casutri.files.wordpress.com · web viewdi katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni,...

24
MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks ( a highly complexion process). Di sebut kompleks karena di tuntut dari adanya kemampuan pprofesional, personal, dan sosio cultural secara terpadu dalam proses belajar- mengajar. Di katakan kompleks juga karena di tuntut penguasaan materi dan metode, teori dan praktik dalam interaksi siswa. Di katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses belajar- mengajar. Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang menungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin di capai, materi yang di ajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranannya dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang di lakukan, serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia. Setiap sistem lingkungan atau setiap peristiwa belajar- mengajar mempunyai profil yang unik, yang mengakibatkan tercapinya tujuan-tujuan yang berbeda. Atau, kalau di katakan secara terbalik, untuk mencapai tujuan belajar tertentu harus di ciptakan sistem lingkungan yang tertentu pula. Tujuan belajar yang pencapaiannya di usahakan secara eksplisit dengan tindakan instruksional tertentu di namakan

Upload: vanquynh

Post on 11-Apr-2018

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: casutri.files.wordpress.com · Web viewDi katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses belajar- mengajar

MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks ( a highly complexion process). Di

sebut kompleks karena di tuntut dari adanya kemampuan pprofesional, personal, dan sosio

cultural secara terpadu dalam proses belajar- mengajar. Di katakan kompleks juga karena di

tuntut penguasaan materi dan metode, teori dan praktik dalam interaksi siswa. Di katakan

kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan

keterampilan dalam proses belajar- mengajar.

Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang menungkinkan terjadinya proses

belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi,

yakni tujuan instruksional yang ingin di capai, materi yang di ajarkan, guru dan siswa yang

harus memainkan peranannya dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang di lakukan,

serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia.

Setiap sistem lingkungan atau setiap peristiwa belajar-mengajar mempunyai profil

yang unik, yang mengakibatkan tercapinya tujuan-tujuan yang berbeda. Atau, kalau di

katakan secara terbalik, untuk mencapai tujuan belajar tertentu harus di ciptakan sistem

lingkungan yang tertentu pula.

Tujuan belajar yang pencapaiannya di usahakan secara eksplisit dengan tindakan

instruksional tertentu di namakan instruksional effect. Sedangkan tujuan – tujuan yang

merupakan penggiring, yang tercapainya karena siswa menghidupi suatu sistem lingkungan

belajar tertentu di namakan nurturant effect.

Proses pembelajaran itu sendiri menurut Standar Proses Pendidikan merupakan

kegiatan yang tidak hanya menekankan peran guru di dalamnya, tetapi siswa harus di jadikan

subjek atau prilaku dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu paradigma yang keliru tentang

pembelajaran selama itu harus di ubah dan di sesuaikan dengan Standar Proses Pendidikan

( SPP ).

BAB II

Page 2: casutri.files.wordpress.com · Web viewDi katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses belajar- mengajar

PEMBAHASAN

MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

A. MENGAJAR

1.  Konsep mengajar

Konsep mengajar dalam proses perkembangannya masih di anggap sebagai suatu

kegiatan penyampaian atau penyerahan ilmu pengetahuan. Pandangan semacam ini masih

umum di gunakan di kalangan pengajar. Hasil penelitian dan pendapat para ahli sekarang

lebih menyempurnakan konsep tradisional di atas.

Mengajar menurut pengertian mutakhir merupakan suatu perbuatan yang kompleks.

Perbuatan mengajar yang kompleks dapat di terjemahkan sebagai penggunaan secara

integratif sejumlah komponen yang terkandung dalam perbuatan mengajar untuk

menyampaikan pesan pengajaran[1].

1. 1      Mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran

Sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan, maka mengajar

mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut :

1.1.1    Proses pengajaran berpusat pada guru

Dalam kegiatan pengajaran, guru memegang peran yang sangat penting. Guru

menentukan segalanya. Mau di apakan siswa? Apa yang harus di kuasai siswa? Bagaimana

cara melihat keberhasilan mengajar? Semuanya tergantung guru. Oleh karena itu begitu

pentingnya peran guru maka proses pembelajaran baru akan berlangsung jika ada guru.

1.1.2    Siswa sebagai objek belajar

Konsep mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran menempatkan siswa

sebagai objek yang harus menguasai materi ajar. Mereka di anggap sebagai organisme pasif

yang belum memahami apa yang harus di pahami, sehingga melalui proses pembelajaran

mereka di tuntut memahami segala sesuatu yang di berikan guru.

1.1.3    Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu

Proses pengajaran berlangsung pada tempat tertentu, misalnya di dalam kelas dengan

penjadwalan yang ketat, sehingga siswa hanya belajar jika hanya ada kelas yang telah di

desain sedemikian rupa untuk tempat pembelajaran.

Page 3: casutri.files.wordpress.com · Web viewDi katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses belajar- mengajar

1.1.4    Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran

Keberhasilan suatu proses pembelajaran di ukur dari sejauh mana siswa dapat

menguasai materi pelajaran yang di sampaikan oleh guru. Materi pelajaran itu sendiri adalah

pengetahuan yang bersumber dari mata pelajaran yang di berikan di sekolah.

1.2       Mengajar sebagai proses mengatur lingkungan

Terdapat beberapa karakteristik dari konsep mengajar sebagai proses mengatur

lingkungan. Antara lain :

1.2.1    Mengajar berpusat pada siswa (Student centered)

Mengajar tidak di tentukan oleh selera guru, akan tetapi sangat di tentukan oleh siswa

itu sendiri. Hendak belajar apa siswa dari topik yang di pelajari, bagaimana cara

mempelajarinya, bukan hanya guru yang menetukan tetapi juga siswa

1.2.2    Siswa sebagai subjek belajar

Siswa tidak hanya di anggap sebagai organisme pasif yang hanya sebagai penerima

informasi, akan tetapi di pandang sebagai organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk

berkembang.

1.2.3    Proses pembelajaran berlangsung di mana saja

Siswa dapat menggnakan berbagai tempat untuk belajar. Karena tempat juga sangat

menunjang proses pembelajaran. Intinya pembelajaran bukan hanya di laksanakan di dalam

kelas tetapi di laksanakan sesuai dengan keadaan.

1.2.4    Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan

Tujuan pembelajaran bukan hanya agar siswa menguasai materi pelajaran, tetapi lebih

luas dari pada itu bahwa tujuan belajar adalah agar siswa merubah pola perilakunya menuju

arah yang lebih baik.

2.         Pengertian mengajar

Menurut S Nasution (2000); Mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau

mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga

terjadilah proses belajar.[2] Di katakan juga mengajar adalah menciptakan kondisi yang

kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar mengajar bagi siswa.[3]

Page 4: casutri.files.wordpress.com · Web viewDi katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses belajar- mengajar

3.         Perlunya perubahan paradigma tentang mengajar

Apakah mengajar sebagai proses menanamkan ilmu pengetahuan masih berlaku

dalam abad teknologi sekarang ini ? Bagaimana seandainya pengajar tidak berhasil

menanamkan pengetahuan kepada orang yang di ajarnya juga di anggap orang tersebut telah

mengajar? Lalu, kalau begitu apa kriteria keberhasilan mengajar ? Apakah mengajar hanya di

tentukan oleh seberapa besar pengetahuan yang telah di sampaikan ?

Pandangan mengajar yang hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan itu di

anggap sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan. Hal itu dapat kita lihat dari tiga alasan

penting. Alasan inilah yag kemudian menuntut perlu terjadinya perubahan paradigma

mengajar, dari mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran kepada mengajar

sebagai proses mengatur lingkungan.

Pertama, siswa bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini, tetapi mereka adalah

organisme yang sedang berkembang. Guru tidak lagi memposisikan diri sebagai sumber

belajar yang bertugas menyampaikan informasi, tetapi harus berperan sebagai pengelola

sumber belajar untuk di manfaatkan siswa itu sendiri.

