v. hasil dan pembahasan 5.1 dukungan habitat banteng di ... v... · hal ini dimungkinkan karena di...

92
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di Dalam dan di Luar Kawasan TN Alas Purwo dan TN Meru Betiri 5.1.1 Vegetasi dan Produktivitas Hijauan Pakan Analisis vegetasi di padang perumputan banteng TNAP menunjukkan potensi tingkat semai di sekitar padang perumputan Sadengan 7.733 semai/ha dengan kerapatan pohon 118,7 pohon/ha. Tingkat semai dan pohon tersebut didominasi oleh jenis johar (Cassia siamea Lamk.) dengan INP semai 46% dan INP pohon 32,1%. Di lokasi Sumbergedang kerapatan pohon dan semai lebih rendah yaitu 25,3 semai/ha dan 1,3 pohon/ha, yang didominasi oleh jenis semutan (Syzygium syzygioides Miq.) dengan INP semai sebesar 52,7% dan INP pohon 78,4%. (Lampiran 4). Di blok Sumbergedang kawasan hutan produksi Perum Perhutani yang berbatasan langsung dengan kawasan TNAP , telah dilakukan pengukuran terhadap produktivitas hijauan tumbuhan bawah . Pengukuran dilakukan untuk mengetahui potensi hijauan sebagai sumber pakan banteng. Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah di blok Sumbergedang ditemukan enam jenis tumbuhan bawah (Tabel 6), semua jenis tumbuhan tersebut dimakan oleh banteng. Pada Tabel 6 terlihat bahwa jenis bambangan merupakan jenis hijauan dengan tingkat produktivitas paling tinggi, yaitu sebesar 140,81 kg/ha/hari saat musim hujan. Selanjutnya grinting 44,44 kg/ha/hari, drujon 43,22 kg/ha/hari, alang-alang 28,77 kg/ha/hari, kolomento 11,11 kg/ha/hari dan teki 1,47 kg/ha/hari. Sedangkan nilai produktivitas pada saat musim kemarau jauh lebih kecil yaitu bambangan 20 kg/ha/hari, grinting 0,04 kg/ha/hari, drujon 0,27 kg/ha/hari, alang-alang 0,15 kg/ha/hari, kolomento 0,86 kg/ha/hari dan Teki 1,47 kg/ha/hari. Dari nilai produktivitas yang dihasilkan oleh tumbuhan bawah di blok Sumbergedang, produktivitas per hektarnya termasuk tinggi dibanding dengan di lokasi padang perumputan Sadengan kawasan TNAP (Tabel 7). Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga tumbuhan bawah khususnya jenis rumput-rumputan bisa tumbuh dengan baik.

Upload: dokien

Post on 02-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

65  

  

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Dukungan Habitat Banteng di Dalam dan di Luar Kawasan TN Alas

Purwo dan TN Meru Betiri

5.1.1 Vegetasi dan Produktivitas Hijauan Pakan

Analisis vegetasi di padang perumputan banteng TNAP menunjukkan

potensi tingkat semai di sekitar padang perumputan Sadengan 7.733 semai/ha

dengan kerapatan pohon 118,7 pohon/ha. Tingkat semai dan pohon tersebut

didominasi oleh jenis johar (Cassia siamea Lamk.) dengan INP semai 46% dan

INP pohon 32,1%. Di lokasi Sumbergedang kerapatan pohon dan semai lebih

rendah yaitu 25,3 semai/ha dan 1,3 pohon/ha, yang didominasi oleh jenis semutan

(Syzygium syzygioides Miq.) dengan INP semai sebesar 52,7% dan INP pohon

78,4%. (Lampiran 4).

Di blok Sumbergedang kawasan hutan produksi Perum Perhutani yang

berbatasan langsung dengan kawasan TNAP , telah dilakukan pengukuran

terhadap produktivitas hijauan tumbuhan bawah . Pengukuran dilakukan untuk

mengetahui potensi hijauan sebagai sumber pakan banteng.

Hasil analisis vegetasi tumbuhan bawah di blok Sumbergedang ditemukan

enam jenis tumbuhan bawah (Tabel 6), semua jenis tumbuhan tersebut dimakan

oleh banteng. Pada Tabel 6 terlihat bahwa jenis bambangan merupakan jenis

hijauan dengan tingkat produktivitas paling tinggi, yaitu sebesar 140,81

kg/ha/hari saat musim hujan. Selanjutnya grinting 44,44 kg/ha/hari, drujon 43,22

kg/ha/hari, alang-alang 28,77 kg/ha/hari, kolomento 11,11 kg/ha/hari dan teki 1,47

kg/ha/hari. Sedangkan nilai produktivitas pada saat musim kemarau jauh lebih kecil

yaitu bambangan 20 kg/ha/hari, grinting 0,04 kg/ha/hari, drujon 0,27 kg/ha/hari,

alang-alang 0,15 kg/ha/hari, kolomento 0,86 kg/ha/hari dan Teki 1,47 kg/ha/hari.

Dari nilai produktivitas yang dihasilkan oleh tumbuhan bawah di blok

Sumbergedang, produktivitas per hektarnya termasuk tinggi dibanding dengan di

lokasi padang perumputan Sadengan kawasan TNAP (Tabel 7). Hal ini

dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga

tumbuhan bawah khususnya jenis rumput-rumputan bisa tumbuh dengan baik.

Page 2: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

66  

Tabel 6 Produktivitas hijauan pakan banteng di blok Sumbergedang pada musim hujan dan kemarau

No Nama Daerah Nama Botani Produktivitas (kg /ha /hari)

Musim Hujan Musim Kemarau 1 Bambangan Commelina nudiflora Brn.F. 140,81 20,00 2 Grinting Paspalum longifolium Roxb. 44,44 1,11 3 Drujon Achartus ilichiphelia L. 43,22 11,83 4 Alang-alang Imperata cylindrica L.Beauv. 28,77 8,44 5 Kolomento Leersia hexandra Sw. 11,11 0,86 6 Teki Cyperus monochephalus

Baker. 10,74 1,47

Total 279,09 43,71

Hasil pengukuran produktivitas di padang perumputan Sadengan disajikan

pada Tabel 7.

Tabel 7 Produktivitas hijauan pakan di padang perumputan Sadengan pada saat musim hujan dan kemarau

No. Nama Daerah Nama Botani Produktivitas (kg /ha /hari)

Musim Hujan Musim Kemarau 1 Domdoman Andropogon aciculatus Retz. 88,81 15,71 2 Paitan Paspalum conjugatum Roxb. 8,11 3,94 3 Putian Andropogon pertusus L. 2,56 1,22 4 Alang-alang Imperata cylindrica L.Beauv. 11,11 0,11 5 Kolomento Leersia hexandra Sw. 6,66 1,33 6 Teki Cyperus monochephalus Baker 5,6 0,33 7 Lamuran Andropogon caricosus L. 0,1 1,30

Total 122,95 23,94

Pada Tabel 7 terlihat bahwa di padang perumputan Sadengan ditemukan 7 jenis

tumbuhan bawah. Produktivitas tumbuhan bawah di padang perumputan Sadengan

lebih kecil dibandingkan dengan di blok Sumbergedang, kemungkinan hal ini yang

menyebabkan banteng di padang perumputan Sadengan ke luar kawasan taman

nasional dan mencari makan di blok Sumbergedang yang merupakan hutan produksi

Perum Perhutani terutama pada saat kemarau.

Semua jenis tumbuhan bawah yang ditemukan di blok Sumbergedang dan

Sadengan adalah sumber pakan banteng, hanya proporsi dan produktivitas saja yang

berbeda. Hasil penelitian Pairah (2007), menunjukkan bahwa jenis grinting

(Paspalum longifolium Roxb.), lamuran (Andropogon caricosus L), kolomento

(Leersia hexandra Sw.) dan paitan (Paspalum conjugatum Roxb.) merupakan jenis

Page 3: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

67  

  

pakan yang dimakan oleh banteng dengan proporsi lebih tinggi dibanding dengan

jenis rumput lainnya. Jenis-jenis hijauan pakan tersebut ditemukan pada kotoran

banteng dengan proporsi yang berbeda, proporsi yang tinggi mengindikasikan bahwa

jenis tersebut disukai banteng.

Hasil penelitian Heriyanto (2007), menunjukkan bahwa vegetasi TNMB di

kawasan yang berbatasan dengan Perkebunan Bandealit, vegetasi tingkat semai

didominasi oleh mahoni (Swietenia macrophylla Jack.) dan bayur (Pterospermum

diversifolium Blume) dengan nilai INP masing-masing jenis 10,8% dan 7,7%.

Tingkat belta didominasi oleh mahoni (INP 17,8%), bungur (Lagerstroemia

speciosa Pers) dengan (INP 9,1%) dan wining (Pterocybium javanicum R. Br.)

dengan (INP 6,1%). Vegetasi tingkat pohon didominasi oleh besule (Chydenanthus

excelsus Miers) dengan nilai INP 28,5%, jabon (Anthocephallus cadamba Miq.)

(INP 20,0%) dan wining (Pterocybium javanicum R. Br.) (INP 16,3%).

Kerapatan tertinggi untuk tingkat pohon 15,5 per hektar, tingkat belta 171 per

hektar dan tingkat semai 1.607 per hektar.

Vegetasi yang terdapat dalam kawasan taman nasional digunakan banteng

sebagai tempat istirahat dan berlindung. Jika banteng yang berada di kawasan

perkebunan terganggu oleh aktivitas manusia, banteng tersebut langsung lari ke

dalam kawasan taman nasional yang bervegetasi. Vegetasi hutan juga

dimanfaatkan banteng sebagai lokasi untuk tempat bersarang dan tidur. Lokasi ini

berada dalam kawasan TNMB yang letaknya tidak jauh dari kawasan Perkebunan

Bandealit. Hal ini ditunjukkan dengan ditemukannya beberapa sarang banteng di

bawah tegakan pohon. Moen (1972) menyatakan bahwa vegetasi merupakan salah

satu faktor biotik yang sangat penting sebagai penyedia makanan, tempat

berlindung dan tempat tinggal.

Untuk mengetahui penyebab banteng keluar kawasan TNMB dan

menjadikan areal Perkebunan Bandealit sebagai habitat dan homerange yang

permanen, terutama habitat sumber pakan, maka dilakukan penelitian potensi

sumber pakan di padang perumputan Pringtali TNMB. Letak padang perumputan

Pringtali TNMB tidak jauh dengan areal Perkebunan Bandealit yang merupakan

enclave berupa daerah penyangga.

Page 4: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

68  

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap habitat pakan yang dilakukan di

sekitar Kebun Pantai Perkebunan Bandealit yang berstatus sebagai daerah

penyangga serta padang perumputan Pringtali TNMB, diketahui nilai produktivitas

hijauan pakan yang biasa dimakan oleh banteng. Hasil penelitian produktivitas

tumbuhan bawah pakan banteng di padang perumputan Pringtali TNMB dan

Kebun Pantai Perkebunan Bandealit disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9.

Tabel 8 Produktivitas hijauan pakan banteng di padang perumputan Pringtali TNMB

No Nama Daerah Nama Botani Produktivitas (kg/ha/hari)

Musim Hujan Musim Kemarau 1 Paitan Paspalum conjugatum Berg. 26,80 12,50 2 Lamuran Andropogon caricocus L. 3,10 1,20 3 Teki Cyperus rotundus L. 3,22 1,27 4 Ilat Carex baccans Nees. 3,77 1,50 5 Gajahan Panicum repens L. 12,50 6,86 6 Pringpringan Pogonatherum paniceum L. 40,33 19,16 7 Alimosa Mimosa invisa Mar. 2,20 1,33 8 Babadotan Ageratum conyzoides L. 3,60 1,77 9 Sintrong Erechtites valerianifolia

(Spreng.) DC. 28,22 22,33

Total 123,74 67,92

Tabel 9 Produktivitas hijauan pakan banteng di Kebun Pantai Perkebunan Bandealit

No. Nama Daerah Nama Botani Produktivitas (kg /ha /hari)

Musim Hujan Musim Kemarau 1 Kolonjono Hierochloe horsfieldii Max. 28,66 15,71 2 Paitan Paspalum conjugatum Berg. 24,11 10,40 3 Kipait Axonopus compressus L. 10,30 4,33 4 Putian Andropogon pertusus L. 8,22 3,4 5 Ilat/ladingan Carex baccans Nees. 2,30 1,11 6 domdoman Andropogon aciculatus L. 6,10 2,30 7 Teki Cyperus monochephalus L. 3,13 1,33 8 Kawatan Panicum montanum L. 2,66 1,30 9 Jalantir Erigeron linifolius Willd. 2,42 1,10 10 Gajahan Panicum repens L. 10,33 6,60 11 Babadotan Ageratum conyzoides L. 2,90 1,10 12 Alimosa Mimosa invisa Mar. 2,60 1,22

13 Sintrong Erechtites valerianifolia (Spreng DC). 16,88 9,40

14 Lamuran Andropogon caricocus L. 2,80 1,66 Total 123,41 60,96

Page 5: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

69  

  

Berdasarkan pengamatan terhadap tumbuhan bawah di padang perumputan

Pringtali dan Perkebunan Bandealit ditemukan masing-masing sembilan jenis dan

14 jenis tumbuhan sumber pakan banteng. Hasil pengukuran produktivitas hijauan

sumber pakan banteng di areal kebun pantai Bandealit disajikan pada Tabel 9.

Produktifitas tumbuhan bawah sebagai sumber pakan banteng pada saat

musim hujan di Kebun Pantai Perkebunan Bandealit relatif sama dengan di padang

perumputan Pringtali kawasan TNMB, walaupun jumlah jenis yang ditemukan di

Perkebunan Bandealit lebih banyak. Hal ini diduga ada hubungan dengan

penutupan tajuk pohon, di padang perumputan Pringtali arealnya sangat terbuka

sehingga tumbuhan bawah mendapat sinar matahari yang cukup sedangkan di

Perkebunan Bandealit tumbuhan bawah ternaungi oleh tegakan pohon seperti johar

(Cassia siamea L.), kopi (Coffea robusta L.), karet (Hevea brasiliensis

(willd.).Muell.Arg.), sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) dan balsa

(Ochroma bicolor Rowlee.) sehingga pertumbuhannya lebih lambat. Semiadi dan

Nugraha (2004) menyatakan bahwa rumput atau tumbuhan bawah akan tumbuh

dengan cepat apabila mendapat sinar matahari untuk proses fotosintesa. Hijauan

rumput di areal perkebunan produktifitas per hektarnya rendah karena kurang

mendapatkan sinar matahari. Perbedaan produktifitas kemungkinan dikarenakan

jenis hijauan rumput yang terdapat di Kebun Pantai dan di padang perumputan

Pringtali berbeda, sehingga kemampuan untuk tumbuh kembali dari jenis-jenis

rumput tersebut juga berbeda. McIlroy (1977) dan Reksohadiprojo (1982)

menyatakan bahwa produktifitas hijauan pakan tergantung pada daya tahan hidup

dari jenis tumbuhan, daya saing dengan spesies lain, kemampuan tumbuh kembali

setelah injakan dan penggembalaan berat, sifat tahan kering atau basah serta

kesuburan tanah.

Semua tumbuhan bawah yang ditemukan di padang perumputan Pringtali

TNMB dan Kebun Pantai Perkebunan Bandealit mempunyai potensi yang cukup

baik. Tetapi padang perumputan Pringtali luasannya hanya lima ha dan sebagian

besar sudah terinvasi oleh jenis invasif seperti kirinyuh (Chromolaena odorata

(L.) King RM & Rob H) dan Lantana camara L, sehingga perlu dilakukan

pembinaan habitat padang perumputan Pringtali secara rutin serta dilakukan

perluasan untuk meningkatkan produktivitas hijauan pakan. Terbatasnya luasan

Page 6: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

70  

padang penggembalaan menunjukkan daya dukung populasi rendah sehingga

dapat menjadi penyebab keluarnya banteng dari kawasan. Alikodra (1983)

menyatakan bahwa jika suatu kawasan tidak mampu menyediakan salah satu atau

beberapa komponen utama dari keperluan hidupnya, maka banteng akan bergerak

mencari kawasan lain yang mampu untuk memenuhi tuntutan hidupnya.

5.1.2 Nilai Kandungan Gizi dan Palatabilitas Hijauan Pakan

Analisis kandungan gizi hijauan pakan banteng tidak hanya dilakukan pada

jenis-jenis rumput yang dijumpai di padang perumputan saja, tetapi dilakukan

juga pada jenis-jenis tumbuhan yang ada di luar padang penggembalaan yang

dapat dimakan banteng. Dari hasil analisis kandungan gizi hijauan yang

dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB diketahui nilai

kandungan gizi jenis hijauan pakan yang terdapat di kawasan TNAP dan

sekitarnya serta di kawasan TNMB dan sekitarnya (Tabel 10 dan 11). Nilai gizi

hijauan dapat diartikan sebagai kualitas dari hijauan yang dapat mengendalikan

proses kehidupan yang komplek dan sangat penting bagi kesehatan, pertumbuhan,

reproduksi maupun ketahanan hidup satwa (Dashman 1964).

Nilai kandungan gizi yang terdapat dalam hijauan pakan banteng di padang

perumputan Sadengan dan Sumbergedang TNAP serta di padang perumputan

Pringtali dan perkebunan Bandealit TNMB disajikan dalam Tabel 10 dan 11.

Tabel 10 Kandungan nutrisi pakan di Sadengan TNAP dan Blok Sumbergedang

Jenis Bahan kering Abu Protein

kasar Seratkasar

Lemakkasar Beta-N Ca P Cu

(ppm) Zn

(ppm) EB

(kal/g)

Drujon 83,33 10,11 10,20 28,10 0,26 34,66 0,11 0,34 1,11 8,44 2.793

Bambangan 87,80 11,21 5,36 42,37 1,06 20,30 0,32 0,24 1,73 16,58 1.952

Kulit Mahoni 87,55 5,09 3,02 24,84 1,10 53,50 2,65 0,20 4,72 11,36 3.826

Putian 87,58 23,27 7,84 33,32 1,32 21,83 0,60 0,57 2,95 15,02 2.017

Kiserut 85,78 18,71 12,50 32,69 0,19 21,69 1,06 0,35 3,02 11,39 2.461

Kolomento 89,10 16,45 8,80 27,43 0,99 35,43 0,41 0,25 1,91 23,90 1.763

Grinting 88,53 7,65 3,37 29,59 0,92 47,00 0,12 0,22 0,39 5,49 2.468

Teki Rawa 87,91 17,11 5,26 33,67 0,26 31,61 0,04 0,32 0,92 13,11 3.027

Dom-doman 88,21 11,97 9,36 34,72 0,19 31,97 0,37 0,18 1,88 12,44 2.121

Paitan 85,56 11,08 8,85 29,19 0,45 35,09 0,31 0,24 3,76 22,89 2.367

Alang-alang 84,93 7,70 10,06 52,93 0,47 13,77 0,57 0,28 4,29 14,22 3.711

Page 7: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

71  

  

Berdasarkan hasil analisis kandungan gizi pakan yang terdapat di kawasan

TNAP diketahui bahwa jenis kiserut (Streblus asper), drujon (Achartus

ilichiphelia L), alang-alang (Imperata cylindrica L. Beauv.) dan domdoman

(Andropogon aciculatus Retz.) mempunyai kandungan protein yang tinggi

dibanding jenis hijauan lainnya yaitu 9,36% sampai 12,50%. Sedangkan

kandungan lemak tertinggi yaitu bambangan (Commelina nudiflora Brn F.)

sebesar 1,06%, kulit batang mahoni (Swietenia macrophilla Jack.) 10% dan putian

(Andropogon pertutus L.) 1,32%. Jenis pakan yang mengandung kalsium cukup

tinggi adalah Kiserut (Streblus asper) dan kulit batang mahoni (Swietenia

macrophilla Jack.) masing-masing sebesar 1,06% dan 2,65%.

Kulit batang mahoni (Swietania macrophilla Jack.) selain mempunyai

kandungan kalsium yang tinggi, juga mengandung unsur Cu dan Zn yang cukup

tinggi yaitu masing-masing 4,72% dan 11,36%. Kulit batang mahoni juga

mempunyai kandungan kalori yang lebih tinggi dibanding jenis pakan lainnya

yaitu 3.826 kcal/g berat basah, sedangkan jenis lainnya seperti kolomento 1.763

kcal/g dan alang-alang 3.711 kcal/g.

Ketersediaan pakan di areal perkebunan Bandealit yang merupakan enclave

selain secara kuantitas dapat memenuhi kebutuhan banteng juga secara kualitas

lebih baik dibanding dengan yang ada dalam kawasan TNMB. Tanaman di

perkebunan Bandealit seperti karet, kopi dan coklat (Theobroma cacao L.) yang

dimakan banteng mempunyai nilai kandungan gizi yang lebih tinggi dibanding

hijauan pakan yang ada dalam kawasan TNMB. Kandungan nutrisi yang

terkandung dalam hijauan pakan banteng di TNMB dapat dilihat pada Tabel 11.

Berdasarkan hasil analisis kandungan nutrisi hijauan pakan diketahui bahwa

gajahan (Panicum repens L.), putian (Andropogon pertutus L.), pringpringan

(Pogonatherum paniceum L.) dan paitan (Paspalum conjugatum Berg.) yang

terdapat di padang penggembalaan Pringtali mempunyai kandungan protein yang

cukup tinggi yaitu lebih dari 10%. Tetapi jika dibandingkan dengan tanaman yang

terdapat di perkebunan Bandealit seperti daun karet, daun sengon dan kulit

sengon, kandungan nutrisi hijauan pakan tersebut masih rendah.

Page 8: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

72  

Tabel 11 Kandungan nutrisi hijauan pakan banteng di kawasan Pringtali TNMB dan Perkebunan Bandealit

Protein, kalsium dan posfor dalam pakan dapat digunakan sebagai indikator

penentu tinggi rendahnya kualitas sumber pakan. Hal ini kemungkinan yang

menyebabkan banteng berpindah ke areal perkebunan Bandealit (kasus di TNMB)

dan ke areal Perum Perhutani (kasus di TNAP) yang menyediakan jenis pakan lebih

bervariasi dengan kandungan gizi dan mineral yang lebih tinggi. Kulit sengon dan

kulit mahoni termasuk daun karet di luar kawasan mempunyai kandungan kalsium,

yang cukup tinggi dibanding dengan hijauan pakan lainnya. Kalsium dalam pakan

ruminansia sangat berguna dalam proses pencernaan selulosa, untuk pembentukan

dinding sel bakteri dan proses fiksasi N oleh bakteri (Durand dan Kawashima 1980).

Sedangkan Cu berperan dalam mengaktifkan sintesa protein, selanjutnya disebutkan

bahwa kekurangan Cu dapat menyebabkan anemia pada ruminansia (Church et al.

1971, diacu dalam Bismark 2008), dan banteng merupakan salah satu jenis satwa

ruminansia. Hasil analisis statistik (Lampiran 5) menunjukkan bahwa kandungan

nilai gizi hijauan pakan khususnya kandungan protein, Ca dan Zn di luar kawasan

lebih tinggi dengan nilai R > 0,55 sampai 0,95 sehingga banteng memilih keluar

kawasan terutama dalam melakukan aktivitas makannya. Hal ini dimungkinkan

karena banteng membutuhkan hijauan pakan yang mengandung tiga unsur

tersebut untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan pakan yang tersedia dalam

kawasan kekurangan kandungan unsur-unsur yang dibutuhkan banteng sebagai

satwa ruminansia.

Jenis pakan Bahan Kering Abu Protein

Kasar Serat Kasar

Lemak Kasar

Beta-N Ca P Cu

(ppm) Zn

(ppm) EB

(kal/g)Kolonjono 84,40 16,50 9,98 38,9 0,46 18,54 0,83 0,33 14,86 50,45 3170 Pringpringan 94,35 22,22 10,94 43,22 1,42 16,55 0,88 0,26 8,37 39,05 3594 Alang alang 84,93 7,70 10,06 52,93 0,47 13,77 0,57 0,28 4,29 14,22 3711 Putian 95,26 15,21 16,48 43,60 0,18 19,79 1,03 0,31 15,38 28,63 3069 Buah Cokelat 92,28 15,09 18,62 56,12 0,14 2,31 1,84 0,49 17,85 57,01 3393 Gajahan 93,77 18,54 7,54 42,81 1,16 23,72 0,93 0,48 11,74 33,15 3787 Daun Sengon 94,45 7,98 19,73 46,47 3,52 16,75 1,74 0,30 8,25 23,05 3572 Kulit Sengon 95,35 5,44 13,14 48,36 4,45 23,96 2,29 0,22 4,29 17,15 3525 Rumput Gajah 91,27 16,39 10,79 34,38 1,90 27,81 0,03 0,40 - - 3302 Daun Karet 91,27 6,32 18,91 44,05 2,04 23,13 0,15 0,36 3,61 26,76 3264 Kawatan 94,10 7,48 9,65 39,09 1,72 36,16 0,12 0,45 4,06 69,43 3086 Paitan 93,17 10,37 9,31 36,97 2,18 34,34 2,42 0,26 4,89 14,39 3142

Page 9: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

73  

  

Jenis hijauan pakan yang disukai banteng di padang perumputan Sadengan

TNAP dan sekitarnya yang ditunjukkan dengan besarnya proporsi/frekwensi jenis

yang ditemukan dalam kotoran banteng dapat dilihat dalam Tabel 12.

Tabel 12 Proporsi material rumput yang terdapat dalam feses banteng

Nama Daerah Nama Ilmiah Proporsi Grinting Paspalum longipolia Roxb 7,03 Lamuran Andropogon caricosus L. 2,099 Kolomento Leersia hexandria Sw 1,679 Paitan Paspalum conjugatun Berg 1,469 Putian Andropogon pertutus L 0,105

Sumber: Pairah (2006)

Pada Tabel 12 terlihat bahwa jenis grinting (Paspalum longipolia Roxb)

adalah jenis rumput yang proporsi ditemukannya paling tinggi, berarti jenis

tersebut disukai oleh banteng selanjutnya adalah jenis lamuran (Andropogon

caricosus L.) dan kolomento (Leersia hexandria Sw). Produktifitas (Tabel 6) dan

kandungan protein grinting (Paspalum longipolia Roxb) yang rendah (Tabel 10)

dibanding jenis rumput lainnya, tetapi jenis grinting tersebut mempunyai nilai

proporsi yang tinggi, hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh kandungan lemak

yang tinggi. Grinting mempunyai kandungan lemak yang tinggi dibanding jenis

lain yaitu 0,92%, kandungan lemak yang tinggi dapat mempengaruhi rasa, hal

tersebut diduga yang menjadikan banteng menyukainya.

Tingkat palatabilitas banteng terhadap hijauan pakan berupa rumput yang

terdapat di kawasan TNMB dan sekitarnya disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Palatabilitas jenis hijauan pakan banteng di TNMB

No Jenis Hijauan Nilai Tingkat

Palatabilitas (P)

X Y

1 Kolonjono (Hierachloe horsfieldii Max.) 14 15 0,93 2 Putian (Andropogon pertusus L.) 11 12 0,92 3 Domdoman (Andropogon aciculatus L.) 13 15 0,86 4 Paitan (Paspalum.conjugatum Berg.) 10 12 0,83 5 Kawatan (Panicum montanum Roxb.) 6 8 0,75 6 Teki (Cyperus monochephalus Roxb.) 5 8 0,62 7 Pringpringan (Pogonatherum paniceum Lam.) 6 10 0,60 8 Gajahan (Panicum repens L.) 7 12 0,58

Keterangan : X = jumlah petak ukur ditemukannya suatu jenis hijauan yang ada gigitannya.               Y = jumlah seluruh petak ukur ditemukannya jenis tersebut.

