usulan kegiatan kerja lapangan puslitkoka

33
USULAN KEGIATAN KERJA LAPANGAN SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2009/2010 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao merupakan komoditas perkebunan yang cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Tidak hanya untuk devisa negara namun kakao dibudidayakan untuk penyediaan lapangan kerja dan sumber pendapatan sebagian penduduk Indonesia. Selain itu kakao merupakan komoditas yang sangat potensial sebagai produk ekspor impor. Di seluruh dunia, kakao digunakan sebagai bahan baku berbagai produk makanan dan kosmetik. Hal ini merupakan peluang bagi Indonesia untuk menembus pasar internasional mengingat kakao dapat tumbuh baik di Indonesia. Kakao merupakan komoditas unggulan nasional dan daerah, komoditas ekspor non migas yang berfungsi ganda yaitu sebagai sumber devisa negara dan menunjang pendapatan asli daerah (PAD). Hal ini cukup mendasar karena harga kakao internasional saat ini cukup tinggi dan momentum yang baik untuk dimanfaatkan petani atau pelaku usaha (masyarakat agribisnis). Selama selang waktu 20 tahun terakhir produksi kakao di Indonesia meningkat pesat. Luas pertanaman kakao di Indonesia tahun 1998 telah mencapai 570.000 ha, dengan lebih dari 50 % luas areal tersebut terdapat di pulau Sulawesi. Luas areal tanaman kakao di Sulawesi Tengah pada tahun 2001 mencapai 83.732 ha yang terdiri dari 4.689 ha perkebunan besar dan 1

Upload: pkrisyando

Post on 24-Jun-2015

726 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

Page 1: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

USULAN KEGIATAN KERJA LAPANGANSEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2009/2010

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kakao merupakan komoditas perkebunan yang cukup penting dalam perekonomian

Indonesia. Tidak hanya untuk devisa negara namun kakao dibudidayakan untuk penyediaan

lapangan kerja dan sumber pendapatan sebagian penduduk Indonesia. Selain itu kakao

merupakan komoditas yang sangat potensial sebagai produk ekspor impor. Di seluruh dunia,

kakao digunakan sebagai bahan baku berbagai produk makanan dan kosmetik. Hal ini

merupakan peluang bagi Indonesia untuk menembus pasar internasional mengingat kakao

dapat tumbuh baik di Indonesia.

Kakao merupakan komoditas unggulan nasional dan daerah, komoditas ekspor non

migas yang berfungsi ganda yaitu sebagai sumber devisa negara dan menunjang pendapatan

asli daerah (PAD). Hal ini cukup mendasar karena harga kakao internasional saat ini cukup

tinggi dan momentum yang baik untuk dimanfaatkan petani atau pelaku usaha (masyarakat

agribisnis). Selama selang waktu 20 tahun terakhir produksi kakao di Indonesia meningkat

pesat. Luas pertanaman kakao di Indonesia tahun 1998 telah mencapai 570.000 ha, dengan

lebih dari 50 % luas areal tersebut terdapat di pulau Sulawesi. Luas areal tanaman kakao di

Sulawesi Tengah pada tahun 2001 mencapai 83.732 ha yang terdiri dari 4.689 ha perkebunan

besar dan 79.043 ha perkebunan rakyat, dengan rata-rata produksi 1,41 ton/ha (BPS Sulteng,

2002).

Namun pada saat ini produktivitas kakao di Indonesia masih tergolong rendah yaitu

sekitar 630kg/ha/tahun. Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) dan usia tanaman kakao yang

sudah tua menyebabkan produksi dan kualitas kakao Indonesia rendah. Untuk mengatasi hal

itu dibutuhkan solusi cepat untuk mengatasi persoalan kakao nasional. Fakta di lapangan

menyebutkan bahwa umumnya bahan tanam yang digunakan petani bukan berasal dari jenis

unggul dan lebih dari 95% masih berupa benih biji. Hal ini menyebabkan produksi kakao

nasional masih sulit diangkat melebihi 1 ton per hektar.

Dari hal itulah maka perlu diadakan kegiatan pemuliaan tanaman terhadap tanaman

kakao, untuk mendapatkan varietas-varietas yang unggul dengan sifat yang diinginkan. Sifat-

1

Page 2: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

sifat tersebut dapat meliputi produksi kakao yang tinggi kemudian tahan hama dan penyakit

baik kakao lindak maupun mulia.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia adalah lembaga non profit yang

memperoleh mandat untuk melakukan penelitian dan pengembangan komoditas kopi dan

kakao secara nasional serta sebagai penyedia data dan informasi yang berhubungan dengan

kopi dan kakao, sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.

786/Kpts/Org/9/1981 tanggal 20 Oktober 1981. Oleh karena itu, pada praktek kerja lapangan

di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia ini penulis ingin mengambil tema pemuliaan

tanaman kakao (Theobroma cacao L.) di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,

Jember, Jawa Timur.

B. Tujuan Umum Pelaksanaan Kerja Lapangan

a. Melatih mahasiswa agar terampil dan berpengalaman di dalam kegiatan pertanian

yang sesuai dengan bidangnya, khususnya tentang pemuliaan tanaman kakao.

b. Mendapatkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan khususnya dalam bidang

pertanian, terutama tentang pemuliaan tanaman kakao.

c. Melibatkan mahasiswa secara langsung agar dapat mengetahui berbagai persoalan

yang timbul dalam praktik pertanian dan menemukan solusinya, khususnya tentang

pemuliaan tanaman kakao.

d. Memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang hubungan antara teori dan aplikasi

di lapangan serta faktor-faktor yang mempengaruhi di antara keduanya.

e. Memberikan gambaran dunia kerja kepada mahasiswa sehingga mahasiswa sudah

mempunyai persiapan untuk terjun dalam dunia kerja dan lingkungan masyarakat.

