v. hasil dan pembahasan -...

15
FTIP001646/049 [2] [3] [1] HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis Tidak diperkenankan mengutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan mencantumkan sumbe Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akademik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan 37 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Rendemen Ekstrak propolis didapatkan dari hasil ekstraksi propolis mentahTrigona sp menggunakan metode maserasi dalam pelarut organik etanol. Propolis memiliki sifat termostabil dengan titik didih 60 o C 69 o C sehingga metode maserasi tepat digunakan untuk mengekstrak propolis karena tidak menggunakan suhu tinggi (Woo, 2004). Rendemen ekstrak propolis merupakan perbandingan antara ekstrak pekat propolis (ekstrak yang belum ditambahkan bahan pengisi) dengan propolis mentah. Hasil pengamatan rendemen ekstrak propolis dapat dilihat pada Gambar 9. Keterangan : A. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 50% B. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 60% C. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 70% D. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 80% Gambar 9. Diagram Rendemen Ekstrak Pekat Propolis 15.32 16.975 20.96 19.97 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 A B C D Persentase (%) Perlakuan

Upload: trandan

Post on 30-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080035_5_7337.pdf · Tabel 3. Sifat Organoleptik Ekstrak Propolis pada Semua Perlakuan No Perlakuan

FTIP001646/049

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

37

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Rendemen

Ekstrak propolis didapatkan dari hasil ekstraksi propolis mentahTrigona sp

menggunakan metode maserasi dalam pelarut organik etanol. Propolis memiliki sifat

termostabil dengan titik didih 60oC – 69oC sehingga metode maserasi tepat digunakan

untuk mengekstrak propolis karena tidak menggunakan suhu tinggi (Woo, 2004).

Rendemen ekstrak propolis merupakan perbandingan antara ekstrak pekat propolis

(ekstrak yang belum ditambahkan bahan pengisi) dengan propolis mentah. Hasil

pengamatan rendemen ekstrak propolis dapat dilihat pada Gambar 9.

Keterangan :A. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 50%B. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 60%C. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 70%D. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 80%

Gambar 9. Diagram Rendemen Ekstrak Pekat Propolis

15.3216.975

20.96 19.97

024681012141618202224

A B C D

Per

sent

ase

(%)

Perlakuan

Page 2: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080035_5_7337.pdf · Tabel 3. Sifat Organoleptik Ekstrak Propolis pada Semua Perlakuan No Perlakuan

FTIP001646/050

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

38

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terdapat perbedaan antara

perlakuan dengan rendemen ekstrak propolis yang dihasilkan. Rendemen ekstrak

propolis meningkat dengan bertambahnya konsentrasi pelarut tetapi rendemen ekstrak

propolis menurun pada perlakuan D yaitu ekstraksidengan etanol 80%. Hal tersebut

disebabkan oleh perbedaan konstanta dielektrik pada berbagai konsentrasi etanol

yang digunakan dengan senyawa yang akan diekstrak. Semakin tinggi konsentrasi

etanol maka semakin menurun polaritasnya, hal tersebut dapat diketahui dari

konstanta dielektrik pada pelarut tersebut. Menurut Anonim (2004) dalam Natalia

(2005), terdapat tiga ukuran yang menunjukan kepolaran suatu pelarut yaitu momen

dipol, konstanta dielektrik dan kelarutannya dengan air. Molekul dari pelarut dengan

momen dipol yang besar dan konstanta dielektrik yang tinggi termasuk polar.

Menurut Carey dan Sundberg (2007), air merupakan pelarut yang paling polar dengan

konstanta dielektrik sebesar 80.

Rendemen ekstrak propolis perlakuan A memiliki rendemen yang paling

rendah diantara semua perlakuan yaitu sebesar 15,32% (b/b). Hal ini disebabkan

karena perlakuan A menggunakanetanol 50% yang memiliki konstanta dielektrik atau

kepolaran yang kurang sesuai dengan senyawa dalam propolis khususnya flavonoid.

