teknik otopsi

38
CHAPTER I OBSERVE FORENSIC DOCUMENT Tujuan instruksional umum : mahasiswa mampu memahami persyaratan administrasi penanganan kasus forensic Tujuan Instruksional khusus : a. Mahasiswa mengetahui persyaratan surat dari penyidik b. Mahasiswa mengetahui persyaratan penyerahan barang bukti medis maupun non medis c. Mahasiswa dapat membuat surat kematian d. Mahasiswa dapat membuat surat keterangan medis maupun visum et repertum Persyaratan administrasi yang harus dipenuhi dalam penanganan kasus forensic : 1. Surat permintaan penyidik, dilengkapi berita acara penyidikan dan barang bukti berlabel. 2. Surat perserujuan dari keluarga berupa : persetujuan dilakukan otopsi atau setuju hanya pemeriksaan luar 3. Surat penyerahan barang bukti medis dan non medis 4. Surat kematian 5. Visum et repertum Pertanyaan-pertanyaan minimal prinsip pada Observe forensic documents: 1. Persyaratan administrasi apa saja yang harus dipenuhi dalam penanganan jenazah forensik?. 2. Kapan surat kematian dibuat dan siapa yang berhak membuat surat kematian ?. 3. Visum et repertum terdiri apa saja ?. 1

Upload: dikalasman

Post on 16-Jan-2016

69 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

teknik otopsi unisa

TRANSCRIPT

Page 1: Teknik Otopsi

CHAPTER I

OBSERVE FORENSIC DOCUMENT

Tujuan instruksional umum : mahasiswa mampu memahami persyaratan administrasi penanganan kasus forensic

Tujuan Instruksional khusus :a. Mahasiswa mengetahui persyaratan surat dari penyidikb. Mahasiswa mengetahui persyaratan penyerahan barang bukti medis

maupunnon medis

c. Mahasiswa dapat membuat surat kematiand. Mahasiswa dapat membuat surat keterangan medis maupun visum et repertum

Persyaratan administrasi yang harus dipenuhi dalam penanganan kasus forensic :

1. Surat permintaan penyidik, dilengkapi berita acara penyidikan dan barangbukti berlabel.

2. Surat perserujuan dari keluarga berupa : persetujuan dilakukan otopsi atausetuju hanya pemeriksaan luar

3. Surat penyerahan barang bukti medis dan non medis4. Surat kematian5. Visum et repertum

Pertanyaan-pertanyaan minimal prinsip pada Observe forensic documents:

1. Persyaratan administrasi apa saja yang harus dipenuhi dalampenanganan jenazah forensik?.

2. Kapan surat kematian dibuat dan siapa yang berhak membuat suratkematian ?.

3. Visum et repertum terdiri apa saja ?.

1

Page 2: Teknik Otopsi

ALGORITMA OBSERVE FORENSIC DOCUMENT

Surat keterangan dokter

2

Page 3: Teknik Otopsi

Catatan medik

Surat keterangan medik (berkaitan dengan rahasia

medis)

kehendak undang-undang

Visum et Reperrum

Page 4: Teknik Otopsi

Asuransi, keterangan sehat, keterangan sakit, surat

kelahiran, surat kematian Proses peradilan

Page 5: Teknik Otopsi

Chapter 2 PEMERIKSAAN JENAZAH FORENSIK

TUJUANSetelah menyelesaikan stase di Bagian Kedokteran Forensik,

mahasiswa diharapkan mampu:- Melakukan pemeriksaan terhadap jenazah forensik- Menemukan dan menilai perubahan-perubahan postmortem- Menemukan kelainan pada jenazah yang berkaitan dengan kematian- Menganalisa hasil pemeriksaan jenazah forensik- Menentukan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan- Menyusun hasil pemeriksaan dalan suatu Visum et Repertum

OTOPSI FORENSIK

Pemeriksaan Luar.Pelaksanaan otopsi didahului dengan pemeriksaan luar jenazah.

Pemeriksaan ini dilakukan mulai dari ujung rambut kepala sampai ujung kuku kaki seteliti mungkin. Periksa identitas jenazah, memastikan keamanan pengelolaan jenazah (ada/tidaknya label), memeriksa benda-benda di sekitar jenazah (baik yang menutupi, melekat ataupun yang dikenakan korban), menilai keadaan umum jenazah (utuh atau tercerai-berai), memeriksa ukuran jenazah (tinggi badan-berat badan), memeriksa tanda-tanda kematian sekunder untuk memperkirakan saat kematian, dan mencari tanda-tanda kekerasan serta kelainan-kelainan yang mungkin berhubungan dengan peristiwa kematian korban.

Pemeriksaan Dalam.Pada pemeriksaan dalam perlu diperhatikan peralatan dan kelengkapannya. Pada prinsipnya di Rumah Sakit tersedia otopsi set, terutama pada Rumah Sakit pendidikan. Tetapi secara sederhana dapat digunakan minor set ditambah fasilitas air yang cukup, gergaji serta elevator untuk mernbuka tulang atap kepala.

1. Pengirisan Kulit.

Pengirisan kulit merupakan hal pertama yang dilakukan pada pemeriksaan dalam. Ada beberapa macam irisan kulit pada pemeriksaan dalam, dimana masing-masing dilakukan dengan memandang segi kosmetik. Indikasi macam irisan ditentukan oleh jenis kelamin dan agama/kepercayaan korban/jenazah.

1.1. Irisan Lurus (I).

Dilakukan pada jenazah pria pemeluk agama Islam. Irisan dimulai setinggi kartilago tiroid (jakun ). Pisau ditekan hingga terasa mengenai tulang rawan tiroid kemudian ditarik secara mantap lurus ke bawah mengikuti linea mediana dan ketika sampai dekat umbilikus (1 cm di atas umbilikus) irisan dibelokkan ke kiri membentuk setengah lingkaran mengelilingi umbilikus di sebelah kiri ( di sebelah kanan umbilikus melintas ligamentum teres hepatis pars umbilikalis ) kemudian ke bawah lagi lurus mengikuti linea mediana sampai simfisis pubis.

Page 6: Teknik Otopsi

1.2. Irisan Berbentuk Huruf "Y".

Dilakukan pada jenazah pria pemeluk agama non Islam. Irisan dimulai dari pertengahan klavikula (baik kanan maupun kiri) menuju ke prosesus sifoideus (angulus sterni/uluhati) kemudian dilanjutkan ke bawah mengikuti linea mediana hingga simfisis pubis seperti irisan I.

Irisan Berbentuk Huruf " Y" ModifikasiDilakukan pada jenazah wanita. Irisan dimulai dari setinggi akromion kanan maupun kiri kearah bawah mengikuti linea axilaris anterior. Kemudian membelok ke medial melingkari bagian lateral bawah glandula mammae hingga ke prosesus sifoideus. Kemudian dilanjutkan lagi ke bawah mengikuti linea mediana sampai ke simfisis pubis seperti irisan I.

