peran murid dalam mengembangkan ajaran k. h. …repositori.uin-alauddin.ac.id/14086/1/ruslan...

82
i PERAN MURID DALAM MENGEMBANGKAN AJARAN K. H. MUHAMMAD THAHIR ( IMAM LAPEO) DI KEC. CAMPALAGIANG KAB. POLEWALI MANDAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Prodi Filsafat Agama Pada Fakultas Ushuluddin Filsafat Dan Politik UIN Alauddin Makassar Oleh: RUSLAN ABIDIN NIM: 30200114026 FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2018

Upload: others

Post on 05-Dec-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PERAN MURID DALAM MENGEMBANGKAN AJARAN

K. H. MUHAMMAD THAHIR ( IMAM LAPEO)

DI KEC. CAMPALAGIANG KAB. POLEWALI MANDAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Prodi Filsafat Agama

Pada Fakultas Ushuluddin Filsafat Dan Politik

UIN Alauddin Makassar

Oleh:

RUSLAN ABIDIN

NIM: 30200114026

FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2018

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ruslan Abidin

NIM : 30200114026

Tempat/Tgl. Lahir : Arra, 14 Juni 1993

Jurusan/Prodi : Aqidah Filsafat Islam/ Filsafat Agama

Fakultas : Ushuluddin Filsafat dan Politik

Alamat : Jl. Poros Mamasa, Desa Kelapa Dua, Kec. Anreapi, Kab.

Polewali Mandar

Judul :Peran Murid Dalam Mengembangkan Ajaran K.H.

Muhammad Thahir (Imam Lapeo) Di Campalagiang.

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

benar adalah asli karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan

plagiat atau dibuatkan oleh orang lain, sebagaian atau seluruhnya, maka skripsi dan

gelar yang diperoleh karenanya batas demi hukum.

Samata, 18 November 2018

Penyusun,

RUSLAN ABIDIN NIM: 30200114026

iii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul, Peran Murid Dalam Mengambangkan Ajaran K.H.

Muhammad Thahir (Imam Lapeo) di Campalagiangan. Kab. Polewali Mandar.

yang disusun oleh Ruslan Abidin, NIM: 30200114026, mahasiswa Jurusan Aqidah

Filsafat Islam pada Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar,

telah diuji dan dipertahankan dalam sidang Munaqasyah yang diselenggarakan pada

hari Jumat, 19 November 2018 M, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Jurusan Aqidah Filsafat

Islam ( dengan beberapa perbaikan).

Samata, 2 Januari 2019

DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. H. Mahmuddin, M. Ag. (.......................................)

Sekretaris : Dr. Anggriani Alamsyah, M.Si (.......................................)

Munaqisy I : Prof. Dr. H. Nihaya, M.Hum (.......................................)

Munaqisy II : Drs. H. Burhanuddin Yusuf, M.Ag (.......................................)

Pembimbing I : Dr. H. Rahmi Damis, M.Ag (.......................................)

Pembimbing II : Dr. Hj. Darmawati H, M.HI (.......................................)

Disahkan Oleh:

Dekan Fakultas Ushuluddin, Filsafat

dan politik UIN Alauddin Makassar.

Prof. Dr. H. Muh. Natsir, M.A

NIP: 19590704 198903 1 003

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt atas berkat limpahan rahmat dan taufiknya serta

anugerah akal yang ditanamkan dalam diri setiap insan. Juga merupakan alat yang

paling urgen bagi manusia untuk memilah baik dan buruknya suatu aktifitasnya.

Dengan anugerah tersebut, penulis dapat menyelesai hasil penelitian sebagai proses

akhir pada mahasiswa semester akhir, yakni skripsi. Shawalat dan salam senantiasa

tercurahkan kepada sang revolusi sejati yang berhasil mengubah sistem kekuasaan

kejahiliaan dan menebarkan sistem ajaran Islam itulah Nabi Muhammad saw.

Pada skripsi yang berjudul “Peran Murid Dalam Mengembangkan Ajaran

K.H. Muhammad Thahir (Imam Lapeo) di Campalagiang ini, disusun sebagai

penyetoran tugas akhir untuk mendapat gelar kesarjanaan pada jurusan Aqidah

Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik, Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar.

Keberhasilan dalam penyusunan tersebut, tentu tidak terlepas daripada

permohonan do’a dan dorongan yang membangun dari berbagai pihak. Olehnya itu,

penulis bermaksud untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu dalam penyusunan sampai akhir. Penulis juga tidak lupa untuk

menghanturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Musafir Pababbari, M. Si selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar.

2. Kepada kedua orangtua penulis, ayah Radi dan Ibu Hadi, yang telah

mendoakan serta memberi motivasi yang luar biasa, ayah yang terus berusaha

membiayai kuliah dari awal sampai akhir. Terima kasih juga buat kakak dan

v

adik yang selalu memberikan desakan agar menyelesaikan kuliah dengan

cepat.

3. Prof. Dr. H. Muh. Natsir Siola MA. Selaku Dekan beserta Wakil Dekan I, II

dan III, Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik.

4. Dr. Hj. Darmawati, M.HI selaku Ketua Jurusan Aqidah Filsafat Islam

5. Prof. Dr. Nihaya M, M.Hum dan Drs. H. Burhanuddin Yusuf, M.Ag. selaku

penguji pada tugas akhir penulis.

6. Dr. Hj. Rahmi Damis, selaku pembimbing I dan Dr. Hj. Darmawati, M.HI.

selaku pembimbing II pada penyusunan skripsi penulis.

7. Para dosen dan karyawan Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik.

8. Seluruh staf jajaran perpustakaan UIN Alauddin Makassar yang telah bersedia

memberi pelayanan dalam bentuk kepustakaan.

9. Masyarakat Campalagiang yang membantu memberikan informasi dalam

menyelesai skripsi penulis.

10. Kepada teman-teman angkatan jurusan Aqidah Filsafat Islam yang senantiasa

mendorong dalam bentuk ejekan tapi bagi saya itu adalah motivasi. Terima

kasih untuk kalian semua.

11. Kepada teman KKN terima kasih banyak atas motivasi dan dorongannya.

12. Kepada keluarga Kesatuan Pelajaran Mahasisawa Polewali Mandar (KPM-

PM) yang tidak henti-hentinya memberi dorongan agar cepat menyelesaikan

studi.

13. Penulis mengucapkan kepada semua pihak yang tidak sempat penulis

sebutkan. Tentunya satu perkataan yang membangun dari kalian adalah

motivasi terbesar bagi penulis. Semoga Allah swt memberkati kepada seluruh

vi

pihak merupakan sumber dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga

amalan dan ibadahnya diterima disisi Allah swt.

Pada akhirnya, tiadalah daya kita sebagai manusia tanpa rahmat dari Allah

swt. Semoga skirpsi ini bermanfaat dan menjadi referensi dalam pencaharian ilmu

pengetahuan dunia akhirat.

Wassalam,

Samata, 2 Januari 2019

Penulis,

RUSLAN ABIDIN NIM: 30200114026

vii

DAFTAR ISI

JUDUL. ................................................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. .............................................................. ii

PENGESAHAN SKRIPSI. ................................................................................... iii

KATA PENGANTAR. ......................................................................................... iv

DAFTAR ISI. ........................................................................................................ v

ABSTRAK. ........................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN. ................................................................................. 1-9

A. Latar Belakang Masalah. ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5

C. Deskripsi Fokus dan Fokus Penelitian. ...................................................... 5

D. Kajian Pustaka. ........................................................................................... 6

E. Tujuan dan Kegunaan. ................................................................................ 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS. ....................................................................... 10-22

A. Biografi K. H. Muhammad Thahir. ............................................................ 10

B. Pengertian Peran Murid dan Ajaran. .......................................................... 15

C. Upaya-Upaya Dalam Mengembangkan Ajaran. ........................................ 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ........................................................ 23-28

A. Jenis dan Lokasi Penelitian. ....................................................................... 23

B. Pendekatan Penelitian................................................................................. 24

C. Sumber Data. .............................................................................................. 25

D. Metode Pengumpulan Data. ....................................................................... 25

E. Instrumen Penelitian.. ................................................................................. 27

F. Teknik Pengelolahan dan Analisis Data. .................................................... 27

viii

BAB IV PERAN MURID DALAM MENGEMBANGKAN AJARAN K. H.

MUHAMMAD THAHIR. .............................................................................. 29-64

A. Geografis Kecamatan Campalagiang. ........................................................ 29

B. Ajaran K. H. Muhammad Thahir. .............................................................. 35

C. Usaha Murid dalam Mengembangkan Ajaran K. H. Muhammad Thahir. . 57

D. Hasil Usaha Murid...................................................................................... 61

BAB V PENUTUP. .............................................................................................. 67-69

A. Kesimpulan. .............................................................................................. 67

B. Implikasi. ................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Lampiran Surat Izi Penelitian

2. Daftar Pertanyaan

3. Daftar Informan

4. Dokumentasi Penelitian

5. Biografi Penulis

ix

ABSTRAK

Nama : Ruslan Abidin

NIM : 30200114026

Judul : Ajaran K.H. Muhammad Tahir ( Peran Murid Dalam Mengembangkan

Ajaran Imam Lapeo di Kec. Campalagiang Kab. Polewali Mandar.

Pokok permasalahan pada penelitian ini adalah melihat bagaimana

perkembangan ajaran Imam Lapeo dalam konteks dewasa ini, sehingga ada tiga

rumusan masalah yang kemudian peneliti rekomendasikan untuk menghasilkan objek

tersebut, yaitu: Bagaimana konsep ajaran K. H. Muhammad Thahir ? Bagaimana

usaha murid dalam meneruskan ajaran K. H. Muhammad Thahir ? Bagaimana hasil

usaha murid dalam mengembangkan ajaran K. H. Muhammad Thahir ?

Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang menegaskan bahwa mendekati objek

tersebut, yang bertindak sebagai intrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Dengan

menggunakan beberapa pendekatan, yaitu: pertama pendekatan Filosofis, digunakan

sebagai alat untuk mendekati suatu konsep ajaran serta nilai dari ajaran tersebut.

Kedua pendekatan sosiologis merupakan alat mendekati objek yang memfokuskan

pada wilayah sinergisitas murid Imam Lapeo terhadap masyarakat, ketiga pendekatan

sufistik yang menekankan pada aspek penyucian jiwa. Adapun sumber data penelitian

ialah menggunakan data primer, yakni sumber data yang diambil secara langsung

dilapangan melalui narasumber kemudian data sekunder yang diperoleh dari buku-

buku dan karangan-karangan ilmiah lainnya.

Hasil penelitian yang diperolah menjelaskan bahwa konsep ajaran Imam

Lapeo berlandaskan pada konsep Ahlu Sunnah Waljama’ah. Mengacu pada konsep

tersebut menjadi bahan ajar yang kemudian disyiarkan kepada masyarakat di daerah

Mandar. Imam Lapeo dalam dakwahnya tidak pernah menyatakan diri bahwa ia

memiliki nama tarekat ataupun mengajarkan tarekat. Tetapi, pernyataan tersebut lahir

dari pandangan masyarakat yang menjustifikasikan bahwa Imam Lapeo bertarekat.

Jika Imam Lapeo bertarekat ia hanya bertarekat atas dirinya sendiri. Kemudian peran

murid sebagai pelanjut sekaligus pengembang untuk meningkatkan kuantitas

masyarakat, maka ada beberapa murid yang kemudian bergerak dalam lintas daerah

antara lain: K.H. Muhammad Kasim yang mengembangkan ajaran di baruga Majene

dan Mamuju, kemudian Hj. St Aisyah yang bergerak dalam pengajaran syariat dan

tasawuf diberbagai daerah salah satunya ialah Soppeng dan mendirikan Panti Asuhan

Nahdiyat sebagai wadah dalam syiar berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari

ayahnya. Selanjutnya K.H. Najamuddin yang mengembangkan ajaran dalam tatanan

Ilmu fiqh, bahasa arab serta kajian kitab kuning dan menjadikan rumahnya sebagai

wadah untuk kajian. Namun, sekarang telah beralih ke pesantren-pesantren ketika ia

x

telah wafat, seperti pesantren Assalafiyah Parappe yang merupakan pusat kajian kitab

kuning yang dipimpin langsung oleh K.H Latif Busyra.

Implikasi dari hasil penelitian ini, ada baiknya anak cucu K. H. Muhammad

Thahir (Imam Lapeo) yang masih mengetahui beberapa ajaran yang seringkali

diamalkan agar dituliskan dalam sebuah buku supaya para generasi-generasi

Campalagiang dan masyarakat mandar pada umumnya tidak buta akan warisan ulama

di Mandar. Kemudian, mendirikan suatu wadah khusus, supaya masyarakat yang

ingin belajar memiliki motivasi yang serius untuk mendalami ajaran dalam bentuk

zikir dan do’a-do’a kesalamatan yang pernah digunakan oleh Imam Lapeo.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya ulama atau tokoh penyebar Islam pernah belajar dan

memperdalam berbagai ajaran Islam di Timur Tengah, sekaligus dapat melihat

praktik pelaksanaan ajaran Islam pada awal muncul dan berkembangnya agama

Islam. Oleh karena itu, bukan sesuatu hal yang mengejutkan jika dikemudian hari

mereka kembali ke tanah kelahirannya sudah memiliki modal dan pengalaman berupa

ilmu-ilmu agama.1

Dengan konsep pengetahuan tersebut, mereka mencoba untuk

mengimplementasikan pengetahuan keagamaan yang mereka peroleh dengan tujuan

menyebarkan ajaran Islam sebagai agama yang membawa kedamaian bagi seluruh

umat manusia. Terlebih lagi untuk mengubah paradigma masyarakat yang sebahagian

besar masih dipengaruhi oleh paham animisme dan dinamisme.

Sehubungan dengan penyebaran Islam, ada beberapa daerah yang menjadi

sasaran para ulama untuk menyebarluaskan konsep Islam, salah satunya ialah di

Sulawesi Barat, khususnya di Campalagiang. Di wilayah ini, masyarakat mengenal

Islam secara intensif melalui dakwah yang dilakukan oleh K. H. Muhammad Thahir.

K. H. Muhammad Thahir dikenal dengan sebutan Imam Lapeo, ia adalah

seorang ulama yang mengembangkan dan menyebarkan ajaran Islam di Mandar pada

abad ke-19 dengan pendekatan tasawuf. Melihat kehidupan masyarakat yang pada

1Sundahari, Jasa dan Perjuangan Syekh Ahmad Khatib dalam Perkembangan Islam Di

Minangkabau, Skripsi (Makassar: Fakultas Adab dan Humaniora, 1999), h. 2.

2

umumnya senang kepada kehidupan kerohanian. Metode tasawuf, pada dasarnya

merupakan bentuk tarekat dalam ajaran Islam, tarekat tersebut dikenal dengan Nur

Muhammad.2

Imam Lapeo memiliki karakter optimis serta keteguhan yang sungguh-

sungguh dalam menuntut ilmu pengetahuan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan

Nurhaedah, di jelaskan bahwa semua ulama besar di Mandar sewaktu masa hidupnya

telah menjadi guru bagi Imam Lapeo. Namun, dari semua ulama tempatnya berguru

tidak memberinya kepuasaan. Bertolak dengan itu, ia kemudian berhijrah ke Mekkah

untuk menimbah ilmu sekaligus menunaikan ibadah haji. Setelah kembali dari

Mekkah, ia selanjutnya memfokuskan diri untuk menyebarkan konsep Islam di tanah

Mandar.3

Sebagai bukti perjalanan hidup Imam Lapeo benar dalam menyebarkan ajaran

Islam di Mandar, penulis akan menguraikan serta mengklasifikasikan langkah yang

digunakan dalam mensyiarkan Islam. Usahanya dalam bentuk non fisik sebagai

pendukung lancarnya penyebaran ajaran Islam ialah melalui pernikahan. Pernikahan

ternyata hasilnya cukup besar dalam berdakwah, sebab tidak menutup kemungkinan

sebagian dari keluarga istri juga ikut memeluk Islam.4

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosdiana dalam skripsinya,

diungkapkan bahwa beliau ketika Imam Lapeo di Mamuju, ia menikahi seorang putri

Sayyed yang sangat berpengaruh di daerah Mamuju bernama Sitti Aminah, ia

2Muhammad Yusuf Naim, dkk, Imam Lapeo (Cet, II; Makassar: Pustaka Refleksi, 2007), h.

11-12. 3Hj. Nurhaedah, K. H. Muhamad Tahir Imam Lapeo, Biografi dan Jasa-Jasanya dalam

Pengembangan Islam di Kabupaten Polmas (Makassar: Fakultas Adab dan humaniora, 2001), h. 35-

36. 4Muhammad Ruslan, dkk, Ulama Sulawesi Selatan Biografi Pendidikan dan Dakwah

(Makassar: Komisi Informasi dan Komunikasi MUI Sulawesi Selatan, 2007), h. 279.

3

merupakan kemenakan dari raja Mamuju sekaligus istri keenam bagi Imam Lapeo.

Nilai positif dari proses pernikahan itu menjadikannya sebagai keluarga besar

sehingga moment tersebut menjadi kesempatan baginya untuk kelancaran

dakwahnya.5

Kemudian dukungan dalam bentuk fisik yakni membangun masjid dan

pondok pesantren. Masjid yang pertama kali dibangun terdapat di Desa Lapeo yang

diberi nama masjid Nurul al-Taubah serta membangun masjid lainnya dibagian

pelosok sebagai wadah bagi murid-muridnya dalam mengembangkan ajarannya.

