usulan skripsi ditha

16
PEMETAAN 3D SUPERELEVASI BERBASIS REAL TIME KINEMATIC NTRIP (Studi Kasus: Jalan Layang Jombor, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta) USULAN SKRIPSI Oleh: Made Ditha Ary Sanjaya NIM: 12/329972/TK/39168 JURUSAN TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2015

Upload: ditha-ary-sanjaya

Post on 13-Feb-2016

33 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

usulan

TRANSCRIPT

Page 1: Usulan Skripsi Ditha

PEMETAAN 3D SUPERELEVASI BERBASIS REAL TIME KINEMATIC

NTRIP (Studi Kasus: Jalan Layang Jombor, Kabupaten Sleman,

Daerah Istimewa Yogyakarta)

USULAN SKRIPSI

Oleh:

Made Ditha Ary Sanjaya

NIM: 12/329972/TK/39168

JURUSAN TEKNIK GEODESI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: Usulan Skripsi Ditha

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang

Jalan merupakan sarana transportasi yang sangat penting, sehingga perlu

mendapat perhatian khusus dalam pembangunannya. Apabila jalur transportasi

dalam kondisi baik, maka akan terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi

masyarakat dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai fungsi jalan yaitu

memberikan pelayanan optimal kepada pengguna jalan, maka diperlukan

perencanaan jalan yang memadai. Jalan raya sangat memerlukan pengembangan

dan pengelolaan yang sungguh-sungguh agar selalu dapat melayani kebutuhan lalu

lintas bagi masyarakat yang semakin meningkat.

Karena fungsi penting tersebut, diperlukan adanya monitoring dan evaluasi

untuk mengkaji kelayakan jalan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah

melakukan pemetaan secara 3D terhadap jalan, untuk merepresentasikan bentuk

dan ukuran jalan secara nyata. Pemetaan 3D ini dititikberatkan pada superelevasi

pasca konstruksi.

Pemetaan 3D atau three dimensional mappping terhadap permukaan bumi

dapat dilakukan dengan berbagai teknologi, antara lain terestrial, ekstra terestrial,

dan fotogrametris. Setiap teknologi yang digunakan untuk kegiatan pemetaan 3D

membawa konsekuensi antara lain penyediaan perangkat seperti peralatan,

sumberdaya manusia, kerangka acuan kerja, dan lain-lain. Serta membutuhkan

tahapan akuisisi data dan pemrosesan data untuk menghasilkan kualitas data yang

handal. Untuk melakukan 3D mapping yang handal, cepat, dan presisi diantaranya

dilakukan secara ekstra terrestrial berbasis Network Transport RCTM via Internet

Protocol (NTRIP). Teknologi GNSS/GPS - RTK berbasis NTRIP memiliki

keunggulan dalam akuisisi data di permukaan bumi. Aspek keunggulan metode

akuisisi data di permukaan bumi menyatakan bahwa penggunaan satelit relatif

lebih atraktif dibanding dengan metode-metode terestris jika dilihat dari hal-hal

yaitu wilayah cakupannya relatif lebih luas, dapat mengamati dan mengukur

parameter yang lebih banyak dan lebih beragam, dapat mengamati lebih baik

Page 3: Usulan Skripsi Ditha

dinamika suatu fenomena, baik secara spasial maupun temporal. Selain itu

operasionalisasinya lebih bersifat kontinyu dan mampu memberikan nilai dan

ketelitian parameter dalam sistem yang umumnya terdefinisi secara baik dan jelas

dalam hal sistem koordinat global, tiga dimensi, dan homogen. Keunggulan

lainnya adalah relatif tidak dipengaruhi oleh cuaca, kondisi topografis, ataupun

batas-batas politis maupun administratif. Keunggulan tersebut telah mampu

berperan sebagai sarana untuk survei rekayasa, yaitu survei untuk pengadaan

jaringan titik kontrol untuk pekerjaan konstruksi yang umumnya bersifat lokal

serta mempunyai karakteristik yang spesifik.

Pembuatan peta 3D juga dititikberatkan pada hasil peta yang smooth dengan

menggunakan perangkat lunak berbasis Computer Aided Design (CAD). Dengan

dihasilkannya peta 3D yang baik, maka dapat diperoleh pemahaman yang dapat

membantu analisis dan monitoring terhadap superelevasi jalan.

