faktor - faktor yang mempengaruhi produksi propolis …
TRANSCRIPT
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
PROPOLIS LEBAH HETEROTRIGONA ITAMA
DI RUMAH KOMPOS UIN JAKARTA
Skripsi
Haris Maulana
1112092000060
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1439 H
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI
PROPOLIS LEBAH HETEROTRIGONA ITAMA
DI RUMAH KOMPOS UIN JAKARTA
Oleh :
HARIS MAULANA
1112092000060
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian (SP)
Pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M/1439 H
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR HASIL
KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 08 Februari 2018
HARIS MAULANA
1112092000060
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Haris Maulana
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 5 November 1995
Alamat : Permata Mansion Cluster JADE (JD2 No.9),
Kel. Serua, Kec. Bojongsari, Depok
Agama : Islam
Contact Person : 089670745084
E-Mail : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
2000 s/d 2006 : SD Arraisiyah Reni Jaya, Pamulang
2006 s/d 2009 : MTsN 1 Tangerang Selatan
2009 s/d 2012 : MAN 1 Kota Tangerang Selatan
2012 s/d 2018
:
S-1 Agribisnis, Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
ORGANISASI
2009 s/d 2011 : Anggota ROHIS dan Paskibraka MAN 1 Kota
Tangerang Selatan
2014 s/d 2015 : Ketua Departemen Keorganisasian
Mahasiswa Jurusan Agribisnis
RINGKASAN
HARIS MAULANA, Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Propolis
Lebah Heterotrigona Itama Di Rumah Kompos UIN Jakarta (Di bawah bimbingan
Elpawati dan Achmad Tjachja Nugraha)
Lebah Heterotrigona itama, merupakan serangga yang hidup berkelompok
dan membentuk koloni. Lebah jenis Heterotrigona termasuk golongan stingless
bee yaitu golongan lebah yang menggigit namun tidak memiliki sengat, biasanya
membuat sarang di dalam lubang pohon, celah dinding atau lubang bambu di
dalam rumah. Propolis merupakan produk yang dihasilkan oleh serangga (lebah
madu). Lebah menghasilkan beberapa produk seperti madu, royal jeli, polen dan
propolis. Propolis merupakan bahan resin yang melekat pada bunga, pucuk dan
kulit kayu. Sifatnya pekat, bergetah, berwarna cokelat kehitaman mempunyai bau
yang khas, dan rasa pahit.
Lebah menggunakan bahan propolis untuk pertahanan sarang, mengkilatkan
bagian dalam sarang dan menjaga suhu lingkungan. Produksi propolis dipengaruhi
banyak faktor seperti jenis lebah, kondisi iklim dan geografis, jenis stup,
ketersediaan sumber propolis di alam dan kekuatan koloni lebah. Temperatur juga
menjadi salah satu faktor yang memengaruhi produksi propolis. Salah satunya
tempat sebagai objek atau riset budidaya ternak Lebah Heterorigona Itama di
Rumah Kompos Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang beralamat
di jalan jalan Ibnu Taima Komplek Dosen UIN Jakarta, Kelurahan Pisangan,
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, 15419
(Samping Laboratorium Madrasah Pembangunan UIN Jakarta).
Penelitian ini bertujuan untuk 1) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
faktor - faktor produksi propolis lebah Heteroheterotrigona Itama di Rumah
Kompos UIN Jakarta. 2) Untuk mengetahui seberapa besar faktor - faktor yang
mempengaruhi produksi propolis lebah Heteroheterotrigona Itama di Rumah
Kompos UIN Jakarta. Data ini diperoleh melalui data sensus (sampel penelitian
yang sebagian dari populasi jumlah total produksi propolis berjumlah 37 LOG dan
dapat mewakili seluruh populasi). Metode yang digunakan dalam mengolah dan
menganalisis data produksi propolis Lebah Heterotrigona Itama yaitu analisis
kuantitatif melalui model persamaan regresi liniear berganda, dengan alat bantu
yang digunakan adalah Statistical Product for Service Solution (SPSS) versi 23.0.
Faktor - faktor yang mempengaruhi produksi propolis Lebah Heterotrigona
Itama di Rumah Kompos UIN Jakarta adalah sebagai berikut: variabel jenis
pohon, ukuran log, suhu dan hama secara bersama-sama mempengaruhi produksi
propolis di Rumah Kompos UIN Jakarta secara signifikan. Variabel jenis pohon,
ukuran log dan hama memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap produksi
propolis di Rumah Kompos UIN Jakarta dengan tingkat kepercayaan 90%.
Kata Kunci : Lebah Heterotrigona Itama, Propolis, Produksi, Rumah Kompos
UIN Jakarta.
vii
KATA PENGANTAR
,
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor - Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Propolis Lebah Heterotrigona Itama di Rumah Kompos UIN Jakarta”
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, para
sahabat dan keluarga beliau serta semua kaum muslim semoga kita selalu
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat serta diberikan syafa’at oleh beliau.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bimbingan
dan bantuan baik dari segi moral maupun material dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi yang
telah bersedia memberikan waktunya.
2. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS selaku Ketua Prodi Agribisnis yang telah
bersedia memberikan waktunya dan mengarahkan penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku Sekretaris Prodi Agribisnis yang
telah bersedia memberikan waktunya dan arahan untuk penulis.
4. Ibu Dr. Ir. Elpawati,MP dan Bapak Dr. Achmad Tjachja Nugraha, SP, MP
selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang tiada henti selalu
memberikan banyak pengarahan dan bimbingannya disela-sela kesibukannya.
viii
5. Bapak/Ibu dosen Prodi Agribisnis yang telah membagi ilmunya dan
memberikan pengarahan.
6. Ayah saya Dadan Setiawan dan juga ibu saya Erni, terima kasih yang tak
terhingga atas doa, semangat, kasih sayang, pengorbanan dan ketulusan dalam
mendampangi saya. Semoga Alah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan
ridho-Nya. Serta kepada Adik saya Zauzah Muthiah. Semoga Allah S.W.T
memberikan balasan yang terbaik atas semua jasa-jasa yang telah diberikan
kepada penulis.
7. Rumah Kompos UIN Syarief Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
Izin serta menyediakan tempat penelitian bagi saya untuk menyelesaikan
skripsi saya
8. Teman-teman agribisnis angkatan 2012 yang tidak bisa penulis tuliskan satu
persatu. Semoga tali silaturahmi kita tetap terjaga.
9. Teman-teman kosan Pondok Anasti yaitu sahabat saya : Achmardiat, Alif,
Aziz, Miftah, Ridho. Terimakasih atas semangat yang telah diberikan
sehingga dapat membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman Penelitian Rumah Kompos yaitu sahabat saya : Ardian, Arijal,
Duding, Feby, Kamila, Syifa, Wahyu dan para senior Agribisnis angkatan
2011 : Fajar Eko, Fatih adha, M. Amin, Rinal ferdian, Ferry, Dede asep.
Terimakasih atas semangat yang telah diberikan sehingga dapat membantu
penulis menyelesaikan skripsi ini.
11. Pihak - pihak lain yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini.
ix
Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk memperkaya
pengetahuan pembaca umumnya terutama bagi penulis. Akhir kata tiada gading
yang tak retak. Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak apabila selama pengerjaan skripsi ini, penulis melakukan hal-hal yang tidak
berkenan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 12 Januari 2018
Haris Maulana
x
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 5
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 8
2.1 Lebah Heterotrigona Itama .................................................... 8
2.1.1 Sistematika Lebah Heterotrigona Itama ........................ 10
2.1.2 Ciri-ciri Morfologi ........................................................ 12
2.1.3 Koloni dan Pembagian Tugas ....................................... 13
2.1.4 Stup dan Sarang Lebah.................................................. 17
2.1.5 Lokasi Perlebahan ......................................................... 20
2.1.6 Sumber Pakan Lebah Heterotrigona Itama ................... 21
2.1.7 Produk Propolis Lebah Heterotrigona Itama................. 22
2.2 Teknik Budidaya Lebah Heterotrigona Itama ........................ 23
2.2.1 Pembuatan Stup ............................................................. 23
2.2.2 Pemindahan Koloni ....................................................... 23
2.2.3 Pemeliharaan ................................................................. 24
2.2.4 Pemanenan .................................................................... 24
2.3 Definisi Propolis .................................................................... 25
2.3.1 Kandungan Propolis ...................................................... 26
2.3.2 Manfaat Propolis ........................................................... 26
xi
2.4 Teori Produksi ........................................................................ 28
2.5 Faktor-Faktor Produksi Budidaya Lebah Heterotrigona
Itama ....................................................................................... 28
2.6 Penelitian Terdahulu .............................................................. 31
2.7 Kerangka Pemikiran ............................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 36
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 36
3.2 Sumber dan Jenis Data ........................................................... 36
3.3 Metode Penentuan Sampel ..................................................... 36
3.4 Analisis Data .......................................................................... 37
3.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda ................................. 37
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN...................................... 42
4.1 Sejarah Rumah Kompos UIN Jakarta .................................... 42
4.2 Letak Geografis dan Luas Area Lahan Rumah Kompos
UIN Jakarta ............................................................................ 43
4.3 Topografi Rumah Kompos UIN Jakarta ................................ 44
4.4 Keadaan Iklim dan Curah Hujan Rumah Kompos
UIN Jakarta ............................................................................ 44
4.5 Struktur Organisasi Rumah Kompos UIN Jakarta ................. 44
4.6 Peralatan dan Perlengkapan Rumah Kompos UIN Jakarta .... 46
4.7 Proses Aktivitas Budidaya Lebah Heterotrigona Itama di
Rumah Kompos UIN Jakarta ................................................. 47
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 51
5.1 Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................ 51
5.1.1 Uji Normalitas ............................................................... 51
5.1.2 Uji Heterokedastisitas ................................................... 53
5.1.3 Uji Multikolinearitas ..................................................... 54
xii
5.2 Analisis Regresi ..................................................................... 55
5.2.1 Koefisien Determinasi (R2) ........................................... 57
5.2.2 Hasil Uji Hipotesis ........................................................ 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 61
6.1 Kesimpulan ............................................................................ 61
6.2 Saran ....................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 63
LAMPIRAN ............................................................................................... 66
xiii
DAFTAR TABEL
1. Fase Stadium Lebah Heterotrigona Itama ......................................................... 16
2. Taneman Sumber Resin .................................................................................... 21
3. Peralatan dan Perlengkapan Rumah Kompos UIN Jakarta ............................... 46
4. Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................................ 54
5. Hasil Regresi Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Produksi Propolis di Rumah
Kompos UIN Jakarta ........................................................................................ 55
6. Hasil Uji Determinasi (R2) ................................................................................ 57
7. Hasil Uji F Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Produksi Propolis di Rumah
Kompos UIN Jakarta ........................................................................................ 58
8. Hasil Uji T ......................................................................................................... 59
xiv
DAFTAR GAMBAR
1. Strata Lebah Heterotrigona Itama ..................................................................... 15
2. Proses Perkembangan Lebah dari Telur Hingga Menjadi Lebah Dewasa ........ 17
3. Alur Kerangka Pemikiran ................................................................................. 35
4. Struktur Organisasi Rumah Kompos UIN Jakarta ............................................ 45
5. Proses Aktivitas Budidaya Lebah Heterotrigona di Rumah Kompos UIN
Jakarta ............................................................................................................... 47
6. Areal Rumah Kompos UIN Jakarta .................................................................. 49
7. Normal P-Plot of Regression ............................................................................ 52
8. Scatterplot ......................................................................................................... 53
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Data Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Propolis
Lebah Heterotrigona Itama di Rumah Kompos UIN Jakarta ..................... 66
2. Hasil Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Propolis Lebah Heterotrigona Itama di Rumah Kompos
UIN Jakarta ................................................................................................ 68
3. Foto Produksi Propolis Lebah Heterotrigona Itama di Rumah Kompos
UIN Jakarta ................................................................................................ 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hasil hutan bersifat multi komoditas yang berupa barang, yaitu: hasil hutan
kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) serta jasa lingkungan. HHBK telah
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan. Selain karena HHBK mudah
diperoleh dan tidak membutuhkan teknologi yang rumit untuk mendapatkannya
juga karena HHBK dapat diperoleh gratis dan mempunyai nilai ekonomi yang
tinggi. Hal tersebut menjelaskan bahwa keberadaan HHBK diyakini paling
bersinggungan dengan kepentingan masyarakat terutama masyarakat sekitar hutan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu produk hasil hutan bukan kayu
diantaranya adalah lebah madu. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007
tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan bahwa, Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan
untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan
tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya (Pasal 1 angka
8). IUPHHK atau IUPHHBK dalam hutan tanaman adalah izin usaha yang
diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu atau bukan kayu dalam
tanaman pada hutan produksi melalui kegiatan penyiapan lahan, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran (Pasal 1 angka 15). Izin
pemungutan hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disingkat IPHHBK adalah
izin untuk mengambil hasil hutan berupa bukan kayu pada hutan lindung dan
2
hutan produksi berupa rotan, madu, buah - buahan, getah - getahan, tanaman obat
- obatan, untuk jangka waktu dan volume tertentu (Pasal 1 angka 17).
Perlebahan di Indonesia baik budidaya maupun yang non budidaya
mempunyai peluang yang sangat besar untuk dapat dikembangkan menjadi
industri perlebahan. Faktor - faktor yang mendukung untuk itu tersedia luas antara
lain : kekayaan kita akan jenis lebah (Hadisoesilo, 2001) dan tanaman pakan lebah
serta potensi pasar yang belum mampu dipenuhi oleh produk lebah dalam negeri.
Salah satu ketertinggalan petani peternak lebah di Indonesia dibanding petani
peternak lebah yang lebih maju dari negara - negara lain seperti Cina, Australia,
jepang dan beberapa Negara di Eropa dan Amerika adalah dalam hal diversifikasi
produk. Sampai saat ini produk yang dihasilkan petani lebah di Indonesia
sebagian besar masih terpaku pada madu, padahal dari lebah madu sebetulnya
dapat dihasilkan berbagai macam produk seperti beepollen, royal jelly, lilin lebah
maupun propolis yang nilainya dapat melebihi nilai jual madu.
Lebah jenis Heterotrigona sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Di Jawa lebah jenis tersebut dikenal dengan sebutan lanceng, didaerah sunda biasa
disebut teuwel, di Riau dan Sumatera Barat biasa disebut galo - galo atau lebah
lilin. Kelebihan lebah Heterotrigona adalah tidak mempunyai sengat (Stinglees
bee). Konpensasi tidak adanya sengat pada lebah Heterotrigona sehingga koloni
tersebut memproduksi propolis lebih banyak sebagai mekanisme pertahanan diri
yang berfungsi mensterilkan sarang dari organisme pengganggu seperti bakteri,
cendawan dan virus. Ukuran tubuhnya amat mungil sehingga mampu mengambil
nectar di bunga yang relative kecil. Dengan demikan lebah Heterotrigona
3
mempunyai variasi makanan yang lebih banyak dibanding lebah jenis Apis
sehingga sangat memungkinkan diternak secara menetap tanpa harus digembala.
Kelebihan lain lebah Heterotrigona adalah mempunyai kualitas propolis cukup
tinggi dengan kadar flavonoid 4 %. Berikut Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an
surat An-Nahl Ayat 68 :
ا يعزشون (68) وأوحى ربك إلى النحل أن اتخذي مه الجبال بيوتا ومه الشجز ومم
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di
bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat yang dibikin manusia”. (Al-
Qur’an, 16: 68).
Surat Al-Qur’an An-Nahl ayat 68 beternak lebah sangat dianjurkan dan
bermanfaat bagi masyarakat. Beternak lebah merupakan suatu usaha yang
menguntungkan, karena madu yang dihasilkan mempunyai nilai gizi yang tinggi
selain madu yang merupakan hasil utama, juga ada hasil lain seperti Malam lebah,
Tepungsari (Pollen), Royal Jelly dan lain sebagainya. Budidaya lebah madu
merupakan suatu pilihan alternatif yang baik dalam pemanfaatan sumberdaya
alam yang ada seperti membangun usaha dengan teknologi terapan yang
sederhana yang bisa dilakukan oleh masyarakat, dapat dikembangkan menjadi
industri rumah tangga dengan memberikan penghasilan tambahan serta
memperluas lapangan kerja, dan dapat mencukupi kebutuhan negara atau
penghasil devisa negara.
Propolis merupakan produk yang dihasilkan oleh serangga (lebah madu).
Lebah menghasilkan beberapa produk seperti madu, royal jeli, polen dan propolis.
Propolis merupakan bahan resin yang melekat pada bunga, pucuk dan kulit kayu.
4
Sifatnya pekat, bergetah, berwarna cokelat kehitaman mempunyai bau yang khas,
dan rasa pahit. Lebah menggunakan bahan propolis untuk pertahanan sarang,
mengkilatkan bagian dalam sarang dan menjaga suhu lingkungan. Bahan-bahan
yang terkandung dalam propolis sangat kompleks, dan lebih dari 200 komponen
telah teridentifikasi (Kaihena, 2013). Propolis bersifat desinfektan (antibakteri)
yang dapat membunuh serangga yang masuk ke sarang lebah, lebah juga
melindungi sarangnya dengan propolis dari virus atau bakteri. Hal ini yang
mendasari propolis digunakan sebagai antibiotik. Kelebihan propolis dibanding
antibiotik lainnya adalah efek sampingnya yang kecil dan tidak menimbulkan
resistensi (Lofty, 2006). Khusus untuk produk lebah madu yang berupa propolis
dan beepollen dalam kurun waktu 5 tahun belakangan, popularitasnya meningkat
pesat. Bukti ilmiah tentang khasiat kedua produk tersebut juga sudah mulai
diungkap oleh beberapa ilmuan. Propolis dan bee pollen diproduksi oleh hampir
semua jenis lebah madu. Namun demikian lebah dari genus Heterotrigona
mempunyai keunggulan dalam hal produksi propolis dibanding dari lebah madu
genus Apis.
Propolis Heterotrigona mengandung antioksidan sangat tinggi yaitu 9.674
atau 403 kali lebih banyak dibandingkan dengan jeruk. Sedangkan fenolnya
135,68 atau 320 kali lebih banyak dibandingkan apel merah. Kedua unsur tersebut
diatas berfungsi dapat menyembuhkan berbagai penyakit yang ada ditubuh
manusia. Propolis diproduksi oleh lebah pekerja sebagai lem yang akan digunakan
untuk menambal dan mensterilkan sarang. Bahan baku propolis adalah getah
(resin) dari berbagai jenis tumbuhan yang dikumpulkan oleh lebah untuk
5
kemudian dicampur dengan air liurnya sehingga terjadi proses kimia dan bersifat
sebagai disinfektan. Propolis diproduksi oleh lebah pekerja sebagai lem yang akan
digunakan untuk menambal dan mensterilkan sarang. Bahan baku propolis adalah
getah (resin) dari berbagai jenis tumbuhan yang dikumpulkan oleh lebah untuk
kemudian dicampur dengan air liurnya sehingga terjadi proses kimia dan bersifat
sebagai disinfektan.
Produksi propolis dipengaruhi banyak faktor seperti jenis lebah, kondisi
iklim dan geografis, jenis stup, ketersediaan sumber propolis di alam dan kekuatan
koloni lebah. Temperatur juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi
produksi propolis. (Iannuzzi 1983) menyatakan bahwa propolis terdeposit pada
perangkap propolis lebih banyak ketika suhu dalam stup menjadi dingin. Rumah
Kompos UIN Jakarta merupakan tempat atau fasilitas UIN Jakarta untuk
memanfaatkan sampah menjadi pupuk kompos serta sebagai tempat objek atau
riset budidaya ternak Lebah Heterorigona Itama. Maka hal tersebut penulis
melakukan penelitian pada Rumah Kompos UIN Jakarta yang berjudul “FAKTOR
- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi produksi propolis lebah
Heteroheterotrigona Itama di Rumah Kompos UIN Jakarta?
2. Seberapa besar faktor - faktor yang mempengaruhi produksi propolis
lebah Heteroheterotrigona Itama di Rumah Kompos UIN Jakarta?
6
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah ditetapkan,
adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi produksi
propolis lebah Heteroheterotrigona Itama di Rumah Kompos UIN
Jakarta.
2. Untuk mengetahui seberapa besar faktor - faktor yang mempengaruhi
produksi propolis lebah Heteroheterotrigona Itama di Rumah Kompos
UIN Jakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
Pada penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat berkontribusi
pada pihak-pihak terkait, seperti :
1. Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui cara menganalisis faktor -
faktor yang mempengaruhi produksi. Memberikan kontribusi ilmiah
dalam aspek pengambilan keputusan yang berkaitan dengan produksi
sehingga dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman
dalam pengkajian penelitian ini.
2. Bagi Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penelitian ini diharapkan menjadi informasi dan pertimbangan pihak
Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam mendapatkan
pengetahuan pada faktor - faktor yang mempengaruhi produksi propolis
yang diperoleh sehingga dapat digunakan sebagai tambahan masukan
7
dalam pengambilan keputusan aktivitas produksi propolis budidaya
ternak lebah Heteroheterotrigona Itama.
3. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
kebijakan dan penerapan usaha lebah khususnya pada bidang usaha
lebah Heteroheterotrigona Itama. Memanfaatkan daerah pinggir Ibukota
DKI Jakarta sehingga dapat menambah devisa Negara dan mengurangi
impor produk lebah.
4. Bagi Pengusaha Lebah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan rujukkan
untuk melakukan pengembangan dan peningkatan usaha budidaya lebah.
5. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dalam penelitian dan menerapkan teori-teori
yang selama ini dipelajari oleh penulis selama jenjang perkuliahan serta
dapat diaplikasikan ke dunia kerja atau pada saat membangun usaha.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Peneliti melakukan aktivitas budidaya lebah madu Heterotrigona Itama Di
Rumah Kompos UIN Jakarta, untuk mengetahui dan memperoleh pengetahuan
tentang seberapa besar pengaruh faktor - faktor produksi propolis lebah
Heteroheterotrigona Itama di Rumah Kompos UIN Jakarta. Dimana penelitian ini
meliputi: jenis tanaman, ukuran log, suhu dan hama. Dengan demikian peneliti
dapat mengetahui seberapa besar pengaruh dan faktor - faktor apa saja yang
mempengaruhi propolis pada Rumah Kompos UIN Jakarta.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lebah Heterotrigona Itama
Lebah Heterotrigona itama, merupakan serangga yang hidup berkelompok
dan membentuk koloni. Lebah jenis Heterotrigona termasuk golongan stingless
bee yaitu golongan lebah yang menggigit namun tidak memiliki sengat. Lebah ini
mudah dijumpai di daerah tropis dan subtropis di Amerika Selatan, Afrika Selatan
dan Asia Tenggara. Heterotrigona itama., biasanya membuat sarang di dalam
lubang pohon, celah dinding atau lubang bambu di dalam rumah. Lebah ini tidak
suka hijrah karena ratunya sangat gemuk dan tidak pandai terbang, beberapa
koloni menempati bekas sarang semut atau rayap dan membangun sarangnya di
bebatuan di bawah tanah (Free, 1982). Jenis-jenis lebah heterotrigona itama
merupakan kelompok terpenting dalam penyerbukan dibandingkan serangga -
serangga lain (Free, 1982).
Lebah Heterotrigona itama merupakan lebah asli Asia yang tidak berbahaya
(Mahani et al,2011). Jenis lebah Heterotrigona itama di dunia tercatat sebanyak
150 jenis. Indonesia paling tidak mempunyai 37 spesies Heterotrigona itama yang
tersebar di berbagai pulau diantaranya di Pulau Jawa sekitar sembilan spesies.
Sumatera 18 spesies, Kalimantan 31 spesies, dan Sulawesi 2 spesies (Siregar et
al,2011). Menurut Departemen Kehutanan (1985), Heterotrigona itama banyak
ditemui di Daerah Jawa Barat dan Sulawesi Selatan karena memiliki dukungan
lingkungan (vegetasi sumber resin) yang cukup memadai. Menurut Mahani et al,
(2011), pada umumnya lebah memiliki daerah - daerah dengan suhu 26oC - 34
oC.
9
Pada suhu dibawah 10oC, lebah tidak bisa terbang dan sebaliknya pada suhu lebih
tinggi lebah merasa tidak nyaman sehingga lebih agresif. Di dalam kehidupannya
lebah seperti organisme lain yang sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Faktor
- faktor lingkungan ini meliputi faktor biotik dan abiotik yang secara langsung
maupun tidak langsung yang mempengaruhi aktivitas hidup lebah, keadaan
makanan di alam dan perkembangan populasi lebah (Siregar et al, 2011). Menurut
Siregar et al, (2011), semakin banyak jenis tanaman semakin banyak populasi
lebah yang akan berkembang.
Lebah heterotrigona itama merupakan insekta sosial yang hidup dalam suatu
keluarga besar, yang disebut koloni lebah. Keunikan koloni lebah adalah
mempunyai sifat polimorfisme, yaitu anggotanya mempunyai keunikan anatomis,
fisiologis, dan biologis yang berbeda satu golongan dari golongan lain atau strata
yang lain (Sihombing, 2005). Di dalam satu koloni terdapat satu ratu (queen),
beberapa ratus lebah jantan (droves), beberapa ribu lebah pekerja (worker-bees).
Ratu lebah memiliki ukuran yang paling besar dua kali lebih besar dari lebah
lainya, tugas ratu adalah bertelur setiap harinya sekitar 2000 telur, dari telur yang
tertunas akan menghasilkan lebah ratu dan pekerja, tergantung komposisi
makanan dalam telur sedangkan yang tidak tertunas akan menghasilkan lebah
jantan. Selain sebagai mesin hidup penghasil telur, lebah ratu juga menghasilkan
senyawa kimia feromon yang mempunyai fungsi untuk pemersatu koloni yang
terorganisasi dan mencegah lebah pekerja bertelur (Sihombing, 2005).
Fungsi lebah jantan satu - satunya selama hidup adalah mengawini lebah
ratu. Mata dan sayapnya lebih besar dari kedua strata lainya, tidak memiliki
10
keranjang polen dan tidak memiliki sengat, kadang - kadang keluar saat siang hari
dan tidak melakukan tugas apapun, untuk makanan sangat tergantung kepada
lebah pekerja (Sihombing, 2005). Lebah pekerja mempunyai tubuh yang paling
kecil dalam satu koloni lebah Heteroheterotrigona itama tetapi jumlahnya paling
banyak sekitar 96% dari seluruh lebah dalam koloni. Lebah pekerja merupakan
lebah betina yang steril, tapi kadang kali bisa bertelur tapi telur yang dihasilkan
akan menjadi lebah jantan. Faktor - faktor yang mempengaruhi pembagian tugas
yang harus dikerjakan oleh lebah pekerja yaitu keadaan anatomi dan fisiknya,
rangsangan lingkungan dan hal - hal lain koloni untuk menentukan tugas yang
dikerjakan sesuai umurnya (Akratanakul, 1986).
2.1.1. Sistematika Lebah Heterotrigona Itama
Lebah Heterotrigona itama merupakan serangga yang hidup berkelompok
dan membenuk koloni. Lebah jenis Heterotrigona termasuk golongan stingless
bee yaitu golongan lebah yang menggigit namun tidak memiliki sengat. Lebah ini
mudah dijumpai di daerah tropis dan subtropics di Amerika Selatan, Afrika
Selatan dan Asia Tenggara. Menurut Sihombing (2005) penggolongan zoologis
dari Heterotrigona adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Artrhropoda
Sub Phylum : Mandibulata
Kelas : Insecta (Hexapoda)
Ordo : Hymenoptera
Sub Ordo : Apocrita
11
Famili : Apidae
Sub Famili : Meliponinae
Genus : Heterotrigona
Spesies : Heterotrigona itama
Ada beberapa jenis Heterotrigona di Indonesia diantaranya T. laeviceps, T.
apikalis, T. minangkabau, T. itama dan sebagainya, sedangkan penyebaran
Heterotrigona di Indonesia sangat beraneka ragam, di Sumatra ada sekitar 31
jenis, di Kalimantan ada 40 jenis, di Jawa 14 jenis, di Sulawesi ada 3 jenis. Setiap
koloninya terdiri atas 300 - 80.000 ribu ekor (Siregar et al., 2011). Jumlah madu
yang dihasilkan jenis Heterotrigona lebih sedikit dibandingkan lebah penghasil
madu jenis Apis dan lebih sulit dipanen dari sarangnya, namun jumlah propolisnya
lebih banyak dibandingkan dengan lebah jenis lain (Singh, 1962).
Pembudidaya Heterotrigona itama ditemukan didataran rendah (daerah
pantai) hingga ke daerah dataran tinggi (pegunungan) dan berhasil dibudidayakan
disemua lokasi (Free, 1982). Koloni lebah terdiri atas dua golongan, yaitu
golongan reproduktif (lebah jantan dan ratu) dan golongan non reproduktif (lebah
pekerja). Mereka dapat dibedakan satu dengan lainnya dari bentuk, rupa, warna,
dan tingkah laku. Satu koloni lebah hanya memiliki satu ratu, ratusan lebah jantan,
dan ribuan lebah pekerja (Sihombing, 2005). Ukuran lebah ini lebih kecil
dibandingkan lebah yang lain yaitu sekitar 3mm - 5mm dan sangat lincah
bergerak karena sepasang sayap yang berukuran lebih panjang dari badannya.
Lebah ini memiliki tiga pasang kaki beruas dan berduri sehingga mampu
memegang erat polen yang dipetiknya dari tanaman. Menurut Siregar et al.
12
(2011), sarang Heterotrigona itama ditandai dengan adanya lubang kecil
berukuran 3cm - 5cm. Sarang lebah Heterotrigona itama biasanya dekat dengan
pohon yang menghasilkan getah, getah tersebut digunakan untuk menghasilkan
propolis untuk melindungi sarangnya.
2.1.2. Ciri-ciri Morfologi
Lebah heterotrigona berwarna hitam dan berukuran kecil, dengan panjang
tubuh antara 3 - 4mm, serta rentang sayap 8 mm. Lebah pekerja memiliki kepala
besar dan rahang panjang. Sedang lebah ratu berukuran 3 - 4 kali ukuran lebah
pekerja, perut besar mirip laron, berwarna kecoklatan dan mempunyai sayap
pendek. Lebah ini tidak mempunyai sengat (stingless bee). Dalam kehidupan dan
perkembangannya lebah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, meliputi
suhu, kelembaban udara, curah hujan dan ketinggian tempat. Disamping itu
ketersedian pakan sangat menentukan keberhasilan budidaya lebah heterotrigona.
Firman Allah surat An-Nahl ayat 69 :
ثن كلي هي كل الثورات فاسلكي سبل ربك ذلل يخرج هي بطىها شراب هختلف ألىاه
فيه شفاء للاس إى في ذلك لية لقىم يتفكروى (69)
“Kemudian makanlah dari tiap - tiap (macam) buah - buahan dan
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu
keluar minuman (madu) yang bermacam - macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar - benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang - orang
yang memikirkan”. (Al-Qur’an, 16: 69)
13
2.1.3. Koloni dan Pembagian Tugas
Dalam hidupnya lebah heterotrigona itama mempunyai sifat gotong
royong dan saling ketergantungan antara satu strata dengan strata yang lainnya,
dalam satu koloni lebah heterotrigona itama terbagi kedalam tiga strata yaitu strata
ratu lebah, lebah pekerja dan lebah pejantan. Setiap strata mempunyai tugas pokok
dan fungsi yang berbeda, tugas pokok dan fungsi masing - masing strata tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Strata Ratu Lebah
Ratu lebah berukuran paling besar dan paling menarik diantara golongan
lainnya. Ratu bertugas menghasilkan telur dan lebah jantan bertugas mengawini
ratu lebah. Semua pekerjaan dilakukan oleh lebah pekerja, baik itu pekerjaan
dalam sarang maupun pekerjaan di luar sarang. Semua pembagian tugas dilakukan
dengan teratur berdasarkan tingkatan usia. Dalam satu koloni lebah heterotrigona
itama hanya mempunyai 1 abdomen terakhir ratu lebah. Ratu lebah ini
mempunyai tugas untuk bertelur, kemampuan bertelur ratu lebah mencapai 1000 -
2000 butir per hari, umumnya ratu lebah dapat hidup antara 3 - 5 tahun
(Sihombing, 2005).
2. Strata Lebah Pekerja
Strata lebah pekerja merupakan strata yang jumlahnya paling banyak dalam
satu koloni yaitu sekitar 20.000 - 90.000 lebah. Lebah pekerja mencari sumber
nektar pada waktu pagi dan sore hari (Sihombing, 2005). Lebah pekerja mencari
bunga yang memiliki nektar dengan kandungan gula yang tinggi seperti tanaman
yang kaya akan Protein, Vitamin dan Karbohidrat. Lebah ini akan
14
memberitahukan keberadaan sumber nektar pada lebah lain dalam koloninya
dengan menggunakan suatu tarian. Jenis lebah Heterotrigona itama menandai
sumber makanannya dengan menggunakan feromon dari kelenjar mandibular
yang dikenali oleh lebah lain dalam satu koloni, Umur lebah pekerja sekitar 35 -
42 hari (Lamerkabel, 2007). Lebah Pekerja mempunyai tugas pokok sebagai
berikut :
a. Mengumpulkan makanan untuk koloninya berupa nektar, tepung sari dan air
yang berasal dari berbagai macam tanaman yang menghasilkan bunga.
b. Merawat ratu, lebah jantan dan larva.
c. Membangun sel sarang.
d. Menjaga sarang dari musuh - musuhnya.
e. Membersihkan sarang, menyimpan madu dalam sel dan memperbaiki sel
sarang yang rusak.
3. Strata Lebah Jantan
Lebah jantan bertugas mengawini lebah ratu atau calon lebah ratu (virgin
queen). Lebah jantan mati dengan seketika setelah kawin. Mata dan sayapnya
lebih besar dari lebah pekerja. Warna kehitaman dengan dengungan suara agak
keras. Kakinya tidak berkeranjang polen untuk menyimpan tepung sari bunga, dan
tidak berselang pipa penghisap madu dibibir, tidak memiliki sengat serta bersifat
tenang (Hasanudin, 2014). Lebah jantan tidak dapat bertanggung jawab atas
dirinya sendiri sehingga pada musim paceklik atau persediaan pakan menipis,
sebagian besar lebah jantan akan dibunuh atau dikeluarkan dari sarang oleh lebah
pekerja karena lebah jantan dianggap sebagai hama (Sihombing,2005).
15
Secara strata lebah heterotrigona itama dapat dilihat pada gambar 1.
Ratu Jantan Pekerja
Heterotrigona itama lebih banyak mencari makan pada pagi hari
dibandingkan dengan sore hari. Hal ini dipengaruhi oleh intensitas cahaya
matahari. Ukuran tubuh juga mempengaruhi jarak terbang lebah mencari
makanan. Makin besar tubuh lebah, maka makin jauh jarak terbangnya.
Heterotrigona itama dengan ukuran 5mm mempunyai jarak terbang sekitar 600m
(Hasanudin, 2014). Lebah Heterotrigona itama memiliki jumlah madu yang lebih
sedikit dan lebih sulit diekstrak, namun jumlah propolis yang dihasilkan lebih
banyak dibandingkan dengan lebah jenis lain (Singh, 1962).
Heterotrigona itama membuat sarang didalam lubang - lubang pohon, celah -
celah dinding atau lubang bambu didalam rumah, tidak suka berpindah - pindah
tempat karena lebah betinanya sangat gemuk dan tidak pandai terbang. Lebah
Heterotrigona itama dipelihara masyarakat secara terbatas dengan menyiapkan
batang-batang bambu yang dibelah lalu diikat kembali dengan tali. Sarang
Heterotrigona itama dibangun dari campuran lilin dan resin. Didalam sarang
terdapat sel - sel tetesan yang dilindungi oleh selubung yang lembut yang disebut
involucrum. Heterotrigona itama yang lebih primitif, membangun sarang yang
lebih sederhana. Pot - pot vertikal untuk menyimpan madu dan pipa - pipa yang
16
kaya lilin untuk menyimpan polen. Kadang - kadang madu dan polen disimpan
pada pot yang sama. (Free, 1982).
4. Fase Stadium
Kehidupan lebah dimulai dari telur, kemudian setelah tiga hari telur
berkembang menjadi larva. Periode awal larva, larva berkembang dalam sel
terbuka, dan diberi makan oleh lebah perawat. Makanan pertama yang didapatkan
adalah royal jelly, kemudian dicampur dengan pollen dan nektar. Namun calon
lebah ratu diberi makanan royal jelly secara terus menerus. Setelah sekitar 5 hari /
6 hari untuk calon lebah jantan), lebah pekerja menutup sel. Kemudian larva
berkembang menjadi pupa (kepompong). Pada masa kepompong, lebah tidak
makan. Pada masa ini terjadi perubahan dalam tubuh pupa untuk menjadi lebah
sempurna atau lebah dewasa, lebah akan keluar dari sel dengan menerobos
penutup sel yang terbuat dari lilin (Hasanudin, 2014).
Tabel 1. Fase Stadium Lebah Heterotrigona itama
Kasta Telur (hari) Larva (hari) Pupa (hari) Total (hari)
Ratu 3 5,5 7,5 16
Pekerja 3 6 12 21
Jantan 3 6,5 14,5 24
Pada masa perkawinan (3 - 7 hari) lebah ratu akan dibuahi oleh lebah jantan
pilihannya (7 - 12 pejantan) yang terjadi di udara, dan hanya sekali selama masa
hidupnya. Selesai kawin lebah jantan dan ratu jatuh bersama - sama di tanah,
lebah jantan segera mati karena kantong sperma lebah jantan tertinggal dalam
rongga alat kelamin lebah ratu sedang lebah ratu kembali ke sarang untuk
selanjutnya menempatkan telur - telurnya pada sel - sel sarang, dimana sel sarang
pekerja lebih kecil dibanding sel pejantan dan sel - sel yang telah berisi telur
17
segera diisi madu dan tepung sari lalu ditutup dengan lapisan lilin tipis. Telur ratu
yang dibuahi sperma akan menjadi lebah pekerja dan yang tidak dibuahi menjadi
lebah jantan, juga ratu yang tak terkawini hanya mampu menurunkan lebah jantan
saja. Demikian seterusnya lebah ratu hanya bertugas untuk bertelur, dan umur
hidupnya dapat mencapai ± 4 tahun. Untuk menjaga kualitas/produktifitas
sebaiknya ratu diganti tiap tahun. Berikut perkiraan jangka waktu tahap-tahap
perkembangan anak lebah (Hasanudin, 2014).
Gambar 2. Proses perkembangan lebah dari telur hingga menjadi lebah dewasa
2.1.4. Stup dan Sarang Lebah
Stup lebah pertama kali ditemukan oleh ahli perlebahan Amerika Serikat,
L.L. Langstroth pada tahun 1851. Stup hendaknya terbuat dari bahan kayu dan
tidak mudah terpengaruh oleh suhu udara, terutama perubahan dari panas dan
dingin atau sebaliknya, kayu pinus atau kayu sengon cocok untuk bahan petih
lebah Heterotrigona itama (Marhiyanto, 1999).
Alat yang digunakan sebagai tempat bersarangnya lebah heterotrigona
itama secara buatan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu secara tradisional
18
dengan menggunakan gelodok dan secara modern dengan menggunakan stup.
Stup modern memberikan keuntungan yang lebih baik karena pengelolaannya
yang mudah dan pemanenan madu tidak akan merusak tempat sarang. Selain itu
stup modern lebih praktis dipakai, perawatan lebahnya mudah, pengambilan
hasilnya gampang, produksi madu yang diperoleh berlipat ganda, serta ganguan
hama penyakit lebih jarang (Sarwono, 2001).
Metode posisi stup dapat digunakan model stup horizontal dan vertikal.
Stup model horizontal, bahan ini bisa menggunakan kayu bekas yang murah
misalnya kayu sengon. Beberapa lembar papan disusun membentuk kotak,
lengkap dengan penutup. Sebelum kotak ditutup permanen masukkan potongan
sarang lebah Heterotrigona itama dalam kotak kayu berukuran 30 cm x 15 cm x
15 cm. Kelebihan pembuatan sarang kayu horizontal relatif murah peternak
memerlukan masing - masing 2 papan berukuran sama, semua papan itu dipaku
membentuk 4 persegi panjang sedangkan kekurangannya ketika panen peternak
kesulitan membuka sarang yang tertutup papan dan dipaku keempat sisi, ketika
penutup berhasil dibuka madu, larva, dan propolis yang menempel dipapan
berhamburan (Marhiyanto, 1999).
Stup model vertikal pertama kali diterapkan peternak di Luwuk Utara
mereka mengadopsi sarang lebah dilubang pohon di hutan yang biasa dalam
posisi vertikal. Tempat perakaran dinding sangat rapat sehingga tidak tembus
cahaya. Penutup dibuat berpasangan dengan kotak sehingga mudah dibuka tutup
dengan kontruksi ini lebah tidak perlu merekat dengan keras celah - celahnya.
Kelebihan stup vertikal produk lebah mudah dipanen karena perekat ditutupi tidak
19
terlalu banyak dan produk lebih bersih. Kekurangannya pembuatan sarang sedikit
lebih sulit dari peti horizontal, peternak masih agak kesulitan membuka propolis
karena lekat propolis dibagian bawah kotak (Marhiyanto, B. 1999).
Sarang lebah dibuat dengan mencampur lilin dan resin propolis dari
tanaman. Sarang tersusun atas sel anakan yang dikelilingi dengan pelepah lembut
yang disebut involucrum dan sel besar yang terdiri atas madu serta cadangan
pollen. Terkadang madu dan pollen disimpan dalam tempat yang terpisah. Sel
anakan berbentuk vertikal dan sel membuka pada bagian atasnya. Biasanya sel
anakan disusun dalam sisir horizon secara berurutan. Sel anakan dan tempat
penyimpanan koloni disangga oleh pilar dan bagian luarnya dilapisi oleh lapisan
keras yang biasa dikenal dengan nama batumen (Free, 1982).
Sel baru dibuat pada batas sisir sampai mereka memperluas dinding
lubang sarang. Lebah pekerja memulai untuk membangun sisir baru di atas atau di
tengah - tengah sisir sebelumnya. Seiring berjalannya waktu, bagian atas sel
anakan telah terisi penuh dan lebah dewasa muncul dari sisir bawah. Ketika telah
muncul lebah dewasa, kepompong yang telah kosong dipindahkan dan sel baru
dibangun kembali (Free, 1982).
Lebah heterotrigona itama memiliki cara yang unik untuk mengatur panas
sarangnya. Koloni menjaga kestabilan suhu sarang antara 31 - 35oC. Jika suhu
sarang dibawah 18oC kepala dan badannya dimasukkan ke dalam tandannya
saling merapatkan diri. Jika suhu sarang naik, lebah akan mengibaskan sayapnya
untuk menurunkan suhu. Sesekali lebah menyiramkan air ke seluruh sarang lalu
dikipasi pada kondisi udara yang sangat panas. Jika suhu lebih dari 40oC lebah
20
akan meninggalkan sarang dan jika suhu naik lebih ekstrim lagi koloni akan hijrah
membuat sarang baru (Sihombing, 2005).
2.1.5. Lokasi Perlebahan
Penentuan lokasi perlebahan perlu mempertimbangkan ketersediaan
pakan, pendataan jenis-jenis tanaman penghasil nektar dan pollen, umur tanaman,
kepadatan tanaman, serta kesuburannya. Kondisi lokasi perlebahan sangat erat
kaitannya dengan penempatan jumlah stup pemeliharaan persatuan luasnya (Ha).
Hal ini dimaksudkan untuk mencapai daya dukung optimal perlebahan terhadap
jumlah stup/koloni yang ada. Kompetisi lebah dalam mencari pakan dapat
menyebabkan turunnya produksi atau terganggunya keseimbangan populasi lebah
dan bahkan memungkinkan hijrahnya lebah. Lebah heterotrigona itama biasanya
mencari makan dalam radius 3 km dari sarang, tetapi kadang - kadang melakukan
perjalanan jauh jika memang harus (Hasanudin, 2014).
Lokasi perlebahan yang standar adalah tanah harus bebas pupuk sintetis,
pestisida, herbisida dan fungisida, serta bebas tanaman rekayasa genetika. Lokasi
perlebahan sebaiknya jauh dari lokasi pertanian konvensional untuk mencegah
potensi terjadinya kontaminasi. Jarak lokasi pertanian intensif sebaiknya minimal
3 km dari lokasi perlebahan. Sementara sarang yang ditempatkan di wilayah
pemukiman harus mendapatkan peraturan yang lebih khusus dari penduduk
(Hasanudin, 2014).
Areal lokasi perlebahan harus dipersiapkan sebelumnya sebelum
menempatkan kotak - kotak sarang, karena aroma dari penyiangan biasanya
mengganggu lebah. Perlebahan harus tetap bersih dan rapi sepanjang waktu.
21
Kawasan peternakan lebah harus memiliki drainase dan sirkulasi udara yang baik.
Lebah membutuhkan air, jadi mereka harus dapat menemukan air dalam radius
500 m. Kadang-kadang air dapat disediakan dalam wadah khusus yang
ditempatkan pada tongkat kayu atau diatas batu agar mudah dijangkau lebah
(Hasanudin, 2014).
2.1.6. Sumber Pakan Lebah Heteroheterotrigona itama
Tanaman pakan lebah merupakan tanaman/tumbuhan yang menghasilkan
pangan bagi lebah (Kasno, 2001). Semua jenis tanaman bertanaman resin
(tanaman hutan, tanaman pertanian, tanaman perkebunan, tanaman holtikultura,
dan tanaman liar) yang megandung unsur resin sebagai bahan resin, polen, dan
resin sebagai bahan propolis dapat dimanfaatkan sebagi sumber pakan lebah
(Sarwono, 2001). Sumber pakan Heterotrigona bisa dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Taneman Sumber Resin
Nama Tanaman Sumber
Damar Resin
Nangka Resin
Cemara Resin
Meranti Resin
Manggis Resin
Kemenyan Resin
Kenari Resin
Pala Resin
Pinus Resin
Rasalama Resin
Sawo Resin
Singkong Resin
Mangga Resin
Karet Resin
Acacia Mangium Resin
Acacia Auriculyformis Resin
Keluwih Resin
Sukun Resin
Sumber : (Siregar et al., 2011)
22
2.1.7. Produk Propolis Lebah Heteroheterotrigona itama
Propolis adalah lem lebah yang sangat lengket dan berwarna gelap berasal
dari bahan yang dikumpulkan dari tanaman, dicampurkan dengan lilin dan
digunakan sebagai bahan pembuat sarang (Borreli et al., 2002). Dengan demikian
bagi Heterotrigona itama propolis berfungsi sebagai senjata untuk melindungi diri.
Hal ini disebabkan karena lebah ini tidak memiliki sengat, sehingga Heterotrigona
itama akan memproduksi propolis sangat intensif untuk melindungi sarangnya.
Propolis tersusun dari bahan resin yang diambil lebah dari pohon yang
mengandung getah. Lebah Heterotrigona itama kemudian mengolahnya sehingga
berbentuk propolis yaitu benda berwarna hitam, kuning atau coklat tua di sarang.
Warna propolis tergantung pada pohon asal resin. Di Indonesia, umumnya yang
dijumpai berwarna hitam, coklat dan krem. (Heterotrigona itama (gala-gala, lebah
lilin) dalam bahasa daerah disebut heterotrigona itama (Jawa), atau teuweul
(sunda) (Perum Perhutani, 1986). Jumlah madu yang dihasilkan lebih sedikit dan
lebih sulit di ekstrak, namun jumlah propolis yang dihasilkan lebih banyak
dibandingkan lebah jenis lain (Singh, 1962), sejak 5 tahun belakangan popularitas
propolis dari Heterotrigona itama meningkat pesat. Bahan padat yang dihasilkan
Heterotrigona itama ternyata obat ampuh melawan berbagai penyakit.
Heterotrigona itama mampu menghasilkan propolis sebanyak 5,8 Kg/Tahun, lebih
tinggi dari lebah Apis sp yang hanya memproduksi propolis kurang dari 1 kg.
23
2.2. Teknik Budidaya Lebah Heteroheterotrigona Itama
2.2.1 Pembuatan Stup
Stup lebah Heterotrigona sp sebaiknya menggunakan kayu yang berserat
halus. Hingga saat ini belum ada ukuran standard dari stup heterotrigona. Di Nusa
Tenggara Barat, stup yang digunakan masyarakat berukuran 20 x 15 X 17cm.
Stup lebah Heterotrigona sp bisa digantung ataupun disusun pada rak dan
diletakkan di tempat teduh/ tidak terkena matahari langsung. Struktur stup lebah
Heterotrigona sp berbeda dengan stup lebah lainnya. Ruangan dalam stup lebah
heterotrigona tidak bersekat - sekat. Namun lebah Heterotrigona itama
menempatkan telur, madu, propolis dan beebread secara terpisah.
2.2.2 Pemindahan Koloni
Pemindahan koloni dari alam ke dalam stup atau dari satu stup ke stup
lainnya merupakan hal yang paling penting untuk diperhatikan dan dilakukan
secara hati - hati pada malam hari setelah semua koloni kembali ke sarang atau
dini hari ketika koloni belum mencari pakan. Secara teknik, pemindahan koloni
lebih mudah dengan cara memindahkan ratunya terlebih dahulu, ketika ratunya
sudah dipindahkan secara otomatis angota koloni akan mengikuti ratu berpindah
tempat. Setelah semua koloni berpindah, stup yang baru didiamkan 1 - 2 bulan
agar koloni dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Setiap koloni terdiri dari ratu, lebah pekerja dan lebah jantan. Lebah ratu
merupakan satu - satunya lebah petelur seumur hidup dalam satu koloni. Lebah
pekerja adalah lebah betina yang organ reproduksinya tidak berfungsi
sempurna/tidak subur. Lebah pekerja mengeluarkan lilin yang digunakan untuk
24
membangun, membersihkan dan memelihara sarang, menjaga sarang,
menyediakan makanan, terdiri dari madu dan tepung sari.
Masa kerja lebah pekerja selama 60 hari, sejak usia 1 minggu lebah
pekerja mulai bekerja membersihkan lubang sel bekas huniannya tatkala ia masih
menjadi larva. Usia 2 minggu lebah pekerja membuat royal jelly. Usia 3 minggu,
membuat sel - sel dalam sarang. Usia 4 minggu mengikuti lebah pekerja dewasa
mencari makan di luar sarang. Usia 5 minggu lebah pekerja mencari makan untuk
memenuhi kebutuhan hidup koloni. Stup tersusun atas beberapa bagian. Setiap
bagian digunakan untuk menyimpan madu, tepung sari, tempat bertelur dan
tempat larva. Di bagian tengah terdapat karangan-karangan bola berisi telur,
tempayak, dan kepompong. Di bagian sudut terdapat bola - bola agak kehitam -
hitaman untuk menyimpan madu dan tepung.
2.2.3 Pemeliharaan
Pemeliharaan stup sebaiknya dilakukan secara rutin dan periodik, meliputi
pembersihan dari sarang semut/ laba - laba, pengecekan kondisi stup agar terkena
air hujan. Stup juga harus dihindarkan dari hama pengganggu (cecak, tokek, larva
kumbang, tawon kuning, ayam dan lain-lain).
2.2.4 Pemanenan
Pemanenan madu maupun propolis dilakukan 1 - 3 kali setahun tergantung
kondisi lingkungan, pakan, besar kecilnya stup dan kesehatan koloni. Pemanenan
umumnya dilakukan dengan cara tradisional, yaitu menggunakan pisau kikis.
Madu dan propolis yang sudah dipanen diletakan dimangkuk untuk dilakukan
25
penirisan. Penirisan madu dilakukan agar madu tetap steril dengan tidak terlalu
banyak kontak dengan tangan.
2.3. Definisi Propolis
Menurut Ghisalberti (1979), nama propolis atau lem lebah adalah nama
generik yang diberikan untuk bahan resin yang dikumpulkan oleh lebah
heterotrigona itama dari berbagai macam jenis tumbuhan, terutama dari bagian
kuncup dan daun tumbuhan tersebut (Ghisalberti, 1979). Lebah kemudian
mencampur bahan resin ini dengan enzim yang disekresikan dari kelenjar
mandibula lebah, meskipun demikian komponen yang terdapat di dalam propolis
tidak mengalami perubahan (Chen, 1993; Ghisalberti, 1979). (Hill, 1981; Kaal,
1991) Lebah menggunakan propolis sebagai:
1) Memperkuat sarang lebah.
2) Bahan pelapis untuk melindungi sarangnya dari faktor pengganggu dari luar,
misalnya serangga, kumbang, atau tikus.
3) Meratakan dinding sarang lebah.
4) Bahan pengisi lubang atau celah dan perekat keretakan yang terdapat pada
sarang lebah.
5) Melindungi sel sarang tempat ratu lebah menetaskan telurnya sehingga larva
lebah terlindungi dari penyakit.
6) Antibakteri.
7) Sifat dari propolis telah diselidiki sebelumnya. Penelitian sementara
menekankan sifat anti mikroba dan anti inflamasi pada propolis. Sifat anti
inflamasi pada propolis karena adanya Caffeic Acid Phenethyl Ester (CAPE)
26
dalam propolis. Flavonoid dan derivat asam sinamat dianggap sebagai
komponen biologis utama yang aktif dalam propolis (Borrelli, dkk. 2002).
2.3.1 Kandungan Propolis
Komposisi propolis sangat bervariasi dan erat hubungannya dengan jenis
dan umur tumbuhan di mana propolis tersebut berasal. Umumnya propolis terdiri
dari: campuran resin dan getah 39 - 53%, polifenol 1.2 - 17%, polisakarida 2 - 3%,
lilin (wax) 19 - 35%, dan bahan lain 8 - 12% (Chen, 1993). Komposisi propolis
meliputi: resin ± 50%, lilin (wax) ± 30%, minyak esensial ± 10%, pollen ± 5%,
dan senyawa organik dan mineral ± 5%. Jenis senyawa kimia yang terdapat pada
propolis sangat kompleks. Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode Gas
Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) yang dilakukan oleh Ghisalberti
terhadap propolis yang dihimpun oleh lebah yang berasal dari tumbuhan poplar
menunjukkan bahwa propolis mengandung berbagai macam senyawa, yaitu: asam
amino, asam alifatik dan esternya, asam aromatik dan esternya, alkohol, aldehida,
khalkon, dihidrokhalkon, flavanon, flavon, hidrokarbon, keton, dan terpenoid
(Ghisalberti, 1979).
2.3.2 Manfaat Propolis
Propolis telah digunakan sejak dahulu kala sebagai obat tradisional, yaitu
sebagai bio - kosmetik dan makanan untuk kesehatan. Hasilnya menunjukkan
bahwa propolis dapat digunakan sebagai salah satu bahan pengobatan alternatif
(Martinez, dkk., 1988; Park, dkk., 1998), yakni:
1) Dalam perawatan penyakit gingivitis oleh karena mampu mencegah
pembentukan plak.
27
2) Digunakan untuk mengobati ulserasi pada rongga mulut.
3) Mencegah terjadinya karies gigi. Hal ini disebabkan karena propolis memiliki
aktivitas antibakteri, mengurangi daya adhesi bakteri rongga mulut pada
permukaan gigi, menghambat sintesis glukan yang tidak larut dalam air
(water- insoluble glucan), dan menghambat enzim glukosa iltrans ferase.
4) Meningkatkan aktivitas mineralisasi pada permukaan gigi.
5) Mempercepat perbaikan jaringan dan penyembuhan luka setelah prosedur
bedah mulut (pasca ekstraksi maupun terjadinya dry socket).
6) Pada perawatan gangren pulpa serta periodontitis.
Propolis juga berfungsi memperbaiki kondisi patologi bagian tubuh yang
sakit, bekerja sebagai antioksidan dan antibiotik, serta meningkatkan sistem
kekebalan tubuh baik humoral maupun seluler karena mengandung flavonoid
sekitar 15% (Krell, 1996). Flavonoid merupakan antioksidan dan antibiotik yang
berfungsi menguatkan dan mengantisipasi kerusakan pembuluh darah dan
merupakan bahan aktif yang berfungsi sebagai anti inflamasi dan anti virus.
Aktivitas antioksidan tertinggi dihasilkan dari ekstraksi dengan menggunakan
pelarut etanol. Flavonoid yang terekstrak adalah kemferida (flavonol), akasetin
(flavon) dan isoramnetin. Propolis merupakan antibiotik karena mempunyai
kandungan flavonoid, yaitu bahan aktif yang berfungsi sebagai anti inflamasi dan
anti virus. Ekstrak propolis dapat memacu aktivitas makrofag sehingga
meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Kun, dkk., 1998).
28
2.4. Teori Produksi
Pengertian produksi adalah hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi
dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat
dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau
masukan untuk menghasilkan output. Input dan output tersebut dalam bentuk
persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi. Jadi, fungsi produksi
adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang
dihasilkan dengan kombinasi input tertentu (Ferguson dan Gould, 1975). Jumlah
output (Q) dengan sejumlah input yang digunakan dalam proses produksi (X1, X2,
X3….Xn) secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Q = f (X1, X2, X3….Xn)
Keterangan: Q = output
X = input
2.5 Faktor - faktor Produksi Budidaya Lebah Heteroheterotrigona itama
Beberapa faktor diduga mempengaruhi penurunan aktivitas lebah
Heterotrigona sp, diantaranya adalah ketidaksediaan pakan sampai pada kondisi
lingkungan yang tidak sesuai. Kemampuan fisik lebah heterotrigona itama
terbatas sehingga saat sumber pakan di sekitar sarang berkurang lebah
heterotrigona itama akan makan hasil produksinya berupa madu dan tepung sari.
Saat jumlah pakan sedikit hasil produksi dari lebah heterotrigona itama dan
tepung sari akan dimakan oleh koloni dari lebah heterotrigona itama sehingga
menyebabkan bobot koloni berkurang. Faktor utama yang menentukan banyaknya
29
resin yang dikumpulkan adalah kapasitas kantung resin yang tergantung ukuran
tubuh lebah, keadaan cuaca dan pengalaman lebah pekerja (Sihombing, 2005).
Menurut Sihombing (2005) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan koloni lebah adalah ukuran log, suhu, hama dan
ketersediaan tanaman pakan lebah berupa resin. Banyaknya resin yang disimpan
oleh satu koloni lebah heterotrigona itama tergantung dari beberapa faktor, antara
lain :
a) Pengaruh ukuran log terhadap produksi propolis Heterotrigona itama
Log lebah Heterotrigona itama sangat beragam mulai dari bambu, kelapa,
rambutan, mangga dan lain-lain. Ukuran log berbeda-beda sesuai dengan
log yang di tinggali oleh lebah Heterotrigona itama, mulai dari batang
bambu yang kecil sampai batang pohon rambutan yang besar.
b) Pengaruh suhu terhadap produksi propolis lebah Heterotrigona itama
Heterotrigona itama tidak bisa bertoleransi dengan suhu rendah, tetapi
Heterotrigona itama bisa bertahan pada suhu 34 - 36ºC. Lebah
Heterotrigona itama tidak tahan dengan temperatur dingin, tapi ketika
temperaturpanas Heterotrigona itama akan mengepak sayapnya untuk
menurunkan suhu tubuhnya.
c) Pengaruh hama terhadap produksi propolis lebah Heterotrigona itama
Hama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi propolis
lebah Heterotrigona itama karena hama ini ada yang merusak sarang,
mengambil madu atau polen sehingga dapat membunuh koloni yang ada di
30
dalam log, hama yang sering mengganggu lebah Heterotrigona itama
antara lain, semut, cecak, laba-laba, tokek, dan lain-lain.
d) Pengaruh tanaman yang memiliki resin terhadap produksi propolis
Heterotrigona itama
Pohon yang memiliki getah tumbuhan memiliki resin berwarna kecoklatan
dan digunakan sebagai perekat sarang yang akan di bentuk menjadi propolis.
Propolis dikumpulkan dari getah, kulit kayu dan bagian tumbuhan lain.
Propolis berguna sebagai kantong dari madu dan berfungsi untuk membunuh
bakteri, virus, jamur, ataupun protozoa yang masuk kedalam sarang dan
digunakan untuk membungkus bangkai hewan yang menganggu disarang
lebah dengan propolis karena hewan ini terlalu berat untuk dapat dibuang dari
sarangnya, Prosesnya menghasilkan efek serupa pembalseman, karena tubuh
mati hewan tersebut mengering tanpa mengalami pembusukan.
31
2.6 Penelitian Terdahulu
1. Muhazan. 2015. Skripsi : “Pengaruh Disain Kotak Terhadap Produksi Madu
dan Propolis Lebah Trigona di Desa Genggelang Kabupaten Lombok Utara”.
Universitas Mataram berdasarkan analisis skripsi di atas dapat disimpulkan
bahwa : Tingkat kesesuaian beberapa disain tempat bersarang terhadap
produksi madu dan propolis lebah trigona. Koloni lebah madu trigona
didapatkan dari pemburu/pembudidaya di Desa Gondang Kecamatan Gangga
Kabupaten Lombok Utara. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Dusun
Papak Desa Genggelang Kecamatan Gondang Kabupaten Lombok Utara.
Materi penelitian yang digunakan sejumlah 15 koloni lebah trigona dengan 5
kali ulangan yang dikelompokkan dalam 3 perlakuan disain kotak/stup yaitu :
disain kotak A dengan ukuran Panjang 35 cm x lebar 17 cm x tinggi 10 cm,
disain kotak B dengan ukuran panjang 10 cm x lebar 17 cm x tinggi 35 cm dan
disain kotak C dengan ukuran Panjang 24 cm x lebar 24 cm x tinggi 10 cm.
Pengamatan dilakukan berdasarkan suhu dan kelembaban lingkungan, bobot
koloni, aktivitas lebah, jumlah produksi madu dan propolis. Analisa yang
digunakan adalah analisa Sidik Ragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
disain kotak memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) pada tingkat produksi
madu dan propolis lebah trigona, namun dari rataan yang diperoleh
menunjukkan bahwa produksi madu lebah trigona yang paling tinggi didapat
dari disain kotak B sedangkan produksi propolis yang tinggi didapat pada
disain kotak A.
32
2. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Hendri Banowu (2016), “ Studi
Perkembangan Koloni dan Produksi Lebah Heterotrigona itama dari
Posisi Stup yang Berbeda” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh posisi stup terhadap berat sarang lebah Heterotrigona itama
dan jumlah produk lebah Heterotrigona itama (madu, propolis, pollen
dan sel telur) dari perlakuan stup yang berbeda yaitu Horizontal dan
Vertikal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai
Februari 2016 bertempat di Desa Wata Benua Kecamatan Landono
Kabupaten Konawe Selatan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Hasil pengamatan produk lebah Heterotrigona itama
dianalisis dengan anova dilanjutkan dengan uji beda nyata DMRT
(Duncan's Multiple Range Test) jika berpengaruh nyata pada taraf
kepercayaan 95 %. Hasil analisis menunjukan bahwa rata-rata produk
lebah Heterotrigona itama sp. berupa madu, propolis, pollen dan sel telur
melalui pengaruh perlakuan posisi stup yaitu horizontal dan vertikal yang
paling tinggi diperoleh perlakuan posisi stup vertikal dengan rata-rata
produk madu 216,67 g, propolis 216,67 g, pollen 475,00 g dan sel telur 166,67
g sedangkan perlakuan posisi stup horizontal hanya berkisar rata-rata produk
madu 68,33 g, propolis 82,17 g, pollen 330,00 g dan sel telur 151,67 g.
Hal ini diduga berkaitan dengan sifat alami dari lebah Heterotrigona itama .
yang jika berada di alam menunjukkan pertumbuhan kearah vertikal atau
mengikuti pertumbuhan pohon.
33
3. Arifuddin Lamusa1. 2010. Jurnal : “Usaha Ternak Lebah Madu dan Faktor -
Faktor yang Mempengaruhi Produksi Madu di Desa Lolu Kabupaten Sigi
Provinsi Sulawesi Tengah”. J. Agrisains. berdasarkan analisis jurnal di atas
dapat disimpulkan bahwa : usaha ternak lebah madu dan faktor - faktor yang
mempengaruhi produksi usaha ternak lebah madu di Desa Lolu Kabupaten
Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Penarikan sample dilakukan dengan metode
random sebanyak 30 rumah tangga yang berusaha ternak lebah madu. Data
dikumpulkan dengan cara wawancara langsung dengan bantuan kuesioner dan
buku catatan lapang. Interpretasi data dilakukan melalui analisis
produksi Cobb Douglas (CD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, variable
x1, x2 dan x3 berpengaruh sangat nyata terhadap produksi madu (Ŷ) dengan α
= 1%. Sedangkan variabel x4 berpengaruh tidak nyata terhadap Ŷ.
4. Septiantina Dyah Riendriasari. 2017. Jurnal : “Produksi Propolis Mentah
Lebah Madu Trigona SPP. di Pulau Lombok”. J Hut Trop. berdasarkan
analisis jurnal di atas dapat disimpulkan bahwa : Usaha budidaya lebah madu
Trigona spp. di Lombok semakin berkembang pesat. Faktor yang
mempengaruhi hal tersebut dikarenakan budidaya Trigona mampu
menghasilkan produk perlebahan berupa madu, propolis dan roti lebah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi propolis mentah lebah
madu Trigona spp. di Pulau Lombok. Penelitian dilaksanakan dari April 2012
sampai dengan Desember 2014. Lokasi penelitian dilakukan di Ds. Lendang
Nangka, Lombok Timur; Ds. Sigar Penjalin dan Ds. Genggelang, Lombok
Utara; serta Ds. Karang Bayan, Lombok Barat. Pada masing-masing lokasi
34
penelitian, mulai tahun 2012 dilakukan observasi terhadap 6 stup lebah madu
Trigona. Metode penelitian dilakukan dengan observasi di lapangan,
kemudian data diolah dan dianalis secara deskriptif. Hasil produksi propolis
mentah tahun 2012 terbanyak diproduksi di Ds. Lendang Nangka dengan
jumlah rata-rata 75,63 gr/6 bulan/6 stup. Tahun 2013, hasil terbanyak di Ds.
Genggelang dengan jumlah rata-rata 94,38 gram/6 bulan/6 stup, dan tahun
2014 produksi tertinggi di Ds. Sigar Penjalin dengan jumlah rata-rata 102,84
gram/6 bulan/4 stup. Dari tahun 2012 sampai 2014 jumlah stup semakin
berkurang pada masing-masing lokasi penelitian. Jumlah stup berkurang
disebabkan karena adanya koloni yang kurang sehat dan akhirnya
meninggalkan stup. Banyaknya produksi propolis mentah tidak terpengaruh
oleh banyaknya stup yang dimiliki, namun adanya faktor pendukung lain
seperti faktor lingkungan (suhu dan kelembaban), pakan yang tersedia dan
kesehatan koloni lebah madu Trigona spp.
35
2.7 Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Alur Kerangka Pemikiran
Dari alur pemikiran diatas dijelaskan bahwa penulis meneliti produksi propolis di
rumah kompos UIN Jakarta, kemudian di korelasikan dengan 4 variabel yakni
jenis pohon, ukuran log, suhu dan hama. Kemudian dianalisis menggunakan
metode analisis regresi linear berganda selanjutnya dapat disimpulkan tentang
faktor - faktor yang mempengaruhi produksi propolis.
Produksi Propolis di Rumah Kompos
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Y = Produksi Propolis (gr)
X1 = Jenis pohon (batang)
X2 = Ukuran log (cm)
X3 = Suhu (oC)
X4 = Hama (ekor)
Metode Regresi Linear Berganda
Faktor - faktor yang mempengaruhi
produksi propolis
36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang beralamat di jalan jalan Ibnu Taima Komplek Dosen UIN Jakarta, Kelurahan
Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten,
15419 (Samping Laboratorium Madrasah Pembangunan UIN Jakarta) yang
dilaksanakan pada bulan November 2016 sampai Maret 2017. Rumah Kompos
sebagai wadah atau tempat objek penelitian riset yang disediakan oleh UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.2 Sumber dan Jenis Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini data primer diperoleh pada
faktor - faktor yang mempengaruhi propolis antara lain: jumlah pohon, ukuran
log, suhu dan hama di Rumah Kompos UIN Jakarta.
3.3 Metode Penentuan Sampel
Penelitian ini dilakukan dengan metode penentuan sampel akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Populasi
Sugiyono (2003) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasi adalah jumlah total produksi
37
propolis berjumlah 37 LOG pada Rumah Kompos UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Sampel
Adapun untuk menentukan besarnya sampel, yaitu menggunakan sampel
sensus adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan
dapat mewakili seluruh populasi. Menurut Arikunto (1998) mengatakan
bahwa sebagai ancer - ancer, jika peneliti mempunyai beberapa ratus
subyek dalam populasi, maka dapat menentukan kurang lebih 25% - 30%
dari jumlah subyek tersebut.
3.4 Analisis Data
Data - data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer meliputi faktor - faktor yang mempengaruhi propolis antara
lain: jenis pohon, ukuran log, suhu dan hama di Rumah Kompos UIN Jakarta.
Data ini diperoleh melalui data sensus (sampel penelitian yang sebagian dari
populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi).
Data yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan
menggunakan SPSS versi 23.0.
3.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda pada dasarnya adalah studi mengenai
ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel
independen (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi atau
memprediksi rata - rata populasi atau nilai rata - rata variabel dependen
berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Ghozali, 2007). Analisis
38
regresi linier berganda dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya
pengaruh variabel terhadap variabel dependen.
Y= a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e
di mana:
Y = Produksi Propolis (gr)
X1 = Jenis Pohon (batang)
X2 = Ukuran LOG (cm)
X3 = Suhu (OC)
X4 = Hama (ekor)
E = eror
Ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dengan
nilai uji F, uji t, nilai koefisien determinasi dan syarat untuk menggunakan metode
regresi linier berganda harus mencapai uji asumsi klasik.
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kondisi data yang dipergunakan
dalam penelitian. Hal tersebut dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat.
Model analisis regresi penelitian ini mensyaratkan uji asumsi terhadap data
meliputi:
A. Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,
variabel pengganggu atau residualnya memiliki distribusi yang normal atau tidak.
Sebab, model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi
normal atau mendekati normal (Ghozali, 2007). Pada penelitian ini uji normalitas
39
dilihat pada grafik normal probabilitas plot. Dalam penelitian ini uji normalitas
dianalisis dengan menggunakan bantuan program SPSS 23.0.
B. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen (Ghozali, 2007). Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Pengujian multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai
Varian Inflation Factor (VIF) dan Tolerancenya yang dapat mengidentifikasi ada
tidaknya masalah multikolinearitas. Apabila nilai VIF < 10 atau nilai
Tolerancenya > 0,10, maka model regresi yang digunakan pada penelitian ini
dianggap tidak memiliki masalah multikolinearitas antar variabel independen.
C. Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke satu
pengamatan yang lain (Ghozali, 2007). Jika varians dari residu atau dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Dan
jika varians berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2007). Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan
melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED
dan nilai residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola titik pada grafik scatterplot antara
40
SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu
X adalah residual yang telah di-standarized (Ghozali, 2007). Dasar analisisnya
sebagai berikut:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik - titik yang ada membentuk suatu pola yang
tertentu (bergelombang melebar kemudian menyempit) maka terjadi
heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas seperti titik - titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka hal ini mengindikasikan tidak terjadi
heteroskedasitas.
D. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual
observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut
waktu, karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh data
pada masa - masa sebelumnya. Meskipun demilikian, tetap dimungkinkan
autokorelasi dijumpai pada data yang bersifat antar objek (cross section)
(Winarno, 2009).
2. Uji Statistik t
Uji t digunakan untuk menunjukan seberapa jauh satu variabel
penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Ini berarti uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antra
variabel X dan Y, apakah variabel X1 dan X2. Benar-benar berpengaruh terhadap
variabel Y (Perilaku konsumsi pangan pokok non-beras) secara terpisah atau
parsial. Kriteria pengujian uji-t:
41
a. Jika probabilitas t-hitung < derajat kepercayaan α = 5% maka, variabel
independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
b. Jika probabilitas t-hitung > derajat kepercayaan α = 5% maka, variabel
independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
3. Uji Statistik F
Uji statistik F menunjukan apakah semua variabel independen yang
dimasukan dalam model memunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen (Ghozali, 2007). Pada uji F jika tingkat signifikansi lebih kecil
dari 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen secara simultan atau
bersama - sama mempengaruhi variabel dependen (untuk tingkat signifikansi = 5
%), maka variabel independen secara serentak berpengaruh terhadap variabel
dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka variabel
independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
4. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2
yang
semakin mendekati 1, berarti variabel - variabel independen memberikan hamper
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen
(Ghozali, 2007).
42
BAB IV
GAMBARAN UMUM RUMAH KOMPOS
4.1 Sejarah Rumah Kompos UIN Jakarta
Pada tahun 2009, UIN memiliki Rumah Kompos, yang berlokasi di jalan
Ibnu Taima Komplek Dosen UIN Jakarta, Kelurahan Pisangan, Kecamatan
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, 15419. Rumah Kompos
telah memproduksi kompos dan telah dipasarkan dengan merek “Kompos UIN
Jakarta”. Selama ini produk Rumah Kompos telah banyak dimanfaatkan baik
untuk penanaman pohon di kampus dan masyarakat sekitar kampus UIN Jakarta.
Rumah Kompos telah berperan mendukung penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat dalam bentuk penelitian mengenai kompos yang dilakukan oleh para
dosen, melakukan pelatihan bagi masyarakat sekitar mengenai teknik prosesing,
pengolahan sampah organik menjadi pupuk organik (kompos), pelatihan bagi
mahasiswa dalam belajar menggunakan teknik pemilihan sampah, teknik
pencacahan menggunakan mesin dan manual serta pembuatan kompos hingga ke
pemasaran. Setelah mereka dilatih kemudian diharapkan nanti dapat melakukan
pelatihan bagi masyarakat dengan bimbingan dosen-dosen yang selama ini
terlibat dalam produksi kompos.
Pada tahun 2016, Rumah Kompos mulai mengembangkan penelitiannya yang
dilaksanakan oleh Dr. Ir. Elpawati, MM dan Prof. Dr. Manshur Guru Besar
(Universitas Putera Malaysia (UPM) serta di bantu oleh dosen-dosen dan
sekelompok mahasiswa. Penelitian ini guna untuk mengetahui tentang
pengembangan budidaya lebah tanpa sengat (Trigona sp) di sekitar area pinggir
43
kota Jakarta, sehingga dapat mengetahui prospek kedepannya mulai dari teknik
budidaya yang dilakukan, risiko atau kendala yang terjadi di area budidaya seperti
hama atau penyakit lebah Trigona, kecocokan iklim, suhu dan kelembaban di
sekitar area budidaya, pakan yang disukai oleh lebah Trigona, serta mengetahui
jumlah produksi yang dihasilkan pada budidaya lebah Trigona di sekitar area
pinggir kota Jakarta.
4.2 Letak Geografis dan Luas Area Lahan Rumah Kompos UIN Jakarta
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kompos yang disediakan oleh UIN
Jakarta sebagai tempat riset dan pengembangan usaha pupuk kompos, EM10 dan
budidaya lebah Heterotrigona Itama yang terletak di jalan Ibnu Taima Komplek
Dosen UIN Jakarta, Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan, Provinsi Banten, 15419. Luas lahan Rumah Kompos UIN
Jakarta bekisar 500 m2 yang terdiri dari green house, gudang, lahan budidaya,
peralatan dan perlengkapan, kamar mandi, parker motor.
Berdasarkan kedudukan geografis, kawasan Rumah Kompos UIN Jakarta
terletak pada 6°18ˈ24ˈˈLintang Selatan - 106°45ˈ22ˈˈBujur Timur atau
6,3066928°Lintang Selatan 106,756146°Bujur Timur. Adapun batasan-batasan
Rumah Kompos UIN Jakarta, adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Perumahan Komplek Dosen UIN Jakarta,
Kampus 1 UIN Jakarta.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Asrama Putra UIN Jakarta.
c. Sebelah Timur pemukiman penduduk.
d. Sebelah Barat Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.
44
4.3 Topografi Rumah Kompos UIN Jakarta
Diarea rumah kompos UIN Jakarta yang terletak di Kelurahan Pisangan,
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, memiliki ketinggian 47 meter
di atas permukaan laut. Kelurahan Pisangan ini merupakan wilayah daratan yang
tertinggi dari kelurahan lainnya di Kecamatan Ciputat Timur. (Profil Kecamatan
Ciputat Timur, 2015)
4.4 Keadaan Iklim dan Curah Hujan Rumah Kompos UIN Jakarta
Keadaan iklim di Area Rumah Kompos, Kelurahan Pisangan, Kecamatan
Ciputat Timur adalah diklasifikasikan sebagai Tropis. Terdapat curah hujan yang
signifikan sepanjang tahun di area tersebut. Bahkan pada bulan kering masih
memiliki banyak curah hujan. Pada suhu diarea Rumah Kompos, Kelurahan
Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur rata-rata mencapai 27°C. presipitasi di sini
rata-rata 2378 mm. presipitasi terendah pada bulan Juli, dengan rata-rata 90 mm.
hamper semua presipitasi jatuh pada Januari, dengan rata-rata 356 mm. pada suhu
rata-rata 27,7°C, Oktober adalah bulan terpanas sepanjang tahun. Di bulan
Januari, suhu rata-rata adalah 26,3°C. ini adalah suhu rata-rata terendah sepanjang
tahun. Di antara bulan terkering dan bulan terbasah, perbedaan dalam presipitasi
adalah 266 mm. suhu rata-rata bervariasi sepanjang tahun menurut 1,4°C.
4.5 Struktur Organisasi Rumah Kompos UIN Jakarta
Berikut merupakan Struktur Organisasi Rumah Kompos UIN Jakarta dalam
penelitian Budidaya Lebah Heterotrigona Itama:
45
Gambar 4. Struktur Organisasi Rumah Kompos UIN Jakarta
(Sumber : Rumah Kompos UIN Jakarta, 2017)
Adapun tugas dari struktur organisasi tersebut adalah:
1. Penasehat, mengarahkan dan memberikan solusi kepada pengurus dalam
tehnik budidaya lebah heterotrigona itama di rumah kompos UIN Jakarta.
2. Ketua, bertugas untuk memanajemen seluruh kegiatan budidaya lebah
heterotrigona itama di Rumah Kompos UIN Jakarta.
3. Sekertaris, bertugas untuk mencatat pembukuan di Rumah Kompos, mengecek
inventaris, mengontrol kegiatan produksi dan pemasaran budidaya lebah
heterotrigona itama dan menyiapkan kebutuhan perlengkapan Rumah Kompos
UIN Jakarta.
Prof. Mohd. Mansur
Penasehat
Dr. Ir. Elpawati, MP
Ketua
Yelvie Erida S.Si
Bendahara
Titik Inayah, M.Si
Sekretaris
Haris Maulana
Anggota Riset Arizal Wahid
Anggota Riset
Wahyu Rochman
Anggota Riset
Rizky Ardian
Anggota Riset
46
4. Bendahara, mengelola arus kas pemasukan dan pengeluaran yang dilakukan
pada kegiatan budidaya lebah heterotrigona itama di Rumah Kompos UIN
Jakarta.
5. Anggota riset,mengkontrol setiap hari pada kegiatan budidaya lebah
heterotrigona itama, membersihkan kotoran dan hama yang berada disekitar
area budidaya, membuat laporan harian dan mingguan pada perkembangan
budidaya lebah heterotrigona itama.
4.6 Peralatan dan Perlengkapan di Rumah Kompos UIN Jakarta
Adapun peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk menjalankan
aktivitas budidaya lebah heterotrigona itama di Rumah Kompos UIN Jakarta.
Berikut ini adalah tabel peralatan dan perlengkapan yang ada di Rumah Kompos
UIN Jakarta yaitu sebagai berikut :
Tabel 3. Peralatan dan Perlengkapan Rumah Kompos UIN Jakarta
Jenis Peralatan dan Perlengkapan Jumlah Satuan
Gergaji 1 Unit
Kater 3 Unit
Penggaris 2 Unit
Paku 0,5 Kg
Baskom 2 Unit
Ember 2 Unit
Timbangan 1 Unit
Saringan 2 Unit
Spidol 1 Unit
Alat Penyedot Madu 1 Unit
Kuas 2 Unit
Kulkas 1 Unit
(Sumber : Rumah Kompos UIN Jakarta, 2017)
47
Dari tabel diatas peralatan dan perlengkapan yang tersedia meliputi gergaji 1
unit, kater 3 unit, penggaris 2 unit, paku 0,5 Kg, baskom 2 unit, ember 2 unit,
timbangan 1 unit, saringan 2 unit, spidol 1 unit, alat penyedot madu 1 unit, kuas 2
unit, kulkas 1 unit dan lainnya. Peralatan dan perlengkapan ini berguna untuk
aktivitas budidaya sampai keperluan panen madu, propolis dan bee pollen di
Rumah Kompos UIN Jakarta.
4.7 Proses aktivitas Budidaya Lebah Heterotrigona di Rumah Kompos UIN
Jakarta
Aktivitas budidaya di rumah kompos terdiri dari beberapa tahap proses
seperti pembuatan stup, penempatan log koloni berisi lebah, pemeliharaan,
pemanenan dan pascapanen. Berikut ini merupakan gambar bagan proses
budidaya lebah heterotrigona itama di Rumah Kompos UIN Jakarta:
Gambar 5. Proses Aktivitas Budidaya Lebah Heterotrigona di Rumah Kompos
UIN Jakarta
(Sumber : Rumah Kompos UIN Jakarta, 2017)
Pembuatan Stup
Panen dan Pascapanen
Pemeliharaan
Penempatan Koloni
48
Dari bagan proses budidaya lebah heterotrigona itama ini, menjelaskan beberapa
bagian yang meliputi:
1. Pembuatan Stup
Stup terbuat dari papan kayu yang berukuran kurang lebih 40x30x5cm. Di
bagian tengah stup di beri lubang kecil dengan diameter 2cm. Stup kayu ini di
tutup dengan mika bening dengan ketebalan 0,1cm. Setelah ditutup mika ditutup
lagi dengan dengan papan triplek dengan ukuran yang sama dengan stup, yaitu
40x30cm. Terakhir di tutup lagi dengan pelindung yang berfungsi melindungi
stup dari panas dan hujan dengan ukuran 1mx1m. Pelindung ini di buat
menggunakan kerangka yang terbuat dari bambu dan juga terbuat dari bahan
karpet sintetis. Guna stup ini untuk memproduksi madu, propolis dan bee pollen
sehingga mempermudah pada saat panen berlangsung. Selain itu, manfaat
pembuatan stup yaitu bisa menghindari dari bahaya hama seperti semut, laba-laba,
cicak dan lainnya. Setelah stup sudah terbuat, papan stup ditutupi oleh plastik
mika atau plastik bening dan ditutup rapat, gunanya untuk mempermudah dalam
mengkontrol aktivitas budidaya.
2. Penempatan log koloni
Penempatan log koloni dilakukan dengan rapih sehingga mempermudah untuk
mengkontrol dan membersihkan lingkungan budidaya lebah heterotrigona itama.
Jarak antara log koloni sekitar 1,5 – 2 meter per log koloni. Selain itu, tempat
keluar-masuknya lebah pada log koloni tidak boleh berhadapan dengan log koloni
lainnya, sebab dapat mengakibatkan bentrokan terhadap lebah pada log koloni
lainnya.
49
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan cara mengkontrol setiap log, menanam
tumbuhan berbunga di setiap area lingkungan budidaya lebah, membersihkan area
lingkungan budidaya sehingga tidak terserang hama. Berikut merupakan gambar
lingkungan area budidaya lebah heterotrigona dirumah kompos uin Jakarta :
Gambar 6. Areal Rumah Kompos UIN Jakarta
(Sumber : Rumah Kompos UIN Jakarta, 2017)
Dari gambar diatas penanaman bunga dapat di tanam di sekitar area log koloni
dan memberikan jarak antara setiap log. Hal ini dapat mempermudah untuk
mengkontrol log koloni setiap hari.
4. Panen dan Pascapanen
Panen dapat dilakukan setiap 3 bulan atau 4 bulan sekali dengan menggunakan
alat suntik atau alat penyedot madu. Selain itu, pada saat panen diwajibkan
menggunakan sarung tangan sehingga produk yang dipanen dapat menjaga
sterilisasi dan kebersihan.
Pascapanen dapat dilakukan setelah hasil produksi madu, propolis dan bee
pollen sudah di panen. Produk madu, propolis dan bee pollen dikemas dengan
menggunakan botol yang berukuran 250 mL pada produk madu, 100 gram pada
50
produk propolis dan 100 gram pada produk bee pollen. Produk madu, propolis dan
bee pollen dikemas guna untuk meningkatnya kualitas produk, menambah daya
tahan lama untuk mengkonsumsi dan menghindari dari serangga semut dan
lainnya.
51
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan hasil dan analisis pengujian terhadap penelitian
yang telah dilakukan. Penjelasan secara deskripsi tentang hasil penelitian ini
menekankan pada hasil analisis data yang telah diolah oleh program SPSS 23.0
untuk dikaji secara teori maupun berdasarkan fenomena yang ada di lapangan,
sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh dari sub variabel bebas
terhadap variabel terikat. Alat analisis regresi berganda dengan dugaan empat
faktor digunakan untuk mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi produksi
propolis di Rumah Kompos UIN Jakarta. Besarnya Pengaruh yang di timbulkan
oleh faktor jenis pohon, ukuran log, suhu dan hama diduga mempengaruhi
produksi propolis Lebah Heterotrigona Itama di Rumah Kompos UIN Jakarta.
5.1 Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus di penuhi pada
analisis regresi linier berganda. Didalamnya ada uji normalitas, heterokedastisitas,
dan multikolinearitas. Penelitian ini sudah memenuhi syarat uji asumsi klasik.
Dari hasil menunjukan bahwa residual terdistribusi secara normal, tidak terdapat
masalah heterokedastisitas, dan tidak terdapat masalah multikolinearitas.
Selanjutnya akan dijelaskan satu persatu.
5.1.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi yang
digunakan, variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi data
yang normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang
52
memiliki persebaran atau distribusi data yang normal. Cara yang termudah untuk
melihat normalitas residual adalah dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi komulatif dari distribusi normal. Hasil uji normalitas
terlihat dalam grafik normal P-Plot of Regression Standarized Residual dapat
dilihat pada gambar 7.
Gambar 7 : Normal P-Plot of Regression
Sumber : Data primer (diolah)
Gambar 7 menunjukan bahwa pada grafik Normal P-Plot of Regression
Standarized Reidual, titik - titiknya menyebar pada sumbu diagonal. Sehingga
dapat dikatakan data terdistribusi secara normal sehingga dapat memenuhi asumsi
normalitas. Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan
melihat Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi komulatif dari
53
distribusi normal. Ghozali (2011) mengemukakan jika data menyebar di sekitar
garis diagonal menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
5.1.2 Uji Heterokedastisitas.
Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Cara termudah untuk melakukan uji heterokedastisitas adalah dengan melihat
grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan
nilai residualnya SRESID. Hasil uji heterokedastisitas dalam penelitian ini
disajikan pada gambar 8.
Gambar 8 : Scatterplot
Sumber : Data primer (diolah)
Gambar 8 menunjukan pada diagram scatterplot terlihat bahwa titik - titik
menyebar secara acak, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada
54
sumbu Y sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas
pada model regresi yang digunakan sehingga model regresi layak untuk dipakai.
Analisis dengan grafik p;ots memiliki kekurangan yang cukup signifikan karena
jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin rendah jumlah
pengamtan maka semakin sulit menginterpretasikan hasil grafik plot. (Ghozali,
2007) mengemukakan bahwa uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui
apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian residual dari
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, hal tersebut homokedastisitas,
namun jika varian berbeda, disebut heterokedastisitas.
5.1.3 Uji Multikolinearitas.
Menurut Ghozali (2005) menjelaskan bahwa uji multikolinearitas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat
nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum
dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas yaitu nilai tolerance > 0,10
atau sama dengan nilai VIF < 10. Hasil uji multikolinearitas penelitian ini
disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Independen Collinierity Statistics
Tolerance
VIF
Jenis Pohon
Ukuran Log
Suhu
Hama
0,782
0,828
0,925
0,904
1,279
1,207
1,081
1,106
Sumber : Data primer (diolah)
55
Tabel 4 menunjukan bahwa nilai VIF untuk variabel jenis pohon, ukuran log
suhu dan hama dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat
masalah multikolinearitas. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi ditemukan adanya gejala korelasi antar variabel independen.
Ghozali (2011) mengemukakan model regresi yang baik adalah dengan melihat
nilai Tollerance dan Variation Inflation Faktor (VIF) dengan nilai cut-off yang
digunakan untuk menentukan adanya multikolinearitas adalah nilai Tollerance >
0,10 dan VIF < 10.
5.2 Analisis Regresi
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan alat bantu SPSS 23, hasil yang
diperoleh untuk perhitungan regresi linier berganda dari faktor - faktor yang
mempengaruhi produksi propolis di rumah kompos UIN Jakarta disajikan pada
tabel berikut.
Tabel 5. Hasil Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Propolis
di Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
No Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
Propolis di Rumah Kompos
Koefisien
Regresi
1
2
3
4
5
Konstanta
Jenis pohon
Ukuran log
Suhu
Hama
146,406
0,041
0,021
0,254
0,060
Sumber : Data Primer (olahan)
Berdasarkan Tabel 29 diperoleh model regresi pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Y = 146,406 + 0,041 X1 + 0,021 X2 + 0,254 X3 - 0,060 X4
56
Keterangan :
Y = Produksi Propolis (gr) X3 = Suhu (oC)
X1 = Jenis pohon (batang) X4 = Hama (ekor)
X2 = Ukuran log (cm)
Berdasarkan hasil persamaan regresi yang diperoleh, maka model regresi
tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta (a) sebesar 146,406. Nilai ini memiliki arti bahwa apabila
seluruh variabel bebas (jenis taneman, ukuran log, suhu dan hama) bernilai
nol, maka besarnya variabel terikat (produksi propolis) mempunyai nilai
sebesar 146,406 gr.
2. Koefisien jenis pohon (X1) bernilai positif sebesar 0,041. Artinya apabila jenis
pohon mengalami kenaikan sebesar 1 batang, maka akan meningkatkan
produksi propolis lebah Heterotrigona Itama Rumah Kompos UIN Jakarta
sebesar 0,041 gr.
3. Koefisien ukuran log (X2) bernilai positif sebesar 0,021. Artinya apabila
ukuran log mengalami kenaikan sebesar 1 m, maka akan meningkatkan
produksi propolis lebah Heterotrigona Itama Rumah Kompos UIN Jakarta
sebesar 0,021 gr.
4. Koefisien suhu (X3) bernilai positif sebesar 0,254. Artinya apabila suhu
mengalami kenaikan sebesar 1oC, maka akan meningkatkan produksi propolis
lebah Heterotrigona Itama Rumah Kompos UIN Jakarta sebesar 0,254 gr.
57
5. Koefisien hama (X4) bernilai negatif sebesar -0,060. Artinya apabila hama
mengalami kenaikan sebesar 1 ekor, maka akan mengurangi produksi propolis
lebah Heterotrigona Itama Rumah Kompos UIN Jakarta sebesar 0,060 gr.
5.2.1 Koefisien Determinasi (R2).
Koefisen determinasi (R2) digunakan untuk melihat sejauh mana variabel -
variabel independen jenis taneman, ukuran log, suhu dan hama dapat
mempengaruhi variabel dependen produksi propolis. Hasil koefisien determinasi
(R2) disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Uji Determinasi (R2)
Model R R Square (R2) Adjusted R Square (R
2)
1 ,550 ,302 ,215
Sumber : Data Primer (olahan)
Berdasarkan pada tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai dari koefesien
determinasi R2 adalah sebesar 0,302. Hal ini menunjukan bahwa 30,2% variabel
independen yaitu jenis pohon, ukuran log, suhu dan hama dapat menjelaskan
variabel dependennya yaitu produksi propolis di Rumah Kompos UIN Jakarta.
Sedangkan sisanya sebesar 69,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukan dalam model. Nilai 0,215 menunjukan tingkat hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen berada pada tingkatan rendah.
5.2.2 Hasil Uji Hipotesis.
A. Uji F.
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen (jenis
pohon, ukuran log, suhu dan hama) secara bersama - sama berpengaruh pada
variabel dependen (produksi propolis). Pengujian ini dilakukan dengan
58
membandingkan Fhitung yang didapatkan dari hasil olahan SPSS 23 dengan Ftabel.
Berikut ini adalah tabel 7 yang menunjukan hasil dari olahan SPSS 23.
Tabel 7. Hasil Uji F Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Produksi Propolis
di Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Model Sum of
Square
Df Mean
Square
Fhitung Sig Ftabel
1
Regression
Rsidual
Total
1645,899
3799,074
5444,973
4
32
36
411,475
118,721
2,209 ,018 3,47
Sumber : Data Primer (olahan)
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 2,209
sedangkan nilai Ftabel sebesar 2,10 dengan signifikansi sebesar 0,018. Besar nilai
Fhitung lebih besar dibandingkan dengan Ftabel yaitu 2,209 > 3,47 dan nilai
signifikansi lebih kecil dari α (0,1) yaitu 0,018 < 0,1. Sehingga dapat diketahui
bahwa variabel independen secara bersama - sama berpengaruh nyata terhadap
variabel dependen atau bisa dikatakan bahwa variabel jenis pohon, ukuran log,
suhu dan hama secara bersamaan berpengaruh terhadap produksi propolis.
B. Uji T.
Uji T atau pengujian secara tunggal digunakan untuk melihat apakah masing -
masing variabel independen (X) memiliki pengaruh terhadap variabel dependen
(Y). dalam penelitian ini akan dilihat apakah variabel jenis pohon, ukuran log,
suhu dan hama memiliki pengaruh atau tidak terhadap variabel produksi propolis.
Berikut ini adalah tabel 8 yang memperlihatkan data tentang hasil uji t pada
penelitian ini.
59
Tabel 8. Hasil uji T
Faktor Thitung Sig
Jenis pohon
Ukuran log
Suhu
Hama
1,501
1,322
1,218
1,835
0,143
0,195
0,232
0,076
Sumber : Data Primer (diolah)
Keterangan : Ttabel 36/0,1= 1,30
Dari Tabel 8 dapat dilihat hasil Thitung dari masing - masing variabel
independen (X) dan berikut ini akan dijelaskan dari masing - masing variabel
tersebut jenis pohon (X1), ukuran log (X2), suhu (X3) dan Hama (X4).
Berdasarkan hasil pencarian Ttabel sebesar 1,30. Faktor pertama yang diduga
memiliki pengaruh terhadap jumlah produksi propolis. Berdasarkan tabel 8
menunjukan bahwa variabel jenis pohon memiliki nilai Ttabel sebesar 1,30 dan
Thitung 1,501 sehingga dapat dilihat bahwa nilai Thitung > Ttabel yaitu 1,501 > 1,30.
Maka variabel jenis pohon berpengaruh nyata dan signifikan terhadap produksi
propolis di rumah kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Faktor ke dua yang diduga memiliki pengaruh terhadap jumlah produksi
propolis adalah ukuran log. Berdasarkan tabel 8 menunjukan bahwa variabel
ukuran log memiliki nilai Ttabel sebesar 1,30 dan Thitung 1,322 sehingga dapat
dilihat bahwa nilai Thitung > Ttabel yaitu 1,322 > 1,30. Maka variabel ukuran log
berpengaruh nyata dan signifikan terhadap produksi propolis di rumah kompos
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Faktor ke tiga yang diduga memiliki pengaruh terhadap jumlah produksi
propolis adalah suhu. Berdasarkan tabel 8 menunjukan bahwa variabel suhu
memiliki nilai Ttabel sebesar 1,30 dan Thitung 1,218 sehingga dapat dilihat bahwa
60
nilai Thitung < Ttabel yaitu 1,010 < 1,218. Maka variabel suhu tidak pengaruh nyata
dan signifikan terhadap produksi propolis di rumah kompos UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Faktor ke empat yang diduga memiliki pengaruh terhadap jumlah produksi
propolis adalah hama. Berdasarkan tabel 8 menunjukan bahwa variabel hama
memiliki nilai Ttabel sebesar 1,30 dan Thitung 1,835 sehingga dapat dilihat bahwa
nilai Thitung > Ttabel yaitu 1,835 > 1,30. Maka variabel hama berpengaruh nyata dan
signifikan terhadap produksi propolis di rumah kompos UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
61
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor - faktor
yang mempengaruhi produksi propolis di Rumah Kompos UIN Jakarta dapat
ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil Uji T didapatkan bahwa variable jenis pohon, ukuran log, hama
berpengaruh nyata terhadap produksi propolis. Sedangkan variable suhu
berpengaruh tidak nyata, hal itu disebabkan karena perubahan suhu tidak
ekstrim pada Rumah Kompos UIN Jakarta. Sehingga rata - rata suhu sama
sepanjang tahun.
2. Hasil penelitian menyatakan bahwa variable jenis pohon berpengaruh
nyata sebesar 25,5%, ukuran log 22,4%, hama 31,2%. Sedangkan suhu
sebesar 20,7% berpengaruh tidak nyata terhadap produksi propolis lebah
Heterotrigona itama Rumah Kompos UIN Jakarta.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Peningkatan produksi propolis bisa dilakukan dengan cara dengan cara
meperbanyak pakan untuk lebah pada sekitar lingkungan, serta membutuhkan
perawatan yang secara rutin agar terjaga dari serangan hama yang dapat
merusak produksi propolis.
62
2. Mempertahankan ukuran log dan penanganan pemberantasan hama dalam
produksi propolis lebah Heterotrigona itama disamping inovasi kegiatan
produksi propolis lebah Heterotrigona itama.
3. Menjaga suhu maksimal stup agar dalam kegiatan produksi propolis berjalan
dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik.
63
DAFTAR PUSTAKA
Akratanakul, P. 1986. Beekeping in Asia. FAO Agricultural Service Bulletin,
Roma.
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
Borrelli, F., Maffia, P., Pinto, L., Ianaro, A., Russo, A., Capasso, F., et al, 2002,
Phytochemical compounds involved in the anti-inflammatory effect of
propolis extract, Fitoerapia, 73: 53-63.
Chen, Y., 1993, Apiculture in China, 1st ed., Agricultural Publishing House. 96-7.
Departemen Kehutanan. 1985. Statistik Kehutanan Indonesia. Biro Perencanaan
Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan. Jakarta.
Epp, D.J. and J.W. Malone, Jr. 1981. Introduction to Agricultural Economics. Mac
Millan Publishing Co, Inc. New York.
Ferguson, C.E, dan Gould, I.P, (1975), Microeconomic Theory and Appli cation,
Prentice Hall International, Inc, London.
Free, J.B. 1982. Bees and Mankind. George Allen & Unkwin, London.
Ghisalberti, E.L., 1979, Propolis. A review, Bee world, 60: 59-84.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Ghozali, Imam. 2007. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan
Empat. Semarang: Badan Penerbit Universitas diponegoro.
Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gilette, W., 1996, Letter to the editor, J. Periodontol., 67: 726.
Hadi, Soesilo. 2001. Metologi Riset II. Yogyakarta: Penerbit Andi Offsct.
Hasanudin, Situmorang. 2014. Morfologi dan Anatomi Lebah. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Heady, E.O, dan Dillon, J.L. 1990. Agricultural Production Function. Fifth
Printing. The Iowa State University Press. USA.
Hill, R., 1981, Propolis: the natural antbiotic, 6th ed., Thorsons Publishers Ltd,
Wellingborough, 7-8.
Iannuzzi J. 1983. Propolis: The most mysterious hive element - part 1. American
Bee Journal (AS), 1983, August, pp. 573.
Kaal, J., 1991, Natural medicine from honey bees (apitherapy), Kaal’s Printing
House, Amsterdam, 9-12.
64
Kaihena M. 2013. Propolis Sebagai Imunostimultor Terhadap Infeksi
Micobacterium tubercolusosis. Prosiding FMIPA Universitas Pattimura.
Kasno. 2001. Pakan Lebah. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Krell. R., 1996. Value added products from beekeeping. Agri Serv Bull 124, Food
and Agricultural Organization of the U.N, 409.
Krell, R., 1996, Value-added products from beekeeping, FAO Agricultural Services
Bulletin No.124 Chapter 5.http://www.fao.org/docrep/w0076e/w0076e14.htm.
Diakses tanggal 5 Oktober 2017.
Kun, Y.P., Ikegaki, M., 1998, Preparation of water and ethanolic extracts of
propolis and evaluation of the preparations, Biosci. Biotechnol. Biochem,
62(11): 2230- 32. Lofty, 2006
Lamerkabel, J.S.A, 2007. LaporanPerkembangan Lebah Madu Di Provinsi Maluku
(Laporan Tahunan Asosiasi Perlebahan Indonesia). Ambon
Mahani, A.R. Karim dan N. Nurjanah. 2011. Keajaiban Propolis Trigona. Pustaka
Bunda, Jakarta.
Marhiyanto, B. 1999. Peluang Bisnis Beternak Lebah Madu. Gita Media Press,
Surabaya.
Martinez-Silveria, G., Gou-Godoy, A., Ona-Torriente, R., Palmer-Ortiz, M.C.,
Falcon-Cuellar, M.A., 1988, Preliminary study of the effect of propolis in the
treatment of chronic gingivitis and oral ulceration, Rev Cubana Estomatol,
25(3): 36-44.
Meyer, L.H. 1966. Food Chemistry, 4th
ed. Reinhold Publishing Corp. New York.
Park, Y.K., Koo, M.H., Abreu, J.A.S., Ikegaki, M., Cury, J.A., Rosalen, P.L., 1998,
Antimicrobial activity of propolis on oral microorganisms, Current Microbiol,
36: 24-8.
Pavord AV. 1970. Bees and Beekeeping. London (GB): Cassel Ltd.
Perusahaan Umum Perusahaan Kehutanan Negara Unit Jawa Timur, 1986
Pcelovodstvo Magazine. 2012. Propolis Production In The Apiary. Oliver
Mihajlovic, Penerjemah. Russia ( RU ): Riboe.
Sedgley M. 1991. Insect Visitors to Flowering Branches of A. Mangium & A.
Arriculi formis. ACIAR workshop.
Sarwono, B. 2001. Lebah. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sihombing, D. T. H. 2005. Ilmu Ternak Lebah Madu. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Singh, S. 1962. Bee Keeping in India. Indian Council Agricultural Research, New
Delhi.
65
Siregar, H. C. H., A. M. Fuah, and Y. Octaviany. 2011. Propolis Madu Multi kasiat.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Winarno, Wing Wahyu. (2009). Analisis ekonometrika dan statistika dengan
eviews. Edisi kedua. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
66
Lampiran 1. Data Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Propolis
Lebah Heterotrigona Itama di Rumah Kompos UIN Jakarta
No LOG Produksi Propolis Jumlah Pohon Ukuran LOG Suhu Hama
1 233 48 172 29 20
2 237 43 226 27 16
3 241 45 226 28 18
4 256 41 133 27 22
5 217 20 266 29 19
6 264 33 234 28 23
7 236 42 240 27 25
8 241 54 626 28 18
9 252 76 864 29 21
10 236 56 601 29 11
11 235 55 226 28 15
12 244 55 408 30 12
13 253 42 850 26 23
14 238 39 154 28 18
15 246 54 314 29 21
16 237 30 103 28 16
17 240 24 290 28 18
18 243 38 392 29 23
19 234 40 449 28 15
20 261 41 816 29 11
21 257 62 346 29 21
22 219 39 128 28 14
23 248 54 653 28 24
67
24 236 24 488 30 17
25 245 32 278 28 12
26 246 46 434 25 23
27 233 44 555 28 14
28 214 25 305 28 13
29 249 53 408 29 23
30 237 34 344 29 20
31 216 51 235 27 18
32 243 25 185 30 11
33 231 25 177 29 15
34 245 59 462 27 19
35 264 49 312 30 24
36 236 61 427 28 18
37 253 65 488 28 15
68
Lampiran 2. Hasil Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Propolis Lebah Heterotrigona Itama di Rumah Kompos
UIN Jakarta
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Produksi Propolis 5.4834 .05153 37
Jumlah Pohon 3.7332 .32548 37
Ukuran LOG 5.7836 .54245 37
Suhu 3.3362 .03879 37
Hama 2.8626 .24367 37
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1645.899 4 411.475 3.466 .018b
Residual 3799.074 32 118.721
Total 5444.973 36
a. Dependent Variable: Produksi Propolis
b. Predictors: (Constant), Jumlah Pohon, Ukuran Log, Suhu, Hama
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 146.406 .736 5.689 .000
X1 .041 .027 .256 1.501 .143 .782 1.279
X2 .021 .016 .219 1.322 .195 .828 1.207
X3 .254 .208 .191 1.218 .232 .925 1.081
X4 .062 .034 .291 1.835 .076 .904 1.106
a. Dependent Variable: Produksi Propolis (gr)
69
Lampiran 3. Foto Produksi Propolis Lebah Heterotrigona Itama di Rumah
Kompos UIN Jakarta.