadi 115,4 juta orang.

Terciptanya aparatur Pemerintah yang berdayaguna, berha-silguna, bersih dan berwibawa merupakan syarat bagi keberha-silan penyelenggaraan usaha-usaha pembangunan yang telah di-uraikan di atas. Untuk mencapai sasaran tersebut dalam 5 ta-hun terakhir, upaya pendayagunaan aparatur Pemerintah secara berencana telah ditingkatkan pelaksanaannya. Upaya tersebut meliputi langkah-langkah pembinaan dan penertiban serta pe-nyempurnaan dalam bidang : organisasi pemerintahan, ketata-laksanaan, kepegawaian serta sarana dan prasarana kerja, baik

83

Page 84:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

pada aparatur Pemerintah tingkat pusat maupun daerah. Berba-gai peningkatan usaha perbaikan juga dilakukan dalam sistem administrasi perencanaan operasional tahunan termasuk admi-nistrasi pembiayaan (prosedur penyusunan dan pelaksanaan anggaran) dan pengendalian pelaksanaan kebijaksanaan, program dan proyek-proyek pembangunan, serta penyempurnaan sistem pengawasan dan pelaksanaan penertiban operasional. Di samping itu, ditingkatkan pula pendayagunaan dalam bidang aparatur perekonomian negara, meliputi langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi berbagai kebijaksanaan ekonomi, keuangan, perdagangan dan pembangunan, serta berbagai langkah perbaikan organisasi dan manajemen Badan-badan Usaha Milik Negara.

Upaya pendayagunaan organisasi pemerintahan berisikan pengembangan ataupun penyederhanaan organisasional meliputi keseluruhan lembaga negara. Langkah-langkah ini antara lain berupa penyempurnaan pada kantor Sekretariat Lembaga-lembaga Perwakilan Rakyat, guna lebih memantapkan pelayanan kepada para anggota dan memperlancar hubungan fungsional dengan Pemerintah dalam mengemban keseluruhan aspirasi dan berbagai kepentingan negara dan masyarakat serta penggantian Keppres No. 45 Tahun 1974 dengan Keppres No. 15 Tahun 1985 tentang Susunan Organisasi Departemen, yang kemudian diikuti antara lain dengan penyederhanaan Direktorat-direktorat Jenderal Moneter dan Bea Cukai, pembentukan Pusat Pengelolaan Pembe-basan dan Pengembalian Bea Masuk (P4BM) untuk memantapkan langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi, dan pemben-tukan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan guna lebih memantapkan sistem dan pelaksanaan pengawasan.

Pembinaan kepegawaian dilaksanakan atas dasar sistem karier dan prestasi kerja. Dalam 5 tahun terakhir pendayagu-naan dalam bidang kepegawaian meliputi: (a) Penyempurnaan peraturan perundang-undangan; (b) Penyempurnaan dasar-dasar penyusunan formasi; (c) Pengadaan dan pengangkatan pegawai serta penyelesaian kepangkatan; (d) Perbaikan penghasilan; (e) Peningkatan disiplin pegawai; (f) Komputerisasi dan pe-nyempurnaan tata usaha kepegawaian; (g) Penyusunan jenjang pangkat pimpinan pada proyek Pemerintah dan BUMN; (h) Pene-tapan berbagai jabatan fungsional dan persyaratan angka kre-dit masing-masing; (i) Pemeliharaan kesehatan Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun serta anggota keluarganya; (j) Pe-ningkatan kemampuan manajemen, keterampilan dan produktivitas kerja; dan (k) Penataran pelaksanaan P-4.

84

Page 85:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Sehubungan dengan perbaikan penghasilan dan peningkatan kesejahteraan pegawai, telah dilakukan penyempurnaan sistem gaji seperti diatur dalam Keppres No. 15 Tahun 1985 yang me-ngandung unsur pemerataan dengan semakin menyerasikan perban-dingan gaji pokok terkecil dan terendah. Kecuali itu dalam keadaan keuangan negara memungkinkan, telah dilakukan pula beberapa kali kenaikan gaji dan penerimaan pensiun serta per-baikan dalam tunjangan berbagai jabatan dalam keseluruhan unsur aparatur Negara. Langkah-langkah pendayagunaan di bi-dang administrasi terus ditingkatkan, antara lain pada cara penyampaian gaji dan pensiun. Pembayaran pensiun telah dimu-lai penyalurannya melalui Perum Taspen, sedangkan penyaluran gaji melalui perbankan/lembaga keuangan sudah mulai dirintis. Hal ini semua diharapkan akan dapat meningkatkan efisiensi penyaluran gaji dan pensiun.

