usulan skripsi ditha
DESCRIPTION
usulanTRANSCRIPT
PEMETAAN 3D SUPERELEVASI BERBASIS REAL TIME KINEMATIC
NTRIP (Studi Kasus: Jalan Layang Jombor, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta)
USULAN SKRIPSI
Oleh:
Made Ditha Ary Sanjaya
NIM: 12/329972/TK/39168
JURUSAN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.Latar Belakang
Jalan merupakan sarana transportasi yang sangat penting, sehingga perlu
mendapat perhatian khusus dalam pembangunannya. Apabila jalur transportasi
dalam kondisi baik, maka akan terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi
masyarakat dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai fungsi jalan yaitu
memberikan pelayanan optimal kepada pengguna jalan, maka diperlukan
perencanaan jalan yang memadai. Jalan raya sangat memerlukan pengembangan
dan pengelolaan yang sungguh-sungguh agar selalu dapat melayani kebutuhan lalu
lintas bagi masyarakat yang semakin meningkat.
Karena fungsi penting tersebut, diperlukan adanya monitoring dan evaluasi
untuk mengkaji kelayakan jalan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
melakukan pemetaan secara 3D terhadap jalan, untuk merepresentasikan bentuk
dan ukuran jalan secara nyata. Pemetaan 3D ini dititikberatkan pada superelevasi
pasca konstruksi.
Pemetaan 3D atau three dimensional mappping terhadap permukaan bumi
dapat dilakukan dengan berbagai teknologi, antara lain terestrial, ekstra terestrial,
dan fotogrametris. Setiap teknologi yang digunakan untuk kegiatan pemetaan 3D
membawa konsekuensi antara lain penyediaan perangkat seperti peralatan,
sumberdaya manusia, kerangka acuan kerja, dan lain-lain. Serta membutuhkan
tahapan akuisisi data dan pemrosesan data untuk menghasilkan kualitas data yang
handal. Untuk melakukan 3D mapping yang handal, cepat, dan presisi diantaranya
dilakukan secara ekstra terrestrial berbasis Network Transport RCTM via Internet
Protocol (NTRIP). Teknologi GNSS/GPS - RTK berbasis NTRIP memiliki
keunggulan dalam akuisisi data di permukaan bumi. Aspek keunggulan metode
akuisisi data di permukaan bumi menyatakan bahwa penggunaan satelit relatif
lebih atraktif dibanding dengan metode-metode terestris jika dilihat dari hal-hal
yaitu wilayah cakupannya relatif lebih luas, dapat mengamati dan mengukur
parameter yang lebih banyak dan lebih beragam, dapat mengamati lebih baik
dinamika suatu fenomena, baik secara spasial maupun temporal. Selain itu
operasionalisasinya lebih bersifat kontinyu dan mampu memberikan nilai dan
ketelitian parameter dalam sistem yang umumnya terdefinisi secara baik dan jelas
dalam hal sistem koordinat global, tiga dimensi, dan homogen. Keunggulan
lainnya adalah relatif tidak dipengaruhi oleh cuaca, kondisi topografis, ataupun
batas-batas politis maupun administratif. Keunggulan tersebut telah mampu
berperan sebagai sarana untuk survei rekayasa, yaitu survei untuk pengadaan
jaringan titik kontrol untuk pekerjaan konstruksi yang umumnya bersifat lokal
serta mempunyai karakteristik yang spesifik.
Pembuatan peta 3D juga dititikberatkan pada hasil peta yang smooth dengan
menggunakan perangkat lunak berbasis Computer Aided Design (CAD). Dengan
dihasilkannya peta 3D yang baik, maka dapat diperoleh pemahaman yang dapat
membantu analisis dan monitoring terhadap superelevasi jalan.
I.2. Lingkup Kegiatan:
Dalam kegiatan aplikatif ini, penulis akan membatasi permasalahan yang ada
dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Lokasi penelitian di Jalan layang Jombor, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
2. Metode penentuan posisi yang digunakan dalam pengukuran adalah
penentuan posisi GPS metode RTK NTRIP.