2. Pembukaan Rongga Tubuh.

2.1. Pembukaan Dinding Abdomen.

Pada irisan kulit yang sudah ada, dibuat lubang pada setinggi prosesus sifoideus selebar 2 jari sampai ke peritoneum. Kemudian jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri dimasukkan ke dalam lubang tersebut dan ditekuk hingga posisi tengadah. Kemudian pisau diiriskan diantara kedua jari mengikuti linea mediana sesuai irisan kulit yang sudah ada ke arah bawah dengan kedua jari tersebut mengiringi hingga mencapai simfisis pubis. Fungsi kedua jari tersebut adalah agar viscera di belakang dinding perut tidak teriris. Selanjutnya pada bagian dalam diiiding perut (sedikit di bawah umbilikus ) muskulus rektus abdominis dipotong horisontal tegak lurus dengan arah serabut otot ( pemotongan ini jangan sampai menembus/mengiris kulit perut ). Pemotongan ini bertujuan untuk memperluas medan pandangan ke dalam rongga perut. Perhatikan, jika di dalam rongga perut ada cairan harus langsung diperiksa ( diukur ) tanpa membuka rongga dada terlebih dahulu agar apabila di dalam rongga dada juga ada cairan keduanya tidak tercampur sehmgga pemeriksaan tidak menjadi kacau. Adanya 400 ml cairan dalam rongga perut dapat menyebabkan kematian. Perhatikan juga kedudukan alat-alat rongga perut serta keadaan diafragma.

2.2. Pembukaan Dinding Dada.

Pertama-tama dilakukan penyiangan kulit dan otot dinding dada. Dimulai dari arkus kostarum, dengan cara tangan kiri memegang kulit dan tangan kanan memegang pisau. Kulit dipegang sedemikian rupa sehingga posisi ibu jari di bagian dalam sedangkan 4 jari lainnya di bagian luar kulit dada. Kulit kemudian ditarik dan dipuntir dengan kuat ke arah luar sehingga punggung tangan kiri menyentuh kulit dada. Kemudian pisau diiriskan di sebelah dalam puntiran kulit diantara otot dan tulang dengan posisi miring 45° dari bidang datar dada sedemikian rupa sehingga kulit dan otot beserta origonya terpotong hingga bersih dari perlekatannya dengan tulang iga dan tulang dada. Penyiangan dilakukan ke arah kranial sampai klavikula dan jakun, dan ke lateral sampai linea aksilaris anterior. Perhatikan, adakah hematom ( catat ukuran dan lokasinya ), patah tulang ( catat lokasinya ) serta kelainan lainnya ?

Kemudian tulang dada ( sternum ) dilepas dengan cara :Pisau dipegang dengan tangan kanan, mata pisau diletakkan pada rawan iga ke-2 kira-kira 1 cm ( 1 jari ) dari persambungan rawan iga dengan tulang iga

Page 7: Teknik Otopsi

dengan kemiringan 30° antara mata pisau dengan bidang datar dada. Telapak tangan kiri menekan punggung pisau ke aiah belakang ( dorsal ) dengan kuat. Kemudian tarik pisau dengan cepat ke arah bawah lateral ( caudo-lateral), maka terpotonglah iga-iga tersebut. Lakukan hal serupa pada sisi dada sebelahnya. Setelah iru siangi jaringan pada sisi bagian dalam sternum dengan irisan yang mepet dengan sternum sedemikian rupa sehingga sternum lepas dan bersih dari jaringan di belakangnya. Dengan demikian sternum tinggal melekat pada iga ke-1 dan klavikula kanan dan kiri.

Sternum kemudian dipegang dengan tangan kiri, diangkat ke depan (ventral) sambil digoyang-goyang, maka akan tampak artikulasio manubrio-costalis I dan manubrio-clavicularis. Kemudian sternum dilepaskan dari artikulasio-artikulasio tersebut dengan cara: Pisau dipegang dengan tangan kanan, tempelkan mata pisau pada artikulasio manubrio-costalis I dengan posisi tangkai pisau masuk ke rongga dada ( tangkai pisau dipegang dengan tangan kanan ). Lalu iris dan dorong ke arah cranio-lateral ( mengikuti lengkung artikulasio manubrio-costalis I), maka terlepaslah iga ke-1. Kemudian teruskan irisan dan dorongan ke arah cranio-medial (mengikuti lengkung artikulasio manubrio-clavicularis ) sambil sternum terus digoyangkan, maka terlepaslah klavikula. Lakukan hal serupa pada, sisi dada sebelahnya. Maka terbukalah dinding dada. Perhatikan, keadaan sisi dalam sternum apakah ada hematom, retak tulang, bagaimana gambaran keadaan arteri mammaria intema ? Bagaimana keadaan organ-organ rongga dada insitu, berapa bagian jantung yang tidak terturup paru-paru ? Adakah cairan dalam rongga dada, bila ada berapa yang terukur ? Adakah perlekatan antara paru-paru dengan dinding dalam dada, bila ada mudah atau sukar dilepas ?

Dengan melihat berapa bagian jantung yang tidak tertutup paru maka dapat dinilai keadaan patologinya, misalnya pada paru-paru yang kolaps maka bagian jantung yang tidak tertutup paru tampak lebar karena paru-paru mengecil. Pada penyakit jantung hipertropi maka bagian jantung yang tidak tertutup paru juga tampak lebar. Pada jenazah orok yang belum pernah bernapas. seluruh bagian jantung tidak tertutup paru. Bila ditemukan perdarahan dalam rongga dada maka harus segera diukur jumlahnya, serta dicari sumber perdarahannya misalnya akibat perlukaan paru, perlukaan pada jantung atau aorta. Adanya 400 ml-500 ml cairan dalam rongga dada dapat berakibat fatal.

III. Pengeluaran dan Pemeriksaan Isi Rongga Tubuh

III.1. Pengeluaran Isi Rongga Dada.Pada dasarnya pengeluaran organ dapat dilakukan dengan 3 cara,

yaitu per-organ (satu demi satu), per-sistem (misalnya sistem traktus digestivus dulu, dan seterusnya) dan in toto (sekaligus bersama-sama). Pada kasus infantisid pengeluaran organ-organ rongga dada dilakukan secara in toto, dimana trakhea dan esofagus diikat di dua tempat, lalu dipotong diantara kedua ikatan kemudian pengeluaran dilakukan sekaligus dengan pengangkatan jantung dan thimus serta lambung dan usus.

Pengangkatan jantung. Pengambilan per-organ dimulai dari jantung. Perhatikan bagian jantung yang tidak tertutup paru. Kemudian jepit perikardium pada bagian tengahnya dengan pinset yang bersih, kemudian di kaudal jepitan dibuat lubang yang diteruskan ke bawah membentuk huruf "Y" terbalik (irisan ini dibuat jangan terlalu rendah agar cairan perikardium tidak tumpah ). Perhatikan. cairan perikardium. Normalnya berwarna kuning jernih dengan volume antara 10 ml-20ml. Setelah cairan perikardium diambil,

Page 8: Teknik Otopsi

kemudian jantung diambil dengan cara:Tanpa melukai jantung. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri

masuk diantara lengkung aorta dan jantung sementara ibu jari ke apeks jantung. Kemudian jantung diangkat ke arah kranio-ventral dan pembuluh-pembuluh darah besar dipotong sejauh mungkin. Maka lepaslah jantung.