I.2. Lingkup Kegiatan:

Dalam kegiatan aplikatif ini, penulis akan membatasi permasalahan yang ada

dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

1. Lokasi penelitian di Jalan layang Jombor, Kabupaten Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta.

2. Metode penentuan posisi yang digunakan dalam pengukuran adalah

penentuan posisi GPS metode RTK NTRIP.

3. Pengamatan dilakukan menggunakan receiver Leica dengan solusi fixed.

4. Pemodelan hasil akuisisi data menggunakan perangkat lunak CAD.

I.3 Tujuan

Tujuan dari kegiatan pemetan 3D superelevasi jalan sebagai berikut :

1) Melakukan perekaman data secara 3D menggunakan metode Real Time

Kinematic berbasis NTRIP.

2) Membuat peta 3D superelevasi jalan dengan menggunakan perangkat lunak

berbasis CAD.

Page 4: Usulan Skripsi Ditha

I.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran superelevasi

jalan secara 3D yang dapat merepresentasikan kondisi sebenarnya secara smooth,

sehingga dapat dilakukan langkah-langkah analisis dan pengawasan terhadap

superelevasi jalan.

I.5 Landasan Teori

I.5.1 GNSS (Global Navigation Satellite System)

GNSS memiliki peranan penting dalam bidang navigasi. GNSS yang ada saat

ini adalah GPS milik Amerika Serikat, GLONASS milik Rusia, Galileo milik Uni

Eropa, dan Compass atau Beidou milik Cina (UNOOSA, 2011).

GNSS merupakan sistem satelit yang digunakan untuk kepentingan penentuan

posisi dan navigasi. Perkembangan teknologi penentuan posisi dengan satelit

GNSS memunculkan sistem pengadaan titik kontrol dasar modern sebagai

referensi penentuan posisi untuk pengukuran dan pemetaan yang bersifat aktif,

terus menerus dan dapat diakses secara real time. Sistem titik kontrol modern

tersebut adalah CORS. (Andriyani,2012).

1.5.1.1 GPS (Global Positioning System). GPS adalah singkatan dari Global

Positioning System yang merupakan sistem untuk menentukan posisi dan navigasi

secara global dengan menggunakan satelit. Sistem yang pertama kali

dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika ini digunakan untuk

kepentingan militer maupun sipil (survei dan pemetaan).

GPS terdiri dari tiga segmen utama, yaitu segmen satelit, segmen kontrol, dan

segmen pemakai (Abidin 2000). Segmen satelit terdiri dari satelit-satelit GPS.

Segmen kontrol terdiri dari stasiun-stasiun pemonitor dan pengotrol satelit.

Segmen pemakai terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan

pengolah sinyal data GPS. Segmen GPS lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut

(Abidin 2000):

1. Segmen satelit GPS merupakan stasiun radio di luar angkasa yang

dilengkapi dengan antena untuk mengirim dan menerima sinyal

gelombang. Sinyal dari satelit kemudian akan diterima receiver GPS yang

ada di permukaan bumi dan digunakan untuk menentukan posisi,

kecepatan, serta waktu.

Page 5: Usulan Skripsi Ditha

2. Segmen kontrol merupakan stasiun pengontrol dan pemonitor satelit selain

bertugas untuk mengontrol dan memonitor satelit, juga berfungsi untuk

menentukan orbit dari seluruh satelit GPS.

3. Segmen pemakai harus memiliki alat penerima sinyal GPS yang berfungsi

untuk menerima serta memproses sinyal dari satelit GPS untuk penentuan

posisi, kecepatan, serta waktu.

Gambar 1.1. Segmen Utama NAVSTAR GPS (Navstar Gps User

Equipment Introduction, 1996)

Prinsip GPS secara umum memancarkan sinyal yang berfungsi untuk

memberikan informasi tentang posisi satelit, jarak dari satelit ke pengamat beserta

informasi waktunya, kesehatan satelit, koreksi jam satelit, koreksi ionosfer,

transformasi waktu GPS ke UTC (Universal Time Coordinate) dan status

konstelasi satelit. Pada dasarnya sinyal GPS dapat dibagi atas tiga komponen,

yaitu:

1. Penginformasi jarak (kode) berupa kode-P dan kode-C/A,

2. Penginformasi posisi satelit (navigation message), dan

3. Gelombang pembawa (carier wave) L1 dan L2

Page 6: Usulan Skripsi Ditha

Koordinat yang dihasilkan dari pengamatan satelit GPS adalah koordinat

tigadimensi (X,Y,Z maupun φ,λ,h) yang mengacu pada datum WGS 1984. Dalam

penentuan posisi dengan GPS, dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti

absolute, differential, static, rapid static, pseudo-kinematic, dan stop and go.