3. Pengamatan dilakukan menggunakan receiver Leica dengan solusi fixed.
4. Pemodelan hasil akuisisi data menggunakan perangkat lunak CAD.
I.3 Tujuan
Tujuan dari kegiatan pemetan 3D superelevasi jalan sebagai berikut :
1) Melakukan perekaman data secara 3D menggunakan metode Real Time
Kinematic berbasis NTRIP.
2) Membuat peta 3D superelevasi jalan dengan menggunakan perangkat lunak
berbasis CAD.
I.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran superelevasi
jalan secara 3D yang dapat merepresentasikan kondisi sebenarnya secara smooth,
sehingga dapat dilakukan langkah-langkah analisis dan pengawasan terhadap
superelevasi jalan.
I.5 Landasan Teori
I.5.1 GNSS (Global Navigation Satellite System)
GNSS memiliki peranan penting dalam bidang navigasi. GNSS yang ada saat
ini adalah GPS milik Amerika Serikat, GLONASS milik Rusia, Galileo milik Uni
Eropa, dan Compass atau Beidou milik Cina (UNOOSA, 2011).
GNSS merupakan sistem satelit yang digunakan untuk kepentingan penentuan
posisi dan navigasi. Perkembangan teknologi penentuan posisi dengan satelit
GNSS memunculkan sistem pengadaan titik kontrol dasar modern sebagai
referensi penentuan posisi untuk pengukuran dan pemetaan yang bersifat aktif,
terus menerus dan dapat diakses secara real time. Sistem titik kontrol modern
tersebut adalah CORS. (Andriyani,2012).
1.5.1.1 GPS (Global Positioning System). GPS adalah singkatan dari Global
Positioning System yang merupakan sistem untuk menentukan posisi dan navigasi
secara global dengan menggunakan satelit. Sistem yang pertama kali
dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika ini digunakan untuk
kepentingan militer maupun sipil (survei dan pemetaan).
GPS terdiri dari tiga segmen utama, yaitu segmen satelit, segmen kontrol, dan
segmen pemakai (Abidin 2000). Segmen satelit terdiri dari satelit-satelit GPS.
Segmen kontrol terdiri dari stasiun-stasiun pemonitor dan pengotrol satelit.
Segmen pemakai terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan
pengolah sinyal data GPS. Segmen GPS lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut
(Abidin 2000):
1. Segmen satelit GPS merupakan stasiun radio di luar angkasa yang
dilengkapi dengan antena untuk mengirim dan menerima sinyal
gelombang. Sinyal dari satelit kemudian akan diterima receiver GPS yang
ada di permukaan bumi dan digunakan untuk menentukan posisi,
kecepatan, serta waktu.
2. Segmen kontrol merupakan stasiun pengontrol dan pemonitor satelit selain
bertugas untuk mengontrol dan memonitor satelit, juga berfungsi untuk
menentukan orbit dari seluruh satelit GPS.
3. Segmen pemakai harus memiliki alat penerima sinyal GPS yang berfungsi
untuk menerima serta memproses sinyal dari satelit GPS untuk penentuan
posisi, kecepatan, serta waktu.
Gambar 1.1. Segmen Utama NAVSTAR GPS (Navstar Gps User
Equipment Introduction, 1996)
Prinsip GPS secara umum memancarkan sinyal yang berfungsi untuk
memberikan informasi tentang posisi satelit, jarak dari satelit ke pengamat beserta
informasi waktunya, kesehatan satelit, koreksi jam satelit, koreksi ionosfer,
transformasi waktu GPS ke UTC (Universal Time Coordinate) dan status
konstelasi satelit. Pada dasarnya sinyal GPS dapat dibagi atas tiga komponen,
yaitu:
1. Penginformasi jarak (kode) berupa kode-P dan kode-C/A,
2. Penginformasi posisi satelit (navigation message), dan
3. Gelombang pembawa (carier wave) L1 dan L2
Koordinat yang dihasilkan dari pengamatan satelit GPS adalah koordinat
tigadimensi (X,Y,Z maupun φ,λ,h) yang mengacu pada datum WGS 1984. Dalam
penentuan posisi dengan GPS, dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti
absolute, differential, static, rapid static, pseudo-kinematic, dan stop and go.