C. Tujuan Khusus Pelaksanaan Kerja Lapangan

a. Mengetahui dan mempelajari secara langsung pemuliaan tanaman kakao (Theobroma

cacao L.) secara lengkap di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember,

Jawa Timur.

b. Mengetahui dan mempelajari secara khusus mengenai pemuliaan tanaman kakao

(Theobroma cacao L.) di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember, Jawa

Timur.

2

Page 3: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

D. Kegunaan Kerja Lapangan

1. Memenuhi persyaratan kurikulum program strata satu (S1) di Fakultas Pertanian,

Universitas Gadjah Mada.

2. Memperoleh pengetahuan dan wawasan yang luas tentang pemuliaan tanaman kakao

(Theobroma cacao L.) di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember, Jawa

Timur.

3

Page 4: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran tanaman kakao

Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat

mencapai ketinggian 10m. Namun kakao yang dibudidayakan tidak lebih dari 5m dengan

tajuk menyamping yang meluas, karena dilakukan pemangkasan selama perawatan

tanaman budidaya. Bunga kakao tumbuh langsung dari batang (cauliflorous). Bunga

sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3cm), tunggal, namun nampak terangkai

karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas. Kakao secara umum adalah

tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri. Bunga siap

diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari.Walaupun demikian, beberapa varietas kakao

mampu melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai

jual yang lebih tinggi. Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil

(midge) Forcipomyia, semut bersayap, aphid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya

terjadi pada malam hari (Anonim, 2010). Pada bunga kakao sering terjadi

inkompatibilitas yang menyebabkan tanaman tersebut harus menyerbuk silang karena

penyerbukan sendiri sulit terjadi. Kompatibilitas pada kakao dapat terjadi namun hal

tersebut jarang terjadi. Inkompatibilitas pada kakao dapat dimanfaatkan untuk

mendapatkan varietas hibrida.

Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam budidaya kakao antara lain hama

penggerek buah kakao, layu pentil, kualitas biji yang rendah dan regenerasi embrio

melalui kultur jaringan. Usaha perbanyakan kakao melalui kultur jaringan untuk

memperoleh tanaman klonal telah dilakukan namun masih menemui banyak kendala.

Berbagai macam eksplan seperti kelopak bunga, staminode dan daun telah diuji namun

belum berhasil dengan baik. Kendala yang sering dijumpai antara lain inisiasi kalus dan

embryogenesis. Terbentuknya senyawa fenolik teroksidasi dan lendir yang sangat cepat,

menghambat proses diferensiasi. Demikian juga reprodusibilitas prosedur dan kondisi

regenerasi tergolong sangat rendah (Tahardi & Mardiana, 1995, cit. Triastanto et. al.,

2006). Permasalahan yang muncul dalam budidaya kakao sebagian seperti masalah

produktivitas dan kualitas yang rendah, dan kurang tahan akan hama dan penyakit

4

Page 5: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

solusinya adalah membudidayakan varietas kakao yang unggul hasil dari pemuliaan

tanaman.

Penelitian pemuliaan kakao di Indonesia dimulai pada tahun 1912 yang dipelopori

oleh van Hall dengan metode seleksi pohon induk di perkebunan Djati Roenggo pada

populasi hibrid Trinitario, dan di perkebunan Getas pada populasi Forastero. Seleksi Djati

Roenggo dilakukan pada populsi tanaman berumur 10-20 tahun dengan parameter daya

hasil, kualitas hasil, serta ketahanannya terhadap serangan penggerek buah kakao,

Helopeltis dan penyakit busuk buah. Kemudian dari seleksi tersebut diperoleh 24 seri

klon DR, diantaranya klon DR1, DR2 dan DR38 yang sampai sekarang tetap menjadi

klon andalah kakao mulia Indonesia dan di dunia dikenal dengan nama Java Criollo

(Langsa dan Ruruk, 2007).

Marita et. al.,(2001) melaporkan bahwa beberapa kakao yang berasal dari daerah

Amazon bagian atas memiliki sifat toleran terhadap penyakit witches broom yaitu SCA 6,

SCA 12, C SUL 3, C SUL 4, C SUL 7 dan CCN 10. Kakao yang mampu mempunyai sifat

yang toleran berkisar 67%, sehingga untuk masa mendatang kakao yang berasal dari

daerah sekitar daerah koleksi SCA dan C SUL akan difokuskan untuk penelitian

selanjutnya untuk kakao tahan penyakit. Dari segi pemuliaan pencapaian populasi

tanaman yang memiliki sifat tahan terhadap penyakit sangatlah penting.

Prospek dalam pemuliaan untuk masa kini dan masa mendatang yaitu merakit

tanaman artifisial yang memiliki gen baru. Hal tersebut dapat dicapai dengan

memanfaatkan teknologi DNA rekombinan dan dengn teknologi secara in vitro (van der

Have, 1979).

