visum et repertum

7
VISUM et REPERTUM Pengertian Menurut bahasa: berasal dari kata latin yaitu visum (sesuatu yang dilihat) dan repertum (melaporkan). Menurut istilah: adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah jabatannya terhadap apa yang dilihat dan diperiksa berdasarkan keilmuannya. Menurut lembar negara 350 tahun 1973: Suatu laporan medik forensik oleh dokter atas dasar sumpah jabatan terhadap pemeriksaan barang bukti medis (hidup/mati) atau barang bukti lain, biologis (rambut, sperma, darah), non- biologis (peluru, selongsong) atas permintaan tertulis oleh penyidik ditujukan untuk peradilan. Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Maksud pembuatan VeR adalah sebagai salah satu barang bukti (corpus delicti) yang sah di pengadilan karena barang buktinya sendiri telah berubah pada saat persidangan berlangsung. Jadi VeR merupakan barang bukti yang sah karena termasuk surat sah sesuai dengan KUHP pasal 184. Ada 5 barang bukti yang sah menurut KUHP pasal 184, yaitu: 1. Keterangan saksi 2. Keterangan ahli 3. Keterangan terdakwa 4. Surat-surat 5. Petunjuk Ada 3 tujuan pembuatan VeR, yaitu: 1. Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim 2. Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat 3. Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya untuk membuat kesimpulan VeR yang lebih baru Pembagian Visum et Repertum Ada 3 jenis visum et repertum, yaitu: 1. VeR hidup VeR hidup dibagi lagi menjadi 3, yaitu:

Upload: sintia-samwol

Post on 29-Sep-2015

46 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

visum

TRANSCRIPT

VISUM et REPERTUMPengertianMenurut bahasa: berasal dari kata latin yaitu visum (sesuatu yang dilihat) dan repertum (melaporkan).Menurut istilah: adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah jabatannya terhadap apa yang dilihat dan diperiksa berdasarkan keilmuannya.Menurut lembar negara 350 tahun 1973: Suatu laporan medik forensik oleh dokter atas dasar sumpah jabatan terhadap pemeriksaan barang bukti medis (hidup/mati) atau barang bukti lain, biologis (rambut, sperma, darah), non-biologis (peluru, selongsong) atas permintaan tertulis oleh penyidik ditujukan untuk peradilan.

Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et RepertumMaksud pembuatan VeR adalah sebagai salah satu barang bukti (corpus delicti) yang sah di pengadilan karena barang buktinya sendiri telah berubah pada saat persidangan berlangsung. Jadi VeR merupakan barang bukti yang sah karena termasuk surat sah sesuai dengan KUHP pasal 184.

Ada 5 barang bukti yang sah menurut KUHP pasal 184, yaitu:1. Keterangan saksi2. Keterangan ahli3. Keterangan terdakwa4. Surat-surat5. Petunjuk

Ada 3 tujuan pembuatan VeR, yaitu:1. Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim2. Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat3. Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya untuk membuat kesimpulan VeR yang lebih baru

Pembagian Visum et RepertumAda 3 jenis visum et repertum, yaitu:1. VeR hidupVeR hidup dibagi lagi menjadi 3, yaitu:a. VeR definitif, yaitu VeR yang dibuat seketika, dimana korban tidak memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga tidak menghalangi pekerjaan korban. Kualifikasi luka yang ditulis pada bagian kesimpulan yaitu luka derajat I atau luka golongan C.b. VeR sementara, yaitu VeR yang dibuat untuk sementara waktu, karena korban memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga menghalangi pekerjaan korban. Kualifikasi luka tidak ditentukan dan tidak ditulis pada kesimpulan.Ada 5 manfaat dibuatnya VeR sementara, yaitu- Menentukan apakah ada tindak pidana atau tidak- Mengarahkan penyelidikan- Berpengaruh terhadap putusan untuk melakukan penahanan sementara terhadap terdakwa- Menentukan tuntutan jaksa- Medical recordc. VeR lanjutan, yaitu VeR yang dibuat dimana luka korban telah dinyatakan sembuh atau pindah rumah sakit atau pindah dokter atau pulang paksa. Bila korban meninggal, maka dokter membuat VeR jenazah. Dokter menulis kualifikasi luka pada bagian kesimpulan VeR.

2. VeRjenazah, yaitu VeR yang dibuat terhadap korban yang meninggal. Tujuan pembuatan VeR ini adalah untuk menentukan sebab, cara, dan mekanisme kematian.

3. Ekspertise, yaitu VeR khusus yang melaporkan keadaan benda atau bagian tubuh korban, misalnya darah, mani, liur, jaringan tubuh, tulang, rambut, dan lain-lain. Ada sebagian pihak yang menyatakan bahwa ekspertise bukan merupakan VeR.

Susunan Visum et RepertumAda 5 bagian visum et repertum, yaitu:1. PembukaanDitulis pro justicia yang berarti demi keadilan dan ditulis di kiri atas sebagai pengganti materai.2. PendahuluanBagian pendahuluan berisi:- Identitas tempat pembuatan visum berdasarkan surat permohonan mengenai jam, tanggal, dan tempat- Pernyataan dokter, identitas dokter- Identitas peminta visum- Wilayah- Identitas korban- Identitas tempat perkara3. PemberitaanPemberitaan memuat hasil pemeriksaan, berupa:- Apa yang dilihat, yang ditemukan sepanjang pengetahuan kedokteran- Hasil konsultasi dengan teman sejawat lain- Untuk ahli bedah yang mengoperasi ? dimintai keterangan apa yang diperoleh. Jika diopname ? tulis diopname, jika pulang ? tulis pulang- Tidak dibenarkan menulis dengan kata-kata latin- Tidak dibenarkan menulis dengan angka, harus dengan huruf untuk mencegah pemalsuan.- Tidak dibenarkan menulis diagnosis, melainkan hanya menulis ciri-ciri, sifat, dan keadaan luka.4. KesimpulanBagian kesimpulan memuat pendapat pribadi dokter tentang hubungan sebab akibat antara apa yang dilihat dan ditemukan dokter dengan penyebabnya. Misalnya jenis luka, kualifikasi luka, atau bila korban mati maka dokter menulis sebab kematiannya.5. PenutupBagian penutup memuat sumpah atau janji, tanda tangan, dan nama terang dokter yang membuat. Sumpah atau janji dokter dibuat sesuai dengan sumpah jabatan atau pekerjaan dokter.

Kualifikasi LukaAda 3 kualifikasi luka pada korban hidup, yaitu:1. Luka ringan / luka derajat I/ luka golongan CLuka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak menimbulkan penyakit atau tidak menghalangi pekerjaan korban. Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP pasal 352 ayat 1.2. Luka sedang / luka derajat II / luka golongan BLuka derajat II adalah apabila luka tersebut menyebabkan penyakit atau menghalangi pekerjaan korban untuk sementara waktu. Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP pasal 351 ayat 1.3. Luka berat / luka derajat III / luka golongan ALuka derajat III menurut KUHP pasal 90 ada 6, yaitu:- Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa bahaya maut- Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban selamanya- Hilangnya salah satu panca indra korban- Cacat besar- Terganggunya akan selama > 4 minggu- Gugur atau matinya janin dalam kandungan ibu

Prosedur Permintaan, Penerimaan, dan Penyerahan Visum et RepertumPihak yang berhak meminta Ver:1. Penyidik, sesuai dengan pasal I ayat 1, yaitu pihak kepolisian yang diangkat negara untuk menjalankan undang-undang.2. Di wilayah sendiri, kecuali ada permintaan dari Pemda Tk II.3. Tidak dibenarkan meminta visum pada perkara yang telah lewat.4. Pada mayat harus diberi label, sesuai KUHP 133 ayat C.