1.5.1.2 GLONASS (Global National Satellite System). GLONASS
merupakan sebuah sistem navigasi satelit yang dibangun oleh pemerintah Rusia
saat ini memiliki 24 satelit aktif. GLONASS merupakan alternatif sistem navigasi
dengan jangkauan global selain GPS.
Tujuan dan prinsip kerja dari GLONASS sama persis seperti GPS. Perbedaan
antara kedua sistem tersebut adalah jumlah orbit, inklinasi orbit, jari-jari orbit,
periode orbit, gelombang pembawa, dll seperti dijelaskan dalam tabel di bawah ini
Tabel I.1Perbandingan antara GPS dengan GLONASS (Abidin, 2000)
Parameter GPS GNSS
Bidang Orbit 6 buah, dengan spasi 60o 3 buah, dengan spasi 120o
Jumlah satelit per
Orbit
4buah,dengan spasi tidak
sama 8 buah, dengan spasi sama
Inklinasi Orbit 55o 64,8o
Radius Orbit 26.560 km 25.510 km
Periode Orbit 11 jam 58 menit 11 jam 16 menit
Eksentrisitas Orbit 0 (Lingkaran) 0 (Lingkaran)
Gelombang
Pembawa
L1 =1575,42 Mhz
L2 =1227,60 Mhz
L1 =(1602+9k/16) Mhz
L2 =(1246+7k/16) Mhz
k =nomor kanal (Channel)
Kode
Berbeda setiap satelit
Kode-C/A pada L1
Kode-P pada L1 dan L2
Sama setiap satelit
Kode-C/A pada L1
Kode-P pada L1 dan L2
Frekuensi Kode Kode-C/A = 1,023 MHz
Kode-P = 10,23 MHz
Kode-C/A = 0,511 MHz
Kode-P = 5,11 MHz
Sistem Koordinat Earth-Cenetered Earth Fixed (ECEF)
Earth-Cenetered Earth Fixed (ECEF)
Datum Geodetik World Geodetic System 1984 (WGS 84)
Earth Parameter System 1990 (PZ-90)
Referensi Waktu UTC (USNO) UTC (SU)
Pada saat kondisi maksimum, maka receiver GPS akan menerima sinyal dari
48 satelit (24 GPS dan 24 GLONASS). Dengan jumlah satelit yang diterima
tersebut maka geometri satelit akan menjadi lebih baik dan kuat sehingga
ketelitian parameter (posisi, kecematan, percepatan, dan wakt) akan menjadi lebih
baik. Oleh karena itu, pada saat ini hamper semua receiver GPS yang ada
dipasaran mampu menerim sinyal dari satelit GPS dan GLONASS guna
meningkatkan ketelitian dari pengukuran GPS.
I.5.1.3 CORS (Continuosly Operating Reference Stations). CORS merupakan
jalinan beberapa stasiun referensi GNSS permanen (base station), dapat merekam
data ephemeris GNSS secara kontinu, lalu disimpan dalam server dan dihitung
secara teliti menghasilkan koreksi-koreksi yang dapat diberikan secara real time
kepada receiver GNSS.
I.5.2 RTK (Real Time Kinematic)
RTK (Real Time Kinematic) merupakan penentuan posisi dengan metode
differensial/relatif. Jumlah receiver GPS yang digunakan minimal dua buah. Satu
receiver GPS disebut base station berdiri di atas titik yang diketahui koordinatnya.
Receiver GPS lainnya disebut rover digunakan untuk menentukan koordinat dari
suatu titik baik dengan bergerak ataupun diam. Base station mentransmisikan data
pseudorange dan/atau data fase ke rover secara real-time untuk penentuan posisi
secara akurat. Proses transmisi dari base station ke rover dapat dibantu dengan
media radio modem (RTK-Radio) ataupun menggunakan internet (RTK-NTRIP).
Ada 3 komponen penting dalam GPS RTK [Sari,2010]:
1. Stasiun Referensi
Stasiun referensi atau base station ini terdiri dari receiver dan antena.
Base station ini berfungsi untuk mengolah data diferensial dan melakukan
Stasiun referensi atau base station ini terdiri dari receiver dan antena.
Base station ini berfungsi untuk mengolah data diferensial dan melakukan
koreksi carrier phase yang dikirimkan via radio modem base ke radio
modem rover
2. Stasiun rover (pengguna)
Rover untuk mengidentifikasi satelit-satelit pada daerah pengamatan dan
menerima data diferensial dan koreksi carrier phase dari base station.