B. Pemuliaan Kakao

Arah strategi pemuliaan ketahanan tanaman kakao terutama tertuju pada penggunaan

metode seleksi, mengingat tanaman kakao berdaur hidup panjang sehingga kurang

memungkinkan metode persilangan berulang dapat diterapkan secara efisien dalam

program pemuliaan. Sifat tanaman kakao yang menyerbuk silang merupakan potensi alam

yang bermanfaat bagi program pemuliaan. Persilangan antar tanaman kakao akan

melibatkan tetua yang bukan galur murni 9non-homozygous). Sehingga pada generasi

5

Page 6: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

turunannya akan bermunculan segregan-segregan dalam keanekaragaman yang tinggi

(wood,1979 cit susilo et al, 2002).

Faktor genetik dan lingkungan berimbang berpengaruh terhadap ketahanan tanaman

terhadap P. Palmivora. Sehingga kerentanan tanaman menjadi maksimum jika kondisi

lingkungannya memberikan dukungan optimum bagi pertumbuhan P. Palmivora. Luas

bercak merupakan tolak ukur ketahanan atau kerentanan tanaman kakao terhadap

serangan P. Palmivora. Seleksi akan kurang efktif jika lingkungan tidak mendukung

secara maksimum. P. Palmivora tumbuh optimum pada musim hujan dengan kelembaban

udara yang tinggi.

Daya gabung umum memberikan pengaruh lebih dominan daripada daya gabung

khusus. Klon-klon yang memiliki pengaruh daya gabung umum tidak nyata terhadap sifat

kerentanan VSD. Sebaliknya pengaruh daya gabung umum tidak nyata menghasilkan

turunan yang tahan terhadap VSD pewarisan sifat rentan VSD pada kakao dikendalikan

oleh gen-gen bertindak aditif (Susilo et. al., 2001)

Menurut Suhendi et. al (2000) pengaruh tetua betina tampak berbeda secara nyata

antar klon, namun sebaliknya pengaruh tetua jantan tidak berbeda nyata antar klon kecuali

klon KEE2. Sedangkan menurut Cope 1969 peran gamet jantan maupun betina pada

tanaman kakao sama besarnya shingga tidak akan terjadi perbedaan kompatibilitas pada

persilangan resiprokalnya.

Klon yang bersifat kompatibel menyerbuk sendiri diduga memiliki alel sterilitas

heterozygot dan klon-klon yang tidak kompatibel menyerbuk sendiri diduga alel

sterilitasnya homozygote. Klon-klon yang bersifat tidak kompatibel menyerbuk sendiri

berpotensi untuk digunakan sebagai tetua betina dalam pembuatan varietas hibrida.

Klon-klon yang memiliki alel sterilitas dengan tingkat dominansi sama tidak akan

saling kompatibel melakukan persilangang, dan kompatibilitas akan terjadi antar kon

yang tingkat dominansi alel sterilitasnya berbeda (Bartley dan Cope 1972, Pueseglove

1969) Klon KEE, TSH 858 dan Sca 12 sifat kompatibilitas persilangan ya umu, sehingga

dapat dikombinasikan dari kesembilan klon yang diuji.

6

Page 7: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

BAB III

METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Lapangan

Praktek kerja lapangan akan dilaksanakan selama satu bulan (1 Juli sampai dengan

31 Juli 2010). Kegiatan kerja lapangan akan dilaksanakan di Pusat Penelitian Kopi dan

Kakao Indonesia, Jember, Jawa Timur.

B. Metodologi Pelaksanaan Kerja Lapangan

Pelaksanaan kegiatan kerja lapangan ini menggunakan metode sebagai berikut:

1. Metode Langsung

- Wawancara, yaitu metode pengumpulan data dan informasi dengan mengajukan

pertanyaan kepada petugas dan pihak terkait dengan kegiatan kerja lapangan.

- Observasi atau pengamatan, yaitu metode pengumpulan data secara langsung di

lapangan.

- Dokumentasi dengan mengambil foto-foto di tempat kerja lapangan.

- Praktek langsung pada beberapa kegiatan pemuliaan tanaman kakao.

2. Metode Tidak langsung

a. Studi pustaka, yaitu pengumpulan data dengan membaca pustaka mengenai

pemuliaan tanaman kakao.

b. Pengumpulan data sekunder yang tersedia di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

Indonesia, Jember, Jawa Timur.

C. Ruang Lingkup Masalah

1. Sejarah berdirinya Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember, Jawa Timur.

2. Struktur organisasi dan pengelolaan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,

Jember, Jawa Timur.

3. Keadaan fisik dan operasional Kebun yang dimiliki oleh Pusat Penelitian Kopi dan

Kakao Indonesia meliputi:

a. Lokasi Penelitian, topografi, serta keadaan iklim

1. Tinggi tempat

2. Temperatur

3. Curah hujan

7

Page 8: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

b. Koleksi klon kakao

c. Teknis operasional pengelolaan

4. Kegiatan Pemuliaan

a. Persiapan tetua

b. Teknis pelaksanaan pemuliaan

c. Standar yang digunakan untuk mengevaluasi klon

d. Evaluasi klon yang dihasilkan

e. Cara perbanyakan untuk klon yang unggul

f. Pemeliharaan klon

5. Sarana dan prasarana pemuliaan yang dimiliki.

6. Permasalahan mengenai pemuliaan kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

Indonesia, Jember, Jawa Timur.

7. Data kegiatan pemuliaan yang pernah dilakukan beserta hasilnya

8. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan, terutama masalah khusus yang terjadi dalam

pemuliaan tanaman kakao.

