uts teori keamanan internasional

4
Ujian Tengah Semester Teori Keamanan Internasional Binar Sari Suryandari 1006664685 Ilmu Hubungan Internasional Dalam kajian keamanan internasional, deterrence merupakan salah satu konsep penting yang perlu dipahami. Deterrence merupakan sebuah kondisi di mana suatu pihak mengancam akan memberikan serangan balik jika pihak yang lain melakukan tindakan yang tidak diinginkan terhadap pihak tersebut. 1 Deterrence biasanya dilakukan untuk mencegah sesuatu untuk terjadi, dalam hal ini deterrence dilakukan sebagai alternatif untuk mencegah terjadinya perang terbuka yang dapat memiliki efek lebih menakutkan dan destruktif. 2 Keberadaan dan kepemilikan senjata nuklir membuat strategi deterrence lebih kompleks. Nuklir merupakan senjata yang memiliki kapabilitas penghacuran yang luar biasa besar. Nuklir nyatanya menjadi ancaman yang menakutkan serta memiliki dampak yang sangat destruktif bagi seluruh negara di dunia. Ancaman penggunaan nuklir merupakan bentuk deterrence yang lebih advanced karena kapabilitas penghancuran yang dimiliki oleh nuklir mampu meningkatkan resiko dan rasa keterancaman bagi suatu pihak, sehingga pihak tersebut akan berpikir berulang kali sebelum melakukan serangan pertama. Namun demikian, pihak yang menjadi deterrer perlu memiliki kredibilitas sebelum melakukan deterrence. Kredibilitas dalam hal ini merupakan kemampuan deterrer untuk memastikan dan meyakinkan pihak lawan bahwa pihaknya memang mampu untuk memberikan serangan balik yang lebih destruktif. Negara perlu menjaga kredibilitas penggunaan senjata nuklirnya serta menjamin bahwa nuklirnya dapat bekerja seperti yang diinginkan oleh negara tersebut. Kredibilitas ini menjadi penting karena merupakan salah satu unsur yang dapat menciptakan rasa keterancaman bagi pihak lawan. Selain itu, 1 Vesna Danilovic, When The Stakes Are High (Michigan: University of Michigan Press, 2002) hlm. 48. 2 John J. Mearsheimer, “Nuclear Weapons and Deterrence in Europe” dalam International Security, Vol. 9, No. 3 (Winter, 1984-1985), hlm. 21. 1

Upload: binar-s-suryandari

Post on 09-Aug-2015

93 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Credibility in Extended Nuclear Deterrence

TRANSCRIPT

Page 1: UTS Teori Keamanan Internasional

Ujian Tengah SemesterTeori Keamanan Internasional

Binar Sari Suryandari1006664685

Ilmu Hubungan Internasional

Dalam kajian keamanan internasional, deterrence merupakan salah satu

konsep penting yang perlu dipahami. Deterrence merupakan sebuah kondisi di

mana suatu pihak mengancam akan memberikan serangan balik jika pihak yang

lain melakukan tindakan yang tidak diinginkan terhadap pihak tersebut.1

Deterrence biasanya dilakukan untuk mencegah sesuatu untuk terjadi, dalam hal

ini deterrence dilakukan sebagai alternatif untuk mencegah terjadinya perang

terbuka yang dapat memiliki efek lebih menakutkan dan destruktif. 2

Keberadaan dan kepemilikan senjata nuklir membuat strategi deterrence

lebih kompleks. Nuklir merupakan senjata yang memiliki kapabilitas penghacuran

yang luar biasa besar. Nuklir nyatanya menjadi ancaman yang menakutkan serta

memiliki dampak yang sangat destruktif bagi seluruh negara di dunia. Ancaman

penggunaan nuklir merupakan bentuk deterrence yang lebih advanced karena

kapabilitas penghancuran yang dimiliki oleh nuklir mampu meningkatkan resiko

dan rasa keterancaman bagi suatu pihak, sehingga pihak tersebut akan berpikir

berulang kali sebelum melakukan serangan pertama. Namun demikian, pihak yang

menjadi deterrer perlu memiliki kredibilitas sebelum melakukan deterrence.

Kredibilitas dalam hal ini merupakan kemampuan deterrer untuk

memastikan dan meyakinkan pihak lawan bahwa pihaknya memang mampu untuk

memberikan serangan balik yang lebih destruktif. Negara perlu menjaga

kredibilitas penggunaan senjata nuklirnya serta menjamin bahwa nuklirnya dapat

bekerja seperti yang diinginkan oleh negara tersebut. Kredibilitas ini menjadi

penting karena merupakan salah satu unsur yang dapat menciptakan rasa

keterancaman bagi pihak lawan. Selain itu, logika deterrence pun selalu

mengandung unsur ketidakpastian, sehingga pembangunan dan pengembangan

persenjataan nuklir menjadi salah satu aspek yang diusahakan oleh negara demi

meningkatkan rasa keamanan negaranya.

Extended deterrence merupakan salah satu jenis dari deterrence. Extended

deterrence dapat diartikan sebagai perluasan perlindungan deterrence yang

dilakukan oleh suatu negara pada negara aliansinya.3 Pada dasarnya extended

deterrence ini dilakukan oleh suatu negara kepada negara atau kawasan lain yang

merupakan aliansinya, sehingga jika terdapat suatu pihak yang menyerang aliansi

negara tersebut maka negara tersebut akan melakukan serangan sebagai

1 Vesna Danilovic, When The Stakes Are High (Michigan: University of Michigan Press, 2002) hlm. 48.2 John J. Mearsheimer, “Nuclear Weapons and Deterrence in Europe” dalam International Security, Vol. 9, No. 3 (Winter, 1984-1985), hlm. 21.3 Colin S. Gray, War, Peace and International Relations: An Introduction to Strategic History (New York: Routledge, 2007), hlm. 282.

1.

Page 2: UTS Teori Keamanan Internasional

pembalasan kepada pihak tersebut. Extended deterrence ini seringkali melibatkan

unsur nuklir, mengingat nuklir tetap merupakan senjata dan ancaman yang paling

ditakuti, sehingga muncul pula istilah extended nuclear deterrence. Extended

deterrence ini biasanya dilakukan karena negara deterrer memiliki kepentingan

terhadap kawasan aliansi yang dilindunginya tersebut. Serupa dengan jenis

deterrence yang biasa, negara pun perlu menjaga dan menjamin kredibilitas

senjata nuklir yang dimilikinya untuk meyakinkan baik pihak yang dilindungi dan

pihak lawan.

Kredibilitas dalam extended nuclear deterrence lebih rumit lagi, hal ini

dikarenakan adanya pihak aliansi yang juga perlu diyakinkan. Sebagai ilustrasi,

kredibilitas dapat dijelaskan melalui pertanyaan berikut: bagaimana negara B

mampu mempercayai bahwa negara A (deterrer) akan melakukan serangan

balasan terhadap negara C jika negara C menyerang negara B ketika konsekuensi

dari hal ini adalah serangan balik lagi dari negara C pada negara A? Kredibilitas

inilah yang dipermasalahkan, karena pada dasarnya negara deterrer akan berada

di posisi yang lebih berbahaya dengan melindungi negara aliansinya. Penjelasan

tersebut merupakan aplikasi dari logika deterrence yang diaplikasikan dalam

extended nuclear deterrence, karena logika deterrence adalah bagaimana pihak

deterrer menjamin bahwa pihaknya akan mampu memberikan serangan balik yang

lebih destruktif dengan tujuan pihaknya tidak akan diserang oleh pihak lawan.

Dalam tulisannya, Vesna Danilovic mengatakan bahwa terdapat dua jenis

sumber kredibilitas dalam extended deterrence yang dijelaskan melalui dua teori,

yaitu commitment theory dan inherent capability theory.4 Teori komitmen

menjelaskan bahwa untuk meyakinkan negara aliansi dibutuhkan komitmen yang

besar dari negara deterrer. Komitmen ini biasanya diwujudkan dengan mobilisasi

pasukan negara deterrer pada negara aliansinya.5 Dengan demikian, negara aliansi

dapat lebih mempercayai perlindungan dari negara deterrer karena negara

deterrer telah menunjukkan komitmennya melalui tindakan yang nyata.

Teori kedua tentang penjelasan sumber kredibilitas yang dikemukakan oleh

Danilovic adalah inherent capability theory. Secara singkat, teori ini menjelaskan

bahwa adanya kepentingan yang melekat dalam situasi deterrence. Semakin besar

kepentingan deterrer terhadap kawasan yang dilindunginya, maka deterrer akan

semakin berniat untuk melindungi kawasan tersebut. Pencapaian kepentingan ini

dapat dilakukan dengan pemilihan teknik pemberian sinyal dan penyampaian

maksud secara meyakinkan pada negara yang akan dilindungi, sehingga negara

4 Vesna Danilovic, “The Sources of Threat Credibility in Extended Deterrence” dalam The Journal of Conflict Resolution, Vol. 45, No. 3. (Juni 2001), hlm. 343.5 Ibid., hlm. 345.

Page 3: UTS Teori Keamanan Internasional

tersebut setuju untuk berada di bawah lindungan negara deterrer karena yakin jika

deterrer memiliki kepentingan terhadap negaranya, maka deterrer akan berusaha

untuk melindungi kawasan negara tersebut.6

Fenomena yang mencerminkan pengimplementasian dari extended nuclear

deterrence adalah perlindungan yang diberikan Amerika Serikat terhadap kawasan

Eropa dari serangan Uni Soviet. Dalam hal ini, Amerika Serikat berusaha melindungi

Eropa dan menyatakan bahwa negaranya akan melakukan retaliation jika Uni

Soviet menyerang Jerman Barat, misalnya. Namun, masalah kredibilitas di sini

adalah bagaimana mungkin aliansi di kawasan Eropa percaya bahwa Amerika

Serikat akan melakukan serangan balasan pada Uni Soviet yang menyerang Jerman

Barat ketika konsekuensinya menjadi pembalasan lagi dari Uni Soviet terhadap

Amerika Serikat. Dalam hal ini, Amerika Serikat berusaha meyakinkan negara

Eropa melalui penempatan pasukannya di kawasan Eropa.7

Penjelasan di atas memang mengindikasikan bahwa terdapat ahli yang

berpendapat bahwa logika kredibilitas deterrence mungkin diaplikasikan pada

extended nuclear deterrence. Namun demikian, saya pribadi berpendapat bahwa

logika kredibilitas dalam extended deterrence sangat sulit dan bahkan hampir tidak

mungkin dapat sepenuhnya tercapai. Hal ini berdasarkan fakta bahwa kredibilitas

dalam extended deterrence sangatlah beresiko, terutama jika unsur nuklir

dilibatkan. Negara sebagai aktor yang rasional, menurut saya, tidak akan dengan

mudah melakukan extended nuclear deterrence karena dampaknya dapat sangat

merugikan negaranya sendiri. Bahkan, hal ini dapat membahayakan survivability

dari negara tersebut. Dengan demikian, walaupun beberapa ahli menyatakan

bahwa logika kredibilitas mungkin diaplikasikan dalam extended deterrence melalui

beberapa cara dan teori, saya merasa bahwa logika kredibilitas deterrence tidak

dapat benar-benar diaplikasikan, mengingat negara adalah aktor yang rasional dan

tidak akan memilih jalan yang membahayakan keselamatan negaranya sendiri.

6 Ibid., hlm. 347.7 Barry Buzan dan Lene Hansen, The Evolution of International Security Studies (Cambridge: Cambridge University Press, 2009), hlm. 82.