Etanol 50% memiliki nilai konstanta dielektrik sebesar 55, nilai konstanta dielektrik

tersebut merupakan nilai yang paling tinggi dibandingkan konsentrasi yang lainnya

atau dengan kata lain etanol 50% paling polar. Hasil serupa ditemukan pada ekstrak

propolis perlakuan D yang memiliki rendemenlebih sedikit dibandingkan perlakuan

C. Perlakuan D adalah ekstraksi propolis menggunakan etanol 80% dengan konstanta

dielektrik sebesar40.Walaupun perlakuan D menggunakan etanol dengan konsentrasi

Page 3: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080035_5_7337.pdf · Tabel 3. Sifat Organoleptik Ekstrak Propolis pada Semua Perlakuan No Perlakuan

FTIP001646/051

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

39

yang lebih tinggi tetapi rendemen yang dihasilkan sebesar 19,97% (b/b) lebih sedikit

dibandingkan dengan perlakuan C sebesar 20,96%. Hal tersebut menunjukan bahwa

senyawa terbanyak dalam propolis dapat terekstrak dengan baik dengan pelarut yang

memiliki konstanta dielektrik atau kepolaran yang sesuai. Menurut Hasan (2006),

flavonoid merupakan senyawa aktif yang terbanyak dan terpenting di dalam propolis.

Rendemen ekstrak propolis yang paling banyak dihasilkan dari perlakuan C

yaitu ekstraksi menggunakan etanol 70% sebesar 20,96% (b/b). Propolis dapat

terekstrak dengan baik dan optimal menggunakan etanol 70% dengan konstanta

dielektrik sebesar 45. Hasil yang didapat menunjukan bahwa konstanta dielektrik atau

kepolaran etanol 70% sesuai dengan flavonoid yang merupakan senyawa terbanyak

dalam propolis.Hal tersebut sesuai dengan Harbone (1987) yang menyatakan bahwa

golongan senyawa flavonoid dapat diekstrak dengan baik menggunakan pelarut

etanol 70%.Kandungan kimia yang berperan memberi keuntungan sebagai senyawa

aktif khususnya antimikroba dan antioksidan adalah flavonoid dan senyawa fenol

lainnya (Banskota et al., 2007). Senyawa-senyawa tersebut mampu terekstrak dengan

baik dalam alkohol 70%, hal ini dikarenakan alkohol 70% bersifat semipolar

sehingga semua komponen aktif dengan kepolaran yang berbeda didalam propolis

dapat terekstrak (Anggraini, 2006).Berdasarkan hasil penelitian Paviani et al. (2010),

rendemen hasil ekstraksi propolis yang paling tinggi dihasilkan dari ekstraksi dengan

pelarut semipolar. Selain itu, menurut Woisky dan Salatino (1998) dalamCunhaet al.

(2004), komponen lilin tidak terekstrak pada ekstraksi propolis dengan metode

maserasi menggunakan etanol 70%.

Page 4: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080035_5_7337.pdf · Tabel 3. Sifat Organoleptik Ekstrak Propolis pada Semua Perlakuan No Perlakuan

FTIP001646/052

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

40

Rendemen yang didapatkan dalam penelitian ini berbeda dengan hasil

penelitian Fitriannur (2009) yang mengekstrak propolis Trigona sp asal Pandeglang

dengan nilai rendemen sebesar 17,76% (b/b). Hal tersebut disebabkan karena

perbedaan sumber vegetasi dari setiap wilayah. Kandungan kimia pada propolis

tergantung pada lokasi geografisnya, aktivitas biologinya sangat berhubungan erat

dengan sumber vegetasi di wilayah tersebut (Park et al, 2002 dan Cristov et al, 2005

dalam Alencar, 2007).

Rendemen hasil ekstraksi dari propolis kasar merupakan karakteristik penting

karena persentase rendemen yang tinggi berarti propolis terdiri dari persentase lilin

dan bahan-bahan tidak terlarut yang rendah (Kujumgiev et al, 1999dalam Popova,

2007). Perlakuan yang menghasilkan rendemen tinggi memiliki nilai ekonomis yang

tinggi karena semakin banyak rendemen berarti semakin banyak produk yang

dihasilkan.

5.2. Deskripsi Karakteristik Indrawi (Warna, Aroma dan Rasa)

Propolis adalah resin yang berwarna hijau tua atau cokelat tua dengan rasa

yang pahit (Lotfy, 2006) dan mengeluarkan bau aromatik (Nikolaev,

1978).Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan uji organoleptik secara

deskriptifyang meliputi warna, aroma dan rasa dengan menggunakan panelis

perseorangan dan tanpa uji statistikpada ekstrakpropolisdari semua perlakuan. Panelis

perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik yang sangat

tinggi yang diperoleh dari kebiasaan, sehingga panelis tersebut sangat mengenal sifat

dan cara pengolahan bahan yang akan dinilainya dengan sangat baik (Soekarto,

Page 5: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080035_5_7337.pdf · Tabel 3. Sifat Organoleptik Ekstrak Propolis pada Semua Perlakuan No Perlakuan

FTIP001646/053

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

41

1985).Hasil pengujian organoleptik ekstrak propolis pada semua perlakuan dapat

dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Sifat Organoleptik Ekstrak Propolis pada Semua Perlakuan

No PerlakuanKarakteristik

Warna Aroma Rasa

1 A (Etanol 50%) Cokelat (++) Khas propolis Pahit getir

2 B (Etanol 60%) Cokelat (+++) Khas propolis Pahit getir

3 C (Etanol 70%) Cokelat (+++) Khas propolis Pahit getir

4 D (Etanol 80%) Cokelat agak bening (+) Khas propolis Pahit getirKeterangan : Semakin bertambahnya (+) maka rangsangan semakin kuat

Pada ekstrak propolis perlakuan B dan C, memiliki warna yang sama yaitu

cokelat tua sedangkan ekstrak propolis perlakuan A memiliki warna coklat yang lebih

muda dari ekstrak sebelumnya. Ekstrak propolis perlakuan D memiliki warna yang

tidak terlalu tua atau agak bening. Warna ekstrak propolis yang dihasilkan dapat

dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Ekstrak Propolis dari Berbagai Perlakuan(Dokumentasi Pribadi, 2012)

Hasil yang didapatkan dari penelitian sesuai dengan pernyataan Krell (1996),

bahwa ekstrakpropolis memiliki warna mulai dari kuning sampai cokelat tua

Page 6: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080035_5_7337.pdf · Tabel 3. Sifat Organoleptik Ekstrak Propolis pada Semua Perlakuan No Perlakuan

FTIP001646/054

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

42

tergantung asal resin tersebut sedangkan Coggshall dan Morse (1984)dalam Krell

(1996), melaporkan bahwa hasil ekstrak propolisnya berwarna transparan atau

bening. Warna ekstrak propolis perlakuan A, B dan Csama dengan beberapa warna

ekstrak propolis yang diproduksi di Brazil dan Inggris yaitu coklat tua(Chang et al.,

2002).

Ekstrak propolis yang dihasilkan pada semua perlakuan memiliki aroma yang

sama yaitu aroma khas propolis. Aroma ekstrak propolis berasal dari minyak esensial

atau zat aromatik yang ikut terekstrak. Menurut Petri et al. (1988) dalam Krell

(1996), terdapat 10% senyawa volatil dalam propolis.Sedangkan menurut Bogdanov

(2012), propolis mengandung minyak esensial sebanyak 3% - 5% dengan komponen

penyusunnya yaitu mono- dan siskuiterpen. Berdasarkan penelitian Oliveira et al.

(2010), minyak esensial pada propolis terdiri dari 7,96% monoterpen dan 37,58%

siskuiterpen. Propolis mengandung zat aromatik, zat wangi, dan berbagai mineral

(Pusat Perlebahan Apiari Pramuka, 2003).Aroma propolis juga diduga karena adanya

resin dari getah pohon yang diambil oleh lebah.

Rasa ekstrak propolis pada semua perlakuan memiliki tingkat kepahitan yang

sama. Menurut Lotfy (2006), propolis memiliki rasa yang pahit dan kurang

menyenagkan. Rasa pahit yang timbul pada ekstrak propolis yang dihasilkan diduga

karena senyawa-senyawa penyusunnya seperti flavonoid, alkaloid dan tanin. Menurut

Harbone (1987), senyawa flavonoid, alkaloid, triterpenoid, dan tanin merupakan

senyawa yang menyebabkan timbulnya rasa pahit dan sepat.

Page 7: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080035_5_7337.pdf · Tabel 3. Sifat Organoleptik Ekstrak Propolis pada Semua Perlakuan No Perlakuan

FTIP001646/055

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

43

5.3. Kecerahan Warna dengan Chromameter

Pengujian kecerahan warna (L*) ekstrak propolis yang dihasilkan dari

berbagai perlakuan dilakukan dengan menggunakan alat crhomameter. Menururt Man

(1997), nilai L* berhubungan dengan derajat kecerahan dengan kisaran antara 0 -

100. Nilai L* maksimum adalah 100 menunjukkan tingkat kecerahan yang sangat

tinggi, sedangkan nilai minimum untuk L* adalah 0 (nol), menunjukkan produk

sangat gelap.Hasil pengujian L* ekstrak propolis pada berbagai perlakuan dapat

dilihat pada Gambar 10.

Keterangan :A. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 50%B. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 60%C. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 70%D. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 80%

Gambar 10. Diagram Nilai L* Ekstrak Propolis

Berdasarkan hasil pengujian, nilai L* pada setiap perlakuan memiliki

perbedaan. Nilai L* paling rendah terdapat pada perlakuan C sebesar 27,67 dan

31.67 32.5327.67

39.30

0.005.0010.0015.0020.0025.0030.0035.0040.0045.00

A B C D

Nila

i L*

Perlakuan

Page 8: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080035_5_7337.pdf · Tabel 3. Sifat Organoleptik Ekstrak Propolis pada Semua Perlakuan No Perlakuan

FTIP001646/056

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

44

paling tinggi adalah perlakuan D sebesar 39,30. Hal tersebut menunjukan bahwa

ekstrak propolis perlakuan C merupakan ekstrak propolis paling gelap. Tingkat

kecerahan warna pada ekstrak propolis dapat menunjukan besarnya kandungan

senyawa flavonoid. Menurut Harbone (1987), semua senyawa fenol memiliki

serapan kuat di daerah ultraviolet karena memiliki struktur cincin aromatik. Senyawa

golongan fenol terbesar dalam ekstrak propolis adalah senyawa golongan flavonoid.

Menurut Salomao et al. (2004), propolis yang berwarna lebih gelap dalam pelarut

etanol mengandung flavonoid lebih banyak.Berdasarkan pernyataan tersebut diduga

ekstrak propolis perlakuan C memiliki kandungan flavonoid yang lebih banyak

diantara semua perlakuan.

Ekstrak propolis perlakuan D merupakan ekstrak yang memiliki warna

palingcerah diantara semua perlakuan tetapi memiliki nilai rendemen yang paling

tinggi setelah perlakuan C. Hal tersebut berbeda dengan pernyatan Woo et al. (2004),

propolis dengan warna yang lebih gelap memiliki rendemen lebih tinggi

dibandingkan propolis dengan warna lebih muda karena kandungan flavonoidnya

lebih banyak. Hal tersebut diduga diakibatkan ekstrak propolis perlakuan D lebih

banyak mengandung kuinon dibandingkan flavonoid sehingga warna yang dihasilkan

lebih cerah. Menurut Hasan (2006), warna pada ekstrak propolis disebabkan adanya

golongan senyawa flavonoid dan juga kuinon. Kuinon merupakan senyawa yang larut

air dan alkohol (Harbone, 1987) serta merupakan senyawa yang memiliki kisaran

warna kuning pucat ke hampir hitam (Thomson, 1971). Perlakuan D memiliki warna

cokelat muda diduga disebabkan senyawa golongan kuinon yang terkandung

berwarna lebih muda seperti kuning atau cokelat muda. Menurut Harbone (1987),

Page 9: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080035_5_7337.pdf · Tabel 3. Sifat Organoleptik Ekstrak Propolis pada Semua Perlakuan No Perlakuan

FTIP001646/057

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

45

senyawa antrakuinonmerupakan golongan kuionon yang berwarna kuning, merah

sampai coklat.

5.4. Aktivitas Antioksidan

Hasil pengujian antioksidan menunjukan perbedaan aktivitas antioksidan pada

tiap ekstrak propolis yang dihasilkan dari semua perlakuan. Aktivitas antioksidan

tersebut digambarkan dengan nilai IC50 (Inhibition Concentration 50%). IC50

(Inhibition Concentration 50%) merupakan konsentrasi sampel yang akan

menyebabkan reduksi terhadap aktivitas radikal bebas sebesar 50% (Prakash et al.,

2001). Hasil pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak propolis dapat dilihat pada

Gambar 11.

Keterangan :A. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 50%B. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 60%C. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 70%D. Ekstrasi dengan Menggunakan Etanol 80%

Gambar 11. Diagram Nilai IC50

160.99172.815

133.757

208.475

0255075100125150175200225

A B C D

IC50

(ppm

)

Perlakuan

Page 10: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080035_5_7337.pdf · Tabel 3. Sifat Organoleptik Ekstrak Propolis pada Semua Perlakuan No Perlakuan

FTIP001646/058

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

46

Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antioksidan, dapat dilihat bahwa

aktivitas antioksidan ekstrak propolis perlakuan A, B dan C tergolong antioksidan

kuat karena memiliki kiasan IC50 antara 51 ppm – 200 ppm. Sedangkan ekstrak

propolis perlakuan D tergolong aktivitas antioksidan lemah karena memiliki kiasaran

IC50 antara 201 ppm – 600 ppm.Menurut Prakash et al. (2004), semakin tinggi nilai

IC50 maka semakin rendah aktivitas antioksidannya dan sebaliknya. Nilai IC50

terendah sebesar 133,76 ppm, terdapat pada ekstrak propolis perlakuan C. Hal

tersebut disebabkan karena banyaknya jumlah senyawa flavonoid dan fenol yang

terekstrak memiliki perbedaan sehingga memiliki aktivitas antioksidan yang

berbeda.Berdasarkan hasil penelitian Teixeira (2008), aktivitas antioksidan yang

tinggi ditemukan pada sampel yang memiliki kandungan senyawa fenolik yang

tinggi. Jumlah senyawa flavonoid dan fenolik pada ekstrak propolis C lebih banyak

dari ekstrak propolis yang lain. Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas

antioksidannya yang lebih tinggi dari perlakuan yang lain. Menururt Harbone (1987),

menyatakan bahwa golongan senyawa flavonoid dapat diekstraksi dengan baik

menggunakan pelarut etanol 70%.

Menurut Andayani et al. (2008), secara umum tanaman obat mengandung

antioksidan dalam jumlah besar. Seyawa tersebut merupakan senyawa kompleks yang

didapatkan lebah dari bagian tanaman salah satunya adalah pucuk tanaman. Efek

antioksidan ini terutama disebabkan karena adanya senyawa fenol seperti flavonoid

dan polifenol. Menurut Reynolds (2004) dalam Purnowati (2011), senyawa-senyawa

yang memiliki aktivitas antioksidan adalah senyawa fenol yang mempunyai gugus

hidroksi tersubstitusi pada posisi ortho dan para terhadap gugus –OH dan –

Page 11: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080035_5_7337.pdf · Tabel 3. Sifat Organoleptik Ekstrak Propolis pada Semua Perlakuan No Perlakuan

FTIP001646/059

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

47

OR.Meneurut Santoso (2006), senyawa yang termasuk antioksidan primer adalah

senyawa tokoferol, flavonoid, fenolik, polifenol dan lainnya. Antioksidan primer

merupakan zat yang dapat bereaksi dengan radikal bebas atau mengubahnya menjadi

produk yang stabil.

Metode DPPH mengukur kemampuansuatu senyawa antioksidan dalam

menangkap radikal bebas. Kemampuan penangkapan radikalberhubungan dengan

kemampuan komponensenyawa dalam menyumbangkan elektron atauhidrogen.

Setiap molekul yang dapatmenyumbangkan elektron atau hidrogen akanbereaksi dan

akan memudarkan DPPH. Intensitaswarna DPPH akan berubah dari ungu

menjadikuning oleh elektron yang berasal dari senyawaantioksidan yang berasal dari

ekstrak propolis yaitu senywa golongan fenolik yang memiliki gugus hidroksi sebagai

pendonor atom H (Prakashet al., 2001).

5.5. Pengamatan Penunjang

Pengamatan penunjang dilakukan pada ekstrak propolis yang memiliki

rendemen dan antioksidan tertinggi. Berdasarkan hasil pengamatan, rendemen dan

aktivitas antioksidan yang tertinggi dihasilkan dari perlakuan C yaitu ekstraksi

propolis dengan etanol 70%. Oleh karena itu, ekstrak dari perlakuan C diambil

sebagai perlakuan yang terbaik untuk dilakukan analisis lebih lanjut berupa skrining

fitokimia dan residu etanol menggunakan GC (Gas Chromatography).

5.5.1. Skrining Fitokimia

Analisis Fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi secara kualitatif

golongan senyawa pada ekstrak propolis.Menururt Gojmerac (1983), propolis

Page 12: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080035_5_7337.pdf · Tabel 3. Sifat Organoleptik Ekstrak Propolis pada Semua Perlakuan No Perlakuan

FTIP001646/060

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

48

mengandung bahan campuran kompleks malam, resin, balsam, minyak dan sedikit

polen.Menurut Bankova (1982), ditemukan beberapa komponen fenolik seperti

flavon, flavonon, asam fenolat dan esternya.Hasil pengujian skrining fitokimia dapat

dilihat pada Tabel 4.

Berdasarkan hasil pengujian, ekstrak propolis mengandung senyawa golongan

flavonoid, fenol, triterpenoid, mono- dan siskuiterpen, tanin, triterpenoid, dan

alkaloid. Menurut Fokt et al. (2010), etanol dapat digunakan untuk mengekstrak

senyawa aktif diantaranya adalah tanin, polifenol, poliasetilen, flavonol, terpenoid,

sterol, dan alkaloid. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini berbeda dengan hasil

penelitian Hasan (2006), dimana ekstrak propolis yang dihasilkan mengandung

saponin tetapi tidak mengandung alkaloid. Hal tersebut tidak hanya disebabkan

perbedaan wilayah penyebaran koloni lebah yang berpengaruh terhadap sumber

vegetasinya tetapi juga dipengaruhi musim pengumpulannya. Menurut (Teixera,

2008), perbedaan musim dalam pengkoleksian propolis menyebabkan perbedaan

kandungan kimia pada propolis. Oleh karena itu, beberapa kandungan kimia yang

terlalu kecil tidak terdeteksi dengan pengujian fitokimia.

Tabel 4. Hasil Pengujian Skrining FitokimiaNo Senyawa Hasil1 Alkaloid +2 Saponin -

3 Tanin +

4 Flavonoid +

5 Steroid/Triterpenoid ( + ) Triterpenoid

6 Siskuiterpen/Monoterpen +

7 Polifenol +

Page 13: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080035_5_7337.pdf · Tabel 3. Sifat Organoleptik Ekstrak Propolis pada Semua Perlakuan No Perlakuan

FTIP001646/061

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

49

Pada ekstrak propolis ditemukan senyawa alkaloid. Menurut Harbone (1987),

alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya

alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom

nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dalam sistem siklik. Alkaloid

sering kali beracun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologis yang

menonjol jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan.Dalam daun atau buah

segar senyawa ini menyebabkan rasa pahit.

Salah satu senyawa kimia yang terkandung dalam propolis dan memiliki

aktivitas biologi yang menguntungkan sebagai antioksidan adalah senyawa flavonoid

termasuk flavono, flavonol, dihidro flavonols dan flavon (Bankosta, 2001). Hal

tersebut terbukti melalui pengujian skrining fitokima yang menunjukan adanya

senyawa flavonoid dalam ekstrak propolis menggunakan etanol 70%.Menurut

Harbone (1987), senyawa ini merupakan senyawa yang larut air dan dapat diekstraksi

dengan menggunakan etanol 70%. Flavonoid menguntungkan sebagai antioksidan

karena kemampuannya untuk menangkal radikal bebas dan radikal peroksi (Kinsella

et al., 1993dikutip Azima et al., 2004).Selain flavonoid, senyawa yang berperan

sebagai antioksidan adalah senyawa polifenol. Menurut Harbone (1987), polifenol

dan turunannya telah lama dikenal sebagai senyawa antibakteri, antimelanogenesis,

antioksidan, dan antimutagen.

Pada ekstrak propolis yang dihasilkan dari ekstraksi menggunakan etanol 70%

ditemukan senyawa triterpenoid. Menurut Harbone (1987), triterpenoid merupakan

senyawa berstruktur siklik, kebanyakan berupa alkohol, aldehida, atau asam

karboksilat. Senyawa ini merupakan senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering

Page 14: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080035_5_7337.pdf · Tabel 3. Sifat Organoleptik Ekstrak Propolis pada Semua Perlakuan No Perlakuan

FTIP001646/062

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

50

kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik. Triterpenoid terdapat dalam damar, kulit

batang dan getah. Triterpenoid terkenal dengan rasanya yang pahit sehingga propolis

memiliki rasa yang pahit. Menurut Harbone (1987), triterpenoid terdiri atas beberapa

macam senyawa, mulai dari minyak atsiri yaitu monoterpen dan sisikuiterpen yang

mudah menguap.Kedua senyawa tersebut terdeteksi menggunakan uji fitokimia

sehingga diduga senyawa tersebut merupakan senyawa yang menghasilkan aroma

khas pada propolis.

Dalam ekstrak propolis terdapat senyawa tanin yang didapatkan lebah dari

tanaman. Senyawa tanin merupakan senyawa yang memiliki sifat antimikroba karena

dapat menginaktifkan protein, enzim dan lapisan protein transpor. Hal tersebut

didukung dengan hasil penelitian Yulia (2006), yang menyatakan bahwa senyawa

tanin dalam teh dapat menghambat pertumbuhan bakteri kriogenik. Pada tumbuhan

yang memiliki kandungan tanin yang tinggi biasanya dihindari oleh hewan pemakan

tumbuhan karena rasanya yang sepat (Harbone, 1987). Selain triterpenoid, senyawa

tanin pun diduga menyebabkan rasa pahit pada propolis.

5.5.2. Residu Pelarut

Ekstrak propolis dari perlakuan terbaik kemudian dilakukan pengujian residu

pelarut menggunakan GC (Gas Chromatography). Pengujian ini dilakukan karena

berpengaruh terhadap faktor keamanan dan kepercayaan konsumen terhadap produk

hasil ekstraksi tersebut. Selain itu, ekstrak yang dihasilkan harus memenuhi peraturan

yang ditetapkan oleh lembaga terkait tentang kandungan sisa pelarut. Berdasarkan

hasil pengujian, ekstrak propolis yang dihasilkan masih mengandung etanol sekitar

967,80 mg/kg atau ppm. Walaupun propolis memiliki kandungan etanol yang cukup

Page 15: V. HASIL DAN PEMBAHASAN - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080035_5_7337.pdf · Tabel 3. Sifat Organoleptik Ekstrak Propolis pada Semua Perlakuan No Perlakuan

FTIP001646/063

[2]

[3]

[1]

HA

K C

IPTA

DIL

IND

UN

GI U

ND

AN

G-U

ND

AN

G

Tidak diperkenankan m

engumum

kan, mem

ublikasikan, mem

perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam

bentuk apapun tanpa izin tertulis

Tidak diperkenankan m

engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m

encantumkan sum

ber tulisan

Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem

ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan

51

tinggi tetapi masih aman dikonsumsi karenatidak bersifat toksik. Menurut Tau et al.

(1994) dalam Kroschwitz (1994), menyatakan bahwa etanol bukan merupakan bahan

kimia yang membahayakan bagi kesehatan. Berbeda dengan pelarut organik lain,

seperti metanol yang bersifat toksik. Menurut Novak dan Patricia (1995) dalam Kirk-

Othmer (1995), metanol tidak bersifat karsinogenik, akan tetapi memiliki sifat toksik

apabila pemakaiannya sekitar 100-250 ml yang amengakibatkan kebutaan.

Kadar residu pelarut dipengaruhi oleh baik atau tidaknya proses pemekatan

yang dilakukan. Pemisahan pelarut dapat dilakukan dengan menggunakan alat rotary

vacuum evaporator (Landgrebe, 1993). Pemekatan propolis dilakukan sampai tidak

ada lagi cairan yang menetes dikondensor evaporator, jika proses pemekatan terus

dilakukan maka dapat menyebabkan ekstrak tersebut menempel dan mengerak pada

dinding labu. Oleh karena itu, tidak memungkinkan untuk menguapkan seluruh

pelarut karena akan menghasilkan produk yang mengerak.

Pelarut etanol sebenarnya tidak memiliki batas aman pengkonsumsian yang

jelas seperti pelarut lain, tetapi kandungan etanol dalam suatu bahan pangan memiliki

batas tertentu yang berhubungan dengan regulasi yang menyatakan halal atau

tidaknya produk tersebut. Hal tersebut diterapkan karena mayoritas masyarakat di

Indonesia memeluk agama Islam.