urolithiasis
DESCRIPTION
UrolithiasisTRANSCRIPT
BAB II
UROTHILIASIS
A. Definisi Urolithiasis
1. Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu
ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam
saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai
dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan
yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari
fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk
masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea,
muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah. (brunner
and suddatrh, 2002: 1460).
2. Urolithiasis atau Batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih (urolithiasis),
Urolithiasis sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan
diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat
diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter,
buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke
saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah
karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau
batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang
terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan
bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran
kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000).
3. Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung
komponen kristal dan matriks organik. (Suyono, 2001).
4. Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat
terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat
(60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu
tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace
& Neil R. Borley 2006, ILMU BEDAH, hal. 171).
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 4
5. Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air kemih,
yang dimulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior.(DR. Nursalam, M. Nurs &
Fransica B.B, Sistem Perkemihan, hal. 76).
6. Urolithiasis adalah pengkristilan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya
nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam
kalsium ( oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.(Mary
baradero,SPC,MN & Yakobus Siswandi, MSN, klien gangguan ginjal, hal 59).
B. Etiologi Urolithiasis
Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti.
Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu :
1. Idiopatik.
2. Gangguan saluran kemih : fomisis, striktur meatus, hipertrofi prostate, refluks
vesiko-ureteral, ureterokele, konstriksi hubungan ureteropelvik.
3. Gangguan metabolisme : hiperparatiroidisme, hiperurisemia, hiperkalsiuria.
Hiperkalsemia (kalsium serum tinggi) dan hiperkalsiuria (kalsium urin tinggi) dapat
disebabkan oleh:
a. Hiperparatiroidisme
b. Asidosis tubular renal
c. Malignasi
d. Penyakit granulamatosa (sarkoidosis, tuberculosis), yang menyebabkan
peningkatan produksi vitamin D oleh jaringan granulamatosa.
e. Masukan vitamin D yang berlebihan.
f. Masukan susu dan alkali.
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 5
g. Penyakit mieloproliferatif (leukemia, polisitemia, mieloma multiple), yang
menyebabkan proliferasi abnormal sel darah merah dari sumsum tulang.
4. Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease (Proteus
mirabilis).
5. Dehidrasi : kurang minum, suhu lingkungan tinggi.
6. Benda asing : fragmen kateter, telur sistosoma.
7. Jaringan mati (nekrosis papil).
8. Multifaktor : anak di negara berkembang, penderita multitrauma.
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik, meliputi :
a. Herediter : diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
b. Umur : paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
c. Jenis kelamin : jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:
a. Geografi, pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).
b. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
c. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran
kemih.
d. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
Factor lain terutama factor eksogen dan lingkungan yang diduga ikut mempengaruhi
kalkuligenesis antara lain:
1. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu saluran kencing. Infeksi oleh bakteri yang
memecah ureum dan membentuk ammonium akan mengubah PH urin menjadi
alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat
pembentukan batu yang telah ada.
2. Obstruksi dan stasis urin
Adanya obstruksi dan stasis urin akan mempermudah terjadinya infeksi.
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 6
3. Jenis kelamin
Data menunjukkan bahwa batu saluran kencing lebih banyak ditemukan pada pria.
4. Ras
Batu saluran kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia sedangkan pada
penduduk Amerika dan Eropa jarang.
5. Keturunan
Riwayat anggota keluarga yang mempunyai batu saluran kencing mempunyai
factor resiko lebih besar menderita batu saluran kencing dibandingkan dengan
tidak mempunyai riwayat tersebut.
6. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan
kadar substansi dalam urin akan meningkat dan akan mempermudah pembentukan
batu. Kejenuhan air yang diminum sesuai dengan kadar mineralnya terutama
kalsium diperkirakan mempengaruhi terbentuknya batu saluran kencing.
7. Pekerjaan
Pekerja-pekerja keras seperti buruh dan petani akan mengurangi kemungkinan
terjadinya batu saluran kencing daripada pekerja-pekerja yang lebih banyak duduk.
8. Makanan
Pada golongan masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani angka
morbiditas batu saluran kencing berkurang, sedangkan pada golongan masyarakat
dengan kondisi social ekonominya rendah lebih sering terjadi. Penduduk
vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran
kencing (buli-buli dan uretra) dan hanya sedikit yang ditemukan menderita batu
ginjal atau piala.
