vanessa
DESCRIPTION
azzZTRANSCRIPT
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I
Materi :
PENENTUAN BERAT MOLEKUL SENYAWA
BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA
JENIS GAS
Oleh:
Dyan Vanessa
Praktikum Dasar Teknik Kimia I
Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Semarang
2012
I. Tujuan
1. Menentukan berat molekul senyawa yang mudah menguap (volatil)
berdasarkan pengukuran massa jenis gas.
2. Melatih menggunakan persamaan gas ideal.
II. Landasan Teori
Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat berjauhan satu sama lain
sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau tolak menolak diantara molekul-
molekulnya sehingga gas akan mengembang dan mengisi seluruh ruang yang
ditempatinya, bagaimana pun besar dan bentuknya. Untuk memudahkan
mempelajari sifat-sifat gas ini baiklah dibayangkan adanya suatu gas ideal yang
mempunyai sifat-sifat :
1. Tidak ada gaya tarik menarik di antara molekul-molekulnya.
2. Volume dari molekul-molekul gas sendiri diabaikan.
3. Tidak ada perubahan energi dalam (internal energy = E) pada
pengembangan.
Sifat-sifat ini dimiliki oleh gas inert (He, Ne, Ar dan lain-lain) dan uap Hg dalam
keadaan yang sangat encer. Gas yang umumnya terdapat di alam (gas sejati)
misalnya: N2, O2, CO2, NH3 dan lain-lain sifat-sifatnya agak menyimpang dari gas
ideal.
Kerapatan gas dipergunakan untuk menghitung berat molekul suatu gas, ialah
dengan cara membendungkan suatu volume gas yang akan dihitung berat
molekulnya dengan berat gas yang telah diketahui berat molekulnya (sebagai
standar) pada temperatur atau suhu dan tekanan yang sama. Kerapatan gas
diidenfinisikan sebagai berat gas dalam gram per liter. Untuk menentukan berat
molekul ini maka ditimbang sejumlah gas tertentu kemudian diukur pV dan T-nya.
Menurut hukum gas ideal :
p V = n R T dimana n = m/BM……………………………….(1)
sehingga,
p V = (m/BM) RT………………………………………………………………(2)
dengan mengubah persamaan
p(BM) = (m/V) RT = ρRT………………………………………………….(3)
di mana:
BM : Berat molekul
p : Tekanan gas
V : Volume gas
T : Suhu absolut
R : Tetapan gas ideal
ρ : Massa jenis
Bila gas ideal sifat-sifatnya dapat dinyatakan dengan persamaan yang sederhana
ialah pV = n R T, maka sifat-sifat gas sejati hanya dapat dinyatakan dengan
persamaan, yang lebih kompleks lebih-lebih pada tekanan yang tinggi dan
temperatur yang rendah. Bila diinginkan penentuan berat molekul suatu gas secara
teliti maka hukum-hukum gas ideal dipergunakan pada tekanan yang rendah. Tetapi
akan terjadi kesukaran ialah bila tekanan rendah maka suatu berat tertentu dari gas
akan mempunyai volume yang sangat besar.. Untuk suatu berat tertentu bila
tekanan berkurang volume bertambah dan berat per liter berkurang. Kerapatan yang
didefinisikan dengan W/V berkurang tetapi perbandingan kerapatan dan tekanan d/p
atau W/pV akan tetap, sebab berat total W tetap dan bila gas dianggap gas ideal pV
juga tetap sesuai dengan persamaan berikut :
p V = R T………………………………………………….(4)
M = R T = (d/p)o R T…………………………………….(5)
Suatu aliran dari udara kering yang bersih dilewatkan cairan yang diukur tekanan
uapnya. Ketelitian dari pengukuran ini tergantung pada kejenuhan udara tersebut.
Untuk menjamin kejenuhan ini maka udara dilewatkan cairan tersebut secara seri.
Bila V adalah volume dari w gram cairan tersebut dalam keadaan uap, M berat mol
cairan dan tekanan uap dari cairan tersebut pada temperatur T maka tekanan uap
dapat dihitung dengan hukum gas ideal :
p = ρR T……………………………………………………..(6)
(Respati, 1992)
Hukum gabungan gas untuk suatu sampel gas menyetakan bahwa perbandingan
pV/T adalah konstan. Sebetulnya untuk gas-gas real (nyata) seperti metana (CH3)
dan oksigen dilakukan pengukuran secara cermat, ternyata hal ini tidak benar betul.
