upt perpustakaan isi yogyakartadigilib.isi.ac.id/4177/5/jurnal syaiful abrar l.pdf2 constraints of...
TRANSCRIPT
JURNAL TUGAS AKHIR
EVALUASI PEMBELAJARAN KLARINET UNTUK
SISWA KELAS XI DI SMK NEGERI 11 MEDAN
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai drajat Sarjana Strata 1
Oleh:
Syaiful Abrar Lubis NIM. 14100390131
JURUSAN MUSIK
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2018
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
1
EVALUASI PEMBELAJARAN KLARINET UNTUK SISWA KELAS XI
DI SMK NEGERI 11 MEDAN
Syaiful Abrar Lubis1, Suryanto Wijaya2, A. Gathut Bintarto T3
1Alumnus Program Studi S-1 Seni Musik, FSP ISI Yogyakarta
[email protected] 2Dosen Jurusan Musik FSP ISI Yogyakarta 3Dosen Jurusan Musik FSP ISI Yogyakarta
Abstrak
Evaluasi pembelajaran keterampilan musik klarinet berkaitan dengan proses belajar mengajar
guru dan siswa untuk mencapai target belajar yang optimal. Klarinet adalah instrumen yang
langka dan tidak banyak yang memilih instrumen tersebut, pembelajaran klarinet masih
memiliki berbagai tantangan. SMK Negeri 11 medan yang jarang melakukan kerja sama antar
lembaga negeri maupun swasta, untuk mengadakan workshop/ masterclass tentang intrumen
musik. Menganalisis situasi pembelajaran, kendala-kendala yang dihadapi dan memberikan
masukan teknis belajar klarinet di SMK negeri 11 Medan.objek penelitian ini adalah guru dan
siswa SMK Negeri 11 Medan Situasi pembelajaran klarinet kurang kondusif dan efektif,
kendala fasilitas instrumen klarinet di sekolah tidak memadai, siswa tidak memiliki instrumen
klarinet sendiri dan proses belajar menggunakan metode ceramah. Mengantisipasi kendala
teknik permainan dilakukan dengan menyediakan media pembelajaran berupa vidio. Sehingga
siswa mampu melakukan duplikasi teknik memainkan klarinet dengan benar, dan observasi
induvidual terhadap kondisi setiap siswa sebagai acuan belajar ketika berada dilingkungan
sekolah maupun diluar jam sekolah.
Kata kunci : Evaluasi, Klarinet, SMK N 11 Medan
Abstract
The learning evaluation of clarinet musical skills is related to the teaching and learning
process of teachers and students to achieve optimal learning targets. Clarinet is a rare
instrument and not many choose the instrument, clarinet learning still has many challenges.
SMK Negeri 11 Medan rarely do the cooperation between state and private institutions, to
hold a workshop / master class about musical instruments. To analyze the learning situation,
the constraints faced and provide technical input to learn clarinet at SMK Negeri 11 Medan.
The object of this research is the teachers and students of SMK Negeri 11 Medan The
learning situation of clarinet musical is less conducive and effective, the constraints of
clarinet musical is in the school’s facilities are inadequate, the students have not their own
clarinet instruments and the learning process is using lecture method. To Anticipate the
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
2
constraints of technical when playing the clarinet musical can use video as a learning media.
So that the students can be able to duplicate the technique of clarinet musical, and individual
observation of the condition for each student as a reference to learn when in the school
environment and outside school hours.
Keywords: Evaluation, Clarinet, SMK Negeri 11 Medan
Pendahuluan
Musik dalam pemahaman sehari-hari sering kali dikaitkan dengan perasaan. selain
dianggap sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan, sisi lain musik dianggap sebagai
gambaran pandangan manusia. Begitu dekatnya musik dengan kehidupan manusia, sehingga
kajian tentang musik hampir selalu terkait dengan kajian tentang perilaku manusia.Diluar dari
nilai hakiki musik sebagai kebudayaan dunia, pendidikan musik memiliki beberapa manfaat
bagi kaum muda yang melampaui asal musik itu sendiri. Pendidikan musik bagi siswa
merupakan bekal kemampuan dasar dalam belajar, mengembangkan kapasitas, keterampilan
dan pengetahuan. Pendidikan musik merupakan salah satu aspek dari keseluruhan pendidikan
kesenian yang merupakan sarana untuk membantu anak didik membentuk kepribadiannya.
Penanaman dan peresapan rasa indah serta rasa peka dapat membentuk atau menemukan jati
diri sehingga menjadi manusia berbudi luhur yang kreatif sebagai salah satu aspek penting
bagi totalitas pembinaan anak didik.Di Indonesia pendidikan musik sudah diajarkan mulai
dari pendidikan dasar hingga tingkat universitas. Kemudian pada tingkat sekolah menengah
atas, terdapat sekolah menengah kejuruan musik yang mengkhususkan belajar musik Barat.
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu sekolah yang bertujuan menyiapkan
lulusan yang siap bekerja, memiliki pengetahuan, menguasai keterampilan dan profesional di
bidangnya(Pakpahan, 1994:1). Hal tersebut menjadi acuan bagi seluruh SMK di indonesia
tak terkecuali SMK Negeri 11 Medan dalam menjalankan proses belajar mengajar. SMK
Negeri 11 Medan adalah salah satu sekolah musik formal Indonesia yang dikenal sebagai
sekolah musik satu-satunya di Medan yang setara dengan SLTA yang didirikan oleh
pemerintah yang bertempatkan di Jalan Perintis Kemerdekan No.31 Medan.
SMK Negeri 11 Medan memiliki program studi yang dibagi menjadi 3 bidang
Kejuruan yaitu, seni musik klasik. musik non klasik, serta seni tari. Seni pertunjukan dengan
kompetensi kejuruan seni musik memiliki praktik instrumen dasar, Instrumen dasar
diwajibkan memilih salah satu instrumen untuk menempuh pendidikan di SMKN 11 Medan.
Pada jurusan seni musik klasik, terbagi beberapa instrumen terdiri dari intrumen Piano,
Vokal, Gitar, Biola, Cello, Flute, Trumpet, dan klarinet. Pada jurusan seni musik non klasik,
terbagi beberapa instrumen terdiri dari instrumen drum set, gitar elektrik, saxophone,
keyboard, bass elektrik, dan vokal pop.Minat masyarakat untuk melanjutkan pendidikan di
SMK Negeri 11 Medan cukup besar, terbukti dengan bertambahnya jumlah siswa pada setiap
tahun ajaran baru.Kemudian dibukanya jurusan baru Seni Tari sehingga membuat sekolah
SMKN 11 Medan memiliki 3 jurusan dalam lingkungan yang sama.calon siswa pada
umumnya memilih jurusan serta Instrumen dasar yang berdasarkan minat tersebut. Salah satu
instrumen yang diajarkan kepadasiswa adalah klarinet.Bisa dikatakan klarinet adalah
instrumen yang minim peminat setiap tahun ajaran baru SMK N 11 Medan menerimarata-rata
4-5 siswa klarinet.Proses pembelajaran yang baik dan benar harus dipahami oleh pengajar
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
3
agar orang yang diajarkan dapat terbentuk pribadi yang berkualitas dibidangnya(Surya,
2003:68). Pada proses pembelajaran di SMK Negeri 11 Medan seperti proses belajar pada
umumnya yaitu guru mengajarkan materi sesuai dengan silabus yang dibuat. Pada proses
pembelajaran praktik klarinet di SMK Negeri 11 Medan, siswa mendapatkan porsi tatap muka
2 kali dalam 1 minggu, dengan durasi waktu 4 x 45 menit. Proses pembelajaran merupakan
penularan pengetahuan yang berupaya meningkatkan keterampilan siswa dari yang benar-
benar tidak mampu memainkan klarinet hingga mahir memainkan klarinet.Pembelajaran
klarinet masih memiliki berbagai tantangan salah satu adalah mengenai informasi teknis
permainan yang dibutuhkan untuk mencapai standart minimum permainan solois. Masalah
penguasaan teknis permainan masih banyak terjadi terutama pada sekolah menengah kejuruan
musik yang jarang menerima update informasi melalui master class/ workshop pembelajaran
musik klarinet tersebut.Informasi awal berdasarkan hasil observasi lapangan adalah bahwa
sekolah tersebut memiliki 1 guru klarinet dan sudah mengajar dari tahun 1983 sampai 2018.
Melihat kondisi fisik yang sudah memasuki usia pensiun karena usia sudah mencapai 59
tahun membuat guru tersebut minim memberikan contoh memainkan klarinet. Guru
mengunakan metode lisan dalam mengajar dan dapat dipahami oleh siswa saat proses belajar
berlangsung.
Pembahasan
A. Cara Merangkai dan Memainkan Klarinet
Bermain klarinet membutuhkan beberapa tahapan yang harus dikuasai. Pengetahuan
dasar klarinet sangat bermanfaat untuk memulai proses belajar instrumen klarinet. Hal
pertama yang perlu diperhatikan dalam memainkan instrumen klarinet yaitu pemain harus
tahu cara memasang klarinet atau menyusun bagian-bagian klarinet dengan benar, sehingga
tidak merusak mekanik klarinet. Teknik pernafasan, posisi bibir, posisi memainkan klarinet
dan penjarian klarinet merupakan teknik dasar dalam memainkan instrumen klarinet.
1. Merangkai Instrumen Klarinet
a. Cara merangkai instrumen klarinet dimulai dari menyusun dua bagian lower joint
dan bell. Posisi tangan saat mengambil klarinet dari hardcase memasukkan salah
satu jari ke lubang lower joint dan bell untuk mengangkat keluar klarinet dari
hardcase, ketika kedua bagian tersebut telah diambil dari hardcase maka letakan
bell pada perut atau paha sebagai sandaran yang diikuti dengan memasukan lower
joint kelubang yang ada pada bell lalu menekannya dengan mengunakan telapak
tangan, ini untuk meminimalisirkan kerusakan pada clep. Karet atau cork pada
bagian penyambung antara lower joint dan bell harus diberi pelumas. Hal ini
dilakukan supaya mekanik penyambung lower joint dan bell dapat mudah terkait.
Jika mekanik jembatan antara lower joint dan bell tidak terkait maka kedua bagian
klarinet ini tidak akan menyatu.
b. Pemasangan upper joint dilakukan dengan cara memegang bagian atas dengan
telapak tangan kanan pada bagian bawah dengan tangan kiri menggenggam
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
4
bagian bell sehingga ketika melakukan penyambungan upper joint telah
tersambung.
c. Merangkai barrel dan mouthpiece pada bagian klarinet yang sudah tersambung
adalah dengan cara meletakkan bell pada perut atau paha sebagai sandaran
kemudian tekan masuk barrel ke dalam bagian klarinet yang telah tersambung.
Setelah barrel tersambung mouthpiece dipasang dengan langkah-langkah yang
dilakukan seperti pada saat memasang barrel.
d. Rangkaian reed pada mouthpiece sebaiknya dilembabkan agar lebih sedikit
fleksibel sehingga dapat menghasilkan suara yang baik. Reed yang kering akan
bersifat kaku sehingga nada tidak konsisten saat dimainkan. Cara melembabkan
reed bisa mengunakan air atau pun air liur dengan menempatkan reed kedalam
mulut. Tempatkan reed yang sudah lembab kebagian mouthpiece dengan posisi
kulit bambo reed berada pada bagian luar, tahan dengan ibu jari kemudian pasang
legature pada saat mengencangkan sekrup legature reed harus dipastikan terkait
kuat pada mouthpiece.
2. Tone
Tone yang berarti bunyi, nada, dan warna suara yang dapat didengarkan dan memiliki
kualitas yang tidak ditentukan dengan variabel tak terhitung dan bersifat relatif. Cara
mengembangkan dan membentuk kualitas tone pada instrumen tiup khususnya instrumen
klarinet menggunakan dua teknik yang berkesinambungan yaitu teknik pernafasan dan
Embouchure.
3. Fingering (Penjarian)
Fingering adalah teknik penguasaan kordinasi pemencetan klep pada klarinet untuk
semua tangga nada Major dan Minor (1-7 sharps dan 1-7 flats) dengan penjarian yang
tepat. Selain itu juga menguasai nada-nada kromatis yang terdapat pada klarinet dengan
alternatif-alternatif penjarian.
4. Artikulasi
Artikulasi pada musik adalah teknik pengucapan yang terkait dengan ungkapan,
presisi ritmis, dll. Artikulasi pada instrumen tiup ini dibuat dengan cara melepaskan
kontrol angin dengan hentakan (lidah) pada sebuah mouthpiece.
5. Posisi Duduk dan Posisi Bediri
Pada saat posisi duduk tubuh sebaiknya rileks dan santai. Jarak tubuh dengan klarinet
kurang lebih sekitar 10 cm dari tubuh. Posisi duduk sebaiknya tidak membungkuk dan
kaku, Tubuh lurus ketika bermain klarinet dan bagian punggung menyentuh kursi,
sedangkan pada posisi berdiri juga tidak boleh kaku, posisi tubuh harus tegak dan santai.
Jarak klarinet pada tubuh juga sedikit jauh kurang lebih sekitar 10 cm
B. Situasi Pembelajaran Klarinet di SMK Negeri 11 Medan
Observasi pembelajaran dilakukan pada tanggal 10 April 2018 yang dimulai pada pukul
07.00 untuk melihat situasi pembelajaran klarinet pada siswa kelas XI di SMK Negeri 11
Medan. Siswa terlambat hadir keruangan praktik yang disebabkan siswa datang terlambat
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
5
kesekolah. Pembelajaran dimulai pukul 07.15-09.55, namun siswa mengikuti pelajaran pada
pukul 07.30 karena harus menjalani hukuman.Ketika pembelajaran akan dimulai masih ada
siswa yang harus mengurus surat peminjaman instrumen klarinet untuk digunakan pada jam
pelajaran praktik sementara siswa yang lain sudah mempersiapkan klarinetnya dengan
menyusun instrumen klarinet yang mereka miliki.Pembelajaran dimulai dengan memainkan
tangga nada terlebih dahulu, guru menginstruksikan siswa agar memainkan tangga nada
dimulai dari nada yang paling rendah yaitu nada E. Ketika proses pembelajaran berlangsung,
siswa memainkan tangga nada minor harmonis. Masing-masing siswa memainkan tangga
nada dengan berbagai pola ritmis. Ketika memainkan tangga nada siswa memerlukan waktu
selama 35 menit untuk memainkan semuanya di ikuti dengan tri nadayang variasinya
diberikan oleh guru.
Notasi 11: Tangga Nada E minor Harmonis.
Setelah memainkan tangga nada siswa akan melanjutkan pembelajaran klarinet yaitu
dengan memainkan Etude yang sudah diberikan oleh guru untuk dipelajari, Etude yang di
pelajari oleh siswa antara lain; Etude Gustav dan H. Klose. Ada 5 bagian yang diberikan oleh
guru kepada siswa dari masing-masing Etude tersebut ada 2 bagian dari Gustav dan 3 bagian
dari H. Klose, dalam memainkan Etude siswa memainkan secara bersamaan terlebih dahulu
setiap 1 bagian lalu akan diberikan kesempatan bagi siswa untuk memainkan Etude
perorangan, siswa menghabiskan waktu sebnyak 45 menit untuk memainkan Etude.Setelah
selesai memainkan Etude maka siswa akan melanjutkan dengan memainkan lagu, pada saat
memainkan lagu masing-masing siswa diberikan waktu untuk bermain perorangan dan akan
dibimbing oleh guru. Saat guru membimbing siswa memainkan lagu masing-masing siswa
memiliki durasi yang berbeda-beda tergantung dari kesiapan siswa untu memainkan lagu
tersebut. Ada yang di bimbing dengan waktu yang cukup lama dan ada yang singkat saat
dibimbing guru. Pembelajaran yang kedua dilakukan pada tanggal 13 April 2018, siswa
masuk pada pukul 7.15. untuk kali ini siswa hadir tepat waktu. Pada kegiatan awal
pembelajaran, siswa mempersiapkan kursi-kusi dan stand part untuk mereka pergunakan
dalam proses belajar dan satu siswa mempersiapkan surat pemeinjaman instrumen untuk
praktik klarinet. Seperti hari sebelumnya siswa merangkai klarinet terlebih dahulu. Saat
memulai proses belajar siswa akan di arahkan oleh guru untuk memainkan tangga dan guru
memperhatikan siswa saat memainkan tangga nada. Siswa yang belum bisa memainkan
tangga nada akan diberikan bibmbingan oleh guru, waktu belajar tangga nada ini cukup lama
karena banyaknya siswa yang belum mampu dan melakukan pengulangan sehingga untuk
mencapai kualitas bunyi yang dimaksudkan oleh guru selama kurang lebih 70 menit.
Setelah selesai belajar tangga nada siswa akan melanjutkan dengan belajar Etude,
dalam memainkan Etude siswa dipersilahkan terlebih dahulu main secara bersamaan. Setelah
siswa selesai membahas Etude secara bersamaan maka masing-masing siswa disuruh
mengulang untuk bermaian secara perorangan. Guru mengkoreksi ritmis dan artikulasi dengan
cara mencontohkan mengunakan tangan dan vokal. Etude yang dimainkan pada tangga 13
April 2018 sama persis dengan yang dimainkan pada tanggal 10 April 2018.Durasi waktu saat
memainkan Etude terbilang cukup lama pada saat sesi perorangan. Pada saat memainkan
Etude siswa menghabiskan waktu sampai waktu istirahat tiba pada pukul 9.15 waktu yang
dipakai siswa dalam belajar Etude sekitar 50 menit. Pada saatpraktik klarinet hari jumat
jadwal mata pelajaran siswa cukup unik ada 1 jam pelajaran lagi yang terpisah oleh waktu
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
6
istirahat yang terbilang cukup banyak sekitar 30 menit. Ketika jam istirahat selesai dan jam
pelajaran dimulai, siswa tidak langsung memasuki ruangan, akan tetapi, masih ada kegiatan
yang mau dilakukan berakibat pada terlambatnya mereka masuk dan hanya menyisakan waktu
belajar selama 40 menit lagi sebelum selesai belajar praktik klarinet hari Jum’at. Jam mata
pelajaran klarinet dimulai pada pukul 7.15-9.55, untuk siswa kelas XI pelajaran praktik
instrumen dimulai pada les pertama sampai les keempat. Siswa kelas XI praktik instrumen
pada hari Selasa dan Jum’at dan tidak ada perbedaan jam antara hari Selasa dan Jum’at. Siswa
masuk pada les pertama hanya saja pada hari Jum’at siswa akan belajar tiga les terlebih
dahulu di ikuti dengan waktu istirahat dan disambung lagi satu les untuk melanjutkan belajar
praktik instrumen. Siswa diberikan waktu 4x40 menit setiap jam praktik sekolah ini dilakukan
dua kali dalam satu minggu.
C. Kendala – Kendala Yang Dihadapi Guru Dan Siswa
1. Guru Fasilitas instrument klarinet di sekolah tidak memadai. Terlihat dari buruknya alat yang
digunakan oleh siswa ketika saat mata pelajaran praktik. Klarinet yang ada disekolah rata-rata
tidak layak pakai yang diakibatkan minimnya perawatan yang diberikan sekolah maupun
siswa yang meminjamnya.Siswa tidak memiliki instrumen sendiri. Berdasarkan wawancara
dengan siswa, orang tua berfikir bahwa menyekolahkan anak di SMK Negeri 11 Medan hanya
sebatas menyediakan fasilitas untuk belajar umum. Hal ini yang kemudian membuat siswa
tidak memiliki instrumen , dikarenakan kurang nya pemahaman orang tua bahwa pentingnya
memfasilitasi anak untuk kebutuhan praktik di sekolah. Untuk memperjelas data mengenai
kendala – kendala yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran klarinet; dapat dilihat dari
hasil wawancara berikut ini:
2. Siswa Guru mengajar menggunakan metodeceramah. Hal ini buat siswa kesulitan untuk
memperaktikkan ke dalam instrumen yang mereka miliki. Sebagai akibatnya siswa lambat
dalam menangkap materi dan sidikit bingung. Kurangnya guru mencontohkan cara meniup
klarinet mengakibatkan beberapa teknik yang dimainkan belum tepat bunyinya. Karena tidak
memiliki instrumen klarinet siswa tidak mungkin belajar, selain ketika dilingkungan sekolah.
peminjaman instrumen hanya boleh dilakukan disekolah dan tidak boleh dibawa pulang ke
rumah. Untuk memperjelas data mengenai kendala – kendala yang dihadapi siswa dalam
proses pembelajaran Klarinet.
D. Temuan Penelitian dan Cara Mengantisipasinya
Pada saat Memainkan tangga nada, siswa bermain secara bersamaan tetapi tidak ada satu
pun siswa yang memainkan tangga nada yang sama. Masing-masing siswa memainkan tangga
nada yang berbeda sesuai dengan tempo yang diberikan dan guru memperhatikan siswa yang
tidak begitu lancar. tangga nada. Kemudian cara siswa memainkan tangga nada cukup unik
yaitu masing-masing siswa memainkan pola rimis yang berbeda dan dimainkan secara
bersamaan tetapi tidak ada yang memainkan tangga nada yang sama. Siswa memainkan
tangga nada sesuai dengan kebiasaannya mengunakan tempo lambat dan pola ritmis yang
sudah biasa dia praktikkan. Kondisi seperti ini membuat siswa tidak punya aturan dalam
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
7
melatih tangga nada disebabkan masin-masing siswa memiliki permainannya sendiri.
Ruangan yang berukuran 3x4 meter yang berlantaikan keramik mengakibatkan terlalu
banyaknya pantulan bunyi yang terdengar sehingga muda memecah konsentrasi. Pada saat
memainkan lagu waktu yang tersisa sangat mencukupi jika guru membagi rata durasi yang
diberikan kepada siswa dikarenakan waktu yang tersisa masih ada sekitar 60 menit. Hal ini
dapat dibagi masing-masing siswa 15 menit agar lebih efektif dan teliti. Pada saat memainkan
lagu tingkat penguasaan materi berbeda-beda sehingga pada saat pengecekan materisecara
perorangan, siswa yang belum menguasai materi akan juga terus berlatih sehingga
menimbulkan kekacauan bunyi yang berakibat pada kurang kondusifnya suasana belajar.Pada
saat melakukan bimbingan etude. Guru tidak memperhatikan dengan jelas ketidak akuratan
kualitas bunyi klarinet yang dilakukan oleh siswa. Guru hanya sebatas memperhatikan
ketepatan bidikan nada yang dimainkan oleh siswa. Etude merupakan pembentukan dasar
tehnik bermain klarinet dalam membaca partitur. Setiap nomor memiliki berbagai macam
pola ritmis yang menunjukan tingkat keterampilan permainan tertentu melalui latihan. Akibat
dari kurangnya penargetan belajar serta target yang dibuat guru membuat siswa tidak
memperhatikan benar atau salahnya pola ritmis yang dia baca Kebiasaan ini akan
mengakibatkan lambatnya siswa dalam mebaca partisi ketika disuruh membacaEtude yang
baru diberikan oleh guru. Pembelajaran Klarinet di SMK Negeri 11 Medan hanya
menggunakan metode ceramah. Beberapa foto di bawah ini akan memperlihatkan bagaimana
situasi pembelajaran klarinet untuk kelas XI di SMK Negeri 11 Medan. Guru mengajar
dengan metode ceramah, guru duduk di tengah–tengah siswa tanpa memegang alat. Dengan
demikian, guru hanya melihat bagaimana siswa bermain tanpa mempraktikkan cara
memainkannya. Situasi yang terjadi guru berhadapan dengan 2 orang siswa, siswa sebelah
kanan diminta untuk memainkan alat, sementara siswa yang di sebelah kiri menirukan teman
yang di sebelahnya dengan durasi waktu belajar 4x40 menit.Ketika siswa melakukan posisi
penjarian tangga nada, siswa tidak diberitahu aturan yang dibuat oleh guru seperti
mengunakan tehnik legato staccato dan artikulasi lainnya. Namun, dalam memainkan tangga
nada siswa tersebut memainkan dengan berbagai macam tehnik yang sudah biasa
diketahuinya sesuai kebiasaan tanpa pengarahan lebih lanjut. Hal ini dapat diartikan bahwa
antara yang tercantum didalam partitur dan yang dimainkan tidak sama.
E. Mengamati Teknik Embouchure
Selain mengevaluasi metode mengajar guru dalam pembelajaran, peneliti juga
mengevaluasi teknik embouchure yang digunakan oleh siswa, apakah teknik tersebut sudah
dipakai dengan benar atau tidak. Terlihat bahwa tidak ada satu pun siswa yang mampu
meniup klarinet dengan teknik embourchure yang benar. Terlihat pada gambar dagu
menggembung dan tidak membentuk huruf V, embouchure merupakan teknik cara meletakan
mouthpiece klarinet pada mulut, yang paling penting dikuasai karena selain teknik untuk
memproduksi suara.Penempatan embouchure yang benar dengan cara menempatkan gigi
bagian atas mouhpiece sekitar 3/8 inci dari ujung mouthpiece. Kerutan bibir bagian bawah
pada gigi bagian bawah sehingga membentuk bantalan untuk bagian bibir bawah ini berfungsi
sebagai tumpuan reed. Bibir bagian atas melingkari mouthpiece dan menjaga agar udara tidak
keluar saat meniup instrumen dan menarik dagu ke bawah. Dengan demikian dapat dikatakan
ke empat siswa tersebut tidak meniup klarinet dengan benar.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
8
F. Mengamati Teknik Penjarian Tangga Nada dan Etude
Fingering adalah teknik penguasaan permainan klarinet terhadap semua tangga nada
Major dan Minor (1-7 sharps dan 1-7 flats) dengan penjarian yang tepat. Selain itu teknik
fingering tersebut juga dipakai untuk menguasai nada-nada kromatis yang terdapat pada
klarinet dengan alternatif-alternatif penjarian.Siswa 1 yaitu, siswa ini memainkan tangga nada
dengan mengunakan artikulasi legato dan dimainkan sampai 2 oktaf saat memainkan tangga
nada dengan mengunakan artikulasi legato, namun siswa tidak memperhatikan dan tidak
mendengarkan apa yang dimainkan olehnya karena saat memainkan tangga nada dengan
legato siswa memasukan nada-nada yang tidak terdapat pada tangga nada tersebut seperti
tangga nada Bes minor nada Bes,C, Des,Es,F,Ges,A,Bes. Saat melakukan pengamatan, Siswa
tersebut memainkan tangga nada tidak mengunakan alternatif sehingga ketika penjarian dari
nada Des ke Es terdengar nada D disebabkan posisi jari siswa tidak benar saat memainkan
tangga nada mengunakan artikulasi legato dan bukan hanya nada tersebut saja namun terdapat
nada-nada yang tidak ada pada tangga nada Bes minor tetapi terdapat juga saat posisi tangga
nada dimainkan turun seperti dari Ges ke F terdapat nada G, Des ke C terdapat nada D. Dan
ini tidak diperhatikan oleh guru, guru hanya memfokuskan siswa mengetahui nada tetapi tidak
memperhatikan apa yang dimainkan siswa mulai dari segi artikulasi maupun teknik
penjarian.Etude Gustav no.80 merupakan partisi latihan duet untuk klarinet, namu pada siswa
klarinet SMK Negeri 11 medan hanya memainkan bagian yang merupakan pola ritmis utama.
Bagian bawah hanya sebatas iringan dan biasa dimainkan oleh guru.
Hasil pengamatan yang dilakukan pada siswa 1 menunjukan bahwa ketika memainkan
etude Gustav no.80 bagian awal, pada mulanya siswa guru menjelaskan terlebih dahulu
tentang ritmis dan meminta siswa memainkannya sampai siswa bisa menerapkan dengan
tepat. Bahan ajar sudah diberikan oleh guru sejak awal semester, yang terdiri atas 5 bahan
etude yang harus di kuasai siswa yaitu etudeH.klose dan Gustav. Target selama satu semester
adalah siswa tidak lagi merasa susah saat memainkan etude tersebut. Saat memainkan
etudeGustav no 80, siswa kurang memperhatikan harga nada dan pola ritmis mengakibatkan
siswa kurang menguasai artikulasi legato tersebut. Secara tertulis seharusnya siswa
memainkan dengan mengunakan aksen yang lebih terputus-putus dikarenakan pola ritmis
yang terdapat pada Etude Gustav dari birama awal sampai akhir sama. Terdapat 2 harga nada
yang berbeda disetiap biramanya terdapat nada 1/8 dan 1/16 dalam satu ketuk. Jika kedua
harga nada tersebut disatukan untuk menjadikan 1 pukulan maka membaca dan
memainkannya harus lebih putus harga nada 1/8 yang ditambahkan (.) sebagai tambahan nilai
ketukan maka nada 1/16 nya di baca lebih tegas dan pendek.kemudian siswa memainkan
etudeini dari birama 1 dengan cara legato tanpa diberi aksen disetiap nada 1/16 nya seperti
permainan staccatosehingga harga nadanya lebih jelas terdengar dan tepat dalam
memainkannya.
Notasi: Hasil Bunyi Siswa 1
Pengamatan yang dilakukan pada siswa2 menunjukan bahwa siswa 2 ini memainkan
tangga nada dengan artikulasi yang dibuatnya sendiri. Tiga nada yang ditiupoleh siswa akan
diberikan aksen lebih pendek lalu dilanjutkan 3 nada lagi untuk mengambil nafas dan
dilanjutkan 3 lagi. Nada berikutnya ada pengulangan pada nada Ges dan dua nada berikutnya
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
9
sampai selesai secara naik turun sama persis polanya. Tangga nada yang dimainkan oleh
siswa ini adalah tangga nada Bes minoryang dimainkan 2 oktaf. Semua nada pada tangga nada
Bes minordapat dibunyikan dengan baik dikarenakan siswa memainkan tangga nada dengan
kenyamanan penjarian yang dipraktikkannya. Hal ini tidak dikoreksi oleh guru. Guru
kemudian lebih fokus pada pengetahuan induvidual siswa mengetahui nada yang benar
dibandingkan memberikan pengarahan tentang memainkan tangga nada dengan mengunakan
artikulasi. Hal tersebut dijadikan guru sebagai standart permainan yang ditentukannya. Siswa
2 ketika memainkan Etude Gustav no 80 siswa memainkan dengan terbata-bata siswa masih
mencari nada yang tidak dikuasi. Siswa belum bisa membedakan harga nada antara 1/8
dengan 1/8 dan 1/8 yang ditambah (.)dengan 1/16.
Notasi: Hasil Bunyi Siswa 2
Seharusnya siswa sudah tidak lagi masalah dengan membaca pola ritmis dikarenakan
siswa sudah mempelajari cara membaca ritme pada pelajaran teori musik maupun solefegio
yang didapat pada kelas sebelumnyaseharusnya guru lebih memperhatikancara bermaian
siswa dibandingkan hanya menuntut siswa untuk mengetahui nadadan memberikan arahan
kepada siswa agar tidak bermain dengan apa yang dia ingat melainkan disertai bimbingan dan
arahan agar siswa dapat mengatasi kesalahan yang dibuatnya berkat bimbingan dan perhatian
oleh guru bukan sekedar pandai meniup, membaca dan memainkan.Siswa 3 yaitu, siswa
memainkan tangga nada dengan mengunakan artikulasi legato, akan tetapi siswa tersebut
tidak begitu hafal dengan tangga nada yang dimainkan padahal tangga nada ini tercatat di
silabus guru siswa kelas XI semester 2 harus sudah menguasi tangga nada 1#-7# (mayor
minor) dan 1 -7 (mayor minor). Namun, dalam memainkan tangga nada dengan mengunakan
artikulasi legato siswa juga tidak memperhatiakan dan mendengarkan nada-nada yang tidak
terdapat pada tangga nada tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa siswa tersebut tidak
memahami apa yang disampaikan guru. Paragraf pada Siswa 3 menunjukan bahwaketika
memainkan Etude Gustav no.80 awalnya cukup baik dan benar,namun setelah dilakukan
beberapa kali siswa mendapati kendala yang disebabkan tidak fokusnya membaca partisi
sehingga terdapat beberapa nada yang salah saat dibaca yang mengakibatkan salahnya
membaca ritmis yang terdapat pada etude tersebut. Saat memainkan Etude tersebut siswa
cukup bagus, akan tetapi dikarenakan salahnya membaca nada membuat siswa salah
membaca pola ritmis yang ada pada Etude tersebut yang memiliki aksen 1/8 yang diikuti
dengan nada 1/16 yang awal tadi cukup terdengar jelas akan tetapi siswa salah membaca
ritmis dengan menambahkan pola triplet pada birama 10 Etude Gustav No 80
Notasi: Hasil Bunyi Siswa 3
Pengamatan pada siswa 4 menunjukan bahwa sejauh ini memainkan tangga nada Bes
minor dengan menggunakan artikulasi legato. Permainan tersebut tidak akurat karena siswa
tidak hafal tangga nada yang dimainkan. Siswa ini terbilang cukup lambat dalam proses
belajar disekolah karena tidak memiliki instrumen dan berdasarkan informasi dari guru ia
10
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
10
jarang hadir saat praktik. Siswa 4 ini memiliki kendala yang cukup banyak mulai dari
instrumen yang tidak dimiliki serta buku Etude yang tidak difoto copy.Akibatnya pada saat
memainkan etude Gustav no.80, siswa tidak bisa bermain dengan baik. Ketika mencoba
memainkan Etude siswa membuat semua nada 1/16 nya menjadi 1/8, beda dengan yang
tertulis pada partisi disebabkan siswa berusaha membidik tangga nada dengan tepat sehingga
tidak memperhatikan pola ritmis yang terdapat pada Etude tersebut.
Notasi 24: Hasil Bunyi Siswa 4
Untuk menyajikan data dan fakta yang lebih akurat, maka peneliti melakukan
pengamatan pencapaian hasil belajar siswa berdasarkan kurikulum dan materi ajar oleh guru.
Evaluasi tersebut dilakukan selama 5 hari, yaitu mulai dari tanggal 16 April 2018 sampai
dengan tanggal 20 April 2018. Adapun data dan fakta tersebut adalah sebagai berikut.
1. Materi: Mengamati Teknik Pernapasan
Pengamatan dilakukan Senin, 16 April 2018
Pengamatan teknik pernapasan dilakukan selama 15 menit untuk masing masing
siswa. Siswa jurusan klarinet ada 4 orang, sehingga membutuhkan waktu 60 menit untuk
keseluruhan siswa. Dari 4 orang siswa, hanya dua orang siswa yang melakukan
pernapasan dengan benar, yaitu:
a. Siswa 1 : Sudah mampu mempraktikkan teknik pernapasan dengan benar rongga
perut mengembang kesampin.
b. Siswa 2 : Tidak mampu mempraktikkan teknik pernapasan dengan benar posisi
rongga perut tidak mengembang kesamping.
c. Siswa 3 : Tidak mampu mempraktikkan teknik pernapasan dengan benar posisi
rongga perut tidak mengembang kesamping.
d. Siswa 4 : Sudah mampu mempraktikkan teknik pernapasan dengan benar posisi
rongga perut mengembang kesamping.