BAB IVHASIL KEGIATAN

A. KEADAAN UMUM PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA

1. Sejarah Berdirinya Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI) didirikan pada tanggal 1 Januari

1911 dengan nama Besoekisch Proefstation. Sejak didirikan pada tahun 1911, Pusat

8

Page 9: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia berkantor di Jalan Panglima Besar Sudirman No. 90

Jember, namun mulai tahun 1987 seluruh kegiatan/operasional dipindahkan ke kantor baru

yang berlokasi di Jalan Perkebunan Renteng, desa Nogosari, kecamatan Rambipuji,

kabupaten Jember yang berjarak ± 20 km arah barat daya dari kota Jember.

PPKKI merupakan lembaga penelitian tanaman perkebunan yang mempunyai mandat

untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan komoditas Kopi dan Kakao secara

nasional, sesuai SK Menteri Pertanian No. 786/Kpts/Org/9/1981, tanggal 9 September 1981.

Sebagai salah satu lembaga penelitian tanaman perkebunan, Pusat Penelitian Kopi dan

Kakao Indonesia secara fungsional berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian, Departemen Pertanian Republik Indonesia, sedangkan secara struktural

merupakan salah satu unit kerja Lembaga Riset Perkebunan Indonesia – Asosiasi Penelitian

Perkebunan Indonesia (LRPI-APPI). Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia merupakan

salah satu lembaga penelitian yang telah terakreditasi oleh Komisi Nasional Akreditasi

Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP), sesuai sertifikat KNAPPP No.

006/Kp/KA-KNAPPPP/I/2008.

2. Struktur Organisasi, Tugas Pokok, serta Visi dan Misi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao dipimpin oleh seorang Direktur, dibantu oleh empat

pejabat lapis dua, yang masing-masing membantu tugas direktur dalam bidang penelitian,

bidang usaha, bidang industri rintisan, serta biro umum dan Sumber Daya Manusia (SDM).

Susunan pimpinan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia pada saat ini adalah sebagai

berikut:

1. Direktur : Teguh Wahyudi, Ir., M.Eng, Dr.

2. Kepala Bidang Penelitian : Soetanto Abdoellah, Ir., SU., Dr.

3. Kepala Bidang Usaha : Suryo Wardani, Ir., MP.

4. Kepala Biro Umum : Agus Budi Santoso, Ir., MM.

5. Manajer Industri Rintisan : Cahya Ismayadi, Ir., MSc.

Untuk pelaksanaan tugas penelitian, para peneliti dikelompokkan dalam Kelompok

Peneliti yang diketuai oleh Ketua Kelompok Peneliti (Kakelti) dan di dalam melaksanakan

tugasnya dikoordinasi oleh Kepala Bidang Penelitian. Selanjutnya dalam melaksanakan

tugas, kepala bidang, kepala biro dan manager dibantu oleh kepala urusan. Bidang Penelitian

meliputi Urusan Perencanaan dan Pelaporan, Urusan Kerjasama Penelitian, Urusan

Informasi dan Pelatihan, Urusan KP Kaliwining, Urusan KP Sumber Asin, serta Urusan KP

9

Page 10: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

Andungsari. Bidang Usaha meliputi Urusan Produksi Bahan Tanam dan Urusan Pemasaran.

Bidang Industri Rintisan meliputi Asisten Manajer Industri Hilir dan Asisten Manajer

Industri Hulu. Biro Umum dan SDM meliputi Urusan Rumah Tangga, Urusan Akuntansi

dan Keuangan, Sekretariat Pimpinan/Tata Usaha, dan Satuan Pengawasan Intern. Struktur

organisasi PPKKI dapat dilihat pada Gambar 1.

PPKKI mempunyai tiga tugas pokok yaitu melakukan penelitian untuk mendapatkan

varietas/klon unggul baru dan paket teknologi di bidang budidaya dan pengolahan hasil kopi

dan kakao, melakukan kegiatan pelayanan kepada petani/pekebun kopi dan kakao di seluruh

wilayah Indonesia guna memecahkan masalah dan mempercepat alih teknologi, serta

membina kemampuan di bidang sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk

mendukung kegiatan penelitian dan pelayanan.

Visi PPKKI adalah menjadi lembaga penelitian yang handal dan produktif dalam

menciptakan dan mengembangkan teknologi yang terkait dengan perkebunan kopi dan

kakao. Misi PPKKI yaitu menjadi pelopor kemajuan industri kopi dan kakao, menjadi mitra

pelaku usaha dengan pemerintah dalam mengembangkan inovasi teknologi baru, serta

menjadi pusat informasi dan pengembangan sumber daya manusia dalam meningkatkan daya

saing.

10

Page 11: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

Kakelti Tanah dan AirDr. John Bako Baon

Kakelti Bioteknologi dan Pasca PanenDr. Sri Mulato

Kakelti ProduksiIr. Sri Sukamto, MP.

Kepala UrusanKP Kaliwining

Ir. Nurkholis

Kepala UrusanKP Sumber Asin

Ir. Sobadi

Kepala UrusanKP AndungsariIr. Agus Saryono

Gambar 1. Struktur Organisasi PPKKI

11

DirekturDr. Teguh Wahyudi

Manajer Industri Rintisan

Ir. Cahya Ismayadi, MSc.

Kepala BidangUsaha

Ir. Suryo Wardani, MP.

Kepala BidangPenelitian

Dr. Soetanto Abdoellah

Kepala Biro Umum dan SDM

Ir. Agus Budi Santoso, MM.

