tabloid wadah - desember 2015

12
Tabloid EDISI DESEMBER 2015 PKMW Al-Hidayah, dari Bantaran Waduk ke Rumah Susun Meraih Harapan Dengan API, Sebuah Kewirausahaan Sosial di Wadah IBU RASMI Berbagilah, Anda Akan Kaya

Upload: dangtu

Post on 17-Jan-2017

233 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tabloid Wadah - Desember 2015

TabloidEDISI DESEMBER 2015

PKMW Al-Hidayah, dari Bantaran Waduk ke Rumah Susun

Meraih Harapan Dengan API, Sebuah Kewirausahaan Sosial di Wadah

IBU RASMI

Berbagilah, Anda Akan Kaya

Page 2: Tabloid Wadah - Desember 2015

Dalam perjalanan dan kehadiran Wadah di tengah-tengah komunitas yang dibina maupun yang didampingi selama hampir 8 tahun, banyak hikmah yang bisa kita petik bersama, baik yang mendatangkan sukacita maupun yg membuat kita terkadang harus mengelus dada. Dan buat saya pribadi, banyak pelajaran yang sangat berharga bisa saya petik.

Sungguh luar biasa, Tuhan secara nyata menunjukkan kehadiranNya melalui cerita-cerita luar biasa yang kita temui sehari-hari di tengah-tengah komunitas Wadah. Untuk itu dengan segala hormat saya ingin mengundang seluruh pendekar Wadah bersama-sama dengan saya menundukkan kepala sejenak dan berdoa kepada "Sang pemilik kehidupan" sebagai ungkapan syukur dan terimakasih kita kepadaNya.

Perlu dicatat, tahun 2015 bagi Wadah merupakan tahun yang penuh dengan tantangan. Meskipun demikian, Wadah masih dimampukan untuk terus berkarya. Semua itu karena campur tangan dan kehadiran Tuhan secara nyata di tengah-tengah kita. Untuk itu, saya angkat topi untuk seluruh pendekar Wadah, baik yang di kantor pusat maupun yang tersebar di seluruh pelosok daerah di mana Wadah hadir, untuk kegigihan serta ketekunan dan keuletan berproses bersama dengan Wadah.

Meski melawan arus, tahun ini Wadah berhasil melaksanakan beberapa program di antaranya ialah :

· Wadah Global Gathering (WGG) di DIY· Peresmian bengkel listrik tenaga surya di empat desa (3

desa di Kab. Sika dan 1 desa di Kab. TTS) · Pertemuan Remaja Wadah Indonesia (REWIN) di Desa

Ardjasari · Peresmian PKMW Al-Hidayah Penjaringan di DKI Jakarta· Peresmian pompa air hidrolik untuk masyarakat Desa

Arjasari · Rakernas regional dan nasional.

Saya bangga dan berterimakasih untuk kerja keras tim Wadah yang tersebar di seluruh Nusantara. Mari kita pelihara dan pertahankan tali persaudaraan dan semangat juang di antara kita, demi masa depan bangsa yang lebih cerah .

Sebelum tulisan ini saya akhiri, izinkan saya mengutip pepatah sbb : "We can go a lot further together than we can alone". Oleh karenanya, semangat "gotong royong" sangat penting di setiap pelayanan Wadah.

Dengan bersatu kita akan semakin kuat dan akan bisa menjangkau tujuan yang lebih jauh lagi.

Akhir kata, selamat mengisi sisa tahun 2015, serta selamat menyongsong tahun baru 2016 dengan penuh semangat dan sikap positif. Semoga Tuhan Allah yang maha kuasa meridhoi dan memberkahi setiap bentuk ikhtiar, baik yang sudah maupun sedang serta masih akan terus diupayakan bersama, amin. Selamat berjuang !!!

Teriring Salam Wadah,A Djojohadikusumo

Redaksi Wadah menerima tulisan karya asli berupa artikel, opini dan belum diterbitkan di media manapun. Tulisan dapat dikirim melalui e m a i l t a b l o i d w a d a h @ g m a i l . c o m

wal tahun 2016 sudah di depan mata Adan tahun 2015 segera meninggalkankita.

Ucapan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME atas penyertaanNya. Selama 2015 kita diberi kesempatan bersama-sama melakukan berbagai kegiatan pelayanan, baik yang rutin maupun kegiatan peresmian berbagai karya Wadah di berbagai tempat seperti Bengkel Listrik Tenaga Surya di Sikka dan Koa, Gedung PKMW Penjaringan Jakarta, Pompa air hidrolik di Arjasari Bandung Selatan, Wadah Global Gathering (WGG), Pertemuan Remaja Wadah Indonesia (REWIN) dan RAKERNAS Wadah yang kali ini terlihat pelaksanaannya secara keseluruhan lebih profesional. Hal ini membuktikan bahwa Wadah semakin bertumbuh, baik orang-orang yang terlibat di dalamnya maupun manajemennya.

Namun kita tidak boleh berpuas diri, karena dalam pelaksanaannya sering kita mengalami banyak tantangan dan kendala, baik dari lingkungan di luar maupun di dalam Wadah serta diri kita sendiri. Mari kita sikapi bersama setiap hambatan yang ada dengan pikiran dan jiwa positif serta kita anggap hal tersebut sebagai peringatan agar kita tidak lengah dan tetap mengandalkan Tuhan dalam setiap pelayanan dan pekerjaan kita.

Maka pada kesempatan ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada Ibu Anie sebagai Pembina yang selalu memberikan

Surat pengantar Ketua Yayasan Wadah

‘Habis gelap terbitlah terang' ungkapan dari kumpulan tulisan RA Kartini ini, sangat cocok bagi sebagian masyarakat di NTT yang baru-baru ini mendapat aliran listrik tenaga surya hasil rakitan ibu-ibu pendekar terang yang di fasilitasi oleh Yayasan Wadah. Mungkin tidak terpikirkan sedikit pun oleh mereka akan mendapatkan cahaya di malam hari yang memberi dampak positif bagi kehidupan mereka. Tentu saja mimpi mereka akan adanya listrik yang menerangi rumah-rumah mereka selama ini mustahil akan terwujud tanpa perjuangan ibu-ibu terpilih. Ya, delapan orang ibu telah mendapatkan pelatihan merakit listrik tenaga surya di Rajasthan, India. Semua ini adalah upaya luar biasa dari Yayasan Wadah yang telah bekerjasama sangat baik dengan Barefoot College. Lembaga yang menyelengga-rakan pelatihan listrik tenaga surya.

Apa yang telah di lakukan oleh Yayasan Wadah ini patut digarisbawahi dan menjadi terobosan luar biasa. Bagaimana tidak, Wadah menjangkau pelosok negeri, ke desa-desa yang mungkin tidak pernah dikunjungi bahkan oleh pemimpin daerah mereka sendiri.

Wadah juga tidak henti meningkatkan kapasitas para sukarelawan, staf dan semua mereka yang berperan aktif dalam pelayanan dan kegiatan Wadah. Dinamika di lapangan sangat terlihat pada Rapat Kerja Wadah yang dihadiri bukan saja oleh Komunitas Wadah Tanah Air namun turut hadir juga Wadah Filipina, Wadah Malaysia serta Wadah India.

Kerja keras dan kesungguhan yang di tunjukan oleh Wadah adalah sebuah teladan bagi banyak lembaga sosial yang ada. Wadah berkiprah bukan melalui kata namun melalui karya nyata. Dan keteladanan ini tentu saja merupakan inspirasi yang di tunjukkan oleh Bunda Anie yang tidak pernah lelah mengabdikan hidup beliau bagi kemanusiaan. Kesuksesan yang diraih selalu menjadi pijakan untuk terus berbuat yang terbaik bagi bangsa Indonesia tercinta.

Karina De Vega

masukan-masukan dan semangat kepada kita. Terima kasih juga kepada seluruh Pendekar Wadah yang tetap setia hingga saat ini berproses bersama Wadah, Pengurus Wadah/YAD dan Ibu-ibu Pengawas serta seluruh staf Wadah/YAD. Juga tidak lupa terima kasih kepada seluruh donatur atas partisipasi dan dukungannya baik moril maupun materil, sehingga semua kegiatan di tahun 2015 dapat terwujud dan terlaksana dengan baik.

Mari kita teruskan pelayanan yang sedang kita kerjakan bersama Wadah dengan sepenuh hati disertai komitmen yang tinggi dan kita doakan kiranya Wadah di tahun 2016 semakin kompak, bersinar dan profesional.