Syarat pembuat:- Harus seorang dokter (dokter gigi hanya terbatas pada gigi dan mulut)- Di wilayah sendiri- Memiliki SIP- Kesehatan baik

Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat VeR korban hidup, yaitu:1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.2. Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip melalui korban atau keluarganya. Juga tidak boleh melalui jasa pos.3. Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan dokter.4. Ada alasan mengapa korban dibawa kepada dokter.5. Ada identitas korban.6. Ada identitas pemintanya.7. Mencantumkan tanggal permintaan.8. Korban diantar oleh polisi atau jaksa.

Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk membuat VeR jenazah, yaitu:1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.2. Harus sedini mungkin.3. Tidak bisa permintaannya hanya untuk pemeriksaan luar.4. Ada keterangan terjadinya kejahatan.5. Memberikan label dan segel pada salah satu ibu jari kaki.6. Ada identitas pemintanya.7. Mencantumkan tanggal permintaan.8. Korban diantar oleh polisi.

Saat menerima permintaan membuat VeR, dokter harus mencatat tanggal dan jam, penerimaan surat permintaan, dan mencatat nama petugas yang mengantar korban. Batas waktu bagi dokter untuk menyerahkan hasil VeR kepada penyidik selama 20 hari. Bila belum selesai, batas waktunya menjadi 40 hari dan atas persetujuan penuntut umum.

Lampiran visum- Fotografi forensik- Identitas, kelainan-kelainan pada gambar tersebut- Penjelasan ? istilah kedokteran- Hasil pemeriksaan lab forensik (toksikologi, patologi, sitologi, mikrobiologi)Seorang dokter tidak hanya bertugas dalam hal kesehatan, namun seorang dokter juga dapat berperan sebagai saksi ahli dalam suatu penegakan keadilan. Ilmu kedoktran forensik, merupakan cabang ilmu kedokteran yang berperan untuk penegakan keadilan. Terkadang seorang dokter akan dimintai keterangannya sebagai saksi ahli oleh penyidik jika diperlukan. Hal ini jelas disebutkan pada pasal 133 KUHAP ayat (1) yang berbunyiDalam hal peyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya.Pasal 133 KUHAP tersebut yang kemudian diperjelas oleh KUHAP pasal 6 ayat (1) jo PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (1) mengenai penyidik yang berhak untuk meminta visum. Pada pasal tersebut disebutkan bahwa Pejabat Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang dengan pangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua. Penyidik pembantu berpangkat serendah-rendahnya Sersan Dua. Masih dalam PP yang sama, diikatakan juga bila penyidik tersebut adalah pegawai negeri sipil, maka kepangkatannya adalah serendah-rendahnya golongan II/b untuk penyidik, dan II/a untuk penyidik pembantu.Dari penjelasan pasal tesebut, jelas sudah pengertian penyidik yang berwenang untuk meminta Surat Permintaan Visum (SPV). Namun, jika terjadi keadaan khusus, dimana tidak terdapat penyidik yang dimaksud untuk meminta SPV, maka penyidik lainpun memiliki wewenang untuk meminta dilakukannya visum. Penyidik lai tersebut dijelaskan pada PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (2) yang berbunyi Bila di suatu Kepolisian Sektor tidak ada pejabat penyidik seperti diatas, maka Kepala Kepolisian Sektor yang berpangkat bintara dibawah Pembantu Letnan Dua dikategorikan pula sebagai penyidik karena jabatannya.Dalam tugasnya nanti, seorang dokter yang diminta untuk membuat Visum et Repertum wajib untuk menyanggupinya. Seorang dokter yang diminta, tidak punya hak untuk melakukan penolakan jika memang diminta oleh penyidik. Hal ini jelas tertulis pada pasal179 KUHAP ayat (1) yang menyatakan,Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.Keterangan ahli yang diberikan oleh dokter, harus dibuat secara tertulis. Hal ini jelas dijelaskan dalam pasal 184 KUHAP. Keterangan ahli yang dibuat secara tertulis inilah yang kemudian dapat berperan sebagai alat bukti yang seperti yang dijelaskan di pasal 133 KUHAP ayat (2),permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat atau pemeriksaan bedah mayat.Menurut jenisnya, visum et repertum dibagi menjadi empat jenis, yaitu : Visum et repertum perlukaan Visum et repertum kejahatan susila Visum et repertum jenazah Visum et repertum psikiatrikVisum et repertum yang dibuat oleh seorang ahli dalam bidang kedokteran ( dalam hal ini dokter) kemudian dapat menjadi suatu alat bukti yang sah pada saat di pengadilan. Hal ini serupa dengan yang dijelaskan pada pasal 184 KUHAP mengenenai alat bukti yang sah. Pada pasal tersebut terdapat beberapa barang yang dapat dijadikan alat bukti yang sah, yaitu : Keterangan saksi Keterangan ahli Surat Petunjuk Keterangan terdakwaUntuk dapat membuat Visum et repertum, seorang dokter harus menunggu surat permintaan visum yang dibuat oleh pihak penyidik. Di dalam surat tersebut harus jelas tertulis mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan (pasal 133 KUHAP). Jika ternyata pemeriksaan bedah mayat (autopsi) perlu dilakukan, maka pihak penyidik wajib untuk memberitahukan keluarga pasien terlebih dahulu mengenai tindakan tersebut. Autopsi baru dapat dilakukan jika keluarga korban sudah tidak keberatan atau jika minimal dua hari tidak ada tanggapan dari keluarga korban (pasal 134 KUHAP). Pada kasus-kasus lama, namun harus dilakukan pemeriksaan autopsi, maka penggalian kubur guna autopsi juga dapat dilakukan (pasal 135 KUHAP) .Dalam penulisan Visum et repertum, dianjurkan untuk dibuat menggunakan mesin ketik. Penulisan dilakukan pada sebuah kertas putih kosong yang harus disertakan dengan adanya kop surat yang berasal dari institusi yang mengeluarkan VER tersebut. Menggunakan singkatan, bahasa asing termasuk bahasa medis tidak dianjurkan dalam pembuatan visum. Jika terpaksa menggunakan bahasa asing, maka keterangan jelas menggunakan bahasa Indonesia harus disertakan.Jika dalam penulisan visum tidak berakhir pada tepi kanan format, maka penggunaan garis pada akhir kalimat hingga ke batas ujung kanan format harus dilakukan. Foto dapat diberikan dalam bentuk lampiran jika ternyata dibutuhkan untuk memperjelas suatu VER. Dalam penulisan VER, ada 5 bagian yang harus selalu disertakan, yaitu : Kata Pro Justisia : diletekan di bagian kanan atas yang menjelaskan bahwa visum yang dibuat adalah untuk tujan peradilan. Visum et repertum tidak memerlukam materai untuk menjadikannya alat bukti yang sah. Pendahuluan :dalam pendahuluan terdapat keterangan seperti nama pembuat VER, institusi kesehatan, instansi penyidik lengkap dengan permintaan dan tanggal surat permintaan. Selain itu, tempat, waktu dilakukannya pemeriksaan juga harus ditulis. Jangan lupa pula sertakan identitas korban. Pemberitaan :menjelaskan mengenai hasil pemeriksaan yang dilakukan, baik pemeriksaan luar maupun pemeriksaan dalam. Kesimpulan :berisi tentang pendapat dokter berdasarkan tentang keilmuannya yang meliputi tentang jenis perlukaan, jenis kekerasan, zat penyebab, derajat luka dan penyebab kematian Penutup :pada bagian ini berisi kalimat baku yang selalu digunakan untuk menutup suatu visum, yaitu Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.