Dengan demikian, langkah yang digunakan oleh Imam Lapeo untuk

menyebarkan ajaran Islam membawa dampak positif terhadap kondisi masyarakat di

Mandar. Hal ini, juga dikatakan dalam hasil penelitian bahwa ketika Imam Lapeo

masih hidup masyarakat begitu taat dalam menjalankan ibadah.6 Ketaatan masyarakat

Mandar dalam menunaikan ibadah tentunya tidak terlepas dari ajaran pokok yang

disampaikan Imam Lapeo.

Diketahui bahwa salah satu ajaran Imam Lapeo adalah ajaran tasawuf.

Tasawuf Imam Lapeo pada prinsipnya disebut dengan Nur Muhammad. Ajaran

tersebut bertumpuh pada pengagungan kebesaran Nabiullah Muhammad saw. Paham

demikian dilandasi bahwa sesungguhnya segala hal-hal yang dicintai oleh Allah,

kejadian alam, kejadian pada manusia, karena cahaya Nur Muhammad. Cahaya Nur

Muhammad itulah yang melahirkan sifat takwa manusia, karena Nur Muhammad

pulalah sehingga muncul cahaya iman dan perilaku beriman pada manusia.7

5 Rosdiana, K.H. Muhammad Tahir dan Perananya Dalam Mengembangkan Islam di Mandar

Abad Ke XIX (Ujung Pandang: Fakultas Adab Dan Humaniora, 1995), h. 65. 6 Rosdiana, K. H. Muhammad Tahir dan Perananya dalam Mengembangkan Islam di Mandar

Abad Ke XIX, h. 67. 7Zainuddin Hakim, Nuansa Tasawuf Imam Lapeo dalam Kalindaqdaq Mandar, Kajian

Hermeneutika, Jurnal Vol XVIII (Makassar: Ttp. 2012), h. 18.

4

Keberhasilan dan penyebaran Islam yang dilakukan Imam Lapeo melalui

pendekatan tasawuf dalam konteks masyarakat tradisional atau pramodern tentu

mendapatkan perhatian besar. Tetapi, bagaimana dengan konteks sekarang di mana

manusia berhadapan dengan peradaban yang berbeda, suatu peradaban yang disebut

dengan era modernisasi.

Di era modernisasi kecenderungan seseorang lebih kepada persoalan ekonomi

politik dan tidak menutup pada status masyarakat manapun, baik yang tinggal di

pedesaan maupun perkotaan. Kondisi seperti ini merupakan sesuatu hal yang tidak

dapat dihindari karena perubahan zaman adalah zona baru bagi manusia untuk

berinteraksi di dalamnya.

Pada konteks sekarang, ketika direlevansikan dengan pengetahuan mistik

khususnya ajaran Imam Lapeo yang konsepnya adalah tasawuf tentu mendapat

tantangan yang besar bahkan dapat dikatakan menempati posisi yang sempit. Oleh

karena, pola pikir masyarakat telah mengalami perubahan meskipun ada sebagian

daerah yang masih mempertahankannya.

Pada perkembamgam selanjutnya, setelah Imam Lapeo menghembuskan nafas

terakhirnya dalam usia 114 tahun, ajarannya kemudian dilanjutkan oleh murid-

muridnya. Murid yang ditinggalkan oleh Imam Lapeo antara lain: K. H. Najdamuddin

Thahir, K. H. Muhsin Thahir, Hj. Aisyan Thahir, dan terakhir ialah K. H. Abdul

Muthalib Thahir. Mereka adalah murid-murid sekaligus anak yang mengambil peran

dalam meneruskan ajaran K. H. Muhammad Thahir (Imam lapeo) di Mandar.

Namun, ketika penulis melakukan studi pendahuluan, penulis mendapatkan

informasi dari salah seorang bernama Muhajir, ia mengatakan bahwa untuk

mengetahui ajaran Imam Lapeo sudah sangat sulit untuk didapatkan. Salah satu faktor

5

yang menyebabkan adalah sedikitnya masyarakat yang meminati dan mempelajari

ajaran tersebut8.

Oleh karena itu, sehubungan dengan uraian di atas maka penulis berinisiatif

untuk melakukan penelitian dan menelusuri tentang jejak ajaran Imam Lapeo dalam

konteks dewasa ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan 3 masalah pokok

dalam penelitian ini, yakni:

1. Bagaimana konsep ajaran K. H. Muhammad Thahir ?

2. Bagaimana usaha murid dalam meneruskan ajaran K. H. Muhammad Thahir ?

3. Bagaimana hasil usaha murid dalam mengembangkan ajaran K. H.

Muhammad Thahir ?

C. Deskripsi Fokus Dan Fokus Penelitian

1. Deskripsi Fokus Penelitan

Untuk menghindari kekeliruan dalam penelitian yang berjudul “Peran Murid

dalam Mengembangkan Ajaran K.H Muhammad Thahir Di Kecamatan

Campalagiang”, maka penulis akan menjelaskan variabel-variabel yang terdapat di

dalamnya sebagai bentuk pembeda dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya.

a. Ajaran berasal dari kata “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang

supaya diketahui. Namun, ajar atau ajaran yang dimaksudkan pada penelitian ini

adalah sebuah warisan dari ajaran Imam Lapeo9.

8Muhajir (37), Penganut Tarekat Qadariyah, Wawancara, Pambusungan 29 Januari 2018.

9Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet, II; Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 17.

6

b. Peran dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai “pemain” dan “perangkat

tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat”.

Tetapi pada konteks ini, peran yang dimaksud penulis adalah peran seorang murid

dalam menyebarkan ajaran Imam Lapeo di Campalagiang dan tentunya tidak

terlepas dari aspek kualitas dan kuantitasnya.10

c. Mengembangkan adalah suatu hal yang bersifat dinamis, di mana penulis akan

melihat bagaimana usaha murid dalam mengembangkan ajaran yang telah mereka

peroleh dari Imam Lapeo.

d. Murid, dalam tarekat disebut sebagai salik atau mereka yang telah melewati proses

pembai’tan oleh mursyid. Tetapi, murid yang kemudian dimaksudkan disini ialah

mereka yang pernah mendapatkan pengajaran dari Imam Lapeo secara non formal.

Tetapi, melanjutkan dan melestarikan pengetahuan tersebut dalam kalangan

masyarakat.

2. Fokus penelitian

Pada penelitian ini, penulis menetapkan sasaran penelitian di Kecamatan

Campalagiang, Kabupaten Polewali Mandar dengan alasan bahwa pusat daripada

syiar Islam yang dilakukan Imam Lapeo berada dalam ruang lingkup Campalagiang,

hal demikian dapat dibuktikan dengan melihat beberapa peninggalan yang masih

fenomenal hingga saat ini.

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan suatu usaha yang dilakukan penulis untuk mencari

dan menemukan data serta tulisan yang berkaitan dengan judul skirpsi penulis.

10Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet, II; Jakarta: Balai

Pustaka, 2002), h. 854.

7

Tinjauan ini bertujuan untuk menghindari adanya flagiasi sehingga perlu disajikan

dalam kajian pustaka. Berikut hasil pencarian penulis:

HJ. Nurhaedah (2001) dengan skripsi yang berjudul “K. H Muh. Tahir Imam

Lapeo Biografi dan Jasa-Jasanya dalam Pengembangan Islam Di Kabupaten Polmas

dengan menggunakan pendekatan history. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa

Imam Lapeo berusaha untuk menyampaikan ajaran Islam kepada khalayak agar

agama Islam dapat diamalkan di tengah-tengah masyarakat dengan ilmu pengetahuan

yang dimiliki khususnya ilmu kesufiaanya. Syiar Islam yang dilakukan oleh Imam

Lapeo semasa hidupnya ada beberapa metedologi pendekatan yang ia gunakan,

tentunya pendekatan itu sesuai dengan konteks masyarakat, sebab tidak benar

sepenuhnya jika dikatakan bahwa pendekatan satu-satunya Imam Lapeo adalah

pendekatan sufisme11

Rosdiana (1995), skripsi berjudul “K. H. Muhammad Tahir dan Peranannya

dalam Mengembangkan Islam di Mandar Abad Ke-XIX” Fakultas Adab dan

Humaniora dengan model pendekatan yang sama. berdasarkan hasil penelitian

tersebut menjelaskan bahwa peranan K. H. Muhammad Tahir dalam pengembangan

Islam di wilayah Mandar dibuktikan dengan meningkatnya pengikut beliau walaupun

secara angka tidak dapat disebutkan, serta bukti bahwa Imam Lapeo meninggalkan

sebuah sarana dan prasarana dapat dilihat berupa masjid dan pondok pesantren

sebagai wadah baginya untuk menampung beberepa orang untuk mendakwahkan

ajaran Islam12

.

11Nurhaedah, K. H Muhamad Tahir Imam Lapeo, Biografi dan Jasa-Jasanya dalam

Pengembangan Islam di Kabupaten Polmas (Makassar: Fakultas Adab dan Humaniora, 2001), h. 63.

12Rosdiana, K. H. Muhammad Tahir dan Perananya dalam Mengembangkan Islam di

Mandar Abad Ke XIX ( Ujung Pandang: Fakultas Adab dan Humaniora, 1995), h. 69.

8

Jurnal yang ditulis oleh Ruhiyat pada tahun 2015 dengan judul “ Imam Lapeo

Sebagai Pelopor Pembaharuan Islam di Mandar”. Adapun hasil dari pembahasan

yang diperoleh dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa Imam Lapeo dalam

melakukan pembaharuan Islam di Mandar melalui saluran perkawinan, pendidikan

dan pendekatan tasawuf (tarekat). Hal itu dilakukan karena ada sebahagian

masyarakat yang kemudian mendorongnya serta membantu Imam Lapeo dalam

menjalankan misinya13

.

Sebuah Jurnal yang dituliskan oleh Zainuddin Hakim pada tahun 2012

berjudul: “Nuansa Tasawuf Imam Lapeo dalam Kalidaqdaq Mandar dalam Kajian

Hermeneutika. Pesan yang ingin disampaikan dari hasil tulisan tersebut menjelaskan

bahwa puisi Mandar atau Kalindaqaq, menunjukkan gambaran kencintaan dan

kerinduan seorang hamba akan Zat Yang Maha Ada, tetapi ia tidak dapat melihat-Nya

karena sifat Allah yang mustahil sama dengan makhluk-Nya sehingga ia pun

mengetahui bagaimana makhluk-Nya diciptakan. Kalindandaq adalah sebuah seni

yang merupakan salah satu hasil pendekatan Imam Lapeo juga dalam syiar Islam di

Mandar.14

Berdasarkan tinjauan pustaka yang diperoleh dari hasil pencaharian penulis,

maka dapat dikatakan bahwa penelitian tentang Imam Lapeo tidaklah merupakan hal

yang baharu untuk diteliti. Akan tetapi, rata-rata diantara penelitian penduhulu

memiliki kecenderunganya yang hampir sama dalam aspek biografi dan sejarah

13

Ruhiyat, Imam Lapeo Sebagai Pelopor Pembaharuan Islam di Mandar, Jurnal Vol III (T.t:

T.tp. 2015), h. 125. 14

Zainuddin Hakim, Nuansa Tasawuf Imam Lapeo dalam Kalindaqdaq Mandar, Kajian

Hermeneutika, Jurnal Vol XVIII ( Makassar: T.tp. 2012). h. 18.

9

perjalanan Imam Lapeo. Belum ada peneliti secara detail melakukan penelitian terkait

dengan peran seorang murid dalam mengembangkan ajaran Imam Lapeo.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah penulis kemukakan, maka tujuan

dalam proses penelitian ini yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui dan menelusuri bagaimana bentuk dari ajaran yang

diwariskan oleh Imam Lapeo sebagai pelopor pembaharu Islam di Mandar,

terkhusus di Kecamatan Campalagiang

2. Untuk mengetahui bagaimana peran serta kontribusi dalam mengembangkan

ajaran Imam Lapeo sebagai amanah yang mereka topang selaku murid.

Kemudian, dari aspek manfaat ketika hasil penelitian ini telah dilakukan,

maka peneliti mengharapkan kiranya dapat:

1. Memberikan kontribusi pengetahuan bagi penuntut ilmu khususnya bagi

jurusan Aqidah Filsafat Islam yang tidak hanya bergelut dalam bidang

epistemologi barat tetapi dapat juga menelaah dan mensinergikan ajaran Islam

yang dibawah oleh Imam Lapeo.

2. Memberikan informasi terkini terkait dengan konsep ajaran dan

pengembangan ajaran Imam Lapeo baik dari akademik maupun non

akademik.

3. Mengetahui sebagaian dari ajaran penting Imam Lapeo yang bersifat

eksklusif.

10

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Biografi K.H. Muhammad Thahir

K. H. Muhammad Thahir lahir di Pambusuang pada tahun 1838-1952

tepatnya di wilayah Kecamatan Tinambung, yang termasuk dalam kawasan

Kabupaten Polewali Mandar. Ayahnya bernama Muhammad bin haji Abd. Karim

Altalahi dan ibunya bernama Sitti Rajiah.

Sejak kelahiranya, ia diberi nama Junaihin Namli, merupakan nama yang

asing dalam kosa kata bahasa Mandar. Sejak kecil ia dikenal oleh masyarakat sebagai

anak yang taat dan patuh kepada orang tuanya. Juga dikenal sebagai anak yang jujur,

pemberani dan mempunyai karakter optimis.

Dalam silsilahnya ibu Imam Lapeo berasal dari keturunan hadat Tenggelang,

suatu wilayah yang berstatus distrik dalam pemerintahan Swapraja Balanipa, yang

sekarang termasuk dalam Kecamatan Campalagiang. Penelitian Rosdiana pada tahun

1995 mengungkapkan bahwa K. H. Muhammad Thahir (Imam Lapeo) memiliki

latarbelakangan keluarga yang taat beragama. Ayahnya dalam melangsungkan

kehidupan keluarga bekerja sebagai petani dan nelayan, disamping itu masyarakat

juga mengenalnya sebagai guru mengaji al-Qur’an.15

Sehingga ketaatan orangtuanya

dalam bidang agama menjadi modal utama dalam pembentukan jiwa Imam Lapeo.

Perjalanan hidup Imam Lapeo dalam meniti kariernya sebagai ulama, tidak

terlepas dari pada ketekunannya dalam menuntut ilmu, khususnya ilmu agama.

Karena itu, tidak begitu istimewa jika pada usianya yang relatif masih muda, ia

15

Rosdiana, K. H. Muhammad Tahir dan Peranannya dalam Mengembangkan Islam Di

Mandar Abad Ke-XIX ( Fakultas abab IAIN Alauddin: Ujung Pandang, 1995), h. 30-31.

11

menamatkan al-Qur’an beberapa kali. Belajar membaca al-Qur’an, ia selalu

melampaui teman-teman sebayanya. Sejak awal gemblengan terhadapnya dilakukan

oleh orang tuanya sendiri dan sempat menyelesaikan pendidikan al-Qur’an di

Pambusuang.

Menjelang usia remaja, ia mulai berkonsentrasi belajar bahasa arab, seperti

ilmu nahwu sharaf. Ilmu ini merupakan dasar baginya untuk mempelajari kitab-kitab

fiqh, ilmu tauhid dan sebagainya. Pendidikan selanjutnya dijalani di Pulau Salemo.

Pulau yang terkenal pada waktu itu sebagai tempat pesantren yang telah banyak

melahirkan ulama-ulama besar.

Setelah beberapa tahun menimba ilmu pengetahuan di Pulau Salemo, ia

kemudian ikut dengan pamannya ke Padang untuk berdagang sarung sutera Mandar.

Pengalamannya ketika berada di Padang memberi kesan yang sangat mendalam. Ia

menyaksikan bagaimana para pemuda begitu antusias mengikuti pengajian dan

pengajaran agama Islam yang diadakan para ulama. Dengan ketekunan Imam Lapeo

ingin belajar, maka ia meminta izin terhadap pamannya untuk tinggal di Padang

selama empat tahun16

.

Empat tahun bukan waktu yang singkat. Imam Lapeo ketika usai di Padang ia

tidak memilih kembali ke daerah asalnya di Pambusuang, melainkan melakukan

perjalanan haji ke tanah suci. Selama hidupnya ia melaksanakan ibadah haji sebanyak

tiga kali, masing-masing berlangsung pada tahun 1886, 1893 dan 1929.

Perjalanan haji yang dilakukan Imam Lapeo, tidak hanya semata-mata

menunaikan ibadah haji, tetapi juga dipergunakan untuk mengunjungi ulama-ulama

16 Muhammad Yusuf Naim, dkk, Imam Lapeo (Cet, II; Makassar: Pustaka Refleksi, 2007), h.

6-9.

12

besar demi memperdalam ilmu agama yang dimiliki. Pengembaraan yang dilakukan

oleh Imam Lapeo menuntunnya bertemu dengan seseorang yang bernama Sayyid

Alwi Jalaluddin Bin Sahil.

Sayyid Alwi, Ia adalah ulama besar yang memberikan motivasi kepada Imam

Lapeo dalam menyebarkan syiar Islam khususnya wilayah Mandar, karena Sayyid

Alwi merupakan guru Imam Lapeo yang telah berusaha lebih awal dalam

mendakwahkan Islam di Mandar namun tidak berhasil. Karena ia terhalangan oleh

sekolompok anak bangsawan yang melakukan penyerangan terhadap Sayyed Alwi

ketika mensyiarkan ajaran Islam17

.

Sehingga pada abad ke19 Imam Lapeo berhasil mengembangkan ajaran Islam

di Mandar dengan memasuki beberapa elemen yang berbeda dalam masyarakat

tersebut. Imam Lapeo merupakan orang cerdas yang dapat memahami secara baik

bagaimana memberikan pengajaran terhadap masyarakat agar ajaran tersebut dapat

diterima.