Koreksi carrier phase tersebut dikirim via radio link dengan radio modem
antara base station dan rover sehingga bisa mendapatkan posisi lebih
teliti.
3. Data Link (hubungan data) Diffrerensial
Data link ini berfungsi mengirimkan data differensial dan koreksi carrier
phase dar base station ke rover melalui modem. Kecepatan radio modem
dan band frekuensi pada base station dan rover harus sama sehingga
proses pengiriman data bisa lancar.
Terdapat 3 jenis solusi penukuran menggunkan metode RTK:
1. Fix.
Rover terhubung dengan base station, ketelitian posisi 1 sampai dengan 5
cm, ambiguitas fase sudah terkoreksi, jumlah satelit yang ditangkap > 4,
bias multipath sudah terkoreksi, dan LQ (Link Quality)100%.
2. Float.
Rover terhubung dengan base station, ketelitian posisi >5 cm, ambiguitas
fase belum terkoreksi, jumlah satelit yang ditangkap < 4,dan bias multipath
belum terkoreksi.
3. Standalone.
Rover tidak terhubung dengan base station, ketelitian posisi > 1 m,
ambiguitas fase belum terkoreksi, jumlah satelit yang ditangkap < 4, dan
bias multipath belum terkoreksi.
I.5.2.1 NTRIP (Networked Transport of RTCM via Internet Protocol). NTRIP
adalah sebuah metode untuk mengirimkan koreksi data GPS (dalam format
RTCM) melalui internet. NTRIP merupakan teknik baru menggunakan internet
untuk streaming dan sharing koneksi diferensial GPS (DGPS) memberikan
akurasi penentuan posisi dan navigasi.
Intensitas utama menggunakan internet antara lain adalah alternatif dari
pelayanan-pelayanan koneksi real-time saat ini melalui jaringan komunikasi
mobile seperti GSM, CDMA, EDGE dan UMTS. NTRIP terdiri dari tiga
komponen, yaitu (Sari,2010):
1. NTRIP Client
NTRIP client menerima aliran data RTCM. NTRIP Client harus yang
pertama diterima oleh NTRIP Caster. Dalam menerima RTCM.Client
memerlukan pengiriman parameter akses (user ID dan password) ke
NTRIP sumber (Mountpoint) data yang diinginkan untuk dikirim. Jika
client ingin mengetahui Mountpoint yang mana yang dapat digunakan dari
caster, maka caster akan menyediakan daftar Mountpoint yang dapat
digunakan pada source table.
2. NTRIP Server
NTRIP server mentranfer data RTCM ke NTRIP caster menggunakan
koneksi TCP/IP.NTRIP server mengharuskan diterima pertama oleh
NTRIP caster dan jika diijinkan dapat meneruskan data RTCM ke NTRIP
caster.NTRIP source membangkitkan aliran RTCM. NTRIP Server dapat
mengirimkan identifikasi nama dari NTRIP source (Mountpoint) dan
parameter informasi tambahan lainya berhubungan dengan NTRIP source.
Identifikasi ini dari NTRIP source ke NTRIP caster.
Sebagaimanainformasi tambahan juga termasuk yang dikirimkan format
RTCM, atau jika client (rover) dibutuhkan untuk mengirim kembali posisi
NMEA untuk menerima aliran RTCM secara individu dari jaringan
reference station.
3. NTRIP Caster
NTRIP Caster adalah sebuah server internet yang menangani aliran data
yang berbeda ke dan dari NTRIP serverdengan bandwith yang rendah
sekitar 0,5 – 5 kbps untuk tiap aliran datanya. caster mengecek pesan
permintaan yang diterima dari NTRIP client dan Server untuk melihat
apakah client.Server didaftarkan dan diizinkan untuk menerima atau
menyediakan aliran data RTCM.Tergantung dari pesan-pesan tadi,NTRIP
caster memutuskan data-data yang dikirimkan atau yang diterima.
