vol. 10, desember 2015 issn...

66
Diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa Menguak hakikat bahasa dan budaya Jurnal Bahasa dan Budaya Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219 Lingua Humaniora Vol. 10 Hlm. 897—950 Desember 2015 ISSN 1978-7219

Upload: others

Post on 04-Nov-2019

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

gari

s p

oton

g

garis potong

gari

s p

oton

g

garis potong

gari

s p

oton

g

garis potong

gari

s p

oton

g

garis potong

9 7 7 1 9 7 8 7 2 1 0 0 6

I S SN 1 9 7 8 - 7 2 1 9

M

enguak h

akik

at

bahasa d

an b

udaya

Jurnal Bahasa dan Budaya

Diterbitkan oleh

Kementerian Pendidikan dan KebudayaanPusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa

M

enguak h

akik

at

bahasa d

an b

udaya

Jurnal Bahasa dan Budaya

Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219

Lingua Humaniora Vol. 10 Hlm. 897—950 Desember 2015 ISSN 1978-7219

Vol. 10, D

esember 20

15

Page 2: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Page 3: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Page 4: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Page 5: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

ISSN 1978-7219Vol. 10, Desember 2015

Lingua Humaniora Vol. 10 Hlm. 897—950 Desember 2015 ISSN 1978-7219

Page 6: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lingua Humaniora: Jurnal Bahasa dan Budaya merupakan media informasi dan komunikasi ilmiah bagi para praktisi,

peneliti, dan akademisi yang berkecimpung dan menaruh minat serta perhatian pada pengembangan pendidikan bahasa dan budaya di Indonesia yang meliputi bidang pengajaran bahasa, lingustik, sastra, dan budaya. Lingua Humaniora: Jurnal Bahasa dan Budaya diterbitkan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan

Penanggung Jawab UmumDra. Poppy Dewi Puspitawati, M.A.

Penanggung Jawab KegiatanDrs. Abdul Rozak, M.Pd.

Mitra BestariDr. Felicia N. Utorodewo (Universitas Indonesia)

Katubi, APU. (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)

Ketua Dewan RedaksiGunawan Widiyanto, M.Hum.

Sekretaris RedaksiRirik Ratnasari, M.Pd.

Anggota Dewan RedaksiDr. Widiatmoko

Hari Wibowo, S.S., M.Pd. Joko Sukaton, S.Pd.

Penata Letak dan PerwajahanYusup Nurhidayat, S.Sos.

Sirkulasi dan DistribusiDjudju Djuanda, S.Pd.

Subarno

Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Redaksi menerima tulisan dari pembaca yang belum pernah dimuat di media lain. Naskah dapat berupa hasil penelitian atau kajian pustaka yang sesuai dengan visi dan misi Lingua Humaniora. Setiap naskah yang masuk akan diseleksi dan disunting oleh dewan penyunting. Penyunting berhak melakukan perbaikan naskah tanpa mengubah maksud dan isi tulisan.

Page 7: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

v

Daftar Isi

Daftar Isi ...............................................................................

Affixation Meaning in the Script Song Lyrics [Euis Meinawati] ...

Meningkatkan Kemampuan Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris dalam Menyusun RPP Melalui Bimbingan Teknik Berkelanjutan pada Sekolah Binaan Kabupaten Sleman Tahun Pelajaran 2013/2014 [Yulia Sri Prihartini] ...............................

Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Berbicara Bahasa Inggris melalui Metode STAD Berbantu Media Gambar pada Siswa Kelas IX B Semester 1 SMP Negeri 1 Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015 [Hartati Setiyowati] ..................................

Tindak Tutur Kesantunan Bahasa Minangkabau di Terminal Angkutan Umum Kota Solok [Zona Rida Rahayu] .......................

v

897—912

913—922

923—935

936—950

Page 8: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Affixation Meaning in the Script Song Lyrics

Page 9: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Affixation Meaning in the Script Song Lyrics

897

AFFIXATION MEANING IN THE SCRIPT SONG LYRICS

Euis MeinawatiABA BSI Jakarta

INTISARIPenelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana proses afiksasi terjadi dalam lirik

lagu The Script dan mengetahui perbedaan makna afiksasi antara makna kamus dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan lirik lagu sebagai contoh untuk dinalisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa proses afiksasi terbagi menjadi dua jenis dan bergantung pada afiks itu sendiri.

Kata kunci: afiksasi, lagu, lirik

ABSTRACT The objective of research is to know how affixation process happens in The Script

song lyric and to know difference meaning of affixation word between in dictionary meaning and song context meaning. The method used in this research is descriptive qualitative method by using song lyric to take an example to be analyzed. It will be an object to know how affixation process happens and what the influences causes by affixation itself. The result of analysis shows that affixation process is divided in two types and depends on affixes itself.

Keywords: affixation, song, lyric

INTRODUCTIONLinguists define a morpheme as the smallest unit of language that has its

own meaning. Simple words can be called morphemes. People now can use the term morpheme to help knowing coherent definition of the words. Words

Page 10: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Affixation Meaning in the Script Song Lyrics

898 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

are defined as one or more morphemes that can stand alone in a language. Morpheme is divided two parts, they are free morpheme and bound morpheme.

Some of the morphemes that can stand alone as words are called free morphemes. The morphemes that cannot stand alone are called bound morphemes. Bound morphemes come in different varieties. Bound morphemes come in different varieties. Those in (1) are prefixes and suffixes; the former are bound morphemes that come before the base of the word, and the latter bound morphemes that come after the base. Together, prefixes and suffixes can be grouped together as affixes. Morphologists therefore make a distinction between affixes and bound bases. Bound bases are morphemes that cannot stand alone as words, but are not prefixes or suffixes. Another reason to believe that bound bases are different from prefixes and suffixes is that prefixes and suffixes tend to occur more freely than bound bases do.

Affixation is morphological process whereby a bound morpheme or affix is attached to morphological base word. It is divided into two primary of affixation, they are prefixation to add a prefix and suffixation to add a suffix. It can be found in books, newspaper, magazine, scripts, movie and songs lyric. Thus, the writer will use the song lyric as media of research. Generally, affixation process is almost found in articles of newspaper or script. But, it is less in song lyric. Whereas, it is a unique discussion. The song lyric is The Scripts. The questions are then what the affixation forms in The Script song lyric are, and 2) what the meaning of words which has affixation process is. The writer uses two song lyrics, these are 1) six degrees of separation and 2) nothing. The purposes of the study is to know affixation form processes, conceptual meaning and contextual meaning. Thus, the problem will discuss in this study are ;

METHOD OF RESEARCH The method used in this study is descriptive qualitative method. Descriptive

research is conclusive in nature. It gathers quantifiable information for data analysis. Qualitative research is a method of inquiry employed in many different academic disciplines. The data is taken from song lyric. There are three songs to be analyzed.

Page 11: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Affixation Meaning in the Script Song Lyrics

899

FINDINGS The finding data in some song lyrics is the following.

Table 1. Affixation word in the man who can’t be moved song lyric

No Word AffixDerivational/Inflectional

FunctionMeaning of Dictionary

Meaning of Context

1 moved -ed inflectional Past participleChange place or position

love other woman

2 sleeping -ing derivational gerund

Rest with your eyes closed and your mind and body not active

Place to rest subtitute a bed when people being journey (when the word side by side with the word bag)

3 words -s inflectional Present verb marker

Written or spoken unit of language

Written of something

4 saying -ing inflectional Present continuous verb marker

Speak or tell something or somebody/ using words

Speak or tell something or somebody/using words

5 broken -en inflectional Past participle

That has been damaged or injured: no longer whole or working correctly

damaged or injured

6 makes -s inflectionalPresent verb marker

Construct, produce or prepare something,: bring something into existence

Looks or seems

7 missing -ing inflectionalPresent continuous verb marker

That cannot be found; lost

Feel sad because lost somebody

Page 12: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Affixation Meaning in the Script Song Lyrics

900 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

8 starts -s inflectionalPresent verb marker

Point at which something begins; act of beginning something

something begins

9 thinking -ing inflectionalPresent continuous verb marker

Process of thinking: opinions about something

Give an opinion

10 waiting -ing inflectionalPresent continuous verb marker

Stay where you are or delay doing something until somebody or something comes or something happens

Stay in a place

11 moving -ing inflectionalPresent continuous verb marker

Change place or position

Not change into other woman

12 says -s inflectional Present continuous verb marker

Speak or tell something or somebody/ using words

Give a suggestion

13 rains -s inflectionalPlural noun marker

Water that falls in drops from the clouds

Water that falls in drops from the clouds

14 snows -s inflectionalPlural noun marker

Frozen water falling from the sky in soft, white flakes, or mass of this on the ground

Frozen water falling from the sky in soft, white flakes, or mass of this on the ground

15 changes -s inflectionalPresent verb marker

Become or make something different

Take a decision

16 holes -s inflectionalPlural noun marker

Hollow space or gap in something solid or in the surface of something

Destitution

Page 13: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Affixation Meaning in the Script Song Lyrics

901

17 shoes -s inflectionalPlural noun marker

Outer covering of leather, etc for the foot

Live

18 running -ing inflectional Present continuous verb marker

Action or sport of running

Go forward quickly

Table 2. Affixation word in nothing song lyric

No Word AffixDerivational/ Inflectional

FunctionMeaning of Dictionary

Meaning of Context

1 quitter -er derivationalChange verb into a noun

Leave your job, school or something/ stop doing something

People who stop give an

2 smiling -ing inflectional Present continuous verb marker

Expression of the face with the corners of the mouth turned up , showing amusement, happiness, etc

Expression of happiness

3 dying -ing inflectionalPresent continuous verb marker

Stop living/ sop existing; disappear

Getting inflection

4 trying -ing inflectionalPresent continuous verb marker

Make an attempt to do or get something

Make an attempt to do or get something

5 drinks -s inflectionalPlural noun marker

Liquid for drinking Alcohol drink

6 mates -s inflectional Plural noun marker

Friend, companion or person you work or share accommodation with

Friend, companion or person you work or share accommodation with

Page 14: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Affixation Meaning in the Script Song Lyrics

902 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

7 shouting -ing inflectionalPresent continuous verb marker

Say something in a loud voice

Say something in a loud voice

8 swearing -ing inflectionalPresent continuous verb marker

Make a serious promise to do something

Make a serious promise to do something

9 words -s inflectionalPlural noun marker

Written or spoken unit of language

Hopes

10 slurred -ed inflectionalPast verb marker

Pronounce words in a way that is not clear, use because you are drunk or tired

Talk angrily

11 dialed -ed inflectionalPast verb marker

Use a telephone by turning the dial or pushing buttons to call a number

Use a telephone by turning the dial or pushing buttons to call a number

12 confessed -ed inflectionalPast verb marker

Admit especially formally or to the police, that you have something done wrong or illegal

Making apologize

13 railings -s inflectionalPlural noun marker

Fence made of upright metal bars

Mistakes which did before

14 fences -s inflectionalPlural noun marker

Wall made of wood or wire

Mistakes which did before

15 senses -s inflectionalPresent verb marker

Feeling about something important

Understanding

16 leads -s inflectionalPresent verb marker

Go with or in front of a person or animal to show the way

Take somebody to somewhere

17 sees -s inflectionalPresent verb marker

Become aware of somebody/something by using the eyes

Imagine

Page 15: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Affixation Meaning in the Script Song Lyrics

903

18 hurting -ing inflectionalPresent continuous verb marker

Cause injury or pain to somebody/yourself

Cause injury or pain to somebody/yourself

19 wanted -ed inflectionalPast verb marker

Have desire or wish for something

Have desire or wish for something

Table 3. Affixation word in six degrees of separation song lyric

No Word AffixDerivational/ Inflectional

FunctionMeaning of Dictionary

Meaning of Context

1 books -s inflectionalPlural noun marker

Number of printed sheets of paper fastened together in a cover

Number of printed sheets of paper fastened together in a cover

2 watched -ed inflectionalPast verb marker

Look at somebody/ something carefully for a period time

Look at somebody/ something carefully for a period time

3 knows --s inflectionalPresent verb marker

Have information in your mind

Have information

4 hypnotized -ed inflectionalPast verb marker

Produce a state of hypnosis in somebody

Produce a state of hypnosis in somebody

5 things -s inflectionalPlural noun marker

Any unnamed object

Any unnamed object

6 -ion derivational Change adjective into noun

Having little hope and ready to do anything without caring about danger to yourself and other

State of feeling sad and anxious

7 degrees -s inflectionalPlural noun marker

Unit for measuring angles or temperature

Sequence

Page 16: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Affixation Meaning in the Script Song Lyrics

904 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

8 separation -ion derivational Change adjective into noun

Act of separating somebody/ something state of being separated

Ending of relationship

9 smiles -s inflectionalPlural noun marker

Expression of the face with the corners of the mouth turned up , showing amusement, happiness, etc

Expression of the face showing happiness

10 broken -en inflectional Past participle

That has been damaged or injured: no longer whole or working correctly

damaged or injured

11 splits -s inflectionalPresent verb marker

Divide into separate or opposing

Make something worse

12 fucked -ed inflectional Past verb marker

Offensive swear word used to show anger or surprise

Make a mistake

13 friends -s inflectionalPlural noun marker

Person you know well an like

Person you know well an like

14 strangers -sderivational, inflectional

Change adjective into noun, Plural noun marker

Person you do not know

Unknown persons

15 cards -s inflectionalPlural noun marker

Thick stiff paper Thick stiff paper

16 gems -s inflectionalPlural noun marker

Jewel Crystalline rock

17 stones -s inflectionalPlural noun marker

Solid mineral substance found in the ground, used for building

Stone jewelers

18 finding -ing inflectionalPresent continuous verb

Discover somebody/ something unexpectedly

Searching

Page 17: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Affixation Meaning in the Script Song Lyrics

905

19 hesitation -ion derivationalChange verb into noun

Be slow to speak to speak or act because you uncertain or nervous

Not sure

20 reached -ed inflectionalPast verb marker

Arrive at a place; achieve an aim

DISCUSSION 1. Affixation Form Processes in The Script Song Lyricsa. Inflection Suffix "-s" Song lyric ; "Nothing song lyric" Data 1. "They say a few drinks will help me to forget her "

The word "drinks" as free morpheme can be categorized as a noun or verb. It refers to whole meaning of the sentence. In this sentence "drinks" is a noun subject which has inflection. It happens when the words "drinks "formed by ‘drink’ as a free morpheme joined by ‘-s’ as inflectional suffix. It happens because the writer of this song lyric will assume that not only a bottle drink is needed in this sentence. So a necessary about the meaning become a reason why the inflection of suffix "-s" in this sentence. The writer will reference not only singular noun (drink) but also plural noun (drinks) in this sentence.