Tuhan memberkati karya pelayanan kita, amin.

EDISI DESEMBER 2015

2

Page 3: Tabloid Wadah - Desember 2015

EDISI DESEMBER 2015 3

Dalam perjalanan dan kehadiran Wadah di tengah-tengah komunitas yang dibina maupun yang didampingi selama hampir 8 tahun, banyak hikmah yang bisa kita petik bersama, baik yang mendatangkan sukacita maupun yg membuat kita terkadang harus mengelus dada. Dan buat saya pribadi, banyak pelajaran yang sangat berharga bisa saya petik.

Sungguh luar biasa, Tuhan secara nyata menunjukkan kehadiranNya melalui cerita-cerita luar biasa yang kita temui sehari-hari di tengah-tengah komunitas Wadah. Untuk itu dengan segala hormat saya ingin mengundang seluruh pendekar Wadah bersama-sama dengan saya menundukkan kepala sejenak dan berdoa kepada "Sang pemilik kehidupan" sebagai ungkapan syukur dan terimakasih kita kepadaNya.

Perlu dicatat, tahun 2015 bagi Wadah merupakan tahun yang penuh dengan tantangan. Meskipun demikian, Wadah masih dimampukan untuk terus berkarya. Semua itu karena campur tangan dan kehadiran Tuhan secara nyata di tengah-tengah kita. Untuk itu, saya angkat topi untuk seluruh pendekar Wadah, baik yang di kantor pusat maupun yang tersebar di seluruh pelosok daerah di mana Wadah hadir, untuk kegigihan serta ketekunan dan keuletan berproses bersama dengan Wadah.

Meski melawan arus, tahun ini Wadah berhasil melaksanakan beberapa program di antaranya ialah :

· Wadah Global Gathering (WGG) di DIY· Peresmian bengkel listrik tenaga surya di empat desa (3

desa di Kab. Sika dan 1 desa di Kab. TTS) · Pertemuan Remaja Wadah Indonesia (REWIN) di Desa

Ardjasari · Peresmian PKMW Al-Hidayah Penjaringan di DKI Jakarta· Peresmian pompa air hidrolik untuk masyarakat Desa

Arjasari · Rakernas regional dan nasional.

Saya bangga dan berterimakasih untuk kerja keras tim Wadah yang tersebar di seluruh Nusantara. Mari kita pelihara dan pertahankan tali persaudaraan dan semangat juang di antara kita, demi masa depan bangsa yang lebih cerah .

Sebelum tulisan ini saya akhiri, izinkan saya mengutip pepatah sbb : "We can go a lot further together than we can alone". Oleh karenanya, semangat "gotong royong" sangat penting di setiap pelayanan Wadah.

Dengan bersatu kita akan semakin kuat dan akan bisa menjangkau tujuan yang lebih jauh lagi.

Akhir kata, selamat mengisi sisa tahun 2015, serta selamat menyongsong tahun baru 2016 dengan penuh semangat dan sikap positif. Semoga Tuhan Allah yang maha kuasa meridhoi dan memberkahi setiap bentuk ikhtiar, baik yang sudah maupun sedang serta masih akan terus diupayakan bersama, amin. Selamat berjuang !!!

Teriring Salam Wadah,A Djojohadikusumo

Redaksi Wadah menerima tulisan karya asli berupa artikel, opini dan belum diterbitkan di media manapun. Tulisan dapat dikirim melalui e m a i l t a b l o i d w a d a h @ g m a i l . c o m

Page 4: Tabloid Wadah - Desember 2015

EDISI DESEMBER 20154

bekerja pada perusahaan Eyang Margono Djojohadikusumo, PT S.G. Mashur, pada tahun 1974, Bu Yuli, atas rekomendasi Eyang Margono kemudian mendapatkan beasiswa dari Yayasan Hatta untuk melanjutkan studi di LPK Tarakanita jurusan kesekretariatan. Kemudian Bu Yuli menjadi sekretaris dari Bp. Sumitro Djojohadikusumo sebelum akhirnya bergabung dengan perusahaan PT Comexindo milik Bp. Hashim Djojohadikusumo. lkut mengalami pasang surut situasi ekonomi dimana pada masa resesi lalu perusahaan besar ini sempat hanya memiliki karyawan 11 orang dan salah

satu yang bertahan adalah Bu Yuli. “Saya mengagumi keluarga besar ini dan saya terharu diperlakukan seperti keluarga sendiri di sini.” Itulah jawaban yang diberikan Bu Yuli ketika di tanya alasannya dapat bekerja

sekian lama dengan keluarga Djojohadikusumo. Keluarga yang sangat bersahaja, berjiwa sosial tinggi serta sangat mencintai dan berbakti bagi bangsanya.

Mulai

Banyak terlibat dalam berbagai kegiatan sosial sejak dengan Eyang Margono, Bp. Sumitro dan Bp Hashim, namun Bu Yuli merasa benar-benar belajar arti melayani dari Bunda Anie Hashim. Bu Yuli sangat bahagia tatkala diajak terlibat langsung mengelola yayasan keluarga.Semenjak kegiatan sosial yang dilakukan keluarga ini kian luas, didirikanlah Yayasan Keluarga Hashim Djojohadikusumo yang kemudian menjadi Yayasan Arsari Djojohadikusumo. Dan jiwa berkegiatan sosial Bu Yuli kian menemukan tempatnya ketika bergabung di Yayasan Wadah yang didirikan oleh Bunda Anie.

DEDIKASI DAN LOYALITAS DALAM KEKELUARGAAN

“ Bunda Anie sangat profesional dan memiliki jiwa kepemimpinan yang luar biasa, yang mampu menjadikan kita semua menjadi lebih baik. Saya memahami arti sebuah pelayanan tanpa pamrih dari beliau.” Kata Bu Yuli dengan senyum.“ Saya yakin lima atau sepuluh tahun ke depan Yayasan Wadah menjadi sebuah organisasi yang kian mendunia dengan semakin tumbuhnya komunitas dan terbukanya kerja sama yang baik dengan banyak lembaga dunia maupun nasional. Terlebih dengan tenaga – tenaga profesional dan pendekar – pendekarnya yang hebat.” Tambah Bu Yuli dengan rasa bangga menjadi bagian dari organisasi ini.

Dibesarkan dalam keluarga sederhana, sejak kecil Bu Yuli telah mengenal keberagaman. Memiliki seorang ayah yang tentara, Bu Yuli memiliki tetangga dari berbagai suku. Ini lah yang membentuk Bu Yuli sangat menghargai arti keberagaman. Penyuka warna biru dan makanan tradisional ini pun masih tetap mengemudikan sendiri mobilnya ke kantor dari rumahnya setiap pagi meskipun memiliki supir pribadi. “Mengemudi itu untuk melatih kesabaran.“ katanya.

Pembawaan yang tenang senantiasa tergambar dari sosok yang akrab di panggil Bu Yuli ini. Sebagai

pengurus inti di Yayasan Arsari Djojohadikusumo, Yayasan Wadah, Arsari Peduli lndonesia serta

mengelola Paguyuban Keluarga Wadah tentu membuat hari-hari ibu kita ini sangatlah padat dengan

tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Namun tiada sebersit keluhan pun yang terpancar di

wajahnya. Selalu bahagia dan bersyukur. Kedua hal ini yang membuat Bu Yuli mampu bertahan dan

mengabdikan hidupnya lebih dari 40 tahun bersama keluarga besar Djojohadikusumo. Meskipun

memiliki hubungan yang sangat erat dengan keluarga ini, namun Bu Yuli tetap rendah hati dan sangat

profesional dalam melaksanakan pekerjaannya. Dedikasi dan loyalitas yang layak untuk diteladani.

Sangat senang berbincang dengannya. Meski di sela kesibukannya di antara tumpukan kertas di atas

meja kerjanya. Mengenal Bu Yuli adalah mengenal arti setia dan bahagia. (KDV)

Yuliani Tri Astuti PKMW Al-Hidayah, dari Bantaran Waduk ke Rumah Susun

Perumahan kumuh di bantaran Waduk Pluit Penjaringan sebelum dibersihkan oleh Pemda DKI. Di sinilah Komunitas Al-Hidayah selama bertahun-tahun melakukan pelayanan kepada masyarakat termarjinal (Foto YTA)

Bangunan lama tempat kegiatan pendidikan anak-anak komunitas Al-Hidayah di pinggiran Waduk Pluit

omunitas Al Hidayah, yang sekarang dikenal dengan nama Pusat Kegiatan Masyarakat Wadah (PKMW) Al-Hidayah adalah satu Kkelompok masyarakat yang selama bertahun-tahun melakukan

kegiatan pelayanan kepada masyarakat miskin di permukiman kumuh bantaran Waduk Pluit, Penjaringan Jakarta Utara. Ini merupakan satu-satunya komunitas terpinggirkan yang dari awal didampingi, dibina dan dikembangkan oleh Ibu Anie, jauh sebelum Yayasan Wadah lahir, bahkan sebelum Yayasan Keluarga Hashim Djojohadikusumo (YKHD) didirikan pada awal tahun 2006. Bagi Ibu Anie, kawasan kumuh ini tidaklah asing. Beliau pertamakali masuk ke kawasan Penjaringan yang kumuh, panas dan terkenal sangat rawan kejahatan tersebut pada tahun 1990-an. Kawasan ini dihuni sekitar 200 keluarga terdiri dari nelayan, buruh kasar, tukang ojek sampai preman bersenjata. Di sinilah beliau bertemu dengan seorang pejuang masyarakat termarjinal, aktivis kemanusiaan, anak muda “nekad” yang sekarang kita kenal dengan nama Hasan Azhary. Cerita mengenai Azhary yang “didamparkan” ke kawasan kumuh ini sudah banyak ditulis. Lihat misalnya buku terbitan Wadah berjudul OBOR, Torchbearers of Hope yang ditulis oleh sahabat Ibu Anie, Ethel Fong-Chalopin.

Selain itu ada satu ibu lagi yang pantas disebutkan di sini yaitu Ibu Silvy Hasan Bisri. Beliau aktif bersama Ibu Anie membantu komunitas Al Hidayah. Ibu Hasan Bisri adalah sahabat Ibu Anie yang dulu aktif di organisasi istri-istri Direksi dan Staf PT Semen Cibinong milik Pak Hashim Djojohadikusumo yang diberi nama Rukun Ibu Semen Cibinong (RISCI).

Dari Bantaran Waduk ke Rumah Susun

Bermula dari banjir besar yang melanda Jakarta di awal tahun 2013 lalu, Pemda DKI meluncurkan program normalisasi Waduk Pluit untuk mengurangi risiko banjir di Ibu Kota. Waduk yang diresmikan pemakaiannya oleh Presiden Suharto pada 1968 ini pernah dinormalkan pada tahun 1979, namun kemudian waduk ini mengalami degradasi akibat sedimentasi dan bantarannya menyusut karena ditumbuhi bangunan penghuni liar. Untuk membenahi dan mengembalikan fungsi Waduk Pluit sebagai waduk penampung limpahan banjir kota Jakarta, semua bangunan yang ada di sekeliling bantaran Waduk Pluit harus dibersihkan dan penghuninya harus dipindahkan ke tempat lain. Di bekas gusuran tersebut pemerintah akan membangun jalan inspeksi, instalasi pengolah air dan limbah serta taman dan hutan kota.

Page 5: Tabloid Wadah - Desember 2015

EDISI DESEMBER 2015 5

PKMW Al-Hidayah, dari Bantaran Waduk ke Rumah Susun

Perumahan kumuh di bantaran Waduk Pluit Penjaringan sebelum dibersihkan oleh Pemda DKI. Di sinilah Komunitas Al-Hidayah selama bertahun-tahun melakukan pelayanan kepada masyarakat termarjinal (Foto YTA)

Bangunan lama tempat kegiatan pendidikan anak-anak komunitas Al-Hidayah di pinggiran Waduk Pluit

omunitas Al Hidayah, yang sekarang dikenal dengan nama Pusat Kegiatan Masyarakat Wadah (PKMW) Al-Hidayah adalah satu Kkelompok masyarakat yang selama bertahun-tahun melakukan

kegiatan pelayanan kepada masyarakat miskin di permukiman kumuh bantaran Waduk Pluit, Penjaringan Jakarta Utara. Ini merupakan satu-satunya komunitas terpinggirkan yang dari awal didampingi, dibina dan dikembangkan oleh Ibu Anie, jauh sebelum Yayasan Wadah lahir, bahkan sebelum Yayasan Keluarga Hashim Djojohadikusumo (YKHD) didirikan pada awal tahun 2006. Bagi Ibu Anie, kawasan kumuh ini tidaklah asing. Beliau pertamakali masuk ke kawasan Penjaringan yang kumuh, panas dan terkenal sangat rawan kejahatan tersebut pada tahun 1990-an. Kawasan ini dihuni sekitar 200 keluarga terdiri dari nelayan, buruh kasar, tukang ojek sampai preman bersenjata. Di sinilah beliau bertemu dengan seorang pejuang masyarakat termarjinal, aktivis kemanusiaan, anak muda “nekad” yang sekarang kita kenal dengan nama Hasan Azhary. Cerita mengenai Azhary yang “didamparkan” ke kawasan kumuh ini sudah banyak ditulis. Lihat misalnya buku terbitan Wadah berjudul OBOR, Torchbearers of Hope yang ditulis oleh sahabat Ibu Anie, Ethel Fong-Chalopin.

Selain itu ada satu ibu lagi yang pantas disebutkan di sini yaitu Ibu Silvy Hasan Bisri. Beliau aktif bersama Ibu Anie membantu komunitas Al Hidayah. Ibu Hasan Bisri adalah sahabat Ibu Anie yang dulu aktif di organisasi istri-istri Direksi dan Staf PT Semen Cibinong milik Pak Hashim Djojohadikusumo yang diberi nama Rukun Ibu Semen Cibinong (RISCI).

Dari Bantaran Waduk ke Rumah Susun

Bermula dari banjir besar yang melanda Jakarta di awal tahun 2013 lalu, Pemda DKI meluncurkan program normalisasi Waduk Pluit untuk mengurangi risiko banjir di Ibu Kota. Waduk yang diresmikan pemakaiannya oleh Presiden Suharto pada 1968 ini pernah dinormalkan pada tahun 1979, namun kemudian waduk ini mengalami degradasi akibat sedimentasi dan bantarannya menyusut karena ditumbuhi bangunan penghuni liar. Untuk membenahi dan mengembalikan fungsi Waduk Pluit sebagai waduk penampung limpahan banjir kota Jakarta, semua bangunan yang ada di sekeliling bantaran Waduk Pluit harus dibersihkan dan penghuninya harus dipindahkan ke tempat lain. Di bekas gusuran tersebut pemerintah akan membangun jalan inspeksi, instalasi pengolah air dan limbah serta taman dan hutan kota.

Page 6: Tabloid Wadah - Desember 2015

EDISI DESEMBER 20156

Anak-anak PAUD Al-Hidayah sedang belajar di bangunan lama, di tengah permukiman kumuh bantaran Waduk Pluit, Penjaringan (Foto

(foto Alodie)

YTA)

Sejak Maret 2013, penghuni kawasan kumuh di sekeliling Waduk Pluit secara bertahap mulai dipindahkan ke sejumlah rumah susun yang sebelumnya sudah dibangun oleh Pemda DKI di beberapa tempat di kawasan Jakarta Utara. PKMW Al-Hidayah yang selama ini berkegiatan di tengah pemukiman kumuh bantaran Waduk Pluit tersebut harus pula dipindahkan ke tempat lain agar kegiatan pelayanan masyarakat terutama pendidikan anak-anak (PAUD, TPA/TPQ atau bimbel) tidak hilang begitu saja.

Hasan Azhary, Koordinator PKMW Al-Hidayah bersama-sama dengan Yayasan Wadah mencoba melakukan lobi dengan Pemerintah DKI untuk mendapatkan tempat baru yang tidak jauh dari lokasi kegiatan mereka selama ini. Melalui usaha yang tidak mengenal lelah, tekun dan sabar dari Koordinator PKMW Al-Hidayah bersama-sama dengan Yayasan Wadah, akhirnya berhasil mendapatkan tempat di lantai dasar Blok 9 Rusunawa Muara Baru yang tidak jauh dari tempat semula. Ini merupakan tempat terbuka yang cukup luas dan memadai untuk melakukan kegiatan pendidikan anak-anak.

Agar bisa dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan pendidikan yang layak, lantai dasar terbuka itu perlu disekat menjadi ruangan tertutup. Untuk itu, Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD) telah membangun dan menata ruangan yang cukup luas tersebut sehingga sekarang sudah dapat

dimanfaatkan dan nyaman untuk kegiatan belajar-mengajar dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.