I.5.4 Superelevasi
Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang normal pada
bagian jalan yang lurus, sampai ke kemiringan maksimum pada bagian lengkung
jalan. Dengan menggunakan diagram superelevasi, dapat ditentukan bentuk
penampang melintang pada setiap titik di suatu lengkung horizontal yang
direncanakan. Diagram superelevasi digambarkan berdasarkan elevasi sumbu
jalan sebagai garis nol. Ada tiga cara dalam menggambarkan diagram
superelevasi, yaitu:
1. Sumbu jalan dipergunakan sebagai sumbu putar.
2. Tepi perkerasan jalan sebelah dalam digunakan sebagai sumbu putar.
3. Tepi perkerasan jalan sebelah luar digunakan sebagai sumbu putar.
Bagian lengkung dari jalan merupakan bagian yang perlu mendapat perhatian
karena pada bagian tersebut dapat terjadi gaya sentrifugal yang cenderung
melemparkan kendaraan keluar. Pada bagian antara garis lurus dan garis lengkung
terjadi suatu peralihan. Dengan adanya lengkung peralihan ini, perubahan antara
bagian yang lurus dan lengkung dapat dilakukan secara berangsur-angsur.Bila
peralihan tersebut dihilangkan, maka bagian yang lurus langsung menyambung
dengan lengkung sehingga terdapat badan jalan yang tidak nyaman.
I.5.5 CAD (Computer Aided Design)
CAD pada awalnya merupakan integrasi dari penggunaan komponen
perangkat keras komputer dan perangkat lunak grafis untuk menghasilkan sebuah
rancang bangun suatu produk. CAD modern mampu memfasilitasi seorang
perancang produk untuk menghasilkan produk dengan cepat dan hasil
penggambaran yang akurat.
Selain untuk menghasilkan produk, CAD pada saat ini juga merambah pada
berbagai keperluan desain. Salah satu penggunaan CAD yang banyak digunakan
saat ini adalah mapping atau pemetaan. Salah satu contoh perangkat lunak CAD
yang dapat digunakan untuk penggambaran peta adalah AutoCAD Map 3D.
BAB II
RENCANA KEGIATAN
II.1 Persiapan
II.1.1 Bahan dan Alat
II.1.1.1 Bahan. Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain:
1. DED (Detail Engineering Design) jalan layang Jombor dari
Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
2. Deskripsi dan data koordinat titik ikat di sekitar obyek kegiatan dalam
sistem koordinat UTM.
3. Base station dalam kondisi aktif setiap saat.
II.1.1.2 Alat. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
perangkat keras dan perangkat lunak. Jenis peralatan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Perangkat keras
a. Satu buah GPS Leica beserta perlengkapannya dari Laboratorium
Geodesi Jurusan Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada.
b. Satu buah Scientific Calculator untuk perhitungan-perhitungan
sederhana di lapangan.
c. Seperangkat komputer dengan spesifikasi CPU Processor AMD
Dual Core E300, 2.5 Ghz, Harddisk 500 GB, RAM 4,00 MB.
d. Satu buah printer
e. Satu buah SimCard dari provider yang dapat melakukan streaming
paling baik di wilayah kegiatan.
2. Perangkat lunak.
a. Perangkat lunak pengunduh data GPS
b. Perangkat lunak pengolah grafik berbasis CAD untuk
penggambaran.
c. Perangkat lunak pengolah angka Microsoft Office Excell 2007
digunakan untuk proses hitungan dan analisis data hasil ukuran.
d. Perangkat lunak pengolah kata Microsoft Office Word 2007
digunakan untuk penulisan laporan.
e. Browser Mozilla Firefox untuk membuka halaman web server pada
jaringan internet.
II.2 Pelaksanaan
Secara umum kegiatan yang akan dilaksanakan disajikan dalam bentuk
diagram alir pada Gambar II.1.
`
Cek kesiapan operasional GNSS
Melakukan akuisisi data dengan metode RTK berbasis
NTRIP
Menyiapkan satu unit receiver GPS tipe
Geodetik dual frekuensi
Melakukan Setting Base Station : - Sistem koordinat UTM dan datum
WGS’84 - Interval perekaman - Sudut elevasi (mask angle)
Menentukan base station untuk pengukuran dengan
single base station
Menyiapkan modem untuk streaming NTRIP
Koordinat referensi dari Base station
Mulai
Survey pendahulan terhadap lokasi
Melakukan Setting Rover Station : - Sistem koordinat UTM dan datum
WGS’84 - Interval perekaman - Sudut elevasi (mask angle)
A
Gambar 2.1. Tahapan kegiatan
II.2.1 Survei Pendahuluan
Survey pendahuluan dilakukan untuk mengenali kondisi lokasi pengukuran.
