bab ii pembangunan kawasan perdesaan

26
2.1 PEMBANGUNAN PERDESAAN, KESEJAHTERAAN HINGGA KEMISKINAN Pembangunan perdesaan telah dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah, dan masyarakat melalui berbagai kebijakan dan program-program yang telah ditetapkan. Upaya-upaya itu telah menghasilkan berbagai kemajuan yang dirasakan oleh sebagian masyarakat perdesaan. Namun, masih banyak wilayah perdesaan yang belum berkembang secepat wilayah lainnya. Pembangunan perdesaan merupakan bagian yang penting dari pembangunan nasional, mengingat kawasan perdesaan yang masih dominan (82 persen wilayah Indonesia adalah perdesaan) dan sekitar 50 persen penduduk Indonesia masih tinggal di kawasan perdesaan. Pembangunan perdesaan diarahkan untuk mentransformasikan struktur kegiatan sosial, ekonomi dan kelembagaan yang semula bercorak subsisten, tradisional dan agraris menuju pada struktur ekonomi bercorak perkotaan, modern dan industri. Dinamika yang terjadi dalam proses tersebut ditandai dengan perembesan struktur dan budaya modern ke dalam struktur dan budaya perdesaan sehingga akan terjadi perluasan proses modernisasi ke seluruh masyarakat. Sebagai akibatnya struktur dan kebudayaan tradisional yang menguasai daerah perdesaan mulai mengalami transformasi mengantarkan terjadinya tahapan di mana perbedaan-perbedaan struktural dan kultural antara kota dan desa menjadi semakin menyempit. Dalam kondisi itu masyarakat desa berhasil mengembangkan LAPORAN ANTARA II-1 Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah Bab II KEBIJAKAN DAN STRATEGI UMUM PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA KAWASAN PERDESAAN

Upload: agus-taruna

Post on 16-Feb-2016

43 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

desa

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

2.1 PEMBANGUNAN PERDESAAN, KESEJAHTERAAN HINGGA KEMISKINAN

Pembangunan perdesaan telah dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah pusat

maupun daerah, dan masyarakat melalui berbagai kebijakan dan program-program yang

telah ditetapkan. Upaya-upaya itu telah menghasilkan berbagai kemajuan yang dirasakan

oleh sebagian masyarakat perdesaan. Namun, masih banyak wilayah perdesaan yang

belum berkembang secepat wilayah lainnya. Pembangunan perdesaan merupakan bagian

yang penting dari pembangunan nasional, mengingat kawasan perdesaan yang masih

dominan (82 persen wilayah Indonesia adalah perdesaan) dan sekitar 50 persen

penduduk Indonesia masih tinggal di kawasan perdesaan.

Pembangunan perdesaan diarahkan untuk mentransformasikan struktur kegiatan sosial,

ekonomi dan kelembagaan yang semula bercorak subsisten, tradisional dan agraris

menuju pada struktur ekonomi bercorak perkotaan, modern dan industri. Dinamika yang

terjadi dalam proses tersebut ditandai dengan perembesan struktur dan budaya modern

ke dalam struktur dan budaya perdesaan sehingga akan terjadi perluasan proses

modernisasi ke seluruh masyarakat. Sebagai akibatnya struktur dan kebudayaan

tradisional yang menguasai daerah perdesaan mulai mengalami transformasi

mengantarkan terjadinya tahapan di mana perbedaan-perbedaan struktural dan kultural

antara kota dan desa menjadi semakin menyempit. Dalam kondisi itu masyarakat desa

berhasil mengembangkan suatu kehidupan ekonomi, politik dan budaya yang semakin

rasional. Akhirnya antara desa dan kota terpola suatu hubungan timbal balik yang

harmonis dan saling dapat menciptakan surplus bagi pertumbuhan masyarakat keduanya.

Pembangunan perdesaan bersifat multidimensional dan multisektor. Oleh karena itu,

diperlukan keterpaduan dan keterkaitan dalam pelaksanaannya. Dalam rangka

melakukan percepatan pembangunan perdesaan, telah dan akan terus dilakukan

berbagai program dan kegiatan yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan,

pengurangan kemiskinan, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pelibatan

masyarakat dalam proses pengelolaan pembangunan perdesaan.

