visum dan otopsi luka bakar listrik

Upload: ayu-rindwitia-indah-peanasari

Post on 02-Jun-2018

254 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    1/26

    Visum et Repertum No. 04/VR/1999 ( Luka Listrik)

    RESUME

    PRO JUSTITIA

    Visum et Repertum No. 04/VR/1999

    Surat permintaan visum

    Surat permintaan visum et repertum dari Polri Kota Besar Ujung Pandang sektor kota

    Tamalate yang ditandatangani oleh Drs.S.M..Mahendra Jaya Kapten PolisiNRP.66070505.

    Tim kedokteran forensik

    Dipimpin oleh dokter Lucia Suryani,DSPA dengan dibantu oleh beberapa dokter residen

    dan dokter muda lainnya

    Waktu dan tempat pemeriksaan bedah mayat (otopsi)

    Tanggal empat Mei seribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan mulai dari jam

    Sembilan sampai jam dua belas siang waktu Indonesia Tengah di kamar mayat Rumah

    Sakit Bhayangkara Ujung Pandang.

    Identitas korban

    Berdasarkan keterangan polisi, mayat laki-laki yang ditunjuk oleh polisi dimana mayat

    tanpa segel tersebut bernama Sahir Dg. Tutu Ai Cai, umur 29 tahun, alamat jalan Jl. Dg.

    Tata Lama No.48 RT BRW I, Kel. Mangasa, agama Islam, pekerjaan tidak dicantumkan,

    ditemukan meninggal di jalan Dg. Tata Lama, pada hari Minggu, tanggal dua Mei seribu

    sembilan ratus sembilan puluh sembilan, jam sembilan WITA.

    Keterangan temuan korban

    Pemeriksaan luar

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    2/26

    Pada pemeriksaan luar kaku mayat seluruh badan, sukar dilawan, lebam mayat

    pada muka, leher, punggung. tidak hilang dengan penekanan, sudah mulai ada tanda-

    tanda pembusukan pada perut bagian bawah.

    Hidung keluar cairan darah warna coklat dari lubang hidung kanan,

    bibir kebiruan, keluar cairan darah warna coklat dari mulut. Lubang pelepasan (anus)terdapat kotoran (feses).

    Pada ekstremitas kuku-kuku pada kaki dan tangan biru (sianosis). Luka pada

    kulit leher: luka memar sebesar kepala jarum pentul pada bahu kiri dua sentimeter dari

    pangkal leher. Kulit pinggang: luka memar ukuran dua kali dua sentimeter pada

    pinggang sebelah kiri warna ungu kehitaman lokasi tujuh belas sentimeter disebelah kiri

    bawah pusat. Luka pada ekstremitas: tampak luka listrik pada jari ketiga, keempat, dan

    kelima tangan kiri, ketiganya pada ruas jari tengah (kulit terkelupas warna putih, dengan

    bintik hitam di tengahnya dan sekitar luka membengkak), ukuran luka : pada jari ketiga

    nol koma lima kali nol koma lima sentimeter, jari keempat satu kali nol koma lima

    sentimeter, dan jari kelima nol koma lima kali nol koma lima sentimeter.

    Pemeriksaan dalam

    Mikroskopis jantung: pada bilik kiri dan kanan tampak sel-sel otot jantung yang

    patah-patah (reksis).Pada paru-paru kiri dan kanan terdapat bintik-bintik antrakosis.

    Mikroskopis kedua paru-paru: diantara alveoli-alveoli tampak pembuluh darah melebar

    berisi eritrosit,alveoli juga tampak melebar, dan terdapat pula bintik-bintik antrakosis.

    Hati: ukuran tiga puluh satu kali tujuh belas kali sembilan sentimeter, warna

    merahkecoklatan, permukaan Iicin. Mikroskopis hati : tampak vena sentralis melebarberisi eritrosit, sinusoid juga berisieritrosit, dan terdapat degenerasi lemak. Limpa :

    ukuran dua belas kali enam koma lima kali dua setengah sentimeter, warna merah

    kehitaman, perabaan kenyal, tepi tajam. Mikroskopis limpa : diantara stroma terisi

    eritrosit. Usus : usus dua belas jari, usus halus, dan usus besar berisi gas pembusukan.

    Mikroskopis ginjal kanan dan kiri: tampak pembuluh darah-pembuluh darah melebar

    berisi eritrosit.

    Kulit kepala dalam : terdapat hematoma pada bagian depan kanan ukuran tiga kali

    dua setengah sentimeter, bagian belakang kiri tiga koma lima kali empat sentimeter,

    dan bagian kepala kanan berukuran empat kali empat sentimeter, dan terdapat bintik-bintik perdarahan diseluruh kulit kepala dalam. Selaput otak keras : ada bercak-bercak

    perdarahan, bekuan darah di bawah selaput otak keras seluas tiga belas kali enam

    sentimeter dan perlengketan sepanjang enam sentimeter pada otak bagian kiri dan

    delapan sentimeter pada tepi atas otak kanan. Otak : pada mikroskopis diantara sel-sel

    otak besar tampak perdarahan-perdarahan, terdapat bagian yang nekrose, dan tampak

    sebagian pembuluh darah melebar berisi eritrosit.

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    3/26

    TINJAUAN PUSTAKA

    PENDAHULUAN

    Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta

    hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan

    dengan luka adalah suatu keadan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat

    kekerasan. Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas

    kekerasan yang bersifat: (1)

    Mekanik:

    Kekerasan oleh benda tajamKekerasan oleh benda tumpul

    Tembakan senjata api

    Fisika:

    Suhu

    Listrik dan petir

    Perubahan tekanan udara

    Akustik

    Radiasi

    Kimia:

    Asam atau basa kuat

    Listrik merupakan suatu bentuk energi yang pada keadan tertentu dapat melukai

    tubuh bahkan dapat menyebabkan kematian.

    TRAUMA LISTRIK

    Definisi

    Trauma listrik adalah kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup yang disebabkan

    oleh adanya aliran arus listrik yang melewati tubuh manusia dan membakar jaringan

    ataupun menyebabkan terganggunya fungsi organ dalam danjaringan lunak, aritmia

    jantung, gagal nafas, bahkan kematian.

    Faktor faktor yang mempengaruhi Trauma Listrik

    Terjadinya luka akibat segatan listrik dipengaruhi oleh faktaor - faktor,antara lain:

    1. Jenis sirkuit

    Berdasarkan tipe sirkuit dapat dibagi menjadi arus listrik searah (DC) dan arus listrik

    bolak-balik (AC). Arus searah (DC) kurang berbahaya dibanding arus bolak-balik (AC);

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    4/26

    arus dari 50-80 mA AC dapat mematikan dalam hitungan detik, sedangkan 250 mA DC

    dalam waktu yang sama sering dapat selamat sebab pada tegangan yang sama arus

    AC empat sampai enam kali lebih berbahaya dibandingkan arus DC. Hal ini terjadi

    karena pada arus DC menyebabkan kontraksi tunggal pada otot sehingga korban

    mudah melepaskan diri dari sumber listrik sedangkan AC menimbulkan kontraksi otot

    yang berulang-ulang dan tetani yang menyebabkan korban kesulitan melepaskan diri

    dari sumber listrik.1,5 Hal tersebut dapat timbul pada aliran 40-110 siklus per detik.

    Selain itu arus bolak-balik lebih dapat menyebabkan aritmia jantung dibanding arus

    searah. Arus dari AC pada 100 mA dalam seperlima detik dapat menyebabkan fibrilasi

    ventrikel dan henti jantung. Ampere tinggi DC (di atas 4 A) dapat menyebabkan jantung

    aritmia kembali pada sinus ritmik seperti pada defibrilasi medis.1,21

    2. Arus (I)

    Derajat kerusakan jaringan sebanding dengan jumlah listrik yang mengalir melaluinya.

    Jumlah ini terlihat pada jumlah elektron per unit waktu dan diukur dalam Coulombs,yang mana merupakan hasil dari ampere dan detik, meski ampere biasanya diterima

    sebagai indeks dari aliran arus. Menurut Hukum Ohm, arus tergantung pada tegangan,

    tahanan jaringan dan untuk

    kerusakan jaringan diperlukan waktu untuk arus mengalir. Dalam patologi forensik,

    kebanyakan kematian adalah hasil dari disritmia jantung, pengukuran paling penting

    dari arus adalah yang mengakibatkan gagal jantung akut. Arus 50-80 mA yang

    melewati jantung lebih dari beberapa

    detik dapat menyebabkan kematian. Yang masih dapat ditoleransi adalah 30 mA pada

    tangan menyebabkan kontraksi otot yang menyakitkan. Kehilangan kesadaran pada 40

    mA dan arus yang terus menerus untuk beberapa detik lebih besar dari 50-80 mAmenyebabkan risiko kematian.1 Dampak arus listrik yang mengalir pada tubuh menurut

    Cooper antara lain :

    a. 12 mA sensasi geli tingling

    b. 35 mA Arus Let Go untuk anak anak

    c. 68 mA Arus Let Go untuk wanita

    d. 79 mA Arus Let Go untuk laki laki

    e. 10 -20 mA Tetani otot skelet

    f. 2050 mA paralysis otot respirasi ( respiratory arrest )

    g. 50100 mA Fibrilasi Ventrikel

    3. Tegangan atau voltase (V)

    Kerusakan jaringan akibat sengatan listrik secara konvensional berdasar tegangan

    dibagi menjadi voltase rendah ( tegangan rumah tangga ) dan voltase tinggi yang

    menggunakan 1000 V sebagai batas pembagian yang paling umum.Tegangan tinggi

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    5/26

    mengakibatkan arus listrik yang lebih besar, oleh karena itu potensinya lebih besar

    menyebabkan kerusakan jaringan.5,22

    Kematian orang yang terkena arus listrik bertegangan rendah berbeda dengan yang

    bertegangan tinggi, dimana pada yang pertama kematian disebabkan oleh fibrilasi

    ventrikel, sedangkan yang kedua biasanya karena luka bakar / panas.20 Tegangan

    yang sangat tinggi, dapat secara paradoks lebih aman pada beberapa situasi. Karena

    syok dapat mementalkan subyek dari konduktor, sehingga mengurangi waktu kontak di

    bawah ambang kerusakan Jantung.

    4. Tahanan (R)

    Tahanan ( resistensi ) listrik merupakan kemampuan untuk menghalangi arus listrik.

    Tubuh mempunyai tahanan terhadap arus listrik yang melaluinya dan tahanan ini

    berbedabeda pada tiap bagian tubuh. Berdasarkan besarnya resistensinya terhadap

    listrik tubuh dibagi menjadi tiga

    bagian : 1) Tahanan rendah : saraf, darah, membran mukosa, otot ; 2) Tahananmenengah : kulit kering, jaringan lemak, tendon ; 3) Tahanan tinggi : tulang. Berdasar

    besarnya tahanan kulit mempunyai tahanan menengah tetapi kulit merupakan tahanan

    utama tubuh terhadap sengatan listrik karena sebelum memasuki organ yang lebih

    dalam arus listrik harus melalui kulit terlebih dahulu. Tahanan kulit bervariasi,

    tergantung dari tebalnya lapisan keratin pada epidermis, dimana pada telapak kaki dan

    ujung jari lebih tebal dari kulit tipis dimanapun. Tahanan rata-rata adalah antara 500-

    10.00 ohm selain tangan dan telapak kaki yang memiliki tahanan 1 juta ohm ketika

    kering.

    Faktor yang lebih potensial adalah kekeringan atau kelembaban kulit, yang berefek

    sangat besar terhadap tahanan. Ketika kulit telapak tangan kering, memiliki tahanan 1juta ohm, ketika basah akan turun menjadi hanya 1200 ohm. Jellinek menemukan kulit

    tebal dari pekerja memiliki tahanan 1 sampai 2 juta ohm, Jaffe menyatakan bahwa

    berkeringat dapat menurunkan tahanan kulit dari 3000 sampai 2500 ohm.

    Resistensi Jaringan (ohms/cm2)

    Membran mukosa 100

    Lengan volar, paha bagian dalam 30010,000

    Kulit kering 5,000

    Kulit Basah

    a. kamar mandi 1,2001,500

    b. Berkeringat 2,500

    c. Kulit lain 10,00040,000

    d. Telapak kaki 100,000200,000

    e. Heavily calloused palm 1,000,0002,000,000

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    6/26

    Makin tinggi resistensi dapat menyebabkan jumlah energi yang dikeluarkan pada

    permukaan kulit sebagai arus bakar yang menyebabkan luka termal pada kulit tetapi

    kerusakan organ internal yang minimal.

    5. Frekuensi

    Kematian tertinggi akibat trauma listrik terjadi pada aliran 39-150 siklus per detik3

    Berdasarkan hasil penelitian Dalziel menyebutkan bahwa frekuensi 50 60 Hz

    merupakan arus let go minimum. Arus AC dengan frekuensi 50 Hz, mampu :

    1) Merangsang saraf sensoris ;

    2) Merangsang saraf motoris;

    3)Berefek kontraksi otot.

    Frekuensi listrik di bawah 10 Hz menyebabkan arus let go akan meningkat dan otot

    otot akan terjadi relaksasi sebagian, sedangkan di atas 100 Hz arus let go akan

    meningkat juga, dan otot otot mengalami strenght duration trade off serta refrakter

    jaringan yang telah mengalami eksitasi.

    6. Durasi atau waktu kontak

    Nilai ambang fibrilasi semakin menurun bila waktu semakin besar. Waktu lamanya

    seseorang kontak dengan benda yang beraliran listrik menentukan kecepatan

    datangnya kematian. Semakin tinggi arus listrik maka waktu kematian pun semakin

    cepat. Semakin lama terkena listrik semakin banyak jaringan yang mengalami

    kerusakan.1

    7. Jalur arus listrik

    Jalur arus listrik menentukan resiko jaringan, jenis luka yang terlihat dan derajatkonversi energi listrik ke panas. Jika arus listrik melalui jantung atau thorax maka dapat

    menyebabkan disritmia jantung dan kerusakan miokardium secara langsung. Arus yang

    melalui otak dapat menyebabkan

    respiratory arrest, kejang dan paralisis. Arus yang melalui mata bisa menyebabkan

    katarak. Arus yang melalui badan bisa menyebabkan kerusakan yang minimal jika

    hanya melalui satu jari.11,20

    Densitas arus listrik meningkat, kecenderungan untuk mengalir melalui jaringan dengan

    resistensi rendah menjadi lemah. Akhirnya, arus listrik akan mengalir melalui jaringan

    dengan tidak teratur, seolah-olah tubuh merupakan konduktor, dengan potensi untuk

    menghancurkan seluruh jaringan pada jalur arus listrik. Karena arus listrik biasanya

    terpusat pada sumber dan

    lantai titik kontak, derajat kerusakan terbesar selalu diobservasi di sini. Akan tetapi,

    destruksi ekstensif ke jaringan dalam mungkin ada antara lokasi luka tegangan tinggi

    dan dengan permukaan dan selalu merupakan fenomena puncak gunung es.

    Kerusakan organ internal bisa berupa titik-titik, dengan area jaringan normal

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    7/26

    bersebelahan dengan jaringan terbakar dan kerusakan terhadap struktur pada tmpat

    jauh dari titik kontak yang jelas.11,22

    Mekanisme Kerusakan Kulit Akibat Sengatan Listrik

    Kerusakan kulit yang utama karena sengatan listrik adalah luka bakar. Ada empat

    mekanisme yang menyebabkan timbulnya luka bakar pada kulit akibat listrik yaitu 1)

    pemanasan electrothermal (electrothermal burn) merupakan pola klasik akibat kontak

    langsung dengan konduktor, luka bakar terlihat pada titik masuk dan titik keluar arus

    listrik, 2) Lengkung elektrik adalah suatu percikan arus listrik yang timbul diantara dua

    permukaan objek yang tidak bersentuhan memiliki beda potensial yang sangat besar,

    biasanya pada sumber arus tegangan tinggi dengan ground. Karena besarnya

    perbedaan potensial ini, dapat timbul panas sampai

    temperatur 2500C. Panas ini dapat menimbulkan luka bakar yang sangat hebat padatitik kontak dengan kulit, 3) Nyala api karena percikan api yang dihasilkan oleh listrik

    mengenai pakaian, dan 4) Arus listrk akibat Petir.22 Dari keempat mekanisme diatas

    dapat dilihat bahwa penyebab kerusakan kulit adalah perubahan energi listrik menjadi

    panas. Energi listrik ini berubah menjadi panas karena kulit mempunyai tahanan yang

    cukup tinggi. Perubahan energi listrik menjadi energi panas ini menyebabkan luka bakar

    (electrical burn) yang ditandai dengan kerusakan jaringan yang berat dan nekrosis

    koagulasi. Lapisan kulit yang terkena panas akan mengalami pemisahan lapisan

    epidermis dengan lapisan dermis yang akhirnya timbul luka lepuh. Sel kulit yang

    terkena panas akan mengalami kerusakan. Parahnya kerusakan tergantung pada

    besarnya energi panas. Jika energi panas kecil maka sel kulit hanya mengalamikerusakan sel yang reversibel. Secara potensial perubahan-perubahan sublethal ini

    yang dikenal sebagai perubahan degeneratif. Dua gambaran perubahan seluler

    sublethal yang umum terlihat ialah perubahan hidrofik dan perubahan lemak.

    Sedangkan bila energi panas denaturasi protein termasuk protein enzim yang akhirnya

    sel mengalami nekrosis koagulatifa.23 Walaupun perubahan-perubahan lisis

    yang terjadi dalam jaringan nekrotik dapat melibatkan sitoplasma sel, intilah yang paling

    jelas menunjukkan perubahanperubahan kematian sel. Biasanya inti sel yang mati

    akan melisut, batasnya tidak teratur, dan berwarna gelap dengan zat warna yang biasa

    digunakan ahli patologi. Proses ini dinamakan piknosis, dan inti sel disebut piknotik.

    Kemungkinan lain, inti dapat hancur, dan meninggalkan pecahan-pecahan zat kromatin

    yang tersebar di dalam sel. Proses ini disebut karioreksis. Akhirnya, pada beberapa

    keadaan, inti sel yang mati kehilangan kemampuan untuk diwarnai dan menghilang

    begitu saja, proses ini disebut kariolisis.

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    8/26

    Gambaran Makroskopis Kerusakan Kulit

    Kulit merupakan resistor primer terhadap aliran arus listrik dalam tubuh. Resistensi kulit

    yang pertama adalah stratum korneum yang berperan sebagai isolator arus 50 volt

    selama 6-7 detik mengakibatkan timbulnya lepuh pada area yang resistensinya

    terganggu. Gambaran makroskopis kerusakan kulit akibat sengatan listrik tergantung

    pada beberapa hal antara lain :

    1. Kelembaban dan luas permukaan kulit yang kontak dengan konduktor

    Kelembaban kulit berkaitan dengan tahanan kulit seperti dijelaskan di atas. Semakin

    lembab kulit maka tahanannya menjadi semakin kecil. Makin tinggi tahanan dapat

    menyebabkan jumlah energi yang dikeluarkan pada permukaan kulit sebagai panas

    yang menyebabkan luka bakar pada kulit tetapi kerusakan organ internal yang minimal.

    Tetapi kerusakan organ internal akan lebih parah jika konduktor kontak langsung

    dengan kulit yang lembab. Jadi gambaran luka bakar lebih jelas terlihat jika konduktor

    kontak langsung pada kulit dalam keadaan kering (tahanan tinggi) daripada kulit dalamkeadaan lembab (tahanan rendah). Luas Permukaan berbanding lurus dengan tahanan

    konduktor. Sehingga semakin luas ( tahanan tinggi ) daerah kulit yang kontak langsung

    dengan konduktor kerusakan lebih ringan dari pada luas kontak yang sempit. Di Maio

    mengatakan jika arus listrik masuk melalui area yang luas di permukaan tubuh maka

    luka bakar yang khas dan bisa dibedakan satu sama lain tidak akan kita temukan.

    2. Ketebalan kulit

    Bermacam macam histomorfologi alami kulit dengan perbedaan ketebalan lapisan

    tanduk (stratum korneum) pada lapisan epidermis dan kandungan fibroblas (pembentuk

    serabut kolagen) pada lapisan dermis mempengaruhi gambaran kerusakan kulit.Gambaran kerusakan kulit

    tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki karena mempunyai lapisan tanduk

    yang tebal dan kandungan fibroblas yang tinggi.25 Selain itu ketebalan kulit juga

    berhubungan dengan besar tahanan listrik, sedangkan tahanan listrik juga berpengaruh

    pada gambaran kerusakan kulit.1,3,5

    3. Tegangan konduktor listrik

    Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar akibat

    berubahnya energi listrik menjadi panas. Sesuai dengan hukum Ohm yang

    menyebutkan bahwa energi panas yang dihasilkan dari listrik sama dengan I2R.

    Dengan demikian maka produksi panas berbanding langsung dengan kuadrat intensitas

    listrik dan resistensi listrik. Sehingga efek luka

    bakar yang paling besar terjadi pada bagian tubuh yang paling besar resistensinya (

    kulit ). Selain itu yang mempengaruhi berat ringanya luka adalah besarnya tegangan.

    Luka yang disebabkan dari listrik bertegangan rendah (

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    9/26

    akibat="akibat" area="area" atau="atau" bagian="bagian" berupa="berupa"

    daerah="daerah" dan="dan" dapat="dapat" darah="darah" dengan="dengan" di="di"

    disebut="disebut" eritema="eritema" hiperemis="hiperemis" i="i" inilah="inilah"

    juga="juga" kawah="kawah" menonjol="menonjol" pelebaran="pelebaran"

    pembuluh="pembuluh" pucat="pucat" reaksi="reaksi" sekitarnya="sekitarnya"

    seperti="seperti" tengahnya="tengahnya" tepi="tepi" terdapat="terdapat" v="v"

    yang="yang">electrical mark

    yang biasanya ditemukan pada tempat arus listrik masuk. Hal ini terjadi karena kulit kontak erat

    dengan konduktor listrik, maka aliran listrik yang melaluinya memanaskan cairan jaringan dan

    menghasilkan uap. Uap tersebut dapat memisahkan lapisan epidermis atau

    demo-epidermal junction dan terbentuk lepuh yang menonjol ke permukaan kulit. Bila

    lepuh menjadi dingin dan kolaps maka terbentuk gambaran seperti cincin berwarna

    kelabu atau putih yang tepinya meninggi dan tengahnya cekung. Di sekeliling lepuh

    dikelilingi oleh daerah hiperemis, kemudian di sebelah luar dikelilingi oleh berturut-turut

    daerah pucat akibat spasme arteriol dan daerah hiperemis lagi.

    Listrik dengan tegangan tinggi ( >1000 V ) akan menyebabkan luka bakar yang lebih

    berat ( derajat 3 4 ). Luka akibat tegangan listrik tinggi ini disebut exogenous burn

    dimana selain arus listriknya juga karena energi panas yang dikandungnya, misalnya

    pada listrik tegangan 330 Volt. Tubuh korban akan hangus terbakar, tak jarang disertai

    dengan patah tulang.

    Klasifikasi luka bakar menurut forensik:

    a) Derajat I : Eritema

    Luka bakar hanya mengenai lapisan epidermis, kulit hiperemik (eritema).

    b) Derajat II : Vesikel atau bulla

    Partial thickness burn (luka bakar parsial). Artinya luka bakar mengenai sebagian dariketebalan kulit (epidermis dan sebagian dermis).Terjadi reaksi eksudasi dengan

    terbentuknya vesikel atau

    bulla.

    c) Derajat III : Nekrosis koagulatif

    Full thickness burn. Luka bakar mengenai seluruh ketebalan kulit( epidermis dan

    dermis)

    d) Derajat IV : Karbonisasi

    Selain itu pada listrik tegangan tinggi terjadi loncatan listrik hingga beberapa sentimeter

    yang dapat menyebabkan spark lesion yang multipel sehingga terlihat seperti kulit

    buaya yang disebut Crocodile skin effect.Spark lesion ( lesi yang berbentuk luka api)merupakan gambaran nodu

    berwarna kecoklatan yang keras. Hal ini disebabkan karena proses pendinginan luka

    lepuh yang permukaanya dilapisi keratin akibat loncatan listrik.

    4. Lama Kontak dengan konduktor listrik

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    10/26

    Bila kontak dengan sumber listrik dalam waktu cukup lama akan terjadi Joule burn atau

    endogenous burn, sehingga daerah yang tadinya pucat pada electrical mark menjadi

    hitam hangus terbakar.

    Gambaran Mikroskopis Kerusakan Kulit

    Gambaran pada kulit berupa rongga-rongga pada lapisan epidermis, dan kadang pada

    dermis. Hal ini disebabkan karena adanya ruang udara yang berasal dari pemisahan

    jaringan panas dari sel-sel tersebut. Bagian terluar epidermis dapat terlepas. Pada

    beberapa luka trauma listrik ditemukan vakola vakuola kecil pada stratum

    korneum.Vakuola berasal dari kelenjar keringat di tempat masuk dan keluarnya arus

    listrik, sebagai akibat produksi uap panas berlebih yang

    mengakibatkan pelebaran kelenjar keringat tersebut, dikenal sebagai honeycomb atau

    Swiss cheese-like apparance.

    Bohm (1967) dan Sellier (1975) melaporkan bahwa pada bagian tengah epidermis yang

    kontak dengan konduktor tampak kulit tertekan, tipis, membentuk saluran terputus-putus disertai pengarangan dan robekan pada pinggir luka tersebut. Selain itu

    terkadang timbul luka lepuh berisi cairan kaya protein dan leukosit. Pada tahun 1981

    Thomsen mengamati luka sengatan listrik dengan mikroskop elektron, tampak

    gambaran perubahan partikel inti sel. Partikel inti sel berubah bentuk, berisi gumpalan

    kromatin, homogen, dan bergranuler halus. Ditemukan pula perpanjangan inti sel

    menjadi piknotik.

    Semakin besar energi panas yang dihasilkan oleh arus listrik maka semakin luas

    kerusakan pada epidermis yang kontak dengan konduktor. Epidermis dapat terlepas

    dari ikatannya dengan dermis. Sedangkan pada tepi luka, epidermis mengalami

    penebalan, homogen, dan tampak vakuola-vakuola di dalamnya.Gambaran ini tampak nyata jika konduktor kontak dengan telapak tangan dan telapak

    kaki. Pada sel-sel basal epidermis tepi luka ditemukan pemanjangan inti sel yang

    piknotik. Elongasi tiap-tiap sel tersebut dapat tersusun spiral, loop, whorls, palisadesatu

    sama lain. Gambaran yang sama juga ditemukan pada organ-organ kulit asesoris

    misalnya pada folikel rambut.25

    Seharusnya perhatian perlu ditujukan kepada distribusi nekrosis, pembengkakan dan

    perdarahan yang tidak merata di dermis di bawah epidermis yang kontak dengan

    konduktor. Gambaran nekrosis akan lebih jelas terlihat di sel basal epidermis kulit.

    Pemeriksaan hendaknya juga dilakukan terhadap daerah-daerah yang berada di sekitar

    luka.

    Gambaran mikroskopis sengatan listrik pada kulit belum pernah ada yang meneliti

    tetapi diduga gambaran kerusakan sel dengan paparan listrik yang cukup akan timbul

    karena sengatan listrik dapat menghasilkan panas. Kerusakan yang timbul diperkirakan

    hampir sama dengan kerusakan sel karena panas pada umumnya yaitu timbul

    denaturasi protein yang akhirnya menimbulkan nekrosis sel. Hal ini dibuktikan oleh

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    11/26

    Lestari (2008) yang menunjukan kerusakan sel otot pada sengatan listrik di

    air.Gambaran kerusakan otot yang hampir sama dengan kerusakan akibat

    panas.

    ETIOLOGI (2,5,6)

    Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, trauma listrik terjadi saat seseorang

    menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat

    berada dekat dengan sumber listrik. Klasifikasi yang paling sering untuk membagi

    trauma karena listrik adalah karena petir, aliran listrik tegangan rendah arus bolak balik

    (AC), aliran listrik tegangan tinggi arus bolak balik (AC) dan arus searah.

    1. Petir(2,5)

    Petir yang diketahui secara umum adalah pelepasan energi potensial atmosfir

    diantara awan dan awan. Sedangkan serangan petir (lightning stroke) adalah

    pelepasan energi potensial antara awan dan benda bumi. Ledakan petir dihasilkan jika

    permukaan bawah awan petir melepaskan muatannya menuju tanah, karenapermukaan bawah dari awan biasanya bermuatan negatif, maka muatan listrik yang

    dilepaskan umumnya negatif. Sekitar 5 % dari sambaran petir adalah muatan positif.

    Hal ini sering terjadi di daerah pegunungan. Jika orang disambar langsung oleh petir,

    kematian tidak bisa dihindarkan yang disebabkan karena luka bakar atau cedera yang

    pada pada pusat pernafasan di otak. Kuat arus dalam hal ini mencapai bilangan

    kiloampere. Petir dapat menimbulkan kejutan listrik dengan beberapa cara :

    Efek langsung: apabila korban terkena petir secara langsung maka korban tak dapat

    dielakkan meninggal.

    Efek tidak langsung : apabila korban berada ditempat dimana aliran listrik petir telah

    terpencar, korban dapat meninggal.

    Faktor-faktor yg mempengaruhi gambaran serangan petir pada korban :

    a). Efek langsung dari pelepasan energi listrik

    Pada korban yang terkena petir akan ditemukan tanda korban meninggal akibat

    listrik. Tegangan dan intensitas yang tinggi sekali dapat menimbulkan panas

    mengakibatkan luka bakar. Pada kulit korban didapatkan gambaran pohon gundul yang

    disebut arborescent marking sebagai akibat vasodilatasi pembuluh darah perifer.

    b). Efek mekanik

    Terjadi oleh karena dorongan udara yang terdesak sekitar cahaya petir akibat

    panas.

    c). Efek kompresi

    Perpindahan udara menyebabkan terjadinya suara ledakan. Korban dapat

    terlempar, pakaian menjadi koyak dan kotor, mirip gelandangan. Luka yang terjadi

    akibat persentuhan dengan benda tumpul seperti abrasio, contusio, lacerasio dan

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    12/26

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    13/26

    Arus searah (DC) kurang berbahaya dibanding arus bolak-balik (AC); arus dari 50-80

    mA AC dapat mematikan dalam hitungan detik, dimana 250 mA DC dalam waktu yang

    sama sering dapat selamat. Arus bolak-balik adalah 4-6 kali menyebabkan kematian,

    sebagian karena efek bertahan, yang merupakan hasill dari spasme otot tetanoid dan

    mencegah korban lepas dari konduktor hidup.

    PATOFISIOLOGI.(3,4,6)

    Secara umum, energi listrik membutuhkan aliran energi (elektron-elektron) dalam

    perjalanannya ke objek. Semua objek bisa bersifat konduktor (menghantarkan listrik)

    atau resistor (menghambat arus listrik). Kulit berperan sebagai penghambat arus listrik

    yang alami dari sebuah aliran listrik. Kulit yang kering memiliki resistensi sebesar

    40.000-100.000 ohm. Kulit yang basah memiliki resistensi sekitar 1000 ohm, dan kulit

    yang tebal kira-kira sebesar 2.000.000 ohm. Anak dengan kulit yang tipis dan kadar air

    tinggi akan menurunkun resistensi, dibandingkan orang dewasa. Tahanan dari alat-alat

    tubuh bagian dalam diperkirakan sekitar 500-1000 ohm, termasuk tulang, tendon, danlemak memproduksi tahanan dari arus listrik. Pembuluh darah, sel saraf, membran

    mukosa, dan otot adalah penghantar listrik yang baik. Dengan adanya luka listrik , pada

    sayatan melintang akan memperlihatkan kerusakan jaringan. (3,4)

    Elektron akan mengalir secara abnormal melewati tubuh yang menyebabkan

    perlukaan ataupun kematian dengan cara depolarisasi otot dan saraf, menginisiasi

    aliran listrik abnormal yang dapat menggangu irama jantung dan otak, atau produksi

    energi listrik menyebabkan luka listrik dengan cara pemanasan yang menyebabkan

    nekrosis dan membentuk porasi (membentuk lubang di membran sel).(6)

    Aliran sel yang melewati otak, baik tegangan tinggi atau tegangan rendah, dapat

    menyebabkan penurunan kesadaran dan secara langsung menyebabkan depolarisasisel-sel saraf otak. Arus bolak balik dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel jika aliran listrik

    melewati daerah dada. Hal ini dapat terjadi saat aliran listrik mengalir dari tangan ke

    tangan, tangan ke kaki, atau dari kepala ke tangan/kaki. (3)

    MEKANISME TRAUMA(5)

    Pada trauma listrik umumnya menyebabkan luka bakar. Luka tumpul sekunder

    juga dapat terjadi jika korban terjatuh dari ketinggian setelah tersengat arus listrik.

    Secara umum, luka bakar listrik dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu:

    a. Kontak langsung (direct contact)

    Trauma tipe ini, jika terjadi pada tegangan yang tinggi (Voltase di atas 1000 V)

    dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang parah, nekrosis jaringan lunak dan

    tulang, kerusakan otot, dan gagal ginjal.

    Lesi yang muncul pada tubuh berupa Lesi Kontak, terjadi pada kulit yang kontak

    atau bersentuhan dengan konduktor arus listrik. Kulit yang melepuh, biasanya pada

    ujung-ujung jemari atau telapak tangan. Kadang-kadang daerah yang melepuh ini

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    14/26

    dipenuhi dengan cairan atau gas dan setelah kematian, baik sebagian ataupun

    keseluruhan akan mengempis. Terdapat sedikit atau tidak ada reaksi inflamasi dan

    gambarannya menyerupai lepuh post mortem. Kesemua efek ini disebabkan karena

    pengaruh panas oleh arus listrik terhadap keratin dengan sifat resisten tinggi.

    b. Kontak tidak langsung (indi rect contact)

    Contohnya seperti karena kilasan (flash), lidah/nyala api (flame) dan bunga api

    listrik (arc).Trauma tipe ini hanya menyebabkan luka bakar superfisial pada kulit, wajah,

    dan tangan. Kontak yang sebentar atau sedikit akan menyebabkan percikan atau

    loncatan antara kabel dengan kulit. Menyebabkan suatu lesi berupa nodul-nodul kecil

    diatasnya terdapat keratin yang kaku dan berwarna kekuningan. Karena meleburnya

    lapisan paling luar dari stratum korneum, yang kemudian mengeras. Sekitar lesi: kulit

    yang mengeras karena kontraksi dari kapiler. Pada semua kasus kematian karena listrik

    tegangan tinggi mendapat luka bakar di tubuhnya. Pada listrik tegangan rendah, luka

    bakar umumnya terjadi pada titik masuk, titik keluar listrik atau pada jarak tertentu

    antara keduanya jika arus memasuki areal yang luas dengan hambatan minimal,mungkin tidak akan ditemukan luka bakar. Contoh terbaik dalam hal ini ialah bunuh diri

    di bak mandi. Jika hanya terjadi kontak yang singkat dengan kawat beratus, mungkin

    tidak terjadi suatu luka bakar. Orang dapat pingsan karena fibriliasi ventrikel dan

    terlempar dari kabel. Jika kontak tetap berlangsung, akan timbul luka bakar yang berat.

    Luka bakar disebabkan oleh panas yang dihasilkan oleh listrik.

    GAMBARAN KLINIS(3,4,6)

    Banyaknya penyebab dari kasus luka listrik, sehingga anamnesa yang

    menunjang sangat diperlukan baik riwayat penyakit sebelumnya maupun hal-hal

    spesifik yang berhubungan dengan kejadian saat seseorang terkena aliran listrik. Arahaliran listrik penting untuk mengetahui munculnya luka listrik, arah vertikal dapat

    menjadi lebih berbahaya daripada arah horizontal.(3)

    Ada 3 derajat dari beratnya luka bakar pada luka akibat listrik (3,6):

    1. Luka Bakar Derajat I

    - Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial)

    - Kulit kering, hiperemis berupa eritem

    - Tidak dijumpai bulla

    - Nyeri karena ujung-ujung saraf sensoris teriritasi

    - Sembuh spontan dalam 5-10 hari

    2. Luka bakar derajat II

    - Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai

    proses eksudasi

    - Dijumpai bulla

    - Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

    - Dasar luka berwarna merah atau pucat sering terletak lebih tinggi di atas kulit normal.

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    15/26

    - Dibedakan menjadi dua :

    a. Derajat dua A (Superficial)

    - Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.

    - Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea masih

    utuh.

    - Penyembuhan secara spontan dalam 10-14 hari.

    b. Derajat dua B (Deep)

    - Kerusakan hampir seluruh bagian dermis

    - Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih

    ada.

    - Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung dari biji epitel yang tersisa. (biasanya lebih

    satu bulan)

    3. Luka Bakar Derajat III

    - Kerusakan seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam.

    - Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak.- Tidak dijumpai bulla

    - Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat karena kering letaknya lebih rendah

    dibanding kulit sekitar.

    - Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis.

    Selain luka bakar, penemuan khas yang sering ditemukan akibat trauma listrik sebagai

    berikut: (4)

    1. Electric mark

    Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat di mana arus

    listrik masuk ke dalam tubuh, dengan tegangan listriknya rendah sampai sedang.

    Electric mark berbentuk bundar atau oval, dengan bagian yang datar dan rendahditengah, yang dikelilingi oleh kulit yang menimbul. Bagian tengahnya tersebut biasanya

    pucat dan kulit di luar electric mark akan menunjukkan pelebaran pembuluh

    darah/hiperemis. Bentuk serta ukuran electric mark tergantung dari bentuk dan ukuran

    dari benda yang berarus listrik yang mengenai tubuh.

    2. Joule burn

    Joule burn atau endogenous burn dapat terjadi bilamana kontak antara tubuh

    dengan benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan demikian bagian

    tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat menjadi hitam hangus

    terbakar.

    3. Exogenous Burn

    Luka akibat arus listrik yang disebut exogenous burn, dapat terjadi bila tubuh

    manusia terkena benda yang berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang memang

    sudah mengandung panas; misalnya pada tegangan 330 volt. Tubuh korban akan

    hangus terbakar dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang disertai

    dengan patahnya tulang-tulang.

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    16/26

    Dengan demikian dapat dibedakan apakah luka bakar pada korban yang terkena

    arus listrik itu termasukjoule burnatau luka bakar tersebut terjadi karen panas dari luar

    seperti pada exogenous burn.

    Gambar 1. (dikutip dari kepustakaan 6)

    Lesi pada kaki akibat trauma listrik tegangan rendah (low voltage)

    Gambar 2. (dikutip dari kepustakaan 6)

    Electrical Burnpada tangan

    Gambar 3. (dikutip dari kepustakaan 6)

    Electrical burnpada tegangan 120 V arus listrik AC

    GAMBARAN MAKROSKOPIS (1)

    Gambaran makroskopis jejas listrik pada daerah kontak berupa kerusakan

    lapisan tanduk kulit sebagia luka bakar dengan tepi yang menonjol, di sekitarnya

    terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit yang hiperemi. Bentuknya sering sesuai

    dengan benda penyebabnya. Metalisasi dapat juga ditemukan pada jejas listrik. Sesuai

    dengan mekanisme terjadinya, gambaran serupa jejas listrik secara makroskopik juga

    bisa timbul akibat persentuhan kulit dengan benda/logam panas (membara). Walaupun

    demikian keduanya dapat dibedakan dengan pemeriksaan mikroskopis. Jejas listrik

    bukanlah tanda intravital karena dapat juga ditimbulkan pada kulit mayat/pasca mati

    (namun tanpa daerah hiperemi). Kematian dapat terjadi karena fibrilasi ventrikel,

    kelumpuhan otot pernapasan dan kelumpuhan pusat pernapasan. (1)

    GAMBARAN MIKROSKOPIS (4)

    Untuk pemeriksaan mikroskopis pada luka akibat listrik, perangai histologik dari

    luka bakar akibat listrik tidaklah spesifik; dan keadan yang sama dapat ditimbulkan

    dengan meletakkan objek yang panas pada kulit. Kulit didaerah tersebut dapat

    mengkerut epidermisnya, dan seringkali disertai pembentukan vakuolisasi pada lapisan

    yang lebih dalam akibat panas dan dapat tampak hangus. Metalisasi dapat terjadi danpartikel dari konduktor yang menempel pada tubuh korban dapat masuk ke dalam kulit,

    hal ini dapat diindetifisir dengan pewarnaan khusus. Pasertti dan Viterbo (1965)

    menunjukkan adanya perubahan pada otot skelet tikus yang dialiri listrik. Perubahan

    tersebut tidak terbatas pada otot akan tetapi sampai nukleus, yang hanya tampak

    dengan mirkoskop elektron. (4)

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    17/26

    PENYEBAB KEMATIAN KARENA LISTRIK(4,5,7)

    Arus listrik dapat menyebabkan kematian melalui tiga mekanisme pokok:(4)

    1. Fibrilasi ventrikel dan gagal jantung (cardiact arrest)

    Fibrilasi Ventrikel adalah irama yang sangat kacau. Bentuk dan ukuran

    gelombangnya sangat bervariasi, dan tidak terlihat gelombangP, QRS maupun T. Tidak

    ada depolarisasi ventrikel yang terorganisasi sehingga ventrikel tidak mampu

    berkontraksi sebagai suatu kesatuan. Kenyataanya, ventrikel kelihatan seperti bergetar

    tanpa menghasilkan curah jantung. Fibrilasi ventrikel merupakan penyebab henti

    jantung yang paling sering dan biasanya disebabkan oleh iskemia akut atau infark

    miokard. Bentuknya ada yang kasar (coarse) dan halus (fine) tergantung besarnya

    amplitude gelombang fibrilasi. Pengobatan adalah dengan kardioversi (DC Shock).

    Mula-mula diberikan 200 joules. Fibrilasi yang kasar biasanya baru terjadi dan responsif

    terhadap kardioversi. Pada fibrilasi ventrikel yang halus perlu diberikan obat-obat

    (adrenalin) sebelum dilakukan kardioversi. Selama tidak ada irama jantung yang efektif

    (pulsasi di pembuluh nadi besar tidak teraba) terus menerus dilakukan resusitasijantung paru, sambil mengulangi kardioversi dengan dosis listrik yang lebih besar (360-

    400 joules). Juga diberikan lidokain bolus intravena 1 mg/kgBB dan diikuti rumat 2-4

    mg/kgBB/menit. (7)

    Fibrilasi ventrikel akan timbul akibat trauma listrik pada arus antara 75-100 MA.

    Arus listrik yang sangat tinggi (2A atau lebih) tidak menyebabkan fibrilasi ventrikel,

    tetapi cenderung henti ventrikel. Ketika arus listrik memasuki tubuh manusia, arus akan

    mengalir dari titik kontak menuju permukaan tanah, mengikuti jalur terpendek. Hampir

    selalu jalurnya dari tangan menuju kaki. Lama arus mengalir dalam tubuh menentukan

    kematian, tergantung dari mekanisme kematian dan kuat arus. Kuat arus yang sangat

    lemah kematian disebabkan oleh paralysis otot-otot pernapasan dengan asfiksiasekunder. Pada listrik rumah tangga, dimana kematian terjadi karena fibrilasi ventrikel,

    lama kontak sangat penting dalam menimbulkan fibriliasi yang terbilang dalam hitungan

    detik atau sepersepuluh detik, tergantung pada kuat arus. Hal ini tentu saja ditentukan

    oleh hambatan listrik. Contohnya pada tegangan 110 V, dianggap hambatan 1000 ,

    arus yang masuk ke tubuh 110 MA. Pada kasus ini kontak selama 5 detik akan

    menghasilkan fibrilasi ventrikel. Jika titik kontak listrik adalah kulit yang lembab dan

    tipis, hambatannya mungkin hanya 100 . Dalam hal ini harus yang memasuki tubuh

    sebesar 1100 MA dan fibrilasi ventrikel dapat terjadi dalam 0,1 detik. Pada tegangan

    tinggi henti jantung dapat terjadi seketika. Pada tegangan tinggi, dapat terjadi luka

    panas listrik yang berat/ireversibel. Ketika jantung mulai kembali berdenyut setelah

    berhenti, pernafasan mungkin belum kembali karena paralysis pusat pernafasan. Hal ini

    kemungkinan karena kelumpuhan pusat pernapasan pada batang otak karena efek

    panas yang berlebihan (hipertemik) dari arus listrik. Efektif hipertemik listrik tegangan

    tinggi dapat dilihat pada hukuman mati dengan listrik dimana luka bakar derajat tiga

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    18/26

    timbul pada tempat kontak elektroda dan kulit, seperti halnya pengamatan Werner

    bahwa setelah eksekusi, suhu otak dapat mencapai 63C.(5)

    Keadan post mortem: tubuh yang pucat tanpa gambaran kongestif pada kulit atau

    organ. (5)

    2. Paralisis Pernapasan (Respiratory Paralysis)

    Hal ini dapat terjadi bila aliran arus listrik di atas let go thres hold, akan tetapi

    tetap di bawah kebutuhan yang dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel. Pada eksperimen

    kematian korban yang murni karena asfiksia oleh adanya spasme otot. Jantung akan

    tetap berdenyut sampai terjadi kematian. Mekanisme tersebut agaknya berkaitan

    dengan asfiksia traumatic, dan menimbulkan sianosis yang hebat, petechial

    hemorrages sedikit tidak terlampau diffusa tau prominen, akan tetapi masih dapat dilihat

    pada konjungtiva, palpebrae dan muka. (4)

    Organ yang kongestif, juga pada kulit dan wajah, petechi pada pleura dan perikardium.

    Juga dapat kegagalan pernapasan sentral: paralisis batang otak karena jalur arus listrik

    melalui kepala. Keadan ini terlihat jika kepala kontak dengan kabel listrik pada saatkecelakaan.

    (5)

    3. Paralisis Pusat Pernapasan

    Paralisis atau kelumpuhan pada pusat pernapasan dapat terjadi bila arus listrik

    melewati otak, dan paralisis ini akan menetap setelah arus listrik tersebut melemah atau

    hilang. Jantung akan tetap berdenyut, sedangkan pernapasan artifisial yang dilakukan

    dalam waktu yang cukup lama (sampai beberapa jam), dapat menolong jiwa korban.

    Bentuk yang berlawanan dalam akibat yang ditimbulkan bila seseorang terkena arus

    listrik yang melintas kepala, dapat dilihat pada para penderita penyakit jiwa yang untuk

    mengatasi keluhan sering dilakukan electro convulsive therapy, dimana si penderita

    akan tetap hidup. (4)Arus bolak balik lebih berbahaya daripada arus searah. Selain itu tubuh manusia

    4-6 kali lebih peka terhadap arus bolak-balik dibanding arus searah. Arus bolak-balik

    dengan frekuensi 39-150 putaran perdetik adalah yang paling mematikan, karena

    berhubungan dengan frekuensi fibrilasi otot jantung. Ketika sebuah tangan memegang

    sebuah konduktor hidup, maka efek pegangan pada aliran arus listrik menyebabkan

    otot tangan menjadi kejang, kemudian tangan terus menggenggam konduktor tersebut

    sehingga tidak bisa dilepaskan. Arus listrik berjalan terus menerus dalam satu jangka

    waktu tertentu meskipun dalam arus yang rendah berakibat fatal. Frekuansi 50 putaran

    / detik sangat beresiko tinggi sedangkan 6 10 mA cukup untuk menimbulkan efek

    gangguan ( tangan melekat pada benda yang dialiri arus listrik ).(5)

    PEMERIKSAAN KORBAN (2)

    1. Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP)

    Pada pemeriksaan korban di TKP. Langka pertama kali adalah mematikan aliran

    listrik atau menjauhkan kawat listrik dari dengan kayu kering. Pastikan korban apakah

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    19/26

    masih hidup atau sudah meninggal. Bila lebam mayat (-), maka mungkin mati suri dan

    perlu pertolongan segera sampai timbul tanda kematian pasti.

    2. Pemeriksaan Jenazah

    Terbagi 3 yaitu:

    a. Pemeriksaan Luar

    Penting sekali karena justru kelainan yang menyolok adalah pada kulit korban.

    Cari tanda-tanda listrik atau current mark (electric mark = stroomerk van jellinek =

    joule burn). Current markadalah tanda untuk luka akibat listrik dan merupakan tempat

    masuknya aliran listrik.

    Gambaran current mark :

    Bentuk oval

    berwarna kuning atau coklat keputihan atau coklat kehitaman atau abu-abu

    kekuningan

    dikelilingi daerah kemerahan dan edema sehingga menonjol dari jaringan sekitarnya.

    Cara mencari current mark pada tubuh korban terutama adalah pada telapak tangandan telapak kaki dan sebelumnya harus dicuci terlebih dahulu dengan sabun dan bila

    perlu disikat. Dapat terjadi metalisasi pada kulit yang bersentuhan dengan kabel atau

    kawat yang berarus listrik. Metalisasi terjadi akibat panas yang ditimbulkan sedemikian

    besar sehingga ion-ion asam jaringan bereaksi dengan ion-ion logam dari kawat atau

    kabel membentuk garam dan menyebar di jaringan.

    Derajat current mark:

    - Tanda listrik yg terkecil sebesar kepala jarum dengan warna kemerahan

    - Tanda lain berupa gelembung berisi cairan

    - Tanda yang lebih berat yaitu kulit menjadi hangus arang, rambut terbakar, tulang dapat

    meleleh dengan pembentukan butir kapur- Panas tinggi sehingga kawat listrik menguap dan mengkondensir dijaringan tubuh =

    electric metalisasi.

    b. Pemeriksaan Dalam

    Biasanya tidak ditemukan kelainan yang khas. Pada otak dapat terjadi

    perdarahan kecil-kecil, terutama daerah ventrikel III dan IV. Pada pemeriksaan jantung,

    terjadi fibrilasi bila dilalui aliran listrik dan berhenti pada fase diastole, sehingga terjadi

    dilatasi jantung kanan. Pada paru didapatkan edema dan kongesti. Pada pemeriksaan

    organ viscera terjadi kongesti yang merata. Peteki / perdarahan mukosa Traktus

    Gastrointestinal ditemukan pada 1 dari 100 kasus fatal akibat listrik. Pada hati didapat

    lesi yang tidak khas. Pada tulang, karena tulang mempunyai tahanan listrik yang besar,

    maka bila ada aliran listrik akan terjadi panas sehingga tulang menjadi leleh dan

    terbentuklah butiran-butiran calcium phosphatyang menyerupai mutiara ataupearl like

    bodies.

    c. Pemeriksaan Tambahan

    pemeriksaan PA pada current mark:

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    20/26

    Ada bagian sel yang memipih, pengecatan dengan metoxy lineosin akan berwarna

    lebih

    gelap dari yang normal.

    Sel-sel stratum corneum menggelembung dan vacuum

    Sel dan intinya dari stratum basalis menjadi lonjong dan tersusun secara palisade

    Ada sel yg mengalami karbonisasi dan ada pula bagian sel-sel yang rusak dari

    stratum

    Corneum

    PEMBAHASAN1.Tanatologi

    Pada pemeriksaan luar, didapatkan kaku mayat (rigor mortis) pada seluruh

    badan, dan sukar dilawan. Rigor mortis adalah kekakuan yang terjadi pada otot yang

    kadang-kadang disertai dengan sedikit pemendekkan serabut otot, yang terjadi setelah

    periode pelemasan/relaksasi primer. hal tersebut disebabkan oleh karena terjadinya

    perubahan kimiawi pada protein yang terdapat dalam serabut-serabut otot. Kaku mayat

    akan terjadi pada seluruh otot, baik otot lurik maupun otot polos. Kaku mayat mulai

    terdapat sekitar 2 jam post-mortal dan mencapai puncaknya setelah 10-12 jam post-

    mortal, keadan ini akan menetap selama 24 jam; dan setelah 24 jam kaku mayat mulaimenghilang sesuai urutan terjadinya, yaitu dimulai dari otot-otot wajah, leher, lengan,

    dada, perut, dan tungkai. Di dalam pembentukan kaku mayat, peranan ATP adalah

    sangat penting. Serabut otot dibentuk oleh dua jenis protein, yaitu aktin dan miosin,

    yang bersama-sama dengan ATP membentuk suatu masa yang lentur dan dapat

    berkontraksi. Bila kadar ATP menurun, maka akan terjadi perubahan pada aktomisin,

    dimana sifat lentur dan kemampuan untuk berkontraksi menghilang sehingga otot yang

    bersangkutan akan menjadi kaku dan tidak dapat berkontraksi. Oleh karena kadar

    glikogen yang terdapat pada setiap otot itu berbeda-beda, sehingga sewaktu terjadinya

    pemecahan glikogen menjadi asam laktat dan energi tersebut digunakan untuk

    resintesa ATP, akan menyebabkan adanya perbedaan kadar ATP dalam setiap otot.

    Keadaan tersebut dapat menerangkan mengapa kaku mayat akan mulai tampak pada

    jaringan otot yang jumlah serabut ototnya sedikit.(4)

    Pada pemeriksaan luar juga didapatkan lebam mayat (livor mortis) pada

    muka, leher, punggung, tidak hilang pada penekanan. Livor mortis (post mortem

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    21/26

    hypostasis, suggillation), terjadi sebagai akibat pengumpulan darah dalam pembuluh-

    pembuluh darah kecil, kapiler dan venule, pada bagian tubuh yang rendah karena daya

    gravitasi. Lebam mayat akan tampak sebagai daerah pada kulit yang berwarna merah-

    ungu (livide); dan dengan berlangsungnya waktu lebam mayat akan tampak semakin

    meluas. Lebam mayat akan mulai tampak sekitar 30 menit setelah kematian somatisdan intensitas maksimal akan dicapai dalam waktu 8-12 jam post mortal. Dengan

    demikian penekanan pada daerah lebam mayat yang dilakukan setelah 8-12 jam

    tersebut lebam mayat tidak akan menghilang. Tidak hilangnya lebam mayat pada saat

    itu dikarenakan telah terjadi perembesan darah akibat rusaknya pembuluh darah ke

    dalam jaringan di sekitar pembuluh darah tersebut.(4)

    Selain kaku dan lebam, pada pemeriksaan luar juga didapatkan sudah mulai ada

    tanda-tanda pembusukan didaerah perut bagian bawah.Pembusukan

    (decomposition, putrefaction) adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat

    autolisis dan kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang

    terjadi dalam keadan streril. Autolisis timbul akibat kerja digestif oleh enzim yang

    dilepaskan sel pascamati dan hanya dapat dicegah dengan pembekuan jaringan.

    Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam tubuh segera masuk ke

    jaringan. Darah merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut untuk tumbuh. Sebagian

    besar bakteri berasal dari usus dan yang terutama adalah Clostridium welchii. Pada

    proses pembusukan ini terbentuk gas-gas alkana H2S dan HCN, serta asam amino dan

    asam lemak. Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna

    kehijauan pada perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan

    penuh dengan bakteri serta terletak dekat dinding perut. Warna kehijauan ini

    disebabkan oleh terbentuknya sulf-met-hemoglobin. Secara bertahap warna kehijauan

    ini akan menyebar ke seluruh perut dan dada, dan bau busuk pun mulai tercium.

    Pembuluh darah bawah kulit akan tampak seperti melebar dan berwarna hijau

    kehitaman. Selanjutnya kulit ari akan terkelupas atau membentuk gelembung berisi

    cairan kemerahan berbau busuk. (1)

    Pada pemeriksaan dalam juga ditemukan usus dua belas jari, usus halus, dan

    usus besar berisi gas pembusukan. Pembentukan gas di dalam tubuh, dimulai di

    dalam lambung dan usus, akan mengakibatkan tegangnya perut dan keluarnya cairankemerahan dari mulut dan hidung. Itulah sebabnya pada pemeriksaan luar hidung dan

    mulut ditemukan keluar darah warna coklat dari lubang hidung kanan dan keluar cairan

    darah warna coklat dari mulut. Gas yang terdapat di dalam jaringan dinding tubuh akan

    mengakibatkan terabanya derik (krepitasi). Gas ini menyebabkan pembengkakan tubuh

    yang menyeluruh, tetapi ketegangan terbesar terdapat di daerah dengan jaringan

    longgar, seperti skrotum dan payudara. Tubuh berada dalam seperti petinju (pugilistic

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    22/26

    attitude), yaitu kedua lengan dan tungkai dalam sikap setengah fleksi akibat

    terkumpulnya gas pembusukan didalam rongga sendi.(1)

    Selain perubahan pada mayat tersebut diatas. Perubahan lain yang dapat

    digunakan untuk memperkirakan saat mati bisa juga dengan perubahan pada mata.

    Pengeringan kornea yang menimbulkan kekeruhan merupakan tanda kematian tidakpasti. Pada pemeriksaan luar mayat, ditemukan kelopak mata kanan dan kiri tertutup,

    bola mata tidak menonjol, selaput bening mata (kornea) keruh, selaput putih (sclera)

    kemerahan, selaput lendir mata (konjungtiva) tidak ada perdarahan. Kekeruhan kornea

    terjadi lapis demi lapis. Kekeruhan yang terjadi pada lapis terluar dapat dihilangkan

    dengan meneteskan air, tetapi kekeruhan yang telah mencapai lapisan lebih dalam

    tidak dapat dihilangkan dengan tetesan air. Kekeruhan yang menetap ini terjadi sejak

    kira-kira 6 jam pasca mati. Baik dalam keadan mata tertutup maupun terbuka, kornea

    menjadi keruh kira-kira 10-12 jam pasca mati dan dalam beberapa jam saja fundus

    tidak tampak jelas. Setelah kematian tekanan bola mata menurun, memungkinkan

    distorsi pupil pada penekanan bola mata. Tidak ada hubungan antara diameter pupil

    dengan lamanya mati.(1)

    Berdasarkan ilmu thanatologi, dapat disimpulkan bahwa perkiraan

    kematian telah terjadi antara 24-36 jam karena didapatkannya kaku mayat seluruh

    tubuh dan sukar dilawan, dan lebam mayat pada muka, leher, punggung, tidak hilang

    pada penekanan. Serta telah didapatkan tanda-tanda pembusukan pada perut.

    2. Mekanisme Trauma

    Pada pemeriksaan luar didapatkan luka-luka pada kulityaitu pada kulit leher

    terdapat luka memar, sebesar kepala jarum pentul pada bahu kiri 2 cm dari pangkal

    leher. Pada kulit pinggang terdapat luka memar ukuran 2x2 cm pada pinggang sebelah

    kiri warna ungu kehitaman, lokasi 17 cm di sebelah kiri bawah pusat. Selain itu pada

    pemeriksaan dalam, kulit kepala dalam terdapat hematoma pada bagian depan kanan

    ukuran 3x2,5 cm, bagian belakang kiri 3,5x4 cm, dan bagian belakang kanan berukuran

    4x4 cm. Pada trauma listrik umumnya menyebabkan luka bakar akan tetapi luka tumpul

    sekunder juga dapat terjadi jika korban terjatuh dari ketinggian setelah tersengat arus

    listrik. Luka akibat kekerasan beda tumpul dapat berupa memar (kontusio, hematom),luka lecet (ekskoriasi, abrasi), dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum). Pada mayat

    tersebut ditemukan luka memar pada bahu kanan dan kulit pinggang. Luka memar

    adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya apiler dan

    vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka memar kadang memberi

    petunjuk tentang bentuk benda penyebabnya. Letak, bentuk dan luas luka memar

    dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti besarnya kekerasan, jenis benda penyebab

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    23/26

    (karet, kayu, besi), kondisi dan jenis jaringan (jaringan ikat longgar, jaringan lemak),

    usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, penyakit

    (hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diatesis hemoragik). Umur luka memar secara

    kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya. Pada saat timbul, memar

    berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam, setelah 4-5 hari akanberwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari,

    dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Perubahan warna tersebut

    berlangsung mulai dari tepi dan waktunya dapat bervariasi tergantung derajat dan

    berbagai faktor yang mempengaruhinya.(3)

    Pada pemeriksaan luar kulit ekstremitas tampak luka listrik pada jari ketiga,

    keempat, dan kelima tangan kiri, ketiganya pada ruas jari tengah (kulit terkelupas

    warna putih, terdapat bintik hitam di tengah luka dan sekitar luka membengkak). Ukuran

    luka pada jari ketiga 0,5x0,5 cm, jari keempat 1x0,5 cm, dan jari kelima 0,5x0,5 cm.

    Luka listrik pada jari ketiga, keempat, dan kelima tangan kiri merupakan tanda-tanda

    listrik atau current mark(electric mark = stroomerk van jellinek = joule burn). Current

    markadalah tanda untuk luka akibat listrik dan merupakan tempat masuknya aliran

    listrik. Gambaran current markyaitu bentuk oval, berwarna kuning atau coklat keputihan

    atau coklat kehitaman atau abu-abu kekuningan dan dikelilingi daerah kemerahan dan

    edema sehingga menonjol dari jaringan sekitarnya. (2)

    Pada pemeriksaan dalam, didapatkan pemeriksaan jantung ukuran 15x11x5cm

    warna merah kecoklatan, bentuk bilik tidak ada kelainan, tebal otot bilik kiri (ventrikel

    kiri) 3,5 cm, bilik kanan (ventrikel kanan) 2 cm. Nilai pengukuran pada jantung normal

    orang dewasa adalah sebagai berikut: ukuran jantung sebesar kepalan tangan kanan

    mayat, berat sebesar 300 gram, ukuran lingkaran katup atrium ventrikel kanan sekitar

    11 cm, yang kiri sekitar 9,5 cm, lingkaran katup pulmonal sekitar 7 cm dan aorta sekitar

    6,5 cm. Tebal otot ventrikel dextra 3-5 mm sedangkan yang sinistra sekitar 14 mm.(3)

    Pada mayat tersebut, terjadi penebalan (hipertrofi) otot-otot pada ventrikel kiri

    dan kanan. Hipertrofi miokard terjadi sebagai mekanisme kompensasi jantung agar

    darah bisa mengalir ke organ-organ vital seperti otak. Hipertrofi miokard merupakan

    salah satu kapasitas jantung yang paling luar biasa dan penting untuk beradaptasi

    (menyesuaikan ) baik secara akut maupun kronik untuk mengubah bebanhemodinamik. Penyesuaian akut diperantarai oleh dua mekanisme yaitu: (1).

    Perubahan jumlah jembatan yang bersiklus antara miofilamen aktin dan miosin, yang

    kemudian tergantung pada panjang sarkomer miokard (penyesuaian ini cepat, pada

    tingkat molekuler, hukum Starling pada jantung), dan (2). Perubahan pada kontraktilitas

    yang diperantarai oleh neurotransmitter adrenergik norepinefrin melalui reseptor

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    24/26

    adrenergik. Derajat aktivasi reseptor ini akhirnya mengatur konsentrasi ion kalsium

    dekat protein kontraktil dan dengan demikian kontraktilitas miokard.(8)

    Pada pemeriksaan mikroskopis jantung ditemukan pada ventrikel kiri dan

    kanan tampak gambaran sel-sel otot jantung yang patah-patah (reksis).(8)Reksis

    merupakan salah satu tanda yang ditemukan pada fibrilasi ventrikel karena iramajantung yang sangat kacau sehingga otot-otot jantung reksis. Fibrilasi ventrikel

    merupakan salah satu bentuk disritmia. Disritmia atau gangguan irama jantung yang

    merupakan jenis komplikasi tersering pada infark miokardium, dengan denyut

    premature ventrikel terjadi pada hampir semua pasien dan terjadi denyut kompleks

    pada sebagian besar pasien. Disritmia terjadi akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel

    miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk

    potensial aksi, yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel. Misalnya, perangsangan

    simpatis akan meningkatkan depolarisasi spontan sehingga meningkatkan kecepatan

    denyut jantung. Secara klinis, diagnosis disritmia berdasarkan interpretasi hasil EKG. (9)

    Kematian sebagai akibat penyakit jantung biasanya disebabkan karena

    gangguan irama jantung atau kelemahan pemompaan progresif. Sering yang satu

    menyebabkan penyakit jantung yang lain. Semua penyakit jantung dalam bahasan ini

    dapat disertai berbagai macam aritmia seperti fibrilasi atrium, ekstrasistole atau

    takikardi dan fibrilasi ventrikel yang mengancam kelangsungan hidup penderita.

    Gangguan irama jantung terjadi bila jalur konduksi normal dihambat oleh nekrosis,

    radang, dan fibrosis, maupun bila kesalahan metabolisme lokal menimbulkan fokus

    iritasi listrik. Meskipun aritmia terjadi secara dramatic, sukar untuk diidentifikasi lesi

    patologi yang khas. Selain itu, penyakit jantung utama, bila dalam keadaan parah,

    dapat berpengaruh pada kapasistas fungsi pemompaan. Melalui lintasan apa pun,

    sindrom klinik yang dikenal sebagai kegagalan jantung kongestif (CHF), dapat

    menimbulkan dan mendominasi gambaran klinik. Perubahan morfologi utama, demikian

    pula tanda dan gejala yang menandai CHF dinyatakan oleh dampak sekunder gagal

    sirkulasi pada berbagai alat tubuh. Secara makroskopi jantung hanya menunjukkan

    hipertrofi dan dilatasi saja, seiring perubahan penyakit yang melatarbelakanginya. Pada

    paru, oleh karena bendungan darah dalam sirkulasi paru, tekanan dalam vena

    pulmonalis meningkat yang diteruskan mencapai kapiler. Segera disusul edemasebagai akibat peningkatan tekanan hidrostatik, dilatasi kapiler septa dan pelebaran

    batas antar endotel. Paru yang khususnya dapat mudah terjadi edema karena susunan

    jaringannya longgar menyebabkan tidak ada tekanan jaringan yang melawan

    pembebasan cairan(10)

    . Hal tersebut bisa menjelaskan kenapa pada pemeriksaan dalam

    didapatkan paru-paru kiri dengan ukuran 21x3x6,5 cm, pada mikroskopisnya

    didapatkan diantara alveoli-alveoli tampak pembuluh darah melebar dan berisi eritrosit,

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    25/26

    alveoli juga tampak melebar, dan terdapat bintik antrakosis. Begitu juga pada paru-paru

    kanan yang berukuran 22x15x6,5cm, mikroskopisnya sama seperti paru-paru kiri.

    Pada pemeriksaan luar ekstremitas, kuku-kuku pada kaki dan tangan biru

    (sianosis). Kemungkinan ada hubungannya dengan Paralisis Pernapasan (Respiratory

    Paralysis). Hal ini dapat terjadi bila aliran arus listrik di atas let go thres hold, akantetapi tetap di bawah kebutuhan yang dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel. Pada

    eksperimen kematian korban yang murni karena asfiksia oleh adanya spasme otot.

    Jantung akan tetap berdenyut sampai terjadi kematian. Mekanisme tersebut agaknya

    berkaitan dengan asfiksia traumatik, dan menimbulkan sianosis yang hebat, petechial

    hemorrages, akan tetapi masih dapat dilihat pada konjungtiva, palpebrae dan muka.(4)

    Pada pemeriksaan organ visera seperti hati, limpa, dan ginjal, hampir semuanya

    berisi eritrosit. Terlihat pada pemeriksaan mikroskopisnya. Hal tersebut terjadi karena

    adanya gangguan sirkulasi dari jantung sehingga organ viscera terjadi kongesti yang

    merata. Petechie / perdarahan mukosa Tractus GI ditemukan pada 1 dari 100 kasus

    fatal akibat listrik.(4)

    Pada pemeriksaan dalam, selaput otak keras (duramater) terdapat bercak-

    bercak perdarahan, dan bekuan darah di subdural. Juga pada pemeriksaan mikroskopis

    otak, diantara sel-sel otak besar tampak perdarahan-perdarahan. Hal ini terjadi karena

    gangguan sirkulasi sehingga pada otak dapat terjadi perdarahan kecil-kecil, terutama

    daerah ventrikel III dan IV. (2)

    Terdapatnya bekuan darah dan bercak-bercak darah pada selaput otak keras

    (duramater) bermakna jika telah terjadi trauma tumpul pada daerah tersebut. Subdural

    Bleeding merupakan perdarahan yang lokalisasinya antara duramater dengan

    arachnoid dan biasanya disertai pula dengan perdarahan subarachnoid. Perdarahan ini

    dapat terjadi oleh karena robeknya sinus, arteri basilaris atau berasal dari perdarahan

    subarachnoid. Perdarahan subdural dapat pula disebabkan oleh penyakit

    pachymeningitis haemorrhagica interna, perdarahan ini merupakan perdarahan kronik

    sehingga terdapat darah beku yang berlapis-lapis, darah beku pertama adalah yang

    melekat pada bagian selaput otak tebal.(1)

    Jadi dapat disimpulkan penyebab kematian pada mayat tersebut karena

    kegagalan pernafasan yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang disebabkan olehkegagalan fungsi jantung yang disebabkan karena gangguan irama jantung (fibrilasi

    ventrikel) yang diakibatkan adanya aliran listrik.

  • 8/11/2019 Visum Dan Otopsi Luka Bakar Listrik

    26/26

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S,dkk. Ilmu KedokteranForensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia.1997. H: 2554.

    2. Hoediyanto, H. Trauma Listrik, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik UniversitasAirlangga, Surabaya. [online]. 2012. [cited 3 september 2012]. Available from:http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/Tr.%20Listrik.pdf

    3. Mansjoer, Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Fakultas Kedokteran UI,Jakarta, 2000; H: 370-1

    4. Idries,Abdul M. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama. Jakarta. BinarupaAksara. 1997. H: 108117

    5. Arsyadi, gunawan. Luka Bakar dan luka listrik. Bahan Kuliah Forensik. FakultasKedokteran Universitas Hasanuddin, 2008.

    6. Cushing, Tracy A. [online]. 2010. [cited 28 October 2010]. Available from:http://emedicine.medscape.com/article/770179-overview

    7. Rilantono, Ismudiati E, dkk. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.2004. H:275-2888. Isselbacher, Braunwald, Wilson. Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta.

    ECG. 2000. H.1065-11189. Price A. Sylvia, Wilson M. Lorraine. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses

    Penyakit. Jakarta. ECG. 2006. 630-65410. Robbins dan Kumar. Buku Ajar Patologi II. Edisi 4. Jakarta: EGC. 1995. H:29-33

    http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/Tr.%20Listrik.pdfhttp://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/Tr.%20Listrik.pdfhttp://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/Tr.%20Listrik.pdfhttp://emedicine.medscape.com/article/770179-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/770179-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/770179-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/770179-overviewhttp://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/Tr.%20Listrik.pdf