vol. 7 no.2, opember 2011

15
I Nyoman Budiana PENATAAN ASSET DESA DALAM KERANGKA MENCEGAH KONFLIK ANTAR DESA PAKRAMAN DI BALI leA. sadnyini HUKUM ADAT MENUJU KESETARAAN GENDER I Gusti Partana Mandala EKSISTENSI DESA ADAT DALAM PENGUASAAN DAN PEMANFAATAN TANAH ADAT DI BALI I Novy Purwanto BERBASIS DESA P.\K.RAMAN DALAM PERLIN DUNGAN illAP JALAK PUTrn I Nyoman Bagiastra :1.: . KEWAJIBAN DARI SUDUT -mS.-\fAT HUKUM I GLN. Arimbawa TINJA UAN YURJDIS TERHADAP PELAKU KEJAHATAN PENGEDAR, MEMPRODUKSI DAN PRODUSEN VIDEO PORNO MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2008 Dewt Bunga HUKUM SEBAGAI INSTRUMEN KEBIJAKAN PUBLIK DALAM CONTENT REGULATION DI SITUS INTERNET I Made Dedy Priyanto PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI Ida Ayu Ketut Artami PERLINDUNGAN HUKUM INVESTOR TERHADAP DEALER DAN BROKER DALAM TRANSAKSI JUAL BELl VALLIA ASr\G Ni Putu sawttri Nandari PERJANJIAN KREDIT DAN AKTA-AKTA Y.-\.: -G BERTALIAN DENGAN PENGIKATAt'f JAMINAN KREDIT

Upload: others

Post on 13-Jan-2022

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

• I Nyoman Budiana PENATAAN ASSET DESA DALAM KERANGKA MENCEGAH KONFLIK ANTAR DESA PAKRAMAN DI BALI

• leA. sadnyini HUKUM ADAT MENUJU KESETARAAN GENDER

I Gusti Partana Mandala • EKSISTENSI DESA ADAT DALAM PENGUASAAN DAN PEMANFAATAN TANAH ADAT DI BALI

• I Novy Purwanto KO~SERVASIBERBASIS DESA P.\K.RAMAN DALAM PERLINDUNGAN

illAP JALAK PUTrn

I Nyoman Bagiastra • :1.: . ~_-\.'\ KEWAJIBAN DARI SUDUT

-mS.-\fAT HUKUM

I GLN. Arimbawa • TINJA UAN YURJDIS TERHADAP

PELAKU KEJAHATAN PENGEDAR,

MEMPRODUKSI DAN PRODUSEN

VIDEO PORNO MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2008

• Dewt Bunga HUKUM SEBAGAI INSTRUMEN

KEBIJAKAN PUBLIK DALAM

CONTENT REGULATION

DI SITUS INTERNET

• I Made Dedy Priyanto PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA

KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

Ida Ayu Ketut Artami• PERLINDUNGAN HUKUM INVESTOR

TERHADAP DEALER DAN BROKER

DALAM TRANSAKSI JUAL BELl VALLIA ASr\G

Ni Putu sawttri Nandari • PERJANJIAN KREDIT DAN AKTA-AKTA Y.-\.: -G

BERTALIAN DENGAN PENGIKATAt'f

JAMINAN KREDIT

Vol. 7 No.2, opember 2011 ISS : 1858-232X

. ' '." .

\ '

IlL 1,1 '. ,." , ",;1. I I

f .. '"

'II,

",', }',,,

I I', \".t .".

• " I I'

urnal Hukum Menelaah Masalah Hukum

PENANGGUNGJAWAB Prof. r. I Nyoman Budiana, S.H., M.Si.

PEMIMPIN REDAKSI yo an gurah Su arnatha, S.H., LL.M,

MITRA BESTARI Prof. 0 . Koesno Adi, S.H., M.S.

Dr. I Made Lilik Muljadi, S.H., M.H.

DEWAN REDAKSI Ni Nyoman Juwita Arsawati, S.H., M.Hum.

I GLN. Arimbawa, S.H., M.Hum. Ni Putu Sawitri Nandari, S.H., M.H.

I Made Wirya Darma, S.H., M.H.

SEKRETARIS REDAKSI Ida Ayu Sadnyini, S.H., M.H.

IGP. Mandala, S.H., M.H.

ADMINISTRASI I Made Sugiarta, S.H., M.H. 1GB. Yudas Suastika, S.H.

ENDAHARA Ida Ayu Ketut Artami, S.H., M.H.

DISTRIBUSI Ngurah Nyoman Suartha

Ani Rosidah

Alamat Penyunting dan Tata Usaha : Fakultas Hukum Universitas Pendidikan Nasional Denpasar, JI. Bedugul No. 39 Sidakarya - Panjer Denpasar 80225, Telp. (0361) 728847, Homepage: http://fh,undiknas.ac.id. E-mail: suwarnatha1@ gmail.com.

"Jurkum" adalah Jumal Hukum yang digagas oleh Fakultas Hukum Undiknas, terbit dua kali setahun pada bula un' dan November. Jurkum hendak menghadirkan barba BI

gagasan ilmiah tentang hukum yang populer, diharap ar akan mampu menggairahkan minat baca lebi Il.BE

terhadap tulisan-tulisan hukum. Jurkum sangat berhara kepada pemerhati hukum untuk dapat mel kis a pemikiran ilmiahnya tentang hukum dalam bent k t lis::.

Penyunting menerima sumbangan tulisan yaf'g pernah diterbitkan dalam media cetak lain. Naska dengan spasi 1.5 pada kertas HVS kuarto. pan,a ~

15 halaman sebanyak 2 eksemplar denga (Iebih lanjut sHakan membaca petunj k bag sar ~Iakang).

