wayang golek 1

Upload: akbar-muhammad-hariadi

Post on 06-Jan-2016

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Wayang

TRANSCRIPT

Nama: Adhimas Putrastyo Hutomo

NPM: 120 626 5054

Fakultas/Jurusan: Hukum/Ilmu Hukum

MPK Seni Wayang FWAYANG GOLEK, SEBUAH PERSEMBAHAN UNTUK BUDAYAKata Wayang berasal dari kata bayang, yang pada zaman purbakala digunakan pada upacara memanggil arwah dengan memasang lampu minyak kelapa dan menayangkan bayangan pada dinding atau kain putih yang dibentangkan. Wayang kemudian berkembang sejak abad ke-9 dan ke-10 sebagai media untuk pementasan lakon-lakon yang diciptakan bertemakan sastra epos atau sejenis karya sastra tradisional yang menceritakan kisah kepahlawanan Ramayana dan Mahabharata. Wayang adalah bentuk teater rakyat yang sangat popular. Di Jawa Barat, selain wayang kulit, yang paling populer adalah wayang golek. Wayang Golek adalah salah satu bentuk seni pertunjukan yang tumbuh dan berkembang di daerah Jawa Barat. Daerah penyebarannya terbentang luas dari Cirebon di sebelah timur sampai wilayah Banten di sebelah barat, bahkan di daerah Jawa Tengah yang berbatasan dengan Jawa Barat sering pula dipertunjukkan pergelaran Wayang Golek.Dalam makalah ini saya akan fokus pada 1 jenis wayang saja, yaitu wayang golek, dan Saya akan membahas beberapa aspek keindahan/estetika dalam Wayang Golek, seperti aspek Musik, Rupa, dan Sastra.1. Seni Musik dalam Wayang GolekMusik yang digunakan untuk mengiringi pergelaran Wayang Golek adalah karawitan Sunda yang berlaraskan Pelog/Salendro. Instrumen musik tersebut ditabuh oleh beberapa orang Nayaga atau Juru Gending.

Adapun alat musik tersebut lengkap adalah sebagai berikut :

Saron 1 Saron 2 - Peking - Demung Selentem Bonang - Rincik - Kenong - Gambang

Rebab - Kecrek - Kendang Bedug GongKedudukan musik dalam pergelaran Wayang Golek demikian pentingnya, ia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertunjukan itu sendiri. Mulai dari tatalu (overture) kawin/lagu, tari dan perang wayang, dialog, pembangunan suasana, pengisi celah antar adegan, semuanya diiringi dengan musik. Di samping itu, musik pun harus disesuaikan dengan karakter-karakter wayang yang diiringinya.

Misalnya :

Satria Ladak, seperti Narayana, Karna, Salya, Somantri, harus diiringi dengan gending gawil

Satria Lungguh, seperti Arjuna, Abimanyu, Pandu, Semiaji, diiringi dengan gending banjar Sinom atau Udan Mas

Ponggawa, seperti Gatotkaca, Indrajit, Baladewa, biasa diiringi dengan gending bendrong, Waled, dan Macan Ucul.

Raja-raja, seperti Kresna diiringi dengan gending Kastawa, Rahwana dengan gending Gonjing atau genggong

2. Seni Rupa dalam Wayang GolekMedia utama pergelaran Wayang Golek adalah boneka yang terbuat dari kayu (umumnya jenis kayu yang ringan), ditatah/diukir, dicat, diberi busana dan karakter sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan. Boneka kayu yang menyerupai manusia dengan stilasi disana-sini itu disebut juga Wayang Golek, dengan demikian nama benda peraga dan nama jenis pertunjukannya itu sendiri sama yakni Wayang Golek.

Bentuk/badan pada Wayang Golek sebenarnya dapat dipisah-pisah menjadi 3 (tiga) bagian yaitu bagian kepala beserta leher, tangan, dan badan. Ketiga bagian tersebut dibuat secara terpisah untuk kemudian disambungkan sehingga bentuknya tampak utuh seperti manusia.

Bagian leher dan kepala disambungkan oleh bambu yang telah diraut kurang lebih sebesar jari kelingking sehingga wayang tersebut dapat menengok ke kiri dan ke kanan seperti manusia. Bagian bawah dari bambu itu diruncingkan, menembus badan wayang sampai ke bawah dan akhirnya berfungsi sebagai kaki yang akan ditancapkan pada batang pisang sehingga dapat berdiri kokoh. Dari bagian pinggang ke bawah dipasang kain yang berbentuk sarung sehingga tangan Dalang yang memegang bambu tadi tidak tampak dari luar.

Bagian tangan dibuat terpisah terutama pada sendi bahu dan sendi siku. Sendi-sendi itu dihubungkan dengan benang/tali sehingga wayang tersebut dapat bergerak menyerupai manusia. Bagian tangan tokoh-tokoh wayang tertentu diberi kelat bahu (hiasan pangkal lengan) atau gelang. Demikian juga pada bagian-bagian tubuh wayang yang penuh dengan manik-manik, anting telinga, badong (hiasan punggung), keris dan sebagainya. Adapun bentuk badan raut wajah, pakaian, hiasan, disesuaikan dengan karakter dan kedudukan tokoh wayang yang bersangkutan.3. Seni Sastra dalam Wayang GolekPada dasarnya bahasa/percakapan antar tokoh dalam pergelaran Wayang Golek adalah bahasa daerah, dalam hal ini adalah bahasa Sunda dengan undak-undaknya yang disebut Amardibasa atau tata bahasa. Walaupun demikian, untuk tokoh-tokoh wayang tertentu seperti Bima dan Togog umumnya menggunakan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa tersebut dilakukan para Dalang untuk memberikan variasi dan karakter pada wayang yang berjumlah ratusan.Demikian juga dalam penyampaian prolog yang dalam istilah teknisnya disebut Murwa dan Nyanda, pada umumnya para Dalang menggunakan bahasa Jawa Kuno yang dituturkan sambil dinyanyikan dalam lagu tertentu. Prolog ini sebenarnya berisi penuturan yang menggambarkan suasana adegan yang sedang atau akan digarap sang Dalang.Dalam menyampaikan lakon/cerita, seorang Dalang tidak dibenarkan menggunakan bahasa-bahasa yang vulgar dan tidak beraturan. Oleh karena itu disusunlah rambu-rambu khusus yang disebut Panca Curiga atau Panca S. Lengkapnya, Panca S itu sendiri terdiri atas Sindir, Silib, Siloka, Simbul dan Sasmita yang mempunyai arti sebagai berikut:

SindirAdalah kritik-kritik, kecaman-kecaman atau pujian yang di ungkapkan dalam suatu cerita, yang disusun sedemikian rupa sehingga harus serta tidak secara langsung menyinggung hati yang dikritik atau dikecamnya. SilibSilib adalah suatu penerangan atau nasihat yang diselipkan di dalam suatu tema, babak atau adegan tertentu. SilokaSiloka adalah kalimat-kalimat yang harus digali kembali bila ingin mengetahui arti yang sesungguhnya. SimbulSimbul adalah perlambang yang harus dicari atau ditafsirkan sendiri apa makna yang sesungguhnya. SasmitaYang dimaksud sasmita adalah isyarat atau pertanda

Kesimpulannya, Wayang Golek di tengah-tengah masyarakat mempunyai kedudukan yang sangat terhormat. Di samping sebagai sarana hiburan yang sehat, ia juga berfungsi sebagai media penerangan dan pendidikan. Banyak hal yang disampaikan tentang moralitas, etika, adat istiadat atau religi dalam suatu pertunjukannya. Pada masyarakat pedesaan, Wayang Golek dapat dijadikan alat untuk mengukur status sosial seseorang. Artinya apabila di kampung mereka ada orang yang menganggap Wayang Golek, apalagi dalangnya ternama, maka dapat dipastikan bahwa orang tersebut dapat dikategorikan sebagai orang berada. Persoalan pendukung itu memang mempunyai tugas dan fungsi masing-masing, namun semuanya tetap harus mendukung Dalang sebagai pusat pertunjukan. Karena itu, dalam pergelaran Wayang Golek semua personal harus menjadi suatu kesatuan yang utuh dan padu agar semua dapat berjalan dengan sempurna.

DAFTAR PUSTAKAhttp://www.pdwi.org/index.php?option=com_content&view=article&id=313:wayang-golek-sunda&catid=71:jenis-wayang-indonesia&Itemid=187

http://sukmana.weebly.com/2/post/2011/6/wayang-golek-sunda.html

http://www.maicih.com/wayang-golek-sebuah-versembahan-untuk-budaya/http://www.marlamallett.com/puppets.htm

http://uun-halimah.blogspot.com/2008/06/wayang-golek-jawa-barat.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_golek

1