voc

10
VOC Orang Belanda yang pertama kali datang ke Indonesia adalah Cornelis de Houtman pada tahun 1596, tepatnya ke daerah Banten. Dari Banten, Cornelis melanjutkan perjalanannnya ke tiap pusat rempah-rempah di Maluku. Ia kembali ke negerinya membawa banyak rempah-rempah. Sejak saat itu para bangsawan Belanda banyak berdatangan ke Indonesia. Agar tidak terjadi persaingan antar sesama pedagang Belanda, maka pada tahun 1602 didirikan perserikatan perusahaan Hindia Timur atau Vereenigde Ooost- Indische Compagnie (VOC) yang dipimpin seorang Gubernur Jendral, Pieter Both. a. Berdirinya VOC Untuk mengatasi persaingan tidak sehat dan sekaligus mematahkan dominasi Portugis, seorang anggota parlemen Belanda bernama Johan Van Oldebanevelt mengajukan sebuah usul, yaitu penggabungan (merger) seluruh perusahaan datang yang ada di Belanda menjadi satu serikat dagang. Usulan tersebut mendapat sambutan baik. Pada tanggal 20 Maret 1602, berdiri Verenigde Oost Compagnie atau serikat perusahaan dagang hindia timur, yang biasa dikenal dengan VOC. Dengan modal pertama 6,5 miliar gulden, VOC dipimpin oleh tujuh belas direktur. Mereka dikenal dengan sebutan Heeren Zeventien. Adapun tujuan dibentuknya VOC adalah sebagai berikut. 1. Menghindari persaingan tidak sehat di antara sesame pedagang Belanda sehingga keuntungan maksimal dapat diperoleh. 2. Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan bangsa-bangsa Eropa lainnya maupun dengan bangsa-bangsa Asia. 3. Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol yang masih menduduki Belanda. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan leluasa, VOC diberi hak istimewa oleh pemerintah , yang dikenal sebagai Hak Octroi meliputi hal-hal berikut ini:

Upload: shinsungyoung

Post on 04-Feb-2016

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

menjelaskan mengenai voc

TRANSCRIPT

Page 1: Voc

VOC

Orang Belanda yang pertama kali datang ke Indonesia adalah Cornelis de Houtman pada tahun 1596, tepatnya ke daerah Banten. Dari Banten, Cornelis melanjutkan perjalanannnya ke tiap pusat rempah-rempah di Maluku. Ia kembali ke negerinya membawa banyak rempah-rempah. Sejak saat itu para bangsawan Belanda banyak berdatangan ke Indonesia. Agar tidak terjadi persaingan antar sesama pedagang Belanda, maka pada tahun 1602 didirikan perserikatan perusahaan Hindia Timur atau Vereenigde Ooost-Indische Compagnie (VOC) yang dipimpin seorang Gubernur Jendral, Pieter Both.

a. Berdirinya VOCUntuk mengatasi persaingan tidak sehat dan sekaligus mematahkan dominasi Portugis, seorang anggota parlemen Belanda bernama Johan Van Oldebanevelt mengajukan sebuah usul, yaitu penggabungan (merger) seluruh perusahaan datang yang ada di Belanda menjadi satu serikat dagang.Usulan tersebut mendapat sambutan baik. Pada tanggal 20 Maret 1602, berdiri Verenigde Oost Compagnie atau serikat perusahaan dagang hindia timur, yang biasa dikenal dengan VOC. Dengan modal pertama 6,5 miliar gulden, VOC dipimpin oleh tujuh belas direktur. Mereka dikenal dengan sebutan Heeren Zeventien.Adapun tujuan dibentuknya VOC adalah sebagai berikut.

1. Menghindari persaingan tidak sehat di antara sesame pedagang Belanda sehingga keuntungan maksimal dapat diperoleh.

2. Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan bangsa-bangsa Eropa lainnya maupun dengan bangsa-bangsa Asia.

3. Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi Spanyol yang masih menduduki Belanda.

Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan leluasa, VOC diberi hak istimewa oleh pemerintah , yang dikenal sebagai Hak Octroi meliputi hal-hal berikut ini:

1. Monopoli Perdagangan.2. Mencetak dan mengedarkan uang3. Mengangkat dan memberhentikan pegawai.4. mengadakan perjanjian dengan raja-raja5. Memiliki tentara untuk mempertahankan diri.6. Mendirikan benteng.7. Menyatakan perang dan damai.8. Mengangkat dan memberhentikan penguasa-penguasa setempat.