Page 10: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

74  

Berdasarkan pengamatan terhadap tingkat kesukaan banteng pada jenis rumput yang terdapat di TNMB dan sekitarnya diketahui bahwa jenis rumput kolonjono (Hierachloe horsifieldi Max.), putian (Andropogon pertutus L), domdoman (Andropogon aciculatus L.) dan paitan (Paspalum conjugatum Berg.) merupakan jenis rumput yang disukai oleh banteng. Hal ini kemungkinan karena ketiga jenis rumput tersebut mempunyai pertumbuhan yang relatif cepat dan ketahanan dalam kekeringan, sehingga produktifitas pada musim kemarau masih relatif tinggi dibanding jenis rumput lainnya (Tabel 9).

Palatabilitas diantaranya dipengaruhi oleh umur hijauan, intensitas penggembalaan, kecepatan pemulihan, dan ketahanan terhadap kekeringan (McIlroy 1964). Alikodra (1980) menyatakan bahwa palatabilitas dipengaruhi oleh bau (aroma) dan pencicipan satwa terhadap hijauan, faktor bau biasanya ditimbulkan oleh kandungan zat-zat makanan dalam hijauan yang relatif berbeda untuk setiap jenis. Kesegaran hijauan juga berpengaruh terhadap palatabilitas, satwa biasanya jika akan memakan hijauan selalu didahului dengan membauinya, bila tidak cocok akan berpindah ke hijauan lain. Hal ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat kesukaan terhadap jenis-jenis hijauan pakannya. Jenis hijauan pakan yang dipilih oleh banteng tidak selalu yang mempunyai kandungan protein tinggi, jenis rumput kolonjono dengan kandungan protein 9,98% dan grinting dengan kandungan protein 3,37% lebih disukai dibanding jenis pringpingan yang kandungan proteinnya 10,94%. Hal ini menunjukkan bahwa pakan dengan kandungan protein yang tinggi belum tentu dipilih oleh satwa. Moen (1973) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kandungan gizi yang dikandung oleh pakan dengan tingkat palatabilitas atau kesukaan.

5.1.3 Populasi dan Daya Dukung

Berdasarkan pengamatan, sebagian besar populasi banteng TNAP hanya berada di padang perumputan Sadengan dengan aktivitas makan. Padang perumputan Sadengan mempunyai luas 84 ha, dengan areal yang ditumbuhi hijauan pakan sekitar 37 ha, sisanya terinvasi jenis invasif seperti kirinyuh (Chromolaena odorata (L.). King RM & Rob H) dan enceng-enceng (Cassia tora L.).

Kelompok banteng mudah dijumpai pada waktu pagi dan sore hari, sedangkan malam hari banteng masuk ke ladang masyarakat di hutan produksi Perum Perhutani di blok Sumbergedang dan sekitarnya. Berdasarkan pengamatan secara langsung di padang perumputan Sadengan diketahui populasi banteng tahun 2008 sebanyak 34 ekor terdiri dari 3 jantan, 23 betina dan 8 anak, tahun

Page 11: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

75  

  

2009 sebanyak 64 ekor terdiri dari 16 jantan, 34 betina dan 14 anak. Pada saat pengamatan terakhir yang dilakukan bulan Oktober tahun 2010 populasi tertinggi yang dijumpai yaitu 90 ekor terdiri dari 21 betina, 49 jantan, dan 20 anak (Gambar 13). Pada lokasi blok Sumbergedang selama penelitian hanya dijumpai satu kelompok banteng sebanyak 6 ekor yang terdiri dari 1 jantan, 3 betina dan 2 anak. Dinamika populasi banteng disebabkan oleh pembentukan dan penyebaran sub-sub kelompok dalam kawasan, hal ini terlihat dari fluktuasi populasi hasil pengamatan bulanan tahun 2009 dan 2010 (Tabel 14).

Gambar 13 Grafik dinamika populasi banteng di TNAP

Tabel 14 Fluktuasi populasi banteng di padang pengembalaan Sadengan TNAP

Bulan

Tahun 2009 Tahun 2010 Jantan Betina Anak Jumlah Jantan Betina Anak Jumlah

Januari 0 0 0 0 7 23 6 36Pebruari 2 26 5 33 6 26 5 37Maret 2 43 1 46 5 20 7 32April 5 32 6 43 10 46 1 57Mei 4 33 6 43 11 39 5 55Juni 5 37 9 51 16 34 14 64Juli 3 13 0 16 12 39 18 69Agustus 4 27 3 34 18 33 22 73September 4 11 2 17 13 39 5 57Oktober 16 34 14 64 21 49 20 90Nopember 6 39 11 56 20 46 19 85Desember 7 40 10 57 17 35 15 67

Sumber : Data primer

0

10

20

30

40

50

60

2008 2009 2010

Popu

lasi Ban

teng

 (Eko

r)

Tahun

Populasi Banteng

JantanBetinaAnak

Page 12: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

76  

Berdasarkan hasil perhitungan produktivitas hijauan pakan, diketahui total produktivitas pakan banteng di padang perumputan Sadengan saat musim hujan sebesar 122,95 kg/ha/hari dalam berat segar, sedangkan saat musim kemarau produktivitasnya sebesar 23,94 kg/ha/hari. Hewan membutuhkan pakan harian sebanyak 10 % dari bobot badannya (Anggorodi 1993). Berdasarkan pengukuran bobot badan banteng di Taman Safari Prigen Jawa Timur dan Kebun Binatang Surabaya (Sawitri dan Takandjandji 2010) diketahui bahwa bobot badan rata-rata banteng betina 350 kg dan bobot badan banteng jantan yaitu 600 kg. Jumlah pakan untuk banteng betina sebesar 35 kg dan untuk jantan 70 kg per ekor per hari. Atas dasar diketahuinya bobot badan banteng secara umum dan jumlah berat pakan yang dibutuhkan oleh banteng dapat dihitung perkiraan daya dukung habitat pakan.

Berdasarkan produktifitas rumput, daya dukung padang perumputan Sadengan seluas 37 ha pada saat musim kemarau dapat menampung 13 ekor banteng jantan atau 26 ekor betina dewasa, sedangkan di musim hujan dapat menampung 130 ekor banteng betina atau 65 ekor banteng jantan. Daya dukung habitat pakan di Sumbergedang dengan produktivitas sebesar 279,09 kg/ha/hari pada saat musim hujan dan 43,71 kg/ha/hari pada saat musim kemarau, habitat Sumbergedang dengan luas areal yang ditumbuhi hijauan pakan seluas ± 4 ha pada saat musim hujan dapat menampung sebanyak 32 ekor banteng betina atau 16 banteng jantan. Pada saat musim kemarau dapat menampung 5 ekor betina atau 3 ekor jantan.

Berdasarkan hasil perhitungan produktivitas habitat pakan di padang perumputan Sadengan dan diketahuinya jumlah populasi banteng terakhir pengamatan (Oktober 2010) sebanyak 90 ekor, maka habitat pakan tersebut tidak mampu menampung populasi banteng yang ada, khususnya pada saat musim kemarau. Selain itu padang perumputan Sadengan juga digunakan sebagai habitat pakan oleh rusa, pada saat pengamatan bulan Oktober tahun 2010 dijumpai populasi rusa tertinggi yaitu sebanyak 88 ekor terdiri dari 11 jantan, 62 betina dan 15 anak. Digunakannya padang perumputan Sadengan sebagai habitat pakan oleh rusa, maka kemampuan daya dukung padang perumputan Sadengan menjadi lebih rendah. Jika dtinjau dari produktivitas pakan per hektar terutama pada saat musim kemarau hanya 23,94 kg/ha/hari, tidak memenuhi kebutuhan pakan bagi banteng. Hal ini kemungkinan sebagai salah satu penyebab banteng keluar kawasan memakan tanaman petani pesanggem dan kulit batang mahoni kelas umur 0 – 5 tahun di hutan produksi Perum Perhutani.

Page 13: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

77  

  

Berdasarkan perhitungan terhadap populasi dan luas habitat pakan yang efektif dimanfaatkan di padang perumputan Sadengan yaitu seluas 37 ha dapat diketahui bahwa kepadatan banteng di padang perumputan Sadengan sebesar 2 individu/ha. Sebagai perbandingan kepadatan populasi banteng di padang penggembalaan Cidaon TNUK sebesar 8 ekor/ha Kuswanda (2005). Kepadatan banteng di Sadengan TNAP lebih rendah di banding di Cidaon TNUK, tetapi jika dilihat dari produktifitas rumput padang penggembalaan Sadengan tersebut tidak dapat menampung populasi banteng yang ada, karena produktivitas perhektarnya rendah. Alikodra (1990) menyatakan bahwa kepadatan dapat menunjukkan kondisi daya dukung habitat yang merupakan jumlah individu di dalam satu unit luas dan volume, ukuran dan kepadatan populasi satwaliar akan berubah-ubah dan bervariasi menurut wilayah dan tipe habitat. Wilayah dan tipe habitat TNAP dan TNUK memang berbeda sehingga kepadatannya juga berbeda.

Hasil pengamatan populasi banteng tahun 2010 di sekitar Kebun Pantai Perkebunan Bandealit yang merupakan enclave kawasan TNMB dijumpai secara langsung 74 ekor banteng, yang terdiri dari 22 jantan, 37 betina dan 15 anak. Hampir seluruh aktivitas harian banteng dilakukan di areal perkebunan tersebut seperti aktivitas makan, bermain dan kawin kecuali aktivitas tidur dilakukan dalam kawasan. Sarang atau tempat tidur di dalam kawasan taman nasional jaraknya hanya berkisar antara 50 m sampai 100 m dari Kebun Pantai Perkebunan Bandealit. Banteng paling mudah dijumpai di Perkebunan Bandealit pada pagi hari mulai dari jam 5.00 sampai jam 8.00, siang hari biasanya sembunyi (istirahat) di semak-semak, kelompok terbanyak yang ditemukan di Kebun Pantai sebanyak 33 ekor yaitu di blok Banyuputih. Fluktuasi populasi banteng di Kebun Pantai Perkebunan Bandealit dan sekitarnya disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14 Grafik dinamika populasi banteng di Kebun Bandealit TNMB

Page 14: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

78  

Gambar 14 menunjukkan terjadi fluktuasi populasi banteng dari tahun 2006 -

2010. Populasi banteng di kebun pantai perkebunan Bandealit pada tahun 2006

sebanyak 74 ekor yang terdiri dari 22 ekor jantan, 45 ekor betina dan 7 ekor anak

sedangkan tahun 2007 menjadi 97 ekor yang terdiri dari 32 ekor jantan, 55 ekor

betina dan 10 ekor anak. Tahun 2009 ditemukan banteng sebanyak 66 ekor yang

terdiri dari 22 ekor jantan, 29 ekor betina dan 15 ekor anak serta tahun 2010

ditemukan banteng dengan jumlah populasi 74 ekor yang terdiri dari 22 jantan, 37

betina dan 15 anak.

Struktur umur populasi banteng di TNAP dan TNMB masuk katagori

regressive population dimana jumlah populasi anak atau banteng muda lebih kecil

dibanding banteng kelas umur tua (induk jantan dan induk betina). Struktur umur dan

fluktuasi populasi banteng di TNAP dan TNMB yang menyebabkan terganggunya

reproduksi dan pertumbuhan populasi diduga dipengaruhi oleh beberapa kejadian

kematian banteng yang disebabkan oleh perkelahian antar banteng jantan, kematian

karena banteng terperosok pada lubang jebakan serta adanya perburuan dengan

menggunakan jerat dan senjata. Perburuan mengakibatkan banteng kelas umur muda

(anak) ikut mati (Gambar 15). Menurut Alikodra (1990) bahwa pertumbuhan

populasi sangat dipengaruhi oleh perubahan cuaca, persediaan pakan atau karena

adanya perburuan oleh manusia, hal tersebut terjadi di TNMB dan TNAP.

Gambar 15 Banteng induk dan anak mati kena jebakan lubang Sumber : Radar Banyuwangi (2008)

Page 15: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

79  

  

Topografi padang perumputan Pringtali dan Kebun Pantai Bandealit

termasuk datar, luas Kebun Pantai adalah 63 ha. Berdasarkan hasil perhitungan

terhadap produktivitas hijauan pakan seperti tertera dalam Tabel 8 dan Tabel 9

diketahui bahwa produktivitas hijauan pakan banteng di padang perumputan

Pringtali pada saat musim hujan dan kemarau masing- masing sebesar 123,74

kg/ha/hari dan 67,92 kg/ha/hari. Produktivitas hijauan pakan di kebun pantai

untuk musim hujan dan kemarau masing-masing sebesar 123,41 kg/ha/hari dan

60,96 kg/ha/hari.

Atas dasar kebutuhan pakan banteng diketahui daya dukung habitat pakan di

padang perumputan Pringtali TNMB dengan luas areal 5 ha, dapat menampung

banteng betina sebanyak ± 18 ekor pada saat musim hujan dan ± 10 ekor pada

saat musim kemarau. Sedangkan daya dukung habitat kebun pantai dengan luasan

63 ha, dapat menampung banteng betina sebanyak ± 222 ekor pada musim hujan

dan ± 110 ekor pada saat musim kemarau. Jika daya dukung dihitung untuk

banteng jantan kedua lokasi tersebut hanya dapat menampung setengah dari

jumlah banteng betina, karena kebutuhan pakan banteng jantan 2 kali kebutuhan

banteng betina. Kebun pantai perkebunan Bandealit pada saat musim hujan dapat

menampung banteng jantan sebesar ± 111 ekor dan saat musim kemarau hanya ±

55 ekor, sedangkan padang perumputan Pringtali pada saat musim hujan dapat

menampung banteng jantan sebesar ± 9 ekor dan saat musim kemarau hanya ± 5

ekor.

Jika dilihat dari hasil produktivitas pakan 67,92 kg/ha//hari – 123,74

kg/ha/hari dan luasan padang perumputan 5 ha serta kurangnya pembinaan

habitat, maka padang perumputan Pringtali TNMB tidak dapat memenuhi

kebutuhan pakan banteng baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal ini diduga

yang menjadi penyebab banteng lebih memilih hidup dan berkembang biak di

areal Perkebunan Bandealit di banding dengan di dalam kawasan TNMB (Gambar

16).

Dari hasil perhitungan populasi dan luas habitat Kebun Pantai seluas 63 ha

dapat diketahui bahwa kepadatan banteng di kebun pantai Perkebunan Bandealit

sebesar 1,17 ekor/ha. Kepadatan banteng di padang penggembalaan berbeda

Page 16: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

80  

sesuai dengan produktifitas, palatabilitas jenis pakan dan luas padang, perbedaan

terlihat di Sadengan TNAP dan areal perkebunan Bandealit TNMB begitu juga

dengan padang penggembalaan Cidaon TNUK. Kuswanda (2006) menyatakan

bahwa jumlah populasi banteng di padang penggembalaan Cidaon TNUK

sebanyak 29 ekor dengan kepadatan 8,1 ekor/ha, jumlah populasi tersebut sudah

melebihi daya dukung habitat padang penggembalaan Cidaon TNUK sebesar 22

ekor atau kepadatan 6,1 ekor /ha, hal tersebut menyebabkan banteng mencari

makan di luar padang penggembalaan.

Gambar 16 Banteng dalam aktivitas kawin di Kebun Pantai Bandealit

5.1.4 Sebaran Banteng TNAP dan TNMB

Pada saat penelitian dijumpai enam individu banteng tercatat di hutan

produksi Perum Perhutani khususnya blok Sumbergedang yang berbatasan

langsung dengan TNAP, dan satu ekor di dusun Kuterejo blok Ngeselan SPTN

Wilayah I Tegaldelimo (Gambar 17). Daerah jelajah banteng berdasarkan

penemuan jejak di sekitar kawasan hutan produksi Perum Perhutani seperti

terlihat dalam Gambar 17 dan 18.

Gambar 17 dan 18, menunjukkan bahwa daerah jelajah banteng sampai ke

luar kawasan TNAP. Pada peta tutupan lahan terlihat bahwa sebagian besar titik

jelajahnya dijumpai pada kawasan hutan produksi Perum Perhutani yang di

dalamnya terdapat kegiatan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).

Daerah jelajah banteng dijumpai sampai lokasi Sumbergedang dimana pada

Page 17: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

81  

  

lokasi tersebut selain terdapat PHBM juga ditumbuhi oleh hijauan rumput dan

terdapat sumber air.

 

 

 

 

 

 

 

  

Gambar 17 Peta sebaran banteng di sekitar kawasan TNAP

 

Gambar 18 Home range Banteng Bos javanicus pada kawasan hutan produksi ( Murdyatmaka 2008)

Page 18: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

82  

Keluarnya banteng dari kawasan TNAP dan masuk kawasan hutan produksi

yang dikelola dengan sistem PHBM, mengakibatkan terjadinya konflik banteng

dan masyarakat. Keluarnya banteng dari kawasan TNAP memudahkan akses

perburuan banteng. Pada tahun 2003 di lokasi Sumbergedang dan Kepuhngantuk

tercatat ada delapan kasus kematian banteng dan pada saat yang sama petugas

mengamankan 60 jerat satwa (Murdyatmaka 2008).

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat dan petugas TNAP pada

petengahan tahun 2010 di dusun Kuterejo Desa Kalipait terjadi tiga kematian

banteng akibat jeratan, dua dari tiga banteng yang dijerat belum sempat dibawa oleh

para pemburu. Banteng mendatangi lokasi perumputan Sumbergedang seluas 4 ha

dan hutan produksi Perum Perhutani karena pada lokasi tersebut tersedia sumber

air dan hijauan pakan seperti rumput yang selalu tersedia sepanjang tahun, kebun

masyarakat serta jenis tanaman hutan produksi seperti mahoni.

Berdasarkan hasil penelitian di TNMB diketahui bahwa lokasi sebaran

banteng di luar kawasan sebagian besar ( lebih 50%) berada di areal Perkebunan

Bandealit (Kebun Pantai dan Sumbersalak) seperti pada Gambar 19. Perkebunan

Bandealit berfungsi sebagai penyangga TNMB sehingga lokasi perkebunan

tersebut berbatasan langsung dengan kawasan TNMB.

Gambar 19 Penyebaran banteng di Perkebunan Bandealit TNMB

Page 19: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

83  

  

Rendahnya produktifitas, luas dan kondisi padang penggembalaan telah

menyebabkan keluarnya banteng dari kawasan TNMB dan mengganggu areal

perkebunan Bandealit, sebagai penyebab konflik antara manajemen Perkebunan

Bandealit dengan pengelola TNMB sebagai penanggung jawab pengelolaan

banteng. Selain merusak tanaman perkebunan yang menyebabkan kerugian sekitar

delapan milyar rupiah selama empat tahun terakhir (berdasarkan wawancara

dengan manajer Perkebunan Bandealit), tanaman yang dirusak kopi, vanili, karet,

dan sengon, banteng juga merusak tanaman petani pesanggem di lahan perkebunan

Bandealit (blok Kebun Pantai dan Sumber Salak) yang menyebabkan kerugian 30%

dari hasil panen.

Untuk mengatasi konflik tersebut perlu ada suatu pola pengelolaan secara

bersama (kolaboratif) antara Perkebunan Bandealit, masyarakat sekitar kawasan dan

TNMB. Kerjasama pengelolaan banteng harus segera diwujudkan, karena jika

dibiarkan konflik antara masyarakat dan satwaliar banteng akan berakibat pada

meningkatnya perburuan karena selain masyarakat terganggu dengan adanya

banteng, berpindahnya habitat banteng ke dalam areal perkebunan akan

memudahkan akses bagi masyarakat untuk berburu dibandingkan jika banteng

tersebut berada dalam kawasan TNMB.

Banteng memanfaatkan areal perkebunan Bandealit sebagai habitat karena

dalam areal perkebunan terdapat jenis-jenis tanaman yang disukai oleh banteng

seperti kopi, karet, vanili dan sengon. Hasil analisis kandungan nilai gizi pakan

menunjukkan bahwa jenis tanaman perkebunan terutama daun sengon dan daun

karet mempunyai kandungan protein yang tinggi dibanding dengan jenis hijauan

pakan yang ada di TNMB yaitu masing-masing 18,91% dan 19,73%. Selain itu

tidak jauh dari areal perkebunan tepatnya dibelakang kebun rambutan (Gambar

19) terdapat sungai yang biasa dimanfaatkan banteng sebagai tempat minum.

Sungai yang biasa digunakan banteng khususnya pada saat kemarau dapat dilihat

dalam Gambar 20.

Banteng di TNMB sebagian besar melakukan aktivitasnya di areal perkebunan Bandealit khususnya Kebun Pantai. Hal ini dimungkinkan karena letak Kebun Pantai berbatasan langsung dengan TNMB dan di dalamnya terdapat jenis-jenis pakan yang disukai banteng. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa

Page 20: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

84  

sarang atau tempat tidur banteng dalam kawasan TNMB letaknya tidak jauh dari lokasi perkebunan jaraknya hanya berkisar 50 m sampai 100 m (Gambar 21). Hal ini menunjukkan bahwa banteng melakukan aktivitas hariannya sebagian besar di areal perkebunan, hanya aktivitas tidur saja yang dilakukan di kawasan taman nasional.

Gambar 20 Sungai tempat minum banteng

Gambar 21 Sebaran dan tempat tidur banteng di Kebun Pantai Bandealit

TNMB

Page 21: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

85  

  

5.2 Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Kawasan TNAP dan TNMB

5.2.1 Kelas Umur

Analisis sosial ekonomi masyarakat sekitar TNAP dilakukan pada

masyarakat desa yang berbatasan dengan TN yaitu Desa Kalipait, dan di TNMB

dilakukan pada Desa Andongrejo dan Desa Curahnongko, yang juga berbatasan

langsung dengan kawasan taman nasional. Pekerjaan masyarakat di ketiga desa

tersebut sebagian besar adalah petani pesanggem di areal taman nasional dan hutan

produksi Perum Perhutani (TNAP) sedangkan masyrarakat sekitar TNMB bertani

di zona rehabilitasi dan di areal Perkebunan Bandealit.

Desa Kalipait TNAP adalah desa yang sering mendapat gangguan banteng

khususnya Dusun Kuterejo blok Ngeselan, blok Gunting, dan blok Sumbergedang

(Gambar 17). Masyarakat desa Kalipait yang bermata pencaharian sebagai petani

pesanggem sebagian besar atau 92,62% mendapat gangguan banteng. Di lokasi

tersebut sering terjadi perburuan banteng, khususnya di blok Gunting dan

Sumbergedang, perburuan biasanya dilakukan dengan cara penjeratan. Distribusi

kelas umur responden di ketiga desa daerah penyangga TNAP dan TNMB yang

dijadikan sampel disajikan dalam Gambar 22.

Gambar 22 Persentase distribusi kelas umur

Berdasarkan kelas umur responden diketahui bahwa masyarakat petani

sekitar TNAP dan TNMB termasuk kelas umur produktif. Kelas umur 20 sampai

49 tahun merupakan yang paling besar persentasenya, Desa Curahnongko

51,35%, Kalipait 46,81% dan Andongrejo 43%. Selanjutnya untuk kelas umur

0

10

20

30

40

50

60

20‐49 th 50‐59 th ≥ 60 th

Persen

tase

Kelompok umur

Andongrejo

Curahnongko

Kalipait

Page 22: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

86  

50 – 59, secara berurutan Desa Andongrejo 41%, Kalipait 31,91% dan Desa

Curahnongko 35,14% dan Kalipait 31,91%. Untuk kelas umur ≥ 60 persentasenya

berkisar antara 13,51% sampai 21,28%. Mantra (2000) mengklasifikasikan umur

penduduk berdasarkan tingkat produktivitasnya yaitu <15 tahun (belum produktif),

15 – 55 tahun (produktif) dan >55 (tidak produktif).

Tingkatan kerja atau produktivitas berdasarkan kelas umur di ketiga desa

tersebut sangat potensial. SDM ini perlu dilibatkan dan diusahakan untuk

menciptakan dan menyediakan lapangan kerja yang sesuai dengan kemampuan

masyarakat sehingga masyarakat tersebut tidak tergantung pada sumberdaya taman

nasional. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap jumlah anggota keluarga

masing–masing untuk ketiga desa yaitu Kalipait, Andongrejo dan Curahnongko

yaitu 36% dan 76% mempunyai jumlah anggota keluarga lebih dari 5 orang.

Jumlah tersebut menurut Purwanti (2007) masuk dalam katagori jumlah dengan

anggota keluarga sedang.

5.2.2 Tingkat Pendidikan Responden

Berdasarkan pengamatan terhadap tingkat pendidikan diketahui bahwa

masyarakat sekitar TNAP dan TNMB termasuk rendah karena sebagian besar

hanya tamat SD. Distribusi persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan

terlihat pada Gambar 23.

Gambar 23 Persentase distribusi tingkat pendidikan

0

10

20

30

40

50

60

70

Tidak tamat SD

Tamat SD SMP SLA Sarjana

Persen

tase

Tingkat pendidikan

Andongrejo

Curahnongko

Kalipait

Page 23: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

87  

  

Pada Gambar 23 terlihat bahwa tingkat pendidikan sebagian besar petani

pesanggem di lokasi penelitian termasuk rendah yaitu hanya tamat SD, dengan

persentase secara berurutan untuk desa Andongrejo 62%, Curahnongko dan Kalipait

masing-masing sebesar 59,46% dan 42,55%. Urutan persentase selanjutnya untuk

ketiga desa tersebut yaitu tamatan SMP, tidak tamat SD, tamat SLA dan sarjana yang

persentasenya untuk Desa Andongrejo 5, 41% dan Curahnongko 2,70%, sedangkan

di Desa Kalipait tidak ada.

Tingkat pendidikan yang rendah menjadikan masyarakat tidak punya pilihan

pekerjaan lain kecuali bekerja sebagai petani atau bekerja di perkebunan sebagai

pemetik kelapa, kopi, coklat, dan memelihara tanaman kebun lainnya. Tingkat

pendidikan yang rendah juga akan berpengaruh terhadap upaya konservasi banteng

karena cara pandang serta keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, persepsi terhadap

banteng menjadi negatif. Adhawati (1997) menyatakan bahwa tingkat pendidikan

yang rendah akan mempengaruhi seseorang dalam berfikir atau memahami

pentingnya usaha tani dengan tetap mempertahankan kelestarian maupun berfikir

dalam memecahkan suatu masalah. Selanjutnya Syarif (2010) menyatakan bahwa

tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pola fikir masyarakat. Masyarakat

dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan mempunyai cita-cita dan keinginan yang

tinggi dan selalu berusaha untuk meraih apa yang diinginkannya. Namun bagi

masyarakat yang berpendidikan rendah, mereka merasa cukup dengan apa yang ada

disekitarnya.

Tingkat pendidikan yang rendah berdampak pada SDM yang hanya mampu

bekerja sebagai petani atau buruh tani yang taraf hidupnya jauh dari katagori sejahtera

sehingga masyarakat akan mencari kegiatan lain untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya seperti dengan melakukan.perburuan banteng. Tingkat pendidikan SD ke

bawah masuk dalam katagori tidak sejahtera (BPS 2005). Karena tingkat pendidikan

sebagian besar masyarakat masuk dalam katagori rendah untuk meningkatkan

kesejahteraannya perlu pemberdayaan melalui diikut sertakannya masyarakat dalam

program kegiatan pengelolaan taman nasional seperti kegiatan agroforestry di zona

rehabilitasi dan kegiatan ekowisata.

Page 24: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

88  

5.2.3 Luas Lahan Garapan

Di ketiga desa sekitar taman nasional sangat kurang lapangan kerja di luar

bidang pertanian. Sehingga luas ladang yang digarap akan sangat berpengaruh

terhadap pendapatan masyarakat. Distribusi responden di TNAP dan TNMB

berdasarkan luas lahan garapan dapat dilihat pada Gambar 24.