9. Suhu
Tempat bersuhu panas misalnya di daerah tropis di kamar mesin, meyebabkan
banyak mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah
pembentukan batu saluran kencing.
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 7
C. Klasifikasi Urolithiasis
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat,
asam urat, magnesium-amonium-fosfat (map), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang
komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan
timbulnya batu residif.
Jenis Batu-batu renal :
1. Batu kalsium
Terutama dibentuk oleh pria pada usia rata-rata timbulnya batu adalah dekade
ketiga. Kebanyakan orang yang membentuk batu lagi dan interval antara batu-batu
yang berturutan memendek atau tetap konstan. Kandungan dari batu jenis ini terdiri
atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari kedua jenis batu tersebut.
Faktor yang menyebabkan terjadinya batu kalsium adalah :
a. Hiperkalsiuria
Dapat disebabkan oleh pembuangan kalsium ginjal primer atau sekunder
terhadap absorbsi traktus gastrointestinal yang berlebihan. Hiperkalsiuria
absorptif dapat juga disebabkan oleh hipofosfatemia yang merangsang
produksi vitamin D3.
Tipe yang kurang sering adalah penurunan primer pada reabsorbsi kalsium di
tubulus ginjal, yang mengakibatkan hiperkalsiuria di ginjal.
b. Hipositraturia
Sitrat dalam urin menaikkan kelarutan kalsium dan memperlambat
perkembangan batu kalsium oxalat. Hipositraturia dapat terjadi akibat asidosis
tubulus distal ginjal, diare kronik atau diuretik tiazid.
c. Hiperoksalouria
Terdapat pada 15% pasien dengan penyakit batu berulang (> 60 mg/hari).
Hiperoksaluria primer jarang terjadi, kelainana metabolisme kongenital yang
merupakan autosan resesif yang secara bermakna meningkatkan ekskresi
oksalat dalam urin, pembentukan batu yang berulang dan gagal ginjal pada
anak.
d. Hiperurikorsuria
Kadar asam urat urin melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat urin dapat bertindak
sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat asam
urat dalam urin dapat bersumber dari konsumsi makanan yang kaya purin/
berasal dari metabolisme endogen.
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 8
e. Hipomagnesiuria
Seperti halnya dengan sitrat magnesium bertindak sebagai penghambat
timbulnya batu kalsium karena di dalam urine magnesium akan bereaksi
dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan
kalsium dengan oksalat.
2. Batu asam urat
Batu asam urat merupakan penyebab yang paling banyak dari batu-batu radiolusen
di ginjal. Batu-batu tersebut dapat terbentuk jika terdapat hiperurikosuria dan urin
asam yang menetap. Batu asam urat batu ini dijumpai pada pasien gout, Ph Urin
yang rendah Adalah factor Kritis dalam membantu pembentukan batu asam urat.
Batu ini jarang terbentuk dalam urin basa. Batu terbentuk pada PH dibawah 5,5.
3. Batu struvit
Sering ditemukan dan potensial berbahaya. Batu ini terutama pada wanita,
diakibatkan oleh infeksi saluran kemih oleh bakteri-bakteri yang memiliki urease,
biasanya dari psesies proteus. Batu ini dapat tumbuh menjadi besar dan mengisi
pelvis ginjal dan kalises untuk menimbulkan suatu penampilan seperti “tanduk rusa
jantan”. Dalam urin, kristal struvit berbentuk prisma bersegi empat yang
menyerupai tutup peti mati.obat antibiotik.
Teori pembentukan batu renal :
a. Teori Intimatriks
Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik
Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.
b. Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin,
asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori Presipitasi-Kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine
yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan
mengendap garam-garam fosfat.
d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat
Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat
magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu
Saluran Kencing.
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 9
CemasAkumulasi skret
Aspirasi
Kurangnya pengetahuan
Resiko infeksi
Organisme di entre
Gangguan Nutrisi
Nafsu makan menurun
Peristaltik usus
menurun
Tidak Efektifnya Jalan Napas
Nyeri
Stimulasi reseptor
Mediator bradikinin serotamin
Sel Rusak
Compresi
Edema
Inflamasi
Kurang perawatan
diri
Ruang Pemulihan
Kelemahan Fisik
Tidak adekuat informasi
Luka Sayatan
Luka terbukaAnestesi
Pembedahan Konservatif
Tindakan
Nefrolitiasis
Nefrolithotomi
D. Patofisiologi Urolithiasis
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 10
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis
belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu
antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang
dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin
menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung
pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam
urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin
mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan
batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu
kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat
tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan
terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan
diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan
semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan
batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa
nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu
yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi
struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul
hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada
organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak
mampu melakukan fungsinya secara normal.