Dalam tahapan ini dilakukan pengamatan terhadap situasi dan faktor-faktor yang
mungkin mempengaruhi kegiatan pengukuran nantinya.
II.2.2. Persiapan Receiver GPS
Persiapan dilakukan dilakukan pengecekan kondisi kesiapan kedua receiver
GPS yang nantinya akan dijadikan base station dan rover saat akuisisi data. Cek
kelangkapan receiver GPS dilakukan untuk mengetahui kondisi statif untuk
berdiri base, pole untuk rover, kondisi baterai untuk tiap receiver GPS dan kondisi
controller dari receiver GPS.
Download data hasil pengukuran lapangan
Penggambaran dengan perangkat lunak CAD
Selesai
Peta 3D hasil Pengukuran GPS
Data hasil pengukuran
A
DED pekerjaan jalan
II.2.3. Setting Base dan Rover
Setting alat base di atas titik acuan dengan koordinat tersebut diketahui
posisinya. Setting base untuk memberikan koreksi melalui media gelombang ke
rover saat proses akuisisi data. Sedangkan setting rover memasang receiver GPS
ke atas pole, menentukan elevation mask, logging rate, satelit yang ditangkap,
code satelit yang ditangkap, tinggi dari alat.
II.2.4 Akuisisi Data
Perekaman nilai koordinat tiga dimensi dari jalan laying Jombor menggunakan
sistem real time kinematic dengan dibantu data DED proyek dari Kementrian
Pekerjaan Umum untuk interval pengukurannya. Saat akuisisi data, solusi yang
diberikan harus fix.
II.2.5 Download Data
Hasil pengukuran diunduh ke perangkat laptop kemudian diolah dengan perangkat
lunak pengolah angka agar siap untuk proses penggambaran.
II.2.6. Penggambaran
Data hasil olahan diplot kedalam perangkat lunak CAD. Penggambaran hasil plot
dibantu dengan DED yang menjadi acuan penggambaran peta.
II.3 Jadwal Kegiatan
Tabel 4.1. Tata kala kegiatan penelitian
Kegiatan
Bulan
November Desember Januari Februari Maret April Mei
2015 2015 2016 2016 2016 2016 2016
Pembuatan proposal
Survei lapangan
Persiapan
Akuisisi data
Pengolahan data
Penggambaran
Konsultasi dan bimbingan
Penulisan
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, H.Z., 2000, Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya, Cetakan ke-2,
PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Andriyani, G.2012. Kajian Regangan Selat Bali Berdasarkan Data Gnss Kontinu
Tahun 2009 – 2011.Skripsi. Semarang : Universitas Diponegoro.
Anonymous., 1996, NAVSTAR GPS User Equipment Introduction
Bagus, D., Awaluddin, M., Sasmito, B., 2014, Analisis pengukuran penampang
memanjang dan penampang melintang dengan GNSS metode RTK-NTRIP.
Jurnal. Semarang: Universitas Diponegoro.
Saoudang, H., 2010, Konstrusi Jalan Raya: Buku 1 Geometrik Jalan. Cetakan ke2,
Nova, Bandung.
Sari, A. 2010, Penggunaan ProviderMobile IP Telkomsel , XL dan Indosat dalam
Rekonstruksi TDT Orde-4 dengan Metode RTK NTRIP, Skripsi .Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada.
Saoudang, H., 2010, Konstrusi Jalan Raya: Buku 1 Geometrik Jalan. Cetakan ke2,
Nova, Bandung.
Sitohang, L.S., Yuwono, B.D., Awaluddin, M., 2014, Analisis Pengukuran Bidang
Tanah Menggunakan Metode RTK NTRIP dengan Beberapa Provider GSM.
Jurnal. Semarang: Universitas Diponegoro.
Xu, Guochang., 2007. GPS:Theory, Algorythms, and Applications 2nd Edition.
Springer