Gambar 24 Persentase distribusi luas lahan garapan

Sebagian besar masyarakat hanya mengandalkan bekerja di bidang pertanian

karena hanya bidang itulah yang masyarakat kuasai. Kegiatan bertani masyarakat

sekitar TNMB dilakukan pada kawasan zona rehabilitasi dan Perkebunan Bandealit,

sedangkan masyarakat sekitar TNAP dilakukan di kawasan hutan produksi Perum

Perhutani karena keterbatasan lahan yang mereka miliki. Selain bertani, dalam

meningkatkan pendapatannya masyarakat juga beternak sapi titipan untuk

penggemukan dengan sistem bagi hasil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas lahan garapan pada masing-

masing lokasi pengamatan berkisar antara 0,25 ha sampai 1 ha. Pada Gambar 24.

terlihat bahwa sebagian besar petani pesanggem di Desa Curahnongko dan

Andongrejo TNMB luas lahan garapannya 0,50 ha, sedangkan petani pesanggem

di Desa Kalipait TNAP luas lahan garapannya 0,25 ha. Luas lahan garapan 0,25 ha

per KK berhubungan dengan kesepakatan yang dibuat oleh para pesanggem dengan

kelompok taninya, sedangkan lahan garapan yang melebihi 0,25 ha dikarenakan

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0.5 Ha 0.75 Ha 0.25 Ha ≥1 Ha

Persen

tase

Luas ladang

Andongrejo

Curahnongko

Kalipait

Page 25: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

89  

  

mereka menggarap lahan garapan petani lainnya. Amzu (2007) menyatakan bahwa

masyarakat sekitar desa-desa yang langsung berbatasan dengan kawasan TNMB

luas lahan pertaniannya dibawah rata-rata yaitu lebih kecil dari 0,2 ha, sehingga

ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hayati taman nasional cukup

tinggi dibanding desa lainnya .

Luas lahan garapan kurang dari satu hektar termasuk dalam kategori sempit,

sedangkan luas 1 sampai 3 hektar termasuk kategori sedang. Jika dilihat dari rata-rata

luas lahan garapan yang digarap petani pesanggem tersebut termasuk katagori

sempit sehingga hasil produksinya dimungkinkan tidak akan mencukupi kebutuhan

dasar petani.

Purwanti (2007) mengelompokan luas lahan garapan menjadi “sedikit” jika

luasnya kurang dari 1 hektar, “sedang” jika luasnya 1 – 3 hektar dan “banyak” jika

luasnya lebih dari 3 hektar. Petani pesanggem yang luas lahan garapannya lebih

dari satu patok (0,25ha) biasanya dikarenakan menggarap lahan punya

pesanggem lain . Luas lahan garapan 0,25 ha biasanya berhubungan juga dengan

keterbatasan biaya dan tenaga, sebagai contoh untuk menanam kedelai petani

butuh biaya pupuk dan bibit sebesar Rp.750.000,- di luar tenaga karena mereka

menggarap sendiri. Sehingga sebagian besar petani pesanggem hanya mampu

menggarap lahan seluas 0,25 ha atau maksimal 0,5 ha karena kalau lebih luas dari

itu petani tidak punya modal untuk biaya penanaman, pemupukan, dan

pemeliharaan.

Petani pesanggem di sekitar TNMB dengan lahan garapan seluas 0,50

hektar, tetapi hasil produksinya tidak sebesar petani di sekitar TNAP. Hal ini

dikarenakan topografi lahan garapan yang relatif bergelombang serta sistem

bertaninya yang kurang intensif. Di sekitar TNAP lahan garapannya datar dan

sistem bertaninya lebih intensif, menggunakan pupuk secara optimal serta

pemeliharaan secara teratur.

5.2.4 Gangguan Satwaliar

Di TNAP dan TNMB terdapat gangguan beberapa satwaliar diantaranya

banteng. Distribusi gangguan satwaliar pada tiga desa pengamatan disajikan

dalam Gambar 25.

Page 26: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

90  

Pada Gambar 25 terlihat bahwa satwaliar yang mengganggu ladang petani

ada lima jenis. Persentase gangguan tertinggi untuk petani pesanggem di Desa

Kalipait TNAP yaitu banteng dengan persentase 31,91%, selanjutnya babi

(27,66%), monyet (17,02%), rusa (14,89%) dan burung merak (8,51%). Khusus

untuk burung merak hanya mengganggu tanaman padi di blok Gunting dan

Sumbergedang yang merupakan lokasi hutan produksi. Gangguan banteng tinggi

karena kurangnya pakan dalam kawasan serta jenis tanaman pertanian yang

ditanam disukai banteng seperti kedelai, semangka dan jagung. Selain itu dalam

lokasi PHBM terdapat sumber air dan rumput terutama di Blok Sumbergedang,

serta tanaman mahoni yang kulit batangnya dimakan banteng.

Gambar 25 Persentase gangguan satwa liar di lahan garapan

Responden di Desa Curahnongko dan Desa Andongrejo TNMB mendapat

gangguan satwa tertinggi yaitu dari babi dengan masing-masing tingkat gangguan

67,57% dan 48,65% sedangkan gangguan satwa banteng masing-masing 16,22% dan

29,73%, selanjutnya monyet (kera) untuk Desa Curahnongko 16,22% dan

Andongrejo 21,62%. Persentase responden yang mendapat gangguan banteng di

kedua desa tersebut lebih kecil dibanding dengan gangguan satwa babi. Gangguan

banteng tertinggi terjadi di areal Perkebunan Bandealit Desa Andongrejo, sedangkan

gangguan babi tertinggi terjadi di zona rehabilitasi. Dalam pengamatan diketahui

populasi banteng sebagian besar tersebar pada lahan garapan dan tanaman

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Banteng Babi hutan Monyet Rusa Merak

persen

tase

Jenis satwa pengganggu

Andongrejo

Curahnongko

Kalipait

Page 27: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

91  

  

perkebunan di areal Perkebunan Bandealit Desa Andongrejo. Hal ini dikarenakan

dalam areal Perkebunan Bandealit terdapat jenis-jenis tanaman yang disukai dan

dibutuhkan banteng seperti karet, sengon, kopi, jagung, kacang tanah, kedelai, daun

padi muda. Selain itu Perkebunan Bandealit arealnya berbatasan langsung dengan

habitat banteng di kawasan TNMB sehingga mudah untuk dijangkau.

Gangguan babi hutan pada ladang masyarakat di zona rehabilitasi

persentasenya paling tinggi, sedangkan di areal perkebunan dan ladang

masyarakat di lokasi perkebunan Bandealit gangguan banteng adalah yang paling

tinggi karena hampir semua tanaman dimakan dan dirusak oleh banteng seperti

kopi, coklat, vanili, sengon, karet dan tanaman semusim milik pesanggem.

Persentase tingkat gangguan satwa dapat dilihat pada Gambar 26.

Gambar 26 Persentase tingkat gangguan satwa

Pada gambar 26 terlihat bahwa ladang petani pesanggem di desa Andongrejo

semua tanamannya (100%) diganggu satwaliar khususnya banteng dan babi,

sedangkan di desa Curahnongko sebesar 92% (khususnya babi hutan dan monyet)

dan Desa Kalipait 92,62% (khususnya banteng, babi hutan, monyet dan rusa).

Akibat adanya gangguan banteng di ladang masyarakat menyebabkan kerusakan

tanaman pertanian masyarakat seperti ditunjukkan pada Tabel 15. Adanya

gangguan banteng terhadap ladang masyarakat dapat mempengaruhi persepsi

masyarakat terhadap keberadaan satwa banteng tersebut.

0

20

40

60

80

100

120

Tidak diganggu Diganggu

Persen

tase

Gangguan satwa

Andongrejo

Curahnongko

Kalipait

Page 28: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

92  

Tabel 15 Kerugian akibat gangguan banteng di TNMB per hektar lahan

No. Jenis Persentase (%) Besaran (Rp.) 1. Padi 30 1.372.500,- 2. Jagung 20 590.000,- 3. Kedelai 20 570.000,- 4. Kacang tanah 30 1.065.000,- 5. Ketela 20 250.000,-

Sumber: Heriyanto dan Mukhtar (2011)

Selama ini petani melindungi ladangnya dari gangguan satwa liar banteng

dan babi dengan cara pemagaran dengan pagar hidup seperti gamal (Gliricidia

sepium Jacq. Kunth.). Selain itu mereka juga menunggu ladangnya terutama pada

malam hari dengan cara menyalakan lampu minyak dan bunyi-bunyian.

Di lokasi bekas penyangga TNAP yang dikelola oleh Perum Perhutani, awal

dimulainya Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) yaitu tahun 2003.

Jumlah pesanggem sebanyak 500 KK, sedangkan pada saat dilakukan penelitian

jumlah pesanggem di kawasan bekas penyangga dan hutan produksi berkisar

antara 60 - 80 KK. Petani pesanggem di bekas penyangga secara bertahap mulai

meninggalkan lokasi lahan garapannya. Hal ini dilakukan atas perintah pihak

taman nasional, karena masa sebagai pesanggem sudah selesai. Sebenarnya

masyarakat masih berharap tetap dapat memanfaatkan kawasan bekas penyangga

walaupun hanya dalam bentuk pengambilan hasil dari tanaman yang mereka

tanam seperti kemiri , petai dan nangka.

Pada akhir tahun 2010 telah dibuat konsep MOU bahwa kawasan bekas

penyangga sebelum pengelolaannya diserahkan ke TNAP, akan dilakukan

penebangan terlebih dulu oleh Perum Perhutani. Kesepakatan tersebut akan

menimbulkan konsekwensi yaitu kembalinya petani pesanggem ke lokasi bekas

penyangga dengan aktivitas bertaninya. Penebangan pohon jati juga akan

menyebabkan terganggunya banteng karena kawasan bekas penyangga

merupakan koridor satwa khususnya banteng. Sehingga untuk meminimalisir

terjadinya konflik perlu dilakukan pengelolaan kawasan bekas penyangga yang

melibatkan stakeholders terkait.

Page 29: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

93  

  

5.2.5 Tingkat Pendapatan Masyarakat Petani Sekitar TNAP dan TNMB

Jenis komoditas dominan yang ditanam petani pesanggem sekitar TNAP yaitu

tanaman palawija. Jenis komoditas yang diusahakan dan nilai produktivitas

tanaman per 0,25 hektar lahan garapan di sekitar TNAP tersebut disajikan dalam

Gambar 27. Dari perhitungan terhadap hasil produksi, harga jual serta biaya yang

dikeluarkan selama penanaman dan pemeliharaan diketahui bahwa pendapatan

rata-rata per komoditas yang dihasilkan oleh petani pesanggem per tahun.

Gambar 27 Nilai produktivitas lahan garapan PHBM per 0,25 ha di

sekitar TNAP

Pola tanam dan jenis tanaman yang dikembangkan pada lahan garapan di

Desa Kalipait dan sekitarnya yaitu padi pada saat musim hujan, sedangkan sisa

waktu lainnya atau pada musim kemarau lahan garapan umumnya ditanami jagung,

kedelai, dan semangka dan sebagian kecil ada yang menanam kacang tunggak,

lombok dan tembakau. Petani yang biasa menanam semangka yaitu di kawasan

hutan produksi blok Sumbergedang dan Gunting, sedangkan kacang tunggak di

blok Ngeselan. Kacang tunggak dijadikan pilihan oleh sebagian kecil pesanggem di

Ngeselan karena tanaman ini tidak terlalu membutuhkan air dan hasilnya sama

dengan menanam kedelai. Sedangkan padi, kacang kedelai dan jagung dilakukan di

semua lokasi lahan garapan. Persentase jenis tanaman utama yang ditanam petani

sebagian besar adalah padi gogo (50%), jagung (32%) dan kedelai (18%). Pada

Tabel 16 menunjukkan hasil pendapatan petani dari tanaman yang diusahakannya.

2,175,000 1,400,000

7,050,000 6,715,000

-1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 7,000,000 8,000,000

Padi Jagung Kedelai Semangka

Nila

i (R

p. P

er ta

hun)

Jenis Komoditas

Nilai Produktivitas lahan (Rp./0,25ha)

Page 30: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

94  

Tabel 16 Pendapatan petani pesanggem di sekitar TNAP per tahun per 0,25 ha

No. Jenis komoditi

Biaya bibit dan pemupukan

(Rp.)

Hasil panen (Rp.)

Pendapatan (Rp.)

Luas lahan (m2)

1. Padi 325.000,- 2.500.000,- 2.175.000,- 2.500 2. Kedelai 750.000,- 7.800.000,- 7.050.000,- 2.500 3. Jagung 200.000,- 1.600.000,- 1.400.000,- 2.500 4. Semangka 485.000,- 7.200.000,- 6.715.000,- 2.500 Total 17.340.000,-

Sumber : Data primer yang diolah

Pendapatan tersebut belum termasuk ongkos tanam, ongkos tanam tidak

diperhitungkan karena petani pesanggem mengerjakan sendiri. Petani pesanggem

dengan lahan garapan 0,5 ha dapat menghasilkan padi gogo sebanyak 2 ton gabah

dengan harga jual Rp. 2500,- per kg, pesanggem dapat hasil sebesar Rp.

5000.000,-. per sekali panen. Pendapatan tersebut dikurangi oleh biaya pembelian

bibit 30 kg, harga per kg Rp. 5.000,- biaya pemupukan sebanyak 4 kuintal, harga

per kuintal Rp. 125.000,- jadi total pengeluaran untuk lahan garapan dalam

penanaman padi sebesar Rp 650.000,-. Dari perhitungan hasil produksi dan biaya

yang dikeluarkan diketahui bahwa pendapatan petani dari hasi panen padi sebesar

Rp. 2.175.000,- per 0,25 hektar.

Pendapatan dari menanam kedelai seluas 0,25 ha dapat menghasilkan 1,5 ton

kedelai, harga kedelai Rp.5200,- per kg, jadi pendapatan dari hasil panen kedelai

per 0,25 ha sebanyak Rp. 7.800.000,- dikurangi biaya bibit dan pemupukan Rp.

750.000,- jadi pendapatan bersih dari kedelai seluas 0,25 ha sebesar Rp.7.050.000,-.

Produksi jagung dari lahan garapan seluas 0,25 ha pada musim hujan sebanyak 2

ton, sedangkan pada saat kemarau 1,5 ton. Harga per kg jagung Rp. 800,- jadi

pendapatan dari panen jagung sebesar Rp. 1600.000,- dikurangi pupuk Rp.200.000,-

jadi pendapatan bersih Rp. 1.400.000,- bibit tidak beli tapi menggunakan hasil

panen sebelumnya. Sedangkan untuk semangka dengan luas lahan garapan 0,25 ha

dapat dihasilkan 6 ton semangka siap panen, harga per kilo Rp. 1.200,- (berat 4-5

kg) per biji. Modal bibit per 0,25 ha yaitu Rp. 140.000,- sedangkan untuk pupuk

Rp. 345.000,- atau total modal Rp. 485.000,-. Jadi pendapatan dari hasil panen

semangka yaitu berkisar Rp.6.715.000,-.

Page 31: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

95  

  

Pada umumnya pesanggem di Desa Kalipait dan sekitarnya dalam satu tahun

menanam satu kali padi dan 2 kali kedelai atau jagung dan khusus untuk lokasi

Gunting dan Sumbergedang setelah menanam padi mereka menanam semangka

atau kedelai secara bergantian. Dari perhitungan produksi tanaman yang

diusahakan dapat dihitung pendapatan petani pesanggem sekitar kawasan TNAP

sebesar Rp. 17.340.000,- atau Rp. 1.445.250,- per bulan. Pendapatan tersebut

relatif tinggi dibanding dengan upah minimum regional Kabupaten Banyuwangi

tahun 2011 sebesar Rp. 865.000 per bulan, tetapi pendapatan akan berkurang

separuhnya jika ladangnya diganggu banteng.

Dalam mengantisipasi gangguan banteng petani menunggu ladangnya siang

malam (52%) atau mengusir banteng dengan bunyi-bunyian pada jam-jam tertentu

(48%). Dengan adanya gangguan banteng menyebabkan persepsi terhadap

banteng menjadi negatif. Bunyi-bunyian yang dilakukan masyarakat dengan

menggunakan karbit menyebabkan banteng terganggu dan dikhawatirkan menjadi

stress, karena jika mendengar bunyi ledakan banteng akan lari tanpa arah. Hal ini

yang dikhawatirkan oleh pengelola taman nasional, sehingga pengelola melarang

pengusiran banteng dengan menggunakan bunyi ledakan karbit.

Petani di sekitar TNMB sistem bertaninya dilakukan secara tumpangsari di

zona rehabilitasi kawasan taman nasional dan di areal Perkebunan Bandealit,

sedangkan di TNAP dilakukan di kawasan bekas penyangga dan kawasan Perum

Perhutani . Tanaman tumpang sari dilakukan di bawah tegakan jati, mahoni dan

nyamplung yang lokasinya berbatasan langsung dengan taman nasional. Jenis

tanaman di zona rehabilitasi selain tanaman semusim seperti padi, jagung dan

kedelai, ditanam juga tanaman keras MPTS (multipurpose tree spesies) seperti petai,

pakem (Pangium edule), kemiri (Aleurites moluccana), nangka (Artocarpus

heterophylluss Lamk.) dan kedawung (Parkia timoriana). Di Perkebunan Bandealit

tanaman semusim (padi, jagung, kedelai, kacang hijau) diantaranya ditanam dibawah

tegakan karet dan sengon serta tanah kosong yang belum ditanami tanaman

perkebunan. Di TNAP jenis tanaman yang diusahakan di kawasan Perum Perhutani

hanya tanaman semusim saja seperti padi, jagung, kedelai dan semangka, kecuali di

kawasan bekas penyangga ada sekitar 30 ha yang ditanami tanaman keras oleh

masyarakat seperti kemiri, nangka dan kedawung.

Page 32: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

96  

Jenis tegakan yang diusahakan pada zona rehabilitasi di TNMB sebagian besar

yaitu tanaman buah dan obat. Tanaman buah-buahan yang dikembangkan yaitu

nangka, durian, mangga, jambu, petai, tanaman obat seperti kedawung , kemiri,

kluwih, asem, mengkudu, melinjo, jahe, cabe jawa dan kunyit serta tanaman kayu

diantaranya sengon dan jati. Jenis komoditas tanaman palawija yang umum

diusahakan adalah jagung, kedelai, padi, jagung dan kacang ijo, selain itu masyarakat

juga menanam lada dan cabe jawa. Alasan pemilihan jenis tersebut karena

pemasaran yang mudah, setiap panen sudah ada yang datang menampung, harga jual

cukup baik pemeliharaan dan penyediaan bibit mudah, bibit selain menggunakan

dari hasil panen juga dibeli dari toko pertanian yang ada di kota

kecamatan. Persentase jenis komoditas tanaman yang diusahakan dapat dilihat

pada Gambar 28.

Gambar 28 Persentase distribusi jenis komoditas tanaman sekitar TNMB

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pola tanam dan jenis tanaman

yang dikembangkan di Desa Andongrejo dan Desa Curahnongko yaitu padi

ditanam pada saat musim hujan, sedangkan pada musim kemarau lahan garapan

umumnya ditanami jagung, kedelai, dan kacang ijo. Penanaman dilakukan secara

bergiliran yaitu jika satu jenis komoditi sudah panen diganti dengan jenis komoditi

lain, sehingga dalam satu tahun petani menanam beberapa jenis secara bergantian

tidak hanya satu jenis saja. Tingkat pendapatan petani pesanggem sekitar di TNMB

disajikan pada Tabel 17.

0

10

20

30

40

50

60

Tanaman obat

Tanaman buah

Tanaman palawija

Tanaman kayu

Tanaman perkebunan

Persen

tase

Jenis komoditas tanaman

Andongrejo

Curahnongko

Page 33: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

97  

  

Tabel 17 Pendapatan petani pesanggem di sekitar TNMB per tahun

No. Jenis komoditi

Biaya bibit dan pemupukan

(Rp.)

Hasil panen (Rp.)

Pendapatan (Rp.)

Luas lahan (m2)

1. Padi 175.000,- 875.000,- 700.000,- 5.000 2. Kedelai 100.000,- 700.000,- 600.000,- 2.500 3. Jagung 200.000,- 1.600.000,- 1.400.000,- 2.500 4. Kacang ijo 150.000,- 1.440.000,- 1.290.000,- 2.500 5. Kunyit, Jahe - 500.000,- 500.000,- Dibawah

tegakan 6. Buah2an - - 1.635.000,- 5.000 7. Pelihara sapi - 1.250.000,-

Total 7.375.000,- Sumber : Data primer yang diolah

Produksi padi gogo sebanyak 3,5 kuintal dengan harga jual Rp.2500,- per kg,

petani dapat hasil sebesar Rp. 875.000,-. per sekali panen. Hasil panen padi tidak

dijual tetapi untuk dimakan sehari-hari. Hasil panen kacang kedelai sebanyak 2

kuintal harga per kilo Rp.3.500,- petani dapat hasil Rp. 700.000,- hasil dari kacang

ijo 180 kg dengan harga Rp. 8.000,- sebesar Rp.1.440.000,-. Selain hasil dari

tanaman palawija, hasil lainnya yaitu dari penjualani buah-buahan seperti pisang

sebesar Rp. 50.000,- per bulan, nangka Rp. 25.000,- per bulan, petai Rp. 350.000

per tahun, mangga Rp.85.000,- per tahun, rambutan Rp. 125.000,- pertahun serta

durian Rp.175.000,- per tahun , kunyit atau jahe Rp. 500.000,- per tahun serta

dari memelihara sapi titipan Rp. 1.250.000,- per tahun.

Dari perhitungan terhadap hasil produksi pertanian serta harga jual tanaman

yang diusahakan diketahui pendapatan rata –rata per tahun dari hasil berladang

seluas 0,5 ha, yaitu Rp.7.375.000,- atau Rp. 617.000,- per bulan. Pendapatan

tersebut masuk dalam katagori miskin, berdasarkan kriteria Biro Pusat Statistik

(BPS, 2007) pendapatan masyarakat kurang dari Rp. 480.000,- per bulan

termasuk dalam katagori sangat miskin, pendapatan diatas Rp. 480.000,- sampai

Rp.700.00 katagori miskin. Pendapatan tersebut dibawah upah minimum

Kabupaten Jember tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 875.000,- per bulan. Masyarakat

yang bekerja di perkebunan Bandealit hanya mendapatkan gaji dari perusahaan

rata-rata Rp. 195.000,- per bulan, untuk meningkatkan pendapatannya mereka

menggarap lahan perkebunan seperti di bawah tegakan karet yang masih muda.

Page 34: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

98  

Dari hasil perhitungan terhadap produksi tanaman semusim di zona

rehabilitasi TNMB diketahui sebesar Rp. 1 635.000,- per tahun, jumlah tersebut

meningkat dibanding pendapatan pada tahun 2000 yang dilakukan di demplot

zona rehabilitasi yaitu sebesar Rp.881.750,- (Suharti 2000). Meningkatnya hasil

produksi tersebut karena masyarakat selain menanam jenis kayu juga menanam

tanaman buah-buahan. Jika tidak ada pemanfaatan tanaman obat dan buah di zona

rehabilitasi serta tidak melakukan pemeliharaan sapi pendapatan rata-rata

masyarakat sekitar TNMB menjadi lebih kecil yaitu sekitar Rp 332.500,- per

bulan. Masyarakat pesanggem khususnya yang ada di sekitar Hutan Pantai

Bandealit sebagian besar hidup dalam kemiskinan, tinggal di gubug-gubug tanpa

penerangan listrik, dengan pendapatan rata-rata kurang dari Rp 10.000,- per hari.

Indikator kemiskinan bagi warga yang tinggal di dalam dan di dekat hutan

diantaranya jika pendapatan kurang dari US $ 1 per hari, atau dibawah UMR yang

ditentukan pemerintah, tidak bersekolah, tidak mendapat layanan kesehatan, tidak

mendapat penerangan listrik (Somerville 1998).

Perbedaan produktivitas hasil panen di TNAP dan TNMB dimungkinkan

karena di TNAP lahan pertaniannya dikelola secara intensif, dengan melakukan

pemeliharaan dari gangguan gulma serta pemberian pupuk sesuai dengan

kebutuhan tanaman. Di TNMB hal tersebut tidak dilakukan secara optimal,

sehingga hasil produksi panennya rendah, untuk itu dibutuhkan suatu usaha untuk

meningkatkan produksi melalui bantuan modal dan penyuluhan untuk

meningkatkan kapasitas petani.

Tingkat pendapatan masyarakat petani sekitar kawasan taman nasional yang

rendah akan berpengaruh terhadap keberadaan sumberdaya kawasan taman

nasional . Masyarakat akan memanfaatkan sumberdaya yang ada dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga pemerintah daerah dan pengelola taman

nasional harus membuat kebijakan pengelolaan yang dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan. Sumberdaya hutan akan terjamin

keberadaannya jika masyarakat sekitar kawasan sudah terpenuhi kebutuhan dasar

hidupnya seperti mempunyai pendapatan yang cukup, terpenuhi kebutuhan

makannya, menerima pelayanan yang baik dari pemerintah, dihargai serta

kesehatannya terjamin (DFID 2001).

Page 35: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

99  

  

5.2.6 Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Taman Nasional dan Banteng

5.2.6.1 Persepsi Masyarakat terhadap ManfaatTaman Nasional

Persepsi atau pengetahuan masyarakat petani pesanggem di Desa Kalipait

TNAP serta Desa Andongrejo dan Desa Curahnongko TNMB terhadap manfaat

atau fungsi taman nasional dapat dilihat pada Gambar 29.

Gambar 29 Persentase persepsi masyarakat terhadap manfaat TN

Pada Gambar 29 terlihat bahwa sebagian besar petani pesanggem di ketiga

lokasi pengamatan menyebutkan bahwa fungsi taman nasional adalah sebagai

obyek wisata dengan masing-masing persentase untuk Desa Curahnongko (51,35%),

Desa Andongrejo (43,24%) dan Desa Kalipait (38,30%). Selanjutnya untuk Desa

Andongrejo dan Desa Curahnongko menyatakan sebagai tempat untuk mencari

madu dan kayu dengan persentase untuk Desa Curahnongko (32,43%) dan Desa

Andongrejo (27,05%). Untuk Desa Kalipait TNAP persentase terbesar kedua

menyebutkan bahwa manfaat taman nasional adalah untuk pelestarian (21,28%),

yaitu bahwa semua yang ada di taman nasional khususnya pohon dan satwaliar

harus dilestarikan tidak boleh diganggu.

Sebagian besar responden di ketiga lokasi pengamatan menyebutkan bahwa

fungsi taman nasional sebagai obyek wisata karena menurut mereka semua yang

ada di taman nasional seperti satwaliar banteng, tanaman yang indah, pantai bisa

0

10

20

30

40

50

60

Persen

tase

Manfaat kawasan TN

Andongrejo

Curahnongko

Kalipait

Page 36: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

100  

dijadikan sebagai obyek wisata. Responden berharap dapat dilibatkan dalam

kegiatan ekowisata untuk meningkatkan pendapatannya, sebagian kecil responden

menyatakan manfaat taman nasional sebagai sumber air, mencegah banjir, sebagai

tempat religi (bertapa), tempat hidup satwa, tempat mengambil madu dan tempat

mengambil kayu.

Masyarakat Desa Andongrejo dan Curahnongko menyatakan bahwa taman

nasional bermanfaat sebagai tempat mengambil kayu dan madu, hal ini berhubungan

dengan aktivitas masyarakat yang suka mengambil kayu dan madu di kawasan

TNMB, kayu tersebut dimanfaatkan sebagai bahan untuk membangun rumah dan

kayu bakar. Heriyanto et al. (2006) menyatakan bahwa masyarakat sekitar kawasan

TNMB termasuk desa Curahnongko dan Andongrejo memanfaatkan kayu dari

kawasan TNMB dengan persentase pemanfaatan yaitu kayu garu 35,72%, nyampo

dan bendo masing-masing 21,43%, kayu bindung 14,28 %, pacar gunung 7,14%.

Kebutuhan rata-rata kayu bakar untuk tiap KK sebanyak 4 - 6 pikul perbulan, berat

setiap pikul ± 30 kg.

