urgensi pendidikan agama islam, hawmar rosyida

34
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju taklif ( kedewasaan ), baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba dihadapan Khaliq-nya dan sebagai ‘pemelihara’ (khalifah) pada semesta (Tafsir, 1994). Karenanya, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik (generasi penerus ) dengan kemampuan dan keahlian (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah masyarakat (lingkungan). 1.2 Batasan Masalah Untuk mempermudah pemahaman kita tentang pentingnya pendidikan maka penulis membatasi pembahasan mengenai pendidikan ini pada bahasan “ Urgensi Pendidikan Islam “ saja. 1.3 Tujuan HAWMAR ROSYIDA (0707120173) TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU 1

Upload: hawmar-rosyida

Post on 25-Jun-2015

489 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan

manusia menuju taklif ( kedewasaan ), baik secara akal, mental maupun moral, untuk

menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban sebagai seorang hamba dihadapan

Khaliq-nya dan sebagai ‘pemelihara’ (khalifah) pada semesta (Tafsir, 1994). Karenanya,

fungsi utama pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik (generasi penerus )

dengan kemampuan dan keahlian (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan

kesiapan untuk terjun ke tengah masyarakat (lingkungan).

1.2 Batasan Masalah

Untuk mempermudah pemahaman kita tentang pentingnya pendidikan maka

penulis membatasi pembahasan mengenai pendidikan ini pada bahasan “ Urgensi

Pendidikan Islam “ saja.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah :

Agar kita menyadari akan pentingnya pendidikan

Agar mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengembangkan

kemampuan diri

menjadikan generasi islam generasi yang berilmu dengan iman dan taqwa yang

relevan di dalam pribadi masing- masing

melengkapi tugas akhir pendidikan agama islam semester pertama

1.4 Manfaat

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

1

Page 2: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah terciptanya generasi muslim yang

mempunyai keterampilan dan skill yang diperlukan sehingga mampu dan mempunyai

kesiapan untuk terjun kemasyarakat dengan ilmu yang dimilikinya dengan berlandaskan

keimanan dan ketaqwaan.

1.5 Landasan Teori

Dalam lintasan sejarah peradaban Islam, peran pendidikan ini benar-benar bisa

dilaksanakan pada masa-masa kejayaan Islam. Hal ini dapat kita saksikan, di mana

pendidikan benar-benar mampu membentuk peradaban sehingga peradaban Islam

menjadi peradaban terdepan sekaligus peradaban yang mewarnai sepanjang Jazirah

Arab, Asia Barat hingga Eropa Timur. Untuk itu, adanya sebuah paradigma pendidikan

yang memberdayakan peserta didik merupakan sebuah keniscayaan.

Kesadaran akan urgensi ilmu pengetahuan dan pendidikan di kalangan umat

Islam ini tidak muncul secara spontan dan mendadak, namun kesadaran ini merupakan

efek dari sebuah proses panjang yang dimulai pada masa awal Islam (masa ke-Rasul-an

Muhammad). Pada masa itu Muhammad senantiasa menanamkan kesadaran pada

sahabat dan pengikutnya akan urgensi ilmu dan selalu mendorong umat untuk

senantiasa mencari ilmu. Hal ini dapat kita buktikan dengan adanya banyak hadis yang

menjelaskan tentang urgensi dan keutamaan (hikmah) ilmu dan orang yang memiliki

pengetahuan. Bahkan dalam sebuah riwayat yang sangat termashur disebutkan bahwa

Muhammad menyatakan menuntut ilmu merupakan sesuatu yang diwajibkan bagi umat

Islam, baik laki-laki maupun perempuan. Maka dari perlu adanya penanaman diri

mengenai pentingnya pendidikan islam.

BAB II

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

2

Page 3: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PEMBAHASAN

2.1 Sekilas Perjalanan Pendidikan Islam

Meskipun penanaman kesadaran akan urgensi ilmu sudah dimulai pada masa

Muhammad, bahkan pada masa-masa akhir sebelum Muhammad wafat kesadaran akan

pentingnya ilmu bagi kehidupan dapat dikatakan sudah mendarah daging di kalangan

umat Islam (Bilgrami, 1989), namun cikal bakal pendidikan Islam (dalam sebuah

institusi) baru dimulai pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab (Nasr,1994).

Cikal bakal pendidikan Islam dimulai ketika Umar, secara khusus, mengirimkan

‘petugas khusus’ ke berbagai wilayah Islam untuk menjadi guru bagi masyarakat Islam

di wilayah-wilayah tersebut. Para ‘petugas khusus’ ini biasanya bermukim di masjid

(mungkin semacam ta’mir pada masa sekarang) dan mengajarkan tentang Islam kepada

masyarakat melalui halaqah-halaqah-majlis khusus untuk menpelajari agama dan

terbuka untuk umum.

Pada perkembangan selanjutnya, materi yang diperbincangkan pada halaqah-

halaqah ini tidak hanya terbatas pada pengkajian agama , namun juga mengkaji disiplin

dan persoalan lain sesuai dengan apa yang diperlukan masyarakat. Selain itu, diajarkan

pula disiplin-disiplin yang menjadi pendukung kajian agama Islam. Dalam hal ini antara

lain kajian tentang bahasa dan sastra Arab, baik nahwu, sorof maupun balagah. Selain

terjadi pengembangan materi, terdapat pula perkembangan di bidang sarana dan

prasarana ‘pendidikan’, yakni adanya upaya untuk membuat tempat khusus di

(samping) masjid yang digunakan untuk melakukan kajian-kajian tersebut. Tempat

khusus ini kemudian dikenal sebagai Maktab. Maktab inilah yang dapat dikatakan

sebagai cikal bakal institusi pendidikan Islam (Nasr, 1994).

Selain adanya institusi pendidikan yang memiliki kapabilitas tinggi, pada masa

kejayaan Islam, kegiatan keilmuan benar-benar mendapat perhatian ’serius’ dari

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

3

Page 4: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

pemerintah. Sehingga kebebasan akademik benar-benar dapat dilaksanakan, kebebasan

berpendapat benar-benar dihargai, kalangan akademis selalu didorong untuk senantiasa

mengembangkan ilmu melalui forum-forum diskusi, perpustakaan selalu terbuka untuk

umum, bahkan perpustakaan pribadi dan istana pun terbuka untuk umum. (Ahmad

Warid Khan, Okt 1998). Namun setelah kejatuhan Bagdad pada tahun 1258 M, dunia

pendidikan Islam pun mengalami kemunduran dan kejumudan. Paradigma pendidikan

Islam pun mengalami distorsi besar-besaran. Dari serbuah paradigma yang progresif

dengan dilandasi keinginan menegakkan agama Allah menjadi paradigma yang sekedar

mempertahankan apa yang telah ada.

2.2 Rekontruksi Paradigma Pendidikan Islam

Tujuan akhir pendidikan dalam Islam adalah proses pembentukan diri peserta

didik (manusia) agar sesuai dengan fitrah keberadaannya (al-Attas, 1984). Hal ini

meniscayakan adanya kebebasan gerak bagi setiap elemen dalam dunia pendidikan -

terutama peserta didik– untuk mengembangkan diri dan potensi yang dimilikinya secara

maksimal. Pada masa kejayaan Islam, pendidikan telah mampu menjalankan perannya

sebagai wadah pemberdayaan peserta didik, namun seiring dengan kemunduran dunia

Islam, dunia pendidikan Islam pun turut mengalami kemunduran. Bahkan dalam

paradigma pun terjadi pergeseran dari paradigma aktif-progresif menjadi pasid-defensif.

Akibatnya, pendidikan Islam mengalami proses ‘isolasi diri’ dan termarginalkan dari

lingkungan di mana ia berada.

Dari gambaran masa kejayaan dunia pendidikan Islam di atas, terdapat beberapa

hal yang dapat digunakan sebagai upaya untuk kembali membangkitkan dan

menempatkan dunia pendidikan Islam pada peran yang semestinya sekaligus menata

ulang paradigma pendidikan Islam sehingga kembali bersifat aktif-progresif, yakni :

Pertama, menempatkan kembali seluruh aktifitas pendidikan (talab al-ilm) di

bawah frame work agama. Artinya, seluruh aktifitas intelektual senantiasa dilandasi

oleh nilai-nilai agama (baca; Islam), di mana tujuan akhir dari seluruh aktifitas tersebut

adalah upaya menegakkan agama dan mencari ridlo Allah.

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

4

Page 5: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Kedua, adanya perimbangan (balancing) antara disiplin ilmu agama dan

pengembangan intelektualitas dalam kurikulum pendidikan. Salah satu faktor utama dari

marginalisasi dalam dunia pendidikan Islam adalah kecenderungan untuk lebih menitik

beratkan pada kajian agama dan memberikan porsi yang berimbang pada

pengembangan ilmu non-agama, bahkan menolak kajian-kajian non-agama. Oleh karena

itu, penyeimbangan antara materi agama dan non-agama dalam dunia pendidikan Islam

adalah sebuah keniscayaan jika ingin dunia pendidikan Islam kembali survive di tengah

masyarakat.

Ketiga, perlu diberikan kebebasan kepada civitas akademika untuk melakukan

pengembangan keilmuan secara maksimal.. Karena, selama masa kemunduran Islam,

tercipta banyak sekat dan wilayah terlarang bagi perdebatan dan perbedaan pendapat

yang mengakibatkan sempitnya wilayah pengembangan intelektual. Dengan

menghilangkan ,minimal membuka kembali, sekat dan wilayah-wilayah yang selama ini

terlarang bagi perdebatan, maka wilayah pengembangan intelektual akan semakin luas

yang, tentunya, akan membuka peluang lebih lebar bagi pengembangan keilmuan di

dunia pendidikan Islam pada khususnya dan dunia Islam pada umumnya.

Keempat, mulai mencoba melaksanakan strategi pendidikan yang membumi.

Artinya, strategi yang dilaksanakan disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan

di mana proses pendidikan tersebut dilaksanakan. Selain itu, materi-materi yang

diberikan juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, setidaknya selalu ada

materi yang applicable dan memiliki relasi dengan kenyataan faktual yang ada. Dengan

strategi ini diharapkan pendidikan Islam akan mampu menghasilkan sumber daya yang

benar-benar mampu menghadapi tantangan jaman dan peka terhadap lingkungan.

Kemudian, satu faktor lain yang akan sangat membantu adalah adanya perhatian

dan dukungan para pemimpin (pemerintah) atas proses penggalian dan pembangkitan

dunia pendidikan Islam ini. Adanya perhatian dan dukungan pemerintah akan mampu

mempercepat penemuan kembali paradigma pendidikan Islam yang aktif-progresif,

yang dengannya diharapkan dunia pendidikan Islam dapat kembali mampu menjalankan

fungsinya sebagai sarana pemberdayaan dan pendewasaan umat.

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

5

Page 6: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2.3 Pentingnya Pendidikan Islam (Importance Of Islamic

Education )

Pentingnya pendidikan Islam mungkin dapat dipahami secara baik jika kita

memperhatikan kembali wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad SAW.

Kata pertama dari wahyu itu adalah Iqra yang berarti bacalah. Iqra adalah sebuah kata

yang sangat menyeluruh. Ayat ini telah memerintahkan Nabi Muhammad SAW dan

pengikut beliau untuk membaca, menulis, memahami, berbagi dan menyebarkan dengan

segala kemampuan yang dimiliki.

Kata Iqra diulang-ulang pada wahyu pertama ini untuk menekankan bobot

pentingnya. Adalah mengagumkan bahwa tujuan untuk mengajar dan proses pelajaran

diucapkan sebagai ‘qalam’ atau pena. Sesungguhnya pena adalah suatu hadiah yang

mulia dari Allah SWT kepada umat manusia. Hanya manusia yang mendapat perlakuan

khusus, kemampuan dan kehormatan untuk menulis atau merekam pemikiran dan

gagasan mereka. Dengan cara ini umat manusia bisa mendapat manfaat dari pekerjaan

orang-orang yang sebelumnya atau mewariskan pekerjaan yang dicapai oleh mereka

kepada generasi yang akan datang. Tentu saja rekaman audio dan video adalah alternatif

yang modern dari suatu pena.

Bagaimana dan sejak kapankah proses belajar mengajar dimulai? Perlu diketahui

bahwa perintah pertama kepada Nabi Muhammad SAW adalah memajukan pendidikan,

seperti firman Allah SWT dalam surat Ash Shuara 214

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat ,Oleh karenanya,

proses pendidikan harus dimulai dari keluarga kita sendiri. Pada kenyataannya ini

merupakan cara yang dilakukan oleh seluruh Nabi dan Rasul.Allah SWT juga berfirman

kepada orang beriman dalam Al Qur’an. At Tahrim 6

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka

Para Sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “ Bagaimana kita

menyelamatkan keluarga kita dari api neraka?” Rasulullah SAW berkata “Dengan

memberi mereka pendidikan Islam.”

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

6

Page 7: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dengan cara yang sama Allah SWT telah memerintahkan kita dan keluarga kita

untuk mendirikan Shalat dengan sangat teratur. Taha 132

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu

dalam mengerjakannya.

Karenanya pendidikan dan aplikasinya harus dimulai dari keluarga-keluarga kita

sendiri. Pendidikan seperti in akan mempunyai akar yang kuat karena anggota keluarga

lebih mengenali ketulusan kita dan usaha mulia lainnya. Orang luar bisa mencap kita

orang munafik atau gila.

Apakah tujuan yang paling utama dari nenek moyang kita di dalam hidup

mereka? Dalam rangka mencari suatu jawaban bagi pertanyaan ini, baiklah kita

perhatikan peristiwa yang bersejarah ketika Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS

membangun rumah Allah SWT di Makkah. Setelah meyelesaikan tugas ini, mereka

lebih merendahkan dirinya lagi dengan memanjatkan permohonan penting berikut ini,

Al Baqarah 128 :Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh

kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh

kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji

kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima

taubat lagi Maha Penyayang.

Karenanya tujuan nenek moyang kita adalah untuk memperoleh pendidikan dan

untuk mengajarkannya kepada anak-anak mereka sehingga mereka bisa bersungguh-

sungguh bersikap tunduk kepada kehendak Allah SWT. Dalam rangka mencapai tujuan

ini, mereka memanjatkan doa yang historis ini, Al Baqarah 129

Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan

membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al

Kitab (Al Qur’an) dan Al Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka.

Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Allah SWT mengabulkan doa nenek moyang kita ini, dan mengirim Nabi

Muhammad SAW untuk menyelesaikan tujuan pendidikan tersebut. Perhatikan bahwa

diantara semua karunia Allah SWT kepada umat manusia, kebaikan yang paling utama

adalah memberi petunjuk kepada hambaNya. Allah SWT mengingatkan kita atas

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

7

Page 8: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

kebaikan Nya di dalam surat Ali Imran 164

Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah

mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang

membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan

mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum

(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Mari kita teliti bagaimana Nabi Muhammad SAW menyelesaikan sasaran dan

tujuan ini. Nabi Muhammad SAW segera membangun Masjid Nabawi di Madinah

setelah hijrahnya dari Makkah ke Madinah. Cukup lama masjid ini tidak beratap karena

ketiadaan sumber daya keuangan. Para Sahabat Nabi Muhammad SAW shalat di dalam

masjid ini di bawah panas terik dalam jangka waktu lama. Kita mencatat bahwa pada

waktu itu suatu ruangan di Masjid itu telah dikhususkan untuk proses belajar mengajar.

Banyak dari para Sahabat yang biasa tinggal di dalam ruangan ini siang dan malam.

Mereka tidak hanya melakukan kegiatan belajar mengajar saja tetapi juga makan dan

tidur disana. Begitulah semangat nelajar yang tinggi dari mereka.

Suatu hari Nabi SAW keluar dari rumahnya menuju masjid dan menemukan dua

kelompok sahabatnya di dalam masjid itu. Satu kelompok sibuk berdzikir kepada Allah

SWT, sedang kelompok yang lain sibuk dengan proses belajar mengajar antara mereka.

Kedua kelompok sungguh-sungguh melakukan kegiatan yang menguntungkan. Tetapi

bagaimanapun, Nabi Muhammad SAW lebih menyukai untuk bergabung dengan orang

yang sedang dalam proses belajar mengajar. Hal ini menunjukan kecintaan dan

pentingnya pendidikan Islam di dalam pikiran beliau. Beliau biasa bersabda : “Aku

tidak ingin ada hari berlalu dimana aku tidak mempelajari sesuatu hal yang baru.”

Nabi Muhammad SAW juga mengutamakan pendidikan Islam bagi para wanita.

Kita mencatat suatu pengamatan menarik di sebuah buku yang paling tua dalam sejarah

yang disebut Al Maghazy dari Ibnu Ishaq. Menurut buku ini yang baru saja diterbitkan

di Marocco, Nabi Muhammad SAW biasa mengajarkan ayat-ayat yang turun kepada

suatu kelompok laki-laki segera setelah ia menerimanya. Kemudian ia akan

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

8

Page 9: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

mengajarkannya kepada suatu kelompok wanita juga, menandakan pentingnya arti

pendidikan Islam bagi para wanita. Ada beberapa perkataan Muhammad SAW yang

mengacu pada hal ini. Salah satu dari Hadits menyebutkan, “Siapapun yang mempunyai

tiga putri dan bersabar di dalam membesarkan mereka. Itu akan menjadi suatu

perlindungan untuk dia dari hukuman api neraka.” (Bukhari)

Hadits kedua menyatakan, “Siapapun mempunyai tiga putri yang diberinya

tempat berteduh, dukungan, dan mengasihi mereka, surga adalah pahala yang dijanjikan

untuk nya.” (Bukhari)

Pendidikan Islam selalu menjadi prioritas utama di dalam pikiran pemuka-

pemuka Islam, bahkan di dalam keadaan yang sangat buruk. Imam Shafi’i menjadi

yatim piatu ketika ia masih kecil. Ibunya meninggalkan dia dengan saudaranya karena

tidak sanggup membesarkannya dan ibunya kembali kepada orang tuanya.

Imam Shafi’i menghafalkan keseluruhan Al Qur’an ketika ia baru berusia tujuh

tahun. Ia juga mendapat pendidikan Islam lainnya. Ia pindah ke Makkah dengan

pamannya dan mendapat pendidikan tambahan Islam dari ulama terkemuka waktu itu.

Kemudian ia ingin menjadi murid dari Imam Malik di Madinah. Ia tidak punya uang

untuk biaya perjalanan dan kebutuhan pribadi. Ia memperoleh suatu surat rekomendasi

dari guru nya di Makkah untuk permohonan beasiswa. Imam Shafi’i menyerahkan surat

ini kepada Imam Malik yang membacanya dan kemudian menjadi marah, “Apakah

kamu berpikir pendidikan Islam hanya mengandalkan surat rekomendasi saja.” Tetapi

bagaimanapun Imam Malik melihat bakat dari anak muda ini. Ia tidak saja hanya

menerima sebagai siswanya tetapi juga melengkapi segala kebutuhan nya dari sakunya

sendiri. Imam Shafi’i membuktikan dirinya berbeda di antara para siswa Imam Malik

lainnya.

Dengan cara yang sama, kita temukan suatu situasi yang menarik pada Imam As

Sarakhsy yang hidup di abad kelima setelah Hijrah. Ia adalah seorang tenaga ahli dalam

masalah hukum Islam dan sangat berani dan jujur. Para penguasa pada masanya

memaksakan pajak yang tak adil kepada rakyat. Sesungguhnya para penguasa itu

memboroskan uang dan ingin membebani rakyat lebih banyak lagi. Imam As Sarakhsy

mengajarkan rakyat untuk tidak membayar pajak itu. Penguasa tidak bisa membunuh

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

9

Page 10: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

dia, tetapi mereka memenjarakan Imam di dalam suatu sumur mati. Imam tinggal

selama empat belas tahun di dalam sumur itu. Ia mendapat ijin dari pengawalnya untuk

mnerima kunjungan para siswanya untuk duduk di tepi sumur. Imam mendiktekan

kepada para siswanya penjelasan dari buku As Sayr Al Kabeer yang ditulis oleh seorang

siswa Imam Abu Hanifa. Penjelasan ini ditulis dalam empat jilid. Dengan cara yang

sama, Imam As Sarakhsy mendiktekan secara lisan dan membukukan Kitab Al Mabsoot

dalam tigapuluh jilid. Lusinan buku lain juga ditulis dari sumur mati ini oleh Imam As

Sarakhsy.

Kita mengetahui bahwa Nabi Yusuf biasa memberikan pendidikan kepada para

narapidana lainnya ketika ia dipenjara. Karenanya proses belajar mengajar harus terus-

menerus dilakukan. Seharusnya, suatu pertanyaan timbul di benak kita: “Apa yang kita

peroleh dengan menuntut dan menyampaikan pendidikan Islam?”.

Allah SWT berfirman di dalam Al Qur’an Ath Thur 21 :Dan orang-orang yang

beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami

hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun

dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.

Dengan kata lain, jika anak-anak ternyata masuk ke surga dengan tingkat yang

lebih rendah dibanding orang tua mereka, kemudian orang tua berharap bahwa

keseluruhan keluarga dipersatukan didalam surga. Allah SWT berjanji disini untuk

mempersatukan mereka, dengan syarat bahwa anak-anak mempunyai iman sebaik orang

tua mereka dan bahwa mereka mengikuti jejak orang tua mereka dalam kehidupan

sehari-hari.

Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya termasuk tanda-tanda datangnya

hari Kiamat adalah hilangnya ilmu dan meluasnya kebodohan."

Hadits ini menunjukkan bahwa dengan hilangnya ilmu pengetahuan, umur dunia

semakin mendekati akhirnya. Ini merupakan sebuah isyarat bahwa ilmu itu adalah suatu

hal yang penting, karena ilmu adalah keperluan mendasar manusia. Ilmu yang

dimaksudkan dalam hadits ini adalah ilmu Islam. Ilmu Islam mempunyai kedududkan

yang penting untuk memahami agama. Begitu juga ilmu pengetahuan yang lain karena

ada persamaannya yaitu sama-sama diperlukan dalam kehidupan.

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

10

Page 11: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  Rasulullah SAW bersabda: "Seorang imam(pemimpin) adalah bagaikan

pengembala, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya."(H.R.

Ahmad, Syaikhan, Tirmidzi, Abu Dawud, dari Ibnu Umar).

  Pendidikan adalah kebutuhan mendasar bagi setiap umat manusia. Pendidikan

bukan hanya sebagai kebutuhan sampingan, karena tanpa adanya pendidikan martabat

manusia tidak akan menjadi mulia. Dengan demikian salah satu kewajiban seorang

pemimpin dalam sebuah negara adalah memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya melalui

pendidikan ilmu pengetahuan yang diperlukan oleh setiap individu dalam setiap bidang

kehidupan, dengan cara menyediakan sekolah baik dari tingkat sekolah dasar sampai

tingkat perguruan tinggi.

  Allah menciptakan manusia di dunia disertai dengan segala panduannya,

termasuk dalam sistem pendidikan. Dalam pandangan islam, bersekolah atau menuntut

ilmu merupakan suatu kewajiban. Hendaknya ditanamkan pada anak didik bahwa

belajar atau menuntut ilmu hukumnya wajib, jika dilakukan akan mendapat pahala dan

derajat yang tinggi, dan kalo tidak dilakukan berarti dosa. Hal ini kebanyakan tidak

dipikirkan oleh masyarakat sekuler saat ini.

 

2.4 Manusia dan Ilmu Pengetahuan

Akal dan Pengetahuan  

Perbedaan dan perubahan tingkatan pandangan hidup manusia timbul karena

perbedaan tingkatan pendapat akal. Berlainan pendapat karena berlainan pengetahuan,

pendidikan dan berbeda pula bumi tempat tegak.Jika akal itu telah tinggi keranba tinggi

pengetahuan (ilmu) dipatrikan oleh ketingian pengelaman, bertambahlah tinggi darjat

orang yang mempunyainya.Karena sesungguhnya segala sesuatu yang ada dalam alam

ini, hakikatnya sama saja, yang berubah adalah pendapat orang yang

menyelidikinya.Maka kepandaian manusia menyelidiki itulah yang menjadi pangkal

bahagia atau celakanya.

  Bertambah luas akal, bertambah luaslah hidup, bertambah datanglah bahagia.

Bertambah sempit akal, bertambah sempit pula hidup, bertambah datanglah celaka.

Oleh agama perjalanan bahagia itu telah diberi berakhir.Puncakya yang penghabisan

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

11

Page 12: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ialah kenal pada Tuhan, baik makrifat kepadaNya, baik taat kepadaNya, dan sabar atas

musibahNya.Tidak ada lagi hidup di atas itu!

 

Pengalaman Hidup Sebagai Unsur Dalam Pendidikan

Pengalaman adalah sebagai langkah pertama dalam pembelajaran, adapun

pelajaran hidup yang kedua ialah memperhatikan alam. Alam adalah laksana sebuah

kitab besar yang terhampar di muka kita, di dalamnya tertulis perjuangan hayat yang

telah ditempuh lebih dahulu oleh orang lain. Di situ dapat kita lihat bagaimana orang

lain telah sukses, telah mujur dan bahagia, dan dapat pula kita melihat mereka jatuh,

tersungkur, ada yang tak bangun lagi, ada yang menyesal selama-lamanya. Kita dengar

teriakan orang yang kesakitan, maka kita tanyakan kepadanya apa sebab dia jatuh,

setelah tahu kita lalu lagi di jalan yang penuh dilaluinya. Semuanya itu kita pelajari

dengan saksama dari kitab yang terbentang itu. Itulah rahasia perkataan raja dari segala

pujangga dunia, Nabi Muhammad saw, mengambil iktibar dari kejadian orang lain itu

adalah jalan beroleh bahagia.

  Di dalam hidup bermasyarakat ada beberapa undang-undang yang harus dijaga

dan diperhatikan. Ada yanmg berhubungan dengan kesehatan tubuh, dengan keberesan

akal (dengan ilmu pengetahuan dan cara berfikir yang wajar yang dipelajari) dan yang

berhubungan dengan kemuliaan budi. Di samping itu pula yang tertentu untuk menjaga

kemenangan dan kebahagiaan. Semua pokok undang-undang yang mesti dijalankan itu

adalah buah perjalanan hidup manusia sejak dunia terkembang, ditambah, diperbaru,

menurut perkembangan zaman dan waktu, dengan pimpinan dari alam ghaib. Kalau

segala peraturan itu dijaga, dipelajari dan dijalankan (dalam pendidikan secara formal

atau tidak formal) hiduplah manusia dalam hikmat Tuhan, dianugerahkanNya, dan

barangsiapa yang beroleh hikmat itu, berarti dia telah mendapat perolehan yang amat

banyak.

  

Pendidikan dan Pembentukan Peribadi Manusia

  Orang-orang yang baru mencapai seujung kuku ilmu, dan terlalu banyak

ditimbulkan keraguan dan kehilangan iman dalam dadanya kerana pengaruh kaum

Qrientalis dan zending dan missi Kristen (serta juga para pemikir pascamodenisme-p)

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

12

Page 13: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

pernah mengambil ayat ini jadi bukti bahawa al-Quran itu diturunkan hanya buat orang

Arab, sebab di dalamnya tersebut unta.dan menyangka dengan mengemukakan

demikian, mereka telah mengemukakan sesuatu (yang bersifat) “ilmiah”.

  Dalam menyokong budaya berfikir yang diajarkan Quran Hamka menguraikan

dalam “Tafsur al-Azhar”nya -jld2 dalam hubungan dengan ayat 190-191 Surah ali

‘Imran yang bermaksud bahawa dalam kejadian langit dan bumi dan silih bergantinya

siang dan malam adalah beberapa tanda bagi orang-orang yang berakal (ulil-albab), iaitu

mereka yang mengingati Allah sewaktu berdiri, duduk dan berbaring dan berfikir

tentang kejadian langit dan bumi. Mereka berdoa bermaksud wahai Tuhan tidaklah

Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia.

 

Dalam hubungan dengan pendidikan akhlak dalam suluhan cahaya Quran, dalam

“tafsir Al-Azhar”nya, (jld 6, hlm 4029 dst) beliau memberi huraian yang terang dan

mendetail berkenaan dengan maksud-maksud dalam ayat-ayat 23-39 Surah bani Isra’il)

yang menyentuh: akhlak dan adab kesopanan dengan Allah supaya jangan syirik

terhadapnya, dan supaya bersyukur kepadanya, menghormati ibu bapa, berendah diri

terhadap keduanya, menunaikan hak dan berbuat baik kepada kaum kerabat, orang-

orang miskin, orang yang terlantar dalam perjalanan, supaya jangan melakukan

pembaziran, juga jangan bersikap bakhil, supaya jangan membunuh tanpa hak, seperti

jangan membunuh anak takutkan kemiskinan, jangan manghampiri zina, jangan

memakan harta anak yatim secara terlarang, dan supaya menunaikan semua janji. Juga

anjuran supaya menggunakan timbangan yang betul dalam perniagaan, dan supaya

jangan mengikut sesuatu tanpa ilmu, sebab manusia akan ditanya tentang pendengaran,

penglihatan dan hati. Juga dianjurkan supaya manusia tidak berlagak sombong di bumi,

dan diakhiri dengan perintah supaya manusia jangan bersikap syirik sebab itu akan

memusn ahkan manusia dalam Neraka Jahanam.

  Uraian – uraian ini berdasarkan kefahaman yang dipandu oleh ayat-ayat Quran,

Sunnah dan juga pendapat para ulama muktabar, serta juga maklumat-maklumat sejarah

zaman dahulu dan zaman moden.

   

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

13

Page 14: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dalam “Tafsir al-Azhar” juga (jld 7) dalam memberi penerangan tentang ethika

peribadi dan kekeluargaan dalam suluhan cahaya wahyu Quran dalam surah Luqman,

ayat 12-19) beliau menghuraikan dengan panjang lebar pembelaan terhadap nilai-nilai

yang dibentangkan, seperti bermula nilai kehidupan dengan bersyukur kepada Allah,

yang mendatangkan kebaikan kepada manusia itu sendiri, larangan melakukan

kesyirikan-iaitu menisbahkan kuasa keTuhanan kepada tenaga-tenaga atau makhluk

bersekali dengan Allah--, diikuti dengan nilai-nilai berbuat baik kepada ibu bapa dan

bersyukur kepada Tuhan, larangan taat kepada ibu kalau mereka mengajak kepada

kesyirikan, arahan bersahabat dengan baik dengan mereka dalam dunia, suruhan

mengikut jalan mereka yang berpaling kepada Tuhan dengan taubat dan ketaatan,

suruhan melaksanakan sembahyang, melakukan amar makruf dan nahi munkar, anjuran

bersabar dalam menghadapi kesulitan hidup, larangan daripada bersikap tabur dan

sombong, dan suruhan supaya bersikap sederhana dalam gerak geri, serta suruhan

melembutkan suara dalam percakapan. Semua huraian-huraian beliau mengukuhkan

nilai-nilai rabbani dalam Quran supaya ianya tertegak dalam diri, masyarakat dan

keluarga manusia yang beriman.

  Pendidikan Anak-Anak

  Di dalam keadaan yang pertama itu anak-anak tidaklah bebas bergerak menurut

kehendak gerak hatinya sendiri. Dia laksana barang, kepunyaan dari orang tuanya.Kalau

orang tuanya pendeta, dia mahu supaya anaknya menjadi pendeta pula.Kalau orang

tuanya militer, dia mahu supaya anaknya menjadi militer. Atau, meskipun bukan

diniatnya supaya anaknya seperti dia, tetapi diminatinya bentuk anak itu menurut bentuk

yang ditentukannya. Kesudahannya, mahu bergerak, mahu diam, mahu berjalan, mahu

duduk, mahu memilih jodoh, mesti menurut kehendak orang tua itu. Kadang-kadang si

ayah bunda ini tidak mempunyai pendirian yang tetap dalam hidupnya. Waktu itulah

yang serba susah bagi nasib anak itu.Dia akan karam di tengah-tengah, sukar akan

sampai kepada tujuan hidupnya yang telah ada persediaan padanya tatkala ia dilahirkan.

  Pendidikan anak-anak yang semacam inilah yang masih banyak bertemu pada

masyarakat kita pada masa ini, sehingga berpuluh, bahkan beratus pemuda pemudi yang

tidak tentu sebarang hidupnya. Di kota-kota terdapat berpuluh, bahkan beratus dan

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

14

Page 15: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

meningkat ribu, anak-anak yang diperbuat oleh orang tuanya akan menjadi kerani,

padahal bukan semua orang mesti menjadi kerani. Di Minangkabau berpuluh, bahkan

beratus, dan meningkat ribu, anak-anak muda yang lepas dari sekolah agama maksud

orang tuanya akan dijadikan ulama, seakan-akan cuma menjadi ulama itu sahajalah

pekerjaan yang paling bagus di dalam dunia ini.

 

Kata mereka, begitulah pendidikan yang betul. Padahal itulah satu penyakit yang

tidak membiarkan seorang manusia maju menurut wajah yang telah ditentukan Tuhan

sejak dia dalam rahim. Mereka hendak perbuat manusia menjadi satu corak sahaja,

serupa binatang dan tumbuh-tumbuhan.manusia bukan jenis kuda yang hanya guna

dikendarai dan pengangkut barang sahaja. Manusia bukan jenis tumbuh-tumbuhan, yang

kalau dia sayur bayam, tetap jadi sayur sahaja. Meraut dan membentuk anak menurut

kehendak orang tua sahaja hakikatnya memberi bahaya kepada anak itu, melamakan

akan kemajuannya. Ketahuilah bahawa tabiat , hujunh hidup, tujuan dan jalan

kehidupan manusia itu berbeda satu sama lain. Hendaklah pendidikan itu berikhtiar

melahirkan ke mana tujuan hidup itu, bukan berusaha membenamkan. Suatu pendidikan

yang diasaskan kepada paksaan itu, paling banyak menimbulkan jemu di dalam hati,

dan menghabiskan umur dengan tak berfaedah.

  Pendidikan macam yang kedua, ialah anak-anak dibiarkan sahaja menurut

mahunya, tidak dibentuk dan tidak dituntun. Dengan berbuat demikian padahal

mencelakakan anak itu sendiri. Meskipun tadi dikatakan bahawa tiap-tiap manusia itu

mempunyai wajah hidup sendiri-sendiri, kalau dia masih anak-anak, belumlah tentu ke

mana wajah itu, masih sukar ia akan naik. Anak yang demikian dinamai anak manja,

kebiasaannya anak-anak tunggal, atau anak yang tinggal seorang kerana mati sanak

saudaranya, maka tertumpulah perhatian seisi rumah kepada dirinya seorang.

Bangunnya, tidurnya, campurnya dengan anak-anak yang lain, sentiasa dapat pujukan

dari isi rumah. Anak yang demikian akhirnya akan menjadi pemalas, kerana apa yang

dimintanya dapat sahaja, tidak mahu mencari sendiri. Anak yang demikian akan

sombong.

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

15

Page 16: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

  Pendidikan yang tidak berhujung pangkal dan sangat merosak ini kebanyakan

bertemu pada orang-orang tua yang tidak memperhatikan zaan yang telah lalu, dan

tidakmemikirkan pula zaman yang akan datang.

  Anak-anak harus dididik dan diasuh menurut kehendak hidup dan

zamannya.maksud pendidikan hendaknya ialah membentuk anak itu supaya menjadi

anggota yang berfaedah di dalam pergaulan hidup, penuh dirinya dengan rasa

kemanusiaan, walaupun apa mata pencariannya, cinta kepada persaudaraan dan

kemerdekaan.Pendidikan demokratis!

  Kemenangan dan kejayaan hidup yang akan ditempuh oleh seorang anak, sejak

dari kecilnya melalui besarnya sampai tuanya, semuanya terkumpul di waktu

membentuk dan melatihnya di zaman kecil. Di waktu yang dahulu ditentukan zaman

yang akan datang. Zaman yang akan datang (“future”) ialah impian dari tiap-tiap kita,

impian dari masyarakat, impian dari suatu bangsa, dan impian alampun. Kepada zaman

yang akan datang , kepada “future” , ke sanalah bergantungnya segala angan kita dan

cita-cita kita.

  Garis besar dari pendidikan yang sejati ialah, supaya anak-anak itu disingkirkan

daripada perasaan kekerasan orang yang kuat di hadapan orang yang lemah. Pendidikan

sejati ialah menanamkan rasa bahawa diri saya ini ialah anggota masyarakat dan tak

dapat melepaskan diri daripada kungkungan masyarakat. Pendidikan yang sejati ialah

membentuk anak-anak berkhidmat kepada akalnya dan ilmunya, bukan kepada hawa

dan napsunya.

 

Dengan demikian tegaklah rasa kemerdekaan pada diri suatu umat, suatu bangsa,

suatu tanah air. Dalam hubungan dengan ciri kebebesan berfikir – dalam rangka

keimanan, ketaqwaan dan akhlak yang telah dibicarakan oleh beliau --- terdapat

kenyataan:

 

Beri anak itu kebebasan berfikir dan tuntunlah dia di dalam kebebasan itu.jangan

diperkosa perjalanan pikirannya, baik oleh gurunya atau oleh ayah bundanya, supaya

jangan dia sebagai kayu yang layu pucuknya, kerana tengah hari tepat disiram juga

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

16

Page 17: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

dengan air. Pendidikan yang bersipat pimpinan, yang bersipat membukakan jalan,

adalah seumpama udara dan cahaya matahari, biarkan dia kena udara dan kena cahaya

matahari, dia akan sanggup hidup sendirinya.

   

2.5 Urgensi Pendidikan Bagi Wanita

“Kemajuan wanita adalah sebagai ukuran kemajuan suatu negeri. Kaum ibu yang

dapat menggoyangkan buaian dengan tangan kirinya, dapat pula menggoyangkan

dunia dengan tangan kanannya.” ( Napoleon Bonaparte )

Boomingnya arus globalisasi, mengharuskan setiap individu untuk turut

berperan aktif didalamnya, baik itu laki-laki atau perempuan. Sayangnya, statement

yang menyatakan bahwa tugas wanita hanya terbatas dalam rumah semata masih

mengakar sampai saat ini, hingga tidak sedikit wanita yang enggan melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan alasan telah menguasai “ilmu”

memasak dan berhias yang mereka anggap sebagai “pengetahuan inti seorang wanita”

dan merasa tidak perlu menuntut pendidikan yang tinggi. Padahal lebih dari itu, seorang

wanita dikaruniai kemampuan lebih dari sekedar menunaikan tugas domestiknya.

Memang, seorang wanita tidak boleh mengabaikan rumah tangganya, dan tetap

mencurahkan kasih sayang untuk keluarganya. Syed Muhammad Quthb berkata, “

Mother is the focus of attention for all the members of the family” ( Islam, The Miss

understood Religion Quoted by Encyclopedia of Seerah ). Namun disamping itu, wanita

memiliki kebebasan untuk mengaktualisasikan diri dalam masyarakat.

“Ibu adalah Al-Madrasah Al-Ula bagi putera puterinya.” Ungkapan tersebut

secara tidak langsung menyatakan bahwa wanita hendaknya memiliki pengetahuan yang

cukup guna mendidik putera puterinya sebaik mungkin. Kewajiban menuntut ilmu yang

tinggi tidak hanya diwajibkan bagi laki-laki, karena pendidikan juga teramat penting

bagi wanita. Seorang wanita berpendidikan dapat memberikan kontribusi lebih besar

bagi keluarga, masyarakat, agama, bahkan kepada bangsa. Sebagai contoh, seorang

muslimah yang berasal dari Hamedan, Iran bernama Shirin Ebadi mendapat

penghargaan Nobel Peace Prize di Oslo, Norwegia pada tanggal 10 Desember 2003 lalu.

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

17

Page 18: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Ia adalah seorang pengacara muslimah yang memperjuangkan hak asasi manusia,

menentang kekerasan terhadap anak-anak, serta membela wanita-wanita yang yang

dirampas kemerdekaannya, sehingga mereka kembali mendapatkan hak-haknya.

Dengan talenta, keramahan, dan keahliannya yang mengagumkan, Shirin Ebadi menjadi

muslimah pertama di dunia yang mendapatkan penghargaan sekelas Nobel. Seorang

Shirin Ebadi adalah salah satu wanita yang membuktikan bahwa wanita yang memiliki

pendidikan dan kemampuan tertentu, dapat memberikan kontribusi lebih besar bagi

masyarakat, agama, bahkan kepada negerinya.

Pada zaman Rasulullah SAW. dan di masa kepemimpinan khulafa`ur Rasyidin,

para wanita telah banyak turut andil dalam membangun masyarakat dengan bekal

pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Aisyah bint Abi Bakr, Ummu Salamah,

Hafsah, dan Ummu Waraqah dikenal sebagai wanita yang banyak menghafal Al-Qur`an

serta mendalami tafsirnya. Dengan pengetahuan tersebut mereka mengajari para wanita

lainnya. Kemudian Ummu Habibah, Aisyah bint Abi Bakr, Fatimah Az Zahrah, Ummu

Sharik, Shafiyah, Juwairiyah, Ummu Aiman, Asma bint Abi Bakr, serta Fatimah bint

Qais dikenal sebagai wanita ahli syari`ah yang sering menjadi tempat bertanya seputar

masalah-masalah syar`i bagi para wanita yang ingin mengetahui syariat islam secara

mendalam. Ada pula wanita yang dikenal sebagai orator hebat bernama Zaraqah bint

Adi. Dengan keahliannya dalam berorasi, ia mampu mengobarkan semangat tentara Ali

Bin Abi Thalib di perang Shiffien ketika mereka mulai putus asa dalam berjuang.

Selain para wanita tersebut di atas, masih berderet panjang nama-nama wanita

yang berperan penting dalam masyarakat di waktu itu. Seperti Asma bint Umis yang

mendalami tafsir, Ummu Salamah yang mendalami Ilmu Asrar, Khansa dan Ummu

Ziyad yang mendalami ilmu sastra, serta Rufadah Aslamiyah dan Ummu Muta` yang

menguasai ilmu bedah dan obat-obatan. Bahkan Aisyah adalah seorang wanita yang

dikenal banyak meriwayatkan hadits hingga menempati urutan keempat setelah Abu

Hurairah, Abdullah bin Umar, dan Anas bin Malik diantara para periwayat hadits. Hal

tersebut menunjukkan betapa pentingnya peranan wanita dalam banyak aspek.

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

18

Page 19: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Memang, seorang filosof bernama Jean Jacques Rousseau pernah berkata, “ Man

was born free but everywhere he is in chain.” Mungkin pernyataan tersebut ada

benarnya. Namun, jika kita menjadikan “chain” tersebut sebagai rantai peraturan yang

baik dan positif, maka “rantai” tersebut dapat mengatur kehidupan manusia dengan baik

pula, sehingga mereka dapat hidup dengan damai, karena manusia memang harus hidup

dengan peraturan. Dan sebaik-baik peraturan adalah aturan yang telah ditetapkan Allah

dan tak satupun manusia yang berhak menghujatNya.

Laki-laki dan perempuan di tempat-tempat tertentu memang dibedakan, namun

tetap bernilai sama. Seorang laki-laki yang tengah mempertaruhkan nyawanya di medan

perang demi membela agama Allah, dinamakan “berjihad”. Begitu pula seorang wanita

yang mempertaruhkan nyawanya ketika tengah melahirkan seorang anak juga

dinamakan “berjihad”. Disinilah salah satu bukti keadilan Allah. Sehingga tidak ada

yang berhak under estimate atau superior atas lain. Karena perbedaan dihadapanNya

adalah perbedaan tingkat ketakwaan kepadaNya. “Inna Akromakum `ind-Allahi

Atqokum…”. Betapa indahnya islam.

Namun bukan berarti wanita harus merasa inferior dengan perbedaan dan

batasan-batasan tersebut. Justru, dengan itu wanita mendapat kehormatan dan

keistimewaan. Karena kehormatan itulah, wanita diperbolehkan untuk

mengaktualisasikan dirinya baik dalam keluarga maupun masyarakat tanpa harus

berseteru dengan syari`at dan nash-nash yang ada, tidak bertentangan dengan kodratnya,

serta dalam batas-batas kesopanan yang akan menjaga kehormatan dirinya. Untuk

merealisasikannya, dibutuhkan pendidikan yang memadai bagi wanita. Oleh karena itu,

wanita diberikan hak istimewa wanita dalam menuntut ilmu sebagaimana hak yang

dimiliki oleh kaum pria. Wallau a`lam bisshowab.

Setidaknya permasalahan gender dalam pendidikan telah ditemukan dalam

lokakarya guru-guru dengan para instruktur dari Australi yang mengidentifikasi sebagai

berikut:

1. Rasa percaya diri siswa perempuan sangat kurang.

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

19

Page 20: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2. Siswa perempuan cenderung menghindari resiko di kelas

3. Tingkat partisipasi siswa perempuan sangat rendah

4. Siswa perempuan lebih suka mendangarkan dan menyerap informasi

5. Siswa perempuan SMP cenderung menerima stereotipi

6. Siswa perempuan memiliki sikap yang lebih negatif dibanding siswa laki-laki

7. Perempuan cenderung drop out dari sains

8. Hanya 13 persen perempuan bekerja dalam sains

9. Siswa perempuan tidak banyak dilibatkan dibanding laki-laki

10. Siswa perempuan menerima pola kelas, stereotipi dan diskriminasi

11. Siswa perempuan sedikit menjawab pertanyaan guru dibanding laki-laki

12. Guru sains lebih berharap agar anak laki-laki membuat prestasi sains

13. Siswa perempuan kurang mendapat perhatian, feed back dan bantuan dari guru

14. Siswa laki-laki cenderung lebih mengontrol peralatan dibanding perempuan

15. Siswa perempuan hanya diminta menjadi tukang catat

16. Masih banyak teks, bahan dan media yang menguntungkan laki-laki

BAB III

PENUTUP

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

20

Page 21: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Kesadaran akan urgensi ilmu

pengetahuan dan pendidikan di kalangan umat Islam ini tidak muncul secara spontan

dan mendadak, namun kesadaran ini merupakan efek dari sebuah proses panjang dalam

pembelajarannya. Kita harus melakukan banyak hal demi terciptanya pendidikan islam

seperti yang kita inginkan. Maka dari perlu adanya penanaman diri mengenai

pentingnya pendidikan islam.

3.2 Saran

Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas penulis menyarankan agar kita

selalu berupaya melakukan kegiatan – kegiatan bermanfaat yang dapat mengingatkan

kita akan urgensi pendidikan islam. Dimana hal ini akan mendorong kita kehidupan

yang pada kehidupan yang lebih baik , baik di dunia maupun di akhirat. Karena

pendidikan adalah ujng tombak dalam kemajuan.

Daftar Pustaka

Ali Hasyimi Dr, Muhammad.1999..Kepribadian Muslim. Jakarta : Gema Insani Press

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

21

Page 22: Urgensi Pendidikan Agama Islam, Hawmar Rosyida

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Haryono SH, Anwar. 2002. Pemikiran Berwawasan Iman – Islam. Jakarta.

www. yahoo.com

www. google. com

http://artikel.us

HAWMAR ROSYIDA (0707120173)TEKNIK SIPIL S1 UNIVERSITAS RIAU

22