vol. 7 no.2, opember 2011
TRANSCRIPT
• I Nyoman Budiana PENATAAN ASSET DESA DALAM KERANGKA MENCEGAH KONFLIK ANTAR DESA PAKRAMAN DI BALI
• leA. sadnyini HUKUM ADAT MENUJU KESETARAAN GENDER
I Gusti Partana Mandala • EKSISTENSI DESA ADAT DALAM PENGUASAAN DAN PEMANFAATAN TANAH ADAT DI BALI
• I Novy Purwanto KO~SERVASIBERBASIS DESA P.\K.RAMAN DALAM PERLINDUNGAN
illAP JALAK PUTrn
I Nyoman Bagiastra • :1.: . ~_-\.'\ KEWAJIBAN DARI SUDUT
-mS.-\fAT HUKUM
I GLN. Arimbawa • TINJA UAN YURJDIS TERHADAP
PELAKU KEJAHATAN PENGEDAR,
MEMPRODUKSI DAN PRODUSEN
VIDEO PORNO MENURUT
UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2008
• Dewt Bunga HUKUM SEBAGAI INSTRUMEN
KEBIJAKAN PUBLIK DALAM
CONTENT REGULATION
DI SITUS INTERNET
• I Made Dedy Priyanto PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA
KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI
Ida Ayu Ketut Artami• PERLINDUNGAN HUKUM INVESTOR
TERHADAP DEALER DAN BROKER
DALAM TRANSAKSI JUAL BELl VALLIA ASr\G
Ni Putu sawttri Nandari • PERJANJIAN KREDIT DAN AKTA-AKTA Y.-\.: -G
BERTALIAN DENGAN PENGIKATAt'f
JAMINAN KREDIT
Vol. 7 No.2, opember 2011 ISS : 1858-232X
. ' '." .
\ '
IlL 1,1 '. ,." , ",;1. I I
f .. '"
'II,
",', }',,,
I I', \".t .".
• " I I'
urnal Hukum Menelaah Masalah Hukum
PENANGGUNGJAWAB Prof. r. I Nyoman Budiana, S.H., M.Si.
PEMIMPIN REDAKSI yo an gurah Su arnatha, S.H., LL.M,
MITRA BESTARI Prof. 0 . Koesno Adi, S.H., M.S.
Dr. I Made Lilik Muljadi, S.H., M.H.
DEWAN REDAKSI Ni Nyoman Juwita Arsawati, S.H., M.Hum.
I GLN. Arimbawa, S.H., M.Hum. Ni Putu Sawitri Nandari, S.H., M.H.
I Made Wirya Darma, S.H., M.H.
SEKRETARIS REDAKSI Ida Ayu Sadnyini, S.H., M.H.
IGP. Mandala, S.H., M.H.
ADMINISTRASI I Made Sugiarta, S.H., M.H. 1GB. Yudas Suastika, S.H.
ENDAHARA Ida Ayu Ketut Artami, S.H., M.H.
DISTRIBUSI Ngurah Nyoman Suartha
Ani Rosidah
Alamat Penyunting dan Tata Usaha : Fakultas Hukum Universitas Pendidikan Nasional Denpasar, JI. Bedugul No. 39 Sidakarya - Panjer Denpasar 80225, Telp. (0361) 728847, Homepage: http://fh,undiknas.ac.id. E-mail: suwarnatha1@ gmail.com.
"Jurkum" adalah Jumal Hukum yang digagas oleh Fakultas Hukum Undiknas, terbit dua kali setahun pada bula un' dan November. Jurkum hendak menghadirkan barba BI
gagasan ilmiah tentang hukum yang populer, diharap ar akan mampu menggairahkan minat baca lebi Il.BE
terhadap tulisan-tulisan hukum. Jurkum sangat berhara kepada pemerhati hukum untuk dapat mel kis a pemikiran ilmiahnya tentang hukum dalam bent k t lis::.
Penyunting menerima sumbangan tulisan yaf'g pernah diterbitkan dalam media cetak lain. Naska dengan spasi 1.5 pada kertas HVS kuarto. pan,a ~
15 halaman sebanyak 2 eksemplar denga (Iebih lanjut sHakan membaca petunj k bag sar ~Iakang).
Vol. 7 No.2, Nopember 2011
Daftar lsi
Jurkum
• Penataan Asset Desa Dalam Kerangka Mencegah Konflik Antar Desa Pakraman Di Bali Oleh: I Nyoman Budiana 95
• Hukum Adat Menuju Kesetaraan Gender Oleh : I.A. Sadnyini 107
• Eksistensi Desa Adat Dalam Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah Adat di Bali Oleh : I Gusti Partana Mandala 113
• Konservasi Berbasis Desa Pakraman Dalam Perlindungan Terhadap Jalak Putih Oleh: , Novy Purwanto 119
• Hak Dan Kewajiban Dari Sudut Kajian Fllsafat Hukum Oleh : I Nyoman Bagiastra 127
• Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaku Kejahatan Pengedar, Memproduksi dan Produsen Video Porno Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Oleh: I GLN. Arimbawa 137
• Hukum Sebagai Instrumen Kebijakan Publik dalam Content Regulation di Situs Internet Oleh : Dewi Bunga 151
• Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia dj Luar Negeri Oleh : I Made Dedy Priyanto 163
• Perlindungan Hukum Investor Terhadap Dealer dan Broker dalam Transaksi Jual Beli Valuta Asing Oleh : Ida Ayu Ketut Artami 1 5
• Perjanjian Kredit Dan Akta-Akta Yang Bertalian Dengan Pengikatan Jaminan Kredit Oleh : Ni Putu Sawitri Nandari :
• Biodata Penulis ~ - ~
• Pedoman Penulisan ;:; ~
Diterbitkan oleh : Fakultas Hukum Universitas Pendidikan Nasional n a r
Jurkum Volume 7 Nomor 2 Hal. 95-198 Denpasar
Nopember 2 .•
PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI
Oleh:
I Made Dedy Priyanto
(Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana)
ABSTRACT
Legal protection of Indonesian workers (TKIJ in foreign countries is very urgent for the
government s agenda to be realized considering the number of cases of rights violations
affecting Indonesian workers abroad. Legal protection covers the protection ofprospective
Indonesia labor prior to placement, protection ofIndonesia labor during the placement,
protection of Indonesia labor full time placement (the return). Duties and authority of
agencies associated with the placement of these labor need to be clarified and monitored its
implementation. Clauses bilateral relations between the sending country (Indonesia) with
the recipient country workers need to be clarified so that the representative body of
Indonesia regarding the placement of Indonesian workers can carry out the functions and
duties properly.
Key word: legal protection, Indonesia labor, foreign countries.
A. PENDAHULUAN
Tenaga keija Indonesia (selanjutnya disebut
TKI) merupakan polemik yang tiada habisnya
dibicarakan negeri ini. Bagai mata uang, selalu ada sisi
baik dan buruk yang berlekatan seolah tidak
terlepaskan, demikian juga dengan TKI yang
dikatakan sebagai pahlawan devisa, solusi bagi
penyaluran tenaga kerja di Indonesia, dan sederetan
manfaat kesejahteraan yang didapat dengan menjadi
TKI, ternyata disisi lain juga menimbulkan banyaknya
kasus-kasus penyiksaan dan tidak terlindunginya
hak-hak TKI di luar negeri.
Promosi pemasaran dari Pelaksana Penempatan
TKI Swasta (PPTKIS) yang mengiming-imingi
masyarakat dengan upah mata uang asing yang apabila
disesuaikan dengan Rupiah akan besar jumlahnya,
membuat masyarakat tertarik untuk menjadi TKI.
Demikian juga dengan faktor lingkungan, melihat
tetangga yang bekeija di luar negeri memiliki
kehidupan yang sejahtera memungkinkan masyarakat
untuk ikut/tertarik untuk bekeija di luar negeri. Faktor
lainnya adalah sulitnya mencari pekerjaan di
Indonesia, hal ini terlihat dari ketidak sesuaian
lowongan pekeijaan dengan jumlah pelamar pekerjaan
yang membludak. Walaupun pelatihan-pelathan keija,
kursus-kursus banyak bermunculan di Indonesia,
namun keinginan untuk bekerj a diluar negeri tetaplah
suatu daya tarik tersendiri bagi mereka yang
berangan-angan untuk sejahtera apabila pulang dari
luar negeri. Demikian juga dengan penanaman modal
asing yang telah diupayakan semaksimal mungkin oleh
pemerintah, masih dirasakan belum cukup menampung
masyarakat yang ingin mendapatkan pekeijaan di
rumah sendiri.
Makna arti pentingnya pekerjaan bagi Warga
Negara Indonesia (selanjutnya disebut WNI) tercermin
dalam pasal 27 ayat (2) Undang- undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) yaitu
setiap WNI berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan. Namun kenyataan
terbatasnya lowongan pekerjaan di dalam negeri
menyebabkan banyaknya WNI yang mencari pekeijaan
keluar negeri. Hal ini dapat berdampak positif dalam
mengurangi masalah pengangguran di dalam negeri,
namun disisi lain dapat berdampak negatif apabila
teijadi suatu hal yang
163
tidak diinginkan terjadi dialami TKI,
pelanggaran-pelanggaran banyak terjadi sebelum
pemberangkatan, saat penempatan, maupun
pemotongan upah TKI saat kepulangannya.1
Permasalahan menguat ketika banyaknya
penyiksaan dan pelanggaran hak-hak para TKI di luar
negeri. Nur miyati, Arsita, Nirmala Bonat, Ceriyati,
Siti Hajar, Keni, Carsini, Nur Hidayah, Ely Farida, Siti
Nadiroh, Ruyati Binti Satubi Sarana, merupakan
sebagian kecil nama-nama TKI yang disiksa di luar
negeri. Bahkan nama terakhit ini merupakan kasus
hukuman pancung TKI di Arab Saudi karena dakwaan
pembunuhan yang data-data kebenarannya tidak dapat
dipercaya karena TKI dipancung sebelum diketahui
pemerintah. Kejadian penganiayaan dialami TKI, serta
berbagai kasus yang dialami TKI yang mengakibatkan
TKI dipenjara/ divonis di luar negeri juga tanpa
sepengetahuan pemerintah.
Hal ini membuktikan lemahnya pengawasan
serta perlindungan hukum oleh pemerintah. TKI
terkesan sendiri, tanpa didampingi kuasa hukum, tanpa
upaya perlindungan dari pemerintah. Disisi lain,
banyak bermunculan TKI-TKI ilegal yang secara
ilegal tanpa dokumen-dokumen yang sah memaksakan
diri masuk dan bekerja di luar negeri, juga
bermunculan PPTKIS ilegal yang tidak
bertanggungjawab terhadap penempatan TKI, dengan
segala cara meminimalkan prosedur agar mendapatkan
keuntungan dengan cepat.
Pertanggungjawaban badan perwakilan
Indonesia di tempat penempatan pun tidak jelas dan
terkesan lepas tangan dengan terjadinya kasus-kasus
hukum yang menimpa TKI dengan alas an, mereka
tidak bertanggungjawab dengan TKI itu karena status
TKI yang ilegal. Hal ini dapat dibenarkan karena
banyaknya masyarakat yang menyalahgunakan visa
kunjungan ataupun visa haji, dan dengan mandiri
bekerja di luar negeri tanpa melapor ke badan
perwakilan Indonesia, padahal telah diatur prosedur
yang
benar dalam penempatan TKI. Namun, sebagai warga
negara Indonesia, TKI seharusnya dilindungi hak-hak
warga negaranya, badan perwakilan Indonesia
seharusnya mendapatkan informasi terkait dengan TKI
yang mengalami kasus-kasus hukum di luar negeri dari
pemerintah setempat.
Untuk merubah situasi yang terjadi selama ini
yang menimpa TKI di luar negeri, tidak cukup hanya
dengan perumusan peraturan perundang- undangan,
namun juga diperlukan tindakan nyata dari semua
elemen terkait dalam melindungi TKI di luar negeri.
Karena bagaimanapun juga mereka adalah pahlawan
devisa yang telah banyak menyumbangkan devisa
untuk negara. Sehingga sudah sewajarnya pemerintah
mengupayakan perlindungan bagi TKI di luar negeri.
B. PEMBAHASAN
Pembahasan mengenai perlindungan hukum TKI
di luar negeri akan diawali dengan pasal 31
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut UU No.13
Th.2003) yang mengatur bahwa “Setiap tenaga kerja
mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk
memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan
memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di
luar negeri. ‟ ‟ Pengaturan pasal inilah yang
memungkinkan masyarakat berbondong- bondong
bekerja diluar negeri, tidak hanya masyarakat yang
berstatus pengangguran, namun juga masyarakat yang
telah memiliki pekerjaan rela melepaskan pekerjaan
yang dibidanginya selama ini untuk bekerja di luar
negeri. Mendapatkan pekerjaan demi kesejahteraan
pribadi serta keluarga merupakan hak asasi manusia,
namun disisi lain juga harus diseimbangkan dengan
sosialisasi prosedur menjadi TKI yang benar,
sosialisasi akibat hukum apabila melanggar aturan
tersebut atau akibat
1 Iman Sjahputra Tunggal, Tanya-Jawab Hukum Ketenagakerjaan Indonesia , Harvindo, Jakarta, 2008.,
hlm.93.
164
Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri... (I Made Dedy Priyanto)
hukum apabila ke luar negeri tidak dilengkapi
dokumen-dokumen yang lengkap karena pemerintah
dalam hal ini tidak dapat begitu saja melepaskan diri
dan menganggap masyarakat harus mengetahui
peraturannya tanpa sosialisasi yang menyeluruh.
Selanjutnya pasal 33 UU No. 13 Th.2003
menentukan bahwa “Penempatan tenaga kerja terdiri
dari: a. penempatan tenaga keija di dalam negeri; dan
b. penempatan tenga keija di luar negeri.” Ketentuan
mengenai penempatan tenaga keijadi luarnegeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 3 hurufb ini
diatur dengan undang-undang (pasal 34).
Undang-undang yang dimaksud pasal 34 UU No. 13
Th.2003 adalah Undang-undang Nomor 39 Tahun
2004 (selanjutnya disebut UU No.39 Th.2004)
Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia di Luar Negeri yang ditetapkan dengan
tujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan
kebijakan pemerintah sebelumnya terkait dengan TKI.
Pengertian penempatan TKI diatur dalam pasal 1
angka 3 UU No.39 Th.2004 yang istilah dari
penempatan TKI tersebut disamakan dengan Antar
Kerja Antar Negara yang diatur pada peraturan
perundang-undangan sebelumnya. Penempatan TKI
adalah:
„ „Kegiatan pelayanan untuk mempertemukan
TKI sesuai bakat, minat, dan kemampuannya dengan
pemberi keija di luarnegeri yang meliputi keseluruhan
proses perekrutan, pengurus dokumen, pendidikan dan
pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan,
pemberangkatan sampai ke negara tujuan, dan
pemulangan dari negara tujuan.”
Seharusnya berdasarkan ketentuan ini, maka
setiap kegiatan terkait penempatan TKI diluar negeri
didampingi oleh pemerintah. Baik pada masa pra
penempatan, masa penempatan, dan purna
penempatan, namun pada pelaksanaannya pemerintah
dapat mengalihkan kewenangan dan tugasnya ini
kepada pihak
swasta (pasal 10 UU NO.39 Th.2004), hal inilah yang
mengaburkan tugas dan kewajiban yang seharusnya
diemban pemerintah menjadi tugas swasta yang
tentunya akan lebih mementingkan keuntungan
perusahaan diatas aspek perlindungan hukum TKI
yang seharusnya dikawal dan didampingi di luarnegeri.
Pihak swasta juga cenderung meminimalkan prosedur
yang dinilai rumit serta berbelit-belit dan cenderung
mencari celah untuk melanggar prosedur tersebut
dengan alasan untuk mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya dengan waktu dan cara yang
secepat-cepatnya.
Prinsip kegiatan penempatan TKI diluar negeri
yang diatur dalam UU No.39 Th.2004 antara lain:
a. Orang-perseorangan dilarang menempatkan WNI
untuk bekeija diluar negeri.
b. Pemerintah bertanggung jawab untuk
meningkatkan upaya perlindungan TKI di
luarnegeri
c. Penempatan TKI di luar negeri dilakukan ke
negara tujuan yang pemerintahnya telah
membuat perjanjian tertulis dengan pemerintah
RI, atau ke negara tujuan yang mempunyai
peraturan perundang-undangan yang melindungi
tenaga keija asing.
d. Adanya larangan penempatan calon TKI pada
jabatan dan tempat pekerjaan yang bertentangan
dengan nilai-nilai kemanusiaan dan norma
kesusilaan serta peraturan perundang-undangan.
e. Setiap calon TKI berhak memperoleh
perlindungan sesuai peraturan perundang-
undangan, sejak pra penempatan, masa
penempatan, hingga puma penempatan.2
Penjabaran prinsip kegiatan penempatan
TKI diluar negeri diawali dengan penjabaran pasal 4
UU No.39 Th.2004, yaitu: “Orang perseorangan
dilarang menempatkan warga negara Indonesia untuk
bekeija di luarnegeri.” Yang dimaksud dengan
orang-perseorangan
2 Abdul Khakim, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007., hlm. 32.
165
dismi adalah subjek hukum yang secara pribadi
dengan tidak dilengkapi dokumen-dokumen yang
sah memaksakan diri untuk masuk dan bekerj a (2)
di luar negeri, baik dalam prakteknya
mempergunakan visa kerja, maupun visa
kunjungan. Demikian juga terhadap subjek
hukum berupa badan swasta yang tidak memiliki
ijin resmi dari pemerintah untuk melaksanakan
kegiatan penempatan TKI diluar negeri. Hal ini
perlu dicermati oleh para calon TKI, agar tidak (3)
tertipu dengan masih adanya PPTKIS illegal
yang mengaku sebagai PPTKIS legal dan dengan
gencarnya melakukan promosi pemasaran jasa
penempatan TKI ke masyarakat awam.
Terkait dengan hal ini, perlu dijabarkan
syarat-syarat PPTKIS legal yang diatur dalam
UU No.39 Th.2004 tertuang dalam pasal-pasal
diantaranya:
Pasal 12: “Perusahaan yang akan menjadi
pelaksana penempatan TKI swasta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 hurufb wajib mendapat
izin tertulis berupa SIPPTKI dari Menteri.”
Pasal 13:
(1) Untuk dapat memperoleh SIPPTKI
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12,
pelaksana penempatan TKI swasta harus
memenuhi persyaratan:
a. berbentuk badan hukum perseroan
terbatas (PT) yang didirikan
berdasarkan peraturan perundangan-
undangan;
b. memiliki modal disetor yang tercantum
dalam akta pendirian perusahaan,
sekurangkurangnya sebesar Rp.
3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah);
c. menyetor uang kepada bank sebagai
jaminan dalam bentuk deposito sebesar
Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta
rupiah) pada bank pemerintah;
d. memiliki rencana keija penempatan dan
perlindungan TKI di luar negeri
sekurangkurangnya untuk kurun waktu
3 (tiga) tahun beijalan;
e. memiliki unit pelatihan keija; dan
£ memiliki sarana dan prasarana
pelayanan penempatan TKI.
Sesuai dengan perkembangan keadaan,
besarnya modal disetor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dan jaminan
dalam bentuk deposito sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, dapat
ditinjau kembali dan diubah dengan
Peraturan Menteri.
Ketentuan mengenai penyusunan rencana
kerj a sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, dan bentuk serta standar yang harus
dipenuhi untuk sarana dan prasarana
pelayanan penempatan TKI sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f, diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Menteri.
Pasal 14
(1) Izin untuk melaksanakan penempatan TKI di luar
negeri diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun
dan dapat diperpanjang setiap 5 (lima) tahun sekali;
(2) Perpanj angan izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diberikan kepada pelaksana penempatan
TKI swasta selain harus memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13ayat(l)juga
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. telah melaksanakan kewajibannya untuk
memberikan laporan secara periodik kepada
Menteri;
b. telah melaksanakan penempatan
sekurang-kurangnya 75% (tujuh puluh lima
persen) dari rencana penempatan pada waktu
memperoleh SIPPTKI;
c. masih memiliki sarana dan prasarana yang sesuai
dengan standar yang ditetapkan;
d. memiliki neraca keuangan selama 2 (dua) tahun
terakhir tidak mengalami kerugian yang diaudit
akuntansi publik; dan
e. tidak dalam kondisi diskors. Pengaturan
pasal-pasal tersebut
mengisyaratkan bahwa kurangnya persyaratan
dimaksud akan mengakibatkan PPTKIS menjadi
166
Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri... (I Made Dedy Priyanto)
illegal, sehingga secara logika, apabila suatu
perusahaan yang mengaku sebagai PPTKIS namun
tidak dapat menunjukkan bukti terpenuhinya semua
syarat-syatar dalam pasal- pasal ini, seharusnya
masyarakat tidak terlibat dengan segala kegiatan yang
dilakukannya, dan bahkan masyarakat harus
melaporkan keberadaan perusahaan tersebut ke
aparatur penegak hukum. Hal ini masih perlu
disosialisasikan oleh pemerintah, baik melalui media
cetak maupun melalui media elektronik secara
berkelanjutan, agar masyarakat mengetahui dan dapat
membedakan antara PPTKIS ilegal dengan PPTKIS
legal, sehingga apabila terdapat oknum perusahaan
yang mencurigakan sebagai PPTKIS ilegal di suatu
daerah, masyarakat sekitar dapat segera
melaporkannya pada aparatur negara yang dalam hal
ini adalah pihak Kepolisian.
Hal terpenting untuk dikaji adalah pasal Pasal 6
UU 39 Th.2004 : “Pemerintah
bertanggungjawab untuk meningkatkan upaya
perlindungan TKI di luar negeri.” Upaya perlindungan
TKI oleh pemerintah, pada pelaksanaannya merupakan
upaya yang bertujuan untuk melindungi calon TKI
sebelum pemberangkatan, TKI yang ditempatkan di
luar negeri, maupun terhadap TKI yang telah berakhir
masa keijanya di luar negeri. Upaya-upaya yang telah
dilakukan pemerintah terkait dengan perlindungan
bagi calon TKI, diantaranya:
1. Wajib Asuransi
Pemerintah telah mengupayakan perlindungan
wajib asuransi yang diberlakukan sejak tahun 2008,
yaitu dengan ditetapkannya Keputusan Menteri
Tenaga Keija RI Nomor Kep/92/MEN/1998 yang
kemudian direvisi dengan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi RI Nomor
Per.23/Men/V/2010 Tentang asuransi Tenaga Keija
Indonesia. Dalam peraturan ini ditentukan bahwa yang
bertanggung jawab melindungi TKI melalui asuransi
adalah kumpulan perusahaan-perusahaan asuransi
yang tergabung dalam konsorsium perusahaan
asuransi, dan konsorsium ini harus mendapatkan
ijin dari pemerintah serta telah lulus verifikasi oleh
Tim yang dibentuk oleh Kementerian tenaga keija dan
transmigrasi. Konsorsium perusahaan asuransi
setidaknya terdiri dari dua atau lebih perusahaan
asuransi yang terdiri dari perusahaan asuransi jiwa dan
perusahaan asuransi kerugian. Disisi lain, calon TKI
diwajibkan membayar premi asuransi yang terdiri dari:
a) Premi asuransi TKI pra penempatan yang
dibayarkan sebelum peijanjian penempatan, dan
pembayarannya harus disaksikan oleh dinas
kabupaten/kota dan dituangkan dalam berita
acara.
b) Premi asuransi TKI masa penempatan yang
dibayarkan sebelum pengurusan Kartu Tenaga
Keija Luar Negeri.
c) Premi asuransi TKI puma penempatan yang
dibayarkan sebelum pengurusan Kartu Tenaga
Keija Luar Negeri.
Calon TKI berhak atas polis asuransi yang telah
dibayarnya. Polis asuransi juga harus diserahkan
salinannya kepada Dirjen Pajak, Kepala Divisi dinas
Provinsi, Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota
dan pimpinan pelaksana penempatan TKI swasta.
Apabila masa berlaku polis asuransi tersebut telah
kadaluarsa, maka agen atau pelaksana penempatan
TKI berkewajiban untuk memperpanjang, sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Sehingga apabila
terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terkait dengan
pekeijaannya duluar negeri, maka TKI yang
bersangkutan atau ahli warisnya yang sah dapat
mengklaim asuransi tersebut dengan didampingi
olehpialang/broker. Pialang/broker pendamping ini
juga harus mendapatkan ijin dari pemerintah serta
telah lulus verifikasi oleh tim yang dibentuk oleh
Kementerian tenaga kerja dan transmigrasi.
Konsorsium perusahaan asuransi harus terus
berkoordinasi dengan badan perwakilan Indonesia
yang ditugaskan oleh pemerintah diluar negeri terkait
data-data TKI di penempatan keijanya dan segera
memberikan bantuan hukum terkait dengan
permasalahan yang dihadapi TKI. Seluruh kegiatan
konsorsium ini
167
diawasi oleh pemerintah secara berkala dan
berkelanjutan.3
2. Pelaksana Penempatan TKI Swasta
(PPTKIS)
PPTKIS atau yang sebelum diundangkannya UU
No.39 Th.2003 disebut Pengerah Jasa Tenaga Keija
Indonesia (PPTKIS) merupakan agen swsta yang
berperan sebagai pendamping TKI yang akan
mempertemukan TKI dengan penggunanya diluar
negeri. Oleh karena swasta, maka PPTKIS diharuskan
mendapatkan ijin serta lulus verivikasi dari
pemerintah. PPTKIS harus berkoordinasi dengan
badan perwakilan Indonesia di luar negeri dalam hal
perjanjian kerjasama penempatan TKI antara PPTKIS
dengan pengguna TKI, dari keijasama tersebut akan
lahir surat permintaan TKI dari pengguna (bidang
pekerjaan serta jumlah TKI yang diminta), mengawasi
perjanjian kerja serta perjanjian penempatan yang
dilakukan oleh TKI dengan pengguna. Sehingga
kedudukan PPTKIS adalah sebagai badan hukum
Indonesia yang berkedudukan diluar negeri, yang
berkewaj iban melindungi TKI di luar negeri. Selain
itu, PPTKIS juga berkoordinasi dengan pemerintah
(dari pemerintah daerah sampai pemerintah pusat)
terkait permintaan TKI, serta segala kegiatannya
terkait dengan penempatan serta kondisi TKI harus
dilaporkan kepada pemerintah secara berkala (laporan
perekrutan TKI pada masa pra penempatan, masa
penempatan, puma penempatan). Sehingga PPTKIS
juga diwajibkan untuk memberikan bantuan hukum
apabila terdapat permasalahan/ kasus-kasus yang
dialami TKI.4
Praktek keija PPTKIS di luar negeri inilah yang
sering tidak sesuai peraturan perundang- undangan
sehingga diperlukan pengawasan/ lembaga pengawas
PPTKIS. Pelanggaran yang
sering dilakukan diantaranya: tidak berkoordinasi
dengan badan perwakilan Indonesia di luar negeri
dalam hal petjanjian keijasama penempatan TKI antara
PPTKIS dengan pengguna TKI, tidak melaporkan
data-data permintaan TKI dari pengguna ke
pemerintah, tidak mengawasi perjanjian keija serta
perjanjian penempatan yang dilakukan oleh TKI
dengan pengguna. Sehingga PPTKIS tidak mengetahui
situasi dan kondisi dari TKI yang ditempatkan. Praktek
penempatan ilegal ini sering tanpa sepengetahuan
pemerintah baik di daerah maupun pemerintah pusat.
Data-data permintaan TKI seharusnya ditangani oleh
pemerintah, bukan swasta.
3. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
TKI (BNP2TKI)
BNP2TKI merupakan instansi pemerintah yang
berkedudukan di Indonesia yang menyediakan
data-data keperluan pihak asing terhadap TKI, serta
memfasilitasi hal-hal yang berkaitan dengan
penempatan TKI pada masa pra penempatan, masa
penempatan, serta puma penempatan. Data-data
tersebut didapatkan dari PPTKIS yang memuat bidang
kerja yang dibutuhkan serta jumlah TKI yang
dibutuhkan5 Koordinasi antara BNP2TKI ini juga
perlu diawasi agar tidak terjadi pelanggaran-
pelanggaran baik yang dilakukan oleh oknum
BNP2TKI maupun PPTKIS. Karena ditemukan fakta
dalam prakteknya penyaluran TKI yang yang tidak
sesuai dengan bidang keahlian TKI yang
bersangkutan, penempatan TKI yang tidak dilengkapi
dengan dokumen-dokumen serta prosedur yang tidak
seharusnya, diloloskan oleh oknum BNP2TKI.
Penempatan TKI untuk bekerja di luar negeri haruslah
sesuai dengan bakat serta bidang keahlian TKI
tersebut6 Penempatan TKI hanya dapat dilakukan
apabila terdapat kerja sama bilateral dengan
3 Ismantoro Dwi Yuwono, Hak dan Kewajiban Hukum Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri,
Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2 0 1 1 h lm.21 -23.
* Ibidhlm. 48-52 5 Ibid., hlm.53.
6 H.R.Abdussalam, Hukum Ketenagakerjaan, Restu Agung, Jakarta, 2009, hlm.279.
168
Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri... (I Made Dedy Priyanto)
negara tujuan mengenai penempatan TKI serta
terdapat peraturan perlindngan TKI di negara tujuan.
Hal ini diatur dalam pasal 27 UU No.39 Th.2004 yang
menentukan:
(1) Penempatan TKI di luar negeri hanya dapat
dilakukan ke negara tujuan yang pemerintahnya
telah membuat perjanjian tertulis dengan
Pemerintah Republik Indonesia atau tenaga kerja
asing.
(2) Berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan/atau pertimbangan
keamanan Pemerintah menetapkan
negara-negara tertentu tertutup bagi penempatan
TKI dengan Peraturan Menteri.
Disinilah diperlukan loby-loby dari
penyelenggara penempatan TKI maupun instansi
terkait lainnya (Kedutaan Besar Indonesia) untuk
melakukan perjanjian tertulis dengan pemerintah
negara dimana TKI ditempatkan, atau dengan badan
hukum ketenagakerjaan negara tersebut, khususnya
perjanjian yang menyertakan klausul kewajiban bagi
negara penempatan untuk selalu menginformasikan
kasus-kasus hukum terkait TKI sejak TKI tersebut
ditangkap di wilayah negaranya, klausul yang
mengijinkan PPTKIS melaksanakan semua tugas
terkait pengawasan situasi dan kondisi TKI, klausul
yang melarang warganya untuk melakukan tindakan
kekerasan, serta tindakan lainnya yang dapat
melanggar hak- hak TKI, serta klausul yang
mengijinkan TKI untuk melaporkan keadaannya pada
PPTKIS minimal satu kali dalam satu minggu dan
apabila TKI tidak melapor, PPTKIS diijinkan untuk
berperan aktif menyelidiki dan mencari tahu keadaan
TKI.
Kewenangan dan tugas PPTKIS sangatlah riskan
karena selama di luar negeri PPTKISlah yang
mendampingi TKI, untuk itu seharusnya peran ini
(sekali lagi) tidak diberikan pada swasta serta dalam
pelaksanaannya senantiasa diawasi
oleh badan pengawas. Selain seharusnya dilengkapi
dengan tugas dan kewajiban menyelidiki secara aktif
situasi dan kondisi TKI, PPTKIS juga harus dilengkapi
dengan kewenangan menyelidiki (bekeija sama dengan
aparat negara setempat) apakah penempatan TKI telah
sesuai dengan bidang keahliannya. Hal ini penting agar
pelarangan menempatkan calon TKI pada jabatan dan
tempat pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai
kemanusiaan dan kesusilaan serta peraturan
perundangundangan, seperti yang telah diatur dalam
pasal 30 UU No.39 Th.2004 dapat dilaksanakan dan
diawasi di luar negeri.
Dari uraian sebelumnya, terdapat dua upaya
pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal
ini, yaitu upaya preventif dan represif yang hasilnya
tidaklah mengecewakan apabila dilihat dari banyaknya
PPTKIS illegal di Indonesia. Selanjutnya akan
disebutkan upaya- upaya nyata pemerintah dan
aparatur negara terkait TKI ilegal, diantaranya:
a) Diduga akan diperjualbelikan ke Malaysia,
Kepolisian Selasa (25/11/08) membebaskan
puluhan calon Tenaga Keija Indonesia (TKI)
yang selama beberapa hari disekap dalam sebuah
rumah dikawasan Cibinong, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat.7
b) Sebanyak 1200 TKI dari 150 ribu TKI dideportasi
dari Malaysia Selasa (26/08/08), mereka dikawal
sampai di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta
Utara. Setibanya di pelabuhan mereka langsung
didata petugas dan segera dipulangkan ke
kampung halaman masing-masing. Puluhan
tenaga kerja asal Lombok, NTB kembali
dideportasi oleh Malaysia karena dinilai ilegal.8
c) Para TKI ilegal (20/04/08) ditangkap di perairan
Perairan Pulau Putih Selat Malaka. Sebanyak 14
orang calon TKI ilegal berikut tekong dan 3
orang Anak Buah Kapal
1
http://www.indosiar.com/tag/tki-ilegal 8 Ibid
169
(ABK) diamankan Patroli Angkatan Laut
Batam. Calon TKI ini ditangkap karena tidak
dilengkapi dokumen.9 10
d) Tempat penampungan Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) di Jalan Strategi Komplek Hankam
Kembangan, Jakarta Barat Selasa (8/1/08) sore
digerebek Satuan Bareskrim Mabes Polri dan
Depnaker Trans. Penampungan ini digerebek
karena mengjrim TKI yang masih dibawah
umur, tempat penampungan TKI ini juga tidak
memiliki ijin. Sebanyak 46 TKI ilegal yang akan
dikirim ke Malaysia melalui Batam berhasil
digagalkan aparat Polres Mataram.!0
e) Penggerebekan Penampungan TKI Ilegal di
sebuah rumah mewah yang dijadikan tempat
penampungan calon tenaga keija Indonesia
(TKI) ilegal di Depok, Jawa Barat, Rabu
(18/2/09) digerebek polisi. Puluhan wanita calon
TKI, 8 diantaranya masih belum cukup umur
kemudian diamankan petugas ke Polres Depok. 11
f) Senin, 28 November 2011, Aparat Polresta
Kupang berhasil menggagalkan upaya
pengiriman 39 tenaga keija asal Kabupaten
Timor Tengah Selatan secara ilegal ke
Kalimantan Barat melalui sebuah kapal barang
di Pelabuhan Tenau Kupang, Nusa Tenggara
Timur.12
g) Sosialisasi di daerah-daerah yang pada intinya
menghimbau setiap calon TKI yang akan bekerja
ke luar negeri selain wajib memenuhi
persyaratan dokumen lengkap, juga harus lewat
perusahaan pengerah jasa TKI atau Pelaksana
Penempatan TKI
Swasta (PPTKIS) yang terdaftar serta diakui
Dinas Tenaga Keija (Disnaker) daerah.13
h) Sosialisasi yang dilakukan Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Keija
Indonesia melalui kesenian tradisional yang
berlangsung pada 2-3 Desember di Kabupaten
Sukabumi dan Karawang, Jawa Barat. Kegiatan
serupa digelar di Provinsi Jawa Tengah, Jawa
Timur, Banten, serta Lampung. Serta sosialisasi
di kantong- kantong daerah pengirim TKI
lainnya seperti di Serang, Banten (11/11/2011),
Pringsewu, Lampung (12/11), Sragen dan
Batang, Jawa Tengah (18-19/11), serta Malang
dan Blitar (25-26/11). Kemudian di Sukabumi
menampilkan Wayang Golek Dalang Asep
Sunandar Sunarya dan terakhir di Karawang oleh
Wayang Golek Dalang Risma. Melalui kegiatan
sosialisasi kesenian tradisional di sejumlah
daerah, diharapkan warga masyarakat khususnya
calon TKI dan keluarganya kini memahami
pentingnya menjadi TKI legal, selain mengikuti
prosedur resmi pemerintah untuk bekerja di luar
negeri.14
i) Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
bekerjasama Kepolisian Daerah Kalimantan
Barat, Rabu (30/11) mengamankan sebanyak 40
TKI ilegal yang akan dipekeijakan di Malaysia
dan Brunei Darussalam bersama dengan PPTKIS
ilegal yang akan menyalurkan mereka.15 Namun
demikian kasus-kasus lolosnya TKI
ilegal masih saja marak teijadi di Indonesia, hal
9 Ibid
10 Ibid
11 Ibid
]2http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/ll/ll/28/lvczzf-digagalkan-pengiriman-39-tki-
ilegal-asal-timor-tengah-selatan. 13
http://berita.liputanö.com/read/365836/masyarakat-diminta-menghindari-iadi-tki-üegal. Hhttp://www.tribunnews.com/2011/l 2/02/bnp2tki-sosialisasi-pencegahan-tki-ilegal-lewat-kesenian.
15 http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231/5877-bnp2tki-polda-kalbar-amankan-puluhan-tki-
ilegal.html.
170
Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri... (I Made Dedy Priyanto)
ini disebabkan oleh kecurangan-kecurangan yang
dilakukan, baik oleh pihak swasta, pemerintah,
maupun oleh pihak calon TKI itu sendiri.
Pelanggaran-pelanggaran terkait juga dilakukan oleh
oknum PPTKIS yang tidak memberikan data-data ke
pemerintah, namun merekrut sendiri dan mengurus
langsung paspor keberangkatan serta perjanjian
keijasama dengan pengguna, sehingga calon TKI
tidakmengetahui dirinya ilegal karena kurangnya
dokumen yang dimilikinya. Pengawasan yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan oleh
pemerintah, sehingga memungkinkan bermunculan
oknum “calo TKI” dikalangan pemerintah. Di sisi lain,
terdapat pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh
TKI, diantaranya visa haj i, visa berkunjung yang
kemudian dimanfaatkan untuk masuk kesebuah negara
untuk beketja (tanpa visa kerja), situasi dan kondisi
yang tidak dilaporkan oleh TKI selama masa
penempatan di luar negeri, padahal “aturan mainnya”
jelas, TKI harus melaporkan situasi dan kondisi tempat
kerjanya, pindah kerja, dokumen yang telah habis
masa berlakunya, dst.
Penyebab penyiksaan yang dialami TKI dapat
dikarenakan masih kurangnya pelatihan yang
diberikan kepada TKI sebelum diberangkatkan, faktor
komunikasi dan bahasa asing yang dapat menjadi
kendala dalam bekerja, serta budaya asing yang tidak
dipahami, misalnya budaya penyiksaan budak di arab,
budaya penyiksaan (hanya untuk orang Indonesia) di
malaysia. Pengguna TKI cenderung akan melakukan
pelanggaran terhadap hak-hak TKI apabila mereka
mengetahui TKI yang digunakannya itu illegal, karena
secara logika TKI ilegal tidak memiliki hak-hak
apapun terkait dengan pekerjaannya, bahkan hal-hal
yang telah diperjanjikan tertulis, serta hak warga
Negara terkesan tidak dimiliki. Di Malaysia ditemukan
fakta penyiksaan orang-orang Indonesia (tidak hanya
TKI) dan hal ini tidak hanya dilakukan oleh oknum
masyarakat Malaysia, namun juga oleh oknum aparat
kepolisian Malaysia. Terdapat juga oknum pengguna
TKI yang menahan kartu identitas TKI, sehingga
setelah masa berlaku
habis, yang bersangkutan tidak dapat memproses,
jadilah ia TKI ilegal yang akan senantiasa takut dengan
ancaman majikan yang mengancam akan melaporkan
ke polisi/ pihak berwajib apabila perintah majikan
tidak dilaksanakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
selama ini tidak ada pengawasan TKI yang seharusnya
dilakukan oleh PPTKIS.
Hak warga negara memang melekat dalam tiap
pribadi bangsa dan harus dilindungi oleh pemerintah,
namun disisi lain hal tersebut tidak serta-merta
menjadikan dasar bagi TKI ilegal untuk tidak
mengikuti “aturan main” yang telah ditentukan
pemerintah karena hal itu hanya akan membebankan
pemerintah dengan urusan-urusan yang tidak
diketahui/ “no data" yang mempersulitposisi
pemerintah dalam melindungi warga negaranya. Untuk
itulah, sanksi terhadap TKI ilegal hendaknya
dipertegas, baik secara perdata, administratif, maupun
pidana. Serta sanksi terhadap badan, baik itu
pemerintah maupun swasta yang menangani
penempatan TKI secara ilegal masih harus dipertegas
dan diperlukan badan penyelidik sejenis KPK dalam
menyelidiki pelanggaran-pelanggaran penempatan
TKI. Serta badan pengawas PPTKIS di luar negeri.
Penyiksaan terhadap TKI tidak hanya terjadi
dengan TKI ilegal, namun pada kenyataannya juga
terjadi dengan TKI legal, hal ini membuktikan PPTKIS
belum bekerja sesuai fungsinya, yaitu untuk
mendeteksi, mengawasi keadaan dan kondisi TKI
diluar negeri. Hal ini dikarenakan PPTKIS berasal dari
swasta yang tujuan pendiriannya adalah mencari
keuntungan sebesar-besarnya sesuai prinsip ekonomi.
Apabila PPTKIS dinyatakan gagal melaksanakan
tugas, maka seluruh jajaran pemerintahan ini pun dapat
dinyatakan gagal dalam melaksanakan tugasnya terkait
dengan penempatan dan perlindungan TKI di luar
negeri, karena hal tersebut merupakan tanggung-jawab
bersama, bukan hanya satu badan.
171
C. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Situasi yang terjadi/dialami oleh TKI dari tahun
ke tahun, tidak akan pernah berubah selama
mental/moral dari pengemban tugas penempatan TKI
ini masih belum dirubah. Demikian juga terhadap
mental/moral masyarakat calon TKI yang tidak
mematuhi peraturan perundang- undangan, dan
pengguna TKI diluar negeri yang masih menggunakan
budaya-budaya penyiksaan/ perbudakan terhadap TKI
dengan berbagai cara.
Sebaik apapun peraturan yang dibuat
pemerintah, apabila dalam pelaksanaannya tidak
sesuai, serta lemahnya pengawasan dan penegakan
hukum terhadap aturan itu, tetap akan menyebabkan
peraturan tersebut sebagai peraturan yang semu atau
hanyalah aturan yang dapat dengan mudah dicari
celah pelanggaran hukumnya. Sehingga pada
pelaksanaannya TKI di luar negeri tidak memiliki hak
serta tidak mendapatkan perlindungan hukum dalam
bekeija.
2. Saran
a) Masih perlu disosialisasikan oleh pemerintah
terkait dengan perbedaan PPTKIS ilegal, baik
melalui media cetak maupun melalui media
elektronik secara berkelanjutan, pemerintah juga
dapat memasang spanduk- spanduk, iklan lepas
yang ditempel/ diumumkan pada tempat-tempat
umum yang mudah terbaca oleh masyarakat,
misalnya bertuliskan “Waspadai penyalur TKI
Ilegal, untuk info lebih lanjut hubungi Dinas
Tenaga Keija disekitar Anda” hal ini bertujuan
agar masyarakat mengetahui dan dapat
membedakan antara PPTKIS ilegal dengan
PPTKIS legal, sehingga apabila terdapat oknum
perusahaan yang mencurigakan sebagai PPTKIS
illegal di suatu daerah, masyarakat sekitar dapat
segera melaporkannya pada aparatur negara yang
dalam hal ini adalah pihak Kepolisian. Hal ini
juga akan berdampak positif terhadap
mentaknasyarakat untuk senantiasa selektif
terhadap tawaran-tawaaran PPTKIS dan berani
menelusuri keabsahan PPTKIS sebelum terlibat
dalam kegiatan-kegiatan mereka.
b) Ganti PPTKIS dengan pemerintah (bukan
swasta). Hal ini bertujuan agar perlindungan TKI
di luar negeri dapat dilakukan dengan optimal
tanpa terfokus pada keuntungan perusahaan yang
sebesar-besarnya.
c) Diperlukan badan penyelidik sejenis KPK dalam
menyelidiki pelanggaran-pelanggaran
penempatan TKI yang tidak hanya melibatkan
TKI, dan swasta, namun juga calo-calo TKI yang
berasal dari oknum pemerintah.
d) Diperlukan badan pengawas PPTKIS yang
berkedudukan di luar negeri (di penempatan
TKI). Badan ini selain sebagai pengawas
PTTKIS, nantinya dapat juga melakukan
loby-loby khususnya dengan aparatur Negara
penempatan dalam melakukan penyelidikan
terkait TKI di luar negeri.
e) Harus diberlakukan wajib lapor TKI, dimana TKI
harus datang melapor (secara fisik) pada PTTKIS
di daerah penempatan kerjanya setidaknya satu
kali dalam satu minggu ketika mereka libur keija.
Demikian juga dengan pihak keluarga, TKI
diwajibkan memberi kabar setidaknya satu kali
dalam seminggu mengenai kondisi dan situasi
kerjanya pada keluarganya yang berada di
Indonesia, sehingga pihak keluarga akan melapor
apabila anggota keluarga yang berada di luar
negeri tidak memberi kabar dirinya dalam waktu
satu minggu.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdul Khakim, Hukum Ketenagakerjaan
Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
2007.
Iman Sjahputra Tunggal, Tanya-Jawab Hukum
Ketenagakerjaan Indonesia, Harvindo,
Jakarta, 2008.
172
Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri... (I Made Dedy Priyanto)
Ismantoro Dwi Yuwono, HAk dan Kewajiban
Hukum Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di
Luar Negeri, Pustaka Yustisia, Yogyakarta,
2011.
H.R.Abdussalam, Hukum Ketenagakerjaan, Restu
Agung, Jakarta, 2009.
Internet
http://www.indosiar.com/tag/tki-ilegal
http://www. republika, co. id/berita/nasional/
umum/11 /11 /28/lvczzf-digagalkan-
pengiriman-39-tki-ilegal-asal-timor-
tengah-selatan.
http://berita, liputan 6. com/read/36583 6/
masyarakat-diminta-menghindari-jadi-
tki-ilegal.
http://www.tribunnews.com/2011/12/02/
bnp2tki-sosialisasi-pencegahan-tki-
ilegal-lewat-kesenian.
http://www. bnp2tki.go. id/berita-mainmenu-
231/587 7-bnp2tki-p olda-kalbar-
amankan-puluhan-tki-ilegal.html.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUD 1945). Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, diundangkan
dalam tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 39 dan tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4279 Tahun 2003.
Undang-undang Nomor 3 9 Tahun 2004 Tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia di Luar Negeri, diundangkan dalam
tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 133 dan tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4445 Tahun 2004. Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI Nomor
Per.23/Men/V/2010 Tentang asuransi Tenaga Kerja
Indonesia, ditetapkan di Jakarta pada 31 Mei 2010.
173