Dari pernyataan masyarakat yang dijadikan responden di ketiga desa

tersebut, menunjukkan bahwa masyarakat sebenarnya sudah mengetahui fungsi

taman nasional yaitu sebagai kawasan yang dilindungi. Tetapi masyarakat tetap

ingin memanfaatkan taman nasional melalui kegiatan bertani serta mengambil

kayu dan madu karena mereka tidak punya pilihan lain untuk memenuhi

kebutuhan hariannya. Masyarakat berharap mendapat manfaat dari kawasan taman

nasional, sehingga pengelolaan kawasan taman nasional harus dapat berkontribusi

dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan tersebut.

Pengelolaan taman nasional berbasis masyarakat harus diwujudkan, jika tidak

tentu akan mengancam keberadaan sumberdaya yang ada di taman nasional

termasuk keberadaan banteng.

Page 37: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

101  

  

5.2.6.2 Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Banteng

Persepsi masyarakat terhadap banteng sangat dipengaruhi oleh terganggunya

ladang mereka oleh banteng. Kerusakan ladang dan kebun menjadikan persepsi

masyarakat terhadap banteng cenderung negatif. Hasil wawancara dengan

masyarakat menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Desa Curahnongko

(70,27%), Desa Andongrejo (64,86%) dan Desa Kalipait (59,57%) menyatakan

bahwa banteng tidak mempunyai manfaat. Selanjutnya masyarakat Desa Andongrejo

dan desa Curahnongko masing-masing 27,03% menyatakan bahwa banteng sebagai

obyek wisata, sedangkan untuk Desa Kalipait 14,89 %. Sisanya menyatakan tidak

tahu dan untuk pelestarian serta kotorannya untuk pupuk (Gambar 30).

Gambar 30 Persentase persepsi masyarakat terhadap manfaat banteng Masyarakat Desa Andongrejo dan Curahnongko TNMB sebesar 27% lebih

menyatakan bahwa banteng dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata, pernyataan

tersebut didasarkan pada banyak wisatawan datang ke lokasi TNMB khususnya

Resort Bandealit dimana sebagian masyarakat desa Andongrejo tinggal.

Wisatawan datang ke Bandealit selain untuk melihat pantai Bandealit juga untuk

melihat banteng di sekitar areal Perkebunan Bandealit.

Masyarakat Desa Kalipait TNAP yang menyatakan banteng bermanfaat

sebagai obyek wisata lebih kecil dibanding dengan kedua desa di TNMB yaitu

hanya 14,89%, tetapi yang menyatakan tidak tahu persentasenya lebih besar

dibanding Desa Andongrejo dan Curahnongko yaitu 21,28%. Masyarakat yang

01020304050607080

Persen

tase

Manfaat banteng

Andongrejo

Curahnongko

Kalipait

Page 38: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

102  

menyatakan tidak tahu tersebut sebenarnya sama persepsinya dengan yang

menyatakan bahwa banteng tidak bermanfaat, karena masyarakat tidak boleh

memanfaatkan banteng sehubungan dengan statusnya yang dilindungi, disisi lain

masyarakat merasa dirugikan akibat gangguan banteng.

Masyarakat berminat memanfaatkan banteng melalui hasil penangkaran

atau menggunakan semennya untuk dikawinkan dengan sapi bali dalam rangka

meningkatkan genetik sapi bali khususnya dalam meningkatan bobot badannya.

Minat masyarakat dalam memanfaatkan banteng cukup tinggi, karena banteng

mempunyai nilai ekonomi. Menurut mereka harga banteng akan lebih mahal dari

harga sapi jenis lokal. Harga sapi bali umur tiga tahun sekitar sembilan juta

rupiah, sedangkan harga banteng dewasa menurut perkiraan responden bisa

mencapai 20 juta rupiah atau setara dengan harga sapi limosin . Berdasarkan hasil

wawancara di ketiga desa yang dijadikan obyek penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar (69,57%) masyarakat berminat untuk memanfaatkan banteng hasil

penangkaran terutama semennya, sedangkan sisanya 30,43% tidak berminat.

5.2.7 Faktor-Faktor Penyebab Konflik

Faktor-faktor yang menyebabkan konflik banteng dan masyarakat sekitar

taman nasional dipicu oleh terganggunya masyarakat oleh banteng. Masyarakat

dimaksud yaitu masyarakat secara individu yang bertempat tinggal di sekitar kawasan

taman nasional, perusahaan perkebunan dan Perum Perhutani yang arealnya

berbatasan langsung dengan taman nasional.

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa banteng keluar kawasan taman

nasional karena rendahnya daya dukung habitat baik aspek kualitas (Tabel 10 dan

Tabel 11) maupun aspek kuantitas yaitu kecilnya luasan padang penggembalaan yang

ada di dalam kawasan taman nasional sehingga produktivitas pakan yang dihasilkan

juga rendah terutama pada saat kemarau (Tabel 7 dan Tabel 8). Keluarnya banteng

dan mengganggu kebun masyarakat, perusahaan perkebunan serta Perum Perhutani

membuat kerugian dan mempengaruhi pendapatan masyarakat.

Pendapatan yang rendah karena produktivitas dan luasan lahan garapan yang

kecil (Tabel 15 dan Tabel 16) semakin memicu potensi konflik yang diindikasikan

Page 39: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

103  

  

dengan terjadinya perburuan terhadap banteng. Luas lahan garapan masyarakat rata-

rata hanya 0,25 ha per KK termasuk sedikit sehingga tidak mencukupi. Menurut BPS

kebutuhan optimal lahan garapan per KK sebesar dua hektar seperti yang digarap oleh

para petani transmigran. Sedangkan Awang (2006) menyatakan bahwa kebutuhan

lahan garapan minimal di jawa untuk setiap petani seluas 0,50 ha sedangkan menurut

Yatap (2008) kebutuhan lahan untuk mencapai hidup layak masyarakat sekitar

kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak sebesar 0,56 ha per orang.

Konflik satwaliar dengan masyarakat juga terjadi karena tingkat

pendidikan yang rendah (Grafik 23) menyebabkan persepsi masyarakat

terhadap banteng menjadi negatif (Grafik 30) dan masyarakat menganggap

banteng tidak bermanfaat secara langsung karena dilindungi dan merugikan

karena merusak tanaman petani. Persepsi yang rendah tersebut menyebabkan

perburuan terhadap banteng. Tingkat pendidikan yang rendah, terbatasnya

lahan pertanian dengan produktivitas yang rendah serta minimnya

pengetahuan masyarakat tentang konservasi dapat meningkatkan gangguan

masyarakat terhadap kawasan (Anonimous 2006). Perburuan juga terkait

dengan upaya masyarakat untuk mendapatkan sumber protein hewani

daging, memenuhi kebutuhan ekonomi karena hidup dalam kekurangan serta

dipicu oleh rasa kesal karena gangguan banteng di lahan garapan yang

menyebabkan berkurangnya hasil pertanian serta kerugian bagi masyarakat.

Tingkat potensi konflik banteng dan masyarakat disajikan dalam Tabel 18.

Keluarnya banteng dari kawasan taman nasional menyebabkan masalah yang berujung pada meningkatnya potensi konflik antara banteng dan masyarakat. Masyarakat petani pesanggem mengalami kerugian karena tanamannya dimakan banteng sehingga produksi panennya menurun. Berdasarkan hasil penelitian Heriyanto (2011) diketahui bahwa adanya gangguan banteng menyebabkan masyarakat Desa Andongrejo mengalami kerugian sebesar 30% - 50% dari produksi panennya, selanjutnya dikatakan bahwa 90% dari masyarakat merasa was-was atau tidak tenang dengan adanya gangguan banteng, karena takut dengan serangan banteng.

Page 40: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

104  

Tabel 18 Potensi dan tingkat konflik konservasi banteng di TNMB dan TNAP

Parameter Lokasi Potensi Konflik Derajat

Konflik Jumlah Kasus Jenis Konflik

Kehadiran populasi banteng di sekitar masyarakat

TNMB Tiap hari Perburuan Tinggi

TNAP Tiap hari Perburuan Tinggi

Gangguan satwa pada lahan masyarakat

TNMB Tiap hari Perburuan/pelukaan Tinggi

TNAP Tiap hari Perburuan Tinggi

Tingkat kerugian ekonomi

TNMB 30% dari produksi (180 rb per bulan)

Buru Tinggi

TNAP 50% dari produksi (700 rb per bulan)

Buru, bantai Tinggi

Serangan banteng terhadap masyarakat

TNMB 2008-2010 (3 kali) Masuk kampung Tinggi

TNAP -

Ancaman masyarakat terhadap banteng

TNMB 1 kasus : 2 kematian (2010)

Buru dgn senjata Tinggi

TNAP 11 kasus : 3 kematian (2010)

Jerat Tinggi

Berdasarkan pengamatan terhadap faktor ekologi, sosial, ekonomi masyarakat sekitar kawasan serta wawancara dengan para pakar konservasi diketahui beberapa alternatif program kegiatan yang dapat dikolaborasikan antar stakeholders untuk menekan konflik yang lebih tinggi. Program kegiatan yang diharapkan dapat meminimalisir konflik dan dapat meningkatkan sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan taman nasional yaitu; program kegiatan peningkatan kualitas habitat pakan, program pengembangan penangkaran khususnya pemanfaatan semen banteng , program pengembangan ekowisata serta program pengembangan tanaman obat dan buah.

Berdasarkan analisis di atas, maka pengelolaan Taman Nasional dalam mengatasi konflik konservasi banteng perlu dibuat sistem pengelolaan dengan pendekatan kolaboratif. Pengelolaan kolaboratif dimaksud harus melibatkan stakeholders seperti masyarakat sekitar kawasan, pengelola kawasan sekitar Taman Nasional, LSM dan PEMDA terkait.

Page 41: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

105  

  

5.3 Pengaruh dan Kepentingan Stakeholders terhadap Konservasi Taman Nasional dan Banteng

5.3.1 Pemetaan Stakeholders di TNAP

Untuk mengetahui pengaruh dan kepentingan stakeholders terhadap konservasi taman nasional dan banteng dilakukan pemetaan peran stakeholders. Stakeholders yang terkait dalam pengelolaan taman nasional khususnya konservasi banteng di TNAP yaitu Perum Perhutani, LSM (binaan KAIL), masyarakat sekitar kawasan khususnya desa Kalipait serta Balai TNAP sebagai penanggung jawab pengelolaan TNAP.

Perum Perhutani terkait dengan pengelolaan taman nasional karena kawasan hutannya berbatasan langsung dengan TNAP (Gambar 31). Selain itu adanya permasalahan dengan bekas zona penyangga taman nasional yang di kelola oleh Perum Perhutani berupa hutan jati tahun tanam 1954 dengan luas 1.309 ha. Bekas zona penyangga tersebut merupakan koridor banteng dalam mencari pakan dan minum di kawasan hutan produksi khususnya di blok Sumbergedang dan blok Gunting yang menyebabkan tanaman Perum Perhutani diantaranya mahoni kelas umur 0-5 tahun mengalami kerusakan dan kematian karena kulit batangnya dimakan banteng.

Gambar 31 Areal Perum Perhutani (HP) yang berbatasan langsung dengan

TN Alas Purwo

Page 42: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

106  

Stakeholders lainnya yaitu masyarakat Desa Kalipait yang mempunyai

aktivitas tumpangsari di kawasan bekas penyangga dan kawasan hutan produksi

Perum Perhutani. Masyarakat tersebut mengalami kerugian karena tanamannya

dimakan oleh banteng sehingga produksi panennya menurun, gangguan tersebut

menyebabkan persepsi terhadap banteng menjadi rendah. Masyarakat mempunyai

kepentingan yang tinggi terhadap SDA taman nasional tetapi pengaruhnya rendah.

Selanjutnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) KAIL (Konservasi Alam

Indonesia Lestari), stakeholders tersebut berperan sebagai advokasi dan ikut

dalam proses pendampingan pemberdayaan masyarakat khususnya masyarakat

petani pesanggem di kawasan bekas penyangga taman nasional. LSM mempunyai

pengaruh terhadap konservasi banteng karena bergerak di bidang konservasi

sumberdaya alam taman nasional dan advokasi masyarakat. Hasil pemetaan

pengaruh dan kepentingan stakeholders terhadap konservasi banteng dapat

dilihat dalam matrik resultante Gambar 32 yang terdiri atas empat kuadran yang

menggambarkan sebaran posisi masing-masing stakeholders yang berhubungan

dengan pengelolaan kawasan taman nasional dan banteng.

Gambar 32 Matriks resultante hasil analisis stakeholders di TNAP

5.3.2 Peran Stakeholders di TNAP

Berdasarkan ilustrasi disusun suatu mekanisme yang dapat dilakukan oleh

masing-masing stakeholders seperti peranan dan peluang-peluang berdasarkan

UPT TN AP

PERHUTANI

LSM

MASYARAKAT

0

5

10

15

20

25

0 5 10 15 20 25PENGARUH

KEPENTINGAN

Page 43: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

107  

  

posisinya. Pada Gambar 32 terlihat bahwa posisi kuadran II (key player)

merupakan kelompok yang paling kritis karena memiliki kepentingan dan

pengaruh yang sama-sama tinggi. Kuadran II ditempati oleh UPT TNAP dan

Perum Perhutani. Posisi kuadran II menunjukkan bahwa stakeholders tersebut

memiliki kepentingan dan pengaruh yang tinggi terhadap pengelolaan taman nasional

dan banteng. Balai TNAP memiliki kepentingan karena institusi ini mempunyai

kewenangan dan tanggung jawab dalam menjalankan program kerja sesuai dengan

tugas pokok dan fungsinya yaitu melaksanakan pengelolaan ekosistem kawasan

taman nasional dalam rangka konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

Balai TNAP memiliki pengaruh yang tinggi dan dapat berperan dalam hal membuat

kebijakan dan berinisiatif dalam perencanaan dan melaksanakan program kegiatan

konservasi banteng serta melakukan intermediasi dengan stakeholders terkait lainnya.

Perum Perhutani mempunyai kepentingan dan pengaruh yang tinggi, karena

berhubungan dengan belum selesainya status kawasan bekas penyangga yang

diakui oleh Perum Perhutani sebagai bagian dari hutan produksinya. Kepentingannya

yaitu kawasan bekas penyangga sebelum dikembalikan ke taman nasional harus

ditebang dulu jatinya, karena kawasan itu merupakan hutan produksi yang mereka

tanam sejak tahun 1964 dan berbarengan dengan SK Menteri Kehutanan No

283/Kpts-11/1992 tentang penetapan kawasan TNAP. Di sisi lain Perum juga sebagai

BUMN Kementerian Kehutanan harus berkontribusi dalam konservasi banteng.

Perum Perhutani mempunyai pengaruh terhadap konservasi banteng karena

arealnya yaitu blok Sumbergedang merupakan wilayah jelajah banteng dan

berfungsi sebagai habitat pakan dan minum, sebagai BUMN dari Kementerian

Kehutanan Perum Perhutani dapat berperan dalam melaksanakan kebijakan

kehutanan untuk kelestarian lingkungan termasuk taman nasional dan banteng

melalui pengelolaan hutannya yang tetap mempertimbangkan kebutuhan banteng.

Stakeholders dalam kuadran IV (context setter) yaitu LSM KAIL. LSM ini

dapat memainkan perannya dalam fungsi intermediasi, penyebaran informasi dan

mengadvokasi hak-hak masyarakat sekitar kawasan. Informasi dimaksud berupa

teknis penanaman, pemilihan jenis dan penyediaan bibit serta pemasaran hasil

yang dapat menunjang kegiatan bertani masyarakat dalam rangka meningkatkan

kesejahteraannya.

Page 44: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

108  

Masyarakat sekitar kawasan posisinya ada pada kuadran I (subjects).

Masyarakat memiliki kepentingan yang tinggi terhadap sumberdaya taman

nasional, khususnya di kawasan bekas penyangga dimana mereka melakukan

kegiatan bertani sebagai pesanggem. Masyarakat mempunyai kepentingan tinggi

tetapi pengaruhnya rendah karena tidak dilibatkan dalam perencanaan dan

pelaksanaan pengelolaan taman nasional. Aspirasi masyarakat tidak tertampung

dan kurangnya pemberdayaan. Masyarakat ingin memanfatkan banteng melalui

pemanfaatan semennya untuk meningkatkan kualitas sapi yang mereka pelihara

melalui IB. Motivasi masyarakat terhadap kawasan taman nasional dan banteng

adalah ingin meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya diantaranya melalui

kegiatan pengembangan tanaman buah dan obat serta tanaman tumpangsari

khususnya di kawasan bekas penyangga.

Masyarakat ingin memanfaatkan kawasan bekas penyangga seperti yang

dilakukan selama ini melalui penanaman pohon buah-buahan, pohon obat dan biji-

bijian yang hasilnya dapat dipanen dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup

mereka. Penanaman pohon buah-buahan dan obat tersebut untuk mengantisipasi

jika masa sebagai pesanggem selesai, masyarakat masih bisa mendapatkan

manfaat dari hasil tanaman tersebut.

5.3.3 Pemetaan Stakeholders di TNMB

Berdasarkan identifikasi stakeholders di TNMB diketahui bahwa stakeholders

terkait dalam konservasi banteng hampir sama dengan di TNAP yaitu Balai

TNMB, LSM KAIL, masyarakat sekitar kawasan khususnya Desa Andongrejo dan

desa Curahnongko. Stakeholders lainnya yang membedakan dengan TNAP yaitu

perusahaan Perkebunan Bandealit. Dalam kawasan TNMB terdapat dua enclave

berupa perkebunan seluas 2.115 ha yaitu Perkebunan Bandealit dengan luas 1.057

ha dan Perkebunan Sukamade Baru dengan luas 1.058 ha. Perkebunan Bandealit

statusnya sebagai zona penyangga sehingga pengelolaannya sangat berhubungan

dengan pengelolaan taman nasional dan areal perkebunan tersebut menjadi habitat

yang disukai banteng. Sejak tahun 2003 banteng menjadikan areal Perkebunan

Bandealit sebagai habitat yang permanen, mulai dari aktivitas makan sampai

aktivitas kawin dilakukan di areal perkebunan, akibatnya perkebunan mengalami

Page 45: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

109  

  

kerusakan dan kerugian yang dalam empat tahun terakhir sebesar delapan milyar

rupiah (berdasarkan wawancara dengan manajer perkebunan). Untuk menghindari

gangguan banteng Perkebunan Bandealit melakukan pemagaran dengan

menggunakan kawat duri khususnya di lokasi persemaian Kebun Pantai. Tindakan

tersebut menjadi masalah karena ada indikasi pemagaran tersebut menyebabkan

luka pada banteng, sehingga BTNMB membuka pagar tersebut dan pengelola

perkebunan merasa dirugikan, karena areal persemaiannya dirusak banteng.

Kejadian tersebut masuk dalam katagori konflik terbuka, konflik terbuka adalah

yang berakar dalam dan sangat nyata, sehingga memerlukan berbagai tindakan

untuk mengatasi akar penyebab dan berbagai efeknya (Fisher et al. 2001).

Berdasarkan hasil analisis stakeholders diketahui Perkebunan Bandealit

mempunyai kepentingan rendah terhadap kelestarian banteng karena kepentingan

utama perusahaan adalah mendapatkan penghasilan dari hasil produksi perkebunan.

Tetapi perkebunan tersebut mempunyai pengaruh yang besar karena arealnya

dimanfaatkan oleh banteng dari mulai aktivitas makan sampai kawin. Selain itu

perusahaan perkebunan mempunyai pengaruh dalam merubah persepsi masyarakat

terhadap banteng yang dapat dijadikan modal untuk propaganda konservasi

banteng, sehingga Perkebunan Bandealit perlu dilibatkan dalam perencanaan

program TNMB untuk sinkronisasi program kegiatan dalam upaya konservasi

banteng.

Stakeholders masyarakat khususnya Desa Andongrejo dan Curahnongko

yang letak desanya berbatasan langsung dengan kawasan TNMB. Pekerjaan

masyarakat sekitar kawasan TNMB sebagian besar adalah petani pesanggem di

kawasan zona rehabilitasi taman nasional dan di areal Perkebunan Bandealit khusus

yang bekerja sebagai buruh perkebunan. Hasil pemetaan stakeholders terhadap

pengaruh dan kepentingan dapat dilihat dalam matrik resultante Gambar 33.

Masyarakat mempunyai kepentingan sebagai pemelihara sekaligus pemanfaat

taman nasional dan banteng tetapi tidak mempunyai pengaruh dalam pengambilan

keputusan kebijakan pengelolaan sehingga aspirasi masyarakat perlu diakomodir

dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan kawasan dan banteng.

Kepentingan sebagian masyarakat sudah diakomodir melalui kegiatan agroforestry

di zona rehabilitasi taman nasional tetapi belum optimal.

Page 46: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

110  

Gambar 33 Matrik resultante hasil analisis stakeholders di TNMB

5.3.4 Peran Stakeholders di TNMB

Berdasarkan hasil pemetaan stakeholders UPT BTNMB dan LSM KAIL

berada pada posisi kuadran II yaitu berperan sebagai key player, LSM perannya

sejalan dengan TNMB tetapi tidak punya peran dalam pengelolaan banteng. LSM

KAIL berperan dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat khususnya

kegiatan rehabilitasi sejak tahun 2001 dalam implementasi praktek konservasi

berbasis masyarakat yang diwujudkan dalam program rehabilitasi tanaman

Multipurpose tree species (MPTS). LSM berkepentingan dalam terbangunnya

sosial budaya masyarakat sebagai kapital sosial untuk membangun budaya

kehutanan yang memiliki nilai korvengensi dengan pelestarian dan terciptanya

daya dukung lingkungan yang berkualitas. Kontribusi LSM dalam zona

rehabilitasi selama ini membantu masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan

pengembangan tanaman Multipurpose tree species (MPTS) mulai dari pemilihan

jenis, pengolahan dan pemasaran. Selain itu LSM mempunyai arti strategis

sebagai jembatan aspirasi masyarakat untuk diakomodir dalam pembuatan

keputusan pengelolaan zona rehabilitasi. Hasil pemetaan stakeholders LSM

berada pada kuadran II (key player) yaitu satu posisi dengan BTNMB, sedangkan

di TNAP LSM berada pada kuadran III (context setter). Hal ini dimungkinkan

UPT TN MERU BETIRI

PERKEBUNAN

LSMMASYARAKAT

0

5

10

15

20

25

0 5 10 15 20 25

KEPENTINGAN

PENGARUH

Page 47: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

111  

  

karena peran LSM KAIL di TNMB sudah berjalan cukup lama dan intensif

sehingga program kegiatannya sudah sinkron dengan program kegiatan BTNMB.

Sedangkan di TNAP peran LSM belum optimal dan masyarakat masih

membutuhkan dukungan LSM dalam mengadvokasi kepentingannya.

Posisi context setter di TNMB ditempati Perkebunan Bandealit, Perkebunan

Bandealit masuk dalam stakeholders yang mempunyai kepentingan rendah

terhadap kelestarian banteng karena kepentingan utama perusahaan adalah

mendapatkan keuntungan dari hasil produksi perkebunan. Tetapi perkebunan

mempunyai tingkat pengaruh yang besar karena arealnya dimanfaatkan banteng

dari mulai aktivitas makan sampai kawin. Peran perkebunan sebagai context setter

dapat dijadikan modal untuk mempropaganda masyarakat khususnya karyawan

perkebunan sehingga persepsi masyarakat terhadap konservasi banteng menjadi

positif. Selain itu perkebunan harus membantu TN dalam perbaikan lingkungan

khususnya habitat pakan banteng, dan dapat dilibatkan dalam pengelolaan banteng

sebagai obyek wisata yang dipadukan dengan agrowisata yang dikembangkan oleh

Perkebunan. Untuk sinkronisasi program kegiatan dalam upaya konservasi banteng

Perkebunan Bandealit dapat dilibatkan mulai dari perencanaan sampai implementasi

program kegiatan. Tingkat pengaruh mengindikasikan kemampuan stakeholders

untuk mempengaruhi berhasil tidaknya suatu pengelolaan (Hermawan et al. 2005)

Kuadran I atau subyek ditempati masyarakat yaitu kelompok yang

mempunyai kepentingan tinggi namun pengaruhnya rendah sehingga perlu

pemberdayaan dalam pengelolaan taman nasional dan banteng dengan

melibatkannya dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan. Tingkat

kepentingan berkaitan dengan dampak yang akan diterima oleh stakeholders,

semakin besar dampak yang akan diterima oleh stakeholders, maka semakin tinggi

tingkat kepentingannya (Hermawan et al. 2005). Motivasi utama masyarakat sekitar

kawasan TNMB yaitu ingin meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya melalui

kegiatan bertani di zona rehabilitasi serta memanfaatkan hasil tanaman utama

yang mereka tanam melalui pemanfaatan tanaman buah dan tanaman obat.

Kepentingan masyarakat perlu diakomodir untuk meminimalkan gangguan

masyarakat terhadap kawasan khususnya perburuan satwa dan penebangan kayu.

Untuk meminimalisir gangguan banteng khususnya di areal perkebunan,

Page 48: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

112  

Co-Management

Balai TNAP 0,679

Perhutani 0,102

LSM 0,099

Masyarakat 0,119

Sosial 0,180

Ekonomi 0,191

Ekologi 0,629

Pengembangan ekowisata

0,225

Pengembangan tanaman obat/buah

0,117

Pengembangan penangkaran

banteng 0,243

Konsultatif 0,210

Instruktif 0,255

Kooperatif 0,209

Informatif 0,110

Advokatif 0,215

Fokus

Aktor

Faktor

Alternatif Program

Peningkatan kualitas habitat

banteng 0,415

tingkat Kolaborasi

masyarakat menginginkan agar pengelola TNMB menyediakan padang

penggembalaan (feeding ground) yang mencukupi kebutuhan banteng.

5.4 Manajemen Kolaborasi dalam Upaya Konservasi Banteng

5.4.1 Prioritas Kegiatan dan Bentuk Pengelolaan Kolaborasi Banteng

Dari hasil pengamatan terhadap aspek ekologi, sosial ekonomi, identifikasi dan

pemetaan stakeholders, persepsi dan kepentingan stakeholders yang terkait dengan

konflik banteng serta wawancara dengan stakeholders yang tidak terkait konflik

diketahui alternatif program kegiatan yang dapat mengakomodir kepentingan

bersama. Penentuan prioritas kegiatan dan tingkat/bentuk kolaborasi dipilih oleh

stakeholders dan para pakar konservasi, yang terdiri dari pakar konservasi jenis dan

konservasi kawasan, pakar tersebut berasal dari Perguruan Tinggi IPB satu orang,

Badan Litbang Kehutanan dua orang, dan dari Ditjen PHKA empat orang.

Berdasarkan hasil analisis diketahui struktur hierarki dengan bobot kepentingan

yang menunjukkan prioritas program kegiatan dan bentuk kolaborasi yang dipilih

dalam rangka konservasi banteng seperti Gambar 34.

Gambar 34 Struktur hierarki co-management konservasi banteng di TNAP (Mod. Saaty 1993)

Page 49: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

113  

  

Dari hasil analisis secara keseluruhan peran aktor dalam program kegiatan

untuk tujuan konservasi banteng dapat dilihat pada Gambar 35.

Gambar 35 Tingkat peranan aktor terhadap pelaksanaan program kegiatan

konservasi banteng di TNAP.

Pada Gambar 35 diketahui bahwa prioritas aktor yang berperan penting

dalam pelaksanaan program konservasi banteng di TNAP secara berturut-turut

yaitu Balai TNAP (67,90%), masyarakat (11,90%), Perum Perhutani (10,20%)

dan LSM (9,90%). Balai TNAP menjadi yang pertama karena sesuai dengan

keadaan di lapangan bahwa dalam pengelolaan banteng peran Balai TNAP

adalah yang paling dominan. Sedangkan stakeholders lainnya belum

dilibatkan secara langsung dalam pengelolaan TN, khususnya pengelolaan

banteng karena belum dilakukan kerjasama antar stakeholders. Dalam

kenyataannya Perum Perhutani sebagai pemangku pengelola hutan produksi

kawasannya digunakan banteng sebagai bagian dari wilayah jelajahnya, tetapi

Perum Perhutani belum dilibatkan dalam perencanaan kebijakan pengelolaan

taman nasional dan banteng. Dalam upaya konservasi banteng secara

kolaboratif Balai TNAP harus mulai berbagi peran dan kewenangan dengan

stakeholders terkait untuk tercapainya upaya konservasi banteng.

Pada level alternatif kegiatan faktor terhadap aktor, urutan prioritas yang

penting dipertimbangkan dalam pengelolaan kolaboratif konservasi banteng

yaitu faktor ekologi (62,90%), faktor ekonomi (19,10%) dan faktor sosial

(18,00%). Data tersebut menunjukkan bahwa dalam pengelolaan konservasi

banteng secara kolaboratif faktor ekologi merupakan faktor yang paling

Page 50: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

114  

penting untuk diperhatikan demi keberlangsungan sumberdaya. Hal tersebut

selaras dengan tujuan utama pengelolaan kolaboratif yang salah satu elemen

pentingnya yaitu mempertahankan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya

(Claridge and O’ Callaghan 1995). Namun demikian dalam pengelolaan

sumberdaya alam faktor ekonomi harus dipertimbangkan juga khususnya

yang berhubungan dengan pembangunan ekonomi masyarakat sekitar kawasan

taman nasional. Pembangunan ekonomi tersebut harus berwawasan

lingkungan, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat

secara berkelanjutan. Jika masyarakat sekitar kawasan sejahtera diharapkan

gangguan terhadap ekosistem dan sumberdaya kawasan dapat ditekan.

MacKinnon et al. (1993) menyatakan bahwa keberhasilan pengelolaan

kawasan yang dilindungi banyak bergantung pada kadar dukungan dan

penghargaan yang diberikan kepada kawasan yang dilindungi oleh masyarakat

sekitarnya. Jika kawasan yang dilindungi dipandang sebagai penghalang,

masyarakat setempat dapat menggagalkan pelestarian. Tetapi jika pelestarian

dianggap sebagai sesuatu yang bermanfaat, masyarakat sendiri yang akan

bekerjasama dengan pengelola dalam melindungi kawasan dari pengembangan

yang membahayakan.

Pada level alternatif terhadap faktor yang berupa alternatif kegiatan

secara kolaboratif untuk meminimalisir konflik, urutan prioritas yang paling

penting yaitu peningkatan kualitas habitat banteng (41,50%), pengembangan

penangkaran banteng (24,30%), pengembangan ekowisata (22,50%) dan

pengembangan tanaman obat dan buah (11,70%). Urutan prioritas kegiatan

peningkatan kualitas habitat banteng adalah pilihan yang sangat sesuai dengan

keadaan di lapang. Berdasarkan hasil pengukuran potensi habitat pakan

diketahui bahwa habitat padang penggembalaan dalam kawasan taman

nasional tidak memenuhi kebutuhan banteng baik secara kualitas maupun

kuantitas. Hal ini yang menyebabkan banteng keluar kawasan memakan

tanaman ladang masyarakat seperti jagung, padi dan kacang kedelai serta

tanaman Perum Perhutani seperti kulit batang mahoni yang menyebabkan

kematian pohon tersebut.

Page 51: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

115  

  

Pengembangan penangkaran banteng yang menjadi prioritas kedua perlu

dipertimbangkan khususnya dalam pemanfaatkan semen banteng untuk

peningkatan genetik sapi bali melalui inseminasi buatan, sehingga salah satu

tujuan konservasi yaitu pemanfaatan plasma nuftah dapat diwujudkan.

Pengembangan tanaman obat dan buah perlu ditingkatkan dan

dipertimbangkan walaupun tidak menjadi prioritas utama karena masyarakat

sekitar kawasan umumnya sudah mengembangkan kegiatan tersebut pada

kawasan bekas penyangga TNAP.

Hasil analisis secara keseluruhan bentuk/tipe co-management terhadap

alternatif program dapat dilihat pada Gambar 36.

Gambar 36 Prioritas tingkat co-management konservasi banteng di TNAP

Berdasarkan hasil analisis bentuk co-management terhadap alternatif

program kegiatan secara keseluruhan diketahui bahwa prioritas yang terpilih

adalah tingkat/tipe co-management instruktif (25,50%), pendampingan (21,50%),

konsultatif (21,10%), kooperatif (20,09%), dan informatif (11,00%). Dari hasil

analisis tersebut terlihat bahwa bentuk co-management instruktif, pendampingan,

konsultatif dan kooperatif nilainya hampir tidak berbeda yaitu antara 20% - 25%.

Setelah dilakukan analisis AHP terhadap tiap alternatif kegiatan (Lampiran 6)

diketahui bahwa tipe co-management yang dipilih untuk tiap program kegiatan

yaitu pengembangan habitat dengan tipe kolaborasi instruktif (35,1%),

pengembangan penangkaran banteng tipe kolaborasi kooperatif (25,2%),

pengembangan ekowisata pendampingan (34,2%) dan pengembangan tanaman

obat dan buah tipe kolaborasi kooperatif (36,2%).

Page 52: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

116  

Hasil analisis seluruh alternatif bentuk co-management secara instruktif

merupakan pilihan yang tinggi bobot nilainya dibanding yang lainnya (Gambar

36). Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan bahwa pengelolaan taman

nasional secara umum masih bersifat instruktif. Inisiatif kebijakan pengelolaan

selalu berasal dari pemerintah (BTN), masyarakat dan stakeholders lain tidak

dilibatkan dalam perencanaan pengelolaan kawasan secara umum dan

pengelolaan banteng secara khusus. Peran pemerintah dalam hal ini Balai Taman

Nasional (BTN) yang dominan disebabkan oleh fungsi dan otoritas regulasi

formal yang hanya dapat diperankan oleh pihak pemerintah (BTN). Nikijuluw

(2002) menyatakan bahwa tingkat/tipe pengelolaan kolaboratif secara instruktif

pemerintah sangat berperan dalam banyak hal, sedangkan masyarakat hanya

menerima apa yang direncanakan dan diatur oleh pemerintah.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Perum Perhutani dan

masyarakat yang berkepentingan tinggi khususnya di kawasan bekas penyangga

tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan keputusan kebijakan TNAP.

Kepentingan Perum Perhutani pada pengelolaan kawasan bekas penyangga

seluas 1309 ha, karena kawasan tersebut sudah menjadi hutan produksi jati sejak

tahun 1964. Perum Perhutani ingin memanfaatkan kayu pada kawasan bekas

penyangga melalui penebangan dan penanaman kembali, hal yang harus

dipertimbangkan bahwa kawasan bekas penyangga merupakan koridor habitat

banteng, sehingga dalam pemanfaatannya harus mempertimbangkan

kepentingan banteng.

5.4.2 Prioritas Kegiatan dan Bentuk Pengelolaan Kolaborasi Banteng di

TNMB

Dari hasil analisis seperti yang dilakukan di TNAP diketahui kepentingan,

pengaruh dan kebutuhan para stakeholders di TNMB dan dapat dijadikan

program kegiatan yang dapat mengakomodir kepentingan bersama. Struktur

hierarki dan bobot kepentingan atau prioritas dalam pengelolaan banteng secara

kolaborasi di TNMB disajikan dalam Gambar 37.

Page 53: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

117  

  

Gambar 37 Struktur hierarki co-management konservasi banteng di TNMB

(Mod. Saaty 1993)

Hasil AHP menunjukkan bahwa prioritas aktor yang mempunyai tingkat

peranan penting dalam konservasi banteng secara berturut-turut yaitu Balai

TNMB (68,10%), Perkebunan Bandealit (13%), LSM (11%) dan masyarakat

(7,90%). Balai Taman Nasional Meru Betiri menjadi aktor prioritas seperti di

TNAP, hal ini sesuai dengan tupoksinya yang memegang mandat dalam

pengelolaan taman nasional. Pada level faktor urutan prioritas yang penting

dipertimbangkan dalam pengelolaan kolaboratif konservasi banteng yaitu faktor

ekologi (61,10%), faktor ekonomi (20,10%) dan faktor sosial (18,80%).

Pada level alternatif program kegiatan di TNMB, urutan prioritas yaitu

peningkatan kualitas habitat banteng (40,40%), pengembangan penangkaran

banteng (23,50%), pengembangan ekowisata (20,30%) dan pengembangan

tanaman obat dan buah (15,90%). Padang perumputan di kawasan TNMB tidak

dapat menampung populasi banteng dan banteng memilih areal perkebunan

untuk melakukan aktivitas hariannya, sehingga dibutuhkan peningkatan kualitas

Co-Management

Balai TNMB 0,681

Perkebunan 0,130

LSM 0,110

Masyarakat 0,079

Sosial 0,188

Ekonomi 0,201

Ekologi 0,611

Pengembangan Wisata

0,203

Pengembangan Tanaman obat/buah

0,159

Pengembangan Penangkaran

Banteng 0,235

Konsultatif 0,201

Instruktif 0,278

Kooperatif 0,223

Informatif 0,106

Advokatif 0,183

Fokus

Aktor

Faktor

Peningkatan Kualitas Habitat

Banteng 0,404

Alternatif Program

tingkat Kolaborasi

Page 54: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

118  

padang penggembalaan. Peningkatan kualitas atau pembinaan habitat padang

penggembalaan akan menstimulasi kehidupan banteng (Alikodra 2010).

Djuwantoko (1986) menyatakan bahwa habitat merupakan suatu daerah yang

sangat penting bagi populasi satwa agar dapat berkembang secara optimal untuk

mendapatkan makanan, air dan naungan (cover). Jika salah satu dari komponen

habitat tersebut tidak terpenuhi populasi banteng akan terancam.

Dari hasil analisis secara keseluruhan tingkat/bentuk/tipe pengelolaan

kolaboratif (co-management) terhadap alternatif program kegiatan disajikan

dalam Gambar 38.

Gambar 38 Prioritas tingkat co-management konservasi banteng di TNMB

Pada Gambar 38 menunjukkan bahwa prioritas bentuk/tipe pengelolaan

kolaboratif adalah bentuk instruktif (27,80%), selanjutnya kooperatif (22,30%),

konsultatif (20,10%), pendampingan (19,30%), dan informatif (10,60%).

Bentuk pengelolaan secara kooperatif yang menjadi prioritas kedua merupakan

bentuk pengelolaan kolaboratif yang sesungguhnya, yaitu antar stakeholders

dapat bekerjasama sebagai mitra yang setara mulai dari pengambilan keputusan

sampai implementasi di lapangan. Pengelolaan kolaboratif disebut sebagai

round-table management, share management, pengelolaan bersama atau

pengelolaan multi-pihak. Pengelolaan kolaboratif adalah pembuatan keputusan

secara bersama antara pemerintah dan masyarakat tentang satu atau lebih aspek-

aspek pemanfaatan sumberdaya alam (Castro dan Nielson 2001). Pengelolaan

Page 55: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

119  

  

kolaboratif sudah diterapkan dalam bidang perikanan, taman nasional, kawasan

dilindungi, kehutanan, satwaliar, lokasi penggembalaan, dan sumberdaya air

(Conley and moote 2001). Pola pengelolaan secara kolaboratif untuk kawasan

konservasi adalah kemitraan diantara berbagai pihak yang berkepentingan yang

menyetujui berbagai fungsi, wewenang dan tanggung jawab dalam pengelolaan

kawasan konservasi (Borrini-Feyerabend et al. 2000).

Bentuk/tingkat/tipe co-management untuk masing-masing alternatif

program di TNMB (Lampiran 7) menunjukkan bahwa bentuk co-management

yang dipilih untuk kegiatan peningkatan kualitas habitat adalah instruktif

(39,4%), pengembangan penangkaran kooperatif (30,7%), pengembangan

ekowisata pendampingan (34,2%) dan pengembangan tanaman obat dan buah

kooperatif (30,7%) . Kegiatan peningkatan kualitas habitat sesuai dengan PP

No. 7 tahun 1999 bahwa pemerintah dalam hal ini Balai Taman Nasional

bertanggung jawab dalam melaksanakan pembinaan habitat dan populasi jenis

satwa dan tumbuhan dalam keadaan seimbang dengan daya dukung habitat,

dalam pelaksanaan kegiatannya dapat dikerjasamakan dengan masyarakat

(stakeholders), Peraturan Pemerintah tersebut menyiratkan bahwa kegiatan

pembinaan habitat dapat dikolaborasikan.

Bentuk pengelolaan kooperatif yang dipilih dalam program kegiatan

pengembangan penangkaran banteng dan pengembangan tanaman obat dan

buah, pemerintah dapat berkontribusi dalam bentuk dukungan legal terhadap

aturan-aturan yang ditetapkan dan disepakati bersama. Tingkat kooperatif

merupakan bentuk pengelolaan kolaborasi yang sesungguhnya dimana

pemerintah dan semua stakeholders yang berkepentingan bekerja sama dalam

hubungan kemitraan yang sejajar dalam pembuatan keputusan, implementasi,

pengawasan dan pemantauan (Suporahardjo 2005; Nikijuluw 2002).

Dalam kegiatan pengembangan ekowisata bentuk yang dipilih yaitu

pendampingan (advokasi). Bentuk kolaborasi ini kewenangan pemerintah

berkurang karena usul, ide, inovasi dan inisiasi dalam pengambilan keputusan

Page 56: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

120  

ada pada stakeholders dan pemerintah menerima usulan yang diajukan

stakeholders, tetapi pemerintah tetap melakukan pengawasan, pemantauan serta

penegakan hukum. Dalam pengelolaan sumberdaya hutan secara kolaboratif

harus ada inisiatif dan inisiatif boleh datang dari masyarakat maupun dari

pemerintah. Efektifitas pengelolaan secara kolaboratif akan meningkat jika

inisiatif datang dari pemerintah, dan masyarakat harus dilibatkan secara aktif

dalam seluruh proses kegiatan mulai dari perencanaan sampai implementasi

(Tadjudin 2000). Hal tersebut diperkuat oleh (McKinnon et al. 1993) yang

menyatakan bahwa pengelolaan kawasan hutan tanpa melibatkan masyarakat

akan tidak efektif.

5.4.3 Strategi dalam Implementasi Program Kegiatan

Dari hasil penelitian seperti yang sudah dibahas sebelumnya didapatkan

bahwa prioritas program kegiatan yang dapat dikolaborasikan dalam

menyelesaikan konflik konservasi banteng yaitu peningkatan kualitas habitat,

pengembangan penangkaran banteng, pengembangan ekowisata banteng dan

pengembangan tanaman obat dan buah.

Untuk mengetahui dan mengidentifikasi faktor-faktor strategis dalam

mengimplementasikan masing-masing program kegiatan dilakukan analisis

SWOT. Berdasarkan data dari hasil pengamatan di lapangan dan diskusi dengan

para stakeholders diketahui faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor

eksternal (peluang dan ancaman) yang bersifat strategis dan dapat mempengaruhi

pengelolaan kolaboratif konservasi banteng. Hasil analisis SWOT dalam

pelaksanaan kolaborasi empat program kegiatan konservasi banteng di TNAP

dan TNMB disajikan dalam Tabel 19.

Page 57: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

121 

 

  

Tabe

l 19

Ana

lisis

SW

OT

pela

ksan

aan

kola

bora

si e

mpa

t pro

gran

keg

iata

n ko

nser

vasi

ban

teng

di T

NA

P da

n TN

MB

No

FAK

TOR

-FA

KTO

R

Peni

ngka

tan

kual

itas

Hab

itat

Peng

emba

ngan

Ta

nam

an o

bat/b

uah

Ekow

isat

a B

ante

ng

Peng

emba

ngan

Pe

nang

kara

nB

PN

PB

P

NP

BP

NP

BP

NP

A

INTE

RN

AL

Kek

uata

n

SD

M y

ang

cuku

p m

emad

ai

0,2

30,

60,

2 3

0,6

0,2

30,

60,

23

0,6

St

atus

kaw

asan

ber

keku

atan

huk

um

0,3

41,

20,

3 4

1,2

0,2

30,

60,

11

0,1

Po

tens

i SD

A c

ukup

ting

gi d

i zon

a pe

man

faat

an

0,2

40,

80,

2 4

0,8

0,3

41,

20.

34

1,2

T

ekno

logi

/pen

gala

man

mem

adai

0,1

30,

30,

1 3

0,3

0,1

20,

20,

24

0,8

K

ewen

anga

n pe

man

gku

kaw

asan

0,2

20,

40,

2 2

0,4

0,2

20,

40,

24

0,8

JU

ML

AH

11,

0-

3,3

1,0

-3,

31,

0-

3,0

1,0

-3,

5

Kel

emah

an

Pe

renc

anaa

n ja

ngka

pan

jang

bel

um te

rsed

ia0,

22

0,4

0,3

30,

90,

23

0,6

0,2

30,

6

Koo

rdin

asi r

enda

h 0,

34

1,2

0,2

40,

80,

24

0,8

0,2

40,

6

Terb

atas

nya

dana

0,

22

0,4

0,2

20,

40,

24

0,8

0,2

30,

6

Perb

edaa

n p

erse

psi t

enta

ng p

eles

taria

n ba

nten

g0,

24

0,8

0,1

30,

30,

22

0,4

0,3

41,

2

Sapr

as b

elum

mem

adai

0,

12

0,2

0,2

30,

60,

24

0,8

0,1

20,

2

JUM

LA

H 2

1,0

-3,

01,

0 -

3,0

0,8

-3,

41,

0-

3,1

B

EKST

ERN

AL

Pelu

ang

Duk

unga

n da

ri se

ktor

lain

dan

pem

da0,

33

0,9

0,2

30,

60,

34

1,2

0,3

41,

2

Pasa

rcuk

up p

oten

sial

0,

22

0,4

0,3

41,

20,

24

0,8

0,3

41,

2

Duk

unga

n b

uday

a m

asya

raka

t set

empa

t0,

12

0,2

0,2

30,

60,

23

0,6

0,2

30,

6

Aks

es k

e lo

kasi

ter

sedi

a 0,

22

0,4

0,1

20,

20,

23

0,6

0,1

20,

2

Kel

emba

gaan

mas

yara

kat

berf

ungs

i0,

22

0,4

0,2

30,

60,

12

0,2

0,1

20,

2

JUM

LA

H 3

1,0

-2,

31,

0 -

3,2

1,0

-3,

41,

0-

3,4

A

ncam

an

G

angg

uan

terh

adap

kaw

asan

(P

eram

baha

n. Il

lega

l lo

ggin

g)0,

23

0,6

0,2

40,

80,

33

0,9

0,2

30,

6

Pe

rbur

uan

terh

adap

satw

a ba

nten

g0,

12

0,2

0,1

20,

20,

34

1,2

0,3

41,

2

Sose

km

asya

raka

t re

ndah

0,

23

0,6

0,3

41,

20,

23

0,6

0,2

20,

4

Peru

baha

n pe

nata

an ru

ang

daer

ah p

enya

ngga

di l

uar T

N0,

22

0,4

0,2

30,

60,

12

0,2

0,1

30,

3

Inva

sive

spes

ies f

lora

0,

33

0,9

0,1

20,

2-

--

0,2

20,

4

JU

ML

AH

41,

0-

2,7

0,9

-3,

00,

9-

2,9

1,0

-2,

9 K

eter

anga

n : B

=

Bob

ot; P

=

Per

ingk

at; N

P =

Nila

i pen

garu

h

121

Page 58: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

122  

Faktor-faktor strategis yang dapat mempengaruhi pengelolaan kolaboratif

konservasi banteng pada empat program kegiatan yang akan diimplementasikan

di TNAP dan TNMB diringkas dalam matrik SWOT yang disajikan pada

Lampiran 8, 9,10 dan 11. Berdasarkan matrik SWOT diketahui strategi dalam

mengimplementasikan program kegiatan konservasi banteng tersebut terdapat

empat alternatif strategi, yaitu:

1). Strategi (SO) : menggunakan kekuatan (S) untuk memanfaatkan peluang (O)

2). Strategi (ST) : menggunakan kekuatan (S) untuk mengatasi hambatan (T)

3). Strategi (WO): mengatasi kelemahan (W) untuk memanfaatkan peluang (O)

4). Strategi (WT): meminimumkan kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T)

Strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT untuk empat program kegiatan

dalam pengelolaan kolaboratif konservasi banteng dan stakeholders terkait yang

dapat berkontribusi dalam implementasi program disajikan dalam Tabel 20.

Tabel 20 Program kegiatan, strategi, dan stakeholders terkait

Program kegiatan Strategi Stakeholders terkait

1. Peningkatan kualitas habitat

Strategi (ST) 1. Peningkatan perlindungan terhadap kawasan hutan 2. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan perluasan

habitat pakan serta pengendalian invasif sp 3. Melaksanakan penyuluhan dan kegiatan perhutanan

sosial di zona pemanfaatan (rehabilitasi)

BTN, Perum Perhutani, Perkebunan, masyarakat

2. Pengembangan

penangkaran Strategi (SO) 1. Melakukan kerjasama sesuai kewenangan yang ada

pada pemangku kawasan untuk mendapatkan dukungan sektor lain dan pemda

2. Memanfaatkan potensi SDA zona pemanfaatan, teknologi yang ada serta potensi pasar

3. Mengembangkan penangkaran (pemanfaatan semen) yang melibatkan masyarakat

BTN, Perkebunan, Perum Perhutani, masyarakat, BBIB, Dinas Peternakan

3. Pengembangan ekowisata

Strategi (WO) 1. Meningkatkan koordinasi

dan penyamaan persepsi antar stakeholders dan dukungan sektor lain serta budaya dan kelembagaan masyarakat untuk pengembangan ekowisata

2. Meningkatkan ketersediaan dana dan sapras dengan memanfaatkan dukungan sektor lain dan potensi pasar

BTN, Perum Perhutani, Perkebunan, LSM, masyarakat, Dinas Pariwisata

4. Pengembangan tanaman obat dan buah

Strategi (SO) 1. Pengembangan pemanfaatan potensi SDA dan

didukung oleh pasar, budaya, kelembagaan masyarakat serta dukungan sektor lain di zona pemanfaatan

2. Kerjasama dengan sektor lain untuk pengembangan tanaman obat dan buah melalui teknologi dan SDM

3. Diversifikasi tanaman agroforestry dengan tanaman obat dan buah potensial

BTN, LSM, masyarakat, Dinas Kehutanan dan Pertanian

Page 59: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

123  

  

0,5–

0,4–

0,3–

0,2–

0,1–

0,1–

0,2–

0,3–

0,4–

0,5–

0,1 0,2 0,3 0,4 0,5

– – – – – – – – – – 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1

Kekuatan Kelemahan

Peluang

Ancaman

Kuadran 1

Kuadran 2

Kuadran 3

Kuadran 4

5.4.3.1 Strategi Implementasi Program Peningkatan Kualitas Habitat

Dari hasil analisis terhadap nilai faktor Tabel 18 dapat dihitung nilai IFAS

yang merupakan selisih total nilai pengaruh faktor internal (kekuatan dan

kelemahan). Nilai IFAS dari kegiatan peningkatan kualitas habitat yaitu sebesar

3,30 – 3,00 = 0,30, sedangkan nilai EFAS sebesar 2,3 – 2,7 = - 0,40. Nilai IFAS

positif berarti secara kumulatif faktor kekuatan lebih besar dibandingkan faktor

kelemahan, sedangkan nilai EFAS negatif berarti secara kumulatif faktor peluang

lebih kecil dibanding ancaman. Berdasarkan nilai IFAS dan EFAS tersebut dibuat

matrik SPACE seperti Gambar 39.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 39 Diagram matrik space peningkatan kualitas habitat banteng

Hasil analisis SWOT untuk program peningkatan kualitas habitat, strateginya

yaitu dengan cara memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Kekuatan

yang dimanfaatkan adalah: 1) SDM cukup memadai, 2) status kawasan berkekuatan

hukum, 3) potensi sda cukup memadai, 4) teknologi/pengalaman memadai, 5)

kewenangan pemangku kawasan. Ancaman yang perlu diatasi adalah: 1)

perambahan kawasan taman nasional, 2) perburuan satwa banteng, 3) sosek

masyarakat sekitar taman nasional rendah, 4) perubahan penataan ruang daerah

penyangga dan 5) jenis invasif flora.

Berdasarkan nilai IFAS dan EFAS diketahui strategi alternatif yang perlu

dilakukan dalam implementasi kegiatan peningkatan kualitas habitat yaitu strategi

Page 60: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

124  

(ST): menggunakan kekuatan (S) untuk mengatasi hambatan/kendala (T). Strategi

ini dapat dilakukan melalui kegiatan:

1) peningkatan perlindungan terhadap kawasan hutan melalui pengembangan

zona pemanfaatan

2) pembinaan dan perluasan habitat serta pengendalian jenis invasif

3) penyuluhan dan kegiatan perhutanan sosial

Berdasarkan pengamatan terhadap habitat pakan di padang perumputan

Pringtali TNMB dan padang perumputan Sadengan TNAP, diketahui kedua

habitat pakan tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan pakan banteng, karena

luasan, produktifitas dan kualitas padang penggembalaan yang rendah, adanya

gangguan pada kawasan serta invasi dari jenis invasif . Hal tersebut diduga yang

mengakibatkan banteng keluar kawasan taman nasional dan masuk di areal

Perkebunan Bandealit (TNMB) maupun kawasan Perum Perhutani (TNAP),

sehingga peningkatan kualitas habitat perlu dilakukan.

Strategi peningkatan perlindungan terhadap kawasan dapat dilakukan

melalui optimalisasi zona pemanfaatan dalam rangka meminimalisir tekanan

masyarakat terhadap kawasan rimba dan inti yang mengganggu habitat dan

populasi banteng, masyarakat dapat dilibatkan dalam kegiatan di zona

pemanfaatkan seperti dalam kegiatan ekowisata. Fungsi zona pemanfaatan

diantaranya untuk pariwisata, pengembangan yang menunjang pemanfaatan, serta

kegiatan penunjang budidaya (Permenhut P.56 tahun 2006). Di TNAP kegiatan

masyarakat sekitar kawasan sebagian besar adalah bertani khususnya sebagai

petani pesanggem di kawasan Perum Perhutani yang lokasinya berbatasan

langsung dengan TNAP dan di kawasan bekas penyangga TNAP yang selama ini

dikelola oleh Perum Perhutani. Mulai tahun 2011 kegiatan bertani di kawasan

bekas penyangga diinstruksikan oleh BTNAP untuk diberhentikan karena

kesepakatannya sudah berakhir. Dalam rangka mengantisipasi tekanan masyarakat

terhadap kawasan yang dimungkinkan akan meningkat karena sudah tidak

diperbolehkan menggunakan kawasan bekas penyangga, pihak taman nasional

harus segera mencari alternatif kegiatan yang dapat melibatkan masyarakat

sehingga gangguan terhadap kawasan bisa diminimalisir.

Page 61: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

125  

  

Kegiatan yang melibatkan masyarakat di TNAP dapat dilakukan melalui

pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kawasan bekas penyangga seluas

1309 ha , yang dalam perencanaannya akan dilakukan penebangan oleh Perum

Perhutani sebelum diserahkan ke TN dan dilakukan revegetasi. Pemberdayaan

masyarakat dapat dilakukan melalui kegiatan dalam penyediaan bibit, penanaman

dan pemeliharaan sampai tanaman revegetasi besar dan masyarakat bisa

mengambil hasil dari tanaman yang dikembangkan. Tanaman revegetasi

diusahakan menggunakan jenis-jenis Multipurpose Tree Species (MPTS) seperti

tanaman obat dan buah yang selain bermanfaat bagi kehidupan satwa dan

ekosistem TNAP juga bermanfaat bagi masyarakat melalui pemanfaatan buahnya,

seperti tanaman kemiri, kedawung, nangka dan petai.

Di kawasan TNMB perlindungan terhadap kawasan dilakukan melalui

kerjasama antara TNMB dan Perkebunan Bandealit yang letaknya berbatasan

langsung dengan kawasan TNMB. Balai TNMB dalam perencanaan program

kegiatan dan implementasinya harus melibatkan masyarakat khususnya dalam

pelaksanaan kegiatan. Perkebunan Bandealit berkontribusi dalam pemberdayaan

masyarakat melalui peningkatan lapangan kerja, selain itu masyarakat diberi

kelonggaran dalam memanfaatkan lahan dibawah tegakan sebagai areal berladang.

Balai TNMB harus meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan di

zona pemanfaatan seperti pemanfaatan biji atau buah. Hal tersebut dilakukan di

zona rehabilitasi dimana masyarakat berkegiatan sebagai pesanggem sekaligus

dapat memanfaatkan buah dari tanaman rehabilitasi tersebut. Untuk meningkatkan

pendapatan masyarakat dari kegiatan bertani di zona rehabilitasi dan di areal

perkebunan perlu meningkatkan kegiatan advokasi seperti yang dilakukan oleh

LSM KAIL. Kegiatan penyuluhan pada masyarakat dalam prakteknya dapat

dikerjasamakan dengan instansi terkait seperti Dinas Pertanian atau Dinas

Kehutanan untuk meningkatkan pengetahuan dan memotivasi masyarakat dalam

kegiatan bertaninya.

Di TNAP dan TNMB habitat pakan di padang penggembalaan terinvasi oleh

jenis invasif . Luas padang penggembalaan Sadengan TNAP yaitu 80 ha yang

efektif dimanfaatkan oleh banteng hanya 37 ha sisanya terinvasi oleh kirinyuh

(Chromolaena odorata) dan kakacangan (Cassia tora). Di TNMB khususnya di

wilayah Resort Bandealit padang perumputan Pringtali luasnya hanya 5 ha yang

Page 62: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

126  

efektif dapat dimanfaatkan hanya 1 ha, sisanya terinvasi oleh jenis kirinyuh

(Chromolaena odorata). Sehingga dalam meningkatkan kualitas habitat di kedua

taman nasional tersebut perlu dilakukan pengendalian jenis invasif dan perluasan

habitat pakan khususnya padang penggembalaan sesuai dengan kebutuhan

banteng. Luas TNAP 43.420 ha dan luas TNMB 58.000 ha sedangkan luas habitat

pakan banteng dan satwa herbivora lainnya yang berupa padang perumputan di

kedua taman nasional tersebut tidak sampai 1%.

Jenis-jenis hijauan dan rumput setempat yang disukai banteng perlu

dikembangkan di padang penggembalaan dan habitat pakan lainnya dalam rangka

meningkatkan kualitas dan kuantitas habitat pakan tersebut. Penambahan luas dan

peningkatan kualitas habitat banteng harus sesuai dengan grand design taman

nasional dan kebijakan yang ditetapkan dalam menampung populasi banteng.

Prioritas pilihan bentuk pengelolaan kolaboratif peningkatan kualitas habitat

yaitu instruktif artinya peran taman nasional sangat mendominasi dibanding

stakeholders lainnya. Bentuk pengelolaan secara instruktif tidak banyak

informasi yang saling ditukarkan antara pemerintah dan masyarakat

(stakeholders). Hanya sedikit dialog antar kedua pihak namun dialog yang terjadi

lebih kepada instruksi karena pemerintah lebih dominan peranannya (Sen &

Nielsen 1996, diacu dalam Nikijuluw, 2002). Sebagai pemangku kawasan dan

instansi yang diberi kewenangan dalam konservasi banteng, tanggung jawab

dalam kelestarian banteng ada pada taman nasional, sehingga semua inisiatif

dalam melaksanakan peningkatan kualitas habitat tersebut harus dari taman

nasional dan dikolaborasikan dengan stakeholders.

Kegiatan peningkatan kualitas habitat dimaksudkan untuk menarik kembali

banteng ke dalam kawasan hutan taman nasional. Hal ini menjadi kewenangan

dan tanggung jawab pemerintah khususnya pengelola Balai Taman Nasional

dimana kawasannya merupakan habitat banteng. Dalam pelaksanaan kegiatan

peningkatan kualitas habitat dapat dikolaborasikan dengan Perkebunan Bandealit

(TNMB) dan Perum Perhutani ( TNAP) dengan inisiasi dari BTN.

Peningkatan kualitas habitat selain dilakukan di zona rimba juga dapat

dilakukan pada daerah penyangga seperti di wilayah Perkebunan Bandealit

(TNMB) dimana posisi kawasannya berbatasan langsung dengan TN dan Perum

Perhutani (TNAP), kedua stakeholders tersebut dapat berkontribusi dalam

Page 63: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

127  

  

0,5–

0,4–

0,3–

0,2–

0,1–

0,1–

0,2–

0,3–

0,4–

0,5–

0,1 0,2 0,3 0,4 0,5

– – – – – – – – – –

0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 Kekuatan Kelemahan

Peluang

Ancaman

Kuadran 1

Kuadran 2

Kuadran 3

Kuadran 4

pengelolaan banteng di wilayahnya masing-masing. Kontribusi Perum Perhutani

dapat ditingkatkan melalui pembinaan habitat pakan di blok Sumbergedang yang

merupakan wilayah pengelolaannya, sedangkan perkebunan di areal yang

berbatasan dengan TN.

Peningkatan kualitas habitat pakan dapat dilakukan melalui penanaman

jenis hijauan pakan setempat seperti kolonjono, paitan dan grinting khususnya

pada areal yang berbatasan langsung dengan taman nasional. Sehingga banteng

tidak bergerak lebih jauh dan tidak memakan tanaman utama yang dikembangkan

oleh masyarakat karena pakannya sudah tercukupi. Peningkatan kualitas habitat di

kawasan taman nasional dapat dilakukan melalui kegiatan rutin taman nasional.

Implementasi kegiatan melibatkan masyarakat setempat, pelibatan masyarakat

diharapkan dapat meningkatkan persepsi masyarakat terhadap banteng.

5.4.3.2 Strategi Implementasi Kegiatan Pengembangan Penangkaran

Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai faktor-faktor strategis didapatkan

nilai IFAS dari kegiatan penangkaran banteng yaitu sebesar 3,50 – 3,10 = 0,40

sedangkan nilai EFAS sebesar 3,40 – 2,90 = 0,50. Nilai IFAS positif berarti

secara kumulatif faktor kekuatan lebih besar dibandingkan faktor kelemahan,

nilai EFAS juga positif berarti secara kumulatif faktor peluang lebih besar

dibanding ancaman. Berdasarkan nilai IFAS dan EFAS tersebut dibuat Matrik

SPACE seperti Gambar 40.

Gambar 40 Diagram matrik space pengembangan penangkaran

Page 64: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

128  

Berdasarkan nilai IFAS dan EFAS diketahui strategi alternatif yang perlu

dilakukan dalam implementasi kegiatan pengembangan penangkaran yaitu strategi

(SO): menggunakan kekuatan (S) untuk memanfaatkan peluang (O). Strategi ini

dapat dilakukan melalui kegiatan:

1) melakukan kerjasama sesuai dengan kewenangan yang ada pada pemangku kawasan untuk mendapatkan dukungan sektor lain dan pemda

2) memanfaatkan potensi SDA zona pemanfaatan , teknologi yang ada serta potensi pasar

3) pengembangkan penangkaran (pemanfaatan semen yang melibatkan lembaga masyarakat

Berdasarkan hasil AHP program kegiatan pengembangan penangkaran di TNAP dan TNMB merupakan prioritas kegiatan kedua setelah peningkatan kualitas habitat, dengan Bentuk/tingkat co-management yang dipilih adalah kooperatif. Strategi melakukan kerjasama sesuai dengan kewenangan yang ada pada pemangku kawasan untuk mendapatkan dukungan sektor lain dan pemda dapat diimplementasikan melalui pemanfaatan semen banteng dengan teknologi inseminasi buatan. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa sebagian besar masyarakat sekitar kawasan taman nasional ± 60% ingin memanfaatkan banteng untuk dikawinkan dengan sapi bali, karena jika masyarakat memelihara banteng secara langsung tidak memungkinkan. Dalam mengimplementasikan strategi ini, harus didukung oleh Balai Taman Nasional sebagai pemangku kawasan dan pemegang otoritas dalam hal pengelolaan banteng. Dukungan dimaksud adalah menyediakan induk jantan banteng sebagai modal dalam pelaksanaan inseminasi buatan. Induk jantan dapat diambil dari banteng yang ada di zona pemanfaatan atau di Perkebunan Bandealit.

Kegiatan pemanfaatan semen banteng didukung oleh teknologi yang telah dikuasai oleh instansi Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) di Kabupaten Malang dan Pemda setempat sesuai dengan lokasi keberadaan taman nasional, yaitu Pemda Jember dan Pemda Banyuwangi. Pelestarian dan pemanfaatan banteng melalui teknologi IB lebih menguntungkan karena sekali ejakulasi, dapat diinseminasikan dengan 400 ekor sapi bali, begitu juga jika dikawinkan dengan banteng lain seperti yang ada di kebun binatang dan taman safari (BBIB 2011). Dengan penerapan teknologi inseminasi buatan, diharapkan populasi banteng tidak punah tetapi sebaliknya dapat dimanfaatkan secara lestari.

Page 65: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

129  

  

Pasar bagi semen yang dihasilkan dari induk jantan banteng sudah menunggu seperti wilayah diluar Pulau Jawa banyak yang ingin memanfaatkan semen banteng untuk meningkatkan kualitas sapi bali, selain itu pasar luar negeri khususnya Malaysia juga berminat membeli semen banteng. Alikodra (2011) menyatakan bahwa pemanfaatan kehati berupa genetik banteng melalui IB dengan sapi bali merupakan salah satu bioteknologi yang sangat terbuka bagi pengembangan pemanfaatan kehati yang bermanfaat bagi kegiatan kehidupan manusia dan pembangunan. Pemanfaatan kehati melalui bioteknologi selain bermanfaatan bagi kehidupan manausia juga sekaligus dapat menyelamatkan kekayaan kehati tersebut dari ancaman kepunahan dan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat termasuk sektor pembangunan di luar sektor konservasi alam.

Peningkatan kualitas sapi bali melalui pemanfaatan genetik banteng, bibit sapinya dapat dikerjasamakan dengan pihak perkebunan , pihak perhutani atau Pemda. Saat ini masyarakat sekitar kawasan mempunyai sapi peliharaan, sapi tersebut merupakan milik sendiri atau hanya titipan dengan sistem bagi hasil. Dalam hal ini perkebunan dan perhutani dapat menyediakan bibit dengan cara bagi hasil dengan masyarakat yang belum mempunyai sapi sendiri dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat. Pelaksanaan teknis inseminasi sapi bali masyarakat, dapat dilakukan oleh Dinas Peternakan setempat. Kerjasama dengan masyarakat dapat dilakukan melalui kesepakatan yang dituangkan dalam MOU yang jelas, sederhana dan tidak memberatkan masyarakat. Pemerintah dalam hal ini Balai Taman Nasional dan Ditjen PHKA mempunyai kewenangan dalam pengelolaan banteng harus segera membuat regulasi untuk pemanfaatan genetik banteng, sedangkan untuk advokasi LSM setempat dapat berperan dalam mensukseskan program kegiatan ini.

Pengembangan demplot penangkaran dapat dilakukan di areal perkebunan (TNMB) maupun di areal Perum Perhutani (TNAP) yang habitatnya hampir sama dengan in-situ dan dimanfaatkan oleh banteng karena letaknya yang berbatasan langsung dengan taman nasional. Pengembangan demplot penangkaran dapat ditujukan untuk pelestarian, pemanfaatan semen sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai obyek wisata di kawasan perkebunan maupun perhutani. Dalam pelaksanaannya dapat dikolaborasikan dengan stakeholders lainnya termasuk masyarakat dengan kelembagaannya seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

Page 66: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

130  

0,5–

0,4–

0,3–

0,2–

0,1–

0,1–

0,2–

0,3–

0,4–

0,5–

0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 – – – – – – – – – –

0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 Kekuatan Kelemahan

Peluang

Ancaman

Kuadran 1

Kuadran 2

Kuadran 3

Kuadran 4

Desa (LPMD), dan Gabungan Kelompok Tani. Kelembagaan masyarakat dapat dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan pemanfaatan semen banteng melalui inseminasi buatat (IB) khususnya sapi peliharaan masyarakat sekitar kawasan. Pelaksanaan IB dilakukan oleh Dinas Peternakan setempat dan masyarakat membantu kelancaran pelaksanaannya. Pengambilan semen dan teknologi penyimpananya dilakukan oleh Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB). 5.4.3.3 Strategi Implementasi Kegiatan Pengembangan Ekowisata

Hasil analisis terhadap faktor-faktor diketahui nilai IFAS pengembangan

ekowisata yaitu sebesar 3,0 – 3,40 = - 0,40 sedangkan nilai EFAS sebesar 3,40 – 2,90

= 0,50. Nilai IFAS negatif berarti secara kumulatif faktor kekuatan lebih kecil

dibandingkan faktor kelemahan, nilai EFAS positif berarti secara kumulatif faktor

peluang lebih besar dibanding ancaman. Berdasarkan nilai IFAS dan EFAS tersebut

dibuat Matrik SPACE seperti Gambar 41

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 41 Diagram matrik space pengembangan ekowisata

Strategi alternatif yang perlu dilakukan dalam implementasi kegiatan

pengembangan ekowisata yaitu strategi (WO): mengatasi kelemahan (W) untuk

memanfaatkan peluang (O). Strategi ini dapat dilakukan melalui kegiatan:

1) meningkatkan koordinasi dan penyamaan persepsi antar stakeholders dan

dukungan sektor lain serta budaya dan kelembagaan masyarakat untuk

pengembangan ekowisata.

Page 67: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

131  

  

2) meningkatkan ketersediaan dana dan sapras dengan memanfaatkan

dukungan sektor lain dan potensi pasar.

Program kegiatan pengembangan ekowisata merupakan prioritas kegiatan

ketiga dengan tipe co management pendampingan. Tipe pendampingan yaitu

peran masyarakat cenderung lebih besar dari pemerintah. Masyarakat memberikan

masukan pada pemerintah untuk merumuskan suatu kebijakan. Masyarakat

mengajukan usul rancangan keputusan yang tinggal dilegalisir oleh pemerintah,

kemudian pemerintah mengambil keputusan serta menentukan sikap resminya

berdasarkan usulan atau inisiatif masyarakat. Peran pemerintah lebih bersifat

mendampingi masyarakat atau memberikan advokasi kepada masyarakat tentang apa

yang mereka kerjakan (Nikijuluw 2002).

Strategi dalam mengimplementasikan program kegiatan ekowisata yaitu

meningkatkan koordinasi dan penyamaan persepsi antar stakeholders dan

dukungan sektor lain serta budaya dan kelembagaan masyarakat untuk

pengembangan ekowisata perlu segera dibangun. Koordinasi dan penyamaan

persepsi perlu dibangun karena selama ini koordinasi antar stakeholders

khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan banteng hampir tidak pernah

dilakukan sehingga sering terjadi kesalahpahaman antar stakeholders. Kuswanda

dan Mukhtar (2006) menyatakan bahwa pengelolaan kawasan taman nasional

termasuk pengelolaan jenis belum berjalan dengan baik karena kurangnya

koordinasi, sosialisasi, dan sinkronisasi program antar lembaga/stakeholders

terkait. Koordinasi merupakan orientasi dari co-management, karena merupakan

salah satu hambatan utama dalam konservasi sumberdaya alam (WWF dan DFID

2006). Dari hasil penelitian diketahui persepsi masyarakat rendah masyarakat

mengatakan bahwa banteng tidak bermanfaat, karena banteng dilindungi, dan

masyarakat tidak dapat memanfaatkan banteng. Masyarakat berharap bahwa

banteng dapat dimanfaatkan sebagai obyek ekowisata dan mereka ingin dilibatkan

dalam kegiatan tersebut.

Dari hasil diskusi dengan manajer Perkebunan Bandealit di Jember dan KPH

Banyuwangi diketahui bahwa mereka menginginkan banteng yang menjadikan

kawasan Perum Perhutani (TNAP) dan Perkebunan Bandealit (TNMB) sebagai

Page 68: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

132  

habitatnya supaya bisa dijadikan obyek ekowisata. Di Perkebunan Bandealit

potensi Ekowisata banteng sangat tinggi, di perkebunan ini selain terdapat

populasi banteng dari TNMB yang jumlahnya lebih dari 60 ekor, juga terdapat

jenis tanaman perkebunan yaitu kopi, vanili, kelapa dan tanaman buah-buahan

berupa sirsak, jambu, belimbing. Konsep wisata di Perkebunan Bandealit dapat

berupa ekowisata banteng yang dipadukan dengan wisata tanaman buah dan

perkebunan (agrowisata) sehingga akan lebih menarik bagi wisatawan. Agrowisata

yang sekarang dilakukan oleh Perkebunan Bandealit belum berjalan secara optimal

sehingga jika dibangun suatu paket wisata dengan ditambah obyek banteng akan

lebih banyak menarik perhatian wisatawan. Jika program kegiatan ini dibangun

masyarakat dapat dilibatkan dalam pemeliharaan tanaman agro khususnya tanaman

buah-buahan seperti yang sudah ada sekarang, bisa sebagai pemandu (guide),

pedagang cenderamata mata dan obat-obatan tradisional hasil produk setempat.

Di Kawasan Perum Perhutani kegiatan ekowisata banteng dapat dilakukan

di blok Sumbergedang. di lokasi tersebut terdapat vegetasi mangrove, padang

rumput dan sumber air yang jika dikelola sebagai obyek wisata akan menarik.

Potensi pasar di lokasi Perum Perhutani (TNAP) dan Perkebunan Bandealit

(TNMB) sangat tinggi karena selain banteng masih banyak obyek wisata lain

seperti wisata pantai dan hutan mangrove yang dapat dijadikan sebagai obyek

ekowisata lanjutan. Strategi dalam meningkatkan ketersediaan dana dan sarpras

dengan memanfaatkan dukungan sektor lain dan potensi pasar, pembangunan

sarana prasarana wisata dapat dikerjasamakan dengan pihak Perkebunan Bandealit

(TNMB) atau Perum Perhutani (TNAP). Karena lokasi Perkebunan Bandealit

merupakan enclave dan berfungsi sebagai zona penyangga sedangkan Perum

Perhutani letaknya berbatasan langsung dengan taman nasional TNAP maka

dalam perencanaan kegiatan sampai implementasinya harus dilibatkan.

Pemerintah Daerah Jember (TNMB) dan Pemerintah Daerah Banyuwangi

(TNAP) melalui dinas pariwisata masing-masing kabupaten dapat berkontribusi

dengan melakukan koordinasi dan sinkronisasi program dengan kegiatan

ekowisata di sektor kehutanan. Taman Nasional Meru Betiri dan Taman Nasional

Alas Purwo sebagai pemegang mandat dalam pengelolaan banteng di wilayahnya

masing-masing harus memberikan pemahaman terhadap stakeholders lainnya

Page 69: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

133  

  

mengenai persyaratan pembangunan sarana prasarana dalam pengembangan

ekowisata, supaya SDA yang ada tetap lestari.

Dalam program ekowisata pihak LSM KAIL dan pemerintah dapat berperan

sebagai pendamping. LSM KAIL dapat berperan dalam memberdayakan

masyarakat dan meningkatkan pengetahuan tentang ekowisata khususnya

pengetahuan mengenai obyek wisata , peningkatan keterampilan melalui

pelatihan sebagai pemandu, membuat cendera mata dan makanan khas setempat.

Selain itu membangun sikap masyarakat dalam keterlibatannya untuk berperan

aktif dalam pengembangan ekowisata, sehingga secara tidak langsung masyarakat

dituntut untuk mengangkat nilai-nilai budaya setempat yang berpotensi seperti

membuat obat-obat tradisional , pola bertani dan kesenian. Selama ini keterlibatan

masyarakat lokal dalam kegiatan ekowisata di TN hanya terbatas sebagai

penyedia jasa akomodasi, jasa transportasi dan jasa perdagangan yang hasilnya

belum optimal. Ekowisata merupakan model pembangunan wilayah yang

menempatkan parawisata sebagai alat pengelolaan sumberdaya alam dengan

tujuan peningkatan kualitas hidup masyarakat lokal (Sekartjakrarini 2003). untuk

mencapai tujuan ini harus melibatkan masyarakat lokal secara aktif (Fennel

1999).

Dalam program kegiatan ekowisata taman nasional harus berkontribusi

dalam penerbitan regulasi dan memberi ijin dalam pengembangan ekowisata

yang dilakukan oleh Perkebunan Bandealit atau Perum Perhutani. Dari hasil

penelitian diketahui bahwa Perkebunan Bandealit maupun Perum Perhutani

berminat dalam pengembangan ekowisata khususnya ekowisata banteng yang

dipadukan dengan agrowisata, karena secara the facto banteng tersebut hidup di

kawasan Perkebunan Bandealit (TNMB) ataupun di kawasan Perum Perhutani

(TNAP). Namun demikian pemerintah dalam hal ini taman nasional harus

melakukan pendampingan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan

sebagai kontrol dalam kegiatan ekowisata. Hal ini dimaksudkan untuk

keberlangsungan SDA yang dikelolanya. Alikodra (2011) menyatakan bahwa

tujuan pembangunan ekowisata bagi perbaikan sosial ekonomi masyarakat masih

banyak kendala. Penduduk setempat akan menjadi musuh terburuk kawasan-

kawasan yang dikonservasi untuk tujuan ekowisata jika mereka tidak memperoleh

Page 70: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

134  

0,5–

0,4–

0,3–

0,2–

0,1–

0,1–

0,2–

0,3–

0,4–

0,5–

0,1 0,2 0,3 0,4 0,5

– – – – – – – – – –

0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 Kekuatan Kelemahan

Peluang

Ancaman

Kuadran 1

Kuadran 2

Kuadran 3

Kuadran 4

nafkah dari sana. Jumlah pengunjung yang banyak belum tentu memberikan

kontribusi positif. Untuk itu dalam pengembangannya harus dipersiapkan secara

matang dan terintegrasi dengan pembangunan wilayah dan mempertimbangkan

daya dukung kawasan dan perilaku manusianya. Selanjutnya dinyatakan bahwa

upayanya adalah agar masyarakat setempat merasakan dampaknya yang positip

bagi sosial dan ekonomi mereka.

5.4.3.4 Strategi Implementasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Obat dan Buah

Hasil analisis terhadap faktor-faktor strategis diketahui nilai IFAS dari

kegiatan pengembangan tanaman obat dan buah yaitu sebesar 3,30 – 3,00 =

0,30 sedangkan nilai EFAS sebesar 3,20 – 3,00 = 0,20. Nilai IFAS positif berarti

secara kumulatif faktor kekuatan lebih besar dibandingkan faktor kelemahan,

nilai EFAS positif berarti secara kumulatif faktor peluang lebih besar dibanding

ancaman. Berdasarkan nilai IFAS dan EFAS tersebut dibuat Matrik SPACE

seperti Gambar 42.

Gambar 42 Diagram matrik space pengembangan tanaman obat dan buah

Strategi alternatif yang perlu dilakukan dalam implementasi kegiatan

pengembangan tanaman obat dan buah yaitu strategi (SO): menggunakan

kekuatan (S) untuk memanfaatkan peluang (O). Strategi ini dapat dilakukan

melalui kegiatan :

Page 71: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

135  

  

1) pengembangan pemanfaatan SDA yang ada dan didukung oleh pasar,

budaya, kelembagaan masyarakat serta dukungan sektor lain di zona

pemanfaatan

2) kerjasama dengan sektor lain untuk pengembangan tanaman obat dan buah

melalui teknologi dan SDM yang ada

3) Diversifikasi tanaman agroforestry dengan tanaman obat dan buah yang

potensial

Program kegiatan pengembangan tanaman obat dan buah merupakan

prioritas kegiatan keempat dengan tipe co-management yang dipilih yaitu

kooperatif. Budidaya tanaman obat-obatan dan buah-buahan sudah cukup lama

dilakukan oleh masyarakat sekitar TNAP dan TNMB khususnya di zona

rehabilitasi (TNMB) dan di zona bekas penyangga (TNAP) dengan pendampingan

oleh LSM LATIN dan sekarang diteruskan oleh LSM KAIL. Di TNMB

pembangunan demplot penelitian tumbuhan tanaman obat sudah dimulai sejak

tahun 1993 di zona rehabilitasi dan perkembangannya dalam skala yang lebih luas

telah melibatkan masyarakat secara aktif dalam kegiatan tersebut (Suharti 2004).

Pada tahun 2010 luasan yang dikelola oleh masyarakat di zona rehabilitasi sudah

mencapai 2.500 ha (KAIL Maret 2010, komunikasi pribadi), sedangkan di TNAP

tanaman obat dan buah seperti nangka, petai, kemiri dan kedawung, demplot

pengembangannya di zona bekas penyangga dan sejak tahun 2010 arealnya sudah

dikembalikan ke pihak TNAP. Masyarakat masih mengharapkan dapat tetap

mengelola areal bekas penyangga tersebut.Tanaman yang dikembangkan di kedua

taman nasional diantaranya yaitu petai (Parkia speciosa), kedawung (Parkia

timoriana) dan kemiri (Aleurites mollucana) sedangkan tanaman buah-buahan yang

sudah menghasilkan secara ekonomi yaitu nangka (Artocarpus heterophylluss

Lamk), durian (Durio zibethinus Rumph ex Murray) dan pisang (Musa

paradisiaca).

Strategi pemanfaatan SDA yang didukung oleh pasar, budaya dan

kelembagaan masyarakat serta dukungan sektor lain sebenarnya sudah mulai

dilakukan khususnya di TNMB tetapi belum optimal. Hasil dari tanaman obat dan

buah sudah dipasarkan tetapi karena produknya tidak didukung oleh industri yang

memadai, nilai ekonomi dari tanaman obat dan buah belum sesuai dengan yang

Page 72: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

136  

diharapkan. Tanaman obat seperti kunyit (Curcuma longa L.) dan jahe (Zingiber

officinale L.) hasilnya sudah dapat dinikmati walaupun belum optimal, pertahun

menghasilkan Rp. 500.000,-. Hasil dari tanaman obat dan buah tersebut dapat

menambah penghasilan masyarakat yang berpartisipasi dalam kegiatan rehabilitasi.

Masyarakat sangat tergantung dan berharap supaya tetap dapat mengambil

dan memanfaatkan hasil dari tanaman di zona rehabilitasi. Pihak taman nasional

sebagai pemegang otoritas dalam pengelolaan kawasan harus melibatkan

masyarakat dalam mengelola zona rehabilitasi untuk pengembangan tanaman obat

dan buah. Dalam mengoptimalkan hasil dari tanaman obat dan buah yang

dikembangkan, keterlibatan taman nasional dan LSM KAIL diharapkan dapat

membantu masyarakat melalui latihan-latihan untuk meningkatan sumberdaya

manusia petani pesanggem dalam intensifikasi budidaya pertaniannya serta

pengolahan dan pemasaran hasil panen. LSM KAIL berkontribusi dalam

penyediaan alat pengolahan hasil panen sehingga produk yang dihasilkan dari

tanaman obat dan buah lebih dapat bersaing dengan produk dari industri besar, dan

hasil dari kegiatan tersebut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara

optimal dan ekosistem taman nasional tetap terjaga. Kontribusi dari lahan

agroforestri dapat memenuhi lebih dari 60% kebutuhan rumah tangga petani.

Peningkatan pendapatan ini sangat berarti bagi masyarakat dan diperoleh karena

mereka telah mempunyai akses pengelolaan terhadap kawasan TNMB (KAIL

Maret 2010, komunikasi pribadi).

Selama ini masyarakat masih merasa kesulitan dalam pemasaran hasil

tanamannya sebagai contoh jika musim panen nangka, harga jualnya rendah

sehingga masyarakat mengharapkan ada diversivikasi dari hasil panen mereka

seperti nangka yang bisa diolah jadi kripik sehingga harga jualnya bisa meningkat.

Selain itu pengolahan pasca panen dari tanaman obat yang dihasilkan belum

optimal, sehingga perlu dilakukan peningkatan melalui penerapan teknologi yang

dapat meningkatkan nilai jual.

Pengembangan tanaman obat harus didukung oleh kemampuan dan

pengetahuan bioprospeksinya sehingga dapat mempunyai nilai manfaat yang

optimal secara ekonomi dan ekologi. Bioprospeksi adalah amanat penting bagi

terselenggaranya konservasi kehati. Melalui program bioprospeksi, yang mampu

Page 73: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

137  

  

mengungkap kegunaan, mendapatkan bahan-bahan kimia ataupun individu-indivdu

baru sangat berguna bagi dasar-dasar pengetahuan untuk mengimplementasikan

konservasi (Alikodra 2011). Dalam meningkatkan pengetahuan bioprospeksi

tersebut diharapkan sektor lain yang terkait dengan kegiatan ini seperti industri

jamu, Dinas Perindustrian dapat berkontribusi dalam kegiatan ini. Kontribusi dapat

melalui alih teknologi dari industri jamu kepada masyarakat pengembang tanaman

obat dan buah serta Dinas Perindustrian dapat berkontribusi dalam peningkatan

SDM petani dan perluasan pemasarannya.

Pengembangan tanaman obat dan buah jika dilakukan di areal perkebunan

maupun perhutani dapat meningkatkan produktivitas lahannya, dan sekaligus

meningkatkan fungsi sosial untuk masyarakat setempat dari pengelolaan kebun dan

lahannya tersebut. Struktur vegetasi yang dikembangkan dalam zona rehabilitasi

(TNMB) dan zona bekas penyangga (TNAP) harus sesuai dengan pengembangan

habitat banteng, vegetasi yang dikembangkan harus berfungsi sebagai cover,

karena habitat banteng merupakan komponen yang penting dalam ekosistem taman

nasional TNAP dan TNMB.

5.4.4 Organisasi Pengelolaan TNAP dan TNMB dan Lembaga Pendukung

Pengelolaan kawasan konservasi berada di bawah Kementerian Kehutanan,

khususnya di bawah Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.

Dasar hukum pengelolaan kawasan konservasi menggunakan UU no 5 tahun 1990

tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDAHE) yang

pengelolaannya dijabarkan dalam PP No. 28 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan

Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA), taman

nasional masuk dalam KPA. Struktur organisasi dan tata kerja Balai Taman

Nasional didasarkan pada Peraturan Menteri Kehutanan No. P.03/Menhut-II/2007

tanggal 1 Pebruari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana teknis

Taman Nasional. Balai Taman Nasiona secara organisasi pengelolaannya dipimpin

oleh seorang Kepala Balai setingkat eselon III dan pelaksanaan tugasnya dibantu

oleh satu Kasubbag Tata Usaha dan dua atau tiga Kepala Seksi setingkat eselon IV.

Dalam kaitannya dengan terjadinya konflik antara satwaliar dan masyarakat

pemerintah telah mengeluarkan Permenhut No. P.48/Menhut-II/2008 Tentang

Page 74: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

138  

Pedoman Penanggulangan Konflik Antara Manusia dan Satwaliar. Maksud

disusunnya penangulangan konflik satwaliar dan manusia untuk memberikan

arahan pelaksanaan kegiatan penanggulangan konflik satwaliar dan manusia.

Sedangkan tujuannya agar semua kegiatan penanggulangan konflik satwaliar

dengan manusia dapat dilaksanakan dengan tepat, cepat, efektif dan efisien.

 

Gambar 43 Organisasi dan Tata Kerja UPT TNAP dan TNMB

STRUKTUR ORGANISASI BTNAP

Kepala Balai

KSBTU

Kelompok Pejabat Fungsional

KSPTN Wilayah II Muncar

Resort Kuncur

Resort Sembulungan

Resort Tanjung Pasir

KSPTN Wilayah I Tegaldlimo

Resort Rowobendo

Resort Grajagan

Resort Pancur

STRUKTUR ORGANISASI BTNMB

Kepala Balai

KSBTU

Kelompok Pejabat Fungsional

KSPTN Wilayah Sarongan

Resort Karangtambak

KSPTN Wilayah III Kalibaru

Resort Rajegwesi

Resort Sukamande

Resort Bamban

Resort Malangsari

Resort Sumberpacet

KSPTN Wilayah II Ambulu

Resort Bandealit

Resort Angdongrejo

Resort Sanenrejo

Page 75: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

139  

  

Dalam pelaksanaan pengelolaan banteng ternyata BTN dengan organisasinya

tidak dapat bekerja secara optimal karena BTN tidak hanya mengelola banteng saja

tetapi kawasan secara keseluruhan. Sumberdaya manusia (SDM) di KSPTN Wilayah

II Ambulu TNMB perlu mendapat prioritas untuk ditingkatkan secara kualitas dan

kuantitas karena pada lokasi tersebut sering terjadi konflik banteng dibanding KSPTN

Sarongan dan KSPTN Kalibaru, sedangkan di TNAP hanya KSPTN Wilayah I

Tegaldlimo yang perlu ditingkatkan SDM nya terutama yang berhubungan dengan

pengelolaan banteng karena keberadaan banteng sebagian besar hanya ada di

wilayah tersebut.

Dalam rangka pengelolaan banteng secara optimal dan dapat meminimalisir

terjadinya konflik kepentingan, BTN perlu didukung dan berkolaborasi dengan

instansi atau lembaga lain. Dari hasil penelitian teridentifikasi bahwa di TNMB dan

TNAP stakeholders yang dapat berkontribusi dalam pengelolaan banteng selain

Perum Perhutani, Perkebunan Bandealit serta masyarakat sekitar kawasan dan LSM

yang ikut dalam mengadvokasi masyarakat sekitar kawasan, ada lembaga lain yang

berpotensi dalam pengelolaan taman nasional khususnya banteng yang perlu

dilibatkan.

Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan lembaga lain yang tidak

terkait secara langsung , diketahui beberapa lembaga yang mempunyai peluang untuk

berkonstribusi dalam pengelolaan kolaboratif konservasi banteng di TNAP dan

TNMB. Stakeholders tersebut yaitu Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) yang

lokasinya di Kabupaten Malang serta Dinas Peternakan Kabupaten Banyuwangi dan

Kabupaten Jember. Instansi tersebut dapat berkonstribusi dalam mendukung

kelestarian banteng khususnya dalam kegiatan peningkatan penangkaran banteng

melalui pemanfaatan plasma nutfah banteng berupa semennya untuk dikawinkan

dengan sapi bali yang ada pada masyarakat sekitar kawasan serta tidak menutup

kemungkinan untuk daerah lainnya. Balai Besar Inseminasi Buatan dapat melakukan

pengambilan semen banteng dari kawasan TNAP atau TNMB. Balai Besar

Inseminasi Buatan mempunyai SDM dan teknologi yang cukup dalam melakukan

kegiatan pengembangan penangkaran banteng.

Page 76: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

140  

Dari hasil analisis stakeholders selain dapat memetakan kepentingan dan

pengaruh stakeholders terkait konflik juga dapat mengidentifikasi kekuatan,

kelemahan serta peluang – peluang dari masing-masing stakeholders kunci . Dari

hasil wawancara dan diskusi dengan stakeholders pendukung yang tidak terkait

konflik dapat diketahui peranannya dalam co-management konservasi banteng.

Stakeholders inti dan stakeholders pendukung serta potensinya dalam pengelolaan

kolaboratif konflik konservasi banteng disajikan dalam Lampiran 12.

5.4.5 Pengembangan Co-management dalam Konservasi Banteng

Co-management didefinisikan sebagai pembagian atau pendistribusian

wewenang dan tanggung jawab antara pemerintah dan stakeholders dalam

mengelola suatu sumberdaya. Co-management terdiri dari beberapa tingkat/tipe

kemitraan serta derajat pembagian wewenang dan tanggung jawab antara

pemerintah dan stakeholders (Sen and Nielsen 1996 diacu dalam Njaya 2007).

Berdasarkan derajat wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki, maka

terbentuk rentang hirarki co-management, mulai dari bentuk dimana pemerintah

hanya memberi tahukan atau menginformasikan kepada masyarakat atau

stakeholders sebelum suatu peraturan pengelolaan sumberdaya dirumuskan dan

dijalankan hingga tingkat/tipe co-management dimana masyarakat merancang,

mengimplementasikan, dan menegakkan hukum dan peraturan tentang

pengelolaan sumberdaya dan pemerintah perannya hanya membantu (Nikijuluw

2002; Borrini-Feyerabend 1996).

Tingkat/tipe co-management mulai dari yang terendah sampai yang

tertinggi wewenang dan tanggung jawab dari stakeholders yaitu : 1) Tingkat co-

management instruktif dimana ada sedikit pertukaran informasi antara pemerintah

dan stakeholders, 2) Tingkat konsultatif ada mekanisme pemerintah untuk

mengkonsultasikan program dan kegiatan dengan stakeholders, tetapi keputusan

tetap berada di pemerintah, 3) Tingkat kooperatif adalah bentuk pola kemitraan

yang sesungguhnya dimana pemerintah dan stakeholders bekerjasama sebagai

mitra yang setara dalam pengambilan keputusan, 4) Tingkat advokasi

(pendampingan) yaitu stakeholders memberi saran atau usul kepada pemerintah

atas keputusan yang akan diambil dan pemerintah dapat menerimanya, dan 5)

Page 77: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

141  

  

Tingkat informatif dimana pemerintah telah memberikan wewenang dan tanggung

jawabnya kepada stakeholders dalam pengambilan keputusan (Nikijuluw 2002;

Suporahardjo 2005; Sen and Nielsen 1996 diacu dalam Njaya 2007).

Bila suatu wewenang dan tanggung jawab stakeholders atau masyarakat

rendah pada suatu tingkat co-management maka tanggung jawab dan wewenang

pemerintah akan tinggi. Sebaliknya bila tanggung jawab dan wewenang

stakeholders tinggi, maka tanggung jawab dan wewenang pemerintah menjadi

rendah (Nikijuluw 2002). Berdasarkan definisi dan tahapan dalam co-

management dapat ditentukan suatu karakteristik dari masing-masing

tingkat/tipe co-management. Karakteristik serta peran pemerintah dan

stakeholders dalam lima tingkat atau tipe co-management konservasi banteng

disajikan dalam Tabel 21.

Tabel 21 Karakteristik, peran pemerintah dan stakeholders dalam lima tingkat co-management konservasi banteng

Tingkat Kolaboratif Karakteristik Peran pemerintah Peran stakeholders

Instruktif - Ada pemberitahuan dari pemerintah tentang pengelolaan kawasan konservasi atau pentingnya konservasi banteng

- Pemerintah mendominasi kepentingannya

- Pengambilan keputusan di tangan pemerintah

- Sumber informasi tentang konservasi

- Pengelola kawasan konservasi

- Decision maker (pengambil keputusan) terkait pengelolaan kawasan konservasi atau konservasi banteng

- Sebagai obyek penerima manfaat konservasi banteng

- Seringkali diposisikan sebagai penghalang terhadap kebijakan pengelolaan kawasan konservasi (belum ada kepercayaan)

- Tidak ada peran yang signifikan dalam konteks kegiatan konservasi

konsultatif 1. Ada konsultasi pemerintah kepada stakeholders terkait pengelolaan kawasan konservasi /konservasi banteng

2. Sudah ada kesediaan stakeholders untuk berpartisipasi

3. Pemerintah masih mendominasi dalam kepentingannya

4. Pengambilan keputusan di tangan pemerintah

- Sumber informasi tentang konservasi banteng

- Pengelola kawasan dan populasi banteng

- Decision maker (pengambil keputusan) terkait pengelolaan kawasan konservasi atau konservasi banteng

- Sebagai obyek pelaksana konservasi

- Masih diposisikan sebagai penghalang pelaksanaan pengelolaan kawasan konservasi (belum ada /kepercayaan)

- Belum ada peran yang signifikan dalam konteks kegiatan konservasi banteng

- Sudah ada kesediaan stakeholders untuk berpartisipasi

Page 78: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

142  

Tabel 21 Lanjutan-1 Tingkat

Kolaboratif Karakteristik Peran pemerintah Peran stakeholders

Kooperatif - Pemerintah tidak mendominasi kepentingannya

- Pengambilan keputusan dalam konservasi banteng dilakukan secara bersama antara pemerintah dan stakeholders

- Sudah ada kesetaraan antara pemerintah dan stakeholders dalam pengambilan keputusan konservasi banteng

- Ada proses negosiasi dalam konservasi banteng

- Ada konsensus yang dihasilkan dari proses negosiasi

- Ada pembagian kewenangan dan tanggung jawab yang seimbang antara pemerintah dan stakeholders

- Berbagi informasi tentang konservasi kawasan dan konservasi banteng dengan stakeholders

- Melakukan negosiasi dan konsensus dengan stakeholders dan berbagi kontribusi dalam pengelolaan kawasan dan konservasi banteng

- Berbagi kewenangan dan tanggung jawab secara seimbang

- Mengambil keputusan terkait pengelolaan kawasan konservasi dan konservasi banteng secara bersama-sama dengan stakeholders

- Berpartisipasi secara penuh dalam pengambilan keputusan konservasi banteng

- Sebagai mitra yang sejajar dalam pengelolaan konservasi banteng

- Berbagi informasi dengan pemerintah tentang konservasi kawasan dan konservasi banteng

- Melakukan negosiasi dan konsensus dengan pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan program pengelolaan kawasan konservasi dan /konservasi banteng

- Berbagi kewenangan dan tanggung jawab secara seimbang

- Mengambil keputusan terkait konservasi banteng secara bersama-sama dengan pemerintah

Advokasi 1. Saran/usulan dalam pengambilan keputusan konservasi banteng lebih didominasi oleh Stakeholders

2. Inisiasi, ide, inovasi perencanan dan program/kegiatan konservasi banteng berasal dari stakeholders

3. Pertimbangan pengambilan keputusan oleh pemerintah berdasarkan usulan dari stakeholders

4. Pemberian kewenangan dan tanggung jawab yang lebih besar dari pemerintah kepada stakeholders

- Mempertimbangkan dan melegalisasi saran/usulan dari stakeholders

- Bertindak sebagai pendamping bagi stakeholders dalam perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan konservasi banteng

- Membuat usulan yang penting dalam pengambilan keputusan pengelolaan konservasi banteng kepada pemerintah

- Bertanggung jawab pada saran/usulannya yang sudah dilegalisasi oleh pemerintah

- Melaksanakan program kegiatan dan melaporkan hasil kegiatannya kepada pemerintah

 

Page 79: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

143  

  

Tabel 21 Lanjutan-2 Tingkat

Kolaboratif Karakteristik Peran pemerintah Peran stakeholders

Informatif 1. Ada usul , ide, inovasi, dalam pengambilan keputusan mulai dari perencanaan sampai implementasi di inisiasi oleh stakeholders

2. Ada pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab cukup besar dari pemerintah kepada stakeholders dalam konservasi banteng (transfer otoritas dan tanggung jawab secara formal)

3. Pemerintah menempatkan representasinya untuk membantu stakeholders

4. Pengambilan keputusan konservasi banteng dilakukan oleh stakeholders

- Memberikan /mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada stakeholders

- Pemerintah menempatkan representasinya untuk membantu stakeholders terutama dalam hal aturan main dalam konservasi bantneg

- Melakukan monitoring dan evaluasi

- Membuat keputusan mulai dari perencanaan sampai implementasi dalam kegiatan pengelolaan konservasi banteng

- Memberitahukan kepada pemerintah tentang keputusan yang diambil mulai dari perencanaan sampai implementasi

- Bertanggung jawab pada keputusan yang diambil dan dalam pelaksanaan kegiatan serta melaporkan program kegiatan dan implementasinya kepada pemerintah

Berdasarkan hasil penelitian dari aspek ekologi , sosial , ekonomi, dan

hasil analisis stakeholders, AHP dan SWOT didapatkan bahwa ada empat

program kegiatan utama yang dapat dilakukan secara kolaboratif dalam

menyelesaikan konflik banteng dengan masyarakat di TNAP dan TNMB. Empat

program kegiatan dimaksud yaitu : 1) peningkatan kualitas habitat padang

penggembalaan, 2) pengembangan penangkaran banteng, 3) pengembangan

ekowisata banteng dan 4) pengembangan tanaman obat dan buah.

Hasil penelitian yang terkait dengan ekologi banteng dimaksud dapat

dilihat pada (Tabel 7 dan 8), kondisi sosial ekonomi masyarakat (Tabel 16 dan 17)

yang telah dibahas sebelumnya. Dari program kegiatan yang telah dilaksanakan

pihak taman nasional yang diuji dengan karakteristik co-management (Tabel 21)

diketahui posisi tingkat/tipe co-management faktual dan harapan di TNAP dan

TNMB. Hasil identifikasi posisi tingkat/tipe co-management, argumentasi,

program kegiatan, upaya dan kendala dalam pencapaian dan prediksi waktu yang

dibutuhkan masing-masing kegiatan dalam konservasi banteng disajikan pada

Tabel 22. 

Page 80: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

144 

  Tabe

l 22

Kon

disi

fakt

ual d

an h

arap

an ti

ngka

t co-

man

agem

ent

prog

ram

keg

iata

n ko

nser

vasi

ban

teng

Ben

tuk

kegi

atan

Ti

ngka

t ko

labo

rasi

Arg

umen

tasi

/just

ifika

si

Prog

ram

/keg

iata

n/up

aya/

tahu

n pe

ncap

aian

K

enda

la

Peni

ngka

tan

Kua

litas

Hab

itat (

Pada

ng P

engg

emba

laan

)

fakt

ual

kons

ulta

tif

- Su

dah

ada

kon

sulta

si d

enga

n sta

keho

lder

s (P

erum

Per

huta

ni d

an

Perk

ebun

an) d

an a

da k

eter

sedi

aan

dari

mas

yara

kat u

ntuk

ber

parti

sipa

si d

alam

ke

giat

an p

embi

naan

pad

ang

peng

gem

bala

an

- M

asya

raka

t dip

eker

jaka

n da

lam

m

embe

rant

as ta

nam

an je

nis i

nvas

if ,

men

anam

dan

mem

elih

ara

rum

put s

erta

m

embu

at p

erco

baan

pem

bera

ntas

an

jeni

s inv

asif

-

Sem

ua k

eput

usan

dal

am p

elak

sana

an

pe

ngel

olaa

n pa

dang

pen

ggem

bala

an a

da

pada

TN

- Te

lah

ada

prog

ram

pe

rlind

unga

n da

n ko

nser

vasi

sum

berd

aya

alam

hay

ati d

i TN

-

Foku

s keg

iata

n pa

da

peng

elol

aan

kean

ekar

agam

an h

ayat

i dan

ek

osis

tem

nya

atau

pe

mel

ihar

aan

habi

tat s

ecar

a um

um ti

dak

hany

a ha

bita

t ba

nten

g se

hing

ga d

ana

terb

agi u

ntuk

beb

erap

a ke

giat

an

- M

inat

unt

uk b

eker

ja

sam

a m

asih

per

lu

ditin

gkat

kan

kare

na

kura

ngny

a so

sial

isas

i da

ri TN

kep

ada

stak

ehol

ders

-

Pers

epsi

m

asya

raka

t/sta

keho

lde

rs te

rhad

ap b

ante

ng

mas

ih re

ndah

-

Dan

a pe

laks

anaa

n ke

giat

an te

rbat

as

H

arap

an

koop

erat

if -

Dap

at d

ilaku

kan

seca

ra k

oope

ratif

ata

u di

kerja

sam

akan

den

gan

perk

ebun

an d

an

peru

m p

erhu

tani

-

Min

at u

ntuk

bek

erja

sam

a da

ri sta

keho

lder

s sud

ah a

da ta

pi m

asih

re

ndah

kar

ena

TN k

uran

g ak

tif d

alam

m

engi

nisi

asi

- K

erja

sam

a da

pat b

erup

a sh

arin

g da

na

dari

Perh

utan

i ata

u Pe

rkeb

unan

den

gan

mel

ibat

kan

piha

k ke

tiga

-

Tekn

is p

enge

lola

an p

adan

g pe

ngge

mba

laan

teta

p ad

a pa

da T

N

kare

na p

adan

g pe

ngge

mba

bala

an b

erad

a pa

da z

ona

rimba

- Pr

ogra

m k

egia

tan

peny

uluh

an, s

osia

lisas

i pe

ratu

ran

dan

man

faat

ko

nser

vasi

ban

teng

, p

erlu

di

tingk

atka

n un

tuk

men

ingk

atka

n pe

rsep

si

stak

ehol

ders

terh

adap

ba

nten

g

- K

oord

inas

i dan

kol

abor

asi

deng

an P

erhu

tani

dan

Pe

rkeb

unan

per

lu

ditin

gkat

kan

- Pe

rmen

hut P

.19/

Men

hut-

II/2

004

dapa

t dija

dika

n la

ndas

an k

olab

oras

i dal

am

pem

bina

an h

abita

t dan

po

pula

si

- So

sial

isas

i ten

tang

ko

nser

vasi

dan

m

anfa

at b

ante

ng

sang

at m

inim

-

Kur

angn

ya

kons

ulta

si, k

oord

inas

i se

rta so

sial

isas

i ke

bija

kan

kons

erva

si

bant

eng

yang

di

laku

kan

TN

- In

isia

si T

N d

alam

m

enga

jak

stake

hold

ers u

ntuk

be

kerja

sam

a m

asih

re

ndah

Pemerintah

Stak

ehol

der

Exsi

stin

gH

arap

an

Instruktif     Kon

sulta

tif      Ko

operatif

Adv

okas

iInform

atif

Fakt

ual

144

Page 81: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

145 

 

  Ta

bel 2

2 La

njut

an-1

Ben

tuk

kegi

atan

Ti

ngka

t ko

labo

rasi

Arg

umen

tasi

/just

ifika

si

Prog

ram

/keg

iata

n/up

aya/

tahu

n pe

ncap

aian

K

enda

la

- Pe

rum

Per

huta

ni se

baga

i BU

MN

K

emen

hut d

apat

m

endu

kung

keg

iata

n pe

mbi

naan

hab

itat d

alam

kaw

asan

TN

da

n ko

nser

vasi

ban

teng

, seh

ingg

a ba

nten

g tid

ak k

elua

r dan

tana

man

di

huta

n pr

oduk

siny

a tid

ak d

igan

ggu

bant

eng

-

Perk

ebun

an B

ande

alit

yang

are

alny

a be

rbat

asan

lang

sung

den

gan

kaw

asan

TN

dap

at b

erko

ntrib

usi d

alam

pe

ngel

olaa

n ha

bita

t di k

awas

an T

N

sehi

ngga

pak

an d

i dal

am k

awas

an

men

cuku

pi d

an b

ante

ng ti

dak

m

engg

angg

u ta

nam

an p

erke

buna

n

- M

asya

raka

t sek

itar k

awas

an d

iliba

tkan

da

lam

pel

aksa

naan

keg

iata

n te

knis

pe

mel

ihar

aan

tum

buha

n su

mbe

r pak

an

bant

eng

di la

pang

an

- Pr

edik

si w

aktu

yan

g di

butu

hkan

dar

i tin

gkat

ko

nsul

tatif

ke

koop

erat

if m

embu

tuhk

an w

aktu

dua

ta

hun

(koo

rdin

asi,

mem

bang

un n

egos

iasi

dan

ke

sepa

kata

n, p

ersi

apan

da

lam

kon

tribu

si d

ana,

SD

M, d

an te

knol

ogi)

- Pr

ogra

m k

egia

tan

pem

bina

an p

adan

g pe

ngge

mba

laan

ban

teng

m

embu

tuhk

an w

aktu

em

pat

tahu

n ya

ng d

ilaku

kan

seca

ra

berk

ala

mel

alui

: -

(1) p

embe

rant

asan

jeni

s in

vasi

f dila

kuka

n se

lam

a sa

tu ta

hun

(2) p

enan

aman

je

nis-

jeni

s rum

put u

nggu

l da

n di

suka

i ban

teng

sela

ma

satu

tahu

n (3

) per

luas

an

pada

ng p

engg

emba

laan

dan

pe

nana

man

rum

put p

ada

loka

si p

erlu

asan

m

emer

luka

n w

aktu

sela

ma

du

a ta

hun

- K

egia

tan

akan

ber

jala

n se

suai

renc

ana

jika

dana

te

rsed

ia, n

egos

iasi

dan

ke

sepa

kata

n su

dah

terb

angu

n

- In

isia

si T

N d

alam

m

enga

jak

stake

hold

ers u

ntuk

be

kerja

sam

a m

asih

re

ndah

-

Ting

giny

a ke

cepa

tan

tum

buh

jeni

s inv

asif

yang

men

urun

kan

kual

itas h

abita

t dan

da

ya d

ukun

g

 

145

Page 82: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

146 

  Tabe

l 22

Lanj

utan

-2 Ben

tuk

kegi

atan

Ti

ngka

t ko

labo

rasi

Arg

umen

tasi

/just

ifika

si

Prog

ram

/keg

iata

n/up

aya/

tahu

n pe

ncap

aian

K

enda

la

Peng

emba

ngan

pen

angk

aran

ban

teng

(Pem

anfa

atan

gen

etik

ban

teng

) Fa

ktua

l In

stru

ktif

- B

ante

ng sa

twa

dilin

dung

i (P

P no

7

tahu

n 19

99)

- Pe

rlind

unga

n te

rhad

ap b

ante

ng y

ang

ada

dala

m k

awas

an T

N m

erup

akan

ta

nggu

ng ja

wab

pem

erin

tah

(TN

) -

Di T

N a

da k

egia

tan

pem

inja

man

ba

nten

g ke

pada

TSI

unt

uk

dike

mba

ngka

n ya

ng m

enga

rah

pada

ke

giat

an p

eman

faat

an p

lasm

a nu

tfah

bant

eng

- B

elum

dib

angu

n ko

nsul

tasi

, par

tisip

asi ,

ne

gosi

asi d

an k

esep

akat

an d

alam

ke

giat

an p

eman

faat

an su

mbe

r day

a ge

netik

ban

teng

den

gan

mas

yara

kat

- Pr

ogra

m p

erlin

dung

an d

an

kons

erva

si su

mbe

rday

a d

i TN

khu

sus u

ntuk

ban

teng

ha

nya

seba

tas p

ada

kegi

atan

in

vent

aris

asi p

opul

asi

dan

pem

elih

araa

n pa

dang

pe

ngge

mba

laan

teta

pi ti

dak

tera

tur (

kont

inue

)

- B

elum

dib

angu

n ke

lem

baga

an k

husu

s -

Bel

um a

da k

oord

inas

i de

ngan

stak

ehol

ders

-

Bel

um a

da p

rogr

am

kegi

atan

pen

angk

aran

ya

ng m

enga

rah

pada

pe

man

faat

an g

enet

ik

bant

eng

untu

k m

asya

raka

t -

Ket

erba

tasa

n da

na

H

arap

an

Info

rmat

if -

Ban

teng

has

il pe

nang

kara

n da

pat

dim

anfa

atka

n (P

P no

8 ta

hun

1999

) -

Ada

nya

bebe

rapa

inst

ansi

pem

erin

tah

yang

mau

ber

koor

dina

si d

an

beke

rjasa

ma

(BB

IB, D

inas

Pet

erna

kan)

-

Tekn

olog

i pen

gam

bila

n da

n pe

man

faat

an se

men

suda

h ad

a di

BB

IB

- Pr

ogra

m IB

sap

i Bal

i mas

yara

kat s

udah

ad

a da

n di

laks

anak

an o

leh

Din

as

Pete

rnak

an

- K

emun

gkin

an u

ntuk

dik

erja

sam

akan

de

ngan

pih

ak sw

asta

terb

uka.

-

Perm

enhu

t Nom

or P

.19/

Men

hut-I

I/200

4 te

ntan

g K

olab

oras

i Pen

gelo

laan

K

awas

an S

uaka

Ala

m d

an K

awas

an

Pele

star

ian

Ala

m

- Te

lah

ada

prog

ram

pe

man

faat

an h

ewan

dilu

ar

tern

ak d

ari B

BIB

K

emen

teria

n Pe

rtani

an

- Pr

edik

si w

aktu

yan

g di

butu

hkan

dal

am

peng

emba

ngan

pen

angk

aran

da

ri tin

gkat

inst

rukt

if ke

ko

oper

atif

dan

advo

kasi

m

embu

tuhk

an w

aktu

tiga

ta

hun

sela

njut

nya

sam

pai k

e in

form

atif

tam

bah

empa

t ta

hun

, to

tal w

aktu

sela

ma

tuju

h ta

hun

deng

an ta

hapa

n ke

giat

an :

- In

isia

si d

ari T

N u

ntuk

be

rkoo

rdin

asi d

an

berk

olab

oras

i mas

ih

rend

ah

- Pe

mbu

atan

atu

ran

yang

m

emer

luka

n w

aktu

la

ma

- D

ana

TN te

rbat

as

 

Pemerintah

Stakeh

olde

r

Exsisting

Harapan

Instruktif       Ko

nsultatif      Ko

operatif

Advokasi    Informatif

Fakt

ual

146

Page 83: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

147 

 

  Ta

bel 2

2 La

njut

an-3

Ben

tuk

kegi

atan

Ti

ngka

t ko

labo

rasi

Arg

umen

tasi

/just

ifika

si

Prog

ram

/keg

iata

n/up

aya/

tahu

n pe

ncap

aian

K

enda

la

-

- M

emba

ngun

kel

emba

gaan

ko

nsul

tasi

, par

tisip

asi,

koor

dina

si, n

egos

iasi

dan

ke

sepa

kata

n ke

rjasa

ma

, pe

mbu

atan

jukn

is, j

ukla

k de

ngan

par

a st

akeh

olde

rs

sela

ma

satu

tahu

n -

Pem

anfa

atan

sem

en b

ante

ng

jant

an d

ari T

N d

an u

ji co

ba

IB d

enga

n ba

nten

g be

tina,

uji

coba

IB b

ante

ng ja

ntan

de

ngan

sapi

bal

i sel

ama

satu

ta

hun

- M

emba

ngun

ban

k se

men

dan

im

plem

enta

si k

egia

tan

IB

deng

an sa

pi b

ali m

asya

raka

t un

tuk

men

ingk

atka

n pr

oduk

tivita

s sap

i Bal

i se

lam

a sa

tu ta

hun

- H

asil

F1 d

ari p

enan

gkar

an

sela

ma

empa

t tah

un

- Pr

ogra

m k

e de

pan

pem

anfa

atan

seca

ra la

ngsu

ng

F2 d

ari h

asil

pena

ngka

ran

dapa

t dim

anfa

atka

n pa

da

tahu

n ke

del

apan

-

   

147

Page 84: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

148 

  Tabe

l 22

Lanj

utan

-4 Ben

tuk

kegi

atan

Ti

ngka

t ko

labo

rasi

Arg

umen

tasi

/just

ifika

si

Prog

ram

/keg

iata

n/up

aya/

tahu

n pe

ncap

aian

K

enda

la

Peng

emba

ngan

Eko

wis

ata

Ban

teng

fa

ktua

l ko

nsul

tatif

- Su

dah

ada

kons

ulta

si d

enga

n st

akeh

olde

rs/ m

asya

raka

t -

Kep

utus

an k

egia

tan

ekow

isat

a d

alam

ka

was

an T

N d

iput

uska

n da

n di

kelo

la

lang

sung

ole

h TN

-

Mas

yara

kat/s

take

hold

ers s

udah

tahu

ada

ke

giat

an e

kow

isat

a di

TN

term

asuk

ek

owis

ata

bant

eng

-

Mas

yara

kat/

stak

ehol

ders

ber

parti

sipa

si

dala

m m

enye

diak

an h

asil

hom

e in

dustr

y se

perti

tana

man

oba

t, kr

ipik

nan

gka

-

Pelib

atan

mas

yara

kat d

alam

keg

iata

n ek

owis

ata

bar

u pa

da se

bata

s se

baga

i pe

njua

l has

il ta

nam

an o

bat d

an b

uah

- Pr

ogra

m k

egia

tan

peng

emba

ngan

jasa

lin

gkun

gan

dan

wis

ata

alam

di

TN

- D

ana

yang

ters

edia

tid

ak h

anya

unt

uk

kegi

atan

eko

wis

ata

bant

eng

teta

pi u

ntuk

se

luru

h ke

giat

an ja

sa

lingk

unga

n -

Bel

um a

da k

olab

oras

i da

n ko

ordi

nasi

den

gan

stake

hold

ers ,

bel

um

adau

pro

gram

pak

et

ekow

isat

a ba

nten

g de

ngan

oby

ek w

isat

a la

inny

a se

perti

ag

row

isat

a pe

rkeb

unan

, ta

nam

an o

bat d

an b

uah,

ob

yek

pant

ai, p

enyu

se

rta ja

sa li

ngku

ngan

la

inny

a.

Har

apan

A

dvok

asi

- K

egia

tan

ekow

isat

a ba

nten

g da

pat

diko

labo

rasi

kan

deng

an P

erum

Pe

rhut

ani d

i TN

AP,

den

gan

Perk

ebun

an

di T

NM

B, l

emba

ga m

asya

raka

t dan

D

inas

Par

iwis

ata

- Pe

rmen

hut N

omor

P.1

9/ M

enhu

t-II/2

004

tent

ang

Kol

abor

asi P

enge

lola

an

Kaw

asan

Sua

ka A

lam

Dan

Kaw

asan

Pe

lest

aria

n A

lam

-

- Pr

ogra

m p

enge

mba

ngan

jasa

lin

gkun

gan

dan

wis

ata

alam

TN

diti

ngka

tkan

-

Pred

iksi

wak

tu y

ang

dibu

tuhk

an d

ari k

onsu

ltatif

ke

adv

okas

i sel

ama

enam

ta

hun

deng

an ta

hapa

n ke

giat

an :

- Pe

ning

kata

n pe

rsep

si,

sika

p/bu

daya

mas

yara

kat

untu

k pe

ngem

bang

an

ekow

isat

a se

lam

a sa

tu ta

hun

- R

enda

hnya

kom

unik

asi

anta

ra T

N d

an

stake

hold

ers

- K

eter

sedi

aan

dana

yan

g te

rbat

as d

i TN

-

Ket

erse

diaa

n da

na y

ang

terb

atas

di

PEM

DA

un

tuk

mem

bang

un

sara

na p

rasa

rana

sepe

rti

jala

n

Pemerintah

Stakeh

olde

r

Exsisting

Harapan

Instruktif         Kon

sulta

tif        Koo

peratif

Advokasi    Informatif

Fakt

ual

148

Page 85: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

149 

 

  Ta

bel 2

2 La

njut

an-5

Ben

tuk

kegi

atan

Ti

ngka

t ko

labo

rasi

Arg

umen

tasi

/just

ifika

si

Prog

ram

/keg

iata

n/up

aya/

tahu

n pe

ncap

aian

K

enda

la

- U

sul,

inis

iasi

, ide

, ino

vasi

kol

abor

asi

ekow

isat

a ba

nten

g di

are

al p

erhu

tani

dan

pe

rkeb

unan

dat

ang

dari

stak

ehol

ders

(P

erhu

tani

, Per

kebu

nan

dan

Lem

baga

M

asya

raka

t) -

Kei

ngin

an m

enge

mba

ngka

n ek

owis

ata

bant

eng

yang

dip

aduk

an d

enga

n ag

row

isat

a da

n ob

yek

lain

nya

sehi

ngga

m

enin

gkat

kan

kera

gam

an o

byek

day

a ta

rik w

isat

a (O

DTW

A).

-

Mas

yara

kat d

apat

dili

batk

an s

ebag

ai

pend

ukun

g ke

giat

an e

kow

isat

a se

perti

gu

ide,

pem

buat

an c

ende

ra m

ata,

m

enye

diak

an p

rodu

k ha

sil h

ome

indu

stry

ta

nam

an o

bat d

an b

uah

sepe

rti

tem

u la

wak

, kun

yit,

wed

ang

jahe

, ke

daw

ung,

krip

ik n

angk

a y

ang

seka

rang

su

dah

berja

lan

teta

pi b

elum

opt

imal

-

LSM

mel

akuk

an p

enda

mpi

ngan

bag

i m

asya

raka

t unt

uk m

enin

gkat

kan

kapa

sita

s dan

kap

abili

tasn

ya d

alam

m

enun

jang

eko

wis

ata

- M

emba

ngun

koo

rdin

asi,

nego

sias

i dan

kes

epak

atan

de

ngan

stak

ehol

der t

erka

it (D

inas

Par

iwis

ata,

PEM

DA

se

tem

pat)

sela

ma

satu

tahu

n -

Perk

ebun

an (d

i TN

MB

) ata

u Pe

rum

Per

huta

ni (

di T

NA

P),

Din

as P

ariw

isat

a se

tem

pat

mem

buat

usu

lan

renc

ana

jang

ka p

anja

ng d

enga

n pe

nyed

iaan

dan

a, S

DM

dan

sa

rpra

s pen

unja

ng e

kow

isat

a se

lam

a sa

tu ta

hun

- Pe

mba

ngun

an /p

enin

gkat

an

SDM

term

asuk

SD

M

mas

yara

kat s

ekita

r seb

agai

gu

ide,

pem

buat

cen

dera

mat

a da

n ha

sil h

ome

indu

stry,

sa

rpra

s pen

unja

ng e

kow

isat

a,

dan

prom

osi e

kow

isat

a se

lam

a tig

a ta

hun

- D

apat

did

ukun

g de

ngan

Pe

mda

- Te

rbat

asny

a bi

aya

untu

k m

enin

gkat

kan

kapa

sita

s mas

yara

kat

   

149

Page 86: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

150 

  Tabe

l 22

Lanj

utan

-6 Ben

tuk

kegi

atan

Ti

ngka

t ko

labo

rasi

Arg

umen

tasi

/just

ifika

si

Prog

ram

/keg

iata

n/up

aya/

tahu

n pe

ncap

aian

K

enda

la

Peng

emba

ngan

Tan

aman

Oba

t dan

Bua

h

fakt

ual

koop

erat

if

- Su

dah

diba

ngun

kol

abor

asi (

parti

sipa

si,

nego

sias

i dan

kes

etar

aan,

kes

epak

atan

, pe

mba

gian

kew

enan

gan

dan

tang

gung

jaw

ab

yang

dim

ulai

seja

k ta

hun

1999

dan

ke

sepa

kata

n fo

rmal

tahu

n 20

03

- M

asya

raka

t diij

inka

n un

tuk

men

ggar

ap

laha

n di

zon

a re

habi

litas

i , ta

nam

an y

ang

dike

mba

ngka

n ad

alah

MPT

S se

perti

ta

nam

an o

bat d

an b

uah

yang

has

ilnya

dap

at

dim

anfa

atka

n ol

eh m

asya

raka

t,

- D

i baw

ah te

gaka

n po

hon

mas

yara

kat

diiji

nkan

men

anam

tana

man

sem

usim

, sa

mbi

l mel

akuk

an p

emel

ihar

aan

tana

man

po

kok

- LS

M m

elak

ukan

pen

dam

ping

an u

ntuk

m

enin

gkat

kan

kem

ampu

an m

asya

raka

t,

- TN

men

yedi

akan

bib

it da

n m

enen

tuka

n je

nis

poho

n ya

ng d

ikem

bang

kan

yaitu

jeni

s poh

on

MPT

S se

tem

pat

- TN

, LSM

dan

mas

yara

kat d

enga

n ke

lom

pok

tani

nya

mel

akuk

an m

onito

ring

dan

eval

uasi

se

cara

ber

sam

a -

Ada

koo

rdin

asi d

enga

n B

PDA

S da

lam

ke

giat

an p

enan

aman

- K

egia

tan

peng

ayaa

n ta

nam

an d

i zon

a re

habi

litas

i i T

N

- K

egia

tan

mem

bang

un

kele

mba

gaan

HH

BK

de

ngan

Per

guru

an T

ingg

i-

Keg

iata

n ko

ordi

nasi

de

ngan

BPD

AS

pena

nam

an d

i zon

a re

habi

litas

i

- H

asil

prod

uksi

dan

pe

mas

aran

nya

belu

m

optim

al

- D

ibut

uhka

n sta

keho

lder

s pe

nduk

ung

lain

nya

untu

k m

enin

gkat

kan

prod

uksi

dan

tekn

olog

i di

vers

ifika

si h

asil

untu

k m

enin

gkat

kan

hasi

l pr

oduk

si d

an h

arga

jual

-

Kei

ngin

an a

tau

ide

stak

ehol

ders

bel

um

dipr

ogra

mka

n d

an

dila

ksan

akan

sec

ara

optim

al

 

Pemerintah

Stakeh

olde

r

Exsisting

Harapan

Instruktif         Kon

sulta

tif      Ko

operatif

Advokasi  Inform

atif

Fakt

ual

150

Page 87: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

151 

 

  Ta

bel 2

2 La

njut

an-7

Ben

tuk

kegi

atan

Ti

ngka

t ko

labo

rasi

Arg

umen

tasi

/just

ifika

si

Prog

ram

/keg

iata

n/up

aya/

tahu

n pe

ncap

aian

K

enda

la

H

arap

an

Adv

okas

i -

Suda

h te

rliba

t ben

tuk

kola

bora

si d

alam

tin

gkat

koo

pera

tif

- St

akeh

olde

rs su

dah

beke

rjasa

ma

dan

berb

agi p

eran

dan

tang

gung

jaw

ab

deng

an T

N

- K

egia

tan

yang

ber

jala

n b

elum

dap

at

men

ingk

atka

n e

kono

mi m

asya

raka

t se

cara

opt

imal

-

Stak

ehol

ders

ber

kein

gina

n /

men

gusu

lkan

pen

ingk

atan

kew

enan

gan

dala

m p

emili

han

jeni

s kom

oditi

yan

g di

kem

bang

kan

di z

ona

reha

bilit

asi

- St

akeh

olde

rs su

dah

dap

at m

enin

gkat

kan

kapa

sita

snya

dal

am d

iver

sifik

asi p

rodu

k se

perti

pro

duk

krip

ik n

angk

a, p

isan

g da

n ta

nam

an o

bat d

enga

n ke

mas

an y

ang

lebi

h ba

ik

- Pe

rmen

hut N

omor

P.1

9/ M

enhu

t-II/2

004

tent

ang

Kol

abor

asi P

enge

lola

an

Kaw

asan

Sua

ka A

lam

Dan

Kaw

asan

Pe

lest

aria

n A

lam

- Pr

edik

si w

aktu

yan

g di

butu

hkan

dar

i tin

gkat

ko

oper

atif

ke a

dvok

asi

sela

ma

empa

t tah

un d

enga

n ta

hapa

n :

- St

akeh

olde

rs d

iber

i ke

wen

anga

n da

lam

m

enen

tuka

n je

nis k

omod

iti

sesu

ai a

tura

n ya

ng le

bih

bern

ilai e

kono

mi d

enga

n te

tap

mem

perta

hank

an

kele

star

ian

ekos

iste

m T

N

- TN

men

ingk

atka

n ko

ordi

nasi

de

ngan

Din

as P

erin

dust

rian

, D

inas

Per

daga

ngan

dan

LSM

un

tuk

men

ingk

atka

n ke

tera

mpi

lan

mas

yara

kat

sela

ma

satu

tahu

n -

Prog

ram

keg

iata

n pe

nyul

uhan

un

tuk

men

ingk

atka

n ha

sil

pane

n ta

nam

an se

mus

im d

an

tana

man

oba

t dan

bua

h ol

eh

peny

uluh

terk

ait (

Din

as

Perta

nian

, Keh

utan

an d

an

Perta

nian

) sel

ama

satu

tahu

n -

Peni

ngka

tan

sara

na

peng

olah

an h

asil

pane

n,

prom

osi d

an p

emas

aran

pr

oduk

has

il pa

nen

sela

ma

dua

tahu

n

- K

egia

tan

peni

ngka

tan

kapa

sita

s mas

yara

kat

mas

ih re

ndah

/bel

um

optim

al

- M

asih

ada

ke

khaw

atira

n da

ri TN

jik

a sta

keho

lder

dib

eri

kew

enan

gan

yang

lebi

h tin

ggi

 

151

Page 88: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

152 

  Tabe

l 22

Lanj

utan

-8 Ben

tuk

kegi

atan

Ti

ngka

t ko

labo

rasi

Arg

umen

tasi

/just

ifika

si

Prog

ram

/keg

iata

n/up

aya/

tahu

n pe

ncap

aian

K

enda

la

Peng

emba

ngan

tana

man

oba

t dan

bua

h d

i TN

AP

(Fak

tual

) In

stru

ktif

- K

asus

di T

NA

P: K

erja

sam

a an

tara

TN

, m

asya

raka

t dan

LSM

dal

am p

enge

lola

an

zona

reha

bilit

asi (

kaw

asan

bek

as

peny

angg

a) te

lah

sele

sai.

Tahu

n 20

11,

mas

yara

kat d

ilara

ng b

erke

giat

an d

i zon

a be

kas p

enya

ngga

-

Bel

um d

iban

gun

kem

bali

kola

bora

si

- M

asya

raka

t mas

ih sa

ngat

ber

kein

gina

n un

tuk

kem

bali

men

gelo

la k

awas

an b

ekas

pe

nyan

gga

deng

an ta

nam

an M

PTS

- Se

mua

kep

utus

an d

alam

pen

gelo

laan

zo

na re

habi

litas

i ada

di T

N

- St

atus

tana

man

jati

pada

ka

was

an b

ekas

pen

yang

ga

mas

ih d

alam

pem

baha

san

deng

an P

erum

Per

huta

ni

yang

sebe

lum

nya

dibe

ri ta

nggu

ng ja

wab

dan

ke

wen

anga

n se

baga

i pe

ngel

ola

kaw

asan

bek

as

peny

angg

a

- M

asih

bel

um a

da

kese

paka

tan

yang

te

rtulis

ant

ara

Peru

m

dan

TN

152

Page 89: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

153  

 

Berdasarkan hasil AHP dan hasil pengamatan di lapangan terhadap tingkat

co-management program kegiatan terdapat sedikit perbedaan dalam menentukan

tingkat/tipe/bentuk co-management. Berdasarkan AHP tingkat co-management

untuk kegiatan pembinaan habitat berada pada tingkat instruktif padahal secara

faktual berada pada tingkat konsultatif dan harapannya dapat ditingkatkan lagi

sampai pada tingkat kooperatif. Selanjutnya program kegiatan pengembangan

penangkaran dari instruktif dapat dilakukan secara kooperatif, bahkan

pengembangan penangkaran dapat ditingkatkan pada tingkat/tipe informatif.

Perbedaan dalam menentukan tingkat co-management tersebut terjadi karena

dalam AHP hanya didasarkan pada definisi dan konsep dari masing-masing

tingkat co-management tanpa melihat karakteristik dan faktual di lapangan. Tetapi

hasil AHP tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan banteng pada prinsipnya

harus dilakukan secara kolaboratif

Dari hasil analisis stakeholders, AHP dan analisis SWOT di TNMB dan

TNAP dihasilkan matrik teknis kelembagaan co-management konservasi banteng.

Kepentingan stakeholders, fungsi dan mekanisme serta aturan yang dibutuhkan

dalam kelembagaan co-management disajikan pada Tabel 23.

Kesepakatan co-management yang akan dibangun dalam pelaksanaannya

harus dikawal dan dievaluasi secara terus menerus. Hal ini dimaksudkan untuk

memperbaiki jika ada kekurangan karena co-management merupakan proses

saling belajar yang hasilnya dapat diterapkan untuk perbaikan ke depan dalam

pengelolaan sumberdaya alam (Borrini-Feyerabend et al. 2000). Co-management

tidak mudah diterapkan jika para stakeholders tidak konsisten dengan komitmen

dan kesepakatan yang sudah dibangun, sehingga partisipasi penuh stakeholders

akan menentukan keberhasilan co-management (Rodgers et al. 2002). Lemahnya

partisipasi dan komitmen dalam co-management seperti di TN Kayan Mentarang,

menyebabkan pengelolaan kolaboratif yang dibangun selama sepuluh tahun belum

berjalan secara optimal (Rukman 2009).

Page 90: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

154  

Tabel 23 Matrik teknis pengelolaan dalam kelembagaan co-management di TNMB dan TNAP

No Stakeholder Kepentingan Utama Peran/Fungsi Mekanisme Aturan

1 Masyarakat Memenuhi kebutuhan hidup dari pemanfaatan SDA Taman Nasional

Pemelihara sekaligus memanfaatkan SDA dari zona pemanfaatan

• Melalui pendampingan oleh LSM dan BTN

• Ikut dalam pembinaan habitat sebagai pelaksana di lapang, pengembangan tanaman obat dan buah melalui penanaman dan pemanfaatan, ekowisata sebagai pelaksana kegiatan (guide dan penyedia cendera mata) serta pemanfaat semen banteng melalui IB

SK Dirjen PHKA, MOU, aturan kelompok masyarakat contoh : penentuan jenis tanaman yang ditanam di zona rehabilitasi

2. BTMB dan BTAP

Mengelola kawasan TN dalam melestarikan Banteng

• Pemegang otoritas dan tanggung jawab dalam pengelolaan kawasan (pelestarian banteng)

• Penyedia dana • Penyedia SDM • Melaksanakan

KISS (koordinasi, integrasi, sinergitas dan sinkronisasi) dengan stakehoders

Rencana jangka pendek , menengah dan panjang dalam penyedia dana, SDM dan peraturan – peraturan teknis

SK Dirjen PHKA, SK BTN, MOU

3 Perkebunan (TNMB)

Menjaga kelangsungan produksi usaha perkebunan

• Melaksanakan KISS dengan TN

• Penyedia dana, mengelola kawasan kebun dengan memberdayakan masyarakat sekitar

• Berkontribusi dalam pembinaan habitat

• Pengembangan ekowisata yang terkait banteng

Rencana jangka pendek , menengah dan panjang dalam penyedia dana, SDM, sarpras dan peraturan - peraturan teknis

SK Direksi Perkebunan, MOU

4. Perum Perhutani (TNAP)

Meningkatkan produktivitas hasil hutan dalam kawasan yang dikelolanya

• Melaksanakan KISS dengan TN

• Penyedia dana, mengelola kawasan hutan produksi dengan memberdayakan masyarakat

Rencana jangka pendek , menengah dan panjang dalam penyedia dana, SDM dalam peraturan teknis

SK Direksi Perum Perhutani, MOU

Page 91: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

155  

 

Tabel 23 Lanjutan-1

No Stakeholder Kepentingan Utama Peran/Fungsi Mekanisme Aturan

• Berkontribusi dalam pembinaan habitat

• Pengembangan ekowisata yang terkait banteng

5. LSM Pendampingan/ advokasi masyarakat, Pelestarian SDA

Mitra TN dalam pengelolaan kawasan dan banteng melalui penyuluhan untuk merubah sikap dan persepsi terhadap banteng, pendampingan dalam kegiatan ekowisata, pengembangan tanaman obat dan buah

Melaksanakan koordinasi dalam menentukan rencana kerja BTN dan rencana LSM, dalam pemilihan jenis tanaman, penentuan luas lahan bagi masyarakat, memberikan informasi kepada TN

MOU

6 BBIB (Balai Besar Inseminasi Buatan)

Pengembangan genetik sapi bali

• Mitra dalam pengembangan pemanfaatan genetik banteng

• penyedia dana dan teknologi IB (Inseminasi buatan)

Pemanfaatan genetik banteng dikoordinasi dengan BTN , Balai TN menyediakan indukan, teknologi dan pelaksanaan pengambilan semen serta pelaksanaan dan pemanfaatan semen dilakukan oleh BBIB

SK Dirjen PHKA tentang Pemanfaatan banteng MOU

7 Instansi teknis PEMKAB (Dinas Kehutanan Perkebunan, Pertanian, peternakan, pariwisata)

Menyelenggarakan pemerintahan sesuai sektornya masing-masing

Melaksanakan pelayanan pada masyarakats di masing-masing- sektornya melalui penyuluhan, menyediakan informasi dan membantu pelaksanaan (implementasi) program kegiatan Co-management

Melakukan koordinasi dengan BTN, LSM dan lembaga desa dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan, perijinan,penyediaan informasi dalam kegiatan co-management yang dilakukan oleh stakeholders terkait konflik

Kesepakatan dengan stakeholders terkait konflik sesuai kebutuhan dalam implementasi program kegiatan

Peran dan fungsi serta kewenangan stakeholders akan menghasilkan teknis

manajemen kolaboratif untuk masing-masing program kegiatan yang telah

ditentukan. Setiap pogram kegiatan harus dipayungi dengan Surat Keputusan (SK)

Dirjen PHKA dan secara teknis ditindaklanjuti dengan surat keputusan tentang

kelembagaan kolaboratif di taman nasional oleh kepala taman nasional dalam

bentuk surat keputusan bersama dan dijabarkan dalam MOU antar stakeholders

Page 92: V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Dukungan Habitat Banteng di ... V... · Hal ini dimungkinkan karena di lokasi Sumbergedang lahannya selalu basah sehingga ... musim hujan di Kebun Pantai

156  

yang terlibat dengan kegiatan tertentu. Atas dasar SK bersama antar lembaga yang

berkepentingan, dibuat MOU untuk masing-masing kegiatan, hal ini dikarenakan

tidak semua stakeholders ikut dalam program kegiatan yang sama.

Kelembagaan kolaboratif perlu dibentuk sebagai wadah organisasi yang

berfungsi koordinatif dan konsultatif untuk kegiatan co-management agar

pemanfaatan sumberdaya alam dapat memberi kontribusi terhadap konservasi TN

dan kesejahteraan masyarakat (Purwanti et al. 2008). Matrik peran dan lembaga

terkait dalam mengoptimalkan fungsi co-management untuk optimalisasi program

kegiatan konservasi banteng disajikan dalam Tabel 24.

Tabel 24 Matrik peran dan lembaga dan stakeholders dalam manajemen kolaborasi penyelesaian konflik banteng di TNMB dan TNAP

No. Fungsi

Manajemen/ Program/Kegiatan

Peran dan Stakeholders Kerkait Konflik Tidak Terkait Konflik

Bal

ai T

aman

N

asio

nal

Mas

yara

kat

LSM

Perh

utan

i/ pe

rkeb

unan

Dis

hutb

un

Bap

peda

Din

as

Perta

nian

/ Pe

tern

akan

Din

as

Pariw

isat

a B

alai

Bes

ar

Inse

min

asi

Bua

tan

A. Perencanaan 1,2,3,5 1,5 4 1,3,5 3,5 1,2,5 4,5 2,4,5 1,2,4,5

B. Pengorganisasian 1,3,4 1,3,5 1,2,3,4 2,3,5 2,3,4,5 4 4 4 4

C. Pelaksanaan 1,2,5 5 4,5 2,5 2,5 - 2,4,5 2,4,5 2,4,5

D. Pengawasan 1,2,5 5 5 5 - - 5 5 5

Keterangan : 1. Inisiator, 2. Penyediaan dana, 3. Regulator, 4. Pendampingan, dan 5. Pelaksanaan Kegiatan

Fungsi-fungsi manajemen untuk melaksanakan program kegiatan seperti

perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan evaluasi dilakukan secara berulang-ulang

sesuai dengan tingkatan capaian hasil pelaksanaan program dan merupakan siklus

putaran yang berkelanjutan. Siklus ini tidak hanya terjadi dalam fungsi-fungsi

manajemen namun dimungkinkani untuk meninjau program kegiatan yang sedang

berlangsung sampai tercapainya pengelolaan ekosistem, biofisik dan sosial

ekonomi, peningkatan populasi, fungsi dan pemanfaatan banteng dalam konteks

pelestarian taman nasional yang berkelanjutan.