validasi luas periodik dan penentuan luas...

10

Click here to load reader

Upload: doque

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: VALIDASI LUAS PERIODIK DAN PENENTUAN LUAS …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2017/04/2558-6029-1-SM.… · *)Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

* ) Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

VALIDASI LUAS PERIODIK DAN PENENTUAN LUAS POTENSI TAMBAKDI KABUPATEN LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATANDENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH

DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Mudian Paena*), Akhmad Mustafa*), Hasnawi*), dan Rachmansyah*)

ABSTRAK

Wilayah pesisir merupakan daerah yang menerima beban terberat dalam pembangunanregional, sebagai konsekuensinya maka pengaturan pemanfaatan ruang pesisir harusberorientasi pada potensi dan daya dukung lahan yang berbasis Intergrated CoastalZone Management (ICZM) yaitu suatu kesatuan sistem yang terintegrasi yang memilikihubungan terhadap tujuan lokal, regional, nasional, dan internasional. Kedepan sangatdiharapkan Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan dalam mengembangkan wilayahpesisirnya juga merujuk pada konsep pengelolaan terpadu dan terintegrasi sehinggatercipta pengelolaan wilayah pesisir berkelanjutan tanpa konflik sektoral. Oleh karenaitu, dilakukan kajian untuk mendapatkan data aktual dari berbagai sektor termasukperikanan dan kelautan, antara lain adalah validasi data luas periodik dan potensilahan tambak. Kajian ini dilakukan dengan memanfaatkan teknologi penginderaanjauh dan Sistem Informasi Geografis. Citra satelit yang digunakan adalah Landsat-7ETM+ akuisisi 2002 dan 2005. Hasil kajian menunjukkan bahwa luas tambak di KabupatenLuwu Utara tahun 2002 dan 2005 masing-masing 4.938,84 ha dan 7.838,94 ha;sedangkan potensi lahan tambak sebesar 15.444,15 ha.

ABSTRACT: Validation of temporal area validation and determine ofpotential area of brackish water ponds of North Luwu RegencySouth Sulawesi Province using remote sensing technology andgeographic information system. By: Mudian Paena, AkhmadMustafa, Hasnawi, and Rachmansyah

Coastal zone is dumping area in regional development, it need regulation of utilizationof coastal zone that oriented on the potential and carrying capacity based onIntegrated Coastal Zone Management (ICZM). ICZM is an integration of unity systemhave relation to local goals, regional and international. In the future, North LuwuRegency, South Sulawesi Province will develop its coastal zone based on concept ofICZM to find sustainability management of coastal zone without sector conflict. Hence,it conduct a study to find actual data of some sectors including fisheries and marine,i.e. data of temporal area and potential area of brackish water ponds. Remote sensingtechnology and geographical information system were used in this study. Imagesatellite was used are Landsat-7 ETM+ acquisition 2002 and 2005. The result of studyshow that area of brackish water ponds in North Luwu Regency in 2002 and 2005 are4,938.84 ha and 7,838.94 ha, respectively with potential area is 15,444.15 ha.

KEYWORDS: validation, brackish water ponds, remote sensing, GIS, NorthLuwu

Validasi luas periodik dan penentuan luas potensi tambak ..... (Mudian Paena)

137

Page 2: VALIDASI LUAS PERIODIK DAN PENENTUAN LUAS …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2017/04/2558-6029-1-SM.… · *)Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

PENDAHULUAN

Sejak diberlakukan otonomi daerah makasetiap kabupaten dan kota di Indonesia,termasuk Kabupaten Luwu Utara ProvinsiSulawesi Selatan, memiliki hak yang seluas-luasnya untuk mengeksplorasi danmengekspliotasi potensi sumber daya yangterkandung di daerahnya, selain itu jugamemiliki hak penuh untuk menentukan arahdan strategi pengembangan wilayahnyatermasuk wilayah pesisir. Pengelolaan wilyahpesisir mendapat perhatian serius mengingatdaerah tersebut merupakan wilayah yangmengalami tekanan terberat dari semuapembangunan yang ada di darat. Tekanandapat berupa penggunaan lahan yangmelebihi tingkat daya dukung lahan maupuntekanan sebagai daerah buangan limbah.Tekanan-tekanan tersebut merupakanakumulasi dari kompleksnya proses interaksiantara manusia dan alam yang berakibat padapenurunan kualitas lingkungan pesisir. Untukmeminimalisasi daya rentan wilayah pesisirdibutuhkan perencanaan dan penangananyang menyeluruh untuk memecahkan tekanan-tekanan yang ada di wilayah pesisir sehinggatercipta suatu sistem pengelolaan kawasanpesisir yang berkelanjutan baik secaraekologis, sosial, maupun ekonomis.

Suatu kawasan pembangunan dikatakansecara ekologis berkelanjutan, manakala ba-sis sumber daya alamnya dapat dipeliharasecara stabil, tidak terjadi eksploitasi berlebihterhadap sumber daya yang dapatdiperbaharui (renewable resources), tidakterjadi pembuangan limbah yang melampauikapasitas asimilasi lingkungan yang dapatmengakibatkan kondisi tercemar, danpemanfaatan sumber daya tidak dapatdiperbaharui (non renewable resources) yangdibarengi dengan pengembangan bahansubtitusinya secara memadai. Dalam konteksini juga termasuk pemeliharaan keaneka-ragaman hayati (biodiversity), stabilitas siklushidrologi, siklus biogeo-kimia, dan kondisi iklim.Sementara itu, suatu kawasan pembangunandianggap secara sosial ekonomi berkelanjutanapabila kebutuhan dasar (pangan, sandang,perumahan, kesehatan, dan pendidikan)seluruh penduduknya terpenuhi, terjadidistribusi pendapatan dan kesempatanberusaha secara adil (Dahuri et al., 1996).

Berbagai pendekatan dan konsep telahdilakukan oleh setiap kabupaten dan kotauntuk mengembangkan wilayah pesisirnya

namun konflik sektoral dan kepentinganmasih mewarnai pengelolaan wilayah pesisirpada umumnya di Indonesia. Untuk menjagakeselarasan dan koordinasi denganpembangunan sektor lainnya makapengembangan sumber daya perikananperlu direncanakan dengan berbasis padaperencanaan pengelolaan ruang (Prianto etal., 2006). Namun demikian, jauh sebelumnyadi dunia internasional telah mengenal konseppengelolaan wilayah pesisir yaitu konsepICZM (Integrated Coastal Zone Management)yaitu suatu kesatuan sistem yang terintegrasiyang memiliki hubungan terhadap tujuanlokal, regional, nasional, dan internasional(OECD, 1993 dalam Dirhamsyah, 2006).ICZM merupakan salah satu pendekatanpengelolaan wilayah pesisir yang dirujuk olehbanyak negara yang memiliki pantai, termasukdi Indonesia. Sejak diperkenalkan di Indone-sia, konsep ICZM hanya mampu diterapkan dibeberapa wilayah, itupun masih dalam batasperencanaan, hanya beberapa wilayah yangtelah memasuki proses pekerjaan (secarabertahap) seperti yang terjadi di wilayahpesisir Kota Makassar, sedang untuk wilayahlain belum sampai pada tingkat operasionalkarena konsep tersebut membutuhkan biayabesar dan dalam waktu yang cukup lama.Walaupun demikian secara teoritis konseptersebut sangat ideal untuk diterapkan dikabupaten dan kota di Indonesia yang memilikiwilayah pesisir. Salah satu kendala sehinggakonsep ICZM sulit dikembangkan adalah masihkurangnya data dasar yang aktual dan akuratdari semua sektor yang terlibat dalampemanfaatan ruang pesisir terutama mengenaisumber daya alam (potensi, daya dukung, dankeberlanjutannya), namun demikian bukanberarti ICZM tidak dapat diaplikasikan.

Kabupaten Luwu Utara merupakan salahsatu kabupaten di Sulawesi Selatan yangmemiliki wilayah pesisir, ke depan sangatdiharapkan dalam mengembangan wilayahpesisirnya juga merujuk pada konseppengelolaan terpadu dan terintegrasisehingga tercipta pengelolaan wilayah pesisirberkelanjutan tanpa konflik sektoral. Untukmewujudkan hal tersebut maka penyediaandata sumber daya lahan menjadi sangat pentinguntuk disiapkan. Data dan informasi sumberdaya lahan merupakan salah satu data yangdiperlukan untuk perencanaan danpelaksanaan pembangunan pertanian dan non-pertanian (Sukarman & Hidayat, 2005). Salahsatu data sumber daya lahan adalah luas

J. Ris. Akuakultur Vol.3 No.1 Tahun 2008: 137-146

138

Page 3: VALIDASI LUAS PERIODIK DAN PENENTUAN LUAS …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2017/04/2558-6029-1-SM.… · *)Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

tambak periodik dan penentuan potensi lahantambak masing-masing disertai distribusikeruangannya (spasial) yang akan dijadikansebagai acuan pengelolaan dan pemanfaatanbaik oleh pemerintah setempat, institusi-institusi perikanan maupun masyarakatperikanan yang memperhatikan masalah-masalah perikanan pada saat sekarang maupunyang akan datang, terutama untuk prediksifluktuasi produksi, laju peningkatankesejahteraan masyarakat petambak dandampaknya terhadap lingkungan di sekitarnya(regional dan global).

Perhitungan luas tambak periodik dapatdilakukan dengan dua metode umum yaitusensus dan teresterial. Metode sensus memilikikelebihan terutama hemat dalam waktu danbiaya tetapi kelemahan yang mungkin terjadiadalah munculnya bias data yang sangatbesar. Metode teresterial memiliki kelebihan,data yang dihasilkan memiliki tingkat keteliti-an yang tinggi, sedangkan kelemahannyamemerlukan waktu survai yang lama dengankebutuhan dana yang sangat besar, metodeini hanya efektif pada daerah yang sempit.Perkembangan dan kemajuan teknologi telahmemberikan dampak pada munculnya metodebaru untuk menghitung luasan tambak,metode tersebut adalah pemanfaatan teknikpenginderaan jauh dan sistem informasigeografis (SIG) (Paena et al., 2007).

Teknologi penginderaan jauh melaluipemanfaatan citra satelit telah digunakansebagai sumber data utama perubahanpenggunaan lahan di seluruh dunia (Campbell,1983). Meskipun demikian hal ini belumberlaku untuk Indonesia, di mana peta-petapenggunaan lahan pada tingkat kabupatenmasih banyak yang dibangun berdasarkansurvai terestris (Danoedoro, 1996). Padaperkembangannya, pemanfaatan datapenginderaan jauh dan SIG semakin meluasuntuk semua bidang kajian termasuk di bidangperikanan budi daya.

Pemanfaatan teknik penginderaan jauh danSIG untuk deteksi perubahan luas tambakperiodik sangat menguntungkan karena kajiandapat dilakukan dengan biaya yang relatifsedikit dan dalam waktu yang relatif singkatpula walaupun pada daerah kajian yang luas.Penerapan teknologi penginderaan jauh danSIG untuk menghitung luas tambak akanmenghasilkan luas tambak yang umumnyaberbeda dengan data luas tambak yangtersedia selama ini di Dinas Perikanan dan

Kelautan atau Dinas terkait lainnya. Perbedaantersebut sebagai akibat dari perbedaan caradan metode dalam mengekstrak data. Data luasyang diperoleh melalui sensus biasanyadilakukan melalui pendekatan wawancara,pada tambak-tambak yang belum memilikisertifikat luas tambak aktual diperoleh melaluipendugaan responden (pemilik tambak),dugaan tersebut semakin bias bila bentuktambak tidak beraturan. Data luas tambak hasilpendataan Badan Pertanahan Nasional (BPN)akan relatif sama dengan data luas tambak hasilanalisis citra penginderaan jauh dan SIG tetapipersoalannya belum semua tambak-tambakmasyarakat telah tersertifikasi. Dengandemikian luas tambak hasil kajian ini masihdianggap sebagai satu-satunya sumberekstrak data yang memiliki ketelitian yangtinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiluas tambak periodik, laju perubahannya, dandistribusi spasialnya serta menentukanpotensi luas tambak di Kabupaten Luwu UtaraProvinsi Sulawesi Selatan.

BAHAN DAN METODE

Data penginderaan jauh yang digunakandalam penelitian ini adalah citra Landsat-7ETM+ akuisisi 2002 dan 2005. Citra Landsatdapat digunakan untuk mengetahui perubahanpenggunaan dan penutup lahan (Lo, 1996;Kushardono, 1999; Sitanggang, 1999). Untukmencakup lokasi penelitian dibutuhkan 1scene citra Landsat yaitu: Path/Row 115/62masing-masing untuk setiap waktu yangberbeda. Data vektor yang digunakan adalahpeta Rupabumi Indonesia (RBI) tahun 1991,Nomor Lembar 2113-12 (Lembar Amassangan),2113-14 (Lembar Masamba), dan 2113-23(Lembar Bone-Bone) masing-masing berskala1:50.000 dibutuhkan dalam pembuatan petadasar digital.

Pengolahan citra digital menggunakanProgram Er Mapper 6.4 yang diawali denganpenajaman citra (Gambar 1) dengan caramodifikasi kontras untuk memperolehperbedaan yang kontras antara satu objekdengan objek lain yang terekam pada citra.Penapisan dilakukan untuk mengurangipengaruh kecerahan/kegelapan dari citra.Reduksi kanal (band) sangat bermanfaat untukmenentukan variasi warna, pada setiap tahappengelolaan variasi kanal tidak terbatas padavariasi tertentu saja melainkan berubah-ubahkarena kadangkala pada variasi tertentu objek

Validasi luas periodik dan penentuan luas potensi tambak ..... (Mudian Paena)

139

Page 4: VALIDASI LUAS PERIODIK DAN PENENTUAN LUAS …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2017/04/2558-6029-1-SM.… · *)Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

tertentu tidak nampak tetapi akan nampakpada variasi kanal yang lain. Selain itu, variasikanal akan berpengaruh kepada warna hasilklasifikasi citra. Klasifikasi citra yang dilakukanterutama untuk menonjolkan kenampakantambak pada citra. Dari hasil klasifikasi citraselanjutnya dibuat peta hasil klasifikasi citrayang menggambarkan kondisi penutup/pengunaan lahan aktual wilayah pesisir

Kabupaten Luwu Utara dan sekitarnya padasetiap periode perekaman citra.

Peta citra hasil klasifikasi selanjutnyadigunakan untuk menentukan batas-batassebaran tambak secara visual dan menentukansebaran daerah contoh (training area) sebagaikontrol pekerjaan survai lapangan. Survailapangan dilakukan untuk pengukuran

Gambar 1. Diagram alir kajian dalam validasi luas dan penentuan luas potensi tambak

Figure 1. Cycle diagram a stream of study in determination the validation andpotency brackishwater pond area

J. Ris. Akuakultur Vol.3 No.1 Tahun 2008: 137-146

140

Page 5: VALIDASI LUAS PERIODIK DAN PENENTUAN LUAS …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2017/04/2558-6029-1-SM.… · *)Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

keakuratan peta citra hasil klasifikasi denganmemilih area yang diketahui secara pastijenisnya di lapangan (Mustafa et al., 2006).Penentuan daerah contoh selain berdasarkankeseragaman jenis yang nampak pada citrajuga berdasarkan kemudahan aksesbilitasuntuk menjangkau area yang dimaksud.

Transformasi Normalise DiverenceVegetation Index (NDVI) juga dilakukan dalamanalisis citra untuk meningkatkan kualitaskenampakan tambak pada citra saat melakukandelineasi poligon tambak di setiap periodeperekaman citra. Hasil analisis data lapanganberupa titik koordinat beserta atributnyadianalisis dan dijadikan sebagai bahan rujukandalam melakukan reinterprestasi, hal inidilakukan untuk meminimalisasi kesalahanmengingat data citra yang digunakan akuisisitahun 2002 dan 2005 sedangkan survailapangan dilakukan pada tahun 2007. Digitasicitra hasil klasifikasi dan citra hasiltransformasi NDVI pada layar yang sama tetapimenghasilkan satu tema poligon yaitu sebarantambak pada periode tahun 2002 dan tahun2005 (Gambar 1).

Delineasi spasial yang akan meng-gambarkan batas-batas kemungkinanpenambahan luas lahan budi daya (potensi)diekstrak dari citra hasil klasifikasi. Tema-temapoligon yang dihasilkan melalui digitasidianalisis lanjut dalam SIG. Hasil akhir analisisakan menunjukkan luas tambak tahun 2002dan tahun 2005 serta masing-masingdistribusinya. Selain itu, juga menghasilkanluas potensi lahan tambak yang masihmemungkinkan untuk dijadikan lahan tambak,juga disertai dengan distribusinya. Gambaranspasial tersebut selanjutnya di-layout untukmenghasilkan peta akhir yaitu peta sebarantambak periodik dan peta sebaran potensilahan tambak di Kabupaten Luwu Utara ProvinsiSulawesi Selatan.

HASIL DAN BAHASAN

Kabupaten Luwu Utara merupakan salahsatu kabupaten hasil pemekaran dariKabupaten Luwu. Sekalipun masih tergolongbaru, Kabupaten Luwu Utara juga memilikipotensi sumber daya alam yang melimpah.Salah satu potensi sumber daya alam yangcukup besar adalah sumber daya lahan untukperikanan budi daya tambak. Sebaran tambakdi Kabupaten Luwu Utara sebagian besardimanfaatkan untuk budi daya rumput lautyang dipolikultur dengan ikan bandeng(Gambar 2). Dalam sistem polikultur tersebut,yang menjadi tujuan utama budi daya adalahrumput laut, sedangkan ikan bandeng hanyamenjadi tujuan sampingan. Aksesbilitas yangmenghubungkan antara satu hamparan tambakdengan hamparan tambak lain umumnyamelalui sungai.

Berdasarkan data statistik, luas tambak diKabupaten Luwu Utara (Tabel 1), meng-gambarkan bahwa tidak terjadi fluktuasi luastambak khususnya antara tahun 2004 dan2005 (0%), tetapi antara tahun 2003-2004(dalam kurun 1 tahun) telah terjadi penurunanluas tambak sebesar 3.522 ha (31,58%) (luaskotor). Sedangkan untuk luas bersih, luastambak di Kabupaten Luwu Utara terusmengalami penurunan sejak tahun 2003-2005.Antara tahun 2003-2004 penurunan luas tambaksebesar 2.201 ha (20,02%), antara tahun 2004-2005 penurunan luas tambak mencapai 1.210ha (16,44%). Dari sumber data tersebut, tidakada informasi yang pasti mengenai penyebabpenurunan luas tambak yang begitu besaryang terjadi dalam waktu satu tahun,sedangkan luas kotor dan luas bersih di-bedakan berdasarkan pendekatan kepemilikan(luas kotor) dan operasional (luas bersih).

Penyajian data tersebut tidak disertaidengan metode perolehannya sehingga

Tabel 1. Luas tambak (kotor dan bersih) di Kabupaten Luwu Utara antara tahun 2003-2005Table 1. Brackishwater ponds area (bruto and netto) of North Luwu Regency between

2003-2005

Luas tambak (kotor) Luas tambak (bersih)

Pond area (bruto) Pond area (net to)

(ha) (ha)

2003 11,150 9,558 Anonim (2003b)

2004 7,628 7,357 Anonim (2004)

2005 7,628 6,147 Anonim (2005)

TahunYear

Sumber dataResource data

Validasi luas periodik dan penentuan luas potensi tambak ..... (Mudian Paena)

141

Page 6: VALIDASI LUAS PERIODIK DAN PENENTUAN LUAS …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2017/04/2558-6029-1-SM.… · *)Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

meragukan untuk dijadikan sebagai referensipengambilan kebijakan dalam rangkapenentuan strategi pengelolaan danpemanfaatan sumber daya tambak, karenaberdasarkan pengamatan di lapangan dan hasilanalisis citra penginderaan jauh menunjukkanadanya indikasi penambahan luas tambakantara tahun 2002-2005 (Gambar 2 dan 3).Sehingga luas tambak hasil anal isispemanfaatan teknologi penginderaan jauh danSIG merupakan solusi tepat untuk memvalidasidata luas tambak yang ada di Kabupaten LuwuUtara (Tabel 2).

Hasil analisis data penginderaan jauh danSIG menunjukkan bahwa terjadi peningkatanluas tambak di Kabupaten Luwu Utara, antaratahun 2002-2005 sebesar 2.900,10 ha(58,72%) atau terjadi penambahan luas tambaksebesar 966,70 ha/tahun (19,57%). Hasil yangdiperoleh tersebut lebih t inggi biladibandingkan dengan laju penambahan luastambak di Kabupaten Pinrang dalam kurunwaktu yang sama yaitu seluas 1.203,09 hadengan pertambahan 401,03 ha/tahun (Paenaet al., 2007). Ada tiga faktor yang mendorong

lajunya pembukaan lahan tambak di KabupatenLuwu Utara yaitu (1) penggunaan lahan untukpermukiman di wilayah pesisir sangat kecildimana pusat permukiman lebih kearah darat,sepanjang pantai Luwu Utara hanya DesaMunte (Kecamatan Bonebone) yangberbatasan langsung dengan pantai, (2)karakteristik lahan pada tingkat teknologi budidaya yang ada mendukung untuk membukalahan tambak yang baru, dan (3) hargakomoditas rumput laut dianggap mampumengangkat kesejahteraan petani tambak.

Pada tahun 2002 luas tambak potensialyang tersedia mencapai angka 212,70% darilahan tambak eksisting saat itu, sedangkanpada tahun 2005 luas tambak potensial yangtersedia sebesar 97,01% dari luas tambakeksisiting tahun tersebut. Dengan asumsibahwa potensi tambak merupakan fungsijumlah antara luas tambak eksisting denganluas tambak yang masih memungkinkan untukdikembangkan (potensial) (Anonim, 2003a),maka lahan potensi tambak di suatu wilayahlebih dahulu ditentukan dan menjadi kontrolpembukaan lahan tambak baru. Hasil analisis

Gambar 2. Peta sebaran tambak di wilayah pesisir Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatanpada tahun 2002

Figure 2. Map of brackishwater ponds area in coastal area of North Luwu, South Sulawesi in2002

120016’ 120020’ 120024’ 120028’ 120032’ 120036’ 120040’

120016’ 120020’ 120024’ 120028’ 120032’ 120036’ 120040’

204

0’

204

4’

204

8’

205

2’

204

0’

204

4’

204

8’

205

2’

Tambak Tahun 2002Pond Year 2002

S

N

EW

Legenda (Legend)

Kilometer

3 0 3 6

Permukiman (Settlement)

Sungai (River)

Lahan Lain (Another Land)

Laut (Sea)

Garis Pantai (Coast Line)

Jalan (Street)

Sumber Peta:1. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:50.000

Tahun 1991 BAKOSURTANAL Jakarta2. Citra Lansat 7 ETM Akuisisi Tahun 2002

LAPAN Jakarta3. Survei Lapangan Tahun 2007

Data Sources:1. Cartoghraphhic Map of Indonesia Scale 1:50,000

Year 1991 issued by BAKOSURTANAL Jakarta2. Landsat Imagery 7 ETM Acquisition Year 2002

LAPAN Jakarta3. Field Survey Year 2007

J. Ris. Akuakultur Vol.3 No.1 Tahun 2008: 137-146

142

Page 7: VALIDASI LUAS PERIODIK DAN PENENTUAN LUAS …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2017/04/2558-6029-1-SM.… · *)Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

menunjukkan bahwa Kabupaten Luwu Utaramemil iki potensi luas tambak yangmemungkinkan untuk dibuka seluas 15.444,15ha, ini berarti luas tambak optimum yangdisarankan dapat dibuka hanya sampai padabatas luasan tersebut. Dari luas lahan15.444,15 ha sampai pada tahun 2005 telahdimanfaatkan mencapai 50,76%; dengandemikian lahan potensi yang masih tersediasebesar 49,24% (Gambar 4 dan 5).

Berdasarkan potensi lahan tambak yangada, dan jika laju pembukaan lahan tambak barurata-rata 19,57% pertahun maka dalam kurunwaktu 5 (lima) tahun potensi lahan tambak diKabupaten Luwu Utara mencapai angka 0 (nol)yang berarti bahwa tidak disarankan lagi untukmembuka lahan baru pada tingkat teknologitambak yang sama, kecuali ada penerapantingkat teknologi yang lebih t inggi(intensifikasi) maka perlu dilakukan kaji ulang.

Gambar 3. Peta sebaran tambak di wilayah pesisir Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan padatahun 2005

Figure 3. Map of brackishwater ponds area in coastal area of North Luwu, South Sulawesi in2005

Tabel 2. Luas tambak antara tahun 2003-2005 dan luas tambak potensial di Kabupaten LuwuUtara hasil analisis data penginderaan jauh dan SIG

Table 2. Brackish ponds area between 2003-2005 and brackish pond potential area of NorthLuwu result of analysis data of remote sensing and GIS

TahunYear

Luas tambak (ha)PeriodikPeriodic

Ponds Area (ha)

Luas tambak (ha)Ponds area (ha)

PotensiLuas tambak (ha)

Ponds area potency (ha)

2002 4,938.84 10,505.31 15,444.15

2005 7,838.94 7,605.21 15,444.15

Sumber Peta:1. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:50.000

Tahun 1991 BAKOSURTANAL Jakarta2. Citra Lansat 7 ETM Akuisisi Tahun 2005

LAPAN Jakarta3. Survei Lapangan Tahun 2007

Data Sources:1. Cartoghraphhic Map of Indonesia Scale 1:50,000

Year 1991 issued by BAKOSURTANAL Jakarta2. Landsat Imagery 7 ETM Acquisition Year 2005

LAPAN Jakarta3. Field Survey Year 2007

204

0’

204

4’

204

8’

205

2’

120016’ 120020’ 120024’ 120028’ 120032’ 120036’ 120040’

120016’ 120020’ 120024’ 120028’ 120032’ 120036’ 120040’

204

0’

204

4’

204

8’

205

2’

Tambak Tahun 2005Pond Year 2005

Legenda (Legend)

Permukiman (Settlement)

Sungai (River)

Lahan Lain (Another Land)

Laut (Sea)

Garis Pantai (Coast Line)

Jalan (Street)

Kilometer

3 0 3 6

S

N

EW

Validasi luas periodik dan penentuan luas potensi tambak ..... (Mudian Paena)

143

Page 8: VALIDASI LUAS PERIODIK DAN PENENTUAN LUAS …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2017/04/2558-6029-1-SM.… · *)Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

2040’

2044’

2048’

2052’

Gambar 4. Peta sebaran potensi tambak di wilayah pesisir Kabupaten Luwu Utara,Sulawesi Selatan

Figure 4. Map of brackiswater ponds potency area in coastal area of North Luwu,South Sulawesi in 2002

Sumber Peta:1. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:50.000

Tahun 1991 BAKOSURTANAL Jakarta2. Citra Lansat 7 ETM Akuisisi Tahun 2002

LAPAN Jakarta3. Survei Lapangan Tahun 2007

Data Sources:1. Cartoghraphhic Map of Indonesia Scale 1:50,000

Year 1991 issued by BAKOSURTANAL Jakarta2. Landsat Imagery 7 ETM Acquisition Year 2002

LAPAN Jakarta3. Field Survey Year 2007

120016’ 120020’ 120024’ 120028’ 120032’ 120036’ 120040’

120016’ 120020’ 120024’ 120028’ 120032’ 120036’ 120040’

204

0’

204

4’

204

8’

205

2’

Tambak PotensialPotential Pond

S

N

EW

Legenda (Legend)

Kilometer

3 0 3 6

Permukiman (Settlement)

Sungai (River)

Lahan Lain (Another Land)

Laut (Sea)

Garis Pantai (Coast Line)

Jalan (Street)

2040’

2044’

2048’

2052’

Gambar 5. Peta sebaran tambak di wilayah pesisir Kabupaten Luwu Utara, SulawesiSelatan pada tahun 2002 dan 2005 serta sebaran potensialnya

Figure 5. Map of brackiswater ponds area in coastal area and potential area of NorthLuwu, South Sulawesi in 2002 and 2005

Sumber Peta:1. Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:50.000

Tahun 1991 BAKOSURTANAL Jakarta2. Citra Lansat 7 ETM Akuisisi Tahun 2002

dan 2005 LAPAN Jakarta3. Survei Lapangan Tahun 2007

Data Sources:1. Cartoghraphhic Map of Indonesia Scale 1:50,000

Year 1991 issued by BAKOSURTANAL Jakarta2. Landsat Imagery 7 ETM Acquisition Year 2002

and 2005 LAPAN Jakarta3. Field Survey Year 2007

204

0’

204

4’

204

8’

205

2’

Tambak PotensialPotential Pond

S

N

EW

Legenda (Legend)

Kilometer

3 0 3 6

Permukiman (Settlement)

Sungai (River)Lahan Lain (Another Land)

Laut (Sea)

Garis Pantai (Coast Line)Jalan (Street)

Tambak Tahun 2002Pond Year 2002Tambak Tahun 2005Pond Year 2005

120016’ 120020’ 120024’ 120028’ 120032’ 120036’ 120040’

120016’ 120020’ 120024’ 120028’ 120032’ 120036’ 120040’

J. Ris. Akuakultur Vol.3 No.1 Tahun 2008: 137-146

144

Page 9: VALIDASI LUAS PERIODIK DAN PENENTUAN LUAS …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2017/04/2558-6029-1-SM.… · *)Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

Laju penambahan luas lahan tambak yangtinggi berdampak pada terjadinya intrusi airlaut, sekalipun belum ada laporan penelitiantentang sejauh mana pengaruhnya namunsecara visual indikasi tersebut sudah terlihat,dimana lahan-lahan kebun jeruk dan cokelatpada saat pasang terendam air payau yangmenyebabkan kematian tanaman jeruk dancokelat karena hilangnya kesuburan tanahnyasebagai akibat dari meningkatnya kandungankadar garam tanah dan air terutama kebun-kebun yang berbatasan langsung dengantambak atau aliran sungai yang di depannyaterdapat tambak dan sudah tidak memilikivegetasi mangrove, nipa, dan vegetasipenyangga lainnya. Pada kondisi seperti inipetani dihadapkan pada dua hal yang dilematik,di satu sisi lahan rusak berarti kehilanganpendapatan, di sisi lain ingin beralih ke budidaya tambak tetapi tidak cukup modal,keterampilan, dan pengetahuan. Antisipasipemerintah Luwu Utara tentang hal ini sangatdibutuhkan sehingga tidak terjadi konfliksosial. Laju penambahan luas tambak juga akanberpengaruh pada berkurangnya penyediaanair artesis, mengingat pola perilaku petambakyang masing-masing memiliki sumber air artesisyang dibiarkan begitu saja mengalir sepanjangwaktu. Jika kendali lingkungan tidak dapatdikontrol oleh pemerintah setempat maka tidakmenutup kemungkinan kekosongan air artesisakan diisi oleh air laut yang pada gilirannyaakan menjadi masalah serius.

KESIMPULAN

Dari kajian yang telah dilakukan maka dapatdisimpulkan:

1. Luas tambak di Kabupaten Luwu Utara tahun2002 dan 2005 masing-masing adalah4.938,84 ha dan 7.838,94 ha; dengan lajupertambahannya 19,57%/tahun.

2. Potensi luas tambak di Kabupaten LuwuUtara sebesar 15.444,15 ha; yang berartiluas tambak optimum yang disarankan dapatdibuka menjadi lahan tambak hanya sampaipada batas luasan tersebut.

3. Pada tahun 2005 potensi luas tambak yangtelah dimanfaatkan sebesar 50,76%sehingga yang masih memungkinkan untukdibuka menjadi lahan tambak baru sebesar49,24%.

4. Jika laju pembukaan lahan tambak rata-rata19,57% per tahun maka dalam waktu 5 tahunpotensi lahan mencapai angka 0 (nol) padatingkat teknologi budi daya yang sama.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepadaHakim, Muhammad Arnol, Kamariah, danIrmawati atas konstribusinya selama survailapangan. Kajian ini dibiayai oleh APBN TahunAnggaran 2007.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003a. Master Plan PengembanganBudidaya Air Payau di Indonesia. DirektoratJenderal Perikanan Budidaya, DepartemenKelautan dan Perikanan, Jakarta. p. 4—12.

Anonim. 2003b. Laporan Statistik PerikananSulawesi Selatan. Dinas Perikanan danKelautan Provinsi Sulawesi Selatan,Makassar. 119 pp.

Anonim. 2004. Laporan Statistik PerikananSulawesi Selatan. Dinas Perikanan danKelautan Provinsi Sulawesi Selatan,Makassar. 119 pp.

Anonim. 2005. Laporan Statistik PerikananSulawesi Selatan. Dinas Perikanan danKelautan Provinsi Sulawesi Selatan,Makassar. 119 pp.

Campbell, M..J. 1983. Mapping the Land-AerialImagery for Land Use Information. Asso-ciation of American Geographers, Washing-ton, DC. 328 pp.

Danoedoro, P. 1996. Pengelolaan Citra Digital:Teori dan Aplikasi dalam Bidang Peng-inderaan Jauh. Fakultas Geografi, Univer-sitas Gadjah Mada, Yogyakarta. p. 18—19.

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, dan M.J. Sitepu.1996. Pengelolaan Sumberdaya Pesisirdan Lautan Secara Terpadu. PT PradnyaParamita, Jakarta. 328 pp.

Dirhamsyah. 2006. Pengelolaan wilayah pesisirterintegrasi di Indonesia. Oseana. XXXI (1):21—26.

Kushardono, D. 1999. Klasifikasi penutup/penggunaan lahan dari data inderaja.Dalam: Suharmanto, F. Tjinda, S.Yulmontoro, I.L. Arisdyo, R. Ginting, dan A.Effendi (eds.), Pengantar Teknologi,Aplikasi Penginderaan Jauh Satelit danSistem Informasi Geografi. LembagaPenerbangan dan Antariksa Nasionaldan Badan Pengkajian dan PenerapanTeknologi, Jakarta. p. 167—184.

Lo, C.P. 1996. Pengindraan Jauh Terapan.Diterjemahkan oleh: B. Purbowaseno. Uni-versitas Indonesia Press, Jakarta. 275 pp.

Mustafa, A., Utojo, Hasnawi, dan Rachmansyah.2006. Validasi Data Luas Lahan Budidaya

Validasi luas periodik dan penentuan luas potensi tambak ..... (Mudian Paena)

145

Page 10: VALIDASI LUAS PERIODIK DAN PENENTUAN LUAS …bppbapmaros.kkp.go.id/wp-content/uploads/2017/04/2558-6029-1-SM.… · *)Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros

Tambak di Kabupaten Maros dan PangkepProvinsi Sulawesi Selatan denganMenggunakan Teknologi PenginderaanJauh dan Sistem Informasi Geografis. JurnalRiset Akuakultur. 1(3): 419—430.

Paena, M., A. Mustafa, Hasnawi, danRachmansyah. 2007. Validasi Luas LahanBudidaya Tambak Di Kabuapten PinrangProvinsi Sulawesi Selatan denganMenggunakan Teknologi PenginderaanJauh dan Sistem Informasi Geografis. JurnalRiset Akuakultur. Jakarta. 2(3): 329—340.

Prianto, E., J. Purwanto, dan A. Subandar. 2006.Alokasi pemanfaatan wilayah pesisir KotaDumai untuk pengembangan tambak udangmelalui aplikasi Sistem Informasi Geografis.Jurnal Riset Akuakultur. 1(3): 349—358.

Sitanggang, G.M. 1999. Pemanfaatan datapenginderaan jauh untuk aplikasi darat.Dalam: Suharmanto, F. Tjinda, S.Yulmontoro, I.L. Arisdyo, R. Ginting, dan A.Effendi (eds.), Pengantar Teknologi,Aplikasi Penginderaan Jauh Satelit danSistem Informasi Geografi. LembagaPenerbangan dan Antariksa Nasional danBadan Pengkajian dan PenerapanTeknologi, Jakarta. p. 225—240.

Sukarman dan A. Hidayat. 2005. Pemanfaatancitra satelit dan Model Elevasi Digital Untukinventarisasi sumberdaya lahan. JurnalSumberdaya Lahan. I: 20—31.

J. Ris. Akuakultur Vol.3 No.1 Tahun 2008: 137-146

146