Siswa Baru, Ruang Belajar Baru

Pada Selasa 28 Juli 2015 YAD dan Yayasan Wadah Titian Harapan (Wadah) telah meresmikan bangunan baru Pusat Kegiatan Masyarakat Wadah (PKMW) Al-Hidayah tersebut. Acara peresmian sederhana ini tidak hanya dihadiri oleh penghuni rusunawa, tetapi juga hadir Lurah Penjaringan, Suranta, S.Sos, tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat Penjaringan. Keluarga Djojohadikusumo termasuk Anggota DPR-RI Komisi VII, Aryo Djojohadikusumo menyempatkan diri hadir dalam acara ini.

Sebagian penghuni Rusunawa Muara Baru tersebut adalah juga anggota komunitas Al-Hidayah. Mereka terlihat antusias menyambut kehadiran sarana pendidikan baru bagi putra-putri mereka yang telah dibangun atas kerja sama antara Yayasan Arsari Djojohadikusumo dan Yayasan Wadah Titian Harapan. Saat ini PKMW Al-Hidayah memiliki 120 murid PAUD dan sekitar 200 peserta TPA/TPQ yang dibimbing oleh 23 tutor. Sebagian dari peserta program pendidikan ini adalah anak-anak dari penghuni baru Rusun dan sebagian lagi dari komunitas lama Al-Hidayah.

Bangunan baru PKMW Al-Hidayah yang terletak di Blok 9 Rusunawa Muara Baru itu secara resmi dibuka dengan penandatanganan prasasti oleh Ketua YAD, Bapak Hashim Djojohadikusumo dan pemotongan tumpeng oleh Pembina Yayasan Wadah, Ibu Anie Hashim.

Bangunan PKMW Al-Hidayah yang cukup luas ini menempati dua sisi lantai dasar Blok 9 Rusunawa Muara Baru. Pada sisi utara terdiri dari ruang serbaguna, ruang UKS, gudang, toilet dan tempat wudhu. Sedangkan bangunan sisi selatan terdiri dari ruang PAUD, perpustakaan, kantor dan toilet.

Hasan Azhary, Koordinator PKMW Al-Hidayah dalam sambutannya mengharapkan agar masyarakat penghuni rusun bisa memelihara sarana pendidikan itu dengan baik karena bangunan itu sekarang sudah menjadi milik masyarakat Rusunawa Muara Baru. Dalam kesempatan yang sama, Lurah Penjaringan, Suranta, juga menyampaikan pesan serupa agar masyarakat mau melakukan kerja bakti secara teratur untuk menjaga kebersihan baik di dalam ruangan maupun di lingkungan rusun mereka. (zhn)

Ruang belajar dan bermain yang baru PAUD PKMW Al-Hidayah di Rusunawa Muara Baru (Foto Azhary)

Meraih Harapan Dengan API, Sebuah Kewirausahaan Sosial untuk Wadah

Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan upaya melahirkan wirausaha atau usaha kecil menengah (UKM). Kegiatan tersebut disebut social entrepreneurshipatau Kewirausahaan Sosial yaitu usaha pemberdayaan masyarakat yang motivasinya bukan untuk mendapatkan keuntungan, melainkan berupa misi mengatasi masalah sosial dengan semangat yang tinggi. Misi sosial ini dipadukan dengan sifat inovasi, disiplin dan tahan banting agar terjadi perubahan positif.

Ibu Anie sebagai pendiri Yayasan Wadah berupaya merintis sebuah bentuk kewirausahaan sosial dengan mendirikan PT Arsari Peduli Indonesia (PT API) pada pada 20 April 2014 lalu untuk membantu kegiatan Yayasan Wadah. API berupaya melakukan pemberdayaan ekonomi dengan cara meningkatkan kapasitas komunitas sesuai potensinya. Kapasitas tersebut terus dikembangkan dan pada saat yang tepat diharapkan akan mampu menghasilkan produk berupa barang dan jasa yang memiliki nilai jual dan diminati oleh masyarakat. Banyak pengalaman menunjukan bahwa kewirausahaan sosial mampu menyembuhkan beragam penyakit sosial seperti kemiskinan, keterbelakangan, dan kesehatan masyarakat, bahkan dapat melahirkan kewirausahaan baru.

Salah satu bentuk kegiatan Wadah adalah pemberdayaan masyarakat yang bersifat ekonomi dengan tujuan kesejahteraan manusia. Misalnya, beberapa kegiatan yang dilakukan Wadah Yogyakarta antara lain berlatih merajut berupa pernak-pernik,baju rajut, tas rajut dan sarung bantal. Selain itu ada pula berupa produk pertanian, antara lain jahe dan gula semut. Produk-produk yang bisa memberikan nilai tambah dan dapat menghasilkan keuntungan akan ditangani oleh API, seperti jahe dan gula semut.

API merupakan sarana pemasaran untuk hasil produksi atau peningkatan kapasitas dari pemberdayaan yang dilakukan oleh Wadah. Hal ini sesuai dengan visi Wadah yaitu untuk memberikan harapan. Kehadiran API ditujukan agar produk-produk yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat dan memberikan manfaat bagi komunitas serta pengembangan kegiatan sosial Wadah.

Arsari Peduli Indonesia (API) adalah ide yang luar biasa dari

pendiri Yayasan Wadah. API yang harus berbisnis sekaligus memikirkan kemaslahatan masyarakat sebagai bentuk kepedulian sosial bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu kerja sama atau sinergi yang harmonis antara Wadah dan API amatlah penting. Hal tersebut akan mendorong kewirausahaan sosial terus berkembang dan secara efektif mengembangkan usaha kecil di Indonesia.

Kondisi tersebut merupakan peluang bagi Wadah untuk semakin mengembangkan kewirausahaan sosial melalui pemberdayaanmasyarakat dalam komunitas Wadah yang ada di berbagai lokasi atau titik-titik pelayanan Wadah.

Di Indonesia wirausahawan sosial masih sangat kurang. Negara yang tergolong maju dalam bidang ini adalah Inggris. British Council menaksir sedikitnya ada 62.000 wirausahawan sosial yang menyumbang bagi pemberdayaan ekonomi Inggris, bahkan ada Hari Wirausahawan (social entrepreneur day) yang dirayakan setiap 19 Nopember (Majalah Swa No 3/XXVI/4 – 17 Februari 2010).

Program Wadah dalam pemberdayaan masyarakat tidak hanya dalam bentuk bantuan finansial, tetapi juga dalam bentuk pembinaan, alat dan fasilitas untuk berjejaring.

Sesuai dengan visinya, gerakan kegiat an Wadah adalah memberikan harapan. Orang yang memiliki harapan akan memiliki semangat. Semangat membuat orang menjadi produktif dan mampu menularkan semangat itu kepada orang lain bahkan masyarakat(Insi/Wadah Yogyakarta)

Page 7: Tabloid Wadah - Desember 2015

EDISI DESEMBER 2015 7

Meraih Harapan Dengan API, Sebuah Kewirausahaan Sosial untuk Wadah

Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan upaya melahirkan wirausaha atau usaha kecil menengah (UKM). Kegiatan tersebut disebut social entrepreneurshipatau Kewirausahaan Sosial yaitu usaha pemberdayaan masyarakat yang motivasinya bukan untuk mendapatkan keuntungan, melainkan berupa misi mengatasi masalah sosial dengan semangat yang tinggi. Misi sosial ini dipadukan dengan sifat inovasi, disiplin dan tahan banting agar terjadi perubahan positif.

Ibu Anie sebagai pendiri Yayasan Wadah berupaya merintis sebuah bentuk kewirausahaan sosial dengan mendirikan PT Arsari Peduli Indonesia (PT API) pada pada 20 April 2014 lalu untuk membantu kegiatan Yayasan Wadah. API berupaya melakukan pemberdayaan ekonomi dengan cara meningkatkan kapasitas komunitas sesuai potensinya. Kapasitas tersebut terus dikembangkan dan pada saat yang tepat diharapkan akan mampu menghasilkan produk berupa barang dan jasa yang memiliki nilai jual dan diminati oleh masyarakat. Banyak pengalaman menunjukan bahwa kewirausahaan sosial mampu menyembuhkan beragam penyakit sosial seperti kemiskinan, keterbelakangan, dan kesehatan masyarakat, bahkan dapat melahirkan kewirausahaan baru.

Salah satu bentuk kegiatan Wadah adalah pemberdayaan masyarakat yang bersifat ekonomi dengan tujuan kesejahteraan manusia. Misalnya, beberapa kegiatan yang dilakukan Wadah Yogyakarta antara lain berlatih merajut berupa pernak-pernik,baju rajut, tas rajut dan sarung bantal. Selain itu ada pula berupa produk pertanian, antara lain jahe dan gula semut. Produk-produk yang bisa memberikan nilai tambah dan dapat menghasilkan keuntungan akan ditangani oleh API, seperti jahe dan gula semut.

API merupakan sarana pemasaran untuk hasil produksi atau peningkatan kapasitas dari pemberdayaan yang dilakukan oleh Wadah. Hal ini sesuai dengan visi Wadah yaitu untuk memberikan harapan. Kehadiran API ditujukan agar produk-produk yang dihasilkan tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat dan memberikan manfaat bagi komunitas serta pengembangan kegiatan sosial Wadah.

Arsari Peduli Indonesia (API) adalah ide yang luar biasa dari

pendiri Yayasan Wadah. API yang harus berbisnis sekaligus memikirkan kemaslahatan masyarakat sebagai bentuk kepedulian sosial bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu kerja sama atau sinergi yang harmonis antara Wadah dan API amatlah penting. Hal tersebut akan mendorong kewirausahaan sosial terus berkembang dan secara efektif mengembangkan usaha kecil di Indonesia.

Kondisi tersebut merupakan peluang bagi Wadah untuk semakin mengembangkan kewirausahaan sosial melalui pemberdayaanmasyarakat dalam komunitas Wadah yang ada di berbagai lokasi atau titik-titik pelayanan Wadah.

Di Indonesia wirausahawan sosial masih sangat kurang. Negara yang tergolong maju dalam bidang ini adalah Inggris. British Council menaksir sedikitnya ada 62.000 wirausahawan sosial yang menyumbang bagi pemberdayaan ekonomi Inggris, bahkan ada Hari Wirausahawan (social entrepreneur day) yang dirayakan setiap 19 Nopember (Majalah Swa No 3/XXVI/4 – 17 Februari 2010).

Program Wadah dalam pemberdayaan masyarakat tidak hanya dalam bentuk bantuan finansial, tetapi juga dalam bentuk pembinaan, alat dan fasilitas untuk berjejaring.

Sesuai dengan visinya, gerakan kegiat an Wadah adalah memberikan harapan. Orang yang memiliki harapan akan memiliki semangat. Semangat membuat orang menjadi produktif dan mampu menularkan semangat itu kepada orang lain bahkan masyarakat(Insi/Wadah Yogyakarta)

Page 8: Tabloid Wadah - Desember 2015

EDISI DESEMBER 20158

udul tulisan ini merupakan redaksi lain dari ayat Alkitab: “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu Jkekurangan”. Menurut ajaran Kristiani, menyebar atau memberikan harta kita untuk

orang lain sebagai wujud dari ucapan syukur kepada Tuhan, merupakan perbuatan memuliakan namaNya. Di samping itu juga merupakan implementasi dari perbuatan mengasihi sesama manusia. Hal tersebut merupakan ajaran dan juga perintah Tuhan. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh manusia untuk mewujudkan kasihNya kepada sesama. Salah satu yang dapat dilakukan adalah melakukan kegiatan sosial kepada masyarakat sekitar.

Kalau Ibu Anie ingin kaya sendiri sangat gampang, tetapi kita dapat melihat sendiri bagaimana beliau bersedia berbagi. Beliau menikmati perbuatan berbagi, menyebar harta secara bertanggungjawab. Kami merasakan bagaimana beliau mendidik kita untuk bertanggungjawab terhadap harta yang dibagikan kepada kita semua melalui berbagai kegiatan komunitas yang semakin berkembang. Ide-ide bermunculan di komunitas untuk selalu mengoptimalkan kegiatan agar dapat membuat masyarakat semakin sejahtera.

Dalam setiap pesan yang beliau sampaikan sendiri atau disampaikan melalui ibu Ketua atau staf Wadah, dapat kita rasakan bahwa semua memiliki bahasa yang sama yaitu bahwa harta itu adalah “uang Tuhan” atau “harta Tuhan”, sedangkan Wadah atau ibu Anie dan keluarganya adalah jalan berkat bagi semua yang membutuhkan.

Kami juga melihat dan juga selalu berupaya untuk bertanggungjawab secara profesional atas harta yang dipercayakan kepada kami. Tindakan profesional yang dapat dilakukan adalah menggunakan dana yang diberikan secara bertanggungjawab;

Berbagilah, Anda Akan Kaya

Ibu Anie dan keluarganya adalah saksi dari firman Tuhan yang hidup. Kita dengan mata kepala serta mata hati dapat melihat implementasi firman Tuhan “menyebar harta, tetapi bertambah kaya“ tersebut. Kita dapat melihat keluarga Ibu Anie bertambah kaya. “Kaya” yang bukan hanya dalam arti materi, tetapi juga kaya dalam arti kasih Tuhan. Tuhan semakin mengasihi dan orang yang bertambah sejahtera semakin bertambah. Ketulusan Ibu Anie dalam berbagi dan semakin banyak orang yang sejahtera, maka akan membuat Ibu Anie semakin sejahtera dan bahagia pula.

Dampak positif kegiatan pendidikan bimbingan belajar (bimbel), sanggar (kreativitas) atau kegiatan seni pada anak-anak membuat mereka semakin ceria dan

gembira, serta memiliki wahana pergaulan yang dapat membangun kapasitas dan karakternya. Hal ini dapat dilihat ketika kita melakukan kunjungan dan berbaur dengan mereka. Para remaja yang menjadi pendamping juga melakukan pekerjaannya dengan penuh semangat. Mereka datang dengan senang, dihargai jerih payahnya oleh jalan berkat Wadah. Ibu-ibu berlatih merajut, berkumpul dalam pertemuan kegiatan koperasi sambil menambah wawasan tentang pentingnya pendidikan anak. Hasil pertanian organik dan nutrisi berkat karya Bapak Cahaya yang hasil tanamannya dapat dinikmati banyak orang membuat semua berbahagia. Itu semua adalah harta. Itu semua tentu membuat kita dan ibu Anie bahagia dan tambah “kaya”.

(Insi/Wadah Yogyakarta)

bu Rasmi adalah salah satu dari 8 peserta yang mengikuti pendidikan tentang teknik perakitan listrik tenaga surya di IIndia, kerja sama antara Barefoot College di India dengan

Wadah Titian Harapan dari Indonesia. Ibu Rasmi yang setiap hari oleh masyarakat setempat biasa disapa dengan sebutan Bibi Rasmi, lahir di Wuring 6 Maret 1961,menikah dengan Bapak Tajuddin pada tahun 1983 dan dikaruniai 4 orang anak ( 1 putra dan 3 putri ).

Sebagai seorang ibu rumah tangga, ibu Rasmi tidak hanya mengurus suami dan anak – anaknya, akan tetapi ibu Rasmi juga turut serta membantu suami dalam menopang ekonomi keluarga dengan cara menjual minyak kelapa, kue dan nasi kuning hasil olahannya sendiri. Bahkan ibu Rasmi pun tidak segan – segan menjadi anak buah kapal lampara ( purse seinne ) selama 10 tahun ( 1997 – 2007 ). Seiring dengan usia yang tidak muda lagi, maka ibu Rasmi memutuskan berhenti dari pekerjaan sebagai Anak Buah Kapal (ABK) dan fokus pada jualannya.

Sebagai seorang warga negara yang baik, ibu Rasmi pun ikut berjuang untuk memajukan bangsanya dengan memanfaatkan potensi diri yang dimilikinya. Adapun beberapa karya nyata yang dilakukan oleh ibu Rasmi dalam hidup bermasyarakat, yakni :

1. Tahun 1985 – 1996 menjadi pengajar paket A untuk

kelurahan Wuring.

2. Tahun 1990 – 1992 menjadi anggota PKK kelurahan Wuring.

3. Tahun 1990 – Sekarang, menjadi kader posyandu Wuring

Lembah.

4. Tahun 2004 – 2013 menjadi ketua RT.

5. Tahun 2010 – Sekarang, menjadi tutor PAUD.

6. Tahun 2012 – Sekarang, menjadi ketua dapur umum

kampung siaga bencana ( KSB ) kelurahan Wuring.

7. Tahun 2014 – Sekarang, menjadi teknisi Listrik Tenaga

Surya kabupaten Sikka.Selain beberapa karya nyata yang dilakukan oleh ibu Rasmi

diatas, ada pula hal yang patut kita banggakan dan menjadi contoh untuk yang lain dalam mendukung program pemerintah yaitu, ibu Rasmi menjadi peserta Keluarga Berencana ( KB ) “ teladan “ untuk kabupaten Sikka, karena selama 13 tahun berturut - turut menjadi peserta KB . Sehingga pada tahun 1997 ibu Rasmi menerima penghargaan dari Kementerian Kependudukan, melalui BKKBN Sikka.

Masih ada hal yang paling “luar biasa” dari kepribadian ibu Rasmi adalah sifat “bijaksana” . Hal ini terbukti ketika tahun 2013, ibu Rasmi dan ke-7 temannya dikirim oleh Yayasan Wadah Titian Harapan untuk mengikuti pendidikan teknik perakitan listrik tenaga surya selama 6 bulan di India, sang suami dalam keadaan sakit. Sebagai seorang istri, saat itu ibu Rasmi sangat merasa berat hati untuk berangkat. Namun karena sang suami pun berpikir untuk masa depan keluarga, sehingga dengan ikhlas hati mengijinkan dan

merestui keberangkatan ibu Rasmi. Sayangnya, manusia hanya merencanakan tapi Tuhan yang menentukan. Baru 2 bulan ibu Rasmi dan teman – temannya berada di India, sang suami pun dipanggil Tuhan. Saat itu pihak Wadah Titian Harapan siap untuk membiayai ibu Rasmi kembali ke Sikka. Namun jawaban dari Ibu Rasmi sangat membuat ibu Anie dan seluruh pengurus Wadah terkejut dan terharu mendengar pernyataannya : Saya tidak pulang, karena kalau saya pulang, saya akan mengalami kehilangan 2 hal, pertama : suami , tidak mungkin saya bisa melihat suami saya lagi karena perjalanan yang sangat jauh, kedua : pengetahuan, saya akan ketinggalan pelajaran selama keberadaan saya di Sikka. Biarlah saya mendoakan saja dari India. Namun saya mohon, pihak Wadah tolong mengurus penguburan suami saya dan acara Doa di rumah. Inilah kutipan kalimat yang diungkapkan oleh ibu Rasmi. Sungguh, hati seorang wanita yang luar biasa bijaksana.

Sekarang ibu Rasmi memiliki fungsi ganda dalam keluarga yakni sebagai kepala keluarga dan ibu rumah tangga. Ibu Rasmi masih tetap berjualan kue dan nasi kuning, bahkan sering juga menerima pesanan kue dan makanan, baik untuk kegiatan pemerintahan maupun acara keluarga. Dalam kesibukan sebagai seorang ibu sekaligus ayah yang cukup menyita waktunya, beliau masih semangat menambah ilmu dan memperluas wawasannya dengan mengikuti program S1 Universitas terbuka. Ibu Rasmi terus berjuang karena masih memiliki tanggungan 2 orang anaknya ( kelas 3 SMP dan 6 SD ).

Sekian cerita tentang kehidupan ibu Rasmi.

IBU RASMI

Page 9: Tabloid Wadah - Desember 2015

EDISI DESEMBER 2015 9

bu Rasmi adalah salah satu dari 8 peserta yang mengikuti pendidikan tentang teknik perakitan listrik tenaga surya di IIndia, kerja sama antara Barefoot College di India dengan

Wadah Titian Harapan dari Indonesia. Ibu Rasmi yang setiap hari oleh masyarakat setempat biasa disapa dengan sebutan Bibi Rasmi, lahir di Wuring 6 Maret 1961,menikah dengan Bapak Tajuddin pada tahun 1983 dan dikaruniai 4 orang anak ( 1 putra dan 3 putri ).

Sebagai seorang ibu rumah tangga, ibu Rasmi tidak hanya mengurus suami dan anak – anaknya, akan tetapi ibu Rasmi juga turut serta membantu suami dalam menopang ekonomi keluarga dengan cara menjual minyak kelapa, kue dan nasi kuning hasil olahannya sendiri. Bahkan ibu Rasmi pun tidak segan – segan menjadi anak buah kapal lampara ( purse seinne ) selama 10 tahun ( 1997 – 2007 ). Seiring dengan usia yang tidak muda lagi, maka ibu Rasmi memutuskan berhenti dari pekerjaan sebagai Anak Buah Kapal (ABK) dan fokus pada jualannya.

Sebagai seorang warga negara yang baik, ibu Rasmi pun ikut berjuang untuk memajukan bangsanya dengan memanfaatkan potensi diri yang dimilikinya. Adapun beberapa karya nyata yang dilakukan oleh ibu Rasmi dalam hidup bermasyarakat, yakni :

1. Tahun 1985 – 1996 menjadi pengajar paket A untuk

kelurahan Wuring.

2. Tahun 1990 – 1992 menjadi anggota PKK kelurahan Wuring.

3. Tahun 1990 – Sekarang, menjadi kader posyandu Wuring

Lembah.

4. Tahun 2004 – 2013 menjadi ketua RT.

5. Tahun 2010 – Sekarang, menjadi tutor PAUD.

6. Tahun 2012 – Sekarang, menjadi ketua dapur umum

kampung siaga bencana ( KSB ) kelurahan Wuring.

7. Tahun 2014 – Sekarang, menjadi teknisi Listrik Tenaga

Surya kabupaten Sikka.Selain beberapa karya nyata yang dilakukan oleh ibu Rasmi

diatas, ada pula hal yang patut kita banggakan dan menjadi contoh untuk yang lain dalam mendukung program pemerintah yaitu, ibu Rasmi menjadi peserta Keluarga Berencana ( KB ) “ teladan “ untuk kabupaten Sikka, karena selama 13 tahun berturut - turut menjadi peserta KB . Sehingga pada tahun 1997 ibu Rasmi menerima penghargaan dari Kementerian Kependudukan, melalui BKKBN Sikka.

Masih ada hal yang paling “luar biasa” dari kepribadian ibu Rasmi adalah sifat “bijaksana” . Hal ini terbukti ketika tahun 2013, ibu Rasmi dan ke-7 temannya dikirim oleh Yayasan Wadah Titian Harapan untuk mengikuti pendidikan teknik perakitan listrik tenaga surya selama 6 bulan di India, sang suami dalam keadaan sakit. Sebagai seorang istri, saat itu ibu Rasmi sangat merasa berat hati untuk berangkat. Namun karena sang suami pun berpikir untuk masa depan keluarga, sehingga dengan ikhlas hati mengijinkan dan

merestui keberangkatan ibu Rasmi. Sayangnya, manusia hanya merencanakan tapi Tuhan yang menentukan. Baru 2 bulan ibu Rasmi dan teman – temannya berada di India, sang suami pun dipanggil Tuhan. Saat itu pihak Wadah Titian Harapan siap untuk membiayai ibu Rasmi kembali ke Sikka. Namun jawaban dari Ibu Rasmi sangat membuat ibu Anie dan seluruh pengurus Wadah terkejut dan terharu mendengar pernyataannya : Saya tidak pulang, karena kalau saya pulang, saya akan mengalami kehilangan 2 hal, pertama : suami , tidak mungkin saya bisa melihat suami saya lagi karena perjalanan yang sangat jauh, kedua : pengetahuan, saya akan ketinggalan pelajaran selama keberadaan saya di Sikka. Biarlah saya mendoakan saja dari India. Namun saya mohon, pihak Wadah tolong mengurus penguburan suami saya dan acara Doa di rumah. Inilah kutipan kalimat yang diungkapkan oleh ibu Rasmi. Sungguh, hati seorang wanita yang luar biasa bijaksana.

Sekarang ibu Rasmi memiliki fungsi ganda dalam keluarga yakni sebagai kepala keluarga dan ibu rumah tangga. Ibu Rasmi masih tetap berjualan kue dan nasi kuning, bahkan sering juga menerima pesanan kue dan makanan, baik untuk kegiatan pemerintahan maupun acara keluarga. Dalam kesibukan sebagai seorang ibu sekaligus ayah yang cukup menyita waktunya, beliau masih semangat menambah ilmu dan memperluas wawasannya dengan mengikuti program S1 Universitas terbuka. Ibu Rasmi terus berjuang karena masih memiliki tanggungan 2 orang anaknya ( kelas 3 SMP dan 6 SD ).

Sekian cerita tentang kehidupan ibu Rasmi.

IBU RASMI

Page 10: Tabloid Wadah - Desember 2015

EDISI DESEMBER 201510

Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Yayasan Wadah merupakan sebuah momentum bersejarah bagi komunitas PKMW Al-Afifiyah. Melalui Rakernas ini komunitas Al-Afifiyah yang berlokasi di Kopo Cirangrang Kota Bandung, Jawa Barat bisa mengutarakan berbagai programnya untuk satu tahun ke depan di hadapan para pejuang Wadah yang datang dari berbagai medan juangnya yang tersebar di berbagai pelosok Nusantara bahkan dari luar negeri yaitu India, Malaysia dan Filipina.

Rakernas ini memberikan kesan yang mendalam dalam batin kami. Wahai wadya bala kebaikan, wahai “pasukannya” Ibu Anie Hashim Djojohadikusumo, sungguh tiada terkira bahagia di hati kami dapat berjumpa, berjuang bersama, berbagi pengalaman dan cerita perjuangan, saling memotivasi dan menguatkan, bersenda gurau, tersenyum dan tertawa bersama bahkan menangis bersama para pejuang cinta dan kasih sayang nan tulus seperti Para Pendekar Wadah Titian Harapan.

Kesederhanaan, kejujuran, kecerdasan, tingginya ilmu, ketabahan, kesabaran serta kerendahan hati kalian terpancar jelas dalam sikap dan prilaku serta karya nyata kalian di masyarakat. Kami merasakan dalam setiap paparan program yang disampaikan komunitas, semuanya bernafaskan cinta dan kasih sayang serta keberpihakan pada kaum duafa, kaum yang terpinggirkan.

Kami ingin hadir di tengah-tengah medan perjuanganmu untuk bahu membahu berjuang, merasakan hembusan angin pantai Somanding dan Halmahera, mendengar nyanyian anak-anak Malifut, Kampung Fora, Balaran dan Gita Eklesia dalam kidung-kidung pujiannya nan syahdu.

Betapa kami ingin memanen kacang tanah di Weliurai serta belajar pada saudara-saudara kami di Yogyakarta, Ambon, Ternate, Sikka, Belu, Kupang, Ende, Bali dan Arsari Sekar dalam karya-karyanya yang menggugah jiwa.

Saudaraku...Rakernas Wadah ini semakin membuatku sadar betapa panjangnya jalan perjuangan yang telah ditempuh para tutor di Penjaringan, Bekasi, Kampung Beting, Despuri Klender, Warabal, Arjasari, Cibodas dan Jatibening.

Saudaraku...Rakernas ini pun semakin membuatku sadar betapa luar biasa perhatian dan kasih sayang serta kesabaran Ibunda Anie, Ibu Tyas dan para pimpinan Wadah lainnya beserta para staf di Wadah Pusat dalam membantu perjuangan kita semua.

Siapa yang menanam tentu dia berhak untuk memanen. Siapa menanam kebaikan dan kasih sayang tentu ia akan berada dalam dekapan Sang Pencipta Kasih Sayang.

Terimakasih Ibunda dan Saudaraku semua, semoga Yayasan Wadah semakin maju dan diberi kemudahan dalam setiap gerak-langkahnya.

(Wahyul Afif Al-Ghafiqi/Koordinator PKMW Al-Afifiyah)

Ghafiqi/Koordinator PKMW Al-Afifiyah)

Sebagaimana

Ralph Nader ,

seorang advokat dan

pengamat politik,

berkata bahwa “

Kepemimpinan yang

baik akan melahirkan

pemimpin –

pemimpin baru bukan

menambah pengikut

– pengikut”, maka

Raker Wadah yang

lalu ini adalah sebuah pertemuan pemimpin – pemimpin

di bawah kepemimpinan Bunda Anie yang sangat

berkharisma.

Sejujurnya saya pribadi menjadi bukti dari

kekuatan, energi dan semangat yang memancar dari

Ballroom Amos Cozy Hotel selama tiga hari di bulan

Oktober lalu. Tiga hari yang sangat menggembirakan

dimana puncaknya terasa saat masing – masing peserta

memberikan kesan mereka di hari ketiga. Semua peserta

merasakan betapa waktu terasa begitu cepat berlalu.

Pada hari pertama, Ibu Tyas sebagai ketua Yayasan

Wadah menjelaskan dengan apik tujuan pelaksanaan

Raker Wadah sebelum memperkenalkan Team 3 yang

terdiri dari Ibu Karina, Pak Yan dan Pak Wiji yang diberi

tanggung jawab untuk melaksanakan pelatihan dan

pendampingan kepada keluarga besar Wadah agar

menjadi pemimpin – pemimpin profesional dan dapat

membawa semangat Wadah pada pelayanan nyata di

masyarakat.

Saat ini motto Wadah, “ Kita tumbuh untuk

melayani dan kita melayani agar mereka dapat tumbuh

bersama – sama dengan kita”, lebih sesuai dengan

komitmen untuk berperan aktif dalam pembangunan

bangsa daripada hanya membangun sumberdaya

individu. Lebih dari itu cara Wadah adalah menguatkan

dan memberi dukungan kepada komunitas,

meningkatkan kerja sama, menggerakkan peran serta

aktif masyarakat. Inilah yang membedakan Wadah yang

bukan hanya berkegiatan sosial semata seperti

dilakukan lembaga – lembaga lainnya. Wadah

membantu dan memberdayakan para “agen – agen

perubahan” yang di Wadah disebut sebagai pendekar –

pendekar, hingga mereka nantinya dapat mengalami

perubahan pada diri mereka sendiri sampai mereka

mampu membangun sistem dimana masyarakat di

dengar dan banyak cerita dibagikan, dan menjadi satu

suara dalam meningkatkan harkat dan martabat

manusia dan bangsa.

Selama berlangsungnya raker, paparan – paparan

yang berkualitas dan pertanyaan – pertanyaan yang

tajam menjadikan diskusi sangat menarik. Terutama

saat peserta memaparkan tantangan yang dihadapi di

komunitas maupun di tengah – tengah masyarakat

termarjinalkan yang mereka layani. Bagaimana

mereka belajar dan berusaha sebijak mungkin dalam

menangani setiap permasalahan.

Sebagaimana Bunda Anie utarakan, Wadah

adalah semangat dan pengalaman beliau pribadi. Saat

beliau mendirikan Yayasan Wadah, hampir delapan

tahun yang lalu, Wadah adalah ungkapan syukur beliau

kepada Tuhan. Dari hanya beberapa komunitas pada

awal berdirinya kini bertumbuh dan berkembang

menjadi 42 komunitas. Sebuah pertumbuhan luar biasa

yang hanya dapat terjadi dengan pertolongan dan

penyertaan Tuhan. Tentu saja pertumbuhan ini

meminta tanggung jawab dan profesionalitas yang

lebih lagi.

Lazimnya, manusia sangat mudah untuk

menghakimi. Dan manusia seperti ini justru yang sulit

untuk berubah. Narayana Murthy, Indian industrialist,

mengatakan bahwa kepemimpinan adalah melakukan

hal – hal baik sekalipun harus bertentangan dengan

pandangan sekelompok orang. Atau seperti Max

Lucado, pengkhotbah terkenal berkata : “Seseorang

yang ingin memimpin sebuah orkestra harus

menghadapkan punggungnya pada penonton.”

Pada hari ketiga, peserta terhibur dengan

pembacaan puisi dari Taufik, keluarga baru dari

komunitas Minahasa. Presentasi yang sangat

bermanfaat tentang kesehatan dasar dari Ibu Carol dan

Ibu Henny. Dilanjutkan paparan dari Wadah Filipina,

Malaysia dan India. Semuanya ini mempertegas

betapa spirit Wadah telah mendunia. Kemudian

masing – masing peserta duduk dalam satu lingkaran

untuk berbagi kesan dan pengalaman. Seluruh peserta

mendapatkan tepuk salut dan tak jarang air mata haru,

juga bagi Ibu Warni dari Ambon maupun Ibu Maria

Goreti dan yang lainnya sebagai peserta yang baru

pertama kali mengikuti raker Wadah.

Raker ditutup dengan makan malam bersama

yang juga merupakan pengukuhan Ibu Neeru Singh

sebagai Ketua Wadah International Committee.

Ini adalah keempat kalinya saya mengikuti raker.

Tiga hari yang sangat mengagumkan. Tiga hari

bersama sebagai perayaan bagi kita semua untuk

menyaksikan dimana kita setelah tujuh tahun dan akan

kemana kita pada tahun – tahun mendatang.

Tepuk salut untuk semuanya yang telah menjadi

pemimpin – pemimpin bersemangat luar biasa, dan

pemimpin – pemimpin hebat kedepannya. Seperti kata

– kata dari Robin Sharma, penulis terkenal, Segala

sesuatunya hanyalah tentang : Dampak, Pengaruh dan

Inspirasi !” Dampak melibatkan proses. Pengaruh

menyebarkan semangat. Dan Inspirasi kita adalah

Bunda Anie yang merupakan teladan nyata

kepemimpinan yang sedang kita dambakan dan

teladan yang seharusnya kita tiru. (TF/ Wadah

Philippines )

Para Pejuang Wadah, Izinkan Kami Memujimu

Pertemuan Para Pemimpin

Catatan dari Raker Wadah, Oktober 2015 Ms. Tina Ferreros

Kekurangan air akibat kemarau panjang yang melanda berbagai wilayah di tanah air termasuk Desa perbukitan sejuk Arjasari di Kabupaten Bandung Selatan telah menggerakan Yayasan Wadah untuk mendatangkan penemu pompa air ram hidrolik, yaitu Letkol Simon Kamlasi ke Desa Arjasari. Letkol Simon adalah Komandan Detasemen Peralatan Korem 161/Wira Sakti Kupang yang tidak hanya ahli membuat pompa air hidrolik, tetapi juga sangat berpengalaman memasang pompa hidrolik tersebut di berbagai wilayah yang kesulitan air di Indonesia. Kedatangan Letkol Simon disambut dengan sangat antusias oleh Kepala Desa (Kades) dan Masyarakat Desa Arjasari.

Pompa ram hidrolik buatan Letkol Simon ini terinspirasi dari mekanisme tolak balik meriam yang bisa diaplikasikan untuk mendorong air melawan gravitasi. Pompa ini sangat ekonomis karena dapat mengalirkan air 24 jam sehari tanpa membutuhkan bahan bakar maupun daya listrik sama sekali.

Dalam waktu hanya dua bulan, tiga pompa air hidrolik sudah terpasang di Desa Arjasari dan sudah dapat mengalirkan air bersih ke rumah-rumah penduduk. Ini merupakan hasil kerja gotong royong yang luar biasa dari masyarakat Desa Arjasari dengan bantuan berbagai pihak termasuk Yayasan Wadah.

Pompa air hidrolik Tirta Harapan Lestari di Desa Arjasari. Hanya dalam waktu 3 bulan, air sudah mengalir ke rumah-rumah penduduk.

Sumber airnya terletak di sebuah lembah yang dikelilingi kebun dan sawah milik masyarakat. Menurut cerita para sesepuh Desa Arjasari, sumber air tersebut sudah ditemukan sejak zaman penjajahan Belanda karena wilayah ini dahulunya merupakan perkebunan teh dan kina milik Belanda.

Untuk menjaga kelestarian dan keamanan mata air ini, Ibu Anie menyarankan agar wilayah di sekitarnya perlu dihijaukan dengan menanam berbagai pohon yang bisa menahan air termasuk bambu. Selain itu, kolam

penampungan utama mata air tersebut perlu ditata sedemikian rupa agar kebersihan dan kebeningannya dapat dijaga.

Pompa air yang diberi nama Tirta Harapan Lestari (THL) ini telah diresmikan pada 5 Oktober 2015 lalu. Acara peresmian yang sederhana namun penuh suka cita ini dihadiri oleh Ibu Anie, Pembina Yayasan Wadah beserta pengurus Wadah, Kepala Desa Arjasari, Bapak Rosiman beserta jajaran aparat Desa, Wakil Camat dan tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh agama Desa Arjasari serta Koordinator PKMW Arjasari Sophan Aji. Kegiatan ini diawali dengan kunjungan Ibu Anie ke sumber mata air dimana pompa hidrolik tersebut dipasang.

Sebagian pekerjaan instalasi untuk pendistribusian air ke pemakai akhir sedang dalam tahap pemasangan dan diharapkan pada bulan November 2015 seluruh masyarakat di RW 3 Desa Arjasari sudah dapat menikmati air bersih. (zhn)

Ibu Anie setelah pemotongan pita dalam acara peresmian pompa air.

Tanki penampungan akhir, dari sini air dialirkan dengan pipa ke rumah-rumah penduduk.

Kepala Desa Arjasari, Bapak Rosiman, menandatangani sertifikat peresmian pompa air disaksikan oleh Ibu Anie

Ibu Anie dan Kepala Desa Arjasari foto bersama dengan tokoh dan aparat desa

Page 11: Tabloid Wadah - Desember 2015

EDISI DESEMBER 2015 11

Kekurangan air akibat kemarau panjang yang melanda berbagai wilayah di tanah air termasuk Desa perbukitan sejuk Arjasari di Kabupaten Bandung Selatan telah menggerakan Yayasan Wadah untuk mendatangkan penemu pompa air ram hidrolik, yaitu Letkol Simon Kamlasi ke Desa Arjasari. Letkol Simon adalah Komandan Detasemen Peralatan Korem 161/Wira Sakti Kupang yang tidak hanya ahli membuat pompa air hidrolik, tetapi juga sangat berpengalaman memasang pompa hidrolik tersebut di berbagai wilayah yang kesulitan air di Indonesia. Kedatangan Letkol Simon disambut dengan sangat antusias oleh Kepala Desa (Kades) dan Masyarakat Desa Arjasari.

Pompa ram hidrolik buatan Letkol Simon ini terinspirasi dari mekanisme tolak balik meriam yang bisa diaplikasikan untuk mendorong air melawan gravitasi. Pompa ini sangat ekonomis karena dapat mengalirkan air 24 jam sehari tanpa membutuhkan bahan bakar maupun daya listrik sama sekali.

Dalam waktu hanya dua bulan, tiga pompa air hidrolik sudah terpasang di Desa Arjasari dan sudah dapat mengalirkan air bersih ke rumah-rumah penduduk. Ini merupakan hasil kerja gotong royong yang luar biasa dari masyarakat Desa Arjasari dengan bantuan berbagai pihak termasuk Yayasan Wadah.

Pompa air hidrolik Tirta Harapan Lestari di Desa Arjasari. Hanya dalam waktu 3 bulan, air sudah mengalir ke rumah-rumah penduduk.

Sumber airnya terletak di sebuah lembah yang dikelilingi kebun dan sawah milik masyarakat. Menurut cerita para sesepuh Desa Arjasari, sumber air tersebut sudah ditemukan sejak zaman penjajahan Belanda karena wilayah ini dahulunya merupakan perkebunan teh dan kina milik Belanda.

Untuk menjaga kelestarian dan keamanan mata air ini, Ibu Anie menyarankan agar wilayah di sekitarnya perlu dihijaukan dengan menanam berbagai pohon yang bisa menahan air termasuk bambu. Selain itu, kolam

penampungan utama mata air tersebut perlu ditata sedemikian rupa agar kebersihan dan kebeningannya dapat dijaga.

Pompa air yang diberi nama Tirta Harapan Lestari (THL) ini telah diresmikan pada 5 Oktober 2015 lalu. Acara peresmian yang sederhana namun penuh suka cita ini dihadiri oleh Ibu Anie, Pembina Yayasan Wadah beserta pengurus Wadah, Kepala Desa Arjasari, Bapak Rosiman beserta jajaran aparat Desa, Wakil Camat dan tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh agama Desa Arjasari serta Koordinator PKMW Arjasari Sophan Aji. Kegiatan ini diawali dengan kunjungan Ibu Anie ke sumber mata air dimana pompa hidrolik tersebut dipasang.

Sebagian pekerjaan instalasi untuk pendistribusian air ke pemakai akhir sedang dalam tahap pemasangan dan diharapkan pada bulan November 2015 seluruh masyarakat di RW 3 Desa Arjasari sudah dapat menikmati air bersih. (zhn)

Ibu Anie setelah pemotongan pita dalam acara peresmian pompa air.

Tanki penampungan akhir, dari sini air dialirkan dengan pipa ke rumah-rumah penduduk.

Kepala Desa Arjasari, Bapak Rosiman, menandatangani sertifikat peresmian pompa air disaksikan oleh Ibu Anie

Ibu Anie dan Kepala Desa Arjasari foto bersama dengan tokoh dan aparat desa

Page 12: Tabloid Wadah - Desember 2015

EDISI DESEMBER 201512

T abloid GALERI WADAH

12 EDISI JANAURI 2016

T abloid GALERI WADAH

12 EDISI JANAURI 2016

GALERI WADAH