Vol. 7 No.2, Nopember 2011

Daftar lsi

Jurkum

• Penataan Asset Desa Dalam Kerangka Mencegah Konflik Antar Desa Pakraman Di Bali Oleh: I Nyoman Budiana 95

• Hukum Adat Menuju Kesetaraan Gender Oleh : I.A. Sadnyini 107

• Eksistensi Desa Adat Dalam Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah Adat di Bali Oleh : I Gusti Partana Mandala 113

• Konservasi Berbasis Desa Pakraman Dalam Perlindungan Terhadap Jalak Putih Oleh: , Novy Purwanto 119

• Hak Dan Kewajiban Dari Sudut Kajian Fllsafat Hukum Oleh : I Nyoman Bagiastra 127

• Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaku Kejahatan Pengedar, Memproduksi dan Produsen Video Porno Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 Oleh: I GLN. Arimbawa 137

• Hukum Sebagai Instrumen Kebijakan Publik dalam Content Regulation di Situs Internet Oleh : Dewi Bunga 151

• Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia dj Luar Negeri Oleh : I Made Dedy Priyanto 163

• Perlindungan Hukum Investor Terhadap Dealer dan Broker dalam Transaksi Jual Beli Valuta Asing Oleh : Ida Ayu Ketut Artami 1 5

• Perjanjian Kredit Dan Akta-Akta Yang Bertalian Dengan Pengikatan Jaminan Kredit Oleh : Ni Putu Sawitri Nandari :

• Biodata Penulis ~ - ~

• Pedoman Penulisan ;:; ~

Diterbitkan oleh : Fakultas Hukum Universitas Pendidikan Nasional n a r

Jurkum Volume 7 Nomor 2 Hal. 95-198 Denpasar

Nopember 2 .•

PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

Oleh:

I Made Dedy Priyanto

(Dosen Fakultas Hukum Universitas Udayana)

ABSTRACT

Legal protection of Indonesian workers (TKIJ in foreign countries is very urgent for the

government s agenda to be realized considering the number of cases of rights violations

affecting Indonesian workers abroad. Legal protection covers the protection ofprospective

Indonesia labor prior to placement, protection ofIndonesia labor during the placement,

protection of Indonesia labor full time placement (the return). Duties and authority of

agencies associated with the placement of these labor need to be clarified and monitored its

implementation. Clauses bilateral relations between the sending country (Indonesia) with

the recipient country workers need to be clarified so that the representative body of

Indonesia regarding the placement of Indonesian workers can carry out the functions and

duties properly.

Key word: legal protection, Indonesia labor, foreign countries.

A. PENDAHULUAN

Tenaga keija Indonesia (selanjutnya disebut

TKI) merupakan polemik yang tiada habisnya

dibicarakan negeri ini. Bagai mata uang, selalu ada sisi

baik dan buruk yang berlekatan seolah tidak

terlepaskan, demikian juga dengan TKI yang

dikatakan sebagai pahlawan devisa, solusi bagi

penyaluran tenaga kerja di Indonesia, dan sederetan

manfaat kesejahteraan yang didapat dengan menjadi

TKI, ternyata disisi lain juga menimbulkan banyaknya

kasus-kasus penyiksaan dan tidak terlindunginya

hak-hak TKI di luar negeri.

Promosi pemasaran dari Pelaksana Penempatan

TKI Swasta (PPTKIS) yang mengiming-imingi

masyarakat dengan upah mata uang asing yang apabila

disesuaikan dengan Rupiah akan besar jumlahnya,

membuat masyarakat tertarik untuk menjadi TKI.

Demikian juga dengan faktor lingkungan, melihat

tetangga yang bekeija di luar negeri memiliki

kehidupan yang sejahtera memungkinkan masyarakat

untuk ikut/tertarik untuk bekeija di luar negeri. Faktor

lainnya adalah sulitnya mencari pekerjaan di

Indonesia, hal ini terlihat dari ketidak sesuaian

lowongan pekeijaan dengan jumlah pelamar pekerjaan

yang membludak. Walaupun pelatihan-pelathan keija,

kursus-kursus banyak bermunculan di Indonesia,

namun keinginan untuk bekerj a diluar negeri tetaplah

suatu daya tarik tersendiri bagi mereka yang

berangan-angan untuk sejahtera apabila pulang dari

luar negeri. Demikian juga dengan penanaman modal

asing yang telah diupayakan semaksimal mungkin oleh

pemerintah, masih dirasakan belum cukup menampung

masyarakat yang ingin mendapatkan pekeijaan di

rumah sendiri.

Makna arti pentingnya pekerjaan bagi Warga

Negara Indonesia (selanjutnya disebut WNI) tercermin

dalam pasal 27 ayat (2) Undang- undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) yaitu

setiap WNI berhak atas pekerjaan dan penghidupan

yang layak bagi kemanusiaan. Namun kenyataan

terbatasnya lowongan pekerjaan di dalam negeri

menyebabkan banyaknya WNI yang mencari pekeijaan

keluar negeri. Hal ini dapat berdampak positif dalam

mengurangi masalah pengangguran di dalam negeri,

namun disisi lain dapat berdampak negatif apabila

teijadi suatu hal yang

163

tidak diinginkan terjadi dialami TKI,

pelanggaran-pelanggaran banyak terjadi sebelum

pemberangkatan, saat penempatan, maupun

pemotongan upah TKI saat kepulangannya.1

Permasalahan menguat ketika banyaknya

penyiksaan dan pelanggaran hak-hak para TKI di luar

negeri. Nur miyati, Arsita, Nirmala Bonat, Ceriyati,

Siti Hajar, Keni, Carsini, Nur Hidayah, Ely Farida, Siti

Nadiroh, Ruyati Binti Satubi Sarana, merupakan

sebagian kecil nama-nama TKI yang disiksa di luar

negeri. Bahkan nama terakhit ini merupakan kasus

hukuman pancung TKI di Arab Saudi karena dakwaan

pembunuhan yang data-data kebenarannya tidak dapat

dipercaya karena TKI dipancung sebelum diketahui

pemerintah. Kejadian penganiayaan dialami TKI, serta

berbagai kasus yang dialami TKI yang mengakibatkan

TKI dipenjara/ divonis di luar negeri juga tanpa

sepengetahuan pemerintah.

Hal ini membuktikan lemahnya pengawasan

serta perlindungan hukum oleh pemerintah. TKI

terkesan sendiri, tanpa didampingi kuasa hukum, tanpa

upaya perlindungan dari pemerintah. Disisi lain,

banyak bermunculan TKI-TKI ilegal yang secara

ilegal tanpa dokumen-dokumen yang sah memaksakan

diri masuk dan bekerja di luar negeri, juga

bermunculan PPTKIS ilegal yang tidak

bertanggungjawab terhadap penempatan TKI, dengan

segala cara meminimalkan prosedur agar mendapatkan

keuntungan dengan cepat.

