visi pembangunan kawasan

19
A. VISI PEMBANGUNAN KAWASAN Dalam Perda No. 4 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Barru, telah ditetapkan sebagai kawasan strategis Kabupaten, KSK Agrowisata ditetapkan di Kecamatan Tante Riaja, sedangkan dalam pola ruang RTRW Kabupaten Barru ditetapkan pada kawasan perencanaan dengan pola ruang, hultikultura, hutan produksi biasa, pertanian lahan basah, sehingga Visi dan Misi terhadap kegiatan penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Agrowisata Kecamatan Tanete Riaja, Kabupeten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan kawasan pusat kegiatan pertania, perkebunan, perternakan, hasil hutan, dan pariwisata, diharapkan dapat diterapkan secara umum pada penataan kawasan agrowisata Tanete Riaja, Kabupaten barru. “VISI PENATAAN” “TERWUJUDNYA AGROWISATA BUKIT HARAPAN KECAMATAN TANETE RIAJA SEBAGAI DESTINASI WISATA BARU, MENDUKUNG KABUPATEN BARRU YANG LEBIH MAJU SEJAHTERA BERNAFASKAN KEAGAMAAN DAN BERLANDASKAN KEARIFAN LOKAL ” “TUJUAN PENATAAN” Adapun Tujuan penataan, yang merupakan penjabaran strategi dalam mencapai visi besar diatas, adalah sebagai berikut. Terwujudnya Pembangunan dan Pengembangan agrowisata Tanete Riaja sebagai destinasi wisata baru di Kabupaten Barru Terwujudnya salah satu kawasan prioritas sebagai zona inti, guna mendorong pertumbuhan Kawasan Agrowisata Tanete Riaja

Upload: syamsul-b-imam

Post on 19-Jan-2016

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Visi Pembangunan Kawasan

A. VISI PEMBANGUNAN KAWASAN

Dalam Perda No. 4 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Barru, telah

ditetapkan sebagai kawasan strategis Kabupaten, KSK Agrowisata

ditetapkan di Kecamatan Tante Riaja, sedangkan dalam pola ruang RTRW

Kabupaten Barru ditetapkan pada kawasan perencanaan dengan pola

ruang, hultikultura, hutan produksi biasa, pertanian lahan basah,

sehingga Visi dan Misi terhadap kegiatan penyusunan Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan Kawasan Agrowisata Kecamatan Tanete Riaja,

Kabupeten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan kawasan

pusat kegiatan pertania, perkebunan, perternakan, hasil hutan, dan

pariwisata, diharapkan dapat diterapkan secara umum pada penataan

kawasan agrowisata Tanete Riaja, Kabupaten barru.

“VISI PENATAAN”

“TERWUJUDNYA AGROWISATA BUKIT HARAPAN KECAMATAN

TANETE RIAJA SEBAGAI DESTINASI WISATA BARU, MENDUKUNG

KABUPATEN BARRU YANG LEBIH MAJU SEJAHTERA BERNAFASKAN

KEAGAMAAN DAN BERLANDASKAN KEARIFAN LOKAL ”

“TUJUAN PENATAAN”

Adapun Tujuan penataan, yang merupakan penjabaran strategi dalam

mencapai visi besar diatas, adalah sebagai berikut.

Terwujudnya Pembangunan dan Pengembangan agrowisata Tanete

Riaja sebagai destinasi wisata baru di Kabupaten Barru

Terwujudnya salah satu kawasan prioritas sebagai zona inti, guna

mendorong pertumbuhan Kawasan Agrowisata Tanete Riaja

Terwujudnya tata bangunan dan lingkungan kawasan agrowisata

Tanete Riaja yang berkelanjutan dan bermartabat.

“KEBIJAKAN PENATAAN”

Pengembangan kawasan Agrowisata Tanete Riaja sebagai salah satu

kawasan strategis dan destinasi wisata baru

Pengelolaan Kawasan Agrowisata Tanete Riaja sebagai sebagai salah

satu obyek wisata unggulan

Page 2: Visi Pembangunan Kawasan

Pembangunan Kawasan Agrowisata Tanete Riaja untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi wilayah

Pengembangan Zona Inti untuk mendorong kawasan sekitarnya dalam

lingkup Kawasan Agrowisata tanete Riaja

Pengembangan sarana dan prasarana guna menunjang pertumbuhan

kawasan agrowisata

Pengembangan agrowisata melalui stimulasi pembangunan pada zona

inti

Perencanaan dan Pengaturan pemanfaatan ruang kawasan agrowisata

yang berwawasan lingkungan

Penataan bangunan dan lingkungan kawasan agrowisata Tanete Riaja

yang proporsional antara ruang terbangun dan ruang terbuka

Pengembangan kawasan agrowisata dengan mengedepankan kerafian

lokal

B. BLOK PENGEMANGAN KAWASAN DAN PROGRAM PENANGANAN

1. Morfologi Blok

Pembagian morfologi blok kawasan dilandasi oleh kecenderungan

kegiatan pemanfatan ruang dalam kawasan yang menekankan kepada

permintaan tapak, yakni permintaan ekonomi dan sosial (Bentley

Alcock, Murrain McGlynn Smith, 1992).

a. Permintaan Eknomi : Dipenuhi oleh penyaediaan ruang untuk

sejenis tata guna tertentu.

b. Perrmintaan Sosial : Dipenuhi oleh penyediaan ruang untuk

beberapa maksud yang spesifik dan dikenal

C. KONSEP KOMPONEN PERANCANGAN KAWASAN

1. Stuktur Peruntukan Lahan

Serangkaian kegiatan dalam Kawasan memperlihatkan beragam fungsi

di area tepiannya. Konsep perancangan terhadap kawasan agrowisata

Page 3: Visi Pembangunan Kawasan

Tanete Riaja berdasarkan kondisi saat ini dan arah kecenderungannya

di masa mendatang, meliputi :

Kawasan Pusat Perkantoran (Inti Kawasan)

Kawasan Pendidikan

Kawasan Permukiman

Kawasan Campuran

Kawasan Peribadatan

Kawasan Ruang Terbuka Hijau ( Open Space)

Kawasan Perdagangan dan Jasa

2. Tata Bangunan dan Lingkungan

a. Pengembangan Bangunan Baru

Tampilan dan Tipologi Bangunan

Tipologi bangunan merupakan pengembangan bentuk dan fungsi

dengan mengadopsi tampilan ciri arsitektur Bugis. Keselarasan

tampilan baru ini dapat diterima oleh lingkungan, sehingga

relevan menjadi generasi tipologi mendatang.

Orientasi Bangunan

Orientasi bangunan dirancang dengan memperhatikan skala

kawasan. Anatomi kawasan Agrowisata Tanete Riaja diartikulasi

oleh gugusan arah bangunan menuju jalan utama, sekaligus

untuk mempertegas koridor tersebut. Karena ciri atau image

kawasan dapat dipahami melalui presentasi secara ”segment

vision”, yakni sebuah kawasan tidak dapat dipahami/dinikmati

dalam titik tertentu (satu titik) saja, akan tetapi diperlukan

serangkaian pengamatan di dalam gerakan.

Orientasi bangunan pada segmen – segment kawsan agrowisata

juga mempertimbangkan ruang terbuka (open space) sebagai

ruang orientasi.

Ketinggian Bangunan

Page 4: Visi Pembangunan Kawasan

Perancangan kawasan terkait dengan ketinggian bangunan

meliputi pengendalian: (Attoes, 1984)

Relevansi visual dari ketinggian bangunan terhadap ruang-

ruang terbuka kawasan secara menyeluruh.

Terbentuknya garis langit (Skyline) kawasan yang positif,

skyline memberikan gradasi antara bangunan tinggi dan

rendah.

Terbentunya makna/simbol kawasan, alat orientasi dan

perangkat estetis.

Arsitektur Bangunan dan Lingkungan

Penataan bangunan dan lingkungan perlu memperhatikan

keselamatan dan kenyamanan lingkungan, sehingga mengacu

kepada faktor-faktor Garis Sempadan Bangunan (GSB), Koefisien

Dasar Bangunan (KDB), Ketinggian bangunan dan jarak antar

masa bangunan. Pada dasarnya merupakan serangkaian yang

diperlukan untuk pengendalian pemanfatan ruang dalam bentuk

bangunan berikut sarana dan prasarana serta mengatur

lingkungan tertentu sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang

secara optimal. Disamping untuk mendapatkan distribusi

berbagai elemen intensitas lahan yang dapat mendukung

berbagai karakter khas dari berbagai segment yang

direncanakan. (Dirjen Cipta Karya, 2006 )

b. Ruang Kawasan

Ruang kawasan selalu menyiapkan bagi manusia sebuah keadaan

yang bersifat diluar (outside), yaitu diantara bangunan. ( Zahnd

Markus, 1999 yang mengutip Aldo Van Eyek), Ditambahkan lagi,

bahwa sebuah tempat/ruang kawasan dibentuk sebagai sebuah

ruang kawasan jika memiliki ciri khas dan suasana tertentu yang

berarti bagi lingkungannya. Suasana itu tampak dari benda yang

Page 5: Visi Pembangunan Kawasan

kongkrit maupun benda yang abstrak, yaitu asosiasi cultural dan

regional yang dilakukan manusia di tempatnya.

Kawasan mengandung usaha pembentukan sebuah ruang sebagai

bagian yang penting bagi manusia yang hidup di alamnya.

Konsep penataan ruang kawasan Agrowisata Tanete Riaja,

mengacu pada upaya menghidupkan aktivitas yang telah

berlangsung serta kecenderungan aktivitas yang akan timbul,

melalui pemanfaatan masing-masing ruang kawasan yang

kontektual terhadap karakteristik lingkungan. Pemanfaatan ruang-

ruang kawasan ini terangkai dalam segment suasana tema

kawasan secara menyeluruh.

c. Perabot Jalan (Street Furniture)

Perabot jalan (steeet furniture) berfungsi sebagai estetika

kawasan, disamping fungsi perabot itu sendiri, seperti lampu

taman/hias dengan fungsi penerangan, tempat sampah dengan

fungsi menampung limbah sampah sehingga mendukung untuk

kebersihan lingkungan, dan elemen penanda (signed / Follies)

untuk kejelasan tempat serta kursi taman / sitting area untuk

duduk & istirahat.

d. Pengaturan Pengelolaan Area Peruntukan Yang Dapat

DiKelola

Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 Tentang RTBL,

Pembangunan Fisik yang dapat dikelola, meliputi :

a) pembangunan/peningkatan jalan lingkungan, dengan lebar jalan

maksimal 3 meter;

b) pembangunan/peningkatan saluran lingkungan, dengan dimensi

penampang saluran drainase ± 40x60 cm disesuaikan dengan

intensitas curah hujan;

Page 6: Visi Pembangunan Kawasan

c) pembangunan/peningkatan ruang terbuka publik (plaza) beserta

sarana/prasarana pendukungnya (gazebo, lampu

taman/pedestrian, tugu/monumen, dll);

d) pembangunan/peningkatan jalan pedestrian;

e) pembangunan kios pedagang semi permanen;

f) pembangunan/peningkatan gerbang kawasan;

g) rehabilitasi (konservasi) bangunan adat/tradisional milik umum

(Pemerintah Daerah) dan/atau masuk ke dalam Daftar Bangunan

Cagar Budaya, sesuai dengan persyaratan pelestarian bangunan;

dan

h) Taman Kota atau Taman Bermain beserta kelengkapan sarana

dan prasarananya.

3. Intensitas Pemanfaatan Lahan

Kawasan Agrowisata Kabupaten Barru, yang meliputi titik aktivitas

Pertanian, Perkebunan, Hasil Hutan, dan peternakan (merupakan

kawasan strategis Kabupaten Barru) diatur sesuai dengan konsep arah

rancangan dan perkembangannya.

Sedangkan tata letak bangunan berdasarkan pengaturan masa dan

bentuk bangunan, meliputi :

Pengaturan Bangunan

Rencana tata letak di segment rest area

Damija : 15 – 20 m

GSP : 7,5 m

GSB : 15 m

KDB : Maximal 80 %

KLB : 0,7 - 3

Ketinggian bangunan diarahkan tidak melebihi bangunan menara

masjid.

Rencana tata letak di Segment Hunian

Damija : 20 – 25 m

Page 7: Visi Pembangunan Kawasan

GSP : 10 m

GSB : 20 m

KDB : Maximal 70 %

KLB : 0,7 - 5

Rencana tata letak di Segment Agro

Damija : 20 – 25 m

GSP : 10 m

GSB : 20 m

KDB : Maximal 60 %

KLB : 0,7 - 3

4. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung

a. Jalan

Sistem pergerakan dikaitkan dengan skenario pengembangan

lingkungan kawasan dan sistem pedestrian. Kawasan Agrowisata

Tanete Riaja memiliki jaringan jalan yang terintegrasi dengan

sistem jaringan jalan skala regional, yakni terhubungkan dengan

pusat – pusat diwilayah Kabupaten Barru dan Kabupaten Soppeng.

Hal ini memungkinkan pengembangan jalan di masa mendatang,

dimana kecenderungan meningkat-nya kendaraan bermotor.

b. Manajemen Traffic

Lintasan kendaraan baik bermotor maupun tidak bermotor diatur

sesuai dengan tingkat hirarki jalan. Pengaturan pada area spesifik

diatur sedemikian rupa sehingga aktivitas kendaraan terpisah

dengan kegiatan utama yang sedang berlangsung. Untuk

menunjuang aktivitas berkendaraan diperlukan kantong-kantong

pakir pemberhentian pada area tertentu, khususnya pada titik

kegiatan pada segment hunian dan segment rest area, hal ini untuk

mencegah pemadatan pada badan jalan.

Page 8: Visi Pembangunan Kawasan

c. Sirkulasi Kawasan

Sebagai Connecting, aktifitas kawasan perlu membetuk sirkulasi,

dimana sirkulasi kawasan agrowisata Tanete Riaja dibedakan

antara kendaraan bermotor dengan pejalan kaki (pedestrian).

Sirkulasi ini difasilitasi oleh :

Jalan utama kawasan ( Jalan Primer )

Jalur pejalan kaki ( pedestrian ).

Zona pejalan kaki (pedestrian) dibagi menjadi, zona lintasan

pejalan kaki dan zona penyangga ( lampu hias pohon, shalter dan

tempat duduk / sitting area).

d. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian)

Jalur pejalan kaki (pedestrian) dimulai dari kantong parkir atau

simpul pergerakan menuju pusat-pusat kegiatan kawasan. Jalur

pejalan kaki yang menghubungkan secara “linked” antar

magnet/titik generator memiliki jarak efektif maksimal 200 meter.

Pada jarak tertentu didesain ruang melebar untuk mengurangi

linieritas dan mendapatkan fleksibilitas gerak dan pada titik jenuh

terdapat sitting area.

Page 9: Visi Pembangunan Kawasan

M a g ne t M a g ne t

M a x 200 m

Pe d e stria n

Pedestrian Coridor

Zona Private(Fungsi perdagangan)

Bentuk keragaman a k t i v i t a s n y a berpengaruh terhadap area tepian publik.

Facade bangunan di ol ah membentuk karakter fungsinya dan sekaligus menjadi ciri k a w a sa n se c a r a menyeluruh.

Zona Tepian

Ruang publ ik yang diolah sebagai ruang akt i f , merupakan bentuk respon dari aktivitas ruang private.

Di samping berfungsi sebagai lintasan juga sebagai area

serta shoping

street social contact.

Overhange, sebagai elemenfacade bangunanjuga sebagai elemen penghalusantar ruang private dan ruang publik.

Page 10: Visi Pembangunan Kawasan

e. Transportasi Publik

Konstelasi Kawasan Agrowisata Tanete Riaja terjadi antar kawasan

secara internal maupun secara eksternal, sehingga perlu diakses

oleh transportasi publik untuk mendukung pengembangan masa

kini dan mendatang. Transportasi publik diarahkan kepada

kendaraan bermotor yang menghubungkan antar kegiatan dalam

kawasan dan dengan pusat-pusat kegiatan di sekitar berupa

angkutan mikro bus dan jenis lainnya.

f. Urban Lingkage ( Penghubung)

Lingkage is simply glue of the city it is the act by which we unite all

the layers of activity and resulting form in the city ( Zahnd Markus,

1999).

Lingkage (penghubung), yang memperhatikan dan menegaskan

hubungan-hubungan dan gerakan-gerakan (dinamika) sebuah tata

ruang kawasan kota (urban fabric). Sebuah lingkage kawasan dapat

dikemukakan dalam tiga pendekatan, yaitu :

Lingkage yang Visual

Lingkage yang Struktural

Lingkage bentuk yang Kolektif.

a. Lingkage yang Visual

Pada dasarnya, urban lingkage di Kawasan Agrowisata Tanete

Riaja adalah hubungan yang bersifat sebagai fokus lebih

sedikit, karena memusatkan kawasan tersebut untuk

menunjukkan fungsi pokok. Secara makro, urban lingkage

didesain berupa penegasan sifat elemen masing-masing, seperti

pemakaian lansekape. Penanaman pohon-pohon merupakan

pendekatan dalam memunculkan “lingkage secara visual”,

disamping massa bangunan sebagai elemen lain. Pada segmen-

segmen kawasan dibentuk oleh dua deretan massa (bangunan

dan pohon) membentuk suatu ruang koridor.

Page 11: Visi Pembangunan Kawasan

b. Lingkage yang Struktural

Adalah upaya menghubungkan kawasan-kawasan secara

struktural untuk mencapai kualitas kawasan. Ada tiga elemen

lingkage struktural yang mencapai hubungan secara arsitektural,

yaitu ; tambahan, sambungan, serta tembusan.

Secara Struktural elemen tambahan melanjutkan pola

pembangunan yang sudah ada sebelumnya. Lokasi pada

kawasan inti, bentuk massa bangunan dan ruang yang

ditambah dapat berbeda, namun pola kawasannya tetap

dimengerti sebagai bagian atau tambahan pola yang sudah

ada disekitarnya.

Elemen sambungan pada Kawasan Agrowisata Tanete Riaja,

diusahakan menyambung dua atau lebih banyak pola

disekitarnya, supaya keseluruhannya dapat di mengerti

sebagai satu kelompok yang baru memiliki kebersamaan

melalui sambungan itu.

c. Lingkage sebagai bentuk Kolektif

Untuk memperkuat kualitas kawasan melalui pengelompokkan

berbagai obyek sebagai bagian dari satu bentuk kolektif. Ciri

khas, organisasi, dan hubungan bentuknya yang bersifat kolektif

baik dari Segment rest area dengan segement agro dan

kawasan-kawasan lain. Elemen-elemen sistem bentuk bentuk

kolektif pada Kawasan Agrowisata Tanete Riaja memiliki tipe

bentuk kolektif, yaitu group form, yaitu muncul dari penambahan

akumulasi bentuk dan struktur yang di disainnya berdiri

disamping ruang terbuka publik. Tipe dikembangkan secara linier

melalui pola struktur bangunan yang saling terkait.

5. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Page 12: Visi Pembangunan Kawasan

Ruang Terbuka ( Open Space )

Ruang terbuka yang dihasilkan dari gugusan masa bangunan atau

sebaliknya ruang terbuka sebagai pengikat bangunan harus dirancang

guna memungkinkan serangkaian kegiatan publik serta memberikan

kenyamanan visual (Visual Amenity), akan dapat mendukung

pemanfaatan ruang secara utuh bagi seluruh pemanfaatan dalam

berbagai harapan dan keinginan (Budiman Hanif, 2004).

Lansekap

Yaitu pola penanaman pohon yang disebar pada ruang terbuka publik,

misalnya disepanjang daerah milik jalan ( Damija), diruang jalur hijau

pembatas kawasan tertentu ( Dirjen Cipta Karya, 2006) . Letak dan

penempatan pohon serta elemennya dirancang agar tidak

menggannggu lintasan pejalan kaki dan lintasan kendaraan bermotor.

Taman dan elemen lunak (Vegetasi) dikondisikan terhadap aspek

tinggi serta aktivitas yang akan dilingkupi, karena faktor-faktor

ketinggian dan perletakan akan mempengaruhi jatuhnya sinar

matahari, daerah sinar yang akan dihindari dan diinginkan dapat

dirancang terhadap dimensi dan ketinggian.

6. Citra Kawasan

Citra ( Image ) kawasan sering disebut milestone dapat dibentuk oleh

elemen yang berada pada suatu kawasan. Menurut Kevin Lynch , citra

kawasan akan memberikan banyak hal yang sangat penting bagi

masyarakatnya, seperti kemampuan untuk berorientasi dengan mudah

dan cepat disertai perasaan nyaman karena tidak merasa tersesat,

identitas yang kuat terhadap suatu tempat, dan keselarasan hubungan

dengan tempat-tempat yang lain. Adapun citra kawasan, meliputi :

Pusat (Distrik)

Sudut (Nodes)

Penanda (Land mark)

Tepian Kawasan (Edges)

Page 13: Visi Pembangunan Kawasan

Jalan/Ruang memanjang (Path)

Dalam RTBL Kawasan Agrowisata Tanete Riaja akan dikembangkan

komponen yang menunjukkan citra untuk mendukung tema kawasan,

yakni “TERWUJUDNYA AGROWISATA BUKIT HARAPAN

KECAMATAN TANETE RIAJA SEBAGAI DESTINASI WISATA BARU,

MENDUKUNG KABUPATEN BARRU YANG LEBIH MAJU SEJAHTERA

BERNAFASKAN KEAGAMAAN DAN BERLANDASKAN KEARIFAN

LOKAL ”

a) Pusat (Distrik)

Distrik merupakan area spesifik yang di dalamnya mengandung

unsur pusat atau tempat orientasi pergerakan.

Konsep pembentukan distrik :

Aktivitas yang spesifik pada kawasan

Konfigurasi dan citra yang dihadirkan sebagai suatu dominasi

dan kegiatan.

b) Sudut (Nodes)

Nodes sebagai yang menjadi pusat aktifitas, di mana orang

merasakan perubahan aktifitas dari suatu struktur ruang ke struktur

yang lain.

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Agrowiata

Tanete Riaja dapat dibedakan meliputi :

1) Nodes Segment Rest Area

2) Nodes Segment Hunian

3) Nodes Segment Agro

c) Penanda (Landmark)

Landmark merupakan elemen pembentuk kota yang berupa

bangunan fisik, gubahan masa, ruang detail arsitektural dan

kawasan yang spesifik. Elemen ini dapat berupa Plaza yang

direncanakan pada Segment Hunian. Landmark juga difungsikan

sebagai penanda/tetenger suatu kawasan.

d) Tepian (Edges)

Page 14: Visi Pembangunan Kawasan

Konsep Edges atau tepian kawasan :

Membatasi kawasan perencanaan dari area sekitar yang

mungkin akan mempengaruhi kualitas kawasan.

Merupakan tepian kawasan yang spesifik.

e) Jalan/Ruang Memanjang (Path)

Path merupakan elemen-elemen pembentuk coridor space (ruang

linier) yang berupa jalan pedestrian, jalan kendaraan.

Skenario path :

Sebagai urban structure (kerangka kawasan).

Sebagai aliran pergerakan.

Sebagai tempat interaksi masyarakat (social contact).

Sebagai unsur yang menerus dan tidak terputus.

7. Sistem Prasarana, Sarana dan Utilitas Lingkungan

Prasarana, sarana, dan utilitas (PSU) merupakan satu kesatuan

aktifitas kawasan, sehingga diperlukan perancangan yang

”komprehensive”.

Jaringan listrik, terletak mengikuti sisi jalan dimana titik tiang

tidak mengganggu lintasan terutama bagi pejalan kaki. Tiang listrik

dikondisikan dengan jarak 50 meter.

Jaringan air bersih, kebutuhan dasar ini dirancang dengan sistim

tanam dan terletak di sisi jalan. Jaringan air bersih dikondisikan

tersendiri dengan mempertimbangkan untuk menghindari

pengrusakan sarana lain bila terjadi perbaikan.

Jaringan Drainase, dirancang dengan sistem drainase tertutup

(Dibawah Pedestrian / Trotoar) yang dilengkapi dengan bak kontrol

pada jarak tertentu, hal ini untuk menghindari masuknya sampah

dari buangan aktivitas lintasan. Jaringan ini terletak pada sisi jalan,

dimana rancangan arah aliran mengikuti kontour tanah.