validasi proses formulasi sediaan p-cr koloid untuk...

100
VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN 32 P-Cr KOLOID UNTUK RADIOSINOVEKTOMI SKRIPSI KINANTHY PUTRI ANDINI PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M / 1441 H

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN 32P-Cr KOLOID

UNTUK RADIOSINOVEKTOMI

SKRIPSI

KINANTHY PUTRI ANDINI

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M / 1441 H

Page 2: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN 32P-Cr KOLOID

UNTUK RADIOSINOVEKTOMI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

KINANTHY PUTRI ANDINI

NIM: 11150960000041

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M / 1441 H

Page 3: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar
Page 4: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar
Page 5: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

v

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL

KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI

ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA

MANAPUN.

Jakarta, Mei 2020

Kinanthy Putri Andini

11150960000041

Page 6: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

vi

ABSTRAK

KINANTHY PUTRI ANDINI. Validasi Proses Formulasi Sediaan 32P-Cr Koloid

untuk Radiosinovektomi. Dibimbing oleh HENDRAWATI dan VERONIKA

YULIANTI SUSILO

Radiosinovektomi merupakan pengobatan alternatif untuk rheumatoid arthritis.

Radiosinovektomi berupa radiofarmaka pemancar sinar beta yang disuntikan ke

lapisan sendi untuk menghancurkan peradangan pada jaringan. Penelitian

sebelumnya menghasilkan proses formulasi 32P-Cr koloid yang optimum

menggunakan metode reduksi. Penelitian ini memvalidasi hasil pengukuran

kemurnian radionuklida, kemurnian radiokimia, pH dan distribusi ukuran partikel

formulasi 32P-Cr koloid berdasarkan pengendalian kualitas dan analisis presisi

(parameter keterulangan dan presisi antara) pada hasil pengukuran distribusi ukuran

partikel dan kemurnian radiokimia. Senyawa yang dihasilkan dianalisis distribusi

ukuran partikelnya menggunakan CoulterTM Countess dan mikroskop, analisis

kemurnian radionuklida dan kemurnian radiokimia dengan metode kromatografi

lapis tipis dan dideteksi menggunakan autoradiografi serta analisis pH dengan

kertas pH. Formulasi 32P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

99,84-99,92%, kemurnian radiokimia sebesar 96,68-99,25%, pH 5-6 dan distribusi

ukuran partikel 97,18-100% pada rentang 2-10 µm. Analisis presisi parameter

keterulangan pada hasil pengukuran distribusi ukuran partikel dan kemurnian

radiokimia memiliki nilai Relatif Standar Deviation (RSD) berturut-turut sebesar

0,49% dan 0,40%. Hasil tersebut memenuhi nilai keberterimaan presisi. Analisis

presisi parameter presisi antara pada hasil pengukuran distribusi ukuran partikel dan

kemurnian radiokimia memiliki nilai RSD berturut-turut sebesar 8,61% dan 1,33%.

Nilai RSD hasil pengukuran distribusi ukuran partikel belum memenuhi nilai

keberterimaan dan nilai RSD hasil pengukuran kemurnian radiokimia memenuhi

nilai keberterimaan presisi.

Kata kunci: 32P-Cr koloid, pengendalian kualitas, presisi

Page 7: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

vii

ABSTRACT

KINANTHY PUTRI ANDINI. Validation Process of Formulation of 32P-Cr

Colloid to Radiosynovectomy. Guided by HENDRAWATI and VERONIKA

YULIANTI SUSILO

Radiosynovectomy is an alternative treatment of rheumatoid arthritis.

Radiosynovectomy is the radiopharmaceutical that emit beta rays to injected into

joints lining to destroy inflammatory tissue. Previous research has resulted optimum

formulation process of collodial 32P-Cr using reduction method. This research

validates the result of measurements of radionuclide purity, radiochemical purity,

pH and particle size distribution of the collodial 32P-Cr formulation with quality

control and precision analysis (repeatability and precision intermediate parameters).

The resulting compounds were analyzed and characterized by particle size

distribution with CoulterTM Countess and microscope, radionuclide purity and

radiochemical purity by thin layer chromatography method and detected using

autoradiography, and pH with pH paper. The collodial 32P-Cr has a radionuclide

purity of 99,84-99,92%, a radiochemical purity of 96,68-99,25%, a pH of 5-6 and

particle size distribution of 97,18-100% in the range 2-10 µm. The precision

analysis of repeatability the result of particle size distribution and radiochemical

purity has RSD 0,49% and 0,40%. The results fulfilled of value recovery precision.

The precision analysis of precision intermediate parameters the result of particle

size distribution has RSD of 8,61% and the result of the radiochemical purity has

RSD 1,33%. RSD of particle size distribution not yet fulfilled of value recovery and

RSD of chemical purity fulfilled of value recovery precision.

Key Words: 32P-Cr colloid, quality control, precision

Page 8: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

viii

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohim

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, atas segala

nikmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta

salam semoga selalu dilimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini berjudul Validasi Proses Formulasi Sediaan 32P-Cr Koloid untuk

Radiosinovektomi. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak

yang telah membantu dan mendukung sehingga penulisan skripsi ini dapat

diselesaikan.

1. Dr. Hendrawati, M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, bimbingan, nasihat serta arahan dalam menyelesaikan

penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Veronika Yulianti Susilo, M.Farm selaku pembimbing II yang telah

memberikan ilmu pengetahuan, membimbing dan memberikan saran pada

penelitian dan penulisan skripsi.

3. Nurhasni, M.Si selaku dosen penguji I yang telah memberikan masukan pada

skripsi ini.

4. Nurmaya Arofah, SST, M.Eng selaku dosen penguji II yang telah

memberikan saran dan masukan pada skripsi ini.

5. Dr. La Ode Sumarlin, M.Si selaku ketua Program Studi Kimia, Fakultas Sains

dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Bunda dan Buya yang selalu memberikan dukungan materi dan moril selama

berlangsungnya penulisan skripsi.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalaamu’alaikum, Wr. Wb.

Jakarta, Mei 2020

Kinanthy Putri Andini

Page 9: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

ix

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR TABEL................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

1.3 Hipotesis ........................................................................................................ 6

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6

1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8

2.1 Rheumatoid Arthritis ..................................................................................... 8

2.2 Radiosinovektomi ........................................................................................ 10

2.3 Radioisotop 32P ............................................................................................ 13

2.4 Sediaan 32P-Cr Koloid ................................................................................. 16

2.5 Pengendalian Kualitas (Quality Control) .................................................... 20

2.6 Metode Analisis Presisi ............................................................................... 22

2.7 Karakterisasi 32P-Cr Koloid ......................................................................... 25

2.7.1 Analisis Distribusi Ukuran Partikel ................................................ 25

2.7.2 Analisis Kemurnian Radiokimia ..................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 30

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 30

3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 30

3.2.1 Alat .................................................................................................. 30

3.2.2 Bahan............................................................................................... 30

3.3 Diagram Alir Penelitian ............................................................................... 31

3.4 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 32

3.4.1 Formulasi 32P-Cr Koloid (Sukma, 2018) ........................................ 32

3.4.2 Karakterisasi Material ..................................................................... 32

Page 10: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

x

3.4.3 Pengulangan Formulasi dan Validasi Prosedur 32P-Cr Koloid ....... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 36

4.1 Formulasi Optimum 32P-Cr Koloid ............................................................. 36

4.2 Pengendalian Kualitas (Quality Control) .................................................... 43

4.3 Validasi Uji Presisi ...................................................................................... 46

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 52

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 52

5.2 Saran ............................................................................................................ 52

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 53

LAMPIRAN ......................................................................................................... 59

Page 11: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Fisik dan Dosis Radioisotop untuk

Radiosinovektomi ..................................................................... 15

Tabel 2. Hasil Formulasi 32P-Cr Koloid .................................................. 35

Tabel 3. Hasil Pengukuran Distribusi Partikel Formulasi Optimum 32P-

Cr Koloid ................................................................................... 38

Tabel 4. Persentase Kemurnian Radiokimia Formulasi Optimum .......... 42

Tabel 5. Hasil Pengendalian Kualitas (Quality Control) 32P-Cr Koloid . 44

Tabel 6. Hasil Pengukuran Distribusi Ukuran Partikel 32P-Cr Koloid

menggunakan Countess dan Data Uji Presisi Parameter

Keterulangan ............................................................................. 47

Tabel 7. Hasil Pengukuran Kemurnian Radiokimia 32P-Cr Koloid

menggunakan Autoradiografi dan Data Uji Presisi Parameter

Keterulangan ............................................................................. 48

Tabel 8. Hasil Pengukuran Distribusi Ukuran Partikel 32P-Cr Koloid

menggunakan Countess dan Data Uji Presisi Parameter Presisi

Antara ........................................................................................ 50

Tabel 9. Hasil Pengukuran Kemurnian Radiokimia 32P-Cr Koloid

menggunakan Autoradiografi dan Data Uji Presisi Parameter

Presisi Antara ............................................................................ 51

Page 12: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penampang bentuk sendi normal dan Rheumatoid Arthritis 8

Gambar 2. Aplikasi Radiosinovektomi .................................................. 11

Gambar 3. Prosedur Autoradiografi ....................................................... 28

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian........................................................ 31

Gambar 5. Perubahan Warna Larutan pada Proses Formulasi 32P-Cr

Koloid ................................................................................... 37

Gambar 6. Plat KLT pada Karakteristik Kemurnian Radiokimia .......... 39

Gambar 7. Radiokromatogram Hasil Analisis Kemurnian Radiokimia 32P-Cr Koloid dengan metode KLT menggunakan

Autoradiografi ...................................................................... 41

Gambar 8. Radiokromatogram Hasil Analisis Kemurnian Radiokimia 32P dengan metode KLT menggunakan Autoradiografi ....... 41

Gambar 9. Hasil Analisis Mikroskop F3 ................................................ 45

Page 13: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulasi Sediaan 32P-Cr Koloid .................................... 60

Lampiran 2. Data Kemurnian Radiokimia menggunakan

Autoradiografi pada Formulasi 32P-Cr Optimum............. 61

Lampiran 3. Data Kemurnian Radiokimia menggunakan

Autoradiografi pada Standar 32P ...................................... 62

Lampiran 4. Data Kemurnian Radionuklida Pengendalian Kualitas

(Quality Control) ............................................................. 64

Lampiran 5. Data Kemurnian Radiokimia Pengendalian Kualitas

(Quality Control) ............................................................. 65

Lampiran 6. Data Distribusi Ukuran Partikel Pengendalian Kualitas

(Quality Control) ............................................................. 68

Lampiran 7. Keterangan Formulasi Uji Presisi .................................... 71

Lampiran 8. Perhitungan RSD Horwitz ............................................... 72

Lampiran 9. Hasil Pengukuran Distribusi Ukuran Partikel 32P-Cr

Koloid dan Analisis Presisi Parameter Keterulangan ...... 73

Lampiran 10. Hasil Pengukuran Kemurnian Radiokimia dan Analisis

Presisi Parameter Keterulangan ....................................... 74

Lampiran 11. Hasil Pengukuran Distribusi Ukuran Partikel 32P-Cr

Koloid dan Analisis Presisi Parameter Presisi Antara ..... 79

Lampiran 12. Hasil Pengukuran Kemurnian Radiokimia 32P-Cr Koloid

dan Analisis Presisi Parameter Presisi Antara ................. 87

Page 14: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit kronis peradangan sendi pada

bagian sinovial (cairan yang berfungsi sebagai pelumas sendi) yang ditandai dengan

rasa sakit sehingga menyebabkan kerusakan progresif. Rheumatoid arthritis

menyerang 1% populasi penduduk di dunia yang mencakup segala umur dan tiga

kali lebih banyak terjadi pada wanita (CPPE, 2011). Akibat dari peradangan sendi

yang menahun antara lain adalah kerusakan tulang rawan sendi, tulang, tendon dan

ligamen, pengikisan tulang, dan kecacatan sendi yang mengganggu sistem

fungsional tubuh. Pasien penderita RA akan merasakan sakit, kaku dan

pembengkakan pada sendi. Sendi yang rusak akan membuat pasien tidak bisa

melakukan aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup (Das, 2007;

Rustendi et al., 2010).

Terapi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengurangi sakit,

peradangan, dan kerusakan sendi, serta memperbaiki fungsi sendi (Rustendi et al.,

2010). Bentuk terapi rheumatoid arthritis ada dua metode, yaitu dengan obat

(farmakologi) dan tanpa obat (non farmakologi). Terapi menggunakan obat

analgesik seperti parasetamol, obat antiinflamasi nonsteroid atau NSAIDs (Non-

Steroidal Anti-Inflammatory Drugs) seperti ibuprofen, DMARDs (Disease-

Modifying Antiheumatic Drugs) sebagai obat imunosupresan seperti methotrexate,

leflunomide, azathioprine, dan ciclosporin, dan obat golongan glukokortikoid atau

yang disebut juga kortikosteroid sebagai obat antiinflamasi steroid. Kelemahan dari

terapi menggunakan obat adalah memiliki efek samping dan toksisitas yang tinggi.

Page 15: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

2

Terapi tanpa obat dapat dilakukan dengan operasi. Operasi sendi dapat dilakukan

ketika pasien sudah tidak responsif dengan terapi obat. Operasi dilakukan dengan

harapan dapat mengurangi rasa sakit dan meningkatkan fungsi sendi. Pertimbangan

operasi adalah dilakukan sebelum terjadi kerusakan sendi yang ireversibel termasuk

kemungkian pengganti sendi, penggabungan sendi dan rekonstruksi tendon (CPPE,

2011). Operasi juga memiliki risiko antara lain adalah pendarahan, infeksi pada

sendi artifisial, bekuan darah dan sendi artifisial yang tidak cocok. Pemulihan pasca

operasi membutuhkan waktu 2 minggu sedangkan untuk rehabilitasnya

membutuhkan waktu beberapa bulan (Darlina & Wahyuni, 2004).

Radiosinovektomi merupakan metode alternatif selain operasi sendi. Menurut

Das et al. (2004), prinsip dari radiosinovektomi adalah menyuntikkan sejumlah

kecil sediaan bertanda radioisotop ke dalam sendi. Radioisotop tersebut akan

memancarkan sinar beta yang menembus dan menghancurkan inflamasi jaringan

untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan. Radioisotop yang digunakan

bersifat aman dan tidak menyebabkan kerusakan pada tulang rawan artikular

(tulang rawan yang kenyal, elastis dan keras) (Johnson et al., 1995). Kelebihan

radiosinovektomi adalah terapi yang aman dan efektif untuk pasien RA yang tidak

dapat disembuhkan dan/atau tidak memungkinkan terapi obat-obatan. Prosedur

terapi sederhana, risiko lebih kecil, tidak membutuhkan pemulihan rawat inap di

rumah sakit, pengobatan biaya yang lebih kecil dan terapi dapat diulang juga

merupakan kelebihan radiosinovektomi dibandingkan operasi (Darlina & Wahyuni,

2004).

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surah Asy-Syu’ara’ ayat 80 dan surah

Yunus ayat 57 mengenai kesembuhan dari sakit:

Page 16: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

3

٠٨وإذا مرضت فهو يشفين

Artinya: dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku (QS. Asy-

Syu’ara’ [26]: 80).

أيها ب كم وشفاء ل ما في ٱلناس ي ن ر وعظة م دور قد جاءتكم م وهدى ٱلص

لمؤمنين ٧٥ورحمة ل

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari

Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan

petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS. Yunus [10]: 57).

Firman Allah di atas menjelaskan bahwa kesembuhan dari segala penyakit

datangnya dari Allah SWT. Pengobatan dan perawatan dokter merupakan bentuk

usaha manusia untuk mencapai kesembuhan. Petunjuk serta rahmat mengenai

kesembuhan hanya akan diberikan kepada orang-orang yang beriman dan yang mau

berusaha. Salah satu metode alternatif untuk pengobatan dari penyakit RA adalah

dengan radiosinovektomi. Pengobatan menggunakan radiosinovektomi menurut

penelitian Silva et al. (2001) merupakan salah satu cara untuk penderita

haemophilic synovitis yang kronis. Berdasarkan penelitian tersebut, hemarthosis

(pendarahan pada sendi) yang terjadi dapat dikurangi selama lebih dari 8 tahun

setelah pengobatan.

Penelitian Prabhakar et al. (2001) memformulasikan sediaan 32P-Cr koloid

dengan hasil penelitian kemurnian radiokimia > 98%, ukuran partikel < 5 µm

dengan 99% partikel berukuran 0,6-2,5 µm, sediaan tetap stabil hingga 7 hari dan

hasil uji coba ke hewan menunjukkan adanya penyerapan di paru-paru hingga 70%

dikarenakan adanya ukuran partikel >10 µm. Penelitian Silva et al. (2001)

penggunaan sediaan 32P-Cr-Koloid juga dapat mengurangi pendarahan pada pasien

haemophilic dengan tingkat keberhasilan mencapai 70%. Penggunaan 32P-Cr-

Page 17: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

4

Koloid juga telah dilakukan oleh Mortazavi et al. (2007) untuk menurunkan

frekuensi dari hemarthrosis. Pendarahan yang terjadi pada intra-artikular berhasil

dikurangi dengan radiofarmaka tersebut.