E. Manifestasi Klinis Urolithiasis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema.
a. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
- Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria)
dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan
sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 11
- Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.
b. Batu di piala ginjal
- Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.
- Hematuri dan piuria dapat dijumpai.
- Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri
ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
- Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area kostoveterbal,
dan muncul Mual dan muntah.
- Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini
akibat dari reflex renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung
pancreas dan usus besar.
c. Batu yang terjebak di ureter
- Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang
menyebar ke paha dan genitalia.
- Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.
- Hematuri akibat aksi abrasi batu.
- Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.
d. Batu yang terjebak di kandung kemih
- Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus
urinarius dan hematuri.
- Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi
retensi urine.
F. Pemeriksaan Diagnostik Urolithiasis
1. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya
sel darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta
serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan sistin dan batu asam
urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium
fosfat.
2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.
3. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus,
proteus,klebsiela,pseudomonas).
4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein
dan elektrolit.
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 12
5. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada urine)
sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan
kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
7. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan
infeksi/septicemia.
8. Sel darah merah : biasanya normal.
9. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi ( mendorong
presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).
10. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang
reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).
11. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang ureter.
12. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal
atau panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik ( distensi ureter) dan
garis bentuk kalkuli.
13. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan
batu dan efek obstruksi.
14. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter,
dan distensi kandung kemih.
15. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.
G. Penatalaksanaan Medis Urolithiasis
1. Tujuannya :
a. Menghilangkan Batu
b. Menentukan jenis Batu
c. Mencegah kerusakan nefron
d. Mengendalikan infeksi
e. Mengurangi obstuksi yang terjadi
f. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
2. Cara penanganan :
a. Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan,
morfin diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar biasa. Mandi air
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 13
hangat di area panggul dapat bermanfaat. Cairan yang diberikan, kecuali pasien
mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang
memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang
belakang batu sehingga mendorong passase batu tersebut ke bawah. Masukan
cairan sepanjang hari mengurangi kosentrasi kristaloid urine, mengencerkan urine
dan menjamin haluaran urine yang besar.
b. Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter ureteral kecil
untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi ( jika mungkin), akan
segera mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.
c. Terapi nutrisi dan Medikasi. Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah
batu ginjal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu
dalam diet yang merupakan bahan utama pembentuk batu(mis.kalsium), efektif
untuk mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu
yang telah ada. Minum paling sedikit 8 gelas sehari untuk mengencerkan urine,
kecuali dikontraindikasikan.
- Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet dapat
membantu mencegah pembentukan batu lebih lanjut.
- Batu fosfat, diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang memiliki
batu fosfat, untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium hidroksida dapat
diresepkan karena agens ini bercampur dengan fosfor, dan
mengeksikannyamelalui saluran intensial bukan ke system urinarius.
- Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah purin,
untuk mengurangi ekskresi asam urat dalam urine.
- Batu oksalat, urine encer dipertahankan dengan pembatasan pemasukan
oksalat. Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran hijau berdaun
banyak, kacang,seledri, coklat,the, kopi.
- Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi,
modaritas penanganan mencakup terapi gelombang kejut ekstrakorporeal,
pengankatan batu perkutan, atau uteroroskopi.
d. Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur noninvasive yang
digunakan untuk menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu itu pecah
menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara
spontan
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 14
e. Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi menggabungkan
keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk mengankat batu renal tanpa
pembedahan mayor.
f. Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan suatu alat
ureteroskop melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan menggunakan laser,
lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.
g. Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat dilakukan
sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain,
dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut
(struvit).
h. Pengangkatan Bedah,sebelum adanya lithotripsy, pengankatan batu ginjal secara
bedah merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal, pembedahan
dilakukan dengan nefrolitotomi (Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu atau
nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu di
piala ginjal diangat dengan pielolitotomi, sedangkan batu yang diangkat dengan
ureterolitotomi, dan sistostomi jika batu berada di kandung kemih., batu
kemudian dihancur dengan penjepit alat ini. Prosedur ini disebut sistolitolapaksi.
