upaya peningkatan hasil belajar mata pelajaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1702/5/t1_...
TRANSCRIPT
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi per Siklus
1. Siklus I
Dalam pembelajaran Matematika di SD Negeri 3 Wirosari UPTD
Pendidikan Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan selama ini, siswa
menampakkan sikap yang kurang bersemangat dalam menerima pelajaran. Hal ini
menyebabkan suasana kelas kurang kondusif, interaksi timbal balik antara guru dan
siswa tidak terjadi, pembelajaran masih didominasi oleh guru. Permasalahan yang
dimunculkan oleh guru sebelum dilempar pada siswa justru guru dengan cepat
menjawab sendiri, kondisi inilah yang pada akhirnya membuat hasil belajar
Matematika belum sesuai dengan harapan. Perlu diketahui bahwa pelajaran
Matematika kelas IV dilaksanakan secara rutin dalam waktu 1 minggu. Sebelum
implementasi tindakan dimulai terlebih dahulu diadakan tes awal. Hasil tes awal ini
dari 32 siswa, rata-rata nilai 48,13 tingkat ketuntasan klasikal hanya 21,9%. Ini berarti
sebagian besar siswa belum menguasai materi (prestasi rendah).
Dari hasil pengamatan dan masukan baik teman sejawat maupun rekan
kerja diketahui bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus 1 tentang
memecahkan masalah yang melibatkan uang pada mata pelajaran Matematika
kelas IV semester 1 tahun pelajaran 2011 / 2012 di SD Negeri 3 Wirosari
Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan, ada peningkatan perbaikan dan
menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan
hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan rata-rata siswa mampu mengerjakan
soal-soal tentang memecahkan masalah yang melibatkan uang. Namun demikian
hasil belajar tersebut masih belum menunjukkan peningkatan yang berarti.
a. Perencanaan
Dengan mengetahui hasil pembelajaran sebelum diadakan
perbaiakan pembelajaran yang masih jauh dari keberhasilan, maka peneliti
menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus I yang memfokuskan pada
32
penggunaan media uang. Dari rencana perbaikan pembelajaran siklus I ini,
ternyata hasil belajar yang dicapai siswa masih belum mencapai kriteria
ketuntasan. Agar hasil belajar mencapai kriteria ketuntasan dan kekurangan
rencana perbaikan pembelajaran siklus I dapat diatasi, selanjutnya penelitii
merencanakan perbaikan pembelajaran siklus II.
b. Pelaksanaan
Sebelum perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan, peneliti telah
menganalisis hasil belajar yang diperoleh. Dari proses analisis dapat
dikemukakan bahwa jumlah nilai 1540. Dengan jumlah siswa sebanyak 32,
dapat dihitung rata-rata sebesar 48. Tingkat ketuntasan klasikal sebelum
perbaikan ini mencapai 21,9 %. Selanjutnya peneliti melaksanakan perbaikan
pembelajaran siklus I pada tanggal 8 November 2011 dengan alokasi waktu 2
x 35 menit (1 x pertemuan) untuk pertemuan pertama, sedangkan untuk
pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari rabu tanggal 9 November 2011
dengan alokasi waktu juga sama seperti pertemuan I. Pelaksanaan evaluasi
hanya dilaksanakan pada pertemuan ke 2 agar evisien waktu .Dari proses
perbaikan pembelajaran siklus I, jumlah nilai yang diperoleh siswa sebesar
1960, dengan rata-rata sebesar 61 dan tingkat ketuntasan klasikal mencapai
56,3 %. Untuk mengetahui lebih jelas hasil pra siklus dan perolehan hasil
siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Nilai Rata-rata Kelas dan Ketuntasan Klasikal
Pra Siklus dan Setelah Perbaikan Pembelajaran Siklus I
NO STATISTIK Pra Siklus PERBAIKAN
SIKLUS I
1. Jumlah nilai 1540 1960
2. Jumlah siswa 32 32
3. Nilai rata-rata kelas 48 61
4. Tingkat ketuntasan klasikal 21,9 % 56,3 %
5 Siswa yang tuntas 7 18
33
Untuk lebih memperjelas tabel 4.1 di atas, berikut ini peneliti sajikan diagram
batang dari data di atas.
pra siklus siklus I
Diagram 4.1 Nilai rata – rata Pra Siklus dan Setelah
Perbaikan Pembelajaran Siklus I
pra Siklus siklus I
Diagram 4.2 Tingkat Ketuntasan Klasikal Pra Siklus dan Setelah
Perbaikan Pembelajaran Siklus I
34
Diagram 4.3 Siswa yang tuntas Pra Siklus
Dan sesudah perbaikan Siklus I
Dengan melihat tabel 4.1 diagram 4.1 dan diagram 4.2 dan diagram 4.3 dapat
diketahui bahwa sebelum perbaikan pembelajaran nilai rata-rata kelas hanya
48 dengan tingkat ketuntasan klasikal sebesar 21,9 % , dan siswa yang tuntas
hanya 7 siswa . Hal tersebut menunjukkan bahwa tarap serap masih jauh dari
target yang harus dicapai. Setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada
siklus I, diperoleh nilai rata-rata kelas 61 dengan tingkat ketuntasan klasikal
mencapai 56,3 %, dan siswa yang tuntas sudah mencapai 18 siswa.Terjadi
kenaikan nilai rata- rata kelas sebesar 13 point, kenaikan tingkat ketuntasan
klasikal sebesar 24,4 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa perbaikan
pembelajaran pada siklus I cukup berhasil karena penggunaan media uang
sangat menarik perhatian siswa.
Disamping disajikan data nilai rata-rata kelas dan tingkat ketuntasan klasikal
pada tabel 4.1, diagram 4.1 dan diagram 4.2 dan diagram 4.3, berikut ini
disajikan daftar rekapitulasi nilai hasil evaluasi belajar sebelum dan setelah
perbaikan pembelajaran siklus I.
35
Tabel 4. 2 Rekapitulasi Nilai Hasil Evaluasi Belajar Pra Siklus
Dan Setelah Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Banyak Siswa
No. Interval Nilai Pra
Siklus
Perbaikan
Siklus I
1. Nilai < 70 25 14
2. ≤ 70 7 18
Jumlah 32 32
Tabel 4.2 di atas bila disajikan dalam bentuk diagram batang akan terlihat
seperti diagram 3 berikut ini :
Diagram 4.4 Pencapaian Hasil Evaluasi Belajar Setelah Perbaikan Pembelajaran
Siklus I
36
Pada tabel 4.2 dan diagram 4.4 dapat dilihat bahwa banyak siswa
yang memperoleh nilai < 70 semakin menurun jumlahnya. Kalau sebelum
perbaikn pembelajaran jumlahnya 25 orang, pada perbaikan pembelajaran
siklus I menjadi 14 orang. Demikian pula sebaliknya siswa yang memperoleh
nilai < 70 semakin bertambah, kalau pada sebelum perbaikan pembelajaran
jumlahnya hanya 7 orang, setelah perbaikan pembelajaran siklus I menjadi 18
orang. Sebelum diadakan perbaikan pembelajaran belum ada yang
memperoleh nilai > 90, demikian pila pada perbaikan pembelajaran siklus I ini,
juga belum ada yang memperoleh nilai > 90.
c. Pengamatan
Dalam melaksanakan pebaikan pembelajaran siklus I guru sudah
menggunakan media uang dengan baik, tapi guru belum banyak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan
peran guru masih terlalu dominan. Sedangkan dari pengamatan terhadap
siswa didapat hasil yaitu siswa sudah terlihat dapat menguasai materi
pembelajaran, siswa sudah banyak yang berani mengerjakan soal tanpa
ditunjuk, interaksi antara siswa dengan guru sudah agak berkembang tapi
peran aktif siswa masih sedikit. Proses pembelajaran pada siklus I dapat
dikatakn cukup berhasil.
d. Refleksi
Setelah melaksanakan proses pembelajaran siklus I, ada beberapa
keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru antara lain, guru sudah
menggunakan media konkrit yang berupa uang dengan baik dan guru juga
menerapkan metode yang bervariasi, tidak hanya ceramah terus. Beberapa
keukurangn yang masih dilakukan guru yaitu, guru belum banyak melibatkan
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Untuk itu, perlu dikembangkan
lagi keterampilan guru menggunakan media uang sehingga melibatkan siswa
secara aktif.
37
Namun demikian secara garis besar proses perbaikan pembelajaran
siklus I yang memfokuskan pada penggunaan media uang sudah dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, walupun kenaikan presentase ketuntasan
siswa masih kecil. Dari hasil perbaikan pembelajaran siklus I dapat
dikemukakan bahwa sebelum diadakan perbaikan banyak siswa yang
memperoleh nilai tuntas atau nilai ≥ KKM (65) hanya 7 orang dari 32 orang
atau tingkat tuntas klasikal hanya mencapai 21,9 %, setelah perbaikan
pembelajaran siklus I meningkat menjadi 18 orang atau tingkat tuntas klasikal
meningkat menjadi 56,3 %. Untuk rata-rata kelas sudah meningkat dari 48
menjadi 61. Karena tingkat ketuntasan baru mencapai 56,3 %, maka perlu
diadakan perbaikan pembelajaran siklus II agar tingkat ketuntasan dapat
mencapai ≥ 60 %.
2. Siklus II
Pada proses perbaikan pembelajaran siklus II ini ada beberapa hasil penelitian
yang dapat peneliti kemukakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan sampai dengan refleksi.
a. Perencanaan
Rencana perbaikan pembelajaran peneliti susun berdasarkan hasil
perbaikan pembelajaran siklus I. Pada siklus II ini rencana perbaikan
pembelajaran peneliti tekankan pada kemampuan siswa memanfaatkan
media uang , rencana perbaikan pembelajaran dapat berhasil dengan baik
dan hasil yang dicapai siswa dapat maksimal. Dengan demikian rencana
perbaikan pembelajaran siklus II yang telah peneliti susun dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Pelaksanaan
Setelah perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan, peneliti telah
menganalisis hasil belajar yang diperoleh. Dari proses analisis dapat
dikemukakan bahwa jumlah nilai 1960. Dengan jumlah siswa sebanyak 32,
dapat dihitung rata-rata kelas sebesar 61,25. Tingkat ketuntasan klasikal pada
38
61
73
54
56
58
60
62
64
66
68
70
72
74
Perbaikan Siklus I
Perbaikan Siklus II
Perbaikan Siklus I Perbaikan Siklus II
perbaikan pemebelajaran siklus I mencapai 56,3 %. Selanjutnya peneliti
melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II pada tanggal 15 November
2011 untuk pertemuan pertama dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (1 x
pertemuan), dan pertemuan ke dua pada tanggal 16 November 2011 dengan
alokasi waktu sama dengan pertemuan pertama.Untuk efisien waktu maka
pelaksanaan evaluasi dilaksanakan pada pertemuan ke 2. Dari proses
perbaikan pembelajaran siklus II jumlah nilai yang diperoleh siswa sebesar
2320, dengan rata-rata kelas 73 dan tingkat ketuntasan klasikal mencapai
87,5 %. Untuk mengetahui lebih jelas hasil perbaikan siklus I dan hasil
perbaikan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Nilai Rata-rata Kelas dan Ketuntasan Klasikal Setelah Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
No Statistik Perbaikan
Siklus I
Perbaikan
Siklus II
1. Jumlah nilai 1960 2340
2. Jumlah siswa 32 32
3. Nilai rata-rata kelas 61 73
4. Tingkat ketuntasan klasikal 56,3 % 87,5 %
5 Banyak siswa tuntas 18 28
Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan diagram batang dari data di atas.
Diagram 4.5 Nilai Rata-rata Setelah Perbaikan Pembelajaran
Siklus I dan Siklus II
39
56.3%
87.5%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Perbaikan Siklus I
Perbaikan Siklus II
Perbaikan Siklus I Perbaikan Siklus II
Diagram 4.6 Tingkat Ketuntasan Setelah Perbaikan Pembelajaran
Siklus I dan Siklus
Diagram 4.7
Jumlah siswa yang tuntas pada siklus I dan siklus II
Dari tabel 4.3 diagram 4.5 , 4.6 dan 4.7 di atas dapat dikemukakan
bahwa, dari perbaikan pembelajaran siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas 61
dengan tingkat ketuntasan klasikal mencapai 56,3 %. Selanjutnya, setelah
diadakan perbaikan pembelajaran siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas 73
dengan tingkat ketuntasan klasikal mencapai 87,5 %. Ini berarti ada kenaikan
40
nilai rata-rata kelas 12 dan kenaikan tingkat ketuntasan klasikal sebanyak 31,2
%.
Disamping disajikan data nilai rata-rata kelas dan tingkat ketuntasan
klasikal, berikut ini disajikan daftar rekapitulasi nilai hasil evaluasi belajar
setelah perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Setelah Perbaikan Pembelajaran
Siklus I dan Siklus II
Banyak Siswa
No. Interval Nilai Perbaikan
Siklus I
Perbaikan
Siklus II
1. Nilai < 70 14 4
2. ≤ 70 18 28
Jumlah 32 32
Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan diagram batang dari data diatas
Diagram 4.8 Pencapaian Hasil Evaluasi Belajar Setelah Perbaikan Pembelajaran
Siklus I dan Siklus II
41
Pada tabel 4 dan diagram 6 di atas dapat dilihat bahwa, banyak siswa
yang memperoleh nilai < 70 semakin menurun jumlahnya. Kalau pada
perbaikan pembelajaran siklus I jumlahnya 14 siswa, setelah pembelajaran
siklus II jumlahnya semakin menurun menjadi 4 siswa. Demikian pula
sebaliknya, siswa yang memperoleh nilai < 70 semakin bertambah. Kalau
pada perbaikan pembelajaran siklus I sebanyak 18 siswa, setelah perbaikan
pembelajaran siklus II jumlahnya semakin bertambah menjadi 28 orang. Pada
perbaikan pembelajaran siklus I belum ada siswa yang memperoleh nilai ≥ 90,
namun setelah perbaikan pembelajaran siklus II ada siswa memperoleh nilai
≥ 90. Walaupun pada perbaikan pembelajaran II ini masih ada siswa yang
memperoleh nilai < KKM, yaitu sebanyak 4 orang, namun perbaikan
pembelajaran sudah berhasil dan perbaikan pembelajaran cukup sampai
siklus II saja.
c. Pengamatan
Setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus II, yaitu dengan
menggunakan alat peraga berupa uang dengan didukung pemanfaatan
metode yang vareatif. Guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa
untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan peran guru sudah tidak
terlalu dominan, siswa menjadi lebih senang mengikuti proses pembelajaran,
interaksi antara siswa dengan guru sudah berlangsung baik dan siswa lebih
aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, proses pembelajaran
siklus II secara garis besar sudah berhasil.
d. Refleksi
Setelah selesai dilaksanakan proses perbaikan pembelajaran siklus II,
ada beberapa keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru antara lain,
guru sudah menggunakan media uang dengan baik dan guru sudah
memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses
pembelajaran dan peran guru sudah tidak terlalu dominan. Kekurangan yang
dilakukan guru yaitu, guru belum dapat menuntaskan belajar seluruh siswa,
42
masih ada 4 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Mereka terlihat
pasif dan tidak dapat menyelesaikan soal-soal dengan baik.
Namun walaupun ada beberapa kekurangan, pada proses
pembelajaran siklus II ini, hasil belajar yang dicapai siswa meningkat dengan
signifikan. Kalau pada perbaikan pembelajaran siklus I yang memperoleh nilai
tuntas atau nilai ≥ KKM (70) baru sebanyak 18 dari 32 siswa atau tingkat
tuntas klasikal hanya mencapai 56,3 %, setelah perbaikan pembelajaran
siklus II meningkat menjadi 25 orang atau tingkat tuntas klasikal meningkat
menjadi 87,5 %. Untuk rata-rata kelas sudah meningkat dari 61 menjadi 73.
Dengan tingkat ketuntasan mencapai 87,5 %, maka tidak perlu diadakan
perbaikan pembelajaran lagi karena tingkat ketuntasan sudah mencapai ≥ 60
%.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan refleksi, penemuan dan pengolahan data tersebut di atas dapat
dikatakan bahwa faktor yang paling menentukan dalam keberhasilan pembelajaran
adalah kemampuan guru dalam menyusun dan melaksanakan strategi pembelajaran
yang tepat sehingga anak aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Untuk itu, dalam melaksanakan proses perbaikan pembelajaran
peneliti bekerja sama dengan teman sejawat, konsultasi dengan pembimbing dan
dengan mengkaji berbagai sumber yang dapat peneliti pergunakan dalam mengambil
tindakan perbaikan pembelajaran untuk memecahkan permasalahan yang terjadi.
1. Siklus I
Pada siklus I ini peneliti memfokuskan pelaksanaan perbaikan
pembelajaran dengan menggunakan media uang. Dengan menggunakan media
uang, hasil belajar siswa dapat meningkat walaupun persentase ketuntasannya
masih kecil. Jika sebelum perbaikan pembelajaran tingkat ketuntasan sebesar
21,9 %, setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus I menjadi 56,3 %.
Demikian pula dengan nilai rata-rata kelas, kalau sebelum perbaikan
pembelajaran nilai rata-rata siswa hanya 48, setelah perbaikan pembelajaran
siklus I meningkat menjadi 61.
43
Adanya kenaikan hasil evaluasi belajar yang dicapai siswa ini karena
guru sudah menggunakan media uang dengan baik dan guru juga menerapkan
metode yang bervariasi untuk mendukung keberhasilan pembelajaran. Selain
beberapa tindakan tersebut, penggunaan media uangg ini juga sangat sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Piaget dalam Karim, 1996 : 2 yang
mengemukakan bahwa, anak SD berada pada tahap Operasional Kongkret (7-12
tahun). Pada tahap ini, anak mengembangkan konsep dengan menggunakan
benda-benda konkrit untuk menyelidiki hubungan model-model abstrak dan media
uang termasuk salah satu contoh dari media konkrit. Anak mulai berpikir logis
sebagai akibat adanya kegiatan memanipulasi benda-benda konkrit.
Oleh karena jumlah siswa yang tuntas baru 18 dari 32 siswa atau
peningkatan hasil belajar pada perbaikan pembelajaran siklus I ini belum
mencapai ≥ 60 %, karena tingkat ketuntasan baru mencapai 56,3 % maka
selanjutnya peneliti mencari alternatif lain untuk lebih meningkatkan hasil belajar
siswa terutama siswa yang belum tuntas belajar, yaitu senyak 14 siswa atau 43,7
%.
2. Siklus II
Pada siklus II peneliti memfokuskan pelaksanaan perbaikan
pembelajaran dengan menggunakan media uang secara intensif. Dengan
menerapkan media ini, hasil evaluasi belajar siswa dapat meningkat secara
maksimal. Jika sebelum pada perbaikan pembelajaran siklus I tingkat ketuntasan
mencapai 56,3 %, setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus II menjadi 87,5
%. Demikian pula dengan rata-rata kelas, kalau pada sebelum perbaikan
pembelajaran nilai rata-rata siswa hanya 61, setelah perbaikan pembelajaran
siklus II meningkat menjadi 73.
Kenaikan tersebut dapat terjadi karena pada proses perbaikan
pembelajaran siklus II guru sudah menggunakan media uang dengan baik dan
guru sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam
proses pembelajaran dan peran guru sudah tidak terlalu dominan. Dalam proses
perbaikan pembelajaran siklus II dapat dikemukakan bahwa siswa dalam
44
mengikuti pembelajaran juga sudah serius dan tidak banyak bicara sendiri. Selain
itu penguasaan materi oleh siswa lebih baik karena mungkin juga faktor perbaikan
pembelajaran yang sudah dilakukan dalam dua siklus. Dengan keberhasilan
perbaikan pembelajaran siklus II dapat dikatakan bahwa media uang yang
digunakan guru sangat efektif. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat
selesai pada siklus II.
Oleh karena jumlah siswa yang tuntas dari 32 siswa sudah sebanyak 28
siswa atau tingkat ketuntasan mencapai 87,5 %, sehingga peningkatan hasil
belajar siswa pada perbaikan pembelajaran siklus I ini sudah mencapai ≥ 60 %,
maka dari itu perbaikan pembelajaran cukup selesai pada siklus II. Untuk 4 siswa
yang belum tuntas, dapat dikemukakan bahwa mereka memiliki tingkat
kecerdasan dibawah rata-rata. Untuk itu, peneliti mengadakan bimbingan khusus
bagi mereka.