2. Materi : Mengamati Teknik Embourchure
Pengamatan dilakukan Selasa, 17 April 2018
Pengamatan teknik embouchure dilakukan selama 15 menit untuk masing masing
siswa. Siswa jurusan klarinet ada 4 orang, sehingga membutuhkan waktu 60 menit untuk
keseluruhan siswa. Dari 4 orang siswa, tidak ada satu pun siswa yang mampu
mempraktikkan teknik embouchure. Hal ini dikarenakan guru tidak pernah
mencontohkan posisi embouchure yang benar. Pada saat peneliti mengevaluasi teknik
embouchure terhadap siswa.siswa mampu membunyikan klarinet, namun tidak
menggunakan teknik embouchure dengan benar.
3. Materi : Mengamati Teknik Fingering
Pengamatan dilakukan Rabu, 18 April 2018
Pengamatan teknik Fingering dilakukan selama 15 menit untuk masing masing
siswa. Siswa jurusan klarinet ada 4 orang, sehingga membutuhkan waktu 60 menit untuk
keseluruhan siswa. Dari 4 orang siswa, tidak ada satu pun siswa yang mampu
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
11
mempraktikkan teknik fingering dengan benar, hal ini dikarenakan tidak adanya
alternative penjarian klarinet yang diajarkan pada saat proses pembelajaran praktik
klarinet, sehingga membuat siswa tidak mampu mnguasai teknik fingering.
4. Materi : Mengamati Intonasi
Pengamatan dilakukan Kamis, 19 April 2018
Pengamatan terhadap Intonasi dilakukan selama 15 menit untuk masing masing
siswa. Siswa jurusan klarinet ada 4 orang, sehingga membutuhkan waktu 60 menit untuk
keseluruhan siswa. Dari 4 orang siswa, tidak ada satu pun siswa yang mampu
menghasilkan intonasi yang tepat. Hal ini dikarenakan siswa tidak mampu melakukan
teknik embouchure yang benar, dan kurangnya pemahaman siswa mengenai intonasi
dalam karakter suara klarinet.
5. Materi : Mengamati siswa dalam Memainkan Lagu
Pengamatan dilakukan Jumat, 20 April –2018
Pengamatan yang dilakuakan terhadap siswa yang memainkan lagu dilakukan
selama 15 menit untuk masing masing siswa. Siswa jurusan klarinet ada 4 orang,
sehingga membutuhkan waktu 60 menit untuk keseluruhan siswa. Dari 4 orang siswa,
dapat dilakukan pengamatan yang berbeda. Hal ini dikarenakan siswa memainkan lagu
yang berbeda yang dipilihkan oleh guru berdasarkan kurikulum sekolah untuk kelas XI
semester 2.
a) Siswa 1
Siswa 1 membawakan lagu yang berjudul Hungarian dance No. 5 karya Johannes
Brahms. Pada saat siswa tersebut memainkan lagu, ditemukan beberapa kesalahan
dalam memainkan lagu tersebut, kesalahan terjadi pada tempo yang tidak sesuai
dengan yang tertulis pada lagu, artikulasi yang di mainkan tidak tepat, seperti
intonasi yang tidak stabil ketika memainkan lagu, penjarian yang salah, memainkan
aksen yang tidak terdapat dalam partisi, dan dinamika yang tidak sesuai part.
b) Siswa 2
Siswa 2 membawakan lagu yang berjudul Barcarolle karya Jacques offenbach.
Pada saat siswa tersebut memainkan lagu, ditemukan beberapa kesalahan dalam
memainkan lagu tersebut, kesalahan terjadi pada artikulasi yang diamainkan tidak
tepat, seperti intonasi yang tidak stabil ketika memainkan lagu, penjarian yang
salah, dan dinamika tidak sesuai part.
c) Siswa 3
Siswa 3 membawakan lagu yang berjudul Liber Tango karya Astor Piazzolla. Pada
saat siswa tersebut memainkan lagu, ditemukan beberapa yaitu: tempo yang tidak
sesuai dengan yang tertulis pada lagu, penjarian yang salah ketika memainkan lagu
yang ada tanda legato, dimana posisi penjarian seharusnya menggunakan
alternative agar artikulasi pada lagu dimainkan dengan tepat. intonasi yang
dimainkan terdengar tidak stabil, dan juga dinamika tidak dimainkan sesuai dengan
part yang tertulis.
d) Siswa 4
Siswa 4 membawakan lagu concerto No. 3 karya C. Stamit., dan ternyata siswa
tidak mampu membawakan lagu tersebut. Hal itu dikarenakan siswa tersebut jarang
mengikuti proses pembelajaran praktik klarinet dan tingkat keterampilan lagu ini
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
12
tinggi untuk dimainkan oleh siswa tersebut. Seharusnya dia membawakan lagu
ciribimribim.
G. Masukan Teknis Sebagai Antisipasi Kendala
Banyaknya informasi yang bisa didapat guru seharusnya dapat memudahkan guru dalam
mengajar untuk mengantisipasi kendala-kendala yang ada.Dalam pembelajaran, Guru bisa
mengajarkan praktik dengan metode learning by doing, guru secara produktif mengajarkan
praktik kepada siswa langsung dengan menggunakan instrumen klarinet. Apabila guru tidak
mampu mengguanakan instrumen dengan alasan kesehatan, guru bisa menyediakan media
pembelajaran berupa video sehingga siswa mampu melakukan duplikasi teknik memainkan
klarinet dengan benar, Sebagai acuan belajar untuk siswa ketika berada dilinkungan sekolah
maupun di luar jam sekolah. Guru diharapkan untuk lebih memperhatikan siswa ketika
memainkan etude atau lagu agar artikulasi yang terdapat pada etude maupun lagu dapat
dimainkan dengan benar oleh siswa. Dalam belajar memainkan tangga nada patokan ritmis
yang dibuat oleh guru yang harus dimainkan dalam tangga nada dengan pola ritmis yang
sama. Alternatif penjarian klarinet diberitahukan kepada siswa untuk memudahkan permainan
tangga nada dengan materi melodi legato. Fungsi alternatif penjarian bukan hanya untuk
tangga nada, melainkan bisa juga digunakan untuk memainkan etude maupun memainkan
lagu dengan tingkat kesulitan setara concerto yang memiliki berbagai macam pola ritmis.
Alternatif penjarian diperlukan untuk memudahkan pemain dalam memainkan lagu tersebut.
Guru untuk memberikan perlu menghimbau kepada siswa untuk memiliki instrumen klarinet
sendiri agar siswa dapat berlatih lebih intensif diluar waktu tatap muka di sekolah perlunya
guru memperhatikan kemampuan siswa dan memberikan bahan yang sesuai. Disamping itu
perlu memudahkan kesetaraan waktu bimbingan antar siswa. Target belajar yang jelas
diberitahukan agar siswa tidak hanya fokus untuk memainkan nadanya saja, melainkan juga
artikulasi dan tanda-tanda penulisan yang lain pada lagu juga dibaca.
Beberapa masukan yang bisa diberikan kepada siswa dalam mengembangkan permainan
klarinet yaitu:
1. Latihan Pernafasan Diafragma
Latihan pernafasan diafragma ini dapat dilakukan dengan cara menempatkan telapak
tangan kanan pada perut dan punggung telapak tangan kiri ditempatkan di pinggang
bagian belakang. Penempatan tangan tersebut berguna untuk merasakan keluar
masuknya udara dan kembang kempisnya diafragma. Pernafasan diafragma tersebut
dilakukan dengan menarik nafas sambil menirukan bunyi ‘huft’ dan menghembuskan
nafas dengan bunyi ‘buss’. Latihan ini dapat membantu siswa memdahkan
melakukan pernafasan diafragma dan disarankan untuk dilakukan setiap hari agar
efeknya dapat dirasakan lebih cepat dak efektif.
2. Latihan Embouchure
Dalam melatih embouchure siswa harus menerapkannya didepan cermin ini
memudahkan siswa untuk melihat posisi daguyang tepat agar terjadi embouchure
yang tepat. Posisi embouchure yang benar adalah posisi dagu harus lebih ditarik
kebawah agar dapat membentuk huruf V.
3. Latihan Fingering
Dalam melakukan latihan penjarian diperlukan kemampuan menginat alternatif
penjarian pada klarinet sehingga tercipta suara yang secara otomatis agar menjadikan
kebiasaan yang tidak perlu di cari lagi posisi alternatifnya penjariannya.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
13
4. Latihan Intonasi
Siswa dapat melatih intonasi bidikan nada dengan menggunakan bantuan tuner. Alat
bantu tersebut disa didapatkan dengan cara mengunduh aplikasi dari smartphone atau
membeli alat tuner yang dijual khusus ditoko alat musik. Latihan intonasi dilakukan
dengan membunyikan nada panjang dengan durasi tertentusampai nada dibunyikan
mencapai warnah hijau pada tuner. (warna dapat berubah-ubah tergantung tuner yang
digunakan)
5. Latihan Lagu
Pada saat lagu sudah diberikan oleh guru, siswa disarankan untuk menanyakan hal-
hal diseputar karya lagu tersebut. Siswa juga perlu untuk melakukan konsultasi lebih
lanjut terutama berkaitan dengan penelusuran elemen-elemen musik yang perlu di
perhatiakn atau yang sering disebut score reading pada partitur. Siswa disarankan
mencari contoh lagu yang sudah diunggah di media sosial seperti youtobe untuk
membantu membentuk hasil bunyi dari sebuah partitur. Dalam hal ini peran guru
akan sangat besar dalam mengkoreksi unggahan vidio yang memiliki hasil bunyi
yang paling baik untuk dicermati.
Kesimpulan
1. Situasi pembelajaran klarinet di SMK Negeri 11 Medan, setelah dilihat dari denah
sekolah, gambaran ruang kelas klarinet, penggunaan waktu dalam proses
pembelajaran dan mobilitas siswa dinyatakan kurang kondusif dan efektif.
Dikarenakan kurang disiplin nya siswa, terutama masalah waktu yang minim pada
saat pembelajran klarinet dan mengakibatkan siswa tidak memahami pembelajaran
klarinet dengan benar.
2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran Klarinet:
a. Guru yaitu: Fasilitas instrumen klarinet di sekolah tidak memadai dan Siswa tidak
memiliki instrumen klarinet sendiri.
b. Siswa yaitu: Guru menggunakan metodeceramah dalam proses pembelajaran
klarinet.
3. Teknis untuk mengantisipasi kendala yang dihadapi adalah guru dapat mengajar
dengan menyediakan media pembelajaran berupa audio visual seperti video sehingga
siswa mampu melakukan duplikasi teknik memainkan klarinet dengan benar. Hal
tersebut dilakukan sebagai acuan belajar siswa ketika berada dilingkungan sekolah
maupun di luar jam sekolah. Siswa perlu memiliki alat instrumen klarinet pribadi
untuk mendorong penguasaan teknik permainan yang lebih cepat dan belajar disiplin
tatap muka yang disediakan oleh guru dengan menghargai waktu.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
14
Daftar Referensi
Colin, Awson. 1995,The Cambridge Companion to the Clarinet, USA: Cambridge
University Press.
Etheridge,David. 2010, Clarinet For Dummies, indianapolis: indiana.
Gulo, W. 2008, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: grasindo.
Heaton, Roger. 2006,The Versatile Clarinet, Routledge, Taylor & Francis Group, 711
Thrid Avenue, New York.
Miller, Hugh. 1971, Pengantar Apresiasi Musik, ter Triyono Bramantyo, Introduction To
Music a Guide To Good Listening.
Nasution, S. 1996, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara.
Rice, Albert.R. 2003,The Clarinet In The Classical Period, Oxford University Press,Inc.
Singarimbun, Masri dan Efendi Sofwan. 1989, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3S.
Soeratno. 1995,Metodologi Penelitian, Yogyakarta: UUP AMP YKPN.
Stein, Keith. 1994, The Art Of Clarinet Playing, summy-brichard musik.
Sugiyono. 2015, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Surya, Mohammad. 2003, Pisikologi Pembelajaran dan pengajaran Yogyakarta: Adi Cipta
Suber Internet:
http://www.the-clarinets.net/english/clarinet-history.html/11, (20 Maret 2018, 10:45).
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta