v. performa kontrak 5 - repository.ipb.ac.id · v. performa kontrak ukuran-ukuran performa yang...

29
V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh tanaman untuk evaluasi manfaat bagi Perhutani. Komponen penerimaan dan biaya residu neto berasal hanya dari tanaman semusim, untuk usia kontrak satu hingga 5 tahunl. Data untuk perhitungan residu net0 dari tanaman tahunan tidak tersedia, karena tanaman-tanaman tersebut belum berproduksi. Untuk memperkirakan arah dari perkembangan residu net0 setelah jangka waktu 5 tahun, digunakan data sekunder, dan hanya untuk keperluan proyeksi. 1. p-en-komnonen Perf onrma Di dalam bab keempat telah ditunjukkan tiga faktor yang membedakan struktur kontrak Perhutanan Sosial dengan Tumpang Sari, ditinjau dari segi derajat akses Pesanggem terhadap manfaat dari sumberdaya hutan, yaitu lproyek perintis Perhutanan Sosial di Jawa pertama kali dibangun pada tahun 1986, perluasannya dimu- lai tahun 1987. Dengan demikian, pada saat penelitian ini dilaksanakan, usia Perhutanan Sosial tertua adalah 5 tahun.

Upload: vantuong

Post on 23-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

V. PERFORMA KONTRAK

Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu

net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan

persentase tumbuh tanaman untuk evaluasi manfaat bagi

Perhutani. Komponen penerimaan dan biaya residu neto

berasal hanya dari tanaman semusim, untuk usia kontrak

satu hingga 5 tahunl. Data untuk perhitungan residu

net0 dari tanaman tahunan tidak tersedia, karena

tanaman-tanaman tersebut belum berproduksi. Untuk

memperkirakan arah dari perkembangan residu net0

setelah jangka waktu 5 tahun, digunakan data sekunder,

dan hanya untuk keperluan proyeksi.

1. p-en-komnonen Perf onrma

Di dalam bab keempat telah ditunjukkan tiga faktor

yang membedakan struktur kontrak Perhutanan Sosial

dengan Tumpang Sari, ditinjau dari segi derajat akses

Pesanggem terhadap manfaat dari sumberdaya hutan, yaitu

lproyek perintis Perhutanan Sosial di Jawa pertama kali dibangun pada tahun 1986, perluasannya dimu- lai tahun 1987. Dengan demikian, pada saat penelitian ini dilaksanakan, usia Perhutanan Sosial tertua adalah 5 tahun.

Page 2: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

(i) Peningkatan akses terhadap lahan hutan, (ii)

Perpanjangan jangka waktu kontrak, dan (iii) Peningkat-

an akses dalam pengambilan keputusan mengenai pilihan

jenis-jenis tanaman. Perbedaan menurut ketiga faktor

ini yang menentukan perbedaan dalam performa antara

kedua tipe kontrak.

Akses terhadar, lahan hutan. Secara teknis, per-

bedaan akses Pesanggem terhadap sumberdaya lahan hutan

diukur berdasarkan nisbah luas bidang garapan Andil.

Berdasarkan asumsi bahwa luas bidang garapan

berkorelasi negatif dengan jarak tanam tanaman kayu,

nisbah luas bidang garapan Andil diukur berdasarkan

nisbah populasi tanaman pokok (kayu). Perhitungan ini

tidak dfdasarkan pada populasi dari semua jenis tanaman

tahunan, melainkan pada tanaman pokok saja, karena

alasan-alasan berikut. Populasi tanaman pagar sangat

padat tetapi efek naungannya dapat diabaikan, karena

ditanam di tepi bidang lahan Andil. Tanaman sela

umumnya jenis rumput-rumput, yang di Andil Perhutanan

Sosial ada pula yang digantikan dengan nanas, dengan

efek naungannya diperkirakan tidak berarti karena tajuk

tanaman sangat dekat dengan permukaan tanah. Tanaman

tepi di Andil Perhutanan Sosial umumnya dari jenis

hortikultura, seperti mangga, nangka, jambu mete,

Page 3: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

kedondong, dan lain-lain, dan karena di tanam di tepi

areal, efek naungannya juga diperkirakan sangat kecil.

Perhitungan nisbah luas bidang garapan Andil

tercantum dalam Tabel 5.1. Nisbah populasi tanaman

kayu sebesar 42.7 persen, dengan peluang kesalahan

pendugaan (nilai P) cukup besar (12 persen) dibanding-

kan dengan peluang nisbah luas nominal Andil (0.2

persen). Diduga bahwa perbedaan dalam taraf

signifikansi ini disebabkan oleh tidak adanya hubungan

antara struktur kontrak dengan aturan silvikultur

mengenai penentuan tingkat kepadatan tanaman, atau

jarak tanam, yang didasarkan pada kriteria-kriteria

fisik seperti bonita dan tingkat kerawanan erositas

Tabel 5.1. Perhitungan Nisbah Luas Bidang Garapan Andil Perhutanan Sosfal dan Tumpang Sari

Populasi Luas Tipe Kontrak Tanaman Pokok Andil

Per Hektar (Hektar ) --

Perhutanan Sosial 1533

Tumpang Sari 2677

Nisbah (%) 42.7

Nilaipeluang (P) 0.12

Page 4: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

tanah. Berdasarkan hasil perhitungan ini dapat

disimpulkan bahwa luas bidang garapan Andil

Perhutanan Sosial 42.7 persen lebih besar daripada

Tumpang Sari, dengan peluang kesalahan sebesar 12

persen. Dengan kata lain, percepatan penjarangan

pertama dapat memperluas bidang garapan Andil untuk

tanaman tumpang sari hampir 50 persen.

Janaka waktu kontrak. Perpanjangan waktu kontrak

dari 2 tahun (Tumpang Sari) menjadi 30 tahun atau lebih

(Perhutanan Sosial), secara ekonomik bisa fisibel

karena ditunjang oleh modifikasi silvikultur yang

memberikan dua efek penting, yaitu: (i) Menperlambat

efek naungan terhadap produksi tanaman semusim; dan

(ii) Memungkinkan pengembangan jenis-jenis tanaman

tahunan non-kayu, tanpa mengurangi populasi tanaman

kayu sejak tahun keenam pun.

Berbagai hasil studi menunjukkan bahwa mulai tahun

kelima, tanaman pangan tumpang sari dalam sistem

Agroforestry tidak lagi berproduksi secara menguntung-

kan . Tanaman tahunan baru menghasilkan secara

produktif setelah enam atau tujuh tahun (Ratnawati,

1989; Manurung, 1989; Tatuh, 1988). Dengan demikian

jelas bahwa, sekalipun luas bidang garapan untuk

tanaman tumpang sari bertambah dengan tingkat kenaikan

Page 5: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

hampir 50 persen, efek naungan dapat ditekan sampai

sekitar dua kalinya. Masalah yang belum dapat

dipecahkan ialah mengenai penurunan pendapatan sejak

tahun kelima dengan berakhirnya kegiatan produksi

tanaman semusim.

Perkembangan performa produksi menurut waktu

disajikan dalam Tabel 5.2 (halaman 115). Hasil

analisis menunjukkan bahwa, secara umum, taraf

penggunaan input pada Tumpang Sari meningkat dengan

rata-rata 15.8 persen dari tahun pertama ke tahun

kedua . Tingkat kenaikan paling tinggi ialah pada

penggunaan pupuk (46%), dan paling rendah pada

penggunaan tenaga kerja (1.0%), sedangkan obat-obatan

menurun sebesar (0.8%). Taraf residu neto meningkat

dari tahun pertama ke tahun kedua, yaitu sebesar 15.9

persen, dan ha1 ini berbeda dengan perkiraan mengenai

ef ek naungan . Diduga bahwa kecenderungan ini

disebabkan oleh perbedaan karateristik dari dua

kelompok contoh yang berbeda, yang digunakan dalam

perhitungan angka pertumbuhan produktivitas menurut

waktu. Uji statistik menunjukkan bahwa perbedaan taraf

residu net0 antara kedua kelompok contoh, yang berbeda

usia, tidak nyata (nilai peluang P=0.201).

Page 6: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

Tabel 5.2. Tingkat Perobahan Taraf Input dan Residu Neto menurut Waktu

(dalam persen)

Jenis Input dan Residu Neto

Tumpang Sari

Perhutanan Sosial

Nilai Bibit 16.9

Pupuk 46.0

Tenaga Kerja 1.0

Nilai Obat-obatan -0.8

Residu net0 15.9

Usia kontrak (tahun) 2

Pada Perhutanan Sosial, baik taraf penggunaan

input maupun residu neto, menampakkan kecenderungan

menurun dari tahun pertama hingga tahun kelima. Rata-

rata penurunan input 9.3 pessen tiap tahun, di mana

tingkat penurunan tertinggi pada penggunaan tenaga

kerja (-24.8%) dan terendah pada penggunaan obat-obatan

(-6.0%). Taraf penggunaan bibit cenderung ineningkat .

dengan rata-rata 1.0 persen. Taraf residu neto menurun

cukup tajam, rata-rata 26.1 persen.

Fkses dalam ~enaambilan kautusaq. Meskipun masih

terbatas, akses Pesanggem Perhutanan Sosial dalam

proses pengambilan keputusan relatif lebih besar.

Page 7: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

Tabel 5.3. Indikator Derajat Akses Pesanggem dalam Penentuan Jenis Tanaman Pertanian

Kriteria Nilai Kriteria

Tumpang Perhutanan Sari Sosial

Indikator keragaman jenis 1.6 2.1

tanaman semusima (1-3) ( 1-4 )

Persentase contoh yang

menanam ubi kayu 3.3 23.9

Katagori derajat akses rendah tinggi

a~enyatakan banyaknya jenis tanaman semusim yang paling dominan, pada setiap unit Andil tiap musim tanam. Angka dalam tanda ( ) adalah ' kisaran banyaknya jenis tanaman.

Dalam kontrak Perhutanan Sosial ada kesempatan untuk

bernegosiasi dengan Perhutani dal-am ha1 pemilihan jenis

tanaman pertanian yang akan diusahakan di lahan Andil.

Kesempatan ini tidak terbuka bagi Pesanggem Tumpang

Sari (Rochani, 1989). Tabel 5.3 menampilkan dua

kriteria, yaitu banyaknya jenis tanaman semusim

(sebagai indikator keragaman tanaman), dan distribusi

contoh yang mengusahakan ubi kayu di lahan Andil,

sebagai indikator perbedaan efek yang ditimbulkan oleh

Page 8: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

perbedaan akses dalam pemilihan jenis-jenis tanaman.

Angka indikator keragaman tanaman semusim pada

Perhutanan Sosial lebih tinggi (2.1 dibandingkan dengan

1.6) dengan kisaran 1-4 (dibandingkan dengan angka

kisaran 1-3). Ubi kayu tidak termasuk komoditi yang

dianjurkan, karena diperkirakan memiliki sifat

kompetitif dengan tanaman pokok (kayu) dalam ha1

penyerapan unsur hara tanah. Dalam kenyataan, masih

dijumpai Pesanggem dari kedua tipe kontrak yang

menanamnya. Angka persentase Pesanggem yang

mengusahakan tanaman ini dianggap sebagai indikator

derajat toleransi Perhutani. Berdasarkan kriteria ini,

dapat dikatakan bahwa derajat toleransi terhadap

Pesanggem Perhutanan Sosial lebih tinggi.

Di dalam penulisan deskripsi mengenai jenis-jenis

tanaman yang digolongkan sebagai pesaing tanaman kayu,

perkataan terlarang ditulis dengan menggunakan tanda

petik (It) : URAIAN SINGKAT JENIS-JENIS TANAMAN

wTERLARAWGn (Perhutani, 1990~). Maksud dari cara

penulisan ini ialah bahwa penanaman jenis-jenis tanaman

itu dapat ditoleransi oleh ~erhutani sampai pada batas

tertentu, dengan resiko yang ditanggung oleh Perhutani.

Ketentuan yang menyertai toleransi bagi dua jenis

tanaman ttterlarangm, yang lazim dijumpai di lapangan,

Page 9: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

ialah: untuk pisang "Dijaga paling banyak 2-3 pohon

tiap rumpunw; dan untuk ubi kayu "~anya pada lahan

dengan lereng kurang dari 5 0 % , dengan pembuatan terasn.

Dua perlakuan silvikultur yang diharuskan menyertai

penanaman jenis-jenis tanaman terlarang ialah pemupukan

dan penerapan teknik konservasi tanah (Perhutani,

1990~). Ketentuan-ketentuan ini mengandung konsekuensi

tambahan biaya yang dipikul oleh Perhutani, dalam

kegiatan supervisi dan pengawasan untuk memastikan

bahwa syarat-syarat silvikultur dijalankan dengan baik.

2. Performa dari ~ i s i Pesan-

Eerfonaa. Perbedaan performa dari sisi

Pesanggem dianalisa dengan menghitung nisbah taraf

input dan residu net0 antara Tumpang Sari dan

Perhutanan Sosial. Perhitungan nisbah diterapkan hanya

pada contoh dengan usia kontrak yang sama, yakni 2

tahun, dengan maksud untuk memisahkan efek dari faktor

usia. Hasil analisis dicantumkan dalam Tabel 5.4

(halaman 120). Nampak bahwa untuk periode 2 tahun

pertama, taraf penggunaan input di lahan Andil

Perhutanan Sosial lebih tinggi daripada Tumpang Sari,

baik untuk tiap KPH Contoh maupun secara agsegat;

kecuali untuk jenis input obat-obatan taraf penggunaan-

Page 10: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

nya pada Andil Tumpang Sari lebih tinggi. Secara

agregat, perbedaan-perbedaan ini sangat nyata

(P=0.000). Taraf residu net0 Perhutanan Sosial lebih

tinggi, baik di tiap KPH Contoh maupun secara agregat,

dan perbedaan tersebut sangat nyata. Dapat diduga

bahwa, pembandingan taraf residu net0 untuk periode 5

tahun akan menunjukkan hasil yang sama (Tabel 5.5,

halaman 121). Hasil perhitungan yang dicantumkan dalam

Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa untuk periode 5 tahun,

jumlah residu net0 pada Perhutanan Sosial, baik nominal

maupun terdiskonto, sangat besar. Perbedaan ini sampai

mencapai sekitar 3 kali lipat (209 persen).

Hasil-hasil analisis di atas ini menunjukkan bahwa

perobahan dalam struktur kontrak yang condong pada

Pesanggem memberikan efek peningkatan pendapatan, yang

secara relatif sangat substansial, khususnya dalam

kurun waktu 5 tahun pertama. Dengan diadopsinya

kontrak Perhutanan Sosial, Pesanggem dapat meraih

tambahan pendapatan sebesar dua kali.

ntribusi .k-onen - komrmnen ~ e r f o w . Untuk

menganalisa kontribusi relatif dari faktor-faktor yang

dikendalikan dalam kontrak, performa total dibagi

menjadi dua bagian. Bagian pertama menunjuk pada

kontribusi dari faktor peningkatan luas bidang garapan,

Page 11: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

Tabel 5.4. Taraf Input dan Residu Neto per hektar dari Tanaman Semusim di Lahan Andil menurut Tipe Kontrak

Tipe Nilai Jam Pupuk Nilai Residu Kontrak ~ibit Kerja (kg) Obat neto

PPH Pati

Perhutanan Sosial 36.8 4.0 0.9 6.5 1699.7

Tumpang Sari 23.1 2.3 0.5 7.5 1039.4

Nisbah ( % ) 59.3 73.9 98.2 -12.7 63.5

Nilai pb (0.237) (0.000) (0.000) (0.413) (0.006)

RPH CeDu

Perhutanan Sosial 20.4 3.1 0.6 1.9 1080.7

Tumpang Sari 6.8 2.2 0.4 2 . 0 657.4

Nisbah (%) 236.6 42.1 18.7 -3.1 64.4

Nilai P (0.237) (0.022) (0.381) (0.144) (0,011)

A~reaat

Perhutanan Sosial 31.0 3.0 0.8 4.2 1390.2

Tumpang Sari 17.1 2.4 0.4 4.7 848.5

Nisbah ( % ) 83.9 56.9 93.2 -10.6 63.8

Nilai P (0.000) (0.000) (0.000) (0,000) (0.000)

a~ata mencakup dua musim tanaman. Data nilai dinyatakan dalam satuan rupiah.

bNilai peluang (P) kesalahan estimasi.

Page 12: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

Tabel 5.5. Taraf Residu Net0 per hektar menurut Tipe dan Jangka Waktu Kontrak

(Dalam ribuan rupiah) a

Usia Kontrak Perhutanan Tumpang ( Tahun) Sosial Sari

1

2

3

4

5

Jumlah untuk 2 tahun

Nisbah (%)

1

2

3

4

5

Jumlah

Nisbah ( % )

- - - -- -

a ~ a t a mencakup dua musim. tanam.

dan bagian kedua menunjuk pada kontribusi peningkatan

akses dalam penentuan jenis tanaman. Perpanjangan

Page 13: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

waktu kontrak memungkinkan dicapainya taraf residu net0

yang tinggi. Namun secara analitik, pengaruh unsur

waktu berlaku sama untuk kedua tipe kontrak, sehingga

tidak relevan untuk mengevaluasi kontribusinya. Dengan

demikian berarti bahwa untuk jangka waktu evaluasi yang

sama , kenaikan residu net0 merupakan ef ek dari dua

faktor yang telah disebutkan tadi. Angka kenaikan

residu net0 yang relevan, dalam ha1 ini ialah 63.8

persen (dari Tabel 5.5, halaman 121), yaitu nisbah

residu net0 Perhutanan Sosial dan Tumpang Sari untuk

usia 2 tahun. Hasil perhitungan kontribusi dari kedua

faktor dicantumkan dalam Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Kontribusi Relatif dari dua Komponen Kontrak terhadap Kenaikan Residu Neto

Persen

Kenaikan residu neto total 63.8

Kontribusi akses terhadap lahan hutan 42.7

Kontribusi akses dalam manajemen 21.1

Nampak bahwa perluasan bidang garapan merupakan

faktor yang memberikan efek kontribusi paling tinggi

Page 14: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

terhadap kenaikan residu neto. Hal ini menunjukkan

keefektifan dari pengendalian aspek-aspek produktif,

melalui penataan struktur kontrak, dan dengan sendiri-

nya memberikan efek distribusional yang berarti.

Proveksi residu neto. Unsur waktu penting untuk

dimasukkan ke dalam perhitungan ekonomik dalam analisis

antar waktu (intertemporal). Di dalam analisis

performa kontrak, proyeksi residu net0 dari Perhutanan

Sosial ditujukan untuk memberikan perspektif bagi

pengelola hutan di Jawa mengenai konsekuensi ekonomik

dari pola distribusi lahan hutan antara Perhutanan

Sosial dan Tumpang Sari, Analisis ini hanya dari sudut

pandang kepentingan pendapatan Pesanggem, dalam konteks

kawasan hutan secara agregat.

Asumsikan bahwa jangka waktu kontrak Perhutanan

Sosial 30 tahun dan identik dengan satu siklus tanaman

kayu. Sesuai dengan karakteristik silvikultur, pilihan

antara kontrak Tumpang Sari dan Perhutanan Sosial

bersifat saling meniadakan (mutual exclusive). Hal ini

berarti bahwa unit lahan hutan di mana sistem Tutupang

Sari sudah diterapkan tidak dapat digantikan dengan -

sistem Perhutanan Sosial selama satu siklus. Asumsikan

pula bahwa pendapatan Pesanggem dari sektor non-hutan

adalah tetap selama satu siklus tanaman, sehingga

Page 15: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

variasi dalam pendapatan totalnya hanya dipengaruhi

oleh masuk-keluarnya dari sistem kontrak yang ada.

Berdasarkan kerangka ini, maka proyeksi residu net0

dari kedua tipe kontrak adalah sebagai berikut (Tabel

5.7).

Tabel 5.7. Residu Neto Kumulatif Tumpang Sari dan Perhutanan Sosial: Proyeksi 30 Tahun

(Dalam ribuan rupiah per hektar)a

Periode (Tahun) Tumpang Sari Perhutanan Sosial

a~ibobotkan dengan tingkat diskonto 10 persen.

Angka-angka proyeksi yang dikalkulasi hanya untuk

tahun keenam dan seterusnya, sedangkan untuk lima tahun

pertama didasarkan pada data aktual. Faktor proyeksi

yang diterapkan adalah sebagai berikut. Mulai tahun ke

6 hingga 9, residu net0 menurun dengan kecepatan 30

Page 16: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

persen (per tahun), kemudian naik dengan laju rata-rata

50 persen hingga tahun ke 15l. Selanjutnya, terjadi

kenaikan dengan la ju rata-rata 20 persen2.

Berdasarkan asumsi bahwa alternatif pemanfaatan

seluruh lahan hutan produksi di Jawa hanya antara

sistem Tumpang Sari dan Perhutanan ~osial, data dalam

Tabel 5.7 (halaman 124) memberikan implikasi bahwa

manfaat agregat maksimum bagi Pesanggem akan dihasilkan

dari sumberdaya lahan hutan jika seluruh lahan digarap

dengan sistem Perhutanan Sosial. Makin besar (kecil)

proporsi lahan yang digunakan untuk sistem Perhutanan

Sosial makin besar (kecil) manfaat agregat yang dapat

dihasilkan. Bagi Perhutani, efek yang ditimbulkan akan

berbeda, karena adopsi kontrak Perhutanan Sosial

diikuti pula dengan kenaikan biaya lapangan.

l~iado~si dari Manurung (1989) dan Tatuh (1986).

'penurunan residu net0 pada Perhutanan Sosial sejak tahun ke-6 disebabkan oleh transisi sumber penerimaan dari tanaman semusim ke tanaman tahun- an. Produktivitas tanaman semusim diasumsikan menurun sampai taraf terendah pada tahun kelima, sedangkan produksi tanaman tahunan mulai dari taraf terendah pada tahun keenam, selanjutnya meningkat, mencapai maksimum, dan kemudian menurun di akhir siklus.

Page 17: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

3. performa dari Sisi Perhutani

persentase tumbuh tanaman kavu. Dari segi

produksi, tujuan utama manajemen silvikultur ialah

mendapatkan volume dan kualitas optimal pohon kayu

selama, atau setidaknya pada akhir siklus tanaman.

Dalam hubungan ini, penjarangan merupakan salah satu

kegiatan silvikultur yang tergolong penting dan tetap

relevan selama siklus tanaman. Dua kriteria penting

yang menjadi dasar penentuan tingkat penjarangan

optimal ialah kondisi populasi tanaman kayu dan

kepentingan konservasi tanah (Perhutani, 1988a). Oleh

karena penjarangan pada suatu tahap turut dipengarhi

oleh kondisi populasi pada tahap-tahap penjarangan

sebelumnya, dan juga mempengaruhi tingkat penjarangan

pada tahap-tahap selanjutnya, persentase tumbuh tanaman

kayu menjadi salah satu faktor yang sangat penting.

Karena itu pula, maka persentase tumbuh tanaman kayu,

oleh Perhutani, digunakan sebagai kriteria performa

produksi baik dalam Tumpang Sari maupun Perhutanan

Sosial (Perhutani, 1980; 1989d; 1988b). Berdasarkan

argumen ini maka persentase tumbuh tanaman kayu

digunakan dalam evaluasi performa ekonomik dari sudut

pandang kepentingan Perhutani.

Page 18: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

Perbedaan performa antara kontrak Tumpang Sari dan

Perhutanan Sosial tertera dalam Tabel 5.8. Nampak

bahwa, secara agregat, rata-rata persentase tumbuh

tanaman pokok pada Perhutanan Sosial lebih tinggi 9.3

persen daripada Tumpang Sari, dan perbedaan ini sangat

nyata (P=0.003). Perbedaan menurut KPH memperlihatkan

performa yang berlainan. Di KPH Pati, persentase

tumbuh tanaman pokok pada Perhutanan Sosial lebih

tinggi daripada pada Tumpang Sari dan perbedaan ini

Tabel 5.8. Nisbah Persentase Tumbuh Tanaman Pokok menurut Tipe Kontrak

Tipe Kontrak Persentase Tumbuh ~ i s b a h ~ ( % ) - -- -

Pati Parhutanan Sosial (1, 2lb 92.5 12.4 Tumpang Sari (1,2) 82.5 (P=0.076)

Cex>u Perhutanan '~osial (1,2) 75.2 Tumpang Sari (1,2) 96 . 3

Aareaat Perhutanan Sosial (1,2) 86.0 9.3 Tumpang Sari (1,2) 78.9 (P=O.OO~ j

aAngka (P) ialah nilai peluang

bAngka (1 , 2) adalah usia kontrak 1 dan 2 tahun.

Page 19: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

nyata secara statistik. Di KPH Cepu, dijumpai situasi

yang sebaliknya, tetapi perbedaan ini tidak nyata

(P=0.25).

Yubunaan ~erforma denaan bebera~a ~eubah kontrak.

Dari hasil estimasi fungsi logistik, untuk menganalisa

faktor-faktor yang mempengaruhi variasi dalam persen-

tase tumbuh tanaman pokok, diperoleh petunjuk sebagai

berikut (Lihat Tabel 5.9, halaman 129). Bonita

merupakan satu-satunya peubah yang berpengaruh nyata

pada persentase tumbuh tanaman kayu. Koef isien

bertanda negatif mengartikan bahwa pada Andil berbonita

tinggi persentase tumbuh cenderung lebih rendah. Hal

ini berlawanan dengan dugaan semula, bahwa pada Andil

dengan bonita tinggi, efek negatif dari kehadiran

tanaman tumpang sari terhadap pertumbuhan tanaman kayu

kecil karena di sini bidang garapan untuk tanaman

semusim lebih besar dan populasi tanaman kayu lebih

rendah. Penjelasan dari segi silvikultur diperlukan

dalam memahami indikasi ini. Informasi yang dianggap

relevan dalam diskusi di sini ialah bahwa faktor alam

memiliki pengaruh penting terhadap variasi dalam

persentase tumbuh tanaman kayu.

Koefisien curahan tenaga kerja negatif tidak dapat

ditafsirkan bahwa makin tinggi curahan tenaga kerja

Page 20: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

Tabel 5.9. Hasil Estimasi Fungsi ~o~istikl Pengujian beberapa Sumber Variasi Persentase Tumbuh Tanaman Pokok

Peubah Nilai ~ s t i m a s i ~

Curahan tenaga kerja (=/Ha)

Pupuk (Kg/Ha)

Bonita

Populasi tanaman pokok (per hektar)

Tipe kontrak (Dumi; D = 1 Perhutanan Sosial, D = 0 Tumpang Sari)

Usia kontrak (1,2 tahun)

KPH (Dumi; D = 1 Pati D = 0 Cepu)

Luas Andil (Ha)

- - - - - -

a~ngka dalam tanda ( ) nilai peluang (P).

'~eskri~si tentang fungsi Logistik tercantum dalam Lampiran B5.

Page 21: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

makin rendah persentase tumbuh tanaman kayu. Dari

hasil pengamatan di lapang diperoleh petunjuk bahwa

sebenarnya penurunan populasi telah terjadi terlebih

dahulu, sehingga ruang lahan untuk bidang garapan

tanaman semusim lebih besar. Akibatnya, penanaman

lebih ekstensif, dan ha1 ini ditunjukkan oleh kenaikan

dalam kuantitas tenaga kerja yang dicurahkan.

Penggunaan pupuk memberi pengaruh positif terhadap

persentase tumbuh tanaman kayu, namun sangat kecil dan

tidak nyata.

Peubah luas Andil dan populasi tanaman pokok tidak

berpengaruh pada persentase tumbuh tanaman kayu.

Persentase tumbuh tanaman k a p di Andil Perhutanan

Sosial cenderung lebih tinggi daripada di Andil Tumpang

Sari, dan perbedaan ini nyata.

Apabila pengaruh faktor alam sangat dominan

ketimbang pengaruh faktor manusia (Pesanggem), kegiatan

supervisi dan pengawasan bisa menjadi kurang relevan.

Namun dalam kenyataannya, kegiatan tersebut penting

karena berfungsi sebagai upaya preventif. Menurut

sifatnya, kalkulasi biaya oportunitas dari suatu

kegiatan preventif sangat ditentukan oleh ekspektasi

dengan dera jat ketakpasti an yang relatif tinggil.

Dengan kata lain, makin lama (singkat) Pesanggem

Page 22: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

berada di lahan Andil, makin tinggi (rendah) kemung-

kinan efek dari faktor manusia terhadap variasi

persentase tumbuh tanaman pokok. Hal ini mengandung

implikasi bahwa dari segi rendahnya resiko kegagalan

tanaman kayu oleh faktor manusia, Tumpang Sari relatif

lebih unggul daripada Perhutanan Sosial.

Persentase tumbuh tanaman kayu di KPH Pati lebih

tinggi daripada di KPH Cepu, dan perbedaan ini nyata.

Diduga, bahwa perbedaan ini selain oleh faktor

agroklimat (Lihat penjelasan dalam Lampiran B2), dipe-

ngaruhi juga oleh kegiatan-kegiatan silvikultur, di

antaranya rendahnya taraf pemupukan di KPH Cepu (Lihat

Tabel 5.4, halaman 120).

Angka koefisien determinasi kecil (~~10.59)

memberikan petunjuk bahwa peubah-peubah yang dimasukkan

dalam estimasi model menjelaskan hanya sebagian dari

sumber variasi dalam persentase tumbuh tanaman pokok.

Faktor-faktor lain memberikan andil sekitar separoh

l~ontoh lain kegiatan preventif ialah pemberantas- an hama-penyakit tanaman. Dalam kasus seperti ini analisis fungsi produksi bisa menampilkan produk marjinal kegiatan kecil ataupun negatif, yaitu jika taraf serangan hama-penyakit yang diekspek- tasi melampaui taraf aktual.

Page 23: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

dari variasi ini. Kenyataan ini memberikan gambaran

bahwa resiko pertumbuhan tanaman kayu dengan adanya

penjarangan menurut sistem Perhutanan Sosial cukup

potensial.

Performa ekonomik. Tabel 5.10 (halaman 133)

menunjukkan bahwa rata-rata tingkat biaya lapangan pada

Perhutanan Sosial lebih tinggi daripada pada Tumpang

Sari. Uraian-uraian terdahulu memberikan petunjuk

bahwa kenaikan biaya ini merupakan konsekuensi dari

penyediaan insentif dan adanya modifikasi-modifikasi

yang dilakukan dalam aspek teknik silvikultur.

Perbedaan dalam tingkat biaya lapangan mencapai

36.3 persen. Pengeluaran tambahan ini cukup efektif,

dilihat dari adanya kenaikan dalam angka persentase

tumbuh tanaman kayu. Akan tetapi, jika kedua angka ini

diperbandingkan nampak bahwa kenaikan biaya tidak

seimbang dengan kenaikan dalam persentase tumbuh

tanaman kayu, yakni hanya sebesar 9.3 persen.

4. perf orma .Aareuat

Analisis mengenai performa kontrak secara agregat

dilakukan dengan jalan menghubungkan manfaat secara

langsung yang diterima oleh Perhutani dan yang diterima

oleh Pesanggem. Periode evaluasi yang dipilih ialah 5

Page 24: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

tahun (pertama), dengan alasan: (i) Kegiatan-kegiatan

di Andil Tumpang Sari dan Perhutanan ~osial identik

mulai tahun keenam; (ii) ~ i m a tahun pertama dapat

dikatagorikan sebagai periode kritis, karena keputusan

Tabel 5.10. Performa Ekonomik bagi Perhutani menurut Tipe Kontrak

Komponen Evaluasi Nilai

(1) Biaya lapanganl Perhutanan Sosial Tumpang Sari Nisbah (%)

(2).Persentase tumbuh tanaman pokok Perhutanan Sosial 86.9 Tumpang Sari 78.9 Nisbah (%) 9.3

(3) Persentase tumbuh tanaman pokok per biaya lapangan Perhutanan Sosial 0.078 Tumpang Sari 0.096

a~alam ribuan rupiah per hektar, didiskonto (10%).

l ~ i a ~ a lapangan yang diperhitungkan di sini hanya mencakup komponen-komponen dengan nilai yang berbeda karena perbedaan perlakuan menurut tipe kontrak. Jumlahnya terdiri dari biaya-biaya bahan

tanaman dan supervisi serta pengawasan. (Lihat Lampiran A1 dan A3).

Page 25: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

yang dibuat oleh Pesanggem dalam menghadapi situasi

penurunan pendapatan yang sangat drastis pada tahun ke

lima dan enam, dapat digunakan sebagai indikator

mengenai ekspektasi terhadap arus pendapatan di waktu-

waktu yang akan datang dan tentang urgensi dari

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pada saat ini.

Analisis performa agregat didasarkan pada data

residu net0 yang diraih oleh Perhutani (berbentuk

proksi) dan oleh Pesanggem, seperti yang dicantumkan

dalam Tabel 5.11 (halaman 135). Data dalam tabel

ini menunjukkan bahwa dengan diadopsinya kontrak

Perhutanan Sosial, sebagai alternatif kontrak Tumpang

Sari, rata-rata setiap hektar Andil memberikan kenaikan

residu net0 kepada Pesanggem sekitar 1.5 juta rupiah,

Di fihak lain, ha1 ini mengakibatkan tambahan biaya

bagi Perhutani sebesar 269.9 ribu rupiah1 untuk periode

yang sama. Secara agregat, ha1 ini berarti terdapat

kenaikan manfaat net0 sebesar 1.3 juta rupiah (1.53-

0.27). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, dalam

perspektif manajemen hutan sebagai suatu kesatuan,

l~iasumsikan bahwa taraf penerimaan dari hasil tanaman kayu konstan.

Page 26: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

Tabel 5.11. ~istribusi Biaya-Manfaat antara Perhutani dan Pesanggem

(Dalam ribuan rupiah per hektar)

Perhutanan Tumpang Nisbah Sosial Sari ( Absolut )

Residu net0 bagi

Pesanggem

Manfaat neto bagi

perhutania -1115.0 -818.1 -269.9

a~anda negatif menun jukkan biaya , yaitu biaya lapangan.

adopsi kontrak Perhutanan Sosial dapat dibenarkan

secara ekonomik. Akan tetapi, dilihat dari efek

distribusi yang ditimbulkan terhadap setiap fihak dalam

kontrak secara sendiri-sendiri, pengembangan kontrak

Perhutanan Sosial mengandung persoalan konflik

kepentingan antara Perhutani dan Pesanggem.

Jika diasumsikan bahwa setiap tahun tersedia 12.5

ribu hektar lahan untuk peremajaan (Anon, 1984) dengan

sistem Perhutanan Sosial, maka dalam lima tahun

Perhutani memikul tambahan biaya sebesar 3.4 milyar

rupiah (12.5 x 269.9 juta) , setara dengan 675 juta

Page 27: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

rupiah per tahun. Angka ini akan meningkat dengan laju

kenaikan yang setara dengan laju ketersediaan lahan

untuk peremajaan, misalnya karena siklus produksi

diperpendek. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan

peranan Perhutanan Sosial (dalam meningkatkan

pendapatan Pesanggem per satuan waktu), misalnya dengan

mengintruduksikan tanaman kayu berumur lebih singkat,

juga akan cenderung mengakibatkan terjadinya redistri-

busi pendapatan. Oleh karena itu, diduga bahwa bagi

Perhutani, daya tarik Perhutanan Sosial terutama

terletak pada manfaat-manfaat non-moneter atau manfaat-

manfaat tak langsung.

5. gesim~ulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diturunkan dari

hasil analisis dalam bab ini sebagai berikut. Pertama, .

taraf residu net0 pada Perhutanan ~osial lebih tinggi

daripada Tumpang Sari. Dalam waktu dua tahun saja,

perbedaan ini mencapai 63.8 persen, meningkat menjadi

208.8 persen untuk jangka waktu 5 tahun. Di fihak

lain, adopsi kontrak Perhutanan Sosial mengakibatkan

tambahan biaya bagi Perhutani sebesar 36.3 persen. Hal

ini merupakan indikasi mengenai pola pemanfaatan

sumberdaya lahan yang berciri tidak kompatibel.

Page 28: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

Kedua, faktor akses Pesanggem terhadap sumberdaya

lahan hutan memberikan kontribusi paling besar terhadap

peningkatan residu neto, yaitu 42.7 persen, sedangkan

akses Pesanggem dalam manajemen memberikan kontribusi

sebesar 21.1 persen. Hal ini lnenunjukkan keefektifan

dari modifikasi silvikultur da-lam mendukung peningkatan

askes Pesanggem terhadap sumberdaya lahan hutan.

Ketiga, dengan diadopsinya kontrak Perhutanan

Sosial, terjadi redistribusi pendapatan. (Gambar 5.1,

halaman 138, memperlihatkan arah dari proses

redistribusi ini). Hipotesis Barzel (1989) memprediksi

bahwa pilihan Perhutani akan jatuh pada kontrak Tumpang

Sari dan menghindari alternatif kontrak Perhutanan

Sosial, karena bagi Perhutani, residu neto yang dapat

diraih dari Tumpang Sari lebih tinggi. Pengembangan

dari Tumpang Sari ke Perhutanan Sosial diikuti oleh

kenaikan pendapatan bagi Pesanggem dan penurunan

pendapatan bagi Perhutani. Dengan demikian, redistri-

busi pendapatan berlangsung berlawanan arah dengan

perobahan dalam tingkat upah relatif terhadap rente

lahan.

Page 29: V. PERFORMA KONTRAK 5 - repository.ipb.ac.id · V. PERFORMA KONTRAK Ukuran-ukuran performa yang digunakan ialah residu net0 untuk evaluasi manfaat bagi Pesanggem, dan persentase tumbuh

Indikator residu neto bagi perhutanil

I Tumpang Sari

Perhutanan Sosial

Residu neto > bagi Pesanggem

0 734.2 2267.1

Gambar 5.1. Perkembangan Struktur Kontrak dan Pola Distribusi Pendapatan antara Perhutani dan Pesanggem

lncw adalah suatu konstanta . Untuk kekonsistenan dalam penetapan skala dari grafik diasumsikan bahwa C>1115.0