The sentence above is one example of inflection suffix "-s" in The Script song lyrics. However it is not only an example of inflection suffix which found, another example of inflection suffix "-s" also found in The Script song lyrics like words, rains, snows, holes, shoes, news, drinks, mates, railings, fences, sen­ses, rocks, walls, records, students, teachers, preachers, believers, leaders, astronauts, champions, seekers, hands, degrees, books, smiles, friends, cards, gems, stones, tears, eyes, lions, and hits. All of them has inflection suffix "-s" to change the meaning of noun words start from singular noun into plural noun in every sentences which they are have.

Another case happens in inflection suffix "-s". If the inflection suffix "-s" before happens in noun words but in this case inflection suffix "-s" happens in verb words. Different with case before, in this case inflectional suffix "-s" functioned to show a condition a sentence is present tense especially for

Page 18: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Affixation Meaning in the Script Song Lyrics

906 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

condition when a verb following singular noun (third person). Sometimes inflection suffix which show present verb in singular noun happens in two forms. First is inflectional suffix "-s" itself. Second is inflectional suffix "-es". It can differentiate base on the root words which joined with inflectional suffix itself. However in The Script song lyrics which analyzed by the writer, the writer only found inflection suffix "-s" without found inflection suffix "-e". They are makes, starts, says, leads, sees, knows, and learns. The word starts found in superheroes songs lyric in sentence.

c. Inflection Suffix "-ing " Song lyric of the man who can’t be moved Data 2. "There’s someone I’m waiting for if it’s a day, a month, a year"

In this sentence the word "waiting" is the word which had inflection. The word "waiting" formed by combining "wait" (root word) and "-ing" (suffix). Affixation happens because action which doing by subject is still continues. Sometimes affixation by suffix "-ing" can modify the part of speech, but in this sentence it cannot modify the part of speech because it is inflection suffix. Affixation suffix "-ing" can be inflection or derivation is depends on the meaning and structure sentence itself. In this sentence the word "waiting" absolutely had inflection because it still verb before or after affixation by suffix "-ing".

d. Inflection Suffix "-ed" Song lyric of nothing song Data 3. "So I, dialed her number and confessed to her"

In this sentence contains two words which had inflection suffix "-ed", they are "dialed" and "confessed". They had affixation by suffix "-ed" to explain that the action in this sentence was over or happens in past time. Grammatically inflectional suffix "-ed" mark the sentence use past tense grammar. Inflection happens when inflectional suffix "-ed" joined with free morpheme dial and confess to form dialed and confessed. It only changes the meaning but do not change the part of speech.

Page 19: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Affixation Meaning in the Script Song Lyrics

907

d. Inflection Suffix "-er" Song lyric of nothing song Data 4. "Now she's stronger than you know "

In this sentence the word "stronger" is the word which had inflection suffix. Inflection happens when "strong" as free morpheme attached by inflectional suffix "-er" to form "stronger". Inflectional suffix "-er" attached in adjective word (strong) to compare the subject. However inflection suffix "-er" happens not to compare subject with other subject, but it compare subject in this sentence with same subject in different time. It means inflection in the word "stronger" describes that subject in this sentence is better that herself before who people now.

e. Derivation Song lyric of nothing song Data 5. "Am I better off a quitter?"

In this interrogative sentence, the word "quitter" has a role as object with noun word lexical category. Whereas if it analyzed base on this free morpheme, it reference the word "quit" as the free morpheme of "quitter" which has lexical category "verb". It provides that derivation process happens to change the lexical category from verb into noun in the word "quitter". Beside that derivation not only change the lexical category of word but also change the meaning. Base on the free morpheme "quit" has meaning stop or leave a place. However when derivation happens, it also changes totally meaning of word. If the meaning before derivation is an action but after derivation change into a people which doing something. It means function of derivation suffix "-er" in the word "quitter" to change the meaning of word "quit" from an action (stop or leave a place) into another word meaning people who do an action (people who stop to effort) and also absolutely change the lexical category the word itself.

The second example derivation happens in the word "separation". This word found in "six degrees of separation" song lyric, in sentence:

Page 20: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Affixation Meaning in the Script Song Lyrics

908 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

Data 6: lyric of six degrees of separation song "You’re going through six degrees of separation."

In this sentence the word "separation" was formed through derivation process root word "separate" and derivational affix "-ion". Derivation happens to change the lexical category and also change the word meaning. The word "separate" is verb word which has meaning moving a part or divides into different parts or group. After combined with derivational suffix "-ion" and formed "separation" the meaning change into act of separating somebody/something or state of being separated. In addition the lexical category of this word absolutely changes into noun word.

2. The Meaning of Affixation Word in The Script Song LyricLike the writer discussed before about function of affixation, the main

function of affixation is to change the meaning of word. The meaning of every word which had affixation process changed which appropriate with sentence necessary. Generally the changed of meaning causes affixation process can give big or little influence into the sentence depends on context of this sentence itself. The meaning changed not only influenced by context of sentence but also influenced by kind of affixation which happened in the word of sentence.

Usually the changed of meaning that causes by affixation is predictable. It because every affixation have different characteristic, each of affixation causes different changed meaning, like plural marker, tenses marker, comparative marker, the belonging of something or another condition. Mostly affixation causes the changed meaning that predictable depends on kind of affixes. For example inflectional suffix "-s" in noun word to mark plural noun or inflectional suffix "-er" in adjective word to show comparative word between noun or even derivational suffix "-er" in verb word to mark a people who do the action.

However not all the changed meaning causes by affixation appropriate with their characteristic. Sometimes differences meaning causes by affixation is not happens like general in song lyrics. In song lyricthe changed meaning of word generally more following context of the song than characteristic of the affixation itself. It causes the song’s writer usually has another reference than the general word which he written as song lyric.

Page 21: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Affixation Meaning in the Script Song Lyrics

909

a. Affixation Word Meaning in "The Man Who Can’t be Moved"For example in the first song "the man who can’t be moved", in the title

of this song the word "moved "has affixation by suffix "-ed". Generally suffix "-ed" join with verb word to show that the sentence in past tense condition. However in this sentence affixation in the word "moved" is not only to show the grammar of this sentence. Base on oxford dictionary the word "move" is verb word that means cause somebody or something to change a place or position. But also it show the action which did by the subject. If the writer takes a reference base on the meaning of word above, it means the subject cannot go anywhere before but now he went to place because the action was finish like every action which use past tense grammar. However in this song lyric the meaning of word "moved" above not like explanation above. After analyzed overall song lyric "the man who can’t be moved", evidently the meaning of word "moved" in this context is the subject get broken heart and the subject cannot love other woman. The subject stalks to love with same woman. The subject wishes woman who his loved will change her mind and back to him. So the subject looking for the woman in the first places their met. It means the meaning of word "moved" in this context is not change into other woman.

b. Affixation Word Meaning in "Nothing"Another example of affixation found in "six degrees of separation" song lyric.

In one sentence in this song lyric contains a sentence "you’re going through six degrees of separation". In this sentence contains two words which had affixation, they are "degrees" and "separation". The meaning of "degree" based on oxford dictionary is units to measuring angles or temperature. Meanwhile the meaning of "separation" based on oxford dictionary is action of separating somebody/something or state of being separated. However in this sentence, the writer of this song lyric has different meaning to refer these words. For the word "degree" the writer of song lyric is not reference this word to units to measure something but to reference the sequence of time that was happened or recent. For another word "separation", the writer of song lyric reference similar meaning like the meaning on oxford dictionary but has little different. The word "separation" according the writer of the writer to reference.

Page 22: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Affixation Meaning in the Script Song Lyrics

910 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

c. Affixation Word Meaning in "six degrees of separation" Like another example discussed before, in "six degrees of separation" also

contains the word which has affixation process. One of the example found in sentence "You’re going through six degrees of separation". In this sentence found two words had affixation, they are "degrees" and "separation". In this song context both of them have different meaning than the meaning on dictionary generally. As a comparison in dictionary the word "degrees" has meaning unit for measuring angles or temperature. However in this song context the meaning of the word "degrees" is very different or even nothing related with the meaning on dictionary. In this song context the word "degrees" means a sequence. It has different meaning than dictionary because the song’s writer usually use connotation to refer something in the song lyric. It will easier to understand why it has different meaning than the meaning on dictionary if we get complete meaning of the sentence.

Meanwhile another word "separation" in this sentence also has different meaning like the first word before. In oxford dictionary "separation" means act of separating somebody or something state of being separated. Different like the first example before in this sentence, the second example actually has meaning that still relate with the meaning on dictionary. In this song context the word "separation" has similar function like in dictionary but it more specific. The meaning of "separation" in this song context is state or condition when relationship a couple man and woman was finished. So the complete meaning of this sentence describes a condition when a people recently finished his relationship.

CONCLUSION  There are two conclusion which can be drawn from the discussion.

First, generally inflection only causes changed meaning but do not change lexical category. Like in the word "degrees" when inflectional affix only give additional meaning without change lexical category. Secondly, derivation happens when derivational affix join free morpheme. However different like inflection, derivation not only causes changed meaning but also changed lexical category. As an example the word "quitter" has derivation process when

Page 23: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Affixation Meaning in the Script Song Lyrics

911

derivational affix "-er" change lexical category "quit" from verb into noun and automatically change the meaning of word itself. In addition in this thesis analysis amount of inflection more than derivation.

The main function of affixation is to change the meaning of words which has affixation itself. Beside many kinds of changed meaning which happened by affixation, in some case found when a word which has affixation process has different meaning than in dictionary. Generally this case happens in song lyrics. It happens because the song’s writer often refers a condition or characteristic with another word. For example in a song found a word "lions", in dictionary lion is large powerful animal of the cat family but in a song context "lions" can means bravery character other depends on the song’s writer. So affixation always change the meaning of word but the meaning not always same in dictionary, they more depends on their context. [ ]

REFERENCES Aronoff, Mark and Kristen Fudeman. 2011. What is Morphology. West Sussex:

Wiley Blackwell.Bauer, Laurie. Rochelle Lieber and Ingo Plag. 2013. The Oxford Reference

Guide to English Morphology. Oxford: Oxford University Press.Borjars, Kersti and Kate Burridge. 2013. Introducing English Grammar.

Hoboken: Taylor and Francis.Don, Jon. 2014. Morphological Theory and Morphology of English.

Edinburgh: Edinburgh University Press.Fabregas, Antonio and Sergio Scalise. 2012. Morphology: From Data to

Theories. Edinburgh: Edinburgh University Press.Hamawand, Zeki. 2011. Morphology in English: Word Formation in

Cognitive Grammar. London: Continuum. Haspelmath, Martin and Andrea Sims. 2013.Understanding Morphology.

London: Hodder Education.Jones, Carroll J. 2010. Curriculum Development for Student with Mild

Disabilities. Cambridge: Cambridge University Press.Lieber, Rochelle. 2009. Introducing Morphology. Cambridge: Cambridge

University Press.

Page 24: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Affixation Meaning in the Script Song Lyrics

912 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

Pounder, Amanda. 2000.Process and Paradigms in Word-Formation Morphology. Berlin: Mouton de Gruyter.

Regh, Keneth. 1981. Ponapean Reference Grammar. Hawaii: University of Hawaii.

Shortis, Tim. 2001. The Language of ICT: Information and Communication Technology. London: Routledge.

Stranzy, Philip. 2013. Encyclopedia of Linguistics. New York: Fitzroy Dearborn Press.

Taylor, Insup. 1995. Writing and literacy in Chinese, Korean and Japanese. Philadelphia: John Benjamins.

Page 25: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Meningkatkan Kemampuan Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris dalam Menyusun ...

913

Affixation Meaning in the Script Song Lyrics

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DALAM MENYUSUN RPP MELALUI

BIMBINGAN TEKNIK  BERKELANJUTAN PADA SEKOLAH BINAAN KABUPATEN SLEMAN

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Yulia Sri PrihartiniDinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Sleman

ABSTRACTThis research is aimed to improve English teachers’ competence in designing

their own lesson plan. The subject of the research is 11 English teachers of public and private Junior High School in Sleman and Pakem District, two districts in Sleman Regency. The research was done in two cycles. Each cycle comprises planning, acting, observing and reflecting. The continuous technique guidance is done individually and in group. In the first cycle, group guidance is done by focusing on understanding National Education's Ministry's regulation No 41/2006. In the second cycle, some teachers are given the chance to do the presentation so that the other participants/teachers can learn from them. Individual guidance is done during the classical meeting (cycle 1 and 2) and on line guidance (sms and email).

The result indicates that the competence of the teachers is improving much. This could be seen from the data that there was 46 improvement point found out during the cycles. The average score is 41 in the first cycle and it becomes 87 in the second cycle. This significant inmprovement is supported by teachers’ satisfaction in joining the meetings and their high motivation in doing the follow up to the program. The improvement of competence is indicated in their ability to formulate the indicators and objectives, design the material, activities and assessment.

Key words: teachers’ competence, lesson plan, continuous technique guidance.

INTISARIPenelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran Bahasa

Inggris pada SMP Binaan di Kabupaten Sleman dalam menyusun RPP secara

Page 26: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

914 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

mandiri. Subjek penelitian adalah 11 guru mata pelajaran Bahasa Inggris pada Sekolah Binaan SMP Negeri dan Swasta di Kecamatan Sleman dan Pakem Sleman. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pelaksanaan bimbingan dilakukan secara berkelompok dan individual. Bimbingan Teknis secara berkelompok pada siklus I dilaksanakan pada kegiatan tatap muka dengan memahami Permendiknas tentang Standar Proses, membimbing revisi berdasarkan standar proses. Pada siklus II diberikan kesempatan kepada guru yang RPP-nya sudah sesuai standar untuk menayangkan hasil revisi untuk dijadikan contoh peserta bimtek yang lain untuk merevisi RPP mereka, sedangkan bimbingan individu dilaksanakan ketika tatap muka dan daring melalui layanan pesan singkat dan surel.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun RPP. Hal ini ditunjukkan pada hasil nilai rata-rata penilaian perencanaan pembelajaran dari kondisi awal, siklus I sampai siklus II yang mengalami peningkatan dari nilai 41(kurang) menjadi 87 (amat baik), sebesar 46 suatu peningkatan yang signifikan. Hal ini didukung oleh kepuasan guru, kebermanfaatan kegiatan, dan kemauan untuk menindaklanjuti hasil bintek yang tinggi. Peningkatan ini terjadi pada kemampuan guru untuk memilah indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan instrumen penilaian untuk setiap pertemuan.

Kata kunci : kemampuan guru, RPP dan bimbingan teknik berkelanjutan.

PENDAHULUANPerencanaan pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pem-

belajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pem-belajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembe-lajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007). RPP merupakan komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pen-didikan (KTSP), yang pengembangannya harus dilakukan secara profesional. Tugas guru yang paling utama berkaitan de ngan RPP berbasis KTSP adalah menjabarkan silabus ke dalam RPP yang lebih operasional dan rinci, serta siap dijadikan pedoman atau skenario dalam pembelajaran (Mulyasa. 2008).

Pelaksanaan KTSP di Kabupaten Sleman saat ini sudah memasuki tahun ke tujuh, namun hasil supervisi akademik mata pelajaran Bahasa Inggris me-nunjukkan bahwa hampir semua guru telah menyusun RPP. Setelah diteliti

Page 27: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Meningkatkan Kemampuan Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris dalam Menyusun ...

915

dan dicermati, sebagian besar mereka menyusun RPP dengan cara menyalin, atau meniru dan bahkan ada beberapa yang copy paste dari sekolah lain atau hasil MGMP tingkat kabupaten. Di samping itu, setelah diadakan wawancara, pengamatan dengan beberapa guru di sekolah binaan, sebagian besar belum mampu menyusun RPP secara mandiri.

RPP belum memenuhi ketentuan dalam Standar Proses. Pada RPP yang dibuat guru, tampak bahwa mereka belum mampu memilah indikator, tu-juan pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran serta menuangkannya dalam pertemuan-pertemuan kecil sehingga dapat menjadi acuan pelaksanaan pem-belajaran. Pada pengembangan bahan ajar hanya dicantumkan pokok bahas-an. Sebagian besar guru belum mampu memerincinya menjadi materi: fakta, konsep, prinsip, dan prosedur; sedangkan pada penilaian, hanya dicantumkan contoh soal. RPP yang disusun guru belum sepenuhnya tepat untuk dijadikan acuan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian.

Permasalahan tersebut harus segera diatasi agar tidak berdampak pada hasil belajar karena pembelajaran yang tidak berlangsung sesuai standar. Oleh kare-na itu, diperlukan solusi untuk mengatasinya. Bimbingan teknis berkelanjutan perlu dilakukan kepada guru agar mampu menyusun RPP secara mandiri. Untuk itu, masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kegiatan bimbingan teknik berkelanjutan dapat meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran Bahasa Inggris dalam menyusun RPP secara mandiri pada sekolah binaan di Kecamatan Sleman dan Pakem Sleman. Dari masalah itu, pene litian ini ber-tujuan meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran bahasa Inggris dalam menyusun RPP pada sekolah binaan di Kecamatan Sleman dan Pakem Sle-man dalam menyusun RPP secara mandiri. Secara khusus, penelitian ini bertu-juan mengetahui keberhasilan bimbingan teknik berkelanjutan dalam mening-katkan kemampuan menyusun RPP secara mandiri bagi guru mata pelajaran Bahasa Inggris pada sekolah binaan di Kecamatan Sleman dan Pakem Sleman.

METODEPenelitian ini dilakukan dalam waktu 3 (tiga) bulan, dari Agustus hing-

ga Oktober 2013. Penelitian direncanakan dalam 1 (satu) siklus, yang setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Siklus kedua akan dila-

Page 28: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

916 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

kukan jika diperlukan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama. Pada tahap pe-rencanaan, peneliti melakukan persiapan penelitian. Yang pertama dilakukan adalah menganalisis hasil kepengawasan sebagai data awal. Selanjutnya peneliti menyusun perencanaan tindakan bimbingan teknis. Sesudah itu peneliti me-nentukan instrumen telaah hasil RPP dan instrumen pengamatan tindakan. Setelah memastikan waktu pelaksanaan, peneliti membuat undangan dan me-nyampaikannya pada guru melalui kepala sekolah masing-masing. Di samping itu, peneliti menyiapkan daftar hadir.

Pada tahap pelaksanaan, peneliti meminta kepala sekolah melakukan obser-vasi. Pengamatan dilakukan untuk melihat aktivitas, antusiasme kehadiran, ke-mampuan, kemauan bertanya dan menyampaikan pendapat dari peserta bim-bingan teknik. Di samping itu, pada akhir siklus, diadakan pertemuan dengan kepala sekolah untuk membahas kelemahan dan kelebihan yang terjadi. Pada refleksi ini kepala sekolah memberi masukan kepada guru. Hal ini akan lebih memperluas pemahaman guru peserta bimtek yang lain, yang langsung ditin-daklanjuti di siklus kedua. Hasil revisi RPP guru yang sudah dikonsultasikan pada pengawas dan diperbaiki, dipaparkan pada bimtek siklus kedua. Setelah pelaksanaan bimtek, para guru diminta memberikan tanggapan terhadap pe-laksanaan tindakan dengan menggunakan instrumen tanggapan guru. Hal ini dilaksanakan untuk me ngetahui apa yang dirasakan para guru tentang tingkat kepuasan, kemampuan, manfaat, dan tindak lanjut bimtek penyusunan RPP.

Subjek penelitian tindakan ini adalah guru-guru mata pelajaran Bahasa Ing-gris di 6 (enam) dari 8 (delapan) SMP Binaan, yaitu (1) SMP Negeri 1 Sleman, (2) SMP Negeri 2 Sleman, (3) SMP Negeri 1 Pakem, (4) SMP Negeri 2 Pa-kem, (5) SMP Kanisius Sleman, (6) SMP Kanisius Pakem. Penelitian ini dila-kukan di SMP Negeri 2 Sleman, Kabupaten Sleman karena lokasinya berada di tengah-tengah serta memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk melaksanakan kegiatan.

Data dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara, dan penilaian produk. Metode observasi dilaksanakan selama proses tindakan berlangsung untuk mengetahui kendala–kendala selama pelaksanaan tindakan setiap siklus, yang nantinya bisa digunakan sebagai bahan refleksi untuk penyempurnaan dalam tindakan siklus berikutnya. Metode wawancara dilakukan kepada guru dan dilaksanakan setiap akhir siklus untuk mengetahui permasalahan serta ke-

Page 29: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Meningkatkan Kemampuan Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris dalam Menyusun ...

917

luhan selama tindakan berlangsung. Data ini digunakan untuk melengkapi data observasi. Di samping itu, dilakukan kepada kepala sekolah kolabora-tor. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan masukan terhadap kegiat an bim-tek. Metode penilaian produk merupakan pengumpulan data dengan meng-gunakan lembar penilaian perencanaan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris. Dengan digunakannya metode observasi, wawancara, dan penilaian produk; ada tiga instrumen yang digunakan, yakni lembar observasi untuk melakukan pengamatan, panduan wawancara untuk mengarahkan wawancara agar topik pembicaraanya tidak melebar, dan lembar telaah penilaian RPP un-tuk menilai produk RPP yang dihasilkan guru.

Secara analitis, hasil penilaian produk RPP dan tanggapan guru dipersenta-se secara kuantitatif lalu dideskripsikan. Hasil observasi dan wawancara digu-nakan untuk mendukung deskripsi pencapaian guru berdasar data kuantitatif. Indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah apabila di atas 70 persen guru sudah mampu dengan baik menyusun RPP secara mandi-ri pada mata pelajaran Bahasa Inggris dengan kriteria baik dengan rentangan nilai antara 80-90.

HASIL PENELITIAN DAN BAHASANHasil bimtek berkelanjutan menunjukkan peningkatan yang siginifikan

dari kondisi awal, siklus I, sampai siklus II. Peningkatan kemampuan guru-guru mata pelajaran Bahasa Inggris dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) itu ditunjukkan pada pembahasan setiap siklus mulai kondisi awal. Pada siklus I ini sudah terjadi peningkatan kemampuan guru-guru mapel dalam menyusun RPP yang berarti, dibanding dengan kondisi awal. Dengan menggunakan skala penilaian 1-100, peningkatan ditunjukkan dari nilai hasil supervisi akademik guru di awal siklus tentang perencanaan pembelajaran, dari kondisi awal 41 (kurang) tersebut meningkat menjadi 71 (baik). Peningkatan ini terjadi karena pada kondisi awal kemampuan guru da-lam menyusun RPP masih rendah, khususnya pada kegiatan mengembang-kan dan mengorganisasi tujuan pembelajaran dari indikator pencapaian kom-petensi, materi, kegiatan merencanakan skenario pembelajaran, dan penilaian hasil belajar.

Page 30: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

918 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

Pengawas sebagai pribadi yang telah terlatih dengan baik dan memiliki ke-pribadian dan pendidikan yang memadai (Crow & Crow dalam Mugiarso, 2004) melalukan bimtek berkelanjutan. Pengawas dengan pendidikannya yang memadai membantu guru memilah indikator dan memperbaiki tujuan pem-belajaran. Hal ini langsung berpengaruh pada siklus I semua guru berhasil de-ngan nilai rata-rata amat baik. Hal ini dapat dilihat pada indikator dan tujuan pembelajaran yang tadinya langsung dibuat lebih dari 5 (lima) kali pertemuan @2 x 40’ kemudian ditata menjadi per pertemuan (2 x 40’).

Guru tidak membutuhkan waktu lama untuk meningkatkan kemampu-anya dalam mengorganisasikan pembelajaran sejak dari tujuan pembelajaran. Yang dibutuhkan oleh guru adalah pengambilan keputusan indikator mana yang tingkat kesulitannya rendah dan mana yang lebih tinggi. Hal lain yang meningkat dari para guru adalah kelengkapan materi ajar. Mereka tidak mem-butuhkan pembimbingan yang terlalu berat karena pada kegiatan MGMP Kabupaten, pengawas peneliti telah memahamkan bahwa materi ajar harus mencakup: fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan.

Hampir semua guru sudah menata RPP-nya dan melengkapinya dengan mata ajar sesuai dengan standar. Hanya 2 (dua) guru yang belum melakukannya, yakni guru SMP N 2 Pakem dan guru SMP Kanisius Sleman, karena RPP dari KD yang akan mereka buat belum sempat mereka revisi. Namun, mereka akhir-nya berhasil membenahi RPP mereka pada bimbingan teknis di siklus I. Yang belum dilakukan oleh guru adalah memilah materi tersebut per pertemuan.

Karena terbatasnya waktu belum semua guru berhasil menyelesaikan per-baikan/pengembangan kegiatan pembelajaran. Guru harus memilahnya dalam kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi (EEK). Dari wawancara diper-oleh jawaban 50 persen guru belum cukup memahami EEK. Pengawas kemu-dian mengajak untuk merefleksikan tata urutan kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris dan mengaitkannya dengan EEK. Hasil pelaksanaan tindakan di siklus I menunjukkan bahwa pembimbingan yang terus-menerus, berkelanjutan, terarah dan terpadu telah meningkatkan hasil kemampuan guru dalam me-nyusun RPP. Namun, dari refleksi pula didapati bahwa beberapa komponen masih belum selesai diperbaiki, misalnya komponen penilaian. Di samping itu, materi ajar dan kegiatan pembelajaran pada RPP guru juga masih harus dibenahi. Oleh karena itu, kegiatan bimtek ini dilanjutkan ke siklus II.

Page 31: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Meningkatkan Kemampuan Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris dalam Menyusun ...

919

Pada siklus II, terjadi peningkatan kemampuan guru mata pelajaran da-lam menyusun RPP yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai Instrumen Supervisi Akademik I tentang RPP sebesar 16, dari 71 (Baik) menjadi 87 (Amat Baik). Peningkatan ini terjadi karena dari hasil refleksi peneliti perlu meningkatkan pembimbingan pada kegiatan-kegiatan tertentu yang terdapat kekurangan pada RPP yang diperbaiki para guru. Peningkatan pembimbing-an dilakukan pada penyampaian teori atau konsep penyusunan RPP dengan memberikan kesempatan kepada guru yang persentase kelengkapan kompo-nennya paling tinggi. Pengawas membantu memberikan penguatan dan me-nunjukkan kelemahan-kelemahan yang ada. Di samping itu, pembimbingan baik secara individu maupun kelompok pada saat para guru menyusun RPP juga ditingkatkan dan diefektifkan. Dengan demikian, akumulasi peningkatan nilai telaah RPP dari kondisi awal, siklus I sampai siklus II sebesar 46 adalah suatu peningkatan penilaian yang signifikan. Perbaikan RPP yang dilakukan menunjukkan pemahaman EEK dan juga tetap dapat mempertahankan ke-khasan pembelajaran di Yayasan Kanisisus. Pada RPP tersebut tampak bah-wa setelah dilakukan kegiatan penutup siswa diajak melakukan refleksi dan membuat rencana aksi. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan Mulyasa (2008), tugas guru yang paling utama terkait dengan RPP berbasis KTSP ada-lah menjabarkan silabus ke dalam RPP yang lebih operasional dan rinci, serta siap dijadikan pedoman atau skenario dalam pembelajaran.

Pemilahan EEK tidak hanya memenuhi standar tetapi lebih merupakan upaya menata kegiatan pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa sesuai dengan prinsip penyusunan RPP (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007), yak-ni mendorong partisipasi aktif peserta didik; mengembangkan budaya mem-baca dan menulis; memberikan umpan balik dan tindak lanjut. Jika dalam RPP-nya guru sudah merancangnya dengan jelas dan rinci, pembelajarannya akan lebih sistematis.

Kelengkapan komponen guru menurut Dick dan Carey (1985) di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran meliputi lima komponen utama, yaitu (1) kegiatan prapengajaran, (2) penyajian informasi, (3) peran serta siswa, (4) peng ujian, dan (5) kegiatan tindak lanjut. Guru Bahasa Inggris SMP telah berhasil mendesainnya dalam kegiatan bimtek ini.

Page 32: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

920 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

Hal ini seperti yang dinyatakan Ornstein dalam Mulyasa (2008), guru di-tuntut untuk memiliki kemampuan terkait dengan (1) pengetahuan terhadap bidang studi (subject matter knowledge), yang ditekankan pada organisasi dan penyajian materi, pengetahuan akan pemahaman peserta didik terhadap mate-ri dan perencanaan tentang bagaimana mengajarkan materi. Hal ini dapat dili-hat pada RPP beliau sebagai berikut: RPP dibuat untuk 1 pertemuan (2 x 40’) dengan materi ajar yang sudah sesuai dengan indikator. Kegiatan pembelajaran sudah ber-EEK dan diakhiri kegiatan penutup yang di dalamnya ada penilaian. Instrumen penilaian sudah dilengkapi dengan kisi-kisi, soal, kunci dan pedo-man penilaian. Bahkan beliau juga menyiapkan bahan presentasi dengan multi media yang bisa digunakan guru di kelas.

Dengan mencermati perkembangan siklus I dan II, kegiatan bimtek berke-lanjutan pada guru Bahasa Inggris dalam penyusunan RPP telah meningkat-kan guru pada tugas utamanya menyusun perencanaan pembelajar an. Untuk mengetahui kesan guru dan memperkuat validitas data, setelah selesai pelaksa-naan siklus II, guru diminta mengisi instrumen angket tanggapan guru terha-dap pelaksanaan bimbingan teknik penusunan RPP.

Guru merasa bahwa kegiatan bimtek penyusunan RPP ini sangat berman-faat dan memuaskan. Yang lebih penting adalah guru menyadari terjadi pe-ningkatan kemampuan mereka dalam menyusun RPP. Mereka juga siap mela-kukan penyusunan secara mandiri tanpa menunggu perintah kepala sekolah. Hal ini sungguh menggembirakan karena perubahan pola pikir guru tumbuh dengan sendirinya. Hal ini seperti yang dinyatakan Mugiarso (2004) bahwa Tujuan Khusus Bimbingan, dilakitkan secara langsung dengan permasalahan yang dihadapi individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas per-masalahan itu.

Hasil pengamatan kolaborator menunjukkan pelaksanaan tindakan dilak-sanakan dengan persiapan, penyampaian materi sangat baik dan peserta aktif, serta ditanggapi sangat positif, sangat bermanfaat dan akan ditindaklanjuti. Kepala sekolah selaku kolaborator juga menyatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat karena membantu beliau membina guru. Hal ini sebagai salah satu indikator untuk memperkuat terbuktinya hipotesis tindakan.

Page 33: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Meningkatkan Kemampuan Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris dalam Menyusun ...

921

SIMPULAN Simpulan yang bisa ditarik adalah bahwa kegiatan bimbingan teknis berke-

lanjutan dapat meningkatkan kemampuan guru mata pelajaran Bahasa Ingg-ris sekolah binaan di Kecamatan Sleman dan Pakem Kabupaten Sleman. Hal ini dapat dilihat dari dua hal. Pertama, peningkatan kemampuan guru dalam menyusun RPP secara mandiri yang dapat dibuktikan dengan semakin leng-kapnya komponen yang seharusnya ada pada RPP guru. Berdasarkan contoh dan bimbingan berkelanjutan, guru mampu menyusun tujuan pembelajaran, mengorganisasikan skenario pembelajaran dan merencanakan penilaian. Bim-bingan teknis tatap muka yang dilanjutkan dengan konsultasi daring (layanan pesan singkat dan surel) meningkatkan jumlah guru yang dapat menyusun RPP secara mandiri.

Kedua, dua kali kegiatan bimtek tatap muka diawali dengan kegiatan me-nonton ulang (review) RPP yang sudah dimiliki guru dibandingkan dengan standar yang ada. Setelah mendapat pemahaman tentang komponen-kom-ponen RPP menurut Standar Proses, guru melakukan revisi. Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan pada pengawas melalui surel. Masukan diberikan pengawas melalaui surel dan layanan pesan singkat. Pada kegiatan tatap muka yang kedua, pengawas meminta guru yang hasil RPP-nya sudah memenuhi standar untuk memaparkan contoh serta bagaimana pengalaman merevisinya. Guru yang lain melakukan revisi sambil mendiskusikan hal-hal yang masih be-lum dipahami. Hasil yang belum dapat diselesaikan pada kegiatan tatap muka dikonsultasikan lewat surel kepada pengawas. Hal ini menunjukkan bahwa bimtek berkelanjutan membantu guru menyusun RPP sesuai standar. RPP ter-sebut dapat dijadikan acuan bagi guru untuk melaksanan pembelajaran karena telah dipilah sesuai tingkat kesulitannya dan dilengkapi instrumen penilaian untuk mengukur ketercapaiannya.

Ketiga, guru mata pelajaran Bahasa Inggris sekolah binaan di Kecamat-an Sleman dan Pakem Kabupaten Sleman sebagai peserta bimtek penyusun-an RPP, merasa puas dengan kegiatan tersebut. Mereka juga menunjukkan antusiasme yang tinggi meskipun aktivitas bimtek dilaksanakan di luar jam kerja. Terlebih lagi mereka sudah memiliki kemauan yang sangat baik untuk

Page 34: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

922 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

menindaklanjuti kegiatan tersebut secara mandiri tanpa menunggu perintah kepala sekolah. [ ] DAFTAR PUSTAKAArikunto, Suharsimi. Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Bumi Aksara.Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.Depdiknas. 2007. Peraturan Mendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang

Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Jakarta.Dick, Walter & Lou Carey. 1985. The Systematic Design of Instructions.

London: Scott, Foresman and Company. Mendiknas. 2007. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar

Proses. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.Mugiarso, Heru. 2004. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT MKK

Unnes.Mulyasa. 2008. Kurikulum Tingkat Stuan Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

PendidikanPermendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik

dan Kompetensi Guru.Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang Standar Nasional

Pendidikan. Jakarta. Purwanto, Ngalim. 2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya. Sukamto, Tuti dan Udin Saripudin. 1997. Teori Belajar dan Model-model

Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Page 35: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Berbicara Bahasa Inggris Melalui ...

923

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR BERBICARA BAHASA INGGRIS

MELALUI METODE STAD BERBANTU MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IX B

SEMESTER 1 SMP NEGERI 1 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Hartati SetiyowatiSMP Negeri 1 Sragen

ABSTRACTThis research aims to describe the teaching learning process, the improvement of

English Speaking’s Activeness and the change in behavior of the IX B students of SMP Negeri 1 Sragen in the 2014/2015 academic year by applying STAD method by using pictures. This research is carried out using two cycles and each cycle is started with planning, acting, observing and reflecting. The success indicator of this research is the improving of students’activeness becomes 65%, the average of the speaking test 75 and the percentage of minimal criterion 62% and the teacher performance in teaching learning process becomes good. The result of the research shows the improvement of English Speaking’s Activeness percentage from cycle I to cycle II is 25% from 53% becomes 78%, the improvement of the average of speaking test is10 or 14,29% (from 70 becomes 80), and the improvement the minimal criterion is 25% (from 53% becomes 78%), furthermore there is an improvement of the teacher performance in teaching learning process from cycle I Enough (73) becomes Good (87).

Keywords: activeness, achievement, speaking, STAD, pictures, procedure text.

INTISARIPenelitian ini bertujuan menggambarkan pembelajaran, peningkatan keaktifan

dan keterampilan berbicara serta perubahan perilaku siswa kelas IX B semester 1 SMP N 1 Sragen tahun Pelajaran 2014/2015 melalui metode STAD berbantu

Page 36: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

924 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

Media Gambar. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus diawali dengan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Indikator keberhasilannya meningkatnya keaktifan siswa menjadi 65%, rata-rata kelas 75 dan persentase ketuntasan kelas 75% serta kinerja guru dalam PBM menjadi baik. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan keaktifan dari siklus I ke siklus II sebesar 25% dari 53% menjadi 78%, kenaikan nilai rata-rata hasil tes bicara sebesar 10 atau 14,29% dari 70 menjadi 80 dan ketuntasan sebesar 25% dari 53% menjadi 78%), serta ada peningkatan kinerja guru dalam PBM dari siklus I Cukup (73) menjadi Baik (87).

Kata kunci: keaktifan, hasil belajar, berbicara, media gambar, teks prosedur.

PENDAHULUANTingkat keaktifan berbicara bahasa Inggris pada siswa kelas IX B semester

1 SMPN 1 Sragen tahun pelajaran 2014/2015 sangat rendah. Hal ini terbukti dari hasil tes berbicara siswa kelas IX B pada materi recount yang mencapai ke-tuntasan hanya 31% dari jumlah siswa yang ada. Kebanyakan siswa cenderung pasif, tidak merespons dan menghindari interaksi dengan guru. Mereka kesu-litan dalam mengungkapkan ide dan takut membuat kesalahan dalam berbi-cara bahasa Inggris. Kondisi ini memberi inspirasi pada penulis untuk mencari solusi yang konstruktif untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam berbicara bahasa Inggris. Kondisi ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh teknik yang digunakan guru yang belum bisa meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam berbicara. Penulis berasumsi bahwa model pembelajaran Cooperative Learning STAD, Student Teams Achievement Division yaitu model pembelajaran yang sederhana yang menuntut peran serta secara individu, da-pat memotivasi siswa untuk aktif berbicara. Sementara itu, penggunaan me-dia gambar dalam pengajaran berbicara bahasa Inggris akan merangsang siswa untuk aktif berpartisipasi dalam berbicara karena penjelasan dengan media gambar akan lebih memudahkan siswa memahami materi yang diberikan dan menyampaikan ide atau gagasan secara lisan. Media gambar sebagai salah satu media yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi bisa digunakan untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. Wright (1983: 2) menyatakan bahwa penyediaan sumber-sumber dan media termasuk gam-bar di dalam pembelajaran di kelas sangat penting untuk merangsang perkem-

Page 37: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Berbicara Bahasa Inggris Melalui ...

925

bangan belajar siswa. Penulis berharap bahwa penggunaan metode STAD berbantu Media Gam-

bar ini akan dapat meningkatkan keaktifan berbicara bahasa Inggris pada siswa kelas IX B SMP N 1 Sragen menjadi 65% dan dapat meningkatkan rata-rata hasil belajar berbicara siswa menjadi 75, serta meningkatkan ketuntasan belajar berbicara bahasa Inggris menjadi 75 %. Di samping itu, dari penelitian ini di-harapkan dapat ditemukan metode yang tepat untuk meningkatkan keaktifan berbicara bahasa Inggris pada siswa SMPN 1 Sragen terutama di kelas IX B sehingga dapat mendorong siswa memiliki keberanian menyampaikan gagasan dalam bahasa Inggris secara lisan, serta dapat membantu guru mengembang-kan strategi mengajar dan mempermudah guru menyampaikan materi. Untuk itu, permasalahan penelitian ini adalah (1) dapatkah Metode STAD berbantu Media Gambar meningkatkan keaktif an dan hasil belajar siswa kelas IX B semester 1 SMPN 1 Sragen tahun pelajaran 2014/2015 dalam berbicara ba-hasa Inggris; (2) bagaimanakah Metode STAD berbantu Media Gambar bisa meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IX B semester 1 SMPN 1 Sragen tahun pelajaran 2014/2015 dalam berbicara bahasa Inggris; dan (3) bagaimanakah perubahan perilaku yang menyertai peningkatan keterampilan berbicara setelah diberikan pembelajaran menggunakan Metode STAD ber-bantu Media Gambar pada siswa kelas IX B semester 1 SMPN 1 Sragen ta-hun pelajaran 2014/2015.

METODE Penelitian ini dilaksanakan di SMPN1 Sragen yang beralamat di Jalan Raya

Sukowati 162 Sragen yaitu di kelas IX B SMPN 1 Sragen. Penelitian ini dilak-sanakan selama lima bulan, dari Juli sampai November 2014. Subjek peneli-tian ini adalah siswa kelas IX B SMPN 1 Sragen tahun pelajaran 2014/2015, yang terdiri dari 32 siswa, 11 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah keaktifan siswa dalam pembelajaran berbicara bahasa Inggris dan model pembelajaran STAD serta Media Gambar. Variabel keaktifan siswa dalam pembelajaran berbicara melalui Metode STAD berbantu Media Gambar yang dimaksud di sini adalah pelaksanaan pembe-lajaran berbicara bahasa Inggris yang siswa dimotivasi keaktifan berbicaranya dengan menggunakan media gambar dan melalui pendekatan pembelajaran

Page 38: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

926 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

Model STAD. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

dengan tujuan memperbaiki mutu proses belajar mengajar yang dirasakan adanya permasalahan pembelajaran di suatu kelas (Supardi dan Suharjono, 2011: 9). Dengan demikian, penelitian ini tidak menguji hipotesis secara kuantitatif, tetapi mendeskripsikan data, fakta, dan keadaan yang ada, serta menganalisis kelebihan dan kekurangan dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode STAD berbantu Media Gambar.

Prosedur PTK ini terdiri dari dua siklus. Tiap-tiap siklus penelitian ter-diri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tahap perencanaan terbagi ke dalam tiga kegiatan yaitu apersepsi, kegiatan inti, dan penutup.

Data penelitian ini diambil dengan cara observasi terhadap permasalahan yang terjadi dalam penggunaan Metode STAD berbantu Media Gambar yang dilakukan pada saat aktivitas pembelajaran di kelas. Observasi dilakukan pada keaktifan siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran. Di samping itu, dila-kukan pendokumentasian terhadap hasil pembelajaran di kelas yang menggu-nakan Metode STAD berbantu Media Gambar mata pelajaran bahasa Inggris pada Kompetensi Dasar berbicara. Dalam penelitian ini digunakan tes berbi-cara sebagai alat ukur untuk mengetahui hasil belajar berbicara. Tes dilakukan setelah tiap-tiap siklus berakhir. Materi tes Siklus I adalah materi teks prosedur tentang Food and Drink, sedangkan materi Siklus II adalah materi teks pro-sedur tentang Light Technology.

Untuk menguji validitas data, digunakan dua macam uji validitas, yaitu (1) triangulasi data, dengan membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Informasi dari narasumber yang satu dibandingkan dengan informasi dari narasumber lainnya; (2) triangulasi metode, yakni mengumpulkan data yang sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda, misalnya wawancara dan observasi. Metode pengumpulan data yang berbeda ini digunakan untuk menguji kemantapan informasinya.

Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dari pembelajaran dan hasil belajar. Analisis juga dilakukan dari hasil observasi, dokumentasi, dan hasil

Page 39: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Berbicara Bahasa Inggris Melalui ...

927

tes siswa. Analisis didasarkan pada siklus yang dilaksanakan. Hasil analisis 1 dalam Siklus I direfleksikan ke Siklus II. Refleksi yang dilakukan sesuai de-ngan perencanaan yang dilakukan. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan persentase. Data kemampuan berbicara siswa diperoleh dari tes berbicara yang dihitung secara kuantitatif. Selanjutnya hasil dari data ini di-analisis secara kualitatif untuk menjawab masalah penelitian.

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah ketercapaian target peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam berbicara bahasa Inggris. Dinyatakan berhasil apabila sudah sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetap-kan sebelumnya yaitu dapat meningkatkan keaktifan berbicara bahasa Inggris pada siswa kelas IX B semester 1 SMPN 1 Sragen tahun pelajaran 2014/2015 menjadi 65%, dapat meningkatkan rata-rata hasil tes berbicara menjadi 75, dapat meningkatkan ketuntasan belajar berbicara bahasa Inggris menjadi 75%, dan dapat meningkatkan kinerja guru dalam PBM menjadi Baik (87).

HASIL PENELITIAN DAN BAHASANKondisi awal sebelum digunakan metode STAD berbantu Media Gambar

menunjukkan bahwa tingkat keaktifan dan hasil tes berbicara pada siswa kelas IX B semester 1 SMPN 1 Sragen tahun pelajaran 2014/2015 masih rendah. Rendahnya tingkat keaktifan dan hasil belajar berbicara ini dapat dilihat dari hasil tes berbicara siswa kelas IX B pada materi recount yang mencapai ketun-tasan hanya 31% dari jumlah siswa yang ada. Dari 32 siswa, yang mencapai batas ketuntasan yang ditetapkan sekolah (KKM =75) hanya 10 anak. Nilai tertinggi 88, nilai terendah 40, dan rata-rata kelas 65. Kebanyakan siswa cen-derung pasif, tidak merespons dan menghindari interaksi dengan guru. Mereka kesulitan dalam mengungkapkan ide dan takut membuat kesalahan.

Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus I peneliti menyusun peren-canaan tindakan siklus I dengan mempersiapkan semua instrumen yang di-butuhkan seperti RPP Siklus I dengan materi teks prosedur tentang Food and Drink, mempersiapkan media gambar sesuai dengan tema Food and Drink, merencanakan pembentukan kelompok heterogen berdasarkan data yang ada, menetapkan jadwal pelaksanaan penelitian, mempersiapkan instrumen obser-vasi untuk siswa dan guru, mempersiapkan instrumen tes untuk siswa, dan

Page 40: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

928 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

mempersiapkan daftar nilai.Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan kegiatan pembelajar-

an di kelas dengan menggunakan metode STAD berbantu Media Gambar se-suai dengan RPP yang sudah disiapkan. Siklus I ini dilaksanakan dalam dua pertemuan yaitu tanggal 20 Agustus 2014 dengan materi teks prosedur: Food and Drink tentang How to make a sauted green shrimp dan 25 Agustus 2014 dengan materi teks prosedur: Food and Drink tentang How to make a tea bag. Selama pelaksanaan pembelajaran ada 1 orang pengamat sebagai kolaborator yang akan melakukan observasi terhadap jalannya pembelajaran.

Pada tahap pendahuluan, guru mengondisikan kelas dengan doa bersama, memeriksa kebersihan kelas, dan memeriksa kehadiran siswa; peneliti mem-beri apersepsi, menyampaikan tujuan dan memberi motivasi siswa untuk me-ningkatkan keaktifan dan keterampilan berbicara. Pada tahap kegiatan inti guru menjelaskan materi sesuai kompetensi yang sudah direncanakan. Setelah dirasa cukup, guru membentuk kelompok (setiap kelompok terdiri atas 4 sis-wa), kemudian guru dibantu salah seorang siswa membagikan gambar-gambar yang telah disiapkan kepada semua siswa. Selanjutnya siswa mempelajari gam-bar tersebut. Guru membimbing siswa untuk mengidentifikasi gambar-gam-bar yang diberikan, kemudian menyuruh siswa untuk mencari sumber belajar lain. Selanjutnya guru menyuruh siswa untuk mendiskusikan hasil temuannya dalam kelompoknya. Langkah berikutnya, guru meminta siswa mengungkap-kan pendapatnya mengenai gambar tersebut secara lisan, kemudian menyuruh siswa bertanya dan menjawab pertanyaan. Peneliti dan kolaborator mengamati dan mencatat siswa-siswa yang aktif berbicara. Pada kegiatan penutup dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan memberi-kan penguatan. Sebagai tindakan akhir pada siklus I pada pertemuan kedua siswa melakukan tes berbicara. Adapun aspek-aspek yang dinilai adalah pro­nounciation, grammar, vocabulary, fluency, dan content of speech. Hal ini dilaku-kan untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa.

Hasil tes berbicara siswa dan pengamatan Siklus I adalah sebagai berikut. Dari 32 siswa yang diamati tingkat keaktifannya pada siklus I dengan materi Food and Drink, terdapat 17 (53%) siswa yang aktif berbicara sementara sisa-nya 15 (47%) masih pasif. Kemudian nilai tertinggi adalah 88, dan nilai teren-dah adalah 44 dengan nilai rata-rata 70,13 dan ketuntasan mencapai 53,13%.

Page 41: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Berbicara Bahasa Inggris Melalui ...

929

Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran pada siklus I sudah berlangsung de-ngan baik meskipun belum maksimal karena masih ada beberapa siswa yang berperilaku negatif (pasif ) selama pembelajaran berlangsung. Indikator ke-berhasilan dalam penelitian ini belum tercapai sehingga penulis memutuskan untuk melakukan tindakan Siklus II. Kekurangan-kekurangan yang muncul digunakan guru sebagai refleksi untuk diperbaiki pada pembelajaran siklus II.

Tahap refleksi dilakukan setelah tindakan pembelajaran oleh peneliti. Ha-sil tindakan dan pengamatan peneliti dan pengamat dijadikan bahan untuk kegiatan refleksi. Kegiatan refleksi ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran Siklus I. Berdasarkan observasi yang di-lakukan oleh pengamat dan peneliti diperoleh kekurangan-kekurangan pada pembelajaran Siklus I sebagai berikut. Pertama, pembentukan kelompok me-makan waktu. Kedua, ada beberapa siswa yang masih kurang berpartisipasi saat mengamati gambar. Ketiga, masih ada kesulitan menyusun kalimat un-tuk presentasi secara lisan. Keempat, manajemen waktu belum efektif dalam kegiatan komunikasi (presentasi). Kelima, penguatan yang diberikan belum menyeluruh.

Berdasarkan hasil pembahasan dan refleksi pada Siklus I, dapat dilihat bah-wa indikator keberhasilan dalam penelitian ini belum tercapai sehingga dila-kukan tindakan Siklus II. Untuk meningkatkan hasil yang maksimal pada Siklus II, perlu diperhatikan kekurangan-kekurangan pada Siklus I yang harus diperbaiki pada Siklus II. Perbaikan-perbaikannya adalah sebagai berikut. Per-tama, guru melakukan pembentukan kelompok sebelum kegiatan pembelaja-ran berlangsung. Kedua, guru menyiapkan arsip (file) gambar-gambar untuk penayang an laser cakram padat (LCD) untuk variasi pembelajaran agar sis-wa lebih termotivasi untuk lebih berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Ketiga, guru membantu penyusunan kalimat untuk presentasi secara lisan. Di samping itu, siswa dirangsang untuk lebih aktif bekerja sama dengan te-mannya. Keempat, guru mengatur waktu sebaik-baiknya. Kelima, guru me-nyiapkan penguatan secara detail dan urut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah disampaikan pada awal pembelajaran, kemudian menanyakan lagi pada siswa bagian mana yang jelas dan perlu disampaikan lagi.

Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan kegiatan pembela-jaran di kelas dengan menggunakan metode STAD berbantu Media Gam-

Page 42: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

930 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

bar sesuai dengan RPP yang sudah disiapkan. Siklus II dilaksanakan pada 8 September 2014 dengan materi teks prosedur bertema light technology How to operate ATM dan 10 September 2014 dengan materi teks prosedur dengan tema light technology How to operate Blender. Langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran hampir sama dengan Siklus I, tetapi pada Siklus II ini ada be-berapa perbedaan perlakuan dalam upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar berbicara siswa. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah (1) materi lebih menarik, (2) menggunakan media gambar yang ditayangkan melalui LCD de-ngan aplikasi Power Point, (3) Presentasi teks prosedur materi Light Technology dilakukan siswa melalui tayangan LCD dengan aplikasi PowerPoint, (4) pada siklus II ini waktu untuk berdiskusi diperpanjang.

Seperti halnya pada Siklus I, selama pelaksanaan pembelajaran di Siklus II ini, ada 1 orang pengamat sebagai kolaborator yang akan melakukan ob-servasi terhadap jalannya pembelajaran. Setelah pembelajaran selesai, peneliti dan pengamat akan melakukan refleksi terhadap jalannya pembelajaran. Hasil refleksi akan dipakai untuk menentukan apakah diperlukan siklus berikutnya atau tidak.

Sebagai tindakan akhir pada siklus II pada pertemuan kedua siswa melaku-kan tes berbicara tentang teks prosedur Light Technology. Adapun aspek-aspek yang dinilai adalah pronounciation, grammar, vocabulary, fluency dan content of speech. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa.

Dalam tahap observasi pada siklus II, observasi dilakukan oleh teman se-jawat sebagai mitra kolaborator. Kolaborator mencatat semua aktivitas dan kejadian yang dilakukan oleh guru sebagai peneliti dan siswa selama pembe-lajaran. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti maupun siswa mulai kegiatan awal hingga akhir dicatat oleh kolaborator melalui instrumen observasi tingkat keaktifan berbicara siswa dan instrumen observasi PBM guru. Hasil pengamat-an yang dilakukan oleh kolaborator menunjukkan bahwa suasana kelas lebih dinamis karena setiap siswa berusaha untuk menyampaikan pendapatnya, ber-tanya, dan menjawab pertanyaan; siswa lebih aktif dan lebih senang karena dalam kegiatan secara langsung; penggunaan media LCD untuk menayangkan gambar dalam aplikasi PowerPoint membuat siswa lebih antusias, lebih aktif, dan lebih percaya diri dalam menyampaikan idenya dalam bahasa Inggris; dan

Page 43: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Berbicara Bahasa Inggris Melalui ...

931

penambahan waktu untuk menyampaikan hasil analisis gambar dan bertanya jawab dengan guru maupun teman-temannya membuat siswa lebih terlatih dan terbiasa berbicara bahasa Inggris.

Setelah tindakan kelas pada siklus II selesai dilaksanakan dan peneliti me-meriksa hasil tes yang dikerjakan oleh siswa, peneliti memaparkan hasil tes berbicara siswa Siklus II dan pengamatan sebagai berikut. Dari 32 siswa yang diamati tingkat keaktifannya pada siklus II dengan materi ”Light Technology”, ada 25 (78%) siswa yang aktif berbicara sementara sisanya 7 (22%) masih pa-sif. Dari hasil tersebut, terdapat peningkatan jika dibandingkan dengan tingkat keaktifan pada siklus I.

Tingkat keaktifan berbicara pada siklus II adalah 78% atau 25 siswa yang aktif, sedangkan tingkat keaktifan berbicara pada siklus I sebesar 53% atau 17 siswa yang aktif. Jadi peningkatan keaktifan berbicara dari siklus I adalah 25% (78% – 53% ). Sementara itu, dari 32 siswa yang melakukan tes berbica-ra pada siklus II dengan materi ”Light Technology” nilai tertinggi adalah 96, dan nilai terendah adalah 60 dengan nilai rata-rata 80,38 dan ketuntasan mencapai 78,13%. Berdasarkan hasil tersebut, terdapat peningkatan jika dibandingkan dengan nilai pada siklus I. Rata-rata pada nilai tes siklus I sebesar 70 sedangkan rata-rata nilai pada siklus II sebesar 80. Jadi terjadi peningkatan rata-rata nilai dari siklus I dengan rata-rata nilai pada siklus II sebesar 10 (80 – 70).

Dari hasil refleksi pada siklus II bisa disimpulkan bahwa indikator keberha-silan pada siklus II ini dapat tercapai. Siswa lebih percaya diri dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Metode STAD berban-tu Media Gambar sebagai media dan pendekatan pembelajaran STAD untuk mempermudah mengungkapkan pendapat secara lisan. Selama kegiatan pem-belajaran siswa aktif dan komunikatif karena dituntut untuk bisa menyampai-kan materi yang dikuasainya secara lisan. Kegiatan pembelajaran lebih efektif apabila siswa mendiskusikan materinya dalam kelompok. Akan tetapi, harus diperhatikan waktu berdiskusi sehingga tersedia waktu yang lebih lama untuk kegiatan menyampaikan hasil, bertanya, dan menjawab.

Tindakan kelas Siklus I dan Siklus II telah selesai sesuai dengan rencana. Be-berapa perbedaan tindakan secara umum yang dilakukan pada setiap langkah

Page 44: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

932 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

dapat disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3 Perbedaan Tindakan Siklus I dan Siklus IIDari uraian dalam tabel di atas dapat dibedakan pelaksanaan tindakan siklus

I dan siklus II. Pada siklus I siswa menyelesaikan tugas secara lisan dengan mempelajari gambar pada kartu gambar. Sementara itu, pada tindakan siklus II siswa menyelesaikan tugas secara lisan dengan bantuan tayangan LCD dan

Siklus I Siklus II

Guru menjelaskan materi teks prosedur dengan tema “Food and Drink”.

Guru menjelaskan materi teks prosedur dengan tema “Light Technology”.

Guru membentuk kelompok pada waktu kegiatan berlangsung .

Kelompok dibentuk sebelum kegiatan berlangsung.

Guru dibantu siswa membagikan gambar-gambar sesuai dengan tema ‘Food and Drink’.

setiap kelompok mengambil file gambar-gambar dari guru sesuai dengan tema ‘Light Technology’.

Kemudian siswa bersama kelompoknya mendiskusikan gambar-gambar tersebut untuk menyusun presentasi.

Kemudian siswa bersama kelompoknya mendiskusikan file gambar-gambar tersebut dan mengembangkannya file gambar dalam aplikasi PowerPoint sesuai dengan keinginan siswa.

Siswa presentasi hasil diskusi dengan menggunakan gambar-gambar tersebut.

Siswa melakukan presentasi hasil diskusi melalui tayangan LCD dengan menggunakan aplikasi PowerPoint mereka.

Guru memfasilitasi sesi tanya-jawab secara umum.

Sesi tanya jawab diatur secara merata sehingga setiap kelompok memiliki kesempatan untuk bertanya.

Page 45: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Berbicara Bahasa Inggris Melalui ...

933

menggunakan gambar-gambar dalam aplikasi PowerPoint.Dari tindakan kelas Siklus I dan Siklus II, dapat diuraikan hasil penelitian

tersebut. Tingkat keaktifan siswa pada siklus I 53% dan pada siklus II men-jadi 78%. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada kenaikan tingkat keaktifan dan hasil belajar pada Siklus I dan siklus II. Besarnya kenaikan tingkat keaktifan tersebut adalah sebesar 25% (78% - 53%). Hasil tes berbicara pada tindakan kelas Siklus I dengan materi teks prosedur dengan bertema Food and Drink ni-lai tertinggi 88 dan nilai terendah 44, sedangkan rata-rata nilai siklus I sebesar 70. Untuk hasil tes berbicara siswa pada tindakan siklus II dengan materi teks prosedur bertema Light Technology nilai tertinggi 96, nilai terendah 60 sedang-kan rata-rata nilai sebesar 80.

Dari uraian tentang nilai tes berbicara dapat disimpulkan bahwa ada ke-naikan hasil belajar pada Siklus I dan hasil belajar pada Siklus II. Besarnya kenaikan rata-rata nilai kondisi awal dengan rata-rata nilai siklus II adalah 10 (80 – 70). Sementara itu, tingkat ketuntasan pada Siklus I 53% dan pada siklus II 78% sehingga bisa disimpulkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan be-lajar siswa sebesar 25% (78% - 53%) dan kinerja guru dalam PBM menjadi Baik (87).

Dari uraian perbandingan hasil tes siklus I dan hasil tes siklus II terdapat peningkatan hasil belajar. Jadi hipotesis peneliti yang berbunyi Melalui Meto-de STAD berbantu Media Gambar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar berbicara bahasa Inggris siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Sragen pada semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015” terbukti kebenarannya.

SIMPULAN Ada empat simpulan yang bisa ditarik dari hasil penelitian ini. Pertama,

penggunaan Metode STAD berbantu Media Gambar dapat meningkatkan kua litas pembelajaran berbicara bahasa Inggris. Kedua, pembelajaran meng-gunakan Metode STAD berbantu Media Gambar bersifat sederhana, menarik, menyenangkan, dan mudah diterapkan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil sehingga guru lebih mudah mengelola kelas. Ketiga, penerapan pembe-lajaran dengan menggunakan Metode STAD berbantu Media Gambar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar berbicara bahasa Inggris materi teks

Page 46: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

934 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

prosedur. Keempat, setelah dilaksanakan pembelajaran berbicara melalui me-dia gambar berseri terjadi perubahan perilaku siswa ke arah positif. Perubahan tersebut meliputi keaktifan, kemampuan bekerja sama, keberanian, dan rasa percaya diri. [ ]

DAFTAR PUSTAKAFirmanto, Hidayat Adi. 2009. Improving The Second Year Students’ Vocabulary

Achievement Through Pictures at SMP Negeri 3 Jember in the 2008/2009 academic year. Classroom Action Research: Universitas Jember.

Hamalik, O. 1989. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.Haryadi dan Zamzani. 2000. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Hughes, A. 1989. Testing For Language Teacher. New York: Cambridge University Press.

Isjoni.2007. Cooperative Learning. Efektifitas: Pembelajaran. Kelompok. Pekanbaru: Alfabeta.

Natawijaya, Rochman. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.

R. Ibrahim dan Mohammad Ali.(2007). Teori Evaluasi Pendidikan dalam Mohammad Ali (Ed). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian I. Bandung: Intima.

Rohani. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.Ruis, Nuhung. 2003. Instructional Media. Jakarta: PPPG Bahasa Jakarta.Saom, Ahmad. 2009. Improving Students’ writing Short Paragraph Ability

Using A Series Picture Of The Eighth Grade Of SMP 3 Jember. Classroom Action Research: Universitas Jember.

Sadiman, Arief. 2003. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik.

Page 47: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Berbicara Bahasa Inggris Melalui ...

935

Bandung: Nusa Media.Sri Patmah Sukartini dan M. Imam Faisal Baihaqi. (2007) Teori Psikologi

Pendidikan dalam Mohammad Ali (Ed). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian I . Bandung: Intima.

St. Y. Slamet dan Amir. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia (Bahasa Lisan dan Bahasa Tertulis). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 13.

Supardi dan Suharjono. 2011. Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Andi.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Wright, A. et. Al (1983). Picture series for Language Learning. Cambridge: University Press.

Wright, A. 1989. Pictures for Language Learning. Cambridge: Cambridge University Press.

Page 48: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

936 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

TINDAK TUTUR KESANTUNAN BAHASA MINANGKABAU DI TERMINAL

ANGKUTAN UMUM KOTA SOLOK

Zona Rida RahayuUniversitas Mahapura Muhammad Yamin

ABSTRACTThis research aims to describe the politeness of speech acts from the viewpoint

of Minangkabau context of situation in Solok. The approach used is qualitative with the method being ethnography of communication. The data is collected by using observation technique and interview. Result of the research indicates that speech culture of Minangkabau society known as langgam kato consists of kato mandata, mandaki, manurun and melereng. Kato nan ampek which is based on moral teaching comprises raso, pareso, malu and sopan. Kato nan ampek which is based upon petatah and petitih covers Kato pusako, Kato mufakat, kato batapati and kato kemudia. Kato panghulu manyalaksaian, kato alim hakikat, kato dubalang mandareh, kato manti bahubungan and kato urang banyak kato bagalau are found too, which in this research is included in kato urang banyak kato bagalau. This means that the language used in daily interaction remains confusing.

Keywords: politeness, speech act, langgam kato, ethnography of communica-tion

INTISARIPenelitian ini bertujuan menjelaskan kesantunan dalam tindak tutur ditinjau

dari konteks situasi tutur berbahasa Minangkabau di Kota Solok. Ancangan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan metode yang digunakan adalah etnografi komunikasi. Data dikumpulkan dengan teknik observasi dan wawancara dalam bentuk rekaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya tutur masyarakat Minangkabau yang dikenal dengan langgam kato terdiri dari dari kato mandata, mandaki, manurun, dan melereng. Kato nan ampek berdasarkan ajaran budi pekerti terdiri dari raso, pareso, malu dan sopan. Kato nan ampek berdasarkan petath dan petitih terdiri dari Kato pusako, Kato mufakat, kato batapati, dan kato kemudia. Ditemukan juga kato panghulu manyalaksaian, kato alim hakikat, kato dubalang mandareh, kato manti bahubungan, dan kato urang banyak kato bagalau, yang dalam penelitian ini termasuk ke dalam kato urang banyak kato bagalau. Maknanya,

Page 49: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Tindak Tutur Kesantunan Bahasa Minangkabau di Terminal Angkutan Umum Kota Solok

937

bahasa yang digunakan untuk pergaulan dalam kehidupan sehari-hari masih bersifat simpang siur yang tidak diketahui kejelasan ujarannya.

Kata kunci: kesantunan, tindak tutur, langgam kato, dan etnografi komunikasi

PENDAHULUANAturan tata krama berbahasa dalam masyarakat Minangkabau disebut

de ngan langgam kato ‘langgam kata’. Langgam kata ini yaitu pertama, kata atau ujaran yang diujarkan kepada orang yang lebih tua disebut kato manda­ki. Kedua, kata atau ujaran yang diujarkan kepada orang yang seusia disebut kato mandata. Ketiga, kata atau ujaran yang diujarkan kepada orang yang lebih muda, disebut kato manurun. Keempat, kata atau ujaran yang diujarkan ke-pada ipar disebut kato malereng. Dari keempat langgam kata ini masyarakat Minangkabau harus memerhatikan ujarannya atau orang yang berujar harus berhati-hati dengan siapa berkomunikasi. Jika berbicara dengan orangtua, se-seorang tentunya menggunakan pilihan bahasa yang tepat untuk orang yang lebih tua. Begitu juga berbicara dengan orang lebih kecil, seseorang menggu-nakan pilihan bahasa yang tepat pula.

Istilah “Kato nan ampek” kata yang empat dalam ujaran budi pekerti Mi-nangkabau mengandung arti yang berbeda dari sebelumnya. Hal ini mengacu pada raso, pareso, malu, jo sopan (rasa, perasaan, malu, dan sopan). Maksudnya adalah bahwa dalam berujar seseorang harus memerhatikan dengan siapa ber-bicara dan memilih bahasa yang tepat dalam berujar agar memunculkan ko-munikasi yang santun. Ada ungkapan Minangkabau yang tepat untuk situasi ini, yaitu “mangango sa balum mangecek” (berpikir sebelum berbicara).

Sekarang tidak ada lagi generasi muda Minangkabau tidak paham lagi meng-gunakan bahasa yang dikatakan indah itu. Bahasa yang indah yang dimaksud-kan, bahasa yang mengandung kieh ‘kias’. Tambahan pula, mereka tidak tahu dengan maksud yang tersirat dari apa yang diujarkan. Mereka lebih suka me-nangkap maksud ujaran secara langsung atau yang tersurat bukan yang tersirat. Kiasan kurang dipahami oleh generasi muda Minangkabau saat ini. Hal ini di-karenakan mereka tidak mengamati secara langsung benda-benda, tumbuhan, dan hewan yang dijadikan kiasan. Mereka hanya mendengar kias an dari orang

Page 50: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

938 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

tua-tua atau pemuka adat tetapi tidak mengalami atau melihat secara langsung bentuk dan sifat benda yang dikiaskan kepada manusia. Itu penyebab mereka kurang paham dengan kiasan atau makna tersirat di dalam ujaran yang disam-paikan. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kesantunan tindak tutur ditinjau dari konteks situasi tutur berbahasa Minangkabau di terminal angkutan umum Kota Solok. Untuk itu, penelitian ini bertujuan menjelaskan secara mendalam kesantunan dalam tindak tutur ditinjau dari konteks situasi tutur berbahasa Minangkabau di terminal angkutan umum di Kota Solok.

METODEDalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan metode et-

nografi komunikasi. Sumber data penelitian ini adalah anggota masyarakat terminal yaitu sopir, tukang ojek, kondektur, agen, pedagang kaki lima, dan pedagang asongan serta penumpang. Mereka merupakan informan penelitian. Data penelitian ini berupa dialog percakapan atau ungkapan-ungkapan yang diujarkan informan di terminal angkutan umum Kota Solok.

Data berupa rekaman dianalisis dengan tujuh tahapan, yakni 1) mentrans-krip data dari hasil rekaman dan lembaran pencatatan, (2) mengalihbahasakan data dalam bahasa Minangkabau ke bahasa Indonesia, (3) mencatat kutipan-kutipan sesuai topik yang dibahas, (4) pemberian kode setiap data penelitian, (5) mengelompokkan kutipan-kutipan tersebut berdasarkan kesantunan ber-bahasa yaitu prinsip kerja sama, (6) melakukan pembahasan mengenai kesan-tunan bahasa Minangkabau berdasarkan teori relevansi di terminal angkutan umum Kota Solok, dan (7) menarik simpulan.

HASIL PENELITIAN DAN BAHASANKonteks situasi berbahasa Minangkabau di terminal cenderung menggu-

nakan bahasa yang sarkas (kasar), misalnya carutan. Carutan kata-kata makian yang diujarkan ketika seseorang mengungkapkan emosi. Ungkapan makian ini mengacu pada diri pelaku tutur yang berada pada maksim sapaan yang dite-mukan dalam penelitian ini membangun makna sarkas. Seperti kata kanciang dan pantek. Kata ini tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karena tidak ada kata yang sepadan untuk mewakili makna yang disampaikan dalam kata tersebut.

Page 51: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Tindak Tutur Kesantunan Bahasa Minangkabau di Terminal Angkutan Umum Kota Solok

939

Kata carutan ini memiliki makna yang kasar tetapi pelaku tutur di terminal tidak menggolongkan kata ini menjadi santun dan biasa diujarkan. Bahkan dalam maksim sapaan, kata carutan ini dapat digunakan untuk menyapa mitra tuturnya. Bukan hanya carutan tetapi ujaran makian yang memenuhi muat-an pada posisi maksim sapaan ditemukan ada beberapa kategori. Berikut ini penge lompokan berdasarkan kategori tersebut dalam tabel.

Tabel 1 Kategori Maksim Sapaan yang Memenuhi Mutan Makian

No. Kategori Kata Sapaan Arti Makna

1 Kata ganti orang DenAng KauDiakGus (Menyebut Nama Orang)PajaAwakGaek Bujang

SayaKamu laki-lakiKamu perempuanDikSebutan nama orang

DiaSayaOrang tuaLelaki

negatifnegatifnegatifpositifpositif

positifpositifpositifpositif

2 Kata kekerabatan Mak (Mamak)Ni (Uni)Da (Uda)IbukMak UwoNdan (Mandan )Mak MagekSutan PanyarangAngku (ngku)

PamanKakak perempuanKakak laki-lakiIbuPamanIparNama gelarNama gelarKakek

positifpositifpositifpositifpositifpositifpositifpositifpositif

3 Kata Caruran PantekKanciangGaladia

---

negatifnegatifnegatif

4 Kata Ganti Binatang

AngjiangBaruak

AnjingMonyet

negatifnegatif

5 Kata Ganti Benda Mbia (Karambia) Kelapa negatif

6 Kata Ganti sifat Kaliang Hitam negatif

Page 52: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

940 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

Berdasarkan tabel 1 tersebut, dapat dijelaskan bahwa maksim sapaan yang ada di terminal angkutan umum Kota Solok lebih banyak bermakna nega-tif. Walaupun, secara harfiah memenuhi makan negatif, tetapi tidak membuat pelaku tutur marah atas sapaan yang digunakan pelaku tutur tersebut. Hal ini dikarenakan bahwa ada kedekatan hubungan antara pelaku tutur sehingga mereka nyaman dengan apa yang dilakukannya.

Selain penggunaan maksim ini, pelaku tutur di terminal angkutan umum Kota Solok menggunakan pilihan-pilihan kata yang dapat dikatakan kasar. Se-perti penggunaan kata ang, anging, baruak, pantek, kaliang, bala dan lain-lain. Penggunaan kata ini dalam berkomunikasi antara pelaku tutur di terminal ti-dak dianggap sebagai suatu ujaran yang kasar. Mereka menyebutnya sebagai ujaran untuk mengakrabkan diri antara pelaku tutur. Ujaran ini terjadi antara pelaku tutur yang berprofesi sebagai sopir, agen, kenek, dan tukang ojek.

1. Kontek Sosial Masyarakat Minangkabau di TerminalPenelitian kesantunan dalam tindak tutur berbahasa Minangkabau di ter-

minal angkutan umum kota Solok ini dalam melacak siratan makna dipenga-ruhi kemunculan makna suatu ujaran dapat dipengaruhi oleh sense (pengerti-an), feeling (perasaan), tone (nada), dan intensional (tujuan).

Sense (pengertian) adalah aspek makna yang dapat dicapai apabila antara pe-nutur dan mitra tutur berinteraksi dalam bahasa yang sama. Feeling (perasaan) adalah aspek makna yang berhubungan dengan sikap penutur dengan situasi pembicaraan. Tone (nada) adalah aspek makna yang berhubungan dengan si-kap penutur yang melibatkan penutur memilih kata-kata yang sesuai dengan keadaan mitra tutur. Aspek tone berhubung dengan feeling, karena ketika pe-nutur memiliki perasaan jengkel maka tone ujaran lebih tinggi atau keras. Jika perasaan penutur sedih maka nada ujaran rendah lebih pelan. Intensional (tu-juan) adalah aspek makna ini mengacu pada apa tujuan penutur berujar. Jika ingin menciptakan tujuan ujaran untuk mengubah tindakan makan gunakan kalimat deklaratif. Bukan hanya kalimat deklaratif jenis kalimat lain pun dapat digunakan seperti persuasif, imperatif, paedagogies, dan lain-lain.

Selain hal tersebut, makna kesantunan dalam tindak tutur berbahasa Mi-nangkabau di terminal angkutan umum Kota Solok ini dipengaruhi konteks sosial masyarakat Minangkabau di terminal.

Page 53: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Tindak Tutur Kesantunan Bahasa Minangkabau di Terminal Angkutan Umum Kota Solok

941

Kesantunan tindak tutur ekspresif berbahasa Minangkabau di terminal ang-kutan umum Kota Solok ini dilakukan pelaku tutur karena kebiasaan. Ke-biasaan sudah menjadi citra diri masyarakat yang ada di terminal bahkan ada slogan bagi seorang ibu yang memarahi anaknya. Yang menegur anak jika ber-ujar kasar yaitu “Samo bahaso ang jo urang terminal mah” (Sama bahasa kamu dengan bahasa orang terminal).

Selain kebiasaan, lingkungan budaya tutur yang kasar di terminal ini juga menjadi alasan kuat kenapa tindak tutur ekspresif di terminal itu kasar.

2. Budaya Tutur Masyarakat MinangkabauIstilah tutur dapat diartikan sebagai ucapan atau perkataan secara lisan.

Dengan demikian budaya tutur pada penelitian ini mengandung pengerti-an kebiasaan dan kecenderungan berbahasa suatu masyarakat dalam hal ini masya rakat Minangkabau.

Budaya tutur masyarakat Minangkabau mengatur pola tata krama berba-hasa masyarakat, seperti yang tertuang dalam “langgam kato” (langgam kata) adalah tata krama berbicara sehari-hari antara sesama, sesuai status sosial ma-sing-masing. Langgam kata ini yaitu kato malereng, kato mandata, kato man­daki, dan kato manurun. Langgam kata adalah salah satu wujud dari interaksi komunikasi dalam hubungannya dengan budaya Minangkabau.

Dalam penelitian kesantunan tindak tutur berbahasa Minangkabau di ter-minal angkutan umum Kota Solok ini dapat di tunangkan dalam pola tata krama berbahasa langgam kara ini.

a. Kato MandataKato mandata (kata mendatar) yaitu bahasa yang digunakan di antara orang

yang berstatus sosial sama dan hubungannya akrab. Kato mandata “tuturan mendatar” yang terkait dengan sikap atau cara nada suara dan penjiwaan, se-panjang yang teramati cenderung bersikap ramah tetapi bergantung pada ke-harmonisan atau kedekatan hubungan antara pelaku tutur.

Apabila penutur dan mitra tutur berteman akrab, interaksi tutur lebih cen-derung ramah walaupun nadanya sering tinggi dan naik. Penjiwaan gembira dan cenderung tidak santun karena menutur kata-kata memaki dan meng-gunakan kata yang sumpah serapah. Namun, penutur dan mitra tutur tidak

Page 54: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

942 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

berteman akrab atau tidak saling kenal, interaksi tuturan ramah, nada rendah, dan penjiwaan gembira. Ujaran tidak menggunakan makian dan cenderung santun. Berikut tabel bentuk ujaran mendatar “kato mandata”

b. Kato MenurunKato manurun (kata menurun) yaitu bahasa yang digunakan orang bersta-

tus lebih tinggi dari mitra bicaranya. Kato menurun, berhubungan dengan si-kap, cara, dan nada suara serta penjiwaan yang ramah dan pilihan ujaran yang santun. Ujaran ini diajukan kepada mitra tutur yang lebih kecil dan seperti siswa dan mahasiswa serta ditujukan pada penumpang perempuan muda.

No. Pelaku tutur Hubungan SikapNada suara

Penjiwaan

1. sopir dan sopir

akrab, kadang tidak harmonis

tidak ramah dan tidak santun

tinggi gembira

2. sopir dan agen

akrab tidak ramah dan tidak santun

tinggi gembira

3. sopir dan kenek

akrab tidak ramah dan tidak santun

tinggi gembira

4. sopir dan penumpang

sekadar kenal ramah netral gembira

5. kenek dan penumpang

sekadar kenal ramah netral gembira

6. agen dan penumpang

sekadar kenal ramah netral gembira

No. Pelaku tutur Hubungan SikapNada suara

Penjiwaan

1. kenek dan penumpang muda

sekadar kenal

ramah dan kadang tidak santun

netral gembira

2. sopir dan kenek kenal tidak ramah dan tidak santun

tinggi gembira

Page 55: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Tindak Tutur Kesantunan Bahasa Minangkabau di Terminal Angkutan Umum Kota Solok

943

c. Kato MandakiKato mandaki (kata mendaki) yaitu bahasa yang digunakan oleh orang ber-

status sosial lebih rendah dari mitra bicaranya. Kato mandaki, berkaitan de-ngan sikap ramah dan nada suara yang netral serta penjiwaan yang gembira. Kato mandaki ini terlihat antara hubungan antara sopir dengan penumpang yang lebih tua dalam menawarkan jasa angkutan kepada penumpang. Bahasa yang digunakan dengan ujaran yang santun dan tidak menggunakan makian.

d. Kato Malereng Kato malereng (kato melereng) yaitu bahasa yang digunakan oleh orang yang

posisinya sama, yang saling menyayangi seperti orang yang punya hubungan kekerabatan karena perkawinan. Kato melereng, berkaitan dengan sikap yang agak ramah dan tidak sedikit santun dengan nada suara yang naik turun. Kato melereng ini terlihat pada interaksi komunikasi antara sopir dengan penum-pang yang seusia tetapi tidak saling kenal serta berjenis kelamin yang sama. Penutur menggunakan bahasa yang agak ramah.

Ajaran berbahasa juga tertuang dalam istilah Kato nan ampek. Kato nan am­pek adalah tata krama bertutur menurut adat yang merupakan ukuran komuni-

No. Pelaku tutur Hubungan SikapNada suara

Penjiwaan

1. kenek dan penumpang yang lebih tua

sekadar kenal ramah netral gembira

2. sopir dan penumpang yang lebih tua

sekadar kenal ramah netral gembira

No. Pelaku tutur Hubungan Sikap Nada suara Penjiwaan

1. sopir dan penumpang laki-laki

sekadar kenal agak ramah sedikit tinggi gembira

Page 56: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

944 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

kasi dalam tingkah laku dengan orang lain, sehingga tuturan terdengar santun, sopan, sesuai dengan alur dan patut dalam budaya Minangkabau. Dalam Kato nan ampek inilah diatur bagaimana bertutur kepada mitra tutur yang lebih tua, mitra tutur yang lebih muda, mitra tutur yang seusia, dan mitra tuturnya yang saling menyegani dengan penutur. Kato nan ampek ini mencakup raso, pareso, malu, dan sopan (rasa, perasaan, malu, dan santun). Raso adalah sesuatu yang dirasakan oleh tubuh jasmani umpamanya sakit, panas, senang, dingin, ngilu, asin, pedas, dan asam. Pareso adalah sesuatu yang dapat dirasakan oleh hati manusia yang tidak dapat dirasakan tubuh manusia umpamanya malu, takut, berani, enggan dan sebagainya. Malu dan santun ini terkait dengan prilaku masyarakat dalam bertindak dan berujar.

Kato nan ampek ini juga tertuang dalam petatah dan petitih masyarakat Minangkabau berikut ini.

Kato panghulu manyalaksaianKato alim hakikatKato dubalangmandarehKato manti bahubunganKato urang banyak bagalau

Kata penghulu menyelesaikanKata alim ulama Kata dubalang Kata mantiKata orang banyak

Dari ajaran petatah dan petitih tersebut, bahwa masyarakat Minangka-bau diatur dalam bertutur kata mulai dari pimpinan adat sampai masyarakat umum. Penghulu, Alim ulam, dubalang, dan manti pimpinan ada Minangka-bau, tindak ujarnya diatur dalam ajaran adat hendaklah berujar menyelesaikan perkara yang ada. Berujar harus arif bijak sana, tegas, dan tidak berpihak pada pihak yang salah. Sedangkan, masyarakat dikenal dengan bahasa bagalau. Ba-hasa yang digunakan untuk pergaulan dalam kehidupan sehari-hari masih sim-pang siur dan tidak diketahui kejelasan ujaran ini dan tidak digunakan kepada pimpinan adat tersebut.

Page 57: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Tindak Tutur Kesantunan Bahasa Minangkabau di Terminal Angkutan Umum Kota Solok

945

Dalam penelitian kesantunan tindak tutur ekspresif berbahasa Minangka-bau di terminal angkutan umum ini petatah dan petitih tersebut hanya dapat terlihat dalam baris ke empat yaitu kato urang banyak, kato bagalau. Maksud-nya di sini mengacu pada tindak tutur masyarakat yang ada di terminal adalah bahasa yang tidak dapat dipedomani dalam kehidupan bermasyarakat.

Petatah dan petitih berikutnya yang juga mengandung unsur Kato nan am­pek, yaitu sebagai berikut ini.

Partamo Kato pusakoKaduo Kato mufakatKatigo kato dihulubatapatiKaampet kato kamudian kato bacari

Pertama kata pusakaKedua kata mufakatKetiga kata dahulu ditepatiKeempat kata kemudian kata yang dicari

Kato pusako adalah penyelesaian suatu perkara yang sudah diajarkan dalam ajaran pusako Minangkabau. Misalnya gelar penghulu harus digantikan oleh ahli waris yang bertalian nasab. Kato mufakat adalah penyelesaian suatu per-kara yang keputusannya diambil secara mufakat. Kato dahulu batapati adalah suatu penyelesaian yang telah ada, dahulunya dibuat dengan kata mufakat, Kato pusako, kemudian timbul lagi di kali yang lain, maka dihukum dengan hukum yang telah dibuat dahulunya. Kato kamudia kato bacari, penyelesaian dengan kata mufakat juga, yang dahulu diubah permufakatan itu lantaran le-bih baik dari pada mula-mula.

Petatah dan petitih ini mengacu pada perbandingan tutur bahasa sese orang. Tutur bahasa seseorang yang dapat dipercaya dan tidak dipercaya. Bahwa kata pertama yang diujarkan adalah kata yang dapat dipedomani tetapi setelah itu adalah kata-kata yang hanya diujarkan untuk melindungi muka dan seka-dar basa-basi saja. Oleh karena itu, dikenal istilah dalam Minangkabau yaitu manga ngo sabalun mengecek (berpikir sebelum berbicara). Hal ini juga terlihat dalam pantun berikut ini.

Page 58: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

946 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

Bakato paliharo lidah, Bajalan paliharo kaki, Lidah tatarunag ameh padahalnyoKaki tataruang inai padahalnyo

Berbicara pelihara lidah, Berjalan pelihara kaki, Lidah tersandung ternyata emasKaki tersandung ternyata inai

Mengecek siang caliak­caliakMengecek malam agak­agakMurah kato takatoanSiluk kato ka timbangan

Berbicara di siang hari perhatikan sekelilingBerbicara di malam hari berhati-hatiMudah berbicara terujarkanSusah berbicara pertimbangkan

Pantun tersebut mengandung ajaran bagaimana bertutur kata agar tidak menyinggung orang lain. Bait pertama pantun menjelaskan bagaimana se-orang berbicara itu harus berhati-hati, jangan menyinggung mitra tuturnya, dan memperhatikan dengan siapa penutur berbicara. Seperti pada baris Lidah tatarunag ameh padahalnyo; Lidah tersandung ternyata emas, kata emas ini mengacu pada mitra bicara yang lebih tinggi atau lebih tua dari penuturnya. Tentunya untuk berujar digunakan bahasa yang lebih santun.

Bait kedua pantun juga menjelaskan hal yang sama, yakni bahwa jika ber-bicara itu perhatikan situasi dan kondisi saat berbicara. Jika sekadar berbicara tentunya mudah, tetapi untuk berbicara yang sulit itu diperlukan pertimban-gan agar tidak menyinggung mitra tuturnya. Ajaran budaya Minangkabau mengajarkan bagaimana seseorang itu berujar.

Page 59: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Tindak Tutur Kesantunan Bahasa Minangkabau di Terminal Angkutan Umum Kota Solok

947

Namun, hal itu berbeda yang ditemui di lapangan, khususnya di terminal angkutan umum Kota Solok. Masyarakat terminal yang juga termasuk orang Minangkabau tidak mengindahkan pepatah dan petitih yang ada dalam ajaran adat tersebut.

SIMPULAN Simpulan yang bisa ditarik adalah bahwa budaya tutur masyarakat Minang-

kabau yang dikenal dengan istilah langgam kato terdiri dari kato mandata, mandaki, manurun, dan melereng. Kato nan ampek berdasarkan ajaran budi pekerti terdiri dari raso, pareso, malu, dan sopan. Kato nan ampek yang berda-sarkan pepatah dan petitih terdiri dari Kato pusako, kato mufakat, kato batapati, dan kato kemudia. Ditemukan juga kato panghulu manyalaksaian, kato alim ha­kikat, kato dubalang mandareh, kato manti bahubungan, dan kato urang banyak kato bagalau. Dalam penelitian ini termasuk ke dalam kato urang banyak kato bagalau maksudnya bahasa yang digunakan untuk pergaulan dalam kehidupan sehari-hari masih bersifat simpang siur yang tidak diketahui kejelasan ujaran ini dan tidak digunakan kepada pimpinan adat tersebut. [ ]

KEPUSTAKAAN

Abra, Arsal, Januar Muin, dan Albazar. 2004. Bahasa Minang Populer (Minang Taseba). Depok: Rumpun Dian Nugraha-Gema Pesona.

Alwi, Hasan. 1993. Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Archer, Dawn and Peter Grundy. 2011. The Pragmatics Reader. New York:

Routledge. Austin, John L. 1955. How to Do Things whit Word, Oxford: Oxford

University Press. Atmazaki. 2006. Kiat-kiat Menyuntingdan Mengarang. Padang: Citra Budaya. Beangrande, Rober Alain de. 1981. Introducton to Text Linguistics. London:

Longman.

Page 60: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

948 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

Brown Penelope, and Levinson, Stephen. 1987. Politeness Some Universal In Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press.

Burhan Biungin. 2009. Penelitian Kualitatif Komunikasi, ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Cutting Joan. 2002. Pragmatics and Discaorse: A Resource Book for students. London: Routledge.

Cumming, Louise. 1999. Pragmatics A Multidiscplinary Perspective. New York: Oxford University Press.

Creswell, John W., 2008. Educational Research: Planning, Conducting, And Evaluating Quantitative And Qualitative Research, Fourth Edition. Boston: Pearson.

Deese, James. 1984. Thought Into Speech : The Psychology of a Language. New York: Cambridge University Press.

Djajasudarma, Fatimah. 2009. Semantik 2 Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: Refika Aitama.

Emzir, 2010. PenelitianKualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali. Eelen, Gino. 2006. A Critical of Politeness Theories. Diterjemahkan oleh

Abdul Syukur Ibrahim. Surabaya: Airlangga University Press. Haliday M. A. K. & R. Hasan. 1976. Cohesion in English, London: Longman. Hakimy, Idrus dt. Rajo Panghulu. 1994. Rangkaian Mustika Adat Basandi

Syarak di Minangkabau. Edisi revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hakimy, Idrus dt. Rajo Panghulu. 1984. Pokok-pokok Pengetahuan Adat

Alam Minangkabau. Bandung: Remaja Rosdakarya. Jacob L May. 2001. Pragmatics An Intoduction. Second edition. Oxford:

Blackwell. Koentjaraningrat. 2000. Kebudayaan mentalitas dan pembangunan. Jakarta:

Gramedia. Levinson, Stephen C. 1983. Prgmatics. Cabridge: Cambridge University Press. Lubis, Hamid Hasan. 1993. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Page 61: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Tindak Tutur Kesantunan Bahasa Minangkabau di Terminal Angkutan Umum Kota Solok

949

Navis. Ali Akbar. 1984. Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Grafiti.

Pateda, Mansur. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta. Peccei, Jean Stilwell. 1999. Pragmatics. London: Routledge. Purwo, Bambang Kaswanti. 1984. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa.

Yogyakarta: Kanisius. Rahardi, Kunjana. 2002. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga. Regina Blass. 1990. Relevance Relations In Discourse: A Study With Special

Reference to Salsa. Cambridge: Cambridge University Press. Robert C. Bagdan and Biklen. 1982. Qualitative Research of Education.

Boston: Alin and Bacon. Richard, J. Watt. 2003. Politeness: Key Topic in Sosiolinguistics. Cambridge:

Cambridge University Press. Ruth Wadok, Eva Vetter, ECT. 2000. Methods of Text and Discourse Analysis.

diterjemahkan oleh Ghazali, M. Fuad. Yogyakarta: Pusat Pelajar. Scollon dan S. W. Scollon. 2007. “Nexus Analysis Refocuising Ethography On

Action”. (Journal Of Sociolinguistics). Vol. 11. No. 5. November 2007. Searly, J. R. 1980. Speech Acts, An Essay In the Philosophy of language.

Cambridge: Cambridge University Press. Schiffin, Deborah. 1994. Approaches to Discouse. Oxford: Blackwell. Schiffin, Deborah. 1994. Discouse Markers. Oxford: Blackwell. Sperber, Dan and Didre Wilson. 1995. Relevance Communication And

Cognition. Oxford: Blackwell. Stubb, Micheal. 1983. Discouse Analysis: The Sociolinguistics Analysis of

Natural Language. Oxford: Basil Blackwell. Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. Thomas, Jenny. 1995. Meaning in Interraction. London and New York:

Longman.

Page 62: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

950 — Jurnal Lingua Humaniora Vol. 10, Desember 2015

Wardhaugh, Ronald. 2006. An Introduction to Sociolinguistic Fifth Edition. London: Blackwell.

Wijana, I Dewi Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi. Wijana, I Dewi Putu dan Mohammad Rohmadi. 2009. Analisis Wacana

Prgmatik Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta: Media Pustaka. Yan Huang. 1999. Pragmatics. Oxford University Press. Yule, George. 2006. Pragmatik. Diterjemahkan oleh Indah Fajar Wahyuni.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 63: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Artikel yang ditulis untuk LINGUA HUMANIORA meliputi hasil penelitian di bidang kependidikan bahasa. Naskah di ketik dengan huruf Trebuchet MS, ukuran 12 pts, dengan spasi At least 12 pts, dicetak pada kertas A4 sepanjang lebih kurang 20 ha­laman, dan diserahkan dalam bentuk print­out sebanyak 3 eksemplar beserta dis ketnya. Berkas (file) dibuat dengan Microsoft Word. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attachment surel ke alamat lingua. humaniora. p4tkbahasa@gmail. com.

2. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik dan ditempatkan di bawah judul artikel. Jika penulis terdiri dari 4 orang atau lebih, yang dicantumkan di bawah judul artikel adalah nama penulis utama; nama penulis­penulis lainnya dicantumkan pada catatan kaki halaman pertama naskah. Da­lam hal naskah ditulis oleh tim, penyunting hanya berhubungan dengan penulis utama atau penulis yang namanya tercantum pada urutan pertama. Penulis dianjurkan mencan­tumkan alamat surel untuk memudahkan ko­munikasi.

3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris dengan format esai, disertai dengan judul pada masing­masing bagian artikel, kecuali pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul artikel dicetak dengan huruf besar di tengah­tengah, dengan huruf sebesar 14 poin. Peringkat judul bagian di­nyatakan dengan jenis huruf yang berbeda (semua judul bagian dan sub­bagian dicetak tebal atau tebal dan miring), dan tidak meng­gunakan angka/nomor pada judul bagian. PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, RATA TEPI KIRI)Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri)Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal­Mi ring, Rata Tepi Kiri)

4. Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul, nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak (maksimum 100 kata); kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang lingkup tu­

lisan; bahasan utama (dapat dibagi ke dalam beberapa sub­bagian); penutup atau kesim­pulan; daftar rujukan (hanya memuat sum­ber­sumber yang dirujuk).

5. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul, nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak (maksimum 100 kata) yang berisi tu­juan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang ber isi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tu­juan penelitian; metode; hasil; pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber­sumber yang dirujuk).

6. Sumber rujukan sedapat mungkin merupa kan pustaka­pustaka terbitan 10 tahun teakhir. Rujukan yang diutamakan adalah sumber­sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi) atau ar­tikel­artikel penelitian dalam jurnal dan/atau majalah ilmiah.

7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang no­mor halaman tempat asal kutipan. Contoh (Davis, 2003: 47).

8. Daftar rujukan disusun dengan tata cara se­perti contoh berikut ini dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis.

Buku: Anderson, D. W. , Vault, V. D. & Dickson,

C. E. 1999. Problems and Prospects for the Decades Ahead: Competency Based Teacher Education. Berkeley: McCutchan Publish­ing Co.

Buku kumpulan artikel: Saukah, A. & Waseso, M. G. (Eds. ). 2002.

“Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah” (Edisi ke­4, cetakan ke­1). Malang: UM Press.

Artikel dalam buku kumpulan artikel: Russel, T. 1998. “An Alternative Conception:

Representing Representation”. Dalam P. J.

Petunjuk bagi (Calon) PenulisLingua Humaniora

Page 64: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Black & A. Lucas (Eds. ), Children’s Infor­mal Ideas in Science (hlm. 62­84). Lon­don: Routledge.

Artikel dalam jurnal atau majalah: Kansil, C. L. 2002. “Orientasi Baru Penye­

lenggaraan Pendidikan Program Profe­sional dalam Memenuhi Kebutuhan Du­nia Industri”. Transpor, XX(4): 57­61.

Artikel dalam koran: Pitunov, B. 13 Desember, 2002. “Sekolah Ung­

gulan ataukah Sekolah Pengunggulan?”. Majapahit Pos, hlm. 4&11.

Tulisan/berita dalam koran (tanpa nama pe­ngarang): Jawa Pos. 22 April 1995. “Wanita Kelas Bawah

Lebih Mandiri”. hlm. 3.

Dokumen resmi: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Baha­

sa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Pene­litian. Jakarta: Depdikbud.

Undang­undang Republik Indonesia Nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 190. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.

Buku terjemahan: Ary, D. , Jacobs, L. C. & Razavieh, A. 1976.

Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemah­an oleh Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional.

Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Penelitian: Kuncoro, T. 1996. Pengembangan Kurikulum

Pelatihan Magang di STM Nasional Malang Jurusan Bangunan, Program Studi Bangun­an Gedung: Suatu Studi Berdasarkan Ke­butuhan Dunia Usaha dan Jasa Konstruksi. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP MALANG.

Makalah seminar, lokakarya, penataran: Waseso, M. G. 2001. “Isi dan Format Jurnal

Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar Lokakarya Penulisan Artikel dan Pengelo­laan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambung­mangkurat”. Banjarmasin, 9­11 Agustus.

Internet (karya individual): Hitchcock, S. , Carr, L. & Hall, W. 1996. A Sur­

vey of STM Journals, 1990­1995: The Calm before the Storm. (online), (http: //journal. ecs. soton. ac. uk/survey/survey. html, diakses 12 Juni 1996).

Internet (artikel dalam jurnal online): Kumaidi. 1998. “Pengukuran Bekal Awal Be­

lajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan”. (online), jilid 5, No. 4, (http: //www. malang. ac. id, diakses 20 Januari 2000).

Internet (bahan diskusi): Wilson, D. 20 November 1995. “Summary of

Citing Internet Sites”. NETTRAIN Discus­sion List. (online), (NETTRAIN@ubvm. cc. buffalo. edu, diakses 22 November 1995).

Internet (surel pribadi): Naga, D. S. (ikip­jkt@indo. net. id). 1 Oktober

1997. Artikel untuk JIP. Surel kepada Ali Saukah (jippsi@mlg. ywcn. or. id).

9. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, dan gambar mengikuti tata cara yang diguna­kan dalam artikel yang telah dimuat. Artikel berbahasa Indonesia menggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disem­purnakan (Depdikbud, 1987). Artikel berba­hasa Inggris menggunakan ragam baku.

10. Semua naskah ditelaah secara secar anonim oleh mitra bestari (reviewers) yang ditunjuk oleh penyunting menurut bidang kepakar­annya. Penulis artikel diberikan kesempatan untuk melakukan revisi naskah atas dasar rekomendasi/saran dari mitra bestari atau penyunting. Kepastian pemuatan atau pe­nolakan naskah akan diberitahukan secara tertulis.

11. Pemeriksaan dan penyuntingan cetak­coba dikerjakan oleh penyunting dan/atau de ngan melibatkan penulis. Artikel yang sudah dalam bentuk cetak­coba dapat dibatalkan pemuat­annya oleh penyunting jika diketahui ber­masalah.

12. Segala sesuatu yang menyangkut perizinan pengutipan atau penggunaan software kom­puter untuk pembuatan naskah atau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilaku­kan oleh penulis artikel, berikut konsekuen­si hukum yang mungkin timbul karenanya, menjadi tanggung jawab penuh penulis ar­tikel tersebut.

Page 65: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

ii

Page 66: Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219p4tkbahasa.kemdikbud.go.id/.../2019/06/010-Jurnal-Desember-2015.pdf · dan makna konteks lagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

gari

s p

oton

g

garis potongga

ris

pot

ong

garis potongga

ris

pot

ong

garis potong

gari

s p

oton

g

garis potong

9 7 7 1 9 7 8 7 2 1 0 0 6

I S SN 1 9 7 8 - 7 2 1 9

M

enguak h

akik

at

bahasa d

an b

udaya

Jurnal Bahasa dan Budaya

Diterbitkan oleh

Kementerian Pendidikan dan KebudayaanPusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa

M

enguak h

akik

at

bahasa d

an b

udaya

Jurnal Bahasa dan Budaya

Vol. 10, Desember 2015 ISSN 1978-7219

Lingua Humaniora Vol. 10 Hlm. 897—950 Desember 2015 ISSN 1978-7219

Vol. 10, D

esember 20

15