uts h islam
TRANSCRIPT
![Page 1: Uts h islam](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/55721201497959fc0b8fdea5/html5/thumbnails/1.jpg)
Pendapat Yusril Ihza Tentang Konstribusi Hukum Islam Dalam Sistem
Hukum Nasional
Yusril Ihza mengatakan bahwa hukum Islam di Indonesia, sesungguhnya
adalah hukum yang hidup, berkembang, dikenal dan sebagiannya ditaati oleh
umat Islam di negara ini. Keberlakuan hukum Islam itu dapat dilihat pada hukum-
hukum di bidang peribadatan, maka secara praktis hukum Islam itu berlaku tanpa
perlu mengangkatnya menjadi kaidah hukum positif, seperti diformalkan ke dalam
bentuk peraturan perundang-undangan. Apa yang diperlukan adalah aturan yang
dapat memberikan keleluasaan kepada umat Islam untuk menjalankan hukum-
hukum peribadatan itu, atau paling jauh adalah aspek-aspek hukum administrasi
negara untuk memudahkan pelaksanaan dari suatu kaidah hukum Islam.
Begitu juga di bidang haji dan zakat, diperlukan adanya peraturan
perundang-undangan yang mengatur penyelenggaraan jemaah haji, administrasi
zakat dan seterusnya. Pengaturan seperti ini, berkaitan erat dengan fungsi negara
yang harus memberikan pelayanan kepada rakyatnya. Pengaturan seperti itu
terkait pula dengan falsafah bernegara kita, yang menolak asas “pemisahan urusan
keagamaan dengan urusan kenegaraan” yang dikonstatir ole Professor Soepomo
dalam sidang-sidang BPUPKI, ketika para pendiri bangsa menyusun rancangan
undang-undang dasar negara merdeka.
Adapun hal-hal yang terkait dengan hukum perdata seperti hukum
perkawinan dan kewarisan, negara kita menghormati adanya pluralitas hukum
bagi rakyatnya yang majemuk, sejalan dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
Bidang hukum perkawinan dan kewarisan termasuk bidang hukum yang sensitif,
yang keterkaitannya dengan agama dan adat suatu masyarakat. Oleh sebab itu,
hukum perkawinan Islam dan hukum kewarisan diakui secara langsung berlaku,
dengan cara ditunjuk oleh undang-undang. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
misalnya, secara tegas menyebutkan bahwa perkawinan adalah sah dilakukan
menurut hukum agamanya masing-masing dan kepercayaannya itu. Di sini
UTS Hukum Islam
JAWABAN NO 1
![Page 2: Uts h islam](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/55721201497959fc0b8fdea5/html5/thumbnails/2.jpg)
bermakna, keabsahan perkawinan bagi seorang Muslim/Muslimah adalah jika sah
menurut hukum Islam, sebagai hukum yang hidup di dalam masyarakat.
Setahun yang lalu, Pemerintah telah mempersiapkan Rancangan Undang-
Undang tentang Hukum Terapan Pengadilan Agama. RUU ini merupakan upaya
untuk mentransformasikan kaidah-kaidah hukum Islam, sebagai hukum yang
hidup di dalam masyarakat menjadi hukum positif. Cakupannya adalah bidang-
bidang hukum yang menjadi kewenangan dari Peradilan Agama. Tentu saja
subyek hukum dari hukum positif ini nantinya berlaku khusus bagi warganegara
yang beragama Islam, atau yang secara sukarela menundukkan diri kepada hukum
Islam. Presiden dan DPR juga telah mensahkan Undang-Undang tentang Wakaf,
yang mentransformasikan kaidah-kaidah hukum Islam ke dalam hukum positif.
Berbagai undang-undang yang terkait dengan hukum bisnis juga telah
memberikan tempat yang sewajarnya bagi kaidah-kaidah hukum Islam yang
berkaitan dengan perbankan dan asuransi.
Kesimpulan : bahwa menurut Yusril Ihza hukum Islam telah memberi konstribusi
dalam hukum Nasional baik secara formal maupun nonformal hal tersebut terbukti
bahwasanya dalam hal peribadatan yang secara langsung berlaku ajaran Islam
bagi masyarakat yang mau tunduk pada hukum islam dalam hal ini yang
dimkaksud adalah warga Indonesia yang muslim. Sedangkan yang secara formal
ajaran hukum islam telah diberlakukan atau telah menjadi hukum positif dalam
beberapa bidang seperti perkawinan, kewarisan dan perwakafan. Dimana
keberadaan ketiga hukum tersebut telah diakui dengan dikeluarkannya instruksi
presiden No.1 Tahun 1991 kepada menteri agama RI untuk menyebar luaskan
kompilasi hukum Islam yang terdiri dari Buku I tentang hukum perkawinan, Buku
II tentang hukum kewarisan, Buku III tentang Hukum Perwakafan. Dalam
keputusan menteri agama tentang pelaksanaan Instruksi Presiden di sebutkan
bahwa seluruh lingkungan instansi terutama Peradilan Agama agar menerapkan
kompilasi hukum islam itu disamping peraturan perundang-undangan lainnya
dalam menyelesaikan masalah-masalah di bidang huhum perkawinan, kewarisan
UTS Hukum Islam
![Page 3: Uts h islam](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/55721201497959fc0b8fdea5/html5/thumbnails/3.jpg)
dan perwakafan. Hal tersebut membuktikan bahwa keberlakuan hukum Islam di
beberapa bidang telah diakui dan berlaku.
Pendapat Jimly Assiddiqi Tentang Konstribusi Hukum Islam Dalam Sistem
Hukum Nasional
Menurut Pandangan Jimly Assiddiqi, pengakuan terhadap sistem hukum
Islam sebagai bagian dari yang tak terpisahkan dari sistem hukum nasional akan
berdampak positif bagi upaya pembinaan hukum Nasional. Setidaknya kita dapat
memastikan bahwa di sebagian besar masyarakat Indonesia yang akrab dengan
nilai-nilai Islam, kesadaran kognitif dan pola perilaku mereka dapat dengan
mudah memberi dukungan terhadap syariat Agama.
Kesimpulan : melalaui lahirnya UU No. 7 Tahun 1989 tentang peradilan agama
yang kemudian disusul dengan lahirnya kompilasi Hukum Islam melalui Instruksi
Presiden No 1 Tahun 1991 merupakan puncak pencapaian yang sangat
monumental dalam sejarah pelembagaan hukum di Indonesia karena dengan
lahirnya UU peradilan Agama umat islam di Indonesia memiliki lembaga
peradilan yang eksistensinya sejajar dengan peradilan lainnya. Dengan demikian
kompilasi hukum islam dapat menjadi pedoman dalam mengisi hukum umum
khususnya kekosongan bagi warga negara yang beragama islam.
Pendapat Mahfudz MD Tentang Konstribusi Hukum Islam Dalam Sistem
Hukum Nasional
Menurut buku karya Mahfudz MD yang berjudul membangun politik
hukum dan menegakkan konstitusi disebutkan bahwa hukum zakat, hukum sholat,
hukum pidana islam (jinayat), hukum perdata islam (muamalah) bukanlah hukum
karena hukum-hukum tersebut belum disyahkan oleh negara (meskipun secara
umum disebut hukum). Itu semua baru merupakan norma atau kaidah yang tidak
dapat dipaksakan dan dinacam dengan sanksi otonom. Meskipun demikian ada
sebagian dari ajaran islam yang ditetapkan sebagai hukum oleh lembaga yang
UTS Hukum Islam
![Page 4: Uts h islam](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/55721201497959fc0b8fdea5/html5/thumbnails/4.jpg)
berwenang seperti hukum-hukum perkawinan atau hal-hal lain yang diatur dalam
UU tentang peradilan Agama.
Kesimpulan : hukum Islam memberi warna pada hukum Indonesia terutama
dalam hal perkawinan serta hal-hal yang diatur dalam UU Peradialn Agama.
Sedangkan dalam hal yang menyangku hukum zakat, sholat, muamalah dan
jinayah belum dapat dikatakan sebagai hukum dan masih menjadi tataran norma
yang berlaku bagi masyarakat muslim di Indonesia.
Pengertian Jinayah
Para fuqaha menyatkan bahwa lafal jinayah sama artinya dengan jarima.
Pengertian jinayah adalah setiap perbuatan yang dilarang oleh syara’, baik
perbuatan itu mengenai jiwa, harta benda atau yang lainnya. Secara etimologi
jinayah berarti perbuatan terlarang, dan jarimah berarti perbuatan dosa. Sedangkan
secara terminology jarimah adalah segala larangan syarak yang diancam
hukuman had atau takzir. Suatu perbuatan dianggap sebagai jarima karena
perbuatan tesebut merugikan kepada tata aturan masyarakat, kepercayaan dan
agamanya, harta benda, nama baiknya, serta paa umumnya merugikan
kepentingan dan ketentraman masyarakat
Pembagian Jinayah/Jarima Berdasarkan Sanksi Hukum/Berat Ringannya
Hukuman
1. Jarimah Hudud
Jarimah Hudud adalah Jarimah yang diancam dengan hukuman yang telah
ditetapkan oleh syara’ dan menjadi hak Allah (hak masyarakat). Jarimah Hudud
memiliki ciri khas diantaranya adalah :
Hukumannya tertentu dan terbatas, dalam arti bahawa hukumannya
telah ditentukan oleh syara’ dan tidak ada batas minimal dan
maksimal.
UTS Hukum Islam
JAWABAN NO 2
![Page 5: Uts h islam](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/55721201497959fc0b8fdea5/html5/thumbnails/5.jpg)
Hukuman tersebut merupakan hak Allah semata-mata atau kalau ada
hak manusia di samping hak Allah maka yang lebih menonjol. Hak
Allah merupakan suatu hak yang manfaatnya kembali kepada
masyarakat dan tidak tertentu bagi seseorang.
Jenis hukuman untuk jarimah hudud diantaranya:
a. Zina (Dera/hukuman cambuk, Pengasingan dan Rajam/dilempari batu)
b. Qadzaf / Penuduhan Zian ( Dera dan pencabutan hak sebagai saksi)
c. Minum minuman keras ( 80 kali jilid dera)
d. Pencurian (potong tangan)
e. Perampokan (Hukuman mati, hukuman mati salib, hukuman potong
tanga dan kaki, serta hukuman pengasingan)
f. Murtad ( Hukuman mati dan penyitaan harta benda)
g. Pemberontakan (Hukuman Mati)
2. Jarimah Qishash
Jarimah Qishash yang diancan dengan hukuman qishash. Qishash merupakan
hukuman yang sudah ditentukan oleh syara’. Perbedaan jarimah qishash
dengan jarimah hudud adalah jika jarimah hudud merupakan hak Allah (hak
masyarakat), sedangkan qishash adalah hak individu (hak manusia). Yang
dimaksud hak manusia disni adalah sustu hak yang manfaatnya kembali kepada
orang tertentu. Jarimah Qishas memiliki ciri khas diantaranya adalah :
Hukumannya sudah tentu dan terbatas, dalam arti bahawa
hukumannya telah ditentukan oleh syara’ dan tidak ada batas minimal
atau maksimal.
Hukuman tersebut merupakan hak perseorangan (individu), dalam arti
bahwa korban atau keluarganya berhak memberika pengampunan
terhadap pelaku
Jenis hukuman untuk jarimah Qishas diantaranya:
a. Pembunuhan sengaja dan penganiayaan sengaja hukumannya Qishash.
Qishash adalah memberiakn hukuman kepada pelaku perbuatan persis
seperti apa yang dilakukan terhadap korban.
UTS Hukum Islam
![Page 6: Uts h islam](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/55721201497959fc0b8fdea5/html5/thumbnails/6.jpg)
b. Diat adalah hukuam pokok untuk tindak pidana pembunuhan dan
penganiayaan menyerupai sengaja atau tidak sengaja
c. Kifarat dijatuhkan atas dasar pembunuhan kareana kekeliruan/ tidak
sengaja dan menyerupai sengaja
d. Hilangnya hak waris dan hak wasiat merupakan hukuman tambahan,
disamping hukuman pokok untuk tindak pidana pembunuhan.
3. Jarimah Ta’zir
Ta’zir adalah hukuman yang telah ditetapkan oleh negara. Ciri Jarimah Ta’zir
adalah :
Hukumannya tidak tentu dan tidak terbatas. Artinya hukuman tersebut
belum ditentukan oleh syara’ dan atas batas minimal dan ada batas
maksimal.
Penentu hukum tersebut adalah hak penguasa.
Berbeda dengan jarimah hudud dan qishash maka jarimah ta’zir tidak ditentukan
banyaknya. Tujuan diberikan hak penuntutan jarimah ta’zir dan hukumannya
kepada penguasa adalah agar mereka dapat mengaturmasyarakat dan memelihara
kepentingn-kepentingannya, serta bisa menghadapai dengan sebaik-baiknya setiap
keadaan yang bersifat mendadak. Jenis hukuman untuk jarimah Ta’zir
diantaranya :
a. Hukuman mati : Tujuannya untuk memberi pengajaran dan tidak boleh
sampai membinasakan, namun para fuqaha membuat suatu penegcualian
yauti dobolehkannya penjatuhan hukuman mati apabila hukuman itu
dikendaki oleh kepentingan umum.
b. Hukuman jilid : jilid cambuk merupakan hukuman pokok dalam syariat
islam
c. Kawalan : hukuman kawalan ini terdiri dari kawalan terbatas dan kawalan
tak terbatas. Pengertian terbatas dan tidak terbatas dalam konteks ini
adalah waktu.
UTS Hukum Islam
![Page 7: Uts h islam](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/55721201497959fc0b8fdea5/html5/thumbnails/7.jpg)
d. Hukuman pengasingan : masa pengasingan dalam jarimah ta’zir tidak
boleh lebih dari satu tahun, agar tidak melebihi masa dari jarimah zina
yang merupakan hukuman had.
e. Hukuman salib : dalam jarimah ta’zir tidak dibarengi dan tidak didahului
dengan hukuman mati melainkan terhukum disalib dalan keadaan hidup.
f. Hukuman pengucilan : ditempat pengasingan itu dia tidak boleh diajak
bicara dengan siapapun hingga ia bertobat
g. Hukuman ancaman, teguran dan peringatan
h. Hukuman denda
i. Hukuman lain seperti : pemecatan dari jabatan atau pekerjaan, penjabutan
hak-hak tertentu, perampasan alat yang digunakan untuk melakukan
jarimah, penayangan gambar di televisi atau dimuka umum.
Sanksi dalam hukum Islam yang sering dihadapkan dengan HAM,
menurut saya hal tersebut merupakan hal yang kontroversi sebab ajaran hukum
islam memang memberikan sanksi yang tegas dalam hal sanksi hukuman seperti
ketentuan tentang hukuman pencurian yang tercantum dalam surah Al- Maaidah
ayat 38 yang artinya berbunyi : “ Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang
mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai pembalasan bagi apa yang mereka
kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha perkasa lagi Maha
bijaksana.“ . Namun dalam menganalisisnya kita juga tidak serta merta
menjustice bahwa hukum Islam melanggar HAM sebab pada dasarnya yang
kebayakan belum kita ketahui adalah maksud dan tujuan dari adanya hukuman
tersebut.
Hukuman potong tangan dianggap sementara orang sebagai hukuman yang
kejam dan tidak berperikemanusiaan. Pandangan ini tentu saja tidak tepat, karena
hanya melihat lahirnya saja tanpa memahami maksud dan tujaunnya. Syariat islam
memandang bahwa hukum harus berisi ketegasan, bukan kelemahan dan
UTS Hukum Islam
JAWABAN NO 3
![Page 8: Uts h islam](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/55721201497959fc0b8fdea5/html5/thumbnails/8.jpg)
kelunakan. Hukuman –hukuman yang bersifat ringan, lemah dan lunak seperti
penjarah akan dianggapa enteng oleh para pelaku jarimah. Akibatnya meskipun ia
telah dijatuhi hukuman dalam tindak pidana yang dilakukanya, ia akan
mengulangi lagi perbuatannya itu setelah hukuman selasai dilaksanakan.
Sebaliknya jika hukuaman itu kelihatan keras dan tegas maka pelakua akan
berpikir dua kali untuk mengulangi perbuatannya dan orang lain pun akan takut
untuk melakukan perbuatan semacam itu. Dengan demikian fungsi pencegahan
yang merupakan salah satu tujuan hukuman akan dapat tercapai.
Selain itu kegunaan pencegahan adalah rangkap yaitu menahan orang yang
berbiat itu sendiri untuk tidak mengulangi perbuatannya, dan menahan orang lain
untuk tidak berbuat seperti itu serta menjauhkan diri dari lingkungan jarimah.
Tujuan yang lainnya adalah perbaikan dan pendidikan pelaku jarimah agar dia
menjadi orang yang baik dan menyadari kesalahannya. Disini terlihat bagaimana
perhatian syariat islam terhadap diri pelaku.
Pada hakikatnya, perbuatan jarimah merupakan suatu hal yang tidak
disenangi dan menginjak-injak keadailan serta mambangkitkan kemarahan
masyarakat terhadap pembuatnya, disamping menimbulkan rasa iba dan kasih
sayang terhadap korbannya. Hukuman atas diri pelaku merupakan salah satu cara
menyatakan reaksi dan balasan dari masyarakat terhadap perbuatan pelaku yang
telah melanggar kehormatannya sekaligus juga merupakan upaya menenangkan
hati korban. Dengan demikian, hukuman itu dimaksudkan untuk memberikan rasa
derita yang harus dialami oleh pelaku sebagai imbangan atas perbuatannya dan
sebagai sarana untuk mensucikan dirinya. Dengan demikian akan terwujudlah rasa
keadailan yang dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.
UTS Hukum Islam
![Page 9: Uts h islam](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/55721201497959fc0b8fdea5/html5/thumbnails/9.jpg)
A. Wakaf
Wakaf dalam bahasa Indonesia, bersala dari kata kerja bahasa Arab
Waqofa yang berarti menghentikan, berdiam di tempat atau menahan sesuatu. Jika
pengertian menahan sesuatu dihubungkan dengan harta kekayaan, maka wakaf
adalah menahan sesuatu benda untuk diambil manfaatnya sesuai dengan ajaran
Islam. The Shorter Enyclopedia of Islam(E.J. Brill Leiden, 1953: 626) menyebut
pengertian wakaf menurut pengertian hukum Islam yaitu : memelihara sesuatu
barang atau benda dengan jalan menahannya agar tidak menjadi milik pihak
ketiga. Barang yang ditahan ini haruslah benda yang tetap zatnya yang dilepaskan
oleh yang punya dari kekuasaannnya sendiri dengan cara dan syarat tertentu,
tetapi dapat dipetik hasilnya dan dipergunakan untuk keperluan amal kebijakan
yang ditetapkan oleh ajaran Islam.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa harta yang diwakafkan
haruslah (1) benda yang kekal zatnya/tahan lama wujudnya, tidak lekas musnah
setelah dimanfaatkan (2) lepas dari kekuasaan orang-orang yang berwakaf (3)
tidak dapat diasingkan kepada pihak lain, baik dengan jalan jual-beli, hibah
maupun dengan warisan (4) untuk keperluan amal kebijakan sesuai dengan ajaran
Islam.
Unsur-unsur pembentuk yang juga merupakan rukun wakaf ialah :
a) Orang yang berwakaf (yang mewakafkan hartanya)/Wakif
Seorang wakif haruslah memenuhi syarat untuk mewakafkan hartanya,
diantaranya adalah kecakapan bertindak, telah dapat mempertimbanhkan baik
buruknya perbuatan yang dilakukannya dan benar-benar pemilik harta yang
diwakafkan itu. Seorang wakif tidak boleh mencabut kembali wakafnya dan
dilarang pula menuntut agar harta yang sudah diwakafkan dikembalikan
kedalam (bagian) hak miliknya. Agama yang dipeluk seseorang, tidak
menjadi syarat bagi seorang wakif. Ini berarti bahwa seorang nonmuslim pun
dapat menjadi wakif asal saja tujuan wakafnya itu tidak bertentangan dengan
ajaran Islam.
UTS Hukum Islam
JAWABAN NO 4
![Page 10: Uts h islam](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/55721201497959fc0b8fdea5/html5/thumbnails/10.jpg)
b) Harta yang diwakafkan /Mauquf
Barang atau benda yang diwakafkan harus memenuhi syarat : (1) harus tetap
zatnya dan dapat dimanfaatkan uantuk jangka waktu yang lama (tidak habis
sekali pakai) (2) harus jelas wujudnya dan pasti batas-batasnya jika berbentuk
tanah (3) harus benar-benar kepunyaan wakif dan bebas dari segala beban (4)
dapat berupa benda bergerak seperti buku-buku, saham, surat-surat berharga
dll.
c) Tujuan wakaf (yang berhak menerima hasil wakaf)/Mauquf’alaih
Tujuan wakaf harus jelas misalnya : (1) untuk kepentingan umum seperti
masjid, sekolah, rumah sakit dan amal-amal sosial lainnya (2) untuk
menolong fakir miskin, orang-orang terlantar dengan jalan membangun panti
asuhan (3) untuk keperluan anggota keluarga sendiri, walaupun misalnya
anggota keluarga itu terdiri dari orang-orang yang mampu (4) tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai ibadah.
d) Pernyataan wakaf dari wakif/ Ikrar Wakaf
Pernyataan wakif yang merupakan tanda penyerahan barang atau benda yang
diwakafkan itu, dapat dilakukan dengan lisan atau tulisan. Dengan pernyaan
itu, tanggallah hak wakif atas benda yang diwakafkannya. Karena tindakan
mewakafkan sesuatu itu dipandang sebagai perbuatan hukum sepihak, maka
dengan pernytaan wakif yang merupakan ijab perkawakafan telah terjadi.
Pernyataan qabul dari orang yang berhak menikmati hasil wakaf itu tidak
diperlukan. Dalam wakaf, hanya ada ijab tanpa qabul.
Syarat – syarat Wakaf :
a) Perwakafan benda tidak dibatasi untuk jangka waktu tertentu saja,
tetapi untuk selama-lamanya
b) Tujuannya harus jelas
c) Wakaf harus segara dilaksanakan setelah ikrar wakaf dinyatakan
oleh wakif tanpa menggantungkan pelaksanaanya pada suatu
peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
UTS Hukum Islam
![Page 11: Uts h islam](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/55721201497959fc0b8fdea5/html5/thumbnails/11.jpg)
d) Wakaf yang sah wajib dilaksanakan karena ikrar wakaf yang
dinyatakan oleh wakif berlaku seketika dan untuk selama-lamanya.
B. Bank Syariah
Bank syariah merupakan bank yang cara kerjanya disesuaikan dengan syariat
islam yang berdasarkan pada sumber ajaran islam yaitu Al-Qur’an, Hadist dan
Ijtihad. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindarkan bunga. Dalam
menjalankan pekerjaannya Bank Syariah menggunakan beberapa teknik dan
metode investasi, diantaranya adalah :
Musharakah : seorang pemilik modal yang memberikan modal
kepada mitra kerjanya yang pada akhirnya laba akan dibagi antara
keduanya menurut presentase yang disetujui.
Murabahah : dalam sistem ini bank membeli suatu komoditi
tertentu menurut rincian kleinnya dan mengizinkan berdasarkan
pembagian rasio laba yang disetujui.
Shirakah : sistem perbankan dimana pemegang saham, deposito,
investasi dan peminjam akan berperan serta atas dasar mitra usaha.
Kegiatan usaha perbankan Islam meliputi semua kegiatan perbakan konvesional,
kecuali pinjaman dengan bunga. Ia menerima simpanan dan memberi pinjaman,
tetapi tidak menerima dan membayar bunga. Sebagai sumber dana, Bank Islam
dapat melaksanakan dua jenis usaha. Pertama, member model sepenuhnya atau
sebagian kepada kaum usahawan pencari modal dengan perjanjian berbagai
keuntungan. Kedua, menawarkan jasa tertentu dengan memungut biaya
administrasi dan komisi.
C. Wasiat
Wasiat artinya pernyataan kehendak mengenai apa yang akan dilakukan terhadap
hartanya setelah ia meninggal. Menurut arti kata- kata dan untuk pemakaian soal-
soal lain diluar kewarisan, wasiat berarti pula nasehat-nasehat atau kata-kata yang
baik yang disampaikan seseorang kepada orang lain berupa kehendak orang yang
berwasiat untuk dikerjakan sesudah ia meninggal dunia. Dikemukan dalam
sebuah hadist bahwa tidak ada wasiat bagi ahli waris, jadi dengan demikian
berwasiat disini hanya untuk kemaslahatan umum seperti perbaikan masjid,
UTS Hukum Islam
![Page 12: Uts h islam](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/55721201497959fc0b8fdea5/html5/thumbnails/12.jpg)
sekolah agama, orang-orang yang memerlukan bantuan serta perjuamgan untuk
agama islam.
Para ahli hukum sependapat bahwa batas wasiat paling banyak 1/3 peninggalan
harta pewaris, walaupun demikian kalau ada wasiat pewaris yang lebih dari 1/3
harta peninggalan maka diselesaikan dengan salah satu cara berikut :
a. Dikurangi sampai batas 1/3 harta peninggalan
b. Diminta kesediaan semua ahli waris yang pada saat itu
berhak menerima waris, apakah mereka mengikhlaskan,
meridhokan kelebihan wasiat atas atas 1/3 harta
penimggalan itu. Jika mereka mengikhlaskannya maka
halal hukumnya pemberian wasiat yang lebih dari sepertiga
harta peninggalan itu.
D. Waris
Hukum kewarisan Islam adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang
berkenaan dengan peralihan hak atas harta seseorang setelah ia meninggal dunia
kepada ahli warisnya. Hukum kewarisan islam memiliki beberapa asas
diantaranya adalah :
a. Asas Ijbari ialah peralihan harta dari sesorang yang meninggal
dunia kepada ahli warisnya berlaku dengan sendirinya menurut
ketetapan Allah tanpa digantungkan kepada kehendak pewaris atau
ahli waris.
b. Asas Bilateral berarti seseorang menerima hak warisan dari kedua
belah pihak kerabat dari keturunan laki-laki maupun perempuan.
c. Asas Individual menyatakan bahwa warisan dapat dibagi-bagi pada
masing-masing ahli waris untuk dimiliki secara perorangan dalam
pelaksanaannya seluruh harta warisan dikatakan dalam nilai
tertentu yang kemudian dibagikan kepada setiap ahli warisnya
menurut kadar bagian masing-masing.
d. Asas keadilan dan berimbang mengandung arti bahwa harus
senantiasa terdapat keseimbngan anatara hak dan kewajiban, antara
UTS Hukum Islam
![Page 13: Uts h islam](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082703/55721201497959fc0b8fdea5/html5/thumbnails/13.jpg)
hak yang diperoleh hak sesorang dengan kewajiban yang harus
ditunaikannya.
e. Asas yang menyatakan bahwa pewarisan ada jika ada yang
meninggal dunia, hal ini berarti bahwa pewarisan semata-mata
akibat dari kematian seseorang.
Negara Indonesia tidak menerapkan hukum Islam pada aspek
pidana padahal mayoritas penduduknya muslim karena negara Indonesia
secara konstitisional bukan negara islam melainkan negara pancasila,
sehingga secara formal kelembagaan terlebih tentang aspek pidana tidak
memungkinkan bagi umat islam untuk mewujudkan hukum pidana islam
seutuhnya terlebih dalam bentuk yang resmi pula. Negara pancasila ini
muncul bukan serta merta akan tetapi merupakan hasil pemikiran para
pendiri bangsa yang dilalui melalui prosedur musyawarah mufakat dalam
hal ini berati Indonesia memilih menjadi negara pancasila ini merupakan
hasil sustu kesepakatan bersama.
Negara pancasila adalah religious nation state yakni negara
kebangsaan yang bukan negara agama (berdsarkan satua gama tertentu)
karena masyarakat indonesia yang plural dan bukan negara sekuler (negara
yang tak mengurusi agama sama sekali). Ada yang mengatakan konsep ini
sebagai negara teo-demokrasi. Negara pancasila membina dan mengakui
agama-agama yang dianut oleh rakyatnya sepanjang berkeadabana dan
adil. Umat islam tidak perlu berdebat atas ketidakmampuannya
memeberlakukan hukum islam, karena umat islam telah terikat dan
mengikatkan diri pada hukum nasional yang pemberlakuannya harus
dilakukan secara prosedural oleh rakyat (legislatif) terutama untuk hukum-
hukum publik yang sumbernya merupakan campuaran aspirasi dari
gagasan hukum masyarakat tentang hukum Barat, Hukum Adat dan
Hukum Islam.
UTS Hukum Islam
JAWABAN NO 5