faktor - faktor yang mempengaruhi produksi propolis …

84
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS LEBAH HETEROTRIGONA ITAMA DI RUMAH KOMPOS UIN JAKARTA Skripsi Haris Maulana 1112092000060 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1439 H

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

PROPOLIS LEBAH HETEROTRIGONA ITAMA

DI RUMAH KOMPOS UIN JAKARTA

Skripsi

Haris Maulana

1112092000060

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1439 H

Page 2: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

PROPOLIS LEBAH HETEROTRIGONA ITAMA

DI RUMAH KOMPOS UIN JAKARTA

Oleh :

HARIS MAULANA

1112092000060

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian (SP)

Pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1439 H

Page 3: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …
Page 4: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR HASIL

KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU

LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 08 Februari 2018

HARIS MAULANA

1112092000060

Page 5: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Haris Maulana

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 5 November 1995

Alamat : Permata Mansion Cluster JADE (JD2 No.9),

Kel. Serua, Kec. Bojongsari, Depok

Agama : Islam

Contact Person : 089670745084

E-Mail : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

2000 s/d 2006 : SD Arraisiyah Reni Jaya, Pamulang

2006 s/d 2009 : MTsN 1 Tangerang Selatan

2009 s/d 2012 : MAN 1 Kota Tangerang Selatan

2012 s/d 2018

:

S-1 Agribisnis, Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta

ORGANISASI

2009 s/d 2011 : Anggota ROHIS dan Paskibraka MAN 1 Kota

Tangerang Selatan

2014 s/d 2015 : Ketua Departemen Keorganisasian

Mahasiswa Jurusan Agribisnis

Page 6: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

RINGKASAN

HARIS MAULANA, Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Propolis

Lebah Heterotrigona Itama Di Rumah Kompos UIN Jakarta (Di bawah bimbingan

Elpawati dan Achmad Tjachja Nugraha)

Lebah Heterotrigona itama, merupakan serangga yang hidup berkelompok

dan membentuk koloni. Lebah jenis Heterotrigona termasuk golongan stingless

bee yaitu golongan lebah yang menggigit namun tidak memiliki sengat, biasanya

membuat sarang di dalam lubang pohon, celah dinding atau lubang bambu di

dalam rumah. Propolis merupakan produk yang dihasilkan oleh serangga (lebah

madu). Lebah menghasilkan beberapa produk seperti madu, royal jeli, polen dan

propolis. Propolis merupakan bahan resin yang melekat pada bunga, pucuk dan

kulit kayu. Sifatnya pekat, bergetah, berwarna cokelat kehitaman mempunyai bau

yang khas, dan rasa pahit.

Lebah menggunakan bahan propolis untuk pertahanan sarang, mengkilatkan

bagian dalam sarang dan menjaga suhu lingkungan. Produksi propolis dipengaruhi

banyak faktor seperti jenis lebah, kondisi iklim dan geografis, jenis stup,

ketersediaan sumber propolis di alam dan kekuatan koloni lebah. Temperatur juga

menjadi salah satu faktor yang memengaruhi produksi propolis. Salah satunya

tempat sebagai objek atau riset budidaya ternak Lebah Heterorigona Itama di

Rumah Kompos Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang beralamat

di jalan jalan Ibnu Taima Komplek Dosen UIN Jakarta, Kelurahan Pisangan,

Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, 15419

(Samping Laboratorium Madrasah Pembangunan UIN Jakarta).

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

faktor - faktor produksi propolis lebah Heteroheterotrigona Itama di Rumah

Kompos UIN Jakarta. 2) Untuk mengetahui seberapa besar faktor - faktor yang

mempengaruhi produksi propolis lebah Heteroheterotrigona Itama di Rumah

Kompos UIN Jakarta. Data ini diperoleh melalui data sensus (sampel penelitian

yang sebagian dari populasi jumlah total produksi propolis berjumlah 37 LOG dan

dapat mewakili seluruh populasi). Metode yang digunakan dalam mengolah dan

menganalisis data produksi propolis Lebah Heterotrigona Itama yaitu analisis

kuantitatif melalui model persamaan regresi liniear berganda, dengan alat bantu

yang digunakan adalah Statistical Product for Service Solution (SPSS) versi 23.0.

Faktor - faktor yang mempengaruhi produksi propolis Lebah Heterotrigona

Itama di Rumah Kompos UIN Jakarta adalah sebagai berikut: variabel jenis

pohon, ukuran log, suhu dan hama secara bersama-sama mempengaruhi produksi

propolis di Rumah Kompos UIN Jakarta secara signifikan. Variabel jenis pohon,

ukuran log dan hama memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap produksi

propolis di Rumah Kompos UIN Jakarta dengan tingkat kepercayaan 90%.

Kata Kunci : Lebah Heterotrigona Itama, Propolis, Produksi, Rumah Kompos

UIN Jakarta.

Page 7: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

vii

KATA PENGANTAR

,

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat,

rahmat dan karunia-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor - Faktor yang Mempengaruhi

Produksi Propolis Lebah Heterotrigona Itama di Rumah Kompos UIN Jakarta”

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, para

sahabat dan keluarga beliau serta semua kaum muslim semoga kita selalu

mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat serta diberikan syafa’at oleh beliau.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bimbingan

dan bantuan baik dari segi moral maupun material dari berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi yang

telah bersedia memberikan waktunya.

2. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS selaku Ketua Prodi Agribisnis yang telah

bersedia memberikan waktunya dan mengarahkan penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku Sekretaris Prodi Agribisnis yang

telah bersedia memberikan waktunya dan arahan untuk penulis.

4. Ibu Dr. Ir. Elpawati,MP dan Bapak Dr. Achmad Tjachja Nugraha, SP, MP

selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang tiada henti selalu

memberikan banyak pengarahan dan bimbingannya disela-sela kesibukannya.

Page 8: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

viii

5. Bapak/Ibu dosen Prodi Agribisnis yang telah membagi ilmunya dan

memberikan pengarahan.

6. Ayah saya Dadan Setiawan dan juga ibu saya Erni, terima kasih yang tak

terhingga atas doa, semangat, kasih sayang, pengorbanan dan ketulusan dalam

mendampangi saya. Semoga Alah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan

ridho-Nya. Serta kepada Adik saya Zauzah Muthiah. Semoga Allah S.W.T

memberikan balasan yang terbaik atas semua jasa-jasa yang telah diberikan

kepada penulis.

7. Rumah Kompos UIN Syarief Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

Izin serta menyediakan tempat penelitian bagi saya untuk menyelesaikan

skripsi saya

8. Teman-teman agribisnis angkatan 2012 yang tidak bisa penulis tuliskan satu

persatu. Semoga tali silaturahmi kita tetap terjaga.

9. Teman-teman kosan Pondok Anasti yaitu sahabat saya : Achmardiat, Alif,

Aziz, Miftah, Ridho. Terimakasih atas semangat yang telah diberikan

sehingga dapat membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman Penelitian Rumah Kompos yaitu sahabat saya : Ardian, Arijal,

Duding, Feby, Kamila, Syifa, Wahyu dan para senior Agribisnis angkatan

2011 : Fajar Eko, Fatih adha, M. Amin, Rinal ferdian, Ferry, Dede asep.

Terimakasih atas semangat yang telah diberikan sehingga dapat membantu

penulis menyelesaikan skripsi ini.

11. Pihak - pihak lain yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Page 9: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

ix

Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk memperkaya

pengetahuan pembaca umumnya terutama bagi penulis. Akhir kata tiada gading

yang tak retak. Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak apabila selama pengerjaan skripsi ini, penulis melakukan hal-hal yang tidak

berkenan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 12 Januari 2018

Haris Maulana

Page 10: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

x

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 5

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 8

2.1 Lebah Heterotrigona Itama .................................................... 8

2.1.1 Sistematika Lebah Heterotrigona Itama ........................ 10

2.1.2 Ciri-ciri Morfologi ........................................................ 12

2.1.3 Koloni dan Pembagian Tugas ....................................... 13

2.1.4 Stup dan Sarang Lebah.................................................. 17

2.1.5 Lokasi Perlebahan ......................................................... 20

2.1.6 Sumber Pakan Lebah Heterotrigona Itama ................... 21

2.1.7 Produk Propolis Lebah Heterotrigona Itama................. 22

2.2 Teknik Budidaya Lebah Heterotrigona Itama ........................ 23

2.2.1 Pembuatan Stup ............................................................. 23

2.2.2 Pemindahan Koloni ....................................................... 23

2.2.3 Pemeliharaan ................................................................. 24

2.2.4 Pemanenan .................................................................... 24

2.3 Definisi Propolis .................................................................... 25

2.3.1 Kandungan Propolis ...................................................... 26

2.3.2 Manfaat Propolis ........................................................... 26

Page 11: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

xi

2.4 Teori Produksi ........................................................................ 28

2.5 Faktor-Faktor Produksi Budidaya Lebah Heterotrigona

Itama ....................................................................................... 28

2.6 Penelitian Terdahulu .............................................................. 31

2.7 Kerangka Pemikiran ............................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 36

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 36

3.2 Sumber dan Jenis Data ........................................................... 36

3.3 Metode Penentuan Sampel ..................................................... 36

3.4 Analisis Data .......................................................................... 37

3.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda ................................. 37

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN...................................... 42

4.1 Sejarah Rumah Kompos UIN Jakarta .................................... 42

4.2 Letak Geografis dan Luas Area Lahan Rumah Kompos

UIN Jakarta ............................................................................ 43

4.3 Topografi Rumah Kompos UIN Jakarta ................................ 44

4.4 Keadaan Iklim dan Curah Hujan Rumah Kompos

UIN Jakarta ............................................................................ 44

4.5 Struktur Organisasi Rumah Kompos UIN Jakarta ................. 44

4.6 Peralatan dan Perlengkapan Rumah Kompos UIN Jakarta .... 46

4.7 Proses Aktivitas Budidaya Lebah Heterotrigona Itama di

Rumah Kompos UIN Jakarta ................................................. 47

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 51

5.1 Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................ 51

5.1.1 Uji Normalitas ............................................................... 51

5.1.2 Uji Heterokedastisitas ................................................... 53

5.1.3 Uji Multikolinearitas ..................................................... 54

Page 12: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

xii

5.2 Analisis Regresi ..................................................................... 55

5.2.1 Koefisien Determinasi (R2) ........................................... 57

5.2.2 Hasil Uji Hipotesis ........................................................ 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 61

6.1 Kesimpulan ............................................................................ 61

6.2 Saran ....................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 63

LAMPIRAN ............................................................................................... 66

Page 13: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

xiii

DAFTAR TABEL

1. Fase Stadium Lebah Heterotrigona Itama ......................................................... 16

2. Taneman Sumber Resin .................................................................................... 21

3. Peralatan dan Perlengkapan Rumah Kompos UIN Jakarta ............................... 46

4. Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................................ 54

5. Hasil Regresi Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Produksi Propolis di Rumah

Kompos UIN Jakarta ........................................................................................ 55

6. Hasil Uji Determinasi (R2) ................................................................................ 57

7. Hasil Uji F Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Produksi Propolis di Rumah

Kompos UIN Jakarta ........................................................................................ 58

8. Hasil Uji T ......................................................................................................... 59

Page 14: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

xiv

DAFTAR GAMBAR

1. Strata Lebah Heterotrigona Itama ..................................................................... 15

2. Proses Perkembangan Lebah dari Telur Hingga Menjadi Lebah Dewasa ........ 17

3. Alur Kerangka Pemikiran ................................................................................. 35

4. Struktur Organisasi Rumah Kompos UIN Jakarta ............................................ 45

5. Proses Aktivitas Budidaya Lebah Heterotrigona di Rumah Kompos UIN

Jakarta ............................................................................................................... 47

6. Areal Rumah Kompos UIN Jakarta .................................................................. 49

7. Normal P-Plot of Regression ............................................................................ 52

8. Scatterplot ......................................................................................................... 53

Page 15: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Propolis

Lebah Heterotrigona Itama di Rumah Kompos UIN Jakarta ..................... 66

2. Hasil Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Produksi Propolis Lebah Heterotrigona Itama di Rumah Kompos

UIN Jakarta ................................................................................................ 68

3. Foto Produksi Propolis Lebah Heterotrigona Itama di Rumah Kompos

UIN Jakarta ................................................................................................ 69

Page 16: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hasil hutan bersifat multi komoditas yang berupa barang, yaitu: hasil hutan

kayu dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) serta jasa lingkungan. HHBK telah

dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan. Selain karena HHBK mudah

diperoleh dan tidak membutuhkan teknologi yang rumit untuk mendapatkannya

juga karena HHBK dapat diperoleh gratis dan mempunyai nilai ekonomi yang

tinggi. Hal tersebut menjelaskan bahwa keberadaan HHBK diyakini paling

bersinggungan dengan kepentingan masyarakat terutama masyarakat sekitar hutan

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu produk hasil hutan bukan kayu

diantaranya adalah lebah madu. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007

tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta

Pemanfaatan Hutan bahwa, Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan

untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan

tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya (Pasal 1 angka

8). IUPHHK atau IUPHHBK dalam hutan tanaman adalah izin usaha yang

diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu atau bukan kayu dalam

tanaman pada hutan produksi melalui kegiatan penyiapan lahan, pembibitan,

penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran (Pasal 1 angka 15). Izin

pemungutan hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disingkat IPHHBK adalah

izin untuk mengambil hasil hutan berupa bukan kayu pada hutan lindung dan

Page 17: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

2

hutan produksi berupa rotan, madu, buah - buahan, getah - getahan, tanaman obat

- obatan, untuk jangka waktu dan volume tertentu (Pasal 1 angka 17).

Perlebahan di Indonesia baik budidaya maupun yang non budidaya

mempunyai peluang yang sangat besar untuk dapat dikembangkan menjadi

industri perlebahan. Faktor - faktor yang mendukung untuk itu tersedia luas antara

lain : kekayaan kita akan jenis lebah (Hadisoesilo, 2001) dan tanaman pakan lebah

serta potensi pasar yang belum mampu dipenuhi oleh produk lebah dalam negeri.

Salah satu ketertinggalan petani peternak lebah di Indonesia dibanding petani

peternak lebah yang lebih maju dari negara - negara lain seperti Cina, Australia,

jepang dan beberapa Negara di Eropa dan Amerika adalah dalam hal diversifikasi

produk. Sampai saat ini produk yang dihasilkan petani lebah di Indonesia

sebagian besar masih terpaku pada madu, padahal dari lebah madu sebetulnya

dapat dihasilkan berbagai macam produk seperti beepollen, royal jelly, lilin lebah

maupun propolis yang nilainya dapat melebihi nilai jual madu.

Lebah jenis Heterotrigona sudah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Di Jawa lebah jenis tersebut dikenal dengan sebutan lanceng, didaerah sunda biasa

disebut teuwel, di Riau dan Sumatera Barat biasa disebut galo - galo atau lebah

lilin. Kelebihan lebah Heterotrigona adalah tidak mempunyai sengat (Stinglees

bee). Konpensasi tidak adanya sengat pada lebah Heterotrigona sehingga koloni

tersebut memproduksi propolis lebih banyak sebagai mekanisme pertahanan diri

yang berfungsi mensterilkan sarang dari organisme pengganggu seperti bakteri,

cendawan dan virus. Ukuran tubuhnya amat mungil sehingga mampu mengambil

nectar di bunga yang relative kecil. Dengan demikan lebah Heterotrigona

Page 18: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

3

mempunyai variasi makanan yang lebih banyak dibanding lebah jenis Apis

sehingga sangat memungkinkan diternak secara menetap tanpa harus digembala.

Kelebihan lain lebah Heterotrigona adalah mempunyai kualitas propolis cukup

tinggi dengan kadar flavonoid 4 %. Berikut Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an

surat An-Nahl Ayat 68 :

ا يعزشون (68) وأوحى ربك إلى النحل أن اتخذي مه الجبال بيوتا ومه الشجز ومم

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di

bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat yang dibikin manusia”. (Al-

Qur’an, 16: 68).

Surat Al-Qur’an An-Nahl ayat 68 beternak lebah sangat dianjurkan dan

bermanfaat bagi masyarakat. Beternak lebah merupakan suatu usaha yang

menguntungkan, karena madu yang dihasilkan mempunyai nilai gizi yang tinggi

selain madu yang merupakan hasil utama, juga ada hasil lain seperti Malam lebah,

Tepungsari (Pollen), Royal Jelly dan lain sebagainya. Budidaya lebah madu

merupakan suatu pilihan alternatif yang baik dalam pemanfaatan sumberdaya

alam yang ada seperti membangun usaha dengan teknologi terapan yang

sederhana yang bisa dilakukan oleh masyarakat, dapat dikembangkan menjadi

industri rumah tangga dengan memberikan penghasilan tambahan serta

memperluas lapangan kerja, dan dapat mencukupi kebutuhan negara atau

penghasil devisa negara.

Propolis merupakan produk yang dihasilkan oleh serangga (lebah madu).

Lebah menghasilkan beberapa produk seperti madu, royal jeli, polen dan propolis.

Propolis merupakan bahan resin yang melekat pada bunga, pucuk dan kulit kayu.

Page 19: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

4

Sifatnya pekat, bergetah, berwarna cokelat kehitaman mempunyai bau yang khas,

dan rasa pahit. Lebah menggunakan bahan propolis untuk pertahanan sarang,

mengkilatkan bagian dalam sarang dan menjaga suhu lingkungan. Bahan-bahan

yang terkandung dalam propolis sangat kompleks, dan lebih dari 200 komponen

telah teridentifikasi (Kaihena, 2013). Propolis bersifat desinfektan (antibakteri)

yang dapat membunuh serangga yang masuk ke sarang lebah, lebah juga

melindungi sarangnya dengan propolis dari virus atau bakteri. Hal ini yang

mendasari propolis digunakan sebagai antibiotik. Kelebihan propolis dibanding

antibiotik lainnya adalah efek sampingnya yang kecil dan tidak menimbulkan

resistensi (Lofty, 2006). Khusus untuk produk lebah madu yang berupa propolis

dan beepollen dalam kurun waktu 5 tahun belakangan, popularitasnya meningkat

pesat. Bukti ilmiah tentang khasiat kedua produk tersebut juga sudah mulai

diungkap oleh beberapa ilmuan. Propolis dan bee pollen diproduksi oleh hampir

semua jenis lebah madu. Namun demikian lebah dari genus Heterotrigona

mempunyai keunggulan dalam hal produksi propolis dibanding dari lebah madu

genus Apis.

Propolis Heterotrigona mengandung antioksidan sangat tinggi yaitu 9.674

atau 403 kali lebih banyak dibandingkan dengan jeruk. Sedangkan fenolnya

135,68 atau 320 kali lebih banyak dibandingkan apel merah. Kedua unsur tersebut

diatas berfungsi dapat menyembuhkan berbagai penyakit yang ada ditubuh

manusia. Propolis diproduksi oleh lebah pekerja sebagai lem yang akan digunakan

untuk menambal dan mensterilkan sarang. Bahan baku propolis adalah getah

(resin) dari berbagai jenis tumbuhan yang dikumpulkan oleh lebah untuk

Page 20: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

5

kemudian dicampur dengan air liurnya sehingga terjadi proses kimia dan bersifat

sebagai disinfektan. Propolis diproduksi oleh lebah pekerja sebagai lem yang akan

digunakan untuk menambal dan mensterilkan sarang. Bahan baku propolis adalah

getah (resin) dari berbagai jenis tumbuhan yang dikumpulkan oleh lebah untuk

kemudian dicampur dengan air liurnya sehingga terjadi proses kimia dan bersifat

sebagai disinfektan.

Produksi propolis dipengaruhi banyak faktor seperti jenis lebah, kondisi

iklim dan geografis, jenis stup, ketersediaan sumber propolis di alam dan kekuatan

koloni lebah. Temperatur juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi

produksi propolis. (Iannuzzi 1983) menyatakan bahwa propolis terdeposit pada

perangkap propolis lebih banyak ketika suhu dalam stup menjadi dingin. Rumah

Kompos UIN Jakarta merupakan tempat atau fasilitas UIN Jakarta untuk

memanfaatkan sampah menjadi pupuk kompos serta sebagai tempat objek atau

riset budidaya ternak Lebah Heterorigona Itama. Maka hal tersebut penulis

melakukan penelitian pada Rumah Kompos UIN Jakarta yang berjudul “FAKTOR

- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi produksi propolis lebah

Heteroheterotrigona Itama di Rumah Kompos UIN Jakarta?

2. Seberapa besar faktor - faktor yang mempengaruhi produksi propolis

lebah Heteroheterotrigona Itama di Rumah Kompos UIN Jakarta?

Page 21: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

6

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah ditetapkan,

adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi produksi

propolis lebah Heteroheterotrigona Itama di Rumah Kompos UIN

Jakarta.

2. Untuk mengetahui seberapa besar faktor - faktor yang mempengaruhi

produksi propolis lebah Heteroheterotrigona Itama di Rumah Kompos

UIN Jakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Pada penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat berkontribusi

pada pihak-pihak terkait, seperti :

1. Bagi akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui cara menganalisis faktor -

faktor yang mempengaruhi produksi. Memberikan kontribusi ilmiah

dalam aspek pengambilan keputusan yang berkaitan dengan produksi

sehingga dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman

dalam pengkajian penelitian ini.

2. Bagi Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Penelitian ini diharapkan menjadi informasi dan pertimbangan pihak

Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam mendapatkan

pengetahuan pada faktor - faktor yang mempengaruhi produksi propolis

yang diperoleh sehingga dapat digunakan sebagai tambahan masukan

Page 22: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

7

dalam pengambilan keputusan aktivitas produksi propolis budidaya

ternak lebah Heteroheterotrigona Itama.

3. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

kebijakan dan penerapan usaha lebah khususnya pada bidang usaha

lebah Heteroheterotrigona Itama. Memanfaatkan daerah pinggir Ibukota

DKI Jakarta sehingga dapat menambah devisa Negara dan mengurangi

impor produk lebah.

4. Bagi Pengusaha Lebah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan rujukkan

untuk melakukan pengembangan dan peningkatan usaha budidaya lebah.

5. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dalam penelitian dan menerapkan teori-teori

yang selama ini dipelajari oleh penulis selama jenjang perkuliahan serta

dapat diaplikasikan ke dunia kerja atau pada saat membangun usaha.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Peneliti melakukan aktivitas budidaya lebah madu Heterotrigona Itama Di

Rumah Kompos UIN Jakarta, untuk mengetahui dan memperoleh pengetahuan

tentang seberapa besar pengaruh faktor - faktor produksi propolis lebah

Heteroheterotrigona Itama di Rumah Kompos UIN Jakarta. Dimana penelitian ini

meliputi: jenis tanaman, ukuran log, suhu dan hama. Dengan demikian peneliti

dapat mengetahui seberapa besar pengaruh dan faktor - faktor apa saja yang

mempengaruhi propolis pada Rumah Kompos UIN Jakarta.

Page 23: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lebah Heterotrigona Itama

Lebah Heterotrigona itama, merupakan serangga yang hidup berkelompok

dan membentuk koloni. Lebah jenis Heterotrigona termasuk golongan stingless

bee yaitu golongan lebah yang menggigit namun tidak memiliki sengat. Lebah ini

mudah dijumpai di daerah tropis dan subtropis di Amerika Selatan, Afrika Selatan

dan Asia Tenggara. Heterotrigona itama., biasanya membuat sarang di dalam

lubang pohon, celah dinding atau lubang bambu di dalam rumah. Lebah ini tidak

suka hijrah karena ratunya sangat gemuk dan tidak pandai terbang, beberapa

koloni menempati bekas sarang semut atau rayap dan membangun sarangnya di

bebatuan di bawah tanah (Free, 1982). Jenis-jenis lebah heterotrigona itama

merupakan kelompok terpenting dalam penyerbukan dibandingkan serangga -

serangga lain (Free, 1982).

Lebah Heterotrigona itama merupakan lebah asli Asia yang tidak berbahaya

(Mahani et al,2011). Jenis lebah Heterotrigona itama di dunia tercatat sebanyak

150 jenis. Indonesia paling tidak mempunyai 37 spesies Heterotrigona itama yang

tersebar di berbagai pulau diantaranya di Pulau Jawa sekitar sembilan spesies.

Sumatera 18 spesies, Kalimantan 31 spesies, dan Sulawesi 2 spesies (Siregar et

al,2011). Menurut Departemen Kehutanan (1985), Heterotrigona itama banyak

ditemui di Daerah Jawa Barat dan Sulawesi Selatan karena memiliki dukungan

lingkungan (vegetasi sumber resin) yang cukup memadai. Menurut Mahani et al,

(2011), pada umumnya lebah memiliki daerah - daerah dengan suhu 26oC - 34

oC.

Page 24: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

9

Pada suhu dibawah 10oC, lebah tidak bisa terbang dan sebaliknya pada suhu lebih

tinggi lebah merasa tidak nyaman sehingga lebih agresif. Di dalam kehidupannya

lebah seperti organisme lain yang sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Faktor

- faktor lingkungan ini meliputi faktor biotik dan abiotik yang secara langsung

maupun tidak langsung yang mempengaruhi aktivitas hidup lebah, keadaan

makanan di alam dan perkembangan populasi lebah (Siregar et al, 2011). Menurut

Siregar et al, (2011), semakin banyak jenis tanaman semakin banyak populasi

lebah yang akan berkembang.

Lebah heterotrigona itama merupakan insekta sosial yang hidup dalam suatu

keluarga besar, yang disebut koloni lebah. Keunikan koloni lebah adalah

mempunyai sifat polimorfisme, yaitu anggotanya mempunyai keunikan anatomis,

fisiologis, dan biologis yang berbeda satu golongan dari golongan lain atau strata

yang lain (Sihombing, 2005). Di dalam satu koloni terdapat satu ratu (queen),

beberapa ratus lebah jantan (droves), beberapa ribu lebah pekerja (worker-bees).

Ratu lebah memiliki ukuran yang paling besar dua kali lebih besar dari lebah

lainya, tugas ratu adalah bertelur setiap harinya sekitar 2000 telur, dari telur yang

tertunas akan menghasilkan lebah ratu dan pekerja, tergantung komposisi

makanan dalam telur sedangkan yang tidak tertunas akan menghasilkan lebah

jantan. Selain sebagai mesin hidup penghasil telur, lebah ratu juga menghasilkan

senyawa kimia feromon yang mempunyai fungsi untuk pemersatu koloni yang

terorganisasi dan mencegah lebah pekerja bertelur (Sihombing, 2005).

Fungsi lebah jantan satu - satunya selama hidup adalah mengawini lebah

ratu. Mata dan sayapnya lebih besar dari kedua strata lainya, tidak memiliki

Page 25: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

10

keranjang polen dan tidak memiliki sengat, kadang - kadang keluar saat siang hari

dan tidak melakukan tugas apapun, untuk makanan sangat tergantung kepada

lebah pekerja (Sihombing, 2005). Lebah pekerja mempunyai tubuh yang paling

kecil dalam satu koloni lebah Heteroheterotrigona itama tetapi jumlahnya paling

banyak sekitar 96% dari seluruh lebah dalam koloni. Lebah pekerja merupakan

lebah betina yang steril, tapi kadang kali bisa bertelur tapi telur yang dihasilkan

akan menjadi lebah jantan. Faktor - faktor yang mempengaruhi pembagian tugas

yang harus dikerjakan oleh lebah pekerja yaitu keadaan anatomi dan fisiknya,

rangsangan lingkungan dan hal - hal lain koloni untuk menentukan tugas yang

dikerjakan sesuai umurnya (Akratanakul, 1986).

2.1.1. Sistematika Lebah Heterotrigona Itama

Lebah Heterotrigona itama merupakan serangga yang hidup berkelompok

dan membenuk koloni. Lebah jenis Heterotrigona termasuk golongan stingless

bee yaitu golongan lebah yang menggigit namun tidak memiliki sengat. Lebah ini

mudah dijumpai di daerah tropis dan subtropics di Amerika Selatan, Afrika

Selatan dan Asia Tenggara. Menurut Sihombing (2005) penggolongan zoologis

dari Heterotrigona adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Artrhropoda

Sub Phylum : Mandibulata

Kelas : Insecta (Hexapoda)

Ordo : Hymenoptera

Sub Ordo : Apocrita

Page 26: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

11

Famili : Apidae

Sub Famili : Meliponinae

Genus : Heterotrigona

Spesies : Heterotrigona itama

Ada beberapa jenis Heterotrigona di Indonesia diantaranya T. laeviceps, T.

apikalis, T. minangkabau, T. itama dan sebagainya, sedangkan penyebaran

Heterotrigona di Indonesia sangat beraneka ragam, di Sumatra ada sekitar 31

jenis, di Kalimantan ada 40 jenis, di Jawa 14 jenis, di Sulawesi ada 3 jenis. Setiap

koloninya terdiri atas 300 - 80.000 ribu ekor (Siregar et al., 2011). Jumlah madu

yang dihasilkan jenis Heterotrigona lebih sedikit dibandingkan lebah penghasil

madu jenis Apis dan lebih sulit dipanen dari sarangnya, namun jumlah propolisnya

lebih banyak dibandingkan dengan lebah jenis lain (Singh, 1962).

Pembudidaya Heterotrigona itama ditemukan didataran rendah (daerah

pantai) hingga ke daerah dataran tinggi (pegunungan) dan berhasil dibudidayakan

disemua lokasi (Free, 1982). Koloni lebah terdiri atas dua golongan, yaitu

golongan reproduktif (lebah jantan dan ratu) dan golongan non reproduktif (lebah

pekerja). Mereka dapat dibedakan satu dengan lainnya dari bentuk, rupa, warna,

dan tingkah laku. Satu koloni lebah hanya memiliki satu ratu, ratusan lebah jantan,

dan ribuan lebah pekerja (Sihombing, 2005). Ukuran lebah ini lebih kecil

dibandingkan lebah yang lain yaitu sekitar 3mm - 5mm dan sangat lincah

bergerak karena sepasang sayap yang berukuran lebih panjang dari badannya.

Lebah ini memiliki tiga pasang kaki beruas dan berduri sehingga mampu

memegang erat polen yang dipetiknya dari tanaman. Menurut Siregar et al.

Page 27: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

12

(2011), sarang Heterotrigona itama ditandai dengan adanya lubang kecil

berukuran 3cm - 5cm. Sarang lebah Heterotrigona itama biasanya dekat dengan

pohon yang menghasilkan getah, getah tersebut digunakan untuk menghasilkan

propolis untuk melindungi sarangnya.

2.1.2. Ciri-ciri Morfologi

Lebah heterotrigona berwarna hitam dan berukuran kecil, dengan panjang

tubuh antara 3 - 4mm, serta rentang sayap 8 mm. Lebah pekerja memiliki kepala

besar dan rahang panjang. Sedang lebah ratu berukuran 3 - 4 kali ukuran lebah

pekerja, perut besar mirip laron, berwarna kecoklatan dan mempunyai sayap

pendek. Lebah ini tidak mempunyai sengat (stingless bee). Dalam kehidupan dan

perkembangannya lebah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, meliputi

suhu, kelembaban udara, curah hujan dan ketinggian tempat. Disamping itu

ketersedian pakan sangat menentukan keberhasilan budidaya lebah heterotrigona.

Firman Allah surat An-Nahl ayat 69 :

ثن كلي هي كل الثورات فاسلكي سبل ربك ذلل يخرج هي بطىها شراب هختلف ألىاه

فيه شفاء للاس إى في ذلك لية لقىم يتفكروى (69)

“Kemudian makanlah dari tiap - tiap (macam) buah - buahan dan

tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu

keluar minuman (madu) yang bermacam - macam warnanya, di dalamnya

terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar - benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang - orang

yang memikirkan”. (Al-Qur’an, 16: 69)

Page 28: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

13

2.1.3. Koloni dan Pembagian Tugas

Dalam hidupnya lebah heterotrigona itama mempunyai sifat gotong

royong dan saling ketergantungan antara satu strata dengan strata yang lainnya,

dalam satu koloni lebah heterotrigona itama terbagi kedalam tiga strata yaitu strata

ratu lebah, lebah pekerja dan lebah pejantan. Setiap strata mempunyai tugas pokok

dan fungsi yang berbeda, tugas pokok dan fungsi masing - masing strata tersebut

adalah sebagai berikut :

1. Strata Ratu Lebah

Ratu lebah berukuran paling besar dan paling menarik diantara golongan

lainnya. Ratu bertugas menghasilkan telur dan lebah jantan bertugas mengawini

ratu lebah. Semua pekerjaan dilakukan oleh lebah pekerja, baik itu pekerjaan

dalam sarang maupun pekerjaan di luar sarang. Semua pembagian tugas dilakukan

dengan teratur berdasarkan tingkatan usia. Dalam satu koloni lebah heterotrigona

itama hanya mempunyai 1 abdomen terakhir ratu lebah. Ratu lebah ini

mempunyai tugas untuk bertelur, kemampuan bertelur ratu lebah mencapai 1000 -

2000 butir per hari, umumnya ratu lebah dapat hidup antara 3 - 5 tahun

(Sihombing, 2005).

2. Strata Lebah Pekerja

Strata lebah pekerja merupakan strata yang jumlahnya paling banyak dalam

satu koloni yaitu sekitar 20.000 - 90.000 lebah. Lebah pekerja mencari sumber

nektar pada waktu pagi dan sore hari (Sihombing, 2005). Lebah pekerja mencari

bunga yang memiliki nektar dengan kandungan gula yang tinggi seperti tanaman

yang kaya akan Protein, Vitamin dan Karbohidrat. Lebah ini akan

Page 29: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

14

memberitahukan keberadaan sumber nektar pada lebah lain dalam koloninya

dengan menggunakan suatu tarian. Jenis lebah Heterotrigona itama menandai

sumber makanannya dengan menggunakan feromon dari kelenjar mandibular

yang dikenali oleh lebah lain dalam satu koloni, Umur lebah pekerja sekitar 35 -

42 hari (Lamerkabel, 2007). Lebah Pekerja mempunyai tugas pokok sebagai

berikut :

a. Mengumpulkan makanan untuk koloninya berupa nektar, tepung sari dan air

yang berasal dari berbagai macam tanaman yang menghasilkan bunga.

b. Merawat ratu, lebah jantan dan larva.

c. Membangun sel sarang.

d. Menjaga sarang dari musuh - musuhnya.

e. Membersihkan sarang, menyimpan madu dalam sel dan memperbaiki sel

sarang yang rusak.

3. Strata Lebah Jantan

Lebah jantan bertugas mengawini lebah ratu atau calon lebah ratu (virgin

queen). Lebah jantan mati dengan seketika setelah kawin. Mata dan sayapnya

lebih besar dari lebah pekerja. Warna kehitaman dengan dengungan suara agak

keras. Kakinya tidak berkeranjang polen untuk menyimpan tepung sari bunga, dan

tidak berselang pipa penghisap madu dibibir, tidak memiliki sengat serta bersifat

tenang (Hasanudin, 2014). Lebah jantan tidak dapat bertanggung jawab atas

dirinya sendiri sehingga pada musim paceklik atau persediaan pakan menipis,

sebagian besar lebah jantan akan dibunuh atau dikeluarkan dari sarang oleh lebah

pekerja karena lebah jantan dianggap sebagai hama (Sihombing,2005).

Page 30: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

15

Secara strata lebah heterotrigona itama dapat dilihat pada gambar 1.

Ratu Jantan Pekerja

Heterotrigona itama lebih banyak mencari makan pada pagi hari

dibandingkan dengan sore hari. Hal ini dipengaruhi oleh intensitas cahaya

matahari. Ukuran tubuh juga mempengaruhi jarak terbang lebah mencari

makanan. Makin besar tubuh lebah, maka makin jauh jarak terbangnya.

Heterotrigona itama dengan ukuran 5mm mempunyai jarak terbang sekitar 600m

(Hasanudin, 2014). Lebah Heterotrigona itama memiliki jumlah madu yang lebih

sedikit dan lebih sulit diekstrak, namun jumlah propolis yang dihasilkan lebih

banyak dibandingkan dengan lebah jenis lain (Singh, 1962).

Heterotrigona itama membuat sarang didalam lubang - lubang pohon, celah -

celah dinding atau lubang bambu didalam rumah, tidak suka berpindah - pindah

tempat karena lebah betinanya sangat gemuk dan tidak pandai terbang. Lebah

Heterotrigona itama dipelihara masyarakat secara terbatas dengan menyiapkan

batang-batang bambu yang dibelah lalu diikat kembali dengan tali. Sarang

Heterotrigona itama dibangun dari campuran lilin dan resin. Didalam sarang

terdapat sel - sel tetesan yang dilindungi oleh selubung yang lembut yang disebut

involucrum. Heterotrigona itama yang lebih primitif, membangun sarang yang

lebih sederhana. Pot - pot vertikal untuk menyimpan madu dan pipa - pipa yang

Page 31: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

16

kaya lilin untuk menyimpan polen. Kadang - kadang madu dan polen disimpan

pada pot yang sama. (Free, 1982).

4. Fase Stadium

Kehidupan lebah dimulai dari telur, kemudian setelah tiga hari telur

berkembang menjadi larva. Periode awal larva, larva berkembang dalam sel

terbuka, dan diberi makan oleh lebah perawat. Makanan pertama yang didapatkan

adalah royal jelly, kemudian dicampur dengan pollen dan nektar. Namun calon

lebah ratu diberi makanan royal jelly secara terus menerus. Setelah sekitar 5 hari /

6 hari untuk calon lebah jantan), lebah pekerja menutup sel. Kemudian larva

berkembang menjadi pupa (kepompong). Pada masa kepompong, lebah tidak

makan. Pada masa ini terjadi perubahan dalam tubuh pupa untuk menjadi lebah

sempurna atau lebah dewasa, lebah akan keluar dari sel dengan menerobos

penutup sel yang terbuat dari lilin (Hasanudin, 2014).

Tabel 1. Fase Stadium Lebah Heterotrigona itama

Kasta Telur (hari) Larva (hari) Pupa (hari) Total (hari)

Ratu 3 5,5 7,5 16

Pekerja 3 6 12 21

Jantan 3 6,5 14,5 24

Pada masa perkawinan (3 - 7 hari) lebah ratu akan dibuahi oleh lebah jantan

pilihannya (7 - 12 pejantan) yang terjadi di udara, dan hanya sekali selama masa

hidupnya. Selesai kawin lebah jantan dan ratu jatuh bersama - sama di tanah,

lebah jantan segera mati karena kantong sperma lebah jantan tertinggal dalam

rongga alat kelamin lebah ratu sedang lebah ratu kembali ke sarang untuk

selanjutnya menempatkan telur - telurnya pada sel - sel sarang, dimana sel sarang

pekerja lebih kecil dibanding sel pejantan dan sel - sel yang telah berisi telur

Page 32: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

17

segera diisi madu dan tepung sari lalu ditutup dengan lapisan lilin tipis. Telur ratu

yang dibuahi sperma akan menjadi lebah pekerja dan yang tidak dibuahi menjadi

lebah jantan, juga ratu yang tak terkawini hanya mampu menurunkan lebah jantan

saja. Demikian seterusnya lebah ratu hanya bertugas untuk bertelur, dan umur

hidupnya dapat mencapai ± 4 tahun. Untuk menjaga kualitas/produktifitas

sebaiknya ratu diganti tiap tahun. Berikut perkiraan jangka waktu tahap-tahap

perkembangan anak lebah (Hasanudin, 2014).

Gambar 2. Proses perkembangan lebah dari telur hingga menjadi lebah dewasa

2.1.4. Stup dan Sarang Lebah

Stup lebah pertama kali ditemukan oleh ahli perlebahan Amerika Serikat,

L.L. Langstroth pada tahun 1851. Stup hendaknya terbuat dari bahan kayu dan

tidak mudah terpengaruh oleh suhu udara, terutama perubahan dari panas dan

dingin atau sebaliknya, kayu pinus atau kayu sengon cocok untuk bahan petih

lebah Heterotrigona itama (Marhiyanto, 1999).

Alat yang digunakan sebagai tempat bersarangnya lebah heterotrigona

itama secara buatan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu secara tradisional

Page 33: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

18

dengan menggunakan gelodok dan secara modern dengan menggunakan stup.

Stup modern memberikan keuntungan yang lebih baik karena pengelolaannya

yang mudah dan pemanenan madu tidak akan merusak tempat sarang. Selain itu

stup modern lebih praktis dipakai, perawatan lebahnya mudah, pengambilan

hasilnya gampang, produksi madu yang diperoleh berlipat ganda, serta ganguan

hama penyakit lebih jarang (Sarwono, 2001).

Metode posisi stup dapat digunakan model stup horizontal dan vertikal.

Stup model horizontal, bahan ini bisa menggunakan kayu bekas yang murah

misalnya kayu sengon. Beberapa lembar papan disusun membentuk kotak,

lengkap dengan penutup. Sebelum kotak ditutup permanen masukkan potongan

sarang lebah Heterotrigona itama dalam kotak kayu berukuran 30 cm x 15 cm x

15 cm. Kelebihan pembuatan sarang kayu horizontal relatif murah peternak

memerlukan masing - masing 2 papan berukuran sama, semua papan itu dipaku

membentuk 4 persegi panjang sedangkan kekurangannya ketika panen peternak

kesulitan membuka sarang yang tertutup papan dan dipaku keempat sisi, ketika

penutup berhasil dibuka madu, larva, dan propolis yang menempel dipapan

berhamburan (Marhiyanto, 1999).

Stup model vertikal pertama kali diterapkan peternak di Luwuk Utara

mereka mengadopsi sarang lebah dilubang pohon di hutan yang biasa dalam

posisi vertikal. Tempat perakaran dinding sangat rapat sehingga tidak tembus

cahaya. Penutup dibuat berpasangan dengan kotak sehingga mudah dibuka tutup

dengan kontruksi ini lebah tidak perlu merekat dengan keras celah - celahnya.

Kelebihan stup vertikal produk lebah mudah dipanen karena perekat ditutupi tidak

Page 34: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

19

terlalu banyak dan produk lebih bersih. Kekurangannya pembuatan sarang sedikit

lebih sulit dari peti horizontal, peternak masih agak kesulitan membuka propolis

karena lekat propolis dibagian bawah kotak (Marhiyanto, B. 1999).

Sarang lebah dibuat dengan mencampur lilin dan resin propolis dari

tanaman. Sarang tersusun atas sel anakan yang dikelilingi dengan pelepah lembut

yang disebut involucrum dan sel besar yang terdiri atas madu serta cadangan

pollen. Terkadang madu dan pollen disimpan dalam tempat yang terpisah. Sel

anakan berbentuk vertikal dan sel membuka pada bagian atasnya. Biasanya sel

anakan disusun dalam sisir horizon secara berurutan. Sel anakan dan tempat

penyimpanan koloni disangga oleh pilar dan bagian luarnya dilapisi oleh lapisan

keras yang biasa dikenal dengan nama batumen (Free, 1982).

Sel baru dibuat pada batas sisir sampai mereka memperluas dinding

lubang sarang. Lebah pekerja memulai untuk membangun sisir baru di atas atau di

tengah - tengah sisir sebelumnya. Seiring berjalannya waktu, bagian atas sel

anakan telah terisi penuh dan lebah dewasa muncul dari sisir bawah. Ketika telah

muncul lebah dewasa, kepompong yang telah kosong dipindahkan dan sel baru

dibangun kembali (Free, 1982).

Lebah heterotrigona itama memiliki cara yang unik untuk mengatur panas

sarangnya. Koloni menjaga kestabilan suhu sarang antara 31 - 35oC. Jika suhu

sarang dibawah 18oC kepala dan badannya dimasukkan ke dalam tandannya

saling merapatkan diri. Jika suhu sarang naik, lebah akan mengibaskan sayapnya

untuk menurunkan suhu. Sesekali lebah menyiramkan air ke seluruh sarang lalu

dikipasi pada kondisi udara yang sangat panas. Jika suhu lebih dari 40oC lebah

Page 35: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

20

akan meninggalkan sarang dan jika suhu naik lebih ekstrim lagi koloni akan hijrah

membuat sarang baru (Sihombing, 2005).

2.1.5. Lokasi Perlebahan

Penentuan lokasi perlebahan perlu mempertimbangkan ketersediaan

pakan, pendataan jenis-jenis tanaman penghasil nektar dan pollen, umur tanaman,

kepadatan tanaman, serta kesuburannya. Kondisi lokasi perlebahan sangat erat

kaitannya dengan penempatan jumlah stup pemeliharaan persatuan luasnya (Ha).

Hal ini dimaksudkan untuk mencapai daya dukung optimal perlebahan terhadap

jumlah stup/koloni yang ada. Kompetisi lebah dalam mencari pakan dapat

menyebabkan turunnya produksi atau terganggunya keseimbangan populasi lebah

dan bahkan memungkinkan hijrahnya lebah. Lebah heterotrigona itama biasanya

mencari makan dalam radius 3 km dari sarang, tetapi kadang - kadang melakukan

perjalanan jauh jika memang harus (Hasanudin, 2014).

Lokasi perlebahan yang standar adalah tanah harus bebas pupuk sintetis,

pestisida, herbisida dan fungisida, serta bebas tanaman rekayasa genetika. Lokasi

perlebahan sebaiknya jauh dari lokasi pertanian konvensional untuk mencegah

potensi terjadinya kontaminasi. Jarak lokasi pertanian intensif sebaiknya minimal

3 km dari lokasi perlebahan. Sementara sarang yang ditempatkan di wilayah

pemukiman harus mendapatkan peraturan yang lebih khusus dari penduduk

(Hasanudin, 2014).

Areal lokasi perlebahan harus dipersiapkan sebelumnya sebelum

menempatkan kotak - kotak sarang, karena aroma dari penyiangan biasanya

mengganggu lebah. Perlebahan harus tetap bersih dan rapi sepanjang waktu.

Page 36: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

21

Kawasan peternakan lebah harus memiliki drainase dan sirkulasi udara yang baik.

Lebah membutuhkan air, jadi mereka harus dapat menemukan air dalam radius

500 m. Kadang-kadang air dapat disediakan dalam wadah khusus yang

ditempatkan pada tongkat kayu atau diatas batu agar mudah dijangkau lebah

(Hasanudin, 2014).

2.1.6. Sumber Pakan Lebah Heteroheterotrigona itama

Tanaman pakan lebah merupakan tanaman/tumbuhan yang menghasilkan

pangan bagi lebah (Kasno, 2001). Semua jenis tanaman bertanaman resin

(tanaman hutan, tanaman pertanian, tanaman perkebunan, tanaman holtikultura,

dan tanaman liar) yang megandung unsur resin sebagai bahan resin, polen, dan

resin sebagai bahan propolis dapat dimanfaatkan sebagi sumber pakan lebah

(Sarwono, 2001). Sumber pakan Heterotrigona bisa dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Taneman Sumber Resin

Nama Tanaman Sumber

Damar Resin

Nangka Resin

Cemara Resin

Meranti Resin

Manggis Resin

Kemenyan Resin

Kenari Resin

Pala Resin

Pinus Resin

Rasalama Resin

Sawo Resin

Singkong Resin

Mangga Resin

Karet Resin

Acacia Mangium Resin

Acacia Auriculyformis Resin

Keluwih Resin

Sukun Resin

Sumber : (Siregar et al., 2011)

Page 37: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

22

2.1.7. Produk Propolis Lebah Heteroheterotrigona itama

Propolis adalah lem lebah yang sangat lengket dan berwarna gelap berasal

dari bahan yang dikumpulkan dari tanaman, dicampurkan dengan lilin dan

digunakan sebagai bahan pembuat sarang (Borreli et al., 2002). Dengan demikian

bagi Heterotrigona itama propolis berfungsi sebagai senjata untuk melindungi diri.

Hal ini disebabkan karena lebah ini tidak memiliki sengat, sehingga Heterotrigona

itama akan memproduksi propolis sangat intensif untuk melindungi sarangnya.

Propolis tersusun dari bahan resin yang diambil lebah dari pohon yang

mengandung getah. Lebah Heterotrigona itama kemudian mengolahnya sehingga

berbentuk propolis yaitu benda berwarna hitam, kuning atau coklat tua di sarang.

Warna propolis tergantung pada pohon asal resin. Di Indonesia, umumnya yang

dijumpai berwarna hitam, coklat dan krem. (Heterotrigona itama (gala-gala, lebah

lilin) dalam bahasa daerah disebut heterotrigona itama (Jawa), atau teuweul

(sunda) (Perum Perhutani, 1986). Jumlah madu yang dihasilkan lebih sedikit dan

lebih sulit di ekstrak, namun jumlah propolis yang dihasilkan lebih banyak

dibandingkan lebah jenis lain (Singh, 1962), sejak 5 tahun belakangan popularitas

propolis dari Heterotrigona itama meningkat pesat. Bahan padat yang dihasilkan

Heterotrigona itama ternyata obat ampuh melawan berbagai penyakit.

Heterotrigona itama mampu menghasilkan propolis sebanyak 5,8 Kg/Tahun, lebih

tinggi dari lebah Apis sp yang hanya memproduksi propolis kurang dari 1 kg.

Page 38: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

23

2.2. Teknik Budidaya Lebah Heteroheterotrigona Itama

2.2.1 Pembuatan Stup

Stup lebah Heterotrigona sp sebaiknya menggunakan kayu yang berserat

halus. Hingga saat ini belum ada ukuran standard dari stup heterotrigona. Di Nusa

Tenggara Barat, stup yang digunakan masyarakat berukuran 20 x 15 X 17cm.

Stup lebah Heterotrigona sp bisa digantung ataupun disusun pada rak dan

diletakkan di tempat teduh/ tidak terkena matahari langsung. Struktur stup lebah

Heterotrigona sp berbeda dengan stup lebah lainnya. Ruangan dalam stup lebah

heterotrigona tidak bersekat - sekat. Namun lebah Heterotrigona itama

menempatkan telur, madu, propolis dan beebread secara terpisah.

2.2.2 Pemindahan Koloni

Pemindahan koloni dari alam ke dalam stup atau dari satu stup ke stup

lainnya merupakan hal yang paling penting untuk diperhatikan dan dilakukan

secara hati - hati pada malam hari setelah semua koloni kembali ke sarang atau

dini hari ketika koloni belum mencari pakan. Secara teknik, pemindahan koloni

lebih mudah dengan cara memindahkan ratunya terlebih dahulu, ketika ratunya

sudah dipindahkan secara otomatis angota koloni akan mengikuti ratu berpindah

tempat. Setelah semua koloni berpindah, stup yang baru didiamkan 1 - 2 bulan

agar koloni dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Setiap koloni terdiri dari ratu, lebah pekerja dan lebah jantan. Lebah ratu

merupakan satu - satunya lebah petelur seumur hidup dalam satu koloni. Lebah

pekerja adalah lebah betina yang organ reproduksinya tidak berfungsi

sempurna/tidak subur. Lebah pekerja mengeluarkan lilin yang digunakan untuk

Page 39: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

24

membangun, membersihkan dan memelihara sarang, menjaga sarang,

menyediakan makanan, terdiri dari madu dan tepung sari.

Masa kerja lebah pekerja selama 60 hari, sejak usia 1 minggu lebah

pekerja mulai bekerja membersihkan lubang sel bekas huniannya tatkala ia masih

menjadi larva. Usia 2 minggu lebah pekerja membuat royal jelly. Usia 3 minggu,

membuat sel - sel dalam sarang. Usia 4 minggu mengikuti lebah pekerja dewasa

mencari makan di luar sarang. Usia 5 minggu lebah pekerja mencari makan untuk

memenuhi kebutuhan hidup koloni. Stup tersusun atas beberapa bagian. Setiap

bagian digunakan untuk menyimpan madu, tepung sari, tempat bertelur dan

tempat larva. Di bagian tengah terdapat karangan-karangan bola berisi telur,

tempayak, dan kepompong. Di bagian sudut terdapat bola - bola agak kehitam -

hitaman untuk menyimpan madu dan tepung.

2.2.3 Pemeliharaan

Pemeliharaan stup sebaiknya dilakukan secara rutin dan periodik, meliputi

pembersihan dari sarang semut/ laba - laba, pengecekan kondisi stup agar terkena

air hujan. Stup juga harus dihindarkan dari hama pengganggu (cecak, tokek, larva

kumbang, tawon kuning, ayam dan lain-lain).

2.2.4 Pemanenan

Pemanenan madu maupun propolis dilakukan 1 - 3 kali setahun tergantung

kondisi lingkungan, pakan, besar kecilnya stup dan kesehatan koloni. Pemanenan

umumnya dilakukan dengan cara tradisional, yaitu menggunakan pisau kikis.

Madu dan propolis yang sudah dipanen diletakan dimangkuk untuk dilakukan

Page 40: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

25

penirisan. Penirisan madu dilakukan agar madu tetap steril dengan tidak terlalu

banyak kontak dengan tangan.

2.3. Definisi Propolis

Menurut Ghisalberti (1979), nama propolis atau lem lebah adalah nama

generik yang diberikan untuk bahan resin yang dikumpulkan oleh lebah

heterotrigona itama dari berbagai macam jenis tumbuhan, terutama dari bagian

kuncup dan daun tumbuhan tersebut (Ghisalberti, 1979). Lebah kemudian

mencampur bahan resin ini dengan enzim yang disekresikan dari kelenjar

mandibula lebah, meskipun demikian komponen yang terdapat di dalam propolis

tidak mengalami perubahan (Chen, 1993; Ghisalberti, 1979). (Hill, 1981; Kaal,

1991) Lebah menggunakan propolis sebagai:

1) Memperkuat sarang lebah.

2) Bahan pelapis untuk melindungi sarangnya dari faktor pengganggu dari luar,

misalnya serangga, kumbang, atau tikus.

3) Meratakan dinding sarang lebah.

4) Bahan pengisi lubang atau celah dan perekat keretakan yang terdapat pada

sarang lebah.

5) Melindungi sel sarang tempat ratu lebah menetaskan telurnya sehingga larva

lebah terlindungi dari penyakit.

6) Antibakteri.

7) Sifat dari propolis telah diselidiki sebelumnya. Penelitian sementara

menekankan sifat anti mikroba dan anti inflamasi pada propolis. Sifat anti

inflamasi pada propolis karena adanya Caffeic Acid Phenethyl Ester (CAPE)

Page 41: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

26

dalam propolis. Flavonoid dan derivat asam sinamat dianggap sebagai

komponen biologis utama yang aktif dalam propolis (Borrelli, dkk. 2002).

2.3.1 Kandungan Propolis

Komposisi propolis sangat bervariasi dan erat hubungannya dengan jenis

dan umur tumbuhan di mana propolis tersebut berasal. Umumnya propolis terdiri

dari: campuran resin dan getah 39 - 53%, polifenol 1.2 - 17%, polisakarida 2 - 3%,

lilin (wax) 19 - 35%, dan bahan lain 8 - 12% (Chen, 1993). Komposisi propolis

meliputi: resin ± 50%, lilin (wax) ± 30%, minyak esensial ± 10%, pollen ± 5%,

dan senyawa organik dan mineral ± 5%. Jenis senyawa kimia yang terdapat pada

propolis sangat kompleks. Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode Gas

Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) yang dilakukan oleh Ghisalberti

terhadap propolis yang dihimpun oleh lebah yang berasal dari tumbuhan poplar

menunjukkan bahwa propolis mengandung berbagai macam senyawa, yaitu: asam

amino, asam alifatik dan esternya, asam aromatik dan esternya, alkohol, aldehida,

khalkon, dihidrokhalkon, flavanon, flavon, hidrokarbon, keton, dan terpenoid

(Ghisalberti, 1979).

2.3.2 Manfaat Propolis

Propolis telah digunakan sejak dahulu kala sebagai obat tradisional, yaitu

sebagai bio - kosmetik dan makanan untuk kesehatan. Hasilnya menunjukkan

bahwa propolis dapat digunakan sebagai salah satu bahan pengobatan alternatif

(Martinez, dkk., 1988; Park, dkk., 1998), yakni:

1) Dalam perawatan penyakit gingivitis oleh karena mampu mencegah

pembentukan plak.

Page 42: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

27

2) Digunakan untuk mengobati ulserasi pada rongga mulut.

3) Mencegah terjadinya karies gigi. Hal ini disebabkan karena propolis memiliki

aktivitas antibakteri, mengurangi daya adhesi bakteri rongga mulut pada

permukaan gigi, menghambat sintesis glukan yang tidak larut dalam air

(water- insoluble glucan), dan menghambat enzim glukosa iltrans ferase.

4) Meningkatkan aktivitas mineralisasi pada permukaan gigi.

5) Mempercepat perbaikan jaringan dan penyembuhan luka setelah prosedur

bedah mulut (pasca ekstraksi maupun terjadinya dry socket).

6) Pada perawatan gangren pulpa serta periodontitis.

Propolis juga berfungsi memperbaiki kondisi patologi bagian tubuh yang

sakit, bekerja sebagai antioksidan dan antibiotik, serta meningkatkan sistem

kekebalan tubuh baik humoral maupun seluler karena mengandung flavonoid

sekitar 15% (Krell, 1996). Flavonoid merupakan antioksidan dan antibiotik yang

berfungsi menguatkan dan mengantisipasi kerusakan pembuluh darah dan

merupakan bahan aktif yang berfungsi sebagai anti inflamasi dan anti virus.

Aktivitas antioksidan tertinggi dihasilkan dari ekstraksi dengan menggunakan

pelarut etanol. Flavonoid yang terekstrak adalah kemferida (flavonol), akasetin

(flavon) dan isoramnetin. Propolis merupakan antibiotik karena mempunyai

kandungan flavonoid, yaitu bahan aktif yang berfungsi sebagai anti inflamasi dan

anti virus. Ekstrak propolis dapat memacu aktivitas makrofag sehingga

meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Kun, dkk., 1998).

Page 43: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

28

2.4. Teori Produksi

Pengertian produksi adalah hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi

dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat

dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau

masukan untuk menghasilkan output. Input dan output tersebut dalam bentuk

persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi. Jadi, fungsi produksi

adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang

dihasilkan dengan kombinasi input tertentu (Ferguson dan Gould, 1975). Jumlah

output (Q) dengan sejumlah input yang digunakan dalam proses produksi (X1, X2,

X3….Xn) secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

Q = f (X1, X2, X3….Xn)

Keterangan: Q = output

X = input

2.5 Faktor - faktor Produksi Budidaya Lebah Heteroheterotrigona itama

Beberapa faktor diduga mempengaruhi penurunan aktivitas lebah

Heterotrigona sp, diantaranya adalah ketidaksediaan pakan sampai pada kondisi

lingkungan yang tidak sesuai. Kemampuan fisik lebah heterotrigona itama

terbatas sehingga saat sumber pakan di sekitar sarang berkurang lebah

heterotrigona itama akan makan hasil produksinya berupa madu dan tepung sari.

Saat jumlah pakan sedikit hasil produksi dari lebah heterotrigona itama dan

tepung sari akan dimakan oleh koloni dari lebah heterotrigona itama sehingga

menyebabkan bobot koloni berkurang. Faktor utama yang menentukan banyaknya

Page 44: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

29

resin yang dikumpulkan adalah kapasitas kantung resin yang tergantung ukuran

tubuh lebah, keadaan cuaca dan pengalaman lebah pekerja (Sihombing, 2005).

Menurut Sihombing (2005) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

kehidupan dan perkembangan koloni lebah adalah ukuran log, suhu, hama dan

ketersediaan tanaman pakan lebah berupa resin. Banyaknya resin yang disimpan

oleh satu koloni lebah heterotrigona itama tergantung dari beberapa faktor, antara

lain :

a) Pengaruh ukuran log terhadap produksi propolis Heterotrigona itama

Log lebah Heterotrigona itama sangat beragam mulai dari bambu, kelapa,

rambutan, mangga dan lain-lain. Ukuran log berbeda-beda sesuai dengan

log yang di tinggali oleh lebah Heterotrigona itama, mulai dari batang

bambu yang kecil sampai batang pohon rambutan yang besar.

b) Pengaruh suhu terhadap produksi propolis lebah Heterotrigona itama

Heterotrigona itama tidak bisa bertoleransi dengan suhu rendah, tetapi

Heterotrigona itama bisa bertahan pada suhu 34 - 36ºC. Lebah

Heterotrigona itama tidak tahan dengan temperatur dingin, tapi ketika

temperaturpanas Heterotrigona itama akan mengepak sayapnya untuk

menurunkan suhu tubuhnya.

c) Pengaruh hama terhadap produksi propolis lebah Heterotrigona itama

Hama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi propolis

lebah Heterotrigona itama karena hama ini ada yang merusak sarang,

mengambil madu atau polen sehingga dapat membunuh koloni yang ada di

Page 45: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

30

dalam log, hama yang sering mengganggu lebah Heterotrigona itama

antara lain, semut, cecak, laba-laba, tokek, dan lain-lain.

d) Pengaruh tanaman yang memiliki resin terhadap produksi propolis

Heterotrigona itama

Pohon yang memiliki getah tumbuhan memiliki resin berwarna kecoklatan

dan digunakan sebagai perekat sarang yang akan di bentuk menjadi propolis.

Propolis dikumpulkan dari getah, kulit kayu dan bagian tumbuhan lain.

Propolis berguna sebagai kantong dari madu dan berfungsi untuk membunuh

bakteri, virus, jamur, ataupun protozoa yang masuk kedalam sarang dan

digunakan untuk membungkus bangkai hewan yang menganggu disarang

lebah dengan propolis karena hewan ini terlalu berat untuk dapat dibuang dari

sarangnya, Prosesnya menghasilkan efek serupa pembalseman, karena tubuh

mati hewan tersebut mengering tanpa mengalami pembusukan.

Page 46: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

31

2.6 Penelitian Terdahulu

1. Muhazan. 2015. Skripsi : “Pengaruh Disain Kotak Terhadap Produksi Madu

dan Propolis Lebah Trigona di Desa Genggelang Kabupaten Lombok Utara”.

Universitas Mataram berdasarkan analisis skripsi di atas dapat disimpulkan

bahwa : Tingkat kesesuaian beberapa disain tempat bersarang terhadap

produksi madu dan propolis lebah trigona. Koloni lebah madu trigona

didapatkan dari pemburu/pembudidaya di Desa Gondang Kecamatan Gangga

Kabupaten Lombok Utara. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Dusun

Papak Desa Genggelang Kecamatan Gondang Kabupaten Lombok Utara.

Materi penelitian yang digunakan sejumlah 15 koloni lebah trigona dengan 5

kali ulangan yang dikelompokkan dalam 3 perlakuan disain kotak/stup yaitu :

disain kotak A dengan ukuran Panjang 35 cm x lebar 17 cm x tinggi 10 cm,

disain kotak B dengan ukuran panjang 10 cm x lebar 17 cm x tinggi 35 cm dan

disain kotak C dengan ukuran Panjang 24 cm x lebar 24 cm x tinggi 10 cm.

Pengamatan dilakukan berdasarkan suhu dan kelembaban lingkungan, bobot

koloni, aktivitas lebah, jumlah produksi madu dan propolis. Analisa yang

digunakan adalah analisa Sidik Ragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

disain kotak memberikan pengaruh tidak nyata (P>0,05) pada tingkat produksi

madu dan propolis lebah trigona, namun dari rataan yang diperoleh

menunjukkan bahwa produksi madu lebah trigona yang paling tinggi didapat

dari disain kotak B sedangkan produksi propolis yang tinggi didapat pada

disain kotak A.

Page 47: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

32

2. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Hendri Banowu (2016), “ Studi

Perkembangan Koloni dan Produksi Lebah Heterotrigona itama dari

Posisi Stup yang Berbeda” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh posisi stup terhadap berat sarang lebah Heterotrigona itama

dan jumlah produk lebah Heterotrigona itama (madu, propolis, pollen

dan sel telur) dari perlakuan stup yang berbeda yaitu Horizontal dan

Vertikal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai

Februari 2016 bertempat di Desa Wata Benua Kecamatan Landono

Kabupaten Konawe Selatan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak

Lengkap (RAL). Hasil pengamatan produk lebah Heterotrigona itama

dianalisis dengan anova dilanjutkan dengan uji beda nyata DMRT

(Duncan's Multiple Range Test) jika berpengaruh nyata pada taraf

kepercayaan 95 %. Hasil analisis menunjukan bahwa rata-rata produk

lebah Heterotrigona itama sp. berupa madu, propolis, pollen dan sel telur

melalui pengaruh perlakuan posisi stup yaitu horizontal dan vertikal yang

paling tinggi diperoleh perlakuan posisi stup vertikal dengan rata-rata

produk madu 216,67 g, propolis 216,67 g, pollen 475,00 g dan sel telur 166,67

g sedangkan perlakuan posisi stup horizontal hanya berkisar rata-rata produk

madu 68,33 g, propolis 82,17 g, pollen 330,00 g dan sel telur 151,67 g.

Hal ini diduga berkaitan dengan sifat alami dari lebah Heterotrigona itama .

yang jika berada di alam menunjukkan pertumbuhan kearah vertikal atau

mengikuti pertumbuhan pohon.

Page 48: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

33

3. Arifuddin Lamusa1. 2010. Jurnal : “Usaha Ternak Lebah Madu dan Faktor -

Faktor yang Mempengaruhi Produksi Madu di Desa Lolu Kabupaten Sigi

Provinsi Sulawesi Tengah”. J. Agrisains. berdasarkan analisis jurnal di atas

dapat disimpulkan bahwa : usaha ternak lebah madu dan faktor - faktor yang

mempengaruhi produksi usaha ternak lebah madu di Desa Lolu Kabupaten

Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Penarikan sample dilakukan dengan metode

random sebanyak 30 rumah tangga yang berusaha ternak lebah madu. Data

dikumpulkan dengan cara wawancara langsung dengan bantuan kuesioner dan

buku catatan lapang. Interpretasi data dilakukan melalui analisis

produksi Cobb Douglas (CD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, variable

x1, x2 dan x3 berpengaruh sangat nyata terhadap produksi madu (Ŷ) dengan α

= 1%. Sedangkan variabel x4 berpengaruh tidak nyata terhadap Ŷ.

4. Septiantina Dyah Riendriasari. 2017. Jurnal : “Produksi Propolis Mentah

Lebah Madu Trigona SPP. di Pulau Lombok”. J Hut Trop. berdasarkan

analisis jurnal di atas dapat disimpulkan bahwa : Usaha budidaya lebah madu

Trigona spp. di Lombok semakin berkembang pesat. Faktor yang

mempengaruhi hal tersebut dikarenakan budidaya Trigona mampu

menghasilkan produk perlebahan berupa madu, propolis dan roti lebah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi propolis mentah lebah

madu Trigona spp. di Pulau Lombok. Penelitian dilaksanakan dari April 2012

sampai dengan Desember 2014. Lokasi penelitian dilakukan di Ds. Lendang

Nangka, Lombok Timur; Ds. Sigar Penjalin dan Ds. Genggelang, Lombok

Utara; serta Ds. Karang Bayan, Lombok Barat. Pada masing-masing lokasi

Page 49: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

34

penelitian, mulai tahun 2012 dilakukan observasi terhadap 6 stup lebah madu

Trigona. Metode penelitian dilakukan dengan observasi di lapangan,

kemudian data diolah dan dianalis secara deskriptif. Hasil produksi propolis

mentah tahun 2012 terbanyak diproduksi di Ds. Lendang Nangka dengan

jumlah rata-rata 75,63 gr/6 bulan/6 stup. Tahun 2013, hasil terbanyak di Ds.

Genggelang dengan jumlah rata-rata 94,38 gram/6 bulan/6 stup, dan tahun

2014 produksi tertinggi di Ds. Sigar Penjalin dengan jumlah rata-rata 102,84

gram/6 bulan/4 stup. Dari tahun 2012 sampai 2014 jumlah stup semakin

berkurang pada masing-masing lokasi penelitian. Jumlah stup berkurang

disebabkan karena adanya koloni yang kurang sehat dan akhirnya

meninggalkan stup. Banyaknya produksi propolis mentah tidak terpengaruh

oleh banyaknya stup yang dimiliki, namun adanya faktor pendukung lain

seperti faktor lingkungan (suhu dan kelembaban), pakan yang tersedia dan

kesehatan koloni lebah madu Trigona spp.

Page 50: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

35

2.7 Kerangka Pemikiran

Gambar 3. Alur Kerangka Pemikiran

Dari alur pemikiran diatas dijelaskan bahwa penulis meneliti produksi propolis di

rumah kompos UIN Jakarta, kemudian di korelasikan dengan 4 variabel yakni

jenis pohon, ukuran log, suhu dan hama. Kemudian dianalisis menggunakan

metode analisis regresi linear berganda selanjutnya dapat disimpulkan tentang

faktor - faktor yang mempengaruhi produksi propolis.

Produksi Propolis di Rumah Kompos

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Y = Produksi Propolis (gr)

X1 = Jenis pohon (batang)

X2 = Ukuran log (cm)

X3 = Suhu (oC)

X4 = Hama (ekor)

Metode Regresi Linear Berganda

Faktor - faktor yang mempengaruhi

produksi propolis

Page 51: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang beralamat di jalan jalan Ibnu Taima Komplek Dosen UIN Jakarta, Kelurahan

Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten,

15419 (Samping Laboratorium Madrasah Pembangunan UIN Jakarta) yang

dilaksanakan pada bulan November 2016 sampai Maret 2017. Rumah Kompos

sebagai wadah atau tempat objek penelitian riset yang disediakan oleh UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3.2 Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini data primer diperoleh pada

faktor - faktor yang mempengaruhi propolis antara lain: jumlah pohon, ukuran

log, suhu dan hama di Rumah Kompos UIN Jakarta.

3.3 Metode Penentuan Sampel

Penelitian ini dilakukan dengan metode penentuan sampel akan dijelaskan

sebagai berikut:

1. Populasi

Sugiyono (2003) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek atau subyek yang mempunyai kualitas karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasi adalah jumlah total produksi

Page 52: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

37

propolis berjumlah 37 LOG pada Rumah Kompos UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Sampel

Adapun untuk menentukan besarnya sampel, yaitu menggunakan sampel

sensus adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan

dapat mewakili seluruh populasi. Menurut Arikunto (1998) mengatakan

bahwa sebagai ancer - ancer, jika peneliti mempunyai beberapa ratus

subyek dalam populasi, maka dapat menentukan kurang lebih 25% - 30%

dari jumlah subyek tersebut.

3.4 Analisis Data

Data - data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer meliputi faktor - faktor yang mempengaruhi propolis antara

lain: jenis pohon, ukuran log, suhu dan hama di Rumah Kompos UIN Jakarta.

Data ini diperoleh melalui data sensus (sampel penelitian yang sebagian dari

populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi).

Data yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan

menggunakan SPSS versi 23.0.

3.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda pada dasarnya adalah studi mengenai

ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel

independen (variabel penjelas/bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi atau

memprediksi rata - rata populasi atau nilai rata - rata variabel dependen

berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Ghozali, 2007). Analisis

Page 53: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

38

regresi linier berganda dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya

pengaruh variabel terhadap variabel dependen.

Y= a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e

di mana:

Y = Produksi Propolis (gr)

X1 = Jenis Pohon (batang)

X2 = Ukuran LOG (cm)

X3 = Suhu (OC)

X4 = Hama (ekor)

E = eror

Ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dengan

nilai uji F, uji t, nilai koefisien determinasi dan syarat untuk menggunakan metode

regresi linier berganda harus mencapai uji asumsi klasik.

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kondisi data yang dipergunakan

dalam penelitian. Hal tersebut dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat.

Model analisis regresi penelitian ini mensyaratkan uji asumsi terhadap data

meliputi:

A. Uji Normalitas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,

variabel pengganggu atau residualnya memiliki distribusi yang normal atau tidak.

Sebab, model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi

normal atau mendekati normal (Ghozali, 2007). Pada penelitian ini uji normalitas

Page 54: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

39

dilihat pada grafik normal probabilitas plot. Dalam penelitian ini uji normalitas

dianalisis dengan menggunakan bantuan program SPSS 23.0.

B. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel independen (Ghozali, 2007). Jika

terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Pengujian multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai

Varian Inflation Factor (VIF) dan Tolerancenya yang dapat mengidentifikasi ada

tidaknya masalah multikolinearitas. Apabila nilai VIF < 10 atau nilai

Tolerancenya > 0,10, maka model regresi yang digunakan pada penelitian ini

dianggap tidak memiliki masalah multikolinearitas antar variabel independen.

C. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke satu

pengamatan yang lain (Ghozali, 2007). Jika varians dari residu atau dari satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Dan

jika varians berbeda maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik

adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,

2007). Salah satu cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan

melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED

dan nilai residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola titik pada grafik scatterplot antara

Page 55: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

40

SRESID dan ZPRED, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu

X adalah residual yang telah di-standarized (Ghozali, 2007). Dasar analisisnya

sebagai berikut:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik - titik yang ada membentuk suatu pola yang

tertentu (bergelombang melebar kemudian menyempit) maka terjadi

heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas seperti titik - titik menyebar diatas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y, maka hal ini mengindikasikan tidak terjadi

heteroskedasitas.

D. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan residual

observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut

waktu, karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh data

pada masa - masa sebelumnya. Meskipun demilikian, tetap dimungkinkan

autokorelasi dijumpai pada data yang bersifat antar objek (cross section)

(Winarno, 2009).

2. Uji Statistik t

Uji t digunakan untuk menunjukan seberapa jauh satu variabel

penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Ini berarti uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antra

variabel X dan Y, apakah variabel X1 dan X2. Benar-benar berpengaruh terhadap

variabel Y (Perilaku konsumsi pangan pokok non-beras) secara terpisah atau

parsial. Kriteria pengujian uji-t:

Page 56: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

41

a. Jika probabilitas t-hitung < derajat kepercayaan α = 5% maka, variabel

independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

b. Jika probabilitas t-hitung > derajat kepercayaan α = 5% maka, variabel

independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

3. Uji Statistik F

Uji statistik F menunjukan apakah semua variabel independen yang

dimasukan dalam model memunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen (Ghozali, 2007). Pada uji F jika tingkat signifikansi lebih kecil

dari 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen secara simultan atau

bersama - sama mempengaruhi variabel dependen (untuk tingkat signifikansi = 5

%), maka variabel independen secara serentak berpengaruh terhadap variabel

dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka variabel

independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

4. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2

yang

semakin mendekati 1, berarti variabel - variabel independen memberikan hamper

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen

(Ghozali, 2007).

Page 57: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

42

BAB IV

GAMBARAN UMUM RUMAH KOMPOS

4.1 Sejarah Rumah Kompos UIN Jakarta

Pada tahun 2009, UIN memiliki Rumah Kompos, yang berlokasi di jalan

Ibnu Taima Komplek Dosen UIN Jakarta, Kelurahan Pisangan, Kecamatan

Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, 15419. Rumah Kompos

telah memproduksi kompos dan telah dipasarkan dengan merek “Kompos UIN

Jakarta”. Selama ini produk Rumah Kompos telah banyak dimanfaatkan baik

untuk penanaman pohon di kampus dan masyarakat sekitar kampus UIN Jakarta.

Rumah Kompos telah berperan mendukung penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat dalam bentuk penelitian mengenai kompos yang dilakukan oleh para

dosen, melakukan pelatihan bagi masyarakat sekitar mengenai teknik prosesing,

pengolahan sampah organik menjadi pupuk organik (kompos), pelatihan bagi

mahasiswa dalam belajar menggunakan teknik pemilihan sampah, teknik

pencacahan menggunakan mesin dan manual serta pembuatan kompos hingga ke

pemasaran. Setelah mereka dilatih kemudian diharapkan nanti dapat melakukan

pelatihan bagi masyarakat dengan bimbingan dosen-dosen yang selama ini

terlibat dalam produksi kompos.

Pada tahun 2016, Rumah Kompos mulai mengembangkan penelitiannya yang

dilaksanakan oleh Dr. Ir. Elpawati, MM dan Prof. Dr. Manshur Guru Besar

(Universitas Putera Malaysia (UPM) serta di bantu oleh dosen-dosen dan

sekelompok mahasiswa. Penelitian ini guna untuk mengetahui tentang

pengembangan budidaya lebah tanpa sengat (Trigona sp) di sekitar area pinggir

Page 58: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

43

kota Jakarta, sehingga dapat mengetahui prospek kedepannya mulai dari teknik

budidaya yang dilakukan, risiko atau kendala yang terjadi di area budidaya seperti

hama atau penyakit lebah Trigona, kecocokan iklim, suhu dan kelembaban di

sekitar area budidaya, pakan yang disukai oleh lebah Trigona, serta mengetahui

jumlah produksi yang dihasilkan pada budidaya lebah Trigona di sekitar area

pinggir kota Jakarta.

4.2 Letak Geografis dan Luas Area Lahan Rumah Kompos UIN Jakarta

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kompos yang disediakan oleh UIN

Jakarta sebagai tempat riset dan pengembangan usaha pupuk kompos, EM10 dan

budidaya lebah Heterotrigona Itama yang terletak di jalan Ibnu Taima Komplek

Dosen UIN Jakarta, Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Kota

Tangerang Selatan, Provinsi Banten, 15419. Luas lahan Rumah Kompos UIN

Jakarta bekisar 500 m2 yang terdiri dari green house, gudang, lahan budidaya,

peralatan dan perlengkapan, kamar mandi, parker motor.

Berdasarkan kedudukan geografis, kawasan Rumah Kompos UIN Jakarta

terletak pada 6°18ˈ24ˈˈLintang Selatan - 106°45ˈ22ˈˈBujur Timur atau

6,3066928°Lintang Selatan 106,756146°Bujur Timur. Adapun batasan-batasan

Rumah Kompos UIN Jakarta, adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Perumahan Komplek Dosen UIN Jakarta,

Kampus 1 UIN Jakarta.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Asrama Putra UIN Jakarta.

c. Sebelah Timur pemukiman penduduk.

d. Sebelah Barat Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.

Page 59: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

44

4.3 Topografi Rumah Kompos UIN Jakarta

Diarea rumah kompos UIN Jakarta yang terletak di Kelurahan Pisangan,

Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, memiliki ketinggian 47 meter

di atas permukaan laut. Kelurahan Pisangan ini merupakan wilayah daratan yang

tertinggi dari kelurahan lainnya di Kecamatan Ciputat Timur. (Profil Kecamatan

Ciputat Timur, 2015)

4.4 Keadaan Iklim dan Curah Hujan Rumah Kompos UIN Jakarta

Keadaan iklim di Area Rumah Kompos, Kelurahan Pisangan, Kecamatan

Ciputat Timur adalah diklasifikasikan sebagai Tropis. Terdapat curah hujan yang

signifikan sepanjang tahun di area tersebut. Bahkan pada bulan kering masih

memiliki banyak curah hujan. Pada suhu diarea Rumah Kompos, Kelurahan

Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur rata-rata mencapai 27°C. presipitasi di sini

rata-rata 2378 mm. presipitasi terendah pada bulan Juli, dengan rata-rata 90 mm.

hamper semua presipitasi jatuh pada Januari, dengan rata-rata 356 mm. pada suhu

rata-rata 27,7°C, Oktober adalah bulan terpanas sepanjang tahun. Di bulan

Januari, suhu rata-rata adalah 26,3°C. ini adalah suhu rata-rata terendah sepanjang

tahun. Di antara bulan terkering dan bulan terbasah, perbedaan dalam presipitasi

adalah 266 mm. suhu rata-rata bervariasi sepanjang tahun menurut 1,4°C.

4.5 Struktur Organisasi Rumah Kompos UIN Jakarta

Berikut merupakan Struktur Organisasi Rumah Kompos UIN Jakarta dalam

penelitian Budidaya Lebah Heterotrigona Itama:

Page 60: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

45

Gambar 4. Struktur Organisasi Rumah Kompos UIN Jakarta

(Sumber : Rumah Kompos UIN Jakarta, 2017)

Adapun tugas dari struktur organisasi tersebut adalah:

1. Penasehat, mengarahkan dan memberikan solusi kepada pengurus dalam

tehnik budidaya lebah heterotrigona itama di rumah kompos UIN Jakarta.

2. Ketua, bertugas untuk memanajemen seluruh kegiatan budidaya lebah

heterotrigona itama di Rumah Kompos UIN Jakarta.

3. Sekertaris, bertugas untuk mencatat pembukuan di Rumah Kompos, mengecek

inventaris, mengontrol kegiatan produksi dan pemasaran budidaya lebah

heterotrigona itama dan menyiapkan kebutuhan perlengkapan Rumah Kompos

UIN Jakarta.

Prof. Mohd. Mansur

Penasehat

Dr. Ir. Elpawati, MP

Ketua

Yelvie Erida S.Si

Bendahara

Titik Inayah, M.Si

Sekretaris

Haris Maulana

Anggota Riset Arizal Wahid

Anggota Riset

Wahyu Rochman

Anggota Riset

Rizky Ardian

Anggota Riset

Page 61: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

46

4. Bendahara, mengelola arus kas pemasukan dan pengeluaran yang dilakukan

pada kegiatan budidaya lebah heterotrigona itama di Rumah Kompos UIN

Jakarta.

5. Anggota riset,mengkontrol setiap hari pada kegiatan budidaya lebah

heterotrigona itama, membersihkan kotoran dan hama yang berada disekitar

area budidaya, membuat laporan harian dan mingguan pada perkembangan

budidaya lebah heterotrigona itama.

4.6 Peralatan dan Perlengkapan di Rumah Kompos UIN Jakarta

Adapun peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk menjalankan

aktivitas budidaya lebah heterotrigona itama di Rumah Kompos UIN Jakarta.

Berikut ini adalah tabel peralatan dan perlengkapan yang ada di Rumah Kompos

UIN Jakarta yaitu sebagai berikut :

Tabel 3. Peralatan dan Perlengkapan Rumah Kompos UIN Jakarta

Jenis Peralatan dan Perlengkapan Jumlah Satuan

Gergaji 1 Unit

Kater 3 Unit

Penggaris 2 Unit

Paku 0,5 Kg

Baskom 2 Unit

Ember 2 Unit

Timbangan 1 Unit

Saringan 2 Unit

Spidol 1 Unit

Alat Penyedot Madu 1 Unit

Kuas 2 Unit

Kulkas 1 Unit

(Sumber : Rumah Kompos UIN Jakarta, 2017)

Page 62: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

47

Dari tabel diatas peralatan dan perlengkapan yang tersedia meliputi gergaji 1

unit, kater 3 unit, penggaris 2 unit, paku 0,5 Kg, baskom 2 unit, ember 2 unit,

timbangan 1 unit, saringan 2 unit, spidol 1 unit, alat penyedot madu 1 unit, kuas 2

unit, kulkas 1 unit dan lainnya. Peralatan dan perlengkapan ini berguna untuk

aktivitas budidaya sampai keperluan panen madu, propolis dan bee pollen di

Rumah Kompos UIN Jakarta.

4.7 Proses aktivitas Budidaya Lebah Heterotrigona di Rumah Kompos UIN

Jakarta

Aktivitas budidaya di rumah kompos terdiri dari beberapa tahap proses

seperti pembuatan stup, penempatan log koloni berisi lebah, pemeliharaan,

pemanenan dan pascapanen. Berikut ini merupakan gambar bagan proses

budidaya lebah heterotrigona itama di Rumah Kompos UIN Jakarta:

Gambar 5. Proses Aktivitas Budidaya Lebah Heterotrigona di Rumah Kompos

UIN Jakarta

(Sumber : Rumah Kompos UIN Jakarta, 2017)

Pembuatan Stup

Panen dan Pascapanen

Pemeliharaan

Penempatan Koloni

Page 63: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

48

Dari bagan proses budidaya lebah heterotrigona itama ini, menjelaskan beberapa

bagian yang meliputi:

1. Pembuatan Stup

Stup terbuat dari papan kayu yang berukuran kurang lebih 40x30x5cm. Di

bagian tengah stup di beri lubang kecil dengan diameter 2cm. Stup kayu ini di

tutup dengan mika bening dengan ketebalan 0,1cm. Setelah ditutup mika ditutup

lagi dengan dengan papan triplek dengan ukuran yang sama dengan stup, yaitu

40x30cm. Terakhir di tutup lagi dengan pelindung yang berfungsi melindungi

stup dari panas dan hujan dengan ukuran 1mx1m. Pelindung ini di buat

menggunakan kerangka yang terbuat dari bambu dan juga terbuat dari bahan

karpet sintetis. Guna stup ini untuk memproduksi madu, propolis dan bee pollen

sehingga mempermudah pada saat panen berlangsung. Selain itu, manfaat

pembuatan stup yaitu bisa menghindari dari bahaya hama seperti semut, laba-laba,

cicak dan lainnya. Setelah stup sudah terbuat, papan stup ditutupi oleh plastik

mika atau plastik bening dan ditutup rapat, gunanya untuk mempermudah dalam

mengkontrol aktivitas budidaya.

2. Penempatan log koloni

Penempatan log koloni dilakukan dengan rapih sehingga mempermudah untuk

mengkontrol dan membersihkan lingkungan budidaya lebah heterotrigona itama.

Jarak antara log koloni sekitar 1,5 – 2 meter per log koloni. Selain itu, tempat

keluar-masuknya lebah pada log koloni tidak boleh berhadapan dengan log koloni

lainnya, sebab dapat mengakibatkan bentrokan terhadap lebah pada log koloni

lainnya.

Page 64: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

49

3. Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan dengan cara mengkontrol setiap log, menanam

tumbuhan berbunga di setiap area lingkungan budidaya lebah, membersihkan area

lingkungan budidaya sehingga tidak terserang hama. Berikut merupakan gambar

lingkungan area budidaya lebah heterotrigona dirumah kompos uin Jakarta :

Gambar 6. Areal Rumah Kompos UIN Jakarta

(Sumber : Rumah Kompos UIN Jakarta, 2017)

Dari gambar diatas penanaman bunga dapat di tanam di sekitar area log koloni

dan memberikan jarak antara setiap log. Hal ini dapat mempermudah untuk

mengkontrol log koloni setiap hari.

4. Panen dan Pascapanen

Panen dapat dilakukan setiap 3 bulan atau 4 bulan sekali dengan menggunakan

alat suntik atau alat penyedot madu. Selain itu, pada saat panen diwajibkan

menggunakan sarung tangan sehingga produk yang dipanen dapat menjaga

sterilisasi dan kebersihan.

Pascapanen dapat dilakukan setelah hasil produksi madu, propolis dan bee

pollen sudah di panen. Produk madu, propolis dan bee pollen dikemas dengan

menggunakan botol yang berukuran 250 mL pada produk madu, 100 gram pada

Page 65: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

50

produk propolis dan 100 gram pada produk bee pollen. Produk madu, propolis dan

bee pollen dikemas guna untuk meningkatnya kualitas produk, menambah daya

tahan lama untuk mengkonsumsi dan menghindari dari serangga semut dan

lainnya.

Page 66: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

51

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan hasil dan analisis pengujian terhadap penelitian

yang telah dilakukan. Penjelasan secara deskripsi tentang hasil penelitian ini

menekankan pada hasil analisis data yang telah diolah oleh program SPSS 23.0

untuk dikaji secara teori maupun berdasarkan fenomena yang ada di lapangan,

sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh dari sub variabel bebas

terhadap variabel terikat. Alat analisis regresi berganda dengan dugaan empat

faktor digunakan untuk mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi produksi

propolis di Rumah Kompos UIN Jakarta. Besarnya Pengaruh yang di timbulkan

oleh faktor jenis pohon, ukuran log, suhu dan hama diduga mempengaruhi

produksi propolis Lebah Heterotrigona Itama di Rumah Kompos UIN Jakarta.

5.1 Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus di penuhi pada

analisis regresi linier berganda. Didalamnya ada uji normalitas, heterokedastisitas,

dan multikolinearitas. Penelitian ini sudah memenuhi syarat uji asumsi klasik.

Dari hasil menunjukan bahwa residual terdistribusi secara normal, tidak terdapat

masalah heterokedastisitas, dan tidak terdapat masalah multikolinearitas.

Selanjutnya akan dijelaskan satu persatu.

5.1.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi yang

digunakan, variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi data

yang normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang

Page 67: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

52

memiliki persebaran atau distribusi data yang normal. Cara yang termudah untuk

melihat normalitas residual adalah dengan melihat normal probability plot yang

membandingkan distribusi komulatif dari distribusi normal. Hasil uji normalitas

terlihat dalam grafik normal P-Plot of Regression Standarized Residual dapat

dilihat pada gambar 7.

Gambar 7 : Normal P-Plot of Regression

Sumber : Data primer (diolah)

Gambar 7 menunjukan bahwa pada grafik Normal P-Plot of Regression

Standarized Reidual, titik - titiknya menyebar pada sumbu diagonal. Sehingga

dapat dikatakan data terdistribusi secara normal sehingga dapat memenuhi asumsi

normalitas. Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan

melihat Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi komulatif dari

Page 68: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

53

distribusi normal. Ghozali (2011) mengemukakan jika data menyebar di sekitar

garis diagonal menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi

asumsi normalitas.

5.1.2 Uji Heterokedastisitas.

Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

Cara termudah untuk melakukan uji heterokedastisitas adalah dengan melihat

grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan

nilai residualnya SRESID. Hasil uji heterokedastisitas dalam penelitian ini

disajikan pada gambar 8.

Gambar 8 : Scatterplot

Sumber : Data primer (diolah)

Gambar 8 menunjukan pada diagram scatterplot terlihat bahwa titik - titik

menyebar secara acak, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada

Page 69: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

54

sumbu Y sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas

pada model regresi yang digunakan sehingga model regresi layak untuk dipakai.

Analisis dengan grafik p;ots memiliki kekurangan yang cukup signifikan karena

jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin rendah jumlah

pengamtan maka semakin sulit menginterpretasikan hasil grafik plot. (Ghozali,

2007) mengemukakan bahwa uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui

apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian residual dari

satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, hal tersebut homokedastisitas,

namun jika varian berbeda, disebut heterokedastisitas.

5.1.3 Uji Multikolinearitas.

Menurut Ghozali (2005) menjelaskan bahwa uji multikolinearitas bertujuan

untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel

bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

diantara variabel independen. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat

nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum

dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas yaitu nilai tolerance > 0,10

atau sama dengan nilai VIF < 10. Hasil uji multikolinearitas penelitian ini

disajikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Independen Collinierity Statistics

Tolerance

VIF

Jenis Pohon

Ukuran Log

Suhu

Hama

0,782

0,828

0,925

0,904

1,279

1,207

1,081

1,106

Sumber : Data primer (diolah)

Page 70: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

55

Tabel 4 menunjukan bahwa nilai VIF untuk variabel jenis pohon, ukuran log

suhu dan hama dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat

masalah multikolinearitas. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi ditemukan adanya gejala korelasi antar variabel independen.

Ghozali (2011) mengemukakan model regresi yang baik adalah dengan melihat

nilai Tollerance dan Variation Inflation Faktor (VIF) dengan nilai cut-off yang

digunakan untuk menentukan adanya multikolinearitas adalah nilai Tollerance >

0,10 dan VIF < 10.

5.2 Analisis Regresi

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan alat bantu SPSS 23, hasil yang

diperoleh untuk perhitungan regresi linier berganda dari faktor - faktor yang

mempengaruhi produksi propolis di rumah kompos UIN Jakarta disajikan pada

tabel berikut.

Tabel 5. Hasil Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Propolis

di Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

No Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

Propolis di Rumah Kompos

Koefisien

Regresi

1

2

3

4

5

Konstanta

Jenis pohon

Ukuran log

Suhu

Hama

146,406

0,041

0,021

0,254

0,060

Sumber : Data Primer (olahan)

Berdasarkan Tabel 29 diperoleh model regresi pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Y = 146,406 + 0,041 X1 + 0,021 X2 + 0,254 X3 - 0,060 X4

Page 71: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

56

Keterangan :

Y = Produksi Propolis (gr) X3 = Suhu (oC)

X1 = Jenis pohon (batang) X4 = Hama (ekor)

X2 = Ukuran log (cm)

Berdasarkan hasil persamaan regresi yang diperoleh, maka model regresi

tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Nilai konstanta (a) sebesar 146,406. Nilai ini memiliki arti bahwa apabila

seluruh variabel bebas (jenis taneman, ukuran log, suhu dan hama) bernilai

nol, maka besarnya variabel terikat (produksi propolis) mempunyai nilai

sebesar 146,406 gr.

2. Koefisien jenis pohon (X1) bernilai positif sebesar 0,041. Artinya apabila jenis

pohon mengalami kenaikan sebesar 1 batang, maka akan meningkatkan

produksi propolis lebah Heterotrigona Itama Rumah Kompos UIN Jakarta

sebesar 0,041 gr.

3. Koefisien ukuran log (X2) bernilai positif sebesar 0,021. Artinya apabila

ukuran log mengalami kenaikan sebesar 1 m, maka akan meningkatkan

produksi propolis lebah Heterotrigona Itama Rumah Kompos UIN Jakarta

sebesar 0,021 gr.

4. Koefisien suhu (X3) bernilai positif sebesar 0,254. Artinya apabila suhu

mengalami kenaikan sebesar 1oC, maka akan meningkatkan produksi propolis

lebah Heterotrigona Itama Rumah Kompos UIN Jakarta sebesar 0,254 gr.

Page 72: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

57

5. Koefisien hama (X4) bernilai negatif sebesar -0,060. Artinya apabila hama

mengalami kenaikan sebesar 1 ekor, maka akan mengurangi produksi propolis

lebah Heterotrigona Itama Rumah Kompos UIN Jakarta sebesar 0,060 gr.

5.2.1 Koefisien Determinasi (R2).

Koefisen determinasi (R2) digunakan untuk melihat sejauh mana variabel -

variabel independen jenis taneman, ukuran log, suhu dan hama dapat

mempengaruhi variabel dependen produksi propolis. Hasil koefisien determinasi

(R2) disajikan pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil Uji Determinasi (R2)

Model R R Square (R2) Adjusted R Square (R

2)

1 ,550 ,302 ,215

Sumber : Data Primer (olahan)

Berdasarkan pada tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai dari koefesien

determinasi R2 adalah sebesar 0,302. Hal ini menunjukan bahwa 30,2% variabel

independen yaitu jenis pohon, ukuran log, suhu dan hama dapat menjelaskan

variabel dependennya yaitu produksi propolis di Rumah Kompos UIN Jakarta.

Sedangkan sisanya sebesar 69,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

dimasukan dalam model. Nilai 0,215 menunjukan tingkat hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen berada pada tingkatan rendah.

5.2.2 Hasil Uji Hipotesis.

A. Uji F.

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen (jenis

pohon, ukuran log, suhu dan hama) secara bersama - sama berpengaruh pada

variabel dependen (produksi propolis). Pengujian ini dilakukan dengan

Page 73: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

58

membandingkan Fhitung yang didapatkan dari hasil olahan SPSS 23 dengan Ftabel.

Berikut ini adalah tabel 7 yang menunjukan hasil dari olahan SPSS 23.

Tabel 7. Hasil Uji F Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Produksi Propolis

di Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Model Sum of

Square

Df Mean

Square

Fhitung Sig Ftabel

1

Regression

Rsidual

Total

1645,899

3799,074

5444,973

4

32

36

411,475

118,721

2,209 ,018 3,47

Sumber : Data Primer (olahan)

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 2,209

sedangkan nilai Ftabel sebesar 2,10 dengan signifikansi sebesar 0,018. Besar nilai

Fhitung lebih besar dibandingkan dengan Ftabel yaitu 2,209 > 3,47 dan nilai

signifikansi lebih kecil dari α (0,1) yaitu 0,018 < 0,1. Sehingga dapat diketahui

bahwa variabel independen secara bersama - sama berpengaruh nyata terhadap

variabel dependen atau bisa dikatakan bahwa variabel jenis pohon, ukuran log,

suhu dan hama secara bersamaan berpengaruh terhadap produksi propolis.

B. Uji T.

Uji T atau pengujian secara tunggal digunakan untuk melihat apakah masing -

masing variabel independen (X) memiliki pengaruh terhadap variabel dependen

(Y). dalam penelitian ini akan dilihat apakah variabel jenis pohon, ukuran log,

suhu dan hama memiliki pengaruh atau tidak terhadap variabel produksi propolis.

Berikut ini adalah tabel 8 yang memperlihatkan data tentang hasil uji t pada

penelitian ini.

Page 74: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

59

Tabel 8. Hasil uji T

Faktor Thitung Sig

Jenis pohon

Ukuran log

Suhu

Hama

1,501

1,322

1,218

1,835

0,143

0,195

0,232

0,076

Sumber : Data Primer (diolah)

Keterangan : Ttabel 36/0,1= 1,30

Dari Tabel 8 dapat dilihat hasil Thitung dari masing - masing variabel

independen (X) dan berikut ini akan dijelaskan dari masing - masing variabel

tersebut jenis pohon (X1), ukuran log (X2), suhu (X3) dan Hama (X4).

Berdasarkan hasil pencarian Ttabel sebesar 1,30. Faktor pertama yang diduga

memiliki pengaruh terhadap jumlah produksi propolis. Berdasarkan tabel 8

menunjukan bahwa variabel jenis pohon memiliki nilai Ttabel sebesar 1,30 dan

Thitung 1,501 sehingga dapat dilihat bahwa nilai Thitung > Ttabel yaitu 1,501 > 1,30.

Maka variabel jenis pohon berpengaruh nyata dan signifikan terhadap produksi

propolis di rumah kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Faktor ke dua yang diduga memiliki pengaruh terhadap jumlah produksi

propolis adalah ukuran log. Berdasarkan tabel 8 menunjukan bahwa variabel

ukuran log memiliki nilai Ttabel sebesar 1,30 dan Thitung 1,322 sehingga dapat

dilihat bahwa nilai Thitung > Ttabel yaitu 1,322 > 1,30. Maka variabel ukuran log

berpengaruh nyata dan signifikan terhadap produksi propolis di rumah kompos

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Faktor ke tiga yang diduga memiliki pengaruh terhadap jumlah produksi

propolis adalah suhu. Berdasarkan tabel 8 menunjukan bahwa variabel suhu

memiliki nilai Ttabel sebesar 1,30 dan Thitung 1,218 sehingga dapat dilihat bahwa

Page 75: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

60

nilai Thitung < Ttabel yaitu 1,010 < 1,218. Maka variabel suhu tidak pengaruh nyata

dan signifikan terhadap produksi propolis di rumah kompos UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Faktor ke empat yang diduga memiliki pengaruh terhadap jumlah produksi

propolis adalah hama. Berdasarkan tabel 8 menunjukan bahwa variabel hama

memiliki nilai Ttabel sebesar 1,30 dan Thitung 1,835 sehingga dapat dilihat bahwa

nilai Thitung > Ttabel yaitu 1,835 > 1,30. Maka variabel hama berpengaruh nyata dan

signifikan terhadap produksi propolis di rumah kompos UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 76: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

61

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor - faktor

yang mempengaruhi produksi propolis di Rumah Kompos UIN Jakarta dapat

ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil Uji T didapatkan bahwa variable jenis pohon, ukuran log, hama

berpengaruh nyata terhadap produksi propolis. Sedangkan variable suhu

berpengaruh tidak nyata, hal itu disebabkan karena perubahan suhu tidak

ekstrim pada Rumah Kompos UIN Jakarta. Sehingga rata - rata suhu sama

sepanjang tahun.

2. Hasil penelitian menyatakan bahwa variable jenis pohon berpengaruh

nyata sebesar 25,5%, ukuran log 22,4%, hama 31,2%. Sedangkan suhu

sebesar 20,7% berpengaruh tidak nyata terhadap produksi propolis lebah

Heterotrigona itama Rumah Kompos UIN Jakarta.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Peningkatan produksi propolis bisa dilakukan dengan cara dengan cara

meperbanyak pakan untuk lebah pada sekitar lingkungan, serta membutuhkan

perawatan yang secara rutin agar terjaga dari serangan hama yang dapat

merusak produksi propolis.

Page 77: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

62

2. Mempertahankan ukuran log dan penanganan pemberantasan hama dalam

produksi propolis lebah Heterotrigona itama disamping inovasi kegiatan

produksi propolis lebah Heterotrigona itama.

3. Menjaga suhu maksimal stup agar dalam kegiatan produksi propolis berjalan

dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik.

Page 78: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

63

DAFTAR PUSTAKA

Akratanakul, P. 1986. Beekeping in Asia. FAO Agricultural Service Bulletin,

Roma.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta.

Jakarta.

Borrelli, F., Maffia, P., Pinto, L., Ianaro, A., Russo, A., Capasso, F., et al, 2002,

Phytochemical compounds involved in the anti-inflammatory effect of

propolis extract, Fitoerapia, 73: 53-63.

Chen, Y., 1993, Apiculture in China, 1st ed., Agricultural Publishing House. 96-7.

Departemen Kehutanan. 1985. Statistik Kehutanan Indonesia. Biro Perencanaan

Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan. Jakarta.

Epp, D.J. and J.W. Malone, Jr. 1981. Introduction to Agricultural Economics. Mac

Millan Publishing Co, Inc. New York.

Ferguson, C.E, dan Gould, I.P, (1975), Microeconomic Theory and Appli cation,

Prentice Hall International, Inc, London.

Free, J.B. 1982. Bees and Mankind. George Allen & Unkwin, London.

Ghisalberti, E.L., 1979, Propolis. A review, Bee world, 60: 59-84.

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan

Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Ghozali, Imam. 2007. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan

Empat. Semarang: Badan Penerbit Universitas diponegoro.

Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gilette, W., 1996, Letter to the editor, J. Periodontol., 67: 726.

Hadi, Soesilo. 2001. Metologi Riset II. Yogyakarta: Penerbit Andi Offsct.

Hasanudin, Situmorang. 2014. Morfologi dan Anatomi Lebah. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Heady, E.O, dan Dillon, J.L. 1990. Agricultural Production Function. Fifth

Printing. The Iowa State University Press. USA.

Hill, R., 1981, Propolis: the natural antbiotic, 6th ed., Thorsons Publishers Ltd,

Wellingborough, 7-8.

Iannuzzi J. 1983. Propolis: The most mysterious hive element - part 1. American

Bee Journal (AS), 1983, August, pp. 573.

Kaal, J., 1991, Natural medicine from honey bees (apitherapy), Kaal’s Printing

House, Amsterdam, 9-12.

Page 79: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

64

Kaihena M. 2013. Propolis Sebagai Imunostimultor Terhadap Infeksi

Micobacterium tubercolusosis. Prosiding FMIPA Universitas Pattimura.

Kasno. 2001. Pakan Lebah. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Krell. R., 1996. Value added products from beekeeping. Agri Serv Bull 124, Food

and Agricultural Organization of the U.N, 409.

Krell, R., 1996, Value-added products from beekeeping, FAO Agricultural Services

Bulletin No.124 Chapter 5.http://www.fao.org/docrep/w0076e/w0076e14.htm.

Diakses tanggal 5 Oktober 2017.

Kun, Y.P., Ikegaki, M., 1998, Preparation of water and ethanolic extracts of

propolis and evaluation of the preparations, Biosci. Biotechnol. Biochem,

62(11): 2230- 32. Lofty, 2006

Lamerkabel, J.S.A, 2007. LaporanPerkembangan Lebah Madu Di Provinsi Maluku

(Laporan Tahunan Asosiasi Perlebahan Indonesia). Ambon

Mahani, A.R. Karim dan N. Nurjanah. 2011. Keajaiban Propolis Trigona. Pustaka

Bunda, Jakarta.

Marhiyanto, B. 1999. Peluang Bisnis Beternak Lebah Madu. Gita Media Press,

Surabaya.

Martinez-Silveria, G., Gou-Godoy, A., Ona-Torriente, R., Palmer-Ortiz, M.C.,

Falcon-Cuellar, M.A., 1988, Preliminary study of the effect of propolis in the

treatment of chronic gingivitis and oral ulceration, Rev Cubana Estomatol,

25(3): 36-44.

Meyer, L.H. 1966. Food Chemistry, 4th

ed. Reinhold Publishing Corp. New York.

Park, Y.K., Koo, M.H., Abreu, J.A.S., Ikegaki, M., Cury, J.A., Rosalen, P.L., 1998,

Antimicrobial activity of propolis on oral microorganisms, Current Microbiol,

36: 24-8.

Pavord AV. 1970. Bees and Beekeeping. London (GB): Cassel Ltd.

Perusahaan Umum Perusahaan Kehutanan Negara Unit Jawa Timur, 1986

Pcelovodstvo Magazine. 2012. Propolis Production In The Apiary. Oliver

Mihajlovic, Penerjemah. Russia ( RU ): Riboe.

Sedgley M. 1991. Insect Visitors to Flowering Branches of A. Mangium & A.

Arriculi formis. ACIAR workshop.

Sarwono, B. 2001. Lebah. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sihombing, D. T. H. 2005. Ilmu Ternak Lebah Madu. Gajah Mada University Press,

Yogyakarta.

Singh, S. 1962. Bee Keeping in India. Indian Council Agricultural Research, New

Delhi.

Page 80: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

65

Siregar, H. C. H., A. M. Fuah, and Y. Octaviany. 2011. Propolis Madu Multi kasiat.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Winarno, Wing Wahyu. (2009). Analisis ekonometrika dan statistika dengan

eviews. Edisi kedua. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Page 81: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

66

Lampiran 1. Data Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Propolis

Lebah Heterotrigona Itama di Rumah Kompos UIN Jakarta

No LOG Produksi Propolis Jumlah Pohon Ukuran LOG Suhu Hama

1 233 48 172 29 20

2 237 43 226 27 16

3 241 45 226 28 18

4 256 41 133 27 22

5 217 20 266 29 19

6 264 33 234 28 23

7 236 42 240 27 25

8 241 54 626 28 18

9 252 76 864 29 21

10 236 56 601 29 11

11 235 55 226 28 15

12 244 55 408 30 12

13 253 42 850 26 23

14 238 39 154 28 18

15 246 54 314 29 21

16 237 30 103 28 16

17 240 24 290 28 18

18 243 38 392 29 23

19 234 40 449 28 15

20 261 41 816 29 11

21 257 62 346 29 21

22 219 39 128 28 14

23 248 54 653 28 24

Page 82: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

67

24 236 24 488 30 17

25 245 32 278 28 12

26 246 46 434 25 23

27 233 44 555 28 14

28 214 25 305 28 13

29 249 53 408 29 23

30 237 34 344 29 20

31 216 51 235 27 18

32 243 25 185 30 11

33 231 25 177 29 15

34 245 59 462 27 19

35 264 49 312 30 24

36 236 61 427 28 18

37 253 65 488 28 15

Page 83: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

68

Lampiran 2. Hasil Regresi Linear Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Produksi Propolis Lebah Heterotrigona Itama di Rumah Kompos

UIN Jakarta

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Produksi Propolis 5.4834 .05153 37

Jumlah Pohon 3.7332 .32548 37

Ukuran LOG 5.7836 .54245 37

Suhu 3.3362 .03879 37

Hama 2.8626 .24367 37

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1645.899 4 411.475 3.466 .018b

Residual 3799.074 32 118.721

Total 5444.973 36

a. Dependent Variable: Produksi Propolis

b. Predictors: (Constant), Jumlah Pohon, Ukuran Log, Suhu, Hama

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 146.406 .736 5.689 .000

X1 .041 .027 .256 1.501 .143 .782 1.279

X2 .021 .016 .219 1.322 .195 .828 1.207

X3 .254 .208 .191 1.218 .232 .925 1.081

X4 .062 .034 .291 1.835 .076 .904 1.106

a. Dependent Variable: Produksi Propolis (gr)

Page 84: FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PROPOLIS …

69

Lampiran 3. Foto Produksi Propolis Lebah Heterotrigona Itama di Rumah

Kompos UIN Jakarta.