Metode pendekatan yang digunakan oleh Imam Lapeo antara lain, pendekatan

sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan budaya. Untuk metode pendekatan

sosial ia melakukan beberapa cara seperti membantu membayarkan hutang

masyarakat, ikut serta dalam kegiatan gotong royong, dan bersilaturahmi. Imam

Lapeo memperhatikan kondisi sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga

masyarakat dapat dengan mudah diarahkan untuk mencari ridho Allah swt.

Kemudian dari segi psikologis, interaksi Imam Lapeo dalam metode ini,

kadangkala perorangan dan juga perkelompok. Dijelaskan bahwa Imam Lapeo pernah

menjadi panitia dalam kegiatan sabung ayam dan dilaksanakan setelah selesai

17

Zuhriah, Jejak Wali Nusantara, Kisah Kewalian Imam Lapeo Di Masyarakat Mandar (

Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013), h. 32-33.

13

melaksanakan shalat ashar. Salah satu keunggulan Imam Lapeo, setiap ayam yang

dijadikan sebagai jagoan pasti akan dapat mengalahkan lawannya.

Dengan demikian, kemenangan itu dijadikan sebagai kesempatan

mengarahkan masyarakat untuk membantu mengangkut bahan-bahan yang digunakan

dalam pembangunan masjid. Aktifitas demikian memberi pengaruh signifikan

terhadap masyarakat agar tidak terfokus lagi dalam pemeliharaan sabung ayam.

Sehingga Imam Lapeo dapat pula mengajak mereka kejalan yang benar sesuai

dengan ajaran Islam.

Kemudian yang terakhir adalah pendekatan budaya atau kesenian. Kesenian

yang sampai hari ini dikenal dengan pantun Kalindaqdaq juga merupakan warisan

dari Imam Lapeo. Pantun tersebut di rangkaikan dengan kuda menari yang dikenal

sebagai Sayyang Pattu’du serta alat music lainnya seperti kecapi dan gendang. Pesan

yang disampaikan dalam gerakan serta alunan musik tersebut mengandung ajaran

Islam18

. hampir memiliki kesamaan dengan pendekatan yang digunakan oleh Sunan

Kalijaga, menyampaikan nilai-nilai ajaran Islam melalui budaya yang berlaku di Jawa

yaitu permainan wayang19

.

Secara umum, Imam Lapeo dikenal dimasyarakat Mandar tidak hanya sebagai

penyebaran ajaran Islam, tetapi kedudukan sebagai seorang wali. Tolok ukur

kewaliannya dalam pandangan masyarakat karna begitu banyak peristiwa diluar akal

manusia yang diperoleh, yang dikenal dengan karomah. Namun karomah itu hadir

18

Zuhriah, Jejak Wali Nusantara, Kisah Kewalian Imam Lapeo di Masyarakat Mandar (

Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013), h. 34.. 19

Zuhriah, Jejak Wali Nusantara Kisah Kewalian Imam Lapeo Di Masyarakat Mandar, h.

35-37.

14

karena kedekatan dirinya dengan Allah swt. yang mengerjakan amalan-amalan

Zikrullah secara konsisten20

.

Zuhriah, dalam sebuah tulisannya mengungkapkan bahwa ajaran tarekat Imam

Lapeo dapat diklasifikasikan dalam beberapa bagian:

a. Tarekat Siir, adalah ajaran tarekat Imam Lapeo yang sangat rahasia, pada tarekat

tersebut yang menjadi mursyidnya adalah ia sendiri. Dapat dikatakan tarekat ini

adalah hasil cipta sendiri yang hanya diajarkan kepada satu anak perempuan

sekaligus muridnya.

b. Naqsabandiyah, dikatakan penganut tarekat Naqsabandiyah karena Imam Lapeo

pernah belajar tarekat Naqsbandiyah sewaktu ia menuntut ilmu di Pulau Salemo.

c. Khalwatiyah, karena Imam Lapeo pernah memberi ajaran tarekat khalwatiyah.

Sehingga masyarakat memandang bahwa Imam lapeo mempunyai ajaran tarekat

tersebut.

d. Zadziliyah, juga dinyatakan bahwa Imam Lapeo bertarekat Zadziliyah karena ia

berdasarkan pada zikir dan wirid yang diamalkan di masjid Lapeo21

.

Dengan demikian, Imam Lapeo tidak memberi kejelasan atas ajaran tarekat

yang dimiliki. Ditinjau dari aspek sejarah Imam Lapeo dalam menunut ilmu

pengetahuan khususnya ilmu agama memang memiliki jumlah mursyid yang banyak.

20

Tahiryanti (50), Pembina Panti Asuhan Nahdiyat, Wawancara, Veteran Selatan Makassar,

4 Agustus 2018. 21

Zuhriah, Jejak Wali Nusantara Kisah Kewalian Imam Lapeo Di Masyarakat Mandar (

Yogayakarta, Pustaka Ilmu, 2013), h. 90-92.

15

B. Pengertian Ajaran dan Peran Murid

1. Pengertian Ajaran

Ajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada

orang supaya diketahui22

. Sedangkan kata ajaran sendiri memiliki arti segala sesuatu

yang diajarkan23

.

Dengan demikian, seseorang yang dapat mengajarkan ilmu pengetahuan

adalah mereka yang memahami dengan baik. Sebab, pengetahuan yang diajarkan

kepada seseorang tanpa pemahaman yang benar dapat memberi pengajaran yang

keliru. Oleh karena itu, sebelum mengajarkan suatu ilmu pengetahuan, maka syarat

utamanya adalah tidak sekedar paham, akan tetapi dapat mengimplementasikannya.

Seseorang yang berilmu pengetahuan tentu akan memahami bahwa ilmu itu

tidak hanya dijadikan sebagai pengetahuan individu dan memperkaya wawasan

semata. Tetapi, pengetahuan musti diajarkan kepada orang-orang yang ada disekitar

kita. Sebab, mengamalkan ilmu pengetahuan kepada seseorang merupakan kewajiban

yang musti dilakukan. berkenaan dengan hal tersebut Nabi Muhammad saw. bersabda

dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud:

ة به ي ق ال م ى بري ن ن مه ب ج ل اللهب ه و ج ل ا ه و ت ك ف ن ل ع ن ع ل ئ س ن ه

Artinya:

Barangsiapa yang ditanya tentang suatu ilmu, kemudian ia

menyembunyikannya, maka ia akan diberi kekang dari api pada hari kiamat.24

22 Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Cet; XII, Jakarta Timur: PT Balai

Pustaka, 2014), h. 14. 23

Https://Kbbi.Web.Id/Ajar.Html. Diakses Pada Hari Senin, 18 Juni 2018. 24 Abi Daud Sulaiman Ibnu al-Asi’as al-Sijsitani al-Azdi, Sunan Abu Daud, Juz IV (beirut:

Dar Ibn Hazm,1997), h. 42.

16

Penjelasan di atas, mengandung makna himbauan kepada setiap elemen tanpa

terkecuali, untuk senantiasa menyampaikan kepada khalayak terkait ilmu

pengetahuan, apalagi ketika hal tersebut bersangkutan dengan kemaslahatan bersama.

Ajaran merupakan kata universal yang membutuhkan pengertian lain agar

menemukan maknanya antara lain:

a. Ajaran syariat secara umum

Syari’at menurut istilah, pada mulanya mempunyai arti yang luas, tidak hanya

berarti fikih dan hukum, tetapi, mencakup pula akidah dan akhlak. Dengan

demikian, syariat mengandung arti bertauhid kepada Allah, menaati-Ny, beriman

kepada rasul-Nya, kitab-kitab-Nya dan hari pembalasan. Pendeknya syari’at

mencakup segala sesuatu yang membawa seseorang menjadi muslim.

Dr. H. Baharuddin Ali menyatakan bahwa syari’at hal yang meliputi shalat,

zakat, puasa dan haji. Sebagai bentuk kewajiban bagi setiap muslim untuk

mengaplikasikannya. Seseorang yang mengerjakan harus mengikuti tuntunan dari

sumber utama ajaran Islam al-Qur’an dan Hadits.25

b. Teologi

Teologi, sebagaimana diketahui, membahas ajaran-ajaran dasar dari suatu

agama. Setiap orang yang ingin menyelami seluk beluk agamanya secara

fundamental, perlu mempelajari teologi yang terdapat dalam agama yang di

anutnya. Mempelajari teologi akan memberi seseorang keyakinan-keyakinan yang

mendasar pada landasan kaut, yang tidak dapat diombang ambing oleh peredaran

zaman26

.

25 Baharuddin Ali, Pengembangan Metode dan Materi Dakwah Pada Penyiaran Islam Di RRI

( Makassar: Alauddin University Press, 2012), h. 135. 26. Harun Nasution, Teologi Islam Aliran Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Cet; V.

Jakarta: Universitas Indonesia, 1986), h. IX.

17

Munurut syaikh Muhammad Abduh, dalam pengantar teologi Islam

mengatakan ilmu tauhid juga dapat dikatakan sebagai ilmu kalam atau teologi.

Ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, sifat- sifat wajib

Allah, sifat-sifat Jaiz serta sifat- sifat yang mustahil bagi Allah27

.

Menurut Ibnu Khaldun mengatakan bahwa ilmu kalam atau teologi Islam

ialah ilmu yang berisi alasan-alasan mempertahankan kepercayaan iman dengan

menggunakan dalil pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang

meyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli

sunnah28

.

Dengan demikian, teologi merupakan ajaran yang memiliki indikasi

pembelajaran terkait dengan ilmu ketuhanan, baik dari tauhid, aqidah maunpun

sifat-sifat wajib bagi Allah swt.

c. Ajaran tarekat dan zikir

Tarekat adalah suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah,

dengan mengamalkan ilmu tauhid, fikih dan tasawuf29

. Tarekat juga mengacu

kepada suatu sistem latihan meditasi maupun amalan-amalan baik zikir, wirid, dan

sebagainya. Yang dihubungkan dengan sederet guru sufi. Juga dapat diartikan

sebagai organisasi yang tumbuh seputar metode sufi yang khas30

.

Menurut beberapa tokoh dalam memberikan pendapat tentang tarekat antara

lain:

27 Marhaeni Saleh, Pengantar Teologi Islam (Makassar: Alauddin University Press, 2014). h.

2. 28. Salihun A. Nasir, Pemikiran Kalam Sejarah, Ajaran dan Perkembangannya (Jakarta:

Rajawali Pers, 2010), h. 3. 29. Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsabandiyah (Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru, 2005), h.

6. 30

.Sri Mulyati, Mengenal Dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah Di Indonesia (Jakarta:

Kencana, 2005), h. 8.

18

Harun nasution, mengatakan bahwa tarekat berasal dari kata tariqah yaitu

jalan yang harus ditempuh seorang sufi dengan tujuan agar dapat sedekat mungkin

dengan Tuhan. Tarekat kemudian mengandung arti organisasi, tiap tarekat

mempunyai syekh, upacara ritul dan bentuk zikir sendiri31

Aboe Bakar Atjeh dalam buku tarekat dituliskan oleh Rahmi Damis

mengatakan bahwa tarekat itu artinya jalan, petunjuk dalam melaksanakan suau

ibadah seusai denga ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan

dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in, turun temurun sampai kepada guru-guru,

sambung menyambung dan merantai. Atau suatu cara mendidi dengan proses

waktu akan membentuk suatu kumpulan kekeluargaan, sefaham dan akhirnya

sealiran, guna memudahkan menerima ajaran-ajaran dan latihan dari para

pemimpinnya dalam satu ikatan32

.

Subtansi tarekat pada dasarnya terletak dalam kegiatan zikir. Zikir dapat

dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Zikir melalui hati dan zikir dengan pengucapan

lisan.

Zikir dengan lisan ialah menyebut Allah dengan berhuruf dan bersuara. Dzikir

ini sukar melakukannya secara terus menerus, karena banyak kesibukan yang

mengganggu. Mencari nafkah dan berusaha menutupi keperluan hidup dapat

melengahkan. Sedangkan zikir dalam hati, ialah mengingat atau menyebut Allah

dalam hati. Tidak berhuruf dan bersuara. Zikir tersebut walaupun keadaan sibuk

tidak akan begitu mengganggu33

.

31 Harun Nasution, Falsafah dan Mistisime Dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1998), h.

89. 32 Rahmi Damis, Tarekat (Makassar: Alauddin University Press, 2015), h. 46. 33 Faud A. Said, Hakikat Tarekat Naqsabandiyah (Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru, 2005),

h. 53.

19

Jika zikir dengan lidah dan diperkuat dengan zikir hati, maka hal itu lebih

sempurna. Jika diperkuat lagi dengan menghadirkan pengertiannya, maka hal itu

leih sempurna lagi dan berharap kepada Allah itu dilakukan dengan sepenuh hati

dan ikhlas, maka itulalh punya zikir yang paling tinggi.

Imam Fakhrur Razi yang dituliskan oleh Faud Said menyataan bahwa yang

dimaksudkan dengan zikir lisan ialah mengucapkan kalimat suci dengan lidah

seperti mengucapkan Subhannallah, Alhamdulillah, La ilahaaillallah, Allah, dan

sebagainya yang bersifat memuji kepada Allah swt34

.

2. Peran Murid

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, peran dapat diartikan sebagai perangkat

tingkah yang diharapkan dimiliki seseorang yang berkedudukan dalam masyarakat35

.

tentu pada pengertian ini yang dimaksudkan adalah seseorang yang mempunyai

kompetensi memadai dalam masyarakat.

Peran merupakan suatu konsep berkenaan dengan hal yang dapat dilakukan

oleh individu dalam masyarakat. Setiap peran bertujuan agar seseorang yang

melaksanakan peran tadi terjalin hubungan yang baik antar keduanya.

Peran atau peranan juga merupakan aspek dinamis kedudukan. Peranan itu

dapat dikatakan berjalan ketika seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya36

. Dewasa ini, ketika mencermati dengan seksama dalam

masyarakat, maka tidak sedikit dari mereka yang mengalami ketimpangan atas

tanggungjawab yang diberikan kepadanya, kecuali mereka yang berkesadaran. Sebab

peran adalah sebuah tanggungjawab yang terus bergandengan dengan amanah.

34 Faud A. Said, Hakikat Tarekat Naqsabandiyah , h. 58. 35 Https://Kbbi.Web.Id/Peran.Html. Diakses Pada Hari Senin, 18 Juni 2018. 36 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 212.

20

Dalam kehidupan bermasyarakat ada beberapa peranan yang dapat dilakukan

oleh seseorang, tetapi hal demikian tergantung dari mana pembentukannya. Sama

halnya dengan mereka yang mendalami suatu ilmu khususnya ilmu agama, maka

peran yang dimainkan adalah bagaimana pengetahuan kegamaan yang diperoleh

dapat diamalkan. Tidak hanya amalan individu semata namun pengamalan yang

bersifat kolektif.

Suatu peranan yang melekat pada diri seseorang tentu harus dibedakan

dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Peran lebih banyak menunjuk pada

fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Peranan dapat meliputi tiga hal,

yakni:

a. Peranan meliputi norma-norma yang dapat dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat.

b. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat37

.

Peran yang dilakukan individu dalam hal ini adalah seseorang yang telah

memperoleh ilmu pengetahuan dari guru atau mursyidnya yang dikenal dengan murid

atau salik.

C. Upaya dalam Mengembangkan Suatu Ajaran

1. Pengertian Mengembangkan

Mengembangkan dalam kamus bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai

membentangkan dan menjadikan maju38

. Sehingga kata mengembangkan dapat di

maksudkan juga sebagai sebuah aktifitas yang bertujuan untuk menyebarkan luaskan

37 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 213. 38 Https://. Kata. Web. Id. Mengembangkan. Diakses, Rabu 1 agustus 2018.

21

suatu hal agar dapat diketahui oleh banyak orang. Seperti halnya dengan penyebaran

suatu ajaran.

Mengembangkan suatu ajaran dalam tatanan masyarakat tentu tidak terlepas

daripada sebuah usaha atau gerekan. Sebab, pengenalan suatu ajaran dikalangan

masyarakat yang tidak berlandaskan dengan usaha yang sungguh-sungguh, tentu akan

mengalami kemungkinan terjadinya stagnasitas pada ajaran tersebut.

Pengembangankan suatu ajaran dalam kalangan masyarakat tergantung dari

metodologi yang digunakan. Karena dalam konteks psikologi masyarakat tentu

memiliki keragaman dari berbagai elemen. Oleh karena itu, penting bagi subjek

mengetahui dengan baik kondisi daerah tersebut agar terjadi sinkronisasi.

2. Faktor yang menyebabkan ajaran tidak berkembang

Sikap optimis setiap individu memang bukan suatu hal yang dapat dihindari.

Tetapi, sebagai subjek yang memiliki peran penting dalam masyarakat harus

mengetahui batasan apalagi ketika memberikan suatu pengajaran pada masyarakat.

karena tindakan demikian dapat menjadi penghambat dalam berkembangnya ajaran.

Berikut beberapa faktor sikap yang dapat menjadi pemicu akan gagalnya suatu

pengembangan ajaran.

a. Sikap ekstrim atau terlalu berlebihan dalam menjalankan aturan agama.

Terlalu berlebihan atau memaksakan diri dalam melakukan amaliyah ibadah

tanpa mempertimbangkan setuasi dan kondisi diri, baik fisik, kesehatan maupun

psikis karena hal demikian merupakan salah satu pemicu munculnya penyakit

Futuur. Futuur adalah salah satu bentuk penyakit rohani, yang dapat menimbulkan

sikap pemalas, lamban dan santai. Walaupun awalnya sangat menggebu untuk

22

bertindak. Oleh karena itu, ajaran Islam memberi perhatian lebih atas pentingnya

menjaga kesehatan dan menjaga keseimbangan39.

b. Memisahkan diri dari berjamaah dan lebih mengutamakan hidup menyendiri

Pejuangan dalam meniti dakwah ada banyak rintangan dan halangan

menghampiri. Oleh sebab itu, dalam proses tersebut aktifitas yang kita lakuakn

adalah kolektifias atau berjama’ah. Karena ketika kita lebih mengutamakan diri

sendiri tanpa memandang yang lain, maka yang berkembangan adalah perpecahan

dan bercerai berai. Sikap seperti itu, tidak lagi menjadi mobilisasi dalam

mengembangkan tetapi, membawa pada aspek kemunduran40

.

Persoalan tentang bercerai berai, Allah swt. mengingatkan kepada dalam al-Qur’an

surah Ali-Imran ayat 105.

ين ن ع ذ اة ع ظ ئ ك ل ه أ ول ت و ه ن ٱل ب ي ن بء ب ج ن ب ع د ه ق ىا ه ت ل ف ىات ف ز ٱخ ين و ت ك ىن ىا ك ٱلذ ل و

Terjemahnya:

“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan

berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka

itulah yang mendapat siksa yangb berat “(Qs.Ali-Imran 3:10541

).

Ayat di atas menghimbau kepada manusia agar menjunjung tinggi kolektifitas

atau hidup berjamaah, dan tidak memisahkan diri dari orang-orang. Karena hal-hal

kecil demikian jika dikerjakan bakal menjadi salah satu pemicu gagalnya

pendekatan individu dalam bermasyarakat.

39 Sayyid M. Nuh, Penyebab Gagalnya Dakwah (Cet, 1; Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h.

16. 40

Sayyid M. Nuh, Penyebab Gagalnya Dakwah (Cet, 1; Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h

. 22. 41

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Al-Qur’anul Karim

Kepunyaan Raja Fahd, 1971), h. 93.

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan sebuah proses ilmiah berupa cara untuk

memperoleh data yang dapat digunakan dalam kepentingan penelitian ilmiah. Berikut

tahapan atau metode yang digunakan penulis:

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis penelitian

Sugiyono menyatakan bahwa pada penelitian kualitatif, pengumpulan data

dilakukan pada natural setting dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada

observasi, berperanserta, wawancara mendalam dan dokumentasi.42

Sedangkan

menurut Jane Richie mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah upaya untuk

menyajikan dunia sosial, dan prespektifnya di dalam dunia, dari segi konsep,

perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia yang diteliti43

.

Jenis penelitian kualitatif tentu mengharuskan kepada peneliti untuk turun

kelapangan dan melihat secara langsung fenomena yang sedang berlangsung dan

pastinya terkait dengan judul yang ada, yakni penelitian tentang Peran Murid dalam

Mengembangkan Ajaran Imam Lapeo di Campalagiang.

2. Lokasi Penelitian

Terkait dengan lokasi penelitian, maka sasaran penelitian ini dilakukan di

Kecamatan Campalagiang, Kabupaten Polewali Mandar. Daerah tersebut jika diukur

secara kuantitas, maka bagi daerah penulis memiliki jarak tempuh satu jam lebih

42

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), h.

63. 43

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Cet. XXVI; Bandung: Rosda, 2009), h.

6.

24

dengan menggunakan alat transportasi kendaraan roda dua dengan kecepatan rata-rata

80 km. Sehingga dengan jarak tempuh yang jauh ini, menjadi bahan pertimbangan

bahwa penulis tidak mendeskripsikan hasil penelitian secara subjektif.

B. Pendekatan Penelitian

Untuk melakukan suatu penelitian, maka seorang peneliti tentu mempunyai

pendekatan demi menghasilkan data-data secara objektif di lapangan. Berikut

pendekatan yang digunakan peneliti:

1. Pendekatan Filosofis

Adalah metode pendekatan yang digunakan untuk mendekati objek

permasalahan secara mendalam dan dapat dijangkau oleh pikiran yang logis44

.

Ketertarikan penulis menggunakan pendekatan ini, karena pendekatan filosofis

menunjukkan fakta bahwa akal memainkan peran yang fundamental untuk melakukan

pencaharian atas ajaran tersebut. Sebab, pendekatan filosofis juga tidak terlepas dari

tiga cabang filsafat yakni ontologi, epistemologi dan aksiologi.

2. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologis adalah suatu pendekatan yang menggunakan logika-

logika dan teori sosial baik teori klasik maupun modern untuk menggambarkan

fenomena sosial keberagamaan terhadap fenomena lain yang berkaitan dengan

masalah yang dibahas.45

Pendekatan sosiologis sengaja penulis masukkan karena

merujuk pada judul yang berbicara perkembangan.

44 Sayuthi Ali, Metodolog Penelitian Agama ( Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002), h. 67. 45 U. Maman dkk, Metodologi Penelitian Agama Teori dan Praktik (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2006), h. 127-128.

25

3. Pendekatan sufistik

Pendekatan sufistik adalah salah satu pendekatan dalam Islam yang bersifat

atau beraliran sufi. Perihal tersebut erat kaitannya dengan ilmu tasawuf yang

mengindikasikan pada aspek penyucian jiwa.

C. Sumber Data

Secara umum persoalan tentang sumber data pada penelitan kualitatif atau

lapangan dapat kita klasifikasikan dalam dua jenis. Kedua jenis inilah yang penulis

pakai sebagai acuan pokok dalam meneliti, yaitu:

1. Data primer

Data primer adalah data utama yang akan dilakukan melalui wawancara. Data

tersebut diperoleh dari sekumpulan informasi yang diberikan oleh informan dengan

memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan tujuan dari penelitian.

2. Data sekunder

Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar dari kata dan tindakan merupakan

sumber kedua atau data sekuder, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu,

penulis menggunakan beberapa sumber tulisan baik dalam bentuk skripsi, tesis,

desertasi serta buku-buku yang membahas hal tersebut sebagai bahan tambahan

dalam penelitian yang dilakukan.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data penulis menggunakan beberapa hal yang

memiliki relevansi dengan penelitian lapangan, yaitu:

1. Observasi

Adalah metode pengumpulan data dengan cara mengamati langsung terhadap

objek penelitian. Observasi atau pengamatan digunakan dalam rangka mengumpulkan

26

data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh

perhatian untuk menyadari adanya suatu rangsangan tertentu yang diinginkan, atau

suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan sosial dan gejala psikis

dengan jalan mengamati dan mencatat46

. Peneliti pada tahap ini akan mengutarakan

maksud dan tujuan peneliti terhadap informan sebelum melakukan wawancara, agar

dapat memperoleh informasi secara gamblang sesuai dengan variabel-variabel

penelitian dan memberi rasa nyaman terhadap informan dengan tidak memberikan

pertanyaan yang tidak relevan dengan tujuan penelitian.

2. Wawancara

Adalah suatu kegiatan komunikasi yang timbal balik. Menurut pandangan

Haris, wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan oleh

setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam setting alamiah, di mana

arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan

mengedapankan strut sebagai landasan utama dalam proses memahami47

. Sedangkan

menurut Deddy Mulyana, bahwa wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua

orang, melibatkan seseorang yang ingin memperolah informasi dari seseorang dengan

mengajukan pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu48

. Dengan demikian, untuk

menentukan informan penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

sampling/purposive yaitu teknik pengambilan informan antara lain, informan yang

memiliki pemahaman terhadap ajaran Imam Lapeo. Oleh karena itu, peneliti

berencana menjadikan informan sebagai berikut:

46

Koentjaranigrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT. Gramedia, 1990), h.

174. 47

Haris herdiansyah, Wawancara Observasi dan Fokus Groups Sebagai Intrumen Penggalian

Data Kualitatif (Jakarta: Rajawali pres, 2015), h. 30. 48

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2004), 180-181.

27

a. Keturunan K. H. Muhammad Thahir baik anak maupun cucunya.

b. K. H. Nangguru Latif Busyra, ia adalah pimpinan pesantren Assalafiah Parappe

c. Imam Masjid.

d. Tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang ajaran Imam Lapeo

serta mengetahui bagaimana perkembangan ajaran tersebut.

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melihat dokumen-

dokumen dengan bentuk tulisan baik dari surat kabar, majalah, website, transkrip

percakapan, dan sebagainya.49

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian kualitatif instrumen pokok adalah penulis sendiri yang hadir

secara langsung untuk mendapatkan data yang diingikan. Tetapi, dalam proses

penelitian dan bertindak pula sebagai insturmen, penulis menggunakan beberapa alat

bantu seperti: buku catatan, pulpen, dan alat perekam suara. Karena tidak semua

informasi yang didapatkan saat proses penelitian dapat ditangkap secara keseluruhan

oleh indra pendengar.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisis dengan menggunakan

analisis data menurut Miles dan Hubermen yang dikutip oleh Sugiyono, ia

mengatakan bahwa analisis ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data ini yaitu merangkum,

49Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Metodologi, Standar, Aplikasi dan Propesi Contoh Aplikasi

Evaluasi Program: Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kurikulum, Perpustakaan, Kuku Teks, Manajemen Berbasis Sekolah, Kartu Indonesia Pintar Sejahtera, Kartu Indonesia Sehat dan Program Dana Desa (Jakarta: Rajawali Pres, 2016), h. 471.

28

memilih hal-hal pokok, kemudian data tersebut disajikan dalam sebuah pola yang

sesuai dengan kajian, setelah itu ditarik sebuah kesimpulan yang menghasilkan

sebuah hepotesis dan deskripsi suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang

menjadi jelas50

.

Dalam menganalisis data yang tersedia, penulis menggunakan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Dimaksudkan sebagai proses pemilihan dari informasi yang diperoleh di

lapangan yang tercantum dalam catatan-catatan dan rekaman suara.

2. Penyajian Data

Adalah sekumpulan informasi tersusun secara sistematis yang memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Penarikan kesimpulan

Langkah selanjutnya dalam menganalisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan. Setiap kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat kebenaran

sementara dan akan berubah apabila ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Penarikan kesimpulan yang dilakukan

peneliti secara terus-menerus selama berada di lapangan.

50 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Salatiga: Satya Wacana, 1990), h. 91.

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Geografis Campalagiang

Kecamatan Campalagiang merupakan salah satu dari enam belas kecamatan

yang ada di Kabupaten Polewali Mandar. Berdasarkan posisi geografisnya,

Kecamatan Campalagiang memiliki batas-batas: di sebelah timur berbatasan dengan

Kecamatan Mapilli, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Teluk Mandar,

di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Balanipa dan Limboro, di sebelah

utara berbatasan dengan Kecamatan Luyo.

Luas wilayah Kecamatan Campalagiang tercatat 87,85 km² atau 43,3 persen

dari wilayah Kabupaten Polewali Mandar. Kecamatan Campalagiang terbagi atas satu

kelurahan dan tujuh belas desa, yaitu Kelurahan Pappang, Desa Sumarang, Desa

30

Ongko, Desa Lampoko, Desa Panyampa, Desa Botto, Desa Katumbangan, Desa

Laliko, Desa Padang Timur, Desa Katumbangan Lemo, Desa Agi-Agi, Desa Suruang,

Desa Parappe, Desa Gattungan, Desa Kenje, Desa Lapeo, Desa Padang, dan Desa

Bonde. Dari desa atau kelurahan tersebut, lima di antaranya memiliki pantai, yaitu

Desa Laliko, Desa Lapeo, Desa Kenje, Kelurahan Pappang, dan Desa Panyampa.

1. Jumlah Penduduk

Secara administrasi, wilayah Kecamatan Campalagiang pada tingkatan dusun

atau lingkungan, terdiri atas 4 kelurahan dan 84 dusun. Jumlah dusun dan kelurahan

antar desa jumlahnya bervariasi. Desa Katumbangan memiliki jumlah dusun

sebanyak 8 sedangkan desa lainnya rata-rata berjumlah 3 dusun saja.

Berdasarkan jumlah penduduk hasil pendataan pada tahun 2017 mencapai 55,

935 jiwa. Sedangkan jumlah rumah tangga mencapai 12.348 jiwa. Jika dilihat dari

distrbusi penduduk pada tingkat desa dan kelurahan, desa bonde memliki jumlah

penduduk yang paling banyak. Penduduk desa bonde berjumlah 4.970 jiwa atau

sekitar 9 persen dari penduduk Kecamatan Campalagiang.

Penduduk laki-laki dan perempuan Kecamatan Campalagiang masing-masing

berjumlah 26.865 jiwa dan 29.070 jiwa. Kepadatan penduduk mencapai 637 jiwa per

km². tingkat kepadatan penduduk antar desa bervariasi. Desa yang memiliki

kepadatan penduduk paling tinggi adalah Desa Bonde hingga mencapai 3.823 jiwa.

Sebaliknya kepadatan penduduk paling rendah adalah Desa Ongko dengan angka 221

jiwa per km².

31

Kemudian perlu diketahui hasil pendataan oleh pihak pemerintah Kecamatan

Campalagiang bahwa seluruh masyarakat yang merupakan domisili tetap. Tidak ada

di antara mereka yang beragama kecuali agama Islam.

2. Jumlah Pegawai Negeri Sipil

Kemudian masyarakat yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil dibeberapa

instansi di Campalagiang dapat kita lihat pada tabel dibawah ini:

No Instansi Pemerintah Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Kantor camat 19 11 30

2 Kantor koramil - - -

3 Kantor polisi sektor - - -

4 UPTD Dikbudcam 6 6 12

5 Kantor urusan agama 11 6 17

6 Penerangan - - -

7 Dinas pertanian dan

pangan peternakan

10 2 12

8 Sosial - - -

9 BKKBN 1 1 2

10 Koperasi - - -

11 Puskesmas 10 43 53

12 Pengairan Mandar 2 - 2

13 PDAM 3 1 4

32

14 Kehutanan 4 - 4

15 PLN 1 - 1

Total 61 68 137

Dengan demikian jumlah keseluruhan Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di

seluruh instansi di Kecamatan Campalagiang mencapai 137 orang. Di antaranya laki-

laki berjumlah 61 orang dan perempuan berjumlah 68 orang.

3. Sektor Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan sumber daya

manusia. Tentunya sarana pendidikan yang baik bagi masyarakat syarat utamanya

adalah bangunan yang memadai. Olehnya itu, di Kecamatan Campalagiang telah

memberikan fasilitas pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai pada tingkah

sekolah menengah atas.

No Fasilitias Pendidikan Jumlah

1. Taman Kanak-Kanak 20 unit

2. Sekolah Dasar 43 unit

3. Sekolah Menengah Pertama 6 unit

4. Madrasa Ibtidainyah 10 unit

5. Madrasah Tsanawiyah 9 unit

6. Sekolah Menengah Atas 7 unti

33

7. Madrasah Aliyah 4 unti

Dengan jumlah sarana pendidikan yang memadai, tentu akan menjadi salah

satu pemicu motivasi bagi anak-anak di Kecamatan Campalagiang untuk terus

melanjutkan sekolah.

4. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan di Kecamatan Campalagiang tentu sangat dibutuhkan

oleh masyarakat setempat. Untuk memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat,

maka dibutuhkan sebuah bentuk sarana. Agar memudahkan masyarakat dalam

pengobatan medis. Oleh karena itu, Kecamatan Campalagiang menyediakan sarana

terhadap masyarakat yang meliputi:

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 Puskesmas 2

2 Puskesmas Pembantu 3

3 Poskesdes 11

4 Polindes 1

5 Posyandu 65

5. Sumber Kelangsungan Hidup

Dalam dinamika kehidupan manusia tentu membutuhkan asupan agar dapat

mempertahankan kelangsungan hidup dan tentunya sumber utama adalah alam.

Begitulah sumber kehidupan masyarakat Kecamatan Camapalagiang. Tanaman

34

pangan yang banyak diusahakan adalah pemberadayaan padi sawah, jagung, ubi kayu

dan kacang hijau.

Kemudian, selain daripada tanaman pangan ternyata mereka juga melakukan

pengelolahan kebun, seperti kakao dan kelapa. Penamanan dalam jangka pendek pun

mereka juga lakukan dengan menanam jenis cabe, kacang panjang, tomat, terong dan

ketimun. Penghasilan lain ialah pemeliharaan ternak yamg terdiri dari, sapi potong,

kerbau, kuda, kambing, ayam buras dan terakhir ialah itik.

6. Tempat Ibadah

Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan sarana dalam melakukan

aktifitas. Sama halnya dengan Ibadah tentu memerlukan tempat untuk pelaksanaan

shalat dan kegiatan lainnya berhubungan dengan Ibadah. Sehingga masyarakat dapat

dengan mudah melaksanakan kewajibannya.

Dengan demikian di Kecamatan Campalagiang yang merupakan seratus

persen penduduknya adalah umat Islam. Menyediakan fasilitas ibadah dari semua

kelurahan dan desa, dengan jumlah masjid 104 dan musholla berjumlah 14 unit.

7. Pusat Ekonomi

Pasar adalah pusat perdagangan yang merupakan tempat terjadinya transaksi

antara penjual dan pembeli. Dari sekian jumlah 17 desa dan satu kelurahan yang ada

di Campalagiang, hanya terdapat dua desa yang merupakan pusat perbelanjaan yakni,

Desa Bonde dan Desa Sumarang51

.

B. Ajaran K. H. Muhammad Thahir Yang dikembangkan Oleh Murid

Di dalam Islam, seringkali didengar kata mazhab dari berbagai sumber, baik

dalam bentuk tulisan maupun lisan seseorang. Kata mazhab sendiri mengarah pada

51

Badan Pusat Statistik Kabupaten Polewali Mandar, Kecamatan Camapalagiang dalam

Angka 2017, Polewali Mandar: CV. Prima Mandiri, 2017.

35

suatu golongan atau individu yang menjadikan hal itu sebagai pedoman. Secara

umum, semua mazhab tentu memiliki landasan yang benar karena referensi pokok

yang menjadi acuan ialah al-Qur’an dan hadist. Keduanya merupakan mobilisasi yang

dapat menghubungkan manusia agar senantiasa mendekatkan diri kepada Allah swt. .

Diketahui pula bahwa dalam Islam, ada empat mazhab ahli fiqh yang

merupakan sentral umat Islam. yakni: mazhab Hanafi, mazhab Hanbali, mazhab

Syafi’i dan mazhab Maliki. Berkiblat pada mazhab Syafi’i dapat kita ketahui

perkembangannya di Indonesia, karena mazhab tersebut juga menjadi salah satu

panduan konsep Ahlu Sunnah Waljamaah.

Perkembangan Ahlu Sunnah Waljamaah tidak lagi menjadi sesuatu yang

baharu dalam kalangan umat Islam di Indonesia. Sebab, Imam Lapeo dalam

mendakwahkan syariat Islam khususnya di Mandar juga berlandaskan pada konsep

Ahlu Sunnah Waljamaah yang dipertajam dengan mazhab Imam Syafi’i52

.

Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan cucu Imam

Lapeo bernama Hj. Nurlina Muhsin mengemukakan dalam bahasa Mandar bahwa:

Mua melo’o ma issang ajaranna Imam Lapeo itai tappami ajaranna Ahlu

Sunnah Waljamaah. ilalang nasammi iting,o pa’guruanna53

.

Artinya:

Jika ingin mengetahui ajaran Imam Lapeo, dapat diketahui melalui konsep

ajaran Ahlu Sunnah Waljamaah. Semua ajarannya yang berbasis syairat Islam

ada di dalam..

Sebagian dari ajaran pokok Imam Lapeo dapat diketahui dalam pelaksanaan

ibadah sunnahnya serta kegiatan berzikir kepada Allah swt. Tahiryanti juga

52

Syarifuddin Muhsin, Cuplikan Perjalanan Hidup K. H. Muhammad Thahir Imam Lapeo

1839-1952, Lapeo, 08 Mei 2004.

53 Nurlina (77), Pengurus Tahfid al-Qur’an Masjid Nur At- Taubah, Wawancara, Lapeo 8 Juli

2018.

36

menyatakan bahwa konsep ajaran Imam Lapeo selain Ahlu Sunnah Waljama’ah ia

juga memiliki konsep ajaran yang dikenal dengan sebutan zikrullah. karena ia terus

menerus melakukan zikir kepada Allah swt54

. Olehnya itu, pada bagian selanjutnya

peneliti akan mengurai ajaran Imam Lapeo yang berhasil diperoleh di lapangan,

Berikut ajarannya:

1. Ajaran Syariat

Syariat merupakan jalan utama yang ditempuh terlebih dahulu oleh seseorang

untuk selanjutnya mempelajari ajaran-ajaran yang lain, seperti ajaran tarekat, hakikat

hingga pada tahap ma’rifat. Pokok-pokok dalam ajaran syariat paling utama adalah

mempelajari dengan benar rukun Islam, rukun iman, tauhid dan aqidah. Karena

keyakinan seorang hamba kepada Tuhan menurut Latif Busyra adalah dengan

mempelajari dan mengimplemantasikan ajaran dasar Islam tersebut55

.

Menurut Hj. Marhumah Thahir, ia merupakan anak satu-satunya Imam Lapeo

yang masih hidup hingga sekarang mengatakan bahwa syariat itu di ibaratkan seperti

perahu, maksudnya adalah ketika seseorang ingin berlayar maka pertama yang harus

diperbaiki adalah perahu. Ketika perahu telah baik barulah dapat digunakan untuk

berlayar dan mendapatkan tujuan yang ingin dicapai di laut56

. Perumpaan demikian

dimaksudkan agar tidak terjadi kekeliruan dalam mengamalkan ajaran Islam.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa mengapa seseorang harus memperbaiki

terlebih dahulu ajaran syariat sebelum belajar yang lain, karena tidak sedikit orang

saat ini belajar tentang tarekat tapi tidak melaksanakan shalat. Sehingga pengamalan

54

Tahiryanti (43), Pembina Pantu Asuhan Nahdiyat, Wawancara, Veteran Selatan Makassar, 4 Agustus 2018.

55 Latif Busyra (78), Pimpinan Pondok Salafiyah Parappe, Wawancara, Parappe 13 Juli 2018.

56 Marhumah Thahir (110), Pembaca Do’a Perziarah Makam Imam Lapeo, Wawancara,

Lapeo 10 Juli 2018.

37

atas syariat yang merupakan dasar Islam mereka tinggalkan. Ketika seseorang belajar

tarekat tanpa melalui syariat terlebih dahulu, maka mereka hanya akan pandai

berbicara namun tidak ada bentuk pelaksanaan57

.

a. Shalat dan Sedekah

Dalam Islam seruan yang paling dasar dilakukan ialah menjalankan ibadah

shalat sebagai salah satu bagian dalam rukun Islam, seperti shalat wajib. Namun,

melaksanakan shalat wajib juga musti disertakan dengan shalat Sunnah. karena

Imam Lapeo semasa hidupnya menganjurkan agar seseorang tidak melepaskan

ibadah sunnah. Seperti shalat sunnah sebelum shalat wajib, shalat tahajjud, shalat

fajar, shalat dhuha dan shalat witir. Semua itu dikerjakan dan ditunaikan oleh

Annangguru Imam Lapeo sesuai dengan ajaran nabi Muhammad saw. Sehingga

ajaran-ajaran inilah yang kemudian diajarkan oleh Imam Lapeo terhadap

masyarakat yang belum mengenal Islam secara kaffah pada zamannya58

.

Menurut Tsabit Najamuddin khusus dalam pelaksanaan shalat subuh, ia

menyatakan bahwa ketika hari sudah masuk dalam Jum’at subuh, diserukan oleh

Imam lapeo agar senantiasa melakukan sujud tilawah dengan membaca surah al-

Waqi’ah dan surah al-Insan. Lebih lanjut, mengatakan bahwa ia mengharuskan

kepada anak cucunya untuk menghafalkan surat al-Waqiah tersebut dan

mengamalkannya setiap menunaikan ibadah shalat subuh pada hari Jum’at.

Sehubungan dengan shalat menurut Tajuddin, Imam Lapeo dalam mengajak

seseorang untuk menunaikan ibadah shalat tidak secara langsung berkata kepada

masyarakat mari kita menunaikan shalat berjama’ah, tetapi masyarakat sendiri

57

Marhumah Thahir(110), Pembaca Do’a Perziarah Makam Imam Lapeo, Wawancara, Lapeo 10 Juli 2018.

58 Marhumah Thahir (110), Wawancara, Lapeo 10 Juli 2018.

38

yang memiliki kesadaran. Sebab, cara memikat yang digunakan Imam Lapeo

adalah menyedekahkan hartanya berupa makanan, kemudian menyimpan makanan

itu di masjid. Lalu, mengajak masyarakat untuk datang makan bersama dan cara

tersebut dilakukan secara rutinitas. Sehingga, secara tidak langsung akan

menimbulkan kesadaran dan rasa tidak nyaman dihati masyarakat jika mereka

tidak ikut serta dalam melaksanakan shalat berjama’ah59

.

K. H. Latif Busyra. Juga mengatakan bahwa Imam Lapeo semasa hidupnya

dapat dikatakan seluruh hartanya digunakan untuk bersedekah di jalan Allah swt.

karena keyakinan dari Imam Lapeo, bersedekah itu tidak mengurangi harta kita

bahkan bertambah jika cara memberinya disertai dengan keikhlasan60

.

Tahiryanti juga berpendapat bahwa Imam Lapeo seketika ia mendapatkan

rejeki dari Allah swt. maka hari itu juga harta yang ia peroleh akan habis, karena

semua rejeki yang didapatkan langsung disedekahkan kepada orang-orang yang

lebih membutuhkan61

.

Penjelasan di atas terkait dengan shalat dan kegiatan bersedekah, sebagaimana

diungkapankan oleh Tsabit Najamuddin berlandaskan ayat dalam QS. al-

Baqarah/2:3, yaitu:

Terjemahnya:

59

Tajuddin (43), Dosen STAIN Majene, Wawancara, Bonde 11 Juli 2018. 60

Latif Busyra (82), Pempinan Pondok Assalafiyah Parappe, Wawancara, Parappe, 12 juli

2018. 61

Tahiryanti, (46), Pembina Panti Asuhan Nahdiyat, Wawancara, Veteran selatan Makassar,

4 Agustus 2018.

39

“Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan

menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepadanya”62

.

Perintah Allah swt dalam ayat tersebut, menjadi poin penting bagi seseorang

yang benar-benar menyakininya. Sehingga ayat itulah menjadi landasan Imam

Lapeo atas pengamalannya dan mengajarkan kewajiban mendirikan shalat serta

menyedekahkan sebagian harta yang dimiliki dengan niat menolong karna Allah

swt63

.

b. Barazanji

Marhumah menyatakan bahwa Imam Lapeo selain mengajarkan unsur-unsur

syariat Islam sesuai dengan al-Quran dan hadist, ia juga mengajarkan pentingnya

memahami kandungan teks barazanji, karena barazanji merefresentasikan kisah

perjalanan Nabi Muhammad saw. Selain dari itu, barazanji juga berisikan banyak

teks-teks shalawat. Olehnya itu, ketika membaca barazanji, secara langsung

seseorang sedang bershalawat kepada Nabi Muahmmad saw.64

Hasyim Hadi, menambahkan bahwa dahulu Imam Lapeo tidak pernah luput

untuk menyampaikan kepada masyarakat agar senantiasa konsisten mengamalkan

membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw. Karena Nabi akan memberikan

syafaat di akhirat kelak bagi orang-orang yang senantiasa bershalawat

kepadanya65

. Jadi, penekanan dari Imam Lapeo adalah membaca shalawat kepada

Nabi merupakan kewajiban sebagaimana yang dijelaskan pada QS. Al-Ahzab/56,

yakni:

62

Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Al-Qur’anul Karim Kepunyaan

Raja Fahd, 1971), h. 8. 63

Tsabit Najamuddin (73), Imam Masjid, wawancara, Manding, 24 Agustus 2018. 64

Marhumah Thahir (110), Pembaca Do’a Perziarah Makam Imam Lapeo, Wawancara,

Lapeo 10 Juli 2018. 65

Hisyam Hadi (75), Imam masjid Lapeo, Wawancara, Pambusungan, 18 Juli 2018.

40

Terjemahnya:

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Hai

orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah

salam penghormatan kepadanya66

.

c. Ziarah Makam

Berziarah kepemakaman orang-orang terdahulu apalagi makam para ulama

merupakan prilaku yang baik. Sebagaimana ungkapan K. H. Tsabit Najamuddin

cucu Imam Lapeo mengatakan bahwa ketika Imam Lapeo masih hidup ia

menganjurkan kepada keluarga dan masyarakat agar senantiasa mendoakan

keselamatan bagi orang-orang terdahulu serta melakukan ziarah dimakam para

ulama.

Karena hakikat berziarah ke makam tidak untuk mengharapkan sesuatu yang

lain, tetapi sebagai bentuk kesadaran setiap individu bahwa kelak tubuh ini juga

akan disemayamkan di dalam kubur. Oleh karena itu, berziarah makam adalah

salah satu bentuk mengingatkan pada kematian67

.

2. Maqam Penyucian Diri

Imam Lapeo dalam mengembangkan ajaran Islam sebagaimana terurai

dibagian awal pembahasan bahwa ia menggunakan jalan tasawuf atau sufisme sesuai

dengan konteks masyarakat. Salah satu bentuk ajaran yang menekankan pada aspek

keyakinan diluar dari jangkauan akal manusia. Sehingga jalan yang ditempuh oleh

Imam Lapeo justru dijustifikasikan oleh sebagian masyarakat sebagai tarekat.

66 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Al-Qur’anul Karim

Kepunyaan Raja Fahd, 1971), h. 427. 67 Tsabit Najamuddin (73), Imam Masjid, Wawancara, Manding, 24 Agustus 2018.

41

Hisyam Hadi cucu Imam Lapeo, mengatakan bahwa sebenarnya Imam Lapeo

itu tidak pernah mengajarkan tarekat dikalangan masyarakat, ia hanya mengajarkan

ajaran syariat yang sesuai dengan ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad saw.

Kalau pun Imam Lapeo bertarekat ia hanya bertarekat untuk dirinya sendiri dengan

terus melakukan zikir. Berzikir ia lakukan setiap hari bahkan mengerjakan suatu

pekerjaan pun Imam Lapeo tidak berhenti berzikir dalam hatinya dengan

menggunakan tasbih yang berukuran besar 68

.

Lebih lanjut, bahwa Imam Lapeo semasa hidupnya tidak pernah menyebutkan

nama tarekat yang ia anut, hanya saja orang-oranglah yang memberi penamaan

dengan menyatakan bahwa Imam Lapeo bertarekat Zadziliyah ataupun tarekat

Khalwatiyah. Padahal, ia sendiri tidak pernah mengakui bahwa dirinya bertarekat,

Imam Lapeo hanya terus mengamalkan amalan zikir sesuai yang diajarkan Nabi.

Salah satu alasan mengapa kemudian masyarakat berkata Imam Lapeo menganut

tarekat Zazdiliyah, karena ia pernah melakukan perjalanan ke Zadziliyah dan banyak

mengadopsi ilmu-ilmu didaerah tersebut khususnya ilmu kesalamatan dunia dan

akhirat serta ilmu yang dapat menghilang69

.

Akan tetapi, di dalam pengajaran yang dilakukan oleh Imam Lapeo meskipun

tidak ada kejelasan terkait dengan tarekat yang di anut. Ia memberi jalan atau sebuah

tahapan proses agar seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah swt.

Pertama, pengosongan jiwa merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

membersihkan diri atas sifat-sifat yang merasa lebih mampu dari orang lain, sikap

kikir kepada seseorang bahkan sifat sombong dan keangkuhan.

68

Hisyam Hadi (75), Imam masjid Lapeo, Wawancara, Pambusungan, 18 Juli 2018. 69 Hisyam Hadi (75), Imam Masjid, Wawancara, Pambusungan, 18 Juli 2018.

42

Tahapan tersebut sebagaimana dalam ajaran Imam Lapeo berupa kunci bagi

seseorang agar dapat mencapai pemahaman yang disebut dengan Cahaya Ilahiyah.

Karena dalam pandangan Imam Lapeo, menurut Marhumah bahwa mengosongkan

diri dan membersihkan hati itu merupakan pondasi awal. Karena ketika hati yang

kotor serta niat yang tidak ikhlas, hal tersebut tergolong orang yang sombong serta

mewujud kotoran dalam hatinya. Jika hati seseorang itu kotor, maka hal demikian

akan menjadi penghambat untuknya melihat Cahaya Ilahiyah.

Jalan menuju pengosongan diri, yang diajarkan oleh Imam lapeo yaitu

mengisi hati dan jiwa dengan sifat yang terpuji disebut sebagai sifat wajib bagi Allah

dengan jumlah 20. Yaitu: Sifat Wujud, Qidam, Baqa, Mukhalafatuhu Lil Hawaditsi,

Qiyamuhu Binafsihi, Wahdaniyyah, Qudrah, Iradah, Ilmu, Hayat, Sama’, Bashar,

Kalam, Qadiran, Muridan, Aliman, Hayyan, Sami’an, Basyirun, Mutakalliman. 20

sifat tersebut kiranya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti sifat

kasih sayang, pemurah, sabar, dan senantiasa memberi maaf kepada orang lain70

.

Salah satu upaya yang dilakukan Imam Lapeo, untuk membersihkan hati dan

pengosongan jiwa ialah dengan cara memahami proses kehidupan bahwa manusia

secara umum lahir dari sebuah proses perantara kedua orangtuanya. Kelahiran

manusia tentunya disambut dengan kasih sayang dan dibesarkan dengan kasih sayang

pula. Sehingga manusia yang menjalani kehidupan sejak lahir hingga menjadi anak-

anak remaja, dewasa pada akhirnya akan berakhir dengan kematian.

Bahkan ada pula diantara mereka yang tidak melalui proses kehidupan.

Karena kematian adalah rahasia yang bisa saja terjadi pada saat manusia baru lahir,

anak-anak, remaja dan masa dewasa. Dengan demikian, bahwa kasih sayang seorang

70

Marhumah Thahir (110), Pembaca Doa Penziarah Makam, Wawancara, Lapeo, 15 Juli

2018.

43

manusia terbatas pada proses kehidupan saja. Akan tetapi, kasih sayang yang abadi

adalah kasih sayang dari Allah swt71

. Dengan demikian, ketika pengosongan hati

telah dapat dilakukan oleh seseorang, maka dilanjutkan dengan proses pengisian.

Kedua pengisian, pada tahapan ini seseorang tentunya telah mampu

menghilangkan sifat-sifat buruk di dalam dirinya. Seperti sifat dengki, sombong

berburuk sangka kepada orang lain dan beralih untuk mengamalkan sifat-sifat yang

terpuji.

Beberapa cara Imam Lapeo dalam melakukan pengisian jiwa ialah melalui

sebuah dialog. Yang berlandaskan pada konsep Nur Muhammad. Adapun isi dari

pada dialognya adalah antara Allah swt sebagai sang pencipta sedang Nur

Muhammad sebagai yang diciptakan.

Allah swt : Akulah yang menciptakan kamu

Nur Muhammad : jika Engkau yang menciptakan aku, apa saksinya? Engaku baru

kulihat, maka sebaiknya kita masing-masing bersembunyi, siapa diantara kita yang

ditemukan, maka itulah hamba dan siapa yang tidak dapat ditemukan maka ia

menjadi Tuhan.

Allah swt : berkata kepada Nur Muhammad, bersembunyilah engkau terlebih dahulu.

Maka bersembunyilah Nur Muhammad di wajah, ingatan dan akal. Akan tetapi, Nur

Muhammad di tempat persembunyiaan ditemukan.

Allah swt : kembali mengatakan kepada Nur Muhammad silahkan sembunyi lagi.?

Nur Muhammad pun bersembunyi, dalam persembunyian yang kedua, Nur

Muhammad bertempat pada Iman dan taqwa. lagi-lagi Nur Muhammad ditemukan

oleh Allah swt.

71

Marhumah Thahir (110), Wawancara, Lapeo, 15 Juli 2018.

44

Nur Muhammad : Engkau lagi yang bersembunyi?

Allah swt bersembunyi. Dalam persembunyiannya Allah swt tidak ditemukan oleh

Nur Muhammad. Karena Allah bersembunyi di dalam waktu.

Allah swt : kemudian berkata carilah aku sungguh-sungguh, lalu Allah berpindah

menyembunyikan dirinya di Rahasia, juga Nur Muhammad tidak menemukannya.

Nur Muhammad : dimana Engkau bersembunyi, sedangkan suaru-Mu terdengar tapi

saya tidak lihat-Mu?

Allah swt : Aku bersembunyi di rahasia.

Kemudian Nur Muhammad mencarinya di rahasia, namun tidak sanggup membuka

matanya, karena cahaya terang yang tidak mampu ia lihat. Sehingga Nur Muhammad

berkata: Engkaulah yang menjadi Tuhan.

Allah swt : mana tanda kepercayaanmu dan dimana letak berdirinya kepercayaanmu?

Nur Muhammad : berkata Asyahadu An Laa Ilaaha Illallah

Allah swt: Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasuullah72

.

Dialog tersebut, menunjukkan makna kekuasaan dari Allah swt sebagai Maha

Pencipta, dan sekaligus menunjukkan keberadaan dari pada Nur Muhammad sebagai

yang diciptakan. Pada hakikatnya dialog tersebut mengisyaratkan bagaimana seorang

hamba senantiasa menanamkan Iman dan keyakinan akan kebesaran serta kekuasaan

Allah swt. Juga ketika sikap sombong serta keangkuhan masih menyelimuti diri,

maka dialog tersebut menyatakan manusia tidak akan pernah bisa menemukan Tuhan.

Oleh sebab itu, proses mengenal diri adalah dasar sebelum mengenal Allah swt.

72

Marhumah Thahir (110), Pembaca Doa Penziarah Makam, Wawancara, Lapeo, 15 Juli

2018.

45

Pada tahap pengisian selanjutnya adalah memberikan sebuah pemahaman

dengan mengkaji makna al-Fatihah secara mendalam. Dikatakan bahwa Surah al-

Fatihah tidak hanya sekedar dibaca dan dihafalkan begitu saja. akan tetapi benar-

benar diresapi dan dimaknai karena demikian itu merupakan bentuk dialog langsung

kita sebagai hamba dengan Allah swt.

Basmalah yang merupakan bagian dari surah al-Fatihah bermakna bahwa

ketika ingin memulai suatu pekerjaan termasuk membaca al-Fatihah, selalu diawali

dengan menyebut nama Allah. Olehnya itu, apapun yang kita kerjakan senantiasa

memulainya dengan membaca basmalah.

Bacaan itu membawa berbagai macam makna, dengan basmalah berarti

menyerahkan sepenuhnya pekerjaan yang kita lakukan atas Rahman dan Rahim-Nya.

Harapan tersebut merupakan bentuk aktualisasi nilai iman yang dipahami oleh

seseorang. Sama hal dengan kalimat Alhamdu adalah bentuk pengakuan memuji

kepada Allah swt73

.

Pujian itu merupakan manifestasi nikmat dan ridha Allah. Nilai iman dapat

juga dilihat dari kata Rabb yang berarti Tuhan yang memiliki, memelihara, tempat

manusia berlindung dan tempat mengharapkan limpahan rahmat. Akan tetapi, bentuk

pengakuan itu akan hadir apabila hati dan jiwa seseorang dilandasi dengan keimanan.

Kandungan lainnya adalah berhubungan dengan ketentuan atau hukum Allah

swt. di dalam Surah al-Fatihah juga terkandung elemen-elemen yang terkait dengan

kebahagiaan dunia dan akhirat. Perihal tersebut, selalu berhadapan dan berlawanan

seperti balasan atas perbuatan baik dan buruk, dunia yang fana dan akhirat yang

73

Nurlina(77), Pengurus Tahfids al-Qur’an Masjid Nur at-Taubah, Wawancara, Lapeo 8 Juli

2018.

46

kekal, serta kepatuhan dan ketundukan dalam kata Na’budu dan pertolongan dalam

kata Nasta’iim.

Kemudian, surah al-Fatihah juga pada bagian akhir ayat menunjukkan bentuk

permohonan seorang hamba agar senantiasa diberikan petunjuk kejalan yang benar

dalam kata Ihdinassiraatalmustakim merupakan tujuan akhir kehidupan di dunia ini74

.

Marhumah lebih lanjut mengatakan bahwa tahapan inilah yang digunakan

Imam Lapeo sebagai salah satu tolok ukur atas pemahamannya agar murid-muridnya

senantiasa mengamalkan khususnya ketika melaksanakan ibadah shalat. Sebab, surah

al-Fatihah adalah mobilisasi agar manusia dapat berdialog dengan Allah swt75

Ketiga pencapaian, pencapaian merupakan tahap yang paling tinggi di mana

tidak ada lagi tirai antara hamba dengan Tuhan-Nya. Karena manusia sudah mampu

melepaskan segala perbuatan yang menjadi penghalang akan kedekatan seorang

hamba dengan Tuhan-Nya dan mengamalkan segala sifat-sifat yang terpuji. Inilah

puncak akhir yang dikategorikan sebagai Waliullah atau Wali Allah swt.

Imam Lapeo senantiasa mengingatkan kepada anak cucunya bahwa barang

siapa yang ingin mencapai ridha dari Allah swt. maka, harus menempuh ketiga

tahapan tersebut. kuncinya adalah bersihkan hati dan jiwa dari segala sifat yang tidak

terpuji serta konsisten mengamalkan amalan yang benar. Karena ketika hati dalam

keadaan tidak bersih, maka hal demikian akan menjadi penghalang bagi manusia

dekat dengan Allah swt76

.

74 Nurlina (77), Wawancara, Lapeo 8 Juli 2018. 75 Marhumah Thahir (110), Pembaca Doa Penziarah Makam, Wawancara, Lapeo, 15 Juli

2018. 76 Marhumah Thahir (110), Wawancara, Lapeo, 15 Juli 2018.

47

3. Zikir Imam Lapeo Yang di Kembangkan Oleh Murid

Pada dasarnya zikir dapat diartikan sebagai bentuk pengucapan yang

dirangkai untuk memuji dan berdo’a kepada Allah swt. di dalam zikir tentu memiliki

kandungan sebagai bentuk pengagungan, memuliakan, mensucikan serta menyebut

sifat-sifat Allah swt77

. Zikir juga merupakan alat yang digunakan untuk mendekatkan

diri kepada Allah swt.

Beberapa ajaran tarekat yang ada, secara umum memiliki tujuan yang sama.

Hanya saja yang menjadi pembeda dari ajaran tarekat tersebut adalah

pengimplementasian. Sama halnya dengan zikir Imam Lapeo yang diajarkan sampai

hari ini masih diamalkan oleh sebagaian masyarakat Lapeo.

a. Zikir Setelah Shalat Subuh

Pada zikir tersebut, diucapkan ketika telah usai melaksanakan shalat subuh

dengan lafazd pertama ialah mengucapkan Asmaul Husna. Asmaul Husna dengan

jumlah 99 tidak diucapkan secara keseluruhan hanya ada beberapa yang di

lafazdkan di antaranya: ya latiful ya syafi, ya hafidzu ya syafi, ya karimu I’ndallah.

Kemudian dilanjutkan dengan membaca :

Lailaaha illallah dua kali kemudian mengucapkan maujud

Lailaaha illallah dua kali kemudian mengucapkan ma’bud

Laailaaha illallah dua kali kemudian mengucapkan ma’sum

Laailaaha illallah dua kali kemudian mengucapkan a’bud

77

Tasmin Tangngareng, Zikrullah: Kesaksian Para Sufi Dalam Mencapai Puncak Terdalam

Kesadaran Spiritual (T.t: Alauddin University Press, 2014), h. 16.

48

Ketika selesai membacakan zikir di atas, maka dilanjutkan dengan membaca

kalimat Laailaaha Illallah sebanyak 100 kali dengan khusuk tanpa ada gerakan

sama sekali. Setelah itu membaca kalimat Lailaah Illallah Muhammad

Darrasulullah dengan jumlah sebanyak 3 kali. Berhenti sejenak kemudian

melanjutkannya dengan zikir Allaaa Hu Allaaa Hu Allaaa Hu. Untuk zikir ini, di

ulang-ulang sebanyak mungkin. Ditinjau dari aspek filosofis, pengucapan

berulang-ulang untuk kalimat Allaaa Hu, diharapkan agar seseorang dapat lebih

dekat bahkan menimbulkan perasaan bersatu dengan Allah swt78

.

Marhumah Thahir mengatakan bahwa zikir tersebut memiliki penekanan yang

pada dasarnya berbeda dengan zikir yang lain. Zikir Imam Lapeo, menekankan

pada dua kata yakni Allaa dan Hu. Allaa pada hakikatnya dimaknai sebagai

pengakuan atas kekuaasaan Allah swt. dengan harakat yang panjang. Kemudian

pada kata Hu yang diucapkan dengan harakat pendek.

Pada zikir ini, ketika kalimat Allaaa Hu dipisahkan pada pengucapan, tentu

akan memiliki makna yang berbeda. Kata Allaa ditujukan kepada Allah swt.

sedangkan kata Hu yang berharakat pendek bermakna Cahaya Muhammad.

Sehingga zikir tersebut pada hakikatnya merupakan bentuk pengakuan hamba

terhadap Tuhan-Nya juga pengakuan atas Nabi Muhammad saw79

.

Seusai zikir Allaaa Hu, maka kembali membaca shalawat dan diakhiri dengan

membaca surah at-Taubah ayat 128-129.

78

Nurlina Muhsin (77), Pengurus Tahfids Di Masjid Lapeo, Wawancara, Lapeo 8 Juli 2018. 79

Marhumah Thahir (110), Pembaca Doa Penziarah Makam, Wawancara, Lapeo, 15 Juli

2018.

49

Terjemahnya:

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri,

berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan

keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-

orang mukmin. Jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah:

"Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. hanya kepada-Nya aku

bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung"80

.

Ayat tersebut dibaca berulang-ulang sebanyak tiga kali. Setelah itu melakukan

doa bersama.

Abdullah mengatakan bahwa dahulu ketika Imam Lapeo masih hidup, zikir

tersebut seringkali diamalkan setelah malaksanakan shalat subuh berjama’ah. Jadi

seseorang yang bertindak sebagai imam shalat, maka dialah yang akan memimpin

zikir tersebut kemudian dikuti oleh semua jama’ah yang masih berada dalam

masjid81

.

b. Zikir Keseharian Imam Lapeo

Nurlina muhsin mengatakan bahwa wirid yang dibaca Imam Lapeo setelah

melaksanakan shalat sesuai dengan wirid al-Ghazali, yaitu:

1). Senin :Laahaaula Walaakuwwata Illaabillahil A’liyyiil Azdiim di baca

sebanyak 1000 kali.

2). Selasa :Allaahumma Sholli Alaa Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiyii

Waalaaliihi Washohbihii Wasallam dibaca sebanyak 1000 kali.

3). Rabu :Astagfirullahal A’dziim dibaca sebanyak 1000 kali.

80 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Al-Qur’anul Karim

Kepunyaan Raja Fahd, 1971), h 208. 81 Abdullah (65), Masyarakat, Wawancara, Lapeo, 17 Juli 2018.

50

4). Kamis :Subhaanallahil A’dziim Wa Bihamdi dibaca sebanyak 1000 kali.

5). Jum’at : Ya Allah dibaca sebanyak 1000 kali

6). Sabtu : Laailaaha Illallah dibaca sebanyak 1000 kali

7). Minggu : Yaa Hayyu Yaa Qayyuum dibaca sebanyak 1000 kali.82

Dari tujuh macam zikir yang berbeda tersebut merupakan ajaran yang

diimplementasikan oleh Imam Lapeo ketika telah selesai melaksanakan shalat.

Zikir yang terus diamalkan juga oleh Imam Lapeo adalah bentuk zikirnya:

1). Zikirnya tubuh : Laailaahaillallah

2). Zikirnya nyawa : Allah

3). Zikirnya hati : Huwa

4). Zikirnya rahasia: Ah

Dari ke empat bentuk zikir diatas merupakan kunci dari pokok ajaran Imam

Lapeo, sebab pada zikir ini tidak hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

tetapi, juga sebagai penentu keselamatan manusia ketika sakratul maut telah tiba.

c. Wirid dan Doa Untuk Keselamatan

Pengembaraan Imam Lapeo mencari ilmu pengetahuan sehubungan dengan

keselamatan dunia, dalam bahasa Mandar disebut sebagai Pakena artinya

pakaiannya. Bacaan itu adalah sebuah doa sesuai dengan hadis Nabi Muhammad

saw. Adapun do’anya sebagai berikut:

Bismillaahi Tawakkaltu A’lallah Walaa Haula Walaa Quwwata Illaa

Bil’aahi. Kemudian dilanjut dengan mengucapkan Jibril, Mikail, Izrail,

Izrafil, Abu Bakar, Umar, Kiraman Katatibina Ya’lamuuna Maataf A’lun

Sang Nasangai Benteng Bassina Di Puangngallaahu Ta’ala Muhamma Di

Salakka’u Di Salakkaiang Dilafalang Allah A I U Membolongnga Di Puang

Allaahu Ta’ala.

82

Nurlina Muhsin (77), Pengurus Tahfids Di Masjid Lapeo, Wawancara, Lapeo 8 Juli 2018.

51

Artinya:

Dengan menyebut nama Allah, aku berserah diri kepada Allah, tiada daya dan

upaya dan tidak ada pula kekuatan melainkam izin Allah. Kemudian

menyebutkan nama malaikat dan sahabat nabi. Kata yang berawal dari Sang

sampai akhir merupakan bentuk pembentengan diri. Maksudnya ialah Tuhan

yang membentengi kemudian Muhammad yang menutupi sebuah lingkaran

diri. Sehingga kita dapat terselamatkan di mana pun kita berada dan tentunya

berlandaskan dengan keyakinan atas izin Allah swt83

.

Do’a tersebut dapat diamalkan atau dibaca ketika seseorang ingin

meninggalkan rumah dan berpergiaan. Fadilah dari do’a tersebut ketika diyakini

dengan jiwa yang bersih, hati yang ikhlas karna Allah. Insya Allah ia akan selamat

sampai kembali lagi kerumahnya.

Do’a yang lain adalah:

Allaahumma Innii Auuzdu Bika Anadlilla Au Azilla Au Udllima Au Ajhala

Yujhala’alayya.

Do’a demikian merupakan do’a pelindung diri Imam Lapeo dalam menempuh

hidup sehari-hari. Selain dari itu, Imam Lapeo ketika ingin keluar dari masalah

yang sangat sulit, ia kemudian berdo’a dan mengamalkannya dengan khusyuk.

Do’a yang dibacanya adalah do’a dari Nabi Yunus as. Yaitu:

Laa Ilaaha Illaa Anta Subhanaka Inni Kuntu Minadzolimiin.

Terjemah:

Tiada Tuhan kecuali Engkau, maha suci Engkau sesungguhnya aku termasuk

orang-orang yang zolim.

Do’a di atas diyakini oleh Imam Lapeo sebagai do’a yang dapat melepaskan

diri seseorang dari bahaya, kesusahan atau penyakit. Apabila ia menjadikannya

sebagai wirid sesudah melaksanakan shalat maka akan dibaca sebanyak 40 kali.

Imam Lapeo juga seringkali mengamalkan do’a hingga menjadikannya sebagai

wirid ketika sampai pada 10 Muharram setelah shalat dzuhur. Yaitu:

83 Hisyam Hadi (75), Imam Masjid, Wawancara, Pambusungan, 18 Juli 2018.

52

Hasbunallaha Wa Ni’mal Waakiil Ni’mal Maulaa Wa Ni’man Nasir. Waala

Haaula Waala Kuwwata Illaa Billahil A’liyyil A’zdim.

Terjemah:

Cukuplah Allah yang jadi penolong, dan sebaik-baik penolong adalah Allah.

Tidak ada daya dan kekuatan selain dari Allah.

Doa sekaligus wirid tersebut, biasanya diucapkan berulang-ulang sebanyak 70

kali dengan keadaan khusyuk dan tawadhu. Keyakinan Imam Lapeo pada wirid ini

ketika di amalkan, maka seseorang akan terhindar dari bahaya serta cobaan

duniawi84

.

d. Do’a Supattang dan Panggarra

K. H. Muhammad Thahir dikenal dengan orang yang memiliki kekuatan luar

biasa atau karomah. Ia memiliki ilmu menghilang dalam bahasa Mandar disebut

dengan Supattang serta ilmu agar tidak direndahkan atau ketika seseorang

menyepelehkan kita disebut sebagai Panggarakna baginda Ali.

Ilmu menghilang yang disebut Supattang. Imam Lapeo dalam

menggunakannya selalu mengawali dengan ucapan Iyanae Doanae Supattang dan

diakhiri dengan ucapan Narekko Naelorangi Puang Allah Ta’ala. Bahkan ilmu

dalam perang juga dikenal dengan istilah Ka Paya Ansar. Adapun bacaan tersebut

ialah:

Alifuka Rilalan Lino Ku Alefu Ri Mannannungeng Azzoe

Sikap dalam ilmu tersebut diberikan sebuah simbol atas keyakinan

sepenuhnya bahwa posisi seseorang berada pada bagian pusat bahwa Allah swt

84 Hisyam Hadi (75), Imam Masjid, Wawancara, Pambusungan, 18 Juli 2018.

53

dari atas, Abu Bakar di depan, Umar berada pada sisi kiri, Ali pada posisi bagian

kanan, dan Ustman pada sisi bagian belakang85

.

Sebagaimana yang dikatakan pada bagian atas bahwa kunci dari ilmu Imam

Lapeo adalah pengucapan akhir yaitu Narekko Naelorangngi Puang Allah Ta’ala

dan menambahkan kata Kunfayakun. Sedang yang dimaksudkan sebagai

Panggarra’na Baginda Ali kata Hasyim Hadi, terbagi dalam dua bagian. Salah

satunya ialah Panggarra’ yang dapat menyebabkan musuh tidak dapat melawan.

Do’a yang dibaca oleh Imam Lapeo terdapat dalam Surah al-Kausar:

Innaa A’tainaa Kalkausar Faa Shollii Lii Robbika Wanhar Innaa Syaanii Aka

Huwal Abtar

Pada pengucapan Innasyani maka hendaknya nafas ditahan kemudian

melepaskan suara yang keras dengan mengucapkan ah yang ditujukan pada lawan

yang dapat membahayakan diri. Dengan prinsip penuh keyakinan akan

pertolongan Allah swt86

.

4. Shalat Dalam Pemahaman Tarekat Menurut Murid

Mendirikan shalat merupakan suatu kewajiban yang harus ditunaikan tidak

hanya berdiri kemudian menghadap kiblat kemudian mengangkat kedua tangan untuk

takbir. Marhumah anak Imam Lapeo mengatakan

Me’di tau massubajang tapi andiangngi na tarima puangnga Allahu ta’ala

sambayanna, mengapa’I apa sala-sala carana mannia.

Artinya:

Ada banyak sekali orang yang shalat tapi Allah swt. tidak menerima

shalatnya, karena banyak yang salah dalam berniat. Sehingga dapat dikatakan

85 Hisyam Hadi (75), Wawancara, Pambusungan, 18 Juli 2018. 86 Hisyam Hadi (75), Imam Lapeo, Wawancara, Pambusungan, 18 Juli 2018.

54

shalat akan diterima oleh Allah ketika kekhusu’an kita mampu terjaga yang

diawali dengan niat benar87

.

Lebih lanjut dijelaskan Marhumah Thahir di dalam sebuah kitab Imam Lapeo

yang bertuliskan lontara bahasa bugis mengatakan bahwa:

Mua melo I tau mattakbir dilalang sambayang, maka pepeoloi alawemu lao di

baitullah, nyawa meolo lao dzi makka, ate meolo lao dzi sidrotal muntaha

anna mua rahasia meolo lao lauhul mahfudz 88

Artinya:

Jika kita ingin takbir dalam melaksanakan shalat, maka tubuh itu dihadapkan

ke Baitullah, nyawa menghadap ke Mekkah, hati menghadap ke Sidrotal

Muntaha dan rahasia dihadapkan ke lauhul Mahfuzd. Dengan demikian, kata

Marhumah di sinilah hakikat ajaran Imam Lapeo yang tidak banyak orang

mengetahuinya. Ketika seseorang memahami hal ini dengan baik, maka Insya

Allah shalat yang dikerjakan akan diterima Allah swt.

Hj. Nurlina Muhsin, juga mengatakan bahwa ketika seseorang ingin

mengerjakan ibadah shalat dan sebelum takbir hendaknnya mengucapkan terlebih

dahulu kalimat, Ilahi Anta Maqshudi Wa ridhoka Mathluubi Habbaika Ma’rifah.

Setelah itu, barulah kita berniat kemudian mengangkat tangan seraya menarik nafas

dan menahannya sejenak. Ketika tangan telah berada di pusat maka hembuskan nafas

setelah mengucapkan kalimat Akbar89

.

Menurutnya ajaran Imam Lapeo bahwa dalam melaksanakan shalat ada tiga

tempat di mana kita tidak boleh terlepas atas ingatan selain mengingat Allah swt.

salah satunya adalah mengangkat takbir, kemudian pada saat kita membaca surah al-

87 Marhumah Thahir (110), Pembaca Do’a Bagi Penziarah Makam Imam Lapeo, Wawancara,

Lapeo, 15 Juli 2018. 88 Marhumah Thahir (110), Wawancara, 15 Juli 2018. 89 Nurlina Muhsin (77), Pengurus Tahfids Di Masjid Lapeo, Wawancara, Lapeo 8 Juli 2018.

55

Fatihah yang berada pada ayat ke empat Iyyaaka Na’budu Wa Iyyaaka Nasta’iin,,

yang artinya: kepadamu aku menyembah dan kepadamu aku meminta pertolongan.

Ketika seseorang membaca ayat tersebut, kemudian ingatannya diluar dari

pada mengingat Allah swt. sebagai zat yang di sembah maka shalatnya tidak akan

diterima. Itu yang kedua, kemudian yang ke tiga ialah ketika seseorang melakukan

Tahiyat. Membaca Tahiyat dengan kalimat Syahdat Asyhadu Allah Ilaaha Illallah Wa

Asyhadu Anna Muhammad Darrasulullah dengan menarik nafas serta menahan

sejenak dan melepaskan nafas ketika telah mengucapkan kalimat Illallah. Juga

disertakan dengan mengangkat jari telunjuk ke atas90

.

Dengan demikian, dari beberapa ajaran yang dimiliki Imam Lapeo pada

hakikatnya Imam Lapeo memberikan pesan sebagaimana dikatakan Marhumah

bahwa kunci beragama, sebenarnya terletak pada kesungguhan serta komitmen kita

dalam beragama, artinya berIslam secara keseluruhan, memahami serta mengamalkan

Islam secara benar91

.

B. Usaha Murid Dalam Mengembangkan Ajaran K. H Muhammad Thahir

Sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa konsentrasi ajaran

Imam Lapeo bertumpuh pada konsep Ahlu Sunnah Waljamaah. ajaran yang

menegaskan bahwa kiblat dari pada ajaran Islam yang sesungguhnya ialah al-Qur’an

dan hadits nabi Muhammad saw.

Dengan konsep demikian, dijadikan sebagai bahan ajar Imam Lapeo terhadap

masyarakat serta murid-murid yang berguru kepadanya. Ditinjau dari segi kualitas

murid Imam Lapeo, hanya beberapa diantara mereka yang benar-benar belajar pada

90.Nurlina Muhsin(77), Pengurus Tahfidz Di Masjid Lapeo, Wawancara, Lapeo 8 Juli 2018. 91

.Marhumah Thahir (110), Pembaca Do’a Bagi Penziarah Makam Imam Lapeo, Wawancara,

15 Juli 2018.

56

tingkat spiritual khususnya anaknya. Tetapi, ketika berbicara dari aspek kuantitas

murid sebenarnya masih ambigu. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Tahiryanti

bahwa untuk mengetahui murid-murid Imam Lapeo juga masih memberi

ketidakjelasan, alasanya karena tidak sedikit orang yang menyatakan diri pernah

berguru kepada Imam Lapeo92

.

Ridwan berpendapat bahwa sistem yang dilakukan Imam lapeo dalam

mengajar masyarakat pada dasarnya berbeda pada umumnya, karena ia tidak

membentuk suatu organinasi sebagai wadah untuk bergerak. Ia hanya jalan sendiri

yang kemudian tiba di suatu daerah memberi pengajaran Islam kepada masyarakat

awam yang umumnya masih terikat dengan sistem kepercayaan yang primitif93

.

Persoalan demikian, dijelaskan oleh Zuhriah bahwa murid-murid Imam Lapeo

sebenarnya sangat banyak. Alasannya karena, setiap daerah yang telah dikunjungi

sebagai objek dakwahnya. Yang kemudian masyarakat menerima ajaran tersebut

dengan gamblang menyatakan diri bahwa ia adalah murid Imam Lapeo94

. Tetapi,

ketika menelaah lebih jauh murid Imam Lapeo yang dketahui sebagaimana ungkapan

Tsabit, antara lain: K.H. Najamuddin Tahir, K.H. Muhsin Tahir, Hj. St. Aisyah95

.

Mereka adalah anak sekaligus cucu Imam Lapeo serta ayah dari Abdul Djawat Kasim

ia adalah K.H. Muhammad Kacim.

Namun, hal itu tidak menjadi soal karena murid yang telah menerima ajaran

Imam Lapeo juga melakukan syiar dibeberapa daerah di Mandar. Meskipun, sekarang

murid Imam Lapeo secara menyeluruh telah wafat. Namun, pijakan atas usaha dalam

92 Tahiryanti (43), Pembina Panti Asuhan Nahdiyat, Wawancara, Veteran Selatan Makassar 4

Agustus 2018. 93 Ridwan Alimuddin (40), Pemerhati Sejarah, Wawancara, T.t, 15 November 2018. 94 Zuhriah, Pegawai Negeri Sipil, Wawancara. T.t, 17 November 2018. 95 Tsabit Najamuddin (73), Imam Masjid, Wawancar, T.t, 16 November 2018.

57

mengembangkan ajaran Imam Lapeo hingga kini masih terasa96

. Abdul Djawat

Kasim merupakan salah satu anak dari murid Imam Lapeo mengungkapkan bahwa:

Waktu saya masih kecil, bapak saya itu pergi ke beberapa daerah untuk

mensyiarkan ajaran Islam sebagai murid ia juga termasuk dalam pengembang.

Jadi, tidak hanya daerah Campalagiang saja, bahkan ia juga sampai ke daerah

Baruga, Kecamatan Majene serta daerah Mamuju.97

Ungkapan demikian, mendeskripsikan bahwa murid Imam Lapeo benar

melakukan pengembangan ajaran yang mereka peroleh. Ia tidak sekedar menerima,

tetapi berusaha pula dalam mengajarkannya kepada masyarakat.

Kegiatan demikian sebagai pelanjut Imam Lapeo dalam mengembangkan

ajaran syariat, juga sama yang dilakukan oleh Hj. St. Aisyah, ia merupakan anak

perempuan Imam Lapeo yang digelari sebagai seorang wali dalam keturunannya.

Dalam proses pengembangan yang dilakukan ia mendirikan panti asuhan yang

dikenal dengan panti asuhan nahdiyat dan memberikan ajaran-ajaran syari’at sesuai

pengetahuan yang diperoleh dari Imam Lapeo98

.

Hj. Aisyah sebagaimana ungkapan Tsabit bahwa dalam melanjutkan ajaran

syariat dan tasawuf yang didapatkan dari ayahnya. Ia juga bergerak lintas daerah

dalam berdakwah. Berbeda halnya dengan K.H. Najamuddin yang melanjutkan ajaran

Islam dalam ruang lingkup yang sama, ia tidak pernah keluar dari daerah

sebagaimana Imam Lapeo. Sedangan St. Aisyah, sebagai pengembang jejak dalam

berdakwah sama dengan Imam Lapeo, yang berpindah daerah ke daerah yang lain.

Bahkan kegiatan dakwahnya sampai di daerah Soppeng,. Tetapi, syiar yang dilakukan

96 Tahiryanti (43), Wawancara, Veteran Selatan Makassar, 4 Agustus 2018. 97 Abdul Djawat Kasim (83) , Imam Masjid Nurul Ihsan, Wawancara, Pappang, 13 Juli 2018. 98 Zuhriah(36), Pegawai Negeri Sipil, Wawancara. T.t, 17 November 2018.

58

tertuju pada kaum perempuan dalam sebuah majelis dan khusus pada ajaran tasawuf

ia mengajarkan dengan cara berhadapan berdua 99

.

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari sesama

umat manusia. Sehingga di manapun dan kapanpun pastilah mereka berinteraksi

dengan sesama untuk saling kenal mengenal sebagaimana firman Allah swt dalam

QS. Al-Hujarat/13, yaitu:

Terjemahnya:

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang

yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling

taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha

Mengenal100

.

Dengan dasar itulah murid Imam Lapeo dalam berinterkasi dengan sesama

tidak lupa menyampaikan apa yang diketahui tentang ajaran Imam Lapeo, dengan

menggunakan cara:

1. Pendekatan sosialogis

Djawat Kasim mengungkapkan bahwa mula-mula salah satu murid Imam

Lapeo sekaligus ayahnya sendiri, ketika ingin mensyiarkan ajaran Islam di Majene,

99 Tsabit Najamuddin (73), Imam Masjid, Wawancara, T.t. 16 November 2018. 100

. Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Al-Qur’anul Karim

Kepunyaan Raja Fahd, 1971), h. 518.

59

maka pertama yang ia temui adalah tokoh masyarakatnya. Konteks sekarang, dikenal

dengan sebutan kepala desa. Jika, ia telah mendapatkan izin dari pihak yang

bersangkutan, maka mulailah ia mempublikasikan ajaran diawali dengan mempelajari

al-Qur’an101

. Tentunya dengan pengajaran melalui bacaan al-Qur’an diharapkan lebih

khusyu’ dan menunjukkan apa yang disampaikan tidak bertentangan dengan al-

Qur’an.

2. Pendekatan pernikahan

Menurut penjelasan Tahiryanti bahwa murid murid yang melakukan

pengembangan ajaran juga menggunakan beberapa metode yang sama oleh Imam

Lapeo, yakni pernikahan. Model pendekatan seperti itu, memberikan sedikit

kemudahan bagi murid sebagai pengembangan dan rata-rata dari perempuan yang

dinikahi adalah anak perempuan dari orang yang berpengaruh dalam masyarakat102

.

C. Hasil Usaha Murid Dalam Mengembangkan Ajaran

Keberhasilan tentu bukan sesuatu yang terpisahkan dengan usaha. Olehnya

itu, keterkaitan usaha murid dalam mengembangkan ajaran K. H. Muhammad Thahir

akan diuraikan dibawah ini, yang merupakan hasil akhir dalam peneltian tersebut:

1. Ajaran Imam Lapeo yang masih berkembang

Usaha seorang murid sebagai pengembangkan ajaran Imam Lapeo, walaupun

tidak secara keseluruhan ajarannya disyiarkan, namun dari segi ajaran syariat hal

tersebut merupakan prioritas utama yang diajarkan kepada masyarakat. yaitu:

101

Abdul Djawat Kasim (83), Imam Masjid nurul Ihsan, Wawancara, Pappang 15 Juli 2018. 102

Tahiryanti (43), Pembina Panti Asuhan Nahdiyat, Wawancara, Veteran Selatan Makassar,

4 Agustus 2018.

60

a. Pengembangan Dalam Mempelajari al-Qur’an.

Sebagaimana yang dijelaskan bahwa ayah dari Abdul Djawat dalam

mensyiarkan ajaran terfokus pada pengajaran membaca al-Qur’an dan konsep

syariat rukun Islam dan iman103

. Demikian juga yang dikatakan oleh Latif Busyra

bahwa ilmu pengetahuan yang dibawah oleh Imam Lapeo melalui usaha murid

yang belajar kepadanya, kini dapat diperhatikan secara seksama ajaran-ajaran yang

terdapat di dalam pondok pesantren Salafiyah Parappe.

Dalam pengajaran yang diberikan hingga saat ini, berpusat pada pembacaan

al-Qur’an dengan benar. Semua itu adalah hasil daripada pengajaran yang dibawah

oleh Imam Lapeo melalui gerakan muridnya104

.

Dalam konteks masyarakat Mandar, sebuah tradisi yang dikenal dengan

Sayyang Pattu’du. Menurut cucu Imam Lapeo. Hadirnya Sayyang Pattu’du ini

dimulai dari kehadiran Imam Lapeo merekomendasikan untuk anak-anak yang

telah menamatkan al-Qur’an kiranya dapat merayakan dan menunggangi kuda

untuk arak-arakan dengan memakai konstum. Bagi anak laki-laki berpakaian arab

dan perempuan memakai baju adat sebagai bentuk rasa syukur.

b. Barazanji.

Merupakan salah satu ajaran yang diwariskan Imam Lapeo. Marhumah

menyatakan bahwa nilai yang terkandung dalam baranzaji ialah sebagai bentuk

kisah dari pada perjalanan kehidupan Nabi Muhammad saw105

. Oleh karena itu,

membaca barazanji tidak hanya cukup, ketika kisah-kisah di dalamnya tidak

dipahami dengan baik. Olehnya itu, ketika melihat perkembangan pembelajaran

103

Abdul Djawat Kasim (83), Imam Masjid Nurul Ihsan, Wawancara, Pappang, 15 Juli 2018 104

Latif Busyra (79), Pimpinan Pondok Salafiyah Parappe, Wawancara, Parappe 13 Juli

2018. 105

Marhumah (110), Pembaca Doa Penziarah Makam, Wawancara, Lapeo, 10 Juli 2018.

61

barazanji di Kecamatan Campalgiang tidak sedikit diantara mereka yang tidak

pandai membaca barazanji.

Dalam baranzanji, kata Marhumah mengharuskan kita untuk selalu dan

senantiasa mengucapkan salawat kepada nabi Muhammad saw. Karena dengan

rutinitas kita mengucapkan salawat, maka suatu hari nanti kita akan mendapatkan

syafaat dari Nabi melalui salawat106

.

c. Wirid dan Zikir

Setelah menunaikan shalat subuh sebagaimana yang diuraikan pada bagian

konsep zikir Imam Lapeo. Perkembangan zikir tersebut, hingga saat ini masih

diamalkan oleh masyarakat Campalagiang khususnya pada masjid Nurul at-

Taubah tepatnya di desa Lapeo.

Kegiatan zikir itu dilakukan oleh seluruh jama’ah baik dari laki-laki maupun

perempuan dengan suara yang keras dan alunan suara yang merdu. Zikir tersebut

dipandu langsung oleh seseorang yang menjadi pemimpin shalat subuh pada waktu

itu.

Kemudian, ketika zikir dan berdoa telah usai, jama’ah tidak langsung

meninggalkan tempat duduknya. Tetapi, berdiri sambil berbaris dan saling

bersalaman antara jama’ah dan pemimpin shalat. Kegiatan salam-salaman itu juga

disertai dengan membaca shalawat nabi Muhammad saw.

d. Mendoakan Para Pengunjung Makam

K. H. Tsabit Najamuddin, mengatakan bahwa Muhammad Thahir dalam

kehidupannya ia senantiasa mendoakan agar masyarakat selalu mendapatkan

ketentraman dan kebaikan dalam kehidupannya107

. Namun, ketika Imam Lapeo

106 Marhumah (110), Wawancara, Lapeo, 10 Juli 2018 107 Tsabit Najamuddin (73), Imam Masjid, Wawancara, Manding, 24 Agustus 2018.

62

telah wafat, proses mendoakan para pengunjung makam kemudian diteruskan oleh

Hja. Marhumah Thahir serta Hja. Nurlina Muhsin.

Para pengunjung makam yang datang, mereka pada umumnya meminta agar

di doakan keselamatan dunia akhirat serta menginginkan suatu bentuk keberkahan

dunia. Sehingga, mereka pun diberikan selembaran kertas yang telah dibacakan

do’a berisikan gambar atau tulisan arab. Nurlina Muhsin menamainya sebagai wali

Pitu (tujuh wali). Lembaran kertas tersebut dapat dikatakan sebagai jimat. Lebih

lanjut dikatakan bahwa ketika hal tersebut disimpan di dalam dompet atas izin dan

keyakinan kita kepada Allah swt. maka insya Allah dompet kita tidak akan pernah

kosong. Artinya, rezki akan selalu ada dari manusia yang merupakan perpanjangan

tangan Allah swt.

e. Kajian Kitab Kuning.

Kitab kuning dalam masyarakat mandar kerap kali dikenal dengan sebutan

kitab gundul atau kitab yang tidak memiliki harakat. Menurut Tsabit, ia

menyatakan bahwa kajian kitab kuning adalah salah satu pelajaran yang diberikan

oleh Imam Lapeo. Namun, ketika Imam Lapeo wafat kegiatan kajian kitab kuning

tersebut dilanjutkan oleh Muridnya ia adalah K.H. Najamuddin. Ia menjadikan

rumah tempat tinggalnya sebagai wadah pembelajaran seperti: ilmu fiqh, ilmu

tafsir, bahasa arab dan kajian kitab kuning108

.

Kajian kitab kuning, jika dilihat dari aspek perkembangannya bukan sesuatu

hal yang terelakkan, karena pembelajaran tersebut telah merambat hingga ke

pesantren-pesantren. Seperti pesantren Assalafiyah yang berada di daerah Parappe

108

Tsabit Najamuddin, Imam Masjid, Wawancara, T.t, 16 November 2018

63

dikenal sebagai pusat pembelajaran kajian kitab gundul yang dipimpin langsung

oleh K.H Latif Busyra.

2. Pergeseran Ajaran Imam Lapeo Yang diterima Oleh Murid

Pada uraian ini, terkait dengan pergeseran ajaran Imam Lapeo. perlu diketahui

bahwa konsep yang dimiliki Muhammad Tahir tidak hanya berorentasi pada aspek

syariat, namun juga memiliki ajaran-ajaran yang berlandaskan pada kegiatan

Tasawuf.

Namun, pada ajaran tersebut tidak lagi mengalami perkembangan. Tsabit

Najamuddin menyatakan bahwa jika diperhatikan secara seksama ajaran Imam Lapeo

dalam wilayah wirid atau zikir sudah jarang diketemukan, kecuali pada tataran

syariat. Karena ada beberapa faktor yang menyebabkan ajaran Tasawuf tersebut

terhambat.

a. Faktor internal

Imam Lapeo semasa hidupnya ia tidak pernah meninggalkan sebuah karya

tulisan terkait dengan ajarannya. Ajaran yang ada saat ini, itu ada karena ditulis

oleh anak sekaligus muridnya sendiri. Lebih lanjut dikatakan bahwa ketika

ayahnya masih hidup ia pun tidak pernah diajarkan kepadanya bentuk zikir yang

didapatkan oleh Imam Lapeo109

.

Pada ajaran tarekat juga tidak begitu terang-terangan diajarkan oleh muridnya,

karena mereka mengkhawatirkan jangan sampai ketika ajaran tarekat diajarkan

pada masyarakat awam mereka justru tidak dapat menerima hal tersebut.

Sehingga murid Imam Lapeo hanya fokus pada pengajaran dasar syariat110

.

109

Tsabit Najamuddin (73), Imam Masjid, Wawancara, Manding, 24 Agustus 2018. 110

Tsabit Najamuddin (73), Wawancara, Manding, 24 Agustus 2018.

64

Pernyataan tersebut sejalan dengan ungkapan Tahiryanti dengan gamblang

menyatakan bahwa wirid dan zikir dalam bentuk tarekat Imam lapeo tidak lagi

mengalami perkembangan dalam kalangan masyarakat karena pihak keluarga yang

memahami hal tersebut juga tidak pernah mencoba untuk mempublikasikan.

Dengan sikap tertutup itu, mengakibatkan kedangkalan pengetahuan masyarakat

tentang ajaran Imam Lapeo. Jikalau pun bentuk zikir Imam Lapeo diketahui oleh

masyarakat itu hanyalah sebagian saja111

.

b. Faktor eksternal

Selain dari faktor internal keluarga yang tidak mempublikasikan ajaran

tersebut, ternyata juga disebabkan dari kalangan masyarakat yang kurang akan

rasa ingin tahu. Menurut Ibu Hastuti, selaku bidang pendataan kantor Kecamatan

Campalagiang mengatakan bahwa perkembangan ajaran Imam Lapeo tidak lagi

mengalami kemajuan dalam konteks daerah Campalagiang kecuali dibagian desa

Lapeo. Sehingga, ketika ada kebutuhan masyarakat mereka hanya datang

berkunjung ke makam Imam Lapeo dan minta keberkahan112

.

Nurlina, juga berpendapat bahwa ajaran Imam Lapeo tidak mengalami

pengembangan karena kondisi perubahan zaman. Dahulu, masyarakat masih

mempercayai hal-hal yang tradisonal. Berbeda dengan sekarang, kondisi sosial

sudah modern sehingga orang-orang hanya sibuk dalam persaingan dunia. Itulah

sebabnya ajaran Imam Lapeo dalam wilayah pengetahuan mistik tidak mengalami

pengembangan113

.

111

Tahiryanti (43), Pembina Pantu Asuhan Nahdiyat, Wawancara, Veteran Selatan Makassar,

4 Agustus 2018. 112 Hastuti (45), Pegawai Kantor Kecamatan Campalagiang, Wawancara, Lampoko, 16 Juli

2018. 113 Nurlina Muhsin (77), Pembina Tahfidz Al-Qur’an, Wawancara, Lapeo, 8 Juli 2018.

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peran murid dalam mengembangkan ajaran K. H. Muhammad Thahir

khususnya di daerah Campalagiang. Penulis dalam melihat objek permasalahan

tersebut, dilakukan dengan langkah observasi dan mengekspolitasi melalui informan.

Keterangan yang didapat dengan studi pendahuluan menyatakan bahwa pada ajaran

Imam Lapeo dalam konteks sekarang ini telah mengalami titik kemunduran. Olehnya

itu, penulis berkeinginan untuk menjadikan objek tersebut sebagai bahan peneltian.

Mendekati objek tersebut. penulis telah menentukan variabel-variabel tertentu

agar terhindar dari kemungkinan adanya plagiasi dan juga memberi perbedaan dari

peneliti sebelumnya yang rata-rata orientasi penelitiannya lebih kepada sejarah hidup

Imam lapeo.

Dengan demikian, dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua pendekatan

yang bagi penulis cocok untuk melihat objek. Yaitu pendekatan filosofis dan

sosiologis.

Pencapaian hasil dalam penelitian tersebut dapat diuraikan dibawah ini:

1. Konsep ajaran yang dimiliki oleh Imam Lapeo berlandaskan pada konsep

Ahlu Sunna Waljama’ah dan dipertajam dengan mazhab Imam Syafi’i. Oleh

karena itu, dalam syiar yang dilakukan murid dalam mengembangkan ajaran

tersebut juga sama sebagaimana yang didapatkan dari Imam Lapeo.

Dalam proses ajaran Imam lapeo, ia mengajarkan beberapa tahapan agar

manusia senantiasa dapat mendekatkan diri kepada Allah swt. yaitu:

pengosongan jiwa, dalam hal ini menghilangkan segala sifat-sifat tercela

66

dalam diri. Selanjutnya ialah pengisian, yaitu dengan cara memahami dengan

baik sifat 20 yang wajib bagi Allah swt serta menceritakan asal muasal

sebelum manusia diciptakan. Kemudian yang terakhir ialah implementasi,

bahwa ketika pengisian tersebut usai maka komitmen mengamalkan perbuatan

baik akan membuka tabir kita dengan Allah swt.

Masyarakat yang mengatakan bahwa Imam Lapeo memilik ajaran tarekat

adalah sebuah bentuk justifikasi subjek. Karena Imam Lapeo dalam proses

memberi suatu pengajaran tidak sesekali menyebut identitas bahwa ia

memiliki tarekat, ia hanya taat menjalankan apa yang menjadi sunnah Nabi

Muhammad saw. Kalaupun Imam Lapeo bertarekat ia hanya bertarekat untuk

dirinya sendiri.

2. Usaha murid selaku pengembang ajaran mereka menggunakan beberapa

pendekatan agar syariat tersebut dapat diterima oleh masyarakat yakni,

pendekatan sosiologis dan pendekatan pernikahan sebagai mobilisasi

keberhasilannya. Kemudian salah satu daerah yang dijadikan objek syiar

Islam yaitu, kabupaten majene tepatnya bagian baruga yang dipelopori oleh

murid yang bernama K. H. Muh. Kasim. Selain dari pada itu K.H Najamuddin

juga ikut andil dalam pengembangan dengan menggunakan rumah tempat

tinggalnya sebagai wadah dalam proses pembelajaran bahasa arab, ilmu fiqh

serta kajian kitab kuning. Kemudian Hj. St Aisyah, yang digelar dalam

tananan keluarga sebagai wali karena memiliki banyak kesamaan dengan

Imam Lapeo. Ia sebagai pelanjut ajaran yang diperoleh dari ayahnya

mengembangkannya dengan melintasi beberapa daerah termasuk Soppeng,

67

pengakuan dari Tsabit bahwasanya St. Aisyah aktif dalam penyajian ajaran-

ajaran Islam dengan membentuk sebuah majelis ta’lim perempuan.

3. Ajaran Imam Lapeo sampai saat ini yang mengalami perkembangan hanya

pada wilayah ajaran syariat, seperti pengajaran al-Qur’an, barazanji, ziarah

makam, zikir atau wirid setelah melaksanakan shalat subuh dan kajian-kajian

kitab kuning, yang diamalkan oleh sebaian masyarakat Campalagian.

Kemudian, bentuk ajaran do’a yang merupakan pembenteng diri serta

banyaknya wirid-wirid Imam lapeo telah mengalami pergeseran. Hal itu

disebabkan, karena murid-murid serta pihak yang mengetahui tidak pernah

mencoba untuk mempublikasikan dalam hal ini, merahasikan ajaran tersebut.

B. Implikasi

Dari hasil analisis data dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka

peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Demi menjaga warisan ulama kita dan sebagai generasi mandar tidak redup

atas ajaran Imam Lapeo secara keseluruhan, kiranya anak cucu K. H.

Muhammad Thahir (Imam Lapeo) menulisa sebuah karya dalam bentuk buku,

sekiranya cara tersebut ketika yang mengetahui ajaran telah tiada, paling tidak

ajaran tersebut tetap diamalkan oleh kalangan masyarakat.

2. Dewasa ini, perkembangan zaman semakin menghempit kesadaran individu,

olehnya itu, diperlukan adanya sebuah wadah yang menjadi prioritas

masyarakat sebagai tempat untuk memfokuskan diri belajar atas zikir-zikir

yang pernah diamalkan Imam Lapeo semasa hidupnya.

Uraian Pertanyaan Dalam Melakukan Interaksi Wawancara Dengan

Informan

1. Bagaimana konsep ajaran K. H. Muhammad Thahir?

2. Bagaimana ajaran secara umum yang pernah diajarkan oleh Imam Lapeo ?

3. Apakah seseorang yang berguru kepada Imam Lapeo mempelajari segala

aspek ajarannya?

4. Bagaimana upaya murid yang telah menerima ajaran dari Imam Lapeo,

kemudian ia mengajarkan kepada orang lain?

5. Apakah ajaran Imam Lapeo semuanya dikembangkan atau hanya sebagian

saja?

6. Siapa nama-nama murid yang bertindak sebagai pelanjut dalam

meneruskan ajaran Imam Lapeo serta diantara murid yang ada siapakah

yang memiliki pengaruh cukup besar?

7. Bagaimana proses pengembangan ajaran imam lapeo yang dilakukan oleh

orang-orang yang pernah berguru kepadannya?

8. Bagaimana pengaruh ajaran Imam Lapeo dalam konteks dewasa ini?

DAFTAR INFORMAN

No Nama Jabatan

Umur

1. Hj. Marhumah Tahir Pembaca

Do’aPengunjung

Maqam Imam Laepo

110

2. Hj. Nurlina Muhsin Pembina Tahfidz al-

Qur’an

77

3. Ir. Tahiryanti Pembina Panti

Asuhan

43

4. K.H. Hasyim Hadi Imam Masjid

75

5. K.H. Tsabit Najamuddin Imam Masjid

73

6. Abdul Djawat Kasim Imam Masjis

83

7. Abdullah Masyarakat

8. Tajuddin Dosen

43

9. Ridwan Alimuddin Pemerhati Sejarah

40

10. Zuhriah Dosen

36

11. K.H. Latif Busyra Pimpinan Pesantren

Assalafi Parappe

79

12. Hastuti PNS

45

Nama: Ruslan Abidin, lahir pada hari rabu 14

Juli 1993, ia anak dari pasangan Radi dan Hadi

yang memiliki jumlah saudara empat dan

tergolong anak kedua. Dalam menempuh

pendidikan pertama ia menginjakkan Sekolah

Dasar 045 Leppan yang berada di Kecamatan

Anreapi tepatnya Jln. Poros Mamasa dengan

masa tempuh 6 Tahun, tepatnya tahun 2005.

Usai pendidikan dasar ia kemudian melanjutkan sekolahnya di sebuah pondok

pesantren terkemuka di Campalagiang, dikenal dengan Assalafiah Parappe.

Tetapi, tidak sempat menyelesaikan semua pelajaran yang direkomendasikan

pihak pondok, disebabkan sakit yang dimiliki. Kemudian pada tahun 2011-2012 ia

mengikuti sekolah paket untuk mendapatkan Ijazah starata SMP sebagai

persyaratan melanjutkan studi. Kemudian pada Tahun 2012 ia berproses di

sekolah SMA negeri 3 Polewali sebagai sekolah model atau Adiwiyata. Pada

tahun 2008 pernah mengikuti lomba Adzan, Tartil dan Ceramah atas karunia dari

Allah swt. ia memperoleh juara 1. Kemudian di SMA ia juga aktif dalam

organisasi OSIS dan bertindak sebagai kordinator bidang keagamaan dengan

merangkap ke organisasi lain yang dikenal dengan Pusat Informasi dan Konseling

Remaja ( PIK-R), dalam organisasi tersebut diamanahkan oleh teman untuk

menjabat sebagai ketua. Sehingga pada awal Tahun 2014 ikut serta dalam

pertemuan KONSELOR SEBAYA tinggat provensi sulawesi barat yang dihadiri

oleh 9 sekolah SMA dari berbagai Kabupaten.

Pada Tahun 2014 ia kemudian melanjutkan studi di Universitas Islam

Negeri Alauddin Makassar mengambil jurusan Aqidah Filsafat Islam. Pengalaman

berorganisasi pernah aktif dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam

Indonesia, Himpunan Mahasiswa Jurusan dalam bidang Advokasi, dan aktif

dalam Organisasi Daerah ( KPM-PM BKPT UIN) menjabat sebagai wakil ketua

3. Motto yang ia miliki adalah “ Kegagalan hanya untuk orang yang putus asa”.