Pada masa VOC di Indonesia, beberapa kebijakan yang diberlakukan oleh VOC antara lain:

Page 2: Voc

1)       Verplichte Leverantie, yaitu penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah ditentukan VOC;

2)       Contingenten, yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil bumi.

3)       Ekstirpasi, yaitu hak VOC untuk menebang atau menggagalkan panen rempah-rempah agar tidak terjadi over produksi yang dapat menurunkan harga rempah-rempah;

4)       Peraturan tentang ketentuan areal dan jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh ditanam;

5)       Pelayaran Hongi, yaitu pelayaran dengan menggunakan perahu Kora-kora (perahu perang) untuk mengawasi pelaksanaan monopoli dagang VOC dan menindak pelanggarnya.

6) Ekstirpasi, yaitu hak VOC untuk menebang tanaman rempah-rempah agar tidak terjadi kelebihan priduksi yang menyebabkan harganya merosot.

Dengan hak khusus dan juga kebijakan-kebijakan tersebut VOC menjadi lembaga pemerintahan dan sekaligus lembaga perdagangan yang otonom di wilayah jajahan. Kehadiran VOC di wilayah jajahan dipimpin oleh seorang gubernur jenderal, yang termasuk Heeren Zeventien. Gubernur Jendral menjalankan dua peran sekaligus, yaitu sebagai direktur perusahaan dan pimpinan pemerintahan.

c. Kegiatan VOC di Indonesia

Gubernur jendral VOC pertama adalah Piter Both. Dibawah pimpinannya, Kegiatan VOC di Indonesia mulai diorganisasi dan monopoli mulai dilakukan. Ia menentukan pusat kedudukan VOC di Ambon. Pilihan itu didasari bahwa dari Ambon kegiatan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku akan lebih mudah dilakukan.Pada perkembangan berikutnya, Pieter Both memindahkan pusat kedudukan VOC ke Jayakarta. Alasan memeilih Jayakarta adalah sebagai berikut.- Jayakarta lebih strategis dibandingkan dengan Ambon karena terletak di tengah jalur perdagangan Asia.- Dari Jayakarta, VOC kan lebih mudah menyingkrkan Portugis yang berkedudukan di Malaka.Dalam melaksanakan rencana itu, Pieter Both meminta izin pengeran Jayakarta untuk mendirikan kantor dagang di Jayakarta, yang termasuk wilayah  kekuasaan Banten. Namun beberapa tahun kemudian, EIC dari Inggris juga diizinkan mendirikan kantor dagang di Jayakarta, akibatnya muncul persaingan antara VOC dan EIC.Jan Pieterszoon Coen diangkat menjadi gubernur Jendral ketika EIC dan VOC memperebutkan pengaruh di Jayakarta. Untuk memenangkan persaingan, ia mendirikan benteng VOC di jayakarta. Benteng itu bernama Batavia. Kemudian ia menghasut penguasa Banten, Ranamenggala, untuk memecat pangeran Jayakarta sekaligus menutup izin berdagang EIC. Sejak

Page 3: Voc

tanggal 31 Mei 1619, VOC memperoleh hak penuh atas Jayakarta. Sejak itu pula, nama Jayakarta berubah menjadi Batavia.Dari Batavia, VOC memperluas pengaruh ke berbagai wilayah di Indonesia. Perluasan pengaruh itu disertai penerapan monopoli perdagangan. Dengan kekuatan militer dan keahlian memecah belah, sejumlah wilayah tunduk pada pengaruh VOC. Untuk menjalankan monopoli perdagangan, Belanda membuat peraturan sebagai berikut.- Petani rempah-rempah hanya boleh bertindak sebagai produsen. Hak jual beli hanya dimiliki VOC.- Panen rempah-rempah harus dijual kepada VOC dengan harga yang ditentukan oleh VOC.- Barang kebutuhan sehari-hari, seperti peralatan rumah tangga, garam, dan kain harus dibeli dari VOC dengan harga yang ditentukan VOC.Untuk mengendalikan monopoli perdagangan, VOC mempunyai hak ekstirpasi dan melakukan pelayaran hongi. Dua hal itu merupakan strategi VOC untuk mengendalikan monopolinya. Hak Ekstirpasi merupakan strategi VOC untuk mengendalikan monopolinya.Hak Ekstirpasi adalah hak untuk membinasakan pohon rempah-rempah yang berlebihan agar harga rempah-rempah di pasar mancanegara tetap tinggi. Sedangkan pelayaran hongi adalah pelayaran bersenjata lengkap untuk mengawasi pohon rempah-rempah yang berlebihan dan untuk mencegah petani rempah-rempah berhubungan dengan petani luar.Guna mendapatkan keuntungan yang besar, VOC menerapkan monopoli perdagangan. Bahkan, pelaksanaan monopoli VOC di Maluku lebih keras dari pada monopoli yang diterapkan oleh Portugis

