kerangka dasar-ajaran-islam h
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu usul fiqh adalah ilmu yang sangat diperlukan bagi seorang
muslim yang ingin mengetahui dan mengistimbatkan hukum dari dalil
dalil syar’i , terutama lagi untuk mengetahui hukum hukum dari peristiwa
atau hal baru yang tidak terjadi pada masaRasulullah saw. Karena zaman
selalu berkembang sedangkan Al-Qur’an dan Alhadist sudah tidak akan
ada penambahan dan perubahan karena memang segalanya sudah
tercakup didalam Alqur’an. Selanjutnya bahwa ilmu fiqh merupakan ilmu
yang diperlukan oleh seorang mujtahid dalam penjelasannya terhadap
nash –nash dan menemukan hukun yang tidak ada nashya.
Kali ini kami akan membahas tentang adzan dan iqomah, salat
berjammah, makmum masbuk ,dan cara mengingatkan imam yang lupa.
adzan dan iqomah mulai disyariatkan pada tahun hijrah. Hukum adzan
dan iqomah adalah sunnat muakkad menurut kesepakatan para ulama
mujtahidin, kecuali Ahmad bin Hanbal. Dari sisi lain ulama Syafiiyah
menyatakan sunnah kifayah, jika dalam keadaan sendirian maka hukum
adzan menjadi sunnah.adzan hanya disunahkan untuk salat fardu lima
waktu. Oleh sebab itu tidak disunahkan adzan untuk salat jenazah, salat
nadzar dan salat sunnah. Kalau kita perhatikan wacana ibadah dalam
Islam, khususnya shalat berjamaah, selain membentuk hubungan
keatas( vertikal) , juga membentuk ring ring atau lingkaran
sosial( horosontal) dengan sesamanya.
A. LATAR BELAKANG
Secara syariat adzan mulai di perintahkan pada tahun kedua
Hijriah. Pada suatu hari Nabi Muhammad SAW mengumpulkan para
2
sahabat untuk memusyawarahkan bagaimana cara memberitahu
masuknya waktu shalat dan mengajak orang banyak agar berkumpul ke
masjid untuk melakukan shalat berjamaah. Saat itulah muncul usulan dari
Umar bin Khattab bagaimana bila ditunjuk seseorang yang bertindak
sebagai pemanggil kaum muslimin pada setiap masuknya waktu shalat.
Kemudian saran ini bisa diterima oleh semua orang dan Nabi Muhammad
SAW juga menyetujuinya.
Secara hakikat adzan adalah pemberitahuan bahwa waktu shalat
telah tiba dengan menggunakan kalimat yang telah ditentukan. Karena
berfungsi sebagai pemberitahuan, selayaknya adzan dikumandangkan
agar dapat menjangkau tempat yang jauh dan di dengar oleh khalayak,
misalnya dengan memakai pengeras suara atau yang lainya.
Namun, seiring berjalannya waktu, visualisasi adzan semakin
berkembang dan kini bukan saja seruan atau ajakan orang untuk shalat
ke masjid, melainkan lebih jauh dari itu visualisasi tersebut ditampilkan
sebagai bentuk usaha untuk ‘menyeru’ hal-hal yang berkaitan dengan
sikap, sebagai bentuk hikmah atau prilaku positif dari ibadah shalat.
Sebab berdasarkan ajaran Islam, prilaku positif inilah yang juga
diharapkan dapat mampu mewarnai kehidupan manusia di samping
ibadah secara langsung kepada Allah SWT.
Sehingga makna dan keterkaitan isi adzan dengan prilaku dalam
berkehidupan ini dapat dipahami oleh segenap umat Islam ketika
mendengar dan menyaksikan setiap kali adzan di kumandangkan. Dengan demikian, adzan bukan sekadar diterima sebgai kalimat belaka.
Bahkan, lebih jauh dari itu adzan dapat dipahami dan diresapi maknanya.
Pemahaman ini akan terjadi jika makna adzan dikaitkan dengan realitas
3
kehidupan manusia. Pada hakikatnya makna dari suatu ibadah mesti
memberikan manfaat dalam kehidupannya.
Karena alasan itulah, pemaparan makna dari lafal-lafal adzan dirasa
penting sebagai usaha untuk memberikan kontribusi terhadap
pemahaman masyarakat. Sehingga kehadiran buku ini diharapkan dapat
menjadi panduan singkat untuk lebih memahami makna dari setiap lafal
adzan dan keterkaitannya dengan satu atau beberapa unsur dalam
realitas kehidupan sehari-har
B. RUMUSAN MASALAH
Menjelaskan keutamaa azdan dan iqomah
C. TUJUAN
Diharapkan dalam makalah ini mampu menarik minat baca
masyarakat umum, tentang pesan yang disampaikan didalamnya
dengan tepat.
D. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
Islam merupakan agama samawi yang memiliki ajaran yang
sangat sempurna. Semua masalah diatur dalam Islam, sehingga tidak ada
satu pun masalah yang tidak ada ketentuannya dalam Islam.
Kesempurnaan Islam ini ditunjang oleh ketiga sumber ajarannya, yakni al-
Quran dan Sunnah sebagai sumber ajaran pokoknya serta ijtihad sebagai
sumber penegkapnya.
Untuk memahami ajaran Islam secara keseluruhan memang
dibutuhkan waktu yang tidak sebentar. Tidak banyak umat Islam yang
mengetahui ajaran Islam secara menyeluruh, bahkan masih banyak umat
Islam yang hanya menganut Islam secara formal saja dan sama sekali
tidak mengetahui ajaran Islam.
4
Untuk mendasari pemahaman Islam yang lebih luas, perlu
dipahami dulu dasar-dasar Islam atau yang sering disebut kerangka dasar
ajaran Islam. Dengan memahami kerangka dasar ini, seseorang dapat
memahami gambaran ajaran Islam secara keseluruhan. Masalah inilah
yang akan diuraikan di bawah ini secara singkat. Dengan uraian singkat
ini diharapkan para pembaca, khususnya mahasiswa, memiliki
pemahaman dasar tentang ajaran Islam.
E. METODA PENULISAN
Metodologi dalam penulisan dan pembahasan makalah ini penulis
menggunakan Metoda Penulisan Study Literatur. Penulis mengkaji dan
berusaha memahami Kerangka Dasar Ajaran Islam ini, dengan berbagai
Persfektif yang penulis anggap dapat mendekati pemahaman yang dapat
penulis (sebagai Mahasiswa) dapat serap sebagai suatu landasan
pemahaman terhadap ke Islaman yang diharapkan.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika yang digunakan penulis diantaranya sebagai berikut:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Ruang Lingkup
E. Metodologi Penulisan
F. Sistimatika Penulisan
BAB II KEUTAMAAN ADZAN
A. Adzan dari segi bahasa
5
B. pensyariatan
C. Hukum
D. Syarat adzan
E. Sunnah adzan
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Adzan dan Iqomah
B. Lafadz Adzan Dan Iqomah
C. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Oleh Muadzin
D. Doa setelah adzan
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
6
BAB II
KEUTAMAAN ADZAN
A. Adzan dari segi bahasa
Adzan dari segi bahasa berarti pengumuman, permakluman atau pemberitahuan. Sebagaimana ungkapan yang digunakan ayat Al-Quran Al-Kariem berikut ini :
�ين� ر�ك �مش� ال م�ن� �ر�يء� ب �ه� الل �ن� أ �ر� �ب االك �ح�ج� ال �و�م� ي �اس� الن �ل�ى إ �ه� ول س و�ر� �ه� الل م�ن� �ذ�ان� و�أ
ه ول س و�ر�
Dan suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat
manusia pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin.(QS. At-Taubah : 3)
Selain itu, adzan juga bermakna seruan atau panggilan. Makna ini digunakan ketika Nabi Ibrahim ‘alaihissalam diperintahkan untuk memberitahukan kepada manusia untuk melakukan ibadah haji.
ع�م�يق) ف�ج+ ل� ك م�ن� �ين� �ت �أ ي ض�ام�ر) ل� ك و�ع�ل�ى 1 ر�ج�اال وك� �ت �أ ي �ح�ج� �ال ب �اس� الن ف�ي �ذ�ن� و�أ
Dan panggillah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. (QS. Al-Hajj : 27)
Secara syariat, definisi adzan adalah perkataan tertentu yang bergun memberitahukan masuknya waktu shalat yang fardhu.
Dalam kitab Nailul Authar disebutkan definisi adzan yaitu pengumuman atas waktu shalat dengan lafaz-lafaz tertentu.
B. Pensyariatan
7
Adzan disyariatkan dalam Islam atas dasar dalil dari Al-Quran, As-sunnah
dan ijma` para ulama.