H. Komplikasi Urolithiasis
1. Obstruksi Ginjal
2. Perdarahan
3. Infeksi
4. Hidronefrosis
I. Pencegahan UrolithiasisBatu ginjal terutama mengandung kalsium, fosfor dan atau oksalat. Pencegahan batu
ginjal makanan dan minuman yang harus dibatasi:
1. Makanan kaya vitamin D harus dihindari (vitamin D meningkatkan reabsorpsi
kalsium).
2. Garam meja dan makanan tinggi natrium harus dikurangi (Na bersaing dengan Ca
dalam reabsorpsinya diginjal).
3. Daftar makanan berikut harus dihindari :
a. Produk susu: semua keju (kecuali keju yang lembut dan keju batangan); susu dan
produk susu (lebih dari ½ cangkir per hari); krim asam (yoghurt).
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 15
b. Daging, ikan, unggas: otak, jantung, hati, ginjal, sardine, sweetbread, telur, ikan.
c. Sayuran: bit hijau, lobak, mustard hijau, bayam, lobak cina, buncis kering,
kedelai, seledri.
d. Buah: kelembak, semua jenis beri, kismis, buah ara, anggur.
e. Roti, sereal, pasta: roti murni, sereal, keripik, roti gandum, semua roti yang
dicampur pengembang roti, oatmeal, beras merah, sekam, benih gandum, jagung
giling, seluruh sereal kering (kecuali keripik nasi, com flakes).
f. Minuman: teh, coklat, minuman berkarbonat, bir, semua minuman yang dibuat
dari susu atau produk susu.
g. Lain-lain: kacang, mentega kacang, coklat, sup yang dicampur susu, semua krim,
makanan pencuci mulut yang dicampur susu atau produk susu (kue basah, kue
kering, pie).
Tabel 1. Tindakan atau terapi untuk pencegahan timbulnya kembali batu saluran kemih
JENIS BATU FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA BATU
JENIS OBAT-TINDAKAN
MEKANISME KERJA OBAT
KALSIUM Hiperkalsiuri absorbtif
Hiperkalsiuri renal
Hiperkalsiuri resorptif
Hipositraturi
Hipomagnesiuri
Hiperurikosuri
Natrium selulosa fosfat
Thiazide
Orthofosfat
Thiazide
Paratiroidektomi
Potasium sitrat
Magnesium sitrat
Allopurinol Potasium alkali
Mengikat Ca dalam usus → absorbsi ↓
↑ Reabsorbsi Ca di tubulus
↓ Sintesa vitamin D
↑ Urin inhibitor
↑ Reabsorbsi Ca di tubulus
↓ Resorpsi Ca dari tulang
↑ pH ↑ sitrat ↓ ca urine
↑ Mg urine
↑ Urat ↑ pH
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 16
Hiperoksaluria AllopurinolPyrodoxinKalsium suplemen
↓ urat
MAP Infeksi Antibiotika AHA (Aminohydroxamic acid)
Eradikasi infeksiUrease inhibitor
Urat Dehidrasi (pH urine ↓ )hiperurikosuri
Hidrasi cukupPotasium alkaliallopurinol
↑ pH ↓ urat
J. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Urolithiasis1. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1) Klien mengeluh nyeri tidak
bisa ditahan
2) Klien mengeluh demam
3) Klien mengatakan mual dan
muntah
4) Klien mengatakan BAK sedikit
dan bila diraba pada urine
seperti ada pasir
5) Klien mengatakan bekerja
sebagai supir truk dan
mempunyai kebiasaan jarang
minum air mineral
6) Klien mengatakan hobi makan
jeroan dan minum soft drink
1) Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
2) TD : 150/90 mmhg
3) N : 110x/menit
4) S : 38 c
5) Pada saat dipalpasi didapatkan nyeri
tekan pada daerah susut costo-
vertebra
6) Pada saat diperkusi didapatkan nyeri
ketuk pada daerah costo vertebra
7) Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan :
8) Uric acid : 8 mg/dl
9) BUN : 80 mg/dl
10) Creatinin : 1,7 mg/dl
11) Leukosit : 14000 u/l
12) Rencana besok akan dilakukan
pemeriksaan BNO-IVP dan USG
Ginjal
2. Analisa DataData Masalah Etiologi
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 17
Ds :
1) klien mengeluh nyeri
tidak bisa ditahan
2) klien mengatakan mual
dan muntah
Do :
1) pada pemeriksaan fisik
didapatkan :
2) TD : 150/90 mmHg
3) N : 110x/menit
4) Pada saat dipalpasi
didapatkan nyeri tekan
pada daerah susut costo-
vertebra
5) Pada saat diperkusi
didapatkan nyeri ketuk
pada daerah costo
vertebra
Nyeri peningkatan frekuensi
kontraksi ureteral, taruma
jaringan, edema dan iskemia
seluler.
Ds:
1) klien mengatakan BAK
sedikit dan bila diraba
pada urine seperti ada
pasir
2) klien mengatakan
bekerja sebagai supir
truk dan mempunyai
kebiasaan jarang minum
air mineral
3) klien mengatakan hobi
makan jeroan dan
minum sift drink
Gangguan
eliminasi urine
stimulasi kandung kemih
oleh batu, iritasi ginjal dan
ureter, obstruksi mekanik
dan peradangan
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 18
Do :
1) Pada pemeriksaan
laboratorium
didapatkan:
- Uric acid : 8 mg/dl
- BUN : 80 mg/dl
- Creatinin : 1,7
mg/dl
Ds :
1) klien mengeluh demam
Do :
1) S : 38 c
2) Leukosit : 14000 u/l
Infeksi pembentukan batu pada
traktus urinarius
3. Diagnosa keperawatan Pre operasi :
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi uretral.
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan situasi kandung kemih oleh
batu,iritasi ginjal atau uretral.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah.
4. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan adanya batu pada saluran
kemih (ginjal).
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/ menginggat salah
interpertasi informasi.
Post operasi
1. Resiko kurang volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik
2. Nyeri b.d insisi bedah
3. Perubahan eliminasi perkemihan b.d. penggunaan kateter
4. Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter.
4. IntervensiPre operasi
Diagnosa 1
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 19
Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uretral
Tujuan : - Melaporkan nyeri hilang/berkurang dengan spasme terkontrol
- Tampak rileks mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi Rasional
1. Catat lokasi, lamanya
intensitas (0-10) dan
penyebaran
2. Jelaskan penyebab nyeri dan
pentingnya melaporkan
tentang perubahann kejadian /
karakyeristik nyeri.
3. Berikan tindakan nyaman
contoh pijatan punggung
lingkungan istirahat.
4. Perhatikan keluhan/menetap
nya nyeri abdomen.
5. Berikan banyak cairan bila
tidak ada mual, lakukan dan
pertahankan terapi IV yang
diprogramkan bila mual dan
muntah terjadi.
6. Dorong aktivitas sesuai
toleransi, berikan analgesic
dan anti emetic sebelum
bergerak bila mungkin.
1. Membantu mengevaluasi tempat
abstruksi dan kemajuan gerakan
kalkulus
2. Berikan kesempatan untuk pemberian
analgesic sesuai waktu (membantu
dalam meningkatkan koping pasien dan
dapat menurunkan ansietas).
3. Menaikkan relaksasi menurunkan
tegangan otot dan menaikkan koping
4. Obstruksi lengkap ureter dapat
menyebabkan perforasi dan ekstravasasi
urine ke dalam area perineal.
5. Cairan membantu membersihkan ginjal
dan dapat mengeluarkan batu kecil.
6. Gerakan dapat meningkatkan pasase
dari beberapa batu kecil dan mengurangi
urine statis. Kenmyamanan
meningkatkan istirahat dan
penyembuhan mual disebabkan oleh
peningkatan nyeri.
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 20
Diagnosa 2
Perubahan eliminasi urine berdasarkan slimuti kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal
oleh ureteral
Tujuan - Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya
- Tidak mengalami tanda obstruksi
Intervensi Rasional
1. Awasi pemasukan dan keluaran
serta karakteristik urine
2. Tentukan pola berkemih normal
dan perhatikan variasi
3. Dorong meningkatkan
pemasukan cairan
4. periksa semua urine catat adanya
keluaran batu dan kirim ke
laboratorium untuk analisa
5. Observasi perubahan status
mental,perilaku atau tingkat
kesadaran
6. Awasi pemeriksaan
laboratorium, contoh BUN,
elektrolit, kreatinin.
1. Memberikan informasi tentang fungsi
ginjal, dan adanya komplikasi contoh
infeksi dan perdarahan
2. Kalkulus dapat menyebabkan
ekstibilitas yang menyebabkan sensasi
kebutuhan berkemih segera
3. Peningkatan hidrasi membilas
bakteri,darah dan debris dan dapat
membantu lewatnya batu.
4. Penemuan batu memungkinkan
identifikasi tipe batu dan
mempengaruhi pilihan terapi.
5. Akumulasi sisa uremik dank e tidak
seimbangan elektrolit dapat menjadi
toksik di SSP.
6. Peninggian BUN, kreatinin dan
elektrolit mengidentifikasikan
disfungsi ginjal.
Diagnosa 3
Kekurangan volume cairan berdasarkan mual / muntah
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 21
Tujuan : - Mempertahankan keseimbangan cairan
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik
Intervensi Rasional
1. Awasi intake dan Output
2. Catat insiden muntah,diare
perhatikan karakteristik dan
frekuensi mual / muntah dan
diare.
3. Awasi Hb /Ht, elektrolit
4. Berikan cairan IV
5. Berikan diet tepat,cairan
jernih,makanan lembut sesuai
toleransi.
1. Membandingkan keluaran actual dan
yang diantisifikasi membantu dalam
evaluasi adanya / derajat statis /
kerusakan ginjal.
2. Mual / muntah, diare secara umum
berdasarkan baik kolik ginjal karena
saraf ganglion seliaka pada kedua ginjal
dan lambung.
3. Mengkaji hidrasi dan efektifian /
kebutuhan intervensi.
4. Mempertahankan volume sirkulasi / bila
pemasukan oral tidak cukup,/ menaik
fungsi ginjal.
5. Makanan mudah cerna menurunkan
aktivitas GI / iritasi dan membantu
mempertahankan cairan dan
keseimbangan nutrisi.
Diagnosa 4
Resiko tinggi terhadap cidera berdasarkan adanya batu pada saluran kemih ( ginjal ).
Tujuan : - Fungsi ginjal dalam batas normal
- Urine berwarna kuning / kuning jernih
- Tidak nyeri waktu berkemih.
Intervensi Rasional
1. Pantau :
- Urine berwarna,bau / tiap
1. Untuk deteksi dini terhadap masalah.
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 22
8 jam
- Masukan dan haluaran tiap
8 jam
- PH urine
- TTV setiap 4 jam
2. Saring semua urine,observasi
terhadap kristal. Simpan
kristal untuk dilihat dokter
kirim ke laboratorium
3. Konsultasi dengan dokter
bila pasien sering
berkemih,jumlah urine
sedikit dan terus
menerus,perubahan urine.
4. Berikan obat-obatan sesuai
program untuk
mempertahankan PH urine
tepat.
2. Untuk mendaptakan data- data
keluarnya batu,perubahan diet yang
didasari oleh komposisi batu
3. Temuan-temuan ini menunjukkan
perkembangan obstruksi dan kebutuhan
intervensi progresif.
4. Dengan perubahan PH urine /
peningkatan keasamaan /
alkalinitas,factor solubilitas untuk batu
dapat di control.
Diagnosa 5
Tujuan : - menyatakan pemahaman proses penyakit.
- Menghubungkan gejala dan faktor penyebab.
- Melakukan perubahan prilaku yang perlu dan berpastrisipasi
dalam program pengobatan.
Intervensi Rasional
1. kaji ulang proses penyakit dan
harapan di masa yang datang.
2. tekankan pentingnya
1. memberikan pengetahuan dasar dimana
pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
2. pembilasan sistem ginjal menurunkan
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 23
peningkatan pemasukan
cairan , contoh 3-4 liter per
hari/ 6-8 liter/ hari. Dorong
pasien melaporkan mulut
kering, diuresis (keringat
berlebihan) dan untuk
peningkatan pemasukan
cairan baik bila haus atau
tidak.
3. diet rendah purin, contoh
membatasi daging berlemak,
kalkun, tumbuhan polong,
gandum dan alkohol.
4. diet rendah kalsium, contoh
membatasi ,susu,keju,sayur,
berdaun hijau, yogurt.
5. diet rendah oksalat, contoh
membatasi makan coklat,
minuman mengandung
kafein, bit, bayam.
6. diet rendah kalsium/ fosfat
dengan jeli karbonat
aluminium 30-40 ml, 30
menit/jam.
7. diskusikan program obat-
obatan, hindari obat yang
dijual bebas dan membaca
semua label produk/
kandungan dalam makanan.
kesempatan statis ginjal atau
pembentukan batu.
3. menurunkan pemasukan oral terhadap
prekusor asam urat.
4. menurunkan resiko pembentukan batu
kalsium.
5. menurunkan pembentukan batu oksalat.
6. mencegah kalkulus fosfat dengan
membentuk presipitrat yang larut dalam
traktus GI, menguragi beban nefron
ginjal.
7. obat-obatan diberikan untuk
mengasamkan mengakalikan urine,
tergantung pada penyebab dasar
pembentukan batu.
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 24
8. mendengar dengan aktif
tentang terapi / perubahan
pola hidup.
9. tunjukan perawatan yang
tepat terhadap insisi/ kateter
bila ada.
8. membantu pasien berkerja melalui
perasaan dan meningkatkan rasa kontrol
apa yang terjadi.
9. meningkatkan kemampuan perawatan
diri, dan kemandirian.
Post operasi
Diagnosa 1
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan haemoregik / hipovolemik
Tujuan : - tanda tanda vital stabil
- kulit kering dan elastic
- intake output seimbang
- insisi mulai sembuh, tidak ada perdarahan melalui selang
Diagnosa 2
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 25
Intervensi rasional
1. Kaji balutan selang kateter
terhadap perdarahan setiap jam
dan lapor dokter.
1. Anjurkan pasien untuk
mengubah posisi selang atau
kateter saat mengubah posisi.
3. Pantau dan catat intake output
tiap 4 jam, dan laporan ketidak
seimbangan.
4. Kaji tanda vital dan turgor kulit,
suhu tiap 4-8 jam.
1. mengetahui adanya perdarahan.
2. mencegah perdarahan pada luka insisi
3. mengetahui kesimbangan dalam
tubuh.
4. dapat menunjukan adanya
dehidrasi / kurangnya volume cairan
Nyeri berhubungan dengan insisi bedah
Tujuan : pasien melaporkan meningkatanya kenyamanan yang ditandai dengan
mudah untuk bergertak, menunjukkan ekspresi wayah dan tubuh yang relaks.
Intervensi Rasional
1. Kaji intensitas,sifat, lokasi pencetus
daan penghalang factor nyeri.
2. Berikan tindakan kenyamanan non
farmakologis, anjarkan tehnik
relaksasi, bantu pasien memilih
posisi yang nyaman.
3. Kaji nyeri tekan, bengkak dan
kemerahan.
4. Anjurkan pasien untuk menahan
daerah insisi dengan kedua tangan
bila sedang batuk.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik.
1. menentukan tindakan selanjutnya
2. dengan otot relkas posisi dan
kenyamanan dapat mengurangi
nyeri.
3. peradangan dapat menimbulkan
nyeri.
4. untuk mengurangi rasa nyeri. R/
obat
5. analgetik dapat mengurangi nyeri.
Diagnosa 3
Perubahan eliminasi perkemihan berhubungan dengan pemasangan alat medik
( kateter).
Tujuan : pasien berkemih dengan baik, warna urine kuning jernih dan dapat
berkemih spontan bila kateter dilepas setelah 7 hari.
Intervensi Rasional
1. Kaji pola berkemih normal pasien.
2. Kaji keluhan distensi kandung
kemih tiap 4 jam
1. untuk membandingkan apakah ada
perubahan pola berkemih.
2. kandung kemih yang tegang
disebabkan karena sumbatan
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 26
3. Ukur intake output cairan.
4. Kaji warna dan bau urine dan nyeri.
5. Anjurkan klien untuk minum air
putih 2 Lt /sehari , bila tidak ada
kontra indikasi.
kateter.
3. untuk mengetahui keseimbangan
cairan
4. untuk mengetahui fungsi ginjal.
5. untuk melancarkan urine.
Diagnosa 4
Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah dan pemasangan kateter.
Tujuan : - Insisi kering dan penyembuhan mulai terjadi.
- Drainase dan selang kateter bersih.
Intervensi Rasional
1. Kaji dan laporkan tanda dan gejala
infeksi luka (demam, kemerahan,
bengkak, nyeri tekan dan pus)
2. Kaji suhu tiap 4 jam.
3. Anjurkan klien untuk menghindari
atau menyentuk insisi.
4. Pertahankan tehnik steril untuk
mengganti balutan dan perawatan
luka.
1. mengintervensi tindakan
selanjutnya.
2. peningkatan suhu menandakan
adanya infeksi.
3. menghindarkan infeksi.
4. menghindari infeksi silang
S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 27