LAPORAN ANTARA II-1Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Bab II

KEBIJAKAN DAN STRATEGI UMUM PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA KAWASAN PERDESAAN

Page 2: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

Pembangunan perdesaan secara konseptual memiliki tujuan dan indikator kinerja yang

saling terkait, dimana keberhasilan pembangunan perdesaan ditandai (salah satunya)

dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Indikator yang digunakan untuk

mengukur hal ini adalah menurunnya angka kemiskinan dan meningkatnya angka

partisipasi sekolah. Walaupun demikian, jika dilihat dari kenyataannya maka

pembangunan perdesaan belum tentu dapat menurunkan kemiskinan apalagi

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Sebagaimana diketahui bahwa kemiskinan di perdesaan terjadi diantaranya karena

adanya masalah ekonomi, karena kondisi fisik daerahnya yang terpencil, dan

keterbatasan sarana dan prasarana sosial ekonomi yang tersedia sehingga

mengakibatkan terbatasnya akses masyarakat untuk memperoleh kemampuan dan

keterampilan, termasuk informasi dan teknologi tepat guna. Keadaan tersebut menjadi

tantangan bagi pemerintah untuk terus memperbaiki kebijakan, strategi dan pelaksanaan

pembangunan perdesaan yang diarahkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Berbagai upaya terus dilakukan secara bertahap yaitu melalui kegiatan peningkatan

kapasitas aparat pemerintahan desa dan kelurahan, peningkatan kapasitas kelembagaan,

pelatihan masyarakat, pemberdayaan adat dan sosial budaya masyarakat, peningkatan

usaha ekonomi masyarakat, serta pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tepat

guna. Upaya lainnya berupa peningkatan usaha ekonomi masyarakat melalui

pengembangan ekonomi lokal dengan meningkatkan kegiatan ekonomi produktif

masyarakat dan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat dalam rangka meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Ketersediaan dan akses pemanfaatan terhadap sarana prasarana perdesaan yang masih

terbatas dan ditambah dengan masih rendahnya kualitas tingkat pelayanan yang dapat

dinikmati seperti jalan, irigasi, listrik, air minum, telematika, fasilitas pendidikan,

kesehatan, serta pasar merupakan kendala bagi percepatan pembangunan perdesaan

terutama untuk pengembangan ekonomi masyarakat perdesaan, pengembangan sarana

prasarana produksi hasil-hasil perdesaan serta peningkatan kualitas sumber daya

manusia perdesaan. Peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis

berperan penting dalam memicu pertumbuhan ekonomi perdesaan yang berkaitan erat

dengan terciptanya lapangan kerja berkualitas di perdesaan, ditandai dengan

berkurangnya angka pengangguran terbuka dan setengah terbuka dan meningkatnya

LAPORAN ANTARA II-2Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 3: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

kesejahteraan petani, nelayan dan masyarakat perdesaan, yang tercermin pada

peningkatan pendapatan dan produktivitas pekerja di sektor pertanian.

Dalam konteks kemiskinan yang lebih luas, kemiskinan terjadi juga karena faktor sosial

budaya dan juga karena masalah struktural. Jadi masalah kemiskinan adalah masalah

yang sangat kompleks dan multi dimensi. Oleh karena itu penangannya juga perlu

melibatkan semua stakeholder (baik pemerintah, swasta, OMS, maupun individu). Tentu

saja ini merupakan tantangan bagi pemerintah untuk terus secara konsisten dan

sungguh-sungguh berupaya mengatasinya.

Pembangunan perdesaan baik dalam RPJMN 2004-2009 maupun RPJMN 2010-2014

merupakan prioritas pembangunan yang pada akhirnya ditujukan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Namun, sampai saat ini masih terkendala oleh beberapa hal,

antara lain terbatasnya alternatif lapangan kerja berkualitas, lemahnya keterkaitan

kegiatan ekonomi baik secara sektoral maupun spasial, rendahnya tingkat pelayanan

prasarana dan sarana perdesaan, dan rendahnya kualitas SDM di perdesaan yang

sebagian besar berketrampilan rendah.