Pertanggungjawaban badan perwakilan

Indonesia di tempat penempatan pun tidak jelas dan

terkesan lepas tangan dengan terjadinya kasus-kasus

hukum yang menimpa TKI dengan alas an, mereka

tidak bertanggungjawab dengan TKI itu karena status

TKI yang ilegal. Hal ini dapat dibenarkan karena

banyaknya masyarakat yang menyalahgunakan visa

kunjungan ataupun visa haji, dan dengan mandiri

bekerja di luar negeri tanpa melapor ke badan

perwakilan Indonesia, padahal telah diatur prosedur

yang

benar dalam penempatan TKI. Namun, sebagai warga

negara Indonesia, TKI seharusnya dilindungi hak-hak

warga negaranya, badan perwakilan Indonesia

seharusnya mendapatkan informasi terkait dengan TKI

yang mengalami kasus-kasus hukum di luar negeri dari

pemerintah setempat.

Untuk merubah situasi yang terjadi selama ini

yang menimpa TKI di luar negeri, tidak cukup hanya

dengan perumusan peraturan perundang- undangan,

namun juga diperlukan tindakan nyata dari semua

elemen terkait dalam melindungi TKI di luar negeri.

Karena bagaimanapun juga mereka adalah pahlawan

devisa yang telah banyak menyumbangkan devisa

untuk negara. Sehingga sudah sewajarnya pemerintah

mengupayakan perlindungan bagi TKI di luar negeri.

B. PEMBAHASAN

Pembahasan mengenai perlindungan hukum TKI

di luar negeri akan diawali dengan pasal 31

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut UU No.13

Th.2003) yang mengatur bahwa “Setiap tenaga kerja

mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk

memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan

memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di

luar negeri. ‟ ‟ Pengaturan pasal inilah yang

memungkinkan masyarakat berbondong- bondong

bekerja diluar negeri, tidak hanya masyarakat yang

berstatus pengangguran, namun juga masyarakat yang

telah memiliki pekerjaan rela melepaskan pekerjaan

yang dibidanginya selama ini untuk bekerja di luar

negeri. Mendapatkan pekerjaan demi kesejahteraan

pribadi serta keluarga merupakan hak asasi manusia,

namun disisi lain juga harus diseimbangkan dengan

sosialisasi prosedur menjadi TKI yang benar,

sosialisasi akibat hukum apabila melanggar aturan

tersebut atau akibat

1 Iman Sjahputra Tunggal, Tanya-Jawab Hukum Ketenagakerjaan Indonesia , Harvindo, Jakarta, 2008.,

hlm.93.

164

Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri... (I Made Dedy Priyanto)

hukum apabila ke luar negeri tidak dilengkapi

dokumen-dokumen yang lengkap karena pemerintah

dalam hal ini tidak dapat begitu saja melepaskan diri

dan menganggap masyarakat harus mengetahui

peraturannya tanpa sosialisasi yang menyeluruh.

Selanjutnya pasal 33 UU No. 13 Th.2003

menentukan bahwa “Penempatan tenaga kerja terdiri

dari: a. penempatan tenaga keija di dalam negeri; dan

b. penempatan tenga keija di luar negeri.” Ketentuan

mengenai penempatan tenaga keijadi luarnegeri

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 3 hurufb ini

diatur dengan undang-undang (pasal 34).

Undang-undang yang dimaksud pasal 34 UU No. 13

Th.2003 adalah Undang-undang Nomor 39 Tahun

2004 (selanjutnya disebut UU No.39 Th.2004)

Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia di Luar Negeri yang ditetapkan dengan

tujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan

kebijakan pemerintah sebelumnya terkait dengan TKI.

Pengertian penempatan TKI diatur dalam pasal 1

angka 3 UU No.39 Th.2004 yang istilah dari

penempatan TKI tersebut disamakan dengan Antar

Kerja Antar Negara yang diatur pada peraturan

perundang-undangan sebelumnya. Penempatan TKI

adalah:

„ „Kegiatan pelayanan untuk mempertemukan

TKI sesuai bakat, minat, dan kemampuannya dengan

pemberi keija di luarnegeri yang meliputi keseluruhan

proses perekrutan, pengurus dokumen, pendidikan dan

pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan,

pemberangkatan sampai ke negara tujuan, dan

pemulangan dari negara tujuan.”

Seharusnya berdasarkan ketentuan ini, maka

setiap kegiatan terkait penempatan TKI diluar negeri

didampingi oleh pemerintah. Baik pada masa pra

penempatan, masa penempatan, dan purna

penempatan, namun pada pelaksanaannya pemerintah

dapat mengalihkan kewenangan dan tugasnya ini

kepada pihak

swasta (pasal 10 UU NO.39 Th.2004), hal inilah yang

mengaburkan tugas dan kewajiban yang seharusnya

diemban pemerintah menjadi tugas swasta yang

tentunya akan lebih mementingkan keuntungan

perusahaan diatas aspek perlindungan hukum TKI

yang seharusnya dikawal dan didampingi di luarnegeri.

Pihak swasta juga cenderung meminimalkan prosedur

yang dinilai rumit serta berbelit-belit dan cenderung

mencari celah untuk melanggar prosedur tersebut

dengan alasan untuk mencari keuntungan yang

sebesar-besarnya dengan waktu dan cara yang

secepat-cepatnya.

Prinsip kegiatan penempatan TKI diluar negeri

yang diatur dalam UU No.39 Th.2004 antara lain:

a. Orang-perseorangan dilarang menempatkan WNI

untuk bekeija diluar negeri.

b. Pemerintah bertanggung jawab untuk

meningkatkan upaya perlindungan TKI di

luarnegeri

c. Penempatan TKI di luar negeri dilakukan ke

negara tujuan yang pemerintahnya telah

membuat perjanjian tertulis dengan pemerintah

RI, atau ke negara tujuan yang mempunyai

peraturan perundang-undangan yang melindungi

tenaga keija asing.

d. Adanya larangan penempatan calon TKI pada

jabatan dan tempat pekerjaan yang bertentangan

dengan nilai-nilai kemanusiaan dan norma

kesusilaan serta peraturan perundang-undangan.

e. Setiap calon TKI berhak memperoleh

perlindungan sesuai peraturan perundang-

undangan, sejak pra penempatan, masa

penempatan, hingga puma penempatan.2

Penjabaran prinsip kegiatan penempatan

TKI diluar negeri diawali dengan penjabaran pasal 4

UU No.39 Th.2004, yaitu: “Orang perseorangan

dilarang menempatkan warga negara Indonesia untuk

bekeija di luarnegeri.” Yang dimaksud dengan

orang-perseorangan

2 Abdul Khakim, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007., hlm. 32.

165

dismi adalah subjek hukum yang secara pribadi

dengan tidak dilengkapi dokumen-dokumen yang

sah memaksakan diri untuk masuk dan bekerj a (2)

di luar negeri, baik dalam prakteknya

mempergunakan visa kerja, maupun visa

kunjungan. Demikian juga terhadap subjek

hukum berupa badan swasta yang tidak memiliki

ijin resmi dari pemerintah untuk melaksanakan

kegiatan penempatan TKI diluar negeri. Hal ini

perlu dicermati oleh para calon TKI, agar tidak (3)

tertipu dengan masih adanya PPTKIS illegal

yang mengaku sebagai PPTKIS legal dan dengan

gencarnya melakukan promosi pemasaran jasa

penempatan TKI ke masyarakat awam.

Terkait dengan hal ini, perlu dijabarkan

syarat-syarat PPTKIS legal yang diatur dalam

UU No.39 Th.2004 tertuang dalam pasal-pasal

diantaranya:

Pasal 12: “Perusahaan yang akan menjadi

pelaksana penempatan TKI swasta sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 10 hurufb wajib mendapat

izin tertulis berupa SIPPTKI dari Menteri.”

Pasal 13:

(1) Untuk dapat memperoleh SIPPTKI

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12,

pelaksana penempatan TKI swasta harus

memenuhi persyaratan:

a. berbentuk badan hukum perseroan

terbatas (PT) yang didirikan

berdasarkan peraturan perundangan-

undangan;

b. memiliki modal disetor yang tercantum

dalam akta pendirian perusahaan,

sekurangkurangnya sebesar Rp.

3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah);

c. menyetor uang kepada bank sebagai

jaminan dalam bentuk deposito sebesar

Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta

rupiah) pada bank pemerintah;

d. memiliki rencana keija penempatan dan

perlindungan TKI di luar negeri

sekurangkurangnya untuk kurun waktu

3 (tiga) tahun beijalan;

e. memiliki unit pelatihan keija; dan

£ memiliki sarana dan prasarana

pelayanan penempatan TKI.

Sesuai dengan perkembangan keadaan,

besarnya modal disetor sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b dan jaminan

dalam bentuk deposito sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c, dapat

ditinjau kembali dan diubah dengan

Peraturan Menteri.

Ketentuan mengenai penyusunan rencana

kerj a sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf d, dan bentuk serta standar yang harus

dipenuhi untuk sarana dan prasarana

pelayanan penempatan TKI sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf f, diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Menteri.

Pasal 14

(1) Izin untuk melaksanakan penempatan TKI di luar

negeri diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun

dan dapat diperpanjang setiap 5 (lima) tahun sekali;

(2) Perpanj angan izin sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat diberikan kepada pelaksana penempatan

TKI swasta selain harus memenuhi syarat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13ayat(l)juga

harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. telah melaksanakan kewajibannya untuk

memberikan laporan secara periodik kepada

Menteri;

b. telah melaksanakan penempatan

sekurang-kurangnya 75% (tujuh puluh lima

persen) dari rencana penempatan pada waktu

memperoleh SIPPTKI;

c. masih memiliki sarana dan prasarana yang sesuai

dengan standar yang ditetapkan;

d. memiliki neraca keuangan selama 2 (dua) tahun

terakhir tidak mengalami kerugian yang diaudit

akuntansi publik; dan

e. tidak dalam kondisi diskors. Pengaturan

pasal-pasal tersebut

mengisyaratkan bahwa kurangnya persyaratan

dimaksud akan mengakibatkan PPTKIS menjadi

166

Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri... (I Made Dedy Priyanto)

illegal, sehingga secara logika, apabila suatu

perusahaan yang mengaku sebagai PPTKIS namun

tidak dapat menunjukkan bukti terpenuhinya semua

syarat-syatar dalam pasal- pasal ini, seharusnya

masyarakat tidak terlibat dengan segala kegiatan yang

dilakukannya, dan bahkan masyarakat harus

melaporkan keberadaan perusahaan tersebut ke

aparatur penegak hukum. Hal ini masih perlu

disosialisasikan oleh pemerintah, baik melalui media

cetak maupun melalui media elektronik secara

berkelanjutan, agar masyarakat mengetahui dan dapat

membedakan antara PPTKIS ilegal dengan PPTKIS

legal, sehingga apabila terdapat oknum perusahaan

yang mencurigakan sebagai PPTKIS ilegal di suatu

daerah, masyarakat sekitar dapat segera

melaporkannya pada aparatur negara yang dalam hal

ini adalah pihak Kepolisian.

Hal terpenting untuk dikaji adalah pasal Pasal 6

UU 39 Th.2004 : “Pemerintah

bertanggungjawab untuk meningkatkan upaya

perlindungan TKI di luar negeri.” Upaya perlindungan

TKI oleh pemerintah, pada pelaksanaannya merupakan

upaya yang bertujuan untuk melindungi calon TKI

sebelum pemberangkatan, TKI yang ditempatkan di

luar negeri, maupun terhadap TKI yang telah berakhir

masa keijanya di luar negeri. Upaya-upaya yang telah

dilakukan pemerintah terkait dengan perlindungan

bagi calon TKI, diantaranya:

1. Wajib Asuransi

Pemerintah telah mengupayakan perlindungan

wajib asuransi yang diberlakukan sejak tahun 2008,

yaitu dengan ditetapkannya Keputusan Menteri

Tenaga Keija RI Nomor Kep/92/MEN/1998 yang

kemudian direvisi dengan Peraturan Menteri Tenaga

Kerja Dan Transmigrasi RI Nomor

Per.23/Men/V/2010 Tentang asuransi Tenaga Keija

Indonesia. Dalam peraturan ini ditentukan bahwa yang

bertanggung jawab melindungi TKI melalui asuransi

adalah kumpulan perusahaan-perusahaan asuransi

yang tergabung dalam konsorsium perusahaan

asuransi, dan konsorsium ini harus mendapatkan

ijin dari pemerintah serta telah lulus verifikasi oleh

Tim yang dibentuk oleh Kementerian tenaga keija dan

transmigrasi. Konsorsium perusahaan asuransi

setidaknya terdiri dari dua atau lebih perusahaan

asuransi yang terdiri dari perusahaan asuransi jiwa dan

perusahaan asuransi kerugian. Disisi lain, calon TKI

diwajibkan membayar premi asuransi yang terdiri dari:

a) Premi asuransi TKI pra penempatan yang

dibayarkan sebelum peijanjian penempatan, dan

pembayarannya harus disaksikan oleh dinas

kabupaten/kota dan dituangkan dalam berita

acara.

b) Premi asuransi TKI masa penempatan yang

dibayarkan sebelum pengurusan Kartu Tenaga

Keija Luar Negeri.

c) Premi asuransi TKI puma penempatan yang

dibayarkan sebelum pengurusan Kartu Tenaga

Keija Luar Negeri.

Calon TKI berhak atas polis asuransi yang telah

dibayarnya. Polis asuransi juga harus diserahkan

salinannya kepada Dirjen Pajak, Kepala Divisi dinas

Provinsi, Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota

dan pimpinan pelaksana penempatan TKI swasta.

Apabila masa berlaku polis asuransi tersebut telah

kadaluarsa, maka agen atau pelaksana penempatan

TKI berkewajiban untuk memperpanjang, sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Sehingga apabila

terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terkait dengan

pekeijaannya duluar negeri, maka TKI yang

bersangkutan atau ahli warisnya yang sah dapat

mengklaim asuransi tersebut dengan didampingi

olehpialang/broker. Pialang/broker pendamping ini

juga harus mendapatkan ijin dari pemerintah serta

telah lulus verifikasi oleh tim yang dibentuk oleh

Kementerian tenaga kerja dan transmigrasi.

Konsorsium perusahaan asuransi harus terus

berkoordinasi dengan badan perwakilan Indonesia

yang ditugaskan oleh pemerintah diluar negeri terkait

data-data TKI di penempatan keijanya dan segera

memberikan bantuan hukum terkait dengan

permasalahan yang dihadapi TKI. Seluruh kegiatan

konsorsium ini

167

diawasi oleh pemerintah secara berkala dan

berkelanjutan.3

2. Pelaksana Penempatan TKI Swasta

(PPTKIS)

PPTKIS atau yang sebelum diundangkannya UU

No.39 Th.2003 disebut Pengerah Jasa Tenaga Keija

Indonesia (PPTKIS) merupakan agen swsta yang

berperan sebagai pendamping TKI yang akan

mempertemukan TKI dengan penggunanya diluar

negeri. Oleh karena swasta, maka PPTKIS diharuskan

mendapatkan ijin serta lulus verivikasi dari

pemerintah. PPTKIS harus berkoordinasi dengan

badan perwakilan Indonesia di luar negeri dalam hal

perjanjian kerjasama penempatan TKI antara PPTKIS

dengan pengguna TKI, dari keijasama tersebut akan

lahir surat permintaan TKI dari pengguna (bidang

pekerjaan serta jumlah TKI yang diminta), mengawasi

perjanjian kerja serta perjanjian penempatan yang

dilakukan oleh TKI dengan pengguna. Sehingga

kedudukan PPTKIS adalah sebagai badan hukum

Indonesia yang berkedudukan diluar negeri, yang

berkewaj iban melindungi TKI di luar negeri. Selain

itu, PPTKIS juga berkoordinasi dengan pemerintah

(dari pemerintah daerah sampai pemerintah pusat)

terkait permintaan TKI, serta segala kegiatannya

terkait dengan penempatan serta kondisi TKI harus

dilaporkan kepada pemerintah secara berkala (laporan

perekrutan TKI pada masa pra penempatan, masa

penempatan, puma penempatan). Sehingga PPTKIS

juga diwajibkan untuk memberikan bantuan hukum

apabila terdapat permasalahan/ kasus-kasus yang

dialami TKI.4

Praktek keija PPTKIS di luar negeri inilah yang

sering tidak sesuai peraturan perundang- undangan

sehingga diperlukan pengawasan/ lembaga pengawas

PPTKIS. Pelanggaran yang

sering dilakukan diantaranya: tidak berkoordinasi

dengan badan perwakilan Indonesia di luar negeri

dalam hal petjanjian keijasama penempatan TKI antara

PPTKIS dengan pengguna TKI, tidak melaporkan

data-data permintaan TKI dari pengguna ke

pemerintah, tidak mengawasi perjanjian keija serta

perjanjian penempatan yang dilakukan oleh TKI

dengan pengguna. Sehingga PPTKIS tidak mengetahui

situasi dan kondisi dari TKI yang ditempatkan. Praktek

penempatan ilegal ini sering tanpa sepengetahuan

pemerintah baik di daerah maupun pemerintah pusat.

Data-data permintaan TKI seharusnya ditangani oleh

pemerintah, bukan swasta.

3. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

TKI (BNP2TKI)

BNP2TKI merupakan instansi pemerintah yang

berkedudukan di Indonesia yang menyediakan

data-data keperluan pihak asing terhadap TKI, serta

memfasilitasi hal-hal yang berkaitan dengan

penempatan TKI pada masa pra penempatan, masa

penempatan, serta puma penempatan. Data-data

tersebut didapatkan dari PPTKIS yang memuat bidang

kerja yang dibutuhkan serta jumlah TKI yang

dibutuhkan5 Koordinasi antara BNP2TKI ini juga

perlu diawasi agar tidak terjadi pelanggaran-

pelanggaran baik yang dilakukan oleh oknum

BNP2TKI maupun PPTKIS. Karena ditemukan fakta

dalam prakteknya penyaluran TKI yang yang tidak

sesuai dengan bidang keahlian TKI yang

bersangkutan, penempatan TKI yang tidak dilengkapi

dengan dokumen-dokumen serta prosedur yang tidak

seharusnya, diloloskan oleh oknum BNP2TKI.

Penempatan TKI untuk bekerja di luar negeri haruslah

sesuai dengan bakat serta bidang keahlian TKI

tersebut6 Penempatan TKI hanya dapat dilakukan

apabila terdapat kerja sama bilateral dengan

3 Ismantoro Dwi Yuwono, Hak dan Kewajiban Hukum Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Luar Negeri,

Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2 0 1 1 h lm.21 -23.

* Ibidhlm. 48-52 5 Ibid., hlm.53.

6 H.R.Abdussalam, Hukum Ketenagakerjaan, Restu Agung, Jakarta, 2009, hlm.279.

168

Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri... (I Made Dedy Priyanto)

negara tujuan mengenai penempatan TKI serta

terdapat peraturan perlindngan TKI di negara tujuan.

Hal ini diatur dalam pasal 27 UU No.39 Th.2004 yang

menentukan:

(1) Penempatan TKI di luar negeri hanya dapat

dilakukan ke negara tujuan yang pemerintahnya

telah membuat perjanjian tertulis dengan

Pemerintah Republik Indonesia atau tenaga kerja

asing.

(2) Berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan/atau pertimbangan

keamanan Pemerintah menetapkan

negara-negara tertentu tertutup bagi penempatan

TKI dengan Peraturan Menteri.

Disinilah diperlukan loby-loby dari

penyelenggara penempatan TKI maupun instansi

terkait lainnya (Kedutaan Besar Indonesia) untuk

melakukan perjanjian tertulis dengan pemerintah

negara dimana TKI ditempatkan, atau dengan badan

hukum ketenagakerjaan negara tersebut, khususnya

perjanjian yang menyertakan klausul kewajiban bagi

negara penempatan untuk selalu menginformasikan

kasus-kasus hukum terkait TKI sejak TKI tersebut

ditangkap di wilayah negaranya, klausul yang

mengijinkan PPTKIS melaksanakan semua tugas

terkait pengawasan situasi dan kondisi TKI, klausul

yang melarang warganya untuk melakukan tindakan

kekerasan, serta tindakan lainnya yang dapat

melanggar hak- hak TKI, serta klausul yang

mengijinkan TKI untuk melaporkan keadaannya pada

PPTKIS minimal satu kali dalam satu minggu dan

apabila TKI tidak melapor, PPTKIS diijinkan untuk

berperan aktif menyelidiki dan mencari tahu keadaan

TKI.

Kewenangan dan tugas PPTKIS sangatlah riskan

karena selama di luar negeri PPTKISlah yang

mendampingi TKI, untuk itu seharusnya peran ini

(sekali lagi) tidak diberikan pada swasta serta dalam

pelaksanaannya senantiasa diawasi

oleh badan pengawas. Selain seharusnya dilengkapi

dengan tugas dan kewajiban menyelidiki secara aktif

situasi dan kondisi TKI, PPTKIS juga harus dilengkapi

dengan kewenangan menyelidiki (bekeija sama dengan

aparat negara setempat) apakah penempatan TKI telah

sesuai dengan bidang keahliannya. Hal ini penting agar

pelarangan menempatkan calon TKI pada jabatan dan

tempat pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-nilai

kemanusiaan dan kesusilaan serta peraturan

perundangundangan, seperti yang telah diatur dalam

pasal 30 UU No.39 Th.2004 dapat dilaksanakan dan

diawasi di luar negeri.

Dari uraian sebelumnya, terdapat dua upaya

pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal

ini, yaitu upaya preventif dan represif yang hasilnya

tidaklah mengecewakan apabila dilihat dari banyaknya

PPTKIS illegal di Indonesia. Selanjutnya akan

disebutkan upaya- upaya nyata pemerintah dan

aparatur negara terkait TKI ilegal, diantaranya:

a) Diduga akan diperjualbelikan ke Malaysia,

Kepolisian Selasa (25/11/08) membebaskan

puluhan calon Tenaga Keija Indonesia (TKI)

yang selama beberapa hari disekap dalam sebuah

rumah dikawasan Cibinong, Kabupaten Bogor,

Jawa Barat.7

b) Sebanyak 1200 TKI dari 150 ribu TKI dideportasi

dari Malaysia Selasa (26/08/08), mereka dikawal

sampai di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta

Utara. Setibanya di pelabuhan mereka langsung

didata petugas dan segera dipulangkan ke

kampung halaman masing-masing. Puluhan

tenaga kerja asal Lombok, NTB kembali

dideportasi oleh Malaysia karena dinilai ilegal.8

c) Para TKI ilegal (20/04/08) ditangkap di perairan

Perairan Pulau Putih Selat Malaka. Sebanyak 14

orang calon TKI ilegal berikut tekong dan 3

orang Anak Buah Kapal

1

http://www.indosiar.com/tag/tki-ilegal 8 Ibid

169

(ABK) diamankan Patroli Angkatan Laut

Batam. Calon TKI ini ditangkap karena tidak

dilengkapi dokumen.9 10

d) Tempat penampungan Tenaga Kerja Indonesia

(TKI) di Jalan Strategi Komplek Hankam

Kembangan, Jakarta Barat Selasa (8/1/08) sore

digerebek Satuan Bareskrim Mabes Polri dan

Depnaker Trans. Penampungan ini digerebek

karena mengjrim TKI yang masih dibawah

umur, tempat penampungan TKI ini juga tidak

memiliki ijin. Sebanyak 46 TKI ilegal yang akan

dikirim ke Malaysia melalui Batam berhasil

digagalkan aparat Polres Mataram.!0

e) Penggerebekan Penampungan TKI Ilegal di

sebuah rumah mewah yang dijadikan tempat

penampungan calon tenaga keija Indonesia

(TKI) ilegal di Depok, Jawa Barat, Rabu

(18/2/09) digerebek polisi. Puluhan wanita calon

TKI, 8 diantaranya masih belum cukup umur

kemudian diamankan petugas ke Polres Depok. 11

f) Senin, 28 November 2011, Aparat Polresta

Kupang berhasil menggagalkan upaya

pengiriman 39 tenaga keija asal Kabupaten

Timor Tengah Selatan secara ilegal ke

Kalimantan Barat melalui sebuah kapal barang

di Pelabuhan Tenau Kupang, Nusa Tenggara

Timur.12

g) Sosialisasi di daerah-daerah yang pada intinya

menghimbau setiap calon TKI yang akan bekerja

ke luar negeri selain wajib memenuhi

persyaratan dokumen lengkap, juga harus lewat

perusahaan pengerah jasa TKI atau Pelaksana

Penempatan TKI

Swasta (PPTKIS) yang terdaftar serta diakui

Dinas Tenaga Keija (Disnaker) daerah.13

h) Sosialisasi yang dilakukan Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Keija

Indonesia melalui kesenian tradisional yang

berlangsung pada 2-3 Desember di Kabupaten

Sukabumi dan Karawang, Jawa Barat. Kegiatan

serupa digelar di Provinsi Jawa Tengah, Jawa

Timur, Banten, serta Lampung. Serta sosialisasi

di kantong- kantong daerah pengirim TKI

lainnya seperti di Serang, Banten (11/11/2011),

Pringsewu, Lampung (12/11), Sragen dan

Batang, Jawa Tengah (18-19/11), serta Malang

dan Blitar (25-26/11). Kemudian di Sukabumi

menampilkan Wayang Golek Dalang Asep

Sunandar Sunarya dan terakhir di Karawang oleh

Wayang Golek Dalang Risma. Melalui kegiatan

sosialisasi kesenian tradisional di sejumlah

daerah, diharapkan warga masyarakat khususnya

calon TKI dan keluarganya kini memahami

pentingnya menjadi TKI legal, selain mengikuti

prosedur resmi pemerintah untuk bekerja di luar

negeri.14

i) Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

bekerjasama Kepolisian Daerah Kalimantan

Barat, Rabu (30/11) mengamankan sebanyak 40

TKI ilegal yang akan dipekeijakan di Malaysia

dan Brunei Darussalam bersama dengan PPTKIS

ilegal yang akan menyalurkan mereka.15 Namun

demikian kasus-kasus lolosnya TKI

ilegal masih saja marak teijadi di Indonesia, hal

9 Ibid

10 Ibid

11 Ibid

]2http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/ll/ll/28/lvczzf-digagalkan-pengiriman-39-tki-

ilegal-asal-timor-tengah-selatan. 13

http://berita.liputanö.com/read/365836/masyarakat-diminta-menghindari-iadi-tki-üegal. Hhttp://www.tribunnews.com/2011/l 2/02/bnp2tki-sosialisasi-pencegahan-tki-ilegal-lewat-kesenian.

15 http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231/5877-bnp2tki-polda-kalbar-amankan-puluhan-tki-

ilegal.html.

170

Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri... (I Made Dedy Priyanto)

ini disebabkan oleh kecurangan-kecurangan yang

dilakukan, baik oleh pihak swasta, pemerintah,

maupun oleh pihak calon TKI itu sendiri.

Pelanggaran-pelanggaran terkait juga dilakukan oleh

oknum PPTKIS yang tidak memberikan data-data ke

pemerintah, namun merekrut sendiri dan mengurus

langsung paspor keberangkatan serta perjanjian

keijasama dengan pengguna, sehingga calon TKI

tidakmengetahui dirinya ilegal karena kurangnya

dokumen yang dimilikinya. Pengawasan yang tidak

sesuai dengan peraturan perundang-undangan oleh

pemerintah, sehingga memungkinkan bermunculan

oknum “calo TKI” dikalangan pemerintah. Di sisi lain,

terdapat pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh

TKI, diantaranya visa haj i, visa berkunjung yang

kemudian dimanfaatkan untuk masuk kesebuah negara

untuk beketja (tanpa visa kerja), situasi dan kondisi

yang tidak dilaporkan oleh TKI selama masa

penempatan di luar negeri, padahal “aturan mainnya”

jelas, TKI harus melaporkan situasi dan kondisi tempat

kerjanya, pindah kerja, dokumen yang telah habis

masa berlakunya, dst.

Penyebab penyiksaan yang dialami TKI dapat

dikarenakan masih kurangnya pelatihan yang

diberikan kepada TKI sebelum diberangkatkan, faktor

komunikasi dan bahasa asing yang dapat menjadi

kendala dalam bekerja, serta budaya asing yang tidak

dipahami, misalnya budaya penyiksaan budak di arab,

budaya penyiksaan (hanya untuk orang Indonesia) di

malaysia. Pengguna TKI cenderung akan melakukan

pelanggaran terhadap hak-hak TKI apabila mereka

mengetahui TKI yang digunakannya itu illegal, karena

secara logika TKI ilegal tidak memiliki hak-hak

apapun terkait dengan pekerjaannya, bahkan hal-hal

yang telah diperjanjikan tertulis, serta hak warga

Negara terkesan tidak dimiliki. Di Malaysia ditemukan

fakta penyiksaan orang-orang Indonesia (tidak hanya

TKI) dan hal ini tidak hanya dilakukan oleh oknum

masyarakat Malaysia, namun juga oleh oknum aparat

kepolisian Malaysia. Terdapat juga oknum pengguna

TKI yang menahan kartu identitas TKI, sehingga

setelah masa berlaku

habis, yang bersangkutan tidak dapat memproses,

jadilah ia TKI ilegal yang akan senantiasa takut dengan

ancaman majikan yang mengancam akan melaporkan

ke polisi/ pihak berwajib apabila perintah majikan

tidak dilaksanakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa

selama ini tidak ada pengawasan TKI yang seharusnya

dilakukan oleh PPTKIS.

Hak warga negara memang melekat dalam tiap

pribadi bangsa dan harus dilindungi oleh pemerintah,

namun disisi lain hal tersebut tidak serta-merta

menjadikan dasar bagi TKI ilegal untuk tidak

mengikuti “aturan main” yang telah ditentukan

pemerintah karena hal itu hanya akan membebankan

pemerintah dengan urusan-urusan yang tidak

diketahui/ “no data" yang mempersulitposisi

pemerintah dalam melindungi warga negaranya. Untuk

itulah, sanksi terhadap TKI ilegal hendaknya

dipertegas, baik secara perdata, administratif, maupun

pidana. Serta sanksi terhadap badan, baik itu

pemerintah maupun swasta yang menangani

penempatan TKI secara ilegal masih harus dipertegas

dan diperlukan badan penyelidik sejenis KPK dalam

menyelidiki pelanggaran-pelanggaran penempatan

TKI. Serta badan pengawas PPTKIS di luar negeri.

Penyiksaan terhadap TKI tidak hanya terjadi

dengan TKI ilegal, namun pada kenyataannya juga

terjadi dengan TKI legal, hal ini membuktikan PPTKIS

belum bekerja sesuai fungsinya, yaitu untuk

mendeteksi, mengawasi keadaan dan kondisi TKI

diluar negeri. Hal ini dikarenakan PPTKIS berasal dari

swasta yang tujuan pendiriannya adalah mencari

keuntungan sebesar-besarnya sesuai prinsip ekonomi.

Apabila PPTKIS dinyatakan gagal melaksanakan

tugas, maka seluruh jajaran pemerintahan ini pun dapat

dinyatakan gagal dalam melaksanakan tugasnya terkait

dengan penempatan dan perlindungan TKI di luar

negeri, karena hal tersebut merupakan tanggung-jawab

bersama, bukan hanya satu badan.

171

C. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Situasi yang terjadi/dialami oleh TKI dari tahun

ke tahun, tidak akan pernah berubah selama

mental/moral dari pengemban tugas penempatan TKI

ini masih belum dirubah. Demikian juga terhadap

mental/moral masyarakat calon TKI yang tidak

mematuhi peraturan perundang- undangan, dan

pengguna TKI diluar negeri yang masih menggunakan

budaya-budaya penyiksaan/ perbudakan terhadap TKI

dengan berbagai cara.

Sebaik apapun peraturan yang dibuat

pemerintah, apabila dalam pelaksanaannya tidak

sesuai, serta lemahnya pengawasan dan penegakan

hukum terhadap aturan itu, tetap akan menyebabkan

peraturan tersebut sebagai peraturan yang semu atau

hanyalah aturan yang dapat dengan mudah dicari

celah pelanggaran hukumnya. Sehingga pada

pelaksanaannya TKI di luar negeri tidak memiliki hak

serta tidak mendapatkan perlindungan hukum dalam

bekeija.

2. Saran

a) Masih perlu disosialisasikan oleh pemerintah

terkait dengan perbedaan PPTKIS ilegal, baik

melalui media cetak maupun melalui media

elektronik secara berkelanjutan, pemerintah juga

dapat memasang spanduk- spanduk, iklan lepas

yang ditempel/ diumumkan pada tempat-tempat

umum yang mudah terbaca oleh masyarakat,

misalnya bertuliskan “Waspadai penyalur TKI

Ilegal, untuk info lebih lanjut hubungi Dinas

Tenaga Keija disekitar Anda” hal ini bertujuan

agar masyarakat mengetahui dan dapat

membedakan antara PPTKIS ilegal dengan

PPTKIS legal, sehingga apabila terdapat oknum

perusahaan yang mencurigakan sebagai PPTKIS

illegal di suatu daerah, masyarakat sekitar dapat

segera melaporkannya pada aparatur negara yang

dalam hal ini adalah pihak Kepolisian. Hal ini

juga akan berdampak positif terhadap

mentaknasyarakat untuk senantiasa selektif

terhadap tawaran-tawaaran PPTKIS dan berani

menelusuri keabsahan PPTKIS sebelum terlibat

dalam kegiatan-kegiatan mereka.

b) Ganti PPTKIS dengan pemerintah (bukan

swasta). Hal ini bertujuan agar perlindungan TKI

di luar negeri dapat dilakukan dengan optimal

tanpa terfokus pada keuntungan perusahaan yang

sebesar-besarnya.

c) Diperlukan badan penyelidik sejenis KPK dalam

menyelidiki pelanggaran-pelanggaran

penempatan TKI yang tidak hanya melibatkan

TKI, dan swasta, namun juga calo-calo TKI yang

berasal dari oknum pemerintah.

d) Diperlukan badan pengawas PPTKIS yang

berkedudukan di luar negeri (di penempatan

TKI). Badan ini selain sebagai pengawas

PTTKIS, nantinya dapat juga melakukan

loby-loby khususnya dengan aparatur Negara

penempatan dalam melakukan penyelidikan

terkait TKI di luar negeri.

e) Harus diberlakukan wajib lapor TKI, dimana TKI

harus datang melapor (secara fisik) pada PTTKIS

di daerah penempatan kerjanya setidaknya satu

kali dalam satu minggu ketika mereka libur keija.

Demikian juga dengan pihak keluarga, TKI

diwajibkan memberi kabar setidaknya satu kali

dalam seminggu mengenai kondisi dan situasi

kerjanya pada keluarganya yang berada di

Indonesia, sehingga pihak keluarga akan melapor

apabila anggota keluarga yang berada di luar

negeri tidak memberi kabar dirinya dalam waktu

satu minggu.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdul Khakim, Hukum Ketenagakerjaan

Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,

2007.

Iman Sjahputra Tunggal, Tanya-Jawab Hukum

Ketenagakerjaan Indonesia, Harvindo,

Jakarta, 2008.

172

Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri... (I Made Dedy Priyanto)

Ismantoro Dwi Yuwono, HAk dan Kewajiban

Hukum Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di

Luar Negeri, Pustaka Yustisia, Yogyakarta,

2011.

H.R.Abdussalam, Hukum Ketenagakerjaan, Restu

Agung, Jakarta, 2009.

Internet

http://www.indosiar.com/tag/tki-ilegal

http://www. republika, co. id/berita/nasional/

umum/11 /11 /28/lvczzf-digagalkan-

pengiriman-39-tki-ilegal-asal-timor-

tengah-selatan.

http://berita, liputan 6. com/read/36583 6/

masyarakat-diminta-menghindari-jadi-

tki-ilegal.

http://www.tribunnews.com/2011/12/02/

bnp2tki-sosialisasi-pencegahan-tki-

ilegal-lewat-kesenian.

http://www. bnp2tki.go. id/berita-mainmenu-

231/587 7-bnp2tki-p olda-kalbar-

amankan-puluhan-tki-ilegal.html.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 (UUD 1945). Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, diundangkan

dalam tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 39 dan tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4279 Tahun 2003.

Undang-undang Nomor 3 9 Tahun 2004 Tentang

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia di Luar Negeri, diundangkan dalam

tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 133 dan tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4445 Tahun 2004. Peraturan

Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI Nomor

Per.23/Men/V/2010 Tentang asuransi Tenaga Kerja

Indonesia, ditetapkan di Jakarta pada 31 Mei 2010.

173