Di samping itu, perbaikan pada perkembangan karier kepe-gawaian telah lebih dimantapkan, antara lain dengan mengem-bangkan lebih jauh berbagai jabatan fungsional dan penetapan angka kredit untuk masing-masing jabatan fungsional seperti untuk peneliti, widyaiswara, penyuluh pertanian, tenaga dok-ter, tenaga perawatan, pengawas ketenagakerjaan dan tenaga pengajar perguruan tinggi. Perhatian dicurahkan juga pada penyederhanaan prosedur kenaikan pangkat, di mana dimungkin-kan kenaikan pangkat otomatis, misalnya untuk guru, tenaga medis dan perawat.

Pendayagunaan aparatur pemerintah ditujukan pula pada penyempurnaan administrasi dan kepegawaian pada tingkat peme-rintahan daerah dan desa, juga pada organisasi pemerintahan dan formasi kepegawaian pada tingkat kecamatan serta pada pe-mantapan hubungan antara pemerintahan pusat dan daerah. Pen-dayagunaan aparatur pemerintah daerah antara lain ditujukan kepada penyempurnaan administrasi dan peningkatan kemampuan aparatur pemerintahan desa dalam mendukung usaha-usaha pening-katan taraf hidup masyarakat desa melalui penyediaan pelayan-an berbagai kebutuhan dasar masyarakat. Hal ini tampak dari alokasi jumlah formasi dalam 5 tahun terakhir yang lebih di-prioritaskan kepada pengangkatan sekitar 70% tenaga profe-sional untuk kebutuhan daerah dan pedesaan, seperti tenaga pendidik, tenaga medis dan paramedis, penyuluh pertanian dan sebagainya.

Pendayagunaan di bidang aparatur perekonomian negara me-liputi berbagai langkah deregulasi dan debirokratisasi serta penyempurnaan administrasi Badan-badan Usaha Milik Negara.

85

Page 86:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi telah diurai-kan dalam bagian-bagian terdahulu.

Pendayagunaan BUMN diarahkan agar BUMN dapat bekerja atas dasar prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang sehat dan efisien sehingga di samping dapat meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat dan turut mendorong kegiatan dunia usaha dan koperasi, juga diharapkan dapat memberikan sumbangan yang lebih besar bagi penerimaan negara. Langkah-langkah pendayagu-naan BUMN meliputi antara lain penyempurnaan organisasi dan pengalihan status hukum, penyempurnaan manajemen dan batas keterkaitan serta tanggungjawab pembiayaan BUMN tersebut da-lam hubungannya dengan anggaran negara. Hasil nyata yang di-capai dari berbagai upaya pendayagunaan tersebut antara lain adalah meningkatnya nilai penjualan dan penerimaan pajak per-seroan/penghasilan dari BUMN.

Dalam pada itu berbagai langkah pendayagunaan juga telah ditingkatkan untuk menyempurnakan sistem administrasi perenca-naan, pembiayaan (prosedur penyusunan dan pelaksanaan anggar-an), pengendalian pelaksanaan dan pengawasan keuangan negara.

Penyempurnaan administrasi perencanaan terutama diarah-kan pada penyempurnaan sistem perencanaan tahunan, yang pada umumnya berisikan: penajaman prioritas dalam perencanaan pro-yek, pelaksanaan prinsip penghematan, perluasan pemerataan dan penyederhanaan administrasi serta prosedur dengan pene-rapan secara lebih ketat asas efisiensi pengeluaran dan efek-tivitas pelaksanaan.

Pelaksanaan APBN pada dasarnya tetap menggunakan prose-dur Keppres No. 29/1984 yang tegas-tegas berlandaskan prinsip efisiensi, pemerataan, kecermatan dan ketepatan. Untuk lebih meningkatkan efektivitas pelaksanaan program dan proyek-proyek pembangunan, sejak tahun anggaran 1986/87 sistem Sisa Anggaran Pembangunan (SIAP) dalam Keppres No. 29/1984 tidak dianut la-gi. Dengan demikian SIAP dari tahun anggaran terdahulu tidak dapat dipergunakan lagi dalam tahun anggaran berjalan. Sedang-kan untuk lebih mendayagunakan dana luar negeri dengan Keppres No. 32/1986 telah dibentuk Tim P4DLN (Pendayagunaan Pelaksa-naan Proyek-proyek Pembangunan dengan Dana Luar Negeri) yang ditugaskan untuk mengatasi hambatan dan meningkatkan kelancar-an pelaksanaan proyek-proyek yang menggunakan dana luar nege-ri. Dalam 2 tahun terakhir laju pemanfaatan dana luar negeri terus meningkat.