Kedua, Ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan kecenderungan setiap orang tidak

mungkin dapat menguasai setiap cabang keilmuan. Belajar tidak hanya sekadar menghafal

informasi, menghafal rumus-rumus, tetapi bagaimana menggunakan informasi dan

pengetahuan itu untuk mengasah kemampuan berfikir.

Ketiga, penemuan-penemuan baru khususnya dalam bidang psikologi, mengakibatkan

pemahaman baru tentang konsep perubahan tingkah laku manusia. Manusia pada hakikatnya

memiliki potensi dan dengan dasar potensi itulah manusia bisa mengembangkan dirinya.

Dengan kata lain bahwa siswa bukan lagi di jadikan objek pasif tetapi siswa harus aktif dalam

melakukan kegiatan belajar[4].

Ketiga hal di atas menuntut perubahan makna dalam mengajar. Mengajar jangan di

artikan sebagai proses menyampaikan materi pembelajaran, tetapi lebih di pandang sebagai

proses mengatur lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang

di milikinya.

4.         Makna mengajar dalam Standar Proses Pendidikan

Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekadar

menyampaikan materi ajaran, akan tetapi juga di maknai sebagai proses mengatur lingkungan

supaya siswa belajar. Makna lain yang demikian sering di istilahkan dalam pembelajaran. Hal

ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar siswa harus di jadikan pusat dari kegiatan.

Page 5: casutri.files.wordpress.com · Web viewDi katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses belajar- mengajar

Hal ini di maksudkan untuk membentuk watak, peradaban dan peningkatan mutu kehidupan

peserta didik. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk

menguasai kompetensi yang di harapkan. Pemberdayaan di arahkan untuk mendorong

pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap individu mampu menjadi

pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar.

Dalam imlementasinya, walaupun istilah yang di gunakan “pembelajaran”, tidak

berarti guru menghilangkan perannya sebagai pengajar, sebab secara konseptual pada

dasarnya mengajar itu juga bermakna membelajarkan siswa. Mengajar – belajar adalah dua

istilah yang memiliki makna tidak dapat di pisahkan. Mengajar adalah suatu aktifitas yang

dapat membuat siswa belajar. Keterkaitan antara belajar dan mengajar menurut Jhon dewey

( Wina sanjaya , 2009) adalah “teaching is to learning as selling and buying”[5].

Dalam konteks pembelajaran, sama sekali tidak berarti memperbesar peran siswa di

satu pihak dan mengecilkan peran guru di pihak lain. Dalam istilah pembelajaran, guru tetap

harus berperan secara optimal, demikian halnya dengan siswa. Perbedaan dominasi dan

aktifitas di atas, hanya menunjukan kepada perbedaan tugas-tugas atau perlakuan guru dan

siswa terhadap materi dan proses pembelajaran. Sebagai contoh, ketika guru menentukan

proses belajar dengan menggunakan metode buzz group (diskusi kelompok kecil), yang lebih

menekankan kepada aktifitas siswa maka tidak berarti peran guru mejadi kecil. Ia akan tetap

di tuntut berperan secara optimal agar proses pembelajaran dengan metode itu bisa berjalan.

Demikian juga ketika guru menggunakan pendekatan ekspositori dalam pembelajaran, tidak

berarti peran siswa menjadi kecil. Mereka harus tetap berperan secara optimal dalam rangka

menguasai dan memahami materi pelajaran yang di sampaikan oleh guru.

Dari uraian di atas, maka tampak jelas bahwa istilah pembelajaran itu menunjukan

pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru. Di sini jelas,

proses pembelajaran yang di lakukan siswa tidak mungkin terjadi tanpa perlakuan guru. Yang

membedakannya hanya terletak pada peranannya saja.