Penelitian mengenai sediaan radiofarmaka untuk radiosinovektomi di

Indonesia, sebelumnya telah dilakukan oleh Rustendi et al. (2010) dalam

pembuatan 186Re-Sn koloid dengan rasio mol SnCl2.2H2O terhadap Re sama dengan

1000:1, waktu pemanasan 90 menit dan kemurnian radiokimia 96,7%. Penelitian

Aziz (2012) mengenai pembuatan dan karakterisasi radioisotop 169ErCl3 dengan

cara iradiasi bahan sasaran erbium oksida diperkaya dengan pengayaan 168Er

sebesar 97,75% dengan hasil penelitian kemurnian radionuklida sebesar 99,84%

dan kemurnian radiokimia sebesar 99,51%. Penelitian Aziz dan Suherman (2013)

menggunakan radioisotop 175YbCl3 hasil iradiasi bahan sasaran iterbium oksida

dengan pengayaan isotop 174Yb sebesar 98,4% dengan hasil penelitian kemurnian

radionuklida sebesar 100% dan kemurnian radiokimia sebesar 99,66%.

Penelitian ini menggunakan sediaan kromik fosfat bertanda radioisotop 32P

(32P-Cr Koloid). Penggunaan radioisotop 32P dikarenakan radioisotop tersebut

mudah ditemukan dan lebih murah dibanding radioisotop itrium-90 (90Y) karena

berasal dari target sulfur yang berada di alam, merupakan radioisotop yang hanya

memancarkan sinar beta, memiliki waktu paruh 14 hari, cocok digunakan untuk

sendi besar seperti sendi lutut dengan ukuran partikel dan kemampuan penetrasi

pada jaringan yang sesuai untuk digunakan pada radiosinovektomi (Liepe et al.,

2011; Silva et al., 2001). Formulasi yang optimum pada radioisotop tersebut

menggunakan metode reduksi telah dilakukan pada penelitian Sukma (2018) dalam

penentuan kondisi optimum formulasi 32P-Cr berdasarkan prosedur formulasi dari

Page 18: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

5

Liepe et al. (2011), Prabhakar et al. (2001) dan Turco & Pietra (1963). Tahap

berikutnya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah memvalidasi proses

formulasi tersebut. Validasi proses formulasi 32P-Cr koloid yang optimum agar

diperoleh kinerja proses formulasi yang valid. Validasi dalam penelitian ini

memastikan hasil pengukuran karakterisasi kemurnian radionuklida, kemurnian

radiokimia, pH dan distribusi ukuran partikel 32P-Cr koloid sesuai dengan standar

pengendalian kualitas (quality control) radiofarmaka untuk radiosinovektomi

berdasarkan United States Pharmacopeia (USP) National Formulary (NF)

(USP30-NF25), International Atomic Energy Agency (IAEA) Technical Report

Series (2019) dan Pars Isotope. Validasi selanjutnya, menetapkan nilai

keberterimaan analisis presisi berdasarkan hasil pengukuran distribusi ukuran

partikel dan kemurnian radiokimia. Distribusi ukuran partikel 32P-Cr koloid

dikarakterisasi menggunakan mikroskop dan CoulterTM Counter, kemurnian

radionuklida dan radiokimia diuji dengan metode kromatografi lapis tipis dan

jumlah keradioaktifannya dicacah menggunakan autoradiografi, dan pH diuji

menggunakan kertas indikator pH.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah data hasil pengukuran kemurnian radionuklida, kemurnian

radiokimia, pH dan distribusi ukuran partikel 32P-Cr koloid sesuai dengan

standar pengendalian kualitas (quality control) radiofarmaka untuk

radiosinovektomi berdasarkan United States Pharmacopeia (USP) National

Page 19: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

6

Formulary (NF) (USP30-NF25), International Atomic Energy Agency

(IAEA) Technical Report Series (2019) dan Pars Isotope?

2. Apakah hasil pengukuran distribusi ukuran partikel dan kemurnian

radiokimia formulasi 32P-Cr koloid memenuhi nilai keberterimaan uji

presisi parameter keterulangan dan presisi antara?

1.3 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Data hasil pengukuran kemurnian radionuklida, kemurnian radiokimia, pH

dan distribusi ukuran partikel 32P-Cr koloid memenuhi standar pengendalian

kualitas (quality control) radiofarmaka untuk radiosinovektomi berdasarkan

United States Pharmacopeia (USP) National Formulary (NF) (USP30-

NF25), International Atomic Energy Agency (IAEA) Technical Report Series

(2019) dan Pars Isotope.

2. Data hasil pengukuran distribusi ukuran partikel dan kemurnian radiokimia

32P-Cr koloid memenuhi nilai keberterimaan analisis presisi parameter

keterulangan dengan nilai standar deviasi relatif (RSD) < 2,68% (RSD

Horwitz Presisi Keterulangan) dan presisi antara dengan nilai RSD < 4%

(RSD Horwitz Presisi Antara).

1.4 Tujuan Penelitian

Page 20: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

7

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menjamin hasil pengukuran kemurnian radionuklida, kemurnian radiokimia,

pH dan distribusi ukuran partikel 32P-Cr sesuai dengan standar pengendalian

kualitas (quality control) radiofarmaka untuk radiosinovektomi.

2. Menetapkan nilai keberterimaan analisis presisi formulasi 32P-Cr koloid pada

hasil pengukuran distribusi ukuran partikel dan kemurnian radiokimia dengan

validasi uji presisi parameter keterulangan dan presisi antara.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi dan sumber data

ilmiah untuk penelitian lanjutan mengenai 32P-Cr koloid untuk radiosinovektomi

yang valid sehingga dapat digunakan sebagai metode alternatif pengobatan

rheumatoid arthritis.

Page 21: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rheumatoid Arthritis

Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit sistemik peradangan sendi pada

bagian sinovial (cairan berfungsi sebagai pelumas sendi) yang menyebabkan

kerusakan progresif. Penyakit ini biasanya menyerang sendi pergelangan tangan

dan sendi lutut (Das, 2007; CPPE, 2011). Peradangan pada bagian sinovial

menyebabkan terjadi pembengkakan sendi, rasa sakit dan kekakuan. Peradangan ini

berkelanjutan hingga terjadi pannus (jaringan granulasi mirip dengan jaringan

parut) yang menyebabkan pengikisan tulang (CPPE, 2011). Gambar 1

memperlihatkan pembentukan sendi sehat dan sendi pada pasien rheumatoid

arthritis (RA).

Gambar 1. Penampang bentuk sendi normal dan

rheumatoid arthritis (Musculoskeletal Australia)

Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui dengan pasti, tetapi

salah satu faktor penyebabnya adalah karena reaksi kekebalan pada proses di dalam

tubuh (autoimunitas). Tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang sel-selnya

Page 22: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

9

sendiri. Kompleks antigen-antibodi yang terbentuk dapat menurunkan imunitas

tubuh dan merusak jaringan, termasuk jaringan sendi (Wijayakusuma, 2008).

Peradangan sendi pada lapisan membran sinovial yang menghasilkan cairan yang

mengandung sel makrofag limfosit T dalam jumlah yang banyak. Sel makrofag

limfosit T tersebut dapat merusak tulang dan menekan cairan sinovial sehingga

menimbulkan rasa sakit (De Bois et al., 1995; Darlina & Wahyuni, 2004).

Gejala umum pada rheumatoid arthritis adalah terjadi pembengkakan, timbul

warna kemerahan, terasa hangat dan bila ditekan terasa sakit pada sendi. Gejala

tersebut bersifat hilang timbul (Darlina & Wahyuni, 2004). Penggunaan obat-

obatan pada pasien penderita rheumatoid arthritis bertujuan untuk mengurangi rasa

sakit, mengurangi peradangan dan menurunkan risiko terjadinya kerusakan sendi

(CPPE, 2011). Obat-obatan yang digunakan pada terapi pasien RA, antara lain

sebagai berikut (Darlina & Wahyuni, 2004; CPPE, 2011; Cartika, 2016):

1. Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAID) adalah obat anti inflamasi

nonstreroid, seperti aspirin dan ibuprofen. Obat ini umumnya diberikan di

awal penyakit yang bertujuan untuk mengurangi sakit karena peradangan

sendi. Obat golongan NSAID tidak dapat melindungi tulang rawan maupun

tulang sendi dari proses peradangan. Sifat toksik dari obat NSAID adalah

gangguan pencernaan, gangguan fungsi hati dan ginjal.

2. Kombinasi beberapa obat untuk pengobatan rheumatoid arthritis yang

dikenal dengan terapi Desease-Modifying Antirheumatic Drug (DMARD),

contohnya seperti klorokuin, methotrexate, cyclosproin-A, dan D-

penisilillamin. Efek samping dari terapi ini adalah gangguan pencernaan,

fungsi hati dan ginjal.

Page 23: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

10

3. Glukokortikoid atau kortikosteroid digunakan sebagai obat karena memiliki

efek antiinflamasi. Glukokortikoid berperan dalam metabolisme karbohidrat,

lipid dan protein di dalam tubuh. Fungsi lain dari glukokortikoid adalah

mempengaruhi fungsi kardiovaskular, sistem saraf dan otot rangka,

meregulasi ekpresi genetik pertumbuhan dan memiliki efek antiinflamasi dan

imunosupresif. Penggunaan obat glukokortiod dapat secara oral maupun

injeksi untuk pasien penderita rheumatoid arthritis.

Sistem kerja pada obat-obat di atas adalah dengan menstabilkan membran

sinovial, menghambat pelepasan dan aktivitas media peradangan (histamin,

serotonin dan enzim lisosomal), menghambat perpindahan sel ke tempat

peradangan, dan menghambat proliferasi sel, dan mengurangi rasa sakit (Darlina &

Wahyuni, 2004). Dampak rheumatoid arthritis dalam jangka panjang pada

kehidupan individu adalah rasa sakit, pembengkakan, sendi terasa kaku, kerusakan

tulang rawan, pengikisan tulang, dan kecacatan sendi yang mempengaruhi kualitas

hidup dan kemampuan untuk bekerja (Wijayakusuma, 2008; Das et al., 2007;

CPPE, 2011).

2.2 Radiosinovektomi

Radiosinovektomi adalah metode pengobatan dengan menyuntikkan

radioisotop pemancar sinar beta ke dalam sendi dalam jumlah kecil yang bertujuan

untuk menghancurkan inflamasi pada jaringan sehingga rasa sakit dan

pembengkakan berkurang (Das et al., 2004). Radiosinovektomi merupakan salah

satu cara pengobatan untuk penyakit sendi yang bersifat kronis. Pengobatan dengan

radiosinovektomi memiliki risiko efek samping yang rendah dan dapat

diaplikasikan pada pengobatan rawat jalan (Mödder, 2013). Pengobatan ini

Page 24: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

11

bertujuan untuk meringankan rasa sakit dan meningkatkan mobilitas sendi (Soroa

et al., 2005).

Radioisotop yang dinjeksikan tersebar secara merata pada sendi dan

sepanjang permukaan sel dan terjadi penyerapan di jaringan sinovial (Johnson et

al., 1995). Pengaplikasian radioisotop pada jaringan sinovial akan mengalami

fagositosis dengan lokal iradiasi yang tinggi. Hal tersebut akan menyebabkan

proliferasi (pertumbuhan sel yang tidak normal) pada jaringan akan hancur dan

pembentukan senyawa yang menyebabkan peradangan akan dihentikan. Sendi akan

membentuk fibrosis (benang-benang halus) untuk membentuk jaringan sinovial

yang baru, sehat dan normal. Hasil dari proses tersebut adalah berkurangnya rasa

sakit pada peradangan, pembengkakan dan kerusakan sendi dapat dihentikan (Das

et al., 2004; Das, 2007; Liepe et al., 2011; Aziz, 2012). Gambar 2 menunjukkan

proses radiosinovektomi yang terjadi dalam sendi.

(a)

(b)

(c)

(d)

(a) proliferasi sinovial yang menyebabkan peradangan pada sendi

(b) aplikasi radiosinovektomi dengan penyuntikan di intra-artikular

(c) radioisotop berfagosit dalam jaringan

(d) peradangan pada jaringan berkurang dan jaringan berfibrosis untuk

membentuk jaringan yang baru

Gambar 2. Aplikasi Radiosinovektomi (Knut, 2015)

Page 25: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

12

Jenis radioisotop yang dapat digunakan untuk radiosinovektomi antara lain

adalah fosfor-32 (32P), itrium-90 (90Y), renium-186 (186Re) dan renium-188 (188Re)

(IAEA, 2019). Radioisotop yang digunakan berbentuk radiokoloid, berupa

pemancar radiasi beta yang memiliki daya tembus pada jaringan 5-10 mm, memiliki

ukuran 2-10 m, waktu paruh (t½) yang pendek (dalam orde hari), tidak

memancarkan atau sedikit memancarkan sinar gamma, bersifat stabil dan homogen,

dan tidak menunjukkan gejala inflamasi (IAEA, 2001; Schneider et al., 2005;

Karavida & Notopoulos, 2010; Rustendi et al., 2010; Aziz, 2012).

Penyuntikan radioisotop untuk radiosinovektomi dilakukan dengan cara

intra-artikular atau langsung pada sendi. Sebelum penyuntikan dianjurkan untuk

memberikan anastesi lokal dengan menggunakan lidocaine 1%. Posisi jarum

dipastikan dengan bantuan fluoroscopic untuk menjamin posisi yang tepat. Cairan

yang berlebihan pada sendi dikeringkan terlebih dahulu. Sediaan diinjeksi,

kemudian akan melepaskan radiasi pengion (sinar ) yang akan menghancurkan

atau menguraikan zat-zat organik dalam cairan sendi. Hasil penguraian tersebut

akan dibuang melalui urin. Injeksi prilocaine dan glucocorticoids dilakukan setelah

penyuntikan sebagai anastesi, pencegahan kebocoran di ekstra-artikular dan

pencegah sinovitis. Setelah injeksi dilakukan, sendi dibebat selama 48 jam, untuk

mencegah terjadinya kebocoran radioisotop dari sendi (EANM, 2003; Darlina &

Wahyuni, 2004; Schneider et al., 2005; Koca et al., 2013; Atilgan et al., 2016).

Gambar Radiosinovektomi dapat diaplikasikan pada pasien penderita rheumatoid

arthritis, arthropathia psoriatica, poly-arthritis, haemophilic arthritis dan

osteoarthritis (EANM, 2003; Das, 2007; Knut, 2015).

Page 26: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

13

Dosis pada radiosinovektomi tidak hanya ditentukan dari jenis radioisotop

dan besar radiasi beta yang dipancarkannya tetapi juga dilihat dari faktor lain seperti

ukuran rongga sendi, ketebalan cairan sinovial, distribusi radioisotop dalam cairan

sendi, dan aktivitas peradangan pada sendi (Das et al., 2004). Pemberian dosis yang

tepat untuk radiosinovektomi bertujuan agar radioisotop tidak merusak tulang

rawan dan jaringan disekitar sendi dan hanya bekerja di daerah inflamasi (Liepe et

al., 2011). Alat scintigraphy digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada

kebocoran radioisotop yang keluar dari sendi (Koca et al., 2013). Efek samping

setelah radiosinovektomi pada intra-artikular memiliki risiko yang rendah (1

banding 35.000). Hal ini disebabkan karena konsentrasi tinggi dari radiasi beta yang

dipancarkan membunuh bakteri pada sendi dan radiasi tersebut hanya bekerja pada

daerah peradangan (Das et al., 2004; Knut, 2015).

Efek samping dari proses radiosinovektomi tidak ditemukan dalam fungsi

darah, urin dan hati setelah proses radiosinovektomi (Oka et al., 1971).

Radiosinovektomi merupakan metode pengobatan alternatif untuk penderita

rheumatoid arthritis yang tidak dapat disembuhkan dengan obat-obat dan/atau tidak

dapat mengonsumsi obat dalam jangka waktu lama. Kelebihan lainnya dalam

radiosinovektomi adalah memiliki prosedur yang sederhana, risiko yang

ditanggung pasien lebih kecil, tidak membutuhkan pemulihan rawat inap yang lama

di rumah sakit dan biaya pengobatan lebih kecil, serta terapi dapat diulang jika

dibutuhkan lagi (Darlina & Wahyuni, 2004).

2.3 Radioisotop 32P

Isotop adalah atom-atom yang memiliki jumlah proton sama (nomor atom

sama) akan tetapi mempunyai jumlah neutron yang berbeda (nomor massa

Page 27: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

14

berbeda). Sumber isotop ada 2, yaitu isotop yang berasal dari alam dan isotop

buatan manusia yang berasal dari reaksi inti. Radioisotop atau isotop radioaktif

merupakan sumber radiasi. Radioisotop yang digunakan pada bidang kedokteran

dipilih secara hati-hati dan digunakan dengan cermat karena sasaran pemakaiannya

adalah manusia (Wardhana, 2007).

Syarat radioisotop dalam bidang kedokteran adalah radioisotop yang

digunakan harus memiliki waktu paruh yang pendek (orde hari), radioisotop mudah

dibuat dan disiapkan, sudah teruji secara klinis, radioisotop harus dapat segera

keluar melalui sistem sekresi, radioisotop aman tidak mengendap/menuju organ

kritis (Wardhana, 2007). Klasifikasi penggunaan radioisotop dapat dibedakan dari

ukuran sendi. Radioisotop dengan radiasi sinar yang lemah ( < 0,5 MeV)

digunakan untuk sendi yang berukuran kecil seperti sendi pada jari tangan atau kaki.