Beberapa gubernur jenderal yang dianggap berhasil dalam mengembangkan usaha dagang dan kolonialisasi VOC di Indonesia, antara lain berikut ini :

a. Jan Pieterszoon Coen (1619-1629)

Ia dikenal sebagai pendiri kota Batavia dan peletak dasar imperialism Belanda di Indonesia. Ia dikenal pula dengan rencana kolonisasinya dengan memindahkan orang-orang Belanda bersama keluarganya ke Indonesia. Hal itu dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja Belanda di Indonesia.

b. Antonio van Diemen (1636-1645)

Ia berhasil memperluas kerajaan VOC ke Malaka pada tahun 1641. Ia juga mengirimkan misi pelayaran yang dipimpin oleh Abel Tasman ke Australia, Tasmania, dan Selandia Baru.

c. Joan Maetsycker (1653-1678)

Ia berhasil memperluas wilayah kekuasaan VOC ke Semarang, Padang, dan Manado.

d. Cornelis Speelman (1681-1684)

Ia berhasil menghadapi perlawanan Sultan Hasanuddin dari Makassar, memadamkan pemberontakan Trunojoyo di Mataram. Dan mengalahkan Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten.

Page 4: Voc

e. Kemunduran VOC

- Korupsi yang dilakukan pegawai VOC- Banyaknya pegawai VOC yang tidak cakap sehingga pengendalian monopoli perdagangan tidak berjalan semestinya.- VOC banyak menanggung utang akibat peperangan yang dilakukan, baik dengan rakyat Indonesia maupun dengan Inggris dalam memperebutkan kekuasaan dibidang perdagangan.- Kemerosotan moral di kalangan para penguasa akibat system monopoli perdagangan. Keserakahan VOC membuat penguasa setempat tidak sungguh-sungguh dalam membantu VOC dalam monopoli perdagangan. Akibatnya, hasil panen rempah-rempah yang masuk jauh dari harapan.- Tidak berjalannya verplichte leverantie dan preanger-stelsel. Kedua aturan itu dimaksudkan untuk mengisi kas VOC yang kosong. Verplichte leverantie mewajibkan setiap derah menyerahkan hasil bumi berupa lada, kayu, beras, nila, dan gula kepada VOC. Kedua aturan ini tidak dapat berjalan dengan baik karena korupsi dan pengeluaran yang terlalu besar.

Akibat faktor-faktor diatas, secara resmi VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799. Selanjutnya, daerah kekuasaan VOC diambil alih oleh pemerintah Belanda.

INDONESIA PASCA VOC

Dalam rentang waktu 1799-1807, di Indonesia terjadi masa peralihan. Pada masa ini Indonesia dikuasai oleh Republik Bataf (Bataafsche Republiek). Dalam waktu yang bersamaan, Belanda terlibat perang melawan Perancis. Sejak Napoleon Bonaparte menjalankan politik luar negerinya, yaitu ingin menyatukan Eropa dengan Perancis sebagai pemimpinnya.

Belanda sebagai salah satu negara Eropa yang mempunyai daerah jajahan, tidak luput dari sasaran Perancis. Dalam sebuah pertempuran hebat tahun 1807, Belanda dikalahkan oleh Perancis. Sebagai akibatnya, Republik Baataf dihapuskan oleh Kaisar Napoleon Bonaparte dan digantikan dengan bentuk Kerajaan Belanda (Koninkrijk Holland) dengan rajanya Lodewijk Bonaparte atau Louis Bonaparte (adik Napoleon Bonaparte). Begitu juga dengan daerah jajahannya di Hindia Belanda (Indonesia) mengalami perubahan sistem pemerintahan. Sebagai wakilnya di Indonesia, penguasa keajaan Belanda, mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jendral. Daendels adalah seorang Belanda yang mendukung Perancis dalam Perang Koalisi di Eropa.