Bruce well (1980) mengemukakan tiga prinsip penting dalam proses pembelajaran

semacam ini. Antara lain :

Proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan yang dapat membentuk

atau mengubah struktur kognitif siswa

Berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus di pelajari

Dalam proses pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan sosial

Page 6: casutri.files.wordpress.com · Web viewDi katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses belajar- mengajar

Dari berbagai penjelasan di atas, maka makna pembelajaran dalam konteks standar

proses pendidikan di tunjukkan oleh beberapa ciri yang di jelaskan sebagai berikut :

Pembelajaran adalah proses berfikir

Proses pembelajaran adalah memanfaatkan potensi otak

Pembelajaran berlangsung sepanjang hayat

B. BELAJAR

1.Makna Belajar

Usaha pemahaman mengenai makna belajar ini akan di awali dengan mengemukakan

beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat di

uraikan sebagai berikut :

Cronbach memberikan definisi : Learning is shown by a change in behavior as a result

of experience[6]

Harold spears memberikan batasan : Learning is to observe , to read, to imitate, to try

something themselves, to listen, to follow direction.

Geoch mengatakan : Learning is a change in performance as a result of practice.

Dari ketiga definisi di atas maka dapat di terangkan bahwa belajar senantiasa

merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya

dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu

akan lebih baik kalau si subjek melakukan sesuatu, jadi tidak terkesan verbalistik.

Dapat Juga di lihat dari arti luas bahwa belajar adalah kegiatan psiko – fisik menuju

kepada perkembangan yang seutuhnya. Dalam arti sempit dapat di katakan bahwa belajar

adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagaian kegiatan

menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya[7].

Namun secara rinci belajar dapat di katakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku

individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan

yang melibatkan proses kognitif.[8]

2.         Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar

Page 7: casutri.files.wordpress.com · Web viewDi katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses belajar- mengajar

2.1.      Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu[9]. Minat mempengaruhi proses dan hasil belajar,

tidak usah dipertanyakan kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu maka

cenderung tidak dapat diharapkan bahwa dia akan berhasil dengan baik dalam mempelajari

hal tersebut. Sebaliknya kalau seseorang belajar dengan penuh minat, maka diharapkan

bahwa hasilnya akan lebih baik.

2.2.      Kecerdasan

Telah menjadi hal yang cukup populer bahwa kecerdasan besar peranannya dalam

berhasil dan tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti sesuatu program

pendidikan. Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar dari pada

orang yang kurang cerdas di dalam lingkungan.

2.3.      Bakat

Bakat adalah suatu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah

ada sejak manusia itu ada. Hal ini dekat dengan persoalan intelligensia yang merupakan

struktur mental yang melahirkan “kemampuan” untuk memahami sesuatu.[10]

Hampir tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada bidang yang sesuai

dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Akan tetapi banyak sekali

hal-hal yang menghalangi untuk terciptanya kondisi yang sangat diinginkan oleh setiap

orang. Dalam lingkup perguruan tinggi misalnya, tidak selalu perguruan tinggi tempat

seorang belajar menjanjikan studi yang benar-benar sesuai dengan bakat orang tersebut.

2.4.      Motivasi

Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu atau kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat.

[11]. Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

belajar.

2.5.      Kemampuan-kemampuan Kognitif

Kemampuan-kemampuan kognitif yang utama adalah persepsi, ingatan, dan berfikir.

Kemampuan seseorang dalam melakukan persepsi, dalam mengingat, dan dalam berfikir

besar pengaruhnya terhadap hasil belajar.

Page 8: casutri.files.wordpress.com · Web viewDi katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses belajar- mengajar

3.         Prinsip- prinsip belajar

Belajar itu sangat kompleks. Hal itu dapat di ketahui dari prinsip-prinsip belajar yang

akan di paparkan sebagai berikut :

Agar seseorang benar-benar belajar maka ia harus memiliki suatu tujuan[12]

Tujuan itu harus timbul dari / atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan

bukan karena paksaan orang lain

Orang itu harus bersedia mengalami bermacam- macam kesukaran dan berusaha

dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya

Belajar itu harus terbukti dari perubahan perilakunya

Selain tujuan pokok yang hendak di capai, di perolehnya pula hasil-hasil sampingan.

Misalnya ia tidak hanya bertambah terampil membuat soal-soal ilmu pengetahuan

alam tetapi memiliki minat yang lebih untuk bidang studi itu.

Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat

Seseorang belajar secara keseluruhan

Dalam belajar seseorang memerlukan bimbingan dan bantuan dari orang lain

Untuk belajar di perlukan “Insight”[13]

Di samping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang juga ingin mencapai

tujuan lain

Adanya kemauan dan hasrat.

4.         Arti penting belajar

4.1.      Arti penting belajar bagi perkembangan manusia

Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang

terkandung dalam belajar. Di sebabkan oleh kemampuan berubah karena belajarlah maka

manusia dapat berkembang lebih jauh dari pada makhluk-makhluk lainnya sehingga ia

terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi. Boleh jadi, karena

Page 9: casutri.files.wordpress.com · Web viewDi katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses belajar- mengajar

kemampuan berkembang melalui belajar itu pula manusia secara bebas dapat mengeksploitasi

, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting bagi hidupnya.

Banyak sekali bentuk-bentuk perkembangan yang terdapat dalam diri manusia yang

bergantung pada belajar, misalnya perkembangan kecakapan bicara.

4.2.      Arti penting belajar bagi kehidupan manusia

Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan sekelompok manusia

di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih

dahulu maju karena belajar. Akibat persaingan tersebut, kenyataan tragis bisa pula terjadi

karena belajar.

Meskipun ada dampak negatif dari belajar namun kegiatan belajar memiliki arti

penting, bahwa belajar berfungsi sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia. Bahkan

di dalam Al-qur’an juga berkali –kali di tekankan agar manusia mau belajar, karena dengan

belajar maka manusia bisa mengerti arti kebesaran Allah SWT.

5.         Teori-teori belajar

5.1       Teori Behaviorisme

Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya

dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain,

behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam

suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga

menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari

pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :

5.1.1    Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.

Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum -

hukum belajar, diantaranya:

Law of Readiness; Hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk

manakala ada kesiapan dalam diri individu. [14]

Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan

semakin bertambah erat, jika sering di pakai dan akan semakin berkurang apabila

tidak di gunakan.[15]

Page 10: casutri.files.wordpress.com · Web viewDi katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses belajar- mengajar

Law of effect; Hukum ini menunjuk pada kuat atau lemahnya hubungan stimulus

respon tergantung kepada akibat yang di timbulkannya.[16]

5.1.2.   Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov

Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-

hukum belajar, diantaranya :

Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua

macam stimulus dihadirkan secara stimulan (yang salah satunya berfungsi sebagai

reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks

yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa

menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

5.1.3.  Operant Conditioning menurut B.F. Skinner

Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap

burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :

Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus

penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.

Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat

melalui proses conditioning tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku

tersebut akan menurun bahkan musnah.

Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant

adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan[17]. Respons

dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang

ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang

meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja

diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.

5.2       Teori Belajar Kognitif menurut Piaget

Pendekatan teori kognitif lebih menekankan pada arti penting proses internal[18].

Dikemukakan oleh Piaget bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap

Page 11: casutri.files.wordpress.com · Web viewDi katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses belajar- mengajar

perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk

melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman

sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan

rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,

mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

5.3  Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne

Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang

sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari

pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan

informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil

belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal

dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu

yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam

individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang

mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.

5.4       Teori Belajar Gestalt

Teori ini berbeda dengan teori-teori terdahulu, menurut Teori gestalt belajar adalah

proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian

di dalam suatu situasi permasalahan[19]. Menurut teori ini bahwa belajar bukanlah

mengulang-ulang yang harus di pelajari, tetapi mengerti/ mendapatkan insight. [20]

KESIMPULAN

Page 12: casutri.files.wordpress.com · Web viewDi katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses belajar- mengajar

Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap

sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya

dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadilah proses belajar.

Belajar - Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekadar

menyampaikan materi ajaran dari guru saja. Makna lain yang demikian sering di istilahkan

dalam pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar siswa harus di

jadikan pusat dari kegiatan. Hal ini di maksudkan untuk membentuk watak, peradaban dan

peningkatan mutu kehidupan peserta didik. Pembelajaran perlu memberdayakan semua

potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang di harapkan. Pemberdayaan di

arahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap individu

mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas memang sudah saatnya kita mengubah paradigma

pendidikan yang menggunakan pemahaman yang tradisional. Pada intinya Pendidikan harus

bisa mengimbangkan peran guru dan siswa dalam proses pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan, J.J. 2000. Proses belajar mengajar. Bandung:  Remaja rosdakarya

Nasution, S. 2000. Didaktik asas-asas mengajar. Jakarta: Bumi aksara

Sanjaya, wina. 2009. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.

                        Jakarta: Kencana prenada media group

Sardiman, 2008. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Raja grafindo

                        persada

Sudjana, nana. 1989. Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung: Sinar baru

Page 13: casutri.files.wordpress.com · Web viewDi katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses belajar- mengajar

Suryabrata, sumadi. 2008. Psikologi pendidikan. Jakarta: Raja grafindo persada

Syah, muhibbin. 2008. Psikologi belajar. Jakarta: Raja grafindo persada

Walgito, bimo. 1992. Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Andi

MENGAJAR DAN BELAJAR DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN

Dalam kegiatan pembelajaran guru memegang perananan yang sangat penting.

Namun baik sadar maupun tidak guru seringkali melakukan kekeliruan-kekeliruan yang

menyebabkan pembelajaran menjadi tidak menarik dan efektif. Kekeliruan itu antara lain

adalah:

1.      Di awal pelajaran guru tidak berusaha untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

2.      Guru tidak pernah mengajak siswa berpikir.

3.      Guru tidak berusaha memperoleh umpan balik.

4.      Guru mennganggap bahwa ia lah orang yang paling mampu dan menguasai pelajaran.

Agar pembelajaran dapat beralangsung dengan baik maka seebagai guru hendaklah

menhindari kekeliruan-kekeliruan itu.

A.    Konsep Dasar Mengajar

1.      Mengajar sebagai prosess penyampaian materi pelajaran

Dalam konteks mengajar sebagai proses penyampaian materi pelajaran maka

mengajar mempunyai beberapa karakteristik, yaitu :

a.       Proses pengajaran berorientasi pada guru (teacher centered)

b.      Siswa sebagai objek belajar.

c.       Kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu.

d.      Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran.

2.      Mengajar sebagai proses mengatur lingkungan.

Dalam konteks mengajar sebagai proses mengatur lingkungan maka mengajar

mempunyai beberapa karakteristik, yaitu:

a.       Mengajar berpusat pada siswa

b.      Siswa sebagai subjek belajar

c.       Proses pengajaran terjadi dimana saja

d.      Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan

Page 14: casutri.files.wordpress.com · Web viewDi katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses belajar- mengajar

Dengan memperhatikan karakteristik dari mengajar di atas, maka saat ini mengajar

sebagi proses penanaman pengetahuan dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi yang

ada. Oleh sebab itu, pandangan bahwa mengajar hanya sekedar proses penyampaian

pengetahuan saja harus di ubah menjadi pradigma baru yaitu mengajar adalah proses

mengatur lingkungan.

Ada beberapa alasan mengapa hal ini perlu dilakukan, yaitu:

a.       Siswa adalah organisme yang berkembang. Agar mereka dapat melakssanakan tugas-tugas

perkembangannya, dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarahkan dan membimbing

mereka agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Jadi bila dikaitkan dengan peran guru,

maka guru tidak lagi memposisikan dirinya sebagai sumber belajar tetapi sebagai pengelola

pembelajaran denagn memanfaatkan siswa iitu sendiri.

b.      Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat menyebabkan saat ini belajar tidak lagi

sekedar menhafalkan informasi, mengahfal rumus-rumus, tetapi bagaimana menggubakan

informasi dan pengetahuan itu untuk mengasah kemampuan berpikir.

c.       Proses pendidikan bukan lagi memberikan stimulus, akan tetapi usaha mengembangkan

potensi yang dimiliki.

Dengan memperhatikan alaasan di atas maka mengajar sebagai proses mengatur

lingkungan dianggap paling sesuai bagi siswa agar siswa dapat mengembangkan kemampuan

dan potensi yang dimilkinya.

B.     Makna Mengajar dalam Standar Proses Pendidikan

Mengajar dalam konteks standar proses pendidiikan tidak hanya sekedar

menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur

lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang demikian sering diistilahkan

dengan pembelajaran.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha siswa untuk mempelajari bahan pelajaran

sebagai akibat dari perlakuan guru. Disini jelas bahwa proses pembelajaran siswa tidak

mugkin terjadi tanpa perlakuan guru. Yang membedakannya hanya terletak pada peranannya

saja.

Makna pembelajaran dalam konteks standar proses pendidkan ditunjukan oleh

beberapa ciri sebagai berikut:

1.      Pembelajaran adalah proses berpikir.

2.      Proses pembelajaran adalah memanfaatkan potensi otak.

Page 15: casutri.files.wordpress.com · Web viewDi katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses belajar- mengajar

3.      Pembelajaran berlangsung sepanjang hayat.

C.     Teori-teori Belajar

Belajar dianggap sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari

pengalaman dan latihan. Banyak teori yang membahas tentang perubahan tingkah laku.

Namun demikian, setiap teori itu berpangkal dari pandangan tentang hakikat manusia, yaitu

hakikat manusia menurut John Locke an hakikat manusia menurut Leibnitz.

Menurut John Locke, manusia aalah organisme yang pasif. Dengan teori

tabularasanya, Locke menganggap bahwa mabusia itu seperti kertas putih, hendak ditulisi apa

kertas itu sangat tergantung pada orang yang menulisinya. Dari pandangan ini, memunculkan

aliran belajar behavioristik-elementeristik.

Berbeda dengan Locke, Leibnitz menganggap bahwa manusia adalah organisme yang

aktif. Pada hakikatnya, manusia bebas untuk bebuat, bebas untuk membuat suatu pilihan

dalam setiap situasi. Titik kebebasan ini adalah kesadarannya sendiri. Menurut aliran ini,

perubahan tingkah laku hanyalah ekspresi yang dapat diamati sebagai akibat dari eksistensi

internal yang pada hakikatnya bersifat pribadi. Pandangan ini memunculkan aliran belajar

kognitif-holistik.

Perbedaan aliran behavioristik dan kognitif dapat dilihat pada tabel berikut.

No Teori Belajar Behavioristik Teori Belajar Kognitif

1 Mementingkan pengaruh lingkungan Mementingkan apa yang ada dalam diri

2 Mementingkan bagian-bagian Mementingkan keseluruhan

3 Mengutamakan peranan reaksi Mengutamakan fungsi kognitif

4 Hasil belajar terbentuk secara mekanis. Terjadi keseimbangan dalam diri

5 Dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu Tergantung pada kondisi saat ini

6 Mementingkan pembentukan kebiasaan Mementingkan terbentuknya struktur

konitif

7 Memecahkan masalah dilakukan

dengan cara trial and error

Memecahkan masalah didasarkan

kepada insight

8 Teori-teori belajar yang termasuk :

       Koneksionisme (Thorndike)

       Classical conditioning (Pavlop)

Teoi-teori belajar yang termasuk :

       Teori Gestalt (Kofka, Kohler,

Wertheimer)

Page 16: casutri.files.wordpress.com · Web viewDi katakan kompleks juga karena mengandung unsur-unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai, dan keterampilan dalam proses belajar- mengajar

       Operant conditioning (Skinner)

       Systematic behavior (Hull)

       Contiguous conditioning (Guthrie)

       Teori Medan (Lewin)

       Teori Organismik (Wheeler)

       Teori Humanistik (Maslow dan Rogers)

       Teori Konstruktivistik (Jean Piaget)