86

Page 87:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

Unsur pemerataan dalam memanfaatkan kesempatan pembangun-an jelas tercermin dalam beberapa pasal pada Keppres No. 29/ 1984 tersebut, yang antara lain menekankan untuk mengutamakan: (1) penggunaan produksi dalam negeri, (2) pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah dalam rangka pemerataan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, dan (3) pengusaha setempat untuk menunjang sasaran pemerataan kegiatan pembangunan dan kesempatan berpartisipasi dalam melaksanakan proyek-proyek pembangunan di daerah. Untuk meningkatkan efisiensi dan ke-lancaran pelaksanaan pembangunan, dalam rangka pelaksanaan pelelangan dan pengadaan barang/peralatan serta pemborongan pekerjaan telah dibentuk TPPBPP, baik pada tingkat Pusat (Tim Keppres No. 10/1984) maupun pada tingkat Departemen/Lembaga (Tim Keppres No. 30/1984). Selain itu, untuk lebih meningkat-kan dayaguna dan hasilgunanya, dibentuk pula Panitia Prakua-lifikasi Daerah, sedangkan Panitia Pelelangan cukup dibentuk oleh Pemimpin Proyek.

Selain itu dalam rangka pendayagunaan pengendalian pe-laksanaan proyek-proyek pembangunan, telah ditingkatkan pe-nyempurnaan sistem dan pelaksanaan pemantauan, antara lain dengan komputerisasi. Dalam upaya penyempurnaan dan pening-katan pemantauan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan dan untuk memperoleh bahan pengujian silang terhadap kebenaran laporan yang disampaikan oleh Pemimpin Proyek tiap triwulan, telah diikutsertakan Bappeda Tingkat Propinsi.

Pengawasan dan penertiban operasional untuk mengatasi berbagai pelanggaran dan penyelewengan juga telah ditingkat-kan pelaksanaannya. Pendayagunaan pengawasan dan penertiban operasional telah dilakukan secara lebih sistematis, terkoor-dinasi, menyeluruh dan terpadu, dengan lebih menyempurnakan dan memantapkan sistem, organisasi dan manajemen pengawasan, disertai berbagai langkah tindak lanjut berdasarkan hasil-hasil pengawasan yang telah diperoleh. Penyempurnaan sistem pengawasan antara lain dilakukan dengan cara lebih memantap-kan pengawasan melekat dan perbaikan administrasi, serta teknik pengawasan fungsional. Operasi-operasi untuk menangani bermacam kasus juga terus ditingkatkan, baik oleh staf Inspek-torat Jenderal Departemen maupun oleh Inspektorat Wilayah Pro-pinsi. Sedangkan pengawasan yang dilakukan oleh Lembaga-lem-baga Perwakilan Rakyat maupun pengawasan oleh masyarakat telah dapat dilakukan secara lebih melembaga.

Pemantapan pengawasan antara lain dilakukan dengan pena-nganan secara langsung oleh Wakil Presiden dalam pengawasan,

87

Page 88:  · Web viewBahkan dalam tahun 1986/87 berkat upaya untuk terus menekan biaya produksi maupun biaya pemasaran BBM, serta langkah-langkah penyesuaian harga jualnya pada tahun 1982,

penugasan Menko Ekuin & Wasbang untuk mengkoordinasikan lang-kah-langkah di bidang pengawasan, serta dengan langkah peng-hapusan Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara dan membentuk BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) untuk melakukan koordinasi pelaksanaan teknis pengawasan yang dilakukan Departemen/Lembaga Pemerintah lainnya termasuk Inspektorat Jenderal Pengawasan Departemen/Lembaga. Sejalan dengan itu telah diterbitkan pula Inpres No. 15/1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan yang memuat petunjuk dalam rangka peningkatan pengawasan, baik pengawasan fungsional maupun pengawasan melekat. Selain itu untuk pemeriksaan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan BUMN, BPKP juga telah mengembangkan sistem manajemen audit.

Langkah penting lain yang telah berhasil dilakukan dalam 5 tahun terakhir adalah diterbitkannya Undang-undang Peradil-an Tata Usaha Negara (Undang-undang No. 5/1986). Dengan ini diharapkan adanya landasan yang lebih mantap dalam pendayagu-naan aparatur negara di masa-masa datang. Selain itu telah berhasil pula diterbitkan undang-undang tentang Hak Cipta (Undang-undang No. 7 Tahun 1987), yang diharapkan dapat men-dorong kreativitas dan produktivitas nasional serta memantap-kan kepercayaan dan kerjasama internasional dalam berbagai bidang ekonomi, industri, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

88