urt.pdf
TRANSCRIPT
-
i
KONVERSI SATUAN UKURAN RUMAH TANGGA KE DALAM
SATUAN BERAT (GRAM) PADA BEBERAPA JENIS PANGAN
SETYO PUJI HANDAYATI
PROGRAM STUDI
GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
-
ii
RINGKASAN
SETYO PUJI HANDAYATI. Konversi Satuan Ukuran Rumah Tangga Ke Dalam Satuan Berat (Gram) Pada Beberapa Jenis Pangan (Di bawah bimbingan Amini Nasoetion dan Dadang Sukandar).
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk melengkapi informasi satuan
URT dari berbaga i jenis pangan dalam Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT). Adapun tujuan khususnya adalah 1) Mengidentifikasi jenis pangan dan satuan Ukuran Rumah Tangga yang terdapat dalam Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), 2) Membuat data base Ukuran Rumah Tangga jenis pangan yang sudah ada di Daftar Ukuran Rumah Tangga, 3) Mengkonversi Ukuran Rumah Tangga (URT) ke dalam ukuran berat (gram) pada beberapa jenis pangan yang telah ada dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) tetapi belum ada dalam Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), 4) Mengetahui ukuran fisik yang tepat (panjang, lebar, tebal, dan diameter) dari Ukuran Rumah Tangga (URT) pada beberapa jenis pangan yang telah ada dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) tetapi belum ada dalam Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT).
Penelitian dilaksanakan di daerah Jawa Barat (Bogor dan Sukabumi), Jakarta, dan Jawa Tengah (Purwokerto) mulai bulan November 2005 sampai Mei 2006. Pengukuran dan penimbangan jenis pangan yang diteliti dilakukan di beberapa lokasi penelitian yaitu di pasar tradisional, rumah tangga, toko, dan warung. Pembagian lokasi penelitian ini dilakukan berdasarkan pertimbangan keberadaan jenis pangan yang diteliti.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari data jenis pangan, ukuran rumah tangga (kriteria kecil, sedang, dan besar), ukuran panjang, lebar, tebal atau tinggi serta diameter pangan yang diukur. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka mengenai jenis pangan yang telah memiliki Ukuran Rumah Tangga. Data primer yang diperoleh diolah dengan menggunakan Microsoft Excell untuk mengetahui nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata, standar deviasi, dan koefisien keragaman dari masing-masing jenis pangan yang diteliti.
Hasil identifikasi dari studi putaka diperoleh data sekunder yang menunjukkan bahwa jumlah pangan dari Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang telah memiliki URT hanya 270 jenis pangan, sedangkan sisanya sebanyak 354 jenis pangan belum memiliki URT. Pengelompokkan jenis pangan dilakukan berdasarkan pengelompokkan jenis pangan dalam DKBM.
Ukuran Rumah Tangga (URT) merupakan ukuran yang lazim digunakan di rumah tangga sehari-hari untuk menaksir jumlah pangan yang dikonsumsi atau dimasak. Satuan ukuran rumah tangga yang umum digunakan adalah piring, gelas, sendok, mangkok, buah, ikat, butir, dan biji. Perangkat-perangkat di rumah tangga seperti sendok (makan, teh, sayur) relatif sama untuk setiap daerah. Sedangkan ukuran-ukuran seperti potong, buah, iris, bungkus, biji, batang, dan ikat ada kemungkinan berbeda antar daerah. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilengkapi pula dengan ukuran fisik seperti panjang, lebar, tebal, dan diameter dari URT jenis pangan sehingga setiap pengguna Daftar URT sebelum menggunakan daftar tersebut dapat menyesuaikan atau mengkoreksi beratnya berdasarkan ukuran fisik yang di konsumsi oleh individu.
-
iii
Komponen penyusun atau pembentuk bahan pangan sangat menentukan karakteristik bahan pangan. Karakteristik bahan pangan sangat menentukan berat dan volume dari bahan pangan tersebut. Bervariasinya komponen dan jumlah penyusun yang membentuk suatu jenis pangan menyebabkan nilai hasil pengukuran menjadi bervariasi. Meskipun jenis pangannya sama dan jenis penyusunnya juga sama namun jumlah atau kualitas dari masing-masing penyusunnya berbeda maka akan memberikan hasil yang berbeda pula ketika diukur berat dan volumenya, misalnya jagung putih segar, belitung, dan telur penyu. Beberapa jenis pangan tidak dapat ditemukan dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan oleh keberadaan pangan tersebut sangat tergantung pada musim (musiman), jenis pangan yang diteliti hanya dihasilkan oleh daerah tertentu di Indonesia di luar wilayah penelitian, dan nama-nama jenis pangan bersifat nama daerah setempat yang tidak teridentifikasi di wilayah penelitian.
-
iv
KONVERSI SATUAN UKURAN RUMAH TANGGA KE DALAM
SATUAN BERAT (GRAM) PADA BEBERAPA JENIS PANGAN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
SETYO PUJI HANDAYATI
A54102017
PROGRAM STUDI
GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
-
v
Judul : KONVERSI SATUAN UKURAN RUMAH TANGGA KE DALAM SATUAN BERAT (GRAM) PADA BEBERAPA JENIS PANGAN
Nama : Setyo Puji Handayati NRP : A54102017
Menyetujui:
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
Dr. Ir. Amini Nasoetion, MS Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc NIP. 130 234 811 NIP. 131 645 543
Mengetahui:
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698
Tanggal lulus :
-
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banyumas, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 4
Juni 1984, sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Kastomo
dan Ibu Daryati.
Pada tahun 1996 Penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri Cihonje I,
kemudian pada tahun 1999 Penulis menyelesaikan studi di Sekolah lanjutan
Tingkat Pertama Negeri I Gumelar. Selanjutnya Penulis melanjutkan studi di
Sekolah Menengah Umum Negeri I Purwokerto dan lulus pada tahun 2002. Pada
tahun yang sama Penulis diterima di Program Studi Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB melalui jalur USMI.
Selama menjadi mahasiswa, Penulis menjadi asisten Mata Kuliah
Pendidikan Gizi pada tahun ajaran 2005/2006. Pada tahun 2005 Penulis menjadi
finalis Lomba Karya Tulis Mahasiswa bidang Ilmu Pengetahuan Sosial tingkat
IPB dan peringkat III Mahasiswa Berprestasi Fakultas Pertanian IPB. Penulis
aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa
IPB periode 2005/2006, pengurus Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi
Pertanian (HIMAGITA), pengurus Badan Konsultasi Gizi (BKG), serta sebagai
pengurus Forum Keluarga Mushola GMSK (FKMG).
-
vii
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak nikmat dan kemudahan sehingga Penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul Konversi Satuan Ukuran
Rumah Tangga ke Dalam Satuan Berat (Gram) pada Beberapa Jenis Pangan.
Sholawat serta salam kepada nabi pemberi syafaat, Rasululloh SAW. Dalam
ketundukan pada Nya atas rahmat yang telah melembutkan hati-hati sekian
banyak insan hingga memberikan begitu banyak bantuan materiil, moril, dan doa.
Penulis sampaikan terima kasih yang mendalam kepada:
1. Dr. Ir. Amini Nasoetion, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas arahan,
bantuan, dan bimbingannya
2. Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen
pembimbing akademik, atas arahan, bantuan, saran, dan bimbingannya selama
kuliah di Departemen GMSK
3. Ir. Eddy S. Mudjajanto, MS selaku dosen penguji atas masukan dan sarannya
4. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS selaku dosen pemandu seminar atas masukannya
5. Dr. Ir. Siti Madanijah atas bantuan materiil selama penelitian berlangsung
serta seluruh dosen dan staf Departemen GMSK yang telah membantu
kelancaran studi di Departemen GMSK
6. Ibu Mien K. Mahmud peneliti di Puslitbang Gizi yang telah memberikan ilmu
dan arahan dalam pelaksanaan penelitian
7. Keluarga di Purwokerto Ibu, Bapak, dan kakakku tersayang yang selalu
mendoakan setiap perjalananku dalam sujud panjang dan dalam
8. Riska Listiyaningsih dan Adolfina Sabunga sebagai pembahas seminar
9. Sahabat-sahabat tercinta Biwi, Santo, Nuqi, Wulan, Agustin, Arfah, Dewi Titi,
Anggi, Ifda, Euis, Soraya, Deni S serta All gamasakers39.
10. Adek-adeku GMSK angkatan40, angkatan41, warga Wardhatul Janah serta
semua orang yang menempati lokus istimewa di hati saya.
Hanya Allahlah yang mampu membalas kebaikan semuanya. Semoga
Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia sepanjang perjalanan
kehidupan kita. Amin. Terima kasih.
Bogor, Juni 2006 Penulis
-
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
PENDAHULUAN Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3 Kegunaan Penelitian .................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA Penilaian Konsumsi Pangan ...................................................................... 4 Ukuran Rumah Tangga (URT) .................................................................. 7 Karakteristik Bahan Pangan ...................................................................... 8
KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................... 22
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................... 24 Teknik Penarikan Contoh .......................................................................... 24 Pengumpulan Data .................................................................................... 24 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................... 25 Langkah-Langkah Pengukuran URT ......................................................... 25 Definisi Operasional................................................................................... 31
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Ukuran Rumah Tangga ........................................................ 32 Identifikasi Jenis Pangan dalam Daftar Ukuran Rumah Tangga (DURT). 33 Hasil Pengukuran URT Menurut Kelompok Pangan
Serealia, Umbi, dan Hasil Olahnya ...................................................... 50 Kacang-kacangan, Biji-bijian, dan Hasil Olahnya ............................... 54 Daging dan Hasil Olahnya ................................................................... 57 Telur dan Hasil Olahnya ...................................................................... 59 Ikan, Kerang, Udang, dan Hasil Olahnya ............................................. 60 Sayuran dan Hasil Olahnya .................................................................. 63 Buah-buahan......................................................................................... 67 Susu dan Hasil Olahnya ....................................................................... 69 Lemak dan Minyak .............................................................................. 70 Serba Serbi ........................................................................................... 70
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan................................................................................................. 75 Saran ........................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 77
LAMPIRAN ..................................................................................................... 79
-
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Sifat fisik serealia ...........................................................................................9
2 Komposisi kimia kacang-kacangan................................................................11
3 Format data base untuk jenis makanan yang diteliti ......................................25
4 Pengukuran jenis pangan berdasarkan tempat ...............................................27
5 Hasil identifikasi jenis pangan yang sudah terdapat dalam Daftar URT .......33
6 Hasil identifikasi jenis pangan yang belum terdapat dalam Daftar URT.......39
7 Penyebaran pangan berdasarkan sifat ketersediaan dan daerahnya ...............43
8 Data jenis pangan yang tidak dikenal dan jenis pangan yang tidak ditemukan .......................................................................................................50
9 Daftar URT dan berat dari serealia, umbi-umbian, dan hasil olahnya ...........52
10 Daftar URT dan berat dari kacang-kacangan, biji-bijian, dan hasil olahnya .56
11 Daftar URT dan berat rata-rata daging dan hasil olahnya ..............................58
12 Daftar URT dan berat rata-rata telur dan hasil olahnya .................................60
13 Daftar URT dan berat rata-rata ikan, kerang, udang, dan hasil olahnya ......62
14 Daftar URT dan berat rata-rata sayuran dan hasil olahnya ............................64
15 Daftar URT dan berat rata-rata buah-buahan .................................................67
16 Daftar URT dan berat rata-rata susu dan hasil olahnya .................................69
17 Daftar URT dan berat rata-rata lemak dan minyak ........................................70
18 Jenis URT dan berat rata-rata kelompok pangan serba serbi dan makanan jajanan ............................................................................................71
19 Deskripsi beberapa jenis pangan ....................................................................74
-
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Peranan Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT) dalam Penentuan Status Gizi.................................................................................. 23
2 Langkah- langkah yang Dilakukan dalam Penelitian.................................... 26
-
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Daftar Ukuran Rumah Tangga ..................................................................... 79
-
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Status gizi merupakan satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam
meningkatkan kualitas hidup manusia. Selain itu, status gizi juga akan
mempengaruhi produktivitas manusia, sehingga dengan status gizi yang baik
akan didapatkan kualitas hidup manusia yang baik dan produktivitas manusia
yang tinggi (Berg 1986). Untuk mencapai status gizi penduduk yang baik
diperlukan upaya perbaikan konsumsi pangan penduduk dan pencegahan
timbulnya infeksi penyakit. Perbaikan konsumsi pangan berarti meningkatkan
jumlah pangan dan zat gizi atau mutu makanan yang dikonsumsi.
Jumlah masing-masing zat gizi yang dikonsumsi dari suatu susunan
pangan atau makanan yang dikonsumsi dapat diketahui melalui kegiatan
penilaian konsumsi pangan. Sedangkan untuk mengetahui atau merancang
susunan konsumsi pangan atau makanan yang memenuhi kebutuhan atau
kecukupan gizi tubuh, diperlukan kegiatan perencanaan konsumsi pangan
(Hardinsyah & Briawan 1994).
Informasi tentang konsumsi pangan dapat diperoleh melalui survei
konsumsi pangan di rumah tangga. Survei konsumsi pangan dilakukan bertujuan
untuk mengetahui konsumsi pangan seseorang atau kelompok orang, baik secara
kualitatif maupun secara kuantitatif. Survei konsumsi pangan secara kuantitatif
dimaksudkan untuk mengetahui jumlah pangan atau jenis makanan yang
dikonsumsi, dapat dilakukan dengan metode inventaris, metode pendaftaran,
metode ingat- ingat (recall method), dan metode penimbangan (weighing method)
(Suhardjo, Hardinsyah, & Riyadi 1988).
Menurut Hardinsyah dan Briawan (1994), pada setiap kegiatan penilaian
dan perencanaan konsumsi pangan diperlukan Daftar Komposisi Bahan
Makanan (DKBM) dan Daftar Kecukupan Gizi. Namun DKBM yang ada
selama ini di Indonesia kurang lengkap maka diperlukan daftar penunjang
lainnya seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah
Masak, dan Daftar Penyerapan Minyak.
-
2
Ukuran Rumah Tangga merupakan ukuran yang lazim digunakan di
rumah tangga sehari-hari untuk menaksir jumlah pangan yang dikonsumsi atau
dimasak. Satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) diperoleh dari jenis peralatan
makan yang biasa digunakan di dalam rumah tangga seperti piring, gelas,
sendok, mangkok, sedangkan untuk buah dan sayur digunakan satuan potong,
buah, ikat, dan sebagainya (Hardinsyah & Briawan 1994). Berdasarkan
keperluan tersebut telah diterbitkan Daftar Ukuran Rumah Tangga.
Daftar Ukuran Rumah Tangga sering digunakan dalam perencanaan
konsumsi pangan dan pengumpulan data konsumsi pangan yang sering
dilakukan melalui survei maupun konsultasi gizi. Metode ini sangat dipengaruhi
oleh keahlian enumerator dalam menggali informasi atau data yang diperlukan
dan ketepatan menaksir jumlah pangan dari URT ke dalam satuan berat.
Kesalahan menggunakan nilai konversi satuan URT (menggunakan konversi
bahan pangan lain yang sejenis) dapat berakibat pada kesalahan penilaian
konsumsi pangan dan gizi, yang pada akhirnya terjadi kesalahan dalam
penentuan status gizi (Hardinsyah & Briawan 1994).
Ketepatan nilai konversi satuan URT sangat diperlukan berdasarkan
kenyataan di atas. Kenyataan membuktikan bahwa tidak setiap rumah tangga
mempunyai alat ukur seperti timbangan, maka untuk menaksir jumlah pangan
menggunakan daftar URT sangat praktis dan cepat (Hardinsyah & Briawan
1994). Semakin lengkap daftar URT semakin mudah untuk menaksir berat
pangan yang dibeli atau dikonsumsi.
Jenis pangan dan satuan URT sementara ini yang terdapat dalam daftar
URT yang telah ada masih terbatas jumlahnya (belum lengkap). Selain itu
penelitian-penelitian sebelumnya masih terbatas pada jenis buah-buahan dan
sayur-sayuran tertentu. Permasalahan di atas membuat penulis tertarik untuk
melengkapi jenis pangan dan satuan URT yang terdapat dalam daftar URT
sehingga akan mempermudah untuk menaksir berat pangan yang dibeli atau
dikonsumsi seseorang.
.
-
3
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk melengkapi informasi satuan URT dari berbagai jenis pangan
dalam Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT).
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi jenis pangan dan satuan Ukuran Rumah Tangga yang
telah terdapat dalam Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT).
2. Membuat data base Ukuran Rumah Tangga jenis pangan yang telah
terdapat dalam Daftar Ukuran Rumah Tangga
3. Mengkonversi Ukuran Rumah Tangga (URT) ke dalam satuan berat
(gram) pada beberapa jenis pangan yang telah terdapat dalam Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM) namun belum terdapat dalam
Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT)
4. Mengetahui ukuran fisik yang tepat (panjang, lebar, tebal, dan diameter)
dari Ukuran Rumah Tangga (URT) pada beberapa jenis pangan yang
telah terdapat dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) namun
belum terdapat dalam Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT)
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
berguna bagi para peneliti dan mahasiswa dalam melakukan kegiatan penilaian
dan perencanaan konsumsi pangan, khususnya dalam hal menaksir berat pangan.
Sehingga kegiatan perencanaan dan penilaian konsumsi pangan dapat dilakukan
dengan mudah.
-
4
TINJAUAN PUSTAKA
Penilaian Konsumsi Pangan
Penelitian konsumsi pangan merupakan kegiatan mempelajari seluk
beluk tentang makanan, menelaah jumlah makanan yang dikonsumsi masuk ke
dalam tubuh dan membandingkan dengan standar, sehingga diketahui jumlah
kecukupan gizi yang dapat dipenuhi (Roedjito 1987). Pola konsumsi pangan
dipelajari untuk menentukan sumber dan jumlah dari kebutuhan gizi, adalah satu
bagian penting dari survei gizi (Roedjito 1980).
Usaha untuk mempelajari pola konsumsi pangan dapat berbeda dari suatu
masyarakat ke masyarakat lain atau dari suatu lembaga ke lembaga lain. Namun
demikian, hasil-hasil dari survei konsumsi itu tidak merupakan hasil secara
langsung menggambarkan status gizi. Sebab status gizi dipengaruhi oleh
beberapa faktor dan status gizi merupakan akibat dari konsumsi sebelumnya.
Penilaian konsumsi pangan hanya merupakan suatu cara penilaian status gizi
secara tidak langsung. Penilaian konsumsi pangan tersebut digunakan untuk
melihat tingkat keadaan gizi perorangan atau kelompok tertentu (Harper, Deaton,
& Driskel 1986).
Penilaian gizi masyarakat adalah usaha untuk mengevaluasi data tentang
masalah gizi yang ada di suatu daerah atau negara. Metode penilaian ini dapat
dilakukan secara langsung (direct assessment) dan tidak langsung (indirect
assessment). Bentuk metode penilaian tidak langsung salah satunya adalah
penilaian melalui konsumsi makanan sehari-hari (Roedjito 1989).
Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan
yang dimakan (dikonsumsi) seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu.
Definisi ini menunjukkan bahwa telaahan konsumsi pangan dapat ditinjau dari
aspek jenis pangan yang dikonsumsi dan jumlah pangan yang dikonsumsi.
Kedua informasi ini (jenis pangan dan jumlah pangan) merupakan hal yang
penting dalam menghitung jumlah zat gizi yang dikonsumsi (Hardinsyah &
Briawan 1994).
Penilaian konsumsi pangan digunakan untuk melihat tingkat keadaan gizi
perorangan atau kelompok tertentu (Suhardjo 1989). Terdapat dua pengertian
tentang penilaian konsumsi pangan yaitu: pertama penilaian terhadap kandungan
-
5
gizi dari makanan, dan kedua membandingkan kandungan zat gizi makanan yang
dikonsumsi seseorang atau kelompok orang dengan angka kecukupannya.
Definisi pertama digunakan apabila peneliti ingin membandingkan kandungan
zat gizi antar berbagai makanan atau suatu hidangan, sedangkan pengertian yang
kedua apabila peneliti ingin mengetahui tingkat konsumsi zat gizi seseorang atau
kelompok orang (Hardinsyah & Briawan 1994).
Penilaian jumlah konsumsi zat gizi berdasarkan tiga jenis data, yaitu data
konsumsi pangan, data kandungan zat gizi bahan makanan, dan data kecukupan
gizi. Penilaian terhadap kandungan zat gizi dari beragam pangan merupakan
penjumlahan dari masing-masing zat gizi pangan komponennya. Tingkat
konsumsi zat gizi dapat dilakukan dengan penilaian konsumsi pangan dengan
satuan per orang per hari atau unit konsumen (adult equivalent unit). Konsumsi
pangan sehari secara umum merupakan penjumlahan dari makan pagi, siang,
malam dan makanan selingan dalam kurun waktu 24 jam. Pengumpulan data
konsumsi pangan apabila lebih dari satu hari maka konsumsi pangan per hari
merupakan jumlah konsumsi pangan menurut jenisnya masing-masing dibagi
dengan jumlah hasil survei atau jumlah hari pengumpulan data tersebut
(Hardinsyah & Briawan 1994).
Setiap kegiatan penilaian konsumsi pangan maupun perencanaan
konsumsi pangan diperlukan seperangkat instrumen atau peralatan seperti Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM), Daftar Kandungan Zat Gizi Makanan
Jajanan (DKGJ), Daftar Konversi Berat Mentah Masak (DMM), Daftar Konversi
Penyerapan Minyak (DPM), Daftar Kandungan Asam Amino Esensial (DAA),
Daftar Pola Kecukupan Asan Amino Esensial (DKA), Daftar Kecukupan Gizi
(DKG), Daftar Ukuran Rumah Tangga (DURT), dan Daftar Bahan Makanan
Penukar (DBP) (Hardinsyah & Briawan 1994).
Penilaian konsumsi pangan secara sederhana sebenarnya hanya
memerlukan dua daftar, yaitu Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dan
Daftar Kecukupan Gizi (DKG). Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
yang ada selama ini di Indonesia tidak lengkap dengan berbagai jenis makanan
hasil olahan dan makanan jajanan, maka diperlukan seperangakat daftar lainnya
(Hardinsyah & Briawan 1994).
-
6
Penilaian dan perencanaan konsumsi pangan dengan menggunakan
berbagai daftar tersebut di atas berdasarkan pengalaman memerlukan
pemahaman tentang kaidah-kaidah penggunaannya, meskipun cukup sederhana.
Kegiatan tersebut juga membutuhkan banyak waktu untuk membolak balik
berbagai daftar yang bersumber dari berbagai buku atau rujukan yang terpisah.
Kegiatan ini dapat melelahkan dan kadangkala membosankan bagi pemula atau
pengolah data konsumsi pangan (Hardinsyah & Briawan 1994).
Pengolahan data konsumsi pangan pada dasarnya adalah proses
menghitung jumlah pangan yang dikonsumsi menurut jenis-jenis pangan dalam
satuan kecukupan gizi per hari. Selanjutnya untuk penilaian konsumsi pangan,
data ini dikonversikan menjadi satu atau lebih zat gizi, sesuai dengan tujuan
penilaian (Hardinsyah & Briawan 1994).