Gas hipotesis yang dianggap akan mengikuti hukum gabungan gas pada berbagai
suhu dan tekanan hukum gabungan gas pada berbagai suhu dan tekanan disebut
gas ideal. Gas nyata akan menyimpang dari sifat gas ideal.Pada tekanan yang relatif
rendah termasuk pada tekanan atmosfer serta suhuyang tinggi, semua gas akan
menempati keadaan ideal sehingga hukum gas gabungan dapat dipakai untuk
segala macam gas yang digunakan
(Brady, 1999)
Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan
untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Dalam hal ini menyarankan
konsep gas ideal, yakni gas yang akan mempunyai sifat sederhana yang sama
dibawah kondisi yang sama
(Haliday dan Resnick, 1978)
Faktor koreksi:
………………………………………………………………..(7)
Nilai BM hasil perhitungan akan mendekati nilai sebenarnya, tetapi masih
mengandung kesalahan. Ketika labu erlenmeyer kosong ditimbang, labu ini penuh
dengan udara. Setelah pemanasan dan pendinginan dalam desikator, tidak semua
uap cairan kembali ke bentuk cairannya, sehingga akan mengurangi jumlah udara
yang masuk kembali ke dalam labu erlenmeyer. Jadi massa labu erlenmeyer dalam
keadaan ini lebih kecil dari pada massa labu erlenmeyer dalam keadaan semua uap
cairan kembali kebentuk cairannya. Oleh karena itu massa cairan X sebenarnya
harus ditambahkan dengan massa udara yang tidak dapat masuk kembali ke dalam
labu erlenmeyer karena adanya uap cairan yang tidak mengembun. Massa udara
tersebut dapat dihitung dengan menganggap bahwa tekanan parsial udara yang
tidak dapat masuk sama dengan tekanan uap cairan pada suhu kamar. Nilai ini
dapat diketahui dari literatur. Sebagai contoh untuk menghitung tekanan uap CHCl3
pada suhu tertentu dapat digunakan persamaan:
Dimana P adalah tekanan uap dalam mmHg dan T adalah suhu dalam derajat
celsius. (Buku Petunjuk Praktikum Kimia Fisika, TGP FTUI)
Jadi dengan menggunakan persamaan di atas, tekanan uap CHCl3 pada berbagai
suhu dapat dihitung. Dengan menggunakan nilai tekanan uap pada suhu kamar,
bersama-sama dengan data mengenai volum labu erlenmeyer dan berat molekul
udara (28.8 gr/mol), dapat dihitung faktor koreksi yang harus ditambahkan pada
massa cairan X. Dengan memasukkan faktor koreksi akan diperoleh nilai BM yang
lebih tepat.
IV. Langkah Kerja
Menimbang labu erlenmeyer
Menutup labu erlenmeyer dengan aluminium foil
Memberi lubang kecil pada aluminium foil yang menutupi labu
Memasukkan 10 mL aseton ke dalam labu erlenmeyer kemudian ditutup kembali
Membiarkan sampai cairan menguap dan catat suhunya
Merendam labu erlenmeyer dalam penangas bersuhu 100oC
Udara masuk dan uap cairan volatil akan mengembun menjadi cairan
Angkat labu, tempatkan dalam desikator untuk mendinginkannya
Ukur tekanan atmosfer dengan menggunakan barometer
Mengisi labu erlenmeyer hingga penuh kemudian ditimbang, ukur massa air, suhu air, massa
jenis air dan volume air
V. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
No. Pengamatan Aseton
1. Massa labu Erlenmeyer, alumunium
foil, karet gelang 73,75 gr
2. Massa labu Erlenmeyer, alumunium
foil, karet gelang + cairan volatile 73,95 gr
3. Massa cairan volatile 0,20 gr
4. Massa Erlenmeyer + air 208,8 gr
5. Massa air 135,68 gr
6. Temperatur air 100oC
7. Temperatur air saat cairan volatile
menguap 74oC
8. Tekanan atmosfer 1 atm
9. Massa jenis air 0,9660 gr/cm3
Diketahui BM teoritis aseton = 58 g/L
Dari analisis data (Lampiran), diperoleh hasil sebagai berikut :
aseton = 1,468 gr/L
BM aseton = 44,959 gr/L
% ketelitian = 77,5 %
Praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan berat molekul senyawa volatil
berdasarkan pengukuran massa jenis gas dengan menggunakan persamaan gas
ideal. Pada percobaan kali ini sampel yang digunakan adalah aseton. Praktikum
untuk menentukan berat molekul senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa
jenis gas dengan menggunakan persamaan gas ideal adalah salah satu alternatif
lain dari metode penentuan massa jenis gas dengan alat Viktor Meyer. Persamaan
gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan untuk
menentukan berat molekul senyawa volatil.Senyawa volatil merupakan senyawa
yang mudah menguap, apalagi jika dipanaskan pada suhu di atas titik didih.
Langkah awal dari praktikum ini adalah menentukan massa erlenmeyer kosong agar
dapat menentukan massa cairan. Berat labu erlenmeyer ditambahkan alumium foil
dan karet gelang yakni 73,75 gram. Kemudian aseton dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer lalu dipanaskan sampai suhu 100°C. Setelah semua cairan volatil
menguap dan kemudian diukur suhu yang dibutuhkan cairan untuk menguap
seluruhnya, labu erlenmeyer diangkat, kemudian diletakkan di dalam desikator.
Desikator ini berfungsi sebagai pengering dan pendingin dari alat laboratorium untuk
percobaan. Berat labu erlenmeyer ditambahkan alumium foil dan karet gelang yang
didinginkan yakni 73,95 gram. Oleh karena itu didapatkan berat cairan aseton yakni
sebanyak 0,2 gram.
Pada prinsipnya, kita anggap tidak ada massa zat yang hilang ketika kita melakukan
penguapan aseton. Dengan mengubah cairan aseton menjadi gas, maka sesuai
dengan sifatnya yang mudah berubah, (kerapatan) gas tersebut akan menempati
seluruh ruang atau volume labu erlenmeyer dan akan berhenti ketika tekanannya
sama antara tekanan di dalam erlenmeyer dan tekanan udara di luar erlenmeyer.
Dalam perhitungan berat molekul (BM) aseton dapat menggunakan persamaan gas
ideal yaitu dengan adanya volume air dan massa jenisnya, maka dapat dihitung
massa jenis zatnya. Dengan mengetahui nilai massa jenis zat maka berat molekul
juga dapat dihitung. Pada data hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa nilai
massa cairan volatil berpengaruh terhadap berat molekul (BM). Dengan demikian,
semakin besar nilai dari massa cairan volatilnya maka semakin besar pula nilai berat
molekulnya.Namun, nilai BM yang kita dapatkan pada saat praktikum cenderung
berbeda dengan dengan nilai BM secara teori. Hal ini biasanya disebabkan tidak
semua cairan aseton yang menguap, kembali mengembun setelah didinginkan
akibatnya akan mengurangi massa udara yang dapat masuk kembali, oleh karena
itulah nilai yang diperoleh dikoreksi melalui % ketelitian. Massa udara tersebut di
atas dapat dihitung dengan mengasumsikan bahwa tekanan parsial udara yang tidak
dapat masuk tadi sama dengan tekanan uap cairan aseton pada temperatur kamar.
Nilai BM aseton berdasarkan hasil percobaan adalah 44,959 gram/mol dan
berdasarkan teori sebesar 58 gram/mol sehingga nilai persen ketelitiannya adalah
sebesar 77,5 %.
Penentuan berat molekul senyawa dengan menggunakan metode pengukuran
massa jenis gas ini memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
Kelebihan
1. Dengan menggunakan metode ini, kita dapat menentukan berat molekul
suatu senyawa volatil dengan peralatan yang lebih sederhana.
2. Percobaan ini menggunakan penangas air sebagai pengatur suhu. Sehingga
percobaan ini lebih cocok untuk senyawa yang memiliki titik didih kurang dari
100oC.
3. Dengan adanya faktor koreksi, maka dapat meminimalkan kesalahan
perhitungan data hasil percobaan.
Kelemahan
1. Ketidaktepatan pengamatan pada saat cairan telah menguap semua atau
belum dapat mengakibatkan kesalahan dalam perhitungan. Jika masih ada
cairan yang belum menguap atau masih ada cairan yang tersisi dalam labu
erlenmeyer, maka dapat mengakibatkan kesalahan dalam perhitungan massa
jenis gas dan pada akhirnya mengakibatkan kesalahan pada perhitungan
berat molekul.
2. Mahasiswa tidak mengetahui dengan pasti titik didih dari suatu sampel
senyawa. Sehingga timbul pertanyaan apakah suhu penangas air yang
tercatat sangat berpengaruh pada nilai berat molekul yang dihasilkan atau
tidak. Pertanyaan ini timbul karena bila labu erlenmeyer dimasukkan dalam
penangas air pada suhu misal 80oC, maka cairan volatil tersebut akan
menguap total pada suhu sedikit di atas 80oC. Jika labu erlenmeyer
dimasukkan berisi sampel volatil dimasukkan ke dalam penangas air pada
suhu (misal) 90oC, maka dalam perhitungan nilai berat molekul yang
diperoleh akan pasti berbeda.
3. Metode penentuan berat molekul berdasarkan massa jenis gas ini tidak cocok
untuk senyawa dengan titik didih di atas 100oC.
VI. Kesimpulan
1. Penentuan berat molekul senyawa yang mudah menguap dapat dilakukan
dengan cara mengukur massa jenis senyawa dan menggunakan persamaan
gas ideal.
2. Nilai massa cairan volatil berpengaruh terhadap berat molekul (BM). Dengan
demikian, semakin besar nilai dari massa cairan volatilnya maka semakin
besar pula nilai berat molekulnya.
3. Nilai BM (berat molekul) aseton yang diperoleh pada percobaan adalah
sebesar 44,959 gram/mol, sedangkan nilai BM teoritisnya sebesar 58
gram/mol.
4. Pada perhitungan persen ketelitian, diperoleh hasil yakni sebesar 77,5%.