Contoh radioisotop sinar lemah diantaranya adalah 169Er dan 175Yb. Radioisotop

dengan radiasi sinar sedang (0,5-1 MeV), digunakan pada sendi berukuran lebih

besar seperti sendi pergelangan tangan, siku, bahu, pergelangan kaki dan pinggul.

Contoh radioisotop sinar sedang adalah 186Re. Radioisotop dengan radiasi sinar

besar (>1 MeV) digunakan untuk sendi lutut (Aziz, 2012) dan contoh radioisotop

yang memancarakan radiasi besar adalah 32P dan 90Y. Karakteristik fisik dan

dosis radioisotop untuk radiosinovektomi dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 28: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

15

Tabel 1. Karakteristik Fisik dan Dosis Radioisotop untuk Radiosinovektomi

Radionuklida

Waktu

paruh

(hari)

Daya tembus

jaringan

(mm)

Pancaran

sinar gamma

Sendi/Dosis

(mCi)

198Au 2,7 3,6 Ya Lutut/2,0 32P 14,3 3,7 Tidak Lutut/2,0 90Y 2,7 11,0 Tidak Lutut/4,0

186Re 3,8 3,7 Ya Tulang paha;

siku/2,5 166Ho 1,1 8,5 Ya Lutut/10,0 165Dy 0,1 5,7 Ya Lutut/270,0

(Ingrand, 1973; Darlina & Wahyuni, 2004; Rustendi et al., 2010)

Radioisotop fosfor-32 (32P) dapat diproduksi secara lokal dibeberapa negara

berkembang. Fosfor-32 (32P) dalam bentuk koloid cocok untuk digunakan dalam

terapi radiosinovektomi. Karakteristik dari fosfor-32 (32P) adalah memiliki waktu

paruh 14,3 hari, radiasi beta maksimum yang dipancarkan adalah 1,71 MeV, nilai

maksimum daya tembus jaringan adalah 7,9 mm dengan nilai rata-ratanya adalah

2,2 mm, aktivitas injeksi pada orang dewasa adalah 37-54 MBq (Anghileri &

Marqués, 1967; Winston et al., 1973; Liepe et al., 2011). Berdasarkan karakteristik

tersebut, penelitian ini menggunakan radioisotop fosfor-32 (32P) untuk terapi

rheumatoid arthritis yang dapat diaplikasikan di sendi lutut.

Kelebihan dari radioisotop 32P antara lain sebagai berikut (Jacobs, 1985; Silva

et al., 2001, IAEA, 2019):

1. Radiasi yang dipancarkan hanya radiasi beta sebesar 1,71 MeV yang cocok

untuk penggunaan radiosinovektomi pada sendi besar seperti sendi lutut.

2. Mempunyai batas penetrasi dalam jaringan sebesar 7,9 mm dengan rata-rata

2,2 mm sehingga tidak menyebar ke jaringan lain yang masih sehat.

3. Memiliki rata-rata ukuran partikel yang besar yaitu 4 µm dalam rentang 0,5-

10 µm yang sesuai dengan syarat distribusi ukuran partikel yaitu 2-10 µm

Page 29: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

16

sehingga radioisotop mampu berfagosit ke daerah sinovial dan tidak terjadi

kebocoran dari sendi.

4. Memiliki waktu paruh selama 14 hari yang cukup untuk menghancurkan

peradangan pada sendi.

2.4 Sediaan 32P-Cr Koloid

Pengertian sediaan farmasi berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 26 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 1 adalah obat, bahan obat, obat

tradisional dan kosmetika. Pasal 98 ayat (1) menjelaskan bahwa sediaan farmasi

dan alat kesehatan harus aman, berkhasiat atau bermanfaat, bermutu dan terjangkau.

Pengertian obat dalam Undang-Undang Kesehatan adalah bahan atau paduan

bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau

menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan

diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan peningkatan kesehatan

untuk manusia (Rosilawati et al., 2017).

Sediaan radiofarmaka adalah sediaan radioisotop yang digunakan secara in

vivo bertujuan untuk diagnosis dan/atau terapi. Radiofarmaka tersebut akan

berkumpul atau terakumulasi di dalam organ tubuh tertentu setelah dimasukkan ke

dalam tubuh baik secara oral maupun injeksi, proses tersebut disebut lokalisasi

radiofarmaka. Radiofarmaka mengalami metabolisme dan terakumulasi pada

jaringan/atau organ normal setelah mengikuti aliran darah menuju organ/jaringan

tersebut melalui proses fisiologis normal (Soenarjo, 2014).

Syarat radiofarmaka untuk radiosinovektomi adalah efektif menempatkan

radioisotop pada lingkungan seluler dan harus mencapai sel target in-vivo dalam

jumlah yang optimal. Kualitas lainnya adalah memiliki ukuran partikel yang cukup

Page 30: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

17

dan tetap stabil dalam ruang persendian selama waktu paruh radioisotop. Ukuran

partikel yang besar untuk mencegah terjadinya kebocoran dari ruang sendi (Darlina

& Wahyuni, 2004).

Senyawa radiofarmaka mempunyai struktur dengan gugus radioaktif tertentu

yang dapat berikatan secara spesifik dengan molekul penyusun atau permukaan

jaringan target, proses ini disebut mekanisme spesifik. Permukaan jaringan target

yang mengalami peradangan (inflamasi) membentuk membran dengan gugus

radioaktif yang spesifik yang dapat membentuk ikatan dengan substrat

radiofarmaka. Radiofarmaka ini disebut dengan radiofarmaka molekul terarah.

Sediaan farmaka pada penelitian menggunakan radioisotop fosfor-32 (32P) yang

merupakan radioisotop non-logam. Substrat yang berupa makromolekul, contohnya

protein, tidak mudah berikatan dengan radioisotop, sehingga memerlukan ligan

dengan gugus fungsi ganda dan/atau senyawa linker yang berfungsi sebagai

jembatan penghubung pada ikatan radioisotop dan substrat. Ikatan yang terjadi

dapat berupa pembentukan kompleks antigen-antibodi, enzim-substrat, dan ligan-

reseptor (Soenarjo, 2014).

Karakteristik dari kromium (Cr) adalah memiliki nomor massa 52; nomor

atom 24; densitas 7,2 g/cm3; titik lebur 1.907C; titik didih 2.672C; berbentuk

kristal yang berwarna abu-abu seperti baja, sangat keras dan memiliki nilai oksidasi

+2; +3; dan +6. Kromium (Cr) ditemukan dalam tubuh manusia, baik pada orang

dewasa maupun bayi yang baru lahir (Langard & Costa, 2007). Kromium (Cr)

dalam tubuh adalah sebagai mineral mikro yang berperan dalam metabolisme

karbohidrat, protein dan lemak. Peran mekanisme Cr lainnya adalah memfasilitasi

interaksi insulin dengan reseptor ketika gula masuk ke permukaan sel. Mekanisme

Page 31: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

18

transport Cr adalah Cr disimpan dalam darah dengan diikat pada transferin,

kemudian kompleks transferin-kromium terhubung dengan reseptor transferin dan

masuk ke dalam sel, selanjutnya Cr akan dilepas kembali (Budiasih, 2011).

Kromium dikeluarkan melalui urin dan tinja (Langard & Costa, 2007). Berdasarkan

sifat Cr tersebut, maka pada penelitian ini Cr berperan sebagai ligan atau senyawa

pembawa.

Formulasi 32P-Cr koloid dilakukan dengan metode reduksi. Reduktor dalam

formulasi adalah natrium sulfit (Na2SO3) yang mereduksi ion krom dari bilangan

oksidasi Cr6+ menjadi Cr3+ agar membentuk koloid Cr3+PO4. Larutan berubah

warna dari kuning menjadi hijau setelah penambahan Na2SO3 yang menandakan

adanya Cr3+ pada larutan (Morales et al., 2015). Reduksi Cr6+ sensitif terhadap

perubahan pH larutan. pH larutan yang rendah memiliki kandungan Cr6+ yang

tinggi, penambahan Na2SO3 sebagai reduktor menyebabkan peningkatan pH larutan

(Pan et al., 2014).

Pembentukan sediaan 32P-Cr koloid berdasarkan reaksi redoks, dimana

larutan Na2SO3 sebagai reduktor (mengalami oksidasi dari S4+ menjadi S6+) dan

H2CrO4 sebagai oksidator (mengalami reduksi dari Cr6+ menjadi Cr3+) (Turco &

Pietra, 1963). Reduksi ion Cr bertujuan untuk membuat ikatan P-Cr yang stabil dan

aman, karena ion Cr3+ termasuk bentuk kromium yang paling tidak toksik dan aman

bagi tubuh. Toksisitas dari kromium hexavalen [Cr(VI)] menyebabkan kanker bagi

tubuh manusia (Langard & Costa, 2007). Penggunaan unsur Cr (VI) yang kemudian

direduksi hingga menjadi Cr (III) dalam penelitian ini dilakukan karena unsur Cr

(III) yang berbentuk kristal halus sulit dilarutkan dalam air/alkohol/asam. Bahan

dasar Cr (VI) oksida yang digunakan berupa padatan berwarna merah gelap.

Page 32: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

19

Berikut persamaan reaksi dalam formulasi 32P-Cr koloid (Turco & Pietra, 1963,

Morales et al., 2015):

2H2CrO4 + 3Na2SO3 + 2H3PO4 2CrPO4 + 3Na2SO4 + 5H2O

Penelitian Jacobs (1958) menyatakan bahwa rata-rata ukuran partikel 32P-Cr

koloid adalah 4 m dalam rentang pengukuran 0,5-10 m. Sediaan 32P-Cr koloid

yang memiliki distribusi ukuran partikel >10 m dapat terjadi karena koloid

memiliki kecenderungan untuk membentuk agregat (Turco & Pietra, 1963).

Reduksi pada formulasi 32P-Cr koloid menyebabkan pembentukan senyawa tidak

larut Cr3+ berinteraksi dengan ion ortofosfat (PO43-) dan terjadi pembentukan

endapan (agregat). Hidrolisis berlanjut pada suhu kamar dengan Cr3+ yang tersisa

dalam larutan tidak bereaksi dengan ion fosfat (Morales et al., 2015).

Partikel agregat yang terbentuk memiliki bentuk yang berbeda dengan bentuk

asli partikel koloid. Proses pembentukan agregat disebut agregasi. Agregasi adalah

pembentukan sebuah molekuler yang terbentuk dari endapan koloid. Prinsip dari

agregasi adalah adanya gaya tarik menarik atau gaya Van der Waals antar partikel

koloid. Agregasi ini dapat terjadi karena substitusi pelarut yang tidak bagus,

pendinginan dan reaksi kimia. Agregat dapat terdispersi kembali dibantu dengan

pengadukan (Shaw, 1992).

Sediaan radiokoloid untuk radiosinovektomi harus memiliki ukuran partikel

2-10 m (IAEA, 2001; Schneider et al., 2005). Ukuran partikel radiokoloid pada

rentang tersebut cukup besar untuk berfagosit (menembus) organ target. Ukuran

partikel koloid yang berukuran < 1m akan menyebabkan terjadinya kebocoran dari

ruang sendi yang mengakibatkan terjadinya paparan radiasi pada organ lain seperti

hati, limpa dan kelenjar getah bening dan tidak dapat dikeluarkan dari dalam tubuh.

Page 33: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

20

Radioisotop dengan ukuran besar dari ukuran kapiler akan menyebabkan

terakumulasi di dalam paru-paru setelah penyuntikan (Schneider et al., 2005;

Rustendi et al., 2010; Aziz dan Suherman, 2013; IAEA, 2015). Cara untuk

mendapatkan koloid yang memiliki ukuran partikel sesuai dengan standar (2-10

m) adalah dengan melakukan dialisis (Turco & Pietra, 1963; Anghileri &

Marqués, 1967, Liepe et al., 2011).

2.5 Pengendalian Kualitas (Quality Control)

Pengendalian kualitas adalah kegiatan yang mengawasi dan mengukur

karakteristik benda, proses, layanan, fasilitas dan pelaksanaan agar memenuhi

jaminan kualitas yang ditetapkan (BATAN). Radiofarmaka yang diberikan kepada

pasien harus aman, berkualitas dan efektif dalam penggunaannya. Uji pengendalian

kualitas perlu dilakukan sebelum produk digunakan. Uji pengendalian kualitas

merupakan validasi untuk menguji kualitas produk akhir radiofarmaka (IAEA,

2006).

Pengendalian kualitas partikel radiolabel mencakup spesifikasi, pengujian,

dokumentasi dan prosedur rilis yang memastikan bahwa uji yang dilakukan relevan

untuk keselamatan pengguna klinis (IAEA, 2019). Pengendalian kualitas pada

radiofarmaka untuk radiosinovektomi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu (IAEA, 2006;

IAEA, 2019):

1. Pengendalian Kualitas pada Partikel

Densitas pada partikel yang digunakan dalam radiosinovektomi harus

memiliki densitas 0,7-2 gm/mL. Partikel yang digunakan harus berbentuk suspensi

yang tidak mudah mengendap. Analisis saringan adalah metode tertua yang paling

terkenal digunakan untuk mengkarakterisasi distribusi ukuran partikel.

Page 34: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

21

2. Pengendalian Kualitas pada Radionuklida

Pengendalian kualitas pada radionuklida dibagi menjadi dua, yaitu kemurnian

radionuklida dan kemurnian radiokimia. Kemurnian radionuklida adalah rasio

(dalam bentuk persentase) radioaktivitas dari radionuklida dengan total

radioaktivitas sumber. Kemurnian radionuklida menunjukkan bahwa radionuklida

yang digunakan bebas dari kontaminan. Kemurnian radionuklida merupakan

parameter pengendalian kualitas yang penting dan pengotor radionuklida harus

berada dalam batas yang ditentukan.

Kemurnian radiokimia adalah perbandingan dari total aktivitas radionuklida

yang berikatan kimia. Kemurnian radiokimia merupakan salah satu faktor penting

dalam memformulasikan sediaan radiofarmaka. Uji kemurnian radiokimia

dilakukan untuk memastikan bahwa sediaan radiofarmaka sudah tercapai dengan

baik pada produk akhir, karena apabila kemurnian radiokimia tidak tercapai maka

akan menyebabkan biodistribusi yang tidak diinginkan (IAEA, 2006). Kemurnian

radiokimia untuk sediaan radiosinovektomi harus memberikan nilai kemurnian

radiokimia > 95% (IAEA, 2006; USP, 2007; Rustendi et al., 2010).

3. Pengendalian Kualitas pada Partikel Radiolabel

Radiolabel adalah senyawa apa pun yang bergabung dengan zat radioaktif.

Pengendalian kualitas pada partikel radiofarmaka harus dilakukan karena

perbedaan ukuran pada setiap formulasi. Ukuran partikel radiofarmaka tidak bisa

dikontrol selama pembentukan (Srivastava, 2004). Syarat partikel untuk

radiosinovektomi antara lain tidak toksik bagi tubuh, bersifat innert, tidak

menimbulkan respon peradangan, non-imunogenik, memiliki densitas yang sama

Page 35: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

22

dengan darah, stabil secara kimiawi dan mudah disterilkan. Ukuran partikel yang

tepat untuk menghindari kebocoran dari ruang sendi adalah 2-10 µm.

2.6 Metode Analisis Presisi

Validasi metode adalah evaluasi dan pengujian pada suatu metode untuk

memastikan dan mengkonfirmasi bahwa metode tersebut mampu menghasilkan

data yang valid dan sesuai dengan tujuan. Validasi diperuntukkan pada metode

yang baru dibuat dan dikembangkan. Alasan validasi metode harus dilakukan yaitu

validasi metode merupakan bagian penting dari kontrol kualitas, validasi

memberikan jaminan bahwa pengukuran dapat diandalkan dan dalam beberapa

bidang validasi metode adalah persyaratan peraturan. Tujuan validasi adalah

menerima sampel individu sebagai anggota dari populasi yang diteliti, sebagai

pengakuan sampel pada proses pengukuran, meminimalkan pertanyaan tentang

keaslian sampel dan memberikan kesempatan untuk resampling bila dibutuhkan

(Riyanto, 2015).

Presisi adalah ukuran kedekatan hasil analisis yang diperoleh dari

serangkaian pengukuran ulangan dari ukuran yang sama. Pengujian ini

menunjukkan kesalahan acak yang terjadi dalam sebuah metode. Presisi mengukur

derajat kesesuaian antara hasil uji individu, diukur dengan penyebaran hasil

individu dari rata-rata prosedur yang diterapkan secara berulang pada sampel yang

diambil dari campuran yang homogen. Uji presisi dapat disimpulkan sebagai

kedekatan antar hasil uji pada pengujian yang sama untuk melihat sebaran di antara

nilai yang benar (Riyanto, 2015).

Presisi diukur dengan kondisi berulang dan direproduksi. Keterulangan

adalah keseksamaan metode jika diuji berulang kali. Kondisi pengulangan berarti

Page 36: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

23

analis yang sama juga melakukan analisis sampel yang sama, hari dan instrumen

yang sama atau bahan di laboratorium yang sama. Uji keterulangan minimal

dilakukan sebanyak 6 kali (Riyanto, 2015; Srivastava & Kumar, 2017).

Reproduksibilitas adalah keseksamaan metode jika diuji pada kondisi yang

berbeda. Reproduksibilitas merupakan setiap variasi dari kondisi ini.

Reproduksibilitas harus dilakukan dalam standarisasi prosedur, khususnya dalam

prosedur farmakopis (Riyanto, 2015; Srivastava & Kumar, 2017).

Presisi dapat dinyatakan sebagai keterulangan (repeatability), ketertiruan

(reproducibility) dan presisi antara (intermediate precision). Parameter dari presisi

tersebut adalah (Riyanto, 2015; Srivastava & Kumar, 2017):

1. Keterulangan (Repeatability)

Keterulangan adalah ketelitian yang diperoleh dari hasil pengulangan

dengan menggunakan metode, operator, peralatan, laboratorium dan dalam

interval pemeriksaan waktu yang singkat. Tujuan dari pemeriksaan ini

adalah untuk mengetahui konsistensi analit, tingkat kesulitan metode dan

kesesuaian metode.

2. Ketertiruan (Reproducibility)

Ketertiruan adalah ketelitian yang dihitung dari hasil penetapan ulangan

dengan menggunakan metode yang sama, namun dilakukan oleh analis,

peralatan, laboratorium dan waktu yang berbeda.

3. Presisi Antara (Intermediate Precision)

Presisi antara adalah bagian dari presisi yang dilakukan dengan cara

mengulang pemeriksaan terhadap contoh uji dengan alat, waktu, analis yang

berbeda, namun dalam laboratorium yang sama. Presisi antara bergantung

Page 37: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

24

pada kondisi pada prosedur yang digunakan untuk menetapkan efek

peristiwa acak. Hal tersebut dilakukan untuk mempelajari efek tersebut pada

ketelitian prosedur.

Presisi diukur sebagai koefisien variasi atau standar deviasi dari hasil analisis

yang diperoleh. Presisi diukur pada konsentrasi yang berbeda dalam rentang kerja,

biasanya di bawah, pertengahan dan bagian atas. Keterimaan presisi pada

konsentrasi yang lebih rendah adalah 2%. Faktor yang mempengaruhi presisi adalah

kesalahan acak (random error), seperti ketidakstabilan instrumen, variasi suhu atau

pereaksi, keragaman teknik dan operator yang berbeda (Riyanto, 2015).

Presisi dari metode uji ditentukan dengan rumus:

RSD = 𝑆𝐷

𝑥 x 100% ............................. (1)

Keterangan

SD : Standar Deviasi

x : Nilai Rata-rata

RSD : Relatif Standar Deviation

dengan nilai ketelitian metode/prosedur:

Nilai Ketelitian = 100% - % RSD ............................. (2)

dengan SD ditentukan dengan rumus:

SD = √

( 𝛴 (𝑥𝑖−𝑥𝑜)2

𝑛−1

............................. (3)

Keterangan

SD : Standar Deviasi

xi : Nilai pengujian

xo : Nilai rata-rata pengujian

n : Jumlah data

dengan nilai rata-rata ditentukan dengan rumus:

Page 38: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

25

𝑥 = ∑ 𝑥𝑖

𝑛

𝑖=1

............................. (4)

𝑛

Keterangan:

xi : Nilai pengujian

n : Jumlah data

2.7 Karakterisasi 32P-Cr Koloid

2.7.1 Analisis Distribusi Ukuran Partikel

Analisis distribusi ukuran partikel dilakukan menggunakan mikroskop dan

countess. Mikroskop ditemukan oleh Zacharias Jansen pada tahun 1590. Antonie

van Leuwenhoek membuat mikroskop dengan satu lensa yang dapat memperbesar

objek yang diamati sampai 300 kali. Mikroskop berasal dari kata ‘mikro’ yang

berarti kecil dan ‘scopium’ yang berarti penglihatan (Suparti, 2010).

Bagian mikroskop dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu (Suparti,

2010):

1. Bagian Optik

Bagian optik berkaitan dengan lensa yang memperbesar bayangan. Ada dua

macam lensa yaitu lesan okuler dan lensa objektif. Lensa okuler adalah

lensa yang dekat dengan pengamat dan lensa objektif adalah lensa yang

dekat dengan benda/objek yang diamati.

2. Bagian Penerangan

Preparat atau sediaan dapat diamati dengan jelas dengan pencahayaan ang

cukup. Mikroskop dilengkapi dengan cermin untuk menangkap dan

memantulkan cahaya yang masuk. Cermin yang digunakan memiliki 2 sisi,

yaitu sisi datar dan cekung. Permukaan yang datar digunakan jika sumber

Page 39: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

26

cahaya cukup terang dan permukaan yang cekung digunakan bila cahaya

kurang terang. Bagian diafragma yang berfungsi mengatur banyaknya

cahaya yang masuk. Semakin kecil diafragma, maka semakin kecil pula

cahaya yang masuk, begitu pula sebaliknya.

3. Bagian Mekanis

Bagian mekanis berguna untuk menggerakkan dan memudahkan

penggunaan mikroskop terdiri dari landasar/dasar/kaki mikroskop,

pegangan mikroskop dan pengatur fokus.

Jenis mikroskop yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikroskop

digital, yaitu mikroskop yang dapat tersambung langsung dengan perangkat

komputer. Mikroskop digital menggunakan lensa optik dan CCD. Kamera CCD

merupakan media untuk merekam data mikroskop, pemrosesan dan penyimpanan

gambar (Faruqi & Subramaniam, 2000).

Metode Coulter digunakan untuk mengukur dan menghitung partikel

didasarkan pada perubahan terukur pada hantaran listrik yang dihasilkan oleh

partikel non-konduktif dalam elektrolit. Prinsip alat Coulter Counter adalah partikel

yang tersuspensi dalam larutan elektrolit melewati celah elektroda sebagai tempat

arus listrik mengalir. Di zona penginderaan (sensing zone) setiap partikel

mengindikasikan ukurannya (volume) dalam larutan elektrolit. Ukuran partikel

diukur sebagai pulsa tegangan, tinggi setiap pulsa tegangan sebanding dengan

ukuran partikel. Setiap pulsa tegangan dihitung dan diukur untuk mendapatkan data

distribusi ukuran partikel (IAEA, 2019). Hasil Coulter Counter akurat dalam ± 10%

dari ukuran partikel. Nilai yang diberikan adalah kombinasi rentang instrumen dan

rentang partikel.

Page 40: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

27

2.7.2 Analisis Kemurnian Radiokimia

Analisis kemurnian radiokimia merupakan salah satu analisis yang penting

dalam produksi sediaan radiofarmaka. Kemurnian radiokimia untuk sediaan

radiosinovektomi harus memberikan nilai kemurnian radiokimia > 95% (IAEA,

2006; USP, 2007; Rustendi et al., 2010). Kemurnian radiokimia dalam penelitian

ini dianalisis dengan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi

lapis tipis pertama kali dikembangkan oleh Izmailov dan Shraiber, dengan teknik

sederhana yang hanya membutuhkan sampel dan sorben yang sedikit yaitu

memisahkan ekstrak tanaman menggunakan alumunium oksida yang disebar pada

lapisan kaca. Sorben diletakkan pada objek glass mikroskop sebagai lapisan padat

yang berair dengan tebal sekitar 2 mm. Sampel di teteskan ke dalam lapisan,

kemudian pelarut (metanol) diteteskan sedikit demi sedikit dari atas. Lapisan sorben

yang diperoleh berbentuk serangkaian cincin melingkar yang berbeda warna.

Percobaan sederhana tersebut menciptakan teknik baru KLT yang juga disebut drop

kromatografi. Peralatan yang dibutuhkan pada KLT yaitu bejana tertutup (chamber)

yang berisi pelarut dan lempeng KLT (Wulandari, 2011).

Plat KLT dikeringkan dan diidentifikasi kemurnian radiokimianya

menggunakan alat autoradiografi. Autoradiografi merupakan alat yang digunakan

untuk mendeteksi radioaktif dengan menggunakan film fotografis X-ray.

Autoradiografi digunakan untuk mendeteksi bahan yang memiliki sifat radioaktif

(Khan, 2017). Prinsip kerja autoradiografi dapat dilihat pada Gambar 3.

Page 41: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

28

Gambar 3. Prosedur Autoradiografi (Bio Rad)

1. Emulsi film dibersihkan dari sisa residu.

2. Sampel dipaparkan ke emulsi film

3. Proses scanning

4. Proses analisis dan output hasil pengukuran.

Pengukuran pada autoradiografi digunakan untuk mengetahui distribusi

posisi sumber radiasi dalam materi yang dibuat dengan meletakkan materi tersebut

dekat pada sistem perekam gambar (film), misal untuk mengetahui lokasi

radioisotop atau perunut radioaktif dalam sampel logam atau sampel biologi

(BATAN).

Plat KLT yang memiliki radioaktivitas dipaparkan ke film yang menangkap

dan menyimpan aktivitas sampel (Perkin Elmer). Radiasi dari radioisotop pada film

yang mengandung perak halogen (AgX) menyebabkan ionisasi pada atom dan

molekul yang membentuk elektron bebas, ion positif, dan spesi tereksitasi. Proses

ini akan mereduksi ion perak menjadi partikel hitam yang mudah dideteksi. Sifat

radiasi berbeda dengan sinar tampak dan tidak bisa dilihat dengan mata telanjang,

oleh karena itu kekuatan radiasi pada obyek yang tidak dapat diketahui dengan

teknik pemotretan dapat diketahui dengan cara mengukur efek ionisasi atau sinar

fluoresensi (BATAN). Fluoresensi meningkatkan sensivitas autoradiografi yang

Page 42: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

29

mengubah emisi radioaktif menjadi cahaya yang menembus film sehingga mudah

dideteksi (Khan, 2017).

Proses pemotretan pada autoradiografi dilakukan dalam ruangan gelap yang

kedap cahaya. Penanganan film dilakukan tanpa mengotori atau melipatnya agar

hasil tidak cacat. Film dilapisi dengan bahan membran seperti kertas hitam untuk

menghindari sinar fluorosensi. Waktu pemaparan obyek harus disesuaikan dengan

tujuan pemotretan, kemudian dibiarkan sejenak dalam ruang gelap sampai

diperoleh hasil berupa gambar. Rentang waktu pemaparan ditentukan oleh jenis dan

besarnya energi radiasi, jenis dan tebal bahan percobaan, sensitivitas emulsi film,

kondisi pencucian, serta jarak antara sumber radiasi dengan emulsi.

Film dipindai oleh laser dan gambar laten dideteksi dan dibuat gambar

beresolusi tinggi. Analisis autoradiogram menggunakan analisis gambar software

OptiQuantTM (Perkin Elmer; Johnström et al., 2012). Data diidentifikasi dengan

digambar region-of-interest (ROI). Alat menggambar pada software dapat

berbentuk persegi panjang, elips, atau gambar berbentuk tidak teratur untuk

mengukur radioaktivitas secara keseluruhan atau dalam diskrit struktur bagian

jaringan. Data akan dinyatakan sebagai Digital Line Unit (DLU) atau DLU/mm2.

Hasil foto autoradiografi diamati dan dievaluasi dengan cara sebagai berikut

(BATAN):

1. Metode penentuan derajat kehitaman secara makroskopik menggunakan

pengukur kehitaman (makro-autoradiografi).

2. Metode penentuan derajat kehitaman secara mikroskopik menggunakan

mikroskop (mikro-autoradiografi).

3. Metode penentuan jejak dengan menggunakan mikroskop (autoradiografi-

jejak).

Page 43: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai September 2019 di Pusat

Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR), Gedung 11 – BATAN, kawasan

PUSPIPTEK, Setu, Tangerang Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik denver

precision balance TP-4101, alat pemanas yellow line MAG HS 10/Vision VS-

130SH-E/ IKA® C-MAG HS10/Scilogex MS-H280-Pro, autoradiografi

Cyclone®Plus Imaging System Storage Phosphor System Autoradiography,

countess Invitrogen, mikroskop INVERSO TC100, pengaduk magnetic, pipet

mikro (Thermo & Eppendorf) berbagai ukuran, termometer dan peralatan gelas.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain asam fosfat (H3PO4)

merck non-radioaktif dan radioaktif fosfor-32 dalam H332PO4 (PTRR), asam kromat

(H2CrO4) sigma aldrich, natrium sulfit (Na2SO3) sigma aldrich, gelatin 2% merck,

aqua bidest steril IPHA, larutan KH2PO4 merck, kertas indikator pH merck, strip

PEI-Cellulose merck.

Page 44: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

31

3.3 Diagram Alir Penelitian

1,75 mL H3PO4 1% +

3 mL H2CrO4

1,25 mL H3PO4 1% + 0,5 mL

H332PO4 1% + 3 mL H2CrO4

+ 3,25 mL H2O

+ Na2SO3 20% sampai

pH 5

+ 0,5 mL Gelatin 2%

Formulasi dilakukan dengan kecepatan

pengadukan 750 rpm dan suhu 80°C

Uji Karakterisasi Distribusi Ukuran

Partikel (CoulterTM Counter dan

Mikroskop) pada F1-F16

Uji Kemurnian Radiokimia (KLT dan

Autoradiografi) pada F1-F3 dan F9-F11

Pengendalian Kualitas Kemurnian

Radionuklida dan Kemurnian Radiokimia

(F1-F3)

Analisis Presisi

(Parameter

Keterulangan dan

Presisi Antara)

pada Hasil

Pengukuran

Distribusi Ukuran

Partikel pada F1-

F16

Formulasi 32P-Cr Koloid Non- Radioaktif Formulasi 32P-Cr Koloid Radioaktif

Analisis Presisi (Parameter Keterulangan

dan Presisi Antara)

pada Hasil Pengukuran Kemurnian

Radiokimia pada F1-F3 dan F9-F11

Pengulangan Formulasi (F1-F3 dan F9-F11

kondiri radioaktif; F4-F8 dan F12-F16

kondisi non-radioaktif)

Pengendalian

Kualitas Distribusi

Ukuran Partikel

(F1-F3)

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian

Page 45: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

32

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Formulasi 32P-Cr Koloid (Sukma, 2018)

Sintesis 32P-Cr koloid dalam kondisi non-radioaktif menggunakan 1,75 mL

larutan H3PO4 1%, sedangkan dalam kondisi radioaktif menggunakan 1,25 mL

H3PO4 1% dan 0,5 mL H332PO4 sebagai sumber radioisotop pemancar beta.

Sebanyak 3 mL larutan H2CrO4 1% (1 gram CrO3 dalam 100 mL air) sebagai

sumber senyawa ligan (Cr) dicampurkan ke dalam labu bulat pada penangas air.

Sebanyak 3,25 mL air ditambahkan dan ditunggu 2-3 menit hingga panas campuran

stabil. Reagen Na2SO3 ditambahkan dengan konsentrasi 20% dan pH diatur hingga

5, lalu ditambahkan 0,5 mL larutan gelatin 2%. Campuran yang terbentuk

dipanaskan selama 20 menit dengan kecepatan pengadukan sebesar 750 rpm dan

suhu 80C setelah itu campuran didiamkan pada suhu kamar.

3.4.2 Karakterisasi Material

Karakterisasi Distribusi Ukuran Partikel (Prabhakar et al., 2001 ; Sukma,

2018)

Setelah pendinginan pada suhu kamar, sediaan 32P-Cr koloid diuji distribusi

ukuran partikelnya dengan menggunakan mikroskop dan CoulterTM Counter

dengan melihat ukuran yang terbentuk harus sesuai dengan syarat kriteria obat.

Penggunaan mikroskop pada penelitian ini untuk pengukuran distribusi ukuran

partikel secara kualitatif, sedangkan CoulterTM Counter untuk pengukuran partikel

secara kuantitatif untuk melihat rentang penyebaran ukuran partikel yang terbentuk.

Syarat distribusi ukuran partikel pada sediaan radiofarmaka untuk

radiosinovektomi adalah 2-10 m (IAEA, 2001; Schneider et al., 2005). Sediaan

yang dianalisis berada dalam kondisi non-radioaktif dan radioaktif.

Page 46: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

33

Karakterisasi Kemurnian Radiokimia (Rustendi et al., 2010; Sukma, 2018)

Setiap formulasi dari berbagai uji validasi diuji kemurniannya menggunakan

metode kromatografi lapis tipis (KLT) dengan fasa diam PEI-cellulose dan fasa

gerak larutan KH2PO4 0,5M pH 3,5. Uji kemurnian dilakukan dengan menotolkan

0,1 L koloid pada bagian bawah (2 cm dari batas bawah) strip kertas PEI-cellulose.

Strip PEI-cellulose dielusi dengan fasa gerak KH2PO4 hingga batas atas (2 cm dari

batas atas kertas). Kertas PEI-cellulose kemudian dikeringkan dan diidentifikasi

keradioaktifannya dengan autoradiografi untuk menentukan persentase kemurnian

radiokimianya.

Plat KLT yang diidentifikasi pada autoradiografi memiliki 2 titik dengan

radioaktivitas masing-masing. Perhitungan persentase kemurnian radiokimia

berdasarkan rumus (IAEA, 2019):

Kemurnian Radiokimia A (%) = ( A

) x 100 ............................. (5) A + B

Keterangan:

A = Radioaktivitas di titik A

B = Radioaktivitas di titik B

3.4.3 Pengulangan Formulasi dan Validasi Prosedur 32P-Cr Koloid

Prosedur Pengendalian Kualitas (Quality Control) (Mathews et al., 2019)

32P-Cr koloid dalam kondisi radioaktif diformulasi kembali sebanyak 3 kali

untuk pengendalian kualitas (quality control). Prosedur pengendalian kualitas

dilakukan berdasarkan persyaratan 32P-Cr koloid untuk radiosinovektomi yang

tercantum pada United States Pharmacopeia (USP) National Formulary (NF)

(USP30-NF25) (2007), IAEA Technical Report Series (2019) dan Pars Isotope

(Iran). Pengendalian kualitas yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi

kemurnian radionuklida dan kemurnian radiokimia yang diidentifikasi

Page 47: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

34

menggunakan autoradiografi, nilai pH sediaan diidentifikasi menggunakan kertas

pH, dan distribusi ukuran partikel yang diidentifikasi menggunakan mikroskop dan

CoulterTM Counter.

Presisi (Widayati et al., 2017)

Presisi adalah ukuran kedekatan hasil analisis yang diperoleh dari

serangkaian pengukuran ulangan dari ukuran yang sama. Penentuan presisi untuk

parameter keterulangan dan presisi antara dilakukan minimal 6 kali pengulangan

formulasi 32P-Cr koloid yang telah dikarakterisasi distribusi ukuran partikel dan

kemurnian radiokimianya kemudian dihitung RSD dengan rumus sebagai berikut:

RSD (%) = 𝑆𝐷

𝑥 x 100% ............................. (1)

Keterangan

SD : Standar Deviasi

x : Nilai Rata-rata

RSD : Relatif Standar Deviation

Penentuan presisi parameter keterulangan dilakukan dengan 8 kali

pengulangan prosedur formulasi 32P-Cr koloid yang dilakukan oleh 1 analis di

laboratorium Radiofarmaka untuk kondisi non-radioaktif pada tanggal 24 Juli 2019

dan laboratorium Radioisotop untuk kondisi radioaktif pada tanggal 11 April 2019.

Penentuan presisi parameter presisi antara dilakukan dengan 8 kali pengulangan

dalam laboratorium Radiofarmaka (non-radioaktif) dan Radioisotop (radioaktif)

yang dilakukan dalam rentang waktu Maret sampai Juli 2019 oleh 3 analis berbeda

dengan 4 alat hotplate berbeda.

Nilai RSD yang memenuhi nilai keberterimaan pada penentuan presisi

ditentukan dari (Harmita, 2004; Riyanto 2015; Apostol et al., 2012):

Page 48: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

35

Presisi Parameter Keterulangan = % RSD < (% RSD Horwitz x 0,67) ......(6)

Presisi Parameter Presisi Antara = % RSD < % RSD Horwitz ......(7)

RSD Horwitz ditentukan berdasarkan rumus:

% RSD Horwitz = 21-(0,5 x log C) ...... (8)

dimana C adalah konsentrasi analit

Hasil formulasi didapatkan sampel untuk divalidasi. Formulasi sediaan 32P-

Cr koloid dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Formulasi 32P-Cr Koloid

Sampel Validasi

Formulasi Optimum -

F1 Quality Control dan

Presisi Antara F2

F3

F4

Presisi Keterulangan

F5

F6

F7

F8

F9

F10

F11

F12

Presisi Antara

F13

F14

F15

F16

Page 49: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

36

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Formulasi Optimum 32P-Cr Koloid

Formulasi sediaan 32P-Cr koloid dilakukan dengan metode reduksi sesuai

dengan penelitian Sukma (2018) dalam kondisi radioaktif. Bahan baku berupa

H3PO4 1% sebanyak 1,25 mL (non-radioaktif) dan 0,5 mL H332PO4 sebagai sumber

radioisotop pemancar beta dan 3 mL larutan H2CrO4 (1 gram CrO3 dalam 100 mL

air) sebagai sumber senyawa ligan (Cr) dicampurkan ke dalam labu bulat pada

penangas air dengan suhu 80C dan kecepatan pengadukan 750 rpm.

Sebanyak 3,25 mL air ditambahkan dan ditunggu 2-3 menit hingga panas

campuran stabil. Warna larutan pada proses ini adalah kuning cerah, nilai pH 1,5

dan belum terbentuk koloid. Reagen Na2SO3 20% ditambahkan ke dalam formulasi

hingga pH larutan mencapai 5. Warna larutan pada proses ini berubah dari kuning

cerah menjadi hijau dan terbentuk partikel koloid. Setelah pH mencapai 5, lalu

ditambahkan 0,5 mL larutan gelatin 2% yang berfungsi untuk mempertahankan

bentuk koloid dalam sediaan (Turco & Pietra, 1963). Campuran yang terbentuk lalu

dipanaskan selama 20 menit setelah itu didinginkan dalam suhu ruang. Reaksi yang

terjadi pada proses formulasi 32P-Cr koloid adalah (Turco & Pietra, 1963, Morales

et al., 2015):

2H2CrO4 (aq) + 2H3PO4 (aq) + 3Na2SO3 (aq) 2CrPO4 (aq) + 3Na2SO4 (aq) + 5H2O (l)

Sediaan 32P-Cr koloid dihasilkan dari reaksi redoks, dimana Na2SO3 sebagai

reduktor (mengalami oksidasi dari S4+ menjadi S6+) dan H2CrO4 sebagai oksidator

(mengalami reduksi dari Cr6+ menjadi Cr3+) (Turco & Pietra, 1963). Reduksi ion Cr

Page 50: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

37

bertuuan untuk membuat ikatan P-Cr yang stabil dan aman karena ion Cr3+ adalah

kromium yang tidak toksik dan aman bagi tubuh.

Proses awal formulasi dimana larutan masih berwarna kuning dengan pH 1,5

dan belum terbentuk koloid mengindikasi bahwa krom (Cr) masih dalam bentuk

Cr6+ yang sewarna dengan bahan baku H2CrO4. Peningkatan pH oleh Na2SO3

disertai dengan perubahan warna larutan menjadi hijau dan terbentuk koloid

mengindikasi bahwa Cr telah tereduksi oleh Na2SO3 menjadi Cr3+ dan berikatan

dengan PO43- (Pan et al., 2014; Morales et al., 2015). Perubahan warna sediaan 32P-

Cr koloid pada saat formulasi dapat dilihat pada Gambar 5.

(a) Proses formulasi sebelum

ditambahkan Na2SO3 20%

(b) Proses formulasi sesudah

ditambahkan Na2SO3 20%

Gambar 5. Perubahan Warna Larutan pada Proses Formulasi 32P-Cr Koloid

Produk samping dari hasil reaksi adalah terbentuknya Na2SO4 dengan

konsentrasi yang kecil karena Na2SO3 yang digunakan hanya sedikit sekali (± 300

µL). MSDS mengklasifikasikan Na2SO4 sebagai bahan tidak berbahaya. Percobaan

dengan kelinci, Na2SO4 menyebabkan iritasi ringan pada mata, tidak mengiritasi

kulit dan toksisitas pada tubuh tidak diidentifikasi.

Page 51: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

38

Karakteristik Distribusi Ukuran Partikel

Sediaan 32P-Cr koloid dari hasil formulasi dikarakterisasi distribusi ukuran

partikelnya menggunakan CoulterTM Counter. Hasil pengukuran distribusi ukuran

partikel formulasi optimum 32P-Cr koloid menggunakan CoulterTM Counter dapat

dilihat pada Tabel 3. Total konsentrasi partikel (/mL) menunjukkan banyaknya

konsentrasi partikel pada setiap mL, rata-rata ukuran partikel adalah rata-rata

ukuran partikel sampel dalam rentang ukuran partikelnya (m) dan total partikel

terhitung menunjukkan ± 10% banyaknya partikel yang terhitung pada alat.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Distribusi Partikel Formulasi Optimum 32P-Cr Koloid

Sampel Rata-rata Ukuran

Partikel (m)

Distribusi Ukuran

Partikel (%)*

Formulasi Optimum 3,5 100

Sukma (2018) 3,6 100

*Distribusi Ukuran Partikel berada pada Rentang 2-10 m

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada formulasi 32P-Cr koloid dalam

penelitian ini memiliki dan rata-rata ukuran partikel sebesar 3,5 m dengan

distribusi ukuran partikel 100% berada pada rentang 2-10 µm. Penelitian Sukma

(2018) memiliki rata-rata ukuran partikel sebesar 3,6 m dengan distribusi ukuran

partikel 100% pada rentang 2-10 µm. Formulasi pada penelitian ini dan penelitian

Sukma (2018), keduanya memiliki distribusi ukuran partikel yang sama, yaitu

berada pada rentang 2-10 m. Rata-rata ukuran partikel formulasi optimum dan

literatur (Jacobs, 1985) berturut-turut sebesar 3,5 dan 4 m. Hasil tersebut dapat

berbeda karena ukuran partikel radiofarmaka tidak bisa dikontrol selama

pembentukan (Srivastava, 2004). Formulasi 32P-Cr koloid telah memenuhi syarat

Page 52: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

39

distribusi ukuran partikel radiofarmaka untuk radiosinovektomi yaitu memiliki

ukuran 2-10 µm (IAEA, 2001; Schneider et al., 2005).

Karasteristik Kemurnian Radiokimia

Karakteristik yang diuji selanjutnya adalah kemurnian radiokimia dengan

metode kromatografi lapis tipis (KLT). Sediaan 32P-Cr koloid dan larutan 32P

(sebagai kontrol) ditotolkan pada fase diam PEI Cellulose sebanyak 0,1 L pada

jarak 2 cm dari batas bawah kertas. Kemudian dielusikan menggunakan fase gerak

KH2PO4 0,5M pH 3,5 hingga 2 cm dari batas atas kertas. Strip PEI Cellulose

kemudian dikeringkan dan keradioaktifannya diuji menggunakan autoradiografi

lalu dibuktikan hasil persen kemurnian dengan radiokromatogram. Plat KLT yang

diidentifikasi dengan autoradiografi dapat dilihat pada Gambar 6.

(a) (b)

(a) Plat KLT 32P-Cr Koloid

(b) Plat KLT Standar 32P

Gambar 6. Plat KLT pada Karakteristik Kemurnian Radiokimia

Rf = Jarak yang ditempuh substansi

Jarak yang ditempuh pelarut

Rf a.1 = 0,66

= 0,04 15,68

Rf a.2 =

13,16 = 0,8

15,68

Titik Penotolan Rf a.1

Rf a.2

Titik Penotolan

Rf b.1

0,6

6 c

m

13,1

6 c

m 15,6

8 c

m

11,5

4 c

m 15,0

3 c

m

Page 53: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

40

Rf b.1 = 11,54

= 0,8 15,03

Plat KLT yang sudah dikeringkan dipaparkan ke emulsi film kemudian

diidentifikasi menggunakan autoradiografi. Radiasi dari radioisotop 32P

menyebabkan ionisasi pada emulsi film yang mengandung perak halogen (AgX)

yang mereduksi ion perak menjadi partikel hitam yang mudah dideteksi. Plat KLT

32P-Cr koloid (a) memiliki 2 noda hitam pada 2 titik yang berbeda. Hal tersebut

menunjukkan adanya 2 nilai Rf. Titik 1 sediaan 32P-Cr koloid memiliki nilai Rf a.1

= 0,04 yang dianggap sama dengan 0 (nol) yang juga ditunjukkan pada noda hitam

berada pada titik penotolan sediaan di fase diam. Titik 2 sediaan 32P-Cr koloid

memiliki nilai Rf a.2 = 0,8. Plat KLT larutan standar 32P (b) memiliki 1 noda hitam

yang menunjukkan waktu retensi pada Rf b.1 = 0,8.

Nilai Rf a.1 = 0 menandakan bahwa sediaan 32P-Cr koloid telah terbentuk

karena 32P telah berikatan dengan kompleks kromat. Nilai Rf a.2 = 0,8 menandakan

adanya radioisotop pengotor pada hasil formulasi. Radioisotop pengotor tersebut

adalah 32P-bebas yang diidentifikasi dari nilai Rf a.2 sama dengan nilai Rf b.1 yaitu

standar 32P. Hal tersebut sesuai dengan hasil percobaan Turco & Pietra (1963)

bahwa Rf dari 32P berada pada rentang 0,6 - 0,8 dalam bentuk senyawa ortofosfat

(PO43-) dan koloid 32P-Cr koloid yang terbentuk memiliki nilai Rf = 0.

Kromatogram kemurnian hasil formulasi optimum 32P-Cr koloid dapat dilihat

berdasarkan Gambar 7 dan 8. Jarak migrasi (sumbu x) mewakili panjang garis fase

gerak (KH2PO4) yang mengalami gaya tarik kohesi dengan fase diam (PEI

Cellulose). Aktivitas (sumbu y) mewakili banyaknya cacahan sinyal radioaktif per

detik. Autoradiografi mengidentifikasi aktivitas dengan satuan Digital Line Unit

Page 54: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

41

(DLU). Besarnya aktivitas yang dihasilkan dapat menentukan tinggi atau tidak

kemurnian dari senyawa atau sediaan yang diidentifikasi.

Gambar 7. Radiokromatogram Hasil Analisis Kemurnian Radiokimia 32P-Cr

Koloid dengan metode KLT menggunakan Autoradiografi

Kromatogram sediaan 32P-Cr koloid dapat dilihat pada Gambar 7, memiliki 2

puncak yang berbeda. Puncak pertama berada pada jarak 0,66 cm (sesuai dengan

jarak Rf a.1) dan puncak kedua pada jarak 13,16 cm (Rf a.2). Hal tersebut

menunjukkan bahwa sediaan 32P-Cr koloid (Rf a.1) memiliki radioaktivitas yang

tinggi sebesar 15.961.733,55 DLU tetapi masih diidentifikasi adanya pengotor yaitu

32P-bebas (Rf a.2) dengan radioaktivitas sebesar 734.728,30 DLU yang relatif kecil

jika dibandingkan dengan radioaktivitas kompleks 32P-Cr koloid.

Gambar 8. Radiokromatogram Hasil Analisis Kemurnian Radiokimia 32P dengan

metode KLT menggunakan Autoradiografi

0.66; 15,961,733.55

13.16;

734,728.30

0

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

16,000,000

18,000,000

-5 0 5 10 15 20

Akti

vit

as (

DL

U)

Migrasi (cm)

0.47, 134,875.60

11.54, 245,775,397.35

0

50,000,000

100,000,000

150,000,000

200,000,000

250,000,000

300,000,000

-5 0 5 10 15 20

Akti

vit

as (

DL

U)

Migrasi (cm)

Page 55: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

42

Kromatogram standar 32P dapat dilihat pada Gambar 8 yang hanya

memiliki 1 puncak yang berada pada jarak 11,54 cm (sesuai dengan Rf b.1). Hal

tersebut menunjukkan bahwa standar 32P (Rf b.1) memiliki radioaktivitas yang

tinggi sebesar 245.775.397,3 DLU. Alat autoradiografi mendeteksi adanya

radioaktivitas lain di plat KLT standar 32P yaitu pada jarak 0,47 cm dengan

radioaktivitas sebesar 134.875,60 DLU. Radioaktivitas ini terlalu kecil yang

dibuktikan dengan tidak adanya noda hitam pada plat KLT standar 32P pada jarak

0,47 cm (Gambar 6 (b)).

Hasil deteksi radioaktivitas menggunakan autoradiografi berdasarkan

Gambar 7 dan 8 dihitung untuk mendapatkan nilai kemurnian (%) sediaan 32P-

Cr koloid dan standar 32P dengan hasil pada Tabel 4. Perhitungan kemurnian

radionuklida dan radiokimia dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3.

Tabel 4. Persentase Kemurnian Radiokimia Formulasi Optimum

Sampel Kemurnian Radiokimia (%) 32P 32P-Cr Koloid

Formulasi Optimum 99,95 95,60

Sukma (2018) 99,56 97,85

Hasil analisis kemurnian radiokimia menggunakan autoradiografi, formulasi

optimum 32P-Cr koloid menunjukkan hasil kemurnian radiokimia sebesar 95,60%

dengan kemurnian 32P sebesar 99,95%. Hasil kemurnian radiokimia 32P-Cr koloid

sesuai dengan syarat kemurnian radiokimia untuk radiosinovektomi yaitu > 95%

(IAEA, 2006; USP, 2007; Rustendi et al., 2010). Hasil kemurnian radionuklida 32P

sesuai dengan syarat kemurnian radionuklida yaitu > 99% (Pars Isotope). Hasil

kemurnian radiokimia dan radiokimia memenuhi syarat untuk radiosinovektomi,

maka hasil formulasi 32P-Cr koloid dikatakan murni.

Page 56: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

43

Kemurnian radiokimia sediaan 32P-Cr koloid lebih rendah dibandingkan

dengan penelitian Sukma (2018) dikarenakan adanya pengotor 32P-bebas.

Penambahan Na2SO3 pada saat formulasi harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti

karena dapat memengaruhi hasil sediaan. Na2SO3 berfungsi sebagai reduktor dalam

proses formulasi. Jumlah Na2SO3 yang tidak mencukupi akan menggangu proses

reduksi Cr6+ sehingga pembentukan ikatan antara Cr dan 32P tidak sempurna. Hal

ini dapat menyebabkan terlepasnya 32P dari ikatan Cr dan mengakibatkan menjadi

pengotor 32P-bebas sehingga persentase kemurnian radiokimia 32P-Cr koloid

semakin rendah.

4.2 Pengendalian Kualitas (Quality Control)

Pengendalian kualitas (quality control) merupakan validasi yang dilakukan

untuk memastikan kualitas dari radiofarmaka dan memperhitungkan semua aspek

persiapan yang menjamin sediaan memiliki kualitas atau syarat yang dibutuhkan

untuk radiosinovektomi. Sediaan 32P-Cr koloid diformulasikan sebanyak 3 kali

dengan radioaktivitas sebesar 1 mCi. Setiap sediaan dianalisis berdasarkan syarat

radiosinovektomi yang tercantum pada United States Pharmacopeia (USP)

National Formulary (NF) (USP30-NF25) (2007), IAEA Technical Report Series

(2019) dan Pars Isotope (Iran) dengan hasil seperti pada Tabel 5. Perhitungan

kemurnian radionuklida, radiokimia dan distribusi ukuran partikel pada

pengendalian kualitas dapat dilihat pada Lampiran 4, 5 dan 6.

Page 57: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

44

Tabel 5. Hasil Pengendalian Kualitas (Quality Control) 32P-Cr Koloid

Analisis Spesifikasi Pengulangan

F1 F2 F3

Kemurnian

Radionuklida > 99% 99,88% 99,92% 99,84%

Kemurnian

Radiokimia ≥ 95% 97,62% 96,68% 99,25%

pH 3-5 5,5 6 5

Distribusi

Ukuran

Partikel

100%* 100%* 100%* 97,18%*

* Berada pada Rentang Ukuran 2-10 µm

Kemurnian radionuklida dan radiokimia dikarakterisasi menggunakan

metode KLT yang diidentifikasi menggunakan autoradiografi. Kemurnian

radionuklida adalah pengendalian kualitas yang wajib dilakukan untuk memastikan

pengotor pada radionuklida berada dalam batas yang ditentukan (IAEA, 2006).

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kemurnian radionuklida pada pengulangan

sebanyak 3 kali memenuhi syarat kemurnian radionuklida untuk radiosinovektomi

dengan nilai 99,84%-99,92%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa radionuklida 32P

bebas dari kontaminan.

Kemurnian radiokimia menunjukkan rasio dari radioaktivitas radionuklida

(32P) yang berikatan dengan zat kimia dalam sediaan 32P-Cr koloid. Hasil

pengukuran kemurnian radiokimia pada pengulangan formulasi 32P-Cr koloid

sebanyak 3 kali memiliki nilai sebesar 96,68%-99,25%. Hasil tersebut memenuhi

syarat kemurnian radiokimia berdasarkan IAEA (2001) karena memiliki nilai ≥

95%.

Kemurnian radiokimia memiliki nilai yang berbeda dikarenakan pH pada

formulasi berbeda pula. Sampel F1 sampai F3 memiliki rentang pH 5-6. Penelitian

Page 58: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

45

Morales et al., (2015) pada sintesis 32P-Cr koloid dengan pH 5,8 menjelaskan

bahwa ion ortofosfat dan pembentukan endapan memengaruhi proses reduksi dan

hidrolisis. Konsentrasi Cr6+ yang tinggi pada campuran sediaan membuat

terbentuknya polimer (senyawa lain). Hasil MRI menunjukkan bahwa hidrolisis

terus berlanjut pada suhu kamar dengan sisa kromium (Cr) tidak bereaksi dengan

H3PO4. Hal tersebut membuat adanya 32P-bebas sebagai pengotor pada sediaan

dengan persentase berbeda tergantung pada pH sediaan yang menyebabkan

kemurnian radiokimia setiap pengulangan formulasi berbeda. Hasil formulasi 32P-

Cr koloid dengan rentang pH 5-6 masih memiliki kemurnian radiokimia yang

memenuhi syarat radiofarmaka yaitu ≥ 95%.

Distribusi ukuran partikel pada sediaan 32P-Cr koloid dikarakterisasi

menggunakan CoulterTM Counter. Hasil pengukuran memenuhi syarat pada F1 dan

F2 karena tidak diidentifikasi adanya partikel berukuran > 10 µm. Sampel F3

diidentifikasi adanya partikel yang berukuran > 10 µm. Hal tersebut membuat

sediaan F3 diidentifikasi menggunakan mikroskop untuk melihat penyebaran

distribusi partikelnya secara kualitatif. Hasil identifikasi menggunakan mikroskop

pada F3 32P-Cr koloid dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Hasil Analisis Mikroskop F3

Hasil uji dengan mikroskop menunjukkan terbentuknya agregat koloid yang

menyebabkan sampel memiliki partikel berukuran > 10 µm. Turco & Pierta (1963)

Agregat Koloid

Page 59: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

46

menyatakan bahwa 32P-Cr koloid memang memiliki kecenderungan untuk

membentuk agregat koloid. Penyebab terbentuknya partikel agregat koloid adalah

rusaknya gelatin karena suhu pada saat formulasi tidak stabil dan karena proses

pendinginan setelah formulasi. Fungsi penambahan gelatin pada formulasi adalah

sebagai pelindung bentuk koloid (Turco & Pietra, 1963). Gelatin dapat rusak

apabila dipanaskan dalam waktu lama dengan suhu di atas 40ºC dan pH ekstrem

(GMIA, 2019). Agregat koloid dapat terdispersi kembali dengan pengadukan

(Shaw, 1992).

4.3 Validasi Uji Presisi

Presisi adalah ukuran kedekatan hasil analisis dari serangkaian pengukuran

untuk menentukan kesalahan acak dalam sebuah metode (Riyanto, 2015).

Penentuan presisi dibagi menjadi 2 parameter yaitu keterulangan dan presisi antara.

Setiap parameter dilakukan dengan cara mengulang formulasi 32P-Cr koloid

sebanyak 8 kali sehingga mendapatkan 8 sampel dimana sampel-sampel tersebut

dikarakteristik distribusi ukuran partikel dan kemurnian radiokimianya (hanya

sampel dalam kondisi radioaktif). Hasil pengukuran akan dihitung nilai rata-rata,

standar deviasi (SD), relatif standard deviation (RSD) dan nilai ketelitiannya.

Keterulangan (Repeatability)

Keterulangan merupakan bagian dalam uji presisi (Srivastava & Kumar,

2017). Parameter presisi keterulangan adalah hasil dari pengulangan metode,

operator, peralatan, laboratorium dan dalam interval waktu pemeriksaan yang

singkat (Riyanto, 2015). Prosedur formulasi 32P-Cr koloid dilakukan dalam 2

kondisi yaitu non-radioaktif dan radioaktif. Nilai presisi yang memenuhi nilai

keberterimaan (% RSD < (% RSD Horwitz x 0,67)) menunjukkan bahwa prosedur

Page 60: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

47

formulasi memiliki kestabilan yang baik dalam pengulangan. Pengukuran distribusi

ukuran partikel sediaan 32P-Cr koloid menggunakan CoulterTM Countess dan data

uji presisi parameter keterulangan dapat dilihat pada Tabel 6. Perhitungan analisis

presisi parameter keterulangan pada hasil pengukuran distribusi ukuran partikel

dapat dilihat pada Lampiran 9.

Tabel 6. Hasil Pengukuran Distribusi Ukuran Partikel 32P-Cr Koloid menggunakan

Countess dan Data Uji Presisi Parameter Keterulangan

Sampel Kondisi Distribusi Ukuran

Partikel (%)*

F4

Non-Radioaktif

100

F5 99,66

F6 99,52

F7 99,32

F8 98,97

F9

Radioaktif

98,75

F10 100

F11 100

Nilai

Rata-rata Distribusi Ukuran Partikel = 99,53

SD = 0,48

RSD (%) = 0,49

Ketelitian (%) = 99,51

RSD (%) Horwitz Presisi Keterulangan = 2,68

*Distribusi ukuran partikel dominan berada pada rentang ukuran 2-10 µm

Nilai standar deviasi (SD) dihitung berdasarkan penyebaran dominan pada

sampel F4 sampai F11 yaitu berada pada rentang ukuran 2-10 m dilihat dari

persentase distribusi ukuran partikel > 98%. Distribusi ukuran partikel sampel F4

sampai F11 memiliki nilai rata-rata sebesar 99,53%. Persentase terkecil distribusi

ukuran partikel (rentang 2-10 m) memiliki nilai 98,75% pada F9 dan persentase

terbesar memiliki nilai 100% pada F4, F10 dan F11. Nilai SD dan RSD berturut-

turut sebesar 0,48 dan 0,49%. Nilai ketelitian pada uji ini sebesar 99,51%. Hasil

Page 61: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

48

tersebut menunjukkan bahwa prosedur formulasi yang digunakan memenuhi nilai

keberterimaan uji presisi karena % RSD < 2,68 (% RSD Horwitz Presisi

Keterulangan).

Pengulangan prosedur formulasi dalam 2 kondisi yaitu kondisi non-radioaktif

dan radioaktif memenuhi nilai keterimaan uji presisi. Hal tersebut menunjukkan

formulasi yang digunakan memiliki kestabilan dalam pengulangan prosedur

formulasi yang baik pada karakteristik distribusi ukuran partikel. Semua sampel

memiliki distribusi ukuran partikel yang dominan berada pada rentang 2-10 m

yang sesuai dengan syarat radiofarmaka untuk radiosinovektomi (IAEA, 2001;

Schneider et al., 2005; Aziz dan Suherman, 2013).

Tabel 7. Hasil Pengukuran Kemurnian Radiokimia 32P-Cr Koloid menggunakan

Autoradiografi dan Data Uji Presisi Parameter Keterulangan

Sampel Kemurnian Radiokimia (%)

F9 97,12

F10 97,59

F11 96,81

Nilai

Rata-rata (%) = 97,18

SD = 0,39

RSD (%) = 0,40

Ketelitian (%) = 99,60

RSD (%) Horwitz Presisi Keterulangan = 2,68

Pengukuran kemurnian radiokimia menggunakan autoradiografi sediaan 32P-

Cr koloid uji presisi parameter keterulangan dapat dilihat pada Tabel 7. Perhitungan

analisis presisi parameter keterulangan pada hasil pengukuran kemurnian

radiokimia dapat dilihat pada Lampiran 10. Kemurnian radiokimia sampel F9

sampai F11 memiliki rata-rata sebesar 97,18% dengan nilai kemurnian radiokimia

terkecil pada F11 sebesar 96,81% nilai kemurnian radiokimia terbesar pada F10

sebesar 97,59%. Nilai SD dan RSD berturut-turut sebesar 0,39 dan 0,4% dengan

Page 62: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

49

nilai ketelitian 99,6%. Hasil % RSD < 2,68% (RSD Horwitz Presisi Keterulangan)

menunjukkan bahwa prosedur formulasi telah memenuhi nilai keterimaan uji

presisi dan memiliki kestabilan yang baik dalam pengulangan prosedur formulasi

karakteristik kemurnian radiokimia. Semua sampel dalam kondisi radioaktif (F9

sampai F11) memiliki kemurnian radiokimia yang memenuhi syarat radiofarmaka

untuk radiosinovektomi yaitu > 95% (IAEA, 2006; USP, 2007; Rustendi et al.,

2010).

Presisi Antara (Precision Intermediate)

Presisi antara merupakan bagian dari uji presisi yang dilakukan pada

laboratorium yang sama namun dilakukan dengan alat, waktu, analis yang berbeda

(Riyanto, 2015; Srivastava & Kumar, 2017). Prosedur formulasi 32P-Cr koloid

dilakukan dalam 2 kondisi yaitu non-radioaktif dan radioaktif. Nilai presisi yang

memenuhi nilai keterimaan (% RSD < 2%) menunjukkan bahwa prosedur formulasi

memiliki kestabilan yang baik pada presisi antara.

Prosedur formulasi dalam kondisi non-radioaktif dilakukan di laboratorium

Radiofarmaka (PTRR – BATAN, Tangerang Selatan), menggunakan 4 alat hotplate

merk berbeda dan 1 thermomixer, dilakukan oleh 3 analis berbeda dalam kurun

waktu dari Maret sampai Juli 2019. Prosedur formulasi dalam kondisi radioaktif

dilakukan di laboratorium Radioisotop (PTRR – BATAN, Tangerang Selatan),

menggunakan hotplate yang sama, dilakukan oleh 3 analis yang berbeda dalam

kurun waktu April sampai Juni 2019. Penggunaan alat yang berbeda pada kondisi

radioaktif tidak bisa dilakukan karena alat yang digunakan khusus untuk formulasi

kondisi radioaktif. Pengukuran distribusi ukuran partikel sediaan 32P-Cr koloid

menggunakan CoulterTM Counter dan data uji presisi parameter keterulangan dapat

Page 63: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

50

dilihat pada Tabel 8. Perhitungan analisis presisi parameter presisi antara pada hasil

pengukuran distribusi ukuran partikel dapat dilihat pada Lampiran 11.

Tabel 8. Hasil Pengukuran Distribusi Ukuran Partikel 32P-Cr Koloid menggunakan

Countess dan Data Uji Presisi Parameter Presisi Antara

Sampel Kondisi Distribusi Ukuran

Partikel (%)*

F12

Non-Radioaktif

100

F13 100

F14 100

F15 99,63

F16 100

F1

Radioaktif

100

F2 100

F3 97,18

Nilai

Rata-rata Distribusi Ukuran Partikel = 99,60

SD = 0,99

RSD (%) = 0,99

Ketelitian (%) = 99,01

RSD (%) Horwitz Presisi Antara = 4

*Distribusi ukuran partikel dominan berada pada rentang ukuran 2-10 µm

Sampel F12-F16 dan F1-F3 memiliki distribusi atau penyebaran yang

dominan berada pada rentang ukuran 2-10 m dilihat dari persentase distribusi

ukuran partikel > 97%. Distribusi ukuran partikel sampel F1 sampai F8 memiliki

nilai rata-rata sebesar 99,60%. Persentase terkecil distribusi ukuran partikel

memiliki nilai 97,18% pada F3 dan persentase terbesar memiliki nilai 100% pada

F1-F2, F12-F14 dan F16. Nilai SD dan RSD berturut-turut sebesar 0,99 dan 0,99%.

Nilai ketelitian pada uji ini sebesar 99,01%. Hasil % RSD < 4% (RSD Horwitz

Presisi Antara) menunjukkan bahwa prosedur formulasi telah memenuhi nilai

keterimaan uji presisi. Semua sampel memiliki distribusi ukuran partikel yang

dominan berada pada rentang 2-10 m yang sesuai dengan syarat radiofarmaka

untuk radiosinovektomi (IAEA, 2001; Schneider et al., 2005; Aziz dan Suherman,

Page 64: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

51

2013). Sampel yang memiliki ukuran partikel > 10 m dapat hilangkan dengan

melakukan dialisis setelah prosedur formulasi dilakukan (Turco & Pietra, 1963;

Anghileri & Marqués, 1967, Liepe et al., 2011).

Tabel 9. Hasil Pengukuran Kemurnian Radiokimia 32P-Cr Koloid

menggunakan Autoradiografi dan Data Uji Presisi Parameter

Presisi Antara

Sampel Kemurnian Radiokimia (%)

F1 97,62

F2 96,68

F3 99,25

Nilai

Rata-rata (%) = 97,85

SD = 1,30

RSD (%) = 1,33

Ketelitian (%) = 98,67

RSD (%) Horwitz Presisi Antara = 4

Pengukuran kemurnian radiokimia menggunakan autoradiografi sediaan 32P-

Cr koloid uji presisi parameter presisi antara dapat dilihat pada Tabel 9. Perhitungan

analisis presisi parameter presisi antara pada hasil pengukuran kemurnian

radiokimia dapat dilihat pada Lampiran 12. Kemurnian radiokimia sampel F14

sampai F16 memiliki nilai rata-rata sebesar 97,84% dengan nilai kemurnian

radiokimia terkecil pada F17 sebesar 96,68% nilai kemurnian radiokimia terbesar

pada F18 sebesar 99,25%. Nilai SD dan RSD berturut-turut sebesar 1,3 dan 1,33%

dengan nilai ketelitian 98,67%. Semua sampel (F14 sampai F16) memiliki

kemurnian radiokimia > 95% yang menunjukkan semua sampel memenuhi syarat

kemurnian radiokimia untuk radiosinovektomi (IAEA, 2006; USP, 2007; Rustendi

et al., 2010). Hasil % RSD < 4% (RSD Horwitz Presisi Antara) menunjukkan

bahwa prosedur formulasi telah memenuhi nilai keterimaan uji presisi dan memiliki

kestabilan yang baik dalam pengulangan prosedur formulasi karakteristik

kemurnian radiokimia.

Page 65: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

52

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Kesesuaian formulasi 32P-Cr koloid dengan pengendalian kualitas (quality

control) radiofarmaka untuk radiosinovektomi adalah kemurnian

radionuklida dengan nilai sebesar 99,84-99,92% (> 99%), kemurnian

radiokimia dengan nilai sebesar 96,68-99,25% (> 95%), pH dengan rentang

5-6 dan distribusi ukuran partikel 97,18-100% pada rentang ukuran 2-10 µm.

2. Analisis presisi parameter keterulangan formulasi 32P-Cr koloid pada hasil

pengukuran distribusi ukuran partikel dan kemurnian radiokimia memiliki

nilai RSD berturut-turut sebesar 0,49% dan 0,40%. Hasil tersebut memenuhi

nilai keberterimaan presisi karena nilai RSD < 2,68% (RSD Horwitz Presisi

Keterulangan). Analisis presisi parameter presisi antara pada hasil

pengukuran distribusi ukuran partikel dan kemurnian radiokimia memiliki

RSD berturut-turut sebesar 0,99% dan 1,33%. Hasil tersebut memenuhi nilai

keberterimaan presisi karena nilai RSD < 4% (RSD Horwitz Presisi Antara).

5.2 Saran

Pengukuran distribusi ukuran partikel menggunakan Particle Size Analyzer

(PSA) pada semua sampel sangat disarankan agar mengetahui indeks

polidispersitas. Peningkatan aktivitas radioisotop dan uji distribusi sediaan pada

hewan uji coba untuk menentukan dosis obat juga disarankan untuk penelitian lebih

lanjut. Dialisis sebaiknya dilakukan sebelum aplikasi radiosinovektomi untuk

menghilangkan agregat koloid sehingga distribusi ukuran partikel sesuai dengan

syarat ketentuan.

Page 66: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

53

DAFTAR PUSTAKA

Anghileri LJ & Marqués R. 1967. New collodial chromic radiophosphate (P32) for

local irradiation of the central nervous system. The International Journal of

Applied Radiation and Isotopes, 18(2), 97-100. doi: 10.1016/0020-

708X(67)90038-5

Atilgan HI, Sadic M, Koca G, Korkmaz M. 2016. Radiosynovectomy: Current

Status and Clinical Utility. International Journal of Health Sciences &

Research, 6(May), 324–336.

Aziz A dan Suherman N. 2013. Penentuan Kondisi Optimum Penandaan Partikel

Hidroksiapatit dengan Sediaan Radioisotop 175YbCl3 Hasil Iradiasi Bahan

Sasaran 174Yb diperkaya. Indonesian Journal of Nuclear Science and

Technology. 14(2), 103-106.

Aziz A. 2012. Pembuatan dan Karakterisasi Sediaan Radioisotop 169ErCl3 Hasil

Iradiasi Bahan Sasaran Erbium-168 Diperkaya 97,75%. Indonesian Journal

of Nuclear Science and Technology, 13(2), 95–108.

Apostol I, Krull I & Kelner D. 2012. Analytical Method Validation for

Biopharmaceuticals. Analytical Chemistry Intech Open, 115-134. doi:

10.5772/52561

BATAN. Ensiklopedia. [diunduh 19 Juni 2019] Tersedia pada:

http://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/02/04/08-01-02-04.html

BATAN. Glosarium. [diunduh 17 Juni 2019] Tersedia pada:

http://www.batan.go.id/index.php/id/glosarium2

Bio Rad. [diunduh pada 21 Januari 2020] Tersedia pada: https://www.bio-

rad.com/webroot/web/pdf/lsr/literature/4000054.pdf

Budiasih KS. 2011. Studi Spesies Ion Kromium Trivalen dalam Aktivitas

Hipoglikemia. In Prosiding Seminar Nasional “Meneguhkan Peran

Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dalam Memuliakan Martabat

Manusia” (pp. 983–988).

Cartika H. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi: Kimia Farmasi. Jakarta (ID):

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Center for Pharmacy Postgraduate Education. 2011. Rheumatoid arthritis CPPE.

[diunduh pada 23 Desember 2018] Tersedia pada:

https://www.cppe.ac.uk/learningdocuments/pdfs/fp_ra_book1.pdf

Page 67: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

54

Darlina & Wahyuni S. 2004. Radiosinovektomi Alternatif Pengobatan Radang

Sendi Tanpa Operasi. Buletin Alara, 5(2&3), 129–134.

Das BK, Pradhan PK, Shukla AK, Misra R. 2004. Role of radiosynovectomy in

rheumatoid arthritis. J Indian Rheumatol Assoc, 12, 98–103.

Das BK. 2007. Role of radiosynovectomy in the treatment of rheumatoid arthritis

and hemophilic arthropathies. Biomedical Imaging and Intervention Journal,

3(4), 2–6. doi: 10.2349/biij.3.4.e45

De Bois M, Pauwels E, Breedveld F. 1995. New agents for scintigraphy in

rheumatoid arthritis. European Jpurnal of Nuclear Medicine, 22(11), 1339–

1346. doi: 10.1007/BF00801624

Europea Association of Nuclear Medicine (EANM). 2003. Procedure Guidelines

for Radiosynovectomy. Eur J Nucl Med 30:BP12-BP16, 30(3).

Gelatin Manufacturers Intitute of America (GMIA). 2019. Gelatin Handbook.

Gelatin Manufacturers Institute of America. New York.

Harmita. 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validas Metode dan Cara Perhitungannya.

Majalah Ilmu Kefarmasian, I(3), 117–135. Tersedia pada:

https://www.msk.org.au/rheumatoid-arthritis/

IAEA. 2006. Nuclear Medicine Resources Manual. International Atomic Energy

Agency.

IAEA-TECDOC-1228. 2001. Therapeutic Applications of Radiopharmaceuticals.

International Atomic Energy Agency.

IAEA Technical Report Series. 2019. Production, Quality Control and Clinical

Applications of Radiosynovectomy Agents. International Atomic Energy

Agency.

Ingrand J. 1973. Characteristics of radio-isotopes for intra-articular therapy. Annals

of the Rheumatic Diseases, 32(Supplement), 3–9.

Jacobs ML. 1958. Radioactive Colloidal Chromic Phosphate To Control Pleural

Effusion and Ascites. Journal of the American Medical Acosiation, 166(6),

597-599

Johnson L, Yanch J, Shrtkroff S, Barnes C, Spitzaer A, Sledge C. 1995. Beta-

particle dosimetry in radiation synovectomy. European Journal of Nuclear

Medicine, 22((9)), 977–988. doi: 10.1126/science.147.3659.761

Page 68: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

55

Johnström P, Bird JL & Davenport AP. 2012. Quantitative Phospor Imaging

Autoradiography of Radioligands for Positron Emission Tomography.

Receptor Binding Techniques, Methods in Molecular Biology, Vol: 897, 205-

220. doi: 10.1007/978-1-61779-909-9_10

Karavida N & Notopoulus A. 2010. Radiation Synovectomy: An effective

alternative treatment for inflamed small joints. Hippokratia, 14(1), 22–27.

Retrieved from http://link.springer.com/10.1007/174_2013_823

Khan NT. 2017. Autoradiography: Detection and Analysis of Radioactive Entities.

Journal of Biometrics & Biostatistics, 8(4), 1-2. doi: 10.4172/2155-

6180.1000361

Knut L. 2015. Radiosynovectomy in the Therapeutic Management of Arthritis.

World J Nucl Med, 14(1), 10–16. doi: 10.4103/1450-1147.150509

Koca G, Ozsoy H, Atilgan HI, Ozyurt S. 2013. A Low Recurrence Rate is Possible

With a Combination of Surgery and Radiosynovectomy for Diffuse

Pigmented Villonodular Synovitis of the Knee. Clinical Nuclear Medicine,

38(8), 608–615. doi: 10.1097/RLU.0b013e318292efdf

Kurniawati D. 2018. Menggunakan Mikroskop di Laboratorium. Surakarta (ID):

Aksara Sinergi Media.

Langard S & Costa M. 2007. Chromium. In Handbook on the Toxicology of Metals

(pp. 487–510). doi: 10.1016/B978-012369413-3/50079-3

Liepe K, Zaknun JJ, Padhy A, Barrenechea E, Soroa V, Shrikant S, Dondi M. 2011.

Radiosynovectomy using yttrium-90, phosphorus-32 or rhenium-188

radiocolloids versus corticoid instillation for rheumatoid arthritis of the knee.

Annals of Nuclear Medicine, 25(5), 317–323. doi: 10.1007/s12149-011-

0467-1

Mathews WB, Wu Y, Horti AG, Naik R, Hall AW, Holt DP, Dannals RF. 2019.

Radiosynthesis and Validation of [5-cyano-N-(4-(4-[11C]methylpiperazin-1-

yl)-2-(piperidin-1-yl)phenyl)furan-2-carboxamide] ([11C]CPPD), a PET

radiotracer for imaging CSF1R, a microglia-spesific marker. Journal of

Labelled Compounds and Radiopharmaceuticals. 62(13), 903-908.

Mödder G. 2013. Radionuclide Therapy of Inflammatory Joint Diseases (Radiation

Synovectomy, Radiosynoviorthesis). In Therapeutic Nuclear Medicine (Vol.

7, pp. 459–493). doi: 10.1007/174_2013_823

Morales AC, Reyes DN, Matínez MB, Delgado TT, Arencibia JC, Zorrilla JM. 2015.

Reacción de reducción de Cr(VI) a Cr(III) por iones sulfito en presencia de

Page 69: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

56

iones fosfato. Nucleus (Havana) (57), 19-25.

Mortazavi SMJ, Asadollahi S, Farzan M, Shahriaran S, Aghili M, Izadyar S, Lak

M. 2007. 32P Colloid Radiosynovectomy in Treatment of Chronic

Haemophilic Synovitis: Iran Experience. Haemophilia, 13(2), 182–188. doi:

10.1111/j.1365-2516.2006.01424.x

Musculoskeletal Australia. [diunduh pada 14 Januari 2019] Tersedia pada:

https://www.msk.org.au/rheumatoid-arthritis/

Oka M, Rekonen A, Ruotsi A, Seppälä O. 1971. Intra-Articular Injection of Y-90

Resin Colloid in the Treatment of Rheumatoid Knee Joint Effusions. Acta

Rheumatologica Scandinavicq, 17(1–4), 148–160. doi:

10.3109/rhe1.1971.17.issue-1-4.20

Pan JJ, Jiang J, Xu RK. 2014. Removal of Cr(VI) from aqueous by Na2SO3/FeSO4

combined with peanut straw biochar. Chemosphere 101, 71-76. doi:

http://dx.doi.org/10.1016/j.chemosphere.2013.12.026

Pars Isotope. Katalog General. [diunduh 16 September 2019] Tersedia pada:

http://www.parsisotope.com/pages/?action=service&ke=151

Perkin Elmer. [diunduh pada 21 Januari 2020] Tersedia pada:

https://www.perkinelmer.com/Content/relatedmaterials/productnotes/prd_cy

cloneplusstoragephosphor.pdf

Prabhakar G, Mehra KS & Ramamoorthy N. 2001. Studies on the Preparation and

Evaluation of Colloidal Chromic Phosphate 32-P for Possible Therapeutic

Use (No. IAEA-TECDOC—1228).

Riyanto. 2015. Validasi & Verifikasi Metode Uji:: Sesuai dengan ISO/IEC 17025,

Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi (1st ed.). Yogyakarta (ID):

deepublish. doi: 10.15713/ins.mmj.3

Rosilawati NE, Nasution I, Wahyu T. 2017. Penggunaan Radiofarmaka Untuk

Diagnosa Dan Terapi Di Indonesia Dan Asas Keamanan Penggunaan Obat.

SOEPRA Jurnal Hukum Kesehatan, 3(1), 60–73.

Rustendi CT, Ramli M, Subur M. 2010. Pembuatan 186Rn-Sn Koloid untuk Terapi

Radiosinovektomi. Jurnal Radioisotop Dan Radiofarmaka, 13(2), 89–96.

Schneider P, Farahati J, Reines C. 2005. Radiosynovectomy in Rheumatology,

Orthopedics, and Hemophilia. Journal of Nuclear Medicine, 46(1), 48–55.

Shaw DJ. 1992. Introduction to Colloid and Surface Chemistry (Fourth Edition).

Page 70: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

57

Oxford: Butterworth-Heinemann.

Silva M, Luck JV, Siegel M. 2001. 32P chromic phosphate radiosynovectomy for

chronic haemophilic synovitis. Haemophilia, 7 (Suppl.2(Haemophilia), 40–

49. doi: 10.1046/j.1365-2516.2001.00109.x

Soenarjo S. 2014. Mekanisme Lokalisasi Sediaan Radiofarmaka pada Organ

Target. Jurnal Radioisotop Dan Radiofarmaka, Vol 17 No(ISSN 1410-8542),

15–26.

Soroa VE. Velázquez Espeche M del H, Giannone C, Caviglia H, Galatros G,

Fernández D, Nicolini JO. 2005. Effects of Radiosynovectomy with P-32

Colloid Therapy in Hemophilia and Rheumatoid Arthritis. Cancer Biotherapy

& Radiopharmaceuticals, 20(3), 344–348. doi: 10.1089/cbr.2005.20.344

Srivastava RK & Kumar SS. 2017. An Updated Review: Analytical Method

Validation. European Journal of Pharmaceitical and Medical Research,

4(09), 1–6.

Srivastava SC. 2004. Treatment of Bone and Joint Pain with Electron Emitting

Radiopharmaceuticals. Indian J Nucl Med, 19(3): 89-97.

Sukma TT. 2018. Formulasi dan Stabilitas 32P-Cr Koloid untuk Radiosinovektomi

[skripsi]. Jakarta (ID): UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Suparti. 2010. Mikroskop. Semarang (ID): ALPRIN

Turco AMD & Pietra R. 1963. Preparation of Collodial Chromic Phosphate (32P)

for Medical Use. Pergamon Press Ltd. 14, 279-283.

United States Pharmacopeia (USP). 2007. Chromic Phosphate P 32 Suspension.

30nd edition of the United States Pharmacopeia (USP) National Formulary

(NF) (USP3-NF25) 27(6): 2945.

Wardhana WA. 2007. Teknologi Nuklir: Proteksi Radiasi dan Aplikasinya.

Bandung (ID): Penerbit Andi.

Widayati P, Ariyanto A, Triningsih T, Susilo VY & Lestari W. 2017. Validasi Kit

Radioimmunoassay Aflatoksin B1. Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka

18(1) 2017.

Wijayakusuma H. 2008. Atasi Asam Urat & Rematik ala Hembing. Jakarta (ID):

Niaga Swadaya.

Page 71: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

58

Wulandari L. 2011. Kromatografi Lapis Tpis (Cetakan pertama). Jember (ID): PT.

Taman Kampus Presindo.

Page 72: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

59

LAMPIRAN

Page 73: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

60

Lampiran 1. Formulasi Sediaan 32P-Cr Koloid

Hasil Formulasi 32P-Cr Koloid

Page 74: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

61

Lampiran 2. Contoh Hasil Pengukuran dengan CoulterTM Counter

Hasil Pengukuran Formulasi Optimum

(a) (b)

Hasil Pengukuran F3

(a) (b)

Hasil Pengukuran F13

(a) (b)

Keterangan:

(a) Hasil Pengukuran Distribusi Ukuran Partikel

(b) Keterangan Jumlah dan Rata-rata Ukuran Partikel

Page 75: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

62

Lampiran 3. Data Kemurnian Radiokimia menggunakan Autoradiografi pada Formulasi 32P-Cr Optimum

Plat KLT

Titik 1 Titik 2 Total

Migrasi (cm) Migrasi (cm) Aktivitas

(DLU) Kemurnian (%) Migrasi (cm)

Aktivitas

(DLU) 32P Bebas (%)

1 0,81 15.864.029,60 95,61 13,05 728.133,70 4,39

15,68 2 0,51 16.059.437,50 95,59 13,27 741.322,90 4,41

Rata-rata 0,66 95,60 13,16 4,40

Rf 0,04 0,8

Contoh Perhitungan Kemurnian

Kemurnian = (Aktivitas Titik 1

(Aktivitas Titik 1+Aktivitas Titik 2)) × 100% = (

15.864.029,60

(15.864.029,60 + 728.133,70 )) × 100% = 95,61%

Contoh Perhitungan 32P-Bebas

Kemurnian = (Aktivitas Titik 2

(Aktivitas Titik 1+Aktivitas Titik 2)) × 100% = (

728.133,70

(15.864.029,60 + 728.133,70 )) × 100% = 4,39%

Contoh Perhitungan Nilai Rf

Nilai Rf Titik 1 = Jarak yang ditempuh substansi

= Rata-rata Migrasi Titik 1

= 0,66

= 0,04 Jarak yang ditempuh pelarut Total Migrasi 15,68

Nilai Rf Titik 2 = Jarak yang ditempuh substansi

= Rata-rata Migrasi Titik 2

= 13,16

= 0,8 Jarak yang ditempuh pelarut Total Migrasi 15,68

Page 76: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

63

Page 77: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

64

Lampiran 4. Data Kemurnian Radionuklida menggunakan Autoradiografi pada Standar 32P

Plat KLT

Titik 1 Titik 2 Total

Migrasi

(cm) Migrasi

(cm) Aktivitas (DLU)

Kemurnian

(%)

Migrasi

(cm) Aktivitas (DLU)

32P Bebas

(%)

1 0,5 141.809,60 0,06 11,78 252.825.854,40 99,94 15,03

2 0,44 127.941,60 0,05 11,3 238.724.940,30 99,95

Rata-rata 0,47 0,05 11,54 99,95

Rf 0,03 0,8

Page 78: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

65

Lampiran 5. Data Kemurnian Radionuklida Pengendalian Kualitas (Quality Control)

1. Kemurnian Radionuklida F1

Plat KLT

Titik 1 Titik 2 Total

Migrasi

(cm) Migrasi

(cm) Aktivitas (DLU)

Kemurnian

(%)

Migrasi

(cm) Aktivitas (DLU)

32-P

Bebas (%)

1 0,96 225.938,00 0,14 14,26 159.296.514,00 99,86 17,2

2 0,76 145.336,70 0,10 11,64 143.656.625,70 99,90

Rata-rata 0,86 0,12 12,95 99,88

Rf 0,05 0,8

Page 79: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

66

2. Kemurnian Radionuklida F2

Plat KLT

Titik 1 Titik 2 Total

Migrasi

(cm) Migrasi

(cm) Aktivitas (DLU)

Kemurnian

(%)

Migrasi

(cm) Aktivitas (DLU)

32-P

Bebas (%)

1 0,88 18.422,70 0,08 12,56 23.534.476,20 99,92 15,64

2 1,04 17.900,40 0,07 12,41 24.876.471,80 99,93

Rata-rata 0,96 0,08 12,49 99,92

Rf 0,06 0,8

Page 80: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

67

3. Kemurnian Radionuklida F3

Plat KLT

Titik 1 Titik 2 Total

Migrasi

(cm) Migrasi

(cm) Aktivitas (DLU)

Kemurnian

(%)

Migrasi

(cm) Aktivitas (DLU)

32-P

Bebas (%)

1 1,3 132.705,90 0,15 12,31 88.642.936,80 99,85 15,27

2 1,43 176.269,60 0,17 12,3 104.617.501,70 99,83

Rata-rata 1,365 0,16 12,31 99,84

Rf 0,09 0,8

Kinanthy

Page 81: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

68

Lampiran 6. Data Kemurnian Radiokimia Pengendalian Kualitas (Quality Control)

1. Kemurnian Radiokimia F1

Plat KLT

Titik 1 Titik 2 Total

Migrasi

(cm) Migrasi

(cm) Aktivitas (DLU)

Kemurnian F1

(%)

Migrasi

(cm) Aktivitas (DLU)

32-P

Bebas (%)

1 0,86 11.665.842,30 97,62 12,29 284.292,30 2,38 14,95

2 0,89 10.685.651,90 97,62 12,09 260.268,30 2,38

Rata-rata 0,875 11.175.747,10 97,62 12,19 272280,30 2,38

Rf 0,06 0,8

Page 82: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

69

2. Kemurnian Radiokimia F2

Plat KLT

Titik 1 Titik 2 Total

Migrasi

(cm) Migrasi

(cm) Aktivitas (DLU)

Kemurnian F2

(%)

Migrasi

(cm) Aktivitas (DLU)

32-P

Bebas (%)

1 0,68 12.894.733,90 97,08 12,9 388.471 2,92 15,64

2 0,72 7.207.744,10 96,29 12,23 277.451,10 3,71

Rata-rata 0,7 96,68 12,57 3,32

Rf 0,04 0,8

Page 83: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

70

3. Kemurnian Radiokimia F3

Plat KLT

Titik 1 Titik 2 Total

Migrasi

(cm) Migrasi

(cm) Aktivitas (DLU)

Kemurnian F3

(%)

Migrasi

(cm) Aktivitas (DLU)

32-P

Bebas (%)

1 1,12 35.730.913,70 99,35 12,14 232.351 0,65 15,27

2 1,24 32.318.659,90 99,14 12,35 278.921,40 0,86

Rata-rata 1,18 99,25 12,25 0,75

Rf 0,08 0,8

Page 84: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

71

Lampiran 7. Data Distribusi Ukuran Partikel Pengendalian Kualitas (Quality

Control)

Sampel Rata-rata Ukuran

Partikel (m)

Distribusi Ukuran Partikel (%)

2-10 m > 10 m

F1 4,6 100 0

F2 3,5 100 0

F3 4,7 97,18 2,82

Page 85: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

72

Lampiran 8. Keterangan Formulasi Uji Presisi

1. Presisi Keterulangan

Sampel Kondisi Tanggal

Formulai Analis Laboratorium Alat

F4

Non-

Radioaktif 24-07-2019

1 Radiofarmaka Yellowline

F5 1 Radiofarmaka Yellowline

F6 1 Radiofarmaka Yellowline

F7 1 Radiofarmaka Yellowline

F8 1 Radiofarmaka Yellowline

F9

11-03-2019

1 Radioisotop Scilogex

F10 Radioaktif 1 Radioisotop Scilogex

F11 1 Radioisotop Scilogex

2. Presisi Antara

Sampel Kondisi Tanggal

Formulai Analis Laboratorium Alat

F11

Non-

Radioaktif

12-03-2019 1 Radiofarmaka Yellowline

F12 17-06-2019 2 Radiofarmaka Yellowline

F13 25-06-2019 3 Radiofarmaka Yellowline

F14 18-06-2019 1 Radiofarmaka Vision

F15 26-07-2019 1 Radiofarmaka IKA® C-

MAG HS10

F1

Radioaktif

1-04-2019 1 Radioisotop Scilogex

F2 15-04-2019 1 Radioisotop Scilogex

F3 17-06-2019 2 Radioisotop Scilogex

Page 86: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

73

Lampiran 9. Perhitungan RSD Horwiz

Konsentrasi analit (H3PO4) = 1% g/mL = 0,01 g/mL

1. Presisi Parameter Keterulangan

Nilai keberterimaan = % RSD < (% RSD Horwitz x 0,67)

% RSD Horwitz Presisi Keterulangan = (21-(0,5 x log C)) x 0,67

= (21-(0,5 x log 0,01)) x 0,67

= (21-(0,5 x (-2))) x 0,67

= (21-(-1)) x 0,67

= (22) x 0,67

= (4) x 0,67

= 2,68

2. Presisi Parameter Presisi Antara

Nilai keberterimaan = % RSD < % RSD Horwitz

% RSD Horwitz Presisi Antara = (21-(0,5 x log C))

= (21-(0,5 x log 0,01))

= (21-(0,5 x (-2)))

= (21-(-1))

= (22)

= 4

Page 87: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

74

Lampiran 10. Hasil Pengukuran Distribusi Ukuran Partikel 32P-Cr Koloid dan Analisis Presisi Parameter Keterulangan

Hasil Pengukuran Distribusi Ukuran Partikel 32P-Cr Koloid menggunakan CoulterTM Countess

Sampel Kondisi Rata-rata Ukuran

Partikel (m)

Total Partikel

Terhitung

Keterangan Distribusi Ukuran

Partikel (%)

Jumlah Partikel Rentang Ukuran

Partikel (m) 2-10 m > 10 m

F4

Non-

Radioaktif

3,4 462 462 2-10

100 0,00 0 > 10

F5 3,8 291 290 2-10

99,66 0,34 1 > 10

F6 3,6 418 416 2-10

99,52 0,48 2 > 10

F7 4,2 147 146 2-10

99,32 0,68 1 > 10

F8 3,8 194 192 2-10

98,97 1,03 2 > 10

F9

Radioaktif

3,7 80 79 2-10

98,75 1,25 1 > 10

F10 4,6 21 21 2-10

100 0 0 > 10

F11 4,1 15 15 2-10

100 0 0 > 10

Page 88: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

75

Contoh Perhitungan Distribusi Ukuran Partikel Rentang 2-10 m (%)

Distribusi Ukuran Partikel (%) F5 = ( Jumlah Partikel Rentang Ukuran 2-10 m

) x 100% = ( 290

) x 100% = 99,66% Jumlah Partikel 291

Contoh Perhitungan Distribusi Ukuran Partikel Rentang < 10 m (%)

Distribusi Ukuran Partikel (%) F5 = ( Jumlah Partikel Rentang Ukuran < 10 m

) x 100% = ( 1

) x 100% = 0,34% Jumlah Partikel 291

Page 89: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

76

Hasil Analisis Distribusi Ukuran Partikel 32P-Cr Koloid Presisi Parameter Keterulangan

Sampel Distribusi Ukuran

Partikel (%)

Rata-rata Distribusi

Ukuran Partikel (%) SD RSD Ketelitian

F4 100

99,53 0,48 0,49 99,51

F5 99,66

F6 99,52

F7 99,32

F8 98,97

F9 98,75

F10 100

F11 100

Total Sampel = 8 Total Distribusi Ukuran

Partikel (%) = 796,22

Contoh Perhitungan Rata-rata Distribusi Ukuran Partikel

𝑥 =

∑ 𝑥𝑖

𝑛

𝑖=1

= 796,22 = 99,53

𝑛 8

Keterangan:

xi : Nilai pengujian

n : Jumlah data

Page 90: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

77

Contoh Perhitungan Standar Deviasi (SD)

Sampel Distribusi Ukuran

Partikel (%) (xi) xi – xo (xi – x0)2 ∑(𝐱𝐢 – 𝐱𝐨)𝟐

( 𝜮 (𝒙𝒊 − 𝒙𝒐)𝟐

𝒏 − 𝟏 √

( 𝜮 (𝒙𝒊 − 𝒙𝒐)𝟐

𝒏 − 𝟏

F4 100 0,47 0,22

1,65 0,24 0,48

F5 99,66 0,13 0,02

F6 99,52 -0,01 0,00

F7 99,32 -0,21 0,04

F8 98,97 -0,56 0,31

F9 98,75 -0,78 0,60

F10 100 0,47 0,22

F11 100 0,47 0,22

n = 8 xo = 99,53

n – 1 = 7

( 𝜮 (𝒙𝒊 − 𝒙𝒐)𝟐

𝒏 − 𝟏 =

1,65 =

0,24 7

Keterangan:

SD : Standar Deviasi

xi : Nilai Pengujian

xo : Nilai Rata-rata Pengujian

n : Jumlah Data

√( 𝜮 (𝒙𝒊 − 𝒙𝒐)𝟐

𝒏 − 𝟏 = √0,24 =

0,48

Page 91: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

78

Contoh Perhitungan Relative Standar Deviation (RSD)

% RSD = 𝑆𝐷

𝑥 x 100% =

0,48

99,53 x 100% = 0,49

Keterangan

SD : Standar Deviasi

x : Nilai Rata-rata

RSD : Relatif Standar Deviation

Contoh Perhitungan Ketelitian

Nilai Ketelitian = 100% - % RSD = 100% - 0,49% = 99,51%

Page 92: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

79

Lampiran 11. Hasil Pengukuran Kemurnian Radiokimia 32P-Cr Koloid dan Analisis Presisi Parameter Keterulangan

Hasil Pengukuran Kemurnian Radiokimia menggunakan Autoradiografi

1. Sampel F9

Plat KLT

Titik 1 Titik 2 Total Migrasi

(cm) Migrasi (cm) Aktivitas

(DLU)

Kemurnian F6

(%) Migrasi (cm)

Aktivitas

(DLU) 32P Bebas (%)

1 0,84 4.295.772,90 97,26 11,68 121.237 2,74 14,22

2 0,82 4.804.539,10 96,99 11,69 149.078,90 3,01

Rata-rata 0,83 97,12 11,69 2,88

Rf 0,06 0,8

Page 93: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

80

2. Sampel F10

Plat KLT

Titik 1 Titik 2 Total Migrasi

(cm) Migrasi (cm) Aktivitas

(DLU)

Kemurnian F7

(%) Migrasi (cm)

Aktivitas

(DLU) 32-P Bebas (%)

1 0,89 7.975.362,00 97,67 10,88 190.107,80 2,33 14,22

2 0,92 9.944.379,70 97,52 10,97 253.195,30 2,48

Rata-rata 0,905 97,59 10,93 2,41

Rf 0,06 0,8

Page 94: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

81

3. Sampel F11

Plat KLT

Titik 1 Titik 2 Total Migrasi

(cm) Migrasi (cm) Aktivitas

(DLU)

Kemurnian F8

(%) Migrasi (cm)

Aktivitas

(DLU) 32-P Bebas (%)

1 0,87 12.134.091,10 96,88 10,85 391.421,10 3,12 14,22

2 0,82 10.302.461,90 96,75 10,4 345.848,50 3,25

Rata-rata 0,845 96,81 10,63 3,19

Rf 0,06 0,7

Page 95: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

82

Analisis Kemurnian Radiokimia 32P-Cr Koloid Uji Presisi Parameter Keterulangan

Sampel Kemurnian Radiokimia (%) Rata-rata SD RSD (%) Ketelitian (%)

F9 97,12

97,18 0,39 0,40 99,60 F10 97,59

F11 96,81

Total 3 291,53

Contoh Perhitungan Rata-rata Distribusi Ukuran Partikel

𝑥 =

∑ 𝑥𝑖

𝑛

𝑖=1

= 291,53 = 97,18

𝑛 3

Keterangan:

xi : Nilai pengujian

n : Jumlah data

Page 96: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

83

Contoh Perhitungan Standar Deviasi (SD)

Sampel Distribusi Ukuran

Partikel (%) (xi) xi – xo (xi – x0)2 ∑(𝐱𝐢 – 𝐱𝐨)𝟐

( 𝜮 (𝒙𝒊 − 𝒙𝒐)𝟐

𝒏 − 𝟏 √

( 𝜮 (𝒙𝒊 − 𝒙𝒐)𝟐

𝒏 − 𝟏

F9 97,12 -0,05 0,003

0,31 0,15 0,39 F10 97,59 0,42 0,17

F11 96,81 0,36 0,13

n = 3 xo = 97,18

n – 1 = 2

( 𝜮 (𝒙𝒊 − 𝒙𝒐)𝟐

𝒏 − 𝟏 =

0,31 =

0,15 2

Keterangan:

SD : Standar Deviasi

xi : Nilai Pengujian

xo : Nilai Rata-rata Pengujian

n : Jumlah Data

√( 𝜮 (𝒙𝒊 − 𝒙𝒐)𝟐

𝒏 − 𝟏 = √0,15 =

0,39

Page 97: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

84

Contoh Perhitungan Relative Standar Deviation (RSD)

% RSD = 𝑆𝐷

𝑥 x 100% =

0,39

97,18 x 100% = 0,40

Keterangan

SD : Standar Deviasi

x : Nilai Rata-rata

RSD : Relatif Standar Deviation

Contoh Perhitungan Ketelitian

Nilai Ketelitian = 100% - % RSD = 100% - 0,49% = 99,51%

Page 98: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

85

Lampiran 12. Hasil Pengukuran Distribusi Ukuran Partikel 32P-Cr Koloid dan Analisis Presisi Parameter Presisi Antara

Hasil Pengukuran Distribusi Ukuran Partikel 32P-Cr Koloid menggunakan CoulterTM Countess

Sampel Kondisi Rata-rata Ukuran

Partikel (m)

Total Partikel

Terhitung

Keterangan Distribusi Ukuran

Partikel (%)

Jumlah Partikel Rentang Ukuran

Partikel (m) 2-10 m > 10 m

F12

Non-

Radioaktif

4,7 10 10 2-10

100 0 0 > 10

F13 4,1 187 187 2-10

100 0 0 > 10

F14 3,8 35 35 2-10

100 0 0 > 10

F15 3,6 271 270 2-10

99,63 0,37 1 > 10

F16 4,0 221 171 2-10

77,38 22,62 50 > 10

F1

Radioaktif

4,6 21 21 2-10

100 0 0 > 10

F2 3,5 10 10 2-10

100 0 0 > 10

F18 4,7 177 172 2-10

97,18 2,82 5 > 10

Page 99: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

86

Analisis Distribusi Ukuran Partikel 32P-Cr Koloid Uji Presisi Parameter Presisi Antara

Sampel

Rata-rata

Ukuran

Partikel (m)

Persentase Distribusi Ukuran

Partikel (%)

Rata-rata Persentase

Dsitribusi Ukuran (%) SD RSD (%) Ketelitian

(%) 2-10 m > 10 m 2-10 m > 10 m

F12 4,7 100 0

96,77 3,23 7,90 8,16 91,84

F13 4,1 100 0

F14 3,8 100 0

F15 3,6 99,63 0,37

F16 4 77,38 22,62

F1 4,6 100 0

F2 3,5 100 0

F3 4,7 97,18 2,82

Page 100: VALIDASI PROSES FORMULASI SEDIAAN P-Cr KOLOID UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51656/1/KINANT… · P-Cr koloid memiliki kemurnian radionuklida sebesar

87

Lampiran 12. Hasil Pengukuran Kemurnian Radiokimia 32P-Cr Koloid dan Analisis Presisi Parameter Presisi Antara

Hasil Pengukuran Kemurnian Radiokimia 32P-Cr Koloid menggunakan Autoradiografi

Hasil Pengukuran Kemurnian Radiokimia dapat dilihat di Lampiran 5.

Analisis Kemurnian Radiokimia 32P-Cr Koloid Uji Presisi Parameter Presisi Antara

Sampel

Kemurnian

Radiokimia

(%)

Rata-rata SD RSD (%) Ketelitian

(%)

F1 97,59

97,84 1,30 1,33 98,67 F2 96,68

F3 99,25