Beberapa metode penilaian konsumsi pangan secara kuantitatif menurut
Hardinsyah dan Suhardjo (1987), yaitu:
a) Metode penimbangan langsung, yaitu dilakukan dengan menimbang langsung
makanan yang dimakan; b) metode recall, yaitu dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan untuk mengingat makanan yang telah dimakan selama jangka waktu
tertentu; c) metode pencatatan belanja, yaitu dilakukan dengan mencatat belanja
pangan keluarga menurut pangan yang dibeli; dan d) metode inventaris pangan,
yaitu dilakukan dengan menginventarisasikan semua pangan dalam suatu daftar
untuk mencatat pangan apa saja yang dikonsumsi. Metode lain adalah dengan
mengkombinasikan dua atau lebih keempat metode tersebut. Empat metode
terakhir memerlukan Ukuran Rumah Tangga dalam menaksir jumlah pangan
ynag dibeli atau dikonsumsi (Hardinsyah & Suhardjo 1987).
Penaksiran jumlah pangan yang dikonsumsi diawali dengan
menanyakannya dalam bentuk satuan URT. Jumlah pangan dalam satuan URT
dikonversikan ke dalam satuan berat dengan menggunakan daftar URT yang
umum berlaku atau dibuat sendiri pada saat survei. Enumerator sebaiknya telah
berpengalaman atau dilatih sebelumnya mengenai URT dan mengkonversikan
cara-cara pengolahan pangan dan pola pangan daerah yang akan diteliti secara
umum sehingga hasil survei cukup teliti (Suhardjo 1989).
-
7
Daftar URT dan Daftar Bahan Penukar perlu disusun dan dikembangkan
dalam penerapan pola kecukupan pangan pada tingkat rumah tangga di setiap
daerah. Daftar tersebut disesuaikan dengan alat bantu dalam penyuluhan
penganekaragaman konsumsi pangan secara regional (Hardinsyah & Suhardjo
1987).
Ukuran Rumah Tangga (URT)
Ukuran Rumah Tangga adalah satuan jumlah bahan makanan yang
dinyatakan dalam ukuran atau peralatan yang biasa dipakai di rumah tangga
seperti sendok, gelas, piring, mangkok, potong, ikat, buah, dan lain- lain
(Nasoetion & Riyadi 1995). Ukuran Rumah Tangga (URT) berguna dalam
penilaian konsumsi pangan yang dilakukan dalam penelitian atau survei
konsumsi pangan dan berguna dalam penyusunan menu atau sesuai dengan
kecukupan gizi yang dianjurkan (Hardinsyah & Suhardjo 1987). Kegiatan-
kegiatan tersebut dilakukan dengan cara menerjemahkan jumlah bahan makanan
dari satuan metrik (kg, liter, dan lain- lain) menjadi ukuran rumah tangga
(sendok, piring, ikat, dan lain- lain) atau sebaliknya. Ukuran Rumah Tangga
kadangkala juga digunakan untuk menaksir atau menilai konsumsi pangan secara
cepat misalnya dalam konsultasi gizi (Hardinsyah & Briawan 1994).
Daftar Ukuran Rumah Tangga menyajikan beberapa URT yang
digunakan untuk menaksir jumlah bahan pangan ke dalam gram dan volume
dalam liter. Daftar URT menyediakan informasi berat pangan menurut jenis
URT dan jenis pangan (Hardinsyah & Briawan 1994).
Perangkat seperti sendok (makan, teh, sayur), gelas, cangkir, piring, pada
dasarnya adalah relatif sama pada setiap daerah. Sedangkan Ukuran Rumah
Tangga yang didapat dari ukuran seperti ikat, buah, potong, butir, bungkus, biji,
batang, iris, dan sebagainya ada kemungkinan berbeda untuk setiap daerah,
sehingga pada beberapa bahan makanan juga dilengkapi dengan besar kecilnya
volume atau berat bahan makanan, karena ada kemungkinan Ukuran Rumah
Tangga (URT) berbeda-beda antar daerah, maka sebelum menggunakan daftar
URT terlebih dahulu dikoreksi sesuai dengan daerah setempat (Nasoetion &
Riyadi 1995). Lebih baik bila setiap daerah mempunyai daftar URT yang
berlaku di daerah tersebut. Alat-alat sederhana yang lazim dijumpai sebagai
-
8
URT di rumah tangga di berbagai daerah dapat dikembangkan dalam
penyusunan daftar satuan URT selanjutnya (Hardinsyah & Martianto 1992).
Karakteristik Bahan Pangan
Sifat bahan pangan sangat menentukan berat dari bahan pangan.
Komponen penyusun atau pembentuk bahan pangan sangat menentukan sifat
bahan pangan. Bervariasinya komponen dan jumlah penyusun yang membentuk
suatu jenis pangan menyebabkan berat dan volume pangan menjadi bervariasi.
Meskipun jenis pangannya sama dan jenis penyusunnya juga sama namun
jumlah atau kualitas dari masing-masing penyusunnya berbeda akan memiliki
berat dan volume yang berbeda.
Serealia
Serealia adalah biji-bijian dari famili rumput-rumputan (gramine) yang
kaya akan karbohidrat sehingga dijadikan makanan pokok manusia, pakan
ternak, dan industri yang menggunakan karbohidrat sebagai bahan baku. Biji-
bijian yang tergolong dalam serealia antara lain padi (Oriza sativa), jagung (Zea
mays), gandum (Triticum sp), cantel (Sorghum sp), dan yang jarang dijumpai di
Indonesia adalah barley (Horgeum vulgare), rye (Secale cereale), Oat (Avena
sative). Biji-bijian tersebut mempunyai struktur kimia yang sangat mirip
(Muctadi & Sugiyono 1992).
Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992) struktur umum biji-bijian
serealia terdiri dari tiga bagian besar yaitu kulit biji, butir biji (endosperm), dan
lembaga (embrio). Bentuk serealia pada umumnya lonjong misalnya padi dan
gandum. Berat tiap butir biji juga bervariasi dari yang ringan (sorgum) sampai
dengan cukup berat (jagung). Sifat- sifat fisik serealia terlihat dalam Tabel 1.
Kerusakan biji serealia serta produknya selama penyimpanan diakibatkan
oleh bermacam-macam sebab. Perubahan-perubahan pada biji serealia dapat
diperlambat melalui pengendalian dua perubah utama yaitu kadar air dan suhu
meskipun kondisi penyimpanan yang bebas oksigen juga berguna. Kadar air dari
biji-bijian dan produknya sangat penting karena 1) berat biji berkurang, 2) harga
ditentukan dari berat, 3) berakibat pada sifat-sifat penyimpanan (Muctadi &
Sugiyono 1992).
-
9
Tabel 1 Sifat fisik serealia Nama Panjang (mm) Lebar (mm) Berat (mg/biji) Beras 5-10 1,5-5 27 Gandum 5-8 2,5-4,5 37 Jagung 8-17 5-15 285 Sorghum 3-15 2,5-4,5 23 Rye 4,5-10 1,5-3,5 21 Oatas 6-13 1-4,5 32
Sumber: Muctadi & Sugiyono (1992) Penyimpanan biji-bijian menyebabkan perubahan sifat fisiko-kimia.
Perubahan-perubahan tersebut meliputi air yang dibutuhkan, padatan yang
terlarut, dan sifat pasta pada saat pemasakan. Beras yang telah disimpan
mengabsorpsi air lebih banyak daripada beras yang masih baru. Perubahan
tersebut disertai dengan pengembangan volume masak yang lebih besar. Beras
yang disimpan mengalami penurunan padatan yang terlarut dan terjadi
perubahan suhu gelatinisasi pati. Viskositas menjadi lebih tinggi sebanding
dengan kenaikkan suhu penyimpanan pada pemasakan beras yang telah disimpan
(Muctadi & Sugiyono 1992).
Pengeringan yang dilakukan pada biji-bijian seharusnya tidak mengubah
kualitas dari biji-bijian. Hasil pengeringan harus mempunyai kualitas yang
tinggi yaitu kadar air yang rendah dan seragam, prosentase biji yang rusak dan
pecah rendah, biji tidak mudah pecah, berat tetap tinggi, hasil pati tinggi,
kemampuan tumbuh tinggi, jumlah kapang rendah, dan nilai nutrisi tetap tinggi
(Muctadi & Sugiyono 1992).
Umbi-Umbian
Umbi-umbian adalah bahan nabati yang diperoleh dari dalam tanah,
misalnya ubi kayu, ubi jalar, kentang, garut, kunyit, gadung, bawang, jahe,
kencur, kimpul, talas, gembili, ganyong, dan bengkuang. Pada umumnya umbi-
umbian tersebut merupakan bahan sumber karbohidrat terutama pati atau
merupakan sumber cita rasa dan aroma karena mengandung oleoresin (Muctadi
& Sugiyono 1992).
Umbi-umbian dapat dibedakan berdasarkan asalnya yaitu umbi akar dan
umbi batang. Umbi akar atau batang sebenarnya merupakan bagian akar atau
batang yang digunakan sebagai tempat menyimpan makanan cadangan. Umbi
-
10
akar misalnya ubi kayu dan bengkuang, sedangkan yang termasuk umbi batang
adalah ubi jalar, kentang, dan gadung (Muctadi & Sugiyono 1992).
Ubi kayu. Ubi kayu atau singkong biasa dikonsumsi dalam bentuk
singkong rebus, goreng, dan tape, namun juga sering diolah menjadi gaplek dan
tepung tapioka yang merupakan bahan setengah jadi. Ubi kayu berbentuk seperti
silinder yang ujungnya mengecil dengan diameter rata-rata sekitar 2-5 cm dan
panjang sekitar 20-30 cm. Umbinya mempunyai kulit yang terdiri dari dua lapis
yaitu kulit luar dan kulit dalam. Daging umbi berwarna putih atau kuning. Di
bagian tengah daging umbi terdapat suatu jaringan yang tersusun dari serat dan
diantara kulit dalam dan daging umbi terdapat lapisan kambium (Muctadi &
Sugiyono 1992).
Ubi jalar. Kulit ubi jalar relatif tipis dibanding kulit pada ubi kayu.
Warna daging umbi putih, kuning, jingga, kemerah-merahan atau ungu. Warna
kulit luar juga berbeda-beda biasanya putih kekuningan atau merah ungu dan
tidak selalu sama dengan warna daging umbi. Ubi jalar sering berbentuk tidak
seragam (bulat, lonjong, benjol-benjol). Daging umbi biasanya mengandung
serat baik dalam jumlah banyak maupun sedikit.
Talas. Talas umbinya berbentuk lonjong sampai agak membulat dengan
diameter sekitar 10 cm. Kulit talas kasar karena terdapat bekas-bekas
pertumbuhan akar. Warna talas kemerah-merahan, sedangkan warna daging
talas putih keruh (Muctadi & Sugiyono 1992).
Gadung. Umbi gadung berbentuk bulat panjang dengan sisi yang
hampir sejajar atau melebar terhadap puncak, luasnya semakin menyempit di
sekeliling alas. Umbi yang sudah masak berwarna coklat atau kuning
kecoklatan, berbulu halus dengan panjang 5-6 cm. Gadung kuning umumnya
lebih besar dan padat umbinya dibanding gadung putih. Warna kulit luarnya
putih keabuan dengan daging umbi berwarna kuning. Gadung arintil kulit
luarnya berwarna kecoklatan dan warna umbinya putih. Irisan melintang umbi
gadung hampir sama strukturnya dengan kentang (Muctadi & Sugiyono 1992).
Garut. Umbi garut merupakan rhizoma dari tanaman garut. Rhizoma
garut mempunyai panjang sekitar 20-45 cm dan diameter sekitar 2,5 cm. Pada
-
11
rhizoma garut terdapat rambut-rambut terutama pada sisik umbi. Umbi garut
berwarna putih dan dibungkus dengan sisik-sisik secara teratur. Sisik-sisik ini
berwarna putih sampai coklat pucat (Muctadi & Sugiyono 1992).
Kacang-kacangan dan Biji -bijian
Kacang-kacangan merupakan biji-bijian dari dari famili Leguminosa atau
disebut juga polongan (berbunga kupu-kupu). Kacang-kacangan yang telah
banyak dikenal adalah kacang kedelai (Glicine max), kacang tanah (Aracis
hypogea), kacang hijau (Phaseoulus radiatus), dan kacang gude (Cajanus
cajan). Kacang-kacangan merupakan sumber utama protein nabati dan
mempunyai daya guna yang sangat luas. Kacang tanah dan kedelai merupakan
sumber utama minyak disamping komoditi lainnya (Muctadi & Sugiyono 1992).
Tabel 2 Komposisi kimia kacang-kacangan Komponen Kacang Kacang hijau Kedelai gude Kacang tanah Energi (Kal) 350 316 381 525 Protein (g) 17,1 20,7 40,0 27,9 Lemak (g) 1,8 1,0 16,7 42,7 Hidrat arang total 70,7 58,0 24,9 17,4 Serat (g) 5,7 4,6 3,2 2,4 Abu (g) 3,1 4,6 5,3 2,4 Kalsium (mg) 94 146 222 316 Fosfor (mg) 315 445 682 456 Besi (mg) 4,9 4,7 10 5,7 Karoten total (mg) 235 0 31 30 Vitamin A (SI) 0 0 0 0 Vitamin B1 (mg) 0,40 0,3 0,52 0,44 Vitamin C (mg) 11 0 0 0 Air (g) 7,4 16,1 12,7 9,6 Bahan dapat dimakan %
100 100 100 100
Sumber: Muctadi & Sugiyono (1992)
Kacang-kacangan mempunyai struktur yang hampir sama dengan
serealia. Biji terdiri dari perikarp, embrio, dan endosperm. Pada umumnya
persentasi kulit biji lebih tinggi pada kacang-kacangan daripada serealia. Setiap
jenis juga berbeda persentasenya misalnya kulit kedelai 6-8%, kacang gude 10,5-
15,5% dan lebih banyak lagi untuk biji dengan kulit yang lebih tebal misalnya
kara benguk (Muctadi & Sugiyono 1992).
Kacang-kacangan hanya mengandung sedikit sekali glukosa dan fruktosa,
tetapi cukup mengandng rafinosa, stakiosa, dan verbakosa. Keadaan
penyimpanan yang tidak baik (suhu tinggi dan lembab) menyebabkan penurunan
-
12
verbakosa dan stakiosa, kenaikkan sukrosa dan rafinosa dan galaktosa bebas
tidak terdeteksi (Muctadi & Sugiyono 1992).
Daging
Daging adalah salah satu komoditi pertanian yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup akan zat gizi protein dimana protein daging
mengandung susunan asam amino yang lengkap. Daging terdiri dari tiga
komponen utama yaitu jaringan otot (muscle tissue), jaringan lemak (adipose
tissue), dan jaringan ikat (connective tissue) (Muchtadi & Sugiyono 1992).
Komposisi kimia daging tergantung dari spesies hewan, kondisi hewan,
jenis daging karkas, proses pengawetan, penyimpanan, dan metode pengepakan.
Komposisi kimia daging juga sangat dipengaruhi oleh kandungan lemaknya.
Daging tanpa lemak mengandung 70 persen air, 9 persen lemak, serta 1 persen
abu. Peningkatan kandungan lemak daging akan menyebabkan penurunan
kandungan air dan protein. Kadar air daging pada hewan muda lebih besar dari
hewan tua. Kadar air cenderung berkurang apabila daging mengalami
pemasakan atau mengalami proses-proses lainnya.
Pemasakan daging dengan menggunakan panas akan mematikan mikroba
yang telah mengkontaminasi permukaan daging, dengan demikian daging
menjadi lebih baik dan rasanya menjadi nikmat. Pemanasan daging juga dapat
menyebabkan terjadinya perubahan dalam kandungan dan struktur lemak,
protein, dan komponen lain seperti gula dalam kuring, sehingga dapat
menimbulkan cita rasa yang dikehendaki. Pemasakan atau pemanasan tidak
banyak menurunkan nilai gizi protein. Retensi vitamin B (tiamin, riboflavin,
niasin, dan asam pantotenat) bila daging direbus ternyata baik, kecuali tiamin
yang banyak mengalami kehilangan. Bila daging dimasak dalam air banyak
vitamin-vitamin terlarut dalam kaldunya (Winarno 1993).
Telur
Bentuk telur bermacam-macam berdasarkan asal hewannya mulai bulat
hingga hampir lonjong. Berbagai faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor
keturunan, umur induk ketika bertelur, dan sifat fisiologis di dalam tubuh induk.
Besar telur bervariasi yang disebabkan oleh jenis induk serta hal-hal yang
-
13
berhubungan dengan fisiologis hewan. Ukuran telur berhubungan dengan berat
(Muchtadi & Sugiyono 1992).
Telur mempunyai struktur yang sangat khas yang mengandung zat gizi
yang cukup untuk mengembangkan sel telur yang sudah dibuahi menjadi seekor
anak. Komponen pokok telur adalah putih telur (albumin), kuning telur (yolk),
dan kulit telur (egg shell). Putih telur menempati 60% dari seluruh telur, yang
umumnya terdiri dari 40% dari putih telur merupakan cairan kental dan sisanya
merupakan bahan setengah padat. Putih telur terdiri dari empat lapisan. Lapisan
telur terluar terdiri dari cairan kental yang mengandung beberapa serat musin.
Lapisan tengah dinamakan albuminous sac merupakan anyaman musin
setengah padat. Lapisan yang ketiga merupakan cairan yang lebih encer. Cairan
yang terdalam dinamakan nalazifera bersifat kental. Untuk telur penyu putih
telur merupakan substansi kental yang membulat menjadi satu melapisi kuning
telur. Kuning telur terdiri dari lapisan kosentrik yang disusun dari lapisan
kuning telur gelap dan kuning telur terang. Kuning telur disusun oleh membran
vitelin. Membran ini bersifat permeabel terhadap air dan berfungsi
mempertahankan bentuk kuning telur. Konsentrasi kuning telur yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kuning telur menyebabkan perpindahan air sehingga
kuning telur membesar. Pembesaran ini apabila melebihi dari kemampuan
membran vitelin mempertahankan bentuknya maka kuning telur terlihat lembek
atau bentuknya tidak teratur karena sudah tidak kukuh (Muctadi & Sugiyono
1992).
Perubahan yang terjadi selama penyimpanan telur utuh yaitu
berkurangnya berat yang terutama disebabkan oleh hilangnya air dari albumen
atau karena kehilangan CO2, NH3, N2, dan H2S. Pertambahan ukuran ruang
udara karena kehilangan air sehingga volume udara bertambah, berkurangnya
berat jenis karena bertambahnya ruang udara, berkurangnya jumlah putih telur
tebal karena serat glikoprotein ovomucin protein pecah, dan bertambahnya
ukuran kuning telur tebal karena perpindahan air dari albumen ke ruang telur
sebagai akibat perbedaan tekanan osmosis juga merupakan bentuk
penyimpangan pada telur utuh (Buckle, Edwards, Fleet, & Wooton 1985).
-
14
Ikan
Menurut tempat hidupnya dikenal tiga golongan ikan yaitu ikan laut,
ikan darat, dan ikan migrasi. Ikan laut adalah ikan yang hidup dan berkembang
biak di air asin (laut, samudra, selat). Golongan ikan laut ini bisa dibagi menjadi
dua yaitu ikan pelagik dan ikan demersal. Ikan pelagik adalah ikan yang
terutama hidup di daerah permukaan, misalnya ikan tongkol, mackerel, lemuru,
ikan terbang, dan herring. Ikan demersal adalah ikan yang terutama hidup di
daerah dasar atau tempat yang lebih dalam misalnya ikan cod, kakap, dan hiu
(Muctadi & Sugiyono 1992).
Ikan darat adalah ikan yang biasa hidup dan berkembang biak di air tawar
seperti sungai, danau, kolam, sawah, dan rawa. Contoh ikan darat yaitu ikan
mas, gurame, mujair, dan gabus. Golongan ikan yang hidup di laut tetapi
bertelur atau berkembang biak di sungai-sungai disebut ikan migrasi, misalnya
ikan salem (Muctadi & Sugiyono 1992).
Ikan dikatakan sebagai sumber protein, tetapi komposisinya sangat
bervariasi antara ikan yang satu dengan ikan yang lain. Variasi dalam komposisi
baik jumlah maupun komponen penyusunnya disebabkan oleh faktor alami dan
biologis. Faktor biologis (intrinsik), yaitu faktor- faktor yang berasal dari jenis
(individu) ikan itu sendiri seperti golongan ikan, umur, dan jenis kelamin. Jenis
atau golongan ikan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi variabilitas
komposisi daging ikan. Setiap jenis ikan bahkan setiap individu ikan meskipun
termasuk dalam satu jenis, komposisi kimianya dapat berbeda. Variabilitas ini
kadang-kadang sukar untuk digeneralisasikan (Muctadi & Sugiyono 1992).
Peranan umur dalam variabilitas komposisi kimiawi ikan tampak nyata
pada kandungan lemak daging. Kandungan lemak ikan semakin banyak apabila
umur ikan semakin tua. Pengaruh jenis kelamin terutama erat hubungannya
dengan kematangan seksualnya atau kedewasaannya. Ikan apabila seksualnya
semakin matang maka akan semakin aktif gerakannya sehingga mendorong
untuk memenuhi energinya dengan banyak makan. Demikian pula kebiasaan
ikan (habitat) sangat mempengaruhi komposisi dagingnya. Ikan- ikan yang buas
biasanya makan daging jenis ikan lainnya oleh karena itu komposisi dagingnya
-
15
juga akan lain dengan ikan- ikan yang hanya makan jenis tumbuhan laut
(Muctadi & Sugiyono 1992).
Faktor alami (ekstrinsik), yaitu semua faktor luar yang tidak berasal dari
ikan yang dapat mempengaruhi komposisi daging ikan. Golongan faktor ini
terdiri atas daerah kehidupannya, mus im, dan jenis makanan yang tersedia.
Daerah kehidupan ini sangat erat hubungannya dengan sumber makanan baik
dalam jumlah maupun jenisnya. Musim sangat mempengaruhi kehidupan
fisiologis ikan atau dengan kata lain siklus hidup ikan setiap tahun sangat
dipengaruhi oleh musim. Musim juga berpengaruh pada tersedianya makanan.
Pengaruh musim sangat tampak pada kandungan air dan kandungan lemak
terutama pada jenis-jenis ikan tuna dan sarden (Muctadi & Sugiyono 1992).
Komponen kimiawi ikan paling dominan adalah air sebanyak 70-80%
dari berat daging yang dapat dimakan. Komponen kedua yang penting adalah
protein sebanyak 18-20% (Muctadi & Sugiyono 1992).
Bentuk ikan bermacam-macam mulai dari bentuk peluru torpedo, panah,
pipih sampai berbentuk ular. Bentuk ikan bermacam-macam, namun pada
umumnya berbentuk simetris jika dilihat dari penampang melintangnya (Muctadi
& Sugiyono 1992). Badan ikan pada umumnya mempunyai bentuk dan ukuran
yang simetris dan dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian kepala, badan,
dan ekor. Bagian kepala ikan mulai dari bagian ujung mulut terdepan hingga
ujung tutup insang paling belakang. Bagian ini mempunyai mulut, rahang atas,
rahang bawah, gigi, sungut, hidung, mata, insang, tutup insang, otak, dan jantung
(Muctadi & Sugiyono 1992).
Bagian badan yaitu bagian yang terletak antara tutup insang paling
belakang hingga permulaan sirip dubur. Bagian ini terdiri dari sirip punggung,
sirip dada, sirip perut, dan organ-organ dalam seperti hati, empedu, lambung,
usus, gonad, gelembung renang, ginjal, dan limpa. Bagian ekor yaitu bagian
yang terletak dari permulaan sirip dubur hingga ujung sirip ekor belakang. Pada
bagian ini terdapat anus, sirip dubur, sirip ekor, kadang-kadang juga ditemukan
scute dan finlet (Muctadi & Sugiyono 1992).
-
16
Kerang
Kerang banyak sekali jenisnya, ada yang hidup di laut dan ada yang
hidup di air tawar (sungai). Kerang atau tiram biasanya hidup di dasar perairan
yang berlumpur atau berpasir. Kerang berbentuk bulat atau lonjong dengan
ukuran yang bervariasi. Daging pada kerang dibungkus oleh sepasang kulit
keras yang tersusun dari kapur dan garam-garam mineral. Kulit kerang dapat
dimanfaatkan untuk hiasan, makanan ternak, dan kapur (CaO). Berat bagian
kulit mencapai 60-80% dari seluruh berat kerang (Muctadi & Sugiyono 1992).
Daging kerang dapat diperoleh dengan cara merebusnya. Dengan
perebusan kulit kerang akan mudah dibuka atau bahkan terbuka dengan
sendirinya. Kerang yang sudah terbuka kulitnya dengan mudah dagingnya dapat
diambil. Kerang yang masih hidup dapat menutupi kulitnya dengan kuat
(Muctadi & Sugiyono 1992).
Udang
Seperti halnya ikan, udang terdiri atas bagian kepala, perut, dan ekor.
Seluruh bagian ini terbungkus oleh lapisan kulit yang transparan. Bagian yang
biasa dimakan adalah bagian perutnya. Udang terlihat mengkilap dan transparan
dalam keadaan segar. Udang yang telah mati biasanya cepat sekali menjadi
busuk dan warnanya menjadi putih keruh (Muctadi & Sugiyono 1992).
Jenis udang dapat ditemukan di pasaran antara lain udang biasa yang
dalam keadaan segar sehabis ditangkap berwarna hijau abu-abu gelap, disamping
itu ada udang yang berwarna coklat waktu mentah, bahkan ada yang berwarna
merah muda. Udang memiliki warna mentah yang bervariasi namun setelah
dimasak beberapa jenis udang sedikit sekali perbedaan warna dan rasanya
(Winarno 1993).
Di pasaran internasional terdapat beberapa jenis mutu udang. Jenis mutu
udang berdasarkan jumlah per pounds, udang-udang tersebut dapat dikelaskan
dalam kelas jumbo, large medium, medium, dan small. Jumbo misalnya
mengandung 15 udang atau kurang, sedangkan small mengandung 60 udang atau
lebih per pound. Udang-udang yang telah dikupas dan dibersihkan juga terdapat
di pasar yang biasa dikenal dengan breader shrim (Winarno 1993) .
-
17
Sayuran
Sayuran adalah tanaman hortikultura, umumnya mempunyai umur relatif
pendek (kurang dari setahun) dan merupakan tanaman musiman. Setiap jenis
dan varietas sayur-sayuran mempunyai warna, rasa, aroma, dan kekerasan yang
berbeda-beda, sehingga sebagai bahan pangan sayur-sayuran dapat menambah
variasi makanan. Sayur-sayuran mempunyai arti penting dari segi gizi yaitu
sebagai sumber mineral dan vitamin berupa vitamin berupa vitamin A dan C
(Muchtadi & Sugiyono 1992).
Struktur sayur-sayuran dibagi menjadi sistem jaringan: sistem jaringan
kulit atau selubung pelindung luar, sistem dasar atau fundamental, dan sistem
pembuluh. Sayur-sayuran pada umumnya mempunyai kadar air tinggi yaitu
sekitar 70-95 persen, tetapi rendah dalam kadar lemak dan protein, kecuali
beberapa sayuran hijau misalnya daun ketela pohon (singkong) dan daun pepaya
yang mempunyai kadar protein agak tinggi yaitu 5,7-6,9 persen (Muchtadi &
Sugiyono 1992). Sayuran dapat digolongkan menurut bagian asal tanamannya,
misalnya akar (wortel), umbi (bawang), daun (bayam, kangkung), tangkai daun
(seledri), bunga (cauli flower), batang muda (rebung, asparagus), biji (petai,
kacang kapri), dan buah (mentimun, tomat, cabe) (Maoen & Muctadi 1983).
Buah
Buah adalah bagian tanaman hasil perkawinaan putik dan benang sari.
Pada umumnya bagian tanaman ini merupakan tempat biji. Organ-organ dapat
dibagi menjadi tiga sistem jaringan kulit (selubung pelindung luar), sistem dasar
(fundamental), dan sistem pembuluh (Muchtadi & Sugiyono 1992).
Sistem jaringan kulit terdiri dari sel-sel epidermal, membran kutikula,
stomata, dan lentisel. Sistem dasar terdiri dari parenkim, kolenkim, dan
sklerenkim. Sedangkan sistem berkas pembuluh terdiri dari dua jaringan
pengangkut utama yaitu xylem dan floem (Muchtadi & Sugiyono 1992).
Buah-buahan mempunyai komposisi yang berbeda-beda dan dipengaruhi
oleh berbagai faktor, yaitu perbedaan varietas, keadaan iklim tempat tumbuh,
pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, tingkat kematangan waktu dipanen,
kondisi selama pemeraman, dan kondisi penyimpanan. Buah-buahan pada
umumnya mempunyai kadar air yang tinggi yaitu 65-90% tetapi rendah dalam
-
18
kadar protein dan lemak kecuali buah adpokat (kadar lemak 4%) (Muchtadi &
Sugiyono 1992).
Karbohidrat pada buah terdiri dari pati, gula, dan pektin. Sedangkan
pada umumnya vitamin yang terdapat dalam buah adalah vitamin C dan vitamin
A, disamping B1 serta beberapa macam mineral seperti kalsium dan besi. Buah-
buahan pada umumnya memiliki pigmen klorofil, karotenoid, dan grup flavono id
yang terdiri dari antosianin, antosantin, dan tanin. Buah-buahan juga
mengandung asam organik dan komponen lain seperti sellulosa, heksosan,
pentosan, gum, asam-asam amino, enzim-enzim dan zat pembentuk aroma
seperti ester, alkohol, karbonil, eter, hidrokarbon, dan senyawa aromatik lain.
Perubahan-perubahan pada buah selama pematangan dapat dilihat dalam hal
warna, kekerasan (tekstur), citarasa, dan flavor yang menunjukkan terjadinya
perubahan komposisi (Muchtadi & Sugiyono 1992).
Susu
Dipandang dari sudut gizi, susu merupakan makanan yang hampir
sempurna. Susu didefinisikan sebagais sekresi dari kelenjar susu binatang yang
menyusui anaknya (mamalia). Susu adalah suatu sekresi yang komposisinya
sangat berbeda dari komposisi darah yang asal susu (Muchtadi & Sugiyono
1992).
Secara umum susu mamalia dapat digolongkan menjadi dua golongan
yaitu susu kaya dan susu miskin. Susu kaya adalah susu yang
mengandung kadar lemak dan protein tinggi, misalnya susu ikan paus, kelinci,
dan anjing laut. Sedangkan susu miskin adalah susu yang mengandung kadar
lemak dan protein relatif lebih rendah, misalnya susu sapi, kambing, domba,
kerbau, dan manusia. Perbedaan komposisi ini menunjukkan adanya perbedaan
tahap perkembangan anak pada waktu kelahiran. Anak ikan paus, kelinci, dan
anjing laut banyak membutuhkan protein dan lemak sesudah kelahirannya untuk
pertumbuhannya dibandingkan anak sapi, kambing, atau domba (Muchtadi &
Sugiyono 1992).
Susu merupakan emulsi lemak dalam air yang mengandung garam-garam
mineral, gula, dan protein. Kisaran komposisi paling besar terjadi pada
kandungan lemak. Enzim-enzim yang terdapat dalam susu adalah galaktase,
-
19
lipase, katalase, laktase, diastase, peroksidase, dan pospatase. Perbedaan dalam
komposisi susu antara lain disebabkan oleh faktor keturunan, faktor makanan,
pengaruh iklim, pengaruh suhu, waktu laktasi, prosedur pemerahan, pengaruh
umur sapi, dan waktu pemerahan (Muchtadi & Sugiyono 1992).
Perbedaan komposisi air susu yang dihasilkan terutama pada kadar
lemaknya bervariasi secara luas. Kadar lemak yang tinggi biasanya diikuti
dengan kenaikkan kadar protein, kadar mineral, dan laktosa relatif konstan.
Variasi dalam satu jenis atau variasi individu sebagian disebabkan karena
keturunan dan faktor lingkungan. Keturunan menentukan kapasitas potensial
satu jenis sapi dalam menghasilkan air susu dengan komposisi tertentu,
sedangkan faktor lingkungan dapat mempengaruhi potensial tadi untuk
menghasilkan kapasitas aktuil (Muchtadi & Sugiyono 1992).
Jumlah makanan yang diberikan jika jumlahnya kurang maka akan
menurunkan produksi susu dari hewan. Pemberian makanan yang kurang dapat
menyebabkan pembongkaran cadangan lemak dalam tubuh hewan. Komposisi
makanan yang diberikan pada sapi akan mempengaruhi susu. Sapi mempunyai
tendensi untuk menghasilkan air susu dengan komposisi yang konstan, terutama
kadar protein dan mineral (tidak dipengaruhi maknana). Kadar lemak dalam air
susu dapat dipengaruhi oleh jenis makanan. Misalnya kadar lemak yang rendah
dalam makanan dapat menurunkan kadar lemak dalam air susu yang dihasilkan
(Muchtadi & Sugiyono 1992).
Kadar lemak dan protein sangat dipengaruhi oleh iklim. Musim dingin
kadar lemak lebih tinggi dari musim-musim lain. Suhu antara 30-70oF
komposisi susu tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suhu. Air susu yang
dihasilkan 4-5 hari pertama dalam waktu laktasi disebut kolestrum, kandungan
garamnya lebih tinggi, terutama kandungan Na dan Cl-nya. Kadar lemak dan
kadar protein mulai hari kelima dan seterusnya meningkat, kadar laktosa
semakin lama semakin berkurang (Muchtadi & Sugiyono 1992).
Kadar lemak juga sangat dipengaruhi oleh prosedur pemerahan.
Kandungan protein dan laktosa tidak dipengaruhi oleh prosedur pemerahan.
Pemerahan yang tidak sempurna akan menyebabkan penurunan kadar lemak dari
pemerahan berikutnya. Kadar lemak juga dipengaruhi oleh interval dari
-
20
pemerahan. Interval yang lebih lama dapat menurunkan kadar lemaknya pada
pemerahan berikutnya. Waktu interval pada pemerahan malam biasanya lebih
panjang daripada siang hari, oleh karena itu air susu yang dihasilkan pada pagi
hari akan berkadar lemak lebih kecil bila dibandingkan dengan yang dihasilkan
pada malam hari. Umur laktosa dan protein dalam susu relatif konstan dan
menunjukkan keragaman yang kecil bila pemerahan dilakukan pada siang hari.
Kandungan lemak susu mungkin berbeda jika pemerahan dilakukan pada pagi
hari dan kemudian pada sore hari. Susu yang diperah pada pagi hari mungkin
mengandung 0,5-2 persen lebih banyak lemak daripada susu yang diperoleh pada
waktu sore hari. Keteraturan jarak antar pemerahana akan menyebabkan
keteraturan kandungan lemak pada susu tersebut. Susu diperah 3-4 kali sehari
kadar lemaknya akan lebih tinggi dibandingkan hanya diperah 2 kali sehari
(Muchtadi & Sugiyono 1992).
Sapi yang sudah berumur tua, air susu yang dihasilkan mengandung
kadar lemak yang lebih kecil, tetapi pengaruh ini sangat kecil. Berat jenis susu
rata-rata 1,032 atau berkisar antara 1,027-1,035. Peningkatan kadar lemak susu
menyebabkan penurunan berat jenis susu, semakin banyak persentase bahan
padat bukan lemak, maka semakin berat susu tersebut. Peningkatan berat jenis
susu juga disebabkan oleh menguapnya gas-gas dari susu seperti CO2 dan N2
(Muchtadi & Sugiyono 1992).
Perubahan fisik yang dapat dilihat adalah terbentuknya lapisan lemak
atau krim di permukaan susu. Globula-globula lemak bergerak ke permukaan
dan membentuk suatu lapisan. Lapisan lemak pada wadah-wadah yang besar
dapat mencapai ketebalan 6-8 inci atau 15-20 cm (Hadiwiyoto 1982 diacu dalam
Muchtadi & Sugiyono 1992).
Lemak dan Minyak
Minyak dan lemak berdasarkan sumbernya dibagi menjadi dua bagian
besar yaitu bersumber dari hewan dan bersumber dari tumbuh-tumbuhan.
Hewan sumber lemak seperti babi, sapi, domba, dan hewan-hewan laut seperti
sardin, herring, dan ikan paus, sedangkan yang bersumber dari tumbuh-
tumbuhan yang meliputi dari jenis tanaman palmae seperti minyak kelapa,
minyak kelapa sawit, dan jenis tanaman kacang-kacangn seperti kedelai, kacang
-
21
tanah, jenis tanaman serealia seperti jagung, beras dan banyak sumber-sumber
minyak lainnya seperti biji kapas, bunga matahari, minyak jambu mete, lemak
tengkawang, dan lemak coklat (Muchtadi & Sugiyono 1992).
-
22
KERANGKA PEMIKIRAN
Survei konsumsi pangan bertujuan untuk memperoleh informasi
konsumsi pangan seseorang atau kelompok orang, baik secara kuantitatif
maupun secara kualitatif. Survei konsumsi pangan secara kualitatif biasanya
untuk mengetahui kebiasaan makan, pola makan, pembagian makanan dalam
keluarga, besar keluarga, dan akseptabilitas. Sedangkan survei konsumsi pangan
secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah pangan atau makanan
yang dikonsumsi. Jumlah pangan yang dikonsumsi rumah tangga biasanya
diukur dalam satuan ukuran rumah tangga, sehingga dibutuhkan suatu Daftar
Ukuran Rumah Tangga yang lengkap untuk mengkonversi ukuran rumah tangga
tersebut ke dalam satuan berat (gram). Variabel inilah yang akan diteliti untuk
melihat tingkat kelengkapan Daftar Ukuran Rumah Tangga kemudian berusaha
untuk melengkapinya dengan jenis pangan dan satuan ukuran rumah tangga yang
lain yang belum diteliti.
Hasil dari konversi ukuran rumah tangga yang berupa satuan berat (gram)
dapat dihitung nilai gizinya dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan
Makanan (DKBM). Hasil perhitungan tersebut dapat digunakan untuk penilaian
konsumsi gizi dan pada akhirnya dapat diketahui status gizi individu. Penjelasan
lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 1.
-
23
= variabel yang diteliti = variabel yang tidak diteliti Gambar 1 Peranan Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT) dalam Penentuan
Status Gizi
Survei konsumsi pangan
Informasi konsumsi pangan
Kuantitatif
Kualitatif
Jumlah pangan/makanan yang dikonsumsi
Kebiasaan makan
Pola makan Pembagian
makanan dalam keluarga
Besar keluarga
Akseptabilitas
Daftar Ukuran Rumah Tangga
(URT)
Konversi Ukuran Rumah
Tangga ke dalam satuan berat (gram)
Penilaian konsumsi gizi
Status Gizi
-
24
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah Jawa Barat (Bogor dan Sukabumi),
Jakarta, dan Jawa Tengah (Purwokerto) yaitu di pasar tradisional, rumah tangga,
toko, dan warung. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
(purposive sampling). Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan pada bulan
November 2005 sampai bulan April 2006.
Teknik Penarikan Contoh
Pangan yang diambil dalam penelitian ini adalah jenis pangan yang telah
terdapat dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang diterbitkan
oleh Departemen Kesehatan tahun 1979 tetapi belum terdapat dalam Daftar
Ukuran Rumah Tangga (URT). Jumlah pangan yang diteliti sebanyak 354 jenis
pangan dengan lima kali ulangan dari setiap jenis pangan untuk setiap ukuran
kualitatifnya kelompok kecil, sedang, dan besar. Pengulangan hanya dilakukan
lima kali untuk setiap ukuran kualitatifnya dari setiap jenis pangan karena
jumlah sampel pangan yang diambil cukup banyak. Pengambilan contoh
dilakukan dengan penarikan contoh acak sederhana dari sumber yang sama
untuk setiap jenis pangan. Pengamatan langsung dilakukan untuk menentukan
ukuran kualitatif dari satuan URT yaitu kriteria kecil, sedang, dan besar dari
setiap contoh dengan membandingkan ukuran contoh yang diukur dengan contoh
lain yang tersedia.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer yang dikumpulkan terdiri dari data jenis pangan,
ukuran rumah tangga (kecil, sedang, dan besar), ukuran panjang, lebar, tebal
serta diameter ukuran rumah tangga yang diukur. Pengukuran dilakukan untuk
data berat pangan dengan menggunakan timbangan rumah tangga, untuk data
panjang, lebar, dan tebal dengan menggunakan penggaris serta untuk data
diameter dengan menggunakan pita ukur merek butterfly. Satuan Ukuran
Rumah Tangga (URT) yang diukur merupakan jenis peralatan makan yang biasa
digunakan di dalam rumah tangga seperti piring, gelas, sendok, mangkok,
sedangkan untuk buah dan sayur digunakan satuan potong, buah, dan ikat. Data
-
25
sekunder didapatkan dari studi pustaka dari buku karangan Almatsier (2004),
data Departemen Kesehatan (1979), data Dartemen Pertanian (2002), dan Zakir
(1991) tentang Daftar Ukuran Rumah Tangga untuk beberapa jenis pangan yaitu
sebanyak 270 jenis pangan.
Pengolahan dan Analisis Data
Format data base untuk jenis pangan yang diteliti disusun dalam bentuk
tabel seperti terlihat pada Tabel 3 untuk setiap jenis pangan dengan ukuran
kualitatif dari satuan Ukuran Rumah Tangga (yaitu kriteria kecil, sedang, dan
besar), panjang, lebar, diameter, dan hasil konversinya dalam satuan berat
(gram). Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excell
untuk mengetahui nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata, standar deviasi,
dan CV (Coeficien of varian) dari setiap jenis pangan yang diteliti berdasarkan
ukuran kualitatif dari satuan Ukuran Rumah Tangga (kecil, sedang, dan besar).
Nilai CV yang masih bisa diterima adalah kurang dari sepuluh persen. Artinya
variasi nilai yang masih bisa diterima apabila memiliki CV kurang dari sepuluh
persen.
Tabel 3 Format data base untuk jenis pangan yang diteliti
Langkah-Langkah Pengukuran URT
Penelitian ini dilakukan dengan penimbangan berat (g) dan pengukuran
panjang (cm), lebar (cm), tebal (cm), dan diameter (cm) dari contoh jenis pangan
yang diteliti. Pengukuran dan penimbangan jenis pangan yang diteliti dilakukan
Kode DKBM
Jenis Pa-
ngan
Ulang- an
JenisURT
Ke- cil (g)
Se- dang (g)
Be- sar (g)
Pan- jang (cm)
Le- bar
(cm)
Tebal/tinggi (cm)
Dia- me- ter
(cm)
-
26
di beberapa lokasi penelitian seperti di pasar tradisional, rumah tangga, toko, dan
warung. Pembagian lokasi penelitian dilakukan berdasarkan pertimbangan
keberadaan jenis pangan yang diteliti. Bagan langkah- langkah yang dilakukan
dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Identifikasi pangan yang terdapat dalam DKBM tetapi belum ada dalam daftar URT
Penentuan lokasi pengambilan contoh
(pasar tradisional, rumah tangga, warung, dan toko)
Penentuan URT dari contoh
Penentuan kriteria kecil, sedang, dan besar
Pengacakan untuk mendapatkan lima buah contoh dari setiap jenis pangan
Penimbangan (pengukuran berat)
Pengukuran ukuran fisik panjang, lebar, tebal, dan diameter
Pengolahan dan analisis data
Penyajian data Gambar 2 Langkah -langkah yang Dilakukan dalam Penelitian
Penggolongan jenis pangan dilakukan berdasarkan penggolongan dalam
Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang terdiri dari 10 golongan, yaitu
1) golongan serealia, umbi-umbian, dan hasil olahnya, 2) kacang-kacangan, biji-
bijian, dan hasil olahnya, 3) daging dan hasil olahnya, 4) telur dan hasil olahnya,
5) ikan, kerang, udang, dan hasil olahnya, 6) sayuran dan hasil olahnya, 7) buah-
buahan, 8) susu dan hasil olahnya, 9) lemak dan minyak, dan 10) serba serbi.
Penentuan lokasi pengambilan contoh dilakukan dengan prioritas pertama di
pasar tradisional. Kemudian apabila sampel tidak ditemukan di pasar tradisional
maka dilakukan di tingkat rumah tangga, toko, dan yang terakhir adalah di
warung. Namun apabila terdapat sampel yang ditemukan di ke empat lokasi
penelitian tersebut maka tetap diprioritaskan diambil di pasar tradisional. Tabel
4 menunjukkan pengukuran jenis pangan berdasarkan tempat.
-
27
Tabel 4 Pengukuran jenis pangan berdasarkan tempat Tempat Jenis pangan berdasarkan kelompok pangan
P A S A R
T R A D I S I O N A L
1. Serealia, umbi, dan hasil olahnya
Kakap Pe-Cay
Belitung, Mentah Kembung Salada Air Beras Ketan Hitam Keong Terong Belanda Beras Ketan Putih Kepiting Terong Asam Beras, Parboiled Kerang Tespong, Daun Ganyong, Mentah Kodok Tomat Muda Gaplek Kerupuk Udang, Berpati Cabe Hijau Besar Jagung Kuning, Muda
Layang Cabe Merah Besar, Segar
Jagung Putih, Segar Lemuru
Cabe Rawit, Segar
Kerupuk Aci Peda Banjar
7. Buah-buahan
Ketela Pohon Kuning Pepetek
Bengkuang
Oyek (Dari Singkong) Petis Udang
Buah Mentega (Bisbul)
2. Kacang, biji-bijian dan hasil olahnya
Pindang Banjar Buah Nona
Ampas Tahu Pindang Benggol Cempeda
Biji Jambu Mete Pindang Layang Jeruk Nipis
Bongkrek (Tempe Bungkil)
Pindang Selar Kecil Erbis
Bungkil Kacang Tanah Rebon (Udang Kecil Segar)
Gandaria
Kacang Bogor, Mentah Rebon, Kering Kesemek
Kacang Gude, Biji Sela, Segar Kokosan
Kluwak Sepat, Kering Langsat
Kembang Tahu, Mentah Tembang Mangga gedong
Pala, Biji Teri, Bubuk Mangga golek
Tempe Gembus Teri Nasi, Kering Mangga Harum Manis
Kerupuk Melinjo, Mentah
Cumi-Cumi, Segar Mangga Indramayu
Wijen Cue Selar Kuning Mangga Kopek
Abon Mujair, Segar Mangga Muda
3. Daging dan hasil olahnya
Terasi Merah Menteng
Daging Domba Udang, Kering Pala, Daging Daging Kerbau
6. Sayuran dan hasil olahnya
Pisang Angle
Ginjal Babi Bayam Merah Pisang Lampung Ginjal Domba Bawang Bombay Pisang Mas Ginjal Sapi Bengkuang Pisang Oli Ham Bit Pisang Raja Hati Babi Boros Kunci Pisang Raja Uli Kerupuk Kulit Kerbau Buncis, Asam Pisang Siam
-
28
Tabel 4 Lanjutan Tempat Jenis pangan berdasarkan kelompok pangan
PASAR
T R A D I S I O N A L
4. Telur dan Hasil olahnya
Daun Kemang Rambutan
Telur Bebek, Telur Asin Daum Kemangi Rambutan, Aceh Telur Terubuk Daun Sintrong Srikaya 5. Ikan dan hasil olahnya
Daun Lobak 9. Lemak dan minyak
Bader (Tawes) Jagung Muda, Bertongkol Lemak Kerbau
Bawal Jamur Kuping, Kering Ekor Kuning Kapri Muda Belut Segar, Mentah Kacang Gude, Muda Gabus, Segar Kelewih Gabus Kering Leunca, Buah Ikan Mas Lobak
R U M A H
T A N G G A
1. Serealia, umbi, dan hasil olahnya
Lamtoro (Pete Cina) Biji Muda
Daun Oyong
Belitung, Kukus Lamtoro, Biji Tua Daun Pete Cina Beras Ketan Putih, Tumbuk
Oncom, Pepes Enceng Gondok
Beras Ketan Putih, Kukus
Oncom Kacang Tanah, Pepes
Gambas, Lodeh
Beras Ketan Putih, Tape Pete Segar Jantung Pisang, Segar Beras Ketan Hitam, Tumbuk
Saga, Biji Tanpa Kulit Jotang
Beras Ketan Hitam, Kukus
Santan (Kelapa Saja) Kangkung, Kukus
Beras Ketan Hitam, Tape Sari Kedelai, Bubuk Kangkung, Tumis Beras Menir Susu Kedelai Kacang Panjang, Tumis Beras Merah, Tumbuk Taoco Kool Kembang Beras Pecah Kulit 3. Daging dan Hasil
Olahnya Koro Kerupuk, Buah
Jagung Kuning, Giling Angsa Krokot Jagung Putih, Giling Dideh, Darah Ayam Kucai Jagung Kuning, Pipil Baru
4. Telur dan Hasil Olahnya
Kucai Muda (Lokio)
Jagung Putih, Pipil Baru Telur Ayam, Bagian Kuning
Pepaya, Lodeh
Jagung Kuning, Pipil Lama
Telur Ayam, Bagian Putih Prey (Bawang Daun)
Jagung Putih, Pipil Lama Telur Ayam, Ceplok Rebung Jagung, Grontol Telur Ayam, Dadar Selada Air, Rebus Gadung, Kukus Telur Bebek, Bagian
Kuning Toge, Seduh
Ganyong, Kukus Telur Bebek, Bagian Putih
Toge - Tahu, Makanan
Katul Beras Telur Bebek, Ceplok Tebu Terubuk Katul Jagung Telur Bebek, Dadar Tekokak, Kering Sente 5. Ikan, kerang, udang,
dan hasil olahnya Terong + Oncom, Makanan
Suweg, Kukus Belut Segar, Goreng Tomat, Sari (Juice) Singkong, Kukus Ikan Asin, Bilis Goreng Cabe Merah Besar,
Kering Tales, Kukus Ikan Asin, Japuh Goreng Sop Kool
-
29
Tabel 4 Lanjutan Tempat Jenis pangan berdasarkan kelompok pangan
R U M A H
T A N G G A
Tepung Garut (Arrowroot)
Ikan Asin, Gabus Goreng Sop Kool Dan Wortel
Ubi Jalar Putih Ikan Asin, Pari Goreng Susupan Ubi Jalar Rebus Ikan Asin, Pepetek
Goreng Ubi Jalar, Sayur
Ubi Jalar Sayur Ikan Asin, Sirinding Goreng
7. Buah-buahan
Vermicelli Ikan Mas, Goreng Arbei 2. Kacang, Biji-bijian, dan hasil olahnya
Kerupuk Ikan, Berpati Asam, Masak Dipohon
Bungkil Biji Karet Lele, Goreng Jeruk Manis, Air (Sari) Bungkil Kelapa Petis Ikan Pisang Siam, Goreng Biji Jambu Mete, Goreng Sardines, Dalam Kaleng 8. Susu dan Hasil
Olahnya Kacang Arab Selar, Kering Kepala Susu (Cream) Kacang Bogor, Goreng Teri, Tepung Susu Ibu (Asi) Kacang Bogor, Rebus Cumi-Cumi, Goreng 9. Lemak dan Minyak Kacang Kedelai, Basah Mujair, Goreng Minyak Kelapa Sawit Kacang Gude, Biji Muda Mujair, Pepes 10. Serba serbi Kacang Merah, Segar Rebus
Mujair, Dendeng Mentah Agar-agar
Kacang Panjang, Biji Mujair, Dendeng Goreng Bonggol Pisang Kacang Tanah, Rebus Berkulit
6. Sayuran dan Hasil Olahnya
Bonggol Pisang, Kering
Kacang Tanah, Sangan Tidak Berselaput
Andewi Daun Cincau
Kacang Tunggak, Rempeyek
Bayam, Rebus Jahe
Koro Roway, Biji Bayam, Tumis Bersantan Gula Kelapa Koro Benguk, Biji Bayam, Tumis + Oncom Kopi, Bagian Yang
Larut Koro Kerupuk, Biji Baligo Krupuk Ikan, Berpati Koro Loke, Biji Bawang Putih Kunyit Jengkol Daun Bawang Lemon Squasih Jengkol, Semur Jengkol Daun Kelor Lemonade Kelapa Muda, Air Daun Kelor, Rebus Merica Kelapa Setengah Tua, Daging
Daun Kumak Serbuk Coklat
Kelapa Tua, Daging Daun Mengkudu, Kukus Setrup, Sirup Kembang Tahu, Rebus Daun Poh-Pohan Teh Kecipir, Biji Daun Semanggi Tempuyak Kemiri Daun Singkong, Lodeh Kacang Tanah,
Rempeyek Kerupuk Melinjo, Tebal Goreng
Daun Ubi Jalar, Kukus Kacang Tunggak, Rebus
Kerupuk Melinjo, Tebal Goreng
Daun Labu Siam Bawang Merah
Kerupuk Melinjo, Tipis Goreng
Daun Leunca
Ketumbar Daun Lompong Tales
-
30
Tabel 4 Lanjutan Tempat Jenis pangan berdasarkan kelompok pangan
T O K O
1. Serealia, umbi-umbian, dan Hasil Olahnya
5. Ikan, kerang, dan Hasil Olahnya
10. Serba serbi
Tepung Kentang Teri, Segar Bir (4 % Alkohol)
2. Kacang, Biji-bijian dan hasil olahnya
6. Sayuran dan Hasil Olahnya
Dodol
Kacang Tanah, Atom
Kalakai
Gelatine
Kenari
Peterseli
Gula Aren
Kwaci 8. Susu dan Hasilnya Olahnya
Jam Selai
Taokoa Es Cream Coklat Manis, Batang 3. Daging dan Hasil Olahnya
9. Lemak dan Minyak Coklat Pahit, Batang
Daging Asap Dendeng
Minyak Wijen Coklat Susu, Batang
Daging Sapi Kura -Kura
W A R U N G
1. Serealia, umbi-umbian, dan Hasil Olahnya
Worst (Sosis Daging) Bandeng
Roti Warna Sawo Matang
4. Telur dan Hasil Olahnya
10. Serba serbi
3. Daging dan Hasil Olahnya
Telur Penyu
Ragi
Empal Goreng
5. Ikan, kerang, dan Hasil Olahnya
Berat berbagai jenis pangan dan ukuran fisik seperti panjang, lebar,
tebal, dan diameter pangan diteliti dalam penelitian ini. Ukuran panjang
digunakan untuk jenis pangan yang berbentuk memanjang, ukuran lebar
digunakan untuk jenis pangan yang memiliki sisi lebar, dan ukuran tebal
digunakan untuk jenis pangan yang memiliki ketebalan yang teratur. Jenis
pangan yang mempunyai bentuk melingkar atau bulat diukur dengan
menggunakan ukuran diameter. Semua ukuran fisik di atas mempunyai satuan
centimeter (cm). Sedangkan untuk ukuran rumah tangga sendok tidak
dilengkapi dengan ukuran fisik, namun batasan yang digunakan adalah satu
peres atau rata atas tidak melebihi tangkai sendok. Selain itu ukuran sendok
relatif sama di setiap tempat.
-
31
Definisi Operasional
1. Ukuran Rumah Tangga (URT) merupakan satuan yang digunakan di
rumah tangga untuk menaksir berat pangan (berat kotor) yang
dikonsumsi berupa satuan gelas, mangkok, sendok, buah, ikat, biji, ekor,
dan potong.
2. Berat bahan pangan merupakan hasil pengukuran berat dari setiap jenis
pangan dalam satuan gram sesuai dengan URT yang digunakan.
3. Ukuran fisik merupakan ukuran kualitatif setiap jenis pangan yang dapat
diamati secara langsung sesuai dengan URT yang digunakan yang
meliputi kriteria kecil, sedang, dan besar.
4. Ukuran pangan besar merupakan ukuran fisik dari setiap jenis pangan
sesuai URT yang digunakan yang paling besar diantara ukuran fisik yang
lainnya.
5. Ukuran pangan sedang merupakan ukuran fisik dari setiap jenis pangan
sesuai URT yang digunakan yang berada diantara ukuran besar dan kecil.
6. Ukuran pangan kecil merupakan ukuran fisik dari setiap jenis pangan
sesuai URT yang digunakan yang paling kecil diantara ukuran fisik yang
lainnya.
-
32
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Ukuran Rumah Tangga
Ukuran Rumah Tangga (URT) merupakan ukuran yang lazim digunakan
di rumah tangga sehari-hari untuk menaksir jumlah pangan yang dikonsumsi
atau dimasak. Satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) diperoleh dari jenis
peralatan makan yang biasa digunakan di dalam rumah tangga seperti piring,
gelas, sendok, mangkok, sedangkan untuk buah dan sayur digunakan satuan
potong, buah, dan ikat.
Kelebihan dari penggunaan daftar Ukuran Rumah Tangga adalah
mempermudah dalam hal menaksir berat pangan yang dikonsumsi oleh individu
dari satuan Ukuran Rumah Tangga menjadi satuan berat (gram). Kesulitan
ataupun kekurangan dari Ukuran Rumah Tangga adalah belum adanya
standardisasi URT di Indonesia sehingga ada kemungkinan beberapa jenis URT
berbeda ukurannya setiap daerah.
Perangkat-perangkat di rumah tangga seperti sendok (makan, teh, sayur)
relatif sama untuk setiap daerah, sedangkan ukuran-ukuran seperti potong, iris,
bungkus, batang, dan ikat ada kemungkinan berbeda antar daerah. Oleh karena
itu dalam penelitian ini dilengkapi pula dengan ukuran fisik yang dapat diukur
seperti panjang, lebar, tebal, dan diameter, sehingga setiap pengguna Daftar URT
sebelum menggunakan daftar tersebut dapat menyesuaikan atau mengkoreksi
beratnya berdasarkan ukuran fisik yang di konsumsi oleh individu.
Setiap daerah di Indonesia memiliki spesifikasi ukuran rumah tangga. Di
daerah Jawa Tengah terdapat ukuran rumah tangga beruk dan cemung.
Ukuran rumah tangga beruk dan cemung ini biasanya digunakan untuk
mengukur atau menakar beras. Di daerah Jawa Barat terdapat ukuran rumah
tangga complong, canting, dan solor. Ukuran rumah tangga complong
biasanya digunakan untuk jenis makanan gula, tepung, dan minyak. Ukuran
canting digunakan untuk minyak. Ukuran solor digunakan untuk kunyit, jahe,
kencur, dan lengkuas. Penelitian ini tidak membahas atau meneliti lebih jauh
mengenai ukuran rumah tangga yang spesifik dari suatu daerah di Indonesia.
Penelitian ini hanya meneliti dan membahas ukuran rumah tangga yang sudah
umum digunakan di seluruh Indonesia.
-
33
Identifikasi jenis pangan dalam Daftar Ukuran Rumah Tangga (DURT)
Keberadaan jenis pangan yang terdapat dalam Daftar URT masih sangat
terbatas. Hal ini dibuktikan dengan jumlah pangan dari Daftar Komposisi Bahan
Makanan yang telah memiliki URT hanya 270 jenis sedangkan sisanya sebanyak
354 jenis pangan belum memiliki URT. Daftar pangan yang sudah memiliki
URT terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil identifikasi jenis pangan yang sudah terdapat dalam Daftar URT No Urut
Kode dkbm
Jenis Pangan Nama URT
Kcl (g)
Sdg (g)
Bsr (g)
Keterangan Sumber Data
1 1 Beras Giling 1 gelas 70 Depkes (1979) 2 2 Beras Giling Masak (Nasi) 3/4 gelas 100 Depkes (1979) 3 15 Beras Setengah Giling 1 gelas 100 Depkes (1979) 4 16 Bihun 1 gelas 100 Depkes (1979) 5 17 Biskuit 1 buah 10 Depkes (1979) 6 25 Jagung Putih, Muda 1 buah 10 17 26 Zakir (1991) 7 26 Jagung Kuning, Segar 1 tongkol 200 Depkes (1979) 8 29 Jali 1 gelas 93 Deptan (2002) 9 30 Jawawut 1 gelas 110 Deptan (2002) 10 33 Gadung, Mentah 1 potong 105 Deptan (2002) 11 38 Gembili 1 potong 111 Deptan (2002) 12 39 Havermout 1 sdm 8,2 Depkes (1979) 13 42 Kentang 1 biji 100 Depkes (1979) 14 44 Ketela Pohon (Singkong) 1 potong 100 Depkes (1979) 15 47 Makaroni 1 gelas 100 Depkes (1979) 16 48 Maizena (Pati Jagung) 1 sdm 5 Depkes (1979) 17 49 Mie, Basah 1 gelas 100 Depkes (1979) 18 50 Mie, Kering 1 gelas 50 Depkes (1979) 19 52 Pati Singkong (Tapioka) 1 sdm 5 Depkes (1979) 20 53 Roti Putih 1 iris 20 Depkes (1979) 21 56 Suweg, Mentah 1 potong 102 Deptan (2002) 22 59 Singkong, Tape 1 potong 100 Depkes (1979) 23 60 Tales, Mentah 1 biji 200 Depkes (1979) 24 63 Tepung Beras 1 sdm 6 Depkes (1979) 25 64 Tepung Jagung Kuning 1 sdm 4,2 Depkes (1979) 26 65 Tepung Jagung Putih 1 sdm 4,2 Depkes (1979) 27 67 Tepung Gaplek 1 sdm 6 Depkes (1979) 28 68 Tepung Sagu 1 sdm 6 Depkes (1979) 29 69 Tepung Terigu 1 sdm 5 Depkes (1979) 30 70 Tim (Nasi Tim) 1 gelas 200 Depkes (1979) 31 71 Centel 1 gelas 73 Depkes (1979) 32 72 Ubi Jalar Merah 1 biji 150 Depkes (1979) 33 76 Uwi 1 potong 104 Deptan (2002) 34 94 Kacang Kedelai, Kering 1 sdm 10 Depkes (1979) 35 97 Kacang Ijo 1 sdm 10 Deptan (2002) 36 98 Kacang Merah 1 sdm 10 Depkes (1979) 37 100 Kacang Merah, Kering Rebus 1 sdm 10 Depkes (1979) 38 102 Kacang Tanah, Kupas Kulit 1 sdm 10 Depkes (1979) 39 105 Kacang Tanah, Sangan bselaput 1 sdm 10 Depkes (1979)
-
34
Tabel 5 Lanjutan No Urut
Kode dkbm
Jenis Pangan Nama URT
Kcl (g)
Sdg (g)
Bsr (g)
Keterangan Sumber Data
40 116 Keju Kacang Tanah 1 sdm 10 Depkes (1979) 41 118 Kelapa Muda, Daging 1 potong 30 Depkes (1979) 42 123 Kacep 1 sdm 10 Depkes (1979) 43 133 Nangka, Biji 1 biji 19 Depkes (1979) 44 134 Oncom Kedele 1 potong 25 Depkes (1979) 45 143 Santan (Kelapa + Air) 1 gelas 200 Depkes (1979) 46 147 Tempe Kedelai Murni 1 potong 25 Depkes (1979) 47 148 Tepung Kacang Kedelai 1 sdm 6 Depkes (1979) 48 149 Tepung Hunkwee 1 sdm 10 Depkes (1979) 49 154 Tahu 1 biji 10 Depkes (1979) 50 158 Ayam 1 potong 50 Depkes (1979) 51 161 Babat 1 potong 30 Depkes (1979) 52 162 Bebek (Itik) 1 potong 45,0 Almatsier (2004) 53 163 Corned Beef 1 sdm 22,5 Almatsier (2004) 54 164 Daging Anak Sapi 1 potong 35 Depkes (1979) 55 166 Daging Babi Gemuk 1 potong 50 Depkes (1979) 56 167 Daging Babi Kurus 1 potong 25 Depkes (1979) 57 169 Daging Kambing 1 potong 40 Depkes (1979) 58 172 Daging Sapi 1 potong 50 Depkes (1979) 59 175 Dideh, Darah Sapi 1 potong 25 Depkes (1979) 60 182 Hati Sapi 1 potong 50 Depkes (1979) 61 184 Lemak Babi (Bacon) 1 potong 5 Depkes (1979) 62 185 Leverwost (Sosis Hati) 1 potong 50,0 Depkes (1979) 63 186 Otak 1 potong 60,0 Almatsier (2004) 64 188 Usus Sapi 1 bulatan 25 Depkes (1979) 65 190 Telur Ayam 1 butir 60 Depkes (1979) 66 195 Telur Bebek (Itik) 1 butir 60 Depkes (1979) 67 214 Ikan Asin, Kering 1 potong 25 Depkes (1979) 68 221 Ikan Asin. Teri Goreng 1 sdm 15 Depkes (1979)
69 224 Ikan Segar 1 potong (6x5x4) 50 Depkes (1979)
70 253 Teri, Kering 1 sdm 8 Depkes (1979) 71 254 Teri Kering, Tawar 1 sdm 15,0 Almatsier (2004) 72 268 Udang, Segar 1 gelas 200 Depkes (1979) 73 272 Bayam, Segar 1 mangkok 50 Depkes (1979) 74 273 Bayam, Kukus 1 gelas 100 Depkes (1979) 75 285 Buncis 1 buah 10 Zakir (1991) 76 286 Buncis, Rebus 1 gelas 100 Depkes (1979) 77 289 Daun Bluntas 1 mangkok 50 Depkes (1979) 78 290 Daun Jambu Mete, Muda 1 mangkok 50 Depkes (1979) 79 291 Daun Gandaria 1 mangkok 50 Depkes (1979) 80 292 Daun Kacang Panjang 1 mangkok 50 Depkes (1979) 81 293 Daun Kacang Panjang, Kukus 1 gelas 100 Depkes (1979) 82 295 Daun Ubi Jalar 1 mangkok 50 Depkes (1979) 83 296 Daun Kedondong 1 mangkok 50 Depkes (1979) 84 297 Daun Katuk 1 mangkok 50 Depkes (1979) 85 298 Daun Katuk, Rebus 1 gelas 100 Depkes (1979) 86 307 Daun Singkong 1 ikat 104 Zakir (1991) 87 308 Daun Singkong, Rebus 1 gelas 100 Depkes (1979) 88 310 Daun Tales 1 mangkok 50 Depkes (1979)
-
35
Tabel 5 Lanjutan No Urut
Kode dkbm
Jenis Pangan Nama URT
Kcl (g)
Sdg (g)
Bsr (g)
Keterangan Sumber Data
89 311 Daun Tales, Rebus 1 gelas 100 Depkes (1979) 90 313 Daun Kecipir 1 mangkok 50 Depkes (1979) 91 314 Daun Koro 1 mangkok 50,0 Depkes (1979) 92 316 Daun Labu Waluh 1 mangkok 50,0 Depkes (1979) 93 320 Daun Mangkokan 1 mangkok 50 Depkes (1979) 94 321 Daun Melinjo 1 mangkok 50 Depkes (1979) 95 323 Daun Pakis 1 mangkok 50,0 Depkes (1979) 96 326 Gambas (Uyong) 1 mangkok 50,0 Depkes (1979) 97 330 Jamur Kuping, Segar 1 mangkok 50 Depkes (1979) 98 331 Jamur Coklat (Kulat Siau) 1 mangkok 50 Depkes (1979) 99 332 Jamur Putih (Kulat Putih) 1 mangkok 50 Depkes (1979) 100 337 Kangkung 1 ikat 125 Zakir (1991) 101 338 Kangkung, Rebus 1 gelas 100 Depkes (1979) 102 343 Kacang Kapri, Muda 1 mangkok 50 Depkes (1979) 103 344 Kacang Panjang 1 buah 15 Zakir (1991) 104 345 Kacang Panjang, Kukus 1 gelas 100 Depkes (1979) 105 346 Kacang Panjang, Rebus 1 gelas 100 Depkes (1979) 106 348 Kembang Turi 1 mangkok 50 Depkes (1979) 107 349 Ketimun 1 buah 83 142 208 Zakir (1991) 108 350 Kecipir, Buah Muda 1 mangkok 50,0 Depkes (1979) 109 353 Kool Merah, Kool Putih 1 buah 255 493 849 Zakir (1991) 110 359 Labu Air 1 mangkok 50 Depkes (1979) 111 360 Labu Siam 1 buah 162 200 243 Zakir (1991) 112 363 Melinjo 1 buah 2,3 Zakir (1991) 113 364 Nangka Muda 1 potong 300,0 Depkes (1979) 114 365 Pepaya Muda 1 mangkok 50 Depkes (1979) 115 367 Paria (Pare) 1 buah 70 109 172 Zakir (1991) 116 368 Paria Putih, Kukus 1 gelas 100 Depkes (1979) 117 373 Sawi 1 buah 41 74 112 Zakir (1991) 118 374 Selada 1 mangkok 50 Depkes (1979) 119 377 Seledri 1 mangkok 50 Depkes (1979) 120 378 Toge, Kacang Ijo 1 mangkok 50 Depkes (1979) 121 379 Toge, Kedelai 1 mangkok 50 Depkes (1979) 122 380 Toge, Kacang Tunggak 1 mangkok 50 Depkes (1979) 123 384 Tekokak 1 mangkok 50 Depkes (1979) 124 386 Terong 1 mangkok 50 Depkes (1979) 125 387 Terong, Kukus 1 gelas 100 Depkes (1979) 126 393 Tomat Masak 1 buah 43 62 87 Zakir (1991) 127 404 Wortel 1 buah 27 49 88 Zakir (1991) 128 405 Wortel, Kukus 1 gelas 100 Depkes (1979) 129 406 Wortel, Rebus 1 gelas 100 Depkes (1979) 130 407 Alpokat 1 biji 100 Depkes (1979) 131 408 Apel 1 buah 150 Depkes (1979) 132 411 Belimbing 1 buah 125 Depkes (1979) 133 416 Jambu Air 1 buah 50 Depkes (1979) 134 417 Jambu Biji 1 buah 100 Depkes (1979) 135 418 Jambu Bol 1 buah 100 Depkes (1979) 136 419 Jambu Monyet, Buah 1 buah 25 Depkes (1979) 137 420 Jeruk Bali 1 buah 50 Depkes (1979)
-
36
Tabel 5 Lanjutan No Urut
Kode dkbm
Jenis Pangan Nama URT
Kcl (g)
Sdg (g)
Bsr (g)
Keterangan Sumber Data
138 421 Jeruk Garut 1 buah 50 Depkes (1979) 139 422 Jeruk Manis 1 buah 50 Depkes (1979) 140 425 Duku 1 buah 8,9 Depkes (1979) 141 426 Durian 1 biji 17,5 Depkes (1979) 142 427 Embacang 1 buah 100,0 Depkes (1979) 143 430 Kedondong, Masak 1 buah 60 Depkes (1979) 144 431 Kemang 1 buah 105 Depkes (1979) 145 441 Manggis 1 buah 60 73 88 Zakir (1991) 146 443 Nangka , Masak Di Pohon 1 b