 

Pemerintahan Daendels (1808-1811)

Sejak kekalahan Belanda pada perang koalisi di Eropa, sebenarnya wilayah Indonesia dikuasai

Page 5: Voc

oleh Perancis, walaupun secara pemerintahan berada dibawah pemerintah Kerajaan Belanda. Daendels, sebagai Gubernur Jendral di Indonesia atas nama Perancis, mempunyai tugas utama, yakni mempertahankan Indonesia agar tidak dikuasai oleh Inggris, yang sewaktu-waktu dapat menyerang dari India. Pada masa itu di Eropa, Inggris merupakan negara tandingan Perancis dalam memperluas wilayah jajahan.

Selama mengemban tugas tersebut, Daendels mengeluarkan beberapa kebijakan yang berlaku bagi rakyat Indonesia terutama di Jawa. Semua kebijakan itu dilakukan dalam rangka melaksanakan tugas utama diatas.Kebijakan tersebut diantaranya :

membuat angkatan perang yang orang-orangnya terdiri dari orang Indonesia. Berhubungan dengan masalah pertahanan didirikan tangsi-tangsi dan benteng-benteng, pabrik mesiu, dan rumah sakit tentara. Kemudian pada pertahanan laut dibuat kapal -kapal perang kecil sebanyak 40 buah.

mengerahkan massa secara paksa untuk membuat jalan antara Anyer sampai Panarukan. Pembangunan jalan tersebut dibuat untuk melancarkan transportasi ekonomi dari daerah-daerah sebagai penunjang kepentingan menghadapi kemungkinan serangan Inggris.

mengeluarkan aturan Preager Stelsel, yaitu suatu sistem yang mengharuskan menanam kopi bagi rakyat yang berada di daerah Priangan.

dikeluarkan aturan pajak dalam bentuk barang.

 

Daendels memerintah dengan keras dan kejam, sehingga menimbulkan reaksi dari rakyat. Salah satunya, perlawanan dari rakyat Sumedang dibawah pimpinan Pangeran Kornel atau Pangeran Surianegara Kusumaddinata (1791-1828), seorang bupati Sumedang. Perlawanan karena rakyat dipaksa bekerja dengan perlengkapan sederhana untuk membuat jalan melalui bukit yang penuh batu cadas. Daerah tersebut sekarang dikenal dengan nama Cadas Pangeran.

Dalam hubungan dengan kalangan istana, pemerintahan Daendels mengalami pertentangan dengan Raja Banten yang tidak mendukung Daendels ditangkap dan dibuang ke Ambon. Mangkubumi yang juga dianggap menghalangi rencana Daendels dibunuh dan mayatnya dibuang ke laut.

Pertentangan pun terjadi dengan Kerajaan Mataram Ngayogyakarta. Dengan menggunakan politik Devide et Impera seperti yang dilakukan VOC Sultan Hamengkubuwono di pecat kemudian digantikan oleh Sultan Sepuh. Kemudian daerah Ngayogyakarta diperkecil. Upaya untuk mengumpulkan uang, Daendels menjual tanah-tanah partikelir kepada orang Belanda, Tionghoa dan Arab. Akibatnya para pemilik tanah tersebut dapat menghisap tenaga rakyat karena memiliki hak-hak istimewa.

Page 6: Voc

Setelah Perancis menyadari bahwa Inggris tidak mampu dikalahkan, bahkan berhasil menembus taktik Kontonental Stelsel (pertahanan darat) Perancis, maka Napoleon Bonaparte memanggil Daendels untuk diikutsertakan dalam penyerbuan ke Rusia pada Perang Koalisi VI. Disamping itu Nampoleon Bonaparte menganggap Daendels terlalu bersifat otokrasi. Hal itu dikhawatirkan, Inggris akan mudah menguasai Indonesia. Penggantinya adalah Janssens. Sementara itu, Indonesia jatuh ke tangan Inggris, yang menyerang dari India.Pemerintah Inggris di Eropa kemudian menugaskan Thomas Stamford Raffles untuk mengendalikan Indonesia yang sebelumnya Raffles bertugas di India.

