visi bank indonesia - bi.go.id · puji syukur kehadirat tuhan yme karena atas rahmat dan...

108

Upload: vanxuyen

Post on 06-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-
Page 2: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Visi Bank Indonesia: “Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”.

Misi Bank Indonesia: “Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan”.

Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia: “Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak dan atau berprilaku yang terdiri atas Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan”.

Visi Kantor Bank Indonesia Medan: “Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan”.

Misi Kantor Bank Indonesia Medan: “Berperan aktif dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah melalui peningkatan pelaksanaan tugas bidang ekonomi moneter, sistem pembayaran, pengawasan bank serta memberikan saran kepada pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya”.

Kalender Publikasi Periode Publikasi Publikasi KER Triwulan I Pertengahan Mei KER Triwulan II Pertengahan Agustus KER Triwulan III Pertengahan November KER Triwulan IV Pertengahan Februari

Penerbit: Kantor Bank Indonesia Medan Jl. Balai Kota No.4 MEDAN, 20111 Indonesia Telp : 061-4150500 psw. 1729, 1770 Fax : 061-4152777 , 061-4534760 Homepage : www.bi.go.id Email : [email protected]

Page 3: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-2012 ini akhirnya dapat kami sajikan kepada para pembaca sekalian. Buku KER ini mengulas dinamika ekonomi di Sumut pada Triwulan I-2012 yang tercermin dari perkembangan makroekonomi regional, perbankan, keuangan daerah, dan sistem pembayaran, serta prospek ekonomi Sumut ke depan dalam rangka pemberian informasi yang komprehensif kepada para stakeholders Bank Indonesia.

Secara umum kondisi perekonomian Sumut pada triwulan I-2012 masih menunjukkan optimisme walaupun sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya seiring dengan penurunan harga dari komoditas ekspor utama

Sumatera Utara yaitu karet alam dan CPO. Bahkan ekonomi Sumut di triwulan ini masih tumbuh lebih tinggi dibandingkan angka nasional dimana ekonomi Sumut tumbuh 6,32% (yoy) sementara ekonomi nasional tumbuh 6,3% (yoy). Tingginya angka pertumbuhan ini juga disokong oleh pembiayaan dari perbankan yang tumbuh cukup tinggi di triwulan ini yaitu sebesar 19,92% (yoy).

Sementara itu, inflasi di Sumut pada triwulan I-2012 masih relatif terjaga dengan angka realisasi 3,86% (yoy) di akhir periode laporan, lebih rendah dibandingkan angka inflasi nasional sebesar 3,97% (yoy). Ke depan tantangan dalam menjaga inflasi masih cukup besar yang berasal dari ketidakpastian kebijakan pengurangan subsidi BBM serta fluktuasi harga-harga komoditas internasional sebagai dampak belum selesainya krisis ekonomi di negara-negara maju khususnya di zona Eropa. Namun demikian kami yakin dengan koordinasi yang baik antara Bank Indonesia dengan instansi lainnya di daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah kita mampu menjaga laju inflasi pada level yang diharapkan.

Dengan memperhatikan kondisi-kondisi tersebut kami yakin perekonomian Sumut masih masih bisa tumbuh 6,40% – 6,60% pada triwulan II-2012. Sementara inflasi diperkirakan masih terjaga di level 5% ± 1%.

Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu penulisan buku ini. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Mei 2012 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

Nasser Atorf Direktur Eksekutif

Page 4: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Daftar Isi ii

Page 5: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Daftar Isi iii

Page 6: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Daftar Isi iv

Page 7: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Daftar Isi v

Page 8: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Daftar Isi vi

Page 9: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Daftar Isi vii

Page 10: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-
Page 11: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-
Page 12: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Ringkasan Eksekutif

Page 13: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Ringkasan Eksekutif viii

Perekonomian Sumut pada triwulan I-2012 tumbuh 6,32% (yoy)

GAMBARAN UMUM

Kinerja Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) pada triwulan I-2012 menunjukkan perlambatan, namun demikian pertumbuhan ekonomi Sumut masih berada dalam tren positif. Indikator perekonomian sisi permintaan menunjukkan perekonomian masih ditopang oleh tingkat konsumsi dan investasi, sedangkan dari sisi penawaran, kinerja perlambatan perekonomian Sumut dipicu oleh perlambatan di sektor ekonomi utama.

Tekanan inflasi Provinsi Sumatera Utara sedikit meningkat dibandingkan triwulan lalu. Inflasi Sumatera Utara tercatat 3,86% (yoy) atau 0,63% (qtq). Kendati demikian level inflasi Sumatera Utara masih di bawah inflasi nasional.

Secara umum, kinerja industri perbankan relatif terjaga di triwulan I-2012 di tengah kekhawatiran adanya dampak krisis ekonomi global yang belum berakhir . Demikian pula dengan transaksi sistem pembayaran yang terus menunjukkan peningkatan dari sisi nilai maupun volume.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Pada triwulan I-2012 perekonomian Sumatera Utara kembali mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 6,32% (yoy) yang berada sedikit diatas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,30% (yoy), melambat dibandingkan triwulan IV-2011 yang tumbuh sebesar 6,36%.

Dari sisi permintaan, perekonomian Sumut tumbuh melambat pada triwulan I-2012, namun demikian secara keseluruhan pada awal tahun 2012 masih tetap menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Aktivitas konsumsi dan kegiatan investasi masih merupakan sektor yang dominan dalam perekonomian Sumut.

Kendati tumbuh melambat, pertumbuhan sektor-sektor ekonomi andalan Sumut tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif pada triwulan laporan. Struktur perekonomian Sumut pada triwulan laporan masih

didominasi oleh tiga sektor utama yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian, dan sektor PHR. Kombinasi ketiga sektor tersebut memberikan sumbangan sebesar 62,99%. Ketiga sektor utama tersebut masih menjadi sektor pendorong pertumbuhan ekonomi Sumut. Kinerja sektor industri pengolahan dan sektor pertanian tercatat mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan

RINGKASAN EKSEKUTIF

Page 14: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Ringkasan Eksekutif ix

Inflasi Sumut pada triwulan I-2012 sebesar 3,86% (yoy) atau 0,63% (qtq) Industri perbankan Sumatera Utara menunjukkan pertumbuhan moderat sepanjang triwulan I-2012

sebelumnya. Sementara itu, sektor PHR masih menunjukkan tren yang meningkat pada triwulan laporan.

PERKEMBANGAN INFLASI

Pada triwulan I-2012, Sumut mengalami inflasi 0,63% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulanan lalu sebesar 0,00%. Sementara itu, inflasi tahunan Sumut pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 3,86%, sedikit di atas inflasi tahunan triwulan IV-2011 sebesar 3,66%. Kendati demikian, inflasi Sumut pada periode ini masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 3,97% (yoy).

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, seluruh kelompok memiliki level inflasi yang lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu kecuali kelompok bahan makanan. Kelompok bahan makanan justru mengalami deflasi sebesar 0,27% (qtq). Inflasi tertinggi dialami oleh kelompok sandang sebesar 2,14% (qtq).

Secara tahunan, inflasi kelompok sandang (13,78%) juga merupakan yang tertinggi dibandingkan kelompok lain. Sementara itu, inflasi kelompok bahan makanan (1,60%) merupakan yang terendah dibandingkan kelompok lain. Meskipun mengalami inflasi terendah, namun inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan ini mengalami kenaikan dibandingkan triwulan lalu yang tercatat sebesar 1,14%. Selain kelompok bahan makanan, kelompok sandang dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan juga mengalami peningkatan. Kelompok sandang meningkat dari 10,95% (yoy) pada triwulan IV-2011 menjadi 13,78% (yoy) pada triwulan I-2012.

Tingkat inflasi keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumatera Utara, semuanya mengalami peningkatan bila dibandingkan triwulan lalu, kecuali Sibolga. Inflasi Sibolga (3,74%) masih menunjukkan level penurunan, bahkan yang terendah dibandingkan kota lain. Inflasi tertinggi terjadi di kota Pematangsiantar (4,67%). Sementara itu inflasi kota Medan adalah sebesar 3,75% dan Padangsidempuan sebesar 4,12%. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Industri perbankan Sumatera Utara menunjukkan pertumbuhan moderat sepanjang triwulan I-2012 . Total aset perbankan Sumut pada triwulan I-2012 mencapai Rp163,67 triliun, tumbuh sebesar 2,26% (qtq) dibanding angka akhir triwulan IV-2011 atau tumbuh 19,04% (yoy) dibandingkan akhir triwulan I-2011.

Total aset perbankan tersebut didominasi oleh bank konvensional yaitu sebesar Rp156,74 triliun (95,77%), sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp6,93 triliun (4,23%).

Page 15: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Ringkasan Eksekutif x

Realisasi APBD Sumut triwulan I-2012 sebesar 9,22%

Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun pada triwulan I-2012 tumbuh sebesar 1,14% (qtq) dibanding angka akhir triwulan IV-2011 atau tumbuh 14,43% (yoy) dibandingkan angka akhir triwulan I-2011 hingga mencapai jumlah Rp128,85 triliun.

Sementara itu, penyaluran kredit perbankan di provinsi Sumatera Utara mengalami pertumbuhan sebesar 2,99% (qtq), sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mengalami pertumbuhan sebesar 7,42% (qtq). Namun demikian secara tahunan, kredit perbankan pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 19,92% (yoy).

Sejalan dengan peningkatan aktivitas perekonomian pada awal tahun 2012, perkembangan sistem pembayaran di wilayah Provinsi Sumut pada triwulan I-2012 menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini ditandai oleh peningkatan volume transaksi baik tunai maupun non tunai secara tahunan.

Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan I-2012 mengalami penurunan sebesar Rp24,28 triliun atau menurun 12,31% (qtq) menjadi Rp173,06 triliun dari nilai transaksi pada triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar Rp197,34 triliun.

Nilai transaksi kliring pada triwulan I-2012 tercatat sebesar Rp35,80 triliun. Nilai ini menurun 0,48% atau Rp 173,96 miliar bila dibandingkan dengan triwulan IV-2011 yang tercatat sebesar Rp35,98 triliun.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Realisasi anggaran atau tingkat serapan APBD Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I-2012 sebesar 9,22% dari Rp7,33 triliun. Tingkat realisasi tersebut lebih kecil dibandingkan realisasi APBD triwulan I-2011 sebesar 11,08% dari Rp5,35 triliun. Realisasi APBD sebesar 9,22% tersebut digunakan untuk belanja langsung (Rp109 miliar) dan belanja pegawai atau pembayaran gaji (Rp725 miliar).

Penerimaan pajak di Provinsi Sumatera Utara melalui Kanwil Ditjen Pajak Sumut 1 Medan dan Kanwil Sumut 2 Pematangsiantar ditargetkan mencapai Rp10,8 triliun. Target tersebut telah mengalami revisi dari sebelumnya sebesar Rp11,5 triliun. Pemangkasan target pajak sebesar Rp700 miliar atau 6,08% tersebut sejalan dengan revisi

target pajak APBN yakni dari Rp911,1 triliun menjadi Rp885 triliun.

Page 16: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Ringkasan Eksekutif xi

Perkembangan ketenagakerjaan yang baik terindikasi dari peningkatan TPAK dan penurunan TPT Pertumbuhan ekonomi sumut triwulan II-2012 diproyeksikan sebesar 6,40% - 6,60% (yoy) dan laju inflasi tahunan triwulan II-2012 diperkirakan 5,00%±1%.

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN Perkembangan ketenagakerjaan yang baik terindikasi

dari peningkatan partisipasi angkatan kerja dan penurunan tingkat pengangguran terbuka. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2012 tercatat sebesar 74,55% (meningkat dari sebelumnya 72,09%) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 6,31% (menurun dari sebelumnya 6,37%).

Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilaksanakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX, indeks penghasilan saat ini masih berada dalam tren yang menurun. Pada akhir triwulan I-2012 Indeks Penghasilan Saat Ini tercatat sebesar 101,79, menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar 103,13.

Dari sisi petani, daya beli petani yang tercermin dari NTP juga mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan IV-2011. NTP mencerminkan daya tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam menghasilkan produk pertanian. Pada triwulan I-2012, NTP tercatat sebesar 101,79.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Setelah tumbuh melambat pada laju 6,32% (yoy) di triwulan I-2012, pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan II-2012 diperkirakan berada pada kisaran sebesar 6,40%-6,60% (yoy) dengan kecenderungan pada batas bawah.

Laju inflasi tahunan pada triwulan II-2012 diperkirakan berada pada kisaran 5,00%±1%. Beberapa potensi risiko inflasi tetap perlu dicermati di antaranya adalah keputusan Rapat Paripurna DPR yang menetapkan harga jual eceran BBM tidak mengalami kenaikan, namun pemerintah diperbolehkan melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi dan kebijakan pendukungnya jika rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) dalam kurun waktu berjalan (6 bulan terakhir) mengalami kenaikan atau penurunan lebih dari 15% dari harga ICP yang diasumsikan dalam APBN P 2012.

Page 17: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Page 18: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

“Perekonomian Sumatera Utara (Sumut) pada triwulan I-2012 menunjukkan angka

pertumbuhan yang masih tinggi, walaupun sedikit melambat dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya. Indikator perekonomian sisi permintaan

menunjukkan pertumbuhan ini didorong oleh tingkat konsumsi dan investasi,

sedangkan dari sisi penawaran, pertumbuhan Sumatera Utara dipicu oleh sektor-

sektor ekonomi utama“

1.1 KONDISI UMUM

Pada triwulan I-2012 perekonomian Sumatera Utara kembali mencatatkan

pertumbuhan positif sebesar 6,32% (yoy) yang berada sedikit di atas

pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,30% (yoy), walaupun sedikit melambat

dibandingkan triwulan IV-2011 yang tumbuh sebesar 6,36%. Pertumbuhan ini

sesuai proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX pada kajian ekonomi

regional sebelumnya yang berkisar antara 6,30%-6,50% (yoy). Hal ini diperkirakan

dipengaruhi oleh faktor kembali normalnya aktivitas perekonomian pasca musim

liburan sekolah, tahun ajaran baru, dan perayaan hari besar keagamaan.

Sebagaimana tren yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, perekonomian

Sumatera Utara cenderung mencapai puncaknya pada triwulan II dan III yang

kemudian melambat pada akhir tahun.

Dari sisi permintaan, pertumbuhan perekonomian Sumatera Utara pada

triwulan laporan ditunjang oleh konsumsi dan kegiatan investasi yang tercatat

Page 19: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 2

Tabel 1. 1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Permintaan

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dan menjadi motor

penggerak perekonomian regional. Dari sisi penawaran, sektor-sektor ekonomi

andalan Sumatera Utara yaitu sektor pertanian dan industri pengolahan tetap

menunjukkan pertumbuhan walaupun cenderung melambat dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya. Sementara itu, sektor perdagangan, hotel, dan

restoran (PHR) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan masih

tingginya tingkat konsumsi pada triwulan laporan.

Sumbangan ketiga sektor ekonomi andalan tersebut tercatat sebesar 62,91%

terhadap total perekonomian secara keseluruhan, sedikit menurun dibandingkan

dengan share ketiga sektor tersebut pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

62,99%. Komposisi ketiga sektor ekonomi tersebut diantaranya adalah sektor

pertanian (23,37%), industri pengolahan (20,15%), dan PHR (19,40%). Besaran

Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara pada triwulan

laporan sebesar Rp 32,9 triliun atau meningkat sebesar Rp 670 miliar dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan output

barang dan jasa yang dihasilkan oleh perekonomian Sumatera Utara pada triwulan

laporan. Sementara itu PDRB Provinsi Sumatera Utara berdasarkan harga berlaku

sebesar Rp85,06 triliun atau 4,31% dari PDB nasional (Rp1.972,4 triliun).

1.2 SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, perekonomian Sumatera Utara masih tumbuh tinggi

yaitu sebesar 6,32%, walaupun sedikit melambat pada triwulan I-2012. Aktivitas

konsumsi dan kegiatan investasi masih merupakan komponen yang dominan dalam

perekonomian Sumatera Utara. Pertumbuhan kegiatan konsumsi dan aktivitas

investasi ini menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Kegiatan investasi tercatat memberikan pertumbuhan yang paling tinggi

dibandingkan dengan aktivitas perekonomian lainnya dari sisi permintaan. Sementara

itu, kegiatan perdagangan internasional menunjukkan perlambatan angka

pertumbuhan seiring dengan tren penurunan harga komoditi di pasar internasional

Page 20: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

3 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

sebagai dampak menurunnya permintaan atas komoditas ekspor utama Sumatera

Utara yaitu CPO dan Karet.

Walaupun terjadi peningkatan nilai konsumsi di triwulan ini, namun mulai

terlihat adanya pesimisme konsumen. Hal ini tercermin dari penurunan Indeks

Keyakinan Konsumen pada hasil Survei Konsumen (SK) yang diindikasikan sebagai

dampak dari meningkatnya ketidakpastian terkait rencana pengurangan subsidi

terhadap BBM bersubsidi baik melalui kenaikan harga BBM bersubsidi, pembatasan

penggunaan BBM bersubsidi, konversi BBM ke BBG, atau alternatif kebijakan

lainnya.

Di sisi lain, kegiatan investasi di Sumatera Utara pada triwulan laporan

menunjukkan perkembangan yang menggembirakan dan tercatat mengalami

peningkatan signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu,

pertumbuhan transaksi perdagangan internasional Sumatera Utara pada triwulan

laporan cenderung melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya baik pada

kegiatan ekspor maupun impor. Namun demikian, secara keseluruhan transaksi

perdagangan internasional Sumatera Utara masih mencatatkan surplus neraca

perdagangan atau Net Ekspor sebesar Rp 8,39 Triliun.

1.2.1 Konsumsi

Konsumsi pada triwulan I-2012 tumbuh 5,36% (yoy), meningkat

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,09% (yoy). Hasil Survei

Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX

juga memberikan konfirmasi mengenai masih tingginya level konsumsi di Sumatera

Utara. Pada triwulan laporan tingkat penjualan eceran mengalami peningkatan

Grafik 1.3 Pertumbuhan PDRB Sektor Konsumsi Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Penjualan

berdasarkan Survei Perdagangan Eceran

Page 21: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 4

sebesar 7,53% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh negatif. Indikator lain juga menunjukkan peningkatan konsumsi yaitu

konsumsi BBM, penjualan makanan dan minuman, serta penjualan pakaian dan

perlengkapannya.

Beberapa hal yang diduga turut mendorong peningkatan konsumsi pada

periode ini adalah adanya peningkatan daya beli masyarakat tertentu sebagai

dampak kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Utara yang mencapai

15,89% dan kenaikan tunjangan gaji PNS termasuk TNI dan Polri, serta adanya

perayaan hari besar tahun baru Imlek dan Cengbeng.

Walaupun mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya,

aktivitas konsumsi cenderung mengalami perlambatan pada akhir triwulan I-2012

yang berdampak pada tertahannya tingkat konsumsi untuk tumbuh lebih tinggi.

Grafik 1.5 Perkembangan Survei Konsumen

Provinsi Sumut

Grafik 1.6 Perkembangan Indeks NTPR Provinsi

Sumut

Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Sektor Konsumsi Provinsi

Sumut

Page 22: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

5 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

Perlambatan aktivitas konsumsi terkonfirmasi oleh perkembangan Nilai Tukar Petani

Perkebunan Rakyat (NTPR) sebagai alat ukur kemampuan tukar barang-barang

(produk) pertanian yang dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan

untuk konsumsi rumah tangga yang berada pada indeks 100.22, menurun

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang berada pada indeks 103,96.

Penurunan indeks NTPR petani disebabkan menurunnya tren harga komoditas

perkebunan utama di provinsi Sumatera Utara seperti CPO dan Karet yang pada posisi

triwulan I-2012 secara tahunan mengalami penurunan masing-masing sebesar 4,53%

dan 25,47% (yoy). Besaran NTPR merupakan proxy tingkat konsumsi Sumatera Utara,

mengingat besarnya jumlah tenaga kerja di sektor pertanian mencapai 43,90% dari

total tenaga kerja berdasarkan survei BPS.

Di sisi lain, adanya rencana kenaikan harga BBM bersubsidi juga

menyebabkan penyesuaian persepsi pelaku ekonomi terkait dengan tingkat

konsumsi masyarakat. Walaupun pada akhirnya terjadi penundaan terhadap

rencana dimaksud, namun masih terbukanya opsi untuk menaikkan harga BBM

bersubsidi ketika prasyarat dipenuhi serta masih belum adanya kepastian mengenai

upaya pengurangan subsidi lainnya mengakibatkan peningkatan ketidakpastian

yang membuat konsumen menjadi lebih pesimis dibandingkan periode sebelumnya.

Hal ini terlihat dari penurunan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK) berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK). Penurunan kondisi ini

juga dikonfirmasi oleh perlambatan penyaluran kredit konsumsi, yang menjadi salah

satu penopang pertumbuhan konsumsi masyarakat, yang tumbuh sebesar 16,38%

(yoy), melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat tumbuh

sebesar 20,79% (yoy).

1.2.2 Investasi

Pada triwulan I-2012 kegiatan investasi tumbuh sebesar 8,40%, meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 6,17%.

Beberapa indikator kinerja investasi pada triwulan I-2012 memberikan konfirmasi

terjadinya peningkatan kinerja investasi di awal tahun ini.

Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan untuk tujuan investasi tercatat

mengalami peningkatan angka pertumbuhan pada triwulan laporan. Pertumbuhan

kredit investasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 29,26% (yoy) dengan baki debet

mencapai Rp23,93 triliun atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 25,73% (yoy). Tingginya kredit investasi diperkirakan juga didorong

oleh tren penurunan suku bunga kredit perbankan.

Page 23: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 6

Berdasarkan informasi dari liaison contact Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Wilayah IX (Sumatera Utara dan Aceh), pada triwulan laporan realisasi investasi

menunjukkan tren yang meningkat baik dalam bentuk penambahan kapasitas

produksi maupun perawatan mesin-mesin pabrik secara berkala. Namun demikian

terdapat beberapa kendala dalam melakukan kegiatan investasi, antara lain adanya

konversi lahan karet menjadi lahan kelapa sawit yang berdampak kepada kesulitan

memperoleh bahan baku bagi industri pengolahan karet, keterbatasan lahan untuk

mengembangkan areal industri yang menghambat proses penambahan kapasitas

produksi perusahaan, serta masih belum efektifnya peraturan daerah maupun

birokrasi terkait dengan kegiatan investasi.

Selain itu, kendala investasi juga dipicu oleh minimnya infrastruktur

pendukung yang ada di provinsi Sumatera Utara, diantaranya adalah minimnya

pasokan listrik dan pasokan gas. Permasalahan kelangkaan pasokan gas di Sumatera

Utara telah terjadi sejak tahun 2011. Pada awal tahun 2012, pasokan gas untuk

industri di Sumatera Utara rata-rata mencapai 11 juta kubik per hari, jauh menurun

dibandingkan periode tahun sebelumnya yang rata-rata mencapai 17-20 juta kubik

per hari. Semula pasokan gas di wilayah Sumatera Utara direncanakan akan

terpenuhi jika pembangunan proyek terminal gas terapung atau Floating Storage and

Regasification Unit (FSRU) di Belawan terealisasi. Namun dalam perkembangannya

pembangunan proyek terminal gas terapung tersebut akan dialihkan ke provinsi

Lampung, sedangkan kebutuhan pasokan gas di Sumatera Utara direncanakan akan

dipenuhi melalui pengalihan pasokan gas ke PLN kepada sektor industri di Sumut.

Grafik 1.8 Pertumbuhan PDRB Sektor Investasi Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Investasi Provinsi Sumut

Page 24: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

7 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

Sementara itu, pembangunan infrastruktur sebagai salah satu indikator tingkat

investasi pada awal tahun 2012 tercatat mengalami perlambatan. Beberapa indikator

pembangunan infrastruktur memberikan konfirmasi terjadinya perlambatan

diantaranya adalah tingkat penjualan semen dan Survei Penjualan Eceran (SPE) untuk

tingkat pembelian barang konstruksi. Pertumbuhan kedua indikator tersebut tercatat

mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingkat

penjualan semen pada triwulan I-2012 diperkirakan mencapai 737,9 ribu ton atau

tumbuh sebesar 13,84% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan periode

sebelumnya yang tercatat sebesar 41,98% (yoy).

Di sisi lain, impor barang modal

(capital goods) Sumatera Utara pada

triwulan laporan juga menunjukkan

penurunan dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Pada triwulan

laporan, pertumbuhan volume impor

barang modal tercatat sebesar 21,60%

(yoy) dengan jumlah sebesar 36,1 ribu

ton atau menurun dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang

mengalami pertumbuhan sebesar

46,49% (yoy). Berdasarkan laporan survei liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Wilayah IX (Sumatera Utara dan Aceh) menunjukkan bahwa kapasitas utilisasi

perusahaan relatif stabil pada kisaran 50% - 100% serta masih adanya optimisme

untuk melakukan penambahan kapasitas utilisasi. Beberapa liaison contact

Grafik 1.10 Perkembangan Penjualan Semen

Provinsi Sumut

Grafik 1.3 Nilai Penjualan Barang Konstruksi

berdasarkan Survei Perdagangan Eceran

Grafik 1.12 Impor Capital Goods Provinsi Sumut

Page 25: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 8

menyatakan bahwa rencana kegiatan investasi yang belum berjalan sesuai dengan

target pada tahun 2011 akan tetap diteruskan pada tahun 2012 mengingat masih

tingginya permintaan terutama permintaan domestik. Hal ini menunjukkan masih

tingginya optimisme pelaku usaha terkait dengan perkembangan ekonomi Sumatera

Utara pada triwulan mendatang.

1.2.3 Ekspor dan Impor

Kegiatan transaksi perdagangan internasional berdasarkan data PDRB pada

triwulan I-2012 tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan laporan, kinerja ekspor dan impor tercatat masing-masing tumbuh

sebesar 6,46 % dan 5,58% (yoy) dengan pertumbuhan net ekspor sebesar 5,36% (yoy),

melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kendati terjadi perlambatan pada

transaksi perdagangan internasional Sumatera Utara, neraca perdagangan masih

mencatatkan net ekspor sebesar Rp 8,39 triliun.

Transaksi ekspor Sumatera Utara tercatat tumbuh sebesar 0,50% (yoy) melambat

dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya yang tercatat

tumbuh sebesar 11,79% (yoy). Pelambatan pertumbuhan nilai transaksi ekspor ini lebih

disebabkan karena penurunan harga internasional dari komoditas ekspor utama

Sumatera Utara khususnya karet alam. Hal ini terlihat dari peningkatan volume ekspor

yang masih tinggi yaitu 29,33% (yoy).

Perkembangan ekspor komoditi CPO di sepanjang triwulan I-2012 menghadapi

beberapa tantangan antara lain adanya peningkatan tarif Bea Keluar ekspor CPO

menjadi 18%, ketidakjelasan ketentuan pajak mengenai pengkreditan PPN bagi usaha

yang terintegrasi yang berpotensi menambah beban pajak perusahaan perkebunan

sehingga mengurangi daya saing produk CPO, serta penolakan ekspor produk kelapa

Grafik 1.13 Pertumbuhan PDRB Aktivitas

Perdagangan Luar Negeri Provinsi Sumut

Grafik 1.14 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumut

Page 26: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

9 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

sawit ke Amerika Serikat terkait dengan faktor lingkungan.

Berdasarkan kategori komoditi ekspor, kelompok barang intermediate goods

(bahan baku) dan consumption goods (barang konsumsi) mendominasi dengan

persentase masing-masing sebesar 86% dan 14%. Tingginya komposisi ekspor bahan

baku terhadap total ekspor berimplikasi pada rendahnya elastisitas harga terhadap

permintaan produk ekspor, dikarenakan produk ekspor merupakan bahan baku bagi

produk negara mitra dagang. Dengan kata lain, perkembangan ekspor Sumatera Utara

cenderung tidak sensitif terhadap kenaikan tingkat harga.

Sementara itu, berdasarkan klasifikasi komoditi menurut SITC, komoditi ekspor

Sumatera Utara didominasi oleh komoditi manufaktur bahan makanan dan produk

pertanian dengan presentase pada triwulan laporan masing-masing sebesar 47% dan

25%. Nilai ekspor Sumatera Utara pada periode ini tercatat sebesar 2,57 milyar USD

dengan komoditi ekspor dominan CPO dan karet, menurun dari periode sebelumnya

senilai 2,83 milyar USD.

Grafik 1.18 Volume Ekspor Komoditi Utama Provinsi Sumut

Grafik 1.17 Nilai Ekspor Komoditi Utama Provinsi Sumut

Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi Sumut

Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Ekspor per

Kelompok Komoditi Propinsi Sumut

Page 27: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 10

Volume ekspor Sumatera Utara terutama untuk komoditi CPO pada triwulan I-

2012 tercatat menurun sebesar 17% (qtq) dari 1,16 juta ton pada triwulan IV-2011

menjadi sebesar 970 ribu ton. Demikian juga secara nilai mengalami penurunan

sebesar 144 juta USD atau 12,54%. Tingginya Bea Keluar (BK) komoditas CPO di

tahun 2011 yang dimaksudkan untuk menjaga pasokan dalam negeri, berdampak

pada perlambatan aktivitas ekspor. Hal ini diperkirakan karena produsen cenderung

untuk menjual produk CPO ke pasar domestik untuk mengurangi beban bea keluar

yang relatif berdampak pada pengurangan margin keuntungan. Di sisi lain, adanya

penolakan ekspor CPO ke Amerika Serikat juga memberikan tekanan turunnya volume

ekspor CPO walaupun pada level yang tidak terlalu signifikan mengingat pasar utama

ekspor CPO Sumatera Utara ke negara India, Eropa, dan RRC. Namun demikian,

secara tahunan ekspor CPO Sumatera Utara masih mencatatkan pertumbuhan.

Pasar ekspor CPO ke negara-negara Eropa sampai dengan triwulan I-2012

secara tahunan maupun triwulanan tercatat masih mengalami pertumbuhan di

tengah krisis yang melanda negara-negara Eropa. Di sisi lain, seiring dengan

adanya penandatanganan Preferential Trade Agreement dengan Pakistan

memberikan peluang munculnya pasar ekspor CPO Sumatera Utara. Sampai

dengan triwulan I-2012 ekspor CPO Sumatera Utara ke Pakistan tercatat tumbuh

sebesar 132% (qtq).

Sementara itu, volume ekspor golongan karet dan barang dari karet di

Sumatera Utara pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 137 ribu ton, menurun

11,13% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya (triwulan 1-2011) yang

tercatat sebesar 155 ribu ton. Adapun secara nilai, ekspor karet Sumatera Utara

tercatat sebesar 480 juta USD atau menurun sebesar 37% (yoy) dibandingkan triwulan

1-2011 yang tercatat sebesar 761 juta USD. Secara triwulanan, ekspor karet juga

mengindikasikan hal yang sama, dimana pada triwulan I-2012 volume dan nilai ekspor

Grafik 1.19 Aktivitas Bongkar-Muat di Pelabuhan

Belawan Grafik 1.20 Negara Tujuan Ekspor Provinsi

Sumut

Page 28: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

11 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

karet dari Sumatera Utara tercatat mengalami penurunan masing-masing sebesar

2,83% dan 15,97% (qtq). Pasar ekspor karet Sumatera Utara ke negara-negara tujuan

utama menunjukkan perlambatan baik secara triwulanan maupun tahunan.

Penurunan ekspor karet Sumatera Utara ke negara tujuan terutama terjadi di negara-

negara Eropa seiring dampak terjadinya krisis.

Perkembangan indikator perlambatan aktivitas ekspor juga dikonfirmasi oleh

penurunan arus muat barang ekspor dari pelabuhan Belawan. Dilihat dari negara

tujuan ekspor, nilai ekspor Sumatera Utara pada triwulan laporan masih

didominasi oleh negara India sebesar 29%. Sementara itu, ekspor ke negara-negara

epicentrum krisis seperti AS dan kawasan Eropa memiliki kontribusi terhadap total

ekspor sebesar 28% sehingga perlu diwaspadai kemungkinan dapat terimbas oleh

dampak krisis di kawasan tersebut.

Volume impor Sumatera Utara pada triwulan laporan mencapai 1,2 juta ton

atau tercatat menurun sebesar 12,08% (yoy). Volume impor pada triwulan laporan

mengalami perlambatan setelah pada triwulan sebelumnya mencatatkan

pertumbuhan sebesar 0,30% (yoy). Jika dirinci menurut golongan penggunaan

barang terjadi perlambatan transaksi impor golongan barang konsumsi bahan dan

barang modal, sementara kelompok barang intermediate atau bahan baku masih

menunjukkan tren yang meningkat. Perlambatan transaksi impor terutama

dipicu oleh tren perlambatan impor bahan baku sebagai jenis komoditi terbesar

pada struktur impor Sumatera Utara. Tren perlambatan yang cukup tinggi juga

terjadi pada kelompok barang konsumsi setelah tumbuh cukup signifikan pada

triwulan I-2011. Dari struktur komoditi impor Sumatera Utara, bahan

Grafik 1. 5 Nilai Impor Provinsi Sumut Grafik 1. 4 Perkembangan Volume Impor per

Kategori Barang Provinsi Sumut

Page 29: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 12

baku/penolong masih memberikan andil yang cukup besar mencapai 88%. Sementara

itu, impor barang konsumsi memiliki share sebesar 9% terhadap total impor diikuti

dengan impor barang modal sebesar 3%.

Dilihat dari negara asal impor, nilai impor dari Cina mencatat nilai tertinggi pada

triwulan I-2012 sebesar 204,86 juta USD (38%), diikuti oleh Malaysia sebesar 98,96

juta USD (19%), dan kawasan Eropa sebesar 95,61 juta USD (18%).

1.3 SISI PENAWARAN

Kendati tumbuh melambat, pertumbuhan sektor-sektor ekonomi andalan

Sumatera Utara tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif pada triwulan

laporan. Struktur perekonomian Sumatera Utara pada triwulan laporan masih

didominasi oleh tiga sektor utama yaitu sektor industri pengolahan, sektor pertanian,

dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Kombinasi ketiga sektor tersebut

memberikan sumbangan sebesar 62,99% terhadap perekonomian Sumatera Utara.

Kinerja sektor industri pengolahan dan sektor pertanian tercatat mengalami

perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu, sektor PHR

masih menunjukkan tren yang meningkat pada triwulan laporan.

Grafik 1. 6 Presentase Volume Impor per Kategori

Barang Provinsi Sumut

Grafik 1.24 Negara Asal Impor Provinsi Sumut

Tabel 1. 2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumut dari Sisi Penawaran

Page 30: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

13 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

1.3.1 Sektor Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan

yang positif dengan tumbuh sebesar 3,68% (yoy), melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,86% (yoy). Pada triwulan I-2012,

kinerja sektor pertanian tercatat tumbuh stabil seiring dengan mulai datangnya musim

panen pada bulan Februari – April 2012. Berdasarkan data Dinas Pertanian Sumatera

Utara menyebutkan realisasi panen gabah periode Januari –Februari 2012 tercatat

sebesar 967.685 ton serta tidak ditemukan adanya kegagalan panen.

Perlambatan kinerja sektor pertanian pada triwulan I-2012 juga mempengaruhi

tingkat kesejahteraan petani. Hal ini tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani (NTP)

yang merupakan salah satu indikator kesejahteraan petani. Berdasarkan hasil

pemantauan BPS Sumatera Utara pada triwulan I-2012, NTP mengalami tren yang

menurun. Hal ini mencerminkan bahwa kemampuan tukar produk pertanian yang

dihasilkan petani dengan barang atau jasa yang diperlukan untuk konsumsi rumah

tangga mengalami penurunan.

Di sisi lain, kredit perbankan untuk kegiatan sektor pertanian pada triwulan

laporan masih menunjukkan tren yang meningkat seiring dengan mulai

berlangsungnya musim tanam pada periode ini. Kredit perbankan sektor pertanian

tercatat tumbuh sebesar 17,04% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,53% (yoy). Hal ini memberi harapan akan prospek

kinerja sektor pertanian yang lebih baik pada tahun 2012.

Grafik 1. 7 Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian Grafik 1.26 Perkembangan Nilai Tukar Petani

(NTP) Propinsi Sumut

Page 31: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 14

Perlambatan kinerja sektor pertanian diperkirakan disebabkan perlambatan

yang terjadi pada sub sektor perkebunan seiring dengan perlambatan ekspor komoditas

perkebunan utama Sumatera Utara yaitu CPO dan karet yang pada triwulan laporan

berada pada tren yang menurun. Perlambatan sub sektor perkebunan juga

terkonfirmasi oleh penurunan indeks NTPR. Indeks NTPR pada triwulan laporan

tercatat sebesar 100,22 menurun dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 103.96.

Sementara itu, sebagai lanjutan program peningkatan produktivitas padi,

target produksi padi tahun 2012 mencapai 4.027.301 ton atau naik dibandingkan

tahun 2011 yang hanya mencapai 3.659.683 ton. Upaya pencapaian produksi

tersebut akan didukung dengan pembuatan lahan sawah baru di daerah Nias Selatan

dan Mandailing Natal (Madina). Program lain yang diharapkan untuk mencapai

program ini adalah pembangunan infrastruktur, kelancaran distribusi pupuk

bersubsidi, serta percepatan bantuan pupuk.

Terkait dengan pembangunan infrastruktur pertanian, pembangunan irigasi

pertanian di Sumatera Utara tahun 2012 akan terus berjalan dari Anggaran

Pendapatan Belanja Nasional (APBN) sebesar Rp34,86 miliar dan APBD Sumatera

Utara mencapai sekitar Rp40 miliar dengan sasaran luas mencapai 10.650 hektar.

Kenaikan anggaran ini terjadi dengan tujuan merehabilitasi jaringan irigasi usaha

tani di Sumatera Utara. Upaya rehabilitasi jaringan irigasi tersebut meliputi

perbaikan infrastruktur jaringan irigasi tingkat usaha tani (Jitut), jaringan irigasi

desa (Jides), tata air mikro (TAM), jalan usaha tani, pompanisasi, dan rumah kompos.

Sedangkan anggaran yang bersumber dari APBD diperuntukan bagi 19

Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Sektor

Pertanian Propinsi Sumut

Grafik 1.28 Perkembangan Nilai Tukar

Perkebunan Rakyat (NTPR) Propinsi Sumut

Page 32: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

15 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

kabupaten/kota yang juga untuk pembangunan infrastruktur irigasi, system of rice

intensification (SRI) dan pupuk.

1.3.2 Sektor Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan sebagai salah satu sektor ekonomi

utama Sumatera Utara, pada triwulan I-2012 tercatat tumbuh sebesar 1,86%

(yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh

sebesar 2,22% (yoy). Namun demikian, secara tahunan kinerja sektor industri masih

menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan pertumbuhannya pada triwulan

yang sama tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 1,80% (yoy). Beberapa

indikator sektor industri pengolahan seperti kredit perbankan sektor industri serta

indeks pertumbuhan produksi manufaktur memberikan konfirmasi terjadinya

perlambatan sektor industri pengolahan.

Pada triwulan laporan, kredit

perbankan sektor industri pengolahan

tercatat tumbuh sebesar 9,43% (yoy)

melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar

11,55% (yoy). Di sisi lain, berdasarkan

data perkembangan pertumbuhan

produksi industri manufaktur di Provinsi

Sumatera Utara pada periode laporan

menunjukkan bahwa secara triwulanan

Grafik 1.31 Perkembangan Pertumbuhan Produksi

Industri Manufaktur Provinsi Sumut

Grafik 1.29 Pertumbuhan PDRB Sektor Industri Pengolahan

Grafik 1.30 Perkembangan Kredit Sektor Industri

Pengolahan Propinsi Sumut

Page 33: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 16

produksi industri manufaktur besar dan sedang mengalami penurunan sebesar 3%

(qtq). Penurunan produksi tersebut dipicu oleh turunnya produksi dari industri

furnitur sebesar 3,98%, penurunan produksi industri karet/barang dari karet dan

plastik sebesar 3,57% serta penurunan produksi industri makanan sebesar 2,65%.

Di sisi lain, permasalahan yang saat ini sedang dihadapi industri di Sumatera

Utara adalah sebanyak 54 industri di Sumatera Utara baik PMA maupun PMDN

terancam tidak mendapatkan pasokan gas yang sekaligus mengancam kelangsungan

usahanya. Kebutuhan gas bagi industri existing di Sumatera Utara saat ini sebesar 25

mmscfd (millions of standard cubic feet per day), tapi yang mampu dipenuhi

pasokannya oleh Perusahaan Gas Negara (PGN) hanya sebesar 17 mmscfd. Keadaan

tersebut semakin memburuk, sebab sejak Oktober 2011 pasokan gas dipotong lagi

menjadi 11,4 mmscfd. Penurunan suplai gas akan berlangsung hingga akhir 2012.

Pada dasarnya pasokan gas di wilayah Sumatera Utara direncanakan akan

terpenuhi jika pembangunan proyek terminal gas terapung atau Floating Storage and

Regasification Unit (FSRU) di Belawan terealisasi. Namun demikian, pembangunan

proyek infrastruktur tersebut akan dialihkan ke Provinsi Lampung, sedangkan

kebutuhan pasokan gas di Sumatera Utara akan dipenuhi melalui pengalihan

pasokan gas ke PLN kepada sektor industri di Sumatera Utara

1.3.3 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan I-2012 tumbuh

sebesar 9,69% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya

sebesar 8,98% (yoy).

Peningkatan kinerja sektor PHR pada triwulan ini mampu menahan

perekonomian Sumatera Utara untuk melambat lebih dalam. Memasuki awal tahun

2012, peningkatan kinerja sektor PHR dipicu oleh faktor musiman seiring dengan

adanya perayaan hari besar keagamaan (Tahun Baru Imlek dan Cengbeng) dan hari

libur nasional yang diperkuat dengan maraknya kegiatan promosi/sale di pusat-

pusat perbelanjaan. Di sisi lain adanya kenaikan gaji PNS termasuk TNI/Polri juga

menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan kinerja sektor PHR.

Beberapa prompt indicator seperti perkembangan tingkat hunian hotel, nilai

penjualan berdasarkan hasil Survei Pedagang Eceran (SPE), serta kredit perbankan

sektor PHR menunjukkan peningkatan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sektor

PHR. Perkembangan sub sektor perhotelan pada triwulan laporan menunjukkan tren

yang meningkat. Sampai dengan akhir triwulan I-2012 Tingkat Penghunian Kamar

(TPK) hotel berbintang di Provinsi Sumatera Utara tercatat tumbuh sebesar 46,93%

Page 34: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

17 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

mengalami peningkatan dibandingkan dengan posisi akhir triwulan IV-2011 yang

tercatat tumbuh sebesar 44,16%. Sementara itu, berdasarkan hasil SPE yang

dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumatera Utara dan

Aceh) sampai dengan akhir triwulan I-2012 tercatat tumbuh sebesar 14,67% (yoy)

lebih tinggi dibandingkan angka pertumbuhan bulan sebelumnya, dan diperkirakan

masih akan terus mengalami peningkatan pada triwulan II-2012.

Indikator aktivitas perdagangan

dapat pula dilihat dari dukungan

pembiayaan perbankan pada sektor

perdagangan, hotel dan restoran yang lebih

tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan ini kredit sektor

PHR terus melanjutkan tren yang

meningkat sejak trend-reversal pada

triwulan I-2010 dengan mencatatkan

pertumbuhan yang signifikan sebesar

27,15% (yoy) dengan nilai mencapai

Rp26,93 triliun.

1.3.4 Sektor Keuangan

Grafik 1.32 Pertumbuhan PDRB Sektor PHR Grafik 1. 8 Perkembangan Tingkat Hunian Hotel

Provinsi Sumut

Grafik 1. 34 Perkembangan Kredit Sektor PHR Provinsi Sumut

Tabel 1. 3 Indikator Kinerja Perbankan Provinsi Sumut

Page 35: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 18

Dari seluruh sektor, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa mengalami

pertumbuhan tertinggi pada triwulan ini yaitu sebesar 11,67% (yoy).

Pertumbuhan sektor ini sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang tumbuh sebesar 14,35% (yoy). Pelambatan ini searah dengan kinerja perbankan

Sumatera Utara yang memiliki pangsa dominan pada sektor ini yang pada triwulan

laporan membukukan pertumbuhan kredit sebesar 19,92% (yoy), melambat

dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar

20,33%. Demikian pula dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan

Sumatera Utara yang pada triwulan laporan juga mengalami perlambatan

pertumbuhan dari 16,81% (yoy) menjadi 14,43% (yoy).

Pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan

penghimpunan DPK perbankan menyebabkan tingkat LDR perbankan pada triwulan

laporan mengalami peningkatan dari 83,63% pada triwulan sebelumnya menjadi

85,17%. Kualitas penyaluran kredit perbankan pada periode ini relatif terjaga dengan

tingkat NPL sebesar 2,37% sedikit meningkat dari sebelumnya yang tercatat sebesar

2,28%.

1.3.5 Sektor Bangunan

Pada triwulan I-2012, sektor bangunan mengalami pertumbuhan yang

cukup tinggi sebesar 7,91% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya

8,19% (yoy). Melambatnya kinerja sektor bangunan tidak terlepas dari siklus

pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang pada umumnya akan mulai berjalan

pada awal semester II seiring dengan mulai berjalannya proyek-proyek infrastruktur

pemerintah. Hal ini dikonfirmasi dengan melambatnya pertumbuhan penjualan Semen

di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan laporan. Realisasi pengadaan semen pada

triwulan I-2012 tercatat tumbuh sebesar 13,84% (yoy) dengan jumlah sebesar 737

Grafik 1. 9 Perkembangan Penjualan Semen Provinsi Sumut

Grafik 1. 10 Perkembangan Kredit Sektor Bangunan Provinsi Sumut

Page 36: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

19 Perkembangan Ekonomi Makro Regional | BAB 1

ribu ton. Pertumbuhan penjualan semen tersebut mengalami perlambatan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 41,98% (yoy)

Sementara itu, pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan di Sumatera Utara ke

sektor bangunan dan konstruksi tercatat tumbuh 20,49% (yoy) meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 17,69%

(yoy).

1.3.6 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Pada triwulan laporan, sektor pengangkutan dan komunikasi mencatat

pertumbuhan yang cukup tinggi dengan pertumbuhan sebesar 8,43% (yoy), stabil

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tumbuh 8,48%. Perlambatan

kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan dipicu oleh perlambatan

yang terjadi pada sub sektor pengangkutan seiring dengan adanya tren penurunan

ekspor pada triwulan laporan.

Perkembangan prompt indicator sub sektor pengangkutan, terutama kegiatan

bongkar muat barang di pelabuhan Belawan menunjukkan tren menurun pada triwulan

I-2012. Namun demikian, indikator sub sektor pengangkutan terutama untuk angkutan

transportasi, berdasarkan data perkembangan jumlah penumpang angkutan udara dan

angkutan laut masih menunjukkan peningkatan dan menjadi penopang stabilnya

kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi. Hal ini diperkirakan karena

meningkatnya aktivitas yang terkait dengan hari libur nasional pada triwulan I-2012.

Dilihat dari sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan perbankan terhadap

sektor pengangkutan tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Namun demikian, kredit yang disalurkan perbankan pada triwulan

Grafik 1.37 Perkembangan Jumlah Penumpang Angkutan Laut dan Udara Provinsi Sumut

Grafik 1.38 Perkembangan Kredit Sektor Pengangkutan Provinsi Sumut

Page 37: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 1 | Perkembangan Ekonomi Makro Regional 20

laporan masih menunjukkan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi. Penyaluran

kredit pada triwulan ini tercatat tumbuh sebesar 49,13% (yoy) masih lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 53,75% (yoy).

Page 38: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Dampak Kebijakan Pembatasan Impor Hortikultura | Boks 1

g

Kebijakan Pemerintah melakukan pembatasan impor hortikultura melalui

Permentan 88, 89, dan 90 Tahun 20111 tentunya tetap membawa dampak

terhadap impor hortikultura maupun aktivitas di Pelabuhan Belawan. Permentan

tersebut mulai berlaku tanggal 19 Juni 2012, ditunda dari penetapan

sebelumnya tanggal 19 Maret 2012. Dengan diterapkannya Permentan tersebut,

produk impor hortikultura yang sebelumnya dapat masuk melalui 8 pintu

masuk, dibatasi menjadi melalui 4 pintu masuk, yaitu Pelabuhan Tanjung Perak

Surabaya, Pelabuhan Makassar, Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, dan

Pelabuhan Belawan Medan.

Pelabuhan Belawan sebagai pintu masuk utama perdagangan dari dan ke

luar Sumatera Utara, setiap tahunnya menerima produk impor hortikultura

sebanyak 438,57 ribu ton. Impor hortikultura melalui Pelabuhan Belawan ini

masih jauh di bawah produksi lokal.

Dalam menghadapi pemberlakuan regulasi tersebut, Balai Besar

Karantina Pertanian (BBKP) Belawan menyatakan kesiapan baik dari segi

sarana, prasarana, sumber daya manusia, maupun kapasitas instalasi. Saat ini

Balai Karantina memiliki instalasi karantina seluas 7.000 m2. Selain itu, dari 12

laboratorium penelitian barang karantina (BPTPH) yang ada di seluruh

Indonesia, Sumatera Utara memiliki 1 laboratorium. Dalam kondisi normal

Pelabuhan Belawan menerima 150 s.d 200 kontainer setiap bulannya. Kapasitas

maksimum yang dimiliki oleh Belawan International Container Terminal (BICT)

1 Permentan 88 Tahun 2011 tentang Pengawasan Keamanan Pangan terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal

Tumbuhan Permentan 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis dan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Buah-buahan

dan/atau Sayuran Buah Segar ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia Permentan 90 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Hasil Tumbuhan Hidup

Berupa Sayuran Umbi Lapis Segar ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia

BOKS 1 DAMPAK KEBIJAKAN PEMBATASAN IMPOR HORTIKULTURA

Page 39: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Boks 1 | Dampak Kebijakan Pembatasan Impor Hortikultura

adalah 7.000 kontainer, sedangkan Belawan Logistic Center (BLC) mampu

menampung 200 kontainer.

Pelaku usaha (khususnya importir hortikultura) menyambut baik

kebijakan tersebut. Mereka menilai kebijakan tersebut tidak akan merusak

tatanan produk lokal, dengan catatan daya saing buah lokal harus terus

ditingkatkan mengingat barang impor yang umumnya masuk ke wilayah

Indonesia cukup kompetitif.

Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, tidak dipilih sebagai salah satu pintu

masuk karena kondisi pelabuhan saat ini sudah hampir mencapai over capacity.

Setiap bulannya Pelabuhan Tanjung Priok menerima 3.000 s.d 5.000 kontainer

komoditi holtikultura. Dengan diberlakukannya pembatasan pintu masuk bagi

impor komoditi holtikultura, maka diperkirakan pada 4 pintu masuk tersebut

masing-masing akan bertambah ± 1.250 kontainer per bulannya, sebagai

dampak dari impor yang selama ini masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok.

Kondisi tersebut tentu saja akan meningkatkan volume barang impor yang

masuk melalui pelabuhan Belawan hingga 7 kali lipat bila dibandingkan dengan

kondisi normal. Namun BBKP Belawan menyatakan kesiapannya mengingat

kapasitas BICT dan BLC yang masih sangat besar.

Untuk menghindari terjadinya penumpukan barang impor pada pintu

masuk tertentu, diharapkan Kementrian Perdagangan segera menerapkan

pengaturan kuota impor pada masing-masing pintu masuk. Sedangkan untuk

meningkatkan daya saing produk lokal, diharapkan dinas terkait terus

melakukan pembinaan dan pelatihan bagi petani baik dari segi produksi

maupun pemasarannya. Di sisi lain, pemerintah juga diharapkan melakukan

pengawasan ketat terhadap kualitas barang impor yang akan sampai di daerah-

daerah yang dapat berdampak pada kesehatan masyarakat, mengingat

penambahan rantai distribusi dapat berdampak pada turunnya kualitas barang

dimaksud (bahkan dapat menjadi racun bagi tubuh).

Page 40: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Boks 2 | Tendensi Konsumen Triwulan I-2012 23

Isu ekonomi dan politik terkait rencana pembatasan subsidi BBM yang

berlarut-larut disinyalir merupakan penyebab dari terbentuknya sentimen

negatif masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Hal tersebut sejalan dengan hasil

Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia Medan periode Maret 2012 yang

memperlihatkan terjadinya pelemahan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

sebesar -6,62% (yoy) atau sebesar -16,73% (mtm) menuju level pesimis. Sentimen

pesimis juga terjadi pada Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) sebesar -19,48%

(mtm), meskipun secara year on year meningkat tipis sebesar 0,36%.

Rencana pembatasan subsidi BBM tersebut telah menggiring ekspektasi

masyarakat terhadap kenaikan harga barang dan jasa secara umum, dimana

54,92% menyatakan bahwa akan terjadi sedikit kenaikan harga barang dan jasa

pada 3 bulan y.a.d., dan 15,56% lainnya menyatakan akan terjadi peningkatan

harga yang signifikan. Sedangkan 29,52% responden meyakini harga barang dan

jasa 3 bulan y.a.d akan berada pada kondisi yang relatif stabil.

Perkiraan kenaikan harga pada periode 3 bulan y.a.d diikuti dengan

peningkatan perkiraan pengeluaran, dimana 48,89% responden menyatakan

pengeluarannya pada 3 bulan y.a.d akan sedikit meningkat, dan 13,02% lainnya

menyatakan peningkatan pengeluaran yang signifikan. Sedangkan 38,10%

responden menyatakan bahwa pengeluaran pada 3 bulan y.a.d akan berada pada

level yang relatif tetap.

BOKS 2 TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I 2012

Page 41: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

24 Tendensi Konsumen Triwulan I-2012 | Boks 2

Peningkatan pengeluaran tersebut diindikasikan akan terjadi pada

seluruh kelompok komponen pengeluaran, terutama pengeluaran terhadap

bahan makanan; makanan jadi, minuman, rokok & tembakau; serta perumahan,

listrik, gas dan bahan bakar.

Berdasarkan hasil survei singkat mengenai respon masyarakat terhadap

kenaikan BBM pada bulan Maret 2012 di Kota Medan dan sekitarnya, didapati

70,79% masyarakat mengeluarkan biaya antara Rp100.000,00 – Rp500.000,00

setiap bulannya untuk BBM.

Pengeluaran untuk BBM/bulan

Page 42: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Boks 2 | Tendensi Konsumen Triwulan I-2012 25

Dalam mengantisipasi kenaikan harga BBM yang akan mendorong

peningkatan pengeluaran, khususnya BBM, 65,75% masyarakat memilih

mengalihkan moda transportasi mobil ke motor. Hal ini sejalan dengan realisasi

kredit kendaraan bermotor (KKB) dimana kredit pemilikan motor memiliki porsi

52% dari total KKB, sedangkan porsi kredit pemilikan mobil adalah 48%. Namun

realisasi kredit tersebut diperkirakan akan mengalami penurunan, khususnya

pada realisasi kredit bulan Juni 2012, sebagai akibat atas penerapan kebijakan

Bank Indonesia melalui Surat Edaran No.14/10/DPNP kepada semua bank

umum terkait dengan Loan to Value (LTV) pada KPR dan KKB, serta Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.010./2012 tentang Uang Muka Pembiayaan

Konsumen untuk Kendaraan Bermotor pada Perusahaan Pembiayaan.

Pilihan Pengalihan Moda Transportasi

Page 43: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB II Perkembangan Inflasi Daerah

Page 44: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 26

“ Tekanan inflasi Provinsi Sumatera Utara sedikit meningkat

dibandingkan triwulan lalu. Inflasi Sumatera Utara tercatat 3,86% (yoy) atau

0,63% (qtq). Kendati demikian level inflasi Sumatera Utara masih di bawah

inflasi nasional“

2.1. KONDISI UMUM

Pada triwulan I-2012, Sumut mengalami inflasi 0,63% (qtq), lebih tinggi

dibandingkan inflasi triwulanan lalu sebesar 0,00%. Sementara itu, inflasi tahunan

Sumut pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 3,86%, sedikit di atas inflasi tahunan

triwulan IV-2011 sebesar 3,66%. Kendati demikian, inflasi Sumut pada periode ini

masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 3,97% (yoy).

Ditinjau dari disagregasi inflasi, pada periode ini inflasi inti (4,91%) kembali

mendominasi inflasi Sumatera Utara. Sementara itu, inflasi volatile foods dan

administered prices masing-masing sebesar 1,40% (yoy) dan 3,89% (yoy).

Grafik 2.1. Inflasi Bulanan Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Sumut dan Nasional Sumut dan Nasional

2.2. INFLASI TRIWULANAN

Inflasi triwulanan Sumut tercatat sebesar 0,63% (qtq), lebih rendah

dibandingkan inflasi triwulanan nasional sebesar 0,88%. Apabila dibandingkan

dengan triwulan IV-2011 (0,00%), maka inflasi pada periode ini juga lebih tinggi.

BBBAAABBB 222 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Page 45: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

27

Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

Tabel 2.1. Komoditas yang Memberikan Andil Inflasi Triwulan I-2012

Januari 2012 Februari 2012 Maret 2012

Komoditas Andil

Inflasi Komoditas

Andil

Inflasi Komoditas

Andil

Inflasi

Angkutan udara 0,4930 Celana panjang

jeans

0,1211 Baru bata/ batu

tela

0,0311

Daging ayam ras 0,4167 Emas perhiasan 0,0733 Angkutan udara 0,0292

Dencis 0,1799 Bawang merah 0,0554 Gaun 0,0228

Tongkol 0,1266 Gaun 0,0374 Bawang merah 0,0223

Kembung/ Gembung 0,1028 Beras 0,0364 Kembung/ Gembung

0,0130

Kacang panjang 0,0569 Baju kaos/ T-shirt 0,0264 Dencis 0,0124

Wortel 0,0539 Tongkol 0,0250 Daging sapi 0,0120

Sumber: BPS

Tabel 2.2. Komoditas yang Memberikan Andil Deflasi

Triwulan I-2012

Januari 2012 Februari 2012 Maret 2012

Komoditas Andil

Deflasi Komoditas

Andil

Deflasi Komoditas

Andil

Deflasi

Cabe merah -0,1094 Cabe merah -0,4533 Daging ayam ras -0,1146

Emas perhiasan -0,0583 Angkutan udara -0,3076 Beras -0,0833

Baju kaos/ T-shirt -0,0294 Daging ayam

ras

-0,0902 Tongkol -0,0517

Calana panjang jeans

-0,0286 Kacang panjang -0,0889 Cabe merah -0,0441

Daging sapi -0,0242 Kentang -0,0545 Bayam -0,0268

Tempe -0,0182 Wortel -0,0412 Emas perhiasan -0,0257

Teri -0,0154 Dencis -0,0371 Kentang -0,0203

Sumber: BPS

2.2.1. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, seluruh kelompok memiliki level

inflasi yang lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu kecuali kelompok bahan

makanan. Kelompok bahan makanan justru mengalami deflasi sebesar 0,27%

(qtq). Inflasi tertinggi dialami oleh kelompok sandang (2,14%).

Page 46: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 28

Tabel 2.3. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%)

Sumber: BPS

a. Kelompok Bahan Makanan

Sama halnya dengan triwulan IV-2011, pada triwulan I-2012 kelompok

bahan makanan mengalami deflasi bahkan dalam level yang lebih rendah. Deflasi

kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh subkelompok bumbu-

bumbuan yang mengalami deflasi 23,03%.

Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan

Kelompok Bahan Makanan di Sumut

Penurunan harga bumbu-bumbuan khususnya cabe merah terkonfirmasi

dari hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan di kota Medan. Harga

cabe merah besar-segar mengalami penurunan dari Rp35.000 per kg pada akhir

triwulan IV-2011 menjadi Rp25.000 per kg pada akhir triwulan I-2012 (turun

28,57%). Cabe merah keriting menurun dari Rp38.000 per kg pada akhir triwulan

IV-2011 menjadi Rp13.000 per kg pada akhir triwulan I-2012 (turun 192,31%).

Selain komoditas cabe merah, komoditas beras yang memiliki bobot besar dalam

perhitungan inflasi juga mengalami penurunan harga karena berlangsungnya

musim panen di seluruh sentra produksi padi Sumatera Utara.

4,74

6,67

-1,16

6,93

-3,92

-0,97

7,91

-2,86

0,10

5,68

0,38

8,01

-0,73

-2,76

6,03

-0,01-0,27

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, diolah

Page 47: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

29

Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

Grafik 2.4 Perkembangan Harga Cabe Merah di Kota Medan

Sumber: Survei Pemantauan Harga

b. Kelompok Sandang

Di tengah penurunan tren harga emas, kelompok sandang masih tetap

menjadi kelompok dengan level inflasi tertinggi dibandingkan kelompok lain. Pada

triwulan I-2012, kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 2,14%. Pada periode

ini, inflasi kelompok sandang lebih banyak disumbang oleh subkelompok sandang

laki-laki dewasa, terutama komoditas celana panjang jeans dan baju kaos/ t-shirt.

Grafik 2.5 Inflasi Triwulanan Kelompok Sandang di Sumut

c. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau meningkat

menjadi 0,60% pada triwulan I-2012 dari sebelumnya sebesar 0,00 % pada

triwulan IV-2011. Subkelompok yang memberikan andil besar terhadap inflasi

kelompok ini adalah subkelompok makanan jadi (0,67%). Sementara itu inflasi

6,24

-1,38

0,57

3,64

7,22

-3,20

0,95

2,69

-0,50

3,47

1,13

4,07

-0,41

2,30

6,45

0,02

2,14

-4

-2

0

2

4

6

8

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, diolah

Page 48: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 30

triwulanan subkelompok minuman yang tidak beralkohol dan subkelompok rokok,

tembakau, dan minuman beralkohol masing-masing sebesar 0,55% dan 0,45%.

Grafik 2.6 Inflasi Triwulanan

Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau di Sumut

d. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Setelah sempat mengalami deflasi sebesar 0,02% pada triwulan IV-2011,

pada triwulan I-2012 kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan

mengalami inflasi sebesar 1,54% (qtq). Subkelompok transportasi memberikan

andil besar (2,04%) terhadap inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa

keuangan, khususnya komoditas angkutan udara yang harganya sangat sensitif

terhadap faktor seasonal. Di awal tahun, tarif angkutan udara sempat mengalami

kenaikan 54% karena perayaan Tahun Baru Imlek.

Grafik 2.7. Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan di Sumut

1,15

4,92

2,19 2,46

1,89 1,81

2,65

2,37

2,562,31

1,22

0,89

1,43

0,50

2,38

0,00

0,60

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012

Sumber: BPS, diolah

0,39

2,84

-0,02

-3,17-3,50

0,060,29

-1,61

0,660,47

2,20

-1,99

0,31

1,03

3,11

-0,02

1,54

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, diolah

Page 49: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

31

Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

Selain Tahun Baru Imlek, rencana kenaikan BBM turut mempengaruhi

kenaikan tarif angkutan, baik angkutan umum maupun angkutan barang.

Berdasarkan informasi kontak liaison1 tarif angkutan umum diperkirakan dapat

mengalami kenaikan hingga 33,69% apabila harga premium naik Rp1.500 per liter

menjadi Rp6.000 per liter. Sementara itu, tarif angkutan barang yang ditentukan

berdasarkan kesepakatan antar pelaku ekonomi (tidak ditetapkan oleh pemerintah)

bahkan dapat meningkat hingga 90%.

e. Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan juga mengalami peningkatan inflasi triwulanan menjadi

0,64% (qtq) di triwulan I-2012. Subkelompok obat-obatan (2,22%) mengalami

inflasi tertinggi dibandingkan subkelompok lainnya. Sementara itu, inflasi

subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 0,54%. Subkelompok jasa

perawatan jasmani mengalami inflasi sebesar 0,10%. Subkelompok jasa kesehatan

mengalami inflasi 0,02%

Grafik 2.8. Inflasi Triwulanan

Kelompok Kesehatan di Sumut

f. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Dibandingkan dengan triwulan lalu, kelompok perumahan, air, listrik, gas

dan bahan bakar juga mengalami peningkatan dari 0,01% (qtq) pada triwulan IV-

2011 menjadi 0,67% (qtq) pada triwulan I-2012. Subkelompok biaya tempat tinggal

merupakan yang tertinggi dibandingkan subkelompok lainnya. Inflasi subkelompok

1 Gafeksi

2,67

3,19

1,73

0,40

0,040,09

1,30

0,26

1,73

0,230,09

0,56

3,30

0,63

2,39

0,00

0,64

0

1

1

2

2

3

3

4

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, diolah

Page 50: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 32

biaya tempat tinggal sebesar 1,07%. Inflasi subkelompok perlengkapan rumah

tangga sebesar 0,49%. Sementara itu, subkelompok penyelenggaraan rumah

tangga dan subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air masing-masing

mengalami inflasi sebesar 0,36% dan 0,28%.

Grafik 2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar di Sumut

g. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Pada triwulan I-2012, inflasi subkelompok pendidikan, rekreasi, dan olah

raga juga sedikit mengalami peningkatan dari 0,01% (qtq) pada triwulan IV-2011

menjadi 0,58% (qtq) pada triwulan I-2012. Subkelompok yang berkontribusi besar

terhadap inflasi kelompok ini adalah subkelompok perlengkapan/ peralatan rumah

tangga yang mengalami inflasi sebesar 2,34% (qtq).

Grafik 2.10. Inflasi Triwulanan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga di Sumut

1,16

2,74

3,12

1,16

0,56

0,06

0,64

2,91

1,67

0,21

2,642,77

0,881,02

0,74

0,01

0,67

0

1

1

2

2

3

3

4

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, diolah

0,010,84

6,33

0,190,00-0,05

8,54

-0,68

0,410,00

0,970,24

1,12

-0,18

2,63

0,010,58

-2

0

2

4

6

8

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, diolah

Page 51: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

33

Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

2.2.2. INFLASI MENURUT KOTA

Dari 4 kota di Sumatera Utara yang dihitung inflasinya, 2 kota mengalami

peningkatan inflasi dan 2 kota mengalami penurunan inflasi triwulanan. Kota

Medan mengalami peningkatan inflasi menjadi 0,52% (qtq) dan kota

Pematangsiantar mengalami peningkatan inflasi menjadi 1,60% (qtq). Sementara

itu, inflasi Kota Padangsidempuan menurun menjadi 0,36% (qtq). Inflasi kota

Sibolga juga menurun menjadi 0,82% (qtq) pada triwulan I-2012.

Tabel 2.4. Inflasi Triwulanan di Sumut Menurut Kota (%)

Sumber: BPS, diolah

2.3. INFLASI TAHUNAN

Secara tahunan, inflasi Sumut pada triwulan I-2012 tercatat sebesar 3,86%

(yoy), sedikit meningkat dibandingkan triwulan IV-2011 sebesar 3,67% (yoy).

2.3.1. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA

Secara tahunan, inflasi kelompok sandang (13,78%) juga merupakan yang

tertinggi dibandingkan kelompok lain. Sementara itu, inflasi kelompok bahan

makanan (1,60%) merupakan yang terendah dibandingkan kelompok lain.

Meskipun mengalami inflasi terendah, namun inflasi kelompok bahan makanan

pada triwulan ini mengalami kenaikan dibandingkan triwulan lalu yang tercatat

sebesar 1,14%. Selain kelompok bahan makanan, kelompok sandang dan

kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan juga mengalami

peningkatan. Kelompok sandang meningkat dari 10,95% (yoy) pada triwulan IV-

2011 menjadi 13,78% (yoy) pada triwulan I-2012.

Page 52: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 34

Tabel 2.5. Inflasi Tahunan di Sumut Menurut Kelompok Barang & Jasa (%)

Sumber: BPS

a. Kelompok Bahan Makanan

Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan I-2012 tercatat sebesar

1,60% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,14% (yoy).

Inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok kacang-kacangan (17,7%), ikan

diawetkan (11,8%), dan ikan segar (8,6%). Sebaliknya subkelompok bumbu-

bumbuan mengalami deflasi 18,8%. Salah satu penyebab deflasi subkelompok

bumbu-bumbuan adalah komoditas cabe yang sempat melambung tinggi pada

awal tahun 2011. Hal ini terkonfirmasi dari hasil Survei Pemantauan Harga (SPH)

di kota Medan yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan harga cabe merah.

Pada triwulan I-2011 harga cabe merah menembus Rp60.000 per kg dan pada

triwulan ini harganya telah menurun menjadi Rp30.000 per kg (cabe merah

kualitas besar-segar).

Grafik 2.11. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

11,98

22,96

17,91 18,08

5,14

0,44

9,69

-0,38

3,94

10,89

3,14

14,69

13,73

4,65

10,54

1,141,6

-4

1

6

11

16

21

26

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, diolah

Page 53: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

35

Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau pada

triwulan I-2012 sebesar 3,84% (yoy) menurun dibandingkan triwulan lalu sebesar

4,70% (yoy). Subkelompok makanan jadi (4,82%) memiliki inflasi yang paling besar

dibandingkan subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (2,86%) dan

subkelompok minuman yang tidak beralkohol (2,12%).

Grafik 2.12 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

c. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Inflasi kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada triwulan I-2012

mengalami inflasi sebesar 4,20% (yoy), sedikit menurun dibandingkan triwulan IV-

2011 sebesar 4,76% (yoy). Bahkan subkelompok rekreasi mengalami deflasi

sebesar 0,87% (yoy). Subkelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah

pendidikan, yakni sebesar 6,58% (yoy).

Grafik 2.13 Inflasi Kelompok

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

4,31

9,2710,41

11,1110,26

8,779,279,179,7210,278,73

7,165,98

4,15,3 4,7

3,84

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, diolah

11,8712,67

7,777,458,85

6,52

8,817,868,308,33

0,71,62

2,352,15

3,834,764,2

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

%

Sumber : BPS, Sumut

Page 54: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 36

d. Kelompok Sandang

Kendati secara triwulanan (qtq), inflasi kelompok sandang menurun

dibandingkan triwulan lalu, namun inflasi tahunan (yoy) kelompok sandang

meningkat. Pada triwulan laporan, inflasi kelompok sandang tercatat sebesar

13,78% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan lalu sebesar 12,87% (yoy).

Subkelompok yang memiliki level inflasi tinggi adalah subkelompok sandang laki-

laki sebesar 17,26% dan subkelompok barang pribadi dan sandang lain sebesar

15,57%.

Grafik 2.14 Inflasi Kelompok Sandang

Harga emas perhiasan 22 karat meningkat dari Rp290.000 per gram pada

triwulan I tahun lalu menjadi Rp477.000 per gram pada triwulan ini. Untuk emas

perhiasan 24 karat meningkat dari Rp398.000 per gram pada triwulan I tahun lalu

menjadi Rp495.000per gram pada triwulan I-2012.

e. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan bakar

Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar pada

triwulan I-2012 tercatat sebesar 3,34%, sedikit menurun dibandingkan inflasi

triwulan lalu sebesar 3,56%. Inflasi subkelompok biaya tempat tinggal sebesar

4,60% (yoy), kembali menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,30%.

Inflasi subkelompok penyelenggaraan rumah tangga juga jauh menurun dari

10,95% (yoy) menjadi sebesar 4,24% (yoy). Senada dengan kedua subkelompok

tersebut, inflasi subkelompok perlengkapan rumah tangga juga sedikit menurun

dari 1,18% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 1,13% (yoy) pada triwulan ini.

Sebaliknya inflasi subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air justru

meningkat dari 0,48% (yoy) menjadi 0,74% (yoy).

16,3614,61

11,29

9,2210,30

8,398,807,81

-0,16

6,686,88

8,328,43

7,23

12,87

10,95

13,78

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, Sumut

Page 55: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

37

Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

Grafik 2.15 Inflasi Kelompok

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

f. Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan kembali mengalami penurunan inflasi. Pada triwulan I-

2012, inflasi kelompok kesehatan tercatat sebesar 4,09% (yoy). Subkelompok

kesehatan yang level inflasinya tertinggi adalah perawatan jasmani dan kosmetika,

sebesar 7,54% (yoy). Sementara itu, subkelompok yang level inflasinya terendah

adalah jasa kesehatan, sebesar 0,48% (yoy).

Grafik 2.16 Inflasi Kelompok Kesehatan

g. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sedikit

meningkat pada triwulan laporan, dari 2,57% di triwulan IV-2011 menjadi 3,83%

di triwulan I-2012. Peningkatan inflasi kelompok ini terutama dipicu oleh

4,26

6,69

8,638,43

7,18

4,70

2,18

3,90

5,295,46

7,567,46

6,647,5

5,51

3,563,34

0

1

2

34

5

6

7

8

9

10

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, Sumut

3,18

6,25

7,988,21

5,36

2,742,292,14

3,403,58

2,432,65

4,254,63

6,95

6,84

4,09

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, Sumut

Page 56: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 38

subkelompok transportasi yang meningkat dari 4,87% (yoy) pada triwulan IV-2011

menjadi 6,35% (yoy) pada triwulan I-2012. Rencana kebijakan kenaikan harga

premium sebesar Rp1.500 per liter berimbas pada kenaikan tarif transportasi.

Pengusaha angkutan umum khususnya di kelas non ekonomi yang penentuannya

tidak ditetapkan oleh pemerintah telah menaikkan harga sebelum terjadi kenaikan

harga BBM.

Grafik 2.17 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan

2.3.2. INFLASI MENURUT KOTA

Tingkat inflasi keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut, semuanya

mengalami peningkatan bila dibandingkan triwulan lalu, kecuali Sibolga. Inflasi

Sibolga (3,74%) masih menunjukkan level penurunan, bahkan yang terendah

dibandingkan kota lain. Inflasi tertinggi terjadi di kota Pematangsiantar (4,67%).

Sementara itu inflasi kota Medan adalah sebesar 3,75% dan Padangsidempuan

sebesar 4,12%.

Tabel 2.6. Inflasi Tahunan Empat Kota di Sumut (%, yoy)

Sumber: BPS

Di keempat kota yang dihitung inflasinya di Sumut, kelompok bahan

makanan dan kelompok sandang menjadi kelompok yang memiliki tingkat inflasi

1,82

3,953,81

-0,05

2,51

-6,53-6,24

-4,73

-0,60-0,19

1,721,32

0,981,52

2,41

2,57 3,83

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2008 2009 2010 2011 2012

%

Sumber : BPS, Sumut

Page 57: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

39

Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

tinggi di masing-masing kota, kecuali di Kota Pematangsiantar. Di Kota

Pematangsiantar, inflasi kelompok kesehatan (9,69%) merupakan yang tertinggi. Di

tengah rencana kebijakan kenaikan harga premium sebesar Rp1.500 per liter,

kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan di Kota Padangsidempuan

justru mengalami deflasi 1,35% (yoy).

Tabel 2.7. Inflasi Tahunan di Sumut menurut Kota dan Kelompok Barang & Jasa (%,yoy)

Sumber: BPS

2.4. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFLASI

2.4.1 Faktor Fundamental

Ekspektasi Inflasi

Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Wilayah IX terjadi peningkatan indeks ekspektasi harga konsumen

3 bulan dan 6 bulan yang akan datang menjadi 170, dibandingkan triwulan lalu

indeks ekspektasi harga konsumen 3 bulan yang akan datang dan 6 bulan yang

akan datang masing-masing sebesar 156 dan 157. Kendati terjadi peningkatan

indeks ekspektasi harga, nampaknya masyarakat Sumut tetap optimistis,

tercermin dari indeks keyakinan konsumen yang tetap terjaga di level 103.

Page 58: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah 40

Grafik 2.18 Ekspektasi Konsumen terhadap Pergerakan Harga Barang/ Jasa

Sumber: Survei Konsumen dan BPS, diolah

Guna mengawal inflasi Provinsi Sumatera Utara tahun 2012, Tim

Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Utara merumuskan Lima

Langkah Pengendalian Inflasi Daerah, sebagai berikut:

1. Optimalisasi pemantauan harga barang-barang kebutuhan pokok dan

penyumbang inflasi terbesar

2. Pemanfaatan riset mengenai inflasi dan harga, terutama terkait dengan

produksi, distribusi dan ekspektasi masyarakat terhadap perkembangan

harga

3. Peningkatan manajemen ekspektasi masyarakat dan komunikasi publik

4. Pemantauan harga pangan dan menjaga kelancaran pasokan barang-barang

kebutuhan pokok

5. Percepatan pembangunan infrastruktur

2.4.2 Faktor Non Fundamental

Disagregasi Inflasi

Inflasi inti mendominasi inflasi Sumatera Utara pada triwulan I-2012, yakni

sebesar 4,91% (yoy), walaupun sedikit menurun dibandingkan triwulan lalu 5,25%

(yoy). Inflasi volatile foods justru meningkat dari 0,77% (yoy) pada triwulan IV-2011

menjadi 1,40% (yoy) pada triwulan I-2012. Senada dengan hal tersebut, inflasi

administered price juga meningkat dari 3,02% (yoy) pada triwulan lalu menjadi

3,89% (yoy) pada triwulan I-2012.

Page 59: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

41

Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2

Grafik 2.19 Disagregasi Inflasi Sumut

Page 60: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

42 Ketersediaan BBM Bersubsidi di Sumatera Utara | Boks 3

Rencana penetapan kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga

premium sebesar Rp1.500 per liter pada 1 April 2012 yang lalu menuai respon

dari masyarakat termasuk aksi penolakan dan penimbunan BBM. Kendati

demikian Unit Pemasaran (UPms) I PT Pertamina memastikan bahwa

ketersediaan BBM di Provinsi Sumatera Utara mencukupi untuk kebutuhan

masyarakat Sumatera Utara. Berdasarkan Focus Group Discussion yang

dilaksanakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX dengan UPms I PT.

Pertamina diketahui bahwa premium yang tersedia sebanyak 39.008 kilo liter

dan diperkirakan dapat memenuhi konsumsi 9 hari ke depan. Sementara itu,

solar yang tersedia sebanyak 36.191 kilo liter atau mencukupi kebutuhan

konsumsi 12 hari ke depan. Ketersediaan stok BBM juga didukung oleh jaminan

pengadaan BBM untuk wilayah Sumut dalam waktu 24 s/d 36 jam.

Tabel Ketersediaan BBM

Sumber: UPms I PT Pertamina Medan

Ditreskrimsus Polda Provinsi Sumatera Utara juga melakukan Operasi

khususnya di daerah potensial penyimpanan BBM seperti Pangkalan Susu,

Belawan-Medan, Binjai, Pematangsiantar, Kisaran, Sibolga, dan Gunung Sitoli.

Disretkrimsus Polda Sumut juga melakukan pengawasan langsung di sebagian

besar SPBU, khususnya SPBU yang tingkat kebutuhannya tinggi seperti Medan,

Deli Serdang, Tebing Tinggi, Tanjung Balai, Pematangsiantar, Sibolga, dan

Gunung Sitoli.

BOKS 3 KETERSEDIAAN BBM BERSUBSIDI DI SUMUT

Page 61: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Boks 3 | Ketersediaan BBM Bersubsidi di Sumatera Utara 43

Gambar Daerah Potensial Tempat Penyimpanan dan Tinggi Kebutuhan BBM

Sumber: Disretkrimsus Polda Sumut

Berdasarkan hasil operasi di 308 SPBU dan 31 APMS ditemukan

penimbunan premium sebanyak 4.284 liter, solar sebanyak 27.216 liter, dan

minyak tanah sebanyak 39.300 liter. Beberapa modus operandi yang digunakan

di SPBU adalah menggunakan tangki ganda, tangki tumpah, dan

penyalahgunaan angkutan.

Gambar SPBU dan APMS di Provinsi Sumatera Utara

Sumber: Disretkrimsus Polda Sumut

Page 62: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

44 Ketersediaan BBM Bersubsidi di Sumatera Utara | Boks 3

Beberapa upaya untuk meminimalisasi penyimpangan adalah sebagai

berikut:

1. Pengawasan langsung oleh kepolisian di setiap SPBU

2. Kartu kendali BBM untuk pembelian menggunakan jerigen

3. Rencana pemberian insentif kepada pengusaha angkutan umum

Page 63: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB III Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran

Page 64: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

45 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

“Secara umum, kinerja industri perbankan relatif terjaga di triwulan

I-2012 di tengah kekhawatiran adanya dampak krisis ekonomi global yang

belum berakhir. Demikian pula dengan transaksi sistem pembayaran yang

terus menunjukkan peningkatan dari sisi nilai maupun volume“.

PERBANKAN

3.1 KONDISI UMUM

Industri perbankan Sumatera Utara menunjukkan pertumbuhan

moderat sepanjang triwulan I-2012 . Total aset perbankan Sumut pada

triwulan I-2012 mencapai Rp163,67 triliun, tumbuh sebesar 2,26% (qtq)

dibanding angka akhir triwulan IV-2011 atau tumbuh 19,04% (yoy)

dibandingkan akhir triwulan I-2011. Total aset perbankan tersebut

didominasi oleh bank konvensional yaitu sebesar Rp156,74 triliun (95,77%),

sedangkan sisanya merupakan aset bank syariah yaitu sebesar Rp6,93

triliun (4,23%).

Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun pada triwulan I-2012 tumbuh

sebesar 1,14% (qtq) dibanding angka akhir triwulan IV-2011 atau tumbuh

14,43% (yoy) dibandingkan angka akhir triwulan I-2011 hingga mencapai

jumlah Rp128,85 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan simpanan

giro yang tumbuh 8,34% (qtq) dibandingkan triwulan IV-2011. Penghimpunan

dana pihak ketiga untuk jenis simpanan deposito pada periode laporan relatif

tetap dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya. Sementara itu, jenis

simpanan tabungan di perbankan tercatat mengalami sedikit penurunan jika

dibandingkan triwulan IV-2011 yaitu sebesar -0,44% (qtq). Peningkatan

jumlah DPK ini menunjukkan masih tingginya kepercayaan masyarakat

Sumatera Utara terhadap industri perbankan. Secara tahunan,

dibandingkan triwulan I-2011 seluruh instrumen dana pihak ketiga

mengalami kenaikan dimana kenaikan tertinggi dialami oleh tabungan yaitu

sebesar 17,88% (yoy), sedangkan deposito dan giro naik masing-masing

sebesar 13,71%(yoy) dan 8,29% (yoy).

BBBAAABBB 333 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM

PEMBAYARAN

Page 65: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 46

Sementara itu, penyaluran kredit perbankan di provinsi Sumatera

Utara mengalami pertumbuhan sebesar 2,99% (qtq), sedikit melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mengalami pertumbuhan

sebesar 7,42% (qtq). Namun demikian secara tahunan, kredit perbankan pada

triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 19,92% (yoy). Dari sisi

jenis penggunaan, pertumbuhan kredit tertinggi di triwulan laporan dialami

oleh kredit investasi yaitu sebesar 6,31% (qtq). Hal ini menunjukkan

tingginya dukungan pembiayaan perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi

Sumut.

Sumber : LBU, diolah

3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN

Kegiatan intermediasi perbankan selama triwulan I-2012

menunjukkan peningkatan yang tercermin dari tren peningkatan loan to

deposit ratio (LDR) dari 83,63% menjadi 85,17%. Tingkat LDR pada periode

laporan tercatat sebagai pencapaian LDR tertinggi selama kurun waktu 3

tahun terakhir. Rata-rata pencapaian LDR perbankan selama 3 tahun

terakhir tercatat sebesar 80,52%. Stabilnya pertumbuhan kredit

dibandingkan dengan pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga

perbankan memberikan peranan besar dalam peningkatan LDR. Sampai

dengan triwulan I-2012, spread pertumbuhan kredit dibandingkan dengan

penghimpunan dana pihak ketiga perbankan secara tahunan tercatat

sebesar 5,49% lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Tabel 3. 1 Indikator Utama Perbankan Sumut

Page 66: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

47 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

3.2.1 Penghimpunan Dana Masyarakat

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Sumut hingga triwulan I-

2012 mencapai Rp128,85 triliun, tumbuh sebesar 1,14% (qtq), sedikit

melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh

sebesar 5,63% (qtq). Ditinjau dari strukturnya, DPK Sumut, masih tetap

didominasi oleh tabungan dan deposito dengan pangsa masing-masing

sebesar 42,02% dan 40,95% dari total DPK dengan nilai nominal tercatat

masing-masing sebesar Rp54,14 triliun dan Rp52,76 triliun. Berdasarkan

jenisnya, peningkatan pertumbuhan DPK pada triwulan ini didorong oleh

kinerja giro yang tumbuh sebesar 8,34% (qtq). Kinerja penghimpunan dana

pihak ketiga dalam bentuk deposito pada periode laporan relatif stabil dan

tidak menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Sementara itu, kinerja tabungan pada triwulan ini

menunjukkan penurunan sebesar -0,44% (qtq). Tingginya aktivitas

konsumsi masyarakat diperkirakan menjadi salah satu penyebab

melambatnya pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga pada periode

ini.

Di sisi lain tren penurunan suku bunga acuan atau BI Rate pada

triwulan I-2012 menjadi 5,75% dari posisi akhir tahun sebelumnya sebesar

6,00% telah direspon oleh perbankan dengan menurunkan tingkat suku

bunga penghimpunan dana pihak ketiga. Pada periode triwulan I-2012,

Grafik 3. 1 Perkembangan DPK Sumut

Tabel 3. 2 Struktur DPK Sumut

Page 67: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 48

seluruh instrumen penghimpunan dana pihak ketiga perbankan (tabungan,

deposito, dan giro) mengalami penurunan. Dilihat dari rata-rata suku bunga

tertimbang, selama triwulan laporan deposito, tabungan, dan giro

mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,57%, 0,39%, dan 0,07%.

Di tengah tren penurunan suku bunga deposito, penghimpunan giro

perbankan di Sumut menjadi penyangga stabilnya pertumbuhan DPK.

Disamping itu sifat tabungan yang lebih likuid sehingga mudah ditarik

ataupun dilakukan switching apabila diperlukan, serta fitur-fitur dan

kemudahan dalam melakukan transaksi, mampu menjadi salah satu daya

tarik bagi masyarakat untuk menyimpan dananya dalam bentuk ini. Tren

penurunan suku bunga deposito tentunya akan semakin memberikan ruang

bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit sehingga mampu

menjadi penggerak peningkatan penyaluran kredit khususnya untuk

menggerakkan sektor riil yang bersifat produktif.

3.2.2 Penyaluran Kredit

Pada triwulan I-2012 kredit perbankan di Sumatera Utara tumbuh

2,99% (qtq) hingga mencapai Rp106,55 triliun. Dengan pertumbuhan

yang positif pada triwulan ini maka secara tahunan pertumbuhan kredit

menjadi 19,92% (yoy) yang diperkirakan sebagai dampak peningkatan

pertumbuhan ekonomi regional di tahun 2011. Pertumbuhan kredit pada

triwulan ini melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

Tabel 3. 3 Perkembangan Suku Bunga DPK

Page 68: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

49 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

tumbuh sebesar 7,42% (qtq). Pertumbuhan kredit pada triwulan laporan,

dipicu oleh peningkatan kredit investasi dan kredit modal kerja yang tercatat

masing-masing tumbuh sebesar 6,31% dan 2,28% (qtq). Berdasarkan

jenisnya, kredit modal kerja masih mendominasi pangsa penyaluran kredit

perbankan Sumut dengan proporsi sebesar 50,27% diikuti oleh kredit

konsumsi dan kredit investasi dengan pangsa masing-masing sebesar 27,92%

dan 21,81%.

Pertumbuhan kredit pada triwulan laporan menunjukkan adanya

peningkatan porsi kredit untuk kegiatan investasi yang merupakan bentuk

kredit jangka panjang. Share kredit investasi tercatat tumbuh 0,68%

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 21,13%. Hal ini

mencerminkan adanya optimisme para pelaku usaha terhadap perekonomian

Sumut dimasa mendatang. Adanya tren peningkatan kredit investasi pada

akhirnya akan memberikan multiplier effect lebih besar terhadap peningkatan

pertumbuhan ekonomi di masa mendatang.

Grafik 3.4 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut Grafik 3.5 Kredit Sumut per Jenis Penggunaan

(Rp milyar)

Page 69: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 50

Tabel 3.2 Perkembangan Penyaluran Kredit Sumut per Sektor Ekonomi

Tren penurunan BI Rate semenjak bulan Oktober 2011 hingga

triwulan I-2012 mulai diikuti dengan penurunan tingkat suku bunga kredit

perbankan walaupun dengan lag yang lebih lama dibandingkan dengan tren

penurunan suku bunga penghimpunan dana pihak ketiga. Pada triwulan I-

2012, suku bunga kredit tercatat sebesar 11,49% menurun 0,01%

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tren penurunan suku bunga

perbankan Sumut, nampaknya mulai direspon oleh para pelaku usaha

dimana pada triwulan ini pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja

menunjukkan peningkatan yang signifikan. Secara keseluruhan kredit

investasi dan modal kerja mencapai Rp 79,10 triliun pada akhir triwulan

ini.

Berdasarkan sektor usaha, secara umum tidak terjadi perubahan

struktural pada komposisi penyaluran kredit pada triwulan I-2012.

Grafik 3.6 Perkembangan Suku Bunga, BI Rate, dan Penyaluran Kredit Sumut

Page 70: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

51 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

Penyaluran kredit paling besar di wilayah Sumut diserap oleh sektor

Perdagangan sebesar 24,54% dan sektor Industri Pengolahan sebesar

19,46%. Sementara itu, baik secara triwulanan maupun secara tahunan

pertumbuhan kredit pada hampir semua sektor menunjukkan

pertumbuhan positif, kecuali kredit sektor Pertambangan, Industri, dan

Konstruksi yang mencatat kontraksi masing-masing sebesar -30,56%, -

5,11%, dan -3,92% (qtq). Dari sisi nominal kredit, peningkatan penyaluran

kredit pada sektor PHR tercatat mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar

Rp2,61 triliun (qtq). Cukup tingginya pertumbuhan kredit pada sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) menjadi salah satu indikator

meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat pada triwulan I-2012.

3.2.3 Penyaluran Kredit UMKM

Jumlah kredit UMKM pada triwulan I-2012 mengalami penurunan

sebesar 6,01% (qtq) dengan nominal sebesar Rp27,52 triliun. Secara

tahunan kredit UMKM tumbuh sebesar 15,81% (yoy) tumbuh melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 32,42%

(yoy). Share kredit UMKM pada triwulan laporan tercatat sebesar 25,08% dari

keseluruhan total kredit perbankan Sumut. Berdasarkan pangsa penyaluran

kredit UMKM Sumut, pada triwulan I-2012 didominasi oleh kredit menengah

(Rp 500 juta – Rp 5 miliar) dengan proporsi sebesar 49,71% dari total kredit

UMKM atau mencapai Rp 13,68 triliun, disusul dengan kredit skala kecil (Rp

Grafik 3.7 Perkembangan Kredit UMKM Sumut Grafik 3.8 Pangsa Kredit UMKM Sumut

Page 71: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 52

Grafik 3.10 Perkembangan Debitur KUR Sumut

50 juta – Rp 500 juta) senilai Rp 9,24 triliun (33,58%), dan kredit skala mikro

(dibawah Rp 50 juta) dengan baki debet sebesar Rp 4,60 triliun.

Dalam rangka meningkatkan fungsi intermediasi perbankan terutama

terkait dengan peningkatan penyaluran kredit UMKM, Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Wilayah IX (Sumatera Utara dan Aceh) beserta Pemerintah

Daerah Provinsi Sumatera Utara pada triwulan I-2012 telah melakukan

beberapa upaya dalam memajukan UMKM diantaranya melalui upaya

pengembangan klaster pengusaha UMKM seperti klaster tanaman ubi kayu,

pengembangan industri kreatif daur ulang kertas, serta fasilitasi percepatan

implementasi resi gudang di wilayah provinsi Sumatera Utara. Selain itu,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX (Sumatera Utara dan Aceh) juga

menyusun KPJU Unggulan Sumut (lihat boks 3).

Sebagai salah satu daerah yang menyalurkan Kredit Usaha Rakyat

(KUR) yang merupakan salah satu skim kredit bagi UMKM, pada triwulan I-

2012 Propinsi Sumatera Utara telah menyalurkan KUR dengan total baki

debet sebesar Rp 1,70 triliun dengan jumlah debitur sebanyak 253.091

debitur. Total baki debet penyaluran KUR Sumut mengalami pertumbuhan

sebesar 62,08% (yoy) dan 6,81% (qtq), melambat dibandingkan dengan periode

sebelumnya. Sedangkan jumlah debitur KUR di Sumut tercatat tumbuh

sebesar 41,53% (yoy) dan 7,08% (qtq), melambat dibandingkan dengan periode

sebelumnya. Sebagai upaya untuk mempercepat penyaluran KUR, Komite

Grafik 3.9 Perkembangan Penyaluran KUR Sumut

Page 72: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

53 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

Kebijakan Penjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada tanggal 10 Januari

2012, telah memutuskan untuk melakukan penurunan suku bunga KUR Ritel

(plafon lebih dari Rp 20 juta s.d. Rp 500 juta) dari semula 14% menjadi 13%.

Ketentuan tersebut berlaku untuk KUR Ritel yang perjanjian kreditnya sejak

tanggal 2 Februari 2012. Sementara itu, untuk mendorong percepatan

penyaluran KUR di wilayah Sumatera Utara PT Bank Sumut telah

mendapatkan ijin untuk menjadi salah satu bank penyalur KUR yang

ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian Nomor : KEP-08/M.EKON/01/2012 tanggal 31 Januari 2012

tentang Penambahan Bank Pelaksana KUR.

3.3 STABILITAS PERBANKAN

3.3.1 Risiko Kredit

Risiko kredit perbankan di

periode laporan relatif terjaga

walaupun mengalami sedikit

peningkatan rasio kredit bermasalah

terhadap total kredit atau Non

Performing Loan (NPL) gross. Rasio

NPL gross sampai dengan triwulan

laporan masih berada di bawah 5%.

NPL perbankan Sumut pada akhir

triwulan I-2012 sebesar 2,37%,

sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat

sebesar 2,28%. Walaupun sedikit meningkat namun NPL perbankan Sumut

pada periode ini tercatat masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata

NPL selama 3 tahun terakhir yang tercatat sebesar 3,15%. NPL perbankan

Sumut yang selalu berada di bawah batas aman sejak tahun 2008

menunjukkan risiko kredit perbankan di Sumut yang relatif stabil meskipun

terdapat perlambatan ekonomi regional di paruh pertama 2009 sebagai

dampak krisis keuangan global.

Grafik 3.11 Perkembangan NPL Perbankan Sumut

Page 73: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 54

Sebagai upaya mempertahankan stabilitas perbankan serta

meningkatkan prinsip kehati-hatian perbankan, Bank Indonesia pada

triwulan I-2012 telah mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam Surat

Edaran Ekstern Nomor 14/10/DPNP tentang Penerapan Manajemen Resiko

pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan

Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) yang berlaku mulai tanggal 15 Maret

2012. Regulasi dalam rangka meningkatkan kehati-hatian Bank dalam

pemberian KPR dan KKB serta untuk memperkuat ketahanan sektor

keuangan dilakukan melalui penetapan besaran Loan to Value (LTV) untuk

KPR dan Down Payment (DP) untuk KKB.

Rasio Loan to Value (LTV) untuk perbankan yang menyalurkan KPR

ditetapkan paling tinggi sebesar 70% untuk kategori tipe bangunan diatas

70m2, sedangkan Down Payment (DP) untuk perbankan yang menyalurkan

KKB ditentukan sebesar 25% untuk pembelian kendaraan roda dua, 30%

untuk pembelian roda empat yang digunakan untuk keperluan non

produktif, serta 20% untuk pembelian kendaraan roda empat atau lebih

yang digunakan untuk keperluan produktif (angkutan orang atau barang).

3.3.2 Risiko Likuiditas

Risiko likuditas perbankan di Sumut pada triwulan IV-2011 tetap

terjaga. Dengan indikator Cash Ratio (CR) yang relatif stabil di atas 3%,

perbankan Sumut memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi

kewajibannya. Pada periode ini cash ratio perbankan tercatat sebesar

5.32%. Namun demikian, pada periode laporan perbankan Sumut perlu

memperhatikan terjadinya perubahan preferensi masyarakat dalam

melakukan penempatan dana di perbankan yang cenderung pada instrumen

jangka pendek seperti tabungan dibandingkan dengan instrumen jangka

panjang berupa deposito.

Sampai dengan triwulan I-2012, pertumbuhan penghimpunan tabungan

tercatat tumbuh sebesar 17,88% (yoy) sedangkan pertumbuhan

penghimpunan deposito tercatat mengalami pertumbuhan lebih rendah

sebesar 13,71% (yoy). Sementara di sisi lain, tren penurunan suku bunga

Page 74: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

55 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

Tabel 3.3 Indikator Utama Perbankan Syariah Sumut

kredit pada periode ini mendorong peningkatan pertumbuhan penyaluran

kredit produktif jangka panjang berupa kredit investasi. Kondisi ini,

diharapkan diikuti dengan peningkatan kualitas pengelolaan likuiditas bank

guna mengantisipasi potensi mismatch likuiditas.

3.4 PERBANKAN SYARIAH

Peningkatan ekspansi usaha perbankan syariah di Sumut pada

periode triwulan I-2012 menunjukkan perkembangan positif yang

mengindikasikan perkembangan perbankan syariah semakin diminati oleh

masyarakat. Perkembangan penyaluran kredit perbankan syariah pada

triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 5,38% (qtq), lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh

sebesar 5,23% (qtq). Sementara itu, kinerja penyaluran penghimpunan dana

perbankan syariah pada triwulan laporan tercatat sebesar 2,23% (qtq), lebih

rendah dibandingkan pertumbuhannya pada triwulan sebelumnya yang

mencapai 20,43% (qtq). Rendahnya pertumbuhan penghimpunan dana

perbankan syariah dibandingkan dengan penyaluran pembiayaan

menyebabkan peningkatan Financing to Deposits Ratio (FDR) pada triwulan

ini menjadi sebesar 111,14%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 107,81%.

Page 75: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 56

Kualitas kredit perbankan syariah Sumut yang tercermin dari rasio Non

Performing Financing (NPF) gross tetap terjaga dengan baik pada kisaran

4,96%. Dari sisi regulasi terhadap perkembangan perbankan syariah, pada

triwulan I-2012 Bank Indonesia menerbitkan kebijakan melalui Surat Edaran

Bank Indonesia No.14/7/DPbS tanggal 29 Februari 2012 Perihal Produk

Qardh Beragun Emas bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Pesatnya

perkembangan produk Qardh beragun emas yang biasa dikenal sebagai gadai

emas berpotensi meningkatkan resiko bagi perbankan syariah.

3.5 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Perkembangan kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumut pada

triwulan I-2012 menunjukkan perkembangan yang positif. Aset BPR Sumut

pada triwulan laporan sebesar Rp 785 miliar dengan jumlah jaringan kantor

sebanyak 59 jaringan kantor atau tumbuh sebesar 2,51% (qtq), walaupun

sedikit menurun jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

Tabel 3.3 Indikator Utama BPR Sumut

Grafik 3.12 Financing to Deposits Ratio (FDR)

Perbankan Syariah Sumut (%)

Grafik 3.13 Non Performing Financing (NPF)

Perbankan Syariah Sumut (%)

Page 76: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

57 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

tumbuh sebesar 2,99% (qtq). Walaupun demikian, fungsi intermediasi BPR

di Sumut masih menunjukkan pertumbuhan yang positif, dimana LDR BPR

pada triwulan laporan tercatat sebesar 101,17% atau meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 100,59%. Peningkatan

LDR perbankan dipicu oleh pertumbuhan kredit BPR Sumut yang lebih

tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan DPK BPR. Penyaluran kredit BPR

pada triwulan laporan senilai Rp 559 miliar atau meningkat sebesar 12,21%

(yoy) atau 3,47% (qtq). Sedangkan DPK BPR tercatat sebesar Rp 553 miliar

meningkat sebesar 4,88% (yoy) atau 2,89% (qtq) dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya.

NPL gross BPR di Sumut pada

triwulan I-2012 tercatat sebesar

8,92%, mengalami penurunan

dibandingkan dengan NPL pada

posisi triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 9,26%. Untuk

lebih meningkatkan kinerja BPR,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Wilayah IX telah memfasilitasi

upaya pembentukan APEX BPR

yang berperan dalam

penyatuan/pengumpulan dana (pooling of fund), pemberian bantuan

keuangan (financial assistance), dan dukungan teknis (technical services)

dari bank umum kepada BPR yang tergabung dalam APEX BPR dengan

tujuan akhir peningkatan fungsi intermediasi BPR.

B. SISTEM PEMBAYARAN

Sejalan dengan peningkatan aktivitas perekonomian pada awal

tahun 2012, perkembangan sistem pembayaran di wilayah Provinsi

Sumut pada triwulan I-2012 menunjukkan perkembangan yang positif.

Hal ini ditandai oleh peningkatan volume transaksi baik tunai maupun non

tunai secara tahunan.

3.6 SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI

Grafik 3.14 Perkembangan NPL BPR Sumut

Page 77: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 58

Tabel 3.4 Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara

3.6.1 Kegiatan Transaksi BI-RTGS Perbankan Sumatera Utara

Transaksi perbankan Sumatera Utara melalui Bank Indonesia Real

Time Gross Settlement BI-RTGS) pada triwulan I-2012 mengalami

penurunan sebesar Rp24,28 triliun atau menurun -12,31% (qtq) menjadi

Rp173,06 triliun dari nilai transaksi pada triwulan IV-2011 yang tercatat

sebesar Rp197,34 triliun. Begitu pula dengan volume transaksi RTGS yang

tumbuh negatif sebesar -13,87% (qtq) menurun dibandingkan triwulan lalu

yang tumbuh sebesar 56,17% (qtq). Volume transaksi pada triwulan laporan

tercatat sebesar 224.345 transaksi. Namun demikian, secara tahunan

nominal dan volume transaksi RTGS masih menunjukkan peningkatan

dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya.

Sejalan dengan penurunan transaksi BI-RTGS, besaran rata-rata per

hari nilai transaksi pada triwulan I-2012 yang tercatat sebesar Rp2,74

triliun, menurun -10,91% atau Rp 336 miliar bila dibandingkan dengan

triwulan IV-2011. Rata-rata volume transaksi per hari pada triwulan I-2012

menurun -12,50% menjadi 3.561 transaksi.

Page 78: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

59 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

3.6.2 Kegiatan Transaksi Kliring

Nilai transaksi kliring pada triwulan I-2012 tercatat sebesar Rp35,80

triliun. Nilai ini menurun -0,48% atau Rp 173,96 miliar bila dibandingkan

dengan triwulan IV-2011 yang sebesar Rp35,98 triliun. Sementara itu,

volume warkat kliring mengalami peningkatan sebesar 0,23% dibandingkan

triwulan lalu menjadi 1.124.046 lembar warkat. Hal ini menunjukkan

bahwa pada triwulan laporan jumlah transaksi cenderung merupakan

transaksi dengan nominal yang lebih kecil dibandingkan triwulan

sebelumnya.

Pada triwulan I-2012,

besaran rata-rata per hari nilai

transaksi kliring adalah sebesar

Rp568 miliar, dengan rata-rata

jumlah warkat yang diproses

sebanyak 17.842 transaksi (warkat)

per hari. Sementara itu, jumlah

penolakan cek dan bilyet giro

(Cek/BG) kosong di wilayah Sumut

Tabel 3.5 Transaksi Kliring Perbankan Sumatera Utara

Grafik 3.15 Perkembangan Cek/BG Kosong

Perbankan Sumut

Page 79: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 60

pada triwulan I-2012 tercatat sebanyak 15.746 warkat dengan nilai Rp388

miliar. Dengan demikian rata-rata penolakan cek dan bilyet giro per harinya

sebanyak 250 warkat dengan nilai Rp 6,15 miliar. Penolakan cek dan bilyet

giro (Cek/BG) kosong ini mengalami penurunan dibandingkan triwulan lalu

dari segi nilai sebesar -5,25% (qtq), tetapi dari segi volumenya justru

mengalami peningkatan sebesar 2,02% (qtq).

3.7 SISTEM PEMBAYARAN TUNAI

3.7.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow dan Outflow)

Perkembangan aliran uang kartal di Sumatera Utara pada triwulan I-

2012 mengalami net inflow, artinya jumlah aliran uang masuk lebih besar

dibandingkan aliran uang keluar. Kegiatan transaksi aliran uang kartal di

Sumatera Utara menunjukkan posisi net inflow sebesar Rp 3,16 triliun,

meningkat dibandingkan dengan triwulan IV-2011 yang tercatat net outflow

sebesar Rp 1,81 triliun. Posisi inflow atau aliran uang kartal yang masuk ke

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX di Medan pada periode

laporan tercatat sebesar Rp 7,08 triliun atau meningkat sebesar 33,74%

(qtq), sedangkan posisi outflow atau aliran uang kartal keluar tercatat

sebesar Rp 3,91 triliun atau menurun sebesar 44,89% (qtq).

Tabel 3.16 Perkembangan Aliran Uang Kartal melalui Bank

Indonesia di Sumatera Utara

Page 80: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

61 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran | BAB 3

Guna meningkatkan kualitas layanan pengedaran uang kepada

masyarakat, pada tanggal 8 Februari 2012 telah dilakukan peresmian

kegiatan Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB) di wilayah kerja

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX. Mekanisme TUKAB adalah

kegiatan saling memenuhi persediaan uang kartal layak edar sesama bank.

Jika salah satu kantor cabang bank mengalami posisi kas yang kurang,

maka kantor cabang bank tersebut bisa meminta uang kartal kepada salah

satu kantor cabang bank yang posisi kasnya berlebih. Kegiatan ini

dilakukan agar uang kartal yang ada dapat beredar merata di masyarakat

dan tidak menumpuk di satu bank atau satu wilayah tertentu saja.

Di sisi lain, dengan adanya TUKAB diharapkan kebutuhan

masyarakat akan uang layak edar akan dapat terlayani dengan baik.

Mekanisme TUKAB ini juga diharapkan akan mendorong efisiensi bagi

perbankan nasional sehingga meningkatkan daya saing industri perbankan

nasional terutama dalam menghadapi pembentukan Masyarakat Ekonomi

ASEAN 2015.

3.7.2 Temuan Uang Palsu

Temuan uang palsu di KBI Medan menunjukkan kecenderungan yang

menurun baik dari segi nominal maupun jumlah lembar uang palsunya.

Pada triwulan IV- 2011 ditemukan sebanyak 373 uang palsu dengan total

nilai sebesar Rp22.422.000. Sebagaimana periode triwulan-triwulan

sebelumnya, denominasi Rp50.000 paling banyak dipalsukan dibandingkan

pecahan lainnya, atau sebanyak 64,87% dibandingkan total temuan uang

palsu. Sementara itu jumlah temuan uang palsu Rp100.000 sebanyak 98

Tabel 3.17 Data Temuan Uang Palsu di Kantor Bank Indonesia Medan

Page 81: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 3 | Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 62

lembar. Selebihnya, temuan uang palsu denominasi Rp20.000 (22 lembar),

denominasi Rp10.000 (9 lembar), denominasi Rp5.000 (2 lembar) dan

denominasi Rp2.000 sebanyak 1 lembar.

3.7.3 Penyediaan Uang Layak Edar

Salah satu tugas pokok Bank Indonesia dalam pengedaran uang

diantaranya adalah melakukan pemusnahan atau kegiatan Pemberian

Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang sudah tidak layak

edar (lusuh/rusak) sebagai upaya untuk memelihara kualitas uang kartal

yang diedarkan di masyarakat (clean money policy) secara

berkesinambungan. Pada triwulan I-2012 jumlah uang kartal yang telah

dikenai Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) atau dimusnahkan tercatat

sebesar Rp1,86 triliun atau sebesar 26,29% dari jumlah inflow. Jumlah

uang kartal yang dicatat sebagai PTTB tersebut menurun dibandingkan

triwulan lalu yang sebesar Rp3,44 triliun.

Tabel 3.17 Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara

Page 82: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Boks 4 | Diseminasi Hasil Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jasa Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Di Provinsi Sumatera Utara - Tahun 2011

63

Dalam upaya menunjang pembangunan ekonomi diperlukan data serta

informasi yang lengkap dan akurat serta dapat dijadikan dasar dalam

pengambilan keputusan maupun kebijakan strategis. Untuk memperoleh data

dan informasi yang handal diperlukan suatu kajian dan penelitian secara ilmiah

yang menggunakan metodologi yang tepat sehingga hasilnya dapat

dipertanggungjawabkan serta bermanfaat untuk menjadi salah satu referensi

dalam pertimbangan suatu kebijakan ekonomi.

Sehubungan dengan itu Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX

(Sumut dan Aceh) bekerjasama dengan SEM Institut Jakarta telah

melaksanakan penelitian mengenai Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJU)

Unggulan UMKM di 10 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yaitu

Serdang Bedagai, Binjai, Tanah Karo, Tebing Tinggi, Asahan, Labuhan Batu,

Simalungun, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara dan Mandailing Natal. Penelitian

ini menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dimodifikasi atau

modified AHP. Disebut demikian karena penelitian ini juga menggunakan Metode

Perbandingan Eksponensial (MPE), Metode Borda dan Metode Bayes. Penelitian

diawali dengan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) tingkat Provinsi,

dilanjutkan dengan survei di seluruh Kecamatan di daerah yang menjadi obyek

penelitian serta melaksanakan FGD tingkat Kabupaten/Kota yang diteliti guna

mendapatkan data serta informasi yang akurat.

Sebagaimana diketahui, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam

perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi

tersebut dapat dilihat dari berbagai data yang mendukung bahwa eksistensi

UMKM cukup dominan dalam perekonomian Indonesia. Pertama, jumlah

industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Kedua,

potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja, dan ketiga, kontribusi

UMKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan yakni sebesar 56,72% dari

total PDB (BPS, 2004). Melihat peran strategis UMKM dan sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi, Bank Indonesia telah melakukan Penelitian Pengembangan

Komoditi/Produk/Jasa Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Di Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2011.

BOKS 4 DISEMINASI HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN

KOMODITI/PRODUK/JASA USAHA (KPJU) UNGGULAN UMKM

DI PROVINSI SUMATERA UTARA - TAHUN 2011

Page 83: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Diseminasi Hasil Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jasa Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Di Provinsi Sumatera Utara - Tahun 2011 | Boks 4

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengenal dan memahami profil daerah, meliputi: kondisi geografis,

demografi, perekonomian, dan potensi sumberdaya; profil UMKM di Provinsi

Sumatera Utara termasuk faktor pendorong dan penghambat dalam

pengembangan UMKM; Kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat

maupun Pemerintah Daerah (Daerah Tingkat I dan II) yang terkait dengan

pengembangan UMKM; dan Peranan Perbankan dalam pengembangan

UMKM;

2. Memberikan informasi tentang KPJU unggulan yang perlu mendapat

prioritas untuk dikembangkan di Provinsi Sumatera Utara, kabupaten/kota

dan kecamatan;

3. Memberikan informasi dan permasalahan yang timbul dari masing-masing

KPJU unggulan lintas sektoral di masing-masing kabupaten/kota, misal

mengenai bahan baku, tenaga kerja, teknologi yang digunakan, produksi,

kondisi permintaan, harga dan lokasi (kecamatan);

4. Memberikan informasi tentang KPJU potensial;

5. Memberikan rekomendasi KPJU unggulan yang perlu/dapat dikembangkan

di masing-masing kabupaten/kota; Peranan Perbankan dalam

pengembangan KPJU unggulan; dan rekomendasi Kebijakan kepada

Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota), yang dikaitkan pula

dengan kebijakan Pemerintah Pusat, dalam rangka pengembangan KPJU

unggulan UMKM.

KPJU unggulan UMKM di Provinsi Sumatera Utara dalam penelitian ini

didefinisikan secara operasional oleh multi stakeholder sebagai KPJU UMKM

yang secara eksisting (saat ini) telah unggul dalam sejumlah kriteria tertentu

dalam mencapai tujuan penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya saing, dan

pertumbuhan ekonomi di masa mendatang. Tujuan penetapan KPJU unggulan

yang paling dominan adalah penciptaan lapangan kerja (0,410), kemudian

selanjutnya berturut-turut adalah peningkatan daya saing (0,296) dan

pertumbuhan ekonomi (0,294).

Page 84: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Boks 4 | Diseminasi Hasil Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jasa Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Di Provinsi Sumatera Utara - Tahun 2011

65

Kriteria seleksi yang digunakan dalam penentuan KPJU unggulan dari

yang paling penting berturut-turut adalah: (1) Penyerapan Tenaga Kerja (0,170);

(2) Ketersediaan Pasar (0,144); (3) Sumbangan terhadap Perekonomian (0,143);

(4) Harga (0,099); (5) Tenaga Kerja Terampil (0,089); (6) Manajemen Usaha

(0,089); (7) Sarana Produksi/Usaha (0,069); (8) Modal (0,065); (9) Teknologi

(0,063); (10) Ketersediaan Bahan Baku (0,046); dan (11) Sosial Budaya (0,023).

KPJU Unggulan Kabupaten/Kota dan Pendekatan Penanganannya

Di setiap kabupaten/kota yang diteliti, melalui konfirmasi dan analisis lanjutan

dengan pendekatan metode MPE, AHP, Borda dan Bayes diperoleh 5 KPJU

unggulan lintas sektoral (dan 5 KPJU Potensial lintas sektoral). Lima KPJU

Unggulan lintas sektoral tersebut adalah sebagai berikut :

Penanganan dan pengembangan KPJU Unggulan Lintas Sektor di

Provinsi Sumatera Utara, khususnya di 10 Kabupaten/Kota yang diteliti perlu

menggunakan titik kekuatan (yang selanjutnya dikembangkan menjadi

competitive advantages dan nilai jual) dan mengeliminasi titik kritisnya

(kelemahan), serta memanfaatkan peluang yang tersedia.

Peluang yang dimaksud secara umum adalah positioning eksisting

Provinsi Sumatera Utara yang memiliki keunikan tersendiri dalam kerangka

perekonomian nasional, yakni sebagai daerah agraris yang menjadi pusat

pengembangan perkebunan dan hortikultura dan salah satu pusat

perkembangan industri dan pintu gerbang pariwisata di Indonesia. Ini terjadi

karena potensi sumberdaya alam dan karakteristik ekosistem yang memang

sangat kondusif bagi pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pada

beberapa daerah, peluang tersebut dituangkan dalam visi/misi dan kebijakan

daerah.

1 2 3 4 5

1 Labuhan Batu Padi Kelapa Sawit Ayam Jagung Bebek

2 Tebing Tinggi Restoran Ubi Kayu Angkutan Umum Padi Ikan Lele

3 Tapanuli Utara Tenun Ulos Padi jagung Kopi Ateng Cabai Merah

4 Karo Jagung Cabai Padi Hotel Kol

5 Maindailing Natal Padi Karet Cabai Karet/Latex Kelapa Sawit

6 Binjai Kedai Sampah Angkutan Umum Voucher Pulsa Rumah Sakit Minimarket

7 Tapanuli Selatan Padi Sawah Karet Cabai Salak Kelapa Sawit

8 Asahan Pabrik Kelapa Sawit Kelapa Sawit Karet Pengolahan Minyak Curah Showroom Sepeda Motor

9 Simalungun Padi Sawah Cabai Merah jagung Kelapa Sawit Kakao

10 Serdang Bedagai Padi Sawah Mie Iris Karet Pasar Harian Ubi Kayu

KPJu UnggulanKabupatenNo

Page 85: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Diseminasi Hasil Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jasa Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Di Provinsi Sumatera Utara - Tahun 2011 | Boks 4

Titik kekuatan yang dimaksud secara umum adalah KPJU yang terpilih

umumnya memang KPJU yang unggul di sektornya, baik dalam aspek kapasitas

produksinya, luas lahan, serapan tenaga kerja dan kontribusinya bagi

perekonomian daerah.

Titik kritis yang dimaksud secara umum adalah lebih kepada persoalan

biaya produksi/proses yang masih tinggi, tingkat produktivitas yang belum

optimal dan teknologi pengembangan yang belum ada/minim.

Rekomendasi

1. Rekomendasi Penetapan KPJU Unggulan dan Potensial

Direkomendasikan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota yang diteliti untuk

menetapkan 5 KPJU Unggulan (dan Potensial hasil penelitian ini sebagaimana

telah disebutkan sebelumnya) sebagai KPJU Unggulan (dan Potensial) daerah.

2. Rekomendasi Peran Strategis

Direkomendasikan pembagian peran strategis yang dapat dilakukan antara

pemerintah, pelaku/asosiasi pengusaha UMKM, perbankan, dan stakeholder

lain dalam pengembangan UMKM dan KPJU unggulannya sebagai berikut:

a. Pemerintah. Peran pemerintah kini dan masa mendatang dalam

pembangunan UMKM adalah sebagai regulator, fasilitator, dan stimulator,

yang menekankan pada upaya kemandirian dalam pemberdayaan

masyarakat melalui penguatan UMKM berbasis KPJU Unggulan.

b. Pelaku/Asosiasi Pengusaha UMKM.

(1) Identifikasi akar masalah atas berbagai kendala dan hambatan yang

dihadapi di dalam pengembangan usaha mereka, serta

mengkomunikasikan hal tersebut kepada pihak-pihak yang dinilai

dapat membantu, seperti: penyedia BDS (Business Development

Service), asosiasi UMKM, instansi pemerintah terkait dan pihak-pihak

strategis lain.

(2) Meningkatkan kapasitas dan kompetensinya melalui upaya

pengembangan jiwa kewirausahaan, pengembangan etos kerja, disiplin

kerja serta peningkatan komitmen moral yang tinggi.

Page 86: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Boks 4 | Diseminasi Hasil Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jasa Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Di Provinsi Sumatera Utara - Tahun 2011

67

(3) Melaksanakan secara seksama, konsisten dan berkesinambungan

program pemberdayaan yang diberikan oleh pemerintah dan lembaga

lainnya untuk pengembangan usahanya.

(4) Meningkatkan produktivitas, efisiensi dan daya saing produk barang

dan jasa yang dihasilkan.

(5) Aktif dalam berbagai forum pengembangan usaha sebagai wahana

untuk pengembangan penyampaian aspirasi dan kebutuhannya untuk

pengembangan usaha serta memperluas jaringan usaha.

(6) Mengaktifkan KADIN sebagai forum strategis bagi penyaluran aspirasi,

fasilitasi, forum informasi dan komunikasi dan sinergisitas antar UMKM

dan dengan organisasi bisnis lainnya di dalam dan luar negeri dalam

pengembangan usahanya.

c. Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan LSM

(1) Melakukan identifikasi atas berbagai permasalahan dan kebutuhan

UMKM dalam pengembangan usahanya, serta merumuskan dan

menyampaikan program pemberdayaannya kepada pemerintah dan

lembaga lain yang relevan.

(2) Mengembangkan teknologi tepat guna dan paket teknologi dalam

rangka peningkatan efisiensi, produktivitas, serta daya saing UMKM.

(3) Mengembangkan program pendampingan, bimbingan, konsultasi,

pemanfaatan teknologi, informasi serta pelatihan untuk

mengembangkan kompetensi SDM UMKM, sehingga dapat

mengembangkan usahanya secara berkesinambungan.

(4) Mengembangkan penelitian dan pengkajian yang berkaitan dengan

pengembangan kelembagaan, pengembangan usaha, pengembangan

teknologi, pengembangan SDM UMKM, serta model-model

pengembangan alternatif untuk UMKM.

(5) Mengembangkan koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan

dan evaluasi pemberdayaan UMKM dengan Kementerian Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah, Pemerintah Daerah, instansi pemerintah

lainnya, Dekopinda, Asosiasi UKM/KADIN.

Page 87: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Diseminasi Hasil Penelitian Pengembangan Komoditi/Produk/Jasa Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Di Provinsi Sumatera Utara - Tahun 2011 | Boks 4

(6) Melaksanakan advokasi kebijakan pemerintah dalam rangka

menumbuhkan iklim berusaha yang kondusif, dan pemberian

dukungan perkuatan bagi UMKM.

d. Perbankan

(1) Melakukan identifikasi atas berbagai permasalahan dan kebutuhan

pembiayaan UMKM dalam pengembangan usahanya, serta

merumuskan dan menyampaikan program pemberdayaannya kepada

pemerintah dan lembaga lain yang relevan.

(2) Mengembangkan paket pembiayaan dan permodalan untuk

mengembangkan usaha UMKM, termasuk pengembangan pola dan

model pembiayaan alternatif berbasis syariah. Pembiayaan basis

syariah sangat relevan dengan visi dan misi pembangunan di banyak

kabupaten/kota tersebut.

(3) Mengembangkan program pendampingan, bimbingan, konsultasi dan

pelatihan pemanfaatan pembiayaan dan permodalan untuk

pengembangan usahanya secara berkesinambungan

(4) Mengembangkan koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan

dan evaluasi perkembangan pembiayaan UMKM dengan pihak

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Pemerintah

Daerah, instansi pemerintah lainnya, asosiasi Pengusaha UMKM dan

lembaga swadaya masyarakat.

3. Rekomendasi Khusus Pengembangan KPJU Unggulan

Dengan mempertimbangkan peluang dan tantangan serta titik kekuatan dan

titik kritis setiap KPJU unggulan, telah direkomendasikan dalam FGD dan In-

depth Interview sejumlah rencana aksi, baik strategis (jangka panjang dan

menengah) maupun taktis (jangka pendek), kepada pelaku UMKM, Instansi

Pemerintah Terkait, dan Perbankan

Page 88: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Boks 5 | Perkembangan Sertifikasi Lahan Di Provinsi Sumatera Utara 69

Terdaftar24%

Belum Terdaftar

76%

Salah satu kendala dalam perkembangan investasi di wilayah Provinsi

Sumatera Utara adalah adanya keterbatasan lahan serta sengketa lahan. Selain

itu, faktor sulitnya pembebasan lahan juga menyebabkan pengembangan proyek-

proyek infrastruktur di Provinsi Sumatera Utara mengalami kendala dan

menyebabkan lamanya proses pembangunan suatu proyek infrastruktur seperti

proyek Bandara Kuala Namu yang hingga saat ini masih belum dapat

merealisasikan akses jalan tol menuju bandara.

Upaya legalisasi tanah juga memberikan permasalahan tersendiri bagi

para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), dimana upaya legalisasi

tanah dapat memberikan kemudahan bagi para pelaku UMKM dalam

mengajukan kredit pembiayaan kepada perbankan. Oleh sebab itu, kejelasan

status tanah dapat meminimalisir adanya sengketa lahan yang pada akhirnya

akan memberikan kepastian dalam kegiatan berinvestasi. Di sisi lain, kejelasan

status tanah juga bertujuan meningkatkan akses pelaku UMKM terhadap sektor

perbankan.

Sampai dengan tahun 2010, tercatat sebesar 23,61% luas tanah yang

telah memiliki sertifikat, sedangkan sisanya sebesar 76,39% belum terdaftar

atau belum memiliki sertifikat. Jumlah total luas tanah di Propinsi Sumatera

Utara tercatat sebesar 7,31 juta Ha. Berdasarkan jenis sertifikatnya, jumlah

tanah terdaftar di Propinsi Sumatera Utara didominasi oleh SHM sebesar

BOKS 5 PERKEMBANGAN SERTIFIKASI LAHAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Grafik % Sertifikat Tanah Di Propinsi Sumatera Utara

Grafik Status Tanah Di Propinsi Sumatera Utara

Page 89: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Perkembangan Sertifikasi Lahan di Provinsi Sumatera Utara | Boks 5

80,60%, sedangkan sebesar 13,67% memiliki sertifikat Hak Guna Bangunan.

Secara total, jumlah tanah yang telah terdaftar di Propinsi Sumatera Utara

sebesar 1,72 juta Ha. Berdasarkan daerahnya, jumlah presentase tanah tidak

terdaftar di Propinsi Sumatera Utara yang terbesar berada di daerah Tapanuli

Selatan sebesar 19,41% dengan jumlah luas tanah tidak terdaftar sebesar 10,81

juta Ha diikuti oleh daerah Mandailing Natal sebesar 11,57% dengan jumlah luas

tanah tidak terdaftar sebesar 6,44 juta Ha.

Sementara itu, presentase tanah belum terdaftar terhadap luas tanah di

beberapa daerah, masih berada pada level yang cukup tinggi dengan presentase

rata-rata sebesar 78,56%. Tapanuli Selatan merupakan daerah dengan luas

tanah belum terdaftar yang terbesar di wilayah Sumatera Utara yaitu sebesar

1,08 juta Ha atau sebesar 84,66% dari total jumlah tanah di wilayah tersebut.

PRONA UKM PERTANIAN REDIST IP4T JUMLAH

6.620 1.000 800 17.500 15.000 40.920

29.600 300 1.000 300 35.000

Grafik % Tanah Belum Terdaftar per Kota/Kab di Propinsi Sumatera Utara

Tabel Luas Tanah Belum Terdaftar per Kota/Kab di Propinsi Sumatera Utara

Tabel Program Sertifikasi Tanah Propinsi Sumatera Utara

Page 90: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Boks 5 | Perkembangan Sertifikasi Lahan Di Provinsi Sumatera Utara 71

Sebagai upaya percepatan sertifikasi tanah, Badan Pertanahan Nasional

(BPN) Provinsi Sumatera Utara telah melakukan berbagai program yang dibiayai

oleh APBN, yaitu Program Operasi Nasional Pertanahan Agraria (PRONA),

program sertifikasi tanah untuk pelaku UMKM/pertanian/nelayan, program

sertifikasi tanah land reform, dan Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah (Larasita).

Pada tahun 2010, luas bidang tanah yang belum disertifikasi tercatat

sebanyak 2.857.166 bidang tanah. Tahun 2010 BPN Sumatera Utara berhasil

melakukan sertifikasi terhadap 40.920 bidang tanah, dilanjutkan pada tahun

2011 sebanyak 35.000 bidang tanah (lebih rendah 14,47%). Untuk tahun 2012,

BPN mentargetkan dapat melakukan sertifikasi terhadap 33.000 bidang tanah.

Dalam proses sertifikasi tanah, biaya yang harus dikeluarkan adalah

biaya pengurusan sertifikat hak milik dari BPN untuk proses pengukuran,

pemeriksaan, dan pendaftaran tanah. Selain itu, pihak yang mengajukan

sertifikasi juga harus membayar Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) yang relatif mahal. Biaya inilah umumnya yang menjadi kendala

masyarakat dalam melakukan pengurusan sertifikasi tanah, sehingga kerap

masyarakat tidak menebus sertifikat yang telah diproses oleh BPN. Dapat

diinformasikan bahwa BPHTB adalah salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah

(PAD), oleh sebab itu penentuan biaya BPHTB sepenuhnya diserahkan kepada

kabupaten/kota.

Untuk mengatasi kendala terkait biaya BPTHB dimaksud, perlu dilakukan

kolaborasi antara perbankan (dalam hal ini Bank Indonesia), BPN, dan

stakeholders lainnya. Untuk itu, direkomendasikan dapat dibuat MoU antara

Bank Indonesia dengan BPN di level pusat (antara GBI dengan Kepala BPN).

Page 91: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB IV Perkembangan Keuangan Daerah

Page 92: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 4 | Perkembangan Keuangan Daerah 72

4.1. PENERIMAAN PAJAK

Penerimaan pajak di Provinsi Sumatera Utara melalui Kanwil Ditjen Pajak

Sumut 1 Medan dan Kanwil Sumut 2 Pematangsiantar ditargetkan mencapai

Rp10,8 triliun. Target tersebut telah mengalami revisi dari sebelumnya sebesar

Rp11,5 triliun. Pemangkasan target pajak sebesar Rp700 miliar atau 6,08%

tersebut sejalan dengan revisi target pajak APBN yakni dari Rp911,1 triliun

menjadi Rp885 triliun.

Realisasi penghimpunan pajak hingga 30 April 2012 mencapai 29% dari

target sebelum revisi (Rp11,5 triliun), atau telah terealisasi sekitar Rp3,34 triliun.

Dengan memperhatikan angka revisi target, maka realisasi pajak hingga 30 April

2012 telah mencapai 32%.

4.2. REALISASI APBD

Realisasi anggaran atau tingkat serapan APBD Provinsi Sumatera Utara

pada triwulan I-2012 sebesar 9,22% dari Rp7,33 triliun. Tingkat realisasi tersebut

lebih kecil dibandingkan realisasi APBD triwulan I-2011 sebesar 11,08% dari

Rp5,35 triliun. Realisasi APBD sebesar 9,22% tersebut digunakan untuk belanja

langsung (Rp109 miliar) dan belanja pegawai atau pembayaran gaji (Rp725 miliar).

4.3. KENAIKAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)

Dengan disahkannya Perda No. 1 Tahun 2011 dan Peraturan Walikota

(Perwal) No. 24 tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) serta Perda No. 3 Tahun 2011 dan Perwal No. 73 tentang PBB Kota

Medan, terhitung sejak tanggal 1 Januari 2012, pengelolaan BPTHB dan PBB Kota

Medan berada di tangan Pemda Kota Medan. Hal ini merupakan amanah dari UU

No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang boleh ditagih

di daerah, di dalamnya termasuk PBB dan BPHTB. Sebab, PBB dan BPHTB sudah

menjadi pajak daerah.

Dengan berlakunya Perda No. 3 Tahun 2011, terdapat perubahan

perhitungan pengenaan tarif PBB yang cukup signifikan perbedaannya

BBBAAABBB 444 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Page 93: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

73 Perkembangan Keuangan Daerah | BAB 4

dibandingkan dengan perhitungan PBB tahun 2011. Hal ini mengakibatkan

kenaikan PBB yang cukup besar, hingga 100%.

Di dalam Perda No.3 Tahun 2011 terdapat dua tarif pengenaan PBB, yakni

untuk NJOP di atas Rp1 miliar tarif pajaknya 0,3% dan untuk NJOP di bawah Rp1

miliar tarif pajaknya 0,2%. Sistem perhitungan yang ada saat ini tidak lagi

menggunakan Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) melainkan berdasarkan hasil perkalian

NJOP dengan tarif. Perbandingan cara perhitungan PBB 2011 dengan 2012

selengkapnya adalah sebagai berikut:

PBB 2011 = (NJOP-NJOPTKP) X 20% (atau 40%) x 0,5%.

PBB 2012 = (NJOP- Rp. 15.000.000,-) x 0,2% (atau 0,3%)

Terhadap kenaikan yang sangat signifikan tersebut, terdapat resistensi dari

masyarakat untuk membayarnya, yang dapat berdampak pada tercapainya target

penerimaan daerah.

Tabel 4.1. NJOP dan Tariff

NJOP Tariff

>Rp1 miliar 0,3%

≤Rp1 miliar 0,2%

4.3. ALOKASI APBD UNTUK PENDIDIKAN

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara menghimbau Pemerintah Kabupaten /

Kota di Sumatera Utara agar mengalokasikan anggaran untuk pendidikan sebesar

20% dari total APBD masing-masing. Alokasi 20% ini ditujukan untuk perbaikan

saranan dan prasarana gedung sekolah, bantuan kepada seluruh guru di

Sumatera Utara. Total anggaran pendidikan di Sumatera Utara tahun 2012 sekitar

Rp150 miliar.

Page 94: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB V Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Page 95: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

74 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan| BAB 5

“Perkembangan ketenagakerjaan yang baik terindikasi dari peningkatan

partisipasi angkatan kerja dan penurunan tingkat pengangguran terbuka“

5.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH 5.1.1. Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Angka Pengangguran

Pada Februari 2012, jumlah angkatan kerja Provinsi Sumatera Utara

tercatat sebanyak 6,56 juta orang, meningkat sebesar 3,86% dibandingkan

bulan Agustus 2011 yang tercatat sebesar 6,31 juta orang. Secara

keseluruhan, kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Utara ditandai perubahan

beberapa indikator ketenagakerjaan yang membaik. Seiring dengan

peningkatan jumlah angkatan kerja, jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas

yang bekerja dan menganggur juga mengalami peningkatan. Jumlah

penduduk yang bekerja sebanyak 6,14 juta orang dan yang menganggur

sebanyak 413,6 ribu orang. Dengan demikian Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK) pada Februari 2012 tercatat sebesar 74,55% (meningkat dari

sebelumnya 72,09%) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 6,31%

(menurun dari sebelumnya 6,37%)

Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama

Sumber : BPS

5.1.2. Lapangan Pekerjaan Utama

Penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Utara masih bertumpu

pada sektor pertanian. Lebih dari setengah angkatan kerja di Sumut bekerja

di sektor pertanian, tepatnya 51,13%. Persentase tersebut mengalami sedikit

peningkatan dibandingkan tahun lalu (50,90%). Senada dengan sektor

pertanian, tingkat penyerapan tenaga kerja sektor industri juga meningkat

BBBAAABBB 555 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN

Page 96: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 5 | Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 75

dari 10,14% (Februari 2011) menjadi 11,16% (Februari 2012). Sebaliknya

tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor jasa justru menurun dari 38,96%

menjadi 37,71%.

Tabel 5.2. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut

Lapangan Pekerjaan Utama (%)

Lapangan Pekerjaan Utama

Februari 2011

Februari 2012

(Persen) (Persen)

Pertanian (Agricultural) 50,90% 51,13%

Industri (Manufacturing) 10,14% 11,16%

Jasa (Services) 38,96% 37,71%

Jumlah 100,00% 100,00% Sumber : BPS

5.1.3. Status Pekerjaan Utama

Status pekerjaan utama pada dasarnya terbagi 2, yaitu formal dan

informal. Lebih rinci lagi dapat dibagi menjadi 6 status pekerjaan utama:

berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/ buruh tidak dibayar,

berusaha dibantu buruh tetap, dan buruh/ karyawan/ pegawai tergolong

formal. Sementara itu, yang tergolong bekerja di sektor informal adalah

pekerja bebas dan pekerja keluarga/ tidak dibayar.

Jika dilihat dari status pekerjaan berdasarkan klasifikasi formal dan

informal, pada bulan Februari 2012 hampir 80% tenaga kerja di Sumatera

Utara bekerja pada kegiatan formal. Secara umum, pekerja di Provinsi

Sumatera Utara bekerja sebagai buruh/karyawan/ pegawai. Dari total 6,14

juta orang yang bekerja di Provinsi Sumatera Utara, yang tercatat sebagai

buruh/karyawan/pegawai sebesar 30,67%, meningkat pangsanya

dibandingkan Februari 2011 sebesar 29,30%. Porsi terkecil adalah berusaha

dibantu buruh tetap/ buruh dibayar sebesar 3,34%.

Tabel 5.3. Angkatan Kerja Sumut Menurut Status Pekerjaan Utama (%)

Status Pekerjaan Utama 2011 2012

Februari Februari

1 Berusaha Sendiri 14,96% 15,81%

2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap / buruh tidak dibayar 21,57% 19,98%

3 Berusaha dibantu buruh tetap / buruh dibayar 3,61% 3,34%

4 Buruh/ Karyawan/Pegawai 29,30% 30,67%

5 Pekerja Bebas 5,79% 6,13%

6 Pekerja Keluarga 24,77% 24,06%

Jumlah 100,00% 100,0% Sumber : BPS

Page 97: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

76 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan| BAB 5

5.1.4. Jumlah Jam Kerja

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional Februari 2012, jumlah

jam kerja di atas 35 jam seminggu mengalami penurunan dari 66,70% pada

Februari 2011 menjadi 64,45% pada Februari 2012. Sebaliknya jumlah jam

kerja hingga 34 jam dalam seminggu meningkat dari 33,30% (Februari 2011)

menjadi 35,55% (Februari 2012). Sementara itu, pekerja dengan jumlah jam

kerja 1 hingga 7 jam dalam seminggu relatif kecil pangsanya, hanya 1,12%.

Tabel 5.4. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut

Jumlah Jam Kerja Seminggu di Provinsi Sumatera Utara

Jumlah Jam Kerja

Seminggu Februari

2011 Februari

2012

(jam) (Persen) (Persen)

1 - 7 0,86 1,12

8 - 14 4,05 4,28

15 - 24 12,87 12,97

25 -34 15,51 17,17

1 - 34 33,30 35,55

35+ *) 66,70 64,45

Jumlah 100,00 100,00

Sumber : BPS

5.1.5. Penduduk yang Bekerja menurut Pendidikan

Secara umum terjadi peningkatan penduduk yang bekerja dengan

pendidikan tertinggi di atas pendidikan dasar. Penduduk bekerja dengan

jenjang pendidikan terakhir SMP meningkat dari 23,41% menjadi 23,52%.

Penduduk yang bekerja dengan jenjang pendidikan terakhir SMA meningkat

dari 19,03% menjadi 19,50%. Penduduk yang bekerja dengan jenjang

pendidikan terakhir SMK meningkat dari 9,18% menjadi 9,39%. Senada

dengan jenjang pendidikan lainnya, penduduk yang bekerja dengan jenjang

pendidikan terakhir sarjana/ universitas juga meningkat dari 4,89% menjadi

5,21%.

Tabel 5.5. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas yang Bekerja Menurut

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Provinsi Sumatera Utara

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Februari 2011 Februari 2012

(Persen) (Persen

SD Kebawah 40,67 39,73

Sekolah Menengah Pertama 23,41 23,52

Sekolah Menengah Atas 19,03 19,50

Page 98: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 5 | Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 77

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Februari 2011 Februari 2012

(Persen) (Persen

Sekolah Menengah Kejuruan 9,18 9,39

Diploma I/II/III 2,81 2,66

Universitas 4,89 5,21

Jumlah 100,0 100,0

5.2. PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN

5.2.1. Tingkat Penghasilan Masyarakat

Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilaksanakan Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX, indeks penghasilan saat ini masih

berada dalam tren yang menurun. Pada akhir triwulan I-2012 Indeks

Penghasilan Saat Ini tercatat sebesar 101,79, menurun dibandingkan triwulan

lalu sebesar 103,13. Senada dengan penghasilan saat ini, masyarakat juga

memperkirakan akan terjadi penurunan penghasilan 6 bulan yang akan

datang. Nilai Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 bulan yang akan datang pada

akhir triwulan I-2012 sebesar 122.

Grafik 5.1. Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

160,00

180,00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2009 2010 2011 2012

Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yl Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad

5.2.2. Nilai Tukar Petani (NTP)

Dari sisi petani, daya beli petani yang tercermin dari NTP juga

mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan IV-2011. NTP

mencerminkan daya tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang

diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga dan keperluan dalam

menghasilkan produk pertanian. Pada triwulan I-2012, NTP tercatat sebesar

101,79. Kendati NTP tersebut di atas 100, namun pada masa panen awal

Page 99: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

78 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan| BAB 5

tahun di sejumlah sentra padi di Sumatera Utara, seharusnya terjadi

peningkatan daya beli petani. Hal tersebut sekaligus mengkonfirmasi bahwa

selama ini, peningkatan ataupun penurunan harga komoditas pertanian lebih

banyak ditentukan dan dinikmati oleh pedagang besar dalam struktur

pasarnya.

Grafik 5.2. Nilai Tukar Petani

Untuk periode Maret 2012, NTP Sumut per sub sektor masing-masing tercatat

sebesar 100,17 untuk subsektor padi & palawija (NTPP); 110,59 untuk

subsektor hortikultura (NTPH); 107,57 untuk subsektor tanaman perkebunan

rakyat (NTPR); 102,99 untuk subsektor peternakan (NTPT); dan 96,65 untuk

subsektor perikanan (NTN). Ironisnya, di tengah melambungnya harga beras

di awal Januari 2011, indeks NTPP hanya 99,94. Indikasi ini mencerminkan

peningkatan harga yang tinggi tersebut tidak dinikmati oleh petani, melainkan

oleh pedagang atau distributor.

Page 100: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB VI Prospek Perekonomian Daerah

Page 101: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 6 | Prospek Perekonomian Daerah 79

6.1. Perkiraan Ekonomi

Setelah tumbuh melambat pada laju 6,32% (yoy) di triwulan I-2012,

pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan II-2012 diperkirakan berada

pada kisaran sebesar 6,40%-6,60% (yoy)1 dengan kecenderungan pada batas

bawah. Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX hingga April 2012, ekspektasi

konsumen terhadap kondisi perekonomian yang akan datang, termasuk

kondisi ekonomi, ketersediaan lapangan kerja, dan ekspektasi penghasilan 6

bulan yang akan datang menunjukkan peningkatan optimisme ke depan.

Grafik 6. 1 Indeks Ekspektasi Konsumen

Sumber: Survei Konsumen, KBI Medan

Pertumbuhan triwulan mendatang masih ditopang oleh konsumsi

rumah tangga dan mulai berjalannya konsumsi pemerintah. Sementara

itu, investasi di Sumatera Utara diperkirakan belum banyak dimulai pada

triwulan II-2012 mendatang. Diperkirakan berbagai proyek pembangunan

infrastruktur belum banyak yang dimulai karena masih berada dalam

tahap pengadaan. Selain konsumsi, aktivitas ekspor diperkirakan juga

meningkat pada triwulan mendatang. Kenaikan harga komoditas CPO

yang diperkirakan terus berlanjut pada triwulan II-2012 turut mendukung

1 Angka Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX

BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Page 102: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 6 | Prospek Perekonomian Daerah 80

peningkatan nilai ekspor Provinsi Sumatera Utara, khususnya nilai ekspor

CPO sebagai komoditas utama ekspor.

6.2. Perkiraan Inflasi Daerah

Laju inflasi tahunan pada triwulan II-2012 diperkirakan berada

pada kisaran 5,00%±1%. Hasil Survei Konsumen yang dilaksanakan oleh

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX menunjukkan adanya tendensi

peningkatan harga pada 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang.

Grafik 6. 2 Ekspektasi Konsumen dan Inflasi

Sumber : Survei Konsumen, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IX

Kendati demikian, beberapa potensi risiko inflasi tetap perlu dicermati

di antaranya adalah keputusan Rapat Paripurna DPR yang menetapkan harga

jual eceran BBM tidak mengalami kenaikan, namun pemerintah

diperbolehkan melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi dan kebijakan

pendukungnya jika rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) dalam

kurun waktu berjalan (6 bulan terakhir) mengalami kenaikan atau penurunan

lebih dari 15% dari harga ICP yang diasumsikan dalam APBN P 2012.

Penundaan kenaikan harga BBM pada awal April 2012 tersebut

disinyalir sesuai dengan keinginan masyarakat sehingga mendorong

keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi ke level yang optimis

menjadi BS 102.75 (IKK secara month to month). Namun demikian,

terdapatnya opsi untuk menyesuaikan harga BBM oleh pemerintah tanpa

melalui persetujuan DPR turut menciptakan ketidakpastian. Hal ini tercermin

Page 103: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

BAB 6 | Prospek Perekonomian Daerah 81

dari kenaikan nilai IEK menjadi BS 98.2 namun tetap berada pada level yang

pesimis.

Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Utara dan

Kota Medan berupaya mengendalikan inflasi baik dari sisi demand maupun

supply. Beberapa rencana kerja yang telah diagendakan TPID Provinsi

Sumatera Utara dan TPID Kota Medan dalam waktu dekat adalah:

a. Memberikan informasi harga-harga kepada masyarakat melalui wartawan

berupa Press Release (dan atau Talkshow). Dalam press release tersebut

antara lain ditekankan informasi yang positif berkenaan dengan

perkembangan harga.

b. Mengundang distributor/ asosiasi gula pasir, minyak goreng, beras, dan

daging unggas (Forum Komunikasi Pedagang Unggas-FORGAS) untuk

menanamkan kesadaran sekaligus memperkuat hubungan antara TPID

dengan distributor/ asosiasi.

c. Mengundang Otorita Belawan, DPD Organda dan didampingi Divisi

Khusus Pelabuhan Belawan, Badan Otoritas Wilayah II Bandara Polonia,

Balai Besar Jalan Nasional Wilayah II pada rapat mendatang. Hal ini

dimaksudkan untuk mengawal inflasi dari sisi supply, khususnya

memastikan hasil produksi dapat terdistribusi dengan baik dan efisien.

d. Meningkatkan koordinasi antar instansi, terutama Bulog dan Dishub

terkait penyaluran raskin.

Page 104: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Lampiran

Page 105: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-
Page 106: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-
Page 107: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Page 108: Visi Bank Indonesia - bi.go.id · Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Sumatera Utara (Sumut) periode triwulan I-