v. evaluasi kemampuan lahan untuk pertanian di … · tanah-tanah yang tidak ada ... diantaranya...
TRANSCRIPT
57
V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG
5.1. Pendahuluan
Pemenuhan kebutuhan manusia untuk kehidupannya dapat dilakukan
antara lain dengan memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian. Pemanfaatan lahan
untuk pertanian secara optimal dapat dilakukan dengan cara menyesuaikan
penggunaan lahan dengan kemampuan lahannya (Oluwatosin et al., 2006).
Penggunaan tanah harus sesuai dengan syarat–syarat yang diperlukan, agar tanah
dapat berfungsi dengan baik tanpa mengurangi tingkat kesuburannya. Semakin
meningkat jumlah penduduk maka akan semakin meningkat pula kebutuhan akan
lahan. Akibatnya lahan-lahan pertanian yang subur dan potensial semakin
berkurang, serta adanya persaingan penggunaan lahan antara sektor pertanian dan
sektor non pertanian, sehingga diperlukan teknologi tepat guna dalam upaya
mengoptimalkan penggunaan sumberdaya lahan secara berkelanjutan (Shekinah,
Saha, dan Rahman, 2004). Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya lahan secara
terarah dan efisien diperlukan tersedianya data informasi yang lengkap mengenai
keadaan iklim, tanah dan sifat lingkungan fisik lainnya, serta persyaratan tumbuh
tanaman yang akan diusahakan terutama tanaman-tanaman yang mempunyai nilai
ekonomi cukup baik.
Lahan pada dasarnya mempunyai kemampuan yang berbeda untuk
mendukung penggunaan tertentu. Untuk mengetahui kemampuan suatu lahan
maka perlu dilakukan klasifikasi kemampuan lahan. Klasifikasi kemampuan lahan
(Land Capability Classification) adalah penilaian lahan dengan komponen –
komponennya secara sistematik dan pengelompokannya ke dalam beberapa
kategori berdasarkan atas sifat – sifat yang merupakan potensi dan penghambat
dalam penggunaanya secara lestari (Arsyad, 2006). Kemampuan disini dipandang
sebagai kapasitas lahan untuk suatu macam atau tingkat penggunaan umum.
Lahan dengan kemampuan tinggi diharapkan berpotensi besar untuk
berbagai penggunaan, sehingga memungkinkan penggunaannya efektif untuk
berbagai macam kegiatan. Untuk mempertahankan produktifitas lahan perlu suatu
cara pengelolaan yang tepat agar dapat dicapai produktivitas yang optimal dan
5
anaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
uuuuuuuuu
pppppppppppppppppp
PPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPPP
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
mmmmmmmm
llllllllallllllllllllll
bbbbbbbbbbbbbbb
sssessssssssssssssssssssssssssss
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
SSSS
te
k
ta
ek
mm
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
(((((((((((((((((((L((
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
ddddddddddddddddddddddddddd
sessessssss
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
ccccccccccccccccccccc
58
tidak menimbulkan kerusakan pada lahan. Sesuai dengan sifat dan faktor
pembatasnya, lahan mempunyai daya guna yang berbeda satu dengan yang
lainnya (Shekinah, Saha, dan Rahman, 2004). Pada penentuan kelas kemampuan
lahan, sifat dan faktor pembatas yang dipakai adalah yang menentukan mudah
tidaknya tanah diolah jika lahan tersebut dijadikan suatu usaha pertanian
(Kusumaseta, 1987). Sifat dan faktor pembatas lahan yang sangat mempengaruhi
kemampuan lahan di suatu tempat dapat dipengaruhi oleh batuan, iklim, tanah,
bentuk lahan, panjang dan kemiringan lereng dan proses yang bekerja di lahan
tersebut (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
Kondisi hulu DAS Jeneberang dengan potensi lahan yang ada saat ini,
baik yang sudah dimanfaatkan maupun belum dimanfaatkan merupakan modal
dasar bagi pengembangan wilayah Kabupaten Gowa, khususnya untuk bidang
pertanian. Potensi lahan yang ada bila tidak mendapat perhatian khusus, maka
selamanya akan menjadi potensi saja bukan keluaran produk yang penting dan
bermanfaat. Salah satu potensi yang dimiliki Kabupaten Gowa adalah potensi
lahan pertanian yang berada di hulu DAS Jeneberang. Namun saat ini potensi
tersebut belum diusahakan secara optimal sehingga belum memberikan
sumbangan yang menonjol. Agar harapan tersebut dapat terwujud, diperlukan
suatu usaha agar dapat mengetahui secara pasti tentang potensi yang ada di hulu
DAS Jeneberang dengan cara mengetahui kemampuan lahan di daerah tersebut
yang selanjutnya dapat diubah kesesuaian lahannya sehingga dapat menghasilkan
produksi yang maksimal.
Secara morfologis, rona fisik wilayah hulu DAS Jeneberang sebagian
besar bentang lahannya berbentuk perbukitan dan pegunungan dengan kondisi
kelerengan yang cukup bervariasi. Melihat potensi yang ada di wilayah hulu DAS
Jeneberang, yaitu potensi lahannya cukup baik untuk berbagai peruntukan
misalnya untuk permukiman, lahan pertanian, irigasi dan sebagainya.
Pemanfaatan suatu wilayah sebaiknya didasarkan pada evaluasi tentang
kemampuan lahan dan kesesuaian lahan, sehingga di wilayah itu dapat
digolongkan menurut penggunaannya yang tepat. Survei kemampuan lahan
merupakan salah satu survei sumberdaya lahan yang bertujuan mengetahui
kemampuan lahan suatu daerah dan menentukan penggunaan lahan beserta
ti
p
la
la
tititittititittititititititititititititititititiitittitittitttitititttitiiititititttiittititttititiititttitiitititiitttiititittitttitttttittttttttttt
((((((K(((((((((((((((((((((((((((((((((
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
bbbbbbbbbbbbbbbbbb
tttetttttttttttttttttttttttttttttttttt
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
ppppppppppppppppppp
sessss
bbbbbbbbbbbbbbbbbbb
llllllllllallllllllllllllll
te
su
su
D
y
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
JJeJeJeJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
dddddddddddddddddddddddddddddddddddd
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
59
pengelolaanya yang tepat sehingga dapat dicapai produktivitas yang optimal atau
sedikit menimbulkan kerusakan lahan. Evaluasi kemampuan lahan pada
hakekatnya merupakan proses untuk mengarahkan potensi sumberdaya lahan
untuk berbagai penggunaan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
Evaluasi kemampuan lahan di hulu DAS Jeneberang perlu dilakukan agar
penggunaan lahan disesuaikan dengan kemampuan lahannya. Dengan demikian
degradasi lahan dapat diminimalkan dan pemanfaatan lahan dapat lestari dan
berkelanjutan.
5.2. Metode Penelitian
5.2.1. Sumber dan Teknik Pengambilan Data
Pengamatan dan pengambilan data sifat-sifat tanah dan lahan untuk
keperluan evaluasi kemampuan lahan dilakukan pada setiap satuan lahan
berdasarkan agroekologi. Sifat-sifat tanah dan lahan yang digunakan dalam
evaluasi kemampuan lahan meliputi sifat-sifat fisik dan morfologi tanah dan lahan
yang dapat langsung diamati di lapang dan hasil analisis tanah di laboratorium.
Kelas kemampuan lahan di dasarkan pada potensinya untuk pertanian umum
tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka panjang (Hardjowigeno dan
Widiatmaka, 2007). Sifat-sifat fisik dan morfologi yang diamati untuk tingkat
kelas adalah kemiringan lereng, kepekaan erosi, kedalam solum, struktur tanah,
keadaan tergenang, drainase, adanya batuan di permukaan, dan salinitas atau
kandungan natrium. Untuk pembagian sub kelas, maka yang diamati adalah
bahaya erosi (e), genangan air (w), penghambat terhadap perakaran tanaman (s),
dan iklim (c) (Arsyad, 2006).
5.2.2. Analisis Data
Sistem klasifikasi kemampuan lahan yang digunakan yaitu sistem dari
United States Departement of Agriculture (USDA), yang dikemukakan dalam
Agricultural Handbook No. 210 (Klingebiel and Montgomery, 1961 dalam
Harjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Pengklasifikasian kemampuan lahan
dilakukan sampai kategori subkelas. Pengelompokan dalam kelas didasarkan atas
intensitas faktor penghambat. Lahan dikelompokkan dalam delapan kelas yaitu
p
se
h
u
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
dddddddddddddddddddddddddddddddd
bbbbbbbbbbbbbbbbbb
5555555555555555555555555555555555555555555555555555555555555555555555555555555
55555555
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
eeveeeeee
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy
K
ta
W
k
k
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
ddddddddddddddddddddddddddddddd
5555555555555555555555555555555
UUUUU
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
HHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH
dddddddddddddddddddd
iiiiiniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
60
kelas I sampai VIII. Ancaman kerusakan atau hambatan meningkat berturut-turut
dari kelas I sampai VIII. Lahan pada kelas I sampai IV dengan pengelolaan yang
baik mampu menghasilkan dan sesuai untuk berbagai penggunaan. Lahan pada
kelas V, VI, dan VII sesuai untuk padang rumput, tanaman pohon atau vegetasi
alami. Lahan kelas VIII sebaiknya dibiarkan dalam keadaan alami (Hardjowigeno
dan Widiatmaka, 2007).
Pengelompokan ke dalam subkelas didasarkan atas jenis faktor
penghambat atau ancaman. Terdapat empat jenis penghambat utama atau ancaman
yaitu ancaman erosi (e), ancaman kelebihan air (w), pembatas perkembangan akar
(s), dan pembatas iklim (c) (Arsyad, 2006). Hambatan atau ancaman yang
disebabkan oleh bahaya erosi, kelebihan air, pembatas perkembangan akar
(kedangkalan tanah, batuan dipermukaan, kapasitas menahan air yang rendah,
salinitas atau kandungan garam), yang dapat dirubah atau sebagian dapat diatasi
dan merupakan pembatas yang didahulukan dari pada iklim dalam menentukan
subkelas, dan subkelas diberikan tanda e, w atau s. Tanah-tanah yang tidak ada
pembatas kecuali iklim ditandai dengan subkelas c. Matriks kriteria klasifikasi
kemampuan lahan disajikan pada Tabel Lampiran 5.
5.3. Hasil dan Pembahasan
5.3.1. Zona Agroekologi Berbasis Elevasi di Hulu DAS Jeneberang
Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan
fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat
diharapkan tidak akan berbeda dengan nyata. Komponen utama agroekologi
adalah iklim, fisiografi atau bentuk wilayah, dan tanah. Karena paling sulit
dimodifikasi, iklim merupakan peubah yang paling dominan. Iklim
dikelompokkan berdasarkan faktor-faktor iklim utama yang berhubungan erat
dengan keragaman tanaman yaitu suhu dan curah hujan (Badan Litbang Pertanian,
1999). Untuk daerah hulu DAS Jeneberang, suhu dibagi menjadi panas yang
biasanya diperoleh pada ketinggian di bawah 700 m dpl dan sejuk untuk daerah
dengan ketinggian lebih tinggi dari 700 m dpl sampai sekitar 2.787 m di atas
permukaan laut (pengamatan suhu dilakukan di dua zona namun tidak mendetail
sehingga tidak ada pembahasan tentang hal tersebut).
k
d
b
k
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
dddddddddddddddddddddddddddddddd
ppppppppppppppppppppppppppppppppppp
yyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy
((((((s((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
((k((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((
sssasss
ddddddd
ssussss
p
k
5
5
fififififfffffffffffffffffifffffffffffffffff
dddddddddddddddddddddddd
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
ddddddddddddddddddddddddddddddd
111
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
sessssssssssss
61
Pembagian zona agroekologi berbasis elevasi ( < 700 m dpl dan ≥ 700 m
dpl) di hulu DAS Jeneberang didasarkan pada perbedaan iklim (suhu dan curah
hujan) yang berhubungan dengan dominansi tanaman hortikultura. Data curah
hujan 10 tahun terakhir terdapat pada Tabel Lampiran 20 dan 21. Sedangkan
pengamatan suhu dilakukan hanya selama penelitian di lapang berlangsung hanya
untuk mengetahui perbedaan suhu pada dua zona agroekologi. Pada zona
agroekologi dengan elevasi < 700 m dpl, tanaman hortikultura yang dominan
ditanam atau diusahakan oleh petani adalah buah-buahan seperti rambutan,
mangga, durian, pisang, jeruk, dan lain-lain. Sedangkan pada zona agroekologi ≥
700 m dpl, tanaman hortikultura yang dominan ditanam oleh petani adalah
sayuran seperti kentang, kubis, bawang daun, tomat, buncis, sawi, wortel, dan lain
sebagainya. Peta penyebaran masing-masing zona agroekologi di hulu DAS
Jeneberang disajikan pada Gambar 4.
5.3.2. Satuan Lahan pada Setiap Zona Agroekologi di Hulu DAS Jeneberang Satuan lahan merupakan satuan hamparan lahan yang mempunyai
karakteristik yang hampir sama. Satuan lahan dibentuk berdasarkan kesamaan
kemiringan lereng, jenis tanah, dan elevasi. Peta yang digunakan adalah peta jenis
tanah, kemiringan lereng, dan elevasi.
Hasil overlay (tumpang tepat) peta jenis tanah, peta kemiringan lereng dan
peta elevasi pada areal hulu DAS Jeneberang diperoleh 55 satuan lahan (Gambar
Lampiran 1). Ada 28 satuan lahan di areal hulu DAS Jeneberang digunakan
sebagai pertanaman hortikultura buah-buahan dan sayuran, dan 20 satuan lahan
diantaranya yang ditanami tanaman hortikultura sayuran yang terletak pada lahan
dataran tinggi (zona agroekologi pada elevasi ≥ 700 m dpl), sedangkan 8 satuan
lahan yang ditanami tanaman hortikultura buah-buahan yang terletak pada lahan
dataran rendah (zona agroekologi elevasi pada < 700 m dpl). Letak masing-
masing satuan lahan di daerah penelitian disajikan pada Gambar 5. Sedangkan
jenis tanah, kemiringan lereng, elevasi, dan luas masing-masing satuan lahan
disajikan pada Tabel 6.
Luas lahan yang masuk kategori dataran rendah (zona agroekologi pada elevasi < 700 m dpl) adalah 14.842,00 ha dan terbagi dalam 8 satuan lahan.
d
h
h
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
aaaaaaaa
dddddddd
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
7777777777777777777777777777777777777777777777777777777
sasssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
ssessssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
JeJJJJJJJJJJJJJJJJJJ
555555555555555555555555555555555555555
k
k
ta
p
LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL
sesssssssssssss
ddddddddddddddddddddddddddddd
ddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
llllalalalllllllllllalllalalllllllaallallllaallllaallaalllllalllllaa
ddddddddddddddddddddddddddddddddddd
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
jejejeejjeeejjjeejeejeee
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
eeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee
62
Sedangkan luas lahan yang tergolong dataran tinggi (zona agroekologi pada elevasi ≥ 700 m dpl) adalah 16.177,60 ha dan terbagi dalam 20 satuan lahan. Luas total lahan yang diperkirakan dimanfaatkan untuk lahan pertanian tanaman hortikultura adalah 31.019,60 ha. Jenis tanah di lokasi penelitian yaitu Inseptisol, Ultisol, Alfisol, dan Oksisol, dengan kemiringan lereng landai sampai curam.
5.3.3. Karakteristik Fisik Lahan di Hulu DAS Jeneberang
Karakteristik fisik lahan di hulu DAS Jeneberang meliputi kemiringan lereng, kepekaan erosi, kedalaman tanah efektif, tekstur tanah, permeabilitas, drainase, ketersediaan air, batuan di permukaan tanah, dan batuan tersingkap. Hasil pengamatan di lapangan dan analisis di laboratorium disajikan pada Tabel 7.Data hasil analisis tanah di laboratorium disajikan pada Tabel Lampiran 3 dan 4.
Kemiringan lereng pada hulu DAS Jeneberang berada antara landai, agak miring, miring, agak curam, dan curam. Kemiringan lereng suatu lahan sangat berpengaruh terhadap erosi yang terjadi. Semakin miring suatu lereng maka semakin besar erosi yang terjadi, dan sebaliknya semakin landai maka semakin kecil erosi yang terjadi. Hal ini bisa dilihat pada parameter kepekaan erosi. Erosi yang terjadi di hulu DAS Jeneberang berkisar dari ringan, sedang, agak berat, berat, dan sangat berat. Lahan dengan kemiringan lereng landai, erosi yang terjadi masuk kategori ringan, agak miring erosinya sedang, kemiringan lereng miring erosinya agak berat, agak curam erosinya berat, dan kemiringan curam maka erosi yang terjadi yaitu sangat berat.
Kedalaman tanah efektif merupakan kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman. Kedalaman tanah efektif pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang yaitu sedang (50 – 90 cm) sampai dangkal (25 – 50 cm). Kedalaman tanah sangat mempengaruhi perkembangan akar tanaman. Perkembangan akar tanaman sangat menentukan pruduktivitas tanamannya.
Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur tanah di lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang agak bervariasi yaitu halus, agak halus, dan sedang. Tanah bertekstur halus meliputi tekstur liat berpasir, liat berdebu, dan liat. Tanah bertekstur agak halus meliputi tekstur lempung liat berpasir, lempung berliat, dan lempung liat berdebu. Sedangkan tanah bertekstur sedang meliputi tekstur lempung, lempung berdebu, dan debu.
SetohUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU
555555555555555555555555555555555
lelllllllllllllllllllllllllllllllllldddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmbbbbbbbbbbbbbbbbbbsesssskkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkybmery
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppoooooooooooooooooooooooooooooooJeJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJtatttttttttttttttttttttttattatatttttttattttattattttttttaattatttttaattttttaattaattttttttattttttaa
llllilllllllllllllllyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyybbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbblelelelllelllllllllllllllllellellllllllllllleelllleelllllltattttttttttttttttttttttttttttttttttttt
63
Gam
bar 4
. P
eta
zona
agr
oeko
logi
ber
basi
s ele
vasi
di h
ulu
DA
S Je
nebe
rang
.G
aaamba
64
GG
amba
r 5.
Pet
a sa
tuan
laha
n ho
mog
en p
ada
setia
p zo
na a
groe
kolo
gi b
erba
sis e
leva
si d
i hul
u D
AS
Jene
bera
ng.
GG
aaamba
65
Tabel 6. Jumlah dan luas satuan lahan di hulu DAS Jeneberang berdasarkan jenis tanah, kelas lereng dan ketinggian tempat
No.Satuan lahan
KodeSatuan Lahan
Jenis Tanah Kelas Lereng (%)
Ketinggian Tempat (m dpl) Luas (ha)
Zona Agroekologi pada Elevasi < 700 m dpl
17 PL1 Dystropepts <8 < 700 2.232,3318 PL2 Dystropepts 8 – 15 < 700 396,0419 PL3 Dystropepts 15 – 25 < 700 106,9430 PL4 Tropohumults <8 < 700 4.044,1832 PL5 Tropohumults 8 – 15 < 700 3.563,5934 PL6 Tropohumults 15 – 25 < 700 4.295,8136 PL7 Tropohumults 25 – 40 < 700 149,9644 PL8 Tropudults 25 – 40 < 700 53,15
Zona Agroekologi pada Elevasi ≥ 700 m dpl6 SP1 Tropudalfs <8 ≥ 700 934,867 SP2 Tropudalfs 8 – 15 ≥ 700 1.532,619 SP3 Tropudalfs 15 – 25 ≥ 700 397,10
11 SP4 Tropudalfs 25 – 40 ≥ 700 72,0512 SP5 Dystrandepts <8 ≥ 700 323,5513 SP6 Dystrandepts 8 – 15 ≥ 700 1.438,3314 SP7 Dystrandepts 15 – 25 ≥ 700 1.713,9615 SP8 Dystrandepts 25 – 40 ≥ 700 1.311,4116 SP9 Dystrandepts > 40 ≥ 700 138,9423 SP10 Humitropepts 8 – 15 ≥ 700 2.030,3525 SP11 Humitropepts 15 – 25 ≥ 700 2.102,2827 SP12 Humitropepts 25 – 40 ≥ 700 429,3539 SP13 Tropudults <8 ≥ 700 501,3441 SP14 Tropudults 8 – 15 ≥ 700 1.128,1743 SP15 Tropudults 15 – 25 ≥ 700 602,2545 SP16 Tropudults 25 – 40 ≥ 700 425,0849 SP17 Haplorthoxs <8 ≥ 700 459,1651 SP18 Haplorthoxs 8 – 15 ≥ 700 197,2653 SP19 Haplorthoxs 15 – 25 ≥ 700 260,6555 SP20 Haplorthoxs 25 – 40 ≥ 700 178,90
Jumlah 31.019,60
Permeabilitas tanah di lahan berlereng hulu DAS Jeneberang berkisar dari
lambat, agak lambat, sedang, sampai agak cepat. Kategori lambat,
permeabilitasnya kurang dari 0,5 cm/jam, kategori agak lambat permeabilitasnya
0,5 sampai 2,0 cm/jam, kategori sedang permeabilitasnya 2,0 sampai 6,25 cm/jam,
dan kategori agak cepat permeabilitasnya 6,25 sampai 12,5 cm/jam.
T
Sllllllllllllllllllllllllll
lllallllllllllllllllllllllllll
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
00000000000000000000000000000000000000000000000000000000
dddddddddddddddddddddddddddd
66
Gam
bar 6
. Pet
a ke
las k
emam
puan
laha
n di
hul
u D
AS
Jene
bera
ng.
67
Tabe
l 7. K
arak
teris
tik fi
sik
dan
mor
folo
gi la
han
di h
ulu
DA
S Je
nebe
rang
Satu
an
Laha
nLe
reng
Eros
iK
edal
aman
Ta
nah
Teks
tur
Perm
eabi
litas
Dra
inas
eK
eter
sedi
aan
Air
Bat
uan
Dip
erm
ukaa
nB
atua
n Te
rsin
gkap
PL1
Land
aiR
inga
nSe
dang
Hal
usSe
dang
Agk
bai
kSe
dang
Se
diki
tTd
k ad
aPL
2A
gak
miri
ngSe
dang
Seda
ngA
gk h
lsLa
mba
tA
gk b
aik
Seda
ngSe
diki
tTd
k ad
aPL
3M
iring
Agk
brt
Seda
ngH
alus
Aga
k la
mba
tA
gk b
aik
Seda
ngSe
diki
tSe
diki
tPL
4La
ndai
Rin
gan
Seda
ngH
alus
Aga
k la
mba
tA
gk b
aik
Seda
ngSe
diki
tTd
k ad
aPL
5A
gak
miri
ngSe
dang
Seda
ngH
alus
Seda
ngA
gk b
aik
Seda
ngSe
diki
tTd
k ad
aPL
6M
iring
Agk
brt
Seda
ngA
gk h
lsSe
dang
Agk
bai
kSe
dang
Sedi
kit
Sedi
kit
PL7
Aga
k cu
ram
Ber
atD
angk
alH
alus
Aga
k la
mba
tA
gk b
aik
Seda
ngSe
diki
tSe
diki
tPL
8A
gak
cura
mB
erat
Dan
gkal
Hal
usLa
mba
tA
gk b
aik
Seda
ngSe
diki
tSe
diki
tSP
1La
ndai
Rin
gan
Seda
ngH
alus
Aga
k ce
pat
Bai
kB
aik
Sedi
kit
Tdk
ada
SP2
Aga
k m
iring
Seda
ngSe
dang
Hal
usSe
dang
Bai
kB
aik
Seda
ngTd
k ad
aSP
3M
iring
Agk
brt
Seda
ngH
alus
Seda
ngB
aik
Bai
kSe
dang
Tdk
ada
SP4
Aga
k cu
ram
Ber
atD
angk
alH
alus
Seda
ngB
aik
Bai
kSe
dang
Tdk
ada
SP5
Land
aiR
inga
nSe
dang
Seda
ngA
gak
lam
bat
Bai
kB
aik
Sedi
kit
Tdk
ada
SP6
Aga
k m
iring
Seda
ngSe
dang
Seda
ngSe
dang
Bai
kB
aik
Sedi
kit
Tdk
ada
SP7
Miri
ngA
gk b
rtSe
dang
Seda
ngSe
dang
Bai
kB
aik
Seda
ngTd
k ad
aSP
8A
gak
cura
mB
erat
Dan
gkal
Agk
hls
Seda
ngB
aik
Bai
kSe
dang
Tdk
ada
SP9
Cur
amSg
t brt
Seda
ngSe
dang
Aga
k ce
pat
Bai
kSe
dang
Seda
ngTd
k ad
aSP
10A
gak
miri
ngSe
dang
Seda
ngSe
dang
Aga
k la
mba
tB
aik
Seda
ngSe
dang
Tdk
ada
SP11
Miri
ngA
gk b
rtSe
dang
Seda
ngSe
dang
Bai
kSe
dang
Seda
ngTd
k ad
aSP
12A
gak
cura
mB
erat
Dan
gkal
Seda
ngSe
dang
Bai
kB
aik
Seda
ngTd
k ad
aSP
13La
ndai
Rin
gan
Seda
ngA
gk h
lsA
gak
lam
bat
Bai
kB
aik
Sedi
kit
Tdk
ada
SP14
Aga
k m
iring
Seda
ngSe
dang
Agk
hls
Seda
ngB
aik
Bai
kSe
dang
Sedi
kit
SP15
Miri
ngA
gk b
rtSe
dang
Hal
usLa
mba
tA
gk b
aik
Bai
kSe
dang
Sedi
kit
SP16
Aga
k cu
ram
Ber
atD
angk
alA
gk h
lsLa
mba
tA
gk b
aik
Bai
kSe
dang
Sedi
kit
SP17
Land
aiR
inga
nSe
dang
Seda
ngLa
mba
tA
gk b
aik
Bai
kSe
dang
Tdk
ada
SP18
Aga
k m
iring
Seda
ngSe
dang
Hal
usLa
mba
tA
gk b
aik
Bai
kSe
dang
Sedi
kit
SP19
Miri
ngA
gk b
rtSe
dang
Hal
usSe
dang
Bai
kB
aik
Seda
ngSe
diki
tSP
20A
gak
cura
mB
erat
Dan
gkal
Hal
usA
gak
cepa
tB
aik
Bai
kSe
dang
Sedi
kit
Tabbbe
l 7
Satu
aaan
Laha
nnnPL
1PL
2PL
3PL
4PL
5PL
6PL
7PL
8SP
1SP
2SP
3SP
4SP
5SP
6SP
7SP
8SP
9SP
100SP
11SP
122SP
13SP
1444SP
15SP
166SP
177SP
18SP
199SP
200
68
Drainase tanah di lahan berlereng hulu DAS Jeneberang berkisar dari baik
sampai agak baik. Drainase baik artinya tanah mempunyai peredaran udara baik.
Seluruh tanah dari atas sampai ke bawah berwarna terang yang seragam dan tidak
terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu. Drainase agak baik artinya
tanah mempunyai peredaran udara baik di daerah perakaran. Tidak terdapat
bercak-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian
atas lapisan bawah (sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah).
Ketersedian air tanah menunjukkan jumlah air yang dapat dimanfaatkan
oleh tanaman untuk menunjang pertumbuhannya. Ketersediaan air di area hulu
DAS Jeneberang berkisar dari sedang sampai baik, artinya air cukup tersedia bagi
tanaman. Namun di musim kemarau berkepanjangan, air yang tersedia tidak
mencukupi bagi kebutuhan tanaman.
Batuan di permukaan merupakan bahan kasar atau batuan kecil
berdiameter 7,5 cm sampai 25 cm jika berbentuk bulat, atau sumbu panjangnya
berukuran 15 cm sampai 40 cm jika berbentuk gepeng. Banyaknya batuan kecil di
permukaan tanah di area penelitian berkisar dari sedikit sampai sedang. Batuan di
permukaan kategori sedikit artinya jumlah batuan berkisar 0 sampai 15 % volume
tanah, sedangkan kategori sedang artinya jumlah batuan dipermukaan tanah
berkisar 15 sampai 50 % volume tanah. Pada kategori sedang, dapat berpengaruh
pada pengolahan tanah dan pertumbuhan tanaman agak terganggu.
Batuan tersingkap merupakan batuan yang sebagian kecil muncul
dipermukaan dan sebagian besar terdapat dalam tanah. Batuan tersingkap pada
area hulu DAS Jeneberang berkisar dari tidak ada sampai sedikit. Kategori tidak
ada artinya kurang dari 2 % permukaan tanah tertutup oleh batuan yang muncul
dipermukaan tanah. Sedangkan kategori sedikit artinya 2 % sampai 10 %
permukaan tanah tertutup oleh batuan tersingkap, sehingga agak mengganggu
pengolahan tanah dan penanaman.
5.3.4. Klasifikasi Kemampuan Lahan di Hulu DAS Jeneberang
Berdasarkan karakteristik fisik dan morfologi lahan yang terdapat pada Tabel 7, dan matriks keriteria klasifikasi kemampuan lahan dari USDA yang dimodifikasi (Arsyad, 2006) yang tertera dalam Tabel Lampiran 5, maka lahan di
sa
S
te
tatttatatttatataatatatatatatttatattatatatatttatatatatatatatttataatattatatttatatatattaatttattaattattatattatattttatttttatttttttttttttt
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
aaaataaaa
ooooooooooooooooooooooooooooooooooo
DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD
ttattttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
bbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbb
p
p
ta
b
p
dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
araaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
dddddddddddddddddddddddd
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
pppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
55555555555555555555555555555555555
TTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTdddddddddddddddddddddddddddddddddddd
69
hulu DAS Jeneberang termasuk dalam kategori kelas II, III, IV, VI, dan VII, dengan faktor pembatas penghambat terhadap perakaran (s), ancaman kelebihan air (w), dan ancaman terjadinya erosi (e). Klasifikasi kemampuan lahan untuk masing-masing unit lahan disajikan pada Tabel 8. Penyebaran kelas kemampuan lahan di hulu DAS Jeneberang dapat dilihat dalam Gambar 6. Tabel 8. Kelas kemampuan lahan pada setiap satuan lahan wilayah hulu DAS
Jeneberang
Satuan lahan Kelas Subkelas Luas (ha)
Zona Agroekologi pada Elevasi < 700 m dplPL1 II IIs 2.232,33PL2 III IIIw 396,04PL3 IV IVe 106,94PL4 II IIw 4.044,18PL5 III IIIe 3.563,59PL6 IV IVe 4.295,81PL7 VI VIe 149,96PL8 VI VIe 53,15
Zona Agroekologi pada Elevasi ≥ 700 m dplSP1 II IIw 934,86SP2 III IIIs 1.532,61SP3 IV IVe 397,10SP4 VI VIe 72,05SP5 II IIw 323,55SP6 III IIIe 1.438,33SP7 IV IVe 1.713,96SP8 VI VIe 1.311,41SP9 VII VIIe 138,94SP10 III IIIe 2.030,35SP11 IV IVe 2.102,28SP12 VI VIe 429,35SP13 II IIw 501,34SP14 III IIIe 1.128,17SP15 IV IVe 602,25SP16 VI VIe 425,08SP17 II IIw 459,16SP18 III IIIw 197,26SP19 IV IVe 260,65SP20 VI VIe 178,90
Keterangan faktor pembatas: s: penghambat perakaran, w: ancaman kelebihan air, dan e: ancaman terjadinya erosi.
Lahan dengan kelas kemampuan II merupakan lahan dengan kemiringan
landai sampai berombak (3 – 8 %) dan/atau telah mengalami erosi ringan (<25 %-
hdamlalalllalalalalallallalalallllalalalalllllallalalallllllalalallllallllalalallalallalalalallalllaallallalaaaalaallaallaaaalaalalTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT
KKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK
lllalllllllllllllllllllllllllll
67
lapisan atas telah hilang), kedalaman sedang ( 50 – 90 cm). Lahan dengan kelas
kemampuan II sesuai untuk berbagai macam penggunaan, meliputi penggunaan
untuk tanaman semusim, tanaman tahunan, padang rumput, hutan produksi, dan
sebagainya. Oleh sebab itu apabila digunakan untuk pertanian tanaman semusim,
agar lahannya tidak rusak, maka memerlukan tindakan konservasi tanah yang
ringan seperti pergiliran tanaman, penggunaan mulsa, dan guludan bersaluran.
Luas areal lahan kelas II di hulu DAS Jeneberang yaitu 8.495,42 ha (27,39 %).
Lahan kelas II dengan faktor pembatas drainase (w) (subkelas IIw) seluas
6.263,09 ha (20,19 %) dan lahan dengan faktor pembatas hambatan daerah
perakaran (subkelas IIs) yaitu 2.232,33 ha (7,20 %) (Tabel 8).
Kelas kemampuan lahan III merupakan lahan yang terletak pada lereng
dengan kemiringan agak miring atau bergelombang (8 – 15 %), dan kedalaman
tanah dangkal (25 – 50 cm), peka terhadap erosi atau telah mengalami erosi agak
berat. Lahan dengan kelas kemampuan III masih sesuai untuk pertanian tanaman
semusim, tanaman tahunan, padang rumput, hutan produksi, atau hutan lindung.
Jika digunakan untuk pertanian tanaman semusim, agar tidak mengalami
kerusakan dan kehilangan fungsi hidrologinya, maka memerlukan tindakan
konservasi yang cukup berat seperti pembuatan guludan bersaluran, teras berdasar
lebar, atau kombinasi beberapa metode vegetatif. Data pada Tabel 9 menunjukkan
luas areal lahan kelas III di hulu DAS Jeneberang yang terluas yaitu 10.286,35 ha
(33,16%). Lahan kelas III dengan faktor pembatas drainase (w) (subkelas IIIw)
seluas 593,30 ha (1,91 %), lahan dengan faktor pembatas hambatan daerah
perakaran (subkelas IIIs) yaitu 1.532,61 ha (4,94 %), dan lahan dengan faktor
pembatas erosi (subkelas IIIe) seluas 8.160,44 ha (26,31 %).
Kelas kemampuan lahan IV merupakan lahan yang terletak pada lereng
miring atau berbukit (15 – 30 %), dan kedalaman tanah dangkal (25 – 50 cm),
telah mengalami erosi agak berat (lebih dari 75 % lapisan atas telah hilang).
Lahan dengan kelas kemampuan IV digunakan untuk tanaman semusim, tanaman
tahunan dengan tanaman penutup tanah baik, padang rumput, hutan produksi, atau
hutan lindung. Jika digunakan untuk tanaman semusim, untuk menghindari
kerusakan dan kehilangan fungsi tanah, maka diperlukan tindakan konservasi
la
k
u
sesessssssesssessssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssesssss
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
rirrrrrrrrrrrr
LLLLLLL
LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL
666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666666
pppppppppppppppppppp
dddddddddddddddd
ttattttttttttttttttttttttttttttttttt
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
ssessssssssssssssssssssss
Ji
k
k
le
lu
(3(3(3(3((((((((((((((((((((((
ssessssssssssss
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
ppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
tettetttttttttttttttttttttt
LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL
tatattattatattttaatttaatttaattatatta
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
68
yang lebih berat seperti pembuatan teras bangku, rorak, dan kombinasi beberapa
metode vegetatif. Luas areal lahan kelas IV di hulu DAS Jeneberang yaitu
9.478,99 ha (30,55 %), dengan faktor pembatas adalah erosi (subkelas IVe).
Tabel 9. Kelas kemampuan lahan, subkelas kemampuan lahan dan luasannya di hulu DAS Jeneberang
Kelas Kemampuan Lahan
Subkelas Kemampuan Lahan
Luas (ha) Persentase (%)
II IIw 6.263,09 20,19
IIs 2.232,33 7,20
III IIIw 593,30 1,91
IIIs 1.532,61 4,94
IIIe 8.160,44 26,31
IV IVe 9.478,99 30,55
VI VIe 2.619,90 8,45
VII VIIe 139,94 0,45
Keterangan faktor pembatas: s: penghambat perakaran, w: ancaman kelebihan air, dan e: ancaman terjadinya erosi.
Kelas kemampuan lahan VI adalah lahan yang terletak pada lereng agak
curam (30 – 45 %), dan kedalaman tanah sangat dangkal (<25 cm), telah
mengalami erosi agak berat (lebih dari 25 % lapisan bawah telah hilang). Lahan
kelas kemampuan VI tidak sesuai untuk tanaman semusim, tapi sesuai untuk
tanaman tahunan dengan tanaman penutup tanah baik, padang rumput tidak
intensif, hutan produksi, atau hutan lindung. Apabila solum tanahnya dalam dapat
digunakan untuk produksi tanaman semusim dan tanaman tahunan, dengan
metode pencegahan erosi yang berat seperti pembuatan teras bangku dan
kombinasi beberapa metode vegetatif. Luas areal lahan kelas VI di hulu DAS
Jeneberang yaitu 2.619,90 ha (8,45 %), dengan faktor pembatas adalah erosi
(subkelas VIe).
Lahan dengan kelas kemampuan VII adalah lahan yang terletak pada lereng curam (45 – 65 %), dan kedalaman tanah sangat dangkal (<25 cm), telah mengalami erosi sangat berat (erosi parit). Lahan kelas kemampuan VII tidak sesuai untuk tanaman semusim, tapi dapat digunakan untuk padang
y
m
9
TT
KKKKKK
cu
m
k
tatatatatatatatttatttatattataaatttatttttt
iiiiiniiiiiiiiiiiii
ddddddddddddddddddddddddddddd
mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk
JJJJeJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ
((((s((((((((((((
lelelellellellelleleelleleeleleeelleellemmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmssesssssssss
69
rumput/pengembalaan terbatas, hutan produksi dengan upaya pencegahan erosi, dan peruntukan terbaik adalah hutan lindung atau suaka alam. Luas areal lahan kelas VII di hulu DAS Jeneberang yaitu 139,94 ha, dengan faktor pembatas adalah erosi (subkelas VIIe).
5.3.5. Kelas Kemampuan Lahan pada Kawasan Areal Penggunaan Lain (APL) di Hulu DAS Jeneberang Peranan sumberdaya lahan pada suatu DAS dapat diidentifikasi secara
rinci. Peranan tersebut berkaitan dengan keadaan topografi, jenis tanah, geologi, geomorfologi, vegetasi, tata guna lahan, dan hidrologi. Dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut akan diperoleh suatu gambaran umum mengenai sifat, kondisi, dan ciri-ciri DAS yang berguna untuk perencanaan pengelolaan DAS (Kartodihardjo, Murtilaksono, dan Sudadi, 2004). Lahan di bagian hulu suatu DAS umumnya didominasi oleh lahan dengan kemiringan lereng yang curam, sehingga peruntukannya didominasi sebagai kawasan hutan.
Dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, pada pasal 18 dinyatakan bahwa Pemerintah menetapkan dan mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan dan penutupan hutan untuk setiap daerah aliran sungai, dan atau pulau guna optimalisasi manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat ekonomi masyarakat setempat. Di hulu DAS Jeneberang terdapat kawasan hutan lindung, hutan produksi, hutan produksi terbatas, dan hutan suaka alam dan hutan wisata, serta areal penggunaan lain. Pada kawasan areal penggunaan lain, lahan dapat dimanfaatkan untuk usaha-usaha pertanian, sedangkan kawasan hutan tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Hasil overlay antara peta kawasan hutan dengan peta kemampuan lahan di hulu DAS Jeneberang disajikan pada Gambar 7. Hasil overlay ini digunakan sebagai dasar untuk penentuan kelas kesesuaian lahan dan tingkat bahaya erosi di hulu DAS Jeneberang.
Luas kawasan hutan lindung pada hulu DAS Jeneberang adalah 1.676,36 ha, luas kawasan hutan produksi adalah 9.408,49 ha, luas kawasan hutan produksi terbatas adalah 6.077,28 ha, luas kawasan hutan suaka alam dan hutan wisata adalah 3.483,55 ha, dan luas kawasan sebagai areal penggunaan lain adalah 10.374,91 ha (Tabel 10). Kawasan hutan lindung terdapat pada areal lahan kelas II (141.42 ha), kelas III (332.58 ha), kelas IV (795.25 ha), kelas VI (284.91 ha), dan-
rudka
55555555555555555555555555555555555555555555555555555555
rrirrrrrrrrrrrrrgggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggfaffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk((((((K((((((((((((((((((((((((((((((((((((((DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDsessss
ppppppppppppppppppkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkksumkapsssssssssssssseeeooooooooooooooooooooooooooJJJJJeJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuJJJeJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ
hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppwwwww11111111111111111((((((((((1
67
Gam
bar 7
. Pet
a ke
mam
puan
laha
n un
tuk
perta
nian
pad
a ar
eal p
engg
unaa
n la
in d
i hul
u D
AS
Jene
bera
ng.
GGGam
67
kelas VII (122.20 ha). Kawasan hutan produksi terdapat pada areal kelas II (4,142.29
ha), kelas III (3,021.43 ha), kelas IV (2,194.57 ha), dan kelas VI (50.20 ha). Kawasan
hutan produksi terbatas terdapat pada areal kelas II (228.13 ha), kelas III (2,642.29
ha), kelas IV (1,960.58 ha), kelas VI (1,228.54 ha), dan kelas VII (17.74 ha). Kawasan
suaka alam dan hutan wisata terdapat pada areal kelas II (793.03 ha), kelas III (1,729.36
ha), kelas IV (665.72 ha), dan kelas VI (295.44 ha). Areal penggunaan lain dapat
dimanfaatkan untuk lahan pertanian khususnya tanaman hortikultura. Areal
penggunaan lain terdiri dari empat kelas kemampuan lahan yaitu kelas II dengan
luasan 3.190,55 ha, kelas III dengan luasan 2.560,69 ha, kelas IV dengan luasan
3.862,87 ha, dan kelas VI dengan luasan 760,80 ha.
Tabel 10. Status kawasan pada masing-masing kelas kemampuan lahan wilayah hulu DAS Jeneberang
KelasKemampuan Lahan Status Kawasan Luas (ha)
II Areal Penggunaan Lain 3.190,55II Hutan Lindung 141,42II Hutan Produksi 4.142,29II Hutan Produksi Terbatas 228,13II Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata 793,03III Areal Penggunaan Lain 2.560,69III Hutan Lindung 332,58III Hutan Produksi 3.021,43III Hutan Produksi Terbatas 2.642,29III Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata 1.729,36IV Areal Penggunaan Lain 3.862,87IV Hutan Lindung 795,25IV Hutan Produksi 2.194,57IV Hutan Produksi Terbatas 1.960,58IV Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata 665,72VI Areal Penggunaan Lain 760,80VI Hutan Lindung 284,91VI Hutan Produksi 50,20VI Hutan Produksi Terbatas 1.228,54VI Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata 295,44VII Hutan Lindung 122,20VII Hutan Produksi Terbatas 17,74
Total Luasan 31.019,60
kelaaas V
ha),,, ke
hutaaan p
ha),,, ke
suaakka a
ha),,, k k kkkkkkkkkkkkkkkkkk kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee
dimmmaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaanfnfnfnfnfnnnnnnnnnnfnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnfnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
penngnggggggggguguguguguggggggggggggggguggguggguggggugggguggguggugggugggggggugggugggggggggggugggugggggggguggggggggggggggggggggggggguggggggggggugggggggggggggggggggggggggggggg
luasssananananaanananannnannnnnanaaaannnnanannanannaaananannnnanannnnnnnannnnnnnnaaannnnnanaannnnnannnannnnnnaaaaanannaaaaan
3.86662,2,2,222,2,2,22,2,2,2,2,,222,22,2,2,222,2,22,22222,2,2,,2,22,2222222,22,,2,,2,2,,22222,2222,2,222222,2,2,222,2222,22222222,22,22222,,,,,888888888
Tabbebeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeell l llllll llllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllllll
KKeemamammmmammmmmammmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
Tooooootatatattatatattattatatatattttattatatatatttattttatatttatttttttttttattttttttttttttatttaaaaaaaatttatatatatttataaaalllll l llllllllllllllllllllllllllllll
75
Tabel 11. Kelas kemampuan lahan, faktor pembatas, luas, dan penggunaan lahan di hulu DAS Jeneberang pada kawasan dengan status areal penggunaan lain (APL)
Kelas Kemampuan Lahan
Faktor Pembatas Luas (ha) Arahan Penggunaan Lahan
Teoritis*)
II w dan s 3.190,55 Tanaman semusim, tanaman tahunan
III w, s, dan e 2.560,69 Tanaman semusim, tanaman tahunan, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung
IV e 3.862,87 Tanaman semusim, tanaman tahunan dengan tanaman penutup tanah yang baik, hutan produksi, padang rumput, hutan lindung
VI e 760,80 Tanaman tahunan dengan tanaman penutup tanah yang baik, hutan produksi, padang rumput tidak intensif, hutan lindung
Total 10.374,91*) Arsyad (2006).
Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa lahan kelas II yang terdapat pada
kawasan areal penggunaan lain, pemanfaatannya dibatasi oleh penghambat terhadap
perakaran (s) dan penghambat drainase (w). Menurut Arsyad (2006) penggunaan lahan
kelas II yaitu dapat diusahakan pertanian tanaman semusim dan tanaman tahunan
dengan mempertimbangkan faktor pembatasnya. Untuk meningkatkan produktivitasnya
maka perlu meminimalkan faktor penghambat terhadap perakaran dan memperbaiki
drainasenya. Lahan kelas III penggunaanya untuk pertanian dibatasi oleh faktor
penghambat terhadap perakaran (s), penghambat drainase (w), dan faktor erosi (e).
Penggunaan lahan kelas III adalah dapat ditanami tanam semusim, tanaman tahunan
dengan mengatasi faktor penghambat tersebut, dan juga dapat dimanfaatkan sebagai
padang rumput, hutan produksi, dan hutan lindung.
Lahan kelas IV penggunaannya untuk pertanian dibatasi oleh faktor penghambat
erosi (e) karena kondisi kemiringan lerengnya yang curam. Penggunaan lahan kelas IV
adalah dapat ditanami tanam semusim, tanaman tahunan dengan tanaman penutup tanah
yang baik, dan juga dapat dimanfaatkan sebagai padang rumput, hutan produksi , dan
hutan lindung. Apabila penggunaannya untuk tanaman semusim maka perlu diterapkan
usaha-usaha konservasi tanah untuk meminimalkan terjadinya erosi.
Tabbbel 1
Keeelas
*)*) AAArrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrsysysysysysysyssyssssysyssyssysyssssysssysysssyssysysysysyyssysyssysyssysyssysyyysysysssysysysysysysysyssysssyssysssyssssssysssssysysssssyysysysssysssysssysssssysysssyssssssssssysyssysssssssyssyyyyyyyyya
kawwwasa
peraaakar
kelaaas I
dennngan
makkka p
draiiiiinanananananannananaanananaanaannannaanaanananananaaanannanaaanananaanaaananaanananaaaanananannanananaanaannaaannnaaaaaaannanaananaannnnnaaaaaannnnaaaasssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss
pennngngngngngngngnggngnggngngngngngnnngngnggnggggnnggnggngggggngngnngnggggngggnngggngngngggggggnggggggngnggngggggnggngggngggnggggggggggggggggggggggggggggggghahhahahahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh
Penngnggggggggggggggggggggggggggguguguggggggggggggggggggggggggggggggugggggggggggggguggggggggggggggggggggggggggggg
denngngngngngngggnggngnngnggggggggggggggngngngggggggngggngggngngnggnggggngnggggngngggnggngggngnggngggngggnggggggngggnnggnggngggggngggggggggggggggggggggananananaaaaaaaaanaaaaaaaaanaaanananaaaaaaaaaaanananaananaanaaaaaaaaanaanananaaanaaaannanannaaaaaaan
paddadaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnngngngngngngngngngngngngnnnnnnnnnnnnnnngnnnnnnnngngngnnnnnnnnnnnngnnnnnnnngnnnnnngngnnnngngngg
erossssssiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii i iiiiiiiiii (((((e((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((((
adaaallllahhhhhhhhhhhahhhhhhhahah
yannnggggggggggggggggggggggggggggggggggg b b bbb bbbbbbbbbbbb b bbbbbb bb bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
hutaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan n n nnnnn nn nnnnnnnnnnn nnnnnnnnnnnn nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn lll
usaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa---------------------u
76
Lahan kelas VI penggunaanya untuk pertanian dibatasi oleh faktor penghambat
erosi (e) karena kondisi kemiringan lerengnya yang cukup curam. Penggunaan lahan
kelas VI adalah dapat ditanami tanaman tahunan dengan tanaman penutup tanah yang
baik, dan juga dapat dimanfaatkan sebagai padang rumput yang tidak intensif, hutan
produksi, dan hutan lindung. Apabila penggunaannya untuk tanaman tahunan maka
perlu diterapkan usaha-usaha konservasi tanah untuk meminimalkan terjadinya erosi
seperti pembuatan teras bangku atau teras individu.
5.4. Kesimpulan
Lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang terdiri dari 55 satuan lahan, 28 satuan
lahan dengan luasan 31.019,60 ha yang dimanfaatkan untuk budidaya
hortikultura. Ada 20 satuan lahan dengan luasan 16.177,60 ha terdapat pada
dataran tinggi (zona agroekologi elevasi ≥700 m dpl) dan dimanfaatkan untuk
budidaya hortikultura sayuran, dan 8 satuan lahan dengan luasan 14.842 ha
terdapat pada lahan dataran rendah (zona agroekologi elevasi <700 m dpl) dan
dimanfaatkan untuk budidaya hortikultura buah-buahan.
Karakteristik fisik lahan di hulu DAS Jeneberang yaitu kondisi lerengnya landai
sampai curam, erosi yang terjadi ringan sampai berat, kedalaman efektif tanah
dangkal sampai sedang, tekstur tanah halus sampai sedang, permeabilitas tanah
lambat sampai agak cepat, drainase agak baik sampai baik, ketersediaan air
sedang sampai baik, batuan dipermukaan sedikit sampai sedang, dan batuan
tersingkap tidak ada sampai sedikit.
Kelas kemampuan lahan di hulu DAS Jeneberang terdiri dari lima kelas. Lahan
kelas II memiliki faktor pembatas drainase (subkelas IIw) dan faktor pembatas
hambatan daerah perakaran (subkelas IIs). Lahan dengan kelas kemampuan III
memiliki faktor pembatas drainase (subkelas IIIw), faktor pembatas hambatan
daerah perakaran (subkelas IIIs), dan faktor pembatas bahaya erosi (subkelas
IIIe). Lahan dengan kelas kemampuan IV memiliki faktor pembatas bahaya erosi
(subkelas IVe). Lahan dengan kelas kemampuan VI memiliki faktor pembatas
bahaya erosi (subkelas VIe). Lahan dengan kelas kemampuan VII memiliki
faktor pembatas bahaya erosi (subkelas VIIe).
Luas kawasan hutan lindung pada hulu DAS Jeneberang adalah 1.676,36 ha,
luas kawasan hutan produksi adalah 9.408,49 ha, luas kawasan hutan produksi
erosssi (e
kelaaas V
baikkk, d
produk
perllllllu u u u uuuuu u uuuuuuuuuuuuu uu uuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu dddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddddd
sepertrtrtrtrrrrrttttttrrtrrrtrtrtrtrtrtrtrrrtrttrtrtrtrttrtrtrtrrrtrrtttrtrtrtrtrttttrttrttrtttttrrrtttttttrrrttrttrrrrrrrtrtttttti iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
5.4... KKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKeeee
77
terbatas adalah 6.077,28 ha, luas kawasan hutan suaka alam dan hutan wisata
adalah 3.483,55 ha, dan luas kawasan sebagai areal penggunaan lain adalah
10.374,91 ha.
Kemampuan lahan pada areal penggunaan lain (APL) yang dapat dimanfaatkan
untuk budidaya tanaman hortikultura adalah kelas kemampuan II (faktor
pembatas w dan s), kelas kemampuan III (faktor pembatas w, s, dan e), dan kelas
kemampuan IV (faktor pembatas e).