2.2 PEMBANGUNAN PERDESAAN DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJMN) 2004–2009

Dinyatakan dalam RPJMN 2004–2009 bahwa pembangunan perdesaan merupakan suatu

investasi masa depan bagi peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan perdesaan

menjadi prioritas dalam RPJMN 2004–2009. Hal ini untuk mengurangi adanya kesejangan

yang terjadi antar wilayah. Tujuan akhir dari pembangunan perdesaan ini adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan. Di tahun awal perumusan RPJMN

2004–2009 terdapat berbagai permasalahan yang menghambat tercapainya

pembangunan di perdesaan. Kendala tersebut antara lain rendahnya tingkat

produktivitas tenaga kerja, tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya kualitas

lingkungan permukiman. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan

pembangunan di perdesaan, sehingga sasaran pembangunan perdesaan dalam RPJMN

2004–2009 dapat dicapai.

LAPORAN ANTARA II-3Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 4: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

Gambar 2.1. Pembangunan Perdesaan dalam RPJMN 2004–2009

Keberhasilan pembangunan di perdesaan tercermin dengan meningkatnya kesejahteraan

masyarakat perdesaan terutama yang berada di Jawa. Namun demikian, keberhasilan

pembangunan perdesaan di Jawa ternyata belum diikuti dengan peningkatan

pembangunan perdesaan di luar Jawa. Akibatnya, timbul kesenjangan yang cukup tinggi

antara perkembangan desa di Jawa dan luar Jawa. Dengan capaian ini, secara umum,

tidak terdapat masalah yang berarti dalam memenuhi target sasaran pembangunan

perdesaan pada akhir 2009 nanti. Namun, ke depan upaya yang konsisten dan intensif

dalam mendukung berjalannya program harus terus dilakukan.

Pada akhirnya, pelaksanaan kebijakan pembangunan perdesaan yang komprehensif

nyaris dilakukan sebatas konsep. Pelaksanaan kebijakan pembangunan perdesaan yang

komrehensif pada kenyataannya tidak dilakukan secara sinergis. Pembangunan hanya

sebatas dilakukan di desa secara definitif administratif namun belum dibangun dalam

suatu pendekatan kawasan perdesaan seperti disyaratkan dalam konsep-konsep

pembangunan kawasan perdesaan. Pada tahun 2009 saja pembangunan prasarana

perdesaan telah dilakukan di 421 kabupaten yang dilakukan oleh PNPM Perdesaan dan

Program Infrastruktur Perdesaan. Namun hasil-hasil pelaksanaan pembangunannya

belum menunjukkan sinergi.

LAPORAN ANTARA II-4Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 5: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

Tabel 2.1. Pembangunan Perdesaan Vs. Pembangunan Desa

Sebaliknya, justru mendorong kawasan perdesaan yang sebenarnya layak dipertahankan

sebagai kawasan produktif dan konservasi ternyata justru cenderung bergeser menjadi

daerah perkotaan. Pembangunan perdesaan selama ini diduga telah mematikan fungsi

desa dan dengan demikian telah menjauhkan pembangunan perdesaan dari tujuan

konseptual pembangunan perdesaan itu sendiri. Dalam konteks demikian, apabila

LAPORAN ANTARA II-5Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 6: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

ditelusuri persoalan dasarnya, maka sebuah solusi kebijakan dapat disusun berdasarkan

pengalaman pelaksanaan pembangunan perdesaan di seluruh Indonesia. Salah satu yang

ditawarkan adalah konsep kebijakan pembangunan kawasan perdesaan dalam dimensi

spasial.

2.3 PEMBANGUNAN PERDESAAN DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJMN) 2010–2014

Kebijakan pembangunan perdesaan dalam RPJMN 2010–2014 dilaksanakan dengan

prinsip pembangunan yang meliputi: (a) Pemberdayaan dan pengembangan kapasitas

masyarakat, yang berorientasi kepada karakteristik dan kebutuhan serta aspirasi lokal.

Hal ini menitikberatkan pada proses pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktural

yang dimotori oleh masyarakat lokal dengan memanfaatkan potensi-potensi lokal untuk

pembangunan dalam upaya untuk mengatur dan mengurus kepentingan dan

kesejahteraan masyarakat setempat; (b) Pembangunan yang partisipatif; Kepemimpinan

lokal dan kelembagaan perdesaan berperan penting dalam proses menuju keberlanjutan

pembangunan. Dengan mempertimbangkan aspek lokalitas (berbasis lokal),

pembangunan desa dapat berjalan lebih mandiri dan berkelanjutan; (c) Berkelanjutan;

Untuk menjaga keseimbangan ekosistem wilayah perdesaan diperlukan penataan ruang

perdesaan yang dapat mendukung upaya pemberdayaan masyarakat, peningkatan

kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya, konservasi sumber daya

alam, pelestarian warisan budaya lokal, pertahanan kawasan lahan pangan berkelanjutan

yang memberikan kemandirian pangan bagi masyarakatnya, serta keseimbangan

pembangunan perdesaan–perkotaan.

Arah kebijakan pembangunan perdesaan tahun 2010–2014 adalah memperkuat

kemandirian desa dalam pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan;

meningkatkan ketahanan desa sebagai wilayah produksi; serta meningkatkan daya tarik

perdesaan melalui peningkatan kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan

pendapatan seiring dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dan

lingkungan. Dalam rangka mewujudkan sasaran, kebijakan pembangunan perdesaan

dilaksanakan melalui dua pendekatan, yaitu:

a) Pembangunan perdesaan dalam rangka memenuhi pelayanan dasar masyarakat

dan wilayah perdesaan yang berkualitas melalui kecukupan penyediaan sarana

LAPORAN ANTARA II-6Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 7: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

prasarana pendidikan, kesehatan, komunikasi dan informatika, transportasi,

energi, dan permukiman yang dilakukan terutama di daerah tertinggal,

perbatasan, pulau-pulau kecil terluar/terdepan, desa konservasi, desa hutan, dan

kawasan transmigrasi, dan lainya;

b) Pembangunan perdesaan dalam upaya membangun desa mandiri menuju daya

saing desa, yang dapat dilakukan melalui pengembangan desa mandiri pangan,

desa P2KP (percepatan penganekaragaman konsumsi pangan), desa mandiri

energi, desa wisata, desa berbasis industri kreatif di bidang pariwisata, desa

pendukung usaha pariwisata, desa siaga aktif, kawasan transmigrasi, dan lainnya.

Salah satu kebijakan dari pembangunan adalah pembangunan dari sisi wilayah dan tata

ruang yang memprioritaskan pembangunannya pada pembangunan wilayah perdesaan.

Pembangunan perdesaan menjadi prioritas meningat arti pentingnya pembangunan

perdesaan bagi masyarakat perdesaan. Dengan adanya pembangunan maka akan dapat

meningkatkan sarana dan prasaran yang ada di perdesaan. Keberadaan sarana dan

prasaran tersebut dapat mendukung kegiatan ekonomi, pendidikan, kesehatan dari

masyarakat perdesaan. Pada akhirnya akan dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

2.4 PROGRAM DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PERDESAAN 2004-2014

Pembangunan perdesaan yang dilakukan dimaksudkan untuk menciptakan kesempatan

kerja yang seluas-luasnya dan mengurangi jumlah penduduk miskin secepat-cepatnya

dengan melibatkan seluruh masyarakat (inclusive growth). Untuk meningkatkan

koordinasi penanggulangan kemiskinan, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden

Nomor 15 Tahun 2010, tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang merupakan

penyempurnaan dari Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan.

Dalam Perpres tersebut diamanatkan untuk membentuk Tim Nasional Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) di tingkat pusat yang keanggotaannya terdiri dari

unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya.

Sedangkan di provinsi dan kabupaten/kota dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan (TKPK) Provinsi dan Kabupaten/Kota.

