urolithiasis

37
BAB II UROTHILIASIS A. Definisi Urolithiasis 1. Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah. (brunner and suddatrh, 2002: 1460). 2. Urolithiasis atau Batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih (urolithiasis), Urolithiasis sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli- buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 4

Upload: zoddickg

Post on 05-Dec-2014

105 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Urolithiasis

TRANSCRIPT

Page 1: Urolithiasis

BAB II

UROTHILIASIS

A. Definisi Urolithiasis

1. Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu

ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam

saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu mulai

dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran perkemihan

yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam ukuran dan dari

fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter cukup besar untuk

masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea,

muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti teh atau merah. (brunner

and suddatrh, 2002: 1460).

2. Urolithiasis atau Batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih (urolithiasis),

Urolithiasis sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan

diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat

diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter,

buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke

saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah

karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau

batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang

terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan

bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran

kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000).

3. Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang mengandung

komponen kristal dan matriks organik. (Suyono, 2001).

4. Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat

terlarut dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat

(60%), fosfat sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu

tripel fosfat akibat infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace

& Neil R. Borley 2006, ILMU BEDAH, hal. 171).

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 4

Page 2: Urolithiasis

5. Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air kemih,

yang dimulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior.(DR. Nursalam, M. Nurs &

Fransica B.B, Sistem Perkemihan, hal. 76).

6. Urolithiasis adalah pengkristilan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya

nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam

kalsium ( oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.(Mary

baradero,SPC,MN & Yakobus Siswandi, MSN, klien gangguan ginjal, hal 59).

B. Etiologi Urolithiasis

Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti.

Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu :

1. Idiopatik.

2. Gangguan saluran kemih : fomisis, striktur meatus, hipertrofi prostate, refluks

vesiko-ureteral, ureterokele, konstriksi hubungan ureteropelvik.

3. Gangguan metabolisme : hiperparatiroidisme, hiperurisemia, hiperkalsiuria.

Hiperkalsemia (kalsium serum tinggi) dan hiperkalsiuria (kalsium urin tinggi) dapat

disebabkan oleh:

a. Hiperparatiroidisme

b. Asidosis tubular renal

c. Malignasi

d. Penyakit granulamatosa (sarkoidosis, tuberculosis), yang menyebabkan

peningkatan produksi vitamin D oleh jaringan granulamatosa.

e. Masukan vitamin D yang berlebihan.

f. Masukan susu dan alkali.

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 5

Page 3: Urolithiasis

g. Penyakit mieloproliferatif (leukemia, polisitemia, mieloma multiple), yang

menyebabkan proliferasi abnormal sel darah merah dari sumsum tulang.

4. Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease (Proteus

mirabilis).

5. Dehidrasi : kurang minum, suhu lingkungan tinggi.

6. Benda asing : fragmen kateter, telur sistosoma.

7. Jaringan mati (nekrosis papil).

8. Multifaktor : anak di negara berkembang, penderita multitrauma.

Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu

saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik, meliputi :

a. Herediter : diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.

b. Umur : paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

c. Jenis kelamin : jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.

Faktor ekstrinsik, meliputi:

a. Geografi, pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi

daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu).

b. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat

meningkatkan insiden batu saluran kemih.

c. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran

kemih.

d. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak

duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

Factor lain terutama factor eksogen dan lingkungan yang diduga ikut mempengaruhi

kalkuligenesis antara lain:

1. Infeksi

Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan

menjadi inti pembentukan batu saluran kencing. Infeksi oleh bakteri yang

memecah ureum dan membentuk ammonium akan mengubah PH urin menjadi

alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat

pembentukan batu yang telah ada.

2. Obstruksi dan stasis urin

Adanya obstruksi dan stasis urin akan mempermudah terjadinya infeksi.

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 6

Page 4: Urolithiasis

3. Jenis kelamin

Data menunjukkan bahwa batu saluran kencing lebih banyak ditemukan pada pria.

4. Ras

Batu saluran kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia sedangkan pada

penduduk Amerika dan Eropa jarang.

5. Keturunan

Riwayat anggota keluarga yang mempunyai batu saluran kencing mempunyai

factor resiko lebih besar menderita batu saluran kencing dibandingkan dengan

tidak mempunyai riwayat tersebut.

6. Air minum

Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi

kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan

kadar substansi dalam urin akan meningkat dan akan mempermudah pembentukan

batu. Kejenuhan air yang diminum sesuai dengan kadar mineralnya terutama

kalsium diperkirakan mempengaruhi terbentuknya batu saluran kencing.

7. Pekerjaan

Pekerja-pekerja keras seperti buruh dan petani akan mengurangi kemungkinan

terjadinya batu saluran kencing daripada pekerja-pekerja yang lebih banyak duduk.

8. Makanan

Pada golongan masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani angka

morbiditas batu saluran kencing berkurang, sedangkan pada golongan masyarakat

dengan kondisi social ekonominya rendah lebih sering terjadi. Penduduk

vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran

kencing (buli-buli dan uretra) dan hanya sedikit yang ditemukan menderita batu

ginjal atau piala.

9. Suhu

Tempat bersuhu panas misalnya di daerah tropis di kamar mesin, meyebabkan

banyak mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah

pembentukan batu saluran kencing.

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 7

Page 5: Urolithiasis

C. Klasifikasi Urolithiasis

Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat,

asam urat, magnesium-amonium-fosfat (map), xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang

komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan

timbulnya batu residif.

Jenis Batu-batu renal :

1.   Batu kalsium

Terutama dibentuk oleh pria pada usia rata-rata timbulnya batu adalah dekade

ketiga. Kebanyakan orang yang membentuk batu lagi dan interval antara batu-batu

yang berturutan memendek atau tetap konstan. Kandungan dari batu jenis ini terdiri

atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari kedua jenis batu tersebut.

Faktor yang menyebabkan terjadinya batu kalsium adalah :

a.   Hiperkalsiuria

Dapat disebabkan oleh pembuangan kalsium ginjal primer atau sekunder

terhadap absorbsi traktus gastrointestinal yang berlebihan. Hiperkalsiuria

absorptif dapat juga disebabkan oleh hipofosfatemia yang merangsang

produksi vitamin D3.

Tipe yang kurang sering adalah penurunan primer pada reabsorbsi kalsium di

tubulus ginjal, yang mengakibatkan hiperkalsiuria di ginjal.

b.   Hipositraturia

Sitrat dalam urin menaikkan kelarutan kalsium dan memperlambat

perkembangan batu kalsium oxalat. Hipositraturia dapat terjadi akibat asidosis

tubulus distal ginjal, diare kronik atau diuretik tiazid.

c.   Hiperoksalouria

Terdapat pada 15% pasien dengan penyakit batu berulang (> 60 mg/hari).

Hiperoksaluria primer jarang terjadi, kelainana metabolisme kongenital yang

merupakan autosan resesif yang secara bermakna meningkatkan ekskresi

oksalat dalam urin, pembentukan batu yang berulang dan gagal ginjal pada

anak.

d.  Hiperurikorsuria

Kadar asam urat urin melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat urin dapat bertindak

sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat asam

urat dalam urin dapat bersumber dari konsumsi makanan yang kaya purin/

berasal dari metabolisme endogen.

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 8

Page 6: Urolithiasis

e.  Hipomagnesiuria

Seperti halnya dengan sitrat magnesium bertindak sebagai penghambat

timbulnya batu kalsium karena di dalam urine magnesium akan bereaksi

dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan

kalsium dengan oksalat.

2.  Batu asam urat

Batu asam urat merupakan penyebab yang paling banyak dari batu-batu radiolusen

di ginjal. Batu-batu tersebut dapat terbentuk jika terdapat hiperurikosuria dan urin

asam yang menetap. Batu asam urat batu ini dijumpai pada pasien gout, Ph Urin

yang rendah Adalah factor Kritis dalam membantu pembentukan batu asam urat.

Batu ini jarang terbentuk dalam urin basa. Batu terbentuk pada PH dibawah 5,5.

3.   Batu struvit

Sering ditemukan dan potensial berbahaya. Batu ini terutama pada wanita,

diakibatkan oleh infeksi saluran kemih oleh bakteri-bakteri yang memiliki urease,

biasanya dari psesies proteus. Batu ini dapat tumbuh menjadi besar dan mengisi

pelvis ginjal dan kalises untuk menimbulkan suatu penampilan seperti “tanduk rusa

jantan”. Dalam urin, kristal struvit berbentuk prisma bersegi empat yang

menyerupai tutup peti mati.obat antibiotik.

Teori pembentukan batu renal :

a.    Teori Intimatriks

Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik

Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang

mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.

b.    Teori Supersaturasi

Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin,

asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.

c.    Teori Presipitasi-Kristalisasi

Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine

yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan

mengendap garam-garam fosfat.

d.    Teori Berkurangnya Faktor Penghambat

Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat

magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu

Saluran Kencing.

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 9

Page 7: Urolithiasis

CemasAkumulasi skret

Aspirasi

Kurangnya pengetahuan

Resiko infeksi

Organisme di entre

Gangguan Nutrisi

Nafsu makan menurun

Peristaltik usus

menurun

Tidak Efektifnya Jalan Napas

Nyeri

Stimulasi reseptor

Mediator bradikinin serotamin

Sel Rusak

Compresi

Edema

Inflamasi

Kurang perawatan

diri

Ruang Pemulihan

Kelemahan Fisik

Tidak adekuat informasi

Luka Sayatan

Luka terbukaAnestesi

Pembedahan Konservatif

Tindakan

Nefrolitiasis

Nefrolithotomi

D. Patofisiologi Urolithiasis

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 10

Page 8: Urolithiasis

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis

belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu

antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang

dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin

menyajikan sarang untuk pembentukan batu.

Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung

pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam

urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin

mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan

batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu

kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat

tidak dipengaruhi oleh pH urin.

Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan

terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan

diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan

semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.

Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan

batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa

nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu

yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi

struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul

hidronefrosis karena dilatasi ginjal.

Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada

organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak

mampu melakukan fungsinya secara normal.

E. Manifestasi Klinis Urolithiasis

Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya

obstruksi, infeksi dan edema.

a.    Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan

tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.

-     Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria)

dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan

sedikit gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 11

Page 9: Urolithiasis

-     Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.

b.    Batu di piala ginjal

-     Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.

-  Hematuri dan piuria dapat dijumpai.

- Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri

ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.

-    Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area kostoveterbal,

dan muncul Mual dan muntah.

-    Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini

akibat dari reflex renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung

pancreas dan usus besar.

c.    Batu yang terjebak di ureter

-     Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang

menyebar ke paha dan genitalia.

-    Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.

-    Hematuri akibat aksi abrasi batu.

-      Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.

d.    Batu yang terjebak di kandung kemih

-    Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus

urinarius dan hematuri.

-    Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi

retensi urine.

F. Pemeriksaan Diagnostik Urolithiasis

1.  Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya

sel darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta

serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan sistin dan batu asam

urat) atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium

fosfat.

2.  Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.

3.  Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus,

proteus,klebsiela,pseudomonas).

4.   Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein

dan elektrolit.

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 12

Page 10: Urolithiasis

5.   BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada urine)

sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan

iskemia/nekrosis.

6.  Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan

kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.

7.  Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan

infeksi/septicemia.

8.   Sel darah merah : biasanya normal.

9.   Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi ( mendorong

presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).

10. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang

reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).

11. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area

ginjal dan sepanjang ureter.

12. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal

atau panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik ( distensi ureter) dan

garis bentuk kalkuli.

13. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan

batu dan efek obstruksi.

14. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter,

dan distensi kandung kemih.

15. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

G. Penatalaksanaan Medis Urolithiasis

1. Tujuannya :

a. Menghilangkan Batu

b. Menentukan jenis Batu

c. Mencegah kerusakan nefron

d. Mengendalikan infeksi

e. Mengurangi obstuksi yang terjadi

f. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).

2. Cara penanganan :

a. Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan,

morfin diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar biasa. Mandi air

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 13

Page 11: Urolithiasis

hangat di area panggul dapat bermanfaat. Cairan yang diberikan, kecuali pasien

mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang

memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang

belakang batu sehingga mendorong passase batu tersebut ke bawah. Masukan

cairan sepanjang hari mengurangi kosentrasi kristaloid urine, mengencerkan urine

dan menjamin haluaran urine yang besar.

b. Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter ureteral kecil

untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi ( jika mungkin), akan

segera mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.

c. Terapi nutrisi dan Medikasi. Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah

batu ginjal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu

dalam diet yang merupakan bahan utama pembentuk batu(mis.kalsium), efektif

untuk mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu

yang telah ada. Minum paling sedikit 8 gelas sehari untuk mengencerkan urine,

kecuali dikontraindikasikan.

- Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet dapat

membantu mencegah pembentukan batu lebih lanjut.

- Batu fosfat, diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang memiliki

batu fosfat, untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium hidroksida dapat

diresepkan karena agens ini bercampur dengan fosfor, dan

mengeksikannyamelalui saluran intensial bukan ke system urinarius.

- Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah purin,

untuk mengurangi ekskresi asam urat dalam urine.

- Batu oksalat, urine encer dipertahankan dengan pembatasan pemasukan

oksalat. Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran hijau berdaun

banyak, kacang,seledri, coklat,the, kopi.

- Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi,

modaritas penanganan mencakup terapi gelombang kejut ekstrakorporeal,

pengankatan batu perkutan, atau uteroroskopi.

d. Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur noninvasive yang

digunakan untuk menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu itu pecah

menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara

spontan

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 14

Page 12: Urolithiasis

e. Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi menggabungkan

keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk mengankat batu renal tanpa

pembedahan mayor.

f. Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan suatu alat

ureteroskop melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan menggunakan laser,

lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.

g. Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat dilakukan

sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain,

dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut

(struvit).

h. Pengangkatan Bedah,sebelum adanya lithotripsy, pengankatan batu ginjal secara

bedah merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal, pembedahan

dilakukan dengan nefrolitotomi (Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu atau

nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu di

piala ginjal diangat dengan pielolitotomi, sedangkan batu yang diangkat dengan

ureterolitotomi, dan sistostomi jika batu berada di kandung kemih., batu

kemudian dihancur dengan penjepit alat ini. Prosedur ini disebut sistolitolapaksi.

H. Komplikasi Urolithiasis

1. Obstruksi Ginjal

2. Perdarahan

3. Infeksi

4. Hidronefrosis

I. Pencegahan UrolithiasisBatu ginjal terutama mengandung kalsium, fosfor dan atau oksalat. Pencegahan batu

ginjal makanan dan minuman yang harus dibatasi:

1. Makanan kaya vitamin D harus dihindari (vitamin D meningkatkan reabsorpsi

kalsium).

2. Garam meja dan makanan tinggi natrium harus dikurangi (Na bersaing dengan Ca

dalam reabsorpsinya diginjal).

3. Daftar makanan berikut harus dihindari :

a. Produk susu: semua keju (kecuali keju yang lembut dan keju batangan); susu dan

produk susu (lebih dari ½ cangkir per hari); krim asam (yoghurt).

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 15

Page 13: Urolithiasis

b. Daging, ikan, unggas: otak, jantung, hati, ginjal, sardine, sweetbread, telur, ikan.

c. Sayuran: bit hijau, lobak, mustard hijau, bayam, lobak cina, buncis kering,

kedelai, seledri.

d. Buah: kelembak, semua jenis beri, kismis, buah ara, anggur.

e. Roti, sereal, pasta: roti murni, sereal, keripik, roti gandum, semua roti yang

dicampur pengembang roti, oatmeal, beras merah, sekam, benih gandum, jagung

giling, seluruh sereal kering (kecuali keripik nasi, com flakes).

f. Minuman: teh, coklat, minuman berkarbonat, bir, semua minuman yang dibuat

dari susu atau produk susu.

g. Lain-lain: kacang, mentega kacang, coklat, sup yang dicampur susu, semua krim,

makanan pencuci mulut yang dicampur susu atau produk susu (kue basah, kue

kering, pie).

Tabel 1. Tindakan atau terapi untuk pencegahan timbulnya kembali batu saluran kemih

JENIS BATU FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA BATU

JENIS OBAT-TINDAKAN

MEKANISME KERJA OBAT

KALSIUM Hiperkalsiuri absorbtif

Hiperkalsiuri renal

Hiperkalsiuri resorptif

Hipositraturi

Hipomagnesiuri

Hiperurikosuri

Natrium selulosa fosfat

Thiazide

Orthofosfat

Thiazide

Paratiroidektomi

Potasium sitrat

Magnesium sitrat

Allopurinol Potasium alkali

Mengikat Ca dalam usus → absorbsi ↓

↑ Reabsorbsi Ca di tubulus

↓ Sintesa vitamin D

↑ Urin inhibitor

↑ Reabsorbsi Ca di tubulus

↓ Resorpsi Ca dari tulang

↑ pH ↑ sitrat ↓ ca urine

↑ Mg urine

↑ Urat ↑ pH

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 16

Page 14: Urolithiasis

Hiperoksaluria AllopurinolPyrodoxinKalsium suplemen

↓ urat

MAP Infeksi Antibiotika AHA (Aminohydroxamic acid)

Eradikasi infeksiUrease inhibitor

Urat Dehidrasi (pH urine ↓ )hiperurikosuri

Hidrasi cukupPotasium alkaliallopurinol

↑ pH ↓ urat

J. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Urolithiasis1. Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif

1) Klien mengeluh nyeri tidak

bisa ditahan

2) Klien mengeluh demam

3) Klien mengatakan mual dan

muntah

4) Klien mengatakan BAK sedikit

dan bila diraba pada urine

seperti ada pasir

5) Klien mengatakan bekerja

sebagai supir truk dan

mempunyai kebiasaan jarang

minum air mineral

6) Klien mengatakan hobi makan

jeroan dan minum soft drink

1) Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

2) TD : 150/90 mmhg

3) N : 110x/menit

4) S : 38 c

5) Pada saat dipalpasi didapatkan nyeri

tekan pada daerah susut costo-

vertebra

6) Pada saat diperkusi didapatkan nyeri

ketuk pada daerah costo vertebra

7) Pada pemeriksaan laboratorium

didapatkan :

8) Uric acid : 8 mg/dl

9) BUN : 80 mg/dl

10) Creatinin : 1,7 mg/dl

11) Leukosit : 14000 u/l

12) Rencana besok akan dilakukan

pemeriksaan BNO-IVP dan USG

Ginjal

2. Analisa DataData Masalah Etiologi

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 17

Page 15: Urolithiasis

Ds :

1) klien mengeluh nyeri

tidak bisa ditahan

2) klien mengatakan mual

dan muntah

Do :

1) pada pemeriksaan fisik

didapatkan :

2) TD : 150/90 mmHg

3) N : 110x/menit

4) Pada saat dipalpasi

didapatkan nyeri tekan

pada daerah susut costo-

vertebra

5) Pada saat diperkusi

didapatkan nyeri ketuk

pada daerah costo

vertebra

Nyeri peningkatan frekuensi

kontraksi ureteral, taruma

jaringan, edema dan iskemia

seluler.

Ds:

1) klien mengatakan BAK

sedikit dan bila diraba

pada urine seperti ada

pasir

2) klien mengatakan

bekerja sebagai supir

truk dan mempunyai

kebiasaan jarang minum

air mineral

3) klien mengatakan hobi

makan jeroan dan

minum sift drink

Gangguan

eliminasi urine

stimulasi kandung kemih

oleh batu, iritasi ginjal dan

ureter, obstruksi mekanik

dan peradangan

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 18

Page 16: Urolithiasis

Do :

1) Pada pemeriksaan

laboratorium

didapatkan:

- Uric acid : 8 mg/dl

- BUN : 80 mg/dl

- Creatinin : 1,7

mg/dl

Ds :

1) klien mengeluh demam

Do :

1) S : 38 c

2) Leukosit : 14000 u/l

Infeksi pembentukan batu pada

traktus urinarius

3. Diagnosa keperawatan Pre operasi :

1.  Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi uretral.

2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan situasi kandung kemih oleh

batu,iritasi ginjal atau uretral.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah.

4.  Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan adanya batu pada saluran

kemih (ginjal).

5.  Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/ menginggat salah

interpertasi informasi.

Post operasi

1.  Resiko kurang volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik

2. Nyeri b.d insisi bedah

3.  Perubahan eliminasi perkemihan b.d. penggunaan kateter

4.  Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter.

4. IntervensiPre operasi

Diagnosa 1

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 19

Page 17: Urolithiasis

Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uretral

Tujuan : - Melaporkan nyeri hilang/berkurang dengan spasme terkontrol

- Tampak rileks mampu tidur/istirahat dengan tepat.

Intervensi Rasional

1. Catat lokasi, lamanya

intensitas (0-10) dan

penyebaran

2. Jelaskan penyebab nyeri dan

pentingnya melaporkan

tentang perubahann kejadian /

karakyeristik nyeri.

3. Berikan tindakan nyaman

contoh pijatan punggung

lingkungan istirahat.

4. Perhatikan keluhan/menetap

nya nyeri abdomen.

5. Berikan banyak cairan bila

tidak ada mual, lakukan dan

pertahankan terapi IV yang

diprogramkan bila mual dan

muntah terjadi.

6. Dorong aktivitas sesuai

toleransi, berikan analgesic

dan anti emetic sebelum

bergerak bila mungkin.

1. Membantu mengevaluasi tempat

abstruksi dan kemajuan gerakan

kalkulus

2. Berikan kesempatan untuk pemberian

analgesic sesuai waktu (membantu

dalam meningkatkan koping pasien dan

dapat menurunkan ansietas).

3. Menaikkan relaksasi menurunkan

tegangan otot dan menaikkan koping

4. Obstruksi lengkap ureter dapat

menyebabkan perforasi dan ekstravasasi

urine ke dalam area perineal.

5. Cairan membantu membersihkan ginjal

dan dapat mengeluarkan batu kecil.

6. Gerakan dapat meningkatkan pasase

dari beberapa batu kecil dan mengurangi

urine statis. Kenmyamanan

meningkatkan istirahat dan

penyembuhan mual disebabkan oleh

peningkatan nyeri.

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 20

Page 18: Urolithiasis

Diagnosa 2

Perubahan eliminasi urine berdasarkan slimuti kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal

oleh ureteral

Tujuan - Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya

- Tidak mengalami tanda obstruksi

Intervensi Rasional

1. Awasi pemasukan dan keluaran

serta karakteristik urine

2. Tentukan pola berkemih normal

dan perhatikan variasi

3. Dorong meningkatkan

pemasukan cairan

4. periksa semua urine catat adanya

keluaran batu dan kirim ke

laboratorium untuk analisa

5. Observasi perubahan status

mental,perilaku atau tingkat

kesadaran

6. Awasi pemeriksaan

laboratorium, contoh BUN,

elektrolit, kreatinin.

1. Memberikan informasi tentang fungsi

ginjal, dan adanya komplikasi contoh

infeksi dan perdarahan

2. Kalkulus dapat menyebabkan

ekstibilitas yang menyebabkan sensasi

kebutuhan berkemih segera

3. Peningkatan hidrasi membilas

bakteri,darah dan debris dan dapat

membantu lewatnya batu.

4. Penemuan batu memungkinkan

identifikasi tipe batu dan

mempengaruhi pilihan terapi.

5. Akumulasi sisa uremik dank e tidak

seimbangan elektrolit dapat menjadi

toksik di SSP.

6. Peninggian BUN, kreatinin dan

elektrolit mengidentifikasikan

disfungsi ginjal.

Diagnosa 3

Kekurangan volume cairan berdasarkan mual / muntah

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 21

Page 19: Urolithiasis

Tujuan : - Mempertahankan keseimbangan cairan

- Membran mukosa lembab

- Turgor kulit baik

Intervensi Rasional

1. Awasi intake dan Output

2. Catat insiden muntah,diare

perhatikan karakteristik dan

frekuensi mual / muntah dan

diare.

3. Awasi Hb /Ht, elektrolit

4. Berikan cairan IV

5. Berikan diet tepat,cairan

jernih,makanan lembut sesuai

toleransi.

1. Membandingkan keluaran actual dan

yang diantisifikasi membantu dalam

evaluasi adanya / derajat statis /

kerusakan ginjal.

2. Mual / muntah, diare secara umum

berdasarkan baik kolik ginjal karena

saraf ganglion seliaka pada kedua ginjal

dan lambung.

3. Mengkaji hidrasi dan efektifian /

kebutuhan intervensi.

4. Mempertahankan volume sirkulasi / bila

pemasukan oral tidak cukup,/ menaik

fungsi ginjal.

5. Makanan mudah cerna menurunkan

aktivitas GI / iritasi dan membantu

mempertahankan cairan dan

keseimbangan nutrisi.

Diagnosa 4

Resiko tinggi terhadap cidera berdasarkan adanya batu pada saluran kemih ( ginjal ).

Tujuan : - Fungsi ginjal dalam batas normal

- Urine berwarna kuning / kuning jernih

-  Tidak nyeri waktu berkemih.

Intervensi Rasional

1. Pantau :

-    Urine berwarna,bau / tiap

1. Untuk deteksi dini terhadap masalah.

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 22

Page 20: Urolithiasis

8 jam

-   Masukan dan haluaran tiap

8 jam

-   PH urine

-   TTV setiap 4 jam

2. Saring semua urine,observasi

terhadap kristal. Simpan

kristal untuk dilihat dokter

kirim ke laboratorium

3. Konsultasi dengan dokter

bila pasien sering

berkemih,jumlah urine

sedikit dan terus

menerus,perubahan urine.

4. Berikan obat-obatan sesuai

program untuk

mempertahankan PH urine

tepat.

2. Untuk mendaptakan data- data

keluarnya batu,perubahan diet yang

didasari oleh komposisi batu

3. Temuan-temuan ini menunjukkan

perkembangan obstruksi dan kebutuhan

intervensi progresif.

4. Dengan perubahan PH urine /

peningkatan keasamaan /

alkalinitas,factor solubilitas untuk batu

dapat di control.

Diagnosa 5

Tujuan : - menyatakan pemahaman proses penyakit.

-    Menghubungkan gejala dan faktor penyebab.

-    Melakukan perubahan prilaku yang perlu dan berpastrisipasi

dalam program pengobatan.

Intervensi Rasional

1. kaji ulang proses penyakit dan

harapan di masa yang datang.

2. tekankan pentingnya

1. memberikan pengetahuan dasar dimana

pasien dapat membuat pilihan

berdasarkan informasi.

2. pembilasan sistem ginjal menurunkan

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 23

Page 21: Urolithiasis

peningkatan pemasukan

cairan , contoh 3-4 liter per

hari/ 6-8 liter/ hari. Dorong

pasien melaporkan mulut

kering, diuresis (keringat

berlebihan) dan untuk

peningkatan pemasukan

cairan baik bila haus atau

tidak.

3. diet rendah purin, contoh

membatasi daging berlemak,

kalkun, tumbuhan polong,

gandum dan alkohol.

4. diet rendah kalsium, contoh

membatasi ,susu,keju,sayur,

berdaun hijau, yogurt.

5. diet rendah oksalat, contoh

membatasi makan coklat,

minuman mengandung

kafein, bit, bayam.

6. diet rendah kalsium/ fosfat

dengan jeli karbonat

aluminium 30-40 ml, 30

menit/jam.

7. diskusikan program obat-

obatan, hindari obat yang

dijual bebas dan membaca

semua label produk/

kandungan dalam makanan.

kesempatan statis ginjal atau

pembentukan batu.

3. menurunkan pemasukan oral terhadap

prekusor asam urat.

4. menurunkan resiko pembentukan batu

kalsium.

5. menurunkan pembentukan batu oksalat.

6. mencegah kalkulus fosfat dengan

membentuk presipitrat yang larut dalam

traktus GI, menguragi beban nefron

ginjal.

7. obat-obatan diberikan untuk

mengasamkan mengakalikan urine,

tergantung pada penyebab dasar

pembentukan batu.

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 24

Page 22: Urolithiasis

8. mendengar dengan aktif

tentang terapi / perubahan

pola hidup.

9. tunjukan perawatan yang

tepat terhadap insisi/ kateter

bila ada.

8. membantu pasien berkerja melalui

perasaan dan meningkatkan rasa kontrol

apa yang terjadi.

9. meningkatkan kemampuan perawatan

diri, dan kemandirian.

Post operasi

Diagnosa 1

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan haemoregik / hipovolemik

Tujuan : - tanda tanda vital stabil

-       kulit kering dan elastic

-       intake output seimbang

-       insisi mulai sembuh, tidak ada perdarahan melalui selang

Diagnosa 2

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 25

Intervensi rasional

1. Kaji balutan selang kateter

terhadap perdarahan setiap jam

dan lapor dokter.

1. Anjurkan pasien untuk

mengubah posisi selang atau

kateter saat mengubah posisi.

3. Pantau dan catat intake output

tiap 4 jam, dan laporan ketidak

seimbangan.

4. Kaji tanda vital dan turgor kulit,

suhu tiap 4-8 jam.

1. mengetahui adanya perdarahan.

2. mencegah perdarahan pada luka insisi

3. mengetahui kesimbangan dalam

tubuh.

4. dapat menunjukan adanya

dehidrasi / kurangnya volume cairan

Page 23: Urolithiasis

Nyeri berhubungan dengan insisi bedah

Tujuan : pasien melaporkan meningkatanya kenyamanan yang ditandai dengan

mudah untuk bergertak, menunjukkan ekspresi wayah dan tubuh yang relaks.

Intervensi Rasional

1. Kaji intensitas,sifat, lokasi pencetus

daan penghalang factor nyeri.

2. Berikan tindakan kenyamanan non

farmakologis, anjarkan tehnik

relaksasi, bantu pasien memilih

posisi yang nyaman.

3. Kaji nyeri tekan, bengkak dan

kemerahan.

4. Anjurkan pasien untuk menahan

daerah insisi dengan kedua tangan

bila sedang batuk.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian analgetik.

1. menentukan tindakan selanjutnya

2. dengan otot relkas posisi dan

kenyamanan dapat mengurangi

nyeri.

3. peradangan dapat menimbulkan

nyeri.

4. untuk mengurangi rasa nyeri. R/

obat

5. analgetik dapat mengurangi nyeri.

Diagnosa 3

Perubahan eliminasi perkemihan berhubungan dengan pemasangan alat medik

( kateter).

Tujuan : pasien berkemih dengan baik, warna urine kuning jernih dan dapat

berkemih spontan bila kateter dilepas setelah 7 hari.

Intervensi Rasional

1. Kaji pola berkemih normal pasien.

2. Kaji keluhan distensi kandung

kemih tiap 4 jam

1. untuk membandingkan apakah ada

perubahan pola berkemih.

2. kandung kemih yang tegang

disebabkan karena sumbatan

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 26

Page 24: Urolithiasis

3. Ukur intake output cairan.

4. Kaji warna dan bau urine dan nyeri.

5. Anjurkan klien untuk minum air

putih 2 Lt /sehari , bila tidak ada

kontra indikasi.

kateter.

3. untuk mengetahui keseimbangan

cairan

4. untuk mengetahui fungsi ginjal.

5. untuk melancarkan urine.

Diagnosa 4

Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah dan pemasangan kateter.

Tujuan : - Insisi kering dan penyembuhan mulai terjadi.

-          Drainase dan selang kateter bersih.

Intervensi Rasional

1. Kaji dan laporkan tanda dan gejala

infeksi luka (demam, kemerahan,

bengkak, nyeri tekan dan pus)

2. Kaji suhu tiap 4 jam.

3. Anjurkan klien untuk menghindari

atau menyentuk insisi.

4. Pertahankan tehnik steril untuk

mengganti balutan dan perawatan

luka.

1. mengintervensi tindakan

selanjutnya.

2. peningkatan suhu menandakan

adanya infeksi.

3. menghindarkan infeksi.

4. menghindari infeksi silang

S1 Keperawatan, 2010. UPNVJ. 27