eksplorasi teknik vibrato klarinet pada clarinet …digilib.isi.ac.id/3927/6/jurnal dino.pdfarti...
TRANSCRIPT
EKSPLORASI TEKNIK VIBRATO KLARINET PADA CLARINET
CONCERTO BY ARTIE SHAW
JURNAL
Program Studi S1 Seni Musik
Oleh:
Dino Yulio Wijaya
A. Gathut Bintarto Triprasetyo
Pipin Garibaldi
Semester Gasal 2017/2018
JURUSAN MUSIK
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIAYOGYAKARTA
2018
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
1
EKSPLORASI TEKNIK VIBRATO KLARINET PADA CLARINET
CONCERTO BY ARTIE SHAW
Dino Yulio Wijaya¹, A. Gathut Bintarto Triprasetyo², Pipin Garibaldi³
¹Alumnus Jurusan Musik, FSP ISI
²Dosen Jurusan Musik ISI Yogyakarta
Jl. Parangtritis, Km. 6,5 Sewon, Bantul
³Dosen Jurusan Musik ISI Yogyakarta
Jl. Parangtritis, Km. 6,5 Sewon, Bantul
ABSTRAK
Penelitian mengenai teknikvibrato pada karya Clarinet Concerto by Artie Shaw mempunyai
arti penting sebagai penggalian keunikan teknik bermain klarinet yang berbeda dari teknik
yang sama pada masa Barok, Klasik maupun Romantik. Metode penelitian dilakukan dengan
pengumpulan data berupa studi pustaka mempelajari perkembangan teknik vibrato,
mempelajari partitur dan rekaman serta melakukan wawancara dengan pakar klarinet Ayako
Oura, solis Tokyo Kosei Wind Orchestra dan Jon Craven seorang principal bas klarinet
Melbourne Symphony Orchestra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karya Clarinet
Concerto by Artie Shaw tersebut menggunakan teknik dasar klarinet hingga teknik modern
yang divariasi seperti penggunaan teknik vibrato pada karya Artie Shaw berfungsi sebagai
pemanis dan dieksplorasi dengan variasi tekanan pada diafragma dan gerakan rahang bawah.
Penggunaan kedua teknik tersebut dilakukan secara terpisah dan gabungan.
Kata-kata kunci: vibrato, Artie Shaw, teknik, eksplorasi
ABSTRACK
The research of vibrato technique at the Clarinet Concerto by Artie Shaw has the point of
different technique from Baroque, Classic or Romantic era. The reaserch is done by
collecting data from books about vibrato, recording, full score and interview with clarinet
expert as Ayako Oura, solist of Tokyo Kosei Wind Orchestra and Jon Craven, principal bass
clarinet of Melbourne Symphony Orchestra. The result is Clarinet Concerto by Artie Shaw
used basic clarinet technique until modern technique wich is variated with vibrato as
decoration and explore by diaphragm and jaw. The use of these technique is do separately or
with combination.
Keywords: vibrato, Artie Shaw, technique, exploration
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
2
A. Latar Belakang Masalah
Klarinet adalah keluarga instrumen tiup kayu yang bervariasi penggunaannya, mulai
dari instrumen klarinet yang terdapat pada musik kamar, orkestra, jazz band, marching band
maupun sebagai solis. Posisi instrumen klarinet disetiap grup musik tersebut juga bervariasi,
namun yang terjadi instrumen klarinet biasanya membunyikan bagian melodi. Sebagai
instrumen pemegang alur melodi klarinet memiliki berbagai macam teknik dan cara
memainkannya untuk mengekspresikan setiap jenis lagu dengan maksimal. Teknik tersebut
digunakan oleh berbagai komposer untuk memperindah karyanya seperti: staccato, vibrato,
dan glissando.