LAPORAN ANTARA II-7Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 8: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

Gambar 2.2. Pembangunan Perdesaan dalam RPJMN 2010–2014

Selain tiga instrumen utama penanggulangan kemiskinan tersebut (Gambar 3.1.),

pemerintah menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Tim

Koordinasi Peningkatan Dan Perluasan Program Pro-Rakyat. Upaya peningkatan dan

perluasan program pro-rakyat (Klaster IV) dilakukan melalui:

1. Program Rumah Sangat Murah.

2. Program Kendaraan Angkutan Umum Murah.

3. Program Air Bersih Untuk Rakyat.

4. Program Listrik Murah dan Hemat.

5. Program Peningkatan Kehidupan Nelayan.

6. Program Peningkatan Kehidupan Masyarakat Miskin Perkotaan.

LAPORAN ANTARA II-8Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 9: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

Gambar 2.3. Instrumen Utama Penanggulangan Kemiskinan

Kajian ini memfokuskan pada program di klaster II yaitu penanggulangan kemiskinan

berbasis pemberdayaan masyarakat dimana program-program yang ada di klaster II

adalah sebagai berikut:

1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)a. PNPM Mandiri Perdesaan

b. PNPM Generasi Sehat Dan Cerdas

c. PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan (PNPM-LMP)

d. PNPM Mandiri Respek (Rencana Strategis Pengembangan Kampung) Bagi

Masyarakat Papua

e. PNPM Mandiri Infrastruktur Perdesaan

f. Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW)

g. Program Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS)

h. PNPM-Mandiri Daerah Tertinggal Dan Khusus/Percepatan Pembangunan Daerah

Tertinggal Dan Khusus (P2DTK)

i. PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan (PNPM Mandiri-KP)

j. PNPM-Mandiri Pariwisata

k. Program Perluasan Dan Pengembangan Kesempatan Kerja/Padat Karya Produktif.

LAPORAN ANTARA II-9Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 10: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

2. Program Perluasan Dan Pengembangan Kesempatan Kerja/Padat Karya

Produktif

Jenis-jenis usaha yang dapat dikembangkan dalam kegiatan Padat Karya Produktif

lebih berorientasi pada kegiatan usaha yang bersifat ekonomi produktif dan

berkelanjutan seperti:

a. Usaha-usaha di sektor pertanian, sub sektor tanaman pangan dan holtikultura,

antara lain: budi daya padi, jagung, cabe, kentang dan buah-buahan.

b. Usaha-usaha di sektor pertanian, sub sektor peternakan, antara lain:

penggemukan sapi, kambing, peternakan ayam potong dan petelor.

c. Usaha-usaha di sektor pertanian, sub sektor perikanan, antara lain: pembenihan

udang, budi daya rumput laut, kolam ikan, tambak dan kerambah.

d. Di bidang usaha industri kecil, antara lain: pembakaran gamping, batu bata,

batako dan pembuatan keramik.

e. Sarana penunjang ekonomi rakyat, seperti: pasar perdesaan, embung

(penampungan air di musim hujan) dan waduk.

2.5 GAMBARAN UMUM DESA DAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN 2015-2019

Belum terciptanya keseimbangan pembangunan antar wilayah saat ini menimbulkan

terjadinya kesenjangan antarwilayah, baik antar kota-desa, KBI-KTI, Jawa–luar Jawa. Telah

adanya upaya kebijakan mengurangi kesenjangan wilayah antara lain dengan

menerbitkan Undang-Undang Desa untuk memajukan kesejahteraan desa,

memprioritaskan percepatan pembangunan daerah tertinggal dan melaksakanan

program transmigrasi. Undang-undang No. 6/2014 tentang Desa menjadi prioritas

penting bagi pemerintahan saat ini, dimana desa bisa diberdayakan menjadi “kekuatan

besar” yang akan memberikan kontribusi besar terhadap misi Indonesia yang berdaulat,

sejahtera dan bermartabat. Dalam NAWACITA, khususnya Cita ke-tiga, Pemerintahan

Jokowi berkomitmen mengawal implementasi UU Desa secara sistematis, konsisten dan

berkelanjutan, untuk mencapai desa yang maju, kuat, mandiri dan demokratis.

Kehadiran Undang-Undang No. 6/2014 disambut dengan antusias oleh berbagai kalangan

masyarakat dan pemimpin desa, meskipun masih diperlukan penyesuaian atas Peraturan

Pemerintah No. 43/2014, untuk dapat mengimplementasikan UU Desa tidak hanya untuk LAPORAN ANTARA II-10Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 11: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

perubahan desa tetapi juga yang masih menghadapi banyak kerumitan dan tantangan

dalam pelaksanaannya.

Berdasarkan analisis dan perhitungan Dirjen PUM Kemendagri, dengan bersumber Data

PODES, 2011, Jumlah desa sangat tertinggal terbanyak berada di Pulau Papua, disusul

Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tengara dan Bali.

Tabel 2.2Jumlah Desa Tertinggal BerdasarkanWilayah Pulau Besar

Pengembangan perdesaan (rural based development) sangat diperlukan untuk

mengintervensi desa tertinggal, agar bisa lebih cepat mengentaskan ketertinggalan suatu

daerah. Dimana hal ini dapat dilihat pada tabel 2.3 bahwa persentase desa tertinggal

yang berada di Kabupaten Tertinggal sebesar 51,39%, lebih tinggi jika dibandingkan

dengan daerah maju sebesar 48,61%. Sedang dalam skala daerah tertinggal, persentase

desa tertinggal di daerah tertinggal sebesar 57,32% (16.097 desa), sedangkan desa maju

di daerah tertinggal sebesar 42,68% (11.983 desa).

Tabel 2.3Prosentase Desa Tertinggal di Indonesia

LAPORAN ANTARA II-11Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 12: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

Daerah tertinggal terbanyak di pulau Papua, disusul Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku,

Sumatera dan Kalimantan. Di Pulau Jawa dan Bali hanya ada 6 Kabupaten Tertinggal di 2

provinsi, yakni : di Banten (Lebak dan Pandeglang), dan di Jawa Timur (Bangkalan,

Situbondo, Bondowoso dan Sampang).

Gambar 2.4Konsentrasi Daerah Tertinggal di Indonesia

Sedangkan penyebaran Daerah tertinggal di Indonesia berdasarkan wilayah kabupaten

tedapat di 122 kabupaten, seperti terilihat pada gambar 2.5 Peta Sebaran 122 Kabupaten

Daerah Tertinggal.

LAPORAN ANTARA II-12Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 13: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

LAPORAN ANTARA II-13Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 14: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

2.6 KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN DESA DAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN 2015-2019

A. VISI DAN MISI

Visi dan Misi Presiden tersebut sekaligus sebagai visi dan misi Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, sebagaimana dinyatakan oleh

Presiden pada rapat perdana Kabinet Kerja, tanggal 27 Oktober 2014 ;

a. Visi dan Misi Presiden diterjemahkan dalam Sasaran Strategis Pembangunan Nasional

yaitu Sembilan Agenda Strategis Prioritas (NAWACITA) ;

b. Implementasi NAWACITA difokuskan pada tujuh isu strategis nasional yang

memerlukan koordinasi dan sinergi Kementerian/Lembaga, yaitu :

1) Kedaulatan pangan

2) Kedaulatan energi

3) Kemaritiman

4) Industri/Kawasan Industri

5) Pariwisata

6) Revolusi mental

7) Kawasan Perbatasan dan Daerah Tertinggal.

B. ARAH KEBIJAKAN BIDANG PEMBANGUNAN DAERAH TERTENTU

Tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerataan pembangunan, dan

mengurangi kesenjangan pembangunan antara daerah tertinggal dengan daerah maju

pada 122 kabupaten.

Arah Kebijakan:

a. Promosi potensi daerah tertinggal untuk mempercepat pembangunan;

b. Pemenuhan kebutuhan dasar dan pelayanan dasar publik;

c. Pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung oleh sumber daya

manusia (SDM) yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas antara

daerah tertinggal dan pusat pertumbuhan

Sasaran Strategis:

a. Tertanganinya 57 kabupaten daerah rawan pangan;

b. Meningkatnya konektivitas dan sarana prasarana dasar di 39 kabupaten perbatasan;

LAPORAN PENDAHULUAN II-14Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 15: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

c. Meningkatnya konektivitas dan sarana prasarana dasar di 29 kabupaten yang

memiliki pulau kecil dan pulau terluar;

d. Tertanganinya 58 kabupaten rawanbencana dan daerah pasca konflik.

C. FOKUS DAN LOKUS PRIORITAS

Fokus Prioritas:

a. Pengawalan pelaksanaan UU Desa khususnya untuk pembangunan desa,

pemberdayaan masyarakat desa, dan pengembangan kawasan perdesaan

b. Percepatan pembangunan 122 Kabupaten yang dikategorikan daerah tertinggal

c. Percepatan pembangunan desa tertinggal sebanyak 39.091 desa tertinggal dan 17.268

desa sangat tertinggal

d. Pengembangan daerah tertentu, yang terdiri dari daerah rawan pangan, daerah

perbatasan, daerah rawan bencana dan pascakonflik, daerah pulau kecil dan terluar

e. Pembangunan dan Pengembangan kawasan transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan

baru

Lokus Prioritas :

a. Jumlah 74.045 desa, khususnya di 39.091 desa tertinggal dan 17.268 desa sangat

tertinggal di seluruh Indonesia

b. Desa-desa dan kawasan perdesaan khususnya 1.138 desa di daerah perbatasan, dan

desa di daerah pulau-pulau terpencil dan terluar

c. Jumlah 122 kabupaten daerah tertinggal dengan target pengentasan 80 daerah

tertinggal di 2019

d. Jumlah 57 kabupaten rawan pangan, 39 kabupaten di perbatasan, 29 kabupaten yang

memiliki pulau terpencil dan terluar, 58 kabupaten rawan bencana dan pascakonflik,

dengan perhatian di daerah tertinggal dan di kawasan timur Indonesia

e. Jumlah 5. 144 Kawasan Transmigrasi yang berfokus pada 72 satuan permukiman

menjadi pusat Satuan Kawasan Pengembangan Transmigrasi

f. Jumlah 20 Kawasan Transmigrasi menjadi pusat pertumbuhan Perkotaan Baru

LAPORAN PENDAHULUAN II-15Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 16: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

D. DASAR DAN ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL

Dasar-dasar Strategi Pembangunan Nasional adalah sebagai berikut:

a. Membangun tanpa meningkatkan ketimpangan wilayah;

b. Memanfaatkan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;

c. Membangun dari pinggiran dan dari desa;

d. Ekonomi harus berorientasi dan berbasiskan pada sector dan jenis usaha yang

memasukkan nilai tambah sebesar-besarnya dengan SDM berkualitas, inovasi,

kreatifitas dan penerapan teknologi yang tepat;

e. Pembangunan nasional sebagian besar adalah hasil agregasi dari pembangunan

daerah yang berkualitas.

E. DELAPAN STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL MEWUJUDKAN NAWACITA

1. Penguatan tata kelola desa yang baik, melalui: 1) penyusunan peraturan

pelaksanaan UU Desa; 2) menyusun peraturan pelaksanaan perundangundangan

terkait dengan UU Ketransmigrasian, dan PP Percepatan Pembangunan Daerah

Tertinggal; 3) peningkatan kapasitas pemerintah dan masyarakat desa.

2. Mempercepat pemenuhan standar pelayanan minimum untuk pelayanan dasar di

perdesaan, daerah tertinggal dan kawasan transmigrasi

3. Penguatan pendanaan pembangunan yang bersumber dari APBN, APBD, Dunia

Usaha, dan Masyarakat.

4. Mendorong investasi yang meningkatkan produktivitas rakyat

5. Memanfaatkan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

6. Memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang keamanan, adminitrasi

kependudukan, pertanahan, akta-akta, dan sebagainya

7. Peningkatan koneksitas melalui penyediaan infrastruktur transportasi dan

perhubungan di perdesaan, daerah tertinggal dan kawasan transmigrasi

8. Peningkatan dan Penguatan koordinasi lembaga pusat dan daerah dan antar

daerah.

LAPORAN PENDAHULUAN II-16Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 17: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

F. NAWA KERJA PRIORITAS

Sembilan Agenda Prioritas :

2.7 STRATEGI PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup berkelanjutan, serta penataan

ruang kawasan perdesaan menurut Perpres 2/2015 Tentang RPJMN 2015-2019 adalah :

1. Menjamin pelaksanaan distribusi lahan kepada desa-desa dan distribusi hak atas

tanah bagi petani, buruh lahan, dan nelayan;

2. Menata ruang kawasan perdesaan untuk melindungi lahan pertanian dan

menekan alih fungsi lahan produktif dan lahan konservasi;

3. Menyiapkan dan melaksanakan kebijakan untuk membebaskan desa dari kantong-

kantong hutan dan perkebunan;

4. Menyiapkan dan melaksanakan kebijakan tentang akses dan hak desa untuk

mengelola sumber daya alam berskala lokal termasuk pengelolaan hutan negara

oleh desa berorientasi keseimbangan lingkungan hidup dan berwawasan mitigasi

bencana untuk meningkatkan produksi pangan dan mewujudkan ketahanan

pangan;

LAPORAN PENDAHULUAN II-17Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 18: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

5. Menyiapkan dan melaksanakan kebijakan-regulasi baru tentang shareholding

antara pemerintah, investor, dan desa dalam pengelolaan sumber daya alam;

6. Menjalankan program-program investasi pembangunan perdesaan dengan pola

shareholding melibatkan desa dan warga desa sebagai pemegang saham;

7. Merehabilitasi kawasan perdesaan yang tercemar dan terkena dampak bencana

khususnya di daerah pesisir dan daerah aliran sungai.

Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan desa-kota

menurut Perpres 2/2015 Tentang RPJMN 2015-2019 adalah :

1. Mewujudkan dan mengembangkan sentra produksi, sentra industri pengolahan

hasil pertanian dan perikanan, serta destinasi pariwisata;

2. Meningkatkan akses transportasi desa dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi

lokal/wilayah;

3. Mengembangkan kerjasama antardesa, antardaerah, dan antarpemerintahswasta

termasuk kerjasama pengelolaan BUMDesa, khususnya di luar Jawa-Bali; dan

LAPORAN PENDAHULUAN II-18Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 19: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

4. Membangun agribisnis kerakyatan melalui pembangunan bank khusus untuk

pertanian, UMKM, dan Koperasi;

5. Membangun sarana bisnis/pusat bisnis di perdesaan;

6. Mengembangkan komunitas teknologi informasi dan komunikasi bagi petani

untuk berinteraksi dengan pelaku ekonomi lainnya dalam kegiatan produksi

panen, penjualan, distribusi, dan lain-lain.

2.8 KONSEP PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

Pembangunan kawasan perdesaan dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan

meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa di

kawasan perdesaan melalui pendekatan pembangunan partisipatif

Konsep pembangunan kawasan perdesaan meliputi :

1. Penggunaan dan pemanfaatan wilayah desa dalam rangka penetapan kawasan

pembangunan sesuai dengan tata ruang kabupaten/kota.

2. Pelayanan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan

3. Pembangunan infrastruktur, peningkatan ekonomi perdesaan, dan pengembangan

teknologi tepat guna; dan

LAPORAN PENDAHULUAN II-19Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 20: Bab II Pembangunan Kawasan Perdesaan

4. Pemberdayaan masyarakat desa untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan dan

kegiatan ekonomi

Pemerintah desa dan kelembagaan desa melakukan pembahasan rencana

pengembangan kawasan perdesaan dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kabupaten/Kota. Rencana pembangunan kawasan perdesaan selanjutnya

ditetapkan dengan peraturan desa.

Berakitan dengan ditetapkannya rancangan kawasan pembangunan perdesaan, maka

dalam penyusunan RPJMDes, RKPDes dan APBDes harus menyesuaikan dengan Rencana

Pembangunan Kawasan Perdesaan Tersebut agar kebijakan penganggaran desa maupun

pembangunan yang bersumber dari sumber pembiayaan laian memiliki dampak positif

terhadap keberhasilan pengembangan kawasan perdesaan.

Beberapa alternatif pengembangan kawasan berdasarkan potensi dominan yang dimiliki

oleh desa diantaranya :

Zona pengembangan peternakan

Zona pengembangan Hutan Tanaman Industri

Zona Pengembangan Komoditas Pertanian Unggulan

Zona Pengembangan Pemukiman

Zona Kegiatan Perekonomian Masyarakat, dll

Dengan ditetapkannya kawasan perdesaan sesuai peruntukannya, dengan didukung oleh

potensi yang dominan maka diharapkan akan melahirkan daerah unggulan yang tertata,

mandiri dan berdaya.

LAPORAN PENDAHULUAN II-20Pekerjaan Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah