urgensi pembiayaan infrastruktur

Upload: muhammad-rosyid-ardiansyah

Post on 06-Jul-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Urgensi Pembiayaan Infrastruktur

    1/19

     

    1

    KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

    BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

    POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

    TANGERANG SELATAN

    Urgensi Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur

    “Antara Menggandeng Tangan Swasta Atau Uluran Tangan Utang Luar Negeri”

    Diajukan Oleh :

    Muhammad Rosyid Ardiansyah

     NPM : 154060006601

    Kelas 7B, No. Absen 27

    Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester

    Seminar Keuangan Publik Program Studi Diploma IV Akuntansi Alih Program

    Dosen : Bapak Amanudin Djajadiwirja

    Semester VII T.A. 2015/2016 

  • 8/17/2019 Urgensi Pembiayaan Infrastruktur

    2/19

     

    2

    Urgensi Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur

    “Antara Menggandeng Tangan Swasta Atau Uluran Tangan Utang Luar Negeri”

    Ringkasan Berita

    KORAN-SINDO.COM, Jakarta – Pemerintah mengakui, tingkat keberhasilan proyek dengan

    skema kerja sama pemerintah dan swasta (KPS), khususnya untuk proyek infrastruktur,

    tergolong sangat rendah. Skema KPS perlu disempurnakan, mengingat keikutsertaan investor

    swasta sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur. Dalam jangka waktu lima

    tahun ke depan pembangunan infrastruktur membutuhkan investasi setidaknya Rp5.000

    triliun yang tak mungkin didanai seluruhnya oleh pemerintah. (11/2/2016).

    DETIK.COM, Jakarta - Asian Development Bank (ADB) akan meningkatkan dukungan

     pembiayaan untuk Indonesia dari US$ 740 juta/tahun pada periode 2010-2014, menjadi

    hingga US$ 2 miliar/tahun, atau US$ 10 miliar atau sekitar Rp134 triliun (kurs Rp

    13.400/dolar AS) dalam 5 tahun ke depan. Peningkatan pendanaan ADB bagi Indonesia akan

    mendukung prioritas pembangunan Pemerintah, terutama infrastruktur fisik dan sosial.

    (12/2/2016).

     Abstrak

     Infrastruktur merupakan salah satu faktor utama dalam menunjang pertumbuhan

     perekonomian.Di tengah kebutuhan pembangunan infrastruktur yang semakin meningkat

    seiring pertumbuhan ekonomi yang pesat, tentunya diperlukan pembiayaan yang tidak

    sedikit. Sementara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk belanja

    infrastruktur tentunya terbatas. Pemerintah dapat mengambil alternatif pembiayaan melalui

    kerjasama menggandeng swasta. Di sisi lain pinjaman luar negeri juga siap mengulurkan

    tangannya untuk pembangunan infrastruktur.

     Kata kunci: infrastruktur, utang luar negeri, kerjasama pemerintah dan swasta

  • 8/17/2019 Urgensi Pembiayaan Infrastruktur

    3/19

     

    3

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang

    Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1998 membuat kondisi perekonomian saat

    itu memburuk. Salah satu imbasnya adalah terbengkelainya sektor infrastruktur. Setelah masa

    krisis berlalu, sektor infrastruktur juga masih kurang mendapat prioritas. Hal tersebut terlihat

    dari menurunnya belanja infrastruktur, dimana sebelum krisis mencapai 9,2% dari Gross

     Domestic Product   (data tahun 1995), menjadi 3,2% dari Gross Domestic Product (GDP)

     pada tahun 2005 dan sedikit meningkat menjadi 3,9% dari GDP tahun 2009. Dan sampai saat

    ini masih berkisar di bawah 5%. Sementara menurut World Bank , rasio pemenuhan

    kebutuhan infrastruktur idealnya minimal 5% dari GDP. Jauh tertinggal dibanding China

    yang sejak 2005 telah mencatatkan belanja infrastruktur berkisar 9 - 11% dari GDP. Ataupun

    India sejak 2009 telah mencapai di atas 7% dari GDP. (Sumber: www.bappenas.go.id ).

    Pemerintah Indonesia saat ini pun semakin sadar akan pentingnya infrastruktur untuk

    memacu pertumbuhan ekonomi. Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan infrastruktur

    yang berdaya saing.Pembangunan infrastruktur pun kini menjadi prioritas utama dalam

     pembangunan nasional. Namun demikian, keterbatasan alokasi dana dari APBN untuk

     pembangunan infrastruktur menjadi hambatan utama sehingga laju pembangunan

    infrastruktur cenderung berjalan lambat. Untuk itu, diperlukan sumber pendanaan lain di luar

    APBN untuk menunjang percepatan pembangunan infrastruktur.

    B.  Perumusan Masalah

    Dari latar belakang tersebut dapat diambil rumusan permasalahan sebagai berikut:

    1.  Bagaimana pentingnya pembangunan infrastruktur untuk menunjang perekonomian?

    2.  Apa saja tantangan dalam pembangunan infrastrukur di Indonesia?

    3.  Bagaimana alternatif pembiayaan pembangunan infrastruktur?

    4. 

    Bagaimana saran terkait pembiayaan pembangunan infrastruktur?

  • 8/17/2019 Urgensi Pembiayaan Infrastruktur

    4/19

     

    4

    C.  Landasan Teori

    1.  Infrastruktur Sebagai Barang Publik

    Barang publik adalah barang yang memiliki sifat non-rival dan non-eksekutif. artinya

    konsumsi terhadap barang tersebut tidak akan mengurangi jumlah barang yang tersedia

    untuk dikonsumsi individu lain. non-eksekutif artinya semua individu berhak untuk

    menikmati manfaat atas barang tersebut. Infrastruktur memenuhi kedua kriteria tersebut

    sehingga bisa digolongkan sebagai barang publik, yang penyediaannya pada dasarnya

    merupakan kewajiban pemerintah. Namun karena keterbatasan pemerintah, diperlukan

     peran dari pihak lain untuk ikut menyediakan infrastruktur.

    2. 

    Public Private Partnership (Kerjasama Pemerintah dan Swasta)

    Public Private Partnership  adalah bentuk kerjasama antara pemerintah dengan

    swasta dalam penyediaan infrastruktur atau layanan publik dimana pihak swasta

    mengambil alih sebagian tanggung jawab dan risiko yang diemban pemerintah. Skema

    kerja sama ini dapat menjadi alternatif pendanaan infrastruktur di tengah keterbatasan

    dana yang dimiliki pemerintah.

    3. 

    Pinjaman Luar Negeri Terkait Kesinambungan Fiskal

    Kesinambungan fiskal merupakan kemampuan pemerintah untuk membiayai seluruh

     belanjanya selama jangka waktu yang tidak terbatas (Langenus, 2006; Yeyati dan

    Sturzenegger, 2007). Dalam pengertian lain, kesinambungan fiskal adalah kemampuan

    dari pemerintahan untuk menopang belanja dan kebijakan lainnya dalam jangka panjang

    tanpa mengancam solvency (kemampuan membayar utang jangka panjang) pemerintah

    atau mengalami gagal bayar atas beberapa kewajibannya atau belanja dengan perjanjian.

    Pinjaman luar negeri merupakan salah satu sumber pembiayaan dalam rangka menutup

    defisit anggaran, yang sebagian besar digunakan untuk kebutuhan infrastruktur. Penentuan

  • 8/17/2019 Urgensi Pembiayaan Infrastruktur

    5/19

     

    5

    kebijakan utang luar negeri untuk pembiayaan infrastruktur, harus dilakukan dengan

     penuh pertimbangan dan kehati-hatian dengan memperhatikan kesinambungan fiskal.

    D.  Metode

    Metode yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah analisis

    deskriptif melalui studi pustaka dari berbagai sumber, baik dari peraturan perundangan yang

     berlaku, jurnal, buku, media massa dan lain sebagainya. Dimana setiap sumber-sumber

    tersebut dicantumkan dalam daftar pustaka.

    PEMBAHASAN

    A. 

    Pentingnya Infrastruktur Dalam Perekonomian

    Dalam sudut pandang ekonomi, infrastruktur dapat diartikan kebutuhan dasar fisik,

    sistem, struktur yang diperlukan sektor publik dan sektor privat, sebagai layanan dan fasilitas

    yang diperlukan agar perekonomian berjalan dengan baik. Secara bahasa, infrastruktur adalah

     prasarana yang merupakan penunjang dari suatu proses.

    Dalam konsep ilmu ekonomi dan keuangan publik, infrastruktur dapat tergolong dalam

     barang publik. Dimana memiliki sifat non-rival dan non-eksekutif. Non-rival artinya

    konsumsi terhadap barang tersebut tidak akan mengurangi jumlah barang yang tersedia untuk

    dikonsumsi individu lain. Non-eksekutif artinya semua individu berhak untuk menikmati

    manfaat atas barang tersebut.

    Menurut Mankiw, infrastruktur merupakan public capital  (modal publik), dimana aspek

    modal dalam perekonomian diperlukan dalam kegiatan produksi. Sehingga dengan kata lain,

    infrastruktur memiliki peran dalam perekonomian sebagai salah satu faktor produksi. Salah

    satu faktor tercapainya pertumbuhan ekonomi adalah tersedianya faktor produksi (baik modal

    maupun tenaga kerja) terus meningkat. Dengan peningkatan faktor produksi maka secara

    agregat akan meningkatkan output dan pada akhirnya dapat memicu pertumbuhan ekonomi.

  • 8/17/2019 Urgensi Pembiayaan Infrastruktur

    6/19

     

    6

    Selain itu studi dari Bank Indonesia dalam Tinjauan Kebijakan Moneter BI (2012), juga

    menyebutkan bahwa sektor infrastruktur (terutama transportasi) merupakan sektor kedua

    yang paling berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi Indonesia setelah sektor

    industri.

    Dengan demikian sudah jelas bahwa infrastruktur memiliki peran penting dalam

     perekonomian suatu negara. Dengan infrastruktur yang memadai, maka akan mendukung

    daya saing sektor riil, kegiatan perekonomian lebih lancar, menarik banyak investor dan

    meningkatkan efisiensi produksi. Sehingga diharapkan laju pertumbuhan ekonomi akan

    meningkat.

    B.  Tantangan Pembangunan Infrastruktur di Indonesia

    Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, faktor geografis menjadi tantangan tersendiri

     bagi Indonesia dalam membangun infrastruktur. Dengan wilayah yang begitu luas, maka

    infratruktur yang disediakan juga memiliki kompleksitas tinggi. Penyediaan infrastruktur

    memadai di berbagai daerah mutlak dibutuhkan agar tidak terjadi kesenjangan infrastruktur

    antar daerah dan terciptanya pemerataan ekonomi.

    Kualitas infrastruktur Indonesia yang masih rendah juga menjadi tantangan tersendiri.

    Berdasarkan data Logistic Performance Index (LPI ) dari World Bank, sampai dengan tahun

    2014 indeks infrastruktur Indonesia berada pada peringkat 53 dunia. Dalam regional ASEAN

    Indonesia berada di bawah Singapura (5), Malaysia (25) dan Thailand (35), dan Vietnam

    (48). (Sumber: http://lpi.worldbank.org).

    Selain tentangan yang telah disebutkan, terdapat beberapa tantangan lain yang ikut

    mewarnai geliat pembangunan infrastruktur di negeri ini. Misalnya, kurangnya sumber daya

    manusia yang ahli dan teknologi dalam penyediaan infrastruktur juga ikut menambah

    tantangan yang ada, permasalahan pembebasan lahan yang berlarut-larut, ditambah lagi

    rumitnya perizinan, serta korupsi di bidang penyediaan infrastruktur.

  • 8/17/2019 Urgensi Pembiayaan Infrastruktur

    7/19

     

    7

     Namun demikian, tantangan yang paling utama dalam pembangunan infrastruktur di

    Indonesia sejatinya adalah pendanaan. Terbatasnya alokasi anggaran APBN untuk mendanai

     pembangunan infrastruktur menjadi penyebab lambatnya pembangunan infrastruktur. Bahkan

    dapat dikatakan segala tantangan yang disebutkan di atas mungkin penyebab utamanya

    adalah keterbatasan dana. Selain itu, postur APBN yang masih memiliki komitmen besar

    untuk penyediaan anggaran subsidi bahan bakar semakin mempersempit ruang fiskal untuk

     penyediaan anggaran pembangunan infrastruktur.

    Secara spesifik tantangan dan target pembangunan infrastruktur Indonesia tertuang dalam

    dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang merupakan bagian dari

    Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Dimana rencana pembangunan

     jangka menengah tersebut dijabarkan lagi dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

    C.  Pendanaan Infrastruktur

    Keterbatasan APBN dan sempitnya ruang fiskal untuk mendanai pembangunan

    infrastruktur menyebabkan pemerintah membutuhkan sumber dana lain untuk membantu

     penyediaan infrastruktur. Meski demikian, pemerintah tetap berusaha meningkatkan porsi

    anggaran infrastruktur dalam APBN dari tahun 2010-2015.

    (sumber: www.kemenkeu.go.id )

  • 8/17/2019 Urgensi Pembiayaan Infrastruktur

    8/19

     

    8

    Kenaikan anggaran infrastruktur tersebut disebabkan pembangunan infrastruktur saat ini

    telah menjadi prioritas utama pemerintah dalam pembangunan nasional melalui Master Plan

    Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Dengan MP3EI,

     pemerintah berusaha melakukan terobosan dan percepatan pembangunan, salah satunya

     pembangunan infrastruktur guna mendorong terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi,

     berimbang, berkeadilan dan berkelanjutan.

     Namun demikian, perkiraan kebutuhan pendanaan dalam untuk RPJMN 2015-2019 tidak

    dapat hanya mengandalkan APBN, mengingat jumlah perkiraan kebutuhan infrastruktur yang

     begitu besar. Berikut data perkiraan kebutuhan pendanaan dalam RPJMN 2015-2019:

    Tabel Perkiraan Kebutuhan Pendanaan dalam RPJMN 2015-2019

    (sumber: www.bappenas.go.id )

    Perkiraan total kebutuhan pendanaan infrastruktur dari tahun 2015 s.d. 2019 adalah

    sekitar Rp5.519,4 triliun. Jumlah tersebut sudah termasuk perkiraan dukungan pendanaan

    dari APBD, BUMN dan swasta yang diharapkan. Terlihat pemerintah berharap 50%

     pendanaan pembangunan infrastruktur berasal dari BUMN dan sektor swasta. Dikarenakan

    terdapat gap total perkiraan kebutuhan infrastruktur dengan perkiraan dana yang disediakan

    APBN dan APBD, diperlukan kebijakan pembiayaan infrastruktur dengan pihak swasta

    maupun BUMN untuk menutup kekurangan kebutuhan pembangunan infrastruktur.

  • 8/17/2019 Urgensi Pembiayaan Infrastruktur

    9/19

     

    9

    1.  Kerjasama Pemerintah dan Swasta

    Kemampuan pemerintah dalam pendanaan infrastruktur yang terbatas menyebabkan

    munculnya gap  antara kebutuhan pembangunan infrastruktur dengan anggaran

    infrastruktur yang dialokasikan pemerintah. Gap  yang ada tersebut harus ditutup agar

     pembangunan infrastruktur tetap berjalan dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

    Kondisi gap  antara kebutuhan prioritas pendanaan infrastruktur dengan pagu indikatif

    APBN tahun 2016 adalah sebagai berikut:

    Grafik Perkiraan Gap Pendanaan Infrastruktur 2016

    (sumber: www.bappenas.go.id )

    Adapaun rincian kebutuhan prioritas pendanaan infrastruktur dalam pagu indikatif

    APBN 2016 adalah sebagai berikut:

    (sumber: www.bappenas.go.id )

    Salah satu alternatif pembiayaan guna mengisi gap  tersebut adalah dengan

     pembiayaan kerjasama dengan pihak swasta yang disebut dengan Kerjasama Pemerintah

    dan Swasta (KPS) atau dikenal dengan istilah Public Private Partnership (PPP). Dasar

  • 8/17/2019 Urgensi Pembiayaan Infrastruktur

    10/19

     

    10

     peraturan skema pembiayaan ini yaitu Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang

    Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur.

    Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) secara sederhana dapat didefinisikan suatu

    kontrak penyediaan infrastruktur atau layanan publik antara Pemerintah dan Swasta

    dimana pihak swasta mengambil alih sebagian tanggung jawab dan risiko yang diemban

     pemerintah. Dari definisi tersebut dapat diambil beberapa poin pemahaman, yaitu:

    a.  KPS merupakan kontrak kerja sama Pemerintah dan Swasta dalam penyediaan

    infrastruktur meliputi: desain dan konstruksi, peningkatan kapasitas/rehabilitasi,

    operasional dan pemeliharaan dalam rangka memberikan pelayanan;

     b. 

    Pemerintah memiliki peran dalam pengadaan Badan Usaha untuk memilih mitra

    swasta yang akan melaksanakan proyek infrastruktur, serta memberikan dukungan

    untuk meningkatkan kelayakan finansial proyek bila diperlukan;

    c.  Swasta bertanggung jawab dalam pembangunan proyek (termasuk penyediaan

    finansial, keahlian dan teknologi yang diperlukan) dan/atau melaksanakan

    operasionalisasi serta pemeliharaan sesuai kontrak yang disepakati;

    d. 

    Kontrak KPS harus bersifat “win-win-win” antara Pemerintah, Swasta dan Publik.

    Prinsip dasar dalam KPS sebenarnya adalah adanya pembagian risiko antara

     pemerintah dan swasta dengan memberikan pengeolaan risiko kepada pihak yang dapat

    mengelola. Pembagian risiko tersebut ditetapkan dalam sebuah kontrak yang mengikat

     pihak swasta untuk menyediakan pelayanan dan/atau pengelolaan. Sementara itu,

     pengembalian investasi dibayarkan melalui pendapatan proyek yang diperoleh dari

     pengguna. Pada dasarnya penyediaan layanan infrastruktur adalah kewajiban pemerintah,

    sehingga apabila swasta tidak dapat memenuhi kontrak, maka pemerintah dapat

    mengambil alih.

  • 8/17/2019 Urgensi Pembiayaan Infrastruktur

    11/19

     

    11

    Dalam pelaksanaan KPS, pemerintah diwakili oleh Penangung Jawab Proyek

    Kerjasama (PJPK) yang merupakan pihak penanggung jawab atas penyediaan layanan

     publik serta pihak yang melakukan kontrak dengan perusahaan KPS. Pemerintah melalui

    Kementerian Keuangan juga membentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) guna

    mendukung pembiayaan melalui skema KPS ini, di antaranya yaitu PT. Sarana Multi

    Infrastruktur (Persero), PT. Indonesia Infrastructure Finance dan PT. Penjaminan

    Infrastruktur Indonesia (Persero). Hubungan kelembagaan penyelenggaraan pengadaan

    infrastruktur melalui KPS dapat digambarkan sebagai berikut:

    (sumber: www.ptsmi.co.id )

    Dalam rangka memperlancar proyek-proyek KPS, pemerintah juga telah menyediakan

     berbagai fasilitas fiskal, seperti (i) Dana Pembebasan Tanah (the Land Funds), (ii)

    Pembiayaan Infrastruktur (the Infrastructure Fund ), (iii) Dana Penjaminan (the

    Guarantee Fund ). Hal tersebut dilakukan pemerintah untuk menarik minat swasta untuk

    ikut andil dalam pendanaan pembangunan infrastruktur melalui skema KPS.

    Tahapan dalam pelaksanaan KPS di sektor infrastruktur yaitu sebagi berikut:

  • 8/17/2019 Urgensi Pembiayaan Infrastruktur

    12/19

     

    12

    1. 

    Tahap Pertama. Perencanaan proyek kerjasama meliputi identifikasi dan usulan

     proyek, penetapan prioritas serta Value for Market Analysis (nilai manfaat).

    Dilakukan oleh PJPK dengan berkonsultasi dengan Bappenas, PT. SMI dan PT. PII.

    2.  Tahap Kedua. Penyiapan proyek kerja sama, meliputi kajian kelayakan, meliputi

    kajian legal, teknis, ekonomi dan keuangan, skema KPS, kebutuhan dukungan dan

     jaminan pemerintah.

    3.  Tahap Ketiga. Transaksi proyek kerjasama, meliputi rencana tender badan usaha,

     pelaksanaan pengadaan badan usaha, penyiapan perjanjian kerjasama.

    4. 

    Tahap Keempat. Manajemen pelaksanaan perjanjian kerja sama, meliputi perencanaan

     pelaksanaan perjanjian kerja sama dan manajemen pelaksanaan perjanjian kerja sama.

    Pelaksanaan skema pembiayaan infrastruktur melalui KPS ternyata dalam prakteknya

    menemui berbagai kendala dan tantangan, sehingga penutupan gap  pembiayaan

    infrastruktur terancam tidak terisi sepenuhnya dari skema KPS. Berikut beberapa kendala

    yang dihadapi dalam pelaksanaan KPS:

    1. 

    Minimnya angka penyelesaian proyek KPS. Berdasarkan data dari Komite Percepatan

    Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), dari 91 proyek senilai USD22,5 miliar

    yang ditawarkan pemerintah dalam Infrastructure Summit 2005, tercatat baru dua

     proyek yang selesai, yaitu proyek air minum Tangerang dan jalan tol Cikampek-

    Palimanan.

    2. 

    Skema KPS dirasa terlalu rumit oleh sektor swasta, mengingat melibatkan banyak

     pemangku kepentingan. Selain itu perundingan yang berkepanjangan membuat terlalu

    lambatnya pengambilan suatu keputusan.

    3.  Kompleksitas peraturan yang harus dikaji dalam setiap pelaksanaan proyek. Dan

    terkadang terjadi pertentangan antar satu peraturan dengan peraturan lain. Sehingga

    menyebabkan lambatnya proses pelaksanaan proyek infrastruktur.

  • 8/17/2019 Urgensi Pembiayaan Infrastruktur

    13/19

     

    13

    4. 

    Kurang matangnya persiapan dan perencanaan skema proyek KPS sehingga

     penawaran t idak dapat direspons dengan baik oleh pasar. Atau ketika ada respon dari

    swasta, hasil yang diharapkan tidak sesuai rencana yang semestinya dibutuhkan.

    5.  Faktor pembebasan tanah yang berlarut-larut menjadi masalah tersendiri dalam

     pelaksanaan proyek infrastruktur.

    6. 

    Keterbatasan kelayakan keuangan investasi proyek infrastruktur sehingga tidak

    menarik bagi swasta untuk berinvestasi.

    7.  Risiko proyek dianggap terlalu tinggi untuk dipikul oleh swasta, baik berupa risiko

    terkait konstruksi maupun risiko pengembalian modal atas oprasional infrastruktur.

    Dengan timbulnya berbagai kendala dalam pelaksanaan skema KPS, pemerintah harus

    melakukan langkah-langkah alternatif lain guna menghindari risiko tidak terpenuhinya

    kebutuhan infrastruktur yang kemungkinan besar akan sangat berpengaruh terhadap

    kondisi perekonomian.

    2.  Pinjaman Luar Negeri Sebagai Sebagai Alternatif Sumber Pembiayaan

    Infrastruktur

    Di tengah pentingnya kebutuhan akan pendanaan infrastruktur di Indonesia, muncul

     berbagai tawaran pinjaman dari luar negeri. Salah satunya tawaran Asian Development Bank

    (ADB) untuk meningkatan kucuran pinjaman dalam rangka mendanai infrastruktur. Tentunya

    diperlukan pertimbangan matang oleh pemerintah untuk menentukan kebijakan dalam

    menanggapi tawaran utang luar negeri. Pengambilan keputusan terkait utang harus dilakukan

    dengan prinsip kehati-hatian dan memperhatikan kesinambungan fiskal. Kesinambungan

    fiskal disini dapat diartikan kemampuan negara untuk membiayai seluruh belanjanya dalam

     jangka waktu yang tak terbatas terbatas (Langenus, 2006; Yeyati dan Sturzenegger, 2007).

    Lebih lanjut kesinambungan fiskal merupakan kemampuan negara untuk menopang belanja

  • 8/17/2019 Urgensi Pembiayaan Infrastruktur

    14/19

     

    14

    tanpa mengancam solvency (kemampuan membayar utang jangka panjang) atau gagal bayar

    atas kewajiban atau perjanjian. (Wikipedia).

    Sebagai informasi bahwa posisi pinjaman Indonesia per 31 Desember 2015 adalah

    sebagai berikut:

    (sumber: www.djppr.kemenkeu.go.id )

    Dari data di atas, diketahui total outstanding pinjaman Indonesia sampai akhir tahun 2015

    adalah sebesar Rp3.098,64 triliun. Dimana jumlah pinjaman luar negeri mencapai Rp748,06

    triliun atau 24,1% dari total utang. Sementara jika dibandingkan dengan Pendapatan

    Domestik Bruto (PDB), dapat dilihat dalam grafik berikut:

    (sumber: www.katadata.co.id  dan Kementerian Keuangan)

  • 8/17/2019 Urgensi Pembiayaan Infrastruktur

    15/19

     

    15

    Rasio utang terhadap PDB sampai dengan akhir 2015 adalah sekitar 27%, mengalami

     peningkatan dari tahun 2014 yang sebelumnya berada pada angka 24,7%. Rasio utang

    terhadap PDB tahun 2015 merupakan yang tertinggi selama enam tahun terakhir. Meskipun

    angka tersebut jauh lebih kecil dibanding negara-negara tetangga seperti Filipina dan

    Australia yang masing-masing berkisar 36%, Malaysia sebesar 56%, Thailand sebesar 44%,

     bahkan dibanding Jepang dan Amerika Serikat yang berada diatas 100%. (Sumber:

    www.kemenkeu.go.id ). Namun hal ini tetap perlu mendapat perhatian dari pemerintah, untuk

    menjaga stabilisasi dan risiko yang mungkin timbul di masa yang akan datang. Sesuai

    ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, disebutkan

     bahwa batas maksimal rasio utang terhadap PDB adalah 60%.

    Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan

    Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, pinjaman luar negeri dibedakan menjadi 2

     jenis. Pertama, pinjaman tunai yaitu adalah pinjaman luar negeri dalam bentuk devisa

    dan/atau rupiah yang digunakan untuk pembiayaan defisit APBN dan pengelolaan portofolio

    utang. Kedua, pinjaman kegiatan pinjaman luar negeri yang digunakan membiayai kegiatan

    tertentu (lebih dikenal dengan pinjaman proyek). Dalam melakukan pinjaman luar negeri,

     pemerintah harus selektif untuk menentukan kegunaan pinjaman tersebut. Sebagaimana

    tertuang dalam Kebijakan Strategis Kementerian Keuangan (KSKK) 2014-2015, pengadaan

     pinjaman luar negeri untuk pembangunan infrastruktur lebih diutamakan.

    (sumber: www.kemenkeu.go.id )

  • 8/17/2019 Urgensi Pembiayaan Infrastruktur

    16/19

     

    16

    Infrastruktur menjadi bidang yang diutamakan dalam pemanfaatan pinjaman luar negeri

    dikarenakan pembangunan infrastruktur menjadi prioritas pembangun nasonal dalam rangka

    meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Berikut data yang diperoleh dari hasil inventarisasi

     proyek-proyek pinjaman luar negeri pada APBN 2014 dan 2015:

    Pembiayaan melalui utang luar negeri selama ini terus dilakukan pemerintah, hal ini

    dikarenakan untuk “menambal” defisit anggaran. Defisit anggaran, adalah keadaan dimana

     belanja yang dalam APBN lebih besar dari pada pendapatan negara. Salah satu penyebab

    terjadinya defisit anggaran adalah kebutuhan percepatan pembangunan infrastruktur yang

    terus meningkat. Defisit anggaran tahun 2015 mencapai Rp318,5 triliun atau 2,8% dari PDB.

    Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, diatur bahwa batas

    defisit anggaran yang diperbolehkan adalah 3% dari PDB. Tentunya keadaan ini harus

    mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah.

     Namun demikian, kebijakan pemerintah untuk melakukan penambahan utang sepertinya

    masih menjadi pilihan untuk menutup gap  pembiayaan kebutuhan infrastruktur. Hal ini

    mengingat sulitnya mencari investor swasta untuk membangun infrastruktur strategis yang

    membutuhkan dana yang besar.

    Memang terasa dilematis di saat kebutuhan infrastruktur terus meningkat, sementara

     pendanaan infrastruktur terbatas, kemudian pemerintah mengambil kebijakan

    menambah/menerima utang luar negeri yang sebenarnya juga semakin membebani keuangan

    negara. Namun kembali lagi ke tujuan semula, bahwa dengan pembangunan infrastruktur

  • 8/17/2019 Urgensi Pembiayaan Infrastruktur

    17/19

     

    17

    yang memadai dan berdaya saing diharapkan dapat memicu pertumbuhan ekonomi. Dengan

    keadaan perekonomian yang tumbuh diharapkan pemerintah akan dapat terus mengurangi

     beban utang dan bukan tidak mungkin menjadi negara mandiri yang mengandalkan

     pembiayaan dari dalam negeri.

    D.  Saran

    Kendala utama dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia adalah pendanaan yang

    disebabkan terbatasnya kemampuan pemerintah untuk menyediakan kebutuhan infrastruktur.

    Dengan segala keterbatasan ilmu dan pengetahuan, penulis berusaha memberi saran terkait

    kendala dalam pendanaan pembangunan infrastruktur di Indonesia, sebagai berikut:

    1. 

    Skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) sebenarnya merupakan suatu alternatif

     pembiayaan yang bagus. Akan tetapi perlu disempurnakan lagi terkait peraturan dan

    teknis pelaksanaannya. Jalur perundingan yang lama serta banyaknya pemangku

    kepentingan yang terlibat menjadikan skema ini terkesan rumit. Perlu dilakukan

     perubahan agar proses bisnis di dalamnya berjalan efisien dan efektif.

    2. 

    Pembiayaan infrastruktur yang bersumber dari pinjaman luar negeri harus

    mempertimbangkan kemampuan keuangan negara, prinsip kehati-hatian, pengelolaan

    risiko yang mungkin terjadi dan memperhatikan kesinambungan fiskal. Pinjaman luar

    negeri hendaknya menjadi alternatif terakhir ketika tidak tersedia lagi sumber pendanaan

    dalam negeri.

    3. 

    Pengalihan anggaran subsidi bahan bakar ke pembiayaan infrastruktur. Jumlah subsidi

    yang begitu besar, dirasa tidak dinikmati oleh masyarakat yang benar-benar berhak

    mendapatkan subsidi. Maka sudah saatnya dilakukan pengalihan subsidi secara bertahap

    untuk digunakan sebagai pembiayaan pembangunan infrastruktur yang berkeadilan.

    4.  Maksimalisasi pendapatan negara dari berbagai sektor, baik perpajakan, migas, PNBP

    dan sebagainya. Dengan pendapatan negara yang tinggi, diharapkan akan memberi

  • 8/17/2019 Urgensi Pembiayaan Infrastruktur

    18/19

     

    18

    kontribusi yang lebih besar terhadap pembiayaan infrastruktur. Selain itu juga dapat

    mengurangi defisit anggaran yang secara tidak langsung mengurangi ketergantungan

     pemerintah dari pinjaman-pinjaman yang dalam jangka lama akan membebani keuangan

    negara.

    5. 

    Pengawalan pengadaan infrastruktur agar lebih diperketat, dengan tujuan tidak terjadi

     penyimpangan-penyimpangan seperti kasus korupsi dana infrastruktur yang

    menyebabkan kualitas infrastruktur yang dibangun buruk.

    6.  Perencanaan proyek infrastruktur yang matang dan berkesinambungan. Perencanaan

    infrastruktur harus melalui berbagai kajian sebelum diusulkan untuk didanai (baik dari

    dana swasta maupun utang luar negari) serta memperhatikan proyeksi keadaan di masa

    yang akan datang. Dengan demikian infrastruktur yang dibangun diharapkan memiliki

    masa manfaat yang lama dan tidak tertinggal perkembangan jaman.

    E.  Kesimpulan

    Infrastruktur adalah salah satu modal utama meningkatkan pertumbuhan perekonomian

    suatu negara. Sebagai negara berkembang , Indonesia terus berbenah dalam pembangunan

    infrastruktur. Tantangan utama yang dihadapi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia

    adalah pendanaan. Dimana terdapat gap  pembiayaan anatara dana infrastruktur dari

     pemerintah dengan kebutuhan infrastruktur. Keadaan gap  harus ditutup melalui berbagai

    alternatif pembiayaan. Salah satunya adalah menggandeng kerjasama antara pemerintah dan

    swasta melalui skema  public private partnership. Diharapkan dengan adanya sumber

     pembiayaan dari swasta dalam pembangunan infrastruktur, dapat mengisi gap  pembiayaan.

    Selain itu, kebijakan pengelolaan pinjaman luar negeri untuk pembangunan infrastruktur

    haruslah dipertimbangkan dengan hati-hati dengan berorientasi pada kesinambungan fiskal.

    Dengan demikian, diharapkan pembangunan infrastruktur Indonesia dapat mengalami

     percepatan dan pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan perekonomian yang pesat.

  • 8/17/2019 Urgensi Pembiayaan Infrastruktur

    19/19

     

    19

    Daftar Pustaka

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

    Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar

     Negeri dan Penerimaan Hibah

    Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan BadanUsaha Dalam Penyediaan Infrastruktur

    Yeyati, E. L. dan F. Sturzenegger, 2007, “A Balance-Sheet Approach to FiscalSustainability”, working paper, Universidad Torcuato Di Tella.

    Priatna, Dedy Supriadi, 2011, Pembiayaan Infrastruktur Melalui Dana Pemerintah DanSwasta 

    Hapsari, Tunjung, 2011 , Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

    Putro, Salimdan Yudhanto E., 2015, Efektivitas Penggunaan Pinjaman Luar Negeri untukPembangunan Infrastruktur dalam Penyusunan APBN 2014 dan APBN 2015

    Panduan Penyelenggaraan Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS) dalam PenyediaanInfrastruktur, 2014, PT. Sarana Multi Infrastruktur.

    http://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/apbn_Anggaran_Infrastruktur20150129103211.pdf,diakses tanggal 13 Februari 2016

    http://www.kemenkeu.go.id/Berita/rasio-utang-terhadap-pdb-indonesia-lebih-rendah-dari-negara-tetangga, diakses tanggal 14 Februari 2016

    http://www.djppr.kemenkeu.go.id/page/load/21 , diakses tanggal 13 Februari 2016

    http://www.bappenas.go.id/files/4313/5228/3148/alternatif-pembiayaan-infrastruktur__20121217143142__3712__2.pdf  diakses tanggal 13 Februari 2016

    http://data.worldbank.org/indicator/IQ.WEF.PORT.XQ/countries/all?display=default , diaksestanggal 12 Februari 2016

    http://lpi.worldbank.org/international/global?sort=asc&order=Infrastructure , diakses tanggal13 Februari 2016

    http://www.koran-sindo.com/news.php?r=2&n=0&date=2016-02-11 , diakses tanggal 13Februari 2016

    http://finance.detik.com/read/2016/02/12/115303/3140332/4/adb-tawarkan-utang-rp-134-triliun-ke-ri, diakses tanggal 13 Februari 2016

    http://katadata.co.id/berita/2016/01/08/capai-rp-3089-triliun-rasio-utang-pemerintah-naik- jadi-27-persen#sthash.K3Id00r2.dpbs, diakses tanggal 14 Februari 2016