Pemerintahan Raffles (1811-1816)

Ketika Indonesia masih dalam kekuasaan pemerintahan Belanda, seorang sarjana Inggis bernama Raffles telah banyak berhubungan dengan raja-raja di Jawa melalui surat yang bersifat rahasia. Dalam surat-suratnya Raffles banyak menganjurkan agar Indonesia bekerja sama dengan Inggris untuk melawan pemerintah Belanda. Rupanya, ada keinginan lain dari Raffles untuk menguasai Indonesia. Oleh karena itu Raffles banyak menghubungi raja-raja Indonesia juga mempelajari bahasa Melayu dengan bantuan R. Saleh atau R. Ario Notodiningrat dan Pangeran Natakusuma II dari Sumenep, yang kemudian kerja sama itu menghasilkan sebuah buku yang berjudul The History of Java.

Sejak tahun 1811, Belanda menyerah kepada Inggris, maka Gubernur Jendral Inggris yang menduduki India bernama Minto mengangkat Sir Thomas Stamford Raffles menjadi Letnan Gubernur di Jawa.

Setelah Raffles berkuasa, sikapnya terhadap raja-raja Indonesia berubah. Ia tidak lagi menunjukkan sikap untuk bersekutu dan bekerjasama, tetapi bersikap seperti penjajah pada umumnya. Tawaran bantuan yang disodorkan kepada bangsa Indonesia hanya sebagai kedok untuk menjajah bangsa Indonesia. Raffles menjalankan pemerintahannya berdasarkan teori leberalisme seperti yang diterapkan Inggris di India, dengan rencana sebagai berikut:

Kerja paksa akan dihapus kecuali daerah Priangan dan Jawa Tengah Contingenten (penyerahan hasilbumi dari daerah jajahan) diganti dengan Landrente

Stelsel (sistem pajak bumi). Sedangkan penyerahan wajib dihapuskan.

Monopoli, pelayaran Hongi, dan segala pemaksaan di Maluku dihapuskan

Perbudakan dilarang

 

Dalam bidang pemerintahan, Raffles berusaha menata dengan menerapkan sistem baru, yaitu:

Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan, Kekuasaan para bupati dikurangi,

Sistem juri ditetapkan dalam pengadilan.

Page 7: Voc

Sistem Landrente Stelsel atau sistem pajak bumi yang diterapkan Raffles adalah sebagai berikut:

petani membayar sewa tanah dengan jumlah bergantung kepada baik buruknya keadaan tanah

pajak bumi harus dibayar dengan uang atu beras,

orang-orang yang bukan petani dikenakan uang kepala, yaitu pembayaran pajak.

Dalam prakteknya, rancana-rancana Raffles itu banyak dilanggarnya sendiri. Larangan perbudakan dilanggarnya sendiri, terbukti dengan diizinkannya Alexander Hare, seorang Residen Banjarmasi yang mempekerjakan 3000 orang Jawa untuk mendirikan perkebunan di dekat Banjarmasin. Para pekerja itu umumya menderita, banyak yang tidak bisa pulang ke rumah atau kampung halamannya. Mereka bekerja sebagai budak belian, sehingga banyak sekali dari mereka yang meninggal dunia. Peristiwa ini dikenal dengan Banjarmasi Enormity .

Namun demikian, masih ada kebaikan yang ditanamkan oleh Raffles dalam bidang kemanusiaan, seperti mengadakan suntukan cacar dan menghapuskan papan penyiksa di pengadilan serta menggantinya dengan sistem juri seperti yang berlaku di pengadilan Inggris.

Setelah Inggris mengalami kekalahan dalam perang melawan Rusia pada tahu 1815, kekuasaan Inggris di Indonesia pun berakhr. Kemudian, Belanda dan Inggris mengadakan perundingan yang menghasilkan Konvensi London (1814). Konvensi tersebut menetapkan bahwa semua bekas jajahan Belanda harus diserahkan kembali ke tangan Inggris dari Sultan Najamudin (Palembang).

Sebenarnya, Raffles tidak setuju dengan penyerahan kembali daerah-daerah tiu. Akan tetapi, karena tidak ada yang mendukung keinginannya, Raffles tidak dapat berbuat apa-apa dan terpaksa kembali ke Inggris dan digantikan oleh John Fendall pada tahun 1816.

Pada tanggal 19 Agustus 1816, John Fendall melakukan serah terima dengan Belanda. Pihak Belanda menugaskan dua orang Komisarais Jendral, yaitu Elout Buykeys, dan Van der Capellen untuk menerima penyerahan itu dan menjalankan pemeritahn Belanda di Indonesia sampai pada tahun 1819. Pada tahun 1817, Raffles ditugaskan kembali ke Bengkulu, tetapi akhirnya Bengkulu dan Sumatra Barat diserahkan kepada Belanda.