1. Al-Quran
ون� �ع�ق�ل ي ال ق�و�م� �هم� ن� �أ ب �ك� ذ�ل 1ا �ع�ب و�ل و1ا هز �خ�ذوه�ا ات الص�الة� �ل�ى إ م� �ت �اد�ي ن �ذ�ا و�إ
Dan apabila kamu menyeru untuk shalat, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal. (QS. Al-Maidah : 58)
2. Sunnah :
م� : �ح�دك أ م� �ك ل ؤ�ذ�ن� �ي ف�ل �ة الص�ال ت� ح�ض�ر� �ذ�ا و�إ Kي� �ب الن �ا �ن ل ق�ال� ق�ال� �ر�ث� �حو�ي ال �ن� ب �ك� م�ال ع�ن��ع�ة ب الس� ج�ه �خ�ر� أ
Dari Malik bin Huwairits radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada kami,”Bila waktu shalat telah tiba, hendaklah ada dari
kamu yang beradzan”.(HR . Bukhari dan Muslim)
�ه� ب ر� �د� ع�ب �ن� ب �د� ي ز� �ن� ب �ه� الل �د� ع�ب : ع�ن� : - - : �ه �لل ا �قول ت ف�ق�ال� جل� ر� �م� �ائ ن �ا �ن و�أ �ي ب ط�اف� ق�ال� ق�ام�ت� – ق�د� � �ال إ اد�ى فر� اإلق�ام�ة� و ج�يع) �ر� ت �ر� �غ�ي ب �ير� �ب �ك الت �يع ب �ر� �ت ب االذ�ان� �ر� ف�ذ�ك �ر �ب ك
� أ �ه� الل �ر� �ب ك� أ
: �ه� – الل سول� ر� �ت �ي �ت أ �ح�ت ص�ب� أ �م�ا ف�ل ق�ال� : الص�الة ح�ق+ �ا ؤ�ي �ر ل �ه�ا �ن إ ف�ق�ال� .
Dari Abdullah bin Zaid bin Abdirabbihi berkata,”Ada seorang yang mengelilingiku dalam mimpi dan berseru : “Allahu akbar alahu akbar”, dan (beliau) membacakan adzan dengan empat takbir tanpa tarji’, dan iqamah dengan satu-satu, kecuali qad qamatishshalah”. Paginya Aku datangi Rasulullah SAW, maka beliau bersabda,”Itu adalah mimpi yang benar.
(HR . Ahmad dan Abu Daud)
Selain itu, adzan bukan hanya ditetapkan hanya dengan mimpi sebagian shahabat saja, melainkan Rasululah SAW juga diperlihatkan praktek adzan ketika beliau diisra`kan ke langit.
Dari al-Bazzar meriwayatkan bahwa Nabi SAW diperlihatkan dan diperdengarkan kepadanya di malam Isra` di atas 7 lapis langit. Kemudian Jibril memintanya maju untuk mengimami penduduk langit, dimana disana ada Adam ‘alaihissalam dan Nuh ‘alaihissalam Maka Allah menyempurnakan kemuliaannya di antara para penduduk langit dan bumi.
8
Namun hadits ini riwayatnya teramat lemah dan gharib. Riwayat yang shahih adalah bahwa adzan pertama kali dikumandangkan di Madinah sebagai-mana hadits Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Muslim.
3. Keutamaan
Salah satu tanda sempurnanya syari’at Islam ini adalah memberi
dorongan kepada ummatnya untuk melaksanakan ibadah dengan
menyebutkan keutamaan ibadah tersebut. Begitu pula adzan, banyak
riwayat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan
tentang keutamaan adzan dan orang yang menyerukan adzan
(muadzin).
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu menceritakan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ق�ض�ى �ذ�ا ف�إ ، �ن� ذ�ي� �أ الت م�ع� �س� ي � ال �ى ح�ت اط�، ضر� �ه و�ل �ط�ان ي الش� �ر� د�ب
� أ �ة� �لص�ال ل و�د�ي� ن �ذ�ا إ
�ر �د�ب أ �ة� �الص�ال ب �و�ب� ث �ذ�ا إ �ى ح�ت �ل� �ق�ب أ �د�اء� الن
”Apabila diserukan adzan untuk shalat, syaitan pergi berlalu dalam
keadaan ia kentut hingga tidak mendengar adzan. Bila muadzin
selesai mengumandangkan adzan, ia datang hingga ketika diserukan
iqamat ia berlalu lagi …” (HR. Bukhari no. 608 dan Muslim no. 1267)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu juga, ia mengabarkan sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
�ه� �ي ع�ل �ه�مو�ا ت �س� ي �ن� أ ��ال� إ �ج�دوا ي �م� ل م� ث و�ل�� األ� و�الص�ف� �د�اء� الن ف�ي م�ا �اس الن �م �ع�ل ي �و� ل
�ه�مو�ا ت �س� ال
”Seandainya orang-orang mengetahui besarnya pahala yang
didapatkan dalam adzan dan shaf pertama kemudian mereka tidak da
patmemperolehnya kecuali dengan undian niscaya mereka rela berun
di untuk mendapatkannya…” (HR. Bukhari no. 615 dan Muslim no.
980)
Muawiyah radhiallahu ‘anhu berkata: Aku pernah mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
9
�ام�ة� �ق�ي ال �و�م� ي �اق1ا �ع�ن أ �اس� الن ط�و�ل� أ و�ن� �مؤ�ذ�ن ال
”Para muadzin adalah orang yang paling
panjang lehernya pada hari kiamat.” (HR. Muslim no. 850)
Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu mengabarkan dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
�ام�ة� �ق�ي ال �و�م� ي �ه ل ه�د� ش� � �ال إ ي�ء� ش� � و�ال �س� �ن إ � و�ال gج�ن �مؤ�ذ�ن� ال ص�و�ت� م�د�ى م�ع �س� ي � ال
”Tidaklah jin dan manusia serta tidak ada sesuatu pun yang
mendengar suara lantunan adzan dari seorang muadzin melainkan akan
menjadisaksi kebaikan bagi si muadzin pada hari kiamat.” (HR. Bukhari
no. 609)
Ibnu ’Umar radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
م�ع�ه س� �س) �اب و�ي ط�ب) ر� Kل ك �ه ل �غ�ف�ر ت �س� و�ي �ه� ��ذ�ان أ �ه�ى �ت من �م�ؤ�ذ�ن� �ل ل غ�ف�ر ي
”Diampuni bagi muadzin pada akhir adzannya. Dan setiap yang
basah atau pun yang kering yang
mendengar adzannya akan memintakanampun untuknya.” (HR.
Ahmad 2: 136. Syaikh Ahmad Syakir berkata bahwa sanad hadits
ini shahih)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan para imam dan
muadzin,
�ن� �ي �م�ؤ�ذ�ن �ل ل و�اغ�ف�ر� �مkة� �ئ األ� د� ش� ر�� أ �هم� الل
”Ya Allah berikan kelurusan bagi para imam
dan ampunilah para muadzin.” (HR. Abu Dawud no. 517 dan At-
Tirmidzi no. 207, dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’ no. 217)
Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, “Aku pernah mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
�ن� �ي الم�ؤ�ذ�ن ع�ن� و�ع�ف�ا �مkة� �ئ األ� الله د� ش� ر�� ف�أ ، �م�ن� مؤ�ت �مؤ�ذ�ن و�ال ض�ام�ن� �م�ام اإل�
“Imam adalah penjamin sedangkan muadzin adalah orang yang
diamanahi. Semoga Allah memberikan kelurusan kepada para imam
danmemaafkan paramuadzin.” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahih-nya
no.1669, dan hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al
10
Albani rahimahullah dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib no. 239)
(lihat Shahih Fiqih Sunnah, Bab Adzan)
Demikianlah keutamaan-keutamaan yang terdapat pada adzan
dan muadzin. Semoga kita termasuk dari golongan orang-orang yang
ketika mendengar sebuah hadits, segera mengamalkannya. Wallahu
a’lam
C. Hukum
Hukum adzan menurut jumhur ulama selain al-Hanabilah adalah sunnah muakkadah, yaitu bagi laki-laki yang dikerjakan di masjid untuk shalat wajib 5 waktu dan juga shalat Jumat.
Sedangkan selain untuk shalat tersebut, tidak disunnahkan untuk mengumandangkan adzan, misalnya shalat Iedul Fithri, shalat Iedul Adha, shalat tarawih, shalat jenazah, shalat gerhana dan lainnya. Sebagai gantinya digunakan seruan dengan lafaz “Ash-shalatu jamiatan” الصالة) : Sebagaimana dijelaskan di dalam hadits berikut .(جامعة
Dari Abdullah bin Amru radhiyallahu ‘anhu bahwa telah terjadi gerhana matahari di masa Rasulullah SAW, maka kepada orang-orang diserukan : “Ash-shalatu Jami`ah”.(HR. Bukhari dan Muslim)
Sedangkan bagi jamaah shalat wanita, yang dianjurkan hanyalah iqamat saja tanpa adzan menurut As-Syafi`iyah dan Al-Malikiyah. Oleh sebab untuk menghindari fitnah dengan suara adzan wanita. Bahkan iqamat pun dimakruhkan oleh al-Hanafiyah.
D. Syarat Adzan
Untuk dibenarkannya adzan, maka ada beberapa syarat yang harus terpenuhi sebelumnya. Diantara syarat-syarat adzan adalah :
1. Telah Masuk Waktu
Bila seseorang mengumandangkan adzan sebelum masuk waktu shalat, maka adzannya itu haram hukumnya sebagaimana telah disepakati oleh para ulama. Dan bila nanti waktu shalat tiba, harus diulang lagi adzannya. Kecuali adzan shubuh yang memang pernah dilakukan 2 kali di masa
11
Rasulllah SAW. Adzan yang pertama sebelum masuk waktu shubuh, yaitu pada 1/6 malam yang terakhir. Dan adzan yang kedua adalah adzan yang menandakan masuknya waktu shubuh, yaitu pada saat fajar shadiq sudah menjelang.
2. Harus Berbahasa Arab
Adzan yang dikumandangkan dalam bahasa selain arab tidak sah. Sebab adzan adalah praktek ibadah yang bersifat ritual, bukan semata-mata panggilan atau menandakan masuknya waktu shalat.
3. Tidak Bersahutan
Bila adzan dilakukan dengan cara sambung menyambung antara satu orang dengan orang lainnya dengan cara bergantian, hukumnya tidak sah.
Sedangkan mengumandangkan adzan dengan beberapa suara vokal secara berberengan, dibolehkan hukumnya dan tidak dimakruhkan sebagaimana dikatakan Ibnu Abidin. Hal ini pertama kali dilakukan oleh Bani Umayyah.
4. Muslim, Laki, Akil Baligh.
Adzan tidak sah bila dikumandangkan oleh non-muslim, wanita, orang tidak waras atau anak kecil. Sebab mereka semua bukan orang yang punya beban ibadah.
Bahkan Al-Hanafiyah mensyaratkan bahwa orang itu tidak boleh fasik, bila sudah terjadi maka harus diulangi oleh orang lain yang tidak fasik. Al-Malikiyah mengatakan bahwa dia harus adil.
5. Tertib Lafaznya
Tidak diperbolehkan untuk terbolak-balik dalam mengumandangkan lafadz adzan. Urutannya harus benar. Namun para ulama sepakat bahwa untuk mengumandangkan adzan tidak disyaratkan harus punya wudhu`, menghadap kiblat, atau berdiri. Hukum semua itu hanya sunnah saja, tidak menjadi syarat sahnya adzan.
Disunnahkan orang yang mengumandangkan adzan juga orang yang mengumandangkan iqamat. Namun bukan menjadi keharusan yang mutlak, lantaran di masa Rasululah SAW, Bilal radhiyallahu ‘anhu
12
mengumandangkan adzan dan yang mengumandangkan iqamat adalah Abdullah bin Zaid, shahabat Nabi yang pernah bermimpi tentang adzan. Dan hal itu dilakukan atas perintah nabi juga.
E. Sunnah Adzan
1. Hendaklah muadzin suci dan hadast besar dan kecil. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pembahasan hal-hal yang dianjurkan baginya berwudhu’.
2. Hendaklah ia berdiri menghadap kiblat. Ibnu mundzir berkata sesuatu yang telah menjadi ijma’ (kesempatan para ulama) bahwa berdiri ketika adzan termasuk sunnah Nabi karena suara bisa lebih keras, dan termasuk sunnah juga ketika adzan menghadap ke arah kiblat, sebab para muadzin Rasullullah mengumandangkan adzan sambil menghadap kearah kiblat.
3. Menghadapkan wajah dan lehernya ke sebelah kanan ketika mengucapkan ‘Hayya ‘alalfalah’ dan ke sebelah kiri ketika mengucapkan, ‘Hayya ‘alal falah’, sebagaimana yang telah dijelaskan sebagai berikut :
Dari Abu Juhaifah ia pernah melihat Bilal beradzan, ia berkata, “Kemudian saya ikuti mulutnya ketika ke arah sini dan sini dengan adzan tersebut.” ( Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari II: 114 no: 634, Muslim I : 360 no no: 503, ‘Aunul Ma’bud II: 219no: 516, Tarmidzi I: 126 no: 197, dan Nasa’I II: 12).
(Adapun memalingkan dada ke kanan dan ke kiri ketika adzan, maka sama sekali tidak dijelaskan dalam sunnah Nabi saw. dan tidak pula disebutkan dalam hadits-hadits yang menerangkan menghadapkan leher ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri. Selesai. Berasal dari kitab Tamamul Minnah ha.150)
4. Memasukkan dua jari ke dalam telinganya, karena ada pernyataan Abu Juhaifah:
Saya melihat Bilal adzan dan berputar serta mengarahkan mulut ke sini dan ke sini, sedangkan dua jarinya berada ditelinganya.” (Shahih: Shahih Tirmidzi no: 164 dan Sunan Tirmidzi I: 126 no: 197).
5. Mengeraskan suaranya ketika adzan, sebagaimana yang dijelaskan dalam sabda Nabi saw., “Karena sesungguhnya tidaklah akan mendengar sejauh suara muadzin, baik jin, manusia, adapun sesuatu yang lain, melainkan mereka akan menjadi saksi baginya pada hari kiamat.” (Shahih: Shahih Nasa’i no: 625, Fathul Bari H: 87: 609 dan Nasa’i II: 12).
13
(Imam Tirmidzi berkata, “Hadits ini Hasan Shahih dan sudah diamalkan oleh para ulama’ mereka menganjurkan muadzin memasukkan dua jari ke dalam dua telinganya ketika adzan.” selesai)
6. Di Anjurkan Muadzin Mengucapkan, Dua Kali Takbir Dalam Sekali Nafas
Dari Umar bin Khathab r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Apabila muadzin mengucapkan ALLAAHU AKBAR ALLAAHU AKBAR, kemudian muadzin mengucapkan, ASYHADU ALMA ILAAHA ILLALLAAH, lalu ia mengucapkan (juga), ASYHADU ALMA ILAAHA ILLALLAAI-L…, (Shahih: Shahih Abu Daud, no: 527, Muslim 1:289 no: 385 dan ‘Aunul Ma’bud 11: 228 rio: 523).
Dalam hadits di atas terkandung isyarat yang jelas bahwa muadzin mengucapkan setiap dua takbir dalam sekali nafas, dan orang yang mendengar pun menjawabnya seperti itu. (Lihat Syarhu Muslim III: 79).
7. Dianjurkan Melakukan Tarji’
Tarji’ ialah mengulangi bacaan syahadatain, dua kali pertama dengan suara pelan dan dua kali kedua dengan suara keras. (Lihat Syarhu Nawawi Muslim III: 81).
Dari Abu Mahdzurah r.a. bahwa Rasulullah pernah rnengajarinya adzan ini: ALLAAHU AKBAR ALLAAHU AKBAR. ASYHADU ALLAA, ILAAHA ILLALLAAH ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAAH ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAAH, Kemudian beliau mengulangi dengan mengucapkan (lagi): ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAAH ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RAS ULULLAAH, HAYYA ALASHSHALAAH HAYYA ‘ALASHSHALAAH, HAYYA ALAL FALAKH HAYYA ‘ALAL FALAAH, ALLAAHU AKBAR ALLAAHU AKBAR, LAA ILAAHA ILLALLAAH. (Shahih: Mukhtashar Muslim no: 191 dan Muslim I: 287 no: 379).
8. Dianjurkan Adzan Pada Awal Masuknya Waxtu Shalat Dan Mendahulukan Pada Waktu Shubuh Khususnya
Dari Jabir bin Samurah, berkata, “Adalah Bilal biasa adzan dengan sempurna bila matahari bergeser ke barat, kemudian ia tidak mengumandangkan iqamah hingga Nabi saw. keluar kepadanya, maka ketika beliau telah keluar ia mengumandangkan iqamah ketika ia melihatnya.” (Shahih: Shahih Abu Daud no: 503, al-Fathur Rabbani 111:
14
35 no: 283 dan ini lafadz: baginya, Muslim 1: 423 no: 606, Aunul Ma’bud II: 241 no: 533 semakna).
Makna LAA YAKHRUMU ialah mengucapkan lafadz-lafadz adzan dengan sempurna tidak ada yang ketinggalan. Demikian menurut Imam Syaukani dalam Nailul Authar II:31.
Dari Ibnu Umar r.a., bahwa nabi bersabda “Sesungguhnya Bilal biasa adzan di waktu malam, maka hendaklah kamu makan dan minum hingga Ibnu Ummi Makan mengumandangkan adzan.” (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari II: 104 no: 622 dan Muslim II: 768 no: 38dan 1092).
Nabi sudah menerangkan hikmah didahulukannya adzan shubuh sebelum waktunya dengan sabdanya,“Janganlah sekali-kali adzan Bilal mencegah salah seorang di antara kamu dan sahumya, karena sesungguhnya ia memberitahu -atau beliau bersabda- ia berseru di waktu malam agar orang yang biasa bangun malam di antara kamu kembali pulang (ke rumahnya) dan untuk membangunkan orang yang sedang tidur nyenyak di antara kamu.” (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari II: 103 no: 621, Muslim 11: 768 no: 1093 dan ‘Aunul Ma’bud VI: 472 no: 2330).
BAB III
PEMBAHASAN KEUTAMAAN ADZAN
(ADZAN,IQOMAH)
. Ketentuan Adzan dan Iqomaha. Pengertian Adzan dan Iqomah
Kata adzan menurut bahasa artinya sama dengan i'lamu yang yang artinya dalam bahasa Indonesia ialah pemberitahuan. Sedangkan menurut istilah dalam syari'at islam adzan ialah pemberitahuan tentang telah masuk shalat dengan menyebut lafadz-lafadz tertentu. Pengertian Iqomah menurut bahasa yaitu menegakkan. Sedangkan menurut istilah iqomah berarti pemberitahuan untuk mendirikan shalat dengan menyebut lafadz-lafadz tertentu.
Adzan dan iqomah mulai disyariatkan pada tahun pertama Hijriyah. Hukum adzan dan iqomah ialah sunnah muakkad menurut kesepakatan para ulama mujtahid. Waktu melaksanakan adzan ialah ketika telah masukwaktu shalat dalam rangkamemberitahu kepada kaum muslimin bahwa waktu shalat telah tiba dan agar mereka bersia-siap untuk melaksanakan shalat dengan berjamaah. Adapun waktu iqamah adalah ketika shalat akan dilaksanakan.
15
Orang yang mengumandangkan adzan disebut muadzin, dan harus orang laki-laki yang berkewajiban mengumandangkan adzan.
b. Lafadz Adzan Dan IqomahLafal Adzan
�ر �ب ك� أ الله �ر �ب ك
� أ 2x الله
الله �ال� إ �له� إ ال� �ن� أ ه�د �ش� 2x أ
الله سول ر� مح�م�د1ا �ن� أ ه�د �ش� 2x أ
ة� الص�ال� ع�ل�ى 2x ح�ي�ح� �ف�ال� ال ع�ل�ى 2x ح�ي�
�ر �ب ك� أ �ه الل �ر �ب ك
� أ 1x الله
الله �ال� إ �له� إ 1x ال�Lafal Iqomah
�ر �ب ك� أ الله �ر �ب ك
� أ 1x الله
الله �ال� إ �له� إ ال� �ن� أ ه�د �ش� 1x أ
الله سول ر� مح�م�د1ا �ن� أ ه�د �ش� 1x أ
ة� الص�ال� ع�ل�ى 1x ح�ي�
ح� �ف�ال� ال ع�ل�ى 1x ح�ي�
�ة� الص�ال ق�ام�ت� 1x ق�د�
�ر �ب ك� أ �ه الل �ر �ب ك
� أ 1x الله
الله �ال� إ �له� إ 1x ال�
c. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Oleh Muadzinl Seorang muadzin hendaknya menunaikan adzan dan iqomah dengan suka
rela bukan karena diupah atau meneriam bayaran.l Hendaklah seorang muadzin suaranya nyaring dan bagus agar dapat
didengan oleh orang banyak dan enak didengar.l Seorang muadzin hendaklah orang yang benar-benar mengetahui waktu
salat.l Muadzin harus suci dari hadas besar maupun hadast kecil
16
l Hendaklah muadzin berada di tempat yang tinggi agar suaranyalebih didengar dan menghadap kiblat.
l Hendaklah muadzin memasukan dua anak jari kedalam dua telinga ketika membaca adzan.
d. Do'a Setelah Adzan
الوسيلة محمدن سيدنا ان القائمة والصالة التامة الدعوة هذه رب اللهم
الذي المحمودن المقام وابعثه الرافيه العالية والدرجة والشرف والفضيلة
الميعاد تخلف ال إنك وعدته
Setiap hari, selama lima kali kaum muslimin mendengar seruan adzan
yang berkumandang di masjid-masjid. Adzan ini memberitahukan telah
masuknya waktu shalat agar manusia-manusia yang tengah sibuk dengan
pekerjaannya istirahat sejenak memenuhi seruan Allah ‘azza wajalla.
Demikian pula, yang tengah terlelap tidur menjadi terbangun lantas
berwudhu dan mengenakan pakaian terbaiknya untuk menunaikan shalat
berjama’ah.
A. ADZAN
Adzan, menurut bahasa, berarti mengumumkan sesuatu. Allah SWT
berfirman :
"Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada
umat manusia pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya Allah dan
RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu
(kaum musyrikin) bertobat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu; dan jika
kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat
17
melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa
mereka akan mendapat) siksa yang pedih." (QS. at-Taubah : 3)
Yakni, pemberitauan. Demikian halnya dengan firman-Nya :
"Jika mereka berpaling, maka katakanlah: "Aku telah menyampaikan
kepada kamu sekalian (ajaran) yang sama (antara kita) dan aku tidak
mengetahui apakah yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat atau
masih jauh?" ." (QS. al-Anbiyaa' : 109).
Artinya, Aku telah beritahu kalian sehingga kita berada pada tingkat yang
sama dalam hal pengetahuan.
Dan menurut syariat, adzan berarti pemberitahuan tentang masuknya
waktu shalat dengan lafaz khusus yang ditetapkan syariat. Disebut
demikian, karena mu'adzin memberitahu waktu shalat kepada umat
manusia. Dan disebut nida', karena mu'adzin menyeru dan mengajak
umat manusia untuk mengerjakan shalat. Allah SWT berfirman :
"Dan apabila kalian (menyeru) untuk (mengerjakan) shalat, mereka
menjadikan buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena
mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal." (QS.
al-Maaidah : 58)
"Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui."(QS. al-Jumu'ah : 9)
18
B. IQAMAH
Iqamah merupakan masdhar dari kata aqaama. Berasal dari iqamatusy syai' yang berarti menjadikan sesuatu lurus.
Sementara menurut syariat, iqamah berarti pemberitahuan akan didirikannya shalat wajib dengan lafaz khusus yang ditetapkan syariat. Jadi, adzan berarti pemberitahuan waktu shalat, sedang iqamah berarti pemberitahuan pelaksanaan shalat. Iqamah ini disebut juga dengan adzan kedua atau nida' kedua.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Keutamaan adzan dan iqomah antara lain dapat dikemukakan
bahwa para muadzdzin adalah orang orang yang paling panjang lehernya
sebagai kiasan bagi kegantungan tubuh muadzin pada hari kiamat.
Sebab disyariatkan adzan dan iqomah ialah ketika nabi Muhammad saw
sampai di madinah belau mendapatkan kesulitan untuk memberitahu pada
kaum muslimin tentang masuk waktu sholat.
B. SARAN-SARAN
Demikian makalah ini kami buat kiranya dari penulis masih sangat
jauh dari baik apalagi sempurna sebagai manusia pasti dalam penjelasan
ini masih banyak ditemukan kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu
kami minta maaf serta mohon kritik dan saran dari semua pihak pada
umumnya dan dari dosen pengampu sacara khususnya supaya kedepan
dapat lebih baik.Amin.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,M. Imaduddin, (1989). Tauhid, Bandung, Pustaka Salman
Farid Miftah, (1991), Pokok-pokok Ajaran Islam, Bandung, Pustaka
Nasution, Harun, (1985), Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya (1),
Jakarta, UI-Press
Rakhmat, Jalaludin, (2004), Psikologi Agama Sebagai Pengantar,
Bandung, Mizan
20
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat
danhidayahnya pada kita semua sehingga kami selaku penulis dapat
menyelesaikanmakalah ini tanpa halangan suatu apa.Makalah yang kami
tulis mengangkat judul “Sejarah dan keutamaan adzan”
Makalah ini membahas konsep-konsep yang mendasari agama
islam.
Selama pembuatan makalah ini tentunya penulis melibatkan
bantuan banyak pihak. Yang pertama kami selaku penulis berterima kasih
kepada dosen mata kuliah agama islam yang telah banyak membimbing
kami hinggakami mampu menyelesaikan makalah ini. Yang kedua kami
i
21
juga berterima kasih kepada rekan-rekan yang telah banyak membantu
dan mendukung kami.
Tidak lupa pula kami mohon maaf jika masih terdapat
banyak kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Kritik dan saran
senantiasa kami terimademi kesempurnaan makalah ini.Harapan kami,
makalah ini dapat berguna bagi dunia pendidikan diIndonesia.
Penyusun dan Penulis,
FAJAR DWIPANGESTUNIM. 10213067
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
G. Latar Belakang ………………………………………. 1
H. Rumusan Masalah .……………………………………… 2
I. Tujuan ………………………………………. 3
J. Ruang Lingkup ………………………………………. 3
K. Metodologi Penulisan ………………………………………. 4
L. Sistimatika Penulisan ………………………………………. 4
BAB II KERANGKA DASAR AJARAN ISLAM
A. Adzan dari segi bahasa……………………………………….. 6
22
B. Pensyariatan ……………………………………….. 6
C. Hukum ..……………………………………… 10
D. Syarat adzan ……………………………………… 10
E. Sunnah adzan ……………………………………….. 11
BAB III PEMBAHASAN KERANGKA DASAR ISLAM (AQIDAH,
SYARIAH, AKHLAK)
A. Pengertian adzan dan iqomah…………………………… 14
B. Lafadz adzan dan iqomah …………………………… 14
C. Hal yang harus di perhatikan muadzin…………………. 15
D. Do’a setelah adzan ………………………………………. 18
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
C. Kesimpulan ……………………………………………………. 18
D. Saran-saran .…………………………………………………. 18
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 19
KEUTAMAAN ADZAN
MAKALAHDisampaikan untuk memenuhi tugas Dari Mata Kuliah
Agama dan etika Yang disampaikan Oleh Prof. Dr. H.Sofyan Sauri,M.Pd.
ii