upaya peningkatan pembelajaran menulis pengalaman pribadi dengan metode aktif

23
Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi dengan Metode Aktif-Reflektif di 6/19/2011 04:51:00 PM Diposkan oleh samsul maarif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial selalu memiliki ketergantungan terhadap orang lain. Untuk memfasilitasi ketergantungan tersebut manusia pun melakukan proses komunikasi. Manusia melakukan komunikasi dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan bahasa. Alat komunikasi ini digunakan manusia untuk bertukar pikiran, mengutarakan perasaan, serta menyampaikan gagasan. Agar gagasan dan perasaan yang disampaikan seseorang dapat diterima oleh pihak lain, manusia harus memiliki keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam keterampilan berbahasa tersebut, aspek yang digunakan untuk berkomunikasi bukan hanya aspek berbicara, menulis pun dapat digunakan sebagai salah satu alat komunikasi yang efektif karena dengan tulisan seseorang dapat menyampaikan gagasannya ke setiap orang tanpa dibatasi waktu. Dengan demikian, keterampilan menulis perlu diperhitungkan. Sama halnya dengan berbicara, menulis merupakan keterampilan berbahasa yang memerlukan latihan agar dapat dikuasai dengan baik. Menulis juga memerlukan keterampilan yang cukup banyak seperti pemilihan kata, keterkaitan paragraf, gaya bahasa, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis harus mendapatkan perhatian lebih agar keterampilan

Upload: ricky-ihsan-nanda

Post on 25-Jul-2015

854 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Dengan Metode Aktif

Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi dengan Metode Aktif-Reflektif

di 6/19/2011 04:51:00 PM

Diposkan oleh samsul maarif

 BAB IPENDAHULUAN

1.1        Latar BelakangManusia  sebagai  makhluk  sosial  selalu  memiliki  ketergantungan  terhadap   orang lain. Untuk memfasilitasi ketergantungan tersebut manusia pun melakukan  proses  komunikasi.  Manusia  melakukan  komunikasi  dengan  menggunakan  suatu alat  yang  dinamakan  bahasa.  Alat  komunikasi  ini  digunakan  manusia  untuk  bertukar  pikiran,  mengutarakan  perasaan,  serta  menyampaikan  gagasan.  Agar gagasan dan perasaan yang disampaikan seseorang dapat diterima oleh pihak lain, manusia harus memiliki keterampilan berbahasa.

Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek yaitu menyimak,

berbicara, membaca,  dan  menulis.  Dalam  keterampilan  berbahasa 

tersebut,  aspek  yang digunakan untuk berkomunikasi bukan hanya aspek

berbicara, menulis pun dapat digunakan  sebagai  salah  satu  alat 

komunikasi  yang  efektif  karena  dengan  tulisan seseorang dapat

menyampaikan gagasannya ke setiap orang tanpa dibatasi waktu.

Dengan demikian, keterampilan menulis perlu diperhitungkan. Sama

halnya dengan berbicara, menulis merupakan keterampilan berbahasa yang 

memerlukan  latihan  agar  dapat  dikuasai  dengan  baik.  Menulis  juga

memerlukan keterampilan yang cukup banyak seperti pemilihan kata,

keterkaitan paragraf,  gaya  bahasa,  dan  sebagainya.  Oleh  sebab  itu, 

pembelajaran  menulis harus  mendapatkan  perhatian  lebih  agar 

keterampilan  menulis  yang  dianggap kompleks dan rumit dapat dikuasai

dengan mudah.

Fakta  menunjukkan  bahwa  menulis  dianggap  hal  yang  membosankan. Pembelajaran  menulis  di  sekolah  dianggap  sebagai  pengisi  waktu  kosong  jika guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sedang ada keperluan lain atau tidak dapat masuk  untuk  mengajar.  Siswa  diminta  menulis  secara  spontan  tanpa  dibekali pengetahuan  yang  memadai  tentang  menulisPembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah menengah pertama perlu  diarahkan  untuk  meningkatkan  kemampuan  siswa  berkomunikasi,  baik secara lisan maupun tertulis. Komunikasi yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang lain dengan menggunakan saluran tertentu (Depdiknas 2003: 4). Dalam konteks alami, fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat komunikasi. Untuk itu, pengajaran bahasa Indonesia lebih banyak melatih siswa terampil berbahasa, bukan dituntut lebih banyak mengetahui pengetahuan

Page 2: Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Dengan Metode Aktif

tentang bahasa. Kurikulum   berbasis   kompetensi   mata   pelajaran   bahasa   dan   sastra Indonesia adalah salah satu program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Fungsi dan tujuan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia SMP dan MTs ADALAH :

·         Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa,

·         Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka

pelestarian dan pengembangan budaya,

·         Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan  ilmu  pengetahuan,  teknologi,   dan seni,  ·         Sarana penyebarluasan pemakaian bahasa dan sastra Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan, ·         Sarana pengembangan penalaran, ·         Sarana pemahaman keberagaman budaya Indonesia melalui khasanah kesastraan   Indonesia (Depdiknas 2003: 3). Oleh karena itu, tujuan pembelajaran bahasa diharapkan dapat membentuk kompetensi bahasa Indonesia siswa SMP dan MTs dengan menyajikan komponen kebahasaan, komponen pemahaman, dan komponen penggunaan bahasa secara terpadu.Dalam Kurikulum 2004  terdapat  standar  kompetensi  bahan  kajian  dan standar kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia SMP dan MTs. Standar kompetensi tersebut meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (Depdiknas 2004: 59). Keempat keterampilan berbahasa tersebut dalam pembelajaran harus dilaksanakan secara seimbang, terpadu, dan tematis.Salah satu keterampilan berbahasa yang dikembangkan  adalah keterampilan   menulis.  Keterampilan menulis  merupakan  kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi memakai bahasa tulisan yang baik sesuai kaidah kebahasaan. Selain itu, menulis harus dilakukan secara efektif dan efisien, mengingat menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif.Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia SMP dan MTs, standar kompetensi yang harus dicapai siswa kelas VII adalah siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan: menulis buku harian, surat pribadi dan resmi, teks pengumuman, menyunting karangan sendiri atau orang lain, menulis pengalaman, mengubah teks wawancara menjadi bentuk naratif, menulis berbagai surat resmi, dan menulis memo atau pesan singkat (Depdiknas 2004: 78). Ragam tulisan yang dimaksud dalam standar kompetensi ini dipertegas dalam kompetensi dasar pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti lebih menfokuskan pada keterampilan menulis pengalaman.Alokasi waktu pembelajaran menulis di SMP dan MTs dalam Kurikulum 2004 lebih sedikit daripada kurikulum sebelumnya. Akibatnya, pembelajaran keterampilan menulis kurang maksimal. Karena itu dikhawatirkan siswa belum memiliki keterampilan menulis dengan baik. Selain itu, siswa menulis karangan hanya untuk memenuhi tugas mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.Berdasarkan  observasi  terhadap  siswa  kelas  VIID  SMP  Negeri  2 Kota Jambi ditemukan, pada saat siswa dilatih menulis karangan, siswa lebih mementingkan panjang karangan dibandingkan dengan kualitas karangan. Selain itu,  siswa  kurang  mampu  menerapkan  pengetahuaan,  keterampilan,  dan  sikap hasil  belajar  ke  dalam  kehidupan  sehari-hari.  Padahal  menulis  merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan bahasa tulisan.

Page 3: Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Dengan Metode Aktif

Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan rutin dan berkesinambungan.Menurut Purwo (1997: 7), dalam kegiatan menulis bukan panjang tulisan yang dipentingkan, melainkan kejelasan isi tulisan serta efisiensi pemakaian dan pemilihan kata. Karena itu, selama kegiatan menulis berlangsung siswa perlu disadarkan bahwa ada cara penataan atau penyusunan kata dalam pembelajaran keterampilan menulis.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa dan sastra Indonesia

SMP Negeri 2 Kota Jambi, ternyata hasil karangan siswa kelas VIID masih

rendah dan belum memuaskan. Penyebabnya, siswa kurang mampu dalam

menuangkan gagasan (ide), kurang latihan menulis karangan, dan kesalahan

pada aspek kebahasaan yang tinggi. Berdasarkan wawancara, siswa kurang

termotivasi dalam pembelajaran menulis karangan. Hal ini disebabkan

mereka jarang memperoleh nilai tinggi

Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan menulis perlu mendapat

perhatian sungguh-sungguh semua pihak, terutama guru bahasa dan sastra

Indonesia. Kegiatan menulis akan lebih optimal bila dipadukan dengan

kegiatan membaca. Siswa yang banyak membaca akan mudah dan lancar

menulis. Selain itu, guru sebagai fasilitator hendaknya menggunakan teknik

pembelajaran menulis yang menarik dan lebih bervariasi agar siswa lebih

tertarik dan memiliki kemampuan menulis yang baik. Berdasarkan

kenyataan, pembelajaran menulis yang dilaksanakan kurang produktif. Guru

umumnya hanya menerangkan hal-hal yang  berkenaan  dengan  teori 

menulis.  Sementara  pelatihan  yang  sebenarnya kurang disentuh. Oleh

karena itu, keterampilan menulis perlu dibelajarkan dengan benar, yaitu 

membelajarkan anak untuk terampil menulis.

Metode  pembelajaran  aktif-reflektif  pada  prinsipnya  merupakan

pengembangan  dari  metode  pembelajaran  cooperative  learning  yang 

merupakan salah  satu  model  pembelajaran  yang  menempatkan  siswa 

sebagai  subjek pembelajaran  (student  oriented)  atau  dapat  dikatakan 

berorientasi  kepada kerjasama  siswa  dengan  siswa  lain  atau  guru. 

Dengan  suasana  kelas  yang demokratis,  yang  saling  memberikan 

pembelajaran  dan  memberi  kesempatan dengan  peluang  lebih  besar 

dalam  memberdayakan  potensi  siswa  secara  maksimal

Page 4: Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Dengan Metode Aktif

            Dengan metode ini diharapkan siswa menjadi semangat dalam

menulis terutama menuliskan pengalaman pribadi

1.2        Tujuan penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makah ini adalah :a)      Sebagai tugas dari dosenb)      Menerpakan kemampuan berbahasa Indonesiac)      Membantu dalam referensi kemampuan menulis

1.3        Manfaat penulisanMakalah ini diharapkan dapat member manfaat dalam segi :a)      Bagi mahasiswa dapat membantu dalam bidang tulis menulis

b)      Bagi guru dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kemampuan sisawa

dalam hal tulis menulis

c)      Bagi dunia pendidikan dapat di jadikan sebagai strategi dan terobosan baru

BAB IIHASIL DAN PEMBAHASAN

2.1       Menulis Pada  bagian  ini  diuraikan  sejumlah  teori  yang  relevan  dengan  konsep

keterampilan  menulis.  Teori-teori  tersebut  diantaranya  meliputi 

(1)    Hakikat menulis, (2)    Tujuan  menulis,  (3)    Manfaat  menulis,  (4)    Fungsi  menulis,  dan (5)    Pembelajaran menulis.

2.1.1      Hakikat Menulis Kegiatan  menulis  merupakan  suatu  keterampilan  berbahasa  yang

digunakan  untuk  berkomunikasi  secara  tidak  langsung,  artinya  tidak 

secara langsung  bertatap  muka  dengan  orang  lain,  melainkan  melalui 

media  tulis. Menulis juga bisa dikatakan suatu kegiatan yang bersifat

produktif dan ekspresif. Produktif  dan  ekspresif  mengandung  arti  kedua 

karakteristik  tersebut  berfungsi sebagai  penyampai  informasi.  Dikatakan 

produktif  karena  kegiatan  menulis merupakan kegiatan yang bersifat

menghasilkan suatu karya tulis berupa hasil dari ungkapan-ungkapan 

gagasan  pikiran  seseorang.  Sedangkan  ekspresif  dalam Kamus  Besar 

Page 5: Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Dengan Metode Aktif

Bahasa  Indonesia  (KBBI)  (2007:291)  mengandung  arti  tepat (mampu)

memberikan (ungkapan) gambaran, maksud, gagasan, dan perasaan.   

Keterampilan menulis tidak datang secara tiba-tiba begitu saja,

melainkan harus  melalui  proses  pelatihan  dan  praktik  yang  kontinyu 

dan  intensif.

Berdasarkan  konsep  dasar  tersebut,  maka  keterampilan  menulis  akan  diperoleh siswa  melalui  proses  yaitu  dengan  cara  pelatihan  dan  praktik.  Semakin  banyak pelatihan dan praktik, akan semakin besar pula kemungkinan siswa untuk mampu dan senang akan kegiatan menulis.

2.1.2    Tujuan Menulis Tujuan menulis adalah memproyeksikan sesuatu mengenai diri

seseorang. Menulis  tidak  mengharuskan  memilih  suatu  pokok 

pembicaraan  yang  cocok  dan sesuai,  tetapi  harus  menentukan  siapa 

yang  akan  membaca  tulisan  tersebut  dan apa maksud dan tujuannya. 

Menurut  Tarigan  (1994:23-24),  tujuan  menulis  (the  writer‘s  intention) adalah  respons  atau  jawaban  yang  diharapkan  oleh  penulis  akan  diperoleh  dari pembaca.  Berdasarkan  batasan  di  atas  dapat  dikatakan  bahwa  tujuan  menulis adalah 

(1)  tulisan  yang  bertujuan  untuk  memberitahukan  atau  mengajar 

disebut wacana  informatif  (informative  discourse), 

(2)  tulisan  yang  bertujuan  untuk meyakinkan  atau  mendesak 

disebut  wacana  persuasif  (persuasive  discourse), 

(3) tulisan  yang  bertujuan  untuk  menghibur  atau  menyenangkan 

atau  yang mengandung  tujuan  estetik  disebut  tulisan  literer  (literary 

discourse), 

(4)  tulisan yang  mengekspresikan  perasaan  dan  emosi  yang  kuat  atau  berapi-api  disebut wacana  ekspresif  (expressive  discourse). 

Hugo  Hartig  (dalam  Tarigan  1994:24-25)  mengungkapkan,  tujuan 

menulis  meliputi :

(1)  Tujuan  penugasan  (assignment purpose),  yaitu  menulis  karena  ditugaskan  bukan  kemauan  sendiri,  (2)  Tujuan altruistik  (altruistic           purpose),  yaitu  untuk 

menyenangkan  pembaca, 

(3)  Tujuan persuasif  (persuasive        purpose),  yaitu  meyakinkan  pembaca  dan  kebenaran gagasan yang diutamakan, (4) Tujuan informasional (informational purpose), yaitu memberi  informasi  kepada  pembaca, 

Page 6: Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Dengan Metode Aktif

(5)  Tujuan  pernyataan  diri  (self-expressive purpose),  yaitu 

memperkenalkan  diri  sebagai  pengarang  kepada  pembaca,

 (6) Tujuan kreatif (creative purpose), yaitu mencapai nilai-nilai artistik dan

nilai-nilai kesenian, 

(7)  Tujuan  pemecahan  masalah  (problem-solving  purpose),  yaitu mencerminkan serta menjelajahi pikiran-pikiran agar dimengerti dan diterima oleh pembaca. 

Dalam  Kurikulum  Tingkat  Satuan  Pendidikan  (KTSP)  pun 

diungkapkan, bahwa  tujuan  pembelajaran  menulis  standar  kompetensi 

bahasa  dan  sastra Indonesia SMP dan MTs adalah siswa mampu

mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan,  pendapat,  dan  perasaan 

dalam  berbagai  ragam  tulisan.  Artinya,  siswa terampil menulis secara

efektif dan efisien berbagai ragam tulisan dalam berbagai konteks. 

Berdasarkan  uraian  tujuan  menulis  yang  disampaikan  di  atas,  dapat

diketahui  bahwa  menulis  mengandung  tujuan  untuk  melatih  diri  siswa 

memiliki kompetensi menulis dalam menyampaikan pendapat dan

perasaannya. 

2.1.3    Manfaat Menulis Morsey  (dalam  Tarigan  1994:20)  mengungkapkan,  manfaat 

menulis adalah  untuk  merekam,  meyakinkan,  melaporkan,  serta 

memengaruhi  orang  lain dengan  maksud  dan  tujuan  agar  dapat  dicapai 

oleh  para  penulis  yang  dapat menyusun pikiran serta  menyampaikan

pesan dengan jelas dan mudah dipahami. Kejelasan tersebut bergantung

pada pikiran, organisasi, penggunaan kata-kata, dan struktur kalimat  yang

baik. Sehubungan dengan  hal tersebut, penulis tidak cukup menyampaikan

ide, gagasan, dan pendapat kepada pembaca dalam bentuk tulisan. Namun, 

penulis  dituntut  mampu  menyerap,  mencari,  meyakinkan  pembaca,

melaporkan, serta menguasai informasi berkaitan dengan topik yang ditulis,

selain itu  penulis  hendaknya  memiliki  kreativitas  dalam 

mengorganisasikan  gagasan secara sistematis serta pengungkapannya

secara tersurat.

Page 7: Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Dengan Metode Aktif

Berdasarkan pendapat di atas,  menulis  bermanfaat  untuk 

mengenali  kemampuan  dan  potensi  diri,  melatih mengembangkan 

berbagai  gagasan,  menyerap,  mencari,  serta  menguasai informasi 

sehubungan  dengan  topik  yang  ditulis,  mengorganisasikan  gagasan

secara  sistematis  serta  mengekspresikan  secara  tersurat,  meninjau 

serta  menilai gagasannya sendiri secara objektif, memecahkan

permasalahan, mendorong untuk terus  belajar  secara  aktif,  menjadi 

terbiasa  berpikir  serta  berbahasa  secara  tertib dan teratur.

2.1.4    Fungsi Menulis Secara  umum  fungsi  menulis  adalah  menuangkan  gagasan  atau 

ide seseorang ke dalam bentuk tulisan, dengan kata lain menulis juga

disebut dengan komunikasi  secara  tidak  langsung.  Menurut  Rusyana 

(1986:114)  dalam  Nur (2008:15), fungsi menulis dapat dilihat dari dua segi,

yaitu:

1)         Fungsi Menulis Berdasarkan Kegunaan (1) Melukiskan

Dalam  hal  ini  dapat  menggambarkan  dan  mendeskripsikan 

sesuatu,  baik menggambarkan  wujud  benda  atau  mendeskripsikan 

keadaan  sehingga  pembaca dapat  membayangkan  secara  jelas  apa 

yang  digambarkan  atau  dideskripsikan. Pembaca  seolah-olah  melihat 

atau  mengalami  sendiri.  Fungsi  ini  terdapat  dalam karangan deskripsi.

(2) Memberi Petunjuk  Pemberian  petunjuk  dilakukan  apabila  ingin  berhasil  sesuai 

dengan  yang diinginkan. Fungsi ini terdapat dalam resep atau pedoman.

(3) Memerintahkan

Dalam  konteks  ini  menulis  berfungsi  untuk  memerintahkan  sesuatu  agar dilakukan. Fungsi ini terdapat dalam undang-undang atau peraturan. (4) Mengingat

Dengan  adanya  catatan  peristiwa,  keadaan,  dengan  tujuan  untuk

mengingat  hal-hal  penting  agar  tidak  terlupakan.  Tulisan  ini  biasanya 

terdapat dalam buku harian atau jurnal.

(5) Korespondensi

Page 8: Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Dengan Metode Aktif

Korespondensi  yaitu  suatu  kegiatan  surat  menyurat  dengan  orang  lain untuk  memberitahukan,  menanyakan,  meminta  sesuatu,  dan  mengharap  agar orang yang dituju membalasnya. Fungsi ini terdapat dalam bentuk surat.

2)         Fungsi Menulis Menurut Peranannya (1) Fungsi Penataan

Pada  waktu  menulis  terjadi  penataan  gagasan,  pendapat, 

imajinasi,  dan lainnya serta terdapat penggunaan bahasa untuk

mewujudkannya. Oleh karena itu, pikiran,  gagasan,  pendapat,  imajinasi, 

dan  lainnya  itu  mempunyai  wujud  yang tersusun.

(2) Fungsi Pengawetan

Menulis dapat berfungsi untuk pengutaraan sesuatu dalam wujud

dokumen tertulis, sering dokumen itu sangat berharga, misalnya

mengungkapkan kehidupan pada masa lalu.

(3) Fungsi Penciptaan Dengan menulis kita menciptakan sesuatu yang baru atau sifatnya

inovatif. Karya  sastra  menunjukan  fungsi  demikian.  Begitu  juga 

karangan  filsafat  dan keilmuan, ada yang menunjukan fungsi penciptaan.

(4) Fungsi Penyampaian Penyampaian  dapat  terjadi  bukan  saja  kepada  orang  yang 

berdekatan tempatnya, melainkan juga kepada orang yang berjauhan,

malah penyampaian itu dapat terjadi pada masa yang berlainan.

2.1.5    Pembelajaran Menulis  Pembelajaran  menulis  merupakan  suatu  kegiatan  yang  berencana 

dan bertujuan.  Pembelajaran  menulis  terdapat  dalam  pembelajaran 

keterampilan berbahasa di samping keterampilan menyimak, berbicara, dan

membaca. Keempat keterampilan  berbahasa  tersebut  dalam 

pembelajaran  harus  mendapat  porsi  yang seimbang dan dalam

pelaksanaannya dilakukan secara terpadu serta intensif. 

Tujuan pembelajaran   menulis adalah membantu siswa untuk

mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara tertulis. Hal terpenting

dalam kegiatan  menulis  bukan  panjang  tulisan  yang  dihasilkan  siswa, 

melainkan kejelasan  isi  tulisan,  efisiensi  pemakaian,  dan  pemilihan  kata 

Page 9: Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Dengan Metode Aktif

atau  diksi.  Selama kegiatan  menulis  berlangsung,  siswa  perlu 

disadarkan  bahwa  ada  berbagai kemungkinan cara penataan atau

pemilihan kata. 

Pada  dasarnya  keterampilan  menulis  sangat  penting  dimiliki  siswa  SMP dan MTs dalam mencapai kompetensi dasar. Para siswa sebagai pelajar akan lebih mudah  berpikir  kritis  dan  kreatif  dalam  pembelajaran  menulis  apabila  dilatih menulis  secara  rutin  dan  terus-menerus.  Pada  pembelajaran  menulis  ini,  siswa perlu  dilatih  untuk  menguasai  prinsip-prinsip  menulis  dan  berpikir.  Hal  itu dilaksanakan  guna  membantu  siswa  untuk  mencapai  maksud  dan  tujuannya. Untuk  itulah,  keterampilan  menulis  diperoleh  dari  pengalaman  yang  berulang-ulang  melalui  latihan  terstruktur  dan  memotivasi  siswa  dari  fasilitator  yang profesional dan berkompeten. Pengertian Menulis Pengalaman Pribadi

Dalam  kehidupan  sehari-hari,  manusia  tentunya  pernah  mengalami kejadian yang mereka anggap lucu, khas, unik, aneh, menyedihkan, mengharukan, dan  menggembirakan.  Setiap  pengalaman  yang  dialami  seseorang  pasti  berbeda satu  sama  lain.  Ada  pun  kemungkinan  kesaaman  pengalaman  secara  persis sifatnya jarang terjadi. Berbagai pengalaman tersebut akan lebih bermakna apabila dapat dikomunikasikan dengan orang lain. Dengan demikian, orang lain pun dapat merasakan atau ikut terbawa dalam suasana  yang diceritakan. Dalam konteks ini, komunikasi  dilakukan  melalui  bahasa  tulisan.  Namun  demikian  sebenarnya pengalaman pribadi dapat pula dikomunikasikan secara lisan dengan orang lain.  2.2.1   Jenis-jenis Pengalaman Pribadi Dalam  Kurikulum  Tingkat  Satuan  Pendidikan  (KTSP)  tahun  2006 disebutkan  jenis-jenis  pengalaman  pribadi,  di  antaranya  pengalaman  lucu, pengalaman  aneh,  pengalaman  mendebarkan,  pengalaman  mengharukan, pengalaman memalukan, dan pengalaman yang menyakitkan. 1)         Pengalaman Lucu

Pengalaman  lucu  adalah  pengalaman  yang  paling  sering 

diceritakan  atau dikomunikasikan  kepada  orang  lain.  Pengalaman  lucu 

ini  sering  membuat  orang merasa ikut terlibat dan akhirnya tertawa.

Misalnya, seseorang masuk ruang toilet yang  bukan  peruntukannya. 

Seorang  lelaki  masuk  toilet  perempuan  atau sebaliknya.  Kejadian  ini 

akan  menimbulkan  kelucuan  bagi  sebagian  orang  yang melihat atau

mendengar cerita tersebut. 

2)         Pengalaman Aneh 

Pengalaman  aneh  adalah  pengalaman  yang  mungkin  saja  terjadi  sekali dalam  seumur  hidup.  Dikatakan  demikian  karena  umumnya  pengalaman  aneh jarang  terjadi.  Misalnya,  seorang  perempuan  hanya  berbikini  berada  di  sebuah ruang  makan.  Kejadian  ini  dipandang  sungguh  aneh  bagi  orang-orang  karena rumah makan bukanlah kolam renang.

Page 10: Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Dengan Metode Aktif

3)         Pengalaman Mendebarkan Pengalaman  seseorang  ketika  mengalami  peristiwa  mendebarkan.

Menunggu  hasil  ujian,  menunggu  detik-detik  untuk  berpidato  atau 

menunggu giliran dioperasi adalah beberapa contoh pengalaman yang

mendebarkan. 

4)         Pengalaman Mengharukan  Pengalaman mengharukan adalah ungkapan perasaan hati seseorang

untuk dikomunikasikan  dengan  orang  lain  yang  sifatnya  mengharukan. 

Kita  bahkan mungkin juga pernah mengalami pengalaman yang

mengharukan. Para pelakunya sering  menangis  menghadapinya. 

Mendengarkan  cerita  sedih,  kita  sering  terlibat dalam  suasana  penuh 

keharuan.  Melihat  orang  cacat  yang  tertatih-tatih  mencari sesuap  nasi 

adalah  pengalaman  yang  mengharukan  atau  pertemuan  antara  anak

dan ibu yang sudah lama terpisah jauh.

5)         Pengalaman Memalukan  Pengalaman  memalukan  adalah  pengalaman  seseorang  yang 

mengalami kejadian  memalukan.  Biasanya  korban  beserta  orang-orang 

terdekatnya  akan menanggung  rasa  malu.  Bagi  si  korban  atau 

keluarganya,  pengalaman  seperti  ini akan  dibawa  sepanjang  hayat. 

Meskipun  orang  sudah  melupakannya,  bagi  si korban  pengalaman 

seperti  itu  tidak  terlupakan.  Misalnya,  celana  yang  tiba-tiba robek 

karena  terkait  kawat  kemudian  orang-orang  melihat  dan 

memperhatikan, pasti kejadian tersebut korban yang mengalami akan

merasa malu.

6)         Pengalaman MenyakitkanPengalaman  menyakitkan  adalah  pengalaman  yang  paling

membekas dalam  hati  pelakunya  dan  sulit  untuk  dapat  dilupakan. 

Pelakunya  akan  selalu teringat  akan  peristiwa  tersebut.  Bahkan,  bagi 

orang  yang  amat  perasa,  dalam menjalani setiap kehidupan sehari-hari

akan selalu teringat akan pengalaman itu. 

Page 11: Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Dengan Metode Aktif

Menulis  pengalaman  pribadi  merupakan  suatu  bentuk  karangan 

narasi nonfiksi. 

Karangan  narasi  merupakan  tulisan  yang  berusaha  menyajikan  suatu peristiwa,  baik  kenyataan  atau  rekaan  secara  menarik  berdasarkan  urutan  waktu atau kronologis, sehingga pembaca seolah-olah dapat merasakan atau memahami mengapa  peristiwa  itu  terjadi.  Dalam  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  narasi mengadung  arti  pengisahan  suatu  cerita  atau  kejadian--menyajikan  sebuah kejadian yang disusun berdasarkan urutan waktu (KBBI, 2007:774). 

Maksudnya,  narasi  adalah  suatu  bentuk  wacana  yang  berusaha menggambarkan  dengan  sejelas-jelasnya  kepada  pembaca  suatu  peristiwa  yang telah  terjadi  secara  kronologis.  Hal  ini  tampak  pada  sebuah  karangan  dalam bentuk  sederhana  mengurutkan  kejadian  secara  alamiah  (natural  order)  atau mengurutkan proses suatu peristiwa dalam urutan waktu kejadiannya (kronologis).

Dengan  demikian,  organisasi  perincian  utamanya  akan  bersifat 

kronologis  atau menurut urutan waktu alamiah.

Struktur narasi dapat   dilihat dari komponen-komponen yang

membentuknya meliputi tindakan, penokohan, latar (setting), alur (plot), dan

sudut pandang.

Perbuatan adalah tiap tindakan yang harus diungkapkan secara terperinci dalam  komponen-komponennya  sehingga  pembaca  merasakan  seolah-olah mereka sendirilah yang menyaksikan semua itu. Mereka tidak menerima kata-kata umum  untuk  menyebut  suatu  perbuatan,  tetapi  mereka  menyerap  tindakan  itu melalui  perincian-perincian  perbuatan  itu  Penokohan  dalam  penceritraan  dapat  diperoleh  dengan  usaha  memberi gambaran  mengenai  tindakan  dan  ucapan-ucapan  para  tokohnya  (pendukung karakter),  sejalan  tidaknya  kata  dengan  perbuatan.  Tokoh  cerita  akan  menjadi hidup  jika  ia  memiliki  watak  seperti  layaknya  manusia.  Watak  tokoh  terdiri  atas sifat,  sikap,  serta  kepribadian  tokoh.  Cara  kerja  pengarang  memberi  watak  pada tokoh  cerita  dinamakan  penokohan,  yang  dapat  dilakukan  melalui  dimensi  (a) fisik,  (b)  psikis,  (c)  sosial  Latar  adalah  latar  dari  peristiwa dalam karya baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal  dan  fungsi  psikologis.  Latar  yang  bersifat  fisikal  berhubungan  dengan tempat,  sedangkan  latar  psikologis  adalah  latar  yang  berupa  lingkungan  atau suasana  dalam  lingkungan  tertentu  yang  mampu  menggambarkan  suatu  makna tertentu  serta  mampu  mengajak  emosi  dari  pembaca  untuk  menunjang pendeskripsian.  

Alur merupakan struktur penceritaan yang dapat bergerak. Alur terdiri

atas alur  maju,  alur  mundur,  atau  gabungan  dari  kedua  alur  tersebut 

(alur  campuran).

Pergerakan  alur  dijalankan  oleh  tokoh  cerita.  Umumnya,  menulis  pengalaman pribadi  menggunakan  alur  maju  karena  terdapat  fase-fase  seperti  diawali  dengan pengenalan, konflik, klimaks, dan pengakhiran.  

Page 12: Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Dengan Metode Aktif

Sudut  pandang  adalah  cara  pengarang  menampilkan  para  pelaku  dalam cerita  yang  dipaparkan.  Dalam  narasi,  peranan  sudut  pandang  sangat  penting sebagai teknik untuk menggarap suatu narasi. Dalam menulis pengalaman pribadi, sudut  pandang  yang  digunakan  adalah  sudut  pandang  orang  pertama.  Presentasi sudut  pandang  orang  pertama  ini  disebut  juga  sudut  pandang  terbatas  (limited point  of  view).  Dikatakan  demikian  karena  penulis  secara  sadar  membatasi  diri pada apa yang dilihat atau apa yang dialami sendiri sebagai pencerita.  Pada  umumnya,  struktur  cerita  pengalaman  pribadi  menggunakan  alur maju,  diawali  dengan  pengenalan,  konflik,  klimaks,  dan  pengakhiran.  Hal  ini tampak  pada  sebuah  karangan  dalam  bentuk  sederhana  mengurutkan  kejadian secara  alamiah  (natural  order)  atau  mengurutkan  proses  suatu  peristiwa  dalam urutan waktu kejadiannya (kronologis). Dalam  menulis  pengalaman  pribadi  juga  diperhatikan  pengembangan gagasan.  Pengembangan  gagasan  inilah  yang  dapat  menyatukan  ide  secara  utuh dan  padu  untuk  disampaikan  secara  tertulis.  Sebaiknya  gagasan  yang  akan disampaikan  dalam  bentuk  tulisan  menggunakan  bahasa  yang  menarik,  komunikatif, kreatif, dan ekspresif agar terjalin hubungan erat antara penulis dan pembaca. 

2.2.2    Manfaat Menulis Pengalaman Pribadi Menulis  pengalaman  pribadi  memiliki  kebermanfaatan  yang  khas,  yaitu penulis  dapat  mengungkapkan  pesan  dan  perasaannya  terhadap  pembaca  ihwal pengalaman  pribadinya  sesuai  dengan  apa  yang  dialami  oleh  penulis  tersebut dengan berbagai topik yang menarik.

Penulis pun dapat menyusun pikiran melalui penggunaan  kata-kata 

dan  struktur  kalimat  yang  baik.  Sehubungan  dengan  hal tersebut, 

penulis  hendaknya  memiliki  kreativitas  dalam  mengorganisasikan

gagasan  pengalamannya  secara  sistematis.  Berdasarkan  uraian  di  atas, 

menulis pengalaman  pribadi  bermanfaat  untuk  menggali  potensi  diri, 

melatih mengembangkan  berbagai  gagasan,  menyerap  dan 

merefleksikan  fenomena kehidupan  yang  dialami  secara  nyata, 

sehingga  penulis  secara  psikologis  akan lebih  bijak  memandang  setiap 

persoalan  yang  dialaminya. 

Dengan  demikian, selain  aspek  kognitif  dan  psikomotorik  yang 

meningkat,  aspek  afektif  pun semakin baik.

2.2.3    Evaluasi Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Evaluasi  pembelajaran  menulis  pengalaman  pribadi  dipusatkan  pada menulis  karangan  yang  gagasan  awalnya  dari  pengalaman  pribadi  siswa.  Siswa disuruh  menulis  karangan  dengan  beberapa  judul  yang  dipilihnya  sesuai  dengan minat  siswa  untuk  menceritakan  pengalamannya.  Siswa  yang  satu  dengan  yang lain  kemungkinan  besar  berbeda  judul.  Hal  itu  akan  menimbulkan  kesulitan tersendiri  dalam  menentukan  kriteria  penilaian.  Hasil  penilaian  pun  terlalu subjektif.  Untuk  mengatasi  hal  tersebut,  guru  dapat  menciptakan  alat 

Page 13: Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Dengan Metode Aktif

evaluasi yang  tepat.  Dalam  pelaksanaan  evaluasi  pembelajaran,  guru  dapat  melihat seberapa  jauh  tingkat  keberhasilan  pengajaran  serta  kemampuan  perkembangan anak  didiknya.

Adapun  aspek  yang  dinilai  dalam  pembelajaran  keterampilan

menulis  adalah  pilihan  kata  yang  menarik  (diksi),  kerapian  karangan, 

bentuk ejaan, dan memiliki kelogisan dalam mengembangkan gagasan.

A.    Metode Aktif-Reflektif 

Metode  aktif-reflektif  merupakan  salah  satu  metode  yang  berkembang untuk    membatu  dalam  upaya  peningkatan  kualitas  pembelajaran  di  sekolah. Secara umum, metode aktif-reflektif adalah metode  yang dikembangkan dari dua unsur  pembelajaran  yang  sebelumnya  sudah  berkembang  cukup  lama  yaitu pembelajaran  aktif  (Active  Learning)  dan  pembelajaran  reflektif (Reflektive Learning).  Aktif  mengandung  arti  melibatkan  siswa  dalam  proses  pembelajaran untuk melakukan sesuatu dan berpikir tentang apa  yang mereka  (siswa)  lakukan. Sedangkan  reflektif  adalah  upaya  melakukan  analisa  atau  pengalaman  individual yang dialami untuk pembelajaran. Maka, dapat diambil kesimpulan bahwa metode aktif-reflektif  merupakan  pembelajaran  yang  melibatkan  siswa  dan  guru  untuk merefleksikan  pengalamannya  dalam  bentuk  proses  pembelajaran.  Berikut  ini akan diuraikan konsep-konsep yang berkaitan dengan metode aktif-reflektif.

B.     Kedudukan Metode Aktif-Reflektif 

Metode  pembelajaran  aktif-reflektif  pada  prinsipnya  merupakan pengembangan  dari  metode  pembelajaran  cooperative  learning  yang  merupakan salah  satu  model  pembelajaran  yang  menempatkan  siswa  sebagai  subjek pembelajaran  (student  oriented)  atau  dapat  dikatakan  berorientasi  kepada kerjasama  siswa  dengan  siswa  lain  atau  guru.  Dengan  suasana  kelas  yang demokratis,  yang  saling  memberikan  pembelajaran  dan  memberi  kesempatan dengan  peluang  lebih  besar  dalam  memberdayakan  potensi  siswa  secara maksimal,  peran  guru  dalam  pembelajaran cooperative  learning  sebagai fasilitator,  moderator,  organisator  dan  mediator  terlihat  jelas.  Dalam  kondisi  ini, peran dan fungsi siswa terlihat. Keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana  aktif  dan  pembelajaran  terkesan  demokratis,  dan  tiap-tiap  siswa  punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.  Anita  Lie  (2007:18)  mendefinisikan  sistem  pengajaran     cooperative learning  sebagai  sistem  kerja  atau  belajar  kelompok  yang  terstruktur.  Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Jhonson & Jhonson, 1993 dalam  Anita  Lie  2007:18),  yaitu  saling  ketergantungan  positif,  tanggung  jawab individual,  interaksi  personal,  keahlian  bekerjasama,  dan  proses  kelompok. Dengan  metode          cooperative  learning, siswa  mendapatkan  pengalaman  dan pendalaman belajar.  Manusia sebagai makhluk sosial dituntut dapat bekerjasama, karena kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa  kerja  sama,  tidak  akan  ada  individu,  keluarga,  maupun  organisasi. Ironisnya,  Indonesia  yang  dikenal  mempunyai  kebudayaan  yang  kental  dengan sikap  gotong  royong  tidak  dapat  menjamin  diterapkannya  konsep  tersebut  dalam dunia pendidikan.  

Page 14: Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Dengan Metode Aktif

Pada  dasarnya,  metode  aktif-reflektif  adalah  menggabungkan 

model pembelajaran  aktif  (active  learning)  dan  model  pembelajaran 

reflektif  (reflective learning).  Model  pembelajaran  ini  nampaknya  cocok 

diterapkan  dalam  kegiatan untuk  meningkatkan  keterampilan  menulis 

khususnya  menulis  pengalaman pribadi  siswa  di  SMP 2 Kota Jambi dalam 

upaya  menciptakan  atau menghasilkan insan yang unggul dan humanis.

Pembelajaran yang aktif diartikan sebagai kegiatan belajar yang tidak hanya

berdasarkan atas kegiatan dengar-catat saja  seperti  yang  selalu 

dipraktikan  selama  ini  oleh  guru  mata  pelajaran. 

Aktif berarti  siswa  dilibatkan  dalam  kegiatan  belajar  mengajar,  sedangkan  reflektif mengandung  arti  kegiatan  mencermati  dan  menganalisis  serta  merefleksikan pengalaman pribadi secara kreatif dan kritis serta mandiri.  Perlu  disadari,  kegiatan  pembelajaran  di  sekolah  merupakan  suatu  proses sosial.  Kegiatan  pendidikan  adalah  suatu  proses  sosial  yang  tidak  dapat  terjadi tanpa interaksi antarpribadi. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial  yang  terjadi  ketika  masing-masing  orang  berhubungan  dengan  orang  lain dan  membangun  pengertian  dan  pengetahuan  bersama”  (Jhonson,  Jhonson  dan Smith, 1991 dalam Agus Hernawan 2008:21). 

Suyatno  mengatakan  bahwa  model  pembelajaran  aktif-reflektif 

adalah proses  pembelajaran  yang  melibatkan  pengalaman  dirinya 

sebagai  bahan pembelajaran  untuk  membantu  dalam  membentuk 

sebuah  pengetahuan  dan merangsang  peserta  didik  untuk  berpikir 

kreatif  berdasarkan  pengetahuan  dan pengalaman  yang  dimiliki  dalam 

menyelesaikan  permasalahan  nyata  dalam kehidupan (Suyatno 2009:108-

109).

Penerapan  metode  aktif-reflektif  mempunyai  tujuan  yang  sama  dengan tujuan  akhir  pendidikan  yang  tercantum  pada  Kurikulum  Tingkat  Satuan Pendidikan  (KTSP)  yakni  meningkatkan  dasar  kecerdasan,  pengetahuan, kepribadian,  ahklak  mulia,  iman  dan  takwa,  serta  keterampilan  untuk  hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Mulyasa 2006:25).Di  era  globalisasi,  sosok  guru  yang  ideal  adalah  guru  yang  juga  bisa belajar  dari  muridnya.  Ini  menunjukkan  bahwa  seorang  guru  harus  memiliki kemampuan  berempati.  Konsep  rangking  yang  menonjolkan  aspek  kognitif sebenarnya  bertentangan  dengan  cita-cita  luhur  pendidikan,  yang  diperlukan bukan  hanya  sebatas  kecerdasan  intelektual,  melainkan  kecerdasan  sosial, emosional,  dan  spiritual.  Sekolah  yang  merupakan  wadah  untuk  pembinaan manusia  seharusnya  dapat  menjadi  media  yang  tepat  agar  dapat  menciptakan manusia  yang  mampu  memecahkan  masalah  dalam  kehidupan  nyata  sehari-hari. Sekolah berbeda dengan hidup.

Page 15: Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Dengan Metode Aktif

Di sekolah, Anda diajari suatu pelajaran lalu diuji, pada  hidup  anda  diuji 

lalu  mendapat  pelajaran  (Tombodett  dalam  Agus Hermawan  2008:55). 

Lebih  dari  itu  A.Chaedar  Alwasilah  2005:50  mengatakan bahwa

”Ungkapan yang mengatakan bahwa orang baik adalah orang yang belajar

dari kesalahan sangat tepat untuk menganalogikan cara belajar seperti itu”. 

Dengan  konsep  tersebut,  metode  aktif-reflektif  memberikan  solusi

alternatif  yang  tepat  untuk  mengatasi  kedua  hal  tersebut  (sekolah  dan 

hidup). Sekolah  merupakan  media  yang  tepat  untuk  memberikan 

pembinaan  agar  siswa siap menjalani kehidupannya secara nyata dan

sesuai dengan norma yang berlaku.

C.                 Keunggulan dan Kelemahan Metode Aktif-Reflektif Pembelajaran  aktif-reflektif  memiliki  keunggulan  tersendiri 

dibandingkan dengan  metode  pembelajaran  lainnya.  Keunggulan 

tersebut  diantaranya  sebagai berikut.

1)         Siswa menggunakan otaknya untuk mempelajari berbagai permasalahan  yang ada di kehidupannya dan dapat memecahkan permasalahannya secara mandiri dengan  menemukan  contoh-contoh  dan  pengetahuan  yang  siswa  miliki kemudian menerapkannya dari apa yang telah mereka pelajari.

2)         Memberikan  rasa  tanggung  jawab  individual  dan  kerja  sama  atau  interaksi dengan orang lain.

3)         Secara psikologis siswa akan mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna bukan hanya sekedar aspek kognitif dan psikomotorik saja, tetapi aspek afektif pun mendapat perhatian yang cukup besar. Walaupun  banyak  keunggulan  dari  metode  aktif-reflektif  ini,  namun demikian  tidak  ada  satu  pun  metode  pembelajaran  yang  cocok  untuk  semua materi,  situasi,  dan  peserta  didik.  Setiap  metode  memiliki  karakteristik  yang menjadi  penekan  dalam  proses  implementasinya.  Dalam  hal  ini,  metode  aktif-reflektif memiliki kelemahan dalam proses atau aplikasinya di ruang kelas dalam kegiatan  belajar  mengajar.  Hal  tersebut  terjadi  karena  tidak  semua  siswa  dapat

secara  terbuka  menerima  metode  pembelajaran  aktif-reflektif.  Mereka  cenderung malas untuk berpartisipasi secara aktif di dalam kegiatan pembelajaran.

D.                Langkah-langkah Metode Aktif-Reflektif

Page 16: Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Dengan Metode Aktif

Metode  pembelajaran  aktif-reflektif  pada  dasarnya  meminta 

semua  pihak yang  terlibat  dalam  proses  pembelajaran  yaitu  guru  dan 

siswa  untuk  memiliki kemampuan  merefleksikan  pengalaman  dan 

kemauan  untuk  membagikan pengalaman tersebut dalam proses

pembelajaran di kelas.   

Langkah-langkah  metode  aktif-reflektif  dalam  pembelajaran  menulis pengalaman  pribadi  dimulai  dari  guru  yang  secara  lisan  bercerita  atau membagikan  pengalaman  yang  diperolehnya  secara  relevan  dengan  topik  yang sesuai  kepada  siswa.  Kemudian  setelah  itu  guru  memberikan  model  karangan pengalaman  pribadi  yang  ditulis  oleh  orang  lain  dari  media  massa,  internet,  atau majalah kepada siswa.  Setelah  siswa  menyimak  pengalaman  dari  guru  dan  membaca  karangan pengalaman  pribadi  orang  lain,  maka  giliran  siswa  membagikan  pengalamannya kepada  seluruh  kelas  melalui  proses  menulis  pengalaman  pribadi  secara individual.  Dengan  melalui  proses  tersebut,  guru  dan  siswa  diharapkan  dapat menjelajahi  kepribadian  dalam  konsep  pembelajaran  sepanjang  hayat  dan  lebih independen.  E.     Penerapan Metode Aktif-Reflektif dengan pembelajaran menulisPembelajaran  menulis  pengalaman  pribadi  yang  dilakukan  menggunakan

metode  aktif-reflektif.  Metode  aktif-reflektif  ini  merupakan  metode  yang 

dalam pembelajaran  menghadirkan  model  atau  contoh  untuk  diamati 

dan  ditiru  oleh siswa  di  kelas.  Dalam  pembelajaran  menulis 

pengalaman  pribadi  ini,  Guru  pun ikut berpartisipasi menceritakan

pengalaman pribadinya. Kegiatan yang dilakukan guru dalam proses

pembelajaran ini adalah sebagai berikut.

1)      Guru mengadakan tanya jawab kepada siswa pernahkah mereka membaca atau menulis pengalaman pribadi. 2)      Guru  menceritakan  pengalaman  pribadinya  dengan  topik  yang  berbeda  pada setiap siklusnya. 3)      Guru  menunjukkan  sebuah  model  karangan  bersumber  pengalaman  pribadi yang ditulis oleh penulis di sebuah media cetak atau internet. 4)      Guru  meminta  siswa  membaca  model  karangan  bersumber  dari  pengalaman pribadi orang lain yang dimuat dalam surat kabar, majalah, atau internet. 5)      Guru meminta siswa mendiskusikan struktur penulisan pengalaman dan unsur-unsur cerita pengalaman yang telah dibaca.

6)      Guru  memperkuat  penegasan  hasil  diskusi  tentang  struktur  menulis

pengalaman  pribadi  dan  unsur-unsur  cerita  pengalaman  pribadi  serta 

amanat atau  hikmah  yang  bisa  diambil  dari  karangan  pengalaman 

pribadi  yang  telah didiskusikan.

7)      Guru meminta siswa secara individual berlatih menulis pengalaman pribadi.

Page 17: Upaya Peningkatan Pembelajaran Menulis Pengalaman Pribadi Dengan Metode Aktif

8)      Guru meminta siswa menyunting bersama hasil karangan. 9)      Guru  bersama  siswa  mengadakan  refleksi  terhadap  proses  dan 

hasil  belajar tentang menulis pengalaman pribadi.