upaya meningkatkan hasil belajar matematika...

18
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS IV SDN POLOBOGO 02 KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW SEMESTER II TAHUN AJARAN 2015/2016 ARTIKEL Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana oleh Tuti Susanti 292012290 PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: phungmien

Post on 03-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA

SISWA KELAS IV SDN POLOBOGO 02 KECAMATAN GETASAN

KABUPATEN SEMARANG MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN JIGSAW SEMESTER II

TAHUN AJARAN 2015/2016

ARTIKEL

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada Universitas Kristen Satya Wacana

oleh

Tuti Susanti

292012290

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

1

2

3

4

5

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA

SISWA KELAS IV SDN POLOBOGO 02 KECAMATAN GETASAN

KABUPATEN SEMARANG MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN JIGSAW SEMESTER II

TAHUN AJARAN 2015/2016

Tuti Susanti

Elvira Hoesein Radia, S.Pd., S.Mus., M.Pd.

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar - FKIP

Universitas Kristen Satya Wacana

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan pada siswa kelas IV SDN Polobogo 02 Kecamatan

Getasan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2015/2016. Jumlah siswa sebanyak 21 siswa terdiri dari

10 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

matematika menggunakan model pembelajaran jigsaw. Instrumen pengumpulan data dengan lembar

observasi, tes tertulis pilihan ganda. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar

matematika pada siswa kelas 4 SDN Polobogo 02 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Setelah

diberikan tindakan pembelajaran koopertif tipe Jigsaw, pada siklus I peningkatan hasil belajar siswa

yang ditunjukkan oleh kenaikan persentase ketuntasan belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis

diketahui bahwa siswa yang tuntas sebelum tindakan adalah 9 (43%). Setelah diberikan tindakan pada

siklus I terjadi peningkatan jumlah ketuntasan siswa menjadi 14 siswa (67%). Setelah diberikan

tindakan pada siklus II, terjadi lagi peningkatan jumlah ketuntasan menjadi 19 siswa (90%). Dengan

kata lain, bahwa upaya peningkatan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran jigsaw,

materi pecahan pada siswa kelas 4 SDN Polobogo 02,berhasil dilakukan. Jadi, hasil belajar dapat

meningkat melalui pembelajaran Jigsaw pada siswa kelas IV SDN Polobogo 02 Kecamatan Getasan

Kabupaten Semarang semester II tahun ajaran 2015/2016.

Kata Kunci: Pembelajaran Jigsaw, Hasil Belajar Matematika.

PENDAHULUAN

UU Sistem Pendidikan Nasional, yaitu UU No.20 Tahun 2003 Pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

6

demokratis serta bertanggung jawab. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan

paling utama dalam pendidikan di sekolah. Dalam proses ini akan terciptanya tujuan

pendidikan secara umum maupun tujuan khusus seperti perubahan tingkah laku siswa menuju

ke arah yang lebih baik. Sehingga siswa memiliki kemampuan dan dapat menghadapi

perubahan dan tuntutan zaman, dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan

belajar mengajar merupakan kegiatan pokok. Proses belajar mengajar disekolah akan

mencapai tujuan belajar ditunjang oleh berbagai faktor. Salah satunya yaitu strategi

pembelajaran yang tepat untuk pokok bahasan materi ajar geografi, berarti guru menempati

kedudukan sebagai figur central serta ditangan para guru terletak kemungkinan berhasil atau

tidaknya pencapaian tujuan belajar.

Guru yang menguasai materi yang akan diajarkan dan mampu mengelola strategi belajar

yang tepat, memilih media pengajaran dan mengevaluasi hasil belajar itu ialah petugas

profesional, petugas yang khusus dilatih untuk itu sehingga tanpa latihan serupa itu ia tidak

akan bisa melaksankan tugasnya dengan baik. Jadi, paling tidak guru itu harus mampu

memilih strategi belajar mengajar yang sesuai dengan misi pendidikan ( Eka Wijana, 2011

halaman 2 ). Sebagian guru di sekolah sudah ada yang dapat mengatasi masalah ini dengan

menumbuhkan kreativitas siswa dalam menulis puisi melalui model pembelajaran atau model

pembelajaran yang inovatif dan disenangi oleh siswa, tetapi sebagian guru lain masih

menggunakan sistem pembelajran konvesional dalam proses kegiatan belajar mengajar

dikelas. Bagi sebagian guru lebih bijak jika mempertimbangkan bahwa perkembangan dan

kebutuhan siswa dari tahun ke tahun tidaklah sama. Dibutuhkan perubahan ke arah hasil

pembelajaran yang lebih baik guna mencapai tujuan pembelajaran dalam kurikulum.

Model pembelajaran yang digunakan diharapkan akan terciptanya suasana belajar yang

lebih menyenangkan, lebih komunikatif, lebih apresiatif, sehingga dapat menumbuhkan minat

serta kreatifitas siswa dalam belajar. (Mulyasa, 2010:20).Untuk dapat mewujudkan sekolah

yang berprestasi, maka siswa juga harus diberi kesempatan untuk berperan penting dalam

menggali konsep pengetahuan. Keadaan ini akan mempengaruhi siswa dalam memahami

materi yang dipelajari, sehingga hasil belajar siswa dapat menjadi lebih tinggi.Strategi

pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran

dalam lingkungan pembelajaran tertentu atau cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar

untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan

dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan

karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Sedangkan Metode pembelajaran yaitu cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan

7

fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajran. Metode lebih bersifat

prosedural yaitu berisi tahapan tertentu. Hubungan antara strategi, metode, dan tujuan dapat

digambarkan sebagai suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan

pembelajarn, perubahan strategi, dan perumusan tujuan yang kemudian diimplemantiskan

kedalam berbagai metode yang relevan selama proses pembelajaran.

Penggunaan suatu strategi pembelajaran akan membantu kelancaran, efektifitas, dan

efisiensi pencapaian tujuan. Guru dituntut harus dapat menetapkan strategi pembelajaran apa

yang paling tepat dan sesuai untuk tujuan tertentu, penyampaian bahan tertentu, suatu kondisi

belajar peserta didik, dan untuk suatu penggunaan strategi atau metode yang memang telah

dipilih. Tujuan utama seorang guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah adalah

mengembangkan strategi belajar-mengajar yang efektif. Pengembangan strategi ini

dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan keadaan belajar yang lebih menyenangkan

dan dapat mempengaruhi peserta didik, sehingga mereka dapat belajar dengan menyenangkan

dan dapat meraih prestasi belajar secara memuaskan. Oleh karena itu, melaksanakan kegiatan

belajar mengajar merupakan pekerjaan kompleks dan menuntut kesungguhan guru.

Berdasarkan observasi di kelas 4 di SDN Polobogo 02, yaitu model pembelajaran masih

dengan metode ceramah. Metode ceramah yang diterapkan bisa dikatakan kurang untuk

menumbuhkan minat siswa belajar secara aktif. Selama proses pembelajaran masih ditemukan

kelemahan-kelemahan, yaitu: masih banyak siswa kurang memahami materi yang diajarkan

oleh guru, masih banyak siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, sebagian besar

siswa juga belum memiliki keberanian untuk bertanya, mengemukakan pendapat dan

berbicara di depan kelas, selain itu masih banyak siswa yang tidak memperhatikan pelajaran

yang diterangkan oleh guru, khususnya siswa yang duduk dibelakang. pembelajaran yang

berlangsung didalam kelas dapat ditingkatkan dengan menambahkan berbagai macam model

dalam pembelajaran aktif yaitu model jigsaw. Model dalam pembelajaran merupakan salah

satu cara/ teknik yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Tujuan guru

menggunakan model dalam pembelajaran agar dalam menyampaikan materi kepada peserta

didik menjadi lebih mudah dan tidak membosankan.

Pemilihan model pembelajaran ini untuk dijadikan sebagai solusi bagi pembelajaran,

karena fakta-fakta empiris tentang efektivitas model pembelajaran ini. Penelitian-penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Suryani (2009) yang berjudul Meningkatkan Kemampuan

Memahami Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas IV dengan metode jigsaw SDN Sukamulya 2

Tahun 2009/2010. Disimpulkan bahwa penelitian melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan kemampuan siswa. Penelitian ini relevan

8

dengan penelitian Aceng Haetami dan Supriadi (2008) dalam jurnal pendidikan Nasional

yang telah melakukan penelitian dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw dengan

judul Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil

Belajar Siswa pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.

Kenyataan yang mendorong untuk menerapkan model pembelajaran ini adalah pada yang

ditemui peneliti dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas 4 SDN Polobogo 02

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Pembelajaran matematika dilakukan oleh guru

berdasarkan pada paparan teoritis tentang matematika. Materi yang disajikan, bukan didahului

dengan contoh-contoh konkret kehidupan siswa kelas 4 SDN Polobogo 02, tetapi langsung

mengacu dari buku dan disajikan kepada siswa. Setelah pemaparan materi, guru jarang sekali

memberikan contoh konkret terkait dengan materi matematika yang disampaikan. Akibat dari

pemaparan materi seperti ini, siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika, model

pembelajaran jigsaw mampu mengembangkan semua potensi yang dimiliki masing-masing

siswa dalam berpikir maupun ketrampilan dan tentunya memotivasi siswa untuk memahami

konsep pembelajaran matematika dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari hari.

Dari berbagai identifikasi masalah pembelajaran di atas, peneliti menjadi tertarik untuk

mengajukan topik kajian, dimana topik ini sekaligus menjadi pembatas bagi peneliti atau titik

fokus untuk melakukan penelitian ini. Dengan demikian batasan atau topik yang diajukan

melalui penelitian ini adalah : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa

Kelas 4 SDN Polobogo 02 Kecamatan Getasan Kab Semarang Melalui Model

Pembelajaran Jigsaw Semerter II Tahun Ajaran 2015/2016.

Rumusan Masalah

Berangkat dari batasan masalah yang diajukan, maka rumusan masalah penelitian yang

diajukan adalah: Apakah penggunaan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil

belajar matematika pada siswa kelas 4 SDN Polobogo 02 semester II tahun ajaran

2015/2016.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk: Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika

menggunakan model pembelajaran jigsaw pada siswa kelas 4 SDN Polobogo 02 Semester II

tahun ajaran 2015/2016.

9

TINJAUAN PUSTAKA

Pembelajaran Matematika SD

Matematika, menurut (Prihandoko: 2006), adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang

tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang

terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke

aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Lebih lanjut hakikat menurut (Prihandoko:

2006), yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang

dedukatif. Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu

segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga

akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya.Maka diperlukan adanya pembelajaran

melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja,

karena hal ini akan mudah dilupakan siswa. Mulyono (2003 : 252) matematika adalah bahasa

simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan

keruangan sedang fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Selanjutnya

Ruseffendi (2006) mengatakan bahwa matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang

tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil yang dibuktikan

kebenarannya, sehingga matematika disebut ilmu deduktif.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian matematika

adalah suatu pembelajaran yang tidak hanya suatu simbol,namun di setiap simbol terdapat

sebuah arti,yang digunakan untuk berfikir.

Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Tujuan mata pelajaran matematika menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006 adalah

sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam

pemecahan masalah

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam

membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan

matematika

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah

10

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki

rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet

dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Model Kooperatif Tipe Jigsaw di Pembelajaran Matematika SD

Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel (Slavin,

2005:246). Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model Collaborative

Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi,

pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya, untuk

secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Menurut Rusman

(2008 : 205) model pembelajaran jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena

anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan

yang dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas

permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok asal

dan disampaikan pada anggota kelompoknya. Pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan

salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu

dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2009:77).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran yang

terdiri dari tim-tim belajar heterogen, beranggotakan 4-6 siswa, setiap siswa bertanggung

jawab atas penguasaan bagian dari materi belajar dan harus mampu mengajarkan bagian

tersebut kepada anggota tim lainnya (Trianto, 2007:56).

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang

terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan

bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada orang lain dalam

kelompoknya. (Lie, 2008 : 70). Dalam teknik ini, siswa dapat bekerja sama dengan siswa

lainnya dan mempunyaitanggung jawab lebih dan mempunyai banyak kesempatan pula untuk

mengolah informasi yang di dapat dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan

bersosialisasi.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung

jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Model pembelajaran seperti ini harus

dioptimalkan karena dapat meningkatkan kemampuan berkreatif siswa dan tentunya

meningkatkan prestasi siswa. Di samping itu, pembelajaran ini juga dapat meningkatkan

komunikasi siswa karena berani menyampaikan apa yang telah ia dapat kepada kelompok lain

11

maupun kelompok sendiri, sehingga siswa yang kurang percaya diri untuk menyampaikan

bisa di latih untuk lebih berani dengan pembelajaran model ini.

Hubungan Model Pembelajaran Jigsaw dengan Hasil Belajar Matematika

Adapun hubungan yang terjadi pada kedua variabel adalah hubungan sebab-akibat,

dimana model yang dipakai dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, baik menurunkan atau

meningkatkan hasil belajar. Melalui pembelajaran model kooperatif tipe Jigsaw, siswa akan

dapat memperbaiki kelemahan- kelemahan dan kekurangan dalam memahami suatu materi.

Siswa belajar bersama, saling membantu dan berdiskusi dalam menyelesaikan soal- soal pada

satu kegiatan pembelajaran, yang akan mempererat hubungan antar sesama siswa.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan secara kolaboratif, artinya penulis

berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru Matematika yang mengajar kelas 4 SDN

Ngajaran 03 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Guru dan peneliti mendiskusikan

permasalahan penelitian dan menentukan rencana tindakan. Penelitian juga dilakukan secara

partisipatif, artinya penulis dengan dibantu rekan seangkatan secara langsung terlibat dalam

penelitian.

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini memiliki dua variabel yang diteliti, yaitu variabel X dan variabel Y.

a. Variabel X (Variabel Bebas )

Model pembelajaran kooperatif tipe make a match merupakan variabel tindakan atau

disebut variabel X. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah salah satu

tipe dari pembelajaran kooperatif dengan langkah-langkah pembelajaran dimana guru

menyiapkan kartu yang berisi soal atau permasalahan dan menyiapkan kartu jawaban,

kemudian siswa mencari pasangan kartunya.

b. Variabel Y (Variabel Terikat)

Variabel Y atau veriabel terikat pada penelitian ini adalah motivasi belajar (Y) Hasil

belajar tersebut dapat diketahui melalui tes tertulis pilihan ganda yang diberikan setelah

proses pembelajaran selesai. Pencapaian hasil belajar dapat diketahui dalam bentuk

nilai.

12

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi atas beberapa bagian yaitu:

a. Observasi

Observasi digunakan dengan tujuan untuk mengetahui tindakan guru dan respon siswa

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

b. Tes

Tes adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Hasil Belajar Siklus I

Dalam bagian ini akan dipaparkan hasil analisis data penelitian tentang hasil belajar

siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dari temuan hasil penelitian diperoleh hasil perbaikan

pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pembelajaran siklus I. Hasil tes siklus I

mengalami peningkatan dari hasil tes pada data awal pra siklus. Berdasarkan hasil tes siswa

data awal pra siklus, diketahui nilai rata-rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan sebesar

60 meningkat menjadi 71 pada siklus I. Hasil analisis pengamatan tes pelaksanaan

pembelajaran pada siklus I yang telah dilakukan diperoleh hasil yang tersaji pada tebel 1.1 di

bawah ini:

Tabel 1.1

Distribusi Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I

Berdasarkan tabel 1.1 diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran

matematika materi pecahan yang tuntas sebanyak 14 siswa ( 67%) dan siswa yang belum

tuntas sebanyak 7 siswa (33%). Nilai terendah pra siklus 40, Nilai Tertinggi 90 dan Nilai

Rata-Rata 71.

Skor Kriteria Hasil

Belajar

Siklus I

Jumlah siswa Persentase (%)

65 Tidak Tuntas 7 33%

≥ 65 Tuntas 14 67%

Jumlah 21 100%

Nilai tertinggi 90

Nilai terendah 40

Nilai rata-rata 71

13

Analisis Hasil Belajar Siklus II

Dari temuan hasil penelitian diperoleh hasil perbaikan pembelajaran yang telah

dilaksanakan pada pembelajaran siklus II. Hasil tes siklus II mengalami peningkatan dari hasil

tes pada data awal pra siklus. Berdasarkan hasil tes siswa data awal pra siklus, diketahui nilai

rata-rata yang diperoleh siswa secara keseluruhan sebesar 60 meningkat menjadi 71 pada

siklus II. Hasil analisis pengamatan tes pelaksanaan pembelajaran pada siklus II yang telah

dilakukan diperoleh hasil yang tersaji pada tabel 1.2 di bawah ini:

Tabel 1.2

Distribusi Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus II

Berdasarkan tabel 1.2 diketahui bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran

matematika materi pecahan yang tuntas sebanyak 19 siswa ( 90%) dan siswa yang belum

tuntas sebanyak 2 siswa (10%).

Analisis Deskriftif Komparatif Hasil Penelitian

Membandingkan ketuntasan belajar sebelum tindakan dengan setelah tindakan pada

siklus II dimaksudkan untuk melihat apakah penerapan model jigsaw, memberikan pengaruh

dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi

pecahan. Berikut ini disajikan dalam Tabel 1.3 perbandingan ketuntasan belajar siswa

sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus II.

Tabel 1.3

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 4 SDN

Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus II

Skor Kriteria Hasil

Belajar

Siklus II

Jumlah siswa Persentase (%)

65 Tidak Tuntas 2 10%

≥ 65 Tuntas 19 90%

Jumlah 21 100%

Nilai Tertinggi 90

Nilai Terendah 50

Nilai Rata-Rata 80

No Ketuntasan Pra siklus Siklus 1 Siklus 2

F % F % F %

1 Tuntas 9 43% 14 67% 19 90%

2 Tidak tuntas 12 57% 7 33% 2 10%

Jumlah 21 100% 21 100% 21 100%

Nilai Tertinggi 90 90 90

Nilai Terendah 30 40 50

Nilai Rata-Rata 60 71 80

14

Dari Tabel 1.3 dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa dari pra Siklus

sampai ke Siklus II mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa yang tuntas belajar adalah

9 siswa (43%), pada siklus I menjadi 14 siswa (67%) dan pada siklus II menjadi 19 siswa

(90%). Sedangkan siswa yang belum tuntas jumlahnya menurun. Pada saat pra siklus terdapat

12 siswa (57%) belum tuntas, pada siklus I masih 7 siswa (33%) yang belum tuntas dan pada

siklus II masih 2 siswa (10%). Nilai tertinggi siswa meningkat yaitu pada pra siklus 90, siklus

I tetap 90 dan pada siklus II nilai tertinggi yaitu 90. Nilai terendah pra siklus 30, siklus I 40

dan siklus II nilai terendah 50. Rata-rata siswa dari pra siklus ke siklus II juga mengalami

peningkatan dari pra siklus 60 menjadi 71 ke siklus I atau naik sebesar 11 dan pada siklus II

menjadi 80 atau naik sebesar 9. Selanjutnya untuk memperjelas perbandingan hasil belajar

dan ketuntasan belajar siswa dari prasiklus sampai dengan Siklus II.

Peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus II,

diketahui bahwa ketuntasan belajar sudah memberikan hasil yang diharapkan yaitu minimal

80% dari total siswa tuntas belajar atau tuntas KKM yang ditetapkan sekolah = 65.

Selain meningkatkan ketuntasan belajar, menerapkan model jigsaw dalam pembelajaran

matematika materi pecahan, juga meningkatkan kinerja guru dan aktivitas siswa. Pada siklus

I, kinerja guru masuk dalam kategori cukup baik. Setelah dilaksanakan perbaikan pada siklus

II, kinerja guru meningkat menjadi baik sekali. Setelah dilaksanakan perbaikan tindakan pada

siklus II, aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran jigsaw,

masuk dalam kategori baik sekali.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Penelitian yang

dilakukan oleh Dwi (2011) dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui

Metode Jigsaw Bagi Siswa Kelas VI SDN Klecoregonang Kecamatan Winong Kabupaten

Pati Tahun Ajaran 2011/2012. Disimpulkan bahwa penelitian dengan menggunakan metode

Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas VI SDN Klecoregonang Kecamatan

Winong Kabupaten Pati Tahun ajaran 2011/2012. Selanjutnya, juga mendukung penelitian

yang telah dilakukan oleh Cicik Asti Tahapsari (2010) dengan judul Peningkatan Hasil

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Materi Pengaruh

Globalisai melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Bagi Siswa Kelas IV SDN Wulung

4 Randublatung Kabupaten Blora Tahun 2009/2010. Disimpulkan bahwa penelitian melalui

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada Mata

Pelajaran matematika tentang materi pecahan Terbukti bahwa dengan menggunakan model

pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara individu.

15

Selain mendukung dua hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini juga mendukung

pernyataan teoritis tentang model pembelajaran jigsaw oleh Rusman (2008 : 205) model

pembelajaran jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap

kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi

setiap kelompok sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas permasalahan

yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok asal dan disampaikan

pada anggota kelompoknya. Dan setelah topik tersebut tuntas dibahas, maka siswa dari

kelompok ahli kembali pada kelompok asal dan berbagi pengetahuan dengan teman-teman

pada kelompok asal. Dengan memperlakukan sintaks pembelajaran dengan tepat, dan dengan

memperhatikan karakateristik siswa, kemudian dibagi tugas dan peran siswa sebagai tim asal

dan tim ahli sekaligus penyelesai atas masalah yang ditemukan dalam gagasan itu, ternyata

model pembelajaran jigsaw ini mampu meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa pada

mata pelajararn matematika, materi pecahan pada siswa kelas 4 SDN Polobogo 02 Kecamatan

Getasan Kabupaten Semarang, Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.

Simpulan

Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran matematika tentang materi pecahan di kelas 4 SDN Polobogo 02

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini

ditunjukan terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran yang mencapai KKM

pada pra siklus adalah 43% siswa, setelah dilakukannya pembelajaran dengan menggunakan

model pembelaran kooperatif tipe Jigsaw yang mencapai KKM mengalami peningkatan pada

siklus I adalah 67%, pada siklus 2 yang mencapai KKM meningkat menjadi 90%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian di kelas SDN Polobogo 02 Kecamatan Getasan Kabupaten

Semarang pada semester II tahun ajaran 2015/2016, ada beberapa saran, antara lain:

1) Bagi Guru

Dengan hasil penelitian ini, guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah model pembelajaran yang

tepat digunakan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu sehingga guru

dapat menggunakan model pembelajaran ini terutama untuk meningkatkan hasil belajar

siswa. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, juga dapat diterapkan pada

16

mata pelajaran lain, tentu dengan harapan yang sama bahwa ini demi meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran yang diajarkan.

2) Bagi Siswa

Bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar

pada pelajaran matematika, sehingga dengan meningkatnya hasil belajar dapat

meningkatkan pemahaman konsep pada pelajaran matematika dan akhirnya dapat

meningkatkan hasil belajarnya. Siswa hendaknya dapat belajar dengan lebih giat, percaya

diri, dan lebih aktif lagi sehingga dalam proses pembelajaran dapat menemukan dan mencari

tahu sendiri tentang materi yang dipelajari serta dapat bekerjasama dengan baik dalam

kelompok sehingga pengetahuan yang didapat bukan hanya dari guru saja melainkan

mendapat pengetahuan secara mandiri dengan belajar bekerjasama dan saling membantu

untuk mencapai prestasi yang lebih baik lagi selain itu dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

3) Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini, dapat menjadi acuan bagi sekolah untuk memberikan masukkan

kepada guru, khususnya tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

pada mata pelajaran matematika, dan juga pada mata pelajaran yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:

Rineka Cipta http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika

Cicik Asti Tahapsari (2010) penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Tentang Materi Pengaruh Globalisai melalui

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Bagi Siswa Kelas IV SDN Wulung 4 Randublatung

Kabupaten Blora Tahun 2009/2010”.

Dwi (2011) Penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode

Jigsaw Bagi Siswa Kelas VI SDN Klecoregonang Kecamatan Winong Kabupaten

Pati Tahun Ajaran 2011/2012”.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta

Didik. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Lie, A. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. 2006.

Jakarta

Prihandoko, Antonius C. 2006. Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Benar dan

Menarik. Jakarta: Depdiknas

17

Rusman. 2008. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta :

PT Raja Grafindo Persada.

Slavin, R.E. 2009. Cooperative Learning.Bandung : Nusa Media.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajaran

Suryani (2009) Penelitian yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Memahami Pembelajaran IPS

Pada Siswa Kelas IV dengan metode jigsaw SDN Sukamulya 2 Tahun 2009/2010.

Supriadi, Haetami Aceng, 2008, judul skripsi“Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw

untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Kelarutan dan

Hasil Kali Kelarutan“.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi kontruktivistik. Jakarta :

Prestasi Pustaka Publisher

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Departemen Pendidikan Nasional.

Wijana, Eka, 2011. Penerapan Model Belajar Word Square untuk meningkatkan hasil belajar

siswa pada pembelajaran matematika. Tersedia :

http://skripsiekawijana.blogspot.com/2011/09/penerapan-model-belajar-word-

square.html diunduh pada 10 Febuari 2016