Dengan melukai jantung. Empat jari tangan kiri diletakkan di dorsal jantung, sedangkan ibu jari di ventral jantung. Jantung kemudian diputar searah jarum jam lalu ventrikel kanan dilubangi pada apeksnya serta lubangi juga atrium kanan. Ukuran lubang kira-kira 1 jari masuk. Kemudian pegangan dilepas, lalu dibalik, ibu jari tangan kiri di dorsal jantung sedangkan 4 jari lainnya di ventral jantung. Kemudian jantung diputar berlawanan arah jarum jam, lalu ventrikel kiri dilubangi di apeksnya serta lubangi juga atrium kiri. Lalu pegangan dilepas. Selanjutnya masukkan jari telunjuk tangan kiri pada lubang di apeks ventrikel kiri dan ibu jari tangan kiri pada lubang di apeks ventrikel kanan. Jantung diangkat ke kranio-ventral, kemudian pembuluh-pembuluh darah besar dipotong sejauh mungkin. Maka lepaslah jantung.

Jantung diserahkan kepada asisten obduktor II untuk ditimbang, diukur, dan diperiksa. Berat normal antara 200 gr-250 gr dengan ukuran normal sekitar 12 cm x 10 cm x 3 cm. Pengukuran organ dilakukan dengan meletakkan organ di tempat yang datar. Warna merah kecoklatan tertutup lemak kekuningan. Konsistensi kenyal, kadang agak lunak. Secara makros adanya infark akan memberikan gambaran baji mati berwarna keabu-abuan berbentuk kerucut dengan basis di luar dan puncak di dalam otot jantung. Gambaran ini dapat dibuktikan dengan melakukan pengirisan secara berlapis-lapis dari luar ke dalam, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan secara mikroskopis.

Kemudian dilakukan pemeriksaan jantung dari sebelah dalam dengan membuka jantung ( otopsi jantung ). Caranya ;

Pembukaan jantung dengan mengikuti arah aliran darah. Muara v.cava superior dan inferior di atrium kanan dibuka, kemudian pisau panjang dimasukkan lewat lubang muara tersebut sejajar septum interventrikularis menuju apeks jantung, lain iriskan ke samping. Maka terbukalah atnum dan ventrikel kanan. Perhatikan, ukuran lubang atrio-ventrikularis kanan, valvula trikuspidalis (licin ? tebal ? kaku ? ). Selanjumya buka ( iris ) a.pulmonalis melalui rauaranya di ventrikel kanan. Setelah terbuka, perhatikan, dinding a.pulmonalis. valvula semilunarisnya apakah ada penebalan ? Kemudian dilanjutkan membuka bagian kiri jantung. Melalui muara v.pulmonalis pisau panjang dimasukkan sejajar septum interventrikularis menuju apeks jantung, lalu iriskan ke samping. Maka terbukalah atrium dan ventrikel kiri. Perhatikan, ukuran lubang atrio-ventrikularis kiri, valvula mitralis ( licin ? tebal ? kaku ? ). Selanjurnya buka (iris ) aorta melalui muaranya di ventrikel kiri. Setelah terbuka, perhatikan, dinding aorta, valvula semilunarisnya, adakah penebalan ?

Secara singkat urutan pengirisan cara ini adalah : muara v.cava—atrium kanan—ventrikel kanan—a.pulmonalis—muara v.pulmonalis—atrium kiri—ventrikel kiri—aorta.

Pembukaan jantung tanpa mengikuti arah aliran darah. Melalui lubang-lubang pada atrium dan ventrikel masukkan gunting panjang berujung tumpul dan sejajarkan dengan sulkus longirudinalis anterior, lalu lakukan guntingan. Maka terbukalah atrium dan ventrikel. Lakukan hal ini pada kedua bagian kiri dan kanan jantung. Perhatikan. lubang-lubang dan valvula-valvula. Selanjutnya dengan gunting yang sama, buka a.pulmonalis dan dilanjutkan dengan pembukaan aorta. Maka terbukalah a.pulmonalis dan aorta. Perhatikan, keadaan dinding vasa-vasa besar tersebut serta keadaan valvula semilunarisnya.

Page 9: Teknik Otopsi

Ukuran normal penampang lubang atrio-ventnkulans kanan antara 3-5 cm, kin 3- 4 cm, penampang a.pulmonalis 3-4 cm, penampang aorta 4-6 cm. Pada otopsi jantung ini penksa adanya kekakuan m.papilans, serta keadaan korda tendineanya. Pengukuran tebal otot jantung dilakukan dengan cara memotong dengan irisan tegak lurus dinding otot jantung pada tempat yang bebas dan ongo dan insersio m.papilaris. Nonnal tebal ventrikel kanan 4-5mm, ventrikel kiri 10 mm, dan tebal atrium 3-4 mm.

Pada pangkal aorta terdapat muara a.koronaria, siangi artena ini kemudian potong sepanjang 1 cm dari muara, lalu dibuka dengan gunting yang berujung lancip. Periksa kemungkinan adanya trombus atau embolus pada a.koronaria ini.

Pengangkatan paru. Setelah jantung diangkat, dilanjutkan dengan pengangkatan paru-paru. Perikardium yang tertinggal disiangi sampai bersih dari rongga dada, sehingga tampak trakea, bifurkasi trakea, serta hilus pulmonalis kanan dan kiri. Kemudian paru-paru dapat diangkat secara bersamaan kiri dan kanan. Caranya: Trakea dipotong 1-2 cm di kranial bifurkasi trakea. Maka terlepaslah paru-paru. Dapat juga dilakukan pengangkatan paru-paru saru per-satu. Caranya: Tangan kanan (dengan telapaknya) menelusuri bagian dorsal paru, kemudian jari telunjuk dan jari tengah mencari dan mengait hilus paru dan diangkat ke arah ventral. Pindahkan posisi ini ke tangan kiri dimana jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri juga diposisikan mengait hilus paru. Kemudian tangan kanan memotong hilus paru serta semua fiksasi yang ada dengan pisau. Maka lepaslah paru. Lakukan hal serupa pada paru sisi sebelahnya dengan cara yang sama.

Lalu periksa paru-paru, berat normal antara 350 gr-450 gr, dengan ukuran rata-rata 20 cm x 15 cm x 5 cm , warna merah kecoklatan dengan bintik-bintik hitam pigmen karbon, konsistensi seperti spon. Kalau terdapat abses konsistensi hanya lunak saja. Pada keadaan kongesti, paru akan teraba kenyal, demikian juga pada pada keadaan fibrosis. Periksa juga apakah ada perlekatan antar lobus, kalau ada mudah atau sukar dilepas. Pada paru yang mengalami radang kroms biasanya perlekatan tersebut sukar dilepas. Tepi paru tajam, tidak berbenjol. sedangkan pada keadaan kongesti tepi paru tumpul.

Kemudian paru dibuka dengan pengirisan dari tepi paru ke arah lulus, caranya: Letakkan paru pada bidang datar. Telapak tangan kiri menekan permukaan paru dengan mantap, kemudian dengan tangan kanan pangkal mata pisau diletakkan pada bagian tepi paru. Pisau ditarik kearah beiakang dengan sekali irisan, maka terbukalah paru. Penampang normal berwarna merali, jika dipijat keluar darah dan buih. Pada penderita TBC akan ditemukan kaverna yang ditandai dengan keluarnya nanah ketika paru dipijat. Kemudian lulus diiris hingga ke cabang bronkhiolus. Pada kasus tenggelam di sini sering ditemukan benda-benda air sesuai tempat dimana korban tenggelam. Pada korban tenggelam di sungai sering ditemukan butir-butir pasir dan gaiiggang pada bronkhiolus. Khusus untuk kasus tenggelam sebagian jaringan paru diambil untuk pemeriksaan diatome, baik dengan cara swab jaringan paru maupun dengan metode destruksi memakai larutan asam.

III.2. Pengeluaran Isi Rongga Perut.Isi rongga perut yang akan diperiksa adalah lambung, usus, hepar, pankreas, lien, dan ginjal.

Lambung dapat diambil sekaligus bersama usus sampai ke rektum atau diambil bersama-sama dengan duodenum, hepar dan pankreas atau diambil secara tersendiri. Pengambilan lambung secara tersendiri dilakukan dengan cara : Dilakukan pengikatan esofagus di atas diafragma pada dua tempat, lain potong

Page 10: Teknik Otopsi

esofagus diantara dua ikatan tersebut. Lakukan juga pengikatan pilorus di dua tempat, lalu potong pilorus diantara dua ikatan tersebut. Kemudian lambung ditarik dan dibebaskan dari perlekatan dengan sekitarnya ( adanya perlekatan dengan organ di sekitarnya menunjukkan adanya proses peradangan ). Maka lepaslah lambung. Perhatikan bagian luar lambung. apakah ada hematom, perlukaan akibat trauma dari luar. Lambung kemudian dibuka dengan melakukan penginsisian mengikuti kurvatiira mayor. Lalu isi lambung dikeluarkan. Pada kasus keracunan. isi lambung dimasukkan ke dalam alkohol 95 % untuk pemeriksaan toksikologi. Setelah lambung dibuka, perhatikan mukosa, plika lambung, apakah ada tumor, ruptur, ulkus dan perforasi. Pada kasus keracunan dan peradangan mukosa lambung akan tampak hiperemis. Secara mikroskopis peradangan akan ditandai dengan ditemukannya infiltrasi lekosit pada sub-mukosa lambung.

Pengambilan usus dimulai dari ujung pilorus yang sudah dipotong pada saat pengambilan lambung. Sebelumnya perhatikan posisi organ-organ dalam perut, lilitan usus, kelainan letak usus, jika posisi omentum majus menjurus ke satu arah biasanya berhubungan dengan proses radang. Rektum diikat di dua tempat, lalu dipotong diantara dua ikatan tadi. Kemudian angkat usus, lepaskan dari perlekatan dengan sekitarnya. Maka lepaslah usus. Perhatikan bagian luarnya, apakah ada hiperemi, nekrosis, ulkus, invaginasi, torsi, perforasi, tanda-tanda infeksi (tifoid, amubiasis ), tanda kekerasan dari mar. Kemudian usus dibuka sepanjang usus. Perhatikan mukosanya, muara duktus kholedokus pada duodenum (pijat duktus ini, jika tidak keluar empedu berarti ada sumbatan), adakah tumor ? Peradangan ? Bagian-bagian yang dicurigai diambil untuk pemeriksaan patologi anatomi.

Hepar diambil secara hati-hati, jangan sampai melukai hepar lebih-lebih jika ada kecurigaan kematian korban karena perdarahan perut. Caranya : Potong ligamentum teres hepatis pars umbilikalis dan pars diafragmatika lalu siangi peritoneumnya. Kemudian jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri mencari foramen epiploicum Winslowi pada hilus hepar untuk selanjutnya mengait hilus tersebut serta perlekatan pankreas yang ada di sebelah hepar. Kemudian potong vasa-vasa yang menuju dan keluar dari hepar. Dengan demikian lepaslah hepar (duodenum juga terangkat kalau belum diambil). Perhatikan warnanya (normal merah cokelat), hematom, permukaannya (normal licin), tepinya (normal tajam), konsistensinya (normal kenyal), beratnya rata-rata 1000 gr-1250 gr. dengan ukuran 23 cm x 16 cm x 12 cm. Periksa juga apakah ada ruptur, luka. Kemudian hepar dibuka, caranya : Letakkan hepar pada bidang datar (papan), letakkan tangan kiri dengan mantap pada permukaan hepar kemudian dengan tangan kanan lakukan pengirisan dari tepi hepar ke arah hilus dengan sekali iris, maka terbukalah hepar. Periksa warna jaringannya, keadaan vena sentralis, adakah hematom, kiste, abses. Kemudian dipijit, jika keluar darah berarti ada kongesti.

Pankreas dikeluarkan dengan cara: perhatikan kaput, korpus dan kaudanya serta bagian-bagian yang intra-peritoneal maupun yang retro-peritoneal. Letaknya antara hepar dan duodenum sehingga bila duodenum ditarik akan tampak pankreas dengan jelas, lalu tangkainya diangkat bersama-sama dengan mesenterium dan dipotong. Maka lepaslah pankreas. Perhatikan warnanya (normal merah muda ) pada pankreatitis merah tua, konsistensinya ( normal kenyal) pada tumor keras dan rapuh. Kemudian iris pankreas pada salah satu sisinya, maka terbukalah pankreas, perhatikan jika ada bagian yang mengeras dan agak keputih-putihan berarti ada proses pengapuran.

Lien bila tak terlalu besar akan mudah unruk diangkat. Lakukan dengan hati-hati agar tak melukai lien, lepaskan dari fiksasi sekitaraya. Maka lepaslah

Page 11: Teknik Otopsi

lien, perhatikan warnanya ( coklat tua keabu-abuan ), konsistensinya kenyal ( tumor lien sifatnya rapuh ), tepinya ( normal tumpul ), permukaannya ( normal berkerut-kenit), berat rata-rata 100 gr-150 gr, ukurannya 10 cm x 7 cm x 2 cm. Pada penderita malaria dan dekompensasi kordis lien tampak membesar dan penuh serta permukaannya licin. Kemudian lien dibuka dengan sekali ins dan tepi ke arah hilus. Perhatikan janngan lien yang menempel pada mata pisau, aim dengan air yang mengalir pelan. Bila janngan yang menempel tersebut mudah lepas berarti normal, tetapi bila sukar lepas berarti ada jaringan fibrosis akibat proses peradangan akut yang menyangkut ftmgsi sistem retikulo endotelial pada fubuh.