Eksplorasi pada instrumen klarinet ini adalah kemampuan koordinasi antara jari,
semua isi rongga mulut hingga tenggorokan terutama dalam penelitian ini adalah lidah dan
sensasi kerja otot pernapasan. Koordinasi tersebut mencerminkan pentahapan dalam proses
penguasaan instrumen yang membutuhkan teknik khusus untuk dikuasai karena tingkat
kesulitannya berbeda-beda. Contoh teknik di zaman Klasik akan berbeda pengunaannya pada
zaman Romantik atau Modern. Penggunaan vibrato pada klarinet tidak ditemukan pada
zaman Klasik, pemain klarinet mulai menggunakan vibrato sebagai pemanis pada bagian solo
mulai pada zaman Romantik.
Salah satu contoh komposer zaman Modern yang sangat menonjolkan teknik
permainan klarinet adalah Artie Shaw.Beliau adalah komponis dari Amerika dengan latar
belakang musik jazz. Lahir pada 23 Mei tahun 1910 di New York City, Shaw adalah anak
dari seorang imigran Yahudi. Dengan nama asli Avraham Ben- Yitzhak Arshawsky, nama
yang diberi berdasarkan budaya Yahudi. Shaw mendapatkan tawaran pertunjukan yang
bertaraf profesional untuk pertamakalinya pada tahun 1924 sebagai anggota dari Johnny
Cavallaro’s “New Heaven Dance Band”. Setelah menjadi anggota band ini selama beberapa
tahun, Cavallaro meminta Shaw untuk belajar memainkan klarinet. Tanpa sepengetahuan
Shaw maupun Cavallaro, keputusan ini akan membawa Shaw menjadi pemimpin band swing
yang sukses1.
Sejarah Klarinet
Johann Christoph Denner (Leipzig 1655-Nuremberg 1707) membuat Klarinet untuk
pertamakalinya di awal abad ke-18 setelah 10 tahun penelitian.2 Denner memiliki ide untuk
mengembangkan “chalumeau” (instrument tiup kayu pada abad ke 12 berbentuk silindris dan
menggunakan single reed, dengan nada dasar chalumeau in A dan in B♭).3 Denner
memberikan tambahan berupa bell dan yang terpenting menambah oktaf.
Terpikat oleh karakter suara klarinet yang baru para komposer abad 18 memberikan
pujiannya.4 Vivaldi adalah komposer pertama untuk menampilkan klarinet pada opera Juditha
Triumphans tahun 1716 dengan mengkombinasikan 2 klarinet dan 2 oboe di Grosso
Concertos R.V 559 dan R.V. 560.5 Tidak lupa dengan Antonio Caldara pada tahun 1718,
Telemann dan Jean Adam Joseph Faber tahun 1719 yang menulis Mass for the Assumption.
1 Allyson Sanders Artie Shaw’s Concerto for Clarinet: A Lecture Recital hal 8-9 yang menyunting dari
Tim Nolan, Three Chords for Beauty‟s Sake, (New York: W.W. Norton & Company, Inc., 2010), 1. 2Yves Guilloux, Clarinets the essentials,( Paris: Edipso Communication), 6.
3Ibid., 6.
4Ibid., 7.
5Ibid., 7.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
3
Jean-Philippe Rameau adalah orang pertama yang menambahkan klarinet pada orkestra dalam
operanya Zoroastre tahun 1749 dan Acante and Céphise pada tahun 1751.6
Mozart pertama kali menggunakan klarinet pada Divertimento K 113 tahun 1771,
Clarinet Concerto K 622 (1791) dan Quintet for Clarinet and Strings K 581 (1789), kedua
karya ini didedikasikan untuk Anton Stadler, pemain klarinet terkenal pada zaman tersebut.7
Namun tetap saja pada zaman itu klarinet sangat susah dimainkan, mengarah ke penelitian
yang luas untuk membuat penjarian yang lebih mudah dan lebih ergonomis. Pada akhirnya,
key mechanism ke enam ditambahkan oleh Jean Xavier Lefevre sekitar tahun 1791 yang
memungkinkan pemain klarinet memainkan nada C# 1 dan G# 2 dengan jari kelingking kiri.8
Multi tone Key mechanism ke 13 dikenalkan oleh Iwan Muller sebelum Committee of
the Paris Conservatoire 1812.9 Penemuan perlebaran register nada ini dibagikan sebagai
contoh Jean-Baptiste Dupont dan Jean-Claude Lebbaye menerapkan desain multi-tone nya
masing-masing pada tahun 1815 dan 1820.10
Pada Committee of the Paris Conservatoire
klarinet milik Iwan Muller selalu ditolak terutama oleh Levevre yang sebenarnya ingin
mengadopsi klarinet Muller.11
Klarinet buatan Muller menjadi revolusioner karena
menggantikan Ligature yang sebelumnya dari tali atau kulit menjadi berbahan logam, yang
menjadikannya jauh lebih praktis.12
Pada kenyataannya klarinet Muller merangsang
antusiasme yang sangat besar diantara pemain klarinet.13
Frédéric Berr pengajar di Paris
Conservatoire adalah salah seorang yang menggunakan klarinet baru Muller dan muridnya
yang terkenal Hyacinthe Klosé yang menjadi instruktor Henri Selmer dan Alexandre
Selmer.14
Hyacinthe Klosé tidak begitu puas dengan klarinet buatan Muller dan merenungkan
keuntungan yang potensial dari sistem cincin yang Théobald Boehm ciptakan untuk flute
sebelum tahun 1832.15
Hyacinthe Klosé membujuk Auguste Buffet untuk membuat klarinet
dengan sistem cincin Boehm pada tahun 1839 dan lahirlah klarinet modern.16
Tahun 1843
adalah tahun dimana Buffet secara resmi mematenkan tipe klarinet baru yang disebut “ring-
key” clarinet. Ditahun yang sama Hyacinthe Klosé mengenalkan metode klarinetnya yang
terkenal, Hyacinthe Klosé juga yang memberi tambahan thumb rets.17
Vibrato Pada Klarinet Secara Umum
Christopher Weait dan Jhon B. Shea dengan penelitian yang menggunakan teknologi
x-ray untuk merekam proses terjadinya vibrato mendefinisikan vibrato sebagai pengulangan
impuls ritmik yang disengaja dari nada tersebut yang digunakan oleh vokalis, pemain
instrument dawai dan pemain instrument tiup untuk memberikan efek yang ekspresif dalam
bermusik. Seorang peneliti yang terhormat, Nancy Toff dalam bukunya The Flute,
mengatakan bahwa perubahan pitchvibrato dari instrument memiliki batas sekitar seperempat
atau setengah langkah menuju intonasi nada kromatis pada nada tersebut naik maupun turun,
tidak seperti vokal yang dapat mengayunkan nada lebih daripada itu. Vibrato bisa juga
6Ibid., 7-8.
7Ibid., 8.
8Ibid., 8.
9Ibid., 8.
10Ibid., 8.
11Ibid., 8.
12Ibid., 8.
13Ibid., 8.
14Ibid., 8.
15Ibid., 8-9.
16Ibid., 9.
17Ibid., 9.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
4
diartikan naik turunnya intonasi seperti yang dikatakan olef Toff atau naik turunnya volume.
Vibrato sudah digunakan oleh para musisi sejak lama dan telah diteliti dan ditulis oleh para
pakar. Kekeliruan konsep dan kesalahpahaman tentang vibrato telah diluruskan dengan
penelitian medis, dan mengklarifikasikan istilah-istilah.
Tidak seperti pemain tiup kayu yang lain, pemain klarinet jarang menggunakan
vibrato kecuali pada lagu jazz atau modern. Cara yang paling umum untuk memproduksi
suara vibrato ini dengan pergerakan rahang bawah keatas dan kebawah dan atau tekanan dari
diafragma. Scott Wright pada disertasinya tahun 1999 dari Arizona State University telah
melakukan survey di United Kingdom pada 80 pemain klarinet tentang penggunaan dan cara
melakukan vibrato . Dari hasil analisisnya dapat diindikasi sebagai berikut, 30% dari
responden memproduksi vibrato dengan gerakan fisik dari rahang bawah, 33% responden
mengkombinasi penggunaan vibrato termasuk penggunaan rahang bawah, 7,5% responden
menggunakan bibir dan diafragma, 1% responden menggunakan tenggorokan, 6% responden
menggunakan napas. Satu orang responden terindikasi menggunakan penjarian untuk vibrato
sebagai pengganti yang layak dari kelima teknik yang sebelumnya. Berikut adalah macam-
macam teknik penggunaan vibrato:
1.VIBRATO DIAFRAGMA/PERUT
1. Vibrato Diafragma/Perut
Banyak kontroversi yang terjadi di kalangan pengajar hal ini dikarenakan terminologi
dan metode untuk memproduksi vibrato. Hal tersebut bahkan terjadi dikalangan pakar dan
biasanya disebabkan oleh perbedaan pendapat mengenai vibrato diafragma dan vibrato perut.
Christopher Weait dalam bukunya, Bassoon Strategies for the Next Level, mengatakan bahwa
kontroversi diantara vibrato diafragma dan vibrato perut berasal dari fakta bahwa kita tidak
dapat melihat sumber terciptanya vibrato (tanpa bantuan alat medis) dan kita tidak dapat
merasakan dengan jelas bagian tubuh mana yang bekerja dalam pembuatan vibrato. Weait
menjelaskan kinerja dari diafragma. Diafragma aktif hanya saat penarikan napas dan untuk
menghasilkan vibrato diafragma harus juga aktif saat menghembuskan napas.
Metode menggunakanvibrato perut atau vibrato diafragma cenderung dianjurkan oleh
para mentor, meskipun metode ini bukan cara terbaik untuk menggunakan vibrato
dikarenakan keterbatasan kecepatannya. Untuk menguji seberapa cepat vibrato menggunakan
diafragma kita dapat mengujinya dengan memberikan tekanan pada otot perut atau diafragma.
Para mentor mengatakan pentingnya keterlibatan otot perut atau otot diafragma dalam
penggunaan vibrato, sebagai contoh Philip Bate dalam bukunya The Oboe: An Outline of its
History, Development dan Construction, mengatakan bahwa para pemain terbaik
menggunakan otot perut atau otot diafragma semenjak mereka bisa mengembangkan control
penggunaan otot perut atau otot diafragma mereka. Teori-teori tersebut juga bisa digunakan
pada teknik vibrato clarinet
2. Vibrato Tenggorokan
Penggunaan vibrato dengan tenggorokan biasanya digunakan oleh pemain flute dan
bassoon. Sensasi tertahan yang dialami oleh pemain klarinet dan oboe saat menggunakan
vibrato dengan tenggorokan menyebabkan pemain kurang merasakan fungsi tenggorokan
yang memproduksi vibrato.Kekuatiran tengtang penyempitan tenggorokan adalah penyebab
pemain ragu-ragu untuk mengunakan vibrato dengan tenggorokan, akan tetapi produksi suara
vibrato termasuk penggunaan tenggorakan tanpa disadari oleh pemain.
Penelitian yang lebih lanjut lagi tentang vibrato dengan tenggorokan dijelaskan oleh
Christopher Pool (2004), dalam dokumen doktoralnya dari University of Arizona yang
berjudul Observations of the Larynx during Vibrato Production among Professional
Bassoonist as Indicated in Experiments Utilizing Fiberoptic Laryngoscopy.Penelitian Pool
berdasarkan teori dari Christopher Weait dan Jhon B. Shea, dan dapat dipastikan bahwa
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
5
pangkal tenggorokan adalah lokasi utama penghasil vibrato dan disebutkan tentang
kesalahpahaman bahwa diafragma adalah bagian dari tubuh yang bisa dikendalikan sesuka
hati untuk memproduksi vibrato.Pool mengatakan bahwa saat kebanyakan pemain dan
pengajar bassoon mengajarkan teknik vibrato dengan otot perut atau otot diafragma, fungsi
dari pangkal tenggorokan yang banyak berkontribusi dalam memproduksi vibrato telah
banyak dilupakan.
Hasil dari Weait dan Shea yang menjadikan dasar dari penelitian Pool melibatkan
teknologi x-ray yang menangkap gambaran fisik saat memproduksi vibrato. Pengamatan oleh
Weait dan Shea mengungkapkan bahwa diafragma bergerak stabil turun saat menghirup udara
dan naik saat menghembuskan udara dan tidak berdenyut saat mengeluarkan vibrato.Mereka
juga mencatat bawha paru-paru, trakea, rahang bawah, lidah dan tkkak tidak bergerak saat
mengeluarkan vibrato, namun pita suara menunjukan gerakan saat vibrato dihasilkan.
Penelitian Pool mengunakan contoh rekaman video dan analisis komputer dari
gelombang rekaman yang mengarahkan Pool kepada keputusan bahwa vibrato pada bassoon
kebanyakan dikontrol oleh pita suara dan tekak. Electroglottagraph dan fiberoptic
laryngoscope digunakan untuk merekam observasi di tubuh saat pemain bassoon professional
mengunakan vibrato. Dari hasil penelitian ini Pool mengambil kesimpulan bahwa saat factor
lain yang mempengaruhi vibrasi seperti otot perut dan oto diafragma, pangkal tenggorokan
juga berkontribusi dalam pengaruh vibrato. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan untuk
instrument lain, jika mereka mengerti fungsi dari otot-otot yang berhubungan dengan
instrument mereka.
Jochun Gartner (1981: 84-85) dalam bukunya The Vibrato mengandung pandangan
dalam tentang produksi vibrato menggunakan electromyography, yang memungkinkan
mendukumentasi senyawa elektronik tertentu bereaksi saat otot berkontraksi pada tempatnya.
Gartner memeriksa fungsi dari otot perut, dada, diafragma, dan pangkal tenggorokan untuk
mendeteksi fungsi dari masing-masing bagian saat memproduksi vibrato. Gartner
menjelaskan bahwa vibrato mengunakan tenggorokan disemua kasus, pangkal tenggorokan
dengan aktif berpartisipasi dengan otot yang aktif, bahkan pada frekuensi rendah sekalipun.
Gartner menetapkan bahwa vibrato hanya menggunakan tenggorokan sangat mungkin.
Vibrato dengan tenggorokan tercipta dengan melebar dan menyempitnya celah pada pita suara
secara periodik, yang menyebabkan gangguan pada aliran anginya.
2.VIBRATO TENGGOROKAN
4.VIBRATO DENGAN BIBI R ATAU RAHANG BAWAH
3. Vibrato yang dihasilkan dari Gabungan Tenggorokan dan Otot Diafragma atau
Perut
Gartner menjelaskan perbedaan otot besar seperti otot perut atau diafragma tidak bisa
bergerak secepat otot kecil seperti pangkal tenggorokan, dikarenakan perbedaan kecepatan
saat masing-masing otot berkontraksi. Gartner mengatakan bahwa vibrato dengan otot perut
atau diafragma bisa dilakukan, akan tetapi di berbagai kasus, karena kecepatan yang
diinginkkan akan memaksa menggunakan otot tenggorokan.
Angeleita Floyd (1990: 92) professor flute dari University of Northern Iowa dalam
bukunya The Gilbert Legacy, menjelaskan instruksi dari Geoffrey Gilbert bahwa vibrato
harus dimulai dari diafragma dan menuju pangkal tenggorokan. Pemain flute Jhon C. Krell
dalam bukunya Kincaidiana , menjelaskan pengajaran dari William Kincaid tentang vibrato
pada flute sebagai vibrato yang paling dikombinasikan dengan tenggorokan dan keelastisan
otot perut atau diafragma yang dikeraskan. William Kincaid dan Geoffrey Gilbert adalah dua
dari berbagai guru dan pemain yang mengkombinasikan penggunaan otot perut atau
diafragma dan tenggorokan untuk menghasilkan vibrato.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
6
4. Vibrato dengan Bibir atau Rahang Bawah
Pemain Flute, Oboe dan Bassoon tidak menggunakan bibir atau rahang bawah mereka
untuk menghasilkan vibrato, dikarenakan gerakan tersebut akan mempengaruhi kualitas suara.
Weait menyebutkan dua nama pemain bassoon yang sukses menggunakan bibir atau rahang
bawah untuk menghasilkan vibrato adalah Elias Carmen dan Maurice Allard, namun
penggunaanya juga sangat jarang. Vibrato dengan bibir atau rahang bawah biasanya
digunakan untuk pemain klarinet.
Wawancara Dengan Pakar Klarinet
Penggunaan teknik vibrato dijelaskan oleh Ayako Oura pada 28 November 2017
pukul 19.58 WIB melalui messenger digunakan sebagai pemanis pada bagian lagu yang
emosional. Penggunaan teknik vibrato ini digunakan dengan otot diafragma dan rahang
bawah tergantung dengan kebutuhan karakter lagu yang diinginkan oleh komposer. Dengan
latihan rutin untuk melatih otot diafragma dan rahang bawah yang intensif, penggunaan teknik
vibrato akan lebih natural, merujuk pada teori yang ditulis oleh Christopher Weait dalam
bukunya, Bassoon Strategies for the Next Leveldan penggunaan klarinet yang terdapat pada
zaman Romantik yang merujuk pada teori Guilloux Yves pada bukuClarinets the essentials.
Penjelasan yang serupa juga dijelaskan oleh Jon Craven pada pada 29 November 2017
pukul 15.02 WIB melalui messenger yang juga menjelaskan penggunaan teknik vibrato
dengan otot diafragma dan rahang bawah. Kemunculan teknik vibrato pada klarinet juga
disebutkan pada zaman Romantik, namun ada beberapa pemain klarinet abad 20 yang
menggunakan teknik vibrato pada karya-karya di zaman Klasik untuk menunjukan
keahliannya.
Produksi Suara Teknik Vibrato Pada Karya Clarinet Concerto by Artie Shaw
Hasil wawancara dengan Ayako Oura pada 28 November 2017 melalui messenger
adalah vibrato digunakan untuk mengekspresikan emosi pada sebuah melodi, dan menurut
beliau kemunculan teknik vibrato ada pada zaman Romantik. Pemain klarinet tidak akan
menggunakan teknik vibrato untuk lagu-lagu di zamanKlasik, hal ini merujuk pada
bukuClarinets the essentialskarya Guilloux Yves tentang awal mula klarinet. Sedangkan hasil
wawancara dengan Jon Craven melalui messenger pada 29 November 2017 pukul 15.02 WIB
adalah penggunaan teknik vibrato secara umum tidak digunakan pada zaman Klasik, namun
ada beberapa pemain klarinet yang menggunakan teknik vibrato untuk lagu-lagu di zaman
Klasik walaupun penggunaanya juga tidak banyak, merujuk pada merujuk pada buku
Clarinets the essentialskarya Guilloux Yves tentang awal mula klarinet. Penggunaan vibrato
tidak dituliskan dengan notasi khusus, kapan penggunaannya berdasarkan referensi saat
mengekspresikan sebuah melodi. Berikut adalah table penggunan vibrato pada karya Artie
Shaw.
No. Nomor birama Penggunaan vibrato Dimainkan dengan cara
1 5 Diafragma Gelombang vibrato renggang
2 14 Rahang bawah Gelombang vibrato rapat
3 39,43 Diafragma dan rahang
bawah
Perubahan gelombang renggang ke
rapat
4 81 Diberi kebebasan Bagian cadenza
5 82 Diafragma Nuansa tenang
6 84 Diafragma dan rahang
bawah
Bagian cadenza
7 95,99 Rahang bawah Gelombang rapat
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
7
8 140 Diafragma dan rahang
bawah
Perubahan gelombang renggang ke
rapat
9 217 Diafragma dan rahang
bawah
Posisi nada tinggi
10 226 Diberi kebebasan Bagian cadenza
11 227 Diberi kebebasan Bagian cadenza
12 228 Diberi kebebasan Bagian cadenza
13 230 Rahang bawah Rahang Bawah
Tabel 2.Letak Penggunaan Vibrato
Sumber: Dino Yulio Wijaya pada 6 Desember 2017
Kesimpulan
Clarinet Concerto by Artie Shaw adalah salah satu karya solo klarinet dengan genre
jazz. Dari berbagai teknik klarinet yang ada hingga teknik yang terdapat pada karya ini seperti
teknik modern, pengembangan teknik dasar dan variasi penggunaan teknik klarinet terlihat
dalam karya ini terutama teknik staccato, vibrato, dan glissando.
Teknik yang diangkat pada penelitian ini adalah vibrato. Teknik yang dimainkan
dengan cara menggerakan otot diafragma atau otot perut, otot tenggorokan, gabungan antara
otot diafragma atau otot perut dan otot tenggorokan. atau dimainkan dengan otot tenggorokan.
Penggunaan vibrato pada karya Artie Shaw hanya dilakukandengan dua cara, yaitu vibrato
dengan diafragma atau otot perut dan vibrato dengan bibir atau rahang bawah. Porsi
penggunaan kedua teknik tersebut hampir sama. Penggunaan teknik vibrato yang tanpa tanda
khusus akan memberikan efek kebebasan dan kenyamanan pada pemain saat memainkan
karya ini. Eksplorasi yang digunakan pada teknik vibrato adalah kombinasi dengan teknik lain
yang memiliki tingkat kesulitan berbeda.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
8
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
9
DAFTAR PUSTAKA
Dey, Ian. 1993. Qualitative Data Analysis. London: Routledge.
Ellsworth, Jane. 2014. A Dictionary for the Modern Clarinetist. Maryland: Rowman & Littlefield
Publishers.
E. McCathren, Donald. 1951. The „Art‟ of Clarinet Tonguing. Univesity of Indiana. G. Leblanc
Company.
Guilloux, Yves. Tanpa tahun.Clarinets the essentials. Paris: Edipso Communication.
Herfurth, C. Paul. Tanpa tahun. A Tune A Day. U.S.A: The Boston Music Company.
Lovelock, Amanda Kate. 2013. Exploration of Selected Exetended Clarinet Technique: A
Portofolio of Recorded Performances and Exegesis. Adelaide: The University of
Adelaide.
Mack, Dieter. 1995. Sejarah Musik jilid 3. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
MacLenan, Scott. Tanpa tahun. Clarinet a Practical Resource Guide for Clarinet Players and
Teachers. U.S.A: American Band College of Sam Houston State University.
Rice, Albert R.Rice. 2003. The Clarinet in the CLASSICAL PERIOD. U.S.A: Oxford University
Press.
Rehfeldt, Philip. 1994. New Directions for Clarinet. U.S.A: University of California Press.
Scholes, A. Percy. 1952. The Concise Oxford Dictionary of Music. Toronto: Oxford University
Press.
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta, Cet X.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
10
WE BTOGRAFI
WEBTOGRAFI
Cameron, Kathleen A. (2009). Effects of Vibrato Production Technique and Use on Musical
Collaborations Among Flutists, Oboists, Clarinetits and Bassoonist. [November 2017,
21.03]
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta