peran murid dalam mengembangkan ajaran k. h. …repositori.uin-alauddin.ac.id/14086/1/ruslan...
TRANSCRIPT
i
PERAN MURID DALAM MENGEMBANGKAN AJARAN
K. H. MUHAMMAD THAHIR ( IMAM LAPEO)
DI KEC. CAMPALAGIANG KAB. POLEWALI MANDAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Prodi Filsafat Agama
Pada Fakultas Ushuluddin Filsafat Dan Politik
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
RUSLAN ABIDIN
NIM: 30200114026
FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2018
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ruslan Abidin
NIM : 30200114026
Tempat/Tgl. Lahir : Arra, 14 Juni 1993
Jurusan/Prodi : Aqidah Filsafat Islam/ Filsafat Agama
Fakultas : Ushuluddin Filsafat dan Politik
Alamat : Jl. Poros Mamasa, Desa Kelapa Dua, Kec. Anreapi, Kab.
Polewali Mandar
Judul :Peran Murid Dalam Mengembangkan Ajaran K.H.
Muhammad Thahir (Imam Lapeo) Di Campalagiang.
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini
benar adalah asli karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan
plagiat atau dibuatkan oleh orang lain, sebagaian atau seluruhnya, maka skripsi dan
gelar yang diperoleh karenanya batas demi hukum.
Samata, 18 November 2018
Penyusun,
RUSLAN ABIDIN NIM: 30200114026
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul, Peran Murid Dalam Mengambangkan Ajaran K.H.
Muhammad Thahir (Imam Lapeo) di Campalagiangan. Kab. Polewali Mandar.
yang disusun oleh Ruslan Abidin, NIM: 30200114026, mahasiswa Jurusan Aqidah
Filsafat Islam pada Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar,
telah diuji dan dipertahankan dalam sidang Munaqasyah yang diselenggarakan pada
hari Jumat, 19 November 2018 M, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Jurusan Aqidah Filsafat
Islam ( dengan beberapa perbaikan).
Samata, 2 Januari 2019
DEWAN PENGUJI
Ketua : Dr. H. Mahmuddin, M. Ag. (.......................................)
Sekretaris : Dr. Anggriani Alamsyah, M.Si (.......................................)
Munaqisy I : Prof. Dr. H. Nihaya, M.Hum (.......................................)
Munaqisy II : Drs. H. Burhanuddin Yusuf, M.Ag (.......................................)
Pembimbing I : Dr. H. Rahmi Damis, M.Ag (.......................................)
Pembimbing II : Dr. Hj. Darmawati H, M.HI (.......................................)
Disahkan Oleh:
Dekan Fakultas Ushuluddin, Filsafat
dan politik UIN Alauddin Makassar.
Prof. Dr. H. Muh. Natsir, M.A
NIP: 19590704 198903 1 003
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt atas berkat limpahan rahmat dan taufiknya serta
anugerah akal yang ditanamkan dalam diri setiap insan. Juga merupakan alat yang
paling urgen bagi manusia untuk memilah baik dan buruknya suatu aktifitasnya.
Dengan anugerah tersebut, penulis dapat menyelesai hasil penelitian sebagai proses
akhir pada mahasiswa semester akhir, yakni skripsi. Shawalat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada sang revolusi sejati yang berhasil mengubah sistem kekuasaan
kejahiliaan dan menebarkan sistem ajaran Islam itulah Nabi Muhammad saw.
Pada skripsi yang berjudul “Peran Murid Dalam Mengembangkan Ajaran
K.H. Muhammad Thahir (Imam Lapeo) di Campalagiang ini, disusun sebagai
penyetoran tugas akhir untuk mendapat gelar kesarjanaan pada jurusan Aqidah
Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik, Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Keberhasilan dalam penyusunan tersebut, tentu tidak terlepas daripada
permohonan do’a dan dorongan yang membangun dari berbagai pihak. Olehnya itu,
penulis bermaksud untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam penyusunan sampai akhir. Penulis juga tidak lupa untuk
menghanturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Musafir Pababbari, M. Si selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
2. Kepada kedua orangtua penulis, ayah Radi dan Ibu Hadi, yang telah
mendoakan serta memberi motivasi yang luar biasa, ayah yang terus berusaha
membiayai kuliah dari awal sampai akhir. Terima kasih juga buat kakak dan
v
adik yang selalu memberikan desakan agar menyelesaikan kuliah dengan
cepat.
3. Prof. Dr. H. Muh. Natsir Siola MA. Selaku Dekan beserta Wakil Dekan I, II
dan III, Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik.
4. Dr. Hj. Darmawati, M.HI selaku Ketua Jurusan Aqidah Filsafat Islam
5. Prof. Dr. Nihaya M, M.Hum dan Drs. H. Burhanuddin Yusuf, M.Ag. selaku
penguji pada tugas akhir penulis.
6. Dr. Hj. Rahmi Damis, selaku pembimbing I dan Dr. Hj. Darmawati, M.HI.
selaku pembimbing II pada penyusunan skripsi penulis.
7. Para dosen dan karyawan Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik.
8. Seluruh staf jajaran perpustakaan UIN Alauddin Makassar yang telah bersedia
memberi pelayanan dalam bentuk kepustakaan.
9. Masyarakat Campalagiang yang membantu memberikan informasi dalam
menyelesai skripsi penulis.
10. Kepada teman-teman angkatan jurusan Aqidah Filsafat Islam yang senantiasa
mendorong dalam bentuk ejekan tapi bagi saya itu adalah motivasi. Terima
kasih untuk kalian semua.
11. Kepada teman KKN terima kasih banyak atas motivasi dan dorongannya.
12. Kepada keluarga Kesatuan Pelajaran Mahasisawa Polewali Mandar (KPM-
PM) yang tidak henti-hentinya memberi dorongan agar cepat menyelesaikan
studi.
13. Penulis mengucapkan kepada semua pihak yang tidak sempat penulis
sebutkan. Tentunya satu perkataan yang membangun dari kalian adalah
motivasi terbesar bagi penulis. Semoga Allah swt memberkati kepada seluruh
vi
pihak merupakan sumber dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga
amalan dan ibadahnya diterima disisi Allah swt.
Pada akhirnya, tiadalah daya kita sebagai manusia tanpa rahmat dari Allah
swt. Semoga skirpsi ini bermanfaat dan menjadi referensi dalam pencaharian ilmu
pengetahuan dunia akhirat.
Wassalam,
Samata, 2 Januari 2019
Penulis,
RUSLAN ABIDIN NIM: 30200114026
vii
DAFTAR ISI
JUDUL. ................................................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. .............................................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI. ................................................................................... iii
KATA PENGANTAR. ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI. ........................................................................................................ v
ABSTRAK. ........................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN. ................................................................................. 1-9
A. Latar Belakang Masalah. ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
C. Deskripsi Fokus dan Fokus Penelitian. ...................................................... 5
D. Kajian Pustaka. ........................................................................................... 6
E. Tujuan dan Kegunaan. ................................................................................ 8
BAB II TINJAUAN TEORITIS. ....................................................................... 10-22
A. Biografi K. H. Muhammad Thahir. ............................................................ 10
B. Pengertian Peran Murid dan Ajaran. .......................................................... 15
C. Upaya-Upaya Dalam Mengembangkan Ajaran. ........................................ 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ........................................................ 23-28
A. Jenis dan Lokasi Penelitian. ....................................................................... 23
B. Pendekatan Penelitian................................................................................. 24
C. Sumber Data. .............................................................................................. 25
D. Metode Pengumpulan Data. ....................................................................... 25
E. Instrumen Penelitian.. ................................................................................. 27
F. Teknik Pengelolahan dan Analisis Data. .................................................... 27
viii
BAB IV PERAN MURID DALAM MENGEMBANGKAN AJARAN K. H.
MUHAMMAD THAHIR. .............................................................................. 29-64
A. Geografis Kecamatan Campalagiang. ........................................................ 29
B. Ajaran K. H. Muhammad Thahir. .............................................................. 35
C. Usaha Murid dalam Mengembangkan Ajaran K. H. Muhammad Thahir. . 57
D. Hasil Usaha Murid...................................................................................... 61
BAB V PENUTUP. .............................................................................................. 67-69
A. Kesimpulan. .............................................................................................. 67
B. Implikasi. ................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Lampiran Surat Izi Penelitian
2. Daftar Pertanyaan
3. Daftar Informan
4. Dokumentasi Penelitian
5. Biografi Penulis
ix
ABSTRAK
Nama : Ruslan Abidin
NIM : 30200114026
Judul : Ajaran K.H. Muhammad Tahir ( Peran Murid Dalam Mengembangkan
Ajaran Imam Lapeo di Kec. Campalagiang Kab. Polewali Mandar.
Pokok permasalahan pada penelitian ini adalah melihat bagaimana
perkembangan ajaran Imam Lapeo dalam konteks dewasa ini, sehingga ada tiga
rumusan masalah yang kemudian peneliti rekomendasikan untuk menghasilkan objek
tersebut, yaitu: Bagaimana konsep ajaran K. H. Muhammad Thahir ? Bagaimana
usaha murid dalam meneruskan ajaran K. H. Muhammad Thahir ? Bagaimana hasil
usaha murid dalam mengembangkan ajaran K. H. Muhammad Thahir ?
Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang menegaskan bahwa mendekati objek
tersebut, yang bertindak sebagai intrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Dengan
menggunakan beberapa pendekatan, yaitu: pertama pendekatan Filosofis, digunakan
sebagai alat untuk mendekati suatu konsep ajaran serta nilai dari ajaran tersebut.
Kedua pendekatan sosiologis merupakan alat mendekati objek yang memfokuskan
pada wilayah sinergisitas murid Imam Lapeo terhadap masyarakat, ketiga pendekatan
sufistik yang menekankan pada aspek penyucian jiwa. Adapun sumber data penelitian
ialah menggunakan data primer, yakni sumber data yang diambil secara langsung
dilapangan melalui narasumber kemudian data sekunder yang diperoleh dari buku-
buku dan karangan-karangan ilmiah lainnya.
Hasil penelitian yang diperolah menjelaskan bahwa konsep ajaran Imam
Lapeo berlandaskan pada konsep Ahlu Sunnah Waljama’ah. Mengacu pada konsep
tersebut menjadi bahan ajar yang kemudian disyiarkan kepada masyarakat di daerah
Mandar. Imam Lapeo dalam dakwahnya tidak pernah menyatakan diri bahwa ia
memiliki nama tarekat ataupun mengajarkan tarekat. Tetapi, pernyataan tersebut lahir
dari pandangan masyarakat yang menjustifikasikan bahwa Imam Lapeo bertarekat.
Jika Imam Lapeo bertarekat ia hanya bertarekat atas dirinya sendiri. Kemudian peran
murid sebagai pelanjut sekaligus pengembang untuk meningkatkan kuantitas
masyarakat, maka ada beberapa murid yang kemudian bergerak dalam lintas daerah
antara lain: K.H. Muhammad Kasim yang mengembangkan ajaran di baruga Majene
dan Mamuju, kemudian Hj. St Aisyah yang bergerak dalam pengajaran syariat dan
tasawuf diberbagai daerah salah satunya ialah Soppeng dan mendirikan Panti Asuhan
Nahdiyat sebagai wadah dalam syiar berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari
ayahnya. Selanjutnya K.H. Najamuddin yang mengembangkan ajaran dalam tatanan
Ilmu fiqh, bahasa arab serta kajian kitab kuning dan menjadikan rumahnya sebagai
wadah untuk kajian. Namun, sekarang telah beralih ke pesantren-pesantren ketika ia
x
telah wafat, seperti pesantren Assalafiyah Parappe yang merupakan pusat kajian kitab
kuning yang dipimpin langsung oleh K.H Latif Busyra.
Implikasi dari hasil penelitian ini, ada baiknya anak cucu K. H. Muhammad
Thahir (Imam Lapeo) yang masih mengetahui beberapa ajaran yang seringkali
diamalkan agar dituliskan dalam sebuah buku supaya para generasi-generasi
Campalagiang dan masyarakat mandar pada umumnya tidak buta akan warisan ulama
di Mandar. Kemudian, mendirikan suatu wadah khusus, supaya masyarakat yang
ingin belajar memiliki motivasi yang serius untuk mendalami ajaran dalam bentuk
zikir dan do’a-do’a kesalamatan yang pernah digunakan oleh Imam Lapeo.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya ulama atau tokoh penyebar Islam pernah belajar dan
memperdalam berbagai ajaran Islam di Timur Tengah, sekaligus dapat melihat
praktik pelaksanaan ajaran Islam pada awal muncul dan berkembangnya agama
Islam. Oleh karena itu, bukan sesuatu hal yang mengejutkan jika dikemudian hari
mereka kembali ke tanah kelahirannya sudah memiliki modal dan pengalaman berupa
ilmu-ilmu agama.1
Dengan konsep pengetahuan tersebut, mereka mencoba untuk
mengimplementasikan pengetahuan keagamaan yang mereka peroleh dengan tujuan
menyebarkan ajaran Islam sebagai agama yang membawa kedamaian bagi seluruh
umat manusia. Terlebih lagi untuk mengubah paradigma masyarakat yang sebahagian
besar masih dipengaruhi oleh paham animisme dan dinamisme.
Sehubungan dengan penyebaran Islam, ada beberapa daerah yang menjadi
sasaran para ulama untuk menyebarluaskan konsep Islam, salah satunya ialah di
Sulawesi Barat, khususnya di Campalagiang. Di wilayah ini, masyarakat mengenal
Islam secara intensif melalui dakwah yang dilakukan oleh K. H. Muhammad Thahir.
K. H. Muhammad Thahir dikenal dengan sebutan Imam Lapeo, ia adalah
seorang ulama yang mengembangkan dan menyebarkan ajaran Islam di Mandar pada
abad ke-19 dengan pendekatan tasawuf. Melihat kehidupan masyarakat yang pada
1Sundahari, Jasa dan Perjuangan Syekh Ahmad Khatib dalam Perkembangan Islam Di
Minangkabau, Skripsi (Makassar: Fakultas Adab dan Humaniora, 1999), h. 2.
2
umumnya senang kepada kehidupan kerohanian. Metode tasawuf, pada dasarnya
merupakan bentuk tarekat dalam ajaran Islam, tarekat tersebut dikenal dengan Nur
Muhammad.2
Imam Lapeo memiliki karakter optimis serta keteguhan yang sungguh-
sungguh dalam menuntut ilmu pengetahuan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan
Nurhaedah, di jelaskan bahwa semua ulama besar di Mandar sewaktu masa hidupnya
telah menjadi guru bagi Imam Lapeo. Namun, dari semua ulama tempatnya berguru
tidak memberinya kepuasaan. Bertolak dengan itu, ia kemudian berhijrah ke Mekkah
untuk menimbah ilmu sekaligus menunaikan ibadah haji. Setelah kembali dari
Mekkah, ia selanjutnya memfokuskan diri untuk menyebarkan konsep Islam di tanah
Mandar.3
Sebagai bukti perjalanan hidup Imam Lapeo benar dalam menyebarkan ajaran
Islam di Mandar, penulis akan menguraikan serta mengklasifikasikan langkah yang
digunakan dalam mensyiarkan Islam. Usahanya dalam bentuk non fisik sebagai
pendukung lancarnya penyebaran ajaran Islam ialah melalui pernikahan. Pernikahan
ternyata hasilnya cukup besar dalam berdakwah, sebab tidak menutup kemungkinan
sebagian dari keluarga istri juga ikut memeluk Islam.4
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosdiana dalam skripsinya,
diungkapkan bahwa beliau ketika Imam Lapeo di Mamuju, ia menikahi seorang putri
Sayyed yang sangat berpengaruh di daerah Mamuju bernama Sitti Aminah, ia
2Muhammad Yusuf Naim, dkk, Imam Lapeo (Cet, II; Makassar: Pustaka Refleksi, 2007), h.
11-12. 3Hj. Nurhaedah, K. H. Muhamad Tahir Imam Lapeo, Biografi dan Jasa-Jasanya dalam
Pengembangan Islam di Kabupaten Polmas (Makassar: Fakultas Adab dan humaniora, 2001), h. 35-
36. 4Muhammad Ruslan, dkk, Ulama Sulawesi Selatan Biografi Pendidikan dan Dakwah
(Makassar: Komisi Informasi dan Komunikasi MUI Sulawesi Selatan, 2007), h. 279.
3
merupakan kemenakan dari raja Mamuju sekaligus istri keenam bagi Imam Lapeo.
Nilai positif dari proses pernikahan itu menjadikannya sebagai keluarga besar
sehingga moment tersebut menjadi kesempatan baginya untuk kelancaran
dakwahnya.5
Kemudian dukungan dalam bentuk fisik yakni membangun masjid dan
pondok pesantren. Masjid yang pertama kali dibangun terdapat di Desa Lapeo yang
diberi nama masjid Nurul al-Taubah serta membangun masjid lainnya dibagian
pelosok sebagai wadah bagi murid-muridnya dalam mengembangkan ajarannya.
Dengan demikian, langkah yang digunakan oleh Imam Lapeo untuk
menyebarkan ajaran Islam membawa dampak positif terhadap kondisi masyarakat di
Mandar. Hal ini, juga dikatakan dalam hasil penelitian bahwa ketika Imam Lapeo
masih hidup masyarakat begitu taat dalam menjalankan ibadah.6 Ketaatan masyarakat
Mandar dalam menunaikan ibadah tentunya tidak terlepas dari ajaran pokok yang
disampaikan Imam Lapeo.
Diketahui bahwa salah satu ajaran Imam Lapeo adalah ajaran tasawuf.
Tasawuf Imam Lapeo pada prinsipnya disebut dengan Nur Muhammad. Ajaran
tersebut bertumpuh pada pengagungan kebesaran Nabiullah Muhammad saw. Paham
demikian dilandasi bahwa sesungguhnya segala hal-hal yang dicintai oleh Allah,
kejadian alam, kejadian pada manusia, karena cahaya Nur Muhammad. Cahaya Nur
Muhammad itulah yang melahirkan sifat takwa manusia, karena Nur Muhammad
pulalah sehingga muncul cahaya iman dan perilaku beriman pada manusia.7
5 Rosdiana, K.H. Muhammad Tahir dan Perananya Dalam Mengembangkan Islam di Mandar
Abad Ke XIX (Ujung Pandang: Fakultas Adab Dan Humaniora, 1995), h. 65. 6 Rosdiana, K. H. Muhammad Tahir dan Perananya dalam Mengembangkan Islam di Mandar
Abad Ke XIX, h. 67. 7Zainuddin Hakim, Nuansa Tasawuf Imam Lapeo dalam Kalindaqdaq Mandar, Kajian
Hermeneutika, Jurnal Vol XVIII (Makassar: Ttp. 2012), h. 18.
4
Keberhasilan dan penyebaran Islam yang dilakukan Imam Lapeo melalui
pendekatan tasawuf dalam konteks masyarakat tradisional atau pramodern tentu
mendapatkan perhatian besar. Tetapi, bagaimana dengan konteks sekarang di mana
manusia berhadapan dengan peradaban yang berbeda, suatu peradaban yang disebut
dengan era modernisasi.
Di era modernisasi kecenderungan seseorang lebih kepada persoalan ekonomi
politik dan tidak menutup pada status masyarakat manapun, baik yang tinggal di
pedesaan maupun perkotaan. Kondisi seperti ini merupakan sesuatu hal yang tidak
dapat dihindari karena perubahan zaman adalah zona baru bagi manusia untuk
berinteraksi di dalamnya.
Pada konteks sekarang, ketika direlevansikan dengan pengetahuan mistik
khususnya ajaran Imam Lapeo yang konsepnya adalah tasawuf tentu mendapat
tantangan yang besar bahkan dapat dikatakan menempati posisi yang sempit. Oleh
karena, pola pikir masyarakat telah mengalami perubahan meskipun ada sebagian
daerah yang masih mempertahankannya.
Pada perkembamgam selanjutnya, setelah Imam Lapeo menghembuskan nafas
terakhirnya dalam usia 114 tahun, ajarannya kemudian dilanjutkan oleh murid-
muridnya. Murid yang ditinggalkan oleh Imam Lapeo antara lain: K. H. Najdamuddin
Thahir, K. H. Muhsin Thahir, Hj. Aisyan Thahir, dan terakhir ialah K. H. Abdul
Muthalib Thahir. Mereka adalah murid-murid sekaligus anak yang mengambil peran
dalam meneruskan ajaran K. H. Muhammad Thahir (Imam lapeo) di Mandar.
Namun, ketika penulis melakukan studi pendahuluan, penulis mendapatkan
informasi dari salah seorang bernama Muhajir, ia mengatakan bahwa untuk
mengetahui ajaran Imam Lapeo sudah sangat sulit untuk didapatkan. Salah satu faktor
5
yang menyebabkan adalah sedikitnya masyarakat yang meminati dan mempelajari
ajaran tersebut8.
Oleh karena itu, sehubungan dengan uraian di atas maka penulis berinisiatif
untuk melakukan penelitian dan menelusuri tentang jejak ajaran Imam Lapeo dalam
konteks dewasa ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan 3 masalah pokok
dalam penelitian ini, yakni:
1. Bagaimana konsep ajaran K. H. Muhammad Thahir ?
2. Bagaimana usaha murid dalam meneruskan ajaran K. H. Muhammad Thahir ?
3. Bagaimana hasil usaha murid dalam mengembangkan ajaran K. H.
Muhammad Thahir ?
C. Deskripsi Fokus Dan Fokus Penelitian
1. Deskripsi Fokus Penelitan
Untuk menghindari kekeliruan dalam penelitian yang berjudul “Peran Murid
dalam Mengembangkan Ajaran K.H Muhammad Thahir Di Kecamatan
Campalagiang”, maka penulis akan menjelaskan variabel-variabel yang terdapat di
dalamnya sebagai bentuk pembeda dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya.
a. Ajaran berasal dari kata “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang
supaya diketahui. Namun, ajar atau ajaran yang dimaksudkan pada penelitian ini
adalah sebuah warisan dari ajaran Imam Lapeo9.
8Muhajir (37), Penganut Tarekat Qadariyah, Wawancara, Pambusungan 29 Januari 2018.
9Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet, II; Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 17.
6
b. Peran dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai “pemain” dan “perangkat
tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat”.
Tetapi pada konteks ini, peran yang dimaksud penulis adalah peran seorang murid
dalam menyebarkan ajaran Imam Lapeo di Campalagiang dan tentunya tidak
terlepas dari aspek kualitas dan kuantitasnya.10
c. Mengembangkan adalah suatu hal yang bersifat dinamis, di mana penulis akan
melihat bagaimana usaha murid dalam mengembangkan ajaran yang telah mereka
peroleh dari Imam Lapeo.
d. Murid, dalam tarekat disebut sebagai salik atau mereka yang telah melewati proses
pembai’tan oleh mursyid. Tetapi, murid yang kemudian dimaksudkan disini ialah
mereka yang pernah mendapatkan pengajaran dari Imam Lapeo secara non formal.
Tetapi, melanjutkan dan melestarikan pengetahuan tersebut dalam kalangan
masyarakat.
2. Fokus penelitian
Pada penelitian ini, penulis menetapkan sasaran penelitian di Kecamatan
Campalagiang, Kabupaten Polewali Mandar dengan alasan bahwa pusat daripada
syiar Islam yang dilakukan Imam Lapeo berada dalam ruang lingkup Campalagiang,
hal demikian dapat dibuktikan dengan melihat beberapa peninggalan yang masih
fenomenal hingga saat ini.
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan suatu usaha yang dilakukan penulis untuk mencari
dan menemukan data serta tulisan yang berkaitan dengan judul skirpsi penulis.
10Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet, II; Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h. 854.
7
Tinjauan ini bertujuan untuk menghindari adanya flagiasi sehingga perlu disajikan
dalam kajian pustaka. Berikut hasil pencarian penulis:
HJ. Nurhaedah (2001) dengan skripsi yang berjudul “K. H Muh. Tahir Imam
Lapeo Biografi dan Jasa-Jasanya dalam Pengembangan Islam Di Kabupaten Polmas
dengan menggunakan pendekatan history. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa
Imam Lapeo berusaha untuk menyampaikan ajaran Islam kepada khalayak agar
agama Islam dapat diamalkan di tengah-tengah masyarakat dengan ilmu pengetahuan
yang dimiliki khususnya ilmu kesufiaanya. Syiar Islam yang dilakukan oleh Imam
Lapeo semasa hidupnya ada beberapa metedologi pendekatan yang ia gunakan,
tentunya pendekatan itu sesuai dengan konteks masyarakat, sebab tidak benar
sepenuhnya jika dikatakan bahwa pendekatan satu-satunya Imam Lapeo adalah
pendekatan sufisme11
Rosdiana (1995), skripsi berjudul “K. H. Muhammad Tahir dan Peranannya
dalam Mengembangkan Islam di Mandar Abad Ke-XIX” Fakultas Adab dan
Humaniora dengan model pendekatan yang sama. berdasarkan hasil penelitian
tersebut menjelaskan bahwa peranan K. H. Muhammad Tahir dalam pengembangan
Islam di wilayah Mandar dibuktikan dengan meningkatnya pengikut beliau walaupun
secara angka tidak dapat disebutkan, serta bukti bahwa Imam Lapeo meninggalkan
sebuah sarana dan prasarana dapat dilihat berupa masjid dan pondok pesantren
sebagai wadah baginya untuk menampung beberepa orang untuk mendakwahkan
ajaran Islam12
.
11Nurhaedah, K. H Muhamad Tahir Imam Lapeo, Biografi dan Jasa-Jasanya dalam
Pengembangan Islam di Kabupaten Polmas (Makassar: Fakultas Adab dan Humaniora, 2001), h. 63.
12Rosdiana, K. H. Muhammad Tahir dan Perananya dalam Mengembangkan Islam di
Mandar Abad Ke XIX ( Ujung Pandang: Fakultas Adab dan Humaniora, 1995), h. 69.
8
Jurnal yang ditulis oleh Ruhiyat pada tahun 2015 dengan judul “ Imam Lapeo
Sebagai Pelopor Pembaharuan Islam di Mandar”. Adapun hasil dari pembahasan
yang diperoleh dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa Imam Lapeo dalam
melakukan pembaharuan Islam di Mandar melalui saluran perkawinan, pendidikan
dan pendekatan tasawuf (tarekat). Hal itu dilakukan karena ada sebahagian
masyarakat yang kemudian mendorongnya serta membantu Imam Lapeo dalam
menjalankan misinya13
.
Sebuah Jurnal yang dituliskan oleh Zainuddin Hakim pada tahun 2012
berjudul: “Nuansa Tasawuf Imam Lapeo dalam Kalidaqdaq Mandar dalam Kajian
Hermeneutika. Pesan yang ingin disampaikan dari hasil tulisan tersebut menjelaskan
bahwa puisi Mandar atau Kalindaqaq, menunjukkan gambaran kencintaan dan
kerinduan seorang hamba akan Zat Yang Maha Ada, tetapi ia tidak dapat melihat-Nya
karena sifat Allah yang mustahil sama dengan makhluk-Nya sehingga ia pun
mengetahui bagaimana makhluk-Nya diciptakan. Kalindandaq adalah sebuah seni
yang merupakan salah satu hasil pendekatan Imam Lapeo juga dalam syiar Islam di
Mandar.14
Berdasarkan tinjauan pustaka yang diperoleh dari hasil pencaharian penulis,
maka dapat dikatakan bahwa penelitian tentang Imam Lapeo tidaklah merupakan hal
yang baharu untuk diteliti. Akan tetapi, rata-rata diantara penelitian penduhulu
memiliki kecenderunganya yang hampir sama dalam aspek biografi dan sejarah
13
Ruhiyat, Imam Lapeo Sebagai Pelopor Pembaharuan Islam di Mandar, Jurnal Vol III (T.t:
T.tp. 2015), h. 125. 14
Zainuddin Hakim, Nuansa Tasawuf Imam Lapeo dalam Kalindaqdaq Mandar, Kajian
Hermeneutika, Jurnal Vol XVIII ( Makassar: T.tp. 2012). h. 18.
9
perjalanan Imam Lapeo. Belum ada peneliti secara detail melakukan penelitian terkait
dengan peran seorang murid dalam mengembangkan ajaran Imam Lapeo.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah penulis kemukakan, maka tujuan
dalam proses penelitian ini yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui dan menelusuri bagaimana bentuk dari ajaran yang
diwariskan oleh Imam Lapeo sebagai pelopor pembaharu Islam di Mandar,
terkhusus di Kecamatan Campalagiang
2. Untuk mengetahui bagaimana peran serta kontribusi dalam mengembangkan
ajaran Imam Lapeo sebagai amanah yang mereka topang selaku murid.
Kemudian, dari aspek manfaat ketika hasil penelitian ini telah dilakukan,
maka peneliti mengharapkan kiranya dapat:
1. Memberikan kontribusi pengetahuan bagi penuntut ilmu khususnya bagi
jurusan Aqidah Filsafat Islam yang tidak hanya bergelut dalam bidang
epistemologi barat tetapi dapat juga menelaah dan mensinergikan ajaran Islam
yang dibawah oleh Imam Lapeo.
2. Memberikan informasi terkini terkait dengan konsep ajaran dan
pengembangan ajaran Imam Lapeo baik dari akademik maupun non
akademik.
3. Mengetahui sebagaian dari ajaran penting Imam Lapeo yang bersifat
eksklusif.
10
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Biografi K.H. Muhammad Thahir
K. H. Muhammad Thahir lahir di Pambusuang pada tahun 1838-1952
tepatnya di wilayah Kecamatan Tinambung, yang termasuk dalam kawasan
Kabupaten Polewali Mandar. Ayahnya bernama Muhammad bin haji Abd. Karim
Altalahi dan ibunya bernama Sitti Rajiah.
Sejak kelahiranya, ia diberi nama Junaihin Namli, merupakan nama yang
asing dalam kosa kata bahasa Mandar. Sejak kecil ia dikenal oleh masyarakat sebagai
anak yang taat dan patuh kepada orang tuanya. Juga dikenal sebagai anak yang jujur,
pemberani dan mempunyai karakter optimis.
Dalam silsilahnya ibu Imam Lapeo berasal dari keturunan hadat Tenggelang,
suatu wilayah yang berstatus distrik dalam pemerintahan Swapraja Balanipa, yang
sekarang termasuk dalam Kecamatan Campalagiang. Penelitian Rosdiana pada tahun
1995 mengungkapkan bahwa K. H. Muhammad Thahir (Imam Lapeo) memiliki
latarbelakangan keluarga yang taat beragama. Ayahnya dalam melangsungkan
kehidupan keluarga bekerja sebagai petani dan nelayan, disamping itu masyarakat
juga mengenalnya sebagai guru mengaji al-Qur’an.15
Sehingga ketaatan orangtuanya
dalam bidang agama menjadi modal utama dalam pembentukan jiwa Imam Lapeo.
Perjalanan hidup Imam Lapeo dalam meniti kariernya sebagai ulama, tidak
terlepas dari pada ketekunannya dalam menuntut ilmu, khususnya ilmu agama.
Karena itu, tidak begitu istimewa jika pada usianya yang relatif masih muda, ia
15
Rosdiana, K. H. Muhammad Tahir dan Peranannya dalam Mengembangkan Islam Di
Mandar Abad Ke-XIX ( Fakultas abab IAIN Alauddin: Ujung Pandang, 1995), h. 30-31.
11
menamatkan al-Qur’an beberapa kali. Belajar membaca al-Qur’an, ia selalu
melampaui teman-teman sebayanya. Sejak awal gemblengan terhadapnya dilakukan
oleh orang tuanya sendiri dan sempat menyelesaikan pendidikan al-Qur’an di
Pambusuang.
Menjelang usia remaja, ia mulai berkonsentrasi belajar bahasa arab, seperti
ilmu nahwu sharaf. Ilmu ini merupakan dasar baginya untuk mempelajari kitab-kitab
fiqh, ilmu tauhid dan sebagainya. Pendidikan selanjutnya dijalani di Pulau Salemo.
Pulau yang terkenal pada waktu itu sebagai tempat pesantren yang telah banyak
melahirkan ulama-ulama besar.
Setelah beberapa tahun menimba ilmu pengetahuan di Pulau Salemo, ia
kemudian ikut dengan pamannya ke Padang untuk berdagang sarung sutera Mandar.
Pengalamannya ketika berada di Padang memberi kesan yang sangat mendalam. Ia
menyaksikan bagaimana para pemuda begitu antusias mengikuti pengajian dan
pengajaran agama Islam yang diadakan para ulama. Dengan ketekunan Imam Lapeo
ingin belajar, maka ia meminta izin terhadap pamannya untuk tinggal di Padang
selama empat tahun16
.
Empat tahun bukan waktu yang singkat. Imam Lapeo ketika usai di Padang ia
tidak memilih kembali ke daerah asalnya di Pambusuang, melainkan melakukan
perjalanan haji ke tanah suci. Selama hidupnya ia melaksanakan ibadah haji sebanyak
tiga kali, masing-masing berlangsung pada tahun 1886, 1893 dan 1929.
Perjalanan haji yang dilakukan Imam Lapeo, tidak hanya semata-mata
menunaikan ibadah haji, tetapi juga dipergunakan untuk mengunjungi ulama-ulama
16 Muhammad Yusuf Naim, dkk, Imam Lapeo (Cet, II; Makassar: Pustaka Refleksi, 2007), h.
6-9.
12
besar demi memperdalam ilmu agama yang dimiliki. Pengembaraan yang dilakukan
oleh Imam Lapeo menuntunnya bertemu dengan seseorang yang bernama Sayyid
Alwi Jalaluddin Bin Sahil.
Sayyid Alwi, Ia adalah ulama besar yang memberikan motivasi kepada Imam
Lapeo dalam menyebarkan syiar Islam khususnya wilayah Mandar, karena Sayyid
Alwi merupakan guru Imam Lapeo yang telah berusaha lebih awal dalam
mendakwahkan Islam di Mandar namun tidak berhasil. Karena ia terhalangan oleh
sekolompok anak bangsawan yang melakukan penyerangan terhadap Sayyed Alwi
ketika mensyiarkan ajaran Islam17
.
Sehingga pada abad ke19 Imam Lapeo berhasil mengembangkan ajaran Islam
di Mandar dengan memasuki beberapa elemen yang berbeda dalam masyarakat
tersebut. Imam Lapeo merupakan orang cerdas yang dapat memahami secara baik
bagaimana memberikan pengajaran terhadap masyarakat agar ajaran tersebut dapat
diterima.
Metode pendekatan yang digunakan oleh Imam Lapeo antara lain, pendekatan
sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan budaya. Untuk metode pendekatan
sosial ia melakukan beberapa cara seperti membantu membayarkan hutang
masyarakat, ikut serta dalam kegiatan gotong royong, dan bersilaturahmi. Imam
Lapeo memperhatikan kondisi sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga
masyarakat dapat dengan mudah diarahkan untuk mencari ridho Allah swt.
Kemudian dari segi psikologis, interaksi Imam Lapeo dalam metode ini,
kadangkala perorangan dan juga perkelompok. Dijelaskan bahwa Imam Lapeo pernah
menjadi panitia dalam kegiatan sabung ayam dan dilaksanakan setelah selesai
17
Zuhriah, Jejak Wali Nusantara, Kisah Kewalian Imam Lapeo Di Masyarakat Mandar (
Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013), h. 32-33.
13
melaksanakan shalat ashar. Salah satu keunggulan Imam Lapeo, setiap ayam yang
dijadikan sebagai jagoan pasti akan dapat mengalahkan lawannya.
Dengan demikian, kemenangan itu dijadikan sebagai kesempatan
mengarahkan masyarakat untuk membantu mengangkut bahan-bahan yang digunakan
dalam pembangunan masjid. Aktifitas demikian memberi pengaruh signifikan
terhadap masyarakat agar tidak terfokus lagi dalam pemeliharaan sabung ayam.
Sehingga Imam Lapeo dapat pula mengajak mereka kejalan yang benar sesuai
dengan ajaran Islam.
Kemudian yang terakhir adalah pendekatan budaya atau kesenian. Kesenian
yang sampai hari ini dikenal dengan pantun Kalindaqdaq juga merupakan warisan
dari Imam Lapeo. Pantun tersebut di rangkaikan dengan kuda menari yang dikenal
sebagai Sayyang Pattu’du serta alat music lainnya seperti kecapi dan gendang. Pesan
yang disampaikan dalam gerakan serta alunan musik tersebut mengandung ajaran
Islam18
. hampir memiliki kesamaan dengan pendekatan yang digunakan oleh Sunan
Kalijaga, menyampaikan nilai-nilai ajaran Islam melalui budaya yang berlaku di Jawa
yaitu permainan wayang19
.
Secara umum, Imam Lapeo dikenal dimasyarakat Mandar tidak hanya sebagai
penyebaran ajaran Islam, tetapi kedudukan sebagai seorang wali. Tolok ukur
kewaliannya dalam pandangan masyarakat karna begitu banyak peristiwa diluar akal
manusia yang diperoleh, yang dikenal dengan karomah. Namun karomah itu hadir
18
Zuhriah, Jejak Wali Nusantara, Kisah Kewalian Imam Lapeo di Masyarakat Mandar (
Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013), h. 34.. 19
Zuhriah, Jejak Wali Nusantara Kisah Kewalian Imam Lapeo Di Masyarakat Mandar, h.
35-37.
14
karena kedekatan dirinya dengan Allah swt. yang mengerjakan amalan-amalan
Zikrullah secara konsisten20
.
Zuhriah, dalam sebuah tulisannya mengungkapkan bahwa ajaran tarekat Imam
Lapeo dapat diklasifikasikan dalam beberapa bagian:
a. Tarekat Siir, adalah ajaran tarekat Imam Lapeo yang sangat rahasia, pada tarekat
tersebut yang menjadi mursyidnya adalah ia sendiri. Dapat dikatakan tarekat ini
adalah hasil cipta sendiri yang hanya diajarkan kepada satu anak perempuan
sekaligus muridnya.
b. Naqsabandiyah, dikatakan penganut tarekat Naqsabandiyah karena Imam Lapeo
pernah belajar tarekat Naqsbandiyah sewaktu ia menuntut ilmu di Pulau Salemo.
c. Khalwatiyah, karena Imam Lapeo pernah memberi ajaran tarekat khalwatiyah.
Sehingga masyarakat memandang bahwa Imam lapeo mempunyai ajaran tarekat
tersebut.
d. Zadziliyah, juga dinyatakan bahwa Imam Lapeo bertarekat Zadziliyah karena ia
berdasarkan pada zikir dan wirid yang diamalkan di masjid Lapeo21
.
Dengan demikian, Imam Lapeo tidak memberi kejelasan atas ajaran tarekat
yang dimiliki. Ditinjau dari aspek sejarah Imam Lapeo dalam menunut ilmu
pengetahuan khususnya ilmu agama memang memiliki jumlah mursyid yang banyak.
20
Tahiryanti (50), Pembina Panti Asuhan Nahdiyat, Wawancara, Veteran Selatan Makassar,
4 Agustus 2018. 21
Zuhriah, Jejak Wali Nusantara Kisah Kewalian Imam Lapeo Di Masyarakat Mandar (
Yogayakarta, Pustaka Ilmu, 2013), h. 90-92.
15
B. Pengertian Ajaran dan Peran Murid
1. Pengertian Ajaran
Ajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada
orang supaya diketahui22
. Sedangkan kata ajaran sendiri memiliki arti segala sesuatu
yang diajarkan23
.
Dengan demikian, seseorang yang dapat mengajarkan ilmu pengetahuan
adalah mereka yang memahami dengan baik. Sebab, pengetahuan yang diajarkan
kepada seseorang tanpa pemahaman yang benar dapat memberi pengajaran yang
keliru. Oleh karena itu, sebelum mengajarkan suatu ilmu pengetahuan, maka syarat
utamanya adalah tidak sekedar paham, akan tetapi dapat mengimplementasikannya.
Seseorang yang berilmu pengetahuan tentu akan memahami bahwa ilmu itu
tidak hanya dijadikan sebagai pengetahuan individu dan memperkaya wawasan
semata. Tetapi, pengetahuan musti diajarkan kepada orang-orang yang ada disekitar
kita. Sebab, mengamalkan ilmu pengetahuan kepada seseorang merupakan kewajiban
yang musti dilakukan. berkenaan dengan hal tersebut Nabi Muhammad saw. bersabda
dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud:
ة به ي ق ال م ى بري ن ن مه ب ج ل اللهب ه و ج ل ا ه و ت ك ف ن ل ع ن ع ل ئ س ن ه
Artinya:
Barangsiapa yang ditanya tentang suatu ilmu, kemudian ia
menyembunyikannya, maka ia akan diberi kekang dari api pada hari kiamat.24
22 Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cet; XII, Jakarta Timur: PT Balai
Pustaka, 2014), h. 14. 23
Https://Kbbi.Web.Id/Ajar.Html. Diakses Pada Hari Senin, 18 Juni 2018. 24 Abi Daud Sulaiman Ibnu al-Asi’as al-Sijsitani al-Azdi, Sunan Abu Daud, Juz IV (beirut:
Dar Ibn Hazm,1997), h. 42.
16
Penjelasan di atas, mengandung makna himbauan kepada setiap elemen tanpa
terkecuali, untuk senantiasa menyampaikan kepada khalayak terkait ilmu
pengetahuan, apalagi ketika hal tersebut bersangkutan dengan kemaslahatan bersama.
Ajaran merupakan kata universal yang membutuhkan pengertian lain agar
menemukan maknanya antara lain:
a. Ajaran syariat secara umum
Syari’at menurut istilah, pada mulanya mempunyai arti yang luas, tidak hanya
berarti fikih dan hukum, tetapi, mencakup pula akidah dan akhlak. Dengan
demikian, syariat mengandung arti bertauhid kepada Allah, menaati-Ny, beriman
kepada rasul-Nya, kitab-kitab-Nya dan hari pembalasan. Pendeknya syari’at
mencakup segala sesuatu yang membawa seseorang menjadi muslim.
Dr. H. Baharuddin Ali menyatakan bahwa syari’at hal yang meliputi shalat,
zakat, puasa dan haji. Sebagai bentuk kewajiban bagi setiap muslim untuk
mengaplikasikannya. Seseorang yang mengerjakan harus mengikuti tuntunan dari
sumber utama ajaran Islam al-Qur’an dan Hadits.25
b. Teologi
Teologi, sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dasar dari suatu
agama. Setiap orang yang ingin menyelami seluk beluk agamanya secara
fundamental, perlu mempelajari teologi yang terdapat dalam agama yang di
anutnya. Mempelajari teologi akan memberi seseorang keyakinan-keyakinan yang
mendasar pada landasan kaut, yang tidak dapat diombang ambing oleh peredaran
zaman26
.
25 Baharuddin Ali, Pengembangan Metode dan Materi Dakwah Pada Penyiaran Islam Di RRI
( Makassar: Alauddin University Press, 2012), h. 135. 26. Harun Nasution, Teologi Islam Aliran Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Cet; V.
Jakarta: Universitas Indonesia, 1986), h. IX.
17
Munurut syaikh Muhammad Abduh, dalam pengantar teologi Islam
mengatakan ilmu tauhid juga dapat dikatakan sebagai ilmu kalam atau teologi.
Ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat- sifat wajib
Allah, sifat-sifat Jaiz serta sifat- sifat yang mustahil bagi Allah27
.
Menurut Ibnu Khaldun mengatakan bahwa ilmu kalam atau teologi Islam
ialah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan iman dengan
menggunakan dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang
meyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli
sunnah28
.
Dengan demikian, teologi merupakan ajaran yang memiliki indikasi
pembelajaran terkait dengan ilmu ketuhanan, baik dari tauhid, aqidah maunpun
sifat-sifat wajib bagi Allah swt.
c. Ajaran tarekat dan zikir
Tarekat adalah suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah,
dengan mengamalkan ilmu tauhid, fikih dan tasawuf29
. Tarekat juga mengacu
kepada suatu sistem latihan meditasi maupun amalan-amalan baik zikir, wirid, dan
sebagainya. Yang dihubungkan dengan sederet guru sufi. Juga dapat diartikan
sebagai organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang khas30
.
Menurut beberapa tokoh dalam memberikan pendapat tentang tarekat antara
lain:
27 Marhaeni Saleh, Pengantar Teologi Islam (Makassar: Alauddin University Press, 2014). h.
2. 28. Salihun A. Nasir, Pemikiran Kalam Sejarah, Ajaran dan Perkembangannya (Jakarta:
Rajawali Pers, 2010), h. 3. 29. Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsabandiyah (Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru, 2005), h.
6. 30
.Sri Mulyati, Mengenal Dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah Di Indonesia (Jakarta:
Kencana, 2005), h. 8.
18
Harun nasution, mengatakan bahwa tarekat berasal dari kata tariqah yaitu
jalan yang harus ditempuh seorang sufi dengan tujuan agar dapat sedekat mungkin
dengan Tuhan. Tarekat kemudian mengandung arti organisasi, tiap tarekat
mempunyai syekh, upacara ritul dan bentuk zikir sendiri31
Aboe Bakar Atjeh dalam buku tarekat dituliskan oleh Rahmi Damis
mengatakan bahwa tarekat itu artinya jalan, petunjuk dalam melaksanakan suau
ibadah seusai denga ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan
dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in, turun temurun sampai kepada guru-guru,
sambung menyambung dan merantai. Atau suatu cara mendidi dengan proses
waktu akan membentuk suatu kumpulan kekeluargaan, sefaham dan akhirnya
sealiran, guna memudahkan menerima ajaran-ajaran dan latihan dari para
pemimpinnya dalam satu ikatan32
.
Subtansi tarekat pada dasarnya terletak dalam kegiatan zikir. Zikir dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Zikir melalui hati dan zikir dengan pengucapan
lisan.
Zikir dengan lisan ialah menyebut Allah dengan berhuruf dan bersuara. Dzikir
ini sukar melakukannya secara terus menerus, karena banyak kesibukan yang
mengganggu. Mencari nafkah dan berusaha menutupi keperluan hidup dapat
melengahkan. Sedangkan zikir dalam hati, ialah mengingat atau menyebut Allah
dalam hati. Tidak berhuruf dan bersuara. Zikir tersebut walaupun keadaan sibuk
tidak akan begitu mengganggu33
.
31 Harun Nasution, Falsafah dan Mistisime Dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1998), h.
89. 32 Rahmi Damis, Tarekat (Makassar: Alauddin University Press, 2015), h. 46. 33 Faud A. Said, Hakikat Tarekat Naqsabandiyah (Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru, 2005),
h. 53.
19
Jika zikir dengan lidah dan diperkuat dengan zikir hati, maka hal itu lebih
sempurna. Jika diperkuat lagi dengan menghadirkan pengertiannya, maka hal itu
leih sempurna lagi dan berharap kepada Allah itu dilakukan dengan sepenuh hati
dan ikhlas, maka itulalh punya zikir yang paling tinggi.
Imam Fakhrur Razi yang dituliskan oleh Faud Said menyataan bahwa yang
dimaksudkan dengan zikir lisan ialah mengucapkan kalimat suci dengan lidah
seperti mengucapkan Subhannallah, Alhamdulillah, La ilahaaillallah, Allah, dan
sebagainya yang bersifat memuji kepada Allah swt34
.
2. Peran Murid
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, peran dapat diartikan sebagai perangkat
tingkah yang diharapkan dimiliki seseorang yang berkedudukan dalam masyarakat35
.
tentu pada pengertian ini yang dimaksudkan adalah seseorang yang mempunyai
kompetensi memadai dalam masyarakat.
Peran merupakan suatu konsep berkenaan dengan hal yang dapat dilakukan
oleh individu dalam masyarakat. Setiap peran bertujuan agar seseorang yang
melaksanakan peran tadi terjalin hubungan yang baik antar keduanya.
Peran atau peranan juga merupakan aspek dinamis kedudukan. Peranan itu
dapat dikatakan berjalan ketika seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya36
. Dewasa ini, ketika mencermati dengan seksama dalam
masyarakat, maka tidak sedikit dari mereka yang mengalami ketimpangan atas
tanggungjawab yang diberikan kepadanya, kecuali mereka yang berkesadaran. Sebab
peran adalah sebuah tanggungjawab yang terus bergandengan dengan amanah.
34 Faud A. Said, Hakikat Tarekat Naqsabandiyah , h. 58. 35 Https://Kbbi.Web.Id/Peran.Html. Diakses Pada Hari Senin, 18 Juni 2018. 36 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 212.
20
Dalam kehidupan bermasyarakat ada beberapa peranan yang dapat dilakukan
oleh seseorang, tetapi hal demikian tergantung dari mana pembentukannya. Sama
halnya dengan mereka yang mendalami suatu ilmu khususnya ilmu agama, maka
peran yang dimainkan adalah bagaimana pengetahuan kegamaan yang diperoleh
dapat diamalkan. Tidak hanya amalan individu semata namun pengamalan yang
bersifat kolektif.
Suatu peranan yang melekat pada diri seseorang tentu harus dibedakan
dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Peran lebih banyak menunjuk pada
fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Peranan dapat meliputi tiga hal,
yakni:
a. Peranan meliputi norma-norma yang dapat dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat.
b. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat37
.
Peran yang dilakukan individu dalam hal ini adalah seseorang yang telah
memperoleh ilmu pengetahuan dari guru atau mursyidnya yang dikenal dengan murid
atau salik.
C. Upaya dalam Mengembangkan Suatu Ajaran
1. Pengertian Mengembangkan
Mengembangkan dalam kamus bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai
membentangkan dan menjadikan maju38
. Sehingga kata mengembangkan dapat di
maksudkan juga sebagai sebuah aktifitas yang bertujuan untuk menyebarkan luaskan
37 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 213. 38 Https://. Kata. Web. Id. Mengembangkan. Diakses, Rabu 1 agustus 2018.
21
suatu hal agar dapat diketahui oleh banyak orang. Seperti halnya dengan penyebaran
suatu ajaran.
Mengembangkan suatu ajaran dalam tatanan masyarakat tentu tidak terlepas
daripada sebuah usaha atau gerekan. Sebab, pengenalan suatu ajaran dikalangan
masyarakat yang tidak berlandaskan dengan usaha yang sungguh-sungguh, tentu akan
mengalami kemungkinan terjadinya stagnasitas pada ajaran tersebut.
Pengembangankan suatu ajaran dalam kalangan masyarakat tergantung dari
metodologi yang digunakan. Karena dalam konteks psikologi masyarakat tentu
memiliki keragaman dari berbagai elemen. Oleh karena itu, penting bagi subjek
mengetahui dengan baik kondisi daerah tersebut agar terjadi sinkronisasi.
2. Faktor yang menyebabkan ajaran tidak berkembang
Sikap optimis setiap individu memang bukan suatu hal yang dapat dihindari.
Tetapi, sebagai subjek yang memiliki peran penting dalam masyarakat harus
mengetahui batasan apalagi ketika memberikan suatu pengajaran pada masyarakat.
karena tindakan demikian dapat menjadi penghambat dalam berkembangnya ajaran.
Berikut beberapa faktor sikap yang dapat menjadi pemicu akan gagalnya suatu
pengembangan ajaran.
a. Sikap ekstrim atau terlalu berlebihan dalam menjalankan aturan agama.
Terlalu berlebihan atau memaksakan diri dalam melakukan amaliyah ibadah
tanpa mempertimbangkan setuasi dan kondisi diri, baik fisik, kesehatan maupun
psikis karena hal demikian merupakan salah satu pemicu munculnya penyakit
Futuur. Futuur adalah salah satu bentuk penyakit rohani, yang dapat menimbulkan
sikap pemalas, lamban dan santai. Walaupun awalnya sangat menggebu untuk
22
bertindak. Oleh karena itu, ajaran Islam memberi perhatian lebih atas pentingnya
menjaga kesehatan dan menjaga keseimbangan39.
b. Memisahkan diri dari berjamaah dan lebih mengutamakan hidup menyendiri
Pejuangan dalam meniti dakwah ada banyak rintangan dan halangan
menghampiri. Oleh sebab itu, dalam proses tersebut aktifitas yang kita lakuakn
adalah kolektifias atau berjama’ah. Karena ketika kita lebih mengutamakan diri
sendiri tanpa memandang yang lain, maka yang berkembangan adalah perpecahan
dan bercerai berai. Sikap seperti itu, tidak lagi menjadi mobilisasi dalam
mengembangkan tetapi, membawa pada aspek kemunduran40
.
Persoalan tentang bercerai berai, Allah swt. mengingatkan kepada dalam al-Qur’an
surah Ali-Imran ayat 105.
ين ن ع ذ اة ع ظ ئ ك ل ه أ ول ت و ه ن ٱل ب ي ن بء ب ج ن ب ع د ه ق ىا ه ت ل ف ىات ف ز ٱخ ين و ت ك ىن ىا ك ٱلذ ل و
Terjemahnya:
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan
berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka
itulah yang mendapat siksa yangb berat “(Qs.Ali-Imran 3:10541
).
Ayat di atas menghimbau kepada manusia agar menjunjung tinggi kolektifitas
atau hidup berjamaah, dan tidak memisahkan diri dari orang-orang. Karena hal-hal
kecil demikian jika dikerjakan bakal menjadi salah satu pemicu gagalnya
pendekatan individu dalam bermasyarakat.
39 Sayyid M. Nuh, Penyebab Gagalnya Dakwah (Cet, 1; Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h.
16. 40
Sayyid M. Nuh, Penyebab Gagalnya Dakwah (Cet, 1; Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h
. 22. 41
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Al-Qur’anul Karim
Kepunyaan Raja Fahd, 1971), h. 93.
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan sebuah proses ilmiah berupa cara untuk
memperoleh data yang dapat digunakan dalam kepentingan penelitian ilmiah. Berikut
tahapan atau metode yang digunakan penulis:
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis penelitian
Sugiyono menyatakan bahwa pada penelitian kualitatif, pengumpulan data
dilakukan pada natural setting dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada
observasi, berperanserta, wawancara mendalam dan dokumentasi.42
Sedangkan
menurut Jane Richie mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah upaya untuk
menyajikan dunia sosial, dan prespektifnya di dalam dunia, dari segi konsep,
perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti43
.
Jenis penelitian kualitatif tentu mengharuskan kepada peneliti untuk turun
kelapangan dan melihat secara langsung fenomena yang sedang berlangsung dan
pastinya terkait dengan judul yang ada, yakni penelitian tentang Peran Murid dalam
Mengembangkan Ajaran Imam Lapeo di Campalagiang.
2. Lokasi Penelitian
Terkait dengan lokasi penelitian, maka sasaran penelitian ini dilakukan di
Kecamatan Campalagiang, Kabupaten Polewali Mandar. Daerah tersebut jika diukur
secara kuantitas, maka bagi daerah penulis memiliki jarak tempuh satu jam lebih
42
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), h.
63. 43
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. XXVI; Bandung: Rosda, 2009), h.
6.
24
dengan menggunakan alat transportasi kendaraan roda dua dengan kecepatan rata-rata
80 km. Sehingga dengan jarak tempuh yang jauh ini, menjadi bahan pertimbangan
bahwa penulis tidak mendeskripsikan hasil penelitian secara subjektif.
B. Pendekatan Penelitian
Untuk melakukan suatu penelitian, maka seorang peneliti tentu mempunyai
pendekatan demi menghasilkan data-data secara objektif di lapangan. Berikut
pendekatan yang digunakan peneliti:
1. Pendekatan Filosofis
Adalah metode pendekatan yang digunakan untuk mendekati objek
permasalahan secara mendalam dan dapat dijangkau oleh pikiran yang logis44
.
Ketertarikan penulis menggunakan pendekatan ini, karena pendekatan filosofis
menunjukkan fakta bahwa akal memainkan peran yang fundamental untuk melakukan
pencaharian atas ajaran tersebut. Sebab, pendekatan filosofis juga tidak terlepas dari
tiga cabang filsafat yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi.
2. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis adalah suatu pendekatan yang menggunakan logika-
logika dan teori sosial baik teori klasik maupun modern untuk menggambarkan
fenomena sosial keberagamaan terhadap fenomena lain yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas.45
Pendekatan sosiologis sengaja penulis masukkan karena
merujuk pada judul yang berbicara perkembangan.
44 Sayuthi Ali, Metodolog Penelitian Agama ( Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002), h. 67. 45 U. Maman dkk, Metodologi Penelitian Agama Teori dan Praktik (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 127-128.
25
3. Pendekatan sufistik
Pendekatan sufistik adalah salah satu pendekatan dalam Islam yang bersifat
atau beraliran sufi. Perihal tersebut erat kaitannya dengan ilmu tasawuf yang
mengindikasikan pada aspek penyucian jiwa.
C. Sumber Data
Secara umum persoalan tentang sumber data pada penelitan kualitatif atau
lapangan dapat kita klasifikasikan dalam dua jenis. Kedua jenis inilah yang penulis
pakai sebagai acuan pokok dalam meneliti, yaitu:
1. Data primer
Data primer adalah data utama yang akan dilakukan melalui wawancara. Data
tersebut diperoleh dari sekumpulan informasi yang diberikan oleh informan dengan
memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan tujuan dari penelitian.
2. Data sekunder
Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar dari kata dan tindakan merupakan
sumber kedua atau data sekuder, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu,
penulis menggunakan beberapa sumber tulisan baik dalam bentuk skripsi, tesis,
desertasi serta buku-buku yang membahas hal tersebut sebagai bahan tambahan
dalam penelitian yang dilakukan.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data penulis menggunakan beberapa hal yang
memiliki relevansi dengan penelitian lapangan, yaitu:
1. Observasi
Adalah metode pengumpulan data dengan cara mengamati langsung terhadap
objek penelitian. Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan
26
data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh
perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang diinginkan, atau
suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan sosial dan gejala psikis
dengan jalan mengamati dan mencatat46
. Peneliti pada tahap ini akan mengutarakan
maksud dan tujuan peneliti terhadap informan sebelum melakukan wawancara, agar
dapat memperoleh informasi secara gamblang sesuai dengan variabel-variabel
penelitian dan memberi rasa nyaman terhadap informan dengan tidak memberikan
pertanyaan yang tidak relevan dengan tujuan penelitian.
2. Wawancara
Adalah suatu kegiatan komunikasi yang timbal balik. Menurut pandangan
Haris, wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan oleh
setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam setting alamiah, di mana
arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan
mengedapankan strut sebagai landasan utama dalam proses memahami47
. Sedangkan
menurut Deddy Mulyana, bahwa wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua
orang, melibatkan seseorang yang ingin memperolah informasi dari seseorang dengan
mengajukan pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu48
. Dengan demikian, untuk
menentukan informan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
sampling/purposive yaitu teknik pengambilan informan antara lain, informan yang
memiliki pemahaman terhadap ajaran Imam Lapeo. Oleh karena itu, peneliti
berencana menjadikan informan sebagai berikut:
46
Koentjaranigrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT. Gramedia, 1990), h.
174. 47
Haris herdiansyah, Wawancara Observasi dan Fokus Groups Sebagai Intrumen Penggalian
Data Kualitatif (Jakarta: Rajawali pres, 2015), h. 30. 48
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), 180-181.
27
a. Keturunan K. H. Muhammad Thahir baik anak maupun cucunya.
b. K. H. Nangguru Latif Busyra, ia adalah pimpinan pesantren Assalafiah Parappe
c. Imam Masjid.
d. Tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang ajaran Imam Lapeo
serta mengetahui bagaimana perkembangan ajaran tersebut.
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melihat dokumen-
dokumen dengan bentuk tulisan baik dari surat kabar, majalah, website, transkrip
percakapan, dan sebagainya.49
E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian kualitatif instrumen pokok adalah penulis sendiri yang hadir
secara langsung untuk mendapatkan data yang diingikan. Tetapi, dalam proses
penelitian dan bertindak pula sebagai insturmen, penulis menggunakan beberapa alat
bantu seperti: buku catatan, pulpen, dan alat perekam suara. Karena tidak semua
informasi yang didapatkan saat proses penelitian dapat ditangkap secara keseluruhan
oleh indra pendengar.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisis dengan menggunakan
analisis data menurut Miles dan Hubermen yang dikutip oleh Sugiyono, ia
mengatakan bahwa analisis ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data ini yaitu merangkum,
49Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Metodologi, Standar, Aplikasi dan Propesi Contoh Aplikasi
Evaluasi Program: Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kurikulum, Perpustakaan, Kuku Teks, Manajemen Berbasis Sekolah, Kartu Indonesia Pintar Sejahtera, Kartu Indonesia Sehat dan Program Dana Desa (Jakarta: Rajawali Pres, 2016), h. 471.
28
memilih hal-hal pokok, kemudian data tersebut disajikan dalam sebuah pola yang
sesuai dengan kajian, setelah itu ditarik sebuah kesimpulan yang menghasilkan
sebuah hepotesis dan deskripsi suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang
menjadi jelas50
.
Dalam menganalisis data yang tersedia, penulis menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Dimaksudkan sebagai proses pemilihan dari informasi yang diperoleh di
lapangan yang tercantum dalam catatan-catatan dan rekaman suara.
2. Penyajian Data
Adalah sekumpulan informasi tersusun secara sistematis yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3. Penarikan kesimpulan
Langkah selanjutnya dalam menganalisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan. Setiap kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat kebenaran
sementara dan akan berubah apabila ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Penarikan kesimpulan yang dilakukan
peneliti secara terus-menerus selama berada di lapangan.
50 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Salatiga: Satya Wacana, 1990), h. 91.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Geografis Campalagiang
Kecamatan Campalagiang merupakan salah satu dari enam belas kecamatan
yang ada di Kabupaten Polewali Mandar. Berdasarkan posisi geografisnya,
Kecamatan Campalagiang memiliki batas-batas: di sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Mapilli, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Teluk Mandar,
di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Balanipa dan Limboro, di sebelah
utara berbatasan dengan Kecamatan Luyo.
Luas wilayah Kecamatan Campalagiang tercatat 87,85 km² atau 43,3 persen
dari wilayah Kabupaten Polewali Mandar. Kecamatan Campalagiang terbagi atas satu
kelurahan dan tujuh belas desa, yaitu Kelurahan Pappang, Desa Sumarang, Desa
30
Ongko, Desa Lampoko, Desa Panyampa, Desa Botto, Desa Katumbangan, Desa
Laliko, Desa Padang Timur, Desa Katumbangan Lemo, Desa Agi-Agi, Desa Suruang,
Desa Parappe, Desa Gattungan, Desa Kenje, Desa Lapeo, Desa Padang, dan Desa
Bonde. Dari desa atau kelurahan tersebut, lima di antaranya memiliki pantai, yaitu
Desa Laliko, Desa Lapeo, Desa Kenje, Kelurahan Pappang, dan Desa Panyampa.
1. Jumlah Penduduk
Secara administrasi, wilayah Kecamatan Campalagiang pada tingkatan dusun
atau lingkungan, terdiri atas 4 kelurahan dan 84 dusun. Jumlah dusun dan kelurahan
antar desa jumlahnya bervariasi. Desa Katumbangan memiliki jumlah dusun
sebanyak 8 sedangkan desa lainnya rata-rata berjumlah 3 dusun saja.
Berdasarkan jumlah penduduk hasil pendataan pada tahun 2017 mencapai 55,
935 jiwa. Sedangkan jumlah rumah tangga mencapai 12.348 jiwa. Jika dilihat dari
distrbusi penduduk pada tingkat desa dan kelurahan, desa bonde memliki jumlah
penduduk yang paling banyak. Penduduk desa bonde berjumlah 4.970 jiwa atau
sekitar 9 persen dari penduduk Kecamatan Campalagiang.
Penduduk laki-laki dan perempuan Kecamatan Campalagiang masing-masing
berjumlah 26.865 jiwa dan 29.070 jiwa. Kepadatan penduduk mencapai 637 jiwa per
km². tingkat kepadatan penduduk antar desa bervariasi. Desa yang memiliki
kepadatan penduduk paling tinggi adalah Desa Bonde hingga mencapai 3.823 jiwa.
Sebaliknya kepadatan penduduk paling rendah adalah Desa Ongko dengan angka 221
jiwa per km².
31
Kemudian perlu diketahui hasil pendataan oleh pihak pemerintah Kecamatan
Campalagiang bahwa seluruh masyarakat yang merupakan domisili tetap. Tidak ada
di antara mereka yang beragama kecuali agama Islam.
2. Jumlah Pegawai Negeri Sipil
Kemudian masyarakat yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dibeberapa
instansi di Campalagiang dapat kita lihat pada tabel dibawah ini:
No Instansi Pemerintah Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Kantor camat 19 11 30
2 Kantor koramil - - -
3 Kantor polisi sektor - - -
4 UPTD Dikbudcam 6 6 12
5 Kantor urusan agama 11 6 17
6 Penerangan - - -
7 Dinas pertanian dan
pangan peternakan
10 2 12
8 Sosial - - -
9 BKKBN 1 1 2
10 Koperasi - - -
11 Puskesmas 10 43 53
12 Pengairan Mandar 2 - 2
13 PDAM 3 1 4
32
14 Kehutanan 4 - 4
15 PLN 1 - 1
Total 61 68 137
Dengan demikian jumlah keseluruhan Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di
seluruh instansi di Kecamatan Campalagiang mencapai 137 orang. Di antaranya laki-
laki berjumlah 61 orang dan perempuan berjumlah 68 orang.
3. Sektor Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan sumber daya
manusia. Tentunya sarana pendidikan yang baik bagi masyarakat syarat utamanya
adalah bangunan yang memadai. Olehnya itu, di Kecamatan Campalagiang telah
memberikan fasilitas pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai pada tingkah
sekolah menengah atas.
No Fasilitias Pendidikan Jumlah
1. Taman Kanak-Kanak 20 unit
2. Sekolah Dasar 43 unit
3. Sekolah Menengah Pertama 6 unit
4. Madrasa Ibtidainyah 10 unit
5. Madrasah Tsanawiyah 9 unit
6. Sekolah Menengah Atas 7 unti
33
7. Madrasah Aliyah 4 unti
Dengan jumlah sarana pendidikan yang memadai, tentu akan menjadi salah
satu pemicu motivasi bagi anak-anak di Kecamatan Campalagiang untuk terus
melanjutkan sekolah.
4. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan di Kecamatan Campalagiang tentu sangat dibutuhkan
oleh masyarakat setempat. Untuk memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat,
maka dibutuhkan sebuah bentuk sarana. Agar memudahkan masyarakat dalam
pengobatan medis. Oleh karena itu, Kecamatan Campalagiang menyediakan sarana
terhadap masyarakat yang meliputi:
No Sarana Kesehatan Jumlah
1 Puskesmas 2
2 Puskesmas Pembantu 3
3 Poskesdes 11
4 Polindes 1
5 Posyandu 65
5. Sumber Kelangsungan Hidup
Dalam dinamika kehidupan manusia tentu membutuhkan asupan agar dapat
mempertahankan kelangsungan hidup dan tentunya sumber utama adalah alam.
Begitulah sumber kehidupan masyarakat Kecamatan Camapalagiang. Tanaman
34
pangan yang banyak diusahakan adalah pemberadayaan padi sawah, jagung, ubi kayu
dan kacang hijau.
Kemudian, selain daripada tanaman pangan ternyata mereka juga melakukan
pengelolahan kebun, seperti kakao dan kelapa. Penamanan dalam jangka pendek pun
mereka juga lakukan dengan menanam jenis cabe, kacang panjang, tomat, terong dan
ketimun. Penghasilan lain ialah pemeliharaan ternak yamg terdiri dari, sapi potong,
kerbau, kuda, kambing, ayam buras dan terakhir ialah itik.
6. Tempat Ibadah
Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan sarana dalam melakukan
aktifitas. Sama halnya dengan Ibadah tentu memerlukan tempat untuk pelaksanaan
shalat dan kegiatan lainnya berhubungan dengan Ibadah. Sehingga masyarakat dapat
dengan mudah melaksanakan kewajibannya.
Dengan demikian di Kecamatan Campalagiang yang merupakan seratus
persen penduduknya adalah umat Islam. Menyediakan fasilitas ibadah dari semua
kelurahan dan desa, dengan jumlah masjid 104 dan musholla berjumlah 14 unit.
7. Pusat Ekonomi
Pasar adalah pusat perdagangan yang merupakan tempat terjadinya transaksi
antara penjual dan pembeli. Dari sekian jumlah 17 desa dan satu kelurahan yang ada
di Campalagiang, hanya terdapat dua desa yang merupakan pusat perbelanjaan yakni,
Desa Bonde dan Desa Sumarang51
.
B. Ajaran K. H. Muhammad Thahir Yang dikembangkan Oleh Murid
Di dalam Islam, seringkali didengar kata mazhab dari berbagai sumber, baik
dalam bentuk tulisan maupun lisan seseorang. Kata mazhab sendiri mengarah pada
51
Badan Pusat Statistik Kabupaten Polewali Mandar, Kecamatan Camapalagiang dalam
Angka 2017, Polewali Mandar: CV. Prima Mandiri, 2017.
35
suatu golongan atau individu yang menjadikan hal itu sebagai pedoman. Secara
umum, semua mazhab tentu memiliki landasan yang benar karena referensi pokok
yang menjadi acuan ialah al-Qur’an dan hadist. Keduanya merupakan mobilisasi yang
dapat menghubungkan manusia agar senantiasa mendekatkan diri kepada Allah swt. .
Diketahui pula bahwa dalam Islam, ada empat mazhab ahli fiqh yang
merupakan sentral umat Islam. yakni: mazhab Hanafi, mazhab Hanbali, mazhab
Syafi’i dan mazhab Maliki. Berkiblat pada mazhab Syafi’i dapat kita ketahui
perkembangannya di Indonesia, karena mazhab tersebut juga menjadi salah satu
panduan konsep Ahlu Sunnah Waljamaah.
Perkembangan Ahlu Sunnah Waljamaah tidak lagi menjadi sesuatu yang
baharu dalam kalangan umat Islam di Indonesia. Sebab, Imam Lapeo dalam
mendakwahkan syariat Islam khususnya di Mandar juga berlandaskan pada konsep
Ahlu Sunnah Waljamaah yang dipertajam dengan mazhab Imam Syafi’i52
.
Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan cucu Imam
Lapeo bernama Hj. Nurlina Muhsin mengemukakan dalam bahasa Mandar bahwa:
Mua melo’o ma issang ajaranna Imam Lapeo itai tappami ajaranna Ahlu
Sunnah Waljamaah. ilalang nasammi iting,o pa’guruanna53
.
Artinya:
Jika ingin mengetahui ajaran Imam Lapeo, dapat diketahui melalui konsep
ajaran Ahlu Sunnah Waljamaah. Semua ajarannya yang berbasis syairat Islam
ada di dalam..
Sebagian dari ajaran pokok Imam Lapeo dapat diketahui dalam pelaksanaan
ibadah sunnahnya serta kegiatan berzikir kepada Allah swt. Tahiryanti juga
52
Syarifuddin Muhsin, Cuplikan Perjalanan Hidup K. H. Muhammad Thahir Imam Lapeo
1839-1952, Lapeo, 08 Mei 2004.
53 Nurlina (77), Pengurus Tahfid al-Qur’an Masjid Nur At- Taubah, Wawancara, Lapeo 8 Juli
2018.
36
menyatakan bahwa konsep ajaran Imam Lapeo selain Ahlu Sunnah Waljama’ah ia
juga memiliki konsep ajaran yang dikenal dengan sebutan zikrullah. karena ia terus
menerus melakukan zikir kepada Allah swt54
. Olehnya itu, pada bagian selanjutnya
peneliti akan mengurai ajaran Imam Lapeo yang berhasil diperoleh di lapangan,
Berikut ajarannya:
1. Ajaran Syariat
Syariat merupakan jalan utama yang ditempuh terlebih dahulu oleh seseorang
untuk selanjutnya mempelajari ajaran-ajaran yang lain, seperti ajaran tarekat, hakikat
hingga pada tahap ma’rifat. Pokok-pokok dalam ajaran syariat paling utama adalah
mempelajari dengan benar rukun Islam, rukun iman, tauhid dan aqidah. Karena
keyakinan seorang hamba kepada Tuhan menurut Latif Busyra adalah dengan
mempelajari dan mengimplemantasikan ajaran dasar Islam tersebut55
.
Menurut Hj. Marhumah Thahir, ia merupakan anak satu-satunya Imam Lapeo
yang masih hidup hingga sekarang mengatakan bahwa syariat itu di ibaratkan seperti
perahu, maksudnya adalah ketika seseorang ingin berlayar maka pertama yang harus
diperbaiki adalah perahu. Ketika perahu telah baik barulah dapat digunakan untuk
berlayar dan mendapatkan tujuan yang ingin dicapai di laut56
. Perumpaan demikian
dimaksudkan agar tidak terjadi kekeliruan dalam mengamalkan ajaran Islam.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa mengapa seseorang harus memperbaiki
terlebih dahulu ajaran syariat sebelum belajar yang lain, karena tidak sedikit orang
saat ini belajar tentang tarekat tapi tidak melaksanakan shalat. Sehingga pengamalan
54
Tahiryanti (43), Pembina Pantu Asuhan Nahdiyat, Wawancara, Veteran Selatan Makassar, 4 Agustus 2018.
55 Latif Busyra (78), Pimpinan Pondok Salafiyah Parappe, Wawancara, Parappe 13 Juli 2018.
56 Marhumah Thahir (110), Pembaca Do’a Perziarah Makam Imam Lapeo, Wawancara,
Lapeo 10 Juli 2018.
37
atas syariat yang merupakan dasar Islam mereka tinggalkan. Ketika seseorang belajar
tarekat tanpa melalui syariat terlebih dahulu, maka mereka hanya akan pandai
berbicara namun tidak ada bentuk pelaksanaan57
.
a. Shalat dan Sedekah
Dalam Islam seruan yang paling dasar dilakukan ialah menjalankan ibadah
shalat sebagai salah satu bagian dalam rukun Islam, seperti shalat wajib. Namun,
melaksanakan shalat wajib juga musti disertakan dengan shalat Sunnah. karena
Imam Lapeo semasa hidupnya menganjurkan agar seseorang tidak melepaskan
ibadah sunnah. Seperti shalat sunnah sebelum shalat wajib, shalat tahajjud, shalat
fajar, shalat dhuha dan shalat witir. Semua itu dikerjakan dan ditunaikan oleh
Annangguru Imam Lapeo sesuai dengan ajaran nabi Muhammad saw. Sehingga
ajaran-ajaran inilah yang kemudian diajarkan oleh Imam Lapeo terhadap
masyarakat yang belum mengenal Islam secara kaffah pada zamannya58
.
Menurut Tsabit Najamuddin khusus dalam pelaksanaan shalat subuh, ia
menyatakan bahwa ketika hari sudah masuk dalam Jum’at subuh, diserukan oleh
Imam lapeo agar senantiasa melakukan sujud tilawah dengan membaca surah al-
Waqi’ah dan surah al-Insan. Lebih lanjut, mengatakan bahwa ia mengharuskan
kepada anak cucunya untuk menghafalkan surat al-Waqiah tersebut dan
mengamalkannya setiap menunaikan ibadah shalat subuh pada hari Jum’at.
Sehubungan dengan shalat menurut Tajuddin, Imam Lapeo dalam mengajak
seseorang untuk menunaikan ibadah shalat tidak secara langsung berkata kepada
masyarakat mari kita menunaikan shalat berjama’ah, tetapi masyarakat sendiri
57
Marhumah Thahir(110), Pembaca Do’a Perziarah Makam Imam Lapeo, Wawancara, Lapeo 10 Juli 2018.
58 Marhumah Thahir (110), Wawancara, Lapeo 10 Juli 2018.
38
yang memiliki kesadaran. Sebab, cara memikat yang digunakan Imam Lapeo
adalah menyedekahkan hartanya berupa makanan, kemudian menyimpan makanan
itu di masjid. Lalu, mengajak masyarakat untuk datang makan bersama dan cara
tersebut dilakukan secara rutinitas. Sehingga, secara tidak langsung akan
menimbulkan kesadaran dan rasa tidak nyaman dihati masyarakat jika mereka
tidak ikut serta dalam melaksanakan shalat berjama’ah59
.
K. H. Latif Busyra. Juga mengatakan bahwa Imam Lapeo semasa hidupnya
dapat dikatakan seluruh hartanya digunakan untuk bersedekah di jalan Allah swt.
karena keyakinan dari Imam Lapeo, bersedekah itu tidak mengurangi harta kita
bahkan bertambah jika cara memberinya disertai dengan keikhlasan60
.
Tahiryanti juga berpendapat bahwa Imam Lapeo seketika ia mendapatkan
rejeki dari Allah swt. maka hari itu juga harta yang ia peroleh akan habis, karena
semua rejeki yang didapatkan langsung disedekahkan kepada orang-orang yang
lebih membutuhkan61
.
Penjelasan di atas terkait dengan shalat dan kegiatan bersedekah, sebagaimana
diungkapankan oleh Tsabit Najamuddin berlandaskan ayat dalam QS. al-
Baqarah/2:3, yaitu:
Terjemahnya:
59
Tajuddin (43), Dosen STAIN Majene, Wawancara, Bonde 11 Juli 2018. 60
Latif Busyra (82), Pempinan Pondok Assalafiyah Parappe, Wawancara, Parappe, 12 juli
2018. 61
Tahiryanti, (46), Pembina Panti Asuhan Nahdiyat, Wawancara, Veteran selatan Makassar,
4 Agustus 2018.
39
“Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan
menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepadanya”62
.
Perintah Allah swt dalam ayat tersebut, menjadi poin penting bagi seseorang
yang benar-benar menyakininya. Sehingga ayat itulah menjadi landasan Imam
Lapeo atas pengamalannya dan mengajarkan kewajiban mendirikan shalat serta
menyedekahkan sebagian harta yang dimiliki dengan niat menolong karna Allah
swt63
.
b. Barazanji
Marhumah menyatakan bahwa Imam Lapeo selain mengajarkan unsur-unsur
syariat Islam sesuai dengan al-Quran dan hadist, ia juga mengajarkan pentingnya
memahami kandungan teks barazanji, karena barazanji merefresentasikan kisah
perjalanan Nabi Muhammad saw. Selain dari itu, barazanji juga berisikan banyak
teks-teks shalawat. Olehnya itu, ketika membaca barazanji, secara langsung
seseorang sedang bershalawat kepada Nabi Muahmmad saw.64
Hasyim Hadi, menambahkan bahwa dahulu Imam Lapeo tidak pernah luput
untuk menyampaikan kepada masyarakat agar senantiasa konsisten mengamalkan
membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw. Karena Nabi akan memberikan
syafaat di akhirat kelak bagi orang-orang yang senantiasa bershalawat
kepadanya65
. Jadi, penekanan dari Imam Lapeo adalah membaca shalawat kepada
Nabi merupakan kewajiban sebagaimana yang dijelaskan pada QS. Al-Ahzab/56,
yakni:
62
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Al-Qur’anul Karim Kepunyaan
Raja Fahd, 1971), h. 8. 63
Tsabit Najamuddin (73), Imam Masjid, wawancara, Manding, 24 Agustus 2018. 64
Marhumah Thahir (110), Pembaca Do’a Perziarah Makam Imam Lapeo, Wawancara,
Lapeo 10 Juli 2018. 65
Hisyam Hadi (75), Imam masjid Lapeo, Wawancara, Pambusungan, 18 Juli 2018.
40
Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Hai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah
salam penghormatan kepadanya66
.
c. Ziarah Makam
Berziarah kepemakaman orang-orang terdahulu apalagi makam para ulama
merupakan prilaku yang baik. Sebagaimana ungkapan K. H. Tsabit Najamuddin
cucu Imam Lapeo mengatakan bahwa ketika Imam Lapeo masih hidup ia
menganjurkan kepada keluarga dan masyarakat agar senantiasa mendoakan
keselamatan bagi orang-orang terdahulu serta melakukan ziarah dimakam para
ulama.
Karena hakikat berziarah ke makam tidak untuk mengharapkan sesuatu yang
lain, tetapi sebagai bentuk kesadaran setiap individu bahwa kelak tubuh ini juga
akan disemayamkan di dalam kubur. Oleh karena itu, berziarah makam adalah
salah satu bentuk mengingatkan pada kematian67
.
2. Maqam Penyucian Diri
Imam Lapeo dalam mengembangkan ajaran Islam sebagaimana terurai
dibagian awal pembahasan bahwa ia menggunakan jalan tasawuf atau sufisme sesuai
dengan konteks masyarakat. Salah satu bentuk ajaran yang menekankan pada aspek
keyakinan diluar dari jangkauan akal manusia. Sehingga jalan yang ditempuh oleh
Imam Lapeo justru dijustifikasikan oleh sebagian masyarakat sebagai tarekat.
66 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Al-Qur’anul Karim
Kepunyaan Raja Fahd, 1971), h. 427. 67 Tsabit Najamuddin (73), Imam Masjid, Wawancara, Manding, 24 Agustus 2018.
41
Hisyam Hadi cucu Imam Lapeo, mengatakan bahwa sebenarnya Imam Lapeo
itu tidak pernah mengajarkan tarekat dikalangan masyarakat, ia hanya mengajarkan
ajaran syariat yang sesuai dengan ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad saw.
Kalau pun Imam Lapeo bertarekat ia hanya bertarekat untuk dirinya sendiri dengan
terus melakukan zikir. Berzikir ia lakukan setiap hari bahkan mengerjakan suatu
pekerjaan pun Imam Lapeo tidak berhenti berzikir dalam hatinya dengan
menggunakan tasbih yang berukuran besar 68
.
Lebih lanjut, bahwa Imam Lapeo semasa hidupnya tidak pernah menyebutkan
nama tarekat yang ia anut, hanya saja orang-oranglah yang memberi penamaan
dengan menyatakan bahwa Imam Lapeo bertarekat Zadziliyah ataupun tarekat
Khalwatiyah. Padahal, ia sendiri tidak pernah mengakui bahwa dirinya bertarekat,
Imam Lapeo hanya terus mengamalkan amalan zikir sesuai yang diajarkan Nabi.
Salah satu alasan mengapa kemudian masyarakat berkata Imam Lapeo menganut
tarekat Zazdiliyah, karena ia pernah melakukan perjalanan ke Zadziliyah dan banyak
mengadopsi ilmu-ilmu didaerah tersebut khususnya ilmu kesalamatan dunia dan
akhirat serta ilmu yang dapat menghilang69
.
Akan tetapi, di dalam pengajaran yang dilakukan oleh Imam Lapeo meskipun
tidak ada kejelasan terkait dengan tarekat yang di anut. Ia memberi jalan atau sebuah
tahapan proses agar seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah swt.
Pertama, pengosongan jiwa merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
membersihkan diri atas sifat-sifat yang merasa lebih mampu dari orang lain, sikap
kikir kepada seseorang bahkan sifat sombong dan keangkuhan.
68
Hisyam Hadi (75), Imam masjid Lapeo, Wawancara, Pambusungan, 18 Juli 2018. 69 Hisyam Hadi (75), Imam Masjid, Wawancara, Pambusungan, 18 Juli 2018.
42
Tahapan tersebut sebagaimana dalam ajaran Imam Lapeo berupa kunci bagi
seseorang agar dapat mencapai pemahaman yang disebut dengan Cahaya Ilahiyah.
Karena dalam pandangan Imam Lapeo, menurut Marhumah bahwa mengosongkan
diri dan membersihkan hati itu merupakan pondasi awal. Karena ketika hati yang
kotor serta niat yang tidak ikhlas, hal tersebut tergolong orang yang sombong serta
mewujud kotoran dalam hatinya. Jika hati seseorang itu kotor, maka hal demikian
akan menjadi penghambat untuknya melihat Cahaya Ilahiyah.
Jalan menuju pengosongan diri, yang diajarkan oleh Imam lapeo yaitu
mengisi hati dan jiwa dengan sifat yang terpuji disebut sebagai sifat wajib bagi Allah
dengan jumlah 20. Yaitu: Sifat Wujud, Qidam, Baqa, Mukhalafatuhu Lil Hawaditsi,
Qiyamuhu Binafsihi, Wahdaniyyah, Qudrah, Iradah, Ilmu, Hayat, Sama’, Bashar,
Kalam, Qadiran, Muridan, Aliman, Hayyan, Sami’an, Basyirun, Mutakalliman. 20
sifat tersebut kiranya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti sifat
kasih sayang, pemurah, sabar, dan senantiasa memberi maaf kepada orang lain70
.
Salah satu upaya yang dilakukan Imam Lapeo, untuk membersihkan hati dan
pengosongan jiwa ialah dengan cara memahami proses kehidupan bahwa manusia
secara umum lahir dari sebuah proses perantara kedua orangtuanya. Kelahiran
manusia tentunya disambut dengan kasih sayang dan dibesarkan dengan kasih sayang
pula. Sehingga manusia yang menjalani kehidupan sejak lahir hingga menjadi anak-
anak remaja, dewasa pada akhirnya akan berakhir dengan kematian.
Bahkan ada pula diantara mereka yang tidak melalui proses kehidupan.
Karena kematian adalah rahasia yang bisa saja terjadi pada saat manusia baru lahir,
anak-anak, remaja dan masa dewasa. Dengan demikian, bahwa kasih sayang seorang
70
Marhumah Thahir (110), Pembaca Doa Penziarah Makam, Wawancara, Lapeo, 15 Juli
2018.
43
manusia terbatas pada proses kehidupan saja. Akan tetapi, kasih sayang yang abadi
adalah kasih sayang dari Allah swt71
. Dengan demikian, ketika pengosongan hati
telah dapat dilakukan oleh seseorang, maka dilanjutkan dengan proses pengisian.
Kedua pengisian, pada tahapan ini seseorang tentunya telah mampu
menghilangkan sifat-sifat buruk di dalam dirinya. Seperti sifat dengki, sombong
berburuk sangka kepada orang lain dan beralih untuk mengamalkan sifat-sifat yang
terpuji.
Beberapa cara Imam Lapeo dalam melakukan pengisian jiwa ialah melalui
sebuah dialog. Yang berlandaskan pada konsep Nur Muhammad. Adapun isi dari
pada dialognya adalah antara Allah swt sebagai sang pencipta sedang Nur
Muhammad sebagai yang diciptakan.
Allah swt : Akulah yang menciptakan kamu
Nur Muhammad : jika Engkau yang menciptakan aku, apa saksinya? Engaku baru
kulihat, maka sebaiknya kita masing-masing bersembunyi, siapa diantara kita yang
ditemukan, maka itulah hamba dan siapa yang tidak dapat ditemukan maka ia
menjadi Tuhan.
Allah swt : berkata kepada Nur Muhammad, bersembunyilah engkau terlebih dahulu.
Maka bersembunyilah Nur Muhammad di wajah, ingatan dan akal. Akan tetapi, Nur
Muhammad di tempat persembunyiaan ditemukan.
Allah swt : kembali mengatakan kepada Nur Muhammad silahkan sembunyi lagi.?
Nur Muhammad pun bersembunyi, dalam persembunyian yang kedua, Nur
Muhammad bertempat pada Iman dan taqwa. lagi-lagi Nur Muhammad ditemukan
oleh Allah swt.
71
Marhumah Thahir (110), Wawancara, Lapeo, 15 Juli 2018.
44
Nur Muhammad : Engkau lagi yang bersembunyi?
Allah swt bersembunyi. Dalam persembunyiannya Allah swt tidak ditemukan oleh
Nur Muhammad. Karena Allah bersembunyi di dalam waktu.
Allah swt : kemudian berkata carilah aku sungguh-sungguh, lalu Allah berpindah
menyembunyikan dirinya di Rahasia, juga Nur Muhammad tidak menemukannya.
Nur Muhammad : dimana Engkau bersembunyi, sedangkan suaru-Mu terdengar tapi
saya tidak lihat-Mu?
Allah swt : Aku bersembunyi di rahasia.
Kemudian Nur Muhammad mencarinya di rahasia, namun tidak sanggup membuka
matanya, karena cahaya terang yang tidak mampu ia lihat. Sehingga Nur Muhammad
berkata: Engkaulah yang menjadi Tuhan.
Allah swt : mana tanda kepercayaanmu dan dimana letak berdirinya kepercayaanmu?
Nur Muhammad : berkata Asyahadu An Laa Ilaaha Illallah
Allah swt: Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasuullah72
.
Dialog tersebut, menunjukkan makna kekuasaan dari Allah swt sebagai Maha
Pencipta, dan sekaligus menunjukkan keberadaan dari pada Nur Muhammad sebagai
yang diciptakan. Pada hakikatnya dialog tersebut mengisyaratkan bagaimana seorang
hamba senantiasa menanamkan Iman dan keyakinan akan kebesaran serta kekuasaan
Allah swt. Juga ketika sikap sombong serta keangkuhan masih menyelimuti diri,
maka dialog tersebut menyatakan manusia tidak akan pernah bisa menemukan Tuhan.
Oleh sebab itu, proses mengenal diri adalah dasar sebelum mengenal Allah swt.
72
Marhumah Thahir (110), Pembaca Doa Penziarah Makam, Wawancara, Lapeo, 15 Juli
2018.
45
Pada tahap pengisian selanjutnya adalah memberikan sebuah pemahaman
dengan mengkaji makna al-Fatihah secara mendalam. Dikatakan bahwa Surah al-
Fatihah tidak hanya sekedar dibaca dan dihafalkan begitu saja. akan tetapi benar-
benar diresapi dan dimaknai karena demikian itu merupakan bentuk dialog langsung
kita sebagai hamba dengan Allah swt.
Basmalah yang merupakan bagian dari surah al-Fatihah bermakna bahwa
ketika ingin memulai suatu pekerjaan termasuk membaca al-Fatihah, selalu diawali
dengan menyebut nama Allah. Olehnya itu, apapun yang kita kerjakan senantiasa
memulainya dengan membaca basmalah.
Bacaan itu membawa berbagai macam makna, dengan basmalah berarti
menyerahkan sepenuhnya pekerjaan yang kita lakukan atas Rahman dan Rahim-Nya.
Harapan tersebut merupakan bentuk aktualisasi nilai iman yang dipahami oleh
seseorang. Sama hal dengan kalimat Alhamdu adalah bentuk pengakuan memuji
kepada Allah swt73
.
Pujian itu merupakan manifestasi nikmat dan ridha Allah. Nilai iman dapat
juga dilihat dari kata Rabb yang berarti Tuhan yang memiliki, memelihara, tempat
manusia berlindung dan tempat mengharapkan limpahan rahmat. Akan tetapi, bentuk
pengakuan itu akan hadir apabila hati dan jiwa seseorang dilandasi dengan keimanan.
Kandungan lainnya adalah berhubungan dengan ketentuan atau hukum Allah
swt. di dalam Surah al-Fatihah juga terkandung elemen-elemen yang terkait dengan
kebahagiaan dunia dan akhirat. Perihal tersebut, selalu berhadapan dan berlawanan
seperti balasan atas perbuatan baik dan buruk, dunia yang fana dan akhirat yang
73
Nurlina(77), Pengurus Tahfids al-Qur’an Masjid Nur at-Taubah, Wawancara, Lapeo 8 Juli
2018.
46
kekal, serta kepatuhan dan ketundukan dalam kata Na’budu dan pertolongan dalam
kata Nasta’iim.
Kemudian, surah al-Fatihah juga pada bagian akhir ayat menunjukkan bentuk
permohonan seorang hamba agar senantiasa diberikan petunjuk kejalan yang benar
dalam kata Ihdinassiraatalmustakim merupakan tujuan akhir kehidupan di dunia ini74
.
Marhumah lebih lanjut mengatakan bahwa tahapan inilah yang digunakan
Imam Lapeo sebagai salah satu tolok ukur atas pemahamannya agar murid-muridnya
senantiasa mengamalkan khususnya ketika melaksanakan ibadah shalat. Sebab, surah
al-Fatihah adalah mobilisasi agar manusia dapat berdialog dengan Allah swt75
Ketiga pencapaian, pencapaian merupakan tahap yang paling tinggi di mana
tidak ada lagi tirai antara hamba dengan Tuhan-Nya. Karena manusia sudah mampu
melepaskan segala perbuatan yang menjadi penghalang akan kedekatan seorang
hamba dengan Tuhan-Nya dan mengamalkan segala sifat-sifat yang terpuji. Inilah
puncak akhir yang dikategorikan sebagai Waliullah atau Wali Allah swt.
Imam Lapeo senantiasa mengingatkan kepada anak cucunya bahwa barang
siapa yang ingin mencapai ridha dari Allah swt. maka, harus menempuh ketiga
tahapan tersebut. kuncinya adalah bersihkan hati dan jiwa dari segala sifat yang tidak
terpuji serta konsisten mengamalkan amalan yang benar. Karena ketika hati dalam
keadaan tidak bersih, maka hal demikian akan menjadi penghalang bagi manusia
dekat dengan Allah swt76
.
74 Nurlina (77), Wawancara, Lapeo 8 Juli 2018. 75 Marhumah Thahir (110), Pembaca Doa Penziarah Makam, Wawancara, Lapeo, 15 Juli
2018. 76 Marhumah Thahir (110), Wawancara, Lapeo, 15 Juli 2018.
47
3. Zikir Imam Lapeo Yang di Kembangkan Oleh Murid
Pada dasarnya zikir dapat diartikan sebagai bentuk pengucapan yang
dirangkai untuk memuji dan berdo’a kepada Allah swt. di dalam zikir tentu memiliki
kandungan sebagai bentuk pengagungan, memuliakan, mensucikan serta menyebut
sifat-sifat Allah swt77
. Zikir juga merupakan alat yang digunakan untuk mendekatkan
diri kepada Allah swt.
Beberapa ajaran tarekat yang ada, secara umum memiliki tujuan yang sama.
Hanya saja yang menjadi pembeda dari ajaran tarekat tersebut adalah
pengimplementasian. Sama halnya dengan zikir Imam Lapeo yang diajarkan sampai
hari ini masih diamalkan oleh sebagaian masyarakat Lapeo.
a. Zikir Setelah Shalat Subuh
Pada zikir tersebut, diucapkan ketika telah usai melaksanakan shalat subuh
dengan lafazd pertama ialah mengucapkan Asmaul Husna. Asmaul Husna dengan
jumlah 99 tidak diucapkan secara keseluruhan hanya ada beberapa yang di
lafazdkan di antaranya: ya latiful ya syafi, ya hafidzu ya syafi, ya karimu I’ndallah.
Kemudian dilanjutkan dengan membaca :
Lailaaha illallah dua kali kemudian mengucapkan maujud
Lailaaha illallah dua kali kemudian mengucapkan ma’bud
Laailaaha illallah dua kali kemudian mengucapkan ma’sum
Laailaaha illallah dua kali kemudian mengucapkan a’bud
77
Tasmin Tangngareng, Zikrullah: Kesaksian Para Sufi Dalam Mencapai Puncak Terdalam
Kesadaran Spiritual (T.t: Alauddin University Press, 2014), h. 16.
48
Ketika selesai membacakan zikir di atas, maka dilanjutkan dengan membaca
kalimat Laailaaha Illallah sebanyak 100 kali dengan khusuk tanpa ada gerakan
sama sekali. Setelah itu membaca kalimat Lailaah Illallah Muhammad
Darrasulullah dengan jumlah sebanyak 3 kali. Berhenti sejenak kemudian
melanjutkannya dengan zikir Allaaa Hu Allaaa Hu Allaaa Hu. Untuk zikir ini, di
ulang-ulang sebanyak mungkin. Ditinjau dari aspek filosofis, pengucapan
berulang-ulang untuk kalimat Allaaa Hu, diharapkan agar seseorang dapat lebih
dekat bahkan menimbulkan perasaan bersatu dengan Allah swt78
.
Marhumah Thahir mengatakan bahwa zikir tersebut memiliki penekanan yang
pada dasarnya berbeda dengan zikir yang lain. Zikir Imam Lapeo, menekankan
pada dua kata yakni Allaa dan Hu. Allaa pada hakikatnya dimaknai sebagai
pengakuan atas kekuaasaan Allah swt. dengan harakat yang panjang. Kemudian
pada kata Hu yang diucapkan dengan harakat pendek.
Pada zikir ini, ketika kalimat Allaaa Hu dipisahkan pada pengucapan, tentu
akan memiliki makna yang berbeda. Kata Allaa ditujukan kepada Allah swt.
sedangkan kata Hu yang berharakat pendek bermakna Cahaya Muhammad.
Sehingga zikir tersebut pada hakikatnya merupakan bentuk pengakuan hamba
terhadap Tuhan-Nya juga pengakuan atas Nabi Muhammad saw79
.
Seusai zikir Allaaa Hu, maka kembali membaca shalawat dan diakhiri dengan
membaca surah at-Taubah ayat 128-129.
78
Nurlina Muhsin (77), Pengurus Tahfids Di Masjid Lapeo, Wawancara, Lapeo 8 Juli 2018. 79
Marhumah Thahir (110), Pembaca Doa Penziarah Makam, Wawancara, Lapeo, 15 Juli
2018.
49
Terjemahnya:
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri,
berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-
orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah:
"Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku
bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung"80
.
Ayat tersebut dibaca berulang-ulang sebanyak tiga kali. Setelah itu melakukan
doa bersama.
Abdullah mengatakan bahwa dahulu ketika Imam Lapeo masih hidup, zikir
tersebut seringkali diamalkan setelah malaksanakan shalat subuh berjama’ah. Jadi
seseorang yang bertindak sebagai imam shalat, maka dialah yang akan memimpin
zikir tersebut kemudian dikuti oleh semua jama’ah yang masih berada dalam
masjid81
.
b. Zikir Keseharian Imam Lapeo
Nurlina muhsin mengatakan bahwa wirid yang dibaca Imam Lapeo setelah
melaksanakan shalat sesuai dengan wirid al-Ghazali, yaitu:
1). Senin :Laahaaula Walaakuwwata Illaabillahil A’liyyiil Azdiim di baca
sebanyak 1000 kali.
2). Selasa :Allaahumma Sholli Alaa Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiyii
Waalaaliihi Washohbihii Wasallam dibaca sebanyak 1000 kali.
3). Rabu :Astagfirullahal A’dziim dibaca sebanyak 1000 kali.
80 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Al-Qur’anul Karim
Kepunyaan Raja Fahd, 1971), h 208. 81 Abdullah (65), Masyarakat, Wawancara, Lapeo, 17 Juli 2018.
50
4). Kamis :Subhaanallahil A’dziim Wa Bihamdi dibaca sebanyak 1000 kali.
5). Jum’at : Ya Allah dibaca sebanyak 1000 kali
6). Sabtu : Laailaaha Illallah dibaca sebanyak 1000 kali
7). Minggu : Yaa Hayyu Yaa Qayyuum dibaca sebanyak 1000 kali.82
Dari tujuh macam zikir yang berbeda tersebut merupakan ajaran yang
diimplementasikan oleh Imam Lapeo ketika telah selesai melaksanakan shalat.
Zikir yang terus diamalkan juga oleh Imam Lapeo adalah bentuk zikirnya:
1). Zikirnya tubuh : Laailaahaillallah
2). Zikirnya nyawa : Allah
3). Zikirnya hati : Huwa
4). Zikirnya rahasia: Ah
Dari ke empat bentuk zikir diatas merupakan kunci dari pokok ajaran Imam
Lapeo, sebab pada zikir ini tidak hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
tetapi, juga sebagai penentu keselamatan manusia ketika sakratul maut telah tiba.
c. Wirid dan Doa Untuk Keselamatan
Pengembaraan Imam Lapeo mencari ilmu pengetahuan sehubungan dengan
keselamatan dunia, dalam bahasa Mandar disebut sebagai Pakena artinya
pakaiannya. Bacaan itu adalah sebuah doa sesuai dengan hadis Nabi Muhammad
saw. Adapun do’anya sebagai berikut:
Bismillaahi Tawakkaltu A’lallah Walaa Haula Walaa Quwwata Illaa
Bil’aahi. Kemudian dilanjut dengan mengucapkan Jibril, Mikail, Izrail,
Izrafil, Abu Bakar, Umar, Kiraman Katatibina Ya’lamuuna Maataf A’lun
Sang Nasangai Benteng Bassina Di Puangngallaahu Ta’ala Muhamma Di
Salakka’u Di Salakkaiang Dilafalang Allah A I U Membolongnga Di Puang
Allaahu Ta’ala.
82
Nurlina Muhsin (77), Pengurus Tahfids Di Masjid Lapeo, Wawancara, Lapeo 8 Juli 2018.
51
Artinya:
Dengan menyebut nama Allah, aku berserah diri kepada Allah, tiada daya dan
upaya dan tidak ada pula kekuatan melainkam izin Allah. Kemudian
menyebutkan nama malaikat dan sahabat nabi. Kata yang berawal dari Sang
sampai akhir merupakan bentuk pembentengan diri. Maksudnya ialah Tuhan
yang membentengi kemudian Muhammad yang menutupi sebuah lingkaran
diri. Sehingga kita dapat terselamatkan di mana pun kita berada dan tentunya
berlandaskan dengan keyakinan atas izin Allah swt83
.
Do’a tersebut dapat diamalkan atau dibaca ketika seseorang ingin
meninggalkan rumah dan berpergiaan. Fadilah dari do’a tersebut ketika diyakini
dengan jiwa yang bersih, hati yang ikhlas karna Allah. Insya Allah ia akan selamat
sampai kembali lagi kerumahnya.
Do’a yang lain adalah:
Allaahumma Innii Auuzdu Bika Anadlilla Au Azilla Au Udllima Au Ajhala
Yujhala’alayya.
Do’a demikian merupakan do’a pelindung diri Imam Lapeo dalam menempuh
hidup sehari-hari. Selain dari itu, Imam Lapeo ketika ingin keluar dari masalah
yang sangat sulit, ia kemudian berdo’a dan mengamalkannya dengan khusyuk.
Do’a yang dibacanya adalah do’a dari Nabi Yunus as. Yaitu:
Laa Ilaaha Illaa Anta Subhanaka Inni Kuntu Minadzolimiin.
Terjemah:
Tiada Tuhan kecuali Engkau, maha suci Engkau sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang zolim.
Do’a di atas diyakini oleh Imam Lapeo sebagai do’a yang dapat melepaskan
diri seseorang dari bahaya, kesusahan atau penyakit. Apabila ia menjadikannya
sebagai wirid sesudah melaksanakan shalat maka akan dibaca sebanyak 40 kali.
Imam Lapeo juga seringkali mengamalkan do’a hingga menjadikannya sebagai
wirid ketika sampai pada 10 Muharram setelah shalat dzuhur. Yaitu:
83 Hisyam Hadi (75), Imam Masjid, Wawancara, Pambusungan, 18 Juli 2018.
52
Hasbunallaha Wa Ni’mal Waakiil Ni’mal Maulaa Wa Ni’man Nasir. Waala
Haaula Waala Kuwwata Illaa Billahil A’liyyil A’zdim.
Terjemah:
Cukuplah Allah yang jadi penolong, dan sebaik-baik penolong adalah Allah.
Tidak ada daya dan kekuatan selain dari Allah.
Doa sekaligus wirid tersebut, biasanya diucapkan berulang-ulang sebanyak 70
kali dengan keadaan khusyuk dan tawadhu. Keyakinan Imam Lapeo pada wirid ini
ketika di amalkan, maka seseorang akan terhindar dari bahaya serta cobaan
duniawi84
.
d. Do’a Supattang dan Panggarra
K. H. Muhammad Thahir dikenal dengan orang yang memiliki kekuatan luar
biasa atau karomah. Ia memiliki ilmu menghilang dalam bahasa Mandar disebut
dengan Supattang serta ilmu agar tidak direndahkan atau ketika seseorang
menyepelehkan kita disebut sebagai Panggarakna baginda Ali.
Ilmu menghilang yang disebut Supattang. Imam Lapeo dalam
menggunakannya selalu mengawali dengan ucapan Iyanae Doanae Supattang dan
diakhiri dengan ucapan Narekko Naelorangi Puang Allah Ta’ala. Bahkan ilmu
dalam perang juga dikenal dengan istilah Ka Paya Ansar. Adapun bacaan tersebut
ialah:
Alifuka Rilalan Lino Ku Alefu Ri Mannannungeng Azzoe
Sikap dalam ilmu tersebut diberikan sebuah simbol atas keyakinan
sepenuhnya bahwa posisi seseorang berada pada bagian pusat bahwa Allah swt
84 Hisyam Hadi (75), Imam Masjid, Wawancara, Pambusungan, 18 Juli 2018.
53
dari atas, Abu Bakar di depan, Umar berada pada sisi kiri, Ali pada posisi bagian
kanan, dan Ustman pada sisi bagian belakang85
.
Sebagaimana yang dikatakan pada bagian atas bahwa kunci dari ilmu Imam
Lapeo adalah pengucapan akhir yaitu Narekko Naelorangngi Puang Allah Ta’ala
dan menambahkan kata Kunfayakun. Sedang yang dimaksudkan sebagai
Panggarra’na Baginda Ali kata Hasyim Hadi, terbagi dalam dua bagian. Salah
satunya ialah Panggarra’ yang dapat menyebabkan musuh tidak dapat melawan.
Do’a yang dibaca oleh Imam Lapeo terdapat dalam Surah al-Kausar:
Innaa A’tainaa Kalkausar Faa Shollii Lii Robbika Wanhar Innaa Syaanii Aka
Huwal Abtar
Pada pengucapan Innasyani maka hendaknya nafas ditahan kemudian
melepaskan suara yang keras dengan mengucapkan ah yang ditujukan pada lawan
yang dapat membahayakan diri. Dengan prinsip penuh keyakinan akan
pertolongan Allah swt86
.
4. Shalat Dalam Pemahaman Tarekat Menurut Murid
Mendirikan shalat merupakan suatu kewajiban yang harus ditunaikan tidak
hanya berdiri kemudian menghadap kiblat kemudian mengangkat kedua tangan untuk
takbir. Marhumah anak Imam Lapeo mengatakan
Me’di tau massubajang tapi andiangngi na tarima puangnga Allahu ta’ala
sambayanna, mengapa’I apa sala-sala carana mannia.
Artinya:
Ada banyak sekali orang yang shalat tapi Allah swt. tidak menerima
shalatnya, karena banyak yang salah dalam berniat. Sehingga dapat dikatakan
85 Hisyam Hadi (75), Wawancara, Pambusungan, 18 Juli 2018. 86 Hisyam Hadi (75), Imam Lapeo, Wawancara, Pambusungan, 18 Juli 2018.
54
shalat akan diterima oleh Allah ketika kekhusu’an kita mampu terjaga yang
diawali dengan niat benar87
.
Lebih lanjut dijelaskan Marhumah Thahir di dalam sebuah kitab Imam Lapeo
yang bertuliskan lontara bahasa bugis mengatakan bahwa:
Mua melo I tau mattakbir dilalang sambayang, maka pepeoloi alawemu lao di
baitullah, nyawa meolo lao dzi makka, ate meolo lao dzi sidrotal muntaha
anna mua rahasia meolo lao lauhul mahfudz 88
Artinya:
Jika kita ingin takbir dalam melaksanakan shalat, maka tubuh itu dihadapkan
ke Baitullah, nyawa menghadap ke Mekkah, hati menghadap ke Sidrotal
Muntaha dan rahasia dihadapkan ke lauhul Mahfuzd. Dengan demikian, kata
Marhumah di sinilah hakikat ajaran Imam Lapeo yang tidak banyak orang
mengetahuinya. Ketika seseorang memahami hal ini dengan baik, maka Insya
Allah shalat yang dikerjakan akan diterima Allah swt.
Hj. Nurlina Muhsin, juga mengatakan bahwa ketika seseorang ingin
mengerjakan ibadah shalat dan sebelum takbir hendaknnya mengucapkan terlebih
dahulu kalimat, Ilahi Anta Maqshudi Wa ridhoka Mathluubi Habbaika Ma’rifah.
Setelah itu, barulah kita berniat kemudian mengangkat tangan seraya menarik nafas
dan menahannya sejenak. Ketika tangan telah berada di pusat maka hembuskan nafas
setelah mengucapkan kalimat Akbar89
.
Menurutnya ajaran Imam Lapeo bahwa dalam melaksanakan shalat ada tiga
tempat di mana kita tidak boleh terlepas atas ingatan selain mengingat Allah swt.
salah satunya adalah mengangkat takbir, kemudian pada saat kita membaca surah al-
87 Marhumah Thahir (110), Pembaca Do’a Bagi Penziarah Makam Imam Lapeo, Wawancara,
Lapeo, 15 Juli 2018. 88 Marhumah Thahir (110), Wawancara, 15 Juli 2018. 89 Nurlina Muhsin (77), Pengurus Tahfids Di Masjid Lapeo, Wawancara, Lapeo 8 Juli 2018.
55
Fatihah yang berada pada ayat ke empat Iyyaaka Na’budu Wa Iyyaaka Nasta’iin,,
yang artinya: kepadamu aku menyembah dan kepadamu aku meminta pertolongan.
Ketika seseorang membaca ayat tersebut, kemudian ingatannya diluar dari
pada mengingat Allah swt. sebagai zat yang di sembah maka shalatnya tidak akan
diterima. Itu yang kedua, kemudian yang ke tiga ialah ketika seseorang melakukan
Tahiyat. Membaca Tahiyat dengan kalimat Syahdat Asyhadu Allah Ilaaha Illallah Wa
Asyhadu Anna Muhammad Darrasulullah dengan menarik nafas serta menahan
sejenak dan melepaskan nafas ketika telah mengucapkan kalimat Illallah. Juga
disertakan dengan mengangkat jari telunjuk ke atas90
.
Dengan demikian, dari beberapa ajaran yang dimiliki Imam Lapeo pada
hakikatnya Imam Lapeo memberikan pesan sebagaimana dikatakan Marhumah
bahwa kunci beragama, sebenarnya terletak pada kesungguhan serta komitmen kita
dalam beragama, artinya berIslam secara keseluruhan, memahami serta mengamalkan
Islam secara benar91
.
B. Usaha Murid Dalam Mengembangkan Ajaran K. H Muhammad Thahir
Sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa konsentrasi ajaran
Imam Lapeo bertumpuh pada konsep Ahlu Sunnah Waljamaah. ajaran yang
menegaskan bahwa kiblat dari pada ajaran Islam yang sesungguhnya ialah al-Qur’an
dan hadits nabi Muhammad saw.
Dengan konsep demikian, dijadikan sebagai bahan ajar Imam Lapeo terhadap
masyarakat serta murid-murid yang berguru kepadanya. Ditinjau dari segi kualitas
murid Imam Lapeo, hanya beberapa diantara mereka yang benar-benar belajar pada
90.Nurlina Muhsin(77), Pengurus Tahfidz Di Masjid Lapeo, Wawancara, Lapeo 8 Juli 2018. 91
.Marhumah Thahir (110), Pembaca Do’a Bagi Penziarah Makam Imam Lapeo, Wawancara,
15 Juli 2018.
56
tingkat spiritual khususnya anaknya. Tetapi, ketika berbicara dari aspek kuantitas
murid sebenarnya masih ambigu. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Tahiryanti
bahwa untuk mengetahui murid-murid Imam Lapeo juga masih memberi
ketidakjelasan, alasanya karena tidak sedikit orang yang menyatakan diri pernah
berguru kepada Imam Lapeo92
.
Ridwan berpendapat bahwa sistem yang dilakukan Imam lapeo dalam
mengajar masyarakat pada dasarnya berbeda pada umumnya, karena ia tidak
membentuk suatu organinasi sebagai wadah untuk bergerak. Ia hanya jalan sendiri
yang kemudian tiba di suatu daerah memberi pengajaran Islam kepada masyarakat
awam yang umumnya masih terikat dengan sistem kepercayaan yang primitif93
.
Persoalan demikian, dijelaskan oleh Zuhriah bahwa murid-murid Imam Lapeo
sebenarnya sangat banyak. Alasannya karena, setiap daerah yang telah dikunjungi
sebagai objek dakwahnya. Yang kemudian masyarakat menerima ajaran tersebut
dengan gamblang menyatakan diri bahwa ia adalah murid Imam Lapeo94
. Tetapi,
ketika menelaah lebih jauh murid Imam Lapeo yang dketahui sebagaimana ungkapan
Tsabit, antara lain: K.H. Najamuddin Tahir, K.H. Muhsin Tahir, Hj. St. Aisyah95
.
Mereka adalah anak sekaligus cucu Imam Lapeo serta ayah dari Abdul Djawat Kasim
ia adalah K.H. Muhammad Kacim.
Namun, hal itu tidak menjadi soal karena murid yang telah menerima ajaran
Imam Lapeo juga melakukan syiar dibeberapa daerah di Mandar. Meskipun, sekarang
murid Imam Lapeo secara menyeluruh telah wafat. Namun, pijakan atas usaha dalam
92 Tahiryanti (43), Pembina Panti Asuhan Nahdiyat, Wawancara, Veteran Selatan Makassar 4
Agustus 2018. 93 Ridwan Alimuddin (40), Pemerhati Sejarah, Wawancara, T.t, 15 November 2018. 94 Zuhriah, Pegawai Negeri Sipil, Wawancara. T.t, 17 November 2018. 95 Tsabit Najamuddin (73), Imam Masjid, Wawancar, T.t, 16 November 2018.
57
mengembangkan ajaran Imam Lapeo hingga kini masih terasa96
. Abdul Djawat
Kasim merupakan salah satu anak dari murid Imam Lapeo mengungkapkan bahwa:
Waktu saya masih kecil, bapak saya itu pergi ke beberapa daerah untuk
mensyiarkan ajaran Islam sebagai murid ia juga termasuk dalam pengembang.
Jadi, tidak hanya daerah Campalagiang saja, bahkan ia juga sampai ke daerah
Baruga, Kecamatan Majene serta daerah Mamuju.97
Ungkapan demikian, mendeskripsikan bahwa murid Imam Lapeo benar
melakukan pengembangan ajaran yang mereka peroleh. Ia tidak sekedar menerima,
tetapi berusaha pula dalam mengajarkannya kepada masyarakat.
Kegiatan demikian sebagai pelanjut Imam Lapeo dalam mengembangkan
ajaran syariat, juga sama yang dilakukan oleh Hj. St. Aisyah, ia merupakan anak
perempuan Imam Lapeo yang digelari sebagai seorang wali dalam keturunannya.
Dalam proses pengembangan yang dilakukan ia mendirikan panti asuhan yang
dikenal dengan panti asuhan nahdiyat dan memberikan ajaran-ajaran syari’at sesuai
pengetahuan yang diperoleh dari Imam Lapeo98
.
Hj. Aisyah sebagaimana ungkapan Tsabit bahwa dalam melanjutkan ajaran
syariat dan tasawuf yang didapatkan dari ayahnya. Ia juga bergerak lintas daerah
dalam berdakwah. Berbeda halnya dengan K.H. Najamuddin yang melanjutkan ajaran
Islam dalam ruang lingkup yang sama, ia tidak pernah keluar dari daerah
sebagaimana Imam Lapeo. Sedangan St. Aisyah, sebagai pengembang jejak dalam
berdakwah sama dengan Imam Lapeo, yang berpindah daerah ke daerah yang lain.
Bahkan kegiatan dakwahnya sampai di daerah Soppeng,. Tetapi, syiar yang dilakukan
96 Tahiryanti (43), Wawancara, Veteran Selatan Makassar, 4 Agustus 2018. 97 Abdul Djawat Kasim (83) , Imam Masjid Nurul Ihsan, Wawancara, Pappang, 13 Juli 2018. 98 Zuhriah(36), Pegawai Negeri Sipil, Wawancara. T.t, 17 November 2018.
58
tertuju pada kaum perempuan dalam sebuah majelis dan khusus pada ajaran tasawuf
ia mengajarkan dengan cara berhadapan berdua 99
.
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari sesama
umat manusia. Sehingga di manapun dan kapanpun pastilah mereka berinteraksi
dengan sesama untuk saling kenal mengenal sebagaimana firman Allah swt dalam
QS. Al-Hujarat/13, yaitu:
Terjemahnya:
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal100
.
Dengan dasar itulah murid Imam Lapeo dalam berinterkasi dengan sesama
tidak lupa menyampaikan apa yang diketahui tentang ajaran Imam Lapeo, dengan
menggunakan cara:
1. Pendekatan sosialogis
Djawat Kasim mengungkapkan bahwa mula-mula salah satu murid Imam
Lapeo sekaligus ayahnya sendiri, ketika ingin mensyiarkan ajaran Islam di Majene,
99 Tsabit Najamuddin (73), Imam Masjid, Wawancara, T.t. 16 November 2018. 100
. Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Al-Qur’anul Karim
Kepunyaan Raja Fahd, 1971), h. 518.
59
maka pertama yang ia temui adalah tokoh masyarakatnya. Konteks sekarang, dikenal
dengan sebutan kepala desa. Jika, ia telah mendapatkan izin dari pihak yang
bersangkutan, maka mulailah ia mempublikasikan ajaran diawali dengan mempelajari
al-Qur’an101
. Tentunya dengan pengajaran melalui bacaan al-Qur’an diharapkan lebih
khusyu’ dan menunjukkan apa yang disampaikan tidak bertentangan dengan al-
Qur’an.
2. Pendekatan pernikahan
Menurut penjelasan Tahiryanti bahwa murid murid yang melakukan
pengembangan ajaran juga menggunakan beberapa metode yang sama oleh Imam
Lapeo, yakni pernikahan. Model pendekatan seperti itu, memberikan sedikit
kemudahan bagi murid sebagai pengembangan dan rata-rata dari perempuan yang
dinikahi adalah anak perempuan dari orang yang berpengaruh dalam masyarakat102
.
C. Hasil Usaha Murid Dalam Mengembangkan Ajaran
Keberhasilan tentu bukan sesuatu yang terpisahkan dengan usaha. Olehnya
itu, keterkaitan usaha murid dalam mengembangkan ajaran K. H. Muhammad Thahir
akan diuraikan dibawah ini, yang merupakan hasil akhir dalam peneltian tersebut:
1. Ajaran Imam Lapeo yang masih berkembang
Usaha seorang murid sebagai pengembangkan ajaran Imam Lapeo, walaupun
tidak secara keseluruhan ajarannya disyiarkan, namun dari segi ajaran syariat hal
tersebut merupakan prioritas utama yang diajarkan kepada masyarakat. yaitu:
101
Abdul Djawat Kasim (83), Imam Masjid nurul Ihsan, Wawancara, Pappang 15 Juli 2018. 102
Tahiryanti (43), Pembina Panti Asuhan Nahdiyat, Wawancara, Veteran Selatan Makassar,
4 Agustus 2018.
60
a. Pengembangan Dalam Mempelajari al-Qur’an.
Sebagaimana yang dijelaskan bahwa ayah dari Abdul Djawat dalam
mensyiarkan ajaran terfokus pada pengajaran membaca al-Qur’an dan konsep
syariat rukun Islam dan iman103
. Demikian juga yang dikatakan oleh Latif Busyra
bahwa ilmu pengetahuan yang dibawah oleh Imam Lapeo melalui usaha murid
yang belajar kepadanya, kini dapat diperhatikan secara seksama ajaran-ajaran yang
terdapat di dalam pondok pesantren Salafiyah Parappe.
Dalam pengajaran yang diberikan hingga saat ini, berpusat pada pembacaan
al-Qur’an dengan benar. Semua itu adalah hasil daripada pengajaran yang dibawah
oleh Imam Lapeo melalui gerakan muridnya104
.
Dalam konteks masyarakat Mandar, sebuah tradisi yang dikenal dengan
Sayyang Pattu’du. Menurut cucu Imam Lapeo. Hadirnya Sayyang Pattu’du ini
dimulai dari kehadiran Imam Lapeo merekomendasikan untuk anak-anak yang
telah menamatkan al-Qur’an kiranya dapat merayakan dan menunggangi kuda
untuk arak-arakan dengan memakai konstum. Bagi anak laki-laki berpakaian arab
dan perempuan memakai baju adat sebagai bentuk rasa syukur.
b. Barazanji.
Merupakan salah satu ajaran yang diwariskan Imam Lapeo. Marhumah
menyatakan bahwa nilai yang terkandung dalam baranzaji ialah sebagai bentuk
kisah dari pada perjalanan kehidupan Nabi Muhammad saw105
. Oleh karena itu,
membaca barazanji tidak hanya cukup, ketika kisah-kisah di dalamnya tidak
dipahami dengan baik. Olehnya itu, ketika melihat perkembangan pembelajaran
103
Abdul Djawat Kasim (83), Imam Masjid Nurul Ihsan, Wawancara, Pappang, 15 Juli 2018 104
Latif Busyra (79), Pimpinan Pondok Salafiyah Parappe, Wawancara, Parappe 13 Juli
2018. 105
Marhumah (110), Pembaca Doa Penziarah Makam, Wawancara, Lapeo, 10 Juli 2018.
61
barazanji di Kecamatan Campalgiang tidak sedikit diantara mereka yang tidak
pandai membaca barazanji.
Dalam baranzanji, kata Marhumah mengharuskan kita untuk selalu dan
senantiasa mengucapkan salawat kepada nabi Muhammad saw. Karena dengan
rutinitas kita mengucapkan salawat, maka suatu hari nanti kita akan mendapatkan
syafaat dari Nabi melalui salawat106
.
c. Wirid dan Zikir
Setelah menunaikan shalat subuh sebagaimana yang diuraikan pada bagian
konsep zikir Imam Lapeo. Perkembangan zikir tersebut, hingga saat ini masih
diamalkan oleh masyarakat Campalagiang khususnya pada masjid Nurul at-
Taubah tepatnya di desa Lapeo.
Kegiatan zikir itu dilakukan oleh seluruh jama’ah baik dari laki-laki maupun
perempuan dengan suara yang keras dan alunan suara yang merdu. Zikir tersebut
dipandu langsung oleh seseorang yang menjadi pemimpin shalat subuh pada waktu
itu.
Kemudian, ketika zikir dan berdoa telah usai, jama’ah tidak langsung
meninggalkan tempat duduknya. Tetapi, berdiri sambil berbaris dan saling
bersalaman antara jama’ah dan pemimpin shalat. Kegiatan salam-salaman itu juga
disertai dengan membaca shalawat nabi Muhammad saw.
d. Mendoakan Para Pengunjung Makam
K. H. Tsabit Najamuddin, mengatakan bahwa Muhammad Thahir dalam
kehidupannya ia senantiasa mendoakan agar masyarakat selalu mendapatkan
ketentraman dan kebaikan dalam kehidupannya107
. Namun, ketika Imam Lapeo
106 Marhumah (110), Wawancara, Lapeo, 10 Juli 2018 107 Tsabit Najamuddin (73), Imam Masjid, Wawancara, Manding, 24 Agustus 2018.
62
telah wafat, proses mendoakan para pengunjung makam kemudian diteruskan oleh
Hja. Marhumah Thahir serta Hja. Nurlina Muhsin.
Para pengunjung makam yang datang, mereka pada umumnya meminta agar
di doakan keselamatan dunia akhirat serta menginginkan suatu bentuk keberkahan
dunia. Sehingga, mereka pun diberikan selembaran kertas yang telah dibacakan
do’a berisikan gambar atau tulisan arab. Nurlina Muhsin menamainya sebagai wali
Pitu (tujuh wali). Lembaran kertas tersebut dapat dikatakan sebagai jimat. Lebih
lanjut dikatakan bahwa ketika hal tersebut disimpan di dalam dompet atas izin dan
keyakinan kita kepada Allah swt. maka insya Allah dompet kita tidak akan pernah
kosong. Artinya, rezki akan selalu ada dari manusia yang merupakan perpanjangan
tangan Allah swt.
e. Kajian Kitab Kuning.
Kitab kuning dalam masyarakat mandar kerap kali dikenal dengan sebutan
kitab gundul atau kitab yang tidak memiliki harakat. Menurut Tsabit, ia
menyatakan bahwa kajian kitab kuning adalah salah satu pelajaran yang diberikan
oleh Imam Lapeo. Namun, ketika Imam Lapeo wafat kegiatan kajian kitab kuning
tersebut dilanjutkan oleh Muridnya ia adalah K.H. Najamuddin. Ia menjadikan
rumah tempat tinggalnya sebagai wadah pembelajaran seperti: ilmu fiqh, ilmu
tafsir, bahasa arab dan kajian kitab kuning108
.
Kajian kitab kuning, jika dilihat dari aspek perkembangannya bukan sesuatu
hal yang terelakkan, karena pembelajaran tersebut telah merambat hingga ke
pesantren-pesantren. Seperti pesantren Assalafiyah yang berada di daerah Parappe
108
Tsabit Najamuddin, Imam Masjid, Wawancara, T.t, 16 November 2018
63
dikenal sebagai pusat pembelajaran kajian kitab gundul yang dipimpin langsung
oleh K.H Latif Busyra.
2. Pergeseran Ajaran Imam Lapeo Yang diterima Oleh Murid
Pada uraian ini, terkait dengan pergeseran ajaran Imam Lapeo. perlu diketahui
bahwa konsep yang dimiliki Muhammad Tahir tidak hanya berorentasi pada aspek
syariat, namun juga memiliki ajaran-ajaran yang berlandaskan pada kegiatan
Tasawuf.
Namun, pada ajaran tersebut tidak lagi mengalami perkembangan. Tsabit
Najamuddin menyatakan bahwa jika diperhatikan secara seksama ajaran Imam Lapeo
dalam wilayah wirid atau zikir sudah jarang diketemukan, kecuali pada tataran
syariat. Karena ada beberapa faktor yang menyebabkan ajaran Tasawuf tersebut
terhambat.
a. Faktor internal
Imam Lapeo semasa hidupnya ia tidak pernah meninggalkan sebuah karya
tulisan terkait dengan ajarannya. Ajaran yang ada saat ini, itu ada karena ditulis
oleh anak sekaligus muridnya sendiri. Lebih lanjut dikatakan bahwa ketika
ayahnya masih hidup ia pun tidak pernah diajarkan kepadanya bentuk zikir yang
didapatkan oleh Imam Lapeo109
.
Pada ajaran tarekat juga tidak begitu terang-terangan diajarkan oleh muridnya,
karena mereka mengkhawatirkan jangan sampai ketika ajaran tarekat diajarkan
pada masyarakat awam mereka justru tidak dapat menerima hal tersebut.
Sehingga murid Imam Lapeo hanya fokus pada pengajaran dasar syariat110
.
109
Tsabit Najamuddin (73), Imam Masjid, Wawancara, Manding, 24 Agustus 2018. 110
Tsabit Najamuddin (73), Wawancara, Manding, 24 Agustus 2018.
64
Pernyataan tersebut sejalan dengan ungkapan Tahiryanti dengan gamblang
menyatakan bahwa wirid dan zikir dalam bentuk tarekat Imam lapeo tidak lagi
mengalami perkembangan dalam kalangan masyarakat karena pihak keluarga yang
memahami hal tersebut juga tidak pernah mencoba untuk mempublikasikan.
Dengan sikap tertutup itu, mengakibatkan kedangkalan pengetahuan masyarakat
tentang ajaran Imam Lapeo. Jikalau pun bentuk zikir Imam Lapeo diketahui oleh
masyarakat itu hanyalah sebagian saja111
.
b. Faktor eksternal
Selain dari faktor internal keluarga yang tidak mempublikasikan ajaran
tersebut, ternyata juga disebabkan dari kalangan masyarakat yang kurang akan
rasa ingin tahu. Menurut Ibu Hastuti, selaku bidang pendataan kantor Kecamatan
Campalagiang mengatakan bahwa perkembangan ajaran Imam Lapeo tidak lagi
mengalami kemajuan dalam konteks daerah Campalagiang kecuali dibagian desa
Lapeo. Sehingga, ketika ada kebutuhan masyarakat mereka hanya datang
berkunjung ke makam Imam Lapeo dan minta keberkahan112
.
Nurlina, juga berpendapat bahwa ajaran Imam Lapeo tidak mengalami
pengembangan karena kondisi perubahan zaman. Dahulu, masyarakat masih
mempercayai hal-hal yang tradisonal. Berbeda dengan sekarang, kondisi sosial
sudah modern sehingga orang-orang hanya sibuk dalam persaingan dunia. Itulah
sebabnya ajaran Imam Lapeo dalam wilayah pengetahuan mistik tidak mengalami
pengembangan113
.
111
Tahiryanti (43), Pembina Pantu Asuhan Nahdiyat, Wawancara, Veteran Selatan Makassar,
4 Agustus 2018. 112 Hastuti (45), Pegawai Kantor Kecamatan Campalagiang, Wawancara, Lampoko, 16 Juli
2018. 113 Nurlina Muhsin (77), Pembina Tahfidz Al-Qur’an, Wawancara, Lapeo, 8 Juli 2018.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peran murid dalam mengembangkan ajaran K. H. Muhammad Thahir
khususnya di daerah Campalagiang. Penulis dalam melihat objek permasalahan
tersebut, dilakukan dengan langkah observasi dan mengekspolitasi melalui informan.
Keterangan yang didapat dengan studi pendahuluan menyatakan bahwa pada ajaran
Imam Lapeo dalam konteks sekarang ini telah mengalami titik kemunduran. Olehnya
itu, penulis berkeinginan untuk menjadikan objek tersebut sebagai bahan peneltian.
Mendekati objek tersebut. penulis telah menentukan variabel-variabel tertentu
agar terhindar dari kemungkinan adanya plagiasi dan juga memberi perbedaan dari
peneliti sebelumnya yang rata-rata orientasi penelitiannya lebih kepada sejarah hidup
Imam lapeo.
Dengan demikian, dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua pendekatan
yang bagi penulis cocok untuk melihat objek. Yaitu pendekatan filosofis dan
sosiologis.
Pencapaian hasil dalam penelitian tersebut dapat diuraikan dibawah ini:
1. Konsep ajaran yang dimiliki oleh Imam Lapeo berlandaskan pada konsep
Ahlu Sunna Waljama’ah dan dipertajam dengan mazhab Imam Syafi’i. Oleh
karena itu, dalam syiar yang dilakukan murid dalam mengembangkan ajaran
tersebut juga sama sebagaimana yang didapatkan dari Imam Lapeo.
Dalam proses ajaran Imam lapeo, ia mengajarkan beberapa tahapan agar
manusia senantiasa dapat mendekatkan diri kepada Allah swt. yaitu:
pengosongan jiwa, dalam hal ini menghilangkan segala sifat-sifat tercela
66
dalam diri. Selanjutnya ialah pengisian, yaitu dengan cara memahami dengan
baik sifat 20 yang wajib bagi Allah swt serta menceritakan asal muasal
sebelum manusia diciptakan. Kemudian yang terakhir ialah implementasi,
bahwa ketika pengisian tersebut usai maka komitmen mengamalkan perbuatan
baik akan membuka tabir kita dengan Allah swt.
Masyarakat yang mengatakan bahwa Imam Lapeo memilik ajaran tarekat
adalah sebuah bentuk justifikasi subjek. Karena Imam Lapeo dalam proses
memberi suatu pengajaran tidak sesekali menyebut identitas bahwa ia
memiliki tarekat, ia hanya taat menjalankan apa yang menjadi sunnah Nabi
Muhammad saw. Kalaupun Imam Lapeo bertarekat ia hanya bertarekat untuk
dirinya sendiri.
2. Usaha murid selaku pengembang ajaran mereka menggunakan beberapa
pendekatan agar syariat tersebut dapat diterima oleh masyarakat yakni,
pendekatan sosiologis dan pendekatan pernikahan sebagai mobilisasi
keberhasilannya. Kemudian salah satu daerah yang dijadikan objek syiar
Islam yaitu, kabupaten majene tepatnya bagian baruga yang dipelopori oleh
murid yang bernama K. H. Muh. Kasim. Selain dari pada itu K.H Najamuddin
juga ikut andil dalam pengembangan dengan menggunakan rumah tempat
tinggalnya sebagai wadah dalam proses pembelajaran bahasa arab, ilmu fiqh
serta kajian kitab kuning. Kemudian Hj. St Aisyah, yang digelar dalam
tananan keluarga sebagai wali karena memiliki banyak kesamaan dengan
Imam Lapeo. Ia sebagai pelanjut ajaran yang diperoleh dari ayahnya
mengembangkannya dengan melintasi beberapa daerah termasuk Soppeng,
67
pengakuan dari Tsabit bahwasanya St. Aisyah aktif dalam penyajian ajaran-
ajaran Islam dengan membentuk sebuah majelis ta’lim perempuan.
3. Ajaran Imam Lapeo sampai saat ini yang mengalami perkembangan hanya
pada wilayah ajaran syariat, seperti pengajaran al-Qur’an, barazanji, ziarah
makam, zikir atau wirid setelah melaksanakan shalat subuh dan kajian-kajian
kitab kuning, yang diamalkan oleh sebaian masyarakat Campalagian.
Kemudian, bentuk ajaran do’a yang merupakan pembenteng diri serta
banyaknya wirid-wirid Imam lapeo telah mengalami pergeseran. Hal itu
disebabkan, karena murid-murid serta pihak yang mengetahui tidak pernah
mencoba untuk mempublikasikan dalam hal ini, merahasikan ajaran tersebut.
B. Implikasi
Dari hasil analisis data dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka
peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Demi menjaga warisan ulama kita dan sebagai generasi mandar tidak redup
atas ajaran Imam Lapeo secara keseluruhan, kiranya anak cucu K. H.
Muhammad Thahir (Imam Lapeo) menulisa sebuah karya dalam bentuk buku,
sekiranya cara tersebut ketika yang mengetahui ajaran telah tiada, paling tidak
ajaran tersebut tetap diamalkan oleh kalangan masyarakat.
2. Dewasa ini, perkembangan zaman semakin menghempit kesadaran individu,
olehnya itu, diperlukan adanya sebuah wadah yang menjadi prioritas
masyarakat sebagai tempat untuk memfokuskan diri belajar atas zikir-zikir
yang pernah diamalkan Imam Lapeo semasa hidupnya.
Uraian Pertanyaan Dalam Melakukan Interaksi Wawancara Dengan
Informan
1. Bagaimana konsep ajaran K. H. Muhammad Thahir?
2. Bagaimana ajaran secara umum yang pernah diajarkan oleh Imam Lapeo ?
3. Apakah seseorang yang berguru kepada Imam Lapeo mempelajari segala
aspek ajarannya?
4. Bagaimana upaya murid yang telah menerima ajaran dari Imam Lapeo,
kemudian ia mengajarkan kepada orang lain?
5. Apakah ajaran Imam Lapeo semuanya dikembangkan atau hanya sebagian
saja?
6. Siapa nama-nama murid yang bertindak sebagai pelanjut dalam
meneruskan ajaran Imam Lapeo serta diantara murid yang ada siapakah
yang memiliki pengaruh cukup besar?
7. Bagaimana proses pengembangan ajaran imam lapeo yang dilakukan oleh
orang-orang yang pernah berguru kepadannya?
8. Bagaimana pengaruh ajaran Imam Lapeo dalam konteks dewasa ini?
DAFTAR INFORMAN
No Nama Jabatan
Umur
1. Hj. Marhumah Tahir Pembaca
Do’aPengunjung
Maqam Imam Laepo
110
2. Hj. Nurlina Muhsin Pembina Tahfidz al-
Qur’an
77
3. Ir. Tahiryanti Pembina Panti
Asuhan
43
4. K.H. Hasyim Hadi Imam Masjid
75
5. K.H. Tsabit Najamuddin Imam Masjid
73
6. Abdul Djawat Kasim Imam Masjis
83
7. Abdullah Masyarakat
8. Tajuddin Dosen
43
9. Ridwan Alimuddin Pemerhati Sejarah
40
10. Zuhriah Dosen
36
11. K.H. Latif Busyra Pimpinan Pesantren
Assalafi Parappe
79
12. Hastuti PNS
45
Nama: Ruslan Abidin, lahir pada hari rabu 14
Juli 1993, ia anak dari pasangan Radi dan Hadi
yang memiliki jumlah saudara empat dan
tergolong anak kedua. Dalam menempuh
pendidikan pertama ia menginjakkan Sekolah
Dasar 045 Leppan yang berada di Kecamatan
Anreapi tepatnya Jln. Poros Mamasa dengan
masa tempuh 6 Tahun, tepatnya tahun 2005.
Usai pendidikan dasar ia kemudian melanjutkan sekolahnya di sebuah pondok
pesantren terkemuka di Campalagiang, dikenal dengan Assalafiah Parappe.
Tetapi, tidak sempat menyelesaikan semua pelajaran yang direkomendasikan
pihak pondok, disebabkan sakit yang dimiliki. Kemudian pada tahun 2011-2012 ia
mengikuti sekolah paket untuk mendapatkan Ijazah starata SMP sebagai
persyaratan melanjutkan studi. Kemudian pada Tahun 2012 ia berproses di
sekolah SMA negeri 3 Polewali sebagai sekolah model atau Adiwiyata. Pada
tahun 2008 pernah mengikuti lomba Adzan, Tartil dan Ceramah atas karunia dari
Allah swt. ia memperoleh juara 1. Kemudian di SMA ia juga aktif dalam
organisasi OSIS dan bertindak sebagai kordinator bidang keagamaan dengan
merangkap ke organisasi lain yang dikenal dengan Pusat Informasi dan Konseling
Remaja ( PIK-R), dalam organisasi tersebut diamanahkan oleh teman untuk
menjabat sebagai ketua. Sehingga pada awal Tahun 2014 ikut serta dalam
pertemuan KONSELOR SEBAYA tinggat provensi sulawesi barat yang dihadiri
oleh 9 sekolah SMA dari berbagai Kabupaten.
Pada Tahun 2014 ia kemudian melanjutkan studi di Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar mengambil jurusan Aqidah Filsafat Islam. Pengalaman
berorganisasi pernah aktif dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia, Himpunan Mahasiswa Jurusan dalam bidang Advokasi, dan aktif
dalam Organisasi Daerah ( KPM-PM BKPT UIN) menjabat sebagai wakil ketua
3. Motto yang ia miliki adalah “ Kegagalan hanya untuk orang yang putus asa”.