Ren dan Glandula Supra Renalis diambil bersama-sama. Organ-organ ini letaknya retro peritoneal. Glandula supra renalis berbentuk segi tiga terletak supra renal berimpit dengan ren. Ren sendiri kedudukannya setinggi V.T.XII - V.L.III. Biasanya ren kanan lebih rendah dari ren kiri. Setelah kedudukan ini teridentifikasi, peritoneum disiangi dan ren dilepaskan dari jaringan sekitarnya. Kemudian ureter dipotong sejauh mungkin. Lebih baik lagi jika ren diangkat bersama-sama ureter dan vesika urinaria sehingga kedua ren + kedua ureter + vesika urinaria terangkat bersama-sama. Setelah ditimbang lalu periksa. Ren tertutup corpus adiposa sebagai bantalan dan salah satu alat fiksasi. Ren yang tidak memiliki corpus adiposa tidak akan terfiksasi dengan baik sehingga dapat berpindah tempat seiring dengan gerakan tubuh, sehingga disebut ren mobilis. Ukuran ren rata-rata 10 cm x 6 cm x 2 cm, berat ren kanan rata-rata 125 gr, ren kiri rata-rata 120 gr. Kemudian kapsula renalis dibuka secara tumpul, caranya : fiksasi bagian hilus ren dengan tangan kiri sedemikian rupa sehingga kapsula menjadi tegang, kemudian toreh sedikit kapsula di bagian margo anatomikum dengan ujung mata pisau yang dibalik sehingga kapsula terbuka sedikit ( kira-kira ibu jari dapat masuk ) tanpa melukai jaringan ren. Kemudian ibu jari tangan kanan dimasukkan dalam lubang tersebut untuk melepaskan kapsula pada sisi ren sementara fiksasi tangan kiri dikendurkan, kemudian diikufi memasukkan ibu jari tangan kiri ke lubang kapsula untuk melepaskan kapsula pada sisi sebelahnva. Maka lepaslah kapsula renalis. Pada keadaan normal kapsula mudah dilepas. Kapsula sulit dilepas terutama bila terdapat radang atau hematom akibat trauma. Periksa warnanya ( normal merah kecoklatan ), konsistensi kenyal. permukaan licin. Kemudian ren dibuka dengan mengiris mulai dari tepi ren ( margo anatomikum ) ke arah hilus, perhatikan : korteks, medula, pelvis renis ( pada pelvis renis ini sering dijumpai batu atau pasir/kristal), pyelum, adakah kiste. kemudian ditekan, nomial hanya keluar sekret kecoklatan. Kemudian ureter dibuka, perhatikan adakah batu, pasir ? Ren akan tampak membesar pada hidronefrosis, tumor serta oleh adanya kiste. Ren tennasuk jaringan yang mudah membusuk. Kemudian glandula supra renalis diiris, perhatikan korteks ( kuning ) dan meduJanya ( coklat).

Vesika urinaria diambil dengan cara: Urethra diikat di dua tempat, lalu potong diantara dua ikatan tersebut, lepaskan dari perlekatan dengan sekitarnya. Maka lepaslah vesika urinaria. Pada kasus keracunan urin diambil untuk pemeriksaan toksikologis. Pada korban wanita jika akan dilakukan tes kehamilan dari urin harus segera dikerjakan sebab urin akan segera rusak jika terlalu lama dan sudah ada pembusukan. Kemudian vesika urinaria dibuka, perhatikan, adakah batu ? Bagaimana mukosanya ? plika-plikanya ? Adakah tumor ?

III.3. Pengeluaran dan Pemeriksaan isi Rongga Pelvis.

Page 12: Teknik Otopsi

Ovarium dipisahkan dari alat fiksasi disekitarnya antara lain ligamentum suspensorium ovarii, kemudian diangkat. Maka lepaslah ovarium. Lakukan hal serupa pada ovarium sisi sebelahnya. Perhatikan ukuran, warna, konsistensi, serta permukaannya. Bila permukaan berbenjol-benjol merupakan perunjuk adanya kiste. Kemudian ovarium diiris, periksa keadaan folikel-folikelnya ( folikel primordial, folikel de graff), corpus-corpusnya ( corpus luteum, corpus rubrum, corpus albikan ), adakah tanda-tanda perdarahan, inflamasi dan teratoma 9

Tuba uterina diperiksa terutama pada kasus kematian mendadak pada wanita hamil muda yang mungkin berkaitan dengan kehamilan ektopik terganggu ( KET ). Perhatikan rongga tuba ada penyumbatan atau tidak, tanda-tanda bekas ruptur. Lalu ambil sebagian untuk pemeriksaan patologi anatomi.

Uterus diambil dengan terlebih dahulu memisahkannya dari adnexa ( fiksasi-nya ). Ikat cervik uteri di dua tempat, kemudian potong diantara dua ikatan tersebut. Maka lepaslah uterus. Periksa ukurannya, konsistensinya ( normal kenyal ). Bila konsistensi keras merupakan petunjuk adanya mioma uteri. Pada kasus abortus kriminalis periksa tanda-tanda trauma, misalnya luka teinbus. hematom serta tanda-tanda kekerasan lainnya yang mungkin berkaitan dengan upaya aborsi yang dilakukan. Kemudian buka uterus, penksa keadaan korpus, mukosa, adakah tanda-tanda perdarahan, produk-produk kehamilan ? Pada kasus abortus kriminalis, uterus direndam dalam larutan formalin selama 1 minggu hingga keras. Kemudian diiris dengan arah tegak lurus sumbu uterus mulai dari fundus uteri lapis demi lapis. Maka jika ada perforasi akan tampak sebagai lobang pada lapisan yang telah teriris.

Prostat diangkat bersama-sama dengan vesika urinaria. Periksa adanya pembesaran prostat. Pada orang tua sering ditemukan hipertropi prostat. Kemudian prostat dibuka, tampak melintas urethra di bagjan tengahnya. Periksa adanya penyempitan urethra dan adanya tumor.

Testis terdapat di dalam skrotum dan dalam otopsi diambil melalui rongga pelvis tanpa melukai skrotum. Caranya: Testis dikeluarkan saru per-satu dengan mendorongnya kearah foramen inguinahs kemudian melewati kanalis inguinalis menuju rongga pelvis. Setelah mencapai rongga pelvis rnaka testis tampak sebagai tonjolan yang tertutup jaringan ikat sub-kutis. Tonjolan ini diiris dengan hati-hati sambil disiangi, kemudian dorongan diperkuat sedikit. maka testis akan keluar. Kemudian potong pada duktus deferennya. Maka lepaslah testis. Lakukan hal serupa pada testis sisi sebelahnya. Periksa ukurannya ( pada orchitis akan membesar ). konsistensinya ( normal kenyal ), warnanya ( merahmerah hitam ). Apakah ada hematom 9 Adanya hematom terutama diakibatkan oleh trauma pada skrotum. Kemudian testis dibuka dengan mengiris tepat di tengahnya. Perhatikan, bila tampak berambut ini petunjuk adanya teratoma atau kiste dermoid. Warna merah di bagian dalam menunjukkan adanya peradangan. Penampang irisan akan tampak cembung ( normal ) yang berarti tonusnya baik. Pada orang tua penampang ini tampak datar. Kemudian pijat pada bekas irisan tersebut. Normal akan keluar cairan kental yang bila ditarik akan mulur dan bila di swab dan diperiksa dengan mikroskop akan tampak adanya spermatozoa ( kecuali pada pria azoospermia ). Ambil sedikit jaringan testis ini untuk pemeriksaan patologi anatomi.

IV. Teknik Seksi Kepala dan Otak. IV.I. Pengirisan Kulit Kepala.

Pengirisan dimulai dari atas telinga melewati puncak kepala sampai di atas telinga sisi yang lain, sedemikian rupa hingga mencapai tulang. Lalu kulit

Page 13: Teknik Otopsi

kepala dilipat ke depan hingga kira-kira 1 cm di atas alis dan ke belakang hingga kira-kira setinggi protuberantia oksipitalis eksterna. Periksa adanya hematoma dan fraktur tengkorak.

IV.2. Pemotongan Tulang Atap Tengkorak.Tulang atap tengkorak digergaji melingkar, kemudian pada bekas

gergajian dicongkel dengan betel ( elevator ) kecil agar atap kepala dapat terlepas. Maka lepaslah atap tengkorak. Periksa adanya perdarahan di atas selaput otak ( epidural), lokasi perdarahan serta luas perdarahan. Jika berupa jendalan darah, maka timbang berapa beratnya. Periksa juga apakah ada kelainan selaput otak.

Kemudian selaput otak dibuka, caranya: Selaput otak ( duramater ) diangkat dengan pinset anatomis di atas krista galli lalu digunting mendatar ke samping kanan dan kiri sesuai arah bekas gergajian. Lalu lepaskan perlekatannya pada sutura sagitalis dan selaput otak disingkapkan ke belakang. Maka terbukalah selaput otak. Periksa adanya perdarahan di bawah selaput otak ( subdural), darah yang tampak di atas otak diusap, jika hilang maka perdarahan tersebut subdural, letapi bila tidak hilang dengan pengusapan berarti perdarahan subaraknoid. Catat lokasi perdarahan tersebut, ukur luasnya dan jika jendalan usahakan untuk ditimbang. Adakah bagian-bagian otak yang rusak ?

IV.3. Pengangkatan dan Pemeriksaan OtakJari-jari tangan kiri menekan bagian frontal otak kemudian ditarik ke arah

belakang, potong vasa-vasa darah dan saraf olfaktorius serta saraf okulomotorius. Dilanjutkan dengan memotong chiasma optikum. Tarikan diperbesar dan otak disiangi dari fiksasinya hingga tampak jelas basis cranii-nya, foramen oksipitale magnum serta cerebellum-nya. Lepaskan dan balik pegangan tangan kiri pada otak, kemudian otak sedikit ditarik ke arah atas belakang sehingga tampak medulla oblongata dan bagian atas medulla spinalis. Lalu dengan pisau yang panjang, medulla spinalis dipotong sejauh mungkin. Maka lepaslah otak. Periksa dan timbang. Berat otak dewasa rata-rata 1250 gr-1500 gr, ukuran otak besar rata-rata 20 cm x 18 cm x 6 cm, otak kecil rata-rata 11 cm x 6 cm x 2,5 cm. Perhatikan gyri dan sulci-nya serta gambaran pembuluh darahnya. Pada kasus asfiksia akibat penggantungan atau pencekikan maka pembuluh darah akan tampak melebar dan ada gambaran seperti perdarahan namun bila ditekan gambaran perdarahan tersebut akan hilang. Sedangkan pada perdarahan yang sesungguhnya sifatnya diffus dan tidak hilang pada penekanan.

Kemudian dilakukan pengirisan otak besar, caranya . Irisan dimulai dari fisura longitudinale cerebri sekitar 1 cm di atas comissura cerebri dengan posisi pisau miring 45° dan dilakukan dengan satu kali irisan. Jika irisan benar, maka ventrikel lateralis akan terpotong. Lakukan hal serupa pada hemisferium cerebri sebelahnya.Periksa adanya jendalan darah. Perdarahan di daerah ini biasanya terjadi secara spontan akibat tekanan darah yang terlampau tinggi ( pada apoplexia cerebri).

Pengirisan otak kecil dilakukan secara radier berlapis-lapis, periksa tiap bagian irisan, adakah perdarahan pada substantia otak-nya.

IV.4. Pengangkatan Selaput Otak dari Dasar Tengkorak.

Page 14: Teknik Otopsi

Selaput otak yang sudah dibuka seperti tersebut di atas harus dilepaskan dari perlekatannya dengan dasar tengkorak, caranya : Jepit selaput otak tersebut dengan klem kemudian putar klem terus-menerus sehingga selaput otak tergulung. Lalu lakukan tarikan hingga perlekatan selaput otak tinggal pada foramen oksipitale magnum dan potong di sini. Maka lepaslah selaput otak. Periksa dasar tengkorak, adakah retak tulang, jika ada catat lokasinya. Perlu diketahui dasar tengkorak yang paling rapuh bila mendapat trauma adalah : di sekitar foramen magnum, di sekitar krista galli, pars pyramidalis, serta atap orbita.

V. Teknik Seksi Trakhea-Esofagus.Pada kasus asfiksia mekanik mutlak diperlukan pemeriksaan trakhea-

esofagus. Seksi bagian ini sebaiknya dilakukan paling akhir setelah pengangkatan organ tubuh maupun pengangkatan otak agar bersih dari darah. Caranya : Irisan yang sudah ada pada leher dilanjutkan lagi ke atas sampai di dagu. Kulit dan otot leher disiangi dan disisihkan hingga yang tertinggal glandulla thyroidea, trakhea dan esofagus. Kemudian potong origo dan insersio otot-otot dasar mulut mengikuti lengkung arkus mandibula hingga dasar mulut terbuka. Kemudian tank lidali melalui dasar mulut yang sudah terbuka, lalu potong palatum molle pada pangkal lidah. Maka praktis terlepaslah trakhea-esofagus beserta lidah. Periksa otot-otot leher, kelenjar gondok, trakhea lengkap dengan tulang rawan gondok dan tulang rawan krikoid, tulang rawan lidah ( cartilage hyoidea ) terutama pada kornu-nya. Adakah hematom dan retak / patah tulang-tulang rawan tersebut ? Periksa permukaan lidah, adakah hematom, luka gigitan, atau luka-luka akibat bahan kimia atau racun yang bersifat korosif, periksa juga permukaan bagian dalam esofagus, adakah tanda-tanda peradangan ataupun kelainan akibat bahan-bahan yang bersifat korosif ? Periksa juga keadaan epiglotis serta pemiukaan bagian dalam trakhea, adakah oedema, sisa bahan-bahan yang ter-aspirasi / regurgitasi.

Pertanyaan-pertanyaan minimal prinsip pada otopsi forensik:

Kapan otopsi forensik dapat mulai dilaksanakan?1. Bagaimana identifikasi secara objektif ?2. Bagaimana pertimbangan estetika dilaksanakan pada teknik seksi ?

Page 15: Teknik Otopsi

ALGORITMA OTOPSIJENAZAH FORENSIK

Page 16: Teknik Otopsi

OTOPSI

SEKSI+BUKA+PERIKSA RONGGA

i

PLSAJAI

KUMPULKAN DATA

Page 17: Teknik Otopsi

AMBIL ORGAN

1

i

Page 18: Teknik Otopsi

PERIKSA+BUKA ORGAN VETR

Page 19: Teknik Otopsi

AMBIL SAMPEL+PERIKSA LABORATORIUM

ANALISIS HASIL

iVISUM ET REPERTUM

Page 20: Teknik Otopsi

PEMERIKSAAN TANATOLOGIS

PROSEDUR PERKIRAAAN SAAT KEMATIAN

1. Perkiraan saat kematian dengan metode menilai tanda-tanda kematian sekunder yaitu lebam, kaku mayat, dan pembusukan.

2. Yang dinilai pada lebam mayat adalah ada atau tidak ada, lokasinya dimana, kemudian ditekan hilang atau tidak hilang dengan penekanan. Bila ditekan hilang dengan penekanan artinya saat kematian kurang dari 6 jam, dan bila tidak hilang atau menetap artinya saat kematian sudah 6-8 jam dari saat pemeriksaan.

3. Yang dinilai pada kaku mayat adalah ada dimana, ada yang masih mudah atau semua sudah sukar digerakkan. Jika ada yang masih mudah digerakkan berarti saat kematian kurang 12 jam, jika semua kaku sudah sukar digerakkan berarti saat kematian 12 -24 jam dari saat pemeriksaan.

4. Yang dinilai pada pembusukan, jika ada warna kehijauan pada perut kanan bawah berarti saat kematian lebih atau sama dengan 24 jam, jika warna kehijauan seluruh tubuh dan sudah bau berarti saat kematian lebih dari 72 jam.

PERTANYAAN PRINSIP MINIMAL1. Bagaimana menilai saat kematian berdasarkan tanda-tanda kematian

sekunder(misal lebam, kaku mayat dan pembusukan) ?

2. Kapan saat kematiannya jika lebam ditemukan sudah menetap, kaku mayatbelum semua maksimal dan belum ada pembusukan ?

3. Sebutkan hal -hal yang bisa digunakan untuk menilai saat kematian selain darilebam, kaku mayat dan pembusukan serta beri penjelasan !

Page 21: Teknik Otopsi

ALGORITMA TANATOLOGI

TANATOLOGI

PERKIRAAN SAAT KEMATIAN

Page 22: Teknik Otopsi

LEBAM MAYAT

KAKU MAYAT

PEMBUSUKAN

Page 23: Teknik Otopsi

ADA TIDAK ADA

ADA

ADA TIDAK ADA

ADA TIDAK

Page 24: Teknik Otopsi

TIDAK SEMUA PERUT KANAN < 24HILANG TIDAK fflLANG SEMUA

JAMDGN PENEKANANMAKSIMAL MAKSIMAL

BAWAH

KEHIJAUAN

Page 25: Teknik Otopsi

<6JAM >6-8JAM

12-24 JAM < 12 JAM

> 24 JAM

Page 26: Teknik Otopsi

PEMERIKSAAN PERLUKAAN

TUJUANSetelah melalui stase di Bagian kedokteran Forensik, mahasiswa

diharapkan mampu.- Menentukan berbagai jenis luka- Menilai dimensi luka- Menemukan dan menilai intravitalitas luka secara makroskopis- Menentukan dan mengambil sampel luka untuk pemeriksaan

PAPRINSIP PEMERIKSAAN

Pemeriksaan dilakukan dengan inspeksi dan palpasi, dilakukan secara cermat dan sistematis dari kranial hingga kaudal jenazah, diukur jarak pusat luka ke titik anatomis terdekat untuk menentukan koordinat luka. Periksa tanda intravital dengan melihat warna yang lebih gelap, serta meraba adanya bengkak di sekitar luka.

LUKA AKIBAT KEKERASAN TUMPULLUKA MEMAR

Amati warnanya, lokasinya, tentukan koordinat luka dengan mengukur jarak pusat luka dari titik-titik anatomis terdekat. Kemudian ukur luas luka, serta diraba dan dirasakan adanya bengkak.

LUKA LECET GESERLakukan prinsip pemeriksaan luka. Perhatikan tepi luka. maka akan

terdapat pengumpulan kulit yang rusak pada salah satu sisi yang menunjukkan lawan dan arah datangnya kekerasan. Nilailah warna bagian tengah luka. kemerahan dan agak kotor oleh darah dengan tepi yang bengkak atau pucat.

LUKA LECET TEKANLakukan prinsip pemeriksaan luka. Amati dan raba bagian tengah luka

dan tepi luka apakah berwama coklat gelap serta licin di tengah dan menonjol bengkak di tepi?

LUKA TERBUKALakukan prinsip pemeriksaan luka. Perhatikan robekan yang terjadi

dengan menilai ketidakteraturan tepi-tepi luka, memar di sekitar luka. Kemudian raba dan buka luka, amati adanya jembatan jaringan.

LUKA AKIBAT KEKERASANTAJAM

LUKA IRISLakukan prinsip pemeriksaan luka. Perhatikan sudut-sudut luka yang

tajam dan teratur, adanya ketidakteraturan sering dijumpai pada goresan benda berujung runcing. Kemudian buka dan raba luka dan perhatikan keteraturan tepi luka serta ketiadaan jembatan jaringan. Raba tepi luka yang terasa lebih tinggi dari sekitarnya. Ukur dalam luka, pada luka iris secara umum tidaklah terlalu dalam, namun jika cukup dalam menunjukkan arah kekerasan tegak lurus yang

Page 27: Teknik Otopsi

sering dijumpai pada pembacokan.

LUKATUSUKLakukan prinsip pemeriksaan luka. Perhatikan adakali sudut luka?

Teraturkah? Jika ya itu dapat merupakan proyeksi benda penyebabnya dengan sisi-sisi tajamnya. jika tidak ada sudut luka berarti penyebabnya benda runcing dengan sisi teratur misalnya besi pasak. Dalam luka diukur dengan sonde dan harus jauh lebih besar dibandingkan dengan lebar luka.

FRAKTUR

TULANG PIPIHPada fulang-tulang penyusun tengkorak adanya fraktur kebanyakan

akibat kekeran tumpul. Jika terjadi ante-mortem ditandai dengan adanya hematom atau bahkan robekan scalp di atas lokasi fraktur. Amati daerah tersebut, adakah perubahan bentuk? Pada impressed fracture, tampak cekimgan yang sering menggambarkan benda tumpul penyebabnya, rabalah dan tekan cekimgan tersebut. Jika kekerasan pada kepala demikian hebatnya, maka tidak hanya impressed fractur semata yang terjadi, tetapi disertai fragmented/kepingan-kepingan yang jika diraba sangan mobil.

TULANG PANJANGAmati adanya deformitas posisi anatomis dari anggota

gerak/ekstremitas, kemudian amati sumber deformitas tersebut dengan mencermati persendian-persendian yang ada. Jika ditemukan pseudo-sendi menunjukkan fraktur di tempat tersebut. Jika fraktur terbuka yang terjadi maka akan tampak adanya luka robek dengan ujung rulang yang menyembul keluar. Untuk fraktur tertutup, raba dan tekan pseudo-sendi kemudian angkat ekstremitas tersebut pada distal pseudo-sendi tersebut, maka akan teraba krepitasi. CERAI SENDI

Adanya cerai sendi ( dislokasi ) dapat diamati dengan inunculnya defomiitas pada posisi anatomis. Jika terjadi pada ekstremitas, raba dan tahanlah sendi tersebut

Page 28: Teknik Otopsi

lalu gerakkan distalnya, maka bagian distal tersebut bebas bergerak ke segala arah nyaris tanpa tahanan. Jika terjadi pada vertebra ( paling sering adalah vertebra cervikalis ), pegang kepala lalu gerakkan ke segala arah sambil raba bagian cervikal, maka terasa kepala dapat digerakkan bebas ke segala arah. Namun pada umumnya cerai sendi akibat trauma jarang terjadi secara tersendiri. lebih banyak terjadi bersamaan firaktur di daerah seputar sendi yang mengalami trauma.

LUKA TEMBAK

LUKA TEMBAK MASUK

Amati bentuk lubang inti luka, serta jaringan seputar luka. Jika lubang inti dikelilingi luka (kelim ) lecet berbentuk lingkaran berarti arah tembakan tegak lurus dengan bagian tubuh ini. Jika luka lecet cenderung melebar pada salah satu sisi lubang inti berarti tembakan berasal dari sisi luka lecet yang lebih lebar. Periksa ada/tidaknya tatoase berupa bintik-bintik hitam ( kelim tato ) di seputar luka, juga ada/tidaknya jelaga ( kelim jelaga ), luka bakar ( kelim api) serta jejas laras untuk memperkirakan jarak tembaknya. Kemudian ambil plester transparan (selotipe) yang lebar, lalu rekatkan ke permukaan luka secara merata sehingga tercetak gambar luka pada selotipe tersebut. Kemudian tempelkan selotipe pada kaca lalu dengan latar putih periksa dengan teliti komponen yang terikut pada selotipe dan ukur diameter lubang inti luka. Pada tulang temporal tengkorak luka tembak (tempel) sering meninggalkan bentuk luka stelata pada permukaan dan arah serpihan seperti konus yang makin lebar ke arah tabula interna. LUKA TEMBAK KELUAR

Amati bentuk lubang luka, pada daerali kepala ukurannya lebih besar dari luka tembak masuknya dengan bentuk corong keluar yang tak teratur tanpa ada kelim.

Page 29: Teknik Otopsi

Pada daerah lunak misalnya tembakan di perut tembus ke pinggang bagian lateral sesisi, maka perhatikan bentuknya mirip luka tembak masuk tapi tanpa hadirnya semua kelim. Jika ditemukan lubang luka tembak keluar lebih kecil danpada lubang tembak masuk, maka raba dan eksplorasi luka dengan sonde non-logam dan temukan jika ada proyektil/sisa proyektil atau pecahan tulang yang biasanya saat kejadian gagal keluar sempurna.

LUKA AKIBAT SUHU ( THERMIS )

LUKABAKARPeriksa luas luka, jika belum meng-arang perhatikan adanya bula

yang penuh berisi cairan serous lalu pecahkan bula bila tampak dasar luka kemerahan berarti luka terjadi saat korban hidup. Pada luka bakar pos-mortem bula tampak pucat dan teraba sangat lunak dengan sedikit cairan dan dasar luka pucat kekuningan. Kemudian hitung luas luka bakar tersebut.

LUKA AKIBAT AIR PANASPerhatikan pola luka yang terbentuk menurut arah aliran air panas

tersebut, selanjutnya lakukan pemeriksaan seperti luka bakar.

LUKA AKIBAT SUHU REND AHLuka fisik mirip luka bakar, perhatikan distribusi kulit yang mengalami

hiperemi, edema dengan vesikel, serta bagian yang nekrosis karena pembekuan. Bagian kulit tubuh yang kontak langsung dengan benda bersuliu sangat rendah ( mis. dry ice ) akan lebili rusak.

Page 30: Teknik Otopsi

LUKA AKIBAT LISTRIKEFEK PANAS LISTRIK

Perhatikan dan rabalah adanya luka kontak masuk benda beraliran listrik pada tubuh sebagai jejas listrik berupa luka bakar dengan bagian nekrosis yang makin parah ke arah tepi dikelilingi tepi pucat yang agak menonjol ( halo ) dan di luar halo di kelilingi hiperemi kulit. Temukan gambaran metalisasi ( tak selalu ada ) pada jejas listrik tersebut yang berasal dari logam beraliran listrik tersebut. Luka daerah grounding tidaklah khas. Bedakan jejas kontak listrik dengan luka kontak masuk akibat benda pijar, dimana kerusakan parah akibat benda pijar terjadi pada tengah bagian yang hangus dari luka (sesuai titik panas).

EFEK TERSAMBAR PETIRPerhatikan efek panas atau ledakan gas panas akibat petir. Pada

pakaian tampak robekan compang-camping terbakar. Pada tubuh sering menimbulkan gambaran luka bakar. Temukan gambaran khas aborescent mark berupa jejas kemerahan ( hiperemi ) berpola seperti pohon yang bercabang-cabang terutama jelas pada bagian perut. Metalisasi akan didapatkan pada bagian tubuh yang mengenakan/kontak dengan logam saat kejadian, misalnya pakai cincin.

Page 31: Teknik Otopsi

LUKA AKIBAT ASAM/BASA KUATLUKA AKIBAT ASAM KUAT

Perhatikan efek korosi asam pada luka, yaitu kering kecoklatan a"- ceraba keras dan licin seperti kertas perkamen. Pola luka terbentuk menunit ari~ aliran cairan asam sesuai grafitasi.

LUKA AKIBAT BASA KUATPerhatikan efek reaksi penyabunan pada luka, yaitu basah dan terara

liinak dan licin. Pola luka terbentuk menurut arah aliran cairan basa sesuai grafitasi

BAROTRUMA

AURALPerhatikan perdarahan dari liang telinga, dengan otoskop perhatikan

gendang telinga yang ruptur. Cari informasi, korban biasanya adalah penumpang pesawat terbang atau penyelam.

PULMONARYPerhatikan tanda-tanda mati lemas akibat kerusakan paru atau akibat

cnnboli udar, berupa sianotik pada akral, mukosa bibir, bintik perdarahan pada sklera. Cari informasi, emboli biasanya terjadi pada penumpang pesawat ketika tekanan kabin mendadak turun pada saat terbang tinggi atau pada penyelam yang mendadak naik ke permukaan. Pertanyaan prinsip minimal pemeriksaan perlukaan:1. Bagaimana mendisknpsi luka pada pemeriksaan perlukaan?2. Bagaimana menilai intravitalitas luka secara makroskopis0