Kepala Urusan

SPIIr. Sahali, MM

Asisten ManajerIndustri

HilirIr. Sugiar

Asisten ManajerIndustri

HuluIr. Suhartono

Kepala Urusan

Produksi danPembibitanIr. Sudarsianto

Kepala Urusan

Pemasaran

Ir. Heri

Kepala UrusanInformasi dan

Pelatihan

Ir. Purmiati Astuti Ningsih

Kepala UrusanPerencanaan

dan Pelaporan

Ir. Hendro Winarno, MP

Kepala Urusan

Keuangan dan

AkuntansiMoch.

Djaelani

Kepala UrusanRumah Tangga

Wowok Harkiyant

Kepala Urusan

Personalia

Endah Sri Rahayu,SE

Kepala Urusan

KerjasamaPenelitian

Ir. Mujiyantoro

Page 12: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

3. Sumber Daya Manusia dan Infrastruktur di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia

Pada saat ini PPKKI didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berjumlah 279 orang. Komposisi SDM sampai dengan bulan Desember 2009

berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 1., sedangkan komposisi

peneliti berdasar bidang keahliaan dan jabatan fungsionalnya dapat dilihat pada

Tabel 2. dan Tabel 3.

Tabel 1. Komposisi SDM berdasarkan Tingkat Pendidikan sampai dengan Desember 2009

Tingkat Pendidikan

Unit KerjaJumlah

Penelitian Pelayanan Administrasi Keb. Percob.S3S2S1SOSLTASLTPSD/Lainnya

71516830816

--5-3-1

2355231139

--9-

12358

91835136822114

Jumlah 100 9 88 78 279Sumber: Profil PPKKI 2009

Tabel 2. Komposisi Peneliti berdasarkan Bidang Keahlian sampai dengan Desember 2009

Kelompok/Bidang S3 S2 S1 S0 JumlahPra Panen- Pemuliaan- Agronomi- Perlindungan Tanaman- Tanah & Pemupukan- BioteknologiPasca Panen

21-3-3

133221

341-33

------

684557

Jumlah 9 12 14 - 35Sumber: Profil PPKKI 2009

Tabel 3. Komposisi Peneliti berdasarkan Jabatan Fungsional sampai dengan Desember 2009

Kelompok/Bidang S3 S2 S1 S0 JumlahPeneliti UtamaPeneliti Madya

72

47

-2

--

1111

12

Page 13: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

Peneliti MudaPeneliti PertamaNon Klas

---

1--

-57

---

157

Jumlah 9 12 14 - 35Sumber: Profil PPKKI 2009

Selain didukung oleh SDM yang ada, kegiatan penelitian, pelayanan, dan

usaha yang dilakukan oleh PPKKI didukung pula oleh infrastruktur yang memadai

seperti laboratorium dan rumah kaca. Laboratorium dan rumah kaca yang dimiliki

oleh PPKKI antara lain dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Laboratorium dan Rumah Kaca di PPKKI

No. U r a i a n Luas/ Jumlah Lokasi

1. Lab. Agronomi 300 m2 Kaliwining

2. Lab. Teknologi Benih dan Fisiologi 325 m2 Kaliwining

3. Lab. Pemuliaan 272 m2 Kaliwining

4. Lab. Nematoda 94 m2 Kaliwining

5. Lab. Hama 188 m2 Kaliwining

6. Lab. Penyakit 157 m2 Kaliwining

7. Lab. Gulma 149 m2 Kaliwining

8. Lab. Fisika Tanah 348 m2 Kaliwining

9. Lab. Kultur Jaringan (SE) 1.968 m2 Jember

10. Lab. Pasca Panen 2 unit Jember dan Kaliwining

11. Green house 3 unit Kaliwining

12. Lath house 1 unit KaliwiningSumber: Profil PPKKI 2009

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia memiliki tiga Kebun Percobaan

(KP) yaitu KP Kaliwining, KP Sumber Asin, dan KP Andungsari. KP Kaliwining

terletak di Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember. Topografi KP

Kaliwining datar berupa dataran rendah dengan ketinggian (altitude) 45 m di atas

permukaan laut (m dpl) dengan suhu maksimum rata-rata 33°C, suhu minimum rata-

rata 21,6°C, kelembaban relatif rata-rata 87%, dan evaporasi rata-rata 3,75 mm. Jenis

tanah di KP Kaliwining berupa latosol dan regosol dengan tekstur top soil clay loam

dan sub soilnya clay. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, KP Kaliwining

13

Page 14: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

termasuk tipe curah hujan D dengan curah hujan rata-rata 1.957 mm/tahun, bulan

kering rata-rata 4,3 bulan/tahun, dan bulan basah rata-rata 6,5 bulan/tahun. KP

Kaliwining memiliki luas 172,1474 ha. Lokasi KP Kaliwining ini sama dengan

lokasi kantor pusat kegiatan/operasional PPKKI. Di KP Kaliwining terdapat

bangunan kantor, laboratorium, rumah dinas, dan kebun percobaan/penelitian/pem-

bibitan/bedengan kopi, kakao, dan tanaman kayu-kayuan. Selain kebun yang terletak

di Kecamatan Rambipuji, ada pula tiga kebun lain di Kabupaten Jember yang

pengelolaannya bersama dengan KP Kaliwining yaitu kebun yang terletak di Desa

Sukowiryo, Kecamatan Jelbuk (+ 180 m dpl), kebun di Desa Wirolegi, Kecamatan

Pakusari (+ 89 m dpl), serta kebun di Desa Jember Lor, Kecamatan Patrang (+ 89 m

dpl).

Kebun Percobaan yang kedua adalah KP Sumber Asin. KP Sumber Asin

terletak di Kecamatan Manjing Wetan, Turen, Malang dengan ketinggian tempat

(altitude) 550-650 m di atas permukaan laut. KP Sumber Asin memiliki luas

104,1700 ha. Di KP Sumber Asin terdapat bangunan kantor, rumah dinas, gudang,

pabrik, serta kebun percobaan dan penelitian kopi dan kakao.

Kebun Percobaan yang ketiga adalah KP Andungsari yang terletak di Desa

Kupang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Bondowoso dengan ketinggian tempat

(altitude) 1100-1460 m di atas permukaan laut. KP Andungsari memiliki luas

106,5140 ha. Di KP Andungsari terdapat bangunan kantor, rumah dinas, gudang,

pabrik, kebun percobaan dan penelitian kopi arabika, serta koleksi kopi arabika dan

lamtoro.

4. Klon-Klon Unggul Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia

Klon-klon kakao yang ada di kebun percobaan milik PPKKI antara lain DR 1,

DR 2, DR 38, DRC 16 (kakao mulia); GC 7, ICS 3, ICS 60, TSH 858, UIT 1, RCC

70, RCC 71, RCC 72, RCC 73 (kakao lindak); KW 118, KW 109 (kakao mulia,

toleran terhadap P. palmivora dan Helopeltis); KW 38, KW 40 (kakao lindak, toleran

terhadap P. palmivora dan Helopeltis); KEE 2 (toleran terhadap VSD); serta KW 215

(toleran terhadap PBK). Klon-klon tersebut merupakan klon-klon unggul yang

dianjurkan sebagai bahan tanam kakao. Selain itu, klon-klon yang digunakan sebagai

bahan persilangan adalah klon DR, ICS, TSH, dan UIT yang memiliki biji besar

14

Page 15: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

Koleksi plasma nutfah

Pengujian klon

Persilangan antarklon(menghasilkan hibrida F1)

Klon unggul

Hibrida F1 unggul

Pengujian hibrida

Seleksi individu pohon unggul

Individu pohon terpilih

Entres klon unggul

Benih hibrida F1

dengan klon Sca 6 atau Sca 12 yang memiliki biji kecil tetapi tahan terhadap

penyakit utama kakao seperti penyakit busuk buah Phytophthora palmivora.

B. KEGIATAN PEMULIAAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA

Kegiatan pemuliaan tanaman kakao yang ada di Pusat Penelitian Kopi dan

Kakao merupakan kegiatan-kegiatan penelitian yang merupakan tugas PPKKI untuk

melakukan penelitian guna mendapatkan varietas/klon unggul baru dan paket

teknologi di bidang budidaya kakao. Pemuliaan tanaman kakao merupakan usaha

yang harus dilakukan untuk memperoleh bahan tanam yang unggul. Pemuliaan

tanaman kakao meliputi rangkaian kegiatan seperti mempersiapkan koleksi plasma

nutfah, melakukan pengujian klon, menyilangkan antarklon, dan melakukan

pengujian hasil silangan klon.

Gambar 2. Rangkaian kegiatan pemuliaan tanamanSumber: Iswanto dan Winarno, 1992 cit. Wahyudi, 2008

15

Page 16: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

Kegiatan pemuliaan yang diikuti selama bulan juli yaitu pengujian kualitas biji

kakao, mengkarakterisasi daun dan bunga pada kakao hibrida, pengambilan entres

untuk kakao KW 516, KW 604 dan KW 617, pengamatan pembuahan pada klon

unggul harapan kakao dari uji multi lokasi, melakukan pengamatan metaxenia pada

kakao kemudian pengamatan pembuahan, mengikuti kenal kebun bersama

mahasiswa Kerja Lapangan yang lain dan pengamatan VSD pada kakao uji

multilokasi hibrida asal malaysia dan pengamatan hasil sambungan terhadap

beberapa varietas kakao.

1. Pengujian kualitas biji kakao

Tempat : KP Kaliwining

Pendamping : Indah Anita Sari, SP dan Sukarmin

Uraian kegiatan :

Pengujian kualitas biji kakao dilakukan pada tanggal 5 Juli 2010. Pengujian

kualitas biji ini sangat penting dilakukan dengan mengambil sampel dari biji

kakao yang sudah kering. Lalu dari sampel tersebut seluruh benih di timbang

kemudian di catat beratnya lalu di pisahkan antara biji yang baik dan biji kepeng

setelah itu msing-masing biji baik biji baik maupun biji kepeng ditimbang

kemudian di hitung masing-masing biji baik yang kepeng maupun yang biji baik.

2. Karakterisasi daun dan bunga pada kakao hibrida

Tempat : KP Kaliwining

Pendamping : Dr. Agung Wahyu Susilo, Indah Anita Sari, SP dan Sukarmin

Uraian kegiatan :

Dilaksanakan pada tanggal 5 juli 2010 yaitu pengkarakterisasi bunga dan

daun. Parameter yang perlu diamati yaitu panjang tangkai bunga, antosianin pada

tangkai, petala, sepala, dan staminode, kemudian staminode membuka, menutup

atau lurus. Kemudian karakterisasi pada flush yang diperhatikan adalah warna

dari flush tersebut ada berbagai macam warna yang digunakan untuk

mengklasifikasi warna flush yaitu kecoklatan, kuning, coklat kekuningan, merah,

merah tua, coklat, merah cerah, merah muda, kuning kemerahan, kemerahan,

merah kecoklatan, kemerahan, coklat cerah, coklat tua, dan coklat kemerahan.

16

Page 17: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

Kemudian juga dilakukan karakterisasi terhadap daun muda yaitu warna kuning,

coklat, kecoklatan merah kecoklatan, hijau, coklat kemerahan, coklat tua dan

kehijauan. Tidak hanya itu saja pengkarakterisasian juga pada parameter bentuk

daun yaitu elips, oblong, lancet lalu untuk ujung daun terdiri dari merunding

pendek dan meruncing panjang, sedangakan parameter terakhir yang diamati

adalah permukaan daun yaitu datar, agak bergelombang dan bergelombang.

Sebagai contoh:

HKW 1: KWN blok III perlakuan 1 tanaman no 1

Tangkai bunga Sedang

Antosianin tangkai +1

Staminode Lurus

Antosianin petala +1

Antosianin sepala +1

Antosianin staminode +1

Warna flush Merah

Warna daun muda Merah kecoklatan

Bentuk daun Elips

Ujung daun Meruncing pendek

Permukaan daun Agak bergelombang

3. Pengambilan entres

Tempat : KP Kaliwining

Pendamping : Sukarmin

Uraian kegiatan :

17

Page 18: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

Kakao KW 516, KW 604 dan KW 617 diambil entresnya untuk selanjutnya

dikirim ke tempat tujuan untuk uji multilokasi. Pengambilan entres dilakukan di

kebun entres dan sebagian di kebun produksi. Entres diambil dari cabang-cabang

plagiotrop yaitu cabang yang tumbuh ke arah horizontal. Kemudian diambil

cabang-cabang plagiotrop tersebut dipotong sepanjang 15-45cm, cabang-cabang

yang telahdipotong kemudian dihilangkan daunnya. Pada saat ini kakao di KP

Kaliwining banyak yang terserang VSD termasuk kakao KW 516, KW 604. Dari

kedua jenis kakao tersebut kakao KW 516 yang paling parah terkena serangan

VSD hampir seluruh tanaman KW 516 di KP Kaliwining terserang VSD. Ciri-ciri

dari batang kakao yang terserang VSD adalah daun yang menguning kemudian

jika batang dipotong, pada penampang melintang batang terdapat bercak atau

noktah coklat. Kemudian jika cabang yang sudah terkena VSD digunakan sebagai

entres maka walaupun disambung dengan batang bawah tetapi tidak dapat

bertahan lama dan kurang lebih satu minggu sambungan akan mati. Setelah

batang diambil maka kemudian di bawa ke ruang pengemasan.

Cara pengemasan entres yaitu batang yang masih sangat panjang dipotong

disesuaikan dengan ukuran kardus, lalu ujung-ujung entres bekas potongan (yang

telah dilukai) di tutup dengan lapisan parafin, lappisan ini sangat berfungsi agar

entres tidak rusak, setelah itu dibungkus dengan koran dan plastik yang telah

diberi .... sebagai penjaga kelembaban entres selama pengiriman.

4. Pengamatan pembuahan pada uji multilokasi klonal

Tempat : KP Kaliwining

Pendamping : Indah Anita Sari, SP dan Sukarmin

Uraian kegiatan :

Uji multi lokasi klonal yang dilaksanakan di KP Kaliwining dilakkan dengan

RCBD 4 blok dengan masing-masing blok ada 20 perlakuan dan dalam setiap

perlakuan digunakan 12 tanaman dan 5 tanaman terpilih yang baik yang

digunakan sebagai sampel.

Pengamatan pembuahan dilakukan secara rutin setiap bulan untuk

mengetahui potensi produksi suatu klon kakao. Pengamatan pembuahan dilakukan

dengan menghitung jumlah buah kecil, buah sedang, buah besar, serta buah yang

18

Page 19: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

busuk. Buah yang termasuk buah kecil adalah buah dengan ukuran panjang < 5

cm. Buah yang termasuk buah sedang mempunyai ukuran panjang >5-10 cm.

Buah yang termasuk buah besar yaitu buah dengan ukuran panjang >10 cm. Buah

yang busuk adalah buah baik itu buah yang kecil, sedang, dan besar namun tidak

mampu tumbuh lebih besar lagi dan warnanya menghitam.

5. Pengamatan metaxenia pada buah kakao

Tempat : KP Kaliwining

Pendamping : Indah Anita Sari, SP.

Uraian kegiatan :

Buah hasil persilangan di buka kemudian dipisahkan antara biji yang baik

dan biji kepeng stelah dipisahkan biji kepeng dihitung lalu dibuang dan biji yang

baik yang masih ber-pulp di timbang, setelah itu biji tersebut dihilangkan pulpnya

menggunakan serbuk gergaji namun tidak sampai kulit ari pembungkus biji hilang

lalu ditimbang dan diukur volumenya. Kemudian pada volume terentu dihitung

jumlah biji kakao tersebut. Langkah terakhir biji dikupas kulit arinya dan

direndam dalam air untuk di semai esok harinya.

6. Pengamatan VSD pada uji multilokasi hirbida kakao asal Malaysia

Tempat : Kaliputih, Banyuwangi

Pendamping : Indah Anita Sari, SP dan Sukarmin

Uraian Kegiatan :

Arah strategi pemuliaan ketahanan tanaman kakao terutama tertuju pada

penggunaan metode seleksi, mengingat tanaman kakao berdaur hidup panjang

sehingga kurang memungkinkan metode persilangan berulang dapat diterapkan

secara efisien dalam program pemuliaan (wood,1979 cit susilo et al, 2002). Dalam

hal ini ketahanan kakao terhadap VSD sangatlah penting. penyakit VSD (vacular-

streak dieback) disebabkan oleh jamur Oncobasidium theobromae Talbot &

Keane (Keane, 2000; Pawirosoemardjo & Purwantara, 1992; Lambert, 2002).

Oncobasidium theobromae merupakan patogen yang tidak biasa (Keane, 2000).

Jamur ini didiskripsikan oleh Talbot dan Keane pada tahun 1971 di Papua Nugini

19

Page 20: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

sebagai genus bari dari famili Ceratobasidiaceae, ordo Tulasnelalles,

Basidiomycotina (Wahyudi, et al., 2008).

Gejala serangan VSD sangat spesifik, awalnya satu atau dua daun pada

flush kedua atau ketiga di belakang titik tumbuh mengalami khlorosis, terjadi

bercak-bercak hijau kecil yang berbatas tegas, yang tersebar pada latar belakang

yang berwarna kuning. Daun yang sakit akan gugur beberapa hari setelah

menguning (Halimah & Sri Sukamto, 2001). Setelah daun-daun gugur, tunas-

tunas lateral berkembang dari ketiak-ketiak daun. Daun-daun muda yang belum

mengeras pada ranting yang sakit akan mempunyai gambaran yang berpola daun

oak (becorak seperti bulu) karena matinya jaringan di antara tuang-tulang lateral.

Penyakit VSD akan menyebabkan matinya ranting, dan jika tidak ada hambatan

penyebab penyakit akan meluas ke cabang dan dapat menyebabkan atinya pohon.

Pegamatan atau skoring VSD dilakukan dengan melakukan pengamatan

pada semua individu hasil persilangan. Pedoman skoring VSD yang tepat

dilapangan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Skor Gejala VSD

S

kor

Serangan Gejala

0 Sehat

(Healthy)

0% terinfeksi (0% infected)

1 Sangat ringan

(Very light)

<5% daun terinfeksi

2 Ringan (Light) 5-10% dan terinfeksi,

klorosis/nekrosis, belum ada daun

gugur, sudah ada pembengkakakn

lentisel

3 Sedang

( Moderat)

10-25% daun terinfeksi,

klorosis, nekrosis, sudah ada daun

yang gugur dan terjadi pembengkakan

20

Page 21: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

lentisel

4 Agak berat

(Moderately heavy)

25-50% daun terinfeksi,

klorosis, nekrosis daun gugur dan

lentisel membengkak

5 Berat (Heavy) 50-75% daun terinfeksi,

klorosis, nekrosis, daun gugur,

lentisel membengkak, terdapat badan

buah

6 Sangat berat

(Very heavy)

>75% daun terinfeksi, klorosis,

nekrosis, daun gugur, lentisel

membengkak, terdapat badan buah,

terdapat ranting mati/kering

7. Pengamatan seleksi batang atas beberapa klon unggul di Indonesia melalui teknik

sambung pucuk

Tempat : KP Kaliwining

Pendamping : Indah Anita Sari, SP dan Sukarmin

Uraian kegiatan :

Penelitian ini menggunakan RCBD dengan 4 blok dan 15 perlakuan. Pada

penelitian kali ini digunakan 4 batang bawah dari 4 klon yang berbeda dan

digunakan 15 jenis batang atas yang berasal dari 15 klon yang berbeda. Parameter

yang diamati yaitu diameter batang atas, diameter batang bawah, diameter

pertautan, panjang batang atas hingga tunas tertinggi, jumlah tunas di atas batang

atas dan jumlah daun per tunas. Dari penelitian tersebut bertujuan untuk

mendapatkan kombinasi antara batang atas dan batang bawah yang terbaik untuk

disambung.

8. Persiapan batang bawah untuk teknik sambung pucuk

21

Page 22: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Kakao. <http://id.wikipedia.org/wiki/kakao> Diakses tanggal 6 Maret 2010.

Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah. 2002. Sulawesi Tengah Dalam Angka 2001. BPS Sulawesi Tengah, Palu,

Langsa, Yakop dan B. Ruruk. 2007. Kakao Nasional. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sulawesi Tengah.

Marita, J.M., J Nien Huis, J.L Pires and W. Maitken. 2001. Analysis of genetic diversity in Theobroma cacao with emphasis on witches’ broom disease resistance. Crop Science 41 : 1305-1316

Suhendi, Dedi, Agung Wahyu Susilo dan Surip Mawardi. 2000. Kompatibilitas persilangan beberapa klon kakao (Theobroma cacao L.). Pelita Perkebunan 16: 85-91

Susilo, Agung Wahyu, Dedi Suhendi dan Surip Mawardi. 2001. Daya gabung sifat ketahanan terhadap penyakit vascular-streak dieback beberapa klon kakao. Pelita Perkebunan 7 : 97-104

Triastanto, O.F, M. Jusuf dan D. Santoso. 2006. Identifikasi homolog Tc AGL-15 untuk penanda embryogenesis tanaman kakao melalui pendekatan bioinformatika. Menara Perkebunan 74 : 53-62.

Van der Have, D. J. 2001. Plant Breeding Perspectives. Centre for Agricultural Publishing and Documntation. Wageningen, Netherland.

22

Page 23: Usulan Kegiatan Kerja Lapangan Puslitkoka

23