1.5.1.2 GLONASS (Global National Satellite System). GLONASS

merupakan sebuah sistem navigasi satelit yang dibangun oleh pemerintah Rusia

saat ini memiliki 24 satelit aktif. GLONASS merupakan alternatif sistem navigasi

dengan jangkauan global selain GPS.

Tujuan dan prinsip kerja dari GLONASS sama persis seperti GPS. Perbedaan

antara kedua sistem tersebut adalah jumlah orbit, inklinasi orbit, jari-jari orbit,

periode orbit, gelombang pembawa, dll seperti dijelaskan dalam tabel di bawah ini

Tabel I.1Perbandingan antara GPS dengan GLONASS (Abidin, 2000)

Parameter GPS GNSS

Bidang Orbit 6 buah, dengan spasi 60o 3 buah, dengan spasi 120o

Jumlah satelit per

Orbit

4buah,dengan spasi tidak

sama 8 buah, dengan spasi sama

Inklinasi Orbit 55o 64,8o

Radius Orbit 26.560 km 25.510 km

Periode Orbit 11 jam 58 menit 11 jam 16 menit

Eksentrisitas Orbit 0 (Lingkaran) 0 (Lingkaran)

Gelombang

Pembawa

L1 =1575,42 Mhz

L2 =1227,60 Mhz

L1 =(1602+9k/16) Mhz

L2 =(1246+7k/16) Mhz

k =nomor kanal (Channel)

Kode

Berbeda setiap satelit

Kode-C/A pada L1

Kode-P pada L1 dan L2

Sama setiap satelit

Kode-C/A pada L1

Kode-P pada L1 dan L2

Frekuensi Kode Kode-C/A = 1,023 MHz

Kode-P = 10,23 MHz

Kode-C/A = 0,511 MHz

Kode-P = 5,11 MHz

Page 7: Usulan Skripsi Ditha

Sistem Koordinat Earth-Cenetered Earth Fixed (ECEF)

Earth-Cenetered Earth Fixed (ECEF)

Datum Geodetik World Geodetic System 1984 (WGS 84)

Earth Parameter System 1990 (PZ-90)

Referensi Waktu UTC (USNO) UTC (SU)

Pada saat kondisi maksimum, maka receiver GPS akan menerima sinyal dari

48 satelit (24 GPS dan 24 GLONASS). Dengan jumlah satelit yang diterima

tersebut maka geometri satelit akan menjadi lebih baik dan kuat sehingga

ketelitian parameter (posisi, kecematan, percepatan, dan wakt) akan menjadi lebih

baik. Oleh karena itu, pada saat ini hamper semua receiver GPS yang ada

dipasaran mampu menerim sinyal dari satelit GPS dan GLONASS guna

meningkatkan ketelitian dari pengukuran GPS.

I.5.1.3 CORS (Continuosly Operating Reference Stations). CORS merupakan

jalinan beberapa stasiun referensi GNSS permanen (base station), dapat merekam

data ephemeris GNSS secara kontinu, lalu disimpan dalam server dan dihitung

secara teliti menghasilkan koreksi-koreksi yang dapat diberikan secara real time

kepada receiver GNSS.

I.5.2 RTK (Real Time Kinematic)

RTK (Real Time Kinematic) merupakan penentuan posisi dengan metode

differensial/relatif. Jumlah receiver GPS yang digunakan minimal dua buah. Satu

receiver GPS disebut base station berdiri di atas titik yang diketahui koordinatnya.

Receiver GPS lainnya disebut rover digunakan untuk menentukan koordinat dari

suatu titik baik dengan bergerak ataupun diam. Base station mentransmisikan data

pseudorange dan/atau data fase ke rover secara real-time untuk penentuan posisi

secara akurat. Proses transmisi dari base station ke rover dapat dibantu dengan

media radio modem (RTK-Radio) ataupun menggunakan internet (RTK-NTRIP).

Ada 3 komponen penting dalam GPS RTK [Sari,2010]:

1. Stasiun Referensi

Stasiun referensi atau base station ini terdiri dari receiver dan antena.

Base station ini berfungsi untuk mengolah data diferensial dan melakukan

Page 8: Usulan Skripsi Ditha

Stasiun referensi atau base station ini terdiri dari receiver dan antena.

Base station ini berfungsi untuk mengolah data diferensial dan melakukan

koreksi carrier phase yang dikirimkan via radio modem base ke radio

modem rover

2. Stasiun rover (pengguna)

Rover untuk mengidentifikasi satelit-satelit pada daerah pengamatan dan

menerima data diferensial dan koreksi carrier phase dari base station.

Koreksi carrier phase tersebut dikirim via radio link dengan radio modem

antara base station dan rover sehingga bisa mendapatkan posisi lebih

teliti.

3. Data Link (hubungan data) Diffrerensial

Data link ini berfungsi mengirimkan data differensial dan koreksi carrier

phase dar base station ke rover melalui modem. Kecepatan radio modem

dan band frekuensi pada base station dan rover harus sama sehingga

proses pengiriman data bisa lancar.

Terdapat 3 jenis solusi penukuran menggunkan metode RTK:

1. Fix.

Rover terhubung dengan base station, ketelitian posisi 1 sampai dengan 5

cm, ambiguitas fase sudah terkoreksi, jumlah satelit yang ditangkap > 4,

bias multipath sudah terkoreksi, dan LQ (Link Quality)100%.

2. Float.

Rover terhubung dengan base station, ketelitian posisi >5 cm, ambiguitas

fase belum terkoreksi, jumlah satelit yang ditangkap < 4,dan bias multipath

belum terkoreksi.

3. Standalone.

Rover tidak terhubung dengan base station, ketelitian posisi > 1 m,

ambiguitas fase belum terkoreksi, jumlah satelit yang ditangkap < 4, dan

bias multipath belum terkoreksi.

I.5.2.1 NTRIP (Networked Transport of RTCM via Internet Protocol). NTRIP

adalah sebuah metode untuk mengirimkan koreksi data GPS (dalam format

RTCM) melalui internet. NTRIP merupakan teknik baru menggunakan internet

untuk streaming dan sharing koneksi diferensial GPS (DGPS) memberikan

akurasi penentuan posisi dan navigasi.

Page 9: Usulan Skripsi Ditha

Intensitas utama menggunakan internet antara lain adalah alternatif dari

pelayanan-pelayanan koneksi real-time saat ini melalui jaringan komunikasi

mobile seperti GSM, CDMA, EDGE dan UMTS. NTRIP terdiri dari tiga

komponen, yaitu (Sari,2010):

1. NTRIP Client

NTRIP client menerima aliran data RTCM. NTRIP Client harus yang

pertama diterima oleh NTRIP Caster. Dalam menerima RTCM.Client

memerlukan pengiriman parameter akses (user ID dan password) ke

NTRIP sumber (Mountpoint) data yang diinginkan untuk dikirim. Jika

client ingin mengetahui Mountpoint yang mana yang dapat digunakan dari

caster, maka caster akan menyediakan daftar Mountpoint yang dapat

digunakan pada source table.

2. NTRIP Server

NTRIP server mentranfer data RTCM ke NTRIP caster menggunakan

koneksi TCP/IP.NTRIP server mengharuskan diterima pertama oleh

NTRIP caster dan jika diijinkan dapat meneruskan data RTCM ke NTRIP

caster.NTRIP source membangkitkan aliran RTCM. NTRIP Server dapat

mengirimkan identifikasi nama dari NTRIP source (Mountpoint) dan

parameter informasi tambahan lainya berhubungan dengan NTRIP source.

Identifikasi ini dari NTRIP source ke NTRIP caster.

Sebagaimanainformasi tambahan juga termasuk yang dikirimkan format

RTCM, atau jika client (rover) dibutuhkan untuk mengirim kembali posisi

NMEA untuk menerima aliran RTCM secara individu dari jaringan

reference station.

3. NTRIP Caster

NTRIP Caster adalah sebuah server internet yang menangani aliran data

yang berbeda ke dan dari NTRIP serverdengan bandwith yang rendah

sekitar 0,5 – 5 kbps untuk tiap aliran datanya. caster mengecek pesan

permintaan yang diterima dari NTRIP client dan Server untuk melihat

apakah client.Server didaftarkan dan diizinkan untuk menerima atau

menyediakan aliran data RTCM.Tergantung dari pesan-pesan tadi,NTRIP

caster memutuskan data-data yang dikirimkan atau yang diterima.

Page 10: Usulan Skripsi Ditha

I.5.4 Superelevasi

Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang normal pada

bagian jalan yang lurus, sampai ke kemiringan maksimum pada bagian lengkung

jalan. Dengan menggunakan diagram superelevasi, dapat ditentukan bentuk

penampang melintang pada setiap titik di suatu lengkung horizontal yang

direncanakan. Diagram superelevasi digambarkan berdasarkan elevasi sumbu

jalan sebagai garis nol. Ada tiga cara dalam menggambarkan diagram

superelevasi, yaitu:

1. Sumbu jalan dipergunakan sebagai sumbu putar.

2. Tepi perkerasan jalan sebelah dalam digunakan sebagai sumbu putar.

3. Tepi perkerasan jalan sebelah luar digunakan sebagai sumbu putar.

Bagian lengkung dari jalan merupakan bagian yang perlu mendapat perhatian

karena pada bagian tersebut dapat terjadi gaya sentrifugal yang cenderung

melemparkan kendaraan keluar. Pada bagian antara garis lurus dan garis lengkung

terjadi suatu peralihan. Dengan adanya lengkung peralihan ini, perubahan antara

bagian yang lurus dan lengkung dapat dilakukan secara berangsur-angsur.Bila

peralihan tersebut dihilangkan, maka bagian yang lurus langsung menyambung

dengan lengkung sehingga terdapat badan jalan yang tidak nyaman.

I.5.5 CAD (Computer Aided Design)

CAD pada awalnya merupakan integrasi dari penggunaan komponen

perangkat keras komputer dan perangkat lunak grafis untuk menghasilkan sebuah

rancang bangun suatu produk. CAD modern mampu memfasilitasi seorang

perancang produk untuk menghasilkan produk dengan cepat dan hasil

penggambaran yang akurat.

Selain untuk menghasilkan produk, CAD pada saat ini juga merambah pada

berbagai keperluan desain. Salah satu penggunaan CAD yang banyak digunakan

saat ini adalah mapping atau pemetaan. Salah satu contoh perangkat lunak CAD

yang dapat digunakan untuk penggambaran peta adalah AutoCAD Map 3D.

Page 11: Usulan Skripsi Ditha

BAB II

RENCANA KEGIATAN

II.1 Persiapan

II.1.1 Bahan dan Alat

II.1.1.1 Bahan. Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain:

1. DED (Detail Engineering Design) jalan layang Jombor dari

Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, Daerah

Istimewa Yogyakarta.

2. Deskripsi dan data koordinat titik ikat di sekitar obyek kegiatan dalam

sistem koordinat UTM.

3. Base station dalam kondisi aktif setiap saat.

II.1.1.2 Alat. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa

perangkat keras dan perangkat lunak. Jenis peralatan yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1. Perangkat keras

a. Satu buah GPS Leica beserta perlengkapannya dari Laboratorium

Geodesi Jurusan Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada.

b. Satu buah Scientific Calculator untuk perhitungan-perhitungan

sederhana di lapangan.

c. Seperangkat komputer dengan spesifikasi CPU Processor AMD

Dual Core E300, 2.5 Ghz, Harddisk 500 GB, RAM 4,00 MB.

d. Satu buah printer

e. Satu buah SimCard dari provider yang dapat melakukan streaming

paling baik di wilayah kegiatan.

2. Perangkat lunak.

a. Perangkat lunak pengunduh data GPS

b. Perangkat lunak pengolah grafik berbasis CAD untuk

penggambaran.

c. Perangkat lunak pengolah angka Microsoft Office Excell 2007

digunakan untuk proses hitungan dan analisis data hasil ukuran.

Page 12: Usulan Skripsi Ditha

d. Perangkat lunak pengolah kata Microsoft Office Word 2007

digunakan untuk penulisan laporan.

e. Browser Mozilla Firefox untuk membuka halaman web server pada

jaringan internet.

II.2 Pelaksanaan

Secara umum kegiatan yang akan dilaksanakan disajikan dalam bentuk

diagram alir pada Gambar II.1.

`

Cek kesiapan operasional GNSS

Melakukan akuisisi data dengan metode RTK berbasis

NTRIP

Menyiapkan satu unit receiver GPS tipe

Geodetik dual frekuensi

Melakukan Setting Base Station : - Sistem koordinat UTM dan datum

WGS’84 - Interval perekaman - Sudut elevasi (mask angle)

Menentukan base station untuk pengukuran dengan

single base station

Menyiapkan modem untuk streaming NTRIP

Koordinat referensi dari Base station

Mulai

Survey pendahulan terhadap lokasi

Melakukan Setting Rover Station : - Sistem koordinat UTM dan datum

WGS’84 - Interval perekaman - Sudut elevasi (mask angle)

A

Page 13: Usulan Skripsi Ditha

Gambar 2.1. Tahapan kegiatan

II.2.1 Survei Pendahuluan

Survey pendahuluan dilakukan untuk mengenali kondisi lokasi pengukuran.

Dalam tahapan ini dilakukan pengamatan terhadap situasi dan faktor-faktor yang

mungkin mempengaruhi kegiatan pengukuran nantinya.

II.2.2. Persiapan Receiver GPS

Persiapan dilakukan dilakukan pengecekan kondisi kesiapan kedua receiver

GPS yang nantinya akan dijadikan base station dan rover saat akuisisi data. Cek

kelangkapan receiver GPS dilakukan untuk mengetahui kondisi statif untuk

berdiri base, pole untuk rover, kondisi baterai untuk tiap receiver GPS dan kondisi

controller dari receiver GPS.

Download data hasil pengukuran lapangan

Penggambaran dengan perangkat lunak CAD

Selesai

Peta 3D hasil Pengukuran GPS

Data hasil pengukuran

A

DED pekerjaan jalan

Page 14: Usulan Skripsi Ditha

II.2.3. Setting Base dan Rover

Setting alat base di atas titik acuan dengan koordinat tersebut diketahui

posisinya. Setting base untuk memberikan koreksi melalui media gelombang ke

rover saat proses akuisisi data. Sedangkan setting rover memasang receiver GPS

ke atas pole, menentukan elevation mask, logging rate, satelit yang ditangkap,

code satelit yang ditangkap, tinggi dari alat.

II.2.4 Akuisisi Data

Perekaman nilai koordinat tiga dimensi dari jalan laying Jombor menggunakan

sistem real time kinematic dengan dibantu data DED proyek dari Kementrian

Pekerjaan Umum untuk interval pengukurannya. Saat akuisisi data, solusi yang

diberikan harus fix.

II.2.5 Download Data

Hasil pengukuran diunduh ke perangkat laptop kemudian diolah dengan perangkat

lunak pengolah angka agar siap untuk proses penggambaran.

II.2.6. Penggambaran

Data hasil olahan diplot kedalam perangkat lunak CAD. Penggambaran hasil plot

dibantu dengan DED yang menjadi acuan penggambaran peta.

Page 15: Usulan Skripsi Ditha

II.3 Jadwal Kegiatan

Tabel 4.1. Tata kala kegiatan penelitian

Kegiatan

Bulan

November Desember Januari Februari Maret April Mei

2015 2015 2016 2016 2016 2016 2016

Pembuatan proposal

Survei lapangan

Persiapan

Akuisisi data

Pengolahan data

Penggambaran

Konsultasi dan bimbingan

Penulisan

Page 16: Usulan Skripsi Ditha

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, H.Z., 2000, Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya, Cetakan ke-2,

PT Pradnya Paramita, Jakarta.

Andriyani, G.2012. Kajian Regangan Selat Bali Berdasarkan Data Gnss Kontinu

Tahun 2009 – 2011.Skripsi. Semarang : Universitas Diponegoro.

Anonymous., 1996, NAVSTAR GPS User Equipment Introduction

Bagus, D., Awaluddin, M., Sasmito, B., 2014, Analisis pengukuran penampang

memanjang dan penampang melintang dengan GNSS metode RTK-NTRIP.

Jurnal. Semarang: Universitas Diponegoro.

Saoudang, H., 2010, Konstrusi Jalan Raya: Buku 1 Geometrik Jalan. Cetakan ke2,

Nova, Bandung.

Sari, A. 2010, Penggunaan ProviderMobile IP Telkomsel , XL dan Indosat dalam

Rekonstruksi TDT Orde-4 dengan Metode RTK NTRIP, Skripsi .Yogyakarta :

Universitas Gadjah Mada.

Saoudang, H., 2010, Konstrusi Jalan Raya: Buku 1 Geometrik Jalan. Cetakan ke2,

Nova, Bandung.

Sitohang, L.S., Yuwono, B.D., Awaluddin, M., 2014, Analisis Pengukuran Bidang

Tanah Menggunakan Metode RTK NTRIP dengan Beberapa Provider GSM.

Jurnal. Semarang: Universitas Diponegoro.

Xu, Guochang., 2007. GPS:Theory, Algorythms, and Applications 2nd Edition.

Springer