waterfront

178

Click here to load reader

Upload: bustamil-as-shiddiq

Post on 30-Jun-2015

1.618 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Page 2: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Pembangunan Indonesia sejauh ini telah menitikberatkan pembangunan pada

bidang ekonomi. Pendekatan dalam bidang ekonomi tersebut, dianggap mampu

mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan hidup, penyediaan infrastruktur, penciptaan

lapangan kerja dan menumbuhkan ekonomi bagi sektor riil. Namun, perlu diperhatikan

bahwa, aspek pembangunan tersebut lebih terfokus kepada upaya

menumbuhkembangkan sektor-sektor unggulan yang berbasis daratan. Hal ini mudah

dimengerti mengingat sebagai zambrud khatulistiwa, Indonesia dikaruniai daya dukung

Page 3: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

alam yang tinggi. Sebagaimana disampaikan dalam hasil penelitian Worldbank Tahun

2005, tentang sebaran income negara, sektor berbasis kelautan hanya menghasilkan

kurang dari 5% dari keseluruhan pendapatan negara.

Tak terhindarkan, bahwa orientasi pembangunan di Indonesia jauh lebih lebih

dititikberatkan pada potensi alam di daratan (landward oriented development), sementara

pembangunan berbasis kelautan (seaward oriented development) jauh dari nilai optimal.

Page 4: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Jika kita berpegangan kepada faktor sejarah, budaya maritim dan proporsi luasan darat –

laut Indonesia, seharusnya, pembangunan kita lebih ditumpukan pada pembangunan yang

berbasis kelautan.

Pembangunan yang berbasis kepada paradigma kelautan sudah didengung-

dengunkan sejak terbentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan di Tahun 1999 yang

lalu. Pemicunya adalah kesadaran atas besarnya potensi kelautan dan perikanan perairan

Page 5: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Indonesia yang secara laten terus menerus mengalami penjarahan oleh negara tetangga.

Selain itu mulai berkurangnya pemasukan negara dari sektor hasil hutan dan tambang

juga mejadi pemicu.

Secara fisik, kota pesisir di Indonesia merupakan pusat pelayanan aktivitas sosial-

ekonomi, dimana didalamnya terkandung berbagai aset sosial dan ekonomi yang

memiliki nilai ekonomi dan finansial yang sangat besar. Akan tetapi pembangunan kota

Page 6: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

pesisir berpotensi memberikan dampak lingkungan yang merupakan akibat dari dampak

yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di daratan, seperti

pertanian, perkebunan, kehutanan, industri, permukiman dan sebagainya.

Demikian pula dengan berbagai kegiatan yang dilakukan di laut lepas, seperti

kegiatan pengeboran minyak lepas pantai dan perhubungan laut. Pencemaran akibat

kegiatan industri, rumah tangga dan pertanian di darat (land-based pollution sources)

Page 7: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

maupun akibat kegiatan di laut (marine-based pollution sources) termasuk perhubungan

laut dan kapal pengangkut minyak dan kegiatan pertambangan dan energi lepas pantai.

Secara ekonomi, kota pesisir memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam

PDB nasional. Selain itu, pada wilayah ini juga terdapat berbagai sumber daya masa

depan dengan potensi yang belum dikembangkan secara optimal, misalnya potensi

perikanan sekaligus investasi yang dapat berperan di dalamnya. Akan tetapi kemiskinan

Page 8: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

masyarakat pesisir dapat memperberat tekanan terhadap pemanfaatan sumberdaya pesisir

menjadi tidak terkendali. Hal ini makin diperparah dikarenakan kerangka hukum yang

tidak jelas, tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat yang masih rendah sehingga

yang terjadi adalah pemanfaatan berlebih (over ekploitated) pada sumberdaya hayati laut.

Secara politik dan hankam, sebagian kota pesisir juga merupakan kawasan

perbatasan antar-negara maupun antar-daerah yang sensitif dan memiliki implikasi

Page 9: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

terhadap pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pembangunan yang belum merata, keterbatasan sarana dan prasarana dan kurangnya

pengawasan menjadikan kawasan ini rawan terhadap kegiatan ilegal dan kejahatan lintas

negara seperti penyelundupan manusia, senjata, perdagangan obat-obatan terlarang,

pencucian uang, imigran gelap, dan lain-lain.

Page 10: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Fakta menunjukkan, bahwa sekitar 60% dari populasi dunia berdiam di kawasan

selebar 60 km dari pantai dan diperkirakan akan meningkat menjadi 75% pada tahun

2025, dan 85% pada 2050. Ditjen Pesisir dan Pulau-pulau Kecil sendiri menyebutkan

bahwa sejumlah 166 kota di Indonesia berada ditepi air .

Sama halnya dengan kota-kota lain di Indonesia yang awal perkembangannya di

mulai dari kawasan pesisir, maka kota Kendari pun demikian. Kota kendari merupakan

Page 11: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

kota administratif di Sulawesi tenggara yang mana perkembangannya di mulai dari

kawasan pesisir teluk tepatnya di kawasan kota lama.

Aktifitas yang banyak berkembang di kawasan kota lama adalah perdagangan hal

tersebut dapat di ketahui dari adanya kawasan pecinan yang kebanyakan terdiri dari ruko-

ruko yang sekaligus tempat tinggal, dan pusat perbelanjaan pasar setral lama. Seiring

dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk maka aktifitas-aktiftas sudah mulai

berkembang dan menempati kawasan-kawasan yang strategis seperti kawasan Mandonga,

Page 12: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Wua-wua, dan lain-lain. Sehingga dari hal tersebut mulai dampak sosial baik berkaitan

dengan lingkungan pemukiman, penanganan masalah sampah, regulasi pembuangan

limbah industri serta masalah sosial yang menyangkut kondisi nelayan dan kondisi

kesehatan masyarakat di sekitar pantai atau sungai.

Page 13: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

B. Rumusan Masaalah

Adapun rumusan masaalah yang akan kami bahas pada Bab pembahasan adalah:

1. Bagaimana cara mengatasi masalah-masalah Ruang Luar di sekitar Bantaran Sungai

Lasolo dan dikaitkan dengan penggunaan konsep waterfront?

Page 14: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

2. Bagaimana perencanaan dan desain kawasan pemukiman di sekitar sungai lasolo yang

berkaitan dengan konsep Waterfront?

C. Tujuan Dan Sasaran Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Page 15: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Tujuan dari penelitian ini adalah mencari, menggali, mengelompokan dan

mengidentifikasi perencanaan kawasan lingkungan atau ruang luar sekitar tepian sungai

lasolo dengan memperhatikan masalah-masalah sosial baik berkaitan dengan lingkungan

pemukiman, penanganan masalah sampah, regulasi pembuangan limbah industri serta

masalah sosial yang menyangkut kondisi nelayan dan kondisi kesehatan masyarakat di

sekitar sungai lasolo.

Page 16: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

b. Sasaran Penelitian

Sasaran yang hendak ingin di capai dalam penelitian ini adalah berupa

perencanaan program ruang luar kawasan bantara sungai lasolo dan penerapan konsep

waterfront yang di sesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar sungai.

D. Maksud Penelitian

Page 17: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Manfaat yang dapat di peroleh adalah sebagai berikut:

a. Secara objektif

1. Untuk menjaga kelangsungan ekosistem dan lingkungan sungai lasolo yang semakin

memprihatinkan dengan semakin besarnya dampak pencemaran baik limbah rumah

tangga, sampah dan sebagainya sehingga fungsi sungai sebagai ruang open space

menjadi hilang.

Page 18: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

2. Menjadi bahan masukan bagi pemerintah kota kendari untuk mengelolah kembali

kawasan bantaran sungai Lasolo.

b. Secara subjektif

1. Sebagai landasan dalam merencanakan dan mendesain kembali kawasan sekitar

Sungai Lasolo dengan menerapkan konsep waterfront yang sesuia dengan disiplin

ilmu Arsitektur.

Page 19: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

2. Sebagai salah satu tugas kelompok yang harus di penuhi untuk memperoleh nilai

pada mata kuliah Perancangan Ruang Luar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik

Universitas Haluoleo.

E. Ruang Lingkup penelitian

Page 20: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Ruang lingkup penelitian tentang pengembangan wilayah Kawasan sungai Lasolo

dengan konsep waterfront adalah antara lain: penataan kembali kawasan atau Tepian

Sungai Lasolo dalam hal kawasan pemukiman, penanganan masalah sampah, regulasi

pembuangan limbah industri maupun rumah tangga, serta masalah sosial yang

menyangkut kesehatan masyarakat lingkungan sekitar Bantaran sungai serta penerapan

konsep waterfront yang di titik beratkan pada hal-hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu

Page 21: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Arsitektur dan Hal-hal di luar ilmu arsitektur akan dibahas seperlunya sepanjang masih

berkaitan dan mendukung masalah utama.

Page 22: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Page 23: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 24: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

A. Pemahaman Mengenai Konsep Waterfront

Pengertian Waterfront yaitu bagian dari suatu area hunian atau kota yang berbatasan

dengan air, khususnya daerah dermaga dimana kapal-kapal berlabuh (Dictionary of the English

Language, 2000)

Waterfront juga berarti area dari suatu kota (seperti pelabuhan atau galangan kapal) sepanjang

wilayah perairan kota (thefreedictionary.com, 2005 ).

Page 25: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Pengertian waterfront dalam Bahasa Indonesia secara harafiah adalah daerah tepi laut,

bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan (Echols, 2003). Sedangkan, urban

waterfront mempunyai arti suatu lingkungan perkotaan yang berada di tepi atau dekat wilayah

perairan, misalnya lokasi di area pelabuhan besar di kota metropolitan (Wrenn, 1983). Dari

kedua pengertian tersebut maka definisi waterfront adalah suatu daerah atau area yang terletak di

Page 26: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

dekat/berbatasan dengan kawasan perairan dimana terdapat satu atau beberapa kegiatan dan

aktivitas pada area pertemuan tersebut.

Salah satu jenis waterfront berdasarkan keberadaannya adalah kawasan tepian sungai atau

kanal. Sebuah sungai atau kanal di dalam kota disamping berfungsi sebagai saluran utama

pengendali banjir dan saluran pembuangan limbah air kotor bagi penduduknya, juga memiliki

fungsi sebagai ruang publk.

Page 27: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Wrenn (1983) mendefinisikan waterfront development sebagai "interface between land

and water". Di sini kata "Interface" mengandung pengertian adanya kegiatan aktif yang

memanfaatkan pertemuan antara daratan dan perairan. Adanya kegiatan inilah yang

membedakannya dengan kawasan lain yang tidak dapat disebut sebagai waterfront development

- meski memiliki unsur air - apabila unsur airnya dibiarkan pasif. Dengan demikian pengertian

waterfront development dapat dirumuskan sebagai pengolahan kawasan tepian air yaitu kawasan

pertemuan antara daratan dan perairan dengan memberikan muatan kegiatan aktif pada

Page 28: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

pertemuan tersebut. Perairan yang dimaksud bisa berupa unsur air alami (laut, sungai, kanal,

danau) atau unsur air buatan (kolam, danau buatan). Sedangkan muatan kegiatan bisa berupa

aktivitas perairan seperti berperahu (dayung atau layar) atau aktivitas pantai (pesisir, promenade,

atau esplanade) yang memanfaatkan pemandangan perairan. Pengertian waterforn development

telah demikian berkembang, sehingga mencakup pengembangan kawasan yang sama sekali jauh

dari sumber air alami. Sebagai contoh, dalam rangka Expo '82 di Knoxville, Tennessee (USA),

Page 29: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

suatu kawasan bekas stasiun kereta api telah dirombak menjadi sebuah taman air aktif yang dapat

dikategorikan sebagai sebuah waterfront development.

B. Jenis dan Kriteria Waterfront

Jenis Waterfront

Berdasarkan tipe proyeknya, waterfront dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :

Page 30: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

1. Konservasi

Konservasi adalah penataan waterfront kuno atau lama yang masih ada sampai saat ini

dan menjaganya agar tetap dinikmati masyarakat.

2. Pembangunan kembali (redevelopment)

Redevelopment adalah upaya menghidupkan kembali fungsi-fungsi waterfront lama yang

sampai saat ini masih digunakan untuk kepentingan masyarakat dengan mengubah atau

membangun kembali fasilitasfasilitas yang ada.

Page 31: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

3. Pengembangan (development).

Development adalah usaha menciptakan waterfront yang memenuhi kebutuhan kota saat

ini dan masa depan dengan cara mereklamasi pantai.

Berdasarkan fungsinya, waterfront dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu :

1. Mixed-used waterfront

Page 32: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Mixed-used waterfront adalah waterfront yang merupakan kombinasi dari perumahan,

perkantoran, restoran, pasar, rumah sakit, dan/atau tempat-tempat kebudayaan.

2. Recreational waterfront

Recreational waterfront adalah semua kawasan waterfront yang menyediakan sarana-

sarana dan prasarana untuk kegiatan rekreasi, seperti taman, arena bermain, tempat

pemancingan, dan fasilitas untuk kapal pesiar.

3. Residential waterfront

Page 33: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Residential waterfront adalah perumahan, apartemen, dan resort yang dibangun di pinggir

perairan.

4. Working waterfront (breen, 1996)

Working waterfront adalah tempat-tempat penangkapan ikan komersial, reparasi kapal

pesiar, industry berat, dan fungsi-fungsi pelabuhan.

Kriteria Waterfront

Page 34: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Kriteria umum dari penataan dan pendesainan waterfront adalah (Prabudiantoro, 1997):

Berlokasi dan berada di tepi suatu wilayah perairan yang besar (laut, danau, sungai, dan

sebagainya).

Biasanya merupakan area pelabuhan, perdagangan, permukiman, atau pariwisata.

Memiliki fungsi-fungsi utama sebagai tempat rekreasi, permukiman, industri, atau

pelabuhan.

Dominan dengan pemandangan dan orientasi ke arah perairan.

Page 35: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Pembangunannya dilakukan ke arah vertikalhorisontal.

C. Aspek dan Elemen-Elemen Perencanaan Waterfront

Aspek Perencanaan Waterfront

Dalam perencanaan waterfront ada 3 aspek yang dominan, yaitu :

Page 36: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

1. Aspek arsitektural

Aspek arsitektural berkaitan dengan pembentukan citra (image) dari kawasan waterfront

dan bagaimana menciptakan kawasan waterfront yang memenuhi nilai-nilai estetika.

2. Aspek keteknikan

Aspek keteknikan berkaitan terutama dalam perencanaan struktur dan teknologi konstruksi

yang dapat mengatasi kendala-kendala dalam mewujudkan rancangan waterfront, seperti

stabilisasi perairan, banjir, korosi, erosi, kondisi alam setempat, dan sebagainya.

Page 37: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

3. Aspek sosial budaya

Aspek sosial budaya bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang

tinggal di dalam dan di sekitar kawasan waterfront tersebut.

Menurut Pendapat Bahwa Dalam perancangan kawasan tepian air, terdapat dua aspek

penting yang mendasari keputusan-keputusan serta solusi rancangan yang dihasilkan. Kedua

aspek tersebut adalah faktor geografis serta konteks perkotaan (Wren, 1983 dan Toree, 1989).

Page 38: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

a. Faktor Geografis

Merupakan hal-hal yang menyangkut geografis kawasan dan akan menentukan jenis serta

pola penggunaannya. Termasuk di dalam aspek ini adalah

Kondisi perairan, yaitu jenis (laut, sungai, dst), dimensi dan

konfigurasi, pasang-surut, serta kualaitas airnya.

Page 39: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Kondisi lahan, yaitu ukuran, konfigurasi, daya dukung tanah, serta

kepemilikannya.

Iklim, yaitu menyangkut jenis musim, temperatur, angin, serta curah hujan.

b. Konteks perkotaan (Urban Context)

Page 40: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Merupakan faktor-faktor yang akan memberikan identitas bagi kota yang

bersangkutan serta menentukan hubungan antara kawasan waterfront yang dikembangkan

dengan bagian kota yang terkait. Termasuk dalam aspek ini adalah:

Pemakai, yaitu mereka yang tinggal, bekerja atau berwisata di kawasan

waterfront, atau sekedar merasa "memiliki" kawasan tersebut sebagai

sarana publik.

Page 41: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Khasanah sejarah dan budaya, yaitu situs atau bangunan bersejarah yang perlu ditentukan

arah pengembangannya (misalnya restorasi, renovasi atau penggunaan adaptif) serta

bagian tradisi yang perlu dilestarikan.

Pencapaian dan sirkulasi, yaitu akses dari dan menuju tapak serta

pengaturan sirkulasi didalamnya.

Karakter visual, yaitu hal-hal yang akan memberi ciri yang membedakan

satu kawasan waterfront dengan lainnya. Ciri ini dapat dibentuk dengan

Page 42: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

material, vegetasi, atau kegiatanl yang khas, seperti "Festival Market

Place" (ruang terbuka yang dikelilingi oleh kegiatan pertokoan dan

hiburan). Konsep festival ini pertama kali dibangun di proyek

Faneuil Hall, Boston, dan diilhami oleh dua jembatan toko kuno di

Italia, yaitu Ponte Vecchio di Firenze dan Ponte Riaalto di Venezia.

Page 43: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Elemen-Elemen Perencanaan Waterfront

Perencanaan waterfront meliputi proses pembentukan zona, pengaturan zona-zona fungsi,

akses transportasi/sirkulasi, pengolahan ruang public (public space), tatanan massa bangunan,

dan

pengolahan limbah (sanitasi). Pola penyusunan dan perkembangan tata letak yang merupakan

proses pembentukan suatu area waterfront sebagai berikut (Wrenn, 1983):

Page 44: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Awalnya berkembang dari arah perairan, yaitu dengan dibangunnya beberapa sarana

yang menunjang fungsi utama dari area waterfront.

Ketika area waterfront mulai ramai dikunjungi dan ditempati orang maka terjadilah

perluasan lokasi dan penyebaran ke arah daratan.

Pertambahan penduduk yang tinggal mendorong munculnya beberapa sarana penunjang

lainnya, seperti dermaga kecil, jalur sirkulasi tambahan, dan sebagainya.

Page 45: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Seiring pertambahan penduduk dan aktivitas yang semakin banyak maka dibuatlah

beberapa saluran kanal di area waterfront. Hal ini bertujuan untuk tetap mempertahankan

ikatan visual dan karakter pada area waterfront, dan membuat pemisah buatan yang

memisahkan secara jelas fungsifungsi yang ada pada site.

Pola susunan massa dan ruang pada zona-zona yang berada di area waterfront harus

mengacu dan berorientasi ke arah perairan. Apabila hal ini tidak diterapkan maka area tersebut

Page 46: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

akan kehilangan cirri khas dan karakternya sebagai area waterfront. Zona-zona yang ada di area

waterfront tercipta karena area waterfront merupakan suatu area yang menjadi tempat bertemu

dan berintegrasinya beberapa fungsi kegiatan menjadi satu.

Pada umumnya, zona yang berada langsung berbatasan dengan daerah perairan utama

mempunyai fungsi-fungsi kegiatan utama yang bersifat publik sehingga dapat diakses dari segala

arah oleh semua orang. Setelah zona utama terbentuk barulah kemudian di sekitarnya dibangun

Page 47: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

zona-zona ruang yang lebih kecil yang berisi fungsi-fungsi penunjang kawasan utama tersebut

atau berisi daerah permukiman penduduk. Sirkulasi atau jaringan jalan merupakan elemen

kawasan yang penting. Sirkulasi adalah lahan yang digunakan sebagai prasarana penghubung

antara zona-zona di dalam kawasan dan akses dengan kawasan lainnya.

Sirkulasi pada area waterfront ada dua jenis, yaitu sirkulasi darat dan sirkulasi air.

Idealnya kedua sirkulasi tersebut mempunyai jumlah dan luas yang sama besarnya. Selain itu,

Page 48: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

penataan sirkulasi pada area waterfront dikatakan baik apabila jaringan jalannya berpola lurus

dan sejajar dengan sisi perairannya. Penataan ini memudahkan semua orang untuk menikmati

view ke arah perairan. Sedangkan penataan sirkulasi darat yang tidak berdekatan dengan area

perairan mengakibatkan salah orientasi dan hilangnya citra dari waterfront itu sendiri. Ruang-

ruang pada suatu area waterfront terbentuk sesuai dengan bentuk dan morfologi dari

kawasannya. Pola morfologi yang umum pada area waterfront adalah linear, radial, konsentrik

dan brach seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.

Page 49: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Page 50: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

A. Pola linear biasanya menyebar dan memanjang sepanjang garis tepi air seperti pantai

dan sungai.

B. Pola radial adalah pola susunan ruang dan massanya mengelilingi suatu wilayah

perairan seperti danau dan teluk.

C. Pola konsentrik merupakan pengembangan dari bentuk radial yang menyebar secara

linear ke arah belakang dari pusat radial.

D. Pola branch terbentuk jika ada anak-anak sungai dan kanal-kanal

Page 51: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Selain itu dalam mengolah kawasan tepian air, beberapa elemen dapat diberikan

penekanan dengan memberikan solusi disain yang spesifik, yang membedakan dengan olahan

kawasan lainnya atau yang dapat memberikan kesan mendalam sehingga selalu dikenang oleh

pengungjungnya. Di antara elemen-elemen penting dalam waterfront development adalah:

Page 52: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

a. Pesisir

Kawasan tanah atau pesisir yang landai/datar dan langsung bertasan dengan air.

Merupakan tempat berjemur atau duduk-duduk dibawah keteduhan pohon (kelapa atau

jenis pohon pantai lainnya) sambil menikmati pemandangan perairan.

b. Promenade/Esplanade

Perkerasan di Kawasan tepian air untuk berjalan-jalan atau berkendara

Page 53: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

(sepeda atau kendaraan tidak bermotor lainnya) sambil menikmati pemandangan

perairan. Bila permukaan perkerasan hanya sedikit di atas permukaan air disebut

promenade, sedangkan perkerasan yang diangkat jauh lebih tinggi dari permukaan (sperti

balkon) disebut esplanade. Pada beberapa tempat dari promenade dapat dibuat tangga

turun ke air, yang disebut "tangga pemandian" (baptismal steps).

Page 54: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

c. Dermaga

Tempat bersandar kapal/perahu yang sekaligus berfungsi sebagai jalan di atas air untuk

menghubungkan daratan dengan kapal atau perahu. Pada masa kini dermaga dapat diolah

sebagai elemen arsitektural dalam penataan kawasan tepian air, dan diperluas fungsinya

antara lain sebagai tempat berjemur.

Page 55: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

d. Jembatan

Penghubung antara dua bagian daratan yang terpotong oleh sungai atau kanal. Jembatan

adalah elemen yang sangat populer guna mengekspresikan misi arsitektural tertentu,

misalnya tradisional atau hightech, sehingga sering tampil sebagai sebuah scuilpture.

Banyak jembatan yang kemudian menjadi Lengaran (landmark) bagi kawasannya,

misalnya Golden Gate di San Francisco  atau Tower Bridge di London.

Page 56: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

e. Pulau buatan/bangunan air Bangunan atau pulau yang dibuat/dibangun di atas air di

sekitar daratan, untuk menguatkan kehadiran unsur air di kawasan tersebut. Bangunan

atau pulau ini bisa terpisah sama sekali dari daarata, bisa juga dihubungkan dengan

jembatan yang merupakan satu kesatuan perancangan.

f. Ruang terbuka (urban space)

Page 57: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Berupa taman atau plaza yang dirangkaikan dalam satu jalinan ruang dengan kawasan

tepian air. Contoh klasik dari rangkaian urbaan space di kawasan tepian air adalah Piazza

de La Signoria yang dihubungkan dengan Ponte Veccnio, di Firenze, serta Piazza San

MMarco dengan Grand Canal, di Venezia.

g. Aktivitas

Guna mendukung penataan fisik yang ada, perlu dirancang kegiatan untuk meramaikan

Page 58: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

atau memberi ciri khas pada kawasan pertemuan antara daratan dan perairan. "Floating

market" misalnya, adalah kegiatan tradisional yang dapat ditampilkan untuk menambah

daya taarik suatu kawasan waterfront, sedang festival market place adalah contoh paduan

aktivitas (hiburan dan perbelanjaan) dengan tata ruang waterfront (plaza atau urban

space). Selain itu juga terdapat jenis kegiatan yang bisa ditampilkan secara berkala,

misalnya festival perahu/gondola atau layang-layang.

Page 59: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Mengingat bahwa salah satu sebab maraknya pembangunan di kawasna tepian air

disebabkan oleh langkahnya lahan perkotaan, maka fungsi-fungsi yang diberikan pada proyek-

proyek waterfront juga mencerminkan kebutuhan perkotaan pada masa kini. Meski bisa

dibedakan adanya berbagaai fungsi, namun pada suatu kawasan tepian air bisa dihadirkan

beberapa fungsi sekaligus. Sedangkan fungsi-fungsi dimaksud antara lain adalah:

Page 60: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

a. Hunian

Salah satu kelebihan hunian di kawasan tepian air adalah dimungkinkannya untuk

menambatkan kapal-kapal pribadi (boat/yacht) di sekitar rumah. Bentuk hunian dapat

berupa rumah-rumah tunggal atau berupa kondominium. Jenis waterfront housing ini

diperkenalkan di Port Grimaud, Prancis (1966), kemudian di contoh diberbagai tempat,

antara lain Port Louis, Lousiana AS (1986) dan Pantai Mutiara, Jakarta (1987).

Page 61: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Keberhasilan proyek perumahan tepi air Pantai Mutiara telah mendorong pengembangan

proyek serupa di Pantai Indah Kaapuk dan perluasan Ancol.

b. Bisnis

Pembangunan kawasan bisnis berskala besar di kawasan tepian air, dipelopori oleh

proyek Battery City Park di New York, telah melambungkan citra waterfront

development sebagai urban project yaang menggejala di kota-kota besar dunia sejak awal

Page 62: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

tahun 80-an. Menara-menara kantor dan hotel merupakan unsur yang dominan dalam

membentuk wajah kawasan tepian air. Wajah seperti inilah yang kemudian bisa

disaksikan antara lain di Canary Wharf - salah

satu bagian kawasan London Docklands atau CBD (Central Business District) di kawasan

Olympic Village, Barcelona. Sedangkan yang masih dalam tahap konstruksi adalah

kompleks Watertad di Rotterdam serta Dowtown Core Portview di Marina Bay,

Singapura.

Page 63: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

c. Komersial dan hiburan

Sejak akhir tahun 60-an kawasan bekas pelabuhan lama di kota-kota pantai Amerika telah

berhasil dikembangkan menjadi sarana komersial dan hiburan/ rekreasi. Bekas bangunan

dermaga atau gudang dimanfaatkan menjadi pusat-pusat perbelanjaan. selain itu juga

dibuat ruang terbuka (Plaza) yang secara berkala diisi dengan kegiatan pertunjukan atau

Page 64: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

keramaian lainnya. Solusi gaya Amerika ini banyak mewarnai penataan kawasan tepian

air kota-kota besar lain diseluruh dunia.

Page 65: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

D. Studi Kasus Mengenai Kota Waterfront

STUDI KASUS

JAKARTA WATERFRONT CITY

Page 66: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

oleh

Dameria Panjaitan, Rahmat Yananda, Adipati Rahmat

Jakarta Waterfront City, pada dasarnya merupakan pembangunan pantai terpadu yang

meliputi pembenahan, penataan dan pembangunan pantai, sebagai proses menangani masalah

perkotaan yang jauh lebih besar. Seperti, penataan permukiman dipesisir pantai, penanganan

masalah sampah, regulasi masalah pembuangan limbah serta masalah sosial yang menyangkut

kondisi nelayan dan kondisi kesehatan masyarakat di sekitar pantai.

Page 67: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Sebagai kota pesisir yang merupakan kawasan strategis, Jakarta Utara perlu

dikembangkan sebagai Jakarta Waterfront City yang mempunyai tujuan utama merevitalisasi,

memperbaiki kehidupan masyarakat pantai, termasuk nelayannya. Pantai juga ditata kembali

bagi kesejahteraan masyarakat, dengan memberdayakan keunggulan ekonomis dari pantai

tersebut, seperti pariwisata, industri, pelabuhan, pantai untuk publik dan juga perumahan.

Page 68: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Jakarta Waterfront City merupakan konsep yang berbasis pengembangan sumberdaya

kelautan dan perikanan karena itu sangat berkorelasi dengan kehidupan nelayan.Saat ini, keadaan

obyektif Pantura Jakarta sungguh memprihatinkan dan terjadi degradasi terus menerus terhadap

lingkungan maupun infrastruktur yang ada. Jumlah nelayan dan pemukimannya terus bertambah,

begitu juga dengan fasilitas yang perlu diperbaiki. Mangrove semakin merana dan rusak, serta

sudah tidak lagi menjadi tempat memijah ikan. Sampah dimana-mana memenuhi 13 sungai dan

Page 69: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

bantaran sungai penuh dengan hunian tanpa izin. Kecuali itu sarana transportasi, air bersih, kota

tua yang sangat berpotensi untuk wisata, semua dalam keadaan yang memprihatinkan.

.

Pada dasarnya, pengelolaan pesisir secara empirik tidak harus dilakukan dengan basis

akar teori yang kuat, seperti halnya ilmu-ilmu dasar.Pengelolaan pesisir harus

mengkombinasikan berbagai pendekatan mulai dari teoritis sampai pragmatis untuk mencapai

tujuan pengelolaan itu sendiri. Pengelolaan pesisir memiliki fungsi utama untuk mengelola

Page 70: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

seluruh keiatan dan apa yang ada dalam wilayah pesisir dalam satu kerangka pengelolaan yang

telah didesain sebelumnya (Kay dan Adler, 1999) [12].

Dibatasi oleh air, Jakarta Waterfront City ditantang untuk menggunakan lahan terbatas

sekaligus melindungi sumber daya alam kritis dari efek berpotensi merusak lingkungan. Jakarta

Waterfront City harus mempertimbangkan keseluruhan masalah ketika mengelola sumberdaya

daratan dan lautan. Beberapa hal yang menjadi prinsip dalam Jakarta Waterfront City adalah :

Page 71: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

1) Fleksibel terhadap Bahaya Alam dan Perubahan Iklim

Jakarta Waterfront City harus siap untuk merespon dan pulih dari bahaya yang

diciptakan oleh cuaca dan iklim. Ketidakpastian tentang bagaimana iklim akan berubah tidak

boleh ditepikan dalam melindungi infrastruktur dan lingkungan.

Page 72: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Perencanaan infrastruktur dan prasarana dengan prinsip-prinsip ‘smart growth

principal’ akan membuat efisien investasi di gedung dan infrastruktur lainnya, melindungi dan

memulihkan daerah lingkungan kritis, dan melindungi kesehatan masyarakat. Dalam

menerapkan prinsip-prinsip ini pada setiap proyek pembangunan, perlu secara eksplisit

dipertimbangkan bahaya alam, termasuk potensi dampak perubahan iklim.

Page 73: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Ketahanan terhadap bencana alam, seperti kenaikan permukaan laut, adalah terkait erat

dengan penentuan tapak dan desain pembangunan, serta hijau yang dibangun dan infrastruktur

yang mendukung. Well-planned and well-maintained natural systems dapat membantu

melindungi Jakarta Waterfront City dalam banyak cara. Misalnya, dataran banjir alami dapat

bertindak sebagai pelindung penyangga yang menyerap air banjir, mengurangi kecepatan dan

jumlah banjir, mengendalikan erosi, melindungi pasokan air minum dan kualitas air, dan isolasi

bangunan dan jalan-jalan dari kerusakan.

Page 74: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

2) Tahan terhadap Efek-Efek Kombinasi dari Pembangunan

Kawasan pesisir merupakan kawasan hilir yang menerima efek kumulatif dan

sekunder dari pembangunan didaerah hulu. Misalnya, pembangunan perumahan dan

pembangunan jalan di dataran tinggi bagian dari DAS pantai dapat menyebabkan kumulatif dan

Page 75: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

dampak pesisir sekunder, seperti mengurangi aliran air tawar ke daerah pantai, degradasi kualitas

air muara, dan peningkatan polusi udara dari peningkatan lalu lintas.

Dampak dari setiap proyek pengembangan tunggal mungkin kecil, tetapi ketika

dikombinasikan dengan semua dampak pembangunan lainnya ke daerah aliran sungai sepanjang

waktu, mereka bisa mengancam pesisir dan pantai rapuh sumber daya dan kualitas kehidupan.

Karena itu kebijakan Jakarta Waterfront City harus diutamakan mengatur pertumbuhan dan

Page 76: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

perkembangan di sepanjang jalur air yang peka terhadap kerentanan lingkungan dan dapat

melindungi aset-aset perkotaan yang berharga.

3) Membangun Paradigma Melestarikan Lingkungan Pesisir

Pemerintah melalui partisipasi masyarakat harus mampu mendorong kesadaran

masyarakat secara regeneratif akan pentingnya menjaga ekosistem lingkungan pesisir.

Page 77: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Masyarakat harus memahami bahwa pesisir dan laut sebagai common property adalah hak

bersama. Paradigma ini harus dijadikan doktrin kepercayaan publik termasuk lewat penggalian

sejarah budaya dan kebanggaan bangsa, karena paradigma ini adalah faktor kunci yang

mempengaruhi partisipasi masyrakat secara aktif dalam mendorong dan menjaga pembangunan

pesisir dan pantai Jakarta Waterfront City.

4) Perlidungan Hukum melalui Undang-undang dan Peraturan Daerah

Page 78: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Kebijakan dan program tidak akan bertahan tanpa dukungan UU dan peraturan daerah

yang mengatur dibawahnya. Masalah daratan dan pesisir merupakan isu yang sangat kompleks

karena itu perlu payung hukum yang fleksibel dan dinamis sekaligus kuat dalam menata

penggunaan lahan, melestarikan lingkungan, dan mendorong pembangunan infrastruktur untuk

pembangunan.

Page 79: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Dengan demikian strategi pengembangan Jakarta Waterfront City adalah sebagai

berikut, yaitu :

1. Pengembangan Jakarta Waterfront City dikembangkan berbasiskan ekonomi

sumber daya laut,

2. Jakarta Waterfront City ditempatkan sebagai primemovers yang memiliki multi

dampak untuk merevitalisasi berbagai fungsi yang sudah ada dan menjadi medium

untuk pengembangan fungsi-fungsi baru

Page 80: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

3. Mitigasi dan Adaptasi terhadap naiknya muka air laut diselaraskan dengan fungsi-

fungsi.

4. Sosialisasi dan informasi pentingnya memahami Jakarta Waterfront City akan

diterapkan melalui program-program pemberdayaan masyarakat,

5. Jakarta Waterfront City akan mendukung seluas-luasnya upaya pelestarian fungsi

ekologis lingkungan dan biota lautnya.

Page 81: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

1. PENDAHULUAN

1.1. Paradigma Pembangunan

Pembangunan Indonesia sejauh ini telah menitikberatkan pembangunan pada bidang

ekonomi. Pendekatan dalam bidang ekonomi tersebut, dianggap mampu mengatasi masalah

pemenuhan kebutuhan hidup, penyediaan infrastruktur, penciptaan lapangan kerja dan

menumbuhkan ekonomi bagi sektor riil. Namun, perlu diperhatikan bahwa, aspek pembangunan

tersebut lebih terfokus kepada upaya menumbuhkembangkan sektor-sektor unggulan yang

Page 82: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

berbasis daratan. Hal ini mudah dimengerti mengingat sebagai zambrud khatulistiwa, Indonesia

dikaruniai daya dukung alam yang tinggi. Sebagaimana disampaikan dalam hasil penelitian

Worldbank Tahun 2005, tentang sebaran income negara, sektor berbasis kelautan hanya

menghasilkan kurang dari 5% dari keseluruhan pendapatan negara.

Tak terhindarkan, bahwa orientasi pembangunan di Indonesia jauh lebih lebih

dititikberatkan pada potensi alam di daratan (landward oriented development), sementara

Page 83: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

pembangunan berbasis kelautan (seaward oriented development) jauh dari nilai optimal. Jika kita

berpegangan kepada faktor sejarah, budaya maritim dan proporsi luasan darat –laut Indonesia,

seharusnya, pembangunan kita lebih ditumpukan pada pembangunan yang berbasis kelautan.

Namun sebagaimana yang disampaikan oleh Adisasmita[1] (2008), bahwa pendekatan

pembangunan berbasis daratan dan lautan tidak perlu dipertentangkan. Sebaliknya, keduanya

Page 84: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

harus dilakukan secara simultan. Simultan dalam pengertian ini berarti serentak dan serempak.

Keduanya, landward dan seaward harus bersinergi satu sama lain.

Pembangunan yang berbasis kepada paradigma kelautan sudah didengung-dengunkan

sejak terbentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan di Tahun 1999 yang lalu. Pemicunya

adalah kesadaran atas besarnya potensi kelautan dan perikanan perairan Indonesia yang secara

Page 85: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

laten terus menerus mengalami penjarahan oleh negara tetangga. Selain itu mulai berkurangnya

pemasukan negara dari sektor hasil hutan dan tambang juga mejadi pemicu.

Fakta menunjukkan, bahwa sekitar 60% dari populasi dunia berdiam di kawasan

selebar 60 km dari pantai dan diperkirakan akan meningkat menjadi 75% pada tahun 2025, dan

85% pada 2050. Ditjen Pesisir dan Pulau-pulau Kecil sendiri menyebutkan bahwa sejumlah 166

kota di Indonesia berada ditepi air (Waterfront) [2].

Page 86: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Teknologi penginderaan jauh dua tahun silam menyajikan kabar yang

mengkhawatirkan. Disebutkan bahwa sebagai dampak dari pemanasan global, permukaan air laut

secara lobal telah mengalami percepatan kenaikan dari 1 hingga 3 mm/tahun. Hal ini merupakan

ancaman bagi setiap kawasan perkotaan yang berada pada tepi air, khususnya tepi laut.

Page 87: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Paper ini merupakan upaya penggalian pra resolusi atas ancaman kenaikan muka air

laut bagi kawasan perkotaan di Indonesia, khususnya Kotamadya Jakarta Utara sebagai kawasan

pesisir dengan nilai ekonomi (baik secara potensi maupun ketersediaan infrastruktur) yang

terbesar di Indonesia.

1.2. Kota Jakarta Utara

Page 88: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Jakarta Utara adalah kota administrasi di sebelah utara Daerah Khusus Ibukota Jakarta,

yang berbatasan dibagian Utara dengan Laut Jawa, dibagian Timur dengan Bekasi, dibagian

Selatan dengan Jakarta Barat, Jakarta Pusat dan Jakarta Timur; dan dibagian barat dengan Kota

Tangerang. Secara administratif, wilayah Jakar ta Utara terdiri atas 7 Kecamatan, yaitu

kecamatan Pulau Seribu, Kecamatan Penjaringan, Kecamatan Pademangan, Kecamatan Tanjung

Priok, Kecamatan Koja, Kecamatan Kelapa Gading dan Kecamatan Cilincing.

Page 89: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Berdasarkan Tabel dibawah ini, dapat diketahui bahwa dari jumlah penduduknya,

jumlah terbesar berada pada Kecamatan Tanjung Priok sebesar 312.349 jiwa, dan jumlah

penduduk terendah ada di Kecamatan Kelapa Gading sebesar 107.557 jiwa.

Tanpa perlu diancam oleh kenaikan muka air laut pada Tahun 2050 nantipun, pada

dasarnya jumlah penduduk di Kota Jakarta Utara secara signifikan terus mengalami penurunan.

Tingkat pertumbuhan negatif ini secara logis diakibatkan oleh semakin tidak kondusifnya Kota

Jakarta Utara sebagai tempat tinggal, dikarenakan biaya hidup yang semakin tinggi, NJOP lahan

Page 90: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

yang meroket, polusi udara, air dan suara yang melebihi batas hingga minimnya sarana dan

prasarana umum karena telah bertransformasi menjadi kawasan bisnis terpadu.

Secara geomorfologis, wilayah Pantai Utara (Pantura) Jakarta berada pada satuan

geomorfologi dataran aluvial. Wilayah ini terutama tersusun atas endapan aluvial lempung

hingga lanauan, yang sebagian besar berupa lempung rawa yang banyak mengandung sisa-sisa

tumbuhan, lembab, plastisitas rendah, dan kedap air. Karena didominasi oleh lapisan sedimen,

Page 91: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

maka wilayah pantai utara Jakarta sangat berpotensi mengalami fenomena Land subsidence[4].

Fenomena penurunan tanah ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : pengambilan air tanah

yang berlebihan, penurunan karena beban bangunan, penurunan karena adanya konsolidasi

alamiah dari lapisan-lapisan tanah, serta penurunan karena gaya-gaya tektonik.

Land Subsidence telah cukup lama dilaporkan terjadi di wilayah Jakarta Utara.

Menurut para peneliti selama ini ada empat tipe land subsidence yang mungkin terjadi di basin

Page 92: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Jakarta, yaitu land subsidence karena pengambilan air tanah yang berlebihan, land subsidence

karena beban bangunan, land subsidence karena adanya konsolidasi alamiah dari lapisan-lapisan

tanah, serta land subsidence yang diakibatkan oleh timbulnya gaya tektonik. Terjadinya

penurunan tanah sebanyak 20 hingga 200 sentimeter telah terdeteksi dalam periode 1982 hingga

1997. Kecepatan penurunan tanah di Jakarta Utara berkisar sekitar satu hingga lima sentimeter

per tahun. Bahkan berdasarkan pengukuran terbaru pada Tahun 2007-2008, terjadi penurunan 17

hingga 26 sentimeter per tahun.

Page 93: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

1.3. Ancaman Kenaikan Muka Air Laut

Kawasan Jakarta Utara yang merupakan kawasan yang berada pada wilayah pesisir,

akan merasakan kemungkinan dampak negatif langsung dari fenomena perubahan kedudukan

muka laut terutama di beberapa wilayah seperti Kelurahan Kamal Muara, Kelurahan Muara

Angke, Kelurahan Penjaringan, Kelurahan Pluit, Kelurahan Pademangan, Kelurahan Ancol, dan

Kelurahan Tanjung Priok.

Page 94: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Dampak lain yang menimpa ekosistem pesisir bisa disebabkan oleh naiknya

permukaan air atau naiknya temperatur permukaan air, seperti memicu terjadinya coral bleaching

dan coral desease, terganggunya habitat mangrove dan ekologi rumput laut dan ganggang

(Windriani, 2009:12).

Dampak lain yang timbul akibat naiknya permukaan laut adalah mundurnya garis

pantai. Tidak hanya pantai utara Jawa, garis pantai utara dari Propinsi Jawa Tengah sampai

Page 95: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Propinsi Banten juga akan berpotensi mengalami kemunduran. Jika di Marunda diperkirakan

garis pantai akan mundur sejauh 32,05 meter, maka di pantai Bedono Kabupaten Demak

kemundurannya mencapai hingga 175,60 meter (Windriani, 2009:22-23).

1.4. Integrated Coastal Zone Management dan Waterfront City

Dengan demikian, timbul suatu pertanyaan, bagaimanakan Integrated Coastal Zone

Management dapat membangun kawasan pesisir dalam menghadapi perubahan iklim?

Page 96: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Ada empat jenis respon yang disampaikan dilakukan dalam perencanaan kota terhadap

naiknya permukaan air laut. Pertama, tidak melakukan tindakan apapun (doing nothing) kerena

tidak yakin dengan kenaikan permukaan air laut. Kedua, daerah garis pantai dimundurkan

(managed retreat) agar tersedia tempat untuk menampung luapan air akibat kenaikan permukaan.

Ketiga, beradaptasi secara struktural (structural protection) terhadap kenaikan permukaan air

laut. Misalnya, rumah dibuat bisa terapung. Keempat, respon yang dilakukan tidak hanya terkait

Page 97: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

kenaikan permukaan air laut, tetapi lebih jauh mengarah kepada pendekatan regional. Respon

perencanaan ini melingkupi seluruh permasalahan terkait pesisir seperti ekosistem pesisir, area

rekreasi dan perikanan. Respon ini dinamakan dengan Integrated Coastal Zone Management

(ICM) (Antin, 2009:16-24).

Antin menjelaskan bahwa pendekatan ICM satu kota menghadapi masalah kenaikan

permukaan air laut bekerja sama dengan kota-kota lainnya secara nasional dan internasional.

Page 98: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Kota dan negara bersama-sama membuat kesepakatan, tentang informasi kenaikan muka air laut

di masing-masing wilayah misalnya. Kerja sama bentuk lain, misalnya satu kota mengalami

penurunan permukaan tanah. Kota yang mengalami sedimentasi dapat membantunya dengan

mengirimkan sedimen. Kota-kota tersebut tinggal mengatur pengangkutannya. Pendekatan

hybrid diyakini lebih efektif dalam mengatasi dan mengantisipasi naiknya permukaan air laut.

Dalam tulisan ini, pendekatan ICM menjadi platform membangun kota pesisir yakni Waterfront

Page 99: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

City, dimana paradigma pembangunan akan menyelaraskan pendekatan dengan berbasis kepada

daratan dan lautan sebagai panduannya.

1.5. Critical Review, Studi Kasus Reklamasi Pantai Jakarta Utara

Rencana pengembangan reklamasi pantai di kawasan Pantai utara Jakarta seluas 2.700

Ha pada dasarnya merupakan upaya Pemerintah DKI Jakarta untuk meningkatkan kualitas

lingkungan Pantai Utara Jakarta serta dapat mewujudkan Jakarta sebagai kota pantai

Page 100: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

berkelanjutan (sustainable) yang sejajar dan bersaing dengan kota-kota lain di dunia seperti

Sidney, Singapura dan Hongkong.

Rencananya kawasan reklamasi yang dikembangkan harus dapat menjadi tempat

tinggal dan tempat bekerja yang nyaman dan berkualitas, yang tidak hanya dicirikan dengan

pertumbuhan investasi yang tinggi, tetapi juga kualitas lingkungan yang baik dan manusiawi,

dengan dukungan partisipasi masyarakat dalam pembangunannya.

Page 101: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Oleh karena itu, melalui Keppres Nomor 52 Tahun 1995, Presiden Soeharti kala itu

memberikan kewenangan dan tanggung jawab kepada Gubernur DKI Jakarta untuk

menyelenggarakan reklamasi kawasan Pantura Jakarta, yang ditindaklanjuti oleh Perda DKI No.

8 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Kawasan Pantura

Jakarta. Sementara itu Perda DKI Jakarta No. 6 Tahun 1999 tentang RTRW Jakarta 2010 juga

Page 102: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

ikut memberikan panduan kebijakan terhadap penyelenggaraan reklamasi Kawasan Pantura

Jakarta.

Secara teknis, kawasan Pantura Jakarta yang terletak di Kotamadya Jakarta Utara,

direncanakan sebagian merupakan kawasan hasil reklamasi dan sebagian lagi merupakan

kawasan daratan pantai lama. Areal hasil reklamasi akan meliputi bagian perairan laut yang

Page 103: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

diukur dari garis pantai utara Jakarta secara tegak lurus ke arah laut, sehingga mencakup garis

yang menghubungkan titik-titik terluar dengan kedalaman laut – 8.00 m.

Panjang garis pantai Utara Jakarta adalah ± 32 km, meliputi garis pantai yang

berbatasan dengan Pantai Utara Tangerang di bagian Barat hingga perbatasan Pantai Utara

Bekasi di Bagian Timur. Areal daratan pantai lama termasuk kawasan Pantura Jakarta mencakup

Kecamatan Pademangan, Penjaringan, Koja, Tanjung Priok dan Cilincing. Di bagian selatan,

Page 104: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

kawasan Pantura Jakarta berbatasan dengan Kecamatan Kelapa Gading di Kodya Jakarta Utara,

Kodya Jakarta Barat, Kodya Jakarta Pusat dan Kodya Jakarta Timur

Kebijakan reklamasi kawasan Pantura Jakarta ditunjukan untuk mewujudkan lahan

hasil reklamasi seluas 2700 ha yang akan dilaksanakan secara terpadu dengan penataan kembali

daratan pantai lama seluas 2500 ha melalui program revitalisasi untuk meningkatkan kualitas

Page 105: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

fungsional, visual maupun lingkungannya dan biaya dari dana pembangunan fisik reklamasi,

baik yang sifatnya langsung maupun tidak langsung.

2. Secara visi, pengembangan Pantura Jakarta memiliki nilai yang sangat positif yakni :

3. Terwujudnya kota Jakarta sejajar dengan kota besar lainnya di dunia dengan

bercirikan kota pantai,

4. Terwujudnya kota pantai Jakarta siap menghadapi persaingan global,

5. Sedangkan misi dari pengembangan Pantura Jakarta adalah :

Page 106: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

6. Terciptanya model mamanjemen pembangunan pantai yang baru dan handal

(intregrated coastal management).

7. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk mewujudkan keseimbangan

kepentingan mkesejahteraaan dan keamanan.

8. Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan dengan

memperhatikan kawasan lindung dan kawasan budidaya serta kelestarian bangunan

dan lingkungan bersejarah.

Page 107: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

9. Mengendalikan pertumbuhan kota jakarta kearah selatan untuk melindungai wilayah

selatan Jakarta sebagai daerah resapan air.

Berdasarkan penyampaian konsep, visi dan misi diatas, dapat kami simpulkan bahwa,

pada dasarnya konsep reklamasi yang menurut rencananya dilaksanakan pada tahun 1995 namun

hingga saat ini belum terlaksana adalah konsep pembangunan pantai terpadu, di antaranya terdiri

dari penataan dan pengelolaan pantai dan pesisir secara terpadu, yang merupakan pendekatan

Page 108: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

lintas sector Namun pada dasarnya reklamasi bukanlah jawaban yang paling tepat dari upaya

penataan kawasan pesisir secara terpadu (Integrated Coastal Zone Management). ICZM tidak

memandang upaya reklamasi sebagai suatu proses pengelolaan wilayah pesisir yang

berkelanjutan, karena reklamasi secara harafiah (reclaim) merupakan proses penambahan luas

daratan dan mengurangi luas lautan. Adalah benar bahwa ICZM bersifat dinamis demi

kesejateraan masyarakatnya, namun jika berpikir jangka panjang, dan juga untuk keseimbangan

lingkungan; maka tidak hanya faktor ekonomi yang diperhatikan, karen amasih ada faktor-faktor

Page 109: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

lain seperti sosial, budaya dan terutama lingkungan, yang semuanya harus berada dalam batas-

batas yang ditentukan oleh dinamika alam.

Proses reklamasi juga secara nyata berdampak positif dan negatif, dengan kata lain

tidak langsung menyelesaikan masalah, namun juga menambah permasalahan baru, apalagi jika

menghitung dampak masif reklamasi secara jangka panjang, maka penataan dan pengelolaan

pantai dan pesisir secara terpadu dalam wujud reklamasi adalah sangat kurang tepat.

Page 110: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Page 111: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2008. Ekonomi Archipelago. Jakarta: Graha Ilmu

Antin, Elizabeth. 2009.How Are City Planning to Adapt to Threat Caused By Climate Change

Induce Sea-Level Rise and Flooding? A Thesis In Partial Fulfillment of Requirement for The

Degree of Master Art, Urban and Enviromental Policy Planning, Tufts University

Page 112: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Cicin-Sain and Knecht. 1998. Integrated Coastal and Ocean Management. Island Press, 1718

Connecticut Avenue, N.W. Suite 300, Washington DC. 20009.

Dahuri. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu

Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 2006. Pedoman Kota Pesisir. Departemen

Kelautan dan Perikanan.

Google Earth, Retrieved from : Googleearth.com

Page 113: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

Kay, R. and Alder, J. 1999. Coastal Planning and Management. London: EF&N Spoon. Articles

in Refereed Publications. Alder, J. and Lugten, G. (in press).

Pernetta, J. C. Milliman, J. D. 1995, Land- Ocean Interaction in the Coastal Zone (LOICZ)

Implementation Plan, IGBP, Stockholm. 20. N. N

Rencana Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta. 2007. Retrieved from :

www.panturajakarta.blogspot.com

Page 114: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

United Nations Conference on Environment and Development, Earth Summit Retrieved from :

http://www.un.org/geninfo/bp/enviro.html.

Windriani, Umi et.al. 2009. Means of Adaption and Adaptation of Climate Change and Disaster

At Coastal Areas and Small Island. Direktorat Pesisir dan Lautan, Direktoral Jenderal

Kelautan,Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan

________________________________________

[1] Adisasmita, R. 2008. Ekonomi Archipelago

Page 115: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

[2] Adisasmita, Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 2006. Pedoman Kota Pesisir

[3] Adisasmita, R. 2008. Ekonomi Archipelago

[4] Hasanuddin Z. Abidin, Laboratorium Teknik Geodesi ITB, Penelitian 2008.

[5] Google Earth, Googleearth.com.

[6] Dahuri, R. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu

[7] United Nations Conference on Environment and Development, 1992

[8] Cicin-Sain and Knecht. 1998. Integrated Coastal and Ocean Management

Page 116: WATERFRONT

Tugas Laporan Ruang Luar “Waterfront”

[9] Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, 2006. Pedoman Kota Pesisir

[10] Pernetta dan Milliman, 1995 Land- Ocean Interaction in the Coastal Zone (LOICZ)

[11] Rencana Kawasan Reklamasi Pantura Jakarta. 2007. www.panturajakarta.blogspot.com

[12] Kay dan Adler, 1999. Coastal Planning and Management