smartcity.bandung.go.id · web view2019/09/27 · pada kesempatan kali ini peneliti menyarankan...
TRANSCRIPT
Karya Tulis Smart City Aplikasi Gampil dalam Sudut Pandang Teori
Governansi Digital
Dibuat untuk memenuhi Ujian Tengah Semester mata kuliah Governansi Digital
Dosen Tutik Rachmawati., S.IP, M.A, Ph.D
Disusun oleh :
Aulia Rachman D A Manongko 2016310003
Salsabila Thifal 2016310040
Ida Nurhaida 2016310050
Rr Indah Mayangsari 2016310118
KELAS : B
JURUSAN PRODI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIL
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
2019
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan teknologi yang ada segala urusan apapun menjadi lebih
mudah dan simple termasuk dalam urusan pemerintahan. Dalam urusan pemerintahan terkait
dengan pelayanan birokrasi menjadi lebih efektif dan efisien. Pendaftaran, perizinan, dan
pengaduan menjadi lebih cepat dan bisa dilakukan dimanapun dengan cukup mendownload
aplikasi atau membuka website yang ada. Oleh karena itu pemerintah membuat inovasi smart
city yang lebih memudahkan pemerintah dan masyarakat terkait dengan pelayanan birokrasi.
Masyarakat tidak perlu lagi datang ke kantor dinas untuk ambil nomor atau mengantri cukup
dengan menggunakan smartphone atau laptop dimanapun berada. Smart city termasuk ke
dalam misi Kota Bandung yang ingin mewujudkan tata kelola pemerintahan yang efektif,
efisien, bersih dan melayani.
Keadaan smart city di Kota Bandung masih belum dikembangkan secara menyeluruh
dikarenakan Kota Bandung masih menganggap smart city hanya sebatas teknologi informasi
komunikasi saja, hal ini terlihat dari program-program yang sudah dilaksanakan oleh
pemerintah Kota Bandung. Bukan hanya tidak sesuai dengan konsep smart city yang
seharusnya mencangkup berbagai aspek, pemerintah Kota Bandung juga belum dapat
mencapai standar yang diinginkan. Standar yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Bandung
adalah adanya pengembangan teknologi informasi di area publik dan pengembangan
infrastruktur berbasis teknologi. Pemerintah Kota Bandung masih belum berfokus pada
pengembangan transportasi publik berbasis teknologi yang mendorong keefisienan, baru
sebatas pemantauan yang dilakukan. Pemerintah Kota Bandung juga belum merealisasikan
transportasi publik yang memadai dan nyaman, hanya sebatas rencana saja.
Dalam mewujudkan Kota Bandung yang berbasis smart city diperlukan rencana yang
lebih matang dan bisa memenuhi berbagai aspek yang sesuai dengan konsep dari smart city
yang ingin diterapkan, bukan hanya sekedar pengembangan dibidang teknologi dan informasi
saja. Hal ini juga terlihat dari penerapan konsep smart city yang hanya ditangani oleh Dinas
Informasi dan Komunikasi saja.1
Ukuran kepuasan juga menjadi indikasi dari terwujudnya smart city. Oleh karena itu
pemerintah Kota Bandung masih terus memaksimalkan konsep smart city agar tingkat
kepuasan masyarakat terhadap smart city terus meningkat. Tingkat kepuasan masyarakat
terkait dengan smart city juga masih tergolong rendah karena masih adanya kendala saat
masyarakat harus mengakses sebuah layanan dan adanya aplikasi yang tidak berjalan sesuai
1 Kompasiana. “Kota Bandung Dan Pengembangan Kota Cerdas Yang Masih Setengah-Setengah”. diakses di https://www.kompasiana.com/carlostondok/5a73c450cbe5235a1a765963/kota-bandung-pengembangan-kota-setengah-tahu-kota-yang-belum-cerdas pada tanggal 26 September 2019.
dengan semestinya. Sehingga saat ini pemerintah Kota Bandung sedang meningkatkan
inovasi-inovasi yang terkait dengan Bandung smart city. Untuk mewujudkan smart city tidak
hanya memerlukan satu faktor pendorong tapi juga memerlukan faktor yang yang lainnya
seperti smart goverment, smart environment, smart people, smart economy, smart living dan
smart branding. Dengan adanya smart city ini diharapkan beberapa masalah di Kota Bandung
seperti masalah di Kota Bandung. Di kota Bandung sendiri ada beberapa masalah salah satu
masalah perizinan mendirikan bangunan. Masalah terdapat dalam proses atau prosedur
pengajuan yang dianggap masih belum efektif dan efisien.
Ada beberapa masalah dalam perizinan masalah perizinan
1. Masih banyaknya bangunan yang dibuat tidak sesuai peruntukannya, tidak sesuai
dengan izin yang diberikan. Para pengelola pintar merekayasa ketika mengajukan
izin, ternyata banyak izin mendirikan bangunan yang disalah gunakan.2
2. Masih banyaknya calo dalam proses perizinan bangunan atau pungli 3
3. Prosedur perizinan yang memakan banyak waktu dan prosesnya yang lama membuat
proses menjadi terhambat dan kurang efektif dan efisien
Dengan adanya beberapa masalah diatas pemerintah kota meluncurkan sebuah inovasi
GAMPIL. Aplikasi GAMPIL merupakan aplikasi yang diluncurkan oleh Pemkot Bandung
sebagai upaya untuk mempermudah perizinan di Kota Bandung. Dengan adanya aplikasi
GAMPIL ini, pelaku usaha kecil tidak perlu bolak-balik mengantar dokumen ke kantor
pemerintahan untuk melakukan perizinan. Hanya dengan mengunduh aplikasi GAMPIL ini di
Google PlayStore, pelaku usaha dapat melakukan semua tahapan proses pendaftaran kapan
pun dan di mana pun.
Dalam aplikasi GAMPIL ini terdapat tiga bagian terpisah, yaitu aplikasi untuk warga,
aplikasi untuk kecamatan setempat, dan aplikasi untuk Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
(BPPT). Warga yang mendaftar selanjutnya akan diverifikasi pihak kecamatan setempat,
kemudian Badan Pengelola Perizinan Terpadu (BPPT) melakukan pendataan akhir. Apabila
pelaku usaha belum memungkinkan mendaftar mandiri secara online, maka bisa mendatangi
Badan Pengelola Perizinan Terpadu (BPPT) atau kecamatan, yang nantinya akan ada petugas
untuk melakukan proses pendaftaran secara online. Berikut adalah tahapan dalam
menggunakan aplikasi GAMPIL.
2 abdul muhaemin. 2018. “Banyak Penyalahgunaan Izin Bangunan di Kawasan Bandung Utara”. https://www.pikiran-rakyat.com diakses pada 27 september 2019 pukul 15.19 wib
3 koran jakarta. 2019. “ Atasi Calo Perizinan di Bandung dengan Layanan “Online” “. http://www.koran-jakarta.com diakses pada 27 september 2019 pukul 15.36 wib
1. Download aplikasi Gampil di playstore
2. Pilih Perizinan Online, lalu mengisi form pendaftaran. Untuk mendaftar, kita perlu
mengisi kolom No. KTP, Password, Nama, Pekerjaan, dan Jabatan.
3. Langkah selanjutnya adalah login. Apabila sudah login, langkah selanjutnya yang
harus dilakukan adalah mengisi form pengajuan permohonan. Pilih jenis izin dan jenis
layanan yang diinginkan dalam form ini, akan terlihat juga persyaratan yang harus
dilengkapi.
4. Setelah melengkapi persyaratan, selanjutnya adalah mengisi data perusahaan, seperti
Nama Perusahaan, Nama Penanggung Jawab, dan Jabatan Penanggung Jawab pada
form pengajuan permohonan. Data selanjutnya akan diproses oleh BPPT.
B. TEORI
1. Pengertian E-Government
Menurut World Bank, E-Goverment adalah menggunakan teknoogi informasi dan
komunikasi untuk merubah pemerintah agar menjadi lebih baik lagi. terdapat lima tahapan
dalam E-Government. Wescott mendefinisikan e-Government sebagai “E-Government is the
use of information and communications technology (ICT) to promote more efficiency and
cost-effective government, facilitate more convenient government services, allow greater
public access to information, and make goverment more accountable to cittizens.” (Indrajit,
2004: 4-5).
2. Lima Tahap E-Goverment
Terdapat 5 tahapan dalam E-Government yaitu Presence yang berada di tahap ke satu,
Interaction pada tahap ke dua, Transaction pada tahap ke tiga, Transformation pada tahap ke
empat, yang nantinya tahap Digital Governance akan di capai pada tahap ke lima, dimana
menurut World bank, Digital Governance adalah menggunakan teknologi informasi untuk
mempromosikan atau membuat nilai publik.
1. Presence
Fase ini adalah bentuk paling dasar dari e-government. Dalam tahap ini, pemerintah
biasanya memposting informasi sederhana dan terbatas melalui situs web mereka,
seperti visi dan misi lembaga, jam kantor, informasi kontak, dan dokumen resmi. Pada
awalnya, sebagian besar informasi bersifat statis. Namun, dengan kemajuan
kemampuan e-government, informasi yang diposting dapat menjadi lebih dinamis,
terspesialisasi, dan diperbarui secara berkala. Perbedaan utama antara tahap ini dan
tahap lain yang lebih tinggi adalah bahwa pada tahap ini, pemerintah hanya
memberikan informasi di situs web dan tidak ada interaksi yang mungkin.
Merupakan tahap pertama dari e-government dalam menetapkan “placeholder” untuk
memberikan informasi di masa yang akan datang. ini adalah awalan yang tidak mahal
dan cukup mudah dalam memasuki tahapan e-government lainnya, namun
kemampuan interaktif yang kurang.
2. Interaction
Dalam tahapan kedua ini, pengguna layanan publik tidak di haruskan mengunjungi
langsung kantor pelayanan, mereka dapat memperoleh akses menggunakan untuk
mendapatkan layanan yang tersedia sepanjang waktu.
3. Transaction
Fase ini memungkinkan pengguna (termasuk warga negara individu dan bisnis) untuk
melakukan transaksi online lengkap. Warga negara dapat melakukan pembayaran
secara online seperti aplikasi lisensi, pengajuan pajak, dan pembaruan informasi
pribadi. Selain itu, bisnis dapat mengakses layanan online seperti mengisi formulir
pajak, menerapkan lisensi dan melaporkan data keuangan. Bisnis online seperti
mendapatkan pesanan dan membuat lelang juga dimungkinkan.
4. Transformasi
Ada "lompatan" antara transformasi dan tiga tahap sebelumnya. Daripada
mengotomatisasi dan mendigitalkan proses operasional saat ini, tahap ini bergerak
menuju transformasi cara pemerintah menyediakan layanan. Transformasi melibatkan
baik vertikal (yaitu pemerintah di tingkat yang berbeda) dan integrasi horizontal
(yaitu departemen atau pemerintah yang berbeda di lokasi yang berbeda). Untuk
antarmuka eksternal, pemerintah membangun portal tunggal dan terpadu yang
menyediakan layanan yang terintegrasi dan mulus alih-alih layanan yang terpisah dan
didistribusikan. Untuk mencapai tujuan ini, pemerintah harus memulai integrasi
internal untuk merekayasa ulang proses yang ada dengan mengurangi hambatan dan
perantara.
5. Governansi digital
Tata kelola digital lebih maju interaktif dan pertukaran transaksional menggabungkan
pengembangan teknologi dengan tingkat kualitas layanan tertinggi untuk
menyediakan pengiriman layanan dua arah multi-channel kepada semua warga negara
C. ANALISIS
Dari masalah diatas dapat diketahui sistem perizinan masih terdapat banyak keluhan
masih banyaknya calo untuk membuat perizinan, dalam pembuatan bangunan masih tidak
sesuai dengan peruntukannya dan masih terlalu lama dalam mengurus surat dalam perizinan.
Maka pemerintah membuat aplikasi GAMPIL dalam pelaksanaannya menggunakan e-
government yaitu penggunaan ICT dalam mempromosikan efisiensi dan penghematan biaya
lalu memungkinkan akses publik terhadap pelayanan lebih besar pada informasi dan
memudahkan dalam pelayanan publik. pemerintah untuk mengatasinya menyediakan aplikasi
GAMPIL yang dapat diakses dalam gadget pengguna layanan masing-masing hal ini
diharapkan dapat mengurangi terjadinya pungli yaitu dengan mengurangi perizinan melalui
calo dan bentuk tanggung jawab pemerintah dalam memberikan kemudahan dalam pelayanan
publik.
Dalam aplikasi ini pun pemerintah dapat membantu dalam mengurangi waktu yang
dibutuhkan dalam pembuatan perizinan yang semula membutuhkan waktu yang lebih lama
dengan adanya aplikasi web ini dapat lebih mudah dan cepat dalam diakses oleh pelaku
usaha. dalam e-governement stage model dapat aplikasi web GAMPIL sudah dalam
tahap interaction karena masyarakat tidak perlu mengunjungi kantor DMPTSP untuk
mengurus surat perizinan yang terlebih dahulu mengalami antrian dan dalam pelayanannya
memerlukan waktu yang cukup lama dan masyarakat harus sering mengunjungi kantor
tersebut untuk bertanya tentang kelanjutan dalam pembuatan surat izinnya. Namun aplikasi
GAMPIL ini baru bisa dinikmati oleh masyarakat yang memiliki KTP Kota Bandung saja,
karena GAMPIL adalah inovasi dari pemerintah Kota Bandung untuk masyarakat Kota
Bandung yang ingin membuka usahanya di Kota Bandung.
Belum sampainya pada tujuan negara Indonesia pada tahap governansi digital yang
seharusnya. pemerintah hanya memberikan layanan dan tidak ada timbal balik dari para
pelaku usaha selaku citizen untuk memberikan keluhan mereka terhadap layanan yang
diberikan oleh pemerintah. pemerintah hanya menjalankan fungsinya sebagai government
tanpa mengikut sertakan citizen dalam pembuatan keputusan pembuatan aplikasi ini apakah
diperlukan atau tidak dalam membantu dalam pelayanan publik yang seharusnya.
dalam hal ini konsep smartcity yang diusung oleh Kota Bandung untuk menjadi Kota
yang lebih maju dan lebih terbuka terhadap teknologi dan menciptakan inovasi-inovasi untuk
membantu dalam pelayanan. Smart society yang diinginkan Kota Bandung sudah mulai
terlihat dengan mempermudah pembuatan izin bangunan bagi pelaku usaha dan lainnya ini
dilakukan untuk meningkatkan indeks daya saing daerah Kota Bandung itu sendiri dan dapat
menjadi lebih efisien smart society mempermudsh seluruh kegiatan masyarakat dengan
hanya sekali aplikasi yang dapat digunakan dimana saja dan dapat mengurus berbagai macam
kebutuhan yang dibutuhkan olrh masyarakat tanpa harus mendatangi kantor tersebut.
D. KESIMPULAN & SARAN
Pungutan liar,birokrasi yang lambat dan ketidakpatuhan masyarakat yang ada menjadi
latar belakang dibuatnya aplikasi GAMPIL. Aplikasi ini diharapkan dapat mempermudah
masyarakat dalam proses perizinan. Namun pada kenyataannya aplikasi belum bisa dikatakan
tahap governansi digital dimana dalam satu aplikasi bisa melakukan semua hal dari mulai
informasi,interaksi,transaksi online.
Walaupun warga sudah bisa mendaftar secara mandiri tanpa perlu datang ke tempat menurut
kami masih kurang efektif dan efisien karena dalam aplikasi ini terbagi menjadi 3 bagian
yaitu aplikasi untuk kecamatan, untuk BPPT dan untuk warga yang dimana ketiga bagian ini
saling terhubung. Dengan adanya aplikasi ini masih belum mendukung konsep smart city
yang di usung pemerintah kota bandung yaitu smart goverment, smart environment, smart
people, smart economy, smart living dan smart branding.
SARAN
Proses penerapan dan pelaksanaan pelayanan perizinan berbasis online dengan
melalui GAMPIL di dinas penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu satu pintu Kota
Bandung sudah berjalan dengan baik dan berdampak positif terhadap perubahan pelayanan
khususnya di bidang perizinan. Hanya saja kasus operasi tangkap tangan (OTT) pimpinan
DPMPTSP yang membuat beberapa pelaksanaan pelayanan perizinan melalui GAMPIL
menjadi tidak optimal.
Pada kesempatan kali ini peneliti menyarankan agar penerapan serta pelaksanaan
GAMPIL dapat memberikan pelayanan yang optimal ialah dengan memberikan pelatihan
kepada SDM ataupun aparatur baru yang masih belum bisa beradaptasi dengan cepat di
lingkungan DPMPTSP yang saat ini menggunakan sistem online dalam hal pemberian
pelayanan perizinan. Pelatihan menjadi sangat penting ketika seluruh skema pelayanan
menggunakan teknologi. Sebab sebaik-baiknya teknologi yang canggih, ketika aparatur
ataupun SDM yang berada didalam internal kantor tidak bisa berdaptasi dengan baik,
pelayanan perizinan bisa menyebabkan inefisiensi dan ketidakefektifan. Untuk itu, pelatihan
menjadi sangat penting ketika sebagian dari pegawai DPMPTSP lama dikeluarkan dan
digantikan pegawai baru ketika kasus korupsi tersebut terbongkar.
Hal lain yang penting agar tidak menimbulkan persepsi negatif ditengah masyarakat
bahwa pemerintah tidak melaksanakan prinsip accountability, peneliti menyarankan
seyogyanya agar pihak DPMPTSP untuk terus mengupdate sistem pada aplikasi GAMPIL
agar mudah diakses oleh seluruh masyarakat Kota Bandung. Tentunya untuk melakukan
updateing secara berkelanjutan perlu dipersiapkan tim IT khusus yang bekerja untuk
mengantisipasi masalah eror pada situs maupun mengatasi traffic ketika situs ini sedang
banyak diakses oleh masyarakat Kota Bandung.
Dalam memberikan optimalisasi pelayanan di bidang perizinan, masalah mengenai
kurangnya layanan yang terintegrasi melalui sistem online seharusnya diatasi dengan adanya
kerjasama ataupun kolaborasi dengan instansi lain, sektor swasta dan kelompok masyarakat
(LSM). Hal ini agar menciptakan satu standar pelayanan yang dapat mengintegrasikan ke
beberapa pihak yang memerlukan informasi serta pelayanan yang cepat dan akurat. GAMPIL
seharusnya dijalankan bukan oleh satu pihak yaitu DPMPTSP, tetapi patut pula untuk
dijalankan oleh beberapa pihak seperti instansi lain yang ikut terlibat untuk menjalankan
aplikasi GAMPIL. Hal ini menjadi sangat penting ketika tuntutan mengenai perubahan
pelayanan sering digaungkan oleh masyarakat.
Pemerintah Kota Bandung juga harus membuka peluang untuk masyarakat dari luar
Kota Bandung yang ingin membuka usahanya di Kota Bandung agar semakin banyak
masyarakat dari luar yang membuka usahanya maka pertumbuhan ekonomi dalam kota akan
terus meningkat. Diharapkan fasilitas GAMPIL tidak hanya masyarakat dengan KTP Kota
Bandung saja yang bisa menikmatinya tetapi seluruh masyarakat dari daerah manapun bisa
membuka usahanya di Kota Bandung dengan mudah tanpa harus mengurus dokumen-
dokumen dan mengantri di kantor pemerintah.
Metode yang tepat untuk dapat menjalankan aplikasi bersama-sama ialah dengan
membuat peraturan antar instansi yang menjalankan GAMPIL6 harus sesuai dengan tupoksi
nya masing-masing. Peran pemerintah ketika bekerjasama dengan pemerintah lainnya ialah
untuk mendukung pekerjaan instansi mereka sesuai dengan tujuan dari nama nomenklatur
dinas mereka. Misalkan, pihak DPMPTSP bertugas untuk menerbitkan izin dan memvalidasi
izin yang diajukan oleh masyarakat, sedangkan pihak dinas pelayanan pajak bertugas untuk
mengecek sebarapa banyak pelaku usaha yang sudah mengantongi izin, agar bisa dicatat
sebagai wajib pajak. Sedangkan Sektor swasta dan masyarakat diposisikan untuk mendukung
dan memberikan masukan terhadap pelaksanaan pelayanan publik yang lebih baik. Untuk
mewujudkan proses integrasi yang optimal dibutuhkan alat untuk menjembatani sistem yang
memiliki fungsi dan tugas yang berbeda –beda tetapi dalam satu aplikasi yang sama. Hal
tersebut nantinya akan membuat penyelenggaran pelayanan antar instansi bisa optimal dan
tidak melalui tahapan birokrasi yang